Konten C6921.pdf
Transcript of Konten C6921.pdf
Republik Indonesia
Maret 2010
Sektor Limbah
ICCSR - SektoR LImbah
i
Tim Penyusun
Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap – ICCSR
Sektor Limbah
Penasehat
Prof. Armida S. Alisjahbana, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
Kepala Editor
U. Hayati Triastuti, Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas
Koordinator ICCSR
Edi Effendi Tedjakusuma, Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas
Editor
Irving Mintzer, Syamsidar Thamrin, Heiner von Luepke, Dieter Brulez
Laporan Sintesis
Koordinator Penyusun untuk Mitigasi:: Hardiv Haris Situmeang
Laporan Sektor Limbah
Penyusun: Asep Sofyan, Enri Damanhuri, Oman Abdurrahman.
Tim Pendukung Teknis
Chandra Panjiwibowo, Indra Ni Tua, Edi Riawan, Hendra Julianto
Tim Administrasi
Altamy Chrysan Arasty, Risnawati, Rinanda Ratna Putri, Siwi Handinah, Wahyu Hidayat, Eko Supriyatno, Rama Ruchyama, Arlette Naomi, Maika Nurhayati, Rachman
uCAPAn TeRimA KAsiH
Dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) bertujuan untuk memberikan masukan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2009-2014 berkaitan dengan perubahan iklim, serta sebagai masukan pada RPJMN berikutnya hingga tahun 2030. Dokumen ini memberikan arahan detail dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor kehutanan, energi, industri, pertanian, perhubungan, daerah pesisir, sumber daya air, limbah, dan kesehatan. Sudah merupakan kebijakan dari Bappenas untuk mengakomodasi peluang dan tantangan di sektor-sektor tersebut melalui perencanaan pembangunan dan koordinasi antara kementerian dan badan terkait secara efektif. Dokumen ini bersifat dinamis dan akan selalu diperbaharui berdasarkan kebutuhan dan tantangan yang timbul dalam menghadapi perubahan ikllim di masa mendatang. Perubahan dan penyempurnaan dari dokumen ini akan dilakukan melalui konsultasi partisipatif antara para pemangku kepentingan.
Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Armida S. Alisyahbana selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas dukungan yang diberikan. Juga kepada Bapak Paskah Suzetta selaku mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappeanas yang menginisiasi dan member dukungan dalam pembuatan dokumen ICCSR, serta kepada Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas, yang telah menginisiasikan dan mengkoordinasikan pembuatan dokumen ICCSR ini.
Kepada seluruh anggota komite pengarah, kelompok kerja, dan para pemangku kepentingan di bawah ini, yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berharga dalam pembuatan dokumen ICCSR Sektor Limbah, dedikasi serta kontribusinya sangat dihargai dan diucapkan terima kasih setinggi-tingginya:
Komite Pengarah
Deputi Kerjasama Internasional, Kementerian Koordinasi Perekonomian; Sekretaris Menteri, Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat; Sekretaris Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum; Deputi Bidang Ekonomi, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim.
Kelompok Kerja
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Sulistyowati, Haneda Sri Mulyanto, Dadang Hilman, Upik S. Aslia, Agus Gunawan, Yulia Suryanti
ICCSR - SektoR LImbah
iii
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
iv v
Kementerian Pekerjaan Umum
Djoko Murjanto, Mochammad Amron, Susmono, A. Hasanudin, Djoko Mursito, Handy Legowo, Setya Budi Algamar, Agus S.K, Adelia Untari.S, Leonardo B, Desfitriana, Devina Suzan, Nur. F. K, Agung. T, Rindy Farrah, Yuke Ratnawulan, Zubaidah. K, Savitri. R
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas
Sriyanti, Yahya R. Hidayat, Bambang Prihartono, Mesdin Kornelis Simarmata, Arum Atmawikarta, Montty Girianna, Wahyuningsih Darajati, Basah Hernowo, M. Donny Azdan, Budi Hidayat, Anwar Sunari, Hanan Nugroho, Jadhie Ardajat, Hadiat, Arif Haryana, Tommy Hermawan, Suwarno, Erik Amundito, Rizal Primana, Nur H. Rahayu, Pungki Widiaryanto, Maraita, Wijaya Wardhana, Rachmat Mulyanda, Andiyanto Haryoko, Petrus Sumarsono, Maliki
Universitas dan Profesional
ITB: Saut Lubis, Retno Gumilang; Asia Carbon: Architrandi Priambodo, Susy Simarangkir
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh staf Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas, yang selalu siap membantu dan menfasilitasi baik dalam hal teknis maupun administrasi dalam proses penyelesaian dokumen ini.
Pembuatan dokumen ICCSR ini didukung oleh Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) melalui Study and Expert Fund for Advisory Services in Climate Protection. Atas dukungan tersebut, penghargaan serta terima kasih yang setinggi-tingginya diberikan.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
iv v
Kata Pengantar dari menteri Perencanaan
Pembangunan nasional/ Kepala Bappenas
Kita telah melihat bahwa dengan kemampuannya yang dapat mempengaruhi ekosistem dunia, kehidupan populasi manusia dan pembangunan, perubahan iklim telah menjadi isu kritis paling utama yang mendapat perhatian serius dari para pembuat kebijakan di seluruh dunia. Target utamanya adalah untuk mencegah peningkatan suhu rata-rata global melebihi 2˚C, atau dengan kata lain menurunkan emisi tahunan seluruh dunia hingga separuh dari kondisi sekarang pada tahun 2050. Kita percaya bahwa upaya ini tentunya membutuhkan respon international yang solid – aksi kolektif untuk menghindari konfl ik antara inisiatif kebijakan nasional dan internasional. Pada saat ekonomi dunia sedang dalam tahap pemulihan dan negara-negara berkembang sedang berupaya keras memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, dampak
perubahan iklim telah ikut serta dalam memperburuk kondisi kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan pengintegrasian perubahan iklim sebagai pilar penting dan fokus utama dalam agenda kebijakan pembangunan yang berkelanjutan.
Kita menyadari bahwa perubahan iklim telah banyak diteliti dan dibahas di seluruh dunia. Berbagai solusi telah ditawarkan, program-program telah didanai dan kemitraan telah terjalin. Namun di luar itu semua, emisi karbon masih terus meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang. Karena lokasi geografi snya, kerentanan Indonesia terhadap dampak negatif perubahan iklim harus menjadi perhatian yang serius. Kita akan berhadapan, dan sudah terlihat oleh kita beberapa dampak negatif seperti musim kemarau yang berkepanjangan, banjir, serta meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrim. Kekayaan keanekaragaman hayati kita juga berada dalam resiko.
Beberapa pihak yang memilih untuk bersikap diam dalam perdebatan isu perubahan iklim atau memperlambat upaya penanggulangannya kini telah termarginalisasi oleh kenyataan saintifi k yang tidak terbantahkan. Puluhan tahun penelitian, analisis dan bukti-bukti nyata yang terjadi telah menunjukkan pada kita bahwa perubahan iklim bukan hanya menjadi isu lingkungan saja, namun juga isu pembangunan secara menyeluruh karena dampaknya akan terasa di semua sektor kehidupan manusia baik sebagai bangsa maupun individu.
Sayangnya, kita tidak dapat mencegah atau menghindar dari beberapa dampak negatif perubahan iklim. Kita dan khususnya Negara-negara maju telah terlalu lama berkontribusi dalam memanaskan bumi ini. Kita harus bersiap oleh karena itu, untuk beradaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi, dan dengan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
vi vii
segenap tenaga berusaha untuk memitigasi agar tidak terjadi perubahan lebih lanjut dari iklim global bumi. Kita telah meratifikasi Protokol Kyoto di masa awal serta berkontribusi aktif dalam negosiasi perubahan iklim dunia, dengan menjadi tuan rumah pada pelaksanaan Konvensi Para Pihak ke 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), yang telah melahirkan Bali Action Plan pada tahun 2007. Kini, kita mencurahkan perhatian kita pada tantangan untuk mencapai target yang telah dicanangkan oleh Presiden yaitu penurunan emisi sebesar 26% hingga tahun 2020. Aksi nyata sangat penting. Namun sebelum melakukan aksi, kita harus siap dengan analisis yang komprehensif, perencanaan strategis dan penetapan prioritas.
