Laporan KK Dampingan KKN Eva
Transcript of Laporan KK Dampingan KKN Eva
BAB 1
GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
1.1 Profil Keluarga Dampingan
Data demografis keluarga dampingan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Demografi Keluarga Dampingan
No.
NamaHubungan
dengan KK
Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan
1 Ni Sari Istri 90 tahun PTidak
SekolahJanda Buruh tani
2Nyoman Wandra
KK Meninggal LTidak
SekolahMeninggal Buruh tani
3Putu Kartika
Ahli Waris 45 tahun LTamat SMA
MenikahPetugas PAM
4Made Iswara
Ahli Waris 50 tahun LTidak
Tamat SDBelum
MenikahBelum Bekerja
5Nengah Natra
Ahli Waris 55 tahun LTamat SMA
MenikahIbu rumah
tangga
Keluarga dampingan, dengan KK Ketut Sutama terdiri dari 4 orang, yaitu KK,
istri KK, dua anak mereka, satu menantu, dan satu cucu. Pekerjaan KK dan istri
adalah buruh tani, sementara anak pertama bekerja sebagai petugas PAM.
Dari karakteristik keluarga di atas, dapat dilihat beberapa hal yang
potensial menjadi masalah. Permasalahan yang pertama adalah tingkat pendidikan
yang rata-rata rendah. Sebagian besar anggota keluarga menempuh tingkat
pendidikan paling tinggi hanya sampai tamat SD, hanya sedikit yang menempuh
tingkat pendidikan sampai tamat SMA. Permasalahan yang kedua adalah sebagian
besar anggota keluarga sebagai buruh tani, di mana pekerjaan ini tidak
memberikan penghasilan yang teratur dan sangat tergantung hasil panen.
Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang terdiri dari 3
bangunan, yaitu 1 bangunan utama yang berfungsi sebagai kamar tidur dan kamar
tamu serta bangunan lain berfungsi sebagai dapur dan gudang. Rumah penderita
merupakan bangunan sederhana dengan tembok terbuat dari seng dan kayu. Atap
rumah terbuat dari seng. Beberapa bagian rumah penderita beralaskan semen dan
ditutup oleh karpet, namun masih terdapat bagian yang hanya beralaskan tanah.
Bangunan utama terdiri dari 4 ruangan, yaitu 1 ruangan yang berfungsi sebagai
1
pusat segala kegiatan penderita bersama keluarganya dan 3 ruangan digunakan
sebagai kamar tidur. Ruang keluarga berukuran 3 x 4 meter dan dilapisi karpet.
Setiap ruangan memiliki jendela yang memungkinkan masuknya sinar matahari
ke dalam rumah. Terdapat banyak lalat yang hinggap di ruangan. Kamar mandi
penderita berada dalam kondisi bersih. Lantai kamar mandi menggunakan semen,
begitu pula dengan bak penampung air. Dapur beralaskan tanah, memasak
biasanya menggunakan bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Pekarangan
rumah tampak bersih dan ditanami beberapa tumbuhan.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Perekonomian yang dihadapi oleh keluarga ini masih sangat jauh di bawah garis
kemiskinan, hal ini dapat dilihat dari kondisi rumah yang ditempati tidak layak
huni, bekerja sebagai petani penggarap lahan milik orang lain sehingga hasil yang
didapatkan harus dibagi dengan pemilik lahan, sehingga pendapatan keluarga ini
cukup rendah. Keluarga ini mendapat pendapatan tambahan dari anak pertama
mereka yang bekerja sebagai petugas PAM. Tetapi, dengan jumlah anggota
keluarga sebanyak 6 orang, tentunya menambah biaya yang harus dikeluarkan
untuk menghidupi keluarga. Keluarga dampingan memiliki aset berupa 1 buah
TV, 1 buah sepeda motor, serta rumah seluas 2 are.
