LAporan KSP Larasati PH H1J012001
-
Upload
larasatiputrihapsari -
Category
Documents
-
view
72 -
download
7
description
Transcript of LAporan KSP Larasati PH H1J012001
LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN
Oleh :
Nama : Larasati Putri Hapsari
NIM : H1J012001
Kelompok : 4 ( Empat)
Asisten : Delta Putra
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI SMBERDAYA PERIKANAN
oleh :
Larasati Putri Hapsari
H1J012001
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya
Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik,
Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan Disahkan
Pada Tanggal, …….Juni 2013
Mengetahui
Asisten
DELTA PUTRA
ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Rahmat dan Anugerah-Nya lah, kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan. Laporan praktikum ini dibuat
sebagai syarat telah mengikuti praktikum dan juga sebagai salah satu komponen
nilai mata kuliah Konservasi Sumberdaya Perikanan.
Dalam pembuatan laporan ini tim penyusun mendapatkan bantuan berupa
bimbingan dan saran dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Konservasi Sumberdaya Perikanan.
2. Tim asisten yang telah banyak membimbing dan membantu sampai
tersusunnya laporan praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan.
3. Semua pihak yang telah membantu baik dari segi moril dan materil yang
mohon maaf namanya tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan dari kemampuan tim penyusun. Oleh sebab itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata
semoga laporan praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan ini bermanfaat bagi
para pembacanya.
Purwokerto, Mei 2013
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman sampul ............................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ..................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iv
ACARA I. Pengamatan Kepadatan Dan Keragaman Makrozoobenthos
ACARA II. Pengamatan Kepadatan Dan Keragaman Rumput Laut
ACARA III. Pengamatan Kepadatan Dan Keragaman Plankton
iv
ACARA I
PENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN MAKROZOOBENTHOS
PADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP
Disusun Oleh :
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2013
Nama : Larasati Putri HapsariNIM : H1J012001Kelompok : IVAsisten : Delta Putra
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Praktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain
adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan
ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan
mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.
Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting,
karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu
spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu
cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda
inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua
spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem
dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman
hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat
(kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.
Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang
terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan
upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai
yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai
terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya
ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi
konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh
Biologi Konservasi.
I.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman,
kerapatan, atau kelimpahan biota (makrozoobentos, plankton dan alga) pada
ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bentos merupakan organisme yang hidup di permukaan (epifauna) atau di
dalam substrat dasar perairan (infauna), meliputi organisme nabati (fitobenthos)
dan organisme hewani (zoobenthos). Makrobentos merupakan kelompok
organisme yang dianggap paling memenuhi persyaratan dan paling banyak
digunakan sebagia bioindikator adanya pencemaran ataupun degradasi
lingkungan (Boulton and Lake, 1992).
Hewan akuatik seperti makrobentos sebagian hidupnya berada di dasar
perairan, baik yang menggali lubang maupun yang merayap di dasar permukaan
perairan. Kelompok makrobentos lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-
faktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hidupnya terus menerus berada
dalam air yang dari waktu ke waktu air tersebut mengalami perubahan dari segi
kualitasnya. Peranan makrobentos dalam bidang ekologis yang penting yaitu
sebagai penyedia makanan bagi hewan yang tingkatan tropiknya lebih tinggi,
berperan dalam menyuburkan dasar perairan, berperan sebagai bioindikator
lingkungan perairan, sebagai rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus
materi(Odum, 1993).
Makrobentos (benthic macroinvertebrate) adalah salah satu indikator
kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalkan. Keberadaan makrobentos
sebagai bioindikator sangat dipengaruhi tingkat toleransi dan sensitivitas terhadap
perubahan lingkungan. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan
makrobentos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya
sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya (Handayani
et al., 2001). Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan
terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang
memiliki keragaman tinggi. Makrobenthos selain berfungsi dalam keseimbangan
ekosistem perairan budidaya, juga berfungsi sebagai pakan alami di dalam usaha
budidaya (Boyd, 1999).
