KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …
Transcript of KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …
KURIKULUM PELATIHAN
TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK
BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
PB PERDOSRI
2019
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 1
Tim Penyusun
Penasehat
Prof. Dr. dr. Angela B. M. Tulaar, SpKFR(K)
Prof. Dr. dr. Hening Laswati Putra, Sp.KFR(K)
Dr. dr. Tirza Z Tamin, Sp. KFR (K)
Penanggung Jawab
dr. Ellyana Sungkar, Sp.KFR
Tim Pembahas
dr. A.V. Fanny Aliwarga, Sp.KFR
dr. Deasy Herminawati, Sp.KFR
dr. Ellyana Sungkar, Sp.KFR
dr. I Putu Alit Pawana, Sp.KFR(K)
Dr. dr. Marina Indriasari, Sp.KFR
dr. Retno Savitri Koeswardhani, Sp.KFR
dr. Rigina Nilandrani, Sp.KFR
dr. Rima Natasha Hartanto, Sp.KFR
Dr. dr. Rita V. Pane, Sp.KFR, FIPP
dr. Tanti Ajoe Kesoema, Sp.KFR (K), M.Si.Med
dr. Tresia F.U. Tambunan, Sp.KFR
dr. Virmandiani, Sp.KFR
Dr. dr. Vitriana, Sp.KFR(K)
Masnapita, SKM, MKM (Puslat SDM Kesehatan)
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 2
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Filosofi Pelatihan ................................................................................................ 4
BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI ......................................................... 5
A. Peran ................................................................................................................... 5
B. Fungsi .................................................................................................................. 5
C. Kompetensi ......................................................................................................... 5
BAB III TUJUAN PELATIHAN .................................................................................... 6
A. Tujuan Umum ..................................................................................................... 6
B. Tujuan Khusus .................................................................................................... 6
BAB IV STRUKTUR PROGRAM ................................................................................. 7
BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN ............................. 8
BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN ...................................................... 20
BAB VII PESERTA DAN PELATIH ............................................................................ 24
A. Peserta ................................................................................................................. 24
B. Pelatih dan Instruktur .......................................................................................... 24
BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN .............. 25
A. Penyelenggara ..................................................................................................... 25
B. Tempat Penyelenggaraan .................................................................................... 25
BAB IX EVALUASI ........................................................................................................ 26
BAB X SERTIFIKASI ..................................................................................................... 27
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 28
A. Panduan Penugasan ............................................................................................. 29
B. Instrumen Evaluasi Peserta ................................................................................. 82
C. Master Jadwal...................................................................................................... 124
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi “sehat” menurut WHO, adalah suatu keadaan dimana kondisi fisik, mental dan
sosial dalam keadaan berfungsi dengan baik, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan fisik atau mental. Dengan demikian maka dalam penanganan masalah
kesehatan pasien, perlu diupayakan sampai tercapainya kemampuan fungsional
seoptimal mungkin. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang dokter di fasilitas
kesehatan tingkat lanjut untuk mengerti mengenai asesmen, penegakkan diagnosa
fungsional serta tatalaksana yang komprehensif sesuai dengan level kompetensinya.
Pedoman kurikulum Dokter Umum yang tertuang di dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia tahun 2012, sudah membahas mengenai pentingnya seorang Dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) untuk memahami cara melakukan asesmen
sederhana pada status fungsional seorang pasien, serta upaya pencegahan terjadinya
disabilitas. Namun karena keterbatasan waktu dan padatnya muatan kurikulum Dokter
Umum, maka pengetahuan dan keterampilan mengenai Analisa status fungsional serta
prinsip penanganannya, dirasa belum memadai sebagai bekal dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), maka semakin dirasakan perlunya upaya
untuk mencegah terjadinya disabilitas pada pasien, sehingga dapat tercapai kualitas
Sumber Daya Manusia yang lebih optimal.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia memiliki
kewajiban untuk memberi pelatihan kepada Dokter Umum, agar dapat memiliki
kompetensi dalam melakukan Analisa fungsi tubuh mendasar, serta memiliki
kemampuan melakukan prinsip tindakan pencegahan terjadinya penurunan fungsi pada
pasien yang dirawat. Pelatihan kepada Dokter Umum telah dilakukan sepanjang tahun
2017 di beberapa kota di Pulau Jawa.
Data dari Program Perlindungan dan Layanan Sosial Tahun 2012 dan Survei Ekonomi
Sosial Tahun 2012 menunjukkan bahwa angka disabilitas di Indonesia semakin
meningkat yaitu mencapai 2.45% dari jumlah penduduk Indonesia di tahun tersebut.
Data tersebut didukung dengan kenyataan berupa berkembangnya dinamika
permasalahan yang dihadapi dalam era JKN yang dikelola oleh Badan Penyelanggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yaitu didapati tingginya prevalensi masalah
kesehatan yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi, dan memerlukan biaya
pelayanan kesehatan yang sangat tinggi. Di samping itu juga ditemukan fakta bahwa
jumlah dan distribusi Dokter SpKFR belum memadai, untuk menangani masalah
kesehatan yang menyebabkan penurunan fungsi.
Sebagai upaya mengatasi masalah tersebut, maka diterbitkan Peraturan Direktur BPJS
Nomor 5 tahun 2018, dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan akan Dokter
SpKFR, yang tertuang di Pasal 5, yaitu; dalam hal tidak terdapat Dokter SpKFR dalam
satu kabupaten/kota, maka dokter yang melakukan praktek Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi terbatas sesuai kewenangan dan kompetensi, maka pelayanan tersebut dapat
dijamin BPJS Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut; a) memiliki sertifikat dari
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 4
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kementerian Kesehatan dan
Perhimpunan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia. b) ditetapkan melalui
keputusan manajemen rumah sakit yang diketahui oleh Perhimpunan Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi Indonesia, dan c) telah dilakukan supervisi dokter spesialis kedokteran
fisik dan rehabilitasi di masingmasing wilayah paling sedikit 1 (satu) kali setiap bulan.
Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, yaitu kurang dan tidak meratanya pelayanan
Dokter SpKFR, serta menindaklanjuti Perdir BPJS No 05/2018, maka perlu dibuat
Program Pelatihan untuk menambahkan Kompetensi Dokter Umum sesuai kewenangan
dan kompetensi Dokter SpKFR yang terbatas.
Pelatihan dokter umum ini diselenggarakan karena belum adanya kompetensi terkait
tatalaksana gangguan fungsional. Berdasarkan UU 36/ Permenkes 725, Kurikulum harus
menjadi acuan bagi penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan ini.
B. Filosofi Pelatihan
1. Pelatihan ini diselenggarakan berdasarkan pendekatan :
a. Pembelajaran orang dewasa (Adult Learning), yakni proses pelatihan yang
diselenggarakan dengan karakteristik :
b. Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat, dan
kecepatan yang sesuai untuk dirinya
c. Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya
belajar secara efektif
d. Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan
penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif.
2. Proses pelatihan memperhatikan hak peserta selama pelatihan, antara lain :
a. Dihargai keberadaannya selama menjadi peserta pelatihan
b. Didengarkan dan dihargai pengalamannya terkait dengan materi pelatihan
c. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan
3. Pelatihan ini merupakan suatu upaya untuk pemberian wewenang sementara
sehingga dapat meningkatkan kemampuan secara perorangan dibidang layanan
kedokteran fisik dan rehabilitasi dasar
4. Proses pembelajaran diberikan melalui pelatihan yang berkaitan untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
layanan di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi medik
5. Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti yang
bersangkutan telah mengikuti pelatihan secara lengkap untuk menjalankan
wewenangnya
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 5
BAB II
PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan peserta berperan sebagai dokter umum penatalaksana
gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta memiliki fungsi yaitu melakukan tatalaksana
gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C.
C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta mempunyai kompetensi dalam:
1. Menegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF).
2. Menentukan tatalaksana rehabilitasi medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
3. Melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik
4. Membuat laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien
rehabilitasi medik.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 6
BAB III
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu melakukan tatalaksana gangguan fungsional
pada pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C sesuai dengan kewenangannya.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu:
1. Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi.
2. Menegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF).
3. Menentukan tatalaksana rehabilitasi medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
4. Melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik
5. Membuat laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien
rehabilitasi medik.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 7
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM
NO MATERI WAKTU
T P PL JML
A MATERI DASAR
1. Filosofi Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi 3 0 0 3
2. Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Di
Rumah Sakit Kelas C 3 0 0 3
3. Etika dan Medikolegal Kedokteran 3 2 0 5
Subtotal 9 2 0 11
B MATERI INTI
1. Komunikasi, informasi dan edukasi. 2 4 0 6
2. Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan
International Classification of Functioning, Disability
and Health (ICF).
5
20
8
33
3. Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit
Kelas C
3 11 0 14
4. Rujukan layanan rehabilitasi medik 2 3 0 5
5. Laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan
fungsi pasien rehabilitasi medik
1
2
0
3
Subtotal 13 40 8 61
C MATERI PENUNJANG
1. Building Learning Comitment (BLC) 0 3 0 3
2. Anti Korupsi 2 1 0 3
3. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Pengembangan
Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas C
0 2 0 2
Subtotal 2 6 0 8
TOTAL 24 48 8 80
Catatan:
• T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktek Lapangan
• Untuk T dan P, 1 JPL @ 45 menit. Untuk PL, 1 JPL @ 60 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
8
BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
Nomor: MD.1
Materi : Filosofi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Waktu : 3 Jpl (T = 3, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami filosofi Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan
Alat Bantu
Referensi
Setelah selesai mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar fungsi,
disabilitas, dan kesehatan
2. Menjelaskan perbedaan layanan
kedokteran konvensional dengan
rehabilitative
3. Menjelaskan layanan kedokteran fisik
dan rehabilitasi bersifat komprehensif
dan interdisipliner
4. Menjelaskan batasan ilmu dan
pelayanan kedokteran fisik dan
rehabilitasi
1. Konsep dasar fungsi, disabilitas, dan
kesehatan
2. Perbedaan layanan kedokteran
konvensional dengan rehabilitative
3. Layanan kedokteran fisik dan
rehabilitasi bersifat komprehensif
dan interdisipliner
4. Batasan ilmu dan pelayanan
kedokteran fisik dan rehabilitasi
a. Batasan ilmu kedokteran fisik
dan rehabilitasi
b. Batasan pelayanan kedokteran
fisik dan rehabilitasi
• CTJ
• Bahan
• Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Tulaar ABM, Wahyuni LK, Handikin NN,
Tinduh D, Soebadi RDH, Wirawan RP et al.
Kurikulum & Modul Pelatihan Layanan
Rehabilitasi Medik untuk Dokter di Rumah
Sakit yang Belum Memiliki Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik & Rehabilitas. 1st ed.
Jakarta: PERDOSRI; 2014.
• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani I,
Wirawan RP, Wirawan NN, Hamzah Z et al.
Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Jakarta: PT Adhitama Multi Kreasindo;
2013.
• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono
M, Tinduh D, Kusumastuti P,
Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu
Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Modul S1
Pendidikan Fakultas Kedokteran. 1st ed.
Jakarta: Kolegium IKFR; 2014.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
9
Nomor: MD.2
Materi: Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kelas C
Waktu: 3 Jpl (T = 3, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit Kelas C
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan kebijakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
2. Menjelaskan kebijakan pelayanan
rehabilitasi di Rumah Sakit Kelas C
1. Kebijakan pelayanan kesehatan
di rumah sakit
a. Sistem JKN
b. Pemerataan SpKFR
2. Kebijakan pelayanan
rehabilitasi di Rumah Sakit
Kelas C
a. Sistem Pelayanan
Rehabilitasi
Medik
b. Alur Pelayanan Rehabilitasi
Medik
c. Sistem Rujukan Rehabilitasi
Medik
• CTJ
• Bahan
• Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Kepmenkes No.129 Tahun 2008.
• Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
2009.
• Direktorat Bina Pelayanan Medik
Spesialistik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Peayanan Rehabilitasi
Medik di Rumah Sakit Kelas, A,
B, C dan D. Edisi ketiga. Jakarta:
• Direktorat Jendral Bina Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2007.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
10
Nomor: MD.3
Materi: Etika dan Medikolegal Kedokteran
Waktu: 5 Jpl (T = 3, P = 2, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika dan medikolegal Kedokteran
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi
ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan etika kedokteran
2. Menjelaskan medikolegal
kedokteran
1. Etika kedokteran
a. Pengertian etika dan moral
b. Landasan etika
c. Prinsip-prinsip dasar etika
d. Perbedaan antara etik dan kode
etik
e. Fungsi etika
2. Medikolegal kedokteran
a. Informed consent
b. Breaking bad news
c. Fraud
d. Plagiarism
e. Patient’s safety
• CTJ
• Studi
Kasus
• Bahan
Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Lembar
Kasus
• Panduan
Stusi
Kasus
• Tamin TZ, Wirawan RP,
Moeliono M, Tinduh D,
Kusumastuti P, Ratnawati A et
al. Kurikulum Ilmu Kedokteran
Fisik & Rehabilitasi Modul S1
Pendidikan Fakultas Kedokteran.
1st ed. Jakarta: Kolegium IKFR;
2014.
• Freedman B. Duty and healing.
New York: Routledge; 2008.
• Johnson L. A life-centered
approach to bioethics.
Cambridge: Cambridge
University Press; 2012.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
11
Nomor: MI.1
Materi: Komunikasi, Informasi, Dan Edukasi.
Waktu: 6 Jpl (T =2, P = 4, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi
gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Melakukan komunikasi efektif
2. Memberikan informasi gangguan
fungsional pasien rehabilitasi
medik
3. Melakukan edukasi gangguan
fungsional pasien rehabilitasi
medik
1. Komunikasi efektif
a. Definisi
b. Tujuan
c. Bentuk
d. Jenis
e. Media komunikasi
f. Model
g. Strategi
2. Informasi gangguan fungsional
pasien rehabilitasi medik
a. Pengertian
b. Pemilihan media informasi
c. Teknik pemberian informasi
3. Edukasi gangguan fungsional
pasien rehabilitasi medik
a. Pengertian
b. Pemilihan media edukasi
c. Teknik edukasi
• CTJ
• Bermain
peran
• Bahan
• Tayang
• Modul
• Laptop/
• komputer
• LCD
• ATK
• Panduan
Bermain
Peran
• Skenario
bermain
peran
• Ceklis
bermain
peran
• Konsil Kedokteran
Indonesia. 2006. Komunikasi
Efektif Dokter-Pasien.
Jakarta.
• Kurtz, Silverman, Drapper.
1998. Teaching and Learning
Communication Skills in
Medicine.
• Mulyana, Deddy. 2001.
Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung:
Penerbit Rosda.
• Prijo Saksono, Aribowo &
Sembel, Roy (2002).
Komunikasi Yang Efektif.
• Term of Reference Pelatihan
Tim KKD Komunikasi
FKUI.
2015
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
12
Nomor: MI.2
Materi : Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi Berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICF)
Waktu: 33 Jpl (T =5, P =20, PL = 8)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan kinesiologi dan
biomekanik
2. Melakukan identifikasi gangguan
fungsi berdasarkan ICF
3. Melakukan pemeriksaan fisik
sederhana rehabilitasi medik
1. Kinesiologi dan biomekanik
a. Pengertian
b. Anatomi dan fisiologi alat
gerak
c. Kinesiologi
d. Biomekanik
2. Identifikasi gangguan fungsi
berdasarkan ICF
a. Pengertian ICF
b. Pengertian gangguan fungsi
c. Anamnesis kemampuan
fungsi
3. Pemeriksaan fisik sederhana
rehabilitasi medik
a. Tanda vital
b. Asesmen nyeri
c. Kekuatan otot (MMT)
d. Lingkup gerak sendi (LGS)
• CTJ
• Simulasi
• PL
• Bahan
Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Timbangan
• Pengukur
tinggi badan
• Sphigmoman
ometer
• Stetoskop
• Termometer
• Goniometer
• Palu refleks
• ICF
• Model/
manekin
• Tulaar ABM, Wahyuni LK,
Handikin NN, Tinduh D,
Soebadi RDH, Wirawan RP
et al. Kurikulum & Modul
Pelatihan Layanan
Rehabilitasi
Medik untuk Dokter di Rumah
Sakit yang Belum Memiliki
Dokter Spesialis Kedokteran
Fisik & Rehabilitas. 1st ed.
Jakarta: PERDOSRI; 2014.
• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani
I, Wirawan RP, Wirawan NN,
Hamzah Z et al. Layanan
Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Jakarta: PT
Adhitama Multi Kreasindo;
2013.
• Tamin TZ, Wirawan RP,
Moeliono M, Tinduh D,
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
13
4. Menegakkan diagnosis gangguan
fungsi berdasarkan ICF
e. Postur dan pola jalan
4. Penegakkan diagnosis fungsi
berdasarkan ICF
a. Jenis gangguan fungsi
berdasarkan ICF
b. Langkah penegakkan
diagnosa dengan ICF
• Panduan
simulasi
• Lembar
kasus
• Ceklis
simulasi
• Panduan
Praktek
Lapangan
• Ceklis
Praktek
Lapangan
• Lembar
kasus Pratek
Lapangan
Kusumastuti P, Ratnawati A et
al. Kurikulum Ilmu
Kedokteran Fisik &
Rehabilitasi Modul S1
Pendidikan Fakultas
Kedokteran. 1st ed. Jakarta:
Kolegium IKFR; 2014.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
14
Nomor: MI.3
Materi: Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
Waktu: 14 Jpl (T = 3, P =11, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menentukan tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi
ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan jenis tatalaksana
Rehabilitasi Medik di FKTL
Rumah Sakit Kelas C
2. Menentukan tatalaksana
Rehabilitasi Medik di FKTL
Rumah Sakit Kelas C
1. Jenis tatalaksana Rehabilitasi
Medik di FKTL Rumah Sakit
Kelas C
a. Terapi modalitas
• Pengertian
• Manfaat
• Efek samping
• Indikasi dan Kontraindikasi
b. Terapi latihan
• Pengertian
• Manfaat
• Efek samping
• Indikasi dan Kontraindikasi
2. Penentuan tatalaksana Rehabilitasi
Medik di FKTL Rumah Sakit
Kelas C
a. Karakteristik terapi
b. Rekomendasi tatalaksana
Rehabilitasi Medik di FKTL
Rumah Sakit Kelas C
• CTJ
• Studi
kasus
• Bahan
Tayang
• Video/
gambar alat
terapi
rehabilitasi
medik
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Panduan
Studi Kasus
• Lembar
Kasus
• Tulaar ABM, Wahyuni LK, Handikin
NN, Tinduh D, Soebadi RDH, Wirawan
RP et al.
Kurikulum & Modul Pelatihan Layanan
Rehabilitasi Medik untuk Dokter di
Rumah Sakit yang Belum Memiliki
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik &
Rehabilitas. 1st ed. Jakarta:
PERDOSRI; 2014.
• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani I,
Wirawan RP, Wirawan NN,
Hamzah Z et al. Layanan
Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Jakarta: PT
Adhitama Multi Kreasindo; 2013.
• Tamin TZ, Wirawan RP,
Moeliono M, Tinduh D,
Kusumastuti P, Ratnawati A et al.
Kurikulum Ilmu Kedokteran Fisik
& Rehabilitasi Modul S1 Pendidikan
Fakultas Kedokteran. 1st ed. Jakarta:
Kolegium IKFR; 2014.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
15
Nomor: MI.4
Materi : Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
Waktu : 5 Jpl (T = 2, P = 3 , PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi
ini, peserta mampu:
1. Melakukan rujukan layanan
rehabilitasi medik
1. Rujukan layanan
rehabilitasi medik
a. Pengertian
b. Alur rujukan
berjenjang
berdasarkan severity
level
c. Pengisian format
rujukan
• CTJ
• Latihan
• Bahan
Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Form
rujukan
• Diagram alur
rujukan
berjenjang
• Lembar
kasus
• Panduan
latihan
• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono M,
Tinduh D, Kusumastuti P, Ratnawati A
et al. Kurikulum Ilmu Kedokteran Fisik
& Rehabilitasi Modul S1 Pendidikan
Fakultas Kedokteran. 1st ed. Jakarta:
Kolegium IKFR; 2014.
• Direktorat Bina Pelayanan Medik
Spesialistik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Pedoman Peayanan
Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
Kelas, A, B, C dan D. Edisi ketiga.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2007.
• Wanjiru N. Factors Affecting
Implementation of Evidence Based
Practice among Physiotherapists in
MOI Teaching Refferal Hospital
Kenya. International Journal of
Physiotherapy. 2016;3(3).
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
16
Nomor: MI.5
Materi: Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi Medik
Waktu: 3 Jpl (T = 1, P = 2, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat laporan dan pendokumentasian
tatalaksana gangguan fungsi pasien rehabilitasi medik
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah selesai mengikuti materi
ini, peserta mampu:
1. Membuat laporan layanan
rehabilitasi medik
2. Melakukan pendokumentasian
layanan rehabilitasi medik
sesuai standar penulisan rekam
medis yaitu Subjective,
Objective, Assessment, Plan
(SOAP)
1. Laporan layanan rehabilitasi
medik
a. Format laporan
b. Alur laporan
c. Tatacara pengisian format
laporan
2. Dokumentasi layanan
rehabilitasi medik sesuai
standar penulisan rekam medis
(SOAP)
a. SOAP
b. Pendokumentasian sesuai
SOAP
• CTJ
• Latihan
• Bahan
• Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Panduan
latihan
• Form
Pelaporan
Kasus
• Hasil
diagnosis
dan
tatalaksana
MI.2 dan
MI.3
• Tulaar ABM, Wahyuni LK,
Handikin NN, Tinduh D, Soebadi
RDH, Wirawan RP et al.
Kurikulum & Modul Pelatihan
Layanan Rehabilitasi Medik untuk
Dokter di Rumah Sakit yang Belum
Memiliki Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik & Rehabilitas.
1st ed. Jakarta: PERDOSRI; 2014.
• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono
M, Tinduh D, Kusumastuti P,
Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu
Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
Modul S1 Pendidikan Fakultas
Kedokteran. 1st ed. Jakarta :
Kolegium IKFR; 2014.
• Odom-Wesley B, Brown D, Meyers
C. Documentation for medical
records. Chicago, Ill.:
American Health Information
Management Association; 2009.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
17
Nomor: MP.1
Materi : Building Learning Comitment (BLC)
Waktu : 3 Jpl (T = 0, P = 3, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar.
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan
Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu:
1. Melakukan perkenalan
2. Melakukan pencairan suasana
3. Menjelaskan harapan peserta
4. Melakukan pemilihan pengurus
kelas
5. Menetapkan komitmen kelas
1. Perkenalan
2. Pencairan suasana
3. Harapan peserta
4. Pemilihan pengurus kelas
5. Komitmen kelas
• Games
• Diskusi
kelompok
• Papan flip
chart
• Kertas
flipchart
• Spidol
• Kertas HVS
• Bolpoin
• Pos It
• Panduan
diskusi
kelompok
• Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan. Badan PPSDM
Kesehatan. Modul Pelatihan
Bagi Pelatih Kader Kesehatan.
2018
• Pusat Pelatihan SDMK Badan
PPSDM Kesehatan. Modul
TOT Promkes Bagi Kader.
2016
• Pusdiklat Aparatur BPPSDM
Kesehatan, Modul Pelatihan
Tenaga Pelatih Program
Kesehatan, Jakarta, 2011
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
18
Nomor: MP.2
Materi : Anti Korupsi
Waktu : 3 JPL (T = 2 Jpl; P = 1 Jpl; PL = 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami anti korupsi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan
Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep korupsi
2. Menjelaskan tindak budaya
korupsi
3. Menjelaskan budaya anti
korupsi
4. Menjelaskan upaya pencegahan
dan pemberantasan korupsi
5. Menjelaskan cara pelaporan
dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi
1. Konsep korupsi
2. Tindak budaya korupsi
3. Budaya anti korupsi
4. Upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi
5. Cara pelaporan dugaan
pelanggaran tindak pidana
korupsi
• CTJ
• Diskusi
kelompok
• Bahan
• Tayang
• Modul
• Laptop/
komputer
• LCD
• ATK
• Panduan
Diskusi
Kelompok
• Pusat Pelatihan SDM Kesehatan.
Badan PPSDM Kesehatan. Modul
Pelatihan Bagi Pelatih Kader
Kesehatan. 2018
• Pusat Pelatihan SDMK Badan
PPSDM Kesehatan. Modul TOT
Promkes Bagi Kader. 2016
• Pusdiklat Aparatur BPPSDM
Kesehatan, Modul Pelatihan
Tenaga Pelatih Program
Kesehatan, Jakarta, 2011
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
19
Nomor : MP.3
Materi : Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas C
Waktu : 2 JPL (T = 0 JPL; P = 2 JPL; PL = 0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu melakukan penerapan pelayanan
rehabilitasi medik di RS Kelas C.
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan
Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti mata pelatihan
ini, peserta mampu:
1. Melakukan analisis kesenjangan
2. Menyusun rencana kerja
penerapan dan pengembangan
pelayanan rehabilitasi medik
sesuai dengan kesenjangan di
unit kerjanya
3. Melaksanakan program kerja
yang direncanakan
4. Melakukan self assessment/
monitoring dan evaluasi mandiri
terhadap program yang
direncanakan dan dilaksanakan
1. Analisis kesenjangan
2. Penyusunan rencana kerja
penerapan dan pengembangan
pelayanan rehabilitasi medik
sesuai dengan kesenjangan di
unit kerjanya
3. Pelaksanaan program kerja
4. Pelaksanaan self assessment/
monitoring dan evaluasi
mandiri terhadap program
yang direncanakan dan
dilaksanakan
• Latihan
• Bahan
tayang/
slide
• Modul
• Laptop
• LCD
• ATK
• Lembar
identifikasi
kesenjangan
• Lembar
rencana
penerapan
dan
pengembang
an
• Panduan
latihan
• Panduan Penyusunan Rencana
Tindak Lanjut. BPPSDMK, 2019.
Prof. Dr. H Arif Sumantri, SKM.
M.Kes
• Tulaar ABM, Wahyuni LK,
Handikin NN, Tinduh D, Soebadi
RDH, Wirawan RP et al. Kurikulum
& Modul Pelatihan Layanan
Rehabilitasi Medik untuk Dokter di
Rumah Sakit yang Belum Memiliki
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik
& Rehabilitas. 1st ed. Jakarta:
PERDOSRI; 2014.
• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono
M, Tinduh D, Kusumastuti P,
Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu
Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
Modul S1 Pendidikan Fakultas
Kedokteran. 1st ed. Jakarta :
Kolegium IKFR; 2014.
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 20
BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
PreTest
Pembukaan
Building Learning Commitment (BLC)
Metode: Games, Diskusi
Pengetahuan dan Keterampilan
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi
2. Penegakan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability, and Health (ICF)
3. Tatalaksana rehabilitasi medik di
FKTL RS Kelas C
4. Rujukan layanan rehabilitasi medik
5. Laporan dan pendokumentasian
tatalaksana gangguan fungsi pasien
rehabilitasi medik
Metode:
• CTJ
• Bermain peran
• Simulasi
• Latihan
Praktik Lapangan (PL)
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Post Test & Evaluasi Penyelenggara Penutupan
Wawasan:
1. Filosofi Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi
2. Kebijakan
Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit Kelas C
3. Etika dan Medikolegal
Kedokteran
4. Anti Korupsi
Metode:
• CTJ
• Studi Kasus
E
V
A
L
U
A
S
I
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
21
Rincian Rangkaian Alur Proses Pembelajaran:
1. Pre test
Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan untuk
mendapatkan infomasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta terkait materi
2. Pembukaan
Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi. Proses pembukaan
pelatihan melitputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan
3. Membangun komitmen belajar (Building Learning Commitment/BLC)
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta
(jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses
pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan.
Proses BLC dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses tidak terputus. Dalam
prosesnya 1 (satu) orang fasilitator memfasilitsi maksimal 30 orang peserta.
Proses pembelajaran meliputi:
a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide
ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan agar setiap peserta
berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.
b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena
ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya
masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang
terlibat agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju
dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta
mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahap ini
sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan
ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok.
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis
sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu
kelompok agar masing-masing peserta ikut serta aktif dalam setiap kegiatan kelompok
dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati.
Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:
1) Harapan yang ingin dicapai
2) Kekhawatiran
3) Norma kelas
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
22
4) Komitmen
5) Pembentukan tim (organisasi kelas)
4. Pemberian Wawasan
Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/
wawasan yang perlu diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu:
a. Filosofi Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi
b. Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Kelas C
c. Etika dan Medikolegal Kedokteran Anti korupsi
5. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan ketrampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut : tugas baca, ceramah tanya jawab, brainstorming,
diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, demonstrasi, yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut.
Pengetahuan dan keterampilan meliputi
a. Komunikasi, informasi dan edukasi
b. Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
c. Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
d. Rujukan layanan rehabilitasi medik
e. Laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien rehabilitasi medik.
6. Praktik Lapangan
Praktik lapangan dilaksanakan setelah seluruh materi dasar dan materi inti diberikan.
Praktik lapangan bertujuan agar peserta dapat mengimplementasikan keterampilan yang
sudah didapatkan di kelas.
7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut tentang Manajemen Pelayanan
Kesehatan Puskesmas di Perkotaan di instansinya masing-masing.
8. Post Test
Setelah keseluruhan materi dilaksanakan, dilakukan post test. Post test bertujuan untuk
melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan.
9. Evaluasi
Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap peroses pembelajaran tiap hari
(refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara me-review kegiatan proses pembelajaran
yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran
selanjutnya.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
23
Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/fasilitator telah
mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan form
evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.
10. Evaluasi penyelenggaraan
Evaluasi penyelenggaraan diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum
penutupan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang
penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan penyelenggaraan
pelatihan berikutnya.
11. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh
pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagagi berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.
c. Pembagian sertifikat
d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.
e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.
f. Pembacaan doa.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
24
BAB VII
PESERTA DAN PELATIH
A. Peserta
1. Kriteria Peserta
Peserta Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C, adalah Dokter Umum RS Kelas C
yang belum memiliki dokter SpKFR, dan setiap RS hanya boleh mengirimkan
maksimal 1 orang peserta dan tidak boleh berulang, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Pendidikan minimal dokter umum
b. Pengalaman bekerja minimal 1 tahun
c. Masih memiliki SIP yang masih berlaku
d. Peserta masih akan bekerja dalam tugasnya minimal 2 (dua) tahun kedepan
e. Diusulkan oleh Rumah Sakit terkait
2. Jumlah Peserta
Jumlah peserta dalam 1 kelas maksimal 25 orang dengan ketentuan instruktur 1:5.
B. Pelatih dan Instruktur
1. Kriteria Pelatih:
a. Pendidikan minimal S1/ Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dengan
pengalaman kerja minimal 5 tahun dan masih memiliki STR aktif
b. Menguasai substansi/ materi yang akan disampaikan.
c. Telah mengikuti pelatihan kediklatan seperti : Tenaga Pelatih Program Kesehatan
(TPPK), Training Of Trainers (TOT) Tatalaksana Gangguan Fungsi pada Pasien
Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Kelas C/ Widyaiswara dasar.
d. Memahami kurikulum pelatihan Layanan Rehabilitasi Medik untuk Dokter Umum di
Rumah Sakit Kelas C, terutama GBPP materi yang akan disampaikan
2. Kriteria Instruktur
a. Pendidikan minimal dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
b. Pengalaman kerja minimal 3 tahun.
c. Diutamakan yang telah mengikuti pelatihan instruktur.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
25
BAB VIII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik Bagi Dokter
Umum Di Rumah Sakit Kelas C yang telah terakreditasi diselenggarakan oleh PB
PERDOSRI dengan pengampuan dari Institusi Pelatihan Bidang Kesehatan yang
terakreditasi (BPPK/ Bapelkes), dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Memiliki minimal satu orang tenaga pengendali pelatihan yang telah mengikuti
pelatihan pengendali pelatihan.
2. Memiliki minimal satu orang tenaga/ panitia penyelenggara yang telah mengikuti
training officer course (TOC).
B. Tempat Penyelenggaraan
Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik Bagi Dokter
Umum Di Rumah Sakit Kelas C yang telah terakreditasi diselenggarakan di institusi
pelatihan bidang kesehatan yang terakreditasi (BPPK/ Bapelkes)/ Instansi lain yang
memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pelatihan.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
26
BAB IX
EVALUASI
Tujuan evaluasi /penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dicapai peserta, penilaian proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil
itu dapat digunakan untuk menilai efektivitas pelatihan dan memperbaiki pelaksanaan
berikutnya. Evaluasi dilakukan terhadap:
1. Peserta
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta.
Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui
• Penjajagan awal melalui pre test
• Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post test
• Pengamatan dan penilaian terhadap tugas yang diberikan
• Penerapan RTL setelah kembali ke tempat tugas
2. Fasilitator/pelatih
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan
materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan
diserap peserta.
3. Penyelenggaraan
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan.
Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi:
• Tujuan pelatihan
• Relevansi program pelatihan dengan tugas
• Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas
• Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi
• Hubungan peserta dengan pelaksanaan pelatihan
• Pelayanan sekeretariat terhadap peserta
• Pelayanan akomodasi
• Pelayanan konsumsi
• Pelayanan perpustakaan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
27
BAB X
SERTIFIKASI
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari
keseluruhan jumlah jam pembelajaran sejumlah 80 JPL akan mendapatkan sertifikat pelatihan
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh ketua panitia penyelenggara. Apabila
tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan
telah mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua panitia penyelenggara.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
28
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
29
Lampiran 1. Materi Dasar 3.
Etika dan Medikolegal Kedokteran
PANDUAN STUDI KASUS
Tujuan:
Setelah mengikuti studi kasus ini, peserta mampu memahami etika dan medikolegal
kedokteran.
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/ instruktur membagikan 1 lembar kasus etika dan medikolegal kedokteran
kepada setiap kelompok.
3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk menganalisa,
mendiskusikan, dan memberi tanggapan terhadap kasus tersebut dari aspek etika dan
medikolegal kedokteran tersebut selama 45 menit.
4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil studi kasus tersebut selama 5 menit/ kelompok.
5. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil
presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 2 menit.
6. Setiap instruktur/ pelatih menilai hasil studi kasus kelompok berdasarkan analisa kelompok
yang dipresentasikan.
7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa
kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang
masih tersisa selama 10 menit.
Waktu: 2 JPL x 45 menit = 90 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
30
Lampiran 2. Materi Dasar 3.
Etika dan Medikolegal Kedokteran
LEMBAR KASUS
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN
KASUS 1.
Tn A lumpuh akibat dokter salah mendiagnosis. Tidak ada pertanggungjawaban
terhadap tindakan medical errors yang diduga malapraktek itu, baik secara profesi
maupun hukum. Kasus Tn A ini terjadi karena adanya kesalahan diagnosis yang
menyebabkan kesalahan pengambilan tindakan yang berakibat fatal terhadap dirinya.
Awalnya hanya merasa tidak enak badan karena kelelahan. Dokter di salah satu Rumah
Sakit mendiagnosa Tn A menderita gangguan jantung. Dokter pun segera menangani Tn
A. Anehnya, alih-alih pulih, kondisi Tn A memburuk, hingga lumpuh dari bagian dada
ke bawah. Tn A baru menyadari mengalami malapraktek ketika memeriksakan
kesehatan ke sebuah rumah sakit di kota lain. Tim dokter di kota lain tersebut
menyatakan bahwa jantung Tn A normal. Mereka juga menduga, Tn A lumpuh karena
kesalahan pengobatan akibat diagnosa keliru dari dokter di RS sebelumnya. Karena
kesalahan tersebut, Tn A menjadi lumpuh. Tn A pun menempuh jalur hukum untuk
menyelesaikan kasus ini. Tn A pun menyesalkan IDI yang dinilai tidak proaktif
menyikapi maraknya tindakan malpraktek ini.
KASUS 2.
Setelah melakukan pemeriksaan medis, seorang dokter menemukan indikasi telah
terjadi pelecehan seksual pada seorang anak berusia 7 tahun.
KASUS 3.
Pada rumah sakit tempat Anda bertugas, terjadi pelanggaran etika terkait dengan
pelayanan kesehatan, baik di rawat jalan dan rawat inap maupun dengan para nakes dan
teman sejawat.
KASUS 4.
Dokter B menggugat Rumah Sakit ke Pengadilan. Dr B sudah bekerja selama empat
tahun di rumah sakit tersebut, tidak terima dituding melanggar kode etik saat memberi
pelayanan kepada pasien BPJS Kesehatan. Dr B diberikan sanksi oleh pihak rumah
sakit yang menuruit Dr B tidak sesuai dengan prosedur serta Undang- Undang (UU)
tentang Ketenagakerjaan. Ia juga menilai sanksi itu cacat hukum dan diputuskan pihak
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
31
rumah sakit secara sepihak dan Direktur Utama RS dinilainya telah melampaui
kewenangan. Sebab, Komite Medik dan Etik Profesi hanya menjatuhkan sanksi berupa
teguran ringan melalui surat peringatan pertama kepada Dr B. Atas dasar itu Dr B
menuntut manajemen dari rumah sakit membayar ganti rugi sebesar Rp 1 miliar serta
meminta nama baiknya dipulihkan. Kasus ini berawal ketika ada pasien bernama Ny M
datang berobat ke poli dan pasien tersebut direkomendasikan untuk membeli obat
injeksi seharga Rp 2,5 juta di apotek rumah sakit. Ternyata stok obat itu tidak ada di
rumah sakit, pasien kemudian meninggalkan nomor telepon ke perawat poli bernama
Perawat I. Tujuannya jika obat sudah tersedia, bisa langsung dikabari. Kemudian
Perawat I mengambil obat injeksi tersebut dari RS lain dan menghubungi pasien Ny M.