1.2.1 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga binaan I diperoleh dari KK Ketut Sutama dan istrinya yang
bekerja sebagai buruh tani. Pendapatan dari upah sebagai buruh tani jumlahnya
tidak menentu, tergantung dari musim panen. Dalam setiap bulannya pendapatan
KK dan istrinya sebesar Rp 500.000,00. Selain itu, anak pertama KK yaitu Putu
Suadana yang bekerja sebagai petugas PAM memperoleh pendapatan sebesar Rp
600.000,00 setiap bulannya.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemenuhan kebutuhan hidup adalah terutama untuk biaya makan, sisanya untuk
keperluan listrik, air, dan suka duka. Pengeluaran perkapita keluarga dampingan
2
rata-rata Rp 900.000,00 per bulan, dengan rincian kurang lebih Rp 850.000,00
untuk makan serta Rp 50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka
Keluarga dampingan termasuk dalam keluarga pra sejahtera sehingga
mereka bisa mendapatkan pengobatan gratis dari puskesmas (jamkesmas). Dengan
adanya Jamkesmas ini, keluarga dampingan ternyata tidak terbebas dari biaya
puskesmas atau rumah sakit. Hal ini disebabkan karena jika salah satu anggota
keluarganya sakit, namun obatnya tidak ada di puskesmas, maka anggota kelurga
yang sakit harus dibawa ke dokter yang memerlukan pengeluaran untuk biaya
pengobatan.
Untuk saat ini tidak ada anggota keluarga yang sedang bersekolah,
sehingga tidak ada pengeluaran untuk biaya pendidikan. Anak kedua KK putus
sekolah saat masih kelas 4 sekolah dasar, sementara cucu penderita masih balita
sehingga belum bersekolah.
3
BAB 2
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
2.1 Permasalahan Keluarga
Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan adalah
perekonomian yang rendah, masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga,
lingkungan fisik yang masih kurang bersih, serta perilaku hidup bersih dan sehat
belum diterapkan secara sempurna. Dengan perekonomian yang rendah, keluarga
ini sulit memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga pengeluaran harus
ditekan sekecil mungkin. Selain itu, anak kedua mengalami masalah kelumpuhan
kedua tungkainya, sehingga sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sebagaimana mestinya. Untuk keadaan lingkungan fisik, kondisinya masih berada
di bawah standar yang memadai. Pada keluarga ini yang memiliki balita,
penempatan kamar belum terpisah dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu,
masih banyak lalat yang hinggap di ruangan. Budaya hidup sehat sudah berusaha
untuk diterapkan, namun masih belum sempurna
2.2 Masalah Prioritas
Dari hasil kunjungan yang dilaksanakan, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan dalam keluarga dampingan ini, antara lain:
2.2.1 Permasalahan Kesehatan
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I adalah pada putra
keduanya yaitu Made Suardana, laki-laki usia 25 tahun, yang mengalami
kelumpuhan pada kedua tungkainya sejak 8 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan
setelah penderita mengalami kecelakaan terjatuh dari plafon setinggi 3 meter.
Kedua tungkai tidak bisa digerakkan ke samping maupun ke atas dan ke bawah.
Selain itu, penderita juga mengeluhkan kehilangan rasa raba dan nyeri pada kedua
tungkai. Setelah terjatuh, penderita hanya dibawa ke pengobatan alternatif.
Penderita sempat difoto x-ray 2 tahun lalu dan dikatakan terdapat kelainan pada
tulang belakang di sekitar area lumbal. Penderita diberitahu oleh dokter spesialis
saraf bahwa terdapat kerusakan saraf di area tulang belakang yang menyebabkan
4
pasien lumpuh sehingga tidak bisa menggerakkan kedua tungkainya. Setelah
kecelakaan tersebut, pasien tidak bekerja. Aktivitas sehari-hari dihabiskan di
tempat tidur dan tergantung oleh bantuan keluarga.
2.2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pada keluarga ini, budaya hidup sehat sudah berusaha untuk diterapkan, namun
masih belum sempurna. Kegiatan menyikat gigi dilakukan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin. Cuci
tangan dilakukan dengan air yang ditampung sebelum dan setelah makan, tapi
tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di
jamban pribadi. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 kali sehari. Menu makanan
sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, kadang kadang berisi daging seperti ikan
atau ayam. Menu makanan ini masih memiliki nilai gizi yang sangat kurang
karena tidak memenuhi standar makanan 4 sehat 5 sempurna.
