LAPORAN AKHIR ANKOS

24
1 ANALISIS EMOLIEN DAN HUMEKTAN PADA LIPSTIK MEREK XXX DAN YYY DENGAN METODE GRAVIMETRI Disusun untuk memenuhi laporan akhir praktikum analisis kosmetik Johanes Putra Wicaksono, Dina Christin Ayuning Putri, Jenny Marina Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyaka rta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wanita mempunyai kecenderungan yang serupa yaitu ingin terlihat cantik dan enak dipandang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan lipstik. Lipstik adalah suatu produk kosmetik wajah yang dikenal dan digunakan oleh para wanita. Kosmetik adalah bahan-bahan atau campuran bahan untuk digosokan, dilekatkan, dipercikan, atau disemprotkan, dituangkan pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk golongan obat (Tranggono, 2007). Seiring dengan berjalannya waktu, lipstik menjadi suatu kebutuhan yang penting dan identitas bagi kaum wanita. Ketika mereka tidak menggunakan polesan pewarna bibir ini, mereka bisa merasa kurang percaya diri pada saat berada di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik baru, baik produk dalam negeri maupun produk global yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya. Kaum wanita menggunakan lipstik untuk membuat wajah menjadi lebih cerah dan membentuk bibir. Selain itu, lipstik juga dapat merawat bibir dari kerutan-kerutan, mengingat fungsinya sebagai pelembab. Banyak produsen lipstik yang menggunakan pelembab di setiap produknya dan kaum wanita mempercayai fungsi dari pelembab tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pelembab pada lipstik, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pelembab dalam lipstik. Analisis pelembab dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair dan gravimetri.

Transcript of LAPORAN AKHIR ANKOS

Page 1: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 1/24

ANALISIS EMOLIEN DAN HUMEKTAN PADA LIPSTIK

MEREK XXX DAN YYY DENGAN METODE GRAVIMETRI

Disusun untuk memenuhi laporan akhir praktikum analisis kosmetik 

Johanes Putra Wicaksono, Dina Christin Ayuning Putri, Jenny Marina Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang

Setiap wanita mempunyai kecenderungan yang serupa yaitu ingin terlihat

cantik dan enak dipandang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

menggunakan lipstik. Lipstik adalah suatu produk kosmetik wajah yang dikenal

dan digunakan oleh para wanita. Kosmetik adalah bahan-bahan atau campuran

bahan untuk digosokan, dilekatkan, dipercikan, atau disemprotkan, dituangkan

pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk golongan obat

(Tranggono, 2007).

Seiring dengan berjalannya waktu, lipstik menjadi suatu kebutuhan yang

penting dan identitas bagi kaum wanita. Ketika mereka tidak menggunakan

polesan pewarna bibir ini, mereka bisa merasa kurang percaya diri pada saat

berada di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring

dengan munculnya produk lipstik baru, baik produk dalam negeri maupun produk 

global yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya. Kaum wanita

menggunakan lipstik untuk membuat wajah menjadi lebih cerah dan membentuk bibir. Selain itu, lipstik juga dapat merawat bibir dari kerutan-kerutan, mengingat

fungsinya sebagai pelembab. Banyak produsen lipstik yang menggunakan

pelembab di setiap produknya dan kaum wanita mempercayai fungsi dari

pelembab tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pelembab pada

lipstik, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

pelembab dalam lipstik. Analisis pelembab dilakukan dengan metode ekstraksi

cair-cair dan gravimetri.

Page 2: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 2/24

1.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut :

a.  Apakah lipstik merek mengandung emolien dan oklusif?

b.  Apabila lipstik merek Xxx® dan Yyy® mengandung emolien dan oklusif,

berapa kadar emolien dan oklusif tersebut?

2.  Manfaat

Penelitian ini dapat memberi informasi tentang keberadaan kandungan

emolien dan oklusif dalam lipstik merek Xxx® dan Yyy®.

