KOORDINASI KEPOLISIAN DENGAN MASY A RAKAT DALAM ...
Transcript of KOORDINASI KEPOLISIAN DENGAN MASY A RAKAT DALAM ...
KOORDINASI KEPOLISIAN DENGAN MASYARAKAT DALAM
MENANGGULANGI KEJAHATAN GENG MOTOR DI
KELURAHAN SUNGGUMINASA KECAMATAN SOMBA OPU
KABUPATEN GOWA
ARIDWAN
Nomor Stambuk: 10561 04496 12
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
ii
KOORDINASI KEPOLISIAN DENGAN MASYARAKAT DALAM
MENANGGULANGI KEJAHATAN GENG MOTOR DI
KELURAHAN SUNGGUMINASA KECAMATAN SOMBA OPU
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
ARIDWAN
Nomor Stambuk : 10561 04496 12
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Aridwan
Nomor Stambuk : 10561 104496 12
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 10 Januari 2018
Yang Menyatakan,
Aridwan
vi
ABSTRAK
ARIDWAN, 2018. Koordinasi Kepolisian dengan Masyarakat dalam
Menanggulangi Kejahatan Geng Motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (dibimbing oleh Andi Nuraeni Aksa
dan Samsir Rahim).
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana
koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam menanggulangi kejahatan geng
motor di Kelurahan Somba Opu Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui koordinasi kepolisian
dan faktor penyebab terjadinya kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Metode yang digunakan dalam penelitiian ini adalah pendekatan studi
kasus. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi yang di
lakukan secara langsung oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas koordinasi pihak
kepolisisan Somba Opu dengan masyarakat dalam penanggulangan tindak
kejahatan geng motor sudah maksimal sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
dapat dilihat pada indikator: (1) Koordinasi vertikal dalam penanggulangan tindak
kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu,
dimana Polsek Somba Opu melakukan koordinasi dengan menempatkan
Bhabinkamtibmas di setiap Kelurahan selaku pengontrol dan pembina keamanan
dan ketertiban masyarakat melalui sosialisasi dengan melibatkan pemerintah yaitu
Lurah dan RT/RW serta masyarakat setempat. (2) Koordinasi horisontal dalam
penanggulangan tindak kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu, dimana Polsek Somba melakukan koordinasi dengan
kesatuan Polsek Somba Opu secara menyeluruh dengan menempatkan anggota-
anggotanya di berbagai tempat yang sering digunakan geng motor melakukan
aksinya, Polsek Somba Opu juga bekerjasama dengan Polres Gowa dalam
melakukan sosialisasi, patroli atau berbagai tindakan-tindakan pihak kepolisian
ketika terjadi atau ditemukan aksi kejahatan geng motor. (3) Faktor yang
menyebabkan terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu yaitu faktor penggunaan obat-obatan
terlarang seperti dan minum minuman keras, ekonomi, lingkungan pergaulan,
kurangnya pengawasan orang tua dan faktor usia muda (masih labil).
Keyword :Koordinasi , Kejahatan, Geng Motor
vii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang terindah dan teragung selain mengucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, karena atas petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga skripsi ini yang
berjudul “Koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam menanggulangi kejahatan
geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”
dapat di selesaikan oleh penulis walaupaun jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kepada pembaca yang budiman, agar dapat memberikan
masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Hj.
Andi Nuraeni Aksa, SH, MH sebagai pembimbing I dan Bapak Samsir Rahim, S.Sos,
M.Si sebagai pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sejak
pengusulan judul sampai kepada penyelesaian Skripsi ini. Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Abdul Rahman Rahim,
SE, MM.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos M.Si
3. Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Dr. Burhanuddin, S. Sos, M. Si yang
telah membina Jurusan Ilmu Administrasi Negara.
viii
4. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis
selama menempuh pendidikan di kampus ini.
5. Polsek Somba Opu, pemerintah setempat dan masyarakat di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu yang telah membantu dalam proses
penelitian hingga selesai penelitian ini.
6. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta yang terhebat, Bapak Agus
Mutalib dan Ibu Hamsiah yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan
moral maupun material.
7. Sahabat penulis Asruna Rasyid, Andi Pandi Pradana, Nurhikmah Lukman dan
Etik Andriyanti yang selalu setia melewati suka duka selama perkuliahan.
8. Teman-teman kelas C angkatan 2012 Ilmu Administrasi Negara yang telah
banyak memberi saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah SWT, Amin.
Makassar, 10 Januari 2018
Aridwan
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................... i
Halaman Judul ................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ....................................................................................... iii
Halaman Penerimaan TIM ............................................................................. iv
Halaman Pernyataan ......................................................................................... v
Abstrak .............................................................................................................. vi
Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Daftar Isi ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi .................................................................................. 7
B. Konsep Kriminalitas (Kejahatan) ........................................................... 12
C. Konsep Geng Motor ............................................................................... 20
D. Konsep Kepolisian dan Masyarakat ....................................................... 25
E. Kerangka Pikir ....................................................................................... 26
F. Fokus Penelitian ..................................................................................... 28
G. Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 30
B. Tipe dan Jenis Penelitian ........................................................................ 30
C. Informan Penelitian ................................................................................. 31
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 32
E. Teknik Pemgumpulan Data .................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 33
G. Pengabsahan Data .................................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................... 36
1. Kondisi Geografis ............................................................................ 36
2. Kondisi Demografis ......................................................................... 36
3. Kondisi Sarana dan Prasarana .......................................................... 38
x
4. Tugas dan Wewenang Pemerintahan ............................................... 42
5. Peta Wilayah Kecamatan Somba Opu ............................................. 45
B. Koordinasi Kepolisian dengan Masyarakat dalam Penanggulangan
Kejahatan Geng Motor ........................................................................... 45
1. Koordinasi Vertikal .......................................................................... 46
2. Koordinasi Horizontal ...................................................................... 50
C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Geng Motor ............................. 53
1. Faktor Obat-Obat Teralarang dan Minuman Keras ......................... 53
2. Faktor Ekonomi ................................................................................ 55
3. Faktor Lingkungan Pergaulan .......................................................... 56
4. Faktor Kurangnya Perhatian Orang Tua .......................................... 59
5. Faktor Usia Muda ............................................................................. 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................................ 66
DAFTAR PUSATAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ...................................................................................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan yang tertib dan aman merupakan harapan bagi setiap orang
dalam melaksanakan aktifitas hidupnya berjalan dengan lancar tanpa adanya
gangguan dari pihak manapun. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD NKRI
Tahun 1945) mengatur setiap tingkah laku warga negaranya agar tidak
terlepas dari segala peraturan-peraturan yang bersumber dari hukum. Negara
hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati dan
ditaati oleh siapapun juga tanpa ada pengecualian.
Negara mempunyai dua institusi penting dalam usaha menjaga
keamanan dan ketertiban Negara, pertama institusi tersebut yaitu Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan kedua institusi Kepolisian Republik Indonesia.
Tentara bertugas menjaga kedaulatan negara dari gangguan yang berasal dari
luar maupun dari dalam. Sedangkan polisi bertugas menjaga keamanan dan
ketertiban internal negara. Peran kedua lembaga ini diamanatkan dalam
Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia pasal 30 ayat (2) tentang Hak
dan Kewajiban Warga Negara yang berbunyi: “usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisisan Negara
2
Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung”.
Kepolisian Republik Indonesia dan struktur dibawahnya sebagai
institusi yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban internal Negara
dalam menjalankan tugas dan fungsinya nampaknya belum maksimal. Hal ini
terlihat dengan keadaan internal negara yang masih belum aman secara
menyeluruh. Indonesia Police Watch melansir bahwa ditengah-tengah
masyarakat saat ini muncul fenomena geng motor dengan aksi anarkis yang
meresahkan masyarakat.
Fenomena Kejahatan geng motor ini telah menjadi trending topic dan
biasanya banyak dilakukan oleh kaum remaja. Semua kejahatan yang
dilakukan oleh geng motor sangat meresahkan masyarakat indonesia saat ini
tak terkecuali masyarakat di Kabupaten Gowa. Tidak hanya pelanggaran
ringan seperti pelanggaran lalu lintas, tetapi kejahatan seperti pengrusakan
fasilitas umum, bentrok antar sesama geng motor, penganiayaan yang sampai
merenggut nyawa orang lain, pemalakan, perampokan dan masih banyak
kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan oleh kelompok geng motor ini.
Geng motor merupakan fenomena kenakalan remaja yang dewasa ini
sangat populer di kalangan remaja. Bagaimana tidak, jumlah remaja yang
sudah terjerumus dalam aktifitas negatif ini bisa dibilang tidak sedikit,
khususnya remaja pria. Data Polsek Somba Opu tahun 2014 menunjukkan
bahwa paling banyak melakukan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor
yang terjadi di Kecamatan Panakkukang selama tahun 2014 yakni pelaku yang
3
berumur antara kisaran 14-18 tahun. Jumlah pelaku yang berumur pada
kisaran 14 sampai 18 tahun berjumlah 78 orang dan berusia kisaran 19 sampai
20 tahun tercatat sebanyak 36 orang. Kemudian untuk kisaran usia 21-22
tahun tercatat 22 orang. Aktifitasnya senantiasa merugikan orang lain, seperti
menganiaya orang yang bahkan tidak tahu apa-apa yang mereka temui di
jalan, melakukan perampokan, pemerkosaan, tawuran, balapan liar dan
berbagai tindakan negatif lainnya hingga menghilangkan nyawa.
Kita mengenal banyak kenakalan remaja yang telah banyak terjadi di
sekolah-sekolah. Kenakalan memang sudah menjadi wajar melekat pada sosok
remaja sebagai aktualisasi diri mereka juga eksistensi mereka. Setidaknya
itulah yang ada pada pandangan masyarakat dewasa ini. Namun apa jadinya
jika kenakalan yang remaja ini sudah tidak wajar dan lebih mengarah pada
tindakan kriminal. Ini tentunya yang menjadi perhatian kita semua, khususnya
mereka yang akan berkecimpung dalam dunia pendidikan yang hendak atau
sedang melaksanakan tugas mempersiapkan generasi cemerlang penerus
bangsa.
Terkhusus di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa, gaya hidup remaja yang semakin beragam akibat pengaruh
globalisasi juga turut mempengaruhi semakin banyaknya geng motor yang
ada di wilayah tersebut. Hal ini tentunya harus segera mendapat perhatian
serius, karena jika kita melihat yang terjadi dari waktu ke waktu semakin
banyak tindak kejahatan yang dilakukan oleh geng motor yang pada akhirnya
semakin meresahkan masyarakat, sehingga sampai saat ini masih banyak hal
4
yang menjadi pertanyaan apakah yang menjadi faktor penyebab semakin
maraknya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor. Maka sebelum hal-hal
tersebut semakin tidak terbendung dalam lingkungan masyarakat, harus segera
ditemukan solusi efektif guna pemberantasannya atau paling tidak
meminimalisir tindakan-tindakan negatif yang dilakukan oleh geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa guna
terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan di tengah-tengah masyarakat.
Untuk itulah kemudian perlu dilakukan koordinasi yang baik oleh pihak
kepolisian baik terhadap instansi yang terkait, pemerintah setempat dan
masyarakat dalam menanggulangi tindak kejahatan oleh geng motor, agar
kemudian dapat ditemukan solusi efektif untuk penanggulangannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merasa
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Koordinasi Kepolisian Dengan
Masyarakat Dalam Menanggulangi Kejahatan Geng Motor Di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara lebih rinci penelitian
hendak menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam
menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?
2. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapaun tujuan penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam
menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kejahatan geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan acuan untuk digunakan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna
sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara dan sebagai bahan
masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupun pihak lain yang
tertarik dalam bidang penelitian yang sama.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:
a. Bagi Polsek Somba Opu, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat
memberi masukan dalam penanggulangan tindak kejahatan geng motor
di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
6
b. Bagi masyarakat, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberi
jawaban atas kekeliruan atau ketidaktahuan yang terjadi terhadap image
kepolisian yang kinerjanya semakin tidak dipercaya oleh sebagian
masyarakat dalam hal memberantas kejahatan geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
Malayu Hasibuan (2014: 85), koordinasi adalah kegiatan
mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur
manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi sedangkan Handoko (2003: 195) mendefinisikan koordinasi
(coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut E. F. L. Brech (dalam Handayaningrat, 2002: 54) koordinasi
adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar
kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para
anggota itu sendiri. Sedangkan menurut G. R. Terry (dalam Handayaningrat,
2002: 55) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan
untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran
yang telah ditentukan.
Awaluddin Djamin (dalam Malayu Hasibuan, 2014: 89)
mengemukakan bahwa koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan,
8
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas sedemikian rupa, sehingga
terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi.
Manajer yang sukses adalah manajer yang dapat melakukan
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi (KIS) dengan baik. Integrasi adalah
suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan, instansi,
unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan tindakan
yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan
kegiatan-kegiatan, tindakan-tindakan, unit-unit, sehingga diperoleh keserasian
dalam pelaksanaan tugas atau kerja.
Koordinasi itu penting dalam suatu organisasi (Hasibuan Malayu,
2014: 86), adalah:
1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran dan
kekosongan pekerjaan.
2. Agar orang-orang dalam pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
4. Supaya semua unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-masing
individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi.
5. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran
yang diinginkan.
Beberapa ahli berpendapat bahwa koordinasi itu merupakan fungsi
dasar manajemen G.R. Terry (dalam Malayu Hasibuan, 2014: 86) berpendapat
9
bahwa masalah koordinasi merupakan hal yang akan tercapai dengan
sendirinya, jika Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC)
diterapkan dengan baik. Para ahli sependapat bahwa kordinasi itu penting
supaya semua tindakan ditujukan serta memberikan sumbangannya kepada
tujuan umum (laba) perusahaan.
Menurut Hasibuan Malayu (2014: 86), tipe-tipe koordinasi yaitu:
1. Koordinasi Vertikal (vertical coordination)
Koodinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarajan
yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unt-unit, kesatuan-kesatuan
kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya,
atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung
jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah
dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang
sulit diatur.
2. Koordinasi Horizontal (horizontal coordination)
Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan
atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan penyatuan dalam tingkat organisasi (aparat) yang
setingkat. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena
koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit.
Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.
Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka
mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan
10
menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara
intern maupun secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
Interrelated adalah koordinasi antara badan (instansi); unit-unit yang
fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling
bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern
yang levelnya setaraf. diatur sebab kedudukannya setingkat.
Menurut Hasibuan Malayu (2014: 87), sifat-sifat koordinasi yaitu:
1. Koordinasi adalah dinamis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator
(manajer) dalam rangka mencapai tujuan.
3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki) artinya
koordinasi ini dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung
jawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu
dengan yang lain. Tegasnya, asas hierarki ini bahwa setiap atasan
(koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya. Misalnya,
manajer puncak mengkoordinasi manajer madya, manajer madya
mengkoordinasi manajer lini, dan seterusnya. Coordinating authority adalah
kekuasaan mengkoordinasi yang harus bekerja melalui suatu proses formal,
yang dinamakan scalar prnciple.
Menurut Hasibuan Malayu (2014: 87), tujuan koordinasi yaitu:
1. Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke
arah tercapainya sasaran perusahaan.
11
2. Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.
3. Untuk menghindari kekosongan dan tumpang-tindih pekerjaan.
4. Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
5. Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M ke arah sasaran
organisasi atau perusahaan.
6. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
Menurut Hasibuan Malayu (2014: 88), syarat-syarat koordinasi yaitu:
1. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari
sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan
antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk
mancapai kemajuan.
3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.
4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dhargai,
umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
Menurut Hasibuan Malayu (2014: 88), cara mengadakan koordinasi
yaitu:
1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan
mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat
harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.
12
2. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerima tujuan yang akan dicapai
oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu anggota dengan
tujuannya sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.
3. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide,
saran-saran, dan lain sebagainya.
4. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan
dan penciptaan sasaran.
5. Membina human relations yang baik antara sesama karyawan.
6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.
Ringkasnya, suatu koordinasi akan lebh baik, jika memperoleh
dukungan partisipasi dari bawahan, dan pihak-pihak yang terkait yang akan
melakukan pekerjaan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan;
supaya mereka antusias dalam melaksanakannya.
B. Konsep Kriminalitas (Kejahatan)
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan
yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang
berlaku dalam Negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Secara
kriminologi yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas merupakan suatu
pola tingkah laku yang merugikan masyarakat dan suatu pola tingkah laku
yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat.
Menurut Kartini Kartono (2003: 121), istilah kriminalitas berasal dari
bahasa Inggris “crime” yakni kejahatan. Kejahatan secara formal dapat
diartikan sebagai suatu tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan
13
undang-undang pidana, bertentangan dengan moral kemanusiaan, bersifat
merugikan, sehingga ditentang oleh masyarakat sedangkan Topo Santoso
(2010: 9), mengatakan bahwa Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang kejahatan. Kriminoligi mempelajari kejahatan sebagai
fenomenasosial sehingga sebagai pelaku kejahatan tidak terlepas dari interaksi
sosial, artinya kejahatan menarik perhatian karena pengaruh perbuatan
tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar manusia.
Kriminologi merupakan kumpulan ilmu pengetahuan dan pengertian
gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah
keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-
faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta
reaksi masyarakat terhadap keduanya. Kejahatan merupakan suatu fenomena
yang sangat kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda.
Didalam keseharian, terdengar berbagai komentar suatu peristiwa kejahatan
yang berbeda dengan yang lainnya. Berbicara masalah kriminologi tentu tidak
terlepas dari bahasa tentang ruang lingkup kejahatan.
Dari kedua paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan
merupakan segala bentuk kegiatan yang sifatnya merugikan, baik berupa
ucapan maupun perbuatan, baik itu tercantum dalam undang-undang pidana
maupun yang sifatnya kondisional menurut pandangan masyarakat tertentu.
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai
perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Pengertian tersebut
bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif,
14
yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu. Jadi apa yang
disebut kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh pihak lain sebagai
suatu kejahatan pula. Kalaupun misalnya semua golongan dapat menerima
sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat ringannya perbuatan itu masih
menimbulkan perbedaan pendapat.
Pada umumnya faktor penyebab kejahatan terdapat tiga kelompok
pendapat (Gosita, 2004: 143) yaitu:
1. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat
di luar diri pelaku.
2. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang
terdapat di dalam diri pelaku sendiri.
3. Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik
karena pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.
Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya
sering terdapat penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum.
Di dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut
sebagai kejahatan atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan
masalah sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak
kriminalitas tersebut mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi
terjadinya kriminalitas tersebut. Faktor penyebab kriminalitas dikelompokan
menjadi faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri perilaku.
1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri.
maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah
15
kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh
faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor-faktor dari dalam
tersebut antara lain:
a. Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype
Perbedaan antara kedua tipe tersebut bahwa genotype ialah
warisan sesungguhnya sedangkan phenotype ialah pembawaan yang
berkembang. Sekalipun satu gen tunggal diwariskan dengan cara
demikian hingga nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen
tersebut tidak dirasakan. Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya
tergantung dari lain-lain gen, teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di
samping itu, nampaknya keluar sesuatu gen, tergantung pula dari
pengaruh-pengaruh luar terhadap organism yang telah atau belum lahir.
Apa yang diteruskan seseorang sebagai pewarisan kepada generasi yang
berikutnya semata-mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya
keluar olehnya, adalah phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang
diwaris dari orang tuanya dengan pengaruh-pengaruh dari luar.
b. Faktor Pembawaan Kriminal
Setiap orang yang melakukan kejahatan mempunyai sifat jahat
pembawaan, karena selalu ada interaksi antara pembawaan dan
lingkungan. Akan tetapi hendaknya jangan memberi cap sifat jahat
pembawaan itu, kecuali bila tampak sebagai kemampuan untuk
melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-kondisi luar yang
16
istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan
antara pembawaan dan kejahatan.
c. Umur
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama
masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun
perlahan-lahan sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk
berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada
garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat
di luar diri pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi
seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si
pelaku itu sendiri. Faktor-faktor dari luar tersebut antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung
suatu kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terwujudnya
kemungkinan tindak kriminal tergantung dari susunan (kombinasi)
pembawaan dan lingkungan baik lingkungan stationnair (tetap) maupun
lingkungan temporair (sementara). Dalam batas-batas tertentu
kebalikannya juga benar, yaitu lingkungan yang telah mengelilingi
seseorang untuk sesuatu waktu tertentu mengandung pengaruh
pribadinya. Faktor-faktor dinamik yang bekerja dan saling
mempengaruhi adalah baik faktor pembawaan maupun lingkungan.
17
b. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak
kriminalitas karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan
maupun kekurangan akan mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan
hidupnya baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian), pangan
(makanan), papan (tempat tinggal) sehingga untuk memenuhi segala
kebutuhan tersebut seseorang melakukan berbagai cara guna memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan
ketentuan hukum.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam
pencapaian kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan
dapat terpenuhi. Dengan demikian seseorang yang mempunyai
penghasilan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis.
Sehingga apabila seseorang memiliki pendidikan yang rendah hal
tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
kriminal.
d. Bacaan, Harian-harian, Film
Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai
dengan roman-roman dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis
dan pornografik, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita
detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian
berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan
18
demikian ialah gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh
langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan
oleh si pembaca. Harian-harian yang mengenai bacaan dan kejahatan
pada umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran. Di samping
bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap
menyebabkan pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan
dan kerugian yang dapat dilihat disamping kegunaan pokok bacaan,
harian, dan film tersebut.
Menurut Barda Nawawi Arief (2001: 77), bahwa upaya atau kebijakan
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang
kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan
yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan / upaya-
upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan / upaya-upaya untuk
perlindungan masyarakat. Lain halnya menurut Baharuddin Lopa (2001: 16)
bahwa upaya dalam menanggulangi kejahatan dapat diambil beberapa langkah
meliputi langkah penindakan (represif) disamping langkah pencegahan
(preventif). Langkah-langkah preventif menurut Baharuddin Lopa (2001: 17-
18) meliputi:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang
dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan.
2. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
19
3. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran hukum
rakyat.
4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk
lebih meningkatkan tindakan represif maupun preventif.
5. Meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para
pelaksana penegak hukum.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa upaya penanggulangan
kejahatan mencakup preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki
perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah di lembaga pemasyarakatan.
Dengan kata lain upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan secara
preventif dan represif.
1. Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali.
Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat
menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi
yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan
agar tidak terjadi kejahatan ulang. Sangat beralasan bila upaya preventif
diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa
suatu keahlian khusus dan ekonomis.
2. Upaya Represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan
secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.
20
Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para
pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya
kembali agar sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan
perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga
tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya
mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat.
