Laporan Fiedtrip PTP

23
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pertanian terutama bidang teknologi pertanian mempunyai ruang lingkup tersendiri, antara lain prapanen, pasca panen, dan teknik pengolahan hasil. Di bidang teknologi pertanian kita juga mempelajari tentang alat-alat dan mesin  pertanian serta cara pengolahan hasil pertanian tersebut hingga dapat digunakan. Pengguna an alat-alat me kanis dan mesi n pert anian di tujukan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan lebih baik. Di zaman yang modern ini  penggunaan alat-alat tersebut jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Kemajuan teknologi tersebut menyebabkan hasil produksi dapat bertambah serta mutu yang dihasilkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Alat-alat dan mesin pertanian tersebut dibuat lebih spesifik sesuai dengan fungsi masing-masing. Al at dan sert a mesi n tersebut meli puti al at da n mesi n da lam bi da ng  pengairan yang membahas cara me ndapat kan/menaikka n ai r dan bebe rap a  peralatan mekanis yang diperlukan. Mekanisasi dalam pengolahan tanah adalah cara mengolah tanah dengan peralatan mekanis serta beberapa peralatan yang digunakan. Mekanisasi dalam penaburan/penanaman benih/bibit yang membahas cara menanam ben ih/ bibit tumbuh -tumbu han dengan per alat an mek ani s yan g dap at dig una kan . Seh ing ga set iap alat dap at dif ung sik an secara opt ima l dan menghasilkan hasil yang maksimal. B. Tujuan Adapun tujuan dilakukan kunjungan lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui secara langsung keadaan lapangan serta mahasiswa mampu mengetahui secara langsung alat yang digunakan serta penerapan alat-alat tersebut  berd asarka n fungs inya, serta meng etahui dengan jelas mekan isme pembu atan kopi, teh serta pembudidayaan bunga krisan la ngsung di tempat pengembangan. 1

Transcript of Laporan Fiedtrip PTP

Page 1: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 1/23

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pertanian terutama bidang teknologi pertanian mempunyai ruang

lingkup tersendiri, antara lain prapanen, pasca panen, dan teknik pengolahan hasil.

Di bidang teknologi pertanian kita juga mempelajari tentang alat-alat dan mesin

 pertanian serta cara pengolahan hasil pertanian tersebut hingga dapat digunakan.

Penggunaan alat-alat mekanis dan mesin pertanian ditujukan untuk 

memperoleh hasil yang lebih maksimal dan lebih baik. Di zaman yang modern ini

 penggunaan alat-alat tersebut jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Kemajuan

teknologi tersebut menyebabkan hasil produksi dapat bertambah serta mutu yang

dihasilkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Alat-alat dan mesin pertanian tersebut

dibuat lebih spesifik sesuai dengan fungsi masing-masing.

Alat dan serta mesin tersebut meliputi alat dan mesin dalam bidang

  pengairan yang membahas cara mendapatkan/menaikkan air dan beberapa

 peralatan mekanis yang diperlukan. Mekanisasi dalam pengolahan tanah adalah

cara mengolah tanah dengan peralatan mekanis serta beberapa peralatan yang

digunakan. Mekanisasi dalam penaburan/penanaman benih/bibit yang membahas

cara menanam benih/bibit tumbuh-tumbuhan dengan peralatan mekanis yang

dapat digunakan. Sehingga setiap alat dapat difungsikan secara optimal dan

menghasilkan hasil yang maksimal.

B. Tujuan

Adapun tujuan dilakukan kunjungan lapangan ini adalah agar mahasiswa

mampu mengetahui secara langsung keadaan lapangan serta mahasiswa mampu

mengetahui secara langsung alat yang digunakan serta penerapan alat-alat tersebut

  berdasarkan fungsinya, serta mengetahui dengan jelas mekanisme pembuatan

kopi, teh serta pembudidayaan bunga krisan langsung di tempat pengembangan.

1

Page 2: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 2/23

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1). Kopi (Coffeae sp.)

Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama kopi dunia yang

akhir-akhir ini kontribusinya cenderung terus menurun. Hal ini terjadi karena

 petani sebagai produsen kopi mendapat tekanan harga yang sangat berat sejak 

tahun 2000 dimana kopi dunia mengalami krisis. Indonesia merupakan produsen

kopi terbesar keempat dunia setelah sebelumnya berada pada posisi ketiga hingga

tahun 1998. Produksi kopi Indonesia cenderung terus menurun, karena selain

disebabkan oleh umur tanaman yang makin tua upaya pemeliharaan dan

rehabilitasi tidak dilakukan dengan baik. Jenis kopi yang diproduksi sebagian

 besar adalah kopi robusta dan sebagian kecil kopi arabika.

Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang cukup penting.

Hasil komoditi ini menempati komoditi nomor tiga setelah karet dan lada.

Menurut jenisnya kopi dapat dibagi dalam tiga golongan yang besar yaitu

golongan arabika, golongan leberika, dan golongan robusta.

