Laporan Kelompok 7 Blok 28b

93
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 28 Disusun Oleh: KELOMPOK 7 Bima Ryanda Putra 04111401001 Dwi Andari Maharani 04121401014 KMS. M Temidtya Kurnia R 04121401017 Rima Fairuuz Putri 04121401020 Rafenia Nayani 04121401024 Octavia Ukhti P 04121401052 Elsa Tamara Saragih 04121401075

description

Skenario Need Asessment

Transcript of Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Page 1: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 28

Disusun Oleh: KELOMPOK 7

Bima Ryanda Putra 04111401001

Dwi Andari Maharani 04121401014

KMS. M Temidtya Kurnia R 04121401017

Rima Fairuuz Putri 04121401020

Rafenia Nayani 04121401024

Octavia Ukhti P 04121401052

Elsa Tamara Saragih 04121401075

Stefen Agustinus 04121401081

Inthan Atika 04121401085

Dina Fatma Dwimarta 04121401086

Aji Muhammad Iqbal 04121401094

Sangeethaa 04121401101

Anish Kumar 04121401105

Tutor: dr. Reagen Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015

Page 2: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………................….……………………….…..3

KEGIATAN TUTORIAL..………................……………………….…..…..4

1. SKENARIO ……………………..........………….....................................5

2. KLARIFIKASI ISTILAH ………...............…………………………......6

3. IDENTIFIKASI MASALAH……….……………………................….. 6

4. ANALISIS MASALAH ..………………………….................………… 7

5. HIPOTESIS ………………………………...................……………….. 21

6. LEARNING ISSUE ……………...…………..................……………...21

7. KERANGKA KONSEP ………………….………................……..…...58

8.KESIMPULAN ………………………………..............………………..59

9.DAFTAR PUSTAKA ..……..……………............…………………….. 60

2

Page 3: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat

menyelesaikan tugas kompetensi kelompok “Laporan Tutorial Skenario B Blok

28”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang.Dalam penyelesaian laporan

tutorial ini, kamibanyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan

ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,

2. dr. Reagen, Sp.PD selaku tutor kelompok 7,

3. Teman-teman sejawat FK Unsri,

4. Semua pihak yang telah membantu kami.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas segala amal yang diberikan

kepada semua pihak yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini

bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 26 November 2015

Kelompok 7

3

Page 4: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

KEGIATAN TUTORIAL

Tutor : dr. Regaen, Sp.PD

Moderator : Elsa Tamara Saragih

Sekretaris Meja I : Rafenia Nayani

Sekretaris Meja II : Sangeethaa

Pelaksanaan : 23 dan 25 November 2015

13.00-15.00 WIB

Peraturan selama tutorial :

1. Angkat tangan sebelum berbicara. Lalu berbicara setelah dipersilakan.

2. Dilarang makan dan minum.

3. Penggunaan gadget tidak diperbolehkan selama diskusi tutorial.

4

Page 5: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

I. SKENARIO

Dokter Rita bekerja di Unit Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya yang berfungsi untuk menangani keluhan klinis mahasiswa,

dosen dan karyawan dan meningkatkan kualitas kesehatan di Lingkungan

FK Unsri. Seminggu terakhir terdapat 6 orang karyawan dan 4 orang

mahasiswa yang datang berobat dengan keluhan buang air besar cair dan

perutnya mulas saat jam kerja/kuliah, 1 orang dosen berobat karena sesak

napas, 1 orang mahasiswa koass terjatuh dari tangga, dan 2 orang

mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan.

Dari hasil assessment rutin yang dilakukan dokter Rita, didapatkan bahwa

dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak menyala, sedang

dilakukan renovasi gedung sehingga beberapa kantor dipindahkan ke

ruangan yang sempit dan kurang ventilasi, beberapa karyawan tertangkap

tangan sedang merokok di bagian belakang gedung FK Unsri, di kantin

dibuka tempat makanan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan

sumber air yang sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan

online, dan beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan hujan

mengakibatkan terjadinya banyak genangan air.

Dokter Rika mengetahui bahwa meminta bantuan fakultas untuk

memperbaiki fasilitas secara cepat dan menggunakan biaya yang tinggi

akan memakan waktu, sehingga beliau berusaha untuk menangani masalah

kesehatan yang ada sesuai dengan yang lebih mudah dan lebih murah

dilakukan dengan meminta bantuan dan dukungan dari pihak dekanat

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Buang air besar cair ;diare: bertambahnya defekasi/BAB lebih dari

biasanya/lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan perubahan

konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah

2. Mulas : melilit; sakit perut (gastroesofageal reflux)

rasa sakit seperti di remas-remas pada bagian perut

5

Page 6: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

3. Sesak Napas : pernapasan yang sukar atau berat (Dorland)

4. Koas ;dokter muda : mahasiswa kedokteran yang

sudah menyelesaikan jenjang sarjana S1 (S.Ked) dan magang di Rumah

Sakit untuk mendapat gelar dokter

5. Assessment : Penilaian

6. Dekanat : Pemimpin tingkat fakultas

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dr Rita bekerja di Unit Kesehatan FK UNSRI mendapat keluhan berupa :

a. 6 karyawan dan 4 mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan

perut mulas saat jam kerja/kuliah

b. 1 orang dosen dengan keluhan sesak nafas

c. 1 mahasiswa koass terjatuh dari tangga

d. 2 orang mahasiswa kakinya terinjak bahan bangunan

2. Hasil assessment rutin yang dilakukan dr. Rita, didapatkan :

a. Air di WC FK Unsri tidak menyala didalam beberapa minggu terakhir

b. Renovasi gedung yang berlangsung mengakibatkan beberapa kantor

dipindahkan ke ruangan yang sempit

c. Beberapa karyawan merokok dibagian belakang gedung FK Unsri

d. “Sushimura” , tempat makanan baru di kantin menggunakan sumber air

yang sama dengan penjual lainnya.

e. Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK meningkat, dan memiliki

tren baru membeli dan memesan makanan online

f. Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan

terjadinya banyak genangan air

3. Dokter Rita mengetahui bahwa meminta bantuan fakultas untuk memperbaiki

fasilitas secara cepat dan menggunakan biaya yang tinggi akan memakan

6

Page 7: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

waktu, sehingga beliau berusaha untuk menangani masalah kesehatan yang

ada sesuai dengan yang lebih mudah dan lebih murah dilakukan dengan

meminta bantuan dan dukungan dari pihak dekanat.

IV. ANALISIS MASALAH

1. Apa saja masalah klinis terkait perilaku dan lingkungan dari assessment yang

dilakukan dr. Rita?

=

- Air di WC FK Unsri tidak menyala didalam beberapa minggu terakhir

Menyebabkan banyak mahasiswa/ pengguna WC tidak dapat menggunakan

WC untuk buang air kecil/ besar sehingga dapat menyebabkan ISK,

- Renovasi gedung yang berlangsung mengakibatkan beberapa kantor

dipindahkan ke ruangan yang sempit, berpotensi menyebabkan gangguan

pernapasan akibat debu yang didapat dari renovasi gedung, kecelakaan kerja.

- Beberapa karyawan merokok dibagian belakang gedung FK Unsri, dapat

menyebabkan berbagai penyakit terutama bagi perokok pasif antara lain

gangguan pernapasan

- “Sushimura” , tempat makanan baru di kantin menggunakan sumber air yang

sama dengan penjual lainnya, dapat menyebabkan diare, perut mulas akibat

penggunaan air yang tidak bersih.

- Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya

banyak genangan air, yang dapat memicu jentik-jentik nyamuk sehingga bisa

terjadi DBD atau malaria.

Seminggu terakhir terdapat 6 orang karyawan dan 4 orang mahasiswa yang

datang berobat dengan keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam

kerja/kuliah kemungkinan diakibatkan di kantin dibuka tempat makanan baru

yaitu “sushimura” yang menggunakan sumber air yang sama memiliki tren baru

membeli dan memesan makanan online, 1 orang dosen berobat karena sesak

napas kemungkinan diakibatkan renovasi gedung hingga debu dan paparan

7

Page 8: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

lingkungan kerja yang kotor, lalu 1 orang mahasiswa koass terjatuh dari tangga,

dan 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan.

