Laporan Kegiatan -...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of Laporan Kegiatan -...
Laporan Kegiatan
Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya
Organisasi Masyarakat Sipil
di Maumere - NTT
Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Masyarakat Sipil yang dilaksanakan di Maumere
pada tanggal 2 s/d 5 Mei 2018 merupakan pelaksanaan lokalatih yang terakhir dari 4 rangkaian
kegiatan lokalatih mobilisasi sumber daya yang dilakukakan oleh Yayasan Penabulu dan
diselenggarakan atas dukungan CEPF.
1. Peserta
Peserta Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Masyarakat Sipil di Maumere terdiri 13
orang dari 10 organisasi mitra CEPF PFA 7, antara lain:
1. Bernadus Sambut, Yayasan Tananua Flores
2. Magdalena R Hepat, Program manager yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial
3. Honorarius Quintus E, Staff Dokumentasi dan Komunikasi Wahana tani mandiri (WTM)
4. Yohanes E. N. , Ketua Divisi Pendidikan dan Pengembangan Yayasan Tunas Jaya
5. Vinsensius Tuas Koi, Pemberdayaan Perempuan dan Anak Komisi Keadilan, Perdamaian
dan Keutuhan Ciptaan (JPIC) SVD Ruteng
6. Yohanes Bosko Ritan, Staf Media dan Advokasi Lembaga Pengembangan Masyarakat
Lembata (BARAKAT)
7. Muhammad Azmi, Staff Riset Yayasan Komodo Survival Program
8. Wilhelmus W. Woda, Staff Lapangan Wahana tani mandiri (WTM)
9. Dedy Alexander S., Koordinator Pertanian Wahana tani mandiri (WTM)
10. Mikael Puka, Staff Lapangan Yayasan Ayu Tani
11. Alfonsus Heri, Koordinator Program Yayasan kasih Mandiri Flores Alor Lembata (SANDI
FLORATA)
12. Daniel Laga, Staf Lapangan Yayasan Komodo Indonesia Lestari
Dalam pelaksanaan lokalatih di Maumere ini berbeda dengan pelaksanaan di 3 wilayah
sebelumnya. Jika di wilayah sebelumnya peserta mayoritas adalah pimpinan/pengambil
kebijakan organisasi, sedangkan di Maumere semua peserta bukan pimpinan/pengambil
kebijakan organisasi.
Fasilitator dari Yayasan Penabulu yang terlibat dalam Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya
Organisasi Masyarakat Sipil di Maumere, antara lain:
1. Khairi Syah Fitria
2. Ratna Dwi Puspitasari
2. Catatan Pelaksanaan
Metode belajar yang digunakan dalam lokalatih ini adalah metode belajar orang dewasa, dimana
partisipasi dan keterlibatan peserta menjadi landasan utama bagi metode pembelajaran
bersama. Materi disampaikan oleh Fasilitator dengan memberikan ruang tukar pengalaman antar
peserta dan simulasi bagi peningkatan keterampilan teknis serta diskusi/kerja kelompok untuk
menghasilkan rencana tindak lanjut yang akan dapat menjadi panduan operasional masing-
masing organisasi setelah lokalatih.
2.1. Agenda kegiatan pelaksanaan Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya Maumere
Waktu Sesi
Hari Pertama
08.00 – 10.00 120” Pre tes, perkenalan peserta, penyepakatan alur dan gambaran lokakarya
10.00 – 10.15 15” Coffee Break
10.15 – 12.00 105” Mengapa Harus Melakukan Mobilisasi Sumber Daya?
Mendefinisikan organisasi
12.00 – 13.00 60” Istirahat Siang
13.00 – 15.00 120” Lanjutan: Mengapa Harus Melakukan Mobilisasi Sumber Daya?
Praktik:
Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya organisasi
15.00 – 15.15 15” Coffee Break
15.15 – 17.00 105” Lanjutan: Mengapa Harus Melakukan Mobilisasi Sumber Daya?
