LAPORAN AKHIR ANKOS
-
Upload
dina-christin -
Category
Documents
-
view
224 -
download
2
Transcript of LAPORAN AKHIR ANKOS
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 1/24
1
ANALISIS EMOLIEN DAN HUMEKTAN PADA LIPSTIK
MEREK XXX DAN YYY DENGAN METODE GRAVIMETRI
Disusun untuk memenuhi laporan akhir praktikum analisis kosmetik
Johanes Putra Wicaksono, Dina Christin Ayuning Putri, Jenny Marina Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wanita mempunyai kecenderungan yang serupa yaitu ingin terlihat
cantik dan enak dipandang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menggunakan lipstik. Lipstik adalah suatu produk kosmetik wajah yang dikenal
dan digunakan oleh para wanita. Kosmetik adalah bahan-bahan atau campuran
bahan untuk digosokan, dilekatkan, dipercikan, atau disemprotkan, dituangkan
pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau merubah rupa dan tidak termasuk golongan obat
(Tranggono, 2007).
Seiring dengan berjalannya waktu, lipstik menjadi suatu kebutuhan yang
penting dan identitas bagi kaum wanita. Ketika mereka tidak menggunakan
polesan pewarna bibir ini, mereka bisa merasa kurang percaya diri pada saat
berada di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring
dengan munculnya produk lipstik baru, baik produk dalam negeri maupun produk
global yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya. Kaum wanita
menggunakan lipstik untuk membuat wajah menjadi lebih cerah dan membentuk bibir. Selain itu, lipstik juga dapat merawat bibir dari kerutan-kerutan, mengingat
fungsinya sebagai pelembab. Banyak produsen lipstik yang menggunakan
pelembab di setiap produknya dan kaum wanita mempercayai fungsi dari
pelembab tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pelembab pada
lipstik, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
pelembab dalam lipstik. Analisis pelembab dilakukan dengan metode ekstraksi
cair-cair dan gravimetri.
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 2/24
2
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Apakah lipstik merek mengandung emolien dan oklusif?
b. Apabila lipstik merek Xxx® dan Yyy® mengandung emolien dan oklusif,
berapa kadar emolien dan oklusif tersebut?
2. Manfaat
Penelitian ini dapat memberi informasi tentang keberadaan kandungan
emolien dan oklusif dalam lipstik merek Xxx® dan Yyy®.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis emolien dan oklusif dalam sampel kosmetik, khususnya
lipstik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui keberadaan emolien dan oklusif dalam lipstik merek
Xxx®
dan Yyy®
.
b. Untuk mengetahui kadar emolien dan oklusif dalam lipstik merek Xxx®
dan Yyy®.
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 3/24
3
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kosmetika
Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani ”kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut:
”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunak an pada
bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian
luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit” (Dirjen POM, 1985)
Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun
1998, dibagi ke dalam 13 kelompok :
1. Preparat untuk bayi, misalnya: minyak bayi, bedak bayi, dll.
2. Preparat untuk mandi, misalnya: sabun mandi, dll.
3. Preparat untuk mata, misalnya: maskara, eye shadow, dll.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya: parfum, colognes, dll.
5. Preparat untuk rambut, misalnya: sampo, hair spray, dll.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya: cat rambut, dll.
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya: bedak, lipstik, dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya: pasta gigi, mouth washes, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya: deodoran, dll.
10. Preparat kuku, misalnya: cat kuku, losion kuku, dll.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya: pembersih, pelembab, pelindung kulit, dll.
12. Preparat cukur, misalnya: sabun cukur, dll.
13. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dll
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik umumnya mengandung bahan-bahan seperti lemak, minyak,
ester lilin, minyak ester, humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 4/24
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 5/24
5
Contoh pengisi dalam kosmetik adalah mika, silika (klasik dan bola), nilon,
PMMA, teflon, boron nitrida, BiOCl, pati, lauroyl lisin, komposit bubuk, dan
akrilat.
7. Antioksidan/pengawet
Contoh pengawet dalam kosmetik adalah BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam
sitrat, propil paraben, metil paraben, dan tokoferol. Keseimbangan yang tepat
dari pelarut dan emolien mencegah perpindahan dan mencegah lipstik menjadi
terlalu kering di bibir.
