Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

download Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

of 13

description

Medicine

Transcript of Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    1/

    Blok Muskuloskeletal 1

    Laporan Praktikum Fisiologi

    Kelelahan Otot-Saraf pada Orang

    D5

    20 Maret 2013

    Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat

    Daftar Nama Mahasiswa Kelompok D5

    Nama NIM Jabatan Tanda Tangan

    Ria Fransiska 102012100 Ketua

    Ezra Elian Yonatan 102012104 Anggota

    Delpi Elta Putri Z 102012145 Anggota

    Egy Pradana Y 102012247 Anggota

    Yudha Ramdhani 102012393 Anggota

    Shienowa Andaya S 102012445 Anggota

    M Azhan Bin Ramli 102012504 Anggota

    Dhanis Sartika 102012519 Anggota

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    2/

    Percobaan I

    Steady-State

    1. Tujuan PercobaanPengujian dilakukan dengan tujuan mengamati kerja otot dalam keadaan stabil

    2. Peralatan PercobaanPersiapkan alat-alat sesuai gambar

    3. Cara Kerja PercobaanSambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yangdiperdengarkan

    di ruang praktikum sampai putaran tromol. Setiap kalisetelah melakukan tarikan ,

    lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula

    4. Hasil PercobaanMekanisme percobaan kerja steady state adalah suatu mekanisme percobaan dimana padaOP(objek percobaan) melakukan tarikan pada alat yang tersedia yang dapat dinyatakan

    sebagai mekanisme kontraksi otot dengan waktu istirahat/relaksasi selama kira-kira 4

    detik sebelum melakukan kontraksi kembali. Pada hasil percobaan yang dinyatakan

    dalam waktu bentuk grafik, mulanya garis tarikan tinggi dan karena adanya waktu

    istirahat/waktu untuk berelaksasi di sela-sela waktu sebelum kembali melakukan

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    3/

    kontraksi, yang artinya kontraksi tidak terjadi terus menerus maka peristiwa terjadinya

    kelelahan otot akan memerlukan kegiatan/mekanisme kontraksi tersebut dilakukan dalam

    waktu yang lebigh lama seperti yang telah diketahui, bahwa kontraksi otot memerlkukan

    energi/ATP, yang dihasilkan dalam mekanisme relaksasi dengan memerlukan O2.1

    Oleh

    karena itu pada kerja steady state apabila dibandingkan dengan kontraksi yang dilakukan

    terus menerus akan terlihat bahwa kerja steady state lebih lama untuk mencapai kelelahan

    otot.

    Percobaan II

    Pengaruh Gangguan Peredaran Darah

    1. Tujuan PercobaanPercobaan dilakukan dengan tujuan mengetahui bagaimana pengaruh kerja otot sesaat

    tidak dilakukan penyumbatan pada pembuluh darah (oklusi) yang terdapat di sekitarnya.

    Perlu diketahui bahwa sebelum melakukan kerja, otot diberikan latihan dengan beberapa

    kali oklusi pembuluh darah. Kemudian, hasil tindakan awal akan dibandingkan dengan

    percobaan kerja otot selama mendapatkan oklusi pembuluh darah dan setelah oklusi tidak

    lagi berlangsung

    2. Peralatan Percobaana. Manset sfigmomanometer: alat untuk memeriksa tekanan darah. Pada percobaan

    kali ini dilakukan untuk mengetahui pada tekanan berapakah denyut arteri radialis

    tidak teraba dan berfungsi sebagai alat oklusi.

    b. Ergograf: alat yang dapat diatur kekuatan pegasnya dan memiliki pelatukmenyerupai pistol. Penggunaannya dilakukan dengan menarik pelatuk tersebut

    mempergunakan jari telunjuk (phalanxke-2)

    c. Kimograf: alat yang diperuntukan mencatat gerakan ototd. Metronom: alat pengaturan waktu yang dipergunakan oleh orang percobaan untuk

    menentukan kapan akan menarik pelatuk pada ergograf

    3. Cara Kerja Percobaana. Melakukan pemasangan manset sfigmomanometer pada lengan atas (region

    brachi) pada orang percobaan yang sama di saat dilakukan pecobaan I (percobaan

    steady-state).