Setelah obat diberikan pasien, Ny M meminta kuitansi tanpa kops RS dan pada kuitansi
tersebut terdapat nama dan tanda tangan Dr B yang merasa tidak menanda tangani dan
memberikan kuitansi tersebut kepada pasien Ny M. Empat bulan kemudian, RS tempat
Dr B berpraktek memanggilnya untuk meminta penjelasan mengenai pembelian obat
injeksi seharga Rp 2,5 juta ke Perawat I untuk membeli obat pasien BPJS. Setelah dua
minggu diperiksa, Dr B kemudian dipanggil Komite Etik yang menjatuhkannya sanksi
berupa peringatan lisan karena dinilai telah melanggar administrasi. Dua bulan
kemudian manajemen RS meminta uang Rp 2,5 juta tersebut untuk dikembalikan. Dr B
juga diberikan hukuman penghentian kerja sementara selama satu bulan.
KASUS 5.
Seorang laki-laki 38 tahun menderita kelumpuhan total dan menghadapi banyak
permasalahan psikologis bertanya kepada dokter yang merawatnya. “Dokter... saya ini
sesungguhnya sakit apa?” Dengan maksud supaya pasien yang masih produktif ini tidak
semakin terbebani secara psikologis maka dokter menjawab, “ Tidak mengapa
pak...Bapak mengalami penurunan kesehatan saja. Tapi karena kondisi bapak ini maka
penyembuhan bapak tidak dapat dilakukan secara cepat. Sabar ya pak... saya akan
berupaya maksimal. Bapak jangan lupa terus berdo’a.” Pada kasus di atas tampak
dokter dalam berkomunikasi dengan pasiennya tidak menyampaikan seluruh kebenaran
sesungguhnya kepada pasien dengan maksud untuk tidak menimbulkan keresahan.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
32
Lampiran 3. Materi Inti 1.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
PANDUAN BERMAIN PERAN
Tujuan:
Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu melakukan komunikasi, informasi, dan
edukasi.
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Setiap peserta dalam kelompok diminta untuk membagi peran menjadi:
a. 1 peserta menjadi dokter umum
b. 1 peserta menjadi pasien
c. Peserta lain dalam kelompok tersebut menjadi keluarga pasien
3. Instruktur/ pelatih meminta setiap peserta untuk memainkan perannya sebagai dokter
umum dalam melakukan KIE kepada pasien dan keluarganya selama @ 25 menit per
peserta secara bergantian.
4. Instruktur/ pelatih melakukan penilaian terhadap peserta yang sedang berperan sebagai
dokter umum dengan menggunakan checklist yang telah dibuat.
5. Pelatih/instruktur memberi klarifikasi dan merangkum hasil seluruh proses bermain peran
yang dilakukan oleh peserta, serta memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk
mengulang atau melengkapi kekurangan selama @11 menit per peserta.
Waktu: 4x 45 menit = 180 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
33
Lampiran 4. Materi Inti 1.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
SKENARIO BERMAIN PERAN
Peran:
1. Dokter umum
2. Pasien
3. Keluarga 1
4. Keluarga 2
5. Keluarga 3
Alur Cerita:
Pasien Tn. A diantar oleh keluarga ke Instalasi Rehabilitasi Medik dengan keluhan sulit
berjalan. Pasien bertemu dengan Dokter umum X yang sedang bertugas. Pada 6 bulan yang
lalu, pasien mengalami stroke perdarahan dan dirawat di RS selama 2 minggu. Setelah masa
perawatan di RS, pasien pulang ke rumah dan kesulitan berjalan yang memberat selama 3
bulan terakhir.
Pasien : (Berjalan dengan pincang )
Dokter umum X:
• Menerima pasien dan membantu menaikkan ke atas tempat tidur
• Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
• Menggali riwayat penyakit pasien
• Menjelaskan gangguan fungsional yang dialami pasien
• Memberi kesempatan kepada keluarga pasien untuk bertanya
Keluarga : Keluarga masih bingung dengan penjelasan dari dokter. Keluarga bertanya
beberapa hal terkait penyakit dan perawatan pasien.
Dokter umum X:
• Menjelaskan ulang mengenai gangguan fungsional dan penyakit yang
dialami pasien
• Menjelaskan edukasi terhadap gangguan fungsional yang dialami
pasien
• Menjelaskan edukasi melaksanakan program rehabilitasi di rumah
untuk mencapai kemandirian.
• Mengevaluasi hasil edukasi gangguan fungsional
Keluarga : Paham dengan penjelasan dokter umum X
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
34
Lampiran 5. Materi Inti 1.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
CHECKLIST BERMAIN PERAN
Nama Peserta :
Kelompok :
Instruktur :
NO. KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A. Melakukan Komunikasi Efektif
1. Menyapa pasien dan keluarga pasien
2. Menyambut pasien sambil berdiri
3. Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan
pasien
4. Mempersilakan pasien dan pengantar untuk
duduk
5. Menanyakan identitas pasien
6. Menanyakan riwayat penyakit pasien
7. Menanyakan riwayat pengobatan pasien
B. Memberikan Informasi Dan Edukasi Gangguan
Fungsional Pasien
1. Memberikan pengertian gangguan fungsional
pasien
2. Memilih media informasi untuk memberikan
pengertian gangguan fungsional kepada pasien
3. Menggunakan bahasa sederhana, tidak
menggunakan jargon medik
4. Menyampaikan informasi yang benar terkait
penyakit pasien
5. Menyampaikan informasi yang lengkap terkait
penyakit pasien
6. Menyampaikan informasi secara bertahap dalam
penggalan, diikuti dengan berdiam sejenak untuk
memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga
pasien untuk memberi tanggapan
7. Memberi kesempatan kepada pasien atau keluarga
pasien untuk bertanya
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
35
8. Mengevaluasi pemahaman pasien dan keluarga
pasien dengan menanyakan kembali kepada
pasien dan keluarganya
9. Menutup sesi dengan mengucapkan kata
perpisahan kepada pasien dan keluarga
Jumlah Skor
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
36
Lampiran 6.
Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi Berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health ( ICF)
PANDUAN SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS REHABILITASI MEDIK
Tujuan:
Setelah mengikuti simulasi ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diistrukturin 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang per kelompok).
2. Pelatih/ instruktur menyiapkan seluruh alat bantu yang dibutuhkan untuk simulasi sesuai
yang dicantumkan di dalam GBPP.
3. Pelatih/ instruktur akan memberikan 5 lembar kasus yang berbeda setiap peserta untuk
melakukan simulasi pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kasus tersebut.
4. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta untuk melakukan simulasi penegakan diagnosis
berdasarkan ICF selama 150 menit (sebanyak 5 kasus, @30 menit per kasus) yang sesuai
dengan kasus meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik Rehabilitasi medik sederhana:
• Pemeriksaan tanda-tanda vital
• Pemeriksaan Nyeri menggunakan VAS score
• Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
• Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
• Pemeriksaan Postur dan Pola Jalan
• Pemeriksaan Panjang Tungkai
• Pemeriksaan Spastisitas
• Pemeriksaan Refleks
• Pemeriksaan Saraf Kranial
c. Penegakan diagnosis rehabilitasi medik berdasarkan ICF
5. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian terkait
pemeriksaan fisik dan penegakan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International
Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dengan menggunakan checklist
yang sudah disusun.
6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa
kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang
masih tersisa (30 menit).
Waktu: 20 JPL x 45 menit = 900 menit :5 orang= 180 menit/orang = 3 jam/orang
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
37
Lampiran 7.
Materi Inti 2.
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
LEMBAR KASUS REHABILITASI MEDIK
Kasus 1. STROKE
1. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.
Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok
harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke
iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien
sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena
tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan
nyeri.
• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu
2. Pemeriksaan Fisik:
• KU baik. Tanda vital dalam batas normal
• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda
• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.
• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.
• Spastisitas (+).
• Reflex fisiologis meningkat.
• Reflex patologis (+)
• Nyeri tekan (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra
Kasus 2. OSTEOARTHRITIS GENU
1. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di
dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,
bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa
sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan
terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu
untuk datang ke pengajian tersebut.
• RPD: Hipertensi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
38
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25
• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral
➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.
➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),
drawer tes-/-
3. Pemeriksaan Penunjang:
• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III
Kasus 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH
1. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu
lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri
membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama
dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang
kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak
punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur
suaminya.
• RPD: Hipertensi
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6
• Status lokalis:
➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang
➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik
➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR
<70/>70
3. Pemeriksaan Penunjang:
• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1
• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen
neuralis dextra
Kasus 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
1. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan
lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang
di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas
menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
39
keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat
pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.
2. Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2
• Pasien datang menggunakan kursi roda.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)
➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)
➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5
3. Pemeriksaan Penunjang
• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.
Kasus 5. BELL’S PALSY
1. Anamnesis
• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2
hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari
saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin
pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup
& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja
dan memakai masker kemanapun ia pergi.
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal
• Status lokalis: Parese CN VII sinistra
• Sensibilitas wajah baik.
• House Brackmann grade V
• Kornea mata tak tampak kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang: -
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
40
Lampiran 8.
Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL STROKE
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis pasien
1. Onset
2. Sisi kelemahan anggota gerak tubuh
3. Gangguan kognisi, bicara dan menelan
4. Faktor komorbid : hipertensi, diabetes mellitus,
dyslipidemia, penyakit jantung dll
5. Aktivitas, hobi dan pekerjaan pasien sebelum
serangan stroke
B Persiapan pemeriksaan fisik
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada
pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Antropometri
1. Pemeriksaan berat badan
2. Pemeriksaan tinggi badan
3. Menghitung indeks massa tubuh
D Pemeriksaan Syaraf Kranialis
1. Pemeriksaan CN I
2. Pemeriksaan CN II
3. Pemeriksaan CN III, IV, VI
4. Pemeriksaan CN VII
5. Pemeriksaan CN VIII
6. Pemeriksaan CN IX
7. Pemeriksaan CN X
8. Pemeriksaan CN XI
9. Pemeriksaan CN XII
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
41
E Pemeriksaan tanda vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
F Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan
diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada
gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan
gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu
melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5= mampu melawan tahanan berat (normal)
G Pemeriksaan Refleks
1. Melakukan pemeriksaan refleks fisiologis : reflex
tendon (bisep, trisep, pergelangan, patella dan tumit)
2. Melakukan pemeriksaan refleks patologis : Hoffman-
Tromer, Respon plantar (Babinski)
H Pemeriksaan Spastisitas
1. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan tingkat
spastisitas dengan menggerakkan alat gerak (tangan /
kaki) secara pasif ke arah fleksi atau ekstensi disertai
dengan perubahan kecepatan gerak saat
menggerakannya
2. Menetapkan tingkat spastisitas (Modified Ashworth
Scale) :
0 : tidak ada peningkatan tonus otot
1 : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan
manifestasi adanya tahanan pada akhir rentang luas
gerak sendi saat bagian tubuh tersebut digerakkan ke
arah fleksi atau ekstensi
1+ : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan
manifestasi adanya tahanan minimal sepanjang
(kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat
bagian tubuh tersebut digerakkan ke arah fleksi atau
ekstensi
2 : peningkatan nyata dari tonus otot, dengan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
42
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
manifestasi adanya tahanan pada hampir seluruh
rentang luas gerak sendi, tapi bagian tubuh masih
dengan mudah difleksikan
3 : peningkatan tonus otot, pergerakan pasif bagian
tubuh sulit dilakukan
4 : bagian tubuh yang diperiksan rigid pada posisi
fleksi atau ekstensi
I Penegakan diagnosis gangguan fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah skor
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
43
Lampiran 9. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL OSTEOARTHRITIS GENU
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Lokasi nyeri
3. Kaku pagi hari
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
nyeri
5. Aktivitas yang terganggu
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Riwayat penyakit lain
8. Tata laksana yang telah didapat
B Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
pada pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Pemeriksaan Antropometri
1. Memeriksa Berat Badan
2. Mengukur Tinggi Badan
3. Menghitung Indeks Massa Tubuh
E Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Menentukan Nilai VAS dengan memilih skala 0-
10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 =
nyeri tak tertahankan)
2. Memeriksa status lokalis lutut dengan inspeksi
dan palpasi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
44
F Pemeriksaan Kekuatan Otot Quadriseps (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan
diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak
ada gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan
gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu
melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5= mampu melawan tahanan berat (normal)
G Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Lutut (LGS)
1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan
pasien dengan nyaman
2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan
pasif
H Pemeriksaan Panjang Tungkai
1. Menginstruksikan pasien untuk berbaring
2. Melakukan pemeriksaan panjang tungkai True
dan Apparent
I Penegakkan diagnosis gangguan fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah skor
Keterangan Nilai
0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
45
Lampiran 10. Materi Inti 2.
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Tipe nyeri
3. Faktor yang memperberat atau memperingan
nyeri
4. Aktivitas yang terganggu
B Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
pada pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat
mendeskripsikan nyerinya dengan memilih
skala 0-10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri
hingga 10 = nyeri tak tertahankan)
E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang
akan diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
46
tidak ada gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu
melawan gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak
mampu melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5= mampu melawan tahanan berat (normal)
F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1. Menyiapkan alat goniometer dan
memposisikan pasien dengan nyaman
2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif
dan pasif
3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital,
frontal dan tranversal
G Pemeriksaan Postur
1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak
2. Melakukan analisa postur dari aspek anterior,
lateral kanan-kiri, dan posterior
H Pemeriksaan Pola Jalan
1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan
beberapa meter
2. Mengamati pola jalan pasien
3. Menentukan pola jalan pasien
I Penegakan diagnosis gangguan fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah skor
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
47
Lampiran 11. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL
FRAKTUR ANGGOTA GERAK BAWAH
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset fraktur
2. Letak fraktur
3. Etiologi fraktur/Mekanisme Cedera
4. Keluhan nyeri (ada/tidak)
5. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan
- Medikamentosa
- Penyakit komorbid
6. Pemeriksaan penunjang (Rontgen: ada/tidak; bila ada:
jenis diagnosis fraktur)
B Persiapan pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada
pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat
mendeskripsikan nyerinya dengan memilih skala 0-10
(dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 = nyeri tak
tertahankan)
E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan
diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
48
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada
gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan
gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu
melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5=mampu melawan tahanan berat (normal)
F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan pasien
dengan nyaman
2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan pasif
3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital, frontal, dan
tranversal
G Pemeriksaan Postur
1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak
2. Melakukan analisis postur dari aspek anterior, lateral
kanan-kiri, dan posterior
H Pemeriksaan Pola Jalan
1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan beberapa
meter menggunakan alat bantu jalan (axillary bilateral
crutches)
2. Mengamati pola jalan pasien
3. Menentukan pola jalan pasien
I Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah Skor
Keterangan Nilai
0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
49
Lampiran 12. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST SIMULASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL BELL’S PALSY
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Sisi lemah pada wajah
3. Gangguan menutup mata, minum, mengunyah
makanan, menahan ludah, berbicara, tersenyum
4. Aktivitas pasien sebelum kelemahan wajah 5. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
6. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
B Pemeriksaan CN VII
1. Pemeriksaan asimetri wajah : perhatikan kerutan
dahi, pejaman mata, sulcus nasolabialis dan sudut
mulut
2. Memeriksa apakah ada mata berair, drooling atau
tidak
3. Penderita diminta mengangkat alis dan
mengerutkan dahi. Perhatikan pergerakan otot di
dahi
4. Penderita diminta memejamkan mata. Perhatikan
apakah dapat memejamkan mata atau tidak
5. Penderita diminta menyeringai atau menunjukkan
gigi, mencucu dan menggembungkan pipi
C Bedakan Kelumpuhan Nervus VII tipe UMN Atau Tipe LMN
Kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (tipe
tipe UMN), disertai kelemahan pada mata dan dahi
(LMN)
D Penegakan Diagnosis Banding
1. Pemeriksaan nervus kranialis lain
2. Pemeriksaan sensorik
3. Pemeriksaan fungsi cerebellar
4. Pemeriksaan telinga (termasuk pendengaran)
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
50
E Tentukan Grading Disfungsi Syaraf VII (klasifikasi House-Brackmann)
• Grade I: Normal – gerakan wajah normal
• Grade II: Disfungsi Ringan – kelemahan ringan
tampak dengan inspeksi yang teliti, normal
simetris saat istirahat
• Grade III: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah
jelas terlihat, mata menutup komplit dengan
usaha
• Grade IV: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah
jelas terlihat antara kedua sisi saat melakukan
pergerakan, tidak dapat menutup mata komplit
dengan usaha maksimal
• Grade V: Disfungsi Berat – kelemahan wajah
yang sangat jelas, kontraksi otot hanya dapat
dirasakan, tampak asimetri saat istirahat
• Grade VI: Total – kelumpuhan wajah secara
keseluruhan, tidak ada gerakan
F Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas (Gangguan makan, minum,
menahan ludah, berbicara, tersenyum)
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah Skor
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 51
Lampiran 13. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN
Tujuan:
Setelah mengikuti praktek lapangan ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan
fungsi berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/pelatih (@ 5 orang per kelompok).
2. Kegiatan praktek lapangan dipandu oleh pelatih/instruktur
3. Kegiatan praktek lapangan dilakukan di ruang pemeriksaan pada Instalasi Rehabilitasi
Medik.
4. Pelatih/ instruktur menyiapkan seluruh alat bantu yang dibutuhkan untuk praktek lapangan
sesuai yang dicantumkan di dalam GBPP.
5. Pelatih/instruktur memberikan penjelasan tentang penegakan diagnosa gangguan fungsi
berdasarkan ICF secara singkat.
6. Pelatih/ instruktur akan memberikan 5 lembar kasus yang berbeda setiap peserta untuk
melakukan praktek lapangan.
7. Pelatih / instruktur meminta setiap peserta untuk melakukan proses penegakan diagnosis
berdasarkan ICF selama 80 menit per kasus yang sesuai dengan kasus meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik Rehabilitasi medik sederhana:
• Pemeriksaan tanda-tanda vital
• Pemeriksaan Nyeri menggunakan VAS score
• Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
• Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
• Pemeriksaan Postur dan Pola Jalan
• Pemeriksaan Panjang Tungkai
• Pemeriksaan Spastisitas
• Pemeriksaan Refleks
• Pemeriksaan Saraf Kranial
c. Penegakan diagnosis rehabilitasi medik berdasarkan ICF
8. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian terkait praktek
lapangan yang dilakukan oleh peserta.
9. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap kegiatan praktek lapangan
yang masih dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang
dengan waktu yang masih tersisa (80 menit).
Waktu: 8 Jpl x 60 menit = 480 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 52
Lampiran 14. Materi Inti 2.
