Laporan Kasus Psikiatri 2
-
Upload
sryrahayu-arismawaty-ningsih -
Category
Documents
-
view
39 -
download
0
description
Transcript of Laporan Kasus Psikiatri 2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Tanggal pemeriksaan : 19-10-2015
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Hj.Rabasiah
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : R.Polong
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Sudah kawin
No.RM : 384855
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis
A. Keluhan utama : Cemas
B. Riwayatgangguan sekarang : pasien perempuan 64 tahun masuk RSUD
Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan susah tidur yang dialami sejak tahun
2011 dan rutin kontrol sejak tahun 2011 pula. Keluhan cemas yang
dialami pasien disertai gelisah. Jika keluhan tersebut muncul, kadang juga
disertai dengan keluhan fisik seperti keringat dingin dan pusing. Pasien
mengeluh setiap malam tidak bisa tidur meskipun mata sudah tertutup dan
mencoba untuk tidur. Jika sudah tidur, pasien juga mudah terbangun dan
susah untuk melanjutkan tidur kembali. Selain itu pasien kadang merasa
gelisah tanpa alasan yang jelas atau dalam kata lain pasien sendiri tidak
tau hal apa yang membuatnya gelisah. Saat pasien ditanyai mengenai
saudaranyam pasien kemudian menangis dan mengaku sering merasa
sedih jika teringat dengan adiknya (saudara yang keempat) yang sudah
meninggal. Adik pasien tersebut meninggal pada tahun 2011 lalu sebelum
pasien naik ke Tanah Suci. Pasien merasa sedih karena kepergiannya ke
Tanah Suci itu karena dimotivasi dan dibantu secara finansial oleh
adiknya tersebut namun 40 hari sebelum kepergian pasien ke Tanah suci,
adiknya meninggal dunia tiba-tiba tanpa diketahui penyakitnya. Selain itu,
pasien memang paling dekat dengan adiknya tersebut dibandingkan
dengan keluarga yang lain. Pasien juga kadang merasa sedih ketika
melihat keponakannya (anak dari adiknya) karena teringat akan adiknya
tersebut yang sudah meninggal. Pasien bahkan tidak mau pergi ke rumah
adiknya tersebut karena teringat dengan adiknya, perasaannya tiba-tiba
tidak enak dan tidak tenang. Pasien juga merasa cemas dan takut jika
mendengar berita kematian siapapun. Ia merasa takut akan kematian dan
merasa trauma atas kematian adiknya tersebut, hingga pasien sering
menutup telinga jika mendengar suara sirine ambulanc dikarenakan
teringat akan adiknya tersebut yang pada saat ia sakit, ia dilarikan ke
RSUD Syekh Yusuf menggunakan ambulance juga. Selain itu, pasien
juga sering terpikir akan tetangganya yang iri hati dengannya yang
notabene adalah keluarganya sendiri (sepupu dari suami pasien). Hal itu
dirasakan sejak tahun 1982 saat pasien punya usaha warung kecil-kecilan
yang lumayan pembeli dan penghasilannya sehingga tetangganya tersebut
merasa iri kepadanya. Pada saat itu, pasien juga berjualan di suatu sekolah
dan bersebelahan dengan tetangganya tersebut. Jualan pasien selalu terjual
habis sedangkan jualan tetangganya tidak. Tetangganya tersebut pun tidak
mengajak bicara dan seakan marah dengan pasien tapi pasien hanya
bersabar saja dan tetap berpikir positif. Jika pasien sakit, tetangga
sekaligus keluarganya tersebut tidak pernah menanyai kabarnya dan
menjenguk pasien meskipun beliau tau jika pasien sedang dalam keadaan
sakit. Pihak keluarga dalam hal ini suami dan anak-anak dari pasien
sering menyarankan dan menasehati pasien untuk tidak memikirkan hal
tersebut yang nantinya akan merugikan bagi diri pasien sendiri dan
menimbulkan stress. Pasien masih aktif dalam pekerjaan sehari-hari tapi
mudah lelah dan masih sering berkomunikasi dan berkunjung ke rumah
tetangga sambil bercerita. Sejak tahun 2011 pasien mengaku sering
berobat ke berbagai dukun selama 7 bulan, pasien juga sering
memeriksakan diri ke puskesmas, dokter spesialis saraf, dan dokter
spesialis jantung hingga menghabiskan banyak uang. Pasien juga
menderita kolesterol tinggi serta tensi sering rendah dan berobat ke
berbagai dokter sehingga keluhan fisiknya tersebut membaik namun
keluhan cemas dan susah tidur yang mengganggunya selama ini tidak
juga hilang. Setelah itu pasien kemudian disarankan untuk berobat ke poli
jiwa dan mengalami perbaikan.
