Laporan Akhir...I. AnalisaKonteks Generasi milenial atau biasa disebut generasi “zaman...
Transcript of Laporan Akhir...I. AnalisaKonteks Generasi milenial atau biasa disebut generasi “zaman...
Laporan Akhir
Nasional Interfiath Youth Camp (NIYC)
Ambon Reconciliation and Mediation Center
(ARMC) IAIN Ambon
Nopember 2017 – Pebruari 2018
Project CONVEY
PusatPengkajian Islam danMasyarakat (PPIM)
dan
United Nations Development Programme (UNDP)
I. AnalisaKonteks
Generasi milenial atau biasa disebut generasi “zaman now”adalah sebuah segmen
sosial bangsa Indonesia hari ini dan dipandang paling memiliki “otoritas” dalam
menggunakan media social sepertifacebook, twitter, instagram, dll. Mereka adalah generasi
bangsa yang lahir pada era 80-90an. Di dalam genggaman mereka media sosial sangat
fungsional, efektif dan strategis digunakan untuk berbagai kebutuhan dan kepentingan,
sekaligus menjadi media perjumpaan atau silaturrahim, tapi pada saat yang sama Medsos
juga jika disalahgunakan dapat menjadi media yang menghancurkan silaturrahim dan
disintegrasi bangsa.
Kegiatan National Interfaith Youth Camp (NIYC) yang dilaksanakan di pantai negeri
Liang, Kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku pada tanggal 25-30 Januari 2018.
merupakan salah satu media perjumpaan dan silaturahim yang sangat efektif untuk generasi
melinial dari pelbagai daerah di Indonesia. Di sinilah mereka berbagi pengetahuan,
pengalaman dan tantangan yang dihadapi di daerah masing-masing, khususnya menyangkut
masalah kekerasan, radikalisme, ekstrimisme dalam dinamika kehidupan masyarakat yang
multikultural, maupun berbagisuccess story yang dicapai dalam merawat masyarakat
multikultural, resolusi konflik, dan bina damai serta melawan kekerasan, radikaslime,
ekstrimisme.
Hal yang menarik, mereka tidak hanya berdiskusi secara formal, tetapi juga terbangun
diskusi dan komunikasi secara informal. Selanjutnya mereka membentuk jejaring secara
nasional dan merumuskan agenda-agenda strategis sebagai respon konstruktif dan
berkelanjutan terhadap pelbagai dinamika kehidupan masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Terutama yang berkaitan dengan isu-isu masa depan keberagaman di
Indonesia dalam mengahadapi masalah intoleransi, diskriminasi, radikalisme, terorisme dan
kekerasan ekstrimisme, serta maraknya berita-berita media sosial yang barbau hoks dan hate
speech yang yang berpotensi menciptakan polarisasi dan disintegrasi bangsa. Selain itu,
bagaimana memanfaatkan khazanah kearifan lokal yang merupakan modal sosial sebagai
instrument perlaanan terhadap segala bentuk pola pikir, sikap, tindak intoleransi,
diskriminasi, radikalisme, terorisme dan kekrasan ekstrimisme.
Ada kesadaran bersama di antara generasi milenial bahwa masa depan bangsa dan
negara ditentukan oleh mereka. Oleh sebabnya, memahami dan menjaga Indonesia sebagai
sebuah realitas bangsa dengan khazanah kepelbagaian dan identitasnya merupakan
tanggungjawab bersama generasi milenial untuk merawat dan mengembangkannya.
Kegiatan ini tidak saja telah membangun persepsi dan harapan bersama di antara
generasi milenial, akan tetapi juga telah mengonsolidasi dan mensinergikan kapasitas dan
kompetensi sumber daya yang mereka miliki di berbagai daerah di Indonesia. Kelompok
milenial yang lahir dari kegiatan NIYC kemudian menjelma menjadi sebuah kekuatan baru
yang mampu memainkan peran-peran strategis dan proporsional dalam merespon pelbagai
dinamika persoalan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan di atas. Terutama
menjelang pilkada 2018 dan pemilu 2019.
II. TentangProyek
NIYC adalah sebuah kegiatan kemah yang diikuti oleh 120 pemuda yang berasal dari
seluruh wilayah Indonesia. Anak-anak muda ini datang dari pelbagai latar belakang identitas
yang sangat beragam, baik suku, agama maupun budaya. Kegiatan NIYC dilaksanakan di
Pantai Liang, Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, provinsi
Maluku, mulai dari tanggal 25-30 Januari 2018.
Tujuan kegiatan NIYC adalah Pertama,menciptakan ruang perjumpaan yang terbuka
untuk pemuda-pemuda denganlatar belakang identitas agama, etnis dan budaya berbeda
untuk saling berbagi dan memperkaya pengetahuan dan pengalaman hidup beragama dan
berbudaya. Kedua, membangun, mengembangkan dan memperkuat persepsi, cara pandang
dan kesadaran baru antarpemuda lintas iman dalam melakukan counter narrative sebagai
bentuk perlawanan dan pencegahan terhadap ekstrimisme dan kekerasan.Ketiga, merumuskan
agenda strategis antarpemuda lintas iman sebagai respon counter narative terhadap pelbagai
bentuk pemikiran, sikap, tindakan ekstrimisme dan kekerasan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut digunakan beberapa pendekatan: Pertama,
Kerjasama. Bahwa kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pelbagai potensi sumber
daya atau stakeholders strategis yang saling berkaitan dan memberi pengaruh satu sama lain;
pemerintah, swasta, kampus, ormas, media, NGO dan lain sebagainya. Kedua. Keterlibatan
secara aktif. Bahwa semua orang, komponen dan stakeholders diharapkan mampu berbagi
dan memainkan peran strategis serta mengambil tanggungjawab proporsional masing-masing.
