KUANTIFIKASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA …digilib.unila.ac.id/54546/4/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of KUANTIFIKASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA …digilib.unila.ac.id/54546/4/SKRIPSI TANPA BAB...
i
KUANTIFIKASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWAFLAVONOID EKSTRAK POLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
KULTIVAR PRINGSEWU DAN UJI TOKSISITAS TERHADAPKUTU PUTIH SIRSAK (Pseudococcus cryptus)
(Skripsi)
Oleh
Yayang Anas Persada
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
KUANTIFIKASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWAFLAVONOID EKSTRAK POLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
KULTIVAR PRINGSEWU DAN UJI TOKSISITAS TERHADAPKUTU PUTIH SIRSAK (Pseudococcus cryptus)
Oleh
YAYANG ANAS PERSADA
Produksi buah sirsak mengalami penurunan yang salah satu penyebabnyaadalah serangan hama kutu putih (P. cryptus). Penggunaan insektisidasintetik yang tidak tepat akan berdampak buruk pada organisme non targetdan lingkungan. Tanaman gamal (G. maculata) merupakan salah satutanaman yang dapat dijadikan insektisida nabati. Penelitian ini bertujuanmengkuantifikasi dan menentukan struktur senyawa flavonoid ekstrak polardaun gamal serta uji toksisitas terhadap mortalitas P. cryptus. Ekstraksidilakukan dengan cara maserasi bertingkat terhadap serbuk daun gamalmenggunakan pelarut non polar dan polar. Bioassay ekstrak kasar terhadapkutu putih pada buah sirsak yang sudah direndam dalam ekstrak polarserbuk daun gamal selama 10 menit pada tingkatan konsentrasi 0%, 0,05%,0,10%, 0,15% dan 0,20% sebanyak 3x ulangan. Kematian kutu putihdiamati pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan selanjutnya ditentukanLC50 menggunakan analisis probit. Penentuan struktur dan kuantifikasisenyawa flavonoid menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dan FTIR. Hasilyang didapat yaitu ekstrak metanol serbuk daun gamal kultivar Pringsewumemiliki kadar flavonoid sebesar 4,5 mg/L kuersetin dan kadar fenoliksebesar 3,2 mg/L asam galat. Sedangkan ekstrak air memiliki kadarflavonoid sebesar 3,6 mg/L kuersetin dan kadar fenolik sebesar 1,7 mg/Lasam galat. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam serbuk daun gamalPringsewu termasuk dalam golongan flavonol dengan struktur 3-hidroksi-2-fenil-1,4-benzopiron. Ekstrak kasar air serbuk daun gamal kultivarPringsewu lebih efektif dibandingkan ekstrak murni air dengan nilai(0,106% : 0,164%).
Kata kunci : Pseudococcus cryptus, kuantifikasi, penentuan struktur,daun gamal, flavonoid
ii
KUANTIFIKASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWAFLAVONOID EKSTRAK POLAR DAUN GAMAL (Gliricidia maculata)
KULTIVAR PRINGSEWU DAN UJI TOKSISITAS TERHADAPKUTU PUTIH SIRSAK (Pseudococcus cryptus)
OlehYayang Anas Persada
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSARJANA SAINS
Pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamJurusan Biologi
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tugu Mulyo, Musi Rawas,
Sumatera Selatan pada 30 Januari 1997 sebagai putra
pertama pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Tugiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman
Kanak-Kanak di TK Kemala Bhayangkari Tebing
Tinggi, Sekolah Dasar di SD Tanjung Harapan
Seputih Banyak Lampung Tengah dan lulus pada
tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak
Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2011, dan Sekolah Sekolah Menengah
Atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah dan lulus pada tahun
2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMBIO) FMIPA Unila sebagai Ketua Anggota Muda (Amuba) periode
2014/2015 dan Ketua Bidang Kaderisasi dan Kepemimpinan kepengurusan
2016/2017.
Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum
dan Fisiologi Tumbuhan. Kemudian penulis melakukan Program Kerja Praktek
(KP) di Balai Pengkajian Pertanian Lampung (BPTP), Rajabasa, Bandar Lampung
pada tahun 2017 dan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bandar Dewa,
Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun
2018.
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, danboleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. Al Baqarah: 216)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengankesanggupannya.(QS. Al Baqarah)
Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah benar.(QS. Ar-Rum: 60)
“Tak akan sempurna (akal) seorang laki-laki, kecuali dengan empathal: beragama, amanah, pemeliharaan dan penjagaan diri, serta
ketenangan dan ketabahan” – Imam Syafi’i
“Iman tanpa ilmu bagaikan lentera ditangan bayi. Namun, ilmu tanpaiman bagaikan lentera ditangan pencuri” – Buya Hamka
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah. Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, Sayapersembahkan sebuah karya yang sederhana ini untuk orang yangselalu mencintai dan memberi makna dalam hidup Saya, terutama
bagi:
Mama dan Papa tercinta, yang telah membesarkan ku, membimbingserta senantiasa dalam setiap sujud dan tahajudnya, selalumemberikan motivasi dan berdoa untuk keberhasilan ku.
Seseorang yang terbaik yang akan menemani hidupku kelak.Keluarga besarku dan teman-temanku yang telah memberikan
motivasi, pengalaman berharga dan semangat.
Almamaterku tercita Universitas Lampung.
SANWANCANA
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, karunia-
Nya yang telah memberikan yang terbaik dan kemudahan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kuantifikasi dan
Penentuan Struktur Senyawa Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal
(Gliricidia maculata) dan Uji Toksisitas Terhadap Kutu Putih Sirsak
(Pseudococcus cryptus)” yang merupakan salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara moral maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Mama (Tugiah) dan Papa (Sutrisno) atas segala cinta
dan kasih sayang, membesarkan dan mendidik, mengajarkan kesabaran serta
kekuatan, nasehat dan setiap do’a mulia yang dipanjatkan.
2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
ilmu, motivasi, saran, kritik, nasehat, bimbingan dan arahan selama
perkuliahan mapun selama penyusunan skripsi.
3. Ibu Gina Dania Pratami, M.Si., selaku Pembimbing II atas bantuan, saran,
kritik, ilmu, nasihat dan motivasi selama perkuliahan maupun selama
penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., selaku Pembahas atas saran, kritik, ilmu,
motivasi dan kebijaksanaan selama perkuliahan maupun penyusunan
skripsi.
5. Bapak Priyambodo, M.Si. selaku Pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, dan saran penulis selama perkuliahan.
Terimakasih atas semua kebaikan dan nasehat yang telah bapak berikan
kepada penulis.
6. DRPM Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian ini.
7. Ibu Dra. Nurul Utami atas bantuan, ilmu, bimbingan selama penelitian ini.
8. Bapak Drs, M. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
9. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas didikan, ilmu, motivasi dan semangat yang diberikan selama
perkuliahan.
11. Teman bahagia Niken Ayuningtyas atas segala do’a, motivasi, saran, kritik,
dan semangat yang telah diberikan.
12. Teman-teman seperjuangan Gamal: Aprilia Sari, S.Si, Agata Yelin Pasutri,
S.Si, Annisa Gena Saras Agustin, S.Si, Hona Anjelina Putri S.Si. terima
kasih telah selalu membantu, memberikan motivasi, canda tawa, dan
semangat dalam penelitian ini, sukses untuk kita semua. Aamiin Ya Rabb
13. Seluruh teman-teman Biologi Angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan, saran, kritik, canda tawa
dan kebersamaan untuk penulis selama perkuliahan.
14. Seluruh staf Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada
penulis dan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Aamiin Ya Rabb.