B.  Tujuan

1.  Tujuan Umum

Untuk menganalisis emolien dan oklusif dalam sampel kosmetik, khususnya

lipstik.

2.  Tujuan Khusus

a.  Untuk mengetahui keberadaan emolien dan oklusif dalam lipstik merek 

Xxx®

dan Yyy®

.

b.  Untuk mengetahui kadar emolien dan oklusif dalam lipstik merek Xxx®

 

dan Yyy®.

Page 3: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 3/24

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.  Kosmetika 

Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani ”kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut:

”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunak an pada

bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian

luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit” (Dirjen POM, 1985)

Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun

1998, dibagi ke dalam 13 kelompok :

1.  Preparat untuk bayi, misalnya: minyak bayi, bedak bayi, dll.

2.  Preparat untuk mandi, misalnya: sabun mandi, dll.

3.  Preparat untuk mata, misalnya: maskara, eye shadow, dll.

4.  Preparat wangi-wangian, misalnya: parfum, colognes, dll.

5.  Preparat untuk rambut, misalnya: sampo, hair spray, dll.

6.  Preparat pewarna rambut, misalnya: cat rambut, dll.

7.  Preparat make-up (kecuali mata), misalnya: bedak, lipstik, dll.

8.  Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya: pasta gigi, mouth washes, dll.

9.  Preparat untuk kebersihan badan, misalnya: deodoran, dll.

10. Preparat kuku, misalnya: cat kuku, losion kuku, dll.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya: pembersih, pelembab, pelindung kulit, dll.

12. Preparat cukur, misalnya: sabun cukur, dll.

13. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dll

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik umumnya mengandung bahan-bahan seperti lemak, minyak,

ester lilin, minyak ester, humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah

Page 4: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 4/24

Page 5: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 5/24

Contoh pengisi dalam kosmetik adalah mika, silika (klasik dan bola), nilon,

PMMA, teflon, boron nitrida, BiOCl, pati, lauroyl lisin, komposit bubuk, dan

akrilat.

7.  Antioksidan/pengawet

Contoh pengawet dalam kosmetik adalah BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam

sitrat, propil paraben, metil paraben, dan tokoferol. Keseimbangan yang tepat

dari pelarut dan emolien mencegah perpindahan dan mencegah lipstik menjadi

terlalu kering di bibir.

8.  Pelarut

Contoh pelarut dalam kosmetik adalah isododecane, silikon alkil,

cyclomethicone (Mitsui, 1997).

C.  Bibir

Pembuatan kosmetik untuk bibir menyajikan banyak tantangan yang sama

seperti pada mata. Keduanya merupakan transisi kulit antara kulit tradisional

keratin yang kering dan kulit mukosa yang lembab. Keduanya merupakan jalan

masuk bakteri dan virus. Namun, bibir jauh lebih kompleks dalam

hal substansi yang mengalami kontak langsung dengan bibir, karena bibir

berperan dalam makan. Namun begitu, nilai kosmetik untuk bibir tidak dapat

diminimalkan. Bibir merupakan fokus titik (Tranggono dan Latifah, 2007).

Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan

 jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium

mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan

kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir

bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangatakan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat

padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Dirjen POM, 1985).

Bibir berperan saat makan dan berbicara. Untuk mencapai hal ini, bibir

mengandung penyusun permukaan kulit yang disebut vermilion yang merupakan

kompleks pendukung lemak. Vermillion adalah bagian bibir yang terlihat dan

dihiasi oleh kosmetik, serta memiliki banyak pasokan pembuluh darah yang

terlihat lewat jaringan kulit di atasnya (Mitsui, 1997).

Page 6: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 6/24

Kulit bibir ubik karena t idak memiliki stratum korneum yang berkembang.

Kerusakan pada jaringan bibir biasanya berasal dari matahari, atau rokok, atau

disfungsional pembentukan stratum korneum yang menyebabkan bibir kehilangan

karakteristik warna merah. Hal ini menyebabkan pemutihan pada bibir yang

dikenal sebagai leukoplakia, yang jika diartikan berarti plak putih (Mitsui, 1997).

