Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
description
Transcript of Laporan Acuan Dan Perancah Smstr 2 (2)
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mewujudkan bentuk keinginaan pada pekerjaan beton diperlukan
suatu pekerjaan Bantu yang dikenal sebagai Pekerjaan Acuan dan Pekerjaan
Perancah.Baik buruknya pekerjaan acuan dari perancah dapat mempengaruhi pula
mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan acuan dan perancah yang kurang baik
dapat menimbulkan kerugian seperti : Kehilangan air semen, Perubahan dimensi,
Perubahan geometric dari bangunan dan lain-lain.
Pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa
menimbulkan kerusakan pada betonnya sendiri. Walaupun harus bersifat
sederhana dan mudah dibongkar, acuan perancah harus kaku menerima beban
beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri sebelum beton mengeras dan
berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud tidak terjadi
perubahan-perubahan seperti yang telah disebutkan di atas.
Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan perancah yang
terbuat dari bahan kayu dan bambu. Konstruksi-konstruksi acuan dan perancah
yang dibahas diantaranya :
- Papan duga
- Cetakan pondasi beton tak bertulang
- Cetakan kolom cetakan lantai
- Cetakan tangga
- Cara pembongkaran acuan dan perancah
1.1. Defenisi Acuan Dan Perancah
Cetakan beton (bekisting), adalah suatu konstruksi pembantu yang
merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari betuk beton
yang dikehendaki. Dapat dikatakan juga adalah suatu konstruksi sementera
dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton
yang dikehendaki.
1.2. Bagian Konstruksi
Bagian-bagian pada acuan :
- Papan cetakan
- Penaku cetakan
Bagian-bagian pada perancah :
- Tiang acuan
- Pengaku/penyokong
- Gelagar
- Pasak/baji
1.3. Syarat-Syarat Umum Acuan Dan Perancah
1) Kuat.
Cetakan harus kuat memikul beban vertical, antara lain : Beton, AP
(Acuan dan Perancah) itu sendiri, pekerja dan alat-alat, agar tidak terjadi
perubahan dimensi dan beton dan bentuknya.
2) Kaku/Kokoh.
Cetakan harus mampu menahan gaya horizontal yang dipasang skor atau
penyokong.
3) Mudah Dibongkar.
Tidak merusak beton yang sudah jadi.
4) Ekonomis Dan Efisien.
Material uat sebagai acuan dan perancah juga bisa dipakai berkali-kali
5) Rapat/Tidak Bocor.
Agar dapat menahan air semen yang keluar sehingga apat menjaga mutu
beton.
6) Bersih.
Untuk mejaga beton agar tetap baik.
Acuan dan Perancah terbagi menjadi tiga kelompok :
1) Tradisioanal.
Bahan yang dipakai adalah bahan lokal dan merupakan konstruksi yang
turun temurun (kovensional).
2) Semi System.
Gabumgan dari tradisional dan full system.
3) Full System.
Alat yang dipakai merupakan buatan pabrik yang digunakan pada
pekerjaan besar seperti bangunan pencakar langit, gedung-gedung
berlantai banyak, dll.
1.4. Sambungan-Sambungan
a) Sambungan Papan Dengan Papan.
Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat. Ujung\
ujung papan dibuat berselang seling agar papan tidak mudah pecah dan
kuat.
Untuk balok, papan-papan dirangkaikan dengan klam-klam dipasang
melintang arah serat papan dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak
tiang yang dipakai.
Untuk kolom papan-papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 –
55 cm.
b) Sambungan Gelagar Dengan Tiang.
Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan
sambungannya dengan tiang cukup dipakukan saja tanpa adanya
sambungan.
Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menumpang
diatas tiang juga untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada
tiap sambungan diberi klam yang dipaku pada tiang dan gelagar.
c) Sambungan Tiang.
Karena ketingian lantai yang tidak terjangkau oleh tiang, atau untuk
memanfaatkan potongan-potongan tiang, maka perlu dibuat
sambuangan. Konstruksi bangunan tadi tidaklah terlalu sukar, cukup
menyambungan dua potongan penampang kayu dan sekeliling
sambungan diperkuat dengan klam.
Syaratnya adalah :
- Usahakan sambumgan jangan diletakkan ditengah-tengah tinggi
tiang,karena pada tempat ini akan terjadi tekuk yang besar.
- Perletakan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya
jangan diletakan dalam satu garis lirus.
- Tidak boleh memiliki lebih dari satu sambungan yang tidak disokong
kearah samping.
1.5 AKIBAT ACUAN DAN PERANCAH YANG KURANG BAIK
Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini kurang baik,
maka akan mendatangkan kerugian-kerugian seperti :
1. Perubahan Dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya
jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya.
Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi,
hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
2. Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai
dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,
akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan
pekerjaan finishing lagi.
3. Penurunan Mutu Beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan
mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton
menjadi berkurang.
……….. Beton
::::::::::::::::::::
:::::::::::::::::::: Cetakan
Celah :::::::::::::::::::: Klam Perangkai
Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai ( ready mix ),
maka kontraktor pada umumnya telah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk
kemudian dituangkan beton yg telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam
perkembangannya cetakan atau acuan dan perancah ini memiliki variasi dalam hal
harga baik persiapan maupun bahan dengan mempertimbangkan syarat - syarat
acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi dalam hal pemakaian
berulang kali.
BAB II
BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
Bahan - bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan acuan dan
perancah antara lain adalah sebagai berikut :
- Papan - Dolken/Gelam
- Kasau - Hek
- Paku - Multiplek
- Baja
2.1. Kayu Lokal
Dalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal,
kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah bila kayu
tersebut berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan
mudah mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga
hasil cetakan beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya digunakan untuk
peranca dan acuan antara lain kayu kelas III dan kelas IV, yang
mempunyai //45-60 kg/cm2.
Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :
- Terentang, termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V.
Mengenai ukuran-ukuran kayu terentang ini didalam perdagangan
biasanya dengan ketebalan 2-3 cm,lebar kurang lebih 17,5 cm dengan
panjang 4 meter atau (2-3/17,5x400)cm.
- Kayu Kamper/Kapur
Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III dan macam-macam ukuran
yang ada di perdagangan dan dipergunakan untuk bekisting, ialah 3/20 x
400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7 x 400 cm dan sebagainya.
- Kayu Kruing
Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer.
- Kayu Meranti
Termasuk dalam kelas kuat II-IV, dan kelas awet II-IV.
Adapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan
untuk bekisting adalah dengan ukuran 3/20 x 400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7
x 400 cm dan sebagainya.
- Kayu Albasia, Mutu Kayu Kelas IV.
Ukuran yang ada diperdagangan dan sering digunakan untuk bekisting
antara lain : 2/20 x 250 cm, 4/10 x 250 cm dan lain-lain.
Tabel I
Daftar Kelas Kuat Kayu
2.2.