- Hendaya/disfungsi:
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (+)
- Faktor stresssor psikososial
Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal
dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat penyakit dahulu:
Infeksi (-)
Trauma (-)
Kejang (-)
Penyakit lain : kadar kolesterol yang tinggi
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif:
Merokok (-)
Alkohol (-)
Napza (-)
D. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya:
Tidak ada
E. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Lahir normal dirumah ditolong dukun
Ibu pasien tidak mengalami masalah selama pasien dikandung
2. Riwayat masa kanak awal-pertengahan
a. Usia 1-3 tahun
Pasien mendapat ASI hingga umur 2 tahun
Toilte training dilakukan dengan baik
Pertumbuhan dan perkembangan baik dan sesuai usianya.
b. Usia 3-5 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya
c. Usia 6-11 tahun
Mampu bergaul dan bekerja sama dengan teman sebayanya di
sekolah
Pasien hanya bersekolah sampai kelas 2 SD (tidak tamat SD)
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya
3. Riwayat masa kanak akhir-remaja
Hubungan dengan keluarga baik.
Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya
Pasien adalah sosok yang ramah terhadap semua orang
4. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir kelas 2 SD (tidak tamat SD)
Tingkat pengetahuan setara dengan tingkat pendidikan (pasien
lemah dalam berhitung namun cukup pandai dalam urusan uang
dikarenakan pasien sudah buka usaha sejak lama, dan pasien bisa
membaca)
b. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah membuka usaha berjualan
Sekarang pasien hanya merupakan ibu rumah tangga dan
membantu pekerjaan suami (mengurus sapi dan sawah)
c. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak
d. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara (Pr,Pr,Pr,Pr,Lk,Pr,Lk)
Pasien paling dekat dengan saudaranya yang ke4 namun sudah
meninggal.
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
e. Riwayat kehidupan sosial
Hubungan dengan tetangga dan teman-teman sekitar diakui baik.
f. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan beribadah dengan teratur
g. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya
Keluarga lumayan tercukupi secara finansial (dengan usaha suami
menjual sapi dan mengurus sawah)
h. Riwayat kriminalitas
Pasien tidak pernah menjadi korban, pelaku, ataupun saksi pada
suatu kasus kriminal
i. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien bertekad untuk sembuh, bersabar atas segala cobaan hidup
yang diberikan Tuhan untuknya
j. Riwayat psikoseksual
Tidak ditemukan gangguan
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan pada saat pasien kontrol di poli pada
tanggal 19 Oktober 2015
a. Deskripsi umum
1. Penampilan : seorang wanita, wajah sesuai umur, kulit sawo matang,
memakai songkok haji berwarana biru hitam, baju terusan biru dengan
manik perak, serta sendal karet warna kulit. Perawakan sedang.