Ketiga.Berbasis pada pendidikan menghidupkan nilai (living velues education). Bahwa
seluruh proses kegiatan merupakan ruang pembelajaran yang dirancang agar semua proses
berbasis nilai. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pemuda-pemuda yang terlibat dalam
kegiatan NIYC ini memiliki nilai-nilai yang sangat kaya baik itu nilai-nilai spiritual agama
maupun nilai kearifan lokal. Selain itu, mereka membutuhkan ruang refleksi untuk belajar
menjadi seorang peace maker atau agen perdamaian yang sarat dengan nilai-nilai. Karena
tantangan yang dihadapi seorang peace maker atau agen perdamaian dewasa makin rumit dan
kompleks.
Keempat. Kearifan dan pengetahuan lokal. Bahwa kekayaan nilai-nilai, budaya dan
tradisi lokal kedarahan (kearifan lokal, local wisdom) adalah salah satu sumber, kekuatan,
penyemangat dan pendorong proses untuk merawat dan mengembangkan iklim kehidupan
yang apresiatif terhadap kenyataan keberagaman dan pada saat yang bersamaan juga menjadi
kekuatan yang menolak segala bentuk intoleransi dan kekerasan ekstrimisme. Kelima.
Modeling atau Percontohan. Desain dan proses kegiatan dirumuskan dengan
mempertimbangkan kemungkinan kontekstualisasi dan adaptasi terhadap ruang dan waktu
yang berbeda. Desain dan proses ini bisa digunakan kapanpun dan dimanapun. Keenam.
Berkelanjutan. Bahwa desain dan proses kegiatan ini dirumuskan berdasarkan kebutuhan
jangka panjang dan berkelanjutan.
III. Capaian di Tingkat Output
Kegiatan NIYC didesain dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Tahap persiapan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu Workahop Desain Kegaitan
NIYC,Training of Facilitators(ToF) NYIC dan Assessment Camping. Sementara pada tahap
pelaksanaan adalah kegiatan camp (berkemah) yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan,
yaitu Assessment Peserta, Berkemah, Outbound, Penanaman Pohon Perdamaian, Panas Pela
Pendidikan, Makan Patita, kunjungan Tematik, dan Malam Budaya.Lebih detail tentang
kegiatan-kegiatan adalah sebagai berikut:
1. Workshop Desain NIYC. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15-17 November 2017
dan berkolasi di Natsepa Hotel and Convencen Center, Desa Suli, Kecamatan Salahutu,
Maluku Tengah Maluku. Kegiatan ini dikuti oleh 21 peserta (8 pesempuan dan 13 laki-
laki).Dari kegiatan ini menghasilkan sebuah desain kegiatan kemping (lamp. 1).
2. Training of Fasilitators (ToF). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12-14 Desember
2017 dan berkolasi di Natsepa Hotel and Convencen Center, Desa Suli, Kecamatan
Salahutu, Maluku Tengah Maluku. Kegiatan ini dikuti oleh 20 peserta (7 pesempuan dan
13 laki-laki). Dari kegiatan ini dihasilkan sebuah pedoman fasilitator (lamp. 2).
3. Assessment Camping. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Nopember-Desember 2017.
Kegiatan ini dilakukan oleh sebuah tim terdiri dari 4 orang. Sebuah hasil assessment
dihasilkan dari kegiatan ini.
4. Assesment Peserta. Kegaitan ini dengan pendaftaran peserta dimulai dari tanggal 12-20
Januari 2018. Assessment dilakukan atas 3.300 peserta yang mendaftar secara online.
Dari jumlah tersebut yang dinyatakan lolos sebagai peserta 120 orang (lamp. 3).
5. Camping (berkemah). Kegaitan ini dilaksalnakan pada tanggal 25-30 Januari 2018 di
Pantai Ling, Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah,
Maluku.Kegiatan ini diikuti oleh 120 peserta. Semuanya terlibat aktif dalam berbagai
kegiatan.
a. Sharing. Peserta dibagi kedalam 10 kelompok (12 orang/kelompok) didampingi
masing-masing oleh 2 orang fasilitator. Sharing berlangsung 2 hari, 26-27 Januari
2018. Terdapat 4 tema sharing, yaitu masa depan keberagaman di Indonesia,
dinamika gerakan intoleransi, radikalisme, terorisme dan kekerasan ekstrimis di
Indoneisa, media social sebagai alat perlawanan terhadap gerakan intoleransi,
radikalisme, terorisme dan kekerasan ekstrimis dan kearifan budaya lokal sebagai
sumber daya peredam gerakan intoleransi, radikalisme, terorisme dan kekerasan
ekstrimis. (lamp. 4).