D.  Pelembab

Dalam berbagai produk kosmetik, ada banyak bahan yang penting untuk 

ditambahkan, salah satunya adalah pelembab. Kandungan berbagai macam

pelembab dalam sediaan kosmetik akan membantu mengatasi berbagai masalah

dehidrasi pada kulit. Ada 2 macam tipe pelembab dalam sediaan kosmetik, yaitu

pelembab tipe lemak, dan juga pelembab tipe humektan (Tranggono dan Latifah,

2007).

Pelembab yang berasal dari bahan asam-asam lemak biasanya merupakan

pelembab tipe emolien. Emolien merupakan bahan penting dalam penanganan

setiap kulit. Emolien biasanya bekerja dengan memberikan kelembaban kepada

kulit, sehingga mencegah kulit menjadi kering (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pelembab yang berasal dari tipe lemak padat dan lilin biasanya merupakan

pelembab dengan tipe oklusif. Oklusif merupakan bahan dalam kosmetik yang

dapat melapisi bagian kulit, sehingga dapat mencegah penguapan air dari dalam

kulit, sehingga bahan-bahan oklusif ini tetap dapat mejaga kelembaban kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Pelembab yang berasal dari gliserol atau turunan alkohol biasanya

merupakan pelembab dengan tipe humektan. Humektan bekerja dengan menarik 

uap air dari udara, sehingga dapat memberikan kelembaban pada kulit tempataplikasi (Tranggono dan Latifah, 2007).

E.  Gravimetri

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur

atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri

meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera

Page 7: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 7/24

diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti sehingga dapat

diketahui massa tetapnya (Khopkar, 2003).

Analisis gravimetri atau analisis berdasarkan bobot, merupakan proses

isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu dari unsur tersebut

dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur yang akan dianalisis dipisahkan dari

porsi sampel yang telah ditimbang. Pemisahan dapat dilakukan dengan metode

pengendapan, penguapan, elektroanalisis, ekstraksi, dan kromatografi (Bassett,

Denney, Jeffery, and Mendham, 1994).

Kelebihan metode gravimetri dibandingkan titrimetri adalah bahwa bahan

penyusun zat telah diisolasi, dan jika perlu dapat diselidiki ada tidaknya pengotor,

dan dilakukan koreksi (Bassett, dkk., 1994).

Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian

yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram,

namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan mili gram. Timbangan

yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan

disebut dengan neraca analitik atau analytical balance (Khopkar,2003).

Page 8: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 8/24

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif, karena didalam penelitian ini dilakukan manipulasi terhadap

subyek uji yaitu lipstik. Peneliti hanya mendeskripsikan keadaan yang ada.

B.  Definisi Operasional

1.  Sampel lipstik adalah lipstik merek Xxx® dan Yyy®.

2.  Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak 

lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang

3.  Kadar dinyatakan dalam gram tiap gram sampel.

C.  Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lipstik 

merek Xxx®

(produksi PT. x) dan Yyy®

(produksi PT y), pewarna metilen biru,

pewarna Sudan III, asam klorida (HCl) pekat kapasitas p.a. (pro analisis),

kloroform (CHCl3) kapasitas p.a., aquadest, petroleum eter (PE) kpasitas p.a.,

metil merah, kalium hidroksida (KOH), dan alkohol 96% (etanol) kapasitas p.a.

D.  Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

( pyrex), gelas arloji, cawan porselen, seperangkat alat reflux, kertas pH indikator,

kapas, labu takar, corong pisah, rotary  evaporator , oven, desikator, dan neracadigital.

E.  Tata Cara Penelitian

1.  Pengambilan sampel

Sampel dibeli di Toserba zzz, Maguwoharjo, Sleman. Sampel diambil

dari secara acak dari bagian atas, tengah dan bawah.

