KURIKULUM
-
Upload
afrizen-pasaman -
Category
Documents
-
view
101 -
download
3
description
Transcript of KURIKULUM
![Page 1: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/1.jpg)
Oleh
KHAIRUDDIN
NIM. 8146132045
Kelas A1W AP KEPENGAWASAN
Mata Kuliah
ANALISIS KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu
Prof. Dr. SUKIRNO, M.Pd
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
![Page 2: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/2.jpg)
Makalah Mata Kuliah Analisis Kurikum
CHAPTER 9
HUBUNGAN KEMAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu yang sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik di sekolah
adalah perkembangan kognitif serta ketrampilan peserta didik dalam mengelola sisi
koginitifnya. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam perkembangan peserta didik. Guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif
peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan
kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak
karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun,
sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan
kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (synthesis), evaluasi (evaluation).Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Ketrampilan kognitif merupakan keahlian individu untuk berpikir, memberi
pendapat, memahami, mengingat hal-hal yang berlangsung di lingkunan masing-
masing. Ketrampilan kognitif melibatkan aktivitas mental seperti mengingat,
mengkategori, merancang, menyelesaikan masalah, mencipta, berimaginasi dan lain-
lain. Sementara perkembangan kognitif memfokuskan pada pola peserta didik dalam
belajar dan memproses hasil pembelajarannya. Dengan demikian perkembangan
kognitif merupakan suatu proses mengembangkan daya pikir serta membina
pengetahuan peserta didik.
![Page 3: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/3.jpg)
Perkembangan kognitif peserta didik memberi penekanan terhadap pembinaan
pemikiran individu peserta didik. Perkembangan kognitif berpusat kepada perubahan
pemikiran anak yang berlaku dalam satu level perkembangan kepada level
perkembangan berikutnya. Perkembangan ketrampilan kognitif berdasarkan perubahan
stuktur mental peserta didik yang melibatkan bahasa, imajinasi, mental, pikiran,
penalaran dan penyelesaian masalah. Perkembangan ketrampilan kognitif dapat diukur
melalui perkembangan intelek perserta didik dengan melihat kemampuan serta
kecerdasan mereka untuk menggunakan kemahiran berpikir mereka bagi menyelesaikan
suatu masalah.
Teori perkembangan kognitif dipelopori oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky.
Teori-teori ini telah memainkan peranan penting dalam membantu memahami cara
berpikir anak-anak dan pola guru untuk memainkan perannya dalam perkembangan
kognitif peserta didik di sekolah. Perkembangan kognitif anak-anak memberi penekanan
terhadap pembinaan pemikiran anak-anak.
Teori kognitif dari Jean Piaget ini masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam
bidang pendidikan. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil
kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil
interaksi diantara keduanya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat
aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf; 2) pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan
4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme
agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang
cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak
merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya. Dalam memahami perkembangan kognitif, guru dan orang tua harus
mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan
![Page 4: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/4.jpg)
pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua
dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan
usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu
yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Karena itu chapter ini penulis rasa perlu dipahami secara mendalam melalui
bahasan-bahasan pada bab selanjutnya. Karena terlalu banyak guru yang mengambil
tindakan tanpa memahami aspek perkembangan kognitif peserta didik lalu terjadi hal
yang tidak diinginkan dalam pendidikan Indonesia terutama pada proses pembelajaran
di sekolah.
