Kualitas Air Ikan Arawana
-
Upload
la-indra-penjual-roti -
Category
Documents
-
view
153 -
download
2
description
Transcript of Kualitas Air Ikan Arawana
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA
Sceleropages formosus DI AKUARIUM
ADITYA PRIMA YUDHA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skirpsi ini. Bogor, Januari 2009 ADITYA PRIMA YUDHA C14104024
RINGKASAN
ADITYA PRIMA YUDHA. Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium.
Ikan arwana Sceleropages formosus merupakan salah satu ikan hias air tawar asli Indonesia. Sebagai ikan hias, arwana biasa dipelihara dalam akuarium. Masalah yang sering dihadapi pada pemeliharaan arwana demikian adalah menurunnya kualitas air pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah digunakan filter air. Penggunaan zeolit pada filter sebanyak 0,6 kg diduga belum optimal untuk perbaikan kualitas air dalam akuarium. Hal ini dapat terlihat dari tingginya amoniak dan tidak stabilnya pH air (menurun dengan cepat hingga 5). Oleh karena itu diperlukan penambahan zeolit dan penelitian untuk mengetahui jumlah zeolit yang optimal sebagai filter air dalam akuarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit pada filter air terhadap beberapa peubah fisika kimia air media pemeliharaan ikan arwana dalam akuarium. Dari pengaruh tersebut dapat dievaluasi efektifitas sistem resirkulasi filtrasi pada pemeliharaan ikan arwana dalam akuarium terhadap parameter pertumbuhan panjang dan bobot, kelangsungan hidup,dan efisiensi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 3 perlakuan diulang masing-masing 3 kali ulangan.
Tiga perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu penambahan zeolit sebanyak 0.6; 1.2; dan 1.8 kg pada filter air yang terdiri dari kapas, arang aktif, bio ball dan bio foam. Sebanyak 27 ekor ikan arwana dengan bobot rata-rata 478.0 gram dan panjang total rata-rata 36.4 cm dipelihara dalam akuarium berukuran 118x57.5x49.5 cm selama 28 hari. Ikan diberi pakan berupa katak sawah (Rana tigrina) satu kali sehari sebanyak 12-20 gram secara at satiation. Penyifonan dilakukan setiap hari pada 08.00-10.00 WIB. Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali, dengan volume sebanyak 67.9 liter (10 cm). Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan pada saat awal tebar dan akhir dari pemeliharaan. Air contoh yang diambil dari akuarium diukur di laboratorium. Peubah pH diukur setiap hari yaitu pada 04.00, dan 18.00 WIB, sedangkan untuk amoniak total dan H2S diukur setiap dua hari sekali pada pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan suhu dilakukan setiap 04.00, 11.00 dan 18.00 WIB.
Dari penelitian ini diketahui bahwa semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan zeolit 1,8 kg. Nilai amoniak tiap perlakuan di minggu terakhir pemeliharaan adalah 0,6 kg zeolit = 0,0 mg/l, 1,2 kg zeolit = 0,0 mg/l dan 1,8 kg zeolit = 0,0 mg/l. Nilai hidrogen sulfida tiap perlakuan di minggu terakhir masa pemeliharaan adalah 0,6 kg zeolit = 0,0044 mg/l, 1,2 kg zeolit = 0,0046 mg/l, 1,8 kg zeolit = 0,0036 mg/l. Penambahan jumlah zeolit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang, tingkat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan ikan arwana
.
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN ARWANA
Sceleropages formosus DI AKUARIUM
ADITYA PRIMA YUDHA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi : Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air
dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium
Nama Mahasiswa : Aditya Prima Yudha
Nomor Pokok : C14104024
Disetujui
Komisi Pembimbing
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Irzal Effendi, M.Si. Dr. Tatag Budiardi NIP. 131841732 NIP. 132169277
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Indra Jaya NIP. 131578799
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak Mei 2008 sampai dengan Agustus 2008 ini
adalah Sistem dan Teknologi Budidaya, dengan judul Efektifitas Penambahan
Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan
Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium.
Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang
setulusnya kepada :
1. Bapak Irzal Effendi, M.Si. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Tatag
Budiardi selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan
dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Eddy Supriyono selaku Dosen Penguji Tamu yang telah
memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Milwan D. Patria, Bapak Moses, Bang Ikbal, Mas Ledi dan Mas
Anjar dan staf riset dan pengembangan PT Inti Kapuas International yang
telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan penelitian.
4. Ayahanda Drs. Hendra Suryono dan Ibunda Dra. Esti Handayani serta
Adik-adik, Rara Merinda Puspitasari, Eliza Triananda dan Anantya
Khrisna Seta atas doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan.
5. Muhammad Firdaus, Arbain Joko Pamungkas, Yudhi amrial, Basuki
Setiawan, Rino Kusuma Ardhani, Agung Setiaji, Aquatech’ers dan teman-
teman BDP 41 atas pertemanan dan kekeluargaannya.
6. Emilea Yavanica atas doa dan dukungan serta kebersamaan dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh staf BDP atas bantuan yang diberikan.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan
ini.
Bogor, Januari 2009
Aditya Prima Yudha
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bandarjaya, Kabupaten Lampung Tengah,
Propinsi Lampung, pada Kamis 6 Maret 1986, sebagai anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Hendra Suryono dan Esti Handayani.
Penulis memulai pendidikan di SDK 3 Bandarjaya lulus pada 1998,
kemudian 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Terbanggi Besar dan
lulus pada 2001. Pada 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1
Terbanggi Besar dan lulus pada 2004. Penulis diterima menjadi mahasiswa
Departemen Budidaya Perairan, Program Studi Teknologi dan Manajemen
Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada
2004 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama perkuliahan, antara
2006-2007 penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa
Akuakultur (HIMAKUA) sebagai anggota Departemen Kewirausahaan.
Dalam usaha menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang akuakultur,
penulis pernah melaksanakan praktek lapang di Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut Lampung pada 2006, kemudian penulis juga melaksanakan
Praktek Pembesaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima) dan Praktek Pembenihan
Abalone (Haliotis asinina) di Balai Budidaya Laut Lombok pada 2007. Tugas
akhir yang ditempuh di perguruan tinggi ini diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “ EFEKTIFITAS PENAMBAHAN ZEOLIT TERHADAP KINERJA
FILTER AIR DALAM SISTEM RESIRKULASI PADA PEMELIHARAAN IKAN
ARWANA Sceleropages formosus DI AKUARIUM“.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Biologi Ikan Arwana Sceleropages formosus ................................. 3 2.2 Budidaya ikan arwana ................................................................... 6 2.2.1 Budidaya di Kolam..................................... ............................ 6 2.2.2 Budidaya di Bak...................................................... ............... 7 2.2.3 Budidaya di Akuarium ........................................................... 7 2.3 Kualitas Air untuk Pemeliharaan Ikan Arwana dalam Akuarium ..... 8 2.4. Filter Air ......................................................................................... 9 2.4.1 Fisik ....................................................................................... 9 2.4.2 Kimia ..................................................................................... 9 2.4.3 Biologi ................................................................................... 10 2.5 Parameter Kimia Air dalam Akuarium ............................................. 10 2.6 Kegunaan Zeolit sebagai Filter Air .................................................. 14 III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 16 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ................................. 16 3.2 Rancangan Percobaan dan Rancangan Perlakuan ....................... 16 3.3 Persiapan Wadah dan Filter .......................................................... 16 3.4 Pemeliharaan Ikan ......................................................................... 20 3.5 Pengambilan Contoh ..................................................................... 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 24 4.1 Hasil ............................................................................................. 24 4.1.1 Fisika Kimia Air ..................................................................... 24
4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ............................................... 27 4.1.3 Laju Pertumbuhan Robot Harian ........................................... 29 4.1.4 Kelangsungan Hidup............................................................. 30 4.1.5 Efisiensi Pakan ..................................................................... 30 4.2 Pembahasan ................................................................................ 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 35 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36 LAMPIRAN .................................................................................................. 38
DAFTAR TABEL Halaman
1. Persentase kelarutan amonia tak terionisasi dalam air pada suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1982) .............................................................. 11
2. Persentase hidrogen sulfida terhadap sulfida total pada berbagai pH
dan suhu (Boyd, 1990) ............................................................................ 13
3. Tahapan kegiatan penelitian Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium .......................................... 16 3. Metode pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan ikan
arwana Sceleropages formosus yang diberi perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg ........................................................................ 23
4. Kualitas air sebelum dan sesudah melewati talang filter akuarium
pemeliharaan arwana Sceleropages formosus dengan perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg ................................................... 24
5. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus yang
dihabiskan tiap minggu selama masa pemeliharaan ............................... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan arwana Sceleropages formosus ...................................................... 3
2. Sebaran ikan arwana di dunia ................................................................. 6
3. Penyusunan komponen filter air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium . .......................... 18
4. Arah aliran air dan proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus ................................ 18
5. Proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 19
6. Akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus . .............. 19
7. Fluktuasi nilai amoniak tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Scleropages formosus ........................................................ 25
8. Fluktuasi nilai TAN tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .............................................................. 25
9. Fluktuasi nilai hidrogen sulfida tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus ................................ 26
10. Fluktuasi nilai pH tiap minggu selama 28 hari masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .............................................................. 27
11. Fluktuasi nilai DO di akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 28
12. Fluktuasi nilai karbondioksida di akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus .......................................................................... 28
13. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari . 29
14. Laju pertumbuhan bobot harian (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari . 29
15. Kelangsungan hidup (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari ................. 30
16. Efisiensi pakan (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0,6, 1,2 dan 1,8 kg selama 28 hari. ................ 31
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. Peta Pontianak, Kalimantan Barat .................................................... 38 2. Nilai amoniak dan pH pada media pemeliharaan ikan arwana
Sceleropages formosus dengan kepadatan berbeda ........................ 39 3. Panjang awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus
selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40
4. Pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40
5. Sidik ragam panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 40
6. Bobot awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ............................................ 41
7. Nilai laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 41
8. Laju pertumbuhan bobot harian rata-rata ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 41
9. Sidik ragam laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ... 42
10. Survival rate (kelangsungan hidup) ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 42
11. Kenaikan bobot ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 42
12. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 42
13. Efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ............................................................... 43
14. Sidik ragam efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 43
15. Kisaran kualitas air selama 28 masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ....................................................... 43
16. Fluktuasi kandungan oksigen terlarut pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg) ...................... 44
17. Fluktuasi kandungan karbondioksida pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28 ) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg ........................................................ 44
18. Jumlah pakan total yang dihabiskan ikan arwana Sceleropages formosus setiap minggu selama masa pemeliharaan ....................... 45
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Arwana Sceleropages formosus (Famili Osteoglossidae) merupakan
ikan hias air tawar yang memiliki jenis yang beragam, antara lain arwana hijau
(green), arwana merah (super red) dan arwana golden. Di alam ikan ini hidup di
sungai, danau, rawa dan perairan umum lain yang agak masam dan berarus
lambat hingga sedang. Ikan ini biasanya berenang dan berburu mangsanya
berupa katak dan serangga di dekat permukaan air (surface feeder). Harga ikan
arwana cukup tinggi, untuk yang super red berukuran 7-11 cm di pasar dalam
negeri bisa mencapai Rp. 3-5 juta per ekor (bergantung kepada kualitas),
sedangkan di pasar luar negeri bisa mencapai 2 kali lipat dari harga dalam
negeri. Pasar ekspor utama ikan ini adalah negara Cina, Malaysia, Australia,
India, Jepang dan Amerika Serikat (Anonim, 2007)
Sebagai ikan hias, arwana biasa dipelihara dalam akuarium. Secara umum,
semakin besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan
ruang gerak yang cukup luas. Permasalahan yang biasa dihadapi dalam
budidaya ikan arwana meliputi beberapa faktor antara lain kualitas air, penyakit,
nutrisi dan pemijahan (breeding). Kualitas air pemeliharaan dapat menurun
dengan cepat karena feses dan buangan metabolit ikan serta sisa pakan. Hal ini
tampak dari menurunnya kualitas air akibat penurunan pH air yang terlalu cepat
dan tingginya kadar amoniak selama pemeliharaan (Lampiran 2). Menurunnya
kualitas air tersebut menyebabkan ikan arwana menjadi sakit. Penyakit yang
sering menyerang ikan arwana antara lain jamur, katarak (cloud eye), insang
hitam, dan kembang sisik. Beberapa patogen penyebab penyakit tersebut antara
lain Diplostomum (cacing pada mata), jamur Saprolegnia dan Achyla dan parasit
Lernae cyprinacea.
