LAPORAN HASIL PENELITIANeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/1040/1/LAPORAN...LAPORAN HASIL PENELITIAN...
Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIANeprints.stiei-kayutangi-bjm.ac.id/1040/1/LAPORAN...LAPORAN HASIL PENELITIAN...
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pengaruh Kompetensi Lulusan Berbasis
Interpreneur Terhadap Kepuasan Pengguna dan
Daya Saing Alumni STIE Indonesia Banjarmasin
Oleh:
Dra. Hj. HANIFAH, M.M
NIDN. 1110166202
RISWAN LUDFI SE, M.M
NIDN. 1114018302
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANJARMASIN
2019
Sumber Dana LP2M STIE Indonesia Banjarmasin 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT karena petunjuk
dan rahmat-Nya pulalah laporan hasil ini selesai dibuat.
Banyak perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Banjarmasin sampai saat ini baik melalui kelembagaan maupun penelitian dosen
perorangan belum melakukan peninjauan apakah kompetensi yang diharapkan
selama ini tercapai, apakah kompetensi yang dibuat sesuai dengan visi misinya
enterprenur dan dunia kerja, atau apakah pengguna mereka (user) telah puas
menggunakan lulusannya, bagaimana daya saingnya. Hal ini penting tidak hanya
bagi para pengguna untuk kelancaran organisasi mereka, atau alumni dalam
mengerjakan pekerjaannya, juga bagi perguruan tinggi apakah mereka telah
memenuhi harapan masyarakat dan tentunya kepercayaan serta ujung-ujungnya
survival dan kentungan lembaga.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada setingi-tingginya kepada ketua STIEI Banjarmasin, Kepala Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P2M) STIEI Banjarmasin, dan seluruh
pihak yang hadir dalam kegiatan serta semua pihak yang membantu baik langsung
maupun tidak langsung sehingga kegiatan penelitian ini terlaksana seperti yang
diharapkan bersama.
Akhirnya kami berharap semoga kegiatan ini, menjadi suatu sumbangsih
bagi STIE Indonesia Banjarmasin dan para alumninya.
Banjarmasin, 25 Juni 2019
Tim Peneliti
iii
ABSTRACT
Many universities such as the Banjarmasin School of Economics of Indonesia up to
now both through individual lecturer research have not yet assessed whether the
competencies are expected so far, are competencies made in accordance with the
vision and mission of the entrepreneur and the world of work, or have their users
(users) been satisfied using the competition, how competitive they are. This is
important not only for users for the smooth running of their organizations, or
alumni in doing their work, but also for universities whether they have fulfilled the
expectations of the community and helped the trust and ultimately the survival and
content of the institution.
This study aims to determine the relationship of competency based
interpreneurship, user satisfaction, and alumni competitiveness towards 40 users
from various organizations that run alumni. The results show that interpreneurship-
based competencies affect user satisfaction and competitiveness, and user
satisfaction affects competitiveness.
This shows that in order to improve the quality of graduates, STIE Indonesia
Banjarmasin must improve the learning system based on interpreneur, pay attention
to the desires of users, and maintain its quality must be better than its competitors.
Keywords: interpreneurship based competency, user satisfaction, and alumni
competitiveness
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan. …………………………………………………………. .…
Ucapan Terimakasih………………………………………………………………
Abstract……………………………………………………………………………
Daftar Isi………… …………………………………………………………… -….
Daftar Tabel…………………………………………………………………….
Daftar Gambar…………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN… …….………………………………………….. …
1.1.Latar Belakang……….…………………………… ……………… …
1.2.Perumusan Masalah………………………………………… …… ....
1.3.Tujuan Penelitian ……………………………………………… ….
1.4.Manfaat Penelitian ………………………………………………….. .
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA… ……….………………………………….....
2.1. Tinjauan Teoritis………………………………………………………
2.1.1. Kompetensi .....................................................................................
2.1.2. Kompetensi Entrepreneur…………………………………………..
2.1.3. Kepuasan Pengguna ……………… ......................................................
2.1 4. Daya Saing ……………….. ………………………………………
2.1.5. Hubungan Antara Kompetensi Dengan Kepuasan Pengguna…..
2.1.6. Hubungan Antara Kompetensi Dengan Daya Saing…………….
2.1.7. Hubungan Antara Kepuasan Pengguna Dengan Daya Saing……
2.2. Penelitian Terdahulu………………………………………………….
2.3. Kerangka Pemikiran …………………………………………………
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN…………….………………………………
3.1. Desain Penelitian ……..…………………………………………... …
3.2 Lokasi Penelitian………………………………………………………..
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................
3.4. Definisi Operasional…………………………………………………….
3.5. Jenis dan Sumber Data…………………………………………………
3.6. Proses Pengolahan Data ……………...………………………………..
3.7. Model Analisis Data ………………...................................................
3.8. Teknik Analisis…………………………………………………..........
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………….………………………………
4.1. Gambaran Umum ……..…………………………………………... …
4.2 Hasil Penelitian ………………………………………………………..
4.2.1. Karakteristik Responden……………………………………………
4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden……………………………………..
4.2.3. Uji Validitas dan Reabilitas………………………………………..
4.2.4. Uji Hipotesa………………………………………………………..
4.3. Pembahasan…………………………………………………………
i
ii
iii
iv
vi
vii
1
1
4
5
5
6
6
6
7
10
14
15
19
21
22
24
25
25
25
25
26
27
28
28
29
30
30
33
33
36
38
40
43
vi
BAB 5 PENUTUP ……………………………….………………………………
5.1. Kesimpulan ……..………………………………………………….
5.2. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. ….
50
50
50
51
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Instansi Alumni dan Responden……………………………….
Tabel 2 Jabatan Responden ……………………………………………
Tabel 3 Jurusan Alumni Yang Dilnilai…………………………………
Tabel 4 Pengalaman Alumni Yang Dilnilai ……………………………
Tabel 5 Keterkaitan Sifat Pekerjaan dengan Latar Belakang
Keilmuwan Alumni……………………………………………
Tabel 6 Descriptive Statistics Item Pertanyaan Karakter Interpreuner…
Tabel 7 Descriptive Statistics Item Pertanyaan Kepuasan Pengguna……
Tabel 8 Descriptive Statistics Item Pertanyaan Daya Saing Alumni…….
Tabel 9 Uji Korelasi Karakterstik Interpreuner ………………………….
Tabel 10 Uji Korelasi Kepuasan Pengguna………………………………
Tabel 11 Uji Korelasi Daya Saing Alumni………………………………...
Tabel 12 Hasil Uji Reliabilitas …………………………………………….
Tabel 13 Uji t pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur
terhadap kepuasan pengguna alumni…………………………….
Tabel 14 Uji t pengaruh kompetensi lulusan berpengaruh
berbasis interpreneur terhadap daya saing alumni………………
Tabel 15 Uji t pengaruh kepuasan pengguna alumni terhadap daya
saing lulusan………………………………………………………
33
34
34
35
35
36
37
38
39
39
40
40
41
42
43
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran…………………………………………………24
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar kerja antara angkatan kerja dengan kebutuhan pegawai
organisasi bisnis swasta maupun pemerintah tidak seimbang, dimana
jumlah angkatan kerja jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan
dunia
kerja. Maka perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya bersaing
memasuki dunia kerja dengan menawarkan kemampuan para lulusanya
untuk memenuhi kebutuhan organisasi baik bisnis maupun sosial seperti
pemerintahan.
Pesatnya persaingan di dunia bisnis menuntut dukungan kualitas
sumber daya manusia yang mampu memberikan layanan pekerjaan
terbaik pada organisasinya dan pihak-pihak yang berhubungan dengan
orgnisasinya agar lebih baik dari para pesaingnya. Begitu juga tuntutan
yang sama pada instansi pemerintah sangat mengharapkan pegawainya
melakukan pekerjaan terbaik melebihi tuntutan organisasi dan
masyarakat. Di Kalimantan Selatan sendiri tahun 2018 terdapat 41
perguruan tinggi. Sehingga dalam hal ini dunia kerja lebih banyak pilihan
dan selektif dalam mencari lulusan perguruan tinggi.
Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi sangat penting dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya kompetensi, perusahaan dapat menentukan
standar pengetahuan, keahlian, kemampuan kerja seseorang atas bidang
2
tertentu, yang digunakan saat melakukan rekrutmen calon karyawan,
maupun saat melakukan seleksi untuk keperluan promosi karyawan.
Adanya kompetensi juga memudahkan perusahaan dalam
mendeskripsikan bagaimana kinerja seseorang dan melakukan pemetaan
karyawan. Dari kompetensi yang tampak inilah perusahaan jadi lebih
mengetahui bagaimana seorang bertanggung jawab, menyelesaikan
masalah, menyesuaikan perilakunya dengan prioritas dan tujuan
perusahaan, mengendalikan diri saat menghadapi masalah/tekanan, dsb.
Berdasarkan pengukuran pada kompetensi pula, dapat diketahui
kompetensi-kompetensi apa saja yang perlu dikembangkan pada masing-
masing karyawan sehingga kinerjanya dapat meningkat. Intinya,
kompetensi digunakan untuk merencanakan, membantu, dan
mengembangkan perilaku dan kinerja seseorang sehingga lebih
terarah,tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum yang digunakan di STIE Indonesia Banjarmasin
dengan ikon Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasn
menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2013 yang
mulai diterapkan sejak Semester Gasal Tahun 2013. Orientasi pendidikan
bisnis STIE Indonesia Banjarmasin ditujukan agar lulusannya memiliki:
1. Wawasan bisnis global.
2. Jiwa kewirausahaan (entrepreunership).
3. Penanaman intellectual skill, communication skill, dan interpersonal
skill kepada mahasiswa.
4. Penguasaan ilmu dan teknologi yang relevan dengan dunia bisnis.
3
5. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beretika
tinggi
Kepuasan adalah salah satu hal sangat penting dalam meninjau
mutu dari sebuah perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan lainnya.
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan
kelegaan seseorang dikarenakan telah mendapatkan apa yang diinginkan.
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (dalam Londong, 2012) sejauh
mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan pembeli.
