Laporan Kasus I - PCAG
-
Upload
selley-kenanga -
Category
Documents
-
view
29 -
download
11
description
Transcript of Laporan Kasus I - PCAG
-
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 30 Maret s/d 2 Mei 2015 RS Family Medical Center (FMC), Sentul
Laporan Kasus
GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP
Oleh:
Krisantus Desiderius Jebada
112014152
Pembimbing :
dr. Margarette F. Paliyama, Sp. M, M. Sc
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061
-
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : April 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama : Krisantus Desiderius Jebada
NIM : 11-2014-152 .............................
Dr. Pembimbing : dr Margarette F. Paliyama, Sp. M, M. Sc .............................
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. CS
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Vila Bogor Indah, Blok E* No **
Tanggal Pemeriksaan : 1 April 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mata kiri terasa sakit (nyut-nyutan) sejak beberapa hari terakhir SMRS.
Keluhan tambahan :
Penglihatan kedua mata kabur beberapa bulan terakhir.
-
3
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh mata kiri terasa terasa sakit (nyut-nyutan) sejak beberapa hari terakhir
SMRS. Keluhan hilang timbul dan menjalar ke kepala. Selain itu pasien merasa
penglihatannya menurun dalam beberapa bulan terakhir. Mata merah, nyeri kepala,
sekret dari mata di sangkal oleh pasien.
Pasien memiliki riwayat glaukoma dan telah dilakukan operasi pada mata kiri serta
mata kanan telah di laser.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
1. Asthma : tidak ada
2. Alergi : tidak ada
3. DM : tidak ada
4. Hipertensi : tidak ada
5. Dislipidemia : tidak ada
b. Mata
6. Riwayat sakit mata sebelumnya : Glaukoma primer sudut tertutup.
7. Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada
8. Riwayat operasi mata : OD post iridotomy
OS post trabeculotomy-
iridectomy.
9. Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga:
Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma : tidak ada
Alergi : tidak ada
Riwayat Kebiasaan:
Tidak ada
-
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.7oC
Kepala/leher : Pembesaran KGB tidak ada
Thorax, Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
B. STATUS OPTHALMOLOGIS
OD PEMERIKSAAN OS
0,3 ph 0,7 Visus 0,4 ph 0,8
10/7,5 (10,9 mmHg) TIO 10/7,5 (10,9 mmHg)
Orthoforia Posisi Bola Mata Orthoforia
Edema (-), Hiperemis (-)
spasme (-) Palpebra
Edema (-), Hiperemis (-)
spasme (-)
Tenang Konjungtiva Tenang
Jernih Cornea Jernih
Dangkal COA Dangkal
Bulat, sentral, refleks
cahaya langsung dan tak
langsung (+), RAPD (-)
Iris/Pupil
Bulat, sentral, refleks
cahaya langsung dan tak
langsung (+), RAPD (-)
Sedikit Keruh Lensa Sedikit keruh
Jernih Vitreus Jernih
RF (+), Papil bulat, Batas
Tegas, CDR 0,6 , A/V
2:3, LC (+)
Fundus
RF (+), Papil bulat, Batas
Tegas, CDR 0,6 , A/V
2:3, LC (+)
-
5
Pergerakan Bola Mata
? Konfrontasi Test ?
IV. PEMERIKSAAN LAIN
Glukosa Darah Puasa : 108 mg/dL (N: 70 110)
Glukosa Darah 2 jam PP : 121 mg/dL (N: 70 140)
Asam Urat : 5,7 mg/dL
Trigliserida : 86 mg/dL (N: 0 150)
HDL : 59 mg/dL (N: 35 55)
V. RESUME
Anamnesis
Seorang laki-laki berumur 67 tahun datang ke poli mata RS FMC dengan keluhan mata
kiri terasa sakit (nyut-nyutan) beberapa SMRS. Selain itu pasien mengeluhkan
penglihatan kedua mata kabur beberapa bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat
glaukoma dan telah dilakukan operasi pada mata kiri serta mata kanan telah di laser.
