Laporan Kegiatan Dinkes Kota Medan 17-18 November
-
Upload
riezkyfiezrilbs -
Category
Documents
-
view
34 -
download
7
Transcript of Laporan Kegiatan Dinkes Kota Medan 17-18 November
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU
KEDOKTERAN PENCEGAHAN/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
TANGGAL 17 NOVEMBER 2014 s.d. 18 NOVEMBER 2014
Disusun oleh:
DAPHNE : 091001052
GUNTUR MU’AMMAR : 091001113
M ADLI DZIL IKROM : 091001051
RAHMA MAULIDA : 091001231
RANDI PERMANA RIDWAN : 091001136
RIEZKY FIEZRI LUBIS : 091001243
SAPTO HADI D.U : 091001266
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan kegiatan ini dapat kami selesaikan tepat
pada waktunya. Pada laporan kegiatan ini, kami menyajikan mengenai rangkaian
kegiatan selama menjalani KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun tujuan
penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta para staff
atas kesediaan beliau-beliau membimbing kami selama menjalani kegiatan
kepaniteraan klinik senior di Dinas Kesehatan Kota Medan. Demikian pula
kepada koordinator koasisten yang telah membimbing kami dalam penulisan
laporan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan kegiatan ini. Atas bantuan dan segala
dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis
ucapkan terima kasih. Semoga laporan kegiatan ini dapat memberikan sumbangan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kesehatan.
Medan, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 3
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 3
1.3. Manfaat ................................................................................................ 3
BAB 2 SITUASI KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN ............... 4
2.1. Keadaan Geografis................................................................................ 4
2.2. Keadaan Demografis............................................................................. 4
2.2.1.Kepadatan Penduduk .................................................................. 4
2.2.2. Rasio Jenis Kelamin ................................................................... 5
2.2.3. Umur .......................................................................................... 5
2.2.4. Jumlah Anggota Keluarga .......................................................... 5
2.3. Sosial Ekonomi...................................................................................... 5
2.3.1. Pendidikan .................................................................................. 5
2.3.2. Ketenagakerjaan ......................................................................... 5
2.3.3.Pendapatan................................................................................... 6
2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi............................................................... 7
2.4.1. Rumah Sehat .............................................................................. 7
2.4.2. Sumber Air Minum .................................................................... 8
2.4.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar ............................................. 8
2.4.4. Fasilitas Umum .......................................................................... 8
2.4.5.Pembuangan Sampah................................................................... 9
2.5. Pelayanan Kesehatan............................................................................. 9
2.5.1.Sarana Kesehatan ........................................................................ 9
2.5.2.Tenaga Kesehatan ....................................................................... 10
2.5.3.Daftar Puskesmas......................................................................... 10
BAB 3 PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN.. 11
3.1. Visi dan Misi......................................................................................... 11
3.2. Tujuan…................................................................................................ 12
3.3. Pembangunan Kesehatan....................................................................... 12
3.4. Organisasi.............................................................................................. 18
3.5. Struktur Organisasi................................................................................ 22
BAB 4 LAPORAN KEGIATAN .............................................................. 23
4.1. Pelaporan............................................................................................... 23
4.2. Kegiatan…............................................................................................ 22
4.3. Materi Pembekalan Puskesmas............................................................. 22
4.3.1.Visi dan Misi kegiatan KKS ....................................................... 23
4.3.2.Puskesmas ................................................................................... 24
4.3.3.Pelayanan Kesehatan................................................................... 30
4.3.4.Pengendalian Masalah Kesehatan................................................ 35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... ...37
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ ...37
5.2. Saran ....................................................................................................... .37
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua belas pilar, diantaranya
adalah kesehatan. Baik berdiri sendiri, kesehatan dapat mempengaruhi pilar-pilar
lainnya. Gambaran kesehaan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan rumusan
Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya
menyelenggarkan pembangunan kesehatan sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992
dalam meningkatkan kesadaran, kemauandan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya
promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan
keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan
penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan
lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan kesehatan
dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan,
manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya
tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi
penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat
kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Strategi utama sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam menuju
Indonesia Sehat 2015 adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan
desentralisasi.Di Dinas Kesehatan Kota Medan, dicanangkan suatu visi
”Masyarakat Medan Sejahtera” dengan misi Menggerakkan pembangunan kota
berwawasan kesehatan,mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,
dan memelihara dan meningkatkan profesionalisme layanan kesehatan. Tujuan
yang ingin dicapai adalah terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan
perdagangan yang sehat, terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana
umum yang sehat, terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya
kesehatan yang paripurna, meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya
manusia kesehatan, tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan,
meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh
masyarakat, dan terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan.
Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai
kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan serta dalam mencapai sasaran
pembangunan kesehatan, disepakati suatu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010-2014).
Diharapkan kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya
berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender,
meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak,
terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya
kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah sesuai
dengan target minimal dalam Millenium Development Goals.
Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah sarana
pelayanan kesehaan strata pertama yaitu puskesmas yang ditanggungjawabkan
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berperan dalam upaya baik
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, dalam rangka
membentuk petugas kesehatan yang tidak hanya piawai dalam bidang kuratif dan
rehabilitatif, tetapi juga dalam bidang preventif dan promotif, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara menyelenggarkan kegiatan kepaniteraan
senior klinik (KKS) di Dinas Kesehatan Kota Medan yang kemudian memberi
pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan kegiatan KKS di puskesmas dan
desa binaan yang ditentukan kemudian.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui program kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan dan
untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Universitas Islam Sumatera Utara.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kerorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan.
2. Untuk mengetahui kegiatan yang ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota
Medan.
3. Untuk mengetahui program dan target puskesmas sebagai pembekalan
kegiatan KKS di puskesmas.
