LAPORAN HASIL PENELITIAN -...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
235 -
download
7
Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIAN -...
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Lf!l /.!:>-
FIJ:::L(~
KEMAMPUAN MENYUSUN NASKAH PIDATO
STUDI KORELASIONAL SIKAP TERHADAP BAHASA INDONESIA
DAN PENGETAHUAN GAYA BAHASA DENGAN
KEMAMPUAN MENYUSUN NASKAH PIDATO
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH
lAIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Oleh:
Muhmudah Fitriyah ZA.NIP. 150282125
LEMBAGA PENELITIAN
lAIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2001
LEMBAR PENGESAHAN
Kepala Lembaga Penelitian lAIN Syarif HidayatulJah Jakarta, mengesahkanPenelitian dengan jlldul"Kemampuan Menyuslln Naskah Pidato StlldiKorelasional Sikap terhadap Bahasa Indonesia dan Pengetahuan Gaya Bahasajengan Kemampuan Menyusun Naskan Pidalo Mahasiswa Fak. Dakwah lAIN'yarifHitiayalullah J<lk<lrlil" yallg dik,1!s<illa,lk,1I1 ok>h:
Oleh:
Dra .Ivluhmudah Fitriyah 2AN II'. IS02H212S
IUK
INS'1'lTU'1' AGt\MA ISLAM NEGEH.l (lAIN)SYAmF HIDAYATULLAH
IAKARTA2001
LEMB,\R PENGESAHAN
Laporan ini telah diseminarkan dan disyahkanTanggal, 12 November 2001
Konsllltan,
Dr. Fathurrahman Ra'llf
KATA PENGANTAH
Puji syukur kepada Allah SWT pada akhirnya peneJili dapat mcnyeJesaikan
penelilian mengenai hubungan anlara Sikap terhadap llahasa Indonesia dan
Pengetahuan Gaya Bahasa dengan Kemampllan Menyusun Naskah Pidato Mahasiswa
Fakultas Dakwah lAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rampullglly(j pcnclitian illl jug,a h~rki:lt balltutln dan kCljasamCl duri bcrbagai
pihak. Berkenaan dengan itu dalam kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih
kepada:
I. Sekretarial Jenderal sc:genap jajarannya di Departemen Agama yang telah
memberikan bantuan dana pada penelitian ini.
2. Rektor Institut Agmna Islam Negeri Jakarta beserta staf yang telah
memberi keseillpatan kepada peneliti untuk Illengadakan penelitian ini.
3. Dr. Futhurrahillan Ru'uf selaku konsultun.
4. Semuu respondcn yang tdah dengan sungguh-sungguh mcnjawab
kuesioner penelitian ini
5. Sahabatku, Nurul Ilidayati, S.i\g. yang telah meillbantu dalam pengolahan
data.
6. Suumi dan anak-anakku tersayang yang penuh perhatian dan Illendorong
dcngan tiada henti-hentinya
7. Pihak lain ynng lak scll1pal pcndili scbllikan salu-pcrsaili.
PenliJis bcrharap mlldah-ll1l1dahan hasil pcnelilian ini dapal mcmberi
slimbangan y,mg' berarti bagi dllnia pendidikan lImumnya dan pendidikan bahasa
Indonesia khllslIsnya.
Jakarta, 30 November 200 I
Pene/ili
ABSTRAK
Semakin tinggi pendidikan seseorang, seyogianya makin terampil menguasaJ
Jahasa tulis. MenyuSUl"l naskah pidalo merupakan kegiatan menulis yang tentunya tidak
lkan terlepas dari pengelahllan gay" bahasa yang dill1iliki oleh s,-",-,orang. Sehllbllngan
Jengan hal di atas, peneliti meneoba melihat ~ejauhmana pengetahuan gaya bahasa dan
:ikap bahasa Indonesia mahasiswa kaitannya dengan kel11ampuan membuat naskah
lidalo.
Adapun tujllan dari penelitian ini adalah l11emperoleh data tentang hubungan
lOsitir yang signiilkan anlara sikap lerhadap bahasa Indonesia dengan kemal11pllan
nenyusun naskah pidato, anlara pengetahuan gaya bahasa dengan kemampuan
nenYllslln naskah pidalo, serta anlara sikap 1crhadap bahasa Indonesia dan pengelahuan
:aya bahasa seeara bersama-sama c1engan kel11ampuan menjusun naskah piclato.
Dengan menguji hipotesis saW, dua, clan tiga maka diperoleh bahwa tidak
~rdapal hllbungan posilif yang signilikan anlara sikap lcrhadap bahasa Indoncsia
engan kcmampuan l11enYliSlin naskah pida10, antara pengetahllan gaya bahasa c1engan
emampuan menyusun naskah pidato. Akan tetapi diperoleh hasil hubungan positif
ang signiilkan anlara silwp dan pc'ngclahllan gaya bahasa sceara bcrsama-s:una
:rhadap kemampllan menyuslln naskah pidalo.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan menyusun naskah pidato
dak dipengaruhi olch sikap bahasa awupun pengclahuan gaya bahasa seeara terpisah.
Iknn tetapi bila bersHma-sHmH maka ini nkan Illcmpcngaruhi utuu ada huhungan yang
ositif terhadap kemal11puan menyusun naskah pidato.
BAB I
PENDAlHJLUAN
A. Latar Hclakang Masalah
Berbieara adalah sal,ih satu keterampilan berbahasa yang berupa komunikasi
langsung antar anggota masyarakat. Namun dalam kenyataannya, tidak setiap orang
dapat berbicara dengan baik, apalagi berbicara di depan umum. Salah satu ragam
bcrbicara di depan umum yang digunakan sclama ini adalah berpidato.
Menyusun naskah pidato merujuk kepada kemampllan melakukan ide-ide
dalam bentuk tulisan yang akhirnya akan disampaikan di depan orang banyak atau
khalayak. Oalam tulisan tentunya terikat dengan kelenlllan-kelentuan alall cara-cara
menulis sebuah karimgan.
Menllrul Alar Semi, llilisan yang dapat dikalakan berhasil adalah lulisan
yang dapat dipahami dengan mlldah oleh pembaca. Segala ide dan pesan yang
disampaikan dipahami secara baik olch pembacanya, lalsiran pembaca sama dengan
maksud penulis. I
Oari uraian di atas je/as bahwa ketika seseorang akan menulis lenlang suatu
masalah, lcnlunya dia harus tahu siapa yang akan membaca tulisannya nanti dan juga
ide yang disampaikan akan dilerima oleh pembaca sesuai dengan tujuan penulisan.
'M. Alar Semi, Menu"s ;ojekll/(Padallg: Angkasa Raya, 1990), h. 8.
2
Kalau kita kaitkan dengan pidato tentunya terdapat persamaan, yaitu ketika
seseorang akan ll1enyusun naskah pidato, dia harus mengetahui siapa yang akan
mendengarkan pidatonya, juga masaJah atau ide yang disampaikan harus jelas,
karena akhir dari pidalo ilu scndiri ada suatl! Il!iuan yang hendak dieapai.
Sabarti dkk. menegaskan bahwa setiap tuIisan ada sasarannya, yaitu
keJompok masyarakat kepada siapa tuJisan itu ditujukan. Cerita anak-anak
mempunyai sasaran anak-anak. Karangan ilmiah ditujukan kepada masyarakat
ilmiah. Sasaran lulisan akan ll1enentukan ragam bahasa, kalimat, serta kata-kata yang
digunakan. 2
Pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Mundhenk dan Siebensehuh yang
mcngatakan bahwa kClika An(1a ilkan mcnulis, Anda hanls ingal bahwa Anda
menuIis untuk orang lain, yaitu orang lain yang tidak memiJiki pemikiran/ide seperti
apa yang Andil maksud, kccuali Anda mcmbual pcmahaman/tujuan dcngan sangat
. I 1Ie as.
Uraian di atas menjclaskan bahwa dalam mengkomunikasikan infonnasi
sceara terlulis, penyusunan komposisi yang baik dengan bahasa yang baik
mcrupakan [ugas akhir dalam proscs mcnu/is.
2Sabarti Akhadiah dkk., I'emhinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia(Jakarta: Erlangga, 1999), h. 94.
JMundhcnk dan Siebensehuh, Con/act: A Guide to Writing Skills (U.S.A.: HoughtonMifflin Company, 1978), h. 141.
3
Pel11akaian bahasa yang haik dan benar oleh seorang penulis tidak ter/epas
dari sikapnya terhadap bahasa tersebut. Karena sikap bahasa bertalian erat dengan
psikologi perorangan dan penggunaan bahasa-bahasa. Keterkaitan ini dapat
dipcrlihalkan dcngan pcngcrl"ln silcap bahasa Incllllrulllarill1l1rli Kridalcksana, yang
l11engatakan bahwa sikap bahasa (language al/ilude) adalah posisi mental atau
perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain:'
ladi, ketika seseorang l11emakai sua!U bahasa dalam tulisannya, maka terjadi
reaksi evaluatif terhadap bahasa secara umum. Sikap tersebut dapat menjadi sikap
bahasa positif atau sikap bahasa negatif Sikap bahasa yang positif cenderung untuk
Il1cmakai bahasa Icrscbul dcngan baik dan bcnar, dcngan wajar dan scsuai dcngan
situasi, dan sikap bahasa yang negatif adalah sebaliknya, tidak l11engacuhkan
pemakaian bahasa dengan baik dan benar dan juga tidak mempedulikan situasi
bahasa.
Ter/epas dari sikap babasa positif dan sikap bahasa negatif tersebuf, yang
jelas sikap bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam membuat sebuah
tulisan yang di sini tentunya dalam menyusun naskah pidato. BiJa diperhatikan
fungsi sikap bahasa tersebllt secara mendalam akan terlihat dalam tulisan atau
naskah pidafo seOrang mahasiswa.
4Harimllrti Kridaleksana, f(UI/lIiS Ungllislik (Jakarta: Gramedia Pustaka tJtama,1993), h. 197.
4
Dalam hal ini tentunya tidak terlepas dari gaya bahasa yang dipakai. Sikap terhadap
bahasa Indonesia dan pengetahuan gaya bahasa mahasiswa akan menentukan
kualilas dari naskah pidalo yang akan dilulisnya.
Makalah ini akan mcmbahas lcori len tang kcmampuan mcnyusun naskah
pidato dcngan sikap terhadap bahasa Indonesia dan pengetahuan mahasiswa tentang
gaya bahasa. Diasumsikan bahwa dua teori lerscbul akan berpengaruh lerhadap
kemampuan menyusun naskah pidato.
B. Perumusan Masa!all
Dari latar belakang masalah dan pembatasannya dapat dinnTIuskan masalah
pcnelitian yang diajukan penulis adalah "Apakah ada hubungan yang positif antara
sikap lerhadap bahasa Indoncsia dan pengetahuan gaya bahasa dengan kcmampuan
Illcnyuslln naskah pidat() Illahasiswa foakllltas Dakwah Ii\fN Syarif lIidayatllllah
Jakarta?
C. TlIjlllln l'cnclitilln
Sccm'a Ul11l1l11 penclilian ini bcrtujuan lInluk :
I. Mel11berikan gambaran tentang hubungan antara sikap terhadap bahasa
Indoncsia yang dil11iliki oleh mahasiswa dan pengclahuan gaya bahasa
dcngan kClcralllpilan I11cnyuslln pidalo.
2. Mcmprediksi kemampuan menyusun naskah pidato mahasiswa berdasarkan
sikap lerhadap bahasa Indonesia dan pengctahuall gaya bahasa.
5
3. Melihat perbedaan kemampuan menyusun naskah pidato mahasiswa
berdasarkan alas pengetahuan gaya bahasa.
D. Kegunaan l'enelitian
Hasil penelitian Inl dapal dijadikan umpan balik bagi pengaJaran bahasa
Indonesia, Illellgajarkan lllelly"slIll naskah pidalo hanls herkailan dengall pengajaran
bahasa Indonesia tentunya tentang pengajaran gaya bahasa, dan juga dosen hams
memperhitungkan kemalllpuan-kemampuan dasar yang dimiliki mahasiswa yang
herhllhllngan dengan Illeny"s"n Ilaskah pidalo. Selain itu hasil penelitian ini dapat pula
dipakai sebagai umpan balik untuk latilmn praktek berbahasa lisan di luar dan di dalam
kampus.
BAB II
TEORI
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Menyusun Nasl<ah Pidato
Batasan pidato telah dikemukakan oleh banyak pakar. Menumt Jalaluddin pidato
adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. 1 Pendapat ini menegaskan
bahwa walallpun pembicara lebih hanyak mendominasi pembicaraan, ia harus
mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan para pendengarnya, baik berupa kata-kata
atau bllkan kata-kata. Pembicara harus menjalin hubungan dengan pendengarnya.
Menurut Arsjad dan Mlikti U.S. pidato merupakan pcnyampaian dan penanaman
pikiran, infonnasi, atau gagasnn dnri pembicnra kepada khalayak ramai 2 Artinya
seseorang yang berpidato dengan baik akan mampu meyakinkan pendengarnya untuk
mcncrima apa-apa yang disampaikan oleh pcmbicara.
Sejalan dengan pendnpat di atas, V. Sediati dan A. Widyamartaya menyatakan
pidato adalah bentuk komunikasi-bahasa dua arahJ Pendapat ini senada dengan
pendapat Jalaluddin bahwa pidato merupakan bentuk komunikasi yang beriangsung
IJalaluddin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis (Bandung: RemajaRosdakarya, 1998), h. 78.
2Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara BahasaIndonesia (Jakarta: Erlangga, 1988). h. 53.
3v. Sediati dan A. Widyamartaya, Kreali! Berbahasa Menuju Keterampi/an Pragmatik(Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 88
7
secara terbuka, dengan kata lain pembicara Jangsung berhadapan dengan pendengar.
Kegiatan berpidato sebenarnya adalah kegiatan berbicara, akan tetapi pidato lebih
memiliki perSlapall yang matang. Karcna berpidato mempersiapkan sebuah naskah,
sedangkan berbicara tidak. Mary Ann menjelaskan bahwa berbicara adalah proses
interaktifpembentukan makna yang meliputi, hasil dan pellerimaan proses informasi 4
Menurut Onong Uchjana Effelldy, sebuah pidato akan berhasil apabila pesan atau
materi yang akan di sampaikall sesuai dengan kepentingan hadirin. Dan akall berhasil
pula jika bahasa yang akan di gUllakan di mengerti sepenuhnya oJeh hadirin5
Pernyataall di atas mCI1ielaskan bahwa bila seseorang berbicara dan yang lain
mcndcllgarkan dalam suatu siluasi (erlenlu dan memiliki (opik pembicaraan tertentu
pula, maka di sana terjadi proses berpidato. Faktor bahasa sangat menentukan karena
bila seseorang berbicaia terlalu tinggi bahasanya, sementara pendengarnya adalah kelas
bawah maka lidak akan tereapai lujuan dari pida(o lersebuf. Pidato yang haik adalah
memiliki SliafU tujuan teltentu yang akan disampaikan kepada pendengarnya.
V. Sediati dan A. Widyamartaya menambahkan berpidato menurut mereka
adalah berbieara di muka publik (umllm) dengan tl.\illan untuk memberikan tambahan
4Mary Ann, Improving Adult English [,lnguage Learner's Speaking Skills,(http://v>!ww.cal.orgtNLCE/digests/speak.htm, 200!), h. !.
50nong Uchjana Effendy, IllIIu Kolllunikasi, Teor! dan Praktek, (Bandling: RemajaRosdakarya, 1QQOL h. 64.
IUK
8
pengetahuan atau mengajak para pendengar berpikir dan/atau bertindak seperti
dinasihatkan oleh orang yang berpidato6 Pendapat ini sama dengan Arsjad dan Mukti
U.S. sebuah pidato harus mcmiliki tujuan yang tepat, memhcrikan pengetahuan haru
atau mcngajak para pendcngar untuk mclakukan suatu perbuatan.
Selanjutnya menurut Asul ada tiga macam tujuan berpidato, yaitu
memheritahukan, membujuk, dan mcnghihur. 7 Jadi, jika tujuannya mcmberitahukan,
pembicara harus mcnjelaskan sejelas-jelasnya agar pendengar menjadi tahu dan paham
tcrhadap masalah yang dipidatokan. Sedangkan membujuk, pembicara harus mampu
mcyakinkan pcndcngar untuk mau mclakukan scsualu. Scdangkan tujuan pidato
mcnghibur, pcmbicara mampu mcnciptakan suasana segar, ceria, dan gcmbira. Asul
mcnambahkan bilhwa agar tujuan pidato itu dapat tercapai dengan scbaik-baiknya,
pembicara harus melakukan pidato istimewa, bukan pidato biasa. Pembicara harus
bcrupaya agar pidalonya mcnarik, clekli/; pcnuh daya pi kat, dan kaya pcsnna.' Scpcrti
yang Onong katakan di atas, sebuah pidato akan berhasil apabila pesan atau materi yang
akan disampaikan scsuai dengan kepcntingan hadirin, dan akan berhasil pula jika bahasa
yang akan digunakan dimcngcrli s"p"nllhnya nlch hadirin."