Bila kinerja produk lebih rendah ketimbang harapan pelanggan,
maka pembelinya merasa puas atau amat gembira. Semakin tingginya
harapan masyarakat akan pendidikan di negara ini terlihat dari
keantusiasan orang tua dalam menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah
yang berkompeten dan berkualitas. Hasil yang memuaskan adalah
pencapaian dari sebuah proses, proses belajar yang mumpuni serta
ditopang dengan sarana prasarana yang memadai akan menjadikan hasil
yang bisa diharapkan. Kepuasan sendiri merupakan hasil dari adanya
perbedaan perbedaan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan
(Londong, 2012). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan
harapan ketika melakukan kegiatan baik akademik maupun non
akademik.
STIE Indinesia Banjarmasin sekolah bisnis namun tidak satu-
satunya sekolah bisnis baik di Banjarmasin, maupun di Kalimantan
Selatan apalagi di Indonesia. Para alumninya tentu saja bersaing dengan
para lulusan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Istilah
daya saing menunjukkan perbandingan antara lulusan STIE Indinesia
4
Banjarmasin dengan lulusan perguruan tinggi lain, mana yang lebih baik
dimata pengguna atau penyedia lapangan kerja.
Banyak perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Banjarmasin sampai saat ini baik melalui kelembagaan maupun
penelitian dosen perorangan belum melakukan peninjauan apakah
kompetensi yang diharapkan selama ini tercapai, apakah kompetensi yang
dibuat sesuai dengan visi misinya enterprenur dan dunia kerja, atau
apakah pengguna mereka (user) telah puas menggunakan lulusannya,
bagaimana daya saingnya. Hal ini penting tidak hanya bagi para pengguna
untuk kelancaran organisasi mereka, atau alumni dalam mengerjakan
pekerjaannya, juga bagi perguruan tinggi apakah mereka telah memenuhi
harapan masyarakat dan tentunya kepercayaan serta ujung-ujungnya
survival dan kentungan lembaga.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini adalah :
a. Bagaimana deskripsi kompetensi lulusan berbasis interpreneur dan
kepuasan pengguna daya alumni STIE Indonesia Banjarmasin
b. Bagaimana pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur terhadap
kepuasan pengguna alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
c. Bagaimana pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur terhadap
daya saing alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
d. Bagaimana pengaruh kepuasan pengguna alumni terhadap daya saing
lulusan STIE Indonesia Banjarmasin
5
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
. a. deskripsi kompetensi lulusan berbasis interpreneur dan kepuasan
pengguna daya alumni STIE Indonesia Banjarmasin
b. pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur terhadap kepuasan
pengguna alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
c. pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur terhadap daya
saing alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
d. pengaruh kepuasan pengguna alumni terhadap daya saing lulusan
STIE Indonesia Banjarmasin
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran alternatif pemecahan masalah yang berkaitan pengembangan
sumber daya menusia dengan menyediakan kompetensi lulusan yang
sesuai dengan permintaan kerja
Untuk pengembangan ilmu, karena hasil penelitian ini bermanfaat
untuk memperoleh pengetahuan praktis bagi pengembangan disiplin ilmu
manajemen sumber daya manusia dan interpreunner serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Kompotensi
Kata “Kompetensi” berasal dari bahasa Latin “Competencia”
(1585-1590an) yang berarti “sesuai” (Bueno & Tubbs, 2004). Adalah
Boyatzis, seorang Profesor dari Case Western Reserve University yang
pertama kali mempopulerkan istilah “kompetensi” dalam bukunya yang
berjudul “The Competent Manager” (1982), hasil dari penelitiannya
terhadap 2000 orang Manajer. Boyatzis mendefinisikan “kompetensi”
sebagai “karakteristik dasar dari seseorang yang menghasilkan
efektivitas dan atau kinerja yang superior (unggul) dalam bekerja”.
Sedangkan menurut Spencer, McClelland & Spencer (1994), kompetensi
diartikan sebagai karakter individu yang dapat diukur dan ditentukan
untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja tertentu pada diri
seseorang.
Kompetensi merujuk pada dimensi-dimensi perilaku yang
terletak di balik kinerja yang kompeten. Dengan kata lain, “kompetensi”
adalah karakteristik, sikap dan perilaku dari orang-orang yang
menghasilkan ouput kerja yang unggul. Oleh karena itu cara untuk
mengukur kompetensi adalah melalui
pengamatan/observasi, Competency Based Interview/CBI (Wawancara
Berbasis Kompetensi), dan sebagainya. Pengamatan dilakukan untuk
melihat apakah indikator-indikator perilaku atau perilaku-perilaku kunci
dari suatu kompetensi telah ditunjukkan/dilakukan oleh seseorang.
7
Apabila perilaku-perilaku tersebut telah ditunjukkan/dilakukan oleh
seseorang, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah memiliki
suatu kompetensi pada level tertentu, berdasarkan suatu pengukuran.
2.1.2. Kompetensi Entrepreneur
Kemampuan di luar kurikulum nasional yang saat ini sedang di
gencarkan oleh beberapa sekolah di Indonesia ini adalah pengetahuan
serta kemampuan entrepreneurial. Pengajar dituntut untuk paham serta
mengaplikasikan kemampuan entrepreneurial tersebut. Apa sih
sebenarnya yang dimaksud kemampuan entrepreneurial dan mengapa
saat ini hampir beberapa sekolah menggunakan kurikulum nasional yang
digabungkan dengan kurikulum berbasis entrepreneurship?
Sesungguhnya, apa sih kompetensi entrpreneurial dan apa sih yang
dimaksud dengan kurikulum berbasis entrepreneurship? dan seberapa
pentingnya bagi dunia pendidikan saat ini?
Menurut Purnomo (2009) Kompetensi Entrepreneurial adalah
suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terhubung satu dengan
yang lainnya, yang diperlukan oleh entrepreneur untuk dilatih dan
dikembangkan agar ia mampu menghasilkan kinerja terbaik dalam
mengelola usahanya. Yang berarti kompetensi entrepreneurial adalah
seperangkat kemampuan yang terdiri dari pengetahuan, sikap serta
keterampilan yang wajib dimiliki oleh seorang entrepreneur agar dapat
mengelola usahanya dengan baik. kompetensi entrepreneurial tersebut
tidak hanya dapat dimiliki oleh seorang entrepreneur, bagi seorang
pengajar pun dapat memiliki jiwa entrepreneurial.
8
Tidak hanya sekedar mengetahui dan mengaplikasikan
kompetensi entrepreneurial saja, tetapi ada tambahan yang harus dapat
dilakukan oleh seorang pengajar yaitu, mengolaborasikan setiap
pelajaran yang ada di sekolah yang termasuk kurikulum nasional dengan
materi-materi entrepreneurship, dan jangan lupa menggunakan
kompetensi entrepreneurial yang sudah didapatkan sebelumnya.
Nilai-nilai entrepreneurship yang perlu diketahui dan dimengerti
yang bisa diinternalisasikan dalam diri peserta didik pada proses
pembelajaran di kelas. Nilai-nilai tersebut yaitu: mandiri, kreatif, berani
mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja
keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerjasama, pantang
menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, dan
motivasi kuat untuk sukses (Kemendiknas, 2010: 10-11). Nilai-nilai
tersebut memiliki definisi sebagai berikut:
1. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
2. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil berbeda dari produk/jasa yang telah ada.
3. Berani mengambil resiko adalah kemampuan untuk menyukai
pekerjaan yang menantang, berani dan mampu mengambil risiko
kerja. 4. Berorientasi pada tindakan adalah mengambil inisiatif
untuk bertindak, dan bukan menunggu, sebelum sebuah kejadian
yang tidak dikehendaki terjadi.
9
5. Kepemimpinan adalah sikap dan perilaku yang selalu terbuka
terhadap saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama, dan
mengarahkan orang lain.
6. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai
hambatan. 7. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
8. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
9. Inovatif adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
meningkatkan dan memperkaya kehidupan.
10. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang mau dan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
11. Kerjasama adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dalam
melaksanakan tindakan dan pekerjaan.
12. Pantang menyerah adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
menyerah untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif.
13. Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
14. Realistis adalah kemampuan menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan/perbuatannya.
10
15. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang
dipelajari, dilihat, dan didengar.
16. Komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
17. Motivasi kuat untuk sukses adalah sikap dan tindakan selalu
mencari solusi terbia
2.1.3. Kepuasan Pengguna
Menurut Kotler kepuasan konsumen merupakan kepuasan atau
kekecewaan yang dirasakan oleh pelanggan setelah membandingkan
antara harapan dan kenyataan yang ada (Kotler, 1997). Pengertian lain
kepuasan pelanggan adalah pelbagai kriteria penting yang menentukan
kualitas nyata yang diterima oleh pelanggan (Kelsey, et.al, 2001).
Menurut Zeithaml, et. al., kepuasan pelanggan dalam jasa dapat diukur
dari perbedaan antara harapan dan persepsi pelanggan tentang jasa
layanan yang akan diterima (Zeithmal, et.al, 1990). Harapan pelanggan
mempunyai dua maksud. Pertama, apa yang pelanggan yakini akan
terjadi pada saat pelayanan diberikan. Kedua, apa yang diinginkan
pelanggan untuk terjadi (harapan).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila pelanggan merasakan
pelayanan sesuai atau melebihi harapannya. Pelanggan akan puas apabila
keinginan, harapan, dan kebutuhannya terpenuhi. Kepuasan Pengguna
Lulusan sebagai Konsumen Pendidikan Sistem pendidikan dapat dilihat
11
sebagai sebuah sistem transformasi dengan input, proses dan output
(Sahney, et. al., 2004). Dalam dunia pendidikan terdapat pelbagai
pengertian mengenai kualitas. Termasuk di dalamnya kualitas input yaitu
pelajar, staf pendukung dan infrastruktur; kualitas proses yaitu proses
pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar; dan kualitas output adalah
alumni yang kompeten dan cemerlang masa depannya (Sahney, et. al.,
2004).
Pengguna lulusan adalah pihak eksternal yang merupakan
konsumen bagi output sebuah institusi pendidikan. Pihak-pihak eksternal
ini bisa berupa institusi Pemerintah, swasta maupun perorangan.
Pengguna lulusan, baik perseorangan maupun institusi akan menilai
kinerja lulusan universitas sebagai karyawannya.
