Laporan Kasus Hidup
-
Upload
lutfi-malefo -
Category
Documents
-
view
28 -
download
3
description
Transcript of Laporan Kasus Hidup
RESUME
Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke I nstalansi Gawat Darurat (IGD)
RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto pada hari minggu, tanggal 30 Jmaret 2014
pukul 20.30 WIB dengan SPV no VER- / III / 2014
Korban datang dengan keluhan memar dan bngkak pada daerah pipi kanan
akibat dipukul oleh seorang anggota TNI AD.
Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan beberapa luka memar pada lengan kiri
sisi dalam dan punggung jari telunjuk tangan kanan. Juga terdapat luka lecet pada
lengan kiri sisi dalam. Selanjutnya dibuatkanlah VER untuk kepentingan peradilan.
1
ILUSTRASI KASUS
Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik
nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban
mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang
wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai
tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa
motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan
melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban.
Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan
perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor
korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan
langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar
sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban
maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah
pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor
korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke
DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan
penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.
2
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
Jl. Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta 13510
STATUS FORENSIK KLINIK
Hari / tanggal pemeriksaan : minggu, 30 april 2014
Waktu pemeriksaan : 20.30 WIB
IDENTITAS PASIEN / KORBAN
Nama : Roberet Stephen Dt
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Bekasi
ANAMNESIS
Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik
nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban
mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang
wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai
tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa
motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan
melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban.
Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan
perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor
korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan
3
langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar
sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban
maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah
pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor
korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke
DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan
penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Sadar Penuh
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu badan : 36,o C
PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS LUKA/ CEDERA
1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis
pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas
tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,
2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah
mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas di sertai
nyeri tekan seluas 7 cm x 6 cm
3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat
luka lecet gores sebanyak 2 buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan
terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai
luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai
bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
TINDAKAN PENGOBATAN
Tidak dilakukan pengobatan
4
KESIMPULAN
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang laki-laki yang menurut keterangan
berusia tiga puluh delapan tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada pipi kanan
tepat di bawah mata terdapat luka memar disertai bengkak dan nyeri tekan. Pada
lengan kiri bawah terdapat luka lecet dan luka memar. Luka memar, luka bengkak dan
luka lecet tersebut diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak
menyebabkan halangan pekerjaan atau penyakit
5
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO
INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK
Jl. Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta 13510
Nomor : R / 47 / VER-IGD / III / 2014 / Rumkit Bhay Tk. I
Lampiran : 2 halaman
Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum
a/n : ROBERET STEPHEN DT
PRO JUSTITIA
Jakarta, 1 April 2014
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Ratih, dokter di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto, berdasarkan atas permintaan tertulis dari Detasemen Polisi Militer Jaya 2, dengan suratnya nomor VER- / III / 2014 , tertanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas mengenai permintaan visum tersebut di atas, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas pukul dua puluh titik tiga puluh Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto telah melakukan pemeriksaan atas korban yang menurut surat permintaan visum tersebut adalah :----------------------------
Nama : Roberet Stephen Dt
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
6
R / 47 / VER-IGD / III / 2014 / Rumkit Bhy TK.I Halaman 1 dari 2 halaman
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Bekasi
RIWAYAT KEJADIAN : ----------------------------------------------------------------------
Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban. Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.--------------------
.
PEMERIKSAAN FISIK:-----------------------------------------------------------------------
Keadaan umum baik, sadar penuh, kooperatif, emosi pasien normal. Tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh milimeter air raksa. Nadi delapan puluh dua kali permenit, suhu tiga puluh enam derajat selsius, pernapasan dua puluh kali permenit.---
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:-------------------------------------------------------------
1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas tiga sentimeter kali satu koma lima sentimeter---------------------------------------------------------------------------------------
2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak----
/jelas disertai...
7
jelas disertai nyeri tekan seluas tujuh sentimeter kali enam sentimeter----------------3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan
terdapat luka lecet gores sebanyak dua buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter.
