laporan konservasi.docx
-
Upload
ema-wahyuni -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of laporan konservasi.docx
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
1/53
1
BAB I
PENADAHULUAN
A.Latar Belakang
Bumi memiliki karakteristik permukaan yang berbeda-beda. Karakteristik muka
bumi yang berbeda biasanya memiliki penggunaan lahan yang berbeda pula.
Penggunaan lahan merupakan cermin penyesuaian atau adaptasi penduduk terhadap
bentuk muka bumi dan faktor fisik lainnya, seperti iklim, kondisi tanah, air dan batuan.
Akibatnya terdapat beberapa pola penggunaan lahan yang berbeda pada bentuk muka
bumi.
Pengelolaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu melibatkan
terjadinya beberapa proses interaksi antara sumberdaya alam tanah, sumberdaya air,
sumberdaya manusia, unsur teknologi dan perekonomian didaerah sekitarnya.
Perencanaan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya merupakan
usaha untuk mempertahankan fungsi sumberdaya lahan dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan serta kelestarian sistem tata air dari wilayah yang
bersangkutan. Dengan demikian usaha pengolahan lahan dipengaruhi oleh ketersediaan
dan kesesuaian lahan serta keadaan lokasi geografis.
Dewasa ini, dengan meningkatnya populasi penduduk semakin tinggi makasemakin
meningkat pula kebutuhan yang akan dipenuhui dan aktivitas pun makin kompleks
dalam menentukan penggunaan lahanyakni permukiman, industri,pertanian, kehutanan
dan lainya. Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus
berkembang dan memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan
sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek
keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam.Pola perubahan penggunaan lahan dari satu lokasi ke lokasi lain dapat berbeda.
Keadaan ini sangat tergantung pada konfigurasi ruang dan keragaman intensitas dan pola
permintaan terhadap lahan yang berakibat pula adanya keragaman spasial kualitas lahan
alamiah.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
2/53
2
Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan
manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas
lahan yang rendah). Jadi, perlunya adanya uasaha konservasi dan rehabilitasi.
Melihat fenomena yang terjadi diatas, maka kami tertarik melakukan penelitian
yang berkenaan dengan konservasi dan rehabilitasi di Kecamatan Parongpong,
Bandung.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Sumberdaya Lahan yang ada di kecamatan Parompong?
2. Bagaimana teknik konservasi dan rehabilitasi lahan di kecamatan Parompong?
3.
Bagaimana alternatif solusi konservasi dan rehabilitasi yang diterapkan di Kecamatan
Parongpong?
C.Tujuan
1. Mengetahui karakteristik Sumberdaya Lahan yang ada di kecamatan Parompong.
2. Mengetahui lahan yang telah dikonservasi dan direhabilitasi di kecamatan
Parompong.
3. Mengetahui teknik konservasi dan rehabilitasi lahan di kecamatan Parompong.
D.
Manfaat1. Dapat mengetahui karakteristik Sumber Daya Lahan di kecamatan Parompong.
2. Dapat mengetahui Konservasi dan Rehabilitasi di kecamatan Parompong.
3. Dapat mengetahui Teknik Konservasi dan Rehabilitasi di kecamatan Parompong.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
3/53
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konservasi dan Rehabilitasi Lahan
Eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan selama masa penjajahan Belanda dan
Jepang merupakan penyebab utama yang melatarbelakangi usaha rehabilitasi selama
periode kolonial hingga tahun 1960-an. Tujuan utamanya adalah menjaga tujuan
nasional sejarah dan karakteristik kegiatan rehabilitasi hidrologi hutan melalui
konservasi tanah dan air serta permudaan hutan berdasarkan sistem tumpang
sari.Konservasi tanah dan air diartikan sebagai usaha untuk memelihara, merehabilitasi
dan meningkatkan kapasitas penggunaan lahan sesuai dengan klasifikasi penggunaan
lahan (Departemen Kehutanan 1998).
Sumber daya alam berupa hutan/vegetasi, tanah dan air merupakan kekayaan alam
yang harus dilestarikan, sehingga pengelolaan terhadap sumber daya alam tersebut harus
dilakukan secara hati-hati dan bijaksana, sehingga dapat mendukung tercapainya
kesejahteraan masyarakat secara lestari dan berkesinambungan.
Terhadap kondisi tersebut di atas, diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan danmempertahankan fungsi lahan kembali, yang biasa dikenal dengan upaya Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi tanah (RLKT). Secara umum teknik konservasi tanah ini
diklasifikasikan sebagai teknik konservasi tanah vegetatif dan teknik konservasi tanah
sipil teknis.
Sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan Peserta Pelatihan (Kader Muda
Kehutanan) yang diharapkan dapat menjadi mitra dalam mendukung program
pembangunan kehutanan dan upaya pelestarian hutan, dengan ini kami uraikan
gambaran singkat kriteria teknik tentang konservasi tanah.
1. Konservasi tanah
Konservasi tanah adalah upaya manusia untuk mempertahankan, meningkatkan,
mengembalikan (merehabilitasi) daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya
dengan cara mengendalikan erosi.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
4/53
4
Konservasi tanah ini diarahkan pada tiga perlakuan pokok, yaitu :
a. Perlindungan tanah dari butir-butir hujan dengan cara meningkatkan jumlah
penutupan tanah dengan bahan organic dan tajuk tanaman.
b. Mengurangi jumlah aliran permukaan melalui peningkatan infiltrasi, kandungan
bahan organic.
c. Mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga kecepatan erosi dapat
dikurangi.
2. Teknik konservasi tanah secara vegetatif
Konservasi tanah secara vegetatif yaitu teknik konservasi tanah yang
menggunakan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya.
Konservasi tanah secara vegetatif mempunyai fungsi :
a. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.
b. Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah.
c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang langsung
mempengaruhi besarnya aliran permukaan.