b. Nonton film. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari. Setelah nonton filim peserta
diberi ruang untuk melakukan sharing dan refleksi tentang pesan-pesan tahu hikmat
yang dapat dipetik dari film yang ditonton.
c. Outbound. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2018. Laporan kegiatan
outbound (lamp. 5).
d. Penanaman pohon perdamaian. Kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari tanggal 28
Januari 2018. Lokasi penanaman di Dusun Lengkong, Negeri Liang. Pohon yang
ditanam sebanyak 1000 pohon terdiri dari pohon produktif seperti durian, mangga dan
langsat. Sebelum peserta menuju lokasi, dari PANGDAM XVI Pattimura memberika
arahan tentang pentingnya melakukan kegiatan penanaman pohon atau Gerakan Emas
Hijau. (lamp. 6).
e. Panas pela dan makan patita. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2018
di SMPN 9 Ambon. Kegaitan ini diikuti oleh lebih 2.500 orang, terdiri dari siswa-
siswi SMPN 9 Ambon, siswa-siswi SMPN 4 Salahutu, para guru dari kedua sekolah,
peseta NIYC dan undangan. Kegiatan ini dihadiri oleh Gubernur Maluku, Ir. Said
Assagaf, Sekretaris Kota Ambon, Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon, dan Duta
Perdamaian Maluku, Glenn Fredly. Dalam kegiatan ini Gubernur Maluku dan
Sekretaris kota Ambon memberikan sambutan. Dalam sambutannya mereka berdua
sangat mendukung kegiatan ini, karena kegiatan ini sangat relevan dengan kebutuhan
generasi muda, sekaligus menjadi momentum yang baik dalam rangka
mengembangkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama dan
khususnya Ambon sebagai City of Music.Glenn membawakan sharing tentang “musik
sebagai instrument rekonsiliasi sosial”. (Lamp. 7).
f. Kunjungan tematik. Kegiatan ini dilaksanakan di 12 lokasi, yaitu Kampus IAIN
Ambon, MUI Maluku (Keuskupan Amboina dan Sinode GPM), Ambon Ekspres,
Batu Merah, Ambon Bergerak, Komunitas Latta, Paso, Nania, Komunitas Banda di
Suli, Sani Tawainela di Tulehu dan Komunitas Iha di Liang. (lamp. 8).
g. Malam budaya. Kegiatan ini merupakan puncak dari kegiatan camping. Dalam
kegiatan ini masing-masing daerah diberi ruang untuk mengekspresikan budaya dari
daerah masing-masing. Glenn Fredly juga hadir, memberikan sharing tentang
perdamaian dan meramaikan malam budaya dengan menyumbangkan beberapa buah
lagu.
h. Penerbitan buku. Kegaitan ini merupakan pendokumentasian atas cara pandang,
respon, pemikiran dan konstribusi peserta NIYC, generasi milinal Indonesia, terhadap
dinamika dan kompleksitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan fokus 4 tema (tersebut di atas). Buku berjudul: “Generasi Milenial: Membaca
dan Menjaga NKRI” ini akan dicetak sebayak 500 eksemplar dan distribusikan
kepada pusat-pusat literasi dan stakeholders strategis (lamp. 8).
i. Policy brief. Kegiatan ini juga menghasilkan sebuah dokumen yang merupakan
catatan penting terkait dengan kebutuhan posisi penting generasi milenial dalam
proses tata kelola pembangun, baik di daerah maupun di pusat. Policy brief
dimaksudkan untuk mengadvokasi kegiatan-kegiatan kepemudaan yang selama ini
dipandang cenderung seremonial, tidak strategis dan disorientasi (lapm. 9)
No. Kegiatan Fre Lokasi Tanggal Penerima
manfaat Hasil
1. Workshop
Desain NIYC
1 Natsepa 15-17 Nop 2017 20 orang Desain Kegaitan
NYIC
2. ToF NIYC 1 Natsepa 12-14 Des 2017 20 orang Pedoman Fasilitator
3. Assesmen
Camping
1 Ambon Nop-Des 2017 - Dokumen hasil
Assesment Camp.
4. Lagu “Sagu
Salempeng Pata
Dua”
1 Ambon 19 Jan 2018 - Lagu
5 Assesmen
peserta
1 Ambon 14-20 Jan 2018 3.300 orang 120 peserta
6. Kemping 1 Liang 25-30 Jan 2018 120 orang RTL dan Deklarasi
Liang 2018.
7. Tanam pohon
perdamaian
1 Liang 28 Jan 2018 120 orang Tertanam 1000
pohon
8. Panas Pela
Pendidikan dan
Makan patita
1 Ambon 29 Jan 2018 2.500 orang Terlaksana panas
pela dan makan
patita.