Untuk menangani masalah kualitas air pada sistem pemeliharaan di
akuarium, digunakan filter. Filter air tersebut meliputi filter fisik, kimia dan biologi.
Filter fisik yang biasa digunakan adalah kapas, filter kimia adalah zeolit dan
arang aktif, sedangkan filter biologi yang digunakan adalah bio ball dan bio foam.
Tingginya kadar amoniak pada media pemeliharaan dapat diatasi dengan filter
kimia. Salah satu filter kimia yang dapat ditingkatkan untuk perbaikan kualitas air
pemeliharaan adalah meningkatkan jumlah zeolit filter. Jumlah zeolit yang sudah
2
diterapkan sebagai standar adalah 0.6 kilogram. Komposisi filter ini dirasakan
masih belum optimum untuk filtrasi air pada akuarium pemeliharaan arwana.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur beberapa peubah fisika-
kimia air dalam rangka mengevaluasi efektifitas penambahan zeolit terhadap
kinerja filter air dalam sistem resirkulasi pada pemeliharaan ikan arwana
Sceleropages formosus di akuarium.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Arwana Scleropages formosus
Klasifikasi Arwana adalah sebagai berikut (Saanin, 1968) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Family : Osteoglossidae
Genus : Scleropages
Species : Scleropages formosus
Gambar 1. Ikan Arwana Sceleropages formosus
Menurut Schuster (1952), arwana memiki berbagai nama lokal, antara lain
ikan silok (Kalimantan Barat), pejang (Kalimantan Timur), mamang djaman
(Sumatera Selatan), tangkalasa (Kalimantan Selatan), dan taliso (Jambi).
Sedangkan secara internasional, ikan arwana sering dikenal dengan sebutan
ikan naga (dragon fish), arowana atau leong (Cina).
Pada gambar 1 terlihat bahwa ikan arwana yang termasuk ke dalam famili
osteoglossidae memiliki ciri morfologi antara lain celah mulut lebar dan miring,
sirip punggung lebih pendek daripada sirip anus dan sirip dada memanjang
(Saanin, 1968). Pada bibir bawah arwana terdapat dua buah sungut yang
berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan
4
air. Di bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi yang
disebut dengan bony-tongue (lidah bertulang).
Arwana merupakan ikan karnivora. Di alam mereka memakan serangga,
ikan, udang, cacing dan beberapa jenis amfibi kecil seperti katak. Oleh karena
itu, pakan hidup merupakan diet utama bagi arwana. Untuk pemeliharaan arwana
di akuarium, frekuensi pemberian pakan mengikuti ukuran panjang tubuh.
Arwana dengan ukuran panjang tubuh di atas 35 cm, pakan dapat diberikan
sehari sekali atau setiap dua hari sekali. Arwana dengan ukuran panjang 15 - 35
cm, pakan dapat diberikan 2 kali sehari, sedangkan untuk arwana dengan ukuran
panjang kurang dari 15 cm, dianjurkan untuk diberi pakan 3 kali sehari. Diet
dengan mengikuti pola alami ini sering dapat menghindarkan gangguan
kesehatan pada arwana. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan warna arwana
yang baik, terdapat diet pakan khusus berdasarkan ukuran tubuh. Untuk larva
arwana yang berukuran 7-10 cm, pakan pertama yang baik diberikan adalah
blood worm. Kemudian setelah mencapai ukuran lebih dari 10 cm, anakan
arwana dapat diberikan jangkrik, kecoa atau kelabang. Setelah mencapai ukuran
cukup dewasa (>20 cm), pakan yang biasa diberikan adalah udang. Setelah
arwana mencapai ukuran dewasa (>30 cm), maka pakan yang dapat diberikan
adalah katak (Ermansyah et al., 2007).
Arwana dapat bereproduksi umumnya setelah mencapai umur 4-5 tahun
dengan ukuran 45-60 cm. Pada fase perkembangbiakan, arwana mempunyai
kebiasaan menjaga anaknya dalam mulut (mouth breeder). Induk jantan di alam
akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika
larva mulai dapat berenang (Anonim, 2006). Pemijahan terjadi sepanjang tahun,
dan mencapai puncaknya antara Juli dan Desember. Ikan arwana sulit dibedakan
jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.
Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar
dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga
besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran
kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan
makanan (Ermansyah et al., 2007).
Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lawan jenis.
Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka
mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam atau pagi hari,
ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina
5
sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap
ke ekor pasangan). Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang
bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur
berwarna jingga kemerahan, jantan membuahi telur dan kemudian
mengumpulkan telur di mulutnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang
dan bertahan sendiri (Ermansyah et al., 2007). Diameter telur 8-10 mm dan kaya
akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah
penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai
kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah
ukuran tubuh 45-50 mm (Anonim, 2006).
Beberapa jenis arwana yang biasa dijumpai di dunia antara lain super red,
golden red, super green (arwana hijau), silver arwana dan jardini. Distribusi
kelima jenis tersebut dapat terlihat pada gambar 2. Arwana super red
(Scleropages formosus), endemik hanya ada di Kalimantan Barat, yaitu pada
Sungai kapuas, Sungai Landak dan Danau Sentarum. Arwana golden
(Scleropages formosus) dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia
(Indonesian Golden Arwana) dijumpai di daerah Pekan Baru, propinsi Riau,
tepatnya di pulau Sumatera. Golden varietas cross back merupakan bagian dari
varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia,
seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Arwana hijau
(Scleropages formosus) ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja,
dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Arwana irian (Scleropages jardinii)
ada 2 macam, jenis yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara
merah, sedangkan jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas
lebih sulit ditemui. Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau,
mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Selain
itu terdapat juga jenis arwana silver (Osteoglossum bicirrhosum) yang berasal
dari sungai Amazon, Amerika Selatan, dan arwana afrika (Heterotis niloticus)
pada lingkaran 3 berasal dari Afrika barat dan tengah (Anonim, 2002).
6
Keterangan gambar : Pulau Kalimantan dan Sumatra (Indonesia) dan Malaysia (1), Propinsi Papua (Indonesia) dan Benua Australia (2), Afrika Barat dan Tengah (3), Brazil, Amerika Selatan (4).
Gambar 2. Sebaran ikan arwana di dunia
Pada habitatnya di alam, ikan arwana hidup di perairan yang agak masam,
yaitu pada selang pH berkisar antara 4,0-6,0. Arwana berasal dari perairan
dengan kesadahan rendah (GH) 4-10 dan suhu perairan berkisar antara 26 -
30°C. Di habitatnya yang asli arwana biasa hidup di tempat yang keruh dan
tenang dengan pertukaran air yang lambat, sehingga nilai DO tidak terlalu tinggi
yaitu berkisar antara 4,0-5,0 ppm (Anonim, 2002).
2.2 Budidaya Ikan Arwana
Budidaya ikan arwana dapat dilakukan di kolam, bak dan akuarium. Budidaya
di kolam biasanya dilakukan untuk ikan arwana yang sudah mencapai usia
dewasa (indukan) dengan ukuran lebih dari 50 cm. Pemeliharaan di bak
dilakukan untuk ikan arwana yang berukuran 40-50 cm dan disiapkan untuk
menjadi indukan. Pemeliharaan di akuarium dilakukan sejak larva yang baru
dipanen dari induk jantan hingga mencapai unkuran 30-40 cm (Ermansyah et al.,
2007).
2
1
3
4
7
2.2.1 Budidaya di Kolam
Budidaya arwana di kolam bertujuan untuk pemeliharaan induk dan untuk
pemijahan. Kolam yang digunakan sebaiknya kolam tanah. Kolam yang ideal
berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 20x10 m dengan kedalaman
air 1,5-2,0 m. Induk yang ditebar berukuran minimal 50 cm dengan berat 2-3 kg.
Pakan yang diberikan untuk induk arwana adalah udang laut atau katak sawah
(Rana tigrina). Pemberian pakan biasanya dilakukan pada pada pagi atau sore
hari setiap dua hari sekali. Pakan dapat diberikan secara at satiation (tingkat
kepuasan). Pakan yang biasanya dihabiskan untuk satu kolam dengan jumlah
indukan mencapai 50 ekor adalah sebanyak 3-5 kg katak untuk satu kali
pemberian pakan. Jika pemberian pakan berdasarkan bobot tubuh ikan, FR
(feeding rate) yang biasa digunakan adalah 3-5% dari bobot tubuh ikan. Untuk
sterilisasi pakan dilakukan perendaman dengan larutan garam dengan dosis 30
g/liter air. Pergantian air kolam dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 20-50%
dari volume total air kolam, bergantung pada kualitas air kolam dan air sumber
(Ermansyah et al., 2007).
2.2.2 Budidaya di Bak
Budidaya arwana di bak bertujuan untuk pemeliharaan calon indukan, yaitu
ikan arwana yang berukuran 40-50 cm. Bak yang digunakan berbahan beton
atau bak kayu yang dilapisi kain terpal, berukuran panjang 3-5 meter dan lebar 2-
5 meter dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Bagian atas diberi jaring-jaring
pelindung untuk mencegah arwana melompat ke luar bak. Secara teknis
pemeliharaan calon indukan tidak berbeda jauh dengan pemeliharaan di kolam.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi atau sore hari setiap hari dengan pakan
yang diberikan udang atau katak. Pakan dapat diberikan secara at satiation atau
berdasarkan persentase bobot tubuh (FR). Pergantian air juga dilakukan setiap
dua hari sekali sebanyak 20-50% dari volume total air di bak, bergantung pada
kualitas air bak dan air sumber (Ermansyah et al., 2007).