Bandar Lampung, 17 November 2018
Penulis
Yayang Anas Persada
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
MOTTO ...................................................................................................... ix
SANWANCANA ....................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
C. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
D. Kerangka Pikir ............................................................................ 4
E. Hipotesis ...................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak (Pseudococcus cryptus) ....... 7
1. Klasifikasi Pseudococcus cryptus ........................................... 7
2. Biologi Kutu Putih .................................................................. 7
3. Kerugian yang disebabkan Kutu Putih ................................... 9
B. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) ...................................... 11
1. Klasifikasi Tanaman Gamal ................................................... 11
2. Deskripsi Tanaman Gamal ..................................................... 11
3. Manfaat Tanaman Gamal ....................................................... 12
4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal ........................ 13
5. Flavonoid ................................................................................ 13
C. Insektisida ................................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN ............................................................. 17
A. Waktu dan Tempat ....................................................................... 17
B. Alat dan Bahan ............................................................................. 17
C. Prosedur Penelitian ....................................................................... 19
D. Bioassay Fraksi yang Didapat ..................................................... 26
E. Analisis Data ................................................................................ 27
F. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29
A. Senyawa Flavonoid Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air
Daun Gamal Kultivar Pringsewu ................................................ 29
1. Ekstrak Metanol ..................................................................... 29
2. Ekstrak Air ............................................................................. 30
B. Bioassay Ektsrak Kasar Metanol dan Air
Kultivar Pringsewu ..................................................................... 31
C. Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol dan Ekstrak Kasar
Air Kultivar Pringsewu ............................................................... 33
1. Pemurnian Ekstrak Kasar Metanol ......................................... 33
2. Pemurnian Ekstrak Kasar air Kultivar Pringsewu .................. 34
D. Penentuan Struktur dengan Spektrofotometer FTIR
(Inframerah Transformasi Fourier) dan
Spektrofotometer UV-Vis............................................................ 37
E. Kuantifikasi Senyawa Flavonoid dan Fenolik
Ekstrak Polar Serbuk Daun Gamal Kultivar Pringsewu.............. 39
F. Bioassay Ekstrak Murni Air Serbuk Daun Gamal
Kultivar Pringsewu ..................................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 48
A. Kesimpulan ................................................................................. 48
B. Saran ........................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50
LAMPIRAN ............................................................................................... 56
vii
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kadar flavonoid ekstrak kasar metanol dan air daun gamalkultivar Pringsewu .......................................................................... 40
Tabel 2. Kadar fenolik ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamalkultivar pringsewu .......................................................................... 41
Tabel 3. Hasil analisis paired T test kematian kutu putih (ekor ± sd)setelah diperlakukan dengan ekstrak kasar danekstrak murni air serbuk daun gamal kultivar Pringsewu 72 jamsetelah perlakuan ............................................................................ 44
Tabel 4. Hasil analisis paired T test rata-rata kematian kutu putihsetelah diberi perlakuan dengan ekstrak kasar danekstrak murni air serbuk daun gamal kultivar Pringsewupada waktu pengamatan berbeda .................................................... 45
Tabel 5. Nilai LC50 hasil analisis probit ekstrak kasar dan murni airserbuk daun gamal kultivar Pringsewu pada 24 - 72 jamsetelah perlakuan ............................................................................ 46
Tabel 6. Hasil pengamatan bioassay ekstrak kasar metanol daun gamalkultivar pringsewu pada hama kutu putih sirsak ............................ 57
Tabel 7. Hasil pengamatan bioassay ekstrak kasar air daun gamalkultivar pringsewu pada hama kutu putih sirsak ............................ 58
Tabel 8. Hasil analisis paired T test kematian kutu putih (ekor ± sd)setelah diperlakukan dengan ekstrak kasar danekstrak murni air serbuk daun gamal kultivar pringsewu 72 jamsetelah perlakuan ............................................................................ 59
Tabel 9. Hasil analisis paired T test ekstrak kasar dan murni airserbuk daun gamal kultivar Pringsewu pada 24 - 72 jamsetelah perlakuan ............................................................................ 60
viii
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kutu putih betina sirsak (Pseudococcus cryptus) .................... 8
Gambar 2. Serangan kutu putih (Pseudococcus cryptus) .......................... 10
Gambar 3. Tanaman gamal dan daun gamal ............................................. 12
Gambar 4. Struktur senyawa flavonoid ..................................................... 14
Gambar 5. Kelompok struktur senyawa flavonoid .................................... 14
Gambar 6. Diagram alir penelitian ............................................................ 25
Gambar 7. Kromatogram KLT ekstrak kasar metanol kutivar Pringsewudengan menggunakan cahaya UV (a) λ 254 nm (b)366nm...... 30
Gambar 8. Kromatogram KLT ekstrak kasar air dengan menggunakancahaya UV (a) λ 254 nm (b) λ 366 nm .................................... 31
Gambar 9. Hasil analisis probit ekstrak kasar metanol kultivar Pringsewuterhadap mortalitas hama kutu putih (P. cryptus) ................... 32
Gambar 10. Hasil analisis probit ekstrak kasar air kultivar Pringsewuterhadap mortalitas hama kutu putih (P. cryptus) ....................32
Gambar 11. Kromatogram MPLC ekstrak kasar metanolkultivar Pringsewu ................................................................... 33
Gambar 12. Kromatogram MPLC ekstrak kasar air kultivar Pringsewu .....34
Gambar 13. Kromatogram KLT dari fraksi 2 hasil MPLC ekstrak air(a) panjang gelombang 254 nm (b) panjang gelombang 366 nm(c) AlCl3 ...................................................................................35
Gambar 14. Fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom ...................... 35
ix
ix
Gambar 15. F2-10 hasil kromatografi gravitasi ...........................................36
Gambar 16. Kromatogram KLT F2-10 hasil kromatografi gravitasi(a) λ 254 nm AlCl3(b) λ 366 nm AlCl3 ....................................36
Gambar 17. Spektrum FTIR fraksi F2-10 ekstrak air serbuk daun gamalkultivar Pringsewu ................................................................... 37
Gambar 18. Hasil spektrofotometer UV-Vis ekstrak murni air F2-10kultivar Pringsewu ................................................................... 38
Gambar 19. Struktur golongan Flavonoid flavonol ..................................... 39
Gambar 20. Kurva kalibrasi kuersetin ......................................................... 39
Gambar 21. Kurva kalibrasi asam galat .......................................................41
Gambar 22. Persentase kematian hama kutu putih (P. cyptus) padasirsak dengan perlakuan ekstrak kasar air serbukdaun gamal kultivar Pringsewu pada konsentrasi danwaktu yang berbeda ................................................................. 42
Gambar 23. Persentase kematian hama kutu putih (P. cryptus) padabuah sirsak dengan perlakuan ekstrak murni air serbukdaun gamal kultivar Pringsewu pada konsentrasi danwaktu yang berbeda ................................................................. 43
Gambar 24. Gelas plastik yang berisi hama kutu putih dan buah sirsakyang telah dicelupkan kedalam ekstrak metanol dan air serbukdaun gamal kultivar Pringsewu ............................................... 61
Gambar 25. Satu set alat kromatografi kolom grafitasi .............................. 61
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sirsak (Annona muricata L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari
Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman ini hidup pada
daerah yang cukup berair. Di Indonesia penyebaran tanaman sirsak
terdapat di daerah Jawa Barat, terutama Bandung Barat dan Bandung
Selatan serta Jawa Tengah (Muizuddin dan Zubaidah, 2015).
Buah sirsak memiliki rasa manis agak asam, kaya akan serat. Setiap
100 gram buah yang dapat dimakan mengandung 3,3 gram serat sehingga
dapat memenuhi 13% kebutuhan serat perhari. Selain itu, daging buahnya
mengandung banyak karbohidrat (terutama fruktosa), vitamin C
(20 mg/100 gram) B1 dan B2 (Sumantri, dkk., 2014).
Produksi buah sirsak di Indonesia mengalami penurunan hingga 17% pada
tahun 2011 (Statistik Pertanian, 2014). Faktor penyebabnya adalah
serangan hama dan penyakit pada tanaman buah sirsak sehingga kualitas
dan kuantitas buah menurun. Salah satu hama yang menyebabkan
turunnya produksi sirsak adalah kutu putih (Pseudococcus cryptus).
