KONTRIBUSI WANITA PEMULUNG DALAM MEMBANTU …
Transcript of KONTRIBUSI WANITA PEMULUNG DALAM MEMBANTU …
KONTRIBUSI WANITA PEMULUNG DALAM
MEMBANTU PEREKONOMIAN KELUARGA
(STUDI KASUS KAMPUNG PEMULUNG KELURAHAN
JURANG MANGU TIMUR, TANGGERANG SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FAUZIAH KARIMAH
NIM: 11140150000011
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Fauziah Karimah, Kontribusi Wanita Pemulung Dalam Membantu
Perekonomian Keluarga (Studi Kasus: Kampung Pemulung Kelurahan
Jurang Mangu Timur). Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Latar belakang penelitian ini adalah di kampung pemulung Jurang Mangu
Timur Tanggerang Selatan ini terdapat pemulung baik pria maupun wanita
sebagian besar pemulung mengumpulkan barang bekas di jalan sebagai mata
pencaharian utama dalam kehidupannya. Hal tersebut membuat mereka setiap hari
selalu berhadapan dengan sampah. Untuk wanita pemulung dalam hal ini
mempunyai peran ganda, karena mengurus keluarga dan mencari penghasilan
sebagai pemulung. Penelitian ini membahas tentang kehidupan sehari-hari wanita
pemulung, kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga,
dan dampak peran ganda wanita pemulung terhadap kehidupan rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi wanita pemulung dalam
membantu perekonomian keluarga, serta mengetahui dampak peran ganda wanita
pemulung terhadap kehidupan rumah tangga.. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara observasi non
partisipasi dan juga wawancara dengan jenis instrumennya semi-struktur.
Informan yang diwawancarai antara lain wanita pemulung, dan anggota keluaraga
wanita pemulung seperti anak dan suami mereka. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga
sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, mampu
menyekolahkan anak-anak, serta mampu menabung untuk kebutuhan mendadak.
Dampak dari peran ganda wanita pemulung terhadap kehidupan rumah tangganya:
1) Mampu membantu dalam menambah pendapatan keluarga. 2) Anak-anak
menjadi tidak terawat. 3) Pekerjaan rumah menjadi terbebani juga oleh suami, 4)
Kesehatan fisik wanita pemulung yang mudah menurun.
Kata Kunci : Pemulung, Perekonomian, Keluarga.
ii
ABSTRACT
Fauziah Karimah, “Contribution of Women Scavengers in Helping the
Family Economy (Case Study: Scavenger Village of East Jurang Mangu
Village)”. ‘A Skripsi’: Social Education Program, Faculty of Tarbiyah and
Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The background of this research is that in the East Jurang Mangu Gorge
scavenger village in South Tangerang, there were scavengers, both men and
women, mostly scavengers collecting used goods on the road as the main
livelihood in their lives. This makes them every day always dealing with garbage.
For women scavengers in this case they have a dual role, because they take care of
their families and seek income as scavengers.This study discusses the daily lives
of scavenger women, the contribution of scavenger women in helping the family
economy, and the impact of the dual role of scavenger women on household life.
This study aims to determine the contribution of scavenger women in helping the
family economy, and to know the impact of the dual role of scavenger women on
household life. This study uses descriptive qualitative research methods. Data
were collected by means of non-participation observations and also interviews
with semi-structured types of instruments. The informants interviewed included
scavenger women, and family members of scavenger women such as their
children and husbands.The results showed that the contribution of scavenger
women in helping the family's economy was very helpful in fulfilling their daily
needs, being able to send their children to school, and being able to save for
sudden needs. The impact of the dual role of scavenger women on their household
life: 1) Able to help increase family income. 2) Children become neglected. 3)
Homework is burdened also by the husband, 4) Physical health of women
scavengers who easily decline.
Keywords: Scavenger, Economy, Family.
iii
KATA PENGANTAR
نٱللبسم ٱلرحيمٱلرحم
Rasa syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu Perekonomian
Keluarga (Studi Kasus: Kampung Pemulung Kelurahan Jurang Mangu
Timur)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Tanpa akal,
berkah dan rahmat-Nya yang diberikan penulis pasti tidak akan sampai pada fase
akhir di perkuliahan ini.
Sholawat serta salam tak lupa pula penulis sanjungkan kepada pemimpin
ulung setiap umat yaitu Baginda Rasulullah SAW, dengan bercermin dari
perjuangan beliau maka semangat untuk terus menggali ilmu pengetahuan selalu
ada, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
yang harus disempurnakan dan penuh dengan hambatan yang harus dilalui. Tanpa
dukungan dari seluruh pihak yang telah membantu pastinya skripsi ini tidak dapat
terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua jurusan Pendidikan Imu
Pengetahuan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan banyak perhatian, bimbingan, serta motivasi
kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, yang juga senantiasa memberikan banyak perhatian
dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir disela-sela kesibukannya.
4. Bapak Dr. Muhamad Arif, M.Pd, selaku dosen pembimbing pertama dan
Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA, selaku dosen pembimbing kedua yang
telah bersedia meluangkan waktu serta selalu memberikan motivasi,
bimbingan dan nasehat selama penulisan skripsi ini.
iv
5. Seluruh dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan ilmu selama penulis mengenyam pendidikan di kampus ini.
6. Kepada Ibu Suryani, selaku ketua RT 001/003 di Kampung Pemulung
Kelurahan Jurang Mangu Timur yang telah membantu saya dalam
pelaksanaan penelitian.
7. Kepada kedua orang tua, Bapak Sarmono, dan Ibu Fatmah, terimakasih
atas seluruh doa dan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang
yang selalu mengiringi langkah penulis hingga saat ini.
8. Kepada seluruh keluargaku, Fakhri Irfansyah, dan Fikhri Fathoni,
terimakasih atas seluruh perhatian, dukungan dan doa dari kalian semua.
9. Kepada seluruh teman, kakak, adik anggota Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Tarbiyah (HMI KOMTAR). Terimakasih telah mewarnai hari-
hari penulis selama berada di Ciputat, dan banyak mengajarkan betapa
pentingnya organisasi, serta mengajarkan kekeluargaan.
10. Kepada seluruh teman, kakak, dan adik anggota Himpunan Mahasiswa
Jurusan Pendidikan IPS (HMJ P.IPS) yang telah mengajarkan betapa
pentingnya berorganisasi saat berada di dunia perkuliahan.
11. Sahabat Madrasah sekaligus teman hidup selama di Ciputat, Hanifa Tri
Agustina, terimakasih selalu ada dan selalu setia menemani kehidupan dan
membantu penulis dari masa sekolah Madrasah hingga masa perkuliahan.
12. Sahabat-sahabat tercinta Mecin Seki, Yufilanita, Finkki Dahliani, Fitria
Sulistyani, Niken, dan Arini yang selalu setia menemani selalu masa
perkuliahan, dan selalu mendukung penulis selama menyusun skripsi.
13. Sahabat-sahabat organisasi Yayu Hardianti Isnin, Dini Utami, Ike Retno,
Zefi Khomara, Muhammad Yusuf, Ghilman Hanif.
14. Adik-adik tercinta Dinda Adhiana, Dinda Mufirdah, Akhim Mudhor, dan
Hasny Ainun yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
15. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2014 atas kekompakannya
selama ini, baik di kelas ataupun saat praktikum.
v
16. Dan seluruh pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu
secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis harapkan semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh
Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap agar skripsi
ini dapat bermanfaat, khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 29 Januari 2019
Fauziah Karimah
11140150000011
vi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR KETERANGAN UJI REFERENSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6
F. Manfaat penelitian ................................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .............................................. 8
A. Kajian Teori .......................................................................................................... 8
1. Pemulung Sebagai Pekerjaan Sektor Informal ................................................ 8
a. Pengertian pemulung ................................................................................... 8
b. Faktor yang Mendukung menjadi Pemulung .............................................. 9
c. Ciri-Ciri Pemulung .................................................................................... 10
d. Jenis-Jenis Pemulung ................................................................................ 10
e. Kehidupan Masyarakat Pemulung............................................................. 11
f. Wanita Pemulung ....................................................................................... 14
vii
2. Keluarga ........................................................................................................ 15
a. Pengertian Keluarga .................................................................................. 15
b. Peran Keluarga .......................................................................................... 18
c. Fungsi Keluarga ........................................................................................ 19
3. Perekonomian Keluarga ................................................................................ 20
a. Pengertian Perekonomian Keluarga .......................................................... 20
b. Jenis-Jenis Status Pekerjaan dalam Perekonomian Keluarga ................... 21
c. Peran Wanita dalam Perekonomian Keluarga ........................................... 22
4. Teori Pertukaran Tingkah Laku Sosial ......................................................... 25
B. Penelitian Relevan ............................................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ............................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................ 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 33
1. Tempat Penelitian ......................................................................................... 33
2. Waktu Penelitian .......................................................................................... 33
B. Metode Penelitian ............................................................................................... 34
C. Subjek Penelitian ................................................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 37
E. Instrumen Penelitian............................................................................................ 39
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ................................................................ 43
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data ................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 47
A. Deskripsi Data ..................................................................................................... 47
1. Gambaran Umum Kelurahan Jurang Mangu Timur ..................................... 47
2. Sarana dan Prasarana Kelurahan Jurang Mangu Timur ................................ 47
3. Susunan Kelurahan Jurang Mangu Timur..................................................... 49
4. Visi dan Misi Kelurahan Jurag Mangu Timur .............................................. 50
5. Jumlah Penduduk Kelurahan Jurang Mangu Timur Berdasarkan Jenis
Kelamin ......................................................................................................... 50
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/Kepercayaan ................................... 52
viii
7. Jumlah Penduduk Warga Kampung Pemulung RT 003 RW 001
Kelurahan Jurang Mangu Timur ................................................................... 52
8. Karakteristik Informan .................................................................................. 55
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................................. 56
1. Kegiatan Sehari-hari Pemulung .................................................................... 56
2. Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu Perekonomian
Keluarga ........................................................................................................ 67
3. Dampak Peran Ganda Wanita Pemulung Terhadap Kehidupan Rumah
Tangga ........................................................................................................... 81
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................................. 95
1. Kehidupan Sehari-hari Wanita Pemulung ..................................................... 95
2. Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu Perekonomian
Keluarga ........................................................................................................ 98
3. Dampak Peran Ganda Wanita Pemulung Terhadap Kehiudpan Rumah
Tangga Keluarga Kampung Pemulung Kelurahan Jurang Mangu
Timur ........................................................................................................... 101
4. Teori Pertukaran TingkahLaku Sosial ........................................................ 105
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 108
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 109
A. Simpulan ........................................................................................................... 109
B. Implikasi ............................................................................................................ 110
C. Saran .................................................................................................................. 111
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 112
Lampiran
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 32
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian................................................................................ 33
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ......................................................................................... 40
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ..................................................................... 41
Tabel 3.3 Pedoman Dokumentasi ................................................................................... 43
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Kelurahan Jurang Mangu Timur .................................. 47
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Jurang Mangu Timur Berdasarkan Jenis
Kelamin ......................................................................................................... 50
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama / Kepercayaan .................................. 52
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Warga Kampung Pemulung RT 003 RW 001
Kelurahan Jurang Mangu Timur .................................................................... 52
Tabel 4.4 Karakteristik Informan .................................................................................... 55
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Obsevasi Kampung Pemulung
Lampiran 2 Transkip Wawancara informan Wanita Pemulung 1
Lampiran 3 Transkip Wawancara Informan Wanita Pemulung 2
Lampiran 4 Transkip Wawancara Informan Wanita Pemulung 3
Lampiran 5 Transkip Wawancara Informan Suami Pemulung 1
Lampiran 6 Transkip Wawancara Informan Suami Pemulung 2
Lampiran 7 Transkip Wawancara Informan Suami Pemulung 3
Lampiran 8 Transkip Wawancara Informan Anak Pemulung 1
Lampiran 9 Transkip Wawancara Informan Anak Pemulung 2
Lampiran 10 Transkip Wawancara Informan AnakPemulung 3
Lampiran 11 Transkip Wawancara Informan Ketua RT 001 RW 003
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian
Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian RT 001 RW 003
Lampiran 16 Surat Keterangan Penelitian Kelurahan Jurang Mangu Timur
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil dan merupakan
lembaga dalam masyarakat yang paling dasar. dimana proses pengenalan jati
diri serta proses sosialisasi yang pertama kali dilakukan, maka dari proses
sosialisasi didalam keluarga itulah seseorang akan memiliki bekal untuk dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lembaga sosial yang lebih besar yaitu
masyarakat.
Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau
perkawinanan. orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu,bapak dan
anak-anaknya, ini disebut keluarga batih (nuclear family) keluarga yang
diperluas (extended family) mencakup semua orang dari satu keturunan dari
kakek dan nenek yang sama, termasuk keturunan suami dan isteri.1
Dalam relasi suami istri memang diperlukan adanya kejelasan dalam
pembagian peran yang menjadi tanggung jawab istri. Namun demikian,
pembagian peran tersebut seyogianya tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan
melalui kesepakatan yang dibuat bersama berdasarkan situasi yang dihadapi
oleh pasangan suami istri.2
Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan kehidupan
masyarakat, posisi kaum wanita di dunia kerja juga semakin mendapat tempat
dan peluang yang seluas-luasnya. kaum wanita yang semula hanya dapat
bekerja dan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan rumah tangganya
saja, tetapi kini telah dapat bekerja dan berkecimpung di dunia kerja di luar
lingkup rumah tangganya.
Kesejajaran antara pekerjaan dan kewajiban peran utama ayah dan ibu
dalam keluarga sudah jelas. Sang ibu mulai dengan pengasuhan anak,
menanamkan ikatan badaniah dan rohaniah yang dekat karena kepuasaan yang
1 Kusdwirarti Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung : P.T. ALUMNI, 2011), h. 24 2 Ibid, h. 12
2
timbal balik.3 Kemandirian wanita tidak dapat dilepaskan dari perannya
sebagai ibu dan istri, wanita dianggap sebagai makhluk sosial dan budaya yang
utuh apabila telah memainkan kedua peran tersebut dengan baik.
Alokasi waktu atau jam kerja perempuan lebih panjang dibandingkan
laki-laki, tetapi secara ekonomi penghasilan laki-laki lebih tinggi dari
perempuan. hal ini terjadi karena perempuan bertanggung jawab atas pekerjaan
produktif, reproduktif dan fungsi-fungsi sosial di komunitas. perempuan selalu
melakukan ketiga tanggung jawab tersebut secara bersamaan, sedangkan laki-
laki hanya bertanggung jawab pada pekerjaan produktif saja.4
Disini ada sisi wanita yang ingin menjadi ibu rumah tangga tapi ketika
masalah finansial dan masalah kehidupan menghadang keberlangsungan hidup
rumah tangga dan mengharuskan wanita ikut mengais rezeki degan segala
upaya menjadikan wanita keluar rumah dan bekerja. Segala jenis pekerjaan
bisa ditempati oleh kaum wanita dari pekerjaan yang mengarah pemikiran
sampai pekerjaan yang mendahulukan otot.
Masalah kehidupan dalam suatu keluarga mendorong kaum wanita
utamanya ibu rumah tangga untuk turut serta melibatkan diri dalam usaha
menambah pendapatan keluarga. Kedudukannya sebagai ibu tugas yang
melekat dalam dirinya atau perannya adalah mengatur rumah tangga. Namun,
munculnya masyarakat yang bekerja diluar rumah merupakan salah satu akibat
permasalahan perekonomian dalam kehidupan keluarganya.5
Berdasarkan Penelitian pendahuluan, hasil wawancara peneliti dengan
Ibu Suryani yang merupakan Ibu ketua RT 01/ RW 03 di kampung pemulung
Jurang Mangu Timur. Ibu Suryani mengatakan hal seperti berikut:
“Ya disini ada 300 kepala keluarga, dan yang menjadi pemulung
kurang lebih ada 60 kepala keluarga tapi sudah banyak beberapa lapak
pemulung yang digusur untuk dijadikan perumahan mba, disini tadinya
ada 3 blok lapak, tapi karena 1 blok sudah digusur jadinya tersisa 2
lapak mba, mungkin sekarang cuman ada sekitar kurang lebih 30
3 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1985), h. 143 4 Edriana Noerdin, Erni Agustini, dll, Potret Kemiskinan Perempuan, (Jakarta : Women
Research Institute, 2006), h. 20 5 Wahyu Hidayat, Analisis Peran Ganda Wanita Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Jatibarang Kodia Semarang, Dinamika Manajemen, 2006, Vol. 5, No. 1
3
kepala keluarga lah kalo di itung pintu ke pintu. Lapaknya ada di depan
sanah mba ga jauh dari sini, dan disni suami dan istrinya menjadi
pemulung, bahkan anaknya pun ikut kadang-kadang menjadi pemulung
untuk bantu-bantu mencari uang tambahan, ya ada sih yang istrinya
mungkin ga jadi pemulung tapi itu jarang sekali mba, karena mayoritas
para istrinya ikut menjadi pemulung.”.6
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Suryani, di ketahui bahwa
pembagian pekerjaan rumah tangga yang sering terjadi dalam kehidupan
masyarakat saat ini ternyata juga dialami oleh masyrakat yang tinggal di
kampung pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur Tanggerang Selatan. Di
daerah ini terdapat sebuah pemukiman masyarakat marjinal yang bekerja
sebagai pemulung. Pekerjaan pemulung ini mendorong keterlibatan kaum ibu
rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dan mencari penghasilan tambahan
untuk membantu perekonomian keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
Secara umum pemulung dapat didefinisikan sebagai pengambil barang
bekas untuk dijual kepada pengepul barang bekas. Pemulung adalah golongan
sosial yang memiliki usaha mengumpulkan barang bekas, barang diambil dari
jalan, tempat pembuangan sampah, pekarangan rumah penduduk, pasar,
pertokoan, terminal, stasiun, bandara, tempat wisata, rumah ibadah, sekolah,
kampus, dan pemakaman.
Beberapa pemulung jalanan terkadang harus melakukan beberapa
aktivitas sekaligus sebagai strategi untuk bertahan hidup (misalnya: berlaku
sebagai pemulung sambil mencuri kecil-kecilan apabila ada kesempatan).
Namun banyak juga di antara mereka yang benar-benar jujur dalam melakukan
aktivitasnya. Walaupun mereka mengetahui aktivitas teman-teman mereka
(baik legal maupun illegal), namun mereka jarang saling mengganggu antara
yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting bagi mereka adalah
bisa makan.7
6 Hasil wawancara Ibu Suryani, Ketua RT 003 RW 001 7 Twikromo Argo, Pemulung Jalanan: Kontruksi Marginalitas dan Perjuangan Hidup
dalam Bayang-Bayang Budaya Dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h.81
4
Kehidupan jalanan merupakan kehidupan yang sulit. Jalanan penuh
dengan berbagai macam tantangan yang tidak dapat diatasi dengan mudah.
Orang jalanan menghadapi banyak tekanan dari orang jalanan yang lain,
masyarakat pada umumnya, dan petugas ketertiban. Selain itu situasi ekonomi,
sosial, dan budaya lingkungan kota juga semakin lama semakin menyingkirkan
keberadaan mereka. Mereka harus berjuang untuk mengatasi situasi ini,
sehingga apabila ada kesempatan, beberapa di antara mereka cenderung
menekan sesama orang jalanan.
Pemulung jalanan biasanya melakukan aktivitas mereka dengan
berjalan kaki dan menggunakan karung dan ganco sebagai sarana utama.
Relatif jarang ditemui adanya pemulung jalanan yang menggunakan sepeda
dengan sepasang keranjang sebagai wadahnya, menggunakan becak, atau
gerobak. Biasanya sarana-sarana angkut tersebut digunakan oleh pemulung-
pemulung yang mempunyai tempat tinggal menetap atau memiliki tumpangan
tempat tinggal. Sebagian besar pemulung jalanan relatif sulit dalam
menyimpan atau menjaga sarana angkut tersebut, khususnya jika mereka
sedang tidur di jalanan.8
Ada juga beberapa tukang timbang atau pelapak yang menyediakan
sarana angkut semacam ini, namun pemulung jalanan jarang sekali mau
menggunakannya karena sebagaian besar dari mereka berpikir bahwa mereka
tidak akan menjadi bebas lagi atau ada orang lain yang ikut mengatur kegiatan
mereka. Sebenarnya kegiatan memulung dengan menggunakan sarana angkut
tersebut relatif lebih banyak menghasilkan income dari pada hanya berjalan
kaki (sepeda atau gerobak: rata-rata sekitar Rp 7.000,- sampai Rp 10.000,- dan
becak: rata-rata sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 15.000,- vs. jalan kaki: rata-rata
sekitar Rp 2.500,- sampai Rp 5.000,-). Pemulung jalanan biasanya memilih
lapak yang dianggap dapat memberikan harga yang layak dan layanan yang
menguntungkan. Beberapa di antara mereka sering berganti lapak jika mereka
merasa tidak mendapat keuntungan yang wajar dari lapak sebelumnya.9
8Ibid, h.86 9 Ibid,.h.86
5
Di kampung pemulung Jurang Mangu Timur Tanggerang Selatan ini
terdapat pemulung baik pria maupun wanita sebagian besar pemulung
mengumpulkan barang bekas di jalan sebagai mata pencaharian utama dalam
kehidupannya. Hal tersebut membuat mereka setiap hari selalu berhadapan
dengan sampah. Untuk wanita pemulung dalam hal ini mempunyai peran
ganda, karena mengurus keluarga dan mencari penghasilan sebagai pemulung.
Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada kontribusi wanita
pemulung dalam membantu perekonomian keluarga. Terdorong oleh
kenyataan tersebut maka diperlukan pemahaman tentang fenomena-fenomena
sosial dalam peranan wanita, terkhusunya peran wanita pemulung yang
menjadi fokus pada kajian penelitian ini.
Kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga
menjadi bahasan yang menarik karena dibandingkan dengan keluarga yang lain
hanya sebagai ibu rumah tangga yang berkewajiban mengurus rumah
tangganya. Dalam hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang “KONTRIBUSI WANITA PEMULUNG DALAM MEMBANTU
PEREKONOMIAN KELUARGA (STUDI KASUS : KAMPUNG
PEMULUNG JURANG MANGU TIMUR, TANGGERANG
SELATAN)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah bisa
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Di daerah kampung pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur
banyak terdapat wanita yang bekerja menjadi pemulung.
2. Kondisi ekonomi keluarga yang masih rendah sehingga wanita
perlu membantu perekonomian keluarga.
3. Pekerjaan pemulung membuat wanita memiliki peran ganda pada
keluarga.
4. Adanya pelanggaran yang diabaikan oleh orang tua seperti
mempekerjakan anaknya.
6
C. Batasan Masalah
Keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya, serta untuk
memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus
dan terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka
diperlukan adanya pembatasan masalah yaitu :
1. Banyak terdapat wanita yang bekerja sebagai pemulung.
2. Kondisi ekonomi keluarga yang masih rendah sehingga wanita
perlu membantu perekonomian keluarga.
3. Pekerjaan pemulung membuat wanita memiliki peran ganda pada
keluarga.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pembatasan Masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana profil kegiatan sehari-hari wanita pemulung ?
2. Bagaimana kontribusi wanita pemulung dalam membantu
perekonomian keluarga ?
3. Bagaimana dampak peran ganda wanita pemulung terhadap
kehidupan rumah tangga keluarga kampung pemulung Jurang
Mangu Timur ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui:
1. Profil kegiatan sehari-hari wanita pemulung.
2. Kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian
keluarga
3. Dampak peran ganda wanita pemulung terhadap kehidupan rumah
tangga keluarga ampung pemulung Jurang Mangu Timur.
7
F. Manfaat Penelitiann
Selain mempunyai tujuan, hasil dari peneltian ini diharapkan dapat
mempunyai manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang
bermanfaat mengenai kontribusi wanita pemulung dalam
membantu perekonomian keluarga dan dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan khusunya Sosiologi Keluarga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, dapat memberikan pengetahuan dan wawasan
pemahaman dibidang ilmu sosial khusunya tentang kontribusi
wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga
b. Bagi orang tua, adanya penelitian ini diharapkan memberikan
informasi perihal ibu rumah tangga yang bekerja diluar
membantu perekonomian keluarga agar tetap menjalankan
fungsi keluarga dengan sebaik-baiknya sebagai ibu rumah
tangga.
c. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan bagi pemerintah
dalam kaitannya dengan penyusunan kebijakan pendidikan dan
bantuan sumbangan, khusunya bagi keluarga pemulung yang
kondisi ekonominya sangat terbatas.
d. Bagi Peneliti, sebagai sarana untuk mengkaji dan menganalisis
masalah dengan teori yang sama untuk penelitian selanjutnya
mengenai pertukaran tingkah laku sosial yang berkembang di
masyarakat.
8
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pemulung Sebagai Pekerjaan Sektor Informal
a. Pengertian Pemulung
Salah satu bentuk kegiatan sektor informal yang cukup menarik
saat ini yaitu pemulung. Keterbatasan lahan dan kemiskinan di daerah
pedesaan, serta tidak tersediannya lapangan pekerjaan yang sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan di daerah perkotaan menjadi
penyebab mereka bekerja sebagai pemulung. Bekerja sebagai pemulung
di daerah perkotaan juga muncul akibat adanya nilai ekonomi dari
sampah yang dihasilkan masyarakat. Pemulung beranggapan bahwa
sampah adalah ladang menghidupi keluarga mereka.
Pemulung adalah pemungut sampah (barang bekas, sisa) yang
bekerja mandiri tanpa anak buah serta menjualnya kepada penampung.
Modal mereka biasanya di dapat dari penampung tetapi banyak di antara
mereka yang bekerja tanpa modal. Biasanya pemulung tinggal dimana
saja, atau di tempat penampung, dan mereka memuat sampahnya ke
dalam keranjang yang digendong di dalam gerobak yang didorong
sendiri.1
Menurut Twikromo, pemulung adalah seserang yang
mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Aktivitas
pemulung kota yang cenderung menggunakan modal kecil, mereka
mengumpulkan barang-barang bekas (buangan dari tempat-tempat
sampah milik rumah tangga, toko, atau restauran. Selain itu biasanya
ada beberapa kelompok yang melakukan aktivitas memulungnya
ditempat kolektif seperti bak atau pembuangan akhir sampah warga
kota. Barang-barang yang dikumpulkan biasanya berupa plastik (botol
1 Chaidir Anwar, Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatannya di Jakarta Timur, (Jakarta:
Universitas Tarumanegara, 1990), h.2
9
atau bekas kemasan makanan), alumunium, kaleng, tembaga, kardus,
pakaian, dan barang lainnya yang dinilai masih berharga.2
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemulung adalah seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pencari
barang yang sudah tidak layak pakai, maka orang yang bekerja sebagai
pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengais sampah dimana
antara pemulung dan sampah sebagai dua sisi mata uang ada sampah
pasti ada pemulung dan dimana ada pemulung disitu ada sampah.
Pekerjaan mereka mencari barang bekas membuat sebagian besar orang
menganggap remeh pemulung. Mereka mengorek tempat sampah untuk
mendapatkan barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Namun
berkat kehadirannya pula lingkungan dapat terbebas dari barang bekas
yang bila dibiarkan bisa menjadi sampah. Pemulung tidak menyadari
bahwa mereka turut serta mengatasi persoalan sampah kota. Menurut
para pemulung pekerjaan yang dilakukan semata-mata adalah untuk
memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
b. Faktor yang Mendukung Menjadi Pemulung
Menurut Mudiyono faktor-faktor yang mendasari masyarakat
menjadi pemulung yaitu:
1) Faktor internal, yaitu kondisi kesehatan jasmani yang kuat,
didesakdengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, sulit
mencari pekerjaan lain, melakukan pekerjaan dengan senang,
jaringan kerjasama pemulung kuat.
2) Faktor eksternal, yaiitu jumlah pemulung yang selalu bertambah,
banyaknya penduduk akan selalu menghasilkan sampah yang
jumlahnya akan semakin banyak.3
2 Achmad Syakrani, Studi Strategi Hidup Pemulung Perempuan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bukit Pinang Kota Samarinda, e-Journal Sosiatri-Sosiologi, 2016, Vol. 4 3 Shela Septi, Peran Pemulung Perempuan Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Sosial
Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kwala Bekala, (Skripsi: Universitas Sumatera Utara, 2018) h.14
10
c. Ciri-Ciri Pemulung
Menurut Noor Effendi pemulung dicirikan sebagai berikut:
1) Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik kakena timbulnya
unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang
tersedia di sektor formal.
2) Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.
3) Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja
4) Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah belum sampai ke sektor ini.
5) Unit usaha sudah keluar dari satu sub sektor ke sub sektor lain.
6) Teknologi yang digunakan masih primitif.
7) Modal dan perputaran usaha relative kecil, sehingga skala
operasional juga relatif kecil.
8) Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak
memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan
diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
9) Pada umumnya unit kerja termasuk golongan One Man Enterprice
dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
10) Sumber dana modal pada umumnya berasal dari tabungan sendiri
atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.4
d. Jenis-Jenis Pemulung
Ada dua jenis pemulung dalam menjalani pekerjannya. Pertama,
pemulung tidak menetap, artinya pemulung yang memungut sampah
keliling dari gang-gang kampung, TPS (Tempat Pembuangan
Sementara), taman kota, pinggir jalan, pinggir sungai, dst. Kedua,
pemulung yang mencari sampah menetap, contoh di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Mereka yang mengais sampah menetap dan
4 Ibid, h.14
11
bermukim di gubuk-gubuk kardos, triplek, seng bekas atau terpal
bodol.5
Pemulung yang menetap di kisaran TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) dibagi menjadi dua. Pertama, pemulung yang menggantungkan
hidupnya seratus persen pada sampah. Kesua, ada pemulung yang
melakukan kegiatan ini setelah tanam atau memanen padi atau palawija
di kampungnya. Jadi tipe pemulung tersebut memiliki pekerjaan di
sektor pertanian dan sampah.6
e. Kehidupan Masyarakat Pemulung
Kenyataan hidup pemulung jalanan merupakan salah satu bagian
dari proses dinamis dalam memproduksi budaya jalanan. Proses belajar
berdasarkan peristiwa-peristiwa di jalanan akan menentukan identitas
kebudayaan. Pengalaman-pengalaman pemulung jalanan,seperti
intimidasi dari penguasa, razia, stereotype dan diskriminasi dari
masyarakat kota, peraturan-peraturan pemerintah, penyatuan atau
penyeragaman budaya dari pengetahuan modern, dan penggunaan
bentuk-bentuk strategi dalam mengkonstruksi hubungan-hubungan
baru, menciptakan suatu proses dinamis dalam merubah cara-cara untuk
mendefinisikan diri mereka dan gaya hidup mereka.7
Kehidupan jalanan merupakan kehidupan yang sulit. Jalanan
penuh dengan berbagai macam tantangan yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Orang jalanan menghadapi banyak tekanan dari orang
jalanan lain, masyarakat pada umumnya, dan petugas ketertiban. Selain
itu situasi ekonomi, sosial, dan budaya lingkungan kota juga semakin
lama semakin menyingkirkan keberadaan mereka. Mereka harus
5 Tri Bangun, Pemulung Sang Pelopor 3R Sampah, (Jakarta: KLUPN & PIDUS-Zero
Waste Indonesia, 2008), h.4 6 Ibid, h.4 7 Twikromo Argo, Pemulung Jalanan: Kontruksi Marginalitas dan Perjuangan Hidup
dalam Bayang-Bayang Budaya Dominan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h.35
12
berjuang untuk mengatasi situasi ini, sehingga apabila ada kesempatan,
beberapa di antara mereka cenderung menekan orang jalanan.8
Pemulung mempunyai jam kerja sangat panjang dan
melelahkan. Ada yang bekerja 12-18 jam sehari. Pemulung tidak
mengenal waktu, umurnya dihabiskan di TPA. Sulit menandangi jam
kerja pemulung. Selama tenaga sehat dan kuat terus mengais sampah,
guna meraih hasil sebanyak mungkin. Pemulung mempertaruhkan
nasibnya pada sampah.9 Dalam beratnya tekanan situasi kota, pemulung
berjuang untuk bertahan hidup dalam ruang terbatas yang disediakan
dalam masyarakat kota. Mereka merupakan kaum marginal yang
berjuang secara terus menerus tidak hanya dalam menghadapi tekanan-
tekanan ekonomi, tetapi juga tekanan-tekanan sosial dan budaya.
Dimana ada pembuangan sampah di situ ada pemulung, atau
sebaliknya, di mana ada pemulung di situ ditemui sampah. Pemulung
memiliki pekerjaan sebagai pengais sampah. Antara sampah dan
pemulung bagaikan dua sisi mata uang. Pemulung tidak peduli
meskipun hidup di bawah kolong jembatan atau kolong langit yang
penting berdekatan dengan tempat pembuangan sampah.10 Mereka
harus berjuang melawan rasa lapar, dinginnya malam, sampah yang
kotor dan berbau tidak sedap, sakit tanpa pengobatan yang wajar, tidur
tanpa rumah, hidup tanpa standar pasti harga barang-barang hasil
kegiaatan sebagai pemulung, dan hidup tanpa perlindungan hukum yang
sepantasnya.
Pemulung jalanan hidup di bawah bayang-bayang ilusi kota dan
kehidupan fantasis penampilan kota. Mereka hidup bersama dengan
orang jalanan lain yang dikategorikan sebagai gelandangan.11 Pemulung
tidak diberikan upah kerja seperti sistem harian atau bulanan. Upah kerja
8 Ibid,h.82 9 Tri Bangun, Op.cit, h.33 10 Tri Bangun, Ibid, h.4 11 Twikromo Argo, Op.cit, h.80
13
para pemulung didasarkan atas jumlah dalam bentuk berat barang bekas
yang mereka dikumpulkan. Kemudian faktor lain pemulung adalah
modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan
oleh para pemulung sangat sederhana yaitu karung plastik dan ganco
untuk menyungkit sampah atau barang bekas.
Sebagian besar pemulung jalanan mengumpulkan barang-
barang bekas (buangan dari tempat-tempat sampah milik rumah tangga,
toko, dan restaurant). Mereka juga mendapatkan barang-barang bekas
tersebut dari tempat-tempat sampah kolektif atau bak, seperti bak
sampah permanen milik warga kampung, bak sampah mobil (dump
truck) yang disediakan oleh pemerintah, dan tempat pembuangan akhir
sampah warga kota. Barang-barang yang mereka kumpulkan terdiri atas
barang-barang bekas yang terbuat dari plastik (mainan), seperti mainan
anak-anak, ember plastik, cangkir dan gelas plastik, dan sebagainnya,
barang-barang bekas yang terbuat dari aluminum (nium), seperti periuk,
teko, dan sebagainya, barang-barang bekas yang terbuat dari tembaga
(misalnya: kabel), barang-barang bekas yang terbuat dari besi, botol,
kardus, kertas, pakaian bekas, dan sepatu bekas.12
Siasat untuk bertahan hidup di lingkungan perkotaan yang
dilakukan oleh kaum pemulung bukan merupakan siasat tanpa dasar.
Berbagai macam dan peristiwa dan pengalaman sepanjang hidup
mereka, terutama yang berkaitan dengan kehidupan jalanan telah
memberikan arah pada pilihan siasat yang pada umumnya dilakukan
oleh pemulung. Bagaimana mereka mengkoordinasi dan mengatur
aktivitas sehari-harinya agar tetap menjaga kelangsungan hidupnya di
daerah perkotaan.
