lapkas ginek
-
Upload
hanako-laros-ratuwangi -
Category
Documents
-
view
239 -
download
5
description
Transcript of lapkas ginek
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi
2.1.1 Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan
dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati dkk, 2010),
kemudian menurut Suratun (2008) kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sperma, juga menurut Saifuddin (2003) mengatakan bahwa kontrasepsi adalah
usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat
sementara dapat bersifat permanen.
2.1.2 Pembagian Kontrasepsi
Menurut Proverawati dkk (2010) secara umum pembagian kontrasepsi menurut
cara pelaksanaannya terdiri atas:
1. Cara temporer (spacing) yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun
sebelum menjadi hamil lagi.
2. Cara permanen (kontrasepsi mantap) yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara
mencegah kehamilan permanen.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
3
2.1.3 Persyaratan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Menurut Proverawati (2010) syarat-syarat pemakaian alat kontrasepsi adalah
sebagai berikut:
1. Aman pemakaiannya dan dipercaya
2. Tidak ada efek samping yang merugikan
3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya
6. Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit
7. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
2.1 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
2.1.1 Pengertian
AKDR adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus
melalui kanalis servikalis (Pendit, 2007). Sedangkan menurut Everett (2012),
AKDR adalah suatu alat pencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup
sperma atau ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus, ada
reaksi terhadap benda asing disertai peningkatan leukosit.
2.1.2 Mekanisme Kerja
Sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja
AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai
benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebukan leukosit
yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
4
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berbeda.
Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus, selain
menimbulkan reaksi radang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasit
anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga
menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi sperma (Sulistyawati, 2012).
2.1.3 Jenis AKDR
Menurut Arum (2011) jenis-jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah sebagai berikut:
1. AKDR CuT-380 A
Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)
Menurut Darmani (2003) AKDR yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini
dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah
Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.
a. Lippes Loop
AKDR Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada
bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque
pada pemeriksaan dengan sinar-X.
Menurut Proverawati (2010) AKDR Lippes Loop bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian
atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
5
AKDR jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).
b. Cu T 380 A
AKDR Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan
tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga
sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing
mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran
bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada
bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan
untuk mengeluarkan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
c. Multiload 375
AKDR Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai
luas permukaan 250 mm2 atau panjang 375 mm2kawat halus tembaga yang
membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran
multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain sedemikian
rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.
d. Nova – T
AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2kawat halus tembaga dengan bagian
lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada
jaringan setempat pada saat dipasang.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
6
e. Cooper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200
mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T
(Proverawati, 2010).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
7
Gambar 2.1 Jenis-jenis AKDR
Menurut Suparyanto (2011) AKDR terdiri dari AKDR hormonal dan non
hormonal.
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang
ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:
1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan
Graten ber-ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya
kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya
kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di
belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2.
Cara insersi: Withdrawal.
2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,
Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause,
sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang
banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu
Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan
Nova-T.
2. IUD yang mengandung hormonal
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
8
a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan
teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 μg
progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
b. Mirena
Mirena adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang
terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan
sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik
fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium
sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen.
Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52
mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG
dilepaskan dalam dosis kecil (20 μg/hari pada awalnya dan menurun
menjadi sekitar 10 μg/hari setelah 5 tahun) melalui membran
polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang
rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari AKDR
ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan
lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk
wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya.
Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks. Lendir
serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk
bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat
mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. Setelah mirena
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
9
dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur.
Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012)
2.1.4 Keuntungan Penggunaan AKDR
Keuntungan menggunakan AKDR adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010)
1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi .
2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti) .
5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat .
6. Tidak memengaruhi hubungan seksual .
7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A).
9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI
10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir)
12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan .
13. Mencegah kehamilan ektopik .
2.1.5 Kerugian Penggunaan AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
10
Kerugian penggunaan alat kontrasepsi AKDR adalah sebagai berikut:
(Proverawati, 2010)
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan)
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan (spotting antar menstruasi)
4. Saat haid lebih sedikit
2.1.6 Komplikasi AKDR
Komplikasi penggunaan AKDR adalah sebagai berikut:
1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
4. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS .
5. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan.
6. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR
7. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
8. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR,
biasanya menghilang selama 1 hari
9. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR
10. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang segera sesudah melahirkan) (Arum, 2011).