Ply Wood / Multiplex
Plywood juga banyak digunakan sebagai bahan papan acuan, plywood
biasanya digunakan pada pekerjaan yang cukup besar dan untuk permukaan
beton yang tidak diplaster lagi tidak memerlukan finishing (exposed
concret). Pada acuan yang menggunakan plywood diusahakan agar tidak
banyak pemakuan, agar pembongkaran dapat mudah dilakukan dan
kemungkinan plywood rusak sangat kecil, sehingga dapat digunakan
berkali-kali (yang baik dapat digunakan 10 kali). Untuk plywood
berkualitas baik, penggunaan paku yang sedit pada plywood dapat
dilaksanakan kalau kestabilan konstruksi perencanaan nya dilaksanakan
dengan baik. Ukuran plywood yang sering kali digunakan untuk acuan
adalah dengan ketebalan 1,8-2,4 cm dan lebar 122 cm x panjang 244 cm.
Adapun plywood yang sering diperginakan di Indonesia khusus untuk acuan
termasuk kelas II dan tebal 1,8 cm.
2.3. Paku
- Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan dan perancah
ialah yang berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah didalam
pembongkarannya.
- Panjang paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang
dibuat atau maximal sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh
melebihi tebal sambungan karena bagian ujung paku yang
dibengkokkan akan menyuklitkan pekerjaan pembongkaran.
- Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang
berlaku pula untuk tebal kayu yang akan di sambung.
I II III IV VJati
tectona/grandis
Kg/cm2 150 100 75 50 - 130
Kg/cm2 130 85 60 45 - 110
Kg/cm2 40 25 45 10 - 30
Kg/cm2 20 12 8 5 - 15
- Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut
a. Dalam arah gaya
12.d. untuk tepi kayu yang dibebani
5.d. untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10.d. untuk jarak antar paku
b. Dalam arah tegak lurus arah gaya
5.d. untuk jarak sampai tepi kayu
5.d. untuk jarak barisan paku
Penggunaan sambungan dengan paku harus memenuhi persyaratan PKKI
sebagai berikut :
a) Paku yang dipergunakan dapat mempunyai
penampang melintang yang berbentuk bulat persegi atau berakhir lurus.
b) Kekuatan paku berpenampang bulat diberikan dalam
tebal II PKKI dibawah ini dan berlaku untuk tebal kayu seperti tertera
pada daftar tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak tergantung dari besar
sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.
c) Untuk sambungan yang menyimpang tebal dari II,
dapat dipakai rumus dibawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran
paku seperti tertera dalam table III.
1. Sambungan berpenampang Satu
S = ½ b d b 7d
S = 3,5 d2 7d b
2. Sambungan berpenampang dua
S = b d. b 7d
S = 7 d2 7d b
Keterangan :
S = gaya yang diperkenankan /paku
b = tebal paku
D = diameter paku (tebal II )
= kokoh desak kayu
d) Ujung paku yang keluar dari sambungan, sebaiknya
dibengkokkan tegaklurus arah serst, asal pembengkokan tersebut tidak
akan merusak kayu
e) Apabila dalam suatu barisan terdapat lebih dari 10
batang paku maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika
lebih dari 20 batang harus dikurangi 20%.
f) Pada sambungan dengan paku ,paling sedikit harus
digunakan 4 batang paku.
2.4. Bahan-Bahan Pembantu
Bahan-bahan ini digunakan dengan jalan dileburkan pada permukaan
acuan ,dan waktu peleburan ialah setelah acuan selesai dan sebelum
penulangan dimulai. Fungsi dari bahan-bahan ini ialah untuk mempermudah
pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton ,sehingga
dapat menambahkan keawetan ataupun mengurangi kerusakan kayu akubat
pembongkaran.
Bahan-bahan yang digunakan :
a) Minyak Pelumas.
Keuntungan dari minyak pelumas ini adalah murah harganya. Sedangkan
kerugiannya ialah apabila didalam pemakaian mengenai tulangan maka
tulangan tidak akan melekat pada beton.
b) Meni.
Bahan ini untuk mecegah peletakan beton pada papan acuan. Meni
setelah di leburkan pada cetakan dan di tunggu sampai kering baru
perkerjaan dimulai, jadi tulang tidak akan kena meni. Tetapi karenanya
yang mahal, maka meni jaramg sekali digunakan.
c) Plastik.
Dalam perkerjaan yang kecil biasanya kita cukup menyirami air sebelum
pengercoran beton. Fungsi plastik didalam pengerjaan beton ialah untuk
menahan air semen supaya tidak terserap oleh cetakan atau keluar dari
celah-celah atau lubang-lubang juga untuk menutupi lubang-lubang yang
ada pada acuan. Plastik biasanya hanya digunakan untuk prmukanaan
beton yang tidak akan terlihat karena ermukaan yang di hasilkan tidak
akan rata dan bergelombang.
Plastik biasanya dipakai dalam perkerjaan:
Lantai yang permukaan bawanya akan tertutup, misalnya: plafond,
lapangan terbang, dll.
Lantai lapangan tenis, basket, dll. Dalam pekerjaan ini tidak digunakan
lapisan plastik, air semen akan meresap kelapisan di bawahnaya
( lapisan pasir, tanah). Hal ini akan menghasilkan mutu beton lebih
rendah dari yang di rencanakan.
d) Ram Bambu.
Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberih
bentuk permukaan yang baik dari segi keindahan/estetika.
BAB III
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN
3.1. Papan
Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca,
peresapan air tanah. Penumpukan ini tidak boleh diletakan langsung diatas
lantai/tanah tetapi harus diberi tumpuan/ganjal sehingga kadar air dari papan
tidak akan bertambah. Untuk penyimpanan kayu basah, tiap lapisan kayu
harus diberi tumpuan, tapi untuk kayu kering tiap lima lapis baru kita beri
tumpuan.
3.2. Plywood
Penyimpanan plywood ini hampir sama dengan penyimpanan kayu-
kayu yang lain, tetapi untuk plywood juga bisa disimpan dalam posisi
miring.
3.3. Dolken
Dolken biasa digunakan untuk perancah, jenis pinus, akasiah, kayu
manis, kayu laut, dll.dolken ini harus lebih tinggi dari mutunya papan acuan
dan tahan terhadap cuaca. Jadi untuk keadaan yang memaksa penumpukan
bisa diletakan diluar gudang. adapun ukuran dolken yang biasa digunakan
untuk acuan dan perancah diameter 6-10 cm dengan panjang 4 m.
3.4. Kasau
Tidak banyak berbeda dengan penyimpanan papan kasau yang biasa
digunakan termasuk jenis kamper, kruing, meranti, borneo dsb. Ukuran yang
ada diperdagangan dan biasa digunkan 4/6 x 400 cm & 5/7 x 500 cm.
BAB IV
PAPAN DUGA
4.1. Definisi.
Papan duga adalah papan yang dipakai untuk pedoman sememtara dari
As bangunan, ketinggian bangunan, letak bangunan agar sesuai dengan
rencana. Sedangankan wujud dari papan duga sendiri adalah lembar papan
yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada
tiang-tiang yang tekah ditancapkan pada tempatnya dengan ketinggian yang
telah ditentukan. Dan sisi papan yang ketam tadi ialah yang dipakai untuk
pedoman ketinggian dan peletakan as bangunan.