Page 9: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 9/24

2.  Analisis pendahuluan

a.  Berat bersih

Timbang wadah utuh beserta isinya sebelum dilakukan analisis.

Setelah analisis selesai dilakukan, keluarkan semua sisa sampel dan timbang

wadah kosong. Hitung bobot sampel dengan pengurangan bobot wadah

kosong dari bobot wadah utuh beserta isinya.

b.  Uji organoleptis sampel

Tiap-tiap sampel diamati kemasannya, lalu dibuka dianalisis warna,

bau, dan bentuknya.

c.  Tipe emulsi

Tipe emulsi ditentukan dengan mencampur sebagian sampel dengan

air dan minyak. Jika sampel mudah bercampur dengan minyak, berarti sampel

memiliki tipe emulsi air dalam minyak (A/M). Sebaliknya, jika sampel mudah

bercampur dengan air, berarti sampel memiliki tipe emulsi minyak dalam air

(M/A).

d.  pH emulsi

Campur 1 g sampel dengan 9 g air dan lakukan determinasi pH

campuran. pH larutan yang dihasilkan ditentukan dengan kertas pH.

3.  Hidrolisis dengan HCl (1+1)

Refluks 2-3 gram masing-masing sampel (lipstik merek Xxx®

dan Yyy®

)

dengan 50 mL HCl (1+1) selama 3 jam. Dinginkan, larutkan dalam 25 mL air,

kemudian diekstraksi dengan 35 mL CHCl3 (dibagi dalam 4x pemberian).

Ekstraksi ini mengahasilkan 2 lapisan, yaitu ekstrak air asam (1) yang

mengandung gliserol, alaknolamin, dan asam borat, dan ekstrak CHCl3 (2) yang

mengandung alkohol rantai panjang, asam lemak-alkanolamin (Senzel, 1977).4.  Analisis oklusif dan emolien

a.  Penyabunan ekstrak CHCl3

Ekstrak CHCl3 direfluks dengan 1 g KOH, 25 mL alkohol 96% dan 50 mL

petroleum eter selama 2 jam. Hasil ekstraksi diekstraksi lagi dengan kloroform

sampai tiga kali sebanyak 25 mL. Pisahkan dengan corong pisah sehingga

terbentuk 2 fase, yaitu fase tersabunkan/fase air (a) dan fase tidak 

Page 10: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 10/24

Page 11: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 11/24

11 

dan keringkan residunya pada suhu 105oC dengan menggunakan oven selama 15

menit (Senzel, 1977).

Sampel didinginkan didalam desikator hingga suhunya sama dengan suhu

ruangan kemudian ditimbang sebagai oklusif lalu dipanaskan lagi dalam oven

pada suhu 105oC selama 1 jam, didinginkan didalam desikator hingga suhunya

sama dengan suhu ruangan kemudian ditimbang. Tahap ini dilakukan sampai

diperoleh bobot tetap sampel. Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan

sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Dirjen

POM, 1974). Sampel dianalisis dengan replikasi sebanyak dua kali pada masing-

masing merek.

F.  Analisis Hasil

Dari data penimbangan yang diperoleh dilakukan perhitungan untuk 

mengetahui bobot tetap emolien dan oklusif dalam sampel. Untuk menentukan

kesahihan metode analisis maka dilakukan pengujian validitas terhadap metode

tersebut. Validitas yang diuji dalam penelitian ini meliputi:

1.  Standar deviasi (SD)

SD =

dimana:

x = bobot dari masing-masing pengukuran

= rata-rata (mean) dari pengukuran

N = frekuensi penetapan

N-1 = derajat kebebasan

2.  Standar deviasi relatif (RSD) atau koefisien variasi

RSD = X 100%

dimana:

RSD = standar deviasi relatif (%)

SD = standar deviasi

= rata-rata (mean)

Page 12: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 12/24

12 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Pengambilan Sampel

Sampel yang dianalisis adalah lipstik Xxx® dan lipstik Yyy®. Sampel

diperoleh dari Toserba zzz,Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Sampel diambil

secara acak dari bagian atas, tengah, dan bawah masing-masing sampel.