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    4/

    b. Sebagai latihan, melakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah regio brachiidengan jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut arteri radialistidak

    teraba.

    c. Dengan manset yang tetap terpasang tetapi tanpa oklusi,orang percobaanmelakukan 12 kali tarikan dengan frekuensi 1 tarikan tiap 4 detik sambil dicatat

    pada kimograf.

    d. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, sebagai penguji mulai memompakembali manset dengan cepat sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.

    Selama pemompaan, orang percobaan tetap melakukan latihan.

    e. Memberikan tanda pada kurva pada saat denyut arteri radialistidak teraba lagi.f. Setelah terjadi kelelahan total, tekanan di dalam manset diturunkan. Sehingga

    peredaran darah kembali pulih.

    g. Dengan frekuensi yang sama, teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruhfaktor oklusi tidak terlihat lagi

    4. Hasil Percobaana. Percobaan setelah beberapa kali oklusi di awal sebelum melakukan tarikan

    pelatuk secara normal tanpa oklusi menunjukan gambaran kurva yang stabil

    b. Penarikan pelatuk yang diikuti oklusi secara bersamaan saat dicatat oleh kimografmemperlihatkan kerja otot yang mulai berkurang seiring waktu.

    c. Saat oklusi telah ditiadakan tetapi tetap melakukan tarikan pada pelatuk, kimografmenunjukan hasil kerja otot yang kembali pulih secara perlahan

    5. PembahasanOtot rangka yang bekerja selama proses penarikan pelatuk membutuhkan energi.

    Energi itu berupa ATP (adenosine triphosphate) dan dapat diperoleh melalui tiga langkah

    berbeda, yaitu

    a. Penguraian ATP oleh ATPase miosin menghasilkan energi bagi jembatansilang untuk melakukan gerakan mengayun yang kuat

    b. Pengikatan molekul ATP segar ke miosin memungkinkan terlepasnyajembatan silang dari filamen aktin pada akhir gerakan mengayun, sehingga

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    5/

    siklus dapat diulang. ATP ini kemudian diuraikan untuk menghasilkan enegi

    bagi ayunan jembatan silang berikutnya

    c. Transportasi aktif Ca2+ kembali ke retikulum sarkoplasma selama relaksasibergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP

    Ketersediaan ATP harus berkelanjutan dan ada 3 jalur yang mampu memasoknya

    sesuai keperluan selama kontraksi, seperti pemindahan fosfat berenergi tinggi dari keratin

    fosfat ke ADP, fosforilasi okidatif (siklus asam sitrat dan transportasi elektron) dan

    glikolisis. Apabila hal ini kurang atau tidak dilakukan maka otot mengalami kelelahan

    yang digambarkan dengan penurunan kemampuan otot bekerja dan tidak ada kerja yang

    dapat dilakukannya. Salah satu penyebabnya seperti yang dialami oleh orang percobaan

    di saat menarik pelatuk, berupa pemompaan manset sfignomanometer dan oklusi yang

    diberikan.

    Kreatin fosfat adalah simpanan energi pertama yang digunakan pada awal

    aktifitas kontraktil. Kreatin fosfat akan melepaskan energi dari hasil hidrolisis padanya

    bersama dengan itu fosfat turut keluar dan nantinya dapat langsung diberikan ke ADP

    untu membentuk ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh keratin kinase bersifat reversibel. Pada

    kimograf hal ini tergambarkan dengan kestabilan kurva tetapi seiring waktu ketersediaan

    keratin fosfat akan berakhir. Dikarenakan orang percobaan diharuskan tetap melanjutkanaktifitasnya, maka ia akan memasuki jalur alternatif lainnya, seperti fosforilasi oksidatif

    dan glikolisis. Hanya saja fosforilasi oksidatif membutuhkan waktu yang relatif lebih

    lama untuk menghasilkan ATP dan pasokan oksigen ditambah nutrien yang konstan.