Tanaman kopi berbunga 3-4 kali dalam 1 tahun, ada juga yang berbunga

sepanjang tahun. Dengan demikian, maka pemanenan tidak dapat dilakukan

sekali. Waktu panen tergantung iklim dan jenis kopi berpengaruh pada masa

  berbunga kopi. Kopi berbunga tidak serentak, ada pembungaan pendahuluan,

 pembungaan besar, dan pembungaan akhir. Hal ini akan berpengaruh pada waktu

 panen sehingga ada tingkat panen permulaan, panen utama, dan tingkat panen

akhir.

Kopi jenis robusta masak dalam waktu 8-11 bulan, sedangkan jenis

arabika dalam waktu 6-8 bulan setelah pembungaan. Untuk memperoleh mutu

kopi yang diinginkan, diperlukan tenaga pemetik yang berpengalaman. Cara

 pemetikan yang akan diterapkan akan berhubungan langsung dengan mutu hasil,

dan terhadap biaya pemetikan itu sendiri. Jenis kopi banyak ditanam di Indonesia

2

Page 3: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 3/23

 

adalah jenis robusta. Jenis kopi ini mempunyai ketahanan terhadap penyakit karat

daun disamping pemeliharaannya yang ringan juga produksinya cukup tinggi.

Kopi diperdagangkan dalam bentuk biji-biji yang sudah terlepas dari

daging buah dan kulit arinya yang disebut dengan beras kopi. Beras kopi dapat

diperoleh dengan 2 cara pengolahan, antara lain :

1. Pengolahan kering

a. Cost Indische Bereiding (OIB)

Hasil pungutan langsung dijemur 10-14 hari. Dalam penjemuran selalu

dibolak-balik agar keringnya dapat merata. Kalau ternyata sudah kering

 betul, kopi itu akan disimpan sebagai kopi gelondong. Bila akan dijual

tanduknya serta kulit arinya akan di bersihkan.

 b. Gewone Bereiding (GB)

Pengolahan kopi secara kering yang umumnya dilakukan oleh rakyat.

Caranya, buah kopi dikeringkan dalam bentuk glondongan, baru kemudian

dipisahkan kulit arinya.

Pengolahan kering dapat dicirikan sebagai berikut :

- kadar air maksimum 13 %

- kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda

asing lainnya 5%

- bebas dari serangga hidup

- bebas dari biji yang berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

- biji tidak lolos ayakan ukuran 3 x 3 mm (8 mesh) dengan maksimum

lolos 1%.

- untuk bisa disebut biji ukuran besar, harus dipenuhi persyaratan tidak 

lolos ayakan 5,6 x 5,6 mm (3,5 mesh) dengan maksimum lolos 1 %.

2. Pengolahan basah atau West Indische Bereiding (WIB)

Buah kopi yang masak dikupas lalu dicuci dengan air terlebih dahulu untuk 

membuang kulit luarnya, kemudian dikeringkan. Selanjutnya dipisahkan kulit

tanduknya dan kulit arinya.

Pengolahan basah ini dapat dicirikan :

- kadar air maksimum 12 %

3

Page 4: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 4/23

 

- kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda asing

lainnya 5%

- bebas dari serangga hidup

- bebas dari biji yang berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

Syarat tumbuh

Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan

temperatur yang berbeda-beda. Jenis arabika dapat hidup pada 1000-1700 m

diatas permukaan laut dengan suhu 16-20o C. Jenis robusta dapat hidup pada 500-

1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut

dengan suhu 20o C. Jenis liberika dapat hidup baik di dataran rendah.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-

2000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada

waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kemarau yang dikehendaki

maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering

sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi 2 minggu. Pohon kopi

tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena

angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat

mematahkan pohon pelindung. Pohon pelindung yang dapat digunakan adalah

lamtoro ataupun dadap.

Untuk mengurangi hal-hal tersebut di tepi-tepi kebun ditanam pohon

 penahan angin. Tanaman kopi menghendaki tanah yang baik untuk pertumbuhan,

yaitu banyak mengandung bahan organik, struktur tanah yang baik dan gembur,

lapisan olah tanah cukup dalam, kemasaman tanah (pH) 5,5-6,5 %, tata udara dan

air tanah baik (drainase).

2). Teh ( Camelia Sinensis )

Tanaman teh (Camelia sinensis) diduga berasal dari daerah subtropis yang

terletak pada 250 – 350 Lintang Utara, dan 950 – 1050 Bujur Timur, terutama

 berpusat pada kawasan antara 290LU dan 980 BT, yaitu daerah aliran sungai Irawa

di India. Tanaman teh mempunyai tiga jenis yaitu C. Sinensis var Sinensis (teh

cina), varietas assamica (teh asam), dan varietas cambodia. Kemudian dari ketiga

varietas ini terjadi hibridisasi alami yang menghasilkan beberapa ratus jenis.

4

Page 5: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 5/23

 

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species,

terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara

maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.

Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga

mencakup banyak jenis tanaman hias.

Kebanyakan tanaman teh dipergunakan sebagai minuman segar setelah

daunnya diseduh dengan air panas. Jenis teh cina kebanyakan dikonsumsi sebagai

teh hijau, yaitu tanpa hanya sedikit mengalami fermentasi. Adapun teh asam

kebanyakan dikonsumsi sebagai teh hitam, daunnya dilembutkan dan

difermentasikan.

Tanaman teh yang tumbuh dari biji mempunyai pertumbuhan akar pancar 

yang dominan, namun distribusi perakaran tampaknya berbeda antar jenis.

Perakaran tanaman teh dangkal, karena kurang dari 15% yang berada pada

kedalaman 60 cm. Perakaran dekat permukaan tanah dan terlihat tanpa rambut

akar bila telah tua. Pertumbuhan akar baik tanaman yang berasal dari biji maupun

stek/okulasi sangat memegang peran penting bagi tanaman tersebut. Pada

umumnya jika akar mencapai diameter 1–2 mm, terdapat kandungan pati di

dalamnya, dan zat makanan ini sangat menentukan kecepatan tumbuh tunas baru

sesudah dilakukan pemetikan daunnya. Biji teh cepat mengalami kerusakan dalam

 penyimpanan pendek, hal ini memungkinkan karena biji teh bersifat nekalsitran.

Secara umum teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah, dan

suit untuk menembus lapisan tanah. Teh biasanya mempertahankan akar tunggang

sedaam 90-150 cm dengan diameter ± 7,5 cm. Besarnya daun berkisar antara 2,5-

25 cm, tergantung pada varietasnya. Pucuk dan ruasnya berambut. Daun tua

 bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilau dan berwarna hijau kelam.

Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun, dengan sebagian besar 

 self steril . Bunga sempurna mempunyai putik dengan 5-7 mahkota.

Teh cina berbatang lebih pendek sekalipun tanpa dipetik/dibentuk, jarang

yang dapat melampaui tinggi 3 m. Sedangkan teh asam mempunyai batang lebih

tinggi, dapat mencapai 8 m, namun banyak pula variasi tingginya. Identitas

tanaman teh sulit dilakukan karena selalu terjadi penyilangan antara varietas

5

Page 6: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 6/23

 

sinensis dengan varietas assamica ataupun dengan jenis lain dalam jenis yang

sama.

Syarat Tumbuh

Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, dan

keserasian tanah dan bentuk lahan. Faktor iklim yang berpengaruh terutama adaah

curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin. Secara umum

tanaman teh menghendaki daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi, suhu

cukup sejuk, kelembaban relatif cukup tinggi, angin tidak kering, dan elevasi tidak 

memungkinkan terjadinya embun beku (night frost).

Tanaman teh tumbuh dengan baik pada daerah 42o LU–27o LS. Pada

dataran tinggi (2000 m di atas permukaan laut) hingga dataran yang lebih rendah

(200 m di atas permukaan laut). Di Indonesia kebanyakan ditanam pada dataran

tinggi. Produksi teh di daerah tropik terjadi sepanjang tahun. Kondisi iklim sangat

menentukan kualitas teh, terutama aromanya jika pertumbuhan vegetatifnya baik 

atau kecepatan tumbuh tunas tinggi, pada umumnya kualitasnya kurang baik. Dari

itu pemetik daun harus dapat memilih antara produksi tinggi dan mutu daun teh.

Di daerah tropik pada ketinggian 1200–1800 m dengan tanah yang subur 

memberikan kualitas daun teh yang sangat baik, namun produksinya rendah

Di Indonesia tanaman tumbuh pada suhu antara 15–19o C dengan curah

hujan rata–rata 2000–5000 mm/tahun. Curah hujan bulanan di bawah 50 mm

kurang baik bagi pertumbuhan dan kualitas tanaman. Tanah yang baik dan sesuai

dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan

 bahan organik cukup, tidak bercadas, dan mempunyai derajat keasaman (pH)

antara 4,5–6,0. Tanah yang sesuai untuk tanaman teh adalah tanah yang

mempunyai kedalaman efektif dan berstruktur remah lebih dari 40 cm, yang

termasuk kedalamnya adalah tanah  Andosol ,  Latosol , dan  Podsoi. Produksi teh

yang tinggi sangat ditentukan oleh kelembaban yang tinggi serta sinar cukup

dengan pupuk nitrogen yang mencukupi. Namun demikian, kualitas daun sering

kali ditentukan oleh pertumbuhan tunas yang lambat, suhu rendah dan iklim

kering. Tanaman teh dapat diperbanyak dengan biji atau dengan stek tunas. Bila

menggunakan biji, setelah bibit mempunyai diameter 12,5 mm saatnya cukup baik 

6

Page 7: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 7/23

 

untuk ditanam. Karena mengandung makanan cukup. Biji–biji tersebut direndam

di dalam air hingga 30-60 menit dan hanya biji yang tenggelam saja yang

digunakan untuk benih. Sebelum ditanam di bedengan, biji–biji dikecambahkan

dahulu pada kertas atau karung basah.

