LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2019 · obat tradisional diselenggarakan di Yogyakarta pada 20-21...
Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2019 · obat tradisional diselenggarakan di Yogyakarta pada 20-21...
LAPORANAKUNTABILITASKINERJA
2019
DIREKTORATPRODUKSI DAN DISTRIBUSIKEFARMASIAN
ii Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan kinerja disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian selama tahun 2019. Laporan kinerja ini telah
memasuki tahun ketiga dari pelaksanaan perubahan Renstra Kementerian Kesehatan periode 2015-
2019. Penyusunan laporan kinerja mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pada dasarnya
laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja dari hal-hal yang telah direncanakan dan ditetapkan
dalam perjanjian kinerja pada awal tahun serta media untuk mengkomunikasikan tindakan perbaikan
dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, penilaian atas hasil evaluasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Satuan Kerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
memperoleh nilai AA, yaitu tahun 2017 dengan penilaian 96,50 dan tahun 2018 dengan hasil
penilaian 96,25.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan industri,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat, obat tradisional, kosmetika,
narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat, obat tradisional,
kosmetika, narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, kemandirian obat dan bahan baku sediaan
farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi
obat, obat tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, kemandirian obat dan
bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi obat, obat
tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, kemandirian obat dan bahan baku
sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi obat, obat tradisional,
kosmetika, narkotika, psikotropika, industri farmasi, kemandirian obat dan bahan baku sediaan
farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
iii
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
sasaran kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah:
1. Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri
2. Transformasi industri sediaan farmasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset
3. Layanan izin industri sediaan farmasi efektif
Adapun indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan sasaran kegiatan Produksi dan Distribusi
Kefarmasian tersebut beserta target yang ditetapkan untuk tahun 2019 adalah:
1. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebesar 45
(empat puluh lima) jenis.
2. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri
berbasis riset (kumulatif) sebesar 9 (sembilan) industri.
3. Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu sebesar 90%
(sembilan puluh) persen.
Dari indikator kinerja tahun 2019 tersebut di atas, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
telah mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu dengan capaian:
1. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) sebesar 50
(lima puluh) jenis, tercapai 111,11%.
2. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri
berbasis riset (kumulatif) sebesar 11 (sebelas) industri, tercapai 122,22%.
3. Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu sebesar 93,65
%, tercapai 104,05%.
Pada tahun 2019, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian mengelola anggaran yang
dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2019 dengan alokasi sebesar Rp
44.172.717.000 (Empat Puluh Empat Milyar Seratus Tujuh Puluh Dua Juta Tujuh Ratus Tujuh Belas
Ribu Rupiah). Adapun realisasi anggaran tahun 2019 adalah bruto sebesar Rp 39.721.115.737 (Tiga
Puluh Sembilan Milyar Tujuh Ratus Dua Puluh Satu Juta Seratus Lima Belas Ribu Tujuh Ratus Tiga
Puluh Tujuh Rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 89,92%, sedangkan netto sebesar Rp
38.081.836.207 (Tiga Puluh Delapan Milyar Delapan Puluh Satu Juta Delapan Ratus Tiga Puluh Enam
Ribu Dua Ratus Tujuh Rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 86,21%.
Keberhasilan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam mencapai target indikator
kinerja di tahun ketiga dari pelaksanaan perubahan Renstra 2015-2019 yang tertuang pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 merupakan hasil kerja keras seluruh
komponen, pendayagunaan sumber daya yang optimal dan penguatan terutama dalam perencanaan
program kegiatan dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat
kesehatan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang berkelanjutan.
iv Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian memiliki upaya dan prestasi yang telah dicapai
pada tahun 2019 sebagai berikut:
1. Sertifikasi ISO 9001:2015
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 untuk keseluruhan proses bisnis sesuai dengan standar operasional yang ada di
Direktorat Produksi dan Distrobusi Kefarmasian. Pada tahun 2019 dilaksanakan serah terima
sertifikat ISO 9001:2015 oleh badan sertifikasi BSI Group Indonesia.
Ruang lingkup sertifikasi tersebut antara lain perumusan kebijakan dan penyusunan NSPK,
penerbitan sertifikat produksi dan distribusi kefarmasian, fasilitasi P4TO dan administrasi
ketatausahaan. Penerapan sistem manajemen mutu merupakan upaya untuk memastikan jaminan
mutu pelayanan, meningkatkan kinerja aparatur, sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien
dalam pelayanan publik maupun keseluruhan proses bisnis di lingkup Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian.
Gambar 1. Sertifikat ISO 9001:2015
2. Workshop on Vaccine Cold Chain Management for Organization of Islamic Cooperation
(OIC)
Workshop on Vaccine Cold Chain Management for Organization of Islamic Cooperation (OIC)
merupakan sebuah pertemuan teknis bagi negara kerjasama OKI yang diselenggarakan pada
tanggal 30 september-3 oktober 2019 di Jakarta dan Bandung yang dibuka oleh Menteri
Kesehatan RI.
Rangkaian workshop berisi materi-materi yang disampaikan oleh perwakilan WHO, Asisten
Sekjen OKI, Ditjen Kefarnasian dan Alat Kesehatan dan BPOM, lalu dilanjutkan kunjungan
lapangan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan PT. Bio Farma serta sesi berbagi
pengalaman dan diskusi melalui panel dari perwakilan negara anggota OKI.
Workshop ini merupakan perwujudan komitmen Indonesia sebagai OIC Center of Excellence
on Vaccines and Biotechnology Products. Acara tersebut diikuti oleh 45 peserta yang terdiri dari,
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
v
16 utusan dari 14 negara anggota OKI (Uganda, Gambia, Sudan, Afghanistan, Bangladesh,
Somalia, Nigeria, Maldives, Brunei Darussalam, Malaysia, Turki, Kazakhstan, Tunisia dan
Maroko), 6 peserta dari Dinkes Provinsi, 6 peserta dari Dinkes Kab/Kota, 7 peserta pusat dari
Kemkes dan 10 peserta dari PT. Bio Farma.
Gambar 2. Workshop on Vaccine Cold Chain Management for Organization of Islamic
Cooperation (OIC)
3. Simposium Pengembangan Bidang Obat Tradisional
Kegiatan simposium pengembangan industri obat tradisional dan peningkatan penggunaan
obat tradisional diselenggarakan di Yogyakarta pada 20-21 Agustus 2019. Acara dibuka oleh
Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) kemudian dilanjutkan dengan
minum jamu bersama. Ada 20 industri obat tradisional yang memproduksi fitofarmaka dan obat
herbal terstandar ikut berpartisipasi mengisi pameran.
Gambar 3. Simposium Pengembangan Industri Obat Tradisional
vi Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. vii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ....................................................................................................... 1
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS .............................................................. 2
D. STRUKTUR ORGANISASI ................................................................................................... 2
E. SISTEMATIKA ....................................................................................................................... 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................................................................ 7
A. RENCANA STRATEGIS ....................................................................................................... 7
B. PERJANJIAN KINERJA ........................................................................................................ 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .............................................................................................. 11
A. CAPAIAN KINERJA .............................................................................................................. 11
1. PENGUKURAN KINERJA................................................................................................ 11
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................ 12
B. REALISASI ANGGARAN ...................................................................................................... 38
C. SUMBER DAYA MANUSIA ................................................................................................... 41
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................................... 44
LAMPIRAN ...................................................................................................................................... 45
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian ................................................... 7
Tabel 2. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian ......... 8
Tabel 3. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Pagu Anggaran Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 .................................................................................................. 9
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian ....... 11
Tabel 5. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap
Diproduksi di Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019 ........................................................ 13
Tabel 6. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang
Siap Diproduksi di Dalam Negeri (kumulatif) dari Tahun 2015 sampai dengan 2019 ....... 14
Tabel 7. Daftar Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri dari
Tahun 2015 sampai dengan 2019 .................................................................................... 15
Tabel 8. Realisasi Kegiatan Pendukung Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang
Siap Diproduksi di Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019 ................................................ 18
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri yang Bertransformasi dari
Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2019 .................... 22
Tabel 10. Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi
yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif)
Tahun 2017 dengan 2019 ................................................................................................. 23
Tabel 11. Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi
yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset (tidak
kumulatif) Tahun 2017 dengan 2019 ................................................................................ 23
Tabel 12. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri
Berbasis Riset (kumulatif) Tahun 2017 sampai dengan 2019 .......................................... 24
Tabel 13. Realisasi dan Capaian Kegiatan Pendukung Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi
yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset Tahun 2019
.......................................................................................................................................... 28
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan
Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Pada Tahun 2019 ............................................ 31
Tabel 15. Perbandingan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi
yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 dan 2019 ................................................... 32
Tabel 16. Produk Layanan, Jangka Waktu, dan Masa Berlaku Produk Layanan Izin Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 ............................................................ 33
Tabel 17. Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu
Tahun 2019 ....................................................................................................................... 35
Tabel 18. Kegiatan, Anggaran, Realisasi dan Capaian Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja
Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu ...... 36
Tabel 19. Perbandingan Capaian Realisasi Anggaran Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Periode Tahun 2018-2019 ........................................................................... 38
Tabel 20. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jabatan ............................................................... 41
viii Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian – Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam
Negeri .......................................................................................................................... 7
Grafik 2. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian – Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri
Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset ................................................................. 8
Grafik 3. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian – Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang
Diselesaikan Tepat Waktu .......................................................................................... 8
Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 ............................................................................................ 12
Grafik 5. Target dan Realisasi Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di
Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019 ........................................................................ 13
Grafik 6. Target dan Realisasi Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di
Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2015-2019 ............................................................... 14
Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Bertransformasi dari Industri
Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2019 ........................... 22
Grafik 8. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang
Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif)
