Laporan Bakteriologi Pada Sampel Makanan
-
Upload
fafahjieee -
Category
Documents
-
view
2.947 -
download
1
Transcript of Laporan Bakteriologi Pada Sampel Makanan
LAPORAN PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS SAMPEL NASI KUNING
DI WARUNG SAHABAT
NAMA : ANDI MUH. ARFAH SAPUTRA SAMAD
NIM : K 111 08 856
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
L A M P I R A N
i
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI SAMPEL NASI KUNING
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Nama : Andi Muh. Arfah Saputra Samad
Nim : K 111 08 856
Kelompok : VIII (DELAPAN)
Makassar, 7 April 2011
Mengetahui,
Koordinator Asisten, Asisten,
ADI PRATAMA MUH. SUBHAN
K 111 07 060 K 111 07 094
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. karena limpahan
rahmat dan taufik-Nya sehingga Laporan Praktikum dengan judul
”PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI SAMPEL NASI KUNING” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya .
Laporan ini berisi uraian tentang hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
dengan percobaan perkiraan, penegasan, dan pelengkap.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tidak tertutup kemungkinan isi laporan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
konstruktif, sangat penyusun harapkan terutama dari Bapak Dosen penanggung
jawab mata kuliah.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
umumnya bagi teman-teman mahasiswa serta yang membacanya.
Makassar, 7 April 2011
A.Muh.Arfah Saputra.S
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ....................................................................... .. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... .. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... .. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... .. 1
B. Tujuan Percobaan .................................................................. .. 2
C. Prinsip Percobaan .................................................................. .. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum tentang Makanan ........................................... 4
B. Penyakit yang ditimbulkan akibat Makanan............................. 6
C. Tinjauan tentang Bakteri .......................................................... 9
D. Metode Pemeriksaan.................................................................. 11
BAB III METODE PERCOBAAN
A. Alat .......................................................................................... 14
B. Bahan ....................................................................................... 15
C Waktu dan Tempat Pengambilan sampel ................................ 15
D. Prosedur Kerja .......................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan ..................................................................... 19
B. Pembahasan .............................................................................. 19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 22
B. Saran ...................................................................................... .. 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Sumber makanan
yang dikonsumsi biasanya dari tumbuhan dan hewani. Meskipun bersumber dari
sumber yang berbeda, tapi makanan yang harus dikonsumsi manusia itu
setidaknya sesuai dengan kebutuhan yang perlukan oleh tubuh.
Makanan yang dikonsumsi manusia biasanya mengandung nutrisi yang
diperlukan antara lain, untuk pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh
yang rusak, berkembang biak dan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh dan
menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas.
Selain itu, makanan juga dapat menyebabkan penularan penyakit yang ringan
dan berat, bahkan berakibat kematian, diantaranya diakibatkan oleh belum
baiknya penerapan higiene makanan dan sanitasi lingkungan. Besarnya dampak
terhadap kesehatan belum diketahui, karena hanya sebagian kecil dari kasus-kasus
yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang
diselidiki. Kasus-kasus yang dilaporkan di negara maju diperkirakan hanya
sekitar 5 – 10 %, sedangkan di banyak negara berkembang data kuantitatif yang
dapat diandalkan pada umumnya sangat terbatas. Kejadian penyakit yang
ditularkan melalui makanan di Indonesia cukup besar, terlihat dari masih
tingginya penyakit infeksi seperti tipus, kolera, desentri, tbc, dan sebagainya.
2
Lebih dari 90 % kasus keracunan pangan disebabkan oleh kontaminasi mikroba.
(Agustina, 2009)
Direktur Jendral PPM & PLP juga melaporkan bahwa di Indonesia pada tahun
1981-1985 tercatat 1385 orang menderita keracunan makanan dengan kematian
sebanyak 24 orang (CFR: 1,7%). Berdasarkan analisis kejadian keracunan
makanan yang dilaporkan, 49% di antaranya berasal dari makanan katering. Dari
kenyataan tersebut di atas dampak penyediaan makanan yang kurang higienis
sangatlah luas karena menyangkut masyarakat banyak (Pracoyo, 1993).
Sedangkan Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa
selama tahun 2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan yang
menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31%
kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan
rumah tangga (Chandra, 2006).
Oleh karena itu, pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah
koloni pada makanan dengan sampel makanan nasi kuning apakah layak untuk
tetap dikonsumsi atau tidak.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman yang
terdapat dalam sampel makanan nasi kuning yang ada di salah satu warung di
jalan Sahabat.
