KuliahTHT FK UWK Surabaya
-
Upload
perpesanan -
Category
Documents
-
view
103 -
download
6
Transcript of KuliahTHT FK UWK Surabaya
Nama : dr.Rini Ardiana Rahayu, Sp THTAlamat : Taman Surya Agung G2/8 Wage Sidoarjo 031-7882197Riwayat Pendidikan: Dokter Umum FK UNDIP Semarang 1984 Dokter Spesialis THT FK UNAIR Surabaya 1998Riwayat Pekerjaan: 1984-1986 RS Siti Khodijah Kudus 1986-1986 Ka Puskesmas Keling II Kab Jepara
C U R I C U L U M V I T A E
1986-1993 KA puskesmas Jepara II Pengajar SPK Muhammadiyah Kudus
1993-1998 PPDS THT FK UNAIR Surabaya 1998-1999 SMF THT RSUD Soetomo Surabaya 1999-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo 2006-sekarang Ka SMF THT RSD Sidoarjo Dosen Akper Depkes Sidoarjo Dosen UWK Surabaya
H I D U N G
Kekhususan pada hidung - Pintu gerbang pernafasan - Menentukan profil muka - Paling menojol shg mudah trauma
ANATOMI: I Nasus Externus II Kavum Nasi III Sinus Paranasalis
I . NASUS EXTERNUS 1. Apex nasi 2. Dorsum nasi
3. Radix nasi 4. Nares anterior 5. Columela 6. Basis nasi 7. Ala nasi Kerangka:
1. os nasalis 2. cartilago lateralis 3. cartilago alaris mayor 4. cartilago alaris minor 5. cartilago sesamoidea
PENYANGGA NASUS EKSTERNUS 1. septum nasi 2. proc nasalis os frontalis 3. proc frontalis, proc alveolaris os maxillaris, Tepinya membentuk lubang pd tengkorak seperti buah
peer, disebut apertura piriformis, dengan spina nasalis anterior terdapat dibagian bawah median.
OTOT OTOT NASUS EXTERNUS:A.otot dilator 1. m. procerus: dr bag bawah os nasalis + cart. Laterais nasi ke kulit radix nasi. 2. Caput angulare m. quadratus labii superior: dr proc frontalis + margo infra orbitalis maksila ke kulit pd ala nasi dan sulcus nasolabialis
B. Otot Konstriktor:
3. m.nasalis: a. pars transversa
b. pars alaris
4. m. depresor septi
Aliran darah nasus eksternus:
a. dorsalis nasi, cab a ophthalmica/ carotis interna, menembus
m. orbicularis oculi diatas ligamentum palpebra medialis, turun
ke bawah beranastomose dengan a. angulare
b. a. angularis, cab a. maksilaris eksternus/ carotis eksterna,
dengan cabang ramus lateralis nasi + ramus alaris nasi,
berjalan vertikal keatasditepi lateral hidung, beranastomose
dengan a. dorsalis nasi
Pembuluh darah vena berjalan sejajar dengan arteri, dan ujung
vena angularis masuk ke vena ophthalmic, yang selanjutnya
masuk ke sinus cavernosus
Saraf pada nasus eksternus
- Otot: inervasi dari cab buccal dr n.fasialis (VII)
- Kulit: inervasi dr cabang n. trigeminus (V)
1. n. Supra trochealis (cab. N. frontalis – n. ophthalmic), ke kulit
Radiks nasi + dahi
2. Ramus nasalis eksterna ( n. ethmoidalis- n. nasociliaris- n.oph
thalmi), ke kulit aper + ala nasi.
3. Ramus palpebralis inferior (n. infratrochlearis- n. naso ciliare-
n. ophthalmic), ke kulit radix nasi
4. N. infra orbitalis: cabang n.maksilaris:
- rami nslis eksternus : ke ala nasi
- rami nasalis internus: ke septum mobile
Getah bening nasus eksternus:
Kulit kaya anyaman kapiler limfatik terutama apek nasi, alirannya:
- bersama v. facialis anterior ke limfonodi sub maksila
- sebagian dari radiks nasi dan lateral hidung, melalui saluran di
palpebra superior dan inferior, ke limfonodi parotis.
- juga anastomose dengan saluran limfe di mukosa kavum nasi.
II. KAVUM NASI
Dibagi 2 kanan dan kiri oleh septum nasi, masing2 rongga t.d:
Dinding : - dinding dasar (lantai) Lubang: depan: nares
- atap belakang: koane
- dinding lateral
- dinding medial
Dasar kavum nasi:
Dibentuk oleh: - ¾ depan: procesus palatinus os maksila
-1/4 belakang: procesus horizontalis os palatina
Posisinya:- datar horizontal, dapat turun kebawah di bag belakang
- ke lateral + medial melengkung ke atas
Tebalnya: ke belakang makin tipis
Atap kavum nasiMelengkung seperti busur, lebarnya 4-5 mm
Dibentuk oleh: - bag depan: os frontalis - bag belakang:os sfenoid
- bag tengah: lamina cribosa os ethmoidalis (paling
besar). Melalui foramina lamina cribo
sa keluar ujung saraf n.olfaktorius ke
mukosa septum + konka sup. atas
Dinding lateral kavum nasi
Dibentuk oleh dinding medial sinus maksilaris, terdapat:
3 tonjolan memanjang dari muka ke belakang, disebut konka,
dengan lorong dibawahnya disebut meatus
a. Konka inferior (terpanjang)
- mukosanya tebal
- mengandung plexus cavernosus konkarum
- rangka tulangnya melekat pada:
+ krista konkalis os palatina, maksila,lacrimalis
+ procesus uncinatus os ethmoidalis
- lorong dibawahnya adalah meatus nasi inferior,
dibagian depan terdapat muara ductus nasolacrimalis,
yang dilindungi lipatan mukosa = katup dari Hasner =
plica lacrimalis dari Hasner.
b. Konka media( terbesar kedua)
- mukosanya = mukosa pada konka inferior
- rangka tulangnya bagian dari os ethmoidalis
- lorong dibawahnya adalah meatus medius, terdapat:
+ bagian depan pd ddng lateral terdapat lekuk dsbt
infundibulum ethmoid dg penonjolan membulat
dari posterior- superior disebut Bulla ethmoid.
pintu masuk infundibulum disebut Hiatus semilunaris.
Infundibulum ke anterosuperior berakhir pada ductus na
so frontalis, atau kadang2 di celulae ethmoidalis anterior
- dibagian tengah meatus medius terdapat osteum dari sinus
maksilaris
c. Konka nasi superior (terkecil)
- mukosa tipis
- rangka tulang merupakan bagian dari os ethmoid
- Lubang dibawahnya: meatus superior:
+ bermuara selule ethmoidalis posterior
+ diantara atap cavum nasi dan konka superior ada reses
sus sfeno etmoidalis
+ osteum sinus sfenoidalis terdapat di ddng posteriornya
d. Konka suprema: hanya kadang2 saja ada, kecil, kadang2
sebagai bagian konka superior yang mem
belah jadi dua
Dinding medial cavum nasi
Dibentuk oleh: 1. bag superior lamina perpendikularis os etmoid
2. bag anterior kartilago kwadrangularis septum
3. bag posterior os vomer
4. bag antero inferior, disebut septum mobile,
yang dibentuk oleh krus medialis cartilgo alaris
Mukosa kavum nasi:
- Semua dilapisi mukosa, kecuali bagian nares dan vestibulum
yang dilapisi kulit dengan rambut (vibricaea)
- Mukosa dilapisi epitel pseudo kompleks kolumner bersilia
Diantara selnya terdapat sel goblet yang menghasilkan lendir
dengan pH 6,5 dan mengandung lysosim sebagai antiseptik.
- Mukosa di regio olfaktoria dilapisi epitel skuamus komplek yang
mengandung banyak sel olfaktori
- Mukosa di bagian anterior septum nasi di pars kartilagenus
terdapat daerah yang mukosanya mengandung banyak anyam
an pembuluh darah, disebut Pleksus Kiesselbach, sedangkan
daerahnya disebut Area Little
Aliran darah kavum nasi1. A. Etmoidalis anterior (cab a. optalmika– a. carotis eksterna),
ke : - atap kavum nasi
- septum nasi
- dinding lateral kavum nasi bagian antero superior
2. A. Etmiodalis posterior (cab a. optalmika)
ke: - septum nasi bagian posterior
- dinding lateral kavum nasi bagian superior
3. A. Sfenopalatina (cab a.maksilaris interna – a.carotis eksterna)
ke dinding lateral kavum nasi
4. A. Nasopalatina (lanjutan a. Sfenopalatina)
ke: - atap kavum nasi
- sebagian besar septum nasi
- dasar kavum nasi, beranastomose dengan a. palatina
desenden, ke : - dasar kavum nasi
- dd lateral kavum nasi bagian posterior
5. A. Lateralis nasi ( cab. Maksilaris eksterna), ke dinding lateral
kavum nasi dekat nares
6 A. Faringea( cabang a. Maksilaris interna), ke bag posterior
radiks nasi
7. A.Nasalis posterior septi (cabang a. Maksilaris Eksterna), ke
bagian bawah septum nasi sepanjang dasar kavum nasi
Saraf di kavum nasi
Kavum nasi mendapat inervasi dari n. Trigeminus, yaitu:
1. N. Optalmikus– n. etmoidalis anterior– ramus nasalis interna:
- rami nasalis interna medialis: ke mukosa septum nasi
bagian anterior
- rami nasalis interna lateralis, ke dinding lateral kavum nasi
menerus sebagai ramus nasalis eksterna
2. N. Maksilaris: pada ganglion sfenopalatina:
- rami nasalis posterosuperior: ri lateralis- ke konka sup+media
ri medialis- ke septum nasi
- rami nasalis posteroinferior(lateralis) ke konka inferior
- n. alveolaris superior, menjadi ri alveolaris superior, anterior
ke meatus inferior
- n. infra orbitalis, menjadi ri nasalis internus, ke septum mobile
dan vestibulum nasi
Aliran limfe: - Area olfaktori terpisah dengan regio respiratori
- 2/3 - ¾ dialirkan ke belakang
1. Jaringan limfatik anterior: dari bag anterior kavum nasi, vesti
bulum dan pre konka bermuara di sepanjang pemb darah
fasialis yang menuju ke leher, kemudian beranastomose
dengan saluran limfe nasus eksternus– ke l.n. submaksilaris
2. Jaringan limfatik posterior: ada 3 sal limfe ke belakang:
- Kelompok superior: dari konka media+superior + sebagian
dinding hidung, berjalan diatas tuba eustskhius, bermuara
di kelenjar limfe retro faringeal
- Kelompok media: dari konka inferior, meatus inferior dan dasar
kavum nasi, berjalan di bawah tuba eustakhius, bermuara di
kelenjar limfe jugularis.