2
Kutu putih dapat menurunkan produksi buah sirsak hingga 58%
(Ivakdalam, 2010). Pengendalian hama kutu putih saat ini umumnya
dilakukan petani dengan menggunakan insektisida sintetis karena lebih
efektif, cepat diketahui hasilnya dan penerapannya relatif mudah. Namun
penggunaan insektisida sintetis dapat menimbulkan kerusakan, seperti
timbulnya resistensi dan resurgensi pada hama sasaran dan terjadi
pencemaran lingkungan (Oka, 1995).
Guna mengurangi pemakaian insektisida sintetik perlu pemanfaatan
intektisida nabati dari tanaman sebagai pengendalian hama kutu putih yang
ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan. Insektisida nabati memiliki
fungsi untuk mematikan serangga penganggu. Salah satu tanaman yang
dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah daun gamal (Gliricidia
maculata). Daun gamal mengandung senyawa kimia antara lain flavonoid,
saponin dan steroid (Lebang, dkk., 2016).
Penelitian Andriyani (2016) membuktikan bahwa ekstrak polar (air dan
metanol) daun gamal kultivar Pringsewu memiliki daya insektisida
terhadap kutu putih (Planococcus minor) pada tanaman kakao. Ekstrak
metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal dengan konsentrasi < 5%
efektif dalam mematikan hama kutu putih kakao (P. minor). Pemanfaatan
daun gamal juga telah dilakukan oleh Yunilawati, dkk., (2016) yang
menunjukan hasil bahwa ekstrak murni metanol serbuk daun gamal
dengan konsentrasi 0,060% efektif dalam mematikan kutu putih pada
3
pepaya sekitar 57% dalam waktu 72 jam. Aksah (2016) menyatakan
ekstrak murni air daun gamal kultivar Lampung Barat lebih efektif
terhadap mortalitas hama kutu putih pada tanaman sirsak berdasarkan nilai
LC50 sebesar 0,061% dan LT50 sebesar 69,296 jam dibandingkan ekstrak
murni metanol daun gamal LC50 sebesar 0,096% dan LT50 sebesar 95,876
jam. Afriyorawan (2013) menambahkan bahwa esktrak metanol daun
gamal memiliki aktivitas biologis sebagai insektisida nabati terhadap hama
kutu putih tanaman pepaya (Paracoccus marginatus) dengan nilai LC50
(3,35%) dalam waktu 12 jam.
Hasil penelitian Aksah (2016) menyebutkan bahwa ekstrak polar (air dan
metanol) daun gamal kultivar Lampung Barat mengandung senyawa
flavonoid yang bersifat sebagai insektisida nabati terhadap hama kutu
putih sirsak (P. cryptus). Salah satu senyawa yang terkandung dalam
ekstrak daun gamal yang berpotensi sebagai insektisida nabati adalah
senyawa flavanoid. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa ekstrak polar daun gamal dapat digunakan sebagai
insektisida nabati. Namun, kuantifikasi dan struktur senyawa yang
berpotensi sebagai insektisida nabati pada tanaman gamal (G. maculata)
yang berasal dari Desa Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten
Pringsewu belum diketahui. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
menentukan jenis dan stuktur senyawa flavonoid yang terkandung dalam
ekstrak daun gamal yang berpotensi sebagai insektisida nabati.
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkuantifikasi dan menentukan
struktur senyawa flavonoid ekstrak polar daun gamal kultivar Pringsewu
(G. maculata) serta uji toksisitasnya terhadap kutu putih sirsak (P. cryptus)
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
manfaat senyawa flavonoid ekstrak polar daun gamal kultivar Pringsewu
yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk pengendalian hama
kutu putih pada buah sirsak.
D. Kerangka Pemikiran
Akhir-akhir ini diketahui kutu putih (P. cryptus) merupakan salah satu
hama penganggu yang menyebabkan tanaman sirsak sangat sulit untuk
ditemukan. Karena perkembangan kutu putih yang cukup pesat sehingga
dapat menurunkan produktivitas tanaman sirsak. Hama kutu putih hidup
secara bergerombol yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan
yang ada pada tanaman serta mengeluarkan racun, mengakibatkan
terjadinya daun layu dan kering, buah tidak berkembang dengan maksimal
serta menyebabkan kematian pada tanaman.
Penggunaan insektisida sintetik yang umum digunakan menimbulkan efek
negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, alternatif cara pengendalian
5
hama yang aman, ramah lingkungan, tidak membahayakan bagi hewan,
dan manusia dengan memanfaatkan insektisida nabati yang berasal dari
bahan alami yaitu, tanaman gamal.
Tanaman gamal mengandung beberapa senyawa kimia yang tidak disukai
oleh serangga antara lain, dikumerol, kumarin, tanin, flavonoid dan
alkoloid. Senyawa flavonoid berpotensi menekan hama kutu putih
tanaman sirsak, akan tetapi belum diketahui berapa kadar yang dibutuhkan
untuk mengendalikan hama kutu putih tanaman sirsak. Sebelumnya sudah
ada peneliti yang menggunakan daun gamal kultivar Pringsewu sebagai
bahan uji coba, tetapi menggunakan hama yang berbeda yaitu kutu putih
pada kakao (P. minor). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
dilakukan penelitian uji daya insektisida isolat murni ekstrak polar
(metanol dan air) serbuk daun gamal (G. maculata) terhadap kutu putih (P.
cryptus) pada tanaman sirsak (A. muricata).
Pembuatan ekstrak polar (metanol dan air) serbuk daun gamal dilakukan
dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut organik non polar
(heksana dan diklorometana) dan pelarut polar (metanol dan air) sampai
menghasilkan maserat. Hasil maserasi selanjutnya dievaporasi hingga
tidak ada lagi kandungan pelarutnya. Hasil evaporasi maserat metanol
dan air kemudian dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan
freeze dryer hingga membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
Setelah itu dilakukan bioassay terhadap kutu putih buah sirsak dengan
merendam buah muda sebagai media uji dalam air yang sudah dilarutkan
6
ekstrak kasar daun gamal pada tingkatan konsentrasi berbeda. Fraksi aktif
dapat dilihat dari mortalitas kutu putih pada 24, 48 dan 72 jam setelah
perlakuan, dan ditentukan nilai LC50 nya. Senyawa aktif ekstrak polar
(metanol dan air) ditentukan dengan pengujian Kromatografi Kolom
Lapis Tipis (KLT) dan fraksinasi menggunakan Medium Pressure Liquid
Chromatography (MPLC). Serta dilakukan permunian menggunakan
Kromatografi Kolom Grafitasi (KKG) untuk mendapatkan senyawa yang
lebih murni. Selanjutnya fraksi aktif diuji kembali terhadap hewan uji
hingga didapatkan isolat murni dan aktif. Isolat murni dan aktif
selanjutnya dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dan
Spektrofotometri Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) untuk
mengetahui karakter dan struktur senyawa flavonoid.
Diharapkan dengan dilakukan pemurnian ekstrak polar (metanol dan air)
serbuk daun gamal, bioassay dan analisis spektroskopis maka dapat
diketahui kuantifikasi dan struktur senyawa flavonoid yang memiliki daya
insektisida nabati dalam mematikan dan mengendalikan populasi hama
kutu putih pada tanaman sirsak.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ekstrak kasar air serbuk
daun gamal kultivar Pringsewu lebih efektif terhadap mortalitas hama kutu
putih sirsak dibandingkan ekstrak murni dan jenis flavonoid yang terdapat
pada serbuk daun gamal kultivar Pringsewu yaitu golongan flavonol.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hama Kutu Putih Tanaman Sirsak (Pseudococcus cryptus)
1. Klasifikasi Pseudococcus cryptus
Klasifikasi kutu putih sirsak menurut Myers, dkk., (2018) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pseudococcidae
Genus : Pseudococcus
Spesies : Pseudococcus cryptus
2. Biologi P. cryptus
Kutu putih sirsak (P. cryptus) adalah hama yang sering menyerang buah
sirsak. Kutu putih betina berbentuk oval dengan lebar sekitar 1,4 - 1,8 mm,
berwarna kuning pucat kehijauan dengan ditutupi lapisan lilin dan panjang
tubuh sekitar 2,0 - 3,15 mm.
