KOPERASI DALAM OLIGOPOLI - STKIP YPM Bangko
Transcript of KOPERASI DALAM OLIGOPOLI - STKIP YPM Bangko
29
KOPERASI DALAM OLIGOPOLI
Ade Taufan
1 PIPS, STKIP YPM Bangko, Jl.Jend.Sudirman KM.02 Pematang Kandis Bangko (penulis 1)
email: Ade Taufan _ [email protected]
Abstract
This Article compilation is background with the existence of co-operation emulation in
running its effort and also domicile the co-operation in oligopoly market as well as in this article
will analyse about price, mengigat bahawa market do not get out of the price which selau vie with to
tighten. Start how co-operation produce the goods cheaply able to vie with all seller and how co-
operation maintain the x'self in perfect emulation market and do not perfect by motode is market
price defender. In method applied in this article by performing a observation to direct field utilize to
get the more accurate information and also also so that/ to be can see the phenomenon expanding of
this time.
Keywords: Co-Operation, Oligopoly.
Abstrak
Penyusunan artikel ini dilatarbelakangi dengan adanya persaingan koperasi dalam
menjalankan usahanya serta kedudukan koperasi dalam pasar oligopoli dan juga didalam artikel ini
akan menganalisis tentang harga, mengigat bahawa pasar tak lepas dari harga-harga yang selau
bersaing dengan ketat. Mulai bagaimana koperasi memproduksi barang dengan murah mampu
bersaing dengan para penjual dan bagaimana koperasi mempertahankan dirinya dalam pasar
persaingan sempurna dan tak sempurna dengan motode pertahanan harga pasar. Dalam metode yang
diterapkan dalam artikel ini dengan mengadakan observasi ke lapangan langsung guna mendapatkan
informasi yang lebih akurat serta juga agar dapat melihat fenomena yang berkembang pada saat
sekarang ini.
KataKunci: Koperasi, Oligopoli
30
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai lembaga di
mana orang-orang yang memiliki
kepentingan relatif homogen,
berhimpun untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan
kegiatannya, koperasi dilandasi oleh
nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
mencirikannya sebagai lembaga
ekonomi yang sarat dengan nilai etika
bisnis. Nilai-nilai yang terkandung
dalam koperasi, seperti menolong diri
sendiri, percaya pada diri sendiri dan
kebersamaan akan melahirkan efek
sinergis. Efek ini akan menjadi suatu
kekuatan yang sangat ampuh bagi
koperasi untuk mampu bersaing
dengan para pelaku ekonomi lainnya.
Konsepsi demikian mendudukkan
koperasi sebagai badan usaha yang
cukup strategis bagi anggotanya dalam
mencapai tujuan-tujuan ekonomis yang
pada gilirannya berdampak pada
masyarakat secara luas. Disinilah
koperasi harus tetap mempertahankan
hidupnya agar dapat bersaing dalam
pasar.
Dalam persaingan pasar,
koperasi haruslah mampu
mempertahankan dirinya agar para
pelanggan tetap mau berkerjasama
dengan koperasi. Dalam makalah ini
akan di bahas bagaimana koperasi
menganalisis harga, mengigat bahawa
pasar tak lepas dari harga-harga yang
selau bersaing dengan ketat. Mulai
bagaimana koperasi memproduksi
barang dengan murah mampu bersaing
dengan para penjual dan bagaimana
koperasi mempertahankan dirinya
dalam pasar persaingan sempurna dan
tak sempurna dengan motode
pertahanan harga pasar. Yang mana
seiring perkembangan zaman bahwa
sistem pasar sangat membuat koperasi
cukup tergerus dalam mengahadapi
pasar global yang tingkat persaingan
yang sangat kompetitif, akan tetapi
mau tidak mausuka tidak suka koperasi
harus mampu bertahan dengan kondisi
tersebut, karena koperasi memiliki
keunggulan yang kompetitif yang
mana keunggulan tersebut terletak
pada partisipasi anggota.
KAJIAN PUSTAKA
A. Koperasi Koperasi adalah organisasi
bisnis yang dimiliki dan dioperasikan
oleh orang-seorang demi kepentingan
bersama. Koperasi melandaskan
kegiatan berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan.
Prinsip koperasi adalah suatu
sistem ide-ide abstrak yang merupakan
petunjuk untuk membangun koperasi
yang efektif dan tahan lama. Prinsip
koperasi terbaru yang dikembangkan
International Cooperative Alliance
(Federasi koperasi non-pemerintah
internasional) adalah :
Keanggotaan yang bersifat
terbuka dan sukarela
Pengelolaan yang
demokratis,
Partisipasi anggota dalam
ekonomi,
Kebebasan dan otonomi,
Pengembangan pendidikan,
pelatihan, dan informasi.[4]
Di Indonesia sendiri telah dibuat
UU no. 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Prinsip koperasi
menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah:
Keanggotaan bersifat
sukarela dan terbuka
Pengelolaan dilakukan
secara demokrasi
Pembagian SHU dilakukan
secara adil sesuai dengan
jasa usaha masing-masing
anggota
Pemberian balas jasa yang
terbatas terhadap modal
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
31
Kerjasama antar koperasi
Kemungkinan koperasi untuk
memperoleh keunggulan komparatif
dari perusahaan lain cukup besar
mengingat koperasi mempunyai
potensi kelebihan antara lain pada
skala ekonomi, aktivitas yang nyata,
faktor-faktor precuniary, dan lain-lain.
Definisi koperasi yang lebih
detail dan berdampak internasional
diberikan oleh ILO sebagai berikut :
“Cooperative defined as an
association of persons usually of
limited means, who have
voluntarily joined together to
achieve a common economic
end thorough the formation of a
democratically controlled
business organization, making
equitable contribution to the
capital required and accepting a
fair share of risk and benefits of
undertaking”.
Dalam definisi ILO tersebut,
terdapat 6 elemen yang dikandung
koperasi sebagai berikut :
Koperasi adalah perkumpulan
orang – orang ( Association of
persons ).
Penggabungan orang – orang
tersebut berdasar kesukarelaan (
Voluntarily joined together ).
Terdapat tujuan ekonomi yang
ingin dicapai ( to achieve a
common economic end ).
Koperasi yang dibentuk adalah satu
organisasi bisnis ( badan usaha )
yang diawasi dan dikendalikan
secara demokratis (formation of a
democratically controlled business
organization )
Terdapat kontribusi yang adil
terhadap modal yang dibutuhkan (
making equitable contribution to
the capital required)
Anggota koperasi menerima resiko
dan manfaat secara seimbang (
Accepting a fair share of the risk
and benefits of the undertaking ).
B. Pasar Oligopoli
Struktur pasar dimana hanya ada
beberapa perusahaan (penjual) yang
menguasai pasar, baik secara
independen atau secara diam-diam
bekerjasama. Koperasi melakukan
integrasi vertikal dengan perusahaan
lain, dengan tujuan upaya
meningkatkan efisiensi perusahaan,
juga untuk menghindari persaingan
ketat antar penjual.
Heflebower (1980, 29)
menemukan bahwa banyak entry yang
dilakukan oleh koperasi yang
berintegrasi vertikal, terjadi di pasar
lokal atau regional, di mana
perusahaan-perusahaan yang telah
maju hanya sedikit yang melaku
kannya. Maksudnya secara empiris,
banyak koperasi didirikan atau muncul
dalam struktur pasar oligopoli. Pangsa-
pangsa di pasar ini dikuasai beberapa
penjual saja.
Dalam struktur pasar dengan
sedikitnya sejumlah perusahaan,
masing-masing oligopolis memformu
lasikan kebijakannya dengan kewaspa
daan akan pengaruhnya bagi para
pesaing. Di sini berbagai hasil/akibat
mungkin saja terjadi, tergantung
derajat mana oligopolis bertindak,
sebagai pesaing atau sebagai koperasi.
Konsep pengoptimalan
diperlukan untuk melahirkan suatu
ekuilibrium dalam artian memilih hasil
yang terbaik menjadi tidak dapat
ditetapkan dan melebur dalam kabut
ketidakpastian yang saling berinteraksi.
(Hirschleifer 1976, 323). Asumsi
model oligopoli adalah jumlah penjual
di pasar hanya sedikit, sehingga
mereka menyadari akan kesaling
tergantungan yang saling menguntung
kan dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya.
32
Pasar oligopoli dari segi bahasa
berasal dari kata olio yang berarti
beberapa dan poli yang artinya penjual
adalah pasar di mana penawaran satu
jenis barang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Umumnya jumlah
perusahaan lebih dari dua tetapi kurang
dari sepuluh.
Dalam pasar oligopoli, setiap
perusahaan memposisikan dirinya
sebagai bagian yang terikat dengan
permainan pasar, di mana keuntungan
yang mereka dapatkan tergantung dari
tindak-tanduk pesaing mereka.
Sehingga semua usaha promosi, iklan,
pengenalan produk baru, perubahan
harga, dan sebagainya dilakukan
dengan tujuan untuk menjauhkan
konsumen dari pesaing mereka.
Praktik oligopoli umumnya
dilakukan sebagai salah satu upaya
untuk menahan perusahaan-perusahaan
potensial untuk masuk ke dalam pasar,
dan juga perusahaan-perusahaan
melakukan oligopoli sebagai salah satu
usaha untuk menikmati laba normal di
bawah tingkat maksimum dengan
menetapkan harga jual terbatas,
sehingga menyebabkan kompetisi
harga di antara pelaku usaha yang
melakukan praktik oligopoli menjadi
tidak ada.
Struktur pasar oligopoli
umumnya terbentuk pada industri-
industri yang memiliki capital
intensive yang tinggi, seperti, industri
semen, industri mobil, dan industri
kertas.
Oligopoli adalah struktur pasar
dimana hanya ada beberapa perusahaan
(penjual) yang menguasai pasar, baik
secara independen (sendiri-sendiri)
maupun secara diam-diam
bekerjasama. Oleh karena itu
perusahaan dalam pasar hanya sedikit,
maka akan selalu ada rintangan bagi
perusahaan (penjual) baru untuk
memasuki pasar. Di samping itu setiap
keputusan harga yang diambil oleh
suatu perusahaan (penjual) harus
dipertimbangkan oleh perusahaan-
perusahaan lain dalam pasar. Dengan
kata lain, reaksi penting dalam
keputusan harga dan output adalah
paling penting dalam model
oligopoli.Dewasa ini banyak koperasi
di pasar-pasar lokal yang telah
berintegrasi vertikal atau pasar-pasar
yang lebih besar dimana perusahaan-
perusahaan yang telah mapan masih
sangat terbatas. Hal ini menunjukkan
bahwa koperasi telah berada di struktur
pasar oligopoli, yaitu struktur pasar
dimana hanya terdapat beberapa
penjual (perusahaan) yang menyebab
kan kegiatan penjual (perusahaan)
yang satu mempunyai peranan penting
bagi penjual (perusa haan) yang lain.
Integrasi vertikal yang dilaksanakan
oleh perusahaan koperasi atau
perusahaan-perusahaan lainnya di
samping sebagai upaya peningkatan
efisiensi perusahaan, juga untuk
menghadiri persaingan yang lebih ketat
antar penjual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Koperasi dalam Pasar Oligopoli
1. Definisi dan Asumsi Persaingan di antara bebrapa
anggota penjual (oligopoli) berbeda
dari persaingan di antara banyak
angota (persaingan sempurna dan tidak
sempurna) karena telalu sedikitnya
anggota, akan menghasilkan ketergan
tungan alam pengambilan keputusan.
Jika seorang penjual mengurangi harga
produknya, penjual lain akan segera
kehilangan pangsa pasarnya bila tidak
bertindak serupa. Untuk alasan ini,
dalam pasar oligopoli sering di
temukan kordinasi harga untuk
mencegah perang harga yang
merugikan maupun persaingan non-
harga. Dalam struktur pasar yang
ditandai oleh sedikitnya jumlah
33
perusahaan, masing-masing oligopolis
memformulasikan kebijakaanya
dengan selalu memperhatikan
pengaruhnya bagi para pesaing.
Terdapat banyak sekali
penjelasan teoritis mengenai oligopoli
yang merupakan hasil langsung dari
perbedaan fenomena oligopoli itu
sendiri. Asumsi yang menyatukan
hampir seluruh model oligopoli adalah
bahwa jumlah penjual di pasar hanya
sedikit, sehingga mereka menyadari
adanya saling ketergantungan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
mereka. Seorang penjual menyadari
bahwa tindakannya akan
mempengaruhi penjual lainnya dan
bahwa penjual lain pun akan bereaksi
atas tindakan tersebut. Tipe dan waktu
reaksi ini sering kali tidak dapat
diprediksi sebelumnya.
2. Strategi Harga Koperasi Strategi dasar koperasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu
penggunaan faktor harga sebagai
parameter tindakan dan penggunaan
faktor non-harga melalui pengurangan
biaya diferensiasi produk, kualitas dan
lain-lain. Dengan kebijakan harga yang
aktif, koperasi menciptakan insentif
yang kuat bagi para pesaingnya untuk
menyingkirkan koperasi yang baru
masuk. Jika pesaing dapat dengan
mudah melenyapkan pihak luar dan
membuat luar bergantung pada bantuan
luar untuk bertahan hidup.
Faktor-faktor yang
menyebabkan pesaing oligopolistik
akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi jika
produknya sejenis adalah:
1. Selisih biaya (keunggulan biaya)
koperasi.
2. Posisi likuiditas para pelaku pasar.
3. Kesediaan anggota untuk
membiayai kerugian yang mungkin
terjadi (tingkat kesetiaan anggota).
Untuk menelaah pengaruh
koperasi, asumsikan bahwa sebelum
masuknya koperasi para oligopolis
berkolusi untuk memaksimalkan laba
mereka. Bukannya bersaing harga,
mereka malah secara diam-diam
mengkordinasikan harga untuk
mempertahankan laba mereka diatas
tingkat persingan. Jika hal tersebut
terjadi maka koperasi harus tanggap
dengan tindakan pesaing. Jika mereka
menurunkan harga dibawah harga
pasar maka koperasi harus mengikuti
penurunan harga seperti yang mereka
lakukan.
3. Pemotongan harga yang
mematikan.
Biasanya, koperasi akan menjadi
pendatang baru pada suatu pasar,
sedangkan perusahaan-perusahaan
lainnya merupakan perusahaan-
perusahaan yang telah maju, yang
sejak beberapa tahun lamanya mampu
mengakumulasi profit dan likuiditas
melalui kolusi (ataupun pemimpin
harga).
Apa yang dilakukan pada
pesaing koperasi? Mereka dapat
menanggapi kebijakan harga koperasi
dengan melakukan pemotongan harga
yang mematikan yaitu menjual produk
pada harga dibawah rata-rata total atau
biaya langsung. Kerugian dapat ditutup
dari laba monopoli yang terakumulasi
ketika harga masih tinggi (ketika
koperasi masih belum memasuki
pasar).
Tetapi, karena koperasi tidak
memiliki sumber daya finansial yang
cukup, ia dapat disingkirkan dari pasar
sehingga harga dapat meningkat
kembali, serta kerugian sementara tadi
dapat diganti oleh laba diatas normal
(monopolistik) lagi. Efek koperasi atas
kebijakan harga aktiv akan bernilai nol.
4. Kepemimpinan harga (price
leadership)
34
Kesimpulan sejauh ini adalah
bahkan sekalipun kemampuan
manajerial koperasi tidak memiliki
yang lebih rendah, akan lebih baik jika
koperasi menggunakan senjata harga
secara hati-hati agar bisa bertahan
dalam persaingan-mengingat bahwa
dalam oligopoli pemotongan harga
dapat dengan mudah lepas kendali.
Salah satu cara untuk mencegah
perang harga yang merusak koperasi
adalah dengan ‘mengikuti pemimpin
(harga) ‘ dalam menjual kepemimpinan
harga sebanarnya adalah bentuk lain
dari kolusi. Hal itu terjadi bila
perubahan harga dari suatu perusahaan
diikuti oleh perusahaan lainnya.
Terdapat beberapa bentuk
kepemimpinan harga :
1. Kepemimpinan oleh perusahaan
berbiaya rendah.
2. Kepemimpinan oleh perusahaan
besar (dominan)
3. Kepemimpinan harga barometrik
Mengikuti harga merupakan
strategi yang rasional bagi koperasi,
jika koperasi tersebut kecil atau
memasuki pasar dengan biaya awal
lebih tinggi, oleh karena itu secara de
facto wajib mengikuti pemimpin yang
sudah mapan. Bagi sebagian besar
koperasi, hal ini merupakan asumsi
yang realistis.
5. Hambatan masuk (barriers to
entry) bagi koperasi Banyak perusahaan yang telah
lebih dulu ada mungkin tidak
menganggap koperasi sebagai
tantangan serius. Hambatan masuk
yang sebenarnya ditujukan bagi
perusahaan non koperasi, secara tidak
sengaja juga akan menghambat
masuknya koperasi.
Oligopoli mengasumsikan
pembatasan atas masuknya pendatang
baru. Tanpa hambatan masuk, para
pesaing baru akan memasuki pasar dan
industri akan cenderung mendekati
persaingan sempurna (dengan produk-
produk sejenis atau homogen) atau
persaingan tidak sempurna (produk-
produk tidak sejenis atau heterogen)
Hambatan masuk bagi
perusahaan-perusahaan baru ke dalam
struktur pasar oligopoli atau pasar
monopolistik terdiri atas beberapa
bentuk :
1. Sangsi hukum pemerintah (paten,
kuota,hal monopoli, waralaba atau
franchise)
2. Diferensiasi produk
3. Kurangnya modal maupun
pengetahuan, teknologi
(kemampuan manajerial yang lebih
tinggi merupakan hambatan
masuk)
4. Keterbatasan permintaan pasar dan
skala ekonomi (hanya
satu/beberapa perusahaan saja yang
mungkin mampu menghasilkan
laba dalam pasar yang terbatas).
5. Pembatasan harga
Bagi koperasi, tiga bentuk
terakhir mungkin merupakan hambatan
paling serius untuk memasuki pasar
oligopoli (atau monopoli). Karena
kurangnya modal dan/ atau rendahnya
kemampuan teknologi dan manajerial
(keahlian, pengetahuan teknis maupun
pengalaman), maka kurva biaya
koperasi yang memasuki pasar akan
berada di atas kurva biaya perusahaan
yang sudah mapan. Oleh karena itu,
potensi masuknya koperasi tidak akan
dianggap serius oleh perusahaan-
perusahaan tersebut.
6. Hambatan Masuk dan Integrasi
Vertikal Koperasi Telah dibahas sebelumnya
bahwa ‘’kerjasama vertikal‘’
merupakan aspek sentral bagi koperasi
yang umumnya dijumpai. Jika dilihat
dari perusahaan-perusahaan mapan,
maka koperasi pembelian akan
‘’berintegrasi ke hulu’’ ke arah operasi
yang lebih awal, sedangkan pemasaran
35
akan ‘’berintegrasi ke hilir’’ menuju ke
arah konsumen.
Masuknya sebuah koperasi
dapat dianggap sebagai integrasi
vertikal yang terkoordinasi secara
koperasi oleh perusahaan (anggota)
yang mapan. Keunggulan potensial
yang dimiliki oleh koperasi baru
dibandingkan dengan perusahaan baru
lain pada tingkat pasar yang sama
(misalnya menjual input pada petani ),
dapat terlahir dari identias pemilik jasa
koperasi
7. Oligopoli dan monopoli alami Dengan teknologi produksi saat
ini, maka terdapat hanya beberapa atau
bahkan hanya satu pemasok yang dapat
memproduksi secara efisien. yang
terjadi adalah sebagai berikut
1. Jika produksi sudah mencapai
skala ekonomi, biaya rata-rata dan
biaya marginal produksi akan turun
sejalan dengan peningkatan output.
2. Permintaan terlalu rendah untuk
dapat menghasilkan laba ekonomi
yang positif.
Dalam literatur, kasus terakhir
ini dianggap sebagai ‘’monopoli
alami’’ (natural monopoly) yang
berbeda dari ’monopoli buatan’’
(artificial monopoly). Monopoli buatan
disebabkan oleh hambatan masuk
buatan, terutama hambatan hukum
(misalnya produsen obat-obatan yang
memiliki hak paten). Sedangkan
monopoli alami merupakan hasil dari
hambatan teknologi ‘’alami’’.
Dalam situasi monopoli alami,
monopolis atau oligopolis akan mampu
membebankan harga tinggi bagi
produknya. Pendatang baru dihalangi
atau tidak mungkin masuk karena
keterbatasan pasar. beberapa
pengarang melihat bahwa dalam
monopoli alami inilah terdapat inti dari
keunggulan komparatif koperasi.
Dapatkah koperasi berperan
dalam situasi monopoli alami? Ada
beberapa hal yang harus
dipertimbangkan jika kperasi yang
masuk ke pasar itu ingin menggantikan
monopoli, maka ia harus memiliki
keunggulan tambahan:
1. Koperasi mempunyai teknologi
lebih baik dari perusahaan yang
digantikan.
2. Koperasi menghasilkan
produk/jasa yang lebih baik.
3. Koperasi mewujudkan keunggulan
gaya transaksi lainnya.
4. Koperasi memiliki akses yang
lebih baik ke kekuasaan politis
demi mendapatkan kekuatan
hukum untuk menyingkirkan
monopolis.
Menghadapi tantangan koperasi
yang mematikan tersebut, monopolis
tentu saja akan memberikan
perlawanan balik dengan
memperkenalkan inovasinya sendiri:
1. Memperkenalkan teknologi
produksi baru yang memungkinkan
untuk menghasilkan produk lama
dapat memberi keuntungan pada
tingkat permintaan yang lebih
kecil.
2. Meningkatkan kualitas produk
yang ditawarkan.
Keberhasilan koperasi akan sangat
bergantung pada:
1. Kemampuan inovasi koperasi
2. Faktor-faktor yang belum
ditentukan (seperti biaya transaksi
atau pengurangan ketidakpastian).
Kesimpulan dari pembahasan
ini adalah bahwa pada kasus monopoli
atau oligopoli alami, selama pasar
terbuka bagi pendatang baru atau tidak
ada hambatan masuk yang bermotif
politik maupun hukum lainnya, maka
masuknya koperasi ke dalam pasar
seperti itu tidak dapat memberikan
keunggulan tambahan.
Oleh karena itu, yang perlu
dicari adalah penyebab keunggulan
koperasi yang berada diluar argumen
teori harga tradisional. Hal ini harus
atau hanya dapat menjadi keunggulan
36
yang tidak dapat ditiru oleh organisasi
non-kpoerasi yaiytu faktor-faktor yang
berhubungan langsung dengan aspek
koperasi dari suatu organisasi. Sebagai
contoh jika suatu monopolis alami
ditantang oleh koperasi yang
memberikan pelayanan yang lebih
baik, monopolis tersebut tidak dapat
meniru, karena akan mampu
menirunya monopolis tersebut harus
menjadi koperasi terlebih dahulu.