2.2.3 Budidaya di Akuarium
Budidaya arwana di akuarium bertujuan untuk pemeliharaan larva yang
baru dipanen hingga arwana berukuran 30-40 cm. Akuarium yang digunakan
berukuran 120x60x50 cm, dengan ketinggian air 35 cm. Untuk larva yang baru
dipanen dipelihara dalam inkubator yang berukuran 40x40x30 cm yang
8
dilengkapi dengan pipa sirkuler untuk pemberi arus. Larva yang masih
mempunyai ukuran kuning telur besar tidak perlu diberi makan. Pemberian pakan
pertama dilakukan ketika kuning telur sudah hampir habis terserap (ukuran
kuning telur tinggal sebesar ukuran biji jagung). Pemberian pakan tidak boleh
terlalu banyak, hanya untuk membiasakan larva muenerima pakan dari luar.
Pakan diberikan sebanyak 3-4 kali sehari dengan jumlah pakan 2-3 ekor blood
worm. Untuk pemeliharaan benih yang berukuran 7-10 cm, maksimal padat tebar
dalam 1 akuarium sebanyak 50 ekor benih. Penebaran benih dapat dilakukan di
akuarium asal tempat larva dibesarkan menjadi benih atau dipindahkan ke
akuarium lain. Pemberian pakan harian dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari
sebanyak 3-5% dari bobot badan ikan/ekor. Pemberian pakan dilakukan setiap
pukul 07.00, 11.00, 15.00 dan 19.00 (4 kali). Pemberian pakan hendaknya
dikombinasi, hindari pemberian makan dengan hanya satu jenis pakan. Pakan
yang biasa diberikan untuk benih arwana antara lain jangkrik, ulat hongkong dan
ulat jerman (Ermansyah et al., 2007).
Air yang digunakan untuk pemeliharaan arwana di akuarium merupakan air
yang sudah melewati proses filterisasi, penjernihan, desinfeksi dan
pengendapan. Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak
setengah bagian air akuarium. Sistem filter yang digunakan pada akuarium
adalah menggunakan talang filter yang diletakkan dibagian atas akuarium. Pada
talang filter terdiri fiter mekanik (kapas filter), filter kimia (zeolit dan karbon aktif)
dan filter biologi (bio ball dan bio foam). Air dari akuarium disedot menggunakan
pompa kemudian dialirkan melalui komponen filter. Filter yang umum digunakan
oleh para hobiis ikan hias termasuk ikan arwana adalah filter up yaitu filter yang
terhubung oleh pompa air dan hanya terdiri dari komponen filter fisik saja yaitu
kapas filter (Ermansyah et al., 2007).
2.3 Kualitas Air untuk Pemeliharaan Ikan Arwana dalam Akuarium
Parameter kualitas air yang sering disyaratkan untuk pemeliharaan ikan
arwana dalam akuarium antara lain suhu berkisar antara 25-30oC, pH 6.0-7.0,
DO > 5 ppm dan CO2 < 25 ppm (Susanto, 2003). Kandungan amoniak sebaiknya
kurang dari 0.5 mg/l dan alkalinitas berkisar antara 10-50 mg/l (Alderton, 2008).
9
2.4 Filter Air
Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyaring material
tertentu yang tidak dikehendaki (amoniak, bahan padatan, residu organik dan
bahan kimia lainnya) dan meloloskan material lain yang dikehendaki.
Berdasarkan proses kerjanya, filter dibagi atas filter mekanik, biologi dan kimiawi
(Spotte, 1970).
2.4.1 Fisik
Filter fisik digunakan untuk memisahkan padatan dari air secara fisika
(berdasarkan ukuran) dengan cara menangkap atau menyaring sehingga
kandungan bahan tersebut menjadi berkurang. Spotte (1970) menyatakan filter
fisik adalah pemisahan partikel-partikel tersuspensi (berukuran > 5 mikrometer)
dari air dengan cara melewatkan air melalui suatu substrat yang tepat atau sekat
yang mampu menangkap padatan dalam air sebelum air masuk wadah budidaya.
Fungsi dari filter fisik adalah untuk menurunkan turbiditas di air yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan partikel lain, untuk menurunkan tingkat koloid organik,
dan untuk menyingkirkan detritus dari filter biologi. Meskipun filter fisik dapat
memisahkan partikel tersuspensi secara efisien, namun tidak efektif untuk
memisahkan partikel-partikel yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan filter biologi atau
biofilter (Stickney, 1979).
2.4.2 Kimia
Filter kimia berupa pembersihan molekul-molekul bahan organik terlarut
melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung (Spotte, 1970). Termasuk
pada filtrasi kimia adalah proses ozonisasi, penggunaan PAC (poly aluminium
chloride) untuk proses pengendapan, penyinaran dengan ultraviolet dan
penggunaan karbon aktif dan zeolit untuk desinfeksi dan penjernihan air.
Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang menempel
pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada
dalam air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara
permukaan media bermuatan dengan molekul-molekul bersifat polar. Apabila
suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki muatan
berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada permukaan
tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya
dengan molekul lain yang berada dalam air yang memiliki kecenderungan lebih
10
tinggi untuk diikat. Dengan demikian maka proses pertukaran dapat terjadi.
Media yang dapat melakukan proses pertukaran seperti ini diantaranya adalah
Zeolit. Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak dengan ukuran tertentu.
Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul) dan
menjebaknya disana. Satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas
permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap
partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,01-0,0000001 mm (Anonim,
2002).
2.4.3 Biologi
Filter biologi adalah suatu proses mineralisasi senyawa-senyawa nitrit
organik, nitrifikasi dan denitrifikasi oleh bakteri-bakteri yang terdapat di air dan
menempel pada batuan dasar alat saring (Spotte, 1970).
Stickney (1979) menyatakan, proses yang terjadi dalam filter biologi adalah
proses nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat. Nitrifikasi adalah oksidasi biologi
amoniak menjadi nitirit dan nitrit menjadi nitrat oleh bakteri autotrofik. Bakteri
nitrifikasi mengoksidasi amoniak dalam 2 tahap secara berurutan amoniak (NH3)
diubah menjadi nitrit (NO2), kemudian nitrit diubah menjadi nitrat (NO3) yang tidak
beracun bagi ikan. Nitrosomonas dan Nitrobacter adalah bakteri utama dalam
sistem (Spotte,1970).
Reaksi yang terjadi dalam proses nitrifikasi adalah sebagai berikut :
NH3 � NO2- bakteri Nitrosomonas
NO2- � NO3- bakteri Nitrobacter
Prinsip utama dari filter biologi adalah menyediakan tempat seluas-luasnya untuk
tempat menempel bakteri yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter (Spotte, 1970).
2.5 Parameter Kimia Air dalam Akuarium
Dalam aktifitas budidaya, sisa pakan yang diberikan dan buangan metabolit
yang dilakukan oleh ikan merupakan sumber utama sebagai penyebab
menurunnya kualitas media pemeliharaan (Axelrod, et al., 1983). Beberapa
parameter kualitas air yang keberadaannya meningkat seiring dengan
menurunnya kualitas air karena buangan metabolit ikan dan sisa pakan adalah
amoniak dan hidrogen sulfida.
Beberapa organisme akuatik dapat memanfaatkan nitrogen dalam bentuk
gas, akan tetapi sumber utama nitrogen di perairan tidak terdapat dalam bentuk
11
gas. Di perairan, nitrogen berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen
anorganik terdiri atas amoniak (NH3), amonium (NH4+), nitrit (NO2
-), nitrat (NO3-)
dan molekul nitrogen (N2). Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan
urea (Boyd, 1990).
N organik + O2 NH3-N + O2 NO2--N + O2 NO3
—N
Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga
banyak mengeluarkan amoniak. Amoniak yang terukur di perairan berupa
amonia total (NH3 dan NH4+). Kesetimbangan antara gas amoniak dan ion
amonium dalam perairan ditunjukkan oleh reaksi berikut (Effendi, 2003).
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Amoniak bersifat sangat toksik untuk ikan, namun ion amonium relatif
bersifat tidak toksik. Penjumlahan dari amoniak dan ion amonium disebut
sebagai total ammonium nitrogen (TAN). Proporsi dari total ammonium nitrogen
yang terbentuk sebagai amoniak meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
dan pH. Pengaruh dari pH terhadap konsentrasi amoniak lebih besar dari pada
pengaruh suhu. Untuk mendapatkan konsentrasi amoniak tak terionisasi, nilai
persentase amoniak untuk suhu yang tepat dan pH dikalikan dengan konsentrasi
total ammonium nitrogen (Boyd, 1990).
Tabel 1. Persentase kelarutan amoniak tak terionisasi dalam air pada suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1990)
pH
temperatur
8 12 16 20 24 28 32
7.0 0.2 0.2 0.3 0.4 0.5 0.7 1.0
8.0 1.6 2.1 2.9 3.8 5.0 6.6 8.8
8.2 2.5 3.3 4.5 5.9 7.7 10.0 13.2
8.4 3.9 5.2 6.9 9.1 11.6 15.0 19.5
8.6 6.0 7.9 10.6 13.7 17.3 21.8 27.7
8.8 9.2 12.0 15.8 20.1 24.9 30.7 37.8
9.0 13.8 17.8 22.9 28.5 34.4 41.2 49.0
9.2 20.4 25.8 32.0 38.7 45.4 52.6 60.4
9.4 30.0 35.5 42.7 50.0 56.9 63.8 70.7
9.6 39.2 46.5 54.1 61.3 67.6 73.6 79.3
9.8 50.5 58.1 65.2 71.5 76.8 81.6 85.8
10.0 61.7 68.5 74.8 79.9 84.0 87.5 90.6
10.2 71.9 77.5 82.4 86.3 89.3 91.8 93.8
12
Kadar amoniak pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Jika
kadar amoniak lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis
ikan. Kadar amoniak yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran
bahan organik yang dapat berasal dari buangan ikan dan sisa pakan (Effendie,
2003).
Sulfur merupakan salah satu elemen yang esensial bagi makhluk hidup,
karena merupakan elemen penting dalam protoplasma. Sulfur (S) berada dalam
bentuk organik dan anorganik. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk
sulfat (SO42-), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah (Rao,
1992 dalam Effendi, 2003). Ion sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk
oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion utama di perairan, menempati
urutan kedua setelah bikarbonat.
Di perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Beberapa
bentuk sulfur di perairan adalah sulfida (S2-), hidrogen sulfida (H2S), ferro sulfida
(FeS), sulfur oksida (SO2), sulfit (SO3-), dan sulfat (SO4
-). Sulfat berikatan dengan
logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau
dan sungai (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).