Untuk itu saya mengantarkan dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, atau disebut ICCSR, dengan tujuan agar perubahan iklim dapat diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Dokumen ICCSR menampilkan visi strategis pada beberapa sektor utama yang terkait perubahan iklim,, yaitu sektor kehutanan, energi, industri, perhubungan, pertanian, daerah pesisir, sumber daya air, limbah, dan kesehatan. Dokumen Roadmap ini telah diformulasikan melalui analisis yang komprehensif. Kita telah melakukan penaksiran kerentanan secara mendalam, penetapan opsi prioritas termasuk peningkatan kapasitas dan respon strategis, dilengkapi dengan analisis keuangan dan dirangkum dalam perencanaan aksi yang didukung oleh kementerian-kementerian terkait, mitra strategis dan para donor.
Saya meluncurkan dokumen ICCSR ini dan mengundang Saudara untuk ikut mendukung komitmen dan kemitraan, serta bekerjasama dalam merealisasikan prioritas pembangunan berkelanjutan yang ramah iklim serta melindungi populasi kita dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Prof. Armida S. Alisjahbana
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
vi vii
Kata Pengantar dari Deputi menteri Bidang sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas
Sebagai bagian dari solusi dalam menghadapi perubahan iklim global, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca secara nasional hingga 26% dari kondisi dasar dalam kurun waktu 10 tahun dengan menggunakan sumber pendanaan dalam negeri, serta penurunan emisi hingga 41% jika ada dukungan international dalam aksi mitigasi. Dua sektor utama yang berkontribusi terhadap emisi adalah sektor kehutanan dan energi, terutama dari kegiatan deforestasi dan pembangkit tenaga listrik, hal ini dikarenakan oleh sebagian pembangkit yang masih menggunakan bahan bakar tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batubara, yang menjadi bagian dari intensitas energi kita yang tinggi.
Dengan lokasi geografi snya yang unik, di antara negara-negara di dunia kita termasuk salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Pengukuran terhadap hal ini diperlukan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut, banjir, perubahan curah hujan, dan dampak negatif lainnya. Jika upaya adaptasi tidak segera dilakukan, maka berdasarkan prediksi analisis, Indonesia dapat mengalami kekurangan sumber air, penurunan hasil pertanian, serta hilangnya atau rusaknya habitat di berbagai ekosistem termasuk di daerah pesisir pantai.
Aksi nasional dibutuhkan baik untuk memitigasi perubahan iklim global maupun untuk mengidentifi kasi upaya-upaya adaptasi yang diperlukan. Hal ini menjadi tujuan utama dari dokumen Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, ICCSR. Prioritas tertinggi dari aksi-aksi tersebut akan diintegrasikan ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Untuk itu kita telah berupaya membangun konsensus nasional dan pemahaman mengenai opsi-opsi dalam merespon perubahan iklim. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) merepresentasikan komitmen jangka panjang untuk menurunkan emisi dan melakukan upaya adaptasi serta menunjukkan kesiapan perencanaan program-program yang inovatif dalam upaya mitigasi dan adaptasi hingga puluhan tahun mendatang.
Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
U. Hayati Triastuti
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
viii ix
DAFTAR isi
Tim Penyusun i
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas iv
Kata Pengantar dari Deputi Menteri Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar xi
Daftar Istilah, Singkatan dan Satuan xii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang dan Tujuan 1
1.2 Metodologi Penulisan Laporan 2
1.2.1 Analisis 2
1.2.2 Proses Partisipasi Pemangku Kepentingan 2
1.2.3 Sistematika Penulisan Laporan 3
2 KONDISI SAAT INI DAN TANTANGAN MASA DEPAN 4
2.1 Kondisi Sumber Sampah 4
2.2 Kondisi Pengangkutan 7
2.3 Kondisi Pemrosesan Sampah 9
2.4 Kondisi Reduksi, Daur Ulang, dan Daur Pakai (3R) 12
2.5 Kebijakan dan Peraturan Perundangan 13
2.6 Tantangan Pengelolaan Sampah ke Depan 14
3 POTENSI MITIGASI DI SEKTOR SAMPAH 17
3.1 Metode Perhitungan 17
3.2 Pemanfaatan CH4 dari Landfill menjadi Energi Listrik 20
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
viii ix
4 SKENARIO POTENSI MITIGASI DAN ISU-ISU STRATEGIS
DARI PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR LIMBAH 22
4.1 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah 22
4.2 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Perkotaan 23
4.3 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Pedesaan 30
4.4 Hasil Perhitungan Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah 33
4.5 Perhitungan Abatement Cost 41
5 KEBIJAKAN PENANGANAN SAMPAH DAN PENGINTEGRASIAN
MITIGASI PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN SEKTOR LIMBAH 45
5.1 Penyusunan Alternatif Kebijakan Mitigasi berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan 45
5.2 Isu-isu Strategis Perubahan Iklim Pada Sektor Limbah 53
5.2.1 Kelompok Program Inventarisasi Data dan Perencanaan 54
5.2.2 Kelompok Program Regulasi dan Kebijakan 54
5.2.3 Kelompok Program Implementasi 55
5.2.4 Kelompok Program Capacity Program 56
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN A 59
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
x xi
DAFTAR TABeL
Tabel 2.1 Kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia tahun 2005 9
Tabel 3.1 Faktor Emisi untuk Setiap Kegiatan Pengolahan Sampah 18
Tabel 3.2 Biaya untuk setiap Kegiatan Pengolahan Sampah 19
Tabel 3.3 Asumsi perencanaan landfill, instalasi flaring dan pembangkit listrik 21
Table 4.1 Matriks Perbandingan Skenario Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Sampah di Indonesia untuk wilayah Perkotaan 39
Tabel 4.2 Matriks Perbandingan Skenario Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Sampah di Indonesia untuk wilayah Pedesaan 41
Tabel 5.1 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 1 (BAU) 47
Tabel 5.2 Rekapitulasi asumsi dalam Alternatif 1 (BAU) 48
Tabel 5.3 Asumsi yang digunakan dalam alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal) 49
Tabel 5.4 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal) 50
Tabel 5.5 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis) 51
Tabel 5.6 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis) 52
Tabel 5.7 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) 53
Tabel 5.8 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) 54
Tabel 5.9 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) 55
Tabel 5.10 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) 56
Table 5.11 Matriks Aksi Mitigasi Alternatif Kebijakan
(berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan) 50
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
x xi
DAFTAR GAmBAR
Gambar 2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia (2005-2030) 4
Gambar 2.2 Proyeksi Timbulan Sampah Perkapita (2005-2030) 5
Gambar 2.3 Proyeksi Timbulan Sampah di Indonesia (2005-2030) 6
Gambar 2.4 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2010 6
Gambar 2.5 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2030 7
Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 7
Gambar 2.7 Proyeksi Prosentase Pengangkutan Sampah oleh Pemerintah Daerah 8
Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005 10
Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005 11
Gambar 4.1 Timbulan Sampah di Perkapita di Perkotaan untuk Skenario
Reduksi Sampah di Sumber 24
Gambar 4.2 Timbulan Sampah di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 25
Gambar 4.3 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan
Skenario 3R dan Pengomposan 26
Gambar 4.4 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan
Skenario 3R dan Pengomposan 26
Gambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CL 27
Gambar 4.6 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+CL 28
Gambar 4.7 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL+LFG 29
Gambar 4.8 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+LFG 29
Gambar 4.9 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Pedesaan
Skenario dibakar/ditimbun dimana saja 30
Gambar 4.10 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Pedesaan
Skenario dibakar/ditimbun dimana saja 31
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xii xiii
