KUMPULAN ABSTRAK DISERTASI FENOMENOLOGI JURUS sAN TEKNIK ... · PDF...

download KUMPULAN ABSTRAK DISERTASI FENOMENOLOGI JURUS sAN TEKNIK ... · PDF file17.03.2012 · AN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ... Nilai Ruang

If you can't read please download the document

Transcript of KUMPULAN ABSTRAK DISERTASI FENOMENOLOGI JURUS sAN TEKNIK ... · PDF...

  • sJURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA2003-2011Diterbitkan dalam rangka MangayubagyaProf. Dr. Ir. Sudaryono, M.EngPengukuhan Guru Besar pada Fakultas TeknikUniversitas Gadjah MadaTim APRF

    aprfarchitecture and planning research forum

    KUMPULAN ABSTRAK

    DISERTASI FENOMENOLOGI

    yogyakarta, 14 maret 2012

    PENYUSUN

    DITERBITKAN OLEH

  • seka

    pur

    siri

    h B uku ini merupakan kumpulan abstraksi delapan disertasi pada Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, yang berhasil dituliskan pada tahun 2003 sampai dengan 2011. Delapan disertasi ini dikumpulkan karena memiliki kesamaan, yaitu semua dikerjakan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Para penulis sadar bahwa disertasi yang mereka hasilkan adalah tentang fenomena keruangan arsitektural yang digarap dengan cara kerja kualitatif, khususnya fenomenologi. Pemilihan pendekatan dilandasi pemahaman bahwa aspek manusia dan kemanusiaannya yang amat kaya dan terkait dengan tata keruangan arsitektural dapat terungkap dengan cara pandang unik, yaitu fenomenologi. Para penulis berusaha menyatu dengan fenomena untuk menangkap intisari atau hakekat fenomena yang dialami secara langsung, setahap demi setahap bersusah-payah meraih berbagai penyebab di baliknya, bahkan diteruskan untuk mencapai latar belakang yang lebih mendalam (hingga dimensi transenden), sebagaimana diajarkan dalam fenomenologi.

    Joesron Alie Syahbana (2003), melalui kajian tentang pengelolaan prasarana lingkungan oleh masyarakat, berhasil menemukan pengetahuan substantif di dalam masyarakat yang melandasinya, khususnya menemukan bangunan pengetahuan lokal yang berbasis pada kumpulan nilai agama, kepercayaan, yang berkembang bersama nilai-nilai potensi lokal. Ia berhasil membuktikan, kajian yang sangat dekat dengan masyarakat telah menghasilkan pengetahuan mendalam tentang latar belakang yang amat kaya dan melandasi upaya-upaya masyarakat mengelola fasilitas lingkungan.

    Rimadewi Supriharjo (2004) yang melakukan kajian tentang kawasan Ampel di Surabaya menemukan bahwa kawasan Ampel sanggup bertahan keunikannya dalam sejarah panjang kota Surabaya karena memiliki nilai ruang kawasan yang saling terkait dan terikat, dan membentuk pola keruangan berhirarki. Ia juga membuktikan bahwa observasi yang intensif dan berjarak sangat dekat dengan fenomena yang diamati telah menghasilkan pemahaman mendalam tentang latar belakang yang melandasi keberadaan nilai ruang suatu kawasan.

    Dermawati D. Santoso (2007) menekuni observasi tentang rumah kontrakan di perkampungan padat di kota Yogyakarta, menemukan keunikan budaya bermukim di kampung dan konsep toleransi keruangan yang kental mencirikan budaya kampung.

  • Ketekunannya mengamati selama tinggal di kampung Pajeksan dan Jogonegaran membuktikan, toleransi keruangan terungkap melalui berbagai variasi pola pemanfaatan ruang dan merupakan kekuatan untuk hidup berkelanjutan di kampung padat di tengah kota.

    Edi Purwanto (2007) melakukan kajian tentang makna ruang kota yang memiliki karakter unik, yaitu ruang kota pada poros Tugu Pal Putih sampai dengan Alun-alun Utara di kota Yogyakarta, menemukan budaya guyub menjadi basis atau landasan terbangunnya teori substantif rukun kota. Kejelian dan intensitasnya yang tinggi dalam pengamatan lapangan berhasil menunjukkan efektivitas pendekatan fenomenologi, yaitu sistem nilai guyub sebagai unsur penting yang mendasari perilaku meruang para pelaku ruang kota berkaitan dengan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, spiritual, dan politik .

    Djarot Purbadi (2010) yang menggunakan pendekatan fenomenologi Husserlian, melakukan kajian tentang arsitektur permukiman suku Dawan di desa Kaenbaun di pulau Timor, dan menemukan teori sosio-spiritual spasial sebagai landasan bagi arsitektur permukiman di desa Kaenbaun. Ia berhasil mengungkapkan bahwa konsep hidup ideal orang Kaenbaun menjadi sumber nilai bagi perilaku meruang orang Kaenbaun dan tatanan spasial permukiman di desa Kaenbaun. Pengamatannya yang relatif singkat namun intens dengan cara tinggal beberapa waktu di desa Kaenbaun telah membuktikan keandalan pendekatan fenomenologi Husserlian untuk mengangkat aspek-aspek terdalam pada budaya Dawan terkait dengan perilaku meruang dan arsitektur permukiman di Kaenbaun. Keberhasilannya menulis disertasi membuahkan penghargaan yang tinggi dari warga desa Kaenbaun, bahkan secara resmi melalui upacara adat sakral di pusat desa ia dan istrinya diangkat menjadi warga Kaenbaun dan mendapat anugerah gelar nama nenek moyang (bei nai) orang Kaenbaun yaitu Neon Kaenbaun (Raja Kaenbaun) dan Takaeb Salan (istri Neon Kaenbaun).