KESIMPULAN :---------------------------------------------------------------------------------
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang laki-laki yang menurut keterangan berusia tiga puluh delapan tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada pipi kanan tepat di bawah mata terdapat luka memar disertai bengkak dan nyeri tekan. Pada lengan kiri bawah terdapat luka lecet dan luka memar. Luka memar, luka bengkak dan luka lecet tersebut diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menyebabkan halangan pekerjaan atau penyakit.---------------------------------------------
Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenarnya dan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.------------------------------------------------------------------
Dokter tersebut di atas,
Dr Lutfi Malefo
8
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Traumatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat
dibedakan atas kekerasan yang bersifat :
Mekanik :
- Kekerasan oleh benda tajam
- Kekerasan oleh benda tumpul
- Tembakan senjata api
Fisika :
- Suhu
- Listrik dan petir
- Perubahan tekanan udara
- Akustik
- Radiasi
Kimia :
- Asam atau basa kuat
II. Definisi
Penganiayaan adalah istilah yang digunakan KUHP untuk tindak pidana
terhadap tubuh. Namun KUHP sendiri tidak memuat arti penganiayaan tersebut.
Menurut Yurisprudensi arti penganiayaan adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja yang menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit atau luka pada
korban.
9
Di dalam pasal 351 ayat (4) KUHP yang dapat dikategorikan sebagai
penganiayaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merusak
kesehatan orang lain.
Menurut Mr. M.H. Tirtaamidjaja, pengertian penganiayaan adalah sebagai
berikut “Menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain. Akan tetapi perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang
lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan
untuk menambah keselamatan badan.
III. Aspek Medikolegal Luka
Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan
tentang jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan atau senjata yang menyebabkan
luka serta kualifikasi luka. Kualifikasi luka dibahas dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yaitu bab XX pasal 351 dan 352 serta bab IX pasal 90.
Pasal 351KUHP
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352 KUHP
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
10
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencahariaan.
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat.
e. Menderita sakit lumpuh.
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Dari pasal-pasal tersebut maka penganiayaan dibagi menjadi 4 jenis tindak
pidana, yaitu:
Penganiayaan ringan
Penganiayaan berdasarkan pasal 351 KUHP
Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencahariaan.Penganiayaan ringan digolongkan sebagai luka derajat satu. Bila
akibat suatu penganiayaan seseorang mengalami penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariaan yang sifatnya sementara waktu
maka digolongkan menjadi luka derajat dua. Bila penganiayaan yang dilakukan
mengakibatkan luka berat seperti dalam pasal 90, maka luka tersebut
digolongkan menjadi luka derajat tiga.
Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu "dengan
sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang", maka
didalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah
penganiayaan, karena itu merupakan urusan hakim. Demikian pula dengan
menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara objektif,
maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et Repertum hanyalah
menentukan derajat lukanya.
Dengan demikian di dalam penulisan kesimpulan Visum et Repertum kasus-
kasus perlukaan, penulisan kualifikasi luka adalah sebagai berikut:
11
1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan atau jabatan.
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu
3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum “luka berat” (pasal 90 KUHP)
Jenis Kekerasan Tumpul
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih
lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan
pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek
atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.
Luka akibat kekerasan tumpul pada tubuh dapat menyebabkan berbagai jenis
luka, seperti luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka memar (kontusio, hematom),
luka terbuka (robek atau vulnus laceratum), serta patah tulang, dimana benda-
benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki permukaan tumpul.
Luka lecet (ekskoriasi, abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial tubuh yang terbatas hanya pada
lapisan kulit terluar dan terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan permukaan kasar atau runcing. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan
epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini
(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa
hari), beberapa hari lalu, lebih dari beberapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat
jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Luka lecet (abrasi) dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas (scar). Abrasi
merupakan hal yang cukup penting bagi patologis forensik karena abrasi tersebut
dapat mengindikasikan dimana benda tumpul atau tekanan akibat benda tumpul
telah mengenai tubuh korban. Namun, abrasi tidak selalu ditemukan pada daerah
12
yang terkena luka. Sesuai mekanisme terjadinya, luka lecet dibedakan dalam 3
jenis:
a. Luka lecet gores (scratch)
Luka ini terjadi akibat oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaankulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat
ditentukanarah kekerasan datang.
b. Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)
Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. Sedangkan luka lecet geser
merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan linear pada kulit
disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada
korban pecut.