<>Sediati dan Widyamartaya, loco cit.
7Asli l Wiyalltn,l'idfl/oYflng Ak)))){kfl){ (.Jakarta: Ralai Pllstaka, 1999), h. R.g .ibid., h. 8-9.
9Effelldy, loc. cif.
9
Pendapat tersebut jelas bahwa pidato itu tergantung pada kepandaian pembicara
dalam mengoJah ide/pikiran yang akan disampaikan. Dalam haJ illi tentullya tidak
terlepas dari faktor menulis karena sebelum pidato itu disampaikan, tentu seorang
pembicara harus mempersiapkall Ilaskah pidato.
Menurut Nurgiyantoro, secara prinsipial kegiatan menuJis tidak berbeda dengan
kegiatan berbicara, kegiatan menghasilkan bahasa dan mengkomunikasikan bahasa
secara tertuJis. 10
Pernyataan ini menullj ukkall bahwa dalam kegiatan berpidato orang harus
menguasai Jambang-Iambang bunyi. Dalam kegiatan menulis seseorang harus menguasai
lambang-Jambang atau simbol-simboJ visual dan aturan tata tuJis khususnya yang
menyangkut masalah ejaall. PCllulis dituntut untuk dapat mcnuangkan gagasannya ke
dalam bahasa yang tcpat, teratur, dan lengkap.
Menurut Byrne, menuJis adalah memproduksikan simboJ grafik, sedangkan
berbicara adalah ll1ell1produksikall suara. l/ Sclanjutnya menurut Bello, menulis adalah
proses terus-menerus, bagailllana Illenelllukan bahasa yang efektif untuk
mengkomunikasikan pikiran dan perasaan. MengapJikasikan apa yang dimiliki, baik
kosakata, tatabahasa dad apa yang pernah ia pelajari. /2
IOBurhan Nurgiyantoro, Peni/aian da/am Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta:BPFE, 1995), h. 168.
"Donn Byrne, Teaching Writing Skills (London: Longman Group, 1979), h. 1.
/2Tom Bello, Improving ESL Learners' Writing Skills,(http://www.cal.org/NCLE/digests/writing.htm. 200 I), h. I.
Virginia,
10
Uraian di atas mencoba melibat babwa seseorang yang terus berlatih menulis
akan menemukan kosakata yang tepat daIam mengkomunikasikan bahasa tulisnya. Dia
akan memakai alau mcncari bla-kala yang dimilikinya unluk menghasilkan sebuah
tulisan yang sempuma. Pendapat di atas dikuatkan oleh pendapat Flood dan Salus, yang
mengatakan bahwa menulis merupakan sebuah proses pengalaman kognitif yang
diperoleh penulis dalam mcn~organisasikandan membuat informasi. IJ
Uraian di atas jelas bahwa proses merupakan upaya membangkitkan para penulis
dan pembuat infom1asi secara selektif dan aktif Dalam peIjalanannya, hal tersebut
sangat cocok dengan informasi yang diperoleh sebelumnya, termasuk didalanmya
alllfan-3!lIfan org3l1is3si, sil1laksis, dan pel1gkalegorisasi311.
Menurut Kakonis dan Wilcox untuk lebih efektif dalam menulis, harus memiliki
kesatuan, pertautan, dan titik bera!. 1,1 Sedangkan Jalaluddin mengatakan bahwa dalam
menyusun pida!o harus didasari o/eh tiga prinsip komposisi yang mcmpengaruhi
organisasi pesan. Prinsip-prin;ip itu adalah kesatuan, pertautan, dan titik beral.Kesatuan
berarti satunya isi, tujuan, dan sifal. Pertautan adalah susunan gagasan yang teratur dan
lilik bera! adalah penunjllkkan bagian-bagian penling yang perlu diperhalikan.'·i
13James Flood & Peter H. Salus, Language and ?'lIe Language Arts (USA: Pmtice Hall,1984), h. 123.
14Tol11 E. Kakonis & James C. Wilcox, Forms of Rhetoric (New York: McGraw-Hili,1969), h. 37-38.
15Rahmat,op. cit., h. 32-34.
I1
Menurut Keraf, garis besar persiapan-persiapan yang dilakukan untuk sebuah
komposisi lisan sama saja dengan menyiapkan komposisi tertulis. 16 Karena tujuan akhir
dari suatu tulisan itu adalah pembaca/pendengar dapat menerima atau memahami apa
yang telah disampaikan olch pcnulis aWu pcmbicara.
Kerafmenambahkan kiat-kiat persiapan untuk penyajian lisan yang dapat dilihat
melalui tujuh langkah berikut. I) menentukan maksud, 2) menganalisa pendengar dan
situasi, 3) memilih dan mcnycmpitkan topik, 4) mcngumpulkan bahan, 5) mcmbuat
kerangka uraian, 6) menguraikan secara mendetail, 7) melatih dengan suara nyaring. 17
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan maksud sebuah
uraian Iisan, pembicara harus selalu memikirkan tanggapan apa yang diinginkan oleh
pendengar. I'embicara tentu menginginkan agar pcndengar yakin atau Illelllahami
sebaik-baiknya persoalan yang dikemukakan, atau percaya terhadap informasi yang
diberikannya.
Mcnurul V. Scdiali dan 1\. Widyalllartaya, pidato yang baik dan Illcnarik lcrdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian pengantar, bagian isi, dan bagian penutup.lX
Pendapat ini mengisyaratkan bahwa dalam pldato tentu harus ada pengantar.
l'engantar di sini berisi latar belakang masalah untuk mendapatkan perhalian dan minat
dari para pendengar terhadap ide utama pidato. Kedua, bagian isi menyampaikan ide
1('Gorys Kerat: Komposisi (Ende, Flores: Nusa Indah, 1980), h. 317.
17Ibid., h. 317-318.
18Sediati dan A. Widyamartaya, loc. cit.
12
utama dcngan tcgas dan jclas. Ide utama itu akan diuraikan lehih lanjut dengan fakta,
dan infonnasi, contoh-contoh, perbandingan dan pertentangan, pendapat-pendapat pakar.
Ketiga, bagian penutup menegaskan kcmbali ide utama dan ajakan untuk berpikir atau
berbuat ssesuai dcngan yang dikcmukakan pcmbicara.
Asul Wiyanto menambahkan, ada lima unsur penting dalam kegiatan berpidato
yang hams diperhatikan, yaitu komunikator, pesan, sarana, komunikan, dan situasi.
Komunikalor <Id<llah pembicara yang akan menyampaikan pcsan. Pesan adalah isi pidato
alau masalah yang akan disampaikan. Sarana adalah alat yang digunakan dalam
herpidato. Komunikan adalah orang yang menerima pcsan atau pendengar, scdangkan
situasi adalah keadaan pidato ilu beriangsung. l"
Dari uraian di atas dapat dijclaskan bahwa pembicara sebagai komunikator hams
memperhatikan penampilan diri agar dapat berpidato dengan baik. Dan hams menguasai
dan memahami benar apa yang akan dikatakan dan cam mengatakannya. Pesan atau isi
pidalo hanls dibcbcrkan alau diuraikan sccara jda" agar pcndcngar scbagai pcncrima
pesan dapat memahaminya. !tulah sebabnya isi pidato bempa penjelasan, pendapat,
alasan, bukti, contoh, pcrbandingan, ilustrasi, humor, dan lain-lain. Sarana atau alat yang
dipakai da/am bcrpidato biasanya ada/ah pcngeJ'lls suara, 0/11' (uverhead I'I'I!lec/ur),
dan lain-lain. Komunikan adalah orang yang menerima pcsanatau pendengar. Situasi
adalah keadaan pidato itu berlangsung, apakah situasi resmi atau situasi santai artinya
pcmbicara harus tanggap tcrhadap situasi yang dihadapi.
I" I W' . h 3Asu Iyanlo,op. Cit., . 5 -58.
13
Pendapat tentang rnenYlislin pidato yang telah dillraikan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut. Pendapat Arsjad dan Mukti u.s. menekankan kepada
kernarnpuan untuk mcnyampaikan pikiran atau informasi kcpada khalayak ramai.
Menurut Asul, berpidato adalah berbieara di depan umum dengan cara telientu untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi kalau dilihat terdapat titik temu pada kata khalayak ramai
dan umum yang berarti pidato berJangsling dengan adanya pendengar yang cukup
banyak atau di depan lim lim, begitu juga dcngan pesan pidato yang disampaikan,
Arsjad dan Mukti u.s. lebih menjabarkan apa yang akan disampaikan pembicara,
sedangkan menurut Asul pesan itu tersirat dalam kata mencapai tujuan tertentu.
Menllrllt Jalaluddin pidalo adalah kOlllllnikasi talap muka, yang bcrsifilt dua arah.
Hal ini sama dengan pendapat V. Sediati dan A. Widyamartaya yang mengatakan pidato
adalah salah satu bentuk komunikasi-bahasa tatap muka. Di sini penekanannya pada
latap muka. Jadi pidalo harus bcrlangsung sccara lcrbuka, dan berkomunikasi langsung.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesil1lpulan, menyusun naskah
pidato pada hakikatnya adalah l1lel1lpersiapkan sebuah tulisan yang berisi infonnasi atau
gagasan dari pembicara kcpada pendengar unluk mcncapai sualu tlljuan terlenlll.
Setelah pengertian hakikat l1lenyusun naskah pidato sekarang dicoba meJihat
apakah yang dimaksud dengan kel1lal1lpuan menyusun naskah pidato? Menurut
Sumantri, menyusun pidato menuntut kemampuan dan kel1lahiran berbahasa secara
optilllal untuk dapat mcngungkapkun scrta mcnyampaikan pikiran, pcrasaan alau
gagasan kepada kelompok-kelornpok massa guna mencapai tujuan tertentu. Oleh karena
illl penyusun naskah pidato harus: I) merniliki sikap positif terhadap bahasa, dalam hal
/4
ini bahasa Indonesia, yang dipakai dalam menyusun pidato, 2) mcmpunyai wawasan
tentang bahasa Indonesia baku serta mampu mempergunakan bahasa baku itu secara
baik dan benar, 3) memahami prinsip-prinsip dasar komposisi atau retorika serta mampu
menerapkannya dalam praktek, dalam hal ini menyusun pidato, 4) memiliki kemampuan
nalar serta memahami masalah-masalah yang menjadi topik atau pokok pembicaraan
dalam pidato yang disusunnya, 5) memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenaI
I 'k 'd '0te COl menyusun pI ato.-
Kemampuan menyusun naskah pidato yaitu kemampuan dalam menuangkan
ide/pikiran dalam bentuk tulisan dengan memakai bahasa yang baik dan benar untuk
mencapai sebuah tujuan yang teJah ditentukan.
De Vito dalam Maulana mengatakan, bahasa dan kalimat yang
disampaikan dalam menyajikan gagasan pokok Anda, termasuk juga bahan-bahan
pendukungnya, hams dengan mudah dipahami oleh para khalayak. 21
lJraian di atas mcnckankan bahwa pcmbicara hcndaknya mcmakai susunan
kalimat yang sederhana dan mudah dicema. karena khalayak hanya mendengar
pembicaraan sekali saja.
24Maman Sumantri, Teknik A1enl'II.1'1111 Pidalo! Sal1lhulan (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),h. 11- 12.
21 Agus Maulana, Komunikasi anlar Manusia (Jakarta: profesional Book, 1997), h. 370.
/5
Agar pesan dapat diterima dengan mudah oleh pendengar, pembicara harus
memilih pendckatan pidato yang tepat. Asul Wiyanto menawarkan tiga pcndekatan
dalam isi pidato, yaitu: intelektual, moral, dan emosional. Perlama, adalah pendekatan
intelektual. Pendekatan ini dipakai jika pendengarnya berpendidikan cukllp. Oalam
menghadapi orang-orang terpel,ljar ini pcmbicara tidak bolch asal bicara, tctapi hanls
berbicara dengan mcngutamakan pcnalaran. Kedua. pcndckatan moral. Pendckatan ini
digunakan jika pcndengar pada lImlllnny,l orang-orang yang aktif dalam bidang moral.
Misalnya, dalam lingkungan kcagamaan dan kcmanusiaan. Keliga, pcndckalan
cmosional. .Iika tingkal pcndidikan pcndcngar umllmnya tidak tinggi, scbaiknya
pembicara mempcrgunakan pendekatan emosional. 22
Pcndapat di atas tidak mcnutup kcmungkinan, bahwa scorang pcmbicara
memakai scmlla pcndckatan tcrscbllt clalam pidatonya. apabila mcmang pcndcngarnya
beragam. Hal ini dikembalikan kepada pembicara untuk mengolah bahasa yang dipakai
dalam pidato tersebul. Berpidato tanpa bekal yang je/as akan mengalami kesulitan dan
kcgagalan. Scbaliknyajika bckal bcnar-bcnar slldab disiapkan, pidatonya dijamin lancar,
menarik, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Asul Wiyanto menambahkan, ada cmpat bckal orang berpidato, yaitu
pengctahuan, kctulusan, scmangat, dan praktik. Untuk dapat tampil dengan baik, dapat
menyesuaikan diri clengan pendengar dan situasi, hingga pidatonya menarik dan
mencapai hasiJnya yang baik, pembicara perlu bekal pengetahuan yang amat banyak.
22Wiyanto, op. cil., h. 59-6 J.
16
KetuJusan bisa dikatakan bi/a si pembicara percaya sepenuh hati terhadap
kebenaran terhadap apa yang dikatakannya. Semangat artinya pembicara hams berhasrat
untuk berpidata, tidak setengah-sctengah. Dengan kata lain pembicara harus mcmpunyai
semangat tinggi dalam menyalllpaikan pidatanya. Dan yang terakhir praktik, seJain
berlllanfa'at untuk Illencegah serangan demam panggung, manfa'at lainnya adalah
meningkatkan keterampilan pembicara da/am berpidato23
Dari berbagai pendapat yang telail di uraikan di atas mengenai kemampuan
menyuslln naskah pidato dapat/ah disederhanakan seperti yang dinyatakan o/eh De Vito,
dalam menyampaikan gagasan, harus/ah yang mudah dipahami. Sedangkan mcnurut
Sumantri menyuslln pidata adalah kemampllan menyampaikan pikiran, perasaan atau
gagasan kepada kelompok massa gllna mencapai slIatu ItUlIan. Pendapat tersebllt
sebenarnya saling melengkapi, karena memang seorang mahasiswa dianggap Illampll
da/am menyusun naskah pidata, jika l11ereka mal11pu melluangkan pikiran, perasaan atau
gagasan dalam bcntllk tlliisan atau naskah pidata yang siap dipidatakan kepada khalayak
ramai gllna mencapai suatu tlljuan yang te/ah ditcntllkan.
Kel11al11puan Illenyusun naskah pidata mahasiswa Fakultas Dakwah dapat dilihat
dari kcmampllannya lllcnyc/csaikan/melllbllat sebllah naskah pidato yang sClllplirna.
23Jbid, h. 10-11.
I-----------~
I>imcnsi
17
Dimcnsi dan indikalor-indikalor dari kClllalllpuan Illcnyusun naskah pidalo scpcl'li yang
tertera di dalam tabel 1, berikut ini:
Tabel 1 :
~~~~~~~~ -~-r-~----- -~- ~h~Il~Ii-I(l-1t-o-.·-
-1-.-1(-el-n~;~p~I~1-n--n-1e->n-Y-l-ls-u-n- I~cml)ukaan 1- Pcrkenalan did pcm:-b-;-ic-a-r-a--~-----j
pidato - Gambaran umu tentang isi pidato
lIustrasi yang reIevan dengan isi pidato
2. KCll1all1puan ll1enyusun isi pidalo
3. Kell1all1puan ll1enyusun penulup pidalo
I-
Penjelasan
Alasan
Bukli yang Il1cndukung
Sill1pulan isi pidalo
Ajakan untuk melakukan sesuatu
Pcncgasan ini pidalo
L.- L _
r--::~·__~._"~18
2. Ha 1<i1<at Sil<a.p tcrhacla p Bll hllSll Incloncsill
a. Hal<il<at SiI<ap
ISlilah sikap (({II/Ilu/e) sCring dipakai dalam ilmu psik%gi, yang
terutama berfokus pada individu dan baru secara sekunder kepada kebudayaan dan
masyarakat yang merupakan lingkungan individu.'