3
C. Prinsip Percobaan
1. Tangan dan meja tempat praktikum harus dalam keadaan steril.
2. Alat dan bahan yang telah disiapkan harus dalam keadaan steril.
3. Tabung reaksi diplambir sebelum dan sesudah dimasukkan sampel untuk
menjaga agar tabung tetap steril.
4. Pipet ukur harus selalu dibersihkan dengan menggunakan aquades dan
diplambir sebelum/sesudah digunakan.
5. Pipet ukur harus diplambir sebelum dan sesudah digunakan
6. Blender harus disterilkan sebelum di gunakan.
7. Cawan petri tidak boleh digoyangkan jika sudah dituangkan nutrient agar.
8. Homogenkan dengan menggunakan vortex mixer.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Makanan
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah
maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan,
karena itu makanan merupakan satu-satunya sumber energi bagi manusi.
Sebaliknya makanan juga dapat menjadi media penyebaran penyakit. Dengan
demikian penanganan makanan harus mendapat perhatian yang cukup. Untuk itu,
produksi dan peredaran makanan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 329/MenKes/XII/1976 Bab II pasal 2 peraturan ini
menyebutkan bahwa makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah
Indonesia harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu,
atau persyaratan yang ditetapkan oleh menteri untuk tiap jenis makanan (Susanna,
2003).
Meningkatnya aktifitas manusia di zaman modern ini maka kerap kali
kebutuhan mendasar akan organ tubuh dikesampingkan. Selain itu, sekarang ini
banyak bermunculan makanan siap saji sebagai sumber nutrisi bagi manusia.
Salah satunya adalah makanan jajanan yang diperdagangkan dipinggir jalan.
Makanan jajanan merupakan makanan yang sangat digemari orang-orang.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan
5
di masyarakat diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan makin terbatasnya
waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri sebab kebanyakan ibu
rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah. (Agustina, 2009)
Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita
rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Salah satu
tempat penjualan makanan jajanan adalah sekolah, kampus, dan tempat-tempat
umum lainnya. Tetapi masih banyak juga penjual makanan jajanan yang belum
mengetahui cara penyajian dengan baik. (Agustina, 2009)
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya
(Prabu, 2008) :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Kasus penyakit bawaan makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain kebiasaan mengolah makanan
secara tradisional, penyimpan dan pengajian yang tidak bersih, dan tidak
memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2006).
6
B. Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Makanan
Berikut ini beberapa contoh kecil penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Diantaranya yaitu :
1. Typhus abdominalis
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai
saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi
lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan
kesadaran (FKUI, 1985).
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa
tunas 6 – 14 hari. Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut
pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi
klinis yang sama dengan enteritis akut.
Penyakit typhus abdominalis biasa dikenal dengan penyakit typhus.
Namun, dalam dunia kedokteran disebut tyfoid fever.
Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 – 810
kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-
anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu
menjadi kebal. Insiden penderita berumur 12 tahun keatas adalah 70 – 80%,
penderita umur antara 12 dan 30 tahun adalah 10 – 20%, penderita antara 30 –
40 tahun adalah 5 – 10%, dan hanya 5 – 10% diatas 40 tahun.
Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A,
dan Salmonella para typhii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut
7
getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen
H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 –
41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 – 8.
Masa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, malaise,
anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan.
Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3
demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-
angsur.
Infeksi masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi,
infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh
limfe masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati
dan limfa sehingga membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke
dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada
mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika
kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi.
Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-
angsur sembuh.
8
2. Disentri
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang
bercampur lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab
yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang
menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang
menjadi penyebab disentri basiler.
Kuman-kuman tersebut dapat tersebar dan menular ke orang lain melalui
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan juga lalat.Parasit
Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut mempunyai
dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak.
Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala, sedangkan
bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat
menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari
setelah kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan
muntah-muntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua
atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita.
Pada disentri basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu
mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi
9
lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).
Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi
dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu perut terasa
nyeri dan mengejang.
Penyakit ini umumnya lebih cepat menyerang anak-anak. Kuman – kuman
masuk ke dalam organ pencernaan yang mengakibatkan pembengkakan dan
pemborokan sehingga timbul peradangan pada usus besar. Penderita disentri
harus segera mendapat perawatan, yang perlu dihindari adalah mencegah
terjadinya dehidrasi karena dapat berakibat fatal.