Masalah yang ditemukan berupa

- keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam kerja/kuliah, yang

mengganggu aktivitas belajar mengajar di FK Unsri

- keluhan sesak napas, yang dapat mengurangi quality of life dan mengancam

jiwa jika tidak segera ditangani

- terjatuh dari tangga, dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti trauma

kapitits, fraktur extremitas, dan lain lain yang dapat mengganggu aktivitas

sehari – hari sehingga kurang produktif.

- terinjak bahan bangunan, dapat mengakibatkan gangguan dalam mobilitas dan

rasa sakit yang terus menerus dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

Masalah tersebut setelah dilakukan assesment disebabkan oleh

- renovasi gedung, hal ini menimbulkan berbagai masalah diantaranya debu –

debu yang bertebaran selama proses renovasi dapat mengakibatkan penyakit

pada sistem respirasi, pemindahan kantor ke ruangan sempit dan kurang

ventilasi semakin memperburuk keadaan tersebut.

- Renovasi gedung juga tidak sesuai dengan standar operasi, dimana barier atau

batas daerah yang bisa dilewati penghuni fk unsri tidak begitu jelas sehingga

mudah sekali terjadi kecelakaan selama proses renovasi seperti terinjak bahan

bangunan

- Seringnya terjadi hujan mengakibatkan timbulnya banjir dan genangan air di

lingkungan FK Unsri, para karyawan kesulitan untuk membersihkan semua

genangan air terutama di daerah – daerah yang sering terabaikan misal tangga,

sehingga mudah sekali orang tergelincir di tangga.

- Kantin yang baru buka dengan sumber sanitasi yang tidak begitu baik

mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan misalnya diare\

8

Page 9: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

2. Bagaimana hubungan perilaku dan situasi lingkungan terkait masalah

kesehatan dan lingkungan di FK Unsri ?

Masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri:

- 6 orang karyawan dan 4 orang mahasiswa yang datang berobat dengan

keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam kerja/kuliah

- 1 orang dosen berobat karena sesak napas

- 1 orang mahasiswa koas terjatuh tangga

- 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan

Berdasarkan skenario dari hasil assessment rutin yang dilakukan oleh dokter Rita,

didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri keran airnya tidak

menyala, sehingga sumber air yang digunakan oleh penjual makanan/minuman di

kantin tidak diketahui asalnya dan kebersihannya.

Gedung FK Unsri sedang direnovasi, sehingga beberapa kantor dipindahkan

keruangan yang sempit dan kurang ventilasi. Ventilasi yang buruk dengan

pencemaran udara berdebu akibat renovasi gedung dapat menimbulkan penyakit

infeksi saluran nafas atas. Selain itu, material bangunan yang diletakan

sembarangan dapat terinjak dan menyebabkan luka tertusuk paku.

Cuaca yang beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan, mengakibatkan

terjadinya banyak genangan air. Di mushola FK Unsri terdapat tangga yang cukup

curam sehingga jika terpeleset akibat genangan air ditangga akan berisiko terjatuh

dari tangga dan menimbulkan beberapa trauma ringan sampai berat.

a. Dari hasil pengamatan dr Rita ditemukan bahwa dalam beberapa hari terakhir

sering hujan yang menyebabkan genangan air di lingkungan FK Unsri, serta

ditemukan juga adanya kedai baru di kantin yang sumber airnya masih terbilang

terbatas, sementara jumlah pelanggan di kantin semakin meningkat. Dari faktor-

faktor tersebut bisa jadi menjadi faktor predisposisi terjadinya 6 karyawan dan 4

mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan perut mulas saat jam

kerja/kuliah. Keadaan lingkungan yang kotor akibat genangan serta sumber air

9

Page 10: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

yang terbatas membuat kurang terjaganya higienitas masyarakat di sekitar FK

Unsri yang menyebabkan hal tersebut.

b. dr. Rita juga menemukan bahwa dilakukan renovasi gedung di tempat yang

sempit dan terdapat beberapa karyawan FK Unsri yang merokok di bagian

belakang gedung. Hal ini kemungkinan menyebabkan terjadinya sesak nafas

yang dialami oleh seorang dosen.

c. Genangan air yang ditimbulkan akibat hujan beberapa hari terakhir

kemunbgkinan menjadi penyebab lantai licin dan menyebabkan seorang koass

jatuh.

d. Renovasi gedung di tempat yang sempit, kurangnya pembatas, dan tidak adanya

penanda hazard bagi mahasiswa ataupun staf terhadap daerah renovasi tersebut

membuat prosedur menjadi kurang jelas dan menimbulkan cedera yang terjadi

pada dua orang mahasiswa yang kakinya terinjak bahan bangunan.

3. Apa penyebab dari masalah-masalah kesehatan yang terjadi ?

Tidak adanya upaya maksimal baik dari ukw ukm maupun ukp untuk mencapai

suatu lingkungan yang optimal, dokter rita selaku dokter fk unsri dituntut untuk

menyelaraskan ketiga hal tersebut

10

Page 11: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Semua permasalahan bermula dari sanitasi lingkungan, karena air tidak mengalir

sehingga membuat banyak masalah, dimulai dari mahasiswa ataupun pegawai yang

ingin menggunakan toilet terganggu, menyebabkan pengguna toilet menahan untuk

BAK, karena air yang tidak mengalir juga menyebabkan pengguna air tidak dapat

menyuci tangan, ditambah debu yang diakibatkan karena renovasi gedung membuat

komunitas kampus makan di kantin dengan tangan yang kotor sehingga kemungkinan

untuk diare meningkat.

Makan sushimura karena air tidak ada dan bisa juga makanan yang tidak matang

dapat menyebabkan sakit perut (mulas) dan kemungkinan diare meningkat juga.

Kalau gedung karena renovasi membuat debu dan barang-barang akibat renovasi

dapat mengganggu dan bisa jadi menyebabkan cidera jika komunitas kampus tidak

berhati-hati. Pindahnya gedung ke tempat yang lebih sempit dan tidak ada ventilasi

menyebabkan karyawan kemungkinan sesak nafas dan kemungkinan ISPA

meningkat, apalagi karyawan yang memiliki riwayat asma. Banyak karyawan yang

merokok di belakang gedung menyebabkan pencemaran udara dilingkungan kampus,

11

Page 12: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

selain debu yan bertebaran dan asap rokok dapat menyebabkan gangguan pernafasan

bagi komunitas kampus.

4. Bagaimana cara memprioritaskan masalah di dalam kasus?

Masalah diprioritaskan berdasarkan yang paling banyak menyebabkan penyakit,

dalam scenario ini terdapat

1. 4 mahasiswa berobat dengan keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas

saat jam kerja/kerja.

2. 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan

3. 1 dosen berobat karena sesak nafas

4. 1 orang mahasiswa koas terjatuh dari tangga

Masalah 1:

Di kantin dibuka makanan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan sumber

air yang sama dengan penjual yang sama dengan penjual makanan/minuman

lain di kantin,

Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK unsri meningkat, pada saat yang

sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan online

Didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak

menyala.

Masalah 2:

Sedang dilakukan renovasi gedung.

Masalah 3:

Sehingga beberapa kantor dipindahkan ke ruangan yang sempit dan kurang

ventilasi, beberapa karyawan tertangkap tangan sedang merokok di bagian

belakang gedung FK Unsri.

12

Page 13: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Masalah 4:

Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya

banyak genangan air.

Keempat faktor yang merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan

terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial,

ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan

kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling

berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan

masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor

determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan

faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih

dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup

manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

Adapun masalah yang terjadi pada FK Unsri yaitu:

Didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak

menyala (Lingkungan)

Sedang dilakukan renovasi gedung sehingga beberapa kantor dipindahkan ke

ruangan yang sempit dan kurang ventilasi (Lingkungan)

Beberapa karyawan tertangkap tangan sedang merokok di bagian belakang

gedung FK Unsri (Perilaku)

Di kantin dibuka tempat makan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan

sumber air yang sama dengan penjual makanan/minuman lain di kantin

Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK meningkat (Perilaku)

Pada saat yang sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan online

(Perilaku)

Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya

banyak genangan air. (Lingkungan)

13

Page 14: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

5. Apa yang harusnya dilakukan dr.Rita setelah mendapatkan keluhan yang

dialami mahasiswa, pegawai dan dosen ?

Keluhan yang dialami oleh mahasiswa, pegawai, dan dosen serta penyebab-

penyebab yang mungkin mempengaruhi keluhan tersebut terkait perilaku dan

keadaan lingkungan di FK Unsri, merupakan hasil dari pengumpulan data awal.

Setelah mendapatkan data awal, yang seharusnya dilakukan oleh dr.Rita adalah

pengumpulan data lanjutan, penetapan prioritas masalah, penentuan alternatif

pemecahan masalah, implementasi, dan evaluasi.

Pengumpulan data lanjutan

Dalam pengumpulan data lanjutan ini, sumber informasi dan cara pengumpulan

informasi menjadi sangat penting, karena sangat berpengaruh terhadap hasil yang

didapatkan. Cara beradaptasi dan berkomunikasi pada masyarakat juga

berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Cara pengumpulan informasi

diantaranya adalah:

Wawancara mendalam

Wawancara mendalam dapat dilakukan kepada mahasiswa, karyawan, dan dosen

mengenai keadaan lingkungan, kebiasaan, dan perilaku yang menjadi tren dalam

waktu dekat yang kemungkinan menjadi penyebab timbulnya masalah. Misalnya,

mengenai renovasi gedung yang berlangsung di FK Unsri dan menyebabkan

karyawan harus dipindah ke ruangan baru yang lebih sempit dan kurang ventilasi

serta mengenai tren baru membeli dan memesan makan online. Wawancara

mendalam juga dapat dilakukan terhadap pekerja kantin mengenai jenis makanan

yang dijual, terutama bagi karyawan kantin yang baru membuka tempat makanan

baru yaitu “sushimura”.

FGD

FGD (Focus Group Discussion) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan

responden dan melakukan diskusi mengenai permasalahan yang timbul. Salah satu

masalah yang dapat diangkat pada FGD adalah mengenai kebersihan makanan dan

14

Page 15: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

sumber air di kantin FK Unsri serta mengenai tren kebiasaan dalam waktu dekat.

Diharapkan responden yang ikut berpartisipasi bukan hanya dari satu kalangan

mahasiswa melainkan dari berbagai kalangan. Misalnya, dari mahasiswa yang

berbeda angkatan, karyawan, jika perlu dosen yang termasuk konsumen pada

kantin FK Unsri. Sehingga hasil diskusi yang didapat dapat mewakili berbagai

pihak terkait permasalahan yang terjadi di FK Unsri.

Observasi

Observasi pada kasus ini dapat dilakukan terhadap keadaan lingkungan atau

perilaku masyarakat kampus yang mugkin berpengaruh pada masalah yang terjadi

secara langsung di lapangan. Misalnya, observasi dapat dilakukan di secara

langsung untuk meilhat kebersihan WC FK Unsri, proses renovasi gedung dan

kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan, keadaan ruangan karyawan FK

Unsri pada saat ini, keadaan kantin, serta tempat-tempat tertentu memiliki potensi

penyakit.

Observasi partisipasi

Observasi partisipasi pada kasus dapat dilakukan untuk mngetahui kemungkinan

pnyebab masalah yang terjadi secara langsung dengan melakukan partisipasi

terhadap kebiasaan masyarakat kampus. Sebagai contoh, pada kasus dapat

dialakukan observasi partisipasi bersama konsumen kantin FK Unsri, untuk

mngetahui kebersihan makanan di kantin, tren kebiasaan makan masyarakat FK

Unsri, serta perilaku petugas kantin.

Survey

Survey dapat dilakukan pada kasus ini untuk mngetahui tren perilaku pada

masyarakat FK Unsri, salah satu tujuannya adalah untuk melihat kemungkinan

keparahan dari dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku tersebut.

15

Page 16: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Analisis data sekunder

Pengumpulan informasi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mnganalisis data

awal yang didapatkan. Data sekunder yang mungkin dapat dianalisis diantaranya

adalah laporan beberapa keluhan dari mahasiswa, dosen, dan karyawan.

Penetapan prioritas masalah

Setelah mendapatkan berbagai masalah, anda diminta memilih prioritas

masalah yang dirasa dapat di-intervensi. Karena tidak semua permasalahan bisa

dilakukan intervensi, juga disebabkan karena keterbatasan sumber daya.

Penetapan prioritas masalah dapat menggunakan berbagai metode, seperti

scoring dan non-scoring method.

Pada kasus di atas, penetapan prioritas masalah yang dapat dilakukan misalnya

sebagai berikut:

Pendataan seluruh masalah kesehatan yang ada di FK Unsri, seperti:

6 karyawan dan 4 mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan perut

mulas saat jam kerja/kuliah

1 orang dosen dengan keluhan sesak nafas

1 mahasiswa koass terjatuh dari tangga

2 orang mahasiswa kakinya terinjak bahan bangunan

Penentuan prioritas masalah

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan

urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan

prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada

kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan

secara sistematis.

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan

yang harus diperhatikan, yakni:

1. Besarnya masalah yang terjadi

16

Page 17: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

2. Pertimbangan politik

3. Persepsi masyarakat

4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.

Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah

kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan

mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai

informasi dan data yang tersedia.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan beberapa

teknik, yaitu:

Teknik Non Skoring

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter dilakukan

bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan

prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh

sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique” (NGT).

Teknik Skoring

Salah satu teknik penentuan prioritas masalah yang dikembangkan oleh PAOC

(Pan American Health Organization). Priorias msalah ditentuan oleh indikator:

1) Magnitude (M)

Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa

ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di masyarakat.

2) Severity (S)

Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh masalah

kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case fatality rate)

17

Page 18: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk

menanggulangi atau mengobatinya.

3) Vulnerability (V)

Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif

untuk mengatasi masalah tersebut.

4) Community concern (C)

Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di

Tengah masyarakat.

Pada kasus yang terjadi di FK Unsri, dapat dilakukan penentuan priotritas masalah

dengan teknik skoring sebagai berikut:

Penyakit M S V C Total

BAB cair dan perut mulas

Sesak

Kecelakaan akibat

pembangunan

Penentuan alternatif pemecahan masalah

Setelah mendapatkan prioritas masalah yang akan dilakukan intervensi, yang

haarus dilakukanadalah menentukan alternatif dari pemecahan masalah. Penentuan

Pemecahan Masalah bisa dilakukan secara langsung dengan berdiskusi secara

langsung, juga bisa dengan menggunakan analisis akar masalah, yang biasanya

lebih popular disebut dengan diagram tulang ikan atau diagram pohon, dimana

setelah terlihat akar masalahnya, lebih mudah untuk memutuskan apa intervensi

yang akan dilakukan.

Implementasi

Pemberlakuan implementasi sangat tergantung dengan hasil yang didapatkan

sebelumnya, juga dengan sasaran yang akan dilakukan intervensi. Ada berbagai

18

Page 19: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

macam jenis intervensi yang dapat dilakukan, seperti penyuluhan dan ceramah

dengan menggunakan slide, serta pembuatan poster atau banner.

Pemilihan media menjadi sangat penting, hal ini bergantung dari sasaran

masyarakat pada yang akan dilakukan intervensi. Sehingga, intervensi yang

dilakukan dalam mengenai seluruh lapisan masyarakat FK Unsri, baik mahasiswa,

karyawan, maupun dosen FK Unsri.

Evaluasi

Setelah selesai melakukan implementasi pada usaha promosi kesehatan, yang

harus dilakukan seanjutnya adalah evaluasi terkait efektivitas intervensi tersebut.

