Hubungan Antara Distribusi Ikan Demersal Makrozoobentos Dan Substrat Di Perairan Selat Malaka
Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya
-
Upload
silfiananda -
Category
Documents
-
view
342 -
download
1
description
Transcript of Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
A. Tujuan
1. Mengetahui hubungan antara ikan dengan lingkungan perairan
2. Mengetahui adanya perubahan oksigen, suhu, derajat keasaman dalam
akuarium
3. Mengetahui frekuensi respirasi ikan dan posisi ikan dalam lingkungan
akuarium
B. Dasar Teori
Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima dan
menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan, maka
mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa lebih
nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika mahluk hidup tersebut tak
mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau terkana
seleksi alam (Amdah, 2011).
Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi hubungan
timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi
lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi lebih
ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas
komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik dan abiotik tersebut antara lain:
1. Komponen Biotik
Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotic suatu mahluk hidup adalah
seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda yang
hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap mahluk
hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-komponen
biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, hidrila, dan lain-lain
2. Komponen Abiotik
Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen
abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup. Contoj
komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan,udara, garam-garam
mineral, dan tanah.
Keadaan lingkungan suatu organisme umumnya selalu berubah. Keadaan
lingkungan yang mempengaruhi suatu habitaat adalah perubahan suhu udara,
kelembapan, intensitas cahaya matahari, air, tanah, dan makanan. Bila keadaan
lingkungan berubah maka sifat habitat akan berubah pula. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitasnya contohnya pengaruh dari
luar seperti lingkungan dan pengaruh dalam yang berasal dari organisme itu sendiri.
Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas
tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan
sekelilingnya (Tunas, 2005). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme
fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan
perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yushinta,
2004). Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa
spesies mampu hidup pada suhu air mencapai 290C, sedangkan jenis lain dapat hidup
pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap
suhu umumnya terbatas (Sukiya, 2005)
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie, 1990).
Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya
terganggu (Kanisius, 1992). Menurut Soetjipta (1993), Air memiliki beberapa sifat
termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada
udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah
berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas
utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi aktivitas organisme adalah DO
(Dissolved Oxygen) dan pH. Tingginya suhu air akan mengurangi kadar oksigen
terlarut. Keadaan suhu air dan DO akan mempengaruhi aktivitas ikan. Suhu air sangat
berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan
air . Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar
oksigen yang larut di perairan bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi
air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil
tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003). Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005).
Kadar kelarutan oksigen menentukan kualitas suatu perairan, semakin tinggi
kualitas air semakin baik kehidupan ikan dan organisme air lain di dalamnya. Proses
metabolisme ikan membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal
dari proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis tumbuhan yang hidup dalam
perairan tersebut (Salmin, 2005). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung
dari kekeruhan air, suhu, pergerakan massa air dan udara, kadar garam (salinitas),
luas daerah permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer, dan prosentase
oksigen di sekelilingnya (Edward dan FS. Pulumahuny, 2003). pH sangat penting
sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi
beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya
hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan
tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan organisme air
termasuk di dalamnya ikan dan tumbuhan air.
