Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

download Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

of 9

Transcript of Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    1/9

    19 : 32 : 58 Tuesday-5-April-2016

     German Dialogues

    Learn how to be happy with

    what you have while you pursue

    all that you want. ( Jim Rohn) 

    9in1 Converters

    6.8KLike

    Saying of the Day

    Mahmudin Ad-din

    Buat Lencana Anda

    Add Me

    Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Negeri 5Menara, Kumpulan Motivasi, Pendidikan,Ilmu Biologi

    Cari

    Cari Blog Ini

    Laporan Agonistik pada Perilaku Jangkrik

    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang  Perilaku Jangkrik berupa “bertindak, bereaksi, atau berfungsidalam suatu cara t...

    MATERI ILMU BUDAYA DASAR

    MANUSIA DAN CINTA KASIH (TITISTIAWATI, S.SOS., M.SI) 1. Makna Kasih

    Sayang Dalam kamus umum BahasaIndonesia karangan W....

    Entri Populer

    Friendster

    0   Lainnya Blog Berikut» Buat Blog  Masuk

    https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/https://www.blogger.com/home#createhttps://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=812317838432581957http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/04/materi-ilmu-budaya-dasar.htmlhttp://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.htmlhttp://www.facebook.com/badges/https://www.facebook.com/madenshttps://www.facebook.com/madenshttp://feedburner.google.com/fb/a/mailverify?uri=Ymabyts&loc=en_UShttp://www.addthis.com/bookmark.php?v=250&username=addkriyhttp://www.twitter.com/YmaBytshttp://traxonot.blogspot.com/2012/10/9-in-1-useful-converters-angle-area.htmlhttp://german-audio-dialogues.blogspot.com/

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    2/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 2/9

    makanan, air, pasangan, dan tempat tinggal untuk tempat bersarang, perlindungan selama

    musim dingin atau terhadap predator (Drickamer dan Vessey, 1982 dalam Susilowati dan

    Rahayu, 2007).

      Perilaku sosial hewan yang didefinisikan secara luas adalah setiap jenis interaksi antara

    dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama.

    1.  Perilaku Agonistik 

    Perilaku agonistik adalah suatu pertandingan yang melibatkan baik perilaku yang

    mengancam maupun yang menentukan pesaing mana yang mendapatkan akses ke

     beberapa sumber daya, seperti makanan atau pasangan kawin. Banyak perilaku tersebut

    melibatkan ritual, penggunaan aktivitas simbolik, sehingga biasanya tidak ada bahayayang serius yang dilakukan oleh pihak-pihak yang beradu. Contohnya jangkrik jantan

    yang memperebutkan jangkrik betina dengan perkelahian tetapi perkelahian itu tidak 

     berujung pada kematian.

    2.  Hirarki Dominansi

    Banyak hewan hidup dalam kelompok sosial yang dipertahankan oleh perilaku

    agonistik. Contohnya adalah ayam. Jika beberapa ayam betina yang tidak saling

    mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan merespon dengan

     berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu akan membentuk suatu “urutan

     patukan” yang jelas- suatu hirarki dominansi yang kurang lebih linier.

    3.  TeritorialitasSuatu teritorial adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu

    hewan yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritorial secara

    khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak, atau

    kombinasi aktivitas tersebut. umumnya lokasi teritorial sudah tetap, dan ukurannya

     bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi teritorial, dan jumlah sumber daya yang

    tersedia.

    Pada banyak spesies yang mempertahankan teritorial hanya pada musim kawin, individu

    dapat membentuk kelompok sosial pada waktu lainnya.