6. Apa saja rencana yang perlu dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada?

= Melakukan promosi kesehatan konsep promosi kesehatan adalah semua upaya

yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan,

pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan

merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status

kesehatan individu dan masyarakat.(Keleher,et.al,2007).

Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah

sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi

kesehatan, yaitu :

1. membangun kebijakan kesehatan publik

2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

3. memberdayakan masyarakat

4. mengembangkan kemampuan personal

5. berorientasi pada layanan kesehatan

6. promote social responbility of health

7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social

8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan

19

Page 20: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.

10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

Rencana yang perlu dilakukan untuk menangani masalah yang ada pada kasus,

dimulai dari yang paling mudah dilakukan dan paling sedikit menghabiskan biaya

dengan meminta bantuan pihak dekanat sebagai pemegang kebijakan. Diantara

masalah yang dapat diselesaikan adalah:

- Program promosi kesehatan terkait perilaku masyarakat kampus seperti

kebiasaan merokok pada karyawan, kebiasaan menjaga kebersihan pada petugas

kantin, dan kebiasaan makan masyarakat kampus.

- Meminimalisasi jalur yang sering dilalui masyarakat kampus di sekitar proses

renovasi pembangunan.

- Negosiasi kepada pihak dekanat, perihal penambahan sumber air bagi petugas

kantin dan penjagaan pengadaan air untuk WC FK Unsri.

7. Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan penyakit?

=

- Menyusun masalah / penyakit apa saja yang terjadi di lingkungan FK Unsri

saat ini

- Melakukan assesment terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab / sumber

dari penyakit yang timbul

- Menentukan prioritas masalah, dimana penyakit yang lebih banyak dan

mengancam jiwa dianggap sebagai prioritas.

- Menentukan solusi yang tepat untuk menghilangkan penyebab penyakit yang

timbul sesuai dengan penyebab masing – masing

o diare yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan

penggunaan air mengalir, sabun cuci dan higenitas penjual yang baik atau bisa

menggunakan tempat makan sekali pakai.

20

Page 21: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

o Masalah debu yang disebabkan oleh renovasi gedung baru dapat dikurangi

dengan penggunaan masker saat berada di lingkungan yang sedang dilakukan

renovasi.

o Pembatasan / larangan di wilayah sekitar renovasi gedung untuk mengurangi

kecelakaan selama kegiatan renovasi berlangsung

V. HIPOTESIS

Dr. Rita yang bekerja di Unit Kesehatan FK Unsri berusaha menanggulangi

masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri.

VI. LEARNING ISSUE

1. Promosi Kesehatan a. Sejarah Singkat Promosi Kesehatan

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai

dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi

Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun

1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya

memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah

tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada

masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan

disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE

(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial),

Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.1

Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu

sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan

kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung

kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala

Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni,

MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti

21

Page 22: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

(pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan

pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal

penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor,

termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan

lapangan ke Bandung.

Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan

selama kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health

Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan

kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu

diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr.

Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health

Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa

kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat

Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi

kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia

tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health

Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga

sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi

Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health

Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga

ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia

sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.2

b. Definisi

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan

dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan

Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan

yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian

22

Page 23: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di

dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku

masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik

fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan

aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi

lingkungannya.1

Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program

kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam

masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green,

promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan

intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang

untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.2

Sedangkan istilah promosi kesehatan gigi adalah usaha meningkatkan

status kesehatan gigi masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang

sering berada diluar kontrol masyarakat.

c. Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan utama promosi kesehatan adalah :

Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat

Peningkatan perilaku masyarakat

Peningkatan status kesehatan masyarakat.

Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan,

yaitu :

1. Tujuan program

Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam

periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

2. Tujuan pendidikan

23

Page 24: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat

mengatasi masalah kesehatan yang ada.

3. Tujuan perilaku

Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai

(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan

pengetahuan dan sikap.

d. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi

yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa

yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang

program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi

dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang

Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World

Health Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan

penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,

maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun

masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya

yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi

kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan

dalam pencapaian suatu visi.

24

Page 25: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :2

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan

kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan

yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk

mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat

mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu

mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu

kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor

yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu

kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang

memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak

hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga

perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi

kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau

kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan

memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan

dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka

meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan

ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan keluarga akan meningkat.

e. Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi

dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

25

Page 26: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan

menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan

menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak

sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini

sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan

serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan

setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat

kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada

lingkungan masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan

pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat

sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah

pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker).

Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau

keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki

efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer

dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). 1

f. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut WHO, 1984 terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu :2

26

Page 27: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

1. Advokasi (advocacy)

Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan

orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk

pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level

pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan

bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan

kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat

kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada

kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat

mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).

Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi,

promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan

mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah

suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu

usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan

terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya

kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public

dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias

tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan

yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah

(miskin).

2. Dukungan sosial

Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh

masyarakat. Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat

melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain

yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan

prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang

27

Page 28: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

memudahkan kita, atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi

yang diberikan lebih diterima.

3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)

Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan

adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya

bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan

pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya

partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat

sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku

karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-

kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007).

Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif

atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada

tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam

Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang

mencakup 5 butir yaitu:2

a) Kebijakan berwawasan kebijakan (Healthy Public Policy)

Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada

para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan

kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan

kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk

peraturan, perundanagan, surat-surat keputusan, dan sebagainya selalu

berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik.

28

Page 29: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

b) Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)

Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,

termasuk pemerintahan kota, agar mereka menyediakan sarana prasarana

atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi

masyarakat , atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum

tersebut. Lingkungan yangg mendukung kesehatan bagi tempat-tempat

umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang

air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya bagi perokok dan non

perokok dan sebagainya.

c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)

Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan pelayanan

kesehatan i ni adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik

pemerintah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan

masyarakatagar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai

penerima pelayanan kesehatan, tettapinjuga sekaligus sebagai

penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.

d) Ketrampilan individu (Personnel Skill)

Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-

pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihra

kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan

ke fasilitas kesehatan profrsional, meningkatkan kesehatan, dan

sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat

individual dari pada massa.

e) Gerakan Masyarakat (Community Action)

29

Page 30: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi

promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada

gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi

kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat

dalam mewujudkan kesehtaan mereka. Tanpa adanya kegiatan

masyarakat di bidang kesehatan, niscahaya terwujud perilaku yang

kondusif untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau dan mampu

memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

g. Ruang Lingkup Promosi Pesehatan

Ilmu-ilmu yang dicakup promosi kesehatan dapat dikelompokkan

menjadi 2 bidang yaitu:2

1. Ilmu perillaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk

perilaku manusia, terutama psikologi, antropologi dan sosiologi.

2. Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk interaksi perilaku (pembentukan dan

perubahan perilaku), antara lain pendidikan, komunikasi, manajemen,

kepemimpinan dan sebagainya.

Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi,

yaitu dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat

pelaksanaan promosi  atau tatanan (setting)

1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan

, secara garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:

a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok

masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan

meningkat status kesehatannya.

30

Page 31: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok

masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnyadan

menjadi pulih kesehatannya.

Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehtana ini, promosi

kesehatan mencakup 4 pelayanan, yaitu:

a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif

adalah pada kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka

mampu meningkatkan kesehatannya. Apabila kelompok ini tidak

memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara kesehata,

maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang

yang sakit akan meningkat.

b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif

Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan

pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama

promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-

kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi terkena sakit (primary

prevention)

c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita

penyakit (pasien). Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar

kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih

parah (secondary prevention).

d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif

Promosi kesehtana pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok

kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu

penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar

mereka segera pulih kembali kesehatnnya, dan atau mengurangi

31

Page 32: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

kecacactan seminimal mungkin. Denganperkataan lain, promosi

kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan

akibat penyakitnya (tertiary prevention).