![Page 5: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TERJEMAHAN CHAPTER 9
KEMAHIRIAN DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF;
MENCARI HUBUNGAN
Oleh : Robin M. Campbell
Bagian ini membahas tentang kemahiran kognitif dan ranah spesifiknya. Saya
mengakui bahwa ketika saya setuju untuk membahas ini, saya merasa berkekurangan
ilmu tentang hal ini. Pengetahuan saya tentang Piaget meyakinkan saya bahwa piaget
tertarik untuk ranah berpikir khusus dan dalam ranah struktur umum serta proses yang
mendukung pemikiran tersebut. Karya-karya piaget lebih mengarah pada pola belajar
pengembangan di berbagai ranah spesifik -yang dibedakan oleh konten -diikuti oleh
perkembangan sintesis progresi terpisah dalam pengembangan teori umum. ‘Ranah
kekhususan' sekarang umumnya digunakan sebagai ungkapan degungan untuk jenis
hasil yang dilaporkan oleh Chi (e.g. Chi, 1978; Chi dan Koeske, 1983); yaitu bahwa jika
termotivasi untuk memperoleh ketrampilan dalam beberapa ranah – sebagai contoh
taksonomi dinasaurus - anak-anak yang belia akan tampak untuk melakukannya, begitu
banyak sehingga mereka datang untuk melakukan fungsi dalam ranah yang mampu
dilakukan oleh orang dewasa. Aku bertanya-tanya, meskipun, jika Chi memiliki
keberanian akan keyakinannya? Apakah dia makan hidangan jamur liar dipetik dan
disiapkan oleh seorang ahli empat tahun di taksonomi jamur besar? Tetapi
meninggalkan pertanyaan tentang validitas samping, sulit untuk membuat hubungan
antara temuan ini dan produk metode Piaget biasa. Setelah semua, dalam semua tetapi
karyanya awal ia mempertimbangkan gejala-gejala yang cukup untuk pada anak-anak
dengan tugas-tugas asing, di mana tidak ada keahlian yang telah terakumulasi, tidak
ragu lagi untuk alasan yang sangat baik bahwa ia ingin memastikan bahwa belajar
berpikir lebih daripada kebiasaan beralur dan penemuan yang dieksekusi tanpa usaha
atau refleksi (lihat Campbell dan Olson, 1990).
Sebuah contoh unik adalah pada upaya koneksi antara jenis-jenis pekerjaan akan
menyarankan obsesi usia pra sekolah terampil dalam memahami penomoran atau
penghitungan dari kelas indusi jika standar penugasan diambil melalui dinasaurus lebih
![Page 6: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/6.jpg)
baik daripada atau alat hitung! Tapi Eksperimen Gedanken ini - saya asumsikan agak
lalai karena menggunakan fasilitas saat pengamatan-hanya berfungsi untuk mengekspos
ambiguitas dari kata 'ranah' dan batas-batas ketrampilan sejenisnya. Mungkin gagasan
ketrampilan hanya berlaku untuk ranah tertentu pada seseorang dan tidak kepada orang
lain. Apa artinya menjadi seorang terampil dalam ranah dari 1-1 korespondensi atau
bahkan dalam konservasi? Tampaknya bahwa semua-atau-tidak ada karakter dari
prestasi ini menghalangi penerapan konsep keterampilan.
Saya juga memberikan beberapa pemikiran untuk pertanyaan apakah dan
bagaimana gagasan kekhususan ranah dapat diterapkan dalam aspek Vygotsky. Salah
satu bagian yang paling luar biasa dalam pendapat Vygotsky terjadi pada halaman
pertama dari buku Thought and Language dan tampaknya untuk menyatakan minat
yang jelas dalam hubungan antara ranah dan keterkaitan pengembangan tersebut, bukan
dalam pengembangan ranah itu sendiri (Vygotsky .1962, p. 1)
[Dalam psikologi tua] diambil hubungan antara dua fungsi yang diberikan tidak
pernah bervariasi; persepsi bahwa, misalnya, selalu dihubungkan dengan cara yang
identik melalui perhatian, memori dengan persepsi, berpikir dengan memori. Sebagai
konstanta, hubungan ini bisa, dan mengabaikan faktor dalam studi fungsi yang terpisah.
Karena hubungan tetap sebenarnya tidak benar, pengembangan kesadaran dipandang
sebagai penentuan oleh perkembangan otonom fungsi tunggal. Namun semua yang
diketahui tentang perkembangan psikis menunjukkan bahwa esensi terletak pada
perubahan struktur antar fungsi kesadaran. Psikologi harus membuat hubungan ini dan
perkembangan mereka mengubah masalah utama, fokus penelitian.