Gambar 4.11 Timbulan Sampah Perkapita di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 32
Gambar 4.12 Timbulan Sampah di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber 32
Gambar 4.13 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario 34
Gambar 4.14 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario 35
Gambar 4.15 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario 36
Gambar 4.16 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario 36
Gambar 4.17 Biaya Pengelolaan Sampah di perkotaan untuk setiap skenario 37
Gambar 4.18 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di perkotaan 37
Gambar 4.19 Biaya Pengelolaan Sampah di pedesaan untuk setiap skenario 38
Gambar 4.20 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di pedesaan 38
Gambar 4.21 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Perkotaan 41
Gambar 4.22 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Pedesaan 42
Gambar 4.23 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Perkotaan 42
Gambar 4.24 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Pedesaan 43
Gambar 4.25 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Perkotaan 43
Gambar 4.26 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Pedesaan 44
Gambar 5.1 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) tiap Alternatif terhadap Alternatif 1 (BAU) 57
Gambar 5.2 Reduksi Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) dibandingkan terhadap Alternatif 1 (BAU) 57
Gambar 5.3 Biaya Mitigasi Tiap Skenario dibandingkan alternatif 1 (BAU) 58
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xii xiii
DAFTAR isTiLAH, sinGKATAn DAn sATuAn
BL Baseline scenario
cap capita
CDM clean development mechanism
CER certified emission reduction
CH4 methane
CL controlled landfill
CO carbon monoxide
CO2 carbon dioxide
CO2 eq carbon dioxide equivalent
DOC degradable organic carbon
DOCF degradable organic carbon dissimilated
EF emission factor
eq equivalent
g gram
Gg gigagram
GHG greenhouse gas
Gt gigatonne
H2 hydrogen
H2O water
ha hectare
IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change
k methane generation rate constant
kg kilogram
kt kilotonne
kWh kilowatt-hour
L litre
L0 methane generation potential
LFG landfill gas
m metre
m3 cubic metre
MCF methane conversion factor
Mt megatonnes
MSW municipal solid waste
Mt megatonne
mV millivolt
MW megawatt
N nitrogen
N2 nitrogen gas
NA not applicable
N/A not available
N2O nitrous oxide
O2 oxygen
OD open dumping
OECD Organisation for Economic Co-operation and Development
ppb part per billion
ppbv part per billion by volume
ppm part per million
SL sanitary landfill
SO2 sulphur dioxide
SOx sulphur oxides
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xiv xv
t tonne
t-km tonne-kilometre
TWh terrawatt-hour
UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xiv xv
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xvi 1
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
xvi 1ICCSR - SektoR LImbah
1
PenDAHuLuAn
1
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
2 3
1.1 Latar Belakang dan Tujuan
Sebagai usaha dalam mitigasi perubahan iklim, di tingkat nasional Indonesia telah melakukan langkah-langkah, diantaranya:
• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi United Nations Framework of Climate Change Convention (UNFCCC) melalui Undang-Undang No 6 Tahun 1994
• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-Undang No 17 tahun 2004.
• Pada 26 November 2007, Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-PI) sebagai komitmen dalam mitigasi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
• Sebagai tuan rumah dalam UN Conference of Parties (COP) in Global Warming ke 13 di Bali yang diselenggarakan pada tanggal 3-14 Desember 2007.
• Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk melakukan pengurangan gas rumah kaca dengan target jangka menengah 26% di tahun 2020 (termasuk penggunaan lahan, perubahan pemanfaatan lahan dan kehutanan) dan jika digabung dengan dukungan internasional, pemerintah Indonesia yakin bahwa emisi gas rumah kaca dapat dikurangi sebanyak 41% [SBY, 2009]. Pemerintah telah menyiapkan keputusan presiden untuk mendukung komitmen ini yang disiapkan pada Januari 2010.
• Pada September 2009, Badan Pengembangan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah meluncurkan Indonesia’s Climate Change Trust Fund [ICCTF, 2009]. Ini merupakan mekanisme pendanaan untuk menjembatani mekanisme internasional untuk perubahan iklim dengan tingkat nasional yang efisien, transparan dan bertanggung-jawab.
Sektor limbah merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca yang penting. Limbah padat dan cair merupakan sumber signifikan CH4 yang penambahannya di atmosfer berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sehingga aksi nasional dalam mitigasi perubahan iklim di sektor limbah sangat penting. Di Indonesia, sampah dapat dianalisis di lebih dari 400 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Penanganan sampah di tingkat pusat merupakan kewenangan dan tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum yaitu dalam bidang teknis, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yaitu dalam aspek lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan latar belakang tersebut, penyusunan Roadmap Perubahan Iklim Sektor Limbah ditujukan untuk memberikan arahan penanganan mitigasi perubahan iklim di sektor limbah padat/sampah, integrasinya ke dalam kebijakan dan program-program pembangunan sektor limbah sehingga mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Selain itu, roadmap perubahan iklim sektor limbah ini bertujuan juga untuk memberikan kontribusi terhadap upaya global dalam pengurangan dampak negatif perubahan iklim. Penyusunan roadmap ini menekankan pada program-program yang
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
2 3
mungkin dilakukan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat ini sektor yang siap untuk melakukan reduksi CH4 dari sektor limbah adalah dari sektor persampahan sehingga penanganan mitigasi di sektor limbah roadmap ini dibatasi hanya untuk sektor persampahan. Saat ini sektor sampah sebagian besar dikelola oleh Pemerintah Kota/Kabupaten, khususnya untuk lingkungan perkotaan.
1.2 Metodologi Penulisan Laporan
1.2.1 Analisis
Analisis dalam penyusunan roadmap perubahan iklim sektor sampah dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Pengumpulan dan kajian dokumen-dokumen terkait sektor sampah dari Departemen Pekerjaan Umum dan juga dari Bappenas seperti Synthesis Report for Indonesia’s Technology Needs Assessment on Climate Change Mitigation, Bappenas-GTZ, Maret 2009.
b) Melakukan kajian literatur dan kajian dasar ilmiah mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor sampah, salah satunya dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen Guideline IPCC 2006.
c) Melakukan perhitungan timbulan sampah dan emisi GRK untuk sektor sampah.
d) Menyusun skenario emisi GRK sebagai dasar penyusunan program-program mitigasi sampah.
e) Menyusun program-program mitigasi sektor sampah.
1.2.2 Proses Partisipasi Pemangku Kepentingan
Partisipasi pemangku kepentingan diikutsertakan dalam proses penyusunan Roadmap ini melalui beberapa cara di antaranya:
• Konsultasi dan diskusi yang dilakukan dengan pejabat, peneliti dan pakar di instansi terkait khususnya Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
• Penyelenggaraan Forum Group Discussion (FGD), Pra-FGD serta rapat-rapat koordinasi di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan instansi terkait yang telah dilaksanakan baik di Bappenas maupun di Departemen Pekerjaan Umum. Dalam FGD ini juga dibahas mengenai isu lintas sektoral.
1.2.3 Sistematika Penulisan Laporan
Laporan ini terbagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut:
• Bab 1 menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisan laporan
• Bab 2 menjelaskan kondisi pengelolaan sampah di Indonesia
• Bab 3 menjelaskan metode perhitungan gas rumah kaca dari landfi ll dan potensinya di Indonesia. Bab ini juga menjelaskan berbagai asumsi yang dipakai dalam perhitungan.
• Bab 4 menjelaskan berbagai skenario mitigasi gas rumah kaca dari landfi ll. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membandingkan jenis skenario yang paling efektif dan efi sien dalam mitigasi gas rumah kaca, yaitu dengan membandingkan abatement costnya.
• Bab 5 menjelaskan berbagai alternatif kebijakan berdasarkan asumsi pembiayaan. Alternatif di Bab 5 merupakan gabungan dari berbagai skenario di Bab 4 yang dirangkai secara terpadu dan bertahap. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membandingkan berbagai alternatif pengelolaan sampah yang dibagi berdasarkan jumlah pembiayaannya. Untuk mengetahui alternatif kebijakan yang paling efektif dan efi sien ditinjau dari pengurangan gas rumah kaca dibandingkan abatement costnya. Bab 5 juga menjelaskan program jangka menengah dan panjang yang merupakan hasil FGD dengan sektor terkait khususnya Departemen Pekerjaan Umum terkait pengurangan gas rumah kaca.
ICCSR - SektoR LImbah
4
KOnDisi sAAT ini DAn TAnTAnGAn mAsA
DePAn
2
ICCSR - SektoR LImbah
5
Untuk merencanakan kegiatan mitigasi gas rumah kaca dari sektor sampah perlu ditentukan kondisi baseline sebagai basis perhitungan. Kondisi baseline untuk perhitungan sektor sampah adalah tahun 2005, yaitu periode sebelum diterapkannya UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Selain itu, tahun 2005 dipilih karena data-data penelitian pada tahun 2005 relatif lebih lengkap dibandingkan dengan tahun yang lain. Untuk perhitungan sampah domestik jumlah penduduk diproyeksikan sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.
Kondisi baseline pengelolaan sampah di Indonesia tahun 2005 dapat dibedakan menjadi (1) kondisi sumber sampah, (2) kondisi pengangkutan sampah, (3) kondisi pemrosesan sampah, (4) kondisi reduksi, daur ulang dan daur pakai (3R), dan (5) kebijakan dan peraturan perundangan.
Gambar 2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia (2005-2030)
2.1 Kondisi Sumber Sampah
Indonesia pada tahun 2005 memiliki tingkat produksi sampah perkapita 0,6 kg/orang/hari untuk wilayah perkotaan dan 0,3 kg/orang/hari untuk wilayah pedesaan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, produksi sampah perkapita akan terus naik sehingga di tahun 2030 mencapai 1,2 kg/kapita/hari untuk perkotaan dan 0,55 kg/orang/hari untuk pedesaan sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.2. Dengan jumlah penduduk sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.1, dihasilkan proyeksi timbulan sampah (lihat Gambar 2.3). Sebagai contoh, pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk 218,8 juta (BPS, 2006) menghasilkan sampah domestik sekitar 33,5 Megaton.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
6 7
Gambar 2.2 Proyeksi Timbulan Sampah Perkapita (2005-2030)
Di negara-negara Asia, data komposisi sampah tidak mudah didapatkan pada skala nasional. Sampah organik merupakan komponen utama dalam persampahan. Proporsi sampah organik adalah antara 34-70%, lebih tinggi 20-30% dari kebanyakan negara di Eropa. Saat ini, semakin banyak sampah plastik dan kertas yang dihasilkan di setiap negara di Asia, yang menunjukkan perubahan gaya hidup. Seiring peningkatan transisi ekonomi, komposisi sampah di Indonesia semakin mendekati negara-negara industri, yaitu dengan peningkatan prosentase kertas dan plastik dan penurunan komponen sampah organik.
Gambar 2.3 Proyeksi Timbulan Sampah di Indonesia (2005-2030)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
6 7
Sebaran sampah hasil proyeksi disampaikan dalam Gambar 2.4 dan Gambar 2.5. Gambar 2.4 menunjukkan sebaran timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2010. Sedangkan Gambar 2.5 menunjukkan sebaran timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2030.
Gambar 2.4 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2010
Pada tahun 2030, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.5, volume sampah domestik yang tinggi bukan hanya terjadi di Pulau Jawa tetapi juga di Pulau Sumatera.
Gambar 2.5 Peta Sebaran Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Tahun 2030
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
8 9
2.2 Kondisi Pengangkutan
Di Indonesia sekitar 50% sampah di perkotaan dan 20% sampah di pedesaan diangkut secara kolektif oleh dinas kebersihan, atau lembaga lain yang ditunjuk pemerintah kota/kabupaten (lihat Gambar 2.6). Sampah yang tidak terangkut oleh pemerintah dikelola sendiri oleh masyarakat secara swadaya.
Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005
Sesuai dengan rencana kerja pemerintah, pengangkutan sampah diproyeksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun (lihat Gambar 2.7). Secara umum, pekerjaan Dinas Kebersihan adalah mengangkut sampah dari TPS menuju TPA, sementara komunitas perkotaan mengatur pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke TPS secara mandiri. Sistem pengumpulan sampah seperti ini masih banyak kelemahan yaitu banyak sampah yang tidak dikumpulkan tetapi dibuang begitu saja di saluran drainase ataupun sungai.
Selain itu, masih ada masalah teknis yang terkait dengan peralatan dan perlengkapan dalam pengelolaan sampah. Secara umum kota/kabupaten di Indonesia mengalami kekurangan kendaraan untuk keperluan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Kendaraan yang usianya sudah tua juga memperlambat transportasi sampah, sehingga tidak semua sampah dapat diangkut.
Aspek lain yang tak kalah penting adalah mengenai sumber pembiayaan penanganan limbah padat domestik. Sebagian besar kota di Indonesia menggunakan sumber pembiayaan dari anggaran pembangunan pemerintah dan dalam beberapa kasus adalah berasal dari pinjaman luar negeri. Sumber keuangan lainnya berasal dari retribusi sampah yang dibebankan pada penghasil sampah. Namun sejak krisis ekonomi, pendapatan melalui retribusi menurun seiring dengan berkurangnya kemampuan ekonomi masyarakat. Saat ini masih ditemui kendala untuk menaikkan retribusi, karena masih terbatasnya kemampuan ekonomi masyarakat.
Gambar 2.6 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005 Kondisi Pengangkutan Sampah di Indonesia tahun 2005
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
8 9
Gambar 2.7 Proyeksi Prosentase Pengangkutan Sampah oleh Pemerintah Daerah
2.3 Kondisi Pemrosesan Sampah
Sampah yang diangkut secara kolektif oleh pemerintah daerah tidak seluruhnya diproses di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) namun mengalami berbagai proses lain sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.8. Secara lengkap kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia ditunjukkan melalui Tabel 2.1. Berdasarkan data penelitian di Bandung Raya dan informasi sekunder lainnya dari beberapa tempat di Indonesia, di tahun 2005 (lihat Tabel 2.1), diperoleh data bahwa1 (a) sampah anorganik yang di-recovery sebanyak 3%, (b) sampah organik dikompos sebanyak 1%, (c) sampah dibakar di TPS dan TPA 0,5%; diurug dengan open dumping 45%; dan diurug dengan sanitary landfi ll yang dilengkapi penangkap biogas 0,5%.
Sementara sebagian lagi sampah dikelola oleh masyarakat sendiri dengan komposisi sampah anorganik yang di-recovery sebesar 3%, sampah organik yang dikompos sebanyak 1%, sampah dibakar sebanyak 5%, dibuang ke saluran sungai 1% serta ditimbun dimana saja 40%. Sampah di pedesaan hanya sekitar 20% yang diangkut oleh petugas swadaya masyarakat secara kolektif dan 80% sisanya dikelola sendiri oleh masyarakat. Untuk sampah di pedesaan yang dikelola masyarakat sendiri tersebut, 40% dikelola dengan cara pengomposan sampah organik.
1 Satuan % yang digunakan dalam naskah ini adalah terhadap berat basah sampah. Biasanya data yang disajikan oleh pengelola sampah di
Indonesia adalah berdasarkan % terhadap volume basah yang akan mempunyai densitas berbeda.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
10 11
Tabel 2.1 Kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia tahun 2005
Tahun 2005 Satuan Perkotaan Pedesaan
Timbulan sampah perkapita kg/orang/hari 0,6 0,3Kenaikan timbulan sampah per tahun % 2,5 1Sampah diangkut secara kolektif (Dinas) % 50 20Kenaikan sampah diangkut kolektif per-tahun % 2 - 2,5 1 Sampah dikelola kolektif 2005:
• Anorganik direcovery % 3 0,5• Organik dikomposkan % 1 5,5• Dibakar di TPS dan TPA % 0,5 10• Diurug di open dumping % 45 4• Diurug dengan sanitary landfi ll + penangkap biogas % 0,5 0
Total % 50 20 Sampah dikelola sendiri 2005:
• Anorganik direcovery % 3 5• Organik dikomposkan % 1 40• Dibakar % 5 20• Dibuang ke saluran sungai % 1 5• Timbun dimana saja % 40 10
Total % 50 80
Sumber: Damanhuri, 2008
Gambar 2.8 menunjukkan bahwa dari 50% sampah yang diangkut di perkotaan, 45% diproses di landfi ll open dumping, dan sisanya direcovery, dikomposkan, dibakar, dan diproses di sanitary landfi ll. Selain itu, dari 20% sampah yang diangkut di pedesaan sebagian diurug di open dumping, dikomposkan, dan sebagainya (lihat Gambar 2.8).
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
10 11
Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005
Sampah yang tidak terangkut akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Gambar 2.9 menunjukkan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005
Sistem manajemen persampahan di Indonesia sebagian besar bergantung pada keberadaan landfi ll karena pemrosesan sampah akhir di Indonesia terbanyak menggunakan penimbunan/landfi ll. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem landfi ll menjadi salah satu isu yang sangat penting dalam pengelolaan limbah padat karena pada saat ini baru sebagian kecil landfi ll di Indonesia yang dikelola dengan baik.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
12 13
Gambar 2.8 Prosentase Kegiatan Pemrosesan Sampah di TPS dan TPA di Indonesia tahun 2005
Sampah yang tidak terangkut akan dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Gambar 2.9 menunjukkan kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Gambar 2.9 Kegiatan Pengelolaan Sampah yang Tidak Terangkut (Dikelola Sendiri) tahun 2005
Sistem manajemen persampahan di Indonesia sebagian besar bergantung pada keberadaan landfill karena pemrosesan sampah akhir di Indonesia terbanyak menggunakan penimbunan/landfill. TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan sistem landfill menjadi salah satu isu yang sangat penting dalam pengelolaan limbah padat karena pada saat ini baru sebagian kecil landfill di Indonesia yang dikelola dengan baik.
Sebagian besar sampah ditransportasikan ke TPA yang diolah melalui open dumping, dan diestimasikan bahwa hanya 10% yang diolah melalui sistem yang lebih baik seperti controlled landfill. Hanya terdapat sedikit perlindungan ataupun pengawasan terhadap air tanah sehingga lindi (leachate) dari sampah dapat mencemari air tanah atau sungai. Selain itu, pondasi TPA biasanya berbatu, berkerikil ataupun area rawa yang sangat sensitif terhadap polusi air (Damanhuri, 2008). Masalah lainnya adalah masyarakat banyak menolak jika lahan atau lingkungannya dipilih untuk dijadikan TPA.
Alasan utama penggunaan open dumping terus diberlakukan di Indonesia adalah karena terbatasnya anggaran operasional. Dengan anggaran operasional yang terbatas, sangat sulit untuk menutup area dengan lapisan tanah dan mengkompaksi sampah lapisan demi lapisan. Pengoperasian open dumping menimbulkan banyak masalah seperti terbentuknya asap, bau dan munculnya lalat. Di banyak kasus, ditemukan sampah yang berasal dari industri dan sampah patogen dari rumah sakit di TPA yang sama, walaupun sejak 1995 pemerintah Indonesia telah mengatur kriteria landfill untuk sampah B3. Karena adanya pencampuran sampah dari berbagai kriteria sampah yang berbeda, maka bahaya yang ditimbulkan oleh landfill menjadi semakin besar.
Selain itu, masalah utama dalam pengelolaan sampah menggunakan landfill adalah ketika landfill telah penuh. Secara pengelolaan juga banyak kelemahan, seperti perhatian hanya diberikan ketika TPA mulai penuh atau terdapat gangguan pada operasional. Selain itu, pengelolaan masih belum dilakukan secara terintegrasi.
2.4 Kondisi Reduksi, Daur Ulang, dan Daur Pakai (3R)
Pada umumnya Solid Waste Management (SWM) di Indonesia sangat bergantung pada keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Pengolahan level menengah sudah dibangun sebagai bentuk usaha untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Sampai saat ini, sangat sedikit tempat pemrosesan level menengah yang dikelola secara profesional di Indonesia. Pusat pengolahan komunitas (3R) juga dibentuk sebagai solusi untuk mengurangi jumlah sampah. Kondisi reduksi, daur ulang dan daur pakai pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 2.1, Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.
Melalui metode 3R (reduce, reuse, dan recycle) beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang dan Yogyakarta mulai mengembangkan pengolahan level menengah dengan mengompos dan mendaur ulang sampah anorganik untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Masalah yang dihadapi adalah mahalnya harga pupuk kompos yang dihasilkan yaitu sekitar Rp 300 – Rp. 400/kg, dibandingkan dengan pupuk anorganik yang lebih murah. Sampah anorganik di Indonesia juga didaur ulang dan dilakukan oleh pemulung. Dari segi ekonomi sektor ini memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan.
Komposisi sampah merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengomposan dan daur ulang. Terdapat dua komposisi utama sampah, yaitu sampah basah atau sampah organik (sampah makanan,
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
12 13
dsb.) yang dapat dilakukan pengomposan, dan sampah kering atau sampah anorganik (plastik, kertas, gelas, dsb.) yang dapat di daur ulang. Perlu diperhatikan bahwa beberapa komponen dari barang bekas di Indonesia, seperti koran, buku bekas, majalah, baju bekas, komponen elektronik bekas, biasanya tidak dianggap sampah yang harus dibuang ke tempat sampah; dan biasanya dikumpulkan oleh sektor informal seperti tukang loak dan pemulung dijual ke penampungan barang bekas.
Aspek penting lainnya dalam pengelolaan sampah yaitu daur ulang dan peranan sektor informal. Di Indonesia, terdapat dua aliran daur ulang. Aliran pertama, kolektor sebagai sektor informal mengumpulkan bahan-bahan yang dapat didaur ulang di sumber. Aliran kedua, material ini dipisahkan dan didaur ulang oleh kota/kabupaten setelah pengumpulan sampah. Kegiatan daur ulang ini melibatkan ibu rumah tangga, dinas kebersihan, dan pemulung.
Di negara berkembang tingkat daur ulang komponen sampah anorganik adalah cukup tinggi sehingga menimbulkan dampak positif berupa manfaat ekonomi pada masyarakat. Meskipun metode yang digunakan untuk pemilahan/sortasi dan pemisahan sampah di negara-negara berkembang ini dianggap tidak sesuai untuk sistem manajemen sampah seperti yang didefinisikan oleh negara-negara maju, metode yang ada tersebut tidak hanya memberikan arus pendapatan ekonomi kepada ratusan ribu orang yang terlibat dalam sektor informal ini, tetapi juga memberikan kontribusi positif berupa lebih banyaknya sampah yang dapat didaur ulang.
2.5 Kebijakan dan Peraturan Perundangan
Pengelolaan sampah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, mencegah polusi lingkungan dan melindungi sumber daya air bersih sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32/2009. Pengelolaan sampah diatur secara khusus dalam Undang-Undang No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sebelum UU No.18/2008 dikeluarkan, PP No.16/2005 telah menempatkan masalah perlindungan sumber air akibat pencemaran dari TPA sebagai salah satu fokus yang diatur. PP 16/2005 ini merupakan peraturan di bawah Undang-Undang Sumber Daya Air (UU No.7/2004).