III. MATERI DAN METODE
III.1. Materi
III.1.1. Objek
Objek dalam praktikum kali ini adalah makrobenthos.
III.1.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1) Tali raffia
2) Pipa paralon
3) Plastik tempat sampel
4) Kamera
5) Saringan benthos
6) Corer sampler
7) Buku identifikasi
8) Baki dan pinset
9) Alat tulis
III.1.3. Bahan
1) Larutan formalin dan lugol
2) Tissue
III.2. Metode
Metode yang diakukan daam melakukan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1) Pada transek 1 x 1 m diamati jumah dan jenis epifauna yang terdapat
pada permukaan subtract, jika beum mengetahui jenisnya maka
smpel tadi diambil untuk kemudian dimasukka dalam kantong plastic
dan diberi formalin serta label
2) Untuk memudahkan dalam analisis secaa kuantitatif, pengguanaan
kamera foto aan sangat membantu
3) Pada transek 1x1 m tersebut juga diambil sampel substrat (infauna)
menggunakan corer sampler keudian disaring dengan saringa
benthos
4) Sampel yang tertinggal dalam saringan disortir biotanya kemudian
diawetkan dengan laruan formalin
5) Identifikasi, catat jenis, dan jumlah organismenya kemudian dihitung
keanekaragaman.
III.3. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum konservasi sumberdaya peraira dilakukan pada,
Kamis, 9 Mei 2013, di Pantai Permisan Nusakambangan dan pada,
Jumat, 17 Mei 2013, dilaboraturium Akuatik JPK UNSOED.
III.4. Analisis
Data yang diperoleh dari pengamatan kepadatan dan keragaman
makrobenthos di Pantai Permisan Nusakambangan dapat dianalisis
dengan menggunakan deskriptif komparatif berdasarkan data yang
ditabulasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Berikut adalah data hasil praktikum konservasi sumberdaya perairan:
Tabel 1. Parameter Fisika perairan di pantai Permisan stasiun Makrobenthos dan Rumput Laut.
ParameterMakrobenthos Rumput Laut
St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3Suhu (oC) 29 29 29 31 31 31
Salinitas (ppm) 32 32 32 32 32 32pH 8 8 8 9 9 9
Oksigen Terlarut (ppm)
2,28 3,5
Tabel 2. Data Infauna dan Epifauna di pantai Permisan stasiun Makrobenthos dan Rmput Laut.
No Stasiun Makrobenthos Jumlah Stasiun Rumput Laut JumlahInfauna
1. Scholelepis savamata 1 - -2. Eunicie worm 1 - -
Epifauna1. Lirularia indescens 1 Gelichium micropterum 12. Astele armilatum 1 Ulva lactuca 13. Parathelphusa convexa 1 Patellada insignis 14. Siphonaria diemensis 1 Ptilocrinus pinnatus 15. Haustus vinosum 3 -6. Astele rubiginosum 1 -
IV.2. Pembahasan
Gastropoda dan Bivalva adalah organisme umumnya benthos dan mereka
secara teratur digunakan sebagai bio-indikator sehat air. Gastropoda dan Bivalva
dapat menghasilkan miliaran larva dalam bentuk meroplankton yang menopang
populasi biotik dan mereka memiliki peran dalam rantai makanan (Dewiyanti et al
2012). Menurut Plaziat (1984), Gastropoda dapat hidup dalam salinitas dan
pasang surut. Gastropoda lebih aktif dibandingkan dengan Bivalva, mereka bisa
bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti pasang surut (Tee , 1982). Ashton et al
(2003) dan Aksornkoae (1993) menyebutkan bahwa gangguan antropogenik dan
alami sering mengakibatkan hilangnya keanekaragaman ekosistem alam dan
hilangnya keragaman memiliki pengaruh yang signifikan pada fungsi ekosistem.
Hasil praktikum menunjukkan tidak ada dominansi spesies dari
makrobenthos baik epifauna maupun infauna pada stasiun makrobenthos dan
rumput laut. Epifauna yang terdapat pada stasiun marobenthos berjumlah 6
spesies dan pada stasiun rumput laut berjumlah 4 spesies. Sedangkan untuk
Infauna hanya terdapat pada stasiun makrobenthos sebanyak 2 spesies. Dari hasil
praktikum maka perlu dilakukan upaya konservasi seperti menjaga kebersihan
pantai, mengurangi jumlah pengunjung dipantai Permisan, dan peran pemerintah
dalam pembuatan aturan.
Faktor-faktor fisik dan kimia air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
suatu organisme. Organisme sangat memerlukan kondisi lingkungan yang
mendukung terhadap proses kehidupannya. Menurut Minshall (1976), faktor yang
paling berpengaruh terhadap kelimpahan dan penyebaran hewan makrobentos
adalah substrat. Tempat melakukan praktikum adalah kawasan lepas pantai yang
memiliki substrat pasir dengan kecepatan arus 5 dtk/meter, sehingga jumlah
makrobenthos abai epifauna maupun infauna hanya sedikit. Salinitas tinggi juga
mempengaruhi keberdaan suatu orgaisme khususnya makrobenthos. Pada stasiun
makrobenthos amupun rumput laut salitinasnya sebesar 32 ppt.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada dominansi spesies makrobenthos baik epifauna maupun infauna
pada stasiun makrbenthos dan rumput laut.
2. Epifauna yang terdapat pada stasiun marobenthos berjumlah 6 spesies dan
pada stasiun rumput laut berjumlah 4 spesies. Sedangkan untuk Infauna
hanya terdapat pada stasiun makrobenthos sebanyak 2 spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoae, S., 1993. Ecology and management of mangroves. IUCN Wetlands Programe. IUCN, pp. 1-6 Bangkok, Thailand.
Ashton, E. C., Donald, J. M., Peter, J. H., 2003. A baseline study of diversity and community ecology of crab and molluscan macrofauna in the Sematan mangrove forest, Serawakm Malaysia. Journal of Tropical Ecology 19:127-142.
Ashton, E. C., Donald, J. M., Peter, J. H., 2003. A baseline study of diversity and community ecology of crab and molluscan macrofauna in the Sematan mangrove forest, Serawakm Malaysia. Journal of Tropical Ecology 19:127-142.
Boulton, A. J. and P. S. Lake. 1992. Bentic Organic Matter and Detritivorous Macroinvertebrates in two Intermittent Stream in South-eastren Australia. Hydroobiol. 241 : 107-118.
Boyd, C.E. dan F. Lichkopper. 1999. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Terjemahan dari Water Quality Management in Pond Fish Culture. INFIS Manual Seri Nomor 36 : 1-52.
Dewiyanti. 2012. Diversity of Gastropods and Bivalves in mangrove ecosystem rehabilitation areas in Aceh Besar and Banda Aceh districts, Indonesia. International Journal of the Bioflux Society. Vol 5.2.
Minshall, G. W and J. N. Minshall. 1976. Microdistribution of Benthic invertebrates in a roxy mountain ( USA ) stream. Journal. Departemen of Biology idahostare University pocatello. Idaho
Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Plaziat, J. C., 1984. Mollusk distribution in the Mangal. Hydrobiology of the Mangal, pp. 111-143, Dr W. Junk Publishers, The Hague.\
Tee, G. A. C., 1982. Some aspect of the mangrove forest at Sungai Buloh, Selangor II. Distribution patternand population dynamic of tree dwelling fauna. Mal Nat J 35:267-277.
ACARA II
PENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN RUMPUT LAUTPADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP
Disusun Oleh :
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2013
Nama : Larasati Putri HapsariNIM : H1J012001Kelompok : IVAsisten : Delta Putra
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Praktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain
adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan
ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan
mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.
Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting,
karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu
spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu
cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda
inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua
spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem
dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman
hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat
(kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.
Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang
terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan
upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai
yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai
terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya
ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi
konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh
Biologi Konservasi.
I.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari alga/lamun, pada
ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari
tanaman laut. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar –
agar, karaginan dan algin. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai
stabilator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel,
pengemulsi, dan lain-lain (Dawes, 1981).
Alga adalah sekelompok organism autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ
seperti yang dimiliki oleh tumbuhan seperti akar, batang dan daun . Karena itu
Alga pernah digolongkan sebagai tumbuhan berthalus. Ciri Ciri Alga : Alga bersifat
autotrof, memiliki ukuran bervariasi dan berstruktur mono/poli selular.
Reproduksiaseksual alga melalui fragmentasi,pembelahan biner, dan
pembentukan spora, Sedangkan untukseksual melalui konjugasi dan pembelahan
ovum dan spermatium menjadi zigot. Sel alga memiliki dinding sel (kecuali
Euglenophyta) , nucleus, mitokondria, RE, Ribosom , BadanGolgi dan kloroplast .
Terdapat juga banyak jenis alga yang memiliki flagella, (Wang, 2012).
Menurut (Dawson, 1956; Rorrer, et al. 2004), bahwa pantai yang berterumbu
karang merupakan tempat hidup yang baik bagi sejumlah besar spesies rumput
laut dan hanya sedikit yang dapat hidup di pantai berpasir dan berlumpur misalnya
Gracilaria sp. (Jones, et al. 2003). Substrat yang paling umum untuk tempat hidup
rumput laut adalah kapur (Dawes, 1981). Selanjutnya (Dawes, 1981) juga
menyatakan bahwa tipe substrat yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut
adalah campuran pasir karang dan potongan atau pecahan karang, karena
perairan dengan substrat demikian biasanya dilalui oleh arus yang sesuai bagi
pertumbuhan rumput laut.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Objek
Objek yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Algae.
3.1.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1) Kamera
2) Transek 1 x 1 m
3) Baki sortir dan pinset
4) Buku identifikasi
5) Alat tulis
3.1.3. Bahan
1) Larutan formalin
2) Tissue
3.2. Metode
Metode yang dilakukan daam praktikum kali ini adalah:
1) Pada transek 1 x 1m diamati jumlah dan jenis makrofitobenthos yang
terdapat pada permukaan substrat, jika belum mengetahui jenisnya
maka sampel tadi diambil untuk kmudian dimasukkan kedalam
kantong plasti dan diberi formalin serta label.
2) Identifikasi dengan mengguankan mikroskop dan catat hasilnya.
3.3. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum konservasi sumberdaya peraira dilakukan pada,
Kamis, 9 Mei 2013, di Pantai Permisan Nusakambangan dan pada, Jumat,
17 Mei 2013, dilaboraturium Akuatik JPK UNSOED.
3.4. Analisis
Data yang diperoleh dari pengamatan kepadatan dan keragaman Algae di
Pantai Permisan Nusakambangan dapat dianalisis dengan menggunakan
deskriptif komparatif berdasarkan data yang ditabulasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Tabel 1. Alga Dan Rumput Laut
No Nama Spesies
1 Gelidium micropterum
2 Ulva lactuca
IV.2. Pembahasan
1) Ulva lactuca
Ulva lactuca adalah tumbuhan multiseluler dengan tubuh leaflike tebal,
panjangnya dapat mencapai satu meter. Ini termasuk selada laut dari genus Ulva,
sekelompok ganggang hijau dapat dimakan yang didistribusikan secara luas di
sepanjang pantai lautan di dunia. Jenis spesies dalam genus Ulva adalah Ulva
lactuca, lactuca menjadi bahasa Latin untuk "selada". Genus ini juga termasuk
spesies yang sebelumnya diklasifikasikan dalam genus enteromorpha, biasa
disebut nori hijau. Siklus hidup adalah pergantian generasi. Baik haploid dan
generasi diploid mirip (isomorfik) (http://protistaproject.weebly.com/ulva.html).
Gambar 6. Ulva lactuca
(http://www.google.com/imgres?imgurl=http://protistaproject.weebly.com/)
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Ulvophyceae
Ordo : Ulvales
Famili : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva lactuca
Ulva lactuca menghasilkan fraksi aktif yang mencegah kanker. Secara
kolektif, penelitian ini memberikan wawasan baru ke mengapa konsumsi rumput
laut makanan mungkin memiliki manfaat kesehatan, dan senyawa diidentifikasi
menambah daftar asam lemak tak jenuh diet kemopreventif. Diantara 30 alga laut
lainnya, Ulva lactuca menghasilkan ekstrak paling banyak (Wang, 2012)
2) Gelidium micropterum
Kingdom : Plantae
Phylum : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gelidiales
Family : Gelidiaceae
Genus : Gelid ium
Spesies : Gelidium micropterum
Spesies ini tumbuh baik pada daerah eulittoral dan sublittoral. Gelidium
biasanya berupa batu karang mati, gamping dan batu vulkanik. Memiliki warna
merah kecoklatan (pirang), bentuk tubuh seperti rumput atau semak, batang utama
tegak dan mempunyai cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama) yang
seperti duri.
upaya konservasi juga dapat dilakukan dengan cara budidaya rumput laut
yang sesuai dengan kondisi lingkungannya serta menjaga habitatnya. Menurut
Lee, et al. (1999), bahwa suhu yang dibutuhkan oleh beberapa rumput laut
berbeda satu sama lain, tetapi secara umum suhu yang dibutuhkan oleh rumput
laut untuk pertumbuhan berkisar antara 20-30°C.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Spesies rumput laut yang ditemukan di Pantai Permisan
Nusakambangan adalah Ulva lactuca dan Gelidium micropterum.
2) Keragaman dari rumput laut di pantai Pemisan Nusakambangan
sangat sedikit, dikarenakan saat praktikum perairan dalam keadaan
pasang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dawes. CJ. 1981. Marine Botany. John Wiley Dawson University of South Florida New York. 268 hal.
Dawson, E.Y. 1956. How to Know the Seaweed. W.MC. Brown Company Publisher. Dubuque, Lowa 270 p.
Jones, AB. Preston, NP. and Dennison WC. 2003. The Efficiency and Condition of Oysters and Macroalgal Used as Biological Filters of Shrimp Pond Effluent. Aquaculture 33 : 1 – 19.
Lee, TM. Chang, YC. Lin, YH. 1999. Differences in Physyiological Responses between Winter and Summer (Gracilaria) Tenuistipitaa to Varying Temperatur. Bot. Bull. Acad. Sin. 49 : 93 – 100.
Rorrer, GL. and Cheney, DP. 2004. Bioprocess Enginering of Cell and Tissue Cultures for Marine Seaweeds. Aquacultural Engeneering 32 : 11 – 41.
Wang, Rui. 2012. Seaweed extracts and unsaturated fatty acid constituents from the green alga Ulva lactuca as activators of the cytoprotective Nrf2–ARE pathway. Free Radical Biology and Medicine Volume 57, April 2013, Pages 141–15.
ACARA III
PENGAMATAN KEPADATAN DAN KERAGAMAN PLANKTONPADA EKOSISTEM PANTAI PERMISAN, NUSAKAMBANGAN CILACAP
Disusun Oleh :
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2013
Nama : Larasati Putri HapsariNIM : H1J012001Kelompok : IVAsisten : Delta Putra
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain
adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan
ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika memungkinkan
mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi.
Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah penting,
karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu
spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu
cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda
inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya.
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua
spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem
dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya keanekaragaman
hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat
(kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen.
Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang
terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan
upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai
yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai
terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya
ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi
konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh
Biologi Konservasi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman,
kerapatan, atau kelimpahan biota (makrozoobentos, plankton dan alga) pada
ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Plankton merupakan organisme mikroskopis yang melayang dengan bebas
dengan arus laut dan dalam badan-badan air lainnya. Plankton terdiri dari tanaman
kecil (disebut fitoplankton) dan hewan-hewan kecil (disebut zooplankton. Secara
luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena
menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Plankton berdasarkan jenisnya
dapat dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan
plankton yang bersifat aerob atau dapat berfotosintesis untuk menghasilkan
nutrisinya sendiri dan merupakan sumber produsen dari awal rantai makanan.
Sedangkan zooplankton merupakan plankton yang berkedudukan sebagai
konsumen primer, yaitu pemakan fitoplankton (Sachlan, 1982).
Plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau
angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di perairan darat maupun laut di
mana plankton tersebut mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang
mencukupi. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti
karang, kerang, dan ikan paus. Plankton merupakan makanan ikan kecil, dan ikan
kecil dimakan ikan besar dan seterusnya (rantai makanan), dimana terdapat
gerombolan plankton menandakan bahwa perairan laut tersebut merupakan
perairan yang subur. Plankton berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi
fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme
yang mampu menyediakan atau mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Sebagian besar fitoplankton
berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi
ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna
hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam selselnya (walaupun warna
sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan
klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti
phycobiliprotein).
Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakan
fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan permukaan
lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton
menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer bumi. Kemampuan
mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai
dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di ekosistem air
tawar. Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan
ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi
seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh
kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling
pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di
Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi
oleh ketersediaan mironutrisi besi. Walaupun hampir semua fitoplankton adalah
fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yang memiliki pigmen warna dan
ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan
sebagai zooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling dikenal adalah dinoflagellata
seperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan
memakan organisme atau material detritus lainnya.
III. MATERI DAN METODE
3.5. Materi
3.5.1. Objek
Objek yang digunakan pada praktikum kali ini adalah plankton.
3.5.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
6) Kamera
7) Plankton net
8) Botol film
9) Buku idetifikasi
10)Mikroskop
11)Ember
3.5.3. Bahan
3) Larutan formalin dan lugol
4) Tissue
3.6. Metode
Metode yang dilakukan daam praktikum kali ini adalah:
3) Pegmabilan sampel air dilakukan dengan menyaring 100 lt air
menggunakan plankton net no.22
4) Kemudian air yang tersaring dimasukkan kedaam botol sampel dan
diberi formalin 4%
5) Identifikasi dengan mengguankan mikroskop dan catat hasilnya.
3.7. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum konservasi sumberdaya peraira dilakukan pada,
Kamis, 9 Mei 2013, di Pantai Permisan Nusakambangan dan pada, Jumat,
17 Mei 2013, dilaboraturium Akuatik JPK UNSOED.
3.8. Analisis
Data yang diperoleh dari pengamatan kepadatan dan keragaman Plankton
di Pantai Permisan Nusakambangan dapat dianalisis dengan
menggunakan deskriptif komparatif berdasarkan data yang ditabulasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 3. Data Palnkton dikawasan pantai Pemisan, Nusakambangan
Spesies
Ulangan
N F Kelimpahan
ni/N ln ni/N
1 2 3 Keragaman
Fragilaria 1 0.333333 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Bosrihia 1 0.333333 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Nitzshia 2 0.666667 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Triceratium 1 1 0.666667 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Geramatophora sp 3 3 2 2 19.41067048 38.82 0.2 -1.60943791243410 -0.3218875824868200
Synedra sp 1 0.333333 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
chaetoceros sp 1 1 0.666667 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Pennate sp 1 0.333333 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
Calanus sp 1 0.333333 1 19.41067048 19.41 0.1 -2.30258509299405 -0.2302585092994050
10 2.1639556568820600
3.2. Pembahasan
Cara pengambilan plankton dengan cara menyaring air suatu
perairan yang akan diteliti sebanyak 100 liter menggunakan plankton net no
22. Pengambilan sampel mewakili stasiun pengambilan sampel (zona arus
cepat dan lambat pada perairan mengalir masuk/inlet dan aliran
keluar/outlet pada perairan menggenang). Sampel yang diperoleh diberi
formalin 4%. Sampel yang didapat selanjutnya diidentifikasi dan dihitung
jumlahnya dengan bantuan mikroskop binokuler.
Menurut Sachlan (1982), faktor fisika dan kimia yang mendukung
kehidupan plankton adalah suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas,
pH, dan DMA. Kehidupan plankton dalam suatu perairan ditentukan oleh
kondisi sifat fisik dan kimia air serta dipengaruhi oleh tersedianya sumber
nutrisi dan mineral baik organik maupun anorganik (Wetzel, 1983). Biota-
biota yang hidup di perairan sangat beragam jenisnya, baik di perairan laut,
maupun perairan tawar. Biota-biota ini di kelompokan menjadi plankton,
nekton dan benthos.
Jenis Plankton ada dua macam yakni fitoplankton dan zooplankton.
Phytoplankton adalah organisme Autotrof yaitu organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-
tumbuhan hijau. Zooplankton pada ekosistem air tawar banyak macamnya
dan tersusun dari Protozoa, Coelenterata, Mollusca, Annelida, crustacean,
kelompok ini mewakili seluruh filum yang terdapat di animal kingdom serta
terdiri dari holoplankton dan meroplankton (Hutabarat dan Evans, 1985).
Copepoda yang sering ditemukan adalah calanus, Nauplius, diaptomus,
Mysis, simochepalus dan Cyclops. Cyclops merupakan zooplankton
predator yang hidup pada lingkungan yang buruk (Sachlan, 1982). Hasil
yang didapat dari praktikum adalah Triceratum sp., Bosrihia sp, Fragilaria
sp, Geramatophora sp, Synedra sp, Chaetoceros sp, Nitzchia sp., Pennate
sp, Calanus sp.
Hubungan antara plankton dengan habitatnya yakni plankton
mempengaruhi kesuburan perairan ditentukan oleh plankton, khususnya
fitoplankton. Salah satu cara untuk menentukan kesuburan perairan antara
lain dengan mengetahui kelimpahannya. Kelimpahan adalah padatan relatif
suatu organisme di suatu tempat tertentu. Hasil yang kelimpahan plankton
yang didapatkan yakni rata-rata 19 individu/L. Ini menunjukkan bahwa
dalam 1 L air sampel terdapat 19 individu plankton. Kelimpahan fitoplankton
pada suatu perairan menentukan kelimpahan ikan disuatu perairan karena
baik langsung maupun tidak langsung sumber makanan ikan tersebut
adalah fitoplankton. Kelimpahan pada umumnya sebagai jumlah individu
per satuan volume per luas (Odum, 1971).
Keragaman dari plankton yang didapat yakni sebesar 2 individu/m2.
Walaupun sudah banyak sekali diketahui jenis-jenis tersebut, para ilmuwan
masih saja menemukan penghuni-penghuni baru terutama di daerah-daerah
terpencil yang dulunya tidak pernah terjangkau manusia. Organisme-
organisme tersebut mempunyai keteraturan dalam penyebarannya demi
kelangsungan hidupnya. Biota-biota ini sangat beragam mulai dari yang
berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa
jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar. Indeks keragaman adalah
sifat komunitas yang memperlihatkan jenis-jenis organisme yang ada
didalamnya (Odum, 1971). Keragaman merupakan karakteristik tingkat
komunitas berdasarkan organisme biologinya.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Plankton yang didapatkan Triceratum sp., Bosrihia sp, Fragilaria sp,
Geramatophora sp, Synedra sp, Chaetoceros sp, Nitzchia sp., Pennate sp,
Calanus sp.
2) Indeks Keragaman sebesar 2 ind/m2 dan Indeks Kelimpahan 19 ind/L.
DAFTAR PUSTAKA
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro, Semarang.117 PP.
Wetzel, G. Robert. 1983. Limnology. Michigan State University: New York
Hutabarat S dan Steward M Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third edition. W. B. Soynders Co, Philadelphia. 697 PP.