Vygotsky kemudian pindah untuk menyatakan bahwa pergeseran fokus
diperlukan untuk studi produktif hubungan antara ucapan dan pikiran. Tapi ini ranah-
perhatian, persepsi, memori, pikiran-dibedakan bukan oleh konten tetapi dengan proses.
Artinya, resep Vygotsky menawarkan sesuatu yang khusus untuk dipelajari
pengembangan penalaran tentang dinosaurus atau ranah konten-didefinisikan lainnya.
Sebaliknya, itu adalah resep umum yang akan diterapkan untuk pengembangan bidang
apapun di mana kita mengekspresikan pemahaman dan penguasaan melalui bahasa.
Pemikiran awal saya pada akhirnya tentang topik itu bahwa mungkin apa yang
dimaksudkan adalah pemeriksaan proposisi (1) bahwa semua pemikiran bisa jadi ranah
yang spesifik; (2) bahwa ranah yang berbeda mungkin memerlukan kemampuan
![Page 7: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/7.jpg)
berpikir yang berbeda; dan (3) bahwa keterampilan yang berbeda mungkin tidak
didukung oleh ranah yang struktur berdiri sendiri dan proses dari jenis yang digariskan
oleh Piaget. Setidaknya ada beberapa daging dalam ide ini (lih Carey, 1985), bahkan
jika itu tampaknya terlalu radikal. Kami menemukan pulau kompetensi yang tampaknya
bijaksana dalam beberapa populasi khusus atau kasus, dan daya tarik untuk perbedaan
horisontal yang menghubungkan bersama prestasi dengan melibatkan kemampuan
berpikir yang sama dengan masuk akal ketika décalage yang mencakup sepuluh tahun
atau lebih-seperti halnya dalam kasus hilangnya ego, misalnya. Namun, dari sudut
pandang fenomenologis pandang satu jenis pemikiran terasa mirip dengan yang lain,
dan sistem pendidikan kita secara keseluruhan didasarkan pada gagasan bahwa subjek
mengajar tidak kognitif. Tampaknya mungkin bahwa posisi eklektik merangkul kedua
proses ranah-umum dan ranah-spesifik akan menang di sini (lih Sternberg,1989)
Itu, maka, merupakan hasil dari pemikiran awal saya tentang topik untuk sesi
ini. Saya merasa lega bahwa saya menjadi pembahas hanya daripada wajib menawarkan
kertas utama, karena itu sama sekali tidak jelas bagi saya bagaimana menangani topik.
Ketika saya datang untuk memeriksa dua makalah, namun, saya agak bingung
dengan isinya. Saya mengambil tulisan Resnick dan Le Gall, saya merasa sangat sulit
untuk membuat komentar tentang itu sama sekali. Tampaknya tidak ada banyak
berbicara tentang Piaget atau Vygotsky, dan tidak menunjukkan hubungan yang jelas
dengan isu-isu yang terkait dengan spesifisitas ranah. Di sisi positif, itu membuat
beberapa saran tentang bagaimana pendidikan praktek bisa diperbaiki, tapi ini
sayangnya ranah di mana saya tidak punya keahlian! Saya kira bahwa usulan mereka
merupakan kebiasaan umum dari pikiran tertentu mungkin diperoleh oleh rezim tertentu
sosialisasi dan edukasi berjumlah penolakan terhadap gagasan bahwa tidak ada
kemampuan berpikir ranah independen. Dan proposal mereka mungkin sejalan dengan
cara yang lebih spesifik untuk konsep Vygotskian: misalnya, mereka membuat klaim
yang masuk akal bahwa setiap potensi individu untuk belajar-atau 'zona proksimal
development' - adalah sebanyak fungsi rezim sosialisasi dan pendidikan sebagai
konstitusi individu. Namun, saya harus mengatakan bahwa saya menemukan perbedaan
yang mereka menarik antara 'tujuan kinerja' dan sulit dipahami tujuan pembelajaran '.