Praktik:
Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan organisasi dalam melakukan mobilisasi sumber daya dengan metode SWOT
Hari Kedua
08.30 – 09.00 30” Overview
09.00 – 10.45 105” Konsep dan Tujuan Mobilisasi Sumber Daya
Kerangka kerja mobilisasi sumber daya
Jenis-jenis mobilisasi sumber daya
Cerita keberhasilan
Mengidentifikasi bentuk sumber daya yang sesuai dengan organisasi
10.45 – 11.00 15” Coffee Break
11.00 – 12.00 60” Menyiapkan Organisasi Penggalang Sumber Daya
Mengidentifikasi kesiapan organisasi sebagai penggalang sumber daya
12.00 – 13.00 60” Istirahat Siang
Waktu Sesi
13.00 – 14.00 60” Mengelola Relawan Sebagai Sumber Daya Organisasi
Mengapa organisasi membutuhkan relawan?
Cerita – Pengelolaan Relawan
Mengelola Relawan
14.00 – 15.15 75” Mengelola Relawan Sebagai Sumber Daya Organisasi
Praktik: Mengelola Relawan
15.15 – 15.30 15” Coffee Break
15.30 – 17.00 90” Maksimalisasi Pemanfaatan TIK dalam Mobilisasi Sumber Daya
Kerangka kerja pemanfaatan TIK
Strategi Komunikasi Organisasi
Pemanfaatan Web dan social media
Hari Ketiga
08.30 – 09.00 30” Overview
09.00 – 10.30 90” Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Pemetaan aktor/ pihak luar yang mendukung kerja-kerja organisasi
Menemukan irisan kebutuhan antara organisasi dan pihak luar
Membangun strategi pendekatan dengan pihak luar
10.30 – 10.45 15” Coffee Break
10.45 – 12.00 75” Lanjutan:
Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Membaca kebutuhan, melahirkan produk, dan mendirikan jembatan dalam pelibatan pihak luar
12.00 – 13.00 60” Istirahat Siang
13.00 – 14.30 90” Lanjutan:
Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Melibatkan pihak swasta/sektor bisnis dalam kerja-kerja organisasi
Strategi kemitraan dengan pihak swasta
Tahapan bermitra dengan sektor bisnis/pihak swasta
14.30 – 15.15 75” Lanjutan:
Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Pengenalan Konsep Pelibatan Pihak dengan Metode Kanvas
15.15 – 15.30 15” Coffee Break
15.30 – Selesai 90” Lanjutan:
Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Praktik:
Menyusun Konsep Pelibatan Pihak dengan metode kanvas
Hari Keempat
09.00 – 10.15 75” Lanjutan:
Membangun Strategi Pelibatan Para Pihak
Presentasi Konsep
10.15 – 10.30 15” Coffee Break
Waktu Sesi
10.30 – 12.00 90” Cerdas dalam Mengelola Energi
Kondisi saat ini, pemahaman arus energi organisasi
Model pengelolaan energi dengan fokus pada pertumbuhan internal organisasi
Prespektif donor sebagai investor
12.00 – 13.00 60” Istirahat Siang
13.00 – 15.00 120” Rencana Aksi Organisasi Produk Mobilisasi Sumber Daya Organisasi
15.00 – 15.15 15” Coffee Break
15.15 – 15.45 30” Post Tes
15.45 – 17.00 45” Penutup Penilaian bersama atas hasil dan capaian lokakarya
Apresiasi dan selebrasi
Administrasi
Selesai
2.2. Tahapan dalam pelaksanaan Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya Maumere
Hari ke 1
Pada hari pertama, kegiatan lokalatih dimulai dengan perkenalan. Perkenalan dilakukan dengan
cara masing-masing peserta untuk menggambar di kertas tentang organisasi yaitu nama, fokus
isu, area intervensi dan area kerja organisasi. Hasil gambar di presentasikan oleh masing-masing
peserta sekaligus memperkenalkan nama dan posisi peserta di organisasi. Setelah perkenalan
dilakukan, fasilitator memaparkan tentang agenda untuk empat hari kedepan.
