laporan air laut

65
i KATA PENGANTAR Laporan yang berjudul Praktik Kerja Industri di Bogor Labs pt dengan subjudul Analisis Jumlah Komponen Organik, Nutrien dan Anion dalam Air Laut merupakan hasil Prakerin yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia dimulai pada tanggal 3 November 2014 sampai 27 Februari 2015. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan ujian akhir semester 8 Tahun Ajaran 2014/2015. Syarat ini berlaku bagi setiap calon analis kimia di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor yang telah melaksanakan Prakerin selama 4 bulan. Adapun garis besar isi laporan meliputi Pendahuluan, Institusi Tempat Prakerin, Tinjauan Pustaka, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan dan Saran. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. 2. Amilia Sari Ghani selaku wakil kepala sekolah Bidang Kerjasama Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelakasanaan PRAKERIN. 3. Imam Soeseno yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan PRAKERIN di Bogor Labs, pt selama 4 bulan. 4. Linda Kristiyaningsih, selaku Manajer Umum Bogor Labs, pt. 5. Wawan Iskandar, selaku Manajer Teknis Bogor Labs, pt. 6. Sari Abdiah, selaku Manajer Mutu Bogor Labs, pt. 7. Mega Putri Afrianti, S.Si, selaku pembimbing sekolah yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan selama pelaksanaan PRAKERIN serta meluangkan waktunya untuk penulis. 8. Sri Ernawati, selaku pembimbing PRAKERIN di Bogor Labs, pt yang telah memberikan pengarahan, serta bimbingannya sehingga banyak membantu penyusunan dalam menyelesaikan PRAKERIN hingga terselesaikan laporan ini. 9. Nina Marliana, S.Si, selaku wali kelas XIII 8. 10. Kak Puput, Pa Wahyu, Ka Irna, Ka Bella, Ka Gusman sebagai senior yang telah banyak memberi semangat dan dukungan serta

description

laporan tugas akhir

Transcript of laporan air laut

Page 1: laporan air laut

i

KATA PENGANTAR

Laporan yang berjudul Praktik Kerja Industri di Bogor Labs pt dengan

subjudul Analisis Jumlah Komponen Organik, Nutrien dan Anion dalam Air Laut

merupakan hasil Prakerin yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia dimulai

pada tanggal 3 November 2014 sampai 27 Februari 2015. Laporan ini disusun

untuk memenuhi persyaratan ujian akhir semester 8 Tahun Ajaran 2014/2015.

Syarat ini berlaku bagi setiap calon analis kimia di Sekolah Menengah Analis

Kimia Bogor yang telah melaksanakan Prakerin selama 4 bulan.

Adapun garis besar isi laporan meliputi Pendahuluan, Institusi Tempat

Prakerin, Tinjauan Pustaka, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan dan Saran.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa

ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis

Kimia Bogor.

2. Amilia Sari Ghani selaku wakil kepala sekolah Bidang Kerjasama

Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama pelakasanaan PRAKERIN.

3. Imam Soeseno yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan PRAKERIN di Bogor Labs, pt selama 4

bulan.

4. Linda Kristiyaningsih, selaku Manajer Umum Bogor Labs, pt.

5. Wawan Iskandar, selaku Manajer Teknis Bogor Labs, pt.

6. Sari Abdiah, selaku Manajer Mutu Bogor Labs, pt.

7. Mega Putri Afrianti, S.Si, selaku pembimbing sekolah yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan selama pelaksanaan

PRAKERIN serta meluangkan waktunya untuk penulis.

8. Sri Ernawati, selaku pembimbing PRAKERIN di Bogor Labs, pt

yang telah memberikan pengarahan, serta bimbingannya

sehingga banyak membantu penyusunan dalam menyelesaikan

PRAKERIN hingga terselesaikan laporan ini.

9. Nina Marliana, S.Si, selaku wali kelas XIII – 8.

10. Kak Puput, Pa Wahyu, Ka Irna, Ka Bella, Ka Gusman sebagai

senior yang telah banyak memberi semangat dan dukungan serta

Page 2: laporan air laut

ii

ilmu yang tiada habisnya juga terima kasih untuk candaan yang

selalu menghibur.

11. Seluruh Staf dan guru SMAK Bogor yang telah banyak membantu

selama pelaksanaan PRAKERIN.

12. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan,

dan saran dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit. Terimakasih

mama, ayah, Kak Fahmi, Kak Nurul, Fauzan dan Firda.

13. Teman-teman seperjuangan Quinsena Quark 57, yang selalu ada

dalam suka dan duka.

14. Teman-teman seperjuangan di Bogor Labs pt yakni Annisa, Widia

dan Yusuf.

15. Sahabat-sahabatku, Nina, Desta, Maryam, Ihsan, Billy, Teguh,

Ronal, Fina, Feni, Nindy, dan Rahmadita.

16. Pihak–pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung

telah berkontribusi membantu penulis selama Prakerin sampai

penulisan laporan antara lain depot fotokopi, dan petugas

perpustakaan yang pernah penulis kunjungi dalam rangka studi

literatur.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam

penulisan laporan ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk penyempurnaan laporan agar menjadi lebih baik lagi dan

bermanfaat untuk banyak pihak khususnya pembaca. Penyusun berharap

semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penambahan wawasan dan

peningkatan keterampilan analis kimia khususnya dan kemajuan ilmu

pengetahuan pada umumnya.

Bogor, Januari 2014 Penulis,

Page 3: laporan air laut

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi

BAB I .......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Praktek Kerja Industri .................................................. 1

B. Tujuan Praktek Kerja Industri ............................................................... 2

C. Tujuan Penulisan Laporan ................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................... 4

INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN ................................................................ 4

A. Sejarah Bogor Labs, pt ........................................................................ 4

B. Visi dan Misi ........................................................................................ 4

1. Visi .................................................................................................. 4

2. Misi ................................................................................................. 4

C. Tugas dan Fungsi ................................................................................ 5

D. Kegiatan Perusahaan .......................................................................... 5

E. Struktur Organisasi .............................................................................. 5

F. Laboratorium ....................................................................................... 5

G. Lokasi dan Tata Letak Laboratorium .................................................... 6

H. Fasilitas dan Sarana ............................................................................ 6

I. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................... 7

BAB III ........................................................................................................ 8

KEGIATAN DI LABORATORIUM ................................................................ 8

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8

1. Laut ................................................................................................. 8

2. Biota Laut ...................................................................................... 12

Page 4: laporan air laut

iv

3. Pencemaran Air Laut ..................................................................... 13

4. Senyawa Anion, Nutrien dan Jumlah Komponen Organik dalam Air

Laut ................................................................................................... 15

5. Spektrofotometri ............................................................................ 19

B. Metode Analisis ................................................................................. 24

1. Jumlah Komponen Organik ........................................................... 24

2. Nutrien .......................................................................................... 27

3. Anion ............................................................................................. 36

BAB IV ...................................................................................................... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 41

A. Hasil .................................................................................................. 41

B. Pembahasan ..................................................................................... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47

A. Simpulan ............................................................................................ 47

B. Saran ................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

LAMPIRAN ............................................................................................... 50

Page 5: laporan air laut

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Laut .................................................................................................. 10

Gambar 2. Biota Laut ......................................................................................... 12

Gambar 3. Laut yang Tercemar ......................................................................... 14

Gambar 4. Spektrofotometer ............................................................................. 20

Gambar 5. Bagian Spektrofotometer UV-Vis ...................................................... 21

Gambar 6. Cahaya Melewati Kuvet ................................................................... 23

Page 6: laporan air laut

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Elemen atau Ion Utama Pada Air Laut .................................. 9

Tabel 2. Hasil Analisis Air Laut BLS 1411355 (1-3) ............................................ 41

Page 7: laporan air laut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Industri

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan di sektor industri

maka tidak dapat dielakkan lagi sekolah-sekolah kejuruan, khususnya

Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor harus mampu menghadapi tuntutan

dan tantangan yang senantiasa muncul dalam kondisi seperti sekarang ini.

Mengingat tuntutan dan tantangan masyarakat industri di tahun-tahun

mendatang akan semakin meningkat dan bersifat padat pengetahuan dan

keterampilan maka pengembangan pendidikan menengah kejuruan

khususnya rumpun kimia analisis harus difokuskan kepada kualitas lulusan.

Berkaitan dengan itu, maka pola pengembangan yang digunakan dalam

pembinaan menjadi sangat penting.

Pengetahuan dan keterampilan yang menjurus pada satu bidang

pekerjaan yang diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus

memerlukan media yang bersifat melatih penerapannya dan memperjelas

fungsi yang sebenarnya.

Hal ini berkaitan dengan tuntutan agar secara langsung dapat

menerapkan teori-teori dan praktik-praktik yang telah dikuasai sebagai

pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Pengetahuan dan keterampilan analis kimia yang merupakan salah

satu bidang ilmu yang pendidikannya memerlukan pendekatan pada fungsi

yang sesungguhnya di tengah masyarakat. Media yang diprogramkan untuk

hal tersebut adalah Praktik Kerja Industri (Prakerin). Pelaksanaan Prakerin

tidak terbatas pada praktik laboratorium saja tetapi juga praktik pengenalan

lingkungan kerja yang sesungguhnya, termasuk penerapan disiplin kerja

dalam membangun kerja sama antar-individu. Selain itu juga menambah

pengalaman kerja, menambah wawasan secara berdikari di bawah

bimbingan yang terarah dan terpantau.

Page 8: laporan air laut

2

B. Tujuan Praktek Kerja Industri

Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor merupakan salah satu

sekolah kejuruan yang berada di bawah asuhan Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Departemen Perindustrian Republik Indonesia.

Pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor dilaksanakan

selama 4 tahun. Pada semester 1 sampai semester 7 merupakan pendidikan

kejuruan teori dan praktik, sedangkan pada semester 8 dilakukan praktik

magang dalam bentuk Praktik Kerja Industri (Prakerin). Prakerin

dilaksanakan bukan saja di perusahaan pemerintah, tetapi juga di

perusahaan swasta bahkan di lembaga-lembaga penelitian.

Secara umum Prakerin dilaksanakan untuk menerapkan

pengetahuan yang diterima selama belajar di sekolah, menambah

pengetahuan serta pengenalan lingkungan kerja di industri. Adapun tujuan

yang harus dicapai dari kegiatan Prakerin ini adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa

sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.

2. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam

rangka memasuki lapangan kerja.

3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam

dunia kerja, antara lain: struktur organisasi, disiplin, lingkungan dalam

sistem kerja.

4. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen kimia

analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia

di sekolah.

5. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia.

Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia (sebutan

bagi lulusan Sekolah Menengah Analis Kimia) kepada lembaga-lembaga

penelitian dan perusahaan industri di tempat pelaksanaan Prakerin (sebagai

konsumen tenaga analis kimia).

Page 9: laporan air laut

3

C. Tujuan Penulisan Laporan

Selama Prakerin siswa wajib membuat suatu laporan akhir lengkap

yang meliputi semua kegiatan sebagai tugas akhir dari Prakerin. Laporan ini

akan dipresentasikan pada saat ujian lisan sebagai bahan

pertanggungjawaban siswa selama kegiatan Prakerin. Tujuan penulisan

laporan Prakerin adalah sebagai berikut

1. Memantapkan siswa dalam pengembangan dan penerapan pelajaran dari

sekolah di institusi tempat Prakerin.

2. Siswa mampu mencari alternatif dalam pemecahan masalah analisis

secara mendalam.

3. Mengumpulkan data yang telah diperoleh sehingga dapat ditampilkan

dalam bentuk laporan dan memberikan simpulan dari data hasil analisis

tersebut.