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health ( ICF)
LEMBAR KASUS PRAKTEK LAPANGAN
Kasus 1. STROKE
1. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.
Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok
harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke
iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien
sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena
tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan
nyeri.
• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu
2. Pemeriksaan Fisik:
• KU baik. Tanda vital dalam batas normal
• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda
• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.
• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.
• Spastisitas (+).
• Reflex fisiologis meningkat.
• Reflex patologis (+)
• Nyeri tekan (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra
Kasus 2. OSTEOARTHRITIS GENU
1. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di
dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,
bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa
sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan
terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu
untuk datang ke pengajian tersebut.
• RPD: Hipertensi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 53
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25
• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral
➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.
➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),
drawer tes-/-
3. Pemeriksaan Penunjang:
• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III
Kasus 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH
4. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu
lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri
membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama
dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang
kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak
punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur
suaminya.
• RPD: Hipertensi
5. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6
• Status lokalis:
➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang
➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik
➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR
<70/>70
6. Pemeriksaan Penunjang:
• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1
• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen
neuralis dextra
Kasus 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
4. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan
lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang
di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 54
menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga
keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat
pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.
5. Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2
• Pasien datang menggunakan kursi roda.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)
➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)
➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5
6. Pemeriksaan Penunjang
• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.
Kasus 5. BELL’S PALSY
4. Anamnesis
• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2
hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari
saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin
pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup
& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja
dan memakai masker kemanapun ia pergi.
5. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal
• Status lokalis: Parese CN VII sinistra
• Sensibilitas wajah baik.
• House Brackmann grade V
• Kornea mata tak tampak kelainan
6. Pemeriksaan Penunjang: -
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 55
Lampiran 15. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL STROKE
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis pasien
1. Onset
2. Sisi kelemahan anggota gerak tubuh
3. Gangguan kognisi, bicara dan menelan
4. Faktor komorbid : hipertensi, diabetes mellitus,
dyslipidemia, penyakit jantung dll
5. Aktivitas, hobi dan pekerjaan pasien sebelum
serangan stroke
B Persiapan pemeriksaan fisik
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada
pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Antropometri
1. Pemeriksaan berat badan
2. Pemeriksaan tinggi badan
3. Menghitung indeks massa tubuh
D Pemeriksaan Syaraf Kranialis
1. Pemeriksaan CN I
2. Pemeriksaan CN II
3. Pemeriksaan CN III, IV, VI
4. Pemeriksaan CN VII
5. Pemeriksaan CN VIII
6. Pemeriksaan CN IX
7. Pemeriksaan CN X
8. Pemeriksaan CN XI
9. Pemeriksaan CN XII
E Pemeriksaan tanda vital
1. Memeriksa tekanan darah
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 56
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
F Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan
diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada
gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan
gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu
melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5= mampu melawan tahanan berat (normal)
G Pemeriksaan Refleks
1. Melakukan pemeriksaan refleks fisiologis : reflex
tendon (bisep, trisep, pergelangan, patella dan tumit)
2. Melakukan pemeriksaan refleks patologis : Hoffman-
Tromer, Respon plantar (Babinski)
H Pemeriksaan Spastisitas
1. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan tingkat
spastisitas dengan menggerakkan alat gerak (tangan /
kaki) secara pasif ke arah fleksi atau ekstensi disertai
dengan perubahan kecepatan gerak saat
menggerakannya
2. Menetapkan tingkat spastisitas (Modified Ashworth
Scale) :
0 : tidak ada peningkatan tonus otot
1 : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan
manifestasi adanya tahanan pada akhir rentang luas
gerak sendi saat bagian tubuh tersebut digerakkan ke
arah fleksi atau ekstensi
1+ : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan
manifestasi adanya tahanan minimal sepanjang
(kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat
bagian tubuh tersebut digerakkan ke arah fleksi atau
ekstensi
2 : peningkatan nyata dari tonus otot, dengan
manifestasi adanya tahanan pada hampir seluruh
rentang luas gerak sendi, tapi bagian tubuh masih
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 57
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
dengan mudah difleksikan
3 : peningkatan tonus otot, pergerakan pasif bagian
tubuh sulit dilakukan
4 : bagian tubuh yang diperiksan rigid pada posisi
fleksi atau ekstensi
I Penegakan diagnosis gangguan fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah skor
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 58
Lampiran 16.
Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL OSTEOARTHRITIS GENU
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Lokasi nyeri
3. Kaku pagi hari
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
nyeri
5. Aktivitas yang terganggu
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Riwayat penyakit lain
8. Tata laksana yang telah didapat
B Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
pada pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Pemeriksaan Antropometri
1. Memeriksa Berat Badan
2. Mengukur Tinggi Badan
3. Menghitung Indeks Massa Tubuh
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 59
E Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Menentukan Nilai VAS dengan memilih skala 0-
10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 =
nyeri tak tertahankan)
2. Memeriksa status lokalis lutut dengan inspeksi
dan palpasi
Keterangan Nilai
0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 60
Lampiran 17. Materi Inti 2.
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Tipe nyeri
3. Faktor yang memperberat atau memperingan
nyeri
4. Aktivitas yang terganggu
B Persiapan Pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
pada pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat
mendeskripsikan nyerinya dengan memilih
skala 0-10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri
hingga 10 = nyeri tak tertahankan)
E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang
akan diperiksa
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 61
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi
tidak ada gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu
melawan gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak
mampu melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5= mampu melawan tahanan berat (normal)
F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1. Menyiapkan alat goniometer dan
memposisikan pasien dengan nyaman
2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif
dan pasif
3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital,
frontal dan tranversal
G Pemeriksaan Postur
1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak
2. Melakukan analisa postur dari aspek anterior,
lateral kanan-kiri, dan posterior
H Pemeriksaan Pola Jalan
1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan
beberapa meter
2. Mengamati pola jalan pasien
3. Menentukan pola jalan pasien
I Penegakan diagnosis gangguan fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah skor
Keterangan Nilai
0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 62
Lampiran 18. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL
FRAKTUR ANGGOTA GERAK BAWAH
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset fraktur
2. Letak fraktur
3. Etiologi fraktur/Mekanisme Cedera
4. Keluhan nyeri (ada/tidak)
5. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan
- Medikamentosa
- Penyakit komorbid
6. Pemeriksaan penunjang (Rontgen: ada/tidak; bila ada:
jenis diagnosis fraktur)
B Persiapan pasien
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada
pasien
2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
C Pemeriksaan Tanda Vital
1. Memeriksa tekanan darah
2. Memeriksa nadi
3. Memeriksa laju napas
4. Memeriksa suhu tubuh
D Asesmen Nyeri (Skala VAS)
1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan
2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat
mendeskripsikan nyerinya dengan memilih skala 0-10
(dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 = nyeri tak
tertahankan)
E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)
1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha
menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan
diperiksa
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 63
2. Menilai kekuatan otot pasien dengan
mengklasifikasikannya ke dalam skor:
0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot
1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada
gerak sendi
2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan
gravitasi
3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu
melawan tahanan ringan
4=mampu melawan tahanan sedang
5=mampu melawan tahanan berat (normal)
F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan
pasien dengan nyaman
2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan pasif
3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital, frontal, dan
tranversal
G Pemeriksaan Postur
1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak
2. Melakukan analisis postur dari aspek anterior, lateral
kanan-kiri, dan posterior
H Pemeriksaan Pola Jalan
1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan beberapa
meter menggunakan alat bantu jalan (axillary bilateral
crutches)
2. Mengamati pola jalan pasien
3. Menentukan pola jalan pasien
I Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah Skor
Keterangan Nilai
0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=………….
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 64
Lampiran 19. Materi Inti 2.
Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF)
CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL BELL’S PALSY
NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI
KETERANGAN 0 1
A Anamnesis Pasien
1. Onset
2. Sisi lemah pada wajah
3. Gangguan menutup mata, minum, mengunyah
makanan, menahan ludah, berbicara, tersenyum
4. Aktivitas pasien sebelum kelemahan wajah 5. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan (informed consent)
6. Mencuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan
B Pemeriksaan CN VII
1. Pemeriksaan asimetri wajah : perhatikan kerutan
dahi, pejaman mata, sulcus nasolabialis dan
sudut mulut
2. Memeriksa apakah ada mata berair, drooling atau
tidak
3. Penderita diminta mengangkat alis dan
mengerutkan dahi. Perhatikan pergerakan otot di
dahi
4. Penderita diminta memejamkan mata. Perhatikan
apakah dapat memejamkan mata atau tidak
5. Penderita diminta menyeringai atau menunjukkan
gigi, mencucu dan menggembungkan pipi
C Bedakan Kelumpuhan Nervus VII tipe UMN Atau Tipe LMN
Kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (tipe
tipe UMN), disertai kelemahan pada mata dan dahi
(LMN)
D Penegakan Diagnosis Banding
1. Pemeriksaan nervus kranialis lain
2. Pemeriksaan sensorik
3. Pemeriksaan fungsi cerebellar
4. Pemeriksaan telinga (termasuk pendengaran)
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 65
E Tentukan Grading Disfungsi Syaraf VII (klasifikasi House-Brackmann)
• Grade I: Normal – gerakan wajah normal
• Grade II: Disfungsi Ringan – kelemahan ringan
tampak dengan inspeksi yang teliti, normal
simetris saat istirahat
• Grade III: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah
jelas terlihat, mata menutup komplit dengan
usaha
• Grade IV: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah
jelas terlihat antara kedua sisi saat melakukan
pergerakan, tidak dapat menutup mata komplit
dengan usaha maksimal
• Grade V: Disfungsi Berat – kelemahan wajah
yang sangat jelas, kontraksi otot hanya dapat
dirasakan, tampak asimetri saat istirahat
• Grade VI: Total – kelumpuhan wajah secara
keseluruhan, tidak ada gerakan
F Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional
1. Struktur tubuh yang terganggu
2. Fungsi tubuh yang terganggu
3. Gangguan aktivitas (Gangguan makan, minum,
menahan ludah, berbicara, tersenyum)
4. Gangguan partisipasi
5. Faktor lingkungan
6. Faktor personal
Jumlah Skor
Keterangan Nilai
0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian
1: Jika peserta melakukan komponen penilaian
Perhitungan Nilai
(Jumlah skor/total skor) x 100=…………
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 66
Lampiran 20.
Materi Inti 3.
Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
PANDUAN LATIHAN KASUS
Tujuan:
Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu menentukan tatalaksana Rehabilitasi Medik
di FKTL Rumah Sakit Kelas C
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/ instruktur membagikan lembar kasus gangguan fungsi yang berbeda kepada
setiap kelompok.
3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk latihan kasus, yaitu
menentukan tatalaksana rehabilitasi medik yang sesuai dengan kasus yang diberikan selama
95 menit secara bersama-sama, yang meliputi program terapi latihan dan terapi modalitas:
a. Program Terapi Latihan:
• Latihan Lingkup Gerak Sendi
1) Latihan Lingkup Gerak Sendi Pasif (passive exercise)
2) Latihan Lingkup Gerak Sendi Aktif (active exercise)
3) Latihan Lingkup Gerak Sendi Aktif dengan bantuan (active assistive)
• Latihan Penguatan Otot
b. Terapi modalitas :
• Terapi panas superficial (Paraffin bath, Infrared Heat Therapy)
• Terapi panas deep (Ultrasound, Shortwave diathermy, Microwave diathermy)
• Electrotherapy (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Neuromuscular
Stimulation Electrical)
4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil latihan kasus tersebut selama 60 menit/ kelompok.
5. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil
presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 10 menit.
6. Setiap instruktur/ pelatih menilai hasil penentuan rekomendasi sesuai dengan kasus yang
diberikan.
7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa
kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang
masih tersisa selama 10 menit.
Waktu: 11 JPL x 45 menit =495 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 67
Lampiran 21.
Materi Inti 3.
Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C
LEMBAR KASUS
GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN ICF
Gangguan fungsi menurut klasifikasi WHO berdasarkan ICF (International Classification of
Functioning, Disability and Health) dibedakan dalam:
• Body Functions : fungsi fisiologis sistim tubuh (termasuk fungsi psikologis).
• Body Structures: bagian tubuh anatomis seperti organ, ekstremitas dan komponennya
• Activity : pelaksanaan suatu tugas atau aktivitas oleh individu
• Participation : keikut-sertaan dalam situasi kehidupan
• Impairments : gangguan pada fungsi dan struktur tubuh
• Activity Limitations: kesulitan seorang individu melakukan aktivitasnya
• Participation Restrictions : masalah seorang individu menjalankan/ mengalami atau ikut
serta dalam situasi kehidupannya.
• Environmental Factors: pengaruh lingkungan fisik, sosial ataupun perilaku dimana mereka
tinggal dan menjalankan kehidupannya.
• Personal Factors :faktor dari individu yang mempengaruhi pengalaman individu dengan
gangguan fungsional tertentu, seperti usia, jenis kelamin, cara individu mengatasi
permasalahan, pola perilaku, karakteristik dan faktor lainnya
Contoh:
1. Stroke
Disease Stroke
Impairment/loss of body
functions
Kelumpuhan pada satu sisi tubuh (hemiparesis)
Body Structures Anggota gerak atas / bawah / keduanya
Activity Limitations Tidak bisa naik kendaraan umum
Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama
Environmental Factors
Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang
berkebutuhan khusus
Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri untuk naik
kendaraan umum
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 68
2. Gangguan akibat Osteoarthritis Genu
Disease Osteoarthritis Genu
Impairment/loss of body
functions
Fungsi mobilitas tulang,fungsi mobilitas sendi,
fungsi stabilitas sendi, fungsi kekuatan otot, fungsi tonus otot,
fungsi pola jalan
Body Structures Struktur ekstremitas bawah
Activity Limitations Gangguan berjalan dan mobilitas, tidak bisa naik kendaraan
umum
Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian
Environmental Factors
Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang
berkebutuhan khusus
Personal Factor Berhubungan dengan pekerjaan
3. Gangguan akibat Low Back Pain
Disease Low Back Pain
Impairment/loss of body
functions
Nyeri pinggang
Body Structures Berjalan nyeri
Activity Limitations Tidak bisa ikut pengajian / pergi ke mesjid
Participation Restrictions -
Environmental Factors -
Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri untuk naik
kendaraan umum
4. Gangguan Akibat Fraktur
Disease Fraktur anggota gerak bawah
Impairment/loss of body
functions
Fungsi mobilitas tulang, fungsi mobilitas sendi, fungsi stabilitas
sendi, fungsi pola jalan
Body Structures Struktur ekstremitas bawah
Activity Limitations Gangguan berjalan dan mobilisasi, tidak bisa naik kendaraan
umum
Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama
Environmental Factors
Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang
berkebutuhan khusus
Personal Factor Berhubungan dengan pekerjaan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 69
5. Gangguan setelah Bell’s Palsy
Disease Bell’s Palsy
Impairment/loss of body
functions
Kelumpuhan pada satu sisi wajah ( hemiparesis wajah)
Body Structures -
Activity Limitations Sulit berbicara dan sulit mengunyah makanan
Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama
Environmental Factors -
Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri / malu bersosialisasi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 70
Lampiran 22. Materi Inti 4.
Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
PANDUAN LATIHAN KASUS
Tujuan
Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu melakukan rujukan layanan rehabilitasi
medik sesuai indikasi
Petunjuk:
1. Pelatih/Instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/Instruktur kemudian membagikan 5 lembar kasus kepada setiap kelompok terkait
gangguan fungsi berdasarkan ICF, diagram alur rujukan berjenjang, serta form rujukan.
3. Peserta dalam kelompok diminta untuk mengkategorikan kasus yang dapat dirujuk dan
menuliskannya pada form rujukan, selama 25 menit. Setelah peserta mengkategorikan
kasus tersebut, pelatih/instruktur membagikan lembar follow up (hanya pada kasus fraktur
ekstremitas bawah dan bell’s palsy). Peserta diminta mengkategorikan ulang rujukan kasus
tersebut setelah membaca lembar follow up.
4. Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil latihan kasus selama 20 menit dan
kelompok lain diminta untuk menanggapi.
5. Pelatih/Instruktur memperhatikan dan memberi penilaian form rujukan yang telah diisi oleh
peserta.
6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa
kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang
masih tersisa selama 10 menit.
Waktu : 3 x 45 menit = 135 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 71
Lampiran 23.
Materi Inti 4.
Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
DIAGRAM ALUR RUJUKAN BERJENJANG
Alur Rujukan Pasien Rehabilitasi Medik
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 72
Lampiran 24. Materi Inti 4.
Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
FORM RUJUKAN
Tindakan yang sudah dilakukan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 73
Lampiran 25. Materi Inti 4.
Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
LEMBAR KASUS
REHABILITASI MEDIK
KASUS 1. STROKE
1. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.
Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok
harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke
iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien
sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena
tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan
nyeri.
• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu
2. Pemeriksaan Fisik:
• KU baik. Tanda vital dalam batas normal
• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda
• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.
• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.
• Spastisitas (+).
• Reflex fisiologis meningkat.
• Reflex patologis (+)
• Nyeri tekan (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra
KASUS 2. OSTEOARTHRITIS GENU
1. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di
dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,
bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa
sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan
terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu
untuk datang ke pengajian tersebut.
• RPD: Hipertensi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 74
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25
• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral
➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.
➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),
drawer tes-/-
3. Pemeriksaan Penunjang:
• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III
KASUS 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH
1. Anamnesis:
• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu
lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri
membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama
dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang
kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak
punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur
suaminya.
• RPD: Hipertensi
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6
• Status lokalis:
➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang
➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik
➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR
<70/>70
3. Pemeriksaan Penunjang:
• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1
• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen
neuralis dextra
KASUS 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
1. Anamnesis:
• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan
lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang
di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 75
menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga
keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat
pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.
2. Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2
• Pasien datang menggunakan kursi roda.
• Status lokalis:
➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)
➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)
➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5
3. Pemeriksaan Penunjang
• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.
Follow up 3 minggu berikutnya:
• Pemeriksaan Fisik
➢ Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 1
➢ Pasien datang menggunakan bilateral crutch
➢ Status lokalis:
L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)
F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)
M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5
KASUS 5. BELL’S PALSY
1. Anamnesis
• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2
hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari
saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin
pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup
& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja
dan memakai masker kemanapun ia pergi.
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tanda vital dalam batas normal
• Status lokalis: Parese CN VII sinistra
• Sensibilitas wajah baik.
• House Brackmann grade V
• Kornea mata tak tampak kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang: -
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 76
Follow up 3 minggu berikutnya:
• Pemeriksaan Fisik:
➢ Tanda vital dalam batas normal
➢ Status lokalis: Parese CN VII sinistra
➢ Sensibilitas wajah baik
➢ Spasm otot wajah (-)
➢ Sinkinesis (-)
➢ House Brackmann grade V
➢ Kornea mata tak tampak kelainan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 77
Lampiran 26. Materi Inti 5.
Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi
Medik
PANDUAN LATIHAN KASUS
Tujuan
Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu membuat laporan dan pendokumentasian
layanan rehabilitasi medik.
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/instruktur kemudian membagikan lembar format pelaporan kasus.
3. Peserta dalam kelompok diminta untuk mengisi lembar format pelaporan kasus yang
dibagikan selama 15 menit sesuai hasil diagnosa dan tatalaksana pada MI.2 dan MI.3.
4. Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil pengisian lembar format pelaporan kasus
selama 10 menit.
5. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian pelaporan yang
dilakukan peserta pada form yang telah disediakan.
6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa
kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang
masih tersisa selama 5 menit.
Waktu: 2 x 45 menit = 90 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 78
Lampiran 27. Materi Inti 5.
Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi
Medik
FORM PELAPORAN KASUS
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
( P E R D O S R I ) Sekretariat : Jl. Cakalang Raya No. 28 A Rawamangun Jakarta Timur
Telp /Fax: (021) 47866390 Email : [email protected]
Lembar Hasil Uji Fungsi/ Prosedur KFR……………………… (Koding: ................)
No. MR :………………………………….
Nama :…………………………………. (L/P)
Tanggal lahir / Usia :….-…..-……../ tahun Tanggal Pemeriksaan:….-…..-….
Alamat / Telepon :…………………………………………………………….
……………………………………………/……………….
Anamnesis :
Pemeriksaan Fisik dan Uji Fungsi :
Diagnosis Medis :
Diagnosis Fungsi :
Pemeriksaan Penunjang :
Tatalaksana KFR :
Anjuran :
Edukasi :
Tanda Tangan
(Nama Dokter Pemeriksa)
*Kop disesuaikan dengan Institusi/Rumah Sakit masing-masing
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 79
Lampiran 28. Materi Penunjang 2.
Anti Korupsi
PANDUAN DISKUSI KELOMPOK
Tujuan:
Setelah mengikuti diskusi kelompok, peserta mampu memahami anti korupsi
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk melakukan diskusi
dalam kelompoknya terkait issue-issue korupsi yang banyak terjadi di unit kerjanya
masing-masing dan cara mengatasinya selama 15 menit.
3. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada satu atau dua kelompok secara acak
untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut selama 10 menit/ kelompok.
4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil
presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 2 menit.
5. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih
dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan
waktu yang masih tersisa selama 5 menit.
Waktu: 1 JPL x 45 menit = 45 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 80
Lampiran 29.
Materi Penunjang 3.
Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS
Kelas C
PANDUAN LATIHAN
Tujuan:
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu melakukan penerapan pelayanan
rehabilitasi medik di RS Kelas C
Petunjuk:
1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).
2. Pelatih/ instruktur membagikan lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana
penerapan dan pengembangan kepada setiap peserta.
3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk mengisi lembar
identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan selama 30
menit, sesuai dengan kondisi pelayanan rehabilitasi medik di RS asal dimana peserta
bertugas. 4. Pelatih/ instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk mempresentasikan
hasil pengisian lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan
pengembangan selama 10 menit per peserta.
5. Setiap pelatih/instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian
lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan yang
telah diisi oleh peserta. 6. Setiap pelatih/instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian
lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan yang
telah diisi oleh peserta. 7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih
dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan
waktu yang masih tersisa selama 10 menit.
Waktu: 2 JPL x 45 menit = 90 menit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 81
Lampiran 30. Materi Penunjang 3.
Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS
Kelas C
LEMBAR IDENTIFIKASI KESENJANGAN
No Komponen
Penilaian
Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1 Sumber daya manusia
2 Kompetensi
3 Sarana prasarana
4 Sistem operasional dan pengelolaan
5 Sistem rujukan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 82
Lampiran 31.
Materi Penunjang 3.
Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS
Kelas C
LEMBAR RENCANA PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN
No Komponen yang Tidak Sesuai Rencana Tidak Lanjut
1 1)
2)
3)
4)
2 1)
2)
3)
4)
3 1)
2)
3)
4)
4 1)
2)
3)
4)
5 1)
2)
3)
4)
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 83
Lampiran 32.
SOAL PRETEST DAN POSTTEST
TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK
BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C
Mohon beri tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling benar
SOAL MD.1
FILOSOFI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
1. Yang perlu dinilai dalam menentukan diagnosa fungsi seseorang menurut ICF
(International Classification of Functioning, Disability and Health) adalah sebagai
berikut, KECUALI:
a. Fungsi dan Struktur tubuh
b. Aktivitas dan Partisipasi
c. Faktor Lingkungan
d. Faktor Personal
e. Reintegrasi sosial
2. Menurut klasifikasi ICIDH oleh WHO (1980), gangguan di tingkat individu akibat suatu
penyakit atau gangguan struktur/organ tubuh adalah :
a. Patologi
b. Hendaya
c. Kecacatan
d. Disabilitas
e. Handicap
3. Persamaan konsep dasar disabilitas dari WHO (1980) dengan skema Nagi (1965) adalah
sebagai berikut, KECUALI:
a. Bersifat linier
b. Lahir dari model biomedis
c. Fokus pada fungsi individu
d. Hendaya merupakan gangguan di tingkat anatomis
e. Disabilitas adalah kecacatan
4. Yang termasuk dalam tim Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut, KECUALI:
a. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
b. Fisioterapis
c. Terapis Okupasi
d. Psikiater
e. Terapis Wicara
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 84
5. Seorang penderita stroke dengan hemiparese sisi kanan, mengalami kesulitan memakai
baju, SpKFR memberikan program Latihan Peningkatan ADL yaitu memakai baju, maka
anggota tim yang terlibat dalam program rehabilitasi adalah:
a. Fisioterapis dan Pekerja sosial medik
b. Fisioterapis dan Terapis Okupasi
c. Terapis Okupasi dan Terapis Wicara
d. Terapis Okupasi dan Psikolog
e. Ortotis prostetis dan Psikolog
6. Sasaran layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi adalah sebagai berikut, KECUALI:
a. Pemulihan mencapai kondisi premorbid
b. Optimalisasi fungsi dari segala keterbatasan
c. Peningkatan kulitas hidup penderita
d. Kemandirian aktivitas
e. Optimalisasi fungsi mental, sosial dan ekonomi
7. Seorang mahasiswa mengalami amputasi salah satu tungkai bawah di atas lutut akibat
kecelakaan. Pasien membutuhkan:
a. Orthosis atas lutut
b. Prostesis atas lutut
c. Kursi roda
d. Kruk aksiler bilateral
e. Tripod
8. Peran seorang Pekerja Sosial Medik dalam program Rehabilitasi pada pasien adalah
sebagai berikut, KECUALI:
a. Sebagai penghubung dengan staf RS, keluarga dan masyarakat
b. Membantu memecahkan masalah sosial yang dihadapi penderita
c. Mengadakan tindak lanjut dalam proses rehabilitasi
d. Mengadakan kunjungan rumah atau ke tempat kerja
e. Mencarikan dana untuk pembiayaan di rumah sakit
9. Tujuan dari pelayanan seorang fisioterapis adalah sebagai berikut, KECUALI:
a. Menghilangkan/ mengurangi nyeri
b. Mencegah dan mengoreksi kecacatan
c. Memperbaiki sirkulasi darah
d. Memulihkan kekuatan, mobilitas, serta koordinasi
e. Meningkatkan fungsional dalam aktivitas sehari-hari
10. Peran seorang Terapis Wicara pada seorang penderita dengan kondisi sebagai berikut,
KECUALI:
a. Disarthria
b. Disfonia
c. Disfagia
d. Demensia
e. Afasia
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 85
11. SpKFR meresepkan korset lumbal untuk seorang pasien dengan keluhan nyeri punggung
bawah. Pasien tersebut mendapatkan:
a. Orthosis
b. Prosthesis
c. Walking aids
d. Modalitas fisik
e. Latihan fisik
12. Dalam skema Nagi (1965), gangguan pada proses normal dan usaha suatu organisme
untuk memulihkan keadaan menjadi normal adalah:
a. Patologi
b. Hendaya
c. Keterbatasan fungsional
d. Disabilitas
e. Kecacatan
13. Seorang anak menderita palsi serebral, memasuki masa usia masuk sekolah, maka dokter
SpKFR memprogramkan untuk tes IQ bagi pasien. Tes IQ akan dilakukan oleh seorang
...dalam tim Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapis
b. Terapis Okupasi
c. Psikolog
d. Terapis Wicara
e. Pekerja Sosial Medik
14. Akibat amputasi yang diderita, seorang pekerja lapangan harus beralih ke aktivitas
admisnistratif. Maka anggota tim Rehabilitasi yang menghubungi instansi pasien adalah:
a. SpKFR
b. Fisioterapis
c. Terapis Okupasi
d. Psikolog
e. Pekerja Sosial Medik
15. Pasien yang mengalami dekondisioning akibat tirah baring lama, mengalami penururnan
kapasitas kardiovaskular. SpKFR memberikan peresepan latihan yang akan dilaksanakan
oleh anggota tim sebagai berikut:
a. Terapis Wicara
b. Fisioterapis
c. Terapis Okupasi
d. Psikolog
e. Pekerja Sosial Medik
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 86
SOAL MD.2
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT KELAS C
1. Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1 Tahun 2012 Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perseorangan adalah Pelayanan
kesehatan perseorangan meliputi :
a. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
b. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
c. Upaya promotif, preventif, yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
d. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
e. Pelayanan kesehatan perseorangan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh:
a. Dokter
b. Dokter gigi
c. Dokter spesialis
d. Dokter spesialis dan dokter
e. Dokter dan dokter gigi
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan ketiga dilaksanakan di Rumah Sakit merupakan
pelayanan kesehatan :
a. Dasar
b. Spesialistik
c. Subspesialistik
d. Dasar dan atau spesialistik
e. Spesialistik dan atau subspesialistik
4. Pelayanan rehabilitasi medik dapat diberikan di :
a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan pelayanan rehabilitasi medik tingkat
lanjut (FKRTL)
b. Fasilitas pelayanan rehabilitasi medik tingkat lanjut (FKRTL)
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Tipe B/C atau Klinik Utama) dan
pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik di pelayanan kesehatan tingkat ketiga
(Rumah Sakit Tipe A).
d. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), pelayanan rehabilitasi medik tingkat
lanjut (FKRTL), pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Tipe B/C atau
Klinik Utama) dan (Rumah Sakit Tipe A)
e. Pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik di pelayanan kesehatan tingkat ketiga
(Rumah Sakit Tipe A).
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 87
5. Pelayanan rehabilitasi medik dasar di pelayanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas,
Klinik Pratama, atau Dokter Keluarga), berupa
a. Pelayanan rehabilitasi medik dasar
b. Pelayanan rehabilitasi medik khusus
c. Pelayanan rehabilitasi medik spesialistik
d. Pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik
e. Pelayanan rehabilitasi medik dasar dan khusus
6. Sistem pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit ataupun Klinik Utama dilaksanakan
melalui pendekatan sistem pelayanan
a. Satu pintu (one gate system)
b. Dua pintu (two gate system)
c. Multi pintu (multi gate system)
d. Rujukan balik
e. Rujukan vertikal
7. Tim Rehabilitasi Medik suatu tim multiprofesi tenaga kesehatan atau profesional pemberi
asuhan (PPA) yang terdiri dari
a. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis
okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, petugas sosial medik
b. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, terapis wicara, terapis okupasi,
ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, petugas sosial medik, petugas
laboratorium
c. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis
okupasi), ortotik-prostetik dan
d. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis
okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, dinas sosial
e. Fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan,
psikolog klinis dan petugas sosial medik
8. Pelayanan oleh Tim Rehabilitasi Medik maupun Intervensi khusus Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi terhadap pasien dilakukan melalui layanan individu atau kelompok. Kegiatan
layanan ini meliputi :
a. Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat
Terpadu.
b. Rawat Jalan Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu
c. Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu
d. Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik, Rawat Terpadu
dan Rawat Gabung
e. Rawat Jalan, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu.
9. Apabila di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan belum memiliki Dokter SpKFR
maka pemeriksaan/penilaian/asesmen dapat dilakukan oleh
a. Dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan
kewenangan penuh.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 88
b. Dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan
kewenangan terbatas.
c. Dokter mitra yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan
kewenangan terbatas.
d. Dokter spesialis yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit tanpa kompetensi dan
kewenangan terbatas.
e. Dokter yang mengajukan diri ke Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan
kewenangan penuh.
10. Menurut klasifikasi ICIDH oleh WHO (1980), gangguan di tingkat lingkungan yang
merugikan seorang penyandang disabilitas adalah :
a. Patologi
b. Hendaya
c. Kecacatan/handicap
d. Disabilitas
e. Keterbatasan fungsional
11. Seseorang dengan kursi roda tidak dapat memasuki suatu ruang pertemuan karena tidak
adanya akses ramp (jalan menanjak/menurun) tetapi harus melewati undakan. Dalam
klasifikasi ICIDH (WHO 1980) merupakan:
a. Patologi
b. Hendaya
c. Kecacatan/handicap
d. Disabilitas
e. Keterbatasan fungsional
12. Berikut tentang Dokter terlatih, kecuali :
a. Harus di supervisi minimal 1 kali dalam satu bulan
b. Bila diperlukan melakukan konsultasi dengan dokter sp.kfr.
c. Sertifikat pelatihan mempunyai batas waktu
d. Sertifikat pelatihan diperbaharui tiap 5 tahun sekali.
e. Penyelenggara pelatihan adalah perdosri
13. Jenis layanan dibedakan dalam berbagai strata pelayanan, yang benar tentang Strata I
adalah, kecuali:
a. Meliputi RS kelas C, D, Puskesmas dan klinik rehabilitasi
b. Memberikan layanan primer rehabilitasi medik dasar.
c. Pelaksananya adalah dokter umum terlatih dan terapis
d. Memberikan layanan primer rehabilitasi medik spesialistik
e. Terapis terdiri atas fisioterapis, terapis okupasi, perawat rehabilitasi medik
14. Sumber pasien dalam Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit adalah berikut
kecuali :
a. Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atau Rumah Sakit dengan kelas
lebih rendah.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 89
b. Rujukan dari Dokter Spesialis non-SpKFR yang bertugas di Poli Rawat Jalan
Rumah Sakit.
c. Rujukan dari Dokter Spesialis non-SpKFR yang bertugas di Rawat Inap Rumah
Sakit.
d. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat yang tidak terkategorikan sebagai kasus gawat
darurat.
e. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat yang dapat terkategorikan sebagai kasus gawat
darurat.
15. Pertimbangan dalam kepatutan terapi:
a. Situasi klinis, biaya, masalah keluarga
b. Situasi klinis, fasilitas pelayanan, transportasi
c. Biaya, fasilitas layanan, transportasi
d. Biaya, masalah keluarga, evaluasi berulang
e. Biaya, situasi klinis, evaluasi berulang
SOAL MD.3
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN
1. Etika profesi digunakan untuk :
a. Menghormati para guru dan senior
b. Menjaga kehormatan dokter dalam menjalankan profesi
c. Menghormati martabat pasien
d. Menghormati para pejabat Negara
e. Menghormati keluarga
2. Etika profesi merupakan falsafah yang harus dijalankan oleh dokter dalam menjalankan
profesinya pada saat :
a. Mendapatkan amanah sebagai pejabat dalam instansi
b. Menjaga nama baik keluarga
c. Menjaga nama baik almameter
d. Membantu pasien daan keluarga dalam mengambil keputusan
e. Mempertahankan argumentasinya
3. Kode etik Kedokteran adalah :
a. Tata aturan tentang perilaku atau tingkah laku dalam menjalankan pekerjaan
kedokterannya
b. Tata aturan tentang keilmuan dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya
c. Tata aturan tentang profesi kedokteran yang diembannya
d. Tata aturan tentang berkomunikasi sebagai dokter kepada pasien dan keluarga
e. Tata aturan tentang memberikan pendapat klinis kepada teman sejawat
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 90
4. Dalam menjalankan etika profesi seorang dokter melalui hal sebagai berikut:
a. Berdoa dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya
b. Menyapa dan memberikan salam kepada pasien dan keluarga
c. Menjalankan sumpah sebagai janji dan ikrar kepada Tuhan YME
d. Memohon restu kepada orang tua dan kerabat
e. Berbuat baik dan sopan kepada teman sejawat
5. Etika dokter dalam menjalankan profesi atau pekerjaan kedokterannya, perlu memiliki :
a. Harta dan kedudukan
b. Martabat dan kebaikan
c. Moral, akhlak dan hati nurani
d. Sopan santun dan ramah tamah
e. Kebaikan hati dan mudah simpati
6. Sebagai dokter hendaklah mampu dalam berkomunikasi dengan baik kepada pasien.
Dalam berkomunikasi pun seorang dokter harus mampu menjalankan etika dalam
berkomunikasi, antara lain :
a. Mampu menjelaskan keadaan pasien kepada pasien dan keluarga dengan semangat
b. Aktif bertanya dan mendengarkan keluhan pasien
c. Simpati dalam mendengarkan keluhan pasien
d. Ramah dalam menyikapi pertanyaan pasien terhadap keadaannya
e. Pura pura tulus dalam memberikan bantuan kepada pasien dalam mengatasi
keadaannya
7. Hak individu untuk membuat keputusan terhadap tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan disebut sebagai :
a. Justice
b. Fairness
c. Autonomy
d. Freedom
e. Self defence
8. Memberlakukan sama terhadap setiap individu dikategorikan dalam :
a. Justice
b. Autonomy
c. Freedom
d. Self defence
e. Malbenefecince
9. Tindakan yang dilakukan tidak untuk bertujuan mencederai atau untuk mendapatkan
keuntungan , merupakan prinsip etika sebagai :
a. Malbenefecience
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 91
b. Maleficience
c. Non malbenefecience
d. Non malefecience
e. Benefecience
10. Manakah asas etika berikut yang bermakna bahwa seorang dokter berkewajiban
melakukan perbuatan baik tanpa pamrih?