2. Kesadaran :
Kesadaran baik saat dilakukan wawancara
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien tampak tenang saat dilakukan wawancara
4. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif
b. Keadaan afektif
1. Mood : eutimik
2. Afek : luas
3. Serasi : serasi
4. Empati : dapat dirabarasakan
c. Pembicaraan : gaya bicara spontan
d. Gangguan persepsi :
1. Halusinasi : (-)
2. Ilusi : (-)
3. Depersonalisas : (-)
4. Derealisasi : (-)
e. Pikiran :
1. Bentuk pikir : Realistik
2. Arus pikir : Relevan
3. Isi pikiran : gangguan isi pikir (-)
f. Fungsi intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Tingkat
pengetahuan setara dengan tingkat pendidikan (pasien lemah dalam
berhitung namun cukup pandai dalam urusan uang dikarenakan pasien
sudah buka usaha sejak lama, dan pasien bisa membaca)
2. Orientasi :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat :
a. Jangka panjang: cukup
b. Jangka sedang : cukup
c. Jangka pendek : Baik
d. Jangka segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian: cukup
5. Kapasitas berbahasa, membaca, dan menulis : Baik, hendaya
berbahasa (-)
6. Pikiran abstrak : kurang
7. Bakat kreatif : menjahit
8. Kemampuan menolong sendiri : cukup
g. Pengendalian impuls : terganggu
h. Daya nilai dan tilikan :
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik
Tilikan : derajat 6 (sadar bahwa dirinya sakit dan
perlu pengobatan)
i. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS
Status internus :
Keadaan umum : pusing, sakit kepala, lemas, tangan berkeringat
TD : 90/60 mmHg S : 36,2 C
N : 88x/mnt P : 20x/mnt
Status neurologis
GCS : E4M6V5 (compos mentis)
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan 64 tahun masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan
keluhan cemas yang dialami sejak tahun 2011 dan rutin kontrol sejak tahun 2011
pula. Keluhan cemas yang dialami pasien disertai dengan susah tidur dan kadang
gelisah. Jika keluhan tersebut muncul, kadang juga disertai dengan keluhan fisik
seperti keringat dingin dan pusing. Pasien mengeluh setiap malam tidak bisa tidur
meskipun mata sudah tertutup dan mencoba untuk tidur. Jika sudah tidur, pasien
juga mudah terbangun dan susah untuk melanjutkan tidur kembali. Selain itu
pasien kadang merasa gelisah tanpa alasan yang jelas atau dalam kata lain pasien
sendiri tidak tau hal apa yang membuatnya gelisah. Saat pasien ditanyai mengenai
saudaranyam pasien kemudian menangis dan mengaku sering merasa sedih jika
teringat dengan adiknya (saudara yang keempat) yang sudah meninggal. Adik
pasien tersebut meninggal pada tahun 2011 lalu sebelum pasien naik ke Tanah
Suci. Pasien merasa sedih karena kepergiannya ke Tanah Suci itu karena
dimotivasi dan dibantu secara finansial oleh adiknya tersebut namun 40 hari
sebelum kepergian pasien ke Tanah suci, adiknya meninggal dunia tiba-tiba tanpa
diketahui penyakitnya. Selain itu, pasien memang paling dekat dengan adiknya
tersebut dibandingkan dengan keluarga yang lain. Pasien juga kadang merasa
sedih ketika melihat keponakannya (anak dari adiknya) karena teringat akan
adiknya tersebut yang sudah meninggal. Pasien bahkan tidak mau pergi ke rumah
adiknya tersebut karena teringat dengan adiknya, perasaannya tiba-tiba tidak enak
dan tidak tenang. Pasien juga merasa cemas dan takut jika mendengar berita
kematian siapapun. Ia merasa takut akan kematian dan merasa trauma atas
kematian adiknya tersebut, hingga pasien sering menutup telinga jika mendengar
suara sirine ambulanc dikarenakan teringat akan adiknya tersebut yang pada saat
ia sakit, ia dilarikan ke RSUD Syekh Yusuf menggunakan ambulance juga. Selain
itu, pasien juga sering terpikir akan tetangganya yang iri hati dengannya yang
notabene adalah keluarganya sendiri (sepupu dari suami pasien). Hal itu dirasakan
sejak tahun 1982 saat pasien punya usaha warung kecil-kecilan yang lumayan
pembeli dan penghasilannya sehingga tetangganya tersebut merasa iri kepadanya.
Pada saat itu, pasien juga berjualan di suatu sekolah dan bersebelahan dengan
tetangganya tersebut. Jualan pasien selalu terjual habis sedangkan jualan
tetangganya tidak. Tetangganya tersebut pun tidak mengajak bicara dan seakan
marah dengan pasien tapi pasien hanya bersabar saja dan tetap berpikir positif.