Tahun 2017 dengan 2019 ........................................................................................... 23
Grafik 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan
Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Pada Tahun 2017 sampai dengan 2019 ... 32
Grafik 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan
Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2018 dan 2019 ............................... 33
Grafik 11. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Persentase Capaian IKK Tahun 2019 ......... 38
Grafik 12. Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Tahun 2019 ....... 39
Grafik 13. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kinerja melalui Aplikasi SMART DJA Tahun 2019 .... 39
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sertifikat ISO 9001:2015 .......................................................................................... iv
Gambar 2. Workshop on Vaccine Cold Chain Management for Organization of Islamic
Cooperation (OIC) .................................................................................................... v
Gambar 3. Simposium Pengembangan Industri Obat Tradisional dan Peningkatan
Penggunaan Obat Tradisional .................................................................................. v
Gambar 4. Dokumen dan Lampiran Pernyataan Perjanjian Kinerja Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 ......................................................................... 10
Gambar 5. Contoh Hasil Produk Fasilitasi Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas
Produksi Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional Tahun 2019 .......... 19
Gambar 6. Proses Up Scalling Fasilitasi Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Produksi
Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional Tahun 2019 ......................... 19
Gambar 7. Daerah Penerima Fasilitas Pusat Pengolahan Pasca Panen .................................. 20
Gambar 8. Fasilitas Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat ...................................... 20
Gambar 9. Produk Olahan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat ........................... 21
Gambar 10. Tampilan Homepage e-BBKOS ............................................................................... 21
Gambar 11. Pembinaan dan Monitoring Terhadap Industri Farmasi dan Industri Bahan Baku
Farmasi Menuju Industri Berbasis Riset .................................................................. 29
Gambar 12. Sosialisasi Penggunaan Jamu yang Aman, Bermutu dan Bermanfaat untuk
Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Keluarga ........................................................ 31
Gambar 13. Workshop Delivering Service Excellence ................................................................. 37
Gambar 14. Sertifikat ISO 9001:2015 .......................................................................................... 37
x Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarnasian Berdasarkan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 .......................................................................... 5
Diagram 2. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jabatan...................................................... 41
Diagram 3. Komposisi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Golongan ................................................... 42
Diagram 4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Pendidikan................................................. 42
Diagram 5. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Pendidikan................................................. 42
Diagram 6. Jumlah dan Komposisi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 43
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perjanjian Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian.................. 45
Lampiran 2 Lembar Perhitungan Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi Yang
Diselesaikan Tepat Waktu ................................................................................ 48
Lampiran 3 SOP Pengumpulan Data Laporan Tahunan Kinerja Direktorat Produksi Dan
Distribusi Kefarmasian ...................................................................................... 49
Lampiran 4 SOP Penyusunan Laporan Tahunan Kinerja Direktorat Produksi Dan
Distribusi Kefarmasian ...................................................................................... 53
Lampiran 5 SOP Evaluasi Pengukuran Kinerja Direktorat Produksi Dan Distribusi
Kefarmasian ...................................................................................................... 57
Lampiran 6 Tim Optimalisasi Capaian Indikator Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 ................................................................................. 61
Lampiran 7 Tim Penyusun Laporan Kinerja Direktorat Produksi Dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 ................................................................................. 64
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau target kinerja yang telah ditetapkan
melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran strategis dan sekaligus
sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Laporan kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian merupakan laporan kinerja
tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 yang merupakan perubahan dari Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Untuk memastikan keseluruhan program dan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan
rencana target waktu, kuantitas, kualitas dan sasarannya, telah disepakati perjanjian yang tertuang
dalam Perjanjian Kinerja antara Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan Direktur
Produksi dan Distribusi Kefarmasian dan diturunkan secara berjenjang sampai ke tingkat individu
pegawai.
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran yang menyajikan informasi
tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan
organisasi, penjelasan atas pencapaian kinerja, serta pembandingan capaian indikator kinerja dengan
tahun berjalan terhadap target kinerja lima tahunan yang direncanakan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian merupakan bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian atas
penggunaan anggaran.
Laporan kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian bertujuan untuk memberikan
informasi yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, pertanggungjawaban atas
penggunaan anggaran dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance),
2 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
transparan dan akuntabel, sekaligus sebagai alat kendali dan upaya perbaikan berkesinambungan
untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang.
C. SASARAN PROGRAM DAN ASPEK STRATEGIS
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 yang merupakan
perubahan dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 merupakan dokumen negara yang berisi upaya-
upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target,
sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya. Renstra Kementerian Kesehatan
tersebut sebagai dasar penyelenggaraan sasaran strategis dalam meningkatkan akses, kemandirian
dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran
dimaksud disusun sasaran strategis yang perlu dilakukan antara lain:
1. Mewujudkan Instalasi Farmasi Nasional sebagai Center of Excellence manajemen pengelolaan
obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di sektor publik
2. Memperkuat regulasi industri farmasi untuk memproduksi bahan baku obat dan sediaan farmasi
lain dalam negeri serta bentuk insentif bagi percepatan kemandirian nasional
3. Menyederhanakan sistem dan proses perizinan dalam pengembangan industri farmasi
4. Mengembangan sistem data dan informasi secara terintegrasi yang berkaitan dengan produksi
dan distribusi sediaan farmasi
5. Mendorong dan mengembangkan penyelenggaraan riset dan pengembangan sediaan farmasi
dalam rangka kemandirian industri farmasi
6. Memprioritaskan penggunaan produk sediaan farmasi dalam negeri
7. Menjalankan program promotif dan preventif melalui pemberdayaan masyarakat, yang
melibatkan lintas sektor
D. STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian terdiri atas :
1. Subdirektorat Obat dan Pangan, terdiri dari :
a. Seksi Obat
b. Seksi Pangan
Subdirektorat Obat dan Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang produksi
dan distribusi obat dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Subdirektorat Obat dan Pangan
menjalankan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
3
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi obat dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervise di bidang produksi dan distribusi obat dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi obat dan
pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan
2. Subdirektorat Obat Tradisional dan Kosmetika, terdiri dari :
a. Seksi Obat Tradisional
b. Seksi Kosmetika
Subdirektorat obat tradisional dan kosmetika mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
produksi dan distribusi obat tradisional dan kosmetika.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Subdirektorat Obat Tradisional dan
Kosmetika menjalankan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat tradisional
dan kosmetika
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat tradisional
dan kosmetika
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi obat tradisional dan kosmetika
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi obat
tradisional dan kosmetika
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi obat tradisional dan
kosmetika
3. Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi, terdiri dari :
a. Seksi Narkotika dan Psikotropika
b. Seksi Prekursor Farmasi
Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi menjalankan fungsi:
4 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi, rencana
kebutuhan tahunan, serta izin ekspor dan impor narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi, rencana
kebutuhan tahunan, serta izin ekspor dan impor narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi, rencana kebutuhan tahunan, serta izin ekspor dan impor narkotika, psikotropika,
dan prekursor farmasi
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi, rencana
kebutuhan tahunan, serta izin ekspor dan impor narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi, rencana kebutuhan
tahunan, serta izin ekspor dan impor narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi
4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Sediaan Farmasi, terdiri dari :
a. Seksi Kemandirian Obat
b. Seksi Kemandirian Bahan Baku Sediaan Farmasi
Subdirektorat kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Subdirektorat Kemandirian Obat dan
Bahan Baku Sediaan Farmasi menjalankan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang kemandirian obat dan bahan baku sediaan
farmasi
b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang kemandirian obat dan bahan baku
sediaan farmasi
c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemandirian
obat dan bahan baku sediaan farmasi
d. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kemandirian obat dan bahan
baku sediaan farmasi
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kemandirian obat dan bahan baku sediaan
farmasi
5. Subbagian Tata Usaha; dan
Subbagian tata usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan rencana,
program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara, evaluasi, dan
pelaporan, urusan kepegawaian, tata laksana, kearsipan dan tata persuratan serta
kerumahtanggaan Direktorat.
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
5
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Susunan struktur organisasi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat dilihat
dalam diagram sebagai berikut:
Diagram 1. Struktur Organisasi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Berdasarkan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015
E. SISTEMATIKA
Sistematika Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
adalah sebagai berikut:
Ikhtisar Eksekutif
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada
aspek strategis organisasi serta permasalah utama (strategic issued) yang sedang dihadapi
organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian tahun 2019.
SUBDIT
OBAT DAN
PANGAN
SUBDIT
OBAT TRADISIONAL
DAN KOSMETIKA
SUBDIT KEMANDIRIAN OBAT DAN BAHAN
BAKU SEDIAAN FARMASI
SUBDIT NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
SUBBAGIAN TATA
USAHA
SEKSI OBAT
SEKSI PANGAN
SEKSI
OBAT TRADISIONAL
SEKSI
KOSMETIKA
SEKSI NARKOTIKA
DAN PSIKOTROPIKA
SEKSI PREKURSOR
FARMASI
SEKSI
KEMANDIRIAN OBAT
SEKSI KEMANDIRIAN
BAHAN BAKU
SEDIAAN FARMASI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
DIREKTUR
PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI KEFARMASIAN
6 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
C. Sumber Daya Manusia
Pada sub bab ini disajikan gambaran sumber daya manusia yang mendukung
pelaksanaan tujuan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Bab IV Penutup
Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja, langkah di masa mendatang yang
akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja, serta pemanfaatan laporan kinerja Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019.
Lampiran
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
7
45 Jenis
10 Jenis
20 Jenis
30 Jenis
5 Jenis
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Perencanaan kinerja disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
secara sistematis, terarah dan terpadu. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017 yang merupakan perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk Rencana Aksi Program (RAP) di tingkat eselon I kemudian
Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di tingkat eselon II. Untuk mencapai kinerja secara terarah maka telah
ditetapkan sasaran program/kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Sasaran Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Kegiatan Sasaran
Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
1. Bahan baku sediaan farmasi yang diproduksi di dalam negeri
2. Transformasi industri farmasi dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset
3. Layanan izin industri sediaan farmasi efektif
Tercapainya sasaran tersebut direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target
indikator kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian, sebagaimana dapat dilihat pada
sajian data di bawah ini.
