Kurikulum bahasa evaluasi studi kasus
-
Upload
siti-purwaningsih -
Category
Education
-
view
250 -
download
4
description
Transcript of Kurikulum bahasa evaluasi studi kasus
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Tidak diragukan lagi bahwa evaluasi kerikulum memiliki peranan yang sangat
penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal. Melalui evaluasi
kurikulum kemajuan efektifitas mengajar guru dapat diukur, prestasi siswa dapat
dipantau dengan lebih cermat, dan bagi pengembang kurikulum dapat memanfaatkan
hasil evaluasi untuk perbaikan kurikulum di masa yang akan datang.
Model evaluasi kurikulum dibagi menjadi dua, model evaluasi kuantitatif dan
model evaluasi kualitatif. Model evaluasi kurikulum kuantitatif terdiri atas: model
Black Box Tyler, model Teoritik Taylor dan Maguire, model Pendekatan Sistem
Alkin, model Countenance Stake, dan model CIPP. Sedangkan model evaluasi
kualitatif terdiri dari model studi kasus, model iluminatif, dan model responsive.
Antara satu model evaluasi dengan model evaluasi yang lain memiliki
kelebihan dan kekurangan. Satu model eveluasi hanya mementingkan hasil tanpa
memperhatikan proses pencapaian hasil, sedang yang lain sebaliknya.. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal dimungkinkan untuk menggunakan lebih
dari satu model evaluasi, sehingga evaluasi bisa lebih optimal.
Makalah ini hanya akan menjelaskan model evaluasi kurikulum studi kasus.
Dari pengertian model evaluasi kurikulum studi kasus, karakteristik yang ada, dan
tahapan evaluasinya.
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_2
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari Model Evaluasi Kurikulum Studi Kasus ?
B. Apa saja karakteristik dari Model Evaluasi Kurikulum Studi Kasus ?
C. Apa saja tahapan dari Model Evaluasi Kurikulum Studi Kasus ?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui pengertian, karakteristik dan tahapan evaluasi dari Model Evaluasi
Kurikulum Studi Kasus
B. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Model Evaluasi Kurikulum
Studi Kasus
C. Memenuhi tugas Pengembangan Kurikulum Bahasa
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Evaluasi Studi Kasus
Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam evaluasi
kualitatif. Model evaluasi kualitatif selalu merupakan model evaluasi yang
menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi dimana
dimensi kegiatan dan proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi
lain. Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan
pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Unit tersebut dapat berupa
satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang guru atau kepala sekolah.
Adapun datanya juga akan berupa data kualitatif yang dianggap lebih
memberikan makna dibanding data kuantitatif yang kering. Namun demikian
kualitatif tidak menolak secara mutlak data kuantitatif. Data kualitatif kaya dengan
deksripsi dan dianggap lebih memberikan makna dibandingkan data kuantitatif.
Data kualitatif dianggap lebih dapat mmengungkapkan apa yang terjadi di
lapangan. Proses yang direkam tidak dinyatakan dengan angka tetapi dengan
ungkapan menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam proses sebagai suatu
rangkaian berkelasinambungan. Meskipun demikian, model studi kasus tidak
menolak pemakaian data kuantitatif apabila data tersebut memang diperlukan.
2.2 Karakteristik Model Evaluasi Studi Kasus
Sesuai dengan namanya, evaluasi yang menggunakan model studi kasus
memusatkan perhatiannya hanya kepada kegiatan kurikulum di satu unit kegiatan
pendidikan. Unit tersebut dapat saja satu sekolah, satu kelas bahkan hanya terhadap
seorang guru atau kepala sekolah. Dalam bahasa kualitatif, dikatakan bahwa studi
kasus dilakukan apabila n = 1. Dengan demikian persoalan pemilihan sampel yang
dihadapi dalam studi dengan model kuantitatif bukan merupakan persoalan dalam
studi dengan model kualitatif. Memang,konsekuensinya hasil yang diperoleh hanya
dinyatakan sahih untuk tempat di mana evaluasi itu dilakukan. Generalisasi hasil
evaluasi, yang memang bukan menjadi perhatian model kualitatif, tidak dilakukan.
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_4
Karakteristik lain dari model evaluasi ini ialah data yang dikumpulkan
terutama data kualitatif. Data ini dianggap lebih memberikan makna dibandingkan
data yang ada di lapangan. Proses yang direkam tidak dapat dinyatakan dengan
angka kecuali dengan ungkapan proses pula. Meskipun demikian, model studi kasus
tidak menolak pemakaian data kuantitatif apabila data tersebut memang diperlukan
(catatan bahwa pengertian data kuantitatif di sini adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk angka; jadi bukan dalam pengertian data kualitatif statistik di mana data
kualitatif diartikan sebagai data dari pengukuran tingkat nominal). Penolakan yang
dilakukan oleh model ini ialah model pengumpulan data kuantitatif.
Karakteristik ketiga ialah diakuinya adanya kenyataan yang tidak sepihak
(multiplerealistics). Maksudnya, kenyataan adalah sesuatu yang berhubungan dengan
konteks dan persepsi individu yang terlihat di dalamnya.Jadi bukan hanya kenyataan
yang dipersepsi oleh evaluator atau orang yang memberi tugas kepada evaluator.
Oleh karena itu, persepsi orang-orang yang terlibat seperti siswa, guru, kepala
sekolah, dan sebagainya adalah kenyataan yang harus dipertimbangkan oleh
evaluator.
2.3 Tahapan Evaluasi Model Studi Kasus
Dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama yang harus
dilakukan evaluator ialah familiarisasi dirinya terhadap kurikulum yang dikaji.
Familiarisasi ini sangat penting sehingga dapat dikatakan bahwa evaluator yang tidak
familiar terhadap kurikulum dan juga lingkungan satuan pendidikan yang
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum tidak boleh melakukan evaluasi.
Ada dua jenis familiarisasi yang harus dilakukan dan keduanya mempunyai
fungsi dan waktu yang berbeda. Tetapi keduanya saling berhubungan dan saling
mendukung. Familiarisasi pertama adalah familiarisasi terhadap kurikulum sebagai
ide dan sebagai rencana. Evaluator harus mempelajari dasar-dasar pikiran yang
melahirkan kurikulum sebagai sebagai rencana dan kurikulum sebagai rencana itu
sendiri. Familiarisasi ini akan memberikan “frame of reference” bagi evaluator yang
diperlukannya pada waktu ia mengunjungi lapangan. Frame of reference itu memang
tidak mejadi dasar bagi evaluator untuk membuat instrumen. Tetapi ia akan
membantu evaluator dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan lapangan.
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_5
Familiarisasi kedua adalah ketika evaluator sudah berada di lapangan. Di sini
untuk beberapa waktu, tergantung dari keadaan lapangan dan pendekatan yang
dilakukan evaluator, evaluator harus menguasai keadaan lapangan dengan seluk
beluknya yang rumit tersebut. Evaluator harus menguasai kebiasaan-kebiasaan yang
ada sehingga ia tidak lagi merasa sebagai orang asing di tempat tersebut. Dia dapat
berkomunikasi dalam bahasa yang sama seperti yang digunakan di lapangan.
Setelah melakukan kedua familiarisasi tersebut, barulah evaluator dapat
mengobservasi lapangan dengan baik. Observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang sangat dianjurkan dalam model studi kasus. Posisi penting ini dikarenakan
anggapan bahwa observasi adalah cara yang memungkinkan evaluator langsung
berhubungan dengan evaluan. Dengan hubungan langsung tersebut evaluator dapat
melihat langsung apa yang terjadi.
Adapun ketentuan bagi evaluator untuk melakukan observasi adalah; pertama,
evaluator harus memiliki visi dan pengetahuan yang luas mengenai fokus observasi.
Kedua, kecepatan berfikir. Hal ini penting karena evaluator berfungsi sebagai
instrumen yang selalu terbuka untuk fokus atau pun membuka dimensi baru dari
masalah yang sedang diamati. Ketiga, evaluator harus cermat dalam menangkap
informasi yang diterimanya. Kecermatan ini ditandai dengan adanya informasi
tertulis sebagaimana yang disampaikan oleh responders, pemaknaan informasi, dan
keterkaitan informasi dengan konteks yang lebih luas.