4. Menambah koleksi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di institusi

prakerin, sehingga dapat menambah pengetahuan, baik bagi penulis

maupun para pembaca.

5. Siswa dapat membuat laporan kerja dan bertanggung jawab terhadap isi

laporan.

Page 10: laporan air laut

4

BAB II

INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN

A. Sejarah Bogor Labs, pt

Bogor Labs, pt merupakan suatu perusahaan yang bergerak

dibidang jasa analisis lingkungan yang berdiri pada tanggal 06 Januari 2006

dengan notaris Ernie SH. Parameter yang diujikan meliputi pengujian kimia,

fisika, dan bioassay. Sampel yang dapat dianalisa di Bogor Labs, pt berupa

air (air laut, air sungai, air sumur, air tambak, air limbah maupun air minum),

udara (atmosfer, emisi sumber bergerak dan tidak bergerak), tanah, pupuk,

biota, sediment, Lumpur, dan serbuk bor.

Awal berdirinya Bogor Labs, pt beralamat di Taman Kencana

Science Park. Kurun waktu 2 tahun pindah ke komplek IPB Dramaga Bogor

16680 dan pada akhir tahun 2011 Bogor Labs, pt berpindah lokasi ke

komplek Ruko Yasmin Bogor hingga saat ini.

B. Visi dan Misi

1. Visi

Menjadi laboratorium jasa layanan analisa yang kredible dan

memuaskan sebagai bentuk peran aktif perusahaan dalam memberikan

data berkualitas yang akurat, tepat, dan terpercaya.

2. Misi

Membentuk kompetensi bisnis melalui inovasi untuk

meningkatkan daya saing dan menerapkan standar mutu dan layanan

yang tinggi sebagai bentuktanggung jawab perusahaan sebagai bagian

dari komunitas scietific dalam penyediaan jasa analisa dan jasa

laboratorium pengujian dalam bidang pangan, lingkungan, industri,

pertamangan, pertanian, kehutanan, perikanan/kelautan dan

perminyakan.

Page 11: laporan air laut

5

C. Tugas dan Fungsi

Bogor Labs, pt sebagai perusahaan jasa analisa mempunyai tugas

dan fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan jasa laboratorium

2. Melakukan penelitian dan pelayanan jasa di bidang lingkungan

D. Kegiatan Perusahaan

Jam kerja di Bogor Labs, pt dimulai pukul 07.30 WIB hingga pukul

16.30 WIB, dengan waktu istirahat selama 60 menit mulai pukul 12.00 WIB

hingga pukul 13.00 WIB. Dalam waktu satu minggu terdapat lima hari kerja,

dari hari Senin sampai Jumat. Untuk meningkatkan disiplin kerja, setiap

karyawan diwajibkan untuk absensi pada saat jam masuk dan saat jam

pulang dengan nomor ID pribadi.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Bogor Labs, pt mengacu pada pedoman

pembuatan dan pengaturan perusahaan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Secara jelasnya struktur organisasi Bogor Labs, pt dapat dilihat

pada lampiran 1.

F. Laboratorium

Bogor Labs, pt yang bergerak dalam jasa analisa laboratorium

fisika-kimia, baik organik maupun anorganik dan laboratorium biologi,

khususnya di bidang lingkungan. Adapun ruang lingkup uji yang dilakukan di

Bogor Labs, pt adalah sbb. :

1. Laboratorium Fisika Kimia

Melakukan pengujian terhadap sample air limbah, air laut

dan air sungai, dengan mata uji antara lain:

a. Fisika : Conductivity, Hardness, pH, Salinity, Total Padatan,

TDS, TSS, Turbidity, Kadar Air, Temperatur, dan Kandungan

Minyak.

b. Anion : Alkalinity, Acidity, Sulfat, Sulfida, dan Silika.

Page 12: laporan air laut

6

c. Nutrient : Amonia, Nitrat, Nitrit, T-Phosphate, Ortho-

Phosphate, dan Cyanide.

d. Organik : Total Organik Matters (TOM), KOB, COD, Surfaktan,

dan Total Phenol.

e. Metal : Cd, K, Mg, Na, Co, Ca, Cu, Ni, Mn, Zn, dan Cr6+.

2. Laboratorium Bioassay

Melakukan pengujian terhadap sampel tanah dan air, dengan

mata uji antara lain LC 50, LD50, Benthos, dan Plankton. Pedoman

Mutu ini berlaku untuk lingkup seluruh kegiatan operasional Bogor

Labs dan menjadi pedoman bagi setiap karyawan Bogor Labs

dalam menjalankan aktifitasnya.

G. Lokasi dan Tata Letak Laboratorium

Bogor Labs, pt terdiri atas dua lantai, dimana pada lantai bawah

digunakan sebagai ruang kantor, tempat rapat, ruang sampel, dan ruang

pembuangan limbah.

Sedangkan di lantai dua digunakan sebagai laboratorium tempat

analisis dan ruangan instrumen. (Lampiran 2)

H. Fasilitas dan Sarana

Bogor Labs, pt menggunakan komputer hampir pada setiap aspek

operasional, termasuk berkomunikasi dengan karyawan maupun

customernya. Semua computer ditempatkan pada setiap jaringan yang

berbeda dan beroperasi secara terpisah. Perangkat keras, perangkat lunak,

aplikasi, dan data dalam system komputer dikelola oleh divisi Information

Technology.

Bogor Labs, pt belum mempunyai fasilitas Instalasi Pengolahan Air

Limbah atau IPAL untuk menjamin bahwa kegiatan operasionalnya tidak

menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk

penanganan limbah baik organik maupun anorganik dilakukan dengan cara

penampungan pada wadah tertentu dan dilakukan pengiriman limbah ke

perusahaan pengolah limbah untuk dilakukan pengolahan.

Bogor Labs, pt menjaga kondisi akomodasi dan lingkungan

sehingga sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan untuk setiap pekerjaan

Page 13: laporan air laut

7

analisis yang diminta oleh pelanggan. Setiap ruang laboratorium dengan

kegiatan yang berbeda, dipisahkan oleh dinding penyekat untuk mencegah

terjadinya kontaminasi silang.

Untuk memperkecil terjadinya kontaminasi, setiap karyawan yang

bekerja di laboratorium bertanggung jawab atas kebersihan daerah kerja

mereka sehari-hari. Semua ruang kerja laboratorium dilengkapi dengan

pemantauan suhu dan kelembaban.

I. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Semua analis diwajibkan untuk memakai alat-alat keselamatan

kerja seperti masker, kacamata keselamatan, sepatu keselamatan, sarung

tangan dan lain-lain.

Fasilitas keselamatan kerja di Bogor Labs, pt dilengkapi dengan

pemadam api ringan. Pemeriksaan alat-alat/ fasilitas keselamatan kerja di

laboratorium dilakukan secara berkala untuk menjamin agar semua

peralatan berfungsi dengan baik. Kotak peralatan P3K terletak di area

laboratorium. Hampir seluruh area di dalam gedung mempunyai jendela di

sekelilingnya sehingga memungkinkan pergantian udara yang terus-menurus

dan masuknya udara segar.

Page 14: laporan air laut

8

BAB III

KEGIATAN DI LABORATORIUM

A. Tinjauan Pustaka

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan

manusia. air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan

air. Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya,

ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan. Pada

permukaan bumi terdapat banyak air. Dan sekitar 2/3 permukaan bumi

merupakan lautan. Di Indonesia juga air laut sangat melimpah, Sekitar 60%

wilayah Indonesia merupakan laut (Nontji, 2002).

Sehingga tak dapat dipungkiri apabila negara kita mempunyai

keanekaragaman hayati laut yang melimpah dan umumnya tidak dimiliki oleh

negara lain di dunia hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan.

Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat

Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan menyalahgunakan

kelebihan ini dengan mencemarinya. Laut seperti halnya daratan dihuni oleh

makhluk hidup, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.

Agar para biota laut tetap hidup, air laut harus bebas dari mikroorganisme

penyebab penyakit dan bahan bahan kimia yang dapat merugikan makhluk

hidup. Oleh karena itu, dilakukan Analisis nutrien, anion dan Jumlah

Komponen Organik dalam air laut.

1. Laut

Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air

asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan

membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah air yang

menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung

garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan

bermuara ke laut. Laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia

dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat

kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya

yaitu :

a. Sebagai media komunikasi dan transportasi.

b. Sebagai sumer mineral dan hasil tambangnya.

Page 15: laporan air laut

9

c. Sebagai sumberdaya hayati laut yang dapat menghasilkan

sumber proteinkonsumtif di samping protein hewani yang

berasal dari ternak potong dan protein nabati.

d. Sebagai media pertahanan dan keamanan nasional.

e. Seagai media olahraga dan sarana pariwisata yang mampu

menghasilkan devisa negara.

f. Sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Air Laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5 %. Artinya dalam 1

liter (1000 ml) air laut terdapat 35 gram. Lebih dari 90% garam terlarut

pada air laut berasal dari enam (6) elemen utama, ialah: chlorin (Cl-),

sodium (Na+), magnesium (Mg2+), sulfur (SO42-), calcium (Ca2+) dan

potassium (K+). Dua elemen penting lainnya ialah: bikarbonat (HCO3-) dan

bromin (Br-). Komposisi masing-masing elemen atau ion utama pada air

laut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Elemen atau Ion Utama Pada Air Laut

Jenis elemen/ion

Total % pada gaam

(berdasarkan berat)

Klorin (Cl-) 55,04

Sodium (Na+) 30,61

Magnesium (Mg+) 3,69

Sulfur (SO42-

) 7,68

Kalsium (Ca2+

) 1,16

Kalium (K+) 1,10

Bikarbonat (HCO3-) 0,41

Bromin (Br-) 0,19

Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam

sekitar 3,5 %, ada juga air laut yang berbeda-beda kandungan garamnya.

Air laut tertawar adalah air laut di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk

Bothania, keduanya bagian dari laut Baltik. Dan air laut terasin adalah di

Laut Merah, dimana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat

penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar

garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.

Page 16: laporan air laut

10

Gambar 1. Laut

Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan

garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Apabila air

sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut

yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat

pada batu-batuan. Lama kelamaan air laut menjadi asin karena banyak

mengandung garam.

Jenis-jenis laut dapat di bagi menjadi 3 jenis yaitu :

a. Menurut Proses Terjadinya

1) Laut Transgresi

Laut Transgresi adalah laut yang terjadi karena

adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara

meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya

permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga

bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air laut.

Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh: laut jenis ini

adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut Utara.

2) Laut Ingresi

Laut Ingresi adalah laut yang terjadi karena

adanya penurnan tanah di dasar laut. Oleh karena itu laut

ini sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di

dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut.

Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar laut yang

berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi,

dan Lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog

adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya

Page 17: laporan air laut

11

memanjang. Contohnya Palung Mindanau yang dalamnya

1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, dan

Palung Mariana yang dalamnya 10.683 (terdalam di dunia).

3) Laut Regresi

Laut Regresi adalah laut yang menyempit.

Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh

batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh

sungai-sungai yang bermuara di laut tersebut.

Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara pulau

Jawa.

b. Menurut Letaknya

1) Laut Tepi

Laut Tepi adalah laut yang terletak di tepi benua

(kontinen) dan seolah-olah terpisah dari samudera luas

oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya Laut

Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan

Kepulauan Filipina

2) Laut Pertengahan

Laut Pertengahan adalah laut yang terletak

diantara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai

gugusan pulau-pulau. Contohnya Laut tengah diantara

benua Afrika-Asia dan Eropa.

