laporan konservasi.docx

53
 1 BAB I PENADAHULUAN A. Latar Belakang Bumi memiliki karakteristik permukaan yang berbeda-beda. Karakteristik muka  bumi yang berbeda biasanya memiliki penggunaan lahan yang berbeda pula. Penggunaan lahan merupakan cermin penyesuaian atau adaptasi penduduk terhadap  bentuk muka bumi dan faktor fisik lainnya, sep erti iklim, kondisi tanah, air dan batuan. Akibatnya terdapat beberapa pola penggunaan lahan yang berbeda pada bentuk muka  bumi. Pengelolaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu melibatkan terjadinya beberapa proses interaks i antara sumberdaya alam tanah, sumberdaya air, sumberdaya manusia, unsur teknologi dan perekonomian didaerah sekitarnya. Perencanaan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya merupakan usaha untuk mempertahankan fungsi sumberdaya lahan dalam menunjang  pembangunan berkelanjutan serta kelestarian sistem tata air dari wilayah yang  bersangkutan. Dengan demikian usaha pengolahan lahan dipengaruhi oleh ketersediaan dan kesesuaian lahan serta keadaan lokasi geografis. Dewasa ini, dengan meningkatnya populasi penduduk semakin tinggi makasemakin meningkat pula kebutuhan yang akan dipenuhui dan aktivitas pun makin kompleks dalam menentukan penggunaan lahanyakni permukiman, industri,pertanian, kehutanan dan lainya. Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus  berkembang dan memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Pola perubahan penggunaan lahan dari satu lokasi ke lokasi lain dapat berbeda. Keadaan ini sangat tergantung pada konfigurasi ruang dan keragaman intensitas dan pola  permintaan terhadap lahan yang berakibat pu la adanya keragaman spasial kualitas lahan alamiah.

Transcript of laporan konservasi.docx

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    1/53

    1

    BAB I

    PENADAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Bumi memiliki karakteristik permukaan yang berbeda-beda. Karakteristik muka

    bumi yang berbeda biasanya memiliki penggunaan lahan yang berbeda pula.

    Penggunaan lahan merupakan cermin penyesuaian atau adaptasi penduduk terhadap

    bentuk muka bumi dan faktor fisik lainnya, seperti iklim, kondisi tanah, air dan batuan.

    Akibatnya terdapat beberapa pola penggunaan lahan yang berbeda pada bentuk muka

    bumi.

    Pengelolaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu melibatkan

    terjadinya beberapa proses interaksi antara sumberdaya alam tanah, sumberdaya air,

    sumberdaya manusia, unsur teknologi dan perekonomian didaerah sekitarnya.

    Perencanaan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya merupakan

    usaha untuk mempertahankan fungsi sumberdaya lahan dalam menunjang

    pembangunan berkelanjutan serta kelestarian sistem tata air dari wilayah yang

    bersangkutan. Dengan demikian usaha pengolahan lahan dipengaruhi oleh ketersediaan

    dan kesesuaian lahan serta keadaan lokasi geografis.

    Dewasa ini, dengan meningkatnya populasi penduduk semakin tinggi makasemakin

    meningkat pula kebutuhan yang akan dipenuhui dan aktivitas pun makin kompleks

    dalam menentukan penggunaan lahanyakni permukiman, industri,pertanian, kehutanan

    dan lainya. Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus

    berkembang dan memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan

    sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek

    keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam.Pola perubahan penggunaan lahan dari satu lokasi ke lokasi lain dapat berbeda.

    Keadaan ini sangat tergantung pada konfigurasi ruang dan keragaman intensitas dan pola

    permintaan terhadap lahan yang berakibat pula adanya keragaman spasial kualitas lahan

    alamiah.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    2/53

    2

    Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan

    manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas

    lahan yang rendah). Jadi, perlunya adanya uasaha konservasi dan rehabilitasi.

    Melihat fenomena yang terjadi diatas, maka kami tertarik melakukan penelitian

    yang berkenaan dengan konservasi dan rehabilitasi di Kecamatan Parongpong,

    Bandung.

    B.Rumusan Masalah

    1. Bagaimana karakteristik Sumberdaya Lahan yang ada di kecamatan Parompong?

    2. Bagaimana teknik konservasi dan rehabilitasi lahan di kecamatan Parompong?

    3.

    Bagaimana alternatif solusi konservasi dan rehabilitasi yang diterapkan di Kecamatan

    Parongpong?

    C.Tujuan

    1. Mengetahui karakteristik Sumberdaya Lahan yang ada di kecamatan Parompong.

    2. Mengetahui lahan yang telah dikonservasi dan direhabilitasi di kecamatan

    Parompong.

    3. Mengetahui teknik konservasi dan rehabilitasi lahan di kecamatan Parompong.

    D.

    Manfaat1. Dapat mengetahui karakteristik Sumber Daya Lahan di kecamatan Parompong.

    2. Dapat mengetahui Konservasi dan Rehabilitasi di kecamatan Parompong.

    3. Dapat mengetahui Teknik Konservasi dan Rehabilitasi di kecamatan Parompong.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    3/53

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Konservasi dan Rehabilitasi Lahan

    Eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan selama masa penjajahan Belanda dan

    Jepang merupakan penyebab utama yang melatarbelakangi usaha rehabilitasi selama

    periode kolonial hingga tahun 1960-an. Tujuan utamanya adalah menjaga tujuan

    nasional sejarah dan karakteristik kegiatan rehabilitasi hidrologi hutan melalui

    konservasi tanah dan air serta permudaan hutan berdasarkan sistem tumpang

    sari.Konservasi tanah dan air diartikan sebagai usaha untuk memelihara, merehabilitasi

    dan meningkatkan kapasitas penggunaan lahan sesuai dengan klasifikasi penggunaan

    lahan (Departemen Kehutanan 1998).

    Sumber daya alam berupa hutan/vegetasi, tanah dan air merupakan kekayaan alam

    yang harus dilestarikan, sehingga pengelolaan terhadap sumber daya alam tersebut harus

    dilakukan secara hati-hati dan bijaksana, sehingga dapat mendukung tercapainya

    kesejahteraan masyarakat secara lestari dan berkesinambungan.

    Terhadap kondisi tersebut di atas, diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan danmempertahankan fungsi lahan kembali, yang biasa dikenal dengan upaya Rehabilitasi

    Lahan dan Konservasi tanah (RLKT). Secara umum teknik konservasi tanah ini

    diklasifikasikan sebagai teknik konservasi tanah vegetatif dan teknik konservasi tanah

    sipil teknis.

    Sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan Peserta Pelatihan (Kader Muda

    Kehutanan) yang diharapkan dapat menjadi mitra dalam mendukung program

    pembangunan kehutanan dan upaya pelestarian hutan, dengan ini kami uraikan

    gambaran singkat kriteria teknik tentang konservasi tanah.

    1. Konservasi tanah

    Konservasi tanah adalah upaya manusia untuk mempertahankan, meningkatkan,

    mengembalikan (merehabilitasi) daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya

    dengan cara mengendalikan erosi.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    4/53

    4

    Konservasi tanah ini diarahkan pada tiga perlakuan pokok, yaitu :

    a. Perlindungan tanah dari butir-butir hujan dengan cara meningkatkan jumlah

    penutupan tanah dengan bahan organic dan tajuk tanaman.

    b. Mengurangi jumlah aliran permukaan melalui peningkatan infiltrasi, kandungan

    bahan organic.

    c. Mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga kecepatan erosi dapat

    dikurangi.

    2. Teknik konservasi tanah secara vegetatif

    Konservasi tanah secara vegetatif yaitu teknik konservasi tanah yang

    menggunakan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya.

    Konservasi tanah secara vegetatif mempunyai fungsi :

    a. Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh.

    b. Melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah.

    c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang langsung

    mempengaruhi besarnya aliran permukaan.

    Berbagai implementasi Konservasi tanah secara vegetatif diantaranya adalah

    sebagai berikut :a. Pergiliran Tanaman

    System pengelolaan tanah dimana beberapa jenis tanaman ditanam berurutan

    yang satu setelah yang lainnya di tempat yang sama atau diselingi dengan periode

    bera.

    b. Penggunaan Mulsa

    System pengelolaan tanah yang menggunakan mulsa atau serasah tanaman.

    c. Penanaman Searah Kontur

    Sistem pengelolaan tanah dengan cara menanam dalam bentuk jalur mengikuti

    garis kontur berselang-seling dengan jenis tanaman lain.

    d. Penanaman Tanaman Penutup Tanah

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    5/53

    5

    System pengelolaan tanah dengan cara menanam tanaman yang biasanya

    berupa tanaman berumur pendek (kurang dari dua tahun) guna mengendalikan

    erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.

    3. Teknik Konservasi Tanah Secara Sipil Teknis

    a. Teras Datar

    Teras datar adalah teknik konservasi tanah berupa tanggul tanah sejajar kontur

    yang dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul, bidang olah tidak diubah

    dari kelerengan permukaan asli. Syarat teknis kemiringan lereng < 5 %.

    b. Teras Gulud

    Teras gulud adalah teknik konservasi tanah berupa guludan tanah dan saluran

    air. Diantara guludan besar terdapat beberapa guludan kecil sejajar kontur serta

    dilengkapi dengan SPA. Syarat teknis kemiringan lereng 840 %.

    c. Teras Bangku

    Teras bangku adalah teknik konservasi tanah dengan cara menguban

    permukaan lahan miring menjadi teras-teras yang menyerupai bangku dan

    mengikuti garis kontur. Syarat teknis kemiringan lereng 1040 %.

    d.

    SengkedanSengkedan adalah teknik konservasi tanah dengan cara menempatkan batang,

    cabang, ranting kayu atau bamboo mengikuti garis kontur dengan jarak tertentu.

    e. Embung

    Embung adalah teknik konservasi tanah berupa kolam penampung air

    permukaan. Standar teknis kemiringan lereng 218 %.

    B.Geomorfologi

    Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan

    perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya

    diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi

    untuk ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-orang

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    6/53

    6

    di Eropa menyebut fisiografi sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim,

    meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak

    begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari

    ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung

    untuk memakai kata geomorfologi.

    1. Konsep dasar Geomorfologi

    10 Konsep dasar geomorfologi yang berada dalam buku Principles of

    Geomorphology adalah:

    a. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama

    waktu geologi,

    b. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi

    bentuk lahan,

    c. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-proses

    geomorfologi yang berlangsung,

    d. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan

    karakteristik proses yang berlangsung,

    e.

    Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yangterbentuk,

    f. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks,

    g. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari Pleistosen,

    h. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam faktor

    geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen,

    i. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik

    yang beragam, dan

    j.

    Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat

    ini dan sejarah pembentukannya.

    2. Proses Geomorfologi.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    7/53

    7

    Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun

    kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-

    benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin.

    Keduanya merupakan ad penyebab yang dibantu dengan adanya gaya berat, dan

    keseluruhannya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap

    permukaan muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam

    tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi,

    sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi.

    Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal

    dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam

    mengubah bentuk permukaan muka bumi ini.

    3. Monografi

    Monografi adalah rincian data dan satistik pemerintahan, sumber daya alam,

    sumber daya manusia, ekonomi, pendidikan dan kondisi geografis dari suatu

    wilayah. Dengan melihat data monografi, maka dapat melihat gambaran dari situasi

    dan kondisi wilayah tertentu.

    Manfaat monografi adalah untuk mempermudah para pihak yang memerlukandata-data dari suatu wilayah seperti, mahasiswa yang sedang melakukan kuliah

    kerja nyata dan investor yang akan menanamkan modal diwilyah tersebut.

    4. Fisiografi

    Fisiografi yaitu uraian atau deskripsi tentang genesis dan evolusi bentuklahan

    (AGI ,1962).Fisiografi yaitu deskripsi kenampakan atau gejala alami dan hubungan

    timbalbaliknya (Monkhouse, 1972). Fisiografi disamaartikan dengan geografi fisik

    dan di Amerika lebih terbatas pada kajian bentuklahan (geomorfologi). Fisiografi

    adalah deskripsi bentuklahan atau medan yang mencakup aspek fisik (abiotik) dari

    lahan (van Zuidam, 1979). Fisiografi adalah studi mengenai daratan (geomorfologi),

    atmosfer (meteorologi-klimatologi) dan laut (an) (Lobeck, 1939). Fisiografi

    lingkungan adalah uraian tentang aspek fisik dari lingkungan hidup manusia dan

    makhluk hidup lainnya mencakup aspek udara, tanah/batuan, air, dan lahan.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    8/53

    8

    C.Hidrologi

    Hidrologi Adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan

    distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk

    hubungannya dengan mahkluk hidup. Domain hidrologi mencakup seluruh sejarah

    keberadaan air di bumi. Hidrologi disebut sebagai sain karena hidrologi ini diturunkan

    dari ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, meteorologi dan geologi. Hidrologi

    disebut juga sebagai Profesi karena seorang ahli hidrologi berusaha mengaplikasikan

    pengetahuannya untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehingga

    dengannya akan membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Tugas seorang ahli

    hidrologi secara praktis adalah menentukan input air dan bentukan air lainnya kedalam

    suatu sistem sumber daya air, seperti sungai, danau atau aquifer dan menelusuri

    penggerakan air melewati sistem.