2.1.7 Persyaratan Pemakaian AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
11
Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan AKDR adalah sebagai
berikut:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
2.1.8 Penggunaan AKDR yang Tidak Diperkenankan
Menurut Arum (2011) penggunaan AKDR yang tidak diperkanankan pada:
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus septik
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
memengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Kanker alat genetalia
8. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
2.1.9 Waktu Pemasangan AKDR
Melakukan pemasangan AKDR selama masih menstruasi akan menghilangkan
risiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang dalam keadaan hamil, namun
klien lebih rentan terhadap infeksi. Pemasangan AKDR dapat dilakukan pada
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
12
hari-hari selama siklus menstruasi. Angka kejadian AKDR terlepas spontan lebih
rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi (Sulistyawati, 2012).
2.1.10 Cara Kerja Pemasangan AKDR
Menurut Saifuddin (2003) cara kerja pemasangan AKDR adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan peralatan dan instrumen
Menyiapkan peralatan dan instrumen sebelum melakukan tindakan. Bila alat-
alat berada dalam paket yang telah disterilisasi, jangan membuka paket
sebelum di melakukan pemeriksaan panggul selesai dan keputusan akhir untuk
pemasangan dilakukan. Adapun peralatan dan instrumen yang dianjurkan
untuk pemasangan yaitu:
a. Bivale speculum (kecil, sedang atau besar)
b. Tenakulum
c. Forsep/korentang
d. Gunting
e. Mangkuk untuk larutan antiseptik
f. Sarung tangan (disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru)
g. Cairan antiseptik (misalnya povidon iodin) untuk membersihkan serviks
h. Kain kasa atau kapas
i. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu senter sudah
cukup)
j. Copper T 380 A IUD yang masih belum rusak dan terbuka
2. Langkah-langkah pemasangan AKDR Copper T 380 A
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
13
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan
merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti
akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan
klien telah mengosongkan kandung kencingnya
b. Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan
pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan
spekulum dan panggul.
c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
d. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik
dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
f. Masukkan sonde uterus
g. Lakukan pemasangan AKDR Copper T 380 A
h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan
dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi
i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai.
j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan
menggunakan model yang tersedia dan menyarankan klien agar menunggu
selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.
2.1.11 Pencabutan AKDR
Menurut Saifuddin (2003) langkah-langkah pencabutan AKDR sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien
untuk bertanya.
2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR
3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
14
4. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta
klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, dan memberitahu mungkin
timbul rasa sakit.
a. Pencabutan normal
Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau
lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik
benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya
dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik
dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang
putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
b. Pencabutan sulit
Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada
kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam
kavum uteri untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila sebagian
AKDR sudah ditarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik
seluruhnya dari kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap
menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan
bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikal sangat
tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke
bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar
klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.
2.2.12 Ketidaklangsungan Pemakaian Kontrasepsi AKDR
Ketidaklangsungan adalah penghentian pemakaian (dropout). Ketidak-
langsungan pemakaian kontrasepsi (drop out) dapat digambarkan bahwa
berhentinya dalam memakai alat/cara KB karena beberapa alasan tertentu
(Cahyono, 2011). Tingkat ketidaklangsungan pemakaian (drop out)
kontrasepsi meningkat Tingkat drop out pemakaian kontrasepsi mengalami
peningkatan dari 20 persen (SDKI 2002-2003) menjadi 26 persen (SDKI
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
15
2007). Terdapat beberapa alasan drop out dan alasan pertama (10 persen)
disebabkan karena rasa takut akibat efek samping dan masalah kesehatan
lainnya. Alasan lain drop out ber-KB ini adalah karena ingin hamil (5 persen);
alasan yang berhubungan dengan metode penggunaan alat KB (5 persen);
alasan lain (biaya, rasa tidak nyaman, perceraian, frekuensi hubungan seksual
yang jarang) sebesar (3 persen) dan kegagalan alat KB (2 persen). Sedangkan
proporsi pemakaian kontrasepsi yang ganti cara ke metode lain sebesar 13
persen. Pada tahun 2014 diharapkan terjadi penurunan drop out pemakaian
kontrasepsi menjadi 20 persen (Witjaksono, 2012).
