Laporan Kasus Obs

14
BAB 1 LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama Pasien : Ny. Binti Lilatul Maqfiroh Usia Pasien : 20 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : SMA Alamat : Ngronggo-Kediri Nama Suami ; Tn. Sugiono Usia Suami : 31 tahun Pekerjaan suami : Sopir Pendidikan suami : SMP Lama Menikah : 2 tahun Jumlah Pernikahan : 1x II. MRS : 13 September 2013 III. ANAMNESIS:

description

obg

Transcript of Laporan Kasus Obs

Page 1: Laporan Kasus Obs

BAB 1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. Binti Lilatul Maqfiroh

Usia Pasien : 20 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Alamat : Ngronggo-Kediri

Nama Suami ; Tn. Sugiono

Usia Suami : 31 tahun

Pekerjaan suami : Sopir

Pendidikan suami : SMP

Lama Menikah : 2 tahun

Jumlah Pernikahan : 1x

II. MRS : 13 September 2013

III. ANAMNESIS:

Keluhan Utama : keluar cairan dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merasa keluar cairan warna jernih dari jalan lahir sejak jam 20.00, keluar

cairan merembes seperti buang air kecil, ± ½ gelas, bau (+), darah (-), lendir (-),

Page 2: Laporan Kasus Obs

pasien merasa kenceng-kenceng tapi jarang, px kumpul dengan suami sebelumnya,

riwayat trauma (-), panas (-), pasien kemudian dibawa ke RSG oleh keluarga. Px tiba

d R.dahlia 1 jam 21.00, kenceng-kenceng (-), keluar lendir dan darah dari jalan lahir

(-).

Tanggal 13-09-2013 jam 21.00 WIB tiba di kamar bersalin dengan KU baik

terpasang infus RL di tangan kanan.

Kronologis persalinan :

Tanggal 13-09-2013

Pukul 23.00 WIB pasien mengeluh kenceng-kenceng, His 3 10’ 40-60”, Bloody

show (+) ; VT Ø 4, ketuban (-), Hodge I, eff 50%, presentasi kepala, denominator

(UUK)

Tanggal 14-09-2013

Pukul 10.00 WIB pasien mengeluh kenceng-kenceng, VT Ø lengkap, ketuban (-),

kepala Hodge IVpartus dipimpin.

Pukul 10.30 WIB telah lahir spontan belakang kepala jenis kelamin perempuan,

Apgar Score 6-7, dilakukan resusitasi oleh petugas ruang bayi selama kurang lebih

10 menit. Selang bayi dirawat diruang bayi BB 3150 gram panjang 44 cm.

Ibu diinjeksi synto 1 ampul im.

Pukul 10.50 WIB plasenta lahir spontan lengkapeksplorasi bersih. Uterus

kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, volume perdarahan ±200cc, infus RL grojok,

oksitosin 10 iu IM , Tensi 120/80 mmHg.

Perineum episiotomi, hecting dalam-luar.

HPHT: 6 Desember 2012

Page 3: Laporan Kasus Obs

HPL : 13 September 2013

UK: 40 minggu

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa.Pasien juga

menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus,

danasma.Tidak ada riwayat pengobatan TB. Gastritis (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :DM, HT, TBdisangkal

Riwayat Alergi :tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan

Riwayat Obstetri :

Anak pertama : Abortus/curretage/juni 2012/ UK 15-16 minggu

Anak kedua : Abortus/curretage/desember 2012/UK 8 minggu

Riwayat Haid:

- Menarche : 15 tahun

- Lama haid : 7 hari

- Siklus : Teratur, + 28 hari, jumlah: banyak

- Nyeri haid : kadang-kadang sebelum haid

- Riwayat ANC : di Puskesmas Ngronggo tiap bulan

- Imunisasi TT : Hamil ini (+)

- Riwayat USG : tidak pernah

IV. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

Page 4: Laporan Kasus Obs

- Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

- Frekuensi nadi : 84 x/menit

- Frekuensi napas : 26 x/menit

- Suhu : 36,2oC

- BB : 82kg (BB awal 60 kg)

- TB : 149cm

Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : eksoftalmus (-), anemis (-), ikterus (-)

- Thyroid : tidak teraba

- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru :vesikuler + + rhonki - - wheezing - -

+ +

-Hepar : tidak teraba.

- Ekstremitas : edema -/ - akral teraba hangat + /+

V. STATUS OBSTETRI

Abdomen

- Palpasi :

Leopold I : Teraba bagian lunak agak bulat tidak melenting (bokong)

Leopold II: teraba punggung di sebelah kanan dan bagian terkecil di sebelah

kiri.