4.2. Kegunaan Papan Duga
Seperti diterangkan pada definisi diatas bahwah guna papan duga ialah
sebagai pedoman sementara dari as bangunan, ketinggian bangunan, dan
letak bangunan sesuai dengan gambar dena, jadi papan duga ini setelah
dipandng tidak perlu, maka sewaktu-waktu bisa dibongkar. Tetapi selama
papan duga masih diperlukan papan duga ini harus dijaga keamanannya,
jangan sampai berubah posisinya sedikitpun. Sedang papan duga ini
dipergunakan pada hampir seluruh bangunan, misalnya bagunan-bangunan
gedung, saluran, jalan KA, dan dam, dll.
4.3. Penempatan Papan Duga
Papan duga ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu
dan tidak terganggu oleh kegiatan selama bangunan dikerjakan. Pada
pekerjaan bangunan gedung, papan duga ini diletakan pada sudut-sudut
bangunan dengan jarak ± 1,5 m diluar as bangunan. Ini dimaksudkan agar
papan duga tidak tergangu oleh tanah galian yang menumpuk disekitar
lubang galian. Juga agar papan duga ini tidak menggangu pekerjaan
bangunan itu sendiri.
4.4. Prinsip-Prinsip Papan Duga
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan papan duga adalah sebagai
berikut:
Posisi bangunan terhadap garis ini, tetapi biasanya sudah direncanakan
dalam pengambaran denah-denah, dan pembuatannya tinggal menurut
gambar tadi.
Ketinggian dari papan duga terhadap lantai (± 0,00). Ini biasanya
dibuat + 0,25 diatas lantai. Hal ini dimaksudkan agar didalam kita
bekerja, misalnya menarik benang dari papan duga yang satu ke yang
lainnya tidak terggangu oleh pekerjaan yang telah selasai (misalnya
sloof). Juga ketinggian papan duga arah memanjang dan lebih rendah
± 15 cm terhadap arah pendeknya. Ini dimaksudkan agar benang yang
kita tarik antara papan duga memanjang dan pendek tidak saling
menyentuh, maka akan kita dapatkan hasil yang lebih teliti.
Pemancangan tiang papan duga. Pada tanah yang cukup kekerasannya,
tiangnya ini dibuat runcing bagian bawahnya dan memancang hingga
masuk ketanah keras, tapi untuk tanah yang terlalu keras atau banyak
batu, maka tanah ini harus kita gali dahulu dengan kadalaman yang
cukup kemudian tiang kita tanam pada galian tersebut dan kita urug
dengan tanah dan batu-batu kecil. Pada tanah lembek kita juga hrus
bekerja hati-hati. Kita tidak cukup meruncingkan satu ujngnya
kemudian ditancapkan ketanah, karena dikhawatirkan tiang ini masih
akan masuk kedalam karena tanahnya lembek. Untuk mengatasi hal
ini, maka tanah harus kita gali dahulu dengan kedalaman yang cukup.
Kemudian sebelum tiang ditanam, terlebih dahulu bagian bawahnya
kita beri papan alas agar kemungkinan penurunan tiang setelah di
tanam biasa kecil bahkan tidak turun sama sekali.
Pemasangan papan duga pada tiang, setelah tiang-tiang terpasang pada
posisi yang direncanakan, maka papan duga tersebut kita pakukan pada
tiang-tiang tadi. Sebelumnya papan-papan duga harus kita ketam salah
satu sisisnya. Ketinggian papan duga dipindahkan pada tiang dengan
cara melevelkan dengan selang dan pada ketinggian yang kita timbang
diberi tandah dengan pensil. kemudian setelah selesai semua, tanda-
tanda tadi kita hubungkan dengan papan yang telah diketam.
4.5. Pembuatan Sudut Siku Dilapangan
Dengan mengunakan dalil phytagoras, yaitu perbandingan sisi segi tiga
3:4:5, kita bisa membuat sudut siku dilapangan. Prinsip dari pembuatan
sudut siku ini sebenarnya mudah, tapi dalam pelaksaannya membutuhkan
ketelitian. Salah satu cara pembuatan sudut siku di lapangan ialah:
Setelah As terdepan diketahui dan telah kita pindah pada papan du
selanjutnya kita hubungakan as tadi dengan benang. Kemudian titik
sudut bangunan kita pindan pada benang tadi dan kita beri patok yang
di atasnya kita pasang paku. Dari paku patok kita ukur 4 bagian pada
benang tadi dan juga kita beri patok beserta pakunya. Kemudian kita
tari benang dari paku pertama kurang lebih tegak lurus terhadap
benang As dan kita ukur batas 3 bagian dengan batas 4 bagian. Kalau
ternyata jarak tadi besarnya 5 bagian, maka sudut yang di bentuk oleh
benang-benang tadi sudah berbentuk siku-siku. Dan apabila jarak tidak
tepat 5 bagian kita geser benang kedua kekanan atau kekiri sehingga
perbandingan sisi segi tiga sikku-siku tadi benar-benar 3:4:5.
Setelah papan duga terpasang, langkah yang kita ambil selanjutnya ialah
mengontrol apakah sudut tadi sudah benar-benar tegak lurus atau belum.
Cara pangontrolanya adalah dengan mengukur panjang kedua
diagonalnya. Apabila panjang diagonalnya sama, maka pembuatan sudut
siku-siku sudah sempurna.
4.6. Pemberian Tanda-tanda Pada Papan duga
Untuk memberi tanda As bangunan pada papan duga kita cukup
memberi tanda panah pada As bangunan dan tanda panah tadi kita beri
warna menyolok .
Apabila jumlah As bangunan lebih dari satu dan letaknya saling
berdekatan, sebaiknya As-As tadi kita beri nomor supaya dalam
menghubungkannya dengan benang tidak akan tertukar satu sama lain.
Untuk mengikat benang pada As, dipasang dua paku yang ujungnya
saling bertemu pada As tadi, tapi ketinggiannya harus tetap diperhatikan
BAB V
ACUAN PONDASI
5.1. Acuan Pondasi Beton Tak Bertulang
Bentuk pondasi tak bertulang biasanya seperti gambar.
Pembuatan cetakan untuk bentuk ini cukup sederhana. Untuk papan
acuan tepi cukup dengan menyambung papan sesuai dengan ukuran-ukuran
pondasi tersebut. Cara penambung papan ini seperti terlihat pada gambar
dibelakang, jarak klam ± 80 cm, begitu juga jarak tiang-tiang penjepit acuan
sehingga klam dan tiang penjempit saling berimpit dan dipakukan bersama-
sama. Ukuran lebar bagian bawah kita perhitungkan dalam pemancangan
tiag-tiang penjepit, ukuran pondasi akan sesuai dengan yang direncanakan.
Penyetelan posisi atau tinggi rendahnya posisi ini tidak boleh lepas dari papa
duga yang sebelumnya sudah dibuat.
5.2. Cetakan Pondasi Beton Bertulang
Pondasi ini langsung bersatu dengan sloop. Pemasangan papan acuan
hanya untuk sisi tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya apabila tidak teralu
curam tidak perlu dipasang.