Di bawah kondisi anaerob, bakteri heterotrofik tertentu dapat
mennggunakan sulfat dan senyawa sulfur yang teroksidasi sebagai penerima
elektron akhir dalam metabolisme dan mengekskresi sulfida sebagaimana
digambarkan pada reaksi berikut.
SO4 2- + 8 H+ � S2- + 4H2O
Sulfida yang diekskresikan adalah produk ionisasi dari hidrogen sulfida dan
berperan dalam keseimbangan sebagai berikut.
H2S = HS- + H+
HS = S2- + H+
Nilai pH mengatur distribusi total sulfur yang tereduksi diantara jenisnya.
Hidrogen sulfida yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap ikan, tetapi ion
yang dihasilkan dari disosiasinya kurang begitu toksik (Boyd, 1990).
SO42- + bahan organik S2- + H2O + CO2
S2- + 2 H+ H2S
bakteri
anaerob
13
Bakteri heterotrof juga dapat mereduksi sulfite (SO32-), tiosulfat (S2O3
2-),
hiposulfat (S2O42-), dan unsur sulfur menjadi hirogen sulfide (H2S). Pada pH 9,
sebagian besar sulfur (99%) berada dalam bentuk ion HS-. Pada kondisi ini
jumlah H2S sangat sedikit dan permasalahan bau tidak muncul. Ion sulfida
berada pada pH yang sangat tinggi, yakni mendekati 14, dan tidak ditemukan
pada perairan alami. Pada pH < 8 kesetimbangan bergeser pada pembentukan
H2S yang tak terionisasi. Pada pH 5, sekitar 99% sulfur terdapat dalam bentuk
H2S. Pada kondisi ini, tekanan parsial H2S dapat menimbulkan permasalahan
bau yang cukup serius. H2S bersifat mudah larut, toksik, dan menimbulkan bau
seperti telur busuk. Oleh karena itu, toksisitas H2S meningkat dengan penurunan
nilai pH (Effendi,2003).
Tabel 2. Persentase hydrogen sulfida terhadap sulfida total pada berbagai pH dan suhu (Boyd, 1990)
pH
Suhu ( oC )
26 28 30 32
5.0 99.0 98.9 98.9 98.9
5.5 96.9 96.7 96.5 96.3
6.0 90.8 90.3 89.7 89.1
6.5 75.8 74.6 73.4 72.1
7.0 49.7 48.2 46.6 45.0
7.5 23.8 22.7 21.6 20.6
8.0 9.0 8.5 8.0 7.6
8.5 3.0 2.9 2.7 2.5
9.0 1.0 0.9 0.9 0.8
Kadar sulfat yang melebihi 500 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan pada sistem pencernaan. Sulfida total (H2S, HS-, dan S2-) yang
terdapat di sekitar dasar perairan banyak mengandung deposit lumpur (sludge)
mencapai 0,7 mg/liter, sedangkan pada kolom air biasanya berkisar antara 0,02
– 0,1 mg/liter. Kadar sulfida total kurang dari 0,002 dianggap tidak
membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme akuatik (Effendi, 2003 ).
Untuk mengatasi beberapa masalah kualitas air di atas, maka diperlukan
filter air yang mampu mengurangi keberadaan bahan pencemar seperti amoniak
dan hidrogen sulfida.
14
2.6 Kegunaan Zeolit sebagai Filter Air
Pengolahan air secara kimia dan biologi merupakan dua cara yang tepat
untuk mengurangi keberadaan bahan pencemar yang terlarut dalam air. Filter
kimia bekerja dengan menangkap bahan terlarut dalam air. Filter kimia dapat
melakukan fungsinya dengan tiga cara yaitu serapan (absorbsi), jerapan
(adsorpsi) dan pertukaran ion. Absorbsi merupakan suatu proses dimana suatu
pertikel terperangkap ke dalam struktur suatu media karena pori-pori yang
dimilikinya. Adsorpsi adalah proses dimana suatu partikel menempel pada suatu
permukaan akibat dari adanya perbedaan muatan lemah diantara kedua benda
(gaya Van der Waals). Sedangkan pertukaran ion merupakan suatu proses
dimana ion-ion yang terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan
ion-ion lain yang berada dalam air (Anonim, 2002).
Zeolit sebagai filter kimia dapat digunakan dalam proses penyerapan gas
seperti gas rumah kaca (NH3, CO2, H2S, SO2, SO3 dan NOx), gas organik CS2,
CH4, CH3CN, CH3OH, termasuk pirogas dan fraksi etana/etilen, pemurnian udara
bersih mengandung O2, penyerapan gas N2 dari udara sehingga meningkatkan
kemurnian O2 di udara (Las, 2008).
Zeolit ditemukan pertama kali pada 1756 oleh Cronstedt seorang ahli
mineral dari Swedia. Zeolit berasal dari bahasa Yunani yang berarti Zeo = didih
dan Lite = batuan, dan didefinisikan oleh Smith pada tahun 1984 yaitu berupa
mineral dengan struktur kristal alumino silikat berbentuk “frame work” (sangkar) 3
dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta mengandung kation logam Na, K,
Mg, Ca, Fe serta molekul air. Mineral zeolit banyak terdapat di sekitar gunung
berapi atau mengendap pada daerah panas. Jenis zeolit alam diantaranya
klinoptilolit, modernit, filipsit, kabasit dan erionit (Las, 2008)
Dalam fungsinya sebagai filter kimia, zeolit bekerja dengan memanfaatkan
kemampuan pertukaran ion. Zeolit adalah penukar kation yang efektif, yang
memiliki nilai KTK (kemampuan tukar kation) sebesar 200-500 cmolc/kg.
Terdapat berbagai macam zeolit dengan klinoptilolit memiliki afinitas yang tinggi
terhadap amoiak dan telah berhasil digunakan sebagai pembersih amoniak pada
sistem akuakultur air tawar. Ketika air buangan melewati zat ini, ion-ion tertentu
pada air buangan tersebut melakukan pertukaran dengan ion-ion pada zat
tersebut, karena memiliki afinitas yang kuat terhadap zat tersebut. Jorgensen et
al. dalam Spotte (1970) menyatakan bahwa klinoptilolit merupakan kombinasi
dari penukar ion dan penyerap ion dengan titik jenuh sekitar 8,0 mmol NH3
15
per100 gram zeolit alam. Ukuran zeolit sangat berpengaruh terhadap daya
serapnya. Ukuran zeolit mempengaruhi kapasitas tukar ion dari zeolit, karena
ukuran yang kecil memiliki luas bidang tukar yang lebih besar daripada yang
berukuran besar pada berat total yang sama.
Penggunaan zeolit sebagai penyerap amoniak memang sangat efektif,
sebab zeolit dalam bekerja tidak bergantung pada suhu, pH dan tidak
terpengaruh oleh desinfektan dan zat kemoterapik. Dalam pengangkutan ikan
sistem tertutup kegunaan zeolit terutama adalah sebagai penyerap ion NH4+.
Penyerapan ion NH4+ adalah pertukaran ion NH4
+.dengan Ca2+ atau Na+ atau ion-
ion lainnya sehingga dapat menetralkan racun hasil metabolisme.
Aktiviasi zeolit dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan asam
(H2SO4), basa (NaOH) dan pemanasan. Zeolit yang telah jenuh oleh NH4+ dapat
digenerasi pada suhu 105º C dan akan melepaskan NH3. Urutan kerja aktiviasi
zeolit antara lain, zeolit ditimbang sebanyak 100 gram di dalam gelas piala,
kemudian ditambahkan 1000 ml larutan pengaktif (NaOH) dan diaduk dengan
pengaduk dari plastik selama 4 jam. Setelah itu dicuci dengan air suling hingga
bau NaOH hilang. Tahap terakhir zeolit dikeringkan pada temperatur 105o C
(Anwar, 1989).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan zeolit
sebagai filter kimia. Perlakuan pemberian 10 gram zeolit dan 10 gram karbon
aktif dengan suhu ± 20oC pada sistem pengepakan tertutup ikan Corydoras
aenus dengan kepadatan 40 ekor per liter mampu menekan kadar total ammonia
nitrogen dan amonia takterionisasi hingga jam ke-120 sampai pada tingkat
konsentrasi yang aman bagi ikan yaitu di bawah 0,01 mg/l (Ardyanti, 2007). Pada
sistem tertutup dengan penambahan zeolit, jumlah benih ikan yang diangkut
dapat ditingkatkan 20-25% dengan menggunakan zeolit minimal setengah dari
total berat tubuh (Coger dan Turner, 1985 dalam Anwar 1989). Air yang
mengandung TAN 0,107 mg/l dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0
mg/l dalam 295 detik atau sekitar 5 menit. Dalam waktu 1 jam zeolit dengan berat
10 g mampu menurunkan kandungan TAN sampai 1,2 mg/l (Syauqi, 2009). Pada
uji kapasitas, zeolit sebanyak 10 gram per 0.5 liter atau 20 g/l dapat digunakan
untuk menurunkan konsentrasi amonia yang terakumulasi hingga 0.1 mg/l
selama 1 jam (Supendi, 2006).
16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Mei sampai Juni 2008 di PT. Inti Kapuas
International Tbk. Pontianak, Kalimantan Barat. Perusahaan ini memiliki unit riset
dan pengembangan di Kecamatan Kumpai, Pontianak, Kalimantan Barat
(Lampiran 1)
Tahapan pelaksanaan penelitian dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Tahapan kegiatan penelitian Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap
Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium
No. Kegiatan Waktu
1. Observasi lapang dan sosialisasi Maret
2. Praktek lapang (mengikuti kegiatan di beberapa tambak)
dan studi masalah.
April
3. Persiapan penelitian dan penelitian (masa pemeliharaan
arwana dengan perlakuan penambahan zeolit)
Mei-Juni
4. Penyusunan laporan dan evaluasi dari tim riset dan
pengembangan PT. Inti Kapuas International
Juli
3.2 Rancangan Percobaan dan Rancangan Perlakuan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL (Rancangan
Acak Lengkap), yaitu 3 perlakuan dan masing-masing diberi 3 kali ulangan.
Model rancangannya adalah : ijiyij Σ++= τµ
Yij = ulangan ke j akibat perlakuan ke-i
µ = nilai tengah
τi = pengaruh perlakuan ke-i
∑ij = galat
Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan zeolit pada filter akuarium
sebanyak 0.6 kg, 1.2 kg dan 1.8 kg.