5
BAB 3
USULAN PENSOLUSIAN MASALAH
3.1 Program
Berdasarkan beberapa masalah di atas, pendamping mengambil semua
masalah yang harus dicarikan pemecahannya sehingga dapat membantu dan
meningkatkan tingkat kehidupan keluarga yang di dampingi. Masalah yang
diutamakan untuk dicarikan pemecahannya adalah masalah yang sesuai dengan
bidang keahlian yang didalami selama menempuh pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana:
1. Permasalahan kesehatan
2. Perilaku hidup bersih dan sehat
Kegiatan yang telah dilakukan adalah survey lapangan ke keluarga
dampingan. Kegiatan ramah tamah diperlukan pertama kali untuk lebih
mengakrabkan mahasiswa kepada keluarga dampingan. Mahasiswa juga
menngidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi keluarga dengan
wawancara dan percakapan interaktif. Selain itu, dilakukan observasi pada
keadaan rumah secara langsung dengan meminta izin ke keluarga terlebih dahulu.
Berbagai permasalahan ditemukan dengan survey yang dilakukan. Namun,
terdapat dua masalah prioritas yang dapat diselesaikan oleh mahasiswa.
Permasalahan tersebut meliputi permasalahan kesehatan serta perilaku hidup
bersih dan sehat. Kunjungan dilakukan dengan menggali informasi mengenai
riwayat penyakit sekarang, perjalanan penyakit, riwayat kesehatan sebelumnya,
riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat pribadi/sosial. Selain itu, dilakukan
pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan neurologis
untuk mengetahui kondisi penderita saat ini. Pemberian komunikasi, informasi,
dan edukasi (KIE) kepada penderita dan anggota keluarganya juga dilakukan
terkait dengan masalah kesehatan yang dialaminya, penyebabnya, proses
terjadinya kelumpuhan, terapi, komplikasi, cara pencegahan terjadinya
komplikasi, dan prognosis. Keluarga penderita juga diberikan penjelasan
mengenai kondisi penderita sehingga dapat membantu dan mendukung penderita
untuk menjalani hidupnya walaupun dalam kondisi cacat. Perilaku hidup bersih
6
dan sehat juga perlu ditekankan pada penderita dan keluarga sehingga dapat
menciptakan suatu lingkungan kondusif sebagai tempat tinggal penderita.
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 2. Jadwal Kunjungan Keluarga Dampingan
No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan
1 Kamis, 19 Juli 2012Anamnnesis riwayat penyakit sekarang dan
perjalanan penyakit
2 Jumat, 20 Juli 2012 Anamnesis riwayat kesehatan sebelumnya
3 Sabtu, 21 Juli 2012 Anamnesis riwayat kesehatan keluarga
4 Minggu, 22 Juli 2012 Anamnesis riwayat pribadi/sosial
5 Senin, 23 Juli 2012 Pemeriksaan tanda vital
6 Rabu, 25 Juli 2012 Pemeriksaan fisik umum
7 Kamis, 26 Juli 2012 Pemeriksaan motorik (tenaga, tonus, tropik)
8 Jumat, 27 Juli 2012Pemeriksaan motorik (refleks fisiologis, refleks
patologis)
9 Sabtu, 28 Juli 2012 Pemeriksaan sensibilitas (perasa raba, perasa nyeri)
10 Minggu, 29 Juli 2012KIE terkait dengan etiologi dan proses terjadinya
kelumpuhan
11 Selasa, 31 Juli 2012KIE dan pemecahan masalah personal (Fisik, Psikis,
Sosial)
12 Rabu, 1 Agustus 2012 KIE mengenai komplikasi dan pencegahannya
13 Kamis, 2 Agustus 2012 KIE mengenai prognosis
14 Sabtu, 4 Agustus 2012 KIE mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
15 Minggu, 5 Agustus 2012KIE mengenai pentingnya peran serta keluarga dan
lingkungan
16 Senin, 6 Agustus 2012 Pemberian kenang-kenangan
7
BAB 4
PELAKSANAAN, HASIL, DAN
KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA
4.1 Pelakasanaan Pendampingan Keluarga
4.1.1 Kunjungan 1
Hari/Tanggal : Kamis, 19 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Ananmnesis riwayat penyakit sekarang dan perjalanan penyakit.