Dimulai dengan materi pertama yaitu tentang “Mengapa Organisasi Masyarakat Sipil Melakukan
Mobilisasi Sumber Daya?”. Mengawali materi pertama, masing-masing peserta menceritakan
pengalaman selama berorganisasi, berapa lama telah bergabung dengan organisasi, dan alasan
sampai saat ini masih bergabung di organisasi. Beberapa kesimpulan jawaban yang diperoleh dari
peserta antara lain karena kepedulian, karena memiliki kemampuan sehingga mempunyai
kewajiban untuk berbagi ilmu, dan beberapa menganggap bahwa organisasi sebagai tempat
belajar sekaligus bekerja. Mengapa penggalian informasi dari peserta ini perlu dilakukan? Yaitu
untuk melihat secara global pemahaman masing-masing peserta terhadap organisasi sebelum
membawa materi ke topik khusus tentang mobilisasi sumber daya organisasi.
Setelah dilakukan penggalian pemahaman peserta terhadap organisasi, peserta diajak diskusi
mengapa organisasi harus melakukan mobilisasi sumber daya. Beragam pandangan dari peserta
mengapa mobilisasi sumber daya harus dilakukan oleh organisasi, secara umum adalah bahwa
organisasi membutuhkan pendanaan demi keberlanjutan organisasi.
Selanjutnya peserta diajak untuk mengingat kembali tentang visi dan misi organisasi, mengingat
kembali apa mimpi organisasi, apakah kerja-kerja yang dilakukan organisasi sesuai dengan tujuan
organisasi. Diskusi terkait visi dan misi organisasi bersama peserta ini mendorong peserta untuk
kembali lagi kepada alasan mengapa organisasi berdiri. Kemudian mengajak peserta untuk
melihat apakah misi yang dilakukan untuk mencapai visi sudah sesuai. Harapan dengan adanya
diskusi ini adalah sebagai refleksi atas kerja-kerja di masing-masing organisasinya yang telah
dilakukan. Akan tetapi, dikarenakan tidak semua peserta adalah menjadi bagian dari pendiri
organisasi dan mayoritas adalah staf pelaksana maka banyak peserta yang belum memahami visi
dan misi organisasi. Bahkan mayoritas peserta tidak mengetahui visi organisasi secara utuh.
Membahas tentang misi organisasi, peserta diarahkan pada sebuah pertanyaan tentang sumber
daya apa yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan misi organisasi. Peserta diajak untuk
mengidentifikasi sumber daya apa saja yang dibutuhkan dan sumber daya apa yang sudah dimiliki
oleh masing-masing organisasi. Peserta per organisasi melakukan simulasi menggunakan kertas
plano dengan mengidentifikasi:
a. Sumber daya apa yang dibutuhkan organisasi untuk mendukung misi dan memberikan
peringkat dari masing-masing sumber daya yang dibutuhkan mana yang dianggap paling
penting
b. Sumber daya yang dimiliki organisasi saat ini dan membandingkan dengan sumber daya yang
dibutuhkan, jika yang dibuthkan sudah dimiliki maka berapa presentase yang telah dimiliki
sehingga bisa diketahui berapa presentase yang dibutuhkan oleh organisasi
Dalam tahapan ini, harapannya peserta selain mengenali sumber daya yang dibutuhkan, peserta
juga bisa melihat apa saja sumber daya yang sudah dimiliki oleh organisasi. Dengan begitu,
organisasi akan mengetahui sumber daya apa yang masih harus dipenuhi untuk kelanjutan kerja-
kerja organisasi.