B.  Analisis Pendahuluan

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengamati dan

memeriksa kedua sampel. Pengamatan dilakukan meliputi keutuhan kemasan,

keutuhan lipstik, kebenaran produk, kode produksi, tanggal kadaluarsa, berat

bersih lipstik, komposisi yang tertera pada kemasan, dan sebagainya. Pengamatan

ini bertujuan untuk menjamin bahwa lipstik yang akan dianalisis sudah sesuai,

masih dalam kondisi utuh dan tidak terkontaminasi. Dari pengamatan awal,

sampel yang diambil sudah sesuai, masih utuh, dan tidak ada pengotor secara

visual.

1.  Berat Bersih

Berdasarkan hasil penimbangan masing-masing sampel, diperoleh berat

bersih sebesar 3,9345 g untuk lipstik merek Xxx®

dan 3,7450 g untuk lipstik 

merek Yyy®

.

2.  Pengamatan organoleptis

Tujuan analisis organoleptis adalah untuk mengidentifikasi kebenaran

sampel yang dianalisis adalah lipstik. Analisis organoleptis meliputi warna, bau,

dan bentuk. Berdasarkan analisis, dperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel I. Hasil Pengamatan Organoleptis

Pengamatan Organoleptis Xxx®

Yyy®

 

Warna Merah muda Merah tua

Bau Harum, khas Berbau lilin

Bentuk Lipstik, utuh Lipstik, utuh

3.  Tipe Emulsi

Lipstik merupakan sistem emulsi, sehingga dilakukan pengujian untuk 

mengetahui tipe emulsi pada sampel lipstik. Pengujian dilakukan berdasarkan

kelarutan (prinsip like dissolve like). Pelarut non polar yang digunakan adalah

petroleum eter, dan pelarut polar yang digunaan adalah air. Jika larut dalam air,

Page 13: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 13/24

13 

maka termasuk emulsi minyak dalam air, sedangkan jika larut dalam petroleum

eter, maka termasuk emulsi air dalam minyak. Dari hasil percobaan, kedua sampel

lipstik tergolong dalam emulsi tipe air dalam minyak (A/M).

Tabel II. Hasil pengujian tipe emulsi

Sampel Sampel +

pelarut non

polar

Sampel +

pelarut polar

Hasil

Xxx Bercampur Tidak 

bercampur

Tipe air dalam

minyak (A/M)

Yyy Bercampur Tidak 

bercampur

Tipe air dalam

minyak (A/M)

4.  pH emulsi

Tujuan pengujian pH adalah untuk mengetahui pH emulsi (sampel lipstik).

Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa pH lipstik merek Xxx®

dan Yyy®

 

adalah 6. Derajat keasaman (pH) kedua sampel tersebut memenuhi persyaratan

pH lipstik yang baik, yaitu 4-6 (sesuai dengan pH kulit).

C.  Pelembab

Berdasarkan mekanismenya, pelembab terdiri dari 3 jenis, yaitu oklusif,

emolien, dan humektan. Oklusif mempertahankan kelembaban kulit dengan cara

melapisi bibir, mencegah kandungan lembab bibir menguap sehingga bibir dapat

mempertahankan kelembabannya. Emolien bekerja dengan melembabkan bibir

karena biasanya merupakan asam-asam lemak, dan humektan bekerja dengan

menarik lembab dari udara.

Dari kemasan, dapat diketahui bahwa lipstik Xxx®

mengandung

hydrogenated polydecane, PPG-3 hydrogenated castor oil, octyl dodecanol, oleyl

alcohol yang berfungsi sebagai emolien; tribehin yang berfungsi sebagai oklusif.

Lipstik Yyy® mengandung avocado oil, octyl dodecanol, IPM, oleyl alcohol yang

berfungsi sebagai emolien; dimethicone yang berfungsi sebagai oklusif; dan

honey, triglyceride yang berfungsi sebagai humektan.