8. Pelarut
Contoh pelarut dalam kosmetik adalah isododecane, silikon alkil,
cyclomethicone (Mitsui, 1997).
C. Bibir
Pembuatan kosmetik untuk bibir menyajikan banyak tantangan yang sama
seperti pada mata. Keduanya merupakan transisi kulit antara kulit tradisional
keratin yang kering dan kulit mukosa yang lembab. Keduanya merupakan jalan
masuk bakteri dan virus. Namun, bibir jauh lebih kompleks dalam
hal substansi yang mengalami kontak langsung dengan bibir, karena bibir
berperan dalam makan. Namun begitu, nilai kosmetik untuk bibir tidak dapat
diminimalkan. Bibir merupakan fokus titik (Tranggono dan Latifah, 2007).
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan
kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir
bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangatakan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat
padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Dirjen POM, 1985).
Bibir berperan saat makan dan berbicara. Untuk mencapai hal ini, bibir
mengandung penyusun permukaan kulit yang disebut vermilion yang merupakan
kompleks pendukung lemak. Vermillion adalah bagian bibir yang terlihat dan
dihiasi oleh kosmetik, serta memiliki banyak pasokan pembuluh darah yang
terlihat lewat jaringan kulit di atasnya (Mitsui, 1997).
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 6/24
6
Kulit bibir ubik karena t idak memiliki stratum korneum yang berkembang.
Kerusakan pada jaringan bibir biasanya berasal dari matahari, atau rokok, atau
disfungsional pembentukan stratum korneum yang menyebabkan bibir kehilangan
karakteristik warna merah. Hal ini menyebabkan pemutihan pada bibir yang
dikenal sebagai leukoplakia, yang jika diartikan berarti plak putih (Mitsui, 1997).
D. Pelembab
Dalam berbagai produk kosmetik, ada banyak bahan yang penting untuk
ditambahkan, salah satunya adalah pelembab. Kandungan berbagai macam
pelembab dalam sediaan kosmetik akan membantu mengatasi berbagai masalah
dehidrasi pada kulit. Ada 2 macam tipe pelembab dalam sediaan kosmetik, yaitu
pelembab tipe lemak, dan juga pelembab tipe humektan (Tranggono dan Latifah,
2007).
Pelembab yang berasal dari bahan asam-asam lemak biasanya merupakan
pelembab tipe emolien. Emolien merupakan bahan penting dalam penanganan
setiap kulit. Emolien biasanya bekerja dengan memberikan kelembaban kepada
kulit, sehingga mencegah kulit menjadi kering (Tranggono dan Latifah, 2007).
Pelembab yang berasal dari tipe lemak padat dan lilin biasanya merupakan
pelembab dengan tipe oklusif. Oklusif merupakan bahan dalam kosmetik yang
dapat melapisi bagian kulit, sehingga dapat mencegah penguapan air dari dalam
kulit, sehingga bahan-bahan oklusif ini tetap dapat mejaga kelembaban kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Pelembab yang berasal dari gliserol atau turunan alkohol biasanya
merupakan pelembab dengan tipe humektan. Humektan bekerja dengan menarik
uap air dari udara, sehingga dapat memberikan kelembaban pada kulit tempataplikasi (Tranggono dan Latifah, 2007).
E. Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 7/24
7
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti sehingga dapat
diketahui massa tetapnya (Khopkar, 2003).
Analisis gravimetri atau analisis berdasarkan bobot, merupakan proses
isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu dari unsur tersebut
dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur yang akan dianalisis dipisahkan dari
porsi sampel yang telah ditimbang. Pemisahan dapat dilakukan dengan metode
pengendapan, penguapan, elektroanalisis, ekstraksi, dan kromatografi (Bassett,
Denney, Jeffery, and Mendham, 1994).
Kelebihan metode gravimetri dibandingkan titrimetri adalah bahwa bahan
penyusun zat telah diisolasi, dan jika perlu dapat diselidiki ada tidaknya pengotor,
dan dilakukan koreksi (Bassett, dkk., 1994).
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian
yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram,
namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan mili gram. Timbangan
yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan
disebut dengan neraca analitik atau analytical balance (Khopkar,2003).