C. Konsep Geng Motor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), geng berarti sebuah
kelompok atau gerombolan remaja yang dilatar belakangi oleh persamaan latar
sosial, sekolah, daerah dan sebagainya sedangkan motor dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai kata benda yang menjadi tenaga
penggerak. Pelakunya dikenal dengan sebutan Gengster. Gengster atau bandit
berarti suatu anggota dalam sebuah kelompok kriminal (gerombolan) yang
terorganisir dan memiliki kebiasaan urakan dan anti aturan. Geng motor
sendiri dilandasi oleh aktivitas kesenangan di atas motor. Umumnya
keberadaan mereka berada di kota besar dan perilakunya telah menjadi
penyakit sosial yang akut.
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan
yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tetapi
hubungannya negatif dengan tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan
anarkis. Menurut Abdoel Djamali (2005) bahawa salah satu kontributor dari
munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan atau anggapan /
perasaan bersama (collective belief). Para pelaku geng motor memang sudah
21
terbiasa untuk melanggar hukum. Setiap geng memang tidak membenarkan
tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara kolektif
bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika yang
melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka
mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar
kaidah hukum. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dan perlu
penyikapan yang bijaksana.
Pengertian dan perbedaan antara geng motor dan kelompok pengguna
motor (club motor) yang harus dipahami oleh masyarakat luas. Perbedaannya
adalah club motor merupakan kelompok yang mengusung atau spesifikasi
tertentu dengan perangkat organisasi formal untuk menjadi anggotanya dan
kegiatan club motor jauh dari hal-hal negative. Hal ini bertolak belakang
dengan berbagai jenis kegiatan geng motor yang cenderung negative seperti
mencuri, tawuran, melakukan penganiayaan bahkan membunuh. Hal-hal yang
membedakan geng motor, club motor, dan motor community yaitu :
1. Sekarang geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak segan
mereka tawuran dan tak merasa berdosa para geng tersebut melakukan
tindakan kekerasan.
2. Club motor biasanya beranggotakan oleh orang-orang yang mempunyai
hobi motor. Biasanya berada dibawah bendera pabrikan motor dan
mempunyai nama dengan embel-embel pabrikan. Kegiatan club motor
lebih mendasar ke arah kampanye safety riding dan kegiatan sosial.
22
3. Komunitas motor memang tidak jauh beda dengan club motor, sama-sama
tidak melakukan kegiatan yang berbauh rusuh dan tawuran. Namun dari
segi peraturan dan safety riding, komunitas motor berbeda jelas dan hanya
lebih mengandalkan kegiatan touring tanpa embel-ember dari pabrikan
motor.
Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma
hukum, norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentuk-
bentuk tindak kriminal seperti:
1. Pencurian
Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-
sembunyi atau diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan
kejahatan pencurian. Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang
yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diam-
diam dengan jalan yang tidak sah.
2. Tindak asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum
wanita.
3. Pencopetan
Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri
barang berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik
orang lain atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui
oleh korban maupun orang di sekitarnya.
23
4. Penjambretan
Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan
merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga
menimbulkan kerugian materi bagi korban.
5. Penodongan dengan senjata tajam/api
Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban
dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api
sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda
miliknya.
6. Penganiayaaan
Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka
pada orang lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau
luka pada orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau
perbuatan itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan.
7. Pembunuhan
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut
nyawa seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa
perbuatan pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan
sengaja, atau tidak sengaja dan atau semi sengaja.
Yamil Anwar Adang (2010: 391) mengemukakan bahwa geng
delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar, dan bertanggung
24
jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik
orang lain, dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa
serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan kekerasan meneror
lingkungan, dan lain-lain. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif
sifatnya, suka berbaku hantam dengan siapa pun tanpa suatu sebab yang jelas,
dengan tujuan sekedar untuk mengukur kekuatan kelompok sendiri, serta
membuat onar di tengah lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri karakteristik geng diantaranya yaitu
jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, jarang beranggotakan lebih
dari 50 orang anak remaja; anggota geng lebih banyak terdiri dari anak-anak
laki-laki ketimbang anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang
ada di dalamnya. Keberadaan gerombolan atau geng motor akhir-akhir ini
semakin meresahkan masyarakat. Aksi kekerasan dan kriminal yang diduga
dilakukan parah anggota geng motor semakin sering terjadi di berbagai wilayah
Kota. Diperlukan ketegasan aparat keamanan untuk menghentikan aksi geng
motor tersebut.
Kriminalitas yang kian marak membuat resah masyarakat, untuk itu
agar tidak menambah banyak korban kasus kriminal haruslah tercipta upaya-
upaya penanggulangan maupun pencegahan agar tidak banyak lagi yang
mengalami kerugian materil maupun moril. Upaya penanggulangan kejahatan
telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat,
maupun masyarakat pada umumnya. Berbagai program serta kegiatan yang
25
telah dilakukan sambil terus mencari cara yang paling tepat dan efektif dalam
mengatasi permasalahan tertentu.
D. Konsep Kepolisian dan Masyarakat
Arti Kepolisian di tekankan pada tugas-tugas yang harus dijalankan
sebagai bagian dari Pemerintahan, yakni memelihara keamanan, ketertiban,
ketentraman masyarakat, mencegah dan menindak pelaku kejahatan.
Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa polisi
diartikan sebagai berikut :
1. Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban
umum.
2. Anggota dari badan pemerintah tersebut (pegawai Negara yang bertugas
menjaga keamanan dan sebagainya).
Berdasarkan dari pernyataan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dikatakan bahwa Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum serta sebagai lembaga atau badan
yang harus menjalankan fungsi pemerintahan. Sedangkan Masyarakat
merupakan wadah untuk membentuk kepribadian diri warga atau suku yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan mengembangkan serta
melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang berada pada lapisan masyarakat
tertentu yang pasti memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Masyarakat bukan
hanya sekedar memiliki hubungan fungsional saja tetapi masyarakat memiliki
ide-ide serta gagasan yang dimiliki oleh masing-masing individu, dapat
26
merubah sebuah nasib mererka untuk mendapatkan kebebasan berpikir,
budaya, pendidikan, agama, sosial dan lainnya.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga
tugas dan fungsi pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya juga
harus berdasarkan hukum yang berlaku. Dimana fungsi utama dari polisi
adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas polisi adalah melakukan pencegahan
terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat,
sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, Tugas pokok
kepolisian Negara RI adalah :
1. Memelihara ketertiban masyarakat
2. Menegakkan hukum dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat.
Keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan kondisi yang dinamis
dimana masyarakat merupakan salah satu persyaratan terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandainya dengan terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum,
serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta
mengembangkan dan meningkatkan potensi masyarakat.
E. Kerangka Pikir
Fenomena Kejahatan geng motor telah menjadi trending topic dan
biasanya banyak dilakukan oleh kaum remaja. Semua kejahatan yang
dilakukan oleh geng motor sangat meresahkan masyarakat indonesia saat ini
27
tak terkecuali masyarakat di Kabupaten Gowa. Semakin pesat dan
berkembangnya zaman sehingga masyarakat di Kabupaten Gowa juga
semakin mengikuti zaman terkhusus bagi para remaja-remajanya. Ulah geng
motor bukan saja hanya ugal-ugalan dijalan raya yang meresahkan pengguna
jalan, akan tetapi ulah geng motor pun sampai dengan melakukan
penjambretan, pencurian bahkan membunuh. Seperti kejadian yang terjadi di
Kelurahan Sungguminasa yaitu penjambretan yang dilakukan oleh geng motor
sehingga menyebab korbannya meninggal dunia dan masih banyak lagi
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh geng motor, maka sebelum
hal-hal tersebut terjadi di wilayah Kabupaten Gowa harus segera ditemukan
solusi efektif guna pemberantasannya.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang terjadi, koordinasi pihak
kepolisian tentunya sangat besar dalam melakukan pemberantasan kejahatan
geng motor tersebut, baik pengarahan terhadap masyarakat maupun institusi
kepolisian itu sendiri dalam menanggulangi kejahatan geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa. Untuk melihat tingkat koordinasi
dan berbagai upaya pengarahan yang dilakukan kepolisian dalam
menanggulangi masalah kejahatan geng motor, maka digunakan pendekatan
teori koordinasi Hasibuan dengan melihat bagaimana kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengajaran yang dilakukan Polsek Somba Opu terhadap
pemerintah setempat beserta masyarakat di Kelurahan Sungguminasa
Kabupaten Gowa serta bagaimana mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh Polsek Somba
28
Opu terhadap anggota kepolisian yang lain sebagai kesatuan kerja dalam
menaggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kabupaten
Gowa. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan di bawah ini:
Bagan Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data
untuk menyamakan pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini,
Koordinasi Kepolisian dengan Masyarakat
dalam Menanggulangi Kejahatan Geng Motor
di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa
Faktor Penyebab Terjadinya
Kejahatan Geng Motor:
1. Pengaruh Dari Dalam Diri
Pelaku Kejahatan
2. Pengaruh Dari Luar Diri Pelaku
Kejahatan
Terciptanya Keamanan
Lingkungan
Jenis Koordinasi:
1. Koordinasi Vertikal
a. Memberikan keterangan langsung dan
secara bersahabat
b. Tujuan adalah tujuan bersama
c. Mendorong masyarakat bertukar pikiran
d. Mendorong masyarakat berpartisipasi
e. Membina human relations yang baik
f. Melakukan komunikasi informal
2. Koordinasi Horizontal
a. Memberikan keterangan langsung dan
secara bersahabat
b. Tujuan adalah tujuan bersama
c. Mendorong anggota bertukar pikiran
d. Mendorong anggota berpartisipasi
e. Membina human relations yang baik
f. Melakukan komunikasi informal
29
maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai fokus penelitian
terhadap penulisan karya ilmiah ini. Adapun fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam
menanggulangi kejahatan geng motor.
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data
untuk menyamakan pemahaman dan cara pandang terhadap penulisan
proposal ini. Maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud
dan fokus penelitian terhadap penulisan proposal ini yaitu sebagai berikut:
1. Koodinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengajaran yang
dilakukan Kepolisian Kabupaten Gowa yaitu Polsek Somba Opu terhadap
pemerintah setempat atau Lurah beserta masyarakat dalam menanggulangi
kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu Kabupaten Gowa.
2. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh Kapolsek
Somba Opu terhadap anggota kepolisian lainnya sebagai kesatuan kerja
dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu
Kabupaten Gowa .
3. Masyarakat adalah Seluruh anggota masyarakat yang ada di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
4. Pemerintah setempat yaitu Kepala Desa atau Lurah Somba Opu Kabupaten
Gowa serta kepolisian yang merupakan lembaga atau badan yang harus
30
menjalankan fungsi pemerintahan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
5. Faktor penyebab terjadinya kejahatan geng motor yaitu disebabkan karena
pengaruh dari dalam diri pelaku kejahatan dan pengaruh dari luar diri
pelaku kejahatan.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dua bulan setelah
seminar proposal, mulai tanggal 01 Agustus 2016 sampai tanggal 01 Oktober
2016. Adapun lokasinya yaitu di Kantor Kelurahan Sungguminasa Kabupaten
Gowa dan Kantor Polisi Kabupaten Gowa. Dengan alasan dan pertimbangan
bahwa Koordinasi Kepolisian dengan Masyarakat dalam menanggulangi
Kejahatan Geng Motor perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan
yang terkait.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan
kualitatif, yaitu mengkaji obyek dan mengungkapkan fenomena-
fenomena yang ada secara konstektual melalui pengumpulan data yang
diperoleh. Dengan melihat unsur-unsur sebagai satuan objek kajian yang
saling terkait selanjutnya mendeskripsikannya. Alasan menggunakan
metode kualitatif karena permasalahan masih sangat beragam sehingga
untuk mengidentifikasi masalah koordinasi kepolisian dengan masyarakat
dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kabupaten Gowa diperlukan pendalaman lebih lanjut.