4. Untuk mengetahui program kegiatan pelayanan kesehatan di Kota Medan.
5. Untuk mengetahui program kegiatan pengendalian wabah dan bencana di
Kota Medan.
1.3. Manfaat
Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca khususnya pengetahuan mengenai program dan situasi kesehatan
masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dalam peningkatan partisipasi mendukung
strategi pemberdayaan masyarakat yang dicanangkan dalam program
pembangunan kesehatan.
BAB 2
SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN
2.1. Keadaan Geografis
Provinsi Sumatera Utara secara geografis terletak pada 10-40 Lintang Utara
dan 98°-100° Bujur Timur. Sebelah Utara perbatasan dengan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di selat
Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi
Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis,
kisaran suhu antara 13,4°C-34,2°C, mempunyai musim kemarau ( Juni s.d.
September ) dan musim hujan (November s.d. Maret). Secara administratif
Sumatera Utara pada tahun 2012 memiliki 8 kota dan 25 kabupaten. Luas daratan
Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km2. Berdasarkan luas daerah menurut
kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten
Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 dan luas daerah terkecil adalah Kota
Sibolga dengan luas 10,77 km2. Kota Medan memiliki luas daerah 265,1 km2
dengan ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut.
2.2. Kependudukan
Sumatera Utara merupakan provinsi yang jumlah penduduknya terbesar
keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah
penduduk Sumatera Utara pada tahun 2012 tercatat sebesar 13.254.682 penduduk.
Kota Medan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi
dengan kepadatan 2.141.637 penduduk.
2.2.1. Estimasi Jumlah Penduduk
Estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 per Kabupaten/Kota
mEnggunakan proporsi dari jumlah penduduk Kabuapten/Kota tahun 2010.
Berdasarkan hal tersebut jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan
danterendah di Kabupaten Pakpak Bharat. Proporsi penduduk di Kota Medan
sebesar 16,1% dan di Kabupaten Pakpak Bharat 0,31%.
2.2.2. Rasio Jenis Kelamin
Di Sumatera Utara, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan
sebanyak 6.556.369 dan laki-laki 6.490.800 jiwa. Rasio seksnya adalah 98,9% di
mana setiap terdapat 100 perempuan, maka terdapat 98,9 laki-laki. Pada tahun
2008, angka seks rasio adalah 99,93% yang menunjukkan jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan meningkat.
2.2.3. Umur
Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur,
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 31,79%,
yang berusia produktif (25-29 tahun) sebesar 64,29% dan yang berusia tua (>65
tahun) sebesar3,90%. Jadi, penduduk Sumatera Utara sampai saat ini masih
didominasi oleh penduduk muda walaupun angka ini sudah menuruan dibanding
dekade yang lalu. Dengan demikian, angka beban tanggungan penduduk
Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 55,53%. Angka ini mengalamipenurunan
dibandingkan tahun 2007 sebesar 56,37%.
2.2.4. Jumlah Anggota Keluarga
Rata-rata anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah
sebesar 4,38yang berarti rata-rata pada setiap keluarga terdiri dari 4-5 anggota
keluarga. Kabupaten yang rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak
adalah Kabupaten Nias yaitu 5,41 orang danyang paling sedikit adalah Kabupaten
Karo yaitu 3,81 orang.
2.3. Sosial Ekonomi
2.3.1. Pendidikan
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara, salah satunya
berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.
Sensus Penduduk tahun 2000, ditunjukkan bahwa 60% penduduk 5 tahun keatas
mempunyai pendidikan tertinggi sekolah dasar, 18,19% tamat, 18,40%
tamatSMA, dan hanya 2,63% yang mencapai tingkat pendidikan perguruan tinggi.
Dari hasil Survei Angkatan Keija Nasional bulan Agustus 2007, ditunjukkan
bahwa pada penduduk berumur 15 tahun keatas l,42%, tidak pernah sekolah
9,04% tidak tamat SD 31%, tamat SD 23,42%, tamat SMP 28,93%, tamat SMA,
dan hanya sekitar 6,16% mencapai perguruan tinggi. Dari data diatas
menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Sumatera Utara sampai tahun 2008
masihrendah walaupun telah menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, angka buta
huruf di Sumatera Utara mulai menurun yaitu tinggal sekitar 3% di kota dan 5%
di desa.
2.3.2. Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Keija (TPAK) Sumatera Utara setiap
tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK sebesar 57,34%,
tahun2005 naik menjadi 71,94%, tahun 2006 menjadi 66,90% dan tahun 2007
naikmenjadi 67,49%.Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih
berpendidikan SDkebawah (41,47%), setingkat SMTP (23,42%), setingkat SMTA
(28,94%), sedangkansisanya 6,17% berpendidikan diatas SMTA. Berdasarkan
lapangan pekeijaan utama, penduduk Sumatera Utara yangterbanyak adalah di
sektor pertanian (47,6%), kemudian diikuti di sektor perdagangan, hotel, dan
restoran (18,8%), jasa (12,9%),sedangkan penduduk yang bekeija di sektor
industri hanya sekitar 7,60%.
2.3.3. Pendapatan dan Kemiskinan
Kemampuan ekonomi masyarakat yang diukur dengan angka pendapatan
per kapita atas dasar harga yang berlaku tahun 1993, bila diukur atas dasar harga
konstan mengalami kenaikan. Perkembangan PDRB Sumatera Utara per kapita
tahun 1993-1997 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstanta
1993 18.215,436 18.215,46
1994 21.678,6 19.941,33
1995 24.686,43 21.802,51
1996 28.173,73 21.753,81
1997 32.414,60 24.842,86
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengalami turun
naikdari tahun 1993-2007. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta
orangatau sebesar 12,31% dari total seluruh penduduk Sumatera Utara. Tahun
1996jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23 juta
jiwa(10,92%). Namun, karena krisis moneter, penduduk miskin di Sumatera Utara
tahun 1999 meningkat menjadi 16,74% dari total pendudukSumatera Utara yaitu
sebanyak 1,97 jutajiwa. Pada tahun 2003 teijadi penurunan penduduk miskin baik
secara absolut maupun secara persentase, yaitu menjadi l,89juta jiwa atau sekitar
15,89%, sedangkan tahun 2004 turun lagi menjadi 1,80 jutajiwa (14,93%)
kemudian tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%),
namun akibat dampak kenaikan BBM pada Maret dan oktober 2005,penduduk
miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 jutajiwa (15,66%). Padatahun 2007
turun sedikit menjadi 1,77 juta jiwa atau 13,90% (SUDA 2008).
