Kota Surabaya
-
Upload
moedji-widyanto -
Category
Documents
-
view
107 -
download
18
description
Transcript of Kota Surabaya
![Page 1: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/1.jpg)
I - 1
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Konferensi Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan
Pembangunan di Rio de Janeiro tahun 1992, telah menghasilkan strategi pengelolaan
lingkungan hidup yang dituangkan ke dalam agenda 21.
Dalam agenda 21 Bab 40 disebutkan perlunya kemampuan pemerintahan
dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada
proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. hal
tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan analisis serta penyajian informasi
lingkungan hidup yang normatif.
Pada pasal 28F Undang – Undang dasar 1945 disebutkan bahwa setiap orang
berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia.
Khusus di bidang lingkungan hidup, Undang – Undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup antara lain menyatakan
bahwa sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai
status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan informasi lingkungan hidup
lainnya.
Selain itu undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada
pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan
kepedulian kepada pelestarian lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan ketetuan
pasal 6 ayat (3) Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban
mengevaluasi kinerja pemerintahan daerah dalam memanfaatkan hak yang diperoleh
daerah dengan capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan. Sumber informasi
utama EKPPD adalah Laporan Penyelengaraan Pemerintahan daerah (LPPD) yang
disampaikan kepada pemerintah.
Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan
informasi lingkungan dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai dan menentukan
prioritas masalah dan membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan
![Page 2: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/2.jpg)
I - 2
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan
hidup dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan dasar dari
laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) yaitu :
1. Menyediakan data dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua
tingkat
2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan kecenderungan dan kondisi
lingkungan
3. memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan
Laporan SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan
kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses
informasi lingkungan yang terkini dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri,
organisasi non-pemerintah serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD
juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil
kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka
mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini
dan masa datang. Pelaporan SLHD yang baik dapat dipergunakan untuk berbagai
keperluan berikut :
1. Secara rutin menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan kini dan
prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik,
pemerintah, organisasi non-pemerintah serta pengambil keputusan
2. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan
indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional.
3. Menyediakan peringatan dini akan masalah potensial, serta memungkinkan
adanya evaluasi akan rencana mendatang
4. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang akan dirancang untuk
menjawab perubahan lingkungan, termasuk keajuan dalam mencapai standard
dan target lingkungan
5. Memberikan sumbangan dalam menelaah kemajuan bangsa dalam menjamin
keberlanjutan ekologis
6. Merancang mekanisme integrasi informasi lingkungan, sosial, dan ekonomi
dengan tujuan untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang keadaan bangsa
7. Mengidentifikasi adanya jeda pengetahuan tentang kondisi dan kecenderungan
lingkungan serta merekomendasikan strategi penelitian dan pemantauan untuk
mengisi jeda tersebut
8. Membantu mengambil keputusan untuk membuat penilaian yang terinformasi
mengenai konsekuensi luas dari kebijakan dan rencana sosial, ekonomis, dan
terkait lingkungan serta memenuhi kewajiban bangsa untuk pelaporan lingkungan.
![Page 3: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/3.jpg)
I - 3
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
I.2 Gambaran Umum Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta.
Secara nasional, Surabaya merupakan pusat Indonesia bagian timur. Namun secara
regional Kota Surabaya merupakan ibukota di Jawa Timur. Dengan luas sekitar 330,48
Km2, total penduduk tahun 2011 di Kota Surabaya mencapai 3.024.321 jiwa. Sebagai
ibukota Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya menjadi pusat pemerintahan,
perdagangan, jasa dan kebudayaan di Jawa Timur.
I.2.1 Kondisi Geografis Surabaya
Surabaya adalah ibu kota Propinsi Jawa Timur yang dikenal sebagai Kota Pahlawan
Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang
Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit
BT (Bujur Timur)
Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah),
kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di
daerah Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50
meter di atas permukaan air laut
Batas Wilayah : Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Luas Wilayah : 33.306,30 Ha
Jumlah Kecamatan : 31
Jumlah Desa /Kelurahan : 163
Kelembaban Udara : rata-rata minimum 42% dan maksimum 96%
Tekanan Udara : rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum
1.014,41 Mbs
Temperatur : rata-rata minimum 23,3 °C dan maksimum 35,2 °C
Musim kemarau : Mei – Oktober
Musim hujan : Nopember – April
![Page 4: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/4.jpg)
I - 4
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
I.2.2 Demografi Kota Surabaya
Surabaya merupakan Kota multietnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di
Surabaya seperti etnis melayu, Cina, India, Arab dan Eropa. Etnis Nusantara pun
dapat dijumpai seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang
membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang
selanjutnya menjadi ciri khas Kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya
adalah orang Surabaya asli dan orang Madura.