C. Tinjauan Tentang Bakteri
Dalam makanan biasanya terdapat beberapa bakteri yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit, diantaranya yang sering didapatkan yaitu ;
1. Bakteri Escherchia Coli Pathogen
Eschercia coli merupakan flora normal di dalam saluran pencernaan
hewan dan manusia yang mudah mencemari air, oleh karena kontaminasi air
yang sudah digunakan. Bahan makanan yang sering terkontaminasi oleh
E.coli diantaranya daging ayam, daging sapi, daging babi selama
penyembelihan, ikan, dan makanan-makanan hasil laut lainnya, telur dan
produk olahannya, sayuran, buah-buahan, sari buah serta bahan minuman
seperti susu dan lainnya.
10
Alat-alat yang digunakan dalam industri pengolahan sering terkontaminasi
oleh E.coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci.
E.coli merupakan bakteri yang sensitif terhadap panas, maka untuk
mencegah pertumbuhan bakteri ini pada makanan disimpan pada suhu yang
rendah.
2. Bakteri Salmonella
Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan
tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella dalam makanan, semakin besar
timbulnya gejala infeksi pada orang yang memakan makanan tersebut dan
semakin cepat waku inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi.
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil
olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan
hasil olahannya, es krim dan keju. Contoh kasus, hampir setiap penyakit
infeksi dari salmonella disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau
minuman yang tercemar. Bahan makanan yang sudah tercemar tersebut
seperti kue yang mengandung susu, daging cincang, sosis, telur dan daging
panggang. Gejala awal nyeri kepala, muntah, gangguan pada perut waktu
baung air besar, suhu tubuh tinggi disertai batuk kering.
Penyebab keracunan oleh salmonella enteristis adalah adalah
Typhimuribin dan salmonella cholrasus. Salmonella akan mempengaruhi usus
besar (kalon). Terjadinya sakit perut tiba-tiba uncul mulai 8 jam – 48 jam
11
setelah makan makanan yang tercemar, diikuti diare yang encer, kadang
dengan lendir dan darah dan sering mual dan muntah. Keracunan salmonella
disebabkan oleh karena memakan makanan yang tercemar.
Pencegahannya dengan cara memasak makanan yang dibuat dri daging
dengan pemanasan yang sempurna, penyimpanan makanan pada suhu yang
sesuai, melindungi makanan darikontaminasi lalat, dan pemeriksaan berkala
pada orang yang menangani makanan.
D. Metode Pemeriksaan
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri
merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner
yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan
koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga
media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut.
Kehadiran mikroba pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikrobia tertentu pada makanan
dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Akan tetapi ada beberapa spesies yang
dapat merusak makanan dengan pembusukan atau menghasilkan toksin yang
berbahaya bagi manusia. Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung
jumlah mikrobia yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan.
12
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia
yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan
pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat
dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most
Probable Number), dan hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Dari ketiga metode
tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan. Oleh
karena itu, pada kegiatan praktikum mikrobiologi untuk perhitungan koloni
sampel makanan, digunakan metode hitungan cawan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang
masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993). Metode hitungan cawan dapat
dibedakan atas dua cara yaitu:
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate).
Gambar 1. Metode cawan untuk menghitung jumlah koloni bakteri
13
Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceran
agar jumlah koloni mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuai
standar, yaitu berjumlah 30 – 300 per cawan. Pengenceran dilakukan secara
desimal untuk memudahkan perhitungan.
14
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
1. Tabung reaksi 3 buah
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Kantong plastik sampel 1 buah
4. Cawan petri 4 buah
5. Blender 1 buah
6. Pipet ukur 1 buah
7. Balp (bola isap) 1 buah
8. Pembakar bunsen 1 buah
9. Pemantik api 1 buah
10. Gelas ukur 2 buah
11. Incubator 1 buah
12. Neraca analitik 1 buah
13. Vortex mixer 1 buah
14. Tabung labu erlemeyer 1 buah
15. Pemotong pisau 1 buah
16. Coloni Counter
15
B. Bahan
1. Sampel Nasi kuning 10 gram
2. Pepton Steril 90 ml
3. NaCl Steril 9 ml
4. Nutrient agar
5. Aquades
C. Waktu dan Tempat Pengembilan Sampel
1. Waktu : Kamis, 31 Maret 2011 (Pukul 09.30 wita)
2. Tempat : Warung di jalan Sahabat
D. Prosedur Kerja
1. Prosedur kerja pembuatan sampel
a. Tangan dan meja tempat praktikum disterilkan dengan menggunakan
alkohol.
b. Pemotong pisau yang akan digunakan untuk mengambil nasi kuning
harus disterilkan dengan menggunakan alkohol.
c. Cawan ditimbang pada neraca analitik sampai menunjukkan angka 0.
d. Sampel dipotong-potong dan dimasukkan pada cawan yang berada dalam
neraca analitik sebanyak 10 mg.
e. Sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam blender yang telah
dibersihkan.