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 8/24
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif, karena didalam penelitian ini dilakukan manipulasi terhadap
subyek uji yaitu lipstik. Peneliti hanya mendeskripsikan keadaan yang ada.
B. Definisi Operasional
1. Sampel lipstik adalah lipstik merek Xxx® dan Yyy®.
2. Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan sampel berturut-turut tidak
lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang
3. Kadar dinyatakan dalam gram tiap gram sampel.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lipstik
merek Xxx®
(produksi PT. x) dan Yyy®
(produksi PT y), pewarna metilen biru,
pewarna Sudan III, asam klorida (HCl) pekat kapasitas p.a. (pro analisis),
kloroform (CHCl3) kapasitas p.a., aquadest, petroleum eter (PE) kpasitas p.a.,
metil merah, kalium hidroksida (KOH), dan alkohol 96% (etanol) kapasitas p.a.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
( pyrex), gelas arloji, cawan porselen, seperangkat alat reflux, kertas pH indikator,
kapas, labu takar, corong pisah, rotary evaporator , oven, desikator, dan neracadigital.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampel dibeli di Toserba zzz, Maguwoharjo, Sleman. Sampel diambil
dari secara acak dari bagian atas, tengah dan bawah.
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 9/24
9
2. Analisis pendahuluan
a. Berat bersih
Timbang wadah utuh beserta isinya sebelum dilakukan analisis.
Setelah analisis selesai dilakukan, keluarkan semua sisa sampel dan timbang
wadah kosong. Hitung bobot sampel dengan pengurangan bobot wadah
kosong dari bobot wadah utuh beserta isinya.
b. Uji organoleptis sampel
Tiap-tiap sampel diamati kemasannya, lalu dibuka dianalisis warna,
bau, dan bentuknya.
c. Tipe emulsi
Tipe emulsi ditentukan dengan mencampur sebagian sampel dengan
air dan minyak. Jika sampel mudah bercampur dengan minyak, berarti sampel
memiliki tipe emulsi air dalam minyak (A/M). Sebaliknya, jika sampel mudah
bercampur dengan air, berarti sampel memiliki tipe emulsi minyak dalam air
(M/A).
d. pH emulsi
Campur 1 g sampel dengan 9 g air dan lakukan determinasi pH
campuran. pH larutan yang dihasilkan ditentukan dengan kertas pH.
3. Hidrolisis dengan HCl (1+1)
Refluks 2-3 gram masing-masing sampel (lipstik merek Xxx®
dan Yyy®
)
dengan 50 mL HCl (1+1) selama 3 jam. Dinginkan, larutkan dalam 25 mL air,
kemudian diekstraksi dengan 35 mL CHCl3 (dibagi dalam 4x pemberian).
Ekstraksi ini mengahasilkan 2 lapisan, yaitu ekstrak air asam (1) yang
mengandung gliserol, alaknolamin, dan asam borat, dan ekstrak CHCl3 (2) yang
mengandung alkohol rantai panjang, asam lemak-alkanolamin (Senzel, 1977).4. Analisis oklusif dan emolien
a. Penyabunan ekstrak CHCl3
Ekstrak CHCl3 direfluks dengan 1 g KOH, 25 mL alkohol 96% dan 50 mL
petroleum eter selama 2 jam. Hasil ekstraksi diekstraksi lagi dengan kloroform
sampai tiga kali sebanyak 25 mL. Pisahkan dengan corong pisah sehingga
terbentuk 2 fase, yaitu fase tersabunkan/fase air (a) dan fase tidak
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 10/24
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 11/24
11
dan keringkan residunya pada suhu 105oC dengan menggunakan oven selama 15
menit (Senzel, 1977).
Sampel didinginkan didalam desikator hingga suhunya sama dengan suhu
ruangan kemudian ditimbang sebagai oklusif lalu dipanaskan lagi dalam oven
pada suhu 105oC selama 1 jam, didinginkan didalam desikator hingga suhunya
sama dengan suhu ruangan kemudian ditimbang. Tahap ini dilakukan sampai
diperoleh bobot tetap sampel. Bobot tetap berarti selisih dua kali penimbangan
sampel berturut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap g sisa yang ditimbang (Dirjen
POM, 1974). Sampel dianalisis dengan replikasi sebanyak dua kali pada masing-
masing merek.