Menurut Cahyono (2011) ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi (drop
out) dapat digambarkan bahwa berhentinya dalam memakai alat/cara KB karena
beberapa alasan. Beberapa alasan berhenti memakai alat/cara KB yang terdapat di
publikasi SDKI 2007 adalah hamil ketika memakai hal ini dapat disebut sebagai
kegagalan pada pemakaian alat/cara KB; ingin hamil; suami tidak setuju; efek
samping, hal ini bisa terjadi karena pemasangan dan penggunaan alat/cara KB
tidak sesuai dengan standar pelayanan dan aturan pemakaian sehingga terjadi efek
samping; masalah kesehatan, hal ini terjadi apabila seseorang yang menggunakan
alat/cara KB tidak cocok dengan jenis tertentu alat/cara KB, misalnya pada pil ada
beberapa aturan larangan untuk menggunakan pil salah satunya adalah bagi yang
mempunyai penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tinggi dan beberapa
alasan yang lain seperti akses/ketersediaan, ingin cara efektif, tidak nyaman/repot,
jarang kumpul/suami jauh, ongkos terlalu mahal, sulit hamil/menopausal,
cerai/berpisah, dan lain-lain. Hal yang sangat diperhatikan adalah apabila terjadi
ketidaklangsungan atau berhentinya memakai alat/cara KB dengan alasan tertentu
namun sebenarnya masih membutuhkan atau perlu memakai alat/cara KB maka
akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan yang tak tercegah
dan tanpa direncanakan. Menurut Suratun (2008) ketidaklangsungan akseptor
AKDR biasanya dilakukan pada waktu penjadwalan pemeriksaan lanjutan pada 12
bulan pertama pemakaian.
karena banyak wanita yang mengalami efek samping menunjukkan
perlunya peningkatan dan perbaikan dalam pemberian informasi tentang alat
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
16
kontrasepsi dan komunikasi interpersonal antara petugas dengan peserta. Tinggi
rendahnya angka tingkat ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi tingkat berarti
pula dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan program. Seorang pemakai
akan berhenti memakai suatu cara kontrasepsi tentunya dengan berbagai alasan.
Dengan mengetahui alasan-alasan wanita peserta KB berhenti menggunakan alat
kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan perbaikan dalam
pelayanan dan pendidikan tentang alat kontrasepsi (Prihyugiarto dan Mujianto,
2009).
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya (Bab IV dan V) dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap lama
ketidaklangsungan pemakaian AKDR, sedangkan karakteristik (umur, jumlah
anak dan pendidikan) tidak berpengaruh terhadap lama ketidaklangsungan
pemakaian AKDR.
2. Ada pengaruh efek samping dan ingin punya anak lagi terhadap lama
ketidaklangsungan pemakaian AKDR, sedangkan ganti alat kontrasepsi tidak
berpengaruh terhadap lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR.
3. Ada pengaruh peran petugas kesehatan terhadap lama ketidaklangsungan
pemakaian AKDR, sedangkan dukungan suami tidak berpengaruh terhadap
lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
17
4. Faktor yang memengaruhi lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR adalah
pengetahuan, sikap, persepsi, efek samping, ingin punya anak lagi dan peran
petugas kesehatan. Variabel yang paling dominan memengaruhi yaitu efek
samping. Efek samping memiliki nilai OR = 5,245 artinya ibu PUS yang ada
mengalami efek samping memiliki peluang untuk pemakaian ≤12 bulan
sebesar
5,245 kali lebih besar dibanding dengan ibu PUS yang tidak mengalami efek
samping. 6.2
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2007. Psikologi Sosial, Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Alatas, H. WT. Karyomanggolo, Dahlan A.M., Aswitha B. Ismet N. Oesman,
2008. Desain Penelitian. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
18
Klinis. Editor Sudigdo Sastroasmoro. Cetakan Kedua, Edisi Ketiga.
Jakarta: Sagung Seto.
Arum, 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Asih dan Oesman, 2009. Analisa Lanjut SDKI 2007, Kelangsungan pemakaian
Kontrasepsi. Jakarta: Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Bradley, et al. 2007. IUD Use and Discontinuation in Bangladesh. Diambil
tanggal 15 Juni 2013 dari
http://www.k4health.org/sites/default/files/IUD_Bangladesh.pdf
Bappenas, 2010. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat
Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS I,
http://www.bappenas.go.id/pelayanan-keluarga-berencana-bagi-
masyarakat-miskin.html. Diakses tanggal 25 Februari 2013.
