Laporan Kasus Billa

26
LAPORAN KASUS “ODS ASTIGMATISME MYOPI COMPOSITUS” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang Disusun Oleh Sa!illa Sheridan "#"$%%"$&' (lsa )meliana "#"$%%"$"* Re+a )ngga P "#"$%%"$%' Bayu Tofaeni "#"$%%"$$" Pem!im!ing dr. D,idjo Pratiknjo- Sp.M dr. ari Trilunggono- Sp.M /)0U1T)S 0(DO0T(R)2 U2I3(RSIT)S P(MB)24U2)2 2)SIO2)1 53(T(R)26 7)0)RT) %$"'

description

lapsus mata

Transcript of Laporan Kasus Billa

LAPORAN KASUS

ODS ASTIGMATISME MYOPI COMPOSITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit MataRumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:Sabilla Sheridan1410221035Elsa Ameliana1410221016Reza Angga P1410221025Bayu Tofaeni1410221001

Pembimbing:dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.Mdr. Hari Trilunggono, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA2015LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUSODS ASTIGMATISME MYOPI COMPOSITUS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit MataRumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:Sabilla Sheridan1410221035Elsa Ameliana1410221016Reza Angga P1410221025Bayu Tofaeni1410221001

Magelang, April 2015

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.Mdr. Hari Trilunggono, Sp.M

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul ODS ASTIGMATISME MYOPI COMPOSITUS.Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang. Sebagai penghargaan, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dan dr. Hari Trilunggono, Sp.M selaku pembimbing dalam menyusun laporan kasus.Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Magelang, April 2015

Penulis

BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama: Sdri. SUmur: 23 tahunJenis Kelamin: PerempuanSuku: JawaKewarganegaraan: IndonesiaAgama: IslamPekerjaan: Dokter MudaAlamat: TangerangTanggal Pemeriksaan: 30 April 2015

II. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : penglihatan kabur pada kedua mata

1. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang pada tanggal 30 April 2015. Pasien mengeluhkan penglihatan mata kanan dan kiri kabur saat melihat jauh. Mata kiri lebih terasa kabur dibandingkan sebelah kanan. Pasien merasakan keluhan sejak kurang lebih 12 tahun yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan sering membaca buku dengan jarak dekat, dan sering menggunakan komputer dengan jarak dekat. Penglihatan kabur pada kedua mata timbul secara perlahan, awalnya kedua mata kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu, namun lama-kelamaan dirasakan mengganggu kegiatan sehari-harinya terutama saat membaca dengan jarak yang agak jauh. Pasien merasa lebih jelas saat membaca atau melihat dengan jarak yang dekat atau dengan memicingkan/menyipitkan mata kanan dan kiri. Pasien juga mengalami kesulitan apabila melihat garis lurus atau huruf yang jauh, yang terlihat garisnya seperti bengkok dan ada bayangan yang bisa menyebabkan pasien pusing. Selain itu pasien mengeluh pusing pada kepala bagian depan jika terlalu lama membaca. Pasien mengaku sudah 5 kali ganti kaca mata minus dengan nilai minus semakin bertambah. Pasien tidak mengeluh penglihatan ganda.

1. Riwayat PengobatanPasien selama ini hanya pergi ke optik untuk memeriksakan mata dan mendapatkan kacamata.

1. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat menggunakan kacamata (+) sejak kelas 5 SD2. Riwayat infeksi mata disangkal3. Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal

1. Riwayat Penyakit KeluargaOrang tua pasien yaitu ibu pasien diketahui memakai kaca mata baca. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.

1. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah seorang dokter muda, biayan pengobatan ditanggung pribadi. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK1. Kesan UmumKeadaan Umum: BaikKesadaran: Compos MentisKooperatif: KooperatifVital SignTekanan Darah: 110/80 mmHgNadi: 68 x/mntRespirasi: 20 x/mntSuhu: 36,70C

1. Status Ophtamicus

2/604/60ODOS

NOPEMERIKSAANODOS

1Visus Koreksi 4/60S - 3,50 C 0,25 axis 1800 6/62/60S 4,00 C 0,25 axis 1800 6/6

2Gerakan Bola MataKe segala arahKe segala arah

3Palpebra Superior1. Ptosis1. Pseudoptosis1. Edema1. Hiperemi1. Hematom1. Entropion1. Ekstropion1. Trikiasis 1. Blefarospasme1. Lagoftalmus1. Xantelasma 1. Sikatrik (-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)

4Palpebra Inferior1. Edema1. Hiperemi1. Hematom1. Entropion1. Ekstropion1. Trikiasis(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)

5Konjungtiva1. Hiperemi1. Injeksi konjungtiva1. Injeksi siliar1. Subkonjungtiva bleeding1. Bangunan patologis1. Sekret1. Membran1. Pseudomembran1. Papil 1. Nevus (-)(-)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)(-)(-)

6Kornea1. Kejernihan1. Edem1. Infiltrat1. Sikatrik1. Pannus Jernih(-)(-)(-)(-)Jernih(-)(-)(-)(-)

7COA1. Kedalaman1. Hifema1. HipopionDalam (-)(-)Dalam (-)(-)

8Iris1. Kripte1. Edem1. Sinekia1. Rubeosis (+)(-)(-)(-)(+)(-)(-)(-)

9Pupil1. Letak1. Bentuk1. Diameter1. ReflekLangsung/Tidak Langsung1. Isokor SentralBulat3 mm+/+

(+)SentralBulat3 mm+/+

(+)

10Lensa1. Kejernihan1. Iris Shadow

Jernih(-)Jernih(-)

11Corpus Vitreum1. Kejernihan Tidak ditemukan floatersTidak ditemukan floaters

12Fundus Reflek

(+) cemerlang(+) cemerlang

13Funduskopi1. Papil

1. Vasa

1. Macula lutea

1. Retina Fokus - 4Papil bulat, batas tegas, warna jingga, tidak ditemukan gambaran miopik kresen, CDR 0,3

AVR 2/3Tidak tampak terangkat dan berkelok-kelok

Fovea reflek (+)

ditemukan fundus tigroid, tidak ditemukan ablasio retina, tidak ditemukan perdarahan dan edemFokus - 4Papil bulat, batas tegas, warna jingga, tidak ditemukan gambaran miopik kresen, CDR 0,3

AVR 2/3Tidak tampak terangkat dan berkelok-kelok

Fovea reflek (+)

ditemukan fundus tigroid, tidak ditemukan ablasio retina, tidak ditemukan perdarahan dan edem

14TIONormalNormal

IV. DIAGNOSIS BANDING1. ODS Astigmatisme Myopi Compositus Dipertahankan karena pasien mengeluh pandangan kabur saat melihat jarak jauh dan kesulitan apabila melihat garis lurus atau huruf yang jauh, yang terlihat garisnya seperti bengkok dan ada bayangan yang bisa menyebabkan pasien pusing. Dari hasil pemeriksaan koreksi visus ODS dengan lensa sferis negatif dan lensa silinder negatif.

1. ODS Astigmatisme Myopi SimplexDisingkirkan karena dari hasil pemeriksaan koreksi visus ODS dengan lensa sferis negatif dan lensa silinder negatif. Pada AMS, dimana 2 titik salah satu jatuh di depan retina (myopi) dan satunya tepat pada retina (emetropia).

1. ODS Astigmatisme MixtusDisingkirkan karena dari hasil pemeriksaan koreksi visus ODS dengan lensa sferis negatif dan lensa silinder negatif. Pada astigmatisme mixtus dimana 2 titik masing-masing jatuh di depan retina (myopi) dan belakang retina (hipermetropia). Dan salah satu syaratnya adalah nilai silinder harus lebih besar dari sferis.

1. ODS HipermetropiaDisingkirkan karena pasien mengeluh pandangan kabur saat melihat jarak jauh dari hasil pemeriksaan koreksi visus ODS dengan lensa sferis negatif dan lensa silinder negatif. Pada hipermetropia pandangan kabur saat melihat jarak dekat dan hasil koreksi visus dengan lensa sferis positif.

