Laporan Kasus Fluor Albus
-
Upload
dini-iriani -
Category
Documents
-
view
507 -
download
36
description
Transcript of Laporan Kasus Fluor Albus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu
penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang
berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina
yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan
karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ
berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi
epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai
kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh
sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina
tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada
pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH
3,5-4,5. Flora normal vagina meliputiCorinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma danCandida spp. Lingkungan dengan pH asam
memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan olehLactobacillus Doderlin.
Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor
albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan
kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas
serta bakteri normal didalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin
fungsi yang optimal.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat
menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula pada adneksitis. Fluor albus juga
1
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau
seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
2.2 Epidemiologi
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat
pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada
wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri
Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina),
Vulvovaginal Candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh
candida albicans, Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka
kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina.
2.3 Etiologi
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior
vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan
vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.2
Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri :
Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria gonorrhoeae”
ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi,
bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif
dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini
bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam
pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak
dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan
pH 7.2-8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman
ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat
desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai
pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen.
Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme
ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra,
servik uteri, rectum, dan konjungtiva.
3
Gambar 1. Bakteri N. Gonorrhoeae
Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya
bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara
penularan penyakit ini adalah dengan senggama.
Chlamidia trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit
traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning
seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. Dan terlihat
melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk
suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.
Gambar 2. Bakteri Chlamidia trachomatis
Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi
clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.
Gardanerrella vaginalis
4
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang
dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya
ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk
bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.
Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin
yang menimbulkan bau amis seperti ikan.
Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat
terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri
berbentuk spiral P: 6 – 15 μ, L: 0,25 μ, lilitan: 9 – 24 dan tampak bergerak aktif (gerak
maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada pemeriksaan mikroskopis lapangan
gelap.
Gambar 3. Bakteri Treponema Pallidum
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar
tubuh. Penularan dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital à STD dan dapat juga
melalui non-coital (jarum suntik) à sulit terjadi.
b. Jamur
5
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah
atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).
Gambar 4. Jamur Candida albicans
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan
jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan
penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.
c. Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak
berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.
6
Gambar 5. Parasit Trichomonas vaginalis
Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga
ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.
d. Virus
Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang
merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat juga
disebabkan virus herpes simpleks tipe 1.
Gambar 6. Virus Herpes simpleks
7
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas
yang kemudian pecah dan meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.
Human Papilloma Virus
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai
genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat
infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral.
Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata.
Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat
bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui
senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan sistem
imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien
dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.
2. Iritasi :
a) Sperma, pelicin, kondom
b) Sabun cuci dan pelembut pakaian
c) Deodorant dan sabun
d) Cairan antiseptic untuk mandi.
e) Pembersih vagina.
f) Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g) Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau jaringan abnormal lain
Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan
pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat
cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan
akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan
O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
8
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah
yang tidak segar.
4. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan
prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora
normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.
5. Radiasi
6. Fistula
7. Penyebab lain :
a) Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b) Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”
2.4 Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar
dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks,
yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis
antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi
glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH
9
vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida
sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel
ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang
mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,
penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak
terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang
tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral
menyebabkan perlekatanCandida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media
bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH
5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi.
Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan
progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga
berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen
itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon
dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.
Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan
jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga
terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma
hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan
produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan
pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus
pada vaginosis bacterial.
Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
10
umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
2.5 Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Cairan
yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorrhea ini
berwarna putih kental/ kekuningan (mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah
yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea. Kadang-kadang
kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada
pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen.
Gambar 7. Gambaran klinis servisitis GO
11
Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
Gambar 8. Gambaran klinis Clamidya
Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu
hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga memberikan gambaran vulva dan
vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai
lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai
lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum. Bau semakin bertambah
setelah hubungan seksual.