3.3 Persiapan Wadah dan Filter
Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran panjang 118 cm,,
lebar 57.5 cm, tinggi 49.5 cm, dengan volume air 237.5 liter (ketinggian air 35
cm). Tiap akuarium dilengkapi dengan filter air berbentuk talang. Filter yang
17
digunakan mencakup filter fisik (kapas), filter kimia (arang aktif dan zeolit), dan
filter biologi (bio ball dan bio foam). Pompa yang digunakan adalah tipe P3000
dengan daya 38 watt, memiliki kekuatan hisap hingga ketinggian 2 m, debit 0.67
liter/detik atau 2400 liter/jam dan kecepatan arus 0.13 m/detik. Air yang
digunakan berasal dari Sungai Kapuas yang telah ditampung dalam kolam
penampungan dan telah melalui proses pengolahan antara lain penambahan
kaporit, pemberian PAC (poly aluminium chloride) untuk proses pengendapan,
penggaraman, dan penyinaran dengan sinar UV. Dosis kaporit yang diberikan
adalah 3, 5 atau 7 ppm. Penambahan PAC dosis yang diberikan 20-30 ppm dan
penggaraman dengan dosis 0.2 ppt. Proses pengendapan dengan PAC biasanya
membutuhkan waktu 12 jam. Penyinaran dengan sinar UV dilakukan selama air
ditampung di tandon atau + 24 jam.
Akuarium dan peralatan dicuci bersih dan didesinfeksi menggunakan
alkohol, kemudian dibilas menggunakan air, dan dikeringkan. Akuarium dan
peralatan direndam air selama 24 jam untuk menetralisir kandungan alkohol yang
telah disemprotkan, setelah itu air rendaman dibuang dan diganti air baru hingga
volume 75 % dari volume total, atau setinggi 35 cm. Pompa dinyalakan agar
proses resirkulasi air melalui talang filter dapat berjalan. Instalasi talang filter
dipasang di atas akuarium, kemudian talang filter dihubungkan dengan pompa air
menggunakan pipa. Setelah intalasi talang filter dan pompa terpasang, kemudian
dimasukkan komponen filter pada talang filter dari inlet ke outlet berurutan: 1)
kapas, 2) karbon aktif, 3) zeolit, 4) bio foam, 5) bio ball (Gambar 4 dan 5).
18
Keterangan gambar : empat lapis kapas, satu kantung arang aktif dengan bobot 0.8 kg, satu kantung zeolit dengan bobot 0.6 kg, bio ball sebanyak 30 buah dan dua lapis bio foam
Gambar 3. Penyusunan komponen filter air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium
Keterangan gambar : Tanda panah biru menunjukkan arah aliran air pada talang filter.
Gambar 4. Arah aliran air dan proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus.
Sekat kaca
Arang aktif
zeolit
Bio ball
Bio foam kapas filter
arang aktif zeolit bio ball Bio foam kapas
Kaca penyangga
19
Keterangan gambar : air dari akuarium disedot oleh pompa air yang telah dihubungkan
menggunakan pipa menuju talang filter (1), air masuk ke dalam talang filter untuk proses
filtrasi. Komponen filter pada talang filter yaitu berturut-turut kapas yang berfungsi
sebagai filter fisik, karbon aktif dan zeolit sebagai filter kimia, dan bio ball dan bio foam
yang berfungsi sebagai filter biologi (2), Air yang telah melalui proses filtrasi kembali
masuk ke dalam akuarium (3).
Gambar 5. Proses filtrasi air pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
Gambar 6. Akuarium pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
1
2
3
kapas
arang aktif
zeolit bio ball Bio foam
20
Perlakuan yang diberikan :
1. Perlakuan 1 sebagai kontrol (sesuai dengan standar yang digunakan di
warehouse/gudang tempat pemeliharaan arwana di akuarium ) menggunakan
0.6 kg zeolit
2. Perlakuan 2 menggunakan zeolit sebanyak 1.2 kg
3. Perlakuan 3 menggunakan zeolit sebanyak 1.8 kg
Pada gambar 6 menunjukkan akuarium pemeliharaan yang digunakan selama
masa penelitian. Keseluruhan akuarium berjumlah 9 unit, untuk 3 perlakuan
dengan masing-masing perlakukan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali dengan
kepadatan ikan yang digunakan adalah 3 ekor/akuarium.
3.4. Pemeliharaan Ikan
Ikan yg digunakan adalah ikan arwana Scleropages formosus jenis Green.
Bobot rata-rata ikan arwana yang ditebar adalah 478 g, sedangkan panjang rata-
ratanya adalah 36.4 cm. Jumlah ikan ditebar 27 ekor dengan kepadatan 3
ekor/akuarium.
Pakan yang diberikan adalah katak sawah (Rana tigrina). Waktu pemberian
pakan pada siang hari antara pukul 14.00-16.00, dengan cara pemberian at
satiation (tingkat kepuasan ikan/hingga ikan kenyang).
Penyifonan dilakukan setiap pagi hari antara pukul 08.00-10.00.
Penggantian air dilakukan setiap dua hari sekali, dengan volume sebanyak 67.9
liter (10 cm). Sumber air pengganti berasal dari Sungai Kapuas. Air sungai
dipompa dan ditampung ke dalam kolam penampungan. Air dari kolam
penampungan kemudian diolah untuk menjadi air yang lebih steril dengan proses
filtrasi dengan filter fisik (pasir, kapas), kimia (zeolit, arang aktif) dan biologi (bio
ball), pemberian PAC, kaporit, penggaraman, dan sinar UV.
3.5 Pengambilan Contoh
Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan pada saat awal tebar dan
akhir dari pemeliharaan. Keseluruhan ikan yang dipelihara ditimbang bobot dan
diukur panjang totalnya. Sehari sebelum dan sesudah pengukuran panjang dan
bobot, ikan dipuasakan. Sebelum dilakukan pengukuran, ikan dipingsankan
terlebih dahulu. Untuk persiapan pembiusan disiapkan dua kotak sterofoam
berukuran 100x50 cm. Satu kotak digunakan sebagai tempat pembiusan yang
diisi air dengan volume setengah dari tinggi kotak (25 cm). Sedangkan kotak
21
yang lain digunakan untuk penyadaran ikan kembali. Untuk proses penyadaran
ikan setelah dipingsankan, diberikan tambahan aerasi untuk membantu proses
difusi oksigen.
Ikan ditangkap menggunakan plastik packing satu persatu. Setelah
ditangkap, ikan dimasukkan dalam kotak pembiusan yang telah diberi obat bius
(aquatan). Tidak ada dosis khusus untuk pembiusan, namun biasanya untuk satu
kotak sterofoam dengan volume air setengah dari volume total diberikan obat
bius sebanyak dua tutup botol aquatan (+ 40 ml). Setelah pingsan ikan ditimbang
dengan menggunakan timbangan kue dengan kapasitas maksimal 1 kilogram,
yang telah diberi alas plastik di atasnya sebagai tempat untuk meletakkan ikan.
Setelah ditimbang ikan dimasukkan ke dalam kotak penyadaran kemudian diukur
panjang total tubuhnya dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm.
Untuk mengambil contoh air, digunakan botol air mineral dengan volume
600 ml. Air contoh tersebut diukur dalam laboratorium. Pengambilan air sampel
untuk mengukur pH dilakukan sebanyak dua kali setiap hari yaitu pada pukul
04.00, dan 18.00, sedangkan untuk mengukur nilai TAN dan H2S dilakukan
setiap dua hari sekali pada pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan suhu dilakukan
setiap pukul 04.00, 11.00 dan 18.00.
Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dan CO2 dilakukan setiap
empat jam sekali selama dua hari di akhir masa penelitian. Pengambilan air
sampel untuk uji kandungan DO dan CO2 menggunakan botol BOD kemudian
dilakukan pengukuran DO dengan metode Winkler menggunakan pereaksi
MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 (Na-tiosulfat) dan amilum. Sedangkan
untuk uji kandungan CO2 menggunakan indikator fenolftalein dan titrasiNaCO3.
a. Laju pertumbuhan bobot harian
Lama pemeliharaan ikan adalah 28 hari. Sampling ikan untuk pengukuran
panjang dan bobot adalah pada awal dan akhir penelitian. Seluruh ikan yang
dipelihara ditimbang bobotnya.
22
Hasil sampling bobot ikan arwana digunakan untuk menghitung laju
pertumbuhan bobot harian spesifik melalui rumus ( Zonneveld et al., 1991 ) :
α = laju pertumbuhan bobot harian ( %)
Wt = bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan ( g )
Wo = bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan ( g )
t = waktu ( hari )
b. Laju Pertumbuhan panjang harian
Panjang mutlak ikan diukur dengan menggunakan mistar dengan ketelitian
hingga 1 mm. Panjang tubuh diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor (panjang
total). Pada saat pengukuran ikan tetap berada dalam air. Keseluruhan ikan yang
dipelihara diukur panjangnya.
Hasil sampling panjang mutlak ikan digunakan untuk mengukur laju
pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus:
αL = Lt - Lo, dengan :
αL = laju pertumbuhan panjang harian ( cm/hari )
Lt = panjang akhir (cm)
Lo = panjang awal (cm).
c. Kelangsungan hidup
Pengamatan jumlah ikan dilakukan setiap hari. Pada akhir pemeliharaan
dilakukan penghitungan populasi ikan dari setiap akuarium untuk menghitung
kelangsungan hidup, dengan rumus (Zonneveld, et al., 1991) :
SR (%) = Nt x 100%, dengan :
No
SR (survival rate) = kelangsungan hidup ( % )
Nt = jumlah ikan pada akhir pemeliharaan ( ekor )
No = jumlah ikan pada awal pemeliharaan ( ekor )
( ) %1001 xWo
Wtt −=α
23
d. Efisiensi Pakan
Sampling bobot ikan, pengamatan jumlah ikan digunakan untuk
menghitung efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan
rumus (Zonneveld et al., 1991) :
EP = jumlah pakan total x 100 Kenaikan bobot
e. Pengukuran Fisika-Kimia Air
Pengamatan dan pengukuran dilakukan di laboratorium air PT. Inti Kapuas
International Tbk. Parameter yang diukur adalah suhu, DO, pH, TAN (total
ammonium nitrogen), dan sulfid total. Pengukuran suhu dan pH setiap hari yaitu
pada pukul 04.00, 11.00 dan 18.00 untuk suhu, sedangkan pengukuran pH pada
pukul 04.00 dan 18.00. Pengamatan nilai TAN dan total Sulfide dilakukan tiap
dua hari sekali pada pukul 04.00. Untuk pengukuran DO dilakukan pada akhir
masa pemeliharaan selama dua hari dengan pengamatan setiap empat jam
sekali.
Tabel 4. Metode pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan ikan
arwana Sceleropages formosus yang diberi perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg
Fisika-Kimia Air Satuan Metode Alat
Suhu oC - Termometer
DO mg/liter titimetri -
CO2 mg/liter titimetri -
pH - - pH meter
Sulfide total mg/liter - Spektrometer
TAN mg/liter - Spektrometer
Pengukuran TAN (total ammonium nitrogen) menggunakan speKtrometer
HACH DR 2800, dengan metode Nessler. Reagen yang digunakan antara lain
akuades untuk larutan blanko, mineral stabilizer, polyvinyl alkohol, dan Nessler
reagen. Pengukuran sulfid total menggunakan spectrometer HACH DR 2800,
dengan metode methylene blue (uji total Sulfida, H2S, HS- dan metal sulfid
tertentu). Reagen yang digunakan antara lain akuades untuk larutan blanko,
sulfid 1 reagen dan sulfid 2 reagen. Pengukuran DO dengan titrasi menggunakan
pereaksi MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3 (Na-tiosulfat) dan amilum,
sedangkan untuk uji kandungan CO2 menggunakan indikator fenolftalein dan
titrasi NaCO3 (natrium karbonat).
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Fisika Kimia Air
Parameter kualitas air yang diamati selama masa pemeliharaan antara lain
pH, H2S, suhu dan amonia. Pengambilan sampel air untuk mengamati keempat
parameter kualitas air tersebut dilakukan setiap dua hari sekali. Untuk parameter
kandungan oksigen terlarut (DO) dan karbondioksida diamati setiap empat jam
sekali selama dua hari.
Tabel 5. Kualitas air sebelum dan sesudah melewati talang filter akuarium pemeliharaan arwana Sceleropages formosus dengan perlakuan penambahan zeolit 0.6, 1.2 dan 1.8 kg
sebelum sesudah
Perlakuan ulangan suhu pH NH3 suhu pH NH3
0.6
1 28.0 7.17 0.0321 28.0 7.16 0.0307
2 28.0 7.14 0.0234 28.0 7.14 0.0227
3 27.5 7.23 0.0351 27.5 7.19 0.0282
1.2
1 28.0 7.08 0.0170 28.0 7.09 0.0111
2 28.0 7.11 0.0123 28.0 7.12 0.0108
3 29.0 7.19 0.0197 29.0 7.15 0.0140
1.8
1 28.5 7.03 0.0057 28.5 7.03 0.0033
2 28.0 7.10 0.0137 28.0 7.08 0.0041
3 28.0 7.05 0.0109 28.0 7.04 0.0053
25
0.0000
0.0050
0.0100
0.0150
0.0200
0.0250
0.0300
0.0350
0 1 2 3 4
minggu ke-
am
onia
k (m
g/l)
0.6 kg zeolit
1.2 kg zeolit
1.8 kg zeolit
Gambar 7. Fluktuasi nilai amoniak tiap minggu selama 28 hari masa
pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
Dari histogram terlihat bahwa nilai amoniak tertinggi terjadi pada perlakuan
0.6 kg zeolit di minggu pertama pemeliharaan dengan nilai sebesar 0.0321 mg/l.
Kisaran nilai amoniak selama masa pemeliharaan adalah antara 0-0.0321 mg/l.
Konsentrasi amoniak di perairan cenderung mengalami penurunan dengan
adanya penambahan zeolit filter.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0 1 2 3 4
minggu ke-
TA
N (
mg
/l)
0.6 kg zeolit
1.2 kg zeolit
1.8 kg zeolit
Gambar 8. Fluktuasi nilai TAN tiap minggu selama 28 hari masa
pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
Dari histogram terlihat nilai TAN tertinggi terjadi pada perlakuan 0.6 kg
zeolit di minggu keempat pemeliharaan dengan nilai sebesar 3.08 mg/l. Kisaran
26
nilai amoniak selama masa pemeliharaan adalah antara 0.01-3.08 mg/l.
Konsentrasi TAN di perairan cenderung mengalami penurunan dengan adanya
penambahan zeolit filter.
0.0000
0.0010
0.0020
0.0030
0.0040
0.0050
0.0060
0.0070
0.0080
0 1 2 3 4
minggu ke-
hid
rogen s
ulfid
a (m
g/l)
0.6 kg zeolit
1.2 kg zeolit
1.8 kg zeolit
Gambar 9. Fluktuasi nilai hidrogen sulfida tiap minggu selama 28 hari masa
pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
Dari histogram di atas terlihat bahwa nilai hidrogen sulfida berkisar antara
0.0005-0.0070 mg/l. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan ke 1.2 kg zeolit di
minggu kedua pemeliharaan yaitu sebesar 0.0070 mg/l, dan nilai terendah
terdapat pada perlakuan 1.8 zeolit di minggu pertama pemeliharaan yaitu
sebesar 0.0005 mg/l.
27
5.80
6.00
6.20
6.40
6.60
6.80
7.00
7.20
7.40
7.60
0 1 2 3 4
minggu ke-
pH
0.6 kg zeolit
1.2 kg zeolit
1.8 kg zeolit
Gambar 10. Fluktuasi nilai pH tiap minggu selama 28 hari masa
pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus
Nilai pH selama masa pemeliharaan yang terlihat dari histogram di atas
berkisar antara 6.45-7.45. Nilai pH terendah terjadi pada perlakuan 1.8 kg zeolit
di minggu keempat pemeliharaan, dan nilai pH tertinggi juga terjadi pada
perlakuan 1.8 kg zeolit di minggu pertama pemeliharaan.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00
jam ke-
oksig
en terl
aru
t (m
g/l)
zeolit 0.6 kg
zeolit 1.2 kg
zeolit 1.8 kg
Gambar 11. Fluktuasi nilai DO di akhir masa pemeliharaan ikan arwana
Sceleropages formosus
Pengamatan setiap 4 jam sekali terhadap fluktuasi nilai DO di 48 jam akhir
masa pemeliharaan terlihat bahwa perlakuan 1.8 kg zeolit memiliki kisaran nilai
DO tertinggi yaitu antara 5.40-5.81 mg/l. Dari grafik terlihat bahwa dengan
adanya penambahan zeolit, nilai DO cenderung mengalami peningkatan.
28
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00 22:00 2:00 6:00 10:00 14:00 18:00
jam ke-
karb
ondio
ksid
a (m
g/l)
zeolit 0.6 kg
zeolit 1.2 kg
zeolit 1.8 kg
Gambar 12. Fluktuasi nilai karbondioksida di akhir masa pemeliharaan ikan
arwana Sceleropages formosus
Pengamatan setiap 4 jam sekali terhadap fluktuasi nilai CO2 di 48 jam akhir
masa pemeliharaan terlihat bahwa perlakuan 0.6 kg zeolit memiliki kisaran nilai
CO2 tertinggi yaitu antara 15.11-27.57 mg/l. Dari grafik terlihat bahwa dengan
adanya penambahan zeolit, nilai CO2 cenderung semakin rendah.
4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh data pertumbuhan
panjang mutlak berkisar antara 0.55 cm hingga 0.97 cm, sedangkan panjang
rata-rata akhir ikan berkisar antara 34.20 hingga 38.83 cm . Perbedaan jumlah
zeolit pada talang filter akuarium pemeliharaan ikan arwana ternyata tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana (p>0.05).
29
0.97
0.55
0.93
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0.6 1.2 1.8
jumlah zeolit (kilogram)
pert
um
buhan p
anja
ng m
utlak (cm
)
Gambar 13. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan arwana Scleropages
formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.
4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Hasil pengamatan laju pertumbuhan bobot harian selama masa
pemeliharaan berkisar antara 0.50% hingga 0.69%. Bobot akhir yang diperoleh
pada percobaan berkisar antara 396.67 hingga 620 gram. Perbedaan jumlah
zeolit pada talang filter akuarium ikan arwana ternyata tidak berpengaruh nyata
terhadap laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana (p>0.05).
0.69
0.50
0.61
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.6 1.2 1.8
jumlah zeolit (kilogram)
laju
pert
um
buhan b
obot harian (%
)
Gambar 14. Laju pertumbuhan bobot harian (%) ikan arwana Scleropages
formosus dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.
30
4.1.4 Kelangsungan Hidup
Berdasarkan jumlah individu yang hidup selama masa pemeliharaan,
kelangsungan hidup ikan arwana yang dipelihara dengan jumlah zeolit 0.6, 1.2
dan 1.8 kilogram memberikan nilai kelangsungan hidup yang sama yaitu sebesar
100%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah zeolit pada
talang filter akuarium tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05).
100 100 100
0
20
40
60
80
100
120
0.6 1.2 1.8
jumlah zeolit (kg)
SR
(%
)
Gambar 15. Kelangsungan hidup (%) ikan arwana Scleropages formosus
dipelihara dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.
4.1.5 Efisiensi Pakan
Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama masa
pemeliharaan, nilai efisiensi pakan yang didapat untuk setiap perlakuan berkisar
antara 23.64% hingga 24.10%. Ikan arwana yang dipelihara dengan jumlah zeolit
pada talang filter akuarium berbeda ternyata tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap efisiensi pakan ikan arwana (p>0.05)
31
24.1023.64 23.72
20.00
20.50
21.00
21.50
22.00
22.50
23.00
23.50
24.00
24.50
0.6 1.2 1.8
jumlah zeolit (kilogram)
efisie
nsi pakan (%
)
Gambar 16. Efisiensi pakan (%) ikan arwana Scleropages formosus dipelihara
dengan jumlah zeolit filter 0.6, 1.2 dan 1.8 kg selama 28 hari.
4.2 Pembahasan
Dalam akuakultur (budidaya perairan), tiga komponen utama yang terlibat
di dalamnya adalah biota yang dipelihara (ikan), lingkungan (media
pemeliharaan) dan pakan. Lingkungan akan memberikan pengaruh langsung
terhadap kelangsungan hidup ikan. Oleh karena itu, air sebagai media hidup ikan
harus terjaga kualitasnya. Kualitas air yang baik merupakan syarat utama untuk
kelangsungan hidup ikan. Kualitas air akan mempengaruhi secara langsung
terhadap fungsi fisiologis yang ada di dalam tubuh ikan. Ikan mempunyai
kemampuan osmoregulasi untuk mempertahankan keseimbangan fungsi
fisiologis tubuhnya. Ikan akan dapat bertahan hidup apabila kualitas air
pemeliharaan berada pada kondisi optimal dan akan dapat mengakibatkan
kematian apabila kualitas air berada pada kondisi buruk karena dapat
menggangu proses fisiologis seperti metabolisme, pernafasan dan pencernaan.
Selain berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup ikan, secara tidak
langsung kualitas air juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan.
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang dalam
suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1997). Apabila kualitas air berada
pada kondisi optimal untuk hidup ikan dan fungsi fisiologis berjalan dengan baik,
maka energi yang diperoleh dari pakan akan dapat digunakan untuk
pertumbuhan. Jika kualitas air buruk, energi dari pakan yang diperoleh akan
banyak digunakan untuk proses osmoregulas sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan terhambat. Oleh karena itu, seringkali ditemukan pada kondisi
32
perairan yang buruk ikan dapat hidup namun pertumbuhan sangat lambat atau
bahkan tidak mengalami pertumbuhan.
Hasil uji kualitas air pada penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak
zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga cenderung lebih baik.
Untuk parameter amoniak terlihat pada gambar 7 bahwa zeolit sebanyak 1.8 kg
memberikan nilai amoniak terendah dibandingkan dua perlakuan yang lain.