3). Bunga Krisan (Chrysanthemum sp.)

Bunga krisan merupakan tanaman hias subtropis. Sehingga untuk daerah

tropis, seperti Indonesia, temperatur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman

krisan adalah antara 20– 260C (siang hari). Toleransi tanaman krisan terhadap

faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik adalah antara 17–300C. Temperatur 

 berpengaruh terhadap kualitas pembungaan krisan. Temperatur yang ideal untuk 

 pembungaan yaitu antara 16 – 180C. Pada temperatur yang tinggi (lebih dari 180C)

  bunga krisan cenderung berwarna kusam, sedangkan temperatur yang rendah

(kurang dari 160C) berpengaruh baik terhadap warna bunga, karena cenderung

makin cerah.

Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara (RH)

tinggi, sehingga di Indonesia budidaya bunga krisan menggunakan rumah kaca

sebagai media pengatur suhu serta pencahayaan. Pada fase pertumbuhan awal,

seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek, diperlukan

kelembaban udara antara 90 - 95 %. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh

dengan baik pada kondisi kelembaban udara antara 70 - 80 %. Hujan deras atau

keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga

menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh

karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan

di dalam bangunan rumah plastik dan rumah kaca. Penyiraman pun dilakukan

dengan ukuran yang sesuai. Sering kali digunakan metode penyiraman tetes agar 

tanaman tidak terlalu banyak mengandung air.

Kadar CO2 memegang peranan penting dalam pertumbuhan krisan. Kadar 

CO2 yang ideal dan dianjurkan untuk memacu kemampuan fotosintesis tanaman

krisan adalah antara 600–900 ppm. Oleh karena itu pada pembudidayaan tanaman

krisan dalam bangunan tertutup seperti rumah plastik dan rumah kaca, dapat

ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan. Mengingat tanaman

7

Page 8: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 8/23

 

krisan membutuhkan temperatur untuk pertumbuhan antara 20–260C dan

 pembungaan pada temperatur 16–180C dengan kelembaban udara antara 70-80 %,

maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah di daerah

 berketinggian antara 700–1200 m dari permukaan laut.

Untuk keperluan pembibitan krisan pada skala komersial dilakukan

melalui dua tahap, yaitu pengadaan stok tanaman induk dan perbanyakan tanaman

induk secara vegetatif. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penyiapan stok 

tanaman induk, baik benih asal introduksi maupun lokal, adalah memilih calon

induk yang baik dan berkualitas prima. Tanaman induk yang baik harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

· Varietas atau kultivar komersial yang laku di pasaran.

· Daya tumbuh (vigor) tanaman kuat.

· Pertumbuhan normal, subur dan dominan fase vegetatif.

· Bebas dari OPT.

· Mudah diperbanyak secara vegetatif, terutama setek atau kultur jaringan.

Stok tanaman induk untuk sumber benih ditanam di dalam rumah plastik 

atau rumah kaca, baik di bedengan (petakan) maupun dalam pot. Pemeliharaan

tanaman induk dilakukan intensif dan dalam kondisi lingkungan berhari panjang

dengan penambahan cahaya 4 jam per hari mulai pukul 23.00 – 03.00.

Perbanyakan vegetatif tanaman induk bertujuan memproduksi bahan

tanaman (benih). Penanganan pra pembibitan diantaranya adalah :

1. Pemangkasan Pucuk (Pinching)

Pemangkasan pucuk dilakukan pada umur 2 minggu setelah calon tanaman

induk ditanam. Tujuan pemangkasan adalah merangsang pertumbuhan tunas

atau calon percabangan. Cara pemangkasan adalah dengan memangkas atau

membuang tunas pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5–1 cm.

2. Penumbuhan Cabang Primer 

Perlakuan pemangkasan dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak 

sebanyak 2–4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh panjang 15–20 cm

atau disebut cabang primer.

3. Penumbuhan Cabang Sekunder 

8

Page 9: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 9/23

 

Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5 – 1

cm. Tujuan pemangkasan ujung cabang primer adalah untuk merangsang

tumbuhnya tunas-tunas baru sebagai calon cabang sekunder.Tiap cabang

sekunder dipelihara hingga tumbuh sepanjang 10–15 cm.