Pemasangan cetakan dilakukan sesudah pekerjaan pemasangan tulang
selesai. Jarak klam, tiang-tiang tidak banyak berbeda dengan cetaka pondasi
beton tak bertolang. Baik beton tak bertulang maupun pondasi beton pondasi
beton bertulang selalu terletak diatas lantai kerja.
BAB VI
ACUAN KOLOM
6.1. Bentuk Penampang Kolom
- Bujur sangkar
- Empat persegi panjang
- Lingkaran profil I
- Bervariasi menurut perkembangan arsitektur
Disini hanya akan membahas mengenai kolom dengan bentuk
penampang empat persegi panjang atau bujur sangkar. Konstruksi dari acuan
kolom ini bermacam bentuk dan ukurannya. Tergantung dari besar kecilnya
ukuran penampang kolom yang akan dibuat. Untuk kolom yang
berpenampang luas, apabila acuan menggunakan papan maka perlu
menyambung papan-papan cetakan tersebut dengan beberapa klam.
Penyambungan arah melebar ini bisa dihilangkan apabila papan-papan
acuan yang digunakan adalah plywood (papan lapis).
6.2. Bagian - Bagian Dari Acuan Kolom
- Papan Acuan
Bisa digunakan papan atau plywood untuk dinding acuan. Apabila
digunakan papan maka penyambungan papan baik dalam arah lebar
maupun arah panjang sesuai dengan ukuran penampang kolom yang
dikehendaki. Dalam penyambungan arah lebar harus benar-benar rapat
sehingga air semen tidak bisa keluar melalui celah-celah sambungan.
Sedangkan kalau digunakan pllywood biasanya sambungan arah lebar
tidak diperlukan karena plywood sendiri memiliki bidang yang luas.
- Klam-Klam Perangkai
Penyambungan papan arah melebar ini, cukup menggunakan klam-
klam dari potongan sisa papan yang yang masih cukup panjangnya
dengan lebar papan yang akan disambung. Pemakuan papan-papan
dengan klam dapat dilihat dalam, sedangkan jarak dari klam-klam ini
tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat, biasanya
dibuat antara 40-65 cm, lebar dari klam minimum 10 cm.
Panjang klam :
a) Bagian lebar cetakan : b + ( 2 x ½ d)
b) Bagian panjang cetakan : 1 + ( 2 x ½ d)
Dimana :
b = Lebar Kolom
l = Panjang Kolom
d = Tebal Kolom
- Papan-Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klam yang dibuat. Papan-
papan terpasang kuat satu dengan yang lainnya pada tiang yang sudah
dipasang. Panjang papan ini sesuai dengan ukuran kolom yang akan
kita buat. Fungsi papan penjepit ini untuk menahan cetakan supaya
tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40-65 cm.
- Tiang-Tiang Cetakan
Tiang yang biasanya digunakan kayu dolken atau kasau ukuran
5/7 cm. Pada umumnya jumlah tiang untuk satu cetakan kolom 4 buah
yang diletakkan diluar sudu-sudut kolom., tiang diletakkan kira-kira 35
cm diluar dinding cetakan. Dengan maksud agar pemasangan papan
penjepit tidak terganggu dan konstruksi tetap memiliki kekuatan yang
cukup. Peletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan
atau juga ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung brhubungan
dengan tanah, sebaiknya tiang tersebu ditanam minimal sedalam 20 cm
untuk menjaga agar konstruksi acuan ini tidak mudah bergeser kekanan
atau kekiri. Perlu diperhatikan adalah apabila kondisi tanah kurang
baik, maka kepala tiang sebaiknya diberikan papan alas.
Untuk menguatkan tiang –tiang ini agar tidak bergoyang, maka perlu
dipasang pangaku diagonal yang dipakukan pada bagian bawah tiang yang
satu ke yang lain.
6.3. Penyetelan Acuan Kolom
Sebelum penyetelan acuan kolom dimulai terlebih dahulu harus diteliti
apakah antara tulangan dan papan acuan sudah dipasang beton deking, atau
sambungan pada betonnya suda bersih. Apabila semua sudah siap maka
semua bahan acuan disiapkan ditempat yang akan dipasang cetakan.
Pertama dinding–dinding yang telah di rangkai satu sama lain dipakukan
pada ketiga sisinya dan setelah dipasang diluar papan acuan sisi yang lain
dirangkai, sehingga tulangan benar-benar tertutup. Tiang-tiang dipasang
pada tempatnya dan dirangkaikan dengan papan-papan penjepit. Jarak papan
penjepit disesuaikan dengan jarak klam, sehingga keduanya bisa berjepit,
penyetelan dinding kolom agar tegak lurus digunakan dua buah unting-
unting. Apabila kedudukanya sudah benar-benar vertical, maka papan
penjepit dipasang semua. Agar tiang acuan tidak mudah goyang maka
pengaku dipasang antara kedua tiang. Perletakan cetakan ini harus teliti
sehingga kedudukannya tidak keluar dari ketentuan yang telah ditentukan.
Kedudukan sumbu kolom satu dengan yang lainnya diperlukan benang
dalam satu garis lurus, maka ter lebih dahulu dipasang kolom kedua tepinya
dan kolom tengah dipasang dengan mengambil pedoman mengambil benang
yang ditarik dari kedua tepi kolom tersebut. Cara lain adalah dengan
menggunakan profil seperti yang digunakan dalam pekerjaan pasangan
dinding bata.
BAB VII
ACUAN BALOK
Balok adalah salah satu elemen konsruksi bangunan yang berfungsi untuk
meneruskan beban dari lantai atau dinding ke kolom.
Bagian dari acuan balok adalah :
Tiang pendukung balok dan penempatannya
Dudukaan tiang diatas tanah atau lantai
Peyekuran tiang-tiang pendukungan
Pembuatan/penyetelan cetakan
7.1. Tiang Pendukung Balok Dan Penempatannya
Biasanya untuk tiang dipergunakan usuk atau dolken. Apabila
mempergunakan satu tiang, maka peletakan tiang ini dipasang di tengah dan
apabila menggunakan dua tiang maka peletakannya pada tepi-tepi cetakan.
Jarak tiang itu kita buat antara 40-60 cm.
7.2. Dudukan Tiang Diatas Tanah/Lantai
.
7.3. Pengaku Tiang Pendukung
. Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya
pengaku diagonal yang dipasang dalam arah sumbu x dan y. Pada sumbu x
antar tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang dipasang saling
bersilangan.
Selain pemasangan pengaku diagonal dari tiang ke tiang, maka perlu
juga dipasang pengaku kearah yang lain (sumbu y), dipasang dari kepala
tiang kedalam tanah yang telah diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pad
konstruksi acuan dengan tiang tunggal.