    1. Siklus Hidrologi

    Siklus hidrologi adalah prinsip dasar yang paling utama dalam hidrologi. Siklus

    hidrologi ini digambarkan sebagai suatu rangkaian yang rumit dari peredaran air

    dalam berbagai wujud (cair dan uap air) pada permukaan, di bawah permukaan

    bumi dan di atmosfir, dimana hukum kekentalan massa ditampilkan sebagai azasyang paling mendasar.

    2. Air Tanah

    Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah

    permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang

    keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas

    serta pemulihannya sulit dilakukan.Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga

    mempunyai peranan yang sangat penting terutamadalam menjaga keseimbangan

    dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga(domestik)

    maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air

    bersih dan air tanah telah mencapai 70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah

    terdapat kumpulan air yang mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan.

    Kumpulan air inilah yang disebut air tanah.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    9/53

    9

    D.Penggunaan Lahan

    Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs) yang diartikan

    berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, tofografi,

    hidrografi, hidrologi, dan biologi.

    Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannyadengan

    lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan telah

    dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu defenisi yang

    benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal ini mungkin,

    misalnya melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan

    mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami

    yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada

    bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan

    lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi

    kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya. Pengertian penggunaan lahan

    biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini (present or current land

    use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi bersifat dinamis, maka perhatian sering

    ditujukan pada perubahan penggunaan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Informasi penggunaan lahan adalah penutup lahan permukaan bumi dan

    penggunaan penutup lahan tersebut pada suatu daerah. Informasi penggunaan lahan

    berbeda dengan informasi penutup lahan yang dapat dikenali secara langsung dari citra

    satelit penginderaan jauh. Sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil

    kegiatan manusia dalam suatu lahan atau penggunaan lahan atau fungsi lahan, sehingga

    tidak selalu dapat ditaksir secara langsung dari citra penginderaan jauh, namun secara

    tidak langsung dapat dikenali dari asosiasi penutup lahannya (Purwadhi, 1999).

    Contohnya kegiatan rekreasi tidak dapat secara langsung dikenali dari citra satelit

    penginderaan jauh. Kegiatan berburu merupakan rekreasi yang dapat dilakukan di hutan,

    di daerah penggembalaan, di daerah pertanian, baik lahan basah maupun lahan kering.

    Oleh karena itu, informasi lengkap untuk menentukan penggunaan lahan seperti

    rekreasi, daerah konservasi air, perlindungan perburuan, diperlukan sumber informasi

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    10/53

    10

    tambahan. Informasi tambahan juga diperlukan dalam pengenalan batas abstrak (batas

    administrasi, batas rekreasi, batas operasional pelabuhan) suatu daerah tidak terlihat

    pada citra.

    E.Pola pemukiman

    Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

    daerahnya. Kondisi fisik yang dimaksud antara lain meliputi iklim, kesuburan tanah, dan

    topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini sangat terlihat pada pola pemukiman di

    daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan kurang begitu jelas, mengingat

    penduduk kota sangat padat, kecuali yang bertempat tinggal sepanjang aliran sungai,

    biasanya membentuk pola linear mengikuti aliran sungai.

    1. Menurut Alvin L. Bertrand, berdasarkan pemusatan masyarakatnya, pola

    pemukiman penduduk desa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

    a.Nucleated village, yaitu penduduk desa hidup bergerombol membentuk

    suatu kelompok yang disebut dengan nucleus.

    b. Line village, yaitu pemukiman penduduk yang menyusun tempat tinggalnya

    mengikuti jalur sungai atau jalur jalan dan membentuk deretan perumahan.

    c.

    Open country village, yaitu di mana penduduk desa memilih atau

    membangun tempat-tempat kediamannya tersebar di suatu daerah pertanian,

    sehingga dimungkinkan adanya hubungan dagang, karena adanya perbedaan

    produksi dan kebutuhan. Pola ini disebut juga trade centre community.

    2. Sedangkan menurut Bintarto, terdapat enam pola pemukiman penduduk desa,

    yaitu:

    a. Memanjang jalan. Di daerah plain (datar) susunan desanya mengikuti jalur-

    jalur jalan dan sungai. Contoh desa ini dapat dilihat di daerah Bantul-

    Yogyakarta, dan merupakan Line Village atau pola desa yang memanjang.

    b. Memanjang sungai.

    c. Radial. Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang

    sepanjang sungai di lereng gunung.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    11/53

    11

    d. Tersebar, pola desa di daerah karst gunung adalah tersebar atau scattered,

    merupakan nukleus yang berdiri sendiri.

    e. Memanjang pantai. Di daerah pantai susunan desa nelayan berbentuk

    memanjang sepanjang pantai. Contoh ini terdapat di daerah Rengasdengklok

    Jawa Barat dan di daerah Tegal.

    f. Memanjang pantai dan sejajar dengan kereta api.

    3. Kaitan Pola Pemukiman dan Iklim

    Pada umumnya penduduk terpusat di daerah-daerah dengan kondisi iklim

    yang mendukung kehidupannya. Banyaknya penduduk di suatu daerah dengan

    curah hujan yang cukup banyak menyebabkan sumber air banyak ditemukan di

    mana-mana. Hal ini dapat menyebabkan pola pemukiman penduduknya juga

    tersebar. Kurangnya curah hujan menyebabkan sumber air sedikit. Dengan

    demikian, penduduk akan mencari tempat tinggal yang memiliki sumber air

    untuk menunjang kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan pemukiman

    penduduk membentuk pola terpusat yang melingkari sumber air tersebut.

    4. Pola Pemukiman dan Kesuburan Tanah

    Daerah yang memiliki tanah-tanah yang subur dapat mengikat tempattinggal penduduk dalam satu kelompok (memusat). Sebaliknya, di daerah-

    daerah dengan tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah (misalnya di daerah

    kapur), penduduk akan mencari tempat-tempat yang agak subur untuk tempat

    tinggalnya. Dengan demikian, pola pemukiman penduduknya akan membentuk

    pola tersebar (scattered).

    5. Pola Pemukiman dan Topografi Wilayah

    Topografi merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya

    perbedaan pola pemukiman penduduk di daerah-daerah. Pola pemukiman

    penduduk di daerah pantai akan membentuk pola "line" atau memanjang

    mengikuti garis pantai. Pola line juga akan terbentuk di sepanjang jalan, jalan

    kereta, atau sepanjang aliran sungai. Begitu juga di daerah dengan topografi

    relatif datar biasanya membentuk pola mengelompok.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    12/53

    12

    Pada daerah dengan topografi kasar atau bergelombang menyebabkan pola

    pemukiman penduduknya tersebar, karena mereka mencari tempat yang agak

    datar untuk membangun tempat tinggalnya. Di daerah ini tidak jarang jarak

    antara satu desa dengan desa lainnya sangat berjauhan, dan hanya dihubungkan

    oleh jalan setapak.