Berbagai implementasi Konservasi tanah secara vegetatif diantaranya adalah
sebagai berikut :a. Pergiliran Tanaman
System pengelolaan tanah dimana beberapa jenis tanaman ditanam berurutan
yang satu setelah yang lainnya di tempat yang sama atau diselingi dengan periode
bera.
b. Penggunaan Mulsa
System pengelolaan tanah yang menggunakan mulsa atau serasah tanaman.
c. Penanaman Searah Kontur
Sistem pengelolaan tanah dengan cara menanam dalam bentuk jalur mengikuti
garis kontur berselang-seling dengan jenis tanaman lain.
d. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
5/53
5
System pengelolaan tanah dengan cara menanam tanaman yang biasanya
berupa tanaman berumur pendek (kurang dari dua tahun) guna mengendalikan
erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.
3. Teknik Konservasi Tanah Secara Sipil Teknis
a. Teras Datar
Teras datar adalah teknik konservasi tanah berupa tanggul tanah sejajar kontur
yang dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul, bidang olah tidak diubah
dari kelerengan permukaan asli. Syarat teknis kemiringan lereng < 5 %.
b. Teras Gulud
Teras gulud adalah teknik konservasi tanah berupa guludan tanah dan saluran
air. Diantara guludan besar terdapat beberapa guludan kecil sejajar kontur serta
dilengkapi dengan SPA. Syarat teknis kemiringan lereng 840 %.
c. Teras Bangku
Teras bangku adalah teknik konservasi tanah dengan cara menguban
permukaan lahan miring menjadi teras-teras yang menyerupai bangku dan
mengikuti garis kontur. Syarat teknis kemiringan lereng 1040 %.
d.
SengkedanSengkedan adalah teknik konservasi tanah dengan cara menempatkan batang,
cabang, ranting kayu atau bamboo mengikuti garis kontur dengan jarak tertentu.
e. Embung
Embung adalah teknik konservasi tanah berupa kolam penampung air
permukaan. Standar teknis kemiringan lereng 218 %.
B.Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi
untuk ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-orang
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
6/53
6
di Eropa menyebut fisiografi sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim,
meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak
begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari
ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung
untuk memakai kata geomorfologi.
1. Konsep dasar Geomorfologi
10 Konsep dasar geomorfologi yang berada dalam buku Principles of
Geomorphology adalah:
a. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama
waktu geologi,
b. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi
bentuk lahan,
c. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-proses
geomorfologi yang berlangsung,
d. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan
karakteristik proses yang berlangsung,
e.
Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yangterbentuk,
f. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks,
g. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari Pleistosen,
h. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam faktor
geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen,
i. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik
yang beragam, dan
j.
Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat
ini dan sejarah pembentukannya.
2. Proses Geomorfologi.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
7/53
7
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-
benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin.
Keduanya merupakan ad penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat, dan
keseluruhannya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap
permukaan muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam
tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi,
sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi.
Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal
dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam
mengubah bentuk permukaan muka bumi ini.
3. Monografi
Monografi adalah rincian data dan satistik pemerintahan, sumber daya alam,
sumber daya manusia, ekonomi, pendidikan dan kondisi geografis dari suatu
wilayah. Dengan melihat data monografi, maka dapat melihat gambaran dari situasi
dan kondisi wilayah tertentu.
Manfaat monografi adalah untuk mempermudah para pihak yang memerlukandata-data dari suatu wilayah seperti, mahasiswa yang sedang melakukan kuliah
kerja nyata dan investor yang akan menanamkan modal diwilyah tersebut.
4. Fisiografi
Fisiografi yaitu uraian atau deskripsi tentang genesis dan evolusi bentuklahan
(AGI ,1962).Fisiografi yaitu deskripsi kenampakan atau gejala alami dan hubungan
timbalbaliknya (Monkhouse, 1972). Fisiografi disamaartikan dengan geografi fisik
dan di Amerika lebih terbatas pada kajian bentuklahan (geomorfologi). Fisiografi
adalah deskripsi bentuklahan atau medan yang mencakup aspek fisik (abiotik) dari
lahan (van Zuidam, 1979). Fisiografi adalah studi mengenai daratan (geomorfologi),
atmosfer (meteorologi-klimatologi) dan laut (an) (Lobeck, 1939). Fisiografi
lingkungan adalah uraian tentang aspek fisik dari lingkungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya mencakup aspek udara, tanah/batuan, air, dan lahan.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
8/53
8
C.Hidrologi
Hidrologi Adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan
distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk
hubungannya dengan mahkluk hidup. Domain hidrologi mencakup seluruh sejarah
keberadaan air di bumi. Hidrologi disebut sebagai sain karena hidrologi ini diturunkan
dari ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, meteorologi dan geologi. Hidrologi
disebut juga sebagai Profesi karena seorang ahli hidrologi berusaha mengaplikasikan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehingga
dengannya akan membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Tugas seorang ahli
hidrologi secara praktis adalah menentukan input air dan bentukan air lainnya kedalam
suatu sistem sumber daya air, seperti sungai, danau atau aquifer dan menelusuri
penggerakan air melewati sistem.
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus
hidrologi ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air
dalam berbagai wujud (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan
bumi dan di atmosfir, dimana hukum kekentalan massa ditampilkan sebagai azasyang paling mendasar.
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan.Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga
mempunyai peranan yang sangat penting terutamadalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga(domestik)
maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air
bersih dan air tanah telah mencapai 70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah
terdapat kumpulan air yang mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan.
Kumpulan air inilah yang disebut air tanah.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
9/53
9
D.Penggunaan Lahan
Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs) yang diartikan
berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, tofografi,
hidrografi, hidrologi, dan biologi.
Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannyadengan
lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah
dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang
benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin,
misalnya melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan
mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami
yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada
bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan
lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan lahan
biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini (present or current land
use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi bersifat dinamis, maka perhatian sering
ditujukan pada perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Informasi penggunaan lahan adalah penutup lahan permukaan bumi dan
penggunaan penutup lahan tersebut pada suatu daerah. Informasi penggunaan lahan
berbeda dengan informasi penutup lahan yang dapat dikenali secara langsung dari citra
satelit penginderaan jauh. Sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil
kegiatan manusia dalam suatu lahan atau penggunaan lahan atau fungsi lahan, sehingga
tidak selalu dapat ditaksir secara langsung dari citra penginderaan jauh, namun secara
tidak langsung dapat dikenali dari asosiasi penutup lahannya (Purwadhi, 1999).
Contohnya kegiatan rekreasi tidak dapat secara langsung dikenali dari citra satelit
penginderaan jauh. Kegiatan berburu merupakan rekreasi yang dapat dilakukan di hutan,
di daerah penggembalaan, di daerah pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering.
Oleh karena itu, informasi lengkap untuk menentukan penggunaan lahan seperti
rekreasi, daerah konservasi air, perlindungan perburuan, diperlukan sumber informasi
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
10/53
10
tambahan. Informasi tambahan juga diperlukan dalam pengenalan batas abstrak (batas
administrasi, batas rekreasi, batas operasional pelabuhan) suatu daerah tidak terlihat
pada citra.
E.Pola pemukiman
Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik
daerahnya. Kondisi fisik yang dimaksud antara lain meliputi iklim, kesuburan tanah, dan
topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini sangat terlihat pada pola pemukiman di
daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan kurang begitu jelas, mengingat
penduduk kota sangat padat, kecuali yang bertempat tinggal sepanjang aliran sungai,
biasanya membentuk pola linear mengikuti aliran sungai.
1. Menurut Alvin L. Bertrand, berdasarkan pemusatan masyarakatnya, pola
pemukiman penduduk desa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.Nucleated village, yaitu penduduk desa hidup bergerombol membentuk
suatu kelompok yang disebut dengan nucleus.
b. Line village, yaitu pemukiman penduduk yang menyusun tempat tinggalnya
mengikuti jalur sungai atau jalur jalan dan membentuk deretan perumahan.
c.
Open country village, yaitu di mana penduduk desa memilih atau
membangun tempat-tempat kediamannya tersebar di suatu daerah pertanian,
sehingga dimungkinkan adanya hubungan dagang, karena adanya perbedaan
produksi dan kebutuhan. Pola ini disebut juga trade centre community.
2. Sedangkan menurut Bintarto, terdapat enam pola pemukiman penduduk desa,
yaitu:
a. Memanjang jalan. Di daerah plain (datar) susunan desanya mengikuti jalur-
jalur jalan dan sungai. Contoh desa ini dapat dilihat di daerah Bantul-
Yogyakarta, dan merupakan Line Village atau pola desa yang memanjang.
b. Memanjang sungai.
c. Radial. Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang
sepanjang sungai di lereng gunung.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
11/53
11
d. Tersebar, pola desa di daerah karst gunung adalah tersebar atau scattered,
merupakan nukleus yang berdiri sendiri.
e. Memanjang pantai. Di daerah pantai susunan desa nelayan berbentuk
memanjang sepanjang pantai. Contoh ini terdapat di daerah Rengasdengklok
Jawa Barat dan di daerah Tegal.
f. Memanjang pantai dan sejajar dengan kereta api.
3. Kaitan Pola Pemukiman dan Iklim
Pada umumnya penduduk terpusat di daerah-daerah dengan kondisi iklim
yang mendukung kehidupannya. Banyaknya penduduk di suatu daerah dengan
curah hujan yang cukup banyak menyebabkan sumber air banyak ditemukan di
mana-mana. Hal ini dapat menyebabkan pola pemukiman penduduknya juga
tersebar. Kurangnya curah hujan menyebabkan sumber air sedikit. Dengan
demikian, penduduk akan mencari tempat tinggal yang memiliki sumber air
untuk menunjang kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan pemukiman
penduduk membentuk pola terpusat yang melingkari sumber air tersebut.
4. Pola Pemukiman dan Kesuburan Tanah
Daerah yang memiliki tanah-tanah yang subur dapat mengikat tempattinggal penduduk dalam satu kelompok (memusat). Sebaliknya, di daerah-
daerah dengan tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah (misalnya di daerah
kapur), penduduk akan mencari tempat-tempat yang agak subur untuk tempat
tinggalnya. Dengan demikian, pola pemukiman penduduknya akan membentuk
pola tersebar (scattered).
5. Pola Pemukiman dan Topografi Wilayah
Topografi merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya
perbedaan pola pemukiman penduduk di daerah-daerah. Pola pemukiman
penduduk di daerah pantai akan membentuk pola "line" atau memanjang
mengikuti garis pantai. Pola line juga akan terbentuk di sepanjang jalan, jalan
kereta, atau sepanjang aliran sungai. Begitu juga di daerah dengan topografi
relatif datar biasanya membentuk pola mengelompok.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
12/53
12
Pada daerah dengan topografi kasar atau bergelombang menyebabkan pola
pemukiman penduduknya tersebar, karena mereka mencari tempat yang agak
datar untuk membangun tempat tinggalnya. Di daerah ini tidak jarang jarak
antara satu desa dengan desa lainnya sangat berjauhan, dan hanya dihubungkan
oleh jalan setapak.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Penduduk
Kalau diperhatikan, ternyata bentuk atau pola pemukiman antara daerah
satu dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi,
karena faktor geografi yang berbeda. Secara umum adanya perbedaan pola
pemukiman penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Relief
b. Kesuburan tanah .
c. Keadaan iklim
d. Keadaan ekonomi .
