LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISET IMPLEMENTASI MODEL … · laporan akhir penelitian riset...
Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISET IMPLEMENTASI MODEL … · laporan akhir penelitian riset...
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
RISET IMPLEMENTASI MODEL JURU PEMBASMI JENTIK (JURBASTIK) DALAM PENANGGULANGAN DBD DI KALIMANTAN TIMUR (MULTICENTER 2019)
M. Rasyid Ridha, SKM, M.Sc, dkk
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN TANAH BUMBU PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2019
JL. LOKA LITBANG KAW. PERKANTORAN PEMDA KAB. TANAH BUMBU, BATULICIN, KALIMANTAN SELATAN
i
LAPORAN PENELITIAN
RISET IMPLEMENTASI MODEL JURU PEMBASMI JENTIK
(JURBASTIK) DALAM PENANGGULANGAN DBD DI KALIMANTAN TIMUR (MULTICENTER 2019)
(20150720703)
M. Rasyid Ridha SKM, M.Sc dan TIM
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN TANAH BUMBU PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2019
ii
SK PENELITIAN
iii
iv
v
SUSUNAN TIM
No N a m a Kedudukan dalam Tim
Keahlian/ Kesarjanaan
Uraian tugas Waktu
1.
dr. Hijaz Nuhung, M. Sc
Pembina S2 PJJ dan SIG
Bertanggung Jawab dalam meberikan Arahan Penelitian
Jan-Des
2. M. Rasyid Ridha, SKM, M.Sc
Koordinator Peneliti
Entomologi Bertanggungjawab terhadap keseluruhan pelaksanaan penelitian
Jan-
Des
3. Dr. Dra. Woro
Riyadina,
M.Kes
Pembina
Doktor/S3
Kesehatan
Masyarakat
Konsultan Metodologi Jan-
Des
4. Anorital, SKM, M.Kes
Pembina S2 Kesehatan
Masyarakat Konsultan Kecacingan
Jan-
Des
5. Dra Rr Rachmalina S, M.Sc.PH
Pembina
S2 Promosi
Kesehatan dan
Ilmu Perilaku
Konsultan Kualitatif Jan-
Des
6. Drh. Dicky Andiarsa, M.Ked
Peneliti S2 Kedokteran Laboratorium
Mengkoordinir kegiatan penelitian pada bagian PSP
Jan-
Des
7. Budi Hairani, S.Si
Koordinator
Entomologi
Biologi Mengkoordinir Kegiatan Entomologi
Jan-
Des
8. Juhairiah, SKM Peneliti S1 Kesmas Mengkoordinir kegiatan
penelitian pada bagian
kulaitatif dan indepth
interview
Jan-
Des
9. Lietiana Indriati, SKM, M. Lingk
Koordinator PSP
Epidemiologi Membantu
pelaksanaan
pengumpulan data
Indepth Interview
Jan-
Des
10. Lenie Marlinae, SKM, M. kes
Anggota tim Promkes Membantu
pelaksanaan
pengumpulan data
Indepth Interview
Jan-
Des
11. dr Paisal M. Biomed
Peneliti S2 Biomedis Membantu
pelaksanaan
Jan-
Des
vi
pengumpulan data
Indepth Interview
12. Annida SKM, M.Sc
Peneliti S2 Parasitologi Membantu
pelaksanaan
pengumpulan data
Indepth Interview
Jan-
Des
13 Deni Fakhrizal, SKM
Anggota tim Kesmas Membantu pelaksanaan pengumpulan data PSP
Jan-
Des
14. Syarif Hidayat Anggota tim Biologi Membantu pelaksanaan pengumpulan data PSP
Jan-
Des
15. Abdullah Fadilly Anggota tim Teknisi Litkayasa entomologi
Membantu pelaksanaan pengumpulan data Entomologi
Jan-
Des
16. Akhmad Rosanji, SKM
Anggota tim Teknisi Litkayasa entomologi
Membantu pelaksanaan pengumpulan data Entomologi
Jan-
Des
17. Muttaqien Ramdani, SAB
Administrasi S1 Administrasi Bisnis
Bertanggungjawab pada administrasi kegiatan penelitian
Jan-
Des
18. Irwan Ramadhan, SE
Administrasi S1 Akuntansi Bertanggungjawab pada administrasi kegiatan penelitian
Jan-
Des
vii
PERSETUJUAN ETIK
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia Nya sehingga laporan penelitian “Riset implementasi Model Juru
Pembasmi Jentik (Jurbastik) dalam Penanggulangan DBD di Kalimantan
Timur (multicenter 2019)” dapat diselesaikan. Penelitian ini merupakan
penelitian multicenter bekerjasama dengan Balai dan Loka Ampuan
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat yang dilakukan di 11 Provinsi di
Indonesia berdasarkan wilayah-wilayah dengan endemisitas DBD yang tingi.
Laporan penelitian ini memuat informasi hasil pemberdayaan
masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 1
rumah 1 Jumantik (1R1J) dengan peningkatan peran sebagai Jurbastik pada
tingkat rumah tangga.
Dalam kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada
Kepala Badan Litbangkes, Kepala Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat,
Kepala Balai Litbangkes Tanah Bumbu yang telah mendukung kegiatan
penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Ketua Panitia Pembina
Ilmiah (PPI) Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat, Pembina Balai Litbang
Kesehatan Tanah Bumbu yaitu Dra. Rr. Rachmalina S, M.Sc PH, Dr. Aria
Kusuma, SKM, MKM dan Dasuki, SF, Apt, M.Sc yang telah membimbing
dalam penelitian ini. Kemudian kami sampaikan terimakasih kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Kesehatan Kota
Samarinda, Puskesmas Segiri, Kecamatan Samarinda Ulu, Kelurahan
Sidodadi dan Kelurahan Dadi Mulya yang dipilih sebagai lokasi penelitian
atas bantuannya dalam memfasilitasi perijinan dan pelaksanaan penelitian
sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar.
Laporan ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan, untuk itu
kritik dan saran guna menyempurnakan laporan ini sangat kami harapkan.
Tanah Bumbu, Desember 2019
Tim Penelitian
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kebijakan Pembangunan Kesehatan tahun 2018 mengarah kepada
meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan serta Upaya
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia, berbagai cara penanggulangannya telah dilakukan namun
kejadian kasus masih tinggi. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan
penguatan sistem surveilans di masyarakat sebagai sistem deteksi dini untuk
mencegah timbulnya penyakit.
Sejak tahun 2015 telah diluncurkan Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
(Juru Pemantau Jentik). Program Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (1R1J)
dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk pengendalian infeksi virus
dengue dalam semangat Gerakan Masyarakat secara luas dengan pendekatan
keluarga Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik menitikberatkan pada pembinaan keluarga
oleh puskesmas, lintas sektoral tingkat kecamatan serta kader kesehatan, dengan
tujuan agar keluarga dapat berperan aktif dalam pemantauan dan pemberantasan
jentik nyamuk vektor serta kasus DBD.
Hingga saat ini, sebanyak 111 Kabupaten/kota yang telah menerapkan
Gerakan 1R1J, namun masih terbatas pada beberapa kelurahan ataupun
kecamatan dalam kabupaten tersebut. Untuk mengoptimalkan peran jumantik maka
diperlukan peningkatan peran sebagai juru pembasmi jentik dengan istilah Juru
Pembasmi Jentik (JURBASTIK).
Tujuan penelitian ini untuk memberikan alternatif solusi dalam pelaksanaan
Program Prioritas Nasional terkait Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
dengan penguatan upaya promotif dan preventif melalui pemberdayaan masyarakat
dengan pendekatan GERMAS agar derajat kesehatan masyarakat meningkat dalam
program gerakan 1R1J.
xi
Hasil yang diharapkan adalah untuk percepatan pencapaian kinerja cakupan
program 1R1J dengan partisipasi masyarakat yang tinggi yang pada akhirnya terjadi
transfer of ownership dari program menjadi milik masyarakat.
Disain penelitian pada kegiatan ini adalah metode quasi experimental with
control. Pada tahap ini melakukan uji coba pada daerah perlakuan dan kontrol pada
dua kelompok masyarakat yang relatif sama. Metode kuasi eksperimental
digunakan untuk mengetahui apakah model yang didapatkan mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi anggota rumah tangga dalam program 1R1J.
Kegiatan ini diawali dengan pengumpulan data sekunder yaitu data kasus
DBD dari fasilitas kesehatan (Puskesmas, RS dan Dinas Kesehatan), dilanjutkan
dengan pengumpulan data secara kualitatif/ indepth interview di level stake holder
terhadap gerakan 1R1J di provinsi sampai masyarakat. Pengumpulan data secara
kuantitatif menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan di masyarakat yang
meliputi : partisipasi anggota rumah tangga dalam pelaksanaan program 1R1J,
dilanjutkan dengan pengukuran indeks entomologi (House Index, Container Index,
Breuteu Index dan Angka Bebas Jentik). Hasil analisis data tersebut akan
digunakan untuk merumuskan dan mengembangkan intervensi 1R1J secara local
spesifik dan uji coba wilayah.
Gambaran intervensi yang dilakukan dengan metode PAR (Participatory
Active Research) terhadap intervensi Jurbastik, yang diawali dengan
pertemuan/indept terhadap stakeholder, tokoh masyarakat, pelatihan 1R1J
(Jurbastik) pada setiap tingkatan sampai dengan anggota keluarga sebagai gerakan
1R1J, upaya promosi kesehatan dan pembuatan aplikasi sistem pelaporan hasil
1R1J.
Manfaat penelitian diperolehnya informasi untuk kebijakan berupa
pengembangan model dalam pengendalian DBD dengan upaya Jurbastik dalam
rangka mendukung upaya pengendalian vektor DBD. Sehingga dapat diterapkan
oleh pelaksana program dalam pencegahan DBD yang aman, rasional, efisien,
efektif, dapat diterima oleh program dan masyarakat serta berkelanjutan (transfer of
ownership)
xii
Penelitian ini merupakan penelitian Multicenter yang dilakukan oleh Balai dan
Loka Litbang dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, dengan pembagian wilayah pada wilayah kerja masing-
masing Balai/Loka. Balai Litbangkes Tanah Bumbu yaitu Provinsi Kalimantan Timur.
Pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda sudah dimulai pada tahun 2016,
namun hanya berlangsung efektif selama 3-6 bulan. Kurangnya dukungan
kerjasama dari lintas program maupun lintas sektor menjadi salah satu penyebab
pelaksanaan G1R1J tidak terlaksana secara kontinyu dan berkesinambungan.
Pendampingan yang dilakukan selama penelitian kepada pemerintah daerah dan
masyarakat khususnya lintas sektor dan koordinator jumantik meningkatkan
kesadaran akan pentingnya G1R1J sehingga himbauan G1R1J mulai dimasukkan
sebagai wacana pada agenda beberapa kegiatan di tingkat kelurahan dan
kecamatan
Pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda sudah dimulai pada tahun 2016,
namun hanya berlangsung efektif selama 3-6 bulan. Kurangnya dukungan
kerjasama dari lintas program maupun lintas sektor menjadi salah satu penyebab
pelaksanaan G1R1J tidak terlaksana secara kontinyu dan berkesinambungan.
Pendampingan yang dilakukan selama penelitian kepada pemerintah daerah dan
masyarakat khususnya lintas sektor dan koordinator jumantik meningkatkan
kesadaran akan pentingnya G1R1J sehingga himbauan G1R1J mulai dimasukkan
sebagai wacana pada agenda beberapa kegiatan di tingkat kelurahan dan
kecamatan. Pelaksanaan G1R1J oleh rumah tangga di wilayah kerja Kelurahan
Sidodadi pada tahun 2016 tidak berjalan karena kurangnya pemahaman koordinator
jumantik sehingga jumantik di tingkat rumah tangga tidak terbentuk dan masyarakat
merasa G1R1J bukan merupakan tanggungjawab bersama. Kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat dan kurangnya motivasi kepada para koordinator merupakan
penyebab G1R1J tidak terlaksana dengan baik di Kelurahan Sidodadi.
Tingkat partisipasi masyarakat sebelum dilakukan periode intervensi baik
daerah perlakuan maupun kontrol sangat rendah. Setelah dilakukan intervensi
tingkat partisipasi masyarakat wilayah perlakuan meningkat secara signifikan
dibandingkan wilayah kontrol yang tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat
partisipasi masyarakat terhadap program Jurbastik setelah diberikan pendampingan
xiii
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada daerah intervensi. Masyarakat
pada daerah kontrol tidak terjadi perubahan tingkat partisipasinya terhadap program
Jurbastik. Hasil indeks entomologi di Kelurahan Sidodadi pada sebelum intervensi
yaitu Container indeks (CI) (18,29), House Index (49,33), Bretau Index (80) dan
Angka Bebas Jentik (ABJ)(50,76), sedangkan sesudah intervensi yaitu Container
indeks (CI) (16), House Index (33,57), Bretau Index (48,57) dan Angka Bebas Jentik
(ABJ)(66,43).
Telah terbentuk GEMATRI (Gerakan Emak-Emak Pembasmi Jentik Trisari),
adanya keterlibatan kelurahan berupa sosialisasi dan mural, Kecamatan berupa
surat edaran, Dinas Kesehatan dengan menerbitkan SK mengenai pelimpahan
wewenang berupa anggaran dari Dinas Kesehatan ke Kecamatan dan Kelurahan,
salah satunya mengenai anggaran Demam berdarah, dan Puskesmas dengan aktif
melakukan pendampingan dan penyuluhan.
Pelaporan Aplikasi daring di Kelurahan Sidodadi menggunakan aplikasi gratis
dari Google yaitu google form dengan link https://forms.gle/RK6rESo2rRHdRYDe8
dan untuk melihat perkembangan pengisian spreed sheet dapat melihat
http://tiny.cc/hrkafz.
xiv
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu program pemberdayaan masyarakat untuk menurunkan angka DBD dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jurbastik (G1R1J). Tujuan penelitian ini untuk memberikan alternatif solusi dalam pelaksanaan Program Prioritas Nasional terkait Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit dengan penguatan upaya promotif dan preventif melalui pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan GERMAS agar derajat kesehatan masyarakat meningkat dalam program gerakan 1R1J.
Disain penelitian pada kegiatan ini adalah metode quasi experimental with control. Pada tahap ini melakukan uji coba pada daerah perlakuan dan kontrol pada
dua kelompok masyarakat yang relatif sama. Kegiatan yang dilakukan yaitu survei entomologi, pengetahuan sikap dan perilaku, FGD, Pendampingan serta dilakukan indepth interview.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku setelah intervensi dibandingkan dengan sebelum intervensi. Angka bebas jentik (ABJ) meningkat sebesar 16% setelah post intervensi. Pendampingan pada koordinator jumantik diperoleh nama lokal yaitu GEMATRI (Gerakan emak-emak pembasmi jentik Trisari), adanya pesan grup, dukungan Puskesmas dan Kelurahan serta adanya surat edaran pelaksanan G1R1J oleh Kecamatan. Upaya Sosialisasi ke Rukun Tetangga (RT) lainnya, serta penguatan lintas sektor perlu dilakukan untuk program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dalam penanggulangan DBD. Gerakan 1 rumah 1 jumantik dapat berjalan secara berkelanjutan jika ada kerjasama dan dukungan lintas sektor serta masyarakat secara bersama-sama.
xv
DAFTAR ISI Hal
Judul ............................................................................................................ i
Susunan Tim Peneliti…..…………………………………………….….……… ii
Surat Keputusan Penelitian ……………………………………………………. iv
Etik v
Kata Pengantar…………………………………………….…………….……… vi
Ringkasan Eksekutif… ……………………………………………….………… vii
Abstrak …………………………………………………………………………… xii
Daftar Isi …………………………………………………………………………. xiii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………... xvi
Daftar Gambar ………………………………………………………………….. xix
Daftar Lampiran ………………………………………………………………… xxi
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ………………….…… 9
1.3. Manfaat penelitian…..………..………………………..……………..…… 9
1.4. Hipotesis …………………………………………………..………..……… 9
BAB II. METODOLOGI PENELITIAN ………………………… …………..…… 10
2.1. Kerangka Teori …………………………………………..…..… 10
2.2. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 11
2.3. Tempat dan waktu …………………………………………………….… 12
2.4. Disain Penelitian………………. …......………………………………… 12
2.5. Populasi dan Sampel …. ………………………………………….…… 12
2.6. Besar Sampel…………………………………………………………….. 13
2.7. Cara pemilihan/Penarikan Sampel ……………………………………. 14
2.8 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ………………………………………….. 14
2.9. Variabel dan Definisi Operasional………. 15
2.10. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data……………………….…… 15
2.11. Bahan dan Prosedur Kerja ……………………….……. 19
2.12. Manajemen dan Analisis Data ………………..……………….…… 22
xvi
BAB III. HASIL PENELITIAN…………..……………………………………… 24
3.1 Gambaran Umum …….………………………………………. 24
3.1.1 Kondisi geografis 24
3.1.2 Besar masalah DBD selama 3 tahun terakhir 30
3.1.3 Pengendalian DBD yang dilakukan oleh program 34
3.2 Program Gerakan 1R1J Tingkat Pemerintah Daerah 35
3.2.1 Definisi gerakan 1R1J 35
3.2.2 Keberadaan Gerakan 1R1J di wilayah penelitian 37
3.3 Program Gerakan 1R1J Tingkat Masyarakat (Hasil kuantitatif) 40
3.3.1 Pengetahuan Sikap dan Perilaku di Daerah Intervensi 40
3.3.2 Pengetahuan Sikap dan Perilaku di Daerah Kontrol 52
3.3.3 Hasil Survei Jentik 63
3.4 Program Gerakan 1R1J di Tingkat Program (Hasil kualitatif) 71
3.4.1 Implementasi Kebijakan 71
3.4.2 Sumber Daya Manusia 74
3.4.3 Anggaran/Pembiayaan 76
3.4.4 Sarana dan Prasarana 78
3.4.5 Pemberdayaan Masyarakat 78
3.4.6 Dukungan dan hambatan 81
3.5 Penggalangan Kerjasama 84
3.5.1 Sosialisasi dan Workshop 84
3.5.2 Kegiatan Pendampingan tahap I 88
3.5.3 Kegiatan Pendampingan tahap II 93
3.5.4 Kegiatan Pendampingan tahap III 97
3.5.5 Kegiatan Pendampingan tahap IV 103
3.6 Penggalangan Komitmen dan Tindak Lanjut pelaksanaan Gerakan
1R1J
107
3.7 Pengembangan Aplikasi Daring 114
BAB IV. PEMBAHASAN 116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 122
xvii
5.1. Kesimpulan 122
5.2. Saran 123
DAFTAR PUSTAKA 124
xviii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1 Jumlah Kasus dan Incidence Rate Demam Berdarah
Dengue per Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017
2
Tabel 2 Pembagian Kelurahan menurut Kecamatan di Kota Samarinda 23
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Samarinda, 2018
25
Tabel 4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Samarinda, 2018
25
Tabel 5 Kasus DBD berdasarkan Puskesmas di Kota Samarinda 28
Tabel 6 Kasus Kematian DBD berdasarkan Puskesmas 29
Tabel 7 Karakteristik Responden di Kelurahan Sidodadi
37
Tabel 8
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
38
Tabel 9 Sikap Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
43
Tabel 10 Tindakan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
44
Tabel 11 Karakteristik Responden di Kelurahan Dadi Mulya
49
Tabel 12 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
50
Tabel 13 Sikap Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
54
Tabel 14 Tindakan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
55
Tabel 15 Hasil uji normalitas data 56
Tabel 16 Hasil uji beda wilayah intervensi pada saat sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
56
Tabel 17 Uji beda antara Kelurahan Sidodadi dan Dadi Mulya 56
xix
setelah dilakukan Intervensi
Tabel 18 Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
61
Tabel 19 Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
61
Tabel 20 Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
62
Tabel 21 Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
63
Tabel 22 Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
64
Tabel 23 Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pre test Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
63
Tabel 24 Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
63
Tabel 25 Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Sidodadi Tahun 2019
64
Tabel 26 Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Posttest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
65
Tabel 27 Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
66
Tabel 28 Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
66
Tabel 29 Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Post Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
67
xx
Tabel 30 Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data
Post test Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
67
Tabel 31 Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
71
Tabel 32 Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
71
Tabel 33 Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Pretest
Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
72
Tabel 34 Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke 1 di Kelurahan Sidodadi, Kota Samarinda
93
Tabel 35 Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke 2 di Kelurahan Sidodadi, Kota Samarinda
97
Tabel 36 Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke 3 di Kelurahan Sidodadi, Kota Samarinda
103
Tabel 37 Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke 4 di Kelurahan Sidodadi, Kota Samarinda
107
xxi
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1 Kerangka Teori
7
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian 8
Gambar 3 Peta Wilayah Administrasi Kota Samarinda
21
Gambar 4 Data Kasus DBD Tahun 2016 – April 2019 di Kota Samarinda.
27
Gambar 5 Jumlah Kasus Kematian DBD Tahun 2016 – April 2019 di Kota Samarinda
28
Gambar 6 Kegiatan Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puseksmas Segiri
82
Gambar 7 Kegiatan Workshop Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
84
Gambar 8 FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Kesatu
88
Gambar 9 FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Kedua
91
Gambar 10 FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Ketiga
97
Gambar 11 FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Keempat
103
Gambar 12 Penggalangan Komitment Bersama Pemberantasan DBD 105
Gambar 13 Kegiatan Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi.
106
Gambar 14 Penyebaran Informasi Pegendalian DBD melalui media massa dan mural
107
Gambar 15 Kegiatan Penyampaian hasil pengumpulan data pada saat pretest
108
Gambar 16 Kegiatan Wawancara Mendalam dan penyampaian Informasi penelitian
109
Gambar 17 Kegiatan Penyampaian Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan Camat Samarinda Ulu
110
Gambar 15 Kegiatan Penyampaian Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan Lurah Sidodadi
111
xxii
Gambar 16 Pelaporan Secara Online dengan Menggunakan Google
Form 112
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol Linmas Provinsi
Kalimantan Timur.
Lampiran 2 Kuisioner Kuntitatif Lampiran 3 Kuisoioner kualitatif
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Ae. albopictus. 1 Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah
tropik dan subtropik, bahkan terdapat kecenderungan terus meningkat 2 dan banyak
menimbulkan kematian pada anak.3
Sejak pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968 sebanyak 58
orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) :
41,3 %), DBD terus menyebar luas ke seluruh Indonesia. Pada tahun 2015, DBD
sudah menjangkiti seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi) dengan jumlah
kabupaten/kota terjangkit adalah 436 dari 514 kabupate/kota yang ada di Indonesia
(84,82%). Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968
hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Peningkatan dan
penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk
yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan
kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.4 Pada saat ini, menurut data Badan Kesehatan
Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2
dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis.5
Kasus DBD di Indonesia mengalami siklus epidemik yang terjadi setiap
sembilan-sepuluh tahunan karena adanya perubahan iklim yang berpengaruh
terhadap kehidupan vektor dan faktor yang mempengaruhinya. Perubahan iklim
menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, arah udara sehingga
berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap
kesehatan terutama terhadap perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk
Aedes, malaria dan lainnya.6 Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat
yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta
faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk
2
yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan
penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.
Pada periode 10 tahun terakhir, jumlah kasus DBD di Indonesia secara
keseluruhan tercatat sebanyak 1.213.324 penderita dengan rata-rata incidence rate
(IR) adalah 49,55 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus pertahun setiap tahunnya
mengalami naik turun dan ada di seluruh provinsi di Indonesia kecuali tahun 2011 di
Papua dan Papua Barat tidak dilaporkan ada kasus DBD. Jumlah kasus tahun 2008
adalah 137.469 penderita (IR = 59,02 per 100.000 penduduk), naik menjadi 158.912
penderita (IR=68,22 per 100.000 penduduk), selanjutnya turun sedikit tahun 2010
menjadi 156.086 penderita (IR=65,70 per 100.000 penduduk) dan turun tajam pada
tahun 2011 menjadi 65.725 penderita (IR=27,67 per 100.000 penduduk). Jumlah
kasus DBD naik lagi tahun 2012 menjadi 90.245 penderita (IR=37,11 per 100.000
penduduk) dan tahun 2013 menjadi 112.511 penderita (IR=68,22 per 100.000
penduduk). Tahun 2014 turun lagi menjadi 99.508 penderita (IR=39,80 per 100.000
penduduk), tapi naik lagi tahun 2015 menjadi 129.650 penderita (IR=50,75 per
100.000 penduduk) dan tahun 2016 menjadi 2014.171 penderita (IR=78,85 per
100.000 penduduk). Terakhir tahun 2017 turun ke tingkat yang paling rendah dalam
periode 10 tahun terakhir menjadi 59.047 penderita (IR=22,55 per 100.000
penduduk).7
Tabel 1. Jumlah Kasus dan Incidence Rate Demam Berdarah Dengue per Provinsi di Indonesia Tahun
2008 - 2017
No Provinsi
Tahun 2008-2012
Tahun 2013-2017
Jumlah Tahun 2008-2017
Kasus Rata-rata IR
Kasus Rata-rata IR
Kasus Rata-rata IR
1 Jawa Barat 120.470 55,98 102.640 43,97 223.110 49,97
2 Jawa Timur 75.539 40,20 76.040 39,23 151.579 39,72
3 DKI Jakarta 88.988 199,14 47.330 93,41 136.318 146,27
4 Jawa Tengah 68.549 41,32 64.393 37,48 132.942 39,40
5 Bali 29.407 167,60 52.313 250,46 81.720 209,03
6 Sumatera Utara 28.774 44,08 27.820 40,21 56.594 42,14
7 Kalimantan Timur 21.299 133,64 26.433 149,66 47.732 141,65
8 Banten 19.846 41,58 17.426 29,70 37.272 35,64
9 Sulawesi Selatan 14.885 37,61 20.548 48,23 35.433 42,92
10 Lampung 15.086 41,93 16.459 42,05 31.545 41,99
11 DI Yogyakarta 11.272 65,43 16.583 90,98 27.855 78,21
3
12 Sumatera Barat 11.875 50,33 14.795 57,54 26.670 53,94
13 Kalimantan Barat 13.733 64,21 10.122 43,45 23.855 53,83
14 Sumatera Selatan 10.633 29,03 11.632 28,91 22.265 28,97
15 Aceh 11.680 52,43 9.489 38,01 21.169 45,22
16 Riau 7.451 27,49 13.099 40,82 20.550 34,15
17 Sulawesi Tengah 8.743 67,39 7.799 54,92 16.542 61,16
18 Kalimantan Selatan 4.770 26,01 10.223 51,76 14.993 38,89
19 Kepulauan Riau 7.171 90,50 7.205 71,75 14.376 81,13
20 NTB 4.900 23,12 7.695 33,01 12.595 28,07
21 Sulawesi Utara 6.778 58,29 5.708 47,81 12.486 53,05
22 Kalimantan Tengah 5.341 49,28 5.955 47,88 11.296 48,58
23 Sulawesi Tenggara 3.271 30,02 7.667 59,58 10.938 44,80
24 Jambi 3.550 22,62 5.231 30,68 8.781 26,65
25 Bengkulu 2.856 32,82 4.245 45,04 7.101 38,93
26 NTT 3.992 16,72 2.347 9,20 6.339 12,96
27 Kapulauan Babel 1.983 32,72 2.438 36,09 4.421 34,41
28 Papua 1.144 13,21 2.629 16,97 3.773 15,09
29 Sulawesi Barat 1.122 20,36 2.281 36,18 3.403 28,27
30 Kalimantan Utara - - 2.750 106,77 2.750 106,77
31 Gorontalo 965 19,40 1.754 31,09 2.719 25,24
32 Maluku Utara 1.210 23,95 843 14,63 2.053 19,29
33 Papua Barat 1.030 34,93 459 10,88 1.489 22,91
34 Maluku 124 1,63 536 63,14 660 32,39
35 Indonesia 608.437 51,54 604.887 47,56 1.213.324 49,55
Sumber Data : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2017
Lima belas provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus DBD terbanyak
selama periode tahun 2008-2017 berturut-turut adalah Jawa Barat (223.110 kasus),
Jawa Timur (151.579 kasus), DKI Jakarta (136.318 kasus), Jawa Tengah (132.942
kaus), Bali (81.720 kasus), Sumatera Utara (56.594 kasus), Kalimantan Timur
(47.732 kasus), Banten (37.272 kasus), Sulawesi Selatan (35.433 kasus), Lampung
(31.545 kasus), DI Yogyakarta (27.855 kasus), Sumatera Barat (26.670 kasus),
Kalimantan Barat (23.855 kasus), Sumatera Selatan (22.265 kasus) dan Aceh
(21.169 kasus). Sedangkan berdasarkan incidence rate, lima belas provinsi tertinggi
berturutpturut adalah Bali (IR = 209,03 per 100.000 penduduk), DKI Jakarat (IR =
146,27 per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (IR = 141,45 per 100.000
penduduk), Kalimantan Utara dalam periode 4 tahun terakhir (IR = 106,77 per
100.000 penduduk), Kepulauan Riau (IR = 81,13 per 100.000 penduduk), DI
4
Yogyakarta (IR = 78,21 per 100.000 penduduk), Sulawesi Tengah (IR = 61,16 per
100.000 penduduk), Sumatera Barat (IR = 53,94 per 100.000 penduduk),
Kalimantan Barat (IR = 53,83 per 100.000 penduduk), Sulawesi Utara (IR = 53,05
per 100.000 penduduk), Jawa Barat (IR = 49,97 per 100.000 penduduk), Kalimantan
Tengah (IR = 48,58 per 100.000 penduduk), Aceh (IR = 45,22 per 100.000
penduduk), Sulawesi Tenggara (IR = 44,80 per 100.000 penduduk), dan Sulawesi
Selatan (IR = 42,92 per 100.000 penduduk).
Berdasarkan IR DBD, suatu daerah dapat dikategorikan dalam risiko tinggi
risiko tinggi apabila IR > 55 per 100.000 penduduk, dalam risiko sedang dan rendah
yaitu, risiko sedang apabila IR 20-55 per 100.000 penduduk, dan risiko rendah
apabila IR <20 per 100.000 penduduk. Dengan demikian, secara nasional wilayah
Indonesia termasuk dalah kategori sedang, tetapi terdapat beberapa provinsi dalan
kategori risiko tinggi.8
Meluasnya DBD, selain mengancam jiwa manusia, juga bisa menimbulkan
kerugian secara ekonomi cukup besar. Soewarta Kosen, Peneliti yang juga
Koordinator Unit Analisis Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes, mengatakan, sumber kerugian itu bukan dari
biaya perawatan saja melainkan juga akibat hilangnya produktivitas si penderita
DBD di bidang ekonomi, kerugian non medisnya justru lebih besar. Tahun 2010 total
kerugian ekonomi akibat DBD mencapai Rp 3,1 triliun dari total jumlah penderita
DBD yang mencapai 157.370 kasus. Kerugian tersebut, hanya di bawah 10% yang
menjadi tanggungan pemerintah, sisanya tanggungan masyarakat.9
Penyakit DBD adalah penyakit berbasis lingkungan yang sangat
dipengaruhi oleh perilaku manusia, iklim dan kondisi lingkungan yang
mengakibatkan tersedia dan terjangkauannya tempat perkembangbiakan oleh
nyamuk Aedes spp sebagai vektornya.1 Penelitian di Jepara dan Ujungpandang
menunjukkan bahwa keberadaan nyamuk Aedes spp. berhubungan dengan tinggi
rendahnya penularan virus dengue di masyarakat. Sedangkan keberadaan nyamuk
Aedes spp, selain dipengaruhi oleh iklim dan kondisi lingkungan, juga dipengaruhi
oleh periaku masyarakat setempat.10 Dengan demikian, dalam penanggulangan
5
DBD, aspek lingkungan dan perilaku manusia adalah dua hal yang pokok yang
harus menjadi perhatian.
Selain penduduk, variabel iklim yang meliputi suhu dan kelembaban udara
seta curah hujan juga berpengaruh terhadap kejadian DBD. Pada tingkat lokal dan
regional, curah hujan dan ekologis manusia, sangat berpengaruh terhadap
kehadiran nyamuk Aedes aegypti pada skala rumah tangga. Curah hujan adalah
komponen penting karena dapat membengaruhi faktor lain seperti kesuburan
vegetasi dan keberadaan air pada kontainer, serta memiliki potensi untuk
mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk sehingga angka kejadian demam
berdarah meningkat pada bulan-bulan tertentu sesuai dengan tinggi rendahnya
curah hujan.11
Kepadatan nyamuk Aedes spp sangat berhubungan dengan kejadian DBD.
Hasil penelitian di Banyuwangi menunjukan bahwa Infeksi primer maupun infeksi
sekunder DBD sebagian besar terjadi di daerah dengan angka bebas jentik (ABJ) <
95%.12 Berdasarkan Permenkes Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya, ABJ adalah persentase rumah atau
bangunan yang bebas jentik, dihitung dengan cara jumlah rumah yang tidak
ditemukan jentik dibagi dengan jumlah seluruh rumah yang diperiksa dikali 100%.
Yang dimaksud dengan bangunan antara lain perkantoran, pabrik, rumah susun,
dan tempat fasilitas umum yang dihitung berdasarkan satuan ruang bangunan/unit
pengelolanya. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk ABJ adalah 95%,
dengan demikian untuk tidak terjadi penularan DBD maka ABJ di suau wilayah
minimal 95%. Sampai dengan tahun 2016, ABJ secara nasional belum mencapai
target minimal meskipun ABJ tahun 2016, yaitu sebesar 67,6% meningkat
dibandingkan tahun 2015 sebesar 54,2%. Hal ini dapat disebabkan Puskesmas
sudah mulai menggalakkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
secara rutin sehingga kegiatan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sudah mulai
digalakkan kembali. Selain itu, pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup sebagian
wilayah kabupaten/kota di Indonesia sehingga cakupan ABJ juga semakin
meningkat. Dalam periode tahun 2010-2016, ABJ nasional tidak dapat mencapai
angka minimal nasional, paling tinggi hanya 80,2% (tahun 2010) dan paling rendah
6
24,1% (tahun 2014). Pada periode tersebut, berturut ABJ nasional setiap tahunnya
adalah 80,2% (tahun 2010), 76,2% (tahun 2011), 79,3% (tahun 2012), 80,1% (tahun
2013), 24,1% (tahun 2014), 54,2% (tahun 2015) dan 67,6% (tahun 2016). 7
Penelitan di Bandung tahun 2014 menunjukan bahwa pengetahuan
masyarakat berkaitan dengan DBD sudah baik (90%), pernah melakukan PSN
(84,7%), rutin melakukan PSN setiap minggu (60,2%), pernah menugaskan untuk
PSN (49,5%), dan rutin menugaskan PSN (42,5%). Sedangkan hasil survai jentik di
rumah responden pada penelitian yang menunjukan ABJ 34,1%. Selanjutnya
dilaporkan, penyebab tidak rutin melakukan PSN paling tinggi adalah karena bukan
kewajiban (46,51%), karena sibu (36,43%), karena sudah ada petugasnya (7,75%),
karena malas (6,20%), karena lupa (1,55%), dan karena lain-lain alasan sebesar
1,56%.13
Pengendalian DBD telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang
perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
581/MENKES/SK/1992, dengan menitikberatkan pada upaya pencegahan dengan
gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita
DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya,
memperkuat surveilans epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap
Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.14 Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menanggulangi terjadinya peningkatan kasus, salah satu diantaranya dan yang
paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan
Pengendalian Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M (Menguras-Menutup-
Mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000
dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida,
memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Tapi sampai saat ini upaya tersebut
belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun masih terjadi
peningkatan angka kematian.15
Pelaksanaan PSN, sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat sebagai
pelaku utamanya. Sedangkan yang disebut perilaku merupakan suatu respons
7
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) yang terjadi melalui suatu
proses : Stimulus Organism Response (S-O-R) dan sangat tergantung dari orang
yang bersangkutan. Dengan demikian maka perilaku antara individu yang satu
dengan lainnya atau antara komunitas yang satu dengan lainnya akan berbeda
karena manusia mempunyai aktivitas masing-masing.16 Perilaku adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan, yang
dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di
dalam diri seseorang.17
Pada tahun 2015 pada ASEAN Dengue Day (ADD), diluncurkan Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik dengan tujuan untuk menurunkan angka penderita dan angka
kematian akibat DBD dengan meningkatkan peran serta dan pemberdayaan
masyarakat berbasis keluarga untuk melakukan pencegahan. Gerakan ini
merupakan program PSN untuk mencapai ABJ >95% dengan mengajak seluruh
masyarakat berperan aktif dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk. Ujung
tombak Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang
merupakan anggota masyarakat yang dilatih oleh Puskesmas setempat untuk
memantau keberadaan dan perkembangan jentik nyamuk guna mengendalikan
penyakit DBD di suatu daerah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M Plus, yaitu; menguras bak mandi, menutup tempat penampungan
air, memanfaatkan barang bekas, plus cegah gigitan nyamuk.14
Juru pemantau jentik atau Jumantik didefinisikan sebagai orang yang
melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya
Aedes spp. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik didefinisikan sebagai peran serta dan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan,
pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular
vektor khususnya DBD melalui pembudayaan PSN 3M PLUS. Jumantik Rumah
adalah kepala keluarga / anggota keluarga /penghuni dalam satu rumah yang
disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di rumahnya. Jumantik
Lingkungan adalah petugas yang ditunjuk oleh pengelola TTU atau TTI untuk
melaksanakan pemantauan jentik. Contoh TTI adalah perkantoran, sekolah, rumah
sakit, sedangkan contoh TTU adalah pasar, terminal, pelabuhan, bandara, stasiun,
tempat ibadah, tempat pemakaman, tempat wisata. Koordinator Jumantik adalah
8
satu atau lebih jumantik/kader yang ditunjuk oleh Ketua RT untuk melakukan
pemantauan dan pembinaan pelaksanaan jumantik rumah dan jumantik lingkungan
(crosscheck). Supervisor Jumantik adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD
atau orang yang ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah untuk melakukan
pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan jumantik di lingkungan RT. Sebagai
pemantau dan pelaksana PSN, maka dibentuk juru pemantau dan pembasmi jentik
yang disingkat Jumbastik yang merupakan penerapan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
yang didefinisikan sebagai peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan setiap keluarga, tempat-tempat umum (TTU) dan di tempat-tempat
institusi (TTI) dalam pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk.