- Kelompok inferior: dari septum nasi dan dasar hidung -- ke
kelenjar limfe sepanjang pembuluh darah jugularis interna.
III. SINUS PARANASALIS
Ada 4 pasang: - Sinus maksilaris
- Sinus frontalis
- Sinus etmoidalis
- Sinus sfenoidalis
Masing-masing sinus ada keistimewaannya tentang:
- letak sinus terhadap sekitarnya
- letak osteumnya
- masa pembentukannya
SINUS MAKSILARIS
- Terletak di korpus os maksila, berada di kn kr rongga hidung
- Pembentukan: waktu lahir belum ada(sebesar kedelai), berkem
bang menjadi proporsional pada umur 3 th
- Berbentuk piramid terbalik:- atap: dasar orbita
- dd medial: dd lateral rongga hidung
- dasar: berhadapan dengan akar gigi
PM2 – M3 atas
- Osteumnya tinggi , lebih dekat dengan atap sinus, terletak di me
atus medius, pd daerah hiatus semilunaris tertutup bulla etmoid
SINUS FRONTALIS
- Terletak di tl dahi: dd depan tebal
dd blk tipis, berbatasan dg fosa kranii anterior
- Terbentuk sempurna pd umur 6 th, berasal dr selule etmoid ant,
besarnya tidak selalu sama, kd2 tdk terbentuk/ hanya sebelah
- Osteumnya: di meatus medius (ductus nasofrontalis)
SINUS ETMOIDALIS ( SELULE ETMOIDALIS)
- Terletak didalam labirin etmoidalis
- Terbentuk waktu lahir
- Bentuk selulae kecil2, jumlah banyak (3-15) dan saling berhub:
+ ke lateral: berbatasan dengan orbita, dinding tipis
(lamina pariracea)
+ ke atas : fosa kranii anterior
+ ke medial: berhubungan dg rongga hidung melalui
konka media dan superior
- Dibagi menjadi 2 kelompok:
+ anterior: osteumnya di meatus medius
+ posterior: osteumnya di meatu superior, berhadapan dg
osteum sinus sfenoidalis
- Tindakan operasi tidak boleh masuk ke fisura olfaktoria, karena
dapat merusak lamina cribosa, akan menyebabkan rusaknya
fila okfaktori– terjadi liquorrhea (rhinore serebro spinal) –
meningitis.
SINUS SFENOIDALIS
- Terletak didalam korpus os sfenoidalis
+ keatas : berbatasan dengan fosa kranii + kel pituitaria
+ ke belakang : berbatasan dg fosa kranii posterior
+ ke samping : berbatasan dg sinus kavernosus, N III, N IV,
N VI
- Osteumnya terletak di dinding anterior, bermuara di resesus
etmoidalis, di meatus superior, belakang konka superior
FISIOLOGI HIDUNGSebagai pintu gerbang saluran nafas, mempunyai fungsi:
I. Respiratorius
II. Olfaktorius
III. Resonansi suara
IV. Drainase dan ventilasi
I . Fungsi respiratorius ( vital dalam kehidupan)
- menyiapkan udara agar sesuai dengan keadaan fisiologi
paru (conditioning the air), sebab udaraberubah-ubah.
Jika tidak disesuaikan dulu, paru bisa rusak/ sakit.
- Perubahan udara: + panas – dingin
+ kering – lembab
+ berdebu, berasap, ada kuman
- Pelaksanannya:
+ Mengatur banyaknya udara yang masuk:
- tidak kolaps waktu inspirasi keras, ini berkat rangka
hidung yang kaku
- kavum nasi dapat melebar atau menyempit,berkat
adanya: + konka nasi
+ nares
+ menyiapkan udara dengan cara:
- menyaring + membuang partikel2:
“ yang besar oleh vibricae vestibulum nasi
“ yang kecil: melekat pd lendir mukosa– gerakan silia
- membasahi/ mengatur kelembaban:
“ dg menguapkan lendir dr sel2 goblet di kavum nasi
“ bl sangat kering, mukosa faring ikut bekerja, sehingga
penderita merasa haus
- memanasi udara: dilakukan oleh mukosa konka yang kaya
pembuluh darah, agar sesuai suhu paru 36 – 37 C
+ Disinfeksi: karena udara luar tidak steril, mekanismenya:
melekat pd mukosa, selanjutnya:-ada enzym lizozym
-lendir mukosa asam,ph 6,5
-silia epitel mukosa,
bila belum berhasil– ke kelenjar limfe regional
Faktor2 yang mempengaruhi jalannya udara dlm kavum
nasi: - arah nares
- bentuk kavum nasi
- pembuntuan relatif krn nares yng lebih kecil dari cavum
nasi dan koane– tjd perubahan tekanan,
sehingga waktu inspirasi terjadi:
- udara mengalir keatas mencapai regio olfaktoria
- udara mengalami pusaran , sehingga dapat kontak se
banyak2nya dengan permukaan mukosa
II. Fungsi olfaktorius:
+ Pd manusia tidak begitu utama, lebih berarti segi psikologis
- bau seseorang merupakan daya tarik individu
- saraf pembau bekerjasama dg saraf pengecap (gustatoris)
Bila saraf pembau rusak, penderita juga mengeluh ganggu
an pengecapnya
+ Pada hewan, fungsi olfaktoris sangat berguna memper
tahankan kelestarian yaitu:- mempertahankan diri
- mencari makanan
- mempertahankan spesies
III. Fungsi resonansi suara
Sebagai resonator suara yang dihasilkan laring:
+ Bila obstruksi– suara sengau (rhinolaia oclusa)
+ Sebaliknya rhinolalia aperta, pada parese otot palatum
molle
IV. Fungsi drainase dan ventilasi:
+ Drainase: oleh gerakan silia epitel mukosa yang mengalir
kan sekret ke belakang
+ Ventilasi: memasukkan udara dang mengganti udara dalam
rongga sinus dan kavum timpani
PEMERIKSAAN HIDUNG
1. Inspeksi: yang diperhatikan:
+ Perubahan bentuk: - melebar: polip penuh
- miring : fraktur, trauma
- udem
- impresi: post lues, abses septum
+ Perubahan warna: merah, oleh karena radang
+ Adanya luka,macerasi dll
2. Palpasi:
+ Menentukan adanya krepitasi, dislokasi, rasa sakit dll
Mis: - trauma nasi, ada dislokasi,krepitasi --- fraktur nasal
- nyeri pada ala nasi --- furunkel
+ Palpasi rasa sakit pada sinus paranasalis:
- Sinus maksilaris: tekan pd fosa canina dengan ibu jari arah
medio superior dengan tenaga optimal, simetris kanan kiri
Hati2 jangan menekan daerah foramen infra orbitalis, ok
ada n.infra orbitalis (menimbulkan rasa sakit hebat).
Hasil + bila ada beda rasa sakit antara kanan dan kiri
- Sinus frontalis: tekan pd dasar/ lantai/ dd depan sinus
frontalis seperti tsb diatas, hati2 jangan tekan daerah
foramen supra orbitalis, karena hasilnya dapat bias.
Hasil + seperti tsb diatas
3. Rinoskopi anterior: melihat kavum nasi melalui vestibulum nasi
Alat yang diperlukan: - lampu kepala
- spekulum hidung
Kalau perlu kavum nasi dilebarkan dulu dengan dimasuki/
aplikasi kapas yg dibasahi lidocain efedrin 2%, supaya lebih
longgar
Dapat dilihat:
+ konka nasi: inferior, media ( yg sup biasanya tak tampak)
diperhatikan: - warna: hiperemi/ pucat
- udem, hipertrofi
- ada tumor dll
+ meatus nasi: inferior, media dan fisura olfaktoria
diperhatikan: sekret, tumor dll
+ septum nasi:
diperhatikan: -warna mukosa - laesi area little
- deviasi septum - tumor dll
+ kavum nasi: sekret, korpus alienum, tumor dll
+ Fenomena palatum molle:gerakan palatum mole dapat dilihat
melalui kavum nasi bila penderita disuruh mengucapkan iii ---
akan terlihat sebagai gerakan/ sesuatu yang menutup naso
faring. Ini disebut Fenomena palatum molle +
Fenomena palatum molle negatif pada:
- parese palatum mole
- masa di naso faring: adenoid, tumor.
