LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH...
Transcript of LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH...
1
LAPORAN KEGIATAN
KUNJUNGAN RUMAH SAKIT
“THE POWER OF YOUR MIND”
Disusun Oleh:
Maya Rahadian S 132010002
Risky Indra Patria 132010008
Adhi Krisna Maria Agustin 132010011
Ni Komang Sandini 132010030
Dermawan Hani 132010035
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
D. Mamfaat ...................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 7
A.Pengertian Kecakapan Hidup ...................................................................... 7
B.Gambaran Psikologis Orang Sakit ............................................................ 10
C.Gambaran Kognitif Dari Kesakitan ............................................................ 10
D.Rational Emotif Behavior Therapy ............................................................ 11
E.Rational Emotif Therapy ............................................................................ 11
BAB III URAIAN KEGIATAN ........................................................................ 13
A.Gambaran Pelaksanaan ............................................................................ 13
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 15
A. Realita Hidup Dalam Kesakitan ............................................................... 15
B. Kecakapan Personal .................................................................................. 16
C. Kekuatan Pikiran ....................................................................................... 18
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 19
A.Kesimpulan ................................................................................................ 19
B.Refleksi ....................................................................................................... 20
C.Saran ........................................................................................................... 26
D.Lampiran .................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup di tengah dunia yang kompleks semakin memerlukan daya
tahan diri yang memadai baik fisik, emosi, maupun psikologis.Sangat
penting untuk memiliki kecakapan personal supaya dapat melewati setiap
masalah kehidupan.Dalam hal ini kecakapan berpikir sangat dibutuhkan
supaya individu mampu menyikapi setiap permasalahan dengan
baik.Mengingat pola pikir seseorang sangat mempengaruhi tindakannya
ketika merespon dunianya.Sebagaimana yang diungkapkan oleh penemu-
penemu teori psikologi yang khusus membahas secara mendalam
mengenai pengaruh pikiran terhadap tingkah laku dan afektif
manusia.Teori tersebut menyatakan bahwa emosi manusia dipengaruhi
oleh pikirannya kemudian ini mempengaruhi tingkah lakunya.Kondisi
pikiran seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun
eksternal.Ada beberapa penelitian mengatakan bahwa kondisi emosi yang
sakit merupakan salah satu penyebab sakit fisik.
Bagi individu yang sehat secara fisik, akan lebih mampu mengelola
pikiran dan emosi ketika berhadapan dengan suatu permasalahan. Namun
bagi individu yang sedang sakit, belum tentu mampu menyikapi keadaan
dengan baik.Individu yang sedang sakit secara fisik memerlukan lebih
banyak dukungan psikologis yang dapat membangkitkan semangat, yang
dapat memberikan asupan energy positif ke dalam pikirannya.Hal ini
berdampak memunculkan motivasi untuk sembuh.Keadaan kejiwaannya
perlu mendapat banyak perhatian dan dukungan sehingga individu mampu
bertahan melewati kondisi sakit lalu kemudian mengalami kesembuhan.Di
rumah sakit-rumah sakit, ada banyak pasien yang tidak mendapat
kunjungan. Pasien-pasien ini belum tentu mampu mengelola pikiran dan
emosinya dengan baik tanpa dukungan orang lain sehingga keberadaan
4
orang lain akan sangat bermamfaat bagi kesembuhannya, atau paling tidak
pasien tidak merasa sendirian dan kesepian dalam menghadapi masa-masa
sulit kehidupan. Demikian juga bagi pasien yang ditunggui oleh
keluarganya.Diperlukan kesabaran yang ekstra bagi orang yang sehat
untuk hanya duduk diam menunggui orang yang sakit. Terkadang
gangguan emosional tidak hanya dirasakan oleh yang sakit, akan tetapi
jugakeluarga yang menunggu.
Berdasarkan pemikiran dan fakta di atas, perlu dilakukan
kunjungan ke rumah sakit-rumah sakit untuk memberi motivasi kepada
pasien-pasien dan atau keluarga yang menunggui.Kegiatan ini dilakukan
juga sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap permasalahan
kemanusiaan.Di samping itu, kunjungan ke rumah sakit merupakan salah
satu bentuk dari aplikasi keilmuan bimbingan dan konseling.Dimana
kecakapan personal yang telah diperoleh perlu diaplikasikan di masyarakat
untuk ikut turut serta membangun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Pikiran sangat mempengaruhi kondisi emosi dan kondisi emosi
menentukan tindakan seseorang sehingga manusia memerlukan
kecapakan berpikir untuk dapat bereaksi dengan tepat terhadap
kehidupan. Sehingga diperlukan kecakapan dalam berpikir dan
mengolah pikiran dan infomasi dengan baik.
2. Individu yang sakit secara fisik belum tentu mampu mengelola
pikiran dengan baik sehingga ini berpengaruh tidak baik terhadap
kondisi psikologis individu, kemudian kondisi psikologis yang
tidak mendukung ini membawa dampak negative juga terhadap
kondisi fisik yang sedang sakit. Sehingga individu memerlukan
keberadaan orang lain untuk menolongnya memunculkan pikiran-
pikiran positif yang dapat membangkitkan semangat.
3. Pentingnya mewujudkan kepedulian terhadap permasalahan
kemanusiaan dengan mengunjungi pasien-pasien di rumah sakit
5
yang tidak dibesuk oleh pihak keluarga melalui pengelolan pikiran
dan pemberian motivasi.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan kecakapan berpikir dalam menghadapi masa-masa sulit
kehidupan.