Bruce J, 1990. Fundamental Elements Of The Quality Of Care, A Simple Frame
Work, Studies in Family Planning: 21(2):61-91.
Cahyono, 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklangsungan
Pemakaian Kontrasepsi IUD yang Indonesia (Analisis SDKI 2007). Tesis.
Jakarta: Program Pasca Sarjana Kajian Kependudukan dan
Ketenagakerjaan, Universitas Indonesia.
Dagun, S.M. 2005. Psikologi Keluarga: Peranan Ayah Dalam Keluarga. Cetakan
Kedua. Jakarta: Rineka Cipta
Darmani, E.H. 2003. Hubungan Antara Pemakaian AKDR dengan Kandidiasis
Vagina di RSUP Dr. Pirngadi Medan, Medan: Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
19
Dewi, S.R. 2012. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Wanita PUS di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues, Tesis.
Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Everett, 2012. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif, Edisi 2,
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Glasier A dan Gebbie A. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : EGC
Hacker & Moore. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta:
Hipokrates.
Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Cetakan Kelima,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Hastono, S.P. 2006. Basic Data Analysis For Health Research Training, Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Imbarwati, 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD
pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Indiarti, 2012. Panduan Klinis Paling Komplit Kehamilan, Persalinan, &
Perawatan Bayi, Jakarta: Buku Seru.
Indrawati, 2011. Analisis Faktor Kebijakan dan Pengetahuan Tentang Pelayanan
KB yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Ibu
Pasangan Usia Subur Akseptor KB di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang, Tesis. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Diponegoro.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
20
Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi yang digunakan pada PUS, Skripsi. Semarang: FKM Universitas
Diponegoro.
Manuaba, I.B.G. 2005. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Marlinda, 2011. Hubungan Persepsi Wanita Usia Subur Tentang IUD dengan
Motivasi Penggunaan Ulang IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Lintau Buo
III Kabupaten Tanah Datar, Skripsi. Padang: Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas.
Maryatun, 2009. Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu yang Berpengaruh Terhadap
Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten Sukoharjo, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta, Jurnal STIKes Aisyiyah, Surakarta.
Eksplanasi 4(8): 155-169.
Meilani dkk, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Fitramaya.
Meliasari, D., 2012. Pengaruh Faktor Personal, Sosial dan Situasional terhadap
Kelangsungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di
Wilayah Kerja Puskesmas Medan Marelan. Tesis FKM USU. Medan
Mujihartinah, 2009. Hubungan Konseling Keluarga Berencana dengan
Kelangsungan Penggunaan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kota
Tanjungpinang, Tesis Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada.
Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
21
Muryanta, A. 2011. Mencapai Target MDGs Dalam Program KB Nasional,
Sumber: http://www.kulonprogokab.go.id/v21/getfile.php?file. Diakses
tanggal 13 Januari 2013.
Musdalifah, 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Puskesmas Mijen
Kota Semarang, Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Notoatmodjo, 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama,
Jakarta: Rineka Cipta.
___________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan I, Jakarta:
Rineka Cipta.
__________, 2010a. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan II, Jakarta:
Rineka Cipta.
__________, 2010b. Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Praktek Keperawatan
Profesional. Salemba Medika, Jakarta.
Patnaik BP dan Mishra KP. 2003. Use Satisfaction And Retention Of Cu-T (IUD)
Amongst rural Women In Orissa. Diambil tanggal 15 Juni 2013 dari
http://nihfw.org/Publications/material/J494.pdf
Pastuti, R. dan Siswanto A.W. 2007. Determinan Penggunaan Kontrasepsi IUD di
Indonesia, Analisis Data SDKI 2002-2003. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(2):
71-80.
Pendit, 2007. Ragam Metode Kontrasepsi, Cetakan Pertama. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
22
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Cetakan Pertama,
Jakarta: Trans Info Media.
Prihyugiarto, T.Y. dan Mujianto. 2009. Analisa Lanjut SDKI 2007, Kelangsungan
Pemakaian Kontrasepsi. Jakarta: Puslitbang KB dan Kesehatan
Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Proverawati dkk, 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rakhmat, J.2008. Psikologi Komunikasi, Cetakan Kedua Puluh Enam, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Retnowati, 2010. Perbedaan Kenyamanan Seksual Pada Akseptor Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Sragen, Skripsi.