Jika pasien sakit, tetangga sekaligus keluarganya tersebut tidak pernah menanyai
kabarnya dan menjenguk pasien meskipun beliau tau jika pasien sedang dalam
keadaan sakit. Pihak keluarga dalam hal ini suami dan anak-anak dari pasien
sering menyarankan dan menasehati pasien untuk tidak memikirkan hal tersebut
yang nantinya akan merugikan bagi diri pasien sendiri dan menimbulkan stress.
Pasien masih aktif dalam pekerjaan sehari-hari tapi mudah lelah dan masih sering
berkomunikasi dan berkunjung ke rumah tetangga sambil bercerita. Sejak tahun
2011 pasien mengaku sering berobat ke berbagai dukun selama 7 bulan, pasien
juga sering memeriksakan diri ke puskesmas, dokter spesialis saraf, dan dokter
spesialis jantung hingga menghabiskan banyak uang. Pasien juga menderita
kolesterol tinggi serta tensi sering rendah dan berobat ke berbagai dokter sehingga
keluhan fisiknya tersebut membaik namun keluhan cemas dan susah tidur yang
mengganggunya selama ini tidak juga hilang. Setelah itu pasien kemudian
disarankan untuk berobat ke poli jiwa dan mengalami perbaikan.
- Hendaya/disfungsi:
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (+)
- Faktor stresssor psikososial
Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal
dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang wanita,
wajah sesuai umur, kulit sawo matang, memakai songkok haji berwarana biru
hitam, baju terusan biru dengan manik perak, serta sendal karet warna kulit.
Perawakan sedang. Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas motorik pasien tenang
saat dilakukan wawancara. Ditemukan mood yang eutimik dengan afek luas dan
serasi, serta empati dapat dirabarasakan. Gaya bicara spontan, tidak terdapat
gangguan persepsi. Tidka terdapat gangguan pikiran baik dari segi bentuk, arus,
dan isi pikiran. Taraf pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan, tidak ada
gangguan orientasi dan daya ingat. Pasien tampak penuh konsentrasi dan
perhatian, pikiran abstrak kurang, kemampuan menolong diri sendiri baik. Tidak
ada gangguan daya nilai, dan tilikan derajat 6 (pasien merasa bahwa dirinya sakit
dan perlu pengobatan.
VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV
yang dikaitkan dengan ICD-10)
Aksis I: Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa pola
perilaku cemas. Perubahan pola perilaku cemas yang dialami
menimbulkan distress dan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat melainkan
ditemukan hendaya ringan berupa hendaya pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik Non
Organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan keluhan cemas dengan mood yang hipotimia,serta afek yang
appropriate maka didiagnosis Gangguan Anxietas Lainnya
(ICD-10/PPDGJ III: F41). Pada pasien ini terdapat gejala-gejala
anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri,
dan ditemukan gejala otonom yang menyertai anxietas pada pasien ini
berupa keringat dingin sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) Gangguan campuran Anxietas
dan Depresi (ICD-10/PPDGJ III: F 41.2)
Aksis II : Dari hasil alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental tidak didapatkan ciri kepribadian khas yang mengarah ke gangguan
kepribadian (tidak ada diagnosis)
Aksis III : hiperkolesterolemia
Aksis IV : Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal
dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.
Aksis V : GAF scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Gangguan cemas menyeluruh
2. Gangguan cemas ytt
3. Gangguan panik
4. Gangguan stress pasca trauma
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor pendukung:
- Keluarga mendukung kesembuhan pasien
- Faktor stressor psikososial diketahui
Faktor penghambat :
- Lingkungan pasien yakni tetangga yang sekaligus keluarganya yang
menjadi pemicu beban pikiran pasien
- Onset penyakit yang sudah lama
IX. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
Fluoxetine 20 mg 1 dd I pagi
Alprazolam 0,5 mg 1 dd I malam
2. Psikoterapi
Suportif :
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga
dapat membantu pasien dalam memahami dan cara menghadapi
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau
minum obat secara teratur.