UU No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah menggariskan bahwa pengelolaan sampah hendaknya berlandaskan hierarki pendekatan (a) pengurangan dan (b) penanganan sampah. Pengurangan (minimasi) sampah dilandaskan atas prinsip (a) pembatasan (reduce), guna-ulang (reuse) dan daur-ulang (recycle) sebagai prioritas pengelolaan sampah, yang dikenal sebagai pendekatan 3R. Makna dari pendekatan ini adalah mengedepankan pengelolaan sampah di hulu yang dimulai dari upaya bagaimana agar sampah sesedikit mungkin dihasilkan (reduce) dari kegiatan sehari-hari, seperti perubahan pola kerja lingkungan industri penghasil dan pengguna pengemas untuk hasil produksinya, agar menghasilkan dan menggunakan pengemas yang ramah lingkungan dengan volume sesedikit mungkin dan kelak setelah tidak digunakan, sampahnya akan mudah didaur-ulang dan ditangani lebih lanjut. Mereka juga digariskan agar tetap
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
14 15
tidak lepas tangan terhadap pengemas tersebut, yaitu dalam bentuk extended producers responsibility (EPR). Sampah yang dihasilkan kemudian lebih diarahkan agar dikelola di sumber, melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), melalui upaya guna-ulang dan daur-ulang. Sampah atau residu yang masih tersisa selanjutnya ditangani secara baik dan profesional melalui pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pengolahan. Residu dari kegiatan ini kemudian wajib disingkirkan ke lingkungan secara aman, agar tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Oleh karenanya, UU-18/2008 menggariskan bahwa dalam 5 tahun sejak UU tersebut dikeluarkan, open dumping yang selama ini merupakan cara yang paling banyak dijumpai di Indonesia untuk menyingkirkan sampah, harus sudah digantikan dengan cara landfill yang lebih baik, seperti controlled dan sanitary landfill. Selanjutnya UU tersebut menggariskan tentang penguatan kapabilitas institusi, perbaikan hubungan antar stakeholder sebagai rekan dalam pengelolaan dan peningkatan sumber investasi.
Keinginan pemerintah untuk mengedepankan pendekatan 3R telah secara nyata dikemukakan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 21/PRT/M/2006 yang memfokuskan upaya 3R sebagai strategi nasional yang menggariskan bahwa sampai tahun 2014 pengurangan sampah hendaknya mencapai 20%2. Target strategi nasional pada sektor pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1. Mendukung pencapaian tingkat pelayanan pengolahan sampah 60% pada tahun 2010.
2. Mendukung pengurangan jumlah sampah melalui 3R sampai 20% pada tahun 2014.
3. Meningkatkan kualitas landfill:
- Controlled Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah.
- Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota metropolitan.
- Penghentian Open Dumping.
4. Mendukung pelaksanaan di tingkat institusi dan kerjasama regional.
Saat ini, implementasi pengelolaan persampahan di tingkat daerah dilaksanakan berdasarkan peraturan pemerintah daerah, berkaitan dengan organisasi pengelola sampah, biaya retribusi dan pengangkutan sampah dari sumber menuju TPA. Kendala terbesar terletak pada kurangnya kekuatan hukum yang menyebabkan lemahnya implementasi peraturan tersebut.
2 Walau tidak tercantum, satuan yang digunakan dapat dipastikan adalah % volume basah. Penggunaan satuan ini, membutuhkan kehati-hatian interpretasi, misalnya dalam klaim keberhasilan upaya daur ulang. Contoh: 1 truk botol plastik kosong mempunyai volume yang sama dengan 1 truk sampah basah, namun mempunyai berat yang berbeda.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
14 15
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
16 17
2.6 Tantangan Pengelolaan Sampah ke Depan
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan jumlah volume sampah. Gambar 2.1 menunjukkan hasil perhitungan timbulan sampah perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang merupakan hasil proyeksi dari tahun 2005 hingga 2030. Jumlah volume sampah yang terus meningkat ini akan menjadi masalah lingkungan yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Sehingga pengelolaan sampah perkotaan yang baik merupakan keharusan.
Pengelolaan Persampahan Domestik (Municipal Solid Waste/MSW) di Indonesia masih menghadapi banyak masalah seperti:
• Mayoritas kota tidak memiliki perencanaan (master plan) yang konsisten dalam penanganan sampah karena Pengelolaan Persampahan masih belum diformalkan;
• Pengelolaan Persampahan belum diberikan prioritas yang cukup dalam peraturan pemerintah daerah sehingga menjadikan anggaran dana untuk pengelolaan sampah sangat terbatas;
• Fasilitas untuk pengumpulan, transportasi, dan penyimpanan sampah juga terbatas;
• Sebagian besar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan open dumping yang menyebabkan polusi air, udara, dan bau tidak sedap.
Untuk menyelesaikan masalah diatas pemerintah kota/kabupaten sebagai penyelenggara pengelolaan sampah di level kota/kabupaten perlu meningkatkan program revitalisasi pengelolaan sampah yang meliputi penyempurnaan institusi pengelola sampah, peraturan perundangan yang terkait, isu-isu teknis pengelolaan sampah, infrastruktur pendukung, alternatif pembiayaan dan investasi, serta peningkatan kesadaran, budaya, dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.
Selain itu, pengelolaan sampah ke depan sekurangnya harus menerapkan dua kebijakan utama. Kebijakan pertama adalah pengurangan (reduce) sampah di sumber sebanyak mungkin, digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) (3R) sebelum diangkut ke TPA. Kebijakan kedua yaitu pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengintegrasikan partisipasi masyarakat. Dua kebijakan ini digunakan sebagai prinsip dasar pengelolaan sampah sebagaimana yang dideskripsikan di dalam undang-undang pengelolaan sampah. Sementara itu, partisipasi aktif masyarakat dalam program 3R sampah padat dimulai dari tingkat perumahan dengan mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat. Partisipasi industri juga akan dilakukan dengan melaksanakan EPR (Extended Producer Responsibility) yaitu prinsip untuk produsen dan importir sampah B3.
Pengelolaan sampah ke depan harus mulai memperhitungkan konversi sampah menjadi sumber energi. Selain itu, pengelolaan sampah harus terintegrasi dengan kegiatan mitigasi perubahan iklim sehingga terjadi co-benefit yang menguntungkan. Perhatian yang lebih besar baik dari sisi program maupun anggaran merupakan tantangan bagi setiap kota/kabupaten dalam rangka menciptakan pembangunan daerah yang lebih berwawasan lingkungan.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
16 17ICCSR - SektoR LImbah
17
POTensi miTiGAsi Di seKTOR sAmPAH
3
3.1 Metode Perhitungan
Emisi gas rumah kaca dari sektor persampahan pada umumnya berupa metana (CH4) yang dihasilkan dari TPA dan CO2 yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran terbuka. Emisi dari pembakaran terbuka lebih sulit untuk dikontrol dibandingkan emisi dari TPA. Selain itu, pembakaran dan daur ulang kertas dan plastik menghasilkan gas N2O yang jika dikonversikan menjadi CO2 ekuivalen (Eq.) adalah 310 kalinya.
Berdasarkan uraian di Bab 2 bahwa di Indonesia sampah dikelola dengan dikompos, dibakar, dibuang ke sungai, diurug, dibuang ke landfill, dan sebagainya. Potensi gas rumah kaca yang dihasilkan berbeda tergantung dari proses yang terjadi tersebut. Untuk pembakaran terbuka dan dekomposisi natural, proporsi sampah yang dapat terurai secara biologi di Indonesia adalah lebih tinggi. Dalam proses pembakaran terjadi reaksi aerob yang menghasilkan CO2, namun tidak ada gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara. Emisi CH4 dari landfill merupakan hasil dekomposisi anaerobik dari materi organik dalam sampah. Sampah dalam landfill terdekomposisi perlahan, dan waktu dekomposisi dapat berlangsung dalam beberapa dekade. Pada dasarnya gas yang terbentuk terdiri atas gas metana dan gas karbondioksida.