Leopold III: Teraba bagian bulat keras dan melenting sebagai kepala

Page 5: Laporan Kasus Obs

Leopold IV: Kepala sudah masuk PAP penurunan kepala 4/5

- Tinggi Fundus Uteri 35 cm

- HIS (-)

- DJJ: 148x/menit

- VT : Ø 1cm efficement 25% ketuban (-) teraba kepala, dan H I

V/V cairan, tes lakmus (+)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap

WBC : 10,4 [ 10*3/uL]

RBC : 3.77 [10*6/uL]

HB : 11.3 [g/dL]

HCT : 33,3 [%]

MCV : 88.3 [fL]

MCH : 30.0 [g/dL]

MCHC : 33.9 [g/dL]

PLT : 220 [10*3/ uL]

RDW-SD : 34.2 [fL]

RDW-CV : 12.0 [%]

PDW : 14.0 [fL]

MPV : 11,4 [fL]

P-LCR : 35,0[%]

NEUT# : 3,38x103/uL

Page 6: Laporan Kasus Obs

NEUT% :62,5 [%]

LYMPH# :1,08x103/uL

LYMPH% :20 [%]

MONO# :0,90x103/uL

MONO% :16,7[%]

EO# :0,02x103/uL

EO% :0,4 [%]

BASO# :0,02x103/uL

BASO% :0,4 [%]

Kimia Darah

GDA : 72 mg/dl

HBsAg : (-)

VI. DIAGNOSIS

- G3 P0020 UK 39-40 minggu T/H/tidak inpartu dengan ketuban pecah dini

VII.DIAGNOSIS BANDING

- Cairan dalam vagina bisa urin atau fluor albus

- Hind water and fore water rupture of the membrane

VIII. PENATALAKSANAAN

- MRS

- Infus RL 20 tpm

- Injeksi Pycin 3x750 mg

- Observasi

Page 7: Laporan Kasus Obs

BAB 2

PEMBAHASAN

Pasien Ny. B, 20 tahun, GIIIP0020, hamil 39-40 minggu, datang ke UGD RSUD Gambiran

dengan keluhan keluar cairan pervaginam sejak 1 jam Sebelum MRS. Cairan keluar tampak

berwarna jernih, keluar darah disangkal. Pasien juga belum merasakan kenceng-kenceng

Gerakan janin dirasakan baik. Riwayat demam disangkal. Riwayat penyakit sistemik dan operasi

tidak ada.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, 26x/menit, temperatur

axila 36,2 °C. Status general dalam batas normal. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan tinggi

fundus uteri 35 cm, his (-), djj 146x/mnt Dari VT didapatkan pembukaan serviks 1 cm, eff 25%,

ketuban (-) jernih, kepala denominator belum jelas, penurunan H I, tidak teraba bagian kecil

janin atau tali pusat.

Diagnosis KPD Aterm ditegakkan berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Pada Anamnesa didapatkan keluar cairan pervaginam, jernih, tidak

berbau sejak 1 jam SMRS, dan tidak didapatkan tanda-tanda persalinan. Umur kehamilan

didapatkan 39-40 minggu dari HPHT. Pemeriksaan fisik didapatkan dari inspeksi tampak keluar

cairan pervaginam. Pada pemeriksaan dalam ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah

pecah.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ketuban pecah dini atau

spontaneus/early/premature rupture of membrans (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu Sebagian ketuban

pecah dini terjadi pada kehamilan aterm, lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu

tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalina berlangsung

(Sarwono, 2007). Ada juga yang menyebutkan ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

sebelum in partu; yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang

dari 5 cm (Mochtar, 1998)

Page 8: Laporan Kasus Obs

Dari anamnesis pasien dapat faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini yang dapat

disingkirkan yaitu infeksi dan umur. Pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, usia

pasien juga masih muda (20 tahun). Sedangkan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebab

terjadinya ketuban pecah dini adalah paritas, riwayat abortus sebelumnya dan riwayat coitus

sebelunya. Faktor-faktor lain seperti faktor selaput ketuban, gizi, status sosio ekonomi rendah,

hormonal, stres psikologis tidak dapat disingkirkan sebagai faktor resiko sebab tidak dilakukan

penelusuran lebih lanjut.

Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa darah lengkap, urin

lengkap, dan tes lakmus. Menurut teori diagnosis ketuban dari pecah dini ditegakkan melalui

anamnesis yaitu pasien merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan banyak secara tiba-

tiba dari jalan lahir.pemeriksaan penunjang dengan inspekulo merupakan langkah awal pertama

dalam menegakkan diagnosis KPD,

1. keadaan umum dari serviks, dilatasi dan pendataran, dilihat juga adakah prolaps dari tali

pusat atau ekstermitas bayi. Bau amnion yang khas juga diperhatikan

2. Pooling cairan amnion pada forniks posterior. Bila fundus uteri ditekan atau bagian

terendah digoyangkan, keluar cairan dari ostium uteri internum (OUI).karena

pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi

3. Konfirmasi cairan amnion dengan nitrazine test/ tes lakmus. Kertas nitrazin akan berubah

menjadi biru jika pH cairan diatas 6.0-6.5. Sekret vagina ibu hamil memiliki pH 4.5-5

dengan kertas nitrazin tidak memberikan perubahan warna. Tes nitrazin bisa memberikan

hasil positif palsu bila tersamarkan dengan cairan, seperti darah, semen, atau vaginitis

seperti trichomoniasis.

