laporan kuljar
-
Upload
setia-sidabutar -
Category
Documents
-
view
44 -
download
1
Transcript of laporan kuljar
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“KULTUR JARINGAN”
DISUSUN OLEH :
NAMA : NANANG BUDI SANTOSO
NIM : 115040201111134
KELOMPOK : SENIN, 09.15
TANGGAL PRAKTIKUM : 06 MEI 2013
ASISTEN : NINDYA RESHA P.
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang (Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan)
Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin
meningkat. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan bibit
tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak. Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.
Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan
adalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor
perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera
dikembangkan melalui kultur jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila
berhasil dapat lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan dalam
waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas penyakit.
Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan vegetatif dengan menumbuhkan sel, organ atau bagian
tanaman dalam media buatan secara steril dengan lingkungan yang terkendali. Kultur jaringan memiliki
teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur
jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk
tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu
menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih
terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya pengetahuan tentang ilmu mengenai kultur jaringan serta
semua komponen pekerjaan kultur jaringan sehingga kelak dapat diaplikasikan dalam melakukan kultur
jaringan.
1.2 Tujuan Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan
Tujuan Pembuatan Bibit Secara Kultur Jaringan adalah Kultur jaringan dapat memperbanyak tanaman
dengan sifat seperti induknya, pembiakan ini termasuk pembiakan secara vegetatif, yaitu individu baru
terjadi dari bagian tubuh suatu induk. Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan ini membuat
tanaman bebas dari penyakit karena dilakukan secara aseptik. Dan Penggunaan metode ini sangat
ekonomis dan komersial karena bahan tanaman awal yang diperlukan hanya sedikit atau satu bagian
kecil yang menghasilkan turunan dalam jumlah besar, sehingga penyediaan bibit dalam jumlah yang
besar tidak memerlukan banyak tanaman induk.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Larutan Induk
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang
digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya
terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti
agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang
sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Anonim, 2008).
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang
dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi
jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh
menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya
(Hendra, 2007).
Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan
penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang
dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau
diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan ini
diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman. Ketersediaan larutan induk akan mempermudah
dalam pembuatan media in vitro. (Rahardja, 1988).
2.2 Pembuatan Media Kultur (Jenis media Murashige and Skoog)
Media kultur banyak sekali jenisnya, antara lain woody plant medium (WPM) yang biasanya
digunakan untuk kultur tanaman kehutanan, Vaant and went (VW) untuk tanaman anggrek, white
biasanya digunakan untuk kultur akar, Seenck and Hildabrant (SH), dan Marashige and Skoog
(MS) .Untuk membuat suatu media diperlukan beberapa komponen umum, antara lain: hara makro,
hara mikro, asam amino dan N organik, gula, senyawa kompleks alami, vitamin, buffer, arang aktif,
ZPT, dan bahan pemadat. Untuk membuat media MS dapat dipergunakan larutan stok yang telah dibuat
dan dipersiapkan sebelumnya, penggunaan larutan stok ini dapat mempermudah dan mempercepad
dalam pembuatan media MS. (Rahardja, 1988).
Media kultur yang digunakan merupakan media MS, yang terdiri dari unsur mikro, unsur makro,
sukrosa, vitamin, agar, dan zat pengatur tumbuh (NAA dan Kinetin). Untuk pembuatan media MS,
erlenmeyer berukuran 1 liter disiapkan lalu sebanyak 500 ml medium MS cair siap pakai yang sudah
mengandung unsur mikro, unsur makro, sukrosa, vitamin, dipanaskan sambil diaduk-aduk. Kemudian
ditambahkan zat pengatur tumbuh NAA sesuai konsentrasi dan Kinetin sambil diaduk homogen di atas
pemanas. Selanjutnya diukur pH larutan 5,8 menggunakan pH meter. Apabila terlalu asam ditambahkan
NaOH dan apabila terlalu basa ditambahkan HCl. Jika pH telah sesuai, ditambahkan agar-agar
sebanyak 8 gr dan medium MS cair ditambahkan kembali hingga volume 1 L. Media dididihkan dan
diaduk hingga agar-agar larut dan tercampur rata kemudian dibagi media sekitar 25 ml/botol ke dalam
botol kultur dalam keadaan masih cair. Botol kultur ditutup rapat dengan penutup plastik dan diautoklaf
pada suhu 121oC, tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Setelah itu, diberi label sesuai perlakuan dan
disimpan di dalam ruang steril (Hendaryono, 1994).