1. ODS MyopiaDisingkirkan karena pasien dikoreksi visus ODS juga menggunakan lensa silinder negatif.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VI. DIAGNOSISODS Astigmatisme Myopi Compositus

VII. TERAPI1. Medikamentosaa. Oral : tidak adab. Topikal : tidak adac. Parenteral : tidak adad. Operatif : LASIK

2. Non Medikamentosa a. Resep kacamata sesuai koreksi:OD : S - 3,50 C 0,25 axis 1800 OS : S 4,00 C 0,25 axis 1800

VIII. EDUKASI1. Menjelaskan kepada pasien bahwa kelainan gangguan penglihatan ini tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, tetapi bisa diatasi dengan memakai lensa tambahan atau kacamata. 2. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa bila membaca jangan terus menerus dan usahakan dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku ataupun tiduran dan dalam jarak yang cukup. Dan dengan penerangan yang sesuai.3. Memberikan penjelasan untuk membatasi waktu menonton televisi dan jarak sekitar 3 meter dari televisi.4. Jika menggunakan komputer pastikan cahayanya tepat. Arah cahaya terbaik jika menggunakan komputer adalah dari lampu meja bercahaya lembut dari arah samping. Kurangi tingkat terang (Brightness) monitor. Warna memang jadi tidak terlalu tajam, tetapi mata akan lebih nyaman.5. Memberikan penjelasan bahwa kacamata harus selalu dipakai.6. Memberikan penjelasan untuk mengistirahatkan mata.7. Bisa dilakukan operasi LASIK, dan bisa menggunakan lensa kontak tipe hard lens, karena ada silindernya. IX. PROGNOSISODOS

Ad VisamDubia Ad BonamDubia Ad Bonam

Ad FungsionamAd BonamAd Bonam

Ad SanamDubia Ad BonamDubia Ad Bonam

Ad Vitam Ad BonamAd Bonam

Ad KosmetikamDubia Ad BonamDubia Ad Bonam

X. KOMPLIKASIStrabismus dan ablasi retina

XI. RUJUKANTidak dilakukan rujukan pada pasien ini.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI MATA

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak ataupun perlahan).Bagian berpigmen pada mata : uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen= biru, tidak ada pigmen=merah/albino).

FUNGSI PENGLIHATANHasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor, lensa, corpus vitreum. Pada orang normal susunan pembiasan oleh medai penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat diretinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

1.1Media Refrakta1. KorneaKornea (Latin Cornum : seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu: a. Epitel Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.b. Membran bowman Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.c. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.d. Membran Descemet Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.e. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk hexagonal, besar 20-40m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. Saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.Kornea adalah bagian mata yag tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk korea dilakukan oleh kornea.2. Aqueous Humor (Kamera Okuli Anterior)Kamera okuli anterior berisi Aqueous Humor yang mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah dikedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous Humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika Aqueous Humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya, kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler. Kelebihan Aqueous Humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.3. LensaJaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak dibelakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak didalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian sentrla lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau sreta lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus emvbrional. Fetal dan dewasa. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukelusa lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Dibagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan lensa diseluruh ekuatornya pada badan siliar.Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata.4. Badan vitreous Badan vitreous menempati daerah mata dibelakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi ruang untul meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata.1.2Reseptor 1. RetinaRetina merupakan membran yang tipis, halus. Retina terdiri dari macam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh yang terdiri dari serat mueller, membran limitans interna dan eksterna, sel-sel glia. Lapisan dari luar ke dalam:a. Membran limitans internab. Lapisan serabut sarafc. Lapisan sel gangliond. Lapisan plexiform dalame. Lapisan nuklear dalamf. Lapisan plexiform luarg. Lapisan nuklear luarh. Membran limitans eksternai. Lapisan batang dan kerucutj. Lapisan epitel pigmenWarna retina biasanya jingga, kadang pucat pada anemia dan iskemia, merah pada hiperemi. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandang. Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG). Dan Visual Evoked Respons (VER).