F. Analisis Hasil
Dari data penimbangan yang diperoleh dilakukan perhitungan untuk
mengetahui bobot tetap emolien dan oklusif dalam sampel. Untuk menentukan
kesahihan metode analisis maka dilakukan pengujian validitas terhadap metode
tersebut. Validitas yang diuji dalam penelitian ini meliputi:
1. Standar deviasi (SD)
SD =
dimana:
x = bobot dari masing-masing pengukuran
= rata-rata (mean) dari pengukuran
N = frekuensi penetapan
N-1 = derajat kebebasan
2. Standar deviasi relatif (RSD) atau koefisien variasi
RSD = X 100%
dimana:
RSD = standar deviasi relatif (%)
SD = standar deviasi
= rata-rata (mean)
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 12/24
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Sampel
Sampel yang dianalisis adalah lipstik Xxx® dan lipstik Yyy®. Sampel
diperoleh dari Toserba zzz,Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Sampel diambil
secara acak dari bagian atas, tengah, dan bawah masing-masing sampel.
B. Analisis Pendahuluan
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengamati dan
memeriksa kedua sampel. Pengamatan dilakukan meliputi keutuhan kemasan,
keutuhan lipstik, kebenaran produk, kode produksi, tanggal kadaluarsa, berat
bersih lipstik, komposisi yang tertera pada kemasan, dan sebagainya. Pengamatan
ini bertujuan untuk menjamin bahwa lipstik yang akan dianalisis sudah sesuai,
masih dalam kondisi utuh dan tidak terkontaminasi. Dari pengamatan awal,
sampel yang diambil sudah sesuai, masih utuh, dan tidak ada pengotor secara
visual.
1. Berat Bersih
Berdasarkan hasil penimbangan masing-masing sampel, diperoleh berat
bersih sebesar 3,9345 g untuk lipstik merek Xxx®
dan 3,7450 g untuk lipstik
merek Yyy®
.
2. Pengamatan organoleptis
Tujuan analisis organoleptis adalah untuk mengidentifikasi kebenaran
sampel yang dianalisis adalah lipstik. Analisis organoleptis meliputi warna, bau,
dan bentuk. Berdasarkan analisis, dperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel I. Hasil Pengamatan Organoleptis
Pengamatan Organoleptis Xxx®
Yyy®
Warna Merah muda Merah tua
Bau Harum, khas Berbau lilin
Bentuk Lipstik, utuh Lipstik, utuh
3. Tipe Emulsi
Lipstik merupakan sistem emulsi, sehingga dilakukan pengujian untuk
mengetahui tipe emulsi pada sampel lipstik. Pengujian dilakukan berdasarkan
kelarutan (prinsip like dissolve like). Pelarut non polar yang digunakan adalah
petroleum eter, dan pelarut polar yang digunaan adalah air. Jika larut dalam air,
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 13/24
13
maka termasuk emulsi minyak dalam air, sedangkan jika larut dalam petroleum
eter, maka termasuk emulsi air dalam minyak. Dari hasil percobaan, kedua sampel
lipstik tergolong dalam emulsi tipe air dalam minyak (A/M).
Tabel II. Hasil pengujian tipe emulsi
Sampel Sampel +
pelarut non
polar
Sampel +
pelarut polar
Hasil
Xxx Bercampur Tidak
bercampur
Tipe air dalam
minyak (A/M)
Yyy Bercampur Tidak
bercampur
Tipe air dalam
minyak (A/M)
4. pH emulsi
Tujuan pengujian pH adalah untuk mengetahui pH emulsi (sampel lipstik).
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa pH lipstik merek Xxx®
dan Yyy®
adalah 6. Derajat keasaman (pH) kedua sampel tersebut memenuhi persyaratan
pH lipstik yang baik, yaitu 4-6 (sesuai dengan pH kulit).