9. Kunjungan
lokasi
12 Ambon
dan
Malteng
29 Jan 2018 190 orang Catatan hasil
kunjungan
10. Penerbitan buku 1 Ambon Peb 2018 500
stakeholders
Buku
11. Policy brief 1 Ambon Pebruari 2018 500 institusi Dokumen
IV. Capaian di tingkat Outcome
1. Analisis Kegiatan
Sebagai bentuk kerjasama, Kegaitan NIYC dalam desainya mengalami proses
berbaikan secara bertaham dimulai dari pengajuan proposal kegaitan, review proposal
(program dan budget) hingga pelaksanaannya. Proses ini telah membuat kegaitan NIYC
kemudian menjadi sebuah model kombinasi yang relatif ideal, yaitu kombinasi antara
pengetahuan dan pengalaman konteks ARMC IAIN Ambon dan desain besar Project
ConveyPPIM UIN Jakarta. Proposal yang diajukan oleh ARMC mengalami pengembangan
signifikan. Tidak saja pada konteks desain kegiatannya, tapi juga pada kebutuhan alokasi
budget-nya. Perubahan signifikan ini sangat ARMC apresiasi dan kemudian berkomitmen
untuk menggerakan seluruh sumber daya untuk mewujudkan pencapaian optimum dan
optimal kegiatan NIYC.
Meski waktu untuk melakukan persiapan relatif sangat singkat, akan tetapi secara
keseluruhan kegiatan ini berjalan sangat baik. Diakui memang bahwa dalam prosesnya juga
dilakukan adaptasi-adaptas karena mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia dan
penyesuaian jadwal kegiatan dengan narasumber. Akan tetapi langkah ini diambil untuk
kebutuhan pelaksanaan kegiatan agar berlangsung, mencapai target dan menghasilkan output
serta outcomes yang diharapkan. Secara administratif ARMC telah 2 kali mengirimkan surat
pemberitahuan untuk penundaan kegiatan dan mendapat respon dukungan yang sangat baik
dan konstruktif dari Project Manager CONVEY. Respon konstruktif ini sangat membantu
kerja-kerja ARMC sebagai mitra program.
Monitoring dalam konteks itu, menjadi faktor sangat menentukan dalam menjaga
kualitas pengelolaan program dan kegiatan agar tetap on track. Instrumen monitoring yang
digunakan secara keseluruhan sudah sangat baik. Keterkaitan antara satu instrume dengan
instrument lainnya saling mendukung.Monitoring dalam hal ini menjadi jemabatan untuk
mensinkronkan antara desain program, kebutuhan kualifikasi peserta, pemetaan persepsi
awal, partisipasi aktif dan penilain atas progres perkembangan pengetahuan, pemahaman dan
kesadaran peserta NYIC. Kesalingterkaitan ini sangat menfanfaat untuk menentukan model
proses penggalian dan menemukan kualitas cara pandang generasi milenial secara baik dan
terukur, berikut bagaimana model resolusi dan pola intervensi yang akan dipakai dalam
pengelolaan sumber daya generasi milenial, baik dalam pelaksanaan kegiatan maupun pasca
kegiatan.
Dari keseluruhan itu, model monitoring lapangan yang digunakan sangat mendapat
penilain apresiatif ARMC yang sangat baik. Keterlibatan langsung UNDP dan PPIM secara
langsung dalam setiap pelaksanaan kegiatan adalah kredit poin tersendiri. Kerja monitoring
seperti ini tidak mengganggu sama sekali kegiatan di lapangan dan sangat membantu,
terutama pada evaluasi langsung dan sharing-sharing sebagai respon cepat untuk pengambian
kebijakan dan pengembangan ide-ide cemerlang, mencerdaskan dan mengesankan di lokasi
kegiatan, baik yang terkait dengan isu dan orientasi program maupun substansi dan nilai.
Pertanyaan-pertanyaan Mas Dadi (PPIM) tentang capaian target pendaftar calon peserta pada
kegiatan Workshop Desain, masukan Mba Tami (UNDP) soal pengembangan isu keadilan
social pada kegiatan ToFMasukan,memberi ruang kepada Prof. Jamhari (PPIM) dan Prof.
Fuad Jabali (PPIM) untuk berbagi pandangan dan pengalaman dengan peserta di lokasi
NYICdan kunjungan koordinasi keuangan oleh Pa Ridwan (UNDP) dan Mba Herda (PPIM)
adalah contoh betapa monitoring langsung memberi dampak sigfikan terhadap kualitas
pengelolaan program. Selain tentu saja, sangat baik untuk pengembangan tata kelola program
dan kegiatan secara keseluruhan ke depan, khsusnya secara internal ARMC.
Kegiatan NIYC sangat mendapat apresiasi luar biasa dari stakeholders strategis, baik
di nasional dan teruatama di lokal. Apresiasi itu tidak saja berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatannya, akan tetapi lebih dari pada itu dalah komitmen Maluku sebagai sebuah
laboratorium kerukunan antarumat beragama. Kehadiran kegiatan NIYC memberi sinyal kuat
akan harapan betapa berbagai pihak, stakeholders strategis, hari ini benar-benar memiliki
komitmen dan konistensi untuk menjadikan Maluku sebagai laboratorium antarumat
beragama. Dengan kata lain, bahwa menjadikan Maluku sebagai laboratorium kerukunan
antarumat beragama hari ini tidak lagi menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat
Maluku an sich, tapi juga telah menjadi tanggungjawab stakeholders warga bangsa. Sebab,
hari ini disadari bahwa bangsa ini membutuhkan sebuah model percontohan (pilot project)
yang dibtuhkan untuk menjelaskan dan menegaskan kerakteristik dan identitasnya.
Berikut ini adalah pernyataan beberapa stakeholders yang dipetik dari serangkaian
momen persiapan dan pelaksanaan kegiatan NIYC.