Jumbastik terdiri dari Jumantik Rumah yaitu di rumah tangga yang bertugas
memantau dan memberantas nyamuk di rumah masing-masing dan Jumantik
Lingkungan yaitu di TTU dan di TTI yang bertugas memantau dan memberantas
nyamuk di TTU atau TTI masing-masing.18
Penyadaran masyarakat dapat lebih efektif jika dilakukan oleh Koordinator
Jumantik yang umumnya adalah kader kesehatan karena mereka lebih dekat
dengan masyarakat dan terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan. Kader
kesehatan seharusnya mendapat pembekalan pengetahuan dan keterampilan agar
mereka mampu secara mandiri melakukan tugasnya dengan baik. Beberapa studi
menyebutkan bahwa partisipasi kader di masyarakat dipengaruhi oleh motivasi,
pengetahuan dan keterampilan teknis, keterampilan sosial, kemampuan
perencanaan dan problem solving (kemampuan manajerial). Prinsip pemberdayaan
kesehatan pada dasarnya mendorong masyarakat untuk meningkatkan motivasi dan
kemandirian dalam bertindak dan menentukan keputusan yang berpengaruh
terhadap kesehatannya. Peningkatan motivasi dapat memberikan pengaruh
terhadap peningkatan upaya pengendalian Aedes spp. oleh warga.19 Tugas
Jumantik selain untuk surveilans dan pemberantasan vektor di pemukiman maupun
tempat-tempat umum, juga berperan dalam memperkuat perilaku masyarakat dalam
PSN 3M plus yang keberhasilannya dapat ditinjau dari nilai ABJ dan nilai CI.20
9
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Tujuan penelitian ini untuk Mengimplementasikan program juru pembasmi
jentik (Jurbastik) dalam penanggulangan DBD melalui program gerakan 1R1J
(1Rumah 1 Jumantik)
Tujuan khusus :
1. Identifikasi pelaksanaan program gerakan 1R1J di tingkat pemerintah daerah.
2. Identifikasi pelaksanaan program gerakan 1R1J di tingkat masyarakat (Rumah
tangga).
3. Menggalang partisipasi aktif kerjasama antara masyarakat, petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat setempat dalam menanggulangi DBD di wilayahnya.
4. Memperkuat sumber daya setempat, tokoh masyarakat setempat, saluran
komunikasi setempat dalam rangka penanggulangan DBD melalui kegiatan
1R1J dengan peran sebagai jurbastik.
5. Pengembangan aplikasi daring dalam sistem pelaporan program jurbastik.
1.3. Manfaat penelitian
Sebagai bahan pengambil kebijakan untuk menentukan model penerapan
program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan peningkatan peran sebagai jurbastik
dalam upaya pemberantasan DBD
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “partisipasi masyarakat dalam kegiatan
1R1J pada kelompok yang diberi perlakuan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol”
10
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Guzman & Haris, 2015, McBridea&Ohman, 2000; Syahribulan et al., 2012;
Sumantri, 2015; Kumar et.al, 2016; Ditjen P2MPL, 1999; Khormi, 2013; Morin et al
2013.
Lingkungan
- Intensitas cahaya
- Keberadaan, rimbunan dan tinggi tanaman
- Tempat Penampungan Air (TPA)
- Kepadatan penduduk
Iklim
- Curah hujan - Suhu - Kelembaban
Nyamuk Aedes sp
- Kepadatan nyamuk
- Kepadatan jentik - Tempat
perkembangbiakan
- Kesenangan menggigit(feeding habits)
- Keberadaan resting places
- Jarak terbang (flight
range)
Virus Dengue
Serotipe virus dengue
Penduduk
- Umur
- Jenis kelamin - Status gizi - Imunitas - Pendidikan
- Perilaku PSN (menguras, menutup, memanfaatkan barang bekas, menabur larvasida, menggunakan anti nyamuk, memelihara predator larva, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur ventilasi rumah, menghindari
menggantung pakaian)
Transmisi
DBD
11
2.2. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, bahwa output yang
diharapkan adalah ABJ lebih dari 95% dan tidak ditemukan kasus indigenous, ini
adalah angka capaian yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan merupakan
indikator capaian 1R1J. Untuk mendapatkan angka tersebut diperlukan beberapa
indikator yang harus diukur , diantaranya penggalian informasi melalui wawancara
mendalam untuk identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gerakan
1R1J di tingkat pemerintah daerah, stake holder dan rumah tangga. Di tingkat
rumah tangga mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam program gerakan
1R1J, mengukur indeks entomologi dengan melakukan survei jentik untuk
12
mendapatkan nilai HI, BI, CI, ABJ. Dalam proses diimplementasikan gerakan 1 R1J
(1 Rumah 1 Jurbastik) dengan mengadakan pelatihan, pendampingan, umpan balik
status virologi pada jentik/nyamuk dan aplikasi sistem pelaporan.
2.3. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan selama 11 bulan mulai bulan Januari-November 2019
di 13 Provinsi yang merupakan wilayah dengan kasus DBD tertinggi dan telah
dilakukan sosialisasi oleh program mengenai 1R1J.
Penelitian ini merupakan penelitian Multicenter yaitu antara Pusat Penelitian
Upaya Kesehatan Masyarakat dengan 7 Balai/Loka ampuan, adapun pembagian
wilayah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Balai Litbangkes Baturaja : Jambi dan Sumatera Selatan 2. Loka Litbang Pangandaran : Lampung, Banten, Jawa Barat 3. Balai Litbangkes Banjarnegara : Kalimantan Barat 4. Balai Litbangkes Tanah Bumbu : Kalimantan Timur 5. Balai Litbangkes Donggala : Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan 6. Loka Litbang Waikabubak : Bali 7. Pusat Upaya Kesehatan Masyarakat : Jawa Timur, Riau dan NTB
Penelitian tahap 1 tahun 2019 dilakukan selama 11 bulan mulai bulan
Januari-November 2019 sebanyak 13 provinsi dari 24 provinsi yang sudah
melaksanakan gerakan 1R1J.
Balai Litbang Kesehatan Tanah Bumbu melakukan kegiatan penelitian di
Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas
Segiri dengan Kelurahan Sidodado sebagai daerah Intervensi dan Kelurahan Dadi
Mulya sebagai Kontrol.
2.4. Desain Penelitian
Desain penelitian quasi experimental with control digunakan untuk
mengetahui apakah model implementasi 1R1J (jurbastik) mempunyai pengaruh
terhadap partisipasi anggota rumah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan uji coba
dengan perlakuan dan kontrol pada dua kelompok masyarakat yang relatif sama.
13
2.5. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat yang menempati
rumah/bangunan di lingkungan Kelurahan Sidodadi dan Kelurahan Dadi Mulya.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penghuni rumah/bangunan yang
ditunjuk/bertangungjawab melakukan kegiatan 1R1J di tiap rumah/bangunan,
sampel berasal dari semua rumah/bangunan di lingkungan RW lokasi penelitian.
2.6. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan berdasarkan uji hipotesis beda dua populasi
(Lemeshow, 1997) dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n : Besar sampel minimal
Z 1-α/2 : Nilai distribusi normal standar pada α = 0,05 (95%) =1,96
Z 1-ᵦ : Nilai distribusi normal standar pada kekuatan uji 1-ᵦ = 90 % = 1,28
α : Derajat kemaknaan (Kesalahan menolak Ho yang benar) = 0,05
ᵦ : Kesalahan tidak menolak Ho padahal Ho salah= 0,05
P1 : Proporsi keberadaan larva Aedes di daerah kasus DBD di Lombok sebagai
daerah 1R1J = 0,47 (Roy Nusa, dkk, 2015)
P2 : Proporsi keberadaan larva Aedes di daerah kontrol diperoleh dari 0,47 –
0,2 =
0,27
P̅ : Proporsi rata-rata kedua kelompok, karena belum ditemukan referensi untuk
perhitungan proporsi kelompok kedua, maka peneliti mengganggap
perbedaan proporsi antar kedua kelompok sebesar 20% (0,2)
14
Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel adalah 104 responden
ditambahkan 10% didapatkan 114 responden dan dibulatkan menjadi 120 untuk
kelompok intervensi dan 120 responden untuk kelompok kontrol, sehingga jumlah
total sampel adalah 240 responden.
2.7. Cara pemlihan/Penarikan Sampel.
Pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat (multistage sampling),
dengan tahapan sebagai berikut :
Di masing-masing provinsi ditentukan 2 kabupaten/kota dengan jumlah kasus
DBD tertinggi tahun 2017. Pada masing-masing kabupaten/kota ditentukan 1
kecamatan dengan kasus DBD tertinggi tahun 2017 dan telah dilakukan sosialisasi
gerakan 1R1J sebagai lokasi penelitian. Kecamatan terpilih selanjutnya dibagi
menjadi dua kategori yaitu kecamatan sebagai lokasi intervensi dan 1 kecamatan
sebagai kontrol, dan di masing-masing kecamatan terpilih, ditentukan 1 unit lokasi
penelitian yaitu adalah RW atau kampung yang mencukupi sampel minimal.
Penentuan rumah yang disurvei dilakukan secara random sampling
2.8. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi
a. Rumah tinggal dihuni oleh satu atau lebih rumah tangga atau keluarga yang terdiri
dari kepala keluarga dan anggota keluarga.
b. Bersedia ikut serta dalam penelitian.
c. Sehari-harinya ada anggota keluarga dewasa yang ada di rumah.
Kriteria eksklusi
a. Tempat tinggal merupakan rumah petak dengan sewa bulanan (tempat kos).
b. Rumah sedang direnovasi atau dalam waktu dekat akan direnovasi.
15
2.9. Variable dan Definisi Operasional
Variabel
Variabel terikat :
Nilai ABJ > 95% dan Kasus DBD
Variabel bebas :
Partisipasi anggota keluarga dalam pelaksanaan 1R1J
Keberadaan jentik nyamuk Aedes spp
Definisi Operasional
Rukun warga/RW adalah : satuan organisasi masyarakat non formal di bawah
lingkungan desa/kelurahan
1R1J adalah : Suatu program gerakan satu rumah satu jumantik dimasyarakat,
dimana anggota keluarga berperan sebagai juru pemantau jentik
Rumah/bangunan: ruangan dengan bentuk fisik yang dibatasi dinding dan
memiliki atap untuk tempat tinggal/beraktifitas manusia
2.10. Instrument dan Cara Pengambilan Data
Data pre (sebelum intervensi)
Dilakukan pengumpulan data pre yaitu sebelum kegiatan intervensi sebagai
baseline data pada selauruh wilayah yang terpilih sebagai daerah penelitian baik
daerah intervensi maupun kontrol. Pada daerah kontrol dilakukan sosialisasi sesuai
dengan yang diterapkan oleh Program (Subdit Arbovirosis) namun tidak dilakukan
pendampingan seperti yang dilakukan pada daerah intervensi.
Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
Dilakukan wawancara terhadap orang dewasa yang ada di rumah sampel
terpilih berpedoman pada kuesioner terstruktur.
Wawancara berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan prilaku atau
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari berkaitan dengan surveilans vektor dan
16
kasus DBD serta pelaksanaan pemberantasan vektor. Hasil wawancara
ditulis pada lembar jawaban yang dibuat terpisah dari kuesioner.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
b. Pengamatan (surveilans) jentik nyamuk Aedes spp oleh masyarakat
Kepada responden yang sama dengan wawancara PSP, ditanyakakan
apakah ada ART yang biasa mengamati keberadaan jentik nyamuk Aedes
pada kontainer yang ada di dalam dan luar rumah.
Kalau ada, apakah biasa dicatat. Kalau biasa dicatat, maka dilihat
catatannya.
Bagaimana tindakan selanjutnya?
Hasil pengamatan dilacatat pada format pengumpulan data.
c. Keberadaan jentik nyamuk Aedes spp
Dilakukan pengamatan keberadaan jentik nyamuk Aedes spp pada kontainer
di dalam dan luar rumah dengan single method. Pengamatan dilakukan pada
pre dan post.
Di setiap rumah sampel, dilakukan pencatatan jumlah kontainer yang berisi
air di dalam dan di luar rumah. Hasil pengamatan dilacatat pada format
pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan adalah perlengkapan survai jentik, formulir/format
isian dan kuesioner.
Intervensi
Metode intervensi yang dilakukan adalah dengan metode Participatory Active
Research (PAR ), cara yang dipakai dalam mengumpulkan informasi berdasarkan
pada keinginan dan kehidupan masyarakat setempat. PAR lebih focus pada ‘proses’
mengetahui pengetahuan masyarakat dan menekankan pada keterlibatan
masyarakat setempat di semua bagian penelitian (Koning, Martin, 1996), yaitu
menerapkan model intervensi berdasarkan lokal spesifik ke daerahan, serta
keinginan masyarakat dengan pendekatan dari masyarakat itu sendiri (Community-
based intervention by using bottom-up planning). Pada penelitian ini intervensi yang
17
dilakukan adalah penerapan program JURBASTIK pada Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik melalui pembinaan kepada Jumantik Rumah dan Jumantik Lingkungan
oleh kader/Koordinator Jumantik, dengan tahapan sebagai berikut :
a. Rekrutmen Koordinator 1R1J (Jurbastik) serta Supervisor.
Dilakukan rekrutmen Koordinator Jumantik yang berasal dari anggota
masyarakat setempat serta kader kesehatan yang sudah ada, Jumlah kader
yang direkrut berdasarkan jumlah keluarga di masing-masing RT lokasi
intervensi penelitian dengan perbandingan seorang Koordinator Jumantik untuk
membina maksimal sebanyak 10 keluarga/TTU/TTI. Koordinator Jumantik yang
direkrut berasal dari RT yang sama dengan keluarga binaannya. Selanjutnya di
masing-masing RW direkrut seorang Supervisor Jumantik yang merupakan
anggota Pokja DBD atau orang yang ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala
Desa/Lurah untuk melakukan pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan
jumantik di lingkungan RT.
b. Pelatihan Koordinator Jurbastik serta Supervisor
Koordinator Jumantik dan Supervisor Jumantik yang sudah direkrut selanjutnya
dilatih berkaitan dengan penanggulangan DBD, surveilans vektor dan kasus
DBD serta pembinaan keluarga Tim pelatihan terdiri dari lintas sektoral tingkat
kabupaten/kota, lintas sektoral tingkat kecamatan serta tim peneliti.
c. Pembuatan sistem aplikasi daring dalam pelaporan 1R1J.
Pembuatan sitem pelaporan secara elektronik bertujuan untuk memudahkan
dan mempercepat laporan hasil pelaksanaan 1R1J kepada koordinator,
supervisor, Puskesmas, sampai ke ppemegang program di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota
d. Sosialisasi RW
Sosialisasi diawali dengan pemaparan dan pemicuan tentang permasalahan
DBD di wilayah RW lokasi intervensi penelitian serta penyebabnya berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya. Selanjutnya kader dan warga masyarakat di
18
daerah perlakuan melakukan diskusi membahas permasalahan DBD untuk
mencari solusi bersama.
Dalam diskusi juga dicari kesepakatan dari warga berkaitan dengan surveilans
vektor dan kasus DBD serta pemberantasan vektor secara bersama-sama.
Selain itu juga dilakukan pembentukan Jumantik di setiap rumah yang bertugas
mengamati keberadaan jentik /pupa di rumah masing-masing serta
bertanggungjawab pada pemberantasannya.
e. Pendampingan untuk pembinaan keluarga binaan oleh kader/lintas sektor/ tim
peneliti Setiap minggu selama 5 bulan intervensi, dilakukan pembinaan oleh
kader terhadap keluarga binaannya berkaitan dengan pemberantasan vektor
DBD, active case finding dan deteksi dini kasus DBD. Sedangkan pembinaan
oleh lintas sektor kota maupun kecamatan serta tim peneliti dilakukan setiap
bulan. Selama periode pembinaan, juga dilakukan pengamatan terhadap kinerja
kader keadaan lingkungan oleh peneliti dan lintas sektoral kabupaten dan
kecamatan.
f. Pembuatan buku saku.
Sebagai bahan pembinaan dan pedoman pelaksanaan surveilans vektor dan
kasus DBD serta pemberantasan vektor, maka dibuat buku saku yang berisi :
Pengertian Demam Berdarah Dengue, Pengendalian Vektor Terpadu, Cara-cara
melakukan pengendalian jentik, dengan PSN
Buku saku tersebut dibagikan kepada lintas sektoral tingkat kota dan
kecamatan, kader kesehatan serta warga masyarakat binaan.
2.11. Bahan dan Prusedur Kerja
Bahan
Pengumpulan data sekunder, kualitatif dan kuantitatif : Alat tulis, pedoman panduan
wawancara mendalam, kuesioner terstruktur, pedoman pengisian kuesioner,
recorder, alat tulis, map plastik, flash disk
Pengumpulan data vektor : Senter, pipet plastik, botol jentik, plastik, sarung tangan,
selang, formulir, alat tulis
19
Prusedur Kerja
Penentuan lokasi penelitian
Penentuan lokasi penelitian yaitu provinsi dan kabupaten/kota yang telah
melakukan 1R1J, data tersebut didapatkan dari Subdit Arbovirosis Ditjen
P2P. Untuk selanjutnya tim peneliti bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
Provinsi/kabupaten/kota dan puskesmas setempat untuk menentukan 2
RW/kampung dalam kecamatan yang berbeda untuk dipilih sebagai daerah
perlakuan dan kontrol. Setelah lokasi penelitian diperoleh, ditentukan
pemilihan secara acak untuk menentukan lokasi perlakuan dan kontrol.
Selain itu juga dilakukan pengurusan perizinan penelitian dari pemerintah
kabupaten/kota setempat
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder meliputi, kejadian kasus DBD dalam 3 tahun
terakhir yaitu 2016, 2017 dan 2018, yang diperoleh dari Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit dan Puskesmas. Data sekunder yang di perlukan antara lain,
mengenai kapan mulai melakukan 1R1J, cakupan kegiatan 1R1J, laporan
kegiatan 1R1J, kegiatan surveilans vektor oleh program/Puskesmas, nilai
ABJ, sumber dana 1R1J.
Selain itu dilakukan juga rekrutmen supervisor jumantik, Koordinator dan
petuga survei :
a. Supervisor Jumantik direkrut 1 orang di setiap RW, berasal dari anggota
POKJANAL DBD RW setempat, atau orang yang ditunjuk oleh Kepala
Desa/Lurah/Ketua RW.
b. Rekrutmen Koordinator Jumantik dilakukan di masing-masing RW lokasi
intervensi yaitu di 2 RW setiap kabupaten/kota, atau di 4 RW di setiap
provinsi. Di masing-masing RW direkrut 30 orang Koordinator Jumantik
yang merupakan kader kesehatan atau orang yg dipilih berasal dari
masing-masing RT. Maka di setiap kabupaten/kota direkrut 60 orang, atau
120 orang kader per provinsi.
c. Petugas survai atau enumerator adalah mahasiswa semester akhir atau
alumni sekolah tinggi kesehatan atau Poltekes yang beralamat di
20
kabupaten/kota lokasi penelitian. Di setiap kabupaten/kota direkrut
petugas survai masing-masing 5 orang atau 10 orang per provinsi.
Pelatihan Supervisor Jumantik, Koorinator Jumantik dan Petugas Survei
Setelah dilakukan rekrutmen, selanjutnya dilakukan pelatihan bagi petugas
survai, Koordinator Jumantik serta Supervisor Jumantik.
Pelatihan dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota dengan peserta
latih 60 orang Koordinator Jumantik, 2 orang Supervisor Jumantik serta 5
orang petugas survai per kabupaten/kota. Tim pelatih adalah tim peneliti dan
lintas sektoral tingkat kabupaten/kota dan kecamatan setempat.
Pendataan Rumah Tangga, TTU dan TTI
Untuk mengetahui jumlah sasaran pembinaan, dilakukan pendataan seluruh
rumah tangga (ruta), tempat-tempat umum (TTU) dan tempat-tempat institusi
(TTI) di lokasi penelitian. Pendataan di daerah intervensi dilakukan oleh kader
yang baru selesai dilatih, sedangkan di daerah pembanding dilakukan oleh
petugas Puskesmas setempat.
Pengumpulan data secara kualitatif (Sebelum intervensi)
Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan melakukan indepth
interview di level stake holder terhadap gerakan 1R1J di provinsi, Kabupaten,
Puskesmas, Tokoh Masyarakat dan Kader. Beberapa pertanyaan diantaranya
adalah :
- Apakah pernah disosialisasi gerakan 1R1J, di tingkat provinsi, kabupaten,
kecamatan, puskesmas maupun masyarakat
- Apakah ada pelatihan terhadap gerakan 1R1J di tingkat provinsi,
kabupaten, kecamatan, puskesmas maupun masyarakat,
- Apakah terdapat sumber anggaran untuk kegiatan 1R1J,
- Bagaimana sistem pelaporan kegiatan 1R1J
- Apakah kegitan 1R1J dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat
- Berapa nilai ABJ di wilayahnya
- Dsb
Pengumpulan data secara kuantitatif (Sebelum intervensi)
21
Pengumpulan data secara kuantitatif menggunakan kuesioner dilakukan di
masyarakat yang meliputi : Partisipasi anggota rumah tangga dalam
pelaksanaan program 1R1J
Wawancara dilakukan kepada penghuni yang ditunjuk/bertanggungjawab
melaksanakan kegiatan 1R1J di setiap rumah/bangunan. Sebelum
pelaksanaan wawancara, pewawancara memberikan penjelasan tentang
maksud dan tujuan wawancara. Responden diminta untuk membaca dan
menandatangani formulir PSP (Terlampir formulir PSP pada Lampiran).
Beberapa pertanyaan diantaranya:
- Karakteristik responden : Umur, pendidikan, jenis kelamin
- Apakah pernah disosialisasi gerakan 1R1J, di RW setempat/Puskesmas
- Apakah ada pelatihan gerakan 1R1J di RW setempat/Puskesmas
- Siapakah dalam rumah tangga yang ditunjuk sebagai Jurbasttik?
- Berapa kali dalam seminggu dilakukan pemeriksaan jentik di rumah oleh
jumantik keluarga?
- Bagaimana perlakuan jika ditemukan jentik pada tempat penampungan air
- Bagaimana sistem pelaporan kegiatan 1R1J
- Apakah kegiatan 1R1J dilakukan secara terus menerus oleh keluarga
- Dsb
Pengumpulan data vektor (Sebelum intervensi)
Pelaksanaan koleksi jentik vektor DBD dilakukan surveyor, kader/jumantik .
Sebelum pelaksanaan koleksi jentik dilakukan sosialisasi cara pengumpulan
jentik pada lokasi penelitian. Sosialisasi dilakukan dengan membagikan
lembaran/SOP yang berisi program 1R1J dan cara penangkapan jentik.
Survei jentik dilakukan pada 120 rumah dari 1 RW untuk wilayah intervensi
maupun kontrol. Survei jentik dilakukan pada semua kontainer/TPA maupun
tempat yang berpontensi sebagai perkembangbiakan jentik Ae. aegypti . Di
setiap rumah sampel dihitung kontainer indeks yaitu jumlah kontainer berisi air
yang positif jentik nyamuk Aedes spp dibagi jumlah kontainer yang ditemukan.
Pengamatan dan Pembinaan
22
Sebagai tindak lanjut dari sosialisasi tingkat RW, dilakukan pengamatan dan
pembinaan tentang pelaksanaan kesepakatan yang dibuat dalam sosialisasi
tingkat RW. Pembinaan dan pengamatan dilakukan oleh Koordinator
Jumantik, Supervisor Jumantik, lintas sektoral tingkat kecamatan dan tingkat
kabupaten/kota, serta tim peneliti.
Pengamatan dan pembinaan oleh Koordinatror Jumantik dilakukan terhadap
ruta dan TTU/TTI yang menjadi binaannya masing-masing dengan cara
melakukan kunjungan rumah setiap 2 minggu. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kondisi lingkungan dalam dan luar rumah serta mengecek
keberadaan larva/pupa nyamuk vektor DBD serta ada tidaknya anggota ruta
yang sakit DBD [ada masa pengamatan. Selain itu juga perlu dilakukan
penyuluhan individu sesuai dengan keadaan hasil pengawasan. Pembinaan
dilakukan selama 5 bulan bulan berturut-turut.
Post (sesudah intervensi).
Setelah selesai 5 bulan pembinaan di 4 daerah perlakuan, pada bulan ke
tujuh dilakukan pengumpulan data setelah intervensi pada sampel yang
sama dengan pengumpulan data sebelum intervensi.
Data yang dikumpulkan dan metode pengumpulannya adalah sama seperti
kegiatan sebelum intervensi
2.12. Manajemen dan Analisis Data
Manajemen Data
Data hasil wawancara dientri pada lembar kerja elektronik
Data rumah/bangunan anggota masyarakat yang mengumpulkan nyamuk/jentik
dientri pada lembar kerja elektronik, dicatat waktu penyerahannya kepada petugas.
Analisis Data
Data terkumpul pada kegiatan pre dan post, dianalisis sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jenis survai yang dilakukan.
23
Pada data sebelum dan data setelah intervensi, dilakukan dua jenis pengolahan
data, yaitu data di setiap rumah sampel serta data secara keseluruhan setiap daerah
penelitian.
Data Pengerahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) dilakukan input data dengan SPSS
kemudian di analisis secara diskriptif. Data tersebut dilakukan analisis lanjut dengan
uji beda yaitu membandingkanPSP sebelum dan sesudah di daerah intrevesi dan
kontrol, kemudian perbedaan antara daerah intrevensi dan kontrol. Data PSP
dilakukan pemotongan terhadap responden yang tidak dapat ditemui sewaktu
pengumpulan data PSP setelah intervensi, kemudian dilakukan Uji Normalitas
sebelum dilakukan Uji beda.
Data angka entomologi di setiap rumah sampel dihitung kontainer indeks yaitu
jumlah kontainer berisi air yang positif jentik nyamuk Aedes spp dibagi jumlah
kontainer yang ditemukan.
Rumusnya adalah :1
CI = Jumlah kontainer positif jentik
X 100 Jumlah kontainer diperiksa
Secara keseluruhan di setiap daerah penelitian, selain dihitung kontainer indeks,
juga dihitung house indeks (HI), bretau index (BI) dan angka bebas jentik (ABJ).
Rumusnya adalah :
HI = Jumlah rumah positif jentik
X 100 Jumlah rumah diperiksa
BI = Jumlah kontainer positif jentik
X 100 Jumlah rumah diperiksa
ABJ = Jumlah rumah yang tidak diperoleh jentik X 100 Jumlah rumah diperiksa
24
III. HASIL PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum 3.1.1. Kondisi Geografis
Kota Samarinda merupakan ibukota dari Provinsi Kalimantan Timur.
Kota Samarinda berbatasan langsung dengan kabupaten Kutai Kartanegara
yang merupakan salah satu kabupaten yang kaya dengan sumber daya alam
dan merupakan salah satu daerah yang sangat banyak menyumbang devisa
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Luas wilayah Kota
Samarinda adalah 718,00 km2 dan terletak antara 117003'00" Bujur Timur dan
117018"14" Bujur Timur serta diantara 00019'02" Lintang Selatan dan
00042'34" Lintang Selatan.
Sejak akhir tahun 2010 kota Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan
yaitu kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda kota, Sambutan,
Samarinda Sebarang, Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu,
Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sedangkan jumlah desa di kota
Samarinda sebanyak 53 kelurahan dengan luas wilayah 718,00 Km2
Gambar 3. Peta Wilayah Administrasi Kota Samarinda
25
Batas wilayah Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara Selatan : Kabupaten Kutai Kartanegara Barat : Kabupaten Kutai Kartanegara
Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota
Samarinda dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
Timur. Secara geografis, Kota Samarinda terletak pada posisi 0o 21’ 18’’ - 1o 09’
16’’ LS dan 116o 15’ 16’’ - 117 24’ 16’’ BT . Kota ini terbelah oleh Sungai
Mahakam, dan memiliki wilayah dengan luas total 718,00 km2. Dengan luas
wilayah tersebut kota Samarinda merupakan daerah kota terbesar diantara tiga
daerah kota yang ada di Kalimantan Timur. Secara administratif, seluruh wilayah
Kota Samarinda berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara baik
bagian Utara, Timur, Selatan, maupun Barat.
Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun. Temperatur
udara antara 20o C - 34 o C dengan curah hujan rata-rata 1980 mm/tahun dengan
kelembaban udara rata-rata 85 %. Kontur geografis terdiri dari daerah berbukit
dengan ketinggian bervariasi dari 10m - 200m dari permukaan laut.
Kota Samarinda dibentuk dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960,
berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara No. 97 Tahun 1953
tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II Kabupaten/kotamadya di
Kalimantan Timur. Semula Kodya Dati II Samarinda terbagi dalam 3 kecamatan,
yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir dan Samarinda Seberang.
Kemudian dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur
No. 18/SK/TH-Pem/1969 dan SK No. 55/TH-Pem/SK/1969, terhitung sejak tanggal
1 Maret 1969, wilayah administratif Kodya Dati II Samarinda ditambah dengan 4
kecamatan, yaitu Kecamatan Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja
(luas sekitar 2.727 km²). Saat ini pembagian kecamatan di Samarinda tidak
termasuk Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja, ketiganya masuk dalam
Kabupaten Kutai Kartanegara. Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah
administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 6
26
kecamatan menjadi 10 kecamatan dengan 59 Kelurahan. Berikut pembagian
Kelurahan menurut Kecamatan di wilayah Kota Samarinda :
Tabel 2. Pembagian Kelurahan menurut Kecamatan di Kota Samarinda
No. Kecamatan Kelurahan
1.
Palaran
Rawa Makmur
Handil Bakti
Simpang Pasir
Bantuas
Bukuan
2.
Samarinda Seberang
Mesjid
Tenun
Mangkupalas
Baqa
Sei. Keledang
Gunung Panjang
3.
Loa Janan Ilir
Sengkotek
Harapan Baru
Rapak Dalam
Simpang Tiga
Tani Aman
4.
Sei. Kunjang
Loa Bakung
Loa Buah
Karang Asam Ulu
Karang Asam Ilir
Lok Bahu
Teluk Lerong Ulu
Karang Anyar
5.
Samarinda Ulu
Air Putih
Bukit Pinang
Air Hitam
Gunung Kelua
Sidodadi
Dadimulya
Jawa
Teluk Lerong Ilir
6.
Samarinda Kota
Bugis
Karang Mumus
Pelabuhan
Pasar Pagi
Sungai Pinang Luar
7.
Samarinda Ilir
Sidomulyo
Sungai Dama
Sidodamai
Pelita
27
Selili
8.
Sambutan
Sungai Kapih
Makroman
Pulau Atas
Sindang Sari
Sambutan
9.
Samarinda Utara
Sempaja Utara
Sempaja Timur
Sempaja Selatan
Sempaja Barat
Sei. Siring
Budaya Pampang
Tanah Merah
Lempake
10.
Sungai Pinang
Gunung Lingai
Bandara
Temindung Permai
Sungai Pinang Dalam
Mugirejo
Keadaan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di kota Samarinda terjadi baik karena pertumbuhan
alami maupun karena urbanisasi dan imigrasi. Apabila dibandingkan dengan daerah
Tingkat II lainnya di Kalimantan Timur, maka kota Samarinda merupakan salah satu
kota yang tertinggi pertumbuhan penduduknya. Hal ini terjadi karena kota
Samarinda memiliki potensi ekonomi yang cukup besar.
Jumlah penduduk kota Samarinda cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Akan tetapi jumlah penduduk Kota Samarinda tercatat menurun pada tahun 2016,
hal ini disebabkan perpindahan penduduk dan pemutakhiran data penduduk di Kota
Samarinda. Jumlah penduduk di Kota Samarinda tahun 2016 sebanyak 968.478
jiwa, dengan rasio antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 108,97.
Jumlah penduduk laki-laki mencapai 52,14 % atau sebesar 505.024 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuan 47,85 % atau sebesar 463.454 jiwa dari total
penduduk seluruhnya. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut.
28
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Samarinda, 2018
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
0‒4 40 302 38 372 78 674
5‒9 36 997 35 311 72 308
10‒14 35 065 32 958 68 023
15‒19 37 881 37 478 75 359
20‒24 40 688 39 339 80 027
25‒29 39 924 36 685 76 609
30‒34 39 769 36 574 76 343
35‒39 37 939 36 076 74 015
40‒44 35 785 32 809 68 594
45‒49 31 115 28 351 59 466
50‒54 24 078 21 342 45 420
55‒59 17 925 15 588 33 513
60‒64 12 437 9 968 22 405
65-69 6 946 6 065 13 011
70-74 3 688 3 792 7 480
75+ 2 840 3 993 6 833
Jumlah 443 379 414 701 858 080
Sumber : BPS, Sensus Penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015–2045
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk kota
Samarinda pada tahun 2018 adalah penduduk dalam usia produktif, dewasa atau
usia kerja. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup.
Kondisi ini menuntut kebijakan peningkatan dibidang kesehatan.
Tabel 4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Samarinda, 2018
No Nama Kelurahan Persentase (%) Jumlah Penduduk
1 Palaran 7,26 281,44
2 Samarinda Ilir 8,80 4 396,68
3 Samarinda Kota 4,05 3 123,56
4 Sambutan 6,93 588,84
5 Samarinda Seberang
8,51 5 845,16
6 Loa Janan Ilir 8,38 2 751,78
7 Sungai Kunjang 13,97 2 785,04
29
8 Samarinda Ulu 14,89 5 776,94
9 Samarinda Utara 14,54 543,54
10 Sungai Pinang 12,68 3 184,19
Samarinda 100 1 195,10
Pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa penyebaran penduduk di 10
Kecamatan di kota Samarinda tidak merata. Penduduk terbanyak ada di kecamatan
Samarinda Ulu, dengan tingkat kepadatan 7464 jiwa per km2. Sedangkan
kecamatan Samarinda Utara yang memiliki wilayah terluas dihuni sekitar 113.807
jiwa penduduk dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 496 jiwa per km2.
Ketimpangan antara luas wilayah dan jumlah penduduk yang ada juga terlihat pada
kecamatan Palaran dan kecamatan Sambutan, kedua kecamatan tersebut memiliki
wilayah yang luas, dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Diharapkan
pemerintah dapat meratakan penyebaran penduduk dari kecamatan-kecamatan
yang padat penduduknya, ke wilayah kecamatan yang kurang penduduknya. Hal ini
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Kota
Samarinda, sehingga seluruh masyarakat Kota Samarinda dapat terpenuhi haknya
dibidang kesehatan secara merata.
Keadaan Ekonomi
Potensi perekonomian Kota Samarinda dari tahun ke tahun cukup
berkembang dengan pesat dari berbagai sektor bisnis, dengan banyaknya di
bangun perumahan dan hotel – hotel. Selain industri menengah, juga memiliki
potensi industri rumah tangga atau produk kerajinan rakyat seperti : batu-batuan
(kristal, kecubung, dan lain-lain), rotan (topi seraung, lampit, dan lain-lain), peralatan
dan hiasan tradisional (mandau, patung, manik-manik, dan lain-lain), serta pakaian
tradisional (sarung Samarinda, batik Kaltim, dan lain-lain). Kota Samarinda juga
menyimpan potensi perekonomian melalui sektor pariwisata, diantaranya : Wisata
alam, yaitu Air terjun Tanah Merah, Air Terjun Berambai, Air Terjun Pinang Seribu,
Gunung Steiling Selili, Kebun Raya Unmul Samarinda, Rumah Ulin Arya; Wisata
Budaya, yaitu Desa Budaya Pampang; Wisata Pendidikan dan Permainan, yaitu
Salma Shofa, Mahakam Lampion Garden; Wisata Religi, yaitu Mesjid Tua
30
Samarinda Seberang, Masjid Islamic Center, serta potensi Wisata di sepanjang
Sungai Mahakam.
3.1.2. Besar Masalah DBD Selama 3 tahun Terakhir.
Kasus DBD di Kota Samarinda meningkat signifikan pada tahun 2016 dan
menurun pada tahun 207 dan 2018, kemundian kembali naik pada tahun 2019.
Pada tahun 2016 kasus meningkat di Bulai Mei sebanyak 335 kasus, sedangkan
2017 kasus meningkat di bulan April sebanyak 48 Kasus dan pada tahun 2018
meningkat pada tahun 2018. Pada tahun 2019, terjadi peningkatan kasus pada
bulan Februari sebanyak 445 kasus (Gambar 4).
Gambar 4. Data Kasus DBD Tahun 2016 – April 2019 di Kota Samarinda.
Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD yang dilaporkan melalui Sistem
Informasi Daerah (SIKDA) Samarinda sebanyak 2.814 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 18 orang. Angka Kesakitan (Incidence Rate/IR) = 290,6 per
100.000 penduduk dan Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) = 0,6 %. Angka
Kesakitan DBD di Samarinda tergolong tinggi. Di Indonesia provinsi Kalimantan Timur
merupakan provinsi dengan Angka Kesakitan DBD tertinggi kedua setelah provinsi
Bali. Kematian akibat DBD di Samarinda tergolong rendah, karena CFR < 1%
(Gambar 5).
31
Gambar 5. Jumlah Kasus Kematian DBD Tahun 2016 – April 2019 di Kota Samarinda
Berdasarkan Puskesmas, Kasus DBD terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas
Sidomolyo pada tahun 2016 (349 Kasus), Loa Bakung pada Tahun 2017 (50 kasus)
dan Iar Putih pada tahun 2018 (106 kasus) (Tabel 5).
Tabel 5. Kasus DBD berdasarkan Puskesmas di Kota Samarinda
NO PUSKESMAS Tahun
2016 2017 2018 2019*
1 Palaran 241 17 55 65
2 Bantuas 13 11 2 5
3 Bukuan 53 0 14 33
4 Mangkupalas 99 42 30 36
5 Baqa 83 16 43 40
6 Harapan Baru 128 14 34 69
7 Trauma Center 63 22 12 54
8 Loa Bakung 107 50 45 39
9 Karang Asam 133 11 47 45
10 Wonorejo 143 40 34 57
11 Juanda 109 20 93 60
12 Air Putih 149 41 106 61
7 Segiri 133 18 57 47
14 Pasundan 134 19 60 57
15 Sidomulyo 349 40 79 63
16 Sungai Kapih 53 7 5 13
32
17 Sambutan 109 8 46 18
18 Makroman 44 4 8 19
19 Bengkuring 95 37 71 68
20 Sempaja 144 11 75 57
21 Sungai siring 39 4 32 26
22 Lempake 74 15 72 42
23 Remaja 123 15 62 42
24 Temindung 226 36 99 86
25 Lok bahu 0 16 24 33
26 Samkot 0 5 17 16
Sumber : Sikda Dinkes Kota Samarinda, *Sampai Bulan April 2019
Jumalh kasus kematian di tahun 2016 sebanyak 16 orang, dengan Wilayah Puskesmas terbanyak yaitu Temindiung, pada tahun 2017 (5 orang), 2018 (7 orang) dan tahun 2019 (5 Orang). Data lengkap Kasusu Kematian berdasarkan Puskesmas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kasus Kematian DBD berdasarkan Puskesmas
NO PUSKESMAS Tahun
2016 2017 2018 2019
1 Palaran 2 0 3 1
2 Bantuas 0 0 0 0
3 Bukuan 2 0 1 1
4 Mangkupalas 1 0 0 0
5 Baqa 0 0 0 0
6 Harapan Baru 0 0 0 0
7 Trauma Center 0 0 0 0
8 Loa Bakung 0 0 0 0
9 Karang Asam 1 0 0 0
10 Wonorejo 1 0 0 0
11 Juanda 0 0 0 0
12 Air Putih 1 3 0 0
7 Segiri 0 0 1 0
14 Pasundan 1 0 0 0
15 Sidomulyo 1 0 0 0
16 Sungai Kapih 0 0 0 0
17 Sambutan 0 0 0 0
18 Makroman 0 0 0 0
19 Bengkuring 1 0 1 0
20 Sempaja 1 0 0 0
33
21 Sungai siring 1 0 0 0
22 Lempake 2 0 0 0
23 Remaja 0 0 0 2
24 Temindung 3 2 1 1
25 Lok bahu 0 0 0 0
26 Samkot 0 0 0 0
Jumlah 16 5 7 5
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan tingkat Provinsi
Kalimantan Timur dan Kota Samarinda, mengatakan bahwa kasus DBD selama 3
tahun terakhir berfluktuatif, tertinggi pada tahun 2016 seperti yang dikatakan
informan berikut
“...Kalau 3 tahun terakhir mulai 2016 incidence rate-nya itu seingat saya itu sampai 300 lebih. Jadi 2016 puncaknya memang. Di 2017 tinggal 60. Di 2019 ini agak naik lagi nampaknya. 2018, 90 kasus.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur).