3) Laut Pedalaman

laut pedalaman adalah laut yang terletak di

tengah-tengah benua atau dikeliling daratan. Contoh: Laut

Kaspia, Laut Hitam dan Laut Mati.

c. Menurut Kedalamannya

1) Zona Lithoral

Zona ini adalah wilayah pantai atau pesisir. Di

wilayah ini pada saat air pasang akan tergenang air, dan

pada saat air surut berubah menjadi daratan. Oleh karena

itu wilayah ini sering juga disebut Wilayah Pasang-Surut.

2) Zona Neritic

Zona Neritic adalah baris batas wilayah pasang

surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat

Page 18: laporan air laut

12

ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini

paling banyak terdapat berbagai jeni kehidupan baik hewan

maupun tumbuhan.

3) Zona Bathyal

Zona Bathyal adalah wilayah laut yang memiliki

kedalaman antara 150 hingga 1800 m. Wilayah ini tidak

dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan

organismenya tidak sebanyak yang terdapat di Wilayah

Neritic.

4) Zona Abysal

Zona Abysal adalah wilayah laut yang memiliki

kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya

sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis

hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas

2. Biota Laut

Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-

tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir

semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan sampai dasar laut yang

terjeluk sekalipun. Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang

berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang

berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar.

Gambar 2. Biota Laut

Di sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis

biota laut yang saling berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan

yang lain hanya terdapat beberapa jenis biota laut yang hidup dan

berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan

Page 19: laporan air laut

13

umunya. Meskipun di laut terdapat kehidupan yang sangat beraneka

ragam, biota laut terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok hewan

dan tumbuhan. Romimohtarto & Juwana (1999) menyatakan bahwa biota

laut secara umum terbagi menjadi tiga berdasarkan cara atau sifat

hidupnya meliputi:

a. Planktonik

Planktonik, yaitu biota yang melayang-layang,

mengapung dan bergerak mengikuti arus. Jenis ini umumnya

ditemukan di kolom permukaan air. Terbagi menjadi 2 yaitu

Fitoplankton (plankton tumbuhan) seperti alga biru dan

doniflegellata, dan Zooplankton (plankton hewan) misalnya lucifer,

udang rebon, ostracoda dan cladocera

b. Nektonik

Nektonik, yaitu biota yang berenang-renang umumnya

dapat melawan arus (terdiri dari hewan saja). Contohnya adalah

ikan, ubur-ubur, cumi-cumi dan lain-lain.

c. Bentik

Bentik, yaitu biota yang hidup di dasar atau dalam

substrat, baik tumbuhan maupun hewan. Terbagi menjadi 3

macam yaitu 1) menempel (sponge, teritip, tiram dan lainnya); 2)

merayap (kepiting, udang karang dan lain-lain) dan 3) meliang

(cacing, karang dan lain-lain).

Biota laut sangat banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan ke

dalam beberapa kelompok (taksa). Kelompok hewan meliputi ikan,

moluska, krustasea, koral, echinodermata, dan sponge. Sedangkan dari

kelompok tumbuhan antara lain alga (rumput laut), lamun (seagrass) dan

bakau (mangrove).

3. Pencemaran Air Laut

Pada dasarnya laut secara alamiah mempunyai kemampuan

untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke dalamnya. Namun, jika

zat pencemar tersebut berlebihan sehingga melampaui batas

kemampuan air laut dalam menetralisirnya dan melampaui batas ambang

cemar maka kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan laut.

Page 20: laporan air laut

14

Gambar 3. Laut yang Tercemar

Menurut Sumardi (1996), yang dimaksud dengan pencemaran

laut adalah menurunnya kualitas air laut karena aktivitas manusia baik

yang disengaja maupun yang tidak disengaja memasukkan zat-zat

pencemar dalam jumlah tertentu ke dalam lingkungan laut (termasuk

muara sungai) sehingga menimbulkan akibat yang negatif bagi sumber

daya hayati dan nabati di laut, kesehatan manusia, aktivitas manusia di

laut dan terhadap kelangsungan hidup dari sumber daya hidup di laut.

Jika ditinjau dari sumbernya, pencemaran laut dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Zat pencemar yang berasal dari darat yang terjadi melalui aliran

sungai di mana zat tersebut berasal. Misalnya air buangan

rumah tangga dan industri.

b. Zat pencemar yang berasal dari kapal laut, seperti limbah dari

kapal dan tumpahan minyak dari kapal tanker.

c. Limbah buangan merupakan bentuk gabungan. Hal ini

dikarenakan limbah industri tertentu yang berasal dari daratan

diangkut oleh kapal atau pesawat udara untuk dibuang ke laut.

d. Zat yang bersumber dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

dasar laut serta tanah di bawahnya seperti pengeboran minyak.

e. Zat pencemar yang bersumber dari udara misalnya asap-asap

pabrik.

Selain itu, pencemaran laut juga dapat dikelompokkan

berdasarkan sebab terjadinya pencemaran. Adapun pengelompokannya

adalah pencemaran karena kegiatan atau operasional, pencemaran

karena kecelakaan dan pencemaran karena limbah buangan.

Page 21: laporan air laut

15

4. Senyawa Anion, Nutrien dan Jumlah Komponen Organik dalam

Air Laut

Senyawa anion, nutrien dan Jumlah Komponen Organik

merupakan parameter dalam pemantauan pencemaran air laut.

a. Jumlah Komponen Organik

Analisis kumpulan unsur organik dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi dan kandungan umum zat organik dalam saluran air baku,

air laut, air terolah, dan dapat mengefisiensikan pengelolaan air laut.

Berikut adalah beberapa parameter yang dilakukan untuk mengetahui

unsur organik dalam perairan.

1) Kebutuhan Oksigen Biokimia

Secara alamiah, oksigen yang terkandung dalam air laut

digunakan oleh mikrooganisme untuk mengoksidasi bahan-bahan

anorganik seperti senyawa nitrogen (kebutuhan nitrogen), sulfida

dan senyawa ferro (Fe2+) serta bahan bahan organik (kebutuhan

karbon) (APHA; AWWA; WPCF 1980, Colwell et al. s.a).

Kebutuhan Oksigen Biokimia atau yang lebih dikenal

dengan KOB didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang

dibutuhkan oleh mikro-organisme untuk menguraikan bahan

organik (kebutuhan karbon) dan senyawa nitrogen (kebutuhan

nitrogen) pengukuran KOB yang meliputi kebutuhan karbon dan

kebutuhan nitrogen pada umumnya kurang bermanfaat karena

membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk tujuan praktis seperti

pemantauan pencemaran. Penentuan KOB sebagai “kebutuhan

karbon” dapat dilakukan terpisah dengan menambahkan suatu zat

kimia penghambat oksidasi nitrogen (kebutuhan nitrogen).

Banyaknya oksigen yang dibutuhkan tidak hanya dipengaruhi oleh

jumlah dan jenis bahan organik,tetapi juga dipengaruhi oleh waktu

dan suhu inkubasi. Para ahli kualitas air telah sepakat bahwa

waktu 5 hari dan suhu 20 oC dipakai sebagai standar untuk

inkubasi.waktu inkubasi 5 hari hanya untuk bahan organik yang

mudah terurai. Dengan demikian KOB yang dimaksud disini

adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro-organisme

untuk menguraikan bahan organik yang mudah terurai. Parameter

Page 22: laporan air laut

16

KOB ini merupakan salah satu parameter kunci dalam

pemantauan pencemaran laut, khususnya pencemaran bahan

organik yang mudah terurai.

b. Nutrien

Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan

untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu

perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh

terhadap kelimpahan fitoplankton. (Richtel, 2007). Nutrien yang paling

dibutuhkan organisme adalah unsur karbon, nitrogen, dan fosfor.

1) Amonia (NH3)

Senyawa amoniak yang terdapat dalam air laut

merupakan hasil reduksi senyawa nitrat (NO3-) atau senyawa nitrit

(NO2-) oleh mikro-organisme. Selain itu senyawa amoniak juga

berasal dari hasil ekskresi fitoplankton, terutama pada saat

timbulnya ledakan populasi fitoplankton dan hasil degradasi zat

organik seperti protein dan lain-lain (Grasshoff dalam Koreleff,

1976). Dalam air laut yang masih alami, kadar amoniak umumnya

sangat rendah (<0,2 µg at NH3-N/l). Dalam air laut, amonium (NH4-)

dan amoniak (NH3) berada dalam keseimbangan. Senyawa

amonium tidak beracun, sedangkan amoniak bersifat racun bagi

organisme perairan. Keseimbangan ini sangat dipengaruhi oleh pH,

dalam air yang bersifat sedikit basa, NH3 lebih banyak dari NH4-.

Hal ini yang menyebakan amoniak lebih beracun dalam air laut

daripada air tawar.

Kadar amoniak dalam air laut sangat bervariasi dan dapat

berubah dengan cepat. Distribusi vertikal kadar amoniak semakin

tinggi dengan pertambahan kedalaman air laut dan semakin

rendahnya oksigen,sedangkan distribusi horisontal kadar amoniak

semakin tinggi menuju ke arah perairan pantai atau muara sungai.

Meningkatnya kadar amoniak di laut berkaitan erat dengan

masuknya bahan organik yang mudah terurai. Pengurangan bahan

organik yang mengandung unsur nitrogen akan menghasilkan

senyawa nitrat, nitrit yang seterusnya menjadi amoniak.

Page 23: laporan air laut

17

2) Nitrat (NO3)

Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam 3 bentuk

utama yang berada dalam keseimbangan, yaitu amoniak, nitrit dan

nitrat. Keseimbangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan

oksigen bebas dalam air. Pada saat kadar oksigen rendah,

keseimbangan akan bergerak menuju amoniak, sedangkan pada

saat kadar oksigen tinggi keseimbangan bergerak menuju nitrat.

Distribusi vertikal nitrat di laut menunjukkan bahwa kadar

nitrat semakin tinggi bila kedalaman laut bertambah. Sedangkan

distribusi horisontal kadar nitrat semakin tinggi menuju kearah

pantai, dan kadar tertinggi biasanya di temukan di perairan muara.

Peningkatan kadar nitrat di laut disebakan oleh masuknya limbah

domestik atau pertanian (pemupukan) yang umumnya

mengandung nitrat.

3) Nitrit (NO2)

Senyawa nitrit yang terdapat dalam air laut merupakan

hasil reduksi senyawa nitrat (NO3-) atau oksidasi amoniak (NH3)

oleh mikro-organisme. Selain itu senyawa nitrit juga berasal dari

hasil ekskresi fitoplankton, terutama pada saat timbulnya ledakan

populasi fitoplankton (Grasshoff 1976). Dalam air laut yang masih

alami, kadar nitrit umumnya sangat rendah (< 0,1 µg at NO2-N/l).

Distribusi vertikal kadar nitrit semakin tinggi sejalan dengan

pertambahan kedalaman laut dan semakin rendahnya kadar

oksigen. Sedangkan distribusi horisontal semakin menuju ke arah

perairan pantai dan muara sungai kadar nitrit semakin tinggi.

Meningkatnya kadar nitrit dalam laut berkaitan erat dengan

masuknya bahan organik yang mudah terurai (baik yang

mengandung nitrogen maupun tidak). Penguraian bahan organik

yang mengandung unsur nitrogen akan menghasilkan senyawa

nitrat, nitrit atau amoniak.sedangkan pengurairan senyawa organik

yang tidak mengandung unsur nitrogen juga menaikkan kadar nitrit

di laut. Hal ini disebabkan penguraian bahan organik oleh mikro-

organisme membutuhkan oksigen bebas (O2) dalam jumlah

banyak. Namun bila oksigen bebas tidak cukup, maka oksigen

tersebut diambil dari senyawa nitrat, sehingga senyawa nitrat

Page 24: laporan air laut

18

tersebut berubah menjadi nitrit. Dengan demikian senyawa nitrit

merupakan salah satu parameter indikator pencemaran.