4. Rinoskopi posterior
Yaitu melihat nasofaring dan bagian belakang kavum nasi dengan
kaca nasofaring lewat orofaring
Alat alat: - lampu kepala - lampu spiritus
- spatula lidah - kaca nasofaring
Cara: Apabila penderita sensitif, pemeriksaan dimulai 5 menit stl
kedalam faring disemprotkan lidocain 10% sbg anestesi.
Pegang cermin menghadap keatas dg tangan kanan, sblnya
dipanasi dg lampu spiritus smp suhu lebih sedikit dr 37° C.
Pegang spatula dg tangan kiri utk meekan pangkal lidah.
Yang dapat dilihat:
- Atap dan dd lateral nasofaring: tumor, adenoid, osteum tuba.
torus tubsrius, fosa rosenmuleri.
- Tepi dorsal septum nasi.
- Kauda konk inferior dan media: normal/ hipertropi.
- Kavum nasi bag belakang: post nasal drip, polip, tumor dll.
5. Transiluminasi: (Diaphanoscopia)
Adl pemeriksaan rongga menggunakan sinar lampu 6 volt ber
tangkai panjang(Heyman), yang dikerjakan di kamar gelap.
Biasanya dilakukan pada sinus maksilaris dan frontalis.
Transiluminasi sinus maksilalis:
+ lampu yang diselubungi tabung gelas dimasukkan kedlm mulut,
mulut ditutup rapat. Cahaya yg memancar dr mulut + bibir atas
ditutup dg tangan kiri.
+ Hasil: - pd SM normal, didaerah dd depan dibwh orbita terlihat
bayangan terang berbentuk bulan sabit.
- apabila ada cairan pus, mukoid, darah dan tumor, akan
terlihat gelap.
+ Penilaian: hanya mrmpunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri
dan kanan.
Trasiluminasi sinus frontalis
+ Lampu ditekankan pd dasar/ lantai sinus frontalis arah medio
superior, penderita dg mata tertutup. Cahaya yg memancar ke
depan ditutup dg tangan kiri.
+ Hasil: normal bila dd depan sinus terlihat terang.
+ Penilaian:hanya punya nilai bl ada beda antara kiri dan kanan.
6. X Foto rontgen:
+ Posisi utk menilai sinus maksilaris yang baik adl Waters,
disamping ada posisi yg lain yaitu Caldwell.
+ Penilaian:- normal : hitam
- ada sekret, mukoid/pus, darah, tumor: suram/putih.
- obstruksi kronis: penebalan mukosa.
- perhatikan adanya destruksi tulang.
7. Pungsi percobaan sinus maksilaris:
+ Alat: alat pungsi yg disebut troicart
+ Cara:- meatus inf dianestesi dg lidocain 10% + efedrin 1%
selama 5-10 mnt
- troicart ditusukkan meatus inf 1/3 depan arah 30°,
- kemudian di irigasi dg larutan PZ steril.
8. Biopsi: mengambil sedikit jaringan utk pem. Patologi Anatomi.
Cara: - Anestesi dg Xylocain : Efedrin 10:1 selama 5-10mnt.
- Jaringan yg dicurigai diambil sedikit dg biopsi tang.
- Masukkan dlm botol berisi alkohol 96% atau formalin.
- Kirim ke Lab. Patologi Anatomi
9. Pemeriksaan Laboratorium:
Untuk menunjang diagnostik: - Pem laboratorium rutin
- Histopatologi, Cytologi
- Immunologi
HIDUNG BUNTU(OBSTRUKSI NASI)
Yaitu hambatan masuknya udara inspirasi melalui hidung
Dapat terjadi: - Akut - Kronis
- Total - Partial
- Unilateral - Bilateral
Akibat yang ditimbulkan:
1. Pada fungsi hidung:
a. Gangguan oksigenasi--- aproseksia nasalis--- sukar konsen
trasi, mudah ngantuk dan lupa.
b. Gangguan fungsi membau--- udara tidak mencapai regio
olfaktori--- terjadi hiposmia/ anosmia.
c. Gangguan resonansi suara karena aliran udara ke rongga
hidung terganggu, sehingga sukar mengucapkan huruf n, ng,
ny, m (rinolalia oklusa).
Kebalikannya bila rongga hidung terlalu lebar/ terbuka ---
terlalu banyak aliran udara--- sulit mengucapkan huruf k, g,
t, d, p, b (rinolalia aperta)
2. Pada sinus paranasalis: terjadi gangguan ventilasi + drainase---
Oksigen dlm sinus diresorbsi, tjd - vakum sinus--- kemeng, sakit
- vasodilatasi --- transudasi
- mudah infeksi--- sinusitis
3. Pada mata: epifora
4. Pada mulut ( karena penderita bernafas lewat mulut)
- mulut kering
- mudah terjadi pembusukan makanan--- foetor ex ore
- mudah terjadi karang gigi ok pengendapan mineral
5. Pada telinga:
Terjadi pembuntuan tuba( oklusio tuba)--- MT tertarik (pende
ngaran turun)--- transudasi --- kuman--- eksudasi--- otitis media
Penyebab buntu hidung
1. Radang mukosa hidung 2. Alergi
3. Pertumbuhan: - Polip
- Tumor : fibroma, papilloma, carcinoma
4. Kelainan anatomi: a. bawaan (kongenital): atresia koane
b. didapat – deviasi septum nasi
-- sinechia
-- trauma: fraktur, deviasi, epistak
sis, stolsel,hematom ,
5. Benda asing dan abses septi
RINITIS AKUTA(common cold, coryza acuta)
Adalah radang pada mukosa hidung
Penyebab: + virus
+ bakteri: - Streptokokus
- Pneumokokus
- Hemofilus Influenzae
Mekanisme: virus merusak pertahanan mukosa, sehingga bakteri
menginfeksi
Penularan: + percikan ludah
+ kontak langsung, dipengaruhi oleh: - virulensi
- fc predisposisi
Faktor predisposisi
I. Faktor luar:
1. Atmosfer: - virus hidup baik pd kelembaban (humidity) tinggi
- suhu dan angin mempengaruhi dy tahan tubuh,
misal: dingin--- vasokonstriksi --- iskhemi.
2. Ventilasi ruangan: tertutup, berjubel.
3. Debu, gas dll.
II. Faktor dalam: + kelelahan, kurang gizi, kurang vitamin.
+ penyakit kronis
+ lokal: alergi, obstruksi kronis.
+ penyakit dengan exantem: morbili, variola, varicella,
scarlatina.
Patologi:
+ Pd permulaan : - vasokonstriksi --- vasodildtasi--- tjd udem =
aktifasi kelenjar
- infiltrasi lekosit + deskwamasi – mukopurulen
- toxin --- gll umum
+ pd stadium resolusi: tjd resolusi --- normal kembali
Gejala klinis: gejala pokok pilek, bersin dan hidung buntu
Ada 3 stadium:
1. Stadium prodromal( hari ke I )
Keluhan: hidung panas, kering bersin, pilek encer, buntu
Pem RA: Kavum nasi sempit, udem, hiperemi, sekret encer
2. Stadium akut ( hari 2-4)
Keluhan: malaise, pening, subfebril
Pem RA: lebih sempit, udem hiperemi, sekret mukopurulen
3. Stadium resolusi ( hai 5-7)
Keluhan berkurang
Pem RAberkurang
Rinitis akut dapat didahului oleh nasofaringitis, faringitis, laringitis
Diagnosa banding:
Rinitis akut (prodromal) Rinitis alergika
Gejala umum + -
Waktu gejala 1- 2 hari lama(miggu-tahun)
Sifat sekret mengental ssdh 3-4hr encer terus
Alergen - + (anamnesa+skin tes)
Terapi:
Umum: a. hindari kedinginan ( pakaian, makanan, mandi)
b. simtomatik: asetosal
Asetosal: - analgetik antupiretik
- anti radang( merangsang kortek adrenalin)
- pencegahan ( lebih dari 2 jam tak ada efek lagi)
- vasodilatasi perifer --- badan menjadi hangat
Lokal: Tetes hidung sol glukoefedrin 1% dlm gukose 5%/PZ
Fungsi tetes hidung: - melebarkan
- desinfeksi ( asam)
Pencegahan: + hindari kontak + imunisasi
+ naikkan dy tahan,hindari lelah, dingin, snr UV,
diet bergizi
Komplikasi:
1. Otitis Media Akuta, akibat dr: - radang menjalar
- cara buang ingus salah
2. Sinusitis Paranasalis
3. Infeksi traktus respiratorius bag bawah
4. Eksaserbasi penyakit jantung, asma
Prognosa: self limiting disease, sembuh sendiri 7-10 hari
RINITIS AKUTA PADA BAYI
Manifestasinya lain karena:
Klinis: Keluhannya didapat dr ibu, rewel, menyusu sebentar
dilepas krn buntu, shg anak selalu menangis.
Pertolongannya: sol gluko efedrin ¼%, ¼ jam sebelum menyusu
Komplikasi: - Otitis Media Akuta
- Gastoenteritis
Pencegahan: - hindari kontak
- penderita rinitis akuta memakai masker
Terapi dan perawatan:
+ Isolasi
+ ADS 20.000 IU
+ Antibiotika: Penisilin 300.000 -600.000 IU selama 10 hari
Komplikasi: menyebar ke nasofaring, faring ,laring
Prognosa: - baik, karena toksin tidak menyebar
- karena komplikasi dan gejala umum tidak spesifik,
hal ini dapat merugikan karena penderita tidak
berobat sehingga terjadi bahaya penularan
RINITIS DIFTERIKA
Yaitu radang akut hidung spesifik karena kuman Corynebacterium
Dyptheriae, dengan kekhasan adanya pseudo membran.