Dikatakan bahwa pada tahun 2016 kasus DBD di Kota Samarinda hampir
menjadi KLB
”.. Kita tuh yang tinggi 2016 hampir KLB waktu itu. 2017 mulai naik tapi tidak setinggi 2016. Tahun 2018 meningkat dibanding 2017.” (Informan 1, Dinas Kesahatan Kota Samarinda).
Kasus DBD pada 3 tahun terakhir di Kelurahan Sidodadi juga berfluktuatif dan
tertinggi pada tahun 2016
”…Selama 3 tahun ini cenderung DBD kadang peningkatan kadang juga stagnan, jumlah kasusnya DBD nya tahun 2016 itu 134 kasus, 2017 terdapat 22 kasus, 2018 ada 46 kasus, untuk sekarang ini sampai dengan saat ini kasusnya itu 39 kasus Sampai dengan saat ini 39 kasus sampai dengan bulan Maret, berarti tahun 2016 yang sangat tinggi.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Beberapa kasus merupakan kasus import tidak terjadi penularan di Kelurahan
Sidodadi namun tercatatat di Kelurahan Sidodadi, karena alamat sementara dari
penderita selama masa pengobatan di rumah sakit umum pemerintah yang terletak
di Kelurahan Sidodadi
34
”…Sidodadi ini kebnyakan juga sebagian juga, bukan kasusnya dia, tapi memang pada umumnya banyak juga kasusnya di sidodadi, karena dua rumah sakit ini yang padat ini di sidodadi. Nempel, kasusnya dari tanah bumbu umpanya,,,sakitnya disini karena dia diopname di rumah sakit numpang dirumahnya..ada beberapa kasus yang begitu.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
3.1.3. Pengendalian DBD yang dilakukan oleh program
Selama ini tidak ada program pengendalian DBD yang dilakukan pada tingkat
provinsi, menurut keterangan informan tidak adanya program dikarenakan
terkendala pada tidak adanya anggran, tingkat provinsi hanya menerima dan
mendistribusikan logistik.
” …Kita selama ini tidak ada anggaran untuk program DBD, dari APBD maupun dekon. Kita Cuma dapat logistiknya aja, kayak abate, malation, yang dapat dari pusat, selebihnya kami tidak ada anggaran.” (Informan 2, Dinas Kesahatan Provinsi Kalimantan
Timur).
Program pengendalian DBD yang dilakukan tingkat Kota Samarinda
yaitu mengeluarkan surat peringatan dini pada tahun 2018, koordinasi lintas
sektor (kecamatan, kelurahan, puskesmas, babinsa, koramil polsek) untuk
pencegahan DBD dengan PSN, promosi kesehatan menggunakan sepanduk
dan mobil promkes untuk menggerakkan kader jumantik, foging fokus dan
PSN
”...DKK Samarinda mengeluarkan surat pernyataan dini kewaspadaan dini ke masing-masing puskesmas september atau oktober tahun 2018 saat sudah masuk musim penghujan, harapannya puskesmas menyampaikan dan mempromosikan ke masyarakat, kita juga selama peningkatan kasus melakukan koordinasi langsung turun ke kecamatan, saat rapat itu ada juga aparat dari polsek kecamatan, perwakilan koramil, babinsa, jadi lintas sektor jadi tujuan goalsnya supaya program pencegahan, pengendalian untuk DBD lebih baik, kemudian dari Promkes juga sudah mengeluarkan himbauan khusus jadi apa pembuatan spanduk di setiap puskesmas tentang waspada DBD kemudian PSN dan 3MPLUS itu sudah dilakukan oleh Promkes. Promkes juga menyediakan mobil promosi kesehatan keliling untuk di pinjamkan ke puskesmas yang tujuannya untuk pemberitahuan, kita berkeliling di korwil kerja puskesmas, melakukan fogging fokus atau melakukan PSN.” (Informan 2, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
35
Program pengendalian DBD yang dilaksanakan tingkat puskesmas
yaitu penyuluhan, PE dan Fogging fokus
”…Program pencegahan dengan melakukan penyuluhan, koordinasi kegiatan dengan RT. Jika ada kasus dilakukan PE dan kemudian dilanjutkan dengan fogging.” (Informan 1, Puskesmas Segiri)
3.2. Program Gerakan 1R1J Tingkat Pemerintah Daerah 3.2.1. Definisi Gerakan 1R1J
Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (1R1J) adalah peran serta dan
pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam
pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk untuk
pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD melalui pembudayaan
PSN 3M PLUS. Program tersebut dikampanyekan oleh Kementerian
Kesehatan RI untuk pengendalian infeksi virus dengue dalam semangat
Gerakan Masyarakat secara luas dengan pendekatan keluarga. Gerakkan ini
dicanangkan mulai tahun 2015 yang dituangkan dalam SE Menkes RI No.
PM.01.11/MENKES/591/2016 dengan melibatkan partisipasi aktif tiga
petugas utama, yaitu Supervisor Jumantik, Koordinator Jumantik, dan
Jumantik Rumah. Indikator keberhasilan dalam gerakkan ini yaitu partisipasi
aktif Jumantik Rumah.
Pada tingkat provinsi, semua informan mengetahui tentang gerakkan 1
rumah 1 jumantik serta dapat menjelaskan tentang gerakkan tersebut seperti
yang dikatakan oleh salah satu informan berikut
”…gerakkan pencegahan untuk surveilans memantau jentik untuk mengetahui jentik dilapangan dengan melaksanakan masyarakat lebih aktif jadi dari 1 KK itu punya 1 jumantik utk memantau jentik.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).
Begitu pula informan pada tingkat kota, rata-rata mengetahui definisi
dari gerakkan 1 rumah 1 jumantik
”…Gerakan 1 rumah ditunjuk salah satu anggota keluarga sebagai juru pemantau jentik yg nantinya pemantau jentik dan mencatat di
36
kartu yg disediakan.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Pada tingkat puskesmas, semua informan juga mengetahui dan dapat
menjelaskan dengan baik definisi dari gerakkan 1 rumah 1 jumantik, seperti
yang dikatakan salah satu informan berikut.
”…gerakan satu rumah satu jumantik itu satu keluarga ada yang di tunjuk sebagai juru pemantau jentik dalam satu rumah itu kemudian setiap minggu melakukan pemantauan, mengamati maksudnya melihat tempat-tempat penampungan air yang sekiranya menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk dan mencatat dalam kartu jumantik itu setiap minggu, setahu saya seperti itu dan selain itu mungkin ada yang koordinatornya mungkin melakukan pemeriksaan.” (Informan 2, Puskesmas Segiri).
Berbeda pada tingkat masyarakat di daerah intervensi, tidak semua
tokoh masyarakat mengetahui dengan baik tentang gerakkan 1 rumah 1
jumantik, mereka masih beranggapan bahwa gerakkan tersebut dari
puskesmas dan mengharapkan diberikan larvasida
...”Gerakan dari puskesmas untuk penanggulangan demam berdarah sehingga ada kader-kader yang dibentuk kemudian untuk meneliti dari masalah masalah nanti door to door sejauh mana keberadaan air yang ada di dlam rumah mengandung semacam bibit jentik jentik tidak kemudian kita dibawai semacam obat jentik.”
(Informan 8, Tokoh Masyarakat).
Begitu pula pada daerah non intervensi beranggapan bahwa akan
mendapatkan larvasida dan mendapat informasi tersebut melalui media
bukan dari sosialisasi
”..Waktu itu dari televisi sudah ada, dari baca-baca koran sudah ada, yang ikut sosialisasinya tidak ada. Tapi saya ingat waktu itu saya pernah KKN di desa saya pernah membuat proposal di dinas Kesehatan provinsi sekitar tahun 2000-an jadi waktu itu saya dapat bantuan abate.” (Informan 4, Tokoh Masyarakat).
37
3.2.2. Keberadaan Gerakan 1R1J di wilayah penelitian
Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik telah dicanangkan di Kota
Samarinda khususnya Kecamatan Samarinda Ulu pada tahun 2016. Dalam
rangka penyiapan dan kesiapan sumber daya manusia dalam
pelaksanaannya, pencanangan program G1R1J di Kota Samarinda
khususnya Kecamatan Samarinda Ulu ditindaklanjuti dengan pelaksanaaan
sosialisasi dan penyuluhan kepada jajaran puskesmas dan lintas sektor di
Samarinda. Sosialisasi tentang gerakkan tersebut dilaksanakan oleh
kemenkes subdit arbo dan dihadiri oleh seluruh puskesmas, namun tidak
semua informan terpapar seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan
berikut
”…Nah saya masuk ke sini sudah berjalan. Khususnya Samarinda. Sementara saya sendiri belum terpapar. Karena kalau nggak salah 2016 itu. Saya belum di p2m.” (Informan 2, Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Timur).
Setelah pencangan tersebut, diketahui G1R1J di Kota Samarinda
hanya bertahan beberapa bulan, seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut
...”Cuman 3 bulan berjalan sejak pencanangan, puskesmas yang melaksanakan setau saya kelurahan sidodadi kecamatan samarinda ulu. RT gak tau karena laporanya gak ada. Jalannya sudah tahun berapa..gak ada pelaporan ke saya.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).
Kegiatan yang dilakukan tingkat provinsi terkait G1R1J pun tidak
pernah ada, namun pernah dibentuk Pokja, seperti yang diungkap informan
berikut.
”…Selama 2017-2018 ini kayaknya nggak ada, cuma penyediaan itu aja. Cuma pada 2016 kemaren rasanya mereka sudah ada pembentukan satu rumah satu jumantik itu. Plus pembentukan Pokja DBD yang di Samarinda. Itu yang saya tahu.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).
38
Pada tingkat kab/kota, semua informan mengatakan sudah pernah
terpapar tentang G1R1J, namun pada pelaksanaannya gerakkan tersebut
tidak berjalan dengan baik seperti yang diungkap informan berikut
...”nah itu makanya, pelaksaannya tidak jalan. rasanya kader yang melakukan kembali ke pola lama, bukan jumantik rumah. Puskesmas yg sudah melakukan puskesmas di Samarinda ulu itu 4 puskesmas di 1 Kecamatan Samarinda ulu, kelurahannya yang saya ingat Kelurahan Dadimulya, Sidodadi, jawa, bugis, air hitam, kel eee sungai..pokoknya itu lah ada 6. kalo lingkup RW ga terlaksana, sampai kelurahan aja yang saya tau. kalo di tingkat RT RW belum sampai situ karena taunya sampai kelurahan aja.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Kegiatan yang dilakukan ditingkat kab/kota terkait G1R1J yaitu
penyegaran kader dan pertemuan lintas sektor, namun G1R1J tetap tidak
berjalan seperti yang diungkap oleh informan berikut
...”kemarin itu kita ada penyegaran kader, terus ada pertemuan lintas sektor, lurah, camat, RT di 59 kelurahan.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Kota Samarinda) ...”sebenarnya itu tidak aktif. Kalo pemantauan jentik tetap dilaksanakan ya itu tadi kembali kepada kader yg melaksanakan.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Dinas Kesahatan Kota Samarinda belum pernah melaksanakan
sosialisasi G1R1J sampai tingkat masyarakat seperti diungkap informan
berikut
...”kalo kemasyarakat belum pernah.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Menurut informasi petugas Puskesmas Segiri, pencanangan program
G1R1J di Kota Samarinda tersebut dilaksanakan secara massal dan
mencapai rekor MURI dengan peserta terbanyak se-Indonesia
...”Pernah, tahun 2015, sosialisasi pertama waktu pelatihan di hotel dengan beberapa Puskesmas di Samarinda. Dasar untuk memilih Samarinda sebagai wilayah untuk percontohan jumantik karena dilihat dari data bahwa Samarinda saat itu termasuk nomor 2 kasusnya dari Jakarta. Diambil sampel Samarinda untuk dilakukan penelitian kader jumantik bahkan pada waktu itu Samarinda mencapai nilai rekor Muri untuk membentuk jumantik
39
yaitu membentuk kader jumantik. Puskesmas dianggap yang mempelopori padahal gerakan jumantik itu sudah sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat yang melaksanakan.” (Informan 4, Puskesmas segiri).
Namun pada kenyataannya gerakkan tersebut tidak berjalan seperti
diungkap oleh informan berikut,
...”Tahun 2016 pernah dilaksanakan tetapi tidak lama lalu berhenti hingga saat ini tidak berjalan, sebagian sticker masih tertempel sebagian hilang.” (Informan 3, Puskesmas Segiri).
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas yaitu pelatihan dan
pembagian kartu kontrol, namun kartu tersebut tidak terisi
...”Tahun 2017 setelah pelatihan dan sosialisasi beberapa bulan masih kita bisa lihat adanya ABJ (Angka Bebas Jentik) jadi kita sudah mengeluarkan dana banyak untuk membantu kegiatan jumantik waktu, kita fotokopi segala macam seperti kartu jumantik komitmen dari kita dan infus mengeluarkan anggaran untuk dilakukan perbanyakan formulir itu ternyata hasilnya juga gak ada, karena sudah dibagikan tapi tidak terisi, sebagian terisi tetapi banyak sekali tidak yang tidak terisi. kita sudah membagikan ke 7 koordinator jumantik dan dilakukan pelatihan-pelatihan beberapa bulan setelah pelatihan itu memang jalan disiplin.” (informan 4,
Puskesmas Segiri).
Pelaksanaan sosialisasi G1R1J juga pernah dilaksanakan Kelurahan
Sidodadi kepada Ketua RT dan kader/koordinator jumantik seperti dikatakan
informan berikut
...”Pernah, kebetulan kita Kelurahan pernah mengadakan kerjasama dengan puskesmas pada tahun 2017 sekaligus kita membentuk kampung HBS. Kampung HBS adalah Kampung Hijau Bersih Sehat, di Kelurahan Sidodadi ada 6 RT yang kita buat HBS yaitu RT 20 - RT 25, kelurahan dan puskesmas kerja sama penyuluhan ke warga, beberapa RT dikumpulkan salah satunya penyuluhan tentang jumantik untuk pencegahan DBD.” (Informan 3, Tokoh Masyarakat)
Sampai tingkat masyarakat mengatakan bahwa sosialisasi tersebut
memang pernah dilaksanakan, seperti dikatakan oleh informan berikut
40
...”Pernah, Kalau gerakan satu rumah satu jumantik itu baru 2 tahun yang lalu saat acara PHBS.” (Informan 6, Tokoh
Masyarakat).
Pada wilayah kontrol, yaitu Kelurahan Dadimulya, mengatakan belum
pernah terpapar sosialisasi tentang G1R1J
...”Saya belum tahu sama sekali.” (Informan 4, Tokoh Masyarakat).
3.3. Program Gerakan 1R1J Tingkat Masyarakat
3.3.1. Pengetahuan Sikap dan Perilaku di Daerah Intervensi
Karakteristik responden
Tabel 7. Karakteristik Responden di Kelurahan Sidodadi
No Variabel Pra Intervensi Pasca Intervensi
Jumlah(%) N Jumlah(%) N
1 Rerata kepadatan penghuni rumah
4,29 (1-11) 3,99 (1-11)
2 Jenis kelamin KK
- Laki-laki 127 (84,7%) 150 116 (82,9%) 140
- Perempuan 23 (15,3%) 150 24 (17,1%) 140
3 Umur KK
- 15-25 2 (1,3%) 150 0 (0,0%) 140
- 22-55 78 (52,0%) 150 81 (57,9%) 140
- >56 70 (46,7%) 150 69 (49,3%) 140
4 Pendidikan KK
- Belum pernah sekolah 8 (5,3%) 150 11 (7,9%) 140
- Tidak tamat SD/MI 15 (10,0%) 150 17 (12,1%) 140
- Tamat SD/MI 39 (26,0%) 150 35 (25,0%) 140
- Tamat SLTP/MTs 24 (16,0%) 150 23 (16,4%) 140
- Tamat SLTA/MA 42 (28,0%) 150 37 (26,4%) 140
- Tamat PT 21 (14,0%) 150 17 (12,1%) 140
5 Pekerjaan KK
- Tidak bekerja 15 (10,0%) 150 19 (13,6%) 140
- Sekolah 1 (0,7%) 150 12 (8,6%) 140
- PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD
13 (8,7%) 150 23 (16,4%) 140
- Pegawai swasta 23 (15,3%) 150 59 (42,1%) 140
- Wiraswasta/pedagang 67 (44,7%) 150 7 (5,0%) 140
- Petani/buruh tani 8 (5,3%) 150 18 (12,9%) 140
- Buruh/sopir/ART 19 (12,7%) 150 2 (1,4%) 140
41
- Lainnya 9 (6,0%) 150 (0,0%) 140
6 Penggunaan anti nyamuk
- Repelen 9 (6,0%) 150 12 (8,6%) 140
- OBB 19 (12,7%) 150 11 (7,9%) 140
- Semprot (aerosol) 49 (32,7%) 150 41 (29,3%) 140
- Elektrik 13 (8,7%) 150 15 (10,7%) 140
- Tidak menggunakan 16 (10,7%) 150 61 (43,6%) 140
7 Peran KK dalam mengelola jentik di rumah
- Mengamati 8 (5,3%) 150 13 (9,3%) 140
- Membersihkan 14 (9,3%) 150 32 (22,9%) 140
- Mengamati &membersihkan
52 (34,7%) 150 93 (66,4%) 140
- Tidak melakukan 76 (50,7%) 150 31 (22,1%) 140
Pada awal kegiatan survey pra intervensi responden yang didapatkan
sebesar 300 Ruta baik dari kelompok intervensi maupun kelompok kontrol,
sesuai dengan kebutuhan sampel yang direncanakan. Informasi karakteristik
rumah tangga kelompok intervensi lengkap dapat dilihat pada tabel 1. Rerata
kepadatan penghuni rumah pada kelompok intervensi adalah 4-5 orang
dengan rentang kepadatan penghuni 1 sampai dengan 11 orang setiap
rumah tangga. Jenis kelamin Kepala keluarga masih didominasi oleh laki-
laki sebesar 84,67%. Rentang usia kepala keluarga sebagian besar usia
produktif (26-55 tahun) sebesar 52% disusul kelompok usia di atas 56 tahun
(46,66%).Pendidikan terakhir kepala keluarga terbanyak tamat SLTA(28%)
disusul tamat SD(26%), SLTP(16%), Perguruan Tinggi (14%). Pekerjaan KK
sebagian besar adalah pedagang atau berwiraswasta (44,66%). Terkait
perilaku rumah tangga dalam penggunaan anti nyamuk, sebagian besar
responden mengaku menggunakan anti nyamuk semprot (32,66%) di
rumahnya. Namun setelah intervensi sebagian besar rumah tangga menjadi
tidak menggunakan anti nyamuk apapun di rumahnya (43,6%). Rumah
tangga sebagian besar tidak aktif dalam pencegahan dan pemberantasan
sarang nyamuk di rumah (50,66%). Hasil berbeda didapatkan pada saat
setelah intervensi, peran KK di desa Sidodadi sebagian besar ikut berperan
aktif dalam mengamati dan membersihkan jentik di rumahnya (66,4%)
42
Pengetahuan
Tabel 8. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan
Sidodadi
Pengetahuan (PERLAKUAN)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Setuju (%)
Tidak setuju
(%)
N Setuju (%)
Tidak setuju (%)
N
1 Mendengar istilah Jumantik
(23,3%) (76,7%) 150 (73,6%) (26,4%) 140
2 Mendengar istilah 1 rumah 1 jumantik
(8,0%) (92,0%) 150 (68,6%) (31,4%) 140
3 Dari mana mendengar 1R1J
- RT/RW (25,0%) 12 (28,1%) 96
- Kelurahan/Kecamatan
(41,7%) 12 (9,4%) 96
- Kader (25,0%) 12 (62,5%) 96
- Keluarga (91,7%) 12 (1,0%) 96
- Petugas Puskesmas
(58,3%) 12 (60,4%) 96
- Petugas Dinas Kesehatan
(25,0%) 12 (2,1%) 96
- Media cetak/Elektronik/media social
(25,0%) 12 (4,2%) 96
- lainnya (8,3%) 12 (1,0%) 96
4 Apakah sosialisasi diperlukan
(91,7%) (8,3%) 12 (97,9%) (3,1%) 96
5 Siapa yang melakukan sosialisasi
- RT/RW (66,7%) 12 (39,6%) 96
- Petugas keluraan/kecamatan
(25,0%) 12 (26,0%) 96
- Petugas kader (50,0%) 12 (58,3%) 96
- Petugas puskesmas (66,7%) 12 (68,8%) 96
- Petugas Dinkes (33,3%) 12 (11,5%) 96
- Tidak tahu (91,7%) 12 (2,1%) 96
6 Apa materi sosialisasi
- Penularan vektor DBD
(66,7%) 12 (83,3%) 96
- Cara mengamati jetik
(25,0%) 12 (68,8%) 96
- Cara membasmi jentik
(50,0%) 12 (49,0%) 96
43
- Cara mencatat di kartu jentik
(33,3%) 12 (55,2%) 96
- PSN 3M plus (33,3%) 12 (47,9%) 96
- Tidak tahu (8,3%) 12 (9,4%) 96
7 Siapa yang harus mendapatkan sosialisasi
- Kepala keluarga (66,7%) 12 (81,3%) 96
- Istri (75,0%) 12 (84,4%) 96
- Anak (41,7%) 12 (43,8%) 96
- ART lainnya (50,0%) 12 (22,9%) 96
- Asisten/pembantu rumah tangga
(16,7%) 12 (7,3%) 96
- Tidak tahu (8,3%) 12 (2,1%) 96
8 Siapa yang bisa menjadi Jumantik rumah
- Kepala keluarga (33,3%) 12 (77,1%) 96
- Istri (83,3%) 12 (80,2%) 96
- Anak (25,0%) 12 (39,6%) 96
- ART lainnya (16,7%) 12 (10,4%) 96
- Asisten/pembantu rumah tangga
(8,3%) 12 (2,1%) 96
- Tidak tahu (8,3%) 12 (1,0%) 96
9 Apakah syarat menjadi Jumantik rumah
- Berusia>= 15 tahun (33,3%) 96
- Dapat menggerakkan
(57,3%) 96
- Dapat memeriksa (44,8%) 96
- Bertanggungjawab terhadap kebersihan
(47,9%) 96
- Pernah dapat sosialisasi
(26,0%) 96
- Tidak tahu (22,9%) 96
10 Apa tugas Jumantik rumah
- Mensosialisasikan PSN 3M plus kepada keluarga
(77,1%) 96
- Memeriksa tempat perkembangbiakan nyamuk minimal seminggu sekali
(84,4%) 96
- Menggerakkan anggota rumah tangga melakukan PSN 3M plus seminggu 1x
(67,7%) 96
- Mengisi kartu jentik (71,9%) 96
44
11 Apakah mengetahui kartu jentik
(99,0%) (2,1%) 96
12 Apakah kegunaan kartu jentik
- Mencatat hasil pemeriksaan
(95,8%) 95
- Tidak tahu (4,2%) 95
13 Siapa yang dapat mengisi kartu jentik
- Kepala keluarga (28,4%) 95
- Anggota keluarga (34,7%) 95
- Kader (81,1%) 95
- RT/RW (1,1%) 95
14 Siapa yang berkunjung ke rumah dlm rangka 1R1J
- Kader (95,8%) 95
- Petugas Puskesmas
(12,6%) 95
- RT/RW (4,2%) 95
- Koordinator Jumantik
(1,1%) 95
- Supervisor Jumantik
(0,0%) 95
- Lainnya (0,0%) 95
15 Berapa kali kunjungan koordinator ke rumah
- 1 mingg 1x (16,7%) 12 (87,4%) 95
- 2 minggu 1x (91,7%) 12 (5,3%) 95
- >2 minggu 1x (33,3%) 12 (5,3%) 95
- Tidak tahu (33,3%) 12 (4,2%) 95
16 Apa itu kegiatan 3M plus
- Menguras (68,0%) 150 (77,9%) 140
- Mengubur/mendaur ulang
(42,7%) 150 (65,0%) 140
- Menggunakan anti nyamuk
(10,7%) 150 (22,9%) 140
- Tidur menggunakan kelambu
(2,0%) 150 (5,0%) 140
- Menggunakan temephos/ikan
(2,0%) 150 (0,7%) 140
- Menggunakan perangkap nyamuk
(0,0%) 150 (0,7%) 140
- Menutup tampungan air
(36,0%) 150 (44,3%) 140
- Mengganti air vas, tempat minum binatang
(0,0%) 150 (2,1%) 140
45
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
(0,7%) 150 (0,7%) 140
- Memakai raket nyamuk
(0,0%) 150 (0,0%) 140
17 Tempat apa saja yang sering ditemukan jentik
- Bak mandi/wc (70,7%) 150 (75,0%) 140
- Ember (19,3%) 150 (30,7%) 140
- Drum (50,7%) 150 (59,3%) 140
- Dispenser (8,7%) 150 (15,7%) 140
- Tempat penampungan air kulkas
(0,7%) 150 (6,4%) 140
- Toren/Tandon/tangki air
(4,7%) 150 (5,0%) 140
- Pagar bamboo (0,7%) 150 (0,7%) 140
- Tempurung kelapa (0,0%) 150 (0,0%) 140
- Pot tanaman (4,0%) 150 (9,3%) 140
- Tempat minum binatang
(0,0%) 150 (0,7%) 140
- Aquarium (2,7%) 150 (2,1%) 140
- Kolam (0,7%) 150 (3,6%) 140
- Barang bekas (35,3%) 150 (28,6%) 140
- Selokan/got (53,3%) 150 (28,6%) 140
- Tempat air suci (2,0%) 150 (0,0%) 140
- Lainnya (2,7%) 150 (4,3%) 140
18 Apa yang dilakukan jika ditemukan jentik
- Membuang air (74,7%) 150 (78,6%) 140
- Menguras dan menyikat
(55,3%) 150 (71,4%) 140
- Menaburkan obat pembasmi jentik
(7,3%) 150 (5,7%) 140
- Memelihara ikan (2,0%) 150 (4,3%) 140
- Membuang jentiknya
(6,7%) 150 (9,3%) 140
- Lainnya (6,7%) 150 (5,7%) 140
Pengetahuan responden di Desa Sidodadi mengalami peningkatan
secara signifikan setelah dilakukan intervensi. Responden yang pernah
mendengar istilah jumantik dari 23,3% sebelum intervensi menjadi 73,6%
setelah dilakukan intervensi. Begitupula responden yang mendengar istilah
1R1J dari hanya sekitar 8% sebelum intervensi menjadi 68,6% setelah
intervensi. Sumber informasi tetang 1R1J yang diterimapun berubah dari
46
keluarga (91,7%) sebelum intervensi menjadi Kader (62,5%) dan petugas
puskesmas (60,4%) menjadi sumber utama informasi tentang 1R1J yang
diterima responden setelah mendapatkan intervensi.
Kesadaran tentang pentingnya sosialisasi tentang 1R1J juga
meningkat dari 11 orang yang merasa perlu saat sebelum intervensi menjadi
94 orang responden menjawab perlu adanya sosialisasi setelah dilakukan
intervensi. Terkait siapa yang harus melaksanakan sosialisasipun responden
meningkat dari tidak tahu menjadi tahu siapa saja yang harus melakukan
sosialisasi. Peningkatan kesadaran responden juga dapat dilihat dari
jawaban pertanyaan tentang siapa yang menjadi Jumantik rumah yang pada
awalnya sebagian responden menjawab istri (83,3%) saja yang pantas
menjadi jumantik rumah menjadi kepala keluarga (77,1%) dan istri (80,2%)
keduanya bisa menjadi Jumantik rumah setelah dilakukan intervensi. Terkait
pengetahuan tentang apa itu 3M plus, tempat apa saja yang sering
ditemukan jenti dan apa yang harus dilakukan jika ditemukan jentik tidak
terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah intervensi.
Sikap
Tabel 9. Sikap Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
Sikap (PERLAKUAN)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Setuju (%)
Tidak setuju (%)
N Setuju (%)
Tidak setuju (%)
N
1 Gerakan 1R1J tidak perlu disosialisasikan
(10,0%) (90,0%) 150 (15,7%) (84,3%) 140
2 Gerakan 1R1J perlu dilaksanakan disetiap rumah
(94,7%) (5,3%) 150 (95,0%) (5,0%) 140
3 Semua anggota rumah tangga bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan disekitar ruma
(98,0%) (2,0%) 150 (97,1%) (2,9%) 140
4 Kartu pemeriksaan jentik harus diisi ketika melakukan
(97,3%) (2,7%) 150 (97,1%) (2,9%) 140
47
pemeriksaan jentik
5 Kegiatan 3M plus tidak perlu dilakukan disetiap rumah
(16,7%) (83,3%) 150 (12,1%) (87,9%) 140
6 Hanya lingkungan dalam rumah saja yang perlu diperhatikan kebersihannya
(10,7%) (89,3%) 150 (14,3%) (85,7%) 140
7 Perlu menguras bak mandi atau penampungan air minimal 1 minggu 1 kali
(96,7%) (3,3%) 150 (96,4%) (3,6%) 140
8 Kunjungan petugas/kader Jumantik diperlukan untuk memantau lingkungan sekitar rumah warga
(96,7%) (3,3%) 150 (92,1%) (7,9%) 140
9 Saya merasa terganggu bila dikunjungi petugas atau kader Jumantik 2 minggu sekali
(15,3%) (84,7%) 150 (14,3%) (85,7%) 140
10 Rumah yang ditemukan jentik diberikan sangsi
(59,3%) (40,7%) 150 (57,1%) (42,9%) 140
Aspek sikap responden desa Sidodadi sebagian besar menunjukkan
tanda yang baik karena sebagian besar jawaban mereka mendukung
terhadap adanya gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini. Sikap yang baik ini justru
ditunjukkan sejak sebelum intervensi diberikan pada daerah ini.
Tindakan
Tabel 10. Tindakan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan
Sidodadi
Tindakan (PERLAKUAN)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Ya(%) Tidak (%)
N Ya(%) Tidak (%)
N
1 Pernah mendapatkan sosialisasi 1R1J
(16,0%) (84,0%) 150 (67,1%) (32,9%) 140
48
2 Berapa kali sosialisasi yang pernah didapatkan
2015
- Tidak pernah (5%) 24 (42,6%) 94
- Sekali (8,3%) 24
- Dua kali (4,2%) 24
- Lupa (37,5%) 24 (57,4%) 94
2016
- Tidak pernah (45,8%) 24 (41,5%) 94
- Sekali (12,5%) 24 (3,2%) 94
- Dua kali (4,2%) 24 (1,1%) 94
- Lupa (37,5%) 24 (54,3%) 94
2017
- Tidak pernah (45,8%) 24 (43,6%) 94
- Sekali (12,5%) 24 (2,1%) 94
- Dua kali (4,2%) 24
- Tiga kali (8,3%) 24
- 12 kali (4,2%) 24
- Lupa (25,0%) 24 (54,3%) 94
2018
- Tidak pernah (41,7%) 24 (12,8%) 94
- Sekali (8,3%) 24 (39,4%) 94
- Dua kali (4,2%) 24 (26,6%) 94
- Tiga kali (4,2%) 24 (2,1%) 94
- Lebih dari 3 kali (7,4%) 94
- 12 kali (8,3%) 24
- Lupa (33,3%) 24 (11,7%) 94
3 Siapa yang melakukan sosialisasi
- RT/RW (20,8%) 24 (36,5%) 96
- Petugas keluraan/kecamatan
(37,5%) 24 (22,9%) 96
- Petugas kader (16,7%) 24 (47,9%) 96
- Petugas puskesmas (62,5%) 24 (67,7%) 96
- Petugas Dinkes (8,3%) 24 (5,2%) 96
- Lainnya (100%) 24 (96,9%) 96
4 Apa materi sosialisasi
- Penularan vektor DBD
(95,8%) 24 (82,3%) 96
- Cara mengamati jentik
(54,2%) 24 (77,1%) 96
- Cara membasmi jentik
(62,5%) 24 (37,5%) 96
- Cara mencatat di kartu jentik
(45,8%) 24 (47,9%) 96
- PSN 3M plus (70,8%) 24 (39,6%) 96
5 Apakah program 1R1J (16,0%) (84,0%) 150 (75,0%) (25,0%) 140
49
pernah dilaksanakan ditempat saudara
6 Siapa yang melaksanakan gerakan 1R1J
- Kepala keluarga (54,2%) 24 (65,7%) 105
- Istri (75,0%) 24 (63,8%) 105
- Anak (20,8%) 24 (29,5%) 105
- ART lainnya (4,2%) 24 (7,6%) 105
- Asisten/pembantu rumah tangga
(0%) 24 (2,9%) 105
- Tidak tahu (0%) 24 (1,9%) 105
7 Sejak tahun berapa prohram 1R1J dilaksanakan
- 2015 (20,8%) 24 (5,7%) 105
- 2916 (29,2%) 24 (5,7%) 105
- 2017 (45,8%) 24 (3,8%) 105
- 2018 (33,3%) 24 (2%) 105
- 2019 (4,2%) 24 (82,9%) 105
- Tidak pernah melaksanakan
(4,2%) 24 4,8%) 105
8 Apakah program 1R1J masih tetap dilaksanakan di rumah tangga sampai saat ini
(54,2%) (41,7%) 24 (97,1%) (4,8%) 105
9 Siapa yang sering melaksanakan jumantik rumah
- Bapak (28,4%) 102
- Ibu (84,6%) 13 (59,8%) 102
- Anak (8,8%) 102
- Anggota RT Lainnya (2,0%) 102
10 Apakah memiliki kartu jentik
- Ya, dapat menunjukkan
(7,7%) 13 (97,1%) 102
- Ya, tidak dapat menunjukkan
(38,5%) 13 (3,9%) 102
- Tidak ada (53,8%) 13
11 Apakah kartu diisi (7,7%) (92,3%) 13 (84,3%) (12,7%) 102
12 Apakah petugas/kader/koordinator jumantik memeriksa kartu jentik
(7,7%) (92,3%) 13 (89,2%) (11,8%) 102
13 Berapa kali kunjungan coordinator Jumantik ke rumah
- 1 minggu 1x (10 1 (89,2%) 102
50
- 2 minggu 1x (6,9%) 102
- >2minggu 1x (4,9%) 102
- Tidak tahu (2,0%) 102
14 Mengapa tidak dilaksanakan 1R1J
- Malas (5,3%) 150 (4,7%) 86
- Tidak ada waktu (12,7%) 150 (7,0%) 86
- Lingkungan sudah bersih
(5,3%) 150 (2,3%) 86
- Tidak ada yang mengerjakan
(14,0%) 150 (7,0%) 86
- Merasa tidak perlu (6,7%) 150 (3,5%) 86
- Tidak tahu (61,3%) 150 (44,2%) 86
15 Apakah melakukan PSN 3M plus sbb:
- Menguras tampungan air
(98,7%) 150 (99,3%) 140
- Menutup rapat tampungan air
(72,7%) 150 (71,4%) 140
- Mendaur ulang barang bekas
(11,3%) 150 (21,4%) 140
- Mengganti air vas bunga, minum burung dll.
(14,7%) 150 (9,3%) 140
- Tidur menggunakan kelambu
(6,7%) 150 (6,4%) 140
- Menggunakan anti nyamuk
(55,3%) 150 (42,9%) 140
- Melakukan larvasidasi
(7,3%) 150 (5,0%) 140
- Memelihara ikan pemakan jentik
(4,7%) 150 (2,1%) 140
- Menggunakan perangkap nyamuk
(2,0%) 150 (4,3%) 140
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
(4,0%) 150 (0,7%) 140
- Memasang kawat kasa nyamuk
(37,3%) 150 (1,4%) 140
- Lainnya (0,7%) 150 (31,4%) 140
16 Dimana menemukan jentik nyamuk
- Bak mandi/wc (66,0%) 150 (72,9%) 140
- Ember (19,3%) 150 (32,1%) 140
- Drum (48,7%) 150 (55,7%) 140
- Dispenser (7,3%) 150 (22,1%) 140
- TPA Kulkas (0,7%) 150 (5,0%) 140
- Toren air/Tandon/Tangki
150 (0,7%) 140
51
air
- Pagar bamboo 150 140
- Tempurung kelapa (0,7%) 150 (0,7%) 140
- Pot tanaman (2,7%) 150 (10,7%) 140
- Tempat minum binatang
(0,7%) 150 (2,1%) 140
- Aquarium (1,3%) 150 (3,6%) 140
- Kolam 150 (5,0%) 140
- Barang bekas (21,3%) 150 (12,1%) 140
- Selokan/got (46,7%) 150 (18,6%) 140
- Tempat air suci (1,3%) 150 140
- Lainnya (0,7%) 150 (1,4%) 140
17 Apa yang dilakukan jika ditemukan jentik
- Membuang air (79,3%) 150 (80,7%) 140
- Menguras dan menyikat
(67,3%) 150 (70,7%) 140
- Menaburkan obat pembasmi jentik
(5,3%) 150 (3,6%) 140
- Memelihara ikan (2,7%) 150 (7,9%) 140
- Membuang jentiknya
(3,3%) 150 (1%) 140
Aspek tindakan, Desa Sidodadi menunjukkan peningkatan nilai
tindakan dari sebelum dan sesudah diintervensi. Hal ini ditunjukkan dari
mereka pernah menerima sosialisasi 1R1J dari hanya sekitar 16% sebelum
intervensi menjadi 67,1% setelah diintervensi. Sebagian responden juga
mengaku setelah dilakukan intervensi, gerakan 1R1J pernah dilaksanakan
dirumah mereka (75%) dari yang hanya 16% sebelum intervensi. Apakah
program 1R1J tetap dilaksanakan hingga sekarang juga terjadi peningkatan
yang signifikan dari 13 orang (54,2%) sebelum intervensi menjadi 102 orang
(97,1%) setelah intervensi. Terkait kepemilikan kartu jentik, sebagian besar
responden dapat menunjukkan kartu jentik mereka dan telah diisi setelah
diintervensi. Begitupula kunjungan (89,2%) dan pemeriksaan (100%) oleh
koordinator Jumantik telah dilakukan di sebagian besar rumah responden
setelah dilakukan intervensi. Tindakan terkait pelaksanaan 3M plus,
penemuan jentik dan perlakuan setelah menemukan jentik sebagian besar
sudah baik bahkan sebelum dilakukan intervensi.