Stakeholders Petikan Pernyataan
Jacky Manuputty
(Utusan khusus Presiden
RI untuk Dialog
Antaragama dan
Peradaban).
Para fasilitator yang terlibat sangat komplit.
Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya punya
kompetensi yang baik, tetapi juga punya
pengalaman yang sangat berharaga dalam
proses rekonsiliasi, dengan isu yang bermacam-macam.
Karena itu, harapan saya kepada para fasilitator dapat
memfasilitasi kegiatan ini dengan sebaik-baiknya,
agar peserta bisa mendapatkan pengalaman berharga dalam
kegiatan NIYC ini.
Harapannya semoga kegiatan NIYC ini para pemuda lintas
iman dari pelbagai provinsi di Indonesia, dapat menganyam
Tikar Pandan Perdamaian. Semuanya harus menjadi
provokator damai di daerahnya masing-masing
Perjumpaan pemuda lintas iman di Maluku sangat kaya
dengan narasi-narasi perdamaian selain cerita-cerita duka.
Mari belajar dari narasi-narasi kecil yang menceritakan
success story masing-masing untuk memperkaya diri kita
sebagai seorang provokator damai.
(Presentasi ToF, 16/11/2018)
Ahmad Gaus
(PUSAD Paramadina)
Kegiatannya menarik, asyik dan meneyangkan.
Apalagi di pantai Liang yang indah dan eksotik ini.
Andaikan tanpa aktivitas yang bermacam-macam pun,
suasana sudah sangat mendukung peserta untuk berjumpa,
berdiskusi, berbagi pengalaman mereka masing-masing.
Para peserta sangat oriinil, terbuka, dan tampil apa adanya.
Mereka menjadi harapan masa depan Indonesia.
Mereka berbagi, berdiskusi dengan jujur, dan mampu
bersinergi bersama.
Diskusinya tanjam dan tapi penuh keceriaan dan
persaudaraan. Selain itu diskusi mereka sangat kaya.
(Diskusi, 26/1/2018)
Ziaul Haq
(Living Valuaes Education)
NIYC ini menjadi sangat penting
agar para generasi muda yang ikut kegiatan bisa
berjumpa dan berdialog. Dengan berdialog
bisa saling memahami, saling menghargai, saling mencintai
Harapannya model kegiatan ini sedapat mungkin dikelola
dalam aktivitas yang berbasis nilai.
Setiap aktivitas harus dihidupkan dan direfleksikan nilai-
nilai yang ada di dalamnya.
(Presentasi ToF, 12/12/2017)
Glen Fredly
(Musisi/Duta Perdamaian)
Musik adalah alat diplomasi kebudayaan dan media
rekonsiliasi dan perdamaian
Musik tidak mengenal latar belakang agama, suku, warna
kulit dan yang lainnya. Karena itu musik dapat menjadi
media perjumpaan pelbagai latar belakang generasi muda.
(Pertemuan dengan managemen, 29/1/2018)
Ir. Said Assagaf
(Gubernur Maluku)
NIYC adalah media sangat penting dan strategis
untuk anak muda dalam rangka merawat kebhinekaan
Indonesia, sekaligus menciptakan agen-agen perdamaian
yang berperan sebagai peace provokator dalam melawan
provokator jahat dalam bentuk hate speach dan hoaks di
Medsos, serta melawan pelbagai bentuk aliran radikal
berbasis agama dan suku, sikap intoleransi,
ekstrimisme, dan kekerasan
Melalui NIYC ini diharapkan para peserta bisa belajar dari
success story Maluku membangun dan mengembangkan
perdamaian dari kehancuran akibat konflik bernuansa
agama 1999-2003, serta beberapa rangkaian konflik
berikutnya. Di dalam success story tersebut
terdapat nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom).
Pemilihan lokasi pantai negeri Liang,
Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah s
ebagai lokasi national Interfaith Youth (NIYC) merupakan
moment untuk mengkampanyekan Maluku sebagai
laboratorium kerukunan dan perdamaian
antarumat beragama di Indonesia
Acara Makan Patitah dan Panas Pela Pendidikan, antara
SMPN 9 kota Ambon yang hampir 100% Kristen dan
SMPN 4 Salahutu, di Negeri Liang yang 100% Muslim
merupakan contoh yang ideal yang harus dicontohi oleh
sekolah-sekolah yang lain di Maluku, dan sekaligus contoh
yang dapat dikembangkan oleh peserta NIYC di daerahnya
masing-masing sesuai dengan modal sosial masing-masing
(Sambutan Panas Pela dan Makan Patita, 29/1/2018)
Brigjen. Tri Sowandoso
(PANGDAM
XVI Pattimura)
Kegiatan NIYC ini sangat relevan dalam rangka merawat
kebhinekaan dan mempertahankan keutuhan NKRI.
Kita butuh generasi muda yang punya wawasan dan
komitmen yang kuat terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Radikalime agama adalah musuh
bersama, semua anak bangsa.
Kegiatan penanaman pohon perdamaian sesuai dengan
konsep Kodam XVI Pattimura, yaitu:
Emas Biru, Emas Hijau dan Emas Putih
Kegiatan ini sangat penting, karena itu minimal dihadiri
oleh salah satu menteri
Mari jadi tuan rumah yang baik, karena Maluku sekarang
menjadi teladan dalam kerukunan umat beragama di
Indonesia.