Grafik 1. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di Dalam Negeri
2019
2018
2017
2016
2015
8 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Grafik 2. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Jumlah Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri
Berbasis Riset
Grafik 3. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Persentase
Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu
Cara perhitungan indikator kinerja kegiatan produksi dan distribusi kefarmasian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Indikator Kinerja Cara Perhitungan
Jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi
di dalam negeri (kumulatif)
Dihitung jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di
dalam negeri (kumulatif)
Jumlah Industri Sediaan
Farmasi yang bertransformasi
dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset
(kumulatif)
Dihitung jumlah industri sediaan farmasi yang melakukan transformasi
dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset
0
2
4
6
8
10
2017 2018 2019
3
6
9
82%
83%
84%
85%
86%
87%
88%
89%
90%
2017 2018 2019
85%
88%
90%
Target
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
9
Indikator Kinerja Cara Perhitungan
Persentase layanan izin
industri sediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu
Jumlah layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
jumlah permohonan izin industri sediaan farmasi× 100%
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja
berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis.
Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan kegiatan yang disertai
dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan
kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas,
fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian untuk mencapainya dalam tahun 2019.
Sasaran, indikator kinerja dan target Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun
2019 sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Pagu Anggaran
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Sasaran Indikator Kinerja Target 2019 Pagu Anggaran
Bahan baku sediaan
farmasi yang siap
diproduksi di dalam
negeri
1. Jumlah bahan baku
sediaan farmasi yang siap
diproduksi di dalam negeri
(kumulatif)
45 jenis
(kumulatif)
Rp. 16.622.514.000
Transformasi
industri sediaan
farmasi dari industri
formulasi menjadi
industri berbasis
riset
2. Jumlah industri sediaan
farmasi yang
bertransformasi dari
industri formulasi menjadi
industri berbasis riset
(kumulatif)
9 industri
(kumulatif)
Rp. 20.204.283.000
Layanan izin industri
sediaan farmasi
efektif
3. Persentase layanan izin
industri sediaan farmasi
yang diselesaikan tepat
waktu
90 % Rp. 7.345.920.000
10 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Perjanjian Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 ditandatangani
oleh Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian sebagai Pihak Pertama dan Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan sebagai pihak kedua.
Gambar 4. Dokumen dan Lampiran Pernyataan Perjanjian Kinerja
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2019
menggunakan alat ukur berupa indikator kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan pada
dokumen perencanaan kinerja.
Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara
kinerja yang terealisasi dengan target yang telah ditetapkan sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut
diperoleh informasi terhadap masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam
perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat
lebih berhasil guna dan berdaya guna. Adapun hasil pengukuran kinerja Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian tahun 2019 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019
Sasaran Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi
2019
Capaian
2019
Bahan baku sediaan
farmasi yang siap
diproduksi di dalam
negeri
1. Jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi
di dalam negeri (kumulatif)
45 jenis
(kumulatif)
50 jenis 111,11 %
Transformasi industri
sediaan farmasi dari
industri formulasi
menjadi industri
berbasis riset
2. Jumlah industri sediaan
farmasi yang bertransformasi
dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset
(kumulatif)
9 industri
(kumulatif)
11 industri 122,22 %
Layanan izin industri
sediaan farmasi efektif
3. Persentase layanan izin
industri sediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu
90 % 93,65% 104,05 %
12 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Grafik 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019
Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian telah
mencapai sasaran yang diharapkan pada tahun 2019 ini. Hal ini merupakan hasil dari
perencanaan dan monitoring dan evaluasi yang baik dan optimalisasi dukungan sumber daya
yang tersedia sebagai bagian dari pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dan Kementerian Kesehatan.
2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Analisis capaian kinerja dilakukan untuk menjelaskan realisasi indikator kinerja,
permasalahn dan kendala yang dihadapi serta upaya perbaikan yang dilakukan ke depan dalam
rangka peningkatan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian. Analisis capaian kinerja untuk setiap sasaran kegiatan/program dan indikator kinerja
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2019, target yang ditetapkan untuk indikator jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) adalah sebesar 45 (empat puluh lima)
jenis. Adapun realisasi yang dicapai adalah 50 (lima puluh) jenis dengan capaian 111,11% dari
target yang ditetapkan.
45
50
Jumlah Bahan Baku SediaanFarmasi yang Siap
Diproduksi di Dalam Negeri(Kumulatif)
Target Realisasi
9
11
Jumlah Industri yangBertransformasi dari IndustriFormulasi menjadi IndustriBeerbasis Riset (kumulatif)
Target Realisasi
90
%
93
,65
%
Persentase layanan izin industrisediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu
Target Realisasi
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
13
Tabel 5. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi
yang Siap Diproduksi di dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019
Indikator Kinerja Target 2019
Realisasi 2019
Capaian 2019
Jumlah bahan baku sediaan farmasi
yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif)
45 jenis (kumulatif) 50 jenis 111,11%
Grafik 5. Target dan Realisasi Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di
Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019
Indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif) merupakan indikator pada Revisi Renstra sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29
Agustus 2017, sehingga indikator ini menggantikan indikator sebelumnya yaitu jumlah bahan
baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dan mulai diukur dari
tahun 2017. Dengan demikian capaian dari indikator jumlah bahan baku obat dan obat
tradisional yang diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tetap diakui secara kumulatif sebagai
capaian indikator ini. Pengukuran indikator ini dilakukan secara kumulatif yang dapat dijabarkan
dalam capaian per tahun yaitu tahun 2015 sejumlah 8 (delapan) jenis, tahun 2016 sejumlah 8
(delapan) jenis, tahun 2017 sejumlah 7 (tujuh) jenis, tahun 2018 sejumlah 10 (sepuluh) jenis
dan tahun 2019 sejumlah 17 (tujuh belas) jenis, sehingga capaian kumulatif di tahun 2019
adalah sejumlah 50 (lima puluh) jenis dengan capaian 111,11%.
42
44
46
48
50
2019
Target45
Realisasi; 50
Jum
lah
Bah
an B
aku
Se
dia
an
Farm
asiy
ang
siap
dip
rod
uks
i d
i dal
am n
ege
ri
14 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Perbandingan capaian indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap
diproduksi di dalam negeri (kumulatif) tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 6. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi
yang Siap Diproduksi di dalam Negeri (kumulatif) dari Tahun 2015 sampai dengan 2019
Tahun Target (Jenis) Realisasi (Jenis)
2015 5 8
2016 10 16
2017 20 23
2018 30 33
2019 45 50
Grafik 6. Target dan Realisasi Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi yang Siap Diproduksi di
Dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2015-2019
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator kinerja ini adalah dengan
berkoordinasi dan bersinergi dengan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian melalui
fasilitasi peningkatan kapasitas produksi BBO dan BBOT. Pada tahun 2019 dilakukan
kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Perguruan Tinggi yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM),
5
10
20
30
45
8
16
23
33
50
0 10 20 30 40 50 60
2015
2016
2017
2018
2019
Realisasi
Target
Expon. (Target)
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
15
Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Andalas (UNAND), Universitas Sumatera Utara
(USU) dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).
Adapun daftar jenis bahan baku sediaan farmasi yang telah dihasilkan sebagai capaian
indikator ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Daftar Jenis Bahan Baku Sediaan Farmasi yang siap Diproduksi di Dalam Negeri
dari Tahun 2015 sampai dengan 2019
NO BBO / BBOT KERJASAMA A-B-G-C
Tahun 2015
1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus
burahol (BI.) Hook.f. & Th)
UGM - PT Swayasa Prakarsa
2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus L.) UGM - PT Swayasa Prakarsa
3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba (Azadirachta
indica)
UGM - PT Swayasa Prakarsa
4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L.) BPPT - PT Kimia Farma
5 Pemanis Alami Glikosida Steviol ITB - PT Kimia Farma
6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L. ITB - PT Kimia Farma
7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus
sabdariffa L.)
UNPAD - PT Phytochemindo Reksa
8 Karagenan Pharmaceutical Grade UNPAD - CV Suprima
Tahun 2016
9 Kristal PGV-6 UGM – PT. Swayasa Prakarsa
10 Kristal HGV-6 UGM - PT. Swayasa Prakarsa
11 Kristal GVT-6 UGM - PT. Swayasa Prakarsa
12 Fraksi Gel dan Fraksi Antrakinon Terstandar Daun
Lidah Buaya (Aloe vera L.)
UGM - PT. Swayasa Prakarsa
13 Ekstrak Terstandar Daun Sendok (Plantago major) UGM - PT. Swayasa Prakarsa
14 Fraksi Polisakarida Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia L.)
UGM - PT. Swayasa Prakarsa
15 Phlobaphene ITB – PT. Sinkana Indonesia Lestari
16 Fraksi Bioaktif Biji Pala (Myristica fragrans Houtt) Unpad - PT. Kimia Farma
Tahun 2017
17 Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) BPPT - PT. Javaplant
18 Asam Mefenamat ITB - PT. Mersifarma
19 Kombinasi Ekstrak Air Tempuyung (Sonchus
arvensis) dan Keji Beling (Strobilanthes cripus)
ITB - PT. Kimia Farma
20 Amilum Sagu (Metroxylon SP) Terpregelatinasi UGM - PT. Swayasa Prakarsa
21 Fraksi Aktif Terstandar Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon arisatus (Blume))
UGM - PT. Jamu Brorobudur
22 Parasetamol UGM - PT. Kimia Farma
23 Ekstrak Terstandar Daun Pepaya (Carica papaya) Unpad – PT. Phytochemindo Reksa
Tahun 2018
24 Sefalosporin C BPPT – PT. Kimia Farma
25 1,3 bis (para hidroksifenil) urea/HP 2009 UGM – PT. Phapros, Tbk
26 Fraksi Antosianin Daun Ubi Ungu (Ipomoea batatas
L)
UNUD – PT. Phapros, Tbk
16 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
NO BBO / BBOT KERJASAMA A-B-G-C
27 Ekstrak Daun Belimbing Manis (Averrhoa carambola
L)
UI – CV. Cahaya Multi Mandiri
28 Fraksi Aktif dari Umbi Tanaman Talas (Collocasia
esculenta)
UNHAS – PT. Ismut Fitomedika
Indonesia
29 Kuersetin Kalium Bisulfat dari Daun Beluntas
(Pluchea indica (L.) Less)
UNAND – PT. Andalas Sitawa Fitolab
30 Nobiletin dari Herba Bandotan (Ageratum conyzoides
L.)