Pengambilan setek pucuk untuk calon benih dilakukan pada tunas yang

tumbuh dari cabang sekunder. Penyetekan dipilih cabang yang mencapai

  panjang 10–15 cm tiap 2–3 minggu sekali. Bila ukuran diameter cabang

mengecil seiring dengan pertambahan umur tanaman induk, sebaiknya

dilakukan pemangkasan berat untuk disisakan batang pokok dengan

 percabangan yang besar dan kokoh saja. Kemudian akan tumbuh tunas-tunas

  baru calon cabang yang dapat dijadikan setek. Penyetekan dihentikan bila

tanaman induk menunjukkan gejala pertumbuhan fase generatif atau kuncup

 bunga. Tanaman induk segera dibongkar untuk diganti dengan tanaman induk 

yang baru. Penyemaian benih asal setek pucuk dilakukan sebagai berikut :

Tempat pesemaian berupa bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm,

 panjang disesuaikan dengan kebutuhan, dan sebaiknya yang berkaki setinggi

meja. Bak dilengkapi dengan lubang drainase (pembuangan air).

Medium semai berupa pasir steril atau sekam bakar. Medium dimasukkan

ke dalam bak hingga cukup penuh dan disiram dengan air hingga basah.

Tanaman induk ditentukan yang sehat dan cukup umur untuk diambil tunas-

tunasnya sebagai bahan setek pucuk. Tunas pucuk dipilih yang memenuhi

kriteria baik untuk dijadikan bibit, yaitu tumbuh sehat, diameter pangkal tunas

antara 3–3,5 mm, panjang tunas 5 cm, mempunyai tiga helai daun dewasa

 berwarna hijau terang dan tunas pucuk yang aktif tumbuh dengan bentuk helai

daun bergerigi. Tunas pucuk terpilih dipetik atau dipangkas sepanjang 5 cm.

Cara memetik tunas pucuk adalah dengan menjepit pucuk menggunakan

telunjuk dan ibu jari, kemudian bagian pangkal tunas pucuk dipotes. Cara lain

 penyetekan adalah dengan menggunakan gunting pangkas. Setek pucuk dapat

langsung disemai atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu 4 0C dengan

kelembaban 30% agar tahan segar selama 3 minggu. Cara penyimpanan setek 

adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tissu, kemudian dimasukkan

9

Page 10: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 10/23

 

ke dalam kantong plastik rata-rata 50 setek, dan selanjutnya disusun rapi di

rak-rak lemari pendingin. Pemberian ZPT perangsang akar dilakukan, dengan

cara dioleskan pada pangkal setek pucuk. Setek pucuk disemaikan pada bak 

 pesemaian dengan jarak semai 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1– 2 cm. Sungkup

 plastik yang tembus cahaya dipasang pada seluruh permukaan bak pesemaian.

Air disemprotkan dengan sprayer 2 – 3 hari sekali pada medium semai

agar lingkungan pesemaian tetap lembab. Bola lampu penerangan pada malam

hari dipasang untuk mempertahankan pertumbuhan vegetatif. Penyemprotan

fungisida dilakukan bila ditemukan serangan cendawan penyebab penyakit.

Bibit diamati secara berkala hingga berumur 10–14 hari.

Sungkup plastik penutup bak pesemaian dibuka setiap sore dan malam

hari, terutama beberapa hari sebelum pindah tanam. Tujuannya untuk 

memberikan kesempatan kepada bibit dalam beradaptasi dengan kondisi luar.

Bibit asal setek pucuk siap dipindahkan ke kebun pada umur 10–14 hari

setelah semai.

Perbanyakan tanaman krisan juga dapat dilakukan dengan kultur jaringan

yaitu untuk mendapatkan benih dalam jumlah banyak dengan waktu yang

singkat, dan menyediakan benih berkualitas prima serta bebas OPT terutama

virus. Selain itu perbanyakan secara kultur jaringan bermanfaat untuk 

mencegah penurunan kualitas hasil bunga akibat proses degenerasi.

10

Page 11: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 11/23

 

BAB III

METODELOGI

Adapun waktu diadakannya kunjungan perjalanan ini (fieldtrip) adalah

 pada tanggal 26 Mei 2006, di kota Pagar Alam. Tempat yang dikunjungi antara

lain :

1. PTPN VII ( Pengolahan Teh Perkebunan Nusantara VII )

2. Penggilingan kopi JARAY

3. Pusat Hotikutura Pembudidayaan Tanaman Krisan

11

Page 12: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 12/23

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang didapat setelah melakukan kunjungan lapangan adalah

sebagai berikut :

1. PTPN VII ( Pengolahan Teh Perkebunan Nusantara VII )

yaitu tempat pabrik pengolahan teh. Dimana di PTPN VII ini semua kegiatan

  penggolahan teh berlangsung, mulai dari pemetikan pucuk teh sampai

 penggilingan hingga jadi teh siap saji.

2. Penggilingan Kopi

yaitu pengolahan kopi dari mulai dijemur, dipisahkan dari biji dengan kulit ari

sampai proses penggilingan biji kopi, hingga menjadi kopi yang siap

dipasarkan dalam bentuk pengemasan.

3. Pembudidayaan Bunga Krisan

yaitu proses pembudidayaan bunga krisan, mulai dari pembibitan, penanaman

dan pemeliharaan hingga bunga siap untuk dijual di dalam pot.