    Padahal kenyataan yang terjadi di orang percobaan saat memasuki penarikan pelatuk

    ergograf ke-13 pasokan mulai terhambat karena manset yang terpasang di regio brachii-

    nya mendapatkan pemompaan ditambah oklusi saat denyut arteri radialistidak teraba.

    Peningkatan aktifitas (aliran darah harus semakin melaju deras) akibat beban yanglebih berat membuat serat otot semakin mengandalkan glikolisis. Ada 2 macam

    glikolosis, yaitu glikolisis aerob dan anaerob. Untuk glikolisis aerob dibutuhkan oksigen

    dan divisualisasikan dengan keadaan orang percobaan menghirup oksigen lebih banyak.

    Hanya saja keadaan ini pula tergantung dengan ketersediaan glukosa. Secara umum,

    glikolisis mampu menghemat waktu dalam menghasilkan ATP dibanding fosforilasi

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    6/

    oksidatif. Walaupun kenyataannya jumlah ATP yang dihasilkan lebih sedikit, 2 ATP.

    Pada glikolisis anaerobik menimbulkan dua buah konsekuensi,yang pertama adalah

    glikolisis anaerob mampu menghabiskan simpanan glikogen otot dengan sangat cepat.

    Kedua, produk akhir glikolisis anaerobik, yakni asam piruvat diubah menjadi asam laktat

    ketika asam piruvat tidak dapat diubah lebih lanjut oleh jalur fosforilasi oksidatif.

    Penimbunan asam laktat akan menyebabkan orang percobaan merasakan nyeri otot (saat

    percobaan berlangsung, penguji mendengar pernyataan ini dilontarkan oleh orang

    percobaan).

    Selama masa penurunan oklusi hingga tidak ada lagi tapi orang percobaan tetap

    melakukan aktifitas yang ditentukan padanya terjadilah masa pemulihan. Masa ini ialah

    pasokan ATP segar perlahan kembali diberikan melalui jalur fosforilasi oksidatif. ATP

    tersebut nantinya ditujukan bagi sintesa ulang keratin fosfat untuk memulihkan

    cadangannya. Asam laktat yang tertimbun pun kembali menjadi asam piruvat dan diubah

    lagi menjadi gkukosa oleh hati. Glukosa yang terbentuk itu akan dipergunaan

    memulihkan cadangan glikogen di otot dan hati. Kerja otot yang tergambarkan pada

    kimograf pun mulai meningkat seiring waktu.

    Gambaran kurva stabil selama kerja penarikan pelatuk yang dilakukan oleh orang

    percobaan jika dijelaskan dari sistem fisiologis otot tergambarkan bahwa serat otot yangbekerja mendapatkan relaksasi sempurna sebelum potensial aksi selanjutnya berlangsung.

    Dengan kata lain, proses eksitasi-kontraksi yang sama berlangsung setiap waktu

    menghasilkan respon kedutan serupa. Sebagai tambahan informasi, otot dapat

    dipengaruhi tingkat ketegangannya oleh frekuensi rangsangan, panjang serat pada

    permukaan kontraksi, tingkat kelelahan dan ketebalan.

    Kelelahan total yang dialami oleh orang percobaan mungkin saja dikarenakan

    oleh tiga kondisi yaitu kelelahan otot, kelelahan neuromuskulus dan kelelahan sentral.

    Yang dimaksud kelelahan otot adalah saat otot tidak mampu berepon terhadap

    rangsangan dengan tingkat kontraksi setara, 1 tarikan pelatuk tiap 4 detik. Penyebab

    utama yang berperan seperti penimbunan asam laktat, cadangan energi yang mulai

    menipis bahkan habis. Selain itu, adanya penyumbatan pembuluh darah melalui

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    7/

    pemberian oklusi selama manset sfignomanometer terpasang yang berujung pada

    menurunnya pasokan oksigen serta nutrisi demi terus berlangsungnya kerja otot.