Keberadaan pemulung yang boleh dikatakan hidup di jalan yang
tidak mengenal panas dinginnya matahari, dan hujan untuk berusaha
mencari dan mengumpulkan barang bekas di jalan sambil mengngayuh
12 Twikromo Argo, Ibid, h.83
14
sepedanya, gerobaknya berkeliling pada pemukiman atau mencari
tempat-tempat dimana pembuang sampah ini berada. Pekerjaan
memulung itu, bukan suatu cita-cita yang sesungguhnya, namun dibalik
kenyatan tidak bisa pungkiri karena tidak ada pilihan lain, kecuali harus
menerimanya dengan menelan pahit suatu kenyataan dalam kehidupan
yang begitu sangat susah, karena mereka diakibatkan keterbatasan
pendidikan, keterampilan, dan modal, sehigga membuat mereka tidak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan karir dibidang
profesi lain yang lebih baik. Belum lagi sebagian masyarakat
beranggapan negative atas kehadiran mereka ditengah-tengah
masyarakat.
f. Wanita Pemulung
Sektor informal merupakan pilihan dari semua kalangan
masyarakat, karena semua orang bisa masuk, tanpa harus ada
pendidikan formal, tanpa harus ada pendidikan formal, tanpa ada
keahlian, dan tanpa prosedur yang menyulitkan. Motivasi perempuan
bekerja pada saat ini semakin kompleks, namun yang lebih utama adalah
untuk mengatasi persoalan ekonomi keluarganya. Sektor informal
memiliki persentase pekerja informal wanita lebih besar dibanding
dengan sektor yang lain. Penyebabnya adalah pada sektor informal
memiliki waktu yang fleksibel dan tidak mempunyai banyak syarat
untuk memasukinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Susilo dalam
sektor jasa lebih fleksibel bagi wanita, artinya selain untuk menambah
pendapatan keluarga, fungsi sebagai ibu rumah tangga menambah
pendapatan keluarga, fungsi sebagai ibu rumah tangga juga masih dapat
dilakukan. Dengan adanya fleksibilitas pada sektor informal tersebut
memungkinkan tetangga kerja wanita lebih sesuai bekerja didalamnya.13
Pemulung perempuan adalah seseorang yang berjenis kelamin
perempuan yang bekerja berkeliling berjalan kaki untuk mencari
13 Ibid,h. 25
15
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan mengumpulkan
sampah atau barang bekas yang dapat dipergunakan dan diolah kembali
atau yang dapat dijual untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Pilihan wanita bekerja sebagai pemulung merupakan
alternatif paling memungkinkan bagi perlawanan desakan ekonomi
yang harus dipenuhi baik dirinya maupun untuk keluarganya karena
kegiatan sebagai pemulung tidak memerlukan modal, latar pendidikan,
dan keahlian khusus. Menjadi pemulung, bukanlah merupakan
pekerjaan yang mudah bagi perempuan, sebab perempuan juga memiliki
peran dan posisi yang sangat penting dalam keluarga yakni sebagai ibu
bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya.
Kebanyakan pemulung perempuan yang diteliti mereka tamat
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Alasan lainnya menjadi
pemulung adalah karena tidak terikat waktu dan umur. Mereka bisa
bekerja kapan saja tanpa harus meninggalkan pekerjaan di rumah
sebagai ibu rumah tangga.14
Pendapatan yang dihasilkan dari kerja keras mereka lakukan
untuk mencapai keluarga yang makmur sejahtera sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak dengan baik.
Setiap keluarga mempunyai berbagai macam kebutuhan hidup sehari-
hari yang harus dipenuhi dengan biaya yang berasal dari pendapatan
keluarga.
2. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Menurut Iver dan Page keluarga dirumuskan sebagai
14 Shela Septi, Peran Pemulung Perempuan Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Sosial
Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kwala Bekala, (Skripsi: Universitas Sumatera Utara, 2018), h.6
16
kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri ayah, ibu, dan
anak. Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri ayah, ibu, dan anak.
Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum,
terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
Disimpulkan bahwa keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat
total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur
akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah
pendewasaan.15
Fitzpatrick, definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu definisi struktural, definisi
fungsional, dan definisi intersaksional.
1) Definisi struktural. Keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran
kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi
bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian
tentang keluarga sebagai asal usul (families of origin), keluarga
sebagai wahana melahirkan keturunan (families of pro-creation),
dan keluarga batih (extended family).
2) Definisi fungsional. Keluarga didefinisikan dengan penekanan pada
terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-
fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak,
dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu.
Definisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh
keluarga.
3) Definisi transaksional. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok
yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang
15 Ibid, h. 20.
17
memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity),
berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa
depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga
melaksanakan fungsinya.16
Menurut Reiss keluarga adalah suatu kelompok kecil yang
terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa
sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru.17
Pandangan berbeda diajukan oleh Weigert dan Thomas yang
menganggap definisi Reiss kurang bersifat nominal, karena
menekankan pada berlakunya fungsi tertentu. Pandangan Weigert dan
Thomas didasarkan pada pentingnya suatu budaya ditransmisikan pada
generasi berikutnya dalam rangka menumbuhkan anak-anak menjadi
manusia yang dapat menjalankan fungsinya.18
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau
dalam ikatan perkawinan dan menjalankan reproduksi. Keluarga
merupakan media sosialisasi pertama yang dialami oleh setiap individu,
karena di dalam keluarga individu belajar nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat.
Hanya melalui keluargalah masyarakat itu dapat memperoleh
dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya, keluarga
hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh masyarakat yang lebih
luas. Jika masyarakat itu sebagai suatu sistem kelompok sosial yang
lebih besar mendukung keluarga, sebagai sub system sosial yang lebih
kecil, atau sebagi syarat agar keluarga itu dapat bertahan maka kedua
macam sistem ini haruslah saling berhubungan dalam banyak hal
penting.19
16 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.5 17 Ibid, h. 4 18 Ibid, h.4 19 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985), h.4
18
b. Peran Keluarga
Dalam keluarga sendiri sudah memiliki peranan yang harus di
jalankan oleh kedua orang tua itu sendiri. Peran-Peranan itu adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga berperanan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang
menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh
dalam wadah tersebut.
2) Keluarga merupakan unit sosial ekonomis yang secara materil
memenuhi kebutuhan anggotanya.
3) Keluarga menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan
hidup.
4) Keluarga merupakan wadah dimana manusia mengalami proses
sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari
dan mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.20
Wanita dalam keluarga memliki peran dan kebutuhan
gender. Menurut Astuti, dalam peran dan kebutuhan gender peran
wanita terdiri atas:
1) Peran Produktif
Peran produktif pada dasarnya hamper sama dengan peran
transisi, yaitu peran dari seorang wanita yang memiliki peran
tambahan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya.
Peran produktif adalah peran yang dihargai dengaan uang atau
barang yang menghasilkan uang atau jasa yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi. Peran ini diidentikan sebagai peran wanita di
sektor publik, contoh petani, buruh, guru, pengusaha.
2) Peran Reproduktif
Pada dasarnya hampir sama dengan peran tradisional, hanya saja
peran ini lebih menitikberatkan pada kodrat wanita secara
20 Shela Septi, Peran Pemulung Perempuan Sebagai Orang Tia Tunggal Dalam Sosial
Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kwala Berkala, (Skripsi: Universitas Sumatera Utara, 2018), h.
24.
19
biologis tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau barang.
Peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia, contoh
peran ibu pada saat mengandung, melahirkan dan menyusui anak
adalah kodrat dari seorang ibu. Peran ini pada akhirnya diikuti
dengan mengerjakan kewajiban pekerjaan rumah.21
c. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang penting bagi pekermbangan
anak secara fisik, emosi, spiritual dan sosial. Karena keluarga
merupakan sumber bagi kasih saying, perlindungan dan identitas bagi
anggotanya. Keluarga menjalani fungsi yang penting bagi
keberlangsungan masyarakat dari generasi. Menurut Bens, keluarga
memiliki lima fungsi dasar, yaitu:
1) Reproduksi. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan
populasi yang ada di dalam masyarakat.
2) Sosialiasi/edukasi. Keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai,
keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari
generasi yang lebih muda.
3) Penugasan peran sosial. Keluarga memberikan identitas pada para
anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran
gender.
4) Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung,
makanan, dan jaminan kehidupan.
5) Dukungan emosi/pemeliharaan. Keluarga memberikan pengalaman
interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi
bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga
memberikan rasa aman ada anak.22
21 Nauri Alghaasyiyah, Kontribusi Wanita Pemulung dalam Mendukung Perekonomian
Keluarga: Studi Kasus pada Pemulung di TPA Air Sebakul, (Skripsi: Universitas Bengkulu, 2014),
h. 7. 22 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 22
20
Dalam perspektif perkembangan fungsi paling penting dari
keluarga adalah melakukan perawatan dan sosialisasi pada anak.
Sosialisasi merupakan proses yang ditempuh anak untuk
memperoleh keyakinan, nilai-nilai dan perilaku yang dianggap perlu
dan pantas oleh anggota keluarga dewasa, terutama orang tua.
Keluarga memang bukan satu-satunya lembaga yang melakukan
peran sosialisasi, melainkan keluarga merupakan tempat pertama
bagi anak dalam menjalani kehidupannya. 23
Pada umunya, fungsi yang dijalankan oleh keluarga seperti
melahirkan dan merawat anak, menyelesaikan masalah, dan saling
peduli antara anggotanya tidak berubah substansinya dari masa ke
masa. Namun, bagaimana keluarga melakukannya dan siapa saja
yang terlibat dalam proses tersebut dapat berubah dari masa ke masa
dan bervariasi di antara berbagai budaya.
3. Perekonomian Keluarga
a. Pengertian Perekonomian Keluarga
Ekonomi menyakut berbagai kebutuhan manusia dan berbagai
sumber. Keinginan dan kebutuhan manusia tidak terbatas. Dengan
demikian, ilmu ekonomi berusaha menerangkan bagaimana memenuhi
kebutuhan masyarakat sebanyak mungkin dengan jumlah sumber-
sumber yang terbatas.24
Sumber daya ekonomi atau human resuorces mengandung dua
pengertian. Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung
pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses
produksi.25
Keluarga adalah pelaku ekonomi yang terdiri dari ayah, ibu,
anak dan anggota keluarga lainnya. Keluarga adalah suatu satuan
23 Ibid, h. 22 24 Afrida, Ekonomi Sumber daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h.19 25 Ibid, h. 19
21
kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat yang ditandai oleh
adanya kerja sama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk berkehidupan,
bersosialisasi atau mendidik anak dan menolong serta melindungi yang
lemah khususnya merawat orang tua mereka yang telah lanjut usia.
Pembagian tugas dan kerja dalam hal ini adalah termasuk dalam
penataan ekonomi keluarga baik sebagai peternak, petani, pedagang,
ataupun pemulung. Jadi ekonomi keluarga adalah ekonomi yang
dikembangkan dan diusahakan oleh suatu keluarga dengan upaya
menumbuhkan minat dan motifasi di bidang usaha dan tenaga
terampilan.
Menurut Geonawan Sumodiningrat mendefinisikan ekonomi
keluarga sebagai segala kegiatan dan upaya masyarakat atau keluarga
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup (basic need) yaitu sandang,
pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.26
b. Jenis-Jenis Status Pekerjaan dalam Perekonomian Keluarga
Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang di dalam
melakukan pekerjaan, yaitu apakah orang tersebut berkedudukan
sebagai buruh/karyawan, berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau
buruh tidak tetap, buruh dengan dibantu oleh buruh atau karyawan tetap
pekerja keluarga tanpa upah atau sebagai pekerja sosial :
1) Buruh atau karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain
atau instansi perusahaan dengan menerima upah baik berupa uang
maupun barang, seperti: pegawai negeri atau swasta, buruh tani, dan
sebagainnya.
2) Berusaha sendiri adalah seseorang yang melakukan pekerjaan atau
usaha atas tanggungan sendiri dan tidak dibantu oleh orang lain, baik
oleh anggota rumah tangganya atau buruh lain.
26 Beti Aryani, Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi Keluarga di Desa Tanjung
Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden
Intan, 2017), h. 27.
22
3) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap
adalah seseorang yang melaksanakan usaha atas resiko sendiri dan
dalam usahanya itu mempekerjakan pekerja keluarga atau buruh
tidak tetap.
4) Berusaha dengan dibantu buruh atau karyawan tetap adalah
seseorang yang melaksanakan usaha atas resiko sendiri dan dalam
usahanya itu memperkejakan paling sedikit satu buruh tetap.
5) Pengusaha dengan bantuan orang lain adalah seseorang yang
melakukan pekerjaan atau usaha dengan dibantu oleh satu atau
beberapa orang baik anggota rumah tangga lainnya maupun buruh
yang dibayar seperti pemilik took, warung atau restoran yang
dibantu satu atau beberapa orang, petani yang mengusahakan
tanahnya dengan dibantu oleh anggota rumah tangga lainnya dan
sebagainya.
6) Pekerja keluarga tanpa upah adalah anggota rumah tangga yang
membantu usaha yang dilakukan oleh salah satu (seseorang) anggota
rumah tangga lainnya tanpa mendapatkan upah seperti : istri yang
membantu suaminya di toko, di sawah dan sebagainnya.
7) Pekerja sosial adalah mereka yang bekerja tanpa mendapatkan upah
atau gaji berupa uang maupun barang dengan tujuan sosial, seperti:
orang-orang yang bekerja mengurus kegiatan sosial seperti: bencana
alam, anak yatim piatu dan sebagainya.27
c. Peran Wanita dalam Perekonomian Keluarga
Masalah kehidupan dalam suatu keluarga mendorong kaum
wanita utamanya ibu rumah tangga untuk turut serta melibatkan diri
dalam usaha menambah pendapatan keluarga. Kedudukannya sebagai
ibu tugas yang melekat dalam dirinya atau perannya adalah mengatur
27 Basir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.19-
20.
23
rumah tangga. Namun, munculnya masyarakat yang bekerja sebagai
pemulung merupakan salah satu akibat permasalahan perekonomian
dalam kehidupan keluarganya.
Disini ada sisi wanita yang ingin menjadi ibu rumah tangga tapi
ketka masalah finansial dan masalah kehidupan menghadang
keberlangsungan hidup rumah tangga dan mengharuskan wanita ikut
mengais rezeki dengan segala upaya menjadikan wanita keluar rumah
dan bekerja. Segala jenis pekerjaan bisa ditempati oleh kaum wanita dari
pekerjaan yang mengarah pemikiran sampai pekerjaan yang
mendahulukan otot.
Aktivitas wanita di luar rumah, kini bukan sekadar untuk
persamaan hak dan kewajibannya, namun juga sebagai tulang punggung
keluarga kewajiban yang seharusnya dipikul pria selaku kepala
keluarga. Tetapi karena berbagai alasan, para wanita juga menjadi
penopang ekonomi keluarga. Tidak sedikit wanita yang kni mampu
mengejarkan hal-hal yang biasanya dilakukan pria. Banyak kita jumpai
di masyarakat, wanita bekerja sebagai tukang ojek, penambal ban, sopir,
kuli bangunan, pemulung bahkan menjadi tentara dan plisi. kesetaraan
tersebut sering juga disebut dengan persamaan gender.
Ibu rumah tangga (domestik) maupun ibu bekerja (publik)
keduanya harus professional dalam menjalankan tugas dalam dua
bidang yang digeluti. Namun apapun yang dipilih domestik atau publik,
harus merasakan rumah lebih nyaman dibandingkan aktivitas
dimanapun. Sehingga ibu yang memilih sebagai ibu yang bekerja di
rumah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di
rumah bersama anak-anak. Ibu bekerja di ranah publik, tidak akan
menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan di
ranah domestik.
Pada umunya masyarakat berpendapat bahwa tempat wanita di
rumah. Wanita bukanlah mencari nafkah karena yang mencari nafkah
adalah laki-laki atau suami. Walaupun wanita bekerja dan memperoleh
24
pengahasilan yang memadai, ia terus berstatus membantu suami. Ketika
banyak perempuan bekerja di sektor modern, hal tersebut
dipermasalahkan. Ada kekhawatiran bahwa bila wanita aktif di luar
rumah tangga, anak-anak akan terabaikan dan rumah tangga menjadi
tidak terurus. Bahkan ada juga kekhawatiran bahwa mereka tidak akan
mampu menjaga diri sehingga akan menimbulkan fitnah dan kekacauan
rumah dalam masyarakat.28
Dalam konsep ajaran Islam kesempatan bagi perempuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan tidak tertutup. beberapa pakar
Agama Islam yang berpikiran maju, berpendapat bahwa perempuan
dapat saja berperan dalam pembangunan dengan bekerja di luar
lingkungan keluarga apabila pekerjaan itu diperlukan atau pekerjaan itu
dibutuhkannya, yang pasti dilakukan secara terhormat dengan
memperhatikan norma agama yang berlaku.29
Adanya pembagian kerja yang kaku dalam keluarga dan
kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa dalam benak dan pemikiran
masyarakat, kehadiran perempuan di dunia ini hanya berfungsi untuk
mengabdi kepada keluarganya. Islam secara tegas tidak membedakan
fungsi penciptaan perempuan dan laki-laki. Al-Qur’an menjelaskan
bahwa diciptakannya laki-laki dan perempuan di muka bumi ini adalah
untuk menyembah kepada Allah: Dan aku (Allah) tidak menciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah (Q.S. Adz-Dzariyaat, 51:56).30
Perempuan sebagai ibu rumah tangga juga mencari nafkah
tambahan, sehingga bisa menambah sumber pendapatan keluarga.
Mereka termasuk orang yang tidak melewatkan kesempatan baik untuk
mendapatkan tambahan penghasilan keluarga, bahkan mereka mampu
28 Ari sunarijati, dkk, Perempuan Yang Menuntun, (Bandung: Ashoka Indonesia, 2000),
h. 31.
29 Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.85. 30 Ibid., h.85.
25
menciptakan kesempatan untuk mendapatkan nafkah tambahan
tersebut, ini dilakukan atas persetujuan suami.31
4. Teori Pertukaran Tingkah Laku Sosial
Teori sosiologi aras mikro merupakan teori yang memfokuskan
pada topik kajian ruang dan waktu dalam ukuran yang lebih kecil dimana
individu dan interaksinya yang didasari oleh prilaku dan kesadaran. Adapun
yang termasuk ke dalam teori sosiologi mikro in adalah teori ritual interaksi
(Durkheim dan Goffman), teori status sosial (Goffman), dan teori
pertukaran, dan teori relasi sosial.
Penelitian yang dilakukan menggunakan teori mikro, yakni teori
pertukaran dari Homans. Teori pertukaran dari Homans ini sangat erat
kaitannya dengan dunia psikologi manusia. Lebih tepatnya bahwa Homans
melihat akar dari teori pertukaran adalah behaviorisme yang berpengaruh
langsung terhadap sosiologi perilaku.
Penulis dalam hal ini ingin mengetahui bagaimana kontribusi wanita
pemulung dalam membantu perekonomian keluarga di kampung pemulung
Jurangmangu Timur dan juga mengetahui tentang bagaimana dampak peran
produktif wanita pemulung didalam rumah tangga.
Dalam mengembangkan teori pertukaran, Homans mengemukakan
beberapa proposisi untuk menjelaskan tingkah laku sosial yang paling dasar.
Menurut dia, tingkah laku sosial yang paling dasar dapat dijelaskan dengan
beberap proposisi dari pertukaran sosial. Adapun proposisi dari Humans
adalah sebagai berikut:
a. Proposisi Sukses
Proposisi ini berbunyi: “Semakin sering tindakan seseorang dihargai
atau mendapat keuntungan maka semakin besar kemungkinan orang
tersebut melakukan tindakan yang sama”.
31 Ibid., h.91.
26
b. Proposisi Ransangan atau Stimulus
Proposisi ini berbunyi: “Apabila pada masa lampau ada stimulus atau
sejumlah stimuli di dalamnya tindakan seseorang mendapat keuntungan,
maka semakin stimulus atau stimuli yang ada menyerupai stimulus atau
stimuli pada masa lampau itu, semakin besar pula kemungkinan bahwa
orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama.
c. Proposisi Nilai
Proposisi ini berbunyi: “Semakin tinggi nilai tindakan seseorang, maka
semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan yang sama”.
d. Proposisi Kejenuhan
Proposisi ini berbunyi: “Semakin sering seseorang mendapat
keuntungan pada waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai
keuntungan itu untuk dia”.
e. Proposisi Persetujuaan dan Agresi
Dalam bagian ini ada dua proposisi yang berbeda. Proposisi pertama
berbunyi: “Bila tindakan seseorang tidak memperoleh keuntungan
seperti yang diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak
diharapkannya, maka semakin besar kemungkinan bahwa dia menjadi
marah dan melakukan tindakan yang agresif dan tindakan agresif itu
menjadi bernilai baginya”.
Proposisi kedua lebih bersifat positif, “ Apabila seseoranag mendapat
keuntungan yang lebih besar dari pada yang diharapkannya atau tidak
mendapat hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan melakukan
hal-hal yang positif dan hasil dari tingah laku yag demikian adalah lebih
bernilai baginya”.32
32 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 172-175.
27
B. Hasil Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang kontribusi wanita
pemulung dalam membantu perekonomian keluarga diantaranya adalah:
1. Skripsi yang berjudul Peran Pemulung Perempuan sebagai Orang Tua
Tunggal dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kwala
Berkala, yang ditulis oleh Shela Septi Miranda dengan nomer induk
140902081 merupakan mahasiswa Departemen Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Permasalahan dalam penelitian ini banyak ditemukan perempuan yang
menjadi ibu dalam keluarga memiliki peran ganda didalam rumah tangga.
Tipe penelitian ini tergolong deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
bertujuan menggambarkan peran pemulung perempuan sebagai orang tua
tunggal dalam sosial ekonomi kelurahan di Kelurahan Kwala Bekala.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak ditemukan perempuan
yang menjadi ibu dalam keluarga memiliki peran ganda didalam rumah
tangga. Ibu yang menjadi orang tua tunggal memilih bekerja dan faktor lain
adalah pendidikan yang tidak mendukung untuk dapat memilih
pekerjaan.33
Perbedaan: Tempat yang digunakan pada penelitian Shela Septi Miranda
adalah di kampung pemulung Keluahan Kwala Berkala, sedangkan peneliti
melakukan tempat penelitian di kampung pemulung Kelurahan Jurang
Mangu Timur.
2. Skripsi yang berjudul Kehidupan Sosial Pemulung di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Tamangapa Kecamatan
Manggala Kota Makassar, yang ditulis oleh Hasanuddin dengan nomer
induk 30400112044, merupakan mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama
Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Adapun yang menjadi rumusan masalah dari
33 Shela Septi M, Peran Perempuan sebagai Orang Tua Tunggal dalam Sosial Ekonomi
Keluarga di Kelurahan Kwala Berkala, (Skripsi: Universitas Sumatera Utara, 2018)
28
penelitian ini adalah (1) Latar belakang kehidupan sosial pemulung di
Tamangapa Antang Kecamatan Mangala Kota Makassar, (2) Faktor yang
mempengaruhi masyarakat berprofesi sebagai pemulung di Tamangapa
Antang Kecamatan Mangala Kota Makassar, (3) Tingkat pendidikan
masyarakat sekitar terhadap masyarakat pemulung di Tamangapa Antang
Kecamatan Mangala Kota Makassar. Jenis Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah
fenomenologi dan sosiologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar
belakang kehidupan sosial pemulung di Tamangapa Antang Kecamatan
Mangala Kota Makassar berasal dari golongan ekonomi yang emah dan
pemulung yang ada di Kelurahan Tamangapa tidak hanya berasal dari
Kelurahan Tamangapa akan tetapi, juga ada yang berasal dari daerah-
daerah lain.34
Perbedaan: Masalah yang diteliti oleh Hasanuddin hanya pada aspek
kehidupan pemulung saja, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada
permasalahan mengenai kontribusi wanita pemulung daalam membantu
perekonomian keluarga.
3. Skripsi yang berjudul Etos Kerja Komunitas Pemulung Dalam
Mempertahankan Hidup di Bantaran Sungai Gajah Wong Kota
Yogyakarta, yang dituls oleh Rahayu Kurniasih dengan nomor induk
09230020 merupakan mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Permasalahan dalam penelitian ini membahas
tentang bagaimana proses etos kerja komunitas pemulung dalam
mempertahankan hidup di bantaran Sungai Gajah Wong Kota Yogyakarta?
Srategi apa yang mereka bangun dan kembangkan oleh seorang pemulung
untuk tetap bertahan hidup? Untuk mencapai tujuan permasalahn tersebut,
34 Hasanuddin, Kehidupan Sosial Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Mangala Kota Makassar, (Skripsi: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2016)
29
jenis penelitian ini adalah penelitian yang mengungkap fakta dilapangan di
Kelurahan Muja Muju komunitas pemulung di bantaran Sungai Gajah
Wong Kota Yogyakarta. Sementara sifat penelitian adalah deskriptif-
kualitatif, yakni berupaya menghimpun data, mengolah data dan
menganalisa data secara kualitatif dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi yang mendalam tentang apa yang menjadi penelitian. Hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa para pemulung sebagai golongan miskin
subjek aktif, yang kreatif, memikirkan masa depan atau masa yang akan
datang dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Ciri-ciri subjek aktif tersebut
ditunjukkan melalui praktek keseharian, pemanfaatan jaringan dan gaya
hidup pemulung.35
Pebedaan: Permasalahan yang diteliti oleh Rahayu Kurniasih hanya
tentang keseharian pemulung, serta etos kerja komunitas pemulung.
Sedangkan penelti membahas tentang kontribusi wanita pemulung dalam
membantu perekonomian keluarga serta dampak peran ganda wanita
pemulung dalam bekerja dan menjadi ibu rumah tangga.
4. Skripsi yang berjudul Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi
Keluarga di Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat, yang ditulis oleh Beti Aryani dengan nomor
induk 1341020078 merupakan mahasiswa Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Raden Intan. Rumusan masalah pada penelitian ini,
bagaimana pern ibu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga, bagaimana dampak peran ganda ibu rumah tangga terhadap
kehidupan rumah tangga. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah
peneltian lapangan yang bersifat deskripstif, yaitu menggambarkan secara
sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
35 Rahayu Kurniasih, Etos Kerja Komunitas Pemulung dalam Mempertahankan Hidup di
Bantaran Sungai Gajah Wong Kota Yogayakarta,(Skripsi: Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
30
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran
perempuan Desa Tanjung Setia dalam membantu ekonomi keluarga
melalui berdagang ikan yang dilakukan secara mandiri, baik dalam
pengawetan ikan, dan mengelola menjadi ikan. Kegiatan yang dilakukan
oleh ibu rumah tangga pedagang ikan antara satu dengan lainnya berbeda-
beda, sehingga hasil yang diperoleh pun bervariasi tergantung jumlah ikan
yang terjual.36
Perbedaan: Objek yang dikaji dalam penelitian yang dilakukan Beti Aryani
adalah keluarga pedagang ikan, berbeda dengan peneliti yang mengkaji
keluarga pemulung.
5. Skripsi yang berjudul Peran Istri dalam Membantu Perekonomian
Keluarga di Desa Tanjung Selamat Kecmatan Padang Tualang
Kabupaten Langkat, yang ditulis oleh Dian Pita Sari dengan nomer induk
26121149 merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Negeri Islam Sumatera Utara.
Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah Apa yang
menyebabkan para istri bekerja membantu perekonomian keluarga?
Bagaimana aktivitas para istri dalam menjalankan perannya sebagai ibu
rumah tangga dan perannya membantu perekonomian keluarga. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dikumpullkan bersifat
gambar, kata-kata, foto-foto dan catatan lainnya. Hasil dari penelitian ini
terlihat bahwa peran perempuan sangat kuat dalam membantu
perekonomian keluarga dengan penghasilan yang sangat lumayan.
Perempuan pembuat dan penjual kue dapat mengisi sektor-sektor penting
dalam keluarga, yaitu sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial.
36 Beti Aryani, Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi Keluarga di Desa Tanjung
Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat, (Skripsi: pUniversitas Islam Negeri
Raden Intan, 2017).
31
Dengan bekerjanya istri secara otomatis peran istri menjadi ganda, yaitu
menjadi ibu rumah tangga dan sebagai perempuan bekerja.37
Perbedaan: Objek yang dikaji dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian
Pita Sari adalah perempuan pembuat dan penjual kue, berbeda dengan
peneliti yang mengkaji perempuan pemulung di keluarga pemulung.
C. Kerangka Berpikir
Ada pun kerangka berpikir dalam penelitian Kontribusi Wanita
Pemulung dalam Membantu Perekonomian Keluarga, Studi Kasus: Keluarga
Kampung Pemulung di Jurang Mangu Timur. Masyarakat kampung pemulung
Jurang Mangu timur merupakan masyarakat pendatang. Pemulung adalah
kelompok sosialyang bekerja mengumpulkan barang bekas yang masih bisa
dimanfaatkan untuk mengawali proses penyaluran ke tempat produksi.
Pemulung ini biasanya dilakukan sebagai pekerjaan laki-laki, tetapi karena
masalah kehidupan dalam suatu keluarga mendorong kaum wanita utamanya
ibu rumah tangga untuk berkontribusi menjadi pemulung agar dapat membantu
perekonomian keluarga. Dalam hal ini wanita pemulung memiliki peran ganda,
karena mngurus keluarga dan bekerja sebagai pemulung untuk menambah
penghasilan keluarga. Menurut George Caspar Homans ada 5 proposrsi
mengenai tingkah laku sosial melalui teori pertukaran yaitu: proporsi sukses,
proporsi ransangan atau stimulus, proporsi nilai, proporsi kejenuhan, dan
proporsi persetujuan dan agresi. Wanita pemulung akan memiliki dampak dari
peran ganda terhadap kehidupan rumah tangga kampung pemulung.
37 Dian Pita S, Peran Istri dalam Membantu Perekonomian Keluarga di Desa Tanjung
Selamat Keamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat, (Skripsi: Universitas Negeri Islam
Sumatera Utara, 2016).
32
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Keluarga Pemulung
Jurang Mangu Timur
Wanita Pemulung
Profil kegiatan sehari-hari wanita pemulung
Teori Pertukaran George Caspar Homans
Proposisi
Sukses
Proposisi
Ransangan
atau
Stimulus
Proposisi
Nilai
Proposisi
Kejenuhan
Proposisi
Persetujuan
dan Agresi
Kontribusi wanita
pemulung dalam
membantu
perekonomian keluarga
Dampak peran ganda wanita
pemulung terhadap kehidupan
rumah tangga keluarga kampung
pemulung Jurang Mangu Timur
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perkampungan Pemulung RT 001 RW
003 Kelurahan Jurang Mangu Timur Pondok Aren Tanggerang Selatan.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena Kelurahan ini warganya
banyak bekerja sebagai pemulung sehingga dapat ditemui sejumlah
pemulung wanita yang dijadikan fokus penelitian.
2. Waktu Penelitian
Agar penelitian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan,maka
peneliti membuat jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu PenElitian
No Nama Kegiatan Waktu
1. Penyusunan proposal skripsi Oktober-November
2017
2. Pembuatan instrumen Oktober 2018
3. Pengumpulan data November -
Desember 2018
4. Pengolahan data Desember 2018 -
Januari 2018
5. Penyusunan laporan penelitian Januari 2019
34
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dalam bentuk kata-kata
atau kalimat. “Metode penelitian kualitatif ini muncul karena terjadinya
perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/ fenomena/gejala”.1
Dalam perjalanannya metode kualitatif seringkali dihubungkan dengan segala
jenis penelitian sosial termasuk di dalamnya antropologi kebudayaan beserta
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Menurut Lodico, Saulding, dan Voegtle penelitian kualitatif berfokus
pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi
dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa
“pengetahuan dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman
pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate)”.2
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulan bahwa metode
penelitian kualitatif ialah keadaan dimana prosedur penelitiannya bersifat
menjelaskan, mengelola, menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian
dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang
diteliti. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
dengan pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di
tempat penelitian.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu berupa narasi cerita,
penuturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi,
perilaku, gerak tubuh, mimik, dan banyak hal lain yang tidak didominasi
angka-angka sebagaimana penelitian kuantitatif.3 Jadi, bisa disimpulkan
1Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2014), Cet.IX, h.1 2 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) ,
h. 2 3 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Yogyakarta: Erlangga, 2009), hal.25
35
bahwa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif lebih condong ke
pemahaman yang mendalam terhadap sebuah kasus atau permasalahan.
Menurut Bogdan dan Biklen terdapat lima ciri utama penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan
peneliti adalah instrumen kunci.
2. Bersifat deskriptif, artinya data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk
atau outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna data dibalik
yang teramati.4
Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau
deskriptif. Karena pendapat di atas sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis untuk memaparkan kontribusi wanita pemulung dalam membantu
perekonomian keluarga, maka metode penulisan kualitatif penulis rasa tepat
digunakan pada penelitian ini. Dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif ini dirasa sangat cocok untuk menggambarkan apa yang
terjadi di lokasi penelitian. Dengan metode penelitian ini, peneliti dapat
melihat kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian
keluarga di kampung pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur. Untuk
mendapatkan informasi tersebut, penulis juga menggunakan pendekatan
kualitatif dengan maksud agar penulis dapat menjajaki secara lebih mendalam
objek yang akan diteliti yaitu para wanita pemulung yang berada di kampung
pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet.18, h.9-10
36
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas
tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity),
yang berinteraksi secara sinergi.5
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sampel teoritis,
karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.6
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan sesuai dengan objek/ situasi sosial yang
diteliti.7 Pemilihan informan ini menggunakan metode purposive sampling,
kriteria yang ditetapkan adalah pemulung yang berada di kampung
pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timut. Adapun kriteria subjek
penelitian untuk dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut:
1. Wanita pemulung di Kampung Pemulung Kelurahan Jurang Mangu
Timur.
2. Keluarga wanita pemulung di Kampung Pemulung Kelurahan Jurang
Mangu Timur.
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah para wanita pemulung
yang berada di kampung pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur . Yaitu
terdiri dari 3 orang wanita pemulung yang memenuhi kriteria tersebut. Selain
itu, 6 orang dari keluarga wanita pemulung tersebut juga menjadi subjek
penelitian.
5 Ibid, h.215 6 Ibid, h.216 7 Ibid, h.218-219
37
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data penelitian, teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah:
1. Observasi
Observasi didefinisikan sebagai “suatu proses melihat, mengamati,
dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan
untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis”.8 Inti dari observasi
adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung
oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.
Pada penelitian, peneliti ini menggunakan observasi non partisipasi
(non-participation observer), yaitu “suatu bentuk observasi dimana
pengamat (atau peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok,
atau dapat dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang
diamatinya”.9
Dalam penelitian ini yang diamati adalah para wanita pemulung di
kampung pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur yang secara langsung
ikut turun berkontribusi bekerja sebagai pemulung untuk membantu
perekonomian keluarga. Teknik ini digunakan untuk mengamati langsung
keadaan lingkungan kampung pemulung, aktivitas keluarga pemulung,
hubungan sosial keluarga pemulung dengan warga sekitar, dan peran
produktif dan reproduktif pada keluarga kampung pemulung.
2. Wawancara
8 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups , (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015), Cet.II , h.131. 9 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2014), h.384
38
Susan Stainback mengemukakan bahwa “interviewing provide the
researcher a means to gain deeper understanding of how the participant
interprest a situation or phenomenon than can be gained through
observation along”.10 Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Jadi,
dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara
semi-struktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.11 Dalam melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan.
Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan
partisipan, tidak melalui telepon ataupun video. Instrumen yang digunakan
adalah perekam suara dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan guna mencari informasi mengenai kontribusi wanita
pemulung dalam membantu perekonomian keluarga, serta dampak peran
ganda wanita wanita pemulung terhadap kehidupan rumah tangga keluarga
kampung pemulung Jurang Mangu Timur.
Wawancara ini ditujukan kepada para responden yang merupakan
wanita pemulung di kampung pemulung Jurang Mangu Timur dan
wawancara ini juga ditujukan kepada keluarga wanita pemulung sebagai
informan sekaligus responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian
wawancara ini peneliti ingin mencari data kegiatan sehari-hari pemulung,
10 Sugiyono, Op.cit, h.232 11 Sugiyono, Ibid, h.233
39
kontribusi wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga, dan
dampak peran ganda wanita pemulung terhadap kehidupan rumah tangga.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berebentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dokumentasi
berupa foto, video, serta dokumen internal tentang data keluarga kampung
pemulung yang diperoleh dari Kelurahan Jurang Mangu Timur. Dokumen
internal ini seperti, data profil Kampung Pemulung RT 003/ RW 001
Kelurahan Jurang Mangu Timur, data jumlah penduduk Kelurahan Jurang
Mangu Timur berdasarkan jenis kelamin, data jumlah penduduk Kelurahan
Jurang Mangu Timur berdasarkan kepercayaan, data jumlah penduduk
Kampung Pemulung Kelurahan Jurang Mangu Timur RT 003 / RW 001.
Data internal tersebut diperoleh dari data monografi Kelurahan Jurang
Mangu Timur yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan peneliti dalam menambah informasi.
E. Instrumen Penelitian
Salah satu kegiatan penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Karena itu, di dalam penelitian, baik penelitian
ekonomi maupun penelitian sosial, disamping terdapat beberapa metode
pengumpulan data, juga terdapat beberapa alat atau instrumen (instrument)
yang digunakan dalam mengumpulkan data.12 Instrumen pengumpulan data
12 Agus Purwoto, Metode Penelitian, (Bogor: IN MEDIA, 2015), h. 115
40
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.13
“Instrumen Penelitian” yang diartikan sebagai “alat bantu” merupakan
saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionnaire),
daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guide atau
interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan
(observation sheet atau observation schedule) soal tes (yang kadang-kadang
hanya disebut dengan “tes” saja, inventori (invertory), skala (scala), dan lain
sebagainnya.14
1. Instrumen Observasi
Dalam memperoleh data observasi, peneliti membuat pedoman observasi
pada penelitiannya, yaitu:
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No. ASPEK YANG DIAMATI KETERANGAN
1. Keadaan lingkungan Kampung
Pemulung.
2. Aktivitas Keluarga Pemulung
13 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 101 14 Ibid, h. 101
41
3. Hubungan sosial kelurga pemulung
dengan warga sekitar.
4. Peran produktif, dan reproduktif
pada keluarga kampung pemulung.
5. Peran wanita pemulung dalam
membantu perekonomian keluarga.
2. Instrumen Wawancara
Berikut kisi-kisi instrumen wawancara penelitian:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
NO ASPEK MASALAH SUB ASPEK MASALAH KET
1. Kegiatan sehari-hari pemulung 1. Sistem kerja pemulung
2. Faktor yang mendukung
menjadi pemulung
3. Pertimbangan-pertimbangan
menjadi pemulung
No. 1-3
No. 4
No.5-7
2. Kontribusi wanita pemulung dalam
membantu perekonomian keluarga
1. Kondisi ekonomi keluarga
2. Tanggungan biaya kehidupan
sehari-hari.
No. 8-12
No. 13
42
3. Pendapatan sehari-hari dalam
bekerja sebagai pemulung
No.14-17
3. Dampak peran ganda wanita
pemulung terhadap kehidupan rumah
tangga.
1. Pandangan dan tanggapan
terhadap wanita yang ikut
bekerja dalam membantu
perekonomian keluarga.
2. Peran ibu rumah tangga dalam
keluarga.
3. Dampak peran ganda wanita
bekerja sebagai pemulung
terhadap kehidupan ibu rumah
tangga dalam keluarga.
No.17-18
No.19-25
No. 26
3. Dokumentasi
Pada dokumentasi dibutuhkan data-data yang akan membantu peneliti
dalam melakukan penelitian, berikut pedoman dokumentasi:
Tabel 3.4
Pedoman Dokumentasi
43
No. Data yang dicari Keterangan
1. Data profil wilayah Kampung Pemulung
RT 003 / RW 001 Kelurahan Jurang
Mangu Timur.
Data Kelurahan Jurang Mangu
Timur.
2.
Data jumlah penduduk Kelurahan Jurang
Mangu Timur berdasarkan jenis kelamin.
Data Monografi Kelurahan
Jurang Mangu Timur
3. Data jumah penduduk Kelurahan Jurang
Mangu Timur berdasarkan kepercayaan.
Data Monografi Kelurahan
Jurang Mangu Timur
4. Data jumlah penduduk Kampung
pemulung RT 001/ RW 003 Kelurahan
Jurang Mangu Timur.
Data Monografi Kelurahan
Jurang Mangu Timur
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.15
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data
analysis is the process of systematically searching and arranging the interview
trancripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your
own understanding of them and to enable you to present what you have
discovered to others”.16 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Tujuan analisis data adalah untuk
15 Sugiyono, Op.cit, h.244 16 Sugiyono, Ibid, h.244
44
menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan di
implementasikan.
Huberman dan Miles mengajukan model analisis data yang disebutnya
sebagai model interaktif. Huberman dan Miles mengemukakan bahwa
“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh”.17 Pengolahan data dalam penelitian ini akan melalui tiga kegiatan
analisis, yakni sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data,
merangkum data, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan
informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering
digunakan adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan.
Tetapi, biasanya dalam penelitian kualitatif lebih sering penyajian data
dalam bentuk uraian singkat atau teks yang bersifat naratif.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analisis data kalitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sejak langkah awal
dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala
hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.
Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-
17 Sugiyono, Ibid, h.246
45
gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan
perolehan data.18
G. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Dalam teknik pengecekan keabsahan data atau uji keabsahan data
dalam penelitian, ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Validasi
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian
dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti, sedangkan reabilitas
berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Oleh
karena itu, Susan Stainback menyatakan bahwa, “penelitian kuantitatif lebih
menekankan pada aspek reabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada
aspek Validitas”.19
Uji keabsahan data ini dilakukan dengan perpanjangan waktu
penelitian dimaksudkan agar data-data yang diperoleh peneliti memungkinkan
adanya peningkatan derajat kepercayaan diri peneliti sendiri. Ketekunan
pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Terdapat tiga triangulasi yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan Triangulasi waktu.20 Dengan begitu data yang
diperoleh dari lapangan akan terlihat valid atau tidaknya dari uji triangulasi
tersebut.
1) Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
18 Idrus, Op.cit, h.150-151 19 Sugiyono, Op.cit, h.267-268 20 Sugiyono, Ibid, h.273
46
2) Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
3) Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
data. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan waktu
yang berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.21
21 Sugiyono, Ibid, h.274
47
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Kelurahan Jurang Mangu Timur
Kelurahan Jurang Mangu Timur merupakan salah satu kelurahan
dari sebelas kelurahan yang berada di Kecamatan Pondok Aren, luas
Kelurahan Jurang Mangu Timur ini ± 266 Ha. Jarak dari Ibu Kota
Kecamatan ± 7 km dari Kabupaten / Kota ± 10 km dan dapat ditempuh 35
menit, ke Ibu Kota Provinsi ± 73 km, dan Ibu Kota Negara ± 21 km yang
dihubungkan oleh jalan Negara atau Provinsi atau Kabupaten / Kota.
Sedangkan secara Struktural Kelurahan Jurang Mangu Timur terdiri dari 13
RW, 92 RT , dan 6.733 KK.
Wilayah Kelurahan Jurang Mangu Timur ini mempunyai batas
administrasi sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Cipadu Raya.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pondok Karya.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pondok Ranji.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Jurang Mangu
Barat.
2. Sarana dan Prasarana Kelurahan Jurang Mangu Timur
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana Kelurahan Jurang Mangu Timur
No Jenis Sarana
dan Prasarana
Nama Fasilitas Jumlah
1. Sarana
Kesehatan
Puskesmas 1 Buah
2. Sarana
Peribadatan
a. Masjid
b. Musholla
c. Gereja
16 Buah
22 Buah
1 Buah
48
d. Pura
e. Vihara
f. Kelenteng
- Buah
- Buah
- Buah
3. Sarana
Pendidikan
a. Kelompok Bermain
b.Taman Kanak-Kanak/TK
c. Sekolah Dasar/SD/MI
d. SLTP/Sederajat
e. SLTA/Sederajat
f. Perguruan Tinggi
g. Pondok Pesantren
10 Buah
7 Buah
10 Buah
6 Buah
4 Buah
2 Buah
3 Buah
4 Sarana Olahraga a. Lapangan Sepak Bola
b. Lapangan Futsal
c. Lapangan Bola Volley
d. Lapangan Bulu Tangkis
e. Lapangan Tennis
d. Lapangan Bola Basket
f. Kolam Renang Umum
2 Buah
2 Buah
3 Buah
10 Buah
1 Buah
2 Buah
1 Buah
5 Sarana
Perdagangan
a. Pertokoan/ Ruko
b. Pasar Swalayan/ Toserba
c. Restoran / Rumah Makan
d. Pasar Tradisional
e. Warung
200 Buah
13 Buah
5 Buah
1 Buah
200 Buah
6 Sarana Hiburan
dan Penginapan
a. Hotel Berbintang
b. Hotel Melati
c. Diskotik
d. Bilyard
e. Karaoke
- Buah
- Buah
- Buah
1 Buah
- Buah
49
f. Bioskop - Buah
7. Sarana
Perdagangan
a. Bank Umum/Komersil
b. Bank Perkreditan Rakyat
c. Koperasi Unit Desa/ KUD
d. Koperasi non KUD
e.Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS)
3 Buah
3 Buah
1 Buah
- Buah
- Buah
8. Sarana Jalan a. Jalan Negara
b. Jalan Provinsi
c. Jalan Kabupaten / Kota
d. Jalan Desa
- Buah
- Buah
1 Buah
4 Buah
9. Sarana Jembatan a. Jembatan Besi
b. Jembatan Beton
c. Jembatan Kayu
- Buah
2 Buah
-Buah
Sumber: Data Monografi Kelurahan Jurang Mangu Timur
Dari data tabel diatas diketahui bahwa Kelurahan Jurang Mangu
Timur memilik sarana dan prasana yang berjumlah 9 sarana terdiri dari,
sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana pendidikan, sarana olah
raga, sarana perdagangan, sarana hiburan dan penginapan, sarana
perdagangan, sarana jalan, dan sarana jembatan.
3. Susunan Organisasi Kelurahan Jurang Mangu Timur
Adapun Susunan Organisasi Kelurahan Jurang Mangu Timur terdiri
dari:
a. Lurah
b. Sekretaris Kelurahan
c. Seksi Pemerintahan
d. Seksi Kesejahteraan Sosial
e. Seksi Pelayanan Umum
50
f. Seksi Ekonomi dan Pembangunan
g. Jabatan Fungsional
4. Visi dan Misi Kelurahan Jurang Mangu Timur
Visi
Mewujudkan masyarakat Jurang Mangu Timur yang sejahtera, berkualitas
dengan menumbuh kembangkan semangat kegotong royongan, dan
partisipasi aktif masyarakat.
Misi
a. Meningkatkan efesiensi dan efektivitas serta moralitas perangat
kelurahan melalui pengembangan kebijakan dan pelayanan public yang
prima dan memuaskan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan politik, ekonomi dan sosial budaya.
b. Mewujudkan sarana dan prasarana penunjang terwujudnya upaya
peningkatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya, dan
pemberdayaan sumber daya manusia.
c. Terciptanya ketentraman dan ketertiban serta stabilitas wilayah yang
dapat menunjang upaya peningkatan iklim perekonomian masyarakat.
d. Mewujudkan pemerintahan yang baik dengan upaya peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip pelayanan prima.
5. Jumlah Penduduk Kelurahan Jurang Mangu Timur Berdasarkan
Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kelurahan Jurang Mangu Timur
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Umur Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 0-4 Tahun 835 766 1.601
2 5-9 Tahun 1.173 1.019 2.192
51
3 10-14 Tahun 1.163 1.084 2.247
4 15-19 Tahun 1.183 1.098 2.281
5 20-24 Tahun 1.311 1.283 2.594
6 25-29 Tahun 1.372 1.330 2.702
7 30-34 Tahun 1.597 1.523 3.120
8 35-39 Tahun 1.434 1.344 2.778
9 40-44 Tahun 1.154 1.268 2.442
10 45-49 Tahun 1.082 1.133 2.215
11 50-54 Tahun 926 974 1.900
12 55-59 Tahun 826 755 1.581
13 60-64 Tahun 568 435 1.003
14 65-69 Tahun 288 263 551
15 70-74 Tahun 184 152 336
16 >74 Tahun 149 197 346
Jumlah 15.245 14.642 29.869
Sumber: Data Monografi Kelurahan Jurang Mangu Timur
Dari table di atas diketahui bahwa Kelurahan Jurang Mangu
Tmur ini memiliki luas 266 Ha yang terdiri dari 13 RW dan 92 RT
jumlah penduduk Kelurahan Jurang Mangu Timur ialah sebanyak
29.869 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 15.245 jiwa,
jumlah penduduk perempuan 14.642 jiwa.
52
6. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama / Kepercayaan
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama / Kepercayaan
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 26.856 90%
2 Kristen 1.850 65%
3 Hindu 66 0,4%
4 Budha 86 0,6%
5 Katholik 1.011 3%
6 Kepercayaan 16 0,1%
Sumber: Data Monografi Kelurahan Jurang Mangu Timur
Dari table di atas diketahui bahwa penduduk Kelurahan
Jurang Mangu Timur sebagian besar menganut agama Islam yaitu
sebanyak 26.856 Jiwa, dan minoritas menganut agama kepercayaan
yaitu 16 Jiwa.
7. Jumlah Penduduk Warga Kampung Pemulung RT 003 RW 001
Jurang Mangu Timur Pondok Aren
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Warga Kampung Pemulung RT 003 RW 001 Jurang
Mangu Timur Pondok Aren
No Nama Kepala
Keluarga
Nama Ibu Nama Anak Asal
Daerah
1 Tarsidi Sumini 1. Adam
2. Dwi Putri
Cirebon
53
3. Faisal
2 Sukma Agustin 1. Anya Bogor
3 Fendy Sukeni 1. Rendi
2. Elistiana
Sidoarjo
4 Cipto Kartini 1. M. Sigit
2. Alesti
3. Jagat
Madura
5 Romli Muslimah 1. Dhani Indramayu
6 Rastin Watini 1. Ade Surya Indramayu
7 Santo Mini 1. Sadewa
2. Arjuna
Indramayu
8 Umar Tonah 1.Suci Sidoarjo
9 Wira Umyati 1. Hfidz
2. Septi
3. Tawin
4. Hambali
Indramayu
10 Akib Anah 1. Agustin
2. Aisyah
3. Fendy
4. Adam
5. Eka
6. Nurma
Indramayu
11 Hendy Neneng 1. Miftah Cirebon
12 Fauzi Munawaroh 1. Ridho
2. Rafli
Bogor
13 Mumtaz Winarsih 1. Rizky Sidoarjo
54
14 Faisal Aminatun 1. Nabila Indramayu
15 Agus Anah 1. Fany Cirebon
16 Yusuf Nur 1. Alfiah
2.
Nurkholifah
Sidoarjo
17 Cecep Mimin 1. Indri Bogor
18 Nanung Ida 1. Naufal
2. Ulfah
3. Tri
Indramayu
19 Syahrul Wati 1. Piqi
2. Fadli
3. Miswa
Indramayu
20 Ali Susanti 1. Hana Sidoarjo
21 Romzi Nanih 1. Fikri
2. Filzah
Madura
22 Anang Sulastri 1. Annisa Sidoarjo
23 Feri Rosiana 1. Fitria Cirebon
24 Santoso Wulan 1. Ramadhan Solo
25 Priyadi Heni 1. Faras
2. Wina
Cirebon
26 Tajiman Dedeh 1. Nafisah Indramayu
Sumber: Data Monografi RT 001 Pada Desember 2018
Berdasarkan sumber data monografi di atas diketahui bahwa
masyarakat kampung pemulung yang bertempat tinggal di RT 001
berjumlah 26 kepala keluarga. Umumnya masyarakat kampung
pemulung tersebut adalah masyarakat pendatang bukan masyarakat asli
55
setempat. Mereka beasal dari Indramayu, Cirebon, Bogor, Sidoarjo,
Solo, dan Madura.
8. Karakterstik Informan
Tabel 4.5
Karakteristik Informan
No Nama Informan Usia Jenis
Kelamin
Asal Daerah
1 Ibu Winarsih 33 Tahun Perempuan Sidoarjo
2 Ibu Sumini 45 Tahun Perempuan Cirebon
3 Ibu Mini 37 Tahun Perempuan Indramayu
4 Bapak Mumtaz 40 Tahun Laki-Laki Sidoarjo
5 Bapak Tarsidi 50 Tahun Laki-Laki Cirebon
6 Bapak Santo 43 Tahun Laki-Laki Indramayu
7 Rizki 7 Tahun Laki-Laki Sidoarjo
8 Dwi Putri 8 Tahun Perempuan Cirebon
9 Arjuna 7 Tahun Laki-Laki Indramayu
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berikut ini akan dipaparkan secara jelas deskripsi hasil penelitian, hasil
analisis observasi, dan transkip wawancara. peneliti terhadap 9 informan yaitu
Ibu Sumini (45 tahun), Ibu Mini (37 tahun), Ibu Winarsih (33 tahun), Bapak
Mumtaz (40 tahun), Bapak Tarsidi (50 tahun), Bapak Santo ( 43 tahun) selaku
orang tua dari keluarga pemulung, serta anak dari mereka diantaranya Rizki (7
tahun), Dwi Putri (8 tahun), Arjuna (7 tahun).
56
1. Kegiatan Sehari-hari Pemulung
a. Sistem Kerja Pemulung
Sistem kerja pemulung merupakan proses daur ulang barang
hasil pulungan, mulai dari mencari barang hasil pulungan sampai
mendapat penghasilan. Berdasarkan hasil observasi peneliti mengamati
keadaan lingkungan kampung pemulung. Lingkungan tempat tinggal
keluarga pemulung terlihat kumuh, kotor dan banyak karung-karung
berisi gelas-gelas dan botol-botol plastik. Terlihat beberapa warga
Kampung Pemulung yang membersihkan barang pulungan untuk
nantinya ditimbang, dan ada pula sebuah Mushola untuk beribadah dan
mengaji bagi warga Kampung Pemulung tersebut. Peneliti pun juga
melihat beberapa perempuan yang ikut menjadi pemulung seperti
suaminya, bahkan ada beberapa anak juga yang ikut menjadi pemulung
seperti orang tuanya.1
Kemudian peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan oleh
keluarga pemulung. Pada pagi hari aktivitas yang dilakukan keluarga
pemulung ini bekerja mencari barang pulungan mulai dari jam 07.30
sampai pukul 12.00 WIB. Lokasi di Kampung Pemulung ini sepi di pagi
hari karena orang tua sedang memulung dijalanan, atau pun ada juga
yang mengemis. Pada siang hari warga pemulung pulang kerumah
dengan membawa barang hasil pulungan seperti kardus dan botol-botol
bekas. Kemudian terlihat pula orang tua yang akan menjemput anaknya
pulang dari sekolah. Pada sore hari warga Kampung Pemulung
membersihkan barang pulungan, untuk nantinya di timbang setiap 2
minggu sekali. Terlihat pula jika di sore hari anak-anak pemulung yang
sedang mengaji di mushola.
Berdasarkan hasil wawancara, pemulung mencari barang
pulungan seperti gelas dan botol-botol plastik, kardus dan besi bekas di
1 Lampiran 1, Hasil Observasi
57
tempat sampah. Aktivitas ini biasanya dilakukan pada pukul 07.30 WIB
sampai pukul 12.00 WIB. Setelah dikumpulkan kemudian dibersihkan
untuk nantinya ditimbang setiap 2 minggu sekali kepada Bandar atau
pengepul. Bandar atau pengepul adalah orang yang mempunyai modal
untuk membeli beberapa jenis, atau satu jenis barang bekas dari
pemulung. Bandar juga berperan menjual barang bekas ke industri atau
pabrik. Setelah ditimbang barulah pemulung tersebut mendapat
penghasilan sesuai dengan banyaknya barang hasil pulungan yang
didapat. Dalam kaitannya dengan sistem kerja pemulung, Ibu Winarsih
selaku informan 1 mengatakan sebagai berikut:
“Ya gitu mba, saya dari pagi sampe siang kerjanya, kalo sama
suami ngiterin komplek kadang gang-gang kampung gitu juga,
tapi keseringan mah di komplek, terus nanti kita bedain arah blok
kompleknya gitu, tapi masih dalam satu komplek yang sama,
biar barang yang kita dapat lebih banyak, biasanya kita
ngambilin plastik, kaleng-kaleng bekas, botol, barang-barang
bekas yang udah ga di pake. nanti abis itu di setor ke bos.
Nyetornya 2 minggu sekali sih mba, itu juga paling besar dapet
kisaran Rp. 150.000 sampai Rp.200.000 per 2 minggunya. kalo
lagi sepi barang sedikit, paling dapet Rp 100.000 mba. Kalo
dulu belum ada gerobak,jadi saya ngiternya angkat-angkat
barang pake karung mba, berasa banget capeknya kalo barang
yang dikumpulin dapet banyak, tapi ya rasa capeknya ilang mba
karena dapet hasil banyak, tapi kalo sekarang mah alhamdulilah
udah punya gerobak jadi tinggal dorong ajah mba, walaupun
sama ajah sih capek karna kerja di jalanan tapi ya harus dijalanin
lah mba buat keluarga, buat anak-anak mah saya mah
mikirnya.”2
Menurut pendapat ibu Winarsih, dia memperoleh barang hasil
pulungan dengan berjalan mengelilingi komplek atau kampung-
kampung setiap pagi sampai siang. Barang pulungan yang sering dia
dapatkan seperti, botol-botol bekas, plastik, kardus, kabel, atau barang-
barang bekas yang sudah tidak dipakai, setelah barang hasil pulungan
tersebut terkumpul dibersihkan, setelah 2 minggu dibersihkan barulah
ditimbang kepada agen atau yang biasa di sebut sebagai bos. Dari sinilah
2 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung
58
Ibu Winarsih mendapat penghasilan Rp.150.000 sampai Rp. 200.000
setiap 2 minggu sekali.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Ibu Mini dalam kaitannya
dengan sistem kerja pemulung, berbeda dengan Ibu Winarsih yang rata-
rata pendapatannya sebesar Rp. 200.000 sampai Rp.250.000. Ibu Mini
biasanya mendapat penghasil dari memulung sebesar Rp. 300.000. Ibu
Mini mengatakan seperti berikut ini:
“Iya nanti disetor gitu ke bos, disetornya 2 minggu sekali, kalo
lagi banyak mah dapet Rp.200.000 hahaha pernah nyampe Rp.
250.000 kalo ada orang hajatan atau pindahan toko, itu juga udah
termasuk hasil pulung saya, jadi udah digabungin sama hasil
pulung bapaknya.”3
Menurut Ibu Mini, dalam periode 2 minggu sekali dia bisa
mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 200.000 sampai Rp. 250.000,
bahkan Ibu mini tidak hanya mencari barang pulungan di sekitar
komplek atau jalanan saja, tetapi juga di tempat orang hajatan ataupun
di toko-toko. Dalam kaitannya dengan sistem kerja pemulung hal yang
sama juga dikatakan oleh Ibu Sumini sebagai berikut ini:
“Ya ngiterin jalanan neng pake gerobak sama anak-anak, nanti
anak-anak saya taro deh gerobak hahaha, biasanya keseringan di
depan-depan toko atau belakang mall kan banyak barang-barang
rusak gitu kalo ditukerin ke agen harganya lumayan juga bisa
lebih tinggi dari barang-barang biasa. Terus disana juga banyak
kardus-kardus bekas, barang-barang pulungan disana banyak
deh.”4
Menurut Ibu Sumini, dia mencari barang pulungan
menggunakan gerobak bersama dengan anak-anaknya, dimana dia lebih
sering mencari barang pulungan di depan toko-toko dan juga sering
mencari di belakang mall, karena menurutnya disana banyak terdapat
barang-barang bekas atau barang-barang yang rusak yang harganya jauh
lebih tinggi jika ditukarkan kepada agen.
3 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 4 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
59
Berdasarkan kesimpulan observasi dan wawancara di atas
bahwa sistem kerja pemulung adalah cara pemulung mendapatkan uang
dari hasil mereka menjual barang-barang hasil pulungan. Langkah
pertama adalah mencari barang bekas seperti botol bekas air mineral,
gelas bekas, kardus, kabel-kabel bekas, atau bahkan barang-barang
rusak yang masih bisa di pakai. Biasanya pemulung mencari barang
bekas di tempatsampah sekitar komplek atau di kampung-kampung,
bahkan beberapa pemulung ada yang mencari barang pulungan di
depan-depan toko sampai belakang mall. Setelah itu dibersihkan untuk
nantinya ditimbang setiap periode 2 minggu sekali kepada Agen.
Setelah ditimbang barulah pemulung tersebut mendapat penghasilan
sesuai dengan banyaknya barang hasil pulungan yang didapat. Biasanya
dalam waktu 2 mingu itu pemulung bisa mendapatkan Rp 200.000 – Rp
250.000 bahkan lebih.
b. Faktor-Faktor Wanita menjadi Pemulung
Pilihan wanita ikut bekerja sebagai pemulung merupakan suatu
faktor yang memungkinkan melawan desakan ekonomi yang harus
dipenuhi baik dirinya maupun untuk keluarganya. Pendapatan yang
dihasilkan dari kerja keras mereka dilakukan semata untuk mencapai
keluarga yang makmur sejahtera sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari, bahkan harapan terbesar mereka adalah dapat
menyekolahkan anak-anak. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor
wanita menjadi pemulung, Ibu Winarsih mengatakan sebagai berikut
ini:
“Ya gimana ya mba, emang udah diharuskan mungkin. Keadaan
mba, karena kalo saya gak ikut menjadi pemulung pasti hasil
yang didapat dalam per 2 minggunya gak akan sebanyak itu.
Saya ikut memulung ajah kadang masih kurang mba buat
kebutuhan sehari-hari, bagaimana saya gak ikut mulung mba.”5
5 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung
60
Menurut Ibu Winarsih, Pendapatan yang dihasilkan setiap
periode 2 minggu sekali itu terkadang tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari keluarganya, itulah alasan Ibu Winarsih ikut bekerja menjadi
pemulung agar kebutuhan sehari-hari keluarganya dapat tercukupi.
Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak Mumtaz
mengatakan hal sebagai berikut ini:
“Ya faktor ekonomi mba, soalnya kalo ibunya ga ikut kerja
mungkin kaya rizki belum tentu sekolah mba.”6
Menurut Bapak Mumtaz selaku suami dari Ibu Winarsih, alasan
Ibu Winarsih ikut bekerja sebagai pemulung karena faktor ekonomi
yang kurang mencukupi.
Sama halnya dengan Ibu Sumini, Ibu Sumini ikut bekerja
sebagai pemulung karena faktor kondisi ekonomi. Ibu Sumini
mengatakan hal sebagai berikut:
“hmmmmm… ya gimana ya neng. emang keadaan ekonominya
begini. Apalagi apa-apa sekarang pada mahal,ga ada yang murah
neng, ini ajah hasilnya juga cuman numpang lewat doang,
kadang mah masih gak cukup.”7
Menurut Ibu Sumini, faktor ekonomi yang membuat alasan Ibu
Sumini harus ikut bekerja sebagai pemulung, dan karena barang-barang
kebutuhan semakin hari semakin mahal harganya, sehingga terkadang
penghasilan yang mereka dapat masih belum mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Dalam hal ini suami Ibu Sumini yang bernama Bapak
Tarsidi mengatakan hal sebagai berikut:
“Biar kebutuhan tercukupi sih, makanya ibunya maksa buat ikut
kerja juga.”8
Menurut Bapak Tarsidi, alasan istrinya yang bernama Ibu
Sumini ini ikut bekerja sebagai pemulung karena untuk mencukupi
6 Lampiran 4 Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih 7 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung 8 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
61
kebutuhan sehari-hari, dan Ibu Sumini ini kerap memaksa untuk ikut
membantu memulung setiap harinya.
Hal berbeda dikatakan oleh Ibu Mini, Ibu Mini ikut bekerja
sebagai pemulung karena faktor pendidikan dirinya yang terbelakang
sehingga hanya bekerja sebagai pemulung yang bisa dia lakukan. Ibu
Mini mengatakan hal sebagai berikut ini:
“Ya buat bantuin ajah sih kak, nambah-nambah pendapatan ajah.
Kalo gak gitu ntar anak saya ga sekolah hahaha, buat makan juga
pasti ga cukup kalo cuman bapaknya yang mulung. Lagian
bingung juga saya kan cuman lulusan sd mau kerja apa, jadi
kerja ini ajah deh”9
Sedangkan menurut Ibu Mini, alasan ikut bekerja sebagai
pemulung untuk menambah pendapatan suaminya dan agar dapat
menyekolahkan anak-anaknya. Karena jika suaminya saja yang bekerja
sebagai pemulung, mereka tidak akan mampu untuk menyekolahkan
anak-anak. Selain faktor pendidikan yang rendah sebatas lulusan
sekolah dasar juga yang membuat dirinya hanya bisa bekerja sebagai
pemulung. Dalam hal ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo
mengatakan hal sebagai berikut:
“Dia ikut jadi mulung itu pas dari awal nikah sama saya,
alesannya di rumah sepi pas belum punya anak. tapi pas udah
punya anak pun dia masih ikut mulung katanya biar bantuin
ekonomi keluarga.”10
Menurut Bapak Santo, Ibu Mini ini bekerja sebagai pemulung
dari awal dia menikah dengan Bapak Santo, alasannya karena Ibu mini
merasa sepi di rumah sendiri pada saat belum mempunyai anak, selain
itu agar dapat membantu perekonomian keluarga. Hal itulah yang
membuat Ibu Mini ikut bekerja sebagai pemulung.
Berdasarkan wawancara di atas dari beberapa informan baik dari
wanita maupun dari suaminya dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
9 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 10 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
62
wanita menjadi pemulung merupakan alternatif paling utama bagi
perlawanan dalam menghadapi desakan perekonomian keluarga.
Kebanyakan dari mereka para wanita yang ikut bekerja menjadi
pemulung tak lain karena ingin membantu perekonomian agar dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Penghasilan yang suami mereka
dapatkan terkadang tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu faktor pendidikan mereka yang rendah membuat mereka
terpaksa ikut bekerja sebagai wanita pemulung untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari, mereka para orang tua juga ingin bisa
menyekolahkan anak-anaknya di sekolah formal pada umumnya, maka
dari itu para wanita ini juga ikut turun bekerja menjadi pemulung
walaupun pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah untuk
dilakukan seorang wanita, tapi bagi mereka pekerjaan ini harus mereka
lakukan agar mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka yang
dimana harapan mereka nanti anak-anaknya bisa menjadi orang sukses
agar dapat merubah kehidupan mereka menjadi yang lebih baik.
c. Pertimbangan-Pertimbangan menjadi Wanita Pemulung
Pilihan wanita bekerja sebagai pemulung dalam membantu
memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga tentu akan ada banyak
pertimbangan-pertimbangan dalam keluarga, baik dari suami, anak,
maupun dari diri wanita tersebut. Karena wanita pemulung juga
memiliki peran dan posisi yang sangat penting dalam keluarga yakni
sebagai ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi suaminya, dimana wanita
pemulung mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan mendidik
suami maupun anaknya, serta bertanggung jawab dalam hal
mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam kaitannya dengan pertimbangan-
pertimbangan wanita menjadi pemulung Ibu Winarsih mengatakan hal
sebagai berikut ini:
“Ya pertimbangan banyak mba, apalagi anak saya tuh masih
manja banget. Dia mah pengennya saya ada di rumah nemenin
dia gak usah ikut bapaknya kerja, kalo belajar maunya
63
ditemenin, kalo sekolah maunya dianterin terus dijemput. Ya
kadang saya kasian sih sama Rizki,tapi mau gimana, ini kan buat
dia juga mba. Makanya saya selalu ngasih pengertian ke dia,
kalau ibu bekerja untuk buat dia sekolah juga, biar dia paham
dan mandiri.”11
Menurut Ibu Winarsih, pertimbangan-pertimbangan dalam
memilih ikut menjadi pemulung ada pada anaknya. Karena sang anak
selalu diingin ditemani oleh ibunya, seperti ditemani belajar, bahkan
diantar dan dijemput pada saat sekolah. Dalam hal ini anak Ibu Winarsih
yang bernama Rizki mengatakan sebagai berikut:
“Biar bisa jagain aku, biar aku ga ikut mulung juga kalo pulang
sekolah. biar dirumah ga sendirian. kasian juga nanti ibu
capek”12
Menurut Rizki, pertimbangan-pertimbangan ketika ibunya
menjadi pemulung adalah dia takut sang ibu menjadi tidak peduli
terhadapnya. Dalam hal ini suami dari Ibu Winarsih yang bernama
Bapak Mumtaz mengatakan sebagai berikut:
“Ya awalnya mah engga ngizinin, gimanapun tugas nyari
nafkah itu suami ya, apalagi jadi pemulung itu resikonya
lumayan besar karna kerjanya dijalanan, kalo buat perempuan
ya ga cocok kerja yang kaya begini. ga tega mah pasti, tapi
dianya maksa katanya buat nambah pemasukan untuk
kebutuhan, jadi yaudah deh mba hahahaha.”13
Menurut Bapak Mumtaz, sia awalnya tidak mengizinkan Ibu
Winarsih ikut bekerja sebagai pemulung, karena menurut dia pekerjaan
mencari nafkah adalah tugas suami, dan pekerjaan seperti pemulung ini
tidak cocok untuk wanita.
Ibu Mini dalam hal ini juga mengatakan hal yang sama seperti
Ibu Winarsih bahwa pertimbangan terbesar ada pada anaknya. Ibu
Sumini mengatakan sebagai berikut:
11 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 12 Lampiran 8, Hasil Wawancara Rizki, Anak Ibu Winarsih 13 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih
64
“Ada sih pertimbangan mah, kaya takut anak gak keurus ajah sih
mungkin soalnya kan masih pada kecil-kecil, saya suka ga tega
ninggalin walaupun mereka sama bapaknya sih, hahaha..”14
Menurut Ibu Mini, pertimbangan menjadi pemulung itu ada pada
anak. Ibu Mini juga khawatir menjadi tidak perhatian terhadap anaknya,
apalagi mengingat anak-anaknya masih kecil. Dalam hal ini anak Ibu
Mini yang bernama Arjuna mengatakan sebagai berikut:
“Ga usah, dirumah ajah sama aku dan kak Dewa. kan nanti ibu
bisa nganterin dan jemput aku.”15
Menurut Arjuna, ibunya tidak usah ikut bekerja sebagai
pemulung, supaya Arjuna dan kakaknya lebih diperhatikan oleh ibunya.
Dalam hal ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo mengatakan
sebagai berikut:
“ya adalah pasti, takut anak-anak ga keurus, Arjuna masih kecil
butuh banget didampingin ibunya mulu, kalo sekolah ajah rewel
dia maunya dianter ibunya.”16
Menurut Bapak Santo, pertimbangan terbesar dari mengizinkan
istrinya bekerja sebagai pemulung juga terdapat pada anak-anak, dia
khawatir ketika Ibu Mini bekerja sebagai pemulung, membuat anak-
anak menjadi tidak diperhatikan.
Dalam kaitannya dengan pertimbangan-pertimbangan wanita
menjadi pemulung, hal berbeda terdapat pada Ibu Sumini, dia kerap
mempertimbangkan anak-anaknya yang setiap hari selalu ikut
memulung dengannya di jalanan. Ibu Sumini mengatakan hal sebagai
berikut:
“Ada si, apalagi anak-anak masih kecil kan,kasian umur segini
udah diajak ngiterin jalanan, harusnya mah kan dia ditimang-
timang gitu ya, bobo diem dikamar dikasih susu, tapi ini mah di
ajak ngiter jalanan sama komplek panas-panasan, malah kadang
keujanan.”17
14 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 15 Lampiran 10, Hasil Wawancara Arjuna, Anak Ibu Mini 16 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini 17 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
65
Menurut Ibu Sumini, bahwa pertimbangan dia menjadi wanita
pemulung itu pada anak-anaknya yang setiap hari harus ikut membantu
juga menjadi pemulung di jalanan. Anak-anak Ibu Sumini ikut menjadi
pemulung dikarenakan anak-anak Ibu Sumini tidak bersekolah,
sehingga Ibu Sumini merasa khawatir jika anak-anaknya berada
dirumah tanpa kedua orang tuanya. Dalam hal ini anak Ibu Sumini yang
bernama Dwi mengatakan sebagai berikut:
“Gapapa. malahan seneng aku juga ikut biar bantuin bapak. biar
aku bisa sekolah kaya temen-temen”18
Menurut Dwi, dirinya setuju ketika ibunya memilih ikut bekerja
sebgaai pemulung. Krena ibunya bekerja itu akan sangat membantu
bapaknya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari, sekaligus
nantinya dapat membantu untuk menyekolahkan Dwi. Dalam hal ini
suami Ibu Sumini yang bernama Bapak Tarsidi mengatakan sebagai
berikut:
“Yak kan emang dari awalnya ga setuju itu karna banyak
pertimbangan, pas dia mulai mulung itu juga abis melahirkan dia
nih si dwi. saya kan kasian ya, fisik perempuan apalagi lebih
lemah dibanding laki-laki kan, terus ini pekerjaannya juga berat.
dan yang lebih ngenesnya karena ibunya ikut mulung anak saya
yang bayi harus diajak karena ga ada yang jaga.”19
Menurut Bapak Tarsidi, pertimbangan dalam mengizinkan Ibu
Sumini bekerja sebagai pemulung adalah pada kesehatan fisik istri
mereka. Menurut dia, pekerjaan menjadi pemulung bukanlah pekerjaan
yang mudah untuk dilakukan seorang wanita.
Berdasarkan wawancara di atas dengan beberapa informan,
maka dapat disimpulkan bahwa pertimbangan-pertimbangan wanita
ketika memilih menjadi pemulung adalah yang pertama pertimbangan
anak. Dari informan wanita pemulung maupun suaminya ada yang
18 Lampiran 9, Hasil Wawancara Dwi, Anak Ibu Sumini 19 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
66
mengkhawatirkan anaknya, karena anak-anak mereka masih kecil,
mereka takut anak-anak mereka jadi kurang diperhatikan. Terlebih
anak-anak mereka juga yang masih sangat ingin di manja oleh ibunya,
seperti ditemani belajar, bermain, bahkan anak-anak mereka terkadang
ingin bisa diantar dan dijemput ketika anak-anak mereka berangkat dan
pulang sekolah. Selain mempertimbangkan anak, Dari Informan suami
dan anak wanita pemulung juga mengkhawatirkan kesehatan fisik
ibunya ketika bekerja sebagai pemulung.
2. Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu Perekonomian
Keluarga.
a. Kondisi Perekonomian Keluarga Wanita Pemulung
Tingkat kondisi perekonomian yang rendah membuat keluarga
wanita pemulung tidak memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
seperti sandang pangan dan papan. Berdasarkan hasil wawancara
keluarga pemulung mengalami kesulitan dalam perekonomian keluarga,
kondisi perekonomian yang cukup sulit inilah yang menjadi wanita
pemulung ikut berkontribusi dalam membantu perekonomian keluarga.
Dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian keluarga wanita
pemulung, Ibu Winarsih mengatakan sebagai berikut ini:
“Ya gimana ya, ya begini keadaanya. Tapi emang kurang banget
mba , ya bisa liat sendiri dari tempat tinggal kampung pemulung
disini. Makanya saya kerja buat bantu kebutuhan agar lebih
tercukupi. Tadinya malah keadaan saya jauh lebih buruk mba,
ini televisi, tempat tidur, lemari mah belum terlalu lama, dulu
sama sekali saya gak punya perabotan rumah pas awal jadi
pemulung. Tapi alhamdulilah sekarang punya, itu juga karena
nabung-nabung hasil dari tambahan saya kerja.”20
Menurut Ibu Winarsih keadaan kondisi ekonomi keluarganya
masih sangat kurang. Menurutnya, sebelum dia bekerja keadaan
ekonominya jauh lebih buruk dibandingkan sekarang setelah dia
20 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung
67
bekerja, an setelah bekerja keadaan kondisi ekonominya lumayan cukup
baik, bahkan Ibu Winarsih bisa menabung untuk membeli peralatan dan
perlengkapan rumah tangga untuk rumahya. Hal yang sama juga
dikatakan oleh Ibu Sumini dan Ibu mini, mereka mengatakan sebagai
berikut ini:
“Hmmm ya sangat kuranglah, liat ajah tuh gubuk saya hahaha
buat bisa makan dan minum ajah mah udah syukur neng,gak ada
tuh pengen jalan-jalan kemana atau apalah. yang penting anak
bisa makan udah syukur.”21
“Keadaan ekonomi mah ya kalo dibilang kurang pasti kurang,
rumahnya ajah begini bedeng, terus pekerjaan utama cuman
mulung, mulung berapa sih kak hahahha, kalo lagi banyak mah
kan Rp.250.000 suka gak cukup kadang, apalagi kan sekarang
apaan ajah mah mahal kan yak, makanya saya ikut turun tangan
bantuin bapaknya ikut mulung sama nyuci dan gosok.”22
Ibu Sumini dan Ibu Mini mengatakan hal yang sama,
menurutnya keadaan ekonomi mereka memang masih sangat kurang,
bahkan penghasilan dari mereka memulung pun terkadang tidak
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada diantara mereka yang
menjadi asisten rumah tangga seperti menyuci dan menggosok di
komplek. Pekerjaan apapun akan mereka lakukan, bagi mereka yang
terpenting adalah mereka masih bisa untuk makan setiap hari.
Berdasarkan wawancara dari beberapa informan diatas, dapat
disimpulkan bahwa kondisi perekonomian keluarga wanita pemulung
sangat kurang, itulah yang membuat para wanita ini ikut berkontribusi
menjadi pemulung agar dapat membantu kondisi perekonomian
keluarga mereka. Karena menurut mereka, kondisi perekonomian
keluarga sebelum mereka bekerja jauh lebih buruk dan tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga pada akhirnya mereka
memutuskan untuk bekerja menjadi pemulung bahkan menjadi asisten
21 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung 22 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung
68
rumah tangga seperti menyuci dan menggosok di perumahan komplek
agar dapat memperbaiki kondisi perekonomian keluarganya.
b. Tangguan Biaya Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan di setiap keluarga pasti harus memenuhi
kebutuhannya setiap hari, seperti kebutuhan sandang pangan dan papan.
Kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan itu memiliki biaya yang harus
dikeluarkan oleh setiap keluarga guna untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari tersebut. Tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari pada
setiap keluarga tentu berbeda, termasuk pada keluarga wanita
pemulung. Berdasarkan hasil wawancara keluarga pemulung memiliki
tanggungan biaya kehidupan sehari-hari, ada keluarga pemulng yang
tanggungan biayanya besar, ada pula keluarga pemulung yang
tanggugan biayanya tidak terlalu besar. Dalam kaitannya dengan
tanggungan biaya kehidupan sehari-hari, Ibu Winarsih mengatakan
sebagai berikut:
“Ya gak menentu ya mba, kadang Rp. 20.000, sebisa mungkin
menghemat saya mah, karena kan uang hasil mulung dapetnya 2
minggu sekali.”23
Menurut Ibu Winarsih tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari
itu tidak menentu pengeluarannya. Terkadang Ibu Winarsih bisa saja
mengeluarkan uang sebesar Rp. 20.000 untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya setiap hari, dan Ibu Winarsih pun sebisa mungkin menghemat
pengeluaran uang, karena menurutnya uang hasil mulung itu di dapat
dalam periode 2 minggu sekali. Hal yang sama juga dikatakan oleh
suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak Mumtaz, Bapak Mumtaz
mengatakan sebagai berikut:
“Gak nentu sih mba, tapi yang pasti penghasilan yang untuk 2
minggu ga cukup, kadang-kadang cukup. sesuai kebutuhan hari
itu, jadi gak nentu mba.”24
23 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 24 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih
69
Bapak Mumtaz mengatakan hal yang sama seperti istrinya yang
bernama Ibu Winarsih, bahwa tanggungan biaya kebutuhan-sehari tidak
menentu biayanya, dan bahkan terkadang penghasilan mereka yang
dalam periode 2 minggu sekali itu tidak cukup untuk mereka memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Dalam kaitannya Ibu Sumini mengatakan hal yang berbeda dari
Ibu Winarsih. Kalau tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari Ibu
Winarsih sekitar Rp. 20.000, berbeda dengan Ibu Sumini yang memiliki
tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari bisa sampai Rp. 30.000 setiap
harinya. Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut:
“Berapa ya hahhhhaha.. keperluan mah kaga nentu, ya sekitar
Rp.30.000 lah, kalo lagi bisa makan enak mah kaya nasi sayur
tempe mah bisa, tp kalo lagi ga ada duit banget mah nasi sama
tempe doang, sama buat ini beli susu adeknya, soalnya kadang
dia ga mau asi doang, lagian asi saya juga dikit neng, jadi ya
harus beli susu dah.”25
Menurut Ibu Sumini, tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari
keluarganya bisa mencapai Rp 30.000 setiap harinya, dikarenakan Ibu
Sumini juga harus memenuhi kebutuhan anaknya yang masih bayi yang
susu bayi setiap harinya. Tetapi demi menghemat pengeluaran agar
tidak terlalu besar, Ibu sumini dan keluarganya terkadang makan dengan
nasi dan lauk tempe saja. Dalam hal ini suami Ibu Sumini yang bernama
Bapak Tarsidi mengatakan sebagai berikut:
“Kebutuhan sehari-hari sih ga terlalu banyak, makan juga apa
adanya hahaha. udah terbiasa hidup begini, biaya-biaya ga
terduga nya ya sering banyak soalnya ada adeknya Dwi yang
bayi.”26
Menurut Bapak Tarsidi, Kebutuhan sehari-hari keluarga mereka
tidak terlalu banyak, karena mereka terbiasa dengan kondisi yang apa
adanya, termasuk dalam hal makan pun mereka tentu terbiasa dengan
lauk yang biasa-biasa saja. Tetapi menurut Bapak Tarsidi, terkadang
25 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung 26 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
70
biaya tidak terduga selalu ada setiap harinya, karena keluarga Bapak
Tarsidi dan Ibu Sumini masih memiliki anak bayi yang mungkin
kebutuhannya masih banyak.
Dalam kaitannya dengan tanggungan biaya-biaya kebutuhan
sehari-hari, hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Mini, bahwa
tanggungan biaya Ibu Mini sama seperti Ibu Sumini yang bisa sampai
mengeluarkan uang sebesar Rp 30.000 setiap harinya untuk memenuhi
kebutuhan setiap hari. Ibu Mini mengatakan sebagai berikut
“Keseringan mah yah Rp.30.000 an kali ya, gak nentu juga sih
kalo pengeluaran per harinya kadang juga kurang dari segitu.”27
Menurut Ibu Mini, dia biasanya hampir setiap hari
mengeluarkan uang sebesar Rp. 30.000 untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, Tetapi terkadang pengeluarannya tidak sampai sebesar itu,
karena menurut Ibu Mini, tanggugan biaya sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan terkadang tidak menetu besar pengeluaranya dalam setiap
hari. Dalam hal ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo
mengatakan sebagai berikut:
“Besarnya sih ga nentu, kaya ibunya sendiri kalo masak pun ga
nentu belanjanya abis berapa kayaknya hahaha.”28
Bapak Santo selaku suami dari Ibu Mni pun mengatakan hal
yang sama seperti Ibu Mini, bahwa tanggungan biaya kebutuhan sehari-
hari itu tidak akan menentu besar pengeluarannya setiap hari. Menurut
Bapak Santo, istrinya yang bernama Ibu Mini pun terkadang tidak
menentu untuk pengeluaran biaya belanja memasak setiap hari.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari tentu
berbeda pada setiap keluarga. Ada yang keluarganya memiliki
tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari sebesar Rp. 20.000 setiap
harinya, tetapi ada juga keluarga yang memiliki kebutuhan jauh lebih
27 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 28 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
71
banyak sehingga tanggungan biaya jauh lebih besar sampai Rp. 20.000
setiap harinya. Dan tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari itu
terkadang tidak menentu besar pengeluarannya dalam setiap hari, hal itu
dikarenakan terkadang ada kebutuhan mendadak di luar perkiraan
keluarga. Tetapi demi meminimalisir tanggungan biaya, setiap keluarga
pemulung berusaha untuk menghemat biaya kebutuhan sehari-hari,
mengingat penghasilan mereka didapat dalam periode 2 minggu sekali.
c. Tingkat Pendapatan Wanita Pemulung
Tingkat pendapatan wanita pemulung ternyata dapat membantu
perekonomian keluarga. Walaupun kondisi mereka terbilang cukup
sulit, tetapi dengan adanya wanita pemulung ikut bekerja tentu akan
membuat kondisi perekonomian mereka jauh lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti juga mengamati peran
wanita pemulung dalam membantu perekonomian keluarga. Diantara
mereka selain bekerja sebagai wanita pemulung, mereka juga bekerja
menjadi asisten rumah tangga agar dapat menambah pendapatan
perekonomian keluarga. Setelah bekerja menjadi wanita pemulung dari
pagi sampai siang mencari barang pulungan, mereka selanjutnya bekerja
sebagai asisten rumah tangga. Kontribusi mereka dalam bekerja menjadi
wanita pemulung dan asisten rumah tangga dapat menambah tingkat
pendapatan keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara keluarga pemulung, kondisi
perekonomian mereka jauh lebih baik, hal ini karena kontribusi wanita
pemulung yang ikut membantu dalam perekonomian keluarga, sehingga
pendapatan wanita pemulung dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anak-anak, bahkan untuk
kebutuhan mendadak. Dalam kaitannya dengan tingkat pendapatan
wanita pemulung, Ibu Winarsih mengatakan sebagai berikut:
“Kalo yang hasil mulung kan udah di gabung sama hasi mulung
bapak, jadinya pendapatannya cuman yang itu ajah. Tapi
alhamdulillahnya ada tambahan uang nyuci dan gosok jadinya
72
bisa nambahin buat kebutuhan sehari-sehari, ya kalo ditambah
sama saya kerja nyuci dan gosok bisa Rp 900.000 lah dapet tiap
bulan.”29
Menurut Ibu Winarsih, pendapatan dia selalu digabung dengan
hasil memulung suaminya. Selain menjadi pemulung, Ibu Winarsih
mengatakan bahwa dirinya juga bekerja sebagai asisten rumah tangga di
perumahan komplek dengan bekerja menyuci dan mengosok dimana
pendapatnya bisa mencapai Rp. 900.000. Pekerjaan itu Ibu Winarsih
lakukan untuk menambah pendapatan perekonomian keluarganya.
Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak Mumtaz
mengatakan sebagai berikut ini:
“Kalo digabung kan biasanya mulung dapet Rp. 200.000 per 2
minggu, terus ditambah juga ibu kalo nyuci gosok dapet Rp.
300.000 an lah mba sebulannya, ya kalo digabungan ada sekitar
Rp 800.000 sebulannya.”30
Menurut Bapak Mumtaz, pendapatan memulung bersama
istrinya bisa mendapatkan Rp. 200.000, serta ditambah Ibu Winarsih
yang ikut bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan pendapatan
sebesar Rp. 300.000 setiap bulannya. Diperkirakan pendapatan mereka
sebesar Rp. 800.000 sebulannya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Sumini, bahwa
pendapatan Ibu Sumini sama seperti pendapatan Ibu Winarsih, selain
memulung Ibu Sumini juga menjadi asisten rumah tangga di perumahan
komplek dekat rumahnya. Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut:
“Mulung mah gak nentu ya, kadang pas di tukerin cuman dapet
RP.150.000 sampe 200.000, tp keseringan mah Rp 200.000 sih
kalo anak-anak juga bantuin mulung. Kalo nyuci gosok cuman
dapet Rp.300.000 tiap bulan.”31
Menurut Ibu Sumini, pendapatan dari hasil memulung terkadang
tidak menentu hasilnya. Ibu Sumini bisa mendapatkan hasil memulung
29 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 30 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih 31 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
73
Rp. 150.000 sampai Rp. 200.000, karena dibantu anak-anaknya yang itu
mencari barang pulungan. Selain menjadi pemulung, Ibu Sumini juga
bekerja menjadi asisten rumah tangga yang menyuci dan menggosok
untuk menambah pendapatannya. Dalam hal ini suami Ibu Sumini yang
bernama Bapak Tarsidi mengatakan sebagai berikut:
“Kalo pendapatan juga ga nentu sih, mulung kalo lagi banyak
dapet banyak, tapi kebantu sama pendapatan nyuci ibunya.”32
Menurut Bapak Tarsidi, hasil pendapatan memulung dengan
istrinya yang bernama Ibu Sumini tidak menentu hasil pendapatanya
setiap periode 2 minggu sekali. Dan menurut Bapak Tarsidi, selain Ibu
Sumini ikut bekerja sebagai pemulung, Ibu Sumini juga bekerja menjadi
asisten rumah tangga yang dapat membantu menambah penghasilan
keluarga mereka.
Dalam kaitannya dengan pendapatan wanita pemulung, hal yang
sama juga dikatakan oleh Ibu Mini, bahwa Ibu Mini juga sama seperti
Ibu Winarsih dan Ibu Sumini, selain bekerja sebagai pemulung, Ibu
Mini juga bekerja sebagai asisten rumah tangga agar dapat menambah
pendapatan keluarganya. Ibu Mini mengatakan sebagai berikut:
“Hasil mulung kan barangnya digabung yak pas nyetor sama
hasil suami, jadi emang udah itu doang hasilnya yang Rp.
200.000 Per 2 minggunya,kalo nyuci dan gosok Rp. 350.000
hahaha, soalnya kadang-kadang saya juga suka disuruh bebenah
rumahnya dia jadi suka dikasih bonus gitu.”33
Menurut Ibu Mini, pendapatan hasil memulung dengan
suaminya itu sebesar Rp. 200.000 setiap 2 minggu sekali. Selain menjadi
pemulung, Ibu Mini juga menjadi asisten rumah tangga yang membantu
menyuci dan menggosok, bahkan terkadang Ibu Mini juga berbenah
rumah majikannya agar dia mendapat tambahan bonus lebih hingga
sebesar Rp. 350.000. Dalam hal ini suami dari Ibu Mini yang bernama
Bapak Santo mengatakan sebagi berikut:
32 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini 33 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung
74
“Pastinya pendapatan jadi lebih banyak, udah gitu selain dia
bantu mulung, dia kalo siang sampe malem itu kerja nyuci gosok
di komplek, ga jauh dari sinih rumahnya.”34
Menurut Bapak Santo, dengan ikutnya Ibu Mini bekerja sebagai
pemulung otomatis sangat membuat pendapatan keluarga mereka
menjadi bertambah lebih banyak. Bahkan selain memulung, Ibu Mini
setiap siang sampai malam juga menjadi asisten rumah tangga dengan
membantu menyuci dan menggosok di perumahan komplek yang tidak
jauh dari rumahnya.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dari beberapa
informan, dapat disimpulkan bahwa pendapatan wanita pemulung
sangat membantu perekonomian keluarga mereka. Dengan adanya
pendapatan wanita pemulung, otomatis akan menambah pendapatan
keluarga mereka. Selain ikut bekerja sebagai pemulung,wanita
pemulung ini juga bekerja sebagai asisten rumah tangga di perumahan
dekat dengan rumah mereka. Pendapat setiap wanita pemulung memang
berbeda-beda, tapi hampir semua dari mereka rata-rata mendapatkan
penghasilan dari memulung dan juga bekerja sebagai asiten rumah
tangga sebesar Rp. 700.000 – Rp 900.000 setiap bulanya.
Selain pendapatan wanita pemulung yang bekerja sebagai
pemulung maupun menjadi asisten di perumahan ini sangat membantu
perekonomian keluarga. Dengan membantunya perekonomian keluarga
maka secara tidak langsung dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara keluarga
pemulung dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan adanya
pendapatan wanita pemulung. Dalam kaitannya dengan pendapatan
wanita pemulung dalam memunuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Winarsih
mengatakan sebagai berikut:
“Iya sangat membantu sekali mba, soalnya kan hasil saya dan
bapak mulung ajah cuman Rp. 200.000 per minggunya, kalo
saya gak bantu bapak, mungkin cuman dapet Rp. 100.000 mba,
34 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
75
pasti kan barangnya yang di dapet ga sebanyak saya kalo ikut
memulung.”35
Menurut Ibu Winarsih, dengan adanya pendapatan dia yang
bekerja sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga itu sangat
membantu sekali dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurutnya,
jika dia tidak bekerja mungkin pendapatannya tidak akan sebesar ini,
hanya akan mendapat Rp. 100.000 saja dari penghasilan suaminya
memulung karena barang yang didapat jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan barang pulungan yang dibantu ketika Ibu Winarsih menjadi
pemulung. Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak
Mumtaz mengatakan sebagai berikut ini:
“Sangat membantu sekali mba dengan ibunya bekerja menjadi
pemulung dan nyuci gosok di komplek.”36
Menurut Bapak Mumtaz, kontribusi Ibu Winarsih dengan ikut
bekerja sebagai pemulung maupun menyuci dan menggosok di komplek
itu sangat membantu sekali dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarga mereka.
Ibu Mini juga mengatakan hal yang sama dengan Ibu Winarsih,
bahwa kontribusi Ibu Mini dalam ikut bekerja sebagai pemulung
maupun menjadi asisten rumah tangga sangat membantu untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ibu Mini mengatakan hal sebagai
berikut:
“Sangat membantu kak saya mulung apalagi pas saya juga ikut
nyuci dan gosok juga, soalnya kalo cuman hasil mulung dari
bapaknya buat makan juga kayaknya gak akan cukup, apalagi
kan dapetnya 2 minggu sekali. bakal kurang banget.”37
Menurut Ibu Mini, dengan ikutnya dia bekerja sebagai pemulung
itu sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditambah
dengan dia ikut bekerja sebagai asisten rumah tangga itu sangat
35 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih,Wanita Pemulung 36 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih 37 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini,Wanita Pemulung
76
membuat pendapatan mereka menjadi bertambah. Karena menurut Ibu
Mini, jika dirinya tidak ikut bekerja, mungkin penghasilan dari
suaminya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam hal ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo mengatakan
hal sebagai berikut:
“Ya alhamdulilah membantu sekali, apalagi pas ibunya nyuci
dan gosok juga itu bantu banget. anak-anak yang tadinya ga bisa
minum susu jadi bisa minum susu walaupun itu ga tiap hari sih
hahaha, tapi alhamdulilah hahahha”38
Menurut Bapak Santo, pendapatan Ibu Mini dari menjadi
pemulung maupun asisten rumah tangga sangat membantu sekali dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya pendapat Ibu Mini
dapat membantu untuk membelikan susu untuk anak-anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa, kontribusi wanita pemulung yang ikut bekerja
sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga dapat menambah
pendapatan keluarga. Pendapatan itu akan membantu perekonomian
keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena jika hanya
mengandalkan penghasilan dari suami mereka, penghasilan tersebut
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
mereka. Pendapatan wanita pemulung selain utnuk membantu dalam
kebutuhan sehari-hari seperti membeli makanan, tetapi pendapatan
wanita pemulung mampu membantu membelikan susu untuk anak-anak
mereka.
Selain pendapatan wanita pemulung dapat membantu kebutuhan
sehari-hari, secara tidak langsung pendapatan wanita pemulung juga
dapat membantu dalam menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah
formal. Berdasarkan hasil wawancara keluarga pemulung dapat
menyekolahkan anak-anaknya dengan adanya pendapatan wanita
pemulung. Dalam kaitannya dengan pendapatan wanita pemulung
38 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
77
dalam menyekolahkan anak-anak, Ibu Winarsih mengatakan sebagai
berikut:
“Sangat membantu, pokoknya gimana pun keadaannya saya
bakal berusaha untuk ana saya dapat bersekolah, mau kerja
apapun itu bakal saya lakuin selama itu halal mba. Kalo cuman
bapak yang bekerja jadi pemulung ajah, mungkin sulit mba buat
menyekolahkan rizki.”39
Menurut Ibu Winarsih, pendapatannya sangat membantu untuk
menyekolahkan anaknya, baginya pekerjaan apapun akan dia lakukan
agar anaknya bisa bersekolah. Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang
bernama Bapak Mumtaz mengatakan sebagai berikut:
“Apalagi itu mba,justru anak saya si rizki bisa sekolah karna
bantuan istri saya dari jadi pemulung sama nyuci dan gosok juga.
kalo istri saya ga ikut bantuin, mungkin ga bisa sekolah mba,ya
walaupun sekolah gratis tapi banyak juga yang harus dibeli dan
dibayar.”40
Menurut Bapak Mumtaz, anaknya bisa bersekolah itu lantaran
bantuan dari pendapatan istrinya yang bekerja sebagai pemulung
maupun asisten rumah tangga.
Ibu Sumini dalam hal ini justru berbeda dengan yang lain, bahwa
untuk saat ini Ibu Sumini belum bisa menyekolahkan anaknya yang
kedua, bahkan untuk menyekolahkan anak pertamanya harus dibantu
oleh saudaranya. Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut:
“Kalo dulu pas kakaknya dwi mah cukup neng, nyampe SMP
malah di swasta murah tapi itu kan dulu belum ada ini adeknya
dwi dan sekolah masih murah. Makanya kakaknya saya taro di
kampung ajah ikut neneknya disana sekolah dibantuin sodara
saya. si dwi juga mau saya sekolahin kok, tp ini bapaknya lagi
ngurusin surat-surat biar dia sekolah dinegeri, kan kalo negeri
mah lebih rianganin beban kan yak.” 41
Menurut Ibu Sumini, pendapatannya masih belum cukup untuk
membantu menyekolahkan anak-anaknya, sehingga anak pertamanya
39 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 40 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih 41 Lampiran 3, Hasil Wawaancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
78
harus melanjutkan sekolah SMA di kampung halaman Ibu Sumini di
Cirebon dengan dibantu biaya oleh saudaranya. Sedangkan adiknya si
Dwi belum bisa berkolah, karena masih harus mengurus beberapa surat
agar anaknya bisa bersekolah di SD Negeri, karena pendapatan Ibu
Sumini tidak akan cukup jika Dwi bersekolah di swasta. Dalam hal ini
suami Ibu Sumini yang bernama Bapak Tarsidi mengatakan hal sebagai
berikut:
“Emang niat ibunya kerja buat anak-anak biar sekolah, gimana
pun caranya anak-anak saya harus sekolah. biar kehidupannya
nanti gak kaya orang tuanya, bisa sukses. Ini lagi ngusahain dwi
dapet negri, soalnya swasta disini udah mahal, saya ajah ga
sanggup nyekolahin kakaknya disini, kakanya akhirnya nerusin
sekolah di kampung yang jauh lebih murah dari pada disini.”42
Menurut Bapak Tarsidi, pendapatan Ibu Sumini untuk
membantu menyekolahkan anak-anaknya, namun lantaran anak
pertamanya bersekolah di sekolah swasta, sehingga pada akhirnya anak
pertamanya melanjutkan sekolah di kampung karena sekolah disana
jauh lebih murah, dan Bapak Tarsidi juga sedang mengusahakan agar
anaknya yang kedua bisa mendapatkan sekolah SD Negeri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa pendapatan wanita pemulung sangat membantu
dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Walaupun diantara mereka
ada yang masih kesulitan dalam menyekolahkan anaknya karena
anaknya bersekolah di sekolah swasta.
Selain pendapatan wanita pemulung dapat membantu kebutuhan
sehari-hari serta dapat membantu dalam menyekolahkan anak-anak
mereka di sekolah formal, pendapatan wanita pemulung ini juga dapat
membuat keluarga pemulung menabung untuk kebutuhan mendadak.
Berdasarkan hasil wawancara keluarga pemulung dapat menabung
untuk kebetuhan mendadak. Dalam kaitannya dengan pendapatan
wanita Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut:
42 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
79
“Ya bisa lah neng, nih kaya pas ibu lahiran adeknya dwi kan itu
udah ngumpulin duit dari lama banget hahaha, walaupun di
bidan yang murah kan juga tetep bayar. atau kalo si bapak sama
anak-anak lagi sakit kan harus punya pegangan duit. ini
walaupun si dwi belum sekolah juga saya nabung duit, kalo
surat-suratnya udah beres yang penting saya udah ada duit buat
keperluan dia sekolah gitu.”43
Menurut Ibu Sumini, sebelum proses kelahirannya dia sudah
mengumpulkan uang dari pendapatannya bekerja untuk biaya proses
kelahiran anak-anaknya. Selain dapat membantu untuk proses kelahiran,
kumpulan tabungan uangnya juga dapat membantu untuk biaya
keluarganya jika sedang sakit. Dalam hal ini suami Ibu Sumini yang
bernama Bapak Tarsidi mengatakan sebagai berikut:
“Biaya sekolah kan itu dari nabung-nabung juga ngumpulin,
kaya dwi juga mau masuk SD ini saya sama ibunya udah mulai
nabung, terus pas adeknya dwi lahir nih yang bayi juga itu udah
jauh hari ngumpulin buat ibunya melahirkan, banyak soalnya
keperluan yang ga terduga hahahha. terus kalo anak sakit kan, ya
kita maunya kan sehat ya, tapi paling engga punya pegangan
uang kalo sewaktu ada yang sakit.”44
Menurut Bapak Tarsidi, sebelum anak-anaknya bersekolah
pendapatan Ibu Sumini sudah ditabung uang untuk biaya sekolah
anaknya. Selain itu, sebelum proses kelahiran Ibu Sumini segala biaya
sudaha disiapkan dari pendapatan Ibu Sumini yang ditabung, dan
tabungan itu juga untuk simpanan jika sewaktu-sewaktu keluarga
mereka ada yang sakit.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibu Mini, bahwa dirinya
menabung untuk keperluan proses melahirkan anaknya seperti Ibu
Sumini. Namun ada pula hal yang berbeda, Ibu Mini juga menabung
untuk keperluan hajatan sunatan anak-anaknya. Ibu Mini mengatakan
sebagai berikut:
“Anak-anak saya kan cowo semua ya kak, pasti disunat entah
kapan, apalagi sadewa usianya udah 10 tahunan,udah dikit lagi.
43 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung 44 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
80
nah saya sama ibunya udah nabung-nabung dari jauh jauh hari.
ibunya juga mau melahirkan dikit lagi, jadi harus udah disiapin
biayanya juga. Kalo ga nabung nanti kaget sama biayanya, pasti
ga sanggup hahahahha.”45
Menurut Ibu Mini, selain pendapatannya ditabung untuk proses
kelahiran anaknya, namun pendapatannya juga ditabung untuk hajatan
sunatan anak-anaknya. Dalam hal ini suami Ibu Mini yan bernama
Bapak Santo mengatakan sebagai berikut:
“Iya kalo pendapatan nyuci dan gosok tuh suka saya sisihkan
ditabung, kan dikit lagi Sadewa mau sunat, nah kalo saya ga bisa
kalo ga dipestain di kampung, soalnya emang biasanya gitu kak,
sunatannya dirumah neneknya di Indramayu, jadi saya lagi
nabung buat Sadewa sunatan. trs juga kan saya dikit lagi mau
melahirkan jadi saya sama bapaknya udah nabung buat
persiapan ini anak bakal lahir hahahaha.“46
Menurut Bapak Santo, pendapatan Ibu Mini selalu ditabung
untuk keperluan hajatan sunatan anak-anaknya nanti. Selain itu,
pendapatannya yang ditabung agar dapat membantu proses melahirkan
istrinya nanti.
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pendapatan wanita pemulung dapat membuat keluarga mereka menjadi
menabung untuk kebutuhan mendadak. Diantara mereka pendapatanya
yang ditabung tentu dengan keperluan yang berbeda-berbeda, ada yang
menabung untuk keperluan sekolah,ada yang untuk keperluan proses
melahirkan, ada yang menabung untuk simpanan jika sewaktu-waktu
keluarga sakit, serta ada pula yang menabung untuk hajatan sunatan
anak laki-lakinya.
3. Dampak Peran Ganda Wanita Pemulung terhadap Kehidupan Rumah
Tangga.
A. Pandangan terhadap Wanita yang Ikut Bekerja dalam Membantu
Perekonomian Keluarga.
45 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 46 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
81
Pandangan terhadap wanita yang ikut bekerja dalam membantu
perekonomian keluarga tidak terlepas dari beberapa pandangan yang
setuju maupun tidak setuju ketika wanita memilh ikut bekerja dalam
membantu menambah pendapatan keluarganya. Hal itu terjadi karena
wanita memiliki kedudukan sebagai ibu rumah tangga yang perannya
sangat melekat pada dirinya untuk mengurus keluarga serta
mengerjakan pekerjaan dirumah.
Selain itu berdasarkan hasil observasi peneliti juga mengamati
peran wanita pemulung pada keluarga. Secara produktif wanita
pemulung demi membantu perekonomian keluarganya mereka ikut
bekerja sebagai wanita pemulung dan asisten rumah tangga. Sedangkan
secara peran reproduktif, wanita pemulung memiliki anak yang mereka
jaga dan mereka sayang walaupun ditengah-tengah kesibukan mereka
bekerja sebagai wanita pemulung, dan di samping itu mereka masih
mampu membagi waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti
memasak, menyapu, dan mencuci. Sedangkan secara produktif wanita
pemulung demi membantu perekonomian keluarganya mereka ikut
bekerja sebagai wanita pemulung dan asisten rumah tangga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga kampung
pemulung bahwa pandangan mereka terhadap wanita yang ikut bekerja
dalam membantu perekonomian keluarga, yaitu memandang hal yang
dilakukan itu sebenernya salah karena pada dasarnya peranan seorang
wanita didalam keluarga bukan untuk bekerja, namun kondisi
perekonomian keluarga mereka yang membuat wanita juga harus ikut
berperan dalam membantu menambah pendapatan keluarga. Dalam
kaitannya dengan pandangan terhadap wanita yang ikut bekerja dalam
membantu perekonomian keluarga Ibu Winarsih mengatakan sebagai
berikut:
“Ya seharusnya mungkin ga bekerja ya bagusnya, kaya ngurus
anak dan pekerjaan rumah ajah, tapi ya gimana ya, kalo keadaan
82
ekonomi emang harus dia buat kerja ya mungkin harus kerja
mba, kaya saya ajah gini hehehehe”47
Menurut Ibu Winarsih, seharusnya seorang wanita itu tidak
bekerja, karena lebih bagus hanya mengurus anak serta pekerjaan
rumah. Tetapi menurutnya, keadaan ekonomi keluarganya yang
membuat dirinya juga harus bekerja untuk membantu perekonomian
keluarga. Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak
Mumtaz mengatakan sebagai berikut:
“Ya bagusnya jadi ibu rumah tangga ajah mba, yang ngurus anak
suami sama ngerjain pekerjaan rumah. kalo ekonomi biar suami
ajah yang kerja.”48
Menurut Bapak Mumtaz, lebih baik apabila istrinya menjadi ibu
rumah tangga saja, persoalan perekonomian keluarga biarkan itu
menjadi tanggung jawab dirinya sebagai seorang suami.
Namun hal yang berbeda telah dikatakan oleh Ibu Sumini, jika
Ibu Winarsih mengatakan bahwa seharusnya seorang wanita itu tidak
bekerja karena memiliki peran sebagai ibu rumah tangga di rumah, lain
hal dengan Ibu Sumini yang mengatakan bahwa tidak masalah jika
seorang wanita bekerja. Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut:
“Ya gapapa sih istri kerja kan bisa bantuin suami nyari duit,
apalagi kalo kondisinya kaya ibu gini kalo gak kerja bisa gak
cukup buat makan neng.”49
Menurut Ibu Sumini, dirinya mengaku setuju saja jika seorang
wanita bekerja. Karena menurutnya, itu akan membantu suami dalam
mencari nafkah, terutama pada kondisi ekonomi seperti keluarga yang
apabila dirinya tidak bekerja tentu tidak akan cukup dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dalam kaitannya suami Ibu Sumini yang
bernama Bapak Tarsidi mengatakan sebagai berikut:
47 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 48 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih 49 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
83
“Seharusnya mah dirumah ajah jagain anak, ngebimbing anak,
nemenin kalo anak belajar ngerjain pekerjaan rumah, perannya
istri kan sebenernya begitu.”50
Menurut Bapak Tarsidi, seharusnya peran seorang istri itu di
rumah menjaga anaknya, membimbing anaknya, menemani anak saat
belajar, dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pandangan terhadap wanita yang ikut bekerja dalam
membantu perekonomian keluarga, yaitu memiliki pandangan yang
berbeda. Dalam hal ini ada yang berpandangan seharusnya wanita itu
tidak bekerja, karena peranan seorang wanita dalam keluarga adalah
mengurus anak dan suaminya serta mengerjakan pekerjaan rumah.
Namun, karena kondisi perekonomian keluarga yang rendah, terkadang
mengharuskan wanita juga ikut bekerja membantu perekonomian
keluarga. Selain itu, ada pula yang berpandangan bahwa seorang wanita
tidak apa-apa bekerja, karena hal itu akan membantu suami mereka
dalam mencari uang dan akan menambah pendapatan keluarga, terutama
untuk keluarga yang memang kondisi perekonomiannya rendah.