2.4. Lingkungan Fisik dan Biologi
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat dengan indikator-
indikator yaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki akses
terhadap air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum,
persentase rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir
kotoran/tinja/BAB.
2.4.1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan
hunianrumah yang sesuai (>8m2/kapita), dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2008,dari
seluruh rumah yang ada yaitu 2.683.062 unit, yang diperiksa sebanyak 197.322
unit (44,63%), dari jumlah yang diperiksa diketahui bahwa 761.699rumah yang
memenuhi syarat kesehatan (63,62%).
2.4.2. Sumber Air Minum
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas)tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi
Sumatera Utara yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%,
sedangkan persentaserumah tangga yang memiliki sumber air minum tak
terlindung sebesar 23,2%. Dari hasil pengawasan air bersih, yang memenuhi
syarat fisik 84,37%, kimiawi 75,82%, dan bakteriologis 76,15%. Risiko
pencemaran amat tinggi 2,45%, tinggi 33,13%, sedang 36,48%, dan rendah
27,49%. Parameter ini menunjukkan angkat yang cukup baik dan perlu untuk
terus ditingkatkan.
2.4.3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, di Provinsi Sumatera
Utara, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempatbuang air
besar sebesar 71,8%, rumah tangga yang memiliki bersama 6,8%, umumsebesar
4% dan tidak ada/tidak memiliki sebesar 17,4%. Dari hasil survei, jamban yang
memenuhi syarat kesehatan hanya 42,83%. Selain itu, ketersediaan jamban di desa
dan beberapa kabupaten masih minim dan terbatas.
2.4.4. Tempat Umum
Tempat umum yang sehat adalah tempat umum dan pengelolaan makanan
yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah,sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas
lantai yang sesuai denganbanyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang
yang sesuai.Pada tahun 2008, dari 18.436 tempat umum yang diperiksa, sekitar
66,15%memenuhi syarat kesehatan. Angka ini masih dibawah target Indonesia
Sehat 2015 yaitu 80%. Angka pembinaan kesehatan tempat umum oleh
pemerintah masih rendah yaitu hanya 54,66% sehingga perlu upaya dariprogram
terkait dalam peningkatan cakupannya.
2.4.5. Pembuangan Sampah
Persampahan di Kota Medan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Medan.Selain itu, pengelolaan persampahan di Kota Medan juga
dilaksanakan oleh pihak swasta, khususnya pada kawasan pusat pemerintahan dan
jalan-jalan protokol.Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat
timbulan sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, Kota Medan dengan jumlah
penduduk 1.963.855 jiwa, menghasilkan 6.873,49 m3 timbunan sampah. Namun
Kota Medan baru dapat mengelola sebanyak 5.710 m3 sehingga banyaknya
sampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3.
2.5. Pelayanan Kesehatan
2.5.1. Sarana Kesehatan
1. Rumah Sakit Umum :54 unit
2. Rumah Sakit Jiwa : 5 unit
3. Rumah Sakit Ibu&Anak : 8 unit
4. Rumah Sakit Khusus Lainnya : 4 unit
5. Rumah Bersalin : 298 unit
6. Puskesmas : 39 unit
7. Puskesmas Rawat Inap : 13 unit
8. Puskesmas Non Rawat Inap : 26 unit
9. Puskesmas Pembantu : 41 unit
10. Puskesmas Keliling : 27 unit
11. Posyandu : 1.405 unit
12. Balai Pengobatan/Klinik : 409 unit
13. Apotik : 624 unit
14. Praktek Bersama : 8 unit
15. Praktek Dokter Umum : 1.378 unit
16. Praktek Dokter Spesialis : 791 unit
17. Praktek Dokter Gigi : 531 unit
18. Laboratorium Kesehatan Pemerintah : 1 unit
19. Laboratorium Kesehatan Swasta : 6 unit
2.5.2. Tenaga Kesehatan
1. Dokter Spesialis : 9 orang
2. Dokter Umum : 139 orang
3. Dokter Gigi : 107 orang
4. S2 : 17 orang
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 39 orang
6. Tenaga Sanitasi : 62 orang
7. Apoteker : 17 orang
8. Asisten Apoteker : 131orang
9. Bidan : 305 orang
10. Perawat : 485 orang
11. Perawat Gigi : 75 orang
12. Tenaga Gizi : 44 orang
13. APRO : 3 orang
14. AKFIS : 2 orang
15. Analis : 60 orang
16. Tenaga Non Medis : 85 orang
2.5.3. Daftar Puskesmas
1. Puskesmas Teladan
2. Puskesmas Simpang Limun
3. Puskesmas Glugur Darat
4. Puskesmas Pasar Merah
5. Puskesmas Tuntungan
6. Puskesmas Kota Matsum
7. Puskesmas Sering
8. Puskesmas Sukaramai
9. Puskesmas Medan Area
10. Puskesmas Sentosa Baru
11. Puskesmas Bromo
12. Puskesmas Glugur Kota
13. Puskesmas Pekan Labuhan
14. Puskesmas Pulo Brayan
15. Puskesmas Desa Terjun
16. Puskesmas Sei Agul
17. Puskesmas Kedai Durian
18. Puskesmas Petisah
19. Puskesmas Belawan
20. Puskesmas Darussalam
21. Puskesmas Medan Deli
22. Puskesmas Rantang
23. Puskesmas Helvetia
24. Puskesmas Polonia
25. Puskesmas Padang Bulan
26. Puskesmas Kampung Baru
27. Puskesmas Desa Binjai
28. Puskesmas Medan Denai
29. Puskesmas Mandala
30. Puskesmas Tegal Sari
31. Puskesmas Medan Labuhan
32. Puskesmas Simalingkar
33. Puskesmas Martubung
34. Puskesmas Medan Johor
35. Puskesmas Medan Sunggal
36. Puskesmas Amplas
37. Puskesmas Desa Lalang
38. Puskesmas Titi Papan
BAB 3
PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
3.1. Visi dan Misi
Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Masyarakat Medan
Sejahtera”. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari
Dinas Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di
wilayah kerja pemerintah kota Medan.Sehat diartikan sebagai cara
berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai
kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta
perilaku hidup bersih dan sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa
masyarakat kota Medan dengan cara berpikir yang selalu dilandasi oleh
nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang
kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian derajat
kesejahteraan secara umum. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Kota Medan
yaitu:
1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan
Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota Medan
harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijaksanaan
pembangunannya. Untuk itu, maka seluruh elemen darisistem pemerintahan
kota harus berperan sebagai pengerak utama pembangunan Kota Medan
menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani, dan Relijius berwawasan
kesehatan.