Setelah masing-masing organisasi memahami tentang kebutuhan sumber daya bagi organisasi,
dan melihat sumber daya organisasi yang dimiliki, peserta diajak untuk melihat lagi ke dalam
organisasi dan mengingat dalam kurun waktu 3 sampai dengan 5 tahun terakhir apa yang terjadi
dengan organisasi. Beberapa peserta yang belum lama bergabung di organisasi belum bisa
memberikan gambaran mengenai apa yang telah terjadi di orgaisasi. Tetapi bagi beberapa
peserta yang sudah lebih dari 3 tahun bisa menggambarkan situasi yang kebanyakan terjadi di
organisasi adalah datang dan perginya lembaga donor, dan juga tingkat keluar masuknya staf
yang sangat tinggi. Dalam melihat keluar dan membayangkan kira-kira trend apa yang akan
terjadi dalam 5 tahun kedepan, benyak peserta yang tidak bisa membayangkan terkait dengan
trend yang akan terjadi. Kemudian, peserta diajak untuk membayangkan, akan menjadi
organisasi yang seperti apa dalam kurun waktu 5 tahun kedepan. Sebagian peserta menjawab
organisasi akan bubar dalam 5 kedepan. Hal ini setelah peserta mendapatkan gambaran tentang
situasi lembaga donor di Indonesia.
Diskusi tentang “Apa yang terjadi pada organisasi 3 sampai 5 tahun terakhir”, “Trend yang akan
muncul dalam 3 sampai 5 tahun kedepan”, dan “Apa yang terjadi dengan organisasi 5 tahun
kedepan” mengajak peserta untuk melihat tantangan dan peluang yang harus dihadapi organisasi
dalam melakukan mobilisasi sumber daya. Dari tahapan inilah peserta kemudian diajak untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam melakukan mobilisasi
sumber daya organisasi menggunakan metode SWOT. Metode ini dilakukan untuk organisasi bisa
mengenali kekuatan dan kelemahan organisasi terkait sumber daya dan mengidentifikasi peluang
apa yang bisa diambil oleh organisasi dan tantangan apa yang harus dihadapi oleh organisasi
dalam pemenuhan sumber daya untuk melanjutkan kerja-kerja organisasi.
Analisa bersama hasil identifikasi SWOT ini menjadi sesi penutup hari pertama.
Hari ke 2
Pada hari kedua, kegiatan lokalatih dimulai dengan mengingat kembali materi yang telah
didiskusikan di hari pertama selama 30 menit. Lalu dilanjutkan dengan materi “Konsep dan
Tujuan Mobilisasi Sumber Daya Organisasi Masyarakat Sipil”. Penyampaian materi ini lebih
kepada paparan tentang sumber daya organisasi dan mobilisasi sumber daya organisasi. Peserta
juga diajak untuk memahami peran mobilisasi sumber daya bahwa betapa pentingnya melakukan
mobilisasi sumber daya untuk keberlanjutan kerja-kerja organisasi. Peserta diharapkan untuk
bisa menentukan bentuk mobilisasi sumber daya apa yang sesuai dengan karakteristik dan basis
kerja masing-masing organisasi. Secara umum, ada 3 basis kerja organisasi yaitu organisasi
berbasis konstituen, organisasi berbasis kompetensi dan organisasi berbasis advokasi.
Berdasarkan karateristik dan basis kerja organisasi akan mempengaruhi bentuk mobilisasi
sumber daya yang bisa dilakukan oleh organisasi. Pada sesi ini, masing-masing organisasi diajak
untuk menentukan bentuk mobilisasi sumber daya apa yang sesuai dengan organisasinya dengan
menempelkan sticker pada template bentuk mobilisasi sumber daya yang telah disediakan.