32
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah tipe studi kasus dimana di dalamnya
peneliti menyelidiki secara cermat suatu peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu tentang kejahatan geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
C. Sumber Data
1. Data primer
Data primer yakni data hasil penelitian yang diperoleh melalui hasil
wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap koordinasi
kepolisian dengan masyarakat dalam menanggulangi kejahatan geng
motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa.
2. Data sekunder
Data sekunder yakni data yang diperoleh peneliti yang berkaitan
dengan koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam menanggulangi
kejahatan geng motor melalui dokumen-dokumen serta beberapa bahan
bacaan tertulis seperti tingkat kejahatan geng motor yang terjadi setiap
tahunnya di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa.
33
D. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang diwawancarai oleh peneliti
(pewawancara) yang dimintai keterangan atau informasi yang valid dan
akurat sesuai dengan permasalahan yang akan diketahui atau di inginkan
oleh peneliti. Adapun informan yang diwawancarai sebanyak 8 orang
sebagai berikut:
No Nama Inisial Jabatan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Prabowo
Syahrir
Taroreh
Rahmawati R
Juanda
Abd. Rasyid
Ical
Erwin
PB
SR
TR
RR
JD
AR
IC
EW
Kapolsek Somba Opu
Anggota Polsek
Bhabinkamtibnas
Lurah Sungguminasa
Tokoh Masyarakat
Tokoh Masyarakat
Anggota Geng Motor
Anggota Geng Motor
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
Jumlah 8 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ini dimaksudkan untuk mengamati koordinasi
kepolisian dengan masyarakat dalam menggulangi kejahatan geng
motor di Kelurahan Somba Opu Kabupaten Gowa, tentunya hasil
observasi tersebut dapat dijadikan bahan acuan dalam mengelolah data.
34
2. Wawancara
Wawancara dimaksudkan untuk mengadakan wawancara
secara langsung terhadap informan yang dianggap dapat memberikan
keterangan-keterangan yang lebih lengkap, serta mampu membahas
dengan tuntas tentang koordinasi kepolisian dengan masyarakat dalam
menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu
Kabupaten Gowa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data
dari hasil observasi dan wawancara. Dokumentasi merupakan sumber
data yang stabil dimana menunjukkan suatu fakta yang telah
berlangsung. Agar lebih memperjelas dari mana informasi itu
didapatkan, peneliti mengabadikan dalam bentuk foto-foto dan data
yang relefan dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Kegiatan analisis data penelitian kualitatif ini dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas melalui beberapa
langkah kegiatan secara sistematis, yakni:
1. Koleksi/Catatan data, merupakan aktivitas mengoleksi data yang
diperoleh dari lapangan berupa hasil wawancara, observasi dan hasil
pencatatan dokumentasi.
35
2. Reduksi data, melakukan penyederhanaan, pengabstraksian dan
pentransformasian terhadap data yang diperoleh dari lapangan secara
terus menerus selama penelitian berlangsung.
3. Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, bertujuan untuk lebih
memudahkan dalam membuat kesimpulan.
4. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, yaitu melakukan pemeriksaan
terhadap data dan mencari makna serta mencatat keteraturan pola
hubungan sebab akibat antar kategori inti, guna menemukan kategori
inti yang akan dijadikan referensi sebagai suatu kesimpulan.
G. Pengabsahan Data
Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh karena
itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data
yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah triangulasi, triangulasi
dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Ada tiga macam triangulasi,
yaitu:
1. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil, pengamatan,
wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti
membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
36
2. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu yaitu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kecamata Somba Opu merupakan bagian dari Kabupaten Gowa.
Kecamatan Somba Opu sendiri memiliki luas keseluruhan wilayah 28.09
km2 atau 2.809 Ha (1,49 % dari luas wilayah kabupaten Gowa) dengan
ketinggian daerah/altitude berada 25 meter di atas permukaan
laut. Sebagian besar wilayah terletak pada dataran rendah dengan
koordinat geografis berada pada 5 derajat 12’5″ LS dan 119 derajat 27’15”
BT. Kecamatan Somba Opu sebagian besar merupakan daratan sedangkan
batas-batas wilayah di Kecamatan Somba Opu adalah :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pallangga dan
Kabupaten Takalar.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pallangga dan Kota
Makassar.
2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk sangatlah berpengaruh dalam pembangunan
wilayah, apabila ditunjang dengan tingkat partisipasi masyarakat dan
kualitas penduduk. Penyebaran penduduk Kabupaten Gowa masih
38
bertumpu di Kecamatan Somba Opu yakni sebesar 19,95 persen dari total
jumlah penduduk kabupaten Gowa sebesar 652.329 orang.
Kecamatan Somba Opu juga merupakan kecamatan yang paling
banyak penduduknya untuk wilayah perkotaan, yakni sebanyak 130.126
orang dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 64.442 orang dan
perempuan sebesar 65.684. Kecamatan Somba Opu tercatat sebagai
kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya yakni
sebanyak 4.632 orang/km2.
Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Somba Opu adalah yang
tertinggi dibandingkan Kecamatan lain di Kabupaten Gowa yakni sebesar
4,07 persen. Kecamatan Somba Opu memiliki rata-rata anggota rumah
tangga terbesar sebanyak 4,65 orang dari total jumlah rumah tangga yakni
28.002 KK. Seperti kecamatan lain di kabupaten Gowa, Somba Opu
terbentuk berdasarkan PERDA Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Gowa.
Sungguminasa merupakan ibukota kecamatan sekaligus menjadi
ibukota kabupaten Gowa. Kecamatan Somba Opu secara administratif
terbagi kedalam 14 kelurahan, 28 lingkungan, 102 RK/RW, dan 327 RT.
Kelurahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kelurahan Sungguminasa
b. Kelurahan Bontobontoa
c. Kelurahan Batangkaluku
d. Kelurahan Tompobalang
39
e. Kelurahan Katangka
f. Kelurahan Pandang-pandang
g. Kelurahan Tombolo
h. Kelurahan Kalegowa
i. Kelurahan Samata
j. Kelurahan Romangpolong
k. Kelurahan Paccinongang
l. Kelurahan Tamarunang
m. Kelurahan Bontoramba
n. Kelurahan Mawang
Tingkat perkembangan kelurahan di kecamatan Somba Opu
meliputi 3 kelurahan swakarya (self work) dan 11 kelurahan swasembada
(self supporting). Tingkat perkembangan LKMD dari 14 kelurahan ada 1
LKMD Tingkat II, dan 13 LKMD Tingkat III. Jumlah personel pertahanan
sipil (Hansip) dengan kualifikasi Linmas sebanyak 306 orang.
Sungguminasa adalah kelurahan di kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Daerah yang terletak
sekitar 10 km dari Kota Makassar ini merupakan ibukota kabupaten. Di
Sungguminasa terdapat Istana Balla' Lompoa, peninggalan Kesultanan
Gowa. Di kota ini pula terletak makam sultan Gowa seperti Sultan
Hasanuddin dan leluhur serta penerus-penerusnya. Selain itu terdapat pula
makam Syekh Yusuf yang terkenal hingga Madagaskar, India, dan Afrika
Selatan, juga makam Arung Palakka dari Kesultanan Bone. Masjid
40
pertama di Sulawesi Selatan yang dibangun pada sekitar tahun 1600
Masehi juga terdapat di kota ini, tidak jauh dari makam Syekh Yusuf dan
makam keluarga raja-raja Gowa dan Arung Palakka. Di tengah kota ini,
mengalir Sungai Jeneberang yang hulunya mulai dari Gunung
Lompobattang di kota wisata Malino dan bermuara ke Selatan Makassar
melalui Kota Makassar di bagian selatan di sisi bekas Benteng Somba Opu
yang dahulu merupakan benteng pertahanan raja-raja Gowa.
3. Kondisi Sarana dan Prasarana
Pembangunan dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam
memberikan pelayanan sosial dapat dilihat dari tersedianya sarana dan
prasarana dalam menyediakan segala kebutuhan masyarakat dalam
lingkungan. Seperti sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan
sarana keagamaan.
a. Sarana keagamaan
Penduduk Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa rata-rata
menganut agama islam. Sarana keagamaan di Kecamatan Somba Opu
berdasarkan jenisnya seperti tabel 2, sebagai berikut :
No Sarana Keagamaan Jumlah
1 Mesjid 107 Unit
2 Musholla 16 Unit
3 Langgar 16 Unit
4 Gereja 7 Unit
Sumber: Kantor Kecamatan Somba Opu 2016
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan
Somba Opu memiliki jumlah sarana pendidikan seperti yang
ditunjukkan dari tabel diatas yang terdiri dari 23 gedung yaitu mesjid
41
sebanyak 107 unit, musholla sebanyak 16 unit, langgar sebanyak 16
unit dan gereja sebayank 7 unit. Sedangkan jumlah Rohaniawan Islam
seperti tabel 3, sebagai berikut :
No Sarana Keagamaan Jumlah
1 Ulama 6 Orang
2 Khatib 168 Orang
3 Mubaliq 93 Orang
4 Penyuluh Agama Muda 13 Orang
5 Penyuluh Agama Madya 7 Orang
Sumber: Kantor Kecamatan Somba Opu 2016
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan
Somba Opu memiliki jumlah sarana pendidikan seperti yang
ditunjukkan dari tabel diatas yang terdiri dari 23 gedung yaitu ulama
sebanyak 6 orang, khatib sebanyak 168 orang, mubaliq sebanyak 93
orang, penuluh agama muda sebanyak 13 orang dan penyuluh agama
madya sebanyak 7 orang.
b. Sarana kesehatan
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam hal kebutuhan akan
kesehatan dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Seperti di Kecamatan
Somba Opu terdapat 2 macam sarana kesehatan yaitu Puskesmas dan
Posyandu.
c. Sarana pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan. Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan
pola pikir dalam pengembangan kualitas hidup masyarakat, dan
42
ketersediaan sarana mauipun prasarana. Pendidikan merupakan suatu
kebutuhan masyarakat yang sangat mendukung dalam pengembangan
masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
No Sarana/Prasarana Pendidikan Jumlah
1 Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)
a. Guru TK (Perempuan)
b. Murid (Laki-Laki)
c. Murid (Perempuan)
65 Unit
174 Orang
1.240 Orang
1.300 Orang
2 Sekolah Dasar (SD)
a. Guru SD (Laki-Laki)
b. Guru SD (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
45 Unit
278 Orang
345 Orang
7.020 Orang
8.035 Orang
3 Sekolah Luar Biasa (SLB)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
1 Unit
10 Orang
14 Orang
55 Orang
59 Orang
4 Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
2 Unit
10 Orang
5 Orang
100 Orang
91 Orang
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
17 Unit
150 Orang
243 Orang
2.508 Orang
2.760 Orang
4 Sekolah Madrasaha Tsanawiyah (MTs)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
5 Unit
45 Orang
70 Orang
500 Orang
484 Orang
5 Sekolah Menengah Umum (SMU)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
10 Unit
130 Orang
160 Orang
1.302 Orang
1.674 Orang
6 Sekolah Madrasah Aliyah (MA)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murid (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
5 Unit
50 Orang
60 Orang
295 Orang
312 Orang
43
7 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
a. Guru (Laki-Laki)
b. Guru (Perempuan)
c. Murdi (Laki-Laki)
d. Murid (Perempuan)
8 Unit
135 Orang
165 Orang
928 Orang
1.088 Orang
Sumber: Kantor Kecamatan Somba Opu 2016
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan
Somba Opu memiliki jumlah sarana pendidikan seperti yang
ditunjukkan dari tabel diatas yang terdiri dari 23 gedung yaitu Sekolah
Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 65 unit, Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 45 unit, Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 1 unit, Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 2 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) sebanyak 17 unit, Sekolah Madrasah Tsanawiyah
(MTs) sebanyak 5 unit, Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 10
unit, Sekolah Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 5 unit dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 8 unit.
