KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

132
KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA PB PERDOSRI 2019

Transcript of KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Page 1: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

KURIKULUM PELATIHAN

TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK

BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

PB PERDOSRI

2019

Page 2: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 1

Tim Penyusun

Penasehat

Prof. Dr. dr. Angela B. M. Tulaar, SpKFR(K)

Prof. Dr. dr. Hening Laswati Putra, Sp.KFR(K)

Dr. dr. Tirza Z Tamin, Sp. KFR (K)

Penanggung Jawab

dr. Ellyana Sungkar, Sp.KFR

Tim Pembahas

dr. A.V. Fanny Aliwarga, Sp.KFR

dr. Deasy Herminawati, Sp.KFR

dr. Ellyana Sungkar, Sp.KFR

dr. I Putu Alit Pawana, Sp.KFR(K)

Dr. dr. Marina Indriasari, Sp.KFR

dr. Retno Savitri Koeswardhani, Sp.KFR

dr. Rigina Nilandrani, Sp.KFR

dr. Rima Natasha Hartanto, Sp.KFR

Dr. dr. Rita V. Pane, Sp.KFR, FIPP

dr. Tanti Ajoe Kesoema, Sp.KFR (K), M.Si.Med

dr. Tresia F.U. Tambunan, Sp.KFR

dr. Virmandiani, Sp.KFR

Dr. dr. Vitriana, Sp.KFR(K)

Masnapita, SKM, MKM (Puslat SDM Kesehatan)

Page 3: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 2

DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

A. Latar Belakang .................................................................................................... 3

B. Filosofi Pelatihan ................................................................................................ 4

BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI ......................................................... 5

A. Peran ................................................................................................................... 5

B. Fungsi .................................................................................................................. 5

C. Kompetensi ......................................................................................................... 5

BAB III TUJUAN PELATIHAN .................................................................................... 6

A. Tujuan Umum ..................................................................................................... 6

B. Tujuan Khusus .................................................................................................... 6

BAB IV STRUKTUR PROGRAM ................................................................................. 7

BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN ............................. 8

BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN ...................................................... 20

BAB VII PESERTA DAN PELATIH ............................................................................ 24

A. Peserta ................................................................................................................. 24

B. Pelatih dan Instruktur .......................................................................................... 24

BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN .............. 25

A. Penyelenggara ..................................................................................................... 25

B. Tempat Penyelenggaraan .................................................................................... 25

BAB IX EVALUASI ........................................................................................................ 26

BAB X SERTIFIKASI ..................................................................................................... 27

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 28

A. Panduan Penugasan ............................................................................................. 29

B. Instrumen Evaluasi Peserta ................................................................................. 82

C. Master Jadwal...................................................................................................... 124

Page 4: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi “sehat” menurut WHO, adalah suatu keadaan dimana kondisi fisik, mental dan

sosial dalam keadaan berfungsi dengan baik, tidak hanya terbebas dari penyakit atau

kelemahan fisik atau mental. Dengan demikian maka dalam penanganan masalah

kesehatan pasien, perlu diupayakan sampai tercapainya kemampuan fungsional

seoptimal mungkin. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang dokter di fasilitas

kesehatan tingkat lanjut untuk mengerti mengenai asesmen, penegakkan diagnosa

fungsional serta tatalaksana yang komprehensif sesuai dengan level kompetensinya.

Pedoman kurikulum Dokter Umum yang tertuang di dalam Standar Kompetensi Dokter

Indonesia tahun 2012, sudah membahas mengenai pentingnya seorang Dokter di

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) untuk memahami cara melakukan asesmen

sederhana pada status fungsional seorang pasien, serta upaya pencegahan terjadinya

disabilitas. Namun karena keterbatasan waktu dan padatnya muatan kurikulum Dokter

Umum, maka pengetahuan dan keterampilan mengenai Analisa status fungsional serta

prinsip penanganannya, dirasa belum memadai sebagai bekal dalam melakukan

pelayanan kesehatan.

Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), maka semakin dirasakan perlunya upaya

untuk mencegah terjadinya disabilitas pada pasien, sehingga dapat tercapai kualitas

Sumber Daya Manusia yang lebih optimal.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia memiliki

kewajiban untuk memberi pelatihan kepada Dokter Umum, agar dapat memiliki

kompetensi dalam melakukan Analisa fungsi tubuh mendasar, serta memiliki

kemampuan melakukan prinsip tindakan pencegahan terjadinya penurunan fungsi pada

pasien yang dirawat. Pelatihan kepada Dokter Umum telah dilakukan sepanjang tahun

2017 di beberapa kota di Pulau Jawa.

Data dari Program Perlindungan dan Layanan Sosial Tahun 2012 dan Survei Ekonomi

Sosial Tahun 2012 menunjukkan bahwa angka disabilitas di Indonesia semakin

meningkat yaitu mencapai 2.45% dari jumlah penduduk Indonesia di tahun tersebut.

Data tersebut didukung dengan kenyataan berupa berkembangnya dinamika

permasalahan yang dihadapi dalam era JKN yang dikelola oleh Badan Penyelanggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, yaitu didapati tingginya prevalensi masalah

kesehatan yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi, dan memerlukan biaya

pelayanan kesehatan yang sangat tinggi. Di samping itu juga ditemukan fakta bahwa

jumlah dan distribusi Dokter SpKFR belum memadai, untuk menangani masalah

kesehatan yang menyebabkan penurunan fungsi.

Sebagai upaya mengatasi masalah tersebut, maka diterbitkan Peraturan Direktur BPJS

Nomor 5 tahun 2018, dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan akan Dokter

SpKFR, yang tertuang di Pasal 5, yaitu; dalam hal tidak terdapat Dokter SpKFR dalam

satu kabupaten/kota, maka dokter yang melakukan praktek Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi terbatas sesuai kewenangan dan kompetensi, maka pelayanan tersebut dapat

dijamin BPJS Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut; a) memiliki sertifikat dari

Page 5: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 4

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kementerian Kesehatan dan

Perhimpunan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia. b) ditetapkan melalui

keputusan manajemen rumah sakit yang diketahui oleh Perhimpunan Kedokteran Fisik

dan Rehabilitasi Indonesia, dan c) telah dilakukan supervisi dokter spesialis kedokteran

fisik dan rehabilitasi di masingmasing wilayah paling sedikit 1 (satu) kali setiap bulan.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, yaitu kurang dan tidak meratanya pelayanan

Dokter SpKFR, serta menindaklanjuti Perdir BPJS No 05/2018, maka perlu dibuat

Program Pelatihan untuk menambahkan Kompetensi Dokter Umum sesuai kewenangan

dan kompetensi Dokter SpKFR yang terbatas.

Pelatihan dokter umum ini diselenggarakan karena belum adanya kompetensi terkait

tatalaksana gangguan fungsional. Berdasarkan UU 36/ Permenkes 725, Kurikulum harus

menjadi acuan bagi penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan ini.

B. Filosofi Pelatihan

1. Pelatihan ini diselenggarakan berdasarkan pendekatan :

a. Pembelajaran orang dewasa (Adult Learning), yakni proses pelatihan yang

diselenggarakan dengan karakteristik :

b. Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat, dan

kecepatan yang sesuai untuk dirinya

c. Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya

belajar secara efektif

d. Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan

penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif.

2. Proses pelatihan memperhatikan hak peserta selama pelatihan, antara lain :

a. Dihargai keberadaannya selama menjadi peserta pelatihan

b. Didengarkan dan dihargai pengalamannya terkait dengan materi pelatihan

c. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di dalam konteks

pelatihan

3. Pelatihan ini merupakan suatu upaya untuk pemberian wewenang sementara

sehingga dapat meningkatkan kemampuan secara perorangan dibidang layanan

kedokteran fisik dan rehabilitasi dasar

4. Proses pembelajaran diberikan melalui pelatihan yang berkaitan untuk

meningkatkan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan

layanan di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi medik

5. Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti yang

bersangkutan telah mengikuti pelatihan secara lengkap untuk menjalankan

wewenangnya

Page 6: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 5

BAB II

PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI

A. Peran

Setelah mengikuti pelatihan peserta berperan sebagai dokter umum penatalaksana

gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C.

B. Fungsi

Dalam melaksanakan perannya peserta memiliki fungsi yaitu melakukan tatalaksana

gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C.

C. Kompetensi

Untuk menjalankan fungsinya, peserta mempunyai kompetensi dalam:

1. Menegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF).

2. Menentukan tatalaksana rehabilitasi medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

3. Melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik

4. Membuat laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien

rehabilitasi medik.

Page 7: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 6

BAB III

TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu melakukan tatalaksana gangguan fungsional

pada pasien rehabilitasi medik di Rumah Sakit Kelas C sesuai dengan kewenangannya.

B. Tujuan Khusus

Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu:

1. Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi.

2. Menegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF).

3. Menentukan tatalaksana rehabilitasi medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

4. Melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik

5. Membuat laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien

rehabilitasi medik.

Page 8: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 7

BAB IV

STRUKTUR PROGRAM

NO MATERI WAKTU

T P PL JML

A MATERI DASAR

1. Filosofi Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi 3 0 0 3

2. Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Di

Rumah Sakit Kelas C 3 0 0 3

3. Etika dan Medikolegal Kedokteran 3 2 0 5

Subtotal 9 2 0 11

B MATERI INTI

1. Komunikasi, informasi dan edukasi. 2 4 0 6

2. Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan

International Classification of Functioning, Disability

and Health (ICF).

5

20

8

33

3. Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit

Kelas C

3 11 0 14

4. Rujukan layanan rehabilitasi medik 2 3 0 5

5. Laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan

fungsi pasien rehabilitasi medik

1

2

0

3

Subtotal 13 40 8 61

C MATERI PENUNJANG

1. Building Learning Comitment (BLC) 0 3 0 3

2. Anti Korupsi 2 1 0 3

3. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Pengembangan

Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas C

0 2 0 2

Subtotal 2 6 0 8

TOTAL 24 48 8 80

Catatan:

• T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktek Lapangan

• Untuk T dan P, 1 JPL @ 45 menit. Untuk PL, 1 JPL @ 60 menit

Page 9: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

8

BAB V

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor: MD.1

Materi : Filosofi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

Waktu : 3 Jpl (T = 3, P = 0, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami filosofi Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan

Metode Media dan

Alat Bantu

Referensi

Setelah selesai mengikuti materi ini,

peserta mampu:

1. Menjelaskan konsep dasar fungsi,

disabilitas, dan kesehatan

2. Menjelaskan perbedaan layanan

kedokteran konvensional dengan

rehabilitative

3. Menjelaskan layanan kedokteran fisik

dan rehabilitasi bersifat komprehensif

dan interdisipliner

4. Menjelaskan batasan ilmu dan

pelayanan kedokteran fisik dan

rehabilitasi

1. Konsep dasar fungsi, disabilitas, dan

kesehatan

2. Perbedaan layanan kedokteran

konvensional dengan rehabilitative

3. Layanan kedokteran fisik dan

rehabilitasi bersifat komprehensif

dan interdisipliner

4. Batasan ilmu dan pelayanan

kedokteran fisik dan rehabilitasi

a. Batasan ilmu kedokteran fisik

dan rehabilitasi

b. Batasan pelayanan kedokteran

fisik dan rehabilitasi

• CTJ

• Bahan

• Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Tulaar ABM, Wahyuni LK, Handikin NN,

Tinduh D, Soebadi RDH, Wirawan RP et al.

Kurikulum & Modul Pelatihan Layanan

Rehabilitasi Medik untuk Dokter di Rumah

Sakit yang Belum Memiliki Dokter Spesialis

Kedokteran Fisik & Rehabilitas. 1st ed.

Jakarta: PERDOSRI; 2014.

• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani I,

Wirawan RP, Wirawan NN, Hamzah Z et al.

Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.

Jakarta: PT Adhitama Multi Kreasindo;

2013.

• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono

M, Tinduh D, Kusumastuti P,

Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu

Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Modul S1

Pendidikan Fakultas Kedokteran. 1st ed.

Jakarta: Kolegium IKFR; 2014.

Page 10: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

9

Nomor: MD.2

Materi: Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Kelas C

Waktu: 3 Jpl (T = 3, P = 0, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan

Kesehatan di Rumah Sakit Kelas C

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi ini,

peserta mampu:

1. Menjelaskan kebijakan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

2. Menjelaskan kebijakan pelayanan

rehabilitasi di Rumah Sakit Kelas C

1. Kebijakan pelayanan kesehatan

di rumah sakit

a. Sistem JKN

b. Pemerataan SpKFR

2. Kebijakan pelayanan

rehabilitasi di Rumah Sakit

Kelas C

a. Sistem Pelayanan

Rehabilitasi

Medik

b. Alur Pelayanan Rehabilitasi

Medik

c. Sistem Rujukan Rehabilitasi

Medik

• CTJ

• Bahan

• Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Kepmenkes No.129 Tahun 2008.

• Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Sistem Kesehatan

Nasional. Jakarta, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,

2009.

• Direktorat Bina Pelayanan Medik

Spesialistik Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Pedoman Peayanan Rehabilitasi

Medik di Rumah Sakit Kelas, A,

B, C dan D. Edisi ketiga. Jakarta:

• Direktorat Jendral Bina Pelayanan

Medik Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2007.

Page 11: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

10

Nomor: MD.3

Materi: Etika dan Medikolegal Kedokteran

Waktu: 5 Jpl (T = 3, P = 2, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami etika dan medikolegal Kedokteran

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan etika kedokteran

2. Menjelaskan medikolegal

kedokteran

1. Etika kedokteran

a. Pengertian etika dan moral

b. Landasan etika

c. Prinsip-prinsip dasar etika

d. Perbedaan antara etik dan kode

etik

e. Fungsi etika

2. Medikolegal kedokteran

a. Informed consent

b. Breaking bad news

c. Fraud

d. Plagiarism

e. Patient’s safety

• CTJ

• Studi

Kasus

• Bahan

Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Lembar

Kasus

• Panduan

Stusi

Kasus

• Tamin TZ, Wirawan RP,

Moeliono M, Tinduh D,

Kusumastuti P, Ratnawati A et

al. Kurikulum Ilmu Kedokteran

Fisik & Rehabilitasi Modul S1

Pendidikan Fakultas Kedokteran.

1st ed. Jakarta: Kolegium IKFR;

2014.

• Freedman B. Duty and healing.

New York: Routledge; 2008.

• Johnson L. A life-centered

approach to bioethics.

Cambridge: Cambridge

University Press; 2012.

Page 12: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

11

Nomor: MI.1

Materi: Komunikasi, Informasi, Dan Edukasi.

Waktu: 6 Jpl (T =2, P = 4, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi

gangguan fungsional pasien rehabilitasi medik

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi ini,

peserta mampu:

1. Melakukan komunikasi efektif

2. Memberikan informasi gangguan

fungsional pasien rehabilitasi

medik

3. Melakukan edukasi gangguan

fungsional pasien rehabilitasi

medik

1. Komunikasi efektif

a. Definisi

b. Tujuan

c. Bentuk

d. Jenis

e. Media komunikasi

f. Model

g. Strategi

2. Informasi gangguan fungsional

pasien rehabilitasi medik

a. Pengertian

b. Pemilihan media informasi

c. Teknik pemberian informasi

3. Edukasi gangguan fungsional

pasien rehabilitasi medik

a. Pengertian

b. Pemilihan media edukasi

c. Teknik edukasi

• CTJ

• Bermain

peran

• Bahan

• Tayang

• Modul

• Laptop/

• komputer

• LCD

• ATK

• Panduan

Bermain

Peran

• Skenario

bermain

peran

• Ceklis

bermain

peran

• Konsil Kedokteran

Indonesia. 2006. Komunikasi

Efektif Dokter-Pasien.

Jakarta.

• Kurtz, Silverman, Drapper.

1998. Teaching and Learning

Communication Skills in

Medicine.

• Mulyana, Deddy. 2001.

Komunikasi: Suatu

Pengantar. Bandung:

Penerbit Rosda.

• Prijo Saksono, Aribowo &

Sembel, Roy (2002).

Komunikasi Yang Efektif.

• Term of Reference Pelatihan

Tim KKD Komunikasi

FKUI.

2015

Page 13: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

12

Nomor: MI.2

Materi : Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi Berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and

Health (ICF)

Waktu: 33 Jpl (T =5, P =20, PL = 8)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi ini,

peserta mampu:

1. Menjelaskan kinesiologi dan

biomekanik

2. Melakukan identifikasi gangguan

fungsi berdasarkan ICF

3. Melakukan pemeriksaan fisik

sederhana rehabilitasi medik

1. Kinesiologi dan biomekanik

a. Pengertian

b. Anatomi dan fisiologi alat

gerak

c. Kinesiologi

d. Biomekanik

2. Identifikasi gangguan fungsi

berdasarkan ICF

a. Pengertian ICF

b. Pengertian gangguan fungsi

c. Anamnesis kemampuan

fungsi

3. Pemeriksaan fisik sederhana

rehabilitasi medik

a. Tanda vital

b. Asesmen nyeri

c. Kekuatan otot (MMT)

d. Lingkup gerak sendi (LGS)

• CTJ

• Simulasi

• PL

• Bahan

Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Timbangan

• Pengukur

tinggi badan

• Sphigmoman

ometer

• Stetoskop

• Termometer

• Goniometer

• Palu refleks

• ICF

• Model/

manekin

• Tulaar ABM, Wahyuni LK,

Handikin NN, Tinduh D,

Soebadi RDH, Wirawan RP

et al. Kurikulum & Modul

Pelatihan Layanan

Rehabilitasi

Medik untuk Dokter di Rumah

Sakit yang Belum Memiliki

Dokter Spesialis Kedokteran

Fisik & Rehabilitas. 1st ed.

Jakarta: PERDOSRI; 2014.

• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani

I, Wirawan RP, Wirawan NN,

Hamzah Z et al. Layanan

Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi. Jakarta: PT

Adhitama Multi Kreasindo;

2013.

• Tamin TZ, Wirawan RP,

Moeliono M, Tinduh D,

Page 14: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

13

4. Menegakkan diagnosis gangguan

fungsi berdasarkan ICF

e. Postur dan pola jalan

4. Penegakkan diagnosis fungsi

berdasarkan ICF

a. Jenis gangguan fungsi

berdasarkan ICF

b. Langkah penegakkan

diagnosa dengan ICF

• Panduan

simulasi

• Lembar

kasus

• Ceklis

simulasi

• Panduan

Praktek

Lapangan

• Ceklis

Praktek

Lapangan

• Lembar

kasus Pratek

Lapangan

Kusumastuti P, Ratnawati A et

al. Kurikulum Ilmu

Kedokteran Fisik &

Rehabilitasi Modul S1

Pendidikan Fakultas

Kedokteran. 1st ed. Jakarta:

Kolegium IKFR; 2014.

Page 15: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

14

Nomor: MI.3

Materi: Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

Waktu: 14 Jpl (T = 3, P =11, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menentukan tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan jenis tatalaksana

Rehabilitasi Medik di FKTL

Rumah Sakit Kelas C

2. Menentukan tatalaksana

Rehabilitasi Medik di FKTL

Rumah Sakit Kelas C

1. Jenis tatalaksana Rehabilitasi

Medik di FKTL Rumah Sakit

Kelas C

a. Terapi modalitas

• Pengertian

• Manfaat

• Efek samping

• Indikasi dan Kontraindikasi

b. Terapi latihan

• Pengertian

• Manfaat

• Efek samping

• Indikasi dan Kontraindikasi

2. Penentuan tatalaksana Rehabilitasi

Medik di FKTL Rumah Sakit

Kelas C

a. Karakteristik terapi

b. Rekomendasi tatalaksana

Rehabilitasi Medik di FKTL

Rumah Sakit Kelas C

• CTJ

• Studi

kasus

• Bahan

Tayang

• Video/

gambar alat

terapi

rehabilitasi

medik

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Panduan

Studi Kasus

• Lembar

Kasus

• Tulaar ABM, Wahyuni LK, Handikin

NN, Tinduh D, Soebadi RDH, Wirawan

RP et al.

Kurikulum & Modul Pelatihan Layanan

Rehabilitasi Medik untuk Dokter di

Rumah Sakit yang Belum Memiliki

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik &

Rehabilitas. 1st ed. Jakarta:

PERDOSRI; 2014.

• Tamin TZ, Suharti A, Mistivani I,

Wirawan RP, Wirawan NN,

Hamzah Z et al. Layanan

Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi. Jakarta: PT

Adhitama Multi Kreasindo; 2013.

• Tamin TZ, Wirawan RP,

Moeliono M, Tinduh D,

Kusumastuti P, Ratnawati A et al.