Dari status oftalmologis didapatkan :
OD PEMERIKSAAN OS
0,3 ph 0,7 Visus 0,4 ph 0,8
10/7,5 (10,9 mmHg) TIO 10/7,5 (10,9 mmHg)
Dangkal COA Dangkal
Sedikit Keruh Lensa Sedikit keruh
RF (+), Papil bulat, Batas
Tegas, CDR 0,6 , A/V
2:3, LC (+)
Fundus
RF (+), Papil bulat, Batas
Tegas, CDR 0,6 , A/V
2:3, LC (+)
? Konfrontasi Test ?
VI. DIAGNOSIS KERJA
Post trabeculotomy dan iridectomy OS ec Glaukoma Primer Sudut Tertutup Post
iridotomy OD, Hipermetrop simpleks ODS, Katarak insipien ODS.
-
6
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
2. Glaukoma Sekunder
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada.
IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1. Timolol 0,5 % S 1dd gtt 1 OS
2. Artificial tears S 4dd gtt 2 ODS
Edukasi:
1. Pasien di minta untuk melakukan kontrol sebulan kemudian atau jika
ada keluhan langsung mengontrol.
2. Jika penglihatan memburu atau ada nyeri pada mata, pasien diminta
untuk segera berobat ke dokter.
IX. PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ada Bonam Dubia ad Bonam
-
7
PENDAHULUAN
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat
penyakit mata lain (glaukoma primer). Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat
glaukoma, sehingga penyakit ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di
Amerika Serikat. Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang
Kaukasus. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama di antara orang Burma dan
Vietnam di Asia Tenggara.1-3
Mekanisme peningkatam tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar
humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka)
atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma susut tertutup). Pengobatan
ditujukan untuk menurunkan tekanan itraokular dan apabila mungkin, memperbaiki
patogenesis yang mendasarinya.1
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar dan masalah
dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimptomatik mengharuskan adanya kerjasama dengan
dan bantuan dari semua petugas kesehatan. Oftalmoskopi dan tonometri harus merupakan
bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada semua pasien yang cukup kooperatif dan tentu saja
semua pasien yang berusia lebih dari 30 tahun. Hal ini terutama penting pada pasien yang
memiliki riwayat glaukoma pada keluarganya.2-4
FISIOLOGI HUMOR AKUEUS
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata.
Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal,
adalah 1,5-2 L/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor
akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat,
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.1
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliare. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma
prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah
masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke
jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan
-
8
peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip
dengan serum darah.1
Jalinan/jala trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus
oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin
mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke
dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan
drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus ke dalam kanalis Sckemm
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyakurkan cairan ke dalam sistem vena.
Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela
sklera (aliran uveoskleral).2,3
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor akueus dari kamera anterior adalah lapisan
endotel salauran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem
pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum
tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.1
PEMERIKSAAN KLINIS GLAUKOMA
Tonometri1
Tonometri adalah istilah generik untuk pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang paling
luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkan ke slitlamp dan
mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan luas tertentu kornea. Tonometer-tonometer
aplanasi lain adalah tonometer Perkin dan TonoPen yang portabel; pneumoatotonometer, yang
bermanfaat apabila permukaan kornea iregulaer dan dapat digunakan walaupun terdapat lensa
kontak di tempatnya. Tonometer Schiorz adalah tonometer portabel dan mengukur indentasi
kornea yang ditimbulkan oleh beban tertentu. Rentang tekanan intraokluar normal adalah 10-
24 mmHg. Hasil sekali pembacaan tidak menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, banyak pasien akan memperlihatkan tekanan intraokular yang
normal saat tertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokluar semata-mata
tidak selalu berarti bahwa pasien mengidap glaukoma sudut terbuka primer, karena untuk
menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus glaukomatosa
atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan intraokular terus-menerus meninggi
sementara diskus optikus dan lapangan pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat
diobservasi secara berkala sebagai tersangka glaukoma.