52
3.3.2. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan di Daerah Kontrol
Karakteristik Responden
Tabel 11. Karakteristik Responden di Kelurahan Dadi Mulya
No Variabel Pra Intervensi Pasca Intervensi
Jumlah(%) N Jumlah(%) N
1 Rerata kepadatan penghuni rumah 4,15 (1-11) 1-11(4,17)
2 Jenis kelamin KK
- Laki-laki (90,7%) 150 (89,6%) 144
- Perempuan (9,3%) 150 (10,4%) 144
3 Umur KK
- 15-25 (0,0%) 150 (2,1%) 144
- 22-55 (50,0%) 150 (51,4%) 144
- >56 (50,0%) 150 (46,5%) 144
4 Pendidikan KK
- Belum pernah sekolah (1,3%) 150 (1,4%) 144
- Tidak tamat SD/MI (3,3%) 150 (6,3%) 144
- Tamat SD/MI (29,3%) 150 (27,8%) 144
- Tamat SLTP/MTs (16,7%) 150 (15,3%) 144
- Tamat SLTA/MA (41,3%) 150 (40,3%) 144
- Tamat PT (6,7%) 150 (9,0%) 144
5 Pekerjaan KK
- Tidak bekerja (16,0%) 150 (17,4%) 144
- Sekolah (9,3%) 150 (0,7%) 144
- PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (20,7%) 150 (8,3%) 144
- Pegawai swasta (35,3%) 150 (25,0%) 144
- Wiraswasta/pedagang (1,3%) 150 (34,7%) 144
- Petani/buruh tani (1,3%) 150 (0,7%) 144
- Buruh/sopir/ART (13,3%) 150 (10,4%) 144
- Lainnya (2,7%) 150 (2,8%) 144
6 Penggunaan anti nyamuk
- Repelen (7,3%) 150 (7,6%) 144
- OBB (19,3%) 150 (17,4%) 144
- Semprot (aerosol) (26,7%) 150 (22,2%) 144
- Elektrik (1,3%) 150 (9,7%) 144
- Tidak menggunakan (8,7%) 150 (43,1%) 144
- ( 36,7%)
150 (0%) 144
7 Peran KK dalam mengelola jentik di rumah
- Mengamati (0,7%) 150 (12,5%) 144
- Membersihkan (8,7%) 150 (31,9%) 144
- Mengamati &membersihkan
(38,0%) 150 (2,8%) 144
- Tidak melakukan (52,7%) 150 (52,8%) 144
53
Pada awal kegiatan survey pra intervensi responden yang didapatkan
sebesar 300 Ruta baik dari kelompok intervensi maupun kelompok kontrol,
sesuai dengan kebutuhan sampel yang direncanakan. Namun setelah
intervensi terjadi penurunan respon rate menjadi 140 untuk desa Sidodadi
sebagai wilayah intervensi dan 144 untuk desa Dadi mulya sebagai Kontrol.
Informasi karakteristik rumah tangga kelompok kontrol lengkap dapat dilihat
pada tabel 1. Rerata kepadatan penghuni rumah pada kelompok intervensi
adalah 4 orang dengan rentang kepadatan penghuni 1 sampai dengan 11
orang setiap rumah tangga. Jenis kelamin Kepala keluarga masih didominasi
oleh laki-laki sebesar 90,7%. Rentang usia kepala keluarga sebagian besar
usia produktif (26-55 tahun) sebesar 51,4% disusul kelompok usia di atas 56
tahun (46,5%).Pendidikan terakhir kepala keluarga terbanyak tamat
SLTA(40,3%) disusul tamat SD(27,8%), SLTP(15,3%), Perguruan Tinggi
(9%). Pekerjaan KK sebagian besar adalah pedagang atau berwiraswasta
(34,7%). Terkait perilaku rumah tangga dalam penggunaan anti nyamuk,
sebagian besar responden mengaku tidak menggunakan anti nyamuk
(36,7%) di rumahnya. Namun setelah intervensi sebagian besar rumah
tangga menjadi menggunakan anti nyamuk elektrikdi rumahnya (43,1%).
Rumah tangga sebagian besar tidak aktif dalam pencegahan dan
pemberantasan sarang nyamuk di rumah (52,7%). Hasil yang sama
didapatkan pada saat setelah intervensi, peran KK di desa Dadi Mulya
sebagian besar tidak melakukan aktifitas pembasmian jentik di rumahnya
(52,8%)
Pengetahuan
Tabel 12. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
Pengetahuan (KONTROL)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Ya(%) Ya(%) N Ya(%) Tidak (%)
N
1 Mendengar istilah Jumantik (23,3%) (76,7%) 150 (45,8%) (54,2%) 144
2 Mendengar istilah 1 rumah 1 jumantik
(8,0%) (92,0%) 150 (17,4%) (82,6%) 144
3 Dari mana mendengar 1R1J
54
- RT/RW (8,3%) 12 (8,0%) 25
- Kelurahan/Kecamatan (16,7%) 12 (0%) 25
- Kader (41,7%) 12 (8,0%) 25
- Keluarga (16,7%) 12 (0%) 25
- Petugas Puskesmas (58,3%) 12 (76,0%) 25
- Petugas Dinas Kesehatan
(0%) 12 (8,0%) 25
- Media cetak/Elektronik/media social
(25,0%) 12 (16,0%) 25
- Lainnya (4,0%) 25
4 Apakah sosialisasi diperlukan (8,3%) (91,7%) 12
5 Siapa yang melakukan sosialisasi
- RT/RW (33,3%) 12 (28,0%) 25
- Petugas keluraan/kecamatan
(16,7%) 12 (24,0%) 25
- Petugas kader (25,0%) 12 (16,0%) 25
- Petugas puskesmas (91,7%) 12 (76,0%) 25
- Petugas Dinkes (25,0%) 12 (16,0%) 25
- Tidak tahu (8,3%) 12 (4,0%) 25
6 Apa materi sosialisasi
- Penularan vektor DBD (8,3%) 12 (48,0%) 25
- Cara mengamati jetik (33,3%) 12 (48,0%) 25
- Cara membasmi jentik (25,0%) 12 (24,0%) 25
- Cara mencatat di kartu jentik
(16,7%) 12 (24,0%) 25
- PSN 3M plus (66,7%) 12 (36,0%) 25
- Tidak tahu (0%) 12 (8,0%) 25
7 Siapa yang harus mendapatkan sosialisasi
- Kepala keluarga (58,3%) 12 (48,0%) 25
- Istri (75,0%) 12 (72,0%) 25
- Anak (16,7%) 12 (4%) 25
- ART lainnya (8,3%) 12 (12,0%) 25
- Asisten/pembantu rumah tangga
(8,3%) 12 (8,0%) 25
- Tidak tahu (8,3%) 12 (8,0%) 25
8 Siapa yang bisa menjadi Jumantik rumah
- Kepala keluarga (41,7%) 12 (48,0%) 25
- Istri (83,3%) 12 (68,0%) 25
- Anak (33,3%) 12 (32,0%) 25
- ART lainnya (0%) 12 (0%) 25
- Asisten/pembantu rumah tangga
(0%) 12 (0%) 25
- Tidak tahu (0%) 12 (4,0%) 25
55
9 Apakah syarat menjadi Jumantik rumah
- Berusia>= 15 tahun (8,3%) 12 (2%) 25
- Dapat menggerakkan (41,7%) 12 (32,0%) 25
- Dapat memeriksa (33,3%) 12 (40%) 25
- Bertanggungjawab terhadap kebersihan
(16,7%) 12 (44,0%) 25
- Pernah dapat sosialisasi (25,0%) 12 (12,0%) 25
- Tidak tahu (41,7%) 12 (24,0%) 25
10 Apa tugas Jumantik rumah
- Mensosialisasikan PSN 3M plus kepada keluarga
(58,3%) 12 (60%) 25
- Memeriksa tempat perkembangbiakan nyamuk minimal seminggu sekali
(66,7%) 12 (48,0%) 25
- Menggerakkan anggota rumah tangga melakukan PSN 3M plus seminggu 1x
(25,0%) 12 (48,0%) 25
- Mengisi kartu jentik (25,0%) 12 (12,0%) 25
11 Apakah mengetahui kartu jentik (58,3%) (41,7%) 12 (12,0%) (88,0%) 25
12 Apakah kegunaan kartu jentik
- Mencatat hasil pemeriksaan
(71,4%) 7 (100%) 3
- Tidak tahu (28,6%) 7 (0%) 3
13 Siapa yang dapat mengisi kartu jentik
7
- Kepala keluarga (42,9%) 7 (0%) 3
- Anggota keluarga (42,9%) 7 (66,7%) 3
- Kader (14,3%) 7 (0%) 3
- RT/RW 7 (0%) 3
14 Siapa yang berkunjung ke rumah dlm rangka 1R1J
- Kader (66,7%) 12 (4,0%) 25
- Petugas Puskesmas (25,0%) 12 (32,0%) 25
- RT/RW (8,3%) 12 (4,0%) 25
- Koordinator Jumantik (0%) 12 (0%) 25
- Supervisor Jumantik (0%) 12 (0%) 25
- Lainnya (0%) 12 (0%) 25
15 Berapa kali kunjungan koordinator ke rumah
- 1 mingg 1x (16,7%) 12 (4,0%) 25
- 2 minggu 1x (0%) 12 (8,0%) 25
- >2 minggu 1x (8,3%) 12 (4,0%) 25
- Tidak tahu (66,7%) 12 (56,0%) 25
56
16 Apa itu kegiatan 3M plus
- Menguras (58,0%) 150 (67,4%) 144
- Mengubur/mendaur ulang
(38,7%) 150 (42,4%) 144
- Menggunakan anti nyamuk
(4,7%) 150 (4,9%) 144
- Tidur menggunakan kelambu
(2,0%) 150 (3,5%) 144
- Menggunakan temephos/ikan
(0,7%) 150 (1,4%) 144
- Menggunakan perangkap nyamuk
(0%) 150 (4,9%) 144
- Menutup tampungan air (32,7%) 150 (41,0%) 144
- Mengganti air vas, tempat minum binatang
(2,0%) 150 (0%) 144
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
(1,3%) 150 (0%) 144
- Memakai raket nyamuk (1,3%) 150 (0,7%) 144
17 Tempat apa saja yang sering ditemukan jentik
- Bak mandi/wc (62,7%) 150 (60,4%) 144
- Ember (26,0%) 150 (27,1%) 144
- Drum (48,7%) 150 (54,9%) 144
- Dispenser (3,3%) 150 (11,1%) 144
- Tempat penampungan air kulkas
(0,7%) 150 (3,5%) 144
- Toren/Tandon/tangki air (0,7%) 150 (1,4%) 144
- Pagar bamboo (0,7%) 150 (0%) 144
- Tempurung kelapa (2,0%) 150 (0,7%) 144
- Pot tanaman (1,3%) 150 (6,3%) 144
- Tempat minum binatang (0%) 150 (2,8%) 144
- Aquarium (1,3%) 150 (1,4%) 144
- Kolam (0,7%) 150 (2,1%) 144
- Barang bekas (42,7%) 150 (35,4%) 144
- Selokan/got (40,7%) 150 (28,5%) 144
- Tempat air suci 150 (0,7%) 144
- Lainnya (5,3%) 150 144
18 Apa yang dilakukan jika ditemukan jentik
- Membuang air (59,3%) 150 (76,4%) 144
- Menguras dan menyikat
(58,7%) 150 (68,8%) 144
- Menaburkan obat pembasmi jentik
(10,7%) 150 (4,9%) 144
- Memelihara ikan (2,0%) 150 (1,4%) 144
- Membuang jentiknya (2,0%) 150 (5,6%) 144
- Lainnya (6,0%) 150 (2,8%) 144
57
Pengetahuan responden di Desa Dadi Mulya sebagai wilayah kontrol
mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan setelah dilakukan
intervensi. Responden yang pernah mendengar istilah jumantik dari 23,3%
sebelum intervensi menjadi 45,8% setelah dilakukan intervensi. Begitupula
responden yang mendengar istilah 1R1J dari hanya sekitar 8% sebelum
intervensi menjadi 17,4% setelah intervensi. Sumber informasi tetang 1R1J
yang diterimapun tidak berubah dari petugas puskesmas (58,3%) sebelum
intervensi 60,4% yang menjadi sumber utama informasi tentang 1R1J yang
diterima responden kontrol setelah intervensi.
Kesadaran tentang pentingnya sosialisasi tentang 1R1J juga
meningkat dari 1 orang yang merasa perlu saat sebelum intervensi menjadi
25 orang responden menjawab perlu adanya sosialisasi setelah dilakukan
intervensi. Terkait siapa yang harus melaksanakan sosialisasipun responden
mengaku petugas puskesmas yang harus melakukan sosialisasi ini.
Peningkatan kesadaran responden juga dapat dilihat dari jawaban
pertanyaan tentang siapa yang menjadi Jumantik rumah yang pada awalnya
sebagian responden menjawab istri (83,3%) saja yang pantas menjadi
jumantik rumah menjadi kepala keluarga (48%) dan istri (68%) keduanya
bisa menjadi Jumantik rumah setelah intervensi. Terkait pengetahuan
tentang apa itu 3M plus, tempat apa saja yang sering ditemukan jenti dan
apa yang harus dilakukan jika ditemukan jentik tidak terdapat perbedaan
pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi.
Sikap
Tabel 13. Sikap Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
Sikap (KONTROL)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Setuju(%)
Tidak setuju
(%)
N Tidak setuju
(%)
Setuju(%)
N
1 Gerakan 1R1J tidak perlu disosialisasikan
(16,0%) (84,0%) 150 (4,2%) (95,8%) 144
2 Gerakan 1R1J perlu dilaksanakan disetiap rumah
(94,7%) (5,3%) 150 (97,2%) (2,8%) 144
3 Semua anggota rumah tangga bertanggungjawab terhadap
(98,7%) (1,3%) 150 (96,5%) (3,5%) 144
58
kebersihan lingkungan disekitar ruma
4 Kartu pemeriksaan jentik harus diisi ketika melakukan pemeriksaan jentik
(92,0%) (8,0%) 150 (90,3%) (9,7%) 144
5 Kegiatan 3M plus tidak perlu dilakukan disetiap rumah
(30,0%) (70,0%) 150 (6,9%) (93,1%) 144
6 Hanya lingkungan dalam rumah saja yang perlu diperhatikan kebersihannya
(15,3%) (84,7%) 150 (26,4%) (73,6%) 144
7 Perlu menguras bak mandi atau penampungan air minimal 1 minggu 1 kali
(96,0%) (4,0%) 150 (95,8%) (4,2%) 144
8 Kunjungan petugas/kader Jumantik diperlukan untuk memantau lingkungan sekitar rumah warga
(96,0%) (4,0%) 150 (95,8%) (4,2%) 144
9 Saya merasa terganggu bila dikunjungi petugas atau kader Jumantik 2 minggu sekali
(17,3%) (82,7%) 150 (11,8%) (88,2%) 144
10 Rumah yang ditemukan jentik diberikan sangsi
(59,3%) (40,7%) 150 (61,1%) (38,9%) 144
Aspek sikap responden desa Dadi Mulya sebagai kontrol sebagian
besar menunjukkan tanda yang baik karena sebagian besar jawaban mereka
mendukung terhadap adanya gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini. Sikap yang
baik ini justru ditunjukkan sejak sebelum intervensi diberikan pada daerah
ini. Hal yang berbeda ditunjukkan dari sikap mereka yang tidak setuju
diberikan sanksi jika rumahnya ditemukan jentik.
Tindakan
Tabel 14. Tindakan Masyarakat Terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Dadi Mulya
Tindakan (KONTROL)
Pra Intervensi Pasca Intervensi
Ya(%) Tidak (%) N Ya(%) Tidak (%) N
1 Pernah mendapatkan sosialisasi 1R1J
(8,7%) (91,3%) 150 (9,0%) (91,0%) 144
2 Berapa kali sosialisasi yang pernah didapatkan
2015
- Tidak pernah (69,2%) 13 (53,8%) 13
59
- Sekali (7,7%) 13 (7,7%) 13
- Dua kali (7,7%) 13
- Lupa (23,1%) 13 (7,7%) 13
2016
- Tidak pernah (30,8%) 13 (61,5%) 13
- Sekali (30,8%) 13 13
- Dua kali (7,7%) 13 13
- Lupa (30,8%) 13 (15,4%) 13
2017
- Tidak pernah (53,8%) 13 (46,2%) 13
- Sekali (15,4%) 13 (23,1%) 13
- Dua kali 13
- Tiga kali 13
- 12 kali 13
- Lupa (30,8%) 13 (15,4%) 13
2018
- Tidak pernah (69,2%) 13 (46,2%) 13
- Sekali (7,7%) 13 (38,5%) 13
- Dua kali (15,4%) 13
- Tiga kali 13
- Lebih dari 3 kali 13
- 12 kali 13
- Lupa (23,1%) 13 (15,4%) 13
3 Siapa yang melakukan sosialisasi
- RT/RW (0%) 13 (15,4%) 13
- Petugas keluraan/kecamatan
(30,8%) 13 (0%) 13
- Petugas kader (23,1%) 13 (23,1%) 13
- Petugas puskesmas (46,2%) 13 (92,3%) 13
- Petugas Dinkes (7,7%) 13 (0%) 13
- Lainnya (7,7%) 13 (7,7%) 13
4 Apa materi sosialisasi
- Penularan vektor DBD
(69,2%) 13 (69,2%) 13
- Cara mengamati jentik
(38,5%) 13 (23,1%) 13
- Cara membasmi jentik
(46,2%) 13 (61,5%) 13
- Cara mencatat di kartu jentik
(46,2%) 13 (38,5%) 13
- PSN 3M plus (84,6%) 13 (53,8%) 13
5 Apakah program 1R1J pernah dilaksanakan ditempat saudara
(3,3%) (96,7%) 150 (4,9%) (95,1%) 144
6 Siapa yang melaksanakan gerakan 1R1J
60
- Kepala keluarga (60%) 5 (46,2%) 13
- Istri (60%) 5 (30,8%) 13
- Anak (0%) 5 (7,7%) 13
- ART lainnya (20%) 5 (7,7%) 13
- Asisten/pembantu rumah tangga
(0%) 5 (61,5%) 13
- Tidak tahu (0%) 5 (53,8%) 13
7 Sejak tahun berapa prohram 1R1J dilaksanakan
- 2015 (20%) 5 (15,4%) 13
- 2916 (20%) 5 (0%) 13
- 2017 (40%) 5 (7,7%) 13
- 2018 (20%) 5 (0%) 13
- 2019 (0%) 5 (15,4%) 13
- Tidak pernah melaksanakan
(20%) 5 (7,7%) 13
8 Apakah program 1R1J masih tetap dilaksanakan di rumah tangga sampai saat ini
(40%) (40%) 5 (42,9%) (57,1%) 7
9 Siapa yang sering melaksanakan jumantik rumah
- Bapak (33,3%) 3
- Ibu (100%) 2 (66,7%) 3
- Anak
- Anggota RT Lainnya
10 Apakah memiliki kartu jentik
- Ya, dapat menunjukkan
(0%) 2 (0%) 3
- Ya, tidak dapat menunjukkan
(0%) 2 (33,3%) 3
- Tidak ada (100%) 2 (66,7%) 3
11 Apakah kartu diisi (50%) (50%) 2
12 Apakah petugas/kader/koordinator jumantik memeriksa kartu jentik
(50%) (50%) 2 (33,3%) (66,7%) 3
13 Berapa kali kunjungan coordinator Jumantik ke rumah
- 1 minggu 1x (100%) 1 (33,3%) 3
- 2 minggu 1x (0%) 1 (33,3%) 3
- >2minggu 1x (0%) 1 (0%) 3
- Tidak tahu (0%) 1 (33,3%) 3
61
14 Mengapa tidak dilaksanakan 1R1J
- Malas (4,7%) 150 (16,0%) 131
- Tidak ada waktu (4,7%) 150 (8,4%) 131
- Lingkungan sudah bersih
(4,7%) 150 (31,3%) 131
- Tidak ada yang mengerjakan
(5,3%) 150 (46,6%) 131
- Merasa tidak perlu (0,7%) 150 (16,0%) 131
- Tidak tahu (76,7%) 150 (71,8%) 131
15 Apakah melakukan PSN 3M plus sbb:
- Menguras tampungan air
(93,3%) 150 (97,2%) 144
- Menutup rapat tampungan air
(51,3%) 150 (72,2%) 144
- Mendaur ulang barang bekas
(6,0%) 150 (16,7%) 144
- Mengganti air vas bunga, minum burung dll.
(8,7%) 150 (7,6%) 144
- Tidur menggunakan kelambu
(8,7%) 150 (8,3%) 144
- Menggunakan anti nyamuk
(46,7%) 150 (32,6%) 144
- Melakukan larvasidasi
(5,3%) 150 (1,4%) 144
- Memelihara ikan pemakan jentik
(3,3%) 150 (0,7%) 144
- Menggunakan perangkap nyamuk
(1,3%) 150 (0%) 144
- Menanam tanaman pengusir nyamuk
(4,7%) 150 (1,4%) 144
- Memasang kawat kasa nyamuk
(25,3%) 150 (22,2%) 144
- Lainnya (0,7%) 150 (0%) 144
16 Dimana menemukan jentik nyamuk
- Bak mandi/wc (53,3%) 150 (60,4%) 144
- Ember (21,3%) 150 (27,1%) 144
- Drum (40%) 150 (53,5%) 144
- Dispenser (6,7%) 150 (11,1%) 144
- TPA Kulkas (3,3%) 150 (4,2%) 144
- Toren air/Tandon/Tangki air
(1,3%) 150 (1,4%) 144
- Pagar bamboo (0%) 150 (0%) 144
- Tempurung kelapa (0,7%) 150 (0%) 144
62
- Pot tanaman (2,0%) 150 (5,6%) 144
- Tempat minum binatang
(0,7%) 150 (2,8%) 144
- Aquarium (0,7%) 150 (1,4%) 144
- Kolam (1,3%) 150 (3,5%) 144
- Barang bekas (30%) 150 (16,7%) 144
- Selokan/got (36,0%) 150 (21,5%) 144
- Tempat air suci (0%) 150 (0,7%) 144
- Lainnya (1,3%) 150 (0%) 144
17 Apa yang dilakukan jika ditemukan jentik
- Membuang air (64,7%) 150 (74,3%) 144
- Menguras dan menyikat
(59,3%) 150 (63,9%) 144
- Menaburkan obat pembasmi jentik
(9,3%) 150 (4,9%) 144
- Memelihara ikan (0,7%) 150 (2,8%) 144
- Membuang jentiknya
(4,0%) 150 (4,9%) 144
Aspek tindakan, Desa Dadi Mulya sebagai control tidak menunjukkan
peningkatan nilai tindakan dari sebelum dan sesudah diintervensi. Hal ini
ditunjukkan dari mereka pernah menerima sosialisasi 1R1J dari hanya
sekitar 8,7% sebelum intervensi menjadi 9% setelah diintervensi. Sebagian
responden juga mengaku setelah intervensi, gerakan 1R1J pernah
dilaksanakan dirumah mereka (4,9%) dari yang hanya 3,3% sebelum
intervensi. Apakah program 1R1J tetap dilaksanakan hingga sekarang juga
tidak terjadi peningkatan yang signifikan dari 2 orang (40%) sebelum
intervensi menjadi 3 orang (42,9%) setelah intervensi. Terkait kepemilikan
kartu jentik, sebagian besar responden tidak dapat menunjukkan kartu jentik
mereka dan tidak memiliki sama sekali setelah diintervensi. Begitupula
kunjungan dan pemeriksaan oleh koordinator Jumantik tidak dilakukan di
sebagian besar rumah responden sebelum dan sesudah intervensi.
Tindakan di daerah kontrol ini juga terkait pelaksanaan 3M plus penemuan
jentik dan perlakuan setelah menemukan jentik sebagian besar sudah baik
bahkan sebelum dilakukan intervensi.
63
3.3.3. Uji beda Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Uji Normalitas
Pada saat sebelum melakukan analisis uji beda antara data sebelum dan
sesudah intervensi serta membandingkan hasil dari wilayah intervensi dan kontrol,
data dipersyaratkan harus berdistribusi normal. Maka dilakukan uji normalitas
dengan hasil pada tabel 15 di mana nilai P value menunjukkan nilai lebih kecil dari
0,005 yang menandakan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 15. Hasil uji normalitas data
Uji Normalitas F P-value
Regression 5,742 0.000
Uji Beda
Uji beda pada wilayah desa Sidodadi pada saat sebelum dan sesudah
intervensi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 16, menunjukkan perbedaan
signifikan pada rerata nilai tataran pengetahuan dan perilaku/tindakan. Sedangkan
pada tataran sikap, tidak menunjukkan perbedaan nilai pada saat sebelum dan
sesudah intervensi. Nilai mean (rerata nilai) pada pengetahuan dan perilaku
menunjukkan tanda negatif yang berarti rerata nilai sebelum intervensi lebih rendah
dibandingkan dengan rerata nilai setelah intervensi. Rerata nilai sikap menunjukkan
nilai positif dan di bawah satu menunjukkan bahwa rerata nilai sikap pada saat
sebelum dan sesudah intervensi tidak memiliki perbedaan rerata nilai yang
bermakna.
Tabel 16. Hasil uji beda wilayah intervensi pada saat sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi
Mean Standar Deviasi f
Pengetahuan -49,836 43,350 0,000
Sikap 0,950 18,784 0,551
Perilaku -32,457 30,303 0,000
Penilaian dilakukan kembali pada Kelurahan Sidodadi (intervensi) dan
Kelurahan Dadimulya (kontrol) setelah dilaksanakan intervensi dapat dilihat pada
tabel 17. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelurahan pada tataran pengetahuan dan perilaku/tindakan dimana Kelurahan
Sidodadi memiliki rerata nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Kelurahan
64
Dadimulya. Namun demikian, rerata nilai sikap Kelurahan Dadimulya memiliki rerata
nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Sidodadi meskipun tidak berbeda
secara signifikan.
Tabel 17. Uji beda antara Kelurahan Sidodadi dan Dadi Mulya setelah dilakukan
Intervensi
Kelompok N Mean Standar Deviation Uji Beda
Pengetahuan Intervensi 140 63,42 38,411 0.000
kontrol 144 19,63 20,384
sikap Intervensi 140 86,94 12,468 0.291
kontrol 144 88,52 12,683
Perilaku Intervensi 140 50,86 24,975 0.000
kontrol 144 14,66 10,051
3.3.4. Hasil survei jentik
Hasil survei jentik (Pre test) di Kelurahan Sidodadi
Jenis kontainer yang berhasil teridentifikasi di wilayah intervensi dalam proses
pengumpulan data sebanyak 20 jenis kontainer, sedangkan jumlah kontainer yang
diperiksa sebanyak 656 kontainer dan 120 diantaranya ditemukan positif jentik dan
35 kontainer positif pupa (Tabel 18). Jumlah kontainer terbanyak dan ditemukan
positif jentik terbanyak adalah ember dan bak mandi. Kontainer sebagian besar
ditemukan didalam rumah (84,6%) dibandingkan di luar rumah, begitupula dengan
kontainer yang positif banyak ditemukan didalam rumah yaitu sebanyak 82
kontainer, sedangkan di luar hanya 38 kontainer yang positif (Tabel 20).
Tabel 18. Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
No Jenis Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
1 Bak Mandi 140 21,3 32 13
2 Bak WC 2 0,3 1 0
3 Drum 81 12,3 33 9
4 Tempayan/gentong 90 13,7 15 4
5 Ember 145 22,1 8 0
6 Baskom 50 7,6 3 0
7 Jerigen 26 4,0 3 1
8 Tempat wudhu 1 0,2 0 0
65
9 Galon 4 0,6 1 1
10 Aquarium bekas 1 0,2 1 0
11 Gelas/botol bekas kemasan 1 0,2 0 0
12 Tempat minum/mandi hewan peliharaan
25 3,8 4 1
13 Penampung kulkas 16 2,4 0 0
14 Penampung dispenser 33 5,0 13 5
15 Ban bekas 6 0,9 0 0
16 Vas/pot bunga 1 0,2 0 0
17 Kaleng/panci/ember bekas 13 2,0 2 1
18 Kolam/akuarium 10 1,5 1 0
19 Panci 10 1,5 2 0
20 Jerigen bekas 1 0,2 3 0
T O T A L 656 100,0 120 35
Tabel 19. Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Letak Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Luar 201 15,4 38 9
Dalam 455 84,6 82 26
T O T A L 656 100 120 35
Berdasarkan kondisi kontainer di wilayah intervensi tersaji dalam Tabel 20
Kondisi kontainer sebagian besar dalam keadaan terbuka dan kontainer tersebut
lebih banyak ditemukan adanya jentik dan pupa (92 dan 29 kontainer) dibandingkan
dengan kontainer yang tertutup. Kontainer tertutup masih ditemukan adanya positif
jentik dan pupa di wilayah intervensi.
Tabel 20. Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest
Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Kondisi Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Tertutup 147 22,4 28 6
Terbuka 509 77,6 92 29
T O T A L 656 100,0 120 35
66
Hasil indikator indeks entomologis tersaji dalam Tabel 21. Jumlah rumah
positif jentik sebanyak 74 rumah sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah
intervensi saat pre test sebesar 50,67%. Jumlah kontainer positif jentik dan pupa
yang teridentifikasi saat pre test sebanyak 120 kontainer sehingga CI di wilayah ini
sebesar 18,29%.
Tabel 21. Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Kontainer diperiksa 656
Kontainer positif jentik 120
Rumah diperiksa 150
Rumah positif jentik 74
Container Index (CI) 18,29
House Index (HI) 49,33
Breteau Index (BI) 80,00
Angka Bebas Jentik (ABJ) 50,67
Survei Jentik Pre test di Kelurahan Dadimulya (Wilayah Kontrol)
Jenis kontainer yang berhasil teridentifikasi di wilayah kontrol dalam proses
pengumpulan data sebanyak 22 jenis kontainer, sedangkan jumlah kontainer yang
diperiksa sebanyak 686 kontainer dan 101 diantaranya ditemukan positif jentik dan
50 kontainer positif pupa (Tabel 22). Jumlah positif jentik pada kontainer di wilayah
kontrol lebih sedikit dibandingkan jumlah kontainer positif di wilayah intervensi,
sedangkan jumlah kontainer yang ditemukan lebih banyak yaitu 686 kontainer
dibandingkan dengan jumlah kontainer di wilayah intervensi. Jumlah kontainer
terbanyak dan ditemukan positif jentik terbanyak adalah ember, drum dan bak
mandi. Kontainer sebagian besar ditemukan didalam rumah (84,1%) dibandingkan
di luar rumah, begitupula dengan kontainer yang positif banyak ditemukan didalam
rumah yaitu sebanyak 81 kontainer, sedangkan di luar hanya 20 kontainer yang
positif jentik (Tabel 23).
Tabel 22. Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
67
No Jenis Kontainer N % Positif Jentik
Positif Pupa
1 Bak Mandi 98 14,3 23 13
2 Bak WC 10 1,5 0 0
3 Drum 106 15,5 29 18
4 Tempayan/gentong 84 12,2 9 2
5 Ember 170 24,8 8 3
6 Baskom 61 8,9 3 1
7 Jerigen 43 6,3 2 0
8 Galon 3 0,4 0 0
9 Penyiram tanaman 1 0,1 0 0
10 Mangkok 1 0,1 0 0
11 Baskom bekas 1 7,1 1 0
12 Kaleng/ember bekas 1 0,1 0 0
13 Tempat minum/mandi hewan peliharaan 3 0,4 1 0
14 Penampung kulkas 24 3,5 1 0
15 Penampung dispenser 34 5,0 14 8
16 Vas/pot bunga 2 0,3 2 0
17 Kaleng/panci/ember bekas 10 1,5 1 1
18 Kolam/akuarium 24 3,5 2 2
19 Kaleng 6 0,9 1 0
20 Tutup ember 1 0,1 1 0
21 Tutup gentong 1 0,1 1 0
22 Toples bekas 2 0,3 2 2
T O T A L 686 100,0 101 50
Tabel 23. Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah
Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
Letak Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Luar 109 15,9 20 8
Dalam 577 84,1 81 42
T O T A L 686 100,0 101 50
Berdasarkan kondisi kontainer di wilayah intervensi tersaji dalam Tabel 24.
Kondisi kontainer sebagian besar dalam keadaan terbuka (75,4%) dan kontainer
tersebut lebih banyak ditemukan adanya jentik dan pupa (78 dan 44 kontainer)
dibandingkan dengan kontainer yang tertutup. Kontainer tertutup masih ditemukan
adanya positif jentik dan pupa di wilayah kontrol.
68
Tabel 24. Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota
Samarinda Tahun 2019
Kondisi Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Tertutup 169 24,6 23 6
Terbuka 517 75,4 78 44
T O T A L 686 100,0 101 50
Hasil indikator indeks entomologis tersaji dalam Tabel 25, jumlah rumah positif
jentik sebanyak 67 rumah sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah intervensi
saat pre test sebesar 55,33%. Jumlah kontainer positif jentik dan pupa yang
teridentifikasi saat pre test sebanyak 102 kontainer sehingga CI di wilayah ini
sebesar 14,87%.
Tabel 25. Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Pretest wilayah Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
kontainer diperiksa 686
kontainer positif jentik 102
rumah diperiksa 150
rumah positif jentik 67
Container Index 14,87
House Index (HI) 44,67
Breteau Index (BI) 68
Angka Bebas Jentik (ABJ) 55,33%
Hasil survei jentik (Post test)
Survei Jentik di Kelurahan Sidodadi (wilayah intervensi)
Jenis kontainer yang berhasil teridentifikasi di wilayah intervensi dalam
proses pengumpulan data sebanyak 16 jenis kontainer, sedangkan jumlah kontainer
yang diperiksa sebanyak 425 kontainer dan 68 diantaranya ditemukan positif jentik
dan 25 kontainer positif pupa (Tabel 26). Jumlah kontainer terbanyak dan ditemukan
positif jentik terbanyak adalah ember dan bak mandi. Kontainer sebagian besar
ditemukan didalam rumah (84%) dibandingkan di luar rumah, begitupula dengan
kontainer yang positif banyak ditemukan didalam rumah yaitu sebanyak 53
kontainer, sedangkan di luar hanya 15 kontainer yang positif (Tabel 27).
69
Tabel 26. Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Posttest Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
No Jenis Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
1 Bak Mandi 130 30,59 30 7
2 Bak WC 7 1,65 0 0
3 Drum 72 16,94 25 12
4 Tempayan/gentong 50 11,76 3 0
5 Ember 83 19,53 2 2
6 Baskom 39 9,18 0 0
7 Panci 4 1,88 2 2
8 Jerigen 2 0,47 0 0
9 Galon 2 0,47 0 0
10 Tempat minum/mandi hewan peliharaan
2 0,47 0 0
11 Penampung kulkas 7 1,65 0 0
12 Penampung dispenser 14 3,29 5 1
13 Vas/pot bunga 1 0,24 1 1
14 Kolam/akuarium 9 2,12 0 0
15 Jerigen bekas 2 0,71 0 0
16 Panci bekas 1 0,24 0 0
T O T A L 425 100,00 68 25
Tabel 27. Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Letak Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Luar 68 16,00 15 7
Dalam 357 84,00 53 18
T O T A L 425 100,00 68 25
Berdasarkan kondisi kontainer di wilayah intervensi tersaji dalam Tabel 28.
Kondisi kontainer sebagian besar dalam keadaan terbuka dan kontainer tersebut
lebih banyak ditemukan adanya jentik dan pupa (52 dan 17 kontainer) dibandingkan
dengan kontainer yang tertutup. Kontainer tertutup masih ditemukan adanya positif
jentik dan pupa di wilayah intervensi.
70
Tabel 28. Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Kondisi Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Tertutup 112 26,4 16 8
Terbuka 313 73,6 52 17
T O T A L 425 100,0 68 25
Hasil indikator indeks entomologis tersaji dalam Tabel 29. Jumlah rumah
positif jentik sebanyak 47 rumah sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah
intervensi saat pre test sebesar 66,43%. Jumlah kontainer positif jentik dan pupa
yang teridentifikasi saat pre test sebanyak 68 kontainer sehingga CI di wilayah ini
sebesar 16%.
Tabel 29. Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Post Wilayah
Intervensi di Kelurahan Sidodadi Kota Samarinda Tahun 2019
Kontainer diperiksa 425
Kontainer positif jentik 68
Rumah diperiksa 140
Rumah positif jentik 47
Container Index (CI) 16
House Index (HI) 33,57
Breteau Index (BI) 48,57
Angka Bebas Jentik (ABJ) 66,43
Survei Jentik (Post test) di Kelurahan Dadimulya (Wilayah Kontrol)
Jenis kontainer yang berhasil teridentifikasi di wilayah kontrol dalam proses
pengumpulan data sebanyak 15 jenis kontainer, sedangkan jumlah kontainer yang
diperiksa sebanyak 497 kontainer dan 69 diantaranya ditemukan positif jentik dan 48
kontainer positif pupa (Tabel 30). Jumlah positif jentik pada kontainer di wilayah
kontrol lebih banyak dibandingkan jumlah kontainer positif di wilayah intervensi,
sedangkan jumlah kontainer yang ditemukan lebih banyak yaitu 497 kontainer
dibandingkan dengan jumlah kontainer di wilayah intervensi. Jumlah kontainer
terbanyak dan ditemukan positif jentik terbanyak adalah ember, bak mandi dan
drum. Kontainer sebagian besar ditemukan didalam rumah (86,72%) dibandingkan
71
di luar rumah, begitupula dengan kontainer yang positif banyak ditemukan didalam
rumah yaitu sebanyak 54 kontainer, sedangkan di luar hanya 15 kontainer yang
positif jentik (Tabel 31).
