LAPORAN KA P1.docx
-
Upload
abnerdnero -
Category
Documents
-
view
95 -
download
2
Transcript of LAPORAN KA P1.docx
E. DATA PENGAMATAN
1. Uji organoleptis
No. Nama BahanOrganoleptik
Bau Rasa Kehalusan
1 Asam Salisilat Bau Khas Manis-Asam Jarum-Jarum
2 Antalgin Bau Khas Pahit Serbuk Halus
3 Sulfanilamid Tidak Berbau Pahit Kristal-Halus
4 Nipagin Tidak Berbau Mint Agak Kasar
5 Sulfaguanidin Bau Khas Tidak Ada Rasa Halus
6 Natrium BenzoatBau Khas
(menyengat)Asam lama-lama pahit Kristal
7 Parasetamol Bau Khas Pahit Halus
8 Talk Tidak Berbau Tidak Ada Rasa Halus
9 Zat S3 Tidak Berbau Tidak Berasa Serbuk Kasar
4. Uji Pendahuluan
No. Nama Bahan Karbohidrat Fenol Aniline
1 Asam Salisilat - - Tidak berbau
2 Antalgin + - Tidak Berbau
3 Sulfanilamid - - Tidak berbau
4 Nipagin - - Tidak berbau
5 Sulfaguanidin - + Tidak berbau
6 Parasetamol - - Tidak berbau
7 Talk - - Tidak berbau
8 Na.Benzoat - - Tidak berbau
9 Zat S3 - - Tidak berbau
F. PEMBAHASAN
Analisis kimia pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang
dikenal dengan analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam
sampel uji. Metode yang dipakai untuk tujuan ini bisa secara klasik atau instrumen, metoda
klasik yang paling utama adalah analisis warna atau reaksi warna, metode ini dipakai untuk
senyawa anorganik (kation dan anion), atau juga untuk senyawa organik seperti sering
digunakan untuk skrining fitokimia dalam penentuan metabolit sekunder tumbuhan. Metoda
lain dalam tujuan ini adalah uji nyala warna, kedua metoda tersebut diawali dengan analisis
organoleptis. Instrumen analisis yang dikenal saat ini sebagian besar dapat melakukan
analisis kualitatif tergantung dari spesifikasi instrumen. Contohnya Spektrofotometer UV
untuk senyawa organik yang memiliki gugus kromofor, AAS untuk logam-logam (walau
jarang untuk kualitatif), HPLC untuk senyawa-senyawa organik, Spektrofotometer IR untuk
analisis gugus fungsi senyawa organik, dll ( S.Hamdani, 2011 ).
Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui kadar suatu
senyawa dalam sampel. Metoda klasik yang paling populer adalah titrasi (metoda volumetri)
dan gravimetri. Instrumen analisis yang saat ini paling banyak digunakan adalah HPLC
sedangkan untuk logam – AAS masih menjadi pilihan utama, dan instrumen lain tergantung
dari sifat senyawa yang akan ditentukan. (S. Hamdani, 2011).
Percobaan kimia analisis yang telah dilakukan yaitu mengidentifikasi obat
menggunakan prinsip analisis kualitatif. Bahan-bahan obat yang digunakan antara lain Asam
salisilat, Hexamin, Sulfanilamid, Theofilin, Nikotinamid, Nipagin,Sulfaguanidin, Bolus Alba,
Amilum, Paracetamol, Talk, dan Natrium Benzoat. Adapun monografi bahan dan struktur
kimia dari masing-masing obat menurut Farmakope Edisi Ketiga dan Keempat yaitu sebagai
berikut :
1. Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai berat molekul 138,12 gr/mol dan mengandung tidak
kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemeriannya hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk
hablur halus, putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna
putih, tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau
merah jambu dan berbau lemah mirip etanol. Kelarutannya sukar larut dalam air dan
dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih, agak sukar
larut dalam kloroform. Berat molekulnya 138,1 gram/mol dan memiliki titik lebur antara
158-161ºC. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk
keratolitikum dan anti fungi.
2. Sulfanilamid
Sulfanilamide mempunyai berat molekul 172,21 gr/mol dan mengandung tidak
kurang dari 99,0% C6H8N2O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya hablur, serbuk hablur atau butiran, putih, tidak berbau, rasa agak pahit
kemudian manis. Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam etanol 95%, sangat sukar larut dalam kloroform, dalam eter dan
dalam benzene, mudah larut dalam aseton, larut dalam gliserol, dalam asam klorida dan
dalam alkali hidroksida. Titik leburnya antara 164,5o- 167o C. Sebaiknya disimpan dalam
wadah tertutup baik dan terlindung cahaya. Khasiatnya sebagai antibakteri.