Penderita mengeluh tidak bisa menggerakkan kedua tungkainya sejak 8
tahun yang lalu. Keluhan dirasakan setelah penderita jatuh terduduk dari plafon
setinggi 3 meter. Kedua tungkai tidak bisa digerakkan ke samping maupun ke atas
dan ke bawah. Hal ini membuat penderita tidak bisa bangun setelah terjatuh.
Kelemahan dirasakan menetap dan tidak membaik walaupun diistirahatkan. Selain
itu, penderita juga mengeluhkan kehilangan rasa raba dan nyeri pada kedua
tungkai. Penderita tidak bisa merasakan sensasi raba pada kulitnya ketika disentuh
dan tidak bisa merasakan nyeri ketika dicubit. Keluhan-keluhan yang dialami
penderita tidak disertai dengan penurunan kesadaran, kejang, dan penglihatan
ganda. Penderita juga tidak mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan
pendengaran. Penderita masih mampu mengunyah makanan dengan baik.
Penderita tidak pernah tersedak saat makan dan minum dan menyangkal memiliki
keluhan sulit menelan. Keluhan nyeri pada punggung dan pinggang juga
disangkal. Riwayat demam dan penurunan kesadaran juga disangkal.
Pada saat ini pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Pasien dapat
mengerti pembicaraan dan pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien dapat
buang air kecil secara normal, tidak mengompol, dengan frekuensi kurang lebih 4
sampai 5 kali sehari. Keluhan buang air besar juga tidak ada.
4.1.2 Kunjungan 2
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Anamnesis riwayat kesehatan sebelumnya.
Setelah terjatuh, pasien hanya dibawa ke pengobatan alternatif. Pasien
pernah dirawat inap di RSUD Buleleng 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan saat
8
itu perutnya luka dan keluar nanah. Saat itu, keadaan umum pasien buruk dengan
tekanan darah turun sampai 80 mmHg. Pasien dirawat kurang lebih selama satu
minggu. Saat di RSUD Buleleng, pasien sempat difoto x-ray dan dikatakan
terdapat kelainan pada tulang belakang di sekitar area lumbal. Dan saat itu juga,
pasien diberitahu terdapat kerusakan saraf di area tulang belakang oleh dokter
spesialis saraf yang menyebabkan pasien lumpuh sehingga tidak bisa
menggerakkan kedua tungkainya. Kerusakan sarafnya begitu berat sehingga sulit
untuk bisa berfungsi kembali seperti semula.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat
hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, asma, dan penyakit ginjal juga
disangkal.
4.1.3 Kunjungan 3
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Anamnesis riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, asma, dan penyakit ginjal
dalam keluarga juga disangkal.
4.1.4 Kunjungan 4
Hari/Tanggal : Minggu, 22 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Anamnesis riwayat pribadi/sosial.
Riwayat kelahiran dan pertumbuhan normal dan cukup bulan. Pasien tidak
menyelesaikan sekolah dasarnya dan hanya menempuh pendidikan sampai kelas 4
SD. Setelah kecelakaan tersebut, pasien tidak bekerja. Aktivitas sehari-hari
dihabiskan di tempat tidur dan tergantung oleh bantuan keluarga. Pasien belum
menikah dan belum mempunyai anak. Penderita tidak memiliki riwayat merokok
dan minum alkohol.
4.1.5 Kunjungan 5
Hari/Tanggal : Senin, 23 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Pemeriksaan tanda vital.
9
Dari pemeriksaan tanda vital, didapatkan:
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : GCS E4V5M6
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit, kuat, teratur
Frekuensi nafas : 18 kali/menit, teratur
Suhu : 36,9ºC
4.1.6 Kunjungan 6
Hari/Tanggal : Rabu, 25 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Pemeriksaan fisik umum.