Tabel 30. Jenis Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post test Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
No Jenis Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
1 Bak Mandi 95 19,11 22 18
2 Bak WC 12 2,41 1 1
3 Drum 85 17,10 24 13
4 Tempayan/gentong 74 14,89 9 6
5 Ember 138 27,77 2 1
6 Baskom 59 11,87 1 1
7 Tutup ember 1 0,20 1 0
8 Jerigen 7 1,41 1 1
9 Panci magicjar 1 0,20 0 0
10 Tempat wudhu 1 0,20 0 0
11 Panci 1 2,21 2 1
12 Penampung dispenser 15 3,02 5 4
13 Vas/pot bunga 1 0,20 1 1
14 Kolam/akuarium 3 0,60 1 1
15 Jerigen bekas 4 0,80 1 1
T O T A L 497 100,00 69 48
Tabel 31. Letak Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
Letak Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Luar 66 13,28 15 12
Dalam 431 86,72 54 36
T O T A L 497 100,00 69 48
Berdasarkan kondisi kontainer di wilayah intervensi tersaji dalam Tabel 32.
Kondisi kontainer sebagian besar dalam keadaan terbuka (69,6%) dan kontainer
tersebut lebih banyak ditemukan adanya jentik dan pupa (51 dan 41 kontainer)
72
dibandingkan dengan kontainer yang tertutup. Kontainer tertutup masih ditemukan
adanya positif jentik dan pupa di wilayah kontrol.
Tabel 32. Kondisi Kontainer yang ditemukan pada Pengumpulan Data Post
test Wilayah Kontrol di Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda
Tahun 2019
Kondisi Kontainer N % Positif Jentik Positif Pupa
Tertutup 151 30,4 18 7
Terbuka 346 69,6 51 41
T O T A L 497 100,0 69 48
Hasil indikator indeks entomologis tersaji dalam Tabel 33. Jumlah rumah
positif jentik sebanyak 46 rumah sehingga Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah
intervensi saat pre test sebesar 68,28%. Jumlah kontainer positif jentik dan pupa
yang teridentifikasi saat pre test sebanyak 69 kontainer sehingga CI di wilayah ini
sebesar 13,88%.
Tabel 33. Angka Entomologi pada Pengumpulan Data Pretest Wilayah Kontrol di
Kelurahan Dadimulya Kota Samarinda Tahun 2019
kontainer diperiksa 497
kontainer positif jentik 69
rumah diperiksa 145
rumah positif jentik 46
Container Index 13,88
House Index (HI) 31,72
Breteau Index (BI) 47,59
Angka bebas jentik (ABJ) 68,28%
3.4. Program Gerakan 1R1J di Tingkat Program
3.4.1. Implementasi Kebijakan
Pada tingkat provinsi semua informan mengatakan belum ada dasar dalam
pelaksanaan program gerakkan 1 rumah 1 jumantik hanya berdasarkan dari
permenkes. Pencanangan G1R1 di Kota Samarinda seperti yang telah disebutkan di
73
atas di canangkan pada tahun 2016, sesuai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Nomor 443.1/6507/102/VIII/2016 tentang
“Penunjukan Supervisor Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik Kota Samarinda
Tahun 2016”. Berdasarkan SK tersebut termasuk didalamnya 8 orang kader
jumantik sebagai supervisor dari Kelurahan Sidodadi dan 5 orang dari Kelurahan
Dadimulya yang merupakan daerah intervensi dan kontrol penelitian. Penunjukan
supervisor tersebut bertujuan untuk pemantauan gerakan satu rumah satu jumantik
di wilayah kerjanya masing-masing. SK tersebut juga diketahui oleh pihak
puskesmas seperti yang dikatakan oleh informan berikut
...”Dikeluarkan SK dari DKK (Dinas Kesehatan Kota) tingkat 2 ,
mengeluarkan SK untuk kader jumantik ya nama-nama kader
jumantik nya itu, pengajuannya itu dari hasil yang sebelumnya
kita pertemuan kader itu, yang menindaklanjuti hasil kita rapat di
hotel itu di situ sudah terbentuk kader lalu di SK kan oleh Dinas
Kesehatan Kota.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Selain diterbitkannya SK, Dinas Kesehatan Kota Samarinda juga
menerbitkan SK Kepala Dinas tanggal 16 Januari 2019 Nomor 443/889/100.02
tentang “Peralihan Kewenangan Program Bidang Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Dinas Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2019”. SK pelimpahan wewenang
tersebut menyebutkan bahwa koordinasi penanggulangan dan pencegahan DBD
dialihkan kepada kecamatan.
Salah satu indikator G1R1 yaitu adanya pencatatan dan pelaporan dari
pemantauan jentik, namun pada kenyataannya laporan PJB tersebut hanya
terlaksana beberapa bulan pada tingkat puskesmas
...”Pelaporan jumantik itu ada beberapa form, dari form
koordinator kemudian melalui ada 2 kotak ada buku, sempat
berjalan itu laporan pencatatan beberapa bulan saya mengambil
di kelurahan.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Laporan tersebut tidak pernah diterima pada tingkat kab/kota dan provinsi
seperti yang di infokan informan Dinas Kesehatan.
...”gak ada, mereka gak jalan. Semenjak saya pegang 2017.”
(Informan 3, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur),
74
sehingga pihak provinsi tidak pernah melaporkan ke Ditjen P2P,
hanya melaporkan angka kasus ...”Kalau analisis untuk laporan
kasus ada tapi untuk PJB tidak ada. Dari kasus saja.” (Informan
2, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).
Pembinaan dan evaluasi pelaksanaan 3M Plus di kabupaten/kota oleh
Dinkes Provinsi hanya sebatas himbauan dan melalui surat
...” 3M plus selama ini kita sosialisasi menghimbau. Hanya
nyuratin saja kalau ada dari hasil pemantauan trennya
meningkat atau berdasarkan laporan tahun lalu pada bulan-
bulan tertentu pada kasus DBD. Biasanya kita menyurati ke
mereka ke dinas kabupaten kota. Dalam bentuk surat saja
pembinaannya.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur).
Begitu pula pada tingkat kota, Dinas Kesehatan Kota Samarinda hanya
melakukan pembinaan melalui surat pemberitahuan
...”secara tidak resmi, dipanggil aja/ dikontak. Belum ada
pemanggilan secara resmi atau dikumpulkan bersama (lewat
surat pemberitahuan).” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota
Samarinda).
Begitupula dengan monitoring dan evaluasi, tidak pernah dilaksanakan dari
tingkat provinsi maupun sampai ke tingkat Kota ...”Nggak ada karena kan nggak ada
kegiatan.” (Informan 2, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur). Pada tingkat
Puskesmas, pernah dilaksanakan namun terhenti.
...”Untuk monevnya sendiri sebenarnya untuk gerakan satu
rumah satu jumantik tuh sudah berjalan, tapi karena dari
masyarakatnya tidak jalan lalu akhirnya mereka berhenti juga.”
(Infroman 4, Puskesmas Segiri).
Setelah pencanangan G1R1 di Kota Samarinda, di tingkat provinsi pernah
dibentuk POKJA, seperti yang diungkapkan di atas, namun POKJA tersebut tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti yang dikatakan informan berikut
...”Kalau umpan balik ABJ nya belum ada ya itu tadi karena
pokjanal pertemuan revitalisasi pokjanal tahun 2016 setelah itu
75
tidak ada kegiatan. SK nya diperbaharui sampai ketua Pokja
nya dipanggil ke pusat karena ada meeting di pusat. karena itu
tadi saya merasa pokjanal ini kalau nggak difasilitasi anggaran
untuk pertemuan rutin saya kira nggak akan jalan ditambah lagi
laporan dari kabupaten nggak rutin nggak lengkap jadi nggak
jalan.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur).
Media Komunikasi yang digunakan informan rata-rata menggunakan telepon,
SMS dan WhatsApp, namun untuk grup WhatsApp hanya Dinas Kesehatan Kota
Samarinda yang menggunakan yang beranggotakan tenaga surveilans puskesmas
...” Ada WA grup surveilans. Anggotanya surveilans
Puskesmas.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
3.4.2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda antara
lain Bidang P2M khususnya pengelola program DBD di Dinas kesehatan Propinsi
kaltim, Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Puskesmas, Lurah, Koordinator/Kader
jumantik dan Supervisor berdasarkan pernyataan berikut
…“Puskesmas tentunya kemudian kader, kemudian lurah, program juga masuk program DBD, jumlah supervisor, koordinator ada di SK, mungkin sekitar 50 org digabung, pembina ada 4 (sesuai jumlah puskesmas). Untuk jumlah gak ya tapi kalo Koordinator itu per RT” (Informan 3, Dinkes Kota Samarinda).
Sumber daya manusia dalam pelaksanaan G1R1J di Kecamatan Samarinda
Ulu wilayah kerja Puskesmas Segiri dititikberatkan pada koordinator jumantik. Pada
tahun 2016 telah dibentuk atau ditunjuk beberapa orang koordinator jumantik
dengan kapasitas 1 orang koordinator jumantik membawahi sekitar 10 RT, dengan
keterangan sebagai berikut
…“6 orang di Kelurahan Sidodadi kalau di Dadimulya pak kalau gak salah 4 atau 5 ya berarti membawahi beberapa RT kan ya disitu udah di itu ada 60 RT Berarti sekitar 1 orang membawahi 10 sampai 13 ya, Dadimulya ada 40 RT antara 10 sampai 13
76
yang itu tercatat nama-nama itu koordinator jumantik di Puskesmas” (Informan 4, Puskesmas Segiri)
Sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan G1R1J di wilayah kerja
Puskesmas Segiri khususnya manajemen dan evaluasi program kurang melibatkan
lintas sektor, sementara ujung tombak pelaksanaan berada pada masyarakat yang
idealnya secara hirarki kekuasaan dan wewenang untuk menggerakan masyarakat
berada pada wilayah kekuasaan lintas sektor seperti Ketua RT dan Lurah sebagai
pemimpin warga masyarakat. Hal ini diinformasikan berdasarkan pernyataan
sebagai berikut
…“Sumberdaya yang terlibat masih di tingkat Puskesmas, belum melibatkan lintas sektor” (Informan 1, Puskesmas Segiri) ...“Puskesmas dianggap yang mempelopori padahal gerakan jumantik itu sudah sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat yang melaksanakan.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Rekap untuk nama koordinator jumantik tidak dilakukan baik pada tingkat
provinsi, kota maupun puskesmas
...”gak ada rekap. Yg ada Cuma arsip sk nya aja.” (Informan 2,
Dinkes Kota Samarinda).
Salah satu peningkatan kapabilitas sumber daya manusia adalah dengan
mengikuti pelatihan, pada tingkat provinsi tidak pernah menerima pelatihan tentang
G1R1J
...”Paling pertemuan-pertemuan. Gini ya kalau untuk DBD ini saya kira jarang sekali pusat itu tidak pernah. Arbovirosis seingat saya jarang sekali membahas DBD ini. Jadi pembinaannya sangat kurang sekali untuk DBD.” (Informan 1, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur).
Dinas Kesehatan Provinsi juga tidak pernah memberikan pelatihan terkait
G1R1J.
...” Selama saya sini 2017-2018 nggak ada. Nggak ada anggaran. 2019 baru ada. tapi belum berjalan bentuknya hanya dalam bentuk monitoring evaluasi saja.” (informan 2, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur).
Menurut informan Dinas Kesehatan Kota Samarinda juga belum pernah
menerima dan memberikan pelatihan
77
...” Tidak ada, langsung jalan dengan membaca juknis.” (informan 1, Dinas Kesehatan Kota Samarinsa).
Berbeda dengan tingkat puskesmas mengaku pernah mendapat pelatihan
dan memberikan pelatihan kepada para koordinator jumantik
...” satu kali baru ditindaklanjuti pelatihan di Puskesmas untuk koordinator ya itu di kelurahan.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Dalam perekrutannya koordinator jumantik dilakukan bimbingan teknis yang
dilaksanakan oleh puskesmas
...” Puskesmas itu yang merekrut mereka, kita terima jadi aja. Kalau bimbingannya dari dinas kota sebagai narasumber, tapi acara di puskesmas, jadi dinas sebagai narasumber saja.”
(Informan 1, Dinkes Kota Samarinda) ...” Ada bersama-sama kita dengan puskesmas.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
3.4.2.1. Anggaran
Berdasarkan hasil indept interview didapatkan informasi bahwa
penganggaran untuk penanggulangan DBD tidak tersedia di Dinas Kesehatan
Propinsi Kaltim sesuai pernyataan berikut
...“Kita selama ini tidak ada anggaran untuk program DBD, dari APBD maupun dekon. Kita cuma dapat logistiknya aja, kayak abate, malation, yang dapat dari pusat, selebihnya kami tidak ada anggaran” (Informan 2, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur).
Penganggaran untuk DBD yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Samarinda
berasal dari APBD
...“Ada sih dari APBD. Besarnya gak ingat. Kegiatannya cuma 1 tahun ini cuma 1, dana cukup” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda)
Pendanaan khusus untuk pelaksanaan program G1R1J khususnya untuk
sosialisasi dan transport kader/koordinator jumantik pernah dianggarkan di
Puskesmas Segiri akan tetapi kegiatan tetap tidak berjalan sesuai harapan sehingga
78
anggaran tersebut dihapuskan pada tahun berikutnya. Berikut pernyataan dari pihak
Puskesmas Segiri
…“Pendanaan selama kegiatan tersebut dapat dari pusat, kemudian kami anggarkan tetapi juga tetap tidak jalan kegiatannya, sehingga tahun ini tdak kami anggarkan” (Informan
1, Puskesmas Segiri).
Pembiayaan yang digunakan oleh pihak puskesmas berasal dari BOK
...“Pembiayaan itu pakai BOK tapi karena kemarin itu mungkin tidak terserap, dinas setiap tahun ada pengurangan, tapi kalau tahun ini mungkin di ajukan kembali” (Informan 2, Puskesmas Segiri).
Besaran honor yang diberikan untuk transport kader/koordinator jumantik
sebesar Rp.20.000,- namun laporan ABJ tidak diserahkan
...“Sempat diberikan honor,kalau tidak salah besarannya itu Rp20.000/laporan, bahkan honornya itu sudah dikasih tetapi laporannya menyusul dikirim, setelah kita tunggu-tunggu beberapa bulan laporannya ternyata tidak ada hasilnya, sempat jalan pakai anggaran Puskesmas APBD ada beberapa RT saja yang jalan tapi setelah itu tidak jalan, sempat 6 bulan berjalan menggunakan anggaran puskesmas, rasanya 1 periode itu sempat kita bikinkan pertanggungjawaban itu uangnya dikasihkan setelah itu gak ada lagi. (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Pada tingkat kelurahan, berdasarkan keterangan yang diberikan informan
pernah ada anggran honor dari kelurahan
...”Sumber dana dari kelurahan pada tahun 2017 berupa honor kader sekitar 300 ribu setahun. Honor kader yang dulu ada juga sekarang tidak ada lagi.” (Informan 3, Tokoh Masyarakat).
3.4.2.2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana untuk kegiatan G1R1J di Kota Samarinda diperoleh
dari pusat (Kementerian Kesehatan RI) yang kemudian didistribusikan oleh Dinas
Kesehatan Propinsi Kaltim kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota berdasarkan
informasi sebagai berikut
79
…“Jumantik kit. Itu aja yg dibagikan..Kab kota ada bbrp yg mengadakan sendiri. Di Provinsi ada yg dapat dari pusat langsung di distibusikan ke Kab /Kota. Kalau form memperbanyak/mencetak sendiri” (Informan 3, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur).
Sarana dan prasarana yang disediakan Dinas Kesehatan Kota Samarinda
yaitu berupa form
...” yang jelas ada form yang menyediakan dari dinas. Kalo senter,
topi atau rompi belum ada. Klo dlu katanya ada tp sekarang gak
ada.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Sarana dan prasarana yang disediakan Puskesmas Segiri untuk G1R1J yaitu
tas kit dan stiker yang dicetak menggunakan dana puskesmas
...“Stiker dicetak menggunakan biaya puskesmas. koordinator
nya sudah kita bagi tas 40 di Dadimulia dan 60 di Kelurahan
Sidodadi, total 100 RT. Tetapi ironisnya tas itu di berikan lagi
kepada anak-anak, beberapa RT oleh Bapak koordinator tas kit
tersebut dikasihkan sama anak-anak SD kebetulan waktu itu
memang lagi diwacanakan untuk penilaian anak SD, anak SD
tauladan. Tas kit didalamnya ada kartu jumantik, ada pipet untuk
ngambil jentik itu, ada laporan koordinator pelaksana, pulpen,
handuk, topi dan rompi” (Infroman 4, Puskesmas Segiri).
3.4.2.3. Pemberdayaan Masyarakat
Kerjasama lintas program tidak berjalan di Dinas Kesehatan Provinsi
...” Tidak ada. Karena dulu kesling itu ada di kita. Kita nggak banyak libatkan. Harusnya pengendalian vektor itu tugasnya kesling. Itu kan masalah lingkungan” (Informan 1, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur).
Pada Dinas Kesehatan Kota Samarinda kerjasama lintas program dengan
promkes, namun kegiatan yang dilaksanakan tidak berjalan dengan baik
...” klo yang dulu : ada kerjasama dengan promkes mensosialisakan gerakan ini. Kegiatannya memecahkan rekor
80
muri utk jumantik termasuk jumantik sekolah (itu sudah lama tahun 2016 ya seingat saya atau 2015).
Hasilnya ga ada Cuma seremoni aja. Kalo manfaat dari sisi program gak ada (manfaatnya)” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Informasi yang diperoleh di Puskesmas segiri, belum pernah ada kerjasam
lintas program dalam pelaksanaan G1R1J, kerjasama dilaksanakan hanya pada
saat ditemukan kasus.
...”Lintas program kita laksanakan surveilans, promkes sama kesling biasanya kalau sudah ada kasus. Namun untuk G1 R1 tidak ada.” (Informan 2, Puskesmas Segiri).
Pencanangan dan pelaksanaan G1R1J telah mengupayakan melibatkan
pemberdayaan masyarakat akan tetapi masih tidak berjalan sesuai harapan, hal ini
diinformasikan berdasarkan pernyataan
...“Kalau di pokjanal yang terlibat lintas sektor. Ketuanya malah PMD itu, pemberdayaan masyarakat desa. Nggak pernah (pertemuan), ya itu tadi kalau tidak kita fasilitasi dengan anggaran di sini tidak bisa jalan padahal ketuanya PMD, tapi tetep gak jalan tetap harus kita” (Informan 1, Dinkes Propinsi Kaltim).
Begitu pula dengan upaya yang dilakukan oleh Dinas Kota Samarinda,
pernah melakukan koordinasi dengan pihak kelurahan, namun tidak terlaksana lagi
...” kerjasama dgn kelurahan, sektor dibawah kemendagri. Sejak disosilisasikan sudah kerjasama/ dikoordinasikan dengan lurah. Hasilnya ada dukungan kader, ABJ, koordinasi dgn RT RW, ada RT yg menemani namun hanya berjalan sesaat.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Berbeda dengan Puskesmas Segiri, kerjasama lintas sektor berjalan dengan
baik dengan berkoordinasi setiap melakukan rakor
...”Kordinasinya di setiap rakor kita lakukan koordinasi, selalu kita himbau untuk menjalankan lagi jumantiknya baik di tingkat kelurahan, kecamatan dan posyandu.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Berdasarkan indepth interview yang dilakukan kepada koordinator jumantik,
rata-rata mereka memahami tugas sebagai koordinator
81
...” saya tinggal nanya “ada gak jentiknya?” trus “sudah tak kuras, ndak ada mbak” itu yang anu kemarin, saya Cuma disuruh nyatet.” (Informan 2, koordinator jumantik).
Tidak semua koordinator jumantik pernah mendapat pelatihan, mereka hanya
membaca dari buku
...” Tuh dibaca di buku itu (buku saku jurbastik).” (Informan 2, koordinator jumantik).
Pelaksanaan sosialisasi G1R1J yang dilaksanakan koordinator jumantik
selain mendatangi ke rumah-rumah warga, mereka juga melakukan pada saat
pertemuan bulanan seperti pertemuan PKK
...”Kebetulan pas waktu pertemuan setiap bulan. Pertemuan PKK.” (Informan 1, Koordinator Jumantik),
Hal tersebut di dukung oleh pernyataan warga
...”pernah pada saat yasinan. Yaa disuruh itu, apa nyamuk,,harus bersih semua, cara membersihkan. Yang memberitahu ibu sri, Ketua Yasinan.” (Informan 12, Jumantik Rumah).
Pelaksanaan 3M plus di masyarakat sebagian hanya membersihkan di dalam
rumah seperti bak mandi, namun penampungan diluar rumah tidak
...” Di dalam rumah dilakukan namun diluar umah belum.” (informan 8, Jumantik rumah) ...”
menguras bak, membersihkan rumah, tidak menggantung pakaian, membersihkan penampungan air di dispenser dan belakang kulkas, membuang sampah.” (Informan 5, jumantik rumah).
Dalam pelaksanaan 3M plus jumantik rumah kebanyakan mensosialisasikan
dan dibantu oleh anggota rumah tangga yang lainnya
...” disosialisasikan dan dibantu oleh suami dalam melakukannya.” (Informan 5, Jumantik rumah).
Pencatatan kartu kontrol harusnya dilakukan oleh jumantik rumah, namun
pada kenyataannya masih banyak dilakukan oleh para koordinator jumantik
82
...” dicatatat namun yang melakukan koordinator jumantik, tidak tahu ada isian apa didalam kartu jentik.” (informan 4, Jumantik
rumah)
walaupun ada beberapa yang memang melakukan pencatatan sendiri
...” dicatat seminggu sekali, sudah tidak ada yang positif tadinya ada 2 yang positif di drum.” (Informan 12, Jumantik rumah).
3.4.2.4. Dukungan dan hambatan
Pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda dapat terlaksana apabila ada
regulasi yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
...” Memang kalau mau ya harus ada regulasi dalam bentuk peraturan walikota untuk pelaksanaan satu rumah satu jumantik. ada dasar hukum dan ada kewajiban juga dari pemerintah daerah untuk melaksanakan.” (Informan 1, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Samarinda, faktor dukungan dalam
pelaksanaan G1R1J yaitu adanya dukungan dari pejabat struktural pemerintah
daerah
...” Sekda nya pintar. Sekda nya kami inikan STPDN jadi dia betul-betul tahu dan sangat mendukung dan beliau sebagai ketua Pokja kota.” (Informan 1, Dinkes Kota Samarinda).
Berdasarkan indepth interview pada tingkat puskesmas, mengatakan faktor
pendukung untuk G1R1 yaitu dana dan dukungan dan motivasi dari lintas sektor
...”Faktor pendukung yang pertama memang seharusnya lintas program itu harusnya ada karena akan kuat kalau ada lintas program, kemudian lintas sektor itu faktor pendukungnya kemudia mungkin faktor pendukungnya mungkin faktor pendanaan harus lebih kuat lagi.” (Informan 2, Puskesmas
Segiri).
Dukungan dalam pelaksanaan G1R1J tingkat kelurahan adalah adanya
kerjasama antara kelurahan dan puskesmas dalam menyadarkan
masyarakat
83
...” Kesadaran masyarakat yang sedang diupayakan. Kelurahan dan Puskesmas bermitra untuk masalah kesehatan.” (Informan 2,
Tokoh Masyarakat),
sedangkan pada tingkat masyarakat faktor pendukung dengan adanya
koordinator jumantik
...” Faktor pendukungnya ya cukup itu aja bu kader itu aja yang menyampaikan. Sukarela. ya alhamdulillah lancar-lancar aja, kalau ada yang ndak mau dimasuki kan biasanya itu sampaikan ke kita, kita datangi, kita sadar kan kalau memang kadernya itu sudah bisa nyadarkan ya kan kadang-kadang ada juga yang ndak mau dimasuki, ya kalau dulu dulu ya ada, tapi sekarang-sekarang nggak ada" (Informan 5, Tokoh Masyarakat).
Berdasarkan keterangan dari koordinator jumantik, faktro pendukung adalah
kesamaan suku
...” Ya, tetangga semua. Semua jawa, kan dia bilang..anu mbak, ndak usah anu, sudah kukuras, beres ndak ada jentik” (Informan
2, Koordinator Jumantik).
Hambatan dalam pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda dari segi
pelaksanaan program diungkapkan oleh beberapa informan yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat, kurangnya dukungan dan motivasi dari para pemangku
kebijakkan serta kerjasama lintas sektor, seperti yang diungkapkan informan berikut
...” Saya kira peran serta masyarakat yang kurang. proses pastinya saya nggak tahu kan ketika uji coba Puskesmas yang nanti akan mensosialisasikan ke masyarakat dan menunjuk anggota keluarga dan ini mungkin yang tidak jalan dengan baik sehingga pemahaman masyarakat sendiri tentang pentingnya itu belum kan masyarakat disuruh memantau di lingkungannya masing-masing.” (Informan 1, Dinkes Provinsi Kalimantan Timur)
...”Perilaku masyarakat ini termasuk yang menghambat atau tidak, karena itu sesuatu yang harus dirubah. Perilaku PSN karena Samarinda ini banyak kontrakan maka kepeduliannya itu kurang.” (Informan 1, Dinkes Kota Samarinda).
84
Pernyataan kurangnya dukunkungan lintas sektor seperti yang dikatakan
informan berikut
...”Nah itu kemarin kita jalan itu kurang dukungan dari lintas sektornya, jadi kalau sekarang saya lihat lurahnya ini bagus, lurahnya sangat ndukung ini bu.” (informan 5, Puskesmas Segiri).
Kurangnya dukungan dan motivasi dari pemangku kebijakan seperti yang
diungkapkan oleh informan berikut
...”Karena tidak ada motivasi dari atasan karena kemaren tidak ada komitmen kemaren waktu pelaksanaan pertama tidak ada komitmen, mereka dijanjikan trnasportasi lah minimal ya, nah kemudian tidak ada timbul itu, diatas tu tidak bisa memperjuangkan, tidak bisa memperjuangkan kan artinya mereka tidak diperhatikan dengan keberadaan jumantik itu.”
(Informan 4, Puskesmas Segiri).
Berdasarkan informasi yang diperoleh di masyarakat, hambatan dalam
pelaksanaan G1R1 yaitu penerimaan masyarakat, tingkat pengetahuan dan
pendidikan masyarakat yang berbeda beda
...”Faktor penghambatnya banyak banget antara lain ketika didatengin merasa ogah-ogahan merasa tidak terlalu penting yang kedua yaitu klo diperintahkan mencari apa ya biasanya mencari uangnya, sikap apatis ya, walau ada yang lain tidak seperti itu.” (Informan 6, Tokoh Masyarakat).
Begitu pula yang terjadi pada Kelurahan Dadimulya sebagai daerah kontrol,
kurangnya kesadaran masyarakat masih menjadi faktor penghambat
...”Kendalanya sih selama berjalan 6 bulan ini adalah kurangnya partisipasi masyarakat terhadap lingkungan. Saya pikir sih wajar di samping kesibukan masing-masing, yang mungkin dianggap kerja bakti itu hanya kerja apa ya, kerja sambilan bukan kerja utama gitu.” (Informan 4, Tokoh Masyarakat).
Sedangkan hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan G1R1 oleh warga
yaitu selain kesadaran masyarakat semangat koordinator jumantik juga harus
ditingkatkan
85
...”Yang menghambat nya banyak. Kesadaran masyarakat kurang. Kadernya kembang kempis juga. Kadernya itu-itu saja yang lain tidak ada yang mau.” (Informan 1, Koordinator jumantik).
Selain itu, kesibukkan warga juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan 3M plus
...” Mungkin hambatannya waktu aja mas, kadang nggak sempet.” (Informan 11, Jumantik Rumah).
3.5. Penggalangan Kerjasama
3.5.1. Sosialisasi dan Workshop
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 30 April - 01 Mei 2019 di aula
Puskesmas Segiri dihadiri oleh Sekretaris Camat Samarinda Ulu beserta jajaran
Kabid Kesra Kecamatan Samarinda Ulu, Lurah Sidodadi beserta jajaran Kasi Kesra
Kelurahan Sidodadi, Kabid P2P dan Kasi P2M Dinas Kesehatan Kota Samarinda,
Pengelola program DBD Dinkes Propinsi Kalimantan Timur, Kepala Puskesmas
Segiri beserta jajaran pengelola pogram DBD, promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, surveilans dan staf Puskesmas Segiri serta tim peneliti Balai Litbangkes
Tanah Bumbu. Para undangan peserta yaitu para Ketua RT dan tokoh masyarakat
di Kelurahan Sidodadi dan Dadimulya beserta kader posyandu sebanyak 40 orang.
Pemateri pada kegiatan sosialisasi yaitu Kabid P2P Dinas Kesehatan Kota
Samarinda yang menyampaikan materi tentang gambaran kasus DBD di Kota
Samarinda berupa angka dan fluktuasi kasus DBD sejak 5 tahun terakhir di Kota
Samarinda serta kebijakan daerah dalam pemberantasan DBD dan G1R1J dengan
penyampaian kebijakan dan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh pihak Dinas
Kesehatan Kota Samarinda dalam pengendalian kasus DBD di Kota Samarinda.
Materi selanjutnya oleh Kepala Puskesmas Segiri menyampaikan materi
tetang pengendalian vektor DBD melalui gerakan 3 M plus disertai dengan
penyampaian program, kegiatan dan upaya yang telah dilaksanakan oleh
Puskesmas Segiri dalam upaya pengendalian DBD di wilayah kerjanya. Pihak
Kecamatan Samarida Ulu yang diwakili oleh Ibu Sekretaris Kecamatan Samarinda
86
Ulu menyampaikan materi tentang peran Lintas Sektor dalam Program G1R1J
disertai dengan penyampaian kebijakan dan kegiatan yang telah dilaksanakan di
wilayah kerja Kecamatan Samarinda Ulu dalam upaya pengendalian kasus DBD di
Kecamatan Sarinda Ulu. Ibu Sekretaris Camat Kecamatan Samarinda Ulu juga
meyampaikan apresiasi yang luar biasa terhadap tugas para kader jumantik dan
menyampaikan motivasinya kepada para kader jumantik agar kader jumantik terus
menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanggung jawab dan semangat
yang tinggi.
Proses penyampaian materi berlangsung dengan lancar hingga proses
diskusi. Beberapa peserta mengajukan pertanyaan seputar cara dan proses
pemberian abate dan upaya pengendalian vektor dengan tanaman anti nyamuk.
Pengelola program DBD Puskesmas Segiri mengungkapkan bahwa di Kelurahan
Sidodadi terjadi banyak kasus DBD karena di Kelurahan Sidodadi merupakan lokasi
Rumah Sakit AWS. Sebagai pengelola program DBD menanyakan tindak lanjut
selanjutnya atas adanya kasus DBD saat menerima sms atau wa dari lapangan
mengenai laporan kasus ternyata saat kroscek dilapangan bukan berasal dari
wilayah Sidodadi akan tetapi hanya menumpang. Pada kasus tersebut diperlukan
kepastian kasus dengan pemeriksan NS1 oleh RS untuk melakukan penyemprotan,
akan tetapi tetap saja yang harus lebih diutamakan adalah 3M plus.
Gambar 6 Kegiatan Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puseksmas Segiri
Workshop dilaksanakan di aula Puskesmas Segiri pada tanggal 02 – 03 Mei
2019 dihadiri oleh Kabid Kesra Kecamatan Samarinda Ulu beserta stafnya, Kasi
87
Kesra Kelurahan Sidodadi beserta stafnya, Kabid P2P dan Kasi P2M Dinas
Kesehatan Kota Samarinda, Pengelola program DBD Dinkes Propinsi Kalimantan
Timur, Kepala Puskesmas Segiri beserta jajaran pengelola pogram DBD, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, surveilans dan staf Puskesmas Segiri serta tim
peneliti Balai Litbangkes Tanah Bumbu. Para undangan peserta yaitu dengan
peserta Ketua RT dan kader posyandu Kelurahan Sidodadi sebagai lokasi intervensi
sebanyak 40 orang.
Materi yang disampaikan pada kegiatan workshop antara lain “Sosialisasi
Penelitian Multicenter Jurbastik yang disampaikan oleh Ketua Tim Penelitian
Jurbastik dari Balai Litbangkes Tanah Bumbu yang menyampaikan tentang rencana
kegiatan penelitian di wilayah Kelurahan Sidodadi dan Dadimulya. Materi inti
dibawakan oleh “Peran Lintas Sektor dalam Program G1R1J” yang disampaikan
oleh Kabid Kesra Kecamatan Samarinda Ulu kemudian materi tentang “Gerakan
Satu Rumah Satu Jumantik” disampaikan oleh Kabid Kesra Kelurahan Sidodadi
memuat definisi, struktur pengorganisasian G1R1J serta implementasinya di
masyarakat. Materi tentang “Pengenalan Habitat Vektor DBD dan 3 M Plus”
disampaikan oleh perwakilan koordinator jumantik yang diwakili oleh Ketua RT 21
Trisari Kelurahan Sidodadi yang memuat definisi pemberantasan sarang nyamuk,
mengenali morfologi nyamuk Aedes,habitat hidup Aedes serta bagaimana cara
memberantas sarang nyamuk. Materi selanjutnya disampaikan oleh pengelola
program DBD Puskesmas Segiri yaitu tentang “Metode Survey Jentik dan
Pelaporan” dan petugas surveilans Puskesmas Segiri yang menyampaikan materi “
Pengenalan dan Praktek aplikasi digital/online dalam pelaporan G1R1J”.
Penyampaian materi saat workshop G1R1J ini menyampaikan langkah-
langkah dalam pelaksanaan G1R1J yaitu Ketua RT melakukan pemetaan dan
pengumpulan data penduduk, data rumah/ bangunan pemukiman dan tempat-
tempat umum lainnya seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana
olahraga, perkantoran, masjid/mushola, gereja, pasar, terminal dan lain-lain.
Kemudian Ketua RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga
setempat, tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok potensial
lainnya. Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya setiap rumah
melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin seminggu sekali dan
mensosialisasikan tentang pentingnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan
88
membentuk Jumantik rumah/lingkungan. Langkah selanjutnya Ketua RT membentuk
koordinator jumantik dan jumantik lingkungan berdasarkan musyawarah warga.
Satu koordinator jumantik idealnya bertanggung jawab terhadap 10-20 rumah dan 1
supervisor 1 RT Tugas koordinator jumantik yaitu menyiapkan alat dan bahan
seperti senter, melakukan kunjungan rumah dan pemeriksaan jentik.. Jika ditemukan
kasus maka dilakukan pengurasan atau pembersihan pada tpt air. Menurut
pengelola program DBD Puskesmas Segiri, penyakit DBD adalah penyakit yang
bertoleransi maka semua harus peduli, hal ini karena radius terbang nyamuk
vektornya 100-200 m. Pemahaman harus selalu diulang. Untuk kegiatan 1 rumah 1
jumantik, aplikasi dimasyarakat prinsipnya adalah didalam rumah ada yang
bertanggung jawab agar memudahkan dalam pemantauan.
Ditengah berlangsungnya acara workshop G1R1J, petugas surveilans
Puskesmas Segiri melakukan dan memandu kegiatan penyegaran (ice breaker)
kepada para peserta dengan memberikan pertanyaan singkat mengenai DBD
dengan permainan serta melakukan yel yel. Di akhir kegiatan penyegaran di
sepakati oleh peserta bahwa tekad untuk Kelurahan Sidodadi bebas DBD dengan
kegiatan dari keluarga untuk melakukan 3M plus dan dilakukan pencatatan oleh
keluarga dan koordinator, sedangkan untuk tempat umum dibuatkan SK oleh ketua
RT.
Gambar 7. Kegiatan Workshop Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Sidodadi
89
Di akhir sesi workshop ditutup dengan penandatangan fakta
integritas/komitmen bersama oleh seluruh peserta yang hadir untuk melaksanakan
dan mensukseskan program G1R1J di Kelurahan Sidodadi. Rangkaian workshop
diikuti dengan pelaksanaan praktek lapangan pada tanggal 03 Mei 2019 yang
dilaksanakan di RT. 22 Trisari Kelurahan Sidodadi. Kegiatan yang dilakukan yaitu
praktek kunjungan oleh koordinator jumantik dari rumah ke rumah warga untuk
melakukan sosialisasi, penjelasan dan dorongan kepada pemilik rumah untuk
melaksanakan pemeriksaan jentik larva nyamuk Aedes aegypti, pengisian kartu
kontrol jentik serta penempelan kartu kontrol jentik di depan rumah warga.
3.5.2. Kegiatan Pendampingan Tahap I
Pendampingan kepada koordinator jumantik dilaksanakan selama 4 kali,
pada pendampingan I dilaksanakan Focus Group Discusion (FGD) kepada
koordinator jumantik untuk mengetahui dan menggali informasi mengenai
permasalahan yang ditemui oleh koordinator jumantik dalam melaksanakan kegiatan
dan tugasnya sebagai koordinator jumantik. Pada pendampingan 2,3,4 dilakukan
diskusi kelompok, sama seperti pada pendampingan 1, tujuannya untuk mengetahui
dan menggali informasi mengenai permasalahan yang ditemui oleh koordinator
jumantik.
Pendampingan tahap I dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2019 bertempat di
Mesjid Al Muttaqin RT. 22 Trisari Kelurahan Sidodadi yang dihadiri oleh 10 orang
koordinator jumantik dari RT 20, 21, 22 dan 23 Kelurahan Sidodadi, 3 Ketua RT
yaitu RT, 20, dan 2 orang staf Kelurahan Sidodadi serta Kepala Puskesmas Segiri
dan pengelola program DBD, kesehatan lingkungan, tenaga surveilans Puskesmas
Segiri. Kegiatan pada pendampingan tahap 1 yaitu pelaksanaan FGD kepada 10
orang koordinator jumantik dengan hasil sebagai berikut :
Rata-rata peserta FGD mengetahui tentang DBD, cara menular dan
merupakan penyakit berbahaya, seperti yang dikatakan oleh beberapa peserta
berikut ini :
...”Penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus ditularkan nyamuk Aedes aegypty, sedangkan gejalanya panas
90
naik turun, nanti panas lagi nanti turun lagi selama 3 hari, harus kita mencurigai, kalau itu harus diperiksakan ke puskesmas apa hasilnya nanti.” (Peserta 10). ...”Jentik nyamuknya ada dipenampungan air seperti penampungan dispenser, kulkas dan pot-pot bunga serta ban ban bekas, cara mencegahnya dengan 3M plus, PHBS.” (Peserta 3). ...”Penyakit berbahaya dan menular, mencegah dengan menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender.”
(Peserta 4).
Rata-rata peserta FGD mengetahui dan beberapa dapat menyebutkan
definisi FGD walaupun belum secara rinci, namun semua peserta tidak
menyebutkan tentang struktur G1R1J seperti dikatakan berikut :
...”Satu keluarga itu bertanggungjawab dengan kebersihan lingkungan rumahnya.” (Peserta 2) ...” Di dalam 1 rumah itu ada ketuanya yang pemantau jentik.”
(Peserta 3).
Sebanyak 2 peserta FGD mengatakan belum pernah mendpaatkan
sosialisasi dan pelatihan terkait G1R1J, namun mereka berusaha memahami melalui
buku yang dibagikan, seperti yang dikatakan berikut
...” tidak namun dapat bukunya.” (Peserta 8 dan 9).