Klinis: - Keluhan :adanya pilek bercampur darah
- Pemeriksaan: terdapat pseudomembran yang bila dilepas
mudah berdarah di konka inferior, septum
nasi bag depan, dasar kavum nasi bagian
depan, kadang- kadang berbau busuk.
- Diagnosa pasti: hapusan sekret hidung + kultur
Diagnosa banding: + Corpus alinum + Rinitis kronis
+ Dermatitis vestibularis nasi
RINITIS KRONIKA ATROPIKAN
Ada 2 jenis, yaitu: 1. Foetida ( berbau) : Ozaena
2. Non Foetida (tidak berbau)
OZAENA
Etiologi: yang pasti belum diketahui, hanya ada faktor predukasi
1. Bakteri: - Kokobasilus Ozaena
- Klebsiella Ozaena
2. Herediter
3. Malnutrisi / Avitaminosis A
4. Gangguan hormonal ( wanita, usia )
5. Defisiensi Fe
Faktor2 ini tidak berdiri sendiri2 tapi bersama-sama
Patologi: terdapat endarteritis + periarteritis arteriole--- obliterasi
--- terjadi atropi dari konka nasi, kelenjar dan saraf.
Insiden: Wanita: Laki-laki: 5:1
Diagnosa:
Keluhan utama: - nafas berrbau yang dikeluhkan orang lain, krn
penderita sendiri anosmia
- hidung buntu karena: + adanya krusta
+ ggn aliran udar(aero
dinamika)
+ faring kering
Pem RA: - kavum nasi luas krn atropi mukosa
- mukosa licin, sekret kental
- krusta kering kehijauan bau busuk
Diagnosa banding Sinusitis maksilaris: - unilateral
- konka udem, hiperemi,
shg kavu nasi sempit
Terapi: - INH
- Vit A 150.000-200.000 IU
- Preparat Fe
- Estrogen
- Obat cuci hidung: Na Bicarbonat
Na Klorida
Amonium Klorida aaa 5
Aqua ad 200
Cars pakai: 1 sendok makan + 9 sendok air hangat, ditaruh
di cawan, kemudian disedot melalui hidung
dan dan dibuang melalui mulut.
Dilakukan sehari 2X.
Ada yg melakukanoperasi dg menyempitkan kavum nasi
membesarkan konka
RINITIS KRONIKA ATROPIKANNON FOETIDA
Perbedaan dengan ozaena, disini tidak ada anosmia dan sekret
tidak berbau
Penyebab: - Konkotomi yang berlebihan
- Post Polipektomi pada polip yg sangat besar/ banyak
- Post radiasi
RINOSKLEROMA
Yaitu penyakit infeksi kronis dan progresif berbtk granulomatus
pada mukosa saluran pernafasan atas dan bwh, dimana mukosa
Yang terkena menjadi keras.
Etiologi: Diplobasil Klebsiella Rhino Scleromatis
Epidemiologi:
+ Penyakit menular pada masyarakat yang padat penduduk
nya dan sosioekonomi rendah, mis: petani, buruh dll.
+ Di Indonesia: Bali, NTB, Sulut, Sumut
+ Di Luar Negeri: Amerika Latin, India, Pakistan, Afrika Utara
Eropa Timur
Insiden: - semua umur: terbanyak 15-45 th
- pria: wanita sama
- tidak ada faktor herediter
Penularan: percikan sekret wkt bicara, batuk, bersin.
Perjalanan penyakit - lambat tp progresif: 15-20 th
- mukosa melunak --- cicatrix--- jadi keras
Stadium penyakit:
1. Rinitis mukopurulen: tjd pelunakan mukosa yang terserang.
Sekret mukopurulen, bila mengering terbentuk krusta, berbau
busuk
2. Stadium noduler (granuloma sub mukosum)
Terbentuk nodul yang permulaannya merah kebiruan dan
kenyal, selanjutnya pucat dan keras.
histologis:
- atropi dan hiperplasi epitel mukosa
- Hialin Bodies dari Russel
- Sel mikulics ( foam cell): sel makrophag besar
sitoplasma berbusa
nukleus kecil, eksentrik
- Diplobasilus Klebsiella Rhino scleromatis didlm sel makrofag
- Jumlah sel plasma, eosinofil dan limfosit bertambah, sedang
kan PMN sedikit.
3. Stadium skleroma (cicatrik)
Terbentuk sikatrik--- retraktif + kontraktif --- terjadi perubahan
bentuk/ malformasi organ yang terkena: stenosis hidung,
laring dan bronkus
Lokalisasi: tempat yg klasik hidung. Kelainan biasanya mulai pd
tepi anterior mukosa hidung, dpt menyebar ke bag
yg lebih dalam faring, laring, kd trachea + bronkus.
Diagnosa:
Gejala klinis: hidung buhtu ( pd semua stadia)
sekret mukopurulen akb pelunakan mukosa
ada nodul
stenosis karena sikatrik
tidak ada rasa sakit, kec bl ada ulkus krn korek2
bila laring trkena, suara parau
Pemeriksaan: tergantung stadium, dapat ditemukan:
+ Pembengkakan dan deformitas: bibir atas, vestibulum + kavum
nasi, pall mole, faring, laring
+ Histologis: seperti tersebut diatas
Diagnosa banding:
1, Lues: ulcus dalam, tepi kemerahan, WR/ Khan +
2. Tbc: ulcus menggaung, tepi tidak terasa, kepucatan
3. Rinitis kronika atropikan: anosmi, fetor nasi, atropi konka nasi
dan sekret kehijauan.
4. Karsinoma: tumbuh cepat, PA ditemukan sel keganasan.
Pengobatan:
1.Obat-obatan: bakterisid dan antibiotika dosis tinggi 4-6 minggu
dan diteruskan smp 2x hsl biopsi ber turut2 -
ampisilin, septrin, vibramisin, streotomisin ½-1g/hari
selama 3 minggu.
2. Kortikosterod: menekan granuloma
3. Operatif: memperbaiki airway
Pencegahan: hindari kontak
Prognosis: jelek, terutama bila terkena laring
SINDROMA ALERGI HIDUNG
Yaitu kumpulan gejala pada kavum nasi, sebagai manifestasi
reaksi alergi.
Alergi: Suatu reaksi abnormal yang bersifat khas yang timbul bila
ada kontak dengan substansi alergen
Dasar patofisiologi alergi:
Bila benda asing(alergen) masuk---terjadi respon imun---terbentuk
Zat anti (Y) ( Reagin, Ig E) yang menempel pada permukaan mas
tosit dan basofil , yg mengandung granula(sel mediator)--- mjd
sel mediator yang tersensitisasi
Bila kontak lagi, tjd degranulasi--- dilepaskan zat mediator:
- histamin
- serotonin
- bradykinin
- ECF-A: Eosinofil Chemotactic Factor of Anaphylactic
- SRS-A: Slow Reacting Substans of Anafilactis
Manifestasi klinik: tergantung 2 faktor:
- Organ sasaran (lokasi + jenis)
- Alergen penyebab: sifat, konsentrasi, cara masuk
RINITIS ALERGI
Yaitu sindroma alergi dg alergen spesifk, atau sensitif terhadap
Alergen spesifik
Penyebab: biasanya berupa protein dengan berat molekul tinggi:
- Polen (tepung sari) --- Polinosis
- House dust (debu rumah), mengandung kotoran
tungau (mite)
- Kapuk
- Bulu hewan piaraan
- Makanan: seafood, telur,susu, bbrp buah-buahan
Berdasarkan sifat berlangsungnya dapat dibedakan:
1. Rinitis alergi musiman (seasonal)
2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
RINITIS ALERGI MUSIMAN (SEASONAL)
Tak dikenal di Indonesia, krn hanya tjd di negara 4 musim
Penyebab: alergen spesifik yaitu tepung sari/ spora jamur.
Timbulnya: - sesuai musimnya
- berat ringannya bervariasi, tgt banyaknya alergen
Insiden: Bisa pada semua gol umur, anak, dewasa
Biasanya ada faktor herediter
Diagnosa:
- Gejala: merupakan rinoconjuctivitis
hidung: gatal dan bersin paroksismal, rinore, bu
kadang gatal di palatum
mata: merah, gatal disertai lakrimasi
- Pem RA: mukosa hidung pucat kebiruan ( livide), tp dpt hiperemi
- Terapi: desensitisasi
RINITIS ALERGI SEPANJANG TAHUN (PERENIAL)
Timbul intermiten, terus menerus tanpa variasi musim.
Penyebab: - Yang plng sering alergen inhalan, terutama pd orang
dewasa.
- Anak anak alergen ingestan
Dapat diperberat oleh faktor iritasi non spesifik: - asap rokok
- bau merangsang
- perubahan cuaca
- kelembaban tg.
Gangguan fisiologi jenis perenial lebih ringan dr jenis seasonal,
Tapi krn lebih persisten, maka lebi sering tjd komplikasi.
Patofisiologi:
Pd reaksi antigen antibodi Ig E --- tjd pelepasan zat mediator oleh
Mastosit / sel mediator. Zat mediator yg berperan adl histamin.
Efeknya: - dilatasi pemb darah kecil
- menngkatkan permeabilitas kapler--- cairan keluar.
- pd saraf sensoris: meningkatkan sekresi dan bersin.
Gejala klinik:
- Khas serangan bersin berulang, > 5X tiap serangan
- Rinore encer dan banyak
- Hidung tersumbat dan gatal, mata gatal
- Pada anak gejala sering tidak lengkap, tp bisa disertai gjejala
spesifik lainnya: + allergic shiner : bayangan gelap daerah
bawah mata akibat obstruksi
+ allergic salut: sering menggosok hidung dg
punggung tangan krn gatal
+ allergic crease: lama lama timbul garis
melintang di dorsum nasi
Diagnosa:
+ Anamnesa: 50% dapat ditegakkan
+ Pem:-RA: mukosa udem, basah, pucat, livide, sekret encer.
- Sitologi: + eosinofil: alergi inhalan
+ basofil : alergi makanan
+ P M N : infeksi bakteri
Terapi:
+ Hindari kontak
+ Simptomatis: - antihistamin
- bila konka hipertropi, dapat dilakukan:
* Kaustik Ag NO3, Asam Triklor Asetat
* Operasi Konkotomo bl hipertropi berat
+ Imunoterapi: desensitisasi/ hiposensitisasi
Komplikasi: + Otitis media
+ Sinusitis paranasalis
+ Polip hidung
RINITIS VASOMOTOR
Adalah buntu hidung karena gangguan keseimbangan fungsi
Vasmotor, atau bertambahnya aktifitas parasympatis.
Etiologi: - yang pasti belum diketahui
- diduga terkait sistem saraf otonom.
Nervus Vidianus, yang mengandung saraf simpatis dan para
simpatis, bila dirangsang pada:
- Parasimpatis: vasokonstriksi– permeabilitaskapiler dan
sekresi kelenjar.
- Simpatis : efek sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor:
1. Obat-obatan yg menekan simpatis:- ergotamin, chlorpromasin
- anti hipertensi
- vasokonstriktor topikal
2. Faktor fisis: iritasi oleh:
- asap rokok
- bau merangsang
- kelembaban tinggi, mis hujan– lembab– bersin-bersin
- perubahan suhu udara: udara dingin=trauma fisis --
mengakibkan limfosit/plasma sel melepas mediator kimiawi
3. Faktor endogen: - kehamilan
- pil KB
- pubertas
- hpotyroid
4. Faktor psikis: - kecemasan
- ketegangan
Gejala klinik:- hidung tersumbat, bergantian
- rinorea
- bersin-bersin, tidak ada gatal mata
Biasanya pagi hari, memburuk karena kelembaban
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan:
1. Type obstruksi (blockers)
2. Type rinorea
Diagnosa:
Anamnesa: singkirkan dengan rinitis alergi
Pemeriksaan: - RA: - udem mukosa hidung
- konka merah gelap/ merah tua, tapi kadang
dapat pucat
- sekret mukoid, hanya sedikit
- Lab: tak ada eosinofil, kadang ada tapi sedikit.
Komplikasi: jarang, akibat obstruksi nasi: - OMA
- Sinusitis
Terapi:
1. Hindari penyebab: - mandi hangat
- olah raga
- bila kedinginan : asetosal, salamid
2. Simptomatis: - dekongestan oral
- kortikosteroid topikal
- kalau perlu Kaustik dengan Asam Trichlorasetat
3. Operasi Konkotomi, bila diperlukan
POLIP NASI
Penyebab: masih diperdebatkan, yg masih dianut radang kronisdan alergi berulang.
Patofisiologi:Bakterial alergi berulang-periflebitis, perilimfangitis dan degenerasi mukosa.Akibatnya aliran kembali cairan interstisial terhambat—oedem--penonjolan mukosa-- bertangkai-- terjadi polip/cyste.
Patologi anatomi:Makroskopis: masa lunak, licin,bening/pucat.Mikroskopis : - mukosa oedem dan hipertropi
- epitel silindris dengan atau tanpa bulu getar, dapat metaplasi kuboid, bertatah. - stroma jaringan ikat longgar: “ dengan cairan interstisial “ banyak sal limfe melebar “ sedikit pembuluh darah+ serabut saraf “ terdapat tumpukan sel limfosit, plasma sel dan eosinofil
Pembagian PolipA. Menurut bentuk: 1. multipel : dr sel etmoid, paling sering 2. soliter : dr sinus maxilarisB. Menurut Patologi Anatomi: 1. seromukus : licin, lunak,kalau pecah keluar cairan seromukus-- kempis 2. fibrooedematus: kasar, padat, kalau pecah keluar darah-- tidak kempis
INSIDEN: - dewasa muda, jarang pada anak - laki-laki > wanita
Gejala:-Keluhan:- rhinorhoe - obstruksi nasi dengan gejala yg diaki batkan yi bindeng, batuk dll.-Pemeriksaan: - inspeksi: bila penuh, dorsum nasi melebar, hidung gepeng-- FROG FACE - RA: tampak jar polip. Jenis fibrooedematus perlu dibedakan dg konka nasi dg cara diberi kapas sol. Efedrin. - RP: didapatkan polip pada koanal polip.
Diagnosa banding 1 Angiofibroma nasofaring juvenilis: dibedakan dengan adanya perdarahan 2 Inverted papilloma: biasanya usia lanjut 3 Meningocel: pada bayiTerapi- tidak ada terapi kausal- dilakukan ekkstraksi jar polip dg anestesi lokal atau umum:- polip ditarik dg polip tang atau jerat - kalau perlu dilakukan etmoidektomi - kalau bnyk, asal sinus maksilaris-- operasi CALDWELL LUC
RINITIS MEDIKAMENTOSA
Adalah buntu hidung karena respon vasomotor terganggu akibat
pemakaian vasokonstriktor yang lama/ berlebihan.
ANGIOFIBROMA NASOFARING BELIA (JUVENILIS)
Adalah tumor di nasofaring yg kaya pembuluh darah besar danmelebar dg hiperplasi endotel dg stroma yg t.d: - fibroblas - serat kolagen tanpa tunika muskularis
Insiden: - umur 10-17 th - laki-laki > wanita
Lokasi tumor:- atap nasofaring,pada umumnya unilateral - dinding lateral nasofaring, pd umumnya unilateral - jarang pada garis tengah nasofaring.
Histopatologi- Jaringan ikat oedematus dg banyak pembuluh darah yg melebar dan kapiler yg saling berhubungan dan hanya dilapisi endotel tanpa tunika muskularis- tumor yg sedang tumbuh aktif bnyk elemen vaskulernya, tapi dengan meningkatnya usia –jaringan fibrousnya lebih dominan (regresi jaringan vaskuler)
Gejala klinis- epistaksis berulang, ada sblm gjl obstruksi nasi- obstruksi nasi dengan berbagai akibatnya
Sifat tumor- Histologis: jinak-Klinis : tumbuh expansif, destruksi tulang dan tumbuh meluas.
Etiologi : belum pasti1. Teori jaringan asal: - dari cartilago embrional, defisit androgen, kelebihan estrogen - dari fasia basilaris/aponeurosis pharyngeal, dengan jaringan vaskuler ektopik2. Ketidakseimbangan hormon sex (ada kecende rungan regresi dg kematangan sex)
Perluasan tumor- Ke anterior:+ cavum nasi + mendesak septum nasi + keluar vestibulum nasi + msk sinus maksilaris-- ke fosa spenomaxilaris-- expansi ke pipi + msk orbitaprotusiobulbi+n.optikus- Ke inferior: mendesak palatum molle-- menutup jalan nafas- Ke superior: mendesak basis cranii-- masuk ke cavum cranii
Diagnosa: didasarkan pada:1. umur penderita: 10-17 th 2. gejala subyektif diatas 3. diagnosa pasti: biopsi ( di OK)
Diagnosa banding1. Koanal polip: permukaan rata, pucat, oedematus dan lunak2. Adenoid: permukaan irreguler, ditengah, tdk mudah berdarah3. Karsinoma nasofaring: + umur 30-50 th atau lebih + ada gejala lokal dan metastase + KU menurun + pemeriksaan PA: keganasan
4. Fibroma nasofaring: + dapat terjadi pd semua umur + dinding penb drh ada tunika muskularis + perdarahan lebih mudah dihentikan
Terapi1.Obat-obat hormonal: a. estrogen: mengecilkan tumor b. zytonal: lebih mengecilkan tumor sehingga mempermudah operasinya2. Radiasi: mengecilkan tumor3. Operasi: pengangkatan tumor
Operasi pengangkatan: a. dijerat, kemudian diikat b. dengan pendekatan:- transpalatal - rhinotomi lateral - rhinotomi sublabial
Stadium tumor: utk menentukan perluasan atau derajat tumorStadium I: tumor masih di nasofaringStadium II: meluas ke rongga hidung atau sinus sphenoidalisStadiumIII: Tumor meluas ke salah satu: - sinus maksilaris - sinus ethmoidalis
- fosa pterygomaxilaris - infra temporal - rongga mata atau pipiStadium IV: meluas ke rongga intra kranial
Prognosa: - Stadium dini baik - Stadium lanjut jelek
KARSINOMA NASOFARING
Tumor ganas kepala leher terbanyak (60%)
Dokter Umum perlu tahu krn stad dini dtng ke dokter umum, sdk
ke dr THT sdh stadium lanjut
- Insiden: + banyak pd ras mongoloid: Cina Selatan,Hongkong Vietnam, Thailand Malaysia, Singapura, Ind
+ dpt pd ras non mongoloid:Yunani, Afrika Utara,Eskimo + penderita di Indonesia: *umur rata-rata 30-50 th ( tertua 79 th, termuda 1 th)
* laki-laki: wanita 2:1 * banyak pd penduduk pribumi/WNI - Faktor yg diduga ikut berperan: * Faktor ras * Bahan karsinogen: asap rokok * Iritasi menahun : nasofaringitis asap/alkohol lombok * hormonal: estrogen tinggi * virus Ebstein Barr: semua pen derita didapatkan titer anti virus Ebstein Barr tinggi
Pembagian:A. Berdasarkan Histopatologi I Epidermoid karsinoma 1. Well differentiated: a. keratinising b. non keratinising 2. Undifferentiated (anaplastic carcinoma): a. transisional b. limfoepitelial Menurut WHO ada 3 jenis: 1. Karsinoma sel skwamosa berkeratinisasi 2. Karsinoma tidak berkeratinisasi 3. Karsinoma tidak berdeferensiasi, tmsk:limfoepitelioma, sel transisional, sel spindle, sel clear dan anaplstik.