8
Disepanjang sisi tubuhnya terdapat 17 pasang filamen. Filamen ganda
terletak pada bagian anterior dan posterior (Gambar 1). Filamen ini tidak
mudah rusak dibanding dengan filamen disepanjang tubuh lainnya, kutu
putih jantan hanya memiliki 10 filamen. Tubuhnya berbentuk oval dengan
panjang antara 1,0 mm dan lebar 0,3 mm (Yigit and Telli, 2013).
Gambar 1. Kutu putih betina sirsak (P. cryptus) beserta filamen(Nasution, 2012)
Kutu putih betina mampu bertelur 200 - 500 telur, masa peletakkan telur
selama 4 - 5 minggu, telur berkembang dalam tubuh induknya menjadi
embrio, dari 270 embrio yang berhasil menjadi dewasa hanya 30 ekor
(Yigit and Telli, 2013). Stadium nimfa terdiri dari 4 instar, instar pertama
belum dapat dibedakan jenis kelaminnya, instar kedua sudah bisa di
bedakan antara jantan dan betinanya, nimfa muda (instar ketiga) sangat
aktif bergerak dan bergerombol selama 4 minggu pertama, dan instar ke-
empat menjadi dewasa setelah 37 - 50 hari. Kutu putih betina dewasa
dapat hidup hingga 7 bulan (Rizki, 1970).
9
Kutu putih jantan jarang dijumpai karena aktif terbang disekitar tanaman
mencari imago betina. Kutu putih ini mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola). Siklus hidup kutu putih jantan lebih singkat,
dibandingkan kutu putih betina yaitu hanya mampu hidup selama 2 - 4
hari. Berbeda dengan kutu putih betina, kutu putih jantan memiliki enam
tahap pertumbuhan yaitu telur, nimfa (instar 1 dan 2), prapupa, pupa, dan
dewasa. Telur kutu putih jantan akan menetas selama 2 - 10 hari yang
kemudian memasuki tahap nimfa yakni instar 1 selama 7 - 14 hari dan
berwarna kuning (Rizki, 1970). Instar 2 selama 6 - 16 hari. Selanjutnya
tahap prapupa selama 4 hari dan kemudian memasuki tahap pupa selama 2
hari yang berkembang dalam pupa lilin pada akhirnya memasuki masa
dewasa. Kutu putih jantan memiliki sayap dan antena dengan tubuh
berwarna merah muda (Yigit and Telli, 2013).
3. Kerugian yang Disebabkan Kutu Putih
Kutu putih menyebabkan banyak kerugian, hama ini menginfeksi
sepanjang tepi tulang daun tua atau seluruh bagian daun muda serta buah
tanaman (Gambar 2). Kutu putih menusuk dan menghisap cairan tanaman
inangnya dan mengeluarkan toksin yang mengakibatkan daun menguning
dan mengkerut, buah menjadi kerdil dan mengering (Walker, dkk., 2008).
10
Gambar 2. Serangan kutu putih (P. cryptus) pada buah sirsak(Dokumentasi pribadi, 2017)
Kutu putih menghasilkan cairan madu yang menutupi permukaan tanaman,
yang menginisiasi tumbuhnya cendawan jelaga yang berwarna kehitaman.
Akibatnya menghambat proses fotosisntesis sehingga produksi buah
menurun drastis, buah yang terbentuk juga akan gagal panen karena gugur
prematur (Herlina, 2010).
11
B. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)
1. Klasifikasi Tanaman Gamal
Menurut Elevitch dan Francis (2006) tanaman gamal diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
2. Deskripsi Tanaman Gamal
Gamal adalah tanaman pohon yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah
tropis. Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan pH rendah sampai tinggi
(4,5 - 6,9) serta tahan terhadap curah hujan rendah sampai tinggi (Nulik dan
Hau, 2009). Tanaman berukuran dengan tinggi 2 - 13 m. Daun gamal
majemuk menyirip dengan panjang 19 - 30 cm dan jumlah helai daun
7 - 15 yang saling berhadapan (Gambar 3). Gamal memiliki bunga dengan
warna putih hingga merah muda cerah dan panjang 2,5 - 15 cm (Stewart,
dkk., 1996).
12
A. B.
Gambar 3. Tanaman gamal (A), Daun gamal (B)(Dokumentasi pribadi, 2017)
3. Manfaat Tanaman Gamal
Tanaman Gamal biasanya ditanam sebagai pagar hidup sebagai rambatan
untuk vanili dan lada serta tanaman merambat lainnya. Kayu gamal
memiliki nilai kalori sebesar 4.900 kkal/kg. Kayu awet, tahan rayap dan
baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan
dan lain-lain. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah, sedangkan
daun, biji, dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun. Zat
beracun yang dihasilkan dari bagian tanaman gamal dapat digunakan
sebagai pestisida dan rodentisida alami (Orwa, dkk., 2009). Daun gamal
yang sudah diekstrak dapat dijadikan sebagai bahan anti mikroba (Nazli,
dkk., 2011).
13
4. Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Gamal
Hasil Penelitian Nukmal, dkk., (2011) pada ekstrak serbuk daun gamal
mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, terpenoid,
steroid dan flavonoid dengan kandungan flavonoid yang paling banyak.
Flavonoid ini merupakan senyawa toksik yang dapat menekan petumbuhan
dan mematikan hama kutu putih.
5. Flavonoid
Flavonoid merupakan molekul kecil dari metabolit sekunder yang
disintesis tanaman dengan berbagai macam aktivitas biologis. Karena sifat
fisik dan biokimianya mampu berpartisipasi dalam tanaman untuk
berinteraksi dengan organisme lain dan reaksi flavonoid terhadap tekanan
lingkungan. Sebagian besar fungsi flavonoid dihasilkan dari sifat
antioksida yang kuat (Mierziak, dkk., 2014).
Menurut Ghazamzadeh dan Ghazamzadeh (2011), semua flavonoid
berbagai kerangka struktural C6-C3-C6 dasar, yang terdiri dari dua cincin
C6 aromatik (A dan B) dan cincin heterosiklik (C) yang mengandung satu
atom oksigen (Gambar 4).
14
Gambar 4. Struktur senyawa flavonoid (Tapas, dkk., 2008)
Klasifikasi Flavonoid menurut Ghazamzadeh dan Ghazamzadeh (2011) di
kelompokkan menjadi enam sub kelompok yaitu:
1. Flavon (luteonin, apigenin, tangeritin)
2. Flavonol (kuercetin, kaemferol, myricetin, isorhamnetin, pachypodol)
3. Flavanones (hesteretin, naringenin, eriodictyol)
4. Flavan (katecyn dan epicatecyns)
5. Isoflavon (genistein, daidzein, glycitein)
6. Antosianidin (cyanidin, delphinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin,
petunidin)
Kelompok struktur senyawa flavonoid dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kelompok struktur senyawa flavonoid (Ghazamzadeh danGhazamzadeh, 2011)
15
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi
Angiospermae adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida,
isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C dan O-glikosida, khalkon dengan
C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin,
auron O-glikosida, dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon,
flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam
bentuk aglikonnya (Rohyami, 2008).
C. Insektisida
Menurut Isuasta (1988) insektisida adalah bahan kimia beracun yang dapat
digunakan untuk mengendalikan dan membasmi serangga hama yang
menyerang tanaman. Pengujian insekstisida secara hayati (bioassay)
dengan menggunakan serangga uji merupakan salah satu metode dalam
menentukan dan mengevaluasi takaran efektif bagi insektisida. Pengujian
ini dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme seperti (Prijono, 2005):
1. Metode kontak (residu)
Pada pengujian ini, insektisida dilarutkan dalam pelarut tertentu
kemudian diaplikasikan secara merata pada media uji. Insektisida
diharapkan masuk ke dalam tubuh serangga melalui tungkai atau alat
tubuh lainnya dan akhirnya mencapai bagian sasaran misalnya sistem
saraf pusat.
2. Metode pemberi pakan
Pengujian ini umumnya dilakukan untuk insektisida yang bekerja
sebagai racun perut. Larutan insektisida yang bekerja sebagai racun
16
perut larutan disebarkan secara merata pada permukaan daun (tanaman
inang) kemudian serangga uji yang telah dipuasakan selama beberapa
jam (2 - 4 jam) diletakan di atas daun tersebut, setelah itu serangga
akan memakan daun. Insektisida dapat bekerja setelah masuk ke
dalam pencernaan serangga.
3. Metode perlakuan setempat
Pada mekanisme ini merupakan salah satu yang bersifat racun kontak
dalam pengujian ini, insektisida dilarutkan dalam pelarut yang mudah
menguap dan relatif tidak beracun, misalnya aseton. Kemudian bagian
tertentu dari permukaan tubuh serangga uji dioleskan dengan larutan
insektisida tersebut.
4. Metode injeksi
Metode ini hampir sama dengan perlakuan setempat karena insektisida
ini mengenai tubuh tertentu. Larutan insektisida dapat juga disuntikan
ke dalam tubuh serangga dibagian sternum abdomen atau daerah antar
segmen agar tidak merusak tali saraf abdomen.
5. Metode celup
Metode celup ini sama seperti pemberian pakan, pengujian ini
dilakukan dengan dilarutkan insektisida dalam pelarut tertentu
kemudian dimasukkan media uji kedalam larutan tersebut. Setelah itu
tunggu beberapa saat, angkat media uji dan kering anginkan. Letakkan
serangga pada media uji tersebut.
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berbasis kompetensi Nukmal,
dkk., dengan judul “Pengembangan Formula Insektisida Nabati dari Senyawa
Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal (Grilicidia maculata)” untuk menekan
pertumbuhan hama kutu putih tahun 2017/2018. Penelitian dilakukan pada bulan
Desember 2017 - Agustus 2018. Pengambilan daun gamal (G. maculata)
dilakukan di Desa Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu
(Andriyani, 2016) oleh penelitian sebelumnya, daun gamal sudah tersedia dalam
bentuk serbuk. Kutu putih (P. Cryptus) betina dewasa didapatkan di Kelurahan
Sepang Jaya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Bioassay dilakukan di
Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung dan analisis spektrokopis
dilakukan Laboratorium Terpadu Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung
(LTSIT Unila).
B. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah, timbangan, spatula, alat-alat
gelas, labu erlenmeyer, glass beaker, kamera digital sebagai alat dokumentsi serta
alat tulis. Toples sebagai wadah pengambilan, buah sirsak muda, hama kutu
18
putih, kuas, jarum sebagai alat pemindah kutu putih dan gelas plastik untuk uji
bioassay. Rotavapor merek Buchi R-220 SE untuk mengevaporasi ekstrak pelarut
polar, Rotavapor merek Buchi R-210 SE untuk mengevaporasi ekstrak pelarut non
polar, freeze dryer, freezer, lampu UV 254 nm dan 366 nm berfungsi untuk
visualisasi bercak pada plat KLT, pemanas listrik untuk memanaskan plat pada
saat uji senyawa di KLT, pipet kapiler sebagai alat pemindah ekstrak pada plat
KLT, sonic digunakan untuk memisahkan endapan, digunakan pada saat
melakukan uji KLT, MPLC untuk pemurnian ekstrak metanol dilanjutkan dengan
Spektrofotometri UV- Vis untuk penentuan golongan senyawa flavonoid, jumlah
komponen senyawa fenol dan flavonoid. FTIR untuk analisis kadar dan golongan
senyawa. Corong pisah untuk partisi ekstrak, tabung reaksi untuk menampung
fraksi dari MPLC kamera untuk dokumentasi, pisau untuk mengambil buah sirsak
muda, toples untuk tempat buah sirsak beserta kutu putihnya, kain kasa untuk
menutup media uji, gelas plastik untuk wadah media uji, tusuk gigi untuk
memindahkan kutu putih.
Bahan yang digunakan yaitu serbuk daun gamal yang sudah tersedia, pelarut
heksana dan diklorometana (DCM) sebagai pelarut non polar, metanol dan
akuades sebagai pelarut polar, plat KLT fluorensensi, pelarut visualisasi CeSO4,
AICI3, H3BO3 dan NaOH, etanol sebagai eluen pada KLT, etil asetat sebagai
reagen KLT dan pelarut partisi, etanol sebagai eluen pada KLT, isopropanol dan
aquapure, sebagai pelarut MPLC, kuersetin, NaOH, NaNO2 sebagai pereaksi pada
penentuan kadar flavonoid, asam galat, folin, Na2CO3 sebagai pereaksi pada
penentuan kadar fenolik, akuabides sebagai pelarut pada analisis kadar flavonoid
dan fenolik, kolom C-19, kolom sphadex, dan kolom silika digunakan untuk
19
pemurnian ekstrak. Kutu putih sirsak (P. cryptus) betina dewasa beserta buah
sirsak, dan buah sirsak muda sebagai media uji.
C. Prosedur Penelitian
1. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid
a. Maserasi Bertingkat
Serbuk daun gamal ditimbang 500 gram pada masing-masing erlenmeyer.
Daun gamal dimaserasi secara bertingkat menggunakan pelarut heksana,
diklorometana, metanol dan air untuk memisahkan senyawa-senyawa polar
dan non polar yang terkandung didalamnya.
b. Ekstrak Metanol
Sebanyak 500 gram serbuk daun gamal dimaserasi menggunakan pelarut
heksana sebanyak 1500 mL. Maserasi dengan pelarut heksana dilakukan
selama 1x24 jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan ampas. Hal ini
dilakukan sebanyak 4 kali ulangan yang bertujuan untuk menarik
senyawa-senyawa nonpolar yang terkandung pada daun gamal.
Setelah itu ampas dimaserasi menggunakan pelarut DCM sebanyak
1500 mL. Maserasi dengan pelarut DCM dilakukan selama 1x24 jam
sebanyak 4 kali ulangan dengan tujuan senyawa-senyawa nonpolar dan
polar dapat terangkat. Selanjutnya untuk mendapatkan ekstrak polar
(metanol) ampas dimaserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 2500
mL.
20
Maserasi dengan pelarut metanol dilakukan selama 1x24 jam dengan 4
kali ulangan hingga tidak ada lagi senyawa-senyawa organik yang dapat
ditarik.
c. Ekstrak Air
Setelah maserasi menggunakan metanol dilanjutkan dengan maserasi
menggunakan air sebanyak 3000 mL. Ampas sisa penyaringan ekstrak
metanol direndam menggunakan akuades selama 1x24 jam dengan 4 kali
pengulangan hingga didapatkan filtrat air yang mengandung senyawa-
senyawa polar.
2. Evaporasi
Filtrat metanol dan filtrat air selanjutnya dievaporasi hingga tidak ada lagi
kandungan pelarutnya. Hasil evaporasi maserat metanol dan air kemudian
dipekatkan dengan metode rekristalisasi menggunakan freeze dryer hingga
membentuk ekstrak kasar dalam bentuk pasta.
3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis dilakukan menggunakan eluen kombinasi,
eluen digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut
atau campuran pelarut tersebut pada adsorben. Suatu pelarut yang
bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak
polar dari ikatannya dengan alumina sehingga pada KLT harus
21
menggunakan pelarut yang kepolarannya sesuai dengan senyawa yang
dicari.
Hasil evaporasi ekstrak kasar metanol dan air diKLT menggunakan plat
KLT silika fluoresensi (5x2 cm), dengan larutan identifikasi CeSO4 10%
dan AlCl315% dengan perbandingan 1:1. Eluen yang digunakan yaitu
heksana dan etanol dengan perbandingan 7:3, 1:1, dan 3:7.
4. Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC)
Sebelum menggunakan MPLC, ekstrak metanol terlebih dahulu dipartisi
menggunakan etil asetat dan air. Partisi bertujuan untuk memisahkan
senyawa dengan polaritas tinggi dan senyawa dengan polaritas rendah.
Partisi dilakukan dengan mengencerkan ekstrak metanol dengan pelarut,
kemudian dimasukkan dalam corong pisah. Masukkan dua jenis pelarut
yang tidak bercampur (etil asetat dan air) dengan perbandingan 1:1.