    Kelelahan neuromuskular ditujukan dengan kondisi neuromuskular aktif tidak

    mampu menghantar asetilkolin cukup cepat untuk mempertahankan transmisi kimiawi ke

    otot. Sedangkan kelelahan sentral atau dikenal dengan kelelahan psikologi ialah keadaan

    sistem saraf pusat (SSP) tidak lagi adekuat mengaktifkan neuron motorik yang berakar

    pada rasa tidak nyaman terhadap aktifitas. Orang percobaan menyatakan bahwa oklusi

    dirasakan memperberat aktifitasnya dalam menarik pelatuk pada ergograf), motivasi yang

    menurun akibat kerja monoton, kelelahan dan kebosanan.

    Percobaan III

    Pengaruh Istirahat dan Massage

    1. Tujuan PercobaanPercobaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kerja otot sesaat setelah melakukan

    kerja diberikan istirahat tanpa massagedan disertakan massage

    2. Peralatan PercobaanPersiapkan alat-alat sesuai gambar

    3. Cara Kerja Percobaana. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lainb. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    8/

    c. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahantotal,kemudian hentikan tromol

    d. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap diniarkandiatasmeja

    e. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang + 2 cm, jalankankimografdan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yangsama sampai

    terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol

    f. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat inilakukanmassage pada lengan orang percobaan. Massage dengan cara

    mengurut dengan tekanan kuat ke arah perifer, kemudian dengan tekanan

    ringan kearah jantung. Massage dilakukan dari fossa cubiti hingga ujung jari

    g. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang + 2 cm, jalankankimografdan lakukan kembali tarikaan seperti langkah nomor 5

    h. Bandingkan ke 3 ergogram yang sudah diperoleh dan lakukanlah analisisterhadap ketiganya

    4. Hasil PercobaanPada grafik terlihat bahwa grafik cenderung menurun karena waktu selang otot

    bekerja terlalu singkat sehingga tidak memiliki waktu untuk menguraikan asam laktat

    (bekerja tiap 1 detik), oleh sebab itu di grafik menunjukan rentang waktu dari mulaibekerja hingga lelah cukup pendek. Setelah diberikan waktu untuk istirahat sebanyak dua

    menit, otot dapat kembali bekerja namun tidak berlangsung lama, karena penguraian

    asam laktat kurang maksimal sehingga otot dengan cepatnya kembali lelah.

    Ketika otot kembali diistirahatkan sambil dilakukan pijatan untuk memperlancar

    kembali sirkulasi darah serta meluruskan otot kembali. Seharusnya grafik menunjukan

    kecenderungan untuk meningkat dan rentang waktunya lebih lama dari lama hanya

    beristirahat tanpa dipijat. Karena setelah dipijat aliran darah ke otot pada jari akan lebih

    lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna

    dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijit energi

    meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.

    Tetapi dari grafik OP kelompok kami, hasil yang didapat grafik justru lebih

    pendek dari saat istirahat tanpa dipijat. Hal ini dimungkinkan karena teknik pijatan yang

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    9/

    tidak dilakukan dengan baik. Penekanan pada arteri lebih kecil dari pada penekanan pada

    vena. Seharusnya penekanan pada arteri lebih besar dari pada penekanan pada vena

    karena arteri menyalurkan darah kaya oksigen ke seluruh tubuh termasuk tangan.

    Sehingga pasokan O2 seharusnya mengalir dengan baik. Selain itu dimungkinkan oleh

    kondisi otot OP yang tidak terlatih.Otot yang terlatih memiliki ketahanan yang lebih lama

    dalam melakukan kontraksi.