Surakarta: Program D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Ridwan, 2007. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Bandung: Alfabeta.
Rosa, 2012. Mirena IUD, Definisi, Cara kerja, Kontraindikasi, Efek samping,
sumber:
http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296 924-
mirena-iud-definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdsw. Diakses tanggal 9
Februari 2013.
Safrudin, 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan, Cetakan
Pertama, Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Cetakan Kedua,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sambosir, O.B. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ber-KB Pasangan Usia
Subur di Indonesia, Jakarta: Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
23
Sastroasmoro, S. dan Sofyan I. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Cetakan Kedua, Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto.
Sudarianto, 2010. Kepedulian terhadap Unmet Need KB di Prov.Sulawesi
Selatan, http://www.dinkes.sulsel.go.id.new.indeks2.php.pdf. Diakses
tanggal 10 Januari 2013.
Sulistyawati, 2012. Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta: Salemba Medika.
Sumawan & Ernawati, 2006. Cost Effectiveness Analysis of IUD , Injection and
Pill Contraception Methods Thought Quality of Life Approach,
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/5.Wayan%20Sumawan.pdf.
Diakses tanggal 15 Januari 2013.
Suparyanto, 2011. Konsep Dasar AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) / IUD
(Intra Uterine Device). http://by--one.blogspot.com/2011/09/konsep-
dasar-akdr-alat-kontrasepsi.html, diakses tanggal 15 April 2013.
Suratun, 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta:
Trans Info Media.
Taufik, M.2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatan,
Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan, Cetakan Pertama, Jakarta:
Infomedika.
Turban, 2005. Decision Support System and Intelligent System. Jilid I,
Yogyakarta: Andi.
Utami, S. dkk, 2011. Hubungan Efek Samping Dengan Kejadian Drop Out Pada
Akseptor AKDR di Poli KB I RSUD DR.Soetomo Surabaya. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes. II(3): 144-151.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
24
Walgito, B. 2008. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Cetakan Pertama, Edisi
Revisi, Yogyakarta: Andi.
Wawan dan Dewi, 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wirawan, S. 1991. Psikologi Remaja, Cetakan Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Witjaksono. 2012. Rencana Aksi keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Tahun 2012-2014. Jakarta: Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasional (BkkbN).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
25
STATUS ORANG SAKIT
SMF ILMUKEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RS. HAJI MEDAN
4.1 IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. E
JENIS KELAMIN : perempuan
UMUR : 18 tahun
AGAMA : islam
SUKU : Mandailing
PEKERJAAN : IRT
PENDIDIKAN : SMA
ALAMAT : Jalan Bersama ujung gg.Rahmatan no.24
NOMOR RM : 23.24.62
TANGGAL MASUK : 15-05-2015
PUKUL : 08.00 wib
IDENTITAS SUAMI
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
26
NAMA : Tn. S
JENIS KELAMIN : laki-laki
UMUR : 20 tahun
AGAMA : islam
SUKU : Mandailing
PEKERJAAN : wiraswasta
PENDIDIKAN : SMA
ALAMAT : Jalan Bersama ujung gg.Rahmatan no.24
4.2 ANAMNESA
Ny. E, 18 tahun, G1P0A0, Islam, Mandailing, SMA, IRT istri dari Tn. S, 20 tahun,
Islam, Mandailing, SMA, Wiraswasta, Jalan Bersama ujung gg.Rahmatan no.24
datang ke Rumah Sakit Haji Medan pada tanggal 15 Mei 2015 pukul 08.00 wib
dengan :
KU : Keluar air-air dari kemaluan
Telaah : keluar air-air dari kemaluan dialami pasien sejak 3 hari yang lalu pukul
18.00 wib sedikit, lalu 2 jam kemudian keluar air dari kemaluan kembali
dialami pasien air berbau amis, wana putih jernih, sangat banyak dan
sekarang masih merembes. Pasien mengatakan keluar cairan pada saat
beristirahat.