II Adenocystic carcinoma ( silindroma)
III Sarcoma (creeping tumor)
B. Menurut bentuk dan cara tumbuh - ulceratif
- exophitic
- endophitic (creeping tumor)
C. Menurut lokalisasi 1. Fossa Rosen Mulleri
2. Sekitar tuba Eustachius
3. Dinding belakang nasofaring
4. Atap nasofaring
Gejala:
I Gejala lokal dari tumor primer
1. epistaxis sedikit/ banyak dan berulang
2.obstruksi nasi, pilek campur darah, kdng berbau
3. obstruksi tuba, mengakibatkan pendengaran menurun,
tinnitus – OMP
II Gelala akibat pertumbuhan expansif
1. kedepan : obstruksi nasi
2. kebawah : mendesak palatum molle – bomban
3. keatas : Foramen lacerum
- terkena duramater – cefalgi
- terkena 6 (abduscen) m rektus lateralis- diplopi(strabismus)
- terkena n 5 (trigeminus) : nyeri kepala pada daerah muka,
mata, hidung, rahang atas dan bawah,lidah
- terkena n 3 dan 4 ptosis dan optalmoplegi
4. kesamping: ke spatium para paryngeum:
- terkena n 9, n10– parese palatum molle, faring dan laring
- terkena n 10– parese lidah ke samping – gangguan menelan
III Gejala akibat metastase
1. melalui getah bening: pembesaran kelenjar getah bening di leher
yg terletak dibawah ujung mastoid, diblk angulus mandibula,
Diagnosa:
Agak susah karena datang ke THT agak lambat
Penderita sering datang ke bag mata, saraf, gigi atau bedah
Ada TRIAS CA NASOFARING yang dapat dipakai sebagai pedoman yaitu:
A.Tumor coli, gjl hidung dan gjl telinga
B Tumor coli, gjl hidung dan telinga, gjl intra kranial (saraf/mata)
C Gejala hidung, Gejala telinga, Gejala intrakranial
Cara membuat diagnosa
a.Berdasarkan klinisnya
1. Umur
2. gejala subyektif: trias ca nasofaring
3. pem obyektif: RA, RP, Nasofaryngocop, X foto, USG, CT Scan
b.Bersasarkan hasil PA melalui biopsi/sitologi
Diagnosa Banding: 1. Angiofibroma nasofaring juvenilis
2. Angiofibroma
3. Adenoid persisten
4. Tbc nasofaring
STADIUM
Berdasarkan gejala-gejala diatas
1. stadium dini: tumor masih didalam nasofaring
gejala tumor primer, kdng tumor masih blm tampak ( creeping tumor)
2. Stadium lanjut: tumor melewati batas nasofaring
metastase
Menurut UNION INTERNATIONAL CENTRE CANCER ( UICC)– 1992– TNM:
T: Tumor Primer To, T1, T2, T3, T4, Tx
N: Pembesaran kelenjar getah bening regional: No, N1, N2, N3
M: Metastase jauh: Mo, M1
Stadium I : T1 No Mo
Stadium II : T2 No Mo
Stadium III : T1,T2,T3, N1, Mo atau T3, No, Mo
Stadium IV: T4, No/ N1, Mo
T1,T2,T3,T4,N2/N3, Mo
T1,T2,T3,T4,No/N1, M1
Keterangan:
T0 : Tumor tidak tampak
T1 : Tumor terbatas 1 lokasi, lateral,posterior, superior, atap
T2 : Tumor pada 2 lokasi atau lebih, tapi masih di rongga nasofaring
T3 : Tumor sudah keluar dari rongga nasofaring
T4 : Tumor sudah keluar dari rongga nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak/
saraf otak
Tx : tidak jelas besarnya oleh karena pemeriksaan tidak lengkap
N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
N1 : Ada pembesaran homolateral, masih dapat digerakkan
N2 : Penbesaran Kontralateral/ bilateral, masih dapat digerakkan
N3 : Pembesaran homolateral, kontralateral atau bilateral yang sudah melekat
M0 : tidak ada metastase jauh
M1 : terdapat metastase jauh
Mx : Metastase belum dapat ditentukan karena pemeriksaan belum lengkap
TERAPI: Radioterapi
Terapi tambahan: Kemoterapi
Deseksi leher
Ada yg menambahkan : seroterapi
vaksin anti virus
Interveron
Tetracyclin
Penting juga perawatan palliatif, terutama yg mendapat radiasi karena :
- mulut terasa kering krn kerusakan kelenjar liur, shg penderta dianjurkan
makan banyak kuah, minum, serta mengunyah bahan yg asam
- mukositis rongga mulut karena jamur, nafsu makan hilang,mual, muntah
- leher kaku krn fibrosis, sakit kepala
PROGNOSA
Stadium dini baik, dapat hidup . 5 th
Stadium lanjut kurang baik, hidup , 3 th
BENDA ASING RONGGA HIDUNG
Biasanya pada anak dan unilateral
Macamnya : - bahan : kertas, spon, plastik, batu
- biji-bijian : kacang, jagung, biji asam
- binatang : pacet, larva
Patologi:- Bbrp hari kmd terjadi radang mukosa– sekret mukopurulen,bau- Lama-lama timbul jaringan granulasi– sekret bercampur darah
Gejala:- Keluhan didapat dr ibu, pilek lama, bau, bercampur darah
- Apabila binatang terasa gerakan
Pemeriksaan:RA - mukosa merah dgn mukopus, kd ada granulasi
- bila lama, benda terlihat stl sekret dibersihkan
Tindakan:
Diekstraksi (dikeluarkan) menggunakan alat lampu kepala, spekulum hidung dan
Hak bulat ( ring haak), diekstraksi kearah depan
Kalau perlu dilakukan anestesi dengan xylocain, efedrin
ATRESIA KOANE
- Tipe kejadian bisa : kongenital/ didapat unilateral / bilateral
- komplet / inkomplet osseus/membraneus
- Pada bayi lebih banyak bilateral
- Pada dewasa unilateral
Etiologi
- Kongenital membrana nasobuccal persisten diujung belakang vomer
- Didapat : lebih banyak di regio faring daripada di koane
akibat dari : trauma: tonsilektomi, adenoidektomi
infeksi: tbc, lues, difteri -- cicatric
Insiden : 1 dari 5000 kelahiran hidup
Gejala: Unilateral :- bayi sukar bernafas lewat hidung, problem
timbul bila cav nasi yg normal terganggu
Bilateral :- bayi sejak hari I lahir tidak dapat menyusu
-bila mulut tertutup cyanosis
-cavum nasi berisi mukus
Diagnosa:+ Dengan sonde kateter, nasofaryngoscop
+ Palpasi lewat nasofaring
+ Disemprot Metylen blue
+ X ray dengan kontras
Terapi: Operasi, yang membraneus bisa ruptur spontan
DEVIASI SEPTUM NASI
Yaitu posisi septum nasi tdk lurus ke belakang atas
Penyebab:Trauma: - proses kelahiran, hidung tertekan jalan lahir
- kecelakaan: bermain, olah raga, KLL
Spontan: akibat kecepatan pertumbuhan bagian
kavum nasi yang berbeda
Bentuk deformitas: 1. Deviasi : bentuk S,C
2. Dislokasi: keluar dari krista maksilaris
3. Penonjolan: sebagai spina, krista
Gejala:
Keluhan:- tidak semua ada keluhan, sebab yg timbul pelan pelan
sudah adaptasi
- yang berat mengeluh obstruksi nasi, mula mula sebelah
kmd disusul yg sebelahnya karena terjadi hipertrofi yg
kompensatoir
- terjadi gangguan: oksigenasi
vacum headache– sinusitis
vacum cavum timpani – OMP
hiposmia
Terapi
- Keluhan ringan kaustik dengan asam trichloracetat
- Keluhan berat dilakukan koreksi:
- 1. Reseksi submukosa (Killian): tulang rawan septum yg
- bengkok dikeluarkan
- 2. Septoplasti : tulang rawan yg bengkok direposisi, yang
- kelebihan dibuang
SYNECHIA NASI
Adalah terjadinya perlekatan mukosa septum nasi dan konka
(inferior) akibat dari trauma, operasi dan infeksi.
Gejala: - obstruksi partial
- sensasi ada benda
- bisa ada krusta
Terapi: bagian yg adhesi dipisahkan
TRAUMA NASI
Tergantung dari keras dan arah trauma, dapat terjadi kerusakan
pada: 1. Jaringan lunak bag luar hidung berupa memr atau
hematom maupun luka terbuka
2. Tulang kerangka hidung: fraktur os nasal
3. Septum nasi: - deviasi septum nasi
- hematoma septum nasi
4. Mukosa septum nasi: terjadi robekan – epistaksis
Fraktur os nasalis
Tidak hanya terjadi pada os nasalis saja, tetapi dapat juga pada:
prosesus frontalis os maksila
kartilago septum nasi
Bagian yang terkena tergantung pada arh dan kerasnya trauma
A. Trauma dari lateral
Mengakibatkan dislokasi hidung ke sebelah lainnya
- fraktur os nasalis + procesus frontalis maxila pada sisi
datangnya pukulan
- fragmennya menumpang diatas bagian yang stabil prosesus
frontalis
- sedang sisi yg lain fragmennya berada dibawah yg stabil
- sedang pada dasar cavum nasi turun kearah yang berla
wanan dengan arah pukulan, sehingga menyebabkan
obstruksi nasi pada sisi lain
B. Trauma arah frontal
Menyebabkan akibat yang lebih hebat.