    4.  Sistem Perkawinan

    Perilaku kawin berhubungan langsung dengan kelestarian hidup hewan. Terdapat

    suatu hubungan yang erat antara perilaku kawin yang diamati dengan jumlah keturunan,yang seringkali menjadi penentu utama kelestarian hidup seekor hewan. Banyak hewan

    yang terlibat dalam percumbuan, yang mengumumkan bahwa hewan yang terlibat tidak 

    dirasa mengancam merupakan pasangan kawin yang potensial. Pada sebagian besar 

    spesies, hewan betina memiliki banyak investasi parental dibandingkan dengan hewan

     jantan dan kawin secara lebih selektif. Hewan jantan pada sebagian besar spesies

     berkompetisi untuk mendapatkan pasangan kawin, hewan betina pada banyak spesies

    terlibat dalam penilaian, atau penyeleksian hewan jantan berdasarkan ciri-ciri yang lebih

    disukai. Pada banyak spesies, perkawinan adalah bersifat promiscuous, tidak ada ikatan

     pasangan yang kuat atau hubungan yang bertahan lama. Pada spesies di mana pasangan

    kawin masih tetap bersama-sama selama periode waktu yang lama, hubungan itu bisa

     bersifat monogamy (satu jantan mengawini satu betina) atau poligami (individu dari satu

     jenis kelamin mengawini beberapa individu dari jenis kelamin yang berlawanan).Hubungan poligami yang paling sering melibatkan seekor jantan tunggal dengan banyak 

    hewan betina, disebut poligini. Namun demikian, pada beberapa spesies seekor betina

    kawin dengna beberapa jantan, disebut poliandri (Campbell.2004).

    5.  Perilaku Makan

    Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke

     pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang dapat dimakan.

    Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari makanan. Jadi

    hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan perbandingan kerugian/

    keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari mencari makanan

    diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra mencari” untuk macam

    makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan yang besar. Untuk beberapaspecies, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan makannya saja, melainkan

    tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang menggunakan energinya untuk 

    membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk menarik mangsanya agar 

     berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan hewan sosial berkisar pada

    makan bersama.

    Join this site

    w ith Google Friend Connect

    Members (2)

     Already a member? Sign in

    Ada kesalahan di dalam gadget ini

    Ada kesalahan di dalam gadget ini

    Ada kesalahan di dalam gadget ini

    Total

    Today

    Online

    1,402

    8

    1

    Get this  $$$  Stats

    Ada kesalahan di

    dalam gadget ini

    Follow

    @mahmudin310

    My Twitter

    Ada kesalahan di

    dalam gadget ini

    ▼ 2012 (7)

    ► April (6)

    ▼ Maret (1)

    LaporanAgonistikpadaPerilakuJangkrik

    Arsip Blog

    Selalu ingat akan

    denganNYA

    Ucapkan sebelum

    memulai sesuatu

    Ad-Dhi3n

    Serang, Banten, Indonesia

    Nama lengkap: MAHMUDIN lahir, Lebak, 02

    februari 1991. sedang menyelesaikan S1 di

    University of Sultan Ageng Tirtayasa.

    Pendidikan Biologi. Laman ini berisikan

    sebuah materi-materi pembelajaran baik

    disekolah, lingkungan kampus maupun

    masyarakat umum yang dapat diakses

    dengan mudah, semoga isi dan konten

    dalam materi tersebut dapat membawa

    keberkahan untuk semua. Amin

    Lihat profil lengkapku

    Ihwal Tentang Saya

    https://www.blogger.com/profile/00104581062592557123https://www.blogger.com/profile/00104581062592557123http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.htmlhttp://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012_03_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012_04_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00%2B07:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00%2B07:00&max-results=7http://void%280%29/http://twitter.com/Ad-Dheenhttp://www.widgeo.net/http://www.widgeo.net/stats.php?id=2014948http://ow.ly/KNICZhttp://www.widgeo.net/?ref=link_geo

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    3/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 3/9