B. Peran dalam menjadi Wanita Pemulung dan Ibu Rumah Tangga
Peran dalam menjadi wanita pemulung dan ibu rumah tangga itu
memang bukanlah dua hal yang mudah dilakukan dalam waktu sehari
secara bersamaan. Namun, hal itu harus dilakukan agar proses selama
wanita bekerja sebagai pemulung maupun ketika menjadi ibu rumah
tangga berjalan dengan baik setiap harinya. Berdasarkan hasil
wawancara keluarga pemulung bahwa peran wanita pemulung setiap
harinya baik ketika bekerja sebagai pemulung maupun menjadi ibu
rumah tangga dapat dilakukan secara baik, walaupun terkadang ada
beberapa kesulitan yang mereka alami setiap harinya dari dua peranan
50 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
84
tersebut. Dalam kaitannya dengan peran wanita dalam menjadi
pemulung dan ibu rumah tangga Ibu Mini mengatakan sebagai berikut:
“Di imbangin ajah sih paling, kaya pagi-pagi udah masakin
suami dan anak, nyiapin keperluan anak untuk sekolah, terus
kalo anak udah pada berangkat sekolah saya sama suami baru
berangkat buat mulung, ntar pas saya sama suami siang pulang,
nanti anak-anak juga pulang kadang kalo belum pulang suka
dijemput sama bapaknya. terus kalo saya nyuci dan gosok,
berarti suami jagain anak-anak hahahaha. tp kalo saya lagi gak
nyuci dan gosok, suami lanjut mulung sampe sore biasanya.”51
Menurut Ibu Mini, peran dia sebagai wanita pemulung maupun
ibu rumah tangga harus saling diimbangi keduanya, misalnya ketika
pagi-pagi sebellum berangkat memulung sudah memasak untuk
keluarganya, serta menyiapkan keperluan anak-anak sekolah. Dan
ketika Ibu Mini berangkat kerja menjadi asisten rumah tangga, sang
suaminya lah yang harus menjaga anak-anak dirumah sampai nanti Ibu
Mini pulang. Dalam hal ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo
mengatakan sebagai berikut:
“Dia walaupun kerja diluar tetep ngerjain yang emang jadi
tanggung jawab dia sih kaya masak, apalagi ngurus anak. masih
bisa ke atur.”52
Menurut Bapak Santo, walaupun Ibu Mini ikut bekerja di luar
rumah, Ibu Mini tetap bertangung jawab pada perannya sebagai ibu
rumah tangga yang mengurus keluarga maupun pekerjaan rumah.
Hal yang sama dari Ibu Mini juga dikatakan oleh Ibu Sumini,
bahwa masih mengimbangi dan mengatur antara pekerjaan sebagai
pemulung maupun asisten rumah tangga dengan perannya sebagai ibu
rumah tangga. Ibu Sumini mengatakan sebagai berikut
“Dibagi-bagi ajah tugasnya sama suami saya, kaya misal saya
nyuci gosok ke komplek ya berarti dia yang nyuci piring kalo
lagi ada cucian kotor. pokoknya dia bantuin saya bebenah rumah
sama jagain anak-anak deh.”53
51 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 52 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini 53 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
85
Menurut Ibu Sumini, pekerjaan dia sebagai wanita pemulung
maupun asisten rumah tangga itu bisa dibagi-bagi waktunya dengan
peran dia sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluaga serta
mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan, suami Ibu Winarsih pun ikut
membantu dalam hal mengurus anak maupun mengerjakan pekerjaan
rumah. Dalam hal ini Suami Ibu Sumini yang bernama Bapak Tarsidi
mengatakan sebagai berikut:
“Sudah, dia bisa membagi waktunya kok kaya masak atau
ngurus anak, cuman emang ga sepenuhnya harus ada bantuan
saya, yak kan suami istri emang harus saling bantu kan ya
hahahahha.”54
Menurut Bapak Tarsidi, Ibu Sumini mampu membagi waktuya
antara pekerjaannya di luar maupun di dalam rumah seperti mengurus
keluarga maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan dirinya ikut
membantu pekerjaan Ibu Winarsih seperti mengurus anak maupun
mengerjakan pekerjaan rumah.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan
bahwa peran menjadi seorang wanita pemulung serta menjadi ibu rumah
tangga merupakan dua peranan yang mungkin tidak mudah untuk
dijalankan oleh seorang wanita. Tetapi, walaupun tidak mudah untuk
dilakukannya, mereka mampu untuk mengimbangi maupun mengatur
waktu yang mereka punya setiap harinya untuk menjalankan dua
peranan tersebut.
Dalam menjalankan dua peranan tersebut, wanita pemulung
tidak terlepas dari bantuan para suami mereka yang ikut berperan dalam
membantu mengurus keluarga serta mengerjakan pekerjaan rumah. Hal
itu dilakukan karena suami mereka menganggap bahwa para istri juga
telah membantu dalam menambah pendapatan keluarga. Dalam
kaitannya dengan peranan suami dalam ikut membantu mengurus
54 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini
86
keluarga maupun mengerjakan pekerjaan rumah, Ibu Winarsih
mengatakan sebagai berikut:
“Bapaknya mah rajin kalo soal pekerjaan rumah, kaya nyuci,
ngepel, nyapu. Tapi kan rumah saya juga cuman sepetak,jadi gak
terlalu berat juga buat bapaknya. Pokoknya kalo saya abis
pulang nyuci dan gosok, pasti pekerjan rumah udah rapih sama
bapaknya, mungkin udah ngerti dan paham saya capek mba
bantuin dia nyari uang, jadi dia bantuin saya juga soal pekerjaan
rumah. Kadang juga dia yang suka nemenin Rizki belajar atau
anter ke sekolah. Ya saling bantu ajah sih kita hehehe.”55
Menurut Ibu Winarsih, suaminya sangat rajin membantu dirinya
dalam hal pekerjaan rumah, sehingga Ibu Winarsih sangat merasa
terbantu sekali. Menurutnya, suaminya paham karena dirinya sudah
membantu suami dalamhal mencari nafkah untuk membantu
perekonomian keluarga mereka. Dalam hal ini suami Ibu Winarsih yang
bernama Bapak Mumtaz mengatakan sebagai berikut:
“Bantu itu mah pasti, soalnya kan dia juga bantu saya buat nyari
nafkah keluarga ya,jadi kaya saling bantu dan tukeran peran ajah
sih, dan saya saya juga bantu istri saya untuk mengurus anak dan
ngerjain pekerjaan rumah. kasian pasti dia kan juga udah capek
dari pagi kerja sampe malam.”56
Menurut Bapak Mumtaz, dirinya mengaku membantu Ibu
Winarsih dalam pekerjaan rumah atau pun mengurus anak dan
menjaganya jika istrinya pergi bekerja. Menurutnya, hal itu dilakukan
karena istrinya juga membantu perannya dalam mencari nafkah untuk
membantu perekonomian kelurga, sehingga dirinya juga membantu
peran istrinya mengurus anak atau pun mengerjakan pekerjaan rumah.
Ibu Mini juga mengatakan hal yang sama seperti Ibu Winarsih,
bahwa suaminya juga membantu dirinya dalam hal mengurus anak
maupun pekerjaan rumah selama dia bekerja sebagai pemulung maupun
asisten rumah tangga. Ibu Mini mengatakan sebagai berikut:
55 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 56 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumtaz, Suami Ibu Winarsih
87
“Alhamdulilah bapaknya mah pengertian, beberes rumah kalo
saya lagi nyuci dan gosok di komplek, tapi kan lagian rumah
saya juga kecil kak, apaan yang mau diberesin kan hahahhaa,
nyapu sama ngepel nya gak terlalu sulit juga hahahaha. terus
kalo soal ngurus anak juga kan jagain Arjuna sama Dewa,
nemenin mereka belajar, atau mantau kalo maennya jauh-jauh,
soalnya kadang anak-anak sinih kalo maen jauh-jauh banget,
makanya saya khawatir kak, apalagi dulu tuh pernah ada isu
penculikan anak-anak pemulung buat di jual gitu, yakan saya
khawatir banget jadinya kadang.”57
Menurut Ibu Mini, suaminya sangat pengertian sekali
terhadapnya dalam membantu pekerjaan rumah, maupun mengurus
anaknya seperti menemani anak-anak belajar, serta memantau ketika
sedang bermain. Dalam kaitannya dengan hal ini suami Ibu Mni yang
bernama Bapak Santo mengatakan sebagai berikut:
“Bantu lah kak, ibunya juga lagi hamil sekarang, udah beberapa
hari ga saya ijinin kerja karena dia sempet sakit. tiap harinya juga
dia paling masak ajah. sisanya saya ngerjain.”58
Menurut Bapak Santo, dirinya juga ikut membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah maupun mengurus anaknya. Bahkan
selama istrinya hamil, dirinya mengaku tidak mengizinkan istrinya
untuk pergi bekerja diluar, pekerjaan rumah pun hanya memasak saja,
sisanya dirinya yang mengerjakan pekerjaan rumah untuk membantu
istrinya.
Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpukan bahwa ketika
wanita pemulung bekerja di luar rumah, peran mereka sebagai ibu
rumah tangga yang meNgurus keluarga maupun mengerjakan pekerjaan
rumah itu dapat digantikan perannya oleh suami-suami mereka di
rumah. Suami mereka membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah,
seperti menyapu, menyuci piring, mengepel, serta mereka juga menjaga
dan mengurus anak mereka dengan menemani belajar, serta memantau
ketika bermain. Hal itu dilakukan karena suami menganggap istri
57 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 58 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
88
mereka sudah membantu peran mereka sebagai suami dalam mencari
nafkah untuk keluarga, sehingga mereka harus juga untuk membantu
istri mereka dalam mengurus anak maupun mengerjakan pekerjaan
rumah.
Namun dalam menjalankan dua peran yaitu wanita pemulung
yang bekerja sebagai pemulung maupun asisten rumah serta harus
menjadi ibu rumah tangga yang mengurus keluarga maupun
mengerjakan pekerjaan rumah itu bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Kesulitan-kesulitan dalam melakukan dua peran sekaligus pasti ada,
tetapi mungkin ada dari mereka sebagaian wanita pemulung yang tidak
merasa kesulitan. Dalam kaitannya dengan kesulitan-kesulitan
menjalani dua peran sebagai wanita pemulung maupun menjadi ibu
rumah tangga, Ibu Mini mengatakan sebagai berikut:
“Kesulitan mah ada, namanya juga kerja dijalanan ya,. sama itu
paling kesulitan ngimbangin kemauan anak yang kadang manja
ajah hahaha. itu ajah sih paling hahahaha.”59
Menurut Ibu Mini, kesulitan pasti ada namun menurutnya yang
namanya pekerjaan harus tetap dijalankan saja. Dan menurutnya,
kesulitan itu mungkin hanya mengimbangi keinginan anak-anaknya yag
terkadang ingin diperhatikan olehnya.
Hal berbeda justru dikatakan oleh Ibu Sumini dan Ibu Winarsih,
bahwa mereka merasa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
pekerjaan sebagai wanita pemulung maupun sebagai ibu rurmah tangga.
Dalam hal ini Ibu Sumini dan Ibu Winarsih mengatakan sebagai berikut
ini:
“Gak kok ga sulit, yaitu tadi kalo si Dwi sama adeknya rewel
gamau ditinggal, tapi kan ada si bapak yang bantuin saya
hahahhaa.. kalo udah ada bapaknya mah mereka juga diem
hahaha.”60
59 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini,Wanita Pemulung 60 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
89
“Kesulitan mah gak ada kali ya, cuman itu ajah tadi anaknya kalo
lagi rewel ajah.”61
Menurut Ibu Sumini dan Ibu Winarsih, mereka merasa tidak ada
kesulitan dalam menjalankan dua perannya yang bekerja sebagai wanita
pemulung maupun ibu rumah tangga. Hanya saja mungkin
mengimbangi anak-anaknya, tetapi hal itu bisa teratasi karena bantuan
saminya yang mengurus anaknya ketika mereka bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpukan bahwa
wanita pemulung yang memiliki dua peranan setiap harinya dalam
bekerja menjadi pemulung maupun asiten rumah tangga serta harus pula
dalam melakukan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang
megurus keluarga maupun mengerjakan pekerjaan rumah itu merupakan
dua hal peranan yang cukup sulit jika dilakukan secara bersamaan setiap
hari, tetapi ada juga yang berpendapat tidak mengalami kesulitan dalam
menjalani dua peranana tersebut. Namun, kesulitan itu bukan karena
soal pekerjaan yang mereka lakukan, tetapi soal mengimbangi anak-
anak merekayag terkadang ingin diperhatikan oleh ibunya, karena
adanya bantuan dari suami dalam menjaga anak-anak ketika mereka
bekerja, sehingga persoalan anak-anak itu dapat teratasi.
C. Dampak Peran Ganda Wanita Pemulung
Memiliki dua peran ganda pada wanita yang bekerja sebgaai
pemulung maupun menjadi ibu rumah tangga yang mengurus keluarga
maupun mengerjakan pekerjaan rumah pasti memiliki dampak positif
maupun dampak negatif dalam menjalankan dua peran tersebut. Dalam
kaitannya dengan dampak peran ganda wanita pemulung, Ibu Winarsih
mengatakan sebagai berikut:
“Dampak mah banyak banget mba, yaitu tadi kaya anak saya
mungkin merasa dirinya kurang diperhatiin, suami saya juga jadi
ikut bantu pekerjaan saya kaya nyuci piring, nyuci baju, ngepel,
nyapu, walaupun saya gak pernah nyuruh dan itu kemauan dia
61 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung
90
sendiri mba. Pokoknya mungkin waktu saya buat keluarga jadi
berkurang, terutama untuk anak saya. Kadang sedih si mba, tapi
ya gimanapun harus dijalanin emang karena keadaannya
begini.”62
Menurut Ibu Winarsih, dampaknya sangat banyak dari peran
ganda dia sebagai wanita pemulung maupun menjadi ibu rumah tangga.
Seperti, dirinya merasa menjadi kurang memperhatikan anaknya, waktu
untuk keluarga menjadi berkurang karena dirinya bekerja, serta suami
menjadi turun tangan dalam pekerjaan rumah tangga. Dalam hal ini
suami Ibu Winarsih yang bernama Bapak Mumtaz mengatakan sebagai
berikut:
“Banyak kalo dampak, yang pasti perekonomian jadi terbantu,
kebutuhan tercukupi, sampe bisa nyekolahin rizki juga. tapi
mungkin keluarga jadi kurang ke urus kali ya, pekerjaan rumah
jadi harus suami yang ikut bantu, ya ga masalah juga sih mba
saya nya mah kalo bantuin kan dia bantuin saya juga nyari
uang.”63
Sama halnya dengan Ibu Winarsih menurut Bapak Mumtaz,
banyak sekali dampak dari peran ganda istrinya tersebut, seperti
perekonomian menjadi terbantu, kebutuhan menjadi tercukupi, bahkan
sampai bisa menyekolahkan anaknya. Namun, karena dua peran
tersebut juga keluarga menjadi kurang diperhatikan oleh istrinya, tetapi
hal itu bisa diatasi karena dirinya dapat membantu istrinya dalam
mengurus anak maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam hal ini
anak dari Ibu Winarsih dan Bapak Mumtaz yang bernama Rizki
mengatakan sebagai berikut:
“Ada, sebenernya ibu jadi lebih sering capek sampe sakit gara-
gara kerja kayaknya, aku juga jadi lebih sering sama bapak dari
pulang sekolah sampe malem, padahal aku pengen kaya temen
aku yang dijemput sama ibunya. kalo belajar juga seringnya
sama bapak, tapi kadang sama ibu juga sih.”64
62 Lampiran 2, Hasil Wawancara Ibu Winarsih, Wanita Pemulung 63 Lampiran 5, Hasil Wawancara Bapak Mumta, Suami Ibu Winarsih 64 Lampiran 8, Hasil Wawancara Rizki, Anak Ibu Winarsih
91
Menurut Rizki, ada dampak dari dua peran ibunya yang menjadi
wanita pemulung maupun ibu rumah tangga, seperti ibunya terkadang
sering terlehat lelah hingga menjadi sakit. Dan karena peran ibunya
menjadi wanita pemulung, Rizki merasa dirinya kurang menjadi
diperhatikan oleh ibunya, dia merasa lebih banyak menghabiskan waktu
bersama bapaknya dibandingkan ibunya.
Ibu Sumini mengatakan hal yang sama dengan Ibu Winarsih
bahwa ada banyak dampak dari dua peran ganda mereka yang menjadi
wanita pemulung maupun sebagai ibu rumah tangga. Dan dampak yang
terasa adalah karena menjadi kurang memperhatikan anak-anak. Ibu
Sumini mengatakan sebagai berikut:
“Dampaknya ada sih, mungkin kaya jadi ngerepotin suami saya
ya,padahalkan itu bukan pekerjaan dia ngurus anak dan bebenah
rumah, tapi karna saya juga bantuin dia nyari duit ya kita tukeran
peran ajah gitu neng. Terus anak juga kan jadi ikut-ikutan
dijalanan nyari barang bekas, soalnya kalo ga ikut kan ga ada
yang jagain dia neng, tapi kalo ikut juga kasian sebenernya karna
masih kecil, jadi suka sakit-sakit malah kadang adeknya Dwi.
malahan kalo saya tinggal nyuci gosok juga mereka rewel,
apalagi adeknya Dwi, kasian sih kurang perhatian saya juga.
saya juga kalo udah pulang kerja nyuci gosok kadang langsung
tidur karena jadi cepet capek kan kerjanya fisik neng hahahahha,
jarang sempet jadinya kaya buat ngajarin Dwi baca, soalnya kan
pagi-pagi besoknya udah bangun buat mulung hhahaha. gitu sih
mungkin dampaknya ya hahahhaha.. aduh saya ngomongnya
pasti neng bingung ya hahahha.”65
Menurut Ibu Sumini, dampak dari peran ganda ini ada, salah
satunya dirinya menjadi merepotkan suaminya karena ikut membantu
dalam mengurus anak maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Selain
merepotkan suami, Ibu Sumini juga merasa menjadi merepotkan anak-
anaknya yang ikut membantu dalam memulung mencari barang-barang
bekas dijalanan, karena tidak ada yang menjaga mereka dirumah
sehingga merekaharus ikut memulung juga Hal itu membuat Ibu Sumini
merasa tidak tega terhadap anak-anaknya, karena takut mereka menjadi
65 Lampiran 3, Hasil Wawancara Ibu Sumini, Wanita Pemulung
92
sakit, bahkan menjadi kurang diperhatikan oleh dirinya. Dalam hal ini
suami Ibu Sumini yang bernama Bapak Tarsidi mengatakan sebagai
berikut:
“Dampaknya banyak banget pasti ya, yang pertama ya jadi bisa
nabung buat anak-anak sekolah, buat kebutuhan lain juga, kaya
makan, terus bayar-bayar yang lain. terus jadi udah gak pernah
ngutang, dulu kalo ga ada duit suka ngutang sama bos gitu, nanti
dibayarnya tinggal potong uang yang hasil mulungnya. cuman
kan ini pekerjaan berat ya, dan anak-anak saya pun ikut mulung
juga, jadi kaya dwi atau adeknya jadi sering sakit, terus kasian
ajah gitu diliatnya kumel udah kaya anak gak keurus banget,
kadang saya sedih liat anak-anak saya pada ikut mulung gitu.
tapi kan ga mungkin juga kalo ditinggal karna ga ada yang jagain
juga. tapi kalo anak-anak sakit pasti saya suruh ibunya buat gak
mulung, dirumah ajah jagain anak-anak, ibunya pun juga kadang
suka sakit juga kecapean kerja jadi pemulung terus nyuci dan
gosok.”66
Menurut Bapak Tarsidi, dampak peran ganda istrinya banyak
sekali terasa, karena dapat membuat kebutuhan tercukupi, mampu
menabung untuk menyekolahkan anak-anak. Tetapi, karena istrinya ikut
bekerja sebagai pemulung otomatis membuat anak-anak mereka yang
belum sekolah menjad ikut memulung ke jalanan mencari barang bekas,
karena anak-anak mereka tidak ada yang mengurus dirumah. Hal itu
membuat anak-anak fisiknya menjad mudah lemah dan jatuh sakit.
Bahkan ibunya menjadi mudah jatuh sakit karena jadi mudah lelah
fisiknya. Dalam hal ini anak dari Ibu Sumini dan Bapak Tarsidi yang
bernama Dwi mengatakan sebagai berikut:
“Dampaknya jd bisa ibu nabung aku sekolah nanti, aku kan
belom sekolah, jdnya kalo ibu kerja bisa uangnya buat aku
sekolah kak”67
“Ya kalo pas ibu kerja di komplek tuh pasti adek rewel, tapi nanti
bapak yang diemin adek”68
66 Lampiran 6, Hasil Wawancara Bapak Tarsidi, Suami Ibu Sumini 67 Lampiran 9, Hasil Wawancara Dwi, Anak Ibu Sumini 68 Lampiran 9, Hasil Wawancara Dwi, Anak Ibu Sumini
93
Menurut Dwi, dampak dari dua peran ibunya dapat membuat
keluarganya menabung untuk dirinya sehingga bisa bersekolah. Namun,
terkadang adiknya yang masih kecil sering menangis jika ditinggal oleh
ibunya bekerja.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Mini seperti Ibu
Winarsih dan Ibu Sumini, bahwa dampak peran ganda dirinya sebagai
wanita pemulung maupun ibu rumah tangga sangat banyak, terutama
pada perekonomian keluarganya yang berdampak sangat terbantu. Ibu
Mini mengatakan sebagai berikut:
“Pasti ada, karena kan emang peran istri itu bukan untuk bekerja,
perannya hanya satu yang jadi ibu rumah tangga ajah kan, jadi
pasti ada dampaknya ga mungkin enggak. dampak baiknya ya
ekonomi sangat jadi terbantu, kaya anak-anak jadi pada sekolah.
tapi keluarga sama pekerjaan rumah juga kadang jadi ga keurus
juga kayaknya hahaha, sampe bapaknya pun nyampe turun
tangan buat ngurus anak dan pekerjaan rumah kalo saya lagi
kerja nyuci dan gosok.”69
Menurut Ibu Mini, tidak mungkin jika tidak ada dampak dari
peran ganda dia, karena sebenarnya peran seorang wanita dalam
keluarga itu bukan untuk bekerja perannya hanya satu yaitu menjadi ibu
rumah tangga. Untuk ekonomi sangat berdampak dalam membantu
menyekolahkan anak-anak. Tetapi untuk keluarga, pekerjaan rumah
menjadi terbengkalai. Sehingga suami juga harus ikut membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah maupun mengurus anaknya. Dalam hal
ini suami Ibu Mini yang bernama Bapak Santo mengatakan sebagai
berikut:
“Jelas ada untuk dampak dan terasa banget dari segi ekonomi
pasti terbantu, banyak-banyak terimakasih sebenernya saya
sama istri saya karena ibaratnya mau di ajak susah ikut mulung
juga terus nyuci dan gosok, mau direpotin buat bantuin saya
nyari uang. seharusnya mah saya nyenengin dia ya, tapi dari
awal nikah saya udah ngerepotin dia hahaha”70
69 Lampiran 4, Hasil Wawancara Ibu Mini, Wanita Pemulung 70 Lampiran 7, Hasil Wawancara Bapak Santo, Suami Ibu Mini
94
Menurut Bapak Santo, sangat jelas ada dampak dari peran ganda
istrinya sebagai wanita pemulung maupun ibu rumah tangga. Karena
dari segi ekonomi sangat membantu sekali dalam perekonomian
keluarga mereka. Dalam hal ini anak dari Ibu Mini dan Bapak Santo
yang bernama Arjuna mengatakan sebagai berikut:
“Pas ibu kerja ibu jadi jarang di rumah, kak dewa sama aku suka
marah kadang sama ibu suka ngambek, soalnya kak dewa sama
aku pengennya ibu dirumah ajah”71
Menurut Arjuna, Ibunya menjadi sering tidak ada di rumah,
terkadang dirinya dan kakaknya suka marah kepada ibunya karena ingin
sekali ibunya dirumah saja dan lebih memperhatikan dia dan kakanya.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa peran ganda wanita yang bekerja
sebagai wanita pemulung maupun asisten rumah tangga serta harus
menjadi ibu rumah tangga yang mengurus keluarga maupun
mengerjakan pekerjaan rumah itu memeliki dampak, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya ada pada segi
ekonomi, dimana wanita pemulung yang bekerja sebagai pemulung
maupun asisten rumah tangga ini dapat menambah pendapatan
suaminya yang akan membantu perekonomian keluarganya.
Namun ada pula dampak negatifnya dari peran ganda tersebut
yaitu, membuat anak-anak mereka menjadi kurang diperhatikan.
Akibatnya ada beberapa anak yang lebih memilih ibunya untuk tidak
bekerja sebagai wanita pemulung maupun asisten rumah tangga. Selain
itu dampak negatif dari peran ganda ini, membuat pekerjaan yang
seharusnya dilakukan oleh para wanita pemulung ini menjadi
terbengkalai, akibatnya para suami mereka harus ikut membantu dalam
mengatasi pekerjaan rumah.
Kesehatan fisik dari wanita pemulung pun menjadi dampak dari
peran ganda ini, akibatnya fisik mereka menjadi lemah karena
71 Lampiran 10, Hasil Wawancara Arjuna, Anak Ibu Mini
95
aktivitasnya yang padat dalam bekerja sebagai pemulung maupun
asisten rumah tangga. Bahkan tak hanya kesehatan dari wanita
pemulung saja, kesehatan anak-anak mereka yang ikut bekerja sebagai
pemulung karena tidak bisa ditinggal oleh ibu dan bapaknya juga
menjadi melemah bahkan sering sampai jatuh sakit.
C. Hasil Pembahasan
1. Kehidupan Sehari-hari Wanita Pemulung
Pemulung adalah bentuk aktivitas dalam mengumpulkan bahan-
bahan bekas dari berbagai lokasi pembuangan sampah yang masih bisa
dimanfaatkan untuk mengawali proses penyalurannya ke tempat-tempat
produksi (daur ulang). Aktivitas tersebut terbagi ke dalam tiga klasifikasi
diantaranya, agen, pengepul, dan pemulung.72
Agen, pengepul, dan pemulung merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses produksi daur
ulang sampah, karena mereka saling membutuhkan satu sama lain. Jika
dilihat tempat pemulung bekerja sangat tidak memenuhi standar kesehatan
dan lingkungan terkesan kumuh, faktor yang ikut menentukan seseorang
bekerja sebagai pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah
serta keterbatasan pada modal maupun skill yang mereka miliki.73
Ada beberapa penyebab seseorang menggeluti pekerjaan sebagai
pemulung:
a. Faktor ekonomi (berasal dari keluarga yang tidak mampu).
b. Sulitnya mencari pekerjaan.
c. Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan.
d. Tidak ada modal untuk membuka usaha.74
72 Indra Taufik, Persepsi Masyarakat Terhadap Pemulung di Pemukiman TPA Bukit
Pinang Samarinda, Jurnal 2013. 73 Ibid 74 Supriadi Pangaribuan, Intensitas Ibu Rumah Tangga Pemulung dalam Mewujudkan
Kehidupan Keluarga di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya, JOM Fisip 2017, Vol 4 No. 1
96
Banyak ibu bisa bekerja sebagai pemulung ditempat
pembuangan sementara (TPS) karena diajak oleh teman dan juga karena
kebutuhan keluarga kurang mencukupi. Terlebih pekerjaan ini dinilai
tidak memiliki keterikatan dengan aturan jam kerja seperti pekerjaan
pada umunya Alasan ibu rumah tangga ini bekerja pada umumnya
karena desakan ekonomi yang tidak tertutupi hanya dengan
mengandalkan penghasilan suami, terlebih apabila anggota keluarga
masih berskolah sehngga kebutuhan pun bertambah.75
Seluruh pemulung perempuan bekerja secara sadar bahwa
pekerjaan mengais sampah di wilayah TPA adalah hal terlarang. Sebab
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang tinggi akibat longsoran
sampah dan bahaya gas beracun yang ditimbukan dari asap pembakaran
sampah. Namun hal ini mereka kesampingkan karena mereka merasa
yaman dengan pola kerja yang dapat diatur oleh mereka sendiri.
Umumnya, mereka tidak ingin bekerja di bawah perintah dan sistem
yang mengatur mereka. Kemudian didukung juga oleh penghasilan yang
mereka dapat telah mencukupi kebutuhan dasar. Semakin giat mereka
bekerja maka semakin tinggi pula pendapatan mereka dan peluang
menciptakan masa depan yang lebih baik lagi.76
Berdasarkan temuan di lapangan peneliti memperoleh informasi
bahwa sistem kerja pemulung adalah sistem cara pemulung
mendapatkan uang dari hasil mereka menjual barang-barang hasil
buangan. Pada pagi hari aktivitas keluarga pemulung ini bekerja
mencari barang pulungan mulai dari pukul 07.30 WIB dengan
membawa karung dan gerobak. Pukul 12.00 WIB barulah mereka
kembali kerumah dengan membawa hasil pulungannya. Lokasi di
Kampung Pemulung ini sepi di pagi hari karena orang tua yang
75 Ibid,h. 3 76 Achmad Syakrani, Studi Tentang Strategi Hidup Pemulung Perempuan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang Kota Samarinda, e-Jornal Sosiatri-Sosiologi 2016, Vol 4,
No.3
97
membawa ikut anaknya bekerja atau anak mereka yang sedang pergi
bersekolah.
Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang
dilakukan oleh masyarakat yang bekerja sebagai pemulung di RT 003
RW 001 Kelurahan Jurang Mangu Timur:
a. Mengumpulkan, yaitu mencari barang-barang bekas seperti gelas
dan botol-botol plastik, kardus dan besi.
b. Memilah, yaitu mengelompokan sampah yang telah terkumpul
berdasarkan jenisnya, seperti gelas, botol plastik, dan kardus.
c. Membersihkan, yaitu setelah dipilah-pilah barang pulungan
dibersihkan terlebih dahulu.
d. Mengirim, yaitu barang bekas yang telah dibersihkan kemudian
dikirim kepada Bandar atau agen untuk ditimbang. Hal ini dilakukan
setiap 2 minggu sekali.
Faktor-faktor yang mendukung wanita bekerja sebagai
pemulung yang pertama adalah faktor ekonomi. Keadaan kondisi
ekonomi yang menjadikan faktor alasan utama wanita pemulung
memilih untuk bekerja membantu suaminya menjadi pemulung.
Selain itu latar belakang pendidikan mereka yang rendah membuat
mereka sulit untuk mencari pekerjaan, dan tidak adanya modal untuk
mereka membuka usaha kecil-kecilan seperti seperti usaha
membuka warung atau usaha menjual makanan.
Berikut ini beberapa faktor yang mendukung wanita bekerja
sebagai pemulung:
a. Faktor Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu faktor penyebab masyarakat
pemulung di Kelurahan Jurang Mangu Timur memilki pekerjaan
sebagai pemulung. Lemahnya ekonomi masyarakat pemulung
Kelurahan Jurang Timur memaksa mereka bekerja sebagai
pemulung agar dapat bertahan hidup, maka mereka memerlukan
uang agar dapat memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga dan
98
untuk bisa mendapatkan uang maka mereka membutuhkan
pekerjaan dan oleh karena itu salah satu pekerjaan yang mereka
bisa lakukan saat ini adalah bekerja sebagai sebagai pemulung.
Hal tersebut terjadi karena kondisi ekonomi mereka yang
semakin hari semakin mendesak dan mengharuskan mereka
mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
b. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu aspek penting dalam
kehidupan manusia karena pendidikan dapat menciptakan
generasi bangsa yang diinginkan karena didalamnya pendidikan
dapat membentuk masyarakat menciptakan kehidupan yang
lebih maju.
Faktor pendidikan adalah salah satu alasan bagi mereka
yang memilih bekerja sebagai pemulung, karena rendahnya
tingkat pendidikan yang mereka miliki sehingga memaksa
mereka menjadi seorang pemulung.
2. Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu Perekonomian
Keluarga
Kontribusi adalah sesuatu yang dilakukan untuk membantu
menghasilkan atau mencapai sesuatu bersama-sama dengan orang lain, atau
untuk membantu membuat sesuatu yang sukses. Ketika kita memberikan
kontribusi, itu berarti bahwa kita memberikan sesuatu yang bernilai bagi
sesama, seperti uang, harta benda, kerja keras atau apapun waktu itu.77
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkan efesiensi dan efektifitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan
cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang
spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat
77 Lidya Tatambihe, Kontribusi Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemulung Sampah dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga (di TPA Kelurahan Sumompo Kecamatan Tuminting), e-Journal
“Acta Diurna”, 2017, Vol. 6
99
diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainya.78
Kondisi krisis ekonomi saat ini dampaknya sangat luas dan sangat
memberatkan kehidupan masyrakat dari semua lapisan. Untuk membantu
ekonomi keluarga peran wanita yang bekerja sangat dibutuhkan, terutama
dalam hal membantu menambah penghasilan keluarga mereka bersedia
menyumbangkan tenaganya untuk menghasilkan barang dan jasa dengan
menerima upah atau gaji berupa uang atau barang.79
Kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor yang sangat penting
dalam kehidupan keluarga. Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan
sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota keluarga.
Semakin banyak sumber-sumber keuangan atau pendapatan yang di terima,
maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga.80
Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia harus
bekerja untuk memperoleh pendapatan agar kebutuhan hidupnya dapat
terpenuhi. Menurut Tulus T.H Tambunan pendapatan artinya “pembayaran
yang di dapat karena bekerja atau menjual jasa”.81 Badan Pusat Statistik
yang dikuti dalam Mulyadi menjelaskan indicator tingkat pendapatan
sebagai berikut:
a. Rendah, kurang dari Rp. 1.500.000
b. Sedang Rp 1.500.000 - Rp. 3000.000
c. Menengah, Rp 3.000.000 – Rp. 5.000.000
d. Tinggi, lebih dari Rp. 5.000.00082
Pada dasarnya, kemiskinan didefinisikan dengan taraf hidup
yang rendah. Dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana
78 Ibid 79 Wahyu Hidayat, Analisis Peran Ganda Pemulung Wanita Pada Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Jatibarang Koda Semarang, Dinamika Manajemen 2006, Vol. 5, No. 1 80 Supriadi Pangaribuan, Intensitas Ibu Rumah Tangga Pemulung dalam Mewujudkan
Kehidupan Keluarga di Kelurahan Sail Kecamatan Tenan Raya, JOM FISIP, 2017, Vol. 4 81 Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h.
97 82 Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat Akan
Dampak Konversi Lahan, (Skripsi, UIN Jakarta, 2015), h. 18
100
penghidupan penduduk ditandai oleh serba kekurangan akan kebutuhan
pokok. Menurut Widodo dalam M. Yani menjelaskan konsep kebutuhan
dasar selalu dikaitkan dengan kemiskinan, penduduk miskin umumnya
lemah dalam kebutuhan berusahan dan terbatas aksesnya pada kegiatan
ekonomi sehingga tertinggal dengan masyarakat lainya.83
Bedasarkan temuan di lapangan bahwa mereka warga pemulung
hanya memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 700.000 sampai Rp
900.000 perbulan. Hal ini tergolong pada endapatan rendah, karena
menurut badan pusat statistik kategori pendapatan rendah yaitu kurang
dari Rp. 1.500.000. Pendapatan ini diperoleh dari hasil mencari barang
bekas, kemudian dibersihkan lalu ditimbang setiap 2 minggu sekali
kepada agen pengepul sampah. Serta dari hasil upah wanita pemulung
yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai asiten rumah tangga.
Pendapatan yang mereka dapatkan tak lain karena adanya
kontribusi wanita yang ikut bekerja dalam membantu perekonomian
keluarga. Beberapa kontribusi tersebut sebagai berikut:
a. Wanita pemulung
Pilihan wanita bekerja sebagai pemulung merupakan
alternatif paling memungkinkan bagi perlawanan desakan ekonomi
yang harus dipenuhi baik dirinya maupun untuk keluarganya.
Keikutsertaan wanita pemulung yang mencari barang pulungan
secara otomatis dapat membuat jumlah barang pulungan menjadi
lebih banyak, yang nantinya akan membuat pendapatan menjadi
bertambah. Maka, kontribusi wanita sebagai pemulung sangat
membantu perekonomian keluarga.
b. Asisten rumah tangga
Selain bekerja menjadi wanita pemulung, berdasarkan hasil
wawancara oleh beberapa informan wanita pemulung bahwa mereka
juga berkontribusi dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga.
83 M. Yani Balaka, Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa Keamatan
Lohia Kabupaten Muna, Jurnal Ekonomi, 2016
101
Pekerjaan asisten rumah tangga ini seperti, membersikan rumah
majikan, menyuci, dan menggosok. Hal ini dilakukan agar dapat
menambah pendapatan keluarga selain dari hasil memulung.
Dengan adanya kontribusi wanita pemulung yang bekerja
sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga membuat
pendapatan keluarga mereka dapat mencukupi kebutuhan sehari,
dapat membiayai sekolah anak-anak, serta dapat menjadikan
keluarga mereka menabung untuk keperluan mendadak, seperti
menabung untuk proses persalinan, biaya jika keluarga sakit, hajatan
sunatan anak mereka, atau untuk keperluan mendadak lainya.
3. Dampak Peran Ganda Wanita Pemulung Terhadap Kehidupan
Rumah Tangga Keluarga Kampung Pemulung Kelurahan Jurang
Mangu Timur
Dalam keluarga, peranan seseorang itu akan berbeda-beda,
perbedaan tersebut didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti
pertimbangan umur, jenis kelamin, perbedaan generasi, posisi ekonomi dan
pembagian kekuasaan. Perbedaan posisi antara laki-laki dan wanita dalam
keluarga sebagian disebabkan oeh alasan-alasan biologis seperti fisik kuat
dan lemah, tidak atau terlibat dalam kegiatan mengandung, melahirkan,
serta membesarkan bayi.84
Perbedaan biologis inilah yang menimbukan asumsi dasar didalam
keluarga bahwa wanita yang memiliki fisik lemah dengan kodratnya
mengandung, melahirkan dan membesarkan bayi sehingga wanita
ditempatkan sebagai ibu rumah tangga yang berperan di dalam rumah.
Sedangkan laki-laki yang memiliki fisik kuat, ditempatkan sebagai kepala
keluarga yang berperan mencari nafkah untuk memnuhi kebutuhan
keluarga.85
84 Supriadi Pangaribuan, Intensitas Ibu Rumah Tangga Pemulung dalam Mewujudkan
Kehidupan Keluarga di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya, JOM FISIP, 2017, Vol. 4 85 Ibid
102
Wanita dalam keluarga memliki peran dan kebutuhan gender.
Menurut Astuti, dalam peran dan kebutuhan gender peran wanita terdiri
atas:
a. Peran Produktif
Peran produktif pada dasarnya hampir sama dengan peran
transisi, yaitu peran dari seorang wanita yang memiliki peran tambahan
sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarganya. Peran produktif
adalah peran yang dihargai dengan uang atau barang yang menghasilkan
uang atau jasa yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Peran ini
diidentikan sebagai peran wanita di sektor publik, contoh petani, buruh,
guru, pengusaha.
b. Peran Reproduktif
Pada dasarnya peran ini lebih menitik beratkan pada kodrat
wanita secara biologis tidak dapat dihargai dengan nilai uang atau
barang. Peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia, contoh
peran ibu pada saat mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah
kodrat dari seorang ibu. Peran ini pada akhirnya diikuti dengan
mengerjakan kewajiban pekerjaan rumah.86
Ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang
mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga,
atau ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya
mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di
kantor).87
Peran ganda wanita sebagai ibu rumah tangga berarti mereka
harus mampu menjadi pendamping suami, mampu merawat, mengasuh,
dan mendidik anak. Bekerja di pasar kerja berarti berperan membantu
86 Nauri Alghaasyiyah, Kontribusi Wanita Pemulung dalam Mendukung Perekonomian
Keluarga: Studi Kasus Pada Pemulung di TPA Air Sebakul, (Skripsi: Universitas Bengkulu,
2014), h. 7 87 Supriadi Pangaribuan, Op.cit
103
menambah penghasilan keluarga. Kedua peran tersebut sama-sama
membutuhkan waktu.88
Berdasarkan hasil temuan di lapangan bahwa peran aktif yang
dilakukan wanita pemulung ini didalam bidang ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga tanpa meninggalkannya perannya
didalam rumah tangga, merupakan hal yang tidak mudah karena, selain
bekerja mencari uang, ia juga punya peran yang lebih penting dalam
mengurus rumah tangga. Kegiatan wanita pemulung membantu mencari
nafkah sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga ini umumnya
karena desakan ekonomi dan juga adanya dekungan dari para suami.
Mereka tidak menganggap hal itu sebagai suatu hal yang mengancam
kedudukan suami sebagai pencari nafkah utama, akan tetapi justru di
pandang sebagai suatu hal yang positif karena di nilai membantu
meringankan beban dalam mencari nafkah.
Dalam melakukan pekerjaan khusunya wanita mereka harus
memperhitungkan waktu agar dapat mengurus rumah tangga meliputi
pengawasan kepada anak-anaknya pada waktu belajar, mengasuh,
memasak dan pekerjaan lain yang berkaitan deng rumah tangga. Wanita
pemulung Kelurahan Jurang Manggu Timur ini yang bekerja sebagai
pemulung maupun asisten rumah tangga selain membantu bekerja
mencari nafkah, mereka juga tidak melupakan dan meninggalkan
perannya di dalam rumah tangga utuk mengurus kebutuhan rumah
tangga., mereka masih menjalankan peranya sebagai ibu rumah tangga.
Perannya sebagai wanita untuk menjalankan peran reproduktif wanita
dalam keluarga seperti, mengandung, melahirkan, menyusui,
membimbing anak, mengurus suami, serta mengerjakan pekerjaan
rumah. Meskipun sebagian kecil juga ibu rumah tangga pekerja
pemulung masih dibantu oleh suami dalam membantu mengerjakan
88 Wahyu Hidayat, Analisis Peran Ganda Wanita Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Jatibarang Kodia Semarang, Dinamika Manajemen, 2006, Vol. 5, No. 1
104
pekerjaan rumah sehingga tercipta pertukaran tingkah laku suami dan
istri dalam pembagian peran pada keluarga yang harmonis.
Meskipun peran ganda dari wanita pemulung dapat dijalankan,
namun dalam hal ini memiliki dampak pada peran ganda wanita
pemulung terhadap kehidupan ibu rumah tangga. Dampak positif dan
negatif sebgai berikut:
Dampak Positif Dampak Negatif
1. Dampak Perekonomian secara tidak
langsung menjadi terbantu, karena
dengan wanita pemulung bekerja
dapat menambah penghasilan
keluarga, kebutuhan menjadi
tercukupi, dapat membantu biaya
sekolah anak-anak, serta untuk
keperluan mendadak lainya.
2. Dampak Kemandirian, membuat
anak menjadi lebih mandiri dalam
kehidupannya, seperti makan sendiri,
mandi sendiri, berangkat dan pulang
sekolah sendiri.
1. Dampak kesehatan menjadi terganggu,
karena pekerjaan wanita pemulung yang
harus bertemu dengan jalanan maupun
lingkungan yang kumuh bertemu dengan
sampah, serta bekerja menjadi asisten
rumah tangga merupakan pekerjaan yang
menggunakan banyak tenaga , sedangkan
pada umumnya fisik seorang wanita
sangan rentan lebih mudah terkena
penyakit seperti demam, batuk, pilek.
2. Dampak terhadap keluarga, karena
wanita pemulung lebih banyak
menghabiskan waktu mereka diluar
dengan bekerja, akibatnya mereka menjadi
kurang memperhatikan maupun menjaga
anak-anak mereka, sehingga suami mereka
harus ikut membantu dalam menjaga anak-
anak ketika wanita pemulung bekerja.
3. Dampak terhadap pekerjaan rumah,
pekerjaan rumah menjadi terbengkalai
karena wanita pemulung yang tidak punya
baknyak waktu untuk berada dirumah.
105
Sehingga, dalam mengerjakan pekerjaan
rumah ini suami wanita pemulung ikut
membantu menjalankan peran istrinya
dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
4. Teori Pertukaran Tingkah Laku Sosial
Seiring berjalannya waktu, tentunya seseorang akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan keluarga dengan berbagai aspek dan
konsekuensinya tidak mungkin untuk hindari. Perubahan tersebut tentang
pertukaran peran suami istri yang terjadi dalam keluarga pemulung karena
peran ganda wanita pemulung yang ikut bekerja sebagai pemulung maupun
asisten rumah tangga serta harus menjadi ibu rumah tangga yang mengurus
keluarga maupun mengerjakan pekerjaan rumah.
Menurut Dian Pita dalam skripsinya yang berjudul peran istri dalam
membantu perekonomian keluarga di desa tanjung selamat kecamatan
padang tualang kabupaten langkat bahwa peran ganda perempuan dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan sebagai
ibu pekerja yang membantu perekonomian keluarga merupakan suatu
bentuk dari pertukaran tingkah laku sosial. Sesuai dengan teori pertukaran
tingkah laku sosial yang dikemukakan oleh homans, dalam hal ini ingin
mengetahui bagaimana perannya sebagai ibu rumah tangga dan perannya
membantu perekonomian keluarga. Pada teori pertukaran tingkah laku
sosial penelitian ini termasuk pada proposisi nilai dan proposisi sukses.89
Bagi Homans sebagai seorang ahli teori pertukaran, bukan hanya
status dan peranan yang berasal dari fungsionalisme yang menyediakan
mata rantai antara individu dan struktur sosialnya, oleh karena struktur atau
89 Dian Pita S, Peran Istri dalam Membantu Perekonomian Keluarga di Desa Tanjung
Selamat Keamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat, (Skripsi: Universitas Negeri Islam
Sumatera Utara, 2016).
106
lembaga-lembaga demikian itu terdiri dari individu-individu yang terlibat
dalam proses pertukaran barang berwujud materi maupun non-materi.
Dalam mengembangkan teori pertukaran, Homans mengemukakan
beberapa proposisi untuk menjelaskan tingkah laku sosial yang paling dasar.
Menurut dia, tingkah laku sosial yang paling dasar dapat dijelaskan dengan
beberap proposisi dari pertukaran sosial. Adapun proposisi dari Humans
adalah sebagai berikut:
a. Proposisi Sukses
Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu
memperoleh ganjaran,maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu.
b. Proposisi Rangsangan atau Stimulus
Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau
seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan
seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli
yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin
mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak
sama.
c. Proposisi Nilai
Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seeorang
melakukan tindakan itu.
d. Proposisi Kejenuhan
Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseoran menerima suatu
ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut
peningkatan setiap unit ganjaran itu.
e. Proposisi Persetujuaan dan Agresi
Dalam bagian ini ada dua proposisi yang berbeda. Proposisi pertama :
Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang
diharapkannya atau mendapat hukuman yang tidak diharapkannya,
maka semakin besar kemungkinan bahwa dia menjadi marah dan
melakukan tindakan yang agresif dan tindakan agresif itu menjadi
bernilai baginya.
107
Proposisi kedua lebih bersifat positif: Apabila seseoranag mendapat
ganjara yang lebih besar dari pada yang diharapkannya atau tidak
mendapat hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan melakukan
hal-hal yang positif dan hasil dari tingah laku yag demikian adalah lebih
bernilai baginya”.90
Berdasarkan hasil temuan di lapangan diperoleh informasi
bahwa proposisi pertukaran tingkah laku sosial antara wanita pemulung
dengan suami adalah termasuk dalam proposisi sukses dan proposisi
nilai, dimana bunyi dari proposisi sukses adalah dalam setiap tindakan,
semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian
kerap ia akan melakukan tindakan itu. Dan proposisi nilai yang dimana
semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang
melakukan tindakan itu.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan baik wanita
pemulung maupun suaminya, mereka mengakui bahwa kontribusi
wanita pemulung yang bekerja sebagai pemulung maupun asisten rumah
tangga ini sangat menguntungkan sekali karena pendapatannya dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun membiayai
sekolah anak-anak. Hal ini termasuk kedalam proposisi sukses dan
proposisi nilai, dimana maksud dari proposisi sukses itu sendiri
membahas tentang semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang,
makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin
cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi. Maksud
dari proposisi sukses ini sama seperti pada kontribusi wanita pemulung
yang bekerja sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga ini
dirinya mendapatkan begitu banyak manfaat maupun imbalan karena
bisa menghasilkan pendapatan dari pekerjaan tersebut untuk membantu
menambah pendapatan keluarganya, sehingga dirinya memutuskan
untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya karena banyak
90 Margaret, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 61-64.
108
manfaat atau imbalan yang dia dapat dengan bekerja sebagai pemulung
dan asiten rumah tangga setiap hari.
Sedangkan maksud dalam proposisi nilai yaitu membahas makin
tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang maka makin besar pula
kemungkinan perbuatan tersebut diulangnya kembali. Prinsip dasar
dalam pertukaran sosial adalah aturan yang mengatakan bahwa sebuah
nilai harus sebanding dengan yang kita lakukan. Seseorang dalam
hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan nilai yang
diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah
dikeluarkannya, makin tinggi pengorbanan, makin tinggi nilainnya, dan
keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding sama-sama
menguntungkan.
Hal ini sesuai dengan kontribusi wanita pemulung ini yang
sangat menguntungkan sehingga yang dilakukan wanita pemulung
dengan bekerja sebagai pemluung maupun asisten rumah tangga dapata
bernilai bagi suaminya karna dapat membantu dirinya dalam mencari
nafkah untuk perekonomian keluarga. Dalam perspektif wanita dirinya
juga mendapat keuntungan dari peran suami mereka yang ikut
membantu mengurus anak mapun pekerjaan rumah yang seharusnya
menjadi peran wanita pemulung sebagai ibu rumah tangga. Sehingga
peran suami yang ikut membantu dalam mengurus anak maupun
mengerjakan pekerjaan rumah sangat bernilai dan sangat
menguntungkan baik wanita pemulung karena dapat meringankan
pekerjaan dirinya sebagai ibu rumah tangga.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Sulitnya mendapatkan data warga pemulung karena mereka tidak memiliki
Kartu Tanda Penduduk sehingga tidak terdaftar sebagai warga daerah
setempat.
2. Tempat penelitian yang cukup jauh dari tempat tinggal peneliti.
109
109
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
peneliti, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kehidupan Sehari-hari pemulung adalah cara pemulung mendapatkan uang
dari hasil mereka menjual barang-barang hasil pulungan. Langkah pertama
adalah mencari barang bekas seperti botol bekas air mineral, gelas bekas,
kardus, kabel-kabel bekas, atau bahkan barang-barang rusak yang masih
bisa di pakai. Biasanya pemulung mencari barang bekas di tempat sampah
sekitar komplek atau di kampung-kampung, bahkan beberapa pemulung ada
yang mencari barang pulungan di depan-depan toko sampai belakang mall.
Setelah itu dibersihkan untuk nantinya ditimbang setiap periode 2 minggu
sekali kepada Agen. Setelah ditimbang barulah pemulung tersebut
mendapat penghasilan sesuai dengan banyaknya barang hasil pulungan
yang didapat. Biasanya dalam waktu 2 mingu itu pemulung bisa
mendapatkan Rp 250.000 – Rp 300.000 bahkan lebih. Faktor-Faktor yang
mendorong mereka berkerja menjadi wanita pemulung adalah faktor
ekonomi dan faktor pendidikan.
2. Kontribusi wanita pemulung sangat membantu perekonomian keluarga.
Selain menjadi wanita pemulung, mereka juga bekerja sebagai asisten
rumah tangga agar pendapatan keluaga menjadi semakin bertambah.
Pendapatan wanita pemulung dapat membuat keluarga mereka menjadi
menabung untuk kebutuhan mendadak. Diantara mereka pendapatanya
yang ditabung tentu dengan keperluan yang berbeda-berbeda, ada yang
menabung untuk keperluan sekolah,ada yang untuk keperluan proses
melahirkan, ada yang menabung untuk simpanan jika sewaktu-waktu
keluarga sakit, serta ada pula yang menabung untuk hajatan sunatan anak
laki-lakinya.
110
3. Dampak peran ganda wanita yang bekerja sebagai wanita pemulung
maupun asisten rumah tangga serta harus menjadi ibu rumah tangga yang
mengurus keluarga maupun mengerjakan pekerjaan rumah itu memeliki
dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya
ada pada segi ekonomi, dimana wanita pemulung yang bekerja sebagai
pemulung maupun asisten rumah tangga ini dapat menambah pendapatan
suaminya yang akan membantu perekonomian keluarganya. Namun ada
pula dampak negatifnya dari peran ganda tersebut yaitu, membuat anak-
anak mereka menjadi kurang diperhatikan. Selain itu dampak negatif dari
peran ganda ini, membuat pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh para
wanita pemulung ini menjadi terbengkalai, akibatnya para suami mereka
harus ikut membantu dalam mengatasi pekerjaan rumah. Kesehatan fisik
mereka menjadi lemah karena aktivitasnya yang padat dalam bekerja
sebagai pemulung maupun asisten rumah tangga.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka diperoleh beberapa
implikasi, diantarannya:
1. Bagi masyarakat wanita, dapat memberikan informasi tentang wanita yang
memiliki peran ganda dalam menjadi ibu rumah tangga dan sebagai ibu
yang bekerja diluar membantu perekonomian keluarga agar tetap
menjalankan peran keluarga dengan sebaik-baiknya sebagai ibu rumah
tangga yang mengurus suami maupun anaknya, serta bertanggung jawab
dalamhal mengerjakan pekerjaan rumah
2. Bagi pemerintah, sebagai agar lebih memperhatikan masyarakat tidak
mampu dalam bantuan sumbangan, khusunya bagi keluarga pemulung yang
kondisi ekonominya sangat terbatas.
111
C. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka penulis sampaikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi wanita pemulung, diharapkan bagi para ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pemulung untuk lebih memperhatikan pendidikan dan pergaulan
anak-anak mereka sehingga pendidikan mereka menjadi tidak terbengkalai
dan dapat merubah status sosial keluarga sehingga kelak mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik lagi.
2. Bagi Pemerintah, dalam melihat kondisi ekonomi pemulung di Kelurahan
Jurang Mangu Timur diharapkan agar dapat berperan dalam memerhatikan
kondisi sosial ekonomi mereka dalam membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pemulung baik dari segi ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan mereka. Karena sudah saatnya pemerintah memberikan
kontribusi yang baik bagi pemulung agar bisa dipandang positif untuk
masyarakat. Tempatkan mereka pada posisi yang baik. Berikan modal untuk
bisa mengembangkan usaha ataupun membuat lapangan pekerjaan baru.
Serta dapat memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak pemulung
agar mereka bisa menjadi anak bangsa yang berprestasi dan dapat
mengeyam pendidikan yang lebih baik lagi agar masa depan mereka bisa
meningkatkan taraf ekonomi keluarga sehingga mereka tidak lagi menjadi
seorang pemulung dan jadikanlah tempat pemukiman pemulung supaya
tidak kumuh dan kotor, karena tempat seperti itu yang menjadi sumber
penyakit.
112
Daftar Pustaka
Afrida. Ekonomi Sumber daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Anwar,Chaidir. Pola Sebaran Pemulung dan Kegiatannya di Jakarta Timur. Jakarta:
Universitas Tarumanegara, 1990.
Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta, 2007.
Argo, Twikromo. Pemulung Jalanan: Kontruksi Marginalitas dan Perjuangan Hidup
dalam Bayang-Bayang Budaya Dominan. Yogyakarta: Media Pressindo,
1999.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Bangun, Tri. Pemulung Sang Pelopor 3R Sampah. Jakarta: KLUPN & PIDUS-Zero
Waste Indonesia, 2008.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga, 2009.
J. Goode, William. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Bina Aksara, 1985.
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Margaret. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali, 1984.
Noerdin, dkk. Potret Kemiskinan Perempuan. Jakarta : Women Research Institute,
2006
Setiono, Kusdwirarti, Psikologi Keluarga. Bandung : P.T. ALUMNI, 2011.
113
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
Cet.XVIII, 2013
------. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Alfabeta, Cet.IX. 2014
Sunarijati, dkk. Perempuan Yang Menuntun. Bandung: Ashoka Indonesia, 2000.
Purwoto, Agus. Metode Penelitian. Bogor: IN MEDIA, 2015.
Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. .Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana, 2014.
Daftar Skripsi:
Alghaasyiyah, Nauri. Kontribusi Wanita Pemulung dalam Mendukung Perekonomian
Keluarga: Studi Kasus pada Pemulung di TPA Air Sebakul, Skripsi: Universitas
Bengkulu, 2014.
Aryani, Beti. Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi Keluarga di Desa Tanjung
Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Skripsi: Universitas
Islam Negeri Raden Intan, 2017.
Hasanuddin. Kehidupan Sosial Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kelurahan Tamangapa Kecamatan Mangala Kota Makassar. Skripsi:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
Kurniasih, Kurniasih. Etos Kerja Komunitas Pemulung dalam Mempertahankan Hidup
di Bantaran Sungai Gajah Wong Kota Yogayakarta, Skripsi: Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013.
114
Mulyadi. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Pengetahuan Masyarakat Akan
Dampak Konversi Lahan. Skripsi, UIN Jakarta, 2015.
Septi,Shela. Peran Pemulung Perempuan Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Sosial
Ekonomi Keluarga di Kelurahan Kwala Bekala. Skripsi: Universitas Sumatera
Utara, 2018.
Daftar Jurnal:
Hidayat, Wahyu. Analisis Peran Ganda Pemulung Wanita Pada Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Jatibarang Koda Semarang. Dinamika Manajemen 2006, Vol. 5,
No. 1.
Syakrani, Ahmad. Studi Strategi Hidup Pemulung Perempuan di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bukit Pinang Kota Samarinda. e-Journal Sosiatri-Sosiologi, 2016,
Vol. 4.
Tatambihe, Lidya. Kontribusi Ibu Rumah Tangga Sebagai Pemulung Sampah dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga (di TPA Kelurahan Sumompo Kecamatan
Tuminting). e-Journal “Acta Diurna”, 2017, Vol. 6.
Taufik, Indra. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemulung di Pemukiman TPA Bukit
Pinang Samarinda. Jurnal 2013.
Pangaribuan, Supriadi. Intensitas Ibu Rumah Tangga Pemulung dalam Mewujudkan
Kehidupan Keluarga di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya. JOM Fisip
2017, Vol 4 No. 1.
Yani, M. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa Keamatan Lohia
Kabupaten Muna, Jurnal Ekonomi, 2016.
Lampiran 1
Pedoman Observasi
No. ASPEK YANG DIAMATI KETERANGAN
1. Keadaan lingkungan Kampung
Pemulung.
Peneliti mengamati keadaan
lingkungan kampung pemulung.
Lingkungan tempat tinggal keluarga
pemulung terlihat kumuh, kotor dan
banyak karung-karung berisi gelas-
gelas dan botol-botol plastik. Terlihat
beberapa warga Kampung Pemulung
yang membersihkan barang pulungan
untuk nantinya ditimbang, dan ada pula
sebuah Mushola untuk beribadah dan
mengaji bagi warga Kampung
Pemulung tersebut. Peneliti pun juga
melihat beberapa perempuan yang ikut
menjadi pemulung seperti suaminya,
bahkan ada beberapa anak juga yang
ikut menjadi pemulung seperti orang
tuanya.
2. Aktivitas Keluarga Pemulung Kemudian peneliti mengamati aktivitas
yang dilakukan oleh keluarga
pemulung. Pada pagi hari aktivitas
yang dilakukan keluarga pemulung ini
bekerja mencari barang pulungan mulai
dari jam 07.30 sampai pukul 12.00
WIB. Lokasi di Kampung Pemulung
ini sepi di pagi hari karena orang tua
sedang memulung dijalanan, atau pun
ada juga yang mengemis. Pada siang
hari warga pemulung pulang kerumah
dengan membawa barang hasil
pulungan seperti kardus dan botol-
botol bekas. Kemudian terlihat pula
orang tua yang akan menjemput
anaknya pulang dari sekolah. Pada sore
hari warga Kampung Pemulung
membersihkan barang pulungan, untuk
nantinya di timbang setiap 2 minggu
sekali. Terlihat pula jika di sore hari
anak-anak pemulung yang sedang
mengaji di mushola.
3. Hubungan sosial kelurga
pemulung dengan warga sekitar.
Peneliti juga mengamati hubungan
antara keluarga pemulung dengan
lingkungan sekitar. Hubungan sosial
keluarga pemulung dengan warga
sekitar cukup baik, terlihat dari
kegiatan-kegiatan di mushola seperti
mengaji, dan shalat berjama’ah
berjalan dengan baik. Banyak juga
warga yang mengadakan bakti sosial di
mushola tersebut. Dalam bersosialisasi
anak dari keluarga pemulung tidak
merasa malu karena orang tuanya
berprofesi sebagai pemulung. Hal ini
dikarenakan teman-teman dan
lingkungan sekitar tidak membeda-
bedakan dan tidak mencemooh anak-
anak dari keluarga pemulung.
4. Peran produktif, dan reproduktif
pada keluarga kampung
pemulung.
Selain itu peneliti juga mengamati
peran wanita pemulung pada keluarga.
Secara produktif wanita pemulung
demi membantu perekonomian
keluarganya mereka ikut bekerja
sebagai wanita pemulung dan asisten
rumah tangga. Sedangkan secara peran
reproduktif, wanita pemulung memiliki
anak yang mereka jaga dan mereka
sayang walaupun ditengah-tengah
kesibukan mereka bekerja sebagai
wanita pemulung, dan disamping itu
mereka masih mampu membagi waktu
untuk mengerjakan pekerjaan rumah
seperti memasak, menyapu, dan
mencuci. Sedangkan secara produktif
wanita pemulung demi membantu
perekonomian keluarganya mereka ikut
bekerja sebagai wanita pemulung dan
asisten rumah tangga.
5. Peran wanita pemulung dalam
membantu perekonomian
keluarga.
Peneliti juga mengamati peran wanita
pemulung dalam membantu
perekonomian keluarga. Diantara
mereka selain bekerja sebagai wanita
pemulung, mereka juga bekerja
menjadi asisten rumah tangga agar
dapat menambah pendapatan
perekonomian keluarga. Setelah
bekerja menjadi wanita pemulung dari
pagi sampai siang mencari barang
pulungan, mereka selanjutnya bekerja
sebagai asisten rumah tangga
1
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Nama : Winarsih
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 33 Tahun
Asal Domisili : Sidoarjo
Saya : Nama ibu siapa sebelumnya ?
Ibu Winarsih : Ibu Winarsih mba
Saya : Ibu umurnya berapa ya bu ?
Ibu Winarsih : Aduh berapa ya mba, 33 tahun lah ya umur saya hehehe...
Saya : Ibu sejak kapan bekerja sebagai pemulung ?
Ibu Winarsih : Sudah lama mba, dari awal saya jadi penganten baru udah jadi
pemulung ikut sama suami jadi pemulung juga mba. Pokoknya dari
awal tinggal disini udah jadi pemulung mba saya sama suami.
Saya : Sistem kerja pemulung tuh bagaimana sih bu, misal tempat-tempat
ibu memulung dimana dan apa ajah barang yang ibu kumpulkan ?
Ibu Winarsih : Ya gitu mba, saya dari pagi sampe siang kerjanya, kalo sama suami
ngiterin komplek kadang gang-gang kampung gitu juga, tapi
keseringan mah di komplek, terus nanti kita bedain arah blok
kompleknya gitu, tapi masih dalam satu komplek yang sama, biar
barang yang kita dapat lebih banyak, biasanya kita ngambilin
plastik, kaleng-kaleng bekas, botol, barang-barang bekas yang udah
ga di pake. nanti abis itu di setor ke bos. Nyetornya 2 minggu sekali
sih mba, itu juga paling besar dapet kisaran Rp. 150.000 sampai Rp.
200.000 per 2 minggunya. kalo lagi sepi barang sedikit, paling dapet
Rp 150.000 mba. Kalo dulu belum ada gerobak,jadi saya ngiternya
angkat-angkat barang pake karung mba, berasa banget capeknya
2
kalo barang yang dikumpulin dapet banyak, tapi ya rasa capeknya
ilang mba karena dapet hasil banyak, tapi kalo sekarang mah
alhamdulilah udah punya gerobak jadi tinggal dorong ajah mba,
walaupun sama ajah sih capek karna kerja di jalanan tapi ya harus
dijalanin lah mba buat keluarga, buat anak-anak mah saya mah
mikirnya.
Saya : Berapa jam kira-kira ibu menghabiskan waktu untuk bekerja
seperti ini ?
Ibu Winarsih : Kalo saya mah dari pagi sampe sebelum dzuhur ajah, jam 11.00
Wib siang saya dan bapak udah pulang, istirahat, makan, sholat.
Tapi kalo si bapak, nanti sekitar jam 15.00 Wib Sore biasanya lanjut
lagi, terus pulangnya udah malem.
Saya : Mengapa ibu memilih untuk ikut bekerja sebagai pemulung?
Ibu Winarsih : Ya gimana ya mba, emang udah diharuskan mungkin. Keadaan
mba, karena kalo saya gak ikut menjadi pemulung pasti hasil yang
didapat dalam per 2 minggunya gak akan sebanyak itu. Saya ikut
memulung ajah kadang masih kurang mba buat kebutuhan sehari-
hari, bagaimana saya gak ikut mulung mba.
Saya : Tapi sebelumnya ada pertimbang-pertimbangan gak sih bu untuk
ibu menjadi pemulung?
Ibu Winarsih : Ya pertimbangan banyak mba, apalagi anak saya tuh masih manja
banget. Dia mah pengennya saya ada dirumah nemenin dia gak sah
ikut bapaknya kerja, kalo belajar maunya ditemenin, kalo sekolah
maunya dianterin terus dijemput. Ya kadang saya kasian sih sama
Rizki, tapi mau gimana, ini kan buat dia juga mba. Makanya saya
selalu ngasih pengertian ke dia, kalau ibu bekerja untuk buat dia
sekolah juga, biar dia paham dan mandiri.
Saya : Selain bekerja sebagai pemulung, apa ibu ada pekerjaan lain bu?
Ibu Winarsih : Saya nyuci sama gosok di komplek mba, makanya saya kalo
mulung cuman sampe siang ajah, soalnya abis dzuhur itu saya nyuci
dan gosok sampe sore.
3
Saya : Oh seperti itu ya bu, tapi kalo bapak sendiri ada pekerjaan
sampingan tidak bu?
Ibu Winarsih : Enggak mba, mau kerja kan juga susah, cuman tamat SD, jadi
yaudahlah cuman jadi pemulung ajah mba. Tapi kadang bapak suka
ikut-ikut jadi kuli sih mba, lumayan dapet Rp 50.000 juga mah bisa
buat di tabung.
Saya : Kalau boleh tau, memangnya keadaan kondisi ekonomi keluarga
ibu seperti apa?
Ibu Winarsih : Ya gimana ya, ya begini keadaanya. Tapi emang kurang banget
mba , ya bisa liat sendiri dari tempat tinggal kampung pemulung
disini. Makanya saya kerja buat bantu kebutuhan agar lebih
tercukupi. Tadinya malah keadaan saya jauh lebih buruk mba, ini
televisi, tempat tidur, lemari mah belum terlalu lama, dulu sama
sekali saya gak punya perabotan rumah pas awal jadi pemulung.
Tapi alhamdulilah sekarang punya, itu juga karena nabung-nabung
hasil dari tambahan saya kerja.
Saya : Memang jumlah anggota keluarga yang tinggal dirumah ini ada
berapa bu?
Ibu Winarsih : ber 3 tinggal disini, anak si rizki, sama suami
Saya : Kalau anak ibu si Rizki apakah bersekolah formal?
Ibu Winarsih : Alhamdulilah Rizki sekolah udah kelas 2 SD
Saya : Berapa memang kira-kira tanggungan biaya dalam mencukupi
kebutuhan sehari-hari di rumah?
Ibu Winarsih : ya gak menentu ya mba, kadang Rp 20.000, sebisa mungkin
menghemat saya mah, karena kan uang hasil mulung dapetnya 2
minggu sekali.
Saya : Kalau pendapatan ibu sendiri dari bekerja memulung dan
nyuci,gosok itu kira-kira berapa bu?
Ibu Winarsih : Kalo yang hasil mulung kan udah di gabung sama hasi mulung
bapak, jadinya pendapatannya cuman yang itu ajah. Tapi
alhamdulilahnya ada tambahan uang nyuci dan gosok jadinya bisa
4
nambahin buat kebutuhan sehari-sehari, ya kalo ditambah sama saya
kerja nyuci dan gosok bisa Rp 900.000 lah dapet tiap bulan.
Saya : Tapi dengan pendapatan ibu bekerja menjadi pemulung serta nyuci
dan gosok apa dapat membantu menyekolahkan anak?
Ibu Winarsih : Sangat membantu, pokoknya gimana pun keadaannya saya bakal
berusaha untuk ana saya dapat bersekolah, mau kerja apapun itu
bakal saya lakuin selama itu halal mba. Kalo cuman bapak yang
bekerja jadi pemulung ajah, mungkin sulit mba buat menyekolahkan
rizki.
Saya : Begitu ya bu, berarti dengan ibu bekerja menjadi pemulung dan
nyuci sama gosok sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan
sehari-hari keluarga ya bu?
Ibu Winarsih : Iya sangat membantu sekali mba, soalnya kan hasil saya dan bapak
mulung ajah cuman Rp. 200.000 per minggunya, kalo saya gak
bantu bapak, mungkin cuman dapet Rp. 100.000 mba, pasti kan
barangnya yg di dapet ga sebanyak saya kalo ikut memulung.
Saya : Terus dengan ibu bekerja seperti ini bisa jadi menabung untuk
keperluaan mendadak tidak bu?
Ibu Winarsih : Iya bisa mba, soalnya kan kaya kemarin tuh si Rizki dari
sekolahannya ngadain kaya jalan-jalan gitu, kan gak mungkin kalo
dia gak ikut, akhirnya pake uang simpenan. Atau misalnya kalo ada
yang sakit, kan tau sendiri kita mah gak ada BPJS, jadi mau gak mau
ya bayar, kalo semisalkan gak kedokter pun kan pasti juga beli obat
di apotik dan itu pasti pake uang, nah uang simpenan itu gunanya
buat itu mba.
Saya : Kalo pandangan ibu sendiri terhadap wanita yang ikut bekerja
dalam membantu perekonomian keluarga tuh bagaimana bu?
Ibu Winarsih : Ya bagusnya jadi ibu rumah tangga ajah mba, yang ngurus anak
suami sama ngerjain pekerjaan rumah. Kalo ekonomi biar suami
ajah yang kerja.
5
Saya : Tapi kalo tanggapan suami dan anak-anak ketika ibu memilih ikut
bekerja itu bagaimana bu?
Ibu Winarsih : Awalnya suami mah gak setuju mba, dia gak tega sama saya, tapi
saya orannya jenuh kalo dirumah mulu, apalagi pas saya belum
punya anak, dan dia lama-lama paham sih soalnya kan buat bantu
keadaan ekonomi juga. Kalo anak mah sampe sekarang masih suka
rewel, bahkan sekarang saya kadang mulung kadang enggak,
soalnya anak minta di anterin erangkat sekolah mulu, mungkin dia
mau kaya ibu-ibu yang lain kali ya pada nganterin anakna sekolah.
Tapi kadang dia ngerti sih anaknya, cuman kalo lagi manja ajah dia
suka rewel hahahahaha…
Saya : Selama ibu bekerja sebagai pemulung maupun nyuci dan gosok,
apa suami ikut membantu dalam mengurus anak maupun
mengerjakan pekerjaan rumah?
Ibu Winarsih : Bapaknya mah rajin kalo soal pekerjaan rumah, kaya nyuci, ngepel,
nyapu. Tapi kan rumah saya juga cuman sepetak,jadi gak terlalu
berat juga buat bapaknya. Pokoknya kalo saya abis pulang nyuci dan
gosok, pasti pekerjan rumah udah rapih sama bapaknya, mungkin
udah ngerti dan paham saya capek mba bantuin dia nyari uang, jadi
dia bantuin saya juga soal pekerjaan rumah. Kadang juga dia yang
suka nemenin Rizki belajar atau anter ke sekolah. Ya saling bantu
ajah sih kita hehehe..
Saya : Kalo menurut pandangan ibu, peran seorang ibu rumah tangga
dalam keluarga itu seharusnya seperti apa? apakah dia harus bekerja
atau hanya mengurus keluarga serta pekerjaan rumah?
Ibu Winarsih : Ya seharusnya mungkin ga bekerja ya bagusnya, kaya ngurus anak
dan pekerjaan rumah ajah, tapi ya gimana ya, kalo keadaan ekonomi
emang harus dia buat kerja ya mungkin harus kerja mba, kaya saya
ajah gini hehehehe…
6
Saya : Selama ibu membantu bapak bekerja, apa ibu sudah menjalankan
peran ibu sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus keluarga serta
mengerjakan pekerjaan rumah?
Ibu Winarsih : Menjalankan mah sudah, tapi mungkin masih belum sempurna,
kaya anak saya yang masih rewel kalo saya lagi mau pergi mulung
atau ke komplek buat nyuci dan gosok.
Saya : Tapi selama ibu membantu bekerja bentuk hubungan dan
komunkasi antara ibu dengan anak dan suami gimana bu? menjadi
lebih baik atau menjadi renggang?
Ibu Winarsih : Hubungan mah selalu baik saya sama suami, Komunikasi juga.
Cuman itu ajah si mba paling sama anak saya yang harus lebih
dipahami,kan emang dia masih kecil juga,mikirnya mungkin saya
gak sayang sama dia, gak perhatian sama dia, padahal mah saya
saying banget sama dia, makanya kadang bapaknya yang suka
nemenin dan nganteria dia kalo saya masih kerja.
Saya : Memang perhatian yang seperti apa yang ibu berikan kepada
keluarga ?
Ibu Winarsih : Ya kalo kaya nyendokin makan suami dan anak alhamdulilah
masih bisa, soalnya kan pagi, siang, dan malem masih ketemu. Kalo
nemenin belajar anak juga masih bisa, paling kaya nganterin
berangkat ke sekolah dan jemput ke sekolah yang gak bisa, soalnya
kan pagi saya harus mulung, dan siang sampe sore saya nyuci dan
gosok di komplek.
Saya : Tapi ada kesulitan tidak selama ibu bekerja sebagai pemulung
maupun nyuci dan gosok dalam mengurus keluarga?
Ibu Winarsih : Kesulitan mah gak ada kali ya, cuman itu ajah tadi anaknya kalo
lagi rewel ajah.
Saya : Kalo cara ibu setiap harinya bagaimana dalam menjalankan peran
antara bekerja sebagai pemulung maupun yuci, dan gosok serta
dalam mengurus keluarga dan pekerjaan rumah ?
7
Ibu Winarsih : Ya itu tadi dibagi-bagi ajah waktunya, sama dibagi-bagi tugasnya
sama bapak juga. Kalo pagi saya udah masak sebelum saya dan
bapak mulung, biar anak juga bisa sarapan. Nah nanti pas siang saya
sama bapak pulang, nanti bapak yang ngurusin kaya nyapu rumah
atau nyuci piring. pokoknya bisa keatur deh semuanya walaupun
saya ikut kerja.
Saya : Ini kan ibu berarti ada dua peran ya bu, ibu sebagai ibu rumah
tangga yang mengurus keluarga dan pekerjaan rumah, serta ibu yang
ikut bekerja sebagai pemulung maupun nyuci dan gosok, ada gak sih
bu dampak dari peran ganda ibu?
Ibu Winarsih : Dampak mah banyak banget mba, yaitu tadi kaya anak saya
mungkin merasa dirinya kurang diperhatiin, suami saya juga jadi
ikut bantu pekerjaan saya kaya nyuci piring, nyuci baju, ngepel,
nyapu, walaupun saya gak pernah nyuruh dan itu kemauan dia
sendiri mba. Pokoknya mungkin waktu saya buat keluarga jadi
berkurang, terutama untuk anak saya. Kadang sedih si mba, tapi ya
gimanapun harus dijalanin emang karena keadaannya begini.
8
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Nama : Sumini
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 Tahun
Asal daerah : Cirebon
Saya : Namanya siapa ya bu?
Ibu Sumini : Sumini
Saya : Umur ibu berapa tahun ya bu?
Ibu Sumini : Aduhh berapa ya, gak pernah ngitungin,tapi kayaknya 45 tahunan
deh umur saya neng.
Saya : Ibu asalnya dari mana?
Ibu Sumini : Kalo saya mah dari Cirebon neng.
Saya : Ohh dari Cirebon yaaa.. ibu udah lama ya bekerja menjadi
pemulung?
Ibu Sumini : Yaa udah lama neng, ada kali 7 tahun mah saya ikut kerja jadi
pemulung.
Saya : Lama juga ya bu.. memang sistem kerja pemulung tuh kaya
gimanasih bu ? ngiternya kemana ajah sama barang apa yang biasa
dipulung?
Ibu Sumini : Ya ngiterin jalanan neng pake gerobak sama anak-anak, nanti anak-
anak saya taro deh gerobak hahaha, biasanya keseringan di depan-
depan toko atau belakang mall kan banyak barang-barang rusak gitu
kalo ditukerin ke agen harganya lumayan juga bisa lebih tinggi dari
barang-barang biasa. Terus disana banyak kardus-kardus bekas,
barang-barang pulungan disana banyak deh.
Saya : Owhh gitu ya bu, kalo buat waktunya sendiri dari kapan sampe jam
berapa tuh ibu memulung?
9
Ibu Sumini : Kalo saya mah sama anak-anak dari pagi sampe siang ajah, nih
kaya jam segini nih saya udah dirumah, tapi nanti kalo bapaknya
mah lanjut lagi mulung sampe mau maghrib.
Saya : Ohh anak-anak ikut mulung juga ya bu?
Ibu Sumini : Iya ini dua-duanya saya taro gerobak ajah mereka, saya juga gak
tega neng kalo mereka dirumah, apalagi ini yang kecil baru umur 1
tahunan, saya ngiter nyari barang-barang sambil gendong dia, nanti
si dwi yang gede ikut bapaknya, soalnya saya kalo mulung sama
bapaknya walaupun satu tempat tapi beda arah gitu neng, biar dapet
barangnya banyak.
Saya : Perputaran barang-barang yang dikumpulin itu emang nanti
disetornya kapan bu dan ke siapa ?
Ibu Sumini : Disetornya 2 minggu sekali nanti ke bos, itu dapetnya juga gak
banyak dari hasil saya sama bapak, paling kalo disetor cuman dapet
Rp. 200.000 an dah.
Saya : Kalo boleh tau, emang kenapa ibu memilih ikut turun menjadi
pemulung juga seperti bapak?
Ibu Sumini : hmmmmm… ya gimana ya neng. emang keadaan ekonominya
begini. Apalagi apa-apa sekarang pada mahal,ga ada yang murah
neng, ini ajah hasilnya juga cuman numpang lewat doang,kadang
mah masih gak cukup.
Saya : Tapi ada pertimbangan gitu gak sih bu pas ibu memilih ikut
menjadi pemulung juga?
Ibu Sumini : Ada si, apalagi anak-anak masih kecil kan, kasian umur segini udah
diajak ngiterin jalanan, harusnya mah kan dia ditimang-timang gitu
ya, bobo diem dikamar dikasih susu, tapi ini mah di ajak ngiter
jalanan sama komplek panas-panasan, malah kadang keujanan.
Saya : Iya sih bu, apalagi anak kecil kondisi fisiknya cepet lemah ya
bu,cepet sakit.
Ibu Sumini : iya neng. makanya kadang saya ga tega. Tapi kalo anak sakit mah
saya gak ikut mulung, jagain dia ajah dirumah.
10
Saya : Kalo bapak sendiri ada pekerjaan lain bu selain memulung?
Ibu Sumini : Ya mulung doang si dia mah, paling kalo ada orang minta tolong
jadi kuli itu juga jarang banget.
Saya : Jadi cuman mulung ajah ya bu yang utama, tapi kalo ibu sendiri
ada pekerjaan lain selain memulung?
Ibu Sumini : Kadang saya nyuci dan gosok gitu di komplek dari sore sampe
malem, ya nunggu bapaknya pulang dah, biar ini anak-anak ada
yang jagain,kan ga mungkin saya tinggal atau saya bawa ke rumah
majikan saya.
Saya : Owhhh begitu ya bu, emang menurut ibu eadaan ekonomi ibu
seperti apa sih?
Ibu Sumini : Hmmm ya sangat kuranglah, liat ajah tuh gubuk saya hahahaha…
buat bisa makan dan minum ajah mah udah syukur neng,gak ada tuh
pengen jalan-jalan kemana atau apalah. yang penting anak bisa
makan udah syukur.
Saya : Emang jumlah anggota keluarga yang tinggal disini ada berapa bu?
Ibu Sumini : Ada 4, ini si dwi, trs adeknya yang masih kecil, sama si bapak noh
lagi dikamar mandi. dwi punya kakak tapi dikampung neng tinggal
sama neneknya.
Saya : Ohhh jadi anak ibu ada 3 ya hehhe, tapi anak-anak pada bersekolah
bu?
Ibu Sumini : Kalo si dwi mah engga, paling cuman ngaji-ngaji ajah dimushola,
sama kalo ada kakak-kakak dari STAN suka ngajarin anak-anak
disni, nah tp kalo kakanya yang dikampung sekolah lagi SMA, itu
juga dibantu sodara saya, dia tinggal sama neneknya, kalo disini mah
mungkin dia juga ga sekolah kaya dwi.
Saya : Tapi kalo dari ibu sendiri pengen banget dwi bersekolah atau tidak?
Ibu Sumini : ya pengen mah pengen, siapa coba yang ga mau anaknya sekolah
kan, tapi kan sekolah sekarang mahal, sekolah gratis negeri juga
ribet neng ngurusnya, apalagi saya kan pindahan neng KTP nya
bukan KTP sinih, jadi yaudah deh mau gimana lagi neng.
11
Saya : Emang kira-kira berapa tanggungan biaya setiap harinya? kaya
kebutuhan buat makan atau yang lainnya gitu bu kira-kira berapa per
harinya?
Ibu Sumini : Berapa ya hahhhhaha.. keperluan mah kaga nentu, ya sekitar
Rp.30.000 lah, kalo lagi bisa makan enak mah kaya nasi sayur tempe
mah bisa, tp kalo lagi ga ada duit banget mah nasi sama tempe
doang, sama buat ini beli susu adeknya, soalnya kadang dia ga mau
asi doang, lagian asi saya juga dikit neng, jadi ya harus beli susu dah.
Saya : Kalo pendapatan ibu dari kerja sebagai pemulung maupun nyuci
dan gosok kira-kira berapa tuh?
Ibu Sumini : Mulung mah gak nentu ya, kadang pas di tukerin cuman dapet RP.
150.000 kadang Rp. 200.000, tp keseringan mah Rp 200.000 sih kalo
anak-anak juga bantuin mulung. Kalo nyuci gosok cuman dapet
Rp.300.000 tiap bulan.
Saya : Tapi sebenernya cukup ga sih pendapatan ibu buat nyekolahin
anak-anak?
Ibu Sumini : Kalo dulu pas kakaknya dwi mah cukup neng, nyampe SMP malah
di swasta murah tapi itu kan dulu belum ada ini adeknya dwi dan
sekolah masih murah. Makanya kakaknya saya taro di kampung ajah
ikut neneknya disana sekolah dibantuin sodara saya. si dwi juga mau
saya sekolahin kok, tp ini bapaknya lagi ngurusin surat-surat biar dia
sekolah dinegeri, kan kalo negeri mah lebih ringanin beban kan yak.
Saya : Tapi kalo buat kebutuhan sehari-hari tercukupi gak bu walaupun
ibu sudah ikut berkerja sebgaai pemulung maupun nyuci dan gosok?
Ibu Sumini : hmmm ya dicukup-cukupi dah neng hahahhaa… tapi pas saya ikut
mulung dan ditambah nyucI dan gosok ya sangat bantu banget. Kan
kalo bapaknya doing yang mulung pasti dapet barangnya dikit, pas
ditukerin dapet duitnya bakal dikit juga kan neng.
Saya : Berarti emang sangat membantu ekonomi keluarga banget ya bu
dengan ibu kerja. Tapi bisa buat ibu nabung kaya menyisihkan buat
keperluan mendadakgitu ga?
12
Ibu Sumini : ya bisa lah neng, nih kaya pas ibu lahiran adeknya dwi kan itu udah
ngumpuling duit dari lama banget hahaha, walaupun di bidan yang
murah kan juga tetep bayar. atau kalo si bapak sama anak-anak lagi
sakit kan harus punya pegangan duit. ini walaupun si dwi belum
sekolah juga saya nabung duit, kalo surat-suratnya udah beres yang
penting saya udah ada duit buat keperluan dia sekolah gitu.
Saya : Menurut ibu nih ya, pandangan wanita yang bekerja dalam
membantu perekonomian keluarga tuh gimana bu? soalnya kan yang
kita tau ibu rumah tangga itu kan tugasnya bukan untuk bekerja kan?
Ibu Sumini : Ya gapapa sih istri kerja kan bisa bantuin suami nyari duit, apalagi
kalo kondisinya kaya ibu gini kalo gak kerja bisa gak cukup buat
makan neng.
Saya : Tapi kalo tanggapan suami dan anak pas tau ibu mau ikut bekerja
sebagai pemulung maupun nyuci dan gosok gimana tuh bu?
Ibu Sumini : Suami mah ngelarang neng, soalnyakan kalo saya ikut mulung pasti
anak-anak saya bawa. ga tega sebenernya sama anak-anak mah. tapi
anak-anak mah seneng kalo di ajak mulung, rewel mah kalo saya
mau berangkat ke komplek buat nyuci sama gosok, tapi saya mah ga
mau manjain ntar juga adem sendiri sama bapaknya hahhaa.
Saya : Ohh begitu ya bu… tapi selama ibu bekerja sebagai pemulung sama
nyuci dan gosok, suami ikut bantu pekerjaan rumah kaya nyuci baju
atau ebberes rumah dan ngurus anak gitu gak bu?
Ibu Sumin : hahahahha..itu mah jelas neng. kan kita mah saling bantu ajah. dia
kan udah tau nih saya capek pasti dia yang beberes, kalo saya pulang
dari nyuci dan gosok nih rumah mah udah rapih,kaga ada tuh cucian
piring atau baju kotor lagi hahaha, kalo saya udah berangkat ke
komplek yang jagain anak-anak kan bapaknya juga neng.
Saya : Jadi bapak saling bantu tugas dirumah ya bu, terus nih bu kalo
menurut ibu peran wanita sebagai ibu rumah tangga tuh seperti apa?
13
Ibu Sumini : Ya bagusnya mah dirumah sih ya, ngurus anak dan suami dengan
penuh kasih sayang, sama bebenah dah dirumah hahhaa. iya
harusnya begitu neng.
Saya : Tapi dari ibu sendiri sudah menjalankan peran ibu sebagai rumah
tangga yang mengurus anak dan suami serta mengerjakan pekerjaan
rumah?
Ibu Sumini :Itu mah udah neng ya kan emang kewajiban saya ya ngurus anak
suami sama bebenah rumah hahahaha, ya walaupun tadi dibantu
sama bapak juga sih hhahha, tapi kalo masak mah saya, bapanya
cuman bantuin bebenah sama nyuci ajah…
Saya : Tapi selama ibu kerja nih ya bu, hubungan atau komunikasi ibu
sama suami dan anak menjadi lebih baik ga sih bu?
Ibu Sumini : Hmmm baik-baik ajah si neng, soalnya kan kita bareng-bareng
mulungnya jd ketemu mulu hahahaha, dapet banyak atau engga nya
mah saya sama anak-anak tetep ketawa ajah dah hahahhaha. paling
kalo saya kerja yang nyuci gosok pada rewel karna saya tinggal, jadi
suka ngambek hahahha…
Saya : Kalo bentuk perhatian yang ibu kasih ke keluarga tuh kaya gimana
sih bu?
Ibu Sumini : Hahaha perhatian ya neng? gimana ya, ya begitu deh. kaya
banngunin bapaknya sholat shubuh, masakin supaya makan dulu
sebelum kita pada mulung, terus kalo anak-anak udah keliatan pada
capek ya kita ga terusin, saya sama anak-anak pulang duluan, biar
bapaknya ajah yang lanjutin.
Saya : Tapi selama ibu kerja nih ya bu,mengalami kesulitan atau enggak
tuh bu dalam mengurus keluarga?
Ibu Sumini : gak kok ga sulit, yaitu tadi kalo si dwi sama adeknya rewel gamau
ditinggal, tapi kan ada si bapak yang bantuin saya hahahhaa.. kalo
udah ada bapknya mah mereka juga diem hahaha.
14
Saya : Kalo cara ibu nih setiap harinya agar bisa menjalankan peran
sebagai ibu rumah tanggga sama peran ibu yang bekerja tuh gimana
bu?
Ibu Sumini : Dibagi-bagi ajah tugasnya sama suami saya, kaya misal saya nyuci
gosok ke komplek ya berarti dia yang nyuci piring kalo lagi ada
cucian kotor. pokoknya dia bantuin saya bebenah rumah sama jagain
anak-anak deh.
Saya : Gitu ya bu, ini pertanyaan terakhir nih bu hehehe.. kalo dampak
nya ada ga sih bu, kan ini berarti ibu menjalankan dua peran kan
sebagai pekerja pemulung maupun nyuci dan gosok, serta sekaligus
menjadi ibu rumah tangga megurus keluarga dan mengerjakan
pekerjaan rumah, ada gak tuh bu dampaknya?
Ibu Sumini : Dampaknya ada sih, mungkin kaya jadi ngerepotin suami saya
ya,padahalkan itu bukan pekerjaan dia ngurus anak dan bebenah
rumah, tapi karna saya juga bantuin dia nyari duit ya kita tukeran
peran ajah gitu neng. Terus anak juga kan jadi ikut-ikutan dijalanan
nyari barang bekas, soalnya kalo ga ikut kan ga ada yang jagain dia
neng, tapi kalo ikut juga kasian sebenernya karna masih kecil, jadi
suka sakit-sakit malah kadang adeknya dwi. malahan kalo saya
tinggal nyuci gosok juga mereka rewel, apalagi adeknya dwi, kasian
sih kurang perhatian saya juga. saya juga kalo udah pulang kerja
nyuci gosok kadang langsung tidur karena jadi cepet capek kan
kerjanya fisik neng hahahahha, jarang sempet jadinya kaya buat
ngajarin dwi baca, soalnya kan pagi-pagi besoknya udah bangun
buat mulung hhahaha. gitu sih mungkin dampaknya ya hahahhaha..
aduh saya ngomongnya pasti neng bingung ya hahahha…
Saya : Hahahahha enggak bu saya paham kok, kan ini saya rekam, nanti
saya dengerin lagi ajah kalo belum paham hahahha… yaudah bu
sebelumnya makasih banyak ya,maap nih bu udah ngerepotin
hehehhe…
Ibu Sumini : Iya neng sama-sama lancar ya neng, bakal cepet lulus ya hahha..
15
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Nama : Mini
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Domisili : Indramayu
Usia : 37 Tahun
Saya : Nama ibu siapa ya bu?
Ibu Mini : Nama saya ibu Mini
Saya : Ibu usianya berapa bu?
Ibu Mini : 37 tahun usia saya hehehe..
Saya : Ohh..kalo asalnya dari mana ya bu?
Ibu Mini : Dari Indramayu saya
Saya : Ibu sejak kapan bu kerja menjadi pemulung?
Ibu Mini : Udah lumayan lama sih, dari saya kut sama suami, ada mungkin 10
tahunan lebih mah hahahaha..
Saya : Wah, udah lumayan lama ya bu, sistem kerja pemulung emang
kaya bagaimana sih bu ? ngiternya kemana ajah gitu sama barang
apa yang biasa dipulung?
Ibu Mini : Ya palingan mah ngiterin jalanan terus masuk komplek ajah sama
kadang ke kampung gitu juga, ngambilinnya itu kaya botol bekas,
perabotan plastik yang bekas, kabel-kabel bekas, kardus-kardus
juga, pokoknya yang bekas deh kak hahahha..
Saya : Pokoknya barang-barang yang bekas deh ya hahaha, kalo
perputaran barangnya itu emang gimana sih bu, itu nanti disetor gitu
ya bu?
Ibu Mini : Iya nanti disetor gitu ke bos, disetornya 2 minggu sekali, kalo lagi
banyak mah dapet Rp.200.000 hahaha pernah nyampe Rp. 250.000
kalo ada orang hajatan atau pindahan toko, itu juga udah termasuk
16
hasil pulung saya, jadi udah digabungin sama hasil pulung
bapaknya.
Saya : Tapi kalo buat waktunya sendiri itu ibu mulung dari kapan sampe
jam berapa bu?
Ibu Mini : Dari pagi sampe siang ajah, sama sih kaya pemulung yang lain juga
begitu, nih jam segini udah pada selesai mulung.
Saya : Kalo boleh tau alesan ibu ikut bekerja sebagai pemulung tuh
kenapa bu?
Ibu Mini : Ya buat bantuin ajah sih kak, nambah-nambah pendapatan ajah.
Kalo gak gitu ntar anak saya ga sekolah hahaha, buat makan juga
pasti ga cukup kalo cuman bapaknya yang mulung. Lagian bingung
juga saya kan cuman lulusan SD mau kerja apa, jadi kerja ini ajah.
Saya : Tapi ada gak sih bu pertimbangan-pertimbangan ibu pas memilih
untuk ikut kerja sebagai pemulung?
Ibu Mini : Ada sih pertimbangan mah, kaya takut anak gak keurus ajah sih
mungkin soalnya kan masih pada kecil-kecil, saya suka ga tega
ninggalin walaupun mereka sama bapaknya sih, hahaha.
Saya : Pertimbangannya lebih ke anak ya bu, kalo bapak sendiri kerjanya
jadi pemulung ajah atau ada yang lain bu?
Ibu Mini : Sebenernya mulung ajah sih, tapi baru ini suka ikut nganter-nganter
barang itu juga di ajak sama temennya.
Saya :Kalo ibu sendri ikut kerja mulung ajah atau ada yang lain bu?
Ibu Mini : Saya sambil nyuci, gosok gitu di komplek yang deket masjid situ
tuh.
Saya : Ohh gitu ya bu, emang kalo boleh tau keadaan ekonomi keluarga
ibu seperti apa sih bu?
Ibu Mini : Keadaan ekonomi mah ya kalo dibilang kurang pasti kurang,
rumahnya ajah begini bedeng, terus pekerjaan utama cuman mulung,
mulung berapa sih kak hahahha, kalo lagi banyak mah kan
Rp.250.000 suka gak cukup kadang, apalagi kan sekarang apaan
17
ajah mah mahal kan yak, makanya saya ikut turun tangan bantuin
bapaknya ikut mulung sama nyuci dan gosok.
Saya : Dirumah anggota keluarga yang tinggal ada berapa bu emang?
Ibu Mini : Ada 4, suami saya, anak saya yang pertama si sadewa, sama itu
yang kecil si arjuna.
Saya : Apa anak-anak pada bersekolah?
Ibu Mini : Alhamdulilah sekolah, Sadewa kelas 5 sd, sama si arjuna 1 sd. saya
mah bakal berusaha kak gimana caranya anak-anak pada sekolah.
Saya : Berapa kira-kira bu jumlah tanggungan biaya keluarga ibu setiap
harinya?
Ibu Mini : Keseringan mah yah Rp.30.000 an kali ya, gak nentu juga sih kalo
pengeluaran per harinya kadang juga kurang dari segitu.
Saya : Oh gitu ya bu, Kalo pendapatan ibu sendiri kira-kira berapa tuh bu
dari mulung sama nyuci dan gosok?
Ibu Mini : Hasil mulung kan barangnya digabung yak pas nyetor sama hasil
suami, jadi emang udah itu doang hasilnya yang Rp. 200.000 per 2
minggunya, kalo nyuci dan gosok Rp. 350.000 hahaha, soalnya
kadang-kadang saya juga suka disuruh bebenah rumahnya dia jadi
suka dikasih bonus gitu.
Saya : Berarti pendapatan ibu ngebantu juga ya bu buat nyekolahin anak?
Ibu Mini : Iya ngebantu banget, anak-anak jadi pada bisa sekolah, kalo cuman
bapaknya yang mulung kayaknya susah buat sekolah, ya emang sih
dia pada sekolah negeri, walaupun gak bayar tapi tetep disuruh beli
LKS gitu, belinya diluar dan lumayan juga harganya, sama buat
anak-anak ongkos juga kan kalo disekolah, kalo buku tulis mah saya
suka benahin buku-buku bekas hasil mulung ajah yang masih bisa
di pake anak-anak, kadang juga suka ada acara bakti sosial gitu pada
bagiin buku-buku tulis, ya lumayan jadi ga usah beli buku tulis
hahahhaa.
Saya : Kalo buat kebutuhan sehari-hari ngebantu juga ga bu dengan ibu
bekerja menjadi pemulung maupun nyuci dan gosok?
18
Ibu Mini : Sangat membantu kak saya mulung apalagi pas saya juga ikut nyuci
dan gosok juga, soalnya kalo cuman hasil mulung dari bapaknya
buat makan juga kayaknya gak akan cukup, apalagi kan dapetnnya
2 minggu sekali. bakal kurang banget.
Saya : Kalo kaya pendapatan ibu sendiri bisa buat ditabung untuk
kebutuhan mendadak gitu ga bu?
Ibu Mini : Iya kalo pendapatan nyuci dan gosok tuh suka saya sisihkan
ditabung, kan dikit lagi sadewa mau sunat, nah kalo saya ga bisa kalo
ga dipestain di kampung, soalnya emang biasanya gitu kak,
sunatannya dirumah neneknya di indramayu, jadi saya lagi nabung
buat sadewa sunatan. trs juga kan saya dikit lagi mau melahirkanjadi
saya sama bapaknya udah nabung buat persiapan ini anak bakal lahir
hahahaha..
Saya : Kalo menurut ibu nih ya bu terhadap wanita yang ikut bekeja dalam
membantu perekonmian keluarga gimana tuh bu?
Ibu Mini : Ya kalo emang keadaan mengharuskan istrinya buat kerja ya mau
gimana lagi ya kak, dari pada nanti jadi kurang gitu ekonominya,
makan gak cukup atau jadi gak bisa nyekolahin anak. jadi ya gapapa
sih, walaupun emang sebenernya istri itu ya dirumah ajah urus anak
sama rumah.
Saya : Oh gitu yaa bu, kalo tanggapan suami dan anak-anak pas tau ibu
ikut menjadi pemulung sama kerja nyuci dan gosok tuh gimana bu?
Ibu Mini : Gak setuju awalnya suami mah, rata-rata mah disini pasti banyak
suami yang pada gak setuju, cuman para istri nekat ajah kak, karena
kalo gak gitu gak bisa bantu ekonomi hahahaha. anak saya juga
begitu, apalagi sadewa dia semakin besar semakin protes kalo saya
sibuk kerja, selain pengen diperhatiin, dia juga gak mau ibunya jadi
capek gitu, saya kadang suka sedih sih jadinya begitu hahahaha.
Saya : Berarti emang anak dan suami awalnya gak setuju ya bu, tapi
selama ibu bekerja sebagai pemulung sama nyuci dan gosok, suami
turut bantu dalam mengurus anak dan pekerjaan rumah gitu ga bu?
19
Ibu ,Mini : Alhamdulilah bapaknya mah pengertian, beberes rumah kalo saya
lagi nyuci dan gosok di komplek, tapi kan lagian rumah saya juga
kecil kak, apaan yang mau diberesin kan hahahhaa, nyapu sama
ngepel nya gak terlalu sulit juga hahahaha. terus kalo soal ngurus
anak juga kan jagain arjuna sama dewa, nemenin mereka belajar,
atau mantau kalo maennya jauh-jauh, soalnya kadang anak-anak
sinih kalo maen jauh-jauh banget, makanya saya khawatir kak,
apalagi dulu tuh pernah ada isu penculikan anak-anak pemulung
buat dijual gitu, yakan saya khawatir banget jadinya kadang.
Saya : Serem juga ya bu hmmm, tapi menurut ibu peran ibu rumah tangga
dalam keluarga tuh seharusnya seperti apa bu? dirumah sajakah atau
bekerja?
Ibu Mini : Ya seharusnya emang baiknya dirumah peran istri mah, seperti
ngerjain pekerjaan rumah, ngurus suami dan anak, membimbing
anak, nemenin anak belajar, jemput anak, mantau anak, apalagi kalo
anak masih kecil ditinggal aduh itu sebenernya gak tega kak
hahahahaha.. tapi ya itu tadi kalo keadaan ekonominya harus dibantu
ya maugak mau harus ikut kerja kak hahahaha.
Saya : Tapi menurut ibu nih ya, ibu sudah menjalankan peran sebagai ibu
rumah tangga dirumah apa belum?
Ibu Mini : Kalo menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga dirumah sudah,
mungkin belum sepenuhnya dilakuin secara sempurna ya, karna kan
itu tadi karna saya ikut membantu memulung sama nyuci dan gosok
untuk bantu-bantu bapaknya nyari uang.
Saya : Ohh begitu ya bu, kalo pola hubungan atau komunikasi ibu dengan
suami dan anak kesehariannya gimana tuh bu?
Ibu Mini : ya hubungan maupun komunikasi mah baik-baik ajah ya, cuman
anak saya yang besar ajah si sadewa dia kadang suka manja minta
saya nemenin belajar biar kaya ibu-ibu yang lain katanya hahahha,
padahal mah adeknya ajah si arjuna ga begitu kak hahahha, tau nih
20
si sadewa suka protes kalo saya sibuk kerja atau kecapean gitu
hahahha.
Saya : Emang bentuk perhatian ibu kepada anak-anak tuh seperti apa?
Ibu Mini : Ya kalo pagi mereka berangkat sekolah saya perhatiin makannya,
kadang saya suruh bawa bekel nasi, biar mereka hemat juga kan ga
jajan hahahaha. terus walaupun saya kerja nyuci dan gosok pulang
udah mau hamper malam ya saya masih ngasih waktu saya kak buat
anak-anak kaya nemenin mereka nonton tv, makan, nanyain tugas
sekolah mereka sambil ngajarin mereke belajar juga, walaupun
sebenernya saya udah lelah itu juga hahha, cuman saya masih bagi
waktu buat anak-anak lah hahhaha.
Saya : Tapi selama ibu bekerja sebagai pemulung sama nyuci dan gosok
apa ada kesulitan-kesulitan?
Ibu Mini : Kesulitan mah ada, namanya juga kerja dijalanan ya, kerja yang
pake fisik juga . sama itu paling kesulitan ngimbangin kemauan anak
yang kadang manja ajah hahaha. itu ajah sih paling hahahaha.
Saya : Kalo cara ibu setiap harinya tuh gimana sih bu dalam menjalankan
peran sebagai pemulung dan mengurus keluarga maupun pekerjaan
keluarga?
Ibu Mini : Di imbangin ajah sih paling, kaya pagi-pagi udah masakin suami
dan anak, nyiapin keperluan anak untuk sekolah, terus kalo anak
udah pada berangkat sekolah saya sama suami baru berangkat buat
mulung, ntar pas saya sama suami siang pulang, nanti anak-anak
juga pulangm kadang kalo belum pulang suka dijemput sama
bapaknya. terus kalo saya nyuci dan gosok, berarti suami jagain
anak-anak hahahaha. tp kalo saya lagi gak nyuci dan gosok, suami
lanjut mulung sampe sore biasanya.
Saya : Ohh gitu ya bu, terakhir nih bu, kan ini ibu berarti menjalankan dua
peran sebagai ibu rumah tangga dalam megurus suami dan anakserta
ikut bekerja menjadi pemulung serta nyuci dan gosok dalam
21
membantu perekonomian keluarga, kira kira ada gak sih bu
dampaknya dari peran ganda ibu?
Ibu Mini : Pasti ada, karena kan emang peran istri itu bukan untuk bekerja,
perannya hanya satu yang jadi ibu rumah tangga ajah kan, jadi pasti
ada dampaknya ga mungkin enggak. dampak baiknya ya ekonomi
sangat jadi terbantu, kaya anak-anak jadi pada sekolah. tapi keluarga
sama pekerjaan rumah juga kadang jadi ga keurus juga kayaknya
hahaha, sampe bapaknya pun nyampe turun tangan buat ngurus anak
dan pekerjaan rumah kalo saya lagi kerja nyuci dan gosok.
22
Lampiran 5
Transkip Wawancara
Nama : Mumtaz
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Asal Domisili : Brebes
Usia : 40 Tahun
Saya : Namanya siapa pak ?
Bapak Mumtaz : Mumtaz mba
Saya : Usianya berapa pak ?
Bapak Mumtaz : 40 tahun kayaknya hahahaha
Saya : hahahaa pake kayaknya hahha, kalo asal dari mana pak?
Bapak Mumtaz : Dari Brebes mba
Saya : Bapak berkerja sebagai pemulung udah berapa lama ?
Bapak Mumtaz : Udah lama banget mba, dari sebelum nikah juga saya udah
jadi pemulung hahahahaha.
Saya : Ada pekerjaan lain ga pak selain jadi pemulung?
Bapak Mumtaz : Gak ada, paling bantu-bantu nganter barang atau jadi kuli
ajah itu juga jarang sih mba.
Saya : Tapi bapak sendiri mengizinkan ibu gak sih buat ikut
membantu bekerja menjadi pemulung?
Bapak Mumtaz : Ya awalnya mah engga ngizinin, gimanapun tugas nyari
nafkah itu suami ya, apalagi jadi pemulung itu resikonya
lumayan besar karna kerjanya dijalanan, kalo buat
perempuan ya ga cocok kerja yang kaya begini. ga tega mah
pasti, tapi dianya maksa katanya buat nambah pemasukan
untuk kebutuhan, jadi yaudah deh mba hahahaha.
Saya : Faktor apa sih pak emang yang membuat ibu harus bekerja
sebagai pemulung?
Bapak Mumtaz : Ya faktor ekonomi mba, soalnya kalo ibunya ga ikut kerja
mungkin kaya rizki belum tentu sekolah mba.
23
Saya : Tapi kaya kebutuhan sehari-hari tercukupi atau tidak pak
kalo ibu gak bekerja?
Bapak Mumtaz : Kayakya sih engga hahha, kan paling kalo saya sendiri
doang yang mulung hasilnya ga mungkin dapet Rp. 200.000,
Pasti barang yang di pulung sedikit kalo saya doang yang
mulung, ga sebanyak hasil saya dan istri saya.
Saya : Tapi ada pekerjaan lainnya gak selain ibu menjadi
pemulung?
Bapak Mumtaz : suka nyuci dan gosok dikomplek mba atau bantu jualan di
warung orang.
Saya : emang tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari tuh berapa
sih pak ?
Bapak Mumtaz : Gak nentu sih mba, tapi yang pasti pegghasilan yang untuk
2 minggu ga cukup, kadang-kadang cukup. Sesuai
kebutuhan hari itu, jadi gak nentu mba.
Saya : Kalo pendapatan bapak sendiri tuh berapa sih pak,di luar
dari pendapatan ibu?
Bapak Mumtaz : Kan barang-barang hasil mulungnya digabung mba, tapi
mungkin kalo saya sendirian yang mulung ya hasilnya lebih
dikit, bisa dapet Rp. 150.000 ajah per 2 minggunya.
Saya : Kalo pendapatan bapak ditambah dengan pendapatan ibu
berapa tuh ibu ?
Bapak Mumtaz : Kalo digabung kan biasanya mulung dapet Rp. 200.000 per
2 minggu, terus ditambah juga ibu kalo nyuci gosok dapet
Rp. 300.000 lah mba sebulanya, ya kalo digabungin ada Rp.
800.000 sebulannya.
Saya : Menurut bapak pendapat ibu dapat membantu mencukupi
kebutuhan sehari-hari atau tidak pak?
Bapak Mumtaz : Sangat membantu sekali mba dengan ibunya bekerja
menjadi pemulung dan nyuci gosok di komplek.
24
Saya : Kalo buat sekolah anak, pendapatan ibu dapat mebantu gak
pak?
Bapak Mumtaz : Apalagi itu mba,justru anak saya si rizki bisa sekolah karna
bantuan istri saya dari jadi pemulung sama nyuci dan gosok
juga. kalo istri saya ga ikut bantuin, mungkin ga bisa sekolah
mba,ya walaupun sekolah gratis tapi banyak juga yang harus
dibeli dan dibayar.
Saya : Tapi dengan pendapatan ibu bisa membuat menjadi
menabung untuk keperluan mendadak gitu ga pak?
Bapak Mumtaz : Bisa, kan yang namanya hal mendadak kaya sakit atau apa
ga ada yang tau ya mba. Makanya saya sama istri mah suka
nabung walaupun ga banyak nabungnya.
Saya : Kalo pas selama ibu bekerja sebagai pemulung sama nyuci
dan gosok,bapak suka membantu dalam mengurus anak atau
pekerjaan ibu dirumah ga pak?
Bapak Mumtaz : Bantu itu mah pasti, soalnya kan dia juga bantu saya buat
nyari nafkah keluarga ya,jadi kaya saling bantu dan tukeran
peran ajah sih, dan saya saya juga bantu istri saya untuk
mengurus anak dan ngerjain pekerjaan rumah. kasian pasti
dia kan juga udah capek dari pagi kerja sampe malem.
Saya : Tapi pandangan bapak sendiri nih terhadap ibu rumah
tangga yang bekerja ikut membantu perekonomian keluarga
tuh gimana pak?
Bapak Mumtaz :Ya sebenernya ga usah kerja mba, karena emang bukan
perannya istri. biar semua tanggung jawab suami kalo soal
mencari nafkah, biar istri ga terbebani. tapi ya karna faktor
ekonomi tadi, membuat istri memkasa untuk ikut bekerja
juga mba.