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai makh/uk sosial manusia
dalam kchidllpan kdompok scnanllasa mcndapalkan pcngarllh dari kdompoknya.
sehingga di dalam memanifestasikan tingkah lakunya sehari-hari menampakkan ciri-
ciri psikologis dari ke/ompok tersebut. Dengan kata lain suatu kelompok adalah
mcrllpakan kmbaga yang 1l1cmpllnyal pcranan dan pcngarllh bcsar dalam
pembentukan pribadi manusia.
Menurut Aritln, di dalam kelompok itulah berkembang mores (adat
istiadat), agama, e/hos dan lII)lf/IOS, sikap atau cam hidup, sosio-ckonomi, dan
sebagainya yang secara langsung atau tidak langsung dipindahkan,
dimasukkan melalui proses pedagogis ke dalam jiwa anggota-anggotanya sejak
l11ulai lahir sampai dengan meninggal dunia.!
'Kuntjaraningr~t, Kehidupan Men/ali/as dan Pembangunan (Jakarta: PT Gramedia,1987), h. 26.
2M. Arifin, Psik%gi Dakwah (Jakarta: BUl11i Aksara, 1991), h. 102.
19
Uraian di atas tampak bahwa sikap dibentuk oleh Iingkungan di sekitar
seseorang. Hubullgall dellgall pellgaruh kelompok tcrhadap pembclltukall pribadi
anggolanya khususnya yang mcnyangklll sikap dan pcrilaku cukup bcsar.
Sikap menllrut Arifin adalah merupakan tendensi (kecenderungan) atau orientasi,
maka ia dapat mengalami perubahan melalui pengalaman atau pendidikan. l Sedangkan
menul'lIl (jllnarsa, sikap sclalu Illengarah pada objeknya sualu kcadaall siap scdia unluk
melakukan ses uatu'
Pendapat ini menjelaskan bahwa sikap erat hubungannya dengan motif yang
berupa kekualan yang mendofOngnya untuk ll1e1akukan suatu tindakan atau perbuatan.
Sikap juga erat hubungannya dcngan pengalall1an hidup, dengan perkembangan, dan
faktor yang ll1empengaruhinya.
Gerungan mengatakan sikap ad81ah kesediaan bereaksi terhadap sesuatu5 Tidak
beda dengan pendapat di alas sikap adalah pcndapat, tanggapan, pendirian tentang
masalah tertentu, sikap ini biasanya melandasi perbuatan6 Uraian ini menjelaskan
bahwa sikap scnantiasa terarahkan tcrhadap suatu hal, sualu objek. Tidak ada sikap tidak
ada objeknya.
lIbid., h. 104.
"Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, I'siko!ogi I'raktis: Anak. Remaia.
dan Ke!uarga (Jakarta: PT Gunung Mulia, 2000), h. 149.
5Gerungan, l'siko!ol!:i 8osia! (Bundung: Rcfika Aditama, 2000), h. 149.
61ndonesian Background Speakers, Good to Know (http://hsc.csu.edu.an!indonesian,
1998), h. 1.
20
Jalaluddin mengatakan sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan
untuk bcrpcri!aku dcngan carn-cara lcrlcnlu tcrhadap objck sikap. Objck sikap bolch
berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi, atau kelompok 7
Dari uraian tersebut dapat dilihat, bahwa sikap tidak akan tampak apabila tidak
dikaitkan dcngan sualu ob.Jck sikap IClscbul. .Jadi paua kcnyalaannya lidak aua iSlilah
siknp yang bcrdiri scndiri. Sikap sclalll diikllti dcngan kata: tcrhadap atau pada, jclasnya
pada objek sikap.
Mcnurut Sudjana sibp pada hakikalnya ada!ah kccenderungan bcrperilaku pada
scseorang. Sikap juga dapal diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang
datang pada dirinya H Mcnllilit Mlihibbin yang mcngalakan pada prinsipnya sikap itu
uapat kita anggap slialu keccndclllngan siswa untuk bcrtindak dcngan cara lcrlcnlu.'!
Allport dan Vinackc mcngatakan sikap adalah kcsiapan mcntal dan sy,lraf, yang
terbentuk melalui pengalaman, yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang tcrhadap semua objek dan keadaannya yang menyangkut sikap
. 10ItU.
lJalaluddin Rahmat, Psiko!ogi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 40.
HNana Sudjana, !'eni!aial! !/(/si! !'mses /Jeli/ful' Mengajul' (Bandung: Rcmaja
Rosdakarya, 1999), h. 80.
9Muhibbin Syah, !'sik%gi /k/(/!(/I' (Jakarta: Logos Wacana !!mu, 1999), h. III.
IOAllport dan W. Edgar Vinackc, The Paych%gy of'l'llinking, (USA: McGraw-Hill,
1974), h. 463.
2/
Wortman dkk. menyatakan bahwa sikap adaIah pikiran-pildran dan perasaan-
perasaan yang mendoronglmendukung kita untuk melakukan apa yang kita sukai atau
'd k k' J' IItl a' 'llaSUGl1.
Menurut Triandis daIam f·fahlll, sikap itu terdiri dari tiga komponcn, yaitll
kognitit: afektit: dan konatif. Komponen pertama berkaitan dengan proses berpikir.
Komponen kcdlla bcrkaitan dcngan masalah pcrasaan dan nilai rasa. Komponcn ketiga
merujuk kepada periIakll dan perbllatan sebagai plltusan akhir kesiapan mereaksi suatu
keadaan, meIafui kOlllponen tcrakhir ini biasanya mcniIai bagaimana sikap scscorang
I'terhadap keadaan. -
Dari hchcrapa pcndapat tcnlang sikap di atas dapat discdcrhanakan mcnjadi,
perlama, sikap hakikatnya adalall kcccndcrungan scscorang tcrhadap suatu objck, scsuai
dengan pendapat Arifin, Gerungan, Sudjana, Wortman, JaIaluddin, dan Gunarsa.
Scdangkan AI/pori dan Vinackc mcfihal sikap scbagai kesiapan menIal dan sural; yang
tcrbcntuk metafui pcngalaman yang Illclllbcri pcngaruh kcpada rcaksi scscorang
terhadap suatll objek . Kedua, ada dua keadaan yang memuncllikan sikap yaitu: perasaan
Il1cndukung alau tidak Il1cndukun, derajal aspek positif atau ncgatif yang dikaitkan
dcngan suatu objck psikologis. !\eliga, ada liga kOlllponcn sikap, yakni kognisi yang
berkenaan dengan pengetahuan scseoralig tentang objek atau stimulus yang dihadapinya,
IICamilIe B. Wortman, ct.aJ., !'sl'cho!op;y, (USA: McGraw-HilI, 1992), h. 558.
12AIl1ran Halim, Sikap Bahasa dan Pelaksanaan Kebijaksanaal1 Bahasa Nasiol1al dalamPemhinaan Bahasa Nasiol1al (Jakarta: Pusat Pell1binaan dan Pengembangan BahasaDep. I'&K, 1979), h. 68.
22
afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
bckcnaan dcngan kcccndcrungan bcrbuat tcrbadap objck tcrscbut. .Iadi, dapat
disimpulkan sikap adalah kecendemngan seseorang terhadap suatu objek tertentu.
b. IInllilutl SilwpllnbllslI
Sikap bahasa bertalian erat dengan psikologi perorangan dan penggunaan
b&hasa-bahasa. Kcterkaitan itu dapat diperlihatkan dengan pengertian sikap yang telah
dikemukan beberapa pakar bahasa dan pengajar bahasa di bawah ini.
Sikap bahasa (lllllglIlIg" Olltllld,'). mcnurut Kridalaksana adalah potcnsi mcntal
atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. 13
Dari pcndapal dialas dapal diarlikan bahwa sikap buhasa merupakan dimensi
rasa yang dimiliki scscorang tcrhadap bahasa tcrlcntu. Olch scbab ilu, pcrnyalaan rasa
yang diajukan dapat dibagi menjadi sua kategori, yaitu pemyataan positif dan
pernyataan negatif
Mcnurut Anderson dalam llalim, sikap bahasa adaIah tata keyakinan alau kognisi
yang relatif berjangka panjang, sebagiain mengenai bahasa, mengenai objek bahasa,
yang memberikan keeenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu
d' . I'yang lsenangillya.
IJHarimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia, 2000), h. 197.
I'I-Jalim, Of'. ClI., h. 69,
23
Berbeda dengan pendapat di atas, Pap dalam Suhardi membedakan sikap bahasa
I11cnjadi dua yaitu: /'alilll/i/, dalalll arti sClllpi(~ikap bahasa IIlcngacu kcpada (a)
penilaian orang terhadap suatu bahasa (indah atau tidak; kaya atau miskin; elisien atau
tidak), (b) penilaian penutur suatu bahasa tertentu sebagai suatu kelompok etnis dengan
watak kepribadian khusus dan scbagainya. Kedua, di dalam arti luas sikap bahasa
l1lcliputi pCl1lilihall yallg scbcllarnya alas suatu bahasa dall pCl1lbclajarall atau
Kedua, di dalam arti luas sikap bahasa meliputi pel1lilihan yang sebenarnya atas suatu
bahasa dan pcmbelajaran atau pcrencanaan bahasa yang sebenarnya. 15
Pendapat ini lebih menegaskan bahwa sikap adalah cenderung kepada penilaian
tcrhadap suatu bahasa dan juga pcnilaian tcrhadap penulur bahasa tcrsebut, scdangkan
lebih luas l1lcngatakan bahwa sikap bahasa berkaitan dengan pemilihan suatu bahasa
yang akan dipcrgullakan olch scscorang.
Dari beberapa pendapat yang berkenaan dengan sikap bahasa tersebut dapat
ditaris kesimpulan . Perlama, sikap bahasa hakikatnya adalah potensi mental atau
perasaan terhadap bahasa sendiri alau bahasa orang lain. Pendapat ini diungkapkan oleh
Kridaleksana. Sedangkan menurut Anderson dalam Halim, sikap bahasa tata keyakinan
yang relatif berjangka panjang terhadap bahasa atau ol~jek bahasa yang memberikan
kecendrungan unluk bereaksi dengan cara tcrscndiri yang disenanginya. Hal ini tentunya
merupakan komponen afeksi yailu perasaan individu lerhadap objek sikap dan perasaan
menyangkut masalah emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
i5Basuki Suhardi, Sikap Ha17asa (nepok: rakuJtas Sastra lJl, 19(6), h. 35.
24
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pcngaruh-pcngaruh yang mungkin mcrubah sibp scscorang. .I'('dllll, Sikap bahasa
merupakan penilaian seseorang terhadap suatu bahasa yang pada akhirnya akan
menentukan pilihan yang sebenarnya atas suatu bahasa.
Pcnlingnya sikap lcrhadap bahasa Indoncsia bagi mahasiswa fukultas Dakwah,
bcrkaitan dcngan dlla hal: komilmcn bahasa Indoncsia scbagai salah salll mata kuliah
wajib dan profesinya sebagai mahasiswa yang dituntut untuk cakap herbahasa.
Hal ini scsuai dcngan lujuan pcngajaran bahasa Indoncsia di Icmbaga-Iembaga
pendidikan kita adalah (I) Il1cnjadikan anak didik kita ll1anusia susila Indoncsia yang
memiliki kepercayaan akan dasar dan filsafat negaranya, serta kebanggaan atas bahasa
dan saslra nasionalnya, dan (2) mcmbcri anak didik kila pcnguasaan alas pcmakaian
bahasa Indoncsia. I'cnguasaan ini mcncakup: (a) kcsanggupan Il1cll1ahami apa yang
dikatakan atau yang dituliskan olch orang lain dalam bahasa Indonesia, (b) kesanggupan
memanfu'atkan bahasa Indonesia untuk menyatakan perasaan, pikiran, dan keinginan
baik sccara lisan mt.lupUIl secara tertulis dengan tepa!, scsuai dengan keadaan, bahan
yang dikemukakan dan hubungan sosial budaya yang terlibat, dengan tidak
mempergunakan unsur-unsur bahasa asing atau bahasa-bahasa lain yang tidak benar
bcnar dipcrlukan. 1(,
16Halim,op. cil., h. 41.
25
Penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
sikap terhadap bahasa Indonesia adalah kesetiaan yang didasari oleh keinginan yang
kuat untuk mempergllnakan bahasa Indonesia dalmn segala segi kehidupan.
Pada akhimya dapat diambil satu kesimpulan bahwa sikap mahasiswa terhadap
bahasa IIIlJon<:sla adalah r<:aksl yang I><:rsillil posllll'alallll<:galll'yang nl<:n<:akllp asp<:k
kognisi yang di<:irikan dcngan pahmn dan yakin, mcngctahlli cara rncmakainya, dan
afeksi yang dicirikan pada rasa senang mempergunakan bahasa Indonesia, serta konasi
yang tcrcirikan pada usaha dan upaya dalam memprakl.ikkan bahasa Indoncsia,
Dimcnsi dan indikalor sikap tcrhadap bahasa Indon<:sia dalam pcnclitian 1111
tertera dalam tabe12 berikut ini:
Tabel2:
,.------ --~------
I>imcnsi
I. Aspek Kognisi
... ------- --_.-------- .. ------...Indilw!or
I'aham dan mcngctahui cara pClllakaian
bahasa
mempergunakan bahasa Indonesia
mempraktikkan bahasa Indonesia
2, Aspek Afeksi
3, Aspek Konasi
I
Perasaan
Usaha
senang
dan
atau
upaya
bangga
dalam
26
3. Hakikat Pengetahuan Gaya Bahasa
a. Hakikat Pengetahuan
Menurut Jujun S. Suriasumantri, pengetahuan pada hakikatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu objek terlentu, tennasuk ke dalamnya
adalah illllll. [
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pellgetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui oleh man usia. Mengetahui segala sesuatu seeara khusus sampai Ulllum,
seperti ilmu yang merupakan bagian dari pengetahllan yang di ketahui oleh lllanusia di
sam ping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua menyatakan, pengetahuan adalah peristiwa
yang terjadi daiam diri manusia2 Pendapat ini dapat disimpulkan bahwa semua
peristiwa yang terpantau atau yang dilakukan oleh manusia dinamakan pengetahuan.
Keterarahan manusia terhadap objek merupakan faktor yang sanga! menen!ukan bagi
mllneulnya pengetahuan manusia.Dalam hal yang sama, Winkel mertielaskan bahwa
pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah di pel<\iari dan di simpan di
dalam ingatan..1
[Jujun S. Suriasumantri, Fils,,/,,! 1111111: Sehll,,/i l'ell!!."II!ar 1'()fJlller (Jakarta: PustakaSinar Harapan, 1998), h. 104.2A. Sony Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan: Sehuah Tinjauan Filosofis(Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 2.0.3W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h. 245.
27
Dari pcngcrtian ini dapat disil11pulkan bahwa hakikat pcngctahuan I11crupakan
ingatan yang tersimpan di dalam memori otak mengenai sesuatu yang pernah di pelajari,
digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal
kCI11 bal i (recogl/ ifion).
Nana Sudjana mcnerangkan secara umul11 pengetahuan
(knowledge) mencakup faktual dan pengetahuaan hafalan. Dengan demikian berarti
pengetahuan pada ul11umnya diperoleh melalui dua cam, yaitu: pcngalaman dan
pcmbclajaran. I'cngalaman al(11n mcmbcrikan pengetahuan taktual yaitu pcngctahuan
praktis yang berkenaan dengan hal-hal yang dekat dan nyata, sedangkan pembelajaran
memberikan pengctahuan hatitlan. I'cngelahuan yang kedua ini Iebih banyak berkenaan
dcngan daya ingatan.'l
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarsono yang mengatakan bahwa, proses
terjadinya pengetahuan terbagi dua: Pengetahuan apriorifa yaitu, pengetahuan yang
tcrjadi tanpa adanya atau mclalui pcngalaman, baik pcngataman indra maupun
pengalaman batin. Aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman.5
4Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be/ajar Mel/gajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1999) h. 23.
5Sudarsono, 111111/ Filso(iIf: Sl/o/1/ ['('n,!!,on/ol'. (.Iakarta: Rincka C'ipta, 200 I), h. 13R.
Menurut Remmers dkk. pengetahuan termasuk ke dalam kebiasaan dan penilaian
situasi yang menekankan pada ingatan melalui pengenalan, memanggil kembali ide-ide,
materi-materi, atau fenomcna-lCnomena."