Riwayat mules-mules mau melahirkan (-), riwayat keluar lendir darah (-)
Riwayat demam kehamilan (-), riwayat trauma di daerah perut (-), riwayat
berhubungan dengan suami pada saat kehamilan (+), riwayat merokok (-).
BAK : (+) N
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
27
BAB : (+) N
RPT : (-)
RPO : (-)
ANC : Ke bidan 2 kali
Riwayat KB : tidak pernah
Riwayat Operasi : tidak pernah
4.2.1 Perdarahan Antepartum :
Kapan mulai : (-) Perdarahan ke : (-)
Banyaknya : (-) Darah Beku : (-)
Rasa Nyeri : (-) Trauma : (-)
4.2.2 Tanda- tanda keracunan hamil :
Edema : (-) Vertigo : (-)
Pening : (-) Gangguan visus : (-)
Mual : (-) Kejang – kejang : (-)
Muntah` : (-) Coma : (-)
Nyeri uluhati : (-) Icterus : (-)
4.2.3 Anamnesa Ginakologik/ keluarga :
Menarche : 13 tahun HPHT : 17-08-2014
Haid : 5-6 hari (2-3x ganti duk/hari) TTP : 24-05-2015
Dysmenorrhea: (-) Hamil kembar: (-)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
28
Flour albus : (-) Lain-lain: (-)
4.2.4 Perdarahan Postpartum :
Anak ke : (-) Retensio plasenta: (-)
Kala : (-) Placenta rest : (-)
Banyaknya : (-) Infus/transfusi : (-)
Atonia uteri : (-)
4.2.5 Riwayat persalinan:
1. Hamil ini.
4.2.6 Penyakit yang Pernah diderita :
Anemia : (-) Tuberculosis : (-)
Hipertensi : (-) Penyakit jantung : (-)
Penyakit Ginjal: (-) Penyakit lain : (-)
Diabetes : (-)
4.3 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 37,80C Oedem : (-)
TB : 160 cm
BB : 75 kg
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
29
B. Status Lokalis
Abdomen : membesar, asimetris
Fundus uteri : 3 jari dibawah processus xypoideus (33 cm)
Teregang : kanan
Bagian terbawah : kepala
Gerak janin : (+)
HIS : (-)
DJJ : 144 x/i, reguler
Formula Johnson : 2800-3000 gram
Osborn : (-)
C. PEMERIKSAAN DALAM
Tanggal : 15 Mei 2015
Jam : 9.30 wib
Dokter/Bidan : PPDS
Indikasi : Memantau Persalinan
Inspeksi : tampak air menggenang di fornix posterior vagina,
nitrazin test (+)
Pembukaan : 2 cm
Cervix : Sacral
Efficement : 80%
Selaput Ketuban : tidak Utuh
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
30
Bagian Terbawah: Kepala
Turunnya : Floating
Posisinya : Tidak bisa dinilai
Promontorium : tidak teraba
Lin.Inominata : Teraba 2/3
Arcus Pubis : Tumpul
S.Ischiadica : tumpul
Sacrum : cekung
Cocccigeus : Mobile
ST : Lendir darah (-), air ketuban (+)
Kesan : Ketuban Pecah Dini
4.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 1 5-05-2015 pukul 08.00 wib
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 12,4 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,2 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 21.300 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 35,8 36-47 %
Hitung trombosit 184.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 86,2 80 – 96 fL
MCH 29,8 27 – 31 pg
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
31
MCHC 34,6 30 – 34 %
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2 1 – 3 %
Basofil 0 0 – 1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 85 53–75 %
Limfosit 9 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
LED 30 0-20 mm/jam
Kimia Klinik Nilai Rujukan
Glukosa Darah Sewaktu : 98 mg/dL < 140
4.5 DIAGNOSA
KPD +PG + KDR (38 minggu) + PK +AH+ B.Inpartu
(Lapor Supervisor dr. Muslich p, Sp.OG)
4.6 PENATALAKSANAAN
Terapi : IVFD RL 20gtt/menit
Inj. Dexamethasone 3 amp single dose
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
Rencana :
Bed Rest
Awasi vital sign, DJJ, His
(Lapor Supervisor dr. Muslich p, Sp.OG)
Tidak ada tanda inpartu
Rencana Operasi : SC a/i Ketuban Pecah dini (Tanggal 15 Mei 2015 pukul 14.00
wib)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
32
4.7 LAPORAN PERSALINAN
Operator : dr. Muslich P, Sp.OG
Tanggal : 15/05/2015
Jam : 14.00 WIB
- Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infus dan kateter
terpasang dengan baik.