7. Sulfaguanidin
Pemerian hablur dan serbuk; putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak
berbau; oleh pengaruh cahaya lambat laun warna berubah menjadi gelap. Penyimpanan
dalam wadah tertutup baik. Terlindung dari cahaya. Khasiat penggunaan antibakteri.
8. Bolus Alba
Bolus alba atau kaolin ringan adalah alauminium silikat hidrat alam, bebas dari
sebagian besar cemaran dengan cara elutriasi dan dikeringkan, mengandung zat
pendispersi yang sesuai. Pemeriannya serbuk, putih, ringan, tidak mengandung butiran
kasar, tidak atau hampir tidak berbau. Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam
mineral. Sebaikny disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya sebagai bahan
tambahan (penyerap).
9. Amilum
Pemeriksaan organoleptik amilum berupa bubuk putih, tidak berasa dan tidak
berbau. Kelarutan amilum yaitu praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol. Pada
amilum ada dua macam ikatan glikosidik karena amilum mempunyai dua komponen.,
yaitu -amilosa dan amilopektin. Monomer- monomer glukosa pada -amilosa
dihubungkan oleh ikatan 1,4 - glikosidik, sedangkan pada amilopektin, yang merupakan
rantai cabang amilim, ikatannya adalah 1,6 -glikosidik.
10. Paracetamol
Parasetamol mempunyai berat molekul 151,16 gr/mol dan mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemeriannya serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutannya larut
dalam air endidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Titik
leburnya antara 168o-172o C. Sebaiknya disimpan di dalam wadah tertutup rapat tidak
tembus cahaya. Khasiatnya untuk antipeuretik dan analgetik.
11. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminum silikat. Pemeriannya serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas butiran. Tidak larut dalam hampir
semua pelarut. Sebaknya disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya sebagai zat
tambahan.
12. Natrium Benzoat
Na-benzoat mempunyai berat molekul 144,11 gr/mol dan mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C7H5NaO2, dihitung terhadap zat
anhidrat. Pemeriannya berbentuk granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau
praktis tidak berbau, dan stabil di udara. Kelarutnya mudah larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol, dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Sebaiknya na-benzoat
disimpan dalam wadah tertutup baik. Khasiatnya untuk zat pengawet.
Ada beberapa percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini :
1. Organoleptis
Uji organoleptis ini mula-mula dilakukan pengamatan pendahuluan dengan
menggunakan indera kita, dilihat, diraba kehalusannya denganujung jari, dibau dan
dirasakan. Menurut Farmakope Indonesia Edisi Ketiga dan Keempat, uji organoleptis
untuk masing-masing senyawa obat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
No. Nama BahanOrganoleptik
Bau Rasa Kehalusan
1 Asam Salisilat Tidak Berbau Manis Jarum-Hablur putih
3 Sulfanilamid Tidak Berbau Pahit-Manis Habrul
6 Nipagin Tidak Berbau Mint Serbuk,hablur,halus
7 Sulfaguanidin Wangi Tidak Ada Rasa Agak kasar
10 Parasetamol Tidak Berbau Pahit Serbuk Halur
11 Talk Tidak Berbau Tidak Ada Rasa Serbuk hablur halus
12 Na.Benzoat Bau Khas Asam-Hambar Granl, serbuk hablur
Berdasarkan tabel di atas, terlihat beberapa perbedaan antara hasil praktikum dan
literatur . Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan pengamatan tiap individu karena
uji organoleptis ini dilakukan menggunakan panca indera yang mungkin berbeda-beda
pada tiap individu.
2. Uji Kelarutan
Uji kelarutan dilakukan dengan cara zat diselidiki kelarutannya dalam air, alkohol, dan
kloroform. Uji kelarutan beberapa senyawa obat menggunakan air, alkohol, dan
kloroform menurut Farmakope Edisi 3 dan 4 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
No. Nama BahanKelarutan (Larut (+) Tidak Larut(-))
Air Alkohol Kloroform
1 Asam Salisilat - + -
2 Hexamine + + +
3 Sulfanilamid - + -
4 Teofilin - - -
5 Nikotilamida + + -
6 Nipagin - + -
7 Sulfaguanidin + - +
8 Bolus Alba - - -
9 Amilum + - -
10 Parasetamol + + +
11 Talk + - -
12 Na.Benzoat + - -
Setelah dilakukan percobaan, ada hasil yang sesuai dengan literature dan ada hasil
yang tidak sesuai dengan literature. Hal ini mungkin disebabkan faktor perbedaan jumlah
konsentrasi senyawa obat yang dilarutkan atau perbedaan volume pelarut yang digunakan
dalam melarutkan senyawa obat. Selain itu, mungkin juga diakibatkan oleh pengamatan
praktikan yang kurang teliti dalam mengamati percobaan yang dilakukan.