7.4. Penyetelan Acuan
. Pekerjaan pertama adalah memasang papan pendukung pada bagian
atas tiang yang telah didirikan. Bagian-bagian tepinya dipasang terlebih
dahulu menurut ketinggian yang ditentukan dan apabila kedua bagian tepi
sudah selesai maka papan pengaku dipasang dan dipakukan pada bagian tepi
papan pandukung dan bagian tepi ini selanjutnya digunakan sebagai
pedoman pada pemasangan papan-papan pendukung bagian tengah, dengan
jalan menarik benang dari kedua papan pandukung tepi, kemudian benang
ini kita buat sebagai pedoman ketinggian bagi papan–papan pendukung
bagian tengah. Pekerjaan dilanjutkan dengan memasang sisi cetakan yang
telah disiapkan diatas papan pendukung. Kedudukan dari papan cetakan ini
harus sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan menarik benang pada
posisi tepi cetakan dari profil yang kita buat sebelumnya, papan sisi
dipasang menurut garis benang yang telah dipasang pada sisi profil. Setelah
pekerjaan ini selesai, pemasangan papan-papan sokong yang menahan sisi
cetakan agar sisi cetakan terdesak oleh beton yang dicor. Pemasangan inin
juga dibuat pada bagian bawah dari sisi luar acuan.
BAB VIII
ACUAN LANTAI
8.1. Bagian-Bagian Yang Penting Dari Acuan Lantai
Tiang Acuan Dan Pengaku
Tiang acuan dipasang diatas papan landsan yang berada diatas tanah.
Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan–papan
pengaku yang berfungsi juga sebagai perangkai dari tiang–tiang itu
sendiri, dan sisanya dipasang setelah gelagar terpasang.
Gelagar
. Pemasangan dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian
gelagar-gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi ini dianggap
sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah. Didalam
pengukuran ketinggian gelagar spabila tinggi tiang belum sesuai,
ketinggian dapat diatur dengan memasang baji pada alas tiang,
kemudian permukaan As gelagar ini kita hibungkan dengan dua atau
tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian bagi gelagar-
gelagar bagian tengah. Bila semua gelagar sudah selesai dipasang,
maka papan–papan pengaku dipasang semua..
Lantai Cetakan
Setelah pemasangan gelagar selesai, kemudian lantai dipasang diatas
gelagar tadi. Apabila apabila digunakan papan, maka papan–papan itu
harus diketam (diratakan) sisi-sisinya dahulu sehingga apabila
dirangkaikan diatas gelagar bisa rapat, sehingga air semen pada beton
tidak bisa keluar. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan
finishing, biasanya lantai cetakan mamakai plywood. parmukaan
plywood lebih licin dari permukaan papan, hal ini akan memberikan
permukaan beton yang licin dan rata, dan juga pekerjaan akan
memerlukan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
menggunakan papan.
BAB IX
PEMBONGKARAN ACUAN DAN PERANCAH
9.1. Kapan Acuan Dan Perancah Dibongkar
Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh
pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk
konstruksi yang menggantung jangan sekali-kali dilakukan penbongkaran
acuan/perancah sebelum beton cukup umur, misal pada balok, lantai, konsol,
luifel dan lain-lain. Apabila hal ini dilakukan maka akan berakibat buruk,
misalnya rusak pada beton, ataupun lepasnya ikatan beton dengan tulangan.
9.2. Cara-Cara Pembongkaran Acuan Dan Perancah
Dalam pembongkaran acuan dan perancah harus diperhatikan beberapa
syarat, misalnya syarat ekonomis, syarat keamanan dan syarat konstruksi.
a) Syarat Ekonomis.
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi.
b) Syarat Keamanan.
Hal ini penting sekali, jangan sam pai pembongkaran dilakukansecara
tidak berurutan, sehingga bagian yang belum ataupun yang sudah
terbongkar dapa mencelakakan pekerja yan sedang bekerja. Misal nya
dalam pembongkara acuan dan perancah lantai, pertama dibongkar
dahulu sekor-sekornya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran
tiang harus hati-hati, karena tiang ini yang menahan seluruh beban
diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa-apa yang diatasnya bisa rubuh
dan menimpa pekerja yang sedang berada dibawahnya. Gunakan sepatu
kerja, pakaian kerja, helm dan lain-lain.
c) Syarat Konstruktif.
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan tiang momen
yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi
pada pembongkaran tiang perancah lantai/dolok harus dimulai dari arah
tengah dan mulai kearah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen
yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan.
Sedang kalau pada pembongkaran konsol (balok kantilever), dimulai
dari ujung, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bidang momen yang
sama.
BAB X
URAIAN KERJA
10.1 Praktek 1
Judul : Membuat Steak Out
Tujuan :
Pada akhir pelajaran diharapkan dapat :
1. Menentukan titik duga atau peil bangunan dengan baik dan benar.
2. Menentukan letak bangunan.
3. Dapat meletakan bagan dilapangan dengan baik dan benar.
Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk dari instruktur.
2. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Penggunaan alat sesuai fungsinya.
4. Utamakan keselamatan kerja.
5. Pergunakan waktu seefisien mungkin.
10.1.1 Peralatan dan Bahan Yang Digunakan
a. Peralatan
- Siku-Siku - Gergaji Tangan Listrik
- Tali Atau Benang - Gergaji Pembelah
- Unting Unting - Gergaji Pemotong
- Roll Meter - Kampak
- Slang Plastik - Palu 5 Kg & Palu Cakar
- Ketam Listrik - Linggis
a. Bahan :
- Papan ukuran 1,5 m yang sudah diketam sisinya.
- Kayu gelam ukuran 1,5 m yang ujungnya diruncingkan.
- Benang atau tali.
- Paku ukuran 1,5 inchi.
- Paku ukuran 2 inchi.
- Kapur tulis.
Keselamatan Kerja :
1. Letakkan alas dengan benar jika tidak sedang dipakai.
2. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
3. Pakailah pakaian praktek yang telah ditentukan
4. Usahakan konsentrasi pada saat bekerja
5. Tempatkan bahan yang digunakan pada tempat tertentu disekitar tempat
kerja agar tidak mengganggu pekerjaan.
10.2.2 Langkah Kerja :
1. Menentukan lokasi kerja, lalu mempersiapkan alat dan bahan.
2. Menyingkirkan benda-benda yang sekiranya dapat mengganggu
pekerjaan
3. Menentukan royline /garis sepadan jalan /damija.
4. Mengukur elevasi bangunan/ketinggian bangunan yang diambil dari
ketinggian As jalan + 30 cm sama dengan +0,00 pada bangunan)
5. Kemudian menambahkan + 40 cm dari As jalan sehingga titik elevasi
menjadi + 70 cm
6. Menentukan As bangunan yang direncanakan
7. Mengambil kira-kira 1-1,5 m dari As bangunan tersebut untuk
merencanakan patok-patok dari papan duga.
8. Memancangkan patok-patok dan memasang papan dengan sisinya yang
lurus pada bagian atas.
9. Memindahkan elevasi tersebut dengan selang plastik pada patok yang
sejajar lalu memaku ujung papan pada patok tadi dan memeriksa
kedataran papan tersebut dengan meletakkan waterpass pada permukaan
sisi papan yang menghadap keatas sehingga didapatkan sebuah papan
duga
10. Memindahkan elevasi tersebut ke patok yang berikutnya untuk
mendapatkan papan duga lain yang telah kita rencanakan
11. Menentukan As bangunan pada papan duga pertama dengan
merentangkan benang antara As bangunan yang satu dengan yang
lainnya.