F.Bencana
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Oleh
karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
13/53
13
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Berikut ini merupakan
contoh dari bencana alam:
1. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang
banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan
sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi
kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu
bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang
bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang
mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan
tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi,
bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di
mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung
atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.a. Macam-macam banjir
Banjir air
Banjir Cileunang
Banjir bandang
Banjir rob (laut pasang)
Banjir lahar dingin
Banjir lumpur
b. Penyebab terjadinya banjir
Sungai. Lama Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi
kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan derasmonsun,hurikan dan
depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju.
http://id.wikipedia.org/wiki/Monsunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Monsun -
5/19/2018 laporan konservasi.docx
14/53
14
Rintangan drainase tidak terduga sepertitanah longsor,es, ataupuing-
puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat Termasukbanjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai
petirbesar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di
belakangbendungan,tanah longsor,ataugletser.
Muara. Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang
diakibatkan angin badai.Banjir badai akibatsiklon tropis atausiklon
ekstratropismasuk dalam kategori ini.
Pantai. Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain
sepertitsunami atau hurikan).Banjir badai akibatsiklon
tropis atausiklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
Peristiwa Alam. Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti
jebolnyabendungan atau bencana lain sepertigempa bumi dan letusan
gunung berapi.
Manusia. Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak
merusak keseimbangan alam
c.
Dampak terjadinya banjir
Primer. Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur,
termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistemselokan bawah tanah,jalan
raya,dankanal.
Sekunder. Persediaan airKontaminasi air.Air minumbersih mulai
langka. Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaranpenyakit bawaan
air. Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani
disebabkan oleh kegagalan panen.
Dampak tersier/jangka panjang. Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena
kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector
pariwisata, menurunnya minat wiasatawan.
2. Tanah longsor
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Eshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_bandanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gletserhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunamihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kanalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kanalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunamihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gletserhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_bandanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Eshttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor -
5/19/2018 laporan konservasi.docx
15/53
15
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
a. Jenis-jenis tanah longsor
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di
indonesia jenis longsor yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan
longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah longsor yang paling banyak memakan
korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanahbatuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada
kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan,
vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:
1. Faktor alam
a. Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan
lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi,
stragrafi dan gunung berapi.
b. Iklim : curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi : lereng yang curam.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
16/53
16
d. Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa
air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
f. Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
2. Faktor manusia
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereg yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d.
Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya
merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
3.
Pencegahan terjadinya bencana alam tanah longsora. Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di
lereng bagian atas di dekat pemukiman.
b. Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila
membangun pemukiman.
c. Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak
masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut.
d. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
e.
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
f. Jangan menebang pohon di lereng.
g. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
G.Evaluasi lahan
http://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.htmlhttp://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.htmlhttp://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.html -
5/19/2018 laporan konservasi.docx
17/53
17
Evaluasi lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan.
Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya
lahan masih sulit untuk dipakai untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi
bagi keperluan tertentu.
Dasar interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan keseragaman sifat-sifat
tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan kesatuan habitat yang dianggap
memberikan kesempatan pemakaian yang seragam pula. Keadaan lahan disuatu daerah
pada umumnya memilki kondisi yang bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng,
drainase,pH, toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini berakibat pada
perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian usaha tanaman pertanian
berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai
dengan peruntukkannya, maka harapan produksi tidak akan terpenuhi.
Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya
peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan yang baik. Untuk
penyusun perencanaan tersebut dibutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan yang
meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, karena kemampuan
lahan merupakan sifat dakhil lahan yang menyatakan daya dukungnya untukmemberikan hasil pertanian pada tingkat tertentu.
Evaluasi kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk
penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan menitikberatkan pada tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk satu penggunaan tertentu klasifikasi kesesuaian lahan
merupakan suatu proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian
relative lahan atau kesesuaian absulut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.
1. Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
Informasi tanah merupakan salah satu bagian sumberdaya alam yang
mempunyai pengaruh langsung dan kelanjutan bagi pengguna pertanian. Informasi
bentuk lahan, topografi dan formasi geologi secara tidak langsung mempengaruhi
bentuk penggunaan lahan dan jenis tanah tanaman yang diusahakan (Sitorus,
1995), factor-faktor topografi (ketinggian, panjang dan derajat lereng, posisi pada
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
18/53
18
bentang lahan) dapat berpengaruh tidak langsung pada penggunaan lahan bagi
usaha pertanian.
Kemampuan lahan yang tinggi diharapkan berpotensi besar dalam berbagai
penggunaan, yang memungkinkan penggunan ynag intensif yang berbagai macam
kegiatan. Sistem tersebut mengelompokkan lahan kedalam sejumlah kecil kategori
yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah cirri-ciri tanah serta
lingkungan lainnya.
Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk
suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, jagung dan
sebagainya, sedangkan evaluasi kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk
penggunaan yang lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, pemungkinan,
industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya.
USDA mengelompkkan system kalsifikasi lahan melalui interpretasi yang
dibuat terutama untuk pertanian. Pengelompokan lahan yang dapat digarap
menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara lestari, yang
mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lainang masih
dapat di terima dalam klasifikasi lahan (Bibby dan Mackney dalam Sitorus, 1995).2. Persyaratan Tumbuh Tanaman
Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas
lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tekstur, struktur,
konsistensi dan kedalaman efektif tanah. Ada tanaman yang memerlukan
drainase terhambat seperti dari jenis tanaman air termasuk padi sawah, tetapi
pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, yang pada kondisi
demikian aerasi tanah cukup baik artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen,
dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik, sehingga dapat menyerap
unsur hara secara optimal. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman
merupakan batasan bagi kelas kesesuaian, kelas kesesuaian yang paling baik (S1)
yang tidak memiliki pembatas serius, sedangkan kualitas lahan yang di bawah
optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
19/53
19
sesuai (S2) dengan pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari,
dan sesuai marginal (S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat
berat untuk suatu penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di atas
merupakan lahan yang tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan pembatas
yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat
diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini, kelas tidak sesuai untuk
selamanya (N2) merupakan lahan yang memiliki pembatas yang sangat berat,
sehingga tidak mungkin unuk digunakan bagi suatu penggunaan yang
berkelanjutan.
3.
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah suatu jenis penggunaan tertentu oleh kondisi
karakteristik lahannya yang bertujuan untuk menetapkan atau memilih penggunaan
lahan tertentu secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Karakteristik
lahan meliputi semua faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi)
seperti : tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng, batuan di permukaan,
iklim dan sebagainya.(FAO,1976; Anonim, 1983; Sys, 1991).
Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahanbagi penggunaan berbagai system pertanian secara luas dan tidak membicarakan
peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan pengelolaannya.
Oleh sebab itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan
dengan evaluasi kesesuaian lahan yang bersifat lebih khusus (Sitorus, 1995).
4. Klasifikasi lahan kritis
a. Lahan Kritis Berdasarkan tingkat kekritisan menurut Departemen Pertanian
(1998) :
1)
Lahan Kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif yang tidak
memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian tanpa merehabilitasi
terlebih dahulu. Ciri lahan kritis diantaranya adalah :
a) telah terjadi erosi yang kuat , sebagian sampai gully erosion.
b) lapisan tanah tererosi habis
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
20/53
20
c) kemiringan lereng >30%
d) tutupan lahan sangat kecil (20cm)
c) prosentase penutupan lahan masih tinggi (>70%)
d) kesuburan tanah mulai dari rendah sampai tinggi.
H.Konservasi atau enanggulangan
Upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri
manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara
lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, ataupun sebagai suatu hobi atau hiburan. Sejak jaman dahulu, konsep konservasi
telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut
masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno
konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
21/53
21
modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya
alam secara bijaksana (Vera, 2010).
1. Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah merupakan cara penggunaan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan berupaya menghindari terjadi kerusakan tanah, agar tanah dapat
berfungsi secara lestari (Arsjad, 2000). Konservasi tanah berhubungan erat dengan
konservasi air.
Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu
lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan bisa
menjadi masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke
dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara
untuk melestarikan sumberdaya alam.
2. Metode konservasi
Metode yang kerap diterapkan petani pada konservasi pertanian antara lain
metode vegetatif dan metode sipil teknis.Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi
dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman
penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupukorganik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin
keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :
a. memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan
memperbesar granulasi tanah,
b.penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,
c. disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang
mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah
infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Fungsi lain daripada vegetasi berupa
tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi
sehingga dapat menambah penghasilan petani.
Metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi dengan mengatur aliran
permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
22/53
22
bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu
membuat bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut
kontur, pembuatan guludan, teras, dan saluran air. Pada metode konservasi sipil
teknis dilakukan Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.
Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan
dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim sebaiknya
menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga
merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu
(rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA, dan
hillside ditches.
3. Aplikasi konservasi
a. Pendekatan vegetatif
1. Sistem Pertanaman Lorong
Sistem pertanaman lorong ialah suatu sistem di mana tanaman pangan
ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat
dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan
sumber bahan organik dan hara terutama untuk tanaman lorong. Teknikbudidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah
satu teknik konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan pada lahan kering di daerah tropika basah, namun belum
diterapkan secara meluas oleh petani.
2. Sistem Pertanaman Strip Rumput
Sistem Pertanaman Strip Rumput ialah sistem pertanaman yang hampir
sama dengan pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput.
Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 m atau lebih.
Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat
diintegrasikan dengan ternak. Penanaman Rumput Makanan Ternak didalam
jalur/strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak
penanaman dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
23/53
23
penanamannya pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput
sebaiknya ditengah antara barisan tanaman pokok.
3. Tanaman Penutup Tanah
Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan
tanaman pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau
mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas
permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang,
ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang
mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut
menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah
serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam
tanah, sehingga mengurangi erosi.
4. Mulsa
Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-lain) yang
disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk
mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan
langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. MacamMulsa dapat berupa, mulsa sisa tanaman, lembaran plasti dan mulsa batu.
Mulsa sisa tanaman ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi,
batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting
tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah
setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
5. Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat dikelompokkan
sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan dengan cara
mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam
satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan
kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
24/53
24
hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga air dapat dihemat. Hal
ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi yang sesuai
dengan kebutuhan, sehingga dapat hemat air.
6. Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah.
Teknik konservasi air ini dilakukan dengan cara mengembangkan
kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai
dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah.
Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi
sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi
kekeringan Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang
berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.
7. Penentuan pola tanam yang tepat.
Penentuan pola tanam yang tepat, baik untuk areal yang datar ataupun
berlereng. Pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat
untuk mengurangi deficit air pada musim kemarau. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam Purwono et al, (2003)
menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanamcampuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43%
menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi.
Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam
membuat pola tanam yang optimal.
b. Pendekatan Sipil Teknis
1. Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.
Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan
dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim
sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk
konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain:
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
25/53
25
teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras
batu, teras bangku, SPA, dan hillside ditches.
2. Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga
mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama
irigasi (evapotranspirasi).
3. Pemanenan Air hujan
Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan
air hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat digunakan pada musim
kemarau.
4. Dam Parit
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada
suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga
dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat
menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.
5. Konservasi lahan kering
Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkanproduktivitas lahan kering, mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah
longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-
banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim
kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat
diimplementasikan di lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat
ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.
6. Konservasi lahan kritis
Berbagai cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh
pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas
Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi
selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal
ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan,
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
26/53
26
atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi
tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan
efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan
lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada
membuka hutan.