    6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemukiman Penduduk

    Kalau diperhatikan, ternyata bentuk atau pola pemukiman antara daerah

    satu dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi,

    karena faktor geografi yang berbeda. Secara umum adanya perbedaan pola

    pemukiman penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

    a. Relief

    b. Kesuburan tanah .

    c. Keadaan iklim

    d. Keadaan ekonomi .

    F.Bencana

    Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

    Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

    dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor

    nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

    manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Oleh

    karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan

    mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

    Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian

    peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

    meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

    Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

    peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,

    dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    13/53

    13

    atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial

    antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Berikut ini merupakan

    contoh dari bencana alam:

    1. Banjir

    Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang

    banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan

    sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi

    kawasan tersebut.

    Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu

    bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang

    bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang

    mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan

    tingkat peresapan air ke dalam tanah.

    Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi,

    bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di

    mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung

    atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.a. Macam-macam banjir

    Banjir air

    Banjir Cileunang

    Banjir bandang

    Banjir rob (laut pasang)

    Banjir lahar dingin

    Banjir lumpur

    b. Penyebab terjadinya banjir

    Sungai. Lama Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi

    kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan derasmonsun,hurikan dan

    depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Monsunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Monsun
  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    14/53

    14

    Rintangan drainase tidak terduga sepertitanah longsor,es, ataupuing-

    puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.

    Cepat Termasukbanjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai

    petirbesar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di

    belakangbendungan,tanah longsor,ataugletser.

    Muara. Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang

    diakibatkan angin badai.Banjir badai akibatsiklon tropis atausiklon

    ekstratropismasuk dalam kategori ini.

    Pantai. Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain

    sepertitsunami atau hurikan).Banjir badai akibatsiklon

    tropis atausiklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.

    Peristiwa Alam. Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti

    jebolnyabendungan atau bencana lain sepertigempa bumi dan letusan

    gunung berapi.

    Manusia. Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak

    merusak keseimbangan alam

    c.

    Dampak terjadinya banjir

    Primer. Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur,

    termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistemselokan bawah tanah,jalan

    raya,dankanal.

    Sekunder. Persediaan airKontaminasi air.Air minumbersih mulai

    langka. Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaranpenyakit bawaan

    air. Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani

    disebabkan oleh kegagalan panen.

    Dampak tersier/jangka panjang. Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena

    kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector

    pariwisata, menurunnya minat wiasatawan.

    2. Tanah longsor

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Eshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_bandanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gletserhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunamihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kanalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Air_minumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kanalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_rayahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunamihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gletserhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsorhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_bandanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Eshttp://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor
  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    15/53

    15

    Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,

    bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau

    keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke

    dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke

    tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin

    dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

    a. Jenis-jenis tanah longsor

    Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi,

    pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di

    indonesia jenis longsor yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan

    longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah longsor yang paling banyak memakan

    korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.

    b. Faktor-faktor yang menyebabkan longsor

    Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng

    lebih besar dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh

    kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi

    oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanahbatuan.

    Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada

    kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan,

    vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara

    garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:

    1. Faktor alam

    a. Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan

    lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi,

    stragrafi dan gunung berapi.

    b. Iklim : curah hujan yang tinggi.

    c. Keadaan topografi : lereng yang curam.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    16/53

    16

    d. Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa

    air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

    e. Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.

    f. Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran

    mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

    2. Faktor manusia

    a. Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereg yang terjal.

    b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.

    c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.

    d.

    Penggundulan hutan.

    e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.

    f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

    g. Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran

    masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya

    merugikan sendiri.

    h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

    3.

    Pencegahan terjadinya bencana alam tanah longsora. Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di

    lereng bagian atas di dekat pemukiman.

    b. Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila

    membangun pemukiman.

    c. Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak

    masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut.

    d. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.

    e.

    Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.

    f. Jangan menebang pohon di lereng.

    g. Jangan membangun rumah di bawah tebing.

    G.Evaluasi lahan

    http://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.htmlhttp://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.htmlhttp://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/evaluasi-sumber-daya-lahan.html
  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    17/53

    17

    Evaluasi lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi sumberdaya lahan.

    Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya

    lahan masih sulit untuk dipakai untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi

    bagi keperluan tertentu.

    Dasar interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan keseragaman sifat-sifat

    tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan kesatuan habitat yang dianggap

    memberikan kesempatan pemakaian yang seragam pula. Keadaan lahan disuatu daerah

    pada umumnya memilki kondisi yang bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng,

    drainase,pH, toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini berakibat pada

    perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian usaha tanaman pertanian

    berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai

    dengan peruntukkannya, maka harapan produksi tidak akan terpenuhi.

    Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya pada upaya

    peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan yang baik. Untuk

    penyusun perencanaan tersebut dibutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan yang

    meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, karena kemampuan

    lahan merupakan sifat dakhil lahan yang menyatakan daya dukungnya untukmemberikan hasil pertanian pada tingkat tertentu.

    Evaluasi kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk

    penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan menitikberatkan pada tingkat

    kecocokan sebidang lahan untuk satu penggunaan tertentu klasifikasi kesesuaian lahan

    merupakan suatu proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian

    relative lahan atau kesesuaian absulut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.

    1. Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan

    Informasi tanah merupakan salah satu bagian sumberdaya alam yang

    mempunyai pengaruh langsung dan kelanjutan bagi pengguna pertanian. Informasi

    bentuk lahan, topografi dan formasi geologi secara tidak langsung mempengaruhi

    bentuk penggunaan lahan dan jenis tanah tanaman yang diusahakan (Sitorus,

    1995), factor-faktor topografi (ketinggian, panjang dan derajat lereng, posisi pada

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    18/53

    18

    bentang lahan) dapat berpengaruh tidak langsung pada penggunaan lahan bagi

    usaha pertanian.

    Kemampuan lahan yang tinggi diharapkan berpotensi besar dalam berbagai

    penggunaan, yang memungkinkan penggunan ynag intensif yang berbagai macam

    kegiatan. Sistem tersebut mengelompokkan lahan kedalam sejumlah kecil kategori

    yang diurutkan menurut faktor penghambat dan sejumlah cirri-ciri tanah serta

    lingkungan lainnya.

    Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk

    suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, jagung dan

    sebagainya, sedangkan evaluasi kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk

    penggunaan yang lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, pemungkinan,

    industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya.

    USDA mengelompkkan system kalsifikasi lahan melalui interpretasi yang

    dibuat terutama untuk pertanian. Pengelompokan lahan yang dapat digarap

    menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi secara lestari, yang

    mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan potensi bahaya lainang masih

    dapat di terima dalam klasifikasi lahan (Bibby dan Mackney dalam Sitorus, 1995).2. Persyaratan Tumbuh Tanaman

    Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas

    lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari : drainase, tekstur, struktur,

    konsistensi dan kedalaman efektif tanah. Ada tanaman yang memerlukan

    drainase terhambat seperti dari jenis tanaman air termasuk padi sawah, tetapi

    pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, yang pada kondisi

    demikian aerasi tanah cukup baik artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen,

    dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik, sehingga dapat menyerap

    unsur hara secara optimal. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman

    merupakan batasan bagi kelas kesesuaian, kelas kesesuaian yang paling baik (S1)

    yang tidak memiliki pembatas serius, sedangkan kualitas lahan yang di bawah

    optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    19/53

    19

    sesuai (S2) dengan pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari,

    dan sesuai marginal (S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat

    berat untuk suatu penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di atas

    merupakan lahan yang tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan pembatas

    yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat

    diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini, kelas tidak sesuai untuk

    selamanya (N2) merupakan lahan yang memiliki pembatas yang sangat berat,

    sehingga tidak mungkin unuk digunakan bagi suatu penggunaan yang

    berkelanjutan.

    3.

    Evaluasi Kesesuaian Lahan

    Kesesuaian lahan adalah suatu jenis penggunaan tertentu oleh kondisi

    karakteristik lahannya yang bertujuan untuk menetapkan atau memilih penggunaan

    lahan tertentu secara berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Karakteristik

    lahan meliputi semua faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi)

    seperti : tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng, batuan di permukaan,

    iklim dan sebagainya.(FAO,1976; Anonim, 1983; Sys, 1991).

    Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahanbagi penggunaan berbagai system pertanian secara luas dan tidak membicarakan

    peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan pengelolaannya.

    Oleh sebab itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan

    dengan evaluasi kesesuaian lahan yang bersifat lebih khusus (Sitorus, 1995).

    4. Klasifikasi lahan kritis

    a. Lahan Kritis Berdasarkan tingkat kekritisan menurut Departemen Pertanian

    (1998) :

    1)

    Lahan Kritis. Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif yang tidak

    memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian tanpa merehabilitasi

    terlebih dahulu. Ciri lahan kritis diantaranya adalah :

    a) telah terjadi erosi yang kuat , sebagian sampai gully erosion.

    b) lapisan tanah tererosi habis

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    20/53

    20

    c) kemiringan lereng >30%

    d) tutupan lahan sangat kecil (20cm)

    c) prosentase penutupan lahan masih tinggi (>70%)

    d) kesuburan tanah mulai dari rendah sampai tinggi.

    H.Konservasi atau enanggulangan

    Upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri

    manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara

    lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

    hidup, ataupun sebagai suatu hobi atau hiburan. Sejak jaman dahulu, konsep konservasi

    telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut

    masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno

    konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    21/53

    21

    modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya

    alam secara bijaksana (Vera, 2010).

    1. Konservasi tanah dan air

    Konservasi tanah merupakan cara penggunaan yang disesuaikan dengan

    kemampuan dan berupaya menghindari terjadi kerusakan tanah, agar tanah dapat

    berfungsi secara lestari (Arsjad, 2000). Konservasi tanah berhubungan erat dengan

    konservasi air.

    Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu

    lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan bisa

    menjadi masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke

    dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara

    untuk melestarikan sumberdaya alam.

    2. Metode konservasi

    Metode yang kerap diterapkan petani pada konservasi pertanian antara lain

    metode vegetatif dan metode sipil teknis.Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi

    dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman

    penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupukorganik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin

    keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :

    a. memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan

    memperbesar granulasi tanah,

    b.penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,

    c. disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang

    mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah

    infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Fungsi lain daripada vegetasi berupa

    tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi

    sehingga dapat menambah penghasilan petani.

    Metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi dengan mengatur aliran

    permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    22/53

    22

    bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu

    membuat bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut

    kontur, pembuatan guludan, teras, dan saluran air. Pada metode konservasi sipil

    teknis dilakukan Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.

    Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan

    dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim sebaiknya

    menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga

    merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu

    (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA, dan

    hillside ditches.

    3. Aplikasi konservasi

    a. Pendekatan vegetatif

    1. Sistem Pertanaman Lorong

    Sistem pertanaman lorong ialah suatu sistem di mana tanaman pangan

    ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat

    dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan

    sumber bahan organik dan hara terutama untuk tanaman lorong. Teknikbudidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah

    satu teknik konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian

    berkelanjutan pada lahan kering di daerah tropika basah, namun belum

    diterapkan secara meluas oleh petani.

    2. Sistem Pertanaman Strip Rumput

    Sistem Pertanaman Strip Rumput ialah sistem pertanaman yang hampir

    sama dengan pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput.

    Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 m atau lebih.

    Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat

    diintegrasikan dengan ternak. Penanaman Rumput Makanan Ternak didalam

    jalur/strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak

    penanaman dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    23/53

    23

    penanamannya pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput

    sebaiknya ditengah antara barisan tanaman pokok.

    3. Tanaman Penutup Tanah

    Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan

    tanaman pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau

    mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas

    permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang,

    ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang

    mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut

    menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah

    serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam

    tanah, sehingga mengurangi erosi.

    4. Mulsa

    Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-lain) yang

    disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk

    mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan

    langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. MacamMulsa dapat berupa, mulsa sisa tanaman, lembaran plasti dan mulsa batu.

    Mulsa sisa tanaman ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi,

    batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting

    tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah

    setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

    5. Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)

    Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)

    mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat dikelompokkan

    sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan dengan cara

    mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam

    satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan

    kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    24/53

    24

    hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga air dapat dihemat. Hal

    ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi yang sesuai

    dengan kebutuhan, sehingga dapat hemat air.

    6. Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah.

    Teknik konservasi air ini dilakukan dengan cara mengembangkan

    kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai

    dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah.

    Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi

    sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi

    kekeringan Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang

    berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.

    7. Penentuan pola tanam yang tepat.

    Penentuan pola tanam yang tepat, baik untuk areal yang datar ataupun

    berlereng. Pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat

    untuk mengurangi deficit air pada musim kemarau. Dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam Purwono et al, (2003)

    menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanamcampuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43%

    menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal

    ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi.

    Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam

    membuat pola tanam yang optimal.

    b. Pendekatan Sipil Teknis

    1. Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.

    Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan

    dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim

    sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk

    konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain:

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    25/53

    25

    teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras

    batu, teras bangku, SPA, dan hillside ditches.

    2. Wind break

    Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga

    mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama

    irigasi (evapotranspirasi).

    3. Pemanenan Air hujan

    Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan

    air hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat digunakan pada musim

    kemarau.

    4. Dam Parit

    Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada

    suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga

    dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat

    menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.

    5. Konservasi lahan kering

    Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkanproduktivitas lahan kering, mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah

    longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-

    banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim

    kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat

    diimplementasikan di lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat

    ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.

    6. Konservasi lahan kritis

    Berbagai cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh

    pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas

    Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi

    selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal

    ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan,

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    26/53

    26

    atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi

    tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan

    efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan

    lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada

    membuka hutan.

    BAB III

    METODOLOGI

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat

    -

    Kompas

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    27/53

    27

    Alat untuk menentukan arah mata angin dimana dalam praktikum penginderaan

    jauh digunakan untuk menentukan titik pengamatan.

    - Global positioning system ( GPS )

    Global positioning system ( GPS )berfungsi untuk menentukan titik koordinat

    dilapangan

    - Kamera digital

    Kamera digital berfungsi untuk mengambil dokumentasi selama kegiatan

    praktikum dilapangan.

    2. Bahan

    -

    Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar (??)

    - Peta Geologi Bersistem lembar (??)

    B. Waktu dan Tempat

    - Hari/Tanggal : Jumat, 15 November 2013.

    - Waktu : Pukul 07.00-11.30 WIB

    - Tempat: Praktikum ini dilaksanakan di Desa Ciwaruga dan Desa

    Sariwangi,Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dengan koordinat

    objek 651'58,4" LS dan 107

    34'21,30" BT

    Persiapan dimulai dari pukul 06.30 WIB dimana kami sudah berkumpul di

    Islamic Training Center. Kemudian sebelum pemberangkatan kami diberikan

    pengarahan terlebih dahulu dan mempersiapkan seluruh alat-alat yang akan dibawa

    untuk mendukung seluruh kegitan praktikum. Pemberangkatan menuju lokasi yaitu

    pada pukul 07.00WIB, kemudian setelah sampai kami langsung melakukan

    praktikum.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik yang kami gunakan dalam melakukan praktikum ini adalah:

    1. Data Primer

    a. Menentukan Letak Kordinat

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    28/53

    28

    Hal pertama yangg dilakukan dalam melakukan praktikum adalah

    menentukan kordinat lokasi praktikum. Cara yang bisa dilakukan dalam

    mengetahui kordinat sebuah lokasi adalah dengan menggunakan GPS (Geo

    Potition System). Atau dengan cara manual yaitu dengan menggunakan kompas

    bidik, yaitu dengan cara reseksi dan interseksi. Reseksi dan interseksi ini

    dilakukan dengan cara membidik minimal dua buah objek yang terdapat di

    lapangan serta terdapat pula di dalam peta RBI.

    b. Observasi Lapangan

    Obesevasi di lapangan merupakan teknik pengamatan dalam melakukan

    pengamatan untuk mengetahui, memahami dan mencatat apa yang ada di lokasi

    tempat melakukan penelitian.

    c. Wawancara

    Wawancara merupakan sebuah teknik pengamatan lokasi penelitian yaitu

    dengan cara tanya jawab dengan responden atau narasumber. Data yang kita

    dapat dalam melakukan wawancara adalah untuk mengetahui bagaimana

    kondisiekonomi dan lahan yang ada di sekitar tempat praktikum.

    2.

    Data Sekundera. Studi Dokumentasi

    Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dapat

    mendukung pembuatan laporan, yaitu dengan cara pengambilan gambar

    ataupun data-data yang ada di lapangan dari berbagai sumber ataupun instansi-

    instansi terkait seperti data monografi desa dan data statistik. Pengambilan

    gambar yang dilakukan adalah untuk membuktikan dan memperkuat hasil data

    yang ada di lapangan sehingga data yang kami dapat bisa lebih akurat dan dapat

    dipercaya. Pengambilan gambar yang dilakukan ada mengambil gambaran fisik

    ataupun gambar sosial.

    b. Studi Literatur

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    29/53

    29

    Merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai

    sumber dan literatur seperti artikel, internet dan buku-buku yang dianggap

    relevan dengan objek penelitian.

    D. Target Pengamatan

    1. Populasi

    Populasi merupakan wilayah generalisasi berupa subjek maupun objek yang

    akan diteliti, populasi untuk kajian praktikum adalah beberapa wilayah lahan dan

    ekonomi di sekitar daerah praktikum.

    2. Sampel

    Sampel merupakan bagian kecil dari populasi. Sample dalam penelitian yang

    kami lakukan adalah wilayah penggunaan lahan yang ada di Desa Ciwaruga,

    Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Baratsesuai dengan plot yang telah

    dibagikan oleh dosen dan panitia pratikum.

    3. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisis data yang di

    peroleh saat penelitian dilapangan yang sesuai dengan instrument dan panduan yang

    diberikan.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    30/53

    30

    A.Deskripsi Umum

    1. Kecamatan Parongpong

    a. Kondisi Fisik

    Kecamatan Parongpong adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

    Bandung Barat dengan luas wilayah kecamatan adalah 4.012,4 Ha dengan ketinggian

    rata-rata 7001.500 mdpl.

    Letak geografis Kecamatan Parongpong adalah 651'58,4" LS dan 10734'21,30"

    BT. Batas wilayah Kecamatan Parongpong yaitu, sebelah utara berbatasan dengan

    Kabupaten Subang, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lembang dan Kota

    Bandung, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Cimahi, dan sebelah barat

    berbatasan dengan Kecamatan Cisarua.

    Kecamatan Parongpong memiliki 7 desa, yaitu Desa Ciwaruga, Desa Cihideung,

    Desa Cigugur Girang, Desa Sariwangi, Desa Cihanjuang, Desa Cihanjuang Rahayu,

    dan Desa Karyawangi.

    1)Iklim

    Kecamatan Parongpong memiliki suhu berkisar antara dan curah hujan

    berkisar antara 1.500 3.000 mm/tahun. Jumlah bulan basah berkisar 7 9bulan basah berturut-turut dalam satu tahun sedangkan untuk bulan kering

    kurang dari 2 3 bulan kering dalam satu tahun. Berdasarkan keadaan iklim

    Kecamatan Parongpong, maka Kecamatan Parongpong ini cocok

    dikembangkan sebagai wilayah pertanian.