UNAND – PT. Andalas Sitawa Fitolab
31 Isolat Phylantin dari Tanaman Meniran (Phyllanthus
niruri)
BPPT – PT. Industri Jamu Borobudur
32 Isolat Hypophylantin dari Tanaman Meniran
(Phyllanthus niruri)
BPPT – PT. Industri Jamu Borobudur
33 Isolat 6-Gingerol dari Rimpang Jahe (Zingiber
officinale)
BPPT – PT. Industri Jamu Borobudur
Tahun 2019
34 Ekstrak Terstandar Akar Pakis Tangkur (Polypodium
feei)
UNPAD – CV. Toga Nusantara
35 Senyawa A-115 UGM – PT Swayasa Prakarsa
36 Senyawa B-143 UGM – PT Swayasa Prakarsa
37 Granul Larut Air dari Ekstrak Buah Cabe Jawa UNAIR – PT Industri Jamu Borobudur
38 Simplisia Buah Kapulaga (amomum cardamomum
Wild)
UNAND – P4TO Dinkes Kab. Solok
Selatan
39 Simplisia Terstandar Daun Gaharu USU – P4TO Dinkes Provinsi
Sumatera Utara dan PJ Akar Rimba
40 Ekstrak Kering Terstandar Daun Gaharu USU – P4TO Dinkes Provinsi
Sumatera Utara dan PJ Akar Rimba
41 Simplisia Terstandar Rimpang Jahe Merah (Zingiber
officinale Rosc.)
UNPAD – P4TO Dinkes Kabupaten
Bandung Barat
42 Simplisia Terstandar Rimpang Kencur (Kaempferia
galanga)
UNPAD – P4TO Dinkes Kabupaten
Bandung Barat
43 Simplisia Terstandar Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica L.)
UNPAD – P4TO Dinkes Kabupaten
Bandung Barat
44 Ekstrak Terstandar Spirulina (Spirulina platensis) UNS – PT Brigit Biofarmaka
Teknologi
45 Simplisia Terstandar Herba Meniran (Phylanthus
niruri Linn)
UNS – P4TO Dinkes Kab.
Karanganyar
46 Ekstrak Terstandar Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum (L) Merr. & Pery)
UNAIR – PT Balatif
47 Glukosamin UNAIR – PT Surya Windu Kartika
dan PT Phapros Tbk
48 7-ACA BPPT – PT Kimia Farma Tbk
49 Ekstrak Produk Rimpang Jahe (Zingiber officinale) BPPT – PT Industri Jamu Borobudur
50 Prekursor Insulin Glargine LIPI – PT Bio Farma (Persero)
Indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif) memiliki target sebanyak 45 jenis bahan baku (kumulatif). Capaian indikator ini pada
tahun 2019 adalah sebanyak 50 jenis bahan baku. Beberapa bahan baku yang difasilitasi terkait
pengembangan BBO dan BBOT ini sesuai dengan roadmap atau skenario pengembangan
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
17
industri farmasi yang tertuang dalam Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi
Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Pelaksanaan fasilitasi pengembangan BBO dan BBOT ini sudah dimulai sejak tahun
2017. Adapun rangkaian fasilitasi tersebut antara lain penyusunan dan finalisasi kerangka
acuan penyusunan proposal, sosialisasi, penerimaan dan penilaian proposal, serta
pelaksanaan penentuan penerima fasilitasi untuk tahun 2019. Pada tahun 2019, nama-nama
peneliti, judul dan instansi yang telah ditentukan untuk menerima fasilitasi, dituangkan dalam
SK Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dilanjutkan dengan penandatanganan MoU, PKS
dan Kontrak Kerja Sama terkait fasilitasi pengembangan BBO dan BBOT. Di tahun 2019 juga
dilaksanakan monitoring dan evaluasi pada saat pekerjaan sudah mencapai tahap 70% dan
100%.
Capaian 50 jenis bahan baku yang diperoleh tahun 2019 merupakan kumulatif sejak
tahun 2015. Di tahun 2015 tercapai 8 jenis bahan baku, di tahun 2016 tercapai 8 jenis bahan
baku, di tahun 2017 tercapai 7 jenis bahan baku, di tahun 2018 tercapai 10 jenis bahan baku
dan di tahun 2019 tercapai 17 jenis bahan baku.
Keberhasilan dalam pencapaian target indikator ini dipengaruhi faktor antara lain
dukungan tim reviewer dalam melakukan seleksi/penilaian proposal penelitian, komitmen dari
Lembaga peneliti dan Lembaga Pendidikan dalam pelaksanaan penelitian, koordinasi efektif
antara peneliti dan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam setiap tahapan
penelitian, monitoring dan evaluasi selama proses penelitian berlangsung.
Permasalahan:
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian indikator kinerja jumlah
bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif), yaitu:
1. Beberapa rencana penggunaan anggaran penelitian kurang sesuai dengan yang tertera
pada dokumen kontrak
2. Terdapat 1 (satu) kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode yang tidak
sesuai dengan proposal
Upaya Pemecahan Masalah:
Adapun upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dihadapi dalam upaya
pencapaian indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif) adalah sebagai berikut:
1. Melakukan addendum pada dokumen kontrak
2. Peneliti melakukan riset ulang dengan metode yang sudah disetujui dan disepakati oleh
Kementerian Kesehatan dan Tim Reviewer
Kegiatan Pendukung Indikator:
Upaya pencapaian indikator kinerja jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap
diproduksi di dalam negeri (kumulatif) didukung dengan berbagai kegiatan dan anggaran yang
tertuang dalam DIPA Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Adapun kegiatan,
18 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
anggaran, realisasi dan capaian kegiatan pendukung indikator jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 8. Realisasi Kegiatan Pendukung Indikator Jumlah Bahan Baku Sediaan Farmasi
yang Siap Diproduksi di dalam Negeri (kumulatif) Tahun 2019
No Kegiatan Anggaran Realisasi Capaian
1. Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Produksi Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional
Rp. 5.854.524.000 Rp. 5.127.576.414 87,58 %
2. Fasilitasi Peralatan Laboratorium Pada P4TO
Rp. 1.460.035.000 Rp. 1.356.694.000 92,92 %
3. Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat
Rp. 3.714.578.000 Rp. 3.323.911.800 89,48 %
4. Penyusunan NSPK Rp. 5.593.377.000 Rp. 5.197.612.450 92,92 %
JUMLAH Rp. 16.622.514.000 Rp. 15.005.794.664 90,27 %
Indikator jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif) merupakan indikator yang didukung oleh beberapa kegiatan dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 16.622.514.000, dengan target sebanyak 45 jenis bahan baku
(kumulatif). Capaian indikator ini pada tahun 2019 adalah sebanyak 50 jenis bahan baku
(kumulatif) dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 15.005.794.664.
1. Fasilitasi Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Produksi Bahan Baku Obat dan
Bahan Baku Obat Tradisional
Kegiatan pengembangan bahan baku obat dan bahan baku obat tradisional merupakan
kegiatan prioritas nasional yang difokuskan pada upaya untuk mewujudkan kemandirian
bahan baku obat baik bahan aktif maupun bahan pembantu (eksipien) dengan semaksimal
mungkin menggunakan bahan baku dalam negeri. Fasilitasi penelitian ini dilaksanakan
dalam rangka pengembangan dan peningkatan kapasitas produksi bahan baku obat dan
bahan baku obat tradisional. Proses up scalling merupakan tahapan yang penting dalam
produksi bahan baku obat. Pelaksanaan fasilitasi penelitian ini dilakukan tersinergis dengan
perguruan tinggi, lembaga riset dalam negeri, dan industri farmasi, industri obat tradisional,
industri ekstrak bahan alam, industri kosmetika, UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional),
P4TO (Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat) dan PED (Pusat Ekstrak Daerah).
Pada sinergisme ini, perguruan tinggi maupun institusi penelitian yang terlibat antara lain
Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada
(UGM), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Andalas (Unand), Universitas
Padjajaran (Unpad), BPPT, LIPI dengan mitra P4TO Dinkes Provinsi Sumatera Utara, PJ
Akar Rimba, PT Industri Jamu Borobudur, PT Balatif, PT Surya Windu Kartika, PT Phapros,
PT Swayasa Prakarsa, P4TO Dinkes Kabupaten Karanganyar, PT Brigit Biofarmaka
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
19
Teknologi, P4TO Dinkes Kabupaten Solok Selatan, P4TO Dinkes Kabupaten Bandung, CV
Toga Nusantara, PT Kimia Farma, dan PT Bio Farma. Hasil dari sinergisme ini berupa 17
BBO/BBOT yang siap diproduksi dalam negeri seperti tercantum pada tabel 7.