2.   Ruang lingkup  promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat

pelaksanaan)

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai

perilaku sehat masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan masing-

masing keluarga. Dari teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga

adlah tempat persemaian manusia sebgaai anggota masyarakat. Karena

itu, bila persemaian itu jelek maka akan jelas berpengaruh pada

masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang

kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai 

calon anggota masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat

berperan. Dalam promosi kesehatan, keluarga ini, sasaran utamanya

adalah orang tua terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu yang

sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-

anak mereka sejak lahir.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya

sekolah merupakan tempat lanjutan unutk meletakkan dasar perilaku

bagi anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran guru dalam promosi

kesehatan disekolah sanagt penting, karena guru pada umunya lebih

dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Promosi kesehatan di tempat kerja inidapat dilakukan oleh

pimpinan perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat

kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan atau

pekerjaanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat pembuangan

32

Page 33: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

kotoran, tempat smapah, kantin, ruang tempat istirahat, dan

sebagainya.

d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)

Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orng-orang

berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Di tempat-tempat umum juga

perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan menyediakn fasilitas-

fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi pengujungnya.

e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas,

balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya

adalah tempat adalah tempat yang paling strategis untuk promosi

kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan

kesehatan ini dapata dilakukan baik secara individual oleh para

petugas kesehatan kepada para pasien atau kelurga pasien, atau dapat

dilakukan pada kelompok-kelompok. 

h. Penyerapan materi dalam promosi kesehatan

Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda

pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagai mana gambaran berikut:

33

Page 34: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia

menggunakan lebihdari satu indera

Apa yang bisa kita ingat :

10% dari yang kita baca

20% dari yang kita dengar

30% dari yang kita lihat

50% dari yang kita lihat dandengar

80% dari yang kita ucapkan

90% dari yang kita ucapkan danlakukan

i. Metode pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah siatu kegiatan atau usaha

untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap

perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat

membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.

1. Berdasarkan Teknik Komunikasi

a. Metode penyuluhan langsung

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka

dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan

diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.

b. Metode yang tidak langsung

Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapansecara tatap

muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya denganperantara

34

Page 35: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

(media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,

melaluipertunjukan film, dsb

2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

1) Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

- Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

- Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu

penyelesaiannya.

- Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,

penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

- Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

- Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2) Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok

itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun

akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian

35

Page 36: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil

1) Diskusi kelompok ;

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih

tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,

pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur

sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu

peserta.

2) Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan

satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,

tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak

boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya

mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya

terjadi diskusi.

3) Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.

Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya

akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian

dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok

lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.

36

Page 37: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari

kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan

tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter

puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya

sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana

interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan simulasi (Simulation Game)

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan

disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara

memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan

dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi

pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

3) Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.

Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,

misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV

maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan

kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau

radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :

”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.

37

Page 38: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk

pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari

Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya

jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan

bentuk pendidikan kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya

adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo

ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

3. Berdasarkan Indera Penerima

a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melaluiindera penglihatan, seperti :

Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,Pemasangan Koran dinding,

Pemutaran Film

b. Metode PENDENGARAN

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,

umpamanya: Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll

c. Metode “KOMBINASI”

Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,dicium, diraba

dan dicoba)

j. Media Promosi Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat

bantu untuk promosikesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau

dicium, untuk memperlancarkomunikasi dan penyebar-luasan informasi

Kegunaan:

38

Page 39: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan

papan tulis denganphoto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga,

baik secara kombinasi maupuntunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan,

yaitu :

• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran

• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh

sasaran

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :

• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan

contoh yang telahdisebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir

atau salah pengertian tentangbentuk plengsengan dapat dihindari.

• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.

• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang

mengesankan.

• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

1) Jenis / Macam Media

Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,

mempunyaibentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini

kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu

mengajar.

Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :

• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb

• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing

dalam botol pengawet, dll

• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti

oralit, dll

39

Page 40: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.

Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi

kesehatan. Halini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,

misal ukuran benda asli yangterlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan

dapat dibuat dari bermacam-macam bahanseperti tanah, kayu, semen, plastik

dan lain-lain.

c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.

Poster

Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan

sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya

dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster

biasanya ditempelkan pada suatu tempat yangmudah dilihat dan banyak

dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan,

papanpengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa

lukisan, ilustrasi, kartun,gambar atau photo.Poster terutama dibuat untuk

mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat.Karena itu cara

pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide

atausatu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai

daya tinggal lamadalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat

mendorong untuk bertindak.

Leaflet

Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat

yang singkat,padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

Ada beberapa yang disajikansecara berlipat.Leaflet digunakan untuk

memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnyadeskripsi

pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare

danpenecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan

pada saat pertemuan-pertemuandilakukan seperti pertemuan FGD,

40

Page 41: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, danlain-lain. Leaflet dapat dibuat

sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

d. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll

Photo

Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :

Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,

menggambarkan suatu cerita,kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam

sebuah album. Album ini bisa dibawa danditunjukan kepada masyarakat

sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnyaalbum photo

yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan

BABnyamenjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan

resmi dari Bupati.

Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak

disimpan dalambentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan

atau titik perhatian. Photo inidigunakan biasanya untuk bahan brosur,

leaflet, dll

Slide

Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide

ini sangat efektifuntuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat

mencermati setiap materi dengancara seksama, karena slide sifatnya dapat

diulang-ulang

Film

Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun

bernuansa edikatif.

k. Teori Perubahan Perilaku3

a. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

41

Page 42: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources ),

misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan

keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus

itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi

bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan

stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari oragnisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

perilaku).

Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

42

Stimulus

- Perhatian- Pengertian- Penerimaan

Reaksi tertutup(Perubahan sikap)

Reaksi terbuka(Perubahan Praktek)

Page 43: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

b. Teori Festinger (dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori

ini sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal ini

berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance” adalah merupakan keadaan

ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh letegangan diri yang berusaha

untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam

diri individu, maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan

ini disebut “consonance” (keseimbangan).

Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu

terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen

kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu

menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan

pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam individu sendiri,

maka terjadilah dissonance.

Contoh: seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak,

dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya, yang akhirnya

dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk

kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia

khawatir terhadap perawatan terhadap anak-anaknya yang menimbulkan

masalah. Kledus elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa

tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara

kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka terjadi keseimbangan kembali.

Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya

perubahan sikap dan akhirnya akan terjadinya perubahan perilaku.

43

Page 44: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu

tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat

dimngerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)

perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz

berasumsi bahwa:

1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan

memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak

(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.

Sebaliknya bila objek tidak dapat memnuhi kebutuhannya maka ia akan

berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban apabila jamban

tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.

2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan

perilakunya, dengan tindakan-tindakannya manusia dapat melindungi

ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat

menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut

merupakan ancaman bagi dirinya.

3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam

peranannya dengan tindakannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Dengan tinadakan sehari-hari tersebut

seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek

atau stimulus yang dihadapi.

4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam

menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri

seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu

perilaku dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat

dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya

dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

44

Page 45: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk

menghadapi dunia luar individu, dan senantisas menyesuaikan diri dengan

lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan

manusia, perilaku itu tampak terus menerus dan berubah sevara relatif.

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)

dan kekuatan-kekuatan penahan (reinstraining forces). Perilaku itu dapat

berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di

dalam diri seseorang.

Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri

seseorang itu, yakni:

1. Kekuatan –kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-

stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku.

Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi

sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang

belum ikot KB (ada keseimbangan antara penting anak sedikit, dengan

kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut

KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber- Kb di naikkan

dengan penyuluhan-penyluhan atau usaha-usaha lain.

2. Kekuatan –kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya

stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

Misalnya contoh diatas, dengan pemberian pengertian kepada orang

tersebut bahwa anak banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah, maka

kekuatan penahan tersebut melemah, adan akan terjadi perubahan perilaku

pada orang tersebut.

