LAPORAN AKHIR KEGIATAN -...
Transcript of LAPORAN AKHIR KEGIATAN -...
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI PROPINSI ACEH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
NAMA PENELITI UTAMA : Dr. Yenni Yusriani, S.Pt, M.P
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHP Kegiatan 2013
:
Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Propinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : Dipa BPTP Aceh 2015
5. Status Penelitian : Lama 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.P
B. Pangkat / Golongan : Penata Tk 1/IIId
C. Jabatan Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh
8. Agroekosistem : Dataran Rendah
9. Tahun Mulai : 2011
10. Tahun Selesai : 2015
11. Output Tahunan : Menyediakan pendampingan dalam pengembangan KRPl di kabupaten/kota di Provinsi Aceh
12. Output Akhir : Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam satu kawasan
13. Biaya : 313.150,000,- (Tiga Ratus Tiga Belas Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah)
Mengetahui : Kepala Balai Besar
Menyetujui Kepala Balai
Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003
Ir. Basri A. Bakar, M.Si.
NIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program, Dr. Rachman Jaya, S.Pi., M.Si
NIP. 19740305 200003 1 001
Penanggungjawab Kegiatan,
Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.P
NIP. 19730716 199903 2 002
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, karena dengan rahmat-Nya penulis beserta tim
telah dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kegiatan Pendampingan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Propinsi Aceh. Laporan ini disusun berdasarkan
kegiatan yang telah dilaksanakan selama bulan Maret sampai Desember tahun
2015 di Propinsi Aceh. Kegiatan ini didukung oleh DIPA-018.09.2.567392/2015.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti
yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan
kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang
dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terima
kasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2015 Penanggungjawab,
Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.P NIP. 19730716 199903 2 002
4
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3. Lokasi : Provinsi Aceh
4. Agroekosistem : Dataran rendah dan Dataran tinggi 5. Status : Lanjutan 6. Tujuan : Memberi pendampingan dalam
pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di 10 kabupaten/kota di Provinsi Aceh
7. Keluaran : Terdampinginya kegiatan pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Aceh
8. Hasil : Berkembangnya KRPL yang sesuai dengan spesifik lokasi di seluruh kabupaten/kota Provinsi Aceh
9. Prakiraan Manfaat : Mendukung kebijakan pembangunan pertanian wilayah melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan terlantar
10. Prakiraan Dampak : Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui pemanfaatan lahan pekarangan.
11. Prosedur : (1) Penguatan Kebun Bibit Inti (Kbi), (2) Penguatan Kelembagaan M-Krpl, Dan (3) Sosialisasi Dan Pelatihan Untuk Pendampingan Pengembangan Krpl Di Setiap Kabupaten/Kota.
12. Jangka Waktu : Tahun Ke 5 13. Biaya : Rp.313.150,000,- (Tiga Ratus Tiga
Belas Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah)
5
SUMMARY
1. Title : The Area of Sustainable Food House Program in Aceh Province
2. Implementation Unit : Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT Aceh)
3. Location : Aceh Province
4. Agroecosystem : Dry land area
5. Status : Continued 6. Objectives
: Provide assistance in developing the
Sustainable Food House Program in Aceh Province
7. Output
: Available assistance in Area Sustainable Food-house Program in Aceh Province
8. Outcome
: Development of Sustainable Food house rogram in each district in Aceh Province suitable to local specific condition.
9. Expected benefit : Supporting local goverment agricultural program through maximasing utility of home garden.
10. Expected impact : Development of family and community ability in fullfiling sustainable food and nutrition requirement through utilisation home garden.
11. Procedure
: (1) Establish Main Seed Garden, (2) Upgrade existing Sustainable Food-reserved Garden, and (3) Socialisation and training for assistance in developing the sustainable food-reserved garden program in each district in Aceh Province.