2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat
Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan investasi, yaitu
bahwa derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai melalui investasi
baik pemerintah maupun individu. Dengan demikian diharapkan terciptanya
suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk
mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahankesehatan yang dihadapi,
sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena
penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan
Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan pada
upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang
dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi
sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang
efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang
ditetapkan.Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia
kesehatan, yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.Perlu juga
ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan
yang memadai, serta pengembangan kesehatan.
3.2. Tujuan
Tujuanyang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:
1. Terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat
2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat
3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang
paripurna
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan
5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh
masyarakat
7. Terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan
3.3. Pembangunan Kesehatan
Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan
kesehatan tahun 2010- 2014, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun.
b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per
100.000 kelahiran hidup.
c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000
kelahiran hidup.
d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000
kelahiran hidup.
e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari
36,8persen menjadi kurang dari 32 persen.
f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan
PN) sebesar 90%.
g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%.
h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%.
i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.
2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:
a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000
penduduk
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi
1 per 1.000 penduduk
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi
dibawah 0,5%
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan
dari80% menjadi 90%
e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antarwilayah dan
antartingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas
separuh dari tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka
mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh
penduduk, terutama penduduk miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah
tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014
adalah “Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui :
1. Program Kesehatan Masyarakat
Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang meliputi pemberian
imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2015, penyediaan akses sumber air
bersih yang menjangkau 67% penduduk, dan akses terhadap sanitasi dasar
berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2015, penurunan
tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228 per 100.000 kelahiran pada
2007 menjadi 118 pada 2014, serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000
kelahiran pada 2007 menjadi 24 pada 2015.
2. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan kualitas dan
jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta selama 2011-
2015.
3. Sarana Kesehatan yang meliputiketersediaandan peningkatan kualitas
layanan Puskesmas ISO minimal 5 puskesmas pada 2013 dan 10 puskesmas
pada 2015.
4. Asuransi Kesehatanuntuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100%
pada 2012 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan lainnya antara
2013-2015.
Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015
difokuskan pada delapan fokus prioritas, yaitu:
1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)
2. Perbaikan status gizi masyarakat
3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti
penyehatan lingkungan
4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu,
dan penggunaan obat
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis
kesehatan
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier
Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan
penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap
memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan:
1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
3. Penanggulangan penyakit dan gizi buruk
4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
5. Revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan pelayanan
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan
sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kesehatan.
6. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan terus ditingkatkan.
7. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan
pada penyakit-penyakit terutama target penurunan angka kesakitan yang
disepakati dalam MDGs.
8. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang
sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola
hidup masyarakat.
9. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan
lebih optimal.
10. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan dan
dikembangkan lagi.
11. Pelayanan kesehatan geriatri mulai dikembangkan.
12. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin meningkat.
13. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan secara
konsisten oleh semua bidang-bidang.
14. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendasar telah berkembang
mendukung upaya pembangunan kesehatan.
15. Teknologi kesehatan lebih meningkat.
16. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi
dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan
perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin .
17. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah
semakin meningkat serta telah ada upaya kemitraan pemerintah dan swasta.
18. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada pencapaian
prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar pembiayaan
pemerintah untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
19. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan penduduk miskin mulai
dilakukan secara pra-upaya dengan prinsip asuransi kesehatan sosial yang
telah melembaga.
20. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan secara kelompok
formal/penerima upah telah dilakukan dengan cara jaminan kesehatan sosial
dan mulai melembaga. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan
kelompok informal mulai melembaga dan menganut prinsip asuransi
kesehatan sosial.
21. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan
bersumber dari pembiayaan pemerintah yang dilakukan melalui jaminan
kesehatan sosial telah dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan
akuntabel dengan pelayanan terkendali secara berkesinambungan.
22. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan bersumber dari
pembiayaan swasta dan masyarakat semakin efektif, efisien, transparan dan
akuntabel dengan pelayanan terkendali.
23. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan masyarakat telah
semakin mengarah kepada upaya peningkatan dan pencegahan untuk
mengatasi masalah kesehatan.
24. Pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan.
25. Kemampuan daya saing SDM Kesehatan meningkat.
26. Pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan dapat berkembang sesuai
kebutuhan pembangunan kesehatan .