C. Alat dan Bahan
~ 5 buah ikan ~ Hidrila
~ 4 buah kolam ~ Stopwatch
~ Air ~ pH meter dan DO meter
~ Counter ~ Termometer
~ Penggaris ~ Batu
D. Prosedur
1. Mencuci kolam hingga bersih
2. Mengisi ketiga kolam dengan volume air yang sama
3. Memasukkan ikan, dan hidrila dengan ketentuan berikut ini :
Kolam pertama diisi dengan hidrila
Kolam kedua diisi dengan ikan
Kolam ketiga diisi dengan hidrila dan 1 ikan
Kolam keempat diisi dengan hidrila dan 3 ikan
4. Kolam diletakkan didekat jendela
5. Mengukur ketinggian air, pH, DO, temperature, dan frekuensi membuka
menutupnya operculum ikan selama 1 menit
6. Pengukuran dilakukan secara berkala selama 10 hari dan dilaksanakan tiap pukul
12.00 WIB.
E. Data
1. Aquarium 1 (Hydrilla dan Air)
Hari ke-
pHSuhu (◦C)
DO (mg/L)ketinggian air
(cm)Volume (L)
1 7.4 26 7.5 11 10.04852 6.89 25.1 6.63 11 10.04853 7.49 24.4 7.0 11 10.04854 7.65 24 7.63 11 10.04855 6.96 24 7.16 10.7 9.774456 7.2 25.3 7.33 10.6 9.68317 7.3 24 7.23 10.4 9.50048 7.3 24.3 7.28 10.35 9.4547259 7.3 24.7 7.33 10.3 9.4090510 7.3 25 7.4 10.3 9.40905
Pada aquarium 1 yang hanya berisi hydrilla dan air didapatkan data pada hari
ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan merupakan
suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke satu ini
keadaan di dalam aquarium 1 ini masih keadaan air alami belum terjadi proses
fotosintesis oleh tumbuhan hydrilla, dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar
7,5 mg/L dan pH sebesar 7,4 pada volume air 10,4085 L.
Pada hari ke dua terjadi penuruanan suhu dari 260C ke 25,10C sehingga
menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO) dari 7,5 mg/L ke 6,63 mg/L,
hal ini di sebabkan karena penurunan suhu sehingga tumbuhan hydrilla tidak dapat
melakukan fotosintesis secara maksimal. Serta terjadi penurunan pH dari 7,4 ke
6,89 hal ini dikarenakan hydrilla tidak dapat melakukan fotosintesis secara
maksimal menyebabkan asam karbonat dalam air tidak dipakai seluruhnya pada
proses fotosintesis. namun penurunannya masih dapat ditolerir oleh organisme
yang tumbuh di dalam air yaitu hydrilla.
Pada hari ke tiga dan ke empat terjadi penurunan suhu, namun oksigen
terlarut dan pH pada air meningkat.Hal ini memang agak ganjal dan aneh sebab
jika suhu turun maka aktifitas hidrilla untuk melakukan fotosintesis juga menurun
sehingga kadar oksigen terlarut seharusnya juga turun sebab saat fotosintesis
hydrilla menghasilkan sedikit oksigen, serta pH air juga harusnya menurun sebab
saat fotosintesis hidrilla memerlukan karbon dioksida didalam air karbon dioksida
berupa asam karbonat sebab karbon dioksida di udara jika berikatan dengan air
akan membentuk asam karbonat karna tidak terjadi fotosintesis secara maksimal
maka penggunaan asam karbonat untuk fotosintesis tidak efektif sehingga masih
banyak asam karbonat yang terdapat di lingkungan. Namun jika di tinjau dari
sudut pandang yang lain hal tersebut bisa terjadi karena pada aquarium 1 hanya
terdapat satu organisme yaitu hidrilla sehingga tidak terlalu banyak pencemaran air
oleh hasil ekskresinya pada saat respirasi sehingga pH air meningkat dan kadar
oksigen terlarut dapat meningkat karena adanya proses difusi antara air dgn udara
bebas dan juga hasil fotosintesis.
Pada saat hari ke-5 suhu air sama dengan hari ke-4 namun DO menurun
dari7,63 menjadi 7,16 hal tersebut dikarenakan hasil fotosintesis yang kurang
maksimal dan difusi oksigen diair dengan udara bebas tidak terjadi, serta terjadi
penurunan pH dari 7,65 menjadi 6,96 haltersebut dikarenakan asam karbonat yang
digunakan untuk fotosintesis tidak maksimal. Serta terjadi penurunan volume air
hal ini dsebabkan oleh intensitas cahaya yang terus menerus mengenai aquarium
sehingga terjadi penguapan air di aquarim.
Pada hari ke 6 suhu meningkat dari 24 menjadi 25,3 begitupula DO dan pH di
karenakan pada suhu ini terjadi fotosintesis yang maksimal sehingga menghasilkn
hasil yang sangat baik. Pada hari ke 7 sampai ke 10 terjadi perubahan suhu dari 24
ke 24,3 ke 24,7 dan terakhir menjadi 25 namun pada hari ke 7 sampai ke 10 pH air
konstan yaitu 7,3 dan kadaroksigen terlarut mengalami perubahan dari 7.23 ke
7.28 ke 7.33 dan terakhir menjadi 7.4 hal tersebut terjadi karena pada setiap
perubahan terjadi peningkatan suhu sehingga fotosintesis berlangsung dengan
maksimal setiap peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen
terlarut setiap hari sehingga pH air pun konstan sebab proses fotosintesis selalu
berlangsung maksimal.
Aquarium 2
Hari ke-
pHSuhu (◦C)
DO (mg/L)
f operkulum ( ../ menit)
ketinggian air (cm)
Volume (L)
1 7.5 26 7.57 49 10.7 9.774452 6.88 24.6 6.83 84 10.7 9.774453 7.31 24.3 7.1 70 10.6 9.68314 7.6 25.2 7.67 55 10.5 9.591755 7.1 25.5 6.4 61 10 9.1356 7 25.3 7.2 61 9.7 8.860957 7.3 24.9 6.6 12 9.6 8.76968 7.4 25 6.9 25 9.4 8.58699 7.4 25 7.1 38 9.4 8.5869
10 7.4 25 7.3 46 9.4 8.5869
Catatan :
1. Hari 1 : Jum’at, 24 Januari 2014
Posisi ikan di bawah dan tidak naik ke permukaan
2. Hari 2 : Sabtu, 25 Januari 2014
Posisi ikan di pojok bawah
3. Hari 3 : Minggu, 26 Januari 2014
Posisi ikan di pojok kiri bawah
4. Hari 4 : Senin, 27 Januari 2014
Posisi ikan di pojok kiri bawah
5. Hari 5 : Selasa, 28 Januari 2014
Posisi ikan di pojok kiri bawah
6. Hari 6 : Rabu, 29 Januari 2014
Posisi ikan di pojok kiri bawah
7. Hari 7 : Kamis, 30 Januari 2014
Posisi ikan yakni berenang dari ujung satu ke ujung
yang lain dengan lincah
8. Hari 10 : Minggu, 2 Februari 2014
Posisi ikan berada di pojok kanan bawah dan
pergerakan operkulum lemah
9. Pengamatan pada hari ke- 8 dan hari ke- 9 tidak dilakukan
dan perhitungan data secara statistic
Pada aquarium 2 yang hanya berisi ikan dan air didapatkan data pada hari ke
satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan merupakan suhu
normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke satu ini keadaan di
dalam aquarium 2 ini masih keadaan air alami belum terjadi proses respirasi oleh ikan
mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,57 mg/L, pH sebesar 7,7 dan
frekuensi operkulum ikan sebesar 49/menit hal ini dikarenakan ikan baru saja di
pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan adaptasi dengan
lingkungan di dalam aquarium pada volume air 9.77445 L.
Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,6 terjadi penurunan suhu
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,57 mg/L menjadi 6,83 mg/L
hal ini dikarenakan terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen
haya dari difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan
sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi, serta terjadi penurunan pH sebab
kadar oksigen terlarut lebih sedikit dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 84
dikarenakan kadar oksigen terlarut yang tersedia sangat sedikit.
Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,3 terjadi penurunan suhu namun
terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7.1 mg/L hal tersebut dikarenakan
tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan
maksimal dan terjadi kenaikan pH menjadi 7.31 hal ini terjadi karena kadar oksigen
terlarut di dalam air lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air sehingga
terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 70/menit karena kadar oksigen
terlarut tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.6831 hal ini disebabkan
karena terjadi suhu sehingga air mengalami penguapan.
Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25.2 terjadi kenaikan suhu air
namun terjadi kenaikan kadar oksigen terlarut menjadi 7.67 hal tersebut dikarenakan
tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan
maksimal sehingga terjadi peningkatan pH menjadi 7.6 31 hal ini terjadi karena kadar
oksigen terlarut di dalam air lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air
sehingga terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 55/menit karena kadar
oksigen terlarut tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.59175 hal ini
di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang
sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25.5 terjadi kenaikan suhu
air di ikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6.4 hal tersebut terjadi
karena terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen haya dari
difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada
beberapa faktor yang mempengaruhi, anehnya tidak terjadi penurunan pH air pH air
malah meningkat 7.1 mungkin terjadi kesalahan saat membaca skala pada alat
sehingga frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi 61/menit karena kadar
oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan kebutuhannya dan
terjadi penurunan volume menjadi 9.135 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat
cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm
aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.
Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 25.3
terjadi penurunan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen
terlarut menjadi 7.2 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat
sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan kadar pH 7, hal ini sesuai
dengan perubahan yang terjadi namun jika dibandingkan dengan data pH sebelum
nya tidak lah sesuai. Namun frekuensi operkulum konstan yaitu sebesar 61/menit.
Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi 8.86095 hal
ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang
sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 24.9
namun terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6.6 hal
tersebut terjadi karena terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber
oksigen haya dari difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat
dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi serta terjadi proses respirasi
oleh ikan yang menghasilkan karbon dioksida. Namun pH air malah meningkat 7.3
dimungkinkan terdapat kesalahan oleh pengamat saat membaca
skala pada alat. Karena kadar oksigen terlarutmenurun
menyebabkan frekuensi operkulum ikan menurun menjadi 12/menit
karena ikan sudah tidak memiliki tenaga untuk melakukan proses
metabolisme dalam tubuhnya. Sedangkan volumenya mengalami
penurunan menjadi 8.7696 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya
langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke delapan terjadi peningkatan suhu menjadi 25
sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6,9 hal
tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas walaupun tidak maksimal.
Sehingga terjadi kenaikan kadar pH air menjadi 7,4 karena kadar oksigen terlarut
lebih besar dibandingkan karn dioksida dalam air. Sehingga terjadi kenaikan
frekuensi operkulum ikan menjadi 25/menit karena kadar oksigen terlarut dalam air
dapatmencukupi kebutuhan ikan. Sedangkan volume airnya senantiasa mengalami
penurunan sebab aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang
sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhunya tidak
mengalami perubahan yakni sebesar 25 namun mengalami
peningkatang kadar oksigen pada hari ke sembilan dan ke sepuluh
yaitu 7,1 dan 7,3 namun pH airnya konstan yakni sebesar 7,4
namun frekuensi operkulumnya juga meningkat pada hari ke
sembilan 38/menit dan pada hari ke sepuluh 46/menit hal tersebut
di sebabkan oleh kadar oksigen terlarut yang semakin meningkat
dan kekonstanan pH. Namun volume airnya tidak mengalami
perubahan malah tetap konstan dari hari ke delapan sampai ke
sepuluh.
2. Kolam 3
Hari ke-
pHSuhu (◦C)
DO (mg/L)
f operkulum ( ../ menit)
Volume air ( L)
Keterangan
1 7,5 26 7,5 69 10,715
2 6,97 24,4 6,9 86 10,604
3 7,42 24,3 7,1 51 10,604
4 7,2 25 5,6 52 10,604
5 6,7 25,6 6,5 71 10,408
6 7,1 25,9 7,4 52 10,212
7 7,4 25,2 7,5 64 10,212
8 7,3 25,2 7,4 61
9 7,1 25,2 7,4 59
10 6,9 25,1 7,3 57
Pada aquarium 3 yang hanya berisi satu ikan, hidra dan air didapatkan data
pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan
merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke
satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum terjadi
proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5 mg/L,
pH sebesar 7,5 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 69/menit hal ini dikarenakan
ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan
adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium telah di isi air dengan
volume air 10,715 L.
Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,4 terjadi penurunan suhu
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 6,9 mg/L hal
ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh hidrilla atau
difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut tidak selalu dapat
dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta terjadi penurunan pH
menjadi 6,97 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit daripada kadar karbon
dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 86 dikarenakan kadar oksigen
terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi penurunan suhu menjadi 10,604
dikarenakan aquarium selalu mendapatkan pencahayaan oleh matahari baik pagi
maupun siang hari.
Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,3 terjadi penurunan suhu namun
terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7.1 mg/L hal tersebut dikarenakan
tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan
maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan maksimal. Terjadi
kenaikan pH menjadi 7.42 hal ini terjadi karena kadar oksigen terlarut di dalam air
lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air sehingga terjadi penurunan
frekuensi operkulum ikan menjadi 51/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi.
Volume air dalam akuarium konstan yaitu sebesar 10,604.
Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25 terjadi kenaikan suhu air
disertai dengan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5,6 hal tersebut
dikarenakan tekanan terlalu pekat sehingga proses difusi tidak terjadi dengan
maksimal sehingga terjadi penurunan pH menjadi 7,2 hal ini terjadi karena kadar
oksigen terlarut di dalam air lebih sedikit dari pada kadar karbon dioksida dalam air
sehingga terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 52/menit karena kadar
oksigen terlarut tidak tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.59175
hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang
sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium. Volume air dalam akuarium konstan
yaitu sebesar 10,604.
Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,9 terjadi kenaikan suhu
air di ikuti dengan peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6.5 hal tersebut terjadi
karena terjadi hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, terjadi penurunan pH menjadi 6,7 mungkin terjadi kesalahan
saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi
71/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan
kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi 10.408 hal ini di karenakan
aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi
pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.
Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 25,9
terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar
oksigen terlarut menjadi 7.4 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak
terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya
fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.terjadi peningkatan pH 7,1, hal ini terjadi
karena metabolisme ikan dan hidrilla meningjat. Namun frekuensi operkulum
meningkat menjadi 52/menit hal tersebut terjadikarena kadar oksigen terlarut dalam
air meningkat. Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi
10,212 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi
maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,5
namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,5 hal
ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat
terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.
Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,4 karena kadar oksigen
terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon dioksida.
Namun frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi 64/menit
karena oksigen terlarut yang tersedia tidak mencukupi
kebutuhannya. Sedangkan volumenya konstan yakni sebesar
10,212.
Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,2
namun terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4 hal
tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas tidak maksimal dan proses
fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung tidak maksimal. Sehingga terjadi
penurunan kadar pH air menjadi 7,3 karena kadar oksigen terlarut lebih sedikit
dibandingkan karbon dioksida dalam air. Namun terjadi penurunan frekuensi
operkulum ikan menjadi 61/menit.
Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami
perubahan yakni 25,5 pada hari ke sembilan dan 25,1 pada hari ke
sepuluh terjadi penurunan, namun mengalami penurunan juga pada
kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,4 dan di hari
ke sepuluh sebesar7,3 sehingga pH airnya juga mengalami
penurunan dari 7,1 menjadi 6,9. Namun frekuensi operkulumnya
menurun pada hari ke sembilan 59/menit dan pada hari ke sepuluh
57/menit.
4. Kolam 4
Hari ke-
pHSuhu (◦C)
DO (mg/L)
f operkulum ( ../ menit)
ketinggian air (cm)
Volume (L)
1 7.36 26 7.5 63 10.7 9.774452 6.89 24.13 7.03 82 10.7 9.774453 7.21 24.2 6.97 65 10.6 9.68314 6.9 25.9 7.1 54 10.5 9.59175
5 7.13 25.2 5.5 53 10 9.135
6 6.9 27.4 6.7 57 9.7 8.86095
7 7.2 25.8 7.3 46 9.6 8.7696
8 7.2 25.1 7.4 50 9.4 8.5869
9 7.25 25 7.5 52 9.4 8.5869
10 7.4 24.7 7.6 54 9.4 8.5869
Pada aquarium 4 yang hanya berisi tiga ikan, hidrilla dan air didapatkan data
pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan
merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke
satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum terjadi
proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5 mg/L,
pH sebesar 7,36 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 63/menit hal ini dikarenakan
ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan
adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium telah di isi air dengan
volume air 9,77445L.
Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,13 terjadi penurunan suhu
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 7,03 mg/L
hal ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh hidrilla atau
difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut tidak selalu dapat
dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta terjadi penurunan pH
menjadi 6,89 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit daripada kadar karbon
dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 82 dikarenakan kadar oksigen
terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi kekonstanan volume yaitu 9,77445.
Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,2 terjadi peningkatan suhu
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6,97 mg/L hal tersebut
dikarenakan tekanan udara terlalu pekat sehingga proses difusi tidak dapat terjadi
dengan maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan tidak maksimal.
Namun terjadi kenaikan pH menjadi 7.24 hal ini terjadi karenena dimungkinkan saat
mengukur pH peneliti tidak akurat dalm melihat angka dan terjadi penurunan
frekuensi operkulum ikan menjadi 65/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi n
karena ikan sudah ber adaptasi terhadap lingkungan. Volume air dalam akuarium
menurun menjadi 9,6831 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya
langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium dan
juga terjadi kenaikan suhu air.
Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25,9 terjadi kenaikan suhu air
disertai dengan terjadi kenaikan kadar oksigen terlarut menjadi 7,1 hal tersebut
dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi
dengan maksimal dan juga fotosintesis oleh hidrilla berjalan dengan maksimal.
Namun terjadi penurunan pH menjadi 6,9 . sehingga terjadi penurunan frekuensi
operkulum ikan menjadi 54/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi namun
terjadi penurunan volume menjadi 9.59175 hal ini di karenakan kolam selalu
mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air
dalm aquarium.
Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,2 terjadi penurunan suhu
air di ikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5.5 hal tersebut terjadi
karena difusi udara dengan air tidak selalu dapat terjadi sebab ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, terjadi kenaikan pH menjadi 7,13 mungkin terjadi kesalahan
saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum ikan menurun menjadi
53/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan
kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi 9,135 hal ini di karenakan
aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi
pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.
Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 27,4
terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar
oksigen terlarut menjadi 6,7 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak
terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya
fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla. Namun terjadi penurunan pH menjadi 6,9
hal ini terjadi karena metabolisme ikan dan hidrilla meningkat. Namun frekuensi
operkulum meningkat menjadi 57/menit hal tersebut terjadi karena kadar oksigen
terlarut dalam air meningkat. Sedangkan volumenya mengalami
penurunan menjadi 8,86095 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat
cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm
aquarium.
Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,8
namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,3 hal
ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat
terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.
Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,2 karena kadar oksigen
terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon dioksida.
Namun frekuensi operkulum ikan menurun menjadi 46/menit.
Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi 8,7696 hal
ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang
sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.
Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,1
sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4 hal
tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas berjalan maksimal dan proses
fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung maksimal, sehingga terjadi
kekonstanan kadar pH air sebesar 7,2. Namun terjadi penurunan frekuensi operkulum
ikan menjadi 50/menit hal ini terjadi karena oksigen terlarut tidak dapat mencukupi
kebutuhan 3 ikan sehingga rata-ratanya terus menurun. Sedangkan volumenya
mengalami penurunan menjadi 8,5869 hal ini di karenakan kolam selalu
mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air
dalm aquarium.
Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami
perubahan yakni 25 pada hari ke sembilan dan 24,7 pada hari ke
sepuluh terjadi penurunan, sehingga terjadi peningkatan pada
kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,5 dan di hari
ke sepuluh sebesar7,6 sehingga pH airnya juga mengalami
peningkatan dari 7,25 menjadi 7,4. Namun frekuensi operkulumnya
meningkat pada hari ke sembilan 52/menit dan pada hari ke
sepuluh 54/menit. Namun volume air konstan sebesar 8,5869.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami
kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat diamati dari
perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu
dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat
menyeb abkan kematian berada tepat diatas titik beku, sedangkan suhu tinggi dapat
menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005; 16-17). Telah diketahui diatas
bahwa suhu merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada lingkungan
perairan, maka perlu diketahui bagaimana suhu mempengaruhi aktifitas biologis
spesies ikan tertentu melalui gerakan operculum Ikan Mas Komet (Carassius auratus).
Kenaikan suhu air akan dapat menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut
(Kanisius. 2005; 22-23):
a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
b. Kecepatan reaksi kimia meningkat
c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin
akan mati.
Selanjutnya menurut Munro (1978 dalam Tunas 2005; 18), Peningkatan suhu air
dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas, tetapi meningkatkan solubilitas
senyawa-senyawa toksik seperti polutan minyak mentah dan pestisida, serta
meningkatkan toksisitas logam berat, sebagai contoh bahwa pada air tawar (salinitas
0%) peningkatan suhu dari 25 menjadi 300C menyebabkan penurunan kelarutan
oksigen dari 8,4 menjadi 7,6 mg/liter.
Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain
dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari
oksigen.
DO : Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat
disebabkan oleh tiga hal:
1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.
3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. “
Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov, 2011).
Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme. Diakses
melalui http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-
aktifitas.html pada tanggal 8 Oktober 2012.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi
Bandung
Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius
Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Sugiri.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877, (online)
(http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/ ) diakses
02 Februari 2014
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas Gadjah Mada
Aryulina, Diah. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama
Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan). Bandung. Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/ diakses pada Jum’at, 8 April 2011 pukul 19.30 WIB Djamal, Zoer’aini.1992.Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Mamangkey, Jack j. 2004. Ekologi Ikan Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Makalah Falsafah Sains (pps 702) program
pascasarjana/s3 Institut Pertanian Bogor November 25, 2004 Nolan, Collin.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas. 12-4-1996 Nawangsari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta. Penerbit Erlangga
Abdlanov, Dikri. 2011. Hubungan antara oksigen terlarut (DO) , PH dengan penyerapan bahan toksik oleh organisme air. Diakses melaluihttp://abdilanov.blogspot.com/2011/11/hubungan-antara-oksigen-terlarut-do-ph.html pada tanggal 8 Oktober 2012.
Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas
Organisme. Diakses melalui http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-aktifitas.html pada tanggal 8 Oktober 2012.
Anonim. 2008. Ikan Mas (Cyprinus caprio L.) sebagai Early Warning System
pencemaran lingkungan. Diakses melaluihttp://smk3ae.wordpress.com/2008/07/24/ikan-mas-cyprinus-caprio-l-sebagai-early-warning-system-pencemaran-lingkungan/ pada tanggal 8 Oktober 2012.
Anonim. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan terhadap
Lingkungannya. www.google.co.id. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010.
Asmawati. 2004. Biologi Pendidikan IPA 1. Jakarta: Univeersitas Terbuka. Haryono. 1984. Biologi Umum. Jakarta : Intan Pariwara. Kholik. Abdul. 2000. Kamus Biologi Praktis. CV Nurul Umu: Jakarta. Nasir, Mochammad. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurani, Rizki Gita. 2011. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Kehidupan Hewan Akuatik. Diakses melalui http://gitanurani09.blogspot.com/2011/03/pengaruh-berbagai-faktor-lingkungan.html pada tanggal 8 Oktober 2012. Ramadhani, Fitri. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas
Organisme. Diakses melalui http://elfitri-vidow.blogspot.com/2012/05/lap-bio-pengaruh-suhu-terhadap.html pada tanggal 8 Oktober 2012.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi(BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877. Diakses melaluihttp://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAAAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20untuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689, pada tanggal 8 Oktober 2012.
Soesilo. 1986. Biologi jilid 2. Jakarta : Erlangga. Tim Pengajar. 2010. Biologi umum. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Udom, P.Eugene. 1987. Dasarr-Dasar Biologi. Yogyakarta: Gayah Mada
Universty per