16
f. Larutan pepton diukur sebanyak 90 ml dan dimasukkan ke dalam blender.
g. Sampel dihaluskan bersama dengan larutan pepton hingga homogen
dengan menggunakan blender.
h. Setelah halus, sampel tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur.
i. Cuci semua peralatan yang telah digunakan hingga steril.
j. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi NaCl steril masing-masing
sebanyak 9 ml.
k. Beri tanda pada masing-masing tabung reaksi yaitu 10-1
, 10 -2
, 10-3
l. Dibersihkan pipet ukur dengan menggunakan aquades kemudian
diplambir.
m. Dipasangkan bola isap pada pipet ukur yang telah diplambir kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian tekan bola isap untuk
mengambil sampel sebanyak 1 ml.
n. Tabung reaksi 10-1
diplambir sebelum dimasukkan sampel sebanyak 1 ml.
o. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-1
yang berisi NaCl steril
dengan menggunakan pipet ukur. Isap sampel kemudian keluarkan
kembali untuk dihomogenkan.
p. Tabung reaksi diplambir kemudian tutup dengan menggunakan kapas
kemudian homogenkan dengan meggunakan vortex mixer.
q. Letakkan pada rak tabung reaksi.
r. Pipet ukur kemudian dibersihkan dengan menggunakan aquades kemudian
diplambir. Dipasangkan bola isap pada pipet ukur.
17
s. Tabung reaksi 10-1
diplambir sebelum dimasukkan pipet ukur.
t. Tabung reaksi 10-2
diplambir sebelum dimasukkan sampel.
u. Sampel diambil pada tabung reaksi 10-1
sebanyak 1 ml kemudian
masukkan ke dalam tabung reaksi 10-2
.
v. Pada tabung reaksi 10-2
setelah dimasukkan sampel, diisap kemudian
dikeluarkan untuk dihomogenkan.
w. Tabung reaksi 10-1
dan tabung reaksi 10-2
diplambir agar tetap steril.
x. Tutup dengan menggunakan kapas.
y. Tabung reaksi 10-2
diletakkan pada vortex mixer untuk dihomogenkan.
z. Lakukan seterusnya sampai 3 kali pengenceran yaitu pada tabung reaksi
10-3
diisi sampel dari tabung reaksi 10-2
.
aa. Dimasukkan sampel pada cawan petri 1 dari tabung reaksi 10-2
dengan
menggunakan pipet ukur.
bb. Lakukan juga pada tabung reaksi 10-3
pada cawan petri 2.
cc. Labu erlemeyer diplambir yang berisi nutrient agar.
dd. Tuangkan nutrient agar pada cawan petri 1 dan 2 hingga permukaan
cawan petri tersebut tertutupi. Tutup cawan petri dengan menggunakan
penutup cawan.
ee. Diamkan selama sekitar 10-15 menit.
ff. Masukkan ke dalam incubator untuk diinkubasi pada suhu 35oC±0,5
oC
dalam jangka waktu 1x24 jam.
18
2. Prosedur kerja pembuatan kontrol
a. Tangan dan meja tempat praktikum disterilkan dengan menggunakan
alkohol.
b. Disediakan cawan petri yang sudah steril.
c. Dimasukkan garam steril ke dalam cawan petri sebanyak 1 ml.
d. Ditambahkan nutrient agar sampai menutupi permukaan cawan petri.
e. Kemudian ditutup dengan menggunakan penutup cawan.
f. Dimasukkan ke dalam incubator untuk diinkubasi pada suhu 35oC±0,5
oC
dalam jangka waktu 1x24 jam.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil percobaan setelah 1x24 jam sampel berada di dalam inkubator,
maka jumlah kuman yang didapatkan pada cawan petri 10-2
sebanyak 283 koloni.
Sedangkan jumlah koloni pada cawan petri 10-3
sebanyak 75 koloni. Adapun
kontrol yang didapatkan yaitu sebanyak 5 koloni.