D.  Analisis Emolien dan Oklusif 

Analisis emolien dan oklusif dilakukan menggunakan ekstraksi cair-cair

dan diukur dengan metode gravimetri. Analisis oklusif dan emolien dilakukan

Page 14: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 14/24

14 

setelah melalui tahap preparasi. Lipstik merupakan suatu emulsi sehingga perlu

dilakukan pemecahan surfaktan supaya sistem emulsi rusak dan terpisah menjadi

dua fase. Hidrolisis dilakukan dengan menimbang 2 gram sampel, lalu

ditambahkan dengan HCl (1:1). Digunakan perbandingan HCl dan air (1:1) karena

dibutuhkan asam yang kuat supaya surfaktan terpecah sempurna. Campuran

kemudian direfluks selama 3 jam. Melalui proses tersebut, sistem emulsi pecah

akibat pemanasan dan pengaruh pH akibat penambahan HCl.

Setelah proses refluks, maka campuran dimasukkan ke dalam corong

pisah dan ditambah dengan akuades dan kloroform (dalam 4 kali pemberian).

Karena proses hidrolisis, maka fase air dan fase minyak akan berpisah. Fase air

asam akan bercampur dengan air yang ditambahkan, dan fase minyak akan

bercampur dengan kloroform yang diberikan dalam 4 tahap. Pemberian kloroform

dilakukan sebanyak 4 kali untuk mencuci air asam agar tidak ada fase organik 

yang tertinggal.

Air asam hasil hidrolisis, sebenarnya mengandung senyawa yang

mungkin berfungsi sebagai humektan, namun pada percobaan ini, tidak dilakukan

analisis terhadap humektan. Fase organik yang sudah dilarutkan dalam kloroform,

mengandung emolien (umumnya asam-asam lemak) dan oklusif. Oleh karena itu,

untuk memisahkan keduanya agar dapat dianalisis, dilakukan penyabunan.

Proses penyabunan dilakukan dengan memasukkan fase organik tersebut

ke dalam labu alas bulat, ditambahkan dengan KOH, alkohol, dan petroleum eter.

Kemudian campuran direfluks selama 2 jam. Dengan adanya penambahan KOH

dan pemanasan, maka senyawa emolien (asam lemak) akan tersabunkan,

sedangkan senyawa yang merupakan oklusif tidak akan tersabunkan dan akan

terlarut di dalam petroleum eter yang telah ditambahkan. Setelah prosespenyabunan, campuran dimasukkan ke corong pisah, lalu akan terbentuk dua fase.

Dua fase yang terbentuk dipisahkan. Fase yang terlarut dalam petroleum

eter merupakan oklusif dan yang terlarut dalam air merupakan asam lemak yang

sudah tersabunkan. Masing-masing fase kemudian dicuci kembali. Fase air dicuci

dengan petroleum eter untuk mengambil kembali senyawa oklusif yang mungkin

masih tertinggal, dan fase organik dicuci dengan air panas untuk mengambil

sabun yang masih tertinggal. Hasil pencucian kemudian digabungkan ke fase

Page 15: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 15/24

15 

masing-masing. Hasil pencucian masing-masing kemudian di tambahkan hingga

100 mL dalam labu takar. Fase organik ditambahkan dengan petroleum eter,

sedangkan fase air (tersabunkan) ditambahkan dengan air.

Analisis emolien dilakukan dengan menambahkan campuran dengan HCl

pekat 0,5 mL. Kemudian hasilnya diekstraksi kembali dengan kloroform untuk 

benar-benar memastikan yang tertinggal adalah fase tersabunkan. Penambahan

HCl digunakan untuk mengubah kembali sabun yang telah terbentuk menjadi

asam lemak. Setelah itu larutan disaring dengan kapas lalu dimasukkan ke dalam

wadah yang telah ditara. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan pengotor

yang masih tersapat dalam fase air. Kemudian pelarut diuapkan secukupnya

menggunakan rotary evaporator , dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah

dikuantifikasi dan ditara.