Tentu saja, mereka mengasosiasikan beberapa ciri-ciri kepribadian dengan mengejar
satu, dan lain-lain dengan mengejar yang lain, tapi apa yang mendefinisikan perbedaan
![Page 8: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/8.jpg)
antara kedua macam tujuannya adalah tak tertulis dan pasti renggang. Demikian pula
perbedaan antara 'entitas' dan teori 'tambahan' kecerdasan. Jika saya seorang kepala
sekolah dan Anda menyarankan saya untuk 'sengaja bersosialisasi belajar orientasi
tujuan', saya tentu saja akan bergumam bahwa sebagai kepala sekolah hanya saya tidak
memiliki kekuatan untuk menentukan kurikulum atau metode pengajaran, tapi saya juga
akan bertanya-tanya apa yang di dalam pikiran anda. Di sisi lain, mungkin jika saya
benar-benar seorang kepala sekolah saya akan tahu apa yang Resnick dan Le Gall
dimaksud dengan saran ini.
Beralih ke makalah Bryant, di sini setidaknya saya temui ground lebih akrab,
meskipun ground saya pikir adalah aritmatika daripada klaim judul matematika. Pasti
ada perbedaan, dan salah satu mungkin relevan dengan topik kita, karena matematika
adalah ranah-independen atau umum sedangkan aritmatika tegas terkait dengan ranah
kuantitas dan pengukuran.
Saya sangat dianjurkan untuk membaca, seluruh tulisan, banyak pernyataan
menarik perhatian pada nilai dan kecerdasan pekerjaan Piaget pada aritmatika dan
pengukuran. Sangat disayangkan bahwa buku berpengaruh yang diterbitkan oleh Bryant
(1974) dan oleh guru saya sendiri Donaldson (1978) -yang keduanya pada waktu itu
pengagum Piaget dan yang pasti membaca Piaget secara menyeluruh dan hati-hati-
terutama terdiri dari kritik dari hasil Piaget dan kesimpulan. Ada sedikit keraguan
bahwa kritik-kritik ini pergi terlalu jauh (lihat Emas, 1987). Memang, tampaknya bagi
saya bahwa perawatan umum pekerjaan Piaget oleh psikolog di Inggris dan Amerika
telah sering agak tercela. Dalam kasus terburuk, pendapat nyaman kerja yang santai
dibangun dari pembacaan beberapa halaman dari salah satu bukunya, atau lebih buruk,
dari beberapa rekening bekas. Pendapat ini, sering cacat dan dangkal, menyebabkan
eksperimen mentah yang dirancang untuk menolak mereka, dan editor naif atau
complaisant mempublikasikan belum kertas lain membuktikan versi sepenuhnya
menyalahkan 'Teori Piaget' memadai. Penghinaan untuk Piaget sangat kuat di Inggris,
dan tanda ampuh penghinaan ini adalah tidak tersedianya buku Piaget. Ketika saya
terakhir melihat, satu-satunya buku Piaget di cetak dari penerbit Inggris adalah
Sosiological Study, yang diterbitkan oleh Routledge. Begitu rendah permintaan untuk
karyanya yang bahkan ringkasan yang sangat baik oleh Gruber dan Vonèche (1977)
sudah lama tidak dicetak. Jika seratus Piaget harusnya sangat berarti lebih dari tanda
![Page 9: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/9.jpg)
hormat tanda, maka harus mengarah pada evaluasi ulang dari nilai pekerjaan Piaget,
kesadaran yang lebih besar dari nilai sebenarnya membacanya, dan ketersediaan yang
lebih luas dari buku-buku.
Dalam presentasi lisannya, Bryant mengatakan bahwa buku Piaget panjang dan
sering agak sulit untuk menyelesaikan. Ini bukan karena mereka membosankan, tetapi
karena mereka padat ilustrasi dan berdebat serta cenderung untuk menyelesaikan
dengan analisis yang panjang dan rumit konsep dan transisi dari teori perkembangan.
Tapi membaca buku tulisan untuk kesimpulan sering membayar, seperti Bryant
menunjukkan dalam hubungannya dengan pekerjaan pada satu-banyak korespondensi,
yang disajikan di akhir Piaget (1952). Saya membaca Play, Mimpi dan Imitasi sampai
akhir beberapa tahun yang lalu dan menemukan bagian menakjubkan berikut (Piaget,
1951, ch 8, sekte 4)
Asimilasi Perwakilan dimulai sebagai proses sentrasi ... Dihadapkan dengan
berbagai objek yang membandingkan pengaturan mereka ke dalam kelas ... anak yang
di ambang alam perwakilan tidak mampu menempatkan pada data tingkat yang sama
saat ini dan data sebelumnya untuk yang diasimilasi. Sesuai dengan kepentingan dan
obyek yang menarik perhatiannya pada titik awal perbuatannya, yang berpusat ... dan
asimilasi orang lain. Selain itu, justru karena salah satu unsur berpusat sebagai prototipe
atau sampel yang representatif dari himpunan, skema set ini, alih-alih mencapai negara
abstrak yang mencirikan konsep, terus dikaitkan dengan representasi individu yang khas
ini, yaitu untuk gambar.
Selain itu, pada bagian sekitarnya, Piaget menjelaskan pada tahun 1945 jenis
struktur berbasis prototipe untuk awal konsep 'independen' direkonstruksi oleh Rosch
dan lain-lain pada 1970-an tengah (misalnya Rosch et al.,1976)
Sejauh kerja dilaporkan dalam makalah Bryant, hal ini tentunya tidak anti-
Piaget. Sebaliknya, percobaan menarik dan pandai melengkapi dan memperjelas analisis
Piaget perkembangan prinsip-prinsip aritmatika. Memang, saya berpikir bahwa ini
adalah benar karya awal Bryant juga, bahkan jika kesimpulan pada waktu yang lebih
agresif dinyatakan.
Ada beberapa pengamatan tentang percobaan ini :
1. Manipulasi menarik di Frydman dan Bryant (1988) eksperimen berbagi yang
menyebabkan kinerja yang lebih baik dari usia empat tahun bisa lebih jauh dari
![Page 10: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/10.jpg)
yang diperlukan. Sebuah batu bata kuning ganda merupakan satu hal dan juga
dua hal. Tapi 'dua-an' dari batu bata kuning ganda mungkin tidak penting untuk
anak-anak ini lebih muda. Mungkin manipulasi menggunakan batu bata biru dan
kuning di tunggal dan ganda berhasil tidak begitu banyak karena itu membuat
korespondensi hidup pada setiap langkah dari proses berbagi, tetapi karena
penggunaan dua warna membuat 'dua-an' dari bata ganda lebih menonjol .
2. Meskipun Bryant cenderung untuk memotong ini, saya berpikir bahwa
kekhawatiran Trabasso benar bahwa hasil dari pelatihan yang panjang
diperlukan dalam percobaan cerdik mereka pada transitif inferensi untuk
pembangunan gambar tongkat bersambung dengan benar. Bukti utama untuk
hasil ini adalah bahwa laten untuk merespon pada uji coba inferensi kritis lebih
pendek dari laten untuk premis percobaan-tempat yang menyusun kesimpulan
tersebut. Tentunya jika ada sesuatu yang dihitung sebagai 'membuat
kesimpulan', maka harus mendapatkan hubungan kebalikan dari latensi. Tentu
saja, pembangunan citra bersambung tergantung pada transitif inferensi tapi ini
hanya memperkuat titik yang dibuat oleh Perner dan Mansbridge, kebobolan
oleh Bryant, bahwa pelatihan prosedur-bagi anak-anak yang dilengkapi untuk
bertahan hidup itu-kereta kesimpulan serta mengamankan premis recall.
3. Ada masalah yang cukup jelas dalam membandingkan Bryant dan tugas
pengukuran Kopytynska dengan tugas Piaget. Dalam kedua tidak mungkin
bahwa seorang anak akan mengambil tongkat dan membesarkannya bersama
menara kecuali dia punya niat untuk mengukur. Tapi jika anak ditawarkan blok
dengan lubang di dalamnya dan tongkat yang sesuai lubang tampaknya sangat
mungkin bahwa tongkat akan dimasukkan ke dalam lubang! Saya harapkan
bahkan dua tahun untuk melakukan hal ini dalam hitungan detik, dan tentu saja
tanpa memikirkan pengukuran. Anak yang lebih tua mungkin juga memasukkan
tongkat spontan dan hanya kemudian melihat peluang potensial untuk
pengukuran. Mungkin bahwa berbagai kontrol dan cara-cara alternatif untuk
menilai kinerja dalam penelitian Bryant dan Kopytynska yang menghilangkan
semacam ini penjelasan tapi data dalam laporan asli meninggalkan kemungkinan
ini agak terbuka untuk penyelidikan lebih lanjut. Mungkin juga, bahwa analisis
Piaget pengukuran sebagai aplikasi transitif inferensi pantas beberapa refleksi.
![Page 11: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/11.jpg)
Hubungan antara pengukuran tongkat (atau bagian dari itu) dan menara benar
dianggap sebagai salah satu kesetaraan atau mungkin tidak akan berpikir lebih
baik sebagai hubungan representasi tinggi menara atau kedalaman lubang itu?
Saya tidak yakin apakah analisis ini membuat pengukuran lebih atau kurang
prestasi rumit dari analisis standar, tapi setidaknya mungkin ada beberapa
perbedaan antara pengukuran dan aplikasi lebih mudah dari transitif inferensi.
4. Akhirnya, dan putus asa mencari koneksi ke topik diiklankan kami, sejarah
panjang penelitian tentang transitif inferensi adalah demonstrasi yang sangat
baik dari penerapan seperangkat keterampilan ranah kognitif secara spesifik.
Apa yang ada di benak saya di sini adalah mereka yang bergerak taktis
memetakan di Smedslund (1969). Makalah yang disajikan dirinya sebagai
semacam daftar faktor yang harus diperhatikan jika didiagnosis perkembangan
kognitif harus dilakukan secara akurat. Mengabaikan faktor-faktor tertentu
dalam prosedur eksperimental. Seperti beban memori atau lisan sulit instruksi-
bisa menyebabkan kesalahan meremehkan kemampuan; mengabaikan faktor-
seperti lainnya solusi persepsi, isyarat atau menebak, bisa menyebabkan
kesalahan kemampuan over-estimasi. Bahkan, kertas digunakan sebagai buku
pegangan untuk Piaget-'bashing ', terutama oleh Smedlund sendiri. Dan telah
digunakan secara efektif oleh para pembela Piaget juga, Tidak ada keraguan
bahwa analisis kritis percobaan perkembangan menggunakan toolkit intelektual
Smedslund, dengan beberapa suplemen yang lebih baru, adalah keterampilan di
jantung eksperimental yang terjadi di seluruh tubuh karya Piaget, dan itu adalah
studi tentang transitif kesimpulan bahwa kita harus berterima kasih.
![Page 12: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
ANALISIS CHAPTER 9
3.1. Kekuatan Chapter
Chapter 9 ini memberikan pemahaman tentang hubungan kemahiran dan
perkembangan kognitif. Bab ini mengkritisi tentang pendapat perkembangan kognitif
yang dicetuskan oleh Piaget serta Vygotsky.
Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang
pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lngkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa memoertahankan hidupnya. Perkembangan
kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget
dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada
suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan
yang fundamental, yaitu kecenderungan untuk : (1) beradaptasi dan (2) organisasi
(tindakan penataan).
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan
bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky
adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif
terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi
Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya
sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky
menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam
perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan
kecil yang kesepian. Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat
![Page 13: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/13.jpg)
penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang
dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan
untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak
memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan
masalah.
Penulis mengambil kesimpulan dari dua makalah yang dilaksanakan oleh (1)
Resnick dan Le Gall dan (2) Bryant. Bahasan tentang penelitian Resnick memberi
pemahaman kepada penulis ternyata adanya penolakan terhadap konsep perkembangan
kognitif Piaget, hasil penelitian ini lebih mengarahkan kecenderungan dengan konsep
yang diberikan oleh Vygotsky. Di sisi positif, itu membuat beberapa saran tentang
bagaimana pendidikan praktek bisa diperbaiki. Setiap potensi individu untuk belajar-
atau 'zona proksimal development' - adalah sebanyak fungsi rezim sosialisasi dan
pendidikan sebagai konstitusi individu. Sementara hasil penelitian Bryant, lebih
mengarah pada kekuatan kognitif dari teori Piaget. Namun dalam presentasi lisannya,
Bryant mengatakan bahwa buku Piaget panjang dan sering agak sulit untuk
menyelesaikan. Ini bukan karena mereka membosankan, tetapi karena mereka padat
ilustrasi dan berdebat serta cenderung untuk menyelesaikan dengan analisis yang
panjang dan rumit konsep dan transisi dari teori perkembangan.
Bagi penulis, bahasan pada chapter ini cukup menarik untuk memancing
pengetahuan penulis tentang dua tokoh besar dalam dunia perkembangan kognitif, yaitu
Piaget dan Vygotsky. Penulis mencari tahu apa yang menjadi perbedaan besar dalam
memberikan konsep teori perkembangan dan kemahiran kognitif dari Piaget dan
Vygotsky. Teori keduanya melahirkan penelitian bagi perkembangan ilmu baru dalam
pemahaman, serta perkembangan dan kemahiran kognitif yang tidak hanya di
lingkungan keluarga, namun yang penting juga bagi dunia pendidikan.
3.2. Kelemahan Chapter
Chapter 9 ini menurut penulis memiliki kelemahan pembahasan yang kurang
komprehensif tentang kemahiran dan perkembangan kognitif. Penulis artikel ini (Robin
M. Campbell) tidak terlalu tegas menggambarkan hubungan keduanya, antara
kemahiran kognitif dan perkembangan kognitif.
![Page 14: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/14.jpg)
Penulis artikel tidak memberikan perbedaan antara pemikiran perkembangan
kognitif Piaget dengan Vygotsky. Penulis hanya memberi pemisah perbandingan
penelitian Resnick dan Le Gall dengan Bryant.
Bagi pemula seperti saya (penulis), dengan pemahaman yang masih dangkal
tetang perkembangan kognitif dan kemahirannya, saya tentu banyak yang tidak saya
pahami dari konten artikel yang ditulis oleh Robin M. Campbell. Terlebih Robin juga
terlalu sering mencela dirinya sendiri di artikel.
3.3. Rangkuman Chapter
Karya-karya piaget lebih mengarah pada pola belajar pengembangan di berbagai
ranah spesifik. Tidak ada keahlian yang telah terakumulasi, tidak ragu lagi untuk alasan
yang sangat baik, Piaget ingin memastikan bahwa belajar berpikir lebih daripada
kebiasaan beralur dan penemuan yang dieksekusi tanpa usaha atau refleksi.
Vygotsky menyatakan bahwa pergeseran fokus diperlukan untuk studi produktif
hubungan antara ucapan dan pikiran. Artinya, resep Vygotsky menawarkan sesuatu
yang khusus untuk dipelajari pengembangan penalaran atau ranah konten. Sebaliknya,
itu adalah resep umum yang akan diterapkan untuk pengembangan bidang apapun di
mana kita mengekspresikan pemahaman dan penguasaan melalui bahasa.