Hampir semua peserta FGD tidak dapat menyebutkan tugasnya sebagai
koordinator jumantik
...”Belum melakukan apa-apa, karena baru mulai.”
Semua peserta telah melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga
...” Sempat melakukan kunjungan rumah sekali awal puasa.”
Pada saat mendatangi rumah warga para koordinator melakukan sosialisasi
seperti berikut
...” Kami di selama diberitahu bahwasanya kedepannya ini bu kita mau lingkungan bersih, insya Allah dari kader eh dari kelompok PKK yang ada di RT 20, salah satunya juga harus bersih di paret paret apanya itu harus selalu bersih.” (Peserta 1).
91
Permasalahan yang ditemui oleh koordinator jumantik dalam menjalankan
tugasnya, antara lain Pemilik rumah malu jika isi rumahnya terlihat oleh koordinator
jumantik khususnya bagian belakang rumah, berdasarkan pernyataan koordinator
jumantik
“…malu ngasih tau kader yang ruangan belakang belakangnya…”, “Yang sini aja bu yang dilihati”, “Mulanya gitu bu,,gak mau..tolong bu..sekali ini aja bu,,nanti untuk berikutnya bapaknya atau ibunya dikontrol sendiri…”.
Permasalahan lainnya yaitu Jumantik rumah tangga tidak mengisi form
kontrol jentik yang telah diberikan, berdasarkan informasi koordinator jumantik
“Tapi, kebanyakan ndak diisi”, “ndak diisi”.
Selain itu permasalahan yang ditemui yaitu masih ada warga yang
mengaharapkan adanya pembagian larvasida sehingga sulit diajak bekerjasama
...” Pengalaman saya, kalau didatengi orang itu pasti menanyakan obat ABATE, diliati tapi gak ada obatnya, percuma aja bilangnya gitu. Saya bilang sekarang ini, obat itu gak bisa diberikan secara kayak dulu bebas, saya sarankan dibersihkan dilingkungannya kalau ada pun saya suruh disikat, tapi kalau dilihati dirumahnya tu kadang kadang susah..susahnya ya itu tadi, ditanyakan obat..kalau anu ya bu..nanti tolong..sampaikan sama orang puskesmas..minta abate bilang gitu.”
Faktor pendukung yang dirasakan koordinator dalam pelaksanaan G1R1J
yaitu adanya pertemuan warga yang dilakukan sebulan sekali mempermudah
melakukan sosialisasi
...” adanya pertemuan sebulan sekali yang dilakukan PKK, dasawisma tu kumpul, kemaren tanggal berapa pas halal bi halal terus kita sampaikan insyaALLAh yang kemaren kita datangi tu dari kemenkes itu kita nanti akan datang kembali lagi membawa kartu insyaALLAH dari rumah ke rumah bisa juga kelompok.”
(Peserta 1).
Faktor pendukung lainnya yaitu adanya dukungan dari para ketua RT
92
...” pak RT siap membantu apabila ada warganya yang tidak mau membukakan pintu.”
Faktor pendukung lainnya pada pendampingan pertama yang dihasilkan
antara lain yaitu pembentukan WA grup koordinator jumantik Trisari yang
beranggotakan tim peneliti Balai Litbangkes Tanah Bumbu, Ketua RT dan
koordinator jumantik RT 20,21,22 dan 23 Trisari Kelurahan Sidodadi, Lurah dan Kasi
Kesra Kelurahan Sidodadi, dan Tim Puskesmas Segiri.
Gambar 8. FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Kesatu
Rencana tindak lanjut dari pendampingan tahap 1 berdasarkan hasil FGD
antara lain yaitu adanya rencana pengadaan bunga lavender di setiap rumah,
berdasarkan pernyataan dari salah seorang koordinator jumantik
“…kita mau mengadakan bunga lavender untuk ditaroh di rumahnya masing masing, insya Allah dari kader eh dari kelompok PKK yang ada di RT 20…”.
Komitmen dan kesanggupan untuk mengajarkan dan menghimbau warga
masyarakat di lingkungannya untuk mengisi form kontrol jentik, berdasarkan
pernyataan
“sekarang kalau gitu, kita sama sama ngajarin rumah rumah di wilayahnya untuk ngisi ini”, “setuju”, “sanggup”.
Diperlukan pembuatan surat tugas untuk menyertai koordinator jumantik
dalam menjalankan tugasnya mengunjungi rumah-rumah warga, berdasarkan
pernyataan
93
“Perlu bu biar lebih kuatkan ada surat tuganya kami ngeceknya”, “Kadang gini bu, ada orang yang sudah tarafnya, sekolahnya tinggi dia menanyakan, ini sudah izin dari mana”.
Tabel 34. Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan
Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke I di Kelurahan Sidodadi,
Kota Samarinda
No Masalah Penyebab Upaya yang sudah
dilakukan
Kesepakatan cara pemecahannya
(termasuk dukungan lintas sektor)
1. Ada warga
yang tidak
mau dimasuki
rumahnya
Pemilik rumah
malu jika isi
rumahnya
terlihat oleh
koordinator
jumantik
khususnya
bagian
belakang
rumah
Koordinator
melakukan
pendekatan
Melanjutkan untuk sosialisasi dan
menghimbau warga untuk
memeriksa jentik dan mengisi
form control jentik di rumahnya
masing-masing melalui media
pertemuan-pertemuan warga
2. Jumantik
rumah tangga
tidak mengisi
form kontrol
jentik yang
telah
diberikan
Lupa, malas,
sibuk
Membantu mengisikan
form kontrol
Komitmen dan kesanggupan
untuk mengajarkan dan
menghimbau warga masyarakat di
lingkungannya untuk mengisi form
kontrol jentik
3.5.3. Kegiatan Pendampingan Tahap II
Pendampingan tahap II dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 19 Juli 2019.
Kegiatan pendampingan berupa diskusi kelompok bertempat di Mesjid Al Muttaqin
Rt.22 Trisari Kelurahan Sidodadi yang dihadiri oleh 16 koordinator jumantik yang
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang sudah pernah ikut pendampingan 1
sebanyak 7 koordinator dan kelompok yang belum pernah ikut pendampingan 1
sebanyak 9 koordinator. Selain para koordinator, pada pendampingan tahap 2 juga
dihadiri oleh 1 orang ketua RT yaitu RT 22, pengelola program DBD dan Promkes
94
Puskesmas Segiri, 2 orang staf Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Kepala Balai
Litbangkes Tanah Bumbu dan tim perwakilan dari Badan Litbangkes.
Permasalahan yang ditemui oleh koordinator jumantik dalam menjalankan
tugasnya, antara lain yaitu masih ditemukan jentik dan Masih ada warga yang lupa
membersihkan bak mandi
"Ada yang bersedia ada yang.. tapi yang kemarin mungkin karena baru dia bersedia pas didatangin belum juga.. jadi saya kontrol lagi.. nanti Minggu depan InsyaAllah"
"Udah ditanya nanya lagi kayak apa caranya lho bu kan udah dikasih tahu bahwa ini kayak gini caranya heeh iya lupa katanya gitu".
Masih ada rumah yang tidak bisa didatangi karena tidak ada ditempat dan
mengira sales serta ada rumah yang tidak mau didatangi
"Rumah di tempat saya sebagian belum masalahnya ada orang pulang ke kampung ee belum balik lagi jadi mulai minggu ketiga nih kayaknya"...
"Ada yang menolak saya mentah-mentah dua kali.. Kita datangin lagi bersih nggak? Nanti insya Allah minggu depan saya datang lagi usahakan" " “Mereka takut Sales ujung-ujungnya minta uang gitu katanya.”
Selain itu permasalahan yang ditemui yaitu ada warga yang keberatan jadwal
pemantauan jentik dilakukan 1 kali seminggu
"Ada.. orang-orang komplain kok seminggu sekali kenapa nggak sebulan sekali aja diperiksa.. "Sebulan sekali lah.. kecepatan katanya kecepatan Bu.. Kalau seminggu sekali karena ibunya datang keluarganya kecepatan" "Trus kan air suka mati.. kendalanya air mati kalau tiap minggu kalau dikuras nanti enggak ngalir enggak ada air terus kotor lagi airnya" "Kendalanya air itu suka mati Bu kalau dikuras setiap seminggu sekali takutnya pas dikuras airnya mati ya" "ditemukan jentik di drum dan bak mandi".
95
Saat pendampingan ke II juga masih ada warga yang meminta larvasida,
kurang kesadaran untuk 3M plus
“...minta obatnya terus.. percuma diperiksa kalau nggak dikasih obatnya kata orang-orang.."
Faktor pendukung dari pendampingan kedua yang dihasilkan antara lain
yaitu adanya inisiatif dari lurah untuk menggambar mural pada dinding pembatas di
sekitar jalan Trisari, selain itu Para ketua RT siap membantu apabila ada warganya
yang tidak mau membukakan pintu dan memberikan pengarahan.
Gambar 9. FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Kedua
Evaluasi rencana tindak lanjut dari pendampingan pertama, antara lain yaitu
kegiatan kerjabakti dilaksanakan di RT 21 setiap bulan pada minggu pertama awal
bulan. Pada pendampingan I diungkapkan akan melakukan pengadaan bunga
lavender namun saat pendampingan ke II pengadaan bungan masih menunggu
pengembangan/pengadaan bibit. Sampai dengan pendampingan ke II para
koordinator jumantik selalu melakukan pemantauan dan himbauan ke warga setiap
minggu setiap hari sabtu/minggu, namun masih ada warga yang tidak mau mengisi
96
kartu kontrol. Pembuatan surat tugas sampai pendampingan ke II belum dilakukan
masih menunggu kebijakan dari kelurahan.
Rencana tindak lanjut dari pendampingan tahap II berdasarkan hasil diskusi
antara lain yaitu terus melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk sosialisasi dan
menghimbau warga memeriksa jentik dan mengisi form kontrol jentik di rumahnya
setiap hari sabtu atau minggu
"Setiap hari Sabtu kalau hari Sabtu belum kelar nanti lanjutnya minggu depan eh lanjutnya minggu terus nanti lanjutnya seperti itu..Hari Jumatnya sudah dibersihkan, kami hari Sabtu nanti ngontrol" "Teman-teman kita kan datang Assalamualaikum Permisi Bu Pak saya minta izin saya dari kader jumantik karna diberi tugas untuk membasmi jentik terus saya minta waktunya sebentar Pak mengisi formulir..formulirnya dikasih tahu kan ini kalau gini caranya gini Pak saya masuk Permisi Pak langsung saya ngecek ke belakang dikasih tahu Bu kalau ada jentiknya nanti dikuras 1 minggu sekali tapi kalau masih bersih ya di pantau aja Pak Bu nanti seminggu sekali saya ke sini Ibu yang bersihkan nanti saya yang mantau lagi..".
Pada pendampingan ke II para koordinator masih mengungkapkan rencana
pengadaan bunga-bunga pengusir nyamuk
“3M dan menanam bunga-bunga pengusir nyamuk dan bak mandi kasih ikan cupang”.
Tabel 35. Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan
Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke 2 di Kelurahan Sidodadi,
Kota Samarinda
No Masalah Penyebab Upaya yang sudah
dilakukan
Kesepakatan cara pemecahannya
(termasuk dukungan lintas sektor)
1. Masih
ditemukan
jentik
Kesadaran
warga yang
masih kurang
untuk
melakukan 3M
plus
Mensosialisasikan
warga pentingnya 3M
plus
1. Terus melakukan
kunjungan ke rumah-
rumah untuk sosialisasi
dan menghimbau warga
memeriksa jentik dan
mengisi form kontrol
97
jentik di rumahnya setiap
hari sabtu atau minggu
2. Adanya inisiatif dari lurah
untuk menggambar
mural pada dinding
pembatas disekitar jalan
Trisari
3. Adanya inisiatif untuk
mengembangkan bibit
bunga lavender oleh
warga RT 21
2. Masih ada
rumah yang
tidak bisa
didatangi dan
tidak mau
diperiksa
karena tidak
ada ditempat
dan mengira
sales
Melakukan
pendekatan
Ketua RT siap membantu apabila
ada warganya yang tidak mau
membukakan pintu dan
memberikan pengarahan
3. Ada warga
yang
keberatan
jadwal
pemantauan
jentik
dilakukan 1
kali seminggu
PDAM yang
tidak mengalir
Melakukan
pendekatan
Ketua RT siap membantu apabila
ada warganya yang tidak mau
membukakan pintu dan
memberikan pengarahan
4. Masih ada
warga yang
meminta
larvasida
kurang
kesadaran
untuk 3M plus
Mensosialisasikan
warga pentingnya 3M
plus
Koordinator dibantu ketua RT
memberikan pemahaman kepada
warga
3.5.4. Pendampingan Tahap III
Pendampingan tahap III dilaksanakan pada tanggal 5 s.d 9 Agustus 2019.
Kegiatan bertempat di Mesjid Al Muttaqin RT. 22 Trisari Kelurahan Sidodadi yang
dihadiri oleh 20 koordinator jumantik.
Permasalahan yang ditemui oleh koordinator jumantik dalam menjalankan
tugasnya pada pendampingan ke III, antara lain yaitu tidak semua warga mau
98
mengisi kartu kontrol dengan alasan sibuk, malas dan lupa, sehingga yang mengisi
kartu kontrol sebagian masih koordinator jumantik
...” Ada yang kader ngisi, kita yang periksa kita yang kadernya yang ngisi. Bukan gak mau tapi kadang lupa.”
Selain tidak terisi kartu kontrol yang diberikan kurang dan ada yang hilang
.. "ada yang belum karena kartu Kita kan nggak cukup jadi ada yang belum Nah kemudian ada lagi juga ini ada yang sudah kita datangi awal pertama kali Kemudian kami datang yang kedua Eh sekalinya kartunya nggak ada tapi tetap kami periksa gitu".
Pada pendampingan ke III hambatan lainnya yang diungkapkan para
koordinator yaitu tidak ada paket data untuk mengirim laporan.
..” ndak ada paketan ngirim laporan”.
Masih ada rumah yang belum bisa dikunjungi koordinator jumantik.
..” Kalau tempat saya di rt 23 itu satu aja yang susah ditemui, susah ditemui karena orangnya sibuk, rumahnya pagarnya itu biar diketok ketok nggak ada dibuka. Kerja semua. Keluar rumah naik mobil masuk naik mobil jadi tidak ketemuan. Jadi mulai dari awal sampai sekarang belum pernah, saya berusaha sama ibu ibu kan rame rame maksudnya biar dibukain Kita tanya temen wa nya kan biar bisa diingatkan, belum pernah. Ndak pernah sosialisasi, ndak pernah kerja bakti, ndak mau,,pokoknya ya pasif lah di lingkungannya.”
Masih ada warga yang mengeluhkan jadwal menguras bak mandi yang
terlalu cepat apabila dilakukan seminggu sekali karena terkendala PDAM yang
sering tidak mengalir
"mati Katanya,.. nggak mau orang air .. air ledeng tuh kayak gitu maksudnya itu jangan cepat betul seminggu sekali gitu kan terlalu cepat kalau seminggu sekali kan ngurasnya itu loh Takutnya nanti pas air mati".
Masih ditemukan jentik di drum pada saat dilakukan kunjungan oleh
koordinator jumantik
99
..” air PDAM yang keruh, jadi masyarakat rajin menguras bak mandinya. Namun ada air hujan di luar rumah yang tidak ditutupi jadi tempat penampungan air yang ada jentiknya.”
Masih ditemukan jentik karena kurangnya kesadaran warga untuk 3M plus
...” orangnya ndak ada (masalah) cuman kadang ada tanya bu abate..sama fogging itu nah mbak"
Adanya RT yang bersebelahan tidak melaksanakan gerakan 1 rumah 1
jumantik
...” Kalo tempat saya masih belum tampak, masalahnya rt 24 sama rt 25 ndak ada..antara rt 24 sama 25 itu sebelahan aja. Kemarin saya anu tanya gimana solusinya..masalahnya di rt 24 itu pas diatas kita, rt 25 disebelah kita, kalo mau ngontrol bukan wilayah kita..itu satu masalahnya, ada belum tuntas lah.”
Faktor pendukung dari pendampingan ketiga yang dihasilkan antara lain yaitu
telah dilaksanakannya pertemuan kader posyandu yang disisipkan kegiatan
sosialisasi dan penyegaran bagi koordinator jumantik yang diselenggarakan oleh
Kelurahan Sidodadi pada tanggal 26 Juli 2019, sebagai pemateri yaitu ketua RT 21
(Bapak Juwarso). Adanya inisiatif dari koordinator jumantik dari RT 23 membuat WA
grup warga dan para koordinator jumantik untuk mengingatkan 3 M Plus.
..”Kalo tempat saya sistem nya begini mas tiap sebulan sekali kita keliling, baru tiap minggunya kita umumkan di pertemuan, di arisan. Jadi tolong bu, diingatkan, diisi itu kartunya sama sekalian dibersihkan,,intinya di rt kita gitu.”
Adanya kegiatan kerjabakti yang dihimbau RT.
..”ada kegiatan gotong royong Bersih bersih terutama parit yang dilakukan angin anginan atas himbauan RT.”
Masyarakat sudah mulai membuka diri untuk para koordinator jumantik.
..”Masyarakatnya welcome, karena kita kan sudah bilang setiap sabtu kita ke sini gitu.”
Sudah dibentuk koordinator lingkungan untuk fasilitas umum yang ada
seperti sekolah dan masjid. Sudah ada nama-nama jumantik rumah yang dimiliki
100
oleh koordinator jumantik. Adanya kesepakatan pembagian tugas untuk rumah
kosong yang akan dibantu oleh RT untuk meminta kunci rumah tersebut. nama
gerakan yang dibuat oleh para koordinator jumantik yaitu GEMATRI (Gerakan Emak
Emak Pembasmi Jentik Trisari).
Evaluasi rencana tindak lanjut dari pendampingan kedua, antara lain yaitu
sampai dengan pendampingan ke III para koordinator jumantik masih selalu
melakukan kunjungan ke rumah warga setiap minggu.
..” Ya kita memantau itu bu seminggu sekali..memantau gitu bu.. memantau..seminggu sekali.”
Rencana Penanaman tanaman pengusir nyamuk yang dari pendampingan 1
telah diungkapkan sampai dengan pendampingan ke 3 belum dilakukan serentak,
masih dilakukan perindividu.
"sarannya ya itu tadi biar apa nyamuk berkurang kita nanam bunga itu tadi lavender Kalau saya di rumah sudah nanam..beli 1 polybag kan 15 ribu itu bisa dipisah pisah jadi 4 pot.. bunganya saya taman di luar soalnya belum saya bawa masuk ke rumah ke dalam”.
Gambar 10. FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Ketiga
101
Rencana tindak lanjut dari pendampingan tahap III berdasarkan hasil FGD
antara lain yaitu terus melakukan sosialisasi kunjungan ke rumah warga seminggu
sekali.
..” mendatangi dari rumah ke rumah; memberikan pemahaman kepada masyarakat.”
Para koordinator terus mencoba mendatangi rumah warga yang tidak
bersedia membukakan pintu bersama dengan ketua RT.
..” 'InsyaAllah Bapak RT nya yang akan mendatangi.”
Adanya rencana yang baik dari RT 23 yaitu mensosialisasikan gerakan 1
rumah 1 jumantik pada kegiatan-kegiatan sosial yang bergabung dengan RT lainnya
yang tidak terpapar dengan gerakan 1 rumah 1 jumantik.
..”sosialisasi, Iya, di posyandu biasanya, yang buat ibu ibu itu apa....dasa wisma, kita setiap sebulan sekali banyak pertemuan jadi kesempatan tu mesti ada.”
Tabel 36. Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan
Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke III di Kelurahan Sidodadi,
Kota Samarinda
No Masalah Penyebab Upaya yang sudah
dilakukan
Kesepakatan cara
pemecahannya (termasuk
dukungan lintas sektor)
1. Jumantik rumah
tangga tidak
mengisi form
kontrol jentik
yang telah
diberikan
Lupa, malas,
sibuk
Membantu
mengisikan form
kontrol
Komitmen dan kesanggupan
untuk mengajarkan dan
menghimbau warga masyarakat
di lingkungannya untuk mengisi
form kontrol jentik
2. Kartu kontrol
yang diberikan
kurang dan ada
yang hilang
Kartu yang
diberikan tidak
sesuai dengan
jumlah warga
dan ada warga
yang
menghilangkan
Tetap memberikan
arahan dan
himbauan kepada
warga walaupun
tidak ada kartu
kontrol
Koordinator jumantik yang
memiliki kartu berlebih akan
memberikan kepada yang
kurang
102
3. Tidak ada paket
data untuk
mengirim
laporan
Mengirim laporan
menggunakan
internet
Meminta teman
untuk mengirimkan
Usaha dari lurah untuk
memberikan uang transport
4. Masih ada
rumah yang
belum bisa
dikunjungi
koordinator
jumantik
Sibuk Koordinator
melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
5. Masih ada
warga yang
mengeluhkan
jadwal
menguras bak
mandi yang
terlalu cepat
apabila
dilakukan
seminggu sekali
karena
terkendala
PDAM yang
sering tidak
mengalir
Melakukan
pendekatan
Ketua RT siap membantu
apabila ada warganya yang
tidak mau membukakan pintu
dan memberikan pengarahan
6. Masih
ditemukan jentik
di drum pada
saat dilakukan
kunjungan oleh
koordinator
jumantik
Karena PDAM
tidak mengalir
sehingga
dilakukan
penampungan air
hujan namun
tidak tertutup
Mensosialisasikan
warga pentingnya 3M
plus
1. Terus melakukan
kunjungan ke rumah-
rumah untuk
sosialisasi dan
menghimbau warga
memeriksa jentik dan
mengisi form kontrol
jentik di rumahnya
setiap hari sabtu atau
minggu
2. Adanya inisiatif
koordinator jumantik
untuk membuat grup
WA warga untuk
mengingatkan
melakukan 3M plus
3. Adanya kegiatan
kerjabakti yang
dihimabu oleh ketua
103
RT
4. Adanya kegiatan
yasinan rutin yang
dilaksanakan untuk
mensosialisasikan
kepda warga tentang
G1R1
7. Kurangnya
kesadaran
warga untuk 3M
plus
Masih ada warga
yang minta abate
dan foging
Mensosialisasikan
warga pentingnya 3M
plus
1. Terus melakukan
kunjungan ke rumah-
rumah untuk
sosialisasi dan
menghimbau warga
memeriksa jentik dan
mengisi form kontrol
jentik di rumahnya
setiap hari sabtu atau
minggu
2. Kelurahan sudah
melakukan kegiatan
sosialisasi untuk
memberikan
pemahaman kepada
warga tentang
pentingnya 3M plus
dan bahaya DBD
8. Adanya RT
yang
bersebelahan
tidak
melaksanakan
gerakan 1
rumah 1
jumantik
Tidak ikut
terpapar
- Mensosialisasikan gerakan 1
rumah 1 jumantik pada
kegiatan-kegiatan sosial yang
bergabung dengan RT lainnya
yang tidak terpapar dengan
gerakan 1 rumah 1 jumantik
3.5.5. Kegiatan Pendampingan Tahap IV
Pendampingan tahap IV dilaksanakan pada tanggal 16 s.d 20 September
2019. Kegiatan pendampingan tahap IV yaitu diskusi kepada koordinator jumantik
104
pada tanggal 16 September 2019. Diskusi bertempat di Mesjid Al Muttaqin Rt.22
Trisari Kelurahan Sidodadi yang dihadiri oleh 20 koordinator jumantik, staf kelurahan
dan pengelola DBD Puskesmas Segiri. Pada pendampingan ke IV dilakukan sharing
informasi atau penyegaran kembali oleh ketua koordinator RT 20 yaitu Ibu
Musarofah.
Permasalahan yang masih ditemui oleh koordinator jumantik dalam
menjalankan tugasnya pada pendampingan ke IV, antara lain yaitu adanya rumah
bedakan atau kos-kosan yang menyebabkan banyak pendatang baru, belum
terpapar tentang sosialisasi gerakan 1 rumah 1 jumantik sehingga menolak untuk
dilakukan kunjungan oleh koordinator jumantik
“Yang kost-kost. Trus ada yang sudah kami mau itu, kita datangi, eh ndak tau orangnya sudah pindah”...” Orang pendatang baru pak itu. Ya itu tadi kan? Sing pindah iku? Lain yang sebelahnya itu. Itu kita masuk itu “Assalamu’alaikum, ndak, ndak, ndak bu” “saya ndak minta-minta” kubilang gitu.. “saya mau anu, lihat anu, jentiknya di dalam” “ndak bu, pokoknya endak, endak” Gak mau tu gimana pak?”
Masih ditemukan warga yang menolak untuk kerjasama
“Ada yang menolak. Alasannya belum sholat, belum mandi lah, atau apa segala macem. Ada orangnya. Tapi dia ndak mau dikuras itu ndak mau pak. Karena air itu hari-hari dipake. Airnya itu hari-hari dipake, tapi dia ndak mau nguras. Banyak jentiknya itu pak. Disarankan untuk kasih ikan dia ndak mau. Karena air itu untuk hari-hari gitu nah, untuk cuci ayam. Ndak mau, orang tak suruh buang aja ndak mau. Mulai awal saya datang itu pak”.
Masih ditemukan jentik, diantaranya di drum rumah kosong dan masih ada
warga yang meminta larvasida serta masih ditemukan warga yang tidak melakukan
pencatatan pada kartu kontrol
“pencatatannya Ada yang lupa ya kita catat sendiri.. Masih ada yang lupa.. tapi kita juga masuk ke rumah, maaf ya kita periksa dulu ya... tapi ada yang gak mau juga pak diperiksa”...” Cuman kalau disuruh, ndak mau nulis aja. Ndak mau ngisi itu. Sudah kita kasih tau, tapi ndak mau ngisi, gitu aja. Kemrin kan ndak mau dimasuki, sebagian sudah, sebagian belum, 2 orang itu aja, ndak mau nulis aja.”
105
Faktor pendukung dari pendampingan ke IV yang dihasilkan antara lain yaitu
dilaksanakannya kegiatan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk yang
dilaksanakan oleh kelurahan Sidodadi bekerjasama dengan Puskesmas Segiri
sebagai narasumber dan dihadiri oleh Perwakilan Koordinator Jumantik, Para Ketua
RT dan Babinkamtibnas. Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Sidodadi pada tanggal
22 Agustus 2019.
Adanya inisiatif Camat Samarinda Ulu memuat informasi ke salah satu media
cetak di Kota Samarinda pada tanggal 18 September 2019 dengan tema “Trisari
sebagai percontohan pemberantasan DBD” sebagai wujud kepedulian untuk
pemberantasan DBD di wilayah kerjanya.
Sudah terbentuk jumantik tempat-tempat umum..
” jumantik lingkungan untuk sekolahan "sudah koordinasi sama bu gurunya pak jumran", dicek sudah tidak ada lagi jentiknya”.
Sebagian warga sudah bersedia untuk mengisi kartu kontrol...
” Ngisi sendiri dia. Kita cuma nelpon aja, WA, jadi sebulan sekali kita ngontrol. Punya. Kita kan minta nomornya kan masuk ke WA masing-masing. Tinggal nelp kita tanyain gimana sudah positif kah negatif, masih ada kah positifnya gak ada. Sekali sekali didatangi. Makanya saya bilang, kan sebulan sekali, nanti setiap pertemuan malam jumat itu pasti kita ingatkan.”
Adanya arahan Lurah melalui grup WA kepada para ketua RT untuk
mendampingi para koordinator mendatangi warga yang tidak bersedia untuk diajak
kerjasama.
Evaluasi rencana tindak lanjut dari pendampingan kedua, antara lain yaitu
sampai dengan pendampingan ke IV para koordinator jumantik masih terus
melakukan kinjungan ke rumah warga seminggu sekali.
..” Pertama menargetkan rumah yang mau kita kunjungi. Yang kedua mempersiapkan alat-alat. Ke 4 kita memeriksa dan memberikan pengarahan cara-cara mengisi formnya, dan sos, pem, apa? Pemahaman tentang M, 3 M plus dan apa PSN”.
106
Namun sampai dengan pendampingan ke IV belum melakukan laporan
kepada ketua RT terhadap warga yang tidak mau melakukan kerjasama serta
rencana penanaman tanaman pengusir nyamuk masih belum dilakukan terkendala
pada pengadaan bibit.
Gambar 11. FGD dan Wokshop Pendampingan Ke Keempat
Rencana tindak lanjut dari pendampingan tahap IV berdasarkan hasil FGD
antara lain yaitu meminta bantuan kepada ketua RT untuk mengajak warganya yang
kurang bekerjasama agar ikut berpartisipasi untuk gerakan 1 rumah 1 jumantik yang
akan dibantu oleh lurah.
Tabel 37. Identifikasi Masalah, Penyebab, Upaya yang dilakukan dan Kesepakatan
Cara Pemecahannya pada Pendampingan ke IV di Kelurahan Sidodadi,
Kota Samarinda
No Masalah Penyebab Upaya yang sudah
dilakukan
Kesepakatan cara
pemecahannya (termasuk
dukungan lintas sektor)
1. Adanya warga
pendatang baru
yang belum
terpapar
tentang
sosialisasi
gerakan 1
rumah 1
Adanya rumah
bedakan atau
kos-kosan yang
menyebabkan
banyak warga
yang tidak tetap
Melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
107
jumantik
sehingga
menolak untuk
dilakukan
kunjungan oleh
koordinator
jumantik
2. Masih
ditemukan
warga yang
menolak untuk
kerjasama
Belum sholat,
belum mandi,
lingkungan
rumah sudah
brsih, dan lain-
lain
Melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
3. Masih
ditemukan
jentik,
diantaranya di
drum rumah
kosong
Rumah kosong,
tidak bersedia
dikuras karena
airnya dipakai
untuk keperluan
sehari-hari dan
lain-lain
Melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
4. Masih
ditemukan
warga yang
tidak melakukan
pencatatan
pada kartu
kontrol
Lupa, tidak mau
ngisi
Melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
5. Kesadaran
warga masih
kurang untuk
3M plus
Masih ada warga
yang meminta
larvasida
Melakukan
pendekatan
Mengajak ketua RT untuk
memberikan pengarahan
108
3.6. Penggalangan Komitmen dan Tindak Lanjut Pelaksanaan G1R1J
Penggalangan komitmen pelaksanaan G1R1J lahir dari RTL kegiatan
sosialisasi dan workshop G1R1J yang berisikan beberapa point antara lain
komitmen bersama bahwa DBD adalah bukan hanya permasalahan kesehatan,
tetapi merupakan masalah bersama. Gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) perlu
dilakukan mengingat di wilayah Kelurahan Sidodadi dan Dadimulya kasus DBD
cukup tinggi. Kecamatan Samarinda Ulu siap memimpin gerakan 1 rumah 1 jumantik
(G1R1J) di tingkat Kecamatan sementara Kelurahan Sidodadi dan Dadimulya siap
mempimpin gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) di tingkat Kelurahan. Pihak
Puskesmas Segiri siap membantu dalam hal sosialisasi dan promosi kesehatan
kepada masyarakat. Saat ini diperlukan payung hukum berupa SK di tingkat
kelurahan untuk Koordinator Jumantik dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Gambar 12. Penggalangan Komitment Bersama Pemberantasan DBD
109
Penyusunan dan pembaharuan SK Pokja jurbastik oleh Kelurahan Sidodadi
diharapkan dapat terbit maksimal 16 Mei 2019 sehingga Ketua RT di Kelurahan
Sidodadi dapat melaporkan nama-nama Koordinator Jumantik di setiap RT sebelum
16 Mei 2019. Wacana penganggaran transportasi kader jumantik akan diwujudkan
pada penganggaran tahun berikutnya. Jika diperlukan, SK di tingkat kelurahan juga
diperkuat dengan SK di tingkat kecamatan. Penganggaran untuk Koordinator
gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J) di tahun 2019 akan diusahakan pada DIPA
perubahan, namun harus dikomunikasikan dengan Bapedda dengan bantuan
Kecamatan dan Dinas Kesehatan. Kecamatan Samarinda Ulu dan Kelurahan
Sidodadi siap melakukan monitoring evaluasi dibantu oleh pihak Puskesmas Segiri
untuk keberlanjutan kegiatan gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J).
Gambar 13. Kegiatan Sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan
Sidodadi.
Beberapa progress pasca penyelenggaraan sosialisasi dan workshop G1R1J
Kota Samarinda, yaitu diterbitkannya surat pemberitahuan dan himbauan nomor
440/0001/400.07 tentang “Pelaksanaan Gerakkan 1 rumah 1 Jumantik (G1R1J)
sebagai Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Samarinda
Ulu” yang dikeluarkan oleh Camat Samarinda Ulu kepada seluruh Lurah di
Kecamatan Samarinda Ulu agar melaksanakan kegiatan PSN. Penyusunan SK
110
Pokja G1R1J oleh Kelurahan Sidodadi belum dapat diterbitkan disebabkan oleh
belum semua RT di Kelurahan Sidodadi mengumpulkan nama yang akan ditugaskan
sebagai koordinator jumantik di wilayahnya.
Penggalangan komitmen juga ditandai dengan adanya tindak lanjut dari
kelurahan berupa telah dilaksanakannya sosialisasi terkait G1R1J seperti yang telah
disebutkan di atas. Sosisliasasi dilaksanakan kepada para koordinator jumantik di
wilayah kerja Kelurahan Sidodi yang dilakukan bekerjasama dengan Puskesmas
Segiri. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 26 Juli
2019 dan 22 Agustus 2019.
Gambar 14. Penyebaran Informasi Pegendalian DBD melalui media massa dan
mural
111
Adanya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan camat dan lurah seperti
yang disebutkan di atas yaitu inisiatif Camat Samarinda Ulu memuat informasi ke
salah satu media cetak di Kota Samarinda pada tanggal 18 September 2019 pesan
mural pada dinding pembatas di sekitar jalan Trisari yang diselenggarakan oleh
Lurah Sidodadi.
Selain itu, sarana komunikasi yang dilakukan yaitu melalui WA grup yang
beranggotakan Ketua RT dan koordinator jumantik RT 20,21,22 dan 23 Trisari
kelurahan Sidodadi, Lurah dan Kasi Kesra Kelurahan Sidodadi, Camat Samarinda
Ulu dan Tim Puskesmas Segiri.
Rencana Tindak lanjut dalam pelaksanaan G1R1J di Provinsi Kalimantan
Timur dan Kota Samarinda yaitu pada tingkat provinsi akan dilakukan G1R1J yaitu
Kota Samarinda dan Bontang walaupun roadmap belum disusun, namun dalam
anggaran sudah ada target tahun ini. Dalam penyusunan anggaran tersebut Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur masih terkendala pada definisi operasional
untuk pelaksanaan G1R1J, yang dimiliki saat ini hanya SK kabupaten kota yang
melaksanakan G1R1J.
Pada tingkat Kota Samarinda, Dinas Kesehatan Kota Samarinda akan
melakukan G1R1J pada semua puskesmas di wilayah kerjanya, namun masih
belum melakukan roadmap
...”Roadmap masih menunggu hasil penelitian, kalau hasilnya bagus maka akan dilanjutkan untuk tindak lanjut penanggulangan DBD.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda) ...”Roadmap selama ini fokus pada PSN dan mengarahkan puskesmas bahwa kegiatan penanggulangan jentik menggunakan PSN, larvasida hanya digunakan misalkan ada kasus, mengusahakan ketersediaan larvasida dan insektisida menggunakan dana APBD.” (Informan 3, Dinas Kesehatan Kota Samarinda).
Gambar 15. Kegiatan Penyampaian hasil pengumpulan data pada saat pretest
112
Tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Puskesmas Segiri yaitu akan
melakukan G1R1J seperti yang dilakukan tim penelitian yaitu melakukan
pendampingan-pendampingan kepada koordinator dan akan menjadikan anak-anak
sekolah sebagai alternatif kader jumantik rumah.
...”nanti akan kita adakan itu, sosialisasi untuk mencontoh 3 RT yang sudah di intervensi ini ke yang lainnya. pokoknya kita siap meninadaklanjuti. kayaknya tahun ini ada, kita sudah merencanakan di VOA kita untuk ini, kemaren saya sudah bahas...di..ini penyluhan ini kader dipanggil untuk..satu rumah satu jentik. disamping itu kita, saya baru ingat ya..ke anak anak sekolah kita..sehingga dia di rumahnya masing masing. Tahun ini, kita rencana anak sekolah mau kita kunjungi, penyluhan untuk ini.”
(Informan 1, Puskesmas Segiri).
Gambar 16. Kegiatan Wawancara Mendalam dan penyampaian Informasi penelitian
Selain itu, Puskesmas Segiri akan melaksanakan penyegaran kader yang
dimulai pada tahun 2019
...”dalam anggran puskesmas kita ada pelatihan penyegaran kader DBD, penyegaran kader jumantik, mungkin setelah penelitian ini berakhir kita akan melakukan penyegaran kader itu, karena bukan istilanya pelatihan tapi penyegaran.” (Informan 4, Puskesmas Segiri).
Pada Tingkat Kecamatan Samarinda Ulu rencana tindak lanjut pelaksanaan
G1R1J yaitu akan dibuat edaran bahwa program 1 rumah 1 jumantik harus
dilaksanakan di setiap rumah tangga, sehingga paham dan mengerti bahwa gerakan
113
itu dilaksanakan oleh anggota keluarga. Selain itu edaran brosur juga dapat
membantu. Akan dilakukan lomba mewarnai dinding belakang rumah sakit antar
tingkat sekolah sekolah atau pemuda pemuda atau ormas-ormas, namun terkendala
dinding yang tinggi yang akan mengakibatkan adanya kecelakaan yang tidak ada
asuransinya.
Gambar 17. Kegiatan Penyampaian Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan
Camat Samarinda Ulu
Akan dibuatkan SK untuk para kader yang terlibat dalam jumantik, namun
tidak disertakan dengan anggaran honor, karena kalau satu kelurahan di buatkan
SK, kelurahan yang lain juga akan meminta, walaupun kelurahan lain tidak separah
dengan yang di Kelurahan Sidodadi. SK harus merata kepada 8 kelurahan. Akan
dikumpulkan kembali para kepala sekolah untuk dilakukan pertemuan terkait
jumantik, dulu pernah dilakukan juga pertemuan namun tentang UKS. Akan ada
pengembangan gerakan 1 rumah 1 jumantik ke kelurahan yang lainnya (8 kelurahan
di Kecamatan Samarinda Ulu).
Rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan pada tingkat Kelurahan
Sidodadi yaitu Usaha kelurahan untuk menyadarkan masyarakat membuat pesan
moral yang di cat pada dinding pembatas jalan. Akan dilakukan lomba terkait pesan
moral tersebut namun belum maksimal karena terkendala dana. Bunga lavender
akan direalisasikan dengan minta sumbangan dari masyarakat (misal ada yang
mengurus surat nikah) dan dari Bapak RT Juwarso yang sudah mengembangkan
bibit untuk dibagikan. Akan dilakukan pelatihan kader untuk keterampilan kader
dalam berkomunikasi ke warga (usaha pendekatan untuk masuk ke rumah warga).
Adanya dana kelurahan yang dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat
114
menjadi pendukung dalam pengendalian DBD di Kelurahan Sidodadi. Dana tersebut
dialokasikan pada tahun 2019 dan tahun-tahun kedepan.
Gambar 18. Kegiatan Penyampaian Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan Lurah Sidodadi
3.7. Pengembangan Aplikasi Daring
Penggunaan aplikasi daring di Kota Samarinda dengan memanfaatkan fitur
dari google yaitu google form. Penggunaan awal google form masih menggunakan
akun dari peneliti, namun kedepannya akan dikelola oleh Puskesmas. Laman google
form yang digunakan yaitu https://forms.gle/RK6rESo2rRHdRYDe8 dan untuk
melihat perkembangan pengisian spreed sheet dapat melihat http://tiny.cc/hrkafz.
Pengisian aplikasi daring dilakukan oleh kader jurbastik dengan mengisi
secara realtime. mekanisme pengisian aplikasi daring pada awalnya masih
menimbulkan masalah, hal ini karena tidak semua kader jurbastik memiliki
handphone android dan terbiasa dengan aplikasi, namun sampai dengan
pendampingan ke 4 sudah tidak lagi ditemukan masalah.
Pertanyaan yang terdapat di google form adalah pertanyaan yang ada di
kartu kontrol 1 rumah 1 jumantik, namun hasil diskusi dengan kader dimodifikasi
agar mudah dalam pemantauan dan juga mudah dilakukan pengisian.
115
Gambar 19. Pelaporan Secara Online dengan Menggunakan Google Form
116
3.8. Model Implementasi Program 1 Rumah 1 Jumantik
Model implementasi merupakan kesamaan dari temuan yang dilakukan di
setiap kabupaten/kota penelitian dan dirumuskan menjadi sebuah model. Model
merupakan suatu skema atau acuan dalam upaya penerapan di masyarakat oleh
stake holder dengan keterlibatan lintas sektor.
Gambar 20. Model Intervensi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Indonesia
Model intervensi pada penelitian jurbastik ini adalah dengan melakukan
kerjasama lintas sektor serta pemberdayaan masyarakat. Skema program yang
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan, baik di tingkat provinsi dan kabupaten serta
Puskesmas yang menguasai substansi pelaksanaan dan mekanisme Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik. Pembuatan SK tim Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik baik berupa
kelompok kerja (POKJA) di lingkungan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dengan
melibatkan kecamatan harus dilakukan untuk memperkuat tim kegiatan, selanjutnya
dilakukan sosialisasi di tingkat Dinas Kesehatan kemudian berjenjang di tingkat
Puskesmas dan koordinator jurbastik. Kegiatan yang dilakukan dalam sosialiasi
117
adalah Epidemiologi Demam Berdarah, Cara PSN dan Kontainer yang berisiko,
Impelemntasi dan Struktur Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan keterlibatan lintas
sektor, dan Mekanisme pelaporan baik secara online maupun manual.
Dalam implementasinya, koordinator jurbastik perlu melakukan praktek
lapangan yaitu dengan melakukan pengisian kartu jurbastik dan survei entomologi.
Seorang koordinator harus mampu menyampaikan pesan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik ke masyarakat dan cara pengisian kartunya melalui berbagai media
kegiatan di tingkat RT dan RW baik berupa arisan, yasinan, pertemuan PKK dan lain
sebagainya. Komitmen dan dukungan ketua RW, RT, tokoh agama dan tokoh
masyarakat diperlukan dalam upaya keberlangsungan program.
Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik perlu dilakukan pendampingan
secara berkala dan kontinyu sesuai kemampuan dengan waktu minimal 3 bulan
sekali. Kegiatan pendampingan dapat dilakukan oleh Puskesmas, kelurahan atau
secara bersama-sama. Kegiatan pendampingan untuk menyusun kegiatan berupa :
1. Rencana kerja pada kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di tingkat
koordinator jurbastik (kapan melakukan kunjungan rumah, penyuluhan, ker
bakti, dll).
2. Mengidentifikasi nama-nama jurbastik rumah, sekolah dan instansi kerja.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan pada setiap koordinator.
4. Melakukan pemecahan masalah yang ada bersama-sama.
5. Mekanisme dan Kendala pelaporan
6. Peningkatan kapasitas pengetahuan koordinator baik berupa penyuluhan dan
saling berbagi informasi.
Pendampingan dimaksudkan untuk transfer of ownership sehingga
koordinator juga merasa memiliki kegiatan tersebut. Setelah kegiatan dilakukan, juga
dapat dilakukan monitoring dan evaluasi secara bersama-sama ke masyarakat
dengan melakukan wawancara dan survei entomologi jentik demam berdarah.
118
IV. PEMBAHASAN
Upaya menuntaskan kejadian demam berdarah saat ini menitikberakan pada
pengendalian nyamuk dewasa atau jentiknya karena obat dan vaksinnya untuk membasmi
virusnya belum ada. Upaya intervensi ketika terjadi kasus Demam berdarah yaitu dengan
melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) yang merupakan kegiatan pencarian penderita DBD
atau tersangka infeksi dengue lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat
tinggal penderita serta rumah/ bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter. Hasil PE positif adalah bila ditemukan 1 atau lebih penderita
DBD lainnya dan/atau ≥ 3 orang tersangka infeksi dengue dan ditemukan jentik (ABJ < 95%
atau HI ≥5%). Hasil PE negatif adalah bila kriteria positif tidak terpenuhi. Upaya pengendalian
nyamuk dengan fogging dapat dilakukan jika hasil PE positif, selain itu juga dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberian larvasida selektif dan penyuluhan.22
Pelaksanaan program pengendalian DBD yang dilakukan oleh Kota Samarinda berupa
penyuluhan, PSN, Foging fokus dan PE. Foging fokus yang dilakukan di Kota Samarinda belum
memenuhi standar operasional (SOP), karena foging dilakukan oleh tingkat kelurahan yang
mempunyai alat sendiri serta membeli insektisida secara bebas atas keinginan dari masyarakat.
Seperti yang disebutkan dalam penelitian Hubullah, penggunaan insektisida yang intensif dan
tidak terkendali karena penggunaannya tanpa berdasarkan aturan pakai, pengetahuan
masyarakat yang masih rendah mengenai dampak insektisida, dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses resistensi Ae. aegypti terhadap insektisida. Akibatnya adalah
pengendalian Ae. aegypti sebagai vektor dominan penyakit DBD belum berhasil mencapai
target yang diharapkan.23 hal tersebut ditunjang dengan temuan hasil wawancara dalam
penggunaan anti nyamuk, wilayah intervensi sebelum dilakukan intervensi sebagian besar
merekan menggunakan antinyamuk di rumahnya, setelah dilakukan intervensi perilaku mereka
berubah menjadi sebagian besar tidak lagi menggunakan anti nyamuk di rumahnya. Sebaliknya
pada wilayah kontrol yang pada awalnya sebagian besar tidak menggunakan anti nyamuk
menjadi menggunakan anti nyamuk di rumahnya. Hal ini kemungkinan wilayah intervensi
setelah diintervensi menjadi lebih aktif melakukan PSN sehingga populasi nyamuk di wilayah
tersebut berkurang sehingga mereka tidak lagi menggunakan anti nyamuk. Sebaliknya wilayah
kontrol yang tidak didorong untuk melakukan PSN daerahnya terjadi peningkatan populasi
nyamuk dan akhirnya membuat masyarakatnya menggunakan anti nyamuk.24, 25
119
Selain penatalaksanaan penderita DBD, kegiatan dengan memperkuat surveilans
epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD serta
penguatan kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya dengan menitikberatkan pada
upaya pencegahan melalui gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).22 Program saat ini
yang di canangkan adalah dengan implementasi PSN 3 M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik (G1R1J). Gerakkan tersebut di Kota Samarinda sudah dicanangkan sejak tahun 2016
dan pernah diimplemantasikan, hal tersebut terbukti dengan adanya SK koordinator jumantik
yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda, namun pada pelaksanaanya hanya
bertahan beberapa bulan (3-6 bulan), hal tersebut diantaranya karena kurangnya koordinasi
lintas sektor; tidak adanya regulasi; tidak berfungsinya pemberdayaan masyarakat (POKJA);
tidak adanya pembinaan, monitoring dan evaluasi, serta kurangnya upaya peningkatan dan
kapasitas SDM.
Kurangnya koordinasi lintas sektor merupakan salah faktor penyebab program G1R1J di
Kota Samarinda menjadi terhenti. Pemberantasan vektor DBD membutuhkan peran lintas
sektoral. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bersinergi untuk memberantas vektor DBD.
Salah satu penyebab ketidakberhasilan program pemberantasan demam berdarah adalah
kurangnya dukungan dari sektor terkait dalam penanggulagan DBD. Selain itu, belum adanya
kebijakan yang mengatur mekanisme kerjasama dan kekakuan birokrasi yang tidak kondusif
merupakan penyebab tidak terlaksananya koordinasi lintas sektor.26 Begitu pula yang terjadi di
Kota Samarinda, belum adanya regulasi dari para pemangku kebijakan menjadikan program
pengendalian DBD khususnya program G1R1J di Kota Samarinda tidak menjadi perhatian para
lintas sektor. Tidak adanya regulasi yang mengatur program G1R1J selain menyebabkan tidak
adanya perhatian para pemangku kebijakan, pelaksanaan pencatatan, pelaporan, pembinaan
dan monitoring serta evaluasi program juga tidak terlaksana dengan baik di Kota Samarinda.
Menurut WHO, Demam Berdarah merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga
penanganannya harus melibatkan kerjasa lintas sektor, antara pemerintah, swasta, dunia
usaha, LSM dan masyarakat.26, Hal tersebut dibuktikan dengan suksesnya Negara Singapura
dalam penanganan DBD melaui peran lintas sektor dan lintas program serta
berkesinambungan, selain itu regulasi yang jelas dan terarah merupakan factor pendukung
dalam pelaksanaan kegiatan.27
Pelaksanaan program pemberantasan DBD khususnya G1R1J harus diiringi dengan
adanya kegiatan supervisi dan bimbingan teknis. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan dengan
istilah monitoring dan evaluasi (monev). Kegiatan ini bertujuan untuk mengarahkan,
120
membimbing serta memecahkan masalah yang dihadapi pelaksana agar dapat menghasilkan
kinerja sesuai yang direncanakan dan menilai pelaksanaan program pemberantasan DBD.
Monitoring adalah pemantauan atau pengumpulan data tanpa membantu atau membimbing
pelaksana meningkatkan kemampuan. Evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur
ketercapaian program, yaitu mengukur seberapa jauh sebuah kebijakan dapat
terimplementasikan. Dengan demikian, adanya evaluasi Program G1R1J ini akan memberikan
informasi mengenai kekurangan dan kelemahan yang ada pada pelaksanaan pemberantasan
DBD sehingga dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pada
pelaksanaan program selanjutnya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari
tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan pengendalian DBD,
dimulai dari input, proses, output dan outcome yang dicapai pada setiap tahun.28
Pernah dibentuk POKJA DBD di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda
menjadikan salah satu bukti kepedulian pemerintah daerah terhadap program pemberantasan
DBD. Kelompok kerja dapat didefinisikan sebagai kelompok yang sudah disusun oleh
organisasi dengan tujuan menjalankan berbagai kegiatan pekerjaannya yang terkait dengan
pencapaian tujuan organisasinya.29 Fungsi pokja yang dibentuk di Kota Samarinda tidak dapat
dirasakan oleh para pemegang program dan pemangku kebijakan, karena pokja yang dibentuk
tidak pernah melakukan koordinasi kepada program dan tidak terbentuk pemberdayaan
masyarakat yang diharapkan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kotamadya Jakarta
Pusat, tidak adanya koordinasi lintas sektor dalam Pokjanal dan Pokja DBD, menyebabkan
peran serta masyarakat pun juga tidak ada dalam melakukan PSN sebagai bentuk kegiatan
praktis dari Pokjanal dan Pokja DBD, sehingga ABJ pun tidak mencapai target.30
Sementara dari segi peningkatan kapasitas SDM, pemerintah Kota Samarinda tidak
pernah menerima dan melakukan pelatihan terkait G1R1J. Namun pada proses penelitian
diinformasikan adanya perubahan program yang dilakukan oleh Puskesmas Segiri yang semula
hanya menganggarkan untuk transport kader berubah menjadi penyegaran koordinator
jurbastik. Selain perubahan program yang dilakukan oleh puskesmas, di Kelurahan Sidodadi
juga akan melakukan peningkatan kapasitas SDM koordinator jurbastik yaitu dengan
melakukan sosialisasi dan pelatihan yang akan bekerjasama dengan pihak puskesmas. Usaha
yang dilakukan oleh Puskesmas dan Kelurahan menjadi awal untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan koordinator dengan harapan akan meningkatkan perubahan perilaku di
masyarakat. Pelatihan yang diberikan sangat berguna dalam meningkatkan wawasan dan
pengetahuan tenaga pelaksana dalam melaksanakan program G1R1J. Hasil penelitian
121
mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan kinerja
petugas.31,32
Promosi Kesehatan terkait pengendalian DBD yang dilakukan oleh kecamatan dan
kelurahan merupakan salah satu faktor pendukung program G1R1J di Kelurahan Sidodadi. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara dimasyarakat yang menunjukkan peningkatan
pengetahun masyarakat jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan intervensi, selain itu
terjadi pengkatan angka besas jentik (ABJ). Upaya promosi kesehatan melalui arisan PKK
tingkat RT dan juga penyampaian informasi secara lansgung ketika melakukan kunjungan
rumah memberikan efek terhadap pengetahuan masyarakat. Respon masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam pencegahan penyakit DBD sesuai himbauan dan ajakan pemerintah
bukan hal yang mudah. Menurut penelitian yang dilakukan Francisca, realita yang terjadi di
masyarakat sampai saat ini menunjukkan bahwa adanya keterbatasan pengetahuan dan
informasi tentang cara pencegahan penyakit DBD pada masyarakat, sulitnya membuat semua
orang peduli dan mau berusaha menjaga kebersihan lingkungan untuk pencegahan penyakit
DBD, rendahnya kesadaran dan tanggung jawab kolektif untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat, dan orang merasa lebih percaya pada metode pemberantasan nyamuk dengan bahan
kimia dibandingkan melakukan PSN secara mandiri. Minimnya partisipasi masyarakat membuat
program promosi kesehatan tidak dapat bertahan jangka panjang. Partisipasi masyarakat
merupakan kunci utama dalam mobilisasi masyarakat pada program promosi kesehatan
berbasis komunitas untuk pencegahan dan pengendalian penyakit menular DBD. Partisipasi
masyarakat dijadikan strategi global untuk penanganan DBD yang tersusun dalam “Dengue
Communication for Behavioral Impact” (Dengue‐COMBI).33
Faktor pendukung lainnya yaitu tersedianya alokasi dana untuk pelaksanaan program
pemberantasan DBD di Kota Samarinda, baik dana dari program di Dinas Kesehatan Kota,
Puskesmas (BOK) dan Kelurahan. Dana merupakan hal yang sangat esensial dalam
melaksanakan suatu program. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan yang matang dan
mampu menganalisa situasi yang akan datang untuk kelancaran pelaksanaan program.
Merencanakan suatu program/kegiatan harus dapat menganalisa situasi yang akan terjadi di
masa mendatang, dalam hal ini adalah jumlah kasus DBD, kegiatan yang akan dilakukan,
volume kegiatan dan dana yang dibutuhkan.31
Salah satu keluaran dalam G1R1J yaitu terbentuknya gerakkan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komnitas
122
diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Menurut The Cornell
Empowerment Group pemberdayaan adalah sebuah intensi yang berasal dari komunitas lokal,
yang melibatkan rasa saling menghargai satu sama lain, refleksi kritis, kepedulian, dan
partisipasi kelompok, pada saat orang‐ orang tersebut mengalami ketidakseimbangan
pembagian sumber‐sumber yang tersedia di lingkungannya kemudian berusaha untuk
menambah akses dan kontrol yang lebih besar terhadap sumber-sumber tersebut.33
Pelaksanaan G1R1J yang telah dilaksanakan selama penelitian, sudah mulai terbentuk
pemberdayaan masyarakat berupa sudah adanya gerakkan dari masyarakat untuk melakukan
pembasmian jentik dengan melakukan 3 M Plus seminggu sekali, walaupun belum semua
masyarakat melakukannya dan masih ada sebagian masyarakat yang mengharapkan
pembagian larvasida, hal tersebut perlu dilakukan perlahan karena untuk merubah perilaku dan
pemaham masyarakat tidak mudah. Menurut HL Blum, derajat kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan hereditas/ genetik.34 Dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-
35%) terhadap derajat kesehatan, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku
yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Salah satu indikator dari PHBS ialah mengupayakan pemberantasan sarang
nyamuk melalui perilaku 3M Plus. 3M Plus merupakan salah satu program yang dibuat oleh
pemerintah dalam upaya pemberantasan DBD di Indonesia.35 Menurut penelitian yang
dilakukan di Kota Denpasar, menyebutkan bahwa ada pengaruh antara faktor risiko tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian DBD.36 Salah satu upaya dalam mengubah
perilaku masyarakat salah satunya dengan cara penyebarluasan informasi yang dilakukan oleh
pihak puskesmas bekerjasama dengan lintas sektor untuk mengubah perilaku masyarakat
terhadap 3M plus.37
Pemberdayaan masyarakat lainnya yaitu gerakkan yang dilakukan oleh para koordinator
jurbatik diantaranya yaitu dibuatnya nama gerakkan yang mereka lakukan yaitu “GEMATRI”
(gerakkan emak-emak pembasmi jentik trisari), berdasarkan nama gerakkan yang mereka buat,
mereka sudah memahami bahwa tugas yang mereka lakukan bukanlah hanya sekedar
melakukan pemantauan jentik namun melakukan pembasmian. Adanya pertemuan bulanan
masyarakat seperti yasinan dan arisan PKK menjadi pendukung dalam mempermudah
melakukan sosialisasi dan pelaporan G1R1J oleh koordinator jurbastik. Adanya media
komunikasi berupa grup WhatsApp dibuat oleh koordinator jurbastik RT 23 beranggotakan para
koordinator dan jurbastik rumah merupakan salah satu contoh pemberdayaan yang harus
123
dicontoh di Kota Samarinda agar mempermudah mengingatkan warga melakukan pembasmian
jentik seminggu sekali dan pelaporannya. Walaupun mungkin pada pelaksanaannya akan
terkendala pada dana berupa pulsa dan jaringan dari koordinator dan jurbastik rumah, namun
kembali lagi semua yang dilakukan perlu proses untuk menyadarkan warga bahwa gerakkan
yang dilakukan untuk kebaikan bersama dalam pemberantasan DBD di lingkungannya.
Penelitian yang dilakukan Nomitasari, menunjukkan adanya perbedaan praktik PSN 3M Plus di
kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan jentik di Kota Semarang,
hasil penelitian menunjukkan pemantauan jentik yang dilakukan di kelurahan percontohan lebih
baik dari pada kelurahan non percontohan. Adanya suatu kontrol dari stakeholder/ petugas
kesehatan dapat menjadi faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan 3M plus serta
menjadi peran penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat.35
Disamping itu adanya dukungan dari para ketua RT menjadikan motivasi bagi para
koordinator jurbastik dalam mensosialisasikan dan melaksanakan G1R1J. Adanya rencana dari
para koordinator bersama dengan ketua RT untuk membudidayakan tanaman pengusir nyamuk
seperti serai dan lavender akan menjadikan motivasi bagi warga untuk mengusir nyamuk
dewasa dan memperindah lingkungan sekitar.
Dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah dan lintas sektor serta
masyarakat diharapkan G1R1J di Kota Samarinda akan terus terlaksana, namun harus tetap
selalu didukung oleh berbagai pihak. Dukungan yang diperlukan yaitu berupa pembentukkan
regulasi, penguatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, penguatan fungsi pokja dan
pembentukkan pokjanal DBD, pelaksanaan program sesuai SOP, peningkatan kapasitas SDM,
dan perencanaan penggunaan dana yang sesuai dengan kegiatan yang diperlukan. Semua
dukungan tersebut akan terlaksana dengan adanya komitmen bersama antara pemerintah,
lintas sektor, swasta dan masyarakat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yenti di
Kota Dumai, pelaksanaan program pemberantasan DBD akan optimal dengan penambahan
tenaga, penambahan anggaran dana untuk kegiatan program penanggulangan DBD, lebih
mengoptimalkan pelaksanaan program sesuai SOP, meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam PSN-DBD dan mengoptimalkan pelaksanaan pokjanal.38
124
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan G1R1J di Kota Samarinda sudah dimulai pada tahun 2016, namun
hanya berlangsung efektif selama 3-6 bulan. Kurangnya dukungan kerjasama dari
lintas program maupun lintas sektor menjadi salah satu penyebab pelaksanaan
G1R1J tidak terlaksana secara kontinyu dan berkesinambungan. Pendampingan
yang dilakukan selama penelitian kepada pemerintah daerah dan masyarakat
khususnya lintas sektor dan koordinator jumantik meningkatkan kesadaran akan
pentingnya G1R1J sehingga himbauan G1R1J mulai dimasukkan sebagai wacana
pada agenda beberapa kegiatan di tingkat kelurahan dan kecamatan
2. Pelaksanaan G1R1J oleh rumah tangga di wilayah kerja Kelurahan Sidodadi pada
tahun 2016 tidak berjalan karena kurangnya pemahaman koordinator jumantik
sehingga jumantik di tingkat rumah tangga tidak terbentuk dan masyarakat merasa
G1R1J bukan merupakan tanggungjawab bersama. Kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat dan kurangnya motivasi kepada para koordinator merupakan penyebab
G1R1J tidak terlaksana dengan baik di Kelurahan Sidodadi.
3. Tingkat partisipasi masyarakat sebelum dilakukan periode intervensi baik daerah
perlakuan maupun kontrol sangat rendah. Setelah dilakukan intervensi tingkat
partisipasi masyarakat wilayah perlakuan meningkat secara signifikan dibandingkan
wilayah kontrol yang tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat partisipasi
masyarakat terhadap program Jurbastik setelah diberikan pendampingan
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada daerah intervensi. Masyarakat
pada daerah kontrol tidak terjadi perubahan tingkat partisipasinya terhadap program
Jurbastik. Hasil indeks entomologi di Kelurahan Sidodadi pada sebelum intervensi
yaitu Container indeks (CI) (18,29), House Index (49,33), Bretau Index (80) dan
Angka Bebas Jentik (ABJ)(50,76), sedangkan sesudah intervensi yaitu Container
indeks (CI) (16), House Index (33,57), Bretau Index (48,57) dan Angka Bebas Jentik
(ABJ)(66,43).
4. Telah terbentuk GEMATRI (Gerakan Emak-Emak Pembasmi Jentik Trisari), adanya
keterlibatan kelurahan berupa sosialisasi dan mural, Kecamatan berupa surat
edaran, Dinas Kesehatan dengan menerbitkan SK mengenai pelimpahan
wewenang berupa anggaran dari Dinas Kesehatan ke Kecamatan dan Kelurahan,
125
salah satunya mengenai anggaran Demam berdarah, dan Puskesmas dengan aktif
melakukan pendampingan dan penyuluhan.
5. Pelaporan Aplikasi daring di Kelurahan Sidodadi menggunakan aplikasi gratis dari
Google yaitu google form dengan link https://forms.gle/RK6rESo2rRHdRYDe8 dan
untuk melihat perkembangan pengisian spreed sheet dapat melihat
http://tiny.cc/hrkafz.
5.2. Saran
1. Perlunya penguatan peran serta masyarakat yang dilakukan dengan perpanjangan
informasi mengenai gerakan 1 rumah 1 jumantik di tingkat masyarakat melalui
media kegiatan masyarakat seperti arisan PKK, kegiatan keagamaan di masyarakat
seperti yasinan, dll.
2. Perlunya pendampingan dan monev secara berkala dan kontinyu baik dari sektor
kesehatan (Puskesmas/Dinas Kesehatan) maupun lintas sektor
(kelurahan/kecamatan) terhadap pelaksanaan G1R1J.
3. Meningkatkan koordinasi baik kegiatan maupun monev diantara lintas sektor dan
lintas program.
4. Perlunya penguatan regulasi kebijakan dan aturan baik ditingkat kabupaten,
kecamatan dan kelurahan.
126
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New Edition. Geneva: World Health Organization.; 2009.
2. Weissenböck, H., Hubálek, Z., Bakonyi, T., & Nowotny N. Zoonotic mosquito-borne flaviviruses: worldwide presence of agents with proven pathogenicity and potential candidates of future emerging diseases. Vet Microbiol. 2010;140(3–4):280.
3. Novriani H. Respon Imun dan Derajat Kesakitan Demam Berdarah Dengue dan Dengue Shock Syndrome. Cermin Dunia Kedokt. 134(46–48).
4. Pusat Data dan Surveilans. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.
5. Khoiri A. Indonesia Peringkat Dua Negara Endemis Demam Berdarah. CNN Indonesia. CNN Indonesia. 2016;
6. Mcmichael AJ. Population health as the ‘bottom line’ of sustainability: a contemporary challenge for public health researchers. Eur J Public Health. 2006;16(6):579–81.
7. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010 s.d. Tahun 2017. Jakarta; 2018.
8. Pusat Data dan Surveilans. Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.
9. Astria R. Kerugian akibat DBD Rp 3,1 triliun. Kontan [Internet]. 2016; Available from: https://nasional.kontan.co.id/news/kerugian-akibat-dbd-rp-31-triliun-1
10. Lubis I. Peranan Nyamuk Aedes dan babi dalam Penyebaran DHF dan JE di Indonesia. Cermin Dunia Kedokt. 1990;60.
11. Bee, Tan Kah, Koh Hock Lye and TSY. Modeling dengue fever subject to temperature change.". 2009 Sixth Int Conf Fuzzy Syst Knowl Discov. 2009;
12. Murdani AP, Martini S, Purnomo W. Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan Angka Bebas Jentik dan Jenis Infeksi Virus Dengue. J Keperawatan Kebidanan - Stikes Dian Husada Mojokerto. 2016;8(1):30–43.
13. Ruliansyah A, Hakim L, Dinata A, WN R, Wahono T, Kusnandar AJ, et al. Laporan Akhir Penelitian Kesehatan Perumusan Model Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue Berbasis Masyarakat. Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Litbang Kemenkes RI; 2014.
14. Subdit Arbovirus. Petunjuk Teknis Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
15. P2PL D. Modul Pelatihan bagi pelatih pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) dengan pendekatan komunikasi perubahan perilaku (comunication for behavioral impact). Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
16. Soekidjo N. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.; 2007.
17. Suliha, Uha, Sumiati Herawani and YR. Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta: EGC kedokteran; 2002.
127
18. Hakim L. Modul Pelatihan dan Kader Kesehatan pada Pelaksanaan penelitian Penguatan Sistem Surveilans Berbasis Keluarga Dalam Pengendalian DBD Di Kota Cimahi Dan Kota Tasikmalaya. Loka Litbangkes Pangandaran; 2018.
19. Riandi MU, Hadi UK, Soviana S. Karakteristik Habitat dan Keberadaan Larva Aedes spp. pada Wilayah Kasus Demam Berdarah Dengue Tertinggi dan Terendah di Kota Tasikmalaya. ASPIRATOR - J Vector-borne Dis Stud. 2017;9(1):43–50.
20. Rizqi Mubarokah SI. Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik (Abj) Dbd Melalui Penggerakan Jumantik. Unnes J Public Heal. 2013;2(3):1–9.
21. Sari P, Martini, Ginanjar P. Hubungan Kepadatan Jentik Aedes sp dan Praktik PSN dengan Kejadian DBD di Sekolah Tingkat Dasar di Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2012;1(2):413–22.
22. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik. Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M Plus dengan Gerakkan 1 Rumah 1 Jumantik. 2016;
23. Kusumo RA, Setiani O, Budiyono. Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang Tahun 2011 (Studi di Dinas Kesehatan Kota Semarang). J Kesehat Lingkung Indones. 2014;13(1):26–9.
24. Andiarsa D, Sari W, Giri R, Bone K, Palopo K. Behavior of insecticide use in household on three districts / cities of South Sulawesi Perilaku penggunaan insektisida pada rumah tangga di tiga Kabupaten / Kota Provinsi Sulawesi Selatan. 2015;5(3):149–54.
25. Dhaduk KM, Gandha KM, Vadera BN, Mehta JP, Parmar D V. A Community Level Kap Study on Mosquito Control in Jamnagar District. Natl J Community Med. 2013;4(2):321–8.
26. Johanes B. Kerjasama lintas sektor dalam pemberantasan demam berdarah dengue di Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur. Universitas Gajah Mada; 2009.
27. Levy S. Singapore Success: New Model Helps Forecast Dengue Outbreaks. Environ Health Perspect. 2014;122(6):168.
28. Anita, Khoiri A, Indriaswati DK. Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue Tahun 2015 (Perbandingan Anatar Puskesmas Patrang dan Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember). J IKESMA. 2016;12(2):120–31.
29. Hermawan, Hary, Brahmanto E, Hamzah F. Pengantar Manajemen Hospitality. Yogyakarta: PT. Nasya Expanding Management; 2018.
30. Harimuda S P. Kajian tentang pelaksanaan koordinasi Pokjanal dan Pokja DBD dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( PSN DBD ) di Kotamadya Jakarta Pusat tahun 1999. Universitas Indonesia; 1999.
31. Sari YM. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit DBD (P2DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar. J MKMI. 2013;Juni:125–32.
32. Zubaedah. Hubungan Faktor-Faktor Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Petugas Pokja DBD Tingkat Kelurahan di Kota Tasikmalaya. Universitas Diponegoro; 2007.
128
33. Josef FM, Afiatin T. Partisipasi dalam Promosi Kesehatan pada Kasus Penyakit Demam Berdarah ( DB ) Ditinjau dari Pemberdayaan Psikologis dan Rasa Bermasyarakat. J Psikol. 2010;37(1):65–81.
34. Soekidjo N. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
35. Husna RN, Wahyuningsih NE, Dharminto. Hubungan Perilaku 3M Plus dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang (Studi di Kota Semarang Wilayah Atas). J Kesehat Masy. 2016;4(5):170–7.
36. Purnama SG, Satoto TB, Prabandari Y. Pengetahuan, sikap dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk terhadap infeksi dengue di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. ArcComHealth. 2013;2(1):20–7.
37. Rodiah, Lusiana, Agustine. Pemberdayaan Kader PKK dalam Usaha Penyebarluasan Informasi Kesehatan Jatinagor. J Apl Ipteks Untuk Masy. 2016;5(1):5–8.
38. Yenti F. Analisis Pelaksanaan Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Purnama Kota Dumai Tahun 2016. Universitas Andalas; 2016.
129
LAMPIRAN 1.
130
LAMPIRAN 2
RISET IMPLEMENTASI MODEL JURU PEMBASMI JENTIK (JURBASTIK)
DALAM PENANGGULANGAN DBD 2019
I. PENGENALAN TEMPAT
1 Provinsi
2 Kabupaten/Kota*)
3 Kecamatan
4 Desa/Kelurahan*)
5 Klasifikasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan
6 Nomor Kode Sampel
7 Stratifikasi Wilayah DBD 1. Endemis 2. Sporadis 3. Potensial
8 Alamat rumah Rt dan Rw (Tulis dengan huruf kapital)
II. KETERANGAN RESPONDEN (Jika Responden Tidak Dapat Diwawancarai, Maka Dapat Diwakilkan)
1 Nama:
2 Nama responden yang mewakili:
3 Usia responden: ….
RM-
VEKT.DBD.2015
RAHASIA
131
4 Jenis Kelamin responden: 1. Laki-laki 2. Perempuan
5 Pendidikan Tertinggi responden:
1= Tidak/belum pernah sekolah
2= Tidak tamat SD/MI
3= Tamat SD/MI
4= Tamat SLTP/MTS
5= Tamat SLTA/MA
6= Tamat D1/D2/D3
7= Tamat PT
6 Jenis Pekerjaan Utama responden:
1= PNS/ TNI/Polri/BUMN/BUMD
2= Pegawai swasta
3= Wiraswasta
4= Petani
5= Nelayan
6= Buruh
7= Tidak Bekerja (misal : IRT)
8= Lainnya
III. KETERANGAN PENGUMPUL DATA
1 Nama Pengumpul Data: 4 Nama Ketua
Tim:
2 Tanggal. Pengumpulan
data: (tgl-bln-thn)
--
5
Tanggal.
Pengecekan:
(tgl-bln-thn)
--
3 Tanda tangan
Pengumpul Data 6
Tanda
tangan
Ketua Tim:
IV. RIWAYAT SOSIALISASI 1R1J
1 Apakah [RUMAH TANGGA} pernah disosialisasikan 1R1J ? ISIKAN KODE JAWABAN
DENGAN 1 = YA ATAU 2 = TIDAK
1. Ya
2. Tidak ---- ke P
2 Tahun Berapa 1R1J di sosialisasikan di tempat saudara ? ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1 = YA ATAU 2 = TIDAK
a. 2015
b. 2016
c. 2017
d. 2018
3 Apakah salah satu anggota rumah tangga pernah mengikuti pelatihan 1R1J ?
1. Ya 2. Tidak
132
4 Adakah diantara anggota rumah tangga yang di tunjuk sebagai 1R1J ?
3. Ya, sebutkan………… 4. Tidak
5 Berapa kali dalam 1 bulan, dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat penampungan air di rumah tangga?
a. 1 minggu 1x b. 1 minggu 2x c. 2 minggu 1x d. 3 minggu 1x
6 Apakah [RUMAH TANGGA] menggunakan bubuk pembunuh larva nyamuk
(Temefos) ?
1. Ya 2. Tidak P.10 3. Lainnya ...... P.10
7
Berapa kali [RUMAH TANGGA] menaburkan bubuk larvasida ke dalam Tempat
Penampungan Air (TPA) ?
1. 1 kali / mnggu
2. 1 kali / bulan
3. 1 kali / 3 bulan
4. lainnya ..................
8 Dari manakah [RUMAH TANGGA] mendapatkan serbuk pembunuh jentik nyamuk (larvasida)? ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1 = YA ATAU 2 = TIDAK
a. Membeli langsung dari toko
b.
Kader/Nakes
c. Pejual
keliling Lainnya ........
9 Berapa kali [RUMAH TANGGA] menguras bak mandi dan Tempat Penampungan Air (TPA) dalam seminggu ?
1. Sekali 2. Lebih dari 1 kali 3. Tidak Pernah
10 Apa yang biasa [RUMAH TANGGA] lakukan selama ini untuk mencegah penularan penyakit akibat gigitan nyamuk? (JAWABAN
TIDAK DIBACAKAN, LAKUKAN PROBING)
a. Tidur menggunakan kelambu b. Memakai obat nyamuk
bakar/elektrik c. Ventilasi menggunakan kasa
nyamuk
d. Menggunakan repelen / bahan-bahan pencegah gigitan nyamuk
e. Menyemprot ruangan
dalam rumah dengan obat nyamuk
f. Lainnya ..................
CATATAN
133
V. PEMUKIMAN & LINGKUNGAN
1.
a. Luas Lantai bangunan rumah …………………..m2
b. Jumlah orang yang tinggal dalam satu bangunan rumah ........................ orang
2. Keadaan ruangan dalam rumah (OBSERVASI)
Jenis Ruangan
Penggunaan 1=Terpisah 2=Tidak Terpisah
Kebersihan 1=Bersih, 2=Tidak bersih
Ketersediaan jendela
1=Ada, dibuka tiap hari; 2=Ada, jarang dibuka; 3=Tidak ada
Ventilasi 1=Ada, luasnya>=10% luas lantai; 2=Ada, luasnya <10% luas lantai; 3=Tidak ada
Pencahayaan alami
1=Cukup 2=Tidak cukup
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a. Tidur
b. Masak/Dapur
c. Keluarga
3. Jenis lantai rumah terluas: 1. Keramik/ubin/marmer/ semen 3. Papan/ anyaman bambu/ rotan 2. Semen plesteran retak 4. Tanah
4 Jenis dinding terluas: 1. Tembok 3. Bambu
2. Kayu/papan/triplek 4. Seng
5 Jenis plafon/langit-langit rumah terluas: 1. Beton 4. Kayu/tripleks 2. Gypsum 5. Anyaman Bambu
3. Asbes/GRC board 6. Tidak ada
6 Koordinat .............................................LS
134
.............................................BT
7 Apakah [Rumah Tangga] pernah dilakukan
fogging/pengasapan ? 1. Ya 2. Tidak
Apakah [Rumah Tangga] menggunakan
inseektisida rumah tangga, dalam
pengendalian nyamuk?
1. Ya 2. Tidak
8 Apakah rumah tinggal berada di daerah kumuh/tidak tertata? (OBSERVASI) 1. Ya 2. Tidak
135
LAMPIRAN 3
Jenis Data Kualitatif pada Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019)
Data kualitatif pada riset ini terdiri dari :
1. Data Pre Intervensi (data sebelum intervensi)
Merupakan data yang dikumpulkan sebelum dilakukan intervensi. Data ini bertujuan untuk
mengetahui tentang implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik serta kebijakan-kebijakan
termasuk sumber daya dan lain-lain yang telah dilakukan sebelum intervensi. Data ini
dikumpulkan pada wilayah intervensi dan wilayah non intervensi. Data ini diperoleh melalui
wawancara mendalam kepada:
a. Dinas Kesehatan Provinsi
Pada Dinas Kesehatan Provinsi, wawancara mendalam dilakukan kepada 3 orang
informan, yang terdiri dari :
Kepala Bidang P2P
Kepala seksi penyakit menular
Penanggung jawab program DBD
Pemegang program promkes
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pada Dinas Kesehatan Kab/Kota wawancara mendalam dilakukan kepada 3 orang
informan, yang terdiri dari :
Kepala Bidang P2P
Kepala seksi penyakit menular
Penanggung jawab program DBD
Pemegang program promkes
c. Puskesmas
Wawancara mendalam untuk tingkat puskesmas dilakukan kepada puskesmas
intervensi dan juga kepada puskesmas non intervensi. Kepada masing-masing
puskesmas tersebut dilakukan wawancara mendalam kepada 4 orang informan, yaitu :
Kepala Puskesmas
136
Penanggung jawab program P2P
Penanggung jawab program kesehatan lingkungan
Pemegang program/penanggung jawab program DBD
Pemegang program promkes
d. Wawancara mendalam dengan Tokoh Masyarakat
Camat
Lurah/Kades
Ketua RT
e. Wawancara mendalam dengan koordinator jumantik
Wawancara mendalam dilakukan kepada 2 orang koordinator jumantik.
f. Wawancara mendalam dengan jumantik rumah (jumlah rumah tergantung dengan
‘kedalaman’ data yang diperoleh di lapangan), minimal 2 orang jumantik rumah.