a. Beneficence
b. Non-maleficence
c. Primum non-nocere
d. Keadilan
e. Budi pekerti dan tingkah laku luhur
11. Kepatutan terapi diberikan berdasarkan pada:
a. Keinginan pasien
b. Keinginan keluarga
c. Pertimbangan medis
d. Kemampuan dokter
e. Fasilitas pelayanan
12. Pertimbangan dalam kepatutan terapi:
a. Situasi klinis, biaya, masalah keluarga
b. Situasi klinis, fasilitas pelayanan, transportasi
c. Biaya, fasilitas layanan, transportasi
d. Biaya, masalah keluarga, evaluasi berulang
e. Biaya, situasi klinis, evaluasi berulang
13. Implementasi dan koreksi terhadap penyimpangan kode etik
a. Kode etik hanya berlaku untuk dokter di suatu instansi
b. Pimpinan rumah sakit tidak berhak memberikan sikap terhadap penyimpangan kode
etik
c. Seluruh karyawan rumah sakit wajib mematuhi kode etik dalam rumah sakit
d. Pasien berhak memberikan sikap terhadap penyimpangan kode etik
e. Kode etik dapat di publikasikan
14. Kerahasiaan profesi merupakan :
a. Hal-hal yang menjadi rahasia secara pribadi
b. Informasi profesi yang tidak harus dijaga
c. Informasi profesi yang tidak dapat diberikan kepada pihak ketiga
d. Informasi profesi yang dapat dibuka sesuai undang-undang
e. Informasi profesi yang dapat diketahui oleh masyarakat
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 92
15. Syarat dapat dibukanya kerahasiaan profesi antara lain :
a. Persetujuan pasien
b. Persetujuan dokter
c. Persetujuan rumah sakit
d. Persetujuan perdata
e. Persetujuan keluarga
SOAL MI.1
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
1. Di bawah ini adalah komponen komunikasi, kecuali :
a. Orang yang mengirim pesan
b. Orangyang menerima pesan
c. Orang ketiga yang mencoba menerima pesan
d. Pesan
e. Ide, persasaan
2. Yang dimaksud dengan komunikasi adalah, kecuali :
a. Adanya penyampai pesan
b. Adanya penerima pesan
c. Adanya informasi atau pesan yang disampaikan
d. Tujuannya untuk mencapai penyamaan pandangan
e. Tujuannya untuk berdebat
3. Komunikasi inter-personal adalah :
a. Komunikasi atau interaksi satu orang ke orang lain
b. Komunikasi yang terjadi didalam diri seseorang, berbicara dalam hati
c. Penyampaian pesan pada orang banyak
d. Komunikasi verbal
e. Komunikasi non verbal
4. Tujuan komunikasi efektif adalah
a. Penyampaian pesan yang superfisial asal pasien paham
b. Mempersingkat waktu anamnesis
c. Keluarga pasien dapat merekomendasikan dokter ke kerabatnya
d. Penegakan diagnosis bisa lebih awal ditegakkan
e. Mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter
5. Bentuk komunikasi non verbal contohnya adalah, kecuali…
a. Meyakinkan apa yang dibicarakan (repetitif)
b. Menunjukkan perasaan atau emosi yang tidak dapat diucapkan (subtitusi)
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 93
c. Menunjukkan jati diri (identitas)
d. Menambah, melengkapi dan memberi contoh pada komunikasi yang belum
dimengerti
e. Informed consent
6. Syarat komunikasi verbal adalah
a. Dilakukan secara online
b. Menggunakan leaflet
c. Bisa dilakukan saat pasien kondisi delirium
d. Dapat diwakilkan
e. Memerlukan fungsi kognitif yang akan menghasilkan bicara
7. Penerapan komunikasi efektif adalah
a. Dokter tidak harus memberikan penjelasan mengenai penyakit kepada pasien
b. Pasien mengerti anjuran dokter
c. Dokter tidak perlu terlalu memberi empati kepada pasien
d. Pasien meminta keluarga mengerti apa yang dipesankan dokter
e. Keluarga pasien menanyakan berulang-ulang
8. Yang dimaksud dengan informasi dalam KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi)
kesehatan :
a. Bersifat memaksa
b. Merupakan alat penting promosi klinik / RS
c. Otoriter
d. Bersifat persuasif
e. Proses penyampaian pesan dari satu orang keorang lain
9. Yang dimaksud dengan edukasi dalam KIE adalah
a. Kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, dan
ketrampilan masyarakat
b. Penyampaian pesan dari satu orang keorang lain
c. Menyampaikan pesan dengan humoris
d. Komunikasi inter personal, intra personal dan efektif
e. Bersifat otoriter
10. Tujuan KIE adalah
a. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku individu dan kelompok
b. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku individu saja
c. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku kelompok saja
d. Hanya merubah kepercayaan dan nilai-nilai saja, tanpa harus merubah perilaku
e. Yang terpenting adalah merubah perilaku individu atau kelompok
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 94
11. KIE kesehatan benar semua kecuali
a. Studi yang menekankan peranan komunikasi dalam penelitian dan praktek yang
berkaitan dengan promosi kesehatan
b. Proses menyebar luaskan pesan kesehatan
c. Bukan merupakan alat promosi kesehatan
d. Melibatkan partisipasi aktif dari audiens
e. Bersifat persuasif
12. Konseling adalah :
a. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal
b. Adalah proses pemberian informasi subyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal
c. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi intrapersonal
d. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dengan panduan
komunikasi nonverbal
e. Adalah proses pemberian informasi yang lengkap, dilakukan secara sistematik
dengan panduan komunikasi interpersonal
13. Tujuan konseling :
a. Untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dengan tidak bermaksud menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi
masalah tersebut
b. Untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut
c. Membantu sekelompok orang mengenali kondisinya, masalah yang sedang
dihadapi, namun tidak ikut campur dalam urusan pribadi
d. Melakukan penilaian terhadap pasien
e. Menyampaikan pendapat pribadi dokter kepada pasien
14. Proses konseling adalah
a. Menyapa, mengecek identitas pasien, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
konseling
b. Menjelaskan alternatif pengobatan pasien
c. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pengobatan pada pasien
d. Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat
e. Melakukan penilaian terhadap pasien
15. Empati adalah
a. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
b. Turut larut dengan permasalahan pasien
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 95
c. Tidak memerlukan kemampuan kognitif dari seorang dokter
d. Menunjukkan perasaan yang sama dengan pasien
e. Menunjukkan opini pribadi dokter kepada pasien
16. Ada beberapa level tingkat empati , diantaranya adalah
a. Dokter menolak sudut pandang pasien
b. Dokter mengenali sudut pandang pasien sambil lalu
c. Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
d. Dokter menghargai sudut pandang pasien
e. Dokter segera melakukan tindakan sesuai sudut pandang pasien
17. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan “berita buruk” kepada pasien
a. Gaya paternalistik masih dapat digunakan sewaktu-waktu
b. Gaya yang lebih menekankan otonomi keluarga pasien dibandingkan otonomi
pasien
c. Pengungkapan diagnosa dapat ditunda
d. Gaya yang lebih menekankan otonomi pasien dengan penjelasan lebih lengkap
e. Pemberian alternatif tatalaksana hanya bila pasien memaksa
18. Hal yang harus menjadi perhatian dalam menyampaikan “berita buruk” kepada pasien
adalah
a. Menyampaikan dengan berita dengan jujur tanpa mengurangi harapan
b. Tidak perlu menanggapi emosi pasien saat menyampaikan berita buruk
c. Tidak terikat dengan waktu
d. Tidak perlu menyampaikan berita buruk tersebut kepada pasien
e. Pasien diminta agar tawakal kepada Tuhan
19. Langkah langkah menyampaikan “berita buruk” kepada pasien
a. Dapat dilakukan di ruang tunggu atau ruang publik lainnya
b. Dimanapun tempat menyampaikan berita bukan merupakan hal yang terlalu penting,
tanyakan perlu tidaknya teman untuk mendengarkan berita/kondisi pasien, mulai
dengan menanyakan perasaan pasien saat ini
c. Mempersiapkan tempat yang privacy, bersifat rahasia dimana hanya pasien saja
yang boleh mendengarkan, mulai dengan menanyakan perasaan pasien saat ini
d. Pengetahuan pasien mengenai penyakitnya tidak begitu penting
e. Mempersiapkan tempat yang privacy, perlu tidaknya teman untuk mendengarkan
berita/kondisi pasien, mulai dengan menanyakan perasaan pasien saat ini
20. Contoh beberapa cara yang fatal ketika menyampaikan berita buruk adalah, kecuali :
a. Menyampaikan berita buruk di tempat yang privat
b. Menyampaikan kabar buruk melalui telpon
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 96
c. Ketika menyampaikan berita buruk ada interupsi baik berupa telpon maupun
perawat yang meminta tandan tangan
d. Menyampaikan berita buruk denga bertele tele (karena dokter tidak nyaman)
e. Adanya efek iatrogenik (berita yang disampaikan justru memperparah kondisi
pasien)
21. Bentuk komunikasi adalah
a. Komunikasi masa
b. Komunikasi intra personal
c. Komunikasi inter personal
d. Komunikasi inter personal dan intra personal
e. Komunikasi masa, intrapersonal dan inter personal
22. Dibawah ini bukan termasuk proses konseling :
a. Sapa dan idenntifikasi
b. Menjawab pertanyaan dengan singkat dan tepat
c. Meneliti kembali pemahaman pasien dan keluarga
d. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik
e. Menggunakan bahasa kedokteran sehingga terkesan lebih formal
23. Yang dimaksud dengan kemampuan kognisi dokter dalam menyampaikan pesan adalah
a. Kemampuan seorang dokter dalam mengenal pasien
b. Kemampuan seorang dokter dalam menyampaikan permasalahan pasien dengan
sedikit unsur ketakutan agar sarannya dipatuhi
c. Kemampuan seorang dokter dalam mendengarkan opini keluarga pasien
d. Kemampuan seorang dokter dalam mendukung opini pasien
e. Kemampuan seorang dokter dalam memprediksi kondisi kesehatan pasien
24. Bylund dan Maykoul mengembangkan tingkat empati menjadi beberapa level,
diantaranya adalah :
a. Dokter mengenal sudut pandang pasien dengan eksplisit
b. Dokter menomorduakan pendapat pasien
c. Dokter tidak perlu konfirmasi kepada pasien
d. Dokter mengenal sudut pandang pasien dengan implisit
e. Dokter mengambil keputusan tanpa meminta pendapat pasien
25. “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk
menyempatkan berolah raga” merupakan empati level 4, yaitu
a. Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
b. Dokter menghargai pendapat pasien
c. Dokter berbagi perasaan dan pengalaman
d. Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 97
e. Dokter mengenali sudut pandang pasien sambil lalu
26. Komunikasi seorang dokter dengan pasien dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya
adalah:
a. Berkomunikasi selama pasien membutuhkannya
b. Berkomunikasi dengan menghemat waktu sesuai dengan kebutuhan pasien yang
harus diketahui oleh dokter
c. Berkomunikasi yang dapat menyenangkan hati pasien
d. Berkomunikasi dengan lemah lembut
e. Berkomunikasi dengan penuh rasa simpati
27. Mengenai Infom consent yang paling tepat :
a. Berbeda untuk pasien anak dan dewasa
b. Harus disetujui oleh pasien
c. Tergantung pada keyakinan masing masing pasien
d. Tidak harus dibuat, sebelum menjalankan program terapi
e. Harus dibuat, sebelum menjalankan program terapi
28. Penyampaian informasi kepada pasien perlu mempertimbangkan hal-hal dibawh ini,
antara lain :
a. Keinginan pasien untuk menolak tindakan
b. Keinginan pasien untuk mengetahui kondisinya yang sebenarnya
c. Ketidaksiapan pasien dalam menerima kondisinya
d. Keikutsertaan keluarga dalam menerima informasi
e. Sikap terbaik dalam menyampaikan informasi
29. Penyampaian informasi kepada pihak lain dapat dilakukan apabila :
a. Keluarga pasien mendesak ingin mengetahui kondisi pasien
b. LSM berhak mendampingi pasien
c. Teman yang mengantar pasien
d. Pasien tidak menginginkan mengetahui kondisinya
e. Pasangan hidup pasien berhak mengetahui kondisi pasien
30. Dalam menjalankan inform consent perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Freedom, benefecience, maleficience, justice
b. Self defence, malbenefecience, maleficience, fairness
c. Freedom, malbenefecience, eficince, justice
d. Autonomy, benefecience, non maleficience, fairness
e. Autonomy, malbenefecience, non maleficence, justice
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 98
SOAL MI.2
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN
INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING, DISABILITY, AND
HEALTH (ICF)
Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu. Awalnya
kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok harinya, pasien
dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke iskemik. Pasien yang
sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien sangat sedih sebab selain tidak
bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena tidak bisa makan, berganti pakaian
dan melakukan kegiatan sendiri. RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu
1. Berdasarkan anamnesis diatas, apakah yang menjadi impairmen dari masalah fungsional
pasien ini ?
a. Hemiparesis sinistra
b. Hemiparesis dan dysartria
c. Hemiparesi, dysartria, dan depresi
d. Hemiparesis, dysartria dan vokasional
e. Hemiparesis sinistra, dysartria, depresi, vokasional
2. Tingkat spastisitas berdasarkan Modified Asworth Scale (MAS) untuk gambaran sebagai
berikut : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan manifestasi adanya tahanan minimal
sepanjang (kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat bagian tubuh tersebut
digerakkan ke arah fleksi atau ekstensi, adalah sesuai untuk MAS tingkat :
a. 1
b. 1+
c. 2
d. 3
e. 4
3. Derajat kelemahan otot 2 pada pemeriksaan manual muscle testing adalah yang
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada gerak sendi
b. Ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan gravitasi
c. Mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan ringan
d. Mampu melawan tahanan sedang
e. Teraba adanya kontraksi otot
4. Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk melihat adanya gangguan fungsi menelan adalah
pemeriksaan syaraf pusat :
a. CN I, V, VII
b. CN V, VII, XII
c. CN I, VII, XII
d. CN II, IX, XII
e. CN I, II, V
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 99
5. Gangguan bicara pada pasien ini disebabkan kemungkinan oleh karena :
a. Parese CN XI
b. Parese CN V
c. Parese CN VIII
d. Parese CN XII
e. Parese CN IX
6. Tulang di bawah ini yang termasuk dalam kelompok tulang tarsal adalah :
a. Tulang fibula
b. Tulang falanges
c. Tulang patella
d. Tulang kuboid
e. Tulang femur
7. Fase awal dari penyembuhan fraktur adalah :
a. Fase inflamasi
b. Fase proliferasi
c. Fase regenerasi
d. Fase kalsifikasi
e. Fase osifikasi
8. Tanda curiga adanya sindrom kompartemen akibat fraktur distal tibia adalah :
a. Kulit paha teraba hangat
b. Penurunan pulsasi a. dorsalis pedis
c. Gangguan sensorik pada anterior thigh
d. Penurunan pulsasi a. femoralis
e. Atrofi otot quadriceps
9. Jenis alat bantu jalan yang direkomendasikan pada pasien usia lanjut sehat dengan fraktur
femur adalah :
a. Tongkat (single cane)
b. Axillary bilateral crutches
c. Walker
d. Lofstrand crutches
e. Kursi roda
10. Edema merupakan salah satu keluhan yang dialami pasien fraktur. Salah satu jenis terapi
yang dapat digunakan untuk mengurangi edema pada anggota gerak bawah adalah :
a. Modalitas TENS
b. Latihan penguatan otot
c. Kompres hangat
d. Massage
e. Elevasi dan ankle pumping
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 100
11. Red Flags pada LBP adalah kecuali
a. Riwayat cancer
b. VAS >7
c. Infeksi
d. Caudal Equina sign and symptoms
e. Stenosis Spinal
12. Pernyataan yang tidak tepat pada LBP
a. LBP sering disebabkan oleh suatu kelainan anatomis tertentu
b. Nyeri pingang akut adalah nyeri pingang sudah lama terjadi
c. Nyeri pinngang kronik adalah nyeri pinggang menetap < 12 minggu
d. Sekitar 60-70% orang dewasa pernah mengalami nyeri pinggang selama hidupnya
e. Mayoritas kasus LBP bersifat serius
13. Penyebab LBP adalah
a. Non-spesifik (>85%)
b. Spesifik, dengan tingkat keseriusan lebih rendah (< 80%)
c. Herniasi diskus atau spinal stenosis (80%)
d. Radikulopathy (80%)
e. Trauma (50%)
14. Gangguan Fungsional pada LBP, kecuali
a. Gangguan mobilisasi
b. Gangguan ambulasi
c. Keterbatasan LGS
d. Keterbatasan ADL
e. Gangguan menelan
15. Pemeriksaan fisik dasar pada LBP, kecuali
a. Inspeksi postur
b. Palpasi area yang nyeri saja
c. Pemeriksaan LGS
d. Pemeriksan Neurologi
e. SLR Test
16. OA Genu ditentukan derajat keparahannya dengan menggunakan klasifikasi radiologis
berdasarkan:
a. American College of Rheumatology
b. Kellgren and Lawrence
c. Ponsetti
d. Fergusson
e. Downey and Darling
17. Deformitas yang terjadi akibat OA Genu dapat berupa :
a. Metatarsal adductus
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 101
b. Skoliosis
c. Hipolordosis lumbal
d. Genu varus
e. Coxae vara
18. Gangguan fungsional yang terjadi akibat OA Genu diantaranya adalah, kecuali
a. Gangguan mobilisasi
b. Gangguan lingkup gerak sendi
c. Gangguan aktivitas sehari-hari
d. Gangguan menelan
e. Gangguan miksi
19. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien dengan OA Genu
adalah sebagai berikut, KECUALI:
a. Nyeri pada pasien berusia > 50 tahun
b. Nyeri berkurang dengan posisi tidur
c. Kaku pagi hari > 30 menit
d. Obesitas
e. Deformitas genu
20. Riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko OA Genu diantaranya adalah, kecuali :
a. Stroke dengan kelemahan AG
b. Riwayat trauma atau fraktur AGB
c. Imobilisasi lama
d. Riwayat pemakaian obat-obatan antinyeri
e. Obesitas
21. Bell’s Palsy disebabkan oleh kelumpuhan saraf kranial:
a. N. VII
b. N. VIII
c. N. IX
d. N. X
e. N. XII
22. Pernyataan yang benar mengenai epidemiologi Bell’s Palsy
a. Merupakan kasus yang jarang ditemukan
b. Lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan
c. Insidens paling tinggi erjadi pada usia 20-40 tahun
d. Insiden sisi kiri dan kanan sama tinggi
e. Usia > 70 tahun paling jarang terkena
23. Karakteristik Bell’s Palsy adalah
a. Kelemahan kronik saraf perifer
b. Diagnosa Bell’s palsy tidak dapat dipastikan melalui anamnesa
c. Keluhan Bell’s palsy tidak mencakup nyeri dan kebas
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 102
d. Bell’s palsy tidak mungkin rekuren
e. Onset tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas
24. Untuk membedakan Bell’s palsy dengan kelemahan saraf pusat maka perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan saraf kranial fasialis
b. Pemeriksaan saraf kranial oftalmikus
c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan Refleks patella
e. Pemeriksaan MRI
25. Seseorang dengan Sindroma Down telah dibekali dengan ketrampilan untuk melakukan
pekerjaan jahit-menjahit. Individu tersebut tidak diterima bekerja dimanapun karena
sindroma down-nya. Hal tersebut termasuk dalam problem .... pada kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