Setelah istirahat siang, peserta diajak untuk melihat kedalam organisasi masing-masing apakah
organisasinya telah cukup siap untuk melakukan mobilisasi sumber daya dengan materi
“Menyiapkan Organisasi Sebagai Penggalang Sumber Daya”. Materi ini merupakan kesimpulan
dari diskusi “Mengapa organisasi melakukan mobilisasi sumber daya” dan “Konsep dan tujuan
mobilisasi sumber daya”. Dalam penyampaiannya, lebih ditekankan bahwa, organisasi yang
mampu melakukan mobilisasi sumber daya adalah organisasi yang; 1) Siap menghadapi dinamika
perubahan yang begitu cepat, artinya adalah organisasi yang sering untuk melihat kedalam untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan, dan organisasi yang sering melihat keluar untuk
membaca peluang dan menghadapi tantangan, 2) Fokus pada pengelolaan sumber daya yang
dimiliki, artinya organisasi tidak hanya fokus pada pencarian sumber daya tapi juga harus
melakukan penguatan organisasi. Selain dua hal tersebut, organisasi harus mempunya tujuan dan
hasil yang jelas dalam melakukan mobilisasi sumber daya, 3) Organisasi yang dalam melakukan
mobilisasi sumber daya mampu menyeimbangkan antara tujuan dan hasil yang diharapkan
antara individu, organisasi dan penerima manfaat, 4) Organisasi masyarakat sipil sebagai
pengelola dana publik yang mampu untuk melakukan transparansi dan akuntabilitas kepada
publik.
Materi dilanjutkan dengan “Maksimalisasi Pemanfaatan TIK dalam Mobilisasi Sumber Daya
Organisasi”. Dalam sesi ini peserta diajak untuk melihat sejauh apa TIK bisa dimanfaatkan untuk
melakukan kerja-kerja mobilisasi sumber daya. Penyampaian materi ini lebih kepada bagaimana
metode pemanfaatan TIK dan apa saja yang bisa dilakukan oleh organisasi dalam
pemanfaatannya. Pada sesi ini, peserta melakukan simulasi terkait pengelolaan TIK di organisasi
dan pengembangan kedepannya seperti apa. Dari hasil presentasi peserta, masih banyak
organisasi di Maumere yang belum memiliki website dan sosial media, hal ini dikarenakan belum
tersedianya staf khusus pengelola TIK, merasa belum terlalu penting untuk eksis di Internet, tidak
ada dana khusus untuk membuat website dan juga karena kendala akses internet di beberapa
wilayah tempat organisasi. Fasilitator memberikan tips bagaimana jika organisasi belum bisa
mengelola sebuah website dan sosial media yaitu dengan menggunakan fasilitas Google Bisnis
serta mengembangkan buku atau media informasi dalam bentuk cetak atau gambar.
Menutup hari kedua, peserta diajak menulis tentang perasaan yang dialami baik yang
menyenangkan maupun yang menggembirakan setelah mengikuti proses lokalatih selama 2 hari.
Hari ke 3
Pada hari ketiga, diawali dengan materi “Mengelola Relawan Sebagai Sumber Daya Organisasi”.
Sebelum memulai materi lebih jauh, fasilitator melakukan penggalian terlebih dahulu terkait
dengan pengelolaan relawan di masing-masing organisasi. Sebagian besar organisasi mengelola
relawan melalui proses “kaderisasi”. Jadi, relawan yang dimaksud adalah Kader, sehingga adanya
ketidak sesuain materi yang disampaikan dengan situasi pada sebagian besar organisasi. Kader
yang disebut relawan tersebut adalah kelompok dampingan yang kemudian membantu
organisasi dalam melakukan kerja-kerja lapangan yang mendapat dukungan berupa gaji rutin
meskipun tidak sebesar gaji yang diterima oleh staf. Situasinya adalah para kader ini akhirnya
secara ketergantungan meengandalkan support dari organisasi sehingga jika tidak ada support
dari organisasi maka kader juga tidak melakukan tugasnya di lapangan. Situasi ini yang kemudian
membuat penyampaian materi relawan tidak bisa diterima oleh sebagain besar organisasi di
Maumere. Diskusi terkait dengan pengelolaan kader organisasi menjadi bahan yang lebih
menarik. Akan tetapi, untuk tetap membawa bahwa kepada pemahaman bahwa organisasi
membutuhkan relawan, dan bagaimana cara mengelola relawan secara singkat materi
pengelolaan relawan tetap disampaikan. Titik tekan dalam penyampaian materi pengelolaan
relawan di organisasi adalah relawan sebaagai salah satu aset organisasi yang seharusnya
dikelola dengan sebaik-baiknya.