Pengetahuan adalah bagian dari ranah kognitif, menurut Bloom pengetahuan
mencakup ingatan (recall) tentang bagian-bagian (specijics) dan kcseluruhan
(universals) ingatan tentang mclode dan proses, atau ingatan tentang suatu pola, struktur,
atau susunan 7 Dari uraian ini lampaknya Bloom, menitik beratkan pengetahuan yang
bercirikan ingatan, yaitu pcngetahuan hafalan, scperti yang termasuk ke dalam ranah
kognitif. Sedangkan yang hanya sampai kcpada tingkat sekedar tahu dan atau sekedar
melihat kenyataan, walaupun akan melahirkan pengetahuan faktual, tidak otomatis
menjadi pengctahuan yang mas uk ke dalam ranah kognitif. Bloom sendiri membagi
pengctahuan kepada tiga tingkatan, yaitu pcngetahuan tentang bagian.bagian,
pcngetahuan tentang berbagai jalan dan banyaknya yang berkenaan dengan bagian-
bagian, dan pengetahuan tentang keselmuhan dan abstraksi dalam lapangan tertentu8
dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang masuk ke dalam
kategori pengetahuan pada ranah kognitif adalah mencakup: kemampuan mengingat
6H. H. Remmers, A Practical Introduction to AIeasurement and Evaluation (USA:Harper and Brother, 1960), h. IS4.
7Benjamin S. Bloom, Taxonomy o{ F:ducational Objectives (USA: longman, 1981), h.62.
29
bagian-bagian suatu objek yang pemah diberitahukan atau pemah dipelajari, mengetahui
komposisi ten tang bagian-bagian dari suatu tersebut, dan mengetahui totalitas ide dan
abstraksi sesllaill. Pcrtama bcrsilill scdcrhana bcrkcnaan dcngan pcngclahllan hafillan,
sedangkan yang kedua dan terakhir terlihat lebih tinggi karena terlihat lebih mmit dan
lebih luas.
lJ/OOlll kCllllldian lllclllbagi fanah kognilir lllcluadi cnalll, yatill: p<.:ngclahllan
(knowledge), pemahaman (comprehensIOn), penerapan (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).9 Penjelasan tersebut mengimformasikan
bahwa hirarki pcngctahllan dalam ranah kognitir dimulai dari yang scdcrhana dalam
bentuk mengingat objek pengetahuan yang bersifat nyata. Kemudian mengingat makna
abstrak dari objek pengetahuan yang bersifat nyata, dan tingkat selanjutnya adalah
mengetahui universalitasnya. Uengan demikian. pengelahuan hatalan yang paling
rendah adalah ingatan tentang bagian-bagian tertentu dari sesuatu, tingkat berikutnya
adalah ingatan tentang unsur-unsur yang berkenaan dengan bagian-bagian tertentu dari
sesuatu dan tingkat pengetahllan hafalan yang tertinggi adalah ingatan tentang
keselumhan sesuatu dan gambaran maknanya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
pertama, pengetahllan hakikatnya adalah apa saja yang kita ketahuai tentang suatu
objek. Kedua, ada dua keadaan yang Illelllunculkan pengetahuan, yaitu: pcngalalllan
pengenalan atau proses pelllbelajaran dengan kemampuan mengingat kembali ide atau
9Winkel,op. cit., h. 245.
30
fakta tentang apa yang pernah dipelajari. Ketiga, secara hirarkis pengetahuan yang
sederhana adalah dalam bentuk mcngingat ohjck pengetahuan yang hcrsifat nyata,
kemudian mcngingat makna ahstrak dari objek pengetahuan yang hersifat nyata, dan
selanjutnya pengetahuan yang tertinggi adalah mengetahui objek dan dapat
mengapl ikasikan ide-ideuya.
b. I'cngcrtian Gaya Ballasll
Sebelum melihat Iebih jauh, dcngan gaya bahasa, tidak salah kalau meiihat apa
yang sebenarnya yang di maksud dengan gaya. Menurut Rahman Shaari, gaya adalah
semakna (dengan dcfinisi tertcntu). yailu cara yang di pilih untuk tujuan kcsan. 1o
Menurut Kenis Mas, gaya pada umumnya bennaksud cara ragam dan
scbagainya. 11 Pendapat ini Illcngatakan babwa gaya mcrupakan sualu cant Icrlcnlu yang
dimiliki scscorang untuk mengatakan/menyampaikan idclfikirannya atau tulisannya. Hal
ini senada dcngan Junus yang mcngatakan bahwa gaya adalah sebagai serangkaian ciri
pribadi. 12 Dengan demikian, seorang penulis akan menurunkan tandatangannya pada
sctiap tulisannya. ScscOfang yang I1lcl1lbaca scbuah karya atau karangan akan Illcngcnal
bahwa yang dibacanya adalah karangan penulis tertentu.
IORahman Shaari, MemullUmi (jaya !Jahasa (Malaysia: Dcwan Bahasa dan PustakaKementrian Pendidikan, 1993), h. vii.
" Keris Mas, I'erbincangan (jaya !JallUsa Sasteru (Malaysia: Dewan Bahasa danPustaka Kementrian Pendidikan, 1990), h. 13.
12Umar Junus, .';rilistik: Suatu I'engantar (Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989),h.20.
31
Menurut White, gaya daIam menuIis mencemIinkan atau mereferensikan
beberapa cara, bukan hanya satu cara; gaya khusus seorang penulis diIambangkan
dengan bagaimana cara dia Illcnggunakan kaIilllat dan Illclllilih kata, titik tekannya
ketika lllemiIih eontoh atau paragraf yang baik seperti strategi organisasi dan
I'pembangunan.' Pendapat ini penekanannya pada tulis Illenulis. Sedangkan Keraf
mengatakan gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah Illelalui bahasa, tingkah
Iaku, berpakaian, dan sebagainya. 1·1
Pendapat ini sangatlah UIllUlll tetapi dapat ditarik satu kesimpuIan bahwa
sebenarnya gaya adaIah eiri khas yang dimi liki oleh seseorang, di sini tentunya clri yang
dillliliki pcnuIis dalalll IllcnuIis scbuah naskah atau karangan.
Gaya bahasa menurut Kerafadalah eara mengungkapkan pikiran melaIui bahasa
seeara khas yang memperIihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). 15 Dari
uraian ini jcIas bahwa gaya bahasa Illcrupakan Illilik pribadi scscorang. Ia I11crupakan
eiri khas yang tentunya melllbedakan hasil karyanya atau kepribadiannya dengan hasil
karya orang lain. Jadi ketika seseorang membaea atau mendengar sebuah cerita atau
naskah Illaka dia akan mengctahui siapa yang Illembuat tlliisan tersebllt. Karcna melihat
atau mendengarkan gaya bahasa yang dipakai pengarang tersebut.
IJFred D. White, The Writer's Art: Apractical Rhetoric and Handbook (California:Wadsworth, 1986), h. 420.
I"Gorys Keraf, Uiksi dan (Jaya 13ahasa (Jakarta: PT Grallledia, 1985), h. I 13.
ISIbid.
32
Tarigan, berpendapat gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata dalam berbicara
dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca.16
Gaya
penulisan sangat luas pengcrtiannya. Ini mencakup bagaimana penulis mcnuliskan
karyanya dcngan mcnggunakan (chnik dan piranli saslTa yang ada. Bahkan karakteristik
dapat di masukan ke dalam gaya. 17
Tarigan mengatakan bahwa dalam berbicara seseorang Juga memakai gaya
bahasa. Jadi tidak hanya dalam bahasa lulis saja, karena kalau dipcrhatikan gaya
seseorang dalam menyampaikan sesuatu hal pasti berbeda, masing-masing orang
mempunyai ciri khas tersendiri.
Kera" nlel11J1nbahkan, gaya "ahasa lllclnungkinknn kita dapal lllcnilai priblldi,
watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. 18
Tidak beda dengan pendapat di atas, Mas menyatakan gaya bahasa juga
dimaksudkan dan dirujukan kepada gaya seseorang penulis menggunakan bahasa. 19
Pendapat tersebut menerangkan bahwa gaya bahasa itu dapat membedakan
antara hasil karya penulis yang satu dengan penulis yang lain, dan seterusnya.
l'cndeknya pcrbcdaan gaya bahasa s"orang pcnulis dcngan penulis lainnya dapal saja
16Henry Guntur Tarigan, Pengaiaran Gaya Bahasa (Bandung: Angkasa, 1986), h. 5.
J'lIndonesian Background Speakers, Good 10 Know, Indonesian Background Speakers,(http://hsc.scu.edu.an/indonesian/backspk/I 08/2000), h.4
18Keraf, op. cit., h. 113.
19Mas, op. cit., h. 14.
33
te~jadi, karena kcsenangan/kegemaran dalam menYlislin kata-kata atau lIngkapan dan
kalimat setiap penulis mempunyai cara tersendiri. Menurnt Keraf sebuah gaya bahasa
yang baik hams mengandung tiga unsur berikut. Pertama kejujuran, dalam bahasa
bcrarti : kila mcngikuti aturan-aluran, kaidah-kaidah yang baik dan bcnar dalam
berbahasa. Pemakaian kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang
berbelit-belit, adalah jelas untuk mengandung ketidakjlljuran. Kedua : Sopan santun,
yang dimaksud dengan sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati
orang yang diajak bcrhicara, khllsusnya pcndcngar atau pClllhcda. K"tigl/ Mcnari/<,
sebuah gaya yang menarik dapat diukur melallii beberapa komponen berikut: variasi,
humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya
khayal (imajillasi).20
Pemyataan di atas menyarankan agar gaya bahasa disusun berdasarkan pada
pandangan yang positif terhadap pendengar atau pembaca. Rasa hormat di atas dapat
tidak hcrarti Illclllhcrikan pcnghargaall atau Illcnciplakan kcniklllalan Illclailli kala-kala,
atau mempergunakan kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan
masyarakat beradab. Bukan itu, rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan
melalui kejelasan dan kesingkatan kata.
Dari beberapa pendapat yang berkenaan dengan gaya bahasa tersebut dapat
ditarik beberapa kesimpulan. Pertama : gaya bahasa pada hakikatnya adaIah cara
penyampain bahasa sescorang baik sccara lisan maupun tulisan.
20Keraf,op. cit., h. J15.
34
Kedua : gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergllnakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin
baik pula penilaian orang kepadanya ; semakin bumk gaya babasa seseorang, semakin
buruk pula penilaian diberikan padanya. Ketiga: sebuab gaya bahasa yang baik harns
mengandung tiga lInsur berikllt : kej lIj uran, sopan-santun, dan menarik.
Pentingnya pcngctahllan gaya bahasa bagi mahasiswa f7akliltas Dakwah
berkaitan dalam rangka menunjang mata kuliah praktikum dakwah. Sebagai mahasiswa
dakwah, mereka dilunlullinluk dapal mamahami gaya bahasa sebagai penunjang dalam
penyusunan naskah pidato.
Berdasarkan pilihan kala, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling
tepat untuk tempat-tempat tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya kata dilihat dari
pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kala lain, gaya bahasa ini mempersoalkan
ketetapan dan kesesuaian kata dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Menurut Keraf dalam bahasa slandar (bahasa baku) dapatlah di bedakan :
a) Gaya bahasa resmi, adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang di pergunakan aleh
mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
b) Uaya bahas., tak rcsmi merllpakan gaya bahasa yang dipergllnakan dalam bahasa
standar, khusllsnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang
formal.
35
c) Gaya bahasa percakapan dalam bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer
, jdan kata-kata percakapan.-
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan
gaya bahasa adalah pengetahuan ingatan mahasiswa tentang gaya bahasa, yang
tercermin pada kemampuannya mengingat gaya bahasa berdasarkan pilihan kata,
mengungkapkan dan mengetahui perbedaan-perbedaannya dan menjadikannya sebagai
acuan dalam menyusun sebuah tulisan.
Ukuran-ukuran pengetahuan gaya bahasa mahasiswa adalah :
I) kCll1all1puannya Il1cll1ilih kat,l-kata yang tepat dalall1ll1cmbuat tulisan .
2) kemampuan untuk menangkap ide-ide universal yang kemudian dituangkan dalam
tulisan.
3) Kcmampunmya mcngu/ang kembali lermin%gi-lerll1inoJogi yang berkenan dengan
jenis-jenis gaya bahasa.
Pengetahuan mahasiswa tentang gaya bahasa dapat dilihat dari beberapa aspek
seperti ingatannya tentang rumusan-rumusan gaya bahasa, dan kemampuan memahami
makna lJmlJm gaya bahasa serla ll1engaplikasikan ide-idenya da/am tulisan.
Uraian di atas dapat disill1pulkan bahwa pengatahuan gaya bahasa adalah
kemampuan mengingat atau mcngenaJ jenis-jenis gaya bahasa kemudian dapat
mcmpcrgunakannya dalam tulisan.
211hid.,117-120.
36
Pengetahuan gaya bahasa dalam penelitian ini akan diukur dari pengetahuan
khusus, dan pengetahuan umum. Dimensi dan indikator yang terdapat dalam
pengatahuan tentang gaya bahasa seperti yang tertera dalam tabel 3 berikut ini:
Demensi Indikator
1. Pengetahuan Khusus - Mengingat rumusan-rumusan
- Mengetahui teknologi suatu
konsep
2. Pengetahuan umum - Mengetahui pemakaian-pemakain
gaya dalam tulisan
- J11cngctahui gaya dari suatu tul isan
- mampu menjadikannya sebagai
landasan I kekuatan menulis
.... _.
J7
It Keranglw Her-lildr
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disusun kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Hubungan Sikap terhadap Hahasa Indonesia dengan Kemampuan Menyusun
NlIsklih Pidato
Sikap nahasiswa terhadap bahasa Indonesia dapat terlihat dari reaksi positif atau
negatif yang mencakup aspek kognisi yang dicirikan dengan paham atau yakin,
I1lcngclahui cara I1lcmakainya, dan afcksi yang dicirikan pada rasa senang
mempergunakan bahasa Indonesia, serta konasi yang bercirikan pada usaha dan upaya
mempraktikan bahasa Indonesia.
Kemal1lpuan menyusun naskah pidato rnahasiswa Fakultas Dakwah dapat dilihat
jika rnahasiswa tersebut mampu menuangkan pikiran, perasaan atau gagasan dalam
bentuk tulisan atau naskah pidato yang siap dipidatokan pada khaJayak ramal, guna
l11encapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian tersehut didllga terdapat hllhungan antara sikap terhadap
bahasa Indonesia dengan kemamplian menyusun naskah pidato.
2. HubungllU I'cngatahUlIII Gaya Halulsll dcngan Kcmampulln Mcnynsusn
Naslmh Pidato
Kemampuan l11enyusun naslcah pidato mahasiswa Fakultas Dakwah adalah
Icemampuan dalam menllangkan pikiran, perasaan, atau gagasan dalam bentuk tulisan
atau naskah pidato yang siap dipidatokan di depan khalayak rarnai guna rneneapai suatu
r- MU,IK\ 1'~:RrllSTAK""AN UTAMA! l','J ,_In\
----~.,
38
tujuan yang telah ditentukan. l'engetahuan ll1ahasiswa terhadap gaya bahasa adaJah
kemampuan mengingat atau mengenal jenis-jenis gaya bahasa kemudian dapat
mempergunakannya dalam tulisan.
Pengetalman gaya bahasa mahasiswa akan mebantu mahasiswa daTam menyusun
naskah pidato, karena di sini nwhasiswa ditunlut unluk lIlemilih kata-kala yang tepat
agar menghasilkan sebuah tulisan atau pidato yang menarik. Dengan demikian diduga
terdapat hubungan antara pengatahuan gaya bahasa dengan kell1ampuan menyusun
naskah pidato.
3. Hubungan Sikap tel'hadap Bahasa Indonesia dan I'engatahuan Gaya Bahasa
lIellgllll l(ellllllllJllIlllI MellYlIslI1I NllSkllh l'illlll0.
Kesetiaannya yang didasari dengan keillginall untuk mempergunakall bahasa
Indonesia dalall1 segala segi kehidupan, merupakan cerminan dari sikap yang positif
seseorang terhadap bahasa Indonesia. Tentunya penggunaan bahasa di sini kaitannya
dengan pilihan kata yang tepal dan penggunaan gaya bahasa yang baik dalam menyusun
sebuah naskah pidato. Dengan demikian diduga sikap terhadap balllL~a Indonesia dan
pengatahuan gaya bahasa memiliki hubungan dengan kemampuan menyusun naskah
pidato
39
C. Perumusan JIipotesis
Berdasarkan deduksi dari perumusan masaIah, deskripsi teolitis dan kerangka
berfikir, hipotesis peneIitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
I. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap bahasa Indonesia
dengan kemampllan menYllslln naskah pidato.\
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antam pengetahuan gaya bahasa dengan
kemampuan menyusun naskah piBato.