27. Standar pelayanan kesehatan dan standar kompetensi SDM Kesehatan
sebagai acuan dalam penerapan standar pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan tersebut.
28. Program distribusi dan rencana penguatan manajemen karier SDM
Kesehatan, dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.
29. Organisasi profesi, komponen masyarakat dan sektor lain terkait makin
berperan dalam pembangunan kesehatan.
30. Pembinaan, pengawasan, monitoring dan penilaian terhadap SDM
Kesehatan telah berjalan dengan efektif.
31. Sinergisme antara pembinaan, pengawasan perencanaan, pendayagunaan
dan pengadaan SDM Kesehatan makin meningkat. Dukungan sumber daya
untuk pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan telah semakin
meningkat.
32. Dukungan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan dapat semakin ditingkatkan.
33. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan telah memenuhi kebutuhan, yang menjamin ketersediaan sediaan
farmasi, terutama obat generik di masyarakat.
34. Pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan lebih berkembang
lagi.
35. Kebijakan dan administrasi kesehatan dapat lebih mendukung terwujudnya
sinergisme antar berbagai upaya pokok pembangunan kesehatan telah mulai
berkembang. Sistem informasi kesehatan telah dapat dibangun dengan baik.
36. Sistem pencatatan dan pelaporan sudah makin berkembang.
37. Hukum dan perundang-undangan di bidang kesehatan telah mulai tertata
dengan baik.
38. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan
telah lebih meningkat, sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam
pembangunan kesehatan terus berkembang.
39. Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan makin
berkembang.
40. Edukasi kesehatan terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi, dalam upaya
mewujudkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi individu,
kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
41. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung kesehatan
telah lebih berkembang dan dilaksanakan secara konsisten.
42. Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada telah
kembali mampu melakukan kegiatan dan fungsinya.
43. Penggerakkan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam
organisasi kemasyarakatan terus ditingkatkan.
44. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam pembangunan
kesehatan telah lebih nyata.
45. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan mengatasi
masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara dini
telah lebih berkembang.
3.4. Organisasi
Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 43
tahun 2010 adalah:
1. Kepala Dinas Kesehatan
2. Sekretariat
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
c. Sub Bagian Penyusunan Program
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas
lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan,
dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat
menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan
kesekretariatan; pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas; pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; pelaksanaan
koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; penyiapan bahan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kesekretariatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
a. Seksi Kesehatan Dasar
b. Seksi Kesehatan Rujukan
c. Seksi Khusus
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan,
dan kesehatan khusus.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bina
Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana,
program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;penyusunan
petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan
kesehatan khusus; pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dasar;penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/
spesialistik, dan sistem rujukan;penyelenggaraan upaya kesehatan khusus
meliputi kesehatan jiwa,kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji,
kesehatan gigi dan mulut; penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan,
kesehatan indera, dan usia lanjut;penyelenggaraan upaya kesehatan pada
daerah perbatasan;pelaksanaan proses perizinan dan pelayanan lainnya
lingkup pelayanan kesehatan;pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi
sarana pelayanan kesehatan;pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian lingkup pelayanan kesehatan;pelaksanaan monitoring, evaluasi
dan pelaporan lingkup bidang bina pelayanan kesehatan;pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
b. Seksi Wabah dan Bencana
c. Seksi Kesehatan Lingkungan
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkuppengendalian dan pemberantasan
penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Dalam melaksanakan
tugas pokok, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan
fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan
pemberantasan, penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan;
pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi,
pengendalian penyakit menular langsung, pengendalianpenyakit bersumber
binatang, pengendalian penyakit tidak menular, immunisasi, kesehatan mata,
dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB); pengendalian wabah dan bencana
meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan
pemulihan;penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air,
pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat,
sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan limbah; pelaksanaan
monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengendalian masalah
kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan
b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan
c. Seksi Registrasi dan Akreditasi
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan,
pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.Dalam
melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan
kegiatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan, pendayagunaan,
pendidikan dan pelatihan, registrasi dan akreditasi sumber daya manusia
kesehatan;pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan strategis
pelaksanaan pelatihan teknis pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan
lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan tenaga non-
medis/tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan kota;pelaksanaan
monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengembangan sumber
daya manusia kesehatan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan
a. Seksi Kefarmasian
b. Seksi Jaminan Kesehatan
c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan
Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan
peralatan kesehatan.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kefarmasian
Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan
rencana, program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana
Kesehatan penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana,
dan peralatan kesehatan penyelenggaraan kefarmasian penyelenggaraan
jaminan kesehatan pelayanan sarana dan peralatan kesehatan pelaksanaan
proses pelayanan perizinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian,
jaminan,sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota;
pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian
jaminan dan sarana kesehatan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT).
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
BAB 4
LAPORAN KEGIATAN
4.1. Pelaporan
Sebelum memulai KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan, para peserta
KKS melapor terlebih dahulu pada tanggal 7 April 2014 ke bagian penerima
tamu, bidang pengembangan SDM kesehatan, dan seksi pendidikan dan pelatihan.
4.2. Kegiatan
Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota Medan.
Adapun 4 materi yang diberikan dari tanggal 7 April 2014 sampai tanggal 9 April
2014 yaitu materi pembekalan KKS puskesmas, keorganisasian Dinas Kesehatan
Kota Medan, pelayanan kesehatan, dan pengendalian masalah kesehatan.
4.3. Materi Pembekalan Puskesmas
4.3.1. Visi dan Misi Kegiatan KKS
Visi kegiatan KKS yaitu:
1. Jangka pendek
Sgar mahasiswa dalam melaksanakan KKS di puskesmas yang merupakan
UPT dari Dinas Kesehatan Kota Medan mendapat gambaran tentang segala
sesuatu yangakan mereka laksanakan selama KKS di puskesmas.