2. Tujuan Khusus:
a. Peserta memahami kekuatan pikiran manusia dalam menghadapi
masa masa sulit.
b. Peserta mampu menemukan kekuatan positif pikiran yang dapat
membantu dalam pemecahan masalah kehidupan.
c. Peserta mampu bangkit dari permasalahan yang dihadapi melalui
kemampuan memotivasi diri dan mengelola pikiran
d. Peserta mampu mengelola pikiran dengan baik menjadi suatu
bentuk kecakapan dalam berpikir.
D. Manfaat
Kegiatan kunjungan rumah sakit ini memiliki banyak manfaat bagi
kelompok.Seperti yang telah tercantum dalam tujuan kegiatan, melalui
kegiatan ini kelompok mampu meningkatkan kecakapan berpikir dalam
menghadapi masa-masa sulit kehidupan.Peningkatan kecakapan berfikir
ini dapat diperoleh dari usaha kelompok dalam mencari teori dan strategi-
strategi untuk membantu sasaran.Didalam perkuliahan kelompok belum
mendapatkan teori untuk menghadapi emosi orang sakit,
sehinggakelompok perlu bekerja ekstra untuk mendapatkannya.Selain itu,
kecakapan dalam menghadapi masa sulit juga didapat dari pengalaman
kelompok bersama dengan pasien dan keluarga yang dikunjungi.Keadaan
perekonomian yang rendah yang mengakibatkan kesulitan hidup dan
pasien tidak meneruskan sekolahnya, membuat kelompok sadar betapa
6
beruntungnya dapat mengenyam bangku kuliah, sehingga permasalahan
yang selama ini berat ketika berkuliah, dapat terasa berkurang akibat
ucapan syukur dan pikiran positif yang dimiliki kelompok.Ketika
kelompok mempelajari suatu teori, maka secara otomatis, kelompok dapat
mendalami dan menerapkannya dalam kehidupan, untuk selalu berfikir
rasional.
Dari evaluasi yang kelompok lakukan, dengan bertanya kepada
pasien dan keluarga, kegiatan ini memiliki dampak yang positif bagi
keluarga yang bersangkutan. Meskipun pertemuan hanya dilakukan 2 jam
dalam setiap pertemuan, akan tetapi keluarga dapat terbantu. Awalnya
tidak ada orang yang mau menyediakan diri untuk mendengarkan keluh
kesah keluarga dan pasien, sehingga mereka gampang marah, sedikit
masalah saja membuat mereka mudah emosi.Hal ini memang wajar terjadi
ketika ada dirumah sakit.Akan tetapi dengan kehadiran kelompok BK,
orangtua dapat menceritakan keluh kesah, sehingga ketika menghadapi
permasalahan, dan muncul sesuatu yang tidak dikehendaki, keluarga bisa
lebih mengendalikan diri dan emosi. Dari perbincangan-perbincangan
yang dilakukan oleh kelompok dan pasien, pasien memiliki pengalaman-
pengalaman dari apa yang kami ceritakan, dan katakan. Berdasarkan hasil
belajar mata kuliah konseling remaja, bahwa cara mengkonseling remaja
adalah dengan menjadi mentor, yang berbagi pengalaman dan kisah hidup,
sehingga remaja lebih paham dan memiliki alternatif berpikir lain. Dari
yang kelompok pelajari, banyak pasien yang ingin di dengarkan keluh
kesahnya, dan banyak keluarga yang ingin memiliki teman ketika
menunggui anggota keluarganya yang sakit.Sehingga kelompok sadar
bahwa kunjungan rumah sakit ini membawa dampak yang baik bagi pasien
dan keluarga.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk
menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif,
mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinyaSetiap manusia
memiliki empat peran yang berjalan secara simultan yaitu sebagai hamba
Tuhan, Sebagai diri pribadi, sebagai anggota kemunitas keluarga/anggota
masyarakat/warga negara dan sebagai bagian dari alam lingkungan.
Departemen Pendidikan Nasional (2003) membagi kecakapan hidup (life
skill) menjadi dua macam yaitu :Kecakapan Hidup Generik (General life
skill, GLS) dan Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS).
Kecakapan Hidup Generik (General life skill, GLS)
Kecakapan hidup generik atau kecakapan yang bersifat umum, adalah
kecakapan untuk menguasai dan memiliki konsep dasar
keilmuan.Kecakapan hidup generik berfungsi sebagai landasan untuk
belajar lebih lanjut dan bersifat transferable, sehingga memungkinkan
untuk mempelajari kecakapan hidup lainnya. Kecakapan hidup generik
terdiri dari:
a. Kecakapan Personal (Personal Skill), yang terdiri dari :
1) Kecakapan Mengenal Diri (Self-Awarness Skill)
Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan,
kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan
mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk
Tuhan, makhluk sosial, bagian dari lingkungan, serta menyadari dan
mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.Walaupun mengenal diri lebih merupakan sikap, namun
diperlukan kecakapan untuk mewujudkannya dalam perilaku keseharian.
8
Mengenal diri akan mendorong seseorang untuk beribadah sesuai
agamanya, berlaku jujur, bekerja keras, disiplin, terpercaya, toleran
terhadap sesama, suka menolong serta memelihara lingkungan. Sikap-
sikap tersebut tidak hanya dapat dikembangkan melalui pelajaran agama
dan kewarganegaraan, tetapi melalui pelajaran kimia sikap jujur (contoh :
tidak memalsukan data hasil praktikum) dan disiplin (contoh : tepat waktu,
taat aturan yang disepakati, dan tata tertib laboratorium) tetap dapat
dikembangkan.