4) Fosfat (PO4)

Fosfor yang terkandung dalam air laut baik yang terlarut

maupun yang tersuspensi berada dalam bentuk anorganik dan

organik. Fosfor yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari

hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Fosfat merupakan

salah satu senyawa nutrien yang sangat penting. Fosfat tersebut

diadsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk ke dalam rantai

makanan. Dalam air laut, kadar rata rata fosfat adalah sekitar 2 µg

at. PO4-P/l. Kadar ini semakin meningkat dengan masuknya limbah

domestik (deterjen dll.), industri dan pertanian/perkebunan (pupuk)

yang mengandung banyak fosfat. Peningkatan kadar fosfat dalam

laut akan menyebabkan terjadinya peledakan populasi (blooming)

fitoplankton. Peledakan populasi fitoplankton ini dapat

menyebabkan kematian ikan secara massal.

c. Anion

Senyawa anion dapat didefinisikan sebagai senyawa yang

bermuatan ion negatif (Brown, 2006). Berikut in beberapa jenis

senyawa anion yan terdapat dalam perairan.

1) Sulfida

Untuk menguraikan zat organik, mikro-organisme

membutuhkan oksigen bebas (O2). Namun di lingkungan perairan

yang langka oksigen seperti didasar perairan atau perairan dalam,

mikro-organisme menggunakan oksigen yang terikat dalam

senyawa, seperti sulfat (SO42-). Bakteri pereduksi sulfat (bakteri

desulfovifrio desulfuricant) memakai oksigen dari sulfat untuk

mengoksidasi zat organik, mereduksi ion sulfat menjadi sulfida

(Skonpintsev dalam Fonselius 1976). Senyawa hidrogen sulfida

yang terbentuk dalam reduksi sulfat merukan asam lemah,

sehingga senyawa sulfida yang terlarut dalam air terdiri dari 3

bentuk senyawa yang berada dalam keseimbangan yaitu H2S, HS-

dan S-. Keseimbangan ini sangat tergantung pada pH air. Oleh

karena itu air laut umumnya bersifat basa (pH > 7), maka senyawa

Page 25: laporan air laut

19

sulfida dalam air laut terutama berada dalam bentuk HS-

(Fonselius 1976).

Peningkatan kadar hidrogen sulfida sangat tergantung

pada banyaknya zat organik yang masuk ke perairan laut.

Semakin banyak limbah organik yang masuk ke lingkungan laut

akan mengakibatkan kadar hidrogen sulfida semakin tinggi

(APHA-AWWA-WPCP 1980). Senyawa sulfida (khususnya

hidrogen sulfida) bersifat racun bagi organisme peraiaran.

Walaupun hidrogen sulfida (H2S) dalam air laut kurang beracun.

Oleh karena itu dalam pemantauan laut, pengukuran kadar sulfida

dalam air laut (khususnya yang banyak menampung limbah

organik) sangat perlu dilakukan.

2) Sianida

Sianida di alam terdapat sebagai gas yang keluar dari

dalam tanah dan mudah larut dalam air. sianida merupakan

kelompok senyawa anorganik dan organik dengan siano (CN)

sebagai struktur utama. Sianida tersebar luas diperairan dan

berada dalam bentuk ion sianida (CN-), hydrogen sianida (HCN),

dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh

pH, suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan keberadaan ion lain.

Kadar sianida 0,2 mg/l sudah mengakibatkan toksisitas

akut bagi ikan. Kadar sianida perairan yang dianjurkan sekitar

0,005 mg/l (Moore, 1991). Menurut WHO, kadar maksimal sianida

yang diperkenankan 0,1 mg/l (Moore,1991)

Sianida dalam bentuk ion mudah terserap dalam bahan-

bahan yang tersuspensi maupun oleh sedimen dasar. Sianida

bersifat sangat reaktif, sianida bebas menunjukan adanya kadar

HCN dan CN-. Pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida berada

dalam bentuk HCN yang dianggap lebih toksik bagi organisme

akuatik daripada CN-.

5. Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang

berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu

lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan

menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan

Page 26: laporan air laut

20

tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu

alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif

maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu

cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari

spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat

pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).

Gambar 4. Spektrofotometer

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks

adalah spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk

penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi

pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 –

800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan

absorbansi dari larutan sampel yang diukur.

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari

Hukum Lambert-Beer, hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan

linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan

berbanding terbalik dengan transmitan. Hukum Lambert-Beer berlaku

pada larutan dengan konsentrasi kurang dari sama dengan 0.01 M

untuk sebagian besar zat. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada

beberapa pembatasan, yaitu :

a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai

penampang yang sama

c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung

terhadap yang lain dalam larutan tersebut

Page 27: laporan air laut

21

d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Bagian-bagian dari instrumen spektrofotometer uv-vis, yaitu:

Gambar 5. Bagian Spektrofotometer UV-Vis

a. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus

memiliki panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya

tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis

ada tiga macam:

1) Lampu Tungsten (Wolfram)

Lampu ini digunakan untuk mengukur

sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip

dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang

gelombang antara 380-900 nm. Spektrum

radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya

memiliki waktu 1000 jam pemakaian

2) Lampu Deuterium

Lampu ini dipakai pada panjang gelombang

190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan

digunakan untuk mengukur sampel yang terletak

pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

3) Lampu Merkuri

Sumber radiasi ini memiliki panjang

gelombang 365 nm.

Page 28: laporan air laut

22

b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah

cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal

(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang

tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :

1) Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi

elektromagnetik sebesar mungkin supaya di

dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

2) Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi

proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan

merata, dengan pendispersi yang sama, hasil

dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat

digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

3) Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan

sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber

radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,

maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma,

sehingga diperoleh panjang gelombang yang

diharapkan.

4) Filter

Berfungsi untuk menyerap warna

komplementer sehingga cahaya yang diteruskan

merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan

panjang gelombang yang dipilih.

c. Kuvet

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan

dan karenanya kebanyakan kuvet adalah sel untuk

menaruh cairan ke dalam berkas cahaya

spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi

cahaya dalam daerah spektra yang diminati, jadi sel kaca

Page 29: laporan air laut

23

melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica

tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet.

Gambar 6. Cahaya Melewati Kuvet

Dalam instrumen, tabung reaksi silindris

kadang-kadang digunakan sebagai wadah sampel.

Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan

secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada

salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap arahnya

tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila

permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian

rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan.

Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain

kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan

berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam

ruang sel dari instrument itu reprodusibel.

d. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan

oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik

oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam

bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detektor

dapat memberikan respon terhadap radiasi pada

berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk

mendeteksi substansi yang telah melewati kolom.

Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan

yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-

senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa

panjang gelombang. Jika menyinarkan sinar UV pada

larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor

pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan

Page 30: laporan air laut

24

pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap.

Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada

jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas

pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang

digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut

menyerapnya, tetapi senyawa-senyawa akan menyerap

dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari

spektrum UV.

e. Visual display/recorder

Merupakan system baca yang memperagakan

besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk %

Transmitan maupun absorbansi.

B. Metode Analisis

1. Jumlah Komponen Organik

d. Analisis Kebutuhan Oksigen Biokimia Hari Ke-5 (KOB5)

1) Prinsip

contoh air dalam botol Winkler yang telah disimpan

dalam inkubator selama 5 hari ditambahkan larutan MnSO4

(mangan II) diikuti dengan penambahan larutan alkali kuat,

oksigen terlarut yang masih terdapat dalam contoh air akan

segera mengoksidasi mangan II menjadi mangan yang

bervalensi lebih tinggi. Adanya ion Iodida dalam larutan yang

bersuasana asam akan menyebabkan mangan bervalensi tiga

berubah kembali menjadi mangan bervalensi dua bersamaan

dengan perubahan ini akan terbentuk Iod bebas yang jumlahnya

setara dengan jumlah oksigen terlarut yang terdapat dalam

contoh air. Iod ini kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat

dengan indikator amilum.

2) Reaksi

MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + K2SO4

2 Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O

2MnO2 + 2KI + 2H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI

Page 31: laporan air laut

25

3) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Botol Winkler 4 buah

(2) Gelas ukur 50 ml 1 buah

(3) Buret 10 ml 1 buah

(4) Pipet ukur 5 ml 7 buah

(5) Erlenmeyer 125 ml 8 buah

(6) Gelas piala 400 ml 1 buah

(7) Inkubator 1 buah

b) Pereaksi

(1) Larutan MnSO4 40 % 4 ml

(2) Larutan Alkali – Iodida – Azida 4 ml

Larutkan 125 g NaOH dan 37,5 g KI ke dalam air suling,

encerkan menjadi 250 ml. Larutkan 10 g NaN3 ke dalam

40 ml air suling. Campurkan larutan kedua larutan

tersebut.

(3) Asam sulfat pekat 4 ml

(4) Larutan kanji 0,5 %

(5) Larutan Tiosulfat 0,025 N

(6) Larutan penyangga fosfat 1,2 ml

Larutan 8,5 g KH2PO4; 21,75 g K2HPO4; 33,4 g

Na2HPO4.7H2O dan 1,7 g NH4Cl ke dalam 500 ml air

suling kemudian encerkan menjadi 1 l. Nilai pH larutan ini

harus 7,2.

(7) Larutan magnesium sulfat 2,25 % 1,2 ml

(8) Larutan kalsium klorida 2,75 % 1,2 ml

(9) Larutan feri klorida 0,025 % 1,2 ml

c) Cara Kerja

(1) Botol winkler disediakan

(2) Contoh uji dimasukkan ke dalam botol winkler sampai

meluap, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara,

kemudian botol winkler ditutup rapat jangan sampai ada

gelembung udara didalam botolnya.

Page 32: laporan air laut

26

(3) Buffer fosfat, magnesium sulfat 2,25 %, kalsium klorida 2,75

% dan feri klorida 0,025 % ditambahkan kedalam botol

winkler (1 ml mewakili 1 l).

(4) Botol winkler disimpan di dalam inkubator selama 5 hari.

(5) MnSO4 40 % ditambahkan 1 ml dan alkali iodide azida 1 ml

dengan ujung pipet berada di tengah permukaan larutan.

(6) Gumpalan yang terbentuk dibiarkan mengendap 5 menit

sampai dengan 10 menit.

(7) H2SO4 pekat ditambahkan 1 ml, botol winkler ditutup dan

dihomogenklan hingga endapan larut sempurna.

(8) Contoh uji diipipet 50 ml, kemudian dimasukan ke dalam

erlenmeyer 150 ml.

(9) Contoh dititrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator

amilum/kanji sampai warna biru tepat hilang.

d) Perhitungan

(1) Perhitung oksigen terlarut (DO)

Oksigen Terlarut (mg O2/l)=

Dengan pengertian :

V = ml Na2S2O3;

N = normalitas Na2S2O3;

F = faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume

pereaksi MnSO4 dan alkali iodide azida).

(2) Perhitungan kebutuhan oksigen biokimia (KOB)

KOB mgO2/L = (( ) ( ) ( ))

XO0= DO dari contoh air 0 hari (saat itu juga)

XO5= DO dari contoh air 5 hari.

BO0= DO dari blanko 0 hari (saat itu juga)

BO5= DO dari blanko 5 hari

P = fraksi pengenceran.