Gambar 5. Contoh Hasil Produk Fasilitasi Pengembangan dan Peningkatan
Kapasitas Produksi Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional Tahun 2019
Gambar 6. Proses Up Scalling Fasilitasi Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas
Produksi Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat Tradisional Tahun 2019
2. Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) dan
Laboratorium
Untuk mendorong peningkatan kemandirian obat dan bahan baku obat di dalam negeri
dilakukan kegiatan fasilitasi pusat pengolahan pasca panen tanaman obat. Adapun lingkup
kegiatan tersebut, yaitu penyediaan bahan baku obat dan obat tradisional baik simplisia
maupun ekstrak yang terstandar dan memenuhi persyaratan, pemanfaatan hasil P4TO bagi
seluruh stakeholder yang membutuhkan. Kegiatan ini dapat terselenggara karena adanya
kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah setempat dan instansi terkait lainnya.
20 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Gambar 7. Daerah Penerima Fasilitasi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat
Gambar 8. Fasilitas Pusat Pengolahan Pasca Panen
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
21
Gambar 9. Produk Olahan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat
3. Aplikasi Elektronik Bahan Baku Kosmetika | e-BBKOS
e-BBKOS merupakan aplikasi elektronik portal informasi bahan baku kosmetika,
berisi 15.923 bahan baku kosmetika, berupa search engine yang user friendly sehingga
memudahkan pengguna untuk mengakses informasi di mana pun dan kapan pun melalui
berbagai gawai yang dimiliki, baik berupa personal computer (PC), tablet, maupun
smartphone. Informasi bahan baku kosmetika di e-BBKOS terdiri dari International
Nomenclature Cosmetic Ingredient (INCI) Name, Chemical Abstracts Service (CAS)
Number, kegunaan, rumus molekul (RM), berat molekul (BM), dan struktur kimia. e-
BBKOS dapat diakses melalui www.ebbkos.kemkes.go.id.
Gambar 10. Tampilan Homepage e-BBKOS
22 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
b. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi
industri berbasis riset (kumulatif)
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2019, target yang ditetapkan untuk indikator jumlah industri sediaan farmasi
yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) adalah
sebesar 9 (sembilan) industri. Adapun realisasi yang dicapai adalah 11 (sebelas) industri
dengan capaian 122,22% dari target yang ditetapkan.
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri yang Bertransformasi dari
Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulkatif) Tahun 2019
Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi
2019
Capaian
2019
Jumlah industri sediaan farmasi yang
bertransformasi dari industri formulasi
menjadi industri berbasis riset (kumulatif)
9 industri
(kumulatif)
11 industri
(kumulatif) 122,22%
Grafik 7. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri yang Bertransformasi dari
Industri Formulasi Menjadi Industri Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2019
Indikator Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri
(kumulatif) merupakan indikator pada revisi Renstra sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29
Agustus 2017, sehingga indikator ini mulai diukur dari tahun 2017.
Pada tahun 2019 target yang ditetapkan untuk indikator jumlah bahan baku sediaan
farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif) adalah sejumlah 9 (sembilan) industri
dan telah tercapai melebihi target sebesar 11 (sebelas) industri atau dengan persentase
capaian sebesar 122,22%.
Perbandingan capaian indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi
dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) dari tahun 2018 sampai
dengan 2019 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
2019
Target9
Realisasi11
JUM
LAH
IND
UST
RIY
AN
G
BER
TRA
NSF
OR
MA
SI
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
23
Tabel 10. Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian Indikator Jumlah Industri
Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri
Berbasis Riset (Kumulatif) Tahun 2018 dengan 2019
2017 2018 2019
Target Realisasi Capaian Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
3
Industri
3
Industri
100 % 6
Industri
100 % 9
Industri
11
Industri
122,22 %
Grafik 8. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan
Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset
(Kumulatif) Tahun 2017 sampai dengan 2019
Tabel 11. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Industri Sediaan
Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset
(tidak kumulatif) Tahun 2017 sampai dengan 2019
2017 2018 2019
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
3
Industri
3
Industri
3
Industri
3
Industri
3
Industri
5
Industri
Keberhasilan pencapaian target dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
dipengaruhi oleh adanya optimalisasi implementasi regulasi di sarana produksi kefarmasian,
koordinasi Academic-Business-Government-Community (ABGC) serta pembinaan dan
monitoring industri farmasi.
Penetapan calon industri yang bertransformasi dilakukan melalui penilaian maturity
level menggunakan Maturity self-assessment tools dengan kriteria Industri yang memiliki
pengembangan produk inovatif serta mendukung kemandirian obat dan bahan baku obat
sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 06 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
Maturity self-assessment tools merupakan instrumen yang digunakan oleh industri
farmasi untuk menilai dan menentukan level industri farmasi. Tools ini digunakan melalui isian
2017 20182019
36
9
36
11
Target Realisasi
24 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
langsung oleh industri farmasi yang kemudian akan menentukan posisi/status industri farmasi
terhadap transformasi yang akan dilaksanakan. Level Maturity terdiri atas 5 level, level 1
(initial) ialah level paling bawah, dan level 5 (optimized) adalah level paling atas. Industri
farmasi yang dapat dikategorikan sebagai industri yang bertransformasi berada dilevel
penilaian 3-5.
Pada tahun 2019 telah ditetapkan capaian indikator jumlah industri sediaan farmasi
yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset sejumlah 5 (lima)
industri, yaitu PT. CKD Otto Pharmaceutical, PT. Farma Plant Banjaran, PT. Kalbe Genexine
Biologics, PT. Metiska Farma dan PT. Combiphar Donga Indonesia.
Adapun daftar industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi
menjadi industri berbasis riset tahun 2017 dan 2019 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12. Industri Sediaan Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi
menjadi Industri Berbasis Riset (kumulatif) Tahun 2017 sampai dengan 2019
2017 Maturity Level
BUMN farmasi produsen vaksin; memiliki fasilitas R&D dan
produksi vaksin virus dan vaksin bakteri; telah di-endorse oleh
Organization of Islamic Cooperation (OIC) sebagai center of
excellence (CoE) pengembangan bioteknologi dan vaksin;
memungkinkan terus sustainable menjadi industri farmasi life
science
Consistent
Designed
PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan
produk inovatif obat tradisional maupun sediaan farmasi; telah
memiliki infrastruktur R&D bernama Dexa Development Center
(DDC) yang menyelenggarakan R&D formulasi, formulasi inovatif
dan new drug delivery system (NDDS) serta Dexa Laboratories of
Biomolecular Science (DLBS) untuk R&D dan produksi produk
inovatif berdasarkan biomolecular science;
Consistent Implemented
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
25
Dexa Medica dan DLBS telah melaksanakan riset terpadu
dengan research center of excellence internasional di bidang
farmasi, biofarmasi, dan nutraceutical
PMDN yang telah melaksanakan riset dan pengembangan
riset unggulan mulai dari stem cell sampai bioteknologi; Kalbe Farma
telah melaksanakan R&D dalam rangka transfer teknologi dan joint-
venture termasuk dalam hal pengembangan produk inovatif dan
berteknologi tinggi (insulin analog, long acting EPO, EPO, rituximab
dan bevacizumab serta transtuzumab); pipeline R&D dengan
bersinergi dengan stakeholder terkait secara sustainable dan
sistematik antara lain dengan perguruan tinggi i3L, UGM, ITB, UI,
dan Udayana
Consistent
Implemented
2018 Maturity Level
PMA Industri Farrmasi bahan obat yang mengembangkan HFC
(High Function Chemistry) yang belum banyak dikembangkan di
Indonesia. Selain itu PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia
melakukan kerjasama dengan Sungwun Pharmacopia Co.Ltd di
Korea Selatan dalam transfer teknologi dan pengembangan sumber
daya manusia dengan mengirimkan personel ke plant Sungwun
Pharmacopia di Korea Selatan. PT. Kimia Farma Sungwun
Pharmacopia juga telah mendapatkan penghargaan dari Menteri
Kesehatan RI pada pameran pembangunan kesehatan dan produk
kesehatan dalam negeri sebagai salah satu industri farmasi yang
mewujudkan kemandirian akan obat dan bahan baku obat di dalam
negeri;
Consistent
Implemented
26 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
PT Kalbio Global Medika PMDN Industri Farmasi Obat dan Bahan
Obat yang melakukan pengembangan produk berinovasi tinggi, yaitu
Konsentrat Recombinant Protein dan produk biosimilar, yaitu Bio
Better Product untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan
internasional serta pengembangan akan 10 (sepuluh) molekul
produk bioteknologi secara komersial. PT. Kalbio Global Medika juga
melakukan investasi dalam pengembangan riset produk biosimilar
yang cukup besar serta melakukan pengembangan sumber daya
manusia untuk mengembangkan riset melalui kerja sama dengan
Institute Pendidikan. PT Kalbio Global Medika juga telah
mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan RI pada
pameran pembangunan kesehatan dan produk kesehatan dalam
negeri sebagai salah satu industri farmasi yang mewujudkan
kemandirian akan obat dan bahan baku obat di dalam negeri sebagai
salah satu industri farmasi yg mewujudkan kemandirian akan obat
dan bahan baku obat di dalam negeri;
Consistent
Implemented
PT. Daewoong Infion mendukung trensformasi industri farmasi
melalui pengembangan riset produk berinovasi tinggi yaitu
eryhropoeitin, EGF (Epidermal Growth Factor) dan Human Growth
Hormonel/Somatropin;
Optimised
2019 Maturity Level
Industri farmasi PMA joint-venture antara PT. Otto Pharmaceutical
Industries, Indonesia dengan Chong Kun Dang Pharmaceuticals,
Korea Selatan yang mengembangkan obat anti kanker dengan
rencana produksi lokal obat anti kanker untuk memenuhi kebutuhan
di Indonesia, dimana belum terlalu banyak industri farmasi di
Indonesia yang melakukan pengembangan terhadap obat anti
kanker. Beberapa produk yang diproduksi oleh PT. CKD Otto
Consistent
Designed
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
27
Pharmaceutical telah mendapatkan Nomor Izin Edar (NIE) dan
Sertifikat Halal.