Setelah istirahat siang dilanjutkan ke penyampaian materi “Membangun Strategi Pelibatan Para
Pihak”. Para pihak yang dimaksud disini adalah pihak-pihak diluar organisasi yang mendukung
kerja-kerja organisasi. Dalam sesi ini, peserta melakukan simulasi untuk mengidentifikasi siapa
pihak-pihak luar yang bisa dilibatkan untuk mendukung kerja-kerja organisasi. Identifikasi
dilakukan dengan menggunakan template berisi empat kotak yaitu; Kotak 1 mengidentifikasi
pihak yang sangat strategis dan dekat, kotak 2 mengidentifikasi pihak yang sangat strategis tetapi
jauh, kotak 3 mengidentifikasi pihak yang kurang strategis tetapi dekat, dan kotak 4
mengidentifikasi pihak yang kurang strategis dan jauh.
Setelah melakukan identifikasi pihak menjadi empat tingkat strategis, peserta diajak untuk
mengidentifikasi irisan kebutuhan dari masing-masing pihak yang dilibatkan dan dukungan apa
yang diharapkan oleh organisasi dari pihak-pihak yang dilibatkan. Berdasarkan dari irisan
kebutuhan antara pihak dan bentuk dukungan yang diharapkan oleh organisasi, selanjutnya
dilakukan identifikasi strategi pendekatan yang harus dilakukan untuk menjalin kerjasama
dengan pihak tersebut. Tentunya kepada masing-masing pihak mempunyai strategi yang
berbeda.
Poin penting yang ditekankan kepada peserta adalah, ketika organisasi akan melakukan
kerjasama dengan pihak luar maka organisasi harus mempunyai sebuah “produk”. Produk
organisasi bukanlah program atau kegiatan, produk juga tidak selalu berupa barang, bisa berupa
unit layanan, menu layanan, tools/perangkat, dan juga kerja kolaboratif. Produk bisa lahir dari
sebuah program/proyek yang telah dijalankan, ataupun sebaliknya bisa melahirkan
program/proyek. Produk organisasi inilah yang akan ditawarkan kepada pihak luar yang akan
dilibatkan sebagai dasar kerjasama.
Dalam memahami produk organisasi, metode yang digunakan adalah menggunakan kanvas.
Metode kanvas akan memandu peserta untuk menyusun sebuah konsep sederhana dalam
melahirkan produk. 7 poin penting dalam metode kanvas antara lain:
1. Menentukan siapa penerima manfaatnya. Dalam menentukan penerima manfaat, organisasi
harus mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh penerima manfaat. Dalam
mengidentifikasi permasalahan, organisasi harus bisa melihat lebih jauh lagi apa yang
melatar belakangi permasalahan tersebut. Dengan begitu, organisasi bisa menentukan apa
yang bisa diberikan kepada penerima manfaat.
2. Menentukan produk. Dalam menentukan produk, organisasi harus bisa memastikan bahwa
produk yang dilahirkan bisa menjawab kebutuhan/permasalahan yang dihadapi oleh
penerima manfaat.
3. Strategi yang digunakan dalam menjalankan produk organisasi.
4. Metode/cara yang dilakukan dalam melaksanakan strategi-strategi dalam mewujudkan
produk.
5. Pihak luar yang dilibatkan. Pihak luar yang dilibatkan adalah pihak-pihak diluar organisasi dan
diluar penerima manfaat. Bisa dari swasta, pemerintah, dan individu yang bisa mendukung
kerja-kerja organisasi
6. Bentuk dukungan yang diharapkan dari pihak yang dilibatkan. Jika pihak yang dilibatkan lebih
dari satu maka dalam mengidentifikasi dukungan yang diharapkan tentunya berbeda antara
pihak yang satu dengan pihak yang lain. Dalam menentukan bentuk dukungan dari pihak
yang dilibatkan, organisasi harus mempertimbangkan juga irisan kebutuhan antara
organisasi dengan pihak yang dilibatkan. Komitman apa yang bisa diberikan organisasi
kepada pihak yang dilibatkan.