12. Duration : 5 th Year
13. Budget : IDR 313.150.000
6
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................... iii
SUMMARY ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ .... vi
DAFTAR GAMBAR ................ ............................................................................vii
I.PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Dasar Pertimbangan ........................................................................... 3
1.3. Tujuan ............................................................................................... 3
1.4. Keluaran yang Diharapkan ................................................................... 4
II. PROSEDUR ............................................................................................... 7
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan........................................................ ................ 7
3.2. Pendekatan.......................................................................................... 7
3.3. Bahan dan Alat ................................................................................... 7
3.4. Tahapan Pelaksanaan ............................................................................ 8
3.5. Pemilihan Lokasi................................................................................10
3.6. Teknologi dalam Pendampingan..........................................................11
3.7. Analisa data .....................................................................................13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 14
4.1 Pendampingan KRPL .......................................................................... 14
4.2 Penguatan Kebun Benih/Bibit Induk (KBI)............................................17
IV.KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 22
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 22
5.2. Saran .................................................................................................. 22
V.DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23
7
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Komoditas yang diimplementasikan...........................................................8
2. Nama Penjab dan kabupaten/kota lokasi m-KRPL di Provinsi Aceh ............... 11
3. Kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan .............................. 18
4. Masalah teknis dan non teknis yang dihadapi dalam pendampingan
serta ulasan kegiatan pendampingan ke depan .......................................... 21
5. Kegiatan penguatan KBI dan status penilaian sebelum dan
sesudah penguatan KBI ........................................................................... 21
6. Permasalahan Teknis dan Non Teknis.............................................. .......... 23
8
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman 1. Foto- Foto Kegiatan .......................................................................... 29
9
1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama
dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti
yang diharapkan. Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat
(UPMMR), dengan menggalakkan produksi telo, Kacang dan Jagung yang dikenal
dengan Tekad, sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22
Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya
tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu
diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan,
dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam
mendukung penganeka-ragaman konsumsi pangan (BKP, 2010).
Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya
hayati yang sangat kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk
Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu
upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan
di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan
lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.
Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam terbentang
dari wilayah Sabang sampai Merauke. Berbagai jenis tanaman pangan seperti
padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari
hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.
Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan
ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan
10
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.
Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang
relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian,
sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan
tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil
maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara
lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat
pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai
salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan
keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian mengembangakan konsep KRPL. Untuk mewujudkan gagasan tersebut
di tingkat lapangan di daerah, maka setiap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) di masing-masing provinsi ditugaskan melaksanakan pembangunan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran yang ingin dicapai dari KRPL ini
adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi
dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju
keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Melalui
pengembangan KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
masyarakat meningkat dari 65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen dan
pengeluaran pangan keluarga menurun menjadi 50-55 persen.
Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang
lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai
pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan
lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
pedesaan.
11
1.2 Dasar Pertimbangan
Berdasarkan pemikiran bahwa dalam mewujudkan ketahanan dan
kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga, maka
pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian
pangan rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan
keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung
hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis
pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh
karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu
diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan
pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Aceh pada tahun 2011 telah memulai
mengembangkan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada
tahun pertama kegiatan M-KRPL dibangun satu unit M-KRPL. Kegiatan
tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat. Pada tahun 2012
kegiatan M-KRPL dikembangkan di delapan kabupaten/kota lainnya.
Kegiatan tersebut dapat berjalan lancar karena mendapat dukungan dari
Pemda setempat, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Melalui kegiatan M-KRPL tersebut diharapkan akan memicu lahirnya
pemikiran dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan.
Pada prinsipnya, KRPL merupakan program pemanfaatan pekarangan
yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi
keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Kegiatan M-
KRPL yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh diharapkan akan terus
dikembangkan dan discaling-up oleh Pemda dan pihak lainnya melalui
12
dana APBD maupun dari dukungan APDN melalui kegiatan-kegiatan
sejenis baik dari Kementerian Pertanian maupun Kementerian lainnya.
1. 3. Tujuan
Tujuan umum pengembangan KRPL di Provinsi Aceh antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam
pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk
budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga
(toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta
pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.
2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat
secara lestari dalam suatu kawasan.
3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan
menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Tujuan tahunan pengembangan KRPL di Provinsi Aceh adalah:
1. Membangun unit percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
2. Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta,
dan organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan
pemanfaatan lahan pekarangan menggunakan pola KRPL.
1. 4. Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran jangka panjang kegiatan KRPL adalah:
1. Meningkatnya keterampilan keluarga dan masyarakat dalam
pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk
budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga
(toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta
pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Peningkatan
adopsi teknologi anjuran tepat guna
2. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat
secara lestari dalam suatu kawasan.