C. Pelembab
Berdasarkan mekanismenya, pelembab terdiri dari 3 jenis, yaitu oklusif,
emolien, dan humektan. Oklusif mempertahankan kelembaban kulit dengan cara
melapisi bibir, mencegah kandungan lembab bibir menguap sehingga bibir dapat
mempertahankan kelembabannya. Emolien bekerja dengan melembabkan bibir
karena biasanya merupakan asam-asam lemak, dan humektan bekerja dengan
menarik lembab dari udara.
Dari kemasan, dapat diketahui bahwa lipstik Xxx®
mengandung
hydrogenated polydecane, PPG-3 hydrogenated castor oil, octyl dodecanol, oleyl
alcohol yang berfungsi sebagai emolien; tribehin yang berfungsi sebagai oklusif.
Lipstik Yyy® mengandung avocado oil, octyl dodecanol, IPM, oleyl alcohol yang
berfungsi sebagai emolien; dimethicone yang berfungsi sebagai oklusif; dan
honey, triglyceride yang berfungsi sebagai humektan.
D. Analisis Emolien dan Oklusif
Analisis emolien dan oklusif dilakukan menggunakan ekstraksi cair-cair
dan diukur dengan metode gravimetri. Analisis oklusif dan emolien dilakukan
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 14/24
14
setelah melalui tahap preparasi. Lipstik merupakan suatu emulsi sehingga perlu
dilakukan pemecahan surfaktan supaya sistem emulsi rusak dan terpisah menjadi
dua fase. Hidrolisis dilakukan dengan menimbang 2 gram sampel, lalu
ditambahkan dengan HCl (1:1). Digunakan perbandingan HCl dan air (1:1) karena
dibutuhkan asam yang kuat supaya surfaktan terpecah sempurna. Campuran
kemudian direfluks selama 3 jam. Melalui proses tersebut, sistem emulsi pecah
akibat pemanasan dan pengaruh pH akibat penambahan HCl.
Setelah proses refluks, maka campuran dimasukkan ke dalam corong
pisah dan ditambah dengan akuades dan kloroform (dalam 4 kali pemberian).
Karena proses hidrolisis, maka fase air dan fase minyak akan berpisah. Fase air
asam akan bercampur dengan air yang ditambahkan, dan fase minyak akan
bercampur dengan kloroform yang diberikan dalam 4 tahap. Pemberian kloroform
dilakukan sebanyak 4 kali untuk mencuci air asam agar tidak ada fase organik
yang tertinggal.
Air asam hasil hidrolisis, sebenarnya mengandung senyawa yang
mungkin berfungsi sebagai humektan, namun pada percobaan ini, tidak dilakukan
analisis terhadap humektan. Fase organik yang sudah dilarutkan dalam kloroform,
mengandung emolien (umumnya asam-asam lemak) dan oklusif. Oleh karena itu,
untuk memisahkan keduanya agar dapat dianalisis, dilakukan penyabunan.
Proses penyabunan dilakukan dengan memasukkan fase organik tersebut
ke dalam labu alas bulat, ditambahkan dengan KOH, alkohol, dan petroleum eter.
Kemudian campuran direfluks selama 2 jam. Dengan adanya penambahan KOH
dan pemanasan, maka senyawa emolien (asam lemak) akan tersabunkan,
sedangkan senyawa yang merupakan oklusif tidak akan tersabunkan dan akan
terlarut di dalam petroleum eter yang telah ditambahkan. Setelah prosespenyabunan, campuran dimasukkan ke corong pisah, lalu akan terbentuk dua fase.
Dua fase yang terbentuk dipisahkan. Fase yang terlarut dalam petroleum
eter merupakan oklusif dan yang terlarut dalam air merupakan asam lemak yang
sudah tersabunkan. Masing-masing fase kemudian dicuci kembali. Fase air dicuci
dengan petroleum eter untuk mengambil kembali senyawa oklusif yang mungkin
masih tertinggal, dan fase organik dicuci dengan air panas untuk mengambil
sabun yang masih tertinggal. Hasil pencucian kemudian digabungkan ke fase
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 15/24
15
masing-masing. Hasil pencucian masing-masing kemudian di tambahkan hingga
100 mL dalam labu takar. Fase organik ditambahkan dengan petroleum eter,
sedangkan fase air (tersabunkan) ditambahkan dengan air.