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan

keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti

45

Page 46: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

pada contoh diatas juga, penyuluhan KB yang berisikan memberikan

pengertian terhadap orang tesebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak

benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkat

kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

l. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi emosi,

motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisikmaupun non fisik

seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.3

Menurut Green, perilaku itu sendiri ditentukan oleh oleh 3 faktor utama,

yaitu:2

1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai

tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu,

karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk

mengetahui pertumbuhannya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya

Puskesmas, Posyandu, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Kadang-kadang meskipun sesorang tahu dan mampu untuk berperilaku

sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa

kehamilan, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi

46

Page 47: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

ia tidak mau memeriksa kehamilannya, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh

lainnya tidak pernah periksa kehamilan, namun anaknya tetap sehat. Hal ini

berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh

masyrakat.

2. Community Need Assessment

Berdasarkan National Networks of Libraries of Medicine (NNLM),

Community assessment didefinisikan sebagai suatu deskripsi sebuah komunitas dan

orang-orangnya dengan tujuan mengidentifikasi kebutuhan komunitas dalam

menyediakan pelayanan yang memedai terhadap kebutuhan tersebut. Sumber lainnya

mendifinisikan community assessment sebagai suatu proses mengumpulkan,

menganalisis dan melaporkan informasi mengenai kebutuhan masyarakat dan

besarnya kapasitas atau kekuatan yang ada dimasyarakat untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Dalam suatu program perencanaan, community assessment merupakan

bagian terpenting karena fokusnya bersumber dari komunitas. Pengumpulan data

tidak harus luas tetapi harus cukup untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas

dalam mendukung perencanaan keputusan. Dalam hal ini harus dipertimbangkan

beberapa kondisi yaitu budaya, ekonomi dan fisik yang membentuk masyarakat.

Community assessment atau penilaian komunitas juga dapat didefinisikan

sebagai kegiatan menilai kekuatan dan kelemahan suatu komunitas sebagai langkah

awal pertama untuk merencanakan proyek pelayananan yang efektif. Dengan

mempelajari isu yang terdapat dalam suatu komunitas, penilai dapat menemukan

peluang baru untuk proyek pelayanan dan mencegah duplikasi aset komunitas yang

telah ada.

 Menurut Outreach NNLM GMR Simposium terdapat dua macam konsep yang

dapat digunakan dalam community assessment. Konsep tersebut meliputi konsep

formal dan non formal. Berikut adalah konsep yang diajukan oleh

Outreach NNLM GMR Simposium.

1.      Formal

47

Page 48: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

a. Data demografis, Data demografis ini berasal dari  sensus  dan abstrak statistik.

b. Survei, Tidak selalu tersedia dana untuk melakukan survei. Namun, dalam

penyusunan dana atau budget dalam suatu community assessment dana untuk

survei bisa saja dianggarkan.

c. Key Informant Interviews, Metode ini dilakukan oleh orang yang

terpercaya. Mereka bisa saja berasal dari anggota dalam suatu kelompok

community assessment yang dihormati di masyarakat atau bisa jadi berasal dari

kelompok lain yang bisa diajak bekerja sama.

d. Focus group Discussion, Diskusi ini dapat memakan waktu yang lama tetapi

sangat efektif untuk mengetahui hal-hal yang selama ini belum jelas.

e. Fungsi Masyarakat dan / atau Rapat, Dalam hal ini, dapat ditentukan

kebutuhan masyarakat melalui pertemuan-pertemuan.

2.      Informal

a. WindShield Survey 

Melakukan pengamatan didaerah kelompok komunitas yang akan diteliti.

b. Berjalan berjalan di sekitar area komunitas  yang akan direncanakan untuk

diamati.

Berhenti di warung-warung kopi dan berbicara dengan masyarakat tentang hal-

hal yang mereka butuhkan dapat menjadi cara yang cukup efektif.

c. Kotak Saran.

Biarkan masyarakat memberikan dan mengekspresikan apa yang menjadi

kebutuhan mereka secara tersembunyi dengan menuliskan saran tentang

kebutuhan mereka yang diletakkan di dalam kotak saran.

Tujuan utama Community Assessment adalah untuk membuat keputusan

tentang rancangan program dan layanan berbasis informasi dimana yang akan

dikumpulkan dan dianalisis. Analisa data masyarakat digunakan sebagai bahan :

            1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada dan dirasakan oleh masyarakat

            2. Menetapkan kebutuhan masyarakat

            3. Menetapkan kekuatan masyarakat

48

Page 49: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

            4. Mengidentifikasi pola respon sehat-sakit masyarakat

            5. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Dengan melakukan community assessment dan perencanaan, kita dapat

mengidentifikasi daerah terbesar dari kebutuhan masyarakat dan membuat program

yang memenuhi kebutuhan tersebut. Dibandingkan dengan terus menghabiskan

banyak sumber daya pada reaksi terhadap suatu masalah, akan lebih bijak untuk

mencegah bagaimana masalah tersebut tidak terjadi. Berbekal hasil community

assessment kita dapat menjangkau masyarakat dan menawarkan solusi di muka.

dengan melakukan community assessment, kita mendapatkan kredibilitas,

meningkatkan dukungan publik dan yang paling penting, menyelamatkan lebih

banyak nyawa.

Setidaknya ada 7 manfaat dalam melakukan community assessment seperti

yang dilakukan di American Indian/Alaska Native Head Start/Early Head Start

programs. Namun dalam hal ini akan disajikan 6 manfaat saja untuk menyesuaikan

dengan keadaan di Indonesia. Manfaat tersebut adalah:

1.      Dapat membuat keputusan dan perencanaan

Community assessment adalah dasar untuk mendesain sebuah perencanaan, memilih

partner komunitas, membuat kolaborasi dan mengimplementasikan pelayanan yang

komprehensif untuk menemukan kebutuhan masing-masing keluarga dalam suatu

komunitas. Dengan menggunakan data yang didapat dari community assessment,

pemerintah dapat memfasilitasi suatu proses pembuatan keputusan.

2.      Pelatihan dan pengembangan sumber daya

Community Assessment yang komprehensif adalah cara yang efektif untuk

mengedukasi staff, orangtua, dan pemerintah tentang apa yang mereka butuhkan, dan 

kekuatan mereka, karakteristik keluarga dalam sebuah komunitas. Semua ini dapat

digunakan untuk merencanakan suatu pelatihan yang memadai.

3.      Mengembangkan sumber daya komunitas

49

Page 50: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Community Assessment dapat membantu mengidentifikasi sumberdaya komunitas.

Pengumpulan informasi melalui community assessment dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang sumberdaya yang mereka punya.

4.      Advokasi

Community Assessment menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk advokasi dan

menetapkan prioritas.

5.      Respon terhadap perubahan kebijakan dan program

Perubahan prioritas seperti kesejahteraan merupakan tantangan reformasi staf

program. Community assessment dapat membantu program dan menjawab tantangan

tersebut dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang tepat.

6.      Dapat digunakan untuk mengajukan dana tambahan 

Community assessement dapat digunakan untuk mengembangkan program baru,

membenarkan perlunya perluasan layanan, aplikasi dukungan untuk non-Kepala

pendanaan Start, dan mengidentifikasi khusus dana untuk program untuk mengatasi

kebutuhan.

Dengan kata lain, Community Assessment digunakan untuk membuat,

merencanakan dan mengevaluasi program baik di tingkat penerima maupun pada

tingkat federal. Keputusan tidak terbatas pada pilihan program, pusat lokasi, dan

bagaimana layanan akan diterima oleh anggota komunitas. Communtity assessment

memungkinkan untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan kebutuhan

penduduk di suatu wilayah. Hasil program Community assessment dapat digunakan

untuk mengidentifikasi potensi masyarakat, menangkap kecenderungan data internal

dan eksternal, upaya advokasi dukungan, dan perencanaan program.