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat
-
Kompas
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
27/53
27
Alat untuk menentukan arah mata angin dimana dalam praktikum penginderaan
jauh digunakan untuk menentukan titik pengamatan.
- Global positioning system ( GPS )
Global positioning system ( GPS )berfungsi untuk menentukan titik koordinat
dilapangan
- Kamera digital
Kamera digital berfungsi untuk mengambil dokumentasi selama kegiatan
praktikum dilapangan.
2. Bahan
-
Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar (??)
- Peta Geologi Bersistem lembar (??)
B. Waktu dan Tempat
- Hari/Tanggal : Jumat, 15 November 2013.
- Waktu : Pukul 07.00-11.30 WIB
- Tempat: Praktikum ini dilaksanakan di Desa Ciwaruga dan Desa
Sariwangi,Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dengan koordinat
objek 651'58,4" LS dan 107
34'21,30" BT
Persiapan dimulai dari pukul 06.30 WIB dimana kami sudah berkumpul di
Islamic Training Center. Kemudian sebelum pemberangkatan kami diberikan
pengarahan terlebih dahulu dan mempersiapkan seluruh alat-alat yang akan dibawa
untuk mendukung seluruh kegitan praktikum. Pemberangkatan menuju lokasi yaitu
pada pukul 07.00WIB, kemudian setelah sampai kami langsung melakukan
praktikum.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang kami gunakan dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Data Primer
a. Menentukan Letak Kordinat
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
28/53
28
Hal pertama yangg dilakukan dalam melakukan praktikum adalah
menentukan kordinat lokasi praktikum. Cara yang bisa dilakukan dalam
mengetahui kordinat sebuah lokasi adalah dengan menggunakan GPS (Geo
Potition System). Atau dengan cara manual yaitu dengan menggunakan kompas
bidik, yaitu dengan cara reseksi dan interseksi. Reseksi dan interseksi ini
dilakukan dengan cara membidik minimal dua buah objek yang terdapat di
lapangan serta terdapat pula di dalam peta RBI.
b. Observasi Lapangan
Obesevasi di lapangan merupakan teknik pengamatan dalam melakukan
pengamatan untuk mengetahui, memahami dan mencatat apa yang ada di lokasi
tempat melakukan penelitian.
c. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah teknik pengamatan lokasi penelitian yaitu
dengan cara tanya jawab dengan responden atau narasumber. Data yang kita
dapat dalam melakukan wawancara adalah untuk mengetahui bagaimana
kondisiekonomi dan lahan yang ada di sekitar tempat praktikum.
2.
Data Sekundera. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dapat
mendukung pembuatan laporan, yaitu dengan cara pengambilan gambar
ataupun data-data yang ada di lapangan dari berbagai sumber ataupun instansi-
instansi terkait seperti data monografi desa dan data statistik. Pengambilan
gambar yang dilakukan adalah untuk membuktikan dan memperkuat hasil data
yang ada di lapangan sehingga data yang kami dapat bisa lebih akurat dan dapat
dipercaya. Pengambilan gambar yang dilakukan ada mengambil gambaran fisik
ataupun gambar sosial.
b. Studi Literatur
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
29/53
29
Merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
sumber dan literatur seperti artikel, internet dan buku-buku yang dianggap
relevan dengan objek penelitian.
D. Target Pengamatan
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi berupa subjek maupun objek yang
akan diteliti, populasi untuk kajian praktikum adalah beberapa wilayah lahan dan
ekonomi di sekitar daerah praktikum.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian kecil dari populasi. Sample dalam penelitian yang
kami lakukan adalah wilayah penggunaan lahan yang ada di Desa Ciwaruga,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Baratsesuai dengan plot yang telah
dibagikan oleh dosen dan panitia pratikum.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisis data yang di
peroleh saat penelitian dilapangan yang sesuai dengan instrument dan panduan yang
diberikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
30/53
30
A.Deskripsi Umum
1. Kecamatan Parongpong
a. Kondisi Fisik
Kecamatan Parongpong adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Bandung Barat dengan luas wilayah kecamatan adalah 4.012,4 Ha dengan ketinggian
rata-rata 7001.500 mdpl.
Letak geografis Kecamatan Parongpong adalah 651'58,4" LS dan 10734'21,30"
BT. Batas wilayah Kecamatan Parongpong yaitu, sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Subang, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lembang dan Kota
Bandung, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Cimahi, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Cisarua.
Kecamatan Parongpong memiliki 7 desa, yaitu Desa Ciwaruga, Desa Cihideung,
Desa Cigugur Girang, Desa Sariwangi, Desa Cihanjuang, Desa Cihanjuang Rahayu,
dan Desa Karyawangi.
1)Iklim
Kecamatan Parongpong memiliki suhu berkisar antara dan curah hujan
berkisar antara 1.500 3.000 mm/tahun. Jumlah bulan basah berkisar 7 9bulan basah berturut-turut dalam satu tahun sedangkan untuk bulan kering
kurang dari 2 3 bulan kering dalam satu tahun. Berdasarkan keadaan iklim
Kecamatan Parongpong, maka Kecamatan Parongpong ini cocok
dikembangkan sebagai wilayah pertanian.
2)Geomorfologi
Kecamatan Parongpong ini memiliki morfologi perbukitan, dengan kemiringan
lereng berkisar dari 815%.
3)Hidrologi
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
31/53
31
Kondisi hidrologi di Kecamatan Parongpong memiliki kualitas baik, dengan
kuantitas yang cukup banyak. Sebagian besar sungai yang berada di Kecamatan
Parongpong cenderung mengalir mengikuti arah lereng.
4)Penggunaan Lahan
Luas wilayah Kecamatan Parongpong adalah 4.012,4 Ha, dengan pengguanaan
lahan untuk wilayah Kecamatan Parongpong ini meliputi penggunaan lahan
sawah seluas 447,4 Ha, penggunaan lahan non sawah seluas 548,8 Ha, dan luas
lahan non pertanian seluas 1619,6 Ha.