Analisis emolien dilakukan dengan menambahkan campuran dengan HCl
pekat 0,5 mL. Kemudian hasilnya diekstraksi kembali dengan kloroform untuk
benar-benar memastikan yang tertinggal adalah fase tersabunkan. Penambahan
HCl digunakan untuk mengubah kembali sabun yang telah terbentuk menjadi
asam lemak. Setelah itu larutan disaring dengan kapas lalu dimasukkan ke dalam
wadah yang telah ditara. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan pengotor
yang masih tersapat dalam fase air. Kemudian pelarut diuapkan secukupnya
menggunakan rotary evaporator , dan dimasukkan ke dalam wadah yang telah
dikuantifikasi dan ditara.
Analisis oklusif dilakukan dengan cara menyaring fase organik (tak
tersabunkan) dengan kapas. Penyaringan bertujuan untuk menghilangkan
pengotor yang masih tersapat dalam fase organik. Selanjutnya pelarut fase organic
diuapkan secukupnya dengan menggunakan rotary evaporator , lalu dimasukkan
ke dalam wadah yang telah dikuantifikasi dan ditara.
E. Penetapan Kadar dengan Metode Gravimetri
Kedua fase dari masing-masing sampel dianalisis menggunakan metode
gravimetri dengan cara dipanaskan di dalam oven pada suhu 105oC selama 15
menit, kemudian didinginkan dalam desikator hingga suhu ruangan, lalu
ditimbang sebagai emolien. Kemudian dipanaskan kembali pada suhu 105oC
selama 1 jam, dinginkan di desikator hingga suhu ruangan, ditimbang. Tahap
tersebut dilakukan berulang hingga diperoleh bobot tetap. Bobot tetap berartiselisih penimbangan sampel berurut-turut tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa
yang ditimbang.
Pada metode gravimetri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah
adanya kuantifikasi alat-alat, terutama wadah untuk analisis. Pada praktikum ini,
kuantifikasi dilakukan pada beaker glass 50 mL. Tujuan kuantifikasi Erlenmeyer
adalah untuk mengetahui bobot Erlenmeyer yang sebenarnya. Pada umumnya
semua zat (alat maupun bahan) yang disimpan pada ruangan masih menyimpan
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 16/24
16
lembab (air) dari udara. Oleh karena itu perlu dilakukan kuantifikasi supaya
bobot zat yang akan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dapat diketahui secara
akurat. Kuantifikasi juga dilakukan dengan metode gravimetri dengan prinsip
penimbangan bobot berulang kali sampai diperoleh bobot tetap. Erlenmeyer
dipanaskan selama satu jam didalam oven kemudian didinginkan dalam
desikator. Desikator merupakan suatu wadah yang terbuat dari bahan gelas yang
kedap udara dan mengandung desikan yang berfungsi menghilangkan air.
Selanjutnya Erlenmeyer ditimbang menggunakan timbangan analitik. Proses ini
dilakukan berulang kali hingga diperoleh selisih bobot yang tidak lebih dari 0,5
miligram tiap gram sisa.
Dari hasil percobaan, untuk analisis emolien Xxx diperoleh data bobot
tetap replikasi 1 setelah penimbangan jam ke-6 dengan bobot 0,8472 g, dan untuk
replikasi 2 setelah penimbangan jam ke-7 dengan bobot 0,8703 g dengan rata-rata
sebesar 0,8588 g. Sedangkan untuk lipstik Yyy, diperoleh data bobot tetap
replikasi 1 setelah penimbangan ke-9 dengan bobot 4,4734 g, dan untuk replikasi
2 setelah penimbangan ke-8 dengan bobot 2,0211 g dengan rata-rata sebesar
3,2473 g.
Hasil dari analisis oklusif Xxx diperoleh data bobot tetap replikasi 1
setelah penimbangan ke-3 dengan bobot 1,4308 g, dan untuk replikasi 2 setelah
penimbangan ke-3 dengan bobot 1,1739 g dengan rata-rata sebesar 1,3024 g.
Sedangkan untuk Yyy, diperoleh data bobot tetap replikasi 1 setelah penimbangan
ke-6 dengan bobot 0,5880 g, dan untuk replikasi 2 setelah penimbangan ke-6
dengan bobot 0,4562 g dengan rata-rata sebesar 0,5221 g.