Indikator yang digunakan dalam suatu Community Assessment adalah:

a. Masalah Kesehatan

Rata-rata imunisasi untuk anak-anak yang masih muda

Persentase bayi dengan berat lahir rendah

Tingkat perawatan prenatal

Tingkat kelahiran untuk ibu tunggal di bawah 8 tahun

50

Page 51: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

b. Kondisi Ekonomi

Tingkat kemiskinan

Jumlah siswa yang menerima makan siang dengan pengurangan/bebas harga

Dewasa muda di sekolah atau dipekerjakan

Tingkat mobilitas perumahan

c. Tingkat Sukses Sekolah

Pengukuran prestasi akademik dalam melewati materi pelajaran di kelas

Tingkat mobilitas pelajar

Putus sekolah dan tingkat retensi-kelas

d. Masalah Keluarga

Jumlah penempatan anak asuh

Jumlah keluarga di daftar tunggu tempat penitipan anak

Jumlah kasus Aid to Families with Dependent Children (AFDC)

e. Perkembangan Anak Usia Dini

Tingkat mulai awal dan partisipasi prasekolah

Persentase anak-anak dengan kebutuhan khusus

Tingkat pengasuhan remaja

Adapun beberapa prinsip community assessment adalah sebagai berikut:

1.      Membangun kemitraan

Pada prinsipnya membangun hubungan kemitraan adalah dasar proses

Community Assessment. Landasan nyata dari suatu community assessment adalah

hubungan yang terjalin antara orang dan organisasi yang ada dalam masyarakat

tersebut serta saling mempercayai adalah kunci utama dalam melakukan community

assessment. Kemitraan sangat berguna dalam melakukan community assessment

karena banyak keuntungan yang dapat diambil dari masing-masing mitra.  Sebuah

kemitraan umumnya terdiri dari warga masyarakat, lembaga-lembaga publik, dan

organisasi berbasis masyarakat. Setiap anggota memainkan peran penting dalam

membawa sumber daya untuk community assessment. Untuk melakukan community

asssessment, kita dapat membangun hubungan yang ada untuk membentuk kemitraan

51

Page 52: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

atau mendirikan kemitraan yang baru. Terlepas dari apakah itu kemitraan baru atau

yang ada, di belakang masing-masing kemitraan yang sukses adalah hubungan saling

percaya antar para mitra. Sedangkan kemitraan yang sukses adalah di mana mitra:

a.memiliki kekuatan sama untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

b. hubungan saling menguntungkan

c.terbuka untuk mendengarkan ide dan pendapat orang lain

d. sabar dan mau bekerja melalui perbedaan

e.saling percaya komitmen (waktu, sumber daya) untuk tujuan bersama

f. bertindak atas hasil bersama

g. menunjukkan tanggung jawab dan kepekaan terhadap mitra lain

h. berkomunikasi dengan baik satu sama lain

2.      Pengembangan kapasitas komunitas

Community assessment harus mengembangkan kapasitas komunitas  untuk

memecahkan masalah dan meningkatkan kekuatan dalam komunitas tersebut. Prinsip

ini didasarkan pada keyakinan bahwa masyarakat memiliki individu, organisasi, dan

institusi yang dapat bersama-sama memahami, membuat keputusan dan menjalankan

tindakan-tindakan untuk keuntungan komunitas mereka. Kapasitas komunitas

meliputi komitmen, sumber daya, dan kemampuan dalam komunitas tersebut yang

dapat dikembangkan dalam peningkatan kekuatan komunitas dan pemecahan

masalah. Dalam rangka melakukan perubahan masyarakat, penting untuk

membangun kapasitas warga masyarakat sehingga di masa depan mereka dapat

mengembangkan keterampilan mereka sendiri untuk melakukan penilaian. Peran

profesional adalah untuk bermitra dengan masyarakat, membantu memfasilitasi

pengembangan kapasitas komunitas dan mendorong perubahan dalam kondisi sosial

dan lingkungan yang mempengaruhi masyarakat.

Melalui Community assessment, suatu komunitas memperoleh keterampilan

untuk mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan. Mereka akan mampu

menggunakan keterampilan di masa depan dengan sedikit bantuan dari Departemen

Kesehatan Masyarakat atau organisasi-organisasi mitra. Melakukan penilaian

52

Page 53: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

lingkungan juga merupakan proses pembangunan kapasitas Departemen Kesehatan

Masyarakat dan organisasi-organisasi mitra lainnya. Pengetahuan dan keterampilan di

transfer dari masyarakat untuk staf Kesehatan Masyarakat dan organisasi mitra

lainnya.

3.      Proses Community assessment dikendalikan oleh komunitas

Prinsip utama lainnya adalah bahwa proses community assessment perlu

dikendalikan oleh warga masyarakat. Ini berarti bahwa masyarakat memutuskan

apakah mereka ingin melakukan community assessment, apa yang mereka inginkan

untuk dinilai, bagaimana mereka ingin melakukannya, bagaimana mereka ingin

menyajikan hasil, dan bagaimana mereka ingin menggunakan hasil untuk tindakan

masyarakat. Intervensi berbasis masyarakat adalah yang paling berhasil bila

masyarakat memiliki peran sentral dalam mengidentifikasi masalah dan menentukan

intervensi. (Institute of Medicine,988). Di suatu komunitas, warga masyarakat adalah

pusat untuk merancang dan mengembangkan penilaian. Staf dari Departemen

Kesehatan Masyarakat hanya menyediakan sumberdaya, keterampilan teknis dan

bimbingan untuk menyelesaikan penilaian.

4.      Penekanan pada aset komunitas

Penekanan pada aset masyarakat sejalan dengan prinsip peningkatan kapasitas

masyarakat. Aset  masyarakat berasal dari individu, kelompok, organisasi, dan

institusi. Berikut adalah beberapa contoh aset masyarakat.

Kualitas Warga Aset

Warga yang suka membaca

Warga yang suka berkebun

Warga yang suka menjadi relawan

Bisa menjadi mentor anak-anak, membaca

untuk orang tua yang sudah rabun

Dapat berbagi informasi tentang berkebun

Dapat menjadi bagian dalam kegiatan

siskamling

Mungkin dapat menyumbangkan uang atau

53

Page 54: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

Organisasi dan sumber daya lainnya jasa

Aset masyarakat harus diidentifikasi oleh warga yang tinggal di daerah

tersebut. Hal ini sering sulit bagi orang yang tidak tinggal di daerah tersebut untuk

mengetahui apa yang ada, atau yang di dapat dari aset tersebut. Aset komunitas

adalah sumber daya dalam masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kualitas hidup. Menghubungkan aset individu dan kelompok dapat meningkatkan

kekuatan seluruh masyarakat. Selain itu, proses identifikasi aset masyarakat

membantu warga untuk lebih baik memanfaatkan sumber daya yang ada di komunitas

mereka dan mengembangkan keterampilan yang dapat mereka gunakan dalam

penilaian masa depan atau dalam memecahkan masalah.

Proses Community assessment

Langkah Awal Sebelum Dilakukan Community assessment

Terdapat beberapa langkah yang diperlukan sebelum dilakukan penilaian

masyarakat. Langkah-langkah tersebut yakni ruang lingkup penilaian, jumlah peneliti

yang terlibat dalam penilaian, waktu pembatasan baris, memastikan relevansi dan

ketersediaan data dan persetujuan formal dan informal diperlukan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. Penjelasan dari pertimbangan ini akan

dijelaskan secara tersendiri.

1. Ruang Lingkup Penilaian

Lingkup Penilaian dapat ditentukan berdasarkan sumber dan survey terhadap daerah

yang akan diamati.

2. Jumlah Peneliti yang  Terlibat dalam Penilaian

Meskipun informasi yang kumpulkan dari berbagai sumber, lembaga dan penyedia

layanan kesehatan, semua informasi dikumpulkan dan disusun akan dilakukan oleh

peneliti sendiri.

3. Kendala Waktu

Penyelesaian tepat waktu dari penilaian diperlukan untuk memungkinkan

dilakukannya umpan balik atau pun evaluasi.

54

Page 55: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

4. Relevansi dan Ketersediaan Data Penilaian                                     

Dalam menentukan penilaian masyarakat, relevansi dan ketersediaan data penilaian

harus diuji sebelumnya.