Page 33: laporan air laut

27

2. Nutrien

a. Analisis Nitrat (NO3-N) dengan Reduksi Kadmium secara

Spektrofotometri Pada Air Laut

1) Prinsip

Senyawa nitrat dalam contoh uji air laut direduksi

menjadi nitrit oleh butiran cadmium (Cd) yang dilapisi dengan

tembaga (Cu) dalam suatu kolom. Senyawa nitrit akan bereaksi

dengan sulfanilamida dalam suasana asam menghasilkan

senyawa diazonium yang sebanding dengan banyaknya

senyawa nitrit dalam contoh uji. Senyawa diazonium tersebut

kemudian bereaksi dengan n-(1-naftil)-etilendiamin

dihidroklorida (NED dihidroklorida) membentuk senyawa azo

yang berwarna merah muda. Senyawa azo yang terbentuk

ekivalen dengan banyaknya senyawa diazonium yang ekivalen

dengan banyaknya nitrit dalam contoh. Warna merah muda

yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang optimal di sekitar 543 nm.

2) Reaksi

NO3- kolom reduksi Cd NO2

-

3) Peralatan dan Peraksi

a) Peralatan

(1) Spektrofotometer UV-Vis 1 buah

(2) Labu ukur 25 ml 14 buah;50 ml 14 buah; 100 ml 15

buah

(3) Pipet ukur 1,0 ml 1 buah; 5,0 ml 1 buah

(4) Pipet volum 10,0 ml 1 buah;

(5) Gelas piala 100 ml 2 buah

(6) Kolom reduksi 1 buah

(7) Labu semprot plastik 1 buah

(8) Botol amber 14 buah

Page 34: laporan air laut

28

b) Pereaksi

(1) Larutan induk nitrat 226 mg N/l 10 ml

(2) Kertas saring bebas nitrat berukuran pori 0,45 µm.

(3) Air laut buatan

(4) Butir kadmium (Cd) ukuran 20-100 mesh.

(5) HCl 6 N

(6) Butir kadmium- tembaga, Cd-Cu

(7) Larutan NH4Cl-EDTA pekat 1,05 l

(8) Larutan NH4Cl-EDTA encer

Encerkan 300 ml NH4Cl-EDTA pekat dengan air suling

bebas nitrat menjadi 500 ml.

(9) Larutan warna 28 ml

Ke dalam 800 ml air suling bebas nitrat tambahkan 100

mL H3PO4 85 % dan 10 g sulfanilamide. Setelah larut

tambahkan 1 g n-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida

(NED dihidroklorida) kocok sampai larut. Tepatkan

menjadi 1000 ml dengan air suling bebas nitrat.

c) Cara Kerja

a) Pembuatan Kurva Kalibrasi

(1) Larutan induk nitrat dipipet 10 ml ke dalam labu ukur

100 ml.

(2) Air laut buatan ditambahkan sampai tepat tanda tera

(larutan kerja).

(3) Deret standar dibuat dalam rentang 0 sampai 1,0 NO3-

N/l dengan mengencerkan menjadi volume 25 ml dalam

labu ukur.

(4) Ke dalam masing-masing 25 ml larutan kerja

ditambahkan 75 ml larutan NH4Cl-EDTA pekat lalu

kocok.

(5) Larutan dimasukkan dari atas ke dalam kolom reduksi

(6) Larutan yang telah melewati kolom dibuang 25 ml

tampungan pertama.

(7) Larutan ditampung dalam labu.

(8) larutan yang sudah direduksi diukur 25 ml dan

masukkan dalam labu ukur 50 ml.

Page 35: laporan air laut

29

(9) Larutan ditambahkan 2 ml larutan pewarna dan kocok.

(10) Larutan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang

optimal disekitar 543 nm dalam kisaran waktu 10 menit

sampai 2 jam setelah penambahan larutan pewarna.

(11) Kurva kalibrasi dibuat.

b) Perlakuan contoh

(1) Sampel yang sudah disaring disiapkan dalam labu ukur

25 ml.

(2) Sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml.

(3) Sampel ditambahkan 75 ml larutan NH4Cl-EDTA pekat

lalu dikocok.

(4) Sampel dimasukkan dari atas ke dalam kolom reduksi.

(5) Sampel yang telah melewati kolom dibuang 25 ml

tampungan pertama.

(6) Sampel ditampung di dalam labu.

(7) Sampel yang sudah di reduksi dipipet 25 ml ke dalam

labu ukur 50 ml.

(8) Sampel ditambahkan 2 ml larutan pewarna dan kocok.

(9) Sampel dibaca absorbansinya pada panjang gelombang

optimal disekitar 543 nm dalam kisaran waktu 10 menit

sampai 2 jam setelah penambahan larutan pewarna.

(10) Analisis dilakukan secara duplo

d) Perhitungan

(1) Hasil pembacaan absorbansi contoh uji yang melewati

kolom reduksi dimasukkan ke dalam kurva kalibrasi

(2) Hasil pembacaan absorbansi contoh uji yang tidak melewati

kolom reduksi dimasukkan.

(3) Kadar nitrat yang sesungguhnya dalam contoh uji air laut

sama dengan kadar nitrit dari hasil kolom reduksi dikurangi

kadar nitrit dalam contoh uji yang tidak melewati kolom

reduksi

NO3-N mg/ l = A - B

A adalah kadar NO2-N dari kolom reduksi

B adalah kadar NO2-N tanpa melewati kolom reduksi

Page 36: laporan air laut

30

b. Analisis Nitrit (NO2-N) dengan Sulfanilamid secara

Spektrofotometri pada Air Laut

1) Prinsip

Senyawa nitrit dalam contoh uji air laut bereaksi

dengan sulfanilamide dalam suasana asam menghasilkan

senyawa diazonium yang sebanding dengan banyaknya

senyawa nitrit dalam contoh uji. Senyawa diazonium tersebut

kemudian bereaksi dengan n-(1-naftil)-etilendiamin

dihidroklorida (NED dihidroklorida) membentuk senyawa azo

yang berwarna merah muda. Senyawa azo yang terbentuk

ekivalen dengan banyaknya senyawa diazonium yang ekivalen

dengan banyaknya nitrit dalam contoh. Warna merah muda

yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang optimal disekitar 543 nm.

2) Reaksi

3) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Spektrofotometer UV-Vis 1 buah;

(2) Pipet ukur 1,0 ml 1 buah; 5,0 ml 1 buah; 10,0 ml 1

buah

(3) Labu ukur 25 ml 14 buah; 50 ml 14 buah; 100 ml 1

buah

(4) Botol semprot.

b) Pereaksi

(1) Air suling bebas nitrit

(2) Air laut buatan

(3) Larutan induk nitrit 304 mg N/l 2 ml

(4) Larutan pewarna 28 ml

4) Cara Kerja

a) Pembuatan Kurva Kalibrasi

Page 37: laporan air laut

31

(1) Larutan induk NO2-N dipipet 2,0 ml ke dalam labu ukur

100 ml.

(2) Air laut buatan ditambahkan sampai tepat tanda tera (5

mg/l).

(3) Larutan ini disiapkan pada saat akan digunakan.

(4) Deret standar nitirit dibuat dari larutan kerja nitrit 5 mg/l

volume 25 ml ke dalam labu ukur dengan konsentrasi

0,01 sampai 1,0 mg/l.

(5) Ke dalam masing-masing 25 ml larutan kerja

ditambahkan 2 ml larutan pewarna

(6) Larutan diukur absorbansinya pada kisaran waktu

antara 10 menit sampai 2 jam.

(7) Dibuat kurva kalibrasinya dengan diukur

absorbansinya pada panjang gelombang optimal di

sekitar 543 nm

b) Perlakuan Contoh

(1) Sampel yang telah disaring dimasukkan 25 ml ke

dalam labu ukur 50 ml.

(2) Sampel ditambahkan 2 ml larutan pewarna dan kocok.

(3) Sampel dibaca absorbansinya kisaran waktu antara 10

menit sampai 2 jam setelah penambahan warna.

(4) Analisis sampel dilakukan secara duplo.

5) Perhitungan

a) Hasil pembacaan absorbansi contoh uji dimasukan ke

dalam kurva kalibrasi.

b) Kadar nitrit adalah hasil pembacaan larutan konsentrasi

contoh uji dari kurva kalibrasi.

Y = A + BX,

Keterangan: Y= absorbansi

X = konsentrasi

A = Intersep

B = Slope

Konsentrasi Nitrit (mg/l) =

, dikalikan

faktor pengenceran jika ada.

Page 38: laporan air laut

32

c. Analisis Total Fosfat dengan Metode Asam Askorbat

1) Prinsip

Ammonium molibdat dan kalium antimony tartrat

bereaksi dalam suasana asam dengan orthophosphate

membentuk suatu asam heteropoly-asam phosphomolibdat

yang direduksikan menjadi warna biru molybdenum oleh asam

askorbat.

2) Reaksi

PO43- + 12(NH4)2MoO4 + 24H+ → (NH4)3PO4.12MoO3 + 21NH4+

+ 12H2O (NH4)3PO4.12MoO3

3) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Hot plate 1 buah

(2) Labu ukur 50 ml 15 buah; 100 ml 3 buah

(3) Gelas ukur 50 ml 1 buah

(4) Erlenmeyer 125 ml 1 buah

(5) Piala gelas 150 ml 5 buah

(6) Neraca analitik 1 buah

(7) Pipet ukur 1 ml 1 buah; 5 ml 1 buah; 10 ml 1 buah

(8) Pipet tetes 4 buah

(9) Labu semprot plastik 1 buah

b) Pereaksi

(1) Larutan penunjuk Phenolphtalein.

(2) Padatan ammonium persulfat, (NH4)2S2O8 atau

padatan kalium persulfat, K2S2O8. 0,4 g

(3) NaOH 10 N

(4) H2SO4 1:1 5 ml; H2SO4 5 N 50 ml

(5) Larutan Kalium antimonil tartrat 0,27 % 5 ml

(6) Larutan Amonium molibdat 4 % 15 ml

(7) Asam Askorbat 0,1 M 15 ml

(8) Larutan induk fosfat 326 mg P/l 0,79 ml

(9) Larutan campuran pewarna 112 ml

50 ml H2SO4 5 N, 5 ml larutan kalium antimonil tartrat

0,27 %, 15 mL larutan ammonium molibdat 4 % dan 30

Page 39: laporan air laut

33

ml larutan asam askorbat 0,1 M kemudian di

homogenkan.

4) Cara Kerja

a) Pembuatan Kurva Kalibrasi

(1) Larutan induk fosfat 326 mg P/ml dipipet 0,79 ml

kedalam labu ukur 50 ml (5 ppm).

(2) Larutan kerja fosfat 5 mg/l dipipet 0,0; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6;

3,2; 6,4 ml masing-masing ke dalam labu ukur 50 ml.

(3) Air laut buatan ditambahkan sampai tepat tanda tera

dan dihomogenkan sehingga diperoleh kadar fosfat

0,00; 0,02; 0,04; 0,08; 0,16; 0,32; 0,64 mg/l.

(4) Larutan standar ditambahkan 8 ml larutan pewarna.

(5) Larutan standar didiamkan selama 10 sampai 30 menit.

(6) Larutan standar diukur absoransi pada panjang

gelombang 880 nm.

b) Perlakuan contoh

(1) Sampel dan blanko dipipet 50ml kedalam piala gelas

150 ml.

(2) Sampel ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1, kemudian

ditimbang 0,4 gram (NH4)2S2O8 kedalam piala gelas.

(3) Sampel digest pada suhu 98o-100oC sampai volume

larutan ± 10 ml.

(4) Sampel didinginkan.

(5) Sampel ditambahkan 30 ml air suling.

(6) Sampel ditambahkan indikator PP.

(7) Sampel ditambahkan NaOH 10 N sampai warna larutan

merah muda seulas.