Pengertian kinerja adalah hasil dari prestasi kerja yang telah
dicapai seorang karyawan sesuai dengan fungsi tugasnya pada periode
tertentu (Bernadin dan Russell, 1993). Sedangkan Maier (dikutip dari
Peni, 2005) berpendapat bahwa kinerja karyawan merupakan
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Penilaian
terhadap kinerja karyawan diperlukan bukan hanya untuk mengevaluasi
kerja dari para karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan
memotivasi karyawan ke depannya (Simamora, 2001). Handoko (1994)
juga menekankan penilaian prestasi sebagai proses dimana organisasi-
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan dengan
tujuan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka.
12
Kualitas lulusan menurut borang akreditasi (BAN PT, 2010) ada 7
yaitu:
(1) Integritas (etika dan moral),
(2) Keahlian berdasarkan bidang ilmu (Profesionalisme),
(3) Bahasa Inggris,
(4) Penguasaan Teknologi Informasi,
(5) Komunikasi,
(6) Kerjasama tim, dan
(7) Pengembangan diri.
Menurut Spencer, et.al., (1993), karyawan yang diharapkan
dalam dunia kerja mesti memiliki beberapa hal di bawah ini:
1. Komitmen pada Organisasi
2. Keinginan berprestasi
3. Melayani
4. Kerjasama
5. Proaktif
6. Memimpin
Menurut survey NACE (National Association of Colleges and
Employers) tahun 2002, (dalam Putra dan Pratiwi, 2005) lulusan
universitas diharapkan oleh dunia kerja memiliki kompetensi berikut:
1. Kemampuan berorganisasi, \
2. Kejujuran,
3. Kemampuan bekerjasama,
4. Kemampuan interpersonal,
5. Etos kerja yang baik,
13
6. Memiliki motivasi/berinisiatif,
7. Mampu beradaptasi,
8. Kemampuan analitikal,
9. Kemampuan computer,
10. Kemampuan organisasi,
11. Berorientasi pada detail,
12. Kemampuan memimpin,
13. Percaya diri,
14. Berkepribadian ramah,
15. Sopan,
16. Bijaksana,
17. IP ≥ 3,0,
18. Kreatif,
19. Humoris, dan
20. Kemampuan
Beberapa hal yang perlu dimiliki oleh mahasiswa (O‟Brien,
2002), meliputi:
1. Communication Skills, terdiri atas komunikasi lisan dan komunikasi
tulisan
2. Organizational Skills, meliputi manajemen waktu, meningkatkan
motivasi, dan menjaga kesehatan dan penampilan.
3. Leadership, dengan kepemimpinan efektif.
4. Logic, untuk menyelesaikan masalah dan berpikir kreatif.
5. Effort, meliputi ketahanan menghadapi tekanan, asertif, dan
kemampuan dan kemauan belajar
14
6. Group skills, meliputi kerjasama tim dan meningkatkan kemampuan
interpersonal
7. Ethics
2.1.4. Daya Saing
Pengertian dari daya atau power dalam ruang lingkup ability
(kemampuan) merupakan natural skill atau kemampuan dalam
melakukan sesuatu]. Sedangkan pengertian saing atau compete yaitu
kompetisi atau usaha untuk lebih unggul akan seseorang maupun sesuatu
Daya saing atau power to compete adalah kemampuan untuk
berkompetisi atau kemampuan untuk menjadi unggul.
Forsyth (2015) mengatakan bahwa kompetisi adalah kerja
seseorang untuk melebihi orang lain sehingga keberhasilan seseorang
tergantung dari kegagalan individu yang lain. Dan dalam hal ini Porter
(1980) mengemukakan pendapatnya bahwa SDM mempengaruhi
keunggulan bersaing di berbagai organisasi dengan keterampilan,
motivasi pekerja serta pelatihan dan di beberapa industri merupakan
kunci menuju keunggulan bersaing. SDM yang berdaya saing tidak
pengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Di dalam daya saing, seluruh
gender di anggap setara. Hal ini di kemukakan oleh Israel yang
berpendapat, daya saing atau persaingan kompetisi adalah sikap
pembawaan manusia atau kualitas dari manusia yang mendasari banyak
hal, bahkan perbedaan gender pun tidak kebal akan hal kompetisi,
banyak di temukan persaingan bentuk unik di karenakan oleh diri kita
15
sendiri. Dan untuk bertahan adalah hal yang paling jelas dan utama
dalam bentuk kompetisi di manapun baik individual maupun kelompok.
2.1.5. Hubungan Antara Kompetensi Dengan Kepuasan Pengguna
Kinerja organisasi menunjukkan bahwa organisasi saat ini bekerja
dan apa yang harus diperbaiki. Dengan cara ini, pemahaman menyeluruh
tentang kinerja saat ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya.
Kepemimpinan bisnis dan pengembangan manajemen terutama
difokuskan pada kinerja yang menguntungkan oleh organisasi - dan
individu di dalamnya. Kerangka kerja kompetensi menyusun kompetensi
yang diperlukan untuk kinerja luar biasa, baik pada level organisasi dan
individu. (Cross 2010, 4). Pengetahuan dan kompetensi individu dalam
contoh aset tidak berwujud meningkatkan kinerja organisasi. Aset tidak
berwujud bisa dibagi menjadi tiga jenis: kompetensi karyawan, struktur
internal dan struktur eksternal. (Yeo 2003, 201).
Kompetensi karyawan berarti kemampuan dan kemampuan
individu untuk menciptakan aset berwujud dan tidak berwujud,
sedangkan struktur internal mencakup paten, konsep dan model, serta
sistem administrasi organisasi. Di sisi lain, struktur eksternal terdiri dari
hubungan dengan pemangku kepentingan dan pelanggan, dan reputasi
atau citra organisasi. (Yeo 2003, 201). Mereka terus bekerja dengan
beberapa pemangku kepentingan di lingkungan bisnis, seperti pesaing,
pemegang saham, pelanggan dan pemasok. Kinerja organisasi adalah
hasil dari tingkat kompetensi organisasi, atau dengan kata lain, posisi
relatif perusahaan dalam kelompok kompetensi. Dengan demikian
16
keputusan manajemen strategis harus dibuat dengan mempertimbangkan
posisi dan kompetensi strategis organisasi. (Van Assen 2000, 146;
Huotari 2009, 47).
Kompetensi organisasi yang berbeda secara strategis adalah
kompetensi yang pada akhirnya menentukan posisi organisasi di antara
yang lain. Kompetensi organisasi yang berbeda secara strategis bukanlah
sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki organisasi; kompetensi yang
perlu dicapai dengan terus meningkatkan dan memperbarui kemampuan
organisasi, kompetensi organisasi, kemampuan atau kompetensi
individu, dan kemampuan teknologi fungsional. (van Assen 2000, 147).
Kompetensi karyawan yang selaras dengan strategi penting atau
bahkan krusial untuk kinerja organisasi. Karyawan dapat dianggap
sebagai modal tidak berwujud organisasi yang menciptakan nilai tambah.
Manajemen berbasis kompetensi dan pengembangan kompetensi dapat
meningkatkan kinerja bahkan jika sumber daya ekonomi terbatas.
(Huotari 2009, 11.)
Kinerja organisasi dapat diamati dalam beberapa tingkatan.
Tingkat kinerja keuangan yang paling umum dan tradisional, diukur
misalnya dengan rasio, anggaran, aset, operasi, dan pasar. Namun, ada
tingkat kinerja lain, yang disebut tingkat organisasi informal atau non-
keuangan kinerja. Kompetensi individu merupakan salah satu dimensi
dari tingkat kinerja organisasi non-finansial. (Yeo 2003, 200-201).
ICBHRM (Integrated Competency Based Human Resource
Management) Konsep Integrated Competency Based Human Resource
Management pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Dr. David
17
McClelland (Sahupala, 2009). Konsep CBHRM menawarkan metode
baru untuk merumuskan model kompetensi suatu organisasi yang
terintegrasi dengan visi dan strategi perusahaan untuk kemudian
diimplementasikan dalam berbagai sistem MSDM yang berlaku dalam
organisasi, antara lain seleksi, perencanaan karir, perencanaan suksesi,
penilaian kinerja, pendidikan serta pelatihan dan pengembangan
organisasi. Model sistem balas jasa berbasis kompetensi adalah
pendekatan mutakhir dalam manajemen SDM yang mengintegrasikan
strategi bisnis organisasi dengan sistem manajemen SDM.
Para praktisi HR yang telah menerapkan CBHRM mengemukakan
kunci sukses penerapan sistem ini. Yang pertama adalah peran
manajemen. Sebagaimana halnya investasi, kontribusi CBHRM ini tidak
dapat dilihat dalam waktu yang singkat, terutama karena melibatkan
seluruh sistem manajemen sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.
Kompetensi terlebih dahulu harus dibudayakan hingga akhirnya
berdampak pada peningkatan kinerja yang berdampak pada peningkatan
keuntungan perusahaan. Dukungan manajemen sangat berperan penting
dalam hal ini. Manajemen yang memahami peran penting kompetensi
dalam peningkatan kinerja sangat disyukuri oleh para praktisi SDM
karena hal ini juga berarti adanya dukungan dalam investasi program
pembudayaan kompetensi.
Selanjutnya adalah peran manajemen SDM. Divisi SDM
adalah internal consultant bagi semua kolega di internal
perusahaan. Oleh karena itu, Divisi SDM berperan penting dalam
mendefinisikan dan mensosialisasikan konsep,
18
metodologi, roadmap CBHRM perusahaan. Kunci sukses ketiga adalah
strategi implementasi CBHRM. Bila perusahaan telah memulai inisiatif
penerapan kompetensi dan berakhir dengan resistensi para stakeholder,
itu mungkin isyarat bahwa peta aplikasi CBHRM (application
roadmap) tidak sejalan dengan kebutuhan nyata perusahaan atau tidak
mendukung perencanaan strategik perusahaan. Bagaimanapun, CBHRM
bukanlah program yang berdiri sendiri. CBHRM mendapat tempat ketika
ia mendukung pencapaian misi, visi dan strategi perusahaan. CBHRM
menjadi populer ketika para direktur, general manager dan manajer
melihat bahwa CBHRM membantunya mendongkrak kinerja unit bisnis.