Analisis oklusif dilakukan dengan cara menyaring fase organik (tak 

tersabunkan) dengan kapas. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan

pengotor yang masih tersapat dalam fase organik. Selanjutnya pelarut fase organic

diuapkan secukupnya dengan menggunakan rotary evaporator , lalu dimasukkan

ke dalam wadah yang telah dikuantifikasi dan ditara.

E.  Penetapan Kadar dengan Metode Gravimetri

Kedua fase dari masing-masing sampel dianalisis menggunakan metode

gravimetri dengan cara dipanaskan di dalam oven pada suhu 105oC selama 15

menit, kemudian didinginkan dalam desikator hingga suhu ruangan, lalu

ditimbang sebagai emolien. Kemudian dipanaskan kembali pada suhu 105oC

selama 1 jam, dinginkan di desikator hingga suhu ruangan, ditimbang. Tahap

tersebut dilakukan berulang hingga diperoleh bobot tetap. Bobot tetap berartiselisih penimbangan sampel berurut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa

yang ditimbang.

Pada metode gravimetri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah

adanya kuantifikasi alat-alat, terutama wadah untuk analisis. Pada praktikum ini,

kuantifikasi dilakukan pada beaker glass 50 mL. Tujuan kuantifikasi Erlenmeyer

adalah untuk mengetahui bobot Erlenmeyer yang sebenarnya. Pada umumnya

semua zat (alat maupun bahan) yang disimpan pada ruangan masih menyimpan

Page 16: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 16/24

16 

lembab (air) dari udara. Oleh karena itu perlu dilakukan kuantifikasi supaya

bobot zat yang akan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dapat diketahui secara

akurat. Kuantifikasi juga dilakukan dengan metode gravimetri dengan prinsip

penimbangan bobot berulang kali sampai diperoleh bobot tetap. Erlenmeyer

dipanaskan selama satu jam didalam oven kemudian didinginkan dalam

desikator. Desikator merupakan suatu wadah yang terbuat dari bahan gelas yang

kedap udara dan mengandung desikan yang berfungsi menghilangkan air.

Selanjutnya Erlenmeyer ditimbang menggunakan timbangan analitik. Proses ini

dilakukan berulang kali hingga diperoleh selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5

miligram tiap gram sisa.

Dari hasil percobaan, untuk analisis emolien Xxx diperoleh data bobot

tetap replikasi 1 setelah penimbangan jam ke-6 dengan bobot 0,8472 g, dan untuk 

replikasi 2 setelah penimbangan jam ke-7 dengan bobot 0,8703 g dengan rata-rata

sebesar 0,8588 g. Sedangkan untuk lipstik Yyy, diperoleh data bobot tetap

replikasi 1 setelah penimbangan ke-9 dengan bobot 4,4734 g, dan untuk replikasi

2 setelah penimbangan ke-8 dengan bobot 2,0211 g dengan rata-rata sebesar

3,2473 g.

Hasil dari analisis oklusif Xxx diperoleh data bobot tetap replikasi 1

setelah penimbangan ke-3 dengan bobot 1,4308 g, dan untuk replikasi 2 setelah

penimbangan ke-3 dengan bobot 1,1739 g dengan rata-rata sebesar 1,3024 g.

Sedangkan untuk Yyy, diperoleh data bobot tetap replikasi 1 setelah penimbangan

ke-6 dengan bobot 0,5880 g, dan untuk replikasi 2 setelah penimbangan ke-6

dengan bobot 0,4562 g dengan rata-rata sebesar 0,5221 g.

Standar deviasi merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing

hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya. Semakinkecil nilai SD dari serangkaian pengukuran maka metode yang digunakan

semakin tepat. Sedangkan koefisien variasi (CV) atau RSD merupakan ukuran

ketepatan relatif. Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka

metode yang digunakan semakin tepat.