B. Pembahasan
Jika jumlah koloni telah diketahui, maka untuk mengetahui jumlah kuman
yang ada pada sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
10-2
– kontrol x 100 + (10-3
– kontrol) x 1000
Jumlah Kuman =
2
283 – 5 x 100 + (75-5) x 1000
=
2
27800 + 70000
=
2
97800
= = 48.900 koloni/gram
2
20
Pada pemeriksaan bakteri koloni pada sampel nasi kuning dilakukan
pengenceran sebanyak 3 kali. Hal ini karena nasi kuning mengandung banyak
karbohidrat yang mengakibatkan dalam perhitungan koloni sangat mudah karena
bakteri pada makanan yang mengandung banyak karbohidrat akan berkelompok
dan mudah untuk dibedakan bakteri pathogen.
Dalam percobaan pemeriksaan ini, sampel yang akan diperiksa adalah sampel
pada tabung reaksi yang terakhir kali pengenceran dan yang kedua dari terakhir
pengenceran. Hal ini karena pada pengenceran, koloni yang terbentuk pada cawan
tersebut berada pada jumlah yang dapat dihitung.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia tentang Jenis dan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam
Makanan Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yang
menyangkut tentang pangan olahan lainnya menyebutkan bahwa standar makanan
untuk jumlah bakteri koloni/gram sampel adalah 1x104
koloni/gram.
Berdasarkan peraturan diatas, sampel makanan yang diteliti dapat dikatakan
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Karena jumlah
kuman yang didapatkan yaitu sebesar 48.900 koloni/gram.
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. ditinjau dari kandungan
mikrobanya. Hal ini dimungkinkan karena beberapa hal yaitu:
a. Sumber bahan makanan yang digunakan telah terkontaminasi bakteri.
b. Pengangkutan bahan makanan tidak terhindar dari mikroba misalnya
menggunakan alat pendingin atau tertutup.
21
c. Pemasaran makanan seperti tempat penjualan atau warung makan yang
tidak memenuhi persayaratan sanitasi seperti kebersihan, pencahayaan,
sirkulasi udara, dan memiliki alat pendingin.
d. Proses pengolahannya telah terkontaminasi bakteri, baik dari kebersihan
tempat pengolahan maupun alat-alat yang digunakan.
e. Penyajian makanan tidak bebas dari kontaminasi.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 48.900 koloni/ gram pada
sampel nasi kuning yang dijual di salah satu warung di jalan Sahabat.
2. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) Republik Indonesia tentang Jenis dan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba Dalam Makanan Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober
2009 yang menyangkut tentang pangan olahan lainnya, sampel dinyatakan
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai
melebihi standar batas 1x104 koloni/gram yaitu sebesar 48.900 koloni/gram.
B. Saran
1. Bagi pengelola laboratorium, agar pada praktikum selanjutnya dilakukaan
pemeriksaan jenis bakteri secara khusus yang terkandung dalam sampel
makanan.
2. Bagi masyarakat, agar selektif dalam mengkonsumsi makanan yang siap saji,
mengingat tidak diketahuinya mikroba yang terkandung dalam makanan
tersebut.
3. Bagi pedagang agar lebih memperhatikan kebersihan baik itu dalam
pengolahan, penyajian, penyaluran, sampai lingkungan sekitar produksi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Febria ,dkk. 2009. HIGIENE DAN SANITASI PADA PEDAGANG
MAKANAN JAJANAN TRADISIONAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR DI
KELURAHAN DEMANG LEBAR DAUN PALEMBANG TAHUN 2009. [online]
http://uppm.fkm.unsri.ac.id/uploads/files/u_2/Abstrak8.doc. Diakses pada tanggal 2
April 2011
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Fardiaz. 1989. Dalam: Ceeva. 2010. Perhitungan Koloni Bakteri PunaCeeva.
[online] http://ceeva.wordpress.com/2010/01/18/perhitungan-koloni-bakteri-puna-
ceeva. Diakses pada tanggal 2 April 2011.
Pracoyo, Noer Endah dkk. 1993. Penelitian Kuman-kuman Patogen dalam
Makanan Katering di Jakarta. [online]
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15PenelitianKumanPatogen083.pdf/15Penelitia
nKumanPatogen083.html. Diakses pada tanggal 2 April 2011.
Prabu., 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. [online].
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/27/higiene-dan-sanitasi-makanan/. Diakses
pada tanggal 2 April 2011.
Susanna, Dewi dan Budi Hartono. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak
dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, melalui Pemeriksaan
Bakteriologis. [online]
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3544/jtptunimus-gdl-irawatia2a-5177-
4-bab3.pdf. Diakses pada tanggal 2 April 2011.