Tantangan paling mendasar pada sistem ini ialah membuat seluruh
perilaku kunci (key behavior) dapat diterjemahkan ke dalam aktifitas
pekerjaan (job activites) di berbagai fungsi dan level jabatan yang
berbeda. Hanya dengan cara ini maka seluruh perilaku kunci yang
bersifat transferable tersebut menjadi relevan, mudah dipahami, dan
muncul dalam perilaku sehari-hari pemegang jabatan.
Amat mudah tergoda untuk memandang program CBHRM itu
sendiri sebagai sebuah project. Sebuah project memiliki tanggal mulai
dan berakhir. Kenyataannya, CBHRM tidaklah seperti itu. Sebuah
perusahaan dapat memulai CBHRM sejak tahun 1996 dan hingga kini
masih berkutat dalam perbaikan berkelanjutan. Semuanya untuk
mendapatkan sistem yang semakin kokoh, buah manis implementasi,
yang memang diperoleh setelah disiplin tahunan. Mendapatkan profil
kompetensi bukanlah akhir CBHRM. CBHRM yang sesungguhnya
adalah sistem manajemen berbasis kompetensi yang telah dipraktekkan
19
pada fungsi seleksi dan rekrutmen, pelatihan, pengembangan karyawan,
penilaian kinerja, asesmen, perencanaan karir dan kompensasi karyawan
sekaligus.
2.1.6. Hubungan Antara Kompetensi Dengan Daya Saing
Karyawan dapat mencapai hasil mereka dengan berbagai cara.
Karyawan memberikan angka penjualan yang lebih tinggi dengan secara
diam-diam menciptakan jutaan rekening bank dan kartu kredit tanpa izin
- jalur tidak etis menuju hasil yang memiliki biaya jangka panjang yang
sangat tinggi. Tetapi karyawan juga dapat mengungguli pesaing mereka
melalui inovasi. Jika karyawan bersaing dengan mencari peluang baru
untuk menyediakan layanan kepada klien atau merancang cara untuk
membawa produk baru ke pasar lebih cepat, maka persaingan internal
dapat diterjemahkan menjadi keunggulan kompetitif nyata bagi
organisasi.
Model pencocokan" (Boxall 1992) atau "perspektif perilaku"
(Wilson 1994) dari HRM strategis yang diadvokasi oleh Fomburn et al
1984. Dalam bentuknya yang paling sederhana, model pencocokan
menyatakan bahwa efektivitas organisasi tergantung pada 'ketat - pas'
antara strategi SDM dan strategi bisnis. Ide penting dari model ini adalah
bahwa praktik SDM harus disesuaikan dengan posisi kompetitif yang
diinginkan perusahaan. Ini terlihat membuat organisasi lebih efektif.
Dengan kata lain, manajemen harus mencari tahu apa „perilaku yang
diperlukan oleh pilihan posisi bisnis tertentu dan mengadopsi praktik-
praktik SDM tersebut, yang memperkuat mereka. Beberapa penulis
20
berpendapat bahwa perusahaan harus memilih apakah mereka ingin
menjadi pemimpin biaya, atau pembeda atas dasar beberapa fitur non-
harga yang unggul seperti kualitas unggul, pengiriman atau layanan. Jika
misalnya, manajemen memilih strategi bisnis diferensiasi dari pesaing
berdasarkan tingkat inovasi produk yang lebih tinggi, ini akan
memerlukan perilaku kreatif, berorientasi risiko, dan bekerja sama.
Oleh karena itu praktik SDM akan mencakup (Schular dan
Johnson 1987 yang dikutip oleh Boxall, 1995, Bab 12): memilih individu
yang sangat terampil, memberi karyawan lebih banyak keleluasaan,
menggunakan kontrol minimal, membuat investasi lebih besar dalam
sumber daya manusia, menyediakan lebih banyak sumber daya untuk
eksperimen, memungkinkan dan bahkan menghargai kegagalan sesekali,
dan menilai kinerja untuk implikasinya jangka panjang. Di sisi lain, jika
manajemen ingin mengejar kepemimpinan biaya, ini memerlukan
perancangan pekerjaan yang berulang-ulang, pelatihan minimal,
memotong jumlah staf seminimal mungkin dan menghargai hasil tinggi
dan perilaku yang dapat diprediksi. Daya tarik model pencocokan jelas
terletak pada kesederhanaannya dan cara jika menawarkan dasar untuk
mengintegrasikan praktik SDM. Fungsi HRM yang berbeda disatukan di
sekitar tema umum, konsistensi perilaku dengan posisi kompetitif yang
dipilih sebelumnya. Jika kita berpikir dalam kerangka kerja konseptual
kita, ini adalah hasil yang diinginkan oleh manajemen. Model ini sangat
populer di kalangan konferensi dan konsultasi. Boxall 1995 telah
menunjukkan beberapa titik lemah dalam model ini seperti; apa itu
21
strategi; masalah tipologis; masalah unitarisme; masalah pembuatan
strategi, dan masalah dinamika. Itu
2.1.7. Hubungan Antara Kepuasan Pengguna Dengan Daya Saing
Di tempat kerja, kehadiran setiap orang dimaksudkan untuk
memberikan kontribusi dengan kompetensi berkualitas dalam
peningkatan kinerja, Kompetisi yang sehat di dalam perusahaan
dipercaya dapat menghasilkan sesuatu yang positif buat perusahaan dan
perkembangan karir pekerja. Sejatinya, kompetisi dan persaingan akan
menghasilkan kualitas individu yang lebih baik. Tetapi, dibanyak kasus,
setelah mulai bersaing dan berkompetisi satu sama lain, ada orang yang
kadang-kadang mulai kehilangan akal untuk berkompetisi secara sehat.
Pada akhirnya, hal ini menjadi sesuatu yang merugikan perusahaan
dalam membangun kolaborasi kerja. Padahal, kolaborasi dalam
perusahaan adalah sesuatu yang wajib untuk meningkatkan kualitas dari
proses kerja, termasuk untuk meningkatkan kinerja dan prestasi.
Persaingan dalam dunia kerja bisa menjadi baik atau buruk untuk
Anda. Persaingan yang sehat akan mendorong Anda untuk menjadi lebih
baik dalam segala hal. Persaingan juga membuat bekerja lebih seru dan
menambah semangat. Anda akan terus terpacu untuk menampilkan
performa kerja terbaik, demi memenangkan persaingan. Sebaliknya,
persaingan yang tidak sehat akan membuat suasana kerja tidak
menyenangkan, mengganggu, bahkan memicu stres.
Jika organsasi puas dengan kinerja pegawainya maka mendorong
daya saing positif yang mengakibatkan persaingan sehat antar karyawan
22
dan kalborasi antar karyawan ,sebaliknya jika organisasi tidak puas maka
menimbulkan ketakutan antar pegawai terutama yang lemah
kompetensinya. Yang menjadi masalah, jika kompetisi ini membuat
karyawan menjadi lupa diri. Mereka hanya ingin memenangkan
persaingan dengan segala cara, hingga melupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Mulai dikatakan tidak sehat ketika persaingan mulai menyerang
lawan dengan menempuh cara-cara yang curang, melawan aturan, atau
dengan menyebar fitnah. Hal ini bisa terjadi karena, “Perasaan (kalah
dalam persaingan) ini tidak bisa Anda terima, Anda cenderung
menyangkalnya dengan cara yang bisa menyakiti diri dan orang lain,”
urai Dr. Lisa Firestone Ph.D, psikolog dan editor senior di laman
konsultasi priskologi PsychAlive.org.
Mengapa harus bersaing? Menurut Mary Ellen Slayter, penasehat
dan pakar karier di laman Monster, persaingan umumya tumbuh di
antara pekerja dengan kemampuan yang hampir sama dengan motivasi
kerja yang juga sama besarnya. Sementara itu perusahaan selalu mencari
pekerja terbaik. Demi tampil menjadi karyawan terbaik, segala upaya
dilakukan sehingga persaingan tak terelakkan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Suhartin dan kawan-kawan (2010di UIN
Alauddin Makassar dapat disumpulkan bahwa pada item keahlian
manajerial pada variabel leadership yang memperoleh tingkat kepuasan
tertinggi, serta masih terdapat gap (kesenjangan) antara harapan
23
stakeholder dan kenyataan (kinerja) yang diterima, Kesenjangan terdapat
pada kuadran A dan D pada diagram kartesius pada item prioritas dan
berlebihan, dan berdasarkan hasil uji wilcoxon terdapat perbedaan yang
signifikan antara harapan dan kinerja yang dirasakan.
Setyaningsih dan Abror mencoba untuk merinci atribut kualitas
lulusan berdasarkan tingkat kepuasan pengguna lulusan. Objek penelitian
adalah alumni dan juga pengguna alumni. Yang digunakan adalah
Keterampilan Komunikasi, Keterampilan Organisasi, Kepemimpinan,
Logika, Usaha, Etika, Kelompok, dan Keterampilan Lainnya. Atribut
lainnya adalah atribut dari bidang keahlian. Dari hasil yang diperoleh,
atribut yang perlu diperhatikan adalah keterampilan organisasi dan
kepemimpinan dengan gap tertinggi -0,82. Secara keseluruhan, pengguna
alumni tidak merasa puas, karena semua atribut negative
Hasil Wardani (2017) penelitian menunjukkan bahwa kurikulum
tidak ada hubungannya dengan tingkat kepemimpinan. Sementara itu,
tingkat kepemimpinan alumni sangat ditentukan oleh kreativitas.
Temuan ini sangat penting untuk aspek manajemen peningkatan kualitas
saja yang seharusnya dilakukan oleh dosen profesional. MMP FKIP
UKSW menyempurnakan kegiatan pembelajarannya pada kuliah
berbasis kreativitas yang akan membawa pengaruh positif pada tingkat
kepemimpinan.
24
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian/teori, tinjauan penelitian terdahulu dan latar
belakang permasalahan, maka kerangka pikir penelitian dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
Pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ; bahwa
komputensi alumni berbasis interpreneur berpengaruh terhadap
kepuasan pengguna dan daya saing alumni, disatu pihak kepuasan
pengguna mempegaruhi daya saing alumni.
Berdasarkan gambar kerangka pemikoran diatas maka dirumuskan
hipotesis
1. H1, kompetensi lulusan berbasis interpreneur berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pengguna alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
2. H2, kompetensi lulusan berpengaruh berbasis interpreneur signifikan
terhadap daya saing alumni STIE Indonesia Banjarmasin.