•3. Terdapat hllbllngan positif yang signiflkan anlara sikap lerhadap bahasa Indonesia
dan pengetahuan gaya bahasa seeam bersama-sama dengan kemampuan menyusun
naskah pidato.
BAB nrMETODE PENELITIAN
A. J>OpUhlSi, Sampcl dan tclmi" pcngambilan sallll'cI
Populasi penelitian ini adalah mahasiawa Fakultas Dakwah lAIN Jakarta.
Sampel penelitian diambil secara acak berjumlah 100 (seratus) mahasiswa yang secara
acak pula diambil dari mahasiswa scmestcr V (lima) tahun ajaran 2000/200 I.
Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara acak proporsional dengan masing-masing
jurusan sebanyak 25, dari dua kelas setiap jurusan.
Langkah pengambilan sampcl yang dilakukan adalah: I'ertama, pcnarikan secara
herkelompok dari semua jurusan di Fakultas Dakwah yaitu jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI), Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Manajemen Dakwah (MD),
Pengembangan Masyarakat Islam (PM1). Kedua, penelitian secara berlapis di 4 jurusan
tersebut yaitll mahasiswa semester V(lima). Dari 320 mahasiawa ternyata ada yang tidak
mengikuti tes pertama, tes kedlla dan tidak semlla mengisi kuesioner sikap terhadap
bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil tes dan kuesioner yang diisi, tidak semlla memenuhi syarat
untuk dianalisis. Setelah diseleksi secara cermat diperoleh 100 pasangan data yang
memenuhi syarat untuk dianalisis. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini 100 orang
mahasiswa.
41
B. Metode pengumpulan data
Ada tiga jenis instnunen yang dipergunakan dalam penelitian ini, yakni (1)
Instrumen kuesioner sikap terhadap bahasa Indonesia, (2) Instrumen tes dalam
pengetahuan gaya bahasa, dan (3) Instrumen tes kemampuan menyusun naskah pidato.
Ketiga instrumen itu dibuat sendiri oleh peneliti.
Instrumen pertama berupa daftar isian (kuesioner) berisi pilihan dengan angka
skala 5 sampai dengan I; lnstrllmcn kcdlla bcrupa tcs o~jcktif dcngan cmpat pilihan
(option) A,B,C,D; sedangkan instrumen ketiga berupa penilaian terhadap naskah pidato.
Ketiga inslnllnen diuji cobakan pada sebagian poplliasi (selain s;lInpd) terlebih
dahllili. Rcrdasarkan analisis inkrcn yang dilakllkan dapal di kclahlli soal-soal yang
layak dan tidak Iayak digllnakan. Soal yang tidak Iayak diperbaiki (dircvisi) struktur
kalimat, pilihan kata, option dan pernyataan masing-masing soalnya, soal yang direvisi
digllnakan lIntlik Illcnjaring dala pcnelilian.
a.) Instrumen kucsioner sikap terhadap bahasa Indonesia.
Validitas instrumen kllcsioncr sikap terhadap bahasa Indonesia digllnakan
kucsioncr dcngan skala I.iker!. Dalarn skala l.ikcrt. pcrnyataan-pcrnyalaan yang
diajukan baik pernyataan positifmaupun negatif, dinilai oleh subjek untuk menilai aspek
kognisi, ateksi, dan konasi digunakan penilaian subjek dengan sangat setuj u, setuju,
kurang sctUjll, tidak sctlljU, dan sangal lidak sct~jll. Sclanjutnya, pcnilaian dilakukan
dengan menggunakan diskriptor yang memiliki skala 5 sampai dengan I. Item kq,'l1isi
sebanyak 10 item, afeksi 10 item, dan konasi sebanyak 10 item.
43
C. Tclmik An,tlisis Dala
Analisis data yang dipergunakan da/am penelitian ini ia/ah teknik koreJasi dan
regresi. PoJa hubungan antar variabel da/am penelitian ini dapat digambarkan sebagai
bcrikul:
X2
Keterangan :
X I : Sikap terhadap Bahasa Indonesia
X2 : Pengetahuan Gaya Bahasa
Y : Kemampllan Menyusun Naskah Pidato
Peng~jian -pengujian hipotesis yang akan diJaklikan meliputi analisis:
I) Korelasi sederhana dan koreJasi ganda yang dilanjutkan dengan uji keberartian
Iwrelasi;
2) Regresi antara variabel-variabel prediktor dengan variabel kriterillm, baik secara
sendiri-sendiri mallpun terpisah. Adapun Jangkah-Jangkah anaJisis data yang
dilakukan ada/ah:
Pertama, mengolah hasil tes dan lIji validitas dan lIji reliabilitas.
Kedua, mengllji norma/itas, uji Jinearitas, dan uji independent.
44
Ketiga, menghitung korelasi sederhana antara variabeI dan signifikansi
keberartiannya.
Keel1lfJat, menentukan persamaan regresi sederhana dan menguji keberartiannya.
Kelil1la, menghitung korelasi ganda can signofikansi keberartiannya.
Keenal1l, menghitung sumbangan reIatif dan efektif setiap variabel prediktomya.
Validitas dan reIiabilitas instrumen merupakan syarat bagi pengujian hipotesa
penelitian dalam mellcapai sasar:lIlnya I<eduanya diperlukau karella dapat mCllulljukknn
sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur dan suatu
pengukuran yang relatif konsisten apabiIa pengukuran diulangi dua kali atau Iebih. I
Baik uji validitas IllaU/HIIl u;i reabilil:IS yang digullakan da/am pelleliliall 1111,
keduanya menggunakan Product Moment (Pearson). PengoIahan data di sini peneliti
memakai cara SI'SS ver-si JO.
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sbb:
I. Ho: Tidak terdapat hubungan yang berbanding Iurus antara sikap terhadap Bahasa
Indonesia (X,) dengan kemampuan Menyusun Naskah Pidato (Y). Ho : 1', = 0
II,: Tcrdapal hubullgall yallg bcrballdillg lunls alllan! sikap tcrhadap Bahasa
Indonesia (X,) dengan kemampuan Menyusun Naskah Pidato (Y). HI : 1', > 0
2. Ho: Tidak mendapat hubungan yang berbanding Iurus antara pengetahuan gaya
bahasa (X2) dengan kcmampuan Menyusun Naskah Pidato (Y) . H" : 1'2 : 0
HI: Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara pengetahuan gaya bahasa
(X2) dengan kemampuan Menyusun Naskah Pidato (Y) . HI : 1'2 > 0
3. Ho
45
Tidak terdapat hubungan berbanding lurus antara sikap terhadap Bahasa
Indonesia dan pengetahuan gaya bahasa secara bersarna - sarna ( Xu )
dcngan kemampllan McnYlIslin Naskah Pidato (Y) . Ho : NYI .2 = 0
HI Terdapat hubungan berbanding lurus antara sikap terhadap bahasa fndonesia
dan pengetahuan gaya bahasa secara bersama-sama (Xu) dengan
kcmampllan mcnYlIslin naskah pidato (Y). H[ : Nyu> 0
BAB IV
ANALISIS DATA
Ada beberapa tahapan di dalam menganalisa data. Pertama yaitll lIji eoba yang
berfungsi untuk melihat apakah butir instrumen memiliki validitas atau tidak, dengan
melihat apakah tiap blltir memiliki nilai r ;;, nilai r- kriteria atau tidak, kemudian
deskripsi data yang menggambarkan tentang data yang diperoleh, lalu uji hipotesis untllk
mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau ditolale
A. (JjiCollll
Penelitian mengadakan lIji eoba dengan menggunakan product moment. Hasil
yang didapat dari 100 responden dengan derajat kebebasan (n-2) = 98, maka niJai r
kriteria = 0,205. Butir yang droup out karena tidak valid sebanyak 12 butir dari 30 butir,
sehingga hanya ada 18 blltir yang daral dijadikan inslrllmen dengan nilai r dari liar blltir
seperti yang ada pada tabel di bawah ini:
Butir r Butir r Butir r Butir r
0,3104 9 0,2991 19 0,3738 26 0,2704
3 0,2416 10 0,3054 22 0,2618 27 0,2454
6 0,4645 I 1 0,2703 23 0,2179 30 0,2280
7 0,2554 IJ 0,2792 24 0,2460
8 0,299J 14 0,2894 25 0,2189
n. Desl<ri(lsi Data
1. Sil<a(l terhada(l Bahasa Indonesia
Pada butir I, responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang, setuju
49 orang, kUning SCluju 22 orang, lidak sClUju 13 Onlng, dan sangal lidak scluju 4 onlng.
Dari data ini dapat langsung IcrJihaljika data kita pcrscnkan akan tampak : sangat sctuju
12%, setuju 49%, kurang setuju 22%, tidak setuju 13%, dan sangat tidak setuju 4%.
Pada bUlir J yang Illcnjawab sangal setuju hanya 6 orang, setuju 10 orang,
kurang sctuju 31 orang, tidak setuju 34 orang, dan sangat tidak sctuju 19 orang. .lika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 6%, setuju 10%, kurang setuju 3 J%, tidak
setuju 34%, dan sangat lidak sctuJu 19%.
Pada bUlir 6 yang Illcnjawab sangat sctuju 5 oTanI'" setuju 8 orang, kurang scluju
43 orang, tidak setuju 33 orang, dan sangat tidak setuju II orang. Jika dipersenkan akan
tampak : sangat sctuju 5%, setuju 8%, kurang setuju 43%, tidak setuju 33%, dan sangat
lidak scluju 11%.
Pada butir 7 yang menjawab sangat setuju sebanyak II orang, setuju 33 orang,
kurang setuju 29, tidak setuju 21 orang dan sangat tidak setuju 6 orang. Jika dipersenkan
akan lampak: sangal scluju II'}", setluu33%, kurang scluju 29%, lidak sCluju 21%, dan
sangat tidak sctuju 6%.
Pada butir 8 yang menjawab sangat setuju ada 5 orang, setuju 9 orang, kurang
scluju 20 orang, tidak setuju 33 orang, dan sangat tidak setuju 33 orang. .lika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 5%, setuju 9%, kurang setuju 20%, tidak setuju
33%, dan sangat tidak setuju 33%.
48
Pada butir 9 yang menjawab sangat setuju R orang, setuju 12 orang, kurang
setuju 15 orang, tidak setuju 33 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju 32 orang,
Jika dipersenkan akan tampak : sangat sctujll 8%, sctlljll 12%, kllrang sellljll 15%, tidak
setuju 33%, dan sangat tidak setllju 32%,
Pada butir lO yang menjawab sangat setuju 8 orang, setuju 31 orang, kurang
SClllJlI 28 orang, lIdak SCIlIJlI l.2 orang, dan yang sangal lIdak SCIlIJlI II orang, Jika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 8%, setujll 31 %, kllrang setuju 28%, tidak
setuju 22%, dan sangat tidak setllju 11%,
Pada butir II yang menjawab sangat setlljll 4 orang, setujll 10 orang, kllrang
setujll 42 orang, tidak setujll 29 orang, dan yang menjawab sangat tidak setlljll 15 orang,
Jika dipersenkan akan tampak : sangat setuju 4%, setuju 10%, kurang setlljll 42%, tidak
setuju 29%, dan sangat tidak setuj u 15%.
Pada butir 13 yang mcnjawab sangat setlljll 2 orang, setlljll 21 orang, kurang
setuju 33 orang, tidak setujll 26 orang, dan yang sangat tidak setlljll 18 orang, Jika
dipersenkan akan tampak : sangat setlljll 2%, setuju 21%, kurang setuju 33%, tidak
setuju 26%, dan sangat tidak sctuju IR%.
Pada butir 14 yang mcnjawab sangat sctlljll 16 orang, sctlljll 52 orang, kllrang
setuju 21 orang, tidak setuju 10 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju 1 orang.
Jika dipersenkan akan tampak: sangat setuju 16%, setuju 52%, kurang setuju 21%, tidak
setlljll 10%, dan sangat tidak scllljll 1%.
Pada butir 19 yang menjawab sangat setuju 4 orang, setuju 14 orang, kurang
setuju 33 orang, tidak setuju 29 orang, dan yang sangat tidak setuju 20 orang. Jika
49
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 4%, setuju 14%, kurang setuju 33%, tidak
setuju 29%, dan sangat tidak setuju 20%.
I'ada bulir 22 yang mcnjawab sangal seluju 16 orang, seluju 50 orang, Iwrang
setuju 26 orang, tidak set~ju 4 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju 4 orang.
Jika dipersenkan akan tampak : sangat setuju 16%, setuju 50%, kurang setuju 26%, tidak
setuju 4%, dan sangat tidak SCluju 4'%.
Pada butir 23 yang menjawab sangat setuju 29 orang, setuju 57 orang, kurang
setuju 8 orang, tidak set~ju 3 orang, dan yang sangat tidak setuju 3 orang. Jika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 29%, setuju 57%, kurang setuju 8%, tidak
setuju 3%, dan sangat tidak setuju 3%.
Pada butir 24 yang menjawab sangat setuju 7 orang, setuju 9 orang, kurang
setuju 39 orang, tidak setuju 3 lorang, dan yang menjawab sangat tidak setuju 14 orang.
Jika dipersenkan akan tampak : sangat setuju 7%, setuju 9%, kurang setuju 39%, tidak
setuju 31 %, dan sangat tidak sctuiu 14%.
Pada butir 25 yang menjawab sangat setuju 3 orang, setuju 17 orang, kurang
setuju 45 orang, tidak setuju 26 orang, dan yang sangat tidak setuju 9 orang. .Iika
dipersenkan akan tampak : sangat setuj!J 3%, setuju 17%, kurang setuju 45%, tidak
setuju 26%, dan sangat tidak setuju 9%.
Pada bulir 26 yang mcnjawab sangat scluju Ii orang, scluju 37. orang, kurang
setuju 19 orang, tidak setuju 23 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju 13 orang.
Jika dipersenkan akan tampak : sangat setuju 8%, setuju 37%, kurang setuju 19%, tidak
setuju 23%, dan sangat tidak Seluju 13%.
50
Pada butir 27 yang menjawab sangat setuju 3 orang, setuju 27 orang, kurang
sctujll 36 orang, tidak sctlljll 21 orang, dan yang sangat tidak sctllju 13 orang. Jika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 3%, setuju 27%, kurang setuju 36%, tidak
setuju 21%, dan sangat tidak setuju 13%.
Pada 1>1Itir J() yang Incn.llnval> sanga' Scllljll 511 oiling, scllljll JJ oiling, kurang
sctujll 7 orang, tidak sctlljll , orang, dan yang sangat tidak sctlljll , orang. ./ika
dipersenkan akan tampak : sangat setuju 58%, setuju 33%, kurang setuju 7%, tidak
sctllju 1%, dan sangat tidak sctlljll 1%.
2. Pengetahuan Gaya Bahasa
Pada tcs pcngctahuan gaya bahasa soal yang dibcrikan adalah 30 i'cm dengan
bobol nilai masing-l11Hsing butir I. Skor nilai yang dipcrolch sctclah diadakan lcs
pegetahuan gaya bahasa terhadap 100 responden didapat skor tertinggi 27 sebanyak satu
orang, jika dipersenkan menjadi 1%. Skor 22 sebanyak 3 orang, jika dipersenkan 3 %.
Skor 21 scbanyak 6 orang, jika dipcrscnkan mcnjadi 6%,. Skor 19 scbanyak 7 orang jika
dipersenkan menjadi 7%. Skor tengah-tengah terdapat pada skor 13 yaitu 13 orang jadi
sarna dengan 13% dan skor I I sebanyak II orang jika dipersenkan rnenjadi II %. Skor
tcrcndah ada/ah t dcnganjlll1llah 4· orang,jika dipcrscnkan mcnjadi 4%.
3. Kemampuan Menyusun Naslmh Pidato
Pada tcs Iwmampllan mcnyusun naskah pidato dari 100 rcsponden terdapat skor
tertinggi 9 sebanyak 8 orang, jika dipcrsenkan menjadi 8%. Skor 8 sebanyak ]5 orang,
51
jika dipersenkan menjadi 15%. Skor se/anjutnya ada/ah 7 sebanyak 18 orang, jika
dipersenkan menjadi 18%. Skor 6 merupakan skor tengah sebanyak 22 orang, jika
dipersenkan menjadi 22%. Skor 5 diperoleh oleh 20 orang, jika dipersenkan menjadi
20%. Skor 4 sebanyak 13 orang, jika dipersenkan menjadi 13%. Dan terakhir skor
terendah yaitu 3 sebanyak 4 orang,jika dipersenkanmenjadi 4%.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
Penguj ian val iditas dan rei iabil itas adalah proSeS menguj i bulir-bulir pertanyaan
yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut sudah valid dan
reliabel. Jika butir-butir sudah valid dan reliabel, berarti butir-butir tersebut sudah bisa
untuk mengukur laktornya. Langkah se/anjutnya adalah menguji apakah faktor-Jaktor
sudah valid untuk mengukur konstrak yang ada.
Dalam pengujian butir tersebut, bisa saja ada butir-butir yang ternyata tidak valid
dan reliabe1, sehingga harus dibuang atau diganti dengan pertanya~n yang lain. Dalam
penelitian ini, pada variabel sikap terhadap bahasa Indonesia dipakai 30 butir
pertanyaan. Setelah lewat pengujian, ternyata ada 12 butir yang gugur, maka yang valid
dan reIiabeI tinggal 18 butir.
Analisis di mulai dengan menguji va/iditas ter/cbih dahulu, bam diikuti oleh uji
reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka otomatis ia dibuang. Butir-butir
yang sudah valid kemudian bam secara bersama diukur reliabelitasnya.
52
R ELI A B I I, I T Y ANALYSIS
Mean Std Dev
SCALE
Cases
(A L P 11 A)
53
1 • III IT I I~ 12. BUTIR23. BUTIR34. BUTIR4S. [JUTIRS6. BUTIR67. BUTIR78. BUTTR8~ . BUT 1I{~
10. BUTIR1011. BUTIR1112. BUTIR1213. BUTm1314. BUTIR1415. BUTIR1516. BUTIR1617. BUTIR1718. BUTIR1819. BUTIR1920. BUTIR2021. BUn 1\2 122. BUTIR22~)1. IHITIH/-\24. lJU'l'lH2425. BUTIR2526. BUTIR2627. BUTIR2728. BU'l'IR2B29. BUTIR2930. BUTIR30
l . ''.' nn4.0UOO2.49002.33001 •ql] () n2.63003.2200~,). 7()()n:.::~ . j I UU
3.03002.5900].(;90n~~. b.3()U
3.78003.95003.95003.91002. '113002.53003.9~00
:,:. :);,:UO3.7~00
IJ. ()Id){)
',_'.• lJ '( UO
2.79003.07002.8~00
~ .31004.1700~ . ~ GOO
.QQQH
1.08251.07771.1376
.9829
.96041.08791 .11] SgJ..2bOY1.1411
.99591 .00201.0690
.8713
.92521.1044
.91121.09711. 0867
.90811 .1163
.8947
.'n~1
J .0030.9352
1.21651.0798.66'l~1
.8415
.7577
jon.!)100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0JOO.O100.0]00.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0
tatistics forSCALE
Mean96.4700
Variance91.9486
N ofstd Dev Variables
9.5890 30
REI, I ART T, TTY
Item-total Statistics
T\N/\T,YSTS 17\ T, P II 1\)
54
BUTIRIBUTIR2IJUT UUBUTIR4BUTIR5BUTIR6J3UTIR7BUTIR8BUTIR9BU'J'lHI0BUTIRllBUTIRl2BUTIR13BIl'J' I RHBUTIR15BUTIR16BUTIR17BUTIR18BUTIR19BUTIR20BUTIR21BUTIR22BUTIR23BUTIR24nllTTH?I",BU'l'IR26BUTIR27BUTIR28BUTIR29BUTIR30
ScaleMean
if Item[ldcL"d
92 . 950092.4700:,U.913UO94.140094.530093.840003.250094.270094.1600~U.I]I]UO
93.880092.780093.8400fj? . (/HIO
92.520092.520092.560093.690093.940092.5300 .g3.550092.730092.410093.8000(n. (~Il()O
~J.4000
93.630092.140092.300092.0100
ScaleVariance
j.f ItemIl{~l(~Lcd
85.2197nQ.1607
86.889387.443582.9034}\~J.62TI
84.3405R4.8226il tJ • :'~ IJ H (J
85.965390.819885.2873H(, .I]I)Wl
89.302088.777488.1277U'I.832283.349988.7365;~q. (;l11J1iJ6.'I84987.618185.8384: i 'I . ;" '-, () Iiill . 112.4~;
85.871889.050989.747588.1312
CorrectedItemTotal
CorreldLioll
.3104
.0791• ~~ t] L b.1775.1925.4645.2SSlJ.2991.2384.3{)~)/J
.2703
.0065
.2792
.2WJIJ
.1024
.0938 v
.1748
.1416
.3738
.1395
.048?· 2618.2179· 24 60• ~,) 1nf)
.2'/04
.2454
.1946
.0936
.2280
Alphaif ItemDeleted
.6693
.6875
.0'144
.6798
.6782
.6581
.6'IJ2.6693.6748· bt;UB.6724.6919.6713· 1>/ J l.\.6844.6865.6794.6826.6633.6818.6g04.6735.6765.6740· (,7 I; ·'l
.6'/1'1
.6741
.6786
.6844
.6764
Reliability Coefficients
~ of Cases
Upha =
100.0
.6840
N of Items 30
55
Analisis:
Bagian pertama berisi data singkat dari ketigapullih butir, yang mencakup Mean
dan Standar Dcviasi dari Illasillng-Illasing blltir, yang dilanjlltkan dcngan Mean dan
Standar Deviasi untuk ketiga puluh butir tersebut, yaitu 96,47 dan 9,5890 yang
sebenamya tidak berarti karena data adalah interval. Perhatikan ada 100 kasus (case)
IIl1tllk selillp bllti ...
Bagian kedua adalah hasil dari proses validitas dan reliabilitas seperti telah
dijelaskan di atas, pengujian di Illulai dengan Illenguji validitas angket, baru kemudian
reliabilitas angket tersebut.
Langkah dalam menguji validitas butir angket di atas :
I. Menentukan hipotesis
II" .. Skor blllir bcrkorclasl pOSllll'dcllgllll skor lilklor
/-II = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor
2. Menentukan nilai r tabel
Dari tabel r (Iampiran), lIntuk df= jumlah kasus - 2, atau dalam kasus ini df = 100 - 2
=98. Tingkat signifikansinya 5%. Didapat angka 0,205.
3. Keplltllsan :
Terlihatdari 30 butir,ada 12 blltiryaitu: 2,4, 5,12,15,16,17,18,20,21,28, dan 29
yang di bawah r tabel, sehingga tidak valid. Sedangkan ke 18 blltir lainnya valid.
Catatan:
Karena ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan
dan diproscs analisis (scpcrli di atas) dililang lIntlik butir yang valid saja.
Residuals Statistics"
Std.Minimum Maximum Mean Deviation N
Predicted Value 5.09 7.36 6.14 .49 100Residual -3.02 3.09 4.88E-16 1.53 100Std. Predicted Value -2.136 2.499 000 1.000 100Std. Residual -1.949 1.996 .000 .990 100
a. Dependent Variable: Pidato
Charts
Normal P-P Plot of Regression Sta
Dependent Variable: Pidato
'<6
1.00 ,I
I
.75iII
.0 I0 50!~
0..
IE::::J IU I
u 25jQ)
1:5IIQ)
0-X
0.00 Iill0.00 25 .50 .75
Observed Cum Prob
57
D. Diteksi Normalitas
Diteksi dengan melihal penyebaran data (tilik) pada sumbu diagonal dari grallk.
Dasar pengambilan keplItllsan:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi Normalitas.
2. .Tika data menyebar jallh dari garis diagonal dan/atall tidak mengikllti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi NonnaJitas. I
Analisis :
Dari grafik di atas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai untuk
prediksi Kell1ampllan MenYllslIn Naskah I'idalo berd<lsar m<lsllkan variabel
independentnya.
ISinggih Santosa, Buku Lalihan SPS'J' Sialislik Paramelrik (Jakarta: Gramedia, 2000), h.
214.
Correlations
Correlations
SII<AP G.BAHASA PidatoSIKAP Pearson Correlation 1.000 .058 -.019
Sig. (2-lailed) .563 .853N 100 100 100
G.BAHASA Pearson Correlation .058 1.000 .302'Sig. (2-tailed) .563 .002N 100 100 100
Pidato Pearson Correlation -.019 .302" 1.000Sig (2-lailed) .853 002N 100 100 100
". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
JilULU(PEnpUSTAKA;\N liT
!'l"-! JAKUrlA
58
59
Analisis :
l. Arti angka korelasi
Ada dua hal dalam penapsiran korelasi, yaitu tanda + atau - yang berhubungan
dengan arah korelasi, serta kuat tidaknya korelasi.
Contoh: Antara sikap terhadap bahasa Indonesia dengan pengetahuan gaya
bahasa,didapat angkal· .058 (tanda + disertakan karena tidak ada landa .-'
pada out put, jadi otolllatis positif.
Hal ini bcmrli :
a. Arah korelasi positif, atau selllakin tinggi sikap terhadap bahasa Indonesia maka
pengetahuan gaya bahasanya cenderung aelllakin rendah, bcgitupun scbaliknya.
b. I1csar korclasi y;lI1g' 0,5, bcrarli sikar Icrhadap hahas;, Indoncsia Icnwh dcngan
pengetahuan gaya bahasa.
Demikian juga untuk korelasi sikap terhadap bahasa Indonesia dan pengetahuan
gaya bahasa, sCllluanya bcmrah ncgati f scmua korcJasi nya Icmah hanya -.0' <) alau
di bawah 0,5.
2. Signifikansi hasil korelasi
f fipolcsis :
Ho = Tidak ada hubungan (korelasi anlara duia variabel).
HI = Ada hubungan (koreIasi antara dua variabeI).
Uji dilakukan dua sisi.
60
Dasar pengambilan keputusan (berdasarkan probabilitas) :
a. Jika probabilitas > 0,05 (0,0 I) maka 1-10 diterima
b. Jika probabilitas < 0,05 (0,0 I) ll1aka II" ditolak 2
Keputusan:
Karena sell1ua angka probabi/ilas lebih besar dari 0,05, maka semua variabel
secara nyata tidak berkoreJasi. Catatan : Out put menyatakan SPSS menganggap angka
korelasi signitjkan pada level 0,0 I atau I %, dengan adanya tanda ** pada angka
0,302**
Karena ketiga variabel adalah kuantitatif, maka korelasi yang digunakan ada/ah
Pearson.
Allalisis :
I. Arti Angka Korelasi
Terlihat korelasi antara pengetahuall gaya bahasa - sikap terhadap bahasa
Indonesia dan sikap terhadap bahasa Indonesia -- kemampuan menyusun naskah pidato,
korelasi positif tapi sangat lemah, atau sikap terhadap bahasa Indonesia tidak ada
hubungannya dengan pengetahuan gaya bahasa atau tidak ada hubungan dengan
kemampuan menyusun naskah pidato.
2lbid, h. 152-153
61
2. Signifikansi Hasil Korelasi
Dari out put terlihat hanya besaran korelasi antara pengetahuan gaya bahasa dan
kCl1lal1lpuan I1lcnyusun naskah pidal() saja yang signifikan (pada Icvcl 5 'Yo, yailu 0,002),
sedangkan yang lain tidak signifikan (angkajauh di atas 0,005, yaitu 0,563 dan 0,853).
63
F. Regresi
Anlllisis :
1. Model Summary
a. Angka R sebesar 0,305 menunjukkan bahwa korelasi/hubungan antara
kemampuan menyusun naskah pidato dengan 2 variabel independent-nya
ada/ah lemah. Catalan : DGt~nisi lemah karcna angka di bawah 0,5.
b. Standart Error of Estimate (SEE) ada/ah J,55 (satuan yang dipakai adaJah
variabcl dependent / kcmampuan mcnyusun naskah pidato). Makin kccil SEE
akan mcmbuat modcl rcgrcsi scmakin tcpat da/am mCl11prcdiksi variabcl
dependen.
2. Anova
Dari uji ANOVA atau F Icsl, didapal F hilung adalah 4,963 dcngan lingkal
signitikansi 0,009. Karena probabilitas (0,009) jauh lebih kecil dari 0,05, mnkn model
rei,'Tesi bisa dipakai untuk memprediksi kemampuan menyusun naskah pidato. Atau bisa
dikatakan sikap terhadap bahasa Indoncsia dan pcngctahuan gaya bahasa sccam
bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan menyusull naskah pidato.
3. Koefisien Regresi
a. Persal11aan Regresi Kel11al11puan menyusun naskah pidato = 5,507 + (-7,717 +
8,433).
64
b. Konstanta sebesar 6,223 menyatakan bahwa jika tidak ada sikap terhadap bahasa
Indonesia dan pengetahuan gaya bahasa, kemal11puan menyusun naskah pidato
memiliki skor 5,507.
c. Kocflsicn rcgrcsi -7,7 17 Illcllyulukull bahwu scliul' pCllulllbuhun (karcna [anda -) sa[u
skor akan mengurangi Kel11al11puan menyusun naskah pidato sebesar 7,717.
d. Koefisien regresi 8,433 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) I
skor akul1111cllingkatkun kClllulllpllun lllcnyllsul1llaskuh piduto scbesar 8,433.
e. Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independent.
Hipo[csis :
He = Koefisien regresi tidak signifikan
HI = Koefisien regresi signifikal1
Pengambilan keputusan (berdasarkan probabilitas) :
I. Jika probabilitas > 0,05 maka Hn diterima
2. Jika probabilitas < 0,05 maha He ditolak
Keputusan:
Terlihat bahwa pada koJol11 Sig / Significance:
I. Variabel sikap terhadap bahasa Indoncsia I11cl11punyai angka signifikan 0,706 di alas
0,05. Karcna itu variabel independent tersebut tidak mempcngaruhi pidato.
65
2. Variabel pengetahuan gaya bahasa mempunyai angka signifikan 0,002 di bawah
0.05, lcarena itu variabcl independent tersebut mempengaruhi kemampuan Illcnyusull
naskah pidato.
BABV
KESJMPlJLAN, DJSKlJSJ, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Uraian pada anal isis dala dapal disimplilkan bahwa:
I. Terdapat hllbungan yang negatif dan tidak signifikan antara skor sikap terhadap
bahasa Indonesia dengan kemampuan lllenYllsun naskah pidato, dengan kelelllahan
( r ) = 0,205 dan besar hllbllngannya ( r2) = 0,042. Artinya sikap terhadap bahasa
Indonesia sangal lemah sck;Jli hllhllngannya dcngan kcmalllplian Illcny"slll naskah
pidato.
2. Begitupliia dengan skor pengetahuan gaya bahasa tidak ada hubllngan positif yang
signifikan dengan kemampuan mcnyllsun naskah pidato.
3. Terdapat hllbllngan positif yang signifikan antara sikap terhadap bahasa Indonesia
dan pengetahllan gaya bahasa secara bersama-sama dengan kemampuan Illenyusun
naskah pidato. Artinya sClllakin Illalllpu scorang mahasiswa Illenyusun naskah pidato
maka semakin tinggi sikap lerhadap bahasa Indonesia dan pengelahuan gaya
bahasanya.
B. Dis/msi
Melahirkan sebllah naskah pidato yang baik tentllnya sangat didukung oleh sikap
mahasiswa terhadap bahasa Indollesia dan pengetahuannya terhadap gaya bahasa.
Pendidikan hahsa Indonesia yang Idah dilerima dari lingkal Sf) sall1pai pergllrllan linggi
67
tidak menjamin mereka untuk memiliki sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia.
Begitupula dengan pengetahuan mereka tentang gaya bahasa tidak menjamin mereka
untuk dapat menyusun sebuah naskah pidato yang baik.
Numun hal ini dapul dial1lsi dcngun scmakin ccrmulnya guru bahasa unluk
menanamkan sikap yang positiflcrhadap hahasa Indonesia terhad,.p mahasiswanya. Juga
harus ada saling keterkaitan antara sikap terhadap bahasa Indonesia dan pengetahuan
gaya bahasa secara bersama-sama di<Darkan dalam menyusun sebuah naskah pidato.
C. Saran
Memiliki sikap yang posilif lerhadap bahasa Indonesia tidaklah mudah. Apalagi
menanamkannya kcrada anak didik. Alangkah haiknya hila semuanya dillllllai dari
pengajar bahasa Indonesia itll scndiri. Dengan menllnjukkan sikap yang positif terhadap
bahasa Indonesia pada anak didik, sedikit-sedikit akan tertanam di dalam diri anak didik
lerseblll sikar yang posiliflerhadap bahasa Indonesia.
Ada baiknya Fakultas Dakwah yang memang selalu berhubungan dengan
masalah pidato, memberikan perhatian lebih dalam mempeIajari bahasa Indonesia bagi
mahasiswa-mahasiswanya. Karena dengan sileap yang positif lcrhadap bahasa Indonesia
dan tingginya pengetahuan gaya bahasa akan sangat mempengaruhi kemempuan
mahasiswa tersebut dalam menyusun sebuah naskah pidato.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti., dkk. I'ell/hillilllll K,'lI/allll>1lan A'/cllnlis !iahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga, /999.
Allport and W. Edgar Vinacke. lhe I\ycholo,!!y olThinking. USA: McGraw-I-! ill, /974.
Ann, Mary. III/proving Adult I','nglish I,anguage I,earners' Speaking Skilf.,.", Ipllwww ,," I., II giN 1 ( '1'," IgcsIs/sl'L'lll. IIlg.'" Ill. -'.I!I! J .
Arifin, M. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. Pembinaan Kemampuan Berbicara BahasaIndonesia. Jakarta: Eriangga, 1988.
Background Speaker Indonesian. Good 10 Know. http://hsc.csu.edu.an/indonesian,1998.
h(( p:/Ih sc. csu. cdu.an/indoncs ian/backspklJ0812000.
Bela, Tom. Improving loS/, /'('01"1I('/".\" Wl'lting Ski/Is. Virginia:http://wwww.caI.orglNLCE/digcsts/writing.htm.2001 .
BJoom, Benjamin S. Taxonomy o/Educationa! Objectives. USA: Longman, J98 J.
Byrne, Donn. Teaching Writing Skills. London: Longman Group, 1979.
F/ood, James and Peler H. Sa/us. /'ungllage Lind the LLlnglluge Arts. USA: PracticeHall, 1984,
Gerungan. Psiko!ogi S'osia!, Bandung: Retika Aditama, 2000,
Gunarsa, Singgih D. dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa. I'siko!ogi I'mktis: Anak, N('}J/aja,dan Ke!uarga. Jakarta: PT Gunung Mulia, 2000.
Guntur Tarigan, Henry. Penf!,a!arrln (faya Raha,\'a. Bandung: Angkasa, J986.
Halim, Amran. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa Departemen P&K, J979.
Junus, Umar. Statistik: Suatu Pengantar. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989.
69
Kakonis, Tom E. & James C. Wilcox, Forms o/Rhetoric. New York: McGraw-HilI,1969.
Keraf, A. Sony dan Mikhael Dua. llmu F'engetahuan: Sebuah 'llnjauan Filosojis.Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia, 1985.
Kampasisi. Ende, Flores: Nusa Indah, 1980.
Kridalaksana, Harilllurti. Kamlls I.ingllistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utallla, 1993.
Kuntjaraningrat. Kehidupan Mentalita.\· dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia,1987.
Mas, Keris. Perbincangan Gaya Bahasa Sastera. Malaysia: Dewan Bahasa dan PustakaKementrian Pendidikan, 1990.
Maulana, Agus. Komunikasi antar Manusia. Jakarta: Profesional Book, 1997.
Mundhenk and Siebenschuh. Contact: A GUide ta Writing Skills. USA: HoughtonMifflin Company, 1978.
Nurgiyantoro. Penilaian dalam /'engajaran 8ahasa dan Sastra. Yogyakarta: I:3PFE,1995.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
Netol'do Iv/odel'll; /'el/llckotall /'l'aktfS. Handling: RClllajaRosdakarya, 1998.
Remmers 1-1. H. A. I'racticillllltroilllction to Measurement ilnilliwr!lIi1tion. USA: Harperand Brother, 1960.
Santoso, Singgih. JJuku /attl"'" S/'S'" Statfsflk /'al'wllell'lk. Jakarta: Uralllcdia, 2000.
Sediati, V. dan A. Widyamartaya. KreatifBerbahasa Menuju Keterampilan Pragmatik.Yogyakarta: Kanisi us, 1996.
Semi, M. Alar. Menu/is Fji!kti/: Padang: Angkasa Raya, 1990.
Shaari, Rahman. Memahami Gaya Bahasa. Malaysia: Dewan Bahasa dan PustakaKementrian Pendidikan, 1993.
Sudjana, Nana. Peni/aian Hasi/ Proses /:Ie/ajar Men!!.ajar. Bandl1ng: RcmajaRosdakarya, /9'19.
Suhardi, Basl1ki. Sikap Bahasa. Depok: Fakl1ltas Sastra Uf, 1996.
Sumantri, Maman. Teknik MenYlislin Pidah;lSamhlltan. Jakarta: ba/ai Pl1staka, /986.
Sl1riasl1lllantri, Jl1jl1n S. Fi/sajut f/mu; Sehuah Pengantar. Jakarta: Pl1staka SinarHarapan, 1998.
Syah, Muhibbin. Psik%gi Belcljar. Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999.
Uchjana Eflcndy, Onong. /fllla AOlllllllikasi; reori dUll f'raktek. Bandl1ng: RemajaRosdakarya, 1990.
White, Fred D. lhe Writer '.I' Art: A /'ractica/ Rhetoric and !lalldhook. California:Wadsworth, 1986.
Winkel, W. S. f'sik%gi l'engujaran. Jakarta: PT Grarnedia Widiasarana Indonesia,1996.
Wiyanlo, Asul. /'iduto yallg Melllll/wli. Jakarta: Ba/ai Pustaka, 1999.
Wortman, Camille B., et. 01. Psyc!w/ogjl. USA: McGraw-Hill, /992.
70
Lampiran
'31I3U~r14 BUlirl54
4 55 44 4
~-
2 4--~T
42 4
I 4 4
~__L_ 5
~+: ~~55-
4 5,I 44 4
~ ~-
_3 5~-
3 3~ -
2 J5 54 5
."--"
4 24 4
-~-_._-, -~-
4 ,~
4 5~- ---
4 44 4
-'._.
.-
IT 2
,I 55 ~-4 54 42 1---"-T- 3-3 21 )
.~2 44 {32 :1-4 J4 4_33 33 44 . 4 .'I 42-- 33
. ~5
---X-~-'-
3 4---.
Reso51 3 5 2 ~Resp52 5 5 3 3-_.-Resp53 4 4 2 3Resp54
.. r--3_~t-w_L-
Resp55 442 3
J~csp5~ 4 5 2 5Resp57 .-4 -4---4-- 2
!~;~;,r ~-I } ;1-;-\-~
Resp61 3 5 3 I
'~;rffitj-r]~:~tL~~;~~;_:RcspGG I S 1 I
J~sp_67 5 I .~ 2_ 1- IResp68 4
---' _..-Resp69 4 2 3 2- --~--
BcsP?2 2 , .1 3ResP2L 4 5
. -
~----- ...--- --- , .._-_~.'1'?2_ 3 3 2 2
_.. _--_.------Rcsp73 4 1 1Resp74 ·--1-+_C <I 2
-Resp7s""-- -.
4 3Resp76 4 3 3 2RCSl,ii
...~...._...
--
'I 2Rcsl'iS 5 3 2Resp79 2 4 3 2_R.cspHO 4 2 J .. 5_.. -
Resp81 I -~ 2 4
~82--
5 4 J 3Resp83 5 4 4 3Resp84 3 5 3 2Resp85 4 IS
~l··~RcspH6 4 4RcspR7 1 I 1 1Resp88 4 4 .. _5__ 1_-2_Rcsp89 4 3 ... <I . 4Rcil'90 3 5 2.. IRcsp91 -->..... <I 1 1Resp9Z-
---_.._~- - - -----, 1-2...I~nResp93 3 I
RC:1p9/1 -' I /.
Resp95 5 <I I IResp96 4 3mt1l..~97 4 323.._-- •....._----_.....•..•_.-Rcsp98 3 I 1 Ifco-- _.
-'i_L; -ILResp99 4
~.!.O.Q 2'----
IResp39 2 2 I 2 4 5 I 4-r3 1 2 I 2 TI 4 I 3 I 3 4 I 3 I 3 51'Resp40 4 3 4 2 5 - 5 ! 4 -l.2.- 3 4 i 3 I 4 2! 4 I 5 4, 3 I 4 65
!ReSP41 2 5 I 1 I I 1 I I 1 3 4 I 1 1 5 5 I 3 I 3 Iii 5 44Resp42 I 5 Is 5 5 4 4 I 4 i 4 4 3 4 1 3 4 4 4 4 1 4 I 4 74Resp43 I 4 14 34441414 4i3 3144334131466
1Resp44 2 3 3 3 I 2 I 4 ! I 4 3 D 4 4 3 3 I 3 I 5 I 52Resp45I' I I 2 2 J 4 __2_, 2 1 3 1 1 3 4H=tH=1!4 4__,_1 1 I I 1.55 _1 4.2 ,_Resp46, 5 3 2 ~ I 2 2 1 2 ,3 2 4 I 2 3 1 ,I --[--1--1 I 1 l~ F~2-Resp£ Iii 2 2 ~ I 3 2 i 2 i 2 3 2 i 1- 3 4 I 3 3 j I I I 1 39Rcsp48 3 ! 4 5 of i 5 5 I 5 I 4 4 3. II 4 I 4" 4 3 5 4 5 5 \ 78
'-Resp49 2 I 4 3 3 3 2 i 3 I, 2 - 4 3, r 2 -:-- 4 4 1 2 2 Iii,I 4 1 49Resp50 4 I 2 2 3 I 3 I 3 1 2 3 3 1 4 i 53! 2 i 2 3 5 3 1 53~~sp51_ 1 3 I 2 3 4 I 2! 3 I 3 4 3! 3 -!- 4 4 1 3~_~--,-~_~....s2-
~~~~HF~-;---~-, j-I-;,--~-: ~'+·'-;--1-~-~-~--~--T~ : ~ ; ~:--+-I ~:-
f~~~;~i=Ffff---'--~-r [--~---r--~--·-,·--·,-!-TT- r~~~ ,T--'---1 I r"i~=ff1~=i\~--'---~r"'TTr-f ~~-~IResp57T-;r-1 4 2 m 4 2 I 3 [3- 42J 3 I 4 4, i 4 I 2 3_ 3 i 5 I ~8Resp58 1--:r:I 3 5 I~ I I 2 ! 3 3, 4 L~ 4 3 R=n='3 4 1 2 4 I, 3 L~
!_ReSP59 I 4 I 2 3 4 I 3 4 'I :r-r3 2 5: 2 I 5__2-~ 1 '2 3 L._2.J~R~p60 1_4_J....3__._2._l 3 I 2 2_,2..L.'i 2_ 41 3 i 4 4! 2 I' 2 2 1 4 !~Resp61 3 I. 3 3 l 4 I 2 3' 4 ! 3 2 4 I 2. I 4 5 i 2 2 4 3 IH' 58RCSP62 41--1-- 2. t4 -r-I 1 i I I 2 2 4 i '; i 4 4 i 3' 3 --'2 2 I 4 49Resp63 1-2-1-3---2- 1 i 3 3 I 4 i 3 1 4' 1 i 2 3 i 3 4 5 4'-13,~
RCSP64]--3'r 3 2. ~4 i 2 2 I' 3 r--r--r 4 I. 3-! 4~)-i++''2. 4 2. 5 ~ 54.._Resp65 I 3 I 2.==::.:t=r= I ~ 2. 3! 2 3' 3_-t-I.J_ 4 I 3 3 4 3 I 5 52_Resp66 I I I 3 1 I I ,I I I I 2. 1 5! I i I 1 I I I 4 2 I I 5 33~esp67 1_ 5 I 2 _ 3 I 4 ,_ 2 2. i 3 I 2 2 4 I_I_ I 2 .4 I 312 4 4 J--:-J_~rResp68~--L 2~ 1 I 2_' I 2 4\ 2, T 2 5--r-213 4 4', 5 ~~IResp69 1 4 I, 3 3 I 4 _ I 1 2 I 5 II 1 4 1 2 15 5 I 3 2 3 4: 4 00
Resp70 I 2 I 3 3 I 3 '2 2 I 1 ! 3 3 4( 2 I 4 4 I 4 4! 3 4 I 4 55Resp71 I 4 I 3 2. I 2 3 2 2 1 3 4 5 i I I 5 i 2 4 I 54! 5 I 57
i Res~~ 3 I 2 3 I 2 2 _2 2 I 3 2 4 [ 3 I 4 4 I 2 2! 2 I -I 5 48Resp73', 4 'I I 2. I 3 1 I 3 L2. 3 5 I' 3 I 4 4 3 3 i 3 3i 4 I 53Resp74 I 3 4 3 i 5 i 2 3 3 I I 4' 5 2 1 5 5 I 2 4 1 - 3 I 5 I 60-Resp75 !4-T-4----3-1-:;-12 2 2 !-r--.-'-T!-----y-r-5--'''3--T~"2 3 3; 5 i 59
[ReSp,76. I '41-3--3 ! 312 3 4 i 3 3 "T]---;--T 3 5! -~ 3 2 4! 4 I~LResP77J 3 I 2 3 D i 3 _ 3 4T 3 3 4131 3 4 I 3 3 3 4 I 4 ~
5'3)
3'3''4'34''4
2 I 5 i 3 4 I 5 I I I 4 I 4 5
3 4 I 2 i I II 5 ! I
1I ,
j 4 I I~I 4 2 I I I
2 2 4 ! 4 I3 2 I I 5 i, I, 3 i 2 n3 5 r-~ I
.,
i, 0 I-3 4 , I , 1 I
i Resp78 4 ! 3 ! ---'. -_.I Resp79 2 I 3 f
~sp80 4 i 3 L~esp81 1 I 2 I,Resp82 5 I 3IResp83 5 ! 4 1-!Resp84 3 3!IResp85 4 I 3 II
Resp864 4 ~ 00
Resp87 3 I IResp88 4 I 5 4 3 5 I 5 4 . 3
!Resp89 4 4 5 53! 4 2 -'5,----,~3d±,---+1-,5-+i--4---·4--.-4-~-2 3 3 I I 5 66IResp90 3 2 I 3 4 i I I 4 3 i 2 . 4_~. 4 ' 4_! 3 4 4 II', 3 5 57'Resp91 3 I 3 5 I 4 3 4 3 4 3' 4 5· 5 '3 3 3, 4 5 65.'RCSji92.__'-3 .__~,~L,_±-...4,_3_,.3._ 4~ ~3 i ,~_.~4~ 4==4'L ~L.=--:TiL__ L,61.'IResp93.3 I 3 3 I I j . i 5 ...--3..__~8_i.-_3__4--i:-. 3 I 3 ...1-'_ ~.2..1•Resp94 _>-- I 2 3 i 2 2,---L:!__~.3... __ 2 .__=___' ..3 3' 4~_ 3 4 1 4.-.L..,~"Resp95 5 I 3 4 I, 2 2.. I 4 , 3_._.,L_,~.2.. 4_·_,~__2.., 3 4! 4 5 64 I
.
1Resp96' 4 2. 3 U. I 5..1 5 4.. ".' .:l..., _4 ... 2. 4.. __. 4...._._._3_.__.... ,3.. 3 I 3 5 1860.!Resp97' 4 2 ~__3_1__2__,_2._,_~__,4. 38=' 5 ,4 4 4 2 2 2 i 2 5 55!Resp98 3 I 3 4 I, 3 ' I I, 4 3._3 _±--.1__3 4 _',_4__3 4 . \ 4 5 57i Rcsp99 4 3 2 5 I 4 ~ I 3 2 5 4: 4 5 5· 5 I I j 2 5 64![["seIOD 2' 2' i 1- ,2--'-1-'-,--.-r-'T'T'I .. I'--O-._l "3 E~-2'-'-2--'; 3 -38'1
;;
Angka Kritik Nilai r
Derajat DerajatKebebasan 5% 1% Kebebasan 5% 1%
( df) ( df)
1 0.997 1 24 0.338 0.4952 0.95 0.99 25 0.381 0.4853 0.878 0.959 26 0.374 0.4784 0.811 0.917 27 0.367 0.4635 0.754 0.874 28 0.361 0.4636 0.707 0.834 29 0.355 0.4567 0.666 0.798 30 0.349 0.4498 0.632 0.765 35 I 0.325 0.4189 0.602 0.735 40 0.304 0.39310 0.576 0.708 45 0.288 0.37211 0.553 0.684 50 0.273 0.35412 0.532 0.661 60 0.25 0.32513 0.497 0.623 70 0.232 0.30214 0.497 0.623 80 0.217 0.28315 0.482 0.606 90 0.205 0.26716 0.468 0.59 100 0.195 0.25417 0.456 . 0.575 125 0.174 0.22818 0.444 0.561 150 0.159 0.20819 0.433 0.549 200 0.138 0.18120 0.423 0.537 300 0.113 0.14821 0.413 0.526 400 0.098 0.12822 0.404 0.515 500 0.088 0.11523 0.396 0.505 1000 0.062 0.081
3umber: Fisher dan Yates, "Statistical tables for biological agricultural andnedical research", dikutip dar; R.P. Ko/stoe, Introduction to Statistic for the3ehavioral Sciences, Homewood, Illinois, Dorsey Press, 1973.
(! Definisi ~\ons~p-l:ua.l
Kemampuan menyusun naskah pidato adalah kemampuan l1lenuangkan
pikiran, perasaan atau gagasan dalam bentuk tuli:;an yang siap dipidatokan kepada,
khalayak ral1lai guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Definisi Operasional
Kel1lampuan menyusun naskah pidato adalah skor yang diperoleh dari naskah
pidato yang telah dilulis olch rcspondcn, yang dimcnsi pcnilaiannya mcncakllp aspck
yaitu, l) kemal1lpuan menyusun pembukaan pidato, 2) kemampuan menyllsun isi
pidato, 3) kemampuan menyusun penutup pidato.
Aspel{, Dimensi, dan Indikator Kemampl,an menyusun Naskah Pidato
Aspek Dimensi Indikator NilaiNaskah Pidato 1. Kell1ampuan menyll sun - Perkenalan diri pembicara 3 - 1
pembulcaan pidato. - Gall1baran Ull1l<Jl1 tentangisi pidato
- Ilustrasi yang reievandengan isi pidato
2. Kemampuan ll1enyusun - Penjelasan 3 - Iisi piclnln - 1111kli ynng mcnclllkling
- Perbandingan3. Kemampuan menyusun - Sill1pulan isi pidato 3 - I
penutu pidato - Ajakan untuk ll1elakukansesuatu
- Penegasan isi pidato
Kriteria Penilaian
Aspek Naskah Pidato
a. Kemall1puan ll1enyusun pembukaan pidato
3. Perlcenalan diri pembicara
2. Gambaran umum tentang isi pidato
I. Ilustrasi yang reIevan dengan isi pidato
b. Kemarnpuan menyusun isi pidato
3. Penjelasan isi
2. Bukti yang mendukung
I. Perbandingan
c. Kemampuan menyusun penutup pidato
3. Simpulan isi ~idato
2. Ajakan untuk melakukan sesuatu
I. Penegasan isi pidato.
Definisi Konseptnal
Sikap te,rhadap bahasa Indonesia adalah kesetiaan yang didasari oleh
keinginan yang kuat untuk mcmpergunakan bahasa Indonesia dalam segal a segi
kehidupan.
Definisi Operasional
Sikap terhadap bahasa Indonesia adalah skor yang diperoleh dari kllisioner
tentang reaksi yang bersifat positif atau negatif yang mencakllp aspek I) kognitif;
yang dicirikan dengan paham dan yakin, mengetahui cara memakainya, 2) afeksi
yang dicirikan padit rasa senang mempergllnakan bahasa Indonesia, serta 3) konasi
yang tercirikan pada usaha dalam mempraktekkan bahasa Indonesia.
Kisi-Idsi Instrnmen Silmp te.-hadap Pemakaiau Bahasa Indonesia
Dimensi IndikatorPernyataan
Jumlah NomorI. Kognitif - Paham dan mengetahui carEt 10 1,2,3,4,5,6,
pemakaian bahasa Indonesia 7,8,9,10
2. Afeksi - Perasaan senang atau bangga 10 11, 12, 13, 14,
mempergunakan bahasa 15, 16, 17, 18,;
Indonesia 19,20
3. Konasi - Usaha dan upaya dalam 10 21, 22, 23, 24,
mempraktikkan bahasa 25, 26, 27, 28,
Indonesia 29,30
Jumlah 30
Butir Soal/KuisioUCl'
KUISIONER SIKAP TERHADAP BAHASA INDONESIA
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH JAIN JAKARTA
Petunjuk:
Bacalah pertanyaan dalam kuisioner dengan cennat, kemudian isilah kuisioner
ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya sesuai dengan pendapat Anda.
Pilihlah jawaban yang tersedia, yaitu :
SS jika Anda Sangat Setuju
S jika Anda Setuju
KS jika Anda Kurang Setuju
TS jika Al1lla Tidak Seluju
STS jika Anda Sangat Tidak Setuju
Cam mengerjakannya dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom yang tersedia
sesuai dengan pilihan Anda.
No Pertallyaall -'-=~r-Jawaban .::__ ...~--
SS S KS TS STSI Masyarakat Indonesia belum menjunjung
bahasa Indoncsia.
2 Bahasa daerah memperkaya bahasa Indonesia
3 Prinsip bahasa Indoncsia adalah "asal
dimengerti" .,4 Saya belajar bahasa Indonesia untuk
menghadapi ujian saja.
5 Orang Indonesia dapat jadi guru bahasa
Indonesia tanpa pendidikan khusus di bidang... -- - ..._.. .-,-,._--
itu. ~
6 Dibandingkan dengan bahasa daerah, bahasa
Indonesia kurang mampu mengungkapkan
perasaan bathin
7 Kemerosotan mlltu pendidikan kita
disebabkan rendahnya mutu pemakaian
bahasa Indonesia
8 Saya menganggap bahasa Indonesia pelajaran
yang kurang penting.
9 Pelajaran menulis slldah cukllp diberikan di
Sekolah Dasar saja.,10 Kaidah EYD sudah dikuasai di SD, SLTP,
SLTA
II Saya lebih bangga menyatakan sesuatll
dengan bahasa Inggris daripada dengan
bahasa Indonesia.
12 Saya bclllm puas dcngan pcngaJaran bahasa
Indonesia sekarang ini.
13 Saya tidak yakin kegunaan pelajaran bahasa
Indonesia untuk pengembangan penulisan
seseorang
14 Mernakai bahasa Indonesia yang baku dalam
diskusi mernbuat saya bangga
15 Kesadaran berbahasa secara benar rnembuat
orang lebih peka pada aturan-aturan
pernakaiannya.
16 Saya kecewalprihatin rnelihat orang terpelajar
dalam rnenulis mengabaikan kaidah EYD.
17 Secara jujur, saya belllm sepenuhnya dapat
menulis sc,;uai dcngan bid,," FYD.
18 Pengajaran bahasa Indonesia tidak perlu
menyita perhatian.
19 Ejaan bahasa Inggris lebih baik dari (lJaan
bahasa Indonesia.
20 Saya berusaha mempunyal buku pedoman
EYD dan mempelajarinya agar tulisan saya
mcngikuti pcrkcmbangan.
21 Semua dosen sudah dapat menulis seSUaI
dengan EYIJ
22 Saya membetulkan tulisan yang tidak sesuai
dengan EYD, paling tidak dalam tulisan saya
sendiri.
23 Mematuhi kaiclah EYD hcrarti mclatih diri
membedakan yang benar dari yang salah.
24 Ragam lisan dan tulisail sama saJa dalam
bahasa Indonesia
25 Mcmperdalalll bahasa Indonesia tidak perlu
ada belajar taillbahan.
26 Untuk perc,akapan schari-hari, tidak perlu
menggunakan bahasa Indonesia baku
27 Ejaan hanya menyangkut pemakaian hurllf
hurufsaja.
28 Semakin banyak latihan bahasa Indonesia,
semakin tinggi pemahaillan saya terhadap
konsep bahasa Indonesia.
29 Penulisan yang benar dapat diterillla di
kampus dan di masyarakat.
30 Menulis sesuai kaidah EYD tidak hanya
untuk jurusan bahasa, tetapi untuk senlUa
orang.
Definisi Konseptnal
Pengetahuiln gaya bahasa adalah ingatan ll1ahasiswa tcntang gaya bahasa,,
yang tercermin pada kemampuannya mengingat gaya bahasa berdasarkan pilihan
kata, mengungkapkan dan mengclahui perbedaan-perbedaannya dan menjaclikannya
sebagai acuan clalam ll1enyusun sebuah tulisan.
Dcfillisi Opcrasiollal
Pengetahuan gaya bahasa ialah skor yang diperoleh seseorang clari tes
pengetahuan gaya bahasa yang ll1encakup climensi (I) pengetahuan umUIl1, dan (2)
pengetahuan khusus.
Kisi-Idsi Tes Pengetahuan Gllya Bahasa
No TopikPengetahuan
Umum KhususJumlah
2,8 13,22I Gaya bahasa Klimaks (urutan pikiran yang
setiap kali semakiil meningkat).
2 Gaya bahasa anti klimaks (gagasan yang 14, 17
diurutkan clari yang pcnling kcpada yang
20,26
3
4
5
6
7
sederhana).
Gaya bahasa Paralelisme (kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata).
Gaya bahasa Antitesis (gaya bahasa yang
mengandung gagasan yang bertentangan).
Gaya bahasa Repctisi (pcrulangan bunyi, suku
kata, kata atau bagian kalimat).,Gaya bahasa Mctafhra (mcmbandingkan
secara langsung).
Gayn bnhasa Pcrsonifikasi (kiasan bcnda yang
tidak bernyawn seolah-olah memiliki sifat
manusIa
3, 7
24,28
9, 16
19,25,
30
21,27
11, 23
15, 18
1,6
4, ]()
5, 12,29
Instrumen
TES I'ENGI~TAI/VAN GAYA BAHASA
MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH JAIN .JAKARTA
Waktu : 30 Menit
Pctlllljllk Baealah hail<-hail< pcrnya(aan yang t,',·s"dia. Sdanjntnya,
pilihlah jawaban yang paling tcpat di antara cmpat altcrnatif jawaban.
Kcmlldian bcrilah tanda silang hllrllf a, b, e, atau d yang tCl'dapat pada Icmbal'
jawaban scsllai dcngan pilihan allda.
SOAL:
I. Anggota-anggota masyarakat dalall1 lingkungan suatu kebudayaan tabu abn adat
istiadat, kcbiasaan, dan undang-undang, tabu bagaimana ia mcsti berkclakuan
dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan, dan ia tahu juga menafsirkan
kelakuan scsamany~ dalam masyarakat dan kebudayaan itu, sehingga ia dapat
mereaksi terhadapnya dengan cara yang selayaknya. Pernyataan ini contoh dad:
a. Gaya bahasa klimaks
b. Gaya bahasa personifikasi
c. Gaya bahasa antitesis
d. Gaya bahasa repetisi
2. Dalam dunia perguruan tinggi yang dicekam rasa takut dan rasa rendah diri, tidal,
dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang
objektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas.
Pernyataan ini contoh :
a. Gaya baha~a repetisi
b. Gaya bahasa personifikasi
'"
c. Gaya bahasa klimaks
d. Gaya bahasa anti klimaks
3. Sangatlah ironis keclengarannya uahwa ia menderita kelaparan clalam sebuah
claerah yang subur dan kaya, serta mati terbllnllh dalam sebuah negeri yang slldah
ratusan tahun hidllp dalam ketentraman dan kedamaian. Pernyataan ini contoh :
a. Gaya bahasa personifikasi
b. Gaya bahasa paralelisme
c. Gaya bahasa aliterasi
d. Gaya bahasa litotes
4. Pemuda adalah bunga bangsa.
Ungkapan di atas, gaya bahasa :
a. Personifikasi
b. Klilllaks
c. Anti klimaks
d. Metafora
5. Matahari banI saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana. Pernyataan
ini termasllk gaya bahasa :
a. Satire
b. Metafora,c. Pcrsonifikasi
d. Anti klimaks
6. Bila ancla pergi henclaknya anda jangan lupa dengan barang bawaan anda.
Pernyataan ini termasuk gaya bahasa :
a. Repetisi
b. Personifikasi
c. Metafora
d. Klimaks
7. Gaya bahasa yang berusaha Illcncapai kesejajaran dalalll pClllakaian kata-kata
atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang
sama dinamakan gaya bahasa :
a. Klimaks
b. Anti klimaks
c. Paralelisme
d. Personifikasi
8. Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya dinamakan gaya
bahasa:
a. Anti klimaks
b. Klimaks
c. Personifikasi
d. Metafora
9. Perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalirnat yang dianggap penting,
untuk memberi tekanan dalam sebllah konteks yang sesliai dinamakan gaya
bahasa:
a. Metafora
b. Paralelisme
c. Antitesis
d. Repetisi
10. Orang itu adalah buaya darat, lIngkapan ini mencontohkan gaya bahasa :
a. Hiperbel
b. Metafora
71
15. Kaya-miskin, tua muda, besar-kecil, semuanya mempunyai kewajiban terhadap
keamanan bangsil dan negara, contoh di atas adalah gaya bahasa :
a. Antitesis
b. Metafora
c. Klimaks
d. Antiklimaks
16. Salah satu ciri dari gaya bahasa repetisi adalah :
a. Mengandaikan
b. Menjelaskan
c. Menjabarkan
d. Pengulangan
17. Gaya bahasa anti klimaks dapat dilihat dari :
a, Urutan gagasan dari penting ke sederhana
b, Urutan gagasan dari bawah ke atas
c. Urutan gagasan dari khllslls ke lImlll11
d. Urutan gagasan dari rendah ke tinggi
18, 1a sering meilOlak, tetapi sekaliplln tak pernah melukai hati,
Kalimat di atas contoh gaya bahasa :
a, Personifikasi
b, Repetisi
c, Paralelisme
d, Antitesis
19, Ciri gaya bahasa metafora, antara lain ialah :
a, Menguraikan
b, Menjabarkan
c. Membandingkan
d, Menekankan
71
20. Ketua pengadilan negeri itu adabh seorang yang kaya, pendiam, elan tidak
terkenal namanya. Pernyataan eli atas menganelung gaya bahasa :
a. Paralelisme
b. Antiklimaks
c. Paraeloks
d. Personifikasi
21. Gaya bahnsa kiasan yang Illcllggumbarakan hcnda-hcnda mati scolah-olah
memiliki sifat-sifat manusia adalah :,a. Personifikasi
b. Alusi
c. Alegori
d. Parabel
22. Gaya bahasa yang menganelung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya e1ari gagasan-gagasan sebelumnya e1inamakan :
a. Gaya bahasa personifikasi
b. Gaya bahasa paradoks
c. Gaya bahasa antitesis
d. Gaya bahasa klimaks
23. Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. Ini contoh
gaya bahasa :
a. Repetisi
b. Paralelisme
c. Antitesis
d. Persollifikasi
24. Gaya bahasa yang mellgandung gagasan-gagasan yang bertelltangan dengan
mellggullakan kata-kata atau keIompok kata yang berlawanall dinamakan :
a. Personiflkasi
b. Antitesis
24
c. Klimaks
d. Anti klimaks
25. Analogi yang membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk yang
singkat, dinamakan gaya bahasa :
a. Metafora
b. Personifikasi
c. Fabel
d. Alusi
26. Pembangunan lima tahun {clah dildncarkan serentak di ibukota negnra, ibLikota·
ibukota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia.
Pernyataan di atas contoh gaya bahasa :
a. Klimaks
b. Repetisi ,c. Paralelisme
d. Anti klimaks
27. Gaya bahasa yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara
seperti manusia adalah gaya bahasa :
a. Parabel
b. Paradoks
c. Personifikasi
d. Paralelisme
28. Ciri dari gaya bahasa antite:;is adalah :
a. Kalimat yang lepas
b. Kalimat yang berimbang
c. Kalimat terputus
d. Kalimat pertanyaan
25
29, Kulihat ada bulan di kotall1u lalu turun di bawah pohon mangga depan rUl11ahl11u
barangkali dia menyeka mill1pill1u, Tni contoh gaya bahasa :
a, Personiflkasi
b, Paralelisme
c, Paradoks
d, Parabel
30, Kata-katanya sangat menarik hati, Kalimat ini contoh gaya bahasa :
a, Paralelisl11e
b, Anti klimaks
c, Klimaks
d, Metafora,
LEMBAR .JAWABAN
TES I'ENGI~TAIIUAN GAYA BAHASA
MAIIASISWA FAKULTAS DAKWAIIIAIN .JAKAlnA
Nama: ..................................... Skor: ...........................
-----.--._-----,. ..... . ._._."., ....,-_..
1. a b c d 16. a b c d
2. a b c cI 17. a b c d
3. a b c d 18. a b c cI
4. a b c cI 19. a b c d
5. a b c d 20. a b c d
6. a b c d 21. a b c d
7. a b c d 22. a b c d
8. a b c cI 23. a b c cI
9. a b c d 24. a b c d
10. a b c d 25. a b c d
11. a b c cI 26. a b c d
12. a b c d 27. a b c cI
13. a b c d 28. a b c d
14. a b c cI 29. a b c d
15. a b c d 30. n, b c d----_._-