13
3. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga dan
menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Keluaran tahunan kegiatan KRPL adalah:
1. Terbangunnya unit percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
2. Terbangunnya jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta,
dan organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan
pemanfaatan lahan pekarangan menggunakan pola KRPL
14
II. PROSEDUR PELAKSANAAN
2.1. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan antara tahapan kegiatan persiapan,
pelaksanaan, pengumpulan data, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
Kooperator dalam pelaksanaan pengembangan model KRPL adalah kelompok
tani, kelompok wanita tani (KWT), dan seluruh masyarakat desa/kota yang
tergabung dalam desa/kota KRPL.
b. Pelaksanaan: Pembangunan model KRPL di Provinsi Aceh akan dilaksanakan
di 10 kabupaten/kota, di masing-masing kabupaten/kota akan dipilih dua
desa/kelurahan binaan.
c. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
d. Pelaporan.
2.2. Pendekatan
Pola kegiatan dilaksanakan dalam satu kawasan yang terdiri dari satu RT
dengan pendekatan secara partisipatif yang melibatkan kelompok sasaran, tokoh
masyarakat, dan perangkat desa.
2.3. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :
1. Sarana Produksi berupa :
Bibit tanaman (tanaman sayuran, umbi-umbian, buah)
Pupuk antara lain : pupuk kandang, pupuk organik plus, NPK dan Urea
(dalam jumlah terbatas)
Pestisida : pestisida nabati, pestisida kimiawi/fungisida, insektisida (dalam
jumlah terbatas)
Media tanam : sekam, tanah, mikroorganisme
2. Bahan Pendukung lainnya berupa :
Polybag, plastik semai, pot
Rak vertikultur (bambu, besi, dll)
Bahan KBI (rak pesemaian, atap rumah bibit, kayu, bambu, dll)
3. Alat tulis dan computer suplay
4. Komoditas
15
Untuk komoditas yang diimplementasikan pada kegiatan KRPL dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini .
Tabel 1. Komoditas yang diimplementasikan
Komoditas Jenis
Sayuran Cabe, tomat, sawi, kool bunga, kubis, selada, terung,
kangkung, daun bawang, seledri, bayam, bawang merah
Buah-buahan Pepaya , sirsak
Bio farmaka Jahe, kencur, serai, kunyit,
2.4. Tahapan Pelaksanaan
Lokasi dan Waktu Kegiatan
Lokasi kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilaksanakan di 10
(sepuluh) kabupaten/kota. Kegiatan dimulai bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2015.
Tahapan Kegiatan
Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan KRPL,
dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam
Pedoman Umum Model KRPL (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu:
a. Persiapan: (1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya,
lokasi dan kelompok sasaran, (2) Pertemuan dengan dinas terkait untuk
mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi,
(3) koordinasi dengan Dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di
kabupaten/kota, (4) Memilih pendamping yang menguasai teknik
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
b. Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau
kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW) atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah
partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan
perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para
anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh
kekuatan beriinisiatif dari para anggota dengan prinsip keserasian,
kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
16
c. Sosialisasi: Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat
kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
Kegiatan sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka
masyarakat serta petugas pelaksana dari instansi terkait.
d. Penguatan Kelembagaan Kelompok: Dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan kelompok: (1) Mengambil keputusan bersama melalui
musyawarah; (2) Menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3)
Memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) Bekerjasama dalam kelompok
(sifat kegotong-royongan); dan (5) Bekerjasama dengan aparat maupun
dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
e. Perencanaan Kegiatan: Melakukan perencanaan/rancang bangun
pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman
pangan, sayuran dan obat jeluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan
berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,
kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu,
dilakukan juga penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan ini
dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan instansi terkait.
f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis
pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan,
buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan
pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan
limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan
kelompok.
g. Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan
pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh
Penyuluh dan Petani Andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini
diarahkan untuk menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah
tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman
pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan
kesejahteraan.
h. Pembiayaan: Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi
pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat.
17
i. Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan kawasan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh
kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus,
anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung
lestari.