Dapat ferjadi 3 tingkat fraktur:
Tk I : - os nasalis ambles+ melebar, menumpang diatas os
procesus frontalis maxila
- septum nasi fraktur– fragmen tumpang tindih
Tk II: - Procesus frontalis maxila juga fraktur, dislokasi fragmen
nya ke lateral
- septum nasi fraktur lebih berat
Tk III: - seperti tk II tapi lebih hebat
- Proc frontalis masuk kedalam sinus maxilaris
- selain itu terjadi dislokasi selulae etmoidalis anterior
dan os lacrimalis ke lateral, akibatnya:
+ hidung sangat mendatar
+ jarak antara kantus medialis melebar
+ tepi kranial os nasalis masuk ke tepi kaudal os frontalis
sehingga dorsum nasi tampak pendek
+ kadang terjadi robekan duramater, sehingga terjadi sere
brospinal rinore
Diagnostik
+ Anamnesa: terjadi trauma dengan gejala:
- epistaksis
- obstuksi nasi karena stolsel, hematom dan deviasi
- hipo/ anosmia krn obstruksi, parese n olfaktorius
+ Pemeriksaan: - Palpasi: teraba krepitasi
- RA: bekuan darah, dislokasi fraktur, robekan
mukosa, hrmatom septi
-
- X foto: pada kasus yang berat
Terapi: Reposisi secepat mungkin, selum ada udem
Bila terjadi udem, tunggu 4-7 hari
Cara reposisi:
+ anestesi lokal atau general
+ os nasalis diangkat dengan elevator tumpul/ Asche
forcep, dikontrol dengan ibu jari tangan kiri dari arah
kontra lateralnya
+ fiksasi dengan tampon boorzalf
TRAUMA MAKSILA
Fraktur maksila merupakan trauma yang serius dan mempunyai
Ciri khas seperti:
+ perubahan letak palatum
+ deformitas/ mobilitas hidung
+ epistaksis
+ perubahan/ deformitas sepertiga tengah muka
Gradasi Trauma Maksila menurut Lefort:
+ Lefort I: - garis fraktur transversal pada maksila, melibatkan
hanya palatum
- terjadi mobilitas atau perubahan letak arkus maksila
dan palatum
- biasanya ada mal oklusi
Lefort II: - garis fraktu pyramid, melibatkan fraktur palatum dan
bagian sepertiga tengah muka termasuk hidung
- gejalanya epistaksis profus dan maloklusi
Lefort III: - menyebabkan pemisahan seluruh tulang muka dengan
kranium
- seluruh komplek zygomatiko-maksila berubah letak
dan mobil
Pemeriksaan: harus cermat, ditunjang pemeriksaan:
- Radiologik
- CT Scan potongan axial dan coronal
Penanggulangan:
Prinsip: Reposisi melalui reposisi terbuka dengan menyusun
kembali fragmennya dan difiksasi
- bisa eksplorasi melalui sulkus gingivo bukal
- Bila dasar orbita masuk kedalam sinus maksilaris, maka
lewat operasi Caldwell Luc dan diusahakan dasar orbita
kanan dan kiri berada pada satu garis horizontal. Ini
mencegah terjadinya diplopi.
- perlu diperhatikan juga oklusi mulut dan gigi – difiksasi
dengan mandibula.
EPISTAKSIS
Epistaksis bukan suatu penyakit, tapi hanya gejala.
Penyebab:
A. Lokal: - Trauma: korek-korek, bersin keras, kecelakaan
- Radang: rinitis akut/ kronis, difteri nasi ulkus lues,
Tbc, sinusitis maksilaris.
- Tumor: carcinoma cavum nasi, nasofaring dan sinus
maksilaris, angiofibroma.
B. Umum:
1. Penyakit darah: hemofili, leukemia, trombositopene.
2. Penyakit pembuluh darah: hipertensi, arteriosklerosis,
teleangiektasis.
3. Tekanan vena yang tinggi: pertusis, penyakit cor pulmonale,
tumor leher dan thorak.
4. Gangguan hormonal: terjadi saat penurunan kadar estrogen.
Lokalisasi epistaksis:
1 Kavum nasi anterior: 80% pada anak-anak dan dewasa muda
karena korek-korek daerah antero-inferior
septu nasi (area little), karena disitu ada
Pleksus Kisselbach.
2. Kavum nasi posterior: pada hipertensi/ arteriosklerosis terjadi
perdarahan pada separo posterior konka
inferior (cabang a. sfenopalatina).
Diagnosa banding: - carcinoma nasofaring
- angiofibroma nasofaring juvenilis
Tindakan menghentikan epistaksis:
A. Lokal: - mula-mula keluarkan bekuan darah
- kemudian hentikan perdarahan:
1. Bila perdarahan dari anterior, langkah-langkahnya sbb:
+ Jepit ala nasi 5-15 menit
+ Aplikasi dengan vasokonstriktor dengan cara kapas dibasahi
vasokonstriktor, dimasukkan kedalam kavum nasi selama
10 menit.
+ Kaustik degan asam Triklor Asetat / Nitras Argenti mulai dari
sekitar sumber kemudian ketengah’
+ Tampon boorzalf di kavum nasi yng berdarah, apabila tidak
teratasi tampon kontralateral juga untuk menambah tekanan.
Biarkan tampon selama 2X24 jam.
2. Bila perdarahan dari posterior yang sukar dihentikan,
pasang tampon posterior (tampon Bellocq).
B. Umum: + transfusi bila banyak kehilangan darah
+ hemostasis: vit K, adona, anaroksil, transamin
+ antibiotik
Dianjurkan pemeriksaan faal hemostasis dan mencari penyebab untuk keperluan terapi kausal.
HEMATOMA SEPTUM NASI
Adalah timbunan darah pada septum nasi yang terletak antara:
- submukosa dengan perikondrium,
- submukosa dengan periosteum : jarang terjadi.
Penyebab: trauma, bila tl rawan fraktur,tjd hematom bilateral.
Diagnosa:
+ Anamnesa:- ada trauma, kemudian cepat tjd obstruksi nasi
- tidak hilang dengan tetes hidung
- dapat disertai epistaksis dan nyeri.
+ Pemeriksaan:
RA: - ada benjolan pd septum nasi bagian depan, uni
lateral, jarang bilateral
- warna merah tua kebiruan, kenyal, elastis
- pada proef pungsi didapatkan darah.
Terapi: Insisi didaerah anteroinferior septum secara steril, kmd
ditekan dengan tampon boorzalf. Tampon dilepas 2 hari.
Prognosa: baik. Bila tidak diinsisi akan mengalami organisasi.
Bila ada infeksi sekender, tjd abses septum.
ABSES SEPTUM NASI
Penyebab: - infeksi pada trauma/ luka mukosa septum nasi
- infeksi sekender hematoma septi, biasanya terjadi
3-5 hari setelah timbul.
Diagnosa:
Keluhan: - obstruksi nasi– cefalgi, epifora
- nyeri hidung lebih hebat dari pada hematoma
- kadang-kadang febris.
Pemeriksaan:- Inspeksi: hidung luar atu apeks nasi hiperemi,
udem atau tampak mengkilat.
- Palpasi : nyeri pada sentuhan.
- RA : - benjolan pd seprum nasi merah keabuan
- lunak pada sentuhan
- tidak kempis dengan solutio efedrin.
- pungsi percobaan: didapatkan pus.
Terapi: - Insisi, pasang drain, lalu ditekan dengan tampon boorzalf
- Antibiotika
Prognosa: - baik
- bila tdk dirawat tjd: nekrosis kartilago(lorgnet nose)
perforasi septum nasi
trombosis sinu kavernosus
SINUSITIS PARANASALIS
Yaitu radang mukosa rongga sinus.
Bila berlangsung singkat 1-3 minggu kemudian sembuh, maka
mukosa akan normal kembali.
Kuman penyebab:- Streptokokus
- Hemofilus influenzae
- Stafilokokus Aureus
- Organisme anaerob
- Jamur
Faktor predisposisi:- terlalu capai
- banyak terkena angin
- gizi kurang
- alergi
- gangguan anatomi hidung
Faktor penyebab infeksi
1. Rhinogen: karena mukosanya kontinyu dari kavum nasi, maka
Infeksi kavum nasi dapat menjalar langsung.
Ini dipermudah oleh:- buang ingus berlebihan/keras
- akumulasi sekret krn ada polip/ deviasi.
2. Odontogen/ dentogen: infeksi gigi premolar I – molar III, akar
gigi menembus dasar sinus maksilaris,
ditambah letak osteum sinus maksilaris
yang tinggi menyulitkan drainase sekret
Klasifikasi:
+ sinusitis akut :beberapa hari-minggu, ada tanda radang akut
+ sinusitis sub akut:beberapa minggu – bulan, tanda akut reda,
reversibel.
+ sinusitis kronis :beberapa bulan – tahun, irreversibel, terjadi
jaringan granulasi.
SINUSITIS MAKSILARIS AKUT
Insiden: paling banyaak diantara sinusitis paranasalis yg lain.
Faktor yang mendukung terjadinya:
a. rinogen: rinitis akut, cara buang ingus yang salah.
b. dentogen: infeksi gigi PM2-M3, post ekstraksi gigi.
c. drainase sinus maksilaris yg sulit karena:
- osteum tinggi, 16 jam sehari posisi duduk/ berdiri
- osteum mudah tertutup oleh: + konka media
+ deviasi septum
+ polip/sekret
Diagnosa:
Anamnesa: - adanya rinitis akut
- pipi kemeng-sakit
- sefalgi sisi yang sakit, sore maksimal, pagi reda
- sekret mukopurulen, kadang hemorrhagis, lama-
lama bau.