2. Jangka panjang
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang akanmenjadi pemikir di bidang
kesehatan nantinya memiliki kepedulian terhadap kesehatan masyarakat dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Misi kegiatan KKS yaitu untuk mencapai visi di atas maka dilakukan
pembekalan kepada mahasiswa KKS kedokteran dan kedokteran gigi di Ladikkes
Dinas Kesehatan Kota Medan.Adapun sasaran materi yang diberikan yaitu
perkenalan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan, pembekalan upaya
kegiatan puskesmas, dan standar pelayanan mimal menuju Indonesia Sehat 2015.
4.3.2. Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha
kegiatan pokok.Visi puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat dengan
indikator lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu,
dan derajat kesehatan yang optimal.
Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan
wajib dan upaya pengembangan kesehatan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari:
1. Promosi kesehatan
Tujuannya adalah agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan
melaksanakan perilaku hidup sehat dan agar individu dan kelompok
masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya kesehatan, serta ikut aktif
dalam perencanaan dan penyelenggaraan posyandu. Kegiatannya meliputi:
1. Mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan pribadi, kesehatan
lingkungan, gizi keluarga, KB, imunisasi, posyandu, dan sebagainya.
2. Mengadakan ceramah dan diskusi dengan bantuan poster, pamflet, dan
brosur.
3. Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan antara lain
berupa gotong royong dan olahraga.
2. Kesehatan Lingkungan
Program dan target sasaran kesehatan lingkungan yaitu:
1. Sarana air bersih : 90%
2. Sarana pembuangan kotoran : 90%
3. Penyehatan lingkungan : 90%
4. Pemeriksaan TPS/TPA : 65%
5. Pemeriksaan sanitasi rumah sakit : 100%
6. Pembinaan DPLS : 100%
7. Pembinaan sekolah sehat : 100%
3. Kesehatan Ibu dan Anak Beserta KB
KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, bayi, dan balita serta anak usia pra-sekolah yang
menjadi tanggung jawab puskesmas, dalam rangka meningkatkan kesehatan
serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. program dan target sasaran KIA
yaitu:
1. K1 : 95%
2. K4 : 95%
3. Resti : 20%
4. Kunjungan Neonatus : 90%
5. Persalinan Nakes : 90%
6. KPKIA : 100%
7. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita : 90%
8. Pembinaan GSI : 100%
4. Perbaikan Gizi
Di Indonesia, masalah ini merupakan masalah yang cukup berat dan komplit,
karena keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya pengetahuan tentang
nilai gizi. Permasalahan gizi di Indonesia adalah defisiensi protein kalori,
defisiensi vitamin A dan defisiensi iodium, dan anemia. Program dan target
sasaran peningkatan gizi yaitu:
1. Pemberian Vit A
Bayi 90%
Balita 90%
Bufas 80%
2. Pemberian Tablet Fe: bumil 90%
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang
atau hewan yang sakit, dari reservoir ataupun benda-benda yang mengandung
bibit penyakit lainnya ke manusia sehat.
1. Imunisasi
BCG 95%
Polio 1 91%
Polio 4 85%
Campak 90%
Hepatitis > 7 hari 75%
Hepatitis < 7 hari 75%
DPT Hb 1 95%
DPT Hb 2 90%
DPT Hb 3 85%
2. TB paru
TB Paru BTA (+) sembuh > 85%
Cakupan penderita TB Paru 70%
Konversi 80%
Error rate < 5%
3. Demam berdarah
4. Polio
5. ISPA
6. Diare
7. HIV/AIDS
8. Malaria
9. Filariasis
10. Sistomiasis
11. Penyakit menular seksual
12. Kusta
6. Pengobatan
7. Pencatatan dan Pelaporan
Upaya kesehatan pengembangan terdiri dari:
1. Upaya kesehatan sekolah
Dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan disebutkan, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat, sehinggapeserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas
sektoral dalam rangka meningkatkanderajat kesehatan serta membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat anak usiasekolah.
Tujuan umum kegiatan UKS adalah meningkatkan kemampuan perilaku
hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan siswa serta menciptakan
lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal. Tujuan khusus adalah
memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat dan meningkatkan
derajat kesehatan siswa, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta
berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di
rumah tangga, maupun lingkungan masyarakat; sehat fisik, mental,
maupun sosial; daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk
penyalahgunaan NAPZA.
2. Upaya kesehatan olahraga
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan
aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan disebutkan kesehatan olahraga diselenggarakan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan olahraga.
3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 128/ Menkes/ SK/
II/ Tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas, upaya keperawatan
kesehatan masyarakat merupakan upaya kesehatan penunjang yang
kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya
kesehatan pengembangan.Sasaran perawatan kesehatan masyarakat
adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai
masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun
ketidakmampuan dalam menyelesaikan maslaah kesehatannya. Prioritas
sasaran adalah yang mempunyai masalah terkait dengan masalah
kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut.
4. Upaya kesehatan kerja
Menurut kebijakan teknis Program Kesehatan Kerja (Depkes RI 2002)
kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja secara sehat dengan
produktivitas yang optimal tanpa membahayakan diri, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.