2) Kecakapan Berpikir (Thinking Skill)
Kecakapan berpikir merupakan kecakapan menggunakan pikiran atau rasio
secara optimal. Kecakapan berpikir meliputi :
a) Kecakapan Menggali dan Menemukan Informasi (Information
Searching)
Kecakapan menggali dan menemukan informasi memerlukan keterampilan
dasar seperti membaca, menghitung, dan melakukan observasi.Dalam ilmu
kimia, observasi melalui pengamatan sangat penting dan sering dilakukan.
b) Kecakapan Mengolah Informasi (Information Processing)
Informasi yang telah dikumpulkan harus diolah agar lebih
bermakna.Mengolah informasi artinya memproses informasi tersebut
menjadi suatu kesimpulan.Untuk memiliki kecakapan mengolah informasi
ini diperlukan kemampuan membandingkan, membuat perhitungan
tertentu, membuat analogi sampai membuat analisis sesuai informasi yang
diperoleh.
c) Kecakapan Mengambil Keputusan (Decision Making)
Setelah informasi diolah menjadi suatu kesimpulan, tahap berikutnya
adalah pengambilan keputusan.Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang
selalu dituntut untuk membuat keputusan betapun kecilnya keputusan
tersebut.
Karena itu siswa perlu belajar mengambil keputusan dan menangani resiko
dari pengambilan keputusan tersebut.
9
d) Kecakapan Memecahkan Masalsah (Creative Problem Solving Skill)
Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup
dan telah diolah.Siswa perlu belajar memecahkan masalah sesuai dengan
tingkat berpikirnya sejak dini.Selanjutnya untuk memecahkan masalah ini
dituntut kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif,
berpikir sistem dan sebagainya.Karena itu pola-pola berpikir tersebut perlu
dikembangkan di sekolah, dan selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk
pemecahan masalah.
b. Kecakapan Sosial (Social Skill)
Kecakapan sosial disebut juga kecakapan antar-personal (inter-personal
skill), yang terdiri atas :
1) Kecakapan Berkomunikasi
Yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan,
tetapi komunikasi dengan empati. Menurut Depdiknas (2002) : empati,
sikap penuh pengertian, dan seni komunikasi dua arah perlu
dikembangkan dalam keterampilan berkomunikasi agar isi pesannya
sampai dan disertai kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan
harmonis. Berkomunikasi dapat melalui lisan atau tulisan.Untuk
komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan
secara lisan perlu dikembangkan.Berkomunikasi lisan dengan empati
berarti kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh
lawan bicara.Kecakapan ini sangat penting dan perlu ditumbuhkan dalam
pendidikan.Berkomunikasi melalui tulisan juga merupakan hal yang
sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan hidup. Kecakapan
menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain,
merupakan salah satu contoh dari kecakapan berkomunikasi tulisan
2) Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill)
Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu
memerlukan dan bekerjasama dengan manusia lain. Kecakapan
bekerjasama bukan sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang
disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling
10
membantu.Kecakapan ini dapat dikembangkan dalam semua mata
pelajaran, misalnya mengerjakan tugas kelompok, karyawisata, maupun
bentuk kegiatan lainnya.
B. Gambaran Psikologis Orang Sakit
Seorang pasien memiliki dua sifat, yaitu Augmenters atau
Reducers.Augmentersadalah orang yang membesar-besarkan pengalaman
sakit. Dan sebaliknya Reducers adalah orang yang menganggap ringan
pengalaman sakit. Orang sakit memiliki berbagai respon terhadap dirinya
dan penyakitnya.
1. Penolakan. Pasien yang memiliki penyakit-penyakit kronis, cenderung
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu
berat atau menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita
sebenarnya berat.Penolakan juga dilakukan akibat rasa malu dari
penyakitnya, sehingga sering kali pasien tidka mau menerima atau
menolak kunjungan.
2. Cemas. Reaksi cemas umum terjadi pada orang yang menderita satu
penyakit. Bebrapa pasien merasa terkejut terhadap reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian
yang akan terjadi padanya. Rasa cemas juga muncul akibat perasaan
takut dan galau karena masa depan yang tidak menentu, khususnya
pada penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan, atau
menimbulkan luka yang permanen.
3. Stres. Biasanya para penderita merasa tertekan, misalnya masalah
biaya pengobatan atau rasa tidak berdaya karena tidak bisa melakuakn
sesuatu.
C. Gambaran Kognitif dari Kesakitan
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa orang mempunyai
gambaran kognitif dan terorganisir tentang kesehatan dan kesakitan yang
sangat berpengaruh terhadap cara mereka bereaksi terhadap gejala-gejala
dan kesakitan. Leventhal dkk (1984) menyatakan bahwa manusia
cenderung mendefinisikan atau menampakkan kesakitan pada dua tingkat
11
yaitu tingkat konkrit mengenai pengalaman gejala, dan tingkat abstrak
mengenai nama-nama kesakitan.Manusia menggunakan informasi ini
untuk membentuk gambaran kognitif dari kesakitan. Hal ini melibatkan
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Identitas, yang terdiri dari pola gejala dan label kesakitan
2. Penyebab yang dirasakan
3. Gambaran mengenai parahnya atau mengenai lamanya
konsekuensi kesakitan
4. Batas waktu atau harapan mengenai lamanya kesakitan
5. Gambaran tentang penyembuhan dan pengobatan
D. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
REBT memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh
sistem berpikir dan sistem perasaan yang berkaitan dengan sistem psikis
individu. Landasan filosofi REBT tentang manusia tergambar dalam
quotation dari Epictetus yang dikutip oleh Ellis: “Men are disturbed not by
things, but by the views which they take of them”.
REBT juga mengungkapkan bahwa individu adalah Hedonistik,
yaitu kesenangan dan bertahan hidup adalah tujuan hidup atau juga dapat
diartikan sebagai pencarian kenikmatan dan menghindari kesakitan.