B. Pembahasan

Kunjungan perjalanan kali ini dilakukan di kota pagar alam, yang

mengunjungi tempat-tempat sebagai berikut :

1). Pengolahan Teh Perkebunan Nusantara VII ( PTPN VII )

Pabrik perkebunan teh ini telah berdiri sejak tahun 1929, yang dibangun

dengan jarak  ± 1000 - 1500 m dari permukaan laut. Teh diperoleh dari pucuk 

daun teh segar yang dipetik. Kriteria pucuk daun teh yang dipetik adalah “medium

 petik”.

Pada proses pemetikan pucuk daun teh ada beberapa kriteria, antara lain :

1. Petikan kasar  

2. Petikan halus

Petikan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik jika dilakukan

dengan konsisten. Pengolahan teh ada dua jenis yaitu, pengolahan teh hijau, dan

12

Page 13: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 13/23

 

  pengolahan teh hitam. Pengolahan teh hijau dan teh hitam mempunyai proses

yang berbeda, karena pada teh hijau dilakukan proses pelayuan tetapi tidak 

dilakukan proses fermentasi kemudian digiling pada penggilingan. Sedangkan

 pada teh hitam semua proses harus dilakukan yaitu dari mulai proses pelayuan,

 penggilingan kemudian fermentasi lalu proses penggeringan, penyortiran jenis

 bubuk teh,tes rasa, aroma sampai penggemasan. Untuk menghasilkan produksi

yang banyak, baik, dan layak dijual untuk konsumen.

Teh hitam telah dikenal sebagai obat di negara Cina sejak 4735 tahun

yang lalu. Teh hitam selain berkhasiat sebagai obat juga dimanfaatkan sebagai

soft drink, karena memiliki rasa segar dan nikmat bila dinikmati dibandingkan teh

hijau.

Sistem pengolahan di teh hitam di Indonesia dikenal dengan dua, yaitu

sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) yang sering digunakan,

dan sistem CTC yang relatif baru.

Pada pengolahan dan pembuatan teh dilakukan proses-proses sebagai berikut :

1. Penyediaan pucuk daun segar 

Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya,

yaitu daun segar hasil petikan, dan akan mudah dicapai apabila bahan

segarnya bermutu baik. Pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh,

segar dan berwarna kehijauan.

2. Pelayuan (Withering)

Pada tahap ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Pembeberan pucuk 

Pucuk disebar sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 cm, dan udara

segar segera dialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk 

dengan pintu palung terbuka. Setiap selesai membeberkan pucuk dalam

satu palung, pintu palung ditutup dan udara terus dialirkan.

  b. Pengaturan udara

Udara yang baik untuk digunakan dalam proses pelayuan adaah udara

yang bersih dengan kelembaban rendah (60% - 75%), suhu tidak melebihi

280 C, dan volume yang cukup sesuai dengan kapasitas palung. Untuk 

13

Page 14: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 14/23

 

memperoleh suhu udara yang diharapkan, diperlukan mesin pemanas (heat 

exchanger ).

c. Kapasitas palung pelayuan

Berdasarkan luas hamparan, palung pelayuan dapat menampung 20-35 kg

 pucuk segar.

d. Tingkat pucuk layu

Tingkat layu pucuk dinyatakan dalam bentuk persentase layu dan derajat

layu. Tingkat layu pucuk yang baik adalah 44% - 46% dengan toleransi

 perbedaan dari hari ke hari tidak lebih dari 2% - 3%, disertai dengan hasil

layu yang rata.

e. Lama pelayuan

Lama pelayuan berkisar antara 14 – 18 jam.

3. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah

a. Penggulungan (Rolling)

Dengan adanya penggulungan, secara fisik daun yang digulung akan

memudahkan tergiling dalam proses penggilingan. Alat yang digunakan

dalam penggulungan adalah Open Top Roller (OTR) dengan lama

 penggulungan 30 – 40 menit. Jenis alat lain yang sering digunakan adalah

 Baruah Continous Tea atau Barbara Conditiner Roller.

  b. Penggilingan

Dengan penggilingan, maka gulungan akan tergiling menjadi partikel

kecil, sesuai dengan yang dikehendaki konsumen. Pada penggilingan,

cairan sel keluar maksimal, dan dihasilkan bubuk basah sebanyak-

 banyaknya.

c. Sortasi Bubuk Basah

Bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi

kering, serta memudahkan pengaturan proses pengeringan. Mesin yang

digunakan adalah  Rotary Ball Breaker  yang memasang ayakan dengan

mesh (jumlah lubang per inchi) berbeda dengan jenis bubuk yang

diinginkan.

14

Page 15: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 15/23

 

4. Fermentasi

Fermentasi dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah),

suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan ketersediaan

oksigen. Selama proses ini, pada bubuk dihasilkan substansi theafavinianin

thearubigin yang akan menentukan sifat air seduhan.

Agar oksidasi berangsung baik, diadakan pengaturan :

- Bahan yang berupa bubuk dari mesin penggiling diurai dengan alat

 pemecah agar suhu tidak melebihi 300C dan optimum pada 26,70C. Untuk 

mencapai suhu bubuk tersebut, suhu ruang fermentasi diatur tidak ebih

dari 250C.

- Bubuk diisikan dalam bak aluminium dan dihamparkan merata sampai

tebal ± 6 cm. Bak-bak tersebut disusun daam rak yang ditempatkan dalam

ruang penggilingan.

- Kelembaban relatif diatur agar diatas 90%.

- Lamanya fermentasi yang dihitung sejak bubuk masuk ke dalam mesin

 penggiling sampai masuk ke mesin pengering adalah 90 – 110 menit.

5. Pengeringan (Bad Dryer)

Selama proses pengeringan diperlukan waktu selama 20 menit. Selama 20

menit itu teh sudah kering. Dan setelah itu, teh dipanggang diatas oven supaya

 benar-benar kering. Dengan suhu antara 20-25o C. Karena membutuhkan

kadar air yang maksimum 4%, dan tidak boleh terlalu kering sebab membuat

mutu dari teh tersebut akan berkurang. Mesin pengering yang digunakan di

PTPN VII Pagar Alam adalah tipe Fluid Bed Dryer (FBD).

6. Sortasi Kering

Setelah melalui proses pengeringan maka akan menghasilkan pemisahan

 penggilingan yang kasar, halus, kering, dan terlalu kering. Selain pemisahan

tersebut juga ada pemisahan yang berdasarkan berat jenis.

Proses sortasi selalu diamati setiap jam sehari, terutama pada teh haiting.

Untuk pengambilan sampel pada uji perasa digunakan uji organoleptik yaitu

  pengeringan sortasi. Pengujian mutu teh juga dilakukan melalui uji

15

Page 16: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 16/23

 

organoleptik, analisa warna, rasa, aroma, dan air seduhan. Teh yang baik 

dimulai dari petikan yang baik.

Analisa warna diuji melalui warna teh yang sudah diseduh apakah jernih

atau tidak. Rasanya apakah enak atau tidak, ini akan dirasa oleh seorang tester 

yang sudah berpengalaman. Aromanya apakah wangi atau tidak. Dan air 

seduhan dilihat apakah jernih atau tidak. Serta dilihat dari ampas teh tersebut.

7. Packing

Dalam pengepakan dilihat dari segi mutu. Mutu dapat dilihat dari tabel

 berikut ini :

MUTU I MUTU II

BOP BP II

BOP BT II

BOPT PF II

PF DUST II

DUST DUST III

BD LOKAL (OFF GRADE)

BT BOHEA

Beberapa gangguan seperti beberan, layuan, gilingan, dan fermentasi akan

mempengaruhi suatu mutu teh tersebut.

BUBUK I = 140 menit 18%

BUBUK II = 140 menit 19%

BUBUK III = 140 menit 35%

BUBUK IV = langsung 15%

BADAG = langsung 15%

Untuk pengepakan kapasitas perjam 22-25 unit. Dengan pengepakan yang berdasarkan mutu high quality yaitu antioksidan, anti kolestrol, dan jantung.

2). Kunjungan Tempat Pengolahan Kopi

16

Page 17: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 17/23

 

Proses penanaman kopi membutuhkan cara-cara tersendiri. Pada umumnya

waktu penanaman kopi di tanam pada bulan-bulan tertentu yang biasanya pada

waktu wukuf.

Sebelum penanaman bibit kopi disiapkan kemudian disiapkan lubang-

lubang tertentu atau disemaikan. Masa tanam tanaman kopi kira-kira 2,5 tahun.

Proses perawatan dan pemeliharaan kopi dimulai dari pemeliharaan bibit,

disiangi, dipupuk, pemilihan tunas yang baik dibatang. Apabila terdapat tunas

yang tidak baik atau diserang hama segeralah dibuang agar hama tersebut tidak 

tersebar ke mana-mana atau dapat pula dibasmi dengan pembasmi hama.

Proses pemetikan diawali dengan pemetikan kembang, kemudian dipetik 

dengan menggunakan alat tertentu. Disimpan didalam karung untuk menghindari

 biji kopi yang basah dan lembab.

Biji kopi yang sudah dipetik disimpan di dalam karung untuk menghindari

  biji kopi yang basah. Pemetikan biji kopi diambil yang sudah merah agak 

kehitam-hitam artinya biji tersebut sudah siap dipetik. Kemudian dijemur sampai

kering benar, disimpan, dan digiling.

Pada proses penggilingan akan terjadi sortasi yaitu pemisahan kulit dan

  biji kopi tersebut. Bekas biji kopi tersebut dapat digunakan sebagai pupuk.

Dibawa ke tempat penggilingan sampai sampai menjadi kopi bubuk yang siap

dipasarkan. Apabila kopi tersebut masih basah atau lembab maka biji kopi

tersebut akan tumbuh kembali. Dan tidak bisa digunakan atau digiling kembali.

Kualitas suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut.

Karena akan mempengaruhi pada proses penggilingan. Oleh sebab itu, dalam

 pejemuran harus benar-benar kering agar kualitas kopi menjadi baik.

Para petani desa sering menitip kepada para pengusaha penggiling kopi

diatas tempat penggilingan kopi tersebut. Dan kadang kala sering sampai kepada

 proses penggilingan. Akan tetapi, pengusaha kopi kesulitan dalam mendapatkan

alat yang dapat mengeringkan kopi dalam waktu cepat dan banyak. Apabila

terjaadi musim hujan petani sulit untuk mendapatkan sinar matahari dalam proses

  pengeringan. Oleh karena itu, para pengusaha kopi sangat kesulitan untuk 

mendapatkan alat tersebut dalam membantu proses pengeringan apabila terjadi

17

Page 18: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 18/23

 

musim hijau yang panjang. Karena akan mempengaruhi proses pemasaran dan

 produksi kopi tersebut.

Pemungutan hasil pada buah kopi dapat dibagi 4 cara :

1. Secara Selektif  

a. buah kopi yang dipetik hanyalah buah yang betul-betul masak 

 b. buah yang masih hijau tidak ikut dipetik, tetapi dibiarkan sampai 1-

2 minggu pada pemetikan berikutnya

c. dengan cara ini akan diperoleh buah kopi yang bermutu tinggi

2. Secara Setengah Selektif 

a. pemetikan dilakukan terhadap dompolan yang sebagian besar 

 buahnya sudah masak 

 b. kemudian pemetikan terhadap buah-buah masak pada dompolan

lain

3. Secara Lelesan

a. pemungutan buah kopi yang sudah terlalu tua. Karena terlambat

dipetik buah jatuh sendiri, biasanya sudah kering

 b. buah kopi seperti ini biasanya mutunya kurang baik 

4. Secara Rajutan

a. pemetikan dilakukan terhadap semua buah kopi termasuk yang masih

hijau

 b. pemetikan seperti ini biasanya dilakukan pada panen terakhir 

Pekerjaan selanjutnya setelah pemungutan hasil yaitu mengadakan sortasi

  buah. Sortasi yaitu memisahkan buah-buah yang sudah kering (lelesan), buah

masak dan buah-buah yang masih hijau.

3). Kunjungan Tempat Pembudidayaan Bunga Krisan

Tanaman hias bunga krisan merupakan salah satu komoditi ekspor yang

ditawarkan di Kota Pagar Alam. Pengembangan ini dilakukan di Pusat

Holtikutura Kota Pagar Alam. Selain bunga krisan, tanaman hias lain juga

dikembangkan di tempat ini.

Pembudidayaan bunga krisan dimuai dari pembibitan yang dilakukan di

daan pot-pot kecil. Selama 1 bulan, bibit ini dikumpulkan di tempat yang

18

Page 19: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 19/23

 

memiliki cahaya yang sesuai dengan kebutuhan sehingga pertumbuhannya dalam

 berjalan dengan baik.

Setelah berumur 1 bulan, bibit akan dipindahkan ke dalam pot yang lebih

 besar. Pengairan dilakukan 2 kali sehari dengan menggunakan sistem tetes agar 

air tidak menggenang atau akar tanaman terlalu basah.

19

Page 20: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 20/23

 

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari pembahasan ini, antara lain sebagai berikut :

1. Proses pemetikan pucuk daun teh akan berpengaruh pada mutu dan hasil

teh yang baik.

2. Tanaman teh hidup pada dataran rendah dengan ketinggian ± 1000 m

dari permukaan laut.

3. Kualitas suatu kopi juga tergantung terhadap kadar air kopi tersebut.

Karena akan mempengaruhi pada proses penggilingan.

4. pengusaha kopi kesulitan dalam mendapatkan alat yang dapat

megeringkan kopi dalam waktu cepat dan banyak apabila terjaadi musim

hujan.

5. Pembudidayaan bunga krisan harus menerapkan pola-pola pembudidayaan

tanaman yang benar, karena bunga ini berasal dari daerah subtropis yang

memiliki suhu lebih rendah.

6. Perawatan dan penyemaian bunga krisan harus benar-benar hati-hati dan

teliti

20

Page 21: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 21/23

 

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas

Perkebunan. Sumatera Selatan.

21

Page 22: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 22/23

 

Lampiran : Gambar Alat

Gambar Alat Pemetik Teh Gambar Bak pelayuan

Gambar Baruah Contimous Tea Gambar Open Top Roller (OTR)

Gambar Rotary Ball Breaker  Gambar Fluid Bed Dryer 

22

Page 23: Laporan Fiedtrip PTP

5/10/2018 Laporan Fiedtrip PTP - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fiedtrip-ptp 23/23

 

Gambar Mutu Teh Gambar Oven Pengeringan

Gambar C-C-C Stage Dryer  Gambar Pengupas Kulit Kopi

23