Industri farmasi yang memiliki fasilitas produksi terbesar di Asia
Tenggara serta telah dilengkapi dengan fasilitas produksi yang
terkoneksi dengan internet/Internet of Things (IoT) yang mendukung
industri di era industri 4.0. PT. Kimia Farma Plant Banjaran juga
dilengkapi dengan laboratorium Research and Development (RnD)
sebagai upaya untuk bertransformasi menjadi industri berbasis riset.
Consistent
Implemented
Industri farmasi yang melakukan pengembangan produk biologi
dengan fokus pada pengembangan produk imuno onkologi serta
memiliki pendanaan khusus dalam pengembangan produk tersebut.
Pendanaan khusus mengimplikasikan bahwa industri farmasi
berkomitmen untuk bertransformasi menjadi industri berbasis riset.
Consistent
Implemented
Industri farmasi yang berkomitmen untuk bertransformasi menjadi
industri berbasis riset dengan melakukan pengembangan riset
terhadap produk enoksaparin yang akan dikembangkan melalui
domba untuk menjamin kehalalan produk yaitu sebagai produk non
porcine.
Consistent
Designed
Industri farmasi yang melakukan transfer teknologi dalam
pengembangan produk biologi dengan perusahaan farmasi Dong A,
Korea Selatan. PT Combiphar Dong A melakukan investasi
pembangunan pabrik biosimilar, dengan tahap awal memproduksi
Consistent Designed
28 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
produk biologik berjenis rekombinan protein dan telah mendapatkan
sertifikasi CPOB dari Badan POM.
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam pencapaian indikator kinerja
kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2019 yaitu:
1. Terdapat perbedaan pemahaman dari industri farmasi dalam melakukan pengisian tools
self assessment maturity level sehingga mempengaruhi penilaian terhadap level dari
transformasi dari industri farmasi yang bersangkutan.
2. Masih kurangnya komitmen industri farmasi dalam melaksanakan transformasi.
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator
kinerja kegiatan jumlah industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) tahun 2019
yaitu adalah sebagai berikut:
1. Melakukan klarifikasi pada saat desk self assessment maturity level kepada industri
farmasi sehingga industri farmasi memiliki pemahaman yang sama dalam pengisian tools
self assessment maturity level.
2. Melakukan pembinaan serta sosialisasi terhadap industri farmasi terkait Inpres Nomor 06
Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan,
serta koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk dapat dilakukan pemberian
insentif kepada industri farmasi yang bertransformasi.
Kegiatan Pendukung Indikator:
Upaya pencapaian indikator kinerja jumlah industri sediaan farmasi yang
bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) didukung
dengan berbagai kegiatan dan anggaran yang tertuang dalam DIPA Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian. Adapun kegiatan, anggaran, realisasi dan capaian kegiatan
pendukung indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri
formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Realisasi dan Capaian Kegiatan Pendukung Indikator Jumlah Industri Sediaan
Farmasi yang Bertransformasi dari Industri Formulasi menjadi Industri Berbasis Riset
Tahun 2019
No Kegiatan Anggaran Realisasi Capaian
1. Pembinaan dan Monitoring Terhadap Industri Farmasi dan Industri Bahan Baku Farmasi Menuju Berbasis Riset dan Penanggungjawab
Rp. 4.132.938.000 Rp. 3.948.520.500 94,08 %
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
29
No Kegiatan Anggaran Realisasi Capaian
Sarana Pelayanan Kefarmasian
2. Koordinasi Academic-Business-Government-Community (ABGC) Dalam Rangka Transformasi Industri Farmasi
Rp. 9.234.037.000 Rp. 8.636.978.100 90,38 %
3. Pengembangan dan Pendampingan OIC Centre of Excellence (Vaksin)
Rp. 6.837.308.000 Rp. 5.562.811.800 74,27 %
JUMLAH Rp. 20.204.283.000 Rp. 18.161.060.400 89,89 %
Indikator jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi
menjadi industri berbasis riset (kumulatif) merupakan indikator yang didukung oleh beberapa
kegiatan dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 20.204.283.000, dengan target sebanyak 9
industri (kumulatif). Capaian indikator ini pada tahun 2019 adalah sebanyak 11 industri
(kumulatif) dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 18.161.060.400.
1. Pembinaan dan Monitoring Terhadap Industri Farmasi dan Industri Bahan Baku Farmasi
Menuju Industri Berbasis Riset
Kegiatan Pembinaan dan Monitoring terhadap Industri Farmasi dan Industri Bahan Baku
Farmasi menuju Industri Berbasis Riset diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 20 Februari
2019 dan Bogor pada tanggal 11 Desember 2019. Kegiatan dibuka oleh Direktur Produksi
dan Distribusi Kefarmasian Ibu Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS yang
kemudian dilanjutkan dengan pembahasan terkait investasi industri farmasi, kapasitas
produksi industri farmasi, dan sosialisasi e-Report Industri Farmasi.
Data investasi dan kapasitas produksi industri farmasi diperlukan sebagai implementasi
dari Instruksi Presiden Nomor 06 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri
Farmasi dan Alat Kesehatan dalam mewujudkan kemandirian obat dan bahan baku obat.
Pengembangan e-Report Industri Farmasi diperuntukkan bagi industri farmasi di Indonesia
yang mengakomodir kewajiban pelaporan bagi industri farmasi sesuai dengan Permenkes
Nomor 1799/Menkes/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi.
Gambar 11. Pembinaan dan Monitoring Terhadap Industri Farmasi dan Industri Bahan
Baku Farmasi Menuju Industri Berbasis Riset
30 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
2. Koordinasi Academic-Business-Government-Community (ABGC) dalam Rangka
Transformasi Industri Sediaan Farmasi
Kegiatan Koordinasi Academic-Business-Government-Community (ABGC) dalam Rangka
Transformasi Industri Sediaan Farmasi bertujuan untuk mendorong industri farmasi formulasi
di Indonesia untuk bertransformasi menjadi industri berbasis riset. Kegiatan bertujuan untuk
mendukung kemandirian obat dan bahan baku obat sesuai dengan amanat Instruksi Presiden
Nomor 06 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat
Kesehatan.
Kegiatan dilakukan melalui penilaian tools assessment maturity level yang dilakukan oleh
industri farmasi terpilih dan hasil penilaian tersebut dibahas dengan pakar industri farmasi.
Berdasarkan hasil penilaian dan diskusi dengan pakar, dilakukan monitoring terhadap industri
farmasi terutama untuk melihat implementasi transformasi dari industri farmasi.
3. Sosialisasi Pembuatan Jamu yang Baik dan Pemanfaatannya
Sosialisasi pembuatan jamu yang baik dan pemanfaatannya diadakan dalam rangka
pembinaan teknis dan peningkatan daya saing pelaku Usaha Jamu Gendong (UJG) dan
Usaha Jamu Racikan (UJR) agar menghasilkan produk yang aman, bermutu dan bermanfaat
serta mengedukasi masyarakat tentang Gerakan Nasional Bugar dengan Jamu (Gernas Bude
Jamu) sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan baku dan
bahan pendukung jamu yang baik dan benar untuk dikonsumsi serta mendukung gerakan
masyarakat hidup sehat sehingga penggunaan jamu dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya promotif dan preventif dan dapat meningkatkan ekonomi rakyat.
Selama tahun 2019 kegiatan tersebut telah dilaksanakan di 31 tempat dengan jumlah
peserta yang telah diedukasi sebanyak 2.017 orang, yang terdiri dari pelaku UJG UJR, tenaga
kesehatan di Dinas Kesehatan dan kader Puskesmas.
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
31
Gambar 12. Sosialisasi Penggunaan Jamu yang Aman, Bermutu dan Bermanfaat untuk
Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Keluarga
c. Presentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2019, target yang ditetapkan untuk indikator persentase layanan izin
industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu adalah sebesar 90% (sembilan puluh)
persen. Adapun realisasi yang dicapai adalah 93,65% (sembilan puluh tiga koma enam puluh
lima) persen, dengan capaian 104,05% (seratus dua puluh dua koma dua puluh dua) persen
dari target yang ditetapkan.
Tabel 14. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri
Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Pada Tahun 2019
Indikator Kinerja Target
2019
Realisasi
2019
Capaian
2019
Persentase Layanan Izin Industri Sediaan
Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu 90% 93,65% 104,05%
Kab.Sleman Kota Batu-Malang
Sukoharjo
Medan
32 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Grafik 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri
Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Pada Tahun 2019
Indikator presentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat
waktu merupakan indikator pada Revisi Renstra sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia HK.01.07/Menkes/422/2017 yang mulai berlaku pada 29 Agustus 2017,
sehingga indikator ini mulai diukur dari tahun 2017.
Capaian indikator kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi
yang diselesaikan tepat waktu tahun 2019 adalah sebesar 93,65% dari target yang telah
ditetapkan sebesar 90% sehingga persentase capaian indikator ini menjadi 104,05%.
Keberhasilan pencapaian penerbitan sertifikat tepat waktu dipengaruhi oleh implementasi
digital signature, pengembangan aplikasi perizinan dan peningkatan kapasitas evaluator
perizinan.
Perbandingan capaian pada tahun 2018 dan 2019 mengalami penurunan sebesar
2,7%, hal ini disebabkan karena adanya perubahan Service Level Agreement (SLA) sesuai
dengan Permenkes No.26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor Kesehatan dimana semua penerbitan sertifikat produksi dan
distribusi kefarmasian ditetapkan dalam waktu 4 hari kerja dan adanya peningkatan capaian
target menjadi 90% di tahun 2019.