Langkah-langkah dalam melakukan community assessment bervariasi,

tergantung pada masalah perencanaan yang dihadapai masyarakat. Kelompok

perencanaan sebaiknya sudah memulai pekerjaan dalam mempersiapkan community

assessment yaitu dengan memasukkan pemangku kepentingan (stakeholders),

mengembangkan visi untuk masa depan komunitas, dan membuat daftar pertanyaan

yang perlu dijawab oleh penilaian masyarakat. Ada lima langkah dasar dalam proses

Community assessment:

a.       Langkah 1:  Merencanakan dan Mengatur

b.      Langkah 2:  Rancangan Pengumpulan Data

c.       Langkah 3:  Mengumpulkan Data

d.      Langkah 4:  Data Review dan Analisa Data

e.       Langkah 5:  Membuat Keputusan

Objek Community assessment

Mengenal karakter masyarakat yang akan diberi informasi akan menjadi

proses yang panjang. Idealnya, jika waktu dan sumber daya memadai, data dapat

dikumpulkan dari siapa saja (kerangka sampling) di suatu tempat yang mempunyai

karakter yang diminati, namun pengumpulan data dari tiap orang jarang terjadi.

Sering sampel acak dipilih. Sampel adalah kelompok kecil yang diminta untuk

ikut serta memberikan informasi. Sampel acak jika tiap orang yang berada dalam

kerangka sampel memiliki kesempatan yang sama untuk sebuah sampel. Jika

mengumpulkan informasi menggunakan sampel acak, daftar dari tiap orang dengan

mengenal karakter daerah yang dilakukan penilaian terkadang sulit untuk diperoleh.

Untuk bukan sampel acak seperti grup, penting untuk memperhatikan orang

yang akan memberikan informasi dalam suatu populasi. Tanpa memperdulikan

55

Page 56: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

mekanisme sampel. Harus dipertimbangkan untuk memberikan pertanyaan, jumlah

pertanyaan, dan kuisoner yang dikirim, cara kuisoner dibuat.(ukuran, jarak tulisan,

menarik perhatian responden).

Contoh jenis data pada Community Health Assessment adalah :

1. Data Subjektif: data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan

oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yg diungkapkan secara

langsung melalui lisan.

2. Data Obyektif: Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan

dan pengukuran.

3. Pengkajian data dasar: pengkajian inti komunitas dilakukan dengan singkat

mengenai : data penduduk sebagai struktur inti

a. Riwayat kesehatan yang ada (bagaimana terjadinya resiko penyakit,

jenis penyakit yang sering ada, mengenai siapa saja, berapa lama,

didaerah mana, bagaimana upaya masyarakat, bagaimana program

yang ada).

b. Konsep diri (bagaimana persepsi anggota terhadap

kelompok/masyarakat itu sendiri)

c. Kultur, bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri, bagaimana

nilai/keyakinan masyarakat, adakah tradisi khusus, bagaimana

mengartikan sehat-sakit.

d. Support, adakah dukungan dari profesi masyarakat, bagaimana bentuk

dukungan yang ada

e. Statistik, distribusi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

penghasilan, pekerjaan, suku, mortalitas, morbiditas, dll

Pengumpulan data

Pada saat akan mengumpulkan data kita harus mengetahui siapa yang akan

mengumpulkan data, bagaimana mengumpulkan data, dan bagaimana

melaporkannya. Untuk itu dalam pengumpulan data diperlukan relawan dari grup kita

yang dapat menyalurkan kuisoner jika jumlah relawan memadai dan pelatihan

56

Page 57: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

penyaluran relawan tersedia. Melakukan wawancara telepon, percakapan langsung,

fokus grup, dan beberapa metode lainnya membutuhkan pelatihan khusus dan

keterampilan. Sebuah kelompok harus  mempertimbangkan seseorang yang memiliki

pengalaman diarea yang dipilih. Penelitian akan menghemat waktu untuk grup.

Grup sebaiknya mempunyai anggota yang berpengetahuan dalam membuat

dengan informasi yang telah dikumpulkan. Frekuensi dihitung untuk respon terhadap

pertanyaan. Kadang-kadang tambahan analisis  yang melihat perbedaan respon antara

kelompok responden (misalnya, responden dengan tingkat pendidikan tinggi lebih

mungkin untuk menjawab pertanyaan dengan cara tertentu) dapat dilakukan oleh

orang dengan keterampilan dalam crosstabbing informasi. 

Membuat pemindahan respon ke pertanyaan terbuka (untuk survei surat dan

telepon) dan komentar yang dikumpulkan menggunakan metode lain seperti fokus

grup, percakapan langsung sangat membantu. Namun, meringkas atau menganalisis

jenis informasi ini adalah proses subjektif. Seorang konsultan teknis dapat

memberikan ringkasan atau memandu Anda melalui langkah-langkah dalam

membuat ringkasan anda sendiri. Hasil analisa dari data dasar tersebut dijadikan

bahan untuk diskusi pada lokakarya mini atau musyawarah dengan masyarakat.

Menilai kekuatan dan kelemahan komunitas adalah sebuah langkah awal yang

penting dalam perencanaan proyek pelayanan yang efektif. Dengan mengambil waktu

untuk belajar tentang isu-isu masyarakat anda, kelompok dapat membuat suatu

kesempatan baru untuk proyek pelayanan dan mencegah duplikasi dari aset

masyarakat yang telah ada.

Communities in Action (605A-EN) memberikan petunjuk rinci untuk

melakukan penilaian masyarakat yang efektif. Alat berikut dapat digunakan bersama-

sama dengan penilaian untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan

masyarakat dan membuat penggunaan terbaik dari sumber daya yang tersedia.

Kelompok-kelompok bisa mengadaptasi assesment murah ini sesuai masyarakat

mereka. Alat-alat Community assessment terdiri dari: survey, inventarisasi asset,

pemetaan masyarakat, jadwal kegiatan harian, kalender musiman, cefe masyarakat,

57

Page 58: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

focus group, diskusi panel. Cara dalam mengumpulkan data untuk melakukan

community assessment dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sebuah focus group adalah kelompok kecil yang datang bersama-sama untuk

menanggapi serangkaian tertentu pertanyaan. Hal ini digunakan untuk mendengarkan

orang-orang dan mempelajari pendapat mereka tentang suatu topik. Informasi yang

dikumpulkan melalui diskusi kelompok tentang topik tertentu adalah data. Hasilnya

dapat digunakan untuk menjadi acuan kegiatan kelompok selanjutnya. Sebuah

kelompok fokus dapat:

1.      Membawa ide-ide baru dan berbeda

2.      Mengumpulkan informasi dalam waktu singkat

3.      Mengumpulkan informasi yang luas pada satu topik

4.      Menangkap lebih mendalam dan intensitas respon dari survey

VII. Kerangka Konsep

58

dr. Rita selaku dokter

klinik FK Unsri

Berbagai masalah yang timbul dilingkungan FK

Unsri

Mencoba mengatasi masalah tersebut secara

holistik

Mengatasi keluhan klinis

pasien

Berkoordinasi dengan pihak

dekanat

Bergerak terutama dalam preventif dan

edukasi

Page 59: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

VIII. Kesimpulan

Mahasiswa, dosen dan karyawan FK Unsri mengalami masalah kesehatan yang di

akibatkan dari faktor sanitasi lingkungan yang tidak sesuai di lingkungan FK

Unsri. Dr. Rita yang bekerja di Unit Kesehatan FK Unsri berusaha

menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri.

59

Page 60: Laporan Kelompok 7 Blok 28b

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT.

Binarupa Aksara, Jakarta.

Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983): Bunga rampai, dokter

keluarga; Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI,

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi

Kesehatan, Jakarta 2004.

EURACT.2005. The European Definition Of General Practice / Family Medicine.

Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice.

Singapore International Foundation . Penang Road.

Heri D.J Maulana. Promosi Kesehatan. EGC, Jakarta, 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta,

Jakarta, 2005.

WONCA. 1991.The Role of General Practitioner/ Family Physician in Health Care

Systems : A statement from WONCA

World Health Report. 2008. Primary Health Care: Now More Than Ever. WHO.

60