5. Upaya kesehatan gigi dan mulut
Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu
kegiatan dari puskesmas dalam rangka melaksanakan salah satu program
pokok puskesmas.Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada
keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik
pelayanan promotif (peningkatan kesehatan/penyuluhan), kegiatan
pencegahan (preventif), kegiatan pengobatan (kuratif), dan kegiatan
pemulihan kesehatan gigi dan mulut (rehabilitatif).Selain itu, puskesmas
melaksanakan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Upaya kesehatan jiwa
Upaya kesehatan jiwa di puskesmas telah mulai dikembangkan sejak
lama baik secara khusus maupun terintegrasi dengan kegiatan pokok
puskesmas lainnya, dengan kegiatan sesuai Pedoman Kerja Puskesmas
adalah pengenalan dini kasus gangguan jiwa (early detection), meliputi:
gangguan psikosis, gangguan kecemasan, gangguan depresi, retardasi
mental, gangguan psikosomatik atau psikofisiologik, gangguan
penggunaaan zat, gangguan pada anak dan remaja (gangguan tingkah
laku, gangguan pemusatan perhatian/sindrom hiperkinetik, gangguan
perkembangan spesifik) dan epilepsi; memberikan upaya pertolongan
pertama pada kasus-kasus gangguan jiwa (primary treatment);kegiatan
rujukan yang memadai (adequate referral); dan melaksanakan terapi
lanjutan (follow up) terhadap kasus jiwa yang sudah selesai perawatan di
RSJ untuk meringankan beban pasien.
7. Upaya kesehatan mata
Tujuan pelayanan kesehatan mata secara umum adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan mata dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya masyarakat. Secara khusus tujuannya adalah
menurunkan angkakebutaan dari 1,5% pada tahun 2000 menjadi 1,0%
pada tahun 2010 dan 0,5% pada tahun 2020; meningkatkan kesadaran,
sikap dan prilaku masyarakat terhadap kesehatan indera penglihatan;
meningkatkan jangkauan pelayanan mulai pemerataan pelayanan
termasuk pemenuhan sarana prasarana dan peningkatan kualitas
pelayanan mata; dan meningkatkan kerja sama lintas sektor dan peran
swasta termasuk LSM dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan
Kebutaan dan Upaya Penanggulangan Kebutaan dan low vision.
8. Upaya kesehatan usia lanjut
Tujuan umumnya adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya
dalam strata kemasyarakatan. Tujuan khususnya adalah meningkatkan
kesadaran pada usialanjut untuk membina sendiri kesehatannya;
meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk
keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut; dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
Sasaran pembinaan secara langsung upaya kesehatan usia lanjut adalah
kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam virilitas
dalam keluarga maupun masyarakat luas; kelompok usia lanjut dalam
masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia
lanjut dan masyarakat umumnya; kelompok usia lanjut dalam masa
senescens (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (lebih dari 70
tahun) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit
berat, cacat, dan lain-lain. Sasaran pembinaan tidak langsung adalah
keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak di
dalam pembinaan kesehatan usia lanjut, dan masyarakat luas.
9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Dalam Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 47
memuat pengobatan tradisional, setiap upaya pengobatan atau perawatan
cara lain di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pengobatan
tradisional yang dimaksud perlu dibina dan diawasi untuk diarahkan agar
menjadi pengobatan dan atau perawatan cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
4.3.3. Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi
Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan
dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibuhamil
K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4
kali sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Pelayanan Kesehatan Dasar Ibu dan Bayi
Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten.Kompetensi kebidanan adalah
ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan
kebidanan (dokter dan bidan).Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya
tiga kali pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari pada minggu kedua
dan pada minggu ke 6 termasuk pemberian vitamin A dua kali serta persiapan
dan atau pemasangan KB pasca persalinan. Cakupan pelayanan nifas adalah
pelayanan kepada ibu dan neonatal pada masa 6 jam s.d 42 hari pasca
persalinan sesuai standar.
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti
kebidanan meliputi: Hb < 8 gr% , Tekanan darah tinggi (sistol>140 mmHg,
Diastole > 90 mm HG) , edema nyata, eklamsia, perdarahan pervaginam,
ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu,letak
sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur. Bumil
Risti/ komplikasi yang dirujuk adalah bumil risti /komplikasi yang ditemukan
untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan tenaga kesehatan.
Cakupan kunjungan neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi
umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan
melaluikunjungan rumah. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan
neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI
eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan
pemberian immunisasi); pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda
dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1-12 bulan di
saran pelayanan kesehatan maupun dirumah, posyandu, tempat penitipan anak,
panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.Pelayanan kesehatan
tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi (DDTK).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
Penanganan BBLR meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan
resusitasi pencegahan hipotermia, pemberiaan ASI dini dan eksklusif,
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, talipusat, kulit dan imunisasi)
pemberian vitamin K, manajemen terpadu bayi muda (MTBM), penanganan
penyulit/komplikasi/masalah BBLR dan penyuluhan perawatan neonatus di
rumah menggunakan Buku KIA. Cakupan bayi berat badan lahir
rendah/BBLR yang ditangani adalah cakupan BBLR yang ditangani sesuai
standar oleh Dokter, Bidan dan Perawat yang memiliki kompetensi klinis
kesehatan neonatal dan penanganan BBLR, di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
3. Pelayanan Kesehatan Balita
Pelayanan DDTK balita dan Prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini
masalah kesehatan anak menggunakan MTBS, monitoring pertumbuhan
menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik
kasar,motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian); penanganan
penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, simulasi
perkembangan anak balita dan prasekolah; pelayanan rujukan ke tingkat yang
lebih mampu.Setiap anak umur 0 sampai dengan 5 tahun memperoleh
pelayanan DDTK minimal 2 kali per tahun (setiap 6 bulan sekali). Pelayanan
DDTKdiberikan di dalam di dalam gedung maupun diluar gedung (Posyandu,
Taman Kanak kanak, Tempat penitipan anak, Panti asuhan) oleh Dokter Bidan
dan Perwat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan anak, DDTK, MTBM
dan MTBS. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra-
sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan
tumbuh kembangnya sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan dan Perawat,
paling sedikit 2 kali per tahun, di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
4. Pelayanan Kesehatan Klinik
Rawat Jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal di
ruang rawat inap pada sarana kesehatan.Cakupan rawat jalan adalah jumlah
kunjungan kasus baru rawat jalan di sarana kesehatan dalam kurun waktu 1
(satu) tahun.Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta pada
puskesmas perawatan dan bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita
harus menginap.Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap
baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
5. Pelayanan Gizi
Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan
yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada
KMS. Keluarga miskin (Gakin) adalah keluarga yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah Kab/Kota melalui Tim Koordinasi Kab/Kota (TKK)
dengan melibatkan Tim Kelurahan dalam mengindentifikasi nama dan alamat
Gakinsecara tepat sesuai dengan Gakin yang disepakati. Cakupan Pemberian
makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah
pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.
Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0-49 bulan) yang ada di
Kab/Kota. Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) dengan Z score < -3 dan atau dengan tanda klinis (marasmus,
kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor). Balita gizi buruk mendapat
perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan
kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi
yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12- 59 bulan
yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi
terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI yang
diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah
dengan dosis 200.000 SI yang diberikan kepada anak umur 12-59 bulan.
Cakupan balita mendapat kapsul Vitamin A adalah cakupan bayi 6 -11 bulan
mendapat kapsul Vitamin A satu kali dan anak umur 12 – 59 bulan mendapat
kapsul Vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trisemester I s/d trisemester III.
Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi
yang diberikan pada Bumil. Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe adalah
cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
6. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Ibu hamil Risti/ komplikasi yang tertangani adalah keadaan penyimpangan
dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi anemia ( Hb< 8 g%),
Tekanan darah tinggi (sistol >140 mmHg, diastol >90 mmHg), edema nyata,
eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi
berat/sepsis, persalinan prematu. Ibu hamil resiko tinggi/kompliksasi yang
tertangani adalah Ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit
pemerintah/swasta dengan fasilitasPONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif).
Neonatus adalah bayi baru lahir sampaiusia 28 hari.Neonatus Risti/
komplikasi adalah neonatus dengan penyimpangan dan normal yang dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian. Neonatus meliputi: Asfiksia, Tetanus
Neonatorum, Sepsis, trauma Lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2500 gram),
Sindroma Gangguan pernafasan dan kelainan kongenital. Cakupan Neonatus
risti/komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditanganisesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas
Perawatan dan Rumah Sakit Pemerintah/Swasta.
7. Pelayanan Gawat Darurat
Kemampuan pelayanan gawat darurat adalah upaya cepat dan tepat untuk
segeramengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi
Jantung Paru Otak (Cardio – Pulmonary – Crebral – Resusitation) agar
kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekankan sampai
minimal dengan menggunakan bantuan hidup dasar (Basic Life Support) dan
bantuan hidup lanjut (ALS). Cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan
dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
4.3.4. Pengendalian Masalah Kesehatan
1. Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Program penanggulangan yang
dilaksanakan adala promotif dengan penyediaan media promosi, preventif
dengen pelatihan kader DBD, pemberdayaan patroli kesehatan, dan
pemeriksaan jentik berkala, kuratif dengan pengadaan alat fogging,
insektisida, peningkaan kapasitas petugasfogging, fogging fokus, dan
surveilans epidemiologi DBD. Kegiatan yang paling digencarkan adalah
upaya promotif yaitu gerakan PSNdengan metode 3M plus.
2. AIDS
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan
melalui cairan tubuh seperti darah dan semen. Tujuan dari program
pengendalian dan penanggulangan HIV/AIDS adalah penurunan kerentanan
penularan HIV/AIDS, pencegahan melalui transmisi seksual, peningkatan
penyediaan darah yg aman untuk transfusi, penurunan prevalensi IMS,
pencegahan penularan dari ibu ke anak, pencegahan penularan pada
pemulasaran jenazah, penerapan kewaspadaan universal, pengurangan
penularan pada penasun, peningkatan kwalitas hidup ODHA, penghapusan
stigma dan diskriminasi pd ODHA, dan penguranganperilaku berisiko tinggi.
Pengurangan dampak buruk dapat dilakukan dengan pendidikan sebaya,
pelayanan kesehatan dasar, perawatan dan pengobaan HIV/AIDS, substitusi
oral terapi NAPZA, komunikasi informasi edukasi, penjangkauan, konseling
testing HIV, pencegahan ineksi pertukaran jarum suntik, dan pemusnahan
jarum suntik bekas pakai.
3. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan olehMycobacterium complex.
Lima komponen strategi DOTS untuk penanggulangantuberkulosis adalah
komitmen politis, diagnosis dengan mikroskop, pengobatan jangka pendek
dengan pengawasan langsung, jaminan OAT yang bermutu, dan pencatatan
baku. Standar pelayanan TB sesuai dengan ISTC.
4. Imunisasi
Pedoman dan jadwal imunisasi mengikuti pedoman IDAI.
5. Pencegahan merokok
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Program kerja di Dinas Kesehatan Kota Medan ditanggungjawabi oleh
masing-masing bidang dan sub bidang.Bidang yang selalu menjadi sorotan adalah
dalam bidang pelayanan kesehatan berkaitan dengan hasil yang dapat dinilai oleh
masyarakat.Setiap 5 tahun, diadakan Rakerkesda untuk menentukan visi, misi,
tujuan dalam penyusunan program kerja.Adapun tanggung jawab Dinas
Kesehatan Kota Medan yang paling penting yaitu dalam pengaturan
puskesmas.Dalam hal ini, telah dibuat program dan sasaran kegiatan yang harus
dilaporkan puskesmas setiap tahunnya sebagai evaluasi.
5.2. Saran
Penyuluhan serta promosi kesehatan masyarakat harus terus dilakukan
secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat baik ditempat tinggal maupun diluar tempat
tinggal.
Peningkatan SDM baik tenaga kesehatan ataupun pihak lain yang ada
dalam Dinas Kesehatan Pemerintahan Kota Medan.
Perlunya pendataan ulang hasil dari program yang telah dilaksanakan,
khususnya pada program-program yang berhubungan dengan sarana
kesehatan strata pertama lainnya.