26. Pasien perokok aktif yang mengalami PPOK. Kondisi tersebut di atas merupakan problem
... dalam kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
27. Pasien dengan OA lutut mengalami kesulitan untuk bangkit dari duduk di kursi rendah.
Berkaitan dengan hal tersebut, pasien tidak lagi mengikuti Pengajian karena merasa
kurang enak tidak dapat duduk bersama di bawah. Problem ini termasuk dalam hal
gangguan ....dalam kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
28. Pasien OA lutut yang mengalami obesitas. Kondisi tersebut di atas merupakan problem ...
dalam kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 103
29. Pasien stroke khronik tidak dapat menjalani program rehabilitasi yang telah direncanakan
oleh SpKFR karena alasan jarak yang jauh dari Rumah ke RS untuk mendapatkan layanan
Rehabilitasi. Kondisi tersebut di atas merupakan masalah ... dalam kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
30. Pada kasus HNP (herniasi nukleus pulposus), pasien yang mengalami nyeri dan
kelemahan otot termasuk masalah .... dalam kerangka ICF:
a. Struktur dan fungsi tubuh
b. Aktivitas
c. Partisipasi
d. Faktor personal
e. Faktor lingkungan
SOAL MI.3
TATALAKSANA REHABILITASI MEDIK DI FKTL RUMAH SAKIT KELAS C
1. Suatu kondisi dimana fragmen tulang menyatu, tetapi kesegarisan tidak kembali normal
disebut sebagai:
a. Malunion
b. Nonunion
c. Delayed union
d. Fissura
e. Comminuted
2. Faktor-faktor di bawah ini memperlambat penyembuhan fraktur, kecuali:
a. Usia lanjut
b. Diabetes mellitus
c. Malnutrisi
d. Operasi
e. Infeksi
3. Otot-otot di bawah ini memerlukan latihan penguatan sebagai persiapan penggunaan alat
bantu jalan pada pasien fraktur, kecuali:
a. Deltoid
b. Sternocleidomastoideus
c. Extensor carpi radialis
d. Triceps
e. Flexor digitorum superficialis
4. Tujuan dari pemberian latihan lingkup gerak sendi pada pasien fraktur adalah:
a. Meningkatkan massa otot
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 104
b. Meningkatkan trofi otot
c. Mencegah kontraktur
d. Mencegah disuse artrophy
e. Meningkatkan kemandirian ADL
5. Rerata durasi non weight-bearing pada area fraktur anggota gerak bawah adalah:
a. 12 minggu
b. 14 minggu
c. 16 minggu
d. 18 minggu
e. 20 minggu
6. Salah satu Tatalaksana Non Farmakologi yang bersifat Modalitas pada LBP :
a. TENS
b. Lumbal Corset
c. Dry Needle
d. Hydrothetapy
e. Taping
7. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan melalui asuhan medis untuk
mencapai kondisi fungsional yang optimal pada:
a. Gangguan fisik yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit
b. Gangguan fisik dan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit,
penyakit atau cedera
c. Gangguan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit, penyakit atau
cedera
d. Keadaan / kondisi sakit, penyakit atau cedera
e. Gangguan fisik dan penyakit atau cedera
8. Pendekatan Pelayanan Rehabilitasi Medik melalui :
a. Promotif, preventif dan kuratif
b. Medis, psikososial, edukasional dan vokasional
c. Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, psikososial, edukasional dan
vokasional
d. Promotif, preventif, psikososial, edukasional
e. Rehabilitatif, psikososial, dan edukasional
9. Salah satu edukasi yang perlu diberikan pada pasien LBP:
a. Penyebab LBP
b. Prognosis biasanya dubia
c. Bed Rest diperlukan, lebih lama akan lebih baik
d. Body Mechanic Tegak
e. Banyak aktivitas yang harus dikurangi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 105
10. Indikasi merujuk pada dokter SpKFR pada kasus LBP :
a. Riwayat trauma dari ketinggian 3 m
b. VAS >5
c. Tidak ada pebaikan setelah 4 sesi terapi (2x/minggu)atau 1 minggu
d. Tidak membaik setelah terapi sesi pertama
e. VAS>7
11. Latihan Terapeutik yang diberikan pada LBP
a. Latihan Pelvic Tilt dan bridging
b. Latihan William Flexion
c. Latihan Single Knee pada sisi sakit
d. Latihan Bending
e. Latihan Extensi
12. Pernyataan yang tepat kontraindikasi pada terapi LBP
a. Adanya redflag adalah kontraindikasi hydrotherapy
b. Adanya redflag bisa saja sebagai kontraindikasi TENS
c. Latihan peregangan cukup aman dan dapat dilakukan pada tiap kondisi LBP
d. Adanya redflag adalah kontraindikasi latihan penguatan otot
e. Riwayat trauma dari ketinggian
13. Tatalaksana farmakologi pada rehabilitasi OA Genu yaitu:
a. Berupa pemberian NSAID dan anti nyeri per oral
b. Peresepan Tramadol harus dihindari karena efek samping saluran cerna
c. Obat-obatan tidak termasuk dalam tata laksana rehabilitasi OA Genu
d. Injeksi Ketorolac pada OA Genu Grade III-IV
e. OA Genu tanpa deformitas sebaiknya tidak diberikan obat oral
14. Tatalaksana non farmakologi pada rehabilitasi OA Genu
a. Terapi dengan es/ kompres dingin dapat diberikan sebagai pertolongan pertama di
rumah
b. Terapi latihan harus dilakukan dengan supervisi nakes terlatih
c. Tongkat atau alat bantu jalan sebisa mungkin dihindari
d. Kondisi kejiwaan tidak menjadi hambatan program rehabilitasi
e. Pasien dimotivasi untuk latihan jalan semaksimal mungkin supaya nyeri berkurang
15. Prinsip tatalaksana rehabilitasi OA Genu:
a. Rehabilitasi dilakukan sampai pasien bebas nyeri
b. Pasien dengan deformitas dimotivasi untuk operasi
c. Pasien mampu melakukan aktivitas hidup keseharian dengan nyeri minimal
d. Pasien sebaiknya latihan jalan tanpa alat bantu
e. Rehabilitasi tidak mampu memperlambat progresifitas penyakit
16. Pasien OA Genu sebaiknya dirujuk bila :
a. Pasien nyeri lutut dengan NRS 3
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 106
b. Pasien nyeri lutut dengan gambaran radiologis OA grade II
c. Pasien dengan deformitas lutut yang memerlukan ortosis
d. Pasien dengan domisili dekat rumah sakit rujukan
e. Pasien nyeri lutut yang berumur lebih dari 60 tahun
17. Pasien dengan OA Genu sebaiknya dilakukan uji fungsi untuk menilai fungsional sebagai
berikut:
a. Berat badan dan komposisi tubuh
b. Luas gerak sendi
c. Riwayat keluarga
d. Asesmen hormonal
e. Psikologis
18. Pencegahan komplikasi imobilisasi terkait luas gerak sendi dilakukan dengan cara
memberikan latihan :
a. Latihan kekuatan otot
b. Latihan mobilisasi duduk
c. Latihan fleksibilitas
d. Latihan pernafasan
e. Latihan edukasi sensoris
19. Komplikasi ulcus decubitus dapat dihindari dengan cara Teknik Positioning yang baik,
seperti:
a. Posisi miring ke sisi sakit : Posisikan bahu sisi sehat ke depan dengan bahu protraksi
dan lengan sisi sakit tersanggah di atas bantal dalam posisi fleksi bahu, ekstensi siku
dan tangan pronasi
b. Posisi miring yang optimal adalah kemiringan tubuh sekitar 45o
c. Posisi telentang, tempat tidur dielevasi hingga 15o
d. Pastikan kaki berada dalam posisi plantar fleksi 15o
e. Posisi miring ke sisi terdampak sebaikya dihindarkan pada kondisi ekstremitas
masih flasid
20. Untuk mengatasi retensi sputum yang dapat terjadi pada pasien pasca stroke maka,
program rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut dibawah, kecuali :
a. Mobilisasi berkala, miring sisi kiri atau kanan
b. Memposisikan tubuh sedikit ke arah tegak minimal : 450
c. Latihan pernafasan
d. Terapi dada
e. Dilakukan kombinasi dengan terapi inhalasi
21. Tujuan dari rehabilitasi stroke fase sub akut adalah :
a. Mengembalikan kemampuan melakukan AKS
b. Mempertahankan pencapaian fungsional yang telah dicapai
c. Mengembalikan peran di keluarga, lingkungan dan masyarakat
d. Mencegah komplikasi akibat stroke
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 107
e. Mencegah komplikasi spastisitas yang merugikan pemulihan fungsional
22. Tujuan utama dari tatalaksana ulkus decubitus adalah sebagai berikut, kecuali :
a. Mengurangi gaya shear
b. Memperbaiki nutrisi agar adekuat
c. Meminimalisir friksi
d. Peningkatan frekuensi penggantian dressing
e. Melakukan perawatan kulit agar dipertahankan tetap lembab
23. Sequelae Bell’s Palsy dapat berupa:
a. Ketidakmampuan menelan ludah
b. Gangguan menelan
c. Gangguan penciuman
d. Kornea kering dan ulserasi
e. Gangguan imobilisasi
24. Prognosis Bell’s palsy, pernyataan yang benar:
a. Sebagian besar kasus sembuh tanpa intervensi setelah 2-3 minggu dan
penyembuhan komplit setelah 3-4 bulan
b. Sebanyak 70% pasien Bell’s palsy mengalami paralisis komplit setelah 6 bulan
c. Short-term sequelae adalah ulserasi korena
d. Bell’s palsy tidak mempengaruhi kualitas hidup penderita
e. Bell’s palsy tidak mempengaruhi penampilan dan ekspresi wajah penderitanya.
25. Latihan otot wajah dapat dilakukan dengan cara, kecuali
a. Gerakan membuka mata
b. Meniup dan bersiul
c. Menaikkan alis
d. Tersenyum
e. Gerakan seperti hidung mencium bau
26. Bell’s palsy mempengaruhi kemampuan fungsional sebagai berikut, kecuali
a. Menutup mata
b. Minum air degan sedotan
c. Mengunyah dan berbicara
d. Berekspresi dan tersenyum
e. Mobilisasi
27. Program rehabilitasi medik Bell’s Palsy dapat berupa
a. Kortikosteroid, antivirus
b. Kortikosteroid, antivirus, facial exercises
c. Kortikosteroid, antivirus, facial exercises, elektrostimulasi
d. Kortikosteroid, antivirus, akupuntur
e. Facial exercises saja
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 108
28. Berikut ini adalah pernyataan yang benar terkait tatalaksana Bell’s Palsy
a. Dapat ditatalaksana dengan program rehabilitasi medik
b. Facial exercises mengurangi waktu penyembuhan
c. Pemeriksaan darah lengkap selalu diperlukan untuk melihat kemungkinan penyebab
d. Antivirus selalu diberikan
e. Kortikosteroid tidak diperlukan di fase akut
29. Perawatan pasien rehabilitasi bersifat holistic meliputi :
a. fisik, mental, sosial dan spiritual
b. mental, spiritual dan sosial
c. emosional, fisik, mental dan psikologis
d. spiritual, fisik, mental dan psikologis
e. fisik, sosial dan spiritual.
30. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi merupakan konsep layanan yang
menyeluruh(comprehensive), meliputi :
a. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan,
b. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap
c. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap
dan layanan tambahan (home care)
d. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap,
layanan tambahan (home care) dan on call
e. rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap dan layanan tambahan (home
care).
SOAL MI.4
RUJUKAN LAYANAN REHABILITASI MEDIK
1. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata I adalah, kecuali:
a. RS kelas D
b. RS kelas C
c. Puskesmas
d. Klinik rehabilitasi
e. RS kelas B
2. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata II adalah:
a. RS kelas B Pendidikan
b. RS kelas B Non Pendidikan
c. RS kelas A Pendidikan
d. RS kelas A nonpendidikan
e. Klinik rehabilitasi
3. Strata II memberikan layanan rehabilitasi sekunder yang mencakup dibawah ini,
kecuali:
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 109
a. Layanan rehabilitasi spesialistik;
b. Layanan fisioterapi dengan peralatan dasar;
c. Layanan terapi okupasi dengan peralatan dasar;
d. Layanan ortotik-prostetik dengan bengkel sendiri;
e. Layanan diberikan oleh dokter spesialis KFR, terapis (fisioterapis, terapis okupasi,
ortotik-prostetik), dan perawat rehabilitasi medik.
4. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata III B adalah, kecuali:
a. RS kelas B pendidikan
b. RS kelas A Pendidikan
c. RS kelas A nonPendidikan
d. Pusat Rujukan Nasional
e. RS kelas C pendidikan
5. Pelayanan rehabilitasi medik dasar berada pada:
a. Srata I
b. Strata II
c. Strata III
d. Strata IIIA
e. Strata IIIB
6. Pelayanan rehabilitasi medis spesialistik berada pada, kecuali :
a. Strata II
b. Strata III A
c. Strata III B
d. Pusat rujukan nasional
e. Strata I
7. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas
Kesehatan tingkat / strata I:
a. Dokter spesialis KFR
b. Ortotik prostetik
c. Terapis wicara
d. Dokter umum terlatih
e. Petugas sosial medik
8. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas
Kesehatan tingkat / strata II kecuali:
a. Dokter spesialis KFR
b. Fisioterapis
c. Terapis okupasi
d. Terapis wicara
e. Ortotik prostetik
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 110
9. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas
Kesehatan tingkat/ strata III kecuali:
a. Dokter spesialis KFR
b. Fisioterapis
c. Psikolog
d. Petugas sosial medik
e. Dokter umum terlatih
10. Bengkel ortotik prostetik terdapat di fasilitas Kesehatan tingkat/ strata:
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Pertama dan kedua
e. Kedua dan ketiga
11. Yang termasuk pelayanan rehabilitasi medik pada strata II adalah:
a. Layanan rehabilitasi subspesialistik
b. Layanan fisioterapi dengan alat lengkap
c. Layanan terapi okupasi dengan alat lengkap
d. Layanan terapi wicara dengan alat lengkap
e. Layanan psikologi
12. Yang termasuk pelayanan rehabilitasi medik pada strata III adalah :
a. Layanan rehabilitasi subspesialistik
b. Layanan ortotik-prostetik dengan bengkel;
c. Layanan psikologi;
d. Layanan sosial medik.
e. Layanan dokter umum terlatih
13. Layanan rehabilitasi medik yang merupakan pusat rujukan tertinggi adalah:
a. Strata I
b. Strata II
c. Strata III
d. Strata IIIA
e. Strata IIIB
14. Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan dalam kondisi berikut kecuali:
a. Pasien membutuhkan pelayana spesialistik
b. Pasien membutuhkan pelayanan subspesialistik
c. Permintaan pasien
d. Keterbatasan fasilitas
e. Keterbatasan ketenagaan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 111
15. Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi ke tingkat pelayanan yang lebih
rendah (rujukan balik) dilakukan apabila:
a. Sudah melewati 3 bulan terapi pada tingkat pelayanan yang lebih tinggi
b. Sudah melewati 6 bulan terapi pada tingkat pelayanan yang lebih tinggi
c. Permintaan pasien
d. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan Kesehatan
yang lebih rendah sesuai kompetensi dan kewenangannya
e. Permasalahan kesehatan pasien tidak mengalami perbaikan
16. Yang harus diisi pada formulir rujukan adalah, kecuali:
a. Identitas pasien
b. Tanggal rujukan
c. Diagnosis pasien
d. Indikasi rujukan
e. Tanggapan keluarga pasien
17. Berikut merupakan red flag pada LBP, kecuali:
a. Cauda equina syndrome
b. Cancer
c. Canal stenosis
d. Scoliosis
e. Ankylosing spondilitis
18. Salah satu indikasi rujukan pada kasus LBP adalah:
a. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6x sesi terapi (2x seminggu) atau 3 minggu
b. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6x sesi terapi (3x seminggu) atau 2 minggu
c. Tidak ada perbaikan gejala setelah 3 bulan terapi
d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 bulan terapi
e. Pasien dengan yellow flag
19. Berikut merupakan komplikasi/penyulit dari stoke kecuali:
a. Spastisitas
b. Pemendekan otot
c. Kekakuan sendi
d. Nyeri
e. Sulit membuka mata
20. Berikut yang bukan merupakan indikasi rujukan pada kasus stroke adalah:
a. Stroke akut dengan penyulit
b. Stroke subakut dengan penyulit
c. Stroke subakut tanpa penyulit
d. Stroke kronik dengan penyulit
e. Stroke akut
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 112
21. Salah satu indikasi rujukan pada kasus Bell’s palsy adalah kecuali:
a. Kornea ulserasi
b. Kelemahan otot wajah permanen
c. Sinkinetik mata dan mulut
d. Kesulitan menelan
e. Grading tidak membaik setelah pengobatan
22. Berikut merupakan komplikasi/ penyulit dari kasus bells palsy:
a. Presbiopi
b. Nyeri
c. Kekakuan sendi
d. Sinkinetik mata dan mulut
e. Pemendekan otot
23. Salah satu indikasi rujukan pada kasus fraktur adalah:
a. Fraktur comminuted
b. Nyeri akibat fraktur
c. Fraktur dengan riwayat hipertensi
d. Fraktur pada anak-anak
e. Fraktur patologis
24. Berikut yang bukan merupakan kasus fraktur dengan masalah khusus:
a. Myositis ossificans
b. Atrofi otot
c. Sympathetic dystrophy reflex
d. Fraktur panggul
e. Fraktur pada anak
25. Salah satu indikasi rujukan pada kasus OA Genu adalah:
a. OA genu dengan hipertensi
b. OA genu dengan BMI overweight
c. OA genu pada usia > 70 tahun
d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 4 sesi terapi (2x per minggu) atau2 minggu
e. OA genu dengan nyeri kronik
26. Berikut merupakan komplikasi/ penyulit dari kasus OA genu:
a. OA genu dengan pada usia tua
b. OA genu dengan hipertensi
c. OA genu dengan osteofit
d. OA genu dengan penyempitan sendi
e. OA genu dengan deformitas genu varus
27. Rujukan balik ke layanan fasilitas kesehatan yang lebih rendah dapat dilakukan karena :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan
yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 113
b. kewenangan dan kompetensi DPJP dalam merujuk
c. pelayanan kesehatan pasien dapat dicoba ditingkat lebih rendah agar efisien dalam
segi pembiayaan.
d. Pengawasan di pelayanan kesehatan yang lebih rendah lebih mudah.
e. Masa waktu surat rujukan sudah habis
28. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur :
a. perintah tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal
b. pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal
c. penunjukan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal
d. pengambilalihan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal
e. penggantian tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal
29. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien tidak membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
b. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
c. perujuk dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan
d. perujuk dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
e. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan
30. Berikut adalah benar tentang Rehabilitasi Medik Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik
di Rumah Sakit, kecuali :
a. Penegakkan diagnosis medik dan fungsional oleh Dokter SpKFR sebagai DPJP.
b. Program tatalaksana Rehabilitasi Medik oleh PPA Rehabilitasi Medik.