Jika kita melihat pemaparan di atas maka luas lahan yang paling mendominasi
di Kecamatan Parongpong adalah luas lahan pertanian dengan luas 1619,6 Ha
sekitar 62 % dari luas wilayah Kecamatan Parongpong.
b.Kondisi Sosial
Kecamatan Parongpong memiliki jumlah penduduk 97.724 jiwa dengan komposisi
jumlah laki-laki sebanyak 49.696 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 48.028 jiwa
pada tahun 2011, dengan jumlah kepala keluarganya sebanyak 226.127 KK yang
terdiri dari 2.077 tercatat sebagai keluarga buruh tani. Kepadatan pendudukKecamatan Parongpong yaitu 24 per km.
Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Parongpong berusia >25 tahun,
sedangkan untuk tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan SD sebanyak 33.120
jiwa. Matapencaharian yaang mendominasi di Kecamatan Parongpong adalah pada
sektor jasa yang berjumlah 15.467 jiwa terhitung dari penduduk yang berusia >15
tahun pada tahun 2011, sedangkan untuk penduduk yang bermatapencaharian
pertanian berada diurutan kedua yang berjumlah 9.245 jiwa.
2. Desa Ciwaruga
a. Kondisi Fisik
Desa Ciwaruga merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parongpong,
yang menjadi plot 1 untuk praktikum Konservasi dan Rehabilitasi Lahan. Batas
wialayah Desa Ciwaruga yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Desa Cigugur
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
32/53
32
Girang, sebelah selatan berbatasan dengan Pasirkaliki, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Sukasari, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sariwangi.
Luas wilayah Desa Ciwaruga adalah 286,3 Ha, dengan ketinggian tempat yaitu
700 mdpl. Suhu rata-rata di Desa Ciwaruga yaitu 25C, dengan curah hujan berkisar
antara 2000-3000 mm/tahun. Jumlah bulan basah yaitu 6 bulan basah berturut-turut
dalam satu tahun. Desa Ciwaruga memiliki morfologi perbukitan, dengan kemiringan
lereng rata-rata sedang. Kualitas air Desa Ciwaruga memiliki kualitas yang baik
untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum, sedangkan sumber air bersih yang
didapatkan oleh masyarakat Desa Ciwaruga yaitu dari mata air, sumur pompa, PAM
dan embung-embung, berikut jumlah sumber air bersih yang terdapat di Desa
Ciwaruga:
Jenis Jumlah (unit) Pemanfaat (KK)
Mata Air 12
Sumber Pompa 1.325 1.325
PAM 397 397
Embung-embung 1.624 1.624
Berdasarkan tabel diatas embung-embung merupakan jenis sumber air bersih yang
pemanfaatannya banyak dipilih oleh masyarakat Desa Ciwaruga. Struktur
penggunaan lahan berdasarkan data tahun 2011 di Desa Ciwaruga, dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Desa/
Kelurahan
Luas lahan
sawah (Ha)
Luas lahan bukan
sawah (Ha)
Luas lahan non
pertanian (Ha)Ciwaruga 59 1 226,3
Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan yang mendominasi di Desa Ciwaruga
yaitu pengguanaan lahan non pertanian yaitu 226,3 Ha. Hal ini sejalan dengan jumlah
penduduk yang tidak memiliki lahan untuk pertanian yaitu sebanyak 2.117 KK.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
33/53
33
b.Kondisi Sosial
Jumlah penduduk Desa Ciwarua yaitu sebanyak 16.818 jiwa, dengan komposisi
penduduk laki-laki yaitu sebanyak 8.653 jiwa dan penduduk perempuan yaitu
sebanyak 8.165 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciwaruga yaitu 4.436 KK
terdiri dari 272 KK yang tercatat sebagai keluarga buruh tani yaitu sekitar 16% dari
total jumalh KK di Desa Ciwaruga.
Matapencaharian yang mendominasi di Desa Ciwaruga yaitu bergerak di sektor
jasa sebanyak 2.230 jiwa terhitung dari penduduk yang berusia >15 tahun
berdasarkan data 2011. Sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian di
sektor pertanian sebanyak 1.175 jiwa. Tingkat pendidikan yang mendominasi di Desa
Ciwaruga yaitu SD dengan jumlah penduduk 7.046 jiwa, dan penduduk dengan usia
yang mendominasi yaitu penduduk yang berusia >25 tahun. Berikut jumlah penduduk
Desa Ciwaruga berdasarkan jenis kelamin:
DesaDewasa Anak-anak
JumlahL P L P
Ciwaruga 6.678 6.552 1.838 1.750 16.818
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk yang mendominasi di Desa Ciwaruga
yaitu laki-laki dewasa dengan jumlah 6.678, dan dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak yaitu 8.516 jiwa dibandingan dengan jumlah
perempuan yang hanya berjumlah 8.302 jiwa dan seks rasio untuk Desa Ciwaruga
yaitu 94.36.
3. Desa Sariwangi
a. Kondisi Fisik
Desa Sariwangi merupakan plot kedua dari praktikum Konservasi dan Rehabilitasi
Lahan. Desa Sariwangi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Parongpong, yang berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan Desa
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
34/53
34
Karangwangi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cigugur Girang/Desa Ciwaruga,
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Cimahi/Kota Bandung, dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Cihanjuang.