Pengukuran emolien sampel xxx memiliki SD sebesar 0,0163 dan RSD

sebesar 1,898%. Pengukuran oklusif sampel xxx memiliki SD sebesar 0,1817 dan

RSD sebesar 13,951%. Pengukuran emolien sampel yyy memiliki SD sebesar

Page 17: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 17/24

17 

1,7340 dan RSD sebesar 53,398%. Pengukuran oklusif sampel xxx memiliki SD

sebesar 0,0932 dan RSD sebesar 1,785%. Dari hasil perhitungan SD dan CV,

dapat disimpulkan bahwa metode yang dikerjakan bukan merupakan metode yang

tepat karena masih terdapat nilai SD dan RSD yang besar.

Kelebihan metode gravimetri ini adalah tepat, dapat dilakukan tanpa

tenaga ahli, hanya dibutuhkan alat yang sederhana. Sedangkan kekurangannya,

pada metode ini sulit untuk dilakukan validasi metode, dan sulit untuk 

menentukan apakah hasil yang diperoleh benar-benar yang seperti yang

diharapkan (secara kualitatif).

Page 18: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 18/24

18 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

1.  Lipstik merek Xxx® dan Yyy® mengandung emolien dan oklusif.

2.  Lipstik merek Xxx®

mengandung emolien sebanyak 0,8588 g  dan oklusif 

sebanyak 1,3024 g. Lipstik merek Yyy® mengandung emolien sebanyak 

3,2473 g dan oklusif sebanyak 0,5221 g.

B.  Saran

Perlu dilakukan analisis oklusif dan emolien dengan metode lain yang

memberikan hasil yang baik. humektan untuk mengetahui keberadaan pelembab

yang bekerja dengan menarik air (lembab) dari udara.

Page 19: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 19/24

19 

DAFTAR PUSTAKA

Barel, A. O., Paye, M., and Maibach, H. I., 2001,  Handbook of Cosmetic Science

and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 670-672.

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., and Mendham, J., 1994, Buku ajar Vogel,

Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik , Longman Group UK Limited,

London, pp. 472-473.

Dirjen POM, 1974,  Ekstra Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, p.271.

Dirjen POM, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Departmen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, pp. 195-197.

Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analisis, UI Press, Jakarta, pp. 133-

135.

Mitsui, T., 1997, Cosmetic Science, Elsevier Science B.V., Amsterdam, pp. 3-5,

13-15, 78.

Senzel, A. J., 1977,  Newbur  ger’s Manual of Cosmetic Analysis, 2nd

edition,

Association of Official Analytical Chemists, Washington, pp. 32-36.

Tranggono, Retno I., Latifah, Fatma, 2007,  Ilmu Pegangan Pengetahuan

Kosmetik , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 5-6, 77-80.

Page 20: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 20/24

20 

Gambar 1. Hasil pengujian tipe emulsi pada lipstik merek Yyy® 

Gambar 2. Skema perlakuan sampel lipstik

TERSABUNKAN

EMOLIEN

TIDAK TERSABUNKAN

OKLUSIF

Hidrolisis dengan HCl 1+1

Penyabunan eksrak CHCl3 

EKSTRAK

AIR ASAM

HUMEKTAN

EKSTRAKKLOROFOR

M

SAMPE

L

Page 21: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 21/24

21 

Gambar 3. Air asam lipstik Xxx® replikasi 1 dan 2

Gambar 4. Fase air lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2

Page 22: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 22/24

22 

Gambar 5. Fase air lipstik Xxx® replikasi 1 dan 2

Gambar 6. Hasil penyabunan lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2

Page 23: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 23/24

23 

Gambar 7. Fase air (emolien) lipstik Sari Ayu® replikasi 1 dan 2

Gambar 8. Fase organik (oklusif) lipstik Sari Ayu® replikasi 1 dan 2

Page 24: LAPORAN AKHIR ANKOS

7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 24/24

24 

Gambar 9. Fase air (emolien) lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2

Gambar 10. Fase organik (oklusif) lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2