(8) Sampel ditambahkan air suling sampai volume 50 ml.

(9) Sampel ditambahkan 8 ml larutan pewarna.

(10) Sampel didiamkan selama 10 sampai 30 menit.

(11) Sampel diukur absoransi pada panjang gelombang 880

nm.

5) Perhitungan

mg P/l = ,dikalikan faktor pengenceran

jika ada.

Page 40: laporan air laut

34

d. Analisis Amonia (NH3-N) dengan Biru Indofenol pada Air

Laut

1) Prinsip

Dalam suasana basa, amonia bereaksi dengan

natrium hipoklorit membentuk senyawa monokloramin.

Senyawa monokloramin yang terbentuk ekuivalen dengan

kadar amonia dalam contoh uji. Dengan adanya senyawa fenol

dan hipoklorit berlebihan, akan menghasilkan senyawa

indofenol yang berwarna biru. Kemudian warna biru yang

terbentuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang

optimal sekitar 640 nm.

2) Reaksi

3) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Spektrofotometer UV-Vis 1 buah

(2) Labu ukur 25 ml 12 buah; 50 ml 12 buah; 100 ml 1

buah

(3) Pipet volum 10,0 ml 1 buah

(4) Pipet ukur 1,0 ml 1 buah, 10,0 ml 3 buah

(5) Erlenmeyer 125 ml bertutup 3 buah

(6) Piala gelas 100 ml 1 buah

(7) Labu semprot palstik 1 buah

(8) Pipet tetes 2 buah

b) Pereaksi

(1) Air suling bebas amonia

(2) Larutan induk amonia 1000 mg/l 10 ml

(3) Air laut buatan

(4) Kertas saring bebas amonia berukuran pori 0,45 µm.

Page 41: laporan air laut

35

(5) H2SO4 1 N

(6) NaOH 1 N

(7) Larutan fenol 10 % 12 ml

(8) Larutan natrium nitroprusid 0,5 % 12 ml

(9) Larutan alkalin sitrat 100 ml

Larutkan 20 gram trisodium sitrat dan 1 g NaOH dalam

air suling bebas amonia sampai 100 ml.

(10) Larutan natrium hipoklorit 5 % 25 ml

(11) Larutan oksidator 30 ml

Campur 100 ml larutan alkalin sitrat dengan 25 ml

larutan natrium hipoklorit. Dibuat pada saat akan

digunakan.

4) Cara Kerja

a) Pembuatan kurva kalibrasi

(1) Larutan induk amonia dipipet 10 ml ke dalam labu ukur

100 ml.

(2) Air suling bebas amonia ditambahkan sampai tepat

tanda tera.

(3) Larutan kerja amonia 10 mg/l dipipet 0,0; 1,0; 2,0; 3,0;

4,0; 8,0; 10,0 masing-masing ke dalam labu ukur 25 ml.

(4) Air laut buatan ditambahkan sampai tepat tanda tera

sehingga diperoleh kadar amonia 0,00; 0,20; 0,40; 0,60;

0,80; 1,60; 2,00 mg/l.

(5) deret standar dipipet 25 ml dan masukkan ke dalam

labu ukur 50 ml

(6) Larutan fenol 10 % ditambahkan 1 ml kemudian kocok.

(7) Larutan natrium nitroprusid 0,5 % ditambahkan 1 ml

kemudian kocok.

(8) Larutan oksidator ditambahkan 2,5 ml.

(9) Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur absorbansinya

pada panjang gelombang optimal di sekitar 640 nm.

b) Perlakuan contoh

(1) Sampel sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 125ml

Page 42: laporan air laut

36

(2) Diatur pH sampel dengan menggunakan NaOH 1 N dan

H2SO4 1 N sampai pH sampel mencapai 9.

(3) Ke dalam labu ukur 50 ml, sampel dipipet 25 ml contoh

uji yang sudah diatur pH-nya.

(4) Larutan fenol 10 % ditambahkan 1 ml kemudian kocok.

(5) Larutan natrium nitroprusid 0,5 % ditambahkan 1 ml

kemudian dikocok.

(6) Larutan oksidator ditambahkan 2,5 ml.

(7) Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang

optimal disekitar 640 nm.

(8) Pengerjaan sampel dilakukan secara duplo.

5) Perhitungan

Kurva standar (kurva kalibrasi) dibuat antara konsentrasi

larutan standar dengan hasil pembacaan absorbansi nya,

sehingga diperoleh persamaan garis regresi linier.

Y = A + BX,

Keterangan: Y= absorbansi

X = konsentrasi

A = Intersep

B = Slope

Konsentrasi amonia (mg N/l) = ,

dikalikan faktor pengenceran jika ada.

3. Anion

a. Analisis Sulfida (S=) dengan Biru Metilen pada Air Laut

1) Prinsip

Dalam suasana asam, senyawa dimetil-p-fenilendiamin

berubah menjadi garam diammonium dengan adanya

katalisator FeCl3. Garam ini kemudian bereaksi dengan

senyawa sulfida, S= membentuk senyawa tiasin yang berwarna

biru. Banyaknya senyawa tiasin yang terbentuk ekuivalen

dengan kadar sulfida, S= dalam contoh uji air laut.

Page 43: laporan air laut

37

2) Reaksi

3) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Spektrofotometer UV-Vis 1 buah

(2) Buret 50 ml 1 buah

(3) Labu ukur 50 ml 13 buah; 100 ml 1 buah

(4) Gelas ukur 50 ml 1 buah

(5) Pipet ukur 1,0 ml 2 buah; 5,0 ml 2 buah

(6) Pipet volum 10,0 ml 1 buah; 25,0ml 1 buah;

(7) Erlenmeyer 250 ml 3 buah

(8) Labu semprot plastik 1 buah

(9) Pipet tetes 1 buah

b) Pereaksi

(1) Air laut buatan

(2) Asam Sulfat, H2SO4 (1:1)

(3) Larutan N,N-dimetil-p-fenilendiamin dihidroklorida 0,8 %

(4) Larutan FeCl3 10 % 1,95 ml

(5) Larutan diammonium hidrogen fosfat 40 % 20,8 ml

(6) Larutan induk sulfida 1000 mg/l 10 ml

(7) Larutan asam klorida, HCl (1:1)

(8) Larutan kanji (1 %)

(9) Larutan standar natrium tiosulfat 0,1 M

4) Cara Kerja

a) Pembuatan kurva kalibrasi

(1) Larutan standar induk sulfida yang sudah distandarisasi

dipipet untuk membuat konsentrasi larutan 10 mg/l.

(2) Larutan standar baku 10 mg/l dipipet sejumlah 0 ; 0,5; 1;

2; 3; 4 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml

untuk membuat deret konsentrasi larutan standar 0; 0,1;

0,2; 0,4; 0,6; 0,8 mg/l.

Page 44: laporan air laut

38

(3) Deret standar ditambahkan 0,5 ml H2SO4-amina 0,8 %.

(4) Deret standar ditambahkan 0,15 ml FeCl3 10 %, di

homogenkan kemudian didiamkan 3 sampai 5 menit.

(5) Deret standar ditambahkan 1,6 ml (NH4)2HPO4 40 %,

dihomogenkan dan didiamkan selama 10 sampai 15

menit.

(6) Deret satandar diukur absorbansi pada panjang

gelombang 664 nm.

b) Perlakuan contoh

(1) Sampel yang sudah diawetkan dipipet sebanyak 100 ml

ke dalam erlenmeyer.

(2) Sampel diatur pH larutan hingga pH mencapai 9.

(3) Endapan yang terbentuk dienapkan, kemudian air

dibuang.

(4) Sampel ditambahkan 20 ml air suling.

(5) Endapan dienapkan, kemudian air dibuang.

(6) Sampel diukur volum endapan, kemudian dimasukkan

ke dalam labu ukur 50 ml.

(7) Sampel ditambahkan 0,5 ml H2SO4-amina 0,8 %.

(8) Sampel ditambahkan 0,15 ml FeCl3 10 %,

dihomogenkan kemudian didiamkan 3 sampai 5 menit.

(9) Sampel ditambahkan 1,6 ml (NH4)2HPO4 40 %,

dihomogenkan dan didiamkan selama 10 sampai 15

menit.

(10) Sampel diukur absorbansi pada panjang gelombang

664 nm.

5) Perhitungan

Y = A + BX,

Dimana , Y= absorbansi

X = konsentrasi

A = Intersep

B = Slope

Konsentrasi Sulfida (mg S2-/l) =

,

dikalikan faktor pengenceran jika ada

Page 45: laporan air laut

39

b. Analisis Sianida dengan Metode Kolorimetri

1) Prinsip

Ioin CN- dalam destilat alkali (NaOH) direaksikan

dengan chloramin-T pada pH<8 menjadi CNCl, tanpa proses

hidrolisis menjadi CNO-. (Catatan : gas CNCl sangat beracun).

Setelah reaksi sempurna, CNCl (berwarna merah-biru)

ditambahkan dengan piridin - asam barbitur . Absorbansi diukur

pada panjang gelombang 578nm.

2) Peralatan dan Pereaksi

a) Peralatan

(1) Spektrofotometer UV- Vis 1 buah

(2) Labu ukur 50 ml 14 buah; 100 ml 2 buah

(3) Pipet ukur 5 ml 1 buah; 10 ml 3 buah; 25 ml 1 buah

(4) Gelas piala 100 ml 1 buah;

(5) Labu semprot plastik 1 buah;

b) Pereaksi

(1) Air suling

(2) Larutan induk CN- 1000 mg/l

(3) Larutan NaOH 0,16 %

(4) Larutan buffer asetat 14 ml

Larutkan 410 gram sodium asetat tridrat

(NaC2H3O2.3H2O) ke dalam 500 ml akuades.

Tambahkan asam asetat glasial untuk menurunkan pH

menjadi 4,5.

(5) larutan kloramin-T 1 % 28 ml

(6) Barbituric acid-piridin 70 ml

Masukkan 15 gram barbituric acid ke dalam labu ukur

250 ml kemudian tambahkan sedikit akuades. Lalu

tambahkan 75 ml piridin dan aduk sampai homogen.

Tambahkan 15 ml larutan HCl pekat, aduk dan

dinginkan sampai temperature ruangan. Terakan

dengan akuades dan homogenkan.

Page 46: laporan air laut

40

3) Cara Kerja

a) Pembuatan kurva kalibrasi

(1) Larutan standar baku 1 mg CN-/l dipipet sejumlah 0 ; 1;

2; 3; 4; 5; 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50

ml untuk membuat deret konsentrasi larutan standar 0;

0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,1; 0,2 mg CN-/l.

(2) NaOH 0,16% ditambahkan sampai volume menjadi 40

ml.

(3) Larutan buffer asetat ditambahkan 1 ml, kemudian

ditambahkan 2 ml larutan kloramin-T, kemudian ditutup

(4) dan diaduk dengan inversi 2 kali. Kemudian didiamkan

selama tepat 2 menit.

(5) Larutan piridin – asam barbitur ditambahkan 5 ml,

dilarutkan dan diterakan dengan akuades.

(6) Larutan deret standar dihomogenkan, lalu diamkan 8

menit.

(7) Larutan standar diukur absorbansi pada panjang

gelombang 578 nm.

b) Perlakuan contoh

(1) Sampel dipipet 25 ml contoh uji dan dimasukkan ke

dalamlabu ukur 50 ml. Lanjutkan seperti langkah poin 2

sampai 6 pada persiapan kurva kalibrasi.