Kandungan amoniak media pemeliharaan ikan arwana cenderung menurun
dengan bertambahnya umur pemeliharaan (Gambar 7). Kandungan amoniak
mencapai level tertinggi untuk keseluruhan perlakuan pada minggu pertama
penelitian dengan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 0.6 kg zeolit yaitu
sebesar 0.0321 mg/l. Pada minggu ketiga dan keempat pemeliharaan nilai
amoniak menurun hingga 0 mg/l (Gambar 7). Hal ini dipengaruhi oleh nilai pH
yang juga mengalami penurunan sejak minggu kedua. Pada pH < 7, gas
amoniak tereduksi menjadi ion amonium, sehingga nilai yang terhitung hanya
dalam nilai TAN. Pada gambar 8 terlihat nilai TAN mengalami kenaikan pada
minggu ketiga dan keempat masa pemeliharaan. Nilai amoniak berbanding lurus
dengan nilai pH. Semakin tinggi nilai pH, maka amonium yang terbentuk di
perairan terdapat dalam bentukan amonium tak terionisasi atau amoniak (Boyd,
1990). Pada gambar 7 dan 8 terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah zeolit
maka terjadi peningkatan penyerapan amoniak dan TAN. Nilai amoniak dan TAN
cenderung mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Las (2008),
zeolit sebagai filter kimia dapat digunakan dalam proses penyerapan gas seperti
gas rumah kaca (NH3, CO2, H2S, SO2, SO3 dan NOx), gas organik CS2, CH4,
CH3CN, CH3OH, termasuk pirogas dan fraksi etana/etilen, pemurnian udara
bersih mengandung O2, penyerapan gas N2 dari udara sehingga meningkatkan
kemurnian O2 di udara. Penggunaan zeolit sebagai penyerap amoniak memang
sangat efektif, sebab zeolit dalam bekerja tidak bergantung pada suhu, pH dan
tidak terpengaruh oleh desinfektan dan zat kemoterapik
Pada gambar 9 terlihat bahwa dengan bertambahnya masa pemeliharaan,
nilai H2S cenderung mengalami peningkatan. Kemungkinan hal ini disebabkan
oleh peningkatan limbah organik dari buangan metabolit dan sisa pakan yang
terakumulasi di perairan dan nilai pH yang mengalami penurunan. Nilai pH
berbanding terbalik terhadap kandungan hidrogen sulfida (H2S) dalam air. Pada
pH < 8 kesetimbangan bergeser pada pembentukan H2S yang tak terionisasi.
Pada pH 5, sekitar 99% sulfur terdapat dalam bentuk H2S. Pada kondisi ini,
33
tekanan parsial H2S dapat menimbulkan permasalahan bau yang cukup serius,
bersifat mudah larut, toksik, dan menimbulkan bau seperti telur busuk. Oleh
karena itu, toksisitas H2S meningkat dengan penurunan nilai pH (Effendi, 2003).
Penambahan jumlah zeolit berpengaruh terhadap penyerapan H2S. Hasil
pengukuran terhadap nilai H2S menunjukkan bahwa zeolit sebanyak 1.8 kg
cenderung memiliki nilai paling rendah dibandingkan dua perlakuan yang lain
(Gambar 9). Dalam hal fauna laut, zeolit berperan sebagai pengontol pH air dan
penyerap NH3NO3- dan H2S, filter air masuk ke tambak, pengontrol kandungan
alkali, oksigen dan perbaikan lahan dasar tambak melalui penyerapan logam
berat Pb, Fe, Hg, Sn, Bi dan As (Las, 2008). Pengamatan terhadap fluktuasi nilai
karbondioksida setiap 4 jam sekali selama 48 jam pengamatan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan penyerapan karbondioksida dengan penambahan
jumlah zeolit. Semakin tinggi jumlah zeolit yang digunakan, nilai karbondioksida
cenderung semakin rendah (Gambar 12). Pada gambar 11 terlihat bahwa nilai
kandungan oksigen terlarut tidak terlalu berfluktuasi, namun penambahan zeolit
cenderung meningkatkan kandungan oksigen terlarut. Nilai DO yang tidak terlalu
berfluktuasi ini kemungkinan disebabkan karena pemberian aerasi yang kuat
dan kontinyu pada akuarium pemeliharaan sehingga nilai DO relatif stabil. Nilai
parameter kualitas air sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi
ikan. Semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka kemungkinan kualitas air
akan semakin memburuk karena disebabkan sisa pakan dan buangan metabolit
ikan.
Tabel 6. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus yang dihabiskan tiap minggu selama masa pemeliharaan
Perlakuan
minggu ke-
1 2 3 4 total
0.6 381.02 756.30 1068.26 938.96 3144.54
1.2 289.77 711.09 1072.18 502.32 2575.36
1.8 332.63 936.78 1290.23 704.05 3263.69
Dari pengamatan efisiensi biologis selama masa pemeliharaan, perbedaan
jumlah zeolit yaitu sebesar 0.6, 1.2 dan 1.8 kg pada filter akuarium ternyata tidak
memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap pertumbuhan panjang
mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, efisiensi pakan dan kelangsungan hidup
ikan arwana. Pada penelitian ini kualitas air berada dalam kisaran yang masih
dapat ditoleransi oleh ikan arwana baik untuk hidup maupun untuk tumbuh,
34
begitu juga dengan jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan
arwana (at satiation), sementara buangan metabolit diantisipasi dengan
penggunaan sistem resirkulasi. Kisaran kualitas air dari beberapa parameter
yang diamati ternyata masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh ikan
arwana. Suhu selama pemeliharaan berkisar antara 26-31oC (Lampiran 15).
Kisaran suhu ini masih berada dalam batas optimum untuk hidup ikan arwana.
Untuk nilai pH berkisar antara 5.06-7.89 (Lampiran 15). Ikan arwana dapat
bertahan hidup pada pH yang cenderung asam. Kisaran nilai pH yang baik untuk
hidup ikan arwana adalah 4.5-7.5. Kisaran amoniak dan hidrogen sulfida yang
diperoleh selama penelitian adalah 0-0.0721 mg/l dan 0-0.0156 mg/l (Lampiran
15). Kisaran kandungan amoniak dan hidrogen sulfida ini juga masih berada di
bawah kondisi yang berbahaya untuk hidup ikan, yaitu amoniak < 0.2 mg /l dan
hidrogen sulfida 0.02 mg/l. Kisaran nilai kandungan oksigen terlarut (DO) adalah
4.76-6.28 mg/L (Lampiran 15). Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium ikan
arwana dan pada ruang tertutup serta pemberian aerasi yang kontinu, nilai DO
tidak terlalu fluktuatif dan masih berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh
ikan.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini diiketahui bahwa penambahan zeolit pada filter air
pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dalam akuarium dapat
meningkatkan penyerapan amoniak, hidrogen sulfida dan karbondioksida.
Semakin banyak zeolit yang digunakan, kualitas air pemeliharaan juga
cenderung lebih baik. Hasil terbaik terdapat pada perlakuan zeolit 1.8 kg. Nilai
amoniak tiap perlakuan di minggu terakhir pemeliharaan adalah 0.6 kg zeolit =
0.0 mg/l, 1.2 kg zeolit = 0.0 mg/l dan 1.8 kg zeolit = 0.0 mg/l. Untuk nilai TAN
pada perlakuan 0.6 kg zeolit = 3.08 mg/l, 1.2 kg zeolit = 2.07 mg/l, 1.8 kg zeolit =
2.50 mg/l, dan nilai hidrogen sulfida tiap perlakuan di minggu terakhir masa
pemeliharaan adalah 0.6 kg zeolit = 0.0044 mg/l, 1.2 kg zeolit = 0.0046 mg/l,
1.8 kg zeolit = 0.0036 mg/l. Penambahan zeolit dapat meningkatkan kandungan
oksigen terlarut media pemeliharaan dan nafsu makan ikan arwana, kecuali
pertumbuhan panjang dan bobot, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan ikan
arwana tidak terpengaruh oleh penambahan zeolit pada filter air.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan zeolit sebanyak 1.8
kg pada talang filter akuarium pemeliharaan arwana. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk meningkatkan tingkat kepadatan ikan yang dipelihara,
perbandingan zeolit yang lebih besar dan dilakukan pengamatan untuk
parameter warna ikan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alderton, D. 2008. Aquarium and Pond Fish. DK Publishing. United States.
Axelrod, et al. 1983. Exotic Tropical Fishes. T.F.H. Publications, Inc. United States.
Anonim. 2002. Filter. O-FISH. Http://www.o-fish.com/Filter.htm. [01/06/2008]
Anonim. 2006. Arowana Sceleropages formosus. Http://www.aquaticcommunity.com. [23/02/2008]
Anonim. 2006. Budidaya Ikan Arwana Sceleropages sp. Http://www.dkp.co.id. [14/12/2007]
Anonim. 2007. Ikan Arwana Sceleropages formosus. Http://www.arthazone.com. [22/12/2008]
Anwar, R. 1989. Pengaruh Zeolit pada Pengangkutan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). Karya Ilmiah. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Ardyanti, Yuanita. 2007. Pemanfaatan Zeolit dan karbon Aktif pada Sistem Pengepakan Tertutup Ikan Corydoras, Corydoras aenus dengan Kepadatan Tinggi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Boyd, C.E. 1990. Water Quality Management in Ponds for Aquaculture. Birmingharm Publishing Co., Alabama.
Ermansyah L, Ikbal, Zaelani DA, Kumaidi A. 2007. Standard Operational Procedure (SOP) Arowana Sceleropages formosus Bagian Operasional Tambak dan Warehouse. PT. Inti Kapuas International, Tbk. Pontianak.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Las, T. 2008. Potensi Zeolit untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. Abstrak. Institut Teknologi Indonesia. Serpong.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Jakarta.
Schuster, W.H. 1952. Local Common Names of Indonesian Fishes. W. Van Hoeve. Bandung.
37
Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture : Water Management in Closed System, Wiley Intersci, Pub. New York.
Stickney, RR. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons Inc. A wiley-interscience Publication. NY. USA.
Supendi, A. 2006. Pemanfaatan Zeolit dan Karbon Aktif pada Sistem Pengepakan Tertutup Ikan Corydoras Corydoras aenus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Susanto, H. 2003. Arwana. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syauqi, A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86 dan 129 ekor/liter. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Zonneveld, N., E.A. Huisnan & J.H.Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.