    Perilaku makan berbeda-beda pada masing-masing spesies hewan. Contohnya

     pada Monyet rhesus. Monyet rhesus adalah binatang siang (diurnal) yang hidup di

     pohon-pohon maupun di permukaan tanah. Umumnya ia herbivora dan memakan daun-

    daunan dan daun pinus, akar-akaran, dan kadang-kadang serangga atau binatang-

     binatang kecil. Monyet ini mempunyai pipi yang khusus seperti kantung, yang

    memungkinkannya menimbun makanannya. Bahan makanan yang sudah dikumpulkan

    akan dimakannya belakangan di daerah yang aman. Selain itu, Monyet-monyet yang

    menemukan makanan biasanya akan mengumumkan hal ini dengan panggilan-panggilan

    yang khas, meskipun ada yang mengatakan bahwa monyet-monyet muda atau yang

    rendahan kadang-kadang akan berusaha menghindari hal itu apabila temuan merekatidak diketahui (Budhi.11 Oktober 2010).

    2.2 Penginderaan bunyi secara tympanal pada jangkrik 

    Penginderaan bunyi secara tympanal melibatkan suatu tympanum (membran) yang

    dapat merespon bunyi yang dihasilkan di tempat dengan jarak tertentu dan dihantarkan

    melalui udara (air-borne vibration). Membran tympanal berhubungan dengan chordotonal

    organ dan suatu kantung berisi udara. Kantung udara yang biasanya merupakan

    modifikasi dari tracheae, berfungsi untuk resonansi gelombang agar suara yang diterima

    menjadi lebih kuat. Letak tympanal organ berbeda-beda dari kelompok serangga (

     jangkrik ) yang satu ke serangga ( jangkrik ) yang lain misalnya:

    §  Ventral thorax, antara kaki-kaki metathorax (pada melalang sembah, mantids)

    §  Metathorax (pada ngengat malam, noctuid moths)

    §  Kaki-kaki prothorax (pada beberapa orthoptera)

    §  Abdomen (pada orthoptera yang lain, gareng po homoptera, ngengat lepidoptera dan

    kumbang coleoptera)

    §  Pangkal sayap (ngengat lepidoptera)

    §  Prosternum (lalat diptera)

    §  Cervical membranes (beberapa kumbang coleptera)

      Gelombang bunyi yang sampai pada tympanal organ baik melalui udara

    maupun melalui subtrat menyebabkan tympanum bergetar. Getaran tersebut akan diterima

    oleh tiga chordotonal organ yaitu subgenual organ, intermediate organ dan crista acustica.

    Intermediate organ menerima signal akustik dengan frekuensi 2–14 kH sedangkan crista

    acustica yang terdiri dari sekitar 60 sel skolopodial menerima frekuensi sekitar 5–50 kHz.

    Walaupun masing-masing chordotonal organ mempunyai inervasi syaraf yang terpisah dan

    menerima gelombang dengan frekuensi yang berbeda-beda, tetapi signal-signal yang

    diterima oleh ketiga organ tersebut dapat diindera dan ditafsirkan secara terpadu. Hal ini

    dimungkinkan karena ketiga syaraf tersebut terhubung pada suatu titik.

    2.3 Perbedaan jangkrik jantan dan jangkrik Betina

      Didalam suatu jenis binatang pasti ada yang membedakan antara betina dan jantannya

    misalnya bisa dilihat dari jenis kelaminnya yang jika kelihatan untuk jenis binatang yang

    besar kalau untuk binatang yang kecil seperti jangkrik ini sulit membedakan antara

    jangkrik jantan dan jangkrik betina. Ataupun dengan melihat dari tampang untuk yang ahli

    ataupun untuk yang sudah kenal karakteristik dari binatang yang sudah seseorang pelihara

    dan untuk hal ini pula sangat sulit membedakan antara jangkrik jantan dan betina.

    perbedaan antara jangkrik jantan dan betina bahwa jangkrik jantan dan betina itu terletak

    pada ekornya.

      Jika jangkrik itu jantan bisa dilihat dari ekornya ada dua dan jangkrik betinaditandakan dengan ekor yang berjumlah dua. Sedangkan untuk jangkrik betina berjumlah

    ekornya adalah 3 dengan penjelasan ekor yang satu adalah yang menonjol ditengah adalah

    alat untuk mengeluarkan telur pada, jadi itulah yang membedakan antara jangkrik jantan

    dan betina.

