Kti wa ode isnawati (2)
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Education
-
view
31 -
download
2
Transcript of Kti wa ode isnawati (2)
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASARPADA BAYI 0-11 BULAN DI DESA WAARA KECAMATAN LOHIA
KABUPATEN MUNA PERIODE JUNI TAHUN 2016
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
Wa Ode IsnawatiPSW.1B.2013.0098
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Dasarpada Bayi 0-11 bulandi Desa WaaraKecamatan Lohia
Kabupaten Muna Periode JuniTahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli2016Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana Ita, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim PengujiKarya TulisIlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes (……………………………….)
2. Sartina, SST (……………………………….)
3. Rosdiana Ita, SST (……………………………….)
Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II
Sartina, SST Rosdiana Ita, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iv
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI :
Nama : Wa Ode Isnawati
NIM : PSW.B.2013.IB.0096
Tempat / Tanggal Lahir : Banggai, 05 Juli 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Waara, Kecamatan Lohia, Kab. Muna
II. PENDIDIKAN
A. SD : SD Negeri 4 Raha 1999 – 2005
B. SMP : SMP Negeri 4 Raha 2005– 2008
C. SMA : SMA Negeri 1 Lohia 2008– 2011
D. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya
tahun 2016
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Tidak ada kata yang paling indah selain mengucap puji dan syukur kepada
Sang Maha Pencipta Alloh SWT, karena hanya karena rahmat dan ridhoNya
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”Gambaran Pengetahuan Ibu
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna periode Juni Tahun 2016 dapat selesai
tepat pada waktunya.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti penulis
haturkan kepada Ibu Sartina, SST selaku Pembimbing I dan Ibu Rosdiana Ita, SST
selaku Pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu, bimbingan, motivasi,
petunjuk, pengarahan dan dorongan baik moril maupun materil yang begitu sangat
berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Sowite Kabupaten Muna yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna.
2. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi
Kebidanan Paramata Raha sekaligus penguji Karya Tulis Ilmiah.
vi
3. Seluruh jajaran Dosen dan para Staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Muna yang telah
membantu memberikan izin serta kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian ini
5. Kepala Puskesmas Waara yang telah banyak membantu penulis dalam
pemberian informasi untuk penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh Petugas Puskesmas Waara khususnya petugas Poli KIA/KB yang
bersedia bekerja sama dengan penulis selama melaksanakan penelitian.
7. Orang tuaku Ayahanda La Ode Mongkolo dan Ibunda Wa Hisafi yang paling
kucintai, yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun material
serta do’a restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah putus selama
mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah tetap menjaga orang-orang
yang paling kucintai dalam balutan rohmat dan hidayah-Nya.
8. Seluruh saudaraku yang kusayangi yang telah memberikan doa dan motivasi
selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha hingga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman seangkatan yang namanya tak dapat saya sebutkan satu per satu,
terima kasih atas semangat yang kalian berikan dan sahabat – sahabatku atas
persahabatan yang tulus selama ini, serta yang pernah menjadi temanku,
terima kasih telah memberi warna dalam persahabatan selama ini.
vii
Semoga Allah SWT, memberikan imbalan yang setimpal atas segala
kebaikan dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari
bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna baik dari segi materi
maupun penulisannya, karena ”Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Olehnya
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Wassalamu `alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Raha, Juli 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Riwayat Hidup ................................................................................................. iv
Kata pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................. xi
Intisari .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ………………………………………………… 8
1. Imunisasi Dasar ….………………………………………… 8
2. Manfaat Imunisasi………………………………………….. 18
3. Pengetahuan ………………………………………………. 19
B. Landasan Teori…………………………………………………. 29
C. Kerangka Konsep ……………………………………………. 30
D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitan.................................................. 32
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 32
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 32
D. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................... 33
E. Definisi Operasional ................................................................... 33
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 34
G. Pengolahan dan Cara Analisis Data ........................................... 34
ix
H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................... 37
B. Pembahasan ............................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 49
B. Saran .......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran – Lampiran
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Pencatatan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Menurut BukuKesehatan Ibu dan Anak ....................................................................... 10
Tabel 2 : Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................................ 33
Tabel 3 : Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Waara Kecamatan LohiaKabupaten Muna .................………………………………………….. 38
Tabel 4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Waara Kecamatan Lohia KabupatenMuna................................…………………………………………….. 38
Table 5 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan TingkatTahu tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 Bulan diDesa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Tahun2016………………………………………………………………….... 41
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan TingkatPaham tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 Bulan diDesa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Tahun2016………………………………………………………………….... 42
Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan TingkatAplikasi tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 Bulan diDesa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Tahun2016………………………………………………………………….... 43
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Konsep…………………………………………......... 30
Gambar 2 : Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu diDesa Waara Kabupaten Muna tahun 2016……………………... 39
Gambar 3 : Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu diDesa Waara Kabupaten Muna tahun 2016……………………... 40
Gambar 4 : Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan Ibu diDesa Waara Kabupaten Muna tahun 2016……………………... 40
xii
INTISARI
Wa Ode Isnawati (PSW.B.2013.IB.0025) “Gambaran Pengetahuan Ibutentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 Bulan di Desa Waara,Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni tahun 2016 ” di bawahbimbingan Sartina dan Rosdiana Ita
Latar Belakang: Pada tahun 2016 periode Juni di Puskesmas Waara terdapat234 bayi yang diberikan imunisasi HB0 70 bayi (29,91%), BCG sebanyak 78bayi (33,33%), polio I sebanyak 79 bayi (33,76), polio II sebanyak 64 bayi(27,35), polio III sebanyak 62 bayi (26,49%), polio IVsebanyak 52 bayi(22,22%), DPT HBI sebanyak 62 bayi (26,49%), DPT HBII sebanyak 51 bayi(21,79%), DPT HBIII sebanyak 45 bayi (19,23%) dan campak 46 bayi (19,65%)Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif denganmenggunakan teknik pengambilan sampel berdasarkan tehnik total sampling.Hasil Penelitian: Gambaran pengetahuan responden tentang pemberian imunisasidasar berdasarkan tingkat tahu secara umum yaitu pada kategori kurang sebesar54,84%, sedangkan kategori cukup sebesar 41,93% dan kategori baik sebesar3,33%. Berdasarkan tingkat paham secara umum yaitu pada kategori kurangsebesar 58,1%, sedangkan kategori cukup sebesar 41,9% dan kategori baiksebesar 0%. Berdasarkan tingkat aplikasi secara umum yaitu pada kategori kurangsebesar 83,87%, sedangkan kategori cukup sebesar 9,68% dan kategori baiksebesar 6,45%.Kesimpulan: Gambaran pengetahuan responden tentang pemberian imunisasidasar berdasarkan tingkat tahu, paham dan aplikasi yang terbanyak yaitu padakategori kurang dengan persentase masing-masing yaitu sebesar 54,84% (tingkattahu), sebesar 58,1% (tingkat paham) dan sebesar 83,87% (tingkat aplikasi).
Kata kunci: Pengetahuan, Imunisasi Dasar pada BayiDaftar Pustaka : 9 (2010 – 2016)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu bangsa dan negara dapat diukur dengan indikator.
Angka kematian balita merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif, tidak saja
mengukur derajat kesehatan tetapi untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa
dan negara. Dengan demikian setiap negara akan berusaha untuk menekankan supaya
angka kematian pada balita dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC,
Diphteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu
penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kurang
lebih 1,7 juta kematian per tahun pada anak atau balita di Indonesia adalah akibat
PD3I. Agar target nasional dan global dengan cara eradikasi, eliminasi dan redusir
terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan
merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang
tinggi (Iwansyah, 2012).
Salah satu upaya dalam mewujudkan dan meningkatkan mutu kesehatan anak
pada suatu bangsa dan negara tidak lepas dari dasar keluarga yang harmonis, penuh
kesadaran, tanggung jawab dan kesetiaan untuk berkorban serta pengetahuan ibu
dalam memberikan imunisasi terhadap anak balita dalam mencegah penyakit yang
ditimbulkan oleh PD3I atau mengurangi angka kematian terhadap anak balita.
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan (antibody) seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Penyaki-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : TBC, Diphteri,
2
Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B. penyakit ini merupakan
penghambat pertumbuhan dan perkembangan anak balita (Atikah P, 2010).
Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui
pemberian kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh,
dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan
kesehatan dan memutuskan mata rantai penularan, agar penyelengaraan imunisasi
dapat mencapai sasaran yang diharapkan, perlu adanya pedoman penyelenggaraan
imunisasi. Hal ini sejalan dengan Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
1053/MenKes/SK/IX/2004 (Iwansyah, 2012).
World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi
sebagai upaya global dengan Expanded Program on Imunization (EPI), yang
diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI
sebagai komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam
pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun
1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Pada
tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di indonesia cukup tinggi
dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya (Atikah P, 2010).
Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan imunisasi cacar.
Tahun berikutnya imunisasi tidak berkembang signifikan, perkembangan baru
dirasakan pada tahun 1973 dengan dilakukannyan imunisasi BCG untuk
menanggulangi Penyakit Tuberklosis. Disusun imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu
hamil pada tahun 1974, kemudian imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada bayi
diadakan pada tahun 1976. Pada tahun 1977, Pemberian suntikan imunisasi pada
3
bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan
bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Melakukan
imunisasi pada bayi merupan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada
petugas kesehatan atau tekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas,
menderita kejang sebelumnya, atau menderita penyakit sistem saraf, pemberian
imunisasi perlu dipertimbangkan (Iwansyah, 2012).
Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi
tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi
rasa sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan anak dalam jangka waktu
panjang (Atikah P, 2010).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisai. Proporsi kematian bayi yang disebabkan karena
tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup tinggi yaitu 67%. Dalam upaya
pencegahan TN maka imunisai diarahkan kepada pemberian perlindungan baru lahir
dalam minggu-minggu pertama melalui ibu. Eliminasi tetanus neonatorum
merupakan salah satu target harus dicapai sebagai tindakan lanjut dari world summit
for children yaitu insidens 1/10.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Imunisasi DPT
bertujuan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus.
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria (Iwansyah, 2010).
4
Imunisasi yang diberikan pada kanak-kanak serta bayi merupakan cara yang
paling berkesan dan kos efektif untk melindungi mereka dari penyakit tuberculosis
(TB), difteri, pertussis, tetanus, poliomyelitis, campak, rubella dan hepatitis B. walau
bagaimanapun masih terdapat kanak-kanak yang tidak diberi imunisasi karena
kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta Manfaat imunisai, salah paham
mengenai kontra indikasi, kerisauan tentang kesan sampingan serta komplikasi vaksin
(Iwansyah, 2010).
Berdasarkan data provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014 jumlah bayi adalah
51325 bayi dan yang diberikan imunisasi BCG sebanyak 23367 bayi (45,52%) ,polio
I - V sebanyak 45517 bayi (88,68%) DPT-HB I- III sebanyak 37372 bayi (72,81%),
campak sebanyak 44548 (86,79%) dan HB0 sebanyak 34455 bayi(67,13%) (BPS
Sultra, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2015 jumlah
bayi untuk Puskesmas Waara adalah 233 bayi dan yang diberikan imunisasi BCG
sebanyak 164 bayi (74,5%) , polio I sebanyak 168 (76,4%), polio III sebanyak 144
(65,5%) dan polio IV sebanyak 146 (66,4%), DPT-HB I sebanyak 158 (71,8%),
DPT-HB II sebanyak 158 (71,8%) DPT-HB III sebanyak 137 (62,3%), campak
sebanyak 164 (74,5%) dan HB0 sebanyak 106 bayi (48,2%) (Dinas Kesehatan Kab.
Muna , 2015).
Sementara pada tahun 2016 periode Juni 234 bayi yang diberikan
imunisasi HB0 70 bayi (29,91%), BCG sebanyak 78 bayi (33,33%), polio I
sebanyak 79 bayi (33,76), polio II sebanyak 64 bayi (27,35), polio III sebanyak
62 bayi (26,49%), polio IVsebanyak 52 bayi (22,22%), DPT HBI sebanyak 62
5
bayi (26,49%), DPT HBII sebanyak 51 bayi (21,79%), DPT HBIII sebanyak 45
bayi (19,23%) dan campak 46 bayi (19,65%) (Dinkes, 2016).
Dari studi pendahuluan yang dilaksanakan penulis melalui metode
wawancara dengan 8 ibu yang memiliki bayi di desa Waara tahun 2016 pada
bulan Juli , diketahui bahwa 2 orang tamat SD, 2 orang tamat SMP, 2 orang
tamat SMA, dan 2 orang tamat PT hasil dari wawancara itu bahwa kebanyakan
ibu – ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi. Hal ini menandakan bahwa
pengetahuan tentang manfaat imunisasi masih sangat kurang. Untuk mengetahui
hal tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan mengangkat judul
penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada
Bayi 0-11 bulan di Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode
Juni Tahun 2016 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Gambaran
Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulan di
Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016
6
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat tahu ibu
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0 – 11 bulan di Desa
Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016
b. Mengetahui gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pemahaman
ibu tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0 – 11 bulan di Desa
Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016
c. Mengetahui gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi ibu
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0 – 11 bulan di Desa
Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan khusus serta sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya dan sumbangan pengembangan dan penyempurnaan
ilmu pengetahuan yang sudah ada yang terkait dengan Gambaran
Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan
di desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun
2016
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas Wapunto.
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan mutu dan peningkatan
jumlah kunjungan imunisasi.
7
b. Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar
bagi institusi pendidikan.
c. Bagi Peneliti.
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangan kemampuan
dalam melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang kebidanan.
d. Bagi Profesi Kebidanan.
Memberikan sumber pengetahuan yang luas di bidang kebidanan dalam
pembangunan dan kemandirian profesi kebidanan.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian
khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil
penelitian ini guna meningkatkan dalam pelayanan kebidanan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Imunisasi Dasar
a. Imunisasi.
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-
sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara
kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-
kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman
disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut
dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibody tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai
"pengalaman". Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh
sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga
pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit
yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi.
Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak
terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal misalnya terjadinya kecacatan atau
kelumpuhan (Muslihatun, 2010)
9
b. Imunisasi Dasar.
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan
semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi
tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi
dasar yang diwajibkan adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu :
TBC, defteri, tetanus, pertusis (batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak
dan hepatitis B. Ke lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi
sebelum usia setahun tersebut adalah :
1) Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
2) Imunisasi DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu
3) Imunisasi polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan
dengan interval 4 minggu
4) Imunisasi campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11
bulan
5) Imunisasi hepatitis B, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu (Anik M, 2010).
c. Tujuan Imunisasi.
Tujuan imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan tubuh
kepada bayi terhadap penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabakan oleh penyakit yang sering terjangkit. Proporsi kematian bayi
yang disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup
tinggi yaitu 67%. Dalam upaya mencegah TN maka imunisasi diarahkan
10
kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam minggu pertama
melalui ibu. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:
1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah diserang penyakit menular.
2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3) Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita (Atika P, 2010).
d. Jadwal Pemberian Imunisasi.
1) Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
2) Imunisasi DPT, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu
3) Imunisasi polio, yang diberikan empat kali pada bayi usia 0-11 bulan
dengan interval 4 minggu
4) Imunisasi campak, yang diberikan satu kali pada bayi usia 9-11
bulan
5) Imunisasi hepatitis B, yang diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu (Anik M, 2010).
Tabel 1. Pencatatan Pemberian Imunisasi Dasar LengkapMenurut Buku Kesehatan Ibu Dan Anak
Umur (Bulan) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12+**Vaksin Tanggal Pemberian ImunisasiHB 0 (0-7 hari)BCG*Polio 1*DPT/HB 1*Polio 2*DPT/HB 2*Polio 3*DPT/HB 3*Polio 4Campak
11
* Jarak antara (interval) pemberian vaksin DPT/HB dan Polio minimal 4minggu(1 bulan)
** Anak diatas 1 tahun (12 bulan) yang belum lengkap imunisasinya tetap harusdiberikan imunisasi dasar lengkap. Sakit ringan seperti batuk pilek, diare,demam ringan dan sakit bukan halangan untuk imunisasi
Keterangan :
: Jadwal tepat pemberian imunisasi dasar lengkap
: Waktu yang masih diperbolehkan pemberian imunisasi dasar lengkap
: Waktu yang tidak diperbolehkan pemberian imunisasi dasar lengkap
: Waktu pemberian imunisasi bagi anak diatas 1 tahun yang belum
lengkap
e. Pentingnya Imunisasi dan Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi.
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
pencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang
mendapatkan prioritas. Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak
yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat
bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukan pada
program imunisasi yaitu penyakit tuberkulosis, difteri, pertusi, tetanus polio,
campak dan hepatitis B (Iwansyah, 2012).
1) Tuberculosis (TBC)
TBC adalah suatu penyakit penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit TBC
ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan terdapat 8
juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun.
Di negara-negara berkebang kematian ini merupakan 25% dari kematian
12
penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95%
penderita TBC berada di negara berkembang (Iwansyah, 2012).
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung
mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain paris.
Indikasinya untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Komposisi : setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin
mengandung basil BCG hidup 0,75 mg, Natrium Glutamat 1,87 mg dan
Natrium Klorida 9 mg.
Dosis dan Cara pemberian :
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan 4 ml pelarut NACL 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan
alat suntik steril dengan spoid 5 ml.
b) Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi ≤ 1tahun
c) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion
musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal
yang steril dan jarum suntik no. 25 G
d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Efek Samping : Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul
indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi ulkus. Luka tidak perlu pengobatan,
akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan leher, terasa
13
padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya.
2) Difteri Pertusis, dan Tetanus
Difteri adalah merupakn penyakit infeksi yang dapat disebabakan
oleh coryne bacterium diphtheriae merangsang saluran pernapasan
terutama terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan
yang tinggi. Pada penduduk yang belum divaksin ternyata anak yang
yang berumur 1-5 tahun paling banyak diserang kekebalan (antibodi)
yang diperoleh dari ibunya hanya berumur satu tahu.
Pertusi atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Bordotella pertusi pada saluran pernapasan. Penyakit ini
merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak
jarang menimbulkan kematian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran
pernapasan akut lainnya, pertusi sangat mudah dan cepat penularannya.
Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
Tetanus adalah penyaki yang disebabkan oleh kuman bakteri
Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara yang
sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus
pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman
Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang
kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada
14
persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali
pusat memakai pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat
mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan
sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus
neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi.
Vaksin DPT mengandung toksoid difteri, toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang
merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan
bersifat non infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA
rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui
teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Indikasinya untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap pentakit difteri, tetanus, pertusis
dan hepatitis B.
Dosis dan Cara Pemberian :
a) Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
b) Dosis pertama diberikan 2 bulan, dosis selanjutnya dengan
interval minimal 4 minggu (1 bulan).
Efek samping : Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan.
Kasus yang terjadi adalah bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada
bekas suntikan, menangis menjerit terus menerus lebih dari 3 jam,
kadang-kadang terjadi reaksi umum demam seperti demam > 38,5 oC,
muntah.
15
3) Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide paralysis) dan
pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak ditemukan
di indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa terakhir kembali
ditemukan dibeberapa daerah di indonesia.
Vaksin polio (Oral Polio Vaccine = OPV) Vaksin oral polio
hidup adalah Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan,
dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa. Indikasinya untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomyelitis.
Cara pemberian dan dosis :
a) Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial
vaksin.
b) Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua)
tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu.
Efek samping : pada umumnya tidak terdapat efek samping.
Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi.
16
4) Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis B. HB0 adalah Imunisasi pertama dapat diberikan 12
jam setelah bayi lahir, atau pada bayi usia 0-7 hari. Dosis kedua pada saat
anak berusia 1-2 bulan dan dosis selanjutnya saat berusia 6-18 bulan.
Pemberian dosis ulangan juga dapat didasarkan pada jadwal imunisasi
yang ada (Anonim, 2015).
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah
kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas
pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi
hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka
terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya.
Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi
dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang
sangat diperlukan (Iwansyah, 2012).
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah di
inaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan
teknologi DNA rekombinan. Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
17
Dosis dan cara pemberian :
a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspense dan homogen.
b) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID,
pemberian suntikan secara intra muskuler, pada anterolateral paha.
Efek samping : reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
5) Campak
Penyakit campak (Measles) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular
melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan
bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh
masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah penyakit
ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua anak,
sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari
1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamycin dan 30 mcg resido erythromycin. Vaksin ini
berbentuk beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest
18
steril. Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak.
Dosis dan cara pemberian :
a) Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut aquabidest.
b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan.
c) Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan
maksimum 6 jam.
Efek samping, hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan
dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi. Terjadi encephalitis setelah setelah vaksinasi pernah
dilaporkan yaitu dengan perbandingan 1 kasus per I juta dosis yang
diberikan.
2. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak: mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan
balita anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
19
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Iwansyah,
2010)
3. Pengetahuan
a. Pengertian.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan
manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup
sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuha manusia baik dimasa sekarang
maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan
what misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya (Putri Ariani,
A, 2014).
b. Tingkat Pengetahuan.
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Putri Ariani (2014)
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif yang mempunyai 6
tingkatan yaitu :
1) Know (Tahu)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh
sebab itu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di
20
pelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat
menginterpretaskan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3) Application (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari padasituasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
pengunaan hukum-hukum, rumus,metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi/objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Synthesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan/ menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk
21
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,
meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada
6) Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian
itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
mengguankan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di
ukur dari subjek penelitian/responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui/kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Putri Ariani (2014), cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni
cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan
cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
22
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah ( Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorangmenghadapi
persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan
coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidakberhasil, dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan
hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga
terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-
pemimpinmasyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka
agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata
lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
23
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan,
baiktradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itumerupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat ( common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan
hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang
untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
24
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan
bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepatsekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang
rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan
itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum
dinamakan induksi sedangkan deduksia dalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan
tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang
25
ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep
yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir
deduksiberlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum
padakelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasaini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology). Cara ini
dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode
berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang
menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulandilakukan dengan
mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
26
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah danberlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
27
obyek yangdiketahui, akan menumbuhkan perilaku makin positif
terhadap obyek tersebut .
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
28
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masalalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakanmanifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
29
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia
ini
e. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Putri Ariani (2014) pengetahuan seseoarng dapat diketahui dan
di interprestasikan dengan skala yang bersifat yaitu kualitatif.
1) Pengetahuan baik, jika persenatse jawaban 76% - 100%
2) Pengetahuan cukup, jika persenatse jawaban 56% - 75%
3) Pengetahuan kurang, jika persenatse jawaban < 56%
B. Landasan Teori
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan semua
orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari
penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan
adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu : TBC, defteri, tetanus, pertusis
(batuk-batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B (Anik M, 2010).
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang telah di terima (Putri Ariani, Ayu, 2014).
30
Paham diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretaskan materi tersebut secara
benar (Putri Ariani, Ayu, 2014).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya. (Putri Ariani, Ayu, 2014).
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas :
Variabel terikat :
Hubungan antara variabel :
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat tahu ibu tentang
Pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara Kecamatan
Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016 ?
Pengetahuan tentang pemberianimunisasi dasar
1. Tingkat tahu2. Tingkat paham3. Tingkat aplikasi
Ibu
31
2. Bagaimanakah gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pemahaman ibu
tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016 ?
3. Bagaimanakah gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi ibu
tentang Pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016 ?
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian bersifat Deskriptif yakni
menggambarkan tingkat keadaan suatu obyek dalam hal ini pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi (Nursalam, 2016)
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi 0 –
11 bulan ptahun 2016 periode Juni sebanyak 31 bayi di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2016).
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total Sampling .
Sampel penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data ibu yang memilki bayi yang diberikan imunisasi akan
dikunjungi penulis di Desa Waara, Kecamatan Lohia berdasarkan data
sekunder. Data sekunder yaitu data Bayi di Desa Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna periode Juni tahun 2016 yang tertulis di buku register bayi .
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-17 Juli Tahun 2016
33
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten
Muna
D. Identifikasi Variabel Penelitian.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Manfaat pemberian
imunisasi dasar pada bayi Sedangkan tingkat tahu, tingkat pemahaman, tingkat
aplikasi menjadi variabel independent dalam penelitian ini.
E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif dapat disajikan dalam bentuk Tabel
sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
No
Variabel DefinisiOperasional
Kriteria Obyektif Alat ukur Skala
1 DependentIbu
Seorang ibu yangmemiliki bayi
2. Independenta. Tingkat tahu
Apabila ibu sekedartahu atau hanyamengingat tentangmanfaat pemberianimunisasi dasarpada bayi
Baik : jika persentase76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase< 56 %
Kuisioner Ordinal
b. Tingkatpaham
Apabila ibu tahudan dapatmemahami tentangmanfaat pemberianimunisasi dasarpada bayi
Baik : jika persentase76–100 %Cukup : jika persentase56–75 % Kurang : jikaprosentase < 56 %
Kuisioner Ordinal
c. Tingkataplikasi
Apabila ibu dapatmengingat,memahami sertadapatmengaplikasikantentang manfaatpemberianimunisasi dasarpada bayi
Baik : jika persentase76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase< 56 %
Kuisioner Ordinal
34
F. Instrumen Penelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini, instrumen yang akan
digunakan adalah kuesioner yang berisi variabel – variabel yang diteliti
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data (data processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis
kegiatan, yakni :
a. Memeriksa data (Editing Data).
Memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar
pertanyaan, kartu, buku dan lain-lain. Kegiatan ini meiputi hal-hal
berikut:
1) Perhitungan dan penjumlahan
Adalah menghitung lembaran-lembaran kuisioner atau daftar
pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah
yang disebarkan atau ditentukan.
2) Koreksi
Yang termasuk kegiatan koreksi ini adalah untuk melihat hal-
hal sebagai berikut :
a) Memeriksa kelengkapan data
b) Memeriksa kesinambungan data
c) Memeriksa keseragaman data
35
b. Memberi Kode (Coding Data).
Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau
data hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar
supaya pada saat pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah. Salah
satu cara untuk menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah
dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data
yang sudah diklasifikasikan.
c. Tabulasi Data (tabulating).
Yang dimaksud dengan tabulasi data, yakni menyusun dan
mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dapat dengan mudah
untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel
atau grafik. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara manual
elektronis/komputerisasi (Putri Ariani, A, 2014)
2. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu untuk
mendeskripsikan kategori sampel terkait dengan variabel penelitian dalam
bentuk presentase dengan menggunakan rumus statistik:
P = fn x 100%Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
n = Jumlah soal (Putri Ariani, A, 2014)
36
H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Mengurus Surat Pengantar dari institusi Akbid Paramata Raha Kabupaten
Muna, kemudian surat tersebut disampaikan kepada Kepala Badan Kesbang
Pol dan Linmas Kabupaten Muna sebelum melakukan pengumpulan data di
wilayah kerja Puskesmas Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.
2. Tahap Pelaksanaan
Melapor pada Kepala Puskesmas untuk melakukan penelitian dengan cara
mengunjungi responden dari rumah ke rumah, kemudian membagikan
kuesioner kepada setiap responden lalu menjelaskan cara pengisisan
kuesioner, kemudian meminta responden untuk mengisi kuesioner tersebut
sesuai dengan yang diketahuinya.
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara manual, dianalisis dan
disajikan secara deskriptif sederhana dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
4. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini laporan disusun sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis.
Puskesmas Waara adalah salah satu puskesmas yang berada dalam
naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Muna yang terletak di desa Waara.
Wilayah kerjanya terdiri dari 5 desa yaitu desa Waara, Mantobua,
Kondongia, Mabolu dan Liangkabori. Luas wilayah kerja Puskesmas
Waara ± 29,13 km².
Puskesmas Waara terletak di desa Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna. Lokasi ini strategis karena mudah dijangkau oleh
kendaraan umum dengan batas – batas wilayah adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Duruka
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kontunaga
3) Sebelah Selatan batasan dengan Kecamatan Tongkuno
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lohia
b. Demografi.
Jumlah penduduk Desa Waara berjumlah 1405 jiwa dengan jumlah
kepala Keluarga 358 jiwa jumlah penduduk laki – laki 702 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan berjumlah 703 jiwa.
38
c. Sarana pelayanan dan tenaga kesehatan.
1) Sarana pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas WaaraKecamatan Lohia Kabupaten Muna
No Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Jumlah
1. Poli umum 12. Poli KIA/KB 13. Poli gigi 14. Puskesmas induk 15. Polindes 56. Posyandu 57. Kendaraan roda 4 1
2) Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di Pusekesmas Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tenaga Kesehatan Puskesmas WaaraKecamatan Lohia Kabupaten Muna
No Tenaga kesehatanJumlah
PNS Honorer
1. Bidan 5 5
2. Bidan PTT 33. Perawat Gigi 24. Ners 45. Perawat 56. SKM 137. Perawat 168. Gizi 29. Sanitasi Lingkungan 210. Analisis Laboratorium 2
39
d. Karakteristik Responden.
1) Pendidikan Responden
Distribusi responden menurut pendidikan di Desa Waara Kabupaten
Muna tahun 2016 dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Data Primer, 2016Gambar 2. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Ibu di Desa Waara Kabupaten Muna tahun 2016
Berdasarkan Gambar 2, responden terbanyak berpendidikan
SMA sebesar (65%), selanjutnya pendidikan SMP sebesar (18%),
pendidikan perguruan tinggi sebesar (13%), dan responden dengan
pendidikan terendah SD sebesar (4%).
2) Umur Responden
Distribusi responden menurut umur di Desa Waara Kabupaten Muna
tahun 2016 dilihat pada Gambar 3.
4%
18%
65%
13%
SD
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
40
Sumber: Data Primer, 2016Gambar 3. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Ibu di Desa Waara Kabupaten Muna tahun 2016
Berdasarkan Gambar 3, responden terbanyak berumur antara
21-30 tahun yaitu sebesar (64%%), selanjutnya umur 31 -40 tahun
sebesar (26%), dan responden berumur < 20 tahun yang sebesar
(10%)
3) Pekerjaan Responden
Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Waara Kabupaten
Muna tahun 2016 dilihat pada Gambar 4.
Sumber: Data Primer, 2016Gambar 4. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Ibu di Desa Waara Kabupaten Muna tahun 2016
10%
64%
26% <20
21-30
31-40
90%
3%
7%
IRT
PNS
Honorer
41
Berdasarkan Gambar 4, pekerjaan responden terbanyak pada
IRT sebesar (90%) selanjutnya pekerjaan honorer sebesar (7%), dan
responden dengan pekerjaan terendah pada PNS (3%).
2. Hasil Analisis Data
Setelah data primer tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan
pengelompokan sesuai dengan tujuan penulisan selanjutnya disajikan dalam
bentuk analisis univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan semua variabel
yang di teliti dengan cara mendiskripsikan tiap variabel penelitian yang
selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel.
a. Tingkat Tahu
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016 hal ini
dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Tahu
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulandi Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
Periode Juni Tahun 2016Tingkat tahu Frekuensi (f) Persentase ( % )
Baik 1 3,33%Cukup 13 41,93%Kurang 17 54,84%
Jumlah 31 100 %
Sumber : Data primer, Juni 2016
42
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 31 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 17 orang (54,84%), pengetahuan
cukup sebesar 9 orang (41,93%) dan pengetahuan baik sebesar 1 orang
(3,33%).
b. Tingkat Paham.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat paham responden
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna periode Juni tahun 2016 hal ini
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Paham
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulandi Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
Periode Juni Tahun 2016Tingkat tahu Frekuensi (f) Persentase ( % )
Baik 0 0%Cukup 13 41,9%Kurang 18 58,1%
Jumlah 31 100
Sumber : Data primer, Juni 2016
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 17 orang (58,1%), pengetahuan
cukup sebesar 9 orang (41,9%) dan pengetahuan baik sebesar 0%.
c. Tingkat Aplikasi.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-11 bulan di Desa Waara
43
Kecamatan Lohia Kabupaten Muna periode Juni tahun 2016 hal ini
dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Aplikasi
tentang Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi 0-11 bulan di Desa WaaraKecamatan Lohia Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016
Tingkat Aplikasi Frekuensi (f) Persentase ( % )
Baik 2 6,45%Cukup 3 9,68%Kurang 26 83,87%
Jumlah 31 100
Sumber : Data primer, Juni 2016
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 31 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 26 orang (83,87%), pengetahuan cukup
sebesar 3 orang (9,68%) dan pengetahuan kurang sebesar 2 orang (6,45%).
B. Pembahasan
1. Tingkat Tahu
Hasil dari penelitian menunjukkan Tabel 5 bahwa dari 31 responden
yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 17 orang (54,84%), pengetahuan cukup
sebesar 9 orang (41,93%) dan pengetahuan kurang sebesar 1 orang (3,33%).
Menurut Notoadmojo (2003) dalam Putri Ariani (2014), pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan salah
satunya adalah tingkat tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
44
yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain dengan
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
Dari studi pendahuluan yang dilaksanakan penulis melalui metode
wawancara dengan 8 ibu yang memiliki bayi di desa Waara tahun 2016 pada
bulan Juli , diketahui bahwa 2 orang tamat SD, 2 orang tamat SMP, 2 orang
tamat SMA, dan 2 orang tamat PT hasil dari wawancara itu bahwa
kebanyakan ibu – ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi. Hal ini
menandakan bahwa pengetahuan tentang manfaat imunisasi masih sangat
kurang.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang didapat oleh peneliti bahwa
pengetahuan yang terbanyak pada kategori kurang sebesar (54,84%).
Kemudian dilihat dari pendidikan responden kebanyakan memiliki
pendidikan terakhir hanya sampai SMA.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Putri Ariani (2014) bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu
pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
45
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
2. Tingkat Paham
Hasil dari penelitian dari Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31
responden yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak
pada pengetahuan kategori kurang sebesar 17 orang (58,1%), pengetahuan
cukup sebesar 9 orang (41,9%) dan pengetahuan kurang sebesar 0%.
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Notoadmojo (2003) dalam
Putri Ariani (2014), memahami diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat
menginterpretaskan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tingkat pengetahuan
terbanyak pada kategori kurang yaitu 60 orang (54,84%) hal ini dikarenakan
informasi – informasi yang didapat dari Puskesmas Waara, responden masih
kurang paham yang berkaitan dengan manfaat imunisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, menurut
Putri Ariani (2014), yaitu usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap
46
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini .
Dari studi pendahuluan juga yang dilakukan di Puskesmas Waara
bahwa telah dilakukan posyandu dengan posko – posko terdekat dari masing
– masing Desa serta kader – kader untuk menyampaikan manfaat imunisasi
dasar akan tetapi hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan
oleh peneliti karena hasil yang didapat berdasarkan tingkat paham itu
terbanyak pada kategori kurang sebesar (54,84%).
Berdasarkan teori yang dikemukakan Putri Ariani (2014) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan mempengaruhi jangka pendek (Immediate impact)
sehingga mengahasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan berbagai
media massa untuk seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang.
47
3. Tingkat Aplikasi
Hasil dari penelitian Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 31 responden
yang mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 26 orang (83,87%), pengetahuan cukup
sebesar 3 orang (9,68%) dan pengetahuan kurang sebesar 2 orang (6,45%).
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Putri Ariani (2014) bahwa
aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Putri Ariani (2014) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan mempengaruhi jangka pendek (Immediate impact)
sehingga mengahasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan berbagai
media massa untuk seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa faktor yang
mempengaruhi pengatehauan diantaranya adalah lingkungan dan pengalaman.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
48
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
Sedangkan pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masalalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakanmanifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan sebelumnya
maka, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi dasar
berdasarkan tingkat tahu secara umum yaitu pada kategori kurang sebesar
54,84%. Sedangkan kategori cukup sebesar 41,93% dan kategori baik sebesar
3,33%.
2. Gambaran pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi dasar
berdasarkan tingkat paham secara umum yaitu pada kategori kurang sebesar
58,1%. Sedangkan kategori cukup sebesar 41,93% dan kategori baik sebesar
0%.
3. Gambaran pengetahuan responden tentang pemberian imunisasi dasar
berdasarkan tingkat aplikasi secara umum yaitu pada kategori kurang sebesar
83,87%. Sedangkan kategori cukup sebesar 9,68% dan kategori baik sebesar
6,45%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran dari peneliti adalah sebagai berikut :
1. Kepada petugas kesehatan Puskesmas Waara lebih meningkatkan lagi edukasi
kepada ibu – ibu yang memiliki bayi untuk lebih mengetahui tentang manfaat
imunisasi. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi bayi perlu lebih
50
ditekankan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar dan tergerak
untuk membawa bayinya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi.
2. Bagi masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi diharapkan untuk
meningkatkan pengetahuannya secara mandiri tidak hanya bergantung pada
tenaga kesehatan, yaitu dengan cara mencari informasi tentang imunisasi
dasar pada media cetak seperti buku, majalah, dll ataupun media elektronik
dan bisa juga bertanya pada orang yang tua atau orang yang lebih
pengalaman.
3. Bagi pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
diharapkan agar bisa mengkaji lebih dalam mengenai sikap dan perilaku ibu
dalam pelaksanaan imunisasi berdasarkan tingkat pengetahuanya agar dapat
dikategorikan apakah tingkat pengetahuanya baik di ikuti pula oleh sikap
patuh dalam pelaksanaan imunisasi
51
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Maryunani (2010) Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta timur :CV Trans Info Media
Anonim, (2015) Imunisasi Hepatitis B. http://kenginfo.com/2015/06/5-lima-imunisasi-dasar-lengkap-untuk.html. Diakses tanggal 1 Agustus 2016
BPS Sultra (2014) Badan Pusat Statistik Sultrahttp://sultra.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/21. Diakses tanggal 15Juli 2016
Iwansyah (2012) Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian ImunisasiDasar Pada Bayi Umur 0-9 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Kelurahan Mappala Kota Makassar. http://iwansyah.com/2013/09/Gambaran- Pengetahuan -Ibu –Terhadap- Pemberian- Imunisasi Dasar -Pada –Bayi- Umur 0-9 Bulan- Di Wilayah- Kerja -Puskesmas -Kassi-Kassi -Kelurahan Mappala –Kota- Makassar.html Diakses tanggal 18 Juli2016
Muslihatun, Wafi Nur. (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :Fitramaya
Nursalam, (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika
Proverawati, Atikah, Fitra Setrio, Septyo, Andini (2010) Imunisasi danVaksinasi. Yogyakarta : Nuha Medika
Putri Ariani, Ayu (2014) Aplikasi metodologi penelitian Kebidanan danKesehatan Reproduksi. Jakarta : Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh,Yulianti, Lia (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Jakarta timur : CV Trans Info Media
KUISIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASARPADA BAYI 0-11 BULAN DI DESA WAARA KECAMATAN LOHIA
KABUPATEN MUNA PERIODE JUNI TAHUN 2016
1. Identitas RespondenNo responden :Nama :Umur :Pendidikan : SD
: SMP: SMA: Perguruan Tinggi
Pekerjaan :Alamat :
2. Petunjuk Pengisian :Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar !!!
A. Tingkat Pengetahuan Ibu1. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan …
a. Kekebalan tubuh balitab. Penyakitc. Kesehatan balitad. Semua jawaban salah
2. Imunisasi merupakan cara memberikan vaksin pada bayi untukmenyembuhkan..a. Penyakitb. Sakit perutc. Sakit kepalad. Semua jawaban benar
3. Imunisasi adalah untuk …a. Mencegah penyakitb. Menyembuhkan penyakitc. Tidak memberikan apa – apad. Semua jawaban benar
4. Imunisasi merupakan salah satu cara yang ……… dalam pencegahpenyakita. Efektif dan efisien
b. bukan cara efektif dan efisienc. baikd. tidak baik
5. Tujuan dari imunisasi adalah untuk menyembuhkan ………..yang terjadi padabayia. Kecacatanb. Kelumpuhanc. Penyakit TBCd. Semua jawaban benar
6. Manfaat Imunisasi Hepatitis B dapat mencegah ……a. Penyakit Hatib. Penyakit campakc. Penyakit TBCd. Penyakit Polio
7. Imunisasi Polio yaitu dapat mencegah ...a. Penyakit Hatib. Penyakit campakc. Penyakit TBCd. Penyakit Polio
8. Manfaat Imunisasi Campak yaitu dapat mencegah....a. Penyakit Hatib. Penyakit campakc. Penyakit TBCd. Penyakit Polio
9. Manfaat Imunisasi DPT yaitu dapat mencegah penyakit….a. Penyakit Hatib. Penyakit campakc. Penyakit TBCd. Penyakit Dipteri
10. Manfaat Imunisasi BCG yaitu dapat mencegah penyakit….a. Penyakit Hatib. Penyakit campakc. Penyakit TBCd. Penyakit Dipteri
B. Tingkat Pemahaman Ibu1. Imunisasi BCG diberikan pada usia …
a. 0-1 bulanb. 3 bulanc. 4 buland. 5 bulan
2. Imunisasi DPT adalaha. Mencegah terjadinya penyakit defteri,b. Mencegah terjadinya penyakit tetanus,c. Mencegah terjadinya penyakit pertusis (batuk-batuk rejan)d. Semua jawaban benar
3. Imunisasi Polio diberikan .... pemberiana. 1 kalib. 2 kalic. 3 kalid. 4 kali
4. Imunisasi Campak diberikan 1 kali pada usia .... bulana. 8 bulanb. 9 bulanc. 10 buland. 11 bulan
5. Pemberian imunisasi polio dengan cara diteteskan melaluia. Mulutb. Matac. Hidungd. Telinga
C. Tingkat Aplikasi IbuNo Pernyataan B S
1. Pemberian imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi 0-2
bulan?
2. Jadwal pemberian imunisasi DPT dapat diberikan bersamaan
dengan HB?
3. Imunisasi HB0 dapat diberikan pada bayi 2 bulan?
4. Imunisasi campak diberikan pada bayi umur yang 9 bulan
5. Imunisasi hepatitis B diberikan saat usia bayi 3 bulan ?
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Responden dalam Penelitian)
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang bernama Wa Ode Isnawati (NIM : PSW.B.2013.IB.0096)
dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi
Dasar pada Bayi 0-11 Bulan di Desa Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
Periode Juni Tahun 2016”.
Saya sebagai responden memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk
kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi mahasiswa
tersebut dalam hal ini sebagai peneliti dan tidak merugikan siapapun. Dengan
demikian, saya dengan besar hati dan tanpa paksaan dari siapapun akan siap
membantu dalam penelitian ini dengan menjawab semua pertanyaan yang
diajukan kepada saya.
Waara, Juli 2016
Responden
MASTER TABEL
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi DasarPada Bayi 0-11 Bulan di Desa Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016No Nama Ibu Umur
(Tahun)Pendidikan Pekerjaan Alamat Tahu Paham Aplikasi
B C K B C K B C K1 Ny.K 27 SD IRT Desa Waara √ √ √2 Ny.N 21 SMS IRT Desa Waara √ √ √3 Ny.M 24 SD IRT Desa Waara √ √ √4 Ny.N 22 PT Honorer Desa Waara √ √ √5 Ny.N 22 SMA IRT Desa Waara √ √ √6 Ny.J 28 PT IRT Desa Waara √ √ √7 Ny.O 33 PT Honorer Desa Waara √ √ √8 Ny.S 33 SMA IRT Desa Waara √ √ √9 Ny.N 32 SD IRT Desa Waara √ √ √
10 Ny.H 23 SMA IRT Desa Waara √ √ √11 Ny.R 18 SMP IRT Desa Waara √ √ √12 Ny.M 22 SMA IRT Desa Waara √ √ √13 Ny.S 25 SD IRT Desa Waara √ √ √14 Ny.I 24 SMA IRT Desa Waara √ √ √15 Ny.K 22 SMA IRT Desa Waara √ √ √16 Ny.L 21 SMA IRT Desa Waara √ √ √17 Ny.S 35 SD IRT Desa Waara √ √ √18 Ny.A 25 SMA IRT Desa Waara √ √ √19 Ny.Y 20 SMP IRT Desa Waara √ √ √20 Ny.P 15 SMP IRT Desa Waara √ √ √21 Ny.S 32 SD IRT Desa Waara √ √ √
MASTER TABEL
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi DasarPada Bayi 0-11 Bulan di Desa Waara Kecamatan Lohia
Kabupaten Muna Periode Juni Tahun 2016No Nama Ibu Umur
(Tahun)Pendidikan Pekerjaan Alamat Tahu Paham Aplikasi
B C K B C K B C K22 Ny.S 18 SD IRT Desa Waara √ √ √23 Ny.A 20 SMA IRT Desa Waara √ √ √24 Ny.A 33 SMP IRT Desa Waara √ √ √25 Ny.A 21 SMA IRT Desa Waara √ √ √26 Ny.N 20 SMA IRT Desa Waara √ √ √27 Ny.R 38 SD IRT Desa Waara √ √ √28 Ny.Y 22 SMA IRT Desa Waara √ √ √29 Ny.R 33 SMA IRT Desa Waara √ √ √30 Ny.P 29 SMA IRT Desa Waara √ √ √31 Ny.A 25 SD IRT Desa Waara √ √ √
MASTER TABEL
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Polio pada BayiDi Wilayah Kerja Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna
Periode Juli Tahun 2016
No Nama Ibu Alamat
PendidikanUmur
(Tahun)Tahu Paham Aplikasi
SD SMA<20
B C K B C K B C K
1 Ny.K Desa Waara √ √ √ √2 Ny.N Desa Waara √ √ √3 Ny.M Desa Waara √ √ √ √4 Ny.N Desa Waara √ √ √5 Ny.N Desa Waara √ √ √6 Ny.J Desa Waara √ √ √ √7 Ny.O Desa Waara √ √ √8 Ny.S Desa Waara √ √ √9 Ny.N Desa Waara √ √ √ √
10 Ny.H Desa Waara √ √ √ √ √11 Ny.R Desa Waara √ √ √ √12 Ny.M Desa Waara √ √ √ √13 Ny.S Desa Waara √ √ √ √14 Ny.I Desa Waara √ √ √15 Ny.K Desa Waara √ √ √ √16 Ny.L Desa Waara √ √ √ √17 Ny.S Desa Waara √ √ √18 Ny.A Desa Waara √ √ √
19 Ny.Y Desa Waara √ √ √20 Ny.P Desa Waara √ √ √ √21 Ny.S Desa Waara √ √ √ √
MASTER TABEL
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Polio pada BayiDi Wilayah Kerja Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna
Periode Juli Tahun 2016
No Nama Ibu AlamatPendidikan Umur
(Tahun)Tahu Paham Aplikasi
SD SMP SMA PT B C K B C K B C K
22 Ny.S√√√√√√√√√
23 Ny.A Desa Waara √ √ √ √24 Ny.A Desa Waara √ √ √ √25 Ny.A Desa Waara √ √ √ √26 Ny.N Desa Waara √ √ √ √27 Ny.R Desa Waara √ √ √ √28 Ny.Y Desa Waara √ √ √ √29 Ny.R Desa Waara √ √ √ √30 Ny.P Desa Waara √ √ √ √31 Ny.P Desa Waara √ √ √ √