Pemeriksaan:
+ Inspeksi: pipi kadang-kadang udem dan hiperemi
+ Palpasi : nyeri tekan pipi yang sakit (fosa canina)
+ RA: - vestibulum nasi merah
- kavum nasi sempit, konka udem, mukosa hiperemi, ada
sekret, kadang-kadang di meatus medius
+ RP: - adanya post nasal drip
- terlihat pus di meatus medius (kadang-kadang)
+ Transiluminasi: bayangan gelap pada sinus yang sakit
+ X Foto waters: - perselubungan (adanya cairan)
- tampak permukaan cairan (air fluid level).
- udem mukosa, penebalan mukosa.
+ Pungsi percobaan: - keluar pus/mukoid
- dilakukan untuk diagnosa sekalian terapi.
Terapi: 1. Konservatif:
a. Umum: - istirahat, makan lunak
- analgetik
- antibiotik : penicilin, bila alergi doksisiklin
erytromycin
b. Lokal : perbaikan drainase:-tetes hidung efedrin 1%
-tidur miring heterolateral
2. Aktif: Irigasi sinus (Kaag Spoeling) : keluar pus/ mukoid,
dilakukan 1X seminggu sampai bersih.
Komplikasi:- Ekstravasasi cairan di pipi
- Emboli udara
Prognosa: Cepat berobat: semuh dengan terapi konservatif
Bila tidak diobati menjadi kronis
Komplikasi: - OMP : karena obstruksi ostium tuba
- Faringitis : karena post nasal drip
SINUSITIS MAKSILARIS KRONIKA
Faktor etiologi:
1. Sinusitis maksilaris akut berulang atau pengobatan kurang
adekuat.
2. Adanya blokade drainase.
3. Infeksi gigi Premolar 2 – Molar 3
4. Infeksi sinus ethmoidalis, sinus frontalis.
Patologi: disini telah terjadi degenerasi mukosa; cysteus, polip,
polip atau metaplasi epitel.
Diagnosa:
+ Anamnesa: - keluhan tidak tegas, samar-samar dan lama
- pilek kedua lubang hidung atau sebelah
- foetor nasi
- hidung buntu, kemeng/ sakit, sub febril
+ Pemeriksaan:- Palpasi: rasa kemeng/sakit ringan
- RA/RP: pus di meatus medius (tidak selalu)
- Ada caries gigi bila penyebab dentogen
- Transiluminasi: seperti pd SM Akut
- X Foto Water: seperti pada SM Akut
Terapi: + Konservatif : - Antibiotika
- Tetes hidung
+ Aktif : Irigasi sinus 1 minggu sekali, bila 5X tak membaik
Operasi Caldwell Luc.
Ekstraksi gigi bila causanya dentogen.
Diagnosa banding:
1. Karsinoma sinus maksilaris
Anamnesa: - penderita orang tua
- rasa sakit kontinyu, meningkat (progresif).
- geraham terasa sakit tetapi giginya taa
- sekret berbau, kadang-kadang hemorrhagis
Pemeriksaan: Pada stadium dini tidak jelas
- pembengkakan pada pipi, palatum durum, pen
sakan ke kavum nasi
- X Foto Waters: ada destruksi tulang
- Biopsi: ada keganasan
- Antroskopi: didapatkan tumor
2. Karsinoma nasofaring
SINUSITIS FRONTALIS AKUT
Penyebab infeksi:
Rinogen: melalui adanya:
- Rinitis akut– menjalar
cara buang ingus
berenang
- Obstruksi nasi,akibat dari:-- udem
obstruksi nasi
deviasi septum
hipertrofi konka
Diagnosa:
a. Anamnesa: seperti pada rinitis akut
+ malaise, febris
+ ada sekret dan obstruksi nasi
+ sefalgi hebat: - pagi hari lebih sakit
- biasanya homo lateral
b. Pemeriksaan:
+ Inspeksi: kulit taa
+ Palpasi: nyeri tekan pd dasar/ lantai atau dinding depan
sinus frontalis
+ RA: - mukosa kavum nasi udem, hiperemi
- pus di meatus medius bagian depan
+ Trasiluminasi: gelap pada sisi yang sakit
+ X Foto Waters: perselubungan pada sisi yang sakit
Terapi:
+ Lokal: perbaiki drainase: - tetes hidung
- tidur miring hetero lateral
- Infraksi konka nasi: bila diperlukan
+ Umum: - analgetika
- antibiotika: ampicilin, klinamisin, sefalosporin
Prognosa: baik, oleh karena osteumnya rendah.
Komplikasi: inflamasi dapat menjalar ke:
+ mata,intra kranial
+ dinding depan – sub periostal abses
+ sinus frontalis sebelah
SINUSITIS FRONTALIS KRONIK
Patologi: radang purulen dengan mukosa hipertrofi dan / polipoid
Etiologi : 1. Sinusitis frontalis akut yg - tdk diobati/ tdk adekuat
- drainase kurang baik:
+ polip di meatus medius
+ deviasi septum nasi
+ hipertrofi konka media
2. Kelanjutan sinusitis kronik dari sinus yang berdekatan:
Pansinusitis
3. Ada faktor alergi
Diagnosa: + Anamnesa: lebih ringan dari yang akut
+ Pemeriksaan: - Palpasi: nyeri tekan ringan/ tidak
- RA: mukosa udem, hiperemi, pus di
meatus medius
- Transiluminasi: seperti SF Akut
- X Foto Waters: seperti SF akut
Terapi:
+ Konservatif dan tindakan memperlancar drainase dengan cara:
- Aplikasi kapas dengan dekongestan
- Melebarkan osteum nasofrontalis dengan sonde
- Operasi penyebab obstruksi: - Ekstraksi polip
- Koreksi septum deviasi
- Infraksi konka media
+ Tindakan Operasi Ekstra nasal (Lynch Operation):
- Insisi curveliniair bibawah bagian medial alis, terus ke
bawah ke epicanthus interna
- dasar sinus frontalis dengan sinus etmoidalis dibuka
Komplikasi: + ke mata menyebabkan infiltrat/abses
+ osteomyelitis frontalis
+ infeksi ke endokranium
SINUSITIS ETHMOIDALIS AKUT
- Penderita lebih banyak pada orang dewasa
- Pada anak-anak, justru sinusitis ethmoidalis lebih sering diban
ding sinusitis yang lain
- Type sinusitis ethmoidalis: + Akut, subakut
+ Recurren emphyema
+ Kronik emphyema
+ Kronik emphyema dengan polipoid
- Etiologi: sama dengan sinusitis maksilaris akut, kecuali faktor
- gigi.
Gejala: pada stadiumakut mengenai seluruh selulae ethmoidalis
anterior dan biasanya terjadi pada fase akut rinitis.
Keluhan: - hidung buntu
- rasa sakit pada sisi homolateral yaitu didaerah frontal,
mata, regio parietal
Pemeriksaan:- terdapat pembengkakan didaerah ethmoid, kasus
yang berat dapat menjalar ke alis
- RA: mukopus di meatus medius
- RP: tampak post nasal drip
Diagnosa:- sulit karena tidak khas: Transiluminasi: tidak khas
X Foto waters: tidak khas
- yang significan:+ lokasi sakitnya
+ pembengkakan dan kongesti pada
orbita dan alis
+ sakit pada gerakan mata
Terapi: - Tetes hidung/ aplikasi dekongestan
- Analgetika
- Antibiotik
- Dapat dibantu dengan pengobatan sinar infra merah
SINUSITIS ETHMOIDALIS KRONIKA
Terjadinya karena ethmoiditis akut yang berulang, lama-lama
menjadi stadium kronis.
Gejala: menyerupai sinusitis maksilaris kronik, yaitu:
- sakit kepala
- hidung buntu, beringus
- ada post nasal drip
Pemeriksaan:+ RA: ada pus di meatus medius/ dasar kavum nasi
yang serius ada polip di meatus medius
+ X foto Waters: tidak khas
Terapi:+ dilakukan ekstraksi polip– seluae dibuka– ethmoidektomi
+ sering residif
+ komplikasi operasi bisa terkena lamina papyracea– ke
orbita– bisa terjadi infiltrat/abses retro bulber
+ perlu diperhatikan; - faktor alergi
- kelainan anatomi: deviasi septum
SINUSITIS SPHENOIDALIS AKUT
Jarang berdiri sendiri, biasanya sebagai bagian dari Pansinusitis.
Gejala: rasa sakit di daerah occiput/ os parietal.
Diagnosa: + RA: tampak pus di nasofaring
+ X Foto: bisa tampak oermukaan cairan
Terapi: - Analgetika
- Antibiotika
- Aplikasi vasokonstriktor
- Irigasi melalui osteum atau pungsi dinding depan.
SINUSITIS SPHENOIDALIS KRONIKA
Etiologi: emphyema akut sinus sphenoid yang berlangsung lama,
olek karena:- proses alergi dengan atau tanpa polip
- penebalan mukosa akibat radang
- tumor
Gejala: - sefalgi – malaise, anoreksi, kurang konsentrasi
- post nasal drip di nasofaring
Diagnosa:- anamnesa: sefalgi dan post nasal drip
- X Foto proyeksi submental-vertex/ dengan kontras
Terapi: a. konservatif: - terapi infeksi yang lain
- irigasi
- koreksi alergi, polip dll
b. Surgical (Hirsch)