Standar deviasi merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing
hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya. Semakinkecil nilai SD dari serangkaian pengukuran maka metode yang digunakan
semakin tepat. Sedangkan koefisien variasi (CV) atau RSD merupakan ukuran
ketepatan relatif. Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka
metode yang digunakan semakin tepat.
Pengukuran emolien sampel xxx memiliki SD sebesar 0,0163 dan RSD
sebesar 1,898%. Pengukuran oklusif sampel xxx memiliki SD sebesar 0,1817 dan
RSD sebesar 13,951%. Pengukuran emolien sampel yyy memiliki SD sebesar
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 17/24
17
1,7340 dan RSD sebesar 53,398%. Pengukuran oklusif sampel xxx memiliki SD
sebesar 0,0932 dan RSD sebesar 1,785%. Dari hasil perhitungan SD dan CV,
dapat disimpulkan bahwa metode yang dikerjakan bukan merupakan metode yang
tepat karena masih terdapat nilai SD dan RSD yang besar.
Kelebihan metode gravimetri ini adalah tepat, dapat dilakukan tanpa
tenaga ahli, hanya dibutuhkan alat yang sederhana. Sedangkan kekurangannya,
pada metode ini sulit untuk dilakukan validasi metode, dan sulit untuk
menentukan apakah hasil yang diperoleh benar-benar yang seperti yang
diharapkan (secara kualitatif).
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 18/24
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Lipstik merek Xxx® dan Yyy® mengandung emolien dan oklusif.
2. Lipstik merek Xxx®
mengandung emolien sebanyak 0,8588 g dan oklusif
sebanyak 1,3024 g. Lipstik merek Yyy® mengandung emolien sebanyak
3,2473 g dan oklusif sebanyak 0,5221 g.
B. Saran
Perlu dilakukan analisis oklusif dan emolien dengan metode lain yang
memberikan hasil yang baik. humektan untuk mengetahui keberadaan pelembab
yang bekerja dengan menarik air (lembab) dari udara.
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 19/24
19
DAFTAR PUSTAKA
Barel, A. O., Paye, M., and Maibach, H. I., 2001, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 670-672.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., and Mendham, J., 1994, Buku ajar Vogel,
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik , Longman Group UK Limited,
London, pp. 472-473.
Dirjen POM, 1974, Ekstra Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, p.271.
Dirjen POM, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Departmen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, pp. 195-197.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analisis, UI Press, Jakarta, pp. 133-
135.
Mitsui, T., 1997, Cosmetic Science, Elsevier Science B.V., Amsterdam, pp. 3-5,
13-15, 78.
Senzel, A. J., 1977, Newbur ger’s Manual of Cosmetic Analysis, 2nd
edition,
Association of Official Analytical Chemists, Washington, pp. 32-36.
Tranggono, Retno I., Latifah, Fatma, 2007, Ilmu Pegangan Pengetahuan
Kosmetik , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 5-6, 77-80.
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 20/24
20
Gambar 1. Hasil pengujian tipe emulsi pada lipstik merek Yyy®
Gambar 2. Skema perlakuan sampel lipstik
TERSABUNKAN
EMOLIEN
TIDAK TERSABUNKAN
OKLUSIF
Hidrolisis dengan HCl 1+1
Penyabunan eksrak CHCl3
EKSTRAK
AIR ASAM
HUMEKTAN
EKSTRAKKLOROFOR
M
SAMPE
L
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 21/24
21
Gambar 3. Air asam lipstik Xxx® replikasi 1 dan 2
Gambar 4. Fase air lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 22/24
22
Gambar 5. Fase air lipstik Xxx® replikasi 1 dan 2
Gambar 6. Hasil penyabunan lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 23/24
23
Gambar 7. Fase air (emolien) lipstik Sari Ayu® replikasi 1 dan 2
Gambar 8. Fase organik (oklusif) lipstik Sari Ayu® replikasi 1 dan 2
7/31/2019 LAPORAN AKHIR ANKOS
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhir-ankos 24/24
24
Gambar 9. Fase air (emolien) lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2
Gambar 10. Fase organik (oklusif) lipstik Yyy® replikasi 1 dan 2