Pemikiran awal Campbell (penulis artikel) pada akhirnya tentang topik ini
bahwa mungkin apa yang dimaksudkan adalah pemeriksaan proposisi (1) bahwa semua
pemikiran bisa jadi ranah yang spesifik; (2) bahwa ranah yang berbeda mungkin
memerlukan kemampuan berpikir yang berbeda; dan (3) bahwa keterampilan yang
berbeda mungkin tidak didukung oleh ranah yang struktur berdiri sendiri dan proses dari
jenis yang digariskan oleh Piaget. Tulisan Resnick dan Le Gall, tampaknya tidak ada
banyak berbicara tentang Piaget atau Vygotsky, dan tidak menunjukkan hubungan yang
jelas dengan isu-isu yang terkait dengan spesifisitas ranah. Di sisi positif, itu membuat
beberapa saran tentang bagaimana pendidikan praktek bisa diperbaiki. Proposal mereka
mungkin sejalan dengan cara yang lebih spesifik untuk konsep Vygotskian: misalnya,
mereka membuat klaim yang masuk akal bahwa setiap potensi individu untuk belajar-
atau 'zona proksimal development'. Makalah Bryant, lebih mengarah pada konsep
Piaget, namun dalam presentasi lisannya, Bryant mengatakan bahwa buku Piaget
panjang dan sering agak sulit untuk menyelesaikan. Ini bukan karena mereka
membosankan, tetapi karena mereka padat ilustrasi dan berdebat serta cenderung untuk
![Page 15: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/15.jpg)
menyelesaikan dengan analisis yang panjang dan rumit konsep dan transisi dari teori
perkembangan.
![Page 16: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB IV
IMPLIKASI KEMAHIRAN DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
BAGI KURIKULUM INDONESIA
4.1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:
1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; Kematangan sistem syaraf
menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara
maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas
prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang
berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar
sendiri.
2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya;
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru,
tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman
tersebut.
3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial. Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan
pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan
struktur kognitif
4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme
agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri
terhadap lingkungannya. Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi),
mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun
pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif
mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka
alami. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk
mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
![Page 17: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/17.jpg)
intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab
atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah
ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema
yang sudah ada sebelumnya.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila
ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk
mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal
perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang
bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari
dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun
mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke
dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan,
suara binatang, dll.
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada
tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit
daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya
berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada
pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation),
yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak
![Page 18: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/18.jpg)
pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan.
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep
kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang
suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini
sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek
fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun,
tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami
kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan
dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur
kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide,
astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-
hubungan, memahami konsep promosi.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun
pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki
koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan
konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan
dengan seorang penolong yang ahli.
1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas
yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan
bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori
Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
![Page 19: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/19.jpg)
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak
yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan
yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari
ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan
perkembangan anak.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan
perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil
mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang
penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak
sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat
dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk
komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas.
Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk
merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan
kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran
mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan
menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat
transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
Jean Piaget (1896-1980) pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak
dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan
dan hubungan anak dengan lingkungannya.
![Page 20: KURIKULUM](https://reader034.fdocument.pub/reader034/viewer/2022052701/55cf8fa8550346703b9e7f27/html5/thumbnails/20.jpg)
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yang menyeluruh,
yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis. Bayi lahir
dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah
laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak, anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan
indranya. Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat
menghadapi hal-hal yang abstrak (tak berwujud).
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan
bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky
tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan
membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Vygotsky menekankan bagaimana
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam
perkembangan kognitif lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak
lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir
dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang
lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Pada intinya dapat
disimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi
pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya.
Kurikulum pendidikan Indonesia terutama dalam pembelajarannya lebih
memberikan acuan terhadap pola pengembangan kognitif Piaget, terutama pada
taksonomi bloom, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (synthesis), evaluasi (evaluation).
Sementara dalam hal pembelajaran di kelas, yaitu metode dan model
pembelajaran di kelas, guru lebih cenderung menggunakan konsep kognitif Vygotsky,
yaitu konsep Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), Scaffolding dan Bahasa
Pemikiran.