    Suastiwi Triatmodjo (2010) yang mengkaji permukiman Kauman di Yogyakarta sebagai permukiman yang bersejarah di tengah dinamika arus jaman telah menemukan tiga fenomena keruangan, yang ternyata didasari oleh konsep ruang tauhid, permufakatan ruang, dan desakralisasi ruang. Ketekunannya mengalami ruang kehidupan di Kauman seturut pendekatan fenomenologi, berhasil menemukan bahwa makna ruang permukiman Kauman didasari oleh sistem kepercayaan, sistem nilai dan kegiatan, sehingga menjadi wujud eksistensial permukiman.

    ii

  • Judy Obet Waani (2010) yang tertarik menerapkan pendekatan fenomenologi pada permukiman pasca reklamasi pantai di Manado dan terfokus pada makna dan perilaku meruang warga masyarakat Titiwungen Selatan menemukan konsep basudara sebagai kunci penting untuk bertahan dan melanjutkan kehidupan masyarakat pada ruang yang telah berubah. Kecermatan dan intensitasnya terjun langsung di tengah keseharian hidup masyarakat yang diamati berhasil membuktikan pendekatan fenomenologi mampu menguak dimensi terdalam; konsep basudara sebagai kunci yang mendukung keteranyaman dan keberlanjutan eksistensi ruang dalam masyarakat.

    Djoko Wijono (2011) yang mengkaji fenomena arsitektur kota kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan teori deskriptif, bahwa arsitektur kota kecil merupakan entitas rekayasa keruangan yang dibangun oleh kekuatan besar berupa konsep saged. Kajian yang dilakukannya berhasil menunjukkan keandalan fenomenologi yang mampu menguak dimensi dalam (deep dimension) bahwa saged sebagai enerji yang sangat kuat mendorong masyarakat memanfaatkan potensi diri dan lingkungan untuk menciptakan konsep-konsep lokasi, hunian, ruang ekonomi, ruang sosial dan fisik dan akan berakumulasi-bersinerji-berdialog membangun arsitektur kota kecil.

    Ke-delapan disertasi telah memperlihatkan, fenomenologi mampu digunakan untuk mengkaji fenomena yang beragam dalam arsitektur dan perencanaan keruangan, khususnya memberikan gambaran mendalam tentang fenomena-fenomena unik dengan berbagai kerangka serta latar belakang khas, bahkan menyentuh dimensi yang abstrak-transenden yang mendasarinya. Kajian delapan disertasi ini memantapkan pandangan, dimensi mendalam manusia dan kemanusiaannya termasuk unsur-unsur transenden yang dimilikinya terkait dengan fenomena meruang, dapat didekati dan dipahami lebih utuh dengan pendekatan fenomenologi.

    Tidak cukup sampai di situ. Kelahiran delapan disertasi tersebut, menandai munculnya elemen-elemen ilmu yang membangun fenomenologi dalam arsitektur dan perencanaan. Keberadaannya bukan berarti bahwa sudah lengkap-sempurna menciptakan pemahaman tentang fenomenologi dalam arsitektur dan perencanaan. Disadari, keluas-dalaman lautan fenomenologi tak pernah cukup terpahami melalui satu hingga delapan disertasi, maka tentulah diperlukan keteranyaman kajian antar fenomena, antar peneliti, sekaligus antar generasi peneliti. Beberapa disertasi masih dalam proses penyelesaian. Setelah delapan disertasi tersebut, berikutnya akan menyusul kelahiran disertasi berbasis fenomenologi yang sedang dikerjakan oleh VG. Sri Rejeki, juga Jamilla Kautsary,

    iii

  • Endy Marlina, Popi Puspitasari, Wara Indira Rukmi, Al Busyra Fuadi, Zaenal, Ishak Kadir, dan beberapa lainnya. Dari informasi ini menjadi semakin jelas, bahwa keberadaan fenomenologi dalam arsitektur dan perencanaan tanpa terasa sungguh semakin mantap, sejalan dengan proses penganyaman profil-profil pemahaman tentang arsitektur dan perencanaan yang terus mengalir-berkembang-berkelanjutan melalui dan dalam paradigma fenomenologi

    Buku tipis ini dipersembahkan kepada Prof. Dr. Ir. Sudaryono, M.Eng., Bapak, Guru dan Sahabat kami, terkait dengan pengukuhan beliau menjadi Guru Besar pada Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, semata-mata sebagai ungkapan syukur dan terima kasih karena beliau telah memberikan pembimbingan, pendampingan dan menjadi mitra diskusi yang inspiratif di tengah kebingungan kami baik di awal proses, selama perjalanan menulis disertasi, hingga tahap penyelesaiannya. Kado yang sederhana ini semoga menjadi catatan kecil, bahwa kami pernah belajar bersama dan senantiasa seiring-sejalan menapaki perjalanan akademik yang menantang, dan mencerahkan berbagai kebingungan di tengah dialog keilmuan yang dinamis dalam arsitektur dan perencanaan.

    Semoga Prof. Dr. Ir. Sudaryono, M.Eng. dan keluarga senantiasa dianugerahi berkah dan kebahagiaan yang melimpah dari Allah, selalu sehat dan terus berkarya serta menjadi pelita di tengah-tengah kegelapan bagi para mahasiswa dan alumni, serta siapapun yang memerlukannya. Amien.

    Yogyakarta, Maret 2012

    Djarot PurbadiKoordinator APRF

    iv

  • Sekapur Sirih i

    Daftar Isi v

    Pengelolaan Prasarana Sanitasi Lingkunganoleh Masyarakat di Kampung Kanalsari Kota Semarang Joesron Alie Syahbana 1

    Nilai Ruang di Kawasan Ampel Surabaya Rimadewi Supriharjo