- Dibawah spinal anestesi, Dilakukan tindakan septik dengan cairan
antiseptik betadin dan alkohol 70% pada dinding abdomen lalu ditutup
dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
- Dilakukan insisi pfanennsteil mulai dari kutis, sub kutis. Dengan
menyusupkan pinset anatomis di bawahnya fascia di gunting ke kanan dan
ke kiri, dan otot di kuakkan secara tumpul, peritoneum di klem di dua sisi
dan digunting ke atas dan kebawah.
- Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi SBR dan
lig. Rotundum.
- Lalu plica vesicouterina digunting ke kiri dan ke kanan dan disisihkan ke
bawah arah blast secukupnya.
- Uterus di insisi sampai menembus subendometrium. Kemudian
endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar sesuai arah sayatan.
- Dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, BB = 3.300 gram, PB = 48
cm A/S = 8/9, Anus (+).
- Tali pusat di klem di dua tempat lalu digunting diantaranya.
- Plasenta dilahirkan dengan traksi pada tali pusat dan penekanan pada
fundus, kesan : lengkap.
- Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
33
- Kavum uteri dibersihkan dari sisa - sisa selaput ketuban dengan kasa steril
terbuka sampai tidak ada sisa selaput atau plasenta yang tertinggal. Kesan :
bersih
- Dilakukan penjahitan mulai dari uterus, peritoneum, otot, fascia, subkutis,
kutis.
- Luka operasi ditutup supratula lalu ditutup dengan kasa steril.
- Liang vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kapas sublimat
hingga bersih.
- KU ibu post sc : stabil
- Instruksi : awasi vital sign, kontraksi dan tanda – tanda perdarahan
R/ - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxime 1 amp/8 jam
- Inj. Ditranex 500 mg/8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 25 mg/12 jam
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
34
4.8 FOLLOW UP
Follow Up tanggal 16 Mei 2015 pukul 06.00 WIB
S : nyeri luka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 82x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 24x/menit Sianosis : (-)
T : 36,7ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen :Soepel, Peristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik
L/O : Tertutup perban, kesan kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) 500cc dari jam 19.40 – 06.00 wib (via kateter)
BAB : (-)
Flatus : (+)
ASI : (+/+)
Diagnosa : Post SC a/i KPD + NH1
Terapi : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/8jam
Inj. Ditranex 500 mg/8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 25 mg/8 jam
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
35
Follow Up tanggal 17 Mei 2015 pukul 06.00 WIB
S : nyeri luka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 22x/menit Sianosis : (-)
T : 36,5ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen :Soepel, Peristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah umbilicus
L/O : Tertutup perban, kesan kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) N
BAB : (+)
Flatus : (+)
ASI : (+/+)
Diagnosa : Post SC a/i KPD + NH2
Terapi : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/8jam
Inj. Ditranex 500 mg/8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 25 mg/8 jam
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
36
Follow Up tanggal 18 Mei 2015 pukul 06.00 WIB
S : tidak ada keluhan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 120/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 22x/menit Sianosis : (-)
T : 36,7ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen :Soepel, Peristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah umbilicus
L/O : Tertutup perban, kesan kering
P/V : (-) lochia (+) rubra
BAK : (+) N
BAB : (+) N
Flatus : (+)
ASI : (+/+)
Diagnosa : Post SC a/i KPD + NH3
Terapi : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/8jam
Inj. Ditranex 500 mg/8 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 25 mg/8 jam
Rencana : aff kateter
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
37
Follow Up tanggal 19 Mei 2015 pukul 06.00 WIB
S : tidak ada keluhan
O : Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 20x/menit Sianosis : (-)
T : 36,6ºC Oedem : (-)
SL : Abdomen :Soepel, Peristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah umbilicus
L/O : Tertutup perban, kesan kering
P/V : (-)
BAK : (+) N
BAB : (+) N
Flatus : (+)
ASI : (+/+)
Diagnosa : Post SC a/i KPD + NH4
Terapi : Inj. Ceftriaxone 1gr
Cefadroxil tab 500 mg 2x1
Rencana : aff infus dan pasien di pulangkan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim