ktik riset
-
Upload
muzefunkyou -
Category
Documents
-
view
217 -
download
3
description
Transcript of ktik riset
1. Pengertian Tuberkulosis pada anak
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberkulosis primer biasanya dimulai secara
perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-
tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin
dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia
dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis ( jarang oleh Mycobacterium
avium ). Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam
keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 600 selama 15-20 menit.
Fraksi basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab untuk terjadinya
fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkul. Basil tuberkulosis tidak
membentuk toksin.
Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagaian besar fokus
primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral
jika meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikobakterium
lain yakni Mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai
tuberkulosis.
2. Patogenesis dan Patologi
Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta
daya tahan tubuh manusia. Sebagian besar ( 95 %) infeksi primer terjadi di dalam
paru.hal ini disebakan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga
karena jaringan paru mudah terkena infeksi tuberkulosis. Basil tuberkulosis masuk ke
dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas, disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan
menyebar dengan cepat malalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang
kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.
Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar
membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu ( 6-8 minggu )
pascainfeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer maka terjadilah
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dengan uji
tuberkulin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentknya kompleks primer
disebut masa inkubasi.
Pada anak, lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura.
Lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas.Pada
orang dewasa lapangan atas paru merupakan prediksi. Pembesaran kelenjar regional
lebih banyak terdapat pada anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak
penyembuhan terutama kearah klasifikasi sedangkan pada dewasa kearah fibrosis.
Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, akan tetapi sebagian menyebar lebih
lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Juga dapat meluas kedalam jaringan paru
sendiri. Basil tuberkulosis dapat langsung masuk kedalam aliran darah atau melalui
kelenjar getah bening. Di dalam aliran darah basil tuberkulosis dapat mati, tetapi
dapat pula berkembang terus ; hal ini bergantung kepada keaaan pasien serta virulensi
kuman. Melalui aliran darah basil dapat mencapi alat tubuh lain seperti paru, selaput
otak, tulang, hati, ginjal dan lain-lainnya. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis
dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat juga tenang dahulu kemudian
setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau tidak pernah menimbulkan
penyakit sama sekali.
Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer trejadi dalam 12 bulan setelah
terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan menngitis biasanya terjadi
dalam 4 bulan, jarang terjadi sebelum 3-4 minggu setelah terbentuknya kompleks
primer. Efusi pleura dapat terjadi dal 6-12 bulan setelah kompleks primer. Komplikasi
pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan ( superfisial ) dapat terjadi akibat
penyebaran hematogen dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer. Tetapi
dapat juga terjadi setelah 6-18 bulan. Komplikasi pada traktus urogenetalis dapat
terjadi setelah bertahun-tahun
Menurut Wallgreen, komplikasi berupa penyebaran milier dan meningitis
tuberkulosis dapat terjadi dalm 3 bulan ; pleuritis dan bronkogen dalam 6 bulan, dan
tuberkulosis tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi dapat menyebabkan
atelektasis karena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen
atau lobus; seering pada lobus paru kanan. Selain akibat tekanan kelenjar getah bening
yang menyebar ateletaksis dapat juga terjadi karena kontriksi bronkus pada
tuberkulosis dinding bronkus; tuberkuloma dalam lapisan otot bronkus atau sumbatan
oleh gumpalan kiju didalam lumen bronkus. Pembesaran kelenjar getah bening selain
menyebabkan atelektasis karena penekanan, dapat juga membungkus bronkus
kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya
sembuh sebagai proses resolusi, fibrosis dan atau klasifikasi.
Tiga macam penyebaran patogen pada tuberkulosis anak
1. Penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau tanpa
gejala klinis.
2. Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan
menimbulkan gejala akut; kadang-kadang kronis.
3. Penyebaran hemataogen berulang-ulang.
Penyebaran bronkogen. Terjadinya kompleks primer bila hasil tuberkulosis pada afek
primer melalui perjalanan limfe bersarang dikelenjar getah bening regional. Dari sisni
basil tuberkulosis mencapai kelenjar getah bening endotorakal, yang kemudian membesar
dan dapaat terjadi perkijuan. Kelenjar-kelenjar yang membesar tersebut akan membuat
perlekatan pada dinding bronkus kemudian lambat laun merusak dindingnya dan
menembus kedalam liang bronkus. Menurut Time Table Wallgreen , perforasi bronkus
biasanya terajdi 6 bulan pertama setelah kompleks primer terbentuk. Didiga peneybaran
bronkogen prognosisnya buruk. Menurut kepustakaan pada permulaan abad XX dari 144
kasus hanya 9 yang hidup. Untuk menentukan kelainan tersebut dapat dilihat dari foto
rontgen. Kemudian hanya dapat dijumpai adalah :
1. Bila lubang forasi kecil, dan masa kiju yang masuk kedalam liang bronkus mengalir
sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan, maka masa kiju dapat dikeluarkan dengan
batuk tanpa didapat gejala klinis.
2. Kelenjar getah bening yang membesar, menekan bronkus sehingga lumen bronkus
menyempit. Bila porforasi terjadi dengan lubang besar maka masa kiju dengan jumlah
besar akan masuk kedalam liang bronkus yang sudah menyempit dan dapat
mengakibatkan penutupan total liang bronkus tersebut sehingga terjadi atelektasis.
3. Bila kiju tidak mengakibatkan sumbatan total pada liang bronkus dapat tejadi
bronkostenosis. Udara pernapasan tidak dapat dikeluarkan pada waktu ekspirasi
sehingga lambat laun akan terjadi ventilstenosis yang akan mengakibatkan pelebaran
alveolus sampai akhirnya alveolus akan pecah.
4. Bila masa kiju diaspirasi retrograd, terjadi sarang-sarang bronkopneumonia yang baru
disamping atelektasis. Bila masa kiju mengandung banyak basil, akan terjadi sarang-
sarang infiltrat besar dan menyebar kebagian paru lain.
Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa penyebaran bronkogen dapat
mengakibatkan sarang-sarang bronkopneumonia dan atelektasis kecil yang tidak
menimbulkan gejala pada perkusi dan auskultasi demikian pula gejala klinis seperti
batuk dan sesak napas. Bila sarang-sarang lebih besar maka anak akan tampak lebih
sakit sesak napas,kadang-kadang terdapat batuk ringan ; diagnosis hanya dapat dibuat
dengan foto rontgen yang menunjukkan adanya sarang-saarang infiltrat tersebar
diseluruh paru kanan dan kiri, infiltratnya kasar, dan penyebaran tidak teratur
( berbeda dengan tuberkulosis / miliaris).
Perforasi bronkus ini sekarang dapat dilihat jelas dengan bronkoskopis ( dahulu
hanya dapat diketahui setelah dilakukan otopsi). Menurut kepustakaan bahwa batuk
pada perforasi bronkus mempunyai sifat lain ialah sebagi batuk rangsang sehingga
batuknya terus menerus. Kadang batuknya bitonal terdengar sebagi dua suara batuk.
Ini terutama didapat bila sebelum perforasi, kelenjar menekan bronkus sehingga
didapat stenosis bronkus lebih dahulu. Kadag-kadang batuknya seperti batuk rejan.
Bila pada perforasi kiju dalam jumlah besar menyumbat bronkus maka akan didapat
gejala penyumbatan bronkus total sehingga anak menderita kehilangan oksigen akut,
dan berusaha mandapatkan sebanyak mungkin udara dan terdengar hamir seperti
serangan asma dengan espirium berbunyi. Demam tubuh dikatakan bersifat 3 macam
ialah dapat suhu tinggi sebelum perforasi dan tetap setinggi setelah atau dapat suhu
badan normal tetapi setelah perforasi naik. Kebanyakan perforasi berlangsung tanpa
gejala. Dibagian IKA RSCM Jakarta tidak didapatkan gejala yang mencolok, kadang
anak hanya kelihatan sakit berat dan paru pada foto rontgen ditemukan sarang
penyebaran bronkogen.
3. Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, beberapa lama telah
menderta infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi kelurga,
diagnosis dini, pengobatan edekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis,
diare yang berulang-ulang dan lain sebagainya.
4. Pencegahan
Vaksinasi BCG. Pemberian BCG meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6- 8 minggu setelah pemberian
BCG,tetapi imunisasi yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi
superinfeksi meskipun biasanya tida progresif dan menimbulkan komplikasi yang
berat. BCG diberikan pada anak dengan uji tuberkulin ulang dan bila masih negatif
dianjurkan untuk mengulangi BCG. Pemberian BCG sekarang tanpa dilakukan uji
tuberkulin dahulu ; cara ini menghemat biaya dan dapat mencakup lebih banyak anak.
Kemoprofilaksis. Sebagai kemoprofilaksis diberikan INH dengan dosis 10 mg /kg
BB/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang
berarti belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Kemoprofilaksis
sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit ;
misalnya pada anak berumur kurang dari 5 tahun dengan uji tuberkulin positif tanpa
kelaianan radiologis paru dan pada anak dengan konversi uji tuberkulin tanpa
kelainan radiologis paru. Juga diberikan pada anak dengan uji tuberkulin positif tanpa
ada kelainan radiologis paru atau yang telah sembuh dari tuberkulosis tetapi mendapat
pengobatan dengan kortikostreroid yang lama, menderita morbili atau pertusis,
mendapat vaksin virus misalnya vaksin morbili atau pada masa akil balik.
Kemoprofilaksis primer diberikan pula pada konversi uji tuberkulin dari negatif
menjadi positif dalam waktu 12 bulan tanpa kelainan klinis dan radiologis.
5. Gambaran klinis.
Sekarang digunakan klasifikasi yang membagi tuberkulosis menjadai 2
stadium :
1. Tuberkulosis primer, yang merupakan kompleks primer dan komplikasi.
2. Tuberkulosis pasca primer.
Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit
mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa
gejala atau keluhan, dan dengan uji tuberkulin secara rutin dapat ditemukan penyakit
tersebut. Gejala tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selam 1-2
minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinik tuberkulosis primer ialah
demam, batuk, anoreksia, dan BB menurun (atau sulit naik) kadang dijumpai demam
yang menyerupai tifus abdominalis sebagai penyebab demam. Gejala kadang seperti
bronkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka bronkopneumonia dan telah
mendapatkan pengobatan untuk bronkopneumonia tidak menunjukkan perbaikan
harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. Gambaran klinik lainnya sesuai dengan
organ tubuh yang terkena. Walaupun menurut gambaran klinik pada tuberkulosis pada
anak dapat dijumpai berbagai kelainan sesuai organ tubuh yang terkena, tetapi pada
umumnya jika menjumpai anak denagn demam naik turun dan lama, dengan atau
tanpa batuk pilek, anoreksia, BB sukar naik atau bahkan menurun maka perlu
dipikirkan kemungkinan anak menderita penyakit tuberkulosis. Pasien memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
6. Pemeriksaan diagnostik
Uji tuberkulin. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam
menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji tuberkulin penting pada anak kecil jika
diketahui adanya konversi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji
tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif meskipun tidak
menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, juga bila terdapat konversi uji tuberkulin.
Uji tuberkulin dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein karena adanya infeksi.
Ada beberapa cara untuk uji tuberkulin ini, yang dipakai luas adalah cara mantoux
dengan suntikan intakutan. Cara ini yang digunakan karena jumlah tuberkulin yang
dimasukkan dapat diketahui banyaknya.
Pembacaan tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang bisa dipai ialah old tuberculin
( OT ) dan Purifiet Protein Derivative Tuberculin ( PPD ). Pengenceran OT dan PPD
yang biasanya digunakan ialah : dosis baku tuberkulin uji mantoux ialah 0,1 ml PPD -
RT 23 -2 TU atau OT 1/2.000 yang disuntikkan intakutan. Hasil dianggap positif bila
terdapat indurasi dengan 5 mm ke atas. Bila 4 mm negatif ; 5-9 mm masih dianggap
meragukan, tetapi jika 10 mm ke atas jelas positif. Untuk memastikan bahwa betul
negatif bila dengan PPD atau OT seperti yang telah disebutkan tadi setelah diulang
dengan PPD – RT 100 TU atau 1/100 dan hasilnya tetap negatif. Ulangan dengan
PPD- RT 23 100 TU atau OT 1/100 dilakukan juga bila pada uji pertama negatif
sedangkan pasien nyata-nyata ada kontak dengan pasien tuberkulosis aktif, keadaan
umum jelek dan ada anergi.
Diindonesia uji tuberkulin dengan OT 1/100 atau PPD- R 23 100 TU
dikerjakan rutin bila dengan OT 1/2000 atau PPD – RT 2 TU atau PPD – S 5 TU
negatif. Uji tuberkulin dilakukan rutin dan jika negatif diulang lagi setelah 6-12 bulan
untuk menentukan tuberkulosis secara dini.
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat
mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian
dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000
menimbulkan indurasi >15 mm, harus dicurigai super infeksi tuberkulosis. Bila BCG
diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10 % yang mempunyai reaksi
dengan indurasi 5 mm atau lebih terdapat PPD-RT 23 2 TU/ PPD-S 5 TU dan tidak
ada bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.
Pemeriksaan radiologis.
Pada anak dengan uji tuberkulin postif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin
dilakukan foto rontgen paru, dan bila pada indikasi lain untuk pembuatan foto rontgen
misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Untuk diagnosis tidak cukup hanya
pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
Pemeriksaan bakteriologis. Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan
diagnosis tuberkulosis, tetapi walaupun tidak ditemukannya tidak berarti tidak
menderita tuberkuloisi. Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin,
tetapi hanya bila dianggap perlu misalnya pada kelenjar getah bening, hepar,dan
sebagainya.
Uji BCG. Di indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin.
Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu < 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis, BCG
akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar ; oleh karena itu , reaksi
BCG dapat dijadikan alat diagnostik. Pada anak yang menderita malnutrisi/ KKP
sering mengalami kesukaran untuk menentukan diagnosis tuberkulosis dengan uji
tuberkulin karena adanya rekasi alergi. Tetapi pada BCG tidak.
7. Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang diberikan sekarang ialah :
1. Rifampisin, dengan dosis 10- 15 mg atau Kg BB/hari, diberikan 1x sehari peroral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH ( isoniazid ) bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/ kg BB/hari per oral ,
lama pemberian sampai 18-24 bulan.
3. Sterptomisisn, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif
ekstraseluler, cara memberikannya intramuskuler dengan dosis 30-50 mg/kg BB/hari
maksimum 750 mg/hari, diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali
seminggu selama 1-3 buan lagi.
4. Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intaseluler ; dosis 30-35 mg/kg BB
/hari per oral , 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
5. Etambutol ( belum jelas apakah bakterisidal atatu bakteriostatik ). Dosis 20 mg/kg
BB/hari dalam keadaan lambung kosong , 1 kali sehari selaam 1 tahun.
6. PAS ( para-aminosalisilat ) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kg BB/hari,
secara oral 203 kali sehari. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya tinggi kurang
menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1 tahun. Sekarang pemberian obat
yang terbaik adalah kombinasi INH dan rifampisin atau etambutol dan INH
dengan/tanpa streptomisin tergantung derajat penyakit.
7. Kortikosteroid, diberian bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih
sensitif ; diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kg BB /hari. Bila
dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kg BB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai
antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa,
pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berta atau
keadaan umum yang buruk.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien dengan penyakit tuberkulosis tidak dirawat di rumah sakit oleh karena
jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat di rumah kecuali jika telah terjadi
komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, pleuritis dan
sebagainya. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur dan mematuhi
pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun ( dapat 1 -2 tahun
atau lebih bergantung dari keberhasilan pengobatannya). Masalah pasien tuberkulosis
yang perlu diperhatikan ialah keadaan pasien yang sangat lemah, bahaya terjadi
komplikasi, pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium, gangguan
psikososial/ rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua.
Keadaan umum pasien. Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tak bergairah. Keadaan
demikian karena disebabkan penyakit sebenarnya sudah lama menghinggapi pasien.
Nafsu makannya buruk, anak sering demam walaupun tidak terlalu tinggi ; demam
dapat lama atau naik turun seperti tifus. Pasien juga sering batuk- pilek atau batuk-
batuk telah lama tidak membaik walaupun sudah mendapatkan pengobatan, anak
makin kurus dan lemah. Untuk menyembuhkan pasien tuberkulosis hanya dengan
pengobatan spesifik yang benar dan edekuat.
Kepada orang tua pasien perli dijelaskan selain kepatuhan mengenai obat juga
perlu memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan makanan yang cukup
bergizi bila mungkin TKTP ; susu perlu diberikan lebih dari anak-anak yang sehat
untuk memenuhi kekurangan kalori akibat anoreksia dan mencukupi kebutuhan untuk
pertumbuhan. Keadaan anoreksia akan menghilang sejalan dengan pengobatan setelah
beberapa bulan. Karena itu selama masih anoreksia orang tua perlu memberikan
makanan sedikit-sedikit tetapi sering dan usahakan lauknya bervariasi. Vitamin boleh
diberikan untuk menambah nafsu makan atau memenuhi kebutuhan vitamin yang
kurang. Selain makanan, pasien harus cukup istirahat, dan usahakan jangan kontak
denagn anak yang sedang batuk-pilek karena akan menambah kelemahan tubuhnya
jika anak terkena.
Bahaya terjadi komplikasi. Penyakit tuberkulosis karena bersifat kronis dapat
menyebabkan daya tahan anak sangat menurun sehingga mudah mendapat infeksi
sekunder. Adanya penyebaran secra hematogen memungkinkan timbulnya komplikasi
walaupun waktunya tidak sama.
Penyuluhan yang penting kepada orang tua adalah tentang bahaya yang dapat terjadi
akibat penyakit tersebut jika tidak mendapatkan
Tuberkulosis milier akut
a. Tuberkulen-tuberkulin yang terjadi akibat penyebaran umum ini biasanya
mempunyai ukuran sama meskipun tidak selalu sebesar miliares ( kurang dari 2
mm ) sehingga disebut tuberkulosis milier
b. Komplikasi ini biasanya terjadi pada masa bayi dan anak kecil, terjadi dalam
waktu 6 bulan, terutama dalam 3 bulan setelah terbentuknya kompleks primer.
Dapat terjadi pembesaran hepar, limpa dan kelenjar getah bening superfisialis.
c. Uji tuberkulin biasanya positif, menurut lincoln hanya 10 % kasus tuberkulosis
milier uji tuberkulosis milier uji tuberkulin negatif. Pada foto rontgen paru tampak
gambaran milier. Biakan hasil tuberkulosis dari darah dan sumsum tulang
memastikan diagnosis tuberkulosis milier secara cepat. Pemeriksaan likuor
serebrospinalis perlu dilakukan meskipun belum ada gejala, agar dapat ditemukan
meningitis secara dini.
d. Perlu diingat bahwa penyakit milier terjadi ke seluruh tubuh dengan kemungkinan
basil tuberkulosis menetap di alat-alat tubuh tersebut dan suatu ketika fokus-fokus
tadi dapat aktif lagi. Oleh karenanya setelah selesai pengobatan masih harus
dilakukan pengawasan sampai bertahun-tahun.
Tuberkolosis milier kronik
a. Jarang terjadi pada anak, biasanya didahului oleh tuberkolosis milier akut.
Tuberkulosis milier kronik adalah jenis penyebaran hematogen berulang-
ulang. Penyebaran ini dapat menyebabkan gejala akut atau dapat juga
memperpanjang masa penyakitnya , karena adanya penyebaran hematogen
terus-menerus.
b. Gejala pertama penyebaran ialah demam tinggi yang berlangsung lama atau
dapat menjadi demam remiten, berat bedan turun dengan cepat, hepar dan
limpa membesar, kelenjar getah bening superfisialis juga dapat membesar dan
kadang mengganggu aliran limfe. Dapat terjadi pembengkakan persendian
yang dapat menghilang sendiri tanpa pengobatan. Gejala ini dapat disebabkan
toksik basil tuberkulosis yang beredar didalam aliran darah.
c. Prognosis biasanya buruk teruama bila tidak segera mendapat pengobatan.
Gambrn pngetahuan ortu