2.5. Pemilihan Lokasi
KRPL dapat diterapkan pada suatu satuan komunitas yang mencakup
luasan satu dusun dalam satu desa ataupun satu desa secara keseluruhan yang
berada di daerah pedesaan atau perkotaan. Skala luasnya KRPL tergantung
pada ketersedian sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam (lahan
pekarangan), sumberdaya manusia sebagai pelaksana (rumah tangga dan
tenaga pendamping), dan sumberdaya keuangan untuk pembiayaan awal
pengembangan KRPL.
Lokasi KRPL Provinsi Aceh pada tahun 2015 dilaksanakan di 10
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Aceh. Nama kabupaten/kota tempat
lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh terdapat pada Tabel 2. Pada setiap
kabupaten/kota akan dibangun dan dikembangankan masing-masing 2 (dua) unit
M-KRPL. Pemilihan lokasi didasarkan pada kesesuaian model yang akan
dikembangkan dengan potensi lahan pekarangan yang tersedia, minat dan
partisipasi masyarakat lokal dalam pemanfaatan pekarangan, serta ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang seperti akses informasi, komunikasi, dan
transportasi. Diharapkan pada desa-desa yang akan terpilih akan menjadi
contoh bagi pengembangan desa-desa lainnya di wilayah Provinsi Aceh.
Selain membangun KRPL pada lokasi baru, melalui kegiatan
pengembangan KRPL ini juga akan dilanjutkan pembinaan dan pendampingan
terhadap KRPL pada lokasi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin
keberlanjutan KRPL di lokasi lama tersebut. Jumlah unit KRPL yang telah
dibangun sejak tahun 2011 sampai 2013 adalah sebanyak 55 unit yang tersebar
di 23 kabupaten/kota. Pembinaan dan dukungan terutama dalam hal
pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD), hal ini untuk mendukung keberlanjutan
18
dan pengembangan jumlah RPL yang berpartisipasi dalam kegiatan KRPL di
masing-masing lokasi.
Tabel 2. Nama Penjab dan kabupaten/kota lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh. No Kabupaten/Kota Tipe M-KRPL Nama Penjab
1 Kota Banda Aceh Perkotaan Ir. Basri AB, MSi
2 Aceh Besar Perdesaan Cut Nina Herlina, SPi
3 Pidie Perdesaan Fenty Ferayanti, SP
4 Pidie Jaya Perdesaan Idawanni, SP
5 Lhokseumawe Perkotaan Dr. Yenni Yusriani, SPt, MP
6 Kota Langsa Perkotaan Dr. Drh. Iskandar Mirza, MP
7 Aceh Tengah Perdesaan Ir. T. Iskandar, MSi
8 Aceh Jaya Perdesaan Ir. Nani Yunizar
9 Nagan Raya Perdesaan Ir. Elviwirda
10 Aceh Selatan Perdesaan Ir. Firdaus, MSi
2.6. Teknologi dalam pendampingan
Pendampingan KRPL dalam lingkup Pemerintah daerah dimaksudkan
untuk menyebarluaskan dan mempercepat pengembangan KRPL di Provinsi
Aceh, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pendampingan ditujukan pada
lokasi-lokasi yang sudah dibangun KRPL oleh BPTP Aceh pada tahun sebelumnya
dan pada lokasi-lokasi dimana KRPL dibangun oleh berbagai pihak, baik
Pemerintah Kabupaten, Lembaga swadaya Masyarakat, swasta, maupun
masyarakat secara swadaya.
Pendampingan pada lokasi KRPL yang sudah ada bertujuan untuk
memperkuat kelembagaan yang sudah terbangun (Kelompok Wanita tani dan
Kebun Bibit Desa) dan untuk pengembangan kawasan serta pemasaran. Melalui
pendampingan ini, kelompok KRPL dan KBD akan terus dipertahankan
keberlanjutannya dan akan diperluas kapasitasnya. Kawasan akan diperluas
dengan menambah rumah tangga baru sebagai peserta kelompok ataupun
dengan membentuk kelompok-kelompok baru di sekitar kawasan (desa).
