Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid
-
Upload
wiwit-cuwiwit -
Category
Documents
-
view
62 -
download
3
Transcript of Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid
BAB I
STATUS PENDERITA
I. Identifikasi Penderita
Nama : Tn. BA
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah sudah ± 10 tahun
Suku / Bangsa : Sumatera
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Angkatan 66, Palembang
Datang ke RS : Sabtu, 10 Januari 2013, pukul 13.00 wib.
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang dan di bangsal Cendrawasih RSJ. dr.
Ernaldi Bahar Palembang.
II. Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamesiss
a. Jum’at, 10 Januari 2013
b. Senin, 13 Januari 2013
c. Rabu, 15 Januari 2013
2. Alloanamnesis ( Ny.S, 67 tahun, ibu kandung pasien)
a. Jum’at, 10 Januari 2013
b. Selasa, 14 Januari 2013
A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk sejak 1 hari yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien pernah mengambil ilmu di Bangka,
pasien ke Bangka diajak oleh temannya, pasien tinggal bersama temannya di
kos-kosan di daerah Bangka. Pasien mengaku mengambil ilmu tersebut
untuk dapat menyembuhkan orang lain yang menderita sakit, sebelum
mendapatkan ilmu tersebut pasien harus melakukan puasa setiap senin dan
kamis, selain itu pasien juga harus banyak beramal kepada orang lain. Pasien
mengaku dengan keluarganya kalau pasien dan temannya belajar dengan
dukun yang sudah terkenal di daerah Bangka. Sudah banyak orang yang
sembuh dari penyakitnya karena berobat dengan dukun tersebut, sehingga
pasien dan temannya tertarik untuk belajar dan mengambil ilmu disana.
Pasien berada di Bangka selama ±1 bulan, pasien terus mengikuti perintah
dukun tersebut untuk melakukan puasa dan terus beramal. Pasien juga sering
disuruh bertapa di gua, pasien bertapa selama 2 hari 2 malam, setelah pulang
dari bertapa teman pasien mengaku kalau pasien sering berbicara sendiri,
pasien berbicara seperti ada orang yang mengajaknya mengobrol, isi bicara
tentang dirinya mendapatkan kekuatan dari penghuni gua untuk
menyembuhkan orang lain. Pasien juga sering mendengarkan bisikan-
bisikan ditelinganya, yang sering membisikkan adalah penghuni gua yang
menemaninya saat bertapa waktu itu. Isi bisikan tentang jampi-jampi yang
jika dibacakan kepada orang yang sakit, orang tersebut dapat sembuh.
Merasa sudah mampu untuk menyembuhkan orang lain, lalu pasien pulang
ke Palembang. Pasien pulang bersama temannya, selama di kapal pasien
selalu ngomong sendiri.
Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien tambah sering ngomong dan senyum-
senyum sendiri, isi bicara masih tetap tentang dirinya dapat menyembuhkan
orang lain, pasien mengaku pasien melihat yang mengajaknya ngobrol,
namun yang mngajaknya ngobrol tambah banyak, bukan hanya penghuni
gua, tetapi para tetuah yang sudah meninggal. Mereka sering membisikkan
kalau dirinya sudah di isi dengan ilmu magic, ilmu tersebut hanya ada pada
dirinya, dan ilmu tersebut hasil dari bertapa kemarin di daerah Bangka.
Keluarga pasien mengaku kalau pasien sering melamun dan jika melamun
pasien selalu menatap ke atas, jika ditanya oleh keluarganya pasien akan
menjawab, pasien melihat penghuni gua sedang berada diawan. Pasien
mengaku penghuni gua selalu mengikuti dirinya dimanapun pasien berada.
Keluarga pasien juga mengaku kalau pasien susah tidur, pasien sering
gelisah, pasien mengaku karena sering mendengar bisikan-bisikan tersebut
sehingga pasien merasa terganggu dan tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga
sering curiga terhadap orang sekelilinganya, pasien mengaku kalau orang
lain akan membunuhnya dan mengambil ilmunya, padahal pasien merasa
susah payah untuk mengambil ilmu tersebut dan harus melakukan puasa
serta bertapa di gua, pasien juga merasa orang sekitar selalu iri dengan
kemampuannya yang dapat menyembuhkan orang lain, padahal keluarga
pasien mengaku tidak ada bukti satupun kalau pasien dapat menyembuhkan
orang sakit. Selain pasien merasa dapat menyembuhkan orang sakit pasien
juga mengaku dapat membelah sungai musi dengan kayu, pasien mengaku
yang dapat melakukan hal tersebut hanya dirinya, karena dirinya telah
ditunjuk oleh penghuni gua untuk mendapatkan ilmu tersebut.
Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien pernah keluar rumah, pasien baru
pulang setelah 2 hari berjalan, pasien pulang karena ditemukan oleh
tetangganya, pasien ditemukan oleh tetangganya di sekitaran daerah Gandus,
pasien saat ditemukan sedang berjalan di tengah jalan sehingga membuat
kemacetan dijalan. Pasien mengaku pada saat berjalan pasien disuruh oleh
penghuni gua untuk terus mengikutinya, karena penghuni gua tersebut akan
memberikan ilmu baru jika pasien mengikutinya.
Sejak ± 1 hari SMRS pasien mengamuk dan menghancurkan piring-
piring dirumah, pasien juga memukul istrinya sampai wajah istrinya lebam,
pasien mengaku memukul istrinya karena disuruh oleh bisikan tersebut,
bisikan tersebut memerintahkan untuk memukul istrinya karena untuk
mengusir roh jahat dalam tubuh istrinya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang/ epilepsi (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.
- Riwayat Penyakit Sistemik :
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat tumor otak (-)
Riwayat nyeri kepala (-)
Riwayat demam lama (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat asma (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal
saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun dan langsung
menangis.
2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.
3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang baik namun sensitif dan mudah curiga.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
5. Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien memiliki sifat mudah
curiga, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf..
6. Masa Dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien tamat SMA
b. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja
c. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 2003 dengan perempuan pilihan
sendiri. Istri pasien adalah seorang ibu rumah tangga, hubungan
rumah tangga harmonis. Pasien dikaruniai 2 orang anak laki-laki.
d. Agama
Pasien beragama islam, pasien jarang sholat.
e. Aktivitas sosial
Menurut istri pasien, pasien jarang mengikuti kegiatan sosial, lebih
sering dirumah. Karena sifatnya yang sensitive sehingga
masyarakat malas untuk mengajak ngobrol kepada pasien.
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari 8 bersaudara, memiliki
1 orang kakak perempuan, 4 orang adik perempuan dan 2 orang
adik laki-laki. Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki
riwayat yang sama.
: Pasien usia 56 tahun
g. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dirumah orang tuanya bersama anak-
anaknya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.
h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien menggambarkan dirinya sebagai orang yang dipilih
oleh penghuni gua untuk menyemuhkan orang sakit dan pasien
juga mengaku hanya dirinya yang mampu membelah sungai musi
hanya dengan sebatang kayu.
i. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Istri pasien menggambarkan pasien menggambarkan pasien
sebagai orang yang baik dan ramah, namun memang cenderung
pemarah dan mudah curiga serta sensitif. Istri pasien berharap
suaminya dapat sembuh dan dapat berkumpul lagi seperti dulu.
Menurut istrinya semenjak pasien sakit seperti ini pasien tidak mau
melakukan aktivitas apapun, sebelumnya pasien mau mencari kerja
untuk mencari uang, namun sekarang tidak lagi semenjak sakit.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum
maupun berurusan dengan pihak berwajib.
III. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 10 Januari 2013
A. Gambaran Umum :
Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 36 tahun dengan
penampilan sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien
menggunakan baju kaos berwarna putih dan celana dasar hitam serta
menggunakan sandal jepit berwarna biru.
Perilaku dan Akitivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak
mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali.
Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk
wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.
B. Mood dan afek
Mood : irritable
Afek : Appropriate
Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku
C. Pembicaraan
Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara naik-turun,
intonasi cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat
dimengerti.
D. Gangguan Persepsi
Dari hasil wawancara :
- Halusinasi Auditorik (+)
- Halusinasi Visual (+)
E. Pikiran
Bentuk pikiran
1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat.
2. Kontinuitas : asosiasi longgar.
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi pikiran
Ditemukan waham kejar (+) waham kebesaran (+), delusion of control
(+)
F. Sensorium dan kognitif
Taraf kesadaran
Compos mentis
Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,
siang dan malam.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di
RSJ ERBA Palembang.
Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,
anak dan saudara yang mengantarnya.
Daya ingat
Jangka Panjang :
Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya dan kisah
pernikahannya.
Jangka sedang :
Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia
datang ke RS ERBA Palembang.
Jangka pendek :
Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke
RS ERBA Palembang.
Jangka Segera :
Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka
maju dan selanjutnya mundur.
Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan pengurangan
50-10 dan seterusnya serta dapat mengeja kata ”lampu” dari belakang.
Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca dan menulis
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum
panjang dan jarum pendek dengan baik.
Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan
oleh pemeriksa “berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian”
maupun peribahasa lain.
Intelegenesia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan
nama presiden pertama RI.
Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,
dan mandi sendiri.
G. Pengendalian impuls
Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat
mengendalikan diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih
lanjut, dan menyangkal bahwa is sakit.
H. Daya Nilai dan tilikan
Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh
penghuni bangsal merpati.
Penilaian Realita
Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal
yang nyata dan tidak nyata.
Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.
I. Reliabilitas
Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun
autoanamnesis.
IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 januari 2013.
A. Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : terlihat cukup
Tanda – tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Pulse : 99x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 OC
Kepala
Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik
Hidung : NCH (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), caries (+), stomatitis (-)
Leher : Pembesaran KGB(-)
Thorax
Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)
Kulit : dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS 15
- E : membuka mata spontan (4)
- V : berbicara spontan (5)
- M : gerakan sesuai perintah (6)
Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-),
dan rigiditas (-).
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : Baik
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang
laki-laki berusia 36 tahun, agama islam, suku Sumatera, pekerjaan tidak
ada, status menikah. Pasien dirawat dengan keluhan sering
mengamuk,sering bicara dan senyum-senyum sendiri serta curiga terhadap
orang sekitar.
Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 10 Januari 2013
didapatkan seseorang laki-laki , penampilan sesuai dengan usia, berbadan
kurus, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien
selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata
pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap
pemeriksa, pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk wawancara
yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood irritable, afek
appropriate, pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi
ditemukan halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran non realistik, isi
pikir waham kejar , waham kebesaran dan delusion of control , dengan
proses isi pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu.
Pada pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan
kelainan.
VI. Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan
perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.
Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien
ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Gangguan isi pikir yaitu waham kejar, waham kebesaran dan
delusion of control. Juga tidak pernah mengalami perasaan sedih atau
senang yang berlebihan dan menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut
dialami pasien selama kurang lebih dari 1 tahun sehingga dapat digolongkan
kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan
PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia
Paranoid (F20.00).
Aksis II
Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat
premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa
yaitu ia punya mudah curiga sehingga untuk aksis II F 60.0 Gangguan
Kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
Aksis IV
Pada pasien ini memiliki masalah
Aksis V
GAF pada saat ini adalah 60-51 gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang
VII. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid (F20.00)
Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah sengketa tanah
Aksis V : GAF Scale 60 - 51
VIII. Daftar Masalah
A. Organobiologik
Tidak ada faktor genetik gangguan kejiwaan
B. Psikologik
Mood : Irritable
Afek : Appropriate
Keserasian : Sesuai
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+).
Isi pikir : waham kejar (+), waham kebesaran (+) dan
delusion of control (+).
RTA : Terganggu
Tilikan : Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Pasien tinggal bersama orang tua, istri dan 2 orang anaknya, pasien
tidak mau bekerja semenjak pasien sakit seperti ini. Hubungan pasien
dengan tetangga sebelum keadaan pasien seperti ini baik-baik saja, namun
memang pasien memiliki sifat mudah tersinggung, sehingga tetangga jarang
untuk mengobrol dengan pasien. Pasien lebih sering dirumah. Status
ekonomi pasien menengah ke bawah.
IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
X. Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Anti Psikotik
Risperidon 2x2mg
Anti Anxietas
Lorazepam 2x0,5mg
Anti Parkinson
Trihexyphenidyl 2x2mg
B. Psikoterapi
Supportif
Memberikan dukungan kepada penderita untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang
baik sehingga memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi
sosialnya dengan baik.