3. H3, kepuasan pengguna alumni berpengaruh signifikan terhadap daya
saing lulusan STIE Indonesia Banjarmasin
Kepuasan
Pengguna
Kompetensi
Berbasis
Interpreneur Daya Saing
Lulusan
25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini berupa penelitian deskriptif ekplanatori yang
bersifat kausalitas melalui pengujian hipotesis untuk menganalisis pengaruh
kompotensi alumni sebagai variable terikat, dan kepuasan pengguna sebagai
variabel bebas namun berpengaruh pula variabel bebas lainnya yakni daya saing
lulusan. Adapun variabel yang mewakili masing-masing dimensi, untuk dimensi
kompetensi terdiri dari integritas, disiplin, penampilan, penguasaan bidang ilmu,
komunikasi, kemampuan mengendalikan diri, berjiwa sosial, kerjasama,
kepemimpinan, penguassan bahasa asing, penguasaan computer, dan
pengembangan kepribadian. Sedangkan dimensi kepuasan pengguna terdiri dari
inisiatif dalam bekerja, kreativitas dalam bekerja, masukan saran pada
Instansi/Perusahaan, penyesuaian diri terhadap pekerjaan, ketelitian/ketepatan
menyelesaikan pekerjaan, dan kecepatan dalam bekerja, terakhir dimensi daya
saing adalah persepsi pengguna terhadap perbandingan keseluruhan alumni dari
perguruan tinggi atau sekolah lain
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini meiliputi provinsi Kalimatan Selatan .
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Singarimbun dan Effendi (2008) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya
akan diduga. Populasi penelitian adalah seluruh organisasi/instansi pengguna
26
alumni STIE Indonesia Banjarmasin yang tidak diketahui jumlahnya.. Sampel
adalah bagian dari populasi atau bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan sebagai populasi, untuk itu sampel harus representatif/mewakili
(Sugiyono, 2011)., sampel dalam penelitian ini yang diambil adalah minimal 40
organisasi/instansi yang memperkerjakan alumni baik swasta maupun
pemerintahan.
3.4. Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang istilah – istilah dalam
penelitian ini maka diambil pengertian – pengertian sebagai berikut ;
1. Kompetensi berbasis interpreuner adalah karakteristik, sikap dan perilaku
alumni STIE Indonesia Banjarmasin menurut penilaian pengguna
sebagaimana telah ditetapkan dalam kuesioner Bursa Kerja dan Pusat
Pengembangan Karir (BKPPK) STIE Indonesia Banjarmasin dengan
indikator :
- integritas,
- disiplin,
- penampilan,
- penguasaan bidang ilmu,
- komunikasi,
- kemampuan mengendalikan diri,
- berjiwa sosial,
- kerjasama,
- kepemimpinan,
27
- penguassan bahasa asing,
- penguasaan computer, dan
- pengembangan kepribadian.
2. Kepuasan pengguna lulusan adalah karakteristik, sikap dan perilaku
alumni STIE Indonesia Banjarmasin menurut penilaian pengguna yang
dianggap membantu organisasi/instansi tempat alumni bekerjan
sebagaimana telah ditetapkan dalam kuesioner Bursa Kerja dan Pusat
Pengembangan Karir (BKPPK) STIE Indonesia Banjarmasin dengan
indikator :
- inisiatif dalam bekerja,
- kreativitas dalam bekerja,
- masukan saran pada Instansi/Perusahaan,
- penyesuaian diri terhadap pekerjaan,
- ketelitian/ketepatan menyelesaikan pekerjaan, dan
- kecepatan dalam bekerja
3. Daya saing adalah perbandingan kualitas alumni STIE Indonesia
Banjarmasin apakah lebh baik, sama saja atau kurang baik dibanding
alumni perguruan tinggi lain menurut pengguna sebagaimana telah
ditetapkan dalam kuesioner Bursa Kerja dan Pusat Pengembangan Karir
(BKPPK) STIE Indonesia Banjarmasin
3.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data utama yang digunakan adalah data kuantitatif berupa data
sekunder, meliputi tentang komptensi, kepuasan pengguna, dan daya
saing alumni STIE Indonesia Banjarmasin yang akan dibagikan ke para
28
pengguna di Kalimantan Selatan melalui Bursa Kerja dan Pusat
Pengembangan Karir (BKPPK) STIE Indonesia Banjarmasin) dengan
menggunakan google form.
3.6. Proses Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian, selanjutnya
diolah dengan melalui beberapa prosedur yaitu:
1. Pengolahan secara manual, yaitu dengan melakukan editing, koding, dan
tabulasi data sesuai dengan variabel yang diteliti serta kebutuhan analisis,
sehingga memudahkan proses pengolahan data pada tahap berikutnya.
2. Pengolahan data dengan sistem komputerisasi, yaitu mengolah data-data
berdasarkan model statistik menggunakan uji frekuensi dan regresi
korelasi
3.7. Model Analisis Data
Sesuai dengan jenis data yang ada, data penelitian ini merupakan
data ordinal yang diintervalkan, sehingga dalam analisisnya yang digunakan
untuk Rumus korelasi product moment adalah :
Rumus korelasi product moment adalah :
Untuk pengaruh kompetensi terhadap kepuasan pengguna di mana
r = koefisien korelasi
X = skor butir kompetensi
Y = skor total butir kepuasan pengguna
n = jumlah pengguna
r = nΣxy – (Σx) (Σy)
. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2
– (Σy)2
}
29
Untuk pengaruh kepuasan pengguna terhadap daya saing di mana
r = koefisien korelasi
X = skor butir kepuasan pengguna
Y = skor total butir daya saing
n = jumlah pengguna
Untuk pengaruh kompetemsi terhadap daya saing di mana
r = koefisien korelasi
X = skor butir kompetensi
Y = skor total butir daya saing
n = jumlah pengguna
3.8. Teknik Analisis
Bila angka koefisien korelasi hitung (r) terhadap Y lebih besar dari
angka 0,6 maka item pernyataan tersebut dinyatakan berpengaruh, tetapi
apabila angka korelasi hitungnya lebih kecil dari angka 0,6, maka
pernyataan hubungan antar variabel dinyatakan tidak berpengaruh.
30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Dengan visi “ Menjadi Salah Satu Sekolah Tinggi Bisnis dan Pusat
Pengembangan Entrepreneurship Terkemuka di Indonesia Tahun 2020 “
berupaya menjaga komitmen untuk mempersiapkan, mengarahkan. melahirkan
dan mengembangkan mahasiswa dan alumni berwirausaha. Dimulai dengan
pembekalan berbagai pelatihan kewirausahaan bagi para dosen diberbagai
tempat, pemasukan mata kuliah kewirausahaan (dan kegiatan yang berhubungan
dengan kewirausahaan seperti studi kelayakan bisnis, manajemen keuangan,
manajamen operasional, manajamen keuangan dan manajemen SDM), pelatihan
kewiraushaan pelatihan bagi mahasiswa bekerjasama dengan pihak ketiga,
magang mahasiswa di UKM, penghimpunan wira usaha alumni melalui IKA
(Ikatan Alumni), Lembaga Pengembangan Enterpreuner dan Inkubator (LPEI),
Forum Komunikasi Kewirausahaan (FKK), dan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM).
Berdasarkan data trouser (panjajakan alumni) terhadap mahasiswa STIE
Indonesia angkatan 2011 - 2012 yang telah lulus pada tahun 2016 dengan sampel
50 % diperoleh keterangan sebanyak 60 orang atau 15 % telah berwirausaha,
sebanyak 200 oarng atau 50 % telah bekerja dan sisanya 140 orang 35 % masih
belum memiliki usaha atau bekerja atau hanya bekerja sambilan atau tidak tetap.
Dari jumlah alumni yang telah berwirausaha tersebut jenis usaha terbesar ada
pada usaha bisnis rumah makan dan perhotelan (5,2 %), penjualan otomotif dan
elektronik (2,8 %), penjualan pakaian dan peralatan peralatan perlengkapan
rumah tangga masing-masing 1,5 %, disusul jasa keuangan, tanfsportasi, dan
31
pertambangan perkebunan masing-masing 1,3 %, dan lain lain seperti hiburan,
percetakan , konsultan manajemen akuntansi dan perdagangan lainnya sebanyak
1,2 %. Dengan demikian usaha sebagain besar alumni bergerak di bidang industri
makanan.
Melalui lembaga Cooperative Academic Education Coop STIE
Indonesia Banjarmasin bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti)
telah berhasil memagangkan mahasiswa sebanyak 34 orang di berbagai UKM di
Banjarmasin pada tahun 2007-2019. Sedangkan mahasiswa lainnya melalui
Badan Pelaksana Magang Mahasiswa (BPMM) bekerjasama dengan program
studi menetapkan program magang mahasiswa di UKM yang wajib dtempuh
mahasiswa secara rutin persemester selama 3 bulan bagi dengan syarat yang telah
menempuh 100 SKS.
Seiain itu pada mata kuliah kewirausahaan pada pertengahan semester
mahasiwa wajib melakukan praktek bisnis seperti berjualan sebagai penentu
kelulusan. Sementara pihak akademik sendiri secara rutin mengadakan kerjasama
dengan pihak ketiga seperti Bank Mandiri, BI, Smart FM, HM,. Sampoerna, dan
lain lain untuk mengadakan pelatihan kewiraushaan yang dihadiri mahasiswa.
Kini STIE Indonesia Banjarmasin telah memiliki badang perkreditan usaha mikro
yang dapat dmanfaatkan mahasiswa atau alumni untuk menambah permodalan.
Selain itu STIE Indonesia Banjarmasin telah lama memiliki Forum Komunikasi
Kewirausahaan (FKK) untuk konsultasi usaha, memfasilitasi pinjaman, dan
memfasilitasi kerjasama antar UKM termasuk UKM milik mahasiswa dan
alumni. Kemudian setiap tahun bertepatan dengan pekan Dies Natalis selalu
diadakan pekan pasar murah dan pameran yang dapat dan selalu dimanfaatkan
32
para mahasiswa yang tergabung dalam UKM Kewirausahaan dan ikatan alumni
(IKA) untuk memamerkan binis dan berjualan.