Contoh:
1. Ini terlalu berat
2. Saya pasti tidka mampu
3. Ini menakutkan
4. Saya tidak bisa menjalani ini.
Seorang yang memiliki gangguan pada kesehatannya, akan sangat mudah
memiliki pikiran irasional dalam dirinya.
E. RATIONAL EMOTIF THERAPY (RET)
12
RET berasumsi bahwa berfikir logis itu tidak mudah. Individu pada
umumnya cenderung ahli dalam berfikir tidak logis. Contohnya yaitu saya
harus sempurna, saya baru saja melakukan kesalahan, bodoh sekali!!, dan
masih banyak lagi pikiran irasional dalam berbagai aspek kehidupan.
Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.
Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang
tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
penuh prasangka, sangat personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali
dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya
tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari
verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan
cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara
berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus
dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima
menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Manusia diapndang memiliki 3 tujuan fundamental:
1. Bertahan hidup (to survive)
2. Bebas dari kesakitan (to be relatively free from pain)
3. Mencapai kepuasan (to be reasonably satisfied or content)
13
BAB III
URAIAN KEGIATAN
A. Gambaran Pelaksanaan
Ada beberapa tahap kegiatan, yaitu:
1. Tahap persiapan:
- Konsultasi dengan dosen pembina mengenai tata cara
kunjungan rumah sakit, pendampingan dan hal-hal yang perlu
dipersiapkan.
- Mempelajari materi atau bahan pendampingan.
- Briefing kegiatan yang dilakukan sebelum menuju rumah
sakit.
- Observasi lingkungan rumah sakit.
- Bertemu dengan pihak rumah sakit di bagian administrasi
untuk mencari informasi mengenai prosedur rumah sakit dan
pasien serta meminta ijin melaksanakan kegiatan.
- Observasi dibeberapa poliklinik, dan setiap kelas ruang rumah
sakit untuk menentukan pasien yang didampingi
2. Tahap pelaksanaan:
- Kelompok pendampingmempersiapkan bingkisan yang akan
dibawa dan kemudian berangkat dalam satu tim kunjungan
yang berjumlah lima orang.
- Memasuki ruang pasien yang telah ditentukan untuk
didampingi.
- Perkenalan dilakukan sebagai langkah pembuka untuk
menciptakan suasana yang kondusif. Perbincangan dilakukan
mengacu pada bahan pendampingan yang dipelajari dan
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Selama proses
kunjungan, mahasiswa bergantian berbicara dengan keluarga
pasien dan pasien.
14
- Pendampingan di awali dengan penggalian informasi
mengenai kondisi pasien dan keluarga pasien serta hal-hal
yang menjadi permasalahan. Setelah itu perbincangan
diarahkan ke penemuanmotivasi atau konsep-konsep positif
untuk mencerahkan pemikiran-pemikiran yang tidak
membangun.
3. Tahap akhir:
- Kelompok pendamping melakukan evaluasi proses
pendampingan untuk melihat keberhasilan kegiatan kunjungan
yaitu mengenai kekurangan dan pencapaian kegiatan.
- Mencari solusi kelemahan pelaksanaan kegiatan untuk
kemudian digunakan pada pendampingan selanjutnya.
- Mengakhiri kegiatan pendampingan.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Realita Hidup Dalam Kesakitan
Seorang individu yang normal pasti mengalami permasalahan
dalam menghadapi kehidupan, karena selama masih ada kehidupan akan
ada masalah. Cara pandang terhadap masalah berbeda antara individu satu
dengan yang lain, sehingga cara menghadapinya pun berbeda. Karena itu
diperlukan kemampuan untuk menghadapi masalah dengan baik.Masalah
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan
hati.Banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang dikehendaki, seperti
halnya suatu penyakit.Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa seorang
yang memiliki kesehatan fisik belum tentu dapat dengan mulus menjalani
kehidupan, apalagi bagi individu yang mengalami kelemahan
fisik.Diperlukan adanya kesadaran diri dan kemampuan dalam berfikir
cerdas menghadapi masalah.Kemampuan personal ini tidak dapat dengan
mudah dimiliki oleh individu.Diperlukan usaha keras dan adanya
pertolongan dari pihak-pihak yang terkait seperti keluarga, orang terdekat,
atau tokoh yang dipercaya penderita untuk membantu.Akan tetapi, ketika
pihak-pihak terdekat tidak dapat membantu, maka konselor adalah tujuan
yang paling tepat.
Sakit merupakan pengalaman subyektif yang sulit dimengerti oleh
orang lain, sehingga pasien merasa bahwa para perawat tidak peduli
terhadap respons sakit pasien. Keinginanan orang sakit pada umumnya
adalah “bagaimana perasaanku bisa tenang”.Rasa ketidaknyamanan juga
terjadi karena aktifitas fisik dan mental terhambat.Orang sakit berusaha
mencari dan menemukan makna untuk menolong kesembuhan.Dalam
kondisi yang tidak seimbang dengan penyakit yang diderita, seseorang
dihadapkan pada kenyataan untuk menjaga harmoni dengan alam semesta,
berusaha keras menemukan jawaban atas sesuatu yang tidak terbatas, dan
16
menemukan fokus ketika menghadapi tekanan emosional, sakit fisik, dan
kematian.Di lain sisi, menjaga orang sakit juga bukanlah hal yang mudah.
Para penjaga juga akan mengalami gangguan emosional, karena aktifitas
fisiknya juga terhambat. Bagi yang seharusnya bekerja, dan terpaksa harus
meninggalkan pekerjaannya adalah hal yang sulit.Harus menunggu siang
dan malam, dengan kondisi yang tidak nyaman.Sebagus apapun ruang di
rumah sakit, pasti ada perasaan tidak nyaman jika harus berada disana,
dengan hanya menunggu dan melayani keinginan kelaurga(pasien) yang
ditunggu.Seringkali keinginan orang sakitpun bermacam-macam.