Selain observasi, pengumpulan data dapat dilakukan dengan kuisioner dan
wawancara. Misalnya, apabila seorang evaluator ingin mengetahui persepsi guru
tentang kurikulum yang berlaku, ia dapat mengumpulkan data tersebut dengan
wawancara. Demikian pula kalau evaluator ingin mengetahui tentang pendapat guru
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kualitas lingkungan kerja yang ada.
Setelah data selesai dikumpulkan, maka pengolahan data dapat langsung
dilakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan saat evaluator masih berada di lapangan. Cara
ini memiliki beberapa keuntungan di antaranya ialah persoalan baru yang mungkin
muncul dari hasil analisis data dapat segera ditelusuri. Kedua, hal-hal yang tidak
jelas dapat segera dikomunikasikan kembali ke responden untuk mendapat
kejelasan. Ketiga, waktu untuk kegiatan evaluasi dapat dipersingkat mengingat
hakikat data kualitatif yang dikumpulkan.
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_6
Setelah melakukan pengolahan data, evaluator dapat melanjutkan untuk
mengklasifikasi data. Evaluator harus memahami satu persatu data yang
dikumpulkan untuk dapat diklasifikasi. Proses pemahaman ini akan menyita waktu
cukup banyak. Apabila itu dilakukan ketika evaluator masih di lapangan, pekerjaan
tersebut dimulai dengan jumlah yang masih sedikit sehingga pekerjaan lebih mudah
dan proses klasifikasi dapat dilakukan secara progresif. Artinya, klasifikasi berjalan
terus sejalan dengan data yang masuk dan kelompok data yang baru muncul
bersamaan dengan masuknya data tadi.
Pada saat mengklasifikasi data, biasanya persoalan-persoalan akan muncul
ke permukaan. Tetapi,evaluator diharapkan jangan sampai terlena oleh tumpukan
data yang masuk. Kalau evaluator tidak hati-hati ia akan terbenam oleh pekerjaan
klasifikasi. Oleh karena itu dari hasil klasifikasi tersebut evaluator harus mampu
membuat“memoing”, yaitu pembuatan memo mengenai konsep penting yang dapat
diambil dari klasifikasi. Dengan memo ini evaluator dapat mengarahkan
pekerjaannya lebih baik. Ia juga membantu evaluator pada waktu menulis laporan
akhir.
Tahapan terakhir yang harus dilakukan evaluator adalah membuat laporan hasil
evaluasi. Pekerjaan memoles laporan akhir ini akan lebih mudah karena evaluator
tidak lagi berhubungan dengan data secara langsung tetapi dengan memo yang telah
dibuatnya.
Makalah Kurikulum Bahasa Model Evaluasi Studi Kasus_7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model studi kasus (case study) adalah model utama dalam evaluasi kualitatif.
Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan
kurikulum di satu satuan pendidikan. Evaluasi studi kasus hanya dilakukan dalm satu
unit kegiatan, unit tersebut dapat berupa satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat
seorang guru atau kepala sekolah, atau dapat dikatakan n=1. Data yang dikumpulkan
dalam model evaluasi studi kasus adalah data kualitatif, bukan data kuantitatif,
seperti proses rekaman yang tidak dapat ditulis dengan angka dan harus diungkapkan
dengan proses pula.
Tahapan yang harus dilakukan dalam evaluasi studi kasus adalah familiarisasi
terhadap kurikulum dan keberadaan evaluator dilapangan; melakukan observasi,
kuisioner atau wawancara; pengolahan data; pengklasifikasian data dan pembuatan
memo; dan terakhir adalah pembuatan laporan akhir.
3.2 Saran
Evaluasi kurikulum dengan model studi kasus sangat penting dilakukan apabila
para evaluator menginginkan data secara kualitatif. Oleh sebab itu, penting bagi
evaluator untuk memahami apa saja yang harus ia lakukan dalam tahapan evaluasi
dengan model studi kasus. Sehingga evaluasi kurikulum dapat berjalan dengan baik
dan bermanfaat sebagaimana tujuan dari evaluasi itu sendiri.