Ciri khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah bergaul. Gaya bicaranya
sangat terbuka. Walaupun tampak seperti bertemperamen kasar, masyarakat di sini
sangat demokratis, toleran dan senang menolong orang lain.
Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga mencapai
bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal di perkampungan. Dengan
tingkat pertumbuhan penduduk 1.2 % setahun, tentu saja kebutuhan kebutuhan akan
perumahan sangat besar. Masyarakat dapat menetap dalam perkampungan padat
ataupun memilih berpindah ke real estate yang lebih teratur. Pilihan real estate pun
sangat beragam. Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan padang golf
dengan keamanan yang ketat juga tersedia di sini.
Seperti belahan manapun di dunia, dikotomi miskin dan kaya tentu saja juga
terjadi di Surabaya. Akan tetapi masing – masing dapat berdampingan dengan damai
dan tidak menjadi alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman.
I.3 Isu Lingkungan Hidup Kota Surabaya
Konsep pembangunan di Kota Surabaya didasari oleh kesadaran bahwa
pembangunan ekonomi sosial, dan budaya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
Curah Hujan : rata-rata 183,2 mm, curah hujan diatas 200 mm terjadi
pada bulan Desember s/d Mei
Kecepatan Angin : rata-rata 7,0 Knot dan maksimum 26,3 Knot
Penguapan Panci
Terbuka
: rata-rata 165,2
Struktur Tanah : terdiri atas tanah aluvial, hasil endapan sungai dan
pantai, di bagian barat terdapat perbukitan yang
mengandung kapur tinggi
Topografi : 80% dataran rendah, ketinggian 3-6 m, kemiringan < 3 %
20% perbukitan dengan gelombang rendah, ketinggian
< 30 m dan kemiringan 5-15%
![Page 5: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/5.jpg)
I - 5
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
hidup. Dan disadari bahwa pembangunan di Kota Surabaya tidak dapat dilepaskan dari
kesepakatan semua pihak baik itu antar pemerintah daerah maupun hubungan kerja
sama yang baik dengan pemerintah pusat.
Oleh karena itu dalam perkembangan pembangunan Kota Surabaya dilandasi
juga dengan kebijakan – kebijakan yang telah disepakati bersama untuk dapat
mengelola daerah berbasis lingkungan hidup. Secara makro menggambarkan bahwa
pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumber daya alam, namun eksploitasi
sumber daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung
lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan.
Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta
kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, yang
akan digambarkan beberapa Isu-isu lingkungan hidup di Kota Surabaya Tahun 2011,
sebagai berikut :
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang
ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi, dan timbulan sampah dalam jumlah
besar. Kegiatan tersebut menghasilkan zat pencemar udara seperti CO2, CH4, N2O,
yang merupakan Gas Rumah Kaca (GRK).
Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat di Kota Surabaya
cukuplah kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling
berkaitan, maka satu masalah yang timbul di satu unit ataupun satu jaringan akan
mempengaruhi sistem tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah pada transportasi darat di
Kota Surabaya sangat beragam, antara lain ledakan penduduk, kurangnya kesadaran
masyarakat akan emisi kendaran bermotornya, tingginya pertumbuhan kendaraan
bermotor, rendahnya pelayanan angkutan umum, kurang optimalnya fasilitas alih
moda, serta sarana prasarana transportasi yang belum optimal. Tingginya populasi
penduduk dan rendahnya pelayanan angkutan umum dapat menyebabkan
penggunaan kendaraan pribadi semakin meningkat. Penggunaan kendaraan yang
semakin meningkat menyebabkan kapasitas jalan tidak seimbang sehingga akses dan
jaringan jalan belum optimal.
Kota Surabaya juga merupakan tempat perantara antara Gresik dan Sidoarjo.
Masyarakat asal Sidoarjo yang bekerja di Gresik akan melewati Surabaya sehingga
menyebabkan kemacetan yang sangat padat. Kemacetan tersebut dapat secara
langsung menurunkan kualitas udara di Kota Pahlawan ini. Selain transportasi,
![Page 6: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/6.jpg)
I - 6
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
penyebab menurunnya kualitas udara di Kota Surabaya adalah adanya emisi industri.
Adapun emisi industri turut menyumbang terhadap penurunan kualitas udara karena
belum semua industri memiliki alat pengendali pencemar udara yang memadai..
Permasalahan gas CH4 yang dihasilkan oleh timbulan sampah juga menjadi
perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya karena kekuatan gas CH4 sama dengan
21 kali lebih besar daripada gas CO2. Dalam perkembangannya, Kota Surabaya relatif
telah berhasil dalam mereduksi timbulan sampah langsung dari sumbernya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan Kota Surabaya untuk mengatasi
permasalahan transportasi adalah dengan melakukan pelebaran badan jalan dan
pembangunan jalan – jalan baru. Upaya tersebut merupakan upaya dalam mengatasi
permasalahan yang ada pada sistem transportasi darat, mengingat transportasi darat
memiliki sistem dan permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif
tersebut hanya akan sia-sia apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua pihak
untuk mencapai sebuah sistem transportasi Indonesia yang berkelanjutan.
Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi asap industri adalah
dengan menggunakan teknologi pengolahan peningkatan pengawasan dan pembinaan
oleh instansi terkait guna meminimalisasi dampak pencemaran.
2. Pencemaran Tanah
Seperti halnya transportasi, pencemaran tanah pun diakibatkan oleh kegiatan
manusia. Hal ini dapat disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah
pertanian. Limbah domestik berasal dari daerah pemukiman penduduk,
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain.
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea. Selain itu, limbah pertanian juga dapat berasal
dari sisa-sisa pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT. Untuk diketahui,
luas areal sawah di Kota Surabaya sebesar 1.741 Ha dan lahan bukan sawah sebesar
26.011 Ha.
Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam
sulfida. Adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat
menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan
dan tekstur tanah. Terdapat pula limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut
maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.
Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air
dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di
![Page 7: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/7.jpg)
I - 7
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
dalam tanah pun akan berkurang. Hal ini berakibat pada tanaman yang akhirnya sulit
tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Limbah air rumah tangga berupa black water dan grey water, deterjen, oli
bekas, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat
kimia yang terkandung di dalamnya dan dapat membunuh mikro organisme di dalam
tanah.
Sedang limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur
yang berasal dari proses pengolahan. Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka
waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah
terkontaminasi dengan bakteri tertentu dan mengakibatkan turunnya kualitas air tanah
pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya
kebakaran. Jumlah industri kecil pada tahun 2011 di Kota Surabaya sebanyak
726.357.Untuk jumlah industri sedang pada tahun 2011 di Kota Surabaya sebanyak
15.556.
3. Pencemaran Air Limbah
Selain pencemaran tanah dan transportasi, permasalahan air limbah yang
menurunkan kualitas badan air di Kota Surabaya juga harus diperhatikan karena air
merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital dalam menunjang sebagian besar
aktifitas warga. Karena itulah permasalahan air limbah di kota metropolis seperti di
Kota Surabaya sangat krusial. Seiring pula dengan bertambahnya kebutuhan
penduduk akan produk industri, maka secara tidak langsung akan menambah
kuantitas limbah industri di Kota Surabaya.
Air limbah Kota Surabaya secara garis besar menjadi dua yakni limbah
domestik dan indutri. Khusus air limbah domestik dari rumah tangga merupakan
sumber dominan terhadap menurunnya kualitas air buangan.
Sesuai data Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, parameter pencemaran
secara keseluruhan sungai-sungai di Kota Surabaya, mulai dari DO, pH, BOD, COD,
TSS dan deterjen menunjukkan kecenderungan naik.
Urgenitas penanganan air limbah disebabkan karena air limbah tersebut
dibuang ke sungai. Di sisi lain salah satu sungai yaitu kali Surabaya digunakan sebagai
bhan baku PDAM.
Selain sungai-sungai di Kota Surabaya, keberadaan saluran drainase primer
yang seharusnya hanya menampung air hujan, saat ini berfungsi penampung air
limbah rumah tangga terutama grey water (air bekas cuci dan kamar mandi). Sehingga
beberapa saluran dalam kondisi septik yang menandakan adanya buangan tinja
manusia baik langsung ke saluran maupun melalui pipa yang dihubungkan ke
![Page 8: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/8.jpg)
I - 8
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
sungai.Kondisi saluran drainase baik primair, sekunder maupun tersier saat ini terisi
oleh limbah domestik penduduk bahkan pada saat-saat tertentu limbah industri
membuang air limbah pada saluran yang berdekatan dengan lokasi industri.
Berdasar dari fungsinya maka sungai-sungai di Kota Surabaya yang perlu
diamankan dari pencemaran limbah rumah tangga dan industri adalah Kali Surabaya,
Kali Mas, Kali Wonokromo dan Kali Kedurus. Keberadaan keempat sungai tersebut
sangat penting karena merupakan air baku yang diperlukan untuk memasok PDAM
Kota Surabaya. Saat ini potensi air baku yang cukup stabil adalah dari keempat sungai
ini sehingga untuk tambahan pasokan air baku ke depan perlu direncanakan agar
beban polusi dapat terkurangi.
Seperi halnya kota besar lainnya yang padat penduduk, kualitas air tanah di
Kota Surabaya sudah tidak layak untuk digunakan sebagai sumber air minum. Di
beberapa lokasi, sumur penduduk terindikasi sudah terkontaminasi bakteri E-Coli dan
mengandung nitrate/nitrit. Kontaminasi ini disebabkan oleh pengelolaan air limbah
rumah tangga yang konvensional (septic tank dan sumur peresapan).
Kondisi-kondisi inilah yang melatar belakangi perlunya rencana pengembangan
Sistem Penyediaan Air Limbah (SPAL) rumah tangga Kota Surabaya disusun agar
kebutuhan air minum dalam rangka pengembangan Kota ke depan dapat terpenuhi.
Langkah yang direkomendasikan dalam penangan sanitasi Kota Surabaya terutama
sektor air limbah domestik memprioritaskan penyelamatan Kali Surabaya. Bila
memungkinkan dilakukan relokasi industri di sepanjang kali Surabaya di wilayah
Surabaya.
Pemerintah juga perlu merumuskan strategi pengolahan air limbah di Kota
Surabaya. Diantaranya adalah SPAL industry Kota Surabaya yaitu berupa sistem
individual/ unit, sistem gabungan/ kolektif, dan gabungan sistem individual dan kolektif.
Sedang untuk SPAL rumah tangga dapat menggunakan sistem sanitasi off-site, sistem
sanitasi intermediate, dan sistem sanitasi on-site untuk limbah rumah tangga. Batasan
kepadatan dan pilihan teknologi sebagai berikut kepadatan penduduk rendah yaitu
kepadatan penduduk dibawah 150 jiwa/ha menggunakan sistem on-site. Untuk
kepadatan penduduk menengah yaitu kepadatan diatas 150 jiwa sampai 300 jiwa/ha,
menggunakan sistem intermediate (kombinasi onsite dan off-site). Sedang kepadatan
penduduk tinggi yaitu kepadatan diatas 300 jiwa/ha, menggunakan sistem off-site.
Bilamana dilihat dari ketiga isu lingkungan di atas maka isu pencemaran udara
merupakan isu yang memiliki tekanan yang paling besar dan mendesak untuk dicari
solusi yang tepat dalam menanganinya.
![Page 9: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/9.jpg)
I - 9
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
A. Kondisi Pencemaran Udara Di Kota Surabaya
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1,
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Sedangkan menurut Wardhana (1999) pencemaran udara diartikan sebagai
adanya materi atau zat-zat lain di dalam udara yang menyebabkan perubahan
susunan (komposisi) udara dari keadaan normal sehingga menyebabkan gangguan
pada kegiatan manusia. Udara dikatakan dalam keadaan normal apabila komposisinya
terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbondioksida
(CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Methana (CH4), dan Hidrogen
(H2).
Pencemaran udara dapat terjadi karena berbagai sebab. Secara umum sumber
dari pencemar udara terbagi atas:
1. Sumber alami (Natural source), contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran
hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan, dan sebagainya.
2. Kegiatan manusia (Antropogenic source), contohnya: pencemaran akibat aktivitas
transportasi, industri, pembangkit listrik dan sebagainya.
3. Sumber-sumber lain, contohnya: kebocoran tangki klor, timbulan gas dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah, uap pelarut organik, dan sebagainya.
Berdasarkan kedudukan sumbernya, sumber pencemar udara terbagi atas
(Boedisantoso, 2002) :
1. Sumber bergerak (mobile source), contohnya : kendaraan bermotor, pesawat udara,
kereta api, dan sebagainya.
2. Sumber tidak bergerak (stationary source), contohnya : perumahan, daerah
perdagangan, daerah industri, dan sebagainya.
Tingkat kualitas udara akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
1. Interaksi atmosfer
Potensi dispersi dan difusi zat pencemar sangat menentukan kualitas udara pada
akhirnya.
2. Faktor meteorologi
Faktor ini sangat mempengaruhi waktu dan kapasitas atmosfer untuk menyerap dan
mendispersikan serta mengendapkan zat pencemar. Contoh faktor-faktor
meteorologi yang mempengaruhi pencemaran udara seperti angin, turbulensi,
stabilitas atmosfer, hujan, kabut dan radiasi surya.
![Page 10: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/10.jpg)
I - 10
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
Menurut Sukarto (2006), transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan
barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat
pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi,
kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip)
antara asal (origin) dan tujuan (destination).
Transportasi merupakan sumber utama dari pencemaran udara di perkotaan.
Kegiatan transportasi menyumbangkan kira-kira 45%, 50%, dan 90% dari Nitrogen
Oksida (NOx), total Hidrokarbon (HC) dan emisi Karbon Monoksida (CO) (Olsson,
1994). Meskipun perkembangan teknologi terbaru secara signifikan dapat mengurangi
jumlah emisi, namun tingkat kenaikan dari jumlah kendaraan bermotor yang cukup
tinggi dan jauhnya jarak perjalanan membuat hal tersebut tidak berguna lagi (Carbajo
and Faiz, 1994). Oleh karena itu, pelaksanaan dari pengendalian pencemaran udara
menjadi sangat penting untuk mencegah efek kerugian pada perkembangan lalu lintas
pada perkotaan yang memiliki populasi penduduk sangat padat (Crabbe and Elsom,
1998).
Faktor penting yang menyebabkan pengaruh kegiatan transportasi menjadi
dominan terhadap peningkatan emisi karbon perkotaan di Indonesia, antana lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat akibat terpusatnya kegiatan-
kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,
misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
7. Faktor perawatan kendaraan.
8. Jenis bahan bakar yang digunakan.
9. Jenis permukaan jalan.
Secara umum permasalahan pencemaran udara di Kota Surabaya diakibatkan
oleh transportasi, asap industri dan gas metana yang dihasilkan oleh timbulan sampah
di Kota Surabaya.
Dalam Data Carbon Footprint Kota Surabaya, jumlah kendaraan bermotor
berbagai jenis di Surabaya mencapai 1.827.806 unit pada tahun 2010 sedangkan
pertambahan kendaraan bermotor tiap tahunnya mencapai 30 %. Sepeda motor
mendominasi komposisi kendaraan bermotor di Kota Surabaya yaitu sebesar 80 % dari
total seluruh kendaraan bermotor di Kota Surabaya.
![Page 11: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/11.jpg)
I - 11
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
Dengan volume kendaraan bermotor yang besar, pencemaran udara di
Surabaya harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini
dikarenakan emisi karbon dioksida yang dihasilkan akibat dari kendaraan bermotor
juga akan semakin besar seiring dengan terus meningkatnya volume kendaraan
bermotor setiap tahunnya.
Selain itu, seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun
ke tahun, maka kebutuhan akan produk pun ikut bertambah. Hal ini memacu
perkembangan industri di Surabaya. Limbah padat dari industri dan rumah tangga
yang berupa sampah pun keberadaannya tak terelakkan lagi.
Untuk sektor sampah rumah tangga, Kota Surabaya cukup berhasil dalam
menanganinya. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan timbulan sampah sebesar
1200 ton/hari pada tahun 2010 yang semula 1800 ton/hari pada tahun 2005 (sumber:
data Adipura 2011 - 2012)
Dalam pengelolaan sampah perkotaan, Kota Surabaya berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan nasional maupun internasional diantaranya penghargaan
Adipura sejak tahun 2005 – 2011, penghargaan Indonesia Green Region Award
(IGRA) pada September 2011 dan Asean Environmental Award pada Nopember 2011.
Berbagai penghargaan tersebut telah menunjukkan bahwa Kota Surabaya dapat
mengelola sampah perkotaan dengan baik. Namun pengelolaan sampah di kota
Surabaya tetap harus mendapatkan perhatian serius karena timbulan sampah
perkotaan di Surabaya masih mencapai 1200 ton/hari.
Dalam perkembangannya, Kota Surabaya menggunakan Sanitary Landfill
sebagai Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA). Saat ini Kota Surabaya hanya
mempunyai 1 unit Sanitary Landfill dengan luas lahan sebesar 37,4 Ha.
B. Tekanan Pencemaran Udara di Kota Surabaya
Dari hasil perhitungan besarnya kekuatan emisi di jalan masuk Kota Surabaya
dan di dalam Kota Surabaya dapat diketahui total keseluruhan emisi kendaraan
bermotor Kota Surabaya. Jumlah total emisi CO2 dari sektor transportasi di Kota
Surabaya mencapai 5.269.460 ton CO2/tahun. Dengan emisi terbesar pertama
dihasilkan oleh mobil solar karena jumlah mobil solar se Surabaya terdata lebih banyak
dan lebih diminati masyarakat karena hemat bahan bakar.
Sedangkan Emisi terbesar kedua dihasilkan oleh sepeda motor karena
jumlahnya juga banyak dan diminati masyarakat serta lebih irit bahan bakar dibanding
mobil. Jika kebutuhan sepeda motor tak terkendali, bisa berpotensi sebagai
penyumbang emisi terbesar di jalan-jalan Kota Surabaya. Truck, Mobil Bensin dan
Kendaraan umum menjadi penghasil emisi terbesar selanjutnya.
![Page 12: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/12.jpg)
I - 12
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
Dalam permasalahan sampah perkotaan, lahan TPA Benowo sebagai satu
satunya TPA yang dimiliki oleh Kota Surabaya lambat laun akan terisi penuh oleh
sampah. Saat ini tinggi timbunan sampah di TPA Benowo sudah mencapai sekitar 15
m sedangkan Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk membatasi ketinggian
timbunan sampah di TPA Benowo sampai sekitar 20 m. Keterbatasan lahan untuk TPA
di Kota Surabaya harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Surabaya.
Perilaku masyarakat Surabaya yang semakin konsumtif juga membuat
permasalahan sampah menjadi semakin kompleks. Hal ini terlihat pada pengelolaan
sampah di TPA di tahun 2011, volume sampah masuk per hari mencapai 10.000
m3/hari. Perkiraan jumlah timbulan sampah tahun 2011 untuk 806.794 rumah tangga
yaitu sebesar 1200 ton/hari. Sedangkan komposisi sampah di Surabaya tahun 2011
terdiri dari organik sebesar 39,7 Ha, kertas sebesar 18,3 Ha, plastik sebesar 25,8 Ha,
logam sebesar 2,5 Ha, dan kayu 1,9 Ha. Sumber sampah di Surabaya tahun 2011
terdiri atas Pemukiman 79,19%, pasar 8,6%, pertokoan 1,64%, hotel 1,11%, rumah
Sakit 1,37%, jalan 0,62%, industri 6,86%, dan lahan terbuka 0,61%.
Berkaitan dengan pengelolaan TPA Benowo pasca operasi. Dengan timbulan
1200 ton yang masuk ke TPA Benowo setiap harinya, maka juga akan dihasilkan gas
CH4 dalam jumlah yang besar pula. Jika setiap 1 ton sampah menghasilkan 50 Kg
CH4, maka potensi gas metana yang akan dihasilkan mencapai 60 ton gas CH4. Jika
dikonversi dengan CO2 menjadi sebesar 3.465 ton.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius mengingat gas CH4 merupakan
salah satu Bahan Perusak Ozon (BPO) di atmosfer bumi sehingga menyebabkan
terjadinya pemanasan global. Satu mol CH4 dapat menangkap panas yang dipantulkan
kembali oleh bumi 25 kali lebih banyak daripada satu mol CO2. Dengan kemampuan
tersebut maka CH4 mempunyai andil 25 kali lebih besar dalam pemanasan global
daripada CO2.
C. Respon Penanganan Pencemaran Udara di Kota Surabaya
Berdasarkan data di atas, maka Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan
program – program untuk menangani permasalahan udara perkotaan diantaranya :
Pembatasan Kendaraan Pribadi
Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya telah menggalakkan suatu sistem
pembatasan kendaraan pribadi dengan cara menyelenggarakan Car Free Day
rutin setiap minggu sekali dan hari bebas kendaraan di sekitar kantor Pemerintah
Kota Surabaya setiap hari Jum’at di minggu terakhir tiap bulan.
Green Transportation
![Page 13: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/13.jpg)
I - 13
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
Transportasi hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak
cara, seperti mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor
dengan bahan bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan
kendaraan bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi.
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat sangat penting dalam pewujudan green
transportasi karena tanpa adanya peran dan kesadaran dari masyarakat maka
upaya green transportation tidak akan berjalan dengan maksimal.
Ruang Terbuka Hijau
Adanya penanaman pepohonan di Jalur-jalur Surabaya sangat bermanfaat
karena dapat menyerap banyak gas beracun yang berasal dari asap kendaraan
bermotor. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur kota yang terpenting
dalam menyejukkan kota. RTH antara lain terdiri dari kawasan kota, kawasan hijau,
jalur hijau, kawasan hijau khusus, kawasan rekreasi, kawasan hijau hutan kota,
kawasan hijau olahraga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian, dan
kawasan hijau pekarangan.
RTH telah menjadi kesatuan program pembangunan di banyak negara dan
diintensifkan untuk mengatasi pemanasan global (global warming) yang
disebabkan peningkatan karbon dioksida di udara. Dalam kerangka pelaksanaan
perdagangan emisi karbon dunia maka percepatan pengadaan RTH dimaksudkan
untuk menyerap karbon dioksida ke dalam jaringan tumbuhan.
Dewasa ini tren pembangunan ke arah serba beton dan besi dengan anti
ruang perkotaan sudah menyebar kemana-mana. Tren tersebut seharusnya
diimbangi dengan pengembangan lansekap yang bertumpu pada alam seperti
RTH.
Gangguan yang terlihat sekarang bahwa RTH telah banyak berubah
menjadi lahan beton dan baja. RTH tersebut telah tergantikan oleh kemegahan
gedung-gedung pencakar langit. Namun bukan berarti sebuah kota harus
terhambat pembangunannya hanya karena mengedepankan aspek keseimbangan
lingkungan. Sebuah kota tetap dapat mempertahankan aspek pembangunan tetapi
tidak mengenyampingkan aspek lingkungan. Kota yang demikian harus mencari
alternatif solusi untuk mempertahankan kesetimbangan ingkungannya. Diantaranya
adalah dengan melakukan pembangunan jalan dan monorail, pemberdayaan
angkutan massal, dan penambahan RTH. Kondisi ideal RTH Surabaya yang
seharusnya memenuhi 20% luas kota atau sekitar 6.527.353,6 ha RTH. Menurut
data Bappeko, luasan RTH kota Surabaya tahun 2011 sebesar 6.671,21 Ha. Jika
![Page 14: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/14.jpg)
I - 14
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
dibandingkan dengan luas Kota Surabaya yang sebesar 33.084 Ha, maka luas
RTH mencapai 20,19 % dari luas kota.
Sedangkan langkah paling efektif untuk dapat mengatasi besarnya timbulan
sampah di Kota Surabaya adalah dengan mereduksi sampah dari sumbernya
langsung. Menyadari akan hal tersebut maka Pemerintah Kota Surabaya membuat
program – program yang disusun untuk dapat mereduksi sampah dari sumbernya
langsung diantaranya :
Rumah Kompos
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Surabaya
menyebabkan timbulan sampah juga semakin meningkat, oleh karena itu alangkah
baiknya jika timbulan sampah tersebut diproses lebih lanjut menjadi kompos.
Terdapat 16 rumah kompos di Surabaya, masing -masing terletak di Keputih,
Wonorejo, Rungkut Asri, Tenggilis Utara, Tenggilis Rayon Taman, Bratang, Menur,
Srikana, Keputran, Gayungsari, Bibis Karah, Jambangan, Putat Jaya, Sonokwijena,
Benowo, dan Sumberejo.
Rumah kompos di Kota Surabaya melakukan proses pengolahan sampah
organiknya berasal dari daun-daun dan ranting pohon. Di samping itu juga
menggunakan keranjang takakura dalam pengolahan sampah di Surabaya. Melalui
proses metabolisme mikro organisme, dalam kondisi cukup oksigen, bahan organic
sampah dapat diuraikan kembali (dekomposisi) menjadi senyawa yang lebih
sederhana hingga membentuk jaringan sel. Proses composting menghasilkan
energy panas, apabila diukur maka temperaturnya akan naik kemudian suhu
menurun pada saat proses composting berakhir, demikian hingga pada waktunya
sudah menjadi kompos.
Green & Clean dan Bank Sampah
Terdapat sekitar 30.000 orang yang telah menjadi kader lingkungan di
kawasan Kota Surabaya. Selain banyaknya kader lingkungan, juga terdapat
beberapa bank sampah di Kota Surabaya yaitu Bank Sampah Bina Mandiri dan
Bank Sampah Rukun Karya, keduanya terletak di Kelurahan Baratajaya,
Kecamatan Gubeng.
Bank Sampah Bina Mandiri menawarkan nasabah untuk menyimpan hasil
penjualan sampahnya dalam bentuk simpanan buku tabungan yang dapat diambil
sewaktu-waktu. Tidak dikenakan biaya administrasi dan prosesnya sangat mudah
untuk membuka rekening serta menabung.
Proses menabung di Bank Sampah adalah nasabah menyetor sampah
yang sudah dipilah, lalu sampah nasabah tersebut ditimbang oleh teller, kemudian
hasil penjualan sampahnya dimasukkan dalam buku tabungan Bank Sampah
![Page 15: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/15.jpg)
I - 15
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
Mandiri. Nasabah dapat mengetahui update tabungannya serta mengambilnya
sewaktu-waktu.
Penerapan 3R di Kota Surabaya
Pengolahan sampah berbasis masyarakat di Surabaya dilakukan dengan
mengolah sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dijual pada
pengepul atau dipergunakan menjadi material daur ulang, serta dengan
pengembangan dan peningkatan rumah kompos.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan
kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun
fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi
barang atau produk baru yang bermanfaat.
Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu
solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau
memanfaatkan sampah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Dalam perkembangannya, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan beberapa
penjajakan untuk bekerja sama dengan investor dalam memanfaatkan kandungan
gas metana pada TPA Benowo sebagai pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
![Page 16: Kota Surabaya](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022081800/553146634a7959ae2f8b49dc/html5/thumbnails/16.jpg)
I - 16
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD)
KOTA SURABAYA 2011
D. Skema
ISU STRATEGIS PERMASALAHAN KOTA
TEKANAN
Jumlah penduduk yang semakin meningkat turut menyebabkan pencemaran udara di Kota Surabaya
Banyaknya limbah industri, pertanian, dan domestik yang masuk ke badan air akan terserap oleh tanah dan menyebabkan pencemaran tanah.
Kurangnya kesadaran pihak industry dalam mengolah air limbah yang dihasilkan.
RESPON
Kesadaran masyarakat Surabaya sangat
berperan penting guna mewujudkan
Surabaya bebas polusi.
Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu
dengan cara membuat kebijakan yang
berperan untuk mereduksi polusi
Adanya pengolahan dari pihak industry
dalam mengolah limbah sebelum
dibuang ke badan air, udara, dan tanah,
STATUS
Banyaknya pencemaran sampah dan transportasi yang menyumbang pencemaran udara di Kota Surabaya
Pencemaran tanah yang berasal dari pertanian, industri, dan domestik.
Pencemaran air dari limbah domestik dan industri.