    2)Geomorfologi

    Kecamatan Parongpong ini memiliki morfologi perbukitan, dengan kemiringan

    lereng berkisar dari 815%.

    3)Hidrologi

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    31/53

    31

    Kondisi hidrologi di Kecamatan Parongpong memiliki kualitas baik, dengan

    kuantitas yang cukup banyak. Sebagian besar sungai yang berada di Kecamatan

    Parongpong cenderung mengalir mengikuti arah lereng.

    4)Penggunaan Lahan

    Luas wilayah Kecamatan Parongpong adalah 4.012,4 Ha, dengan pengguanaan

    lahan untuk wilayah Kecamatan Parongpong ini meliputi penggunaan lahan

    sawah seluas 447,4 Ha, penggunaan lahan non sawah seluas 548,8 Ha, dan luas

    lahan non pertanian seluas 1619,6 Ha.

    Jika kita melihat pemaparan di atas maka luas lahan yang paling mendominasi

    di Kecamatan Parongpong adalah luas lahan pertanian dengan luas 1619,6 Ha

    sekitar 62 % dari luas wilayah Kecamatan Parongpong.

    b.Kondisi Sosial

    Kecamatan Parongpong memiliki jumlah penduduk 97.724 jiwa dengan komposisi

    jumlah laki-laki sebanyak 49.696 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 48.028 jiwa

    pada tahun 2011, dengan jumlah kepala keluarganya sebanyak 226.127 KK yang

    terdiri dari 2.077 tercatat sebagai keluarga buruh tani. Kepadatan pendudukKecamatan Parongpong yaitu 24 per km.

    Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Parongpong berusia >25 tahun,

    sedangkan untuk tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan SD sebanyak 33.120

    jiwa. Matapencaharian yaang mendominasi di Kecamatan Parongpong adalah pada

    sektor jasa yang berjumlah 15.467 jiwa terhitung dari penduduk yang berusia >15

    tahun pada tahun 2011, sedangkan untuk penduduk yang bermatapencaharian

    pertanian berada diurutan kedua yang berjumlah 9.245 jiwa.

    2. Desa Ciwaruga

    a. Kondisi Fisik

    Desa Ciwaruga merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Parongpong,

    yang menjadi plot 1 untuk praktikum Konservasi dan Rehabilitasi Lahan. Batas

    wialayah Desa Ciwaruga yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Desa Cigugur

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    32/53

    32

    Girang, sebelah selatan berbatasan dengan Pasirkaliki, sebelah timur berbatasan

    dengan Desa Sukasari, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sariwangi.

    Luas wilayah Desa Ciwaruga adalah 286,3 Ha, dengan ketinggian tempat yaitu

    700 mdpl. Suhu rata-rata di Desa Ciwaruga yaitu 25C, dengan curah hujan berkisar

    antara 2000-3000 mm/tahun. Jumlah bulan basah yaitu 6 bulan basah berturut-turut

    dalam satu tahun. Desa Ciwaruga memiliki morfologi perbukitan, dengan kemiringan

    lereng rata-rata sedang. Kualitas air Desa Ciwaruga memiliki kualitas yang baik

    untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum, sedangkan sumber air bersih yang

    didapatkan oleh masyarakat Desa Ciwaruga yaitu dari mata air, sumur pompa, PAM

    dan embung-embung, berikut jumlah sumber air bersih yang terdapat di Desa

    Ciwaruga:

    Jenis Jumlah (unit) Pemanfaat (KK)

    Mata Air 12

    Sumber Pompa 1.325 1.325

    PAM 397 397

    Embung-embung 1.624 1.624

    Berdasarkan tabel diatas embung-embung merupakan jenis sumber air bersih yang

    pemanfaatannya banyak dipilih oleh masyarakat Desa Ciwaruga. Struktur

    penggunaan lahan berdasarkan data tahun 2011 di Desa Ciwaruga, dapat dilihat pada

    tabel sebagai berikut:

    Desa/

    Kelurahan

    Luas lahan

    sawah (Ha)

    Luas lahan bukan

    sawah (Ha)

    Luas lahan non

    pertanian (Ha)Ciwaruga 59 1 226,3

    Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan yang mendominasi di Desa Ciwaruga

    yaitu pengguanaan lahan non pertanian yaitu 226,3 Ha. Hal ini sejalan dengan jumlah

    penduduk yang tidak memiliki lahan untuk pertanian yaitu sebanyak 2.117 KK.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    33/53

    33

    b.Kondisi Sosial

    Jumlah penduduk Desa Ciwarua yaitu sebanyak 16.818 jiwa, dengan komposisi

    penduduk laki-laki yaitu sebanyak 8.653 jiwa dan penduduk perempuan yaitu

    sebanyak 8.165 jiwa. Jumlah kepala keluarga di Desa Ciwaruga yaitu 4.436 KK

    terdiri dari 272 KK yang tercatat sebagai keluarga buruh tani yaitu sekitar 16% dari

    total jumalh KK di Desa Ciwaruga.

    Matapencaharian yang mendominasi di Desa Ciwaruga yaitu bergerak di sektor

    jasa sebanyak 2.230 jiwa terhitung dari penduduk yang berusia >15 tahun

    berdasarkan data 2011. Sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian di

    sektor pertanian sebanyak 1.175 jiwa. Tingkat pendidikan yang mendominasi di Desa

    Ciwaruga yaitu SD dengan jumlah penduduk 7.046 jiwa, dan penduduk dengan usia

    yang mendominasi yaitu penduduk yang berusia >25 tahun. Berikut jumlah penduduk

    Desa Ciwaruga berdasarkan jenis kelamin:

    DesaDewasa Anak-anak

    JumlahL P L P

    Ciwaruga 6.678 6.552 1.838 1.750 16.818

    Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk yang mendominasi di Desa Ciwaruga

    yaitu laki-laki dewasa dengan jumlah 6.678, dan dapat diketahui bahwa jumlah

    penduduk laki-laki lebih banyak yaitu 8.516 jiwa dibandingan dengan jumlah

    perempuan yang hanya berjumlah 8.302 jiwa dan seks rasio untuk Desa Ciwaruga

    yaitu 94.36.

    3. Desa Sariwangi

    a. Kondisi Fisik

    Desa Sariwangi merupakan plot kedua dari praktikum Konservasi dan Rehabilitasi

    Lahan. Desa Sariwangi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

    Parongpong, yang berbatasan dengan sebelah utara berbatasan dengan Desa

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    34/53

    34

    Karangwangi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cigugur Girang/Desa Ciwaruga,

    sebelah selatan berbatasan dengan Kota Cimahi/Kota Bandung, dan sebelah barat

    berbatasan dengan Desa Cihanjuang.