4) Perhitungan

Konsentrasi sianida(mg CN- /l) = ( )

C : kadar sianida contoh uji yang diperoleh dari kurva

kalirasi (mg/l)

50 : labu ukur yang digunakan untuk analisis contoh uji

(ml);

V : volume contoh uji yang diambil untuk analisis (ml)

Page 47: laporan air laut

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan analisis anion, nutrien dan Jumlah Komponen Organik

pada air laut didapatkan hasil sesuai dengan tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Air Laut BLS 1411355 (1-3)

No Parameter Satuan Sampel Baku Mutu

Air Laut* 355-1 355-2 355-3

1 KOB mg/l 0,60 0,12 1,26 20

2 Amonia mg/l 0,16 0,27 0,24 0,3

3 Fosfat mg/l 0,0060 -0,0003 0,0013 0,015

4 Nitrat mg/l 0,023 0,025 0,034 0,008

5 Sianida mg/l -0,07 -0,07 -0,07 0,5

6 Sulfida mg/l -0,0012 -0,0014 -0,0005 0,01

Keterangan : * : Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut menurut Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004

(lampiran 3).

B. Pembahasan

Analisis anion, nutrien dan Jumlah Komponen Organik pada air laut

ini meliputi beberapa parameter yaitu KOB, amonia, fosfat nitrat, sianida dan

sulfida. Hasil analisis ini dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.

Pencemaran laut sangat dipengaruhi oleh kondisi alami lingkungan

laut dan musim. Kondisi alam lingkungan laut diantaranya adalah pola arus

dan keadaan pasang surut, proses iklim dan kondisi alam, curah hujan

terhadap salinitas air laut derta sedimentasi oleh banjir dari sungai. Faktor

selanjutnya adalah kondisi musim menentukan tekanan udara yang akan

mempengaruhi sirkulasi udara. Sirkulasi udara ini turut mempengaruhi

variasi sirkulasi air laut yang berdampak pada tingkat penyebaran

pencemaran laut.

Page 48: laporan air laut

42

1. Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)

Kebutuhan oksigen biokimia atau KOB menunjukkan

jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup

yang bersifat aerobik untuk memecah atau mengoksidasi bahan-

bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang

ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka

berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan

oksigen tinggi.

Sebagai akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air

adalah menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Jika

konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka

mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak,

tetapi sebaliknya mikroorganisme yang bersifat anaerob akan

menjadi aktif memecah bahan-bahan tersebut secara anaerobik

karena tidak adanya oksigen. Senyawa-senyawa hasil pemecahan

secara anaerobik mempunyai bau yang menyengat.

Berdasarkan hasil analisis Kebutuhan oksigen biokimia

dalam sampel air laut yang terhitung tidak melebihi standar dalam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004 yaitu konsentrasi maksimal KOB di bawah 20 mg/l. Sehingga

kondisi air aman bagi lingkungan.

2. Amonia

Amonia adalah salah satu nutrien yang penting bagi biota

laut. Keberadaan nitrogen-amonia dalam air laut berasal dari hasil

metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi organisme

yang telah mati serta sisa-sisa makanan. amonia dalam bentuk

amonium dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air melalui proses

asimilasi dan digunakan sebagai sumber energi oleh

mikroorganisme nitrifikasi. Akan tetapi kadar amonia yang terlalu

tinggi berpengaruh negatif terhadap kehidupan organisme

akuatik, yaitu secara langsung dapat mematikan organisme

perairan melalui pengaruhnya terhadap permeabilitas sel,

mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, meningkatkan

konsumsi oksigen dalam jaringan, merusak insang dan

mengurangi kemampuan darah.

Page 49: laporan air laut

43

Metode yang digunakan untuk mentapkan kadar amonia

ini spektrofotometri dengan larutan pewarna yang digunakan

adalah larutan biru indofenol. Pada proses analisis sampel sangat

mudah terkontaminasi, oleh karena itu sampel yang digunakan

harus disaring, diawetkan dan dinetralan untuk memurnikan

sampel dari berbagai bentuk kontaminan yang mengikatnya.

Berdasarkan hasil analisis kadar amonia dalam sampel

air laut yang terhitung tidak melebihi standar dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu

konsentrasi maksimal amonia di bawah 0,3 mg/l. Sehingga kondisi

air aman bagi lingkungan.

3. Fosfat

Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak

proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan

menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies

fitoplankton. Dalam perairan laut yang normal, rasio N/P adalah

sebesar 15:1. Rasio N/P yang meningkat potensial menimbulkan

blooming atau eutrofikasi perairan, dimana terjadi pertumbuhan

fitoplankton yang tidak terkendali. Eutrofikasi potensial berdampak

negatif terhadap lingkungan, karena berkurangnya oksigen terlarut

yang mengakibatkan kematian organisme akuatik lainnya

(asphyxiation), selain keracunan karena zat toksin yang diproduksi

oleh fitoplankton (genus Dinoflagelata).

Analisis total fosfat ini menggambarkan jumlah total fosfat

baik yang berasal dari senyawa organik ( berupa partikulat )

maupun yang berasal dari senyawa anorganik (ortofosfat dan

polifosfat). Dalam proses preparasi, fosfat yang bereaksi hanyalah

fosfat yang berada dalam bentuk ortofosfat, oleh karena itu untuk

menentukan total fosfat maka polifosfat dan senyawa fosfat organik

harus dihidrolisis terlebih dahulu. Setelah penambahan pereaksi

warna, ion ortofosfat akan bereaksi dengan ammonium molibdat

dalam kondisi asam membentuk senyawa kompleks ammonium

posfomolibdat.

Berdasarkan hasil analisis kadar fosfat dalam sampel air

laut yang terhitung tidak melebihi standar dalam Keputusan Menteri

Page 50: laporan air laut

44

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu konsentrasi

maksimal total fosfat di bawah 0,015 mg/l. Sehingga kondisi air

aman bagi lingkungan.

4. Nitrat

Nitrat merupakan unsur yang digunakan dalam proses

fotosintesis dan merupakan unsur yang digunakan untuk

pertumbuhan fitoplankton. fitoplankton akan banyak disuatu

perairan jika kadar nitratnya banyak, sehingga akan terjadi proses

fotosintesis dimana menghasilkan O2 yang sangat dibutuhkan bagi

organisme laut. Tetapi kelebihan kadar nitrat dalam perairan maka

dapat mengakibatkan dampak buruk bagi organisme karena

dengan kadar nitrat yang tinggi dalam suatu perairan maka akan

mengakumulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas

sehingga air akan kekurangan O2. Perairan yang kekurangan O2

dapat berakibat negatif terhadap organisme karena tidak akan

terjadi proses nitrifikasi melainkan proses denitrifikasi dimana ion

nitrat dan nitrit diubah menjadi mol N2 yang hasil akhirnya berupa

gas inert nitrogen yang relatif tidak dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan air secara langsung. Dan dengan proses denitrifikasi

tersebut akan melepaskan senyawa beracun bagi organisme air.

Pada analisis kadar N-Nitrat ini dilakukan dengan metode

reduksi kadmium, sampel yang sudah melewati kolom kadmium

akan keluar sebagai nitrat dan nitrit oleh karena itu perlu dilakukan

juga analisis kadar nitrit sebagai faktor pegurang.

Berdasarkan hasil analisis kadar nitrat dalam sampel air

laut yang terhitung melebihi standar dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu konsentrasi

maksimal kadar nitrat di bawah 0,008 mg/l. Hal ini dapat terjadi

karena kesalahan pada saat analisis atau karena adanya ledakan

populasi fitoplankton di laut. Adapun kesalahan yang dapat terjadi

saat analisis adalah pemakaian asam nitrat dan senyawa-senyawa

nitrat di laboratorium yang bisa menjadi sumber kontaminasi yang

potensial.

Page 51: laporan air laut

45

5. Sianida

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung

kelompok cyano dengan atom karbon terikat tiga ke aton nitrogen.

Kelompok CN- dapat ditemukan dalam beberapa senyawa. Setiap

senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat

beracun. Salah satunya adalah hidrogen sianida (HCN). Sebagian

kecil sianida dapat ditemukan pada air hujan yang membawa

garam garam sianida yang terdapat di jalan. Jika kadar sianida

dalam air laut melebihi standar baku mutu maka biota laut akan

menghirup sianida melibihi batas ketahanan tubuh sehingga dapat

menyebabkan kematian karena sianida dapat menghambat

pertukaran oksigen pada mahkluk hidup. Juga bersifat toksik bagi

ikan.

Berdasarkan hasil analisis kadar sianida dalam sampel air

laut yang terhitung tidak melebihi standar dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu konsentrasi

maksimal kadar sianida di bawah 0,5 mg/l.

6. Sulfida

Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna,

beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini

dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan

organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik). Reaksi

yang terjadi seperti diawah ini:

SO42- + bahan organik ---- bakteri ---- S2- + H2O + CO2

S2 + 2H+ ----- anaerob ----- H2S

Daya racun Hidrogen Sulfida bebas tergantung pada

keadaan ionisasinya. Hidrogen Sulfida yang tidak terionisasi sangat

beracun, tapi pada bentuk lainnya tidak berbahaya. Daya racun

Hidrogen Sulfida (H2S) yang tak terionisasi paling tinggi pada pH

rendah. Hidrogen Sulfida (H2S) yang tak terionisasi tidak terdapat

dalam perairan yang banyak mengandung oksigen. Akibat

keracunan Hidrogen Sulfida (H2S) sama dengan akibat kekurangan

oksigen dan mungkin lebih buruk dari kosentrasi oksigen terlarut

yang terlalu rendah.

Page 52: laporan air laut

46

Berdasarkan hasil analisis kadar sulfida dalam sampel air

laut yang terhitung tidak melebihi standar dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 yaitu konsentrasi

maksimal kadar sulfida di bawah 0,01 mg/l.

Page 53: laporan air laut

47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bedarsarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa tingkat pencemaran air laut yang dianalisis

masih dalam kategori rendah karena hampir seluruh parameter

masih memenuhi syarat baku mutu Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 sehingga air laut masih

aman untuk biota laut. Tetapi perlu diwaspadai dan terus dipantau

karena salah satu parameter melebihi syarat baku mutu yang

diajukan.

B. Saran

Setelah melakukan Praktik kerja industri (Prakerin) di

Bogor Labs, pt penulis ingin menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Menjaga hubungan baik antara pihak industri dan pihak

sekolah sehingga akan memudahkan siswa-siswi yang akan

melaksanakan prakerin.

2. Pemberian informasi serta gambaran mengenai kondisi dan

suasana diIndustri kepada siswa yang akan melaksanakan

Prakerin hendaknya diperluas lagi mengingat beragamnya

dunia industri.

3. Memperluas kerjasama antara pihak industri lain dengan pihak

sekolah,karena hal ini dapat membantu proses kegiatan siswa

dalammengembangkan pengetahuan dan aplikasi pelajaran

yang telahdidapatkan disekolah.

Page 54: laporan air laut

48

DAFTAR PUSTAKA

Adam, sahryl. 2013. “kandungan unsur hara fosfat dalam air laut”. Bogor.

http://sahryladam.blogspot.com/2013/05/kandungan-unsur-fosfat-

dalam-air-laut.html. 10 Ferbuari 2015 pukul 19.20

American Public Health Association; American Water Works Association dan

Water Pollution Control Federation. 1980. Standard Methods for the

examination of water and wastewater. APHA, AWWA, WPCF. 15th

eds. Hal. 388-399.

Bimantara, Elfahry. 2009. “hubungan sulfur dengan budidaya ikan”. Bogor.

http://elfahrybima.blogspot.com/2009/01/hubungan-sulfur-dengan-

budidaya-ikan.html. 10 Februari 2015 pukul 20,45

Chandra,Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Colwell R.R; R.K. Sizemore; J.F. Carney; J.D. Nelson. Jr; J.H. Pickar; J.