Upaya lainnya yang telah dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan mahasiswa berwirausaha antara lain
1. Melaksanakan seminar dan pelatihan kewirausahaan oleh Lembaga
Pengembangan Enterpreuner Kewirausahaan dalam setiap semester dengan
menghadirkan praktisi bisnis dari berbagai kalangan yang ada di Kota
Banjarmasin.
2. Menghadirkan alumni yang sukses dalam berwirausaha dengan materi succes
story pada kegiatan Program Pengenalan Kegiatan Kampus ( PPKK )
3. Diikutsertakannya beberapa orang dosen dan mahasiswa dalam kegiatan
pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan Bank Mandiri, Depnakertrans,
Disperindag, maupun pihak swasta lainnya
Program kewirausahaan yang dilaksanakan STIE Indonesia Banjarmasin
sebagaimana dipaparkan sebelumnya merupakan upaya menumbuhkan dan
mengembangkan budaya kewirausahaan di kampus yang tidak hanya melibatkan
dosen dan mahasiswa, tetapi diharapkan agar semangat dan gairah
kewirausahaan bisa tumbuh dan menyebar pada seluruh sivitas akademika.
Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan para lulusan tidak hanya
mengandalkan mencari pekerjaan pada instansi pemerintah atau swasta semata,
tetapi dapat juga bekerja pada unit bisnis yang mereka rintis dan bisa
berwirausaha secara mandiri, karena pendidikan yang mereka terima tidak hanya
hard skill semata, tetapi juga soft skil. Berdasarkan hasil tracer study yang
dilakukan oleh STIE Indonesia Banjarmasin saat ini jumlah lulusan yang
bergerak dalam sektor wirausaha masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
33
lulusan yang diterima pada instansi pemerintah atau swasta (1 : 15), dan sektor
wirausaha masih menjadi pilihan terakhir setelah sektor pekerjaan lain tidak bisa
dimasuki.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh STIE Indonesia
Banjarmasin selama ini dalam membangun semangat kewirausahaan bagi
mahasiswa ternyata masih belum berhasil secara optimal. Oleh karena itu, masih
perlu terus dilakukannya pengembangan program yang terkait dengan
kewirausahaan sehingga mind set ingin jadi pegawai negeri bagi lulusan dapat di
kurangi, dan jangka panjang akan muncul wirausahawan-wirausahawan baru dari
kalangan perguruan tinggi berbasis Ipteks dalam mengelola dan mengembangkan
usahanya.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden menggambarkan latar belakang profil responden
dibagi atas tempat responden bekerja dan alumni bekerja, jabatan responden,
jurusan alumni yang dinilai, pengalaman kerja alumni yang dinilai, dan
keterkaitan sifat pekerjaan dengan latar belakang keilmuan alumni.
Tabel 1
Instansi Alumni dan Responden
No Instansi Jumlah %
1 BUMD 5 12.5
2 BUMN 5 12.5
3 Pemerintah 15 37.5
4 Swasta 15 37.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data ICT STIEI dan Data Primer, Dolah 2019
34
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa instansi yang menjadi objek
penilaian terhadap alumni ditetapkan sebagian besar bekerja di pemerintahan dan
perusahaan swasta masing-masing 15 orang atau 37,5 ?%, dissusul di Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti perbankan, dan pelayanan masyarakat
lainnya, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti pelabuhan, PLN dan
sebagainya.
Tabel 2
Jabatan Responden
No Jabatan Jumlah %
1 Pemilik
2 Pimpinan Puncak 15 37.5
3 Wakil Pimpinan
4 Atasan Langsung 5 12.5
5 Lainnya 20 50
Jumlah 40 100
Sumber : Data ICT STIEI dan Data Primer, Dolah 2019
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden yang
menilai alumni adalah jabatan lainnya yakni sebagai rekan kerja dan atasan tidak
langsung sebanyak 20 orang atau 50 %, disusul pimpinan puncak sebanyak 15
orang atau 37,5 %, dan atasan langsung sebanyak 5 orang atau 12,5 %.
Tabel 3
Jurusan Alumni Yang Dilnilai
Sumber : Data ICT STIEI dan Data Primer, Dolah 2019
No Jurusan Alumni Jumlah %
1 Akuntansi 25 62.5
2 Manajemen 10 25
3 S2 MM 5 12.5
Jumlah 40 100
35
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa program studi jurusan alumni yang
dinlai adalah jurusan S1 Akuntansi sebanyak 25 orang atau 62,5 %, disusul S1
Manajemen sebanyak 10 orang atau 25 %, dan terakhir S2 Manajemen (MM)
sebanyak 5 orang atau 12,5 %.
Tabel 4
Pengalaman Alumni Yang Dilnilai
No. Pengalaman Alumni Jumlah %
1 < 1 tahun 10 25
2 1 sampai 2 tahun 10 25
3 3 sampai 5 tahun 5 12.5
4 5 tahun lebih 15 37.5
Jumlah 40 100
Sumber : Data ICT STIEI dan Data Primer, Dolah 2019
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa pengalaman alumni bekerja yang
dinilai responden sebagian besar 5 tahun lebih atau 37,5 %, kemudian d bawah 1
tahun dan 1 sampai 2 tahun masing-masing 10 orang atau 25 %, dan 3 sampai 5
tahun sebanyak 5 orang atau 12,5 %.
Tabel 5
Keterkaitan Sifat Pekerjaan dengan Latar Belakang Keilmuwan Alumni
No Hubungan Pekerjaan Dengan Latar Belakang Ilmu Alumi
Jumlah %
1 Sangat berhubungan 20 50
2 Sebagian berhubungan 20 50
3 Tidak ada hubungannya
Jumlah 40 100
Sumber : Data ICT STIEI dan Data Primer, Dolah 2019
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hubungan sifat pekerjaan dengan
latar belakang keilmuwan alumni 20 orang atau 50 % menytatakan sangat
36
berhubungan, 20 orang atau 50 % sebagian berhubungan dimana kombinai antara
ilmu yang latar keilmuwan dan belajar sambil bekerja.
4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden
Deksripsi jawaban responden menggambarkan jawaban responden
terhadap item-item pertanyaan yang membentuk variabel berdasarkan skala liket
dari 1 sampai 5.
Tabel 6
Descriptive Statistics Item Pertanyaan Karakter Interpreuner
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Integritas 40 3.00 5.00 4.3750 .70484
Disiplin 40 3.00 5.00 4.2500 .83972
Ilmu 40 4.00 5.00 4.3750 .49029
Penampilan 40 4.00 5.00 4.6250 .49029
Komunikasi 40 4.00 5.00 4.6250 .49029
PengendaianDiri 40 4.00 5.00 4.6250 .49029
Sosial 40 3.00 5.00 4.5000 .71611
Kerjasama 40 4.00 5.00 4.6250 .49029
Kepemimpinan 40 3.00 5.00 4.2500 .83972
BahasaAsing 40 3.00 5.00 3.5000 .87706
Komputer 40 3.00 5.00 4.3750 .70484
PengembanDiri 40 4.00 5.00 4.7500 .43853
INTERPREUNER 40 3.67 5.00 4.4075 .42721
Valid N (listwise) 40
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Berdasarkan tabel 6 diketahui jawaban responden tentang karakteristik
interpreuner alumni rata-rata 4,4075, menunjukkan jiwa interpreuner alumni
sudah cukup baik, dimana skor tertinggi diperoleh dari kemampuan
pengembangan diri 4,7500, sedang terendah dari kemampuan berbahasa asing
3,5000. Hal ini menunjukkan karakter interpreuner alumni banyak ditentukan
dirinya sendiri bagaimana ia mengembangkan dirinya sendiri, sementara
penguasaan bahasa asing yang dimiliki masih rendah
37
Berdasarkan tabel 7 diketahui jawaban responden tentang kepuasan
pengguna alumni rata-rata 4,3525, menunjukkan kepuasan pengguna alumni
sudah cukup baik, dimana skor tertinggi diperoleh dari kemampuan
menyesuaikan diri dengan skor rata-rata 4,6250, sedang terendah dari kreativitas
4,3750. Hal ini menunjukkan penggun alumni sangat puas jika alumni mampu
menyesuaikan diri dengan cepat terhadap pekerjaan dan hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan. Sementara kreativitas malah diisyaratkan
pengguna tidak banyak karena alumni diminta mentaati pekerjaan sesuai dengan
instruksi pemberi kerja.
Tabel 7
Descriptive Statistics Item Pertanyaan Kepuasan Pengguna
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Berdasarkan tabel 8 diketahui jawaban responden tentang daya saing
alumni dibanding lulusan alumni lain atau perguruan tinggi lain rata-rata 4,000,
menunjukkan daya saing alumni cukup baik namun tidak terlalu tinggi.
38
Tabel 8
Descriptive Statistics Item Pertanyaan Daya Saing Alumni
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SATISFACTION 40 3.83 4.83 4.3525 .44998
COMPETITIVINES 40 3.00 5.00 4.0000 1.01274
Valid N (listwise) 40
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
4.2.3. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur, dalam hal ini
alat yang digunakan adalah kuesioner untuk mengukur variabel. Berdasarkan
tabel 9 beberapa variabel memiliki skor diatas 0,6 yakni displin, penguasaan
ilmu, penampilan, jiwa sosial, kemampuan kerjasama, penguasaan bahasa asing,
penguasaan computer dan pengembangan diri cukup valid untuk mengukur jiwa
interpreneur. Sementara integritas, komunikasi, pengendalian diri, dan
kepemimpinan tidak valid karena angka korelasi dibawah 0,6, namun
perbandingan yang valid dan tidak valid lebih banyak valid, sehingga secara
keseluruhan data cukup valid.
39
Tabel 9
Uji Korelasi Karakterstik Interpreuner
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Berdasarkan tabel 10 hampir semua skor item pertanyaan diatas 0,6
kecuali kecepatan dibawah 0,6, sehingga secara keseluruahan seluruh pertanyaan
untuk membentuk variabel kepuasan pengguna cukup valid.
Tabel 10
Uji Korelasi Kepuasan Pengguna
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
40
Berdasarkan tabel 11 skor item pertanyaan untuk daya saing alumni diatas
0,6 yakni 0,985 menunjukkan kuesioner daya saing alumni sangat valid.