Gambar 9. Gambaran klinis Vaginosis bacterial
Pada sifilis yang disebabkan oleh bakteri Triponema Pallidum tampak cairan
putih kekuningan, bau anyer, terdapat luka pada bibir kemaluan, yang tidak nyeri, disertai
pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan paha kanan kiri.
12
Gambar 10.. Gambaran klinis sifilis
Pada Kandidiasis Vaginalis dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak. Pada dinding
vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat
meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental.
Gambar 11. Gambaran klinis Kandidiasis VulvoVaginalis
Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah,
sembab dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih. Pada pria sering
tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan pada istri atau
pasangannya. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret
banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan,
berbusa/berbuih menyerupai air sabun dan berbau busuk.
13
Gambar 12. Gambaran klinis Trikomoniasis/Vaginitis Trikomonas
Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia
mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya
ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.
Gambar 13. Gambaran klinis Herpes Genitalis
Pada Kondiloma akumilata yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus tampak
cairan vagina berwarna keputihan, berbau amis, disertai kumpulan kutil menyerupai
jengger ayam.
14
Gambar 14. Gambaran klinis Kondiloma akumilata
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,
berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak
sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.
Gambar 15. Gambaran klinis Ca Cervix
2.6 Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.15
Anamnesis
Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita
dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi dan
merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan
kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada
wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan
terutama kanker serviks..
Metode kontrasepsi yang dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar
serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga
dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.
Kontak seksual
Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma
Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak seksual
terakhir dan dengan siapa melakukan.
Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungknan tertular
penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh: kebiasan
yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk.
Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian tersebut
berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal
tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
Hamil atau menstruasi
16
Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada
keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.
Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
rangsangan fisik
1. Penyakit yang diderita
2. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.
Pemeriksaan Fisis dan Genital
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin
berkaitan dengan fluor albus.
Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu
meliputi:
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina.
Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan
penyebabnya.
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a) Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
Hasil pengukuran pH cairan vagina
Pada pH vagina 7.2-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus
Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis
17
Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican
Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup
spesifik.
b) Penilaian sedian basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH10% dan NaCl
0.9%. Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl
0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH10%. Penutup objek
glass ditutup dan diperiksa di mikroskop.
Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit
berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.
Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora)
atau hifa semu.
Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan
dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan
banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini
disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
c) Perwarnaan Gram
Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra
seluler.
Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram
negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan
kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d) Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali
kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human
Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
18
Tes Pap Smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,
infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat
kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
2.7 Penatalaksanaan
Preventif
Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,
pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.
1) Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan
dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan
PHS termasuk AIDS.
2) Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang
dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan
pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik
dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman
tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian
obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien
menaupose dengan gejala yang berat.
3) Pemeriksaan secara dini
19
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara
berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal
menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher
rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
Kuratif
Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara lain:
1. Bakteri
a. Gonorhoea
Tiamfenikol 3,5 gram oral
20
Ofloksasin 400 mg/oral
Kanamisin 2 gram im
Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM
Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral
selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
b. Klamidia trakomatis
Ceftriakson 125 mg SD IM
Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10
hari
c. Gardnerella vaginalis
Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari
Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr
Alternatif lain:
Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau
Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Treponema Pallidum
Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau
doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.
2. Jamur
Pada infeksi candida albicans dapat diberikan
Sistemik :
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
21
Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
Topikal :
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari
Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari.
Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan
seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.
3. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan (Harus diberikan pd yg bergejala
maupun tidak)
Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau
Metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.
Mitra seksual harus diobati: dosis multipel 7 hr
* Kehamilan: à Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis terbagi
4. Virus
Virus herpes simpleks tipe 2
a. Lesi Primer
Simptomatis : analgesik, kompres NaCl 0.9%
Anti virus:
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari
Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 7-10 hari
Famciclovir 3×500 mg/hari selama 7-10 hari
b. Lesi rekuren
Simptomatis : analgesik
Anti virus:
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
22
Asiklovir 3 x 400 mg oral selama 5 hari
Asiklovir 2 x 800 mg oral selama 5 hari
Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 5 hari
Famciclovir 2×125 mg/hari selama 5 hari
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder.