     

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    3.1  Waktu dan Tempat

    Pelaksanaan praktikum telah dilaksanakan pada :

    Hari, tanggal : Jumat, 16 Desember 2011

    Pukul : 13.30 – 14.30 WIBTempat : Laboratorium Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan

    dirumah.

    3.2  Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu :

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    4/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 4/9

    a.  Alat

    ·  Terrarium ( baskom atau akuarium kecil )

    ·  Korek api

    ·  Cat Penanda Jangkrik 

     b.  Bahan

    ·  Jangkrik Jantan 7 ekor ( sudah dalam keadaan di isolasi +/- 24 jam )

    Jangkrik betina 2 ekor ( sudah dalam keadaan di isolasi +/- 24 jam )

    3.3  Cara Kerja

    1.  Agresi dan Hirarkhi dominansia.  Memasukkan 5 ekor jangkrik jantan yang telah diberi tanda toraknya ke dalam

    terarium. Setiap jangkrik harus sudah mengalami isolasi sekurang-kurangnya

    selama 24 jam..

     b.  Mengamati apa yang terjadi ketika dua ekor jangkrik berdekatan/saling

     berhadapan.

    c.  Membuat etogram tingkah laku agonistik yang tampak pada waktu pengamatan.

    Membuat etogram secara kronologis mulai pada waktu

     jangkrik berdekatan/berhadapan sampai kalau mungkin terjadi perkelahian.

    d.  Mencatat perubahan pola tingkah laku dan keras lemahnya suara.

    memperhatikan juga apakah respon jangkrik jantan tergantung pada

    mendekatnya jangkrik jantan yang lain.

    e.  Menentukan ada tidaknya hirarkhi dominansi dengan membuat tabel seperti

     berikut ini. Jika ada hirarkhi tentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai

    kestabilan.

    f.  Memasukkan seekor jangkrik betina ke dalam terarium tersebut. mengmati dan

     berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hirarki dominansi yang

    stabil? membandingkan dengan ketika tanpa jangkrik betina?

    g.  Mencatat hasil pengamatan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Tabel hierarki dominansi pada jangkrik

    Jangkrik a B C d E

    A

    B

    C

    D

    E

    2.  Teritorialitas

    a.  Menyiapkan 1 terarium yang sudah dilengkapi dengan sebuh kotak korek api

    yang terbuka salah satu ujungnya, letakkan pada salah satu sudut terarium.

     b.  Memasukkan ke dalam setiap terarium seekor jangkrik jantan. Biarkan selama

    sekurang-kurangnya satu hari.

    c.  Memasukkan 2 jangkrik jantan (bukan dari perlakuan 1) ke dalam terarium.

    Amati apa yang terjadi. Perhatikan:

    1)  Apakah terlihat adanya tingkah laku teritorial pada jangkrik 

     pe rtama (resident male)? Bagaimana bentuknya?2)  Apakah jangkrik pendatang berusaha merebut terri torial

    resident male? Setelah selesai pengamatan keluarkan 2 ekor jangkrik jantan

     pendatang tersebut.

    d.  Melakukan pengujian dengan menggunakan 5 jangkrik jantan yang sudah

    diketahui jenjangnya dalam hirarkhi dominansi. Dapatkah resident male

    mempertahankan rumahnya/teritorialnya dari jangkrik yang dominan

    terhadapnya. Setelah selesai pengamatan keluarkan 5 jangkrik jantan tersebut.

    e.  Menambahkan 1 kotak korek api pada sudut yang berlawanan letaknya

    dengan perlakuan D. Masukkan 3 ekor jangkrik jantan yang jenjangnya dalam

    hirarki dominansinya sudah diketahui. K emudian jawablah pertanyaan berikut

    ini :

    1)  Jangkrik mana yang berhasil mempertahankan teritorialnya?2)  Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kestabilan

    territorial?