Sebelum melakukan mitigasi dari sektor sampah, perlu dilakukan perhitungan emisi CH4 yang dihasilkan dari sampah tersebut. Pada dasarnya perhitungan emisi dari landfill menggunakan IPCC First Order Decay (FOD) model (IPCC, 2006) dengan persamaan dasar untuk mengestimasi emisi CH4 adalah sebagai berikut:
CH4 tahun ke-t (Gg/thn) = ∑x [A ● k ● MSW(t) (x) ● MSW(F) (x) ● Lo (x)) ●e-k(t-x)] Dimana
CH4 = CH4 yang dihasilkan dalam tahun ke-t, Gg/tahunt = tahun perhitungan inventoryx = tahun ketika data dimasukkanA = (1-e-k)/k ; faktor normalisasi untuk mengoreksi hasil perhitunganMSWT(x) = jumlah total sampah yang dihasilkan dalam tahun x (Gg/tahun)MSWF(x) = fraksi jumlah sampah yang diproses di landfill dalam tahun x Lo(x) = potensi CH4 yang dihasilkan (Gg CH4/Gg sampah)
Laju pembentukan CH4 dari landfill sangat spesifik untuk kawasan tertentu karena pembentukannya tergantung kepada jenis sampah yang dibuang, elemen kelembaban, umur sampah dan kondisi iklim lokal. Sehingga untuk laporan ini digunakan data-data penelitian lokal sebagaimana terdapat pada Tabel 3.1.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
18 19
Tabel 3.1 Faktor Emisi untuk Setiap Kegiatan Pengolahan Sampah
Kegiatan Faktor Emisi Keterangan
1. Transportasi Sampah(Sumber: Alisan Smith et al, 2001: Waste management options and climate change, AEA Techno-Environment)
0,71 kg CO2/km Rata-rata perjalanan ke TPA = 50 km per 2,5 ton sampah
2. Degradasi Sampah di Landfi ll. Dihitung berdasarkan kondisi sampah di Indonesia: kadar air, kadar karbon-organik, dsb.
75 kg CH4/ton sampah Pada Sanitary Landfi ll yang baik, maksimum 90% emisi dapat tertangkap.105 kg CO2/ton sampah
3. Pembakaran Sampah
Kertas dan organik
0,05 kg N2O/ ton sampah
N2O = 310 CO2 dan CH4 = 23 CO2, nantinya disebut sebagai CO2 eq.
Plastik
2.237 kg CO2/ ton sampah
0,05 kg N2O/ ton sampah
4. Pengomposan 210 kg CO2/ton sampah
5. Daur Ulang
Kertas dan organik
0,05 kg N2O/ ton sampah
N2O = 310 CO2 dan CH4 = 23 CO2, nantinya disebut sebagai CO2 eq.
Plastik
2.237 kg CO2/ ton sampah
0,05 N2O/ton sampah
6. Pengelolaan Sampah lainnya
S a m p a h ditimbun dimana saja dan dibuang langsung ke sungai
750 kg CO2/ ton sampah
Sumber: Damanhuri, 2008
Untuk menghitung biaya mitigasi dibuat satuan harga pengoperasian dan pemeliharaan unit pengelolaan sampah seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2. Reduksi emisi adalah selisih antara emisi GRK yang dihasilkan BAU (Business as usual) dengan emisi GRK skenario tertentu. Emisi GRK dibuat dalam satuan CO2 equivalen (CO2 eq). Rumus perhitungan untuk mendapatkan reduksi emisi dalam CO2 eq adalah sebagai berikut:
Rumus Perhitungan Reduksi Emisi GRK (dalam CO2 eq):Reduksi Emisi GRK (dalam CO2 eq) = Emisi GRK BAU – Emisi GRK Skenario
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
18 19
Tabel 3.2 Biaya untuk setiap Kegiatan Pengolahan Sampah
KegiatanBiaya Operasi dan Pemeliharaan
per Ton Sampah
(Rp)(perkiraan dalam
USD Dollar)1. Pengangkutan 50.000 – 60.000 5 – 62. Sanitary Landfi ll 60.000 – 100.000 6 – 103. Open Dumping 10.000 – 20.000 1 – 24. Controlled Landfi ll 30.000 – 50.000 3 – 55. Pengomposan 15.000 – 20.000 1,5 – 2
Sumber: Damanhuri, 2008
Mitigasi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan setelah proses identifi kasi potensi emisi dan sumbernya selesai dilaksanakan. Pada umumnya mitigasi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan di tempat di mana sampah terakumulasi (dikumpulkan) dalam volume yang tinggi dan di bawah kondisi anaerob. Untuk sampah, landfi ll adalah sumber pelepas gas rumah kaca yang paling signifi kan. Selain itu, emisi GRK juga dihasilkan mulai dari pengangkutan/transportasi sampah menuju TPA, pembakaran plastik dan kertas serta pengomposan.
Pada tahun 2015, mengacu pada target MDG, 80% sampah di daerah perkotaan dan 50% di daerah pedesaan harus ditrasportasikan ke TPA. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pengelolaan direncanakan dengan asumsi realistis yang dapat diterapkan di masa yang akan datang.
Biaya mitigasi dihitung berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional/pemeliharaan. Interest rate digunakan 12%/tahun. Biaya ACERS (Abatement Cost the Emissions Reduction Scenario) dihitung berdasarkan (Situmeang, 2009):
ACERS =
ACERS = Abatement Cost the Emissions Reduction ScenarioNPV = Net Present Value
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
20 21
4.2 PemanfaatanCH4dariLandfillmenjadiEnergiListrik
Di Indonesia proyek pemanfaatan CH4 dari lahan landfill untuk menghasilkan energi listrik belum pernah dilaksanakan, walaupun beberapa penelitian lapangan dalam rangka CDM sudah ada yang dilakukan. Padahal di negara maju, landfill telah menjadi sumber energi listrik yang menjanjikan. Secara umum hambatan utama untuk pelaksanaan proyek tersebut adalah permasalahan biaya investasi karena investasi di sektor ini masih dianggap belum menguntungkan. Harga jual listrik dari landfill diatur dalam kebijakan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Nomor : 31 Tahun 2009, tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan Skaia Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik.
Dalam Peraturan Menteri tersebut, PT PLN (Persero) wajib membeli tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik yang rnenggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah dengan kapasitas sampai dengan 10 MW atau kelebihan tenaga listrik (excess power) dari badan usaha rnilik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat guna memperkuat sistem penyediaan tenaga listrik setempat. Harga pembelian tenaga listrik tersebut ditetapkan sebagai berikut:
a. Rp 656/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Menengah;
b. Rp 1.004/kWh x F, jika terinterkoneksi pada Tegangan Rendah.
F adalah faktor insentif sesuai dengan lokasi pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dengan besaran sebagai berikut:
a. Wilayah Jawa dan Bali, F = 1 ;
b. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, F = 1,2 ;
c. Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, F = 1,3 ;
d. Wilayah Maluku dan Papua, F = 1,5.
Laporan ini menyatakan bahwa sanitary landfill didukung oleh fasilitas flaring. Selain itu, CH4 digunakan sebagai generator listrik yang dapat dijual kepada PT PLN. Untuk perhitungan skala nasional dibuat beberapa asumsi. Asumsi sebagian besar berdasarkan studi kelayakan pemanfaatan CH4 untuk energi listrik di Makassar, Indonesia (Bank Dunia, 2007).