    Percobaan IV

    Rasa Nyeri, Perubahan Warna dan Suhu Akibat Iskemia

    1. Tujuan PercobaanDilakukannya percobaan ini bertujuan menyimak bagaimanakah perubahan yang terjadi

    pada bagian tubuh yang mendapatkan pengaruh atas kerja

    2. Peralatan Percobaan

    3. Cara Kerja Percobaana. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain tanpa dilakukanpencatatan

    pada ergogram

    b. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan danberikanpembeban yang cukup berat sehingga penarikan hanya

    akanmemperlihatkan penyimpangan ujung pencatatan yang kecil saja

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    10

    c. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaand. Lakukan satu tarikan tiap saatu detik sambil diadakan oklusi sehinggaterjadi

    kelelahan total atau sampai terjadi rasa sakit yang tidak tertahankan

    e. Hentikan tindakan oklusi segera setelah orang percobaan merasa nyeriyanghebat sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kananorang

    percobaan

    4. Hasil PercobaanJadual: Rasa Nnyeri, Perubahan Warna Kulit dan Suhu Kulit Tanpa Oklusi dan Dengan

    Oklusi

    Tanpa Oklusi Dengan Oklusi

    Warna Kulit Coklat Pucat keputihan

    Suhu Kulit Normal/Hangat Dingin

    Nyeri Pada Tangan Tidak terasa nyeri Rasa nyeri timbul setelah

    beberapa ketika

    5. Pembahasana.

    Percobaan pertama terlihat tidak terjadi pengurangan kinerja ataupun kelelahan ygdapat dilihatstabilitasnya pada hasil grafik percobaan I, grafik terlihat stabil. dapat

    disimpukanbahwa otot memiliki durasi untuk menguraikan asam laktat yang

    terbentuk datipemecahan glikogen untuk sumber tenaga mekanisme pengerak

    otot.

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    11

    b. Percobaan kedua pada percobaan ketiga terlihat ada 3 bagian grafik yang berbeda.Dimulai dengangrafik yang stabil pada awalnya, setelah mulai dilakukan

    penghambatan aliran darah(oklusi), otot mulai kelelahan, disebabkan suplai

    nutrisi dan O2 yang berkurang. Nutrisi berguna untuk sumber energy bagi otot,

    sedangkan O2 sebagai bahan bakar untutk menguraikan asam laktat yang

    tertimbun akibat penguraian glikogen. Asam laktat membutuhkan lebih banyak

    O2 untuk menghasilkan energi, penimbunan asamlaktat menimbukan kelelahan

    pada otot. Pada saat oklusi grafik cenderung menurunsampai terjadi kelelahan

    otot maksimal. Setelah oklusi dibuka, grafik mulai naik perlahan-lahan sampai

    dengan keadaan stabil yang dikarenakan darah sudah mengalir dan pasokan

    nutrisi dan O2 sudah kembali lancar.

    c. Percobaan ketiga pada grafik terlihat bahwa grafik cenderung menurun karenawaktu otot bekerja terlalu padat sehingga tidak memiliki waktu untuk

    menguraikan asam laktat (bekerja tiap 1 detik), oleh sebab itu di grafik

    menunjukan rentang waktu dari mulai bekerjahingga lelah cukup pendek. Setelah

    diberikan waktu untuk istirahat sebanyak duamenit, otot dapat kembali bekerja

    namun tidak berlangsung lama, karena penguraianasam laktat kurang maksimal

    sehingga otot dengan cepatnya kembali lelah. Ketikaotot kembali diistirahatkan

    sambil dilakukan pijatan untuk memperlancar kembalisirkulasi darah sertameluruskan otot kembali. Seharusnya grafik menunjukankecenderungan untuk