    3)  Ambilah jangkrik yang tidak memperoleh rumah. Apakah perebutan

    teritoial terjadi diantara dua jangkrik yang memiliki rumah?

    4)  Masukkan seekor jangkrik betina. Amati apa yang terjadi?

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    5/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 5/9

     

    Gambar 2. Rangkaian percobaan daerah teritorialitas jangkrik 

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil pengamatan

    Praktikum ini di lakukan di Laboraturium Biologi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

     pada tanggal 16 Desember 2011 pukul 13.30 dan di komplek Untirta pada tanggal 18

    Desember pukul 10.00

      1. Agresi dan Hirarki Dominansi

    Jangkrik 1 2 3 4 5

    1 - - - 1 5

    2 - - - 4 -

    3 - - - - 5

    4 - - - - -

    5 - - - - -

     2. Teritorialitas

    Tabel 1

    Jangkrik 1 Jangkrik 2

    Ressident male R R  

    Tabel 2

    Korek I Korek II

    Ditempati oleh resident male

    ·  Resident male diusir oleh jangkrik 1   ·  Diisi oleh jangkrik 5

    ·  Jangkrik 5 mengusir jangkrik 1   ·  Jangkrik 1 masuk 

    ·  Jangkrik 1 kembali ke tempat asal   ·  Jangkrik 5 kembali ke tempat

    semula

    Setelah dimasukkan betina

    ü  Jangkrik 5 mengembangkan dan menggerakkan sayapnya

    ü  Jangkrik betina kemudian tertarik dengan jangkrik 5

    ü  Jangkrik 1 mulai tertarik terhadap jangkrik betina

    ü  Jangkrik 1 dan 5 berkelahi memperebutkan betina

    ü  Jangkrik 5 menang, kemudian terjadi perkawinan antara jangkrik 5 dengan jangkrik betina

    ü  Jangkrik 1 mengembangkan dan menggerakkan sayapnya

    ü  Jangkrik betina kemudian tertarik dengan jangkrik 1

    ü  Jangkrik betina melakukan poliandri karena melakukan perkawinan dengan jangkrik 1 dan

     jangkrik 5

    ü  Jangkrik betina sudah tidak tertarik dengan jangkrik 1

    ü  Jangkrik betina tertarik kembali dengan jangkrik 5 dan kembali melakukan perkawinan.

    4.2 Analisis data

    1. Agresi dan Hirarki Dominansi

      Etogram yang teramati :

    Pada pengamatan yang telah dilakkan bahwa:

    ·  Jangkrik 1 mengejar jangkrik 4

    ·  Jangkik 4 mendekati jangkrik 2, kemudian jangkrik 2 meloncat sehingga

    Jangkrik 4 mendominasi

    ·  Jangkrik 1 menghindar kemudian Jangkrik 5 bunyi dan antenanya bergerak 

    ·  Jangkrik 5 berhadapan dengan jangkrik 3 kemudian jangkrik 3 kabur 

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    6/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 6/9

    ·  Betina mendekati jangkrik 5 tetapi jangkrik 5 menjauh

    ·  Jangkrik 5 berbunyi dan tertarik pada jangkrik betina

    ·  Jangkrik 5 dan jangkrik 1 berkelahi, yang menang jangkrik 1.

      Dari praktikum yang kami lakukan diketahui bahwa suara yang paling nyaring

    adalah suara dari jangkrik 1, dan memang jangkrik 1 merupakan jangkrik yang hirarkhi

    dominansinya paling tinggi di antara jangkrik yang lain. Suara berpengaruh ketika

    dimasukkan individu betina dalam terrarium ( baskom), usaha dari individu jantan untuk 

    menarik perhatian individu betina dengan cara berjalan mendekati individu betina

    sambil terus mengeluarkan suara. Dari tingkah laku jantan juga dapat terlihat adanyaorientasi, yaitu mengarahkan individu betina dengan cara berjalan didepan individu.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkah laku agonistik, yaitu makanan,

    teritorialitas, seksualitas, dan hirarkhi dominansi.