12. Benang ini merupakan benang utama dalam menetukan kesikuan suatu
As bangunan pada suatu papan duga dengan papan duga yang lain.
13. Untuk menentukan kesikuan kita dapat gunakan metode perbandingan
segitiga phytagoras : 3 : 4 : 5.
14. Pembuatan papan segitiga siku-siku ini dilakukan diatas permukaan
tanah ( bukan pada benang) dengan menggunakan patok kecil dengan
paku ditengah permukaannya.
15. Memindahkan titik-titik (pada patok) dengan unting-unting ke benang
atas setelah didapatkan kesikuannya
16. Memberitanda As pada papan jika telah didapatkan kesikuannya
17. Memeriksa diagonalnya, bila keduanya telah diagonal artinya telah siku.
18. Mengkokohkan papan duga dengan menggunakan skor agar kuat dan
kaku.
10.2 Praktek 2
Judul : Pondasi Bangunan
Tujuan :
Agar pada akhir pelajaran mahasiswa dapat Membuat cetakan pondasi
model 3 sesuai dengan ketentuan dan ukuran dalam gambar.
10.2.2 Peralatan dan Bahan Yang Digunakan
a) Peralatan
Pensil – Kampak
Siku-siku – Gergaji potong
Benang – Gergaji belah
Unting-unting – Martil kecil
Rol meter – Martil besar
Selang plastik – Cangkul dan linggis
Ketam – Bogem
b) Bahan
Gelam 5/8
Benang
Papan 2/20 cm
Paku 1.5 – 2 inchi
Benang
10.2.2 Langkah kerja :
1. Pelajari gambar terlebih dahulu, dan kalkulasikan kebutuhan bahan-
bahan yang akan digunakan
2. Persiapkan alat-alat yang diperlukan dan bahan-bahannya
3. Rangkaikan papan A dan B dengan kelam-kelam yang berjarak 80 cm
sehingga lebar papan mencapai lebar yang ditentukan
4. Sisi-sisi bagian atas papan A dan B diserut hingga rata dan lurus
5. Buatlah papan duganya di lapangan, di luar pondasi 0,50 m dengan
ketinggian 0,45 cm dari atas pondasi
6. Galilah tanah dengan ukuran :
- Panjang 2,0 m
- Lebar 1 m
7. Kedalaman dari papan duga 0,75 – 0,90 m
8. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing
selebar 0,40 m ditambah tebal papan dan tebal klam, kemudian
dibentangkan benang dari titik tersebut
9. Menancapkan skor-skor (kasau F) sekuat mungkin, sisi dalamnya harus
menempel benang, kedudukan skor-skor ini harus vertical (dicek dengan
water pass)
10. Perkuat skor-skor tadi dengan papan-papan C pada skor-skor (kasau F)
dengan jumlah paku 3 buah, kedudukan papan C horizontal, tingginya
lihat gambar
11. Ukur pada As papan duga kesamping kiri dan kanan masing-masing
selebar 0,15 m ditambah tebal papan dan tebal kelam, kemdian
dibentangkan benang dari titik tersebut
12. Papan-papan A yang telah dirangkaikn tadi dipakukan pada skor-skor F
(3 paku) tepat pada kelam-kelamnya sehingga mendapatkan lebar yang
diinginkan, tinggi permukaan lihat gambar
13. Rangkaikan papan E dan D dalam keadaan siku. Setelah itu pakukan
papan E pada papan C ( 5 paku) dn papan D pada skor F ( 2 paku). Sisi
dalam papan E menempel benang dan dalam keadaan vertical, tinggi
papan dasar D setinggi pondasi yang miring. Lihat gambar
14. Papan-papan B pada permukaan diperkuat dengan papan-papankecil
lebar 5 cm yang dipakukan pada bagian atas papan tersebut.
15. Kontrol semua ukuran-ukurannya sehingga sesuai dengan gambar
10.3 Praktek 3
Judul : Membuat Cetakan dan Acuan Untuk Kolom Segi Empat
Tujuan :
Pada akhir pelajaran mahasiswa dapat :
1. Membuat cetakan kolom dengan cara yang tepat dan benar.
2. Mengontrol ketegakan kolom dengan benar.
3. Membuat kolom sesuai syarat umum acuan dan perancah.
4. Menghitung kebutuhan dengan tepat dan benar.
5. Meluruskann kedudukan kolom yang satu dengan yang lainna secara tepat
dan benar.
Instruksi Umum :
1. Mengikuti petunjuk dari instruktur.
2. Mempersiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan.
3. Mengutamkan keselamatan kerja.
4. Menggunakan waktu seefisien mungkin
10.3.1. Peralatan dan Bahan Yang Digunakan
a) Peralatan :
- Pensil.
- Meteran.
- Rol Meter.
- Unting-Unting.
- Siku-Siku.
- Mistar Siku.
- Palu Cakar.
- Geraji Mesin.
- Water Pass.
- Kapur.
- Selang Plastik.
b) Bahan :
- Multiplek Ukuran :
- 30 X 244 Cm (4 Buah)
- 40 X 244 Cm (4 Buah)
- Dolken.
- Papan 2/20.
- Paku 1,5 Inc dan 2 Inc.
Keselamatan Kerja :
- Menempatkan alat-alat kerja pada tempatnya.
- Memakai pakaian kerja lengkap dengan sepatu kerja dan helm.
- Berkosentrasi pada waktu bekerja.
- Menempatkan bahan-bahan sedemikian rupa sehigga tidak menggangu
selama dalam bekerja.
10.3.2. Langkah Kerja :
Dengan Menggunakan Dolken dan Papan Sebagai
Klam :
1. Mempelajari gambar kerja dan menghitung kebutuhan bahan-
bahannya.
2. Mempersiapkan bahan dan peralatan.
3. Menggambarkan letak kolom pada lantai kerja agar lurus atau siku
terhadap kolom yang lainnya.
4. Mengklem papan multiplek tersebut dengan jarak yang telah
ditentukan.
5. Mendirikan tiang perancah.
6. Menentukan ketinggian As untuk kolom jika lantai kerja tidak rata,
dengan slang plastik agar semua kolom tinginya sama.
7. Merangkai papan acuan, dengan jarak harus tepat ditengah-tengah
kolom klem cetakan.
8. Meletakan/mendirikan kolom pada tempatnya.
9. Menggunakan unting-unting untuk menentukan posisi kolom agar
benar-benar vertikal
10. Memasang papan penjepit pada pertengahan klem yamg dipakukan
pada tiang acuan.
11. Mengontrol posisi kolom apakah sudah benar-benar vertikal dan lurus
12. Jika sudah lurus dan vertikal lalu
13. Membersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada
tempatnya.
14. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap
diperiksa.
Dengan Menggunakan Rapid Klam :
1. Mempelajari dan memahami gambar kerja serta menghitung kebutuhan
bahan-bahan.