4. Mikroskopis (tes pakis), jika dengan pooling dan nitrazine test masih samar, dapat

dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior.

Cairan di swab kemudian dikeringkan diatas gelas obyek dan dilihat dibawah mikroskop,

gambaran ferning (kristalisasi cairan amnion saat mengering) menandakan cairan

amnion.

5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk chlamidya, gonnorhea, dan group B streptococcus

Page 9: Laporan Kasus Obs

Pemeriksaan dalam/ Vaginal toucher akan di temukan cairan dalam vagina dan selaput

ketuban tidak ada lagi, pada beberapa referensi menunjukkan bahwa vaginal toucher tidak

boleh dilakukan karena meningkatkan resiko infeksi.

Pemeriksaan Laboratorium

1. darah lengkap dan kultur dari urinalisis dapat memberikan informasi tentang ada tidaknya

infeksi

2. Nitrazine test

3. Tes pakis

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menilai jumlah cairan ketuban pada cavum uteri.

Pada kasus KPD telihat jumlah cairan ketuban yang sedikit (oligohidramnion atau

anhidramnion).

Penatalaksanaan

Pasien datang dengan keluhan keluar air pervaginam sejak 1 jam SMRS dengan umur kehamilan

39-40 minggu.

Saat masuk pada pasien tidak ditemukan infeksi, tanda-tanda inpartu dan gawat janin

sehingga dikelola sesuai protap untuk KPD dengan kehamilan aterm, dan dengan pemberian

antibiotik, observasi suhu rektal dan ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu,

dilakukan terminasi.

Pada pasien ini sudah mendapatkan terapi sesuai dengan teori, yaitu diberikan injeksi

pycin 3x750 mg, observasi suhu rektal, dan ditunggu tanda-tanda inpartu selama 24 jam. dan

evaluasi selama 24 jam.

Setelah di monitoring selama 2 jam (pk 23.00) didapatkan pasien berada pada fase aktif

persalinan dengan pembukaan portio 4 cm, dengan his 2-3x/10 mnt selama 40-60 detik

Penatalaksanaan dilanjutkan dengan manajemen expektatif pervaginam, karena penurunan

kepala sudah mencapai H I dan dari perkiraan berat badan janin didapatkan berat janin 3720 gr.

Page 10: Laporan Kasus Obs

Menurut referensi lain pemberian antibiotik pada pasien ini kurang tepat, sesuai dengan

rekomendasi ACOG (American College of Obstetrics and Gynaecologist) dan AAP (American

Academy of Pediatrics) antibiotika profilaksis hanya diberikan pada kasus persalinan dengan

faktor risiko infeksi seperti kasus KPD dengan lama ketuban pecah melewati 18 jam, febris,

adanya koloni kuman Streptokokus Grup Beta dan persalinan kurang 37 minggu. Pembatasan

penggunaan antibiotika profilaksis ini dimaksudkan untuk mengurangi efek samping antibiotika,

mencegah resistensi kuman dan mengurangi biaya.

Postnatal

Dengan mempertimbangkan wanita yang melahirkan dengan ketuban pecah dini, perlu

diwaspadai risiko terjadinya sepsis postpartum, perdarahan postpartum dan trombosis vena yang

memerlukan penanganan yang efektif. Promosi aktif ikatan ibu-anak dengan rawat gabung perlu

mendapat pertimbangan khusus pada kasus ketuban pecah dini. Semua bayi yang lahir dengan

riwayat ketuban pecah dini harus melalui skrining untuk sepsis, efek dari antibiotika yang

digunakan sebelum dan selama persalinan ibu. Skrining biasanya meliputi kultur darah janin,

kultur aspirasi endotrakeal, tes aglutinasi lateks urine, dan pemeriksaan darah lengkap. Lumbal

pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan pada neonatus dengan klinis sepsis dan

hasil pemeriksaan positif pada kultur darah. Pemberian antibiotika awal dengan kombinasi

penicillin dan gentamicin dapat dilakukan sambil menunggu hasil skrining.

Pada kasus ini tidak terjadi komplikasi pada ibu dan bayi. Hal ini dinilai dari kondisi ibu

yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan didukung oleh hasil laboratorium yang

masih dalam batas normal.

Setelah ibu melahirkan ibu diberikan penjelasan untuk kontrol poliklinik setelah 7 hari

persalinan. Jika ada tanda-tanda infeksi seperti panas, cairan vagina berbau atau terjadi

pendarahan maka ibu diharuskan datang ke poli secepatnya.