Kurikulum Ilmu Kedokteran Fisik

& Rehabilitasi Modul S1 Pendidikan

Fakultas Kedokteran. 1st ed. Jakarta:

Kolegium IKFR; 2014.

Page 16: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

15

Nomor: MI.4

Materi : Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

Waktu : 5 Jpl (T = 2, P = 3 , PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan rujukan layanan rehabilitasi medik

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Melakukan rujukan layanan

rehabilitasi medik

1. Rujukan layanan

rehabilitasi medik

a. Pengertian

b. Alur rujukan

berjenjang

berdasarkan severity

level

c. Pengisian format

rujukan

• CTJ

• Latihan

• Bahan

Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Form

rujukan

• Diagram alur

rujukan

berjenjang

• Lembar

kasus

• Panduan

latihan

• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono M,

Tinduh D, Kusumastuti P, Ratnawati A

et al. Kurikulum Ilmu Kedokteran Fisik

& Rehabilitasi Modul S1 Pendidikan

Fakultas Kedokteran. 1st ed. Jakarta:

Kolegium IKFR; 2014.

• Direktorat Bina Pelayanan Medik

Spesialistik Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Pedoman Peayanan

Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit

Kelas, A, B, C dan D. Edisi ketiga.

Jakarta: Direktorat Jendral Bina

Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2007.

• Wanjiru N. Factors Affecting

Implementation of Evidence Based

Practice among Physiotherapists in

MOI Teaching Refferal Hospital

Kenya. International Journal of

Physiotherapy. 2016;3(3).

Page 17: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

16

Nomor: MI.5

Materi: Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi Medik

Waktu: 3 Jpl (T = 1, P = 2, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membuat laporan dan pendokumentasian

tatalaksana gangguan fungsi pasien rehabilitasi medik

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan Metode

Media dan

Alat Bantu Referensi

Setelah selesai mengikuti materi

ini, peserta mampu:

1. Membuat laporan layanan

rehabilitasi medik

2. Melakukan pendokumentasian

layanan rehabilitasi medik

sesuai standar penulisan rekam

medis yaitu Subjective,

Objective, Assessment, Plan

(SOAP)

1. Laporan layanan rehabilitasi

medik

a. Format laporan

b. Alur laporan

c. Tatacara pengisian format

laporan

2. Dokumentasi layanan

rehabilitasi medik sesuai

standar penulisan rekam medis

(SOAP)

a. SOAP

b. Pendokumentasian sesuai

SOAP

• CTJ

• Latihan

• Bahan

• Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Panduan

latihan

• Form

Pelaporan

Kasus

• Hasil

diagnosis

dan

tatalaksana

MI.2 dan

MI.3

• Tulaar ABM, Wahyuni LK,

Handikin NN, Tinduh D, Soebadi

RDH, Wirawan RP et al.

Kurikulum & Modul Pelatihan

Layanan Rehabilitasi Medik untuk

Dokter di Rumah Sakit yang Belum

Memiliki Dokter Spesialis

Kedokteran Fisik & Rehabilitas.

1st ed. Jakarta: PERDOSRI; 2014.

• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono

M, Tinduh D, Kusumastuti P,

Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu

Kedokteran Fisik & Rehabilitasi

Modul S1 Pendidikan Fakultas

Kedokteran. 1st ed. Jakarta :

Kolegium IKFR; 2014.

• Odom-Wesley B, Brown D, Meyers

C. Documentation for medical

records. Chicago, Ill.:

American Health Information

Management Association; 2009.

Page 18: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

17

Nomor: MP.1

Materi : Building Learning Comitment (BLC)

Waktu : 3 Jpl (T = 0, P = 3, PL = 0)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar.

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan

Metode Media dan

Alat Bantu

Referensi

Setelah mengikuti materi ini, peserta

mampu:

1. Melakukan perkenalan

2. Melakukan pencairan suasana

3. Menjelaskan harapan peserta

4. Melakukan pemilihan pengurus

kelas

5. Menetapkan komitmen kelas

1. Perkenalan

2. Pencairan suasana

3. Harapan peserta

4. Pemilihan pengurus kelas

5. Komitmen kelas

• Games

• Diskusi

kelompok

• Papan flip

chart

• Kertas

flipchart

• Spidol

• Kertas HVS

• Bolpoin

• Pos It

• Panduan

diskusi

kelompok

• Pusat Pelatihan SDM

Kesehatan. Badan PPSDM

Kesehatan. Modul Pelatihan

Bagi Pelatih Kader Kesehatan.

2018

• Pusat Pelatihan SDMK Badan

PPSDM Kesehatan. Modul

TOT Promkes Bagi Kader.

2016

• Pusdiklat Aparatur BPPSDM

Kesehatan, Modul Pelatihan

Tenaga Pelatih Program

Kesehatan, Jakarta, 2011

Page 19: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

18

Nomor: MP.2

Materi : Anti Korupsi

Waktu : 3 JPL (T = 2 Jpl; P = 1 Jpl; PL = 0 Jpl)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami anti korupsi.

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan

Metode Media dan

Alat Bantu

Referensi

Setelah mengikuti materi ini,

peserta mampu:

1. Menjelaskan konsep korupsi

2. Menjelaskan tindak budaya

korupsi

3. Menjelaskan budaya anti

korupsi

4. Menjelaskan upaya pencegahan

dan pemberantasan korupsi

5. Menjelaskan cara pelaporan

dugaan pelanggaran tindak

pidana korupsi

1. Konsep korupsi

2. Tindak budaya korupsi

3. Budaya anti korupsi

4. Upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi

5. Cara pelaporan dugaan

pelanggaran tindak pidana

korupsi

• CTJ

• Diskusi

kelompok

• Bahan

• Tayang

• Modul

• Laptop/

komputer

• LCD

• ATK

• Panduan

Diskusi

Kelompok

• Pusat Pelatihan SDM Kesehatan.

Badan PPSDM Kesehatan. Modul

Pelatihan Bagi Pelatih Kader

Kesehatan. 2018

• Pusat Pelatihan SDMK Badan

PPSDM Kesehatan. Modul TOT

Promkes Bagi Kader. 2016

• Pusdiklat Aparatur BPPSDM

Kesehatan, Modul Pelatihan

Tenaga Pelatih Program

Kesehatan, Jakarta, 2011

Page 20: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

19

Nomor : MP.3

Materi : Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas C

Waktu : 2 JPL (T = 0 JPL; P = 2 JPL; PL = 0 JPL)

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu melakukan penerapan pelayanan

rehabilitasi medik di RS Kelas C.

Tujuan Pembelajaran Khusus

(TPK)

Pokok Bahasan dan

Sub Pokok Bahasan

Metode Media dan

Alat Bantu

Referensi

Setelah mengikuti mata pelatihan

ini, peserta mampu:

1. Melakukan analisis kesenjangan

2. Menyusun rencana kerja

penerapan dan pengembangan

pelayanan rehabilitasi medik

sesuai dengan kesenjangan di

unit kerjanya

3. Melaksanakan program kerja

yang direncanakan

4. Melakukan self assessment/

monitoring dan evaluasi mandiri

terhadap program yang

direncanakan dan dilaksanakan

1. Analisis kesenjangan

2. Penyusunan rencana kerja

penerapan dan pengembangan

pelayanan rehabilitasi medik

sesuai dengan kesenjangan di

unit kerjanya

3. Pelaksanaan program kerja

4. Pelaksanaan self assessment/

monitoring dan evaluasi

mandiri terhadap program

yang direncanakan dan

dilaksanakan

• Latihan

• Bahan

tayang/

slide

• Modul

• Laptop

• LCD

• ATK

• Lembar

identifikasi

kesenjangan

• Lembar

rencana

penerapan

dan

pengembang

an

• Panduan

latihan

• Panduan Penyusunan Rencana

Tindak Lanjut. BPPSDMK, 2019.

Prof. Dr. H Arif Sumantri, SKM.

M.Kes

• Tulaar ABM, Wahyuni LK,

Handikin NN, Tinduh D, Soebadi

RDH, Wirawan RP et al. Kurikulum

& Modul Pelatihan Layanan

Rehabilitasi Medik untuk Dokter di

Rumah Sakit yang Belum Memiliki

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik

& Rehabilitas. 1st ed. Jakarta:

PERDOSRI; 2014.

• Tamin TZ, Wirawan RP, Moeliono

M, Tinduh D, Kusumastuti P,

Ratnawati A et al. Kurikulum Ilmu

Kedokteran Fisik & Rehabilitasi

Modul S1 Pendidikan Fakultas

Kedokteran. 1st ed. Jakarta :

Kolegium IKFR; 2014.

Page 21: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 20

BAB VI

DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

PreTest

Pembukaan

Building Learning Commitment (BLC)

Metode: Games, Diskusi

Pengetahuan dan Keterampilan

1. Komunikasi, informasi, dan edukasi

2. Penegakan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability, and Health (ICF)

3. Tatalaksana rehabilitasi medik di

FKTL RS Kelas C

4. Rujukan layanan rehabilitasi medik

5. Laporan dan pendokumentasian

tatalaksana gangguan fungsi pasien

rehabilitasi medik

Metode:

• CTJ

• Bermain peran

• Simulasi

• Latihan

Praktik Lapangan (PL)

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Post Test & Evaluasi Penyelenggara Penutupan

Wawasan:

1. Filosofi Kedokteran

Fisik dan Rehabilitasi

2. Kebijakan

Penyelenggaraan

Pelayanan Kesehatan di

Rumah Sakit Kelas C

3. Etika dan Medikolegal

Kedokteran

4. Anti Korupsi

Metode:

• CTJ

• Studi Kasus

E

V

A

L

U

A

S

I

Page 22: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

21

Rincian Rangkaian Alur Proses Pembelajaran:

1. Pre test

Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan untuk

mendapatkan infomasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta terkait materi

2. Pembukaan

Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi. Proses pembukaan

pelatihan melitputi beberapa kegiatan berikut:

a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan

b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan

3. Membangun komitmen belajar (Building Learning Commitment/BLC)

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta

(jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses

pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan.

Proses BLC dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses tidak terputus. Dalam

prosesnya 1 (satu) orang fasilitator memfasilitsi maksimal 30 orang peserta.

Proses pembelajaran meliputi:

a. Forming

Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide

ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan agar setiap peserta

berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.

b. Storming

Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena

ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya

masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang

terlibat agar ikut aktif menanggapi.

c. Norming

Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju

dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta

mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahap ini

sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan

ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok.

d. Performing

Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis

sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu

kelompok agar masing-masing peserta ikut serta aktif dalam setiap kegiatan kelompok

dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati.

Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:

1) Harapan yang ingin dicapai

2) Kekhawatiran

3) Norma kelas

Page 23: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

22

4) Komitmen

5) Pembentukan tim (organisasi kelas)

4. Pemberian Wawasan

Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/

wawasan yang perlu diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu:

a. Filosofi Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi

b. Kebijakan Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Kelas C

c. Etika dan Medikolegal Kedokteran Anti korupsi

5. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan

Pemberian materi pengetahuan dan ketrampilan dari proses pelatihan mengarah pada

kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan

menggunakan metode sebagai berikut : tugas baca, ceramah tanya jawab, brainstorming,

diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, demonstrasi, yang melibatkan semua peserta untuk

berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut.

Pengetahuan dan keterampilan meliputi

a. Komunikasi, informasi dan edukasi

b. Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

c. Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

d. Rujukan layanan rehabilitasi medik

e. Laporan dan pendokumentasian tatalaksana gangguan fungsi pasien rehabilitasi medik.

6. Praktik Lapangan

Praktik lapangan dilaksanakan setelah seluruh materi dasar dan materi inti diberikan.

Praktik lapangan bertujuan agar peserta dapat mengimplementasikan keterampilan yang

sudah didapatkan di kelas.

7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut tentang Manajemen Pelayanan

Kesehatan Puskesmas di Perkotaan di instansinya masing-masing.

8. Post Test

Setelah keseluruhan materi dilaksanakan, dilakukan post test. Post test bertujuan untuk

melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan.

9. Evaluasi

Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap peroses pembelajaran tiap hari

(refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.

Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara me-review kegiatan proses pembelajaran

yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran

selanjutnya.

Page 24: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

23

Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/fasilitator telah

mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan form

evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.

10. Evaluasi penyelenggaraan

Evaluasi penyelenggaraan diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum

penutupan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang

penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan penyelenggaraan

pelatihan berikutnya.

11. Penutupan

Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh

pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagagi berikut:

a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.

b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.

c. Pembagian sertifikat

d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.

e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.

f. Pembacaan doa.

Page 25: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

24

BAB VII

PESERTA DAN PELATIH

A. Peserta

1. Kriteria Peserta

Peserta Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C, adalah Dokter Umum RS Kelas C

yang belum memiliki dokter SpKFR, dan setiap RS hanya boleh mengirimkan

maksimal 1 orang peserta dan tidak boleh berulang, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Pendidikan minimal dokter umum

b. Pengalaman bekerja minimal 1 tahun

c. Masih memiliki SIP yang masih berlaku

d. Peserta masih akan bekerja dalam tugasnya minimal 2 (dua) tahun kedepan

e. Diusulkan oleh Rumah Sakit terkait

2. Jumlah Peserta

Jumlah peserta dalam 1 kelas maksimal 25 orang dengan ketentuan instruktur 1:5.

B. Pelatih dan Instruktur

1. Kriteria Pelatih:

a. Pendidikan minimal S1/ Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dengan

pengalaman kerja minimal 5 tahun dan masih memiliki STR aktif

b. Menguasai substansi/ materi yang akan disampaikan.

c. Telah mengikuti pelatihan kediklatan seperti : Tenaga Pelatih Program Kesehatan

(TPPK), Training Of Trainers (TOT) Tatalaksana Gangguan Fungsi pada Pasien

Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Kelas C/ Widyaiswara dasar.

d. Memahami kurikulum pelatihan Layanan Rehabilitasi Medik untuk Dokter Umum di

Rumah Sakit Kelas C, terutama GBPP materi yang akan disampaikan

2. Kriteria Instruktur

a. Pendidikan minimal dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.

b. Pengalaman kerja minimal 3 tahun.

c. Diutamakan yang telah mengikuti pelatihan instruktur.

Page 26: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

25

BAB VIII

PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara

Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik Bagi Dokter

Umum Di Rumah Sakit Kelas C yang telah terakreditasi diselenggarakan oleh PB

PERDOSRI dengan pengampuan dari Institusi Pelatihan Bidang Kesehatan yang

terakreditasi (BPPK/ Bapelkes), dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Memiliki minimal satu orang tenaga pengendali pelatihan yang telah mengikuti

pelatihan pengendali pelatihan.

2. Memiliki minimal satu orang tenaga/ panitia penyelenggara yang telah mengikuti

training officer course (TOC).

B. Tempat Penyelenggaraan

Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik Bagi Dokter

Umum Di Rumah Sakit Kelas C yang telah terakreditasi diselenggarakan di institusi

pelatihan bidang kesehatan yang terakreditasi (BPPK/ Bapelkes)/ Instansi lain yang

memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

Page 27: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

26

BAB IX

EVALUASI

Tujuan evaluasi /penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dicapai peserta, penilaian proses pembelajaran dan penyelenggaraan. Hasil

itu dapat digunakan untuk menilai efektivitas pelatihan dan memperbaiki pelaksanaan

berikutnya. Evaluasi dilakukan terhadap:

1. Peserta

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta.

Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui

• Penjajagan awal melalui pre test

• Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post test

• Pengamatan dan penilaian terhadap tugas yang diberikan

• Penerapan RTL setelah kembali ke tempat tugas

2. Fasilitator/pelatih

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan

materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan

diserap peserta.

3. Penyelenggaraan

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan.

Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi:

• Tujuan pelatihan

• Relevansi program pelatihan dengan tugas

• Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas

• Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi

• Hubungan peserta dengan pelaksanaan pelatihan

• Pelayanan sekeretariat terhadap peserta

• Pelayanan akomodasi

• Pelayanan konsumsi

• Pelayanan perpustakaan

Page 28: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

27

BAB X

SERTIFIKASI

Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari

keseluruhan jumlah jam pembelajaran sejumlah 80 JPL akan mendapatkan sertifikat pelatihan

yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat

ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh ketua panitia penyelenggara. Apabila

tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan

telah mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua panitia penyelenggara.

Page 29: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

28

Page 30: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

29

Lampiran 1. Materi Dasar 3.

Etika dan Medikolegal Kedokteran

PANDUAN STUDI KASUS

Tujuan:

Setelah mengikuti studi kasus ini, peserta mampu memahami etika dan medikolegal

kedokteran.

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/ instruktur membagikan 1 lembar kasus etika dan medikolegal kedokteran

kepada setiap kelompok.

3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk menganalisa,

mendiskusikan, dan memberi tanggapan terhadap kasus tersebut dari aspek etika dan

medikolegal kedokteran tersebut selama 45 menit.

4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil studi kasus tersebut selama 5 menit/ kelompok.

5. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil

presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 2 menit.

6. Setiap instruktur/ pelatih menilai hasil studi kasus kelompok berdasarkan analisa kelompok

yang dipresentasikan.

7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa

kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang

masih tersisa selama 10 menit.

Waktu: 2 JPL x 45 menit = 90 menit

Page 31: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

30

Lampiran 2. Materi Dasar 3.

Etika dan Medikolegal Kedokteran

LEMBAR KASUS

ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN

KASUS 1.

Tn A lumpuh akibat dokter salah mendiagnosis. Tidak ada pertanggungjawaban

terhadap tindakan medical errors yang diduga malapraktek itu, baik secara profesi

maupun hukum. Kasus Tn A ini terjadi karena adanya kesalahan diagnosis yang

menyebabkan kesalahan pengambilan tindakan yang berakibat fatal terhadap dirinya.

Awalnya hanya merasa tidak enak badan karena kelelahan. Dokter di salah satu Rumah

Sakit mendiagnosa Tn A menderita gangguan jantung. Dokter pun segera menangani Tn

A. Anehnya, alih-alih pulih, kondisi Tn A memburuk, hingga lumpuh dari bagian dada

ke bawah. Tn A baru menyadari mengalami malapraktek ketika memeriksakan

kesehatan ke sebuah rumah sakit di kota lain. Tim dokter di kota lain tersebut

menyatakan bahwa jantung Tn A normal. Mereka juga menduga, Tn A lumpuh karena

kesalahan pengobatan akibat diagnosa keliru dari dokter di RS sebelumnya. Karena

kesalahan tersebut, Tn A menjadi lumpuh. Tn A pun menempuh jalur hukum untuk

menyelesaikan kasus ini. Tn A pun menyesalkan IDI yang dinilai tidak proaktif

menyikapi maraknya tindakan malpraktek ini.

KASUS 2.

Setelah melakukan pemeriksaan medis, seorang dokter menemukan indikasi telah

terjadi pelecehan seksual pada seorang anak berusia 7 tahun.

KASUS 3.

Pada rumah sakit tempat Anda bertugas, terjadi pelanggaran etika terkait dengan

pelayanan kesehatan, baik di rawat jalan dan rawat inap maupun dengan para nakes dan

teman sejawat.

KASUS 4.

Dokter B menggugat Rumah Sakit ke Pengadilan. Dr B sudah bekerja selama empat

tahun di rumah sakit tersebut, tidak terima dituding melanggar kode etik saat memberi

pelayanan kepada pasien BPJS Kesehatan. Dr B diberikan sanksi oleh pihak rumah

sakit yang menuruit Dr B tidak sesuai dengan prosedur serta Undang- Undang (UU)

tentang Ketenagakerjaan. Ia juga menilai sanksi itu cacat hukum dan diputuskan pihak

Page 32: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

31

rumah sakit secara sepihak dan Direktur Utama RS dinilainya telah melampaui

kewenangan. Sebab, Komite Medik dan Etik Profesi hanya menjatuhkan sanksi berupa

teguran ringan melalui surat peringatan pertama kepada Dr B. Atas dasar itu Dr B

menuntut manajemen dari rumah sakit membayar ganti rugi sebesar Rp 1 miliar serta

meminta nama baiknya dipulihkan. Kasus ini berawal ketika ada pasien bernama Ny M

datang berobat ke poli dan pasien tersebut direkomendasikan untuk membeli obat

injeksi seharga Rp 2,5 juta di apotek rumah sakit. Ternyata stok obat itu tidak ada di

rumah sakit, pasien kemudian meninggalkan nomor telepon ke perawat poli bernama

Perawat I. Tujuannya jika obat sudah tersedia, bisa langsung dikabari. Kemudian

Perawat I mengambil obat injeksi tersebut dari RS lain dan menghubungi pasien Ny M.

Setelah obat diberikan pasien, Ny M meminta kuitansi tanpa kops RS dan pada kuitansi

tersebut terdapat nama dan tanda tangan Dr B yang merasa tidak menanda tangani dan

memberikan kuitansi tersebut kepada pasien Ny M. Empat bulan kemudian, RS tempat

Dr B berpraktek memanggilnya untuk meminta penjelasan mengenai pembelian obat

injeksi seharga Rp 2,5 juta ke Perawat I untuk membeli obat pasien BPJS. Setelah dua

minggu diperiksa, Dr B kemudian dipanggil Komite Etik yang menjatuhkannya sanksi

berupa peringatan lisan karena dinilai telah melanggar administrasi. Dua bulan

kemudian manajemen RS meminta uang Rp 2,5 juta tersebut untuk dikembalikan. Dr B

juga diberikan hukuman penghentian kerja sementara selama satu bulan.

KASUS 5.

Seorang laki-laki 38 tahun menderita kelumpuhan total dan menghadapi banyak

permasalahan psikologis bertanya kepada dokter yang merawatnya. “Dokter... saya ini

sesungguhnya sakit apa?” Dengan maksud supaya pasien yang masih produktif ini tidak

semakin terbebani secara psikologis maka dokter menjawab, “ Tidak mengapa

pak...Bapak mengalami penurunan kesehatan saja. Tapi karena kondisi bapak ini maka

penyembuhan bapak tidak dapat dilakukan secara cepat. Sabar ya pak... saya akan

berupaya maksimal. Bapak jangan lupa terus berdo’a.” Pada kasus di atas tampak

dokter dalam berkomunikasi dengan pasiennya tidak menyampaikan seluruh kebenaran

sesungguhnya kepada pasien dengan maksud untuk tidak menimbulkan keresahan.

Page 33: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

32

Lampiran 3. Materi Inti 1.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

PANDUAN BERMAIN PERAN

Tujuan:

Setelah mengikuti bermain peran ini, peserta mampu melakukan komunikasi, informasi, dan

edukasi.

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Setiap peserta dalam kelompok diminta untuk membagi peran menjadi:

a. 1 peserta menjadi dokter umum

b. 1 peserta menjadi pasien

c. Peserta lain dalam kelompok tersebut menjadi keluarga pasien

3. Instruktur/ pelatih meminta setiap peserta untuk memainkan perannya sebagai dokter

umum dalam melakukan KIE kepada pasien dan keluarganya selama @ 25 menit per

peserta secara bergantian.

4. Instruktur/ pelatih melakukan penilaian terhadap peserta yang sedang berperan sebagai

dokter umum dengan menggunakan checklist yang telah dibuat.

5. Pelatih/instruktur memberi klarifikasi dan merangkum hasil seluruh proses bermain peran

yang dilakukan oleh peserta, serta memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk

mengulang atau melengkapi kekurangan selama @11 menit per peserta.

Waktu: 4x 45 menit = 180 menit

Page 34: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

33

Lampiran 4. Materi Inti 1.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

SKENARIO BERMAIN PERAN

Peran:

1. Dokter umum

2. Pasien

3. Keluarga 1

4. Keluarga 2

5. Keluarga 3

Alur Cerita:

Pasien Tn. A diantar oleh keluarga ke Instalasi Rehabilitasi Medik dengan keluhan sulit

berjalan. Pasien bertemu dengan Dokter umum X yang sedang bertugas. Pada 6 bulan yang

lalu, pasien mengalami stroke perdarahan dan dirawat di RS selama 2 minggu. Setelah masa

perawatan di RS, pasien pulang ke rumah dan kesulitan berjalan yang memberat selama 3

bulan terakhir.

Pasien : (Berjalan dengan pincang )

Dokter umum X:

• Menerima pasien dan membantu menaikkan ke atas tempat tidur

• Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga

• Menggali riwayat penyakit pasien

• Menjelaskan gangguan fungsional yang dialami pasien

• Memberi kesempatan kepada keluarga pasien untuk bertanya

Keluarga : Keluarga masih bingung dengan penjelasan dari dokter. Keluarga bertanya

beberapa hal terkait penyakit dan perawatan pasien.

Dokter umum X:

• Menjelaskan ulang mengenai gangguan fungsional dan penyakit yang

dialami pasien

• Menjelaskan edukasi terhadap gangguan fungsional yang dialami

pasien

• Menjelaskan edukasi melaksanakan program rehabilitasi di rumah

untuk mencapai kemandirian.

• Mengevaluasi hasil edukasi gangguan fungsional

Keluarga : Paham dengan penjelasan dokter umum X

Page 35: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

34

Lampiran 5. Materi Inti 1.

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

CHECKLIST BERMAIN PERAN

Nama Peserta :

Kelompok :

Instruktur :

NO. KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A. Melakukan Komunikasi Efektif

1. Menyapa pasien dan keluarga pasien

2. Menyambut pasien sambil berdiri

3. Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan

pasien

4. Mempersilakan pasien dan pengantar untuk

duduk

5. Menanyakan identitas pasien

6. Menanyakan riwayat penyakit pasien

7. Menanyakan riwayat pengobatan pasien

B. Memberikan Informasi Dan Edukasi Gangguan

Fungsional Pasien

1. Memberikan pengertian gangguan fungsional

pasien

2. Memilih media informasi untuk memberikan

pengertian gangguan fungsional kepada pasien

3. Menggunakan bahasa sederhana, tidak

menggunakan jargon medik

4. Menyampaikan informasi yang benar terkait

penyakit pasien

5. Menyampaikan informasi yang lengkap terkait

penyakit pasien

6. Menyampaikan informasi secara bertahap dalam

penggalan, diikuti dengan berdiam sejenak untuk

memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga

pasien untuk memberi tanggapan

7. Memberi kesempatan kepada pasien atau keluarga

pasien untuk bertanya

Page 36: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

35

8. Mengevaluasi pemahaman pasien dan keluarga

pasien dengan menanyakan kembali kepada

pasien dan keluarganya

9. Menutup sesi dengan mengucapkan kata

perpisahan kepada pasien dan keluarga

Jumlah Skor

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 37: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

36

Lampiran 6.

Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi Berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health ( ICF)

PANDUAN SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS REHABILITASI MEDIK

Tujuan:

Setelah mengikuti simulasi ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diistrukturin 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang per kelompok).

2. Pelatih/ instruktur menyiapkan seluruh alat bantu yang dibutuhkan untuk simulasi sesuai

yang dicantumkan di dalam GBPP.

3. Pelatih/ instruktur akan memberikan 5 lembar kasus yang berbeda setiap peserta untuk

melakukan simulasi pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kasus tersebut.

4. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta untuk melakukan simulasi penegakan diagnosis

berdasarkan ICF selama 150 menit (sebanyak 5 kasus, @30 menit per kasus) yang sesuai

dengan kasus meliputi:

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik Rehabilitasi medik sederhana:

• Pemeriksaan tanda-tanda vital

• Pemeriksaan Nyeri menggunakan VAS score

• Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

• Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

• Pemeriksaan Postur dan Pola Jalan

• Pemeriksaan Panjang Tungkai

• Pemeriksaan Spastisitas

• Pemeriksaan Refleks

• Pemeriksaan Saraf Kranial

c. Penegakan diagnosis rehabilitasi medik berdasarkan ICF

5. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian terkait

pemeriksaan fisik dan penegakan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International

Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dengan menggunakan checklist

yang sudah disusun.

6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa

kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang

masih tersisa (30 menit).

Waktu: 20 JPL x 45 menit = 900 menit :5 orang= 180 menit/orang = 3 jam/orang

Page 38: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

37

Lampiran 7.

Materi Inti 2.

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

LEMBAR KASUS REHABILITASI MEDIK

Kasus 1. STROKE

1. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.

Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok

harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke

iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien

sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena

tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan

nyeri.

• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu

2. Pemeriksaan Fisik:

• KU baik. Tanda vital dalam batas normal

• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda

• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.

• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.

• Spastisitas (+).

• Reflex fisiologis meningkat.

• Reflex patologis (+)

• Nyeri tekan (-)

3. Pemeriksaan Penunjang

• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra

Kasus 2. OSTEOARTHRITIS GENU

1. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di

dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,

bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa

sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan

terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu

untuk datang ke pengajian tersebut.

• RPD: Hipertensi

Page 39: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

38

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25

• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral

➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.

➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),

drawer tes-/-

3. Pemeriksaan Penunjang:

• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III

Kasus 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH

1. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu

lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri

membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama

dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang

kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak

punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur

suaminya.

• RPD: Hipertensi

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6

• Status lokalis:

➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang

➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik

➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR

<70/>70

3. Pemeriksaan Penunjang:

• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1

• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen

neuralis dextra

Kasus 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

1. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan

lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang

di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas

menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga

Page 40: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

39

keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat

pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.

2. Pemeriksaan Fisik

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2

• Pasien datang menggunakan kursi roda.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)

➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)

➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5

3. Pemeriksaan Penunjang

• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.

Kasus 5. BELL’S PALSY

1. Anamnesis

• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2

hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari

saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin

pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup

& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja

dan memakai masker kemanapun ia pergi.

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal

• Status lokalis: Parese CN VII sinistra

• Sensibilitas wajah baik.

• House Brackmann grade V

• Kornea mata tak tampak kelainan

3. Pemeriksaan Penunjang: -

Page 41: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

40

Lampiran 8.

Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL STROKE

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis pasien

1. Onset

2. Sisi kelemahan anggota gerak tubuh

3. Gangguan kognisi, bicara dan menelan

4. Faktor komorbid : hipertensi, diabetes mellitus,

dyslipidemia, penyakit jantung dll

5. Aktivitas, hobi dan pekerjaan pasien sebelum

serangan stroke

B Persiapan pemeriksaan fisik

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada

pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Antropometri

1. Pemeriksaan berat badan

2. Pemeriksaan tinggi badan

3. Menghitung indeks massa tubuh

D Pemeriksaan Syaraf Kranialis

1. Pemeriksaan CN I

2. Pemeriksaan CN II

3. Pemeriksaan CN III, IV, VI

4. Pemeriksaan CN VII

5. Pemeriksaan CN VIII

6. Pemeriksaan CN IX

7. Pemeriksaan CN X

8. Pemeriksaan CN XI

9. Pemeriksaan CN XII

Page 42: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

41

E Pemeriksaan tanda vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

F Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan

diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada

gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu

melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5= mampu melawan tahanan berat (normal)

G Pemeriksaan Refleks

1. Melakukan pemeriksaan refleks fisiologis : reflex

tendon (bisep, trisep, pergelangan, patella dan tumit)

2. Melakukan pemeriksaan refleks patologis : Hoffman-

Tromer, Respon plantar (Babinski)

H Pemeriksaan Spastisitas

1. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan tingkat

spastisitas dengan menggerakkan alat gerak (tangan /

kaki) secara pasif ke arah fleksi atau ekstensi disertai

dengan perubahan kecepatan gerak saat

menggerakannya

2. Menetapkan tingkat spastisitas (Modified Ashworth

Scale) :

0 : tidak ada peningkatan tonus otot

1 : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan

manifestasi adanya tahanan pada akhir rentang luas

gerak sendi saat bagian tubuh tersebut digerakkan ke

arah fleksi atau ekstensi

1+ : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan

manifestasi adanya tahanan minimal sepanjang

(kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat

bagian tubuh tersebut digerakkan ke arah fleksi atau

ekstensi

2 : peningkatan nyata dari tonus otot, dengan

Page 43: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

42

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

manifestasi adanya tahanan pada hampir seluruh

rentang luas gerak sendi, tapi bagian tubuh masih

dengan mudah difleksikan

3 : peningkatan tonus otot, pergerakan pasif bagian

tubuh sulit dilakukan

4 : bagian tubuh yang diperiksan rigid pada posisi

fleksi atau ekstensi

I Penegakan diagnosis gangguan fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah skor

Page 44: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

43

Lampiran 9. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL OSTEOARTHRITIS GENU

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Lokasi nyeri

3. Kaku pagi hari

4. Faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri

5. Aktivitas yang terganggu

6. Riwayat penyakit dahulu

7. Riwayat penyakit lain

8. Tata laksana yang telah didapat

B Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

pada pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Pemeriksaan Antropometri

1. Memeriksa Berat Badan

2. Mengukur Tinggi Badan

3. Menghitung Indeks Massa Tubuh

E Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Menentukan Nilai VAS dengan memilih skala 0-

10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 =

nyeri tak tertahankan)

2. Memeriksa status lokalis lutut dengan inspeksi

dan palpasi

Page 45: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

44

F Pemeriksaan Kekuatan Otot Quadriseps (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan

diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak

ada gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu

melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5= mampu melawan tahanan berat (normal)

G Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Lutut (LGS)

1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan

pasien dengan nyaman

2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan

pasif

H Pemeriksaan Panjang Tungkai

1. Menginstruksikan pasien untuk berbaring

2. Melakukan pemeriksaan panjang tungkai True

dan Apparent

I Penegakkan diagnosis gangguan fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah skor

Keterangan Nilai

0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 46: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

45

Lampiran 10. Materi Inti 2.

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Tipe nyeri

3. Faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri

4. Aktivitas yang terganggu

B Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

pada pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan

pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan

2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat

mendeskripsikan nyerinya dengan memilih

skala 0-10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri

hingga 10 = nyeri tak tertahankan)

E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang

akan diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi

Page 47: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

46

tidak ada gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu

melawan gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak

mampu melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5= mampu melawan tahanan berat (normal)

F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

1. Menyiapkan alat goniometer dan

memposisikan pasien dengan nyaman

2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif

dan pasif

3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital,

frontal dan tranversal

G Pemeriksaan Postur

1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak

2. Melakukan analisa postur dari aspek anterior,

lateral kanan-kiri, dan posterior

H Pemeriksaan Pola Jalan

1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan

beberapa meter

2. Mengamati pola jalan pasien

3. Menentukan pola jalan pasien

I Penegakan diagnosis gangguan fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah skor

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 48: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

47

Lampiran 11. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL

FRAKTUR ANGGOTA GERAK BAWAH

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset fraktur

2. Letak fraktur

3. Etiologi fraktur/Mekanisme Cedera

4. Keluhan nyeri (ada/tidak)

5. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan

- Medikamentosa

- Penyakit komorbid

6. Pemeriksaan penunjang (Rontgen: ada/tidak; bila ada:

jenis diagnosis fraktur)

B Persiapan pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada

pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan

2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat

mendeskripsikan nyerinya dengan memilih skala 0-10

(dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 = nyeri tak

tertahankan)

E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan

diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

Page 49: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

48

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada

gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu

melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5=mampu melawan tahanan berat (normal)

F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan pasien

dengan nyaman

2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan pasif

3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital, frontal, dan

tranversal

G Pemeriksaan Postur

1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak

2. Melakukan analisis postur dari aspek anterior, lateral

kanan-kiri, dan posterior

H Pemeriksaan Pola Jalan

1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan beberapa

meter menggunakan alat bantu jalan (axillary bilateral

crutches)

2. Mengamati pola jalan pasien

3. Menentukan pola jalan pasien

I Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah Skor

Keterangan Nilai

0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 50: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

49

Lampiran 12. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST SIMULASI

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL BELL’S PALSY

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Sisi lemah pada wajah

3. Gangguan menutup mata, minum, mengunyah

makanan, menahan ludah, berbicara, tersenyum

4. Aktivitas pasien sebelum kelemahan wajah 5. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

6. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

B Pemeriksaan CN VII

1. Pemeriksaan asimetri wajah : perhatikan kerutan

dahi, pejaman mata, sulcus nasolabialis dan sudut

mulut

2. Memeriksa apakah ada mata berair, drooling atau

tidak

3. Penderita diminta mengangkat alis dan

mengerutkan dahi. Perhatikan pergerakan otot di

dahi

4. Penderita diminta memejamkan mata. Perhatikan

apakah dapat memejamkan mata atau tidak

5. Penderita diminta menyeringai atau menunjukkan

gigi, mencucu dan menggembungkan pipi

C Bedakan Kelumpuhan Nervus VII tipe UMN Atau Tipe LMN

Kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (tipe

tipe UMN), disertai kelemahan pada mata dan dahi

(LMN)

D Penegakan Diagnosis Banding

1. Pemeriksaan nervus kranialis lain

2. Pemeriksaan sensorik

3. Pemeriksaan fungsi cerebellar

4. Pemeriksaan telinga (termasuk pendengaran)

Page 51: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

50

E Tentukan Grading Disfungsi Syaraf VII (klasifikasi House-Brackmann)

• Grade I: Normal – gerakan wajah normal

• Grade II: Disfungsi Ringan – kelemahan ringan

tampak dengan inspeksi yang teliti, normal

simetris saat istirahat

• Grade III: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah

jelas terlihat, mata menutup komplit dengan

usaha

• Grade IV: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah

jelas terlihat antara kedua sisi saat melakukan

pergerakan, tidak dapat menutup mata komplit

dengan usaha maksimal

• Grade V: Disfungsi Berat – kelemahan wajah

yang sangat jelas, kontraksi otot hanya dapat

dirasakan, tampak asimetri saat istirahat

• Grade VI: Total – kelumpuhan wajah secara

keseluruhan, tidak ada gerakan

F Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas (Gangguan makan, minum,

menahan ludah, berbicara, tersenyum)

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah Skor

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 52: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 51

Lampiran 13. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN

Tujuan:

Setelah mengikuti praktek lapangan ini, peserta mampu menegakkan diagnosis gangguan

fungsi berdasarkan International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF)

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/pelatih (@ 5 orang per kelompok).

2. Kegiatan praktek lapangan dipandu oleh pelatih/instruktur

3. Kegiatan praktek lapangan dilakukan di ruang pemeriksaan pada Instalasi Rehabilitasi

Medik.

4. Pelatih/ instruktur menyiapkan seluruh alat bantu yang dibutuhkan untuk praktek lapangan

sesuai yang dicantumkan di dalam GBPP.

5. Pelatih/instruktur memberikan penjelasan tentang penegakan diagnosa gangguan fungsi

berdasarkan ICF secara singkat.

6. Pelatih/ instruktur akan memberikan 5 lembar kasus yang berbeda setiap peserta untuk

melakukan praktek lapangan.

7. Pelatih / instruktur meminta setiap peserta untuk melakukan proses penegakan diagnosis

berdasarkan ICF selama 80 menit per kasus yang sesuai dengan kasus meliputi:

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan Fisik Rehabilitasi medik sederhana:

• Pemeriksaan tanda-tanda vital

• Pemeriksaan Nyeri menggunakan VAS score

• Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

• Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

• Pemeriksaan Postur dan Pola Jalan

• Pemeriksaan Panjang Tungkai

• Pemeriksaan Spastisitas

• Pemeriksaan Refleks

• Pemeriksaan Saraf Kranial

c. Penegakan diagnosis rehabilitasi medik berdasarkan ICF

8. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian terkait praktek

lapangan yang dilakukan oleh peserta.

9. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap kegiatan praktek lapangan

yang masih dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang

dengan waktu yang masih tersisa (80 menit).

Waktu: 8 Jpl x 60 menit = 480 menit

Page 53: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 52

Lampiran 14. Materi Inti 2.

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health ( ICF)

LEMBAR KASUS PRAKTEK LAPANGAN

Kasus 1. STROKE

1. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.

Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok

harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke

iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien

sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena

tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan

nyeri.

• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu

2. Pemeriksaan Fisik:

• KU baik. Tanda vital dalam batas normal

• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda

• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.

• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.

• Spastisitas (+).

• Reflex fisiologis meningkat.

• Reflex patologis (+)

• Nyeri tekan (-)

3. Pemeriksaan Penunjang

• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra

Kasus 2. OSTEOARTHRITIS GENU

1. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di

dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,

bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa

sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan

terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu

untuk datang ke pengajian tersebut.

• RPD: Hipertensi

Page 54: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 53

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25

• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral

➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.

➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),

drawer tes-/-

3. Pemeriksaan Penunjang:

• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III

Kasus 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH

4. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu

lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri

membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama

dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang

kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak

punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur

suaminya.

• RPD: Hipertensi

5. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6

• Status lokalis:

➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang

➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik

➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR

<70/>70

6. Pemeriksaan Penunjang:

• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1

• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen

neuralis dextra

Kasus 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

4. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan

lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang

di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas

Page 55: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 54

menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga

keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat

pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.

5. Pemeriksaan Fisik

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2

• Pasien datang menggunakan kursi roda.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)

➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)

➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5

6. Pemeriksaan Penunjang

• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.

Kasus 5. BELL’S PALSY

4. Anamnesis

• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2

hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari

saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin

pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup

& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja

dan memakai masker kemanapun ia pergi.

5. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal

• Status lokalis: Parese CN VII sinistra

• Sensibilitas wajah baik.

• House Brackmann grade V

• Kornea mata tak tampak kelainan

6. Pemeriksaan Penunjang: -

Page 56: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 55

Lampiran 15. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL STROKE

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis pasien

1. Onset

2. Sisi kelemahan anggota gerak tubuh

3. Gangguan kognisi, bicara dan menelan

4. Faktor komorbid : hipertensi, diabetes mellitus,

dyslipidemia, penyakit jantung dll

5. Aktivitas, hobi dan pekerjaan pasien sebelum

serangan stroke

B Persiapan pemeriksaan fisik

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada

pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Antropometri

1. Pemeriksaan berat badan

2. Pemeriksaan tinggi badan

3. Menghitung indeks massa tubuh

D Pemeriksaan Syaraf Kranialis

1. Pemeriksaan CN I

2. Pemeriksaan CN II

3. Pemeriksaan CN III, IV, VI

4. Pemeriksaan CN VII

5. Pemeriksaan CN VIII

6. Pemeriksaan CN IX

7. Pemeriksaan CN X

8. Pemeriksaan CN XI

9. Pemeriksaan CN XII

E Pemeriksaan tanda vital

1. Memeriksa tekanan darah

Page 57: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 56

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

F Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan

diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada

gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu

melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5= mampu melawan tahanan berat (normal)

G Pemeriksaan Refleks

1. Melakukan pemeriksaan refleks fisiologis : reflex

tendon (bisep, trisep, pergelangan, patella dan tumit)

2. Melakukan pemeriksaan refleks patologis : Hoffman-

Tromer, Respon plantar (Babinski)

H Pemeriksaan Spastisitas

1. Melakukan pemeriksaan untuk menentukan tingkat

spastisitas dengan menggerakkan alat gerak (tangan /

kaki) secara pasif ke arah fleksi atau ekstensi disertai

dengan perubahan kecepatan gerak saat

menggerakannya

2. Menetapkan tingkat spastisitas (Modified Ashworth

Scale) :

0 : tidak ada peningkatan tonus otot

1 : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan

manifestasi adanya tahanan pada akhir rentang luas

gerak sendi saat bagian tubuh tersebut digerakkan ke

arah fleksi atau ekstensi

1+ : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan

manifestasi adanya tahanan minimal sepanjang

(kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat

bagian tubuh tersebut digerakkan ke arah fleksi atau

ekstensi

2 : peningkatan nyata dari tonus otot, dengan

manifestasi adanya tahanan pada hampir seluruh

rentang luas gerak sendi, tapi bagian tubuh masih

Page 58: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 57

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

dengan mudah difleksikan

3 : peningkatan tonus otot, pergerakan pasif bagian

tubuh sulit dilakukan

4 : bagian tubuh yang diperiksan rigid pada posisi

fleksi atau ekstensi

I Penegakan diagnosis gangguan fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah skor

Page 59: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 58

Lampiran 16.

Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL OSTEOARTHRITIS GENU

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Lokasi nyeri

3. Kaku pagi hari

4. Faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri

5. Aktivitas yang terganggu

6. Riwayat penyakit dahulu

7. Riwayat penyakit lain

8. Tata laksana yang telah didapat

B Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

pada pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Pemeriksaan Antropometri

1. Memeriksa Berat Badan

2. Mengukur Tinggi Badan

3. Menghitung Indeks Massa Tubuh

Page 60: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 59

E Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Menentukan Nilai VAS dengan memilih skala 0-

10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 =

nyeri tak tertahankan)

2. Memeriksa status lokalis lutut dengan inspeksi

dan palpasi

Keterangan Nilai

0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 61: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 60

Lampiran 17. Materi Inti 2.

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL LOW BACK PAIN

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Tipe nyeri

3. Faktor yang memperberat atau memperingan

nyeri

4. Aktivitas yang terganggu

B Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan

pada pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan

pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan

2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat

mendeskripsikan nyerinya dengan memilih

skala 0-10 (dari 0 = sama sekali tidak nyeri

hingga 10 = nyeri tak tertahankan)

E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang

akan diperiksa

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

Page 62: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 61

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi

tidak ada gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu

melawan gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak

mampu melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5= mampu melawan tahanan berat (normal)

F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

1. Menyiapkan alat goniometer dan

memposisikan pasien dengan nyaman

2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif

dan pasif

3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital,

frontal dan tranversal

G Pemeriksaan Postur

1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak

2. Melakukan analisa postur dari aspek anterior,

lateral kanan-kiri, dan posterior

H Pemeriksaan Pola Jalan

1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan

beberapa meter

2. Mengamati pola jalan pasien

3. Menentukan pola jalan pasien

I Penegakan diagnosis gangguan fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah skor

Keterangan Nilai

0 : Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 63: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 62

Lampiran 18. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL

FRAKTUR ANGGOTA GERAK BAWAH

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset fraktur

2. Letak fraktur

3. Etiologi fraktur/Mekanisme Cedera

4. Keluhan nyeri (ada/tidak)

5. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan

- Medikamentosa

- Penyakit komorbid

6. Pemeriksaan penunjang (Rontgen: ada/tidak; bila ada:

jenis diagnosis fraktur)

B Persiapan pasien

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada

pasien

2. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

3. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

C Pemeriksaan Tanda Vital

1. Memeriksa tekanan darah

2. Memeriksa nadi

3. Memeriksa laju napas

4. Memeriksa suhu tubuh

D Asesmen Nyeri (Skala VAS)

1. Memberikan penjelasan tujuan pemeriksaan

2. Memberikan penjelasan agar pasien dapat

mendeskripsikan nyerinya dengan memilih skala 0-10

(dari 0 = sama sekali tidak nyeri hingga 10 = nyeri tak

tertahankan)

E Pemeriksaan Kekuatan Otot (MMT)

1. Menginstruksikan pasien untuk berusaha

menggerakkan secara aktif ekstremitas yang akan

diperiksa

Page 64: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 63

2. Menilai kekuatan otot pasien dengan

mengklasifikasikannya ke dalam skor:

0=tidak terlihat/teraba adanya kontraksi otot

1=terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada

gerak sendi

2=ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan

gravitasi

3=mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu

melawan tahanan ringan

4=mampu melawan tahanan sedang

5=mampu melawan tahanan berat (normal)

F Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

1. Menyiapkan alat goniometer dan memposisikan

pasien dengan nyaman

2. Memeriksa lingkup gerak sendi secara aktif dan pasif

3. Memeriksa lingkup gerak bidang sagital, frontal, dan

tranversal

G Pemeriksaan Postur

1. Menginstruksikan pasien untuk berdiri tegak

2. Melakukan analisis postur dari aspek anterior, lateral

kanan-kiri, dan posterior

H Pemeriksaan Pola Jalan

1. Menginstruksikan pasien untuk berjalan beberapa

meter menggunakan alat bantu jalan (axillary bilateral

crutches)

2. Mengamati pola jalan pasien

3. Menentukan pola jalan pasien

I Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah Skor

Keterangan Nilai

0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=………….

Page 65: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 64

Lampiran 19. Materi Inti 2.

Penegakkan Diagnosis Gangguan Fungsi berdasarkan International Classification of

Functioning, Disability and Health (ICF)

CHECKLIST PRAKTEK LAPANGAN

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSIONAL BELL’S PALSY

NO KOMPONEN PENILAIAN NILAI

KETERANGAN 0 1

A Anamnesis Pasien

1. Onset

2. Sisi lemah pada wajah

3. Gangguan menutup mata, minum, mengunyah

makanan, menahan ludah, berbicara, tersenyum

4. Aktivitas pasien sebelum kelemahan wajah 5. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan

pemeriksaan (informed consent)

6. Mencuci tangan sebelum melakukan

pemeriksaan

B Pemeriksaan CN VII

1. Pemeriksaan asimetri wajah : perhatikan kerutan

dahi, pejaman mata, sulcus nasolabialis dan

sudut mulut

2. Memeriksa apakah ada mata berair, drooling atau

tidak

3. Penderita diminta mengangkat alis dan

mengerutkan dahi. Perhatikan pergerakan otot di

dahi

4. Penderita diminta memejamkan mata. Perhatikan

apakah dapat memejamkan mata atau tidak

5. Penderita diminta menyeringai atau menunjukkan

gigi, mencucu dan menggembungkan pipi

C Bedakan Kelumpuhan Nervus VII tipe UMN Atau Tipe LMN

Kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (tipe

tipe UMN), disertai kelemahan pada mata dan dahi

(LMN)

D Penegakan Diagnosis Banding

1. Pemeriksaan nervus kranialis lain

2. Pemeriksaan sensorik

3. Pemeriksaan fungsi cerebellar

4. Pemeriksaan telinga (termasuk pendengaran)

Page 66: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 65

E Tentukan Grading Disfungsi Syaraf VII (klasifikasi House-Brackmann)

• Grade I: Normal – gerakan wajah normal

• Grade II: Disfungsi Ringan – kelemahan ringan

tampak dengan inspeksi yang teliti, normal

simetris saat istirahat

• Grade III: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah

jelas terlihat, mata menutup komplit dengan

usaha

• Grade IV: Disfungsi Sedang – kelemahan wajah

jelas terlihat antara kedua sisi saat melakukan

pergerakan, tidak dapat menutup mata komplit

dengan usaha maksimal

• Grade V: Disfungsi Berat – kelemahan wajah

yang sangat jelas, kontraksi otot hanya dapat

dirasakan, tampak asimetri saat istirahat

• Grade VI: Total – kelumpuhan wajah secara

keseluruhan, tidak ada gerakan

F Penegakan Diagnosis Gangguan Fungsional

1. Struktur tubuh yang terganggu

2. Fungsi tubuh yang terganggu

3. Gangguan aktivitas (Gangguan makan, minum,

menahan ludah, berbicara, tersenyum)

4. Gangguan partisipasi

5. Faktor lingkungan

6. Faktor personal

Jumlah Skor

Keterangan Nilai

0: Jika peserta tidak melakukan komponen penilaian

1: Jika peserta melakukan komponen penilaian

Perhitungan Nilai

(Jumlah skor/total skor) x 100=…………

Page 67: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 66

Lampiran 20.

Materi Inti 3.

Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

PANDUAN LATIHAN KASUS

Tujuan:

Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu menentukan tatalaksana Rehabilitasi Medik

di FKTL Rumah Sakit Kelas C

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/ instruktur membagikan lembar kasus gangguan fungsi yang berbeda kepada

setiap kelompok.

3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk latihan kasus, yaitu

menentukan tatalaksana rehabilitasi medik yang sesuai dengan kasus yang diberikan selama

95 menit secara bersama-sama, yang meliputi program terapi latihan dan terapi modalitas:

a. Program Terapi Latihan:

• Latihan Lingkup Gerak Sendi

1) Latihan Lingkup Gerak Sendi Pasif (passive exercise)

2) Latihan Lingkup Gerak Sendi Aktif (active exercise)

3) Latihan Lingkup Gerak Sendi Aktif dengan bantuan (active assistive)

• Latihan Penguatan Otot

b. Terapi modalitas :

• Terapi panas superficial (Paraffin bath, Infrared Heat Therapy)

• Terapi panas deep (Ultrasound, Shortwave diathermy, Microwave diathermy)

• Electrotherapy (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Neuromuscular

Stimulation Electrical)

4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan

hasil latihan kasus tersebut selama 60 menit/ kelompok.

5. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil

presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 10 menit.

6. Setiap instruktur/ pelatih menilai hasil penentuan rekomendasi sesuai dengan kasus yang

diberikan.

7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa

kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang

masih tersisa selama 10 menit.

Waktu: 11 JPL x 45 menit =495 menit

Page 68: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 67

Lampiran 21.

Materi Inti 3.

Tatalaksana Rehabilitasi Medik di FKTL Rumah Sakit Kelas C

LEMBAR KASUS

GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN ICF

Gangguan fungsi menurut klasifikasi WHO berdasarkan ICF (International Classification of

Functioning, Disability and Health) dibedakan dalam:

• Body Functions : fungsi fisiologis sistim tubuh (termasuk fungsi psikologis).

• Body Structures: bagian tubuh anatomis seperti organ, ekstremitas dan komponennya

• Activity : pelaksanaan suatu tugas atau aktivitas oleh individu

• Participation : keikut-sertaan dalam situasi kehidupan

• Impairments : gangguan pada fungsi dan struktur tubuh

• Activity Limitations: kesulitan seorang individu melakukan aktivitasnya

• Participation Restrictions : masalah seorang individu menjalankan/ mengalami atau ikut

serta dalam situasi kehidupannya.

• Environmental Factors: pengaruh lingkungan fisik, sosial ataupun perilaku dimana mereka

tinggal dan menjalankan kehidupannya.

• Personal Factors :faktor dari individu yang mempengaruhi pengalaman individu dengan

gangguan fungsional tertentu, seperti usia, jenis kelamin, cara individu mengatasi

permasalahan, pola perilaku, karakteristik dan faktor lainnya

Contoh:

1. Stroke

Disease Stroke

Impairment/loss of body

functions

Kelumpuhan pada satu sisi tubuh (hemiparesis)

Body Structures Anggota gerak atas / bawah / keduanya

Activity Limitations Tidak bisa naik kendaraan umum

Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama

Environmental Factors

Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang

berkebutuhan khusus

Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri untuk naik

kendaraan umum

Page 69: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 68

2. Gangguan akibat Osteoarthritis Genu

Disease Osteoarthritis Genu

Impairment/loss of body

functions

Fungsi mobilitas tulang,fungsi mobilitas sendi,

fungsi stabilitas sendi, fungsi kekuatan otot, fungsi tonus otot,

fungsi pola jalan

Body Structures Struktur ekstremitas bawah

Activity Limitations Gangguan berjalan dan mobilitas, tidak bisa naik kendaraan

umum

Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian

Environmental Factors

Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang

berkebutuhan khusus

Personal Factor Berhubungan dengan pekerjaan

3. Gangguan akibat Low Back Pain

Disease Low Back Pain

Impairment/loss of body

functions

Nyeri pinggang

Body Structures Berjalan nyeri

Activity Limitations Tidak bisa ikut pengajian / pergi ke mesjid

Participation Restrictions -

Environmental Factors -

Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri untuk naik

kendaraan umum

4. Gangguan Akibat Fraktur

Disease Fraktur anggota gerak bawah

Impairment/loss of body

functions

Fungsi mobilitas tulang, fungsi mobilitas sendi, fungsi stabilitas

sendi, fungsi pola jalan

Body Structures Struktur ekstremitas bawah

Activity Limitations Gangguan berjalan dan mobilisasi, tidak bisa naik kendaraan

umum

Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama

Environmental Factors

Tidak ada kebijakan penyediaan kendaraan umum untuk orang

berkebutuhan khusus

Personal Factor Berhubungan dengan pekerjaan

Page 70: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 69

5. Gangguan setelah Bell’s Palsy

Disease Bell’s Palsy

Impairment/loss of body

functions

Kelumpuhan pada satu sisi wajah ( hemiparesis wajah)

Body Structures -

Activity Limitations Sulit berbicara dan sulit mengunyah makanan

Participation Restrictions Tidak bisa ikut pengajian/arisan bersama

Environmental Factors -

Personal Factor Tidak mempunyai percaya diri / malu bersosialisasi

Page 71: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 70

Lampiran 22. Materi Inti 4.

Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

PANDUAN LATIHAN KASUS

Tujuan

Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu melakukan rujukan layanan rehabilitasi

medik sesuai indikasi

Petunjuk:

1. Pelatih/Instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/Instruktur kemudian membagikan 5 lembar kasus kepada setiap kelompok terkait

gangguan fungsi berdasarkan ICF, diagram alur rujukan berjenjang, serta form rujukan.

3. Peserta dalam kelompok diminta untuk mengkategorikan kasus yang dapat dirujuk dan

menuliskannya pada form rujukan, selama 25 menit. Setelah peserta mengkategorikan

kasus tersebut, pelatih/instruktur membagikan lembar follow up (hanya pada kasus fraktur

ekstremitas bawah dan bell’s palsy). Peserta diminta mengkategorikan ulang rujukan kasus

tersebut setelah membaca lembar follow up.

4. Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil latihan kasus selama 20 menit dan

kelompok lain diminta untuk menanggapi.

5. Pelatih/Instruktur memperhatikan dan memberi penilaian form rujukan yang telah diisi oleh

peserta.

6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan/ klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa

kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang

masih tersisa selama 10 menit.

Waktu : 3 x 45 menit = 135 menit

Page 72: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 71

Lampiran 23.

Materi Inti 4.

Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

DIAGRAM ALUR RUJUKAN BERJENJANG

Alur Rujukan Pasien Rehabilitasi Medik

Page 73: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 72

Lampiran 24. Materi Inti 4.

Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

FORM RUJUKAN

Tindakan yang sudah dilakukan

Page 74: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 73

Lampiran 25. Materi Inti 4.

Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

LEMBAR KASUS

REHABILITASI MEDIK

KASUS 1. STROKE

1. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu.

Awalnya kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok

harinya, pasien dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke

iskemik. Pasien yang sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien

sangat sedih sebab selain tidak bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena

tidak bisa makan, berganti pakaian dan melakukan kegiatan sendiri. Tidak ada keluhan

nyeri.

• RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu

2. Pemeriksaan Fisik:

• KU baik. Tanda vital dalam batas normal

• Pola jalan: Pasien menggunakan kursi roda

• Status neurologis: Parese nervus kranialis VII, XII sinistra.

• Kekuatan otot ekstremitas atas 5/1, ekstremitas bawah 5/3.

• Spastisitas (+).

• Reflex fisiologis meningkat.

• Reflex patologis (+)

• Nyeri tekan (-)

3. Pemeriksaan Penunjang

• CT Scan: Tampak lesi hipodens pada capsula interna dextra

KASUS 2. OSTEOARTHRITIS GENU

1. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 61 tahun dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan, terasa di

dalam lutut terkadang seperti tertusuk-tusuk dan ngilu, terutama jika berjalan jauh,

bangkit duduk ke berdiri, naik turun tangga, sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak bisa

sholat seperti biasa, saat ini sholat dalam posisi duduk. Pasien juga mengatakan

terganggu setiap pergi pengajian karena tidak mampu duduk di lantai, sehingga malu

untuk datang ke pengajian tersebut.

• RPD: Hipertensi

Page 75: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 74

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 5. IMT 25

• Pola jalan: Pasien berjalan dengan pola jalan antalgic tanpa alat bantu.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak deformitas varus bilateral. Hipotrofi otot quadriceps bilateral

➢ F: Krepitasi (+). Nyeri tekan medial genu bilateral. Ballotement (+) dextra.

➢ M: LGS fleksi terbatas nyeri dextra, kiri normal. Varus test +/-, valgus test -/-),

drawer tes-/-

3. Pemeriksaan Penunjang:

• Ro genu bilateral: OA genu bilateral KL grade III

KASUS 3. NYERI PUNGGUNG BAWAH

1. Anamnesis:

• Pasien perempuan usia 52 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 minggu

lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk, terkadang menjalar ke tungkai bawah kanan. Nyeri

membaik bila berbaring dan memberat jika berdiri dan berjalan. Keluhan yang sama

dirasakan kambuh-kambuhan mulai 1 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang ibu yang

kesehariannya melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus cucu. Semenjak

punggungnya sering sakit, pekerjaan rumah jadi sering terbengkalai dan ditegur

suaminya.

• RPD: Hipertensi

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 6

• Status lokalis:

➢ L: Tidak tampak deformitas. Lordotic lumbal kesan berkurang

➢ F: Spasm dan nyeri tekan otot paralumbal bilateral. Sensibilitas tungkai baik

➢ M: Nyeri gerak fleksi trunk +. LGS trunk terbatas nyeri. MMT tungkai 5/5. SLR

<70/>70

3. Pemeriksaan Penunjang:

• Rontgen: spondylolisthesis L5-S1 < 25%, penyempitan L5-S1

• MRI: Bulging diskus intervertebralis L5-S1 ke posterior yang menekan foramen

neuralis dextra

KASUS 4. FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

1. Anamnesis:

• Pasien laki-laki usia 36 tahun dengan keluhan kaki kiri sulit digerakkan sejak 1 bulan

lalu. Awalnya pasien mengalami KLL tertabrak motor yang menyebabkan patah tulang

di paha kiri. Pasien sudah dioperasi. Saat ini pasien sudah mulai beraktivitas

Page 76: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 75

menggunakan alat bantu secara terbatas. Pasien sebelumnya bekerja sebagai tenaga

keamanan di sebuah bank, namun sejak patah tulang ia diberhentikan. Hal ini membuat

pasien sedih dan menjadi tertutup kepada semua orang.

2. Pemeriksaan Fisik

• Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 2

• Pasien datang menggunakan kursi roda.

• Status lokalis:

➢ L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)

➢ F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)

➢ M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5

3. Pemeriksaan Penunjang

• Ro femur AP/LAT: Terpasang fiksasi interna pada 1/3 femur distal. Kedudukan baik.

Follow up 3 minggu berikutnya:

• Pemeriksaan Fisik

➢ Tanda vital dalam batas normal. Nilai nyeri VAS 1

➢ Pasien datang menggunakan bilateral crutch

➢ Status lokalis:

L: Tampak luka operasi tenang. Hipotrofi otot tungkai bawah (-)

F: Nyeri tekan minimal di bekas operasi. Scar mobile. LLD (-)

M: Nyeri gerak hip joint (-). LGS hip, knee dan ankle normal. MMT 5/5

KASUS 5. BELL’S PALSY

1. Anamnesis

• Pasien wanita usia 25 tahun dg keluhan mulut mencong / merot ke sisi kanan sejak 2

hari lalu, setelah naik motor dari kampungnya di Cirebon pada malam hari. Pagi hari

saat akan gosok gigi dan berkumur, air tumpah dan sulit menutup bibir. Saat bercermin

pasien menyadari bahwa bibir mencong tertarik ke kanan, mata kiri sulit untuk ditutup

& terus berair. Sejak mengalami keluhan pasien jadi malu untuk bertemu rekan kerja

dan memakai masker kemanapun ia pergi.

2. Pemeriksaan Fisik:

• Tanda vital dalam batas normal

• Status lokalis: Parese CN VII sinistra

• Sensibilitas wajah baik.

• House Brackmann grade V

• Kornea mata tak tampak kelainan

3. Pemeriksaan Penunjang: -

Page 77: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 76

Follow up 3 minggu berikutnya:

• Pemeriksaan Fisik:

➢ Tanda vital dalam batas normal

➢ Status lokalis: Parese CN VII sinistra

➢ Sensibilitas wajah baik

➢ Spasm otot wajah (-)

➢ Sinkinesis (-)

➢ House Brackmann grade V

➢ Kornea mata tak tampak kelainan

Page 78: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 77

Lampiran 26. Materi Inti 5.

Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi

Medik

PANDUAN LATIHAN KASUS

Tujuan

Setelah mengikuti latihan kasus ini, peserta mampu membuat laporan dan pendokumentasian

layanan rehabilitasi medik.

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri

dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/instruktur kemudian membagikan lembar format pelaporan kasus.

3. Peserta dalam kelompok diminta untuk mengisi lembar format pelaporan kasus yang

dibagikan selama 15 menit sesuai hasil diagnosa dan tatalaksana pada MI.2 dan MI.3.

4. Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil pengisian lembar format pelaporan kasus

selama 10 menit.

5. Setiap instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian pelaporan yang

dilakukan peserta pada form yang telah disediakan.

6. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih dirasa

kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan waktu yang

masih tersisa selama 5 menit.

Waktu: 2 x 45 menit = 90 menit

Page 79: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 78

Lampiran 27. Materi Inti 5.

Laporan Dan Pendokumentasian Tatalaksana Gangguan Fungsi Pasien Rehabilitasi

Medik

FORM PELAPORAN KASUS

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA

( P E R D O S R I ) Sekretariat : Jl. Cakalang Raya No. 28 A Rawamangun Jakarta Timur

Telp /Fax: (021) 47866390 Email : [email protected]

Lembar Hasil Uji Fungsi/ Prosedur KFR……………………… (Koding: ................)

No. MR :………………………………….

Nama :…………………………………. (L/P)

Tanggal lahir / Usia :….-…..-……../ tahun Tanggal Pemeriksaan:….-…..-….

Alamat / Telepon :…………………………………………………………….

……………………………………………/……………….

Anamnesis :

Pemeriksaan Fisik dan Uji Fungsi :

Diagnosis Medis :

Diagnosis Fungsi :

Pemeriksaan Penunjang :

Tatalaksana KFR :

Anjuran :

Edukasi :

Tanda Tangan

(Nama Dokter Pemeriksa)

*Kop disesuaikan dengan Institusi/Rumah Sakit masing-masing

Page 80: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 79

Lampiran 28. Materi Penunjang 2.

Anti Korupsi

PANDUAN DISKUSI KELOMPOK

Tujuan:

Setelah mengikuti diskusi kelompok, peserta mampu memahami anti korupsi

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 5 peserta yang diinstruksi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk melakukan diskusi

dalam kelompoknya terkait issue-issue korupsi yang banyak terjadi di unit kerjanya

masing-masing dan cara mengatasinya selama 15 menit.

3. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada satu atau dua kelompok secara acak

untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut selama 10 menit/ kelompok.

4. Pelatih/ instruktur memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil

presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 2 menit.

5. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih

dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan

waktu yang masih tersisa selama 5 menit.

Waktu: 1 JPL x 45 menit = 45 menit

Page 81: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 80

Lampiran 29.

Materi Penunjang 3.

Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS

Kelas C

PANDUAN LATIHAN

Tujuan:

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu melakukan penerapan pelayanan

rehabilitasi medik di RS Kelas C

Petunjuk:

1. Pelatih/instruktur membagi peserta menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 5 peserta yang diinstrukturi 1 instruktur/kelompok (@ 5 orang/kelompok).

2. Pelatih/ instruktur membagikan lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana

penerapan dan pengembangan kepada setiap peserta.

3. Pelatih/instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk mengisi lembar

identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan selama 30

menit, sesuai dengan kondisi pelayanan rehabilitasi medik di RS asal dimana peserta

bertugas. 4. Pelatih/ instruktur meminta setiap peserta dalam kelompok untuk mempresentasikan

hasil pengisian lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan

pengembangan selama 10 menit per peserta.

5. Setiap pelatih/instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian

lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan yang

telah diisi oleh peserta. 6. Setiap pelatih/instruktur dalam kelompok memperhatikan dan memberi penilaian

lembar identifikasi kesenjangan dan lembar rencana penerapan dan pengembangan yang

telah diisi oleh peserta. 7. Setiap instruktur/ pelatih memberi masukan / klarifikasi terhadap hal-hal yang masih

dirasa kurang tepat dari peserta dan memberi kesempatan untuk mengulang dengan

waktu yang masih tersisa selama 10 menit.

Waktu: 2 JPL x 45 menit = 90 menit

Page 82: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 81

Lampiran 30. Materi Penunjang 3.

Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS

Kelas C

LEMBAR IDENTIFIKASI KESENJANGAN

No Komponen

Penilaian

Keterangan

Sesuai Tidak

Sesuai

1 Sumber daya manusia

2 Kompetensi

3 Sarana prasarana

4 Sistem operasional dan pengelolaan

5 Sistem rujukan

Page 83: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 82

Lampiran 31.

Materi Penunjang 3.

Rencana Tindak Lanjut Pengembangan (RTL) Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS

Kelas C

LEMBAR RENCANA PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN

No Komponen yang Tidak Sesuai Rencana Tidak Lanjut

1 1)

2)

3)

4)

2 1)

2)

3)

4)

3 1)

2)

3)

4)

4 1)

2)

3)

4)

5 1)

2)

3)

4)

Page 84: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 83

Lampiran 32.

SOAL PRETEST DAN POSTTEST

TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK

BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C

Mohon beri tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling benar

SOAL MD.1

FILOSOFI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

1. Yang perlu dinilai dalam menentukan diagnosa fungsi seseorang menurut ICF

(International Classification of Functioning, Disability and Health) adalah sebagai

berikut, KECUALI:

a. Fungsi dan Struktur tubuh

b. Aktivitas dan Partisipasi

c. Faktor Lingkungan

d. Faktor Personal

e. Reintegrasi sosial

2. Menurut klasifikasi ICIDH oleh WHO (1980), gangguan di tingkat individu akibat suatu

penyakit atau gangguan struktur/organ tubuh adalah :

a. Patologi

b. Hendaya

c. Kecacatan

d. Disabilitas

e. Handicap

3. Persamaan konsep dasar disabilitas dari WHO (1980) dengan skema Nagi (1965) adalah

sebagai berikut, KECUALI:

a. Bersifat linier

b. Lahir dari model biomedis

c. Fokus pada fungsi individu

d. Hendaya merupakan gangguan di tingkat anatomis

e. Disabilitas adalah kecacatan

4. Yang termasuk dalam tim Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut, KECUALI:

a. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

b. Fisioterapis

c. Terapis Okupasi

d. Psikiater

e. Terapis Wicara

Page 85: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 84

5. Seorang penderita stroke dengan hemiparese sisi kanan, mengalami kesulitan memakai

baju, SpKFR memberikan program Latihan Peningkatan ADL yaitu memakai baju, maka

anggota tim yang terlibat dalam program rehabilitasi adalah:

a. Fisioterapis dan Pekerja sosial medik

b. Fisioterapis dan Terapis Okupasi

c. Terapis Okupasi dan Terapis Wicara

d. Terapis Okupasi dan Psikolog

e. Ortotis prostetis dan Psikolog

6. Sasaran layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi adalah sebagai berikut, KECUALI:

a. Pemulihan mencapai kondisi premorbid

b. Optimalisasi fungsi dari segala keterbatasan

c. Peningkatan kulitas hidup penderita

d. Kemandirian aktivitas

e. Optimalisasi fungsi mental, sosial dan ekonomi

7. Seorang mahasiswa mengalami amputasi salah satu tungkai bawah di atas lutut akibat

kecelakaan. Pasien membutuhkan:

a. Orthosis atas lutut

b. Prostesis atas lutut

c. Kursi roda

d. Kruk aksiler bilateral

e. Tripod

8. Peran seorang Pekerja Sosial Medik dalam program Rehabilitasi pada pasien adalah

sebagai berikut, KECUALI:

a. Sebagai penghubung dengan staf RS, keluarga dan masyarakat

b. Membantu memecahkan masalah sosial yang dihadapi penderita

c. Mengadakan tindak lanjut dalam proses rehabilitasi

d. Mengadakan kunjungan rumah atau ke tempat kerja

e. Mencarikan dana untuk pembiayaan di rumah sakit

9. Tujuan dari pelayanan seorang fisioterapis adalah sebagai berikut, KECUALI:

a. Menghilangkan/ mengurangi nyeri

b. Mencegah dan mengoreksi kecacatan

c. Memperbaiki sirkulasi darah

d. Memulihkan kekuatan, mobilitas, serta koordinasi

e. Meningkatkan fungsional dalam aktivitas sehari-hari

10. Peran seorang Terapis Wicara pada seorang penderita dengan kondisi sebagai berikut,

KECUALI:

a. Disarthria

b. Disfonia

c. Disfagia

d. Demensia

e. Afasia

Page 86: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 85

11. SpKFR meresepkan korset lumbal untuk seorang pasien dengan keluhan nyeri punggung

bawah. Pasien tersebut mendapatkan:

a. Orthosis

b. Prosthesis

c. Walking aids

d. Modalitas fisik

e. Latihan fisik

12. Dalam skema Nagi (1965), gangguan pada proses normal dan usaha suatu organisme

untuk memulihkan keadaan menjadi normal adalah:

a. Patologi

b. Hendaya

c. Keterbatasan fungsional

d. Disabilitas

e. Kecacatan

13. Seorang anak menderita palsi serebral, memasuki masa usia masuk sekolah, maka dokter

SpKFR memprogramkan untuk tes IQ bagi pasien. Tes IQ akan dilakukan oleh seorang

...dalam tim Rehabilitasi Medik

a. Fisioterapis

b. Terapis Okupasi

c. Psikolog

d. Terapis Wicara

e. Pekerja Sosial Medik

14. Akibat amputasi yang diderita, seorang pekerja lapangan harus beralih ke aktivitas

admisnistratif. Maka anggota tim Rehabilitasi yang menghubungi instansi pasien adalah:

a. SpKFR

b. Fisioterapis

c. Terapis Okupasi

d. Psikolog

e. Pekerja Sosial Medik

15. Pasien yang mengalami dekondisioning akibat tirah baring lama, mengalami penururnan

kapasitas kardiovaskular. SpKFR memberikan peresepan latihan yang akan dilaksanakan

oleh anggota tim sebagai berikut:

a. Terapis Wicara

b. Fisioterapis

c. Terapis Okupasi

d. Psikolog

e. Pekerja Sosial Medik

Page 87: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 86

SOAL MD.2

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH

SAKIT KELAS C

1. Berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 1 Tahun 2012 Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perseorangan adalah Pelayanan

kesehatan perseorangan meliputi :

a. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

b. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

c. Upaya promotif, preventif, yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

d. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

e. Pelayanan kesehatan perseorangan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang

diberikan oleh:

a. Dokter

b. Dokter gigi

c. Dokter spesialis

d. Dokter spesialis dan dokter

e. Dokter dan dokter gigi

3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan ketiga dilaksanakan di Rumah Sakit merupakan

pelayanan kesehatan :

a. Dasar

b. Spesialistik

c. Subspesialistik

d. Dasar dan atau spesialistik

e. Spesialistik dan atau subspesialistik

4. Pelayanan rehabilitasi medik dapat diberikan di :

a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan pelayanan rehabilitasi medik tingkat

lanjut (FKRTL)

b. Fasilitas pelayanan rehabilitasi medik tingkat lanjut (FKRTL)

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Tipe B/C atau Klinik Utama) dan

pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik di pelayanan kesehatan tingkat ketiga

(Rumah Sakit Tipe A).

d. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), pelayanan rehabilitasi medik tingkat

lanjut (FKRTL), pelayanan kesehatan tingkat kedua (Rumah Sakit Tipe B/C atau

Klinik Utama) dan (Rumah Sakit Tipe A)

e. Pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik di pelayanan kesehatan tingkat ketiga

(Rumah Sakit Tipe A).

Page 88: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 87

5. Pelayanan rehabilitasi medik dasar di pelayanan kesehatan tingkat pertama (Puskesmas,

Klinik Pratama, atau Dokter Keluarga), berupa

a. Pelayanan rehabilitasi medik dasar

b. Pelayanan rehabilitasi medik khusus

c. Pelayanan rehabilitasi medik spesialistik

d. Pelayanan rehabilitasi medik subspesialistik

e. Pelayanan rehabilitasi medik dasar dan khusus

6. Sistem pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit ataupun Klinik Utama dilaksanakan

melalui pendekatan sistem pelayanan

a. Satu pintu (one gate system)

b. Dua pintu (two gate system)

c. Multi pintu (multi gate system)

d. Rujukan balik

e. Rujukan vertikal

7. Tim Rehabilitasi Medik suatu tim multiprofesi tenaga kesehatan atau profesional pemberi

asuhan (PPA) yang terdiri dari

a. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis

okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, petugas sosial medik

b. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, terapis wicara, terapis okupasi,

ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, petugas sosial medik, petugas

laboratorium

c. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis

okupasi), ortotik-prostetik dan

d. Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, fisioterapis, terapis wicara, terapis

okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan, psikolog klinis, dinas sosial

e. Fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotik-prostetik, tenaga keperawatan,

psikolog klinis dan petugas sosial medik

8. Pelayanan oleh Tim Rehabilitasi Medik maupun Intervensi khusus Kedokteran Fisik dan

Rehabilitasi terhadap pasien dilakukan melalui layanan individu atau kelompok. Kegiatan

layanan ini meliputi :

a. Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat

Terpadu.

b. Rawat Jalan Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu

c. Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu

d. Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik, Rawat Terpadu

dan Rawat Gabung

e. Rawat Jalan, Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik dan Rawat Terpadu.

9. Apabila di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan belum memiliki Dokter SpKFR

maka pemeriksaan/penilaian/asesmen dapat dilakukan oleh

a. Dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan

kewenangan penuh.

Page 89: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 88

b. Dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan

kewenangan terbatas.

c. Dokter mitra yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan

kewenangan terbatas.

d. Dokter spesialis yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit tanpa kompetensi dan

kewenangan terbatas.

e. Dokter yang mengajukan diri ke Direktur Rumah Sakit dengan kompetensi dan

kewenangan penuh.

10. Menurut klasifikasi ICIDH oleh WHO (1980), gangguan di tingkat lingkungan yang

merugikan seorang penyandang disabilitas adalah :

a. Patologi

b. Hendaya

c. Kecacatan/handicap

d. Disabilitas

e. Keterbatasan fungsional

11. Seseorang dengan kursi roda tidak dapat memasuki suatu ruang pertemuan karena tidak

adanya akses ramp (jalan menanjak/menurun) tetapi harus melewati undakan. Dalam

klasifikasi ICIDH (WHO 1980) merupakan:

a. Patologi

b. Hendaya

c. Kecacatan/handicap

d. Disabilitas

e. Keterbatasan fungsional

12. Berikut tentang Dokter terlatih, kecuali :

a. Harus di supervisi minimal 1 kali dalam satu bulan

b. Bila diperlukan melakukan konsultasi dengan dokter sp.kfr.

c. Sertifikat pelatihan mempunyai batas waktu

d. Sertifikat pelatihan diperbaharui tiap 5 tahun sekali.

e. Penyelenggara pelatihan adalah perdosri

13. Jenis layanan dibedakan dalam berbagai strata pelayanan, yang benar tentang Strata I

adalah, kecuali:

a. Meliputi RS kelas C, D, Puskesmas dan klinik rehabilitasi

b. Memberikan layanan primer rehabilitasi medik dasar.

c. Pelaksananya adalah dokter umum terlatih dan terapis

d. Memberikan layanan primer rehabilitasi medik spesialistik

e. Terapis terdiri atas fisioterapis, terapis okupasi, perawat rehabilitasi medik

14. Sumber pasien dalam Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit adalah berikut

kecuali :

a. Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atau Rumah Sakit dengan kelas

lebih rendah.

Page 90: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 89

b. Rujukan dari Dokter Spesialis non-SpKFR yang bertugas di Poli Rawat Jalan

Rumah Sakit.

c. Rujukan dari Dokter Spesialis non-SpKFR yang bertugas di Rawat Inap Rumah

Sakit.

d. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat yang tidak terkategorikan sebagai kasus gawat

darurat.

e. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat yang dapat terkategorikan sebagai kasus gawat

darurat.

15. Pertimbangan dalam kepatutan terapi:

a. Situasi klinis, biaya, masalah keluarga

b. Situasi klinis, fasilitas pelayanan, transportasi

c. Biaya, fasilitas layanan, transportasi

d. Biaya, masalah keluarga, evaluasi berulang

e. Biaya, situasi klinis, evaluasi berulang

SOAL MD.3

ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN

1. Etika profesi digunakan untuk :

a. Menghormati para guru dan senior

b. Menjaga kehormatan dokter dalam menjalankan profesi

c. Menghormati martabat pasien

d. Menghormati para pejabat Negara

e. Menghormati keluarga

2. Etika profesi merupakan falsafah yang harus dijalankan oleh dokter dalam menjalankan

profesinya pada saat :

a. Mendapatkan amanah sebagai pejabat dalam instansi

b. Menjaga nama baik keluarga

c. Menjaga nama baik almameter

d. Membantu pasien daan keluarga dalam mengambil keputusan

e. Mempertahankan argumentasinya

3. Kode etik Kedokteran adalah :

a. Tata aturan tentang perilaku atau tingkah laku dalam menjalankan pekerjaan

kedokterannya

b. Tata aturan tentang keilmuan dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya

c. Tata aturan tentang profesi kedokteran yang diembannya

d. Tata aturan tentang berkomunikasi sebagai dokter kepada pasien dan keluarga

e. Tata aturan tentang memberikan pendapat klinis kepada teman sejawat

Page 91: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 90

4. Dalam menjalankan etika profesi seorang dokter melalui hal sebagai berikut:

a. Berdoa dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya

b. Menyapa dan memberikan salam kepada pasien dan keluarga

c. Menjalankan sumpah sebagai janji dan ikrar kepada Tuhan YME

d. Memohon restu kepada orang tua dan kerabat

e. Berbuat baik dan sopan kepada teman sejawat

5. Etika dokter dalam menjalankan profesi atau pekerjaan kedokterannya, perlu memiliki :

a. Harta dan kedudukan

b. Martabat dan kebaikan

c. Moral, akhlak dan hati nurani

d. Sopan santun dan ramah tamah

e. Kebaikan hati dan mudah simpati

6. Sebagai dokter hendaklah mampu dalam berkomunikasi dengan baik kepada pasien.

Dalam berkomunikasi pun seorang dokter harus mampu menjalankan etika dalam

berkomunikasi, antara lain :

a. Mampu menjelaskan keadaan pasien kepada pasien dan keluarga dengan semangat

b. Aktif bertanya dan mendengarkan keluhan pasien

c. Simpati dalam mendengarkan keluhan pasien

d. Ramah dalam menyikapi pertanyaan pasien terhadap keadaannya

e. Pura pura tulus dalam memberikan bantuan kepada pasien dalam mengatasi

keadaannya

7. Hak individu untuk membuat keputusan terhadap tindakan yang dilakukan atau tidak

dilakukan disebut sebagai :

a. Justice

b. Fairness

c. Autonomy

d. Freedom

e. Self defence

8. Memberlakukan sama terhadap setiap individu dikategorikan dalam :

a. Justice

b. Autonomy

c. Freedom

d. Self defence

e. Malbenefecince

9. Tindakan yang dilakukan tidak untuk bertujuan mencederai atau untuk mendapatkan

keuntungan , merupakan prinsip etika sebagai :

a. Malbenefecience

Page 92: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 91

b. Maleficience

c. Non malbenefecience

d. Non malefecience

e. Benefecience

10. Manakah asas etika berikut yang bermakna bahwa seorang dokter berkewajiban

melakukan perbuatan baik tanpa pamrih?

a. Beneficence

b. Non-maleficence

c. Primum non-nocere

d. Keadilan

e. Budi pekerti dan tingkah laku luhur

11. Kepatutan terapi diberikan berdasarkan pada:

a. Keinginan pasien

b. Keinginan keluarga

c. Pertimbangan medis

d. Kemampuan dokter

e. Fasilitas pelayanan

12. Pertimbangan dalam kepatutan terapi:

a. Situasi klinis, biaya, masalah keluarga

b. Situasi klinis, fasilitas pelayanan, transportasi

c. Biaya, fasilitas layanan, transportasi

d. Biaya, masalah keluarga, evaluasi berulang

e. Biaya, situasi klinis, evaluasi berulang

13. Implementasi dan koreksi terhadap penyimpangan kode etik

a. Kode etik hanya berlaku untuk dokter di suatu instansi

b. Pimpinan rumah sakit tidak berhak memberikan sikap terhadap penyimpangan kode

etik

c. Seluruh karyawan rumah sakit wajib mematuhi kode etik dalam rumah sakit

d. Pasien berhak memberikan sikap terhadap penyimpangan kode etik

e. Kode etik dapat di publikasikan

14. Kerahasiaan profesi merupakan :

a. Hal-hal yang menjadi rahasia secara pribadi

b. Informasi profesi yang tidak harus dijaga

c. Informasi profesi yang tidak dapat diberikan kepada pihak ketiga

d. Informasi profesi yang dapat dibuka sesuai undang-undang

e. Informasi profesi yang dapat diketahui oleh masyarakat

Page 93: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 92

15. Syarat dapat dibukanya kerahasiaan profesi antara lain :

a. Persetujuan pasien

b. Persetujuan dokter

c. Persetujuan rumah sakit

d. Persetujuan perdata

e. Persetujuan keluarga

SOAL MI.1

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

1. Di bawah ini adalah komponen komunikasi, kecuali :

a. Orang yang mengirim pesan

b. Orangyang menerima pesan

c. Orang ketiga yang mencoba menerima pesan

d. Pesan

e. Ide, persasaan

2. Yang dimaksud dengan komunikasi adalah, kecuali :

a. Adanya penyampai pesan

b. Adanya penerima pesan

c. Adanya informasi atau pesan yang disampaikan

d. Tujuannya untuk mencapai penyamaan pandangan

e. Tujuannya untuk berdebat

3. Komunikasi inter-personal adalah :

a. Komunikasi atau interaksi satu orang ke orang lain

b. Komunikasi yang terjadi didalam diri seseorang, berbicara dalam hati

c. Penyampaian pesan pada orang banyak

d. Komunikasi verbal

e. Komunikasi non verbal

4. Tujuan komunikasi efektif adalah

a. Penyampaian pesan yang superfisial asal pasien paham

b. Mempersingkat waktu anamnesis

c. Keluarga pasien dapat merekomendasikan dokter ke kerabatnya

d. Penegakan diagnosis bisa lebih awal ditegakkan

e. Mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter

5. Bentuk komunikasi non verbal contohnya adalah, kecuali…

a. Meyakinkan apa yang dibicarakan (repetitif)

b. Menunjukkan perasaan atau emosi yang tidak dapat diucapkan (subtitusi)

Page 94: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 93

c. Menunjukkan jati diri (identitas)

d. Menambah, melengkapi dan memberi contoh pada komunikasi yang belum

dimengerti

e. Informed consent

6. Syarat komunikasi verbal adalah

a. Dilakukan secara online

b. Menggunakan leaflet

c. Bisa dilakukan saat pasien kondisi delirium

d. Dapat diwakilkan

e. Memerlukan fungsi kognitif yang akan menghasilkan bicara

7. Penerapan komunikasi efektif adalah

a. Dokter tidak harus memberikan penjelasan mengenai penyakit kepada pasien

b. Pasien mengerti anjuran dokter

c. Dokter tidak perlu terlalu memberi empati kepada pasien

d. Pasien meminta keluarga mengerti apa yang dipesankan dokter

e. Keluarga pasien menanyakan berulang-ulang

8. Yang dimaksud dengan informasi dalam KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi)

kesehatan :

a. Bersifat memaksa

b. Merupakan alat penting promosi klinik / RS

c. Otoriter

d. Bersifat persuasif

e. Proses penyampaian pesan dari satu orang keorang lain

9. Yang dimaksud dengan edukasi dalam KIE adalah

a. Kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, dan

ketrampilan masyarakat

b. Penyampaian pesan dari satu orang keorang lain

c. Menyampaikan pesan dengan humoris

d. Komunikasi inter personal, intra personal dan efektif

e. Bersifat otoriter

10. Tujuan KIE adalah

a. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku individu dan kelompok

b. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku individu saja

c. Merubah sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku kelompok saja

d. Hanya merubah kepercayaan dan nilai-nilai saja, tanpa harus merubah perilaku

e. Yang terpenting adalah merubah perilaku individu atau kelompok

Page 95: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 94

11. KIE kesehatan benar semua kecuali

a. Studi yang menekankan peranan komunikasi dalam penelitian dan praktek yang

berkaitan dengan promosi kesehatan

b. Proses menyebar luaskan pesan kesehatan

c. Bukan merupakan alat promosi kesehatan

d. Melibatkan partisipasi aktif dari audiens

e. Bersifat persuasif

12. Konseling adalah :

a. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara

sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal

b. Adalah proses pemberian informasi subyektif dan lengkap, dilakukan secara

sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal

c. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara

sistematik dengan panduan komunikasi intrapersonal

d. Adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dengan panduan

komunikasi nonverbal

e. Adalah proses pemberian informasi yang lengkap, dilakukan secara sistematik

dengan panduan komunikasi interpersonal

13. Tujuan konseling :

a. Untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi, dengan tidak bermaksud menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi

masalah tersebut

b. Untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut

c. Membantu sekelompok orang mengenali kondisinya, masalah yang sedang

dihadapi, namun tidak ikut campur dalam urusan pribadi

d. Melakukan penilaian terhadap pasien

e. Menyampaikan pendapat pribadi dokter kepada pasien

14. Proses konseling adalah

a. Menyapa, mengecek identitas pasien, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

konseling

b. Menjelaskan alternatif pengobatan pasien

c. Menjelaskan keuntungan dan kerugian pengobatan pada pasien

d. Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat

e. Melakukan penilaian terhadap pasien

15. Empati adalah

a. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien

b. Turut larut dengan permasalahan pasien

Page 96: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 95

c. Tidak memerlukan kemampuan kognitif dari seorang dokter

d. Menunjukkan perasaan yang sama dengan pasien

e. Menunjukkan opini pribadi dokter kepada pasien

16. Ada beberapa level tingkat empati , diantaranya adalah

a. Dokter menolak sudut pandang pasien

b. Dokter mengenali sudut pandang pasien sambil lalu

c. Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

d. Dokter menghargai sudut pandang pasien

e. Dokter segera melakukan tindakan sesuai sudut pandang pasien

17. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyampaikan “berita buruk” kepada pasien

a. Gaya paternalistik masih dapat digunakan sewaktu-waktu

b. Gaya yang lebih menekankan otonomi keluarga pasien dibandingkan otonomi

pasien

c. Pengungkapan diagnosa dapat ditunda

d. Gaya yang lebih menekankan otonomi pasien dengan penjelasan lebih lengkap

e. Pemberian alternatif tatalaksana hanya bila pasien memaksa

18. Hal yang harus menjadi perhatian dalam menyampaikan “berita buruk” kepada pasien

adalah

a. Menyampaikan dengan berita dengan jujur tanpa mengurangi harapan

b. Tidak perlu menanggapi emosi pasien saat menyampaikan berita buruk

c. Tidak terikat dengan waktu

d. Tidak perlu menyampaikan berita buruk tersebut kepada pasien

e. Pasien diminta agar tawakal kepada Tuhan

19. Langkah langkah menyampaikan “berita buruk” kepada pasien

a. Dapat dilakukan di ruang tunggu atau ruang publik lainnya

b. Dimanapun tempat menyampaikan berita bukan merupakan hal yang terlalu penting,

tanyakan perlu tidaknya teman untuk mendengarkan berita/kondisi pasien, mulai

dengan menanyakan perasaan pasien saat ini

c. Mempersiapkan tempat yang privacy, bersifat rahasia dimana hanya pasien saja

yang boleh mendengarkan, mulai dengan menanyakan perasaan pasien saat ini

d. Pengetahuan pasien mengenai penyakitnya tidak begitu penting

e. Mempersiapkan tempat yang privacy, perlu tidaknya teman untuk mendengarkan

berita/kondisi pasien, mulai dengan menanyakan perasaan pasien saat ini

20. Contoh beberapa cara yang fatal ketika menyampaikan berita buruk adalah, kecuali :

a. Menyampaikan berita buruk di tempat yang privat

b. Menyampaikan kabar buruk melalui telpon

Page 97: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 96

c. Ketika menyampaikan berita buruk ada interupsi baik berupa telpon maupun

perawat yang meminta tandan tangan

d. Menyampaikan berita buruk denga bertele tele (karena dokter tidak nyaman)

e. Adanya efek iatrogenik (berita yang disampaikan justru memperparah kondisi

pasien)

21. Bentuk komunikasi adalah

a. Komunikasi masa

b. Komunikasi intra personal

c. Komunikasi inter personal

d. Komunikasi inter personal dan intra personal

e. Komunikasi masa, intrapersonal dan inter personal

22. Dibawah ini bukan termasuk proses konseling :

a. Sapa dan idenntifikasi

b. Menjawab pertanyaan dengan singkat dan tepat

c. Meneliti kembali pemahaman pasien dan keluarga

d. Memberikan penjelasan yang terorganisir dengan baik

e. Menggunakan bahasa kedokteran sehingga terkesan lebih formal

23. Yang dimaksud dengan kemampuan kognisi dokter dalam menyampaikan pesan adalah

a. Kemampuan seorang dokter dalam mengenal pasien

b. Kemampuan seorang dokter dalam menyampaikan permasalahan pasien dengan

sedikit unsur ketakutan agar sarannya dipatuhi

c. Kemampuan seorang dokter dalam mendengarkan opini keluarga pasien

d. Kemampuan seorang dokter dalam mendukung opini pasien

e. Kemampuan seorang dokter dalam memprediksi kondisi kesehatan pasien

24. Bylund dan Maykoul mengembangkan tingkat empati menjadi beberapa level,

diantaranya adalah :

a. Dokter mengenal sudut pandang pasien dengan eksplisit

b. Dokter menomorduakan pendapat pasien

c. Dokter tidak perlu konfirmasi kepada pasien

d. Dokter mengenal sudut pandang pasien dengan implisit

e. Dokter mengambil keputusan tanpa meminta pendapat pasien

25. “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk

menyempatkan berolah raga” merupakan empati level 4, yaitu

a. Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

b. Dokter menghargai pendapat pasien

c. Dokter berbagi perasaan dan pengalaman

d. Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

Page 98: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 97

e. Dokter mengenali sudut pandang pasien sambil lalu

26. Komunikasi seorang dokter dengan pasien dalam menjalankan pekerjaan kedokterannya

adalah:

a. Berkomunikasi selama pasien membutuhkannya

b. Berkomunikasi dengan menghemat waktu sesuai dengan kebutuhan pasien yang

harus diketahui oleh dokter

c. Berkomunikasi yang dapat menyenangkan hati pasien

d. Berkomunikasi dengan lemah lembut

e. Berkomunikasi dengan penuh rasa simpati

27. Mengenai Infom consent yang paling tepat :

a. Berbeda untuk pasien anak dan dewasa

b. Harus disetujui oleh pasien

c. Tergantung pada keyakinan masing masing pasien

d. Tidak harus dibuat, sebelum menjalankan program terapi

e. Harus dibuat, sebelum menjalankan program terapi

28. Penyampaian informasi kepada pasien perlu mempertimbangkan hal-hal dibawh ini,

antara lain :

a. Keinginan pasien untuk menolak tindakan

b. Keinginan pasien untuk mengetahui kondisinya yang sebenarnya

c. Ketidaksiapan pasien dalam menerima kondisinya

d. Keikutsertaan keluarga dalam menerima informasi

e. Sikap terbaik dalam menyampaikan informasi

29. Penyampaian informasi kepada pihak lain dapat dilakukan apabila :

a. Keluarga pasien mendesak ingin mengetahui kondisi pasien

b. LSM berhak mendampingi pasien

c. Teman yang mengantar pasien

d. Pasien tidak menginginkan mengetahui kondisinya

e. Pasangan hidup pasien berhak mengetahui kondisi pasien

30. Dalam menjalankan inform consent perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Freedom, benefecience, maleficience, justice

b. Self defence, malbenefecience, maleficience, fairness

c. Freedom, malbenefecience, eficince, justice

d. Autonomy, benefecience, non maleficience, fairness

e. Autonomy, malbenefecience, non maleficence, justice

Page 99: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 98

SOAL MI.2

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN

INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING, DISABILITY, AND

HEALTH (ICF)

Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh kiri sejak 3 bulan lalu. Awalnya

kelemahan terjadi mendadak sesaat pasien bangun tidur dan bicara pelo. Esok harinya, pasien

dibawa oleh adiknya ke rumah sakit dan dinyatakan menderita stroke iskemik. Pasien yang

sebelumnya seorang guru SMP berhenti mengajar. Kini pasien sangat sedih sebab selain tidak

bisa menafkahi keluarga ia merasa menjadi beban karena tidak bisa makan, berganti pakaian

dan melakukan kegiatan sendiri. RPD: Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu

1. Berdasarkan anamnesis diatas, apakah yang menjadi impairmen dari masalah fungsional

pasien ini ?

a. Hemiparesis sinistra

b. Hemiparesis dan dysartria

c. Hemiparesi, dysartria, dan depresi

d. Hemiparesis, dysartria dan vokasional

e. Hemiparesis sinistra, dysartria, depresi, vokasional

2. Tingkat spastisitas berdasarkan Modified Asworth Scale (MAS) untuk gambaran sebagai

berikut : peningkatan sedikit dari tonus otot, dengan manifestasi adanya tahanan minimal

sepanjang (kurang dari 50%) rentang luas gerak sendi saat bagian tubuh tersebut

digerakkan ke arah fleksi atau ekstensi, adalah sesuai untuk MAS tingkat :

a. 1

b. 1+

c. 2

d. 3

e. 4

3. Derajat kelemahan otot 2 pada pemeriksaan manual muscle testing adalah yang

mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Terlihat/teraba adanya kontraksi otot, tapi tidak ada gerak sendi

b. Ada gerakan sendi tetapi tidak mampu melawan gravitasi

c. Mampu melawan gravitasi tetapi tidak mampu melawan tahanan ringan

d. Mampu melawan tahanan sedang

e. Teraba adanya kontraksi otot

4. Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk melihat adanya gangguan fungsi menelan adalah

pemeriksaan syaraf pusat :

a. CN I, V, VII

b. CN V, VII, XII

c. CN I, VII, XII

d. CN II, IX, XII

e. CN I, II, V

Page 100: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 99

5. Gangguan bicara pada pasien ini disebabkan kemungkinan oleh karena :

a. Parese CN XI

b. Parese CN V

c. Parese CN VIII

d. Parese CN XII

e. Parese CN IX

6. Tulang di bawah ini yang termasuk dalam kelompok tulang tarsal adalah :

a. Tulang fibula

b. Tulang falanges

c. Tulang patella

d. Tulang kuboid

e. Tulang femur

7. Fase awal dari penyembuhan fraktur adalah :

a. Fase inflamasi

b. Fase proliferasi

c. Fase regenerasi

d. Fase kalsifikasi

e. Fase osifikasi

8. Tanda curiga adanya sindrom kompartemen akibat fraktur distal tibia adalah :

a. Kulit paha teraba hangat

b. Penurunan pulsasi a. dorsalis pedis

c. Gangguan sensorik pada anterior thigh

d. Penurunan pulsasi a. femoralis

e. Atrofi otot quadriceps

9. Jenis alat bantu jalan yang direkomendasikan pada pasien usia lanjut sehat dengan fraktur

femur adalah :

a. Tongkat (single cane)

b. Axillary bilateral crutches

c. Walker

d. Lofstrand crutches

e. Kursi roda

10. Edema merupakan salah satu keluhan yang dialami pasien fraktur. Salah satu jenis terapi

yang dapat digunakan untuk mengurangi edema pada anggota gerak bawah adalah :

a. Modalitas TENS

b. Latihan penguatan otot

c. Kompres hangat

d. Massage

e. Elevasi dan ankle pumping

Page 101: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 100

11. Red Flags pada LBP adalah kecuali

a. Riwayat cancer

b. VAS >7

c. Infeksi

d. Caudal Equina sign and symptoms

e. Stenosis Spinal

12. Pernyataan yang tidak tepat pada LBP

a. LBP sering disebabkan oleh suatu kelainan anatomis tertentu

b. Nyeri pingang akut adalah nyeri pingang sudah lama terjadi

c. Nyeri pinngang kronik adalah nyeri pinggang menetap < 12 minggu

d. Sekitar 60-70% orang dewasa pernah mengalami nyeri pinggang selama hidupnya

e. Mayoritas kasus LBP bersifat serius

13. Penyebab LBP adalah

a. Non-spesifik (>85%)

b. Spesifik, dengan tingkat keseriusan lebih rendah (< 80%)

c. Herniasi diskus atau spinal stenosis (80%)

d. Radikulopathy (80%)

e. Trauma (50%)

14. Gangguan Fungsional pada LBP, kecuali

a. Gangguan mobilisasi

b. Gangguan ambulasi

c. Keterbatasan LGS

d. Keterbatasan ADL

e. Gangguan menelan

15. Pemeriksaan fisik dasar pada LBP, kecuali

a. Inspeksi postur

b. Palpasi area yang nyeri saja

c. Pemeriksaan LGS

d. Pemeriksan Neurologi

e. SLR Test

16. OA Genu ditentukan derajat keparahannya dengan menggunakan klasifikasi radiologis

berdasarkan:

a. American College of Rheumatology

b. Kellgren and Lawrence

c. Ponsetti

d. Fergusson

e. Downey and Darling

17. Deformitas yang terjadi akibat OA Genu dapat berupa :

a. Metatarsal adductus

Page 102: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 101

b. Skoliosis

c. Hipolordosis lumbal

d. Genu varus

e. Coxae vara

18. Gangguan fungsional yang terjadi akibat OA Genu diantaranya adalah, kecuali

a. Gangguan mobilisasi

b. Gangguan lingkup gerak sendi

c. Gangguan aktivitas sehari-hari

d. Gangguan menelan

e. Gangguan miksi

19. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien dengan OA Genu

adalah sebagai berikut, KECUALI:

a. Nyeri pada pasien berusia > 50 tahun

b. Nyeri berkurang dengan posisi tidur

c. Kaku pagi hari > 30 menit

d. Obesitas

e. Deformitas genu

20. Riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko OA Genu diantaranya adalah, kecuali :

a. Stroke dengan kelemahan AG

b. Riwayat trauma atau fraktur AGB

c. Imobilisasi lama

d. Riwayat pemakaian obat-obatan antinyeri

e. Obesitas

21. Bell’s Palsy disebabkan oleh kelumpuhan saraf kranial:

a. N. VII

b. N. VIII

c. N. IX

d. N. X

e. N. XII

22. Pernyataan yang benar mengenai epidemiologi Bell’s Palsy

a. Merupakan kasus yang jarang ditemukan

b. Lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan

c. Insidens paling tinggi erjadi pada usia 20-40 tahun

d. Insiden sisi kiri dan kanan sama tinggi

e. Usia > 70 tahun paling jarang terkena

23. Karakteristik Bell’s Palsy adalah

a. Kelemahan kronik saraf perifer

b. Diagnosa Bell’s palsy tidak dapat dipastikan melalui anamnesa

c. Keluhan Bell’s palsy tidak mencakup nyeri dan kebas

Page 103: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 102

d. Bell’s palsy tidak mungkin rekuren

e. Onset tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas

24. Untuk membedakan Bell’s palsy dengan kelemahan saraf pusat maka perlu dilakukan:

a. Pemeriksaan saraf kranial fasialis

b. Pemeriksaan saraf kranial oftalmikus

c. Pemeriksaan EEG

d. Pemeriksaan Refleks patella

e. Pemeriksaan MRI

25. Seseorang dengan Sindroma Down telah dibekali dengan ketrampilan untuk melakukan

pekerjaan jahit-menjahit. Individu tersebut tidak diterima bekerja dimanapun karena

sindroma down-nya. Hal tersebut termasuk dalam problem .... pada kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

26. Pasien perokok aktif yang mengalami PPOK. Kondisi tersebut di atas merupakan problem

... dalam kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

27. Pasien dengan OA lutut mengalami kesulitan untuk bangkit dari duduk di kursi rendah.

Berkaitan dengan hal tersebut, pasien tidak lagi mengikuti Pengajian karena merasa

kurang enak tidak dapat duduk bersama di bawah. Problem ini termasuk dalam hal

gangguan ....dalam kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

28. Pasien OA lutut yang mengalami obesitas. Kondisi tersebut di atas merupakan problem ...

dalam kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

Page 104: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 103

29. Pasien stroke khronik tidak dapat menjalani program rehabilitasi yang telah direncanakan

oleh SpKFR karena alasan jarak yang jauh dari Rumah ke RS untuk mendapatkan layanan

Rehabilitasi. Kondisi tersebut di atas merupakan masalah ... dalam kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

30. Pada kasus HNP (herniasi nukleus pulposus), pasien yang mengalami nyeri dan

kelemahan otot termasuk masalah .... dalam kerangka ICF:

a. Struktur dan fungsi tubuh

b. Aktivitas

c. Partisipasi

d. Faktor personal

e. Faktor lingkungan

SOAL MI.3

TATALAKSANA REHABILITASI MEDIK DI FKTL RUMAH SAKIT KELAS C

1. Suatu kondisi dimana fragmen tulang menyatu, tetapi kesegarisan tidak kembali normal

disebut sebagai:

a. Malunion

b. Nonunion

c. Delayed union

d. Fissura

e. Comminuted

2. Faktor-faktor di bawah ini memperlambat penyembuhan fraktur, kecuali:

a. Usia lanjut

b. Diabetes mellitus

c. Malnutrisi

d. Operasi

e. Infeksi

3. Otot-otot di bawah ini memerlukan latihan penguatan sebagai persiapan penggunaan alat

bantu jalan pada pasien fraktur, kecuali:

a. Deltoid

b. Sternocleidomastoideus

c. Extensor carpi radialis

d. Triceps

e. Flexor digitorum superficialis

4. Tujuan dari pemberian latihan lingkup gerak sendi pada pasien fraktur adalah:

a. Meningkatkan massa otot

Page 105: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 104

b. Meningkatkan trofi otot

c. Mencegah kontraktur

d. Mencegah disuse artrophy

e. Meningkatkan kemandirian ADL

5. Rerata durasi non weight-bearing pada area fraktur anggota gerak bawah adalah:

a. 12 minggu

b. 14 minggu

c. 16 minggu

d. 18 minggu

e. 20 minggu

6. Salah satu Tatalaksana Non Farmakologi yang bersifat Modalitas pada LBP :

a. TENS

b. Lumbal Corset

c. Dry Needle

d. Hydrothetapy

e. Taping

7. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan melalui asuhan medis untuk

mencapai kondisi fungsional yang optimal pada:

a. Gangguan fisik yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit

b. Gangguan fisik dan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit,

penyakit atau cedera

c. Gangguan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh keadaan / kondisi sakit, penyakit atau

cedera

d. Keadaan / kondisi sakit, penyakit atau cedera

e. Gangguan fisik dan penyakit atau cedera

8. Pendekatan Pelayanan Rehabilitasi Medik melalui :

a. Promotif, preventif dan kuratif

b. Medis, psikososial, edukasional dan vokasional

c. Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, psikososial, edukasional dan

vokasional

d. Promotif, preventif, psikososial, edukasional

e. Rehabilitatif, psikososial, dan edukasional

9. Salah satu edukasi yang perlu diberikan pada pasien LBP:

a. Penyebab LBP

b. Prognosis biasanya dubia

c. Bed Rest diperlukan, lebih lama akan lebih baik

d. Body Mechanic Tegak

e. Banyak aktivitas yang harus dikurangi

Page 106: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 105

10. Indikasi merujuk pada dokter SpKFR pada kasus LBP :

a. Riwayat trauma dari ketinggian 3 m

b. VAS >5

c. Tidak ada pebaikan setelah 4 sesi terapi (2x/minggu)atau 1 minggu

d. Tidak membaik setelah terapi sesi pertama

e. VAS>7

11. Latihan Terapeutik yang diberikan pada LBP

a. Latihan Pelvic Tilt dan bridging

b. Latihan William Flexion

c. Latihan Single Knee pada sisi sakit

d. Latihan Bending

e. Latihan Extensi

12. Pernyataan yang tepat kontraindikasi pada terapi LBP

a. Adanya redflag adalah kontraindikasi hydrotherapy

b. Adanya redflag bisa saja sebagai kontraindikasi TENS

c. Latihan peregangan cukup aman dan dapat dilakukan pada tiap kondisi LBP

d. Adanya redflag adalah kontraindikasi latihan penguatan otot

e. Riwayat trauma dari ketinggian

13. Tatalaksana farmakologi pada rehabilitasi OA Genu yaitu:

a. Berupa pemberian NSAID dan anti nyeri per oral

b. Peresepan Tramadol harus dihindari karena efek samping saluran cerna

c. Obat-obatan tidak termasuk dalam tata laksana rehabilitasi OA Genu

d. Injeksi Ketorolac pada OA Genu Grade III-IV

e. OA Genu tanpa deformitas sebaiknya tidak diberikan obat oral

14. Tatalaksana non farmakologi pada rehabilitasi OA Genu

a. Terapi dengan es/ kompres dingin dapat diberikan sebagai pertolongan pertama di

rumah

b. Terapi latihan harus dilakukan dengan supervisi nakes terlatih

c. Tongkat atau alat bantu jalan sebisa mungkin dihindari

d. Kondisi kejiwaan tidak menjadi hambatan program rehabilitasi

e. Pasien dimotivasi untuk latihan jalan semaksimal mungkin supaya nyeri berkurang

15. Prinsip tatalaksana rehabilitasi OA Genu:

a. Rehabilitasi dilakukan sampai pasien bebas nyeri

b. Pasien dengan deformitas dimotivasi untuk operasi

c. Pasien mampu melakukan aktivitas hidup keseharian dengan nyeri minimal

d. Pasien sebaiknya latihan jalan tanpa alat bantu

e. Rehabilitasi tidak mampu memperlambat progresifitas penyakit

16. Pasien OA Genu sebaiknya dirujuk bila :

a. Pasien nyeri lutut dengan NRS 3

Page 107: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 106

b. Pasien nyeri lutut dengan gambaran radiologis OA grade II

c. Pasien dengan deformitas lutut yang memerlukan ortosis

d. Pasien dengan domisili dekat rumah sakit rujukan

e. Pasien nyeri lutut yang berumur lebih dari 60 tahun

17. Pasien dengan OA Genu sebaiknya dilakukan uji fungsi untuk menilai fungsional sebagai

berikut:

a. Berat badan dan komposisi tubuh

b. Luas gerak sendi

c. Riwayat keluarga

d. Asesmen hormonal

e. Psikologis

18. Pencegahan komplikasi imobilisasi terkait luas gerak sendi dilakukan dengan cara

memberikan latihan :

a. Latihan kekuatan otot

b. Latihan mobilisasi duduk

c. Latihan fleksibilitas

d. Latihan pernafasan

e. Latihan edukasi sensoris

19. Komplikasi ulcus decubitus dapat dihindari dengan cara Teknik Positioning yang baik,

seperti:

a. Posisi miring ke sisi sakit : Posisikan bahu sisi sehat ke depan dengan bahu protraksi

dan lengan sisi sakit tersanggah di atas bantal dalam posisi fleksi bahu, ekstensi siku

dan tangan pronasi

b. Posisi miring yang optimal adalah kemiringan tubuh sekitar 45o

c. Posisi telentang, tempat tidur dielevasi hingga 15o

d. Pastikan kaki berada dalam posisi plantar fleksi 15o

e. Posisi miring ke sisi terdampak sebaikya dihindarkan pada kondisi ekstremitas

masih flasid

20. Untuk mengatasi retensi sputum yang dapat terjadi pada pasien pasca stroke maka,

program rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut dibawah, kecuali :

a. Mobilisasi berkala, miring sisi kiri atau kanan

b. Memposisikan tubuh sedikit ke arah tegak minimal : 450

c. Latihan pernafasan

d. Terapi dada

e. Dilakukan kombinasi dengan terapi inhalasi

21. Tujuan dari rehabilitasi stroke fase sub akut adalah :

a. Mengembalikan kemampuan melakukan AKS

b. Mempertahankan pencapaian fungsional yang telah dicapai

c. Mengembalikan peran di keluarga, lingkungan dan masyarakat

d. Mencegah komplikasi akibat stroke

Page 108: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 107

e. Mencegah komplikasi spastisitas yang merugikan pemulihan fungsional

22. Tujuan utama dari tatalaksana ulkus decubitus adalah sebagai berikut, kecuali :

a. Mengurangi gaya shear

b. Memperbaiki nutrisi agar adekuat

c. Meminimalisir friksi

d. Peningkatan frekuensi penggantian dressing

e. Melakukan perawatan kulit agar dipertahankan tetap lembab

23. Sequelae Bell’s Palsy dapat berupa:

a. Ketidakmampuan menelan ludah

b. Gangguan menelan

c. Gangguan penciuman

d. Kornea kering dan ulserasi

e. Gangguan imobilisasi

24. Prognosis Bell’s palsy, pernyataan yang benar:

a. Sebagian besar kasus sembuh tanpa intervensi setelah 2-3 minggu dan

penyembuhan komplit setelah 3-4 bulan

b. Sebanyak 70% pasien Bell’s palsy mengalami paralisis komplit setelah 6 bulan

c. Short-term sequelae adalah ulserasi korena

d. Bell’s palsy tidak mempengaruhi kualitas hidup penderita

e. Bell’s palsy tidak mempengaruhi penampilan dan ekspresi wajah penderitanya.

25. Latihan otot wajah dapat dilakukan dengan cara, kecuali

a. Gerakan membuka mata

b. Meniup dan bersiul

c. Menaikkan alis

d. Tersenyum

e. Gerakan seperti hidung mencium bau

26. Bell’s palsy mempengaruhi kemampuan fungsional sebagai berikut, kecuali

a. Menutup mata

b. Minum air degan sedotan

c. Mengunyah dan berbicara

d. Berekspresi dan tersenyum

e. Mobilisasi

27. Program rehabilitasi medik Bell’s Palsy dapat berupa

a. Kortikosteroid, antivirus

b. Kortikosteroid, antivirus, facial exercises

c. Kortikosteroid, antivirus, facial exercises, elektrostimulasi

d. Kortikosteroid, antivirus, akupuntur

e. Facial exercises saja

Page 109: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 108

28. Berikut ini adalah pernyataan yang benar terkait tatalaksana Bell’s Palsy

a. Dapat ditatalaksana dengan program rehabilitasi medik

b. Facial exercises mengurangi waktu penyembuhan

c. Pemeriksaan darah lengkap selalu diperlukan untuk melihat kemungkinan penyebab

d. Antivirus selalu diberikan

e. Kortikosteroid tidak diperlukan di fase akut

29. Perawatan pasien rehabilitasi bersifat holistic meliputi :

a. fisik, mental, sosial dan spiritual

b. mental, spiritual dan sosial

c. emosional, fisik, mental dan psikologis

d. spiritual, fisik, mental dan psikologis

e. fisik, sosial dan spiritual.

30. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi merupakan konsep layanan yang

menyeluruh(comprehensive), meliputi :

a. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan,

b. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap

c. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap

dan layanan tambahan (home care)

d. promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap,

layanan tambahan (home care) dan on call

e. rehabilitatif dalam layanan rawat jalan, rawat inap dan layanan tambahan (home

care).

SOAL MI.4

RUJUKAN LAYANAN REHABILITASI MEDIK

1. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata I adalah, kecuali:

a. RS kelas D

b. RS kelas C

c. Puskesmas

d. Klinik rehabilitasi

e. RS kelas B

2. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata II adalah:

a. RS kelas B Pendidikan

b. RS kelas B Non Pendidikan

c. RS kelas A Pendidikan

d. RS kelas A nonpendidikan

e. Klinik rehabilitasi

3. Strata II memberikan layanan rehabilitasi sekunder yang mencakup dibawah ini,

kecuali:

Page 110: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 109

a. Layanan rehabilitasi spesialistik;

b. Layanan fisioterapi dengan peralatan dasar;

c. Layanan terapi okupasi dengan peralatan dasar;

d. Layanan ortotik-prostetik dengan bengkel sendiri;

e. Layanan diberikan oleh dokter spesialis KFR, terapis (fisioterapis, terapis okupasi,

ortotik-prostetik), dan perawat rehabilitasi medik.

4. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan strata III B adalah, kecuali:

a. RS kelas B pendidikan

b. RS kelas A Pendidikan

c. RS kelas A nonPendidikan

d. Pusat Rujukan Nasional

e. RS kelas C pendidikan

5. Pelayanan rehabilitasi medik dasar berada pada:

a. Srata I

b. Strata II

c. Strata III

d. Strata IIIA

e. Strata IIIB

6. Pelayanan rehabilitasi medis spesialistik berada pada, kecuali :

a. Strata II

b. Strata III A

c. Strata III B

d. Pusat rujukan nasional

e. Strata I

7. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas

Kesehatan tingkat / strata I:

a. Dokter spesialis KFR

b. Ortotik prostetik

c. Terapis wicara

d. Dokter umum terlatih

e. Petugas sosial medik

8. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas

Kesehatan tingkat / strata II kecuali:

a. Dokter spesialis KFR

b. Fisioterapis

c. Terapis okupasi

d. Terapis wicara

e. Ortotik prostetik

Page 111: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 110

9. Berikut merupakan pelaksana pada fasilitas pelayanan rehabilitasi medik di fasilitas

Kesehatan tingkat/ strata III kecuali:

a. Dokter spesialis KFR

b. Fisioterapis

c. Psikolog

d. Petugas sosial medik

e. Dokter umum terlatih

10. Bengkel ortotik prostetik terdapat di fasilitas Kesehatan tingkat/ strata:

a. Pertama

b. Kedua

c. Ketiga

d. Pertama dan kedua

e. Kedua dan ketiga

11. Yang termasuk pelayanan rehabilitasi medik pada strata II adalah:

a. Layanan rehabilitasi subspesialistik

b. Layanan fisioterapi dengan alat lengkap

c. Layanan terapi okupasi dengan alat lengkap

d. Layanan terapi wicara dengan alat lengkap

e. Layanan psikologi

12. Yang termasuk pelayanan rehabilitasi medik pada strata III adalah :

a. Layanan rehabilitasi subspesialistik

b. Layanan ortotik-prostetik dengan bengkel;

c. Layanan psikologi;

d. Layanan sosial medik.

e. Layanan dokter umum terlatih

13. Layanan rehabilitasi medik yang merupakan pusat rujukan tertinggi adalah:

a. Strata I

b. Strata II

c. Strata III

d. Strata IIIA

e. Strata IIIB

14. Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang

lebih tinggi dilakukan dalam kondisi berikut kecuali:

a. Pasien membutuhkan pelayana spesialistik

b. Pasien membutuhkan pelayanan subspesialistik

c. Permintaan pasien

d. Keterbatasan fasilitas

e. Keterbatasan ketenagaan

Page 112: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 111

15. Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi ke tingkat pelayanan yang lebih

rendah (rujukan balik) dilakukan apabila:

a. Sudah melewati 3 bulan terapi pada tingkat pelayanan yang lebih tinggi

b. Sudah melewati 6 bulan terapi pada tingkat pelayanan yang lebih tinggi

c. Permintaan pasien

d. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan Kesehatan

yang lebih rendah sesuai kompetensi dan kewenangannya

e. Permasalahan kesehatan pasien tidak mengalami perbaikan

16. Yang harus diisi pada formulir rujukan adalah, kecuali:

a. Identitas pasien

b. Tanggal rujukan

c. Diagnosis pasien

d. Indikasi rujukan

e. Tanggapan keluarga pasien

17. Berikut merupakan red flag pada LBP, kecuali:

a. Cauda equina syndrome

b. Cancer

c. Canal stenosis

d. Scoliosis

e. Ankylosing spondilitis

18. Salah satu indikasi rujukan pada kasus LBP adalah:

a. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6x sesi terapi (2x seminggu) atau 3 minggu

b. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6x sesi terapi (3x seminggu) atau 2 minggu

c. Tidak ada perbaikan gejala setelah 3 bulan terapi

d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 bulan terapi

e. Pasien dengan yellow flag

19. Berikut merupakan komplikasi/penyulit dari stoke kecuali:

a. Spastisitas

b. Pemendekan otot

c. Kekakuan sendi

d. Nyeri

e. Sulit membuka mata

20. Berikut yang bukan merupakan indikasi rujukan pada kasus stroke adalah:

a. Stroke akut dengan penyulit

b. Stroke subakut dengan penyulit

c. Stroke subakut tanpa penyulit

d. Stroke kronik dengan penyulit

e. Stroke akut

Page 113: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 112

21. Salah satu indikasi rujukan pada kasus Bell’s palsy adalah kecuali:

a. Kornea ulserasi

b. Kelemahan otot wajah permanen

c. Sinkinetik mata dan mulut

d. Kesulitan menelan

e. Grading tidak membaik setelah pengobatan

22. Berikut merupakan komplikasi/ penyulit dari kasus bells palsy:

a. Presbiopi

b. Nyeri

c. Kekakuan sendi

d. Sinkinetik mata dan mulut

e. Pemendekan otot

23. Salah satu indikasi rujukan pada kasus fraktur adalah:

a. Fraktur comminuted

b. Nyeri akibat fraktur

c. Fraktur dengan riwayat hipertensi

d. Fraktur pada anak-anak

e. Fraktur patologis

24. Berikut yang bukan merupakan kasus fraktur dengan masalah khusus:

a. Myositis ossificans

b. Atrofi otot

c. Sympathetic dystrophy reflex

d. Fraktur panggul

e. Fraktur pada anak

25. Salah satu indikasi rujukan pada kasus OA Genu adalah:

a. OA genu dengan hipertensi

b. OA genu dengan BMI overweight

c. OA genu pada usia > 70 tahun

d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 4 sesi terapi (2x per minggu) atau2 minggu

e. OA genu dengan nyeri kronik

26. Berikut merupakan komplikasi/ penyulit dari kasus OA genu:

a. OA genu dengan pada usia tua

b. OA genu dengan hipertensi

c. OA genu dengan osteofit

d. OA genu dengan penyempitan sendi

e. OA genu dengan deformitas genu varus

27. Rujukan balik ke layanan fasilitas kesehatan yang lebih rendah dapat dilakukan karena :

a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan

yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya

Page 114: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 113

b. kewenangan dan kompetensi DPJP dalam merujuk

c. pelayanan kesehatan pasien dapat dicoba ditingkat lebih rendah agar efisien dalam

segi pembiayaan.

d. Pengawasan di pelayanan kesehatan yang lebih rendah lebih mudah.