    Curah hujan di Desa Sariwangi berkisar antara 2000 3000 mm/tahun dengan

    suhu rata-rata hariannya 22.23C. Morfologi Desa Sariwangi yaitu perbukitan landai,

    dengan kemiringan lereng sedang. Luas Desa Sariwangi yaitu 244.3 Ha, dengan

    struktur penggunaan lahan berdasarkan data tahun 2011 sebagai berikut:

    Desa/

    Kelurahan

    Luas lahan

    Sawah (Ha)

    Luas lahan bukan

    sawah (Ha)

    Luas lahan non

    pertanian (Ha)Sariwangi 74 24 146,3

    Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan yang mendominasi di Desa Sariwangi

    yaitu luas lahan non pertanian dengan luas 146,3 Ha. Ketinggian Desa Sariwangi

    berkisar antara 800 1100 mdpl. Desa Sariwangi memiliki sumber air yang sangat

    melimpah, dengan kondisi iklim yang ada di Desa Sariwangi hal ini menunjukan

    potensi alam yang ada di Desa Sariwangi yaitu cocok untuk dijadikan lahan

    pertanian.b.Kondisi Sosial

    Jumlah penduduk Desa Ciwaruga yaitu 16.361 jiwa, dengan komposisi penduduk

    laki-laki berjumlah 8.257 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 8.104

    jiwa berdasarkan data tahun 2011. Kepadatan penduduk Desa Sariwangi yaitu 67 per

    km, jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Sariwangi yaitu sebanyak 4.087 KK

    berdasarkan data tahun 2011.

    Matapencaharian yang mendominasi di Desa Sariwangi yaitu bergerak di sektor

    jasa sebanyak 3.276 jiwa berdasarkan penduduk yang berusia >15 tahun, hal ini

    sejalan dengan jumlah KK yang bergerak di sektor buruh tani hanya 180 KK atau

    sekitar 524 jiwa yang bergerak di sektor pertanian. Tingkat pendidikan penduduk

    yang mendominasi di Desa Sariwangi yaitu SD sebanyak 5.406 jiwa, dengan jumlah

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    35/53

    35

    penduduk yang terbanyak pada usia >25 tahun sebanyak 8.219 jiwa. Berikut jumlah

    penduduk berdasarkan jenis kelamin berdasarkan data tahun 2011:

    DesaDewasa Anak-anak

    JumlahL P L P

    Sariwangi 5.754 5.436 2.580 2.591 16.361

    Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk Desa Sariwangi

    didominasi oleh laki-laki dewasa dengan jumlah 5.754 jiwa.

    B.Kondisi Lahan di Kecamatan Parongpong

    Secara umum curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Bandung Barat 60cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung

    unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi.

    a) Teras datar

    Biasanya dibuat pada tempat-tempat dengan curah hujan yang rendah,

    kemiringan tanahnya paling besar 3 % dan mudah menyerap air.

    b) Teras kredit

    Umumnya diterapkan pada tempat-tempat yang tanahnya sulit menyerap

    air, kemiringan tanahnya 3 10 % dan curah hujannya tinggi. Tujuannya

    terutama untuk mempertahankan kesuburan tanah.

    c) Teras pematang/guludan

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    49/53

    49

    Guludan, adalah tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang

    memotong kemiringan lahan. Merupakan sistem pengendalian erosi secara

    mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat

    guludan dan saluran air di bagian lereng atas. Bermanfaat untuk

    mengurangi laju limpasan permukaan dan meningkatkan resapan

    airkedalam tanah. Dibuat pada tempat-tempat dengan kemiringan tanah 10

    15 % dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air disepanjang bagian atas

    guludan. Tujuannya ialah untuk mengurangi kecepatan air yangmengalir

    bila turun hujan, sehingga erosi dapat dicegah dan peresapan air kedalam

    tanah dapat diperbesar.

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    50/53

    50

    Gambar 2.2 Sketsa Penampang Guludan, Guludan Bersaluran, Terras

    Berdasar Lebar Dan Terras Berdasar Sempit (Tidak Berskala)

    Sumber : Arsyad (1989:122)

    d) Teras Bangku atau Tangga

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    51/53

    51

    Dibuat pada tanah-tanah dengan kemiringan 10 - 30 %. Teras

    bangkumemiliki bidang olah yang dibuat miring 1 % ke arah dalam serta

    dilengkapidengan saluran air yang letaknya di sebelah dalam bidang olah

    tersebut.

    Gambar: Skema Teras Bangku

    5. Pembuatansaluranair,adalahsuatucaramengumpulkanataumemben

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    52/53

    52

    Dung aliran pada suatu parit dengan tujuan untuk menampungaliran air

    permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan disekitarnya.Dam

    parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dansedimentasi.

    Keunggulan: Menampung air dalam volume besar akibatterbendungnya aliran

    air di saluran/parit, Tidak menggunakan areal/lahanpertanian yang produkti,

    Mengairi lahan cukup luas, karena dibangunberseri di seluruh daerah aliran

    sungai (DAS), Menurunkan kecepatanaliran permukaan, sehingga mengurangi

    erosi dan hilangnya lapisan tanahatas yang subur serta sedimentasi,

    Memberikan kesempatan agar airmeresap kedalam tanah di seluruh wilayah

    DAS, sehingga mengurangirisiko kekeringan pada musim kemarau, Biaya

    pembuatan lebih murah,sehingga dapat dijangkau petani.

    6. Pembuatan tanggul penghambat, merupakan bangunan-bangunan yangdapat

    dipergunakan sebagai metoda mekanik dalam konservasi tanah danair.

    Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatan aliranpermukaan

    juga memaksa air masuk ke dalam tanah yang akan menambahatau mengganti

    air tanah dan air bawah tanah.Air yang tertampung dalamwaduk atau balongdapat dimanfaatkan untuk keperluaan seperti irigasi,ternak, perikanan, dan

    kebutuhan manusia lainnya.

    2. Metode Kimia

    Metoda kimia dalam konservasi tanah dan air. Bahwa kemantapanstruktur

    tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan kepekaaantanah terhadap

    erosi. penggunaan preparat kimia sintesis atau alami. Bahankimia sebagai soil

    conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekaliterhadap stabilitas agregattanah. Pengaruhnya berjangka lama karenasenyawa tersebut tahan terhadap serangan

    mikroba tanah. Permeabilitas tanahdipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut

    jugamemperbaikipertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat

  • 5/19/2018 laporan konservasi.docx

    53/53

    53