c. Evaluasi program terapi oleh Dokter SpKFR dan PPA Rehabilitasi Medik yang lain.
d. Melanjutkan atau pengakhiran program oleh Dokter SpKFR
e. Rujukan balik ke layanan fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
SOAL MI. 5
LAPORAN DAN PENDOKUMENTASIAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSI
PASIEN REHABILITASI MEDIK
1. Yang harus dituliskan pada form laporan kasus adalah, kecuali:
a. Identitas pasien
b. Tatalaksana KFR
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 114
c. Tatalaksana medis
d. Tanggal rawat inap
e. Anamnesis
2. Koding tatalaksana rehabilitasi medik yang harus dituliskan pada form laporan kasus
berdasarkan
a. ICD 10
b. ICD 9 CM
c. ICF
d. ICD 8
e. ICD 7
3. Frekuensi pelaporan dilakukan
a. Setiap bulan sekali
b. Setiap minggu
c. Setiap hari
d. Setiap 6 bulan
e. Setiap tahun
4. Pelaporan dilakukan oleh
a. Perawat
b. Terapis wicara
c. Fisioterapis
d. Dokter umum
e. Dokter umum yang bersertifikasi
5. Koding diagnosis medis yang harus dituliskan pada form laporan kasus berdasarkan
a. ICD 10
b. ICD 9 CM
c. ICF
d. ICD 8
e. ICD 7
6. Koding gangguan fungsi yang harus dituliskan pada form pelaporan kasus berdasarkan
a. ICD 10
b. ICD 9 CM
c. ICF
d. ICD 8
e. ICD 7
7. Pelaporan diperlukan untuk diberikan dan diperiksa oleh
a. Dokter SpKFR
b. Direktur Rumah Sakit
c. Instalasi Rehabilitasi Medik
d. Dokter SpKFR yang melakukan supervisi
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 115
e. Dinas Kesehatan
8. Form pelaporan kasus ditandatangani oleh
a. Dokter SpKFR
b. Direktur Rumah Sakit
c. Fisioterapis
d. Dokter SpKFR yang melakukan supervisi
e. Dokter umum yang tersertifikasi
9. Rehabilitasi medik adalah kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui
tindakan medik agar dapat…
a. Menjalani hidup dengan normal
b. Menjaga fungsi tubuh
c. Mencapai kesembuhan total
d. Mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin
e. Memperbaiki anatomi tubuh pasien semaksimal mungkin
10. Berikut merupakan tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus Frozen shoulder,
kecuali…
a. daerah sendi kemerahan dan bengkak
b. nyeri saat sendi digerakkan
c. tidak nyeri tekan
d. spasme otot
e. sendi bahu sulit digerakkan
11. Kondisi pasien dengan nyeri punggung bawah di bawah ini perlu untuk dirujuk ke dokter
spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, kecuali…
a. Adanya spasme otot
b. Adanya keluhan retensi urin
c. Adanya penurunan BB
d. Adanya rasa nyeri yang menjalar
e. Adanya defisit neurologis
12. Edukasi yang benar untuk pasien dengan osteosrthritis genu adalah…
a. Latihan dengan banyak melakukan naik-turun tangga
b. Motivasi untuk meningkatkan berat badan
c. Menganjurkan untuk banyak menekuk lutut saat naik tangga
d. Latihan aerobik dengan berenang
e. Edukasi latihan penguatan otot kuadrisep dengan berlari
13. Berikut merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada sindroma dekondisi…
a. Peningkatan nafsu makan
b. Deep Vein Thrombosis
c. Hipoglikemia
d. Peningkatan massa otot
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 116
e. Peningkatan kapasitas intelektual
14. Kemandirian fungsional seorang pasien merupakan....dalam bagian tugas dan peran
seorang SpKFR:
a. Asesmen/uji fungsi
b. Goal jangka pendek
c. Goal jangka panjang
d. Tata laksana program rehabilitasi
e. Evaluasi program rehabilitasi
15. Dalam konsep dasar fungsi, disabilitas dan kesehatan dengan model sosial, identifikasi
fokus masalah disabilitas adalah hambatan dalam hal berikut, KECUALI:
a. lingkungan fisik/sosial
b. diskriminasi sosial/ lingkungan,
c. prasangka dan stigmatisasi
d. ketidakmampuan melakukan aktifitas personal sehari-hari
e. pasien bergantung pada pelayanan kesehatan/profesional lainnya
16. Berikut beberapa pemeriksaan terkait kasus Cerebral Palsy, kecuali…
a. menanyakan faktor resiko pre natal, natal, dan post natal
b. pemeriksaan antropometri
c. pemeriksaan lingkup gerak sendi
d. pemeriksaan refleks primitif
e. pemeriksaan x-foto thorax
17. Program rehabilitasi Stroke fase akut bertujuan untuk…
a. mengembalikan kemampuan aktivitas sehari-hari
b. mengembalikan pola gerak senormal mungkin
c. mempertahankan pencapaian fungsional yang telah dicapai
d. mencegah serangan berikutnya
e. mencegah pemendekan otot
18. Program rehabilitasi stroke fase akut salah satunya yaitu melakukan posturing positioning
yang tepat dengan posisi miring yang optimal yaitu dengan kemiringan tubuh sebesar…
a. 60o
b. 45o
c. 135o
d. 30o
e. 15o
19. Indikasi merujuk kepada Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada kasus
asma bronkial yaitu…
a. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (1 x per minggu) atau 6 minggu
b. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (2 x per minggu) atau 3 minggu
c. Tidak ada perbaikan gejala setelah 8 sesi terapi (2 x per minggu) atau 4 minggu
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 117
d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (3 x per minggu) atau 2 minggu
e. Tidak ada perbaikan gejala setelah 8 sesi terapi (4 x per minggu) atau 2 minggu
20. Anak dengan usia 8 bulan perlu dicurigai terdapat keterlambatan dalam fungsi bicara-
bahasa bila ditemukan gejala berikut, seperti…
a. Berespon secara konsisten terhadap percakapan yang lembut dan bunyi di
lingkungan
b. Bicara kurang dari 10 kata
c. menirukan bunyi/tindakan baru
d. Tidak dapat “babbling” atau bisa dengan sedikit/ tanpa konsonan
e. Mengulang “babbling” (“bababa”, “mama-mama”), permainan vokal dengan pola
intonasi, berbagai bunyi yang berbentuk kata
21. Prinsip tatalaksana rehabilitasi OA Genu :
a. Rehabilitasi dilakukan sampai pasien bebas nyeri
b. Pasien dengan deformitas dimotivasi untuk operasi
c. Pasien mampu melakukan aktivitas hidup keseharian dengan nyeri minimal
d. Pasien sebaiknya latihan jalan tanpa alat bantu
e. Rehabilitasi tidak mampu memperlambat progresifitas penyakit
22. Pasien dengan OA Genu sebaiknya dilakukan uji fungsi untuk menilai fungsional sebagai
berikut:
a. Berat badan dan komposisi tubuh
b. Luas gerak sendi
c. Riwayat keluarga
d. Asesmen hormonal
e. Psikologis
23. Gangguan Fungsional pada LBP, kecuali
a. Gangguan mobilisasi
b. Gangguan ambulasi
c. Keterbatasan LGS
d. Keterbatasan ADL
e. Gangguan menelan
24. Pemeriksaan fisik dasar pada LBP, kecuali
a. Inspeksi postur
b. Palpasi area yang nyeri saja
c. Pemeriksaan LGS
d. Pemeriksan Neurologi
e. SLR Test
25. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien dengan OA Genu
adalah sebagai berikut, KECUALI:
a. Nyeri pada pasien berusia > 50 tahun
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 118
b. Nyeri berkurang dengan posisi tidur
c. Kaku pagi hari > 30 menit
d. Obesitas
e. Deformitas genu
26. Gangguan fungsional yang terjadi akibat OA Genu diantaranya adalah
a. Nyeri
b. Perbedaan panjang tungkai
c. Spastisitas
d. Gangguan mobilisasi
e. Perlu tongkat untuk berjalan
27. Jenis alat bantu jalan yang direkomendasikan pada pasien usia lanjut sehat dengan fraktur
femur adalah :
a. Tongkat (single cane)
b. Axillary bilateral crutches
c. Walker
d. Lofstrand crutches
e. Kursi roda
28. Akibat amputasi yang diderita, seorang pekerja lapangan harus beralih ke aktivitas
admisnistratif. Maka anggota tim Rehabilitasi yang menghubungi instansi pasien adalah:
a. SpKFR
b. Fisioterapis
c. Terapis Okupasi
d. Psikolog
e. Pekerja Sosial Medik
29. Penegakkan diagnosis medik dan fungsional dilakukan oleh
a. Dokter SpKFR
b. Dokter
c. Dokter Spesialis lain
d. Dokter dan dokter gigi
e. Dokter Spesialis lain yang ditunjuk Direktur RS
30. Pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit atau Klinik Utama dapat diberikan setelah
mendapat surat rujukan dari, kecuali :
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
b. Puskesmas
c. Klinik Pratama
d. Dokter Keluarga
e. Asuransi Kesehatan
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 119
Lampiran 33.
KUNCI JAWABAN PRETEST & POSTTEST
TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK
BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C
KUNCI JAWABAN MD.1
FILOSOFI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
1. E
2. D
3. E
4. D
5. B
6. A
7. B
8. E
9. E
10. D
11. A
12. A
13. C
14. E
15. B
KUNCI JAWABAN MD.2
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH
SAKIT KELAS C
1. A
2. A
3. E
4. D
5. A
6. A
7. A
8. A
9. B
10. C
11. C
12. D
13. D
14. E
15. E
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 120
KUNCI JAWABAN MD.3
ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN
1. C
2. D
3. A
4. C
5. C
6. B
7. C
8. A
9. D
10. A
11. C
12. E
13. C
14. D
15. D
KUNCI JAWABAN MI.1
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
1. C
2. E
3. A
4. E
5. E
6. E
7. B
8. D
9. A
10. A
11. C
12. A
13. B
14. A
15. A
16. D
17. D
18. A
19. E
20. A
21. E
22. E
23. E
24. D
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 121
25. A
26. B
27. E
28. B
29. D
30. D
KUNCI JAWABAN MI.2
PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN
INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING, DISABILITY, AND
HEALTH (ICF)
1. C
2. B
3. B
4. B
5. D
6. D
7. A
8. B
9. C
10. E
11. B
12. D
13. A
14. E
15. B
16. B
17. D
18. D
19. C
20. D
21. A
22. D
23. E
24. A
25. E
26. D
27. C
28. D
29. E
30. A
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 122
KUNCI JAWABAN MI.3
TATALAKSANA REHABILITASI MEDIK DI FKTL RUMAH SAKIT KELAS C
1. A
2. D
3. B
4. C
5. A
6. A
7. B
8. B
9. A
10. E
11. B
12. D
13. A
14. A
15. C
16. C
17. B
18. C
19. E
20. B
21. A
22. D
23. D
24. A
25. A
26. D
27. C
28. A
29. A
30. C
KUNCI JAWABAN MI 4.
RUJUKAN LAYANAN REHABILITASI MEDIK
1. E
2. B
3. E
4. D
5. A
6. E
7. D
8. D
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 123
9. E
10. C
11. B
12. E
13. E
14. C
15. D
16. E
17. D
18. A
19. E
20. E
21. D
22. D
23. E
24. E
25. E
26. E
27. A
28. B
29. E
30. E
KUNCI JAWABAN MI 5.
LAPORAN DAN PENDOKUMENTASIAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSI
PASIEN REHABILITASI MEDIK
1. D
2. B
3. A
4. E
5. A
6. A
7. D
8. E
9. D
10. C
11. A
12. D
13. B
14. C
15. D
16. E
17. E
18. C
19. B
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 124
20. D
21. C
22. B
23. E
24. B
25. C
26. D
27. C
28. E
29. A
30. E
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 125
Lampiran 34.
MASTER JADWAL
PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN
REHABILITASI MEDIK BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C
WAKTU MATERI WAKTU
(JPL)
PELATIH/
ADMINISTRATOR
Hari 1 T P PL
10.00 - 14.00 Pendaftaran Peserta
Panitia
14.00 - 14.30 Pretest
Pengendali Pelatihan
14.30 - 14.45 Pembukaan Acara
Panitia
14.45 - 15.00 Coffee Break
15.00 - 17.15 Membangun Komitmen Pembelajaran/
BLC
0 3 Pengendali Pelatihan
17.15 Istirahat
Panitia
Hari 2
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 10.30 Filosofi Kedokteran fisik dan
rehabilitasi
3 0 Tim
10.30 - 10.45 Coffee Break
10.45 - 13.00 Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan di RS Kelas C
3 0 Tim
13.00 - 14.00 ISHOMA
14.00 – 16.15 Etika dan Medikolegal Kedokteran 3
Tim
16.15 - 16.30 Coffee Break
16.30 – 18.00 Etika dan Medikolegal Kedokteran
(Lanjutan)
2 Tim
18.00 Istirahat
Panitia
Hari 3
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 09.45 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi 2
Tim
09.45 - 10.00 Coffee Break
10.00 - 13.00 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(Lanjutan)
4 Tim
13.00 - 14.00 ISHOMA
14.00 - 16.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF)
3
Tim
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 126
16.15 - 16.30 Coffee Break
16.30 - 18.00 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF) (Lanjutan)
2
Tim
18.00 Istirahat
Panitia
Hari 4
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 09.45 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF) (Lanjutan)
2 Tim
09.45 - 10.00 Coffee Break
10.00 - 11.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF) (Lanjutan)
2 Tim
11.30 - 12.30 ISHOMA
12.30 - 15.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF) (Lanjutan)
4 Tim
15.30 - 15.45 Coffee Break
15.45 - 17.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International Classification
of Functioning, Disability and Health
(ICF) (Lanjutan)
2 Tim
17.15 Istirahat
Panitia
Hari 5
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 09.45 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) (Lanjutan)
2 Tim
09.45 - 10.00 Coffee Break
10.00 - 12.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) (Lanjutan)
3 Tim
12.15 - 13.15 ISHOMA
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 127
13.15 - 15.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) (Lanjutan)
3 Tim
15.30 - 15.45 Coffee Break
15.45 - 17.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) (Lanjutan)
2 Tim
17.15 Istirahat
Panitia
Hari 6
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 10.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C
3
Tim
10.30 - 10.45 Coffee Break
10.45 - 12.15 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)
2 Tim
12.15 - 13.15 ISHOMA
13.15 - 15.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)
3 Tim
15.30 - 15.45 Coffee Break
15.45 - 17.15 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)
2 Tim
17.15 Istirahat
Panitia
Hari 7
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 09.45 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)
2 Tim
09.45 - 10.00 Coffee Break
10.00 - 11.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di
FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)
2 Tim
11.30 - 13.00 Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik 2
Tim
13.00 - 14.00 ISHOMA
14.00 - 16.15 Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik
(Lanjutan)
3 Tim
16.15 - 16.30 Coffee Break
16.30 - 17.15 Laporan dan pendokumentasian
tatalaksana gangguan fungsi pasien
rehabilitasi medik
1
Tim
17.15 Istirahat Panitia
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 128
Hari 8
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 09.45 Laporan dan pendokumentasian
tatalaksana gangguan fungsi pasien
rehabilitasi medik (Lanjutan)
2 Tim
09.45 - 10.00 Coffee Break
10.00 - 12.00 Praktek Lapangan
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF).
2 Tim
12.00 - 13.00 ISHOMA
13.00 - 15.00 Praktek Lapangan
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF). (Lanjutan)
2 Tim
15.00 Istirahat
Panitia
Hari 9
08.00 - 08.15 Refleksi
Pengendali Pelatihan
08.15 - 12.15 Praktek Lapangan
Penegakkan diagnosis gangguan fungsi
berdasarkan International
Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF). (Lanjutan)
4 Tim
12.15 - 13.15 ISHOMA
13.15 - 15.30 MP- Anti Korupsi 2 1 BPPSDMKes
15.30 - 15.45 Coffee Break
15.45 - 17.15 RTL 0 2 Pengendali Pelatihan
17.15 Istirahat
Panitia
Hari 10
08.00 - 09.30 Post test dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pengendali Pelatihan
09.30 - 11.00 Penutupan
Panitia
TOTAL 24 48 8
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 129
Lampiran 35.
PENILAIAN TERHADAP PELATIH/FASILITATOR
Nama Fasilitator :
Materi Yang di Ajarkan :
Hari/Tanggal :
Waktu/Jam :
Tulislah tanda centang ( ) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai
NO NILAI 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
1. Penanpilan dan kerapian
2. Ketepatan Waktu
3. Kesiapan dalam mengajar
4. Kesabaran dalam mengajar
5. Kesopanan Pengajar
6. Alur Sisitimatik Pengajaran
7. Penguasaan Materi
8. Kemampuan memotivasi Peserta
didik
9. Kemampuan Menjawab pertanyaan
10. Pencapaian tujuan pembelajaran
umum
11. Keadilan di dalam membimbing
peserta
12. Kesinnambungan dalam menjelaskan
materi
13. Ketepatan dalam mengakhiri
pengajaran
14. Pemberi Tugas untuk Memahami
Materi
15. Kejelasan tugas untuk memahami
materi
16. Perhatian terhadap tingkat kesulitan
peserta
Keterangan: 45 – 55 (Kurang), 56 – 75 (Sedang), 76 – 86 ke atas (Sangat Baik)
Saran :
….............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................. …
………………………………………………………………………………………………………………………
……………..
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 130
Lampiran 36.
EVALUASI PENYELENGGARA PELATIHAN
Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini:
NO HAL-HAL YANG DI EVALUASI KURANG CUKUP BAIK SANGAT
BAIK
1 Pengalaman belajar dalam pelatihan ini
2 Rata-rata penggunaan metoda pembelajaran
oleh pengajar
3 Tingkat semangat belajar (motivasi) Saudara
untuk mengikuti program latihan
4 Tingkat kepuasan Saudara terhadap
penyelenggaraan proses belajar mengajar
5 Kenyamanan ruang belajar
6 Penyediaan alat bantu pelatihan didalam kelas
7 Penyediaan dan pelayanan bahan belajar
(seperti, penggandaan, bahan diskusi)
8 Penyediaan dan kebersihan kamar kecil
9 Pelayanan secretariat
10 Penyediaan pelayanan akomodasi
11 Penyediaan dan pelayanan konsumsi
Saran / Komentar Anda mengenai
▪ Fasilitator……………………………..
▪ Penyelenggaraan / Pelayanan Panitia………………………….
▪ MOT………………………………………..
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik
Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 131
Hal-hal yang dirasakan membantu maupun menghambat dalam kegiatan pelatihan ini
YANG DIRASAKAN MEMBANTU YANG DIRASAKAN MENGHAMBAT
MATERI YANG RELEVAN
DALAM PELATIHAN INI
MATERI YANG KURANG RELEVAN
DALAM PELATIHAN INI