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahannya,
3. Membuat dan merangkai multiplek sesuai dengan ukuran yang
tercantum didalam gambar sebagai cetakan dari kolom.
4. Jarak klam perangkai papan cetakan 35 – 45 cm.
5. Membuat papan duga dengan ketinggian peil tertentu dan menentukan
As untuk kolom selanjutnya, lalu memindahkan As tersebut ke ukuran
kolom.
6. Mendirikan cetakan kolom pada tempatnya.
7. Memasang balok-balok vertikal ditempat sisi kolom tersebut.
8. Selanjutnya memasang 2 balok pengeklam pada sisi dihadapannya
dengan jalan kedua balok tersebut dirangkaikan dengan rapid klam baru
setelah itu memasang kedua sisi yang lainnya dengan langkah yang
sama.
9. Jarak balok pengeklam yang terletak disebelah bawah (± dari permukaan
lantai/tanah) 15 – 25 cm dan jarak antara balok pengeklam satu dangan
lainnya diambil ± 90 cm.
10. Mengontrol letak dari acuan kolom tersebut dengan benang dan untuk
mengontrol ketegakan/vertikal dari acuan kolom tersebut digunakan dua
buah unting-unting/lot ataupun water pass.
11. Memasang skor/pengaku untuk acuan kolom tersebut sehingga
kedudukan dari acuan kolom betul-betul kaku dan kuat serta tidak
goyang.
12. Untuk mendikan kolom selanjutnya, dengan mengulangi langkah-
langkah kerja diatas.
13. Mengontrol kembali semua hasil praktek/pekerjaan sesuai gambar.
14. Membersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada
tempatnya.
15. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap
diperiksa
Langkah Kerja Dengan Mengunakan Plat Besi Sebagai
Klam:
1. Mempelajari dan memahami gambar kerja serta menghitung kebutuhan
bahan-bahan.
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahannya,
3. Membuat dan merangkai multiplek sesuai dengan ukuran yang
tercantum didalam gambar sebagai cetakan dari kolom.
4. Jarak klam perangkai papan cetakan 35 – 45 cm.
5. Membuat papan duga dengan ketinggian peil tertentu dan menentukan
As untuk kolom selanjutnya, lalu memindahkan As tersebut ke ukuran
kolom.
6. Mendirikan cetakan kolom pada tempatnya.
7. Mendirikan plat-plat besi pengklam pada setiap klam-klam perangkai.
8. Mengontrol letak dari acuan kolom tersebut dengan benang dan untuk
mengontrol ketegakan/vertikal dari acuan kolom tersebut digunakan dua
buah unting-unting/lot ataupun water pass.
9. Memasang sekat/pengaku untuk acuan kolom tersebut sehingga
kedudukan dari acuan kolom benar-benar kaku, kuat dan kokoh.
10. Untuk mendirikan kolom selanjutnya, mengulangi langkah-langkah
kerja tersebut diatas.
11. Mengontrol kembali semua hasil praktek/pekerjaan sesuai gambar.
12. Mebersikan lokasi pekerjaan dan menempatkan alat-alat pada
tempatnya.
13. Melaporkan pada instruktur bahwa pekerjaan telah selesai dan siap
diperiksa.
Sebagai catatan :
Mengusahakan didalam merangkai papan-papan cetakan/multiplek serapat
mungkin.
Untuk klam-klam perangkai cetakan pada bagian sisi labar, ukuran klam
ditambah 1,5 – 2 cm dari sisi tepi cetakam.
Pemakuan tidak boleh tembus.
Memperhatikan kedudukan/tegangan cetakan kolom tersebut.
10.4 Praktek 4
Judul : Membuat Cetakan/Acuan Balok dan Lantai
Tujuan :
1. Membuat cetakan balok dan lantai sesuai dengan ketentuan dengan teknik
yang baik dan benar.
2. Menyetel cetakan balok dan lantai menjadi horiointal sesuai ketentuan
yang baik dan benar.
Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan :
a) Peralatan :
- Pensil
- Palu ckar
- Mistar siku
- Meteran
- Roll meter
- Gergaji mesin
- Unting-unting
- Water pass
- Tangga
b) Bahan :
- Papan
- Paku
- Dolken
- Benang
10.4.1. Langkah Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan dilokasi kerja.
2. Mengecek level kolom antar kolom dengan water pass.
3. Memasang dolken sebagai perancah balok diantar dua kolom yang telah
direncanakan dengan jarak antara dolken 50 cm dan disejajarkan.
4. Mengkakukan dolken tersebut dengan skor melintang dan menyilang.
5. Menarik benang dari kolom satu kekolom yang lain sebagai pedoman
untuk memasangkan gelagar.
6. Memasang gelagar pada dolken yang telah diatur jarak dan jumlah
tiangnya, satu bagian dengan satu tiang perancah sedang yang lain
menggunakan dua tiang.
7. Setelah ke levelan gelagar sama pasang multiplek 1,8 x 30 x 244 diatas
gelagar tersebut rata dengan benang.
8. Memasang multiplek tegak lurus sesuai dengan gambar kerja :
- Multiplek ukuran 1,8 x 40 x 244 berada di luar dan
- Multiplek ukuran 1,8 x 30 x 244 berada di dalam.
9. Memasang papan klam dan papan penjepit pada sisi sebelah luar
multiplek agar cetakan balok kuat menahan dimensi beton.
10. Melevekan sisi-sisi tegak dengan waterpass lalu melanjutkan dengan
pemasangan sekor agar pada saat pengecoran acuan tidak bergeser,
11. Pengontrol kesikuan, kedataran dan kerapatan cetakan balok.
12. Setelah pemasangan balok selasai dilanjutkan dengan penegakan tiang-
tiang perancah (mengunakan dolken atau steel prop) sejajar dengan
tiang-tiang balok untuk memasangkan lantai.
13. Mengatur dan melevelkan steel proof dengan jarak 120 150 cm.
14. Memasang benang sebagi patokan.
15. Memberi balok pada setiap bagian bawah dan bagian atas steel proof
yang dilakukan/dikerjakan dibawah.
16. Apabilah sudah selesai maka dirikanlah steel prop tersebut dan pada
bagian atas steel prop diletakan kembali balok melintang dan dikakukan
dengan paku lalu ditambah dengan kawat.
17. Untuk mengakukan steel prop tersebut maka dopasang sekor dengan
kayu atau papan dengan cara melintangkanya pada steel prop lalu diikat
dengan kawat agar lebi kuat dan kaku.
18. Apabila suda selesai maka ratakan/sejajarkan dengangan kolom dengan
cara mengerak naikkan steel prop.
19. Pasang multiplek ukuran 1,8 x 122 x 244 cm sebanyak dua buah diatas
gelagar yang sudah terbentuk dan atur kedatarannya dengan water
pass.dalam pemasang acuan lantai multiplek harus dipasang melintang
terhadap gelagar agar lebih kuat dan atur kesukuan, kedataran dan
kerapatan cetakannya.