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
20 21
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
22 23
Tabel 3.3 Asumsi perencanaan landfi ll, instalasi fl aring dan pembangkit listrik
Parameter Asumsi
Landfi ll:Kapasitas 1 unit Landfi llBiaya investasi 1 unit Sanitary Landfi llBiaya investasi 1 unit Controlled Landfi llBiaya investasi 1 unit Open Dumping
Flaring dan Pembangkit Listrik:Effi siensi dari CH4
Effi ciency dari ElectricityGenerated Electricity (per Unit Sanitary Landfi ll)Biaya investasi Fasilitas Flaring dan Electricity
300 Gg/tahun4.000.000 USD3.000.000 USD2.000.000 USD
50%99%
1 MWh 6.000.000 USD
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
22 23ICCSR - SektoR LImbah
23
sKenARiO POTensi miTiGAsi DAn
isu-isu sTRATeGis DARi PeRuBAHAn
iKLim PADA seKTOR LimBAH
4
4.1 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah
Skenario potensi mitigasi dari sektor sampah dibuat berdasarkan mandat UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sesuai dengan isi UU No. 18/2008 tersebut, usaha-usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor sampah adalah me-recovery LFG (landfill gas) baik dari lahan open dumping yang telah dikonversi menjadi sanitary landfill, maupun dari pembuatan sanitary landfill yang baru. Usaha menutup open dumping dan membangun sanitary landfill dengan LFG teknologi recovery sejalan dengan isi UU No.18/2008, yaitu seluruh lahan open dumping harus ditutup pada tahun 2015. Usaha lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah usaha untuk mereduksi sampah baik di sumber sampah (rumah tangga), TPS (Tempat Penampungan Sementara), maupun TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dengan teknik 3R (reduce, reuse, recycle). Pemrosesan akhir sampah di perkotaan (urban) dan pedesaan (rural) di Indonesia adalah berbeda, di perkotaan menitikberatkan pada teknologi landfill (open dumping, controlled landfill, sanitary landfill), sedangkan di pedesaan teknologi pengomposan. Sedangkan untuk 3R dapat diterapkan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Berdasarkan mandat UU No. 18/2008 tersebut, skenario mitigasi gas rumah kaca yang dikembangkan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
Perkotaan:
1) Skenario Open Dumping
Skenario ini merupakan gambaran yang paling dekat dengan kondisi saat ini, yaitu penggunaan open dumping sebagai teknologi pemrosesan akhir sampah di perkotaan.
2) Skenario Reduksi Sampah di Sumber
Skenario ini menerapkan usaha reduksi sampah di sumber seperti melakukan kampanye dan capacity building dalam pengurangan jumlah plastik, kertas, dan kemasan.
3) Skenario 3R dan Pengomposan
Skenario ini menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle) di TPS dan TPA. Selain itu dilakukan pula pengomposan.
4) Skenario konversi ke Sanitary Landfill tanpa instalasi LFG
Skenario ini mengkonversi open dumping ke sanitary landfill dan controlled landfill tanpa melakukan pemanfaatan gas CH4 dari landfill untuk energi listrik.
5) Skenario konversi ke Sanitary Landfill dan instalasi LFG
Skenario ini mengkonversi open dumping ke sanitary landfill dan dilakukan pemanfaatan gas CH4 dari landfill untuk energi listrik.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
24 25
Pedesaan:
1) Skenario dibakar dan ditimbun dimana saja
Skenario ini merupakan gambaran umum kondisi pengelolaan sampah di pedesaan yaitu dibakar dan ditimbun dimana saja.
2) Skenario Reduksi Sampah di Sumber
Skenario ini menerapkan upaya pengurangan jumlah sampah dari sumbernya.
3) Skenario 3R dan Pengomposan
Skenario ini merupakan gabungan antara teknologi pengomposan dan 3R.
4.2 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Perkotaan
Asumsi yang digunakan dalam mitigasi gas rumah kaca di perkotaan untuk masing-masing skenario adalah sebagai berikut.
1) Skenario Open Dumping/Business as Usual (BAU)
Skenario Open Dumping merupakan kondisi BAU yang diproyeksikan sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Skenario open dumping (BAU) ini telah dijelaskan pada Bab 2 tentang kondisi saat ini. Asumsi yang digunakan untuk skenario open dumping (BAU) adalah sebagai berikut:
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.
• Pembakaran sampah pada daerah perkotaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 0,5% pada 2005 menjadi 0,8% pada 2020 dan menjadi 0,9% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 24% pada 2005 menjadi 4,8% pada 2030.
• Prosentase timbulan sampah yang dilakukan dikelola sendiri oleh masyarakat untuk sampah yang dibuang kemana saja adalah sebesar 25% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 5% pada 2030. Sedangkan untuk sampah yang dibuang ke sungai pada tahun 2005 sebesar 1% dan menurun menjadi 0,2% pada tahun 2030.
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping pada daerah perkotaan sekitar 49,5% pada 2005, meningkat hingga 89,10 % pada 2030.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
24 25
2) Skenario Reduksi sampah di sumber
• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,1 kg/orang/hari pada tahun 2030. Peningkatan timbulan sampah dengan dilakukannya reduksi di sumber sampah dapat diminimasi (meminimasi jumlah sampah yang dihasilkan), sehingga mampu mengurangi timbulan sampah sekitar 20%. Reduksi ju mlah sampah berarti juga reduksi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari sampah.
Gambar 4.1 Timbulan Sampah di Perkapita di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
26 27
Gambar 4.2 Timbulan Sampah di Perkotaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber
3) Skenario 3R dan pengomposan
• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.
• Prosentase timbulan sampah yang diangkut secara kolektif untuk sampah yang dikompos adalah sebesar 2,5% pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah yang dikompos yang dikelola sendiri sebesar 5% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1% pada 2030.
• Sampah plastik yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 2,5% pada 2005 menjadi 4% pada 2020 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah plastik yang didaur ulang dengan dikelola sendiri sebesar 5% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1% pada 2030. Penurunan ini sebenarnya terkait pengangkutan sampah yang mengalami peningkatan.
• Sampah kertas yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 2.5% pada 2005 dan meningkat menjadi 4,5% pada 2030. Sedangkan sampah kertas yang didaur ulang dan dikelola sendiri menurun dari 5% pada 2005 menjadi 1% pada 2030.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
26 27
Gambar 4.3 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario 3R dan Pengomposan
Gambar 4.4 Proyeksi Prosentase Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario 3R dan Pengomposan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
28 29
4) Konversi ke Sanitary Landfi ll tanpa instalasi LFG (Landfi ll Gas)
• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 meningkat menjadi 2,4% pada 2010 pada dan meningkat lagi menjadi 56% pada 2020 dan 63% pada 2030.
• Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 4% pada 2005 meningkat menjadi 23,4% pada 2020 dan 26,1% pada 2030.
Gambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CLGambar 4.5 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL + CL
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
28 29
Gambar 4.6 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+CL
5) Konversi ke Sanitary Landfi ll dan instalasi LFG (Landfi ll Gas) Penghasil Listrik
• Asumsi transportasi atau pengangkutan sampah sama dengan skenario open dumping (BAU) yaitu transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.Tingkat pelayanan meningkat 1-2% per tahun dari tahun 2005 sampai 2020 sehingga mencapai 80% pada tahun 2020 dan pada tahun 2030 menjadi 90%.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 4,5% pada 2005 meningkat menjadi 79,2% pada 2020 dan 89,10% pada 2030.
• Selain itu, sanitary landfi ll dilengkapi dengan LFG sehingga dilakukan pula perhitungan revenue dari setiap kWh listrik yang dihasilkan.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
30 31
Gambar 4.7 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Perkotaan Skenario SL+LFG
Gambar 4.8 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Perkotaan Skenario SL+LFG
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
30 31
4.3 Skenario Mitigasi Gas Rumah Kaca di Pedesaan
1) Skenario Dibakar dan ditimbun dimana saja
• Pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.
• Prosentase timbulan sampah yang dilakukan dikelola sendiri oleh masyarakat untuk sampah yang dibuang kemana saja adalah sebesar 28% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 23,63% pada 2030. Sedangkan untuk sampah yang dibuang ke sungai pada tahun 2005 sebesar 12% dan menurun menjadi 10,13% pada tahun 