2. Workshop atau Pelatihan Koordinator Jumantik
Pada saat workshop atau pelatihan koordinator Jumantik, dilakukan identifikasi masalah,
penyebab masalah dan cara pemecahan masalah terkait pemantauan dan pembasmian
jentik nyamuk DBD oleh setiap masing-masing koordinator yang dituliskan dalam form
analisis masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah.
Selain itu juga dilakukan pembuatan rencana kegiatan oleh masing-masing koordinator
jumantik untuk satu bulan ke depan setelah workshop/pelatihan. Rencana kegiatan tersebut
dituliskan dalam form rencana kegiatan.
137
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
Tingkat Dinas Kesehatan Provinsi
Identitas Informan Nama : Umur : Alamat : Jabatan : Lama Menjabat : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Implementasi Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Mohon dijelaskan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu dalam 3 tahun terakhir!
2. Bagaimanakah pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : program apa saja yang sudah dilakukan)
3. Apakah sudah menerima sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosislisasi)
4. Apakah yang dimaksud dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang Bapak/Ibu ketahui?
5. Bagaimanakah pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik saat ini di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing: sejak tahun berapa, berapa puskesmas yang melaksanakan, kecamatan, kelurahan/desa, lingkungan/RW, RT yang sudah melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jika belum ada tanyakan mengapa)
6. Jelaskan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan terkait dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : jika kegiatan hanya melakukan pemantauan jentik, tanyakan kapan pemantauan jentik dilakukan baik oleh jumantik, koordinator, maupun oleh puskesmas)
138
7. Apakah sudah memberikan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja
Bapak/Ibu? (Probing: kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosialisasi, kepada siapa sosialisasi diberikan)
B. Kebijaan, Juknis, dan Standar Capaian :
1. Bagaimana dasar pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah Bapak/Ibu? (Probing : dasar hukum seperti Permenkes atau Perda wilayah bebas jentik, dan lain-lain)
2. Adakah terdapat SK terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Jika ada, minta copy SK nya, jika tidak ada tanyakan mengapa)
3. Apakah terdapat petunjuk teknis (Juknis) atau pedoman (NSPK) atau SOP (Standar, Operasional, Prosedur) terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
4. Adakah standar capaian dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (misalkan capaian ABJ atau Container Indeks harus berapa, harus berapa tercapai kecamatan/ kabupaten bebas jentik, jumlah kasus)
C. Sumber Daya
1. Dapatkah dijelaskan sumber daya manusia yang terlibat dalam program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : struktur organisasi, dari program apa, jumlah supervisor, jumlah koordinator, jumlah pembina jumantik, setiap supervisor/koordinator dan pembina jumnatik membawahi berapa jumantik rumah, jumlah jumantik lingkungan)
2. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi melakukan rekapitulasi jumlah Koordinator dan Supervisor Jumantik serta melaporkan kepada Ditjen P2P, Kemenkes RI? Jelaskan.
3. Apakah ada pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang diterima Bapak/Ibu? (Probing : kapan pelatihan dilakukan, siapa yang melatih, siapa penyelenggaranya, dimana, dan apa materi pelatihannya)
4. Apakah ada pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang diberikan Dinas Kesehatan Provinsi? (Probing : kapan pelatihan dilakukan, kepada siapa diberikan, siapa yang melatih, siapa penyelenggaranya, dimana, dan apa materi pelatihannya)
5. Dapatkah dijelaskan pendanaan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : berapa besar dananya, sumber dana, alokasi dana (insentif/transport, perbanyak form, kit PSN) Apakah dana tersebut cukup atau tidak)? Jika belum cukup, tindakan apa yang sudah dilakukan atau apa yang akan dilakukan.
6. Apa saja sarana yang digunakan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja
Bapak/Ibu? (Probing : senter, form atau kit siapa yang menyediakan)
139
7. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam mendukung sarana tersebut ! (Misalnya penyediaan Kit Jumantik)
D. Pencatatan, Pelaporan dan Monitoring Evaluasi
1. Bagaimana bentuk pencatatan dan pelaporan dari pemantauan jentik yang dilakukan oleh para jumantik, pembina, koordinator, supervisor, puskesmas, dan dinas kesehatan kabupaten/kota? (Probing : mekanisme pemantauan jentik dan pelaporannya seperti apa, jadwal kunjungan rumah dan pelaporan)
2. Apakah Dinas Kesehatan Kab/Kota mengirimkan laporan hasil pemantauan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan (Maret, Juni, September, Desember) kepada Dinas Kesehatan Provinsi? Jelaskan.
3. Apakah Dinas Kesehatan provinsi mengirimkan umpan balik terhadap laporan hasil pemantauan jentik dari dinas kesehatan kabupaten/kota? (Probing : bentuk umpan balik seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
4. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi menganalisis dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan pemantauan jentik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P)? (Probing : bentuk analisa dan laporannya seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
5. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi membina dan mengevaluasi pelaksanaan 3M Plus di kabupaten/kota? (Probing: bentuk evaluasinya seperti apa, siapa yang melakukan, kapan dilakukan, jika tidak melakukan evaluasi tanyakan mengapa)
6. Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing: bentuk monev seperti apa, siapa yang melakukan, kapan, dan hal apa saja yang di monev)
7. Apakah ada tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut ? Jelaskan tindak lanjutnya seperti apa.
E. Komunikasi antar Pelaksana dan Kerjasama
1. Media komunikasi apa yang digunakan antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing: media apa, apakah ada pertemuan rutin, biasanya materi/pesan yang disampaikan apa)
2. Apakah terdapat kerjasama lintas program dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas program tersebut. (Probing : dengan program apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
3. Apakah terdapat kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas sektor tersebut. (Probing : dengan lintas sektor apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
F. Dukungan, Hambatan, Saran
140
1. Faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
2. Faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
3. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Saran untuk Kemkes, Pemda setempat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota, puskesmas, dan lain-lain yang terkait)
141
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Identitas Informan Nama : Umur : Alamat : Jabatan : Lama Menjabat : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Implementasi Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Mohon dijelaskan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu dalam 3 tahun terakhir!
2. Bagaimanakah pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : program apa saja yang sudah dilakukan)
3. Apakah sudah menerima sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosislisasi)
4. Apakah yang dimaksud dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang Bapak/Ibu ketahui?
5. Bagaimanakah pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik saat ini di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing: sejak tahun berapa, berapa puskesmas yang melaksanakan, kecamatan, kelurahan/desa, lingkungan/RW, RT yang sudah melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jika belum ada tanyakan mengapa)
6. Jelaskan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan terkait dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : jika kegiatan hanya melakukan pemantauan jentik, tanyakan kapan pemantauan jentik dilakukan baik oleh jumantik, koordinator, maupun oleh puskesmas)
142
7. Apakah sudah memberikan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosialisasi, kepada siapa sosialisasi diberikan)
B. Standar, Tujuan dan Kebijakan :
1. Bagaimana dasar pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah Bapak/Ibu? (Probing : dasar hukum seperti Permenkes atau Perda wilayah bebas jentik, dan lain-lain)
2. Adakah terdapat SK terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Jika ada minta copy SK nya, jika tidak ada tanyakan mengapa)
3. Apakah terdapat petunjuk teknis (Juknis) atau pedoman (NSPK) atau SOP (Standar, Operasional, Prosedur) terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
4. Adakah standarcapaian dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (misalkan capaian ABJ dan Container Indeks harus berapa, harus berapa tercapai kecamatan/ kabupaten bebas jentik, jumlah kasus)
C. Sumber Daya
1. Dapatkah dijelaskan sumber daya manusia yang terlibat dalam program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : struktur organisasi, dari program apa, jumlah supervisor, jumlah koodinator, jumlah pembina jumantik, setiap supervisor/koordinator dan pembina jumnatik membawahi berapa jumantik rumah, jumlah jumantik lingkungan)
2. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi jumlah Koordinator dan Supervisor Jumantik serta melaporkan kepada Dinas Kesehatan provinsi? Jelaskan.
3. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan bimbingan teknis dalam perekrutan Jumantik? (Probing: bentuk bimbingan teknisnya seperti apa, siapa yang memberikan, kapan diberikan, jika tidak memberikan teknis tanyakan mengapa)
4. Apakah ada pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang diterima Bapak/Ibu? (Probing: kapan pelatihan dilakukan, siapa yang melatih, siapa penyelenggaranya dimana, dan apa materi pelatihannya)
5. Apakah ada pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota? (Probing: kapan pelatihan dilakukan, kepada siapa diberikan, siapa yang melatih, siapa penyelenggaranya, dimana, dan apa materi pelatihannya)
6. Apakah Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan bimbingan dalam pelatihan Jumantik? (Probing: bentuk bimbingan pelatihannya seperti apa, materinya apa, siapa yang memberikan, kapan diberikan, jika tidak memberikan bimbingan pelatihan/pelatihan tanyakan mengapa)
143
7. Dapatkah dijelaskan pendanaan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja
Bapak/Ibu? (Probing : berapa besar dananya, sumber dana, alokasi dana (insentif/transport, perbanyak form, kit PSN) Apakah dana tersebut cukup atau tidak)? Jika belum cukup, tindakan apa yang sudah dilakukan atau apa yang akan dilakukan.
8. Apa saja sarana yang digunakan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : senter, form atau kit siapa yang menyediakan)
9. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mendukung sarana tersebut! (Misalnya penyediaan Kit Jumantik)
10. Dukungan apa saja yang diberikan Dinas Kesehatan dalam operasionalJumantik?
D. Pencatatan, Pelaporan dan Monitoring Evaluasi
1. Bagaimana bentuk pencatatan dan pelaporan dari pemantauan jentik yang dilakukan oleh para Jumantik, pembina, koordinator, supervisor, dan puskesmas?
2. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menganalisa laporan hasil pemantauan jentik berkala (PJB) dari puskesmas? (Probing : bentuk analisanya seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
3. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan umpan balik terhadap laporan hasil pemantauan jentik berkala (PJB) dari puskesmas? (Probing : bentuk umpan balik seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
4. Apakah Dinas Kesehatan melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik berkala (PJB) setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember) kepada Dinas Kesehatan Provinsi? (Probing : bentuk rekapitulasi, siapa yang membuat, dan bagaimana laporan dikirim)
5. Apakah ada umpan balik dari Dinas Kesehatan Provinsi terhadap laporan hasil pemantauan jentik berkala (PJB) dari Dinas Kesehatan Kab/Kota? (Probing : bentuk umpan balik seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
6. Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : monev oleh puskesmas, dan monev oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
7. Bagaimana monitoring dan evaluasi tersebut dilaksanakan? (Probing : siapa yang melakukan, kapan dilakukan, siapa saja yang terlibat)
8. Apakah ada tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut? Jelaskan tindak lanjutnya seperti apa.
E. Komunikasi antar Pelaksana dan Kerjasama
144
1. Media komunikasi apa yang digunakan antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing: media apa, apakah ada pertemuan rutin, biasanya materi/pesan yang disampaikan apa)
2. Apakah terdapat kerjasama lintas program dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas program tersebut. (Probing : dengan program apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
3. Apakah terdapat kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas sektor tersebut. (Probing : dengan lintas sektor apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
F. Dukungan, Hambatan, Saran
1. Faktor apa saja yang menjadi pendukungdalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
3. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu?
145
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
Tingkat Puskesmas
Identitas Informan Nama : Umur : Alamat : Jabatan : Lama Menjabat : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Implementasi Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Mohon dijelaskan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu dalam 3 tahun terakhir !
2. Bagaimanakah pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : program apa saja yang sudah dilakukan)
3. Apakah sudah menerima sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosislisasi)
4. Apakah yang dimaksud dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang Bapak/Ibu ketahui?
5. Bagaimanakah pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik saat ini di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : sejak tahun berapa, berapa puskesmas yang melaksanakan, kecamatan, kelurahan/desa, lingkungan/RW, RT yang sudah melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jika belum ada tanyakan mengapa)
6. Jelaskan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan terkait dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : jika kegiatan hanya melakukan pemantauan jentik, tanyakan kapan pemantauan jentik dilakukan baik oleh jumantik, koordinator, maupun oleh puskesmas)
146
7. Apakah sudah memberikan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, berapa kali, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosialisasi, kepada siapa sosialisasi diberikan)
B. Standar, Tujuan dan Kebijakan :
1. Bagaimana dasar pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah Bapak/Ibu? (Probing : dasar hukum seperti Permenkes atau Perda wilayah bebas jentik, dan lain-lain)
2. Adakah terdapat SK terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Jika ada minta copy SK nya, jika tidak ada tanyakan mengapa)
3. Apakah puskesmas membuat SK Koordinator Jumantik atas usulan RW/Desa/Kelurahan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota? (Jika tidak, tanyakan mengapa)
4. Apakah terdapat petunjuk teknis (Juknis) atau pedoman (NSPK) atau SOP (Standar, Operasional, Prosedur) terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
5. Adakah standar capaian dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (misalkan capaian ABJ dan Container Indeks harus berapa, harus berapa tercapai kecamatan/ kabupaten bebas jentik, jumlah kasus)
C. Sumber Daya
1. Dapatkah dijelaskan sumber daya manusia yang terlibat dalam program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : struktur organisasi, dari program apa, jumlah supervisor, jumlah koodinator, jumlah pembina jumantik, setiap supervisor/koordinator dan pembina jumnatik membawahi berapa jumantik rumah, jumlah jumantik lingkungan)
2. Apakah puskesmas memiliki nama-nama juru pemantau jentik pada setiap rumah di wilayah kerja Bapak/Ibu?
3. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan bimbingan teknis dalam perekrutan Jumantik? (Probing : bentuk bimbingan teknisnya seperti apa, siapa yang memberikan, kapan diberikan, jika tidak memberikan teknis tanyakan mengapa)
4. Apakah puskesmas mengusulkan nama supervisor Jumantik ke Dinas Kesehatan Kab/Kota? (Jelaskan siapa yang menjadi supervisor. Jika tidak, tanyakan mengapa)
5. Apakah ada pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang diterima Bapak/Ibu? (Probing : kapan pelatihan dilakukan, siapa yang melatih, siapa penyelenggaranya, dimana, dan apa materi pelatihannya)
147
6. Apakah puskesmas memberikan pelatihan teknis kepada koordinator dan Supervisor Jumantik? (Probing : bentuk pelatihannya seperti apa, materinya apa, siapa yang memberikan, kapan diberikan, jika tidak pelatihan tanyakan mengapa)
7. Apakah Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan bimbingan dalam pelatihan Jumantik? (Probing : bentuk bimbingan pelatihannya seperti apa, materinya apa, siapa yang memberikan, kapan diberikan, jika tidak memberikan bimbingan pelatihan/pelatihan tanyakan mengapa)
8. Dapatkah dijelaskan pendanaan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : berapa besar dananya, sumber dana, alokasi dana (insentif/transport, perbanyak form, kit PSN) Apakah dana tersebut cukup atau tidak)? Jika belum cukup, tindakan apa yang sudah dilakukan atau apa yang akan dilakukan.
9. Apa saja sarana yang digunakan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja
Bapak/Ibu? (Probing : senter, form atau kit siapa yang menyediakan)
10. Bagaimana peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mendukung sarana tersebut! (Misalnya penyediaan Kit Jumantik)
11. Dukungan apa saja yang diberikan Dinas Kesehatan dalam operasional Jumantik?
D. Pencatatan, Pelaporan dan Monitoring Evaluasi
1. Bagaimana bentuk pencatatan dan pelaporan dari pemantauan jentik yang dilakukan oleh para Jumantik, pembina, koordinator, supervisor, dan puskesmas?
2. Apakah puskesmas membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor Jumantik? (Probing : bentuk pembinaan dan pengawasan tersebut, siapa yang melakukan)
3. Apakah puskesmas menganalisis laporan ABJ dari Supervisor Jumantik? (Probing : bentuk analisisnya seperti apa, siapa yang melakukan)
4. Apakah puskesmas melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik di wilayah kerjanya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setiap sebulan sekali?
5. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan umpan balik terhadap rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik dari puskesmas? (Probing : bentuk umpan baliknya nya seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
6. Apakah puskesmas melakukan pemantauan jentik berkala (PJB) minimal 3 bulan sekali? (Probing : bentuk kegiatan tersebut, siapa yang melakukan)
7. Apakah puskesmas melaporkan hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota? (Probing : bentuk laporannya, siapa yang melakukan)
148
8. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan umpan balik terhadap laporan hasil pemantauan jentik berkala (PJB) dari puskesmas? (Probing : bentuk umpan balik seperti apa, siapa yang melakukan, dan kapan dilakukan)
9. Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : monev oleh puskesmas, dan monev oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
10. Bagaimana monitoring dan evaluasi tersebut dilaksanakan? (Probing : siapa yang melakukan, kapan dilakukan, siapa saja yang terlibat)
11. Apakah ada tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut? Jelaskan tindak lanjutnya seperti apa.
E. Komunikasi antar Pelaksana dan Kerjasama
1. Media komunikasi apa yang digunakan antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : media apa, apakah ada pertemuan rutin, biasanya materi/pesan yang disampaikan apa)
2. Apakah terdapat kerjasama lintas program dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas program tersebut. (Probing : dengan program apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
3. Apakah puskesmas berkoordinasi dengan kecamatan dan atau kelurahan/desa untuk pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus? (Probing : bentuk koordinasi tersebut, jika tidak ada tanyakan mengapa)
4. Apakah terdapat kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu? Jelaskan bentuk kerjasama lintas program tersebut. (Probing : dengan lintas sektor apa saja, sudah berapa lama, bentuk kerjasama, hasil yang didapat dari kerjasama tersebut)
F. Dukungan, Hambatan, Saran
1. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah kerja Bapak/Ibu?
3. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu?
G. Tambahan pertanyaan untuk setelah intervensi
1. Menurut Bapak/Ibu, adakah manfaat yang dirasakan dengan kegiatan pendampingan
ini? Jelaskan.
149
2. Bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan puskesmas setelah selesai pendampingan ini? Jelaskan.
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan
Wawancara Mendalam kepada Koordinator Jumantik
Identitas Informan
Nama : Umur : Alamat : Jabatan : Lama Menjabat : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Pengetahuan DBD dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang DBD? (Jelaskan penyebab, gejala, apakah berbahaya dan menular, cara penularan, cara mencegah)
2. Apakah sudah pernah mendengar tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? (Probing :
Jika pernah, tanyakan dari mana mendengar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, kapan, dalam acara apa)
3. Jika pernah mendengar, apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik? 4. Bisakah Bapak/Ibu menjelaskan struktur organisasi Jumantik di wilayah Puskesmas ini?
(Probing : susunan mulai dari Jumantik keluarga sampai tingkat puskesmas, dan setiap koordinator membawahi berapa jumantik keluarga)
B. Sosialisasi dan Pelatihan
1. Apakah Bapak/Ibu sudah pernah menerima sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, dimana, apa materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosislisasi)
150
2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? (Probing : kapan pelatihan yang diterima dan diberikan, siapa yang melatih, materi pelatihannya apa, metodenya bagaimana)
C. Pelaksanaan Kegiatan Sebagai Koordinator Jumantik
1. Jelaskan tugas Bapak/Ibu sebagai koordinator Jumantik? 2. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan sebagai koordinator Jumantik?
3. Apakah sudah memberikan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik kepada Jumantik keluarga? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosialisasi)
4. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat. (Satu Koordinator Jumantik bertanggungjawab membina maksimal 10 orang Jumantik rumah/lingkungan)? (Probing bentuk sosialisasi, kapan dilakukan, materinya apa saja, dilakukan dimana, rutin atau tidak)
5. Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di wilayah Bapak/Ibu terkait dengan pembasmian jentik dan pencegahan DBD? (Probing : bentuk kegiatan, kapan dilaksanakan, siapa saja yang melaksanakan, metode/cara kegiatan dilakukan)
6. Apakah Bapak/Ibu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN 3M Plus di lingkungan tempat tinggal? (Probing bentuknya seperti, kapan dilakukan, dilakukan dimana, rutin atau tidak)
7. Apakah Bapak/Ibu membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh bangunan baik rumah maupun TTU/TTI di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : bentuk rencana kerjanya seperti apa)
8. Apakah Bapak/Ibu melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah/ tempat tinggal, TTU/TTI setiap 2 minggu? (Probing : bentuk kunjungan kegiatan tersebut,apa yang dilakukan)
9. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemantauan jentik di rumah dan bangunan yang tidak berpenghuni seminggu sekali?
10. Bagaimana peran puskesmas, kecamatan, kelurahan/desa, RW, dan RT dalam kegiatan pembasmian jentik di wilayah Bapak/Ibu? (Probing : peran masing-masing dalam kegiatan pemberantasan jentik)
D. Laporan, Monitoring dan Evaluasi
1. Apakah Bapak/Ibu membuat catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik rumah, TTU dan TTI sebulan sekali? (Probing : bentuk catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik yang dibuat seperti apa)
2. Bagaimana pencatatan dan pelaporan kegiatan Jurbastik? (Probing : bentuk laporan, kapan laporan dikumpulkan, kepada siapa laporan dikumpulkan)
151
3. Apakah Bapak/Ibu melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Supervisor Jumantik sebulan sekali?
4. Apakah ada umpan balik dari supervisor?
5. Apakah Bapak/Ibu melaporkan hasil pemantauan jentik ke puskesmas?
6. Apakah ada pertemuan monitoring dan evaluasi dengan Dinas Kesehatan atau puskesmas secara rutin dalam rangka kegiatan pembasmian jentik?
7. Apakah wahana komunikasi dalam melancarkan kegiatan sebagai koordinator Jumantik?
E. Sarana dan Insentif
1. Jelaskan ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan sebagai koordinator jumantik! (Probing : ketersediaan kit jumantik, senter, form laporan, kartu laporan jumantik keluarga, cukup atau tidak sarana dan prasarana tersebut, dan bagaimana mengatasinya jika kurang)
2. Jelaskan ketersediaan dana dalam menunjang kegiatan koordinator jumantik! (Probing :
sumber dana, cukup atau tidak, dan bagaimana mengatasinya jika kurang)
3. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan insentif sebagai koordinator Jumantik? (Probing : besarnya insentif, dari mana, kapan didapat)
F. Faktor Pendukung, Penghambat dan Saran
1. Faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam upaya pembasmian jentik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : sumber daya manusia, sosial budaya yang ada di masyarakat, peran serta masyarakat, dan lain-lain)
2. Faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam upaya pemberantasan jentik di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : sumber daya manusia, sosial budaya yang ada di masyarakat, peran serta masyarakat, dan lain-lain)
3. Jika masyarakat kurang berperan serta, sebutkan dalam hal apa saja (tidak melakukan 3M, menolak abatisasi, menolak fogging, dan lain-lain)
4. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah Bapak/Ibu?
152
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan
Fokus Group Diskusi (FGD) Koordinator Jumantik Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Nama Pemandu : Nama Notulen : Tanggal FGD : Identitas Peserta FGD :
No
Nama Umur Pendidikan Alamat Lama menjadi koordinator
Jumantik/Jurbastik
A. Pengetahuan DBD dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang DBD? (Jelaskan penyebab, gejala, apakah berbahaya dan menular, cara penularan, cara mencegah)
2. Apakah sudah pernah mendengar tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? (Probing :
Jika pernah, tanyakan dari mana mendengar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, kapan, dalam acara apa)
3. Jika pernah mendengar, apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik?
4. Bisakah Bapak/Ibu menjelaskan struktur organisasi Jumantik di wilayah Puskesmas ini ? (Probing : susunan mulai dari Jumantik keluarga sampai tingkat puskesmas, dan setiap koordinator membawahi berapa jumantik keluarga)
B. Sosialisasi dan Pelatihan
153
1. Apakah Bapak/Ibu sudah menerima sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik diwilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, dimana, apa materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosislisasi)
2. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan pelatihan terkait Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik? (Probing : kapan pelatihan yang diterima dan diberikan, siapa yang melatih, materi pelatihannya apa, metodenya bagaimana)
C. Pelaksanaan Kegiatan Sebagai Koordinator Jumantik
1. Jelaskan tugas Bapak/Ibu sebagai koordinator Jumantik? 2. Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan sebagai koordinator Jumantik ?
3. Apakah sudah memberikan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik kepada Jumantik keluarga? (Probing : kapan dilaksanakan sosialisasi, materi sosialisasi, siapa yang melakukan sosialisasi)
4. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat. (Satu Koordinator Jumantik bertanggungjawab membina maksimal 10 orang Jumantik rumah/lingkungan)? (Probing bentuk sosialisasi, kapan dilakukan, materinya apa saja, dilakukan dimana, rutin atau tidak)
5. Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di wilayah Bapak/Ibu terkait dengan pembasmian jentik dan pencegahan DBD? (Probing : bentuk kegiatan, kapan dilaksanakan, siapa saja yang melaksanakan, metode/cara kegiatan dilakukan)
6. Apakah Bapak/Ibu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN 3M Plus di lingkungan tempat tinggal ? (Probing bentuknya seperti, kapan dilakukan, dilakukan dimana, rutin atau tidak)
7. Apakah Bapak/Ibu membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh bangunan baik rumah maupun TTU/TTI di wilayah kerja Bapak/Ibu ? (Probing : bentuk rencana kerjanya seperti apa)
8. Apakah Bapak/Ibu melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah/ tempat tinggal, TTU dan TTI setiap 2 minggu? (Probing : bentuk kunjungan kegiatan tersebut,apa yang dilakukan)
9. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemantauan jentik di rumah dan bangunan yang tidak berpenghuni seminggu sekali?
10. Bagaimana peran puskesmas, kecamatan, kelurahan/desa, RW, dan RT dalam kegiatan pemberantasan jentik di wilayah Bapak/Ibu? (Probing : peran masing-masing dalam kegiatan pembasmian jentik)
D. Laporan, Monitoring dan Evaluasi
154
1. Apakah Bapak/Ibu membuat catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik rumah, TTU dan TTI sebulan sekali? (Probing : bentuk catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik yang dibuat seperti apa)
2. Bagaimana pencatatan dan pelaporan kegiatan Jurbastik? (Probing : bentuk laporan, kapan laporan dikumpulkan, kepada siapa laporan dikumpulkan)
3. Apakah Bapak/Ibu melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Supervisor Jumantik sebulan sekali?
4. Apakah ada umpan balik dari supervisor?
5. Apakah Bapak/Ibu melaporkan hasil pemantauan jentik ke puskesmas?
6. Apakah ada pertemuan monitoring dan evaluasi dengan Dinas Kesehatan atau puskesmas secara rutin dalam rangka kegiatan pembasmian jentik?
7. Apakah wahana komunikasi dalam melancarkan kegiatan sebagai koordinator Jumantik?
E. Sarana dan Insentif
1. Jelaskan ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan sebagai koordinator jumantik! (Probing : ketersediaan kit jumantik, senter, form laporan, kartu laporan jumantik keluarga, cukup atau tidak sarana dan prasarana tersebut, dan bagaimana mengatasinya jika kurang)
2. Jelaskan ketersediaan dana dalam menunjang kegiatan koordinator jumantik ! (Probing :
sumber dana, cukup atau tidak, dan bagaimana mengatasinya jika kurang)
3. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan insentif sebagai koordinator Jumantik? (Probing : besarnya insentif, dari mana, kapan didapat)
F. Faktor Pendukung, Penghambat dan Saran
1. Faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam upaya pembasmian jentik di wilayah kerja Bapak/Ibu (Probing : sumber daya manusia, sosial budaya yang ada di masyarakat, peran serta masyarakat, dan lain-lain)
2. Faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam upaya pembasmian jentik di
wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : sumber daya manusia, sosial budaya yang ada di masyarakat, peran serta masyarakat, dan lain-lain)
3. Jika masyarakat kurang berperan serta, sebutkan dalam hal apa saja (tidak melakukan
3M, menolak abatisasi, menolak penyemprotan/fogging missal, dan lain-lain) 4. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
dan penanggulangan DBD di wilayah Bapak/Ibu?
155
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam
Untuk Camat, Kepala Desa/Kelurahan, RW/RT
Identitas Informan
Nama : Umur : Alamat : Jabatan : Lama Menjabat : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Pengetahuan tentang DBD
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang DBD? (Jelaskan penyebab, gejala, apakah berbahaya dan menular, cara penularan, cara mencegah)
2. Apakah sudah pernah mendengar tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ? (Probing:
Jika pernah, tanyakan dari mana mendengar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, kapan, dalam acara apa)
3. Jika pernah mendengar, apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik?
4. Bisakah Bapak/Ibu menjelaskan struktur organisasi Jumantik di wilayah Puskesmas ini ? (Probing : susunan mulai dari Jumantik keluarga sampai tingkat puskesmas, dan setiap koordinator membawahi berapa jumantik keluarga)
5. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan informasi atau sosialisasi tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ? (Probing : kapan diberikan, siapa yang memberikan, dan materi yang disampaikan)
156
B. Sikap Terhadap DBD
1. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika di rumah Bapak/Ibu dilakukan pemantauan dan pembasmian jentik nyamuk? Jelaskan mengapa.
2. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika di lingkungan Bapak/Ibu dilakukan pemantauan
dan pembasmian jentik nyamuk? Jelaskan mengapa.
3. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika penderita DBD di lingkungan Bapak/Ibu segera diberikan pengobatan dan dilaporkan ke puskesmas ? Jelaskan mengapa.
4. Apakah Bapak/Ibu setuju jika di rumah Bapak/Ibu terdapat 1 Jumantik? Jelaskan, mengapa.
C. Pelaksanaan PSN dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Bagaimanakah pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Bapak/Ibu? (Probing : program apa saja yang sudah dilakukan termasuk program PSN oleh jumantik, kapan dilakukan, wilayah mana saja)
2. Apakah pengurus RT melakukan pemetaan dan pengumpulan data penduduk, data
rumah/ bangunan pemukiman dan tempat-tempat umum lainnya seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga, masjid/mushola dll? Jelaskan proses tersebut dan kapan dilakukan.
3. Apakah pengurus RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga setempat, tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok potensial lainnya? Jelaskan pertemuan tersebut dan kapan dilakukan.
4. Apakah pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya setiap rumah melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin seminggu sekali dan mensosialisasikan tentang pentingnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan membentuk Jumantik rumah/lingkungan? Jelaskan.
5. Apakah pengurus RT membentuk koordinator jumantik dan jumantik lingkungan berdasarkan musyawarah warga? Jelaskan.
6. Apakah RW (Supervisor Jumantik) memeriksa dan mengarahkan rencana kerja koordinator Jumantik? Jelaskan.
7. Apakah RW (Supervisor Jumantik) memberikan bimbingan teknis kepada Koordinator Jumantik? Jelaskan.
8. Apakah RW (Supervisor Jumantik) melakukan pembinaan dan peningkatan keterampilan kegiatan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus kepada koordinator Jumantik? Jelaskan.
157
9. Apakah RW (Supervisor Jumantik) melakukan pengolahan data pemantauan jentik menjadi data Angka Bebas Jentik (ABJ)? Jelaskan.
10. Apakah RW (Supervisor Jumantik) melaporkan ABJ ke puskesmas setiap bulan sekali?
Jelaskan. 11. Adakah sumber dana dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jentik ? (Probing : ada
tidak, sumber dana dari mana, dan untuk apa)
12. Apakah pernah dilakukan monitoring evaluasi terhadap program-program tersebut? (Probing : kapan dilakukan, siapa yang melakukan, bentuk kegiatannya, rencana tindak lanjut terhadap hasil monitoring evaluasi)
13. Bagaimanakah peran kecamatan dalam kegiatan penanggulangan DBD khususnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? Jelaskan.
14. Menurut bapak/ibu/saudara, faktor apa saja yang mendukung pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah Bapak/Ibu?
15. Menurut bapak/ibu/saudara, faktor apa saja yang menghambat Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah Bapak/Ibu?
16. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah kerja Bapak/Ibu?
158
Riset Implementasi Jurbastik Dalam Penanggulangan DBD (Multicenter 2019) Panduan Pertanyaan
Wawancara Mendalam Untuk Jumantik Rumah
Identitas Informan Nama : Umur : Alamat : Pendidikan : No HP : Puskesmas : Kabupaten/Kota : Propinsi : Identitas Pewawancara Nama : Tanggal Wawancara : No HP :
A. Pengetahuan tentang DBD dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang DBD? (Jelaskan penyebab, gejala, apakah berbahaya dan menular, cara penularan, cara mencegah)
2. Apakah pernah mendengar tentang 1 Rumah 1 Jumantik ? (Probing : dari mana
mendengar hal tersebut dan siapa yang menyampaikan) 3. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ?
4. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan informasi atau sosialisasi tentang Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik ? (Probing : kapan diberikan, siapa yang memberikan, dan materi yang disampaikan)
5. Sepengetahuan Bapak/Ibu bagaimana cara mencegah agar jentik nyamuk tidak berada di rumah dan lingkungan rumah Bapak/Ibu ? Jelaskan.
B. Sikap Terhadap Pencegahan DBD
1. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika di rumah Bapak/Ibu dilakukan pemantauan dan pembasmian jentik nyamuk? Jelaskan mengapa.
2. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika di lingkungan Bapak/Ibu dilakukan pemantauan
dan pembasmian jentik nyamuk? Jelaskan mengapa.
159
3. Menurut Bapak/Ibu apakah setuju jika penderita DBD di lingkungan Bapak/Ibu segera diberikan pengobatan dan dilaporkan ke puskesmas? Jelaskan mengapa.
4. Apakah Bapak/Ibu setuju jika di rumah Bapak/Ibu terdapat 1 Jumantik? Jelaskan, mengapa.
C. Pelaksanaan Kegiatan Pembasmian Jentik
1. Apa yang keluarga Bapak/Ibu lakukan dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk DBD? Jelaskan (contoh menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan sebagainya)
2. Apa yang keluarga Bapak/Ibu lakukan dalam upaya pencegahan dari gigitan nyamuk?
Jelaskan (contoh menggunakan repellen, insektisida, dsb)
3. Apakah ada anggota keluarga di rumah Bapak/Ibu yang mensosialisasikan PSN 3M Plus kepada seluruh anggota keluarga/penghuni rumah? (Probing : apa yang disampaikan, siapa yang memberikan, kapan)
4. Apakah keluarga di rumah Bapak/Ibu memeriksa/memantau tempat perindukan nyamuk
(memeriksa jentik) di dalam dan di luar rumah seminggu sekali? (Probing : siapa yang melakukan, apa saja yang dilakukan, kapan dilakukan, jika tidak tanyakan mengapa)
5. Apakah ada anggota keluarga di rumah Bapak/Ibu menggerakkan anggota keluarga/penghuni rumah untuk melakukan PSN 3M Plus seminggu sekali? Jelaskan.
6. Apakah hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu jentik? Jelaskan apa yang dicatat dan bentuk kartunya seperti apa.
7. Apakah ada petugas yang datang untuk mencatat keberadaan jentik di rumah Bapak/Ibu?
8. Dalam 3 bulan terakhir, apakah ada kegiatan penyuluhan DBD di lingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu? (Probing : kapan dilakukan, siapa yang memberikan penyuluhan, materinya apa, metodenya bagaimana)
9. Dalam 3 bulan terakhir, apakah ada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu seperti kerja bakti, dsb? (Probing : kapan dilakukan, siapa saja yang terlibat, kegiatannya seperti apa)
10. Adakah manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? Jelaskan manfaat tersebut
160
11. Apakah hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pembasmian jentik di rumah dan lingkungan sekitar rumah Bapak/Ibu?
12. Apa saran Bapak/Ibu terkait pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan penanggulangan DBD di wilayah Bapak/Ibu?
161
Form Analisis Masalah, Penyebab Masalah dan Cara Pemecahan Masalah Terkait Pemberantasan Penyakit DBD
Nama Puskesmas :
Alamat Puskesmas :
Kabupaten/Kota :
Kecamatan :
Desa/Kelurahan :
RT/RW :
Nama Koordinator Jurbastik :
Tanggal pertemuan :
No Masalah Penyebab Upaya yang sudah dilakukan Kesepakatan cara
pemecahannya (termasuk
dukungan lintas sektor)
162
MATRIKS RENCANA KEGIATAN JURBASTIK TERKAIT RISET IMPLEMENTASI JURBASTIK DALAM PENANGGULANGAN DBD
TAHUN 2019
Nama Puskesmas :
Alamat Puskesmas :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Tanggal pertemuan :
Waktu pelaksanaan kegiatan :
No Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Target Rincian
Indikator Keberhasilan
Sumber Pembiayaan
Dana Alat Tenaga
1.
2.
3.
4.
163
Daftar Hadir Peserta Tempat : Tanggal : Pemimpin rapat : Notulen :
No Nama Instansi Jabatan
*) Lampirkan undangan pertemuan Kesimpulan Rapat : -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------
164
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
NASKAH PENJELASAN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang
Kesehatan mulai bulan Maret 2019 sampai dengan November 2019 akan melakukan
penelitian mengenai “RISET IMPLEMENTASI MODEL JURU PEMBASMI JENTIK
(JURBASTIK) DALAM PENANGGULANGAN DBD” Penelitian ini bertujuan mengetahui
keberhasilan program satu rumah satu Jurbastik di masyarakat.
Adapun kegiatan kami di rumah Bapak/Ibu adalah wawancara terkait program Satu
Rumah Satu Jurbastik pemberantasan sarang nyamk (PSN). Untuk mencapai tujuan
kegiatan tersebut, kami akan mengganggu waktu Bapak/Ibu sekitar 60 menit.
Untuk itu, kami bermaksud meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat berpartisipasi
dalam penelitian ini.Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan berhak untuk
mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa ada sanksi apapun.
Semua informasi dan hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan disimpan di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan,
Jakarta dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Bila Bapak/Ibu memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat
menghubungi Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat,
Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Jl. Percetakan Negara No. 29
Jakarta; telepon (021) 4261088, atau M. Rasyid Ridha, SKM, M.Sc (08125012745) selaku
Ketua Peneliti di Kalimantan Timur.
165
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini sebagai yang memberikan persetujuan
menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti
mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan
dengan judul “RISET IMPLEMENTASI MODEL JURU PEMBASMI JENTIK
(JURBASTIK) DALAM PENANGGULANGAN DBD” Saya memutuskan untuk ikut
berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Selama penelitian ini saya berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.
..................,
................................2019
Saksi Yang Memberikan Persetujuan
(.......................................................) (........................................................)
Mengetahui,
Tim Pelaksana Penelitian
(.......................................................)