B. Pendekatan Kinerja Structure-
Conduct Dalam subbab berikut dianalisis,
dalam kondisi pasar yang bagaimana
koperasi dengan tingkat given dapat
mencapai hasil ekonomis yang lebih
baik bagi anggotanya. Ada dua
pandangan teoritis tentang bagaimana
koperasi pada pasar yang berbeda
dapat menyediakan manfaat ekonomi
bagi anggota dibandingkan dengan
perusahaan non koperasi.
Pendekatan pertama, model
struktur pasar neo-klasik standart
adalah suatu pendekatan yang paling
umum dipakai dalam literatur koperasi.
Model Neoklasik standar terdiri dari
pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik (tidak sempurna),
oligopoli, dan monopoli. Pada ujung
yang satu (monopoli) tingkat
persaingan adalah nol sedangkan pada
ujung yang lain (persaingan sempurna)
tingkat persaingan adalah maksimal.
Pandangan persaingan ini
melihat adanya hubungan sebab akibat
langsung antara struktur (industri),
tindakan perusahaan (condact of the
firm) dan kinerja (pasar).
Struktur pasar terdiri dari unsur
eksternal yang berubah secara perlahan
dan relatif permanen bagi perusahaan
dan mempengaruhi tindakan
perusahaan dalam jangka panjang
khususnya dalam penentuan harga
pasar. Struktur pasar tergantung pada
pertimbangan-pertimbangan seperti
jumlah penjual dan pembeli di pasar,
kesamaan produk mereka dan
kemudahan perusahaan untuk
memasuki dan meninggalkan industri
(pasar). Tindakan pasar (market
conduct) atau perilaku (behavior)
bisnis dapat dipahami sebagai pilihan
taktik dan strategi yang terdapat pada
pembagian perusahaan dalam struktur
pasar yang khusus.
Kinerja pasar berhubungan
dengan hasil-hasil ekonomis dan non-
ekonomis yang ditentukan oleh
struktur pasar atas ‘behavior’
perusahaan yang harus dihasilkannya.
Kinerja dapat dilihat dalam
hubugannya dengan dimensi-dimensi
yang berbeda seperti efisiensi
ekonomis/alokatif, mutu produk,
kemajuan teknologi, dan dalam hal
koperasi, promosi anggota.
Sebagaimana yang dapat dilihat
dalam tabel di atas ada tiga kategori
yang menentukan standar proses pasar
yaitu struktur, tindakan (conduct), dan
kinerja yang berhubungan erat dan
saling menentukan struktur pasar
menetukan prilaku perusahaan dalam
industri atau pasar sedangkan tindakan
menetukan kualitas kinerja perusahaan
maupun pasar.
Berkenaan dengan koperasi, kini
dapat ditentukan secara lebih seksama
tujuan dari analisis harga dalam
struktur pasar. Karena sampai saat ini
teori koperasi telah menggunakan
pendekatan ini secara luas, dan karna
kesimpulan penting bisa ditarik dari
pembahasan tersebut, maka pendekatan
ini tampaknya bisa digunakan sebagai
langkah awal yang penting untuk
analisis selanjutnya. Pertama-tama
akan dianalisis tentang kebijakan harga
koperasi pembelian (supply) yaitu
koperasi yang membeli dan
mendistribusikan input atau produk
bagi para anggotanya, misalnya pupuk.
Selanjutnya akan dibahas mengenai
kebijakan koperasi pemasaran (yaitu
37
koperasi yang membeli produk dari
anggota dan memasarkan produk
kepada masyarakat umum).
C. Koperasi dalam Persaingan
Sempurna
Persaingan sempurna adalah
struktur pasar yang paling banyak
digunakan oleh ahli ekonomi. Model
persaingannya merupakan dasar
analisis dan riset terapan yang luas.
Karakteristik model pasar persaingan
sempurna, sebagai berikut:
1. Jumlah pembeli dan penjual yang
besar/banyak.
Jumlah yang besar merupakan
gambaran struktural dasar pasar
persaingan sempurna. “Besar”
disini, tidak mengacu pada jumlah
tertentu. Akan tetapi harus ada
cukup perusahaan, sehingga
masing-masing perusahaan, sebesar
apa pun hanya memasok sebagian
kecil dari jumlah keseluruhan yang
mempengaruhi pasar. akibatnya,
tingkat produksi perusahaan
(kapasitas penuh atau tidak
berproduksi sama sekali), tidak
akan berpengaruh besar pada harga
pasar.
2. Seluruh perusahaan menjual
produk yang identik (homogenitas
product)
Asumsi homogenitas produk,
memiliki beberapa implikasi
penting:
a) Tidak ada insentif bagi
perusahaan untuk terlibat dalam
pesaingan non harga (melalui
iklan dan bentuk-bentuk
promosi penjualan lainnya).
Karena produk-produknya
identik, dan pembeli
mengetahui hal itu, persaingan
non harga tidak akan
menambah keunggulan pasar
bagi suatu perusahaan atas
perusahaan lainnya.
b) Asumsi banyak penjual dan
homogenitas produk
menyatakan secara tidak
langsung bahwa masing-masing
perusahaan tidak mampu
mempengaruhi harga pasar.
3. Perusahaan bebas keluar masuk
pasar.
Tidak ada hambatan untuk
masuk atau keluar dari pasar, baik dari
perusahaan maupun sumber-sumber
daya yang digunakannya. Karakteristik
ini merupakan bagian dari struktur
pasar.
4. Pengetahuan yang sempurna dari
pembeli dan penjual.
Pembeli maupun penjual
diasumsikan memiliki pengetahuan
yang sempurna mengenai kondisi
pasar. informasi dapat diperoleh secara
cuma-cuma.
C. Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam
Persaingan Sempurna Tujuan-
tujuan Usaha Koperasi
1. Memaksimalkan laba
Perusahaan berada dalam
kondisi ekuilibrium ketika ia
memaksimalkan laba yang
didefinisikan sebagai perbedaan antara
total cost (TC) dan total revenue (TR).
2. Maksimisasi Output
Kondisi akan terwujud jika
average cost (AC) = average revenue
(AR). Harganya menjadi P = AC =
AR.
3. Maksimisasi Average Cost
Memberikan pelayanan kepada
anggota dengan tingkat harga yang
serendah-rendahnya.
4. Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti
halnya ia berada di dalam struktur
pasar yang kompetitif. Dalam
persaingan sempurna, ekuilibrium akan
diperoleh jika MC = P = AC.
5. Maksimisasi SHU/Dividend
(Patronage Refund)
38
Jika koperasi bertujuan untuk
memaksimumkan SHU yang dapat
didistribusikan kepada anggotannya
koperasi tersebut harus memproduksi
output yang merupakan hasil terbesar
dari perbedaan harga yang akan
dibebankan dengan rata-rata biaya
produksinya.
D. Kinerja Jangka Pendek Koperasi
Suatu koperasi yang menjual
barang atau jasa secara seceran kepada
anggotanya memasuki suatu pasar
dengan struktur pasar persaingan. Jika
koperasi itu ingin berhasil, maka ia
harus memberikan paling sendikit
manfaat yang sama dengan pasar bagi
para anggotannya.
Dalam analisis kinerja
komperatif jangka pendek koperasi
dalam suatu pasar persaingan
sempurna akan dibedakan kembali
kasus-kasus kemampuan koperasi
dengan tingkat yang sama, lebih
rendah serta lebih tinggi.
Kasus 1: Kemampuan koperasi sama
dengan kemampuan manjerial
pesaingnya
Dalam persaingan sempurna,
suatu koperasi tidak mempunyai
kendala atas harga pasar. kurva
permintaan koperasi akan sangae
elastis, ia dapat menjual sebanyak
mungkin atau sedikit mungkin output
sebagaimana yang dikehendakinya
tanpa mampu mempengaruhi harga.
Sesuai dengan kaidah
AC=MR=harga (dalam pasar
persaingan sempurna), satu-satunya
perbedaan antara perusahaan biasa
dengan koperasi adalah koperasi akan
menyediakan jumlah lebih banyak
untuk harga yang sama, bila
dibandingkan dengan perusahaan
biasa. Oleh karena itu, dalam jangka
pendek keputusan untuk membeli dari
koperasi tidak memiliki keunggulan
dibandingkan dengan membeli dipasar.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah
daripada pesaing.
Dalam kondisi seperti ini
koperasi tidak dapat meningkatkan
harga di atas harga pasar dengan artian
bahwa koperasi menjual barangnya
dibawah harga pasar sehingga koperasi
akan mengalami kerugian yang harus
ditanggung oleh anggota atau pihak
luar. Kesenjangan kemampuan tersebut
sangat signifikan terutama pada fase
awal dari kelahiran koperasi. Pada saat
itu manajemen mungkin masih belum
berpengalaman atau manajemen yang
baik sulit untuk diajak berkecimpung
dalam koperasi. Beberapa koperasi
dapat melalui masa-masa sulit tersebut
dengan mempekerjakan manajer
kehormatan (tidak dibayar menurut
atau gaji pasar). Dalam jangka pendek,
koperasi dengan kemampuan
manajerial yang lebih rendah dapat
bertahan, sepanjang ia dapat
menghindari kerugian produksi.
Koperasi dapat menjual produk yang
homogen pada tingkat harga yang
sama seperti para pemasok non-
koperasi, bahka jika jumlah produk
yang dipasok, lebih sedikit.
Kasus 3: Koperasi dengan kemampuan
manajerial yang lebih tinggi daripada
pesaing.
Suatu koperasi dengan tingkat
persaingan yang lebih tinggi dapat
memproduksi output tertentu dengan
biaya yang lebih rendah daripada
pesaingnya. Satu-satunya perubahan
yang terjadi (bila dibandingkan dengan
kasus yang telah dikajikan
sebelumnya) adalah tingkat produksi
yang lebih tinggi.
Sebagai kesimpulan, dalam
persaingan sempurna jangka pendek,
koperasi tidak berfungsi karena tidak
memiliki keunggulan koperatif dalam
memajukan anggotanya.
E. Kineja Jangka Panjang Koperasi
39
Dalam jangka panjang, koperasi
hanya menggunakan faktor-faktor
variabel produksi, maka ia dapat
mengubah kapasitas produksinya,
dalam analisis kerja komperatif jangka
panjang koperasi dalam suatu pasar
persaingan sempurna, akan dibedakan
kembali kasus-kasus kemampuan
koperasi dengan tingkat yang sama,
lebih rendah serta lebih tinggi.
Kasus 1 : Koperasi dengan
kemampuan manajerial yang sama
dengan kemampuan pesaing.
Dalam jangka panjang, harga
dalam pasar persaingan sempurna akan
sama dengan biaya produksi rata-rata
minimumnya. Tidak ada perbedaan
baik dalam harga maupun kuantitas
barang yang dijual koperasi maupun
perusahaan non-koperasi yang
memeksimalkan keuntungan. Namun
dalam jangka pendek, koperasi akan
mampu menghasilkan out put lebih
banyak dengan harga yang sama.
Kaidah harga ini berlaku bagi seluruh
partisipan pasar.
Kasus 2 : Koperasi dengan
kemampuan manajerial yang lebih
rendah dari pada pesaing.
Jika koperasi yang memiliki
kemampuan lebih rendah (berarti biaya
lebih tinggi), dalam jangka panjang,
koperasi ini mungkin tidak dapat
bertahan. Karena koperasi hanya
merupakan pemain kecil yang tidak
mampu mempengaruhi harga pasar, ia
tidak dapat meminta anggotanya untuk
membayar lebih mahal dari harga
pesaing. Dengan struktur biaya yang
lebih tinggi, koperasi akan menderita
kerugian. Dalam jangka pendek,
koperasi dengan kemampuan lebih
rendah dapat bersaing dibawah
kondisi-kondisi tertentu, namun hal ini
sulit terjadi dalam jangka panjang.
Kematian ekonomi dari suatu koperasi
tak dapat terelakkan. Koperasi dengan
kemampuan rendah mungkin dapat
bertahan untuk jangka waktu tertentu
karena tertolong oleh antusiasme dan
kesetiaan anggota mereka. Jika
manfaat bagi anggota tidak
didahulukan, maka kesetiaan anggota
akan turun. Bila ini terjadi koperasi
akan lenyap kecuali ia mampu
menekan biaya atau meningkatkan
kemampuan manajerialnya.
Kasus 3 : Koperasi dengan
kemampuan manajerial yang lebih
tinggi.
Koperasi dengan kemampuan
manajerial lebih tinggi dapat melebihi
pesaingnya melalui dua strategi:
1. Menyediakan barang dengan harga
yang lebih rendah.
2. Memberikan harga yang sama
dengan pesaing kemudian
membagi SHU kepada anggota.
Koperasi dapat mempertahankan
keunggulan kompetitifnya dalam
jangka panjang hanya jika ia berhasil
mengurangi biaya terus-menerus pada
tingkat yang lebih cepat dibandingkan
dengan para pesaingnya. Hal ini
membutuhkan keunggulan kompetensi
koperasi yang sifatnya permanen.
F. Kinerja Koperasi dalam Persaingan
tidak sempurna Persaingan tidak sempurna
memiliki karakteristik yang serupa
dengan struktur pasar persaingan
sempurna (terdapat banyak pembeli
dan penjual) dengan perkecualian
bahwa setiap pemasok juga merupakan
monopolis kecil (pesaingan
monopolistik kelompok besar). Model
persaingan tidak sempurna atau
monopolistik ini telah diperkenalkan
secara serempak oleh beberapa penulis
(1930) yang tidak puas dengan
kekuatan prediktif dan penjelasan dari
model persaingan. Persaingan
sempurna gagal menjelaskan dan
memprediksi perilaku dalam beberapa
situasi kelompok besar yang ditandai
40
dengan oleh periklanan, perbedaan
produk dan diskriminasi harga. Seluruh
kegiatan tidak mungkin yang terjadi
dalam persaingan sempurna.
Asumsi yang menjadi dasar dari
model persaingan monopolistik secara
esensial sama dengan persaingan
sempurna kecuali dalam hal
homogenitas produk. Dalam
persaingan tidak sempurna para
penjual bersaing melalui deferensiasi
produk. Diferensiasi ini berasal dari
perbedaan kualitas, periklanan, lokasi
penjualan, kemasan dan lain-lain.
Setiap perusahaan berupaya agar
produknya berbeda dengan produk
yang dijual oleh produk produsen lain.
Menurut beberapa ahli ekonomi
struktur pasar ini secara empiris paling
relevan. Satu hal yang
membedakannya dari situasi
persaingan sempurna adalah adanya
heterogenitas produk sehingga masing-
masing penjual dapat berperilaku
sebagai monopolis kecil. Saat penjual
mengubah harganya, tidak akan ada
perpindahan total konsumen. Kurva
permintaannya pun tidak akan
horizontal melainkan menurun,
menandakan elastisitas permintaan
yang kurang sempurna.
1. Analisis Jangka Pendek Karena dalam persaingan
monopolistik setiap pemasok
merupakan monopolis kecil, maka
kurva permintaannya tidak elastis
sempurna seperti dalam pasar
persaingan sempurna. Jadi perusahaan
memiliki kekuatan untuk menentukan
harga, terutama jika tidak banyak
perusahaan yang menjadi monopolis.
Oleh karena itu kurva permintaannya
akan lebih menurun lagi. Semakin
besar jumlah perusahaan dan semakin
sedikit perbedaan produknya maka
semakin elastis kurva permintaan tiap
perusahaan. Suatu perusahaan dalam
struktur persaingan tidak sempurna
akan mengoptimalkan laba dengan
memproduksi kuantitas.
Kasus 1: Kemampuan koperasi sama
dengan pesaing lain
Suatu koperasi yang bertujuan
memaksimalkan laba akan beroperasi
pada MC=MR dengan harga dan
kuantitas. Jika koperasi ingin
menyediakan anggotanya dengan
produk rata-rata serendah mungkin,
koperasi akan memproduksi kuantitas
dengan harga. Karena terdapat laba
yang cukup besar pada SHU
(patronage refund) dapat dibagikan.
Sebagaimana yang dibahs pada situasi
serupa dalam persaingan sempurna,
keputusan untuk berproduksi pada
tingkat biaya rata-rata serendah
mungkin, tidak akan menghasilkan
kondisi yang stabil/ekuilibrium. Para
anggota baru akan masuk dan atau
anggota lama akan mendorong untuk
meningkatkan produksi (menjual
sebagian dari peningkatan output
dengan harga pasar yang lebih tinggi).
Solusi kompetitif (competitive
solution) akan tercapai saat MC=AR.
Keputusan apa yang dianggap
optimal ? dan strategi harga apa yang
sebenarnya akan dilakukan ?
pertanyaan ini sulit untuk dijawab
secara umum, karena hal ini
tergantung pada distribusi kekuatan
dan pola pertisiapasi dalam koperasi
yang bersangkutan. Jika manajemen
memiliki kewenangan untuk memilih
mereka mungkin akan lebih memilih
harga yang dapat memberikan laba
untuk ditanamkan kembali dan
mengembangkan usahanya.
Kesimpulan dalam jangka pendek
koperasi dengan kemampuan yang
sama dengan pesaing, dapat
memberikan keuntungan harga yang
jelas bagi anggotanya dibandingkan
dengan pasar.
Manfaat jangka pendek tambahan
diperoleh jika pelayanan yang dijual
merupakan sesuatu yang baru bagi
41
anggota (misalnya pupuk di negara
berkembang). Karena penghapusan
efek monopoli koperasi tidak hanya
menjual barang dengan harga murah
tetapi juga dengan jumlah yang
banyak, dalam hal ini input yang baru.
Dengan demikian inovasi yang
dilakukan akan menjadi lebih mudah
dan menguntungkan.
Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan
yang lebih rendah
Apabila kemampuan manajerial
koperasi lebih rendah daripada
perusahaan swasta, koperasi masih
akan mampu menyediakan pelayanan
yang lebih baik bagi anggota sepanjang
kurva biaya rata-rata memotong fungsi
permintaan pada titik lebih rendah dari
harga yang diminta oleh perusahaan
swasta. Bahkan dalam jangka pendek
pun, kesenjangan kemampuan ini tidak
akan mampu mengahalngi keunggulan
komparatif koperasi.
2. Analisis Jangka Panjang Kasus 1. Kemampuan sama
Sekalipun koperasi dalam
persaingan tidak sempurna dapat
menghasilkan laba, bukan berarti ia
mampu menyaingi laba swasta. Pangsa
pasar koperasi terlalu kecil untuk dapat
memberikan dampak langsung pada
penjual lainnya. Keuntungan pribadi
(private profit) ini akan menraik
pemain baru untuk memasuki pasar.
Akibatnya kurva permintaan sedikit
demi sedikit akan bergeser ke kiri.
Pesaing baru tidak akan masuk lagi
ketika seluruh laba telah habis.
Ekuilibrium jangka panjang inilah
yang digambarkan Chamberlain dalam
solusi yang dikenal dengan tangency
Pada ekuilibrium jangka
panjang, kurva permintaan akan
merupakan tangen bagi kurva biaya
rat-rata. Seluruh laba akan hilang atau
habis. Hasil yang mengejutkan adalah
bahwa dalam jangka panjang
perusahaan swasta akan mengikuti
kaidah harga yang sama dengan
koperasi. Dalam jangka panjang
tampaknya koperasi tidak dapat
memberi keuntungan tambahan bagi
para anggota. Situasi yang sama juga
akan terjadi seperti pada persaingan
sempurna jangka pendek. Koperasi
kembali menjadi tidak berfungsi.
Harus diingat bahwa dalam jangka
panjang pemilihan harga oleh koperasi
memiliki keterbatasan. Koperasi tidak
dapat beroperasi ketika LRAC (biaya
rata-rata jangka panjang)nya minimal,
maupun ketika LRMC (biaya marginal
jangka panjang)nya memotong kurva
AR (pendapatan rata-rata) karena
kedua kondisi ini akan menyebabkan
kerugian.
Kasus 2 : Kemampuan Lebih Rendah
Lebih sulit menelaah koperasi
dengan kemampuan yang lebih rendah
pada persaingan monopolistik. Ketika
fungsi permintaan sama bagi semua
pelaku pasar produsen yang berbiaya
tinggi tidak akan mampu bersaing
karena fungsi permintaannya akan
lebih rendah daripada jangka
panjangnya. Koperasi akan
berproduksi dalam keadaan merugi.
Setiap produsen juga merupakan
monopolis kecil. Ia dapat
mempengaruhi kurva permintaannya
sendiri misalnya melalui iklan dan
promosi penjualan. Jika koperasi lebih
baik dalam pemasaran dibandingkan
pesaingnya maka kelebihannya ini
dapat menjadi kompensasi bagi
kelemahannya dari sisi biaya.
(disadvantages) sampai pada titik
tertentu.
Akan tetapi jika kemampuannya lebih
rendah ini meluas mulai dari produksi
sampai dari pemasaran koperasi
tersebut tidak akan bersaing dalam
jangka panjang.
Kesimpulan dari analisis diatas
sama dengan kesimpulan pada pasar
persaingan sempurna. Jika beralih dari
jangka pendek koperasi cenderung
42
lenyap. Koperasi akan memerlukan
tingkat kemampuan yang sama
sebagaimana pesaingnya untuk dapat
bertahan. Akan tetapi kesimpulan ini
berlaku hanya bagi koperasi yang
menjual produk kepada anggotanya
sendiri.(koperasi pembelian)
Argumen berikut serring
ditemukan pada literatur koperasi-
anggota tidak tertarik pada deferensiasi
produk atau anggota dapat di didik
untuk dapat memilih produk-produk
sederhana seperti pembayaran tunai
daripada kredit, tidak ada jasa
pengiriman, pengepakan sederhana,
tidak ada iklan dan lain-lain.
Konsekuensinya koperasi akan mampu
mengurangi biaya kemudian mampu
mempertahankan keunggulannya
bahkan dalam jangka panjang.
Muncul dua argumen yang
bertolak belakang. Pertama jika
pelanggan benar-benar tertarik pada
produk tanpa deferensiasi (non
differentiated products ) bukankah
perusahaan-perusahaan swasta pun
mampu menjual-menjual produk
semacam itu ? berlaku tidaknya
argumen ini merupakan pertanyaan
empiris. Apakah pelanggan akan
mengatakan apa yang diinginkannya
atau mereka harus dididik atau ditekan
oleh manajemen koperasi ? pedagang
mungkin tidak akan tertarik jika
volume-volume penjualan produk-
produk ini terlalu rendah. Di pihak lain
mungkin koperasi berhasil menarik
banyak atau seluruh pembeli yang
lebih memilih produk sederhana.
Kedua, para pemakai input
mungkin terikat pada pemasok bukan
hanya karena mereka pemasok input
tertentu saja, tetapi juga karena mereka
menyediakan pelayanan-pelayanan
alainnya (interlocking services).
Mungkin tidak mudah bagi koperasi
untuk merebut pangsa pasar walaupun
ia mampu menyediakan input tersebut
denagn harga lebih rendah tanpa
menyertakan pelayanan lainnya.
Kesimpulan dari pembahsan ini
adalah dibandingkan dengan pasar
persaingan sempurna koperasi dalam
persaingan monopolistik setidaknya
memiliki keunggulan kinerja jangka
pendek jika kesenjangan
kemampuannya tidak terlalu besar. Hal
ini memberikan kesempatan bagi
koperasi untuk membangun
kemampuan manajerialnya agar dapat
bersaing secara lebih baik dalam
jangka panjang, dengan pengecualian
bahwa koperasi dengan
kemampuannya lebih rendah akan
lebih sulit untuk bertahan.
G. Persaingan Potensial dan Koperasi Merangkum pembahasan monopoli
dan oligopoli, terdapat beberapa hal
penting:
1. Struktur pasar monopolistik dan
oligopolistik membebankan harga
yang lebih tinggi dari biaya marginal,
MC, yang dapat diartikan sebagai
“kegagalan pasar” (market failure).
Kegagalan pasar ini dapat diperbaiki
dengan masuknya koperasi. Akan
tetapi, sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya, ini adalah hal yang
problematis. Jika pelaku pasar dapat
mewujudkan selisih positif dari
pendapatan atas biaya, maka pada saat
yang sama, peluang laba bagi
pendatang baru pun akan tercipta.
2. Mengapa peluang laba pada pin di atas
tidak dieksploitasi?
a. Masuknya pesaing ke dalam pasar
tidaklah bebas karena adanya
hambatan-hambatan hukum, politik
dan ekonomi (rent-seeking
behaviour of political
enterpreneurs). Kebijakan yang
dapat mengatasi masalah ini bisa
berupa perubahan atau penghapusan
hak-hak hukum yang mendukung
kekuatan monopoli.
43
b. Terdapat kesenjangan kemampuan
antara pelaku pasar dengan
pendatang baru. Kesenjangan ini
mencegah pesaing masuk dan
melakukan peniruan. Situasi ini
sangat mirip dengan
masalah”monopolis-inovator”
menurut Schumpter, biaya “sewa”
(rent) monopoli dapat
diinternalisasikan karena
kemampuan inovasi, teknologi dan
kewirausahaannya yang lebih
tinggi.
c. Biaya/hambatan masuk sangat
tinggi. Bagian yang cukup besar
dari perbedaan biaya ini adalah
kemampuan kewirausahaan
(enterppreneurial ability).
d. Biaya transaksi untuk
mengeksploitasi peluang laba,
terlalu tinggi. Telah diasumsikan
bahwa biaya transaksi nol. Tetapi
jika biaya transaksi positif, maka
serangkaian argumen baru bisa
diterapkan.
3. Perilaku oligopolis dan monopolis
sangat tergantung pada biaya yang
dibutuhkan untuk masuk ke pasar. Jika
biaya atau hambatan masuk rendah,
maka dalam jangka panjang, pasar
oligopoli dan monopoli tidak akan
menyimpang jauh dari pasar
persaingan sempurna. Tekanan
persaingan dari pendatang potensial
merupakan hambatan besar atas
perilaku perusahaan yang berada di
pasar. Ketika masuk/keluar pasar
adalah bebas (tak ada batasan secara
hukum) dan biaya masuk/keluar rendah
(tidah ada kesenjangan kemampuan
antara perusahaan di dalam dan di luar
pasar), maka oligopolis dan monopolis
mungkin mampu mencegah masuknya
pesaing. Hal ini juga kan menghalangi
masuknya koperasi.
4. Mengingat relevansi teori kinerja
structure-conduct, maka penentu
perilaku perilaku struktur pasar
menjadi kurang relevan dalam
persaingan potensial. Faktor-faktor
penting bagi masuknya koperasi dan
keberhasilan pasar kurang berkaitan
denga pangsa pasar maupun jumlah
perusahaan, melainkan lebih berkaitan
dengan biaya masuk dan faktor-faktor
yang mempengaruhi keunggulan
komparatif setelah masuknya
perusahaan dalam pasar.
Jika biaya masuk rendah
dan tidak terdapat hambatan hukum
dalam keluar/masuknya perusahaan
ke pasar; maka keunggulan
koperasi potensial akan kurang
berkaitan dengan variabel-variabel
struktur pasar (entah itu pasar
persaingan sempurna, tidak
sempurna oligopoli atau
monopoli). Hal yang lebih penting
adalah biaya khusus yang harus
dikeluarkan oleh pendatang baru.
Jika biaya masuk rendah, maka
keunggulan tambahan bagi anggota
koperasi yang masuk ke pasar akan
sulit terwujud karena:
a. Koperasi harus memiliki
kemampuan, inovasi lebih
tinggi dibandingkan
perusahaan yang berada di
pasar untuk memberikan
keunggulan khusus yang
diperoleh dari teknologi baru,
metode-metode organisasional
yang lebih baik maupun
perbaikan produk dan layanan.
b. Koperasi harus mampu
mengurangi biaya transaksi-
lebih rendah dari biaya
perusahaan yang berada di
pasar.
c. Koperasi juga harus mampe
mewujudkan keunggulan lain
yang tidak diberikan oleh
organisasi lainnya.
Ini merupakan dilema bagi koperasi
karena:
44
a. Jika biaya masuk rendah,
koperasi dapat memasuki pasar,
namun tanpa memberikan
keunggulan tambahan bagi
anggota.
b. Jika biaya masuk koperasi
tinggi disebabkan oleh
kemampuan manajerial dan
kewirausahaannya yang rendah,
maka koperasi tidak dapat
memasuki pasar. Kembali tidak
ada keunggulan koperasi
khusus yang dapat memperoleh
keuntungan diatas (supra)
normal untuk jangka waktu
yang lama, sampai pemai harus
datang dan berhasil mengurangi
kesenjangan kemampuan
tersebut.
Dalam kedua kasus tersebut,
koperasi tidak memperoleh apa-apa.
Konsekuensinya, kita harus melihat
teori-teori, hipotesis dan variabel-
variabel lainnya untuk menjelaskan
penyebab kinerja komparatif koperasi.
H. Skala Ekonomi dan Kinerja
Komparatif Koperasi
1. Masalah dan Arti Skala
Ekonomi Skala ekonomi dapat dianggap
sebagai faktor-faktor yang
memungkinkan suatu perusahaan
untuk memproduksi output lebih
banyak dengan biaya rata-rata lebih
rendah. Skala ekonomi lebih diartikan
pada hubungan antara biaya rata-rata
dengan skala ekonomi.
Skala ekonomi diperoleh dari dua
hukum utama mengenai produksi:
1. The law of Diminishing Return. Ini
adalah hukum jangka pendek yang
memiliki hipotesis bahwa output
tumbuh pada tingkat yang menurun
dan akhirnya malah akan benar-
benar turun ketika suatu
faktor/variabel input ditambahkan
ke variabel input lain yang
jumlahnya tetap, baik secara
kuantitas maupun kualitas.
2. Hukum kedua menganggap bahwa
seluruh input dalam proses
produksi adalah variabel. Hukum
ini berhubungan dengan return to
scale dan menggambarkan
hubungan antara input dengan
output dalam jangka panjang:
perusahaan memiliki fleksibilitas
penuh dalam menentukan karakter
proses produksinya.
Istilah skala ekonomi mengacu
pada hubungan antara biaya rata-rata
per unit waktu dengan skala
perusahaan.
Skala ekonomi riil memberikan
keuntungan bersih (net again) bagi
masyarakat, karena skala ekonomi ini
menghasilkan output tertentu
diproduksi dengan jumlah input lebih
sedikit.
Di lain pihak, skala ekonomi
finansial (pecuniary), tidak tergantung
pada efisiensi operasi. Hal ini sering
merupakan hasil dari pemanfaatan
kekuatan monopoli maupun kekuatan
monopsoni (pembeli tunggal) untuk
menekan perusahaan lain. Perilaku ini
mengakibatkan pendistribusian
kembali laba dari suatu perusahaan
kepada perusahaan lainnya. Jadi, skala
ekonomi financial tidak dapat dianggap
sebagai suatu perbaikan dalam
kesejahteraan ataupun efisiensi
masyarakat luas. Tentu saja perusahaan
yang menikmati skala ekonomi ini
dapat meningkatkan keuntungannya.
Tetapi keuntungan perusahaan ini bisa
menjadi kerugian bagi perusahaan
laiinya sehingga mixed blessing dari
ekonomi secara keseluruhan.
2. Skala Ekonomi dan Organisasi
Koperasi Jika koperasi beroperasi dengan
kemampuan yang lebih rendah, maka
biaya akan meningkat. Dalam kasus ini
45
koperasi dapat dengan mudah
disingkirkan oleh perusahaan swasta.
Koperasi dapat merealisasikan
skala ekonomi, dalam kondisi tertentu.
Akan tetapi, di dalam kondisi lainnya,
hasil yang berlawanan dapat terjadi.
Jika koperasi mampu merealisasikan
skala ekonomi, hampir merupakan satu
pembuktian diri; akan tetapi terdapat
keterbatasan khusus pada koperasi
(kemampuan manajemen mekanisme,
pengawasan internal, biaya transaksi,
dan lain-lain yang sesungguhnya dapat
membuat koperasi menjadi suatu
lembaga yang lebih mampu nntuk
merealisasikan skala ekonomi internal,
jika hal-hal tersebut dapat
ditingkatkan.
Skala ekonomi financial dapat
terjadi sebagai berikut: dengan
mengkombinasikan kekuatan pasar
dari para anggotanya suatu kerja sama
mungkin mampu untuk mencapai
harga yang lebih baik di pasar,
dibandingkan dengan jika para anggota
itu menjual dan membeli secara bebas.
Hal ini benar-benar merupakan
masalah apabila:
1. Jika kerja sama berhasil dalam
menekan profit perusahaan lainnya
(yang menjual atau membeli dari
kerjasama) dalam kasus ini kerja
sama bertindak sebagai monopolis
(sebagai orang “besar”) untuk
mencapai suatu pertambahan
ekonomis dengan menggunakan
kekuatan monopoli atau persaingan
pengendalian (restraining).
2. Kasus ke 2 mungkin dapat
direalisasikan jika semakin tinggi
volume penjualan/pembelian suatu
kerja sama, memungkinkan
pembeli/penjual itu sendiri
merealisasikan pengurangan
biayanya dan kemudian, paling
tidak, sebagian ditransfer bagi kerja
sama tersebut.
.KESIMPULAN
Masalah yang dihadapi koperasi
dalam pemasaran adalah persaingan dalam
pemasaran dan persaingan harga.
Pendekatan kinerja struktur model neo-
klasik standar dalah suatu pendekatan yang
paling umum dipakai dalam literatur
koperasi. Model Neoklasik standar terdiri
dari pasar persaingan sempurna,
persaingan monopolistik (tidak sempurna),
oligopoli, dan monopoli. Berkenaan
dengan koperasi, kini dapat ditentukan
secara lebih seksama tujuan dari analisis
harga dalam struktur pasar yaitu tentang
kebijakan harga koperasi pembelian
(supply) yaitu koperasi yang membeli dan
mendistribusikan input atau produk bagi
para anggotanya dan kebijakan koperasi
pemasaran (yaitu koperasi yang membeli
produk dari anggota dan memasarkan
produk kepada masyarakat umum).
Kinerja koperasi dalam jangka
pendek persaingan sempurna suatu
koperasi yang menjual barang atau jasa
secara eceran kepada anggotanya
memasuki suatu pasar dengan struktur
pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin
berhasil, maka ia harus memberikan paling
sendikit manfaat yang sama dengan pasar
bagi para anggotannya. Sedangkan dalam
persaingan tidak sempurna para penjual
bersaing melalui deferensiasi produk.
Diferensiasi ini berasal dari perbedaan
kualitas, periklanan, lokasi penjualan,
kemasan dan lain-lain. Model oligopoli
adalah bahwa jumlah penjual di pasar
hanya sedikit, sehingga mereka menyadari
adanya saling ketergantungan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka.
Strategi dasar koperasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan
faktor harga sebagai parameter tindakan
dan penggunaan faktor non-harga melalui
pengurangan biaya diferensiasi produk,
kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan
harga yang aktif, koperasi menciptakan
insentif yang kuat bagi para pesaingnya
untuk menyingkirkan koperasi yang baru
masuk. Jika koperasi berproduksi dengan
46
kemampuan lebih rendah (biaya lebih
tinggi) para pesaing dapat dengan mudah
melenyapkan pihak luar. Skala ekonomi
dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang
memungkinkan suatu perusahaan untuk
memproduksi output lebih banyak dengan
biaya rata-rata lebih rendah. Istilah skala
ekonomi mengacu pada hubungan antara
biaya rata-rata per unit waktu dengan skala
perusahaan.
Saran
1. Bagi pembaca harus agar
memahami materi yang terdapat
dalam isi artikel ini karena masalah
teori analisis teory harga pada
kopersi ada dalam artikel.
2. Bagi para pelaku usaha koperasi
harus tanggap dengan masalah
ekonomi khususnya pada masalah
harga karena harga merupakan
kesanggupan orang membeli
barang selain itu juga harus perlu
diperhatikan kualitas yang sesuai
harga.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman, sahabat dan keluarga
tercinta yang mana telah banyak
membantu dalam penyelesaian artikel ini,
walaupaun artikel ini jauh dari kata
sempurna akan tetapi dapat memberi
sedikit pengetahuan bagi kita semua
tentang keberadaan koperasi di dalam
pasar oligopoly.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rizal, (1992). Koperasi, Penerbit
Barindo, Jakarta.
Alma Wijaya, (1998). Bank dan Lembaga
Keuangan Lainya, rineka cipta,
Jakarta
Bambang, (1997). Manajemen Koperasi,
Penerbit BPFE-UGM,Yoyakarta
Budiarto, (1995). Manajemen Perkreditan.
Penerbit Liberety. Bandung
Budi Untung, H.2000, Perkreditan, Andi
Offset, Yogyakarta
Chaniago 1998 : 14. Koperasi di
Indonesia, Lembaga penerbit,
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Dashlan Siamat, 1993, Manajemen
Lembaga keuangan, Lembaga
Penerbit, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Jakarta
Djarot Siwidjatmo, 1992, Koperasi Di
Indonesia, Lembaga Penerbit,
Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Djarwanto, PS. 1992, Soal Jawab Statistik
bagian Statistik Induktif, Liberty
Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1999: 27 .1,
Prinsip Koperasi, Lembaga
Penerbit, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Jakarta.
Juli Irmayanto, 1997, Manajemen Uang
dan Bank, PT. Perlindo Jakarta
Kusnandi dan Hendar, 1999, Ekonomi
Koperasi, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Muchdarsyah Sinungan, 1991,
Perkoperasian, Bina Aksara Jakarta
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi
Teori dan Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.
Ropke Jockeu, 2003, Ekonomi Koperasi,
Teori dan Manajemen. Salemba
Empat
47
Subandsi, 2015, Ekonomi Koperasi, teori
dan praktik. Alfabet Bandung
.