Curah hujan di Desa Sariwangi berkisar antara 2000 3000 mm/tahun dengan
suhu rata-rata hariannya 22.23C. Morfologi Desa Sariwangi yaitu perbukitan landai,
dengan kemiringan lereng sedang. Luas Desa Sariwangi yaitu 244.3 Ha, dengan
struktur penggunaan lahan berdasarkan data tahun 2011 sebagai berikut:
Desa/
Kelurahan
Luas lahan
Sawah (Ha)
Luas lahan bukan
sawah (Ha)
Luas lahan non
pertanian (Ha)Sariwangi 74 24 146,3
Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan yang mendominasi di Desa Sariwangi
yaitu luas lahan non pertanian dengan luas 146,3 Ha. Ketinggian Desa Sariwangi
berkisar antara 800 1100 mdpl. Desa Sariwangi memiliki sumber air yang sangat
melimpah, dengan kondisi iklim yang ada di Desa Sariwangi hal ini menunjukan
potensi alam yang ada di Desa Sariwangi yaitu cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.b.Kondisi Sosial
Jumlah penduduk Desa Ciwaruga yaitu 16.361 jiwa, dengan komposisi penduduk
laki-laki berjumlah 8.257 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 8.104
jiwa berdasarkan data tahun 2011. Kepadatan penduduk Desa Sariwangi yaitu 67 per
km, jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Sariwangi yaitu sebanyak 4.087 KK
berdasarkan data tahun 2011.
Matapencaharian yang mendominasi di Desa Sariwangi yaitu bergerak di sektor
jasa sebanyak 3.276 jiwa berdasarkan penduduk yang berusia >15 tahun, hal ini
sejalan dengan jumlah KK yang bergerak di sektor buruh tani hanya 180 KK atau
sekitar 524 jiwa yang bergerak di sektor pertanian. Tingkat pendidikan penduduk
yang mendominasi di Desa Sariwangi yaitu SD sebanyak 5.406 jiwa, dengan jumlah
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
35/53
35
penduduk yang terbanyak pada usia >25 tahun sebanyak 8.219 jiwa. Berikut jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin berdasarkan data tahun 2011:
DesaDewasa Anak-anak
JumlahL P L P
Sariwangi 5.754 5.436 2.580 2.591 16.361
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa Sariwangi
didominasi oleh laki-laki dewasa dengan jumlah 5.754 jiwa.
B.Kondisi Lahan di Kecamatan Parongpong
Secara umum curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung Barat 60cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung
unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi.
a) Teras datar
Biasanya dibuat pada tempat-tempat dengan curah hujan yang rendah,
kemiringan tanahnya paling besar 3 % dan mudah menyerap air.
b) Teras kredit
Umumnya diterapkan pada tempat-tempat yang tanahnya sulit menyerap
air, kemiringan tanahnya 3 10 % dan curah hujannya tinggi. Tujuannya
terutama untuk mempertahankan kesuburan tanah.
c) Teras pematang/guludan
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
49/53
49
Guludan, adalah tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang
memotong kemiringan lahan. Merupakan sistem pengendalian erosi secara
mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat
guludan dan saluran air di bagian lereng atas. Bermanfaat untuk
mengurangi laju limpasan permukaan dan meningkatkan resapan
airkedalam tanah. Dibuat pada tempat-tempat dengan kemiringan tanah 10
15 % dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air disepanjang bagian atas
guludan. Tujuannya ialah untuk mengurangi kecepatan air yangmengalir
bila turun hujan, sehingga erosi dapat dicegah dan peresapan air kedalam
tanah dapat diperbesar.
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
50/53
50
Gambar 2.2 Sketsa Penampang Guludan, Guludan Bersaluran, Terras
Berdasar Lebar Dan Terras Berdasar Sempit (Tidak Berskala)
Sumber : Arsyad (1989:122)
d) Teras Bangku atau Tangga
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
51/53
51
Dibuat pada tanah-tanah dengan kemiringan 10 - 30 %. Teras
bangkumemiliki bidang olah yang dibuat miring 1 % ke arah dalam serta
dilengkapidengan saluran air yang letaknya di sebelah dalam bidang olah
tersebut.
Gambar: Skema Teras Bangku
5. Pembuatansaluranair,adalahsuatucaramengumpulkanataumemben
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
52/53
52
Dung aliran pada suatu parit dengan tujuan untuk menampungaliran air
permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan disekitarnya.Dam
parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dansedimentasi.
Keunggulan: Menampung air dalam volume besar akibatterbendungnya aliran
air di saluran/parit, Tidak menggunakan areal/lahanpertanian yang produkti,
Mengairi lahan cukup luas, karena dibangunberseri di seluruh daerah aliran
sungai (DAS), Menurunkan kecepatanaliran permukaan, sehingga mengurangi
erosi dan hilangnya lapisan tanahatas yang subur serta sedimentasi,
Memberikan kesempatan agar airmeresap kedalam tanah di seluruh wilayah
DAS, sehingga mengurangirisiko kekeringan pada musim kemarau, Biaya
pembuatan lebih murah,sehingga dapat dijangkau petani.
6. Pembuatan tanggul penghambat, merupakan bangunan-bangunan yangdapat
dipergunakan sebagai metoda mekanik dalam konservasi tanah danair.
Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatan aliranpermukaan
juga memaksa air masuk ke dalam tanah yang akan menambahatau mengganti
air tanah dan air bawah tanah.Air yang tertampung dalamwaduk atau balongdapat dimanfaatkan untuk keperluaan seperti irigasi,ternak, perikanan, dan
kebutuhan manusia lainnya.
2. Metode Kimia
Metoda kimia dalam konservasi tanah dan air. Bahwa kemantapanstruktur
tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan kepekaaantanah terhadap
erosi. penggunaan preparat kimia sintesis atau alami. Bahankimia sebagai soil
conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekaliterhadap stabilitas agregattanah. Pengaruhnya berjangka lama karenasenyawa tersebut tahan terhadap serangan
mikroba tanah. Permeabilitas tanahdipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut
jugamemperbaikipertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat
-
5/19/2018 laporan konservasi.docx
53/53
53