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa
menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan dan keteraturan pengobatan.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya saat
kunjungan berikutnya di poli jiwa RSUD Jiwa Syekh Yusuf
XI. DISKUSI
Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat
menekan kehidupan seseoarang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Menurut
Kaplan, Sadock, dan Grebb kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu
yang mengancam, dan merupakan hal normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, dan pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Namun cemas
yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat
fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Ada beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain:
- Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Pasien ini mencemaskan berbagai hal,
mulai dari kecemasan terhadap dirinya sendiri mengenai kemungkinan
mengidap penyakit berat hingga kecemasan terhadap orang lain misalnya
merasa cemas ketika anak dari sepupu (keponakan) terlambat 1 jam pulang
dari sekolah dan pasien mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan negatif
sehingga keponakannnya terlambat pulang.
- Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan
sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,
akan tetapi sering juga dihinggapi depresi. Terkait dengan pasien ini yang
mengalami emosi yang kuat dan tidak stabil berupa perasaan depresi akan
masalah tanggungjawab sebagai kepala keluarga serta pikiran menjadi
bahan pembicaraan yang negatif bagi dirinya.
- Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar). Namun pada pasien ini tidak
terdapat gejala tersebut.
- Sering merasa mual dan muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare. Sebagian dari gejala
diatas dialami juga oleh pasien ini yakni kecemasannya kerap kali disertai
dengan banyak berkeringat/keringat dingin, gemetar, mudah lelah dan
bahkan sakit kepala.
- Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. Pada pasien inipun
terjadi gejala demikian yakni tekanan darah yang tinggi.
Adapun yang mengklsifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis
gejala, diantaranya yaitu:
- Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah dan tersinggung.
- Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
- Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercamput
aduk dan kebingungan, sulit berkonsentrasi.
Ciri utama sindrom anxietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan,
meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta
kecemasan.
Jaras saraf ascendens yang mengandung noradrenalin dan 5-
hidroksitriptamin menginervasi lobus limbik dan neokortex. Meningkatnya
aktivitas saraf noradrenergik akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan;
meningkatnya aktivitas saraf 5-hidroksitriptamin akan meningkatkan respons
terhadap stimulus yang bersivat aversif.
Antagonis reseptor serotonin (5-HT2) terbukti bersifat anxiolitik. Efek ini
didapat dengan menurunkan sensitivitas reseptor 5HT-2.
Saraf yang mengandung GABA (gamma-amino butyric acid) merupakan
sistem inhibisi utama di otak. Ia menurunkan aktivitas neuron lain termasuk
neuron monoamin. Obat yang meningkatkan fungsi GABA (barbiturat dan
benzodiazepin) merupakan anxiolitik yang poten. Benzodiazepin, bekerja
melalui reseptor yang berada di lobus limbik dan neokortex, memodulasi
reseptor GABA-A postsinapsnya sehingga meningkatkan efek GABA. Karena
itulah pasien ini diberikan farmakoterapi berupa golongan benzodiazepin
(Alprazolam) yang awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6
minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya
dihentikan. Pasien juga diberikan obat golongan SSRI (serotonine selective
reuptake inhibitors) yakni fluoxetine. Obat dapat diberikan dalam 3-6 bulan
atau lebih, etrgantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah
sehingga dapat mencegah kekambuhan.
AUTOANAMNESIS
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2015 saat
pasien kontrol ke poli jiwa RSUD Syekh Yusuf
DM : assalamualaikum ibu
P : waalaikumsalam dok
DM : bisa saya minta waktunya sebentar untuk saya tanya-tanya
seputar keluhan dan kehidupannya ibu?
P : iye, bisa dok
DM : perkenalkan saya dokter muda Ayu yang bertugas di poli
jiwa sekarang. Dengan ibu siapa ini?
P : Hj.Rabasia
DM : datang sama siapa ibu?
P : sendiri dok
DM : ibu, apa keluhannya sampai ibu berobat disini?
P : awal sakit dok?
DM : iya, ibu
P : awalnya saya berobat disini karena cemas
DM : sejak kapan itu ibu keluhannya?
P : dari tahun 2011 dok
DM : sejak itu, selain keluhan cemas, apa lagi keluhan lain yang
ibu rasakan?
P : tidak bisa tidur juga
DM : sampai sekarang itu keluhannya ibu?
P : berkurang mi dok, saya rajin kontrol disini
DM : jadi sejak tahun 2011, ibu berobat disini?