(Audiensi Pengelola NIYC, 8/1/2018)
Hasbollah Toisuta
(Rektor IAIN Ambon)
Jadikanlah NIYC ini sebaik-baiknya sebagai bakudapa
(perjumpaan) sesama anak bangsa dari seluruh provinsi di
Indonesia untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan berbagi
pengalaman dalam melawan radikalisme agama dan
ekstrimisme, serta bagaimana merawat kebhinekaan dan
membangun perdamaian sejati
Program ini sejalan dengan visi IAIN Ambon, yang berbasis
pada multikultural. Oleh karena itu, selaku Rektor saya
sangat mengapresiasi kerja sama ARMC dengan PPIM UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, UNDP dalam program
CONVEY ini. Dalam pandangan saya, kegiatan ini juga
merupakan bagian dari pengembangan pendidikan
multikultural dan kegiatan resolusi konflik
IAIN Ambon tetap berkomitmen untuk mengambangkan
Islam Washatiyahdan bersinergi dengan khazanah kearifan
lokal Maluku dan keindonesiaan kita. Dalam spirit ini IAIN
Ambon senantiasa berkolaborasi atau bergandengan tangan
dengan saudara-saudara umat beragama lain dengan falsafah
hidop orang basudara yaitu: “potog di kuku rasa di daging,
ale rasa beta rasa, dan sagu salempeng dibagi dua”, akan
mengambangkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan
umt beragama terbaik di Indonesia. Karena itu, sangatlah
tepat kegiatan ini dilakukan di Maluku, agar peserta dapat
belajar narasi-narasi perdamaian dari Maluku.
Saya berharap melalui kegiatan ini peserta dapat
membangun suatu jejaring bersama sebagai provokator
damai untuk merumuskan agenda-agenda strategis dan aksi
bersama melawan radikalisme agama dan sikap-sikap
ekstrimisme atau intoleransi
(Audiensi, 15/11/2017)
Richard Louhenapessy
(Walikota Ambon)
Selaku Walikota Ambon, kami sangat mendukung kegiatan
NIYC ini dilakukan di Maluku. Apalagi salah satu
kegiatannya dilakukan di kota Ambon, yaitu Makan Patita
dan Panas Pela Pendidikan antara SMPN 9 kota Ambon dan
SMPN 4 Salahutu di negeri Liang Kab. Maluku Tengah
yang dipusatkan di SMPN 9 kota Ambon. Melalui kegiatan
Makan Patita dan Panas Pela Pendidikan ini para peserta
bisa belajar dari Maluku tentang bagaimana menjaga dan
mengembangkan perdamaian melalui budaya lokal yang
coba ditransformasikan, agar sesuai dengan kondisi
generasi “zaman now”.
Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama di
Indonesia, tdak terlepas dari budaya lokal masyarakat
Maluku, yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai kearifan
hidup yang sudah menjadi krakter masyarakat Maluku.
Salah satunya adalah musik atau bernyanyi. Dimana musik
untuk masyarakat Maluku bukan hanya sekedar sebuah seni,
tetapi juga menjadi media perdamaian (bakubae), sebagai
tercermin pada pelbagai aneka lagu di Maluku, seperti lagu
Pela, Gandong, ade kaka, sio Maluku, dan sebagainya.
Untuk itu, kota Ambon dewasa ini sedang kita kembangkan
sebagai “City of Music”. Mari gunakan musik untuk
membangun perdamaian sejati.
Kami berharap dari NIYC ini para peserta dapat
merumuskan agenda-agenda strategis ke depan, terutama
jaringan yang kuat untuk melawan kejahatan yang hampir
ada di semua lini kehidupan. Mari rame-rame anak muda
lintas agama, suku bergandengan tangan melawan musuh
bersama kita adalah intoleransi, radikalisme dengan cara
sibuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan atau
kreativitas masing-masing.
(Audiensi, 10/1/2018)
2. Unintended outcomes
Pertama, meski waktu pembukaan pendaftaran dimulai pada tanggal 12-20 Januari
2017, atau 8 hari, akan tetapi animo calon peserta untuk mengikuti kegiatan NIYC sangat
tinggi. Pada awalnya ARMC hanya menargetkan calon peserta 800 orang yang mendaftar
secara online. Akan tetapi, calon peserta yang mendaftar mencapai lebih 3000 orang. Meski
animo calon peeserta demikian besar, tapi akhirnya ARMC harus meloloskan 120 orang
sebagai peserta NIYC.
Kedua, kegiatan ini juga mendapat liputan dari berbagai media cetak dan elektronik
masa tidak saja lokal, tapi juga nasional. Di media sosial juga informasi tentang kegiatan
NIYC tersosialisasi dan mendapat respon sangat positif dari “warga” medsos, baik lokal
maupun nasional.
Ketiga, kegiatan ini menghadirkan volunteer yang juga bekerja di The Humanitarian
Dialogue (Norwwegia) dan The Habibie Center(Jakarta), Abellia Anggi Wardana dan dari
juga diikuto oleh 3 orang onserver dari Pusat Studi Paramadina, Jakarta. Ketiga observer ini
mengikuti hamper seluruh proses kegiatan. Ketiganya kembali ke Jakarta sehari setelah
mengikuti kegiatan “Panas Pela” dan “Makan Patita”.
Keempat, lewat kegiatan ini juga diciptakan sebuah them song khusus buat NIYC
2018 berjudul “Sama Rasa”. Lyric by oleh Dr. Abidin Wakano, M.Ag, Song by Ronny
Loppies, Music Arrenged by Figgy Papilaya, Performed by Piggy Papilaya, Marionie
Serhalawan, Ido Kaimana dan Amadeus Kartet.
Kelima, lewat kegiatan ini juga dibuat sebuah policy brief yang nanti akan
didistribusikan ke stakeholders strategis di Indonesia, baik dalam bentuk soft data (online)
dengan mengoptimalkan jejaringan, maupun hard copy.
3. Kontribusi untuk pencegahan ekstrimisme kekerasan
NIYC adalah kegiatan yang memberi penekanan pada sharing antar peserta untuk
memperoleh informasi yang memadai dan benar terkait 4 tema, yaitu masa depan
keberagaman di Indonesia, dinamika gerakan intoleransi, radikalisme, terorisme dan
kekerasan ekstrimis di Indoneisa, media sosial sebagai alat perlawanan terhadap gerakan
intoleransi, radikalisme, terorisme dan kekerasan ekstrimis dan kearifan budaya lokal sebagai
sumber daya peredam gerakan intoleransi, radikalisme, terorisme dan kekerasan ekstrimis.
Sharing antarpeserta NIYC menjadi modal dan kekuatan bagi peserta untuk
membangun persepsi bersama, menguatkan kesadaran dan merumuskan respon bersama
sebagai sikap terhadap kenyataan dan harapan menciptakan Indonesia yang inklusif, toleran
dan apresiatif terhadapa khazanah beberagamannya, baik suku, agama maupun budaya, baik
di daerah masing-masing maupun dalam konteks nasional.
Lebih jauh, lewat kegiatan ini juga peserta NIYC sudah membentuk sebuah
jejaringan, yaitu Pemuda Cinta Damai. Setiap hari Kemis, secara intens, jaringan ini bersuara
melalui media sosial, twetter.
4. Keberlanjutan program
NIYC sesungguhnya merupakan ruang perjumpaan, sharing, advokasi dan
penggalangan kekuatan sumber daya generasi muda untuk melakukan reposisi dan ikut
berkontribusi secara pro-active dalam merespon problematika dan kompleksitas persoalan
ke-Indonesia-an, keberagaman dan keberagmaan. Dalam konteks Indonesia moderen dan era
informasi, generasi muda hari ini sangat dituntut dan dibutuhkan peran dan tanggungjawab
proporsional untuk itu. Terutama dalam merspon isu bonus demografi (windows opportunity)
dan Golden Age Indonesia (2045). Oleh sebab itu, sumber daya generasi muda secara benar-
benar benar harus bisa terkosolidasi untuk merespon berbagai hambatan, tantangan dan
rintangan yang menghalagi berbagai proses yang diarahkan untuk menikamti bonus
demografi dan tahun emas Indonesia.
Kegiatan NIYC masih sangat dibutuhkan. Animo calon peserta yang menembus
angka 3000 menunjukkan betapa generasi muda bangsa ini memiliki keinginan yang kuat
untuk menjadi bagian subyek dan proses pembangunan, ingin ambil abgian dan berpartisipasi
dalam kerja-kerja antarpemuda dan melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sudah
barang tentu, dimensi isu yang lebih dikembangkan dan diperluas. Jadi tidak sebatas pada
bagaimana respon generasi muda terhadap persoalan keberagama dan kekerasan ekstrimisme
misalnya, tapi sudah dapat diselaraskan dengan kebutuhan strategis pembangunan sumber
daya manusia Indonesia, misalnya bonus demografi dan tahun emas Indonesia.
ARMC IAIN Ambon memiliki komitmen kuat untuk selalu berusaha menciptakan
ruang-ruang perjumpaan sebagai wadah sharing, konsolidasi dan koordinasi sumber daya
khazanah kepelbagaian bangsa. ARMC sangat memahami dan menyadari dampak konflik di
Maluku 1999-2003, yang terkenal sebagai salah satu konflik sipilterbesar di abad ini, seperti
segregasi (wilayah dan mindset; etnik, agama dan budaya) yang memiliki pontesi ledak yang
sangat kuat jika tidak dikelola dan ditransformasi secara baik dan benar. Dalam konteks ini,
kegiatan NIYC yang dilaksanakan di pantai negeri Liang, Kecamatan Salahautu, Kabupaten
Maluku Tengah, provinsi Maluku ini juga mempunyai dampak yang sangat besar, sebagai
salah satu eksperimen dalam rangka transformasi Maluku sebagai laboratorium kerukunan
dan perdamaian di Indonesia, bahkan dunia.
V. Dimensi Gender
Gender selalu menjadi isu penting. Dalam tiap kegiatan ARMC, gender sudah
menjadi bagian intergral. Porsi perempuan dalam kegiatan ARMC minimal 25-30%. Ini
dimaksudkan untuk membuka ruang lebih proporsional kepada perempuan untuk terlibat
dalam berbagai kegiatan yang berpotensi untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas
dan kompetensi sumberd daya perempuan.
Tak terkecuali dalam kegiatan NIYC ini. Dalam komposisi pengelola, panitia,
fasilitator hingga peserta memperlihatkan dengan sangat jelas perbandingan antara
perempuan dan laki-laki. Komposisi pengelola program misalnya, dari perempua 3 orang dan
laki-laki 5 orang. Panitia komposisinya 5 perempuan dan 15 laki-laki. Fasilitator
komposisinya perempuan 7 orang dan laki-laki 11 orang. Sementara peserta, perempuan 59
orang dan laki-laki 56 orang.
Isu gender tentu tidak cukup juga dilihat dalam perbandingan angka-angka, akan
tetapi juga dalam proses kegiatannya isu gender tetap mendapat perhatian serius. Misalnya,
perempuan selalu diapresiasi sebagai subyek yang memiliki posisi sejajar dan ruang terbuka
yang sama dengan laki-laki, bahkan dalam konteks tententu perempuan lebih diberi ruang
untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan potensi dan kapasitasnya.
Dalam proses sharing,aktifitas dan interaksi keseharian selama kegiatan NIYC
misalnya, apresiasi terhadap peserta perempuan begitu mengemuka, terutama dalam konteks
melihat bagaimana memosisikan perempuan sebagai subyek untuk ikut berpartisipasi dan
berkontribusi dalam kerja-kerja strategis merespon persolan intoleransi, diskriminasi.
Radikalisme, terorisme, dan kekerasan ekstrimis. Demikian juga bagaimana perempuan juga
kritis terhadap cara pandang berbudaya dan beragama yang cenderung mendomistifikasi atau
“memenjara” perempuan.
Catatan penting terkait perspektif peserta NYIC, baik perempuan maupun laki-laki
terhadap gender, secara keseluruhan telah memiliki perspektif gender yang baik. Hal ini
sagnat membantu proses sharing dan diskusi yang dilakukan. Meski diakui juga bahwa masih
ada beberapa candaan yang masih bias gender.
VI. Pembelajaran
NIYC adalah sebuah kegiatan besar. Mengelola 120 orang, berkualifikasi leader dan
memiliki latas belakang sangat bergama jelas sebuah tantangan yang sangat serius. Apa lagi,
NIYC adalah merupakan sebuah kegiatan berskala nasional yang baru pertama kali dilakukan
oleh ARMC IAIN Ambon. Sudah barang pasti, yang akan dijumpai adalah kekurangan dan
kelemahan di dalam pengelolaanya. Ini sangat ARMC sadari dan akui secara jujur
kenyataannya. Namun demikian, NIYC juga telah memberika pembelajaran sangat serius
bagi ARMC. Mulai dari melengkapi sumber daya ARMC dengan pengetahuan dan
pemahaman terkait tata kelola kegiatan yang benar, baik dalam desain program hingga
gudget. Pengalaman ini juga sekaligus member pembelajaran bagaimana mengelola program
dan kegiatan secara terencana, baik dan benar.
Tantang serius yang dihadapi dalam pengelolaan program NIYC atara lain adalah
pertama, dibutuhkan waktu yang memadai untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan
kegiatan. Kedua, pembagian kerja (job description) dan koordinasi antara managemen dan
panitia belum berjalan optimal. Hal-hal yang menjadi domain kerja panitia dan sudah
didelegasikan tidak berjalan dan dilaksanakan. Bahkan, dalam batas-batas tertentu panitia
terkadang melakukan tidankan di luar kewenangannya. Tidak sedikit kerja teknis kepanitiaan
yang akhirnya diambil alih langsung oleh managemen. Hal ini sudah dievaluasi dan secara
terang benderang diakui oleh panitia.
Jika proyek ini lagi, maka ARMC akan jauh lebih siap dan akan lebih baik lagi dalam
pengelolaannya. ARMC bahkan sudah melakukan pengembangan program ini dengan
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kelemahan yang terjadi, kekurangan yang ditemui
dan juga mengembangkan desai programnya lebih baik, yaitu dengan memperluas dimensi
isu program yang dikontekstualisasikan dengan kebutuhan pembangunan Indonesia.
Misalnya, isu Sutainable Developmen Goal (SDGs), Bonus Demografi (Windows
Oppurtunity) dan tahun emas Indonesia (The Golden Age of Indonesia) 2045.
Pada April 2018 ini ARMC akan melakukan restrukturisasi dan melakukan perbaikan-
perbaikan yang berkaitan kebutuhan standarisasi dan pengembangan lembaga. Beberapa hal
yang sudah teridentifikasi dan akan dilakukan pengembangan antara lain adalah
pendokumentasian seluruh dokumen kerjasama, perbaikan SOP dan pembuatan job
description pengurus.
Foto Kegiatan NIYC Maluku 2018
Acara pembukaan di kediaman Wakil Gubenrnur Maluku (25/1/2018)
Pendaftara Peserta (25/1/2018)
Sharing antara dan dengan peserta (26-27/1/2018)
Outbound dan tanam pohon perdamaian (28/1/2018)
Panas Pela, Makan Patita, kunjungan tematik dan malam kebudayaan (29/1/2018)
Penutupan NIYC (30/1/2018)
5
lk 3 p 2