7. Strategi untuk mengajak kerjasama pihak yang dilibatkan. Dikarenakan pihak yang dilibatkan
adalah dari luar organisasi, maka organisasi harus menyiapkan strategi-strategi dalam
mengajak kerjasama dengan pihak luar supaya pihak luar bersedia mendukung kerja-kerja
organisasi.
Sebagai penutup hari ketiga, peserta diberi tugas untuk menyusun konsep produk kolaborasi.
Peserta diberi keleluasaan dalam menentukan tim kolaborasi.
Hari ke 4
Pada hari keempat, kegiatan lokalatih dimulai dengan presentasi produk kolaborasi. Ada 3
produk kolaborasi yang dihasilkan oleh peserta, antara lain:
1. Kelompok Sikka - Ende yang beranggotakan organisasi Tananua, WTM, dan Sandy Florata
dengan produk kolaborasi “Masyarakat Berdaya Dalam Pengelolaan Hutan Desa Egon
Gahar”.
2. Kelompok Holamba (Hokeng - Larantuka - Lembata) yang beranggotakan organisasi YPPS,
Barakat dan Ayutani, dengan produk kolaborasi “PERMESA LAMAHOLOT” (Pemberdayaan
Orang Muda - Selamatkan Generasi Lamaholot).
3. Kelompok Komodo yang beranggotakan organisasi KSP, Tunas Jaya, Yakines dan JPIC, dengan
produk kolaborasi “KAMPUNG KOMODO ORGANIK NANGABERE”.
Produk Kolaborasi yang disusun masih dalam bentuk konsep sederhana yang harapannya akan
bisa dikembangkan bersama oleh tim dan bisa menjadi tindak lanjut yang akan dilahirkan oleh
masing-masing tim setelah mengikuti lokalatih mobilisasi sumber daya. Konsep produk
kolaborasi terlampir.
Sebelum istirahat siang, peserta diajak diskusi tentang “Merubah Paradigma dan Mengelola
Energi”. Materi ini merupakan refleksi dari materi yang sudah disampaikan selama 3 hari.
Sebelum diarahkan ke perubahan paradigma, peserta diajak untuk melihat tantangan yang
dihadapi oleh organisasi masyarakat sipil di Indonesia antara lain dengan adanya donor yang
berubah negara sasaran pendanaan, pola penyaluran pendanaan yang berbeda tidak lagi
langsung kepada organisasi pelaksana, transformasi Indonesia menjadi negara “Middle Income
Country”, banyaknya organisasi masyarakat sipil baru yang lahir, perubahan pandangan
masyarakat melihat organisasi masyarakat sipil, dan beberapa tantangan lainnya.
Merubah paradigma yang dimaksud adalah merubah pemikiran tentang donor sebagai pemberi
dana untuk bisa diajak kerjasama sesuai dengan visi misi organisasi, bukan sebagai pembeli jasa
organisasi yang kemudian membuat organisasi tidak memiliki posisi tawar. Untuk menjadi
organisasi yang memiliki posisi tawar, organisasi harus melakukan pola yang berbeda dari yang
sudah dilakukan sebelumnya yaitu: 1) Organisasi tidak hanya fokus kepada pelaksanaan program,
tetapi harus fokus dalam melakukan penguatan kapasitas organisasi dan inovasi baru, 2)
Transparansi dan akuntabilitas, 3) Komunikasi publik dan publikasi organisasi, 4) Pengelolaan
data, informasi dan pengetahuan, dan memaksimalkan TIK sebagai dasar mengembangkan
tawaran investasi baru.