II. FISIOLOGI PENGLIHATAN PADA MANUSIA Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket-paket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara-cara gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang gelombang yang pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelombang yang panjang dipersepsikan sebagai jingga dan merah.Pembelokan suatu berkas cahay (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara dari pada melalui media transparan lainnya seperti kaca dan air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat, begitu pula selanjutnya. Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (berada ditempat gelap), dan pupil membesar jika intesitas cahaya besar (berada di tempat terang). Yang mengatur perubahan pupil adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen tampak di dalam aqueous humor dan juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot siliar melalui ligamentum suspensorium. fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokyuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot siliar akan mengendur dan lensa menjadi tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang merupakan sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal cahaya ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkapo oleh retina adalah terbalik, nyata , diperkecil tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak. Karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat di fokuskan di retina dikenal dengan akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.Otot siliaris adalah bagian korpus siliar, suatu spesialisasi lapisan koroidd di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki 2 komponen utama yaitu otot siliaris dan jaringan kapiler. Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan mnarik lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas inherennya semakin besar kelengkungan lensa, semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh. Tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.Lensa adalah suatu struktur elastuis yang terdiri dari serat transparan. Kadang serat ini menjadi keruh, sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Seumur hidup hanya sel-sel ditepi laur lensa yang diganti. Sel dibagian tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Sel tersebut tidak hanya merupakan sel tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aqueous humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan pertambahan usia, sel-sel dibagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak bisa lagi berakomodasi. Tidak semua serat di jalur pengliahatan berakhir di korteks penglihatan. Sebagian diproyeksikan ke daerah otak lain untuk tujuan selain persepsi penglihatan langsung, seperti: mengontrol pyupil, sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya, kontribusi terhadap kewaspadaan pada perhatian korteks, kontrol gerakan mata.

III. EMETROPIAPada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh difokuskan sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak diokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata ametropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan bahan kaca keruh makan sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100% atau 6/6 (Ilyas, 2004).Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya.Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata sesorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau daya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sina normal tidak dapat jatuh ke makula. Keadaan ini disebut dengan ametropia/anomali refraksi yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma. Kelainan ini pada mata normal adalah gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia (Ilyas, 2004).

IV. AKOMODASIPada keadaan normal cahaya tidak berhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat (Ilyas, 2004).Dikenal beberapa teori akomodasi, seperti : Teori akomodasi Hemholtz, dimana zonula Zinii kendor akibat kontraksi otot siliar sirkuler, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diameter menjadi kecil Teori akomodasi Thsernig, dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat berubah bentuk adalah bagian lensa yang superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula Zinii sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian depan nukleus akan mencembung (Ilyas, 2004).

Mata akan berakomodasi bila bayangan difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi hipermetropia maka mata tersebut akan berakomodasi terus menerus walaupun letak bendanya jauh, dan pada keadaan ini diperlukan akomodasi yang baik (Ilyas, 2004).Anak-anaka dapat berakomodasi dengan kuat sekali sehingga memberikan kesukaran pada pemeriksaan kelainan refraksi. Daya akomodasi kuat pada anak-anak dapat mencapai + 12.00 sampai + 18.00 D. Akibatnya pada anak-anak yang sedang dilakukan pemeriksaan kelainan refraksinya untuk melihat jauh mungkin terjadi koreksi miopia yang lebih tinggi akibat akomodasi sehingga mata tersebut memerlukan lensa negatif yang berlebihan (koreksi lebih). Untuk pemeriksaan kelainan refraksi anak sebaiknya diberikan sikloplegik untuk melumpuhkan otot akomodasi sehingga pemeriksaan kelainan murni, dilakukan pada mata yang beristirahat. Biasanya untuk ini diberikan sikloplegik atau sulfat atropin bersifat parasimpatolitik, yang selain bekerja untuk melumpuhkan otot siliar juga melumpuhkan otot sfingter pupil (Ilyas, 2004).Dengam bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya akomodasi akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencembung. Keadaan berkurangnya daya akomodasi pada usia lanjut disebut presbiopia (Ilyas, 2004).

V. AMETROPIAKeseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saaat melakukan akomodasi atau bila melihat benda dekat (Ilyas, 2004).Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar atau mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata maka sinar tidak akan terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia (anomali refraksi) yang dpat berupa miopia, hipermetropia, atau astigamatisma. Kelainan sistem refraksi (pembiasan cahay) pada mata, menyebabkan sinar-sinar sejajar yang masuk ke dalam mata tidak difokuskan pada retina saat mata tersebut dalam keadaan istirahat (Ilyas, 2004). VI. ASTIGMATISMAPENGERTIAN ASTIGMATISMAAstigamatisma merupakan kelainan refraksi dimana didapatkan bermacam-macam derajat refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar yang datang pada mata itu akan difokuskan pada macam-macam fokus pula.Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik sehingga menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel (Vaughan, 2009).Pada astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan di kornea. Pada mata dengan astigmatisma lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus padanya (Ilyas, 2009).

PEMBAGIAN ASTIGMATISMAPembagian astigmatisme menurut Ilyas (2009) : Astigmatisme lazim (Astigmatisma with the rule), yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Pada keadaan astigmatisma lazim ini diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 190 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi. Astigmatisme tidak lazim (Astigmatisma againts the rule), suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisma dimana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal.

BENTUK ASTIGMATISMABentuk astigmatisme menurut Ilyas (2009) dibagi menjadi 2, yaitu :1. Astigmatisme RegularAstigmatisme dikategorikan regular jika meridian-meridian utamanya (meridian dimana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus

2. Astigmatisme IregularPada bentuk ini didapatkan titik fokusnya tidak beraturan/tidak saling tegak lurus. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refrakasi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder (Vaughan, 2009).

PATOFISIOLOGI ASTIGMATISMAPada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan memfokuskan sinar pada satu titik. Pada astigamtisme, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik. Sinar pada astigmatisma dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada retina tidak didapatkan satu titik fokus pembiasan. Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian sinar lain difokuskan di beakang retina.Jatuhnya fokus sinar dapat dibagi menjadi 5, yaitu :

1. Astigmatismus Myopicus SimplexAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0.00 Cyl Y atau Sph X Cyl +Y dimana X dan Y memiliki angka yang sama.

2. Astigmatismus Hypermetropicus SimplexAstigmatisma jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0.00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl Y dimana X dan Y memiliki angka yang sama.

3. Astigmtismus Myopicus CompositusAstigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph X Cyl Y.

4. Astigmatismus Hypermetropicus CompositusAstigmatisma jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisma jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatismus MixtusAstigmatisma jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl Y, atau Sph X Cyl +Y, dimana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama-sama + atau -.

Mata dengan astigmatisma dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, atau terlalu lebar dan kabur (Ilyas dkk., 2003).

PENYEBAB ASTIGMATISMAPenyebab tersering dari astigmatisma adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa. Pada umumnya astigamtisma bersifat menurun, beberapa orang dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea yang menyebabkan gangguan penglihatan dapat memburuk seiiring bertambahnya waktu. Namun astigmatisme juga dapat disebabkan karena trauma pada mata sebelumnya yang menimbulkanjaringan parut pada kornea, dapat juga jaringan parut bekas operasi pada mata sebelumnya atau dapat pula disebabkan oleh keratokonus (Vaughan, 2009).Astigmatisma juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya (Guyton dkk., 197). Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada isis datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatismatisma. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telung tidak sama dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek. Karena lengkung lensa astigmatis pada suatu bidang lebih kecil daripada lengkung pada bidang yang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu sisi tidak dibelokkan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian perifer pada bidang yang lain (Ilyas, 2003). Astigaatisme pasca operasi katarak dapat terjadi bila jahitan terlalu erat (James dkk., 2003).Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigamtisme karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata (Ilyas, 2003).

TANDA DAN GEJALA ASTIGMATISMAPada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur. Tapi terkadang pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala atau kelelahan mata, dan mengaburkan pandangan ke segala arah, mengecilkan celah kelopak jika ingin melihat, garis lurus tampak bengkok, tulisan menjadi berbayang.