Human Papiloma Virus
Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk
infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.
Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur
kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5%
ditempat dimana kutil berada. Bila kondiloma berukuran besar dilakukan
kauterisasi. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan
psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik,
kortikosteroid dan estrogen.
2.8 Prognosis
Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat
timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan
ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai.
Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan
pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).
23
BAB. III REFLEKSI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Nn. RD
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : JL. Kartini No.12. RT.0I. RW.05 Sumbersari – Jember
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan supermarket
Status : Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2013
3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pasien di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soebandi
Jember tanggal 11 April 2013.
Keluhan utama:
Pasien mengeluhkan keluar cariran putih kekuningan seperti susu dari kemaluan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar cairan putih kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang
lalu. Cairan bewarna putih (keruh) terkadang abu-abu dan kekuningan. Tidak pernah
keluar cairan bewarna coklat ataupun keabuan. Tidak terdapat darah. Cairan yang keluar
terkadang berbau amis tetapi tidak berbau busuk. Cairan keluar lebih banyak jika pasien
akan menstruasi dan stress karena lelah bekerja. Tidak gatal. Tidak nyeri atau panas saat
berkemih. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus menstruasi pasien lancar. Pasien
tidak mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal. Pasien mengaku belum pernah
melakukan hubungan seksual sebelumnnya. Pasien pertama menstruasi saat berusia 13
tahun.
24
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah mengalami seperti ini sebelumnya 3 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga:
Kakak pasien mengalami keluhan yang sama seperti ini.
Riwayat Pemberian Obat:
Pasien menggunakan cairan pembersih vagina.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Kepala/ leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Genital : terdapat sekret berupa cairan putih kental pada daerah vulva
dan vagina
Ekstremitas : dalam batas normal
Status dermatologis (lokalis):
Regio genitalia eksterna:
Didapatkan mukosa vagina tampak hiperemis, tampak sisa sekret bewarna putih
keabu-abuan, agak berbau amis, tidak berbau busuk. Sekret tidak tampak seperti
25
busa. Vulva tampak oedem dan hiperemis, introitus vagina dalam batas normal,
serviks dalam batas normal.
3.4 Pemeriksaan penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3.5 Diagnosis kerja
Fluor albus (Lekorhea) et causa Vaginosis Bacterial
3.6 Diagnosis banding
Fluor albus (Lekorhea) et causa Trichomonas vaginalis
3.7 Penyulit
Tidak didapatkan penyulit pada pasien tersebut
3.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari
Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr
Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr
Alternatif lain:
Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau
Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr
Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan
b. Non Medikamentosa
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
26
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
3.9 Resume
Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke poli dengan keluhan keluar keluar
cairan putih kekuningan kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan yang
keluar terkadang berbau amis. Cairan keluar lebih banyak jika pasien akan menstruasi
dan stress karena lelah bekerja. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus
menstruasi pasien lancar. Pasien tidak mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal.
Pasien mengaku belum pernah melakukan hubungan seksual sebelumnnya. Pasien
pertama menstruasi saat berusia 13 tahun. Dari pemeriksaan fisik àmukosa vagina
tampak hiperemis, sekret bewarna putih keabu-abuan, berbau amis. Vulva tampak
oedem dan hiperemis.
3.10 Prognosis
Ad vitam : baikAd fungsionam : baik
Ad sanationam : baik
27
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North Am,1995;79;1271-98
Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis Colonitation of
the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.
Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).
Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted Gynecol
1999;4;872-4
Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon 1999;49;457-67
Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita. 1999.
Jakarta
Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology
A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press :
Oxford
Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8
Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta
Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47
Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian Obstetri
Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta
28
Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with
Bacterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87
Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit
lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan
Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta
Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by Gas
Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol 2000,;39;402-6.
29