4. Tugas dan Wewenang Pemerintahan
Struktur pemerintahan di Kecamatan Somba Opu, memiliki
tingkatan jabatan, wewenang dan tugas masing-masing, sebagai berikut:
a. Camat
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat mempunyai tugas
pokok membantu Bupati melaksanakan tugas menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan serta
tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah dalam wilayah
Kecamatan yang bersangkutan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok,
Camat mempunyai fungsi :
44
1) Pelaksanaan koordinasi terhadap segala kegiatan yang dilakukan
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
2) Penyiapan pelaksanaan kegiatan pemerintahan, ketentraman dan
ketertiban, pemberdayaan masyarakat desa, kesejahtaraan sosial
dan pelayanan umum.
3) Pelaksanaan hubungan kemasyarakatan dan hubungan antar
lembaga.
4) Pelaksanaan administrasi dan ketatausahaan.
5) Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah yang menjadi
tanggung jawabnya.
6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan untuk
mendukung kelancaran tugas.
b. Sekretaris Kecamatan
Sekretariat Kecamatan dipimpin oleh seorang Sekretaris
mempunyai tugas pokok di bidang ketatausahaan memberikan
pelayanan teknis dan administrasi semua satuan organisasi penyusunan
perencanaan program Kepegawaian, Keuangan, Umum.
c. Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
mempunyai tugas pokok di bidang pemerintahan menyelenggarakan
urusan Pemerintahan Umum meliputi Pemerintahan Kelurahan,
pembinaan administrasi kependudukan dan capil, pembinaan kesatuan
45
bangsa, perlindungan masyarakat dan pembinaan organisasi serta tugas
lain yang diberikan oleh Camat.
d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan penyusunan
pedoman dan petunjuk teknis, pembinaan penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban serta pengembangan satuan Polisi Pamong
Praja.
e. Seksi Pembangunan
Seksi Pembangunan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan pembangunan
sarana dan prasarana pelayanan umum, perekonomian, produksi dan
distribusi serta pembinaan.
f. Seksi Kesejahteraan Sosial
Seksi Kesejahteraan Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan penyusunan pedoman dan
petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan koordinasi, penyusunan
program pembinaan kesejahteraan sosial.
g. Seksi Perekonomian
Seksi Perekonomian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pelayanan umum yang
meliputi inventarisasi kekayaan Kecamatan dan Kelurahan, kebersihan
perizinan, sarana dan prasarana umum serta ketatausahaan.
46
5. Peta Wilayah Kecamatan Somba Opu
B. Koordinasi Kepolisian dengan Masyarakat dalam Penanggulangan
Kejahatan Geng Motor
Koordinasi pihak kepolisian tentunya sangat besar dalam melakukan
pemberantasan kejahatan geng motor tersebut, baik pengarahan terhadap
masyarakat maupun institusi kepolisian itu sendiri dalam menanggulangi
kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa. Tidak
hanya pelanggaran ringan seperti pelanggaran lalu lintas, tetapi kejahatan
seperti pengrusakan fasilitas umum, bentrok antar sesama geng motor,
penganiayaan yang sampai merenggut nyawa orang lain, pemalakan,
perampokan dan masih banyak kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan oleh
kelompok geng motor. Sehingga, diperlukan adanya kerjasama semua pihak
47
dalam penanggulangannya baik pihak kepolisian, pemerintah setempat,
maupun masyarakat.
1. Koordinasi Vertikal
Koodinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarajan
yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unt-unit, kesatuan-kesatuan
kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya,
atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung
jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah
dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang
sulit diatur.
Koodinasi vertikal merupakan kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengajaran yang dilakukan Kepolisian Kabupaten Gowa yaitu Polsek
Somba Opu terhadap pemerintah setempat atau Lurah beserta masyarakat
dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu
Kabupaten Gowa.
a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Bhabinkamtibmas
Kelurahan Sungguminasa, sebagai berikut:
“Kalau koordinasinya itu biasa kita kerjasama dek dengan yang
namanya FKPM itu (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat),
masyarakat itu bisa membantu memberi informasi dimana
ngumpul-ngumpulnya geng motor, istilahnya yang dapat
meresahkan masyarakat. Jadi mungkin dengan adanya laporan
masyarakat kita akan koordinasi dengan masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan penggrebekan atau rasia, peran serta
masyarakat itu sangat penting dalam mengantisipasi geng
motor, dalam hal ini kami melibatkan masyarakat dengan
meminta bantuan apabila mendapatkan informasi mengenai
48
hal-hal yang diindikasikan sebagai geng motor untuk segera
menghubungi kami, ya artinya apabila ada kelompok-kelompok
pemuda yang nongkrong-nomgkrong mungkin di suatu tempat
yang bisa dicurigai sebagai geng motor, itu masyarakat
menghubungi kami secepatnya, sehingga kami bergerak ke
KTP untuk memeriksa tempat tersebut yang dimaksud”
(Wawancara TR, tanggal 18 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan
Sunggu minasa Kecamatan Somba Opu, Polsek Somba Opu
melakukan koordinasi dengan melakukan kerjasama dengan FKPM
yaitu Forum Kemitraan Polisi Masyarakat, dimana dalam kerjasama
tersebut peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberikan
informasi tentang titik-titik yang menjadi tempat geng motor
berkumpul yang dicurigai dan meresahkan masyarakat, sehingga
dengan adanya informasi terserbut pihak kepolisian dapat secepatnya
bergerak ke tempat yang dimaksud untuk melakukan razia atau
penggrebekan.
b. Tujuan adalah tujuan bersama
Wawancara yang dilakukan kepada Ibu Lurah Sungguminasa,
sebagai berikut:
“Jadi hal yang ingin kita capai dari koordinasi itu dek dari
kepolisian, Bhabinkamtibmas, pemerintah, bagaimana
menciptakan rasa aman bagi seluruh masyarakat tentunya,
khususnya dengan seringnya terjadi kejahatan geng motor yang
sangat meresahkan, jadi kerja sama ini agar supaya tindakan-
tindakan ini tidak terulang dan terulang lagi” (Wawancara RR,
tanggal 21 September 2016).
49
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi yang dilakukan dalam penanganan tindak kejahatan
geng motor yang sering terjadi di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan
Somba Opu dengan tujuan bahwa langkah-langkah yang dilakukan
oleh pihak Polsek Somba Opu bekerja sama dengan pemerintah
setempat dapat menciptakan rasa aman bagi seluruh masyarakat dari
kejahatan geng motor yang sangat meresahkan, agar tindakan-tindakan
kejahatan tersebut tidak terulang lagi.
c. Mendorong masyarakat untuk bertukar pikiran
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Kalau Babinkamtibmas dia ada tersendiri, termasuk dalam hal
ini ada inovasinya dari Kapolda Sulawesi Selatan yang
sekarang itu masalah hari jum’at ibadah itu, di setiap mesjid-
mesjid itu Babimkamtibmas menyampaikan pesan-pesan
kamtibmasnya, salah satunya itu penanganan geng motor,
termasuk juga di sekolah-sekolah yang ada di wilayah tersebut,
karena pelaku kejahatan geng motor itu banyak dari anak-anak
sekolah juga” (Wawancara PB, tanggal 09 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa dengan adanya Bhabinkamtibmas di setiap Kelurahan di
Kecamatan Somba Opu, maka berdasarkan tuntutan Bapak Kapolda
Sulawesi Selatan dalam hal ini Bhabinkamtibmas pada setiap hari
jum’at setelah menunaikan ibadah shalat jum’at akan memberikan
penyampaian atau himbauan melalui pesan kamtibnasnya termasuk
dalam hal memberikan pemahaman dan meminta kerjasama
masyarakat setempat dalam menanggulangi tindak kejahatan geng
50
motor. Penyuluhan juga dilakukan ke sekolah-sekolah pada saat
upacara bendera di hari Senin, karena kejahatan geng motor yang
marak terjadi di Kecamatan Somba Opu sebagian besar pelakunya atau
geng motor tersebut adalah remaja- remaja yang masih dalam tahap
pendidikan atau remaja yang menganggur.
d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi
Wawancara yang dilakukan kepada tokoh masyarakat, sebagai
berikut:
“Koordinasinya kan paling sosialisasi di Kelurahan oleh
kepolisian sama pak lurah juga, pak Bhabinkamtibmas, RT/RW
sama masyarakat, kemudian disampaikan kalau ada biasa
kegiatan-kegiatan atau di mesjid-mesjid kalau habis shalat
jum’at tapi jarang ji juga saya liat. Masalahnya tergantung juga
dari kesadaran, ini anak geng motor ini kan sampai bisa begitu
kan pengaruh lingkungan sebenarnya, minum minuma keras,
obat-obatan, dikarenakan orang tua juga sebenarnya kurang
mengawasi sikap anak-anaknya, jadi anak-anak ini tidak bisa
mengontrol dirinya untuk semau-maunya saja melakukan apa-
apa, kan rata-rata anak geng motor itu anak sekolah, masih
labil” (Wawancara JD, tanggal 24 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi penaggulangan kejahatan geng motor dilakukan
melalui sosialisasi dengan melibatkan pihak kepolisian, pemerintah
setempat, RT/RW dan masyarakat yang di lakukan di Kelurahan
Sungguminasa, begitu pun dalam berbagai kegiatan sosial tetapi belum
maksimal. Kemudian masalah geng motor yang masih saja sering
terjadi di Kelurahan Sungguminasa, dikarenakan kurangnya perhatian
orang tua dalam mengawasi anak-anaknya, padahal anak-anak yang
terlibat dalam kejahatan geng motor rata-rata anak sekolah yang masih
51
labil sehingga anak-anak mudah terpengaruh oleh lingkungan
pergaulan, mabuk-mabukan dan menggunakan obat-obat terlarang.
e. Membina human relations yang baik
Wawancara yang dilakukan oleh Ibu Lurah Sungguminasa,
sebagai berikut:
“Iya dek...Kalau koordinasi itu pasti, kita di Kelurahan
Sungguminasa kan ada Bhabinkamtibmasnya, itu di setiap
Kelurahan ada, jadi ada yang mengontrol tindakan-tindakan di
setiap wilayah, kemudian dari pemerintah setempat
bekerjasama dengan aparat kepolisian juga melakukan
sosialisasi, pak RT dan RW kita undang termasuk masyarakat
untuk menyampaikan dan meminta informasi-informasi dan
masukan dari masyarakat di sini” (Wawancara RR, tanggal 21
September 2016).
Berdasarkan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa
Polsek Somba Opu melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat
baik Lurah, RT/RW maupun masyarakat dalam menanggulangi tindak
kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba
Opu dengan melakukan sosialisasi untuk menyampaikan dan
mengumpulkan informasi-informasi tentang keberadaan kelompok-
kelompok geng motor dan beberap tempat yang sering terjadi aksi
kejahatan geng motor.
f. Melakukan komunikasi informal
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Jadi koordinasi dari polsek Somba Opu terhadap pemerintah
setempat itu yang selama ini sudah dilakukan, diwakilkan oleh
Bhabinkamtibmas di setiap kelurahan masing-masing dan
setiap kelurahan ditempatkan satu Bhabinkamtibmas, itu
52
koordinasi dengan pemerintah setempat apakah itu pak lurah
kepala kelurahan, kepala lingkungan, dan RT/RW. Jadi apabila
telah dikoordinasikan kemudian dari Bhabinkamtibmas dan
Lurah menyiapkan satu forum untuk dihadiri oleh Kapolsek
atau Wakapolsek yang dalam hal ini pimpinan kami di Polsek
Somba Opu, maka pimpinan kami mendatangi kelurahan
tersebut untuk kemudian dikumpulkan masyarakat kemudian
diberikan sosialisasi tentang geng motor” (Wawancara PB,
tanggal 09 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan
Sunggu minasa Kecamatan Somba Opu, Polsek Somba Opu melakukan
koordinasi dengan pemerintah setempat dengan menempatkan
Bhabinkamtibmas (Bintara pembina keamanan dan ketertiban) di setiap
Kelurahan untuk melakukan pembinaan keamanan dan ketertiban
dengan perangkat desa/kelurahan termasuk Kelurahan Sungguminasa
seperti Kepala Kelurahan, Kepala Lingkungan, maupun RT/RW atau
tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap sebagai petua di wilayah
Kelurahan Sungguminasa. Bentuk koordinasi yang dilakukan dalam
penanganan tindak kejahatan geng motor, dimana Bhabinkamtibmas
dan Lurah menyiapkan satu forum untuk melakukan sosialisai yang
dihadiri oleh Bapak Kapolsek dan Wakapolsek dan masyarakat di
Kelurahan Sunnguminasa Kecamatan Somba Opu.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai koordinasi vertikal dalam
penanggulangan kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, penulis dapat menyimpulkan
bahwa bentuk koordinasi antara Polsek Somba Opu dengan pemerintah
53
dan masyarakat dalam penanggulangan tindak kejahatan geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu, dimana Polsek Somba
Opu melakukan koordinasi dengan menempatkan Bhabinkamtibmas di
setiap Kelurahan selaku pengontrol dan pembina keamanan dan ketertiban
masyarakat melalui sosialisasi dengan melibatkan pemerintah yaitu Lurah
dan RT/RW serta masyarakat setempat. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Hasibuan Malayu (2014: 86) bahwa koodinasi vertikal adalah
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarajan yang dilakukan oleh atasan
terhadap kegiatan unt-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah
wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Koordinasi Horizontal
Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-
tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan dalam tingkat organisasi (aparat)
yang setingkat. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena
koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit.
Koordinasi horizontal merupakan koordinasi tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh Kapolsek
Somba Opu terhadap anggota kepolisian lainnya sebagai kesatuan kerja
dalam menanggulangi kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu
Kabupaten Gowa.
54
a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat
Wawancara yang dilakukan kepada anggota Polsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Untuk tindakan dilapangan sendiri Polsek Somba Opu
mengarahkan anggotanya baik yang berpakaian dinas maupun
berpakaian preman ditempatkan di daerah-daerah rawan, jam-
jam rawan kejadian geng motor, sehingga dengan langkah-
langkah itu kita dari anggota kesatuan di Polsek Somba Opu
dapat mencegah tindak-tindak kejahatan yang dilakukan geng
motor ini” (Wawancara SR, tanggal 13 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menanggulangi tindak kejahatan geng motor di
Kecamatan Somba Opu, Polsek Somba Opu mengarahkan anggotanya
baik yang berpakaian dinas maupun berpakaian preman ditempatkan di
daerah-daerah rawan, jam-jam rawan kejadian geng motor untuk
melakukan tindakan dilapangan, sehingga dengan langkah-langkah
tersebut Polsek Somba Opu dapat mencegah tindak-tindak kejahatan
yang dilakukan geng motor.
b. Tujuan adalah tujuan bersama
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Target yang ingin kami capai dalam koordinasi ini adalah
untuk menyatukan tugas dan tanggung jawab anggota kesatuan
kepolisian di Polsek Somba ini dalam menjalankan setiap tugas
yang menjadi bagiannya masing-masing, sehingga dengan
kesatuan ini menjadi lebih terstrukur apa-apa yang seharusnya
dilakukan untuk langkah-langkah penanganan tersebut”
(Wawancara PB, tanggal 09 September 2016).
55
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi yang dilakukan dalam penanganan tindak kejahatan
geng motor yang sering terjadi di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan
Somba Opu bahwa target yang ingin kami capai dalam koordinasi yang
dilakukan adalah untuk menyatukan tugas dan tanggung jawab anggota
kesatuan kepolisian di Polsek Somba ini dalam menjalankan setiap
tugas yang menjadi kewenangannya, sehingga dengan penyatuan
tersebut langkah-langkah penanganan tindak kejahatan geng motor
menjadi lebih terstruktur.
c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Dalam hal ini, kita di Polsek Somba Opu tentunya ada
komunikasi antara kesatuan dari hasil pemantauan di lapangan
oleh anggota-anggota, laporan dari masyarakat kemudian isu-
isu ini atau informasi ini menjadi bahan masukan juga untuk
dijadikan modal dalam melakukan tindakan. Jadi kalau
misalnya ada isu-isu atau gerakan-gerakan yang dapat dicurigai
kemudian kita melakukan koordinasi kepada anggota termasuk
Bhabinkamtibmasnya untuk melakukan langkah-langkah
penindakan” (Wawancara PB, tanggal 09 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi penanggulangan kejahatan geng motor dilakukan
melalui komunikasi antara kesatuan dari hasil pemantauan di lapangan
oleh anggota-anggota, laporan dari masyarakat yang kemudian
informasi tersebut menjadi bahan masukan bagi Polsek Somba Opu
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan.
56
Ketika misalnya ada isu-isu atau gerakan-gerakan yang dapat dicurigai,
maka kepolisian Polsek Somba Opu kemudian akan melakukan
koordinasi kepada anggota termasuk Bhabinkamtibmasnya untuk
melakukan langkah-langkah penindakan.
d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Bhabinkamtibmas
Kelurahan Sungguminasa, sebagai berikut:
“Kalau masalah keterlibatan anggota atau partisipasinya, jadi
kalau misalnya ada dalam suatu wilayah yang ada anggota
polisinya, maka saya selaku Bhabinkamtibmas menyampaikan
atau bersosialisasi meminta kerja samanya untuk memantau
wilayah tersebut, meskipun bukan anggota kepolisian dari
Polsek Somba Opu. Jadi kita bekerja sama secara menyeluruh
baik dari Polres, Polsek begitupun dengan pemerintah dan
masyarakat” (Wawancara TR, tanggal 18 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi penanggulangan kejahatan geng motor dilakukan
dengan melibatkan setiap anggota kepolisian meskipun bukan anggota
kepolisian dari Polsek Somba Opu. Ketika ada dalam suatu wilayah
yang ada anggota polisinya, maka Bhabinkamtibmas akan
menyampaikan atau melakukan sosialisasi meminta kerja sama untuk
memantau keamanan wilayah tersebut.
e. Membina human relations yang baik
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Jadi kami tetap melakukan koordinasi, artinya koordinasi itu
diminta ataupun tidak tetap kami dibackup oleh anggota Polres
Gowa, karena kami levelnya Kecamatan masih di bawah
57
naungan Polres Gowa, jadi kami bekerja sama dengan Polres
Gowa baik melaksanakan sosialisasi, patroli atau pun tindakan-
tindakan kepolisian apabila ditemukan adanya anggota geng
motor yang melakukan aksinya di Kecamatan Somba Opu”
(Wawancara PB, tanggal 09 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menanggulangi tindak kejahatan geng motor di
Kecamatan Somba Opu, Polsek Somba Opu melakukan koordinasi
secara menyeluruh dalam kesatuan kepolisian Polsek Somba Opu dan
bekerjasama dengan Polres Gowa baik dalam melakukan sosialisasi,
patroli atau berbagai tindakan-tindakan pihak kepolisian ketika terjadi
atau ditemukan aksi kejahatan geng motor.
f. Melakukan komunikasi informal
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Ya seperti yang saya katakana tadi bahwa ada komunikasi
antara kesatuan ya baik di lapangan maupun dalam ruang
lingkup Polsek Somba Opu. Kalau di lapangan melalui
pemantauan Bhabinkamtibmas bersama juga anggota-anggota
lainnya misalnya intel kepolisian kemudian melakukan
koordinasi ke Polsek, jadi semua ada bagian-bagiannya untuk
penanganannya dalam kesatuan” (Wawancara PB, tanggal 09
September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa koordinasi penanggulangan kejahatan geng motor dilakukan
melalui komunikasi antara antara kesatuan kepolisian baik di lapangan
maupun dalam ruang lingkup Polsek Somba Opu. Komunikasi yang
dilakukan di lapangan melalui pemantauan Bhabinkamtibmas bersama
anggota kepolisian lainnya seperti intel kepolisian kemudian
58
melakukan koordinasi ke Polsek dalam menangani tindak kejahatan
geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu.
Selanjutnya wawancara yang dilakukan kepada Bapak
Kapolsek Somba Opu, sebagai berikut:
“Untuk sementara perbandingan tahun 2015 kemarin dengan
tahun 2016 ini sampai bulan september, persentasenya
menurun, artinya lebih tinggi persentase kriminalitas pada
tahun 2015 dibandingkan tahun 2016 untuk sementara, karena
ini kan masih bulan september, untuk tahun ini yang
dikategorikan rawan geng motor di wilayah Somba Opu itu,
ada beberapa titik yang pertama Jl. Tun Abdul Razak itu
meliputi 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Tombolo,
Pacci’nongang, Romangpolang dan Samata, terus Jl.
Tamanurung di Kelurahan Pandang-Pandang, Jl. Sultan
Hasanuddin di Kelurahan Pandang-Pandang, terus di Jl. Malino
mulai dari lampu merah perempatan Malino sampai dengan
batas Kecamatan Bonto Marannu wilayah Polsek Bonto
Marannu itu Kelurahan Mawang” (Wawancara PB, tanggal 09
September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa langkah penjegahan tindak kejahatan geng motor yang dilakukan
oleh Polsek Somba Opu dengan mengarahkan anggotanya baik yang
berpakaian dinas maupun yang berpakaian preman kemudian
ditempatkan di daerah-daerah rawan terjadi tindak kejahatan geng
motor dan beroperasi pada waktu yang sering digunakan kelompok
geng motor untuk melakukan aksinya. Sehingga dengan memperketat
pengoperasian yang dilakukan Polsek Somba Opu dapat mencegah
tindak-tindak kejahatan yang dilakukan geng motor. Hal ini dengan
melihat persentase tingkat kejahatan tahun 2015 kemarin dengan tahun
59
2016 persentasenya menurun dalam artian bahwa lebih tinggi
persentase kriminalitas pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2016.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai koordinasi horizontal
dalam penanggulangan kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, penulis dapat menyimpulkan
bahwa bentuk koordinasi antara Polsek Somba Opu dengan Polsek Somba
melakukan koordinasi dengan kesatuan Polsek Somba Opu secara
menyeluruh dengan menempatkan anggota-anggotanya di berbagai tempat
yang sering digunakan geng motor melakukan aksinya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hasibuan Malayu (2014: 86) bahwa koordinasi
horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-
kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan penyatuan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai koordinasi kepolisian
dengan masyarakat dalam menanggulangi tindak kejahatan geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, penulis
dapat menyimpulkan bahwa dalam menanggulangi tindak kejahatan geng
motor, Polsek Somba Opu melakukan koordinasi dengan menempatkan
Bhabinkamtibmas di setiap Kelurahan selaku pengontrol dan pembina
keamanan dan ketertiban masyarakat melalui sosialisasi dengan melibatkan
pemerintah yaitu Lurah dan RT/RW serta masyarakat setempat. Selanjutnya
Polsek Somba melakukan koordinasi dengan kesatuan Polsek Somba Opu
secara menyeluruh dengan menempatkan anggota-anggotanya di berbagai
60
tempat yang sering digunakan geng motor melakukan aksinya, Polsek Somba
Opu juga bekerjasama dengan Polres Gowa dalam melakukan melakukan
sosialisasi, patroli atau berbagai tindakan-tindakan pihak kepolisian ketika
terjadi atau ditemukan aksi kejahatan geng motor.
C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Geng Motor
1. Pengaruh dari Luar Diri Pelaku Kejahatan
a. Lingkungan Pergaulan
Mencuatnya perilaku negatif anak remaja yang masuk dalam
kelompok geng motor dipicu oleh faktor lingkungan pergaulan,
misalnya anak bergaul dengan anak lainnya yang memiliki bawaan
perilaku tidak terpuji. Pada dasarnya perilaku menyimpang harus
dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara
seseorang dengan lingkungan sosialnya. problem kesalahan anak
remaja dalam berinteraksi dengan sesamanya ketika anak tersebut tidak
mampu melihat mana lingkungan yang mampu mengeksplor
kemampuan jati dirinya kearah positif dan mana lingkungan yang
kearah negatif. Dengan demikian, perilaku menyimpang seorang
remaja harus dirunut dari bagaimana orang tua mempersiapkan
memberi bekal dari usia dini agar seorang anak siap bersosialisasi
dengan lingkungan yang lebih baik.
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Bhabinkamtibmas
Kelurahan Sungguminasa, sebagai berikut:
“Masalahnya tergantung juga dari kesadaran, ini anak geng
motor ini kan sampai bisa begitu kan pengaruh lingkungan
61
sebenarnya, minum minuman keras, obat-obatan, dikarenakan
orang tua juga sebenarnya kurang mengawasi sikap anak-
anaknya, jadi anak-anak ini tidak bisa mengontrol dirinya untuk
semau-maunya saja melakukan apa-apa, kan rata-rata anak
geng motor itu anak sekolah, masih labil” (Wawancara TR,
tanggal 18 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa faktor penyebab terjadinya tindak kejahatan geng motor
disebabkan besarnya pengaruh lingkungan pergaulan saat ini
khususnya di Kelurahan Sungguminas Kecamatan Somba Opu,
termasuk minum minuman keras, menggunakan obat terlarang, dan
kurangnya perhatian orang tua.
Pada masa remaja seorang anak telah tumbuh dan berkembang
dalam pergaulan dimana remaja tinggal dan juga diikuti dengan
tumbuhnya rasa kesetiakawanan antar remaja di kelompoknya. Dalam
hal ini perilaku remaja dalam tahapan perluasan pergaulan sosial ini
mencari jati dirinya dengan masuk anggota geng motor. Rasa
kesetiakawanan yang ada diantara remaja tumbuh menjadi sangat kuat,
hal ini ditunjukan dengan tindakan-tindakan kebersamaan termasuk
dalam hal-hal yang negatif . Rasa kesetiakawanan yang tinggi menjadi
alasan utama kenapa para remaja ini masuk dalam komunitas geng
motor. Rasa kesetiakawanan yang dimaksud adalah teman yang bisa
mengerti mereka baik susah maupun senang.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan
hal yang sama bahwa besarnya pengaruh lingkungan pergaulan di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu menjadi faktor
62
penyebab terjadinya tindak kejahatan geng motor, sehingga anak-anak
yang menjadi berani untuk mencoba hal-hal yang negatif karena
pengaruh teman-temannya, seperti menggunakan obat terlarang,
minum minuman keras sampai pada terjadinya perkelahian bahkan
pembunuhan. Hal ini menjadi kewajiban bagi setiap orang tua untuk
terus mengawasi dan memberikan perhatian kepada anak-anaknya
agak tidak terjerumus ke dalam pengaruh lingkungan pergaulan saat
ini. Sebagaimana penyataan anggota geng motor, sebagai berikut:
“Awal bergabung itu diajak sama teman, jadi setiap malam
nongkrong-nongkrong, terus biasanya acara minum-minum,
balapan liar, terus kenal-kenal juga sama teman-teman yang
lain, begitu awalnya. Lama kelamaan diajak bergabung jadi
geng motor, seru juga kalau kumpul sama teman semua”
(Wawancara IC, tanggal 30 September 2016).
Selanjutnya wawancara yang di lakukan kepada anggota geng
motor, sebagai berikut:
“Ya ikut-ikut sama teman, dipanggil juga, tidak ada juga
kerjaan jadi daripada bosan, pergi saja kumpul sama teman-
teman, bikin apa begitu, ada kebersamaan pokoknya susah
senang bersama” (Wawancara EW, tanggal 02 Oktober 2016).
Persahabatan di antara para remaja didasarkan pada
kesetiakawanan yang tinggi, maka persahabatan diantaranya terjadi
tanpa memandang siapa sebenarnya teman-teman tersebut, apakah
temannya seorang penjahat, seorang baik-baik, hal ini tidak
dipermasalahkan. Persahabatan yang ada di antara remaja adalah
karena kesetiakawan yang sudah terbentuk. Dalam kasus minuman
keras, narkoba, apabila teman-temannya melakukan hal tersebut, maka
63
yang lainnya akan melakukan hal yang sama tanpa ada pertimbangan
dan pemikiran tertentu. Fakta inilah yang menjadikan lingkungan
pergaulan kemudian rasa kesetiakawanan yang erat, menjadi salah satu
faktor penyebab kenakalan-kenakalan yang terjadi terjadi dalam
komunitas geng motor.
b. Ekonomi
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Yang telah kami tangani, ada beberapa kasus yang kami
tangani, berdasarkan pengalaman yang kami tangani, rata-rata
itu penyebabnya karena untuk gaya-gayaan sesama
perkelompok-kelompok, artinya kelompok-kelompok pemuda
itu kan ada beberapa, biasanya mereka kalau orang Makassar
tale’talekang, mau menunjukkan bahwa mereka lebih jago dari
pada kelompok yang lain itu yang pertama, yang kedua ada
juga faktor ekonomi yang lain karena adanya kesempatan”
(Wawancara PB, tanggal 09 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa faktor yang menjadi penyebab geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu sebagaimana yang ditangani
dari beberapa kasus kejahatan geng motor oleh Polsek Somba Opu,
peyebabnya selain dari faktor ekonomi dan karena adanya kesempatan
untuk melakukan kejahatan juga karena alasan untuk bergaya-gayaan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, penulis menemukan
hal yang sama bahwa penyebab terjadinya kejahatan geng motor
karena tingkat pendapatan yang rata-rata pelaku kejahatan geng motor
berada pada tingkat ekonomi yang rendah dan hanya untuk
menunjukkan bahwa kehebatan kelompok geng motor yang satu lebih
64
hebat dibanding kelompok geng motor yang lain, sehingga bisa
ditakuti diantara kelompok geng motor di Kecamatan Somba Opu.
Sebagaimana pernyataan anggota geng motor di Kelurahan
Sungguminasi, sebagai berikut:
“Ya saya mengikuti kelompok ini dalam kondisi ya faktor
ekonomi, jadi lokasi saya melakukan aksi geng motor itu
sekitaran Samata, di Antang, terus di pasar Sungguminasa, tapi
paling sering itu di pasar Sungguminasa karena tempatnya
ramai di sana, istilahnya lebih muda kita dapat” (Wawancara
IC, tanggal 30 September 2016).
Selanjutnya wawancara yang dilakukan kepada anggota geng
motor di Kelurahan Sungguminasa, sebagai berikut:
“Ya begini, kita itu anak geng motor kan banyak kelompok,
banyak geng-geng, jadi kalau mau ditakuti oleh geng yang lain
harus brutal, supaya geng lain takut sama kita dan pasti lebih
dikenal begitu” (Wawancara EW, tanggal 02 Oktober 2016).
c. Obat-obat Terlarang dan Minuman Keras
Kenyataannya menunjukan bahwa orang yang sering minum-
minuman keras secara berlebihan akan dapat mempengaruhi syaraf
berfikir atau melahirkan suatu kepribadian yang menyimpang
(abnormal), sehingga perasaan yang berlebih-lebihan terhadap
kemampuan diri sendiri atau merasa dirinya jagoan. Pengaruh
minuman keras dapat melakukan suatu kejahatan tanpa disadari apakah
tindakan tersebut benar atau salah. Yang terjadi adalah pelaku
kejahatan tersebut bertindak diluar pemikiran yang normal atau dalam
pengaruh minuman keras. Orang tersebut menjadi mudah tersinggung
dan perhatian terhadap lingkungan juga terganggu, menekan pusat
65
pengendalian diri sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan
agresif seperti perilaku anak geng motor dalam melakukan aksinya.
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba
Opu, sebagai berikut:
“Rata-rata pelaku geng motor itu sebelum melakukan aksinya
mereka menggunakan sejenis obat yang namanya paramadol,
THD dan sejenisnya. Utamanya geng motor itukan
pengaruhnya obat-obatan, minuman keras sampai dia bisa
melakukan kejahatan begitu” (Wawancara PB, tanggal 09
September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya tindak kejahatan geng
motor di Kelurahan Somba Opu Kecamatan Gowa disebabkan
penggunaan obat-obat terlarang seperti paramadol, THD dan
sejenisnya serta minum minuman keras. Sehingga pengaruhnya obat-
obatan dan minuman keras membuat kelompok anak geng motor
melakukan tindak kejahatan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, peneliti menemukan
hal yang sama bahwa anggota geng motor menggunakan obat-obat
terlarang seperti paramadol, THD dan minum minuman keras, agar
mereka cepat merasakan mabuk yang mendalam sehingga percaya diri
dan berani melakukan aksi kejahatannya serta. Sebagaimana
dinyatakan oleh anggota geng motor, sebagai berikut:
“Biasanya saya dan teman-teman anak geng motor pasti
menggunakan obat seperti sabu-sabu dan minum juga kalau
mau beraksi di jalanan, supaya beraniki hilang rasa takut”
(Wawancara IC, tanggal 30 September 2016).
66
Selanjutnya wawancara yang dilakukan kepada anggota geng
motor, sebagai berikut:
“Nassami iya, kan cariki begitu kan untuk poya-poya ji juga
sama anak-anak, pergi minum atau makai, supaya lebih percaya
diri tidak ada yang dipikir” (Wawancara EW, tanggal 02
Oktober 2016).
d. Kurangnya Pengawasan dari Orang tua
Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan,
perhatian, pujian, dan kasih sayang di lingkungannya. Khususnya dari
orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah orang tua atau
keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat
pengakuan, perhatian, dan kasih sayang orang tua tidak mereka
(remaja) dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat
lain. Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk
mendapatkan pengakuan itu adalah di lingkungan teman sebayanya.
Ironinya, kegiatan-kegiatan negative kerap menjadi pilihan anak-anak
remaja tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan.