PEMERIKSAAN ASTIGMATISMAa. Refrakasi SubjektifAlat : Kartu Snellen Bingkai percobaan Sebuah set lensa coba Kipas astigmat

Prosedur :Astigmat bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging techinque of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut, yaitu :1. Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter2. Pada mata dipasang bingkai percobaan3. Satu mata ditutup4. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atu (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik5. Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S +3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat miopikus6. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat7. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat8. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S (+3.00) diperlemah sedikit demi sedikit sehingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur9. Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnyaa) Bila sudah dapat melihat garis-garis kipas astigmat dengan jelas, lakukan tes dengan kartu Snellenb) Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-)c) Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6 (Ilyas, 2003)

Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas (Ilyas, 2003).

b. Refraksi ObjektifKarena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan mempergunakan keratometer, derajat astigmatisma dapat diketahui. Cara objektif semua kelainan refraksi, termasuk astigmatisma dapat ditentukan dengan skiaskopi, retinoskopi garis (streak retinoscopy), dan refraktomteri (Ilyas dkk., 2003)PENATALAKSANAAN ASTIGMATISMA KacamataAstigmatisma regular, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatisme iregular, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bile berat bisa dilakukan transplantasi kornea (Ilyas dkk., 2003).

Terapi operatifLASIK adalah suatu tindakan operasi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat terbebas dari kacamat atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontakb. Kelainan refraksi Miopia -1.00 sampai dengan -13.00 dioptri Hipermetropia +1.00 sampai dengan +4.00 dioptri Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptric. Usia minimal 18 tahund. Tidak sedang hami atau menyusui e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimunf. Mempunyai ukuran kacamata/lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulang. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma, dan ambliopiah. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain :a. Usia < 18 tahun/usia di bawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabilb. Sedang hamil atau menyusuic. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipisd. Riwayat penyakit glaukomae. Penderita diabetes melitusf. Mata keringg. Penyakit autoimunn, kolagenh. Pasien monokulari. Kelainan retina atau katarak

VII. MIOPIADEFINISIMerupakan kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan di depan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.Pada penderita mata rabun jauh (miopia) tidak dapat melihat objek atau benda jarak jauh, namun akan terlihat jelas apabila objek atau benda itu berada dalam jarak dekat. Sering kali para penderita rabun jauh merasakan pusing pada kepala jika terlalu memaksa melihat benda yang jauh dari kemampuan jarak pandangnya.Penderita miopia dapat dibantu dengan menggunakan lensa (corrective lenses) seperti lensa kontak, dengan operasi refraktif seperti lasik atau yang banyak digunakan oleh penderita miopia adalah kacamata dengan kontak lensa negatif.ETIOLOGIPenyebab miopia dapat bersifat keturunan, ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor keturunan pada miop pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miop lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktu dengan mebmbaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinan untuk menderita miopi.KLASIFIKASI1. Menurut penyebabnya:a. Miopia refraktif bertambahnya indeks bias media penglihatan (katarak intumesen) dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.b. Miopia aksialis akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

2. Menurut derajat beratnya (tinggi dioptrinya)a. Miopia sangat ringan sampai dengan 1 dioptrib. Miopia ringan sampai dengan 1-3 dioptric. Miopia sedang sampai dengan 3-6 dioptrid. Miopia tinggi sampai dengan 6-10 dioptrie. Miopia sangat tinggi sampai dengan lebih dari 10 dioptri

3. Secara klinika. Miopia stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologikTimbul pada usia muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada waktu atau segera setelah pubertas atau didapat kenaikan sedikit sampai usia 20 tahun. Besarnya dioptri kurang dari -5D atau 6Db. Miopia progresifDitemukan pada semua umur dan mulai sejak lahir. Kelainan mencapai puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau lebih. Besarnya dioptri melebihi 6 dioptri.c. Miopia malignaMiopia yang berjalan progresif, karena disertai kelainan degenerasi dikoroid dan bagian lain dari mata.GEJALA KLINIS1. Melihat jauh kabur, melihat dekat jelas2. Sakit kepala3. Mempunyai kebiasaan mengernyitkan dahi atau memicingkan mata saat melihat objek yang jauh.PENATALAKSANAAN1. Kacamata dengan sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.2. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (lasik) atau operasi lasik mata. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubah tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser.

VIII. HIPERMETROPIADEFINISIHipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Hipermetropia adalah keadaan dimana mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di belakang retina. Pasien dengan Hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya usia yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk berakomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.Pada perubahan usai lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada selaput jala (retina) sehingga akan lebih terletak di belakang. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia.ETIOLOGIKekuatan optik mata terlalu rendah, bola mata terlalu pendek dan sinar cahaya paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. Akibat bola mata yang pendek bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.Sebab atau jenis Hipermetropia:1. Hipermetropia sumbu/aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata terlau pendek atau sumbu anteroposteriornya pendek.2. Hipermetropia kurvaktur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan dibelakang retina.3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kuarang pada system optik mata, misalkan pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksi lensa yang berkurang.BENTUK HIPERMETROPIAHipermetropia dikenal dalam bentuk:1. Hipermetropia manifes, ialah Hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam pengliahatn normal. Hipermetropia ini terdiri atas Hipermetropia absolut ditambah dengan Hipermetropia fakultatif.2. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.3. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan Hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien hanya mempunyai Hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan isitirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai Hipermetropia fakultatif.4. Hipermetropia laten, dimana kelainan Hipermetropia tanpa siklopegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangin sekuruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin muda makin besar komponen Hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehinggan Hipermetropia laten menjadi Hipermetropia fakultatif dan kemudian menjadi Hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.5. Hipermetropia total, Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.GEJALA KLINISBiasanya seseorng dengan hipermetropia tidak menyukai keramaian dan lebih senang sendiri. Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar meliaht jauh. Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit dijauhkan. Biasanya pada usia muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi dengan melakukan akomodasi.Bila hipermetropia lebih dari +3.00 D maka tajam penglihatan jauh akan terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan hipermetropia. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringan berkurang. Pasien hipermetropia hingga +2.00 dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kacamata dengan tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan megeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus hasru berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak dibelakang retina agar terletak tepat di retina. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esteropia atau juling ke dalam.Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang lebih lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.PEMERIKSAAN HIPERMETROPIA1. Tujuan pemeriksaan bertujuan mengetahui derajat lensa positif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan yang terbaik.2. Dasar mata hipermetropia mempunyai keuatan lensa positif kurang sehingga sinar sejajar tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Lensa positif menggeser bayangan benda ke depan sehingga pada mata hipermetropia lensa positif dapat diatur derajat kekuatannya untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat diretina.3. Alat kartu snellen, gangang lensa coba, satu set lensa coba4. Teknik pasien duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter. Pada mata dipasang gagang lensa coba. Satu mata ditutup, biasanya mata kiri yang ditutup terlebih dahulu. Pasirn diminta membaca kartu snellen. Mulai dari huruf terbesar hingga huruf terkecil yang masih dapat dibaca. Lensa positif terkecil ditambah secara bertahap hingga terbaca huruf pada garis 6/6. Ditambah lagi sferis positif +0,25 ditanyakan apakah masih terlihathuruf diatas. Lakukan hal yang sama di mata sebelahnya.5. Nilai dengan S + 2.50 tajam pengliahatan 6/6 maka pada keadaan ini derajat Lakukan hal yang sama di mata sebelahnya. Yang diperiksa S +2.25 dan kaca mata dengan ukuran S +2.50 akan diberikan kepada pasien. Pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

PENGOBATANUntuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan dalam mata. Pada hipermetropia, memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat ke dalam mata. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang meberikan tajam penglihatan normal 6/6.Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia, diberikan kacamata koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar atau eksoforia maka diberikan kacamata koreksi positif kurang. Bila terlihat adanya ambliopia diberikan koreksi hipermetropia total. Maka ambliopia tidak terdapat daya akomodasi.Pasien hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terbesar yang masih memebrikan tajam penglihatan normal (6/6).hal ini meberikan istirahat pada mata akibat hipermetropia fakultatif diistirahatkan dengan kacamata positif.PENYULITMata dengan hipermetropia sering memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan kekuatan hipermetropia anatara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu matanya. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.Penyulit lain adalah esotropia dan glaukoma. Esotropia atau juling kedalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.