Kuncinya Ada Pada Masyarakat

2
Kuncinya ada pada Masyarakat Datangnya Hari Raya Idul Fitri biasanya ditandai dengan tradisi mudik. Pendatang dari Ibukota akan pulang ke kampung halaman mereka di daerah. Kembalinya mereka ke Jakarta (dan juga kota-kota besar lainnya) malah menimbulkan masalah sosial. Mereka membawa serta sanak saudarauntuk ikut bekerja di Ibukota. Menurut data yang dihimpun pada tahun 2014 dari Price Waterhouse Cooper, jumlah populasi urbanisasi di Indonesia adalah yang kedua tertinggi di ASEAN, hanya lebih baik dari Malaysia. Ini diakibatkan oleh ketidakmerataan pembangunan di desa. Ketimpangan memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan yang lebih layak di kota. Jika hal ini tidak dihentikan, maka tingkat urbanisasi di Pulau Jawa pada tahun 2025 akan menyentuh angka 80 persen. Diperkirakan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di kota sebanyak 68 persen, terutama di Pulau Jawa dan Bali. Keseriusan pemerintah terus dipertanyakan, karena masalah ini sudah berlarut-larut. Tercatat bahwa arus urbanisasi terus meningkat dari tahun 1972, dan belum ada program pemerintah yang mampu menyetop atau mengurangi tren ini. Pemerintahan baru di era Jokowi memiliki program untuk lebih memeratakan pembangunan antara desa dengan kota, dengan menggelontorkan dana Rp 1 Miliar per tahun untuk tiap desa. Dana ini diharapkan dapat membangun infrastruktur desa yang dapat mendongkrak perekonomian dan memeratakan pembangunan. Meratanya pembangunan dapat membawa angin segar bagi perekonomian desa, dan dengan ini lapangan kerja baru dapat dibuka. Pemberdayaan masyarakat desa dapat terus didongkrak. Dengan ini diharapkan ekonomi desa dapat semakin maju dan arus urbanisasi dapat berkurang. Namun, program pemerintah ini harus sepenuhnya didukung

description

s

Transcript of Kuncinya Ada Pada Masyarakat

Page 1: Kuncinya Ada Pada Masyarakat

Kuncinya ada pada Masyarakat

Datangnya Hari Raya Idul Fitri biasanya ditandai dengan tradisi mudik. Pendatang dari Ibukota akan pulang ke kampung halaman mereka di daerah. Kembalinya mereka ke Jakarta (dan juga kota-kota besar lainnya) malah menimbulkan masalah sosial. Mereka membawa serta sanak saudarauntuk ikut bekerja di Ibukota.

Menurut data yang dihimpun pada tahun 2014 dari Price Waterhouse Cooper, jumlah populasi urbanisasi di Indonesia adalah yang kedua tertinggi di ASEAN, hanya lebih baik dari Malaysia. Ini diakibatkan oleh ketidakmerataan pembangunan di desa. Ketimpangan memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan yang lebih layak di kota.

Jika hal ini tidak dihentikan, maka tingkat urbanisasi di Pulau Jawa pada tahun 2025 akan menyentuh angka 80 persen. Diperkirakan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di kota sebanyak 68 persen, terutama di Pulau Jawa dan Bali.

Keseriusan pemerintah terus dipertanyakan, karena masalah ini sudah berlarut-larut. Tercatat bahwa arus urbanisasi terus meningkat dari tahun 1972, dan belum ada program pemerintah yang mampu menyetop atau mengurangi tren ini.

Pemerintahan baru di era Jokowi memiliki program untuk lebih memeratakan pembangunan antara desa dengan kota, dengan menggelontorkan dana Rp 1 Miliar per tahun untuk tiap desa. Dana ini diharapkan dapat membangun infrastruktur desa yang dapat mendongkrak perekonomian dan memeratakan pembangunan.

Meratanya pembangunan dapat membawa angin segar bagi perekonomian desa, dan dengan ini lapangan kerja baru dapat dibuka. Pemberdayaan masyarakat desa dapat terus didongkrak. Dengan ini diharapkan ekonomi desa dapat semakin maju dan arus urbanisasi dapat berkurang.

Namun, program pemerintah ini harus sepenuhnya didukung oleh masyarakat. Program tidak dapat berjalan jika warga desa masih saja mencoba mengadu nasib di Ibukota. Memang program ini tidaklah menampakkan hasil dalam waktu yang cepat. Diperlukan waktu 5-10 tahun diperlukan agar hasilnya terlihat, dan setelah itu pemerintah akan mereview program yang mereka buat, apakah efektif atau tidak.

Masyarakat desa harus bersabar dan turut andil dalam mensukseskan program pemerintah. Saat ini hanya merekalah yang dapat diharapkan untuk menjadi subjek pendongkrak ekonomi desa. Jika mereka terus mencoba datang ke kota, wilayah desa akan lengang dan tidak ada lagi yang bisa menaikkan perekonomiannya.

Wilayah perkotaan tidak dapat terus disesaki oleh kaum urban. Kepadatan penduduk kota sudah mencapai batas ambangnya dan perlu dikurangi. Diharapkan, jika wilayah desa nantinya sudah lebih maju, malah akan menaikkan tren transmigrasi, dengan pindahnya masyarakat kota ke desa.