    meningkat dan rentang waktunya lama. Tetapi dari grafik OP kelompok kami,

    hasil yang didapat sama bahkan lebih tidak maksimal dari grafik yang istirahat

    (tanpa pijatan). Hal ini dimungkinkan karena teknik pijatan yang tidak dilakukan

    dengan baik dan kondisi otot OP yang tidak terlatih. Terlihat pada grafik, tahap

    awak grafik cendrung menurun pada frekuensi waktu kerja otot yang cukup padat,

    otot tidak memiliki waktu untuk mengurai asam laktat, rentang waktu dari awal

    test sampai kelelahan cukup pendek. Tahap kedua dilakukan setelah 2 menit

    mengistirahatkan. Hasil grafik kurang baik karena otot tidak dapat mengurai asam

    laktat dari proses sebelumnya secara maksimal sehingga otot cepat lelah. Tahap

    akhir dilakukan setelah proses istirahat dengan durasi yang sama beserta proses

    pemijatan yang bertujuan utuk memperlancar peredaran darah. Diperkirakan

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    12

    grafik akan cendrung memiliki hasil yg lebih baik tetapi resipien/OP

    menghasilkan grafik yang serupa dengan tahap kedua, dimungkinkan karena

    teknik pijatan yg tidak tepat atau kondisi otot resipien /OP yg kurang terlatih.

    d. Pada percobaan keempat ini, latihan dilakukan untuk melihat kesan kelelahan ototseseorang terhadap rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat dari

    iskemia. Iskemia adalah suatu kondisi dimana berlaku kekurangan suplai darah

    yang membawa oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan otot. Ter jadi rasa nyeri

    adalah simptom kepada gangguan suplai darah pada suatu daerah tubuh. Dalam

    latihan ini, kondisi iskemiadicipta dengan dipasang manset pada lengan kanan OP

    dan diakan oklusi untuk menghentikan suplai darah ke daerah lengan OP.

    Kemudian, OP diarahkan untuk melakukan penarikan setiap detik sehingga terjadi

    kelelahan total (OP tidak dapat melakukan penarikan lagi) dan timbul rasa nyeri.

    Hasilnya dapat dilihat pada perubahan warna dan suhu kulit yang terjadi sebelom

    dan setelah diadakan oklusi. Awalnya, sebelom melakukan oklusi, suhu kulit

    sekitar lengan bawah OP adalah hangat dan warna kulitnya masih berwarna

    coklat. Setelah oklusi dilakukan sehingga timbul rasa nyeri, keadaan suhu kulit

    berubah menjadi lebih dingin dan warna kulitnya juga berubah menjadi pucat. Hal

    ini terjadi kerana berlaku perhambatan pada darah yang membawa oksigen

    (kekurangan oksigen) pada otot untuk terjadinya pembakaran glukosa, serta zatnutrisi lainnya bagi menghasilkan energi telah abis digunakan, hasilnya tidak ada

    energi lagi untuk melakukan kontraksi dan tidak ada panas yang dihasilkan suhu

    kulit berubah dingin. Kulit menjadi pucat adalah hasil dari penghambatan darah

    akibat oklusi. Rasa nyeri yang dirasakan terjadi akibat dari kelelahan otot adalah

    hasil dari pembentukan asam laktak akibat melalui proses respirasi anaerob, yang

    menekan receptor nyeri sewaktu melakukan kontraksi ulangan.

    Kesimpulan

    Mekanisme kerja otot dan tingkat kelelahannya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat

    beban, frekuensi waktu, istirahat, pijatan (massage), peredaran darah. Kelelahan pada otot terjadi

    karena pengekserian asam laktat terjadi pada saat otot bekerja, jikalau proses penggunaan otot

  • 5/23/2018 Laporan Fisiologi Blok Muskuloskeletal 1 Kel D5

    13

    terus berlanjut pada jangka waktu dan frekuensi tertentu, penimbunan asam laktat akan terjadi,

    poses penimbunan ini akan mengurangi kinerja dan menimbulkan rasa pegal pada bagian otot

    yang bekerja. Penghabatan aliran darah juga akan mengurangi kinerja otot, pengembalian kinerja

    otot dapat dilakukan dengan proses istirahat atau pemijatan.

    Daftar Pustaka

    1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;2009.h.19.

    2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.h.119.

    3. Thomson H. Oklusi. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.57.4. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem; alih bahasa, Brahm U. Pendit; editor,

    Beatricia I. Santoso. 2nd

    edi. Jakarta: ECG, 2001. Hal. 232-39.

    5. Sumardikarya IK, Goenawan J. Muskuloskeletal-1. Jakarta; FK UKRIDA, 2013.