2.3 Isolasi dan Inokulasi Eksplan
Isolasi
A. Pemisahan bagian tanaman
Eksplan adalah bagian dari tanaman yang digunakan dalam kulturisasi. Eksplan ini menjadi bahan
dasar bagi pembentukan kalus (bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan
bagian tanaman, seperti daun, batang, dan akar). Sebagian eksplan sebaiknya dipilih pucuk muda
tanaman dewasa yang diketahui asal-usul dan varietasnya, tidak terinfeksi penyakit, dan jenisnya
unggul. (Hendaryono, 1994).
Bagian tanana yang dapat dijadikan sebagai eksplan adlah ujung akar, pucuk, daun, bunga, dan tepung
sari. Faktor yang dimiliki ekplan itu sendiri yaitu ukuran, umur fisiologis, sumber genotip dan sterilitas
ekplan yang akan menentukan berhasil tidaknya pegkulturan eksplan. (Hendaryono, 1994).
Umur fisiologis eksplan berpengaru terhadap kemampuanya untuk beregenerasi jaringan tanaman yang
masih muda yang meristematik (sel-selnya masil aktif membelah) lebih mudah beregenerasi
dibandingkan dengan jaringan yang sudah tua, sehingga bagian tanaman yang meristematik paling
banyak berhasil bila dijadikan eksplan yang termasuk jaringan meristem adlah pucuk apikal, pucuk
lateral dan pucuk aksial. (Hendaryono, 1994).
B. Proses sterilisasinya
Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di
permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik.
Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptik berarti bebas dari
berbagai macam mikroorganisme ( Anonim a, 2011).
Sterilisasi pada teknik kultur jaringan meliputi sterilisasi peralatan, ruangan, medium kultur dan bahan-
bahan tanaman. Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut: sterilisasi media
yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan,
molekul-molekul atau benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur
jaringan setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur. Sebelum sterilisasi media dilakukan,
hal-hal yang harus diperhatikan adalah proses pembuatan media kultur jaringan (Anonim b, 2011).
Biasakan membersihkan berbagai sarana dalam kegiatan kultur (pipet, botol-botol kultur, dll) dengan
melakukan sterilisasi berulang atau dibersihkan dengan desinfektan. Saat sterilisasi media, penggunaan
autoklaf (cuci autoklaf 1minggu sekali) sebaiknya tetap dijaga kestabilan jarum penunjuk suhu dan
tekanan. Usahakan jarum tetap pada posisi 121-126oC dan 1,5 atm selama 25-30 menit dengan cara
mengatur nyala api. Setelah media dikeluarkan dari autoklaf sebaiknya karet pada penutup ditambah
lagi, kemudian masukkan botol media ke dalam kantong plastik bening yang sebelumnya di semprot
alkohol 70%. Jika sterilisasi media telah berhasil dilakukan, hal lain yang perlu diperhatikan agar
kontaminasi jauh dari jangkauan adalah lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman.
Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 90% dengan hand-sprayer. Sedangkan
sterilisasi lantai dengan menggunakan kain pel yang dibasahi dengan alkohol 90%. Pengangkutan alat-
alat ke dalam ruang penabur sebaiknya menggunakan meja dorong, supaya semua peralatan dapat
terbawa ke dalam ruangan sekaligus. Dengan cara demikian daun pintu ruangan tidak terlalu sering
dibuka sehingga sterilisasi ruangan tetap terjamin. Saat sebelum pelaksanaan penanaman dan saat
pelaksanaan penanaman pun, sterilisasi harus dilakukan (Anonim b, 2011).
Inokulasi
Proses inokulasi dilakukan di laminar air flow dengan kondisi aseptik. Alat-alat inokulasi ditata
didalam laminar air flow. Setiap alat tersebut dicelupkan ke dalam alkohol 70% dan dipanaskan di atas
nyala api bunsen selama 1-2 menit. Bunsen yang akan dipakai hendaknya terisi penuh. Eksplan
dikeluarkan dari botol sterilisasi dan diletakkan pada cawan petri steril yang telah dilapisi kertas
tissue/kertas serap steril untuk menyerap aquades. Kemudian daun dipotong-potong persegi di atas
petridish dengan ukuran 0,5 – 1 cm. Eksplan tersebut kemudian diinokulasikan ke dalam botol kultur
yang telah berisi media MS modifikasi dengan posisi horizontal (mendatar) dan bagian abaksial
menempel pada permukaan medium (Dhaliwal et al., 2004). Media MS modifikasi ini terdiri atas unsur
makro, unsur mikro, sukrosa, vitamin, agar, zat pengatur tumbuh NAA dan Kinetin. Setiap botol kultur
berisi 2 eksplan. Botol ditutup rapat dan diberi label yaitu tanggal dilakukan inokulasi eksplan dan
konsentrasi hormon yang digunakan. Kemudian ditata rapi dalam rak kultur bertingkat. Botol berisi
eksplan diinkubasi pada suhu 25- 28oC, kelembaban 70% dengan fotoperiode 12 jam terang dan 12
jam gelap selama ± 1 bulan. Setiap kolom rak kultur diberi pencahayaan dengan lampu flourescen 40
watt (Gunawan, 1995).
2.4 Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan
planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali,
baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga
jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat
bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur
jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan
untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan
(Torres, 1989).
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan
seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah
dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal
tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh
yang belum sempurna (Wetherell, 1982).
Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang
normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya
lebih tinggi, tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et
al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca
(Wetherelll, 1982).
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam
lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat
beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat
diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus
menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap
mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik
atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik
sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan
akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut.
Media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat
air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam
waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat
ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999).
Arang sekam merupakan salah satu media hidroponik yang baik karena memiliki beberapa keunggulan
sebagai berikut; mampu menahan air dalam waktu yang relatif lama, termasuk media organik sehingga
ramah lingkungan, lebih steril dari bakteri dan jamur karena telah dibakar terlebih dahulu, dan hemat
karena bisa digunakan hingga beberapa kali (Sinaga, 2001).
III. MATERI BAHASAN
3.1 Pembuatan Media Perbanyakan (Inokulasi/Penanaman)
3.1.1 Metode (Tahap Pelaksanaan/Cara Kerja) buat secara bagan alir
Siapkan larutan stok (makro, mikro, Fe-EDTA, vitamin) sebagai bahan dasar
Menentukan Volume media (250 ml)
Mencampur bahan dasar ke dalam breaker glass
Tambahkan sukrosa 75 gr/250 ml (sebagai nutrisi media), Tambah aquades steril
sebanyak 250 ml, tambahkan Casein Hydrolisate 0,028 gr/250 ml (sebagai
penyerap fenol)
Melakukan pengukuran pH = 5,8, (jika terlalu asam tambah NaOH dan jika terlalu
basa tambahkan HCL)
Tambahkan agar 1,625 gr/250 ml sambil dipanaskan dan diaduk hingga homogen
Diangkat dan dibagi ke botol kultur sebanyak kurang lebih 16 ml
Autoclaf 121 derajat celcius, dengan tekanan 1,5 – 2 atm, selama 30 menit
3.1.2 Hasil Dan Pembahasan bandingkan dengan literatur + dokumentasi
Dari hasil pembuatan media yang terlah dilakukan, tidak ditemukan kendala yang berarti, hal ini
dikarenakan pada praktikum mata kuliah bioteknologi semester lalu, kami sudah pernah melakukan
pembuatan media ini. Pembuatan media yang kami lakukan adalah media MS dengan volume total
sebanyak 500ml.
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan
jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya (Hendra, 2007).
Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan
penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang
dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau
diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan ini
diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman. (Rahardja, 1988).
3.2 Penanaman/Isolasi Dan Inokulasi Eksplan
3.2.1 Metode (Tahap Pelaksanaan/Cara Kerja) buat secara bagan alir
Isolasi
Melakukan pemilihan eksplan (untuk mawar dan krisan dipilih antar ruas buku
batang, untuk kentang dipilih mata tunas)
Cuci dengan air mengalir
Detergen 15% dikocok selama 5 menit (15 ml detergen dan 85 ml air)
Banlate 0,2 gr dikocok 10 menit
Bayclean 10% dikocok 5 menit (10 ml bayclean dan 95 ml air)
Bilas dengan aquades
Masukkan LAFC
Bils aquades steril (2x bilas)
Inokulasi
Sterilisasi ruang dengan alkohol 70% beserta alat-alat di dalamnya (termasuk tangan). Membersihkan
alat-alat penunjang seperti skalpel, pinset, petridish dan gunting dengan alkohol 70%.
Ambil pinset dari dalam botol berisi alkohol dan panaskan di atas bunsen selama 1-2 menit
Ambil eksplan, dan celupkan di aquades terlebih dahulu
Keringkan eksplan dengan menaruh di atas kertas whatmen, tunggu sampai eksplan benar-benar kering
Potong eksplan dengan ukuran 0,5 – 1 cm dengan menggunakan skapel
Buka botol kultur, keringkan air yang ada pada botol, setelah itu panaskan bibir botol di atas bunsen
selama 30 detik
Inokulasi eksplan ke dalam botol kultur dengan posisi horizontal (mendatar) dan bagian abaksial
menempel pada permukaan medium
Panaskan kembali bibir botol dan plastik penutup botol sebentar
Tutup rapat botol kultur dan beri label pengamatan
3.2.2 Hasil Dan Pembahasan
No. Tanggal Kontaminasi
1 08 Mei 2013 Tidak terjadi kontaminas
2 10 Mei 2013 Mulai muncul hifa pada sekitar eksplan
3 13 Mei 2013 Muncul hifa dan media berubah warna menjadi coklat
Dokumentasi
Dari data hasil praktikum yang telah didapat, diketahui bahwa penanaman eksplan pada media kultur
yang telah dilakukan pada praktikum kali ini tidak berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang
telah dilaksanakan selama 1 minggu dengan selang waktu 2 hari sekali, doperoleh yaitu warna dari
larutan yang berada di dalam botol kultur berwarna coklat dan sudah tumbuh hifa pada sekitar eksplan
yang ditanam. Hal ini dikarenakan terjadi kontaminasi jamur pada eksplan
Literatur
Kontaminasi oleh berbagai macam jamur disebabkan oleh sterilisasi yang kurang sempuna baik
terhadap alat, bahan dan pelaku kultur itu sendiri. Sehingga mikroba-mikroba yang ada didalam
maupun disekitar kalus berkembang biak di dalam media. Sterilisasi yang kurang sempurna
kemungkinan besar terjadi pada saat pemindahan tanam kalus dalam botol kultur berikutnya. Apabila
pemindahan kalus terlalu lama, maka mikroba yang ada disekitar kemungkinan terbawa sehingga
peristiwa kontaminasi tidak dapat dihindarkan. Pada kontaminasi jamur terlihat hifa putih hingga hitam
(jenis yang berbeda) muncul pada media ataupun pada bahan tanam.
Sesuai dengan ciri-cirinya, Kontaminasi pada eksplan dapat disebabkan oleh media eksplan dan kondisi lingkungan.
Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri. Ciri-ciri eksplan yang terkontaminasi adalah :
1) Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur,biasanya berwarna putih, abu-abu atau hitam,
berbentuk sepertiserabut, benang, atau kapas.
2) Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna putih atau merah.
3) Apabila kontaminan virus, maka akan terbentuk benang-benang serabut pada media kultur yang ada
(Hendaryono, 1994).
3.3 Pembuatan Stok Media MS
Pembuatan stok media MS pada praktikum ini menggunakan komposisi dengan
kepekatan yang berbeda-beda, kepekatan larutan makro 10 kali kepekatan dan
untuk kepekatan larutan mikro, Fe-EDTA dan vitamin 100 kali kepekatan.
A. Kelompok senyawa makro dengan kepekatan 10 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Potassium nitrate (KNO3) 1900
Ammonium nitrate (NH4NO3) 1650
Calcium chloride (CaCl2. 2H2O) 440
Magnesium sulfate (MgS04.7H2O) 370
Potassium phospate (KH2PO4) 170
B. Kelompok senyawa mikro dengan kepekatan 100 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Boric acid (H3BO3) 6,2
Mangane sulfate (MnSO4.H2O) 22,3
Zinc sulfate ((ZnSO4.7H2O) 8,6
Potassium iodide (Kl) 0,83
Sodium molibdate (NaMoO4.H2O) 0,25
Cupper sulfate (CuSO4.5H2O) 0,025
Cobalt chloride (CoCl2.6H2O) 0,025
C. Fe-EDTA dengan kepekatan 100 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Sodium EDTA (Na EDTA)
(Ethyl Dinitro Tetra Asetat)37,2
Iron sulfat (FeSO4.7H2O) 27,8
D. Unsur vitamin dengan kepekatan 100 x
Nama Vitamin Konsentrasi (mg/L)
Myo-Inositol 100
Glycine 2
Nicotinic acid 0,5
Pyridoxine HCI 0,5
Thiamine HCI 0,1
3.4 Aklimatisasi
Kelompok praktikum kami tidak melakukan kegiatan aklimatisasi, hal ini dikarenakan banyak eksplan
yang terkontaminasi dan mati pada pengamatan hari terakhir yang kami lakukan. Dari kelompok kami,
ada 2 eksplan yang tumbuh, tetapi tidak dilakukan aklimatisasi pula, hal ini dikarenakan kurangnya /
keterbatasan peralatan yang ada di laboratorium.
IV. KESIMPULAN
Dari data hasil praktikum yang telah didapatkan, diketahui bahwa inokulasi eksplan yang telah
dilakukan dapat dikatakan berhasil. Hal ini diketahui dari pengamatan yang telah dilaksanakan selama
1 minggu pengamatan (dengan selang waktu 2 hari sekali), yaitu warna dari larutan yang berada di
dalam botol kultur berwarna coklat dan sudah tumbuh hifa pada sekitar eksplan yang ditanam. Hal ini
dikarenakan terjadi kontaminasi jamur pada eksplan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2008. Proses Atau Skematis Kultur Jaringan. http://id.answers.yahoo.com.htm. Diakses pada
tanggal 16 Desember 2008.
Anonim b. 2008. Teknik Kultur Jaringan http://www.bbpp-lembang.info.htm. Diakses pada tanggal 16
Desember 2008.
Gunawan, L.W., 1995. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan,
Pusat Antar Universitas (PAU), Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Hendaryono, Daisy.P.S dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern). Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Hendra, T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.htm. Diakses pada tanggal 16
desember 2008.
Marzuki, A. 1999.Pengaruh lama penyimpanan, konsentrasi sukrosa dan cahaya penyimpanan terhadap
vigor planlet kentang (Solanum tuberosum L.).Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar Swadaya.
Jakarta
Sinaga, N. A. K. 2001. Pengaruh sukrosa dan lama simpan gelap terhadap vigor bibit krisan
(Chysanthemum sp.).Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Torres, K. C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops.Chapman and Hall. New York.
London.
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro (In Vitro Plant Propagation ). Avery
Publishing Group Inc. New Jersey.
Wetherelll, D. F. 1982. introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing Group Inc. Wayne, New
Jersey.