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus
terhadap permukaan kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka
bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut, namun terkadang dapat sama dengan bentuk permukaan
benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah
kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya.
Penyembuhan pada luka lecet (abrasi) terdiri dari empat tahap, yaitu 1)
pembentukkan scab, 2) regenerasi epitel dan penutupan luka, 3) granulasi
subepitelial dan hiperplasia epitel, dan 4) regresi epitel dan jaringan
granulasi.
Luka memar (kontusio)
Luka memar merupakan suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit / kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya,
misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal
hemorrhage).
13
Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
besarnya kekerasan yang terjadi, jenis benda penyebab yang dipakai, kondisi dan
jenis jaringan (seperti jaringan ikat longgar atau jaringan lemak), usia, jenis
kelamin, corak, dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, serta penyakit yang
diderita.
Bila kekerasan benda tumpul mengenai jaringan ikat longgar seperti di
daerah mata, leher, atau pada bayi dan orang tua, maka memar cenderung lebih
luas akibat gravitasi. Lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan,
misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi mrnimbulkan hematom palpebra
atau kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan
hematom pada sisi luar tungkai bawah akibat gravitasi tersebut.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang
terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna
yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Pada mayat waktu antara terjadinya luka
memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang
timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin
membuat luka memar menjadi gelap. Pada saat timbul, memar berwarna merah.
Kemudian memar tersebut akan berubah warna menjadi warna ungu atau hitam.
Setelah 4 sampai 5 hari, memar akan berwarna hijau yang kemudian berubah
menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam waktu
14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi mulai dari tepi ke arah tengah.
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan
hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau
laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka
memar akan memberikan gambaran yang makin jelas.
Luka robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan
terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya
tidak beraturan, tepi ataudinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara
14
kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan sering tampak luka lecet atau
memar di sisi luka.
15
PEMBAHASAN
Pada kasus ini korban datang ke Pelayanan Instalansi gawat Darurat RS
Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto dengan SPV dari Detasemen Militer Jaya 2
untuk dibuatkan Visum et Repertum. Dalam kasus ini pembuatan Visum et Repertum
disertai permintaan tertulis dari penyidik berupa Surat Permintaan Visum dari
Detasemen Polisi militer /2 ( atas nama Komandan Yahudi ). Demikianlah sesuai
pasal 184 ayat 1 KUHAP, Visum et Repertum yang dibuat dapat dijadikan salah satu
alat bukti yang sah di pengadilan.
Dengan adanya SPV yang dibuat oleh penyidik, maka dokter berkewajiban
memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yang berbunyi
”Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Jika
menolak, dapat dikenai pasal 224 KUHP mengenai menolak menjadi saksi ahli
dengan ancaman sanksi pidana penjara 9 bulan atau 6 bulan pada perkara lain.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis
pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas
tidak tegas disertai nyeri tekan seluas tiga sentimeter kali satu koma lima sentimeter
2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak
bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas
disertai nyeri tekan seluas tujuh sentimeter kali enam sentimeter.
3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat
luka lecet gores sebanyak dua buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan
terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai
luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak
disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter.
Berdasarkan pasal 352 KUHP dimana perlukaan ini ini adalah perlukaan ringan
dimana tidak menimbulkan penyakit atau halangan perkerjaan. Berdasarkan
jursprodensi Hoge Raad tanggal 25 Juni 1894, menjelaskan bahwa menganiaya adalah
dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka. Pada kasus ini perlukaan terjadi akibat
penganiayaan oleh tetangga korban. Pelaku dapat terkena Pasal 351 (1) yang berbunyi
“Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
16
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Pasal 352 (1) KUHP
berbunyi “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah”. Bila sebelumnya telah direncanakan terlebih dahulu,
pelaku dapat dikenakan pasal 353 (1) KUHP yang berbunyi “Penganiayaan dengan
rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
17
LAMPIRAN
Perlukaan:
18
SPV
Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,
Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas di sertai nyeri tekan seluas 7 cm x 6 cm
Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,
19
Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat luka lecet gores sebanyak 2 buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, Arif dkk (kontributor). 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi pertama
cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Idris AM. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyelidikan.
Jakarta: Sagung Seto.
3. Soesilo, R. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan Ulang
Kesepuluh. Poelita Bogor.
20