      Dari data hasil pengamatan diketahui bahwa pada praktikum yang dilakukan

    termasuk hirarkhi dominansi yang kompleks tipe dendritik. Karena seekor jangkrik 

    dapat mendominasi lebih dari seekor jangkrik yang ada di akuarium ( baskom), dan

    dari dua atau lebih ekor jangkrik yang mendominasi, ada seekor jangkrik yang paling

    dominan. Seperti yang terlihat pada tabel hirarkhi dominansi bahwa jangkrik 5 dominan

    dari jangkrik 2, 3, dan 4, namun ada jangkrik yang lebih dominan dari jangkrik 5,

    yaitu jangkrik 1. Waktu untuk mencapai keadaan stabil pada masing-masing tingkah

    laku agonistik jangkrik 7 menit 7 detik. Jika diurutkan dari jangkrik yang dominansinya

     paling tinggi ke rendah yaitu jangkrik 1, 5, 4, 2, dan 3. Terdapat perbedaan waktu

    yang digunakan untuk mencapai hirarkhi dominansi antara sebelum diberi jangkrik 

     betina dan setelah diberi jangkrik betina. Rata-rata hitungan waktu yang diperlukan

    untuk mencapai hirarkhi dominansi pada saat sebelum ada jangkrik betina dalam

    hitungan detik yaitu 15 detik, sedangkan setelah diberi jangkrik betina untuk mencapai

    hirarkhi yang stabil dalam hitungan menit yaitu 6 menit. Perbedaan waktu tersebut

    dapat dipengaruhi karena setelah diberi jangkrik betina, tingkah laku agonistik yang

    muncul tidak hanya dipengaruhi untuk mencapai hirarkhi dominansi, melainkan ada

    faktor lain yang mempengaruhi, yaitu seksualitas. Kehadiran individu betina

    menyebabkan pencapaian kondisi hirarkhi yang stabil dalam waktu yang lama. Karena,

    selain untuk mencapai hirarkhi dominansi, timbul rangsangan seksual pada individu

     jantan untuk mendapatkan pasangan. Sehingga terjadi perebutan antar individu jantan

    untuk mendapatkan individu betina. Individu jantan yang kalah, cenderung lebih sulit

    untuk mendapatkan individu betina, karena individu jantan yang menang akan

    menghalau individu yang kalah untuk mendekati individu betina. Sehingga hanya

    individu jantan yang menang yang dapat mendekati betina.

    2. Teritorialitas

    Dari data hasil pengamatan (tabel 1) diketahui bahwa ketika ada dua

     pendatang yaitu jangkrik 1 dan jangkrik 2 yang berusaha merebut territorial, resident

    male berusaha untuk mempertahankan teritorialnya. Hal itu dapat terlihat dari suara

    yang dikeluarkan oleh resident male ketika ia merasa terusik dengan kehadiran

     jangkrik pendatang. Waktu yang diperlukan untuk mencapai kestabilan yaitu 10 menit.Dari data hasil pengamatan (tabel 2) dengan menggunakan 2 buah kotak 

    korek api, keadaan yang terjadi ketika dimasukkan 3 pendatang baru yaitu jangkrik 

    1, jangkrik 4, dan jangkrik 5, resident male pada awalnya tetap berusaha

    mempertahankan teritorialnya yaitu kotak korek api A. Namun yang terjadi setelah

     beberapa menit kemudian, resident male ternyata dapat dikalahkan oleh jangkrik 

     pendatang yaitu jangkrik 1. Faktor yang menyebabkan resident male tidak bisa

    mempertahankan teritorialnya yaitu adanya dominasi dari jangkrik 1 yang lebih kuat

    dibandingkan dengan resident male yang akhirnya dapat mengalahkan resident male.