Dari pemeriksaan fisik umum, didapatkan:
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)
THT : telinga: hiperemis (-), sekret (-), nyeri (-)
hidung: hiperemis (-), sekret (-), edema (-)
tenggorokan: Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Thoraks : cor: S1S2, tunggal, regular, murmur (-)
pulmo: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
hepar/lien tidak teraba
Vertebrae : jejas (-), nyeri ketok sudut CVA (-)
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : hangat +/+ edema −/−+/+ −/−
4.1.7 Kunjungan 7
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Pemeriksaan motorik (tenaga, tonus, tropik).
Dari pemeriksaan motorik (tenaga, tonus, tropik), didapatkan:
10
Tabel 3. Pemeriksaan Motorik (Tenaga, Tonus, Tropik)
Anggota AtasKanan Kiri
Anggota BawahKanan Kiri
Tenaga Tenaga
Abduksi lengan atas 5 5 Fleksi panggul 0 0
Fleksi lengan atas 5 5 Ekstensi panggul 0 0
Ekstensi lengan atas 5 5 Fleksi lutut 0 0
Fleksi pergelangan tangan 5 5 Ekstensi lutut 0 0
Ekstensi pergelangan
tangan5 5 Plantar-fleksi kaki 0 0
Membuka jari-jari tangan 5 5 Dorso-fleksi kaki 0 0
Menutup jari-jari tangan 5 5Gerakan jari-jari
kaki0 0
Tonus Normal Normal Tonus Menurun Menurun
Tropik Normal Normal Tropik Menurun Menurun
4.1.8 Kunjungan 8
Hari/Tanggal : Jumat, 27 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Pemeriksaan motorik (refleks fisiologis, refleks patologis)
Dari pemeriksaan motorik (refleks fisiologis dan patologis), didapatkan:
Tabel 4. Pemeriksaan Motorik (Refleks Fisiologis, Refleks Patologis)
Refleks
Anggota AtasKana
nKiri Anggota Bawah Kanan Kiri
Biseps ++ ++ Lutut (KPR) + +
Triseps ++ ++ Achilles (APR) + +
Hoffman-Tromner - - Plantar + +
Babinski - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Gordon - -
Schaefer - -
Stransky - -
Gonda - -
Bing - -
11
Mendel-
Becterew- -
Rossolimo - -
4.1.9 Kunjungan 9
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : Pemeriksaan sensibilitas (perasa raba, perasa nyeri)
Dari Pemeriksaan sensibilitas (perasa raba, perasa nyeri), didapatkan:
Sensisibilitas
Pemeriksaa
n
Anggota AtasBadan
Anggota Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Perasa Raba Normal Normal Normal Tidak ada Tidak ada
Perasa Nyeri Normal Normal Normal Tidak ada Tidak ada
4.1.10 Kunjungan 10
Hari/Tanggal : Minggu, 29 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : KIE terkait dengan etiologi dan proses terjadinya kelumpuhan.
Penderita diberi penjelasan mengenai masalah kesehatannya. Trauma
medulla spinalis merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf yang
sering menimbulkan kecacatan permanen pada usia muda. Selain struktur saraf,
vaskular juga dapat dikenai. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada usia
produktif ini seringkali mengakibatkan penderita harus terus berbaring di tempat
tidur atau duduk di kursi roda karena tetraplegia atau paraplegia. Di antara
berbagai penyebab trauma spinal, yang tersering dikemukakan adalah kecelakaan
lalu lintas, olahraga, tembakan senapan, serta bencana alam, misalnya gempa
bumi. Semua penyebab tadi dapat mengakibatkan destruksi secara langsung pada
medulla spinalis; kompresi oleh pecahan tulang, hematom, diskus atau komponen
vertebrae lainnya; atau dapat juga mengakibatkan iskemia akibat kerusakan atau
penjepitan arteri
4.1.11 Kunjungan 11
Hari/Tanggal : Selasa, 31 Juli 2012.
Jenis Kegiatan : KIE dan pemecahan masalah personal (Fisik, Psikis, Sosial).