B. Kecakapan Personal
Memiliki kecakapan personal membutuhkan kemauan dan usaha
yang keras bagi individu. Pertolongan dari pihak lain juga sangat
dibutuhkan. Kegiatan menolong yang dilakukan konselor berbeda dengan
pertolongan yang diberikan keluarga atau orang terdekat dalam
menghadapai masalah emosional.Bantuan yang diberikan oleh konselor
adalah bantuan profesional yang membuat konseli memiliki kemandirian
dalam hidupnya. Dalam kegiatan ini ada dua macam pertolongan yang
diberikanoleh kelompok kepada pasien dan keluarga untuk dapat memiliki
kecakapan personal, yaitu penyadaran akan diri oleh sasaran dan
kecakapan dalam berpikir. Kesadaran diri merupakan proses internalisasi
dari informasi yang diterima yang pada saatnya menjadi nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya dan diwujudkan mejadi perilaku keseharian. Oleh
karena itu, walaupun kesadaran diri lebih merupakan sikap, namun
memerlukan kecakapan untuk menginternalisasi informasi menjadi nilai-
nilai dan kemudian mewujudkan menjadi perilaku keseharian. Kesadaran
diri sebagai hamba dari Tuhan membuat individu menjadi selalu bersyukur
atas apa yang terjadi dalam hidup. Bagi orang sakit, hal ini diperlukan
untuk menambah semangat hidupnya. Kesadaran akan potensi yang ada
dalam diri pasien juga diperlukan, untuk pasien dapat mengurangi depresi
dan keputusasaan yang dialami.Pikiran-pikiran irasional mengakibatkan
individu tidak dapat berkembang. Ketakutan akan masa depan, dan akan
17
sesuatu yang belum terjadi adalah contoh dari banyak pikiran irasional,
sehingga dibutuhkan bantunan dalam mengubah pikiran irasional menjadi
rasional. Kecakapan berpikir pada dasarnya dalah menggunakan
pikiran/rasio kita secara optimal.Kecakapan menemukan informasi,
kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan secara cerdas,
serta kecakapan memecahkan masalah secara arif dan kreatif.
Individu yang hidup di daerah pedesaan cenderung sulit menerima
informasi, dan bahkan cenderung tidak begitu baik dalam mengolah suatu
informasi.Suatu informasi tidak semua harus langsung diserap, sehingga
dibutuhkan kemampuan untuk dapat menyerap informasi dengan
baik.Agar informasi lebih bermakna maka harus diolah.Mengolah
informasi artinya memproses informasi tersebutmenjadi simpulan.Akibat
dari pengalihan informasi yang kurang baik menjadikan pasien yang
dikunjungi tidak ingin melanjutkan sekolahnya.Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan mengolah informasi sangat penting.Sebagaimana
disebutkan dibagian awal bahwa setiap saat orang menghadapi masalah
yang harus dipecahkan.Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan
informasi yang cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain
yang terkait.Pemecahan masalah memerlukan kreatifitas dan kearifan.
Kreatifitas untuk menemukan pemecahan masalah yang efektif dan efisien,
sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan harus selalu
memperhatikan kepentingan berbagai pihak dna lingkungan sekitarnya.
Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir rasioanl,
kreatif, alternatif, lateral, dan sebagainya.
Kecakapan personal akan sangat membantu, apalagi jika dimiliki
oleh seorang yang sakit dan kerabat yang menunggu. Karena orang-orang
ini memerlukan perjuangan yang ekstra dibanding dengan yang memiliki
kehidupan normal.Senyaman apapun ruangan dan pelayanan yang ada di
rumah sakit, akan lebih nyaman bila berada di lingkungan hidup sehari-
hari. Apabila semua roang yang berada dalam rumah sakit memiliki
pemikiran ini, maka beban dalam hidup akan menjadi semakin ringan.
18
C. Kekuatan Pikiran
Kemampuan personal yang meliputi kesadaran akan diri dan
kemampuan dalam berpikir cerdas akan dapat diperoleh ketika seorang
mau merubah dirinya. Apabila didalam pribadi individu yang
bersangkutan tidak ingin mengubahnya, makaakan sulit dilakukan.
Keinginan ini dipengaruhi oleh bagaiman pikiran dari individu.Pikiran
memang memiliki peran yang sangat besar dalam kehiduapan.
Permasalahan akan menjadi ringan atau semakin berat akan sangat
tergantung dari bagaimana pikiran seseorang yang akan berpengaruh pada
tindakannya. Pikiran dapat diubah dengan diawali keinginan untuk
mengubahnya.
Bukan hal yang mudah dalam mengubah pikiran irasional menjadi
rasional.Setiap individu pasti memiliki pikiran irasioanal. Dengan
demikian ini menjadi tugas kelompok untuk membantu pasien dan
orangtua dalam menyadari bahwa pikiran irasional perlu di ubah, sehingga
akan mengurangi beban kehidupan yang sulit yang dirasakan oleh pasien
dan keluarga. Dalam usaha mengubah pikiran rasional menjadi irasional,
seringkali konseli melakukan penolakan.Penolakan disini diartikan bahwa
selama ini pemikiran konseli adalah benar, dan bukan merupakan pikiran
irasional.Hal inilah yang membuat kelompok harus berfikir bagaimana
harus membantu dengan tidak mengecewakan.
Seperti yang dikatakan oleh Albert Ellis “ Men are disturbed not
by things, but by the views which they take of them”. Cara manusia
memandang sesuatulah yang menjadikannya suatu masalah atau tidak.
Ketika sesuatu hal yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki terjadi,
akan tetapi individu memilih untuk tidak menganggapnya sebagai masalah
dan dapat berfikir konvergen untuk mencari jalan lain, maka hal yang
sepertinya burukpun tidak menjadi masalah. Sehingga kehidupan akan
dapat dijalani dengan baik, apabila memiliki kecakapan dalam berpikir.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disamping kecakapan hidup yang lain, kecakapan personal sangat
penting dimiliki oleh individu. Ketika Individu sudah memiliki kecakapan
personal yang meliputi kesadaran akan diri dan kecakapan dalam berpikir,
maka kecakapan hidup yang lain akan dapat dimiliki dengan lebih mudah.
Seorang yang tidak percaya pada dirinya dan tidak mengerti akan potensi
yang ada dalam dirinya akan sulit melewati fase kritis kehidupan, mencari
solusi, bersosialisasi dan berhubungan dengan orang lain. Manusia
bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan
yang kemudian berbentuk sikap. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
manusia perlu sadar akan diri dimana hal ini dapat menolong manusia
memahami potensi diri dan mengenal diri serta lingkungannya untuk dapat
memiliki kecakapan berpikir. Kecakapan berpikir tidak hanya terbentuk
karena faktor internal saja tetapi juga dipengaruhi oleh
lingkungan.Kecakapan ini membantu individu untuk melihat realita
kehidupan secara obejektif.
Kemampuan seseorang melihat realita dalam dirinya dapat
membantu individu tersebut untuk hidup dalam realitas di sekelilingnya
dengan baik.Selain itu hal ini membantu individu untuk dapat berfungsi
secara utuh dalam setiap aspek kemanusiaannya.Sehingga ketika
permasalahan terjadi individu tidak terlalu mengalami goncangan
psikologis.Permasalahan datang kapan saja, di mana saja dan dalam diri
siapa saja.Belum ada formula untuk membuat hidup seseorang terhindar
dari masalah. Sehingga yang dapat dilakukan adalah dengan mencari cara
mengelola masalah. Kepemilikan kecakapan berpikir jika dianalogikan
seperti mata air dalam diri seseorang. Individu tidak akan mengalami
kecemasan dan ketakutan yang abnormal ketika menghadapi permasalahan
20
karena di dalam dirinya sudah ada sumber motivasi yang bisa
dipergunakan kapan saja permasalahan datang dalam kehidupan individu.
B. Refleksi
1. Adhi Krisna Maria Agustin
i. Kegiatan ini sangat bermanfaat. Hal-hal yang tidak pernah saya
sangka sangka dan pikirkan saya alami ketika menjalankan
kegiatan ini. Pengalaman yang berharga juga didapatkan dari
kegiatan ini. Terlebih ketika mencari materi, mencari pasien yang
tepat, melihat betapa sulitnya tinggal di rumahsakit, atau
menunggui keluarga yang sakit. Dari pengalaman ini saya semakin
sadar bahwa profesi menjadi seorang konselor adalah profesi yang
mulia. Semua membutuhkan ketulusan dan hati nurani yang murni.
Konselor tidak bisa hanya berakting. Konselor adalah sahabat
yang baik akan tetapi tetap memperhatikan kode etik serta
memiliki dasar teori yang benar.
Bukan suatu pekerjaan yang main-main, menjadi konselor atau
guru BK. Profesi ini memerlukan kemauan dari pribadi tanpa
paksaan.Berbagai macam ilmu harus dikuasai, seperti komunikasi,
teori-teori konseling pastinya, dan harus melatih kepekaan.
Konselor harus peka, karena jika ini tidak dimiliki maka konseling
tidak akan berjalan dengan baik.
Dari kasus yang dialami oleh pasien yang dikunjungi, didapati juga
bawa lingkungan membawa pengaruh yang sangat besar bagi masa
depan. Pasien ini adalah seorang anak SMP yang rajin membantu
orang tua, rajin belajar, akan tetapi dia tidak mau bersekolah karena
teman-temannya banyak yang tidak sekolah.Hal Ini menunjukkan
bahwa remaja memang memerlukan penanganan yang khusus. Bila
hal-hal ini dibiarkan, maka kehancuran bangsa akan semakin
terlihat dari generasi-generasi yang tidak mau belajar.
21
ii. Pada tahap persiapan saya mencari info tentang bagaimana
melakukan kunjngan ke rumah sakit, mencari informasi mengenai
bagaimana menghadapi kondisi psikologis orang sakit dengan
bertanya kepada dosen, mencari bahan untuk mengubah pikiran
irasional menjadi rasional. Saya juga bertugas mengurus surat
untuk diberikan kepada pihak rumah sakit. Dalam pelaksanaan
kegiatan saya memiliki tugas yang sama dengan teman-teman,
yaitu mendampingi pasien dan keluarga. Hanya saja saya
mendapatkan tugas mendampingi orantua pasien. Saya mencoba
berkomunikasi sebaik mungkin dengan orangtua, supaya tujuan
dari kegiatan dapat disampaikan dengan baik. Kemudian saya juga
bertugas dalam membuat laporan.
iii. Sangat banyak yang harus dikembangkan dalam diri saya.
Berkomunikasi yang baik dengan orangtua, memulai pembicaraan
dengan baik, menerapkan matakuliah yang sudah dipelajari
khususnya RET, mengingat tahap-tahap dalam konseling,
menambah kepekaan, mengatur waktu, mengatur emosi ketika
melihat banyak orang mengalami kesulitan, belajar bekerja dalam
kelompok, menambah wawasan umum.
2. Rizky Indra Patria
i. Melalui kegiatan yang saya laksanakan bersama teman-teman satu
kelompok saya mendapat banyak pengalaman yang sangat
berharga,pertama bersyukur kepada Tuhan dengan keadaan saya
sekarang yang sehat.Dan saya disana juga dapat menolong orang
sesuai kemampuan saya. Saya juga mengasah dalam hal
berkomunikasi,karena dalam kegiatan tersebut dibutuhkan
ketrampilan berkomunikasi yang kemudian juga mengarah kepada
konseling yang menjadi ketrampilan utama sebagai calon
konselor.Maka dari itu saya serius dalam melakukan kegiatan
tersebut. Dari kasus yang dialami oleh pasien yang kami kunjungi,
kami juga mendapati bawa lingkungan membawa pengaruh yang
22
sangat besar bagi masa depan. Pasien yang kami temani adalah
seorang anak SMP yang rajin membantu orang tua, rajin belajar,
akan tetapi dia tidak mau bersekolah karena teman-temannya
banyak yang tidak sekolah. Hal Ini menunjukkan bahwa remaja
memang memerlukan penanganan yang khusus. Bila hal-hal ini
dibiarkan, maka kehancuran bangsa akan semakin terlihat dari
generasi-generasi yang tidak mau belajar. Kami merekomendasi
untuk kegiatan ini dapat dilakukan kembali di masa mendatang
atau dalam wadah yang berbeda, karena banyak sekali orang-orang
dirumah sakit yang merindukan adanya kehadiran seseorang yang
mau mendengarkan dan menemani dalam keadaan mereka yang
sulit di rumahsakit.
ii. Peran saya dalam kegiatan ini,saya ikut serta dalam proses
wawancara dan observasi serta saya juga bertugas untuk
mengambil dokumentasi dalam proses kegiatan.
iii. Yang harus dikembangkan dalam diri saya yang pertama aalah
komunikasi. Saya merasa bahwa komunikasi saya kurang lancar,
karena saya kalau berkomunikasi dengn orang yang belum saya
kenal masih sedikit canggung. Yang kedua adalah teknik
konseilng. Saya masih merasa sangat lemah ketika harus
melakukan sesi konseling. Saya seirng bingung menentukan
masalahharus diselesaikan dengan pendekatan apa. Saya terus
belajar dan melatih kelemahan saya supaya bisa maksimal.
3. Dermawan Hani
i. Yang saya pelajari ,kegiatan ini mengenai proses dan cara konselor
dalam mendalami pendampingan orang sakit. Dan sebagai konselor
kita harus bisa juga memahami kondisi psikologi pasien yang ada
di rumah sakit tentunya. Karena disini kadang ada pasien di rumah
sakit yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya (yang
menungggui pasien tsb). Untuk itu kita sebagai konselor di ajarkan
agar peka, tanggap akan pasien yang membutuhkan kunjungan,dari
23
teman yang saat itu sedang sakit,dan butuh bayak sekali perhatian.
Dari observasi saya di RSU salatiga bersama teman-teman
BK,saya rasa yang perlu kita tunjukkan perhatian pada orangnya
yang sakit,bukan kepada penyakitnya. Biarkan pasien
mengungkapkan isi hatinya dan keluh kesalnya. Karena perlu
diketahui harus memperhatikan Augmenters dan Reducers dari
pasien.
Adapun gambaran-gambaran psikologi orang sakit :
Stress
Malu atas penyakit yang dideritanya
Takut / sedih dengan masa depannya
Untuk tindak lanjutnya,pasien yang pernah saya
dampingi,menginginkan perhatian yang ekstra dan butuh teman
untuk mendengarkan keluh kesalnya. Karena jika tidak ada
seseorang yang seperti itu di samping pasien,pasti si pasien akan
lebih sensitive,mudah emosi,dan tidak mau menurut.
ii. Peran saya dari awal,saya sebagai penunjuk arah bagi teman-teman
menuju ke RSU Salatiga dan penunjuk ruang tempat mencari
pasien yg dirawat untuk melakukan observasi.Lalu saya bertugas
menemani salah satu teman saya melobi kepala ruang di rumah
sakit. Pada hari selanjutnya saya ikut mencari informasi tentang
pasien tsb. Dan pada akhir kegiatan,saya ikut membuat dan
mengetik proposal bersama teman-teman di perpus lantai 3.
iii. Secara keseluruhan,sepertinya saya kurang peka pada pasien yang
menginginkan perhatian lebih tentunya. Karena pada dasarnya
setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mencari perhatian
dari konselor / orang yang menunggui / menemani di samping si
pasien.
24
4. Ni Komang Sandini
i. Melalui kegiatan ini, saya :
a. Menemukan realita kehidupan yang sebenarnya
b. Kegiatan ini membuat saya melihat lebih jelas mengenai esensi
kenapa seseorang perlu menuntut ilmu.
c. Mendapat kesempatan mempraktekan komunikasi antar pribadi
d. Melihat lebih jelas potensi diri yang dapat diaktualisasikan.
e. Mengasah kemampuan untuk menemukan problem solving
dalam mencapai sasaran.
ii. Tahap persiapan:
a. Menyusun dan print proposal dan anggaran bersama teman-
teman
b. Konsultasi dengan pak Lobby mengenai tata cara melakukan
pendampingan orang sakit dan hal-hal yang perlu
dipersiapkan.
c. Mencari buku dan materi psikologi orang sakit diperpustakaan
dan internet
d. Menyusun dan print bahan pendampingan berdasarkan materi
yang didapat.
e. Bertemu pihak rumah sakit di bagian administrasi untuk
mencari informasi pasien dan prosedur rumah sakit mengenai
pelaksanaan kegiatan pendampingan
Tahap pelaksanaan:
a. Membeli bingkisan untuk pasien yang akan dikunjungi
b. Observasi pasien di beberapa ruang rumah sakit
c. Menetapkan pasien yang akan didampingi
d. Melakukan pendampingan orang tua atau keluarga pasien.
e. Memotivasi pasien dan keluarga pasien.
Tahap penyusunan laporan:
a. Menuliskan gambaran pelaksanaan, daftar pustaka, daftar isi,
lampiran dan melengkapi kajian pustaka, mengecek ulang dari
bab I sampai akhir.
b. Menyusun laporan dari halamam judul sampai akhir dan
burning data ke cd.
iii. Hal yang perlu dikembangakan dalam diri saya yaitu kemampuan
mengkomunikasikan pemikiran dengan baik dan cara pemberian
25
motivasi yang tidak terkesan menggurui dan menasehati.
Pengembangan kemampuan bekerjasama dengan orang lain serta
kemampuan mengelola konflik bathin dan fokus.
5. Maya Rahadian
i. Melalui terselenggaranya kegiatan ini, banyak pengalaman yang
berharga yang kami dapatkan. Di awal ketika kami membuat
perencanaan kegiatan ini, banyak keraguan pada diri kami yaitu
salah satunya adalah kegiatan ini apakah akan dapat terlaksana
dengan baik, mengingat sebelumnya kami belum pernah memiliki
pengalaman berkunjung ke rumah sakit dalam rangka menunggui
dan pemberian motivasi kepada orang yang sedang sakit, yang
sebelumnya kami belum pernah bertemu dan kenal kepada pasien.
Dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya dan teman-teman
dalam pemberian bantuan berupa motivasi. Dari pengalaman
inilah, saya menyadari bahwa peran seorang konselor sangat
dibutuhkan oleh semua orang. Karena kami menyadari bahwa
ternyata bukan suatu hal yang mudah ketika memberikan layanan
kepada orang terlebih ketika orang tersebut dalam keadaan sakit.
Karena ketika melaksanakan kegiatan ini, ternyata pemberian
motivasi ini tidak hanya dapat diberikan kepada pasien saja tetapi
kami juga melihat bahwa pemberian motivasi juga dapat diberikan
kepada keluarga yang menungguinya.Dari perbincangan dengan
pasien, kami banyak menerima informasi dari keadaan pasien yang
ternyata mengalami masalah dalam hal studi. Pasien mogok
sekolah dikarenakan lingkungan teman yang tidak baik, pasien
memiliki teman- teman yang tidak mau sekolah sehingga itu
mempengaruhi minat pasien untuk sekolah. Disini kami melihat
bahwa tenyata ada kompleksitas masalah dibalik penyakit yang
diderita oleh si pasien, dan peran seorang konselor sangat
26
dibutuhkan untuk memberikan penguatan dan dorongan kepada
pasien dalam menghadapi masalah dan penyakitnya.
ii. Di awal perencanaan kegiatan, saya dengan kelompok melakukan
observasi tempat atau ruangan yang akan dikunjungi dan mencari
data yaitu pasien mana saja yang membutuhkan pemberian
motivasi, dan kami mengutamakan pasien yang tidak ditunggui
atau tidak punya keluarga. Setelah di hari berikutnya, saya dan
salah satu teman di kelompok bermaksud menemui kepala ruangan
untuk perijinan pelaksanaan kegiatan ini. Kemudian dihari yang
sudah disepakati bersama, kami melaksanaan kegiatan ini secara
bersama-sama.
iii. Yang perlu dikembangkan dalam diri saya yaitu dalam hal
berkomunikasi, kepekaan serta keterampilan sebagai calon
konselor dalam memberikan bantuan. Terlebih dalam hal
keterbukaan dengan calon konseli, hal yang menjadi tantangan
tersulit bagi saya adalah ketika memberikan bantuan seperti di atas
dengan orang yang sebelumnya belum pernah saya kenal, saya sulit
mengembangkan sikap terbuka dan kepekaan terhadap penggalian
masalah dan pemberian motivasi.
C. Saran
i. Progdi
Kelompok merekomendasi untuk progdi dapat kembali melakukan
kegiatan ini dalam wadah yang berbeda, dan persiapan yang
matang.Karena dari yang kelompok lihat, banyak sekali pasien dan
keluarga yang kesepian di rumah sakit, yang membutuhkan
perhatian dan pertolongan.Kegiatan ini juga dapat dijadikan
sebagai kerjasama antara progdi BK dengan Rumah Sakit, yang
nantinya dapat sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk bisa
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga.
ii. Sasaran
27
Diadakan tindak lanjut dari pelayanan untuk pasien dan keluarga,
supaya kegiatan ini tidak terkesan hanya formalitas, akan tetapi
benar-benar memabantu. Tindak lanjut sangat diperlukan karena
kegiatan hanya dilakukan sebentar.Orang yang berada di rumah
sakit pasti tidak ingin berada disana lebih lama.Sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama untuk memberikan bantuan.
iii. Mahasiswa BK
Mahasiswa BK perlu mempersiapkan dengan baik ketika akan
melaksanakan kegiatan ini. Selain persiapan mental, materi juga
harus disiapkan dengan baik. Mahasiswa perlu mengerti benar apa
yang harus dilakukan, supaya tidak kebingungan ketika sudah
sampai dilapangan.
28
D. Lampiran
Ruangan yang diobservasi
Kelompok pendamping atau kelompok kunjungan
Pelaksanaan inti kegiatan
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku Diktat Mata Kuliah Kecakapan Hidup.
Dryden, Windy. 2006. Rational Emotive Behavior Therapy: 100 key points and
techniques. Publisher: Routledge.
Loekmono, Lobby. 2005. Tiga Model Konseling. Salatiga: Widya Sari Press.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-rasional-
emotif/
http://neuronnisc11.blogspot.com/2012/01/tambahan-materi-psikologi-orang-
sakit.html, Senin, 15 oktober 2012, 11.58