Sedangkan KBD akan dikembangkan kapasitas produksinya sehingga mampu
mensuplai kebutuhan benih/bibit pada kawasan yang semakin bertambah. KBD-
KBD tersebut akan dihubungkan dengan Kebun benih Induk (KBI) yang dibangun
di BPTP Aceh sebagai sumber benih utama. Selain itu, kegiatan kelompok juga
akan terus ditingkatkan, terutama kegiatan ekonomi produktif. Hasil produksi
19
dari KRPL ataupun produk olahannya diupayakan untuk dapat dipasarkan. BPTP
Aceh akan memfasilitasi untuk tujuan tersebut melalui identifikasi potensi jalur
pemasaran dan advokasi dalam proses pemasaran.
Pendampingan pada lokasi-lokasi KRPL yang dibangun dan dikembangkan
oleh pihak lain dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi konsep KRPL secara utuh
kepada pihak pengembang, pelatihan-pelatihan teknis (budidaya dan disain
kawasan) dan demonstrasi pengelolaan RPL pada salah satu rumah tangga yang
ada dalam kawasan KRPL tersebut.
Teknologi budidaya yang diperkenalkan adalah teknik-teknik budidaya
yang sudah menganut prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) dan
Good Harvest Practices (GHP). Dengan demikian produk pertanian rumah
tangga yang dihasilkan akan memiliki nilai tambah yang lebih baik dibandingkan
cara-cara budidaya konvensional, baik dari segi kuntitas produksi maupun
kualitas kesehatan.
Penataan tanaman pada KRPL didasarkan pada prinsip konservasi dan
diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga dan dipasarkan jika terdapat hasil lebih. Pemanfaatan
limbah rumah tangga dan pertanian juga akan diterapkan dengan mengajarkan
kepada rumah tangga peserta tentang pengolahan dan pembuatan kompos.
Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan
melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-
ternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan
harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.
2.7 Analisis Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan analisis secara deskriptif.
20
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pendampingan KRPL
Kegiatan pendampingan KRPL merupakan kegiatan lanjutan. Namun
koordinasi dirasa masih sangat dibutuhkan karena koordinasi merupakan upaya
untuk menciptakan atau mencapai keserasian, keselarasan, keseimbangan,
sinkronisasi, dan integrasi keseluruhan kegiatan dari orang-orang, kelompok
orang, atau satuan-satuan kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi,
sehingga kegiatan yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib, dan mencapai hasil
secara efisien dan efektif (Makalalag, L. 2013).
Menurut Amin, S. et al. (2013), koordinasi sangatlah penting di dalam
suatu organisasi baik organisasi negeri maupun organisasi swasta. Koordinasi
dilakukan untuk menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.Oleh karena itu koordinasi kegiatan pendampingan
KRPL juga harus dilakukan pada tahap awal.
Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari dilaksanakan di
10 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.Pendampingan dilakukan di lokasi binaan
BPTP dan juga mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Aceh yang dilaksanakan
oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan P2KP kabupaten/kota. Pada Tabel 5
disajikan kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan.
Tabel 3. Kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan Kota/kab Desa Kegiatan Yang dilaksanakan
Kota Banda Aceh
Desa Lampineung
Desa Ie Masen Kayee Adang
Desa Lamjamee
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol
Pupuk organik
21
Kampung Laksana
Kampung Lamdom
Kota Baru
Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kab Aceh
Besar
Desa Cot Preh
Desa Lampermai
Desa Lambada Peukan
Pembuatan Mikro Organisme Lokal
Pengolahan daun Pegagan
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan Insektisida Nabati
Pengolahan daun Pegagan
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan Mikro Organisme Lokal
Pengolahan daun Pegagan Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kab Pidie Desa Pulo Tu
Desa Cot Ara
Desa Buloh Peudaya
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kab Pidie Jaya Desa Keude Jangka Buya
Desa Meunasah Raya
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan Kota Desa Blang Naleung Pembuatan mol
22
Lhokseumawe Mameh ,
Desa Blang Buloh
Desa Blang Cut
Pupuk organik
Pestisida nabati Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol
Pupuk organik Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol
Pupuk organik Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kota Langsa Pb. Seulemak Kp.
Mutia
Budidaya sayuran dengan teknik
fertikulktur
Praktek pengolahan bahan pangan non
beras Praktek pemanfaatan limbah rumah
tangga menjadi pupuk organik
Praktek pembuatan pestisida nabati
Praktek pembuatan media tanam sistem
hidroponik Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Sugai Pauh Budidaya sayuran dengan teknik
fertikulktur
Praktek pengolahan bahan pangan non
beras Praktek pemanfaatan limbah rumah
tangga menjadi pupuk organik
Praktek pembuatan pestisida nabati
Praktek pembuatan media tanam sistem
hidroponik Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kab Aceh Tengah
Desa Tubes Lues
Desa Musara Leus
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol Pupuk organik
Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan Kab Aceh Jaya Desa Keutapang
Desa Bahagia
Pembuatan Saus Tomat
Pembuatan Saus Cabe Pembuatan Pupuk Organik
Pembuatan MOL
Pembuatan Pestisida Nabati Penyuluhan pentingnya pangan dan
gizi
Pembuatan Saus Tomat Pembuatan Saus Cabe
23
Desa Padang Datar
Pembuatan Pupuk Organik
Pembuatan MOL Pembuatan Pestisida Nabati
Penyuluhan pentingnya pangan dan gizi
Pembuatan Saus Tomat
Pembuatan Saus Cabe
Pembuatan Pupuk Organik Pembuatan MOL
Pembuatan Pestisida Nabati Penyuluhan pentingnya pangan dan
gizi
Kab Nagan
Raya
Desa Kuta Makmue,
Desa Lung Mane,
Desa Blang Tengoh,
Pembuatan mol
Pupuk organik Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol
Pupuk organik Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pembuatan mol
Pupuk organik Pestisida nabati
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Kab Aceh Selatan
Desa Gadang
Desa Padang
Pengolahan bahan dari ubi kayu
Pembuatan saus cabe
Pembuatan selai tomat
Pembuatan kompos
MOL
Aneka olahan pasca panen ubi kayu.
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Pengolahan bahan dari ubi kayu
Pembuatan saus cabe
Pembuatan selai tomat
Pembuatan kompos
MOL
Aneka olahan pasca panen ubi kayu.
Penyuluhan pentingnya gizi dan pangan
Penggunaan Pestisida Nabati Untuk Mempertahankan Kesehatan Sayuran
Pekarangan
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif
sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-
buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan
24
pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan
konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi keluarga.
Pada pelaksanaannya, ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah
adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT merupakan salah satu faktor
pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di
semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di
pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk. Masyarakat sudah tidak
asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun kubis, lalat pengorok daun,
kutu daun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri, penyakit bengkak akar,
nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi.
Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani
menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida
bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat.
Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal pada produk pertanian dapat
memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia lainnya adalah:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia,
dianjurkan untuk menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang
sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila
dibandingkan dengan pestisida kimia.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dengan mekanisme kerja yang unik terhadap hama sasaran.
25
Kata “unik” ini merujuk pada sebuah efek yang tidak berarti harus membunuh
hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap, menghambat
perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi nafsu
makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran.
Keunggulan Pestisida nabati adalah :
1. murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
2. relatif aman terhadap lingkungan
3. menyebabkan keracunan pada tanaman
4. sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
5. kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
1. merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. menghambat pergantian kulit
3. mengganggu komunikasi serangga
4. menyebabkan serangga menolak makan
5. menghambat reproduksi serangga betina
6. mengurangi nafsu makan
7. memblokir kemampuan makan serangga
8. mengusir serangga
9. menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot
(sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Supaya penyemprotan
pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke
bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang
kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang
kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama
seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah
terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan
pengendalian.
Bimbingan teknis sangat diperlukan petani. Pelatihan lebih terarah pada
peningkatan kemampuan dan keahlian petani yang berkaitan dengan keahlian
atau fungsi yang menjadi tanggung jawab petani. Sasaran yang ingin dicapai dan
suatu pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani
dalam budidaya di lahan pekarangan.
26
Tabel 4. Masalah teknis dan non teknis yang dihadapi dalam pendampingan serta ulasan kegiatan pendampingan ke depan
No. Lokasi Masalah Usulan Kegiatan
Pendampingan ke
depan Teknis Non Teknis
1. Semua
Kabupaten
dan Kota Lokasi KRPL
Anggota kelompok dari
pendampingan pada
umumnya belum
mengatahui cara pembuatan pupuk
organik
Waktu
pendampingan
terlalu singkat ,
binaan Pemda belum mengetahui
tata cara budidaya sayuran ,
Perjalanan
ditambah
supaya
memudahkan dalam
pendampingan karena dana
terbatas
3.2 Penguatan Kebun Benih/Bibit Induk (KBI)
Pengembangan display di kantor BPTP Aceh bertujuan sebagai wahana
kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh, dan stakeholder
lainnya. Display terdiri atas beberapa bagian, diantaranya adalah 1) display
sayuran yang terletak di samping gedung utama BPTP Aceh, 2) Kebun Bibit Inti
(KBI). Display tanaman disamping gedung utama memperlihatkan tanaman
dengan 3 (tiga) pola penataan, polybag, bedengan dan rak.
Kebun Bibit Inti (KBI) di bangun di BPTP merupakan sarana
pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas. Di KBI tersedia berbagai
macam bibit sayuran, buah papaya dan tanaman obat -obatan sayuran.
Tabel 5. Kegiatan penguatan KBI dan status penilaian sebelum dan sesudah
penguatan KBI
Kegiatan Penguatan
KBI TA. 2015
Status Penilaian KBI (hijau, kuning, atau
merah) Masalah/Kendala Usulan
Kegiatan KBI Ke depan Sebelum
Penguatan Sesudah
Penguatan
Kuning Hijau
Perubahan cuaca yang tiba-tiba menyebabkan tanaman mati
Pelestarian Sumber Daya genetik
Tabel 6. Permasalahan Teknis dan Non Teknis
No. Provinsi Masalah Usulan Kegiatan
Penguatan KBI ke depan
Teknis Non Teknis
27
1 Aceh Kurangnya
tenaga yang terampil
Atap untuk
tempat KBI
rusak akibat diterjang angin
saat hujan Salinitas air
yang semakin
tinggi
Cuaca yang
berubah – ubah
menyebabkan
tanaman cepat mati
Perlu pelatihan
dan praktek lapangan dalam
pembibitan
tanaman sayuran
Keanekaragama
n pangan organik ramah
lingkungan
dalam membangun
keluarga sehat
28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Adanya kegiatan M-KRPL khususnya aktivitas menanam sayuran di lahan
pekarangan menambah wawasan dan keterampilan ibu-ibu dan anggota
keluarga dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
2. Untuk kegiatan pendampingan khususnya binaan Pemda setempat masih
sangat kurang teknologi baik tentang budidaya tanaman sayuran,
pembuatan pupuk organik dan pengolahan pangan
3. Untuk penguatan KBI diharapkan ada pelatihan bagi tenaga yang selama
ini membantu dari persemaian bibit, pemindahan ke polybag atau
bedengan, pemupukan sampai pemeliharaan
4.2. Saran
Perlu adanya dukungan stakeholders untuk mengembangkan KBD
disetiap desa/kota
29
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 1999. Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif. Badan Litbang Pertanian Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Bogor.
Irawan. B. 2006. Pelaksanaan PRA dan Rancang Bangun Agibisnis Materi disampaikan pada Workshop Prima Tani di Ciloto tanggal 19-22 September 2006. BBP2TP. Bogor.
Sukartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1984. Ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Jakarta.
Handewi P. S. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagai Solusi
Pemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS), Jakarta, 8-10 Nopember 2011.
http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&i
d=236:model-kawasan-rumah-pangan-lestari&catid=153:ad-hock&Itemid=192
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&la
yout=blog&id=63&Itemid=70. KRPL.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/903/. Kawasan Rumah Pangan Lestari di
Pacitan http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/916/ Mentan Tinjau Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Pacitan. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1020/. Rumah Pangan Lestari menjadi
Primadona di HPS Gorontalo.
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.
Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi
Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan”, Hotel Bidakara, Jakarta, 28
30
November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
31
FOTO KEGIATAN
1. KOTA BANDA ACEH
32
2. KAB ACEH BESAR
33
3. KAB PIDIE
34
4. KAB PIDIE JAYA
35
5. KOTA LHOKSEUMAWE
36
6. KOTA LANGSA
37
7. KAB ACEH TENGAH
38
8. KAB ACEH JAYA
39
9. KAB NAGAN RAYA
40
10. KAB ACEH SELATAN
41
11. KBI
42