Catatan khusus tentang kolom :
1) Macam-macam tiang pendukuang
- 2 tiang pendukung
- 1 tiang pendukung
2) Dudukan tiang
- Diatas tanah
- Diatas lantai biasanya pada bangunan bertinggkat
3) Tiang perancah
- Dari kayu dolken
- Dari baja/steel prop
a. Macam-macam beban yang dipikul tiang perancah
- Beban hidup (beban guna dan beban bergerak)
- Beban mati (beban alat dan beban sendiri)
b. Syarat-syarat penyambungan tiang perancah
- Sambungan tiang jangan diletakan pada satu garis lurus
- Sambungan tidak boleh berada pada tengah-tengan tiang
- Sambungan tidak boleh lebih dari satu tapi jika terpaksa maka
ditambah dengan sekor melintang kearah samping.
10.5 Praktek 5
Judul : Membuat Cetakan dan Acuan Untuk Balok Tangga dan Tangga
Tujuan :
1. Dapat merencanakan tangga yang ideal
2. Membuat cetakan dan acuan balok tangga & tangga sesuai dengan
ketentuan dengan teknik yang baik dan benar.
3. Dapat menentukan jumlah optride dan antride
Peralatan dan Bahan yang Digunakan :
a) Peralatan
- pensil - rol meter
- siku - ketam
- benang - gergaji
- unting – unting (lot) - palu cakar
- slang plastic - water pass
b) Bahan
- Papan 2/20 x 400 m
- Multiplek tebal 2,4 cm/1,8 cm
- Dolken Ø 6 – 10 cm
- Usuk 5/7 x 400 m
- Paku 1½, 2, 2½ inci
10.5.1. Langkah kerja :
1. Pelajari gambar kerja dengan seksama
2. Rencanakan jumlah optride dan antride tangga dan hitung panjang tangga
serta sudut kemiringan dari tangga
3. Persiapkan bahan-bahan dan alat-alat kerja seperlunya saja
4. Rangkaikan papan –papan seb agai sisi tegak cetakan balok dan tangga
5. Ukur bebas dari ketinggian tangga di lapangan
6. Berdirikan tiang-tiang acuan (dolken) dengan jarak 50 -60 cm dimana
tiang-tiang tersebut saling disekor dengan papan untuk balok dan tangga.
7. Rentangkan benang pada tiang-tiang acuan untuk pedoman gelegar acuan
balok dan tangga.
8. Pakukan gelegar acuan balok dan tangga pada tiang-tiang acuannya
dengan berpedoman benang yang telah direntangkan.
9. Papan cetakan balok dan multiplek (lantai tangga) dipakukan pada
gelegar-gelegarnya
10. Papan cetakan sisi-sisi tegak balok dan tangga di pakukan pada sisi bawah
cetakan-cetakan tersebut, selanjutnya diperkuat dengan papan-papan
penguat.
11. Khusus untuk sisi-sisi tegak tangga digambar kedudukan /tempat-tempat
papan optride dan pada tempat tersebut, dipakukan klos-klos.
12. Langkah terakhir adalah memakukan papan –papan optride pada klos-klos
dan masih diperkuat dengan usuk + papan-papan penguat.
Catatan :
- Bagian atas gelegar acuan tangga diserut agak miring
- Pemakuan pada multiplek diharapkan jangan terlalu banyak (secukupnya).
- Setiap tiang acuan diusahakan vertical.
- Konstruksi cetakan dan acuan ini tidak boleh mengalami perubahan.
BAB XI
PENUTUP
11.1 Kesimpulan
Setelah mengadakan praktek kerja dan pembahasan materi acuan dan
perancah di bengkel terbuka, penulis dapat menarik suatu kesimpulan yaitu :
1) Acuan perancah/bekisting/formwork adalah suatu konstruksi sementara yang
berfungsi sebagai pembantu yang merupakan mal atau cetakan pada bagian
sisi dan bawah dari suatu bentuk beton yang diinginkan.
2) Bagian-bagian acuan dan perancah
Bagian acuan :
- Papan cetakan
- Pengaku cetakan yang semuanya berfungsi untuk membentuk beton
yang diinginkan.
Bagian perancah :
- Tiang acuan
- Pengaku
- Gelagar
- Landasan/pasak.
3) Bahan Yang Digunakan :
- Kayu/papan 2/20
- Paku
- Dolken/gelam
4) Syarat-Syarat Acuan Dan Perancah
- Kuat
- Kaku
- Bersih
- Tidak bocor/rapat
- Mudah dibongkar
11.2 Saran
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan sering terjadi hal-hal yang tidak kita
inginkan, maka dari itu dalam bekerja kita dituntut untuk :
1. Berkosentrasi baik dalam mendengarkan materi/penjelasan dari instruktur
maupun dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Berusaha melakukan yang terbaik dalam melakukan praktek.
3. Kompak dalam team kerja sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat
waktu dan benar,
4. Mengutamakan keselamatan kerja dengan memenuhi peraturan di bengkel
seperti menggunakan baju praktek dan sepatu pengaman.
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek “ Acuan dan Perancah“ pada semester ini.Kami selaku penulis tak
lupa pula mengucapkan terima kasih kepada :
1. RD. Kusumanto, selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya
2, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
2. Sukarman,S.T , selaku Dosen pembimbing
3. Teman-teman kelas 2 Si. A yang telah membantu dalam pembuatan
laporan ini.
Laporan ini berisi tentang hasil Praktek Acuan dan Perancah pada semester ini
di area kampus Polsri. Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan, kesalahan, dan masih jauh dari sempurna.Oleh karena
itu penulis sangat membutuhkan saran serta Kritik yang bisa membuat penulis jauh
lebih baik dari sebelumnya.
Akhirnya, penulis berharap agar laporan ini dapat memberi manfaat khusus
bagi Mahasiswa dan Masyarakat pada umumnya. Dan semoga apa yang ditulis oleh
penulis di ridhoi oleh Allah SWT ( Amien ).
Palembang, 9 Mei 2011
Penulis
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PERANCAH I
Dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Perancah I
pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Palembang, 9 Mei 2011
Dosen pembimbing,
Sukarman, S.T
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................i
KATA PENGANTAR......................................ii
DAFTAR ISI.........................................iii
PENDAHULUAN ................................................................................... ............1
BAB I Acuan Perancah 1 A. Pengertian Acuan dan Perancah..............................................3
B. Syarat – syarat acuan dan perancah .........................................4
C. Sambungan pada acuan da perancah .......................................5
BAB II Bahan dan alat yang di Gunakan .................................................7
BAB III Uraian Kerja................................................................................11
Job I Steak Out /Bow plank..........................................................................11
Job II Acuan Pondasi bangunan...................................................................16
Job III Acuan Kolom....................................................................................20
Job IV Acuan Balok dan lantai.....................................................................23
BAB XI Penutup
Kesimpulan...................................................................................................26
Saran........................................................................................................... 27
LAPORAN
PRAKTEK KERJA ACUAN DAN PERANCAH I
LAPORAN BENGKEL
Dibuat untuk memenuhi syarat mata kuliah Praktek Kerja Perancah I
Pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya
Disusun oleh :
Nama: Thowwil Umary Nim : 0612 30100763 Kelas : 2 Si.B
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2013