12
Secara fisik, penderita mengalami kelumpuhan pada kedua tungkai yang
diakibatkan oleh trauma medulla spinalis. Pasien saat ini sudah berada pada fase
kronis dengan komplikasi, sehingga, untuk mengatasi masalah fisik ini, tindakan
rehabilitasi medik merupakan kunci utama. Terapi terutama ditujukan untuk
memperkuat dan memperbaiki fungsi ekstremitas atas, serta mempertahankan
kemampuan aktivitas hidup sehari-hari. Penggunaan alat bantu disesuaikan
dengan profesi dan harapan penderita, bisa berupa tongkat ataupun kursi roda.
Penderita juga mengatakan kadang-kadang merasa cemas akan masa depannya.
Penderita mengatakan cemasnya hanya bersifat sementara dan tidak sampai
mengganggu kehidupan penderita. Untuk masalah psikis di sini, penderita tidak
perlu mendapatkan penanganan lebih jauh, cukup dengan motivasi dari penderita
sendiri dan keluarganya. Dari segi sosial, kelumpuhan ini membuat penderita
tidak bisa melakukan aktivitas dan kegiatan sosial di masyarakat. Penderita belum
mau untuk menggunakan alat bantu seperti tongkat atau kursi roda. Disarankan
penderita untuk menggunakan alat bantu agar bisa melakukan mobilisasi dan tidak
hanya berdiam di dalam rumah saja.
4.1.12 Kunjungan 12
Hari/Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2012.
Jenis Kegiatan : KIE mengenai komplikasi dan pencegahannya
Penderita telah berada pada fase kronis tanpa komplikai, jadi yang
diutamakan adalah pencegahan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang mungkin
terjadi pada penderita dengan paraplegia yang lebih sering berbaring di dalam
rumah adalah dekubitus karena penurunan atau hilangnya rasa atau fungsi di
ekstremitas bawah, timbulnya trombosis, pneumonia, kontraktur, dan masalah
psikososial. Pencegahan dekubitus dapat dilakukan dengan perawatan kulit
dengan cara menjaga kebersihan kulit dan memberikan perhatian pada daerah
yang lebih berisiko untuk terjadinya dekubitus. Perubahan posisi setiap dua jam
ataupun penggunaan kasur busa, kasur kulit, atau kasur perubah tekanan juga
dapat membantu. Trombosis dapat dicegah dengan penggunaan anti koagulan tipe
rendah. Pneumonia dapat dicegah dengan menjaga keseimbangan nutrisi, menjaga
daya tahan tubuh, dan mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai
13
udara yang bersih dan ventilasi yang cukup. Kontraktur dapat dicegah dengan
pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk
ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal
ambulasi, posisi, dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan ketahanan,
diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah kontraktur sendi yang
rekuren. Masalah psikososial dapat dicegah dengan motivasi dan dukungan dari
penderita sendiri dan keluarganya.
4.1.13 Kunjungan 13
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Agustus 2012.
Jenis Kegiatan : KIE mengenai prognosis
Pasien dengan cedera medulla spinalis komplet hanya memiliki peluang
5% untuk kembali normal. Lesi medulla spinalis komplet yang tidak
menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap dan
prognosisnya buruk. Cedera medulla spinalis inkomplet cenderung memiliki
prognosis yg lebih baik. Apabila fungsi sensorik di bawah lesi masih ada, maka
kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari 50%. Penderita dalam hal
ini kemungkinan mengalami lesi medulla spinalis yang komplet, sehingga sulit
untuk berfungsi kembali seperti normal.
4.1.14 Kunjungan 14
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 Agustus 2012.
Jenis Kegiatan : KIE mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Pengetahuan keluarga ini terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masih
kurang. Kebiasaan mandi sekali sehari mencerminkan bahwa keluarga ini tidak
bisa menjaga kebersihan diri sendiri. Keterbatasan air dan iklim dingin di desa ini
merupakan salah satu faktor penyebabnya. Pemakaian sabun dan air mengalir
untuk mencuci tangan juga masih kurang pada ketiga keluarga ini. Mereka
berpandangan bahwa cukup mencuci tangan dengan air dalam wadah saja tetapi
sebetulnya itu belum memenuhi syarat cuci tangan yang baik sehingga rentan
terhadap infeksi yang ditularkan melalui makanan, apalagi lalat di daerah
Kintamani sangat banyak. Disarankan untuk meningkatkan kebersihan dengan
14
membiasakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan mandi minimal
dua kali sehari.