Psikoedukasi
o Diberikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit
yang dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga
dapat memahami dan menerima kondisi penderita untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan secara dini.
o Dilakukan pendekatan pada keluarga dan lingkungan melalui
edukasi bahwa pada dasarnya gangguan jiwa adalah sama dengan
penyakit yang lain. Diharapkan stigma yang selama ini
menganggap penderita gangguan jiwa merupakan aib dan harus
diasingkan dapat segera dihilangkan. Keluarga dan lingkungan
sekitar diharapkan mampu membantu dan mendukung proses
penyembuhan pasien dan tetangga-tetangga di lingkungan sekitar
mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rutin warga (untuk
mengatasi rasa rendah diri pasien sebagai pasien gangguan jiwa).
o Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara merawat,
memperlakukan pasien dengan benar karena pasien gangguan jiwa
memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan untuk
mengawasi pasien saat minum obat dan memastikan pasien
meminum obat dengan rutin di rumah (untuk mengatasi
ketidakdisiplinan minum obat keluarga juga dianjurkan untuk
menghargai pasien seperti orang sehat, memberikan pasien
kesibukan agar pasien tidak melamun dan keluarga diharapkan
dapat membesarkan hati pasien serta tetap berusaha untuk terus
berkomunikasi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap
pasien.
XI. Pandangan Islam
Faktor pemicu terjadinya gangguan jiwa sering terjadi pada orang yang
imannya rapuh, dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman yang artinya :
“ Demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah menghilangkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaa. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
melakukan proses tazkiyah (pembinaan takwa) dalam dirinya, sebaliknya
merugilah orang-orang yang mengotori jiwa (mengikuti hawa dalam pembinaan
jiwanya) atau tadsiyat al nafs. (Q.S. Asy-Syamsy : 7-10).
Berdasarkan ayat tersebut, Allah menekankan kepada kaum muslim agar
mengisi jiwa dengan iman dan takwa. Karena dalam islam, pembinan dan
pengembangan jiwa yang baik. Jika yang bersih dari hawa nafsu sejatinya akan
terisi oleh iman dan takwa yang akan berubah kesehatan secara mental. Iman dan
takwa memiliki relevansi yang sangat erat dengan masalah kejiwaan.
BAB II
DISKUSI
Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan
persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham
kejar, waham kebesaran, dan delusion of control hal ini telah berlangsung sekitar
1 tahun yang lalu.
Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg
diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal
dengan efek samping yang minimal.
Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta
pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;
halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau
dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik
diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala
afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan
skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine.
Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang
menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :
2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi
6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.
Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.
Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra
piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada
ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses
pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena
adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani
terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari
keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.
TABEL FOLLOW UP
Senin, 13 Januari 2013
KU baik, os tampak bingung, kontak (+), pasien dapat makan, minum, mandi, dan tidur cukup. Waham (+), Halusinasi (+). TD = 120/70 mmHg.Emosi : labil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Selasa, 14 Januari 2013
KU baik, os tampak bingung, cenderung mengikuti kemauan sendiri, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham (+), Halusinasi (+),TD = 110/70 mmHg.Emosi : labil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Rabu, 15 Januari 2013
KU baik, os tampak gelisah, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+) TD = 110/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Kamis, 16 Januari 2013
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+). TD = 150/80 mmHg.Emosi : stabil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Jum’at, 17 Januari 2013
KU, os tampak tenang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabilTh/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Sabtu, 18 Januari 2013
KU, os tampak tenang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan tidur cukup, Waham (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabil
Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Minggu, 19 Januari 2013
Senin, 20 Januari 2013
Selasa, 21 Januari 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th
Edition. 2007.
2. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.
3. Dadang Hawari. Alqur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta:
PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.
4. Irwan,M, dkk. Penatalaksanaan Skizofrenia
(http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/06/penatalaksanaan-
skizofrenia_files-of-drsmedpdp.pdf, Diakses 11 Januari 2013)
5. Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and
outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic
disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch
Psychiatry Clin Neurosci. 2003.
6. Marneros A, Pillmann F, Haring A, Balzuweit S, Blöink R, Features of acute
and transient psychotic disorders, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2003.
7. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit
bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.
8. Simanjuntak, Y. Faktor Resiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia
Paranoid
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6360/1/08E00835.pdf,
Diakses 11 Januari 2013)