3. Uji Fluorosensi di Bawah Lampu Ultraviolet
Uji fluorosensi dilakukaan dengan melihat larutan serbuk di bawah lampu UV. Uji
fluorosensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hanya asam salisilat yang terlihat
menunjukkan perubahan warna ketika diamati di bawah lampu ultraviolet. Hal ini sesuai
dengan literature yang menyatakan bahwa asam salisilat dapat terlihat menunjukkan
perubahan warna ketika diletakkan di bawah lampu ultraviolet (Auterhoff dan Kovar,
1987).
4. Analisis Pendahuluan
A. Golongan Karbohidrat
Analisis pendahuluan golpngan ini dilakukan dengan cara senyawa ditambahkan larutan
NaOH, kemudian dipanaskan akan terjadi warna kuning. Setelah dilakukan percobaan,
tidak ada senyawa obat yang masuk dalam golongan karbohidrat. Sedangkan menurut
literature, senyawa amilum adalah termasuk karbohidrat. Hal ini mungkin disebabkan
kurang seimbangnya konsentrasi senyawa yang dilarutkan dengan volume pelarut yang
digunakan.
B. Golongan Fenol
Analisis ini dilakukan dengan cara menambahkan larutan FeCl3 pada senyawa obat
sehingga terjadi warna ungu-biru. Bila ditambahkan etanol, warnanya menjadi kuning
untuk fenol. Setelah dilakukan percobaan, senyawa obat yang positif menimbulkan warna
tersebut yaitu teofilin, bolus alba, dan sulfanilamid. Menurut literature, selain tiga senyawa
obat tersebut, Asam salisilat juga termasuk golongan fenol, yakni pada pemeriksaan
kualitatif, reaksi besi (III) klorida memberikan warna ungu (Auterhoof dan Kovar, 1987).
C. Golongan Aniline
Analisis ini dilakukan dengan cara menambahkan NaOH dan etanol pada suatu
senyawa, kemudian dipanaskan, jika timbul bau busuk berarti positif turunan amina
aromatis. Setelah dilakukan percobaan, senyawa obat yang positif menimbulkan bau
busuk yaitu Hexamin. Menurut literature, Sulfanilamid juga akan tercium bau amoniak
dan aniline jika zat dilebur perlahan-lahan kemudian diteruskan pemanasan (Auterhoof
dan Kovar, 1987).
Selain menganalisis 12 senyawa obat di atas, terdapat juga suatu zat L yang harus
dianalisis secara kualitatif yang mana di dalam zat L ini terdapat 2 macam senyawa obat.
Langkah-langkah analisis yang dilakukan yaitu :
1. Melakukan uji organoleptis
Setelah diamati, zat L memiliki bentuk halus, rasa pahit, dan bau khas.
2. Melakukan Uji Kelarutan
Ketika Zat L dilarutkan dalam air, alkohol, dan klorofom, ditemukan bahwa zat L
tidak larut dalam air, alkohol, maupun kloroform.
3. Melakukan Uji fluorosensi di bawah UV
Ketika larutan Zat L diamati di bawah lampu UV, tidak berpendar cahaya ataupun
tidak menimbulkan perubahan warna
4. Melakukan Analisis pendahuluan
Setelah dilakukan 3 pengamatan di atas, kemungkinan senyawa obat yang memiliki
ciri seperti zat L adalah parasetamol dan teofilin. Sehingga dilakukan analisis pendahuluan
uji golongan fenol / salisilat yang menunjukkan postif warna ungu-biru, kemudian menjadi
kuning setelah ditambah etanol (merupakan salah satu karakteristik teofilin).
5. Melakukan reaksi khusus
Reaksi khusus dilakukan pada golongan paracetamol yaitu dengan cara 10 mg zat
dilarutkan dalam 10 ml air dan ditambahkan 1 tetes larutan FeCl3 yang akan memberikan
warna biru violet.
Setelah dilakukan beberapa teknik anlisis di atas, disimpulkan bahwa senyawa obat
yang terkandung dalam senyawa L adala paracetamol dan teofilin. Namun, ketika
dicocokan, senyawa obat yang terkandung dalam zat L adalah paracetamol dan nipagin.
Kesalahan analisis yang dilakukan kemungkinan disebabkan ketika melakukan
pengamatan uji organoleptis sehingga nipagin tidak termasuk dalam zat yang
kemungkinan ada dalam zat L tersebut.