Kemudian larutan dikocok dan didiamkan hingga terpisah. Apabila
larutan sudah terpisah, pisahkan bagian etil dan air. Ekstrak yang larut
dalam etil dapat langsung di murnikan.
Untuk pemurnian ekstrak metanol dan air dilakukan dengan cara fraksinasi
menggunakan Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC).
Fraksi- fraksi yang sudah didapat kemudian dikelompokkan berdasarkan
warna dan hasil MPLC yang didapat lalu dievaporasi. Hasil evaporasi
dianalisis KLT kembali hingga didapatkan fraksi aktif kaya flavonoid yang
dapat digunakan untuk bioassay. MPLC ekstrak kasar metanol
22
menggunakan pelarut etanol dan heksana sedangkan untuk ekstrak kasar
air menggunakan pelarut aquapure.
5. Kromatografi Kolom Grafitasi (KKG)
Fraksi yang didapat dari pemurnian menggunakan MPLC dimurnikan
kembali menggunakan kromatografi kolom grafitasi. Proses KKG diawali
dengan kolom C-18 dilarutkan menggunakan air terlebih dahulu,
kemudian dimasukkan kedalam wadah untuk pemisahan. Fraksi yang
mempunyai titik puncak tertinggi pada MPLC (F2) ditimbang sebanyak
0,2 gram dan dilarutkan kedalam aquapure sebanyak 1 mL. Kemudian
sampel dimasukkan kedalam kolom, tunggu hingga sampel memenuhi
kolom. Setelah itu masukkan pelarut sedikit demi sedikit kedalam kolom.
Tampung hasil pemurnian menggunakan botol kecil. Pelarut yang
digunakan yaitu aquapure dan metanol 10%. Hasil yang didapatkan dari
pemisahan kemudian di KLT dan dilihat senyawa yang mempunyai nilai
Rf yang sama.
6. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis ini digunakan untuk mengetahui jenis dan
struktur dari senyawa flavonoid. Analisis dilakukan dengan tahapan
pembuatan larutan standar dan persiapan analisis ekstrak.
23
6.1. Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar flavonoid
yaitu larutan standar kuersetin. Sebelum membuat larutan standar
sebaiknya dibuat larutan induk terlebih dahulu. Larutan induk dibuat
dengan menimbang kuersetin sebanyak 2 mg dilarutkan dalam labu
ukur 10 mL dengan pelarut akuabides hingga batas miniskus (kadar
kuersetin menjadi 200 mg/L). Kemudian larutan induk diambil
sebanyak 2,5 mL dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan pelarut
akuabides hingga batas miniskus (kadar kuersetin menjadi 100 mg/L).
Larutan standar dibuat dari larutan induk 100 mg/L dengan cara
memipet 0,2 ; 0,5 ; 0,8 ; 1,0 ; 1,2 dan 1,5 mL, dilarutkan kedalam 10
mL dengan pelarut akuabides (kadar larutan standar menjadi 2 ; 5 ; 8 ;
10 ; 12 dan 15 mg/L). Selain larutan standar, juga terdapat blanko
(konsentrasi 0 mg/L). Blanko (larutan kosong) dibuat dengan
mereaksikan larutan tanpa ditambah kuersetin. Sebanyak 0,5 mL dari
masing masing konsentrasi larutan direaksikan dengan 0,3 mL NaNO2
5% kemudian didiamkan selama 5 menit. Menambahkan sebanyak
0,3 mL AlCl3 10% kedalam larutan, kemudian didiamkan kembali
selama 5 menit. Larutan direaksikan dengan 2 mL NaOH 1 M,
kemudian diencerkan dengan akuabides hingga volume total 10 mL
dan didiamkan 15 menit. Larutan standar diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 314 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Kurva
standar diperoleh dari hubungan antara konsentrasi kuersetin (mg/L)
24
dengan absorbansinya. Sedangkan larutan standar yang digunakan
untuk penentuan kadar fenolik yaitu asam galat.
Larutan induk asam galat dibuat dengan menimbang 4 mg dilarutkan
dalam labu ukur 10 mL dengan pelarut akuabides hingga batas
miniskus (kadar asam galat menjadi 400 mg/L). Kemudian larutan
induk diambil sebanyak 2,5 mL dilarutkan dalam labu ukur 10 mL
dengan pelarut akuabides hingga batas miniskus (kadar asam galat
menjadi 100 mg/L).
Larutan standar dibuat dari larutan induk 100 mg/L dengan cara
memipet 0,2 ; 0,5 ; 0,8 ; 1,0 ; 1,2 dan 1,5 mL, dilarutkan kedalam 10
mL dengan pelarut akuabides (kadar larutan standar menjadi 2 ; 5 ; 8 ;
10 ; 12 dan 15 mg/L). Selain larutan standar, juga terdapat blanko
(konsentrasi 0 mg/L). Blanko (larutan kosong) dibuat dengan
mereaksikan larutan tanpa ditambah asam galat. Sebelum
mereaksikan larutan standar, dibuat terlebih dahulu larutan stok folin
dengan mengambil 2,5 mL folin dilarutkan dalam labu ukur 25 mL
dengan pelarut akuabides hingga batas miniskus. Sebanyak 5 mL dari
masing masing konsentrasi larutan standar direaksikan dengan
menambahkan 1 mL folin kemudian didiamkan selama 5 menit.
Menambahkan sebanyak 4 mL Na2CO3 7,5% kedalam larutan,
kemudian didiamkan kembali selama 90 menit. Larutan standar
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 747 nm dengan
spektrofotometer UV-Vis.
25
6.2. Persiapan Analisis Ekstrak
Ekstrak metanol dan air daun gamal kultivar Pringsewu ditimbang
masing-masing sebanyak 5 mg. Sampel kemudian dilarutkan dengan
akuabides kedalam labu ukur 5 mL. Sampel diambil 0,4 mL dari
larutan stok lalu dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambah dengan
akuabides sebanyak 3,6 mL, setelah itu direaksikan dengan cara yang
sama dengan pembuatan larutan standar untuk masing-masing
pengujian, sampel dibuat dengan tiga ulangan.
Selain digunakan untuk penentuan kadar flavonoid dan fenolik,
spektrofotometri UV-Vis juga digunakan untuk menganalisis panjang
gelombang maksimum pada ekstrak. Persiapan sampel untuk analisis
panjang gelombang yaitu sampel ditimbang sebanyak 0,4 gram
kemudian diencerkan hingga 500x. Kemudian sampel dianalisis dan
ditentukan panjang gelombang maksimum dengan melihat nilai
absorbansi pada ekstrak.
7. Spektrofotometri Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)
Metode spektrofotometri FTIR digunakan dalam menentukan dan
mengidentifikasi berbagai gugus fungi yang terdapat dalam senyawa
organik. Gugus fungsi dalam suatu molekul dapat diketahui dari vibrasi
yang menghasilkan daerah frekuensi spesifik pada spektrum FTIR
(Afriyorawan, 2013).
26
Senyawa flavonoid yang dianalisis sebanyak 0,1 gram. Sampel dipekatkan
dan diteteskan pada alat kemudian diukur puncak-puncak serapannya
untuk mendeteksi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam struktur
senyawa isolat.
D. Bioassay Fraksi yang Didapat
Bioassay yang dilakukan adalah uji mortalitas terhadap hama kutu putih
dengan pengaruh residu (residual effect). Setiap senyawa yang ditemukan
pada tahapan fraksinasi dilakukan bioassay terhadap hama kutu putih betina
stadium dewasa dengan media uji yang digunakan adalah buah sirsak tempat
hama P. cryptus hidup. Hal ini dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif
insektisida.
Uji residu dilakukan dengan merendam buah sirsak dengan 5 taraf
konsentrasi ekstrak metanol dan air dengan konsentrasi (0%, 0,05%, 0,10%,
0,15% dan 0,20%) (Aksah, 2016), selama 10 menit, 10 ekor kutu putih sirsak
betina dewasa yang sudah diaklimatisasi selama 1 hari sebelum perlakuan,
diletakkan pada buah sirsak yang sudah direndam dengan ekstrak daun gamal
dan dipelihara pada wadah uji. Pengamatan mortalitas serangga uji dilakukan
pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Percobaan ini dilakukan masing-
masing 3 kali ulangan.