Tabel 11
Uji Korelasi Daya Saing Alumni
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi pemahaman
responden terhadap butir kuesioner yang diajukan peneliti. Penelitian ini
menggunakan tiga variabel dengan dua puluh butir kuesioner. Berikut ini di
bawah ini adalah hasil pengujian reliabilitas variabel penelitian. Pada Tabel 12
nampak bahwa nilai reliabilitas Cronbach Alpha melebihi dari nilai cut off
sebesar 0,6. Hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang
mengukur variabel penelitian dinyatakan reliable.
Tabel 12
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel penelitian Jumlah
kuesioner
Nilai
Cronbach
Alpha
Hasil
1 Jiwa Interpreuner 12 ,880 Reliabel
2 Kepuasan Pengguna 6 ,897 Reliabel
3 Daya Saing Alumni 2 1,000 Reliabel
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
4.2.4. Uji Hipotesa
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama menyatakan bahwa kompetensi lulusan berbasis
interpreneur berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna alumni
41
STIE Indonesia Banjarmasin. Berdasarkan hasil analisis pada pengujian
hipotesis pertama disajikan pada Tabel 13
Tabel 13
Uji t pengaruh kompetensi lulusan berbasis interpreneur
terhadap kepuasan pengguna alumni
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Tabel 13 menunjukkan bahwa variabel kompetensi lulusan berbasis
interpreneur terhadap kepuasan pengguna alumni sebesar 0,684 dengan
nilai probabilita sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, kompetensi lulusan
berbasis interpreneur berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pengguna alumni, yang berarti bahwa peningkatan kompetensi lulusan
berbasis interpreneur diikuti dengan peningkatan kepuasan pengguna
alumni, dengan demikian hipotesis pertama secara statistik terbukti
diterima.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua menyatakan bahwa kompetensi lulusan
berpengaruh berbasis interpreneur signifikan terhadap daya saing alumni
STIE Indonesia Banjarmasin. Berdasarkan hasil analisis pada pengujian
hipotesis kedua disajikan pada Tabel 14.
42
Tabel 14
Uji t pengaruh kompetensi lulusan berpengaruh berbasis interpreneur
terhadap daya saing alumni
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Tabel 14 menunjukkan bahwa variabel kompetensi lulusan berbasis
interpreneur terhadap daya saing alumni sebesar 0,616 dengan nilai
probabilita sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, kompetensi lulusan
berbasis interpreneur berpengaruh signifikan terhadap daya saing alumni,
yang berarti bahwa peningkatan kompetensi lulusan berbasis interpreneur
diikuti dengan peningkatan daya saing alumni, dengan demikian hipotesis
kedua secara statistik terbukti diterima.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa kepuasan pengguna alumni
berpengaruh signifikan terhadap daya saing lulusan STIE Indonesia
Banjarmasin. Berdasarkan hasil analisis pada pengujian hipotesis ketiga
disajikan pada Tabel 15.
43
Tabel 15
Uji t pengaruh kepuasan pengguna alumni terhadap daya saing lulusan
Sumber : Pengolahan IBM SPSS Statistic 23
Tabel 15 menunjukkan bahwa variabel kepuasan pengguna alumni
terhadap daya saing lulusan sebesar 0,985 dengan nilai probabilita sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05, kepuasan pengguna alumni berpengaruh
signifikan terhadap daya saing alumni, yang berarti bahwa peningkatan
kepuasan pengguna alumni atau lulusan diikuti dengan peningkatan daya
saing alumni, dengan demikian hipotesis ketiga secara statistik terbukti
diterima.
4.3. Pembahasan
Salah satu indikator dalam kompetensi berbasis interpreuner adalah
disiplin yang berpengaruh terhadap kepuasan pengguna, dimana pengguna akan
puas jika alumni STIE Indonesia yang bekerja disiplin dalam bekerja di
perusahaan atau instansi pengguna. Karena dengan disiplinnya pegawai
menunjukkan keteraturan yang telah diharapkan pengguna, seperti pekerjaan
dimulai, dilakukan dan diakhiri tepat waktu. Disiplin yang ada menunjukkan
lulusan STIE Indonesia Banjarmasin sudah cukup disiplin.
Pengusaan ilmu ekonomi seperti akuntansi atau manajemen sangat
diharapkan pengguna guna menjalan organisasi untuk menertibkan laporan
44
keuangan, membantu mengatur manajemen pegawai, menertibkan operasional,
dan memasarkan produk. Lulusan perguruan tinggi seperti akuntansi atau
manajemen tidak menjamin alumni atau lulusan menguasai ilmu akuntansi atau
manajemen karena berbagai kemungkinan seperti ketidakpahaman atau
ketidakmampuan alumni pada saat kuliah, ilmu yang diperoleh sudah
ketinggalan, lulusan sudah lupa terhadap ilmu akuntansi atau manajemen yang
pernah diperolehnya. Tetapi dengan data yang ada menunjukkan penguasaan
ilmu yang cukup ditunjukkan alumni terhadap pengguna, namun perlu
ditingkatkan lagi.Hal ini sesuai dengan penelitian Yeo (2003)
Penampilan yang ditunjukkan kerapian berpakaian, wangi, kebersihan
cukup baik ditunjukkan lulusan STIE Indonesia Banjarmasin, mampu mengikat
hati pengguna sehingga mereka puas walaupun tidak terlalu memuaskan.
Sehingga hal ini perlu diingatkan kepada mahasiswa uang sedang kuliah sekarang
untuk membiasakan diri berpenampilan menarik dan rapi sejak kuliah, sehingga
diharapkan menjadi kebiasaan.
Sikap membantu orang lain menunjukkan jiwa sosial yang dimiliki
seseorang dan juga nilai pribadi seseorang. Sikap ini diperlukan pengguna
manakala mereka meminta bantuan kepada alumni atau dibantu alumni tanpa
tanpa pamrih. Sikap sosial yang ditunjukkan alumni STIE Indonesia Banjarmasin
membuat mereka di sukai pengguna, dan berpotensi mempertahankan mereka
ditempat kerja. Sehingga jiwa sosial ini perlu juga dibiasakan kepada mahasiswa
sekarang untuk melatih membiasakan berjia sosial seperti menolong bencana,
korban kebakaran, menolong orang tidak mampu.
Kemampuan kerjasama alumni diperlukan pengguna untuk bekerjasama
dengan pegawai mereka yang lain guna melaksanakan pekerjaan ditempat
45
mereka. Kemampuan kerjasama untuk saling tolong menolong sesama pegawai
yang ditunjukkan alumni STIE Indonesia Banjarmasin cukup baik dan disukai
pengguna, karena mereka terbiasa bekerjasama dalam berorganisasi pada masa
kuliah.
Penguasaan bahasa asing diperlukan pengguna untuk membantu mereka
memahami bisnis atau perilaku asing dan tentu saja berkomunikasi dengan pihak
asing. Masih rendahnya penguasaan bahasa asing oleh lulusan menekan
kepuasan pengguna sehingga mereka tidak terlalu puas dengan kinerja alumni.
Hal ini menjadi evaluasi bagi STIE Indonesi Banjarmasin guna meningkatkan
kualitas lulusannya dengan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
mahasiswanya.
Sulit menjalankan bisnis sekarang ini tanpa bantuan orang yang bisa
mengoperasikan computer, sehingga wajar jika pengguna mengisyaratkan
kepuasan mereka terhadap lulusan perguruan tinggi salah satunya adalah
penguasaan komputer. Pembekalan mata kuliah aplikasi komputer di STIE
Indonesia Banjarmasin membantu alumni menguasai dasar-dasar komputer,
sehingga mampu memberikan kepuasan pada pengguna. Hal ini sesuai dengan
penelitian Van (2000).
Pengembangan diri adalah suatu kegiatan meningkatkan kemampuan diri,
berdasarkan pemahaman tentang potensi diri yang positif dan mampu
mengangkat kepercayaan diri. Sehingga dapat merubah keadaan diri dari yang
sebelumnya hanya bermanfaat bagi sedikit orang menjadi bermanfaat bagi orang
banyak. Tingkat kepercayaan diri yang biasa diterapkan pada mahasiswa pada
saat mereka presentasi diskusi kelas di STIE Indonesia Banjarmasin membantu
alumni menguasai diri dan menumbukan kepercayaan diri, sehingga hal ini
46
berdampak kepercayaan diri pada saat bekerja, dimana hal ini menurut pengguna
alumni STIEI Indonesia Banjarmasin cukup memiliki kepercayaan diri.
Kinerja disiplin kerja yang ditunjukkan lulusan STIE Indonesia
Banjarmasin hanya sedikit saja lebih baik dari lulusan PTS/PTN lain. Displin
tidak hanya menyangkut ketepatan hadir pada saat jam masuk kerja, tetapi juga
pada standar operasional pekerjaan, prosuder, yang dinilai pengguna termasuk
membandingkan antar alumni walaupun kadang hal ini dianggap persoalan
pribadi.
Pengusaan ilmu ekonomi seperti akuntansi atau manajemen alumni STIE
Indonesia Banjarmasin sedikit lebih baik dari PTS/PTN lain, memberi sinyal
untuk mewaspadai peningkatan kualitas mutu pendidikan STIE Indonesia
Banjarmasin agar alumninya jauh lebih baik dari PTS/PTN lain. Lulusan
perguruan tinggi seperti akuntansi atau manajemen, harusnya menjamin alumni
atau lulusan menguasai ilmu akuntansi atau manajemen tersebut. Dengan alasan
apapun keilmuwan lulusan harus diupgrade terus baik dilakukan secara pribadi
maupun kelembagaan STIE Indonesia Banjarmasin.
Penampilan alumni lulusan STIE Indonesia Banjarmasin yang
ditunjukkan kerapian berpakaian, wangi, kebersihan cukup sedikit lebih baik dari
penampilan PTS/PTN lain sedikit sulit dibedakan pengguna, walaupun sebagian
sudah puas namun sebagian lagi meragukannya. Sehingga hal ini perlu
diingatkan terus kepada mahasiswa yang sedang kuliah sekarang untuk wajib
membiasakan diri berpenampilan menarik dan rapi sejak kuliah, sehingga
diharapkan menjadi budaya kebiasaan.