4.1.15 Kunjungan 15
Hari/Tanggal : Minggu, 5 Agustus 2012.
Jenis Kegiatan : KIE mengenai pentingnya peran serta keluarga dan lingkungan.
Peran keluarga dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi
kesehatan penderita. Selain itu, keluarga juga mempunyai pengaruh penting dalam
pencegahan untuk mengurangi faktor risiko terjadinya komplikasi. Di sini kita
perlu memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang
pentingnya kebersihan lingkungan baik itu di halaman rumah ataupun di dalam
rumah. Pentingnya membiarkan ventilasi kamar dan pintu kamar terbuka sesering
mungkin bila anggota keluarga ada di rumah dengan tujuan agar sinar matahari
dapat masuk ke dalam kamar sehingga pertukaran udara di dalam kamar menjadi
lebih baik dan kamar tidak lembab. Selain itu, benda-benda di dalam rumah yang
memungkinkan adanya kuman dan debu perlu diberi perhatian. Halaman rumah
juga perlu disiram apabila jarang disiram untuk mengurangi debu masuk rumah.
Penanaman tanaman di halaman rumah, selain memperindah lingkungan juga
dapat membantu mengurangi debu.
4.1.16 Kunjungan 16
Hari/Tanggal : Senin, 6 Agustus 2012.
Jenis Kegiatan : Pemberian kenang-kenangan.
Kegiatan keluarga dampingan diakhiri dengan pemberian kenang-
kenangan berupa sembilan bahan pokok (sembako).
4.2 Hasil
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak 16 kali, didapatkan:
1. Dari anamnesis, didapatkan penderita mengalami paraplegia oleh karena
trauma medulla spinalis setelah mengalami kecelakaan kerja 8 tahun yang
lalu. Penderita tidak dapat menggerakkan kedua tungkainya dan kehilangan
15
rasa sensibilitas. Penderita hanya menjalani pengobatan alternatif, tidak
pernah mendapat pengobatan medis.
2. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan:
a. Status present: dalam batas normal.
b. Status general: dalam batas normal.
c. Status neurologis:
- GCS E4V5M6
- Paraplegia flaccid
- Refleks patologis (-)
3. Peningkatan pemahaman penderita dan anggota keluarganya terkait dengan
masalah kesehatan yang dialaminya, penyebabnya, proses terjadinya
kelumpuhan, terapi, komplikasi, cara pencegahan terjadinya komplikasi, dan
prognosis.
4. Peningkatan peran serta keluarga untuk membantu dan mendukung penderita
untuk menjalani hidupnya walaupun dalam kondisi cacat
5. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat menciptakan suatu
lingkungan kondusif sebagai tempat tinggal penderita.
4.3 Kendala
Kendala yang ditemukan saat melakukan kegiatan keluarga dampingan adalah:
1. Jarak rumah keluarga dampingan jauh dari jalan utama
2. Jalan yang digunakan menuju rumah keluarga dampingan rusak, sehingga
mempersulit mahasiswa untuk mencapai rumah keluarga dampingan.
16
BAB 5PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Keluarga dampingan di desa Dausa memiliki lingkungan fisik tempat tinggal
yang kurang bersih dan sehat, tidak adanya tempat pengelolaan sampah, serta
masih adanya persepsi yang salah tentang konsep sehat-sakit di lingkungan
keluarga binaan yang kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat pendidikan.
2. Selama kegiatan KKN-PPM ini, khususnya di desa Dausa telah dilakukan
beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut promosi kesehatan
dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi serta motivasi baik
kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang sedang
atau pernah diderita.
5.2 Rekomendasi
1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan
penderita dengan ikut menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan sekitar.
2. Persepsi sehat-sakit yang salah di masing-masing keluarga binaan diubah
secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran
serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat yang baik.
3. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan untuk memberikan komunikasi,
informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada penderita dan orang-
orang terdekatnya.
17