Saya : Oh gitu ya pak, tapi kalo menurut bapak peran wanita itu
sebenernya jadi ibu rumah tangga yang mengurus keluarga
25
dan ekerjaan rumah atau ikut bekerja membantu
perekonomian keluarga?
Bapak Mumtaz : ya bagusnya jadi ibu rumah tangga ajah mba, yang ngurus
anak suami sama ngerjain pekerjaan rumah. kalo ekonomi
biar suami ajah yang kerja.
Saya : Jadi bagusnya dirumah ajah ya pak, tapi dari ibu sendri nih
pak sudah menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus anak, suami maupun pekerjaan rumah?
Bapak Mumtaz : Udah, kalo masak kan dia mba, saya mah gak bisa masak,
pokoknya sebelum mulung dia udah masak, udah mandiin
rizki nyiapin bekel buat rizki, nanti pas kita jalan mulung itu
sekalian nganterin rizki kesekolah.
Saya : Kalo hubungan komunikasi bapak ke ibu selama ibu
bekerja ada perbedaan ga pak ?
Bapak Mumtaz : baik-baik ajah si mba, kan lagi mulung dijalanan kita sering
ngobrol hahahaha. saya juga kan nungguin dia dulu nyampe
pulang walaupun anak-anak udah pada tidur.
Saya : Kalo bentuk perhatian ibu ke anak tuh gimana sih pak?
Bapak Mumtaz : Apa ya hahaha kaya umumnya ajah si mba,bangunin rizki
trs mandiin dia, nyiapin bekel nasi. kadang kalo lagi gak
nyuci dan gosok ya ngajarin belajar rizki, soalnya rizki
walaupun udah sekolah dia rewel apa-apa minta ditemenin
ibunya mulu.
Saya : Menurut bapak nih ya, selama ibu bekerja ada kesulitan gak
sih pak dalam mengurus keluarga maupun pekerjaan rumah?
Bapak Mumtaz : Ada kesulitan mba, kaya kalo rizki lagi rewel minta
ditemenin ibunya. sama kadang dia juga suka kecapean, suka
sakit. kalo udah begitu saya gak ngebolehin dia mulung mba,
ga tega saya.
26
Saya : ini kan berarti perannya ada dua ya pak, sebagai ibu rumah
tanga yang mengurus keluarga dan pekerjaan rumah serta
menjadi ibu pekerja. kira-kira ada dampaknya ga sih pak?
Bapak Mumtaz : Banyak kalo dampak, yang pasti perekonomian jadi
terbantu, kebutuhan tercukupi, sampe bisa nyekolahin rizki
juga. tapi mungkin keluarga jadi kurang ke urus kali ya,
pekerjaan rumah jadi harus suami yang ikut bantu, ya ga
masalah juga sih mba saya nya mah kalo bantuin kan dia
bantuin saya juga nyari uang.
Saya : Oh gitu ya pak, yaudah mungkin itu ajah ya saya ingin
tanyakan. makasih ya pak.
Bapak Mumtaz : Iya mba sama-sama.
27
Lampiran 6
Transkip Wawancara
Nama : Tarsidi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Asal Domisili : Cirebon
Usia : 50 tahun
Saya : Bapak namanya siapa?
Bapak Tarsidi : Tarsidi
Saya : Umurnya berapa pak?
Bapak Tarsidi : 50 tahun
Saya : Asalnya dari mana pak ?
Bapak Tarsidi : Dari Cirebon juga sama kaya ibu.
Saya : Oh satu daerah sama ibu ya pak hahaha, bapak udah berapa lama
menjadi pemulung?
Bapak Tarsidi : Wah udah lama banget, lebih dari 15 tahun mungkin hahahaha
Saya : Udah lama ya pak, ada pekerjaan lain ga pak selain memulung?
Bapak Tarsidi : Gak ada sih, nguli doang kalo ada yang manggil. tapi yang utama
tiap harinya cuman mulung ajah.
Saya : Oh gitu ya pak, ibu kan juga jadi pemulung ya pak, tapi bapak
sebenernya ngizinin gak tuh pak?
Bapak Tarsidi : Sebenernya mah saya gak ngizinin, ibunya kan kerja juga pas anak
saya yang pertama pengen sekolah, tapi ga dapet negeri mba,
soalnya saya bukan domisili sini, yaudah akhirnya ibunya ikut
mulung biar buat biaya kakaknya dia sekolah.
Saya : Memang faktor apasih pak yang membuat ibu harus ikut bekerja
sebagai pemulung?
Bapak Tarsidi : Biar kebutuhan tercukupi sih, makanya ibunya maksa buat ikut
kerja juga.
28
Saya : Tapi ada pertimbangan-pertimbangan ga pa pas bapak ngizinin ibu
ikut bantuin mulung?
Bapak Tarsidi : Yak kan emang dari awalnya ga setuju itu karna banyak
pertimbangan, pas dia mulai mulung itu juga abis melahirkan dia nih
si dwi. saya kan kasian ya, fisik perempuan apalagi lebih lemah
dibanding laki-laki kan, terus ini pekerjaannya juga berat. dan yang
lebih ngenesnya karena ibunya ikut mulung anak saya yang bayi
harus diajak karena ga ada yang jaga.
Saya : Tapi ibu ada pekerjaan lain gak pak selain mulung ?
Bapak Tarsidi : Dia suka bantuin nyuci dan gosok dirumah orang.
Saya : Memang tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari berapa pak kalo
boleh tau?
Bapak Tarsidi : Kebutuhan sehari-hari sih ga terlalu banyak, makan juga apa
adanya hahaha, udah terbiasa hidup begini, biaya-biaya ga terduga
nya ya sering banyak soalnya ada adeknya Dwi yang bayi.
Saya : Kalo pendapatan bapak diluar pendapatan ibu berapa ?
Bapak Tarsidi : Kalo saya mulung sendiri paling dapet Rp. 100.000 kalo pas
ditukerin.
Saya : Nah kalo pendapatan bapak ditambah pendapatan ibu kira-kira
berapa ?
Bapak Tarsidi : Kalo pendapatan juga ga nentu sih, mulung kalo lagi banyak dapet
banyak, tapi kebantu sama pendapatan nyuci ibunya.
Saya : Tapi menurut bapak, pendapat ibu membantu dalam mencukupi
kebutuhan sehari-hari gak pak?
Bapak Tarsidi : Membantu banget, soalnya dulu pas dia belum kerja jadi pemulung
atau nyuci dan gosok, itu kita pernah ga makan, atau makan pake
nasi doang, saking ga cukupnya uang hahahaha.
Saya : Kalo buat hal menyekolahkan ank, pendapatan ibu ngebantu gak
pak ?
Bapak Tarsidi : Emang niatnya ibunya kerja buat anak-anak biar sekolah, gimana
pun caranya anak-anak saya harus sekolah. biar kehidupannya nanti
29
gak kaya orang tuanya, bisa sukses. Ini lagi ngusahain dwi dapet
negri, soalnya swasta disini udah mahal, saya ajah ga sanggup
nyekolahin kakaknya disini, kakanya akhirnya nerusin sekolah di
kampung yang jauh lebih murah dari pada disini.
Saya : Oh gitu ya pak, tapi pendapatan ibu bisa membuat jadi menabung
untuk kebutuhan atau keperluan mendadak ga pak ?
Bapak Tarsidi : Biaya sekolah kan itu dari nabung-nabung juga ngumpulin, kaya
dwi juga mau masuk SD ini saya sama ibunya udah mulai nabung,
terus pas adeknya dwi lahir nih yang bayi juga itu udah jauh hari
ngumpulin buat ibunya melahirkan, banyak soalnya keperluan yang
ga terduga hahahha. terus kalo anak sakit kan, ya kita maunya kan
sehat ya, tapi paling engga punya pegangan uang kalo sewaktu ada
yang sakit.
Saya : Tapi nih ya pak selama ibu bekerja menjadi pemulung maupun
nyuci dan gosok, bapak ikut turut membantu ibu gak dalam
mengurus anak atau mengerjakan pekerjaan rumah?
Bapak Tarsidi : Ya bantuinlah ngurus anak kalo dia lagi kerja dikomplek. kasian
juga kan kalo semuanya dia, dia udah capek juga. jadi saya harus
bantuin tugas dia juga. pokoknya kalo dia pulang tuh oekerjaan
rumah udah beres, biar dia pulang kerja langsung istirahat ajah.
Saya : Ohh jadi saling bantu ya pak, tapi menurut bapak nih ya tentang
seorang istri yang ikut bekerja membantu perekonomian keluarga
tuh gimana pak?
Bapak Tursidi : Ya gak masalah si, asal pekerjaannya gak berat, karena saya pun
gak ngizinin istri saya kerja begini, tapi karena keadaan ekonomi
mau gimana lagi kan. sama bisa ngatur waktu ajah untuk ngurus
keluarga dan pekerjaan rumahnya.
Saya : Tapi kalo menurut bapak, seharusnya seorang istri itu perannya
mengurus keluarga dan pekerjaan rumah atau ikut membantu
bekerja pak ?
30
Bapak Tarsidi : Seharusnya mah dirumah ajah jagain anak, ngebimbing anak,
nemenin kalo anak belajar ngerjain pekerjaan rumah, perannya istri
kan sebenernya begitu.
Saya : Menurut bapak, selama ibu bekerja nih sudah melakukan perannya
sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga dan pekerjaan
rumah belum pak?
Bapak Tarsidi : Sudah, dia bisa membagi waktunya kok kaya masak atau ngurus
anak, cuman emang ga sepenuhnya harus ada bantuan saya, yak kan
suami istri emang harus saling bantu kan ya hahahahha.
Saya : Kalo hubungan bapak ke ibu selama ibu bekerja gimana tuh pak?
Bapak Tarsidi : Baik-baik ajah, dia kalo ngeluh atau curhat pasti ke saya, kalo dia
lagi bingung apapun pasti kesaya, ya buat jam waktunya kurang sih
kalo ngobrol kan dia siang itu udah pergi ke komplek, paling kalo
pas dijalan mulung, sama saya pasti nungguin dia pulang kerja
dirumah.
Saya : Kalo bentuk perhatian ibu ke anak tuh seperti apa pak?
Bapak Tarsidi : Ya kalo pagi mandiin anak-anak, nyuapinin yang kecil, terus kalo
dia belum capek pas pualang kerja dia suka nemenin anaknya
belajar, nemenin ajah hahahah belajarnya sama saya,soalnya dia
ajah kan gak sekolah, gak bisa terlalu lancer baca juga, kalo saya
lulusan SD masih lumayanlah baca dan hitung-hitungan hahahha.
Saya :Tapi ada kesulitan gak sih pak selama ibu bekerja dalam mengurus
anak ataupun pekerjaan rumah ?
Bapak Tarsidi : Kesulitan mungkin ada,cuman tadi diatur ajah dibagi-bagi
pekerjaanya sama saya, pokoknya kita saling bantu ajah setiap
harinya.
Saya : Oh gitu ya pak, oke ini pertanyaan terakhir nih pak. berarti kan ibu
punya dua peran yak pak, peran sebagai ibu rumah tangga yang
mengurus keluarga dan pekerjaan rumah serta ikut bekerja menjadi
pemulung maupun nyuci dan gosok, kira-kira ada gak sih pak
dampaknya?
31
Bapak Tarsidi : Dampaknya banyak banget pasti ya, yang pertama ya jadi bisa
nabung buat anak-anak sekolah, buat kebutuhan lain juga, kaya
makan, terus bayar-bayar yang lain. terus jadi udah gak pernah
ngutang, dulu kalo ga ada duit suka ngutang sama bos gitu, nanti
dibayarnya tinggal potong uang yang hasil mulungnya. cuman kan
ini pekerjaan berat ya, dan anak-anak saya pun ikut mulung juga,
jadi kaya dwi atau adeknya jadi sering sakit, terus kasian ajah gitu
diliatnya kumel udah kaya anak gak keurus banget, kadang saya
sedih liat anak-anak saya pada ikut mulung gitu. tapi kan ga
mungkin juga kalo ditinggal karna ga ada yang jagain juga. tapi
kaloanak-anak sakit pasti saya suruh ibunya buat gak mulung,
dirumah ajah jagain anak-anak, ibunya pun juga kadang suka sakit
juga kecapean kerja jadi pemulung terus nyuci dan gosok.
Saya : Banyak ya pak berarti dampaknya dari yang positif sampe negative
ada, makasih ya pak udah mau diwawancarai hehehhe.
Bapak Tarsidi : Iya sama-sama maap ya kalo banyak yang kemana-mana
jawabannya hahahaha..
Saya : Iya pak gapapa, kan saya juga butuh banyak informasi. pokoknya
makasih banyak ya pak.
32
Lampiran 7
Transkip Wawancara
Nama : Santo
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Asal Domisili : Indamayu
Usia : 43 Tahun
Saya : Nama bapak siapa ya pak?
Bapak Santo : Pak Santo
Saya : Bapak umurnya berapa?
Bapak Santo : Umurnya 43 tahun
Saya : Asalnya dari mana pak?
Bapak Santo : Indramayu saya
Saya : Bapak sejak kapan bekerja menjadi pemulung?
Bapak Santo : Udah lama, udah 10 tahun lebih, sebelum tinggal disini saya
udah jd pemulung kak hahahahha..
Saya : Ada pekerjaan lain gak pak selain memulung?
Bapak Santo : Sama nganter barang ajah kaya obat-obat gitu paling.
Saya : Tapi sebenernya bapak ngizinin atau engga pak ibu ikut
menjadi pemulung?
Bapak Santo : Gak ngizinin, dia ikut jadi mulung itu pas dari awal nikah
sama saya, alesannya dirumah sepi pas belum punya anak.
tapi pas udah punya anak pun dia masih ikut mulung katanya
biar bantui ekonomi keluarga.
Saya ; Ada Pertimbangan-pertimbanga gitu gak sih pak pas ibu
jadi pemulung?
33
Bapak Santo : ya adalah pasti, kalo pemulung perempuan tuh diliatnya
gimana ya, soalnya cewe jadi ga tega ajah liat keliling siang-
siang panas panasan nyari barang pulungan di jalanan.
resikonya besar, makanya saya dari awal ga setuju banget
tapi dia maksa.
Saya : Tapi selain menjadi pemulung, ibu ada pekerjaan lain ga
pak?
Bapak Santo : Nyuci dan gosok, mulung malah sekarang udah jarang.
Saya : Memang tanggungan biaya kebutuhan sehari-hari tuh kira-
kira berapa pak kalo di nominalin rupiah?
Bapak Santo : Besarnya sih ga nentu, kaya ibunya sendiri kalo masak pun
ga nentu belanjanya abis berapa kayaknya hahaha.
Saya : Kalo pendapatan bapak sendiri berapa nih pak diluar dari
pendapatan ibu?
Bapak Santo : Kalo hasil saya sendiri paling Rp 150.000 itu juga buat 2
minggu, karna emang nyetor barang mulung itu 2 minggu
sekali
Saya : Kalo besar pendapatan bapak digabung sama ibu berapa tuh
pak kira-kira?
Bapak Santo : Pastinya pendapatanjadi lebih banyak, udah gitu selain dia
bantu mulung, dia kalo siang sampe malem itu kerja nyuci
gosok di komplek, ga jauh dari sinih rumahnya.
Saya : Ohh gitu ya pak, tapi dengan ibu ikut bekerja menjadi
pemulung maupun nyuci dan gosok dapat membantu
memenuhi kebutuhan sehari-hari ga pak?
Bapak Santo : Ya alhamdulilah membantu sekali, apalagi pas ibunya
nyuci dan gosok juga itu bantu banget. anak-anak yang
tadinya ga bisa minum susu jadi bisa minum susu walaupun
itu ga tiap hari sih hahaha, tapi alhamdulilah hahahha…
Saya : Kalo buat menyekolahkan anak-anak dapat membantu gak
pak pas ibu ikut bekerja?
34
Bapak Santo : Justru emang dari pendapatan ibunya anak-anak jadi pada
sekolah,ya walaupun pada sekolah negri tapi tetep ada ajah
yang mesti dibayar, kaya beli seragam, buku lks, terus
kadang juga suka jalan-jalan gitu,kan kalo ga ikut ga enaka
ya kasian anaknya, jadi di usahain di ada-adain lah buat
keperluan sekolah.
Saya : Tapi pendapatan ibu bisa buat nabung atau keperluaan
mendadak gitu ga pak?
Bapak Santo : Anak-anak saya kan cowo semua ya kak, pasti disunat entah
kapan, apalagi sadewa usianya udah 10 tahunan,udah dikit
lagi. nah saya sama ibunya udah nabun-nabung dari jauh
jauh hari. ibunya juga mau melahirkan dikit lagi, jadi harus
udah disiapin biayanya juga. Kalo ga nabung nanti kaget
sama biayanya, pasti ga sanggup hahahahha.
Saya : Kalo selama ibu bekerja, bapak ikut turut membantu
mengurus keluarga ataupun pekerjaan rumah gak pak?
Bapak Santo : Bantu lah kak, ibunya juga lagi hamil sekarang, udah
beberapa hari ga saya ijinin kerja karena dia sempet sakit.
tiap harinya juga dia paling masak ajah. sisanya saya
ngerjain.
Saya : Tapi pandangan bapak sendiri terhadap wanita yang ikut
bekerja membantu perekonomian keluarga tuh gimana pak?
Bapak Santo : Gimana ya hahaha.. Sah-sah ajah sih istri ikut kerja bantuin
suami apalagi kalo keadaannya kurang seperti keluarga saya.
tapi sebenernya mungkin emang istri itu ga kerja, tugasnya
buka untuk nyari nafkah.
Saya : Kalo pandangan bapak tentang peran wanita tuh seharusnya
seperti apa, dirumah mengurus keluarga dan pekerjaan
rumah atau ikut bekerja membantu perekonomian keluarga?
Bapak Santo : peran istri yang saya tau itu ya yang bener itu dirumah
mengurus keluarga, ngurus suami nya, didik anaknya,
35
perhatiin keluarganya, sama ngerjain pekerjaan rumah kaya
masak, nyuci, gitu.
Saya : Menurut bapak, selama ibu bekerja sudah menjalankan
peran sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga dan
mengerjakan pekerjaan rumah gak pak?
Bapak Santo : Dia walaupun kerja diluar tetep ngerjain yang emang jadi
tanggung jawab dia sih kaya masak, apalagi ngurus anak.
masih bisa ke atur.
Saya : Kalo hubungan atau komunikasi bapak dengan ibu gimana
tuh pa semenjak ibu kerja ?
Bapak Santo : Dari dulu kenal dia yang udah kerja maupun engga ya
komunikasi kita baik-baik ajah sampe sekarang. Saya pun
mantau terus keadaan dia, nanyain kalo dia capek atau
keadannya gimana, dia juga lagi hamil kan jadi saya sangat
khawatir banget sebenernya.
Saya : Kalo bentuk perhatian ibu keanak tuh seperti apa sih pak?
Bapak Santo : Dia walaupun kerja tapi pikirannya tetep ke anak-anak,
suka nelpon saya, nanyain anak-anak udah makan belum,
nanyain anak-anak lagi ngapain. kalo dia ga capek juga
masih suka bantuin ngerjain tugas sekolahya anak-anak.
Saya : Tapi menurut bapak nih ya, selama ibu ikut bekerja ada
kesulitan-kesulitan dalam mengurus keluarga maupun
mengerjakan pekerjaan rumah?
Bapak Santo :Dari dulu dia sih gak pernah ngeluh kaya ikut mulung sama
kerja nyuci dan gosok, paling kaya cerita ngerasa bersalah
kalo ga bisa nemenin anak atau pas anak sakit tapi dia ga ada.
tapi saya yakin sih banyak kesulitan dia untuk ada di posisi
ini jadi ibu rumah tangga dan ibu yang bekerja nyari nafkah,
dia pun juga kadang suka sakit tapi dia gak pernah ngeluh,
malahan gak dirasain tetep pengen kerja, tapi saya larang
karena kesehatan dia berharga buat anak-anak saya juga kan.
36
Saya : Ohh begitu ya pak, ini terakhir nih pak, ibu kan berarti ada
dua peran ya pak, sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
keluarga dan pekerjaan rumah serta bekerja bantu
perekonomian, nah kira-kira ada gak sih pak dampak dari
kedua peran ganda ibu?
Bapak Santo : Jelas ada untuk dampak dan terasa banget dari segi ekonomi
pasti terbantu, banyak-banyak terimakasih sebenernya saya
sama istri saya karena ibaratnya mau di ajak susah ikut
mulung juga terus nyuci dan gosok, mau direpotin buat
bantuin saya nyari uang. seharusnya mah saya nyenengin dia
ya, tapi dari awal nikah saya udah ngerepotin dia hahahaha…
Saya : Berarti sangat terbantu banget ya dari segi ekonomi, oke
terimakasih ya pak atas waktunya sudah mau diwawancarai
heheheh.
Bapak Santo : Iya kak sama-sama sukses ya kak tugasnya.
Saya : Amin pak.
37
Lampiran 8
Transkip Wawancara
Nama : Rizki
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Asal Domisili : Sidoarjo
Usia : 7 Tahun
Saya : Haii adik, adik namanya siapa ?
Rizki : Rizki kak
Saya : Ih malu-malu jawabnya hahaha, umurnya berapa ?
Rizki : 7 tahun
Saya : Adek punya kakak atau adik ga ?
Rizki : Engga
Saya : Oh sendiri ya, adik sekolah atau engga ?
Rizki : sekolah 1 sd
Saya : sekolah dimana tuh ?
Rizki : Itu disana, di sd 2 jurang mangu timur
Saya : adik pernah bantuin orang tua bekerja ?
Rizki : Pernah kak mulung
Saya : Pas kapan tuh, terus sama siapa mulungnya ?
Rizki : kalo pulang sekolah, kalo lagi libur. sama bapak atau ga ibu
Saya : Menurut adik nih, ibu tuh seharusnya ikut bekerja jadi pemulung atau
engga?
Rizki : Engga usah. bapak ajah
Saya : Kenapa tuh ibu ga boleh jadi pemulung?
Rizki : biar bisa jagain aku, biar aku ga ikut mulung juga kalo pulang sekolah. biar
dirumah ga sendirian. kasian juga nanti ibu capek
Saya : Tapi ibu ada pekerjaan lain ga selain mulung?
38
Rizki : ada kerja di komplek sampe malem,kata bapak sih nyuci sama gosok.
Saya : Ohh gitu, tapi pas ibu kerja jadi ngebantu buat beli kebutuhan sehari-harri
ga? kaya misal buat makan dirumah atau jajan rizki gitu.
Rizki : Iya kak ngebantu, ibu masak mulu.
Saya : Ohh gitu, tapi pas ibu kerja bisa bantu adik jadi sekolah ga?
Rizki : iya aku jadi bisa sekolah kak, temen aku banyak yang ga sekolah karena
ga punya uang.
Saya : Pas ibu kerja, ibu suka nabung ga buat keperluaan mendadak?
Rizki : Iya kayaknya, soalnya aku suka dibelin ituan apan tuh, oh iya mainan kalo
ulang tahun hahaha. terus aku kan suka ada jalan-jalan dari sekolah.
Saya : Tapi tanggapan adik sendiri gimana sih pas ibu memilih buat ikut bekerja?
Rizki : Ga bolehin ibu kerja sebenernya, pasti nanti aku jadi sama bapak mulu,
kalo ibu pulang kadang aku udah tidur.
Saya : Pandangan Rizki sendiri, seharusnya seorang ibu itu perannya dirumah
ngurus keluarga dan pekerjaan rumah atau ikut bekerja tuh dek?
Rizki : dirumah ajah ga usah kerja, nemenin aku, nemenin aku belajar, bisa jemput
aku ke sekolah kaya ibunya temen-temen aku.
Saya : Tapi menurut adik, ibunya rizki udah menjalankan perannya mengurus
keluarga dan pekerjaan rumah belum?
Rizki : Udah, ibu setiap hari masak, aku dibawain bekel. kalo pagi aku suka
dimandiin sama ibu, tapi karna ibu kerja aku sering ditinggalin jadi berdua
sama bapak ajah. tapi kalo ibu pulang cepet pasti aku belajarnya sama ibu.
Saya : Kalo hubungan atau komunikasi adik sama ibu gimana tuh selama ibu
kerja?
Rizki : Jadi jarang ngobrol sama ibu, soalnya kalo ibu pulang keseringan aku udah
tidur. Kecuali kalo ibu pulang sore.
Saya : Oh gitu ya, kalo bentuk perhatian ibu ke adik tuh setiap harinya gimana si?
Rizki : Itu ibu nyiapin bekel aku, mandiin aku, kalo ibu lg ga kerja di komplek
suka jemput aku, kalo ibu pulang cepet aku belajarnya sama ibu.
39
Saya : Tapi menurut adik nih ya, kira-kira selama ibu bekerja sebagai pemulung
maupun nyuci dan gosok jadi mengalami kesulitan dalam ngurus kamu
sama bapak ataupun pekerjaan rumah?
Rizki : kesulitannya ya kak, hahaaha ada kayaknya kak, soalnya aku masih suka
nangis kalo ditinggal ibu kerja hhahahaha, abis aku maunya ibu ga kerja di
rumah ajah.
Saya : Aduh udah gede masa nangis hahahha. tapi menurut adik nih ya, kan
berarti ibu ada dua peran ya, jadi ibu rumah tangga sama ibu pekerja, kira-
kira ada gak sih dampak dari kedua peran tersebut ?
Rizki : Ada, sebenernya ibu jadi lebih sering capek sampe sakit gara-gara kerja
kayaknya, aku juga jadi lebih sering sama bapak dari pulang sekolah sampe
malem, padahal aku pengen kaya temen aku yang dijemput sama ibunya.
kalo belajar juga seringnya sama bapak, tapi kadang sama ibu juga sih.
Saya : Oke deh, makasih adik jawabannya.
40
Lampiran 9
Transkip Wawancara
Nama : Dwi Putri
Usia : 8 Tahun
Asal Domisili : Cirebon
Jenis Kelamin : Perempuan
Saya : Adik namanya siapa ?
Dwi : Dwi
Saya : Oh Dwi, dwi punya adik atau kakak?
Dwi : Punya kakak satu sama adik satu, tapi kakaknya tinggal di kampung ga
disini.
Saya : Dwi umurnya berapa?
Dwi : 8 tahun
Saya : Adik udah sekolah?
Dwi : Belum kak
Saya : Kenapa belum bersekolah bukannya umur kamu udah 8 tahun tadi
katanya?
Dwi : belum punya uang kak buat sekolah, tapi tahun depan kata bapak aku bisa
sekolah.
Saya : Tapi adik pernah bantuin bapak sama ibu kerja?
Dwi : tiap hari aku sama ade ikut bapak sama ibu kak mulung di jalanan
Saya : Kok kamu dan ade ikut mulung juga? kenapa?
Dwi : soalnya ga ada yang jagain kita. jadinya ikut mulung ajah.
Saya : Tapi menurut kamu, ibu tuh seharusnya ikut bekerja sebagai pemulung
atau engga?
Dwi : Gapapa, malahan seneng aku juga ikut biar bantuin bapak, biar aku bisa
sekolah kaya temen-temen.
Saya : selain menjadi pemulung, ibu ada pekerjaan lain gak?
41
Dwi : nyuci sama gosok kak
Saya : Tapi pendapatan ibu dapat membantu mencukupi buat kebutuhan sehari-
hari ga?
Dwi : tercukupi kayaknya, tapi aku kalo minta jajan mulu suka diomelin ibu
hahahaha.
Saya : Kalo buat nyekolahin anak, pendapatan ibu kira-kira membantu ga?
Dwi : Kakak aku sih dulu sekolah disini, tapi sekarang udah di kampung. kalo
aku kata bapak tahun depan sekolahnya.
Saya : tapi tanggapan adik sendiri gimana pas ibu memilih ikut bekerja sebagai
pemulung maupun nyuci dan gosok?
Dwi : gapapa, biar ibu sama bapak uangnya banyak kak hehehe
Saya : tapi kalo menurut adik, seharusnya ibu itu perannya bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami maupun pekerjaan
rumah?
Dwi : gapapa kerja juga, kan biar uangnya jadi lebih banyak kak, biar bisa beliiin
aku makanan enak.
Saya : Tapi ibu udah melakukan perannya mengurus kamu sama bapak ?
Dwi : Iya aku sama bapak diurus kok sama ibu, walaupun ibu sibuk kerja kadang.
Saya :Kalo bentuk hubungan komunkasi kamu sama ibu gimana pas selama ibu
kerja?
Dwi : Baik-baik ajah ka, kan aku ikut ibu bantuin ibu mulung juga tiap harinya.
Saya : Kalau bentuk perhatian ibu ke kamutuh gimana sih setiap harinya?
Dwi : Ya suka jagain aku kadang, tapi kan aku udah punya ade jadinya ibu lebih
perhatiannya kea de disbanding aku.
Saya : Menurut adik, selama ibu kerja jadi pemulung atau asisten rumah tangga,
ibu mengalami kesulitan ga dalam mengurus keluarga?
Dwi : Engga kayaknya,kan bapak juga suka bantuin beres-beres rumah sama
jagain aku dan adek.
Saya : Menurut adik, ada gaksih dampak dari dua peran ibu ang bekerja dan
menjadi ibu rumah tangga dalam mengurus keluarga?
42
Dwi : Dampaknya jadi bisa ibu nabung buat aku sekolah nanti, aku kan belom
sekolah, jadinya kalo ibu kerja bisa uangnya buat aku sekolah kak.
Saya : tapi adeknya dwi jadi rewel ga kalo ditinggal ibu kerja?
Dwi : Ya kalo pas ibu kerja di komplek tuh pasti adek rewel, tapi nanti bapak
yang diemin adek.
Saya : Oh gitu, yaudah makasih ya adik udah mau diwawancarai.
Dwi : sama-sama kak.
43
Lampiran 10
Transkip Wawancara
Nama : Arjuna
Usia : 7 Tahun
Asal Domisili : Indramayu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Saya : Adik namanya siapa ?
Arjuna : Arjuna
Saya : Oh Arjuna, dwi punya adik atau kakak?
Arjuna : Punya kakak satu
Saya : Arjuna umurnya berapa?
Arjuna : 7 tahun
Saya : Adik udah sekolah?
Arjuna : sudah kak
Saya : Tapi adik pernah bantuin bapak sama ibu kerja?
Arjuna : Kalo libur paling, dan kalo ga diomelin sama ibu
Saya : Tapi menurut kamu, ibu tuh seharusnya ikut bekerja sebagai pemulung
atau engga?
Arjuna : Ga usah, dirumah ajah sama aku dan kak dewa.kan nanti ibu bisa nganterin
dan jemput aku.
Saya : selain menjadi pemulung, ibu ada pekerjaan lain gak?
Arjuna : nyuci sama gosok kak
Saya : Tapi pendapatan ibu dapat membantu mencukupi buat kebutuhan sehari-
hari ga?
Arjuna : Ga tau kak. cukup kali ya hahaha.
Saya : Kalo buat nyekolahin anak, pendapatan ibu kira-kira membantu ga?
Arjuna : Aku sih dan kak dewa sekolah.
44
Saya : tapi tanggapan adik sendiri gimana pas ibu memilih ikut bekerja sebagai
pemulung maupun nyuci dan gosok?
Arjuna : gak setuju kak. dirumah ajah maunya aku dan kak dewa mah
Saya : tapi kalo menurut adik, seharusnya ibu itu perannya bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami maupun pekerjaan
rumah?
Arjuna : dirumah ajah sama aku dan kak dewa.
Saya : Tapi ibu udah melakukan perannya mengurus kamu sama bapak ?
Arjuna : Iya aku diurus kok sama ibu, walaupun ibu sibuk kerja kadang.
Saya :Kalo bentuk hubungan komunkasi kamu sama ibu gimana pas selama ibu
kerja?
Arjuna : Baik-baik ajah ka.
Saya : Kalau bentuk perhatian ibu ke kamutuh gimana sih setiap harinya?
Arjuna : Ya ibu perhatian sih, cuman kan ibu sibuk.
Saya : Menurut adik, selama ibu kerja jadi pemulung atau asisten rumah tangga,
ibu mengalami kesulitan ga dalam mengurus keluarga?
Arjuna : Engga kayaknya,kan bapak juga suka bantuin beres-beres rumah sama
jagain aku dan adek.
Saya : Menurut adik, ada gaksih dampak dari dua peran ibu ang bekerja dan
menjadi ibu rumah tangga dalam mengurus keluarga?
Arjuna : Pas ibu kerja ibu jadi jarang dirumah, kak dewa sama aku suka marah
kadang sama ibu suka ngambek, soalnya kak dewa sama aku pengennya ibu
dirumah ajah.
Saya : Oh gitu, yaudah makasih ya adik udah mau diwawancarai.
Arjuna : sama-sama kak.
45
Lampiran 11
Transkrip Wawancara
Nama : Suryani
Usia : 50 Tahun
Status : Ketua RT 001 RW 003
Jenis Kelamin : Perempuan
Saya : Nama ibu siapa ya bu ?
Suryani : Suryani mba
Saya : Ibu Ketua RT disini ya ?
Suryani : Iya mba.
Saya : Saya mau nanya-nanya sedikit nih bu tentang kampung pemulung
yang ada disini untuk jadi bahan pertimbangan tempat penelitian
skripsi saya bu.
Suryani : Oh iya mba boleh.
Saya : Disini terdapat kampung pemulung ya bu ?
Suryani :Iya mba ada, tapi bukan disini, yang didepan sanah. kalo yang deket
sini udah digusur jadi perumahan.
Saya : Disini memang ada berapa keluarga bu yang jadi pemulung ? dan
yang menjad pemulung satu keluarga atau suaminya saja?
Suryani : Ya disini ada 300 kepala keluarga, dan yang menjadi pemulung
kurang lebih ada 60 kepala keluarga tapi sudah banyak beberapa
lapak pemulung yang digusur untuk dijadikan perumahan mba,
disini tadinya ada 3 blok lapak, tapi karena 1 blok sudah digusur
jadinya tersisa 2 lapak mba, mungkin sekarang cuman ada sekitar
kurang lebih 30 kepala keluarga lah kalo di itung pintu ke pintu.
Lapaknya ada di depan sanah mba ga jauh dari sini, dan disni suami
dan istrinya menjadi pemulung, bahkan anaknya pun ikut kadang-
kadang menjadi pemulung untuk bantu-bantu mencari uang
46
tambahan, ya ada sih yang istrinya mungkin ga jadi pemulung tapi
itu jarang sekali mba, karena mayoritas para istrinya ikut menjadi
pemulung.
Saya : Oh gitu ya bu, mereka yang jadi pemulung masyarakat asli sini bu
atau pendatang ?
Suryani : Masyarakat pendatang dari luar kota mba, mereka pun masih
banyak yang belum punya identitas surat-surat warga disini,kaya ktp
atau kartu keluarga pun bahkan ga ada. jadi ngitung warga
pemulungya pintu ke pintu ajah gitu mba terus terkadang mereka
laporan ke saya.
Saya : Oh gitu ya bu, makasih ya bu informasinya
Suryani : Oh iya mba. sama-sama ya.
Lampiran
DOKUMENTASI FOTO
Foto bersama narasumber
(Bapak Santo: Suami Ibu Mini) (Ibu Mini)
(Arjuna: Anak Ibu Mini) (Keluarga Ibu Winarsih)
(Bapak Tarsidi: Suami Sumini) ( Ibu Sumini dan Anaknya Dwi)
Foto Bersama Ibu Suryani Ketua RT 001/RW003
Foto keadaan lingkungan RT 001/003
BIODATA PENULIS
Fauziah Karimah, lahir di Bogor, 21 Juli 1996,
putri ketiga dari Bapak Sarmono dan Ibu Fatimah yang
beralamat tinggal di Jalan Nangka, Tapos, Depok. Putri
ketiga dari 3 bersaudara ini telah menempuh pendidikan di
TK Islam Al-Kahfi (2000-2001), Kemudian penulis
melanjutkan ke SDN RRI Nasional (2002-2008),
selanjutnya meneruskan pendidikan di SMPN 08 Depok
(2008-2011) dan melanjutkan kembali pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta Selatan (2011-2014)
Setelah lulus Madrasah Aliyah, penulis melanjutkan pedidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pegetahuan Sosial, konsentrasi Sosiologi-Antropologi angkatan 2014 melalui jalur
SNMPTN.
Skripsi yang berjudul “Kontribusi Wanita Pemulung dalam Membantu
Perekonomian Keluarga (Studi Kasus: Kampung Pemulung Kelurahan Jurang
Mangu Tmur, Tanggerang Selatan)” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Muhammad
Arif, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, M.A sebagai
Dosen Pembimbing II.