Schwarz; J.D. Walker; R.Y. Morita; S.D. Vanvakenburg dan R.T.

Wright s.a Marine and estuarinemicroiology laboratory manual. Univ.

Park Press Baltimore, London, Tokyo : 11-13

Fonselius, S.H. 1976. Determination oh hydrogen sulphide. Dalam : Methods of

seawater analysis (K. Grasshoff edt). Verlag Chemie, Weinheim, New

York :71-77.

Grasshoff, K. 1976. Determination of nitrit. Dalam : Methods of seawater analysis

(grasshoff edt.). Verlag Chemic-Weinheim-New York : 134-145.

Hadi, Abdul. 2013. “Pengertian Laut dan Klasifikasi Laut”. Bogor.

http://softilmu.blogspot.com/2013/07/pengertian-laut-dan-klasifikasi-

laut.html. 10 Februari 2015 pukul 22.00.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Hutagalung, Horas P dkk. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota

buku 2. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Page 55: laporan air laut

49

Marsur, M. 2008. Tentang Biota Laut. Ambon:UPT BKL LIPI.

Martina, Nilam. 2014. “Laporan Praktikum Analisa Spektrofotometri”. Bogor.

https://nilammartinarn6.wordpress.com/2014/05/05/laporan-praktikum-

analisa-spektrofotometri/. 10 Februari 2015 pukul 19.20

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag.

New York.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit Djambatan.

367 hal.

Octariany, Frieda. 2012. “Dampak Negatif Amoniak Bagi Biota Perairan Darat”.

Bogor. http://friedaocta.blogspot.com/2012/10/dampak-negatif-

amoniak-bagi-biota.html. 11 Februari 2015 pukul 22.16

Richtel, M. 2007 "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York

Times.

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1999. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang

Laut. Jakarta: Puslitbang Oseanologi - LIPI. 116 hal.

Silven. 2013. Hasil Parameter Kimia Analisis Nitrat di Perairan Popsa. Makasar :

Universitas Hasanudin

Sumardi, Juarir, Hukum Pencemaran Laut Transnasional (Bandung, Citra Aditya

Bakti, 1996).

Tanpa Nama 1. 2012. “laut dan fungsinya”. Bogor.

http://wiadnyadgr.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/1-Laut-Dan-

Fungsinya.pdf. 6 Februari 2015 pukul 21.35.

Tanpa Nama 2. 2014. “Pengertian Laut”. Bogor.

http://www.pengertianahli.com/2014/05/pengertian-laut-apa-itu-

laut.html#. 7 Februari 2015 pukul 12.10.

Page 56: laporan air laut

50

LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Bogor Labs, pt

Page 57: laporan air laut

Lampiran 2 Denah Ruangan Bogor Labs, pt

Lantai 1

MU

KA

R

UK

O

Up

Up

Ruang Analisis LC 50 Ruang Analisis LD 50

Ruang Sample Gudang dan Utilitas Ruang Analisa Kultur

Jaringan I

Mushola

Rak Limbah

TC

LP

Ruang Analisa Kultur

Jaringan II

Ruang Tamu

Ruang Serba Guna

Refrig

erator

Loker

Assembly Point

Assembly Point

Kantor

Page 58: laporan air laut

Lantai 2

Up

Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA)

Sp

ektr

ofo

tom

ete

r

UV

-V

ISA

na

lytica

l

ba

lan

ce

Ruang

Instrument

Alat

PenyaringOvenWaterbath

COD

ReaktorCentrifuge

Aquadest

Meja Preparasi Meja Preparasi

Fume Hood

Are

a E

kstr

aksi

Peralatan

Gelas

Meja Sample

2000mm.

92

00m

m.

Inkubator

Compresor

Asetilen

Refrigerator

Refrigerator

Refrigerator

Page 59: laporan air laut

Lampiran 4 Data Analisis DO dan KOB

Pembakuan larutan standar tiosulfat 0,025N

DO0 DO5

Bobot KIO3 93 mg 89,7 mg

Volum penitar (tiosulfat) 10,06 ml 10,02 ml

N Tiosulfat 0,0259 N 0,0251N

Hasil Analisis

ID SAMP

EL

Faktor Pengen

cer

NILAI DO0 NILAI DO5

NILAI KOB5 (mg/l)

KOB5 Koreksi Blanko V tio

(ml) V botol

(ml)

DO0 (mg/l)

V tio (ml)

V Botol (ml)

DO5 (mg/l)

Blanko 1 1,84 285 7,74 1,72 268 7,01 0,73 0,00

BLS 141135

5-1 1 1,42 270 5,98 1,14 275 4,65 1,33 0,60

BLS 141135

5-2 1 1,52 300 6,39 1,36 275 5,54 0,85 0,12

BLS 141135

5-3 1 1,50 285 6,31 1,06 275 4,32 1,99 1,26

Page 60: laporan air laut

Lampiran 5 Data Analisis Fosfat

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorbansi Konsentrasi Faktor

Pengenceran Konsentrasi

Akhir Satuan

Blanko 0,0000 -0,0003 1 -0,00025 mg/l

CS 0.04 ppm 0,0290 0,0450 1 0,04498 mg/l

BLS 1411355-1 0,0040 0,0060 1 0,00599 mg/l

BLS 1411355-2 0,0000 -0,0003 1 -0,00025 mg/l

BLS 1411355-2 sp 0,04 0,0270 0,0419 1 0,04186 mg/l

BLS 1411355-3 0,0010 0,0013 1 0,00131 mg/l

BLS 1411355-3R 0,0010 0,0013 1 0,00131 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,020 0,0120

3 0,040 0,0270

4 0,080 0,0500

5 0,160 0,1040

6 0,320 0,2060

7 0,640 0,4100

Slope 0,6412

Intersep 0,0002

Koefisien Korelasi 1,0000

Standar Kalibrasi

Page 61: laporan air laut

Lampiran 6 Data Analisis Nitrit

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorbansi Konsentrasi Faktor

Pengenceran Konsentrasi

Akhir Satuan

Blanko 0,0000 -0,0009 1,0000 -0,00087 mg/l

CS 0.04 ppm 0,1180 0,0399 1,0000 0,03995 mg/l

BLS 1411355-1 0,0000 -0,0009 1,0000 -0,00087 mg/l

BLS 1411355-2 0,0010 -0,0005 1,0000 -0,00052 mg/l

BLS 1411355-2 sp 0,04 0,1250 0,0424 1,0000 0,04237 mg/l

BLS 1411355-3 0,0000 -0,0009 1,0000 -0,00087 mg/l

BLS 1411355-3R 0,0000 -0,0009 1,0000 -0,00087 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,000 0,0000

2 0,010 0,0290

3 0,020 0,0590

4 0,040 0,1190

5 0,080 0,2390

6 0,160 0,4680

7 0,320 0,9250

Slope 2,8912

Intersep 0,0025

Koefisien Korelasi 1,0000

Standar Kalibrasi

Page 62: laporan air laut

Lampiran 7 Data Analisis Nitrat

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorb

ansi Background

Konsentrasi

NO2+NO3

Faktor Pengenc

eran

Konsentrasi

NO2+NO3 * Fp

Konsentrasi

NO2 *)

Konsentrasi NO3

Satuan

Blanko 0,0000

-0,0014 1 -0,0014

-0,0014 mg/l

CS 0.04 ppm

0,0440 0,0200 0,0397 1 0,0397

0,0397 mg/l

BLS 1411355-1

0,0340 0,0200 0,0225 1 0,0225 -0,0009 0,0234 mg/l

BLS 1411355-2

0,0350 0,0200 0,0243 1 0,0243 -0,0005 0,0248 mg/l

BLS 1411355-2

sp 0,04 0,0600 0,0200 0,0671 1 0,0671 0,0424 0,0247 mg/l

BLS 1411355-3

0,0400 0,0200 0,0328 1 0,0328 -0,0009 0,0337 mg/l

BLS1411355-3R

0,0390 0,0200 0,0311 1 0,0311 -0,0009 0,0320 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,0000 0,0000

2 0,0200 0,0080

3 0,0400 0,0200

4 0,0800 0,0590

5 0,1600 0,0940

6 0,3200 0,1860

7 0,6400 0,3740

Slope 0,5834

Intersep 0,0008

Koefisien Korelasi 0,9992

Standar Kalibrasi

Page 63: laporan air laut

Lampiran 8 Data Analisis Amonia

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorbansi Konsentrasi Faktor

Pengenceran Konsentrasi

Akhir Satuan

Blanko 0,0000 -0,0002 1,0 -0,00024 mg/l

BLS 1411355-1 0,1750 0,1643 1,0 0,16433 mg/l

BLS 1411355-2 0,2830 0,2659 1,0 0,26589 mg/l

BLS 1411355-3 0,2550 0,2396 1,0 0,23956 mg/l

BLS 1411355-3R 0,2600 0,2443 1,0 0,24426 mg/l

BLS 1411355-2 Sp0,2 0,4810 0,4521 1,0 0,45209 mg/l

Cstd 0.3 0,2900 0,2725 1,0 0,27247 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,0000 0,0000

2 0,1000 0,1050

3 0,2000 0,2170

4 0,3000 0,3170

5 0,5000 0,5320

Slope 1,0634

Intersep 0,0003

Koefisien Korelasi 0,9999

Standar Kalibrasi

Page 64: laporan air laut

Lampiran 9 Data Analisis Sianida

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorbansi Konsentrasi Faktor

Pengenceran Konsentrasi

Akhir Satuan

Blanko 0,0000 -0,0075 1,0000 -0,00754 mg/l

Cstd 0.04 0,2410 0,0444 1,0000 0,04444 mg/l

BLS 1411355-1 -0,1280 -0,0352 1,0000 -0,07031 mg/l

BLS 1411355-2 -0,1290 -0,0354 1,0000 -0,07074 mg/l

BLS 1411355-3 -0,1280 -0,0352 1,0000 -0,07031 mg/l

BLS 1411355-3R -0,1280 -0,0352 1,0000 -0,07031 mg/l

BLS 1411355-2 + 0,04 0,1210 0,0186 1,0000 0,03711 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,0000 0,0000

2 0,0200 0,1300

3 0,0400 0,2600

4 0,0600 0,3120

5 0,0800 0,4090

6 0,1000 0,4990

7 0,2000 0,9530

Slope 4,6363

Intersep 0,0350

Koefisien Korelasi 0,9975

Standar Kalibrasi

Page 65: laporan air laut

Lampiran 10 Data Analisis Sulfida

Hasil Analisis Sampel BLS 1411355 (1-3)

ID Sampel Absorbansi Konsentrasi Faktor

Pengenceran Konsentrasi

Akhir Satuan

Blank 0,0000 0,0000 1,0 0,0000 mg/l

CS 0.6 ppm 0,4720 0,5937 1,0 0,5937 mg/l

BLS 1411355-1 -0,0040 -0,0012 1,0 -0,0012 mg/l

BLS 1411355-2 -0,0090 -0,0014 1,0 -0,0014 mg/l

BLS 1411355-3 -0,0020 -0,0005 1,0 -0,0005 mg/l

BLS 1411355-3R -0,0030 -0,0006 1,0 -0,0006 mg/l

BLS 1411355-2 Sp0,2 0,2910

0,1826 1,0

0,1826 mg/l

No Konsentrasi

(mg/l) Absorbansi

1 0,0000 0,0000

2 0,0993 0,0780

3 0,1986 0,1580

4 0,3971 0,3250

5 0,5957 0,4750

6 0,7943

0,6260

Slope 0,7920

Intersep 0,0018

Koefisien Korelasi 0,9998

Standar Kalibrasi