Sikap membantu orang lain, tidak hanya ditunjukkan alumni STIE
Indonesia Banjarmasin, tetapi juga ditunjukkan alumni PTS/PTN lain dengan
47
baik, karena merupakan bagian dari penilaian pengguna yang wajib dilaksanakan
pegawainya. Namun ciri khas yang membedakan adalah sikap siaga para pegawai
harus dilakukan secara ikhlas harus ditegaskan alumni dari mimic muka atau
karakter kuat untuk selalu siap membantu.
Kemampuan kerjasama alumni STIE Indonesia Banjarmasin sedikit lebih
baik PTS/PTN lain, dimana hal ini tergantung pada pemahaman pada pihak lain.
Jika alumni cepat paham terhadap pekerjaan dan pegawai lain, ditambah jiwa
sosial yang dimiliki, maka mereka jauh lebih baik. Namun jika kerjasama hanya
ditunjukkan semata mata karena melaksanakan perintah pekerjaan maka sulit
membedakan antar alumni pegawai.
Penguasaan bahasa asing, yang diperoleh alumni dari hanya pemberian
bekal 2 sks teori dan 2 sks praktik bahasa Inggris, belum terlalu mampu
membedakan jauh alumni STIE Indonesi Banjarmasin dengan alumni lain,
walaupun sedikit lebih baik. Kursus bahasa Inggris, diluar digunakan alumni
untuk menambah bekal kemampuan bahasa Inggrsnya, namun tidak setiap alumni
memanfaatkannya.. Hal ini menjadi evaluasi bagi guna meningkatkan kualitas
lulusannya dengan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswannya
melalui mata pelajaran lain selain bahasa Inggris.
Sedikitnya perbedaan alumni STIE Indonesia Banjarmasin dengan alumni
PTS lain dalam mengoperasikan komputer, karena computer bukan hal yang
asing lagi bagi siapa saja. Sementara yang tinggi tidak bisa atau cukup waktu
dipelajari dalam mata kuliah wajib, sehingga diperlukan waktu khusus,
penugasan khusus, dan kebiajakan yang memfasilitasi mahasiswa menggunakan
komputer, seperti menyediakan computer gratis, wifi lancar, banyak tempat
menggunakan komputer.
48
Pengembangan diri lebih harus dilakukan secara formal jika STIE
Indonesia Banjarmasin memiliki mata kuliah khusus pengembangan diri guna
meningkatkan kemampuan diri, memahami potensi diri dan berpenampilan diri
yang menarik, sehingga para pengguna secara jelas dan tegas ciri khas masing-
masing perilaku pegawainya.
Kemampuan inisiatif dalam bekerja yang ditunjukkan alumni mampu
menarik perhatian pengguna terutama jika dibandingkan dengan lulusan PTS,
sementara jika dibandingkan dengan PTN menurut pengguna sama saja.
Sementara para lulusan STIE Indonesia Banjarmasin tidak hanya bersaing
dengan PTS saja tetapi juga dengan PTN, sehingga memerlukan memotivasi saat
perkuliahan untuk aktif membuat mahasiswa lebih aktif.
Saran atau masukan lulusan terhadap Instansi/Perusahaan tempatnya
bekerja selalu menjadi penilaian utama pengguna untuk membedakan pegawai
mana yang berkualitas, karena dalam memberikan saran diperlukan kecerdasan
dan keberanian serta kemampuan berkomunikasi dengan baik sehingga menarik
dan jelas bagi pegawai lainnya. Dalam perkuliahan mahasiswa harus dimotivasi
dalam memberikan masukan dan tidak boleh dilemahkan pendapatnya.
Banyak pegawai bekerja tidak mampu mengandalkan keilmuan atau
pengalamannya namun mereka sukses di tempat kerja karena memiliki
kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan baik. Disini alumni
sejak mahasiswa harus dibiasakan menyesuaian diri dengan siapa dan apa saja.
Wadah berorganisasi salah satu jalan pembuka guna menyesuaikan diri dengan
anggota organisasi lain.
Ketelitian/ketepatan menyelesaikan pekerjaan, diperoleh dari kebiasan
menghitung dan menafsirkan data. Dimana mahasiswa harus banyak diberi kasus
49
tidak hanya pada saat ujian tetapi setiap PR dan mendiskusikan kasus tersebut
termasuk mengadakan perbandingan antar jawaban. Sehingga dapat disimpulkan
guna menambah daya saing alumni, perlu pembakalan khusus tambahan.
50
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini untuk menguji hubungan kompetensi lulusan
berbasis interpreneur dengan kepuasan pengguna, dan daya saing alumni
hipotesa ;
1. Hipotesa ertama bahwa kompetensi lulusan berbasis interpreneur
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna alumni STIE
Indonesia Banjarmasin, diterima dalam penelitian ini
2. Hipotesa kedua bahwa kompetensi lulusan berbasis interpreneur
berpengaruh signifikan terhadap daya saing alumni STIE Indonesia
Banjarmasin, diterima dalam penelitian ini.
3. Hipotesa ketiga bahwa kepuasan pengguna alumni berpengaruh signifikan
terhadap daya saing lulusan STIE Indonesia Banjarmasin diterima dalam
penelitian ini.
.
5.2. Saran
Hal ini menunjukkan untuk memperbaiki kualitas lulusan, STIE Indonesia
Banjarmasin harus harus memperbaiki sistem pembelajaran yang berbasis
interpreneur, memperhatikan keinginan pengguna, dan menjaga kualitasnya harus
lebih baik dari para pesaingnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ban -PT, Buku 5 -Pedoman Penialaiam Instrumen Akreditasi Sarjana). Jakarta,
2010.
-Boxall, P. 1992 “Strategic human resource management: beginnings of a new
theoretical sophisticated?” „ Human Resource management Journal, Vol.
2, No. 3, pp60-79. 5-
Boxall, P. 1995,”The challenge of HRM, Directions and Debates in New
Zealand”, Longman Paul 6
-Boxall, P. 1996, “The strategic Human Resource Management debate and the
resource-based view of the firm” Human Resource Management Journal,
Vol. 6, No.3, pp 59-75.
Bueno, C. M., & Tubbs, S. L. (2004). Identifying global leadership
competencies: An exploratory study. Journal of American Academy of
Business, 5(1 2), 80–87.
Cross, J. 2010. Engaging the paradox of competence: business and education
research develop a master of business competence model. Doctoral
Thesis. Capella University
Forsyth, John, & Boucher, Leah (2015). Why big data is not enough. Research
World, 2015(50): 26–27.
Handoko, T. Hani. 1994. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia.
Yogjakarta : BPFE yogjakarta
Huotari, P. 2009. Strateginen osaamisen johtaminen kuntien sosiaali- ja
terveystoimessa; neljän kunnan sosiaali- ja terveystoimen esimiesten
käsityksiä strategisesta osaamisen johtamisesta. Doctoral thesis. Tampere
University. Department of management sciences. Tampere.
Kelsey, J. M. (2003) The right place at the right time: assisting spatiotemporal
planning in construction Proceedings of 'Knowledge Construction' Joint
International Symposium of CIB Working Commissions: W55 (Building
Economics), W65 (Organisation and Management of Construction) &
W107 (Construction in Developing Countries) 21st - 24th October,
National University of Singapore
Lisa Firestone, Ph.D. , https://www.psychalive.org/lisa-firestone-ph-d/
MaryEllen.Slayter Human resources leader Michelle M. Smith reveals how
HR leaders today have a rare opportunity to think more strategically.,
https://blog.shrm.org/author/1108
52
O‟Brien, Patricks. 2002. Making College Count: A Real World Look at How
To Succeed in College. Ten Speed Press
Porter, Michael E. Competitive Strategy; Techniques for Analyzing Industries
and Competitors. 1980. Free Press. Boston
Purnomo Margo, 2009,Kompetensi Entrepreneurial: Mata Rantai yang Hilang
untuk Menjadi Wirausaha Sukses, Makalah Jurusan Ilmu Administrasi
Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Putra S.Ichsan dan Pratiwi Ariyanti. (2005). Sukses dengan Soft Skill.
Bandung: ITB
Sahupala, Sandra dan Anonim. 2009. Competency Based Human Resources
Management. Model kompetensi
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES, 2008
Suhartini Eka, Murtiadi Awaluddin, & Muh. Ikhsan Alif. S, 2010, ANALISIS
KESESUAIAN KOMPETENSI ALUMNI UIN ALAUDDIN
TERHADAP KEPUASAN STAKEHOLDER (Study kasus Lulusan
Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar
angkatan 2006-2010) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar Jl. Muh. Yasin Limpo No.36, Samata-
Gowa [email protected]
Sahney, S., D. K. Banwet & S. Karunes (2004); Comceptualizing Total Quality
Management in Higher Education ; The TQM Magazine, Vol. 16, No. 2,
pp. 145-159.
Setyaningsih Ira dan Abrori Muchammad, 2013, ANALISIS KUALITAS
LULUSAN BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA
LULUSAN Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adi Sutjipto No. 01, Yogyakarta e-mail :
Simamora Bilson,. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. Edisi pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Spencer, David Clarence McClelland, Signe M. Spencer, Competency
assessment methods: history and state of the art, Hay/McBer Research
Press, 1994
Spencer, L.M. & S.M. Spencer, (1993). Competence at work: models for
superior performance. New York, John Wiley
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
53
Van Assen, M. 2000. Agile-based competence management; the relation
between agile manufacturing and time-based competence management.
International Journal of Agile Management Systems Vol. 2 No. 2/2000,
142-155.
Wardani Krisma Widi, 2017, Pengaruh Kreativitas dalam Peningkatan
Kompetensi Kepemimpinan Alumni Magister Manajemen Pendidikan
Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kelola Jurnal Manajemen
Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana [email protected] e-ISSN 2549-9661 Volume: 4,
No. 2, Juli-Desember 2017 Halaman: 220-230
Wilson, M.,1995, “Reward systems” ”,The Challenge of HRM Directions and
Debates in NZ” Edited by Peter Boxall, Chapter 7, p 178-202.
Yeo, R. 2003. The tangibles and intangibles of organisational performance.
Team Performance Management: An International Journal Vol. 9 No. 7-
8/2003, 199204
Zeithaml, Valerie A., Berry, Leonard L. & Parasuraman, A. (1996) “The
behavioral consequences of service quality,” Journal of Marketing, vol.
60(2), p.31-46