-
9
Gonioskopi1
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang di antaranya
terdapat jalinan trabekular. Konfigurasi sudut ini, menimbulkan dampak penting pada aliran
keluar humor akueus. Lebar sudut kamerea anterior dapat diperkirakan dengan pencahayaan
oblik kamera anterior dengan sebuah senter tangan atau dengan pengamatan kedalaman kamera
anterior perifer dengan slitlamp, tetapi sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Apabila keseluruhan jalinan
trabekular, taji sklera, dan prosesus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya
garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan trabekular yang dapat terlihat, sudut dinyatakan
sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut tertutup.
Faktor-faktor yang menentukan konfigurasi sudut kamera anterior adalah bentuk kornea, mata
miop besar memiliki sudut lebar dan mata hipermetropik kecil memiliki sudut sempit.
Pembesaran lensa seiring dengan usia cenderung mempersempit sudut. Ras juga merupakan
salah satu faktor. Sudut kamera anterior orang-orang Asia Tenggara jauh lebih sempit
dibandingkan sudut pada orang Kaukasus.
Konfigurasi sudut pada gonioskopi ditentukan oleh bentuk kornea dan pembesaran
lensa. Berikut ini skala penilaian gonioskopi:1,4
a) Skala 0, artinya tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea dengan
iris. Interpretasi: sudut tertutup.
0
1 2
3
4
-
10
b) Skala 1, artinya tidak terlihat bagian trabekulum sebelah belakang dan garis
Schwalbe terlihat. Interpretasi: sudut sangat sempit.
c) Skala 2, artinya sebagian kanal Schlemm terlihat. Interpretasi: sudut sempit
sedang. Mempunyai kemampuan untuk jadi tertutup.
d) Skala 3, artinya sebagian kanal Schlemm masih terlihat termasuk skleral spur.
Interpretasi: sudut terbuka sedang, tidak akan terjadi sudut tertutup.
e) Skala 4, artinya badan siliar terlihat. Interpretasi: sudut terbuka.
Penilaian diskus optikus1
Atrofi diskus akibat galukoma menimbulkan kelainan-kelainan diskus khas yang terutama
ditandai oleh berkurangnya substansi diskus, yang terdeteksi sebagai pembesaran cekungan
diskus optikus, disertai pemucatan diskus di daerah cekungan. Bentuk-bentuk lain atrofi
optikus menyebabkan pemucatan luas tanpa peningkatan cekungan diskus optikus.
Seiring dengan pembentukan cekungan, pembuluh retina di diskus tergeser ke arah hidung.
Hasil akhir proses pencekungan pada glaukoma adalah apa yang disebut sebagai cekungan
bean pot -
adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma.
Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengan diskus.
Apabila terdapat peningkatan tekanan intraokular yang signifikan, rasio cekungan-diskus yang
lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetri bermakna antara kedua mata sangat mengisyaratkan
adanya atrofi glaukomatosa.
Penilaian klinis diskus optikus dapat dilakukan dengan oftalmoskopi langsung atau dengan
pemeriksaan menggunakan lensa 70 dioptri, lensa Hruby, atau lensa kontak kornea khusus
yang memberi gambaran tiga dimensi. Bukti klinis lain adanya kerusakan neuron pada
glaukoma adalah atrofi lapisan serat saraf. Hal ini dapat terdeteksi (tanda Hoyt) dengan
oftalmoskopi, terutama apabila digunakan cahaya bebas-merah, dan mendahului terbentuknya
perubahan-perubahan pada diskus optikus.
Pemeriksaan lapangan pandang1
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan tindak lanjut
glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena
gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit
-
11
saraf optikus; tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresifitasnya, dan hubungannya
dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang
bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara untuk
memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung, perimeter Goldmann,
Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.
Tes provokasi1
Dilakukan pada keadaan yang meragukan. Yaitu dengan tes kamar gelap, tes midriasis, tes
membaca, dan tes bersujud (prone test).
KLASIFIKASI GLAUCOMA1
Klasifikasi glaucoma berdasarkan etiologinya di bagi menjadi beberapa hal :
GAMBAR 1 Klasifikasi Glaukoma Berdasarkan Etiologi.
Sumber : Riordan-Eva P, Cunningham ET [editor]. 2011. general ophthalmology. 18th ed.