Wawancara yang dilakukan kepada tokoh masyarakat, sebagai
berikut:
“Penyebabnya itu dek sampai anak-anak ini memilih menjadi
geng motor, karena kurang perhatian orang tua, seharusnya
orang tua lebih mengawasi ini anak-anak, jangan diberikan
kebebasan bergaul di luar, karena pengaruh berbuat hal-hal
yang negatif itu sangat besar di lingkungan, sehingga dengan
begaulnya ini anak-anak mereka ini selalu ingin mencoba
sesuatu karena terpengaruh dari temannya, pergi mabuk-
mabukan, balapan liar, berkelahi sampai menggunakan narkoba
dengan kebiasannya ini sehingga mereka kecanduan, jadi kalau
sudah tidak punya uang jalan satu-satunya ya itu menjambret
67
(begal) karena pikirannya itu sudah rusak” (Wawancara AR,
tanggal 27 September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan
bahwa penyebab terjadinya tindak kejahatan geng motor di Kelurahan
Sungguminasa Kecamatan Somba Opu karena kurangnya perhatian
orang tua, sehingga anak-anak yang memilih menjadi anggota geng
motor bebas bergaul dan berbuat hal-hal yang negatif.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan peneliti menemukan
hal yang sama bahwa salah satu penyebab utama mengapa remaja
memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya perhatian
dan kasih sayang orang tua. Hal ini bisa jadi disebabkan karena terlalu
sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan, sehingga
perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam
bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga
mereka akan kasih sayang dan perhatian orang tua. Sebagaimana
pernyataan anggota geng motor di Kelurahan Somba Opu, sebagai
berikut:
“Kalau saya bosan juga di rumah, ada juga teman-teman
anggota geng motor yang orang tuanya tau kalau dia geng
motor, ada juga tidak, bahkan ada juga yang kaya sebenarnya
tapi nakal memang anaknya diseganni juga sama teman-teman
geng motor” (Wawancara IC, tanggal 30 September 2016).
Selanjutnya wawancara yang dilakukan kepada anggota geng
motor di Kelurahan Somba Opu, sebagai berikut:
“Tidak juga, kan orang tua ku tidak tau, bapak tidak ada di sini
ke Sengkang kerja di sana, kalau mama ada ji tapi kerja juga”
(Wawancara EW, tanggal 02 Oktober 2016).
68
Masalah internal yang dihadapi para remaja ini adalah
kurangnya perhatian, pengawasan dan kasih sayang yang diberikan
oleh orang tua kepada anak-anaknya. Anak menganggap orang tua
terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga mereka
mengabaikan segala perilaku yang dilakukan oleh anak mereka.
Harapan anak untuk mendapatkan kebahagiaan dari dalam lingkungan
keluarga tidak berhasil mereka dapatkan. Akhirnya mencari
kebahagiaan di komunitas geng motor. Kebahagiaan yang dimaksud
adalah kebahagiaan yang didapatkan ketika mereka melakukan
kegiatan yang bisa disebut sebagai kenakalan.
2. Faktor dari Dalam Diri Pelaku Kejahatan
Faktor usia muda merupakan faktor dari dalam diri pelaku
kejahatan karena yang disebabkan masih labilnya dalam membedakan baik
benarnya atau salah tidaknya suatu tindakan, fenomena munculnya geng
motor memang tidak bisa dilepaskan dari dinamika sosial di masyarakat
yang senantiasa berubah dan berkembang. Seperti misalnya saat ini, bahwa
pelaku aksi geng motor adalah rata-rata mereka yang berusia dibawah 17
tahun. Anak geng motor tersebut memiliki kepribadian mengontrol diri
yang lemah. Sehingga mereka tidak bisa mengendalikan dan mengerem
perilaku yang dianggap tidak baik dan merugikan masyarakat. kedua, anak
yang bersangkutan gagal untuk mengaktualisasikan dirinya. Mereka tidak
mampu menunjukkan eksistensi yang positif, yang muncul justru ulah
69
negatif. Kegagalan ini menunjukkan kelemahannya dalam menentukan
mana prilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk.
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Kapolsek Somba Opu,
sebagai berikut:
“Rata-rata anak geng motor ini kan anak-anak sekolah, mereka
sebenarnnya masih labil, butuh pengawasan yang ketat dari orang
tua, meskipun kepolisan terus melakukan langkah pencegahan
melalui sosialisasi dan sebagainya, kalau peran orang tua tidak ada
kan sama saja bohong, anak-anak ini harus diperhatikan harus
dikontrol, kasihan juga sebenarnya” (Wawancara PB, tanggal 09
September 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa
faktor penyebab terjadi kejahatan geng motor di Kelurahan Somba Opu di
sebabkan faktor usia muda, karena pelaku geng motor yang masih labil dan
butuh pengawasan yang ketat dari orang tua. Usia remaja, tentu menjadi
ajang bagi anak remaja untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
mengetahui sesuatu yang telah terjadi di sekitarnya. Oleh karena itu, masih
labilnya anak geng motor dalam mengaktualisasikan potensinya sehingga
mereka menganggap bahwa dengan bergabung dalam geng motor maka
power mereka menjadi lebih kuat dan mereka akan ditakuti oleh teman-
teman sekolahnya maupun teman bergaulnya.
Berdasarkan observasi di lapangan peneliti menemukan hal sama
bahwa dari 200 orang anggota geng motor di Kecamatan Somba Opu,
anggotanya yang usia pelakunya tergolong masih muda, yaitu 12-17 tahun
berada pada masa transisi remaja yang kebanyakan masih mengalami
kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sehingga kepribadian mereka
70
mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Sifat yang masih tergolong
labil, emosional dan gampang terprovokasi membuat tindakan kejahatan
anggota geng motor tersebut sangat sulit untuk diantisipasi, walaupun tak
dapat dipungkiri bahwa banyak juga orang dewasa yang terlibat di
dalamnya yang biasa berumur 18-28 tahun. Data yang didapatkan oleh
penulis dari Polsek Somba Opu terdapat beberapa kasus seperti pencurian
dengan ancaman, kekerasan dan penganiayaan.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai koordinasi kepolisian
dengan masyarakat dalam penanggulangan kejahatan geng motor di
Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba opu, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa ada 2 faktor yang menjadi penyebab terjadinya
tindak kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan
Somba Opu Kabupaten gowa yaitu faktor dari dalam diri pelaku kejahatan
seperti faktor usia muda (masih labil) serta faktor dari luar diri pelaku
kejahatan seperti lingkungan pergaulan, ekonomi, kurangnya pengawasan
orang tua dan penggunaan obat-obatan terlarang dan minum minuman
keras.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Koordinasi Kepolisian Somba Opu dengan masyarakat dalam
penanggulangan tindak kejahatan geng motor di Kelurahan Sungguminasa
Kecamatan Somba Opu, bahwa:
a. Koordinasi vertikal dalam penanggulangan tindak kejahatan geng motor
di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu, dimana Polsek
Somba Opu melakukan koordinasi dengan menempatkan
Bhabinkamtibmas di setiap Kelurahan selaku pengontrol dan pembina
keamanan dan ketertiban masyarakat melalui sosialisasi dengan
melibatkan pemerintah yaitu Lurah dan RT/RW serta masyarakat
setempat.
b. Koordinasi horisontal dalam penanggulangan tindak kejahatan geng
motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu, dimana
Polsek Somba melakukan koordinasi dengan kesatuan Polsek Somba
Opu secara menyeluruh dengan menempatkan anggota-anggotanya di
berbagai tempat yang sering digunakan geng motor melakukan aksinya,
Polsek Somba Opu juga bekerjasama dengan Polres Gowa dalam
72
melakukan sosialisasi, patroli atau berbagai tindakan-tindakan pihak
kepolisian ketika terjadi atau ditemukan aksi kejahatan geng motor.
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng
motor di Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba Opu yaitu faktor
dari dalam diri pelaku kejahatan seperti faktor usia muda (masih labil)
serta faktor dari luar diri pelaku kejahatan seperti lingkungan pergaulan,
ekonomi, kurangnya pengawasan orang tua dan penggunaan obat-obatan
terlarang dan minum minuman keras.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat penulis
sampaikan sebagai berikut :
1. Bagi Polsek Somba Opu agar memperbaiki sistem pengawasan untuk
mencegah terjadinya tindakan-tindakan kejahatan dan menambah personil
kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih meningkatkan
tindakan penjegahan aksi kejahatan geng motor.
2. Bagi pemerintah memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang lebih
relevan dengan pengembangan bakat dan potensi anak remaja dan
memberikan kesempatan kepada anak muda untuk beremansipasi dengan
membuka ruang publik seluas-luasnya bagi remaja untuk berkarya dan
berkreasi serta peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi
pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan.
3. Bagi orang tua agar memberikan bekal yang cukup dan menjadi pelindung
dan teman yang bisa mengerti kesulitan anak anak-anaknya untuk
73
menyongsong tahap berikutnya sebagai manusia dewasa seutuhnya yang
berbaur dengan kehidupan bermasyaraka. Agar anak tidak merasa
diabaikan, maka diperlukan komunikasi yang intensif sehingga anak-anak
remaja tidak menjadikan kehidupan geng sebagai pilihan.
4. Bagi remaja atau geng motor sendiri diperlukan mawas diri dalam melihat
kelemahan dan kekurangan diri sendiri dan melakukan introspeksi dan
koreksi terhadap kekeliruan yang telah dilakukan. Sebaliknya orang tua
dan para pembina remaja harus memperbanyak kearifan, kebaikan, dan
keadilan, agar orang dewasa dapat dijadikan panutan bagi anak-anak muda
demi perkembangan dan proses jangka panjang bagi generasi muda
penerus bangsa.
74
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. 2016. Peran Kepolisian dalam penanggulangan tindak kejahatan.
http://repository.unhas.ac.id. Diakses Tanggal 20 Maret 2016.
Adang , Yasmin Anwar. 2010. Kriminologi. Jakarta: Refika Aditama.
Ashari, Agung. 2014. Peran kepolisian dalam menanggulangi tindakpidana
pencurian dengan kekerasan.http://repository.unhas.ac.id. Diakses
Tanggal 20 Maret 2016
.
Barda Nawawi, Arif. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum
Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta: Kencana.
Dewi. 2015. Pengertian kejahatan.http://www.pps.unud.ac.id. Diakses Tanggal 20
Maret 2016.
Djamali , R. Abdoel. 2005. Pengantar Hukum Indonesia. Jakart: Raja Grapindo
Persada.
Gosita, Arif. 2004. Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Handayaningrat, Soewarno. 2002. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: Haji Masagung.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.
Hasibuan, Malayu. 2014. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Junaidi. 2015. Pengertian kerjasama dan bentuk beserta contoh-contohnya.
http://www.berpendidikan.com. Diakses Tanggal 22 Maret 2016.
Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial Kenakalan Anak. Jakarta: Rajawali Pers.
Lopa, Baharuddin. 2001. Undang-Undang Pemberantasan Tipikor. Bandung.
Sacipto, Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Jakarta: Citra Adhitya Bhakti.
Santoso, Topo. 2010. Kriminologi. Jakarta: Aksara Baru.
Perundan-undangan :
Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 30 ayat (2) tentang hak dan
75
kewajiban warga Negara
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP ) tentang perbuatan asusila dengan
ancaman hukuman 9 tahun penjara.
76
LAMPIRAN
1. Wawancara Kepada Bapak Kapolsek Somba Opu
2. Wawancara Kepada Anggota Geng Motor
3. Dokumentasi Anak Geng Motor di Kelurahan Sungguminasa
RIWAYAT HIDUP
ARIDWAN. Lahir di Ambon pada tanggal 14 Oktober 1991. Merupakan anak
ke dua dari enam bersaidara buah hati dari pasangan Agus Mutalib dan Hamsia
Hafid. Menempuh pendidikan di SD Inpres Batang Kaluku 1998-2004.
Kemudian pada tahun yang sama 2004 melanjutkan sekolah di SMPN I
Sungguminasa dan selesai pada tahun 2007. Dan pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah
SMA PGRI Sungguminasa dan selesai pada tahun 2010. Pada tahun 2012 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiah Makassar jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.