Lokalatih hari keempat diakhiri dengan post tes dan penyampaian apresiasi dan masukan dalam
pelaksanaan lokalatih oleh peserta.
3. Kesimpulan
Dalam melakukan mobilisasi sumber daya, organisasi peserta Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya
mitra CEPF di Maumere belum ada yang melakukan kerja-kerja mobilisasi sumber daya dengan
melibatkan pihak swasta (CSR). Mobilisasi sumber daya dengan melahirkan kader sudah
dilakukan oleh sebagian besar organisasi, tetapi juga ada organisasi yang melakukan
penggalangan relawan akan tetapi lebih kepada kebutuhan proyek. Pengetahuan organisasi
masih ada di personal, belum dijadikan sebagai pengetahuan yang dimiliki dan dikelola oleh
organisasi.
Unit usaha sudah dilakukan di beberapa organisasi yaitu Yayasan Tunas Jaya dengan Rumah
Songke (sebagai galeri untuk penitipan hasil produksi tenun dari komunitas dampingan untuk
dijual/dipasarkan), MM Mart (swalayan) dan fotocopy. WTM mempunyai Puskolap (Pusat
Sekolah Lapangan) adalah berupa training center dan penginapan. Tananua mempunyai unit
usaha kopi Kelimutu. Yakines pernah melakukan unit usaha akan tetapi belum berhasil karena
tidak ada staf khusus yang fokus untuk mengelolanya.
Secara keseluruhan organisasi melakukan kerjasama dengan lembaga donor. Sebagian besar
organisasi peserta bekerjasama dengan lebih dari 1 lembaga donor.
Dalam proses lokalatih selama 4 hari di Maumere, dari 9 materi yang ada di rundown tidak bisa
seluruhnya tersampaikan, hanya ada 8 materi yang tersampaikan, sedangkan 1 materi yaitu
“Melibatkan pihak swasta/sektor bisnis dalam kerja-kerja organisasi” tidak tersampaikan. Hal ini
dikarenakan dalam prosesnya, pada penyampaian materi “Mengapa Organisasi Masyarakat Sipil
Harus Melakukan Mobilisasi Sumber Daya” membutuhkan waktu diskusi yang lebih lama
sehingga mempengaruhi waktu penyampaian materi selanjutnya. Waktu diskusi lebih lama
dikarenakan peserta yang bukan pimpinan/pengambil kebijakan (mayoritas adalah pelaksana
lapangan) mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap keberlanjutan organisasi sehingga
dalam proses menyamakan persepsi dalam cara pandang organisasi dilakukan dengan metode
yang berbeda dari proses di lokalatih sebelumnya.
Ketertarikan peserta mayoritas pada materi Pelibatan Pihak Luar yaitu pada penyusunan konsep
dengan model kanvas. Hal ini dikarenakan mayoritas sebagai staf pelaksana yang sebagian besar
tugasnya di organisasi adalah melakukan penyusunan proposal menganggap bahwa model
kanvas cukup membantu untuk penyusunan proposal organisasi. Selain penyusunan konsep
dengan model kanvas, materi “Merubah paradigma dan Mengelola Energi” juga menjadi bahan
diskusi yang menarik bagi peserta dikarenakan karena area kerja di NTT maka sebagian besar
organisasi tidak mengikuti perkembangan organisasi masyarakat sipil terkini yang kemudian
menjadikan organisasi tidak peka terhadap tantangan yang dihadapi. Proses simulasi dalam
mengidentifikasi organisasi melalui SWOT juga menjadi diskusi yang membuat para peserta lebih
terbuka dalam melihat organisasi.
Konsep rencana tindak lanjut masing-masing organisasi tidak bisa dilakukan mengingat dalam
penyampaian materi membutuhkan waktu yang lebih panjang. Akan tetapi untuk lokalatih di
Maumere, peserta mengahsilkan 3 konsep produk kolaborasi yang diharapkan akan bisa menjadi
tindak lanjut kolaborasi antar beberapa organisasi.