P : tahun 2012 pi saya baru berobat disini dok
DM : sebelumnya ibu berobat dimana?
P : saya keliling cari dukun untuk berobat karena saya pikir
sakit non medis, saya juga pernah periksakan diri ke
puskesmas, dokter saraf, sama dokter jantung
DM : memangnya ada keluhan lain atau sakitnya ibu yang
berkaitan dengan jantung?
P : saya sering keringat dingin juga dok, jadi saya periksa di
dokter jantung, terus ada kolesterol ku juga
DM : betul ibu ada penyakit jantung memang? Terus bagaimana
setelah berobat ke berbagai dokter apa keluhannya ibu
berkurang?
P : tidak ada penyakit jantung dok, Cuma kolesterol tinggi
saja. Saya juga sudah berobat ke dukun selama 7 bulan tapi
tidak ada hasilnya, banyak mi juga dokter saya datangi
sampai habis uangnya suamiku tapi tidak ada perubahan
saya rasa. Pas pi saya berobat disini baru enak saya rasa
DM : sudah lama juga keluhan tidak bisa tidur nya ibu?
P : iye dok
DM : apakah susahki memulai tidur, atau gampangki terbangun
kalau sudah tidur mungkin?
P : iye begitu dok. Biasa saya coba tidur dengan tutup mata
tapi tetap tidak bisa tidur, saya masih dengar orang-orang
dirumah bicara-bicara. Terus kalau sudah tidur sebentar,
terus tiba-tiba bangun, tidak bisami tidur kembali sampai
pagi.
DM : ibu, adakah sesuatu hal tertentu yang membuat ibu cemas?
P : biasa saya tidak tau alasan sebetulnya apa yang buat saya
cemas, tiba-tiba saja dok.
DM : cemasnya muncul setiap hari ibu?
P : tidak dok, kadang-kadang saja. Cuma tidurku yang sering
terganggu
DM : atau ada saat-saat tertentu misalnya kita cemas ibu?
Ataukah ibu susah tidur karena ada yang ibu pikir?
P : tidak ada ji dok
DM : ibu sudah menikah?
P : sudah dok
DM : berapa anaknya ibu?
P : 3 dok
DM : baik-baik ji hubungan dalam keluarga ibu? Dengan suami,
anak-anak?
P : alhamdulillah baikji dok
DM : ibu berapa bersaudara?
P : 7 dok
DM : kita anak ke berapa ibu?
P : anak ke-3
DM : kalau hubungan dengan saudara ta semua baik-baikji ibu?
P : (menangis) ada adikku yang paling dekatka tapi sudah
meninggal
DM : kapan meninggalnya ibu?
P : tahun 2011 sebelum saya ke tanah suci
DM : meninggalnya karena apa ibu?
P : tidak tau juga apa penyakitnya tapi sempat di bawa ke RS
sini dok
DM : bisa tolong ibu ceritakan kenapa ibu menangis ingat
adiknya? Ada kejadian yang ibu ingat?
P : saya sedih dok kalau ingat itu adikku, dia yang suruh saya
ke tanah suci, bahkan sampai mau bantuka untuk biayanya.
Tapi tidak lama, dia meninggal. Pas 40 hari meninggalnya,
adami panggilannya namaku untuk dapat giliran itu tahun
ke tanah suci
DM : jadi ibu sedih karena tidak sempatki na liat ke tanah suci,
padahal dia mi yang motivasiki?
P : iye dok (menangis)
DM : memang diantara semua saudara, ibu paling dekat sama
itu adikta? Dia anak ke berapa ibu?
P : iye dok, saya paling dekat dengan beliau. Dia anak ke-4.
Pas dibawahku.
DM : kalau ada masalah, ibu paling sering cerita dengan siapa?
P : dengan itumi adikku yang sudah meninggal makanya saya
sedih sekali pas dia meninggal.
DM : mungkin itumi yang jadi beban pikiran ta selama ini ibu?
Keluhan ta pertama kali muncul setelah adikta meninggal
atau sebelumnya?
P : meninggalpi adikku baru begini ka dok
DM : sekarang ibu masih teringat sekali dengan adikta di’? atau
adapi hal tertentu baru kita langsung ingat? Misalnya kayak
begini yang kalau di tanya pi tentang saudara, baru kita
teringat?
P : biasa biar ku liat keponakanku yang anaknya itu adikku,
menangis ka juga karena langusngka teringat sama adikku
yang meninggal. Biasa juga kalau ada suara ambulans saya
tutup telinga
DM : ibu teringat juga dengan adiknya kalau ada suara
ambulans? Kenapa ibu?
P : karena adikku sempat dibawa ke RS pakai ambulans.
DM : ibu sering juga mimpikan itu adikta?
P : tidakji dok. Cuma waktu saya ke tanah suci, saya sempat
liat dia di Madinah padahal dia sudah meninggal waktu
saya ke tanah suci.
DM : ada lagi masalah lain yang menggangguta selama ini ibu?
P : itu juga dok, ada tetangga yang sepertinya iri hati dengan
keluargaku
DM : iri hati bagaimana ibu? Awal mulanya bagaimana? Bisa
ibu tolong ceritakan
P : jadi begini, waktu anak pertama ku masih kecil sekitar
tahun 1982 saya buka usaha kecil-kecilan (buka warung),
alhamdulillah pembelinya. Saya juga jualan di sekolah,
kebetulan itu tetanggaku jualan juga disana, saya
bersebelahan. Kalau pulang, jualan ku selalu habis
sedangkan dia tidak. Trus dia kayak marah-marah dan tidak
ajak bicara saya kalau pulang dalam keadaan jualanku habis
sedangkan dia tidak.
DM : memang betul tetanggata iri hati atau mungkin perasaanta
ji ibu?
P : sepertinya memang iri hati dok. sebetulnya bukan Cuma
sekedar tetangga, tapi dia juga sepupu satu kalinya
suamiku. Biasa kalau dia tau saya sakit, dia lewat saja
didepan rumah, tidak singgah jenguk, tidak pernah juga
tanya kabarnya saya bagaimana.
DM : sampai sekarang itu jadi beban pikiran ta ibu? Jadi
hubunganta dengan tetanggata tidak baik? Jadi kita tidak
pernah berkomunikasi lagi dengan beliau?
P : tidakji juga dok. saya tetap ajak bicara. Suami dan anak-
anak juga nasehati saya untuk tidak terlalu dipikir masalah
itu.
DM : ibu masih bisa ji bekerja sehari-hari dirumah?
P : iye masih bisa ji dok. tapi cepat capek, jadi biasa kalau
sudah mencuci, saya istirahat dulu sebentar baru lanjut lagi
menyapu misalnya
DM : ibu teratur minum obat?
P : iya teratur dok
DM : ibu apa pendidikan terakhir ta?
P : SD dok
DM : tamat SD ibu?
P : tidak dok, sampai kelas 2 ji
DM : ibu bisa hitung? Saya tes ya. 100-7 berapa ibu?
P : saya tidak bisa kalau bilangan besar dok
DM : tapi kalau uang kita tau ji hitung-hitung?
P : iya, tauji dok karena saya pernah buka usaha dulu
DM : kalau membaca, ibu tauji? Coba kita baca ini ( menunjuk
ke tulisan “NAMA”)
P : NAMA
DM : ibu kita tau ji sekarang dimana? Siang atau malam?
P : di poli jiwa dok. siang
DM : kita tauji dengan siapa ibu ditanya-tanya sekarang?
P : dengan dokter muda (senyum)
DM : ada bakat tertentu ta ibu? Misalnya menjahit, memasak,
menyanyi
P : tau ka menjahit dok
DM : ibu, kita rasa ji dirita sakit? Dan perluki berobat? Ibu ada
niat sembuhji?
P : iye dok makanya saya rajin kontrol disini
DM : iya ibu aji, saya pikir sampai disini dulu perbincangan ta
ibu. Terimakasih sudah sempatkan waktunya. Terimakasih
juga sudah kasih kepercayaan ke saya dengan menceritakan
semua keluhan sampai masalahnya ibu di rumah. Tetap
diminum teratur obatnya ibu, semoga ibu juga cepat
sembuh. Aamiin. Assalamualaikum
P : terimakasih banyak dok. waalaikumsalam