    Pada kotak korek api A ditempati oleh jangkrik 1, sedangkan kotak korek api

    B ditempati oleh jangkrik 5. Kemudian terjadi perebutan teritorial pada kotak korek 

    api A antara jangkrik 1 dengan jangkrik 5 yang dimenangkan oleh jangkrik 5 dan

    terjadi pertukaran tempat. Sehingga kotak korek api A ditempati oleh jangkrik 5 dan

    kotak korek api B ditempati oleh jangkrik 1. Namun setelah beberapa menit

    kemudian kedua jangkrik tersebut kembali berpindah ke tempat asal. Waktu yang

    diperlukan untuk mencapai kestabilan yaitu 12 menit.

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    7/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad-dhi3n.blogspot.co.id/2012/03/laporan-agonistik-pada-perilaku.html 7/9

    Ketika dimasukkan individu betina pada akuarium, kembali terjadi tingkah laku

    agonistik yang dipengaruhi oleh faktor seksualitas. Individu jantan yang lebih dominan

    (jangkrik 5 berusaha menghalau individu jantan lain yang berusaha mendekati individu

     betina dengan cara mengejar individu jantan lain (jangkrik 1). Jangkrik 5, resident

    male mengeluarkan suara dan berjalan didepan jangkrik betina untuk menarik 

     perhatian individu betina, waktu yang di perlukan 8 menit. Waktu untuk mencapai

    kestabilan 10 menit. Kemudian jangkrik 5 mengitari jangkrik betina dan berusaha

    mengajak jangkrik betina menuju sarangnya. Setelah sampai disarang, jangkrik jantan

    dan betina melakukan kopulasi.

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Adapun simpulan yang dapat diambil adalah:

    1.  Perilaku dihasilkan oleh gen dan faktor lingkungan.

    2.  Perilaku sendiri memiliki arti sikap dan gerak organisme berespon dan beradaptasi terhadap

     perubahan lingkungan.

    3.  Perilaku hewan ada dua jenis, yakni Perilaku bawaan (Innate Behaviour) dan Perilaku hasil

     pembelajaran (Learned Behaviour)

    4.  Hirarki dominansi bersifat linear dan kompleks.5.  Umumnya jangkrik yang berada pada daerah teritorialnya bersifat dominan terhadap hewan

     pendatang.

    6.  Perilaku sosial hewan antara lain perilaku aganostik, hirarki dominansi, dan teritorialitas.

    7.  Praktikum yang dilakukan termasuk hirarkhi dominansi yang kompleks tipe dendritik, karena

    seekor jangkrik dapat mendominasi lebih dari seekor jangkrik yang ada di akuarium (

     baskom), dan dari dua atau lebih ekor jangkrik yang mendominasi, yaitu jangkrik 1.

    8.  Waktu untuk mencapai kestabilan pada hirarki dominansi membutuhkan waktu yang cukup

    lama sebelum adanya jangkrik betina karena jangkrik jantan membutuhakan penyesuain

    dengan individu atau lingkungan baru.

    9.  Teritorialitas resident male lebih mendominasi dari jangkrik pendatang karena resident male

    lebih dominan dari pendatang.

    10.  Resident male tidak dapat mempertahankan daerah teritorialitas dari 5 jangkrik yang hirarki

    dominansi telah di ketahui dari pengamatan 1, karena

    LAMPIRAN

     

    Pristiwa perebutan daerah teritorial

     

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    8/9

    Windows Live Messenger + Fitur-fitur Total Pengunjung

    2 4 9 8

  • 8/18/2019 Laporan Agonistik Pada Perilaku Jangkrik

    9/9

    4/5/2016 Mahmudin Ad-Dhi3n: Laporan Agonistik pada Per ilaku Jangkrik

    http://ad dhi3n blogspot co id/2012/03/laporan agonistik pada perilaku html 9/9

    Mahmudin Ad-Din. Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

    Langganan

     Pos

     Komentar

    https://www.blogger.com/