e. Masa waktu surat rujukan sudah habis

28. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yang mengatur :

a. perintah tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik

vertikal maupun horizontal

b. pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik

vertikal maupun horizontal

c. penunjukan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal

maupun horizontal

d. pengambilalihan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik

baik vertikal maupun horizontal

e. penggantian tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik

vertikal maupun horizontal

29. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang

lebih tinggi dilakukan apabila:

a. pasien tidak membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik

b. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan dasar

c. perujuk dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan

d. perujuk dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

e. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan

30. Berikut adalah benar tentang Rehabilitasi Medik Rawat Inap Khusus Rehabilitasi Medik

di Rumah Sakit, kecuali :

a. Penegakkan diagnosis medik dan fungsional oleh Dokter SpKFR sebagai DPJP.

b. Program tatalaksana Rehabilitasi Medik oleh PPA Rehabilitasi Medik.

c. Evaluasi program terapi oleh Dokter SpKFR dan PPA Rehabilitasi Medik yang lain.

d. Melanjutkan atau pengakhiran program oleh Dokter SpKFR

e. Rujukan balik ke layanan fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

SOAL MI. 5

LAPORAN DAN PENDOKUMENTASIAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSI

PASIEN REHABILITASI MEDIK

1. Yang harus dituliskan pada form laporan kasus adalah, kecuali:

a. Identitas pasien

b. Tatalaksana KFR

Page 115: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 114

c. Tatalaksana medis

d. Tanggal rawat inap

e. Anamnesis

2. Koding tatalaksana rehabilitasi medik yang harus dituliskan pada form laporan kasus

berdasarkan

a. ICD 10

b. ICD 9 CM

c. ICF

d. ICD 8

e. ICD 7

3. Frekuensi pelaporan dilakukan

a. Setiap bulan sekali

b. Setiap minggu

c. Setiap hari

d. Setiap 6 bulan

e. Setiap tahun

4. Pelaporan dilakukan oleh

a. Perawat

b. Terapis wicara

c. Fisioterapis

d. Dokter umum

e. Dokter umum yang bersertifikasi

5. Koding diagnosis medis yang harus dituliskan pada form laporan kasus berdasarkan

a. ICD 10

b. ICD 9 CM

c. ICF

d. ICD 8

e. ICD 7

6. Koding gangguan fungsi yang harus dituliskan pada form pelaporan kasus berdasarkan

a. ICD 10

b. ICD 9 CM

c. ICF

d. ICD 8

e. ICD 7

7. Pelaporan diperlukan untuk diberikan dan diperiksa oleh

a. Dokter SpKFR

b. Direktur Rumah Sakit

c. Instalasi Rehabilitasi Medik

d. Dokter SpKFR yang melakukan supervisi

Page 116: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 115

e. Dinas Kesehatan

8. Form pelaporan kasus ditandatangani oleh

a. Dokter SpKFR

b. Direktur Rumah Sakit

c. Fisioterapis

d. Dokter SpKFR yang melakukan supervisi

e. Dokter umum yang tersertifikasi

9. Rehabilitasi medik adalah kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui

tindakan medik agar dapat…

a. Menjalani hidup dengan normal

b. Menjaga fungsi tubuh

c. Mencapai kesembuhan total

d. Mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin

e. Memperbaiki anatomi tubuh pasien semaksimal mungkin

10. Berikut merupakan tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus Frozen shoulder,

kecuali…

a. daerah sendi kemerahan dan bengkak

b. nyeri saat sendi digerakkan

c. tidak nyeri tekan

d. spasme otot

e. sendi bahu sulit digerakkan

11. Kondisi pasien dengan nyeri punggung bawah di bawah ini perlu untuk dirujuk ke dokter

spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, kecuali…

a. Adanya spasme otot

b. Adanya keluhan retensi urin

c. Adanya penurunan BB

d. Adanya rasa nyeri yang menjalar

e. Adanya defisit neurologis

12. Edukasi yang benar untuk pasien dengan osteosrthritis genu adalah…

a. Latihan dengan banyak melakukan naik-turun tangga

b. Motivasi untuk meningkatkan berat badan

c. Menganjurkan untuk banyak menekuk lutut saat naik tangga

d. Latihan aerobik dengan berenang

e. Edukasi latihan penguatan otot kuadrisep dengan berlari

13. Berikut merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada sindroma dekondisi…

a. Peningkatan nafsu makan

b. Deep Vein Thrombosis

c. Hipoglikemia

d. Peningkatan massa otot

Page 117: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 116

e. Peningkatan kapasitas intelektual

14. Kemandirian fungsional seorang pasien merupakan....dalam bagian tugas dan peran

seorang SpKFR:

a. Asesmen/uji fungsi

b. Goal jangka pendek

c. Goal jangka panjang

d. Tata laksana program rehabilitasi

e. Evaluasi program rehabilitasi

15. Dalam konsep dasar fungsi, disabilitas dan kesehatan dengan model sosial, identifikasi

fokus masalah disabilitas adalah hambatan dalam hal berikut, KECUALI:

a. lingkungan fisik/sosial

b. diskriminasi sosial/ lingkungan,

c. prasangka dan stigmatisasi

d. ketidakmampuan melakukan aktifitas personal sehari-hari

e. pasien bergantung pada pelayanan kesehatan/profesional lainnya

16. Berikut beberapa pemeriksaan terkait kasus Cerebral Palsy, kecuali…

a. menanyakan faktor resiko pre natal, natal, dan post natal

b. pemeriksaan antropometri

c. pemeriksaan lingkup gerak sendi

d. pemeriksaan refleks primitif

e. pemeriksaan x-foto thorax

17. Program rehabilitasi Stroke fase akut bertujuan untuk…

a. mengembalikan kemampuan aktivitas sehari-hari

b. mengembalikan pola gerak senormal mungkin

c. mempertahankan pencapaian fungsional yang telah dicapai

d. mencegah serangan berikutnya

e. mencegah pemendekan otot

18. Program rehabilitasi stroke fase akut salah satunya yaitu melakukan posturing positioning

yang tepat dengan posisi miring yang optimal yaitu dengan kemiringan tubuh sebesar…

a. 60o

b. 45o

c. 135o

d. 30o

e. 15o

19. Indikasi merujuk kepada Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada kasus

asma bronkial yaitu…

a. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (1 x per minggu) atau 6 minggu

b. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (2 x per minggu) atau 3 minggu

c. Tidak ada perbaikan gejala setelah 8 sesi terapi (2 x per minggu) atau 4 minggu

Page 118: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 117

d. Tidak ada perbaikan gejala setelah 6 sesi terapi (3 x per minggu) atau 2 minggu

e. Tidak ada perbaikan gejala setelah 8 sesi terapi (4 x per minggu) atau 2 minggu

20. Anak dengan usia 8 bulan perlu dicurigai terdapat keterlambatan dalam fungsi bicara-

bahasa bila ditemukan gejala berikut, seperti…

a. Berespon secara konsisten terhadap percakapan yang lembut dan bunyi di

lingkungan

b. Bicara kurang dari 10 kata

c. menirukan bunyi/tindakan baru

d. Tidak dapat “babbling” atau bisa dengan sedikit/ tanpa konsonan

e. Mengulang “babbling” (“bababa”, “mama-mama”), permainan vokal dengan pola

intonasi, berbagai bunyi yang berbentuk kata

21. Prinsip tatalaksana rehabilitasi OA Genu :

a. Rehabilitasi dilakukan sampai pasien bebas nyeri

b. Pasien dengan deformitas dimotivasi untuk operasi

c. Pasien mampu melakukan aktivitas hidup keseharian dengan nyeri minimal

d. Pasien sebaiknya latihan jalan tanpa alat bantu

e. Rehabilitasi tidak mampu memperlambat progresifitas penyakit

22. Pasien dengan OA Genu sebaiknya dilakukan uji fungsi untuk menilai fungsional sebagai

berikut:

a. Berat badan dan komposisi tubuh

b. Luas gerak sendi

c. Riwayat keluarga

d. Asesmen hormonal

e. Psikologis

23. Gangguan Fungsional pada LBP, kecuali

a. Gangguan mobilisasi

b. Gangguan ambulasi

c. Keterbatasan LGS

d. Keterbatasan ADL

e. Gangguan menelan

24. Pemeriksaan fisik dasar pada LBP, kecuali

a. Inspeksi postur

b. Palpasi area yang nyeri saja

c. Pemeriksaan LGS

d. Pemeriksan Neurologi

e. SLR Test

25. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien dengan OA Genu

adalah sebagai berikut, KECUALI:

a. Nyeri pada pasien berusia > 50 tahun

Page 119: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 118

b. Nyeri berkurang dengan posisi tidur

c. Kaku pagi hari > 30 menit

d. Obesitas

e. Deformitas genu

26. Gangguan fungsional yang terjadi akibat OA Genu diantaranya adalah

a. Nyeri

b. Perbedaan panjang tungkai

c. Spastisitas

d. Gangguan mobilisasi

e. Perlu tongkat untuk berjalan

27. Jenis alat bantu jalan yang direkomendasikan pada pasien usia lanjut sehat dengan fraktur

femur adalah :

a. Tongkat (single cane)

b. Axillary bilateral crutches

c. Walker

d. Lofstrand crutches

e. Kursi roda

28. Akibat amputasi yang diderita, seorang pekerja lapangan harus beralih ke aktivitas

admisnistratif. Maka anggota tim Rehabilitasi yang menghubungi instansi pasien adalah:

a. SpKFR

b. Fisioterapis

c. Terapis Okupasi

d. Psikolog

e. Pekerja Sosial Medik

29. Penegakkan diagnosis medik dan fungsional dilakukan oleh

a. Dokter SpKFR

b. Dokter

c. Dokter Spesialis lain

d. Dokter dan dokter gigi

e. Dokter Spesialis lain yang ditunjuk Direktur RS

30. Pelayanan rehabilitasi medik di Rumah Sakit atau Klinik Utama dapat diberikan setelah

mendapat surat rujukan dari, kecuali :

a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

b. Puskesmas

c. Klinik Pratama

d. Dokter Keluarga

e. Asuransi Kesehatan

Page 120: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 119

Lampiran 33.

KUNCI JAWABAN PRETEST & POSTTEST

TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN REHABILITASI MEDIK

BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C

KUNCI JAWABAN MD.1

FILOSOFI KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

1. E

2. D

3. E

4. D

5. B

6. A

7. B

8. E

9. E

10. D

11. A

12. A

13. C

14. E

15. B

KUNCI JAWABAN MD.2

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH

SAKIT KELAS C

1. A

2. A

3. E

4. D

5. A

6. A

7. A

8. A

9. B

10. C

11. C

12. D

13. D

14. E

15. E

Page 121: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 120

KUNCI JAWABAN MD.3

ETIKA DAN MEDIKOLEGAL KEDOKTERAN

1. C

2. D

3. A

4. C

5. C

6. B

7. C

8. A

9. D

10. A

11. C

12. E

13. C

14. D

15. D

KUNCI JAWABAN MI.1

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

1. C

2. E

3. A

4. E

5. E

6. E

7. B

8. D

9. A

10. A

11. C

12. A

13. B

14. A

15. A

16. D

17. D

18. A

19. E

20. A

21. E

22. E

23. E

24. D

Page 122: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 121

25. A

26. B

27. E

28. B

29. D

30. D

KUNCI JAWABAN MI.2

PENEGAKAN DIAGNOSIS GANGGUAN FUNGSI BERDASARKAN

INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF FUNCTIONING, DISABILITY, AND

HEALTH (ICF)

1. C

2. B

3. B

4. B

5. D

6. D

7. A

8. B

9. C

10. E

11. B

12. D

13. A

14. E

15. B

16. B

17. D

18. D

19. C

20. D

21. A

22. D

23. E

24. A

25. E

26. D

27. C

28. D

29. E

30. A

Page 123: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 122

KUNCI JAWABAN MI.3

TATALAKSANA REHABILITASI MEDIK DI FKTL RUMAH SAKIT KELAS C

1. A

2. D

3. B

4. C

5. A

6. A

7. B

8. B

9. A

10. E

11. B

12. D

13. A

14. A

15. C

16. C

17. B

18. C

19. E

20. B

21. A

22. D

23. D

24. A

25. A

26. D

27. C

28. A

29. A

30. C

KUNCI JAWABAN MI 4.

RUJUKAN LAYANAN REHABILITASI MEDIK

1. E

2. B

3. E

4. D

5. A

6. E

7. D

8. D

Page 124: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 123

9. E

10. C

11. B

12. E

13. E

14. C

15. D

16. E

17. D

18. A

19. E

20. E

21. D

22. D

23. E

24. E

25. E

26. E

27. A

28. B

29. E

30. E

KUNCI JAWABAN MI 5.

LAPORAN DAN PENDOKUMENTASIAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSI

PASIEN REHABILITASI MEDIK

1. D

2. B

3. A

4. E

5. A

6. A

7. D

8. E

9. D

10. C

11. A

12. D

13. B

14. C

15. D

16. E

17. E

18. C

19. B

Page 125: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 124

20. D

21. C

22. B

23. E

24. B

25. C

26. D

27. C

28. E

29. A

30. E

Page 126: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 125

Lampiran 34.

MASTER JADWAL

PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN FUNGSIONAL PASIEN

REHABILITASI MEDIK BAGI DOKTER UMUM DI RUMAH SAKIT KELAS C

WAKTU MATERI WAKTU

(JPL)

PELATIH/

ADMINISTRATOR

Hari 1 T P PL

10.00 - 14.00 Pendaftaran Peserta

Panitia

14.00 - 14.30 Pretest

Pengendali Pelatihan

14.30 - 14.45 Pembukaan Acara

Panitia

14.45 - 15.00 Coffee Break

15.00 - 17.15 Membangun Komitmen Pembelajaran/

BLC

0 3 Pengendali Pelatihan

17.15 Istirahat

Panitia

Hari 2

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 10.30 Filosofi Kedokteran fisik dan

rehabilitasi

3 0 Tim

10.30 - 10.45 Coffee Break

10.45 - 13.00 Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan

Kesehatan di RS Kelas C

3 0 Tim

13.00 - 14.00 ISHOMA

14.00 – 16.15 Etika dan Medikolegal Kedokteran 3

Tim

16.15 - 16.30 Coffee Break

16.30 – 18.00 Etika dan Medikolegal Kedokteran

(Lanjutan)

2 Tim

18.00 Istirahat

Panitia

Hari 3

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 09.45 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi 2

Tim

09.45 - 10.00 Coffee Break

10.00 - 13.00 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

(Lanjutan)

4 Tim

13.00 - 14.00 ISHOMA

14.00 - 16.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF)

3

Tim

Page 127: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 126

16.15 - 16.30 Coffee Break

16.30 - 18.00 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF) (Lanjutan)

2

Tim

18.00 Istirahat

Panitia

Hari 4

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 09.45 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF) (Lanjutan)

2 Tim

09.45 - 10.00 Coffee Break

10.00 - 11.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF) (Lanjutan)

2 Tim

11.30 - 12.30 ISHOMA

12.30 - 15.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF) (Lanjutan)

4 Tim

15.30 - 15.45 Coffee Break

15.45 - 17.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International Classification

of Functioning, Disability and Health

(ICF) (Lanjutan)

2 Tim

17.15 Istirahat

Panitia

Hari 5

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 09.45 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF) (Lanjutan)

2 Tim

09.45 - 10.00 Coffee Break

10.00 - 12.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF) (Lanjutan)

3 Tim

12.15 - 13.15 ISHOMA

Page 128: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 127

13.15 - 15.30 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF) (Lanjutan)

3 Tim

15.30 - 15.45 Coffee Break

15.45 - 17.15 Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF) (Lanjutan)

2 Tim

17.15 Istirahat

Panitia

Hari 6

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 10.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C

3

Tim

10.30 - 10.45 Coffee Break

10.45 - 12.15 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)

2 Tim

12.15 - 13.15 ISHOMA

13.15 - 15.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)

3 Tim

15.30 - 15.45 Coffee Break

15.45 - 17.15 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)

2 Tim

17.15 Istirahat

Panitia

Hari 7

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 09.45 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)

2 Tim

09.45 - 10.00 Coffee Break

10.00 - 11.30 Tatalaksana Rehabilitasi Medik di

FKTL Rumah Sakit Kelas C (Lanjutan)

2 Tim

11.30 - 13.00 Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik 2

Tim

13.00 - 14.00 ISHOMA

14.00 - 16.15 Rujukan Layanan Rehabilitasi Medik

(Lanjutan)

3 Tim

16.15 - 16.30 Coffee Break

16.30 - 17.15 Laporan dan pendokumentasian

tatalaksana gangguan fungsi pasien

rehabilitasi medik

1

Tim

17.15 Istirahat Panitia

Page 129: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 128

Hari 8

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 09.45 Laporan dan pendokumentasian

tatalaksana gangguan fungsi pasien

rehabilitasi medik (Lanjutan)

2 Tim

09.45 - 10.00 Coffee Break

10.00 - 12.00 Praktek Lapangan

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF).

2 Tim

12.00 - 13.00 ISHOMA

13.00 - 15.00 Praktek Lapangan

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF). (Lanjutan)

2 Tim

15.00 Istirahat

Panitia

Hari 9

08.00 - 08.15 Refleksi

Pengendali Pelatihan

08.15 - 12.15 Praktek Lapangan

Penegakkan diagnosis gangguan fungsi

berdasarkan International

Classification of Functioning,

Disability and Health (ICF). (Lanjutan)

4 Tim

12.15 - 13.15 ISHOMA

13.15 - 15.30 MP- Anti Korupsi 2 1 BPPSDMKes

15.30 - 15.45 Coffee Break

15.45 - 17.15 RTL 0 2 Pengendali Pelatihan

17.15 Istirahat

Panitia

Hari 10

08.00 - 09.30 Post test dan Evaluasi Penyelenggaraan

Pengendali Pelatihan

09.30 - 11.00 Penutupan

Panitia

TOTAL 24 48 8

Page 130: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 129

Lampiran 35.

PENILAIAN TERHADAP PELATIH/FASILITATOR

Nama Fasilitator :

Materi Yang di Ajarkan :

Hari/Tanggal :

Waktu/Jam :

Tulislah tanda centang ( ) penilaian Saudara pada kolom yang sesuai

NO NILAI 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

1. Penanpilan dan kerapian

2. Ketepatan Waktu

3. Kesiapan dalam mengajar

4. Kesabaran dalam mengajar

5. Kesopanan Pengajar

6. Alur Sisitimatik Pengajaran

7. Penguasaan Materi

8. Kemampuan memotivasi Peserta

didik

9. Kemampuan Menjawab pertanyaan

10. Pencapaian tujuan pembelajaran

umum

11. Keadilan di dalam membimbing

peserta

12. Kesinnambungan dalam menjelaskan

materi

13. Ketepatan dalam mengakhiri

pengajaran

14. Pemberi Tugas untuk Memahami

Materi

15. Kejelasan tugas untuk memahami

materi

16. Perhatian terhadap tingkat kesulitan

peserta

Keterangan: 45 – 55 (Kurang), 56 – 75 (Sedang), 76 – 86 ke atas (Sangat Baik)

Saran :

….............................................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................................. …

………………………………………………………………………………………………………………………

……………..

Page 131: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 130

Lampiran 36.

EVALUASI PENYELENGGARA PELATIHAN

Berikan penilaian Saudara dengan mengisi kolom jawaban yang sesuai pada pertanyaan-

pertanyaan dibawah ini:

NO HAL-HAL YANG DI EVALUASI KURANG CUKUP BAIK SANGAT

BAIK

1 Pengalaman belajar dalam pelatihan ini

2 Rata-rata penggunaan metoda pembelajaran

oleh pengajar

3 Tingkat semangat belajar (motivasi) Saudara

untuk mengikuti program latihan

4 Tingkat kepuasan Saudara terhadap

penyelenggaraan proses belajar mengajar

5 Kenyamanan ruang belajar

6 Penyediaan alat bantu pelatihan didalam kelas

7 Penyediaan dan pelayanan bahan belajar

(seperti, penggandaan, bahan diskusi)

8 Penyediaan dan kebersihan kamar kecil

9 Pelayanan secretariat

10 Penyediaan pelayanan akomodasi

11 Penyediaan dan pelayanan konsumsi

Saran / Komentar Anda mengenai

▪ Fasilitator……………………………..

▪ Penyelenggaraan / Pelayanan Panitia………………………….

▪ MOT………………………………………..

Page 132: KURIKULUM PELATIHAN TATALAKSANA GANGGUAN …

Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Gangguan Fungsional Pasien Rehabilitasi Medik

Bagi Dokter Umum Di Rumah Sakit Kelas C

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA 131

Hal-hal yang dirasakan membantu maupun menghambat dalam kegiatan pelatihan ini

YANG DIRASAKAN MEMBANTU YANG DIRASAKAN MENGHAMBAT

MATERI YANG RELEVAN

DALAM PELATIHAN INI

MATERI YANG KURANG RELEVAN

DALAM PELATIHAN INI