Perbandingan capaian indikator persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu (kumulatif) tahun 2017 sampai dengan 2019 dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 15. Perbandingan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri Sediaan
Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 dan 2019
Tahun 2017 2018 2019
Target 85% 88% 90%
Realisasi 85,11% 93,95% 93,65%
Capaian 100,13% 106,76% 104,05%
80%
90%
100%
110%
2019
90%93,65%
104,05%
Target
Realisasi
Capaian
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
33
Grafik 10. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Layanan Izin Industri
Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2017 dan 2019
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian melaksanakan kegiatan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Kegiatan perizinan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian meliputi perizinan bidang
Obat dan Pangan yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat dan Pangan, bidang Obat
Tradisional dan Kosmetika yang dilaksanakan di Subdirektorat Obat Tradisional dan
Kosmetika, dan bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang dilaksanakan di
Subdirektorat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
Kegiatan perizinan bidang produksi dan distribusi kefarmasian menjadi salah satu
indikator kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian dengan diukur persentase
layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu.
Percapaian indikator kinerja persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang
diselesaikan tepat waktu diukur berdasarkan jumlah izin yang diterbitkan tepat waktu sesuai
dengan janji layanan sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes Nomor 26 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan dan
Permenkes Nomor 10 Tahun 2013 tentang Impor dan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi.
Adapun produk layanan izin industri sediaan farmasi pada Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 16. Produk Layanan, Jangka Waktu, dan Masa Berlaku Produk Layanan Izin
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
NO PRODUK LAYANAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAN
MASA BERLAKU PRODUK
1.
Bidang Obat Tradisional dan Kosmetika
a) Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional
4 HK 5 Tahun
b) Perubahan Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional
4 HK 5 Tahun
c) Perpanjangan Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional
4 HK 5 Tahun
d) Sertifikat Produksi Industri Ekstrak Bahan Alam
4 HK 5 Tahun
85%
88%
90%
85,11%
93,95%
93,65%
100,13%
106,76%
104,05%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
2017
2018
2019
Capaian
Realisasi
Target
34 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
e) Perubahan Sertifikat Produksi Industri Ekstrak Bahan Alam
4 HK 5 Tahun
f) Perpanjangan Sertifikat Produksi Industri Ekstrak Bahan Alam
4 HK 5 Tahun
g) Sertifikat Produksi Kosmetika 4 HK 5 Tahun
h) Perubahan Sertifikat Produksi Kosmetika
4 HK 5 Tahun
i) Perpanjangan Sertifikat Produksi Kosmetika
4 HK 5 Tahun
2. Bidang Obat dan Pangan
a) Sertifikat Produksi Industri Farmasi
4 HK 5 Tahun
b) Perubahan Sertifikat Produksi Industri Farmasi
4 HK Sesuai Izin Industri Farmasi
c) Perpanjangan Sertifikat Produksi Industri Farmasi
4 HK 5 Tahun
d) Sertifikat Distribusi Farmasi/Pedagang Besar Farmasi
4 HK 5 Tahun
e) Perubahan Sertifikat Distribusi Farmasi/Pedagang Besar Farmasi
4 HK Sesuai dengan Sertifikat Distribusi Farmasi
f) Perpanjangan Sertifikat Distribusi/Pedagang Besar Farmasi
4 HK 5 Tahun
3. Bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
a) Importir Produsen (IP) Psikotropika/Prekursor Farmasi
4 HK 3 Tahun
b) Importir Terdaftar (IT) Psikotropika/Prekursor Farmasi
4 HK 3 Tahun
c) Eksportir Produsen (EP) Psikotropika/Prekursor Farmasi
4 HK 3 Tahun
d) Eksportir Terdaftar (ET) Psikotropika/Prekursor Farmasi
4 HK 3 Tahun
e) SPI Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
4 HK 3 Bulan
f) Perpanjangan SPI Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
4 HK 3 Bulan
g) SPE Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
4 HK 3 Bulan
h) Perpanjangan SPE Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
4 HK 3 Bulan
Seluruh proses perizinan yang dilaksanakan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian menjadi dasar untuk pengukuran capaian indikator persentase layanan izin
industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu. Indikator ini menggambarkan jumlah
izin yang terbit dengan jangka waktu penyelesaian sesuai dengan janji layanan. Adapun
capaian persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun
2019 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
35
Tabel 17. Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat Waktu Tahun 2019
Bidang Perizinan Target Capaian per Triwulan (%) Capaian
TW I TW II TW III TW IV 2019 (%)
Narkotika,
Psikotropika dan
Prekursor Farmasi
90% 98.69 97.01 96.60 91.59 95.97
Obat Tradisional
dan Kosmetika
90% 100.00 98.46 95.77 97.29 97.88
Obat 90% 93.63 98.00 94.05 94.59 95.07
Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat
Waktu Tahun 2019
93.65
Permasalahan:
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami dalam pencapaian indikator kinerja
kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu tahun
2019 yaitu:
a) Adanya proses pengembangan sistem pada aplikasi perizinan, seperti pembaharuan
menu (modul) dan digital signature
b) Adanya kendala pada integrasi sistem antara sistem perizinan Kementerian Kesehatan
dengan sistem perizinan kementerian/lembaga lain terkait
c) Penyesuaian sistem digital signature dengan sistem perizinan Internasional (I2ES)
terkait impor dan ekspor komoditi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
d) Adanya kendala koordinasi dengan Badan Narkotika Internasional (International
Narcotic Control Board) terkait diterapkannya sistem digital signature pada perizinan
impor dan ekspor komoditi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
Upaya Pemecahan Masalah:
Upaya pemecahan masalah terhadap kendala yang dialami dalam pencapaian indikator
kinerja kegiatan persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat
waktu tahun 2019 yaitu:
a) Koordinasi secara intensif degan berbagai stakeholder sehingga dapat mempercepat
penyelesaian proses pengembangan sistem pada aplikasi perizinan di lingkup
Kementerian Kesehatan
b) Koordinasi dan tindak lanjuti untuk integrasi sistem aplikasi perizinan internal
Kementerian Kesehatan dengan kementerian/lembaga terkait
c) Sosialisasi penerapan digital signature kepada pelaku usaha dan
menggunakan/bergabung dengan sistem perizinan impor dan ekspor Internasional
(I2ES) untuk menjamin validitas perizinan impor dan ekspor narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi (SPI/SPE) dengan digital signature
36 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
d) Melakukan koordinasi dengan Badan Narkotika Internasional (International Narcotic
Control Board) melalui teleconference terkait penerapan digital signature perizinan
impor dan ekspor komoditi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi secara
internasional
Kegiatan Pendukung Indikator:
Upaya pencapaian indikator kinerja persentase layanan izin industri sediaan farmasi
yang diselesaikan tepat waktu didukung dengan berbagai kegiatan dan anggaran yang
tertuang dalam DIPA Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Adapun kegiatan,
anggaran, realisasi dan capaian kegiatan pendukung indikator kinerja persentase layanan izin
industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 18. Kegiatan, Anggaran, Realisasi dan Capaian Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja Persentase Layanan Izin Industri Sediaan Farmasi yang Diselesaikan Tepat
Waktu Tahun 2019
No Kegiatan Anggaran Realisasi Capaian
1. Evaluasi Pelaksanaan dan
Implementasi Pelayanan Publik
Rp. 1.502.351.000 Rp. 1.452.576.400 95,29%
2. Peningkatan Kompetensi dan
Kinerja SDM
Rp. 2.896.880.000 Rp. 2.435.308.900 84,29%
3. Tata Laksana Operasional
Perkantoran
Rp. 2.923.329.000 Rp. 2.666.375.373 90,29%
JUMLAH Rp. 7.345.920.000 Rp. 6.554.260.673 89,22%
Indikator persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
merupakan indikator yang didukung oleh beberapa kegiatan dengan jumlah anggaran sebesar Rp.
7.345.920.000, dengan target sebesar 90%. Capaian indikator ini pada tahun 2019 adalah sebesar
93,65% dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 6.554.260.673.
1. Evaluasi Pelayanan Publik
Dalam rangka mendukung peningkatan pelayanan publik di Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian diselenggarakan workshop delivering service excellence yang
bertujuan untuk memperkuat pola pikir positif mengenai pentingnya layanan prima dan
meningkatkan keterampilan penanganan complain customer sehingga terwujud perbaikan
mutu layanan.
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
37
Gambar 13. Workshop Delivering Service Excellence
2. Sertifikasi ISO 9001:2015
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian menerapkan sistem manajemen mutu ISO
9001:2015 untuk keseluruhan proses bisnis. Pada tahun 2019 dilaksanakan serah terima
sertifikat ISO 9001:2015 oleh badan sertifikasi. Penerapan sistem manajemen mutu
merupakan upaya untuk memastikan jaminan mutu pelayanan, meningkatkan kinerja
aparatur, sistem birokrasi yang lebih efektif dan efisien dalam pelayanan publik maupun
keseluruhan proses bisnis di lingkup Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Gambar 14. Sertifikat ISO 9001:2015
38 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
B. REALISASI ANGGARAN
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam DIPA Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
tahun 2019 dengan alokasi sebesar Rp 44.172.717.000. Adapun realisasi anggaran tahun 2019
adalah sebesar Rp 38.081.836.207 (Tiga Puluh Delapan Milyar Delapan Puluh Satu Juta Delapan
Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Dua Ratus Tujuh Rupiah) dengan persentase realisasi sebesar 86,21%.
Tabel 19. Perbandingan Capaian Realisasi Anggaran Periode Tahun 2018 - 2019
Tahun Anggaran 2018 2019
Pagu (Rp) 46.258.719.000 44.172.717.000
Realisasi (Rp) 32.074.303.872 38.081.836.207
Persentase (%) 69,34 86,21
Pada grafik 11 dapat dilihat detail persentase realisasi anggaran dan juga perbandingannya
terhadap pencapaian indikator kinerja kegiatan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Grafik 11. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Persentase Capaian IKK Tahun 2019
Dalam mencapai indikator kinerja kegiatan yang telah ditetapkan, Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian memiliki 8 (delapan) output yang dilaksanakan. Pada grafik 12 dapat dilihat
persentase pagu dan realisasi anggaran berdasarkan masing-masing output.
Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yangdiselesaikan tepat waktu
Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasidari industri formulasi menjadi industri berbasis riset(kumulatif)
Jumlah baku sediaan farmasi yang siap diproduksi didalam negeri (kumulatif)
104,05%
122,22%
111,11%
89,22%
89,89%
90,27%
Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung Capaian IKK
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
39
Grafik 12. Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Tahun 2019
Monitoring dan evaluasi atas kinerja pelaksanaan anggaran dilakukan oleh Kementerian
Keuangan melalui aplikasi SMART/e-Monev DJA (Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu).
Aplikasi SMART merupakan sebuah aplikasi berbasis web yang berfungsi untuk mengukur tingkat
penyerapan anggaran dan realisasi output. Dengan aplikasi ini, diharapkan proses pelaporan hasil
monitoring dan evaluasi anggaran menjadi lebih sederhana, terupdate secara online sehingga
perolehan data lebih akurat.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dari aplikasi SMART, pencapaian kinerja Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian termasuk dalam kategori sangat baik, yaitu sebesar 91,38%.
Meskipun penyerapan anggaran hanya 86,21% namun mampu menghasilkan capaian keluaran
kegiatan sebesar 97,74% yang berarti telah melakukan efisiensi atau penghematan penggunaan
anggaran sebesar 16,25.
Grafik 13. Hasil Monitoring dan Evaluasi Kinerja melalui Aplikasi SMART DJA Tahun 2019
Sumber : Aplikasi SMART DJA
0 5.000.000.00010.000.000.00015.000.000.000
Layanan perkantoran
Layanan dukungan manajemen satker
Layanan sarana dan prasarana internal
Pembinaan teknis terhadap industri farmasi danindustri bahan baku farmasi menuju industri…
NSPK produksi dan distribusi kefarmasian
Sertifikasi di bidang produksi dan distribusikefarmasian
Sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi danpangan yang dibina
Bahan baku sediaan farmasi dalam negeri yangdikembangkan untuk siap diproduksi
1.743.342.000
1.203.347.000
2.896.880.000
7.827.420.000
5.593.377.000
1.502.351.000
12.376.863.000
11.029.137.000
1.623.234.573
1.043.140.800
2.435.308.900
6.979.625.550
5.197.612.450
1.452.576.400
11.168.684.850
9.808.182.214
Realisasi Pagu
40 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Di bawah ini adalah analisa efisiensi berdasarkan indikator kinerja kegiatan di Direktorat
Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2019 sebagai berikut:
1. Jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di dalam negeri (kumulatif)
Indikator kinerja kegiatan jumlah bahan baku sediaan farmasi yang siap diproduksi di
dalam negeri (kumulatif) terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran disebabkan karena
alokasi anggaran untuk penelitian 15 bahan baku pada pelaksanaanya menghasilkan 17 bahan
baku. Hal ini dikarenakan pada satu judul penelitian dapat menghasilkan lebih dari satu bahan
baku obat-bahan baku obat tradisional.
2. Jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari industri formulasi menjadi industri
berbasis riset (kumulatif)
Indikator kinerja kegiatan jumlah industri sediaan farmasi yang bertransformasi dari
industri formulasi menjadi industri berbasis riset (kumulatif) dari target 9 industri dapat tercapai
11 industri, hal ini disebabkan adanya regulasi yang mendorong iklim berusaha dan
pengembangan industri farmasi berbasis riset melalui Inpres No.6 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan Permenkes No.17 Tahun
2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, Peraturan
Pemerintah No.45 Tahun 2019 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.94 Tahun 2010
tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun
Berjalan yang memberikan insentif terhadap investasi pada industri pionir, industri yang
melakukan research and development dan adanya rancangan peraturan Tingkat Kandungan
Dalam Negeri (TKDN) yang akan dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian sebagai dasar
pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Selain itu juga dilakukan pembinaan teknis
terhadap industri farmasi melalui pertemuan ataupun pendampingan secara langsung melalui
audiensi.
3. Persentase layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat waktu
Indikator kinerja kegiatan layanan izin industri sediaan farmasi yang diselesaikan tepat
waktu terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran dipengaruhi oleh:
a) Adanya dukungan dari peraturan perundangan, yaitu Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dan Permenkes
No.26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Kesehatan
b) Digital signature pada proses sertifikasi produksi dan distribusi kefarmasian
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
41
C. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam mendukung
tercapainya indikator kinerja. Secara teknis SDM dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai
tujuan apabila mencukupi dari sisi jumlah dan kualitas serta profesional di bidangnya. Apabila SDM
yang dimiliki mempunyai motivasi tinggi, kreativitas, kredibilitas tinggi, mampu beradaptasi dan
mampu mengembangkan inovasi dengan perkembangan teknologi dan situasi maka pencapaian
kinerja tentunya dapat semakin membaik. Pengembangan karir juga diperlukan sebagai faktor
penunjang dalam mewujudkan SDM yang berkualitas.
Keadaan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
sampai akhir tahun 2019 berjumlah 33 (tiga puluh tiga) orang dengan rincian sebagaimana diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 20. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jabatan
Jabatan Jumlah
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama 1
Jabatan Administrasi
Administrator 4
Pengawas 9
Pelaksana 19
Jumlah 33
Diagram 2. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jabatan
Gambar 17. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Golongan
3,03%
12,12%
27,27%
57,58%
Jabatan PimpinanTinggi Pratama
Jabatan AdministrasiAdministrator
Jabatan AdministrasiPengawas
Jabatan AdministrasiPelaksana
1 22 10
GOL.II GOL.III GOL.IV
42 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Diagram 3. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Golongan
Diagram 4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Diagram 5. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jenjang Pendidikan
3,03%
66,67%
30,30% Golongan II
Golongan III
Golongan IV
3,03%
27,27%60,61%
9,09%
S3
S2
S1
D3
1
20
9
3 D3
S1
S2
S3
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
43
Diagram 6. Jumlah dan Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis dan tingkat pendidikan menunjukkan kekuatan sumber daya manusia di lingkungan
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Dengan kondisi yang ada dirasa perlu selalu
dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian sehingga akan mampu memberikan masukan, mendukung dan
melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.
33,33%
(11 orang)
66,67%
(22 orang)
Pria Wanita
44 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian 2019 merupakan
perwujudan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran dalam mencapai
sasaran dan target kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun. Berdasarkan tugas dan fungsi
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015, Direktorat Produksi
dan Distribusi Kefarmasian telah mampu merealisasikan kegiatan yang merupakan penjabaran dari
program dan sasaran dalam upaya peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian, hal ini tampak pada
realisasi indikator kinerja kegiatan di tahun 2019 yang telah menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan
pencapaian kinerja melebihi target yang dtelah ditentukan.
Langkah-langkah strategis dalam upaya perbaikan pencapaian kinerja pada tahun 2020 adalah
sebagai berikut:
1. Memfokuskan penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pengembangan bahan baku
obat kimia, herbal dan bioteknologi salah satunya melalui roadmap pengembangan vaksin halal
2. Menyiapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan bahan baku obat
3. Meningkatkan koordinasi dan sinergisme forum ABGC (Academic, Business, Government dan
Community) sebagai wadah bersama untuk menciptakan networking dan kerjasama sekaligus
membahas hambatan dan peluang dalam pengembangan industri farmasi indonesia
4. Pengembangan sistem aplikasi perizinan untuk mendukung kemudahan pelaksanaan evaluasi
sertifikasi sarana produksi dan distribusi kefarmasian.
5. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang melaksanakan evaluasi sertifikasi sarana produksi
dan distribusi kefarmasian melalui pelatihan-pelatihan.
Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2019 diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melanjutkan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dicanangkan pada periode berikutnya
sehingga kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian diharapkan dapat
memberikan informasi secara transparan kepada pihak terkait sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan
evaluasi kinerja, penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, penyempurnaan
pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang dan penyempurnaan berbagai kebijakan yang
diperlukan.
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
45
LAMPIRAN 1
PERJANJIAN KINERJA
DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
TAHUN 2019
46 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
47
48 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
LA
MP
IRA
N 2
LE
MB
AR
PE
RH
ITU
NG
AN
PE
RS
EN
TA
SE
LA
YA
NA
N I
ZIN
IN
DU
ST
RI
SE
DIA
AN
FA
RM
AS
I Y
AN
G
DIS
EL
ES
AIK
AN
TE
PA
T W
AK
TU
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
49
LA
MP
IRA
N 3
SO
P P
EN
GU
MP
UL
AN
DA
TA
LA
PO
RA
N T
AH
UN
AN
KIN
ER
JA
DIR
EK
TO
RA
T P
RO
DU
KS
I D
AN
DIS
TR
IBU
SI K
EF
AR
MA
SIA
N (
LA
KIP
)
50 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
51
52 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
53
LA
MP
IRA
N 4
SO
P P
EN
YU
SU
NA
N L
AP
OR
AN
TA
HU
NA
N K
INE
RJ
A
DIR
EK
TO
RA
T P
RO
DU
KS
I D
AN
DIS
TR
IBU
SI K
EF
AR
MA
SIA
N (
LA
KIP
)
54 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
55
56 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
57
LA
MP
IRA
N 5
SO
P E
VA
LU
AS
I P
EN
GU
KU
RA
N K
INE
RJA
DIR
EK
TO
RA
T P
RO
DU
KS
I D
AN
DIS
TR
IBU
SI K
EF
AR
MA
SIA
N (
LA
KIP
)
58 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
59
60 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
61
LAMPIRAN 6
TIM OPTIMALISASI CAPAIAN INDIKATOR
DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN 2019
62 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
63
64 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
LAMPIRAN 7
TIM PENYUSUN LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN TAHUN 2019
Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019
65
66 Laporan Kinerja Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2019