27
Larutan uji dikatakan efektif bila larutan tersebut memberikan nilai
LC50 ≤ 5% (Prijono, 2005). Cara kerja mulai dari persiapan sampel,
pembuatan ekstrak dan bioassay untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram alir (Gambar 6).
E. Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisis probit untuk
menentukan nilai LC50 dan Uji Paired Sampel Test digunakan untuk
menentukan larutan yang efektif sebagai insektisida nabati.
F. Diagram Alir Penelitian
Pelaksanaan penelitian mulai dari pengambilan daun gamal sampai dengan
mendapatkan isolat murni. Adapun pelaksanaan tahapan penelitian yang
dilakukan dapat dilihat pada diagram penelitian.
28
Gambar 6. Diagram alir penelitian
Maserasi Bertingkat Daun Gamal
Serangga uji- Kutu putih betina dewasa (300 ekor 1x bioassay)- Aklimatisasi selama 1hari
Media uji- buah sirsak (30 buah)- buah dibersihkan
Ekstrak Metanol
Heksana
DCM 4x Pengulangan
Metanol
Bioassay ekstrak metanol dan air:- Buah direndam dengan ekstrak metanol dan air selama 10 menit dengan
konsentrasi 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan 0,20%. Buah dikeringkan dari sisaair rendaman.
- Kutu putih (Pseudococcus cryptus) diletakkankan pada media uji (10 ekor).- Pengamatan pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan mendapatkan LC50
Senyawa aktif ekstrak polar (metanol dan air)dilakukan pengujian KLT dan fraksinasimenggunakan MPLC.
Evaporasi dan Freeze dryer
Ekstrak Kasar Metanol dan Air
Bioassay isolat murni terhadapP. cryptus pada skala laboratorium,
menggunakan nilai LC50 ekstrakkasar
Ekstrak Air
Heksana
DCM
Metanol
Air
Bioassay
4x Pengulangan
Senyawa aktif ekstrak polar air dilakukanpengujian KLT dan fraksinasi menggunakan KKG.
Analisis Spektroskopis penentuan struktur senyawamurni aktif dari ekstrak yang efektif menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis dan FTIR
Data dianalisis dengan analisis Probit
Data dianalisis dengan analisisPaired Sampel Test
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ekstrak metanol serbuk daun gamal kultivar Pringsewu memiliki kadar
flavonoid sebesar 4,5 mg/L kuersetin dan kadar fenolik sebesar 3,2 mg/L asam
galat. Sedangkan ekstrak air memiliki kadar flavonoid sebesar 3,6 mg/L
kuersetin dan kadar fenolik sebesar 1,7 mg/L asam galat.
2. Ekstrak murni air serbuk daun gamal kultivar Pringsewu mengandung senyawa
flavonoid dari golongan flavonol dan struktur senyawanya terdiri dari kerangka
struktural 3-hidroksi-2-fenil-1,4-benzopiron
3. Ekstrak kasar air serbuk daun gamal kultivar Pringsewu lebih efektif terhadap
mortalitas hama kutu putih pada tanaman sirsak berdasarkan nilai LC50 ekstrak
kasar air sebesar 0,106% dibandingkan ekstrak murni air daun gamal LC50
sebesar 0,164%.
49
B. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan untuk diujikan terhadap serangga uji yang
berbeda dan pembuatan ekstrak metanol serta air dibuat lebih banyak agar
tercukupi.
50
DAFTAR PUSTAKA
Afriyorawan, N. 2013. Karakterisasi Senyawa Flavonoid Hasil Isolasi EkstrakMetanol Daun Gamal (Gliricidia maculata) [Skripsi]. Universitas Lampung.Lampung.
Aksah, F. 2016. Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Metanol danEkstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) Terhadap Mortalitas KutuPutih (Pseudococcus cryptus) pada Tanaman Sirsak (Annona muricata)[Tesis]. Program Studi Pascasarjana Biologi. Universitas Lampung.Lampung.
Andriyani, R. 2016. Daya Insektisida, Jenis, dan Struktur Isolat Murni EkstrakPolar Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata Hbr.) Terhadap Kutu Putih(Planococcus minor Maskell) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)[Tesis]. Program Studi Pascasarjana Biologi. Universitas Lampung.Lampung.
Azizah, D. N., Kumolowati, E., dan Faramayuda, F. 2014. Penetapan KadarFlavonoid Metode AlCl3 pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao(Theobroma cacao L.). Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2).
Darmawati, A. A. S. K., Bawa, I. G. A, dan Suitra, I. W. 2015. Isolasi danIdentifikasi Senyawa Golongan Flavonoid pada Daun Nangka (Artocarpusheterophyllus Lmk) dan Aktifitas Antibakteri terhadap BakteriStaphylococcus aureus. Jurnal Kimia. 9 (2): 203-2010
Darusman, L. K., Heryanto, R., Rafi, M., Rohaeti, E., Wahyuningrum, A. 2011.Prediksi Kadar Flavonoid Total Tempuyung (Sonchus arvensis)Menggunakan Kombinasi Spektroskopis IR dengan Regresi KuadratTerkecil Parsial. Jurnal kimia. kimia 5, 101-108.
Dinata. 2008. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. Semarang, Restrieved fromhttp//arda, studentsblog.indip.ac.id/2008. Diakses pada tanggal 16 Agustus2018 pukul 20.00 Wib.
Elevitch, C. R and Francis, J. K. 2006. Gliricidia sepium (gliricidia) Fabacea(legume family). Spesies Profiles For Pasific Island Agroforestry.www.traditionaltree.org. Diakses 11 Oktober 2017, pukul 22.00 WIB.
51
Ghasemzadeh, A. and Ghasemzadeh, N. 2011. Flavonoids and Phenolic Acids:Role and Biochemical Activity in Plants and Human. Journal of MedicinalPlants Research. 5 (31): 6697-6703. Available online athttp://www.academicjournals.org/JMPR, ISSN 1996 - 0875 ©2011Academic Journals DOI: 10.5897/JMPR11.1404. Iran.
Hariyanto, Ih. Fajriaty, I., Rahmawani, S. P., dan Abdurrachman. 2017. SkriningFitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari Ekstrak Etanol HerbaPacar Air (Impatiens balsamina ). Program Studi Farmasi Kedokteran.Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Herlina, L. 2010. Introduksi. Parasitoid,Sebuah Wacana Baru dalamPengendalian Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus) diIndonesia. Balai Besar dan Pengembangan Bioteknologi dan SumberdayaGenetik Pertania: Bogor.
Hermawan, G. P. 2013. Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata L)Menggunakan Pelarut Etanol. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. JurusanTeknik Kimia. Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang.
Ipandi, I., Triyasmono, L., dan Prayitno, B. 2016. Penentuan Kadar FlavonoidTotal dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kajajahi (Leucosykecapitellata). Program Studi Farmasi FMIPA. Universitas LambungMangkurat Banjarmasin. Banjarmasin.
Isuasta, E. 1988. Dilema Pestisida.Yogyakarta: Kanisius.
Ivakdalam, L. M. 2010. Dampak Ekonomi Serangan Hama Asing Invasif(Paracoccus marginatus) (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Usaha TaniPepaya di Kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor. Jurnal Pharmasience, 3.
Kasumbogo, U. 2006. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta: GajahMada Press.
Kusuma, R.A dan Andarwulan, N. 2012.Aktifitas Antioksidan dan Ekstrak BuahTakokak (Solanum torvum).[Skirpsi] Bogor. Department of food Scienceand Technology Institusi Pertanian Bogor. Halaman 1-6.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida (Makalah).Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Universitas Sumatera Utara
Lebang, M.S.,Taroreh D.,dan Rimbing. 2016. Efektifitas Daun Sirsak (Annonamuricata L.) dan Daun Gamal (Gliricidia sepium) dalam PengendalianHama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T) pada Tanaman Padi. ProgramStudy Entomologi Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi. Manado.
52
Martoatmodjo, S. I. Hamid, B. A., dan Soemartono. 1973. Gamal Pohon SerbaGuna, Balai Pustaka.
Mierziak, J., Kostyn K., and Kulma A,. 2014. Flavonoids As Important MoleculsOf Plant Interations With The Environment. Jurnal Faculty Biotechnology,Wroclaw University, Poland
Muizuddin, M dan Zubaidah, E. 2015. Studi Aktifitas Antibakteri Kefir Teh DaunSirsak (Annona muricata L.) dari Berbagai Merk Teh Daun SirsakDipasaran. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3 (4): 1662 – 1672, September2015. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas BrawijayaMalang. Malang.
Myers, P., Espinosa, R., Parr, C S., Jones T. Hammond, G S. 2018. The AnimalDiversity Web (online). https://animaldiversity.org. Diakses 21 Oktober2018, pukul 20.00 WIB.
Nasution, B. A. 2012. Keanekaragamanan Spesies Kutu Putih (Hemiptera;Pseudiccidae. pada Tanaman Buah-Buahan di Bogor. Institut PertanianBogor. Bogor.
Nazli, R., Sohail,T., Nawab, B., and Yaqeen, Z. 2011. Antimicrobial Property ofGliricidia Sepium Plant Extract. Journal Agriculture Resource. 24 (1-4).Pakistan.
Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisi Nilai Absorbansi dalamPenentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.Jurusan Fisika. Universitas Negeri Padang. Jurnal fisika, 2 (76-83).
Nismah, N., Widiastuti, E. L., dan Sumiyani, E. 2009. Uji Efikasi Ekstrak DaunGamal (Gliricidia maculata) Terhadap Imago Hama Bisul Dadap(Quadrastichus erythrinae). Prosiding Seminar Nasional XX dan KongresBiologi Indonesia XIV. Malang 24 - 25 Juli 2009.
Nuari, S.,Anam, S., dan Khumaidi, A. 2017. Isolasi dan Identifikasi SenyawaFlavonoid Ekstrak Etanol Buah Naga Merah (Hylocereusw polyrhizus)(F.A.C.Weber) Brinton & Rose). Jurnal farmasi. Fakultas MIPA,Universitas Tadulako. Palu.
Nukmal, N., Utami, N., dan Pratami, G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid dariEkstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata) dan UjiToksisitasnya Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus).Seminar Nasional dan Musyawarah Anggota 2011 Perhimpunan EntimologiIndonesia Cabang Bandung. Tanggal 16 - 17 Februari 2011.
53
Nulik, J dan Hau D. K. 2009. Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) dan PotensiPemanfaatannya sebagai Pakan Ternak Dan Fungsi Lainnya dalam UsahaTani di Nusa Tenggara Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP): NTT
Oka, IN. 1995. Penggunaan, Permasalahan Serta Prospek Peptisida Nabatidalam Pengendalian Hama Terpadu. Bogor.
Orwa, C. A. Mutua., R. Kindt., R. Jamnadass., S. Anthony. 2009. AgroforestryDatabase 4.0 : Gliricidia sepium.http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp. Diakses20 Oktober 2017 pukul 17.02 WIB.
Pavela, R,. 2007.The Feeding Effect of Polyphenolic Compounds on the ColoradoPotato Beetle (Leptinotarsa decemlineata). Research Institute of CropProduction, Drnovska 507, 16106 Prague 6, Czech Republic.
Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. MakalahSeminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. UniversitasLampung.
Raini, M. 2007. Toksikologi Peptisida dan Penanganan Akibat KeracunanPeptisida. Media Litbang Kesehatan Vol XVII. 17 (3). DepartemenKesehatan. Jakarta
Rimijuna, I., Yenie, E., Elystia, S. 2017. Pembuatan Peptisida NabatiMenggunakan Metode Ekstraksi dari Kulit Jengkol dan Umbi BawangPutih. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas RiauKampus Binawidya. Pekan Baru.
Rizki, M. 1970. Kutu Putih. (Planococcus sp).http://www.labscorner.org/opt/kb/index.php?comp=home.detail.94. Diakses15 November 2017 pukul 14.33 WIB.
Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak MetanolDaging Buah Mahkota Dewa. Jurnal Logika, 5 (1): 1 - 16.
Safirah, R., Widodo, N., Budiyanto, M. A. K. 2016. Uji Efektifitas InsektisidaNabati Buah Crescentia cujete dan Bunga Syzygium aromaticum TerhadapMortalitas Spodoptera litura secara In Vitro Sebagai Sumber BelajarBiologi. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP. UniversitasMuhammadiyah Malang. Malang
Safitri, M. 2018. Penetapan Kadar Fenol dan Flavonoid Total serta AktifitasAntioksidan Fraksi n-Butanol Umbi Tawas UT (Ampelocissus rubiginosaLauterb.). [Skirpsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Lambung Mangkura
54
Sejati, R. D. 2014. Spetrofotometri Inframerah Transformasi Founter.http://id.wikipedia.org/wiki/Spektrofotometer_Inframerah_Transformasi_Fourier, diakses tanggal 20 Oktober 2017. Pukul 20.30 WIB.
Sinaga, I. L. H. 2009. Skrining Fitokimia dan Uji Aktifitas Antikoksidan dariEkstrak Etanol Buah Terong Belanda (Solanum betaceum). [Skripsi].Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. Medan.
Statistik Pertanian. 2014. Statistik Produksi Holtikultura Tahun 2014. DirektoratHoltikultura Kementerian Pertanian. Jakarta.
Stewart, J. L., Allison, G. E., and Simons, A. J. 1996. Gliricidia sepium GeneticResources Farmers. Oxford forestry institude. Oxford.
Suryani, C. N C., D. G., Mayun Permana. dan A.A.G.N. Anom Jambe. 2016.Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Kandungan total Flavonoid Dan AktivitasAntioksidan Ekstra Daun Maota (Pometia pinnata). Program Studi Ilmu danteknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. 4 (2): 43-50.
Sumatri, I., Hermawan, G. P., dan Laksono, H. 2014. Ekstrak Daun Sirsak(Annona muricata L.) Menggunakan Pelarut Etanol. Momentum, 10 (1).
Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya untuk Menghasilkan BuahPrima. Penebar Swadaya. Depok.
Suparjo. 2008. Saponin, Peran dan Pengaruhmya bagi Ternak dan Manusia[Karya Tulis Ilmiah]. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Tapas, A. R., Sakarkar, D. M., & Kakde R. B,. 2008. Flavonoids asNutraceuticals. Tropical Journal of Pharmaceutical Research(3): 1089-1099. Faculty of Pharmacy, University of Benin-Nigeria.
Tarumingkeng, R.C. 2002. Pengaruh Pestisida Terhadap Kehidupan OrganismeTanah. http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/12217742.pdf. diaksesTanggal 20 Oktober 2017 pukul 20.33 WIB.
Walker, A., Hoy, M., and Meyerdirk, D. 2008. Papaya Mealibug, Paracoccusmarginatus William and Grana de Willink (Insecta :Hemiptera:Pseudococcidae). University of Florida IFAS Extension. EENY 302.
Wirasuta, M. A. G dan Niruri, R. 2006. Toksikologi Umum. Fakultas MIPA.Jurusan Farmasi. Universitas Udayana. Bali. Hal 66
Yigit, A and Telli, S. 2013. Distrubution, Host Plants and Natural Enemies ofPseudococcus cryptus Hempel (Hemiptera: Pseudococcidae), injurious tocitrus plantations in Hatay. Turki. entomol. derg., 2013, 37 (3): 359-373ISSN 1010-6960.Turki.
55
Yunilawati, H., Rosa, E., dan Nukmal, N. 2016. Perbandingan Daya ToksisitasIsolat Murni Ekstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) dan Ekstrak AirDaun Nimba (Azadiracha indica) Terhadap Hama Kutu Putih Pepaya(Paracoccus marginatus). Prosiding Seminar Nasional Sains MatematikaInformatika dan Aplikasinya IV. Fakultas MIPA. Universitas Lampung.ISSN: 2086 – 2342 4 (2).