38
Lampiran 1. Peta Pontianak, Kalimantan Barat
Keterangan gambar : Lokasi tambak PT. Inti Kapuas International yang berada disekitar Sungai Kapuas dan Sungai landak
Sungai Kapuas
Sungai Landak
39
Lampiran 2. Nilai amoniak dan pH pada media pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan kepadatan berbeda
Jumlah ikan Tanggal waktu Suhu
pH meter
TAN amoniak
(ekor) (WIB) (oC) (mg/l) (mg/l)
11 01 Mei 2008 21:06 28 7.02 10 0.07
02 Mei 2007 7:15 28 7.39 5 0.08
7:15 27 6.96 5 0.00
03 Mei 2007 7:32 26 7.18 10 0.10
19:57 27 7.25 10 0.13
05 Mei 2007 8:23 27 6.87 10 0.00
20:20 27 7.25 10 0.13
12 01 Mei 2008 20:26 29 7.45 10 0.24
02 Mei 2007 7:30 29 7.16 5 0.07
19:24 28 6.95 10 0.00
03 Mei 2007 7:43 28 7.17 10 0.11
20:06 28 7.21 10 0.11
05 Mei 2007 8:29 29 7.29 10 0.15
20:26 29 7.37 10 0.19
9 01 Mei 2008 20.1 29 7.02 5 0.04
02 Mei 2007 7:45 28 7.09 10 0.07
19:40 28 7.04 10 0.07
03 Mei 2007 7:55 27 7.17 10 0.10
20:20 28 7.26 10 0.14
05 Mei 2007 8:43 28 7.08 10 0.07
2:38 28 7.02 10 0.07
6 01 Mei 2008 21:08 28 7.04 5 0.04
02 Mei 2007 8:05 27 6.88 5 0.00
19:55 27 7.26 5 0.07
03 Mei 2007 8:05 26 7.38 5 0.08
20:30 27 7.13 10 0.08
05 Mei 2007 8:59 27 7.28 10 0.13
20:41 28 7.12 10 0.09
40
Lampiran 3. Panjang awal dan akhir ikan arwana selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan perbedaan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
Panjang awal Rata-rata
Panjang akhir Rata-rata Perlakuan 1
ulangan 1 31 31 36.5 32.83 32.1 32 38.5 34.2
ulangan 2 35.5 35.5 38.5 36.5 36.5 36 39.1 37.2
ulangan 3 38.7 36.2 39.4 38.1 37.4 40 39.1 38.83
Perlakuan 2
ulangan 1 35.5 35.5 36.5 35.83 37.3 37 35.8 36.7
ulangan 2 35.9 35.3 38.8 36.67 36.3 39.2 36.7 37.4
ulangan 3 35.7 37.9 37.6 37.07 36.5 38.3 38.5 37.77
Perlakuan 3
ulangan 1 37.2 36.4 39.9 37.83 37.5 40.2 36.8 38.17
ulangan 2 37.5 35 36 36.17 36.3 37.8 36.2 36.77
ulangan 3 38.4 33.4 38.3 36.7 34.6 39 38.7 37.43
Lampiran 4. Pertumbuhan panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
Pertumbuhan Mutlak
ulangan 0.6 1.2 1.8
1 1.37 1.47 0.33
2 0.7 0.73 0.6
3 0.73 0.7 0.73
rata-rata 0.93 0.97 0.55
Lampiran 5. Sidik ragam panjang mutlak ikan arwana Sceleropages formosus setelah 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
SK JK dB KTS Fhit P F tabel
Perlakuan 0.314595 2 0.157298 1.276139 0.345309 5.143253 Sisa 0.739563 6 0.12326
Total 1.054158 8
Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang mutlak
41
Lampiran 6. Bobot awal dan akhir ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
Bobot awal rata-rata
Bobot akhir rata-rata Perlakuan 1
ulangan 1 270 255 390 305 330 330 530 396.67
ulangan 2 420 445 645 503.33 500 490 830 606.67
ulangan 3 600 410 575 528.33 570 680 550 600
Perlakuan 2
ulangan 1 390 480 500 456.67 650 600 490 580
ulangan 2 445 490 610 515 575 475 625 558.33
ulangan 3 490 590 545 541.67 550 650 600 600
Perlakuan 3
ulangan 1 495 460 620 525 525 575 760 620
ulangan 2 470 420 450 446.67 550 500 530 526.67
ulangan 3 525 370 545 480 480 670 580 576.67
Lampiran 7. Nilai laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
Perlakuan Ulangan sgr
1 1 0.9429
2 0.6691
3 0.4553
2 1 0.8575
2 0.2889
3 0.3659
3 1 0.5958
2 0.5901
3 0.6574
Lampiran 8. Laju pertumbuhan bobot harian rata-rata ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
SGR
ulangan 0.6 1.2 1.8
1 0.9429 0.8575 0.5958
2 0.6691 0.2889 0.5901
3 0.4553 0.3659 0.6574
rata-rata 0.6891 0.5041 0.6144
42
Lampiran 9. Sidik ragam laju pertumbuhan bobot harian ikan arwana
Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
SK JK dB KTS Fhit P F tabel
Perlakuan 0.051969 2 0.025985 0.498855 0.630356 5.143253 Sisa 0.312529 6 0.052088
Total 0.364498 8
Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian
Lampiran 10. Survival rate (kelangsungan hidup) ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
ulangan
Perlakuan
0,6 1,2 1,8
1 100 100 100
2 100 100 100
3 100 100 100
rata-rata 100 100 100
Lampiran 11. Kenaikan bobot ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
ulangan
Perlakuan
0.6 1.2 1.8
1 275 370 285
2 310 130 240
3 215 175 290
Lampiran 12. Jumlah pakan total ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
ulangan
Perlakuan
0.6 1.2 1.8
1 953.711 1022.73 1075.4
2 1195.22 816.365 1114.49
3 1226.58 930.208 1254.42
43
Lampiran 13. Efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
ulangan
Perlakuan
0.6 1.2 1.8
`1 28.83 36.18 26.5
2 25.94 15.92 21.53
3 17.53 18.81 23.12
rata-rata 24.1 23.64 23.72
Lampiran 14. Sidik ragam efisiensi pakan ikan arwana Sceleropages formosus selama 28 hari masa pemeliharaan dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
SK JK dB KTS Fhit P F tabel
Perlakuan 0.36519 2 0.182595 0.003404 0.996604 5.143253 Sisa 321.878 6 53.64634
Total 322.2432 8
Nilai F hitung < F tabel, P > 0,05 Perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pakan
Lampiran 15. Kisaran kualitas air selama 28 masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
Parameter Perlakuan Minggu ke-
0 1 2 3 4
Suhu
0,6 kg 27.0-29.0 27.0-31.0 27.0-31.5 26.8-32.8 27.0-31.0
1,2 kg 26.5-29.0 27.0-30.0 26.0-30.2 26.8-31.0 27.0-30.0
1,8 kg 26.0-28.0 26.5-30.0 26.5-30.2 26.5-30.2 26.5-30.0
pH
0,6 kg 6.92-7.19 5.85-7.92 5.66-7.63 5.51-7.29 5.34-7.13
1,2 kg 6.97-7.35 6.66-7.80 5.42-7.34 5.56-7.24 5.06-7.17
1,8 kg 7.05-7.26 5.80-7.89 5.56-7.58 5.82-7.16 5.28-7.13
H2S
0,6 kg 0.0004-0.0020
0.0000-0.0023
0.0000-0.0156
0.0000-0.0102
0.0000-0.0091
1,2 kg 0.0005-0.0010
0.0000-0.0022
0.0000-0.0118
0.0006-0.0103
0.0000-0.0102
1,8 kg 0.0013-0.0018
0.0000-0.0014
0.0000-0.0094
0.0000-0.0073
0.0000-0.0092
Amonia
0,6 kg 0-0.0008 0.0005-0.0660
0.0008-0.085 0 0
1,2 kg 0-0.0001 0-0.0428 0-0.0023 0 0
1,8 kg 0-0.0002 0-0.0721 0-0.0054 0 0
44
Lampiran 16. Fluktuasi kandungan oksigen terlarut pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
jam
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
18:00 5.44 5.48 5.56 5.60 5.40 5.56 5.48 5.64 5.40
22:00 5.16 5.24 5.20 5.20 5.00 5.24 5.60 5.88 5.24
2:00 5.20 5.16 4.76 5.28 5.20 5.48 5.40 5.60 5.28
6:00 5.56 5.56 4.80 5.92 5.36 6.00 5.88 6.04 5.48
10:00 5.44 5.76 4.76 5.36 5.60 5.80 5.64 5.64 5.28
14:00 5.44 5.16 5.00 5.64 5.20 5.56 5.60 6.28 5.56
18:00 5.48 5.48 5.56 5.60 5.40 5.24 5.40 5.60 5.40
22:00 5.20 5.16 5.20 5.20 5.32 5.00 5.44 5.80 5.28
2:00 4.84 5.08 5.16 5.08 5.20 5.20 5.40 5.60 5.20
6:00 5.56 5.56 5.20 4.76 5.20 5.56 5.44 5.88 5.56
10:00 5.20 5.48 5.40 5.32 5.00 5.80 5.36 5.60 5.28
14:00 5.16 5.08 5.20 5.60 5.20 5.48 5.40 6.28 5.48
18:00 5.20 5.16 5.40 5.36 5.40 5.56 5.64 5.80 5.56
Lampiran 17. Fluktuasi kandungan karbondioksida pada akhir masa pemeliharaan ikan arwana Sceleropages formosus yang diamati setiap 4 jam sekali (hari ke 26-28) dengan 3 perlakuan penambahan jumlah zeolit (0,6 kg, 1,2 kg dan 1,8 kg)
jam
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
1 2 3 1 2 3 1 2 3
18:00 17.16 15.40 13.20 16.28 14.52 13.20 15.40 13.20 12.32
22:00 18.48 17.16 17.60 17.16 17.60 16.28 12.32 11.00 16.28
2:00 17.60 22.44 28.16 18.48 18.04 19.80 13.20 14.08 15.40
6:00 27.72 20.68 18.04 19.36 14.52 21.12 17.16 8.36 17.16
10:00 33.00 23.76 25.96 22.44 14.96 22.00 20.68 11.88 21.12
14:00 18.48 22.00 20.68 14.08 16.28 17.16 11.00 8.80 17.60
18:00 16.28 16.28 12.76 12.32 9.24 13.20 10.12 12.76 10.56
22:00 19.80 18.04 17.16 17.16 15.40 17.16 12.32 13.20 12.76
2:00 28.16 21.12 21.56 19.80 17.16 17.60 13.64 12.32 13.20
6:00 22.44 19.36 22.00 26.40 14.52 18.48 13.20 13.64 14.08
10:00 25.96 19.36 21.56 22.00 18.48 33.88 22.88 14.08 18.92
14:00 22.00 21.56 18.92 20.68 17.60 27.72 12.32 11.00 14.52
18:00 24.20 22.44 19.80 18.04 20.68 22.44 13.20 12.76 11.00
45
Lampiran 18. Jumlah pakan total yang dihabiskan ikan arwana Sceleropages formosus setiap minggu selama masa pemeliharaan
Perlakuan
minggu ke-
1 2 3 4 total
0.6 381.02 756.30 1068.26 938.96 3144.54
1.2 289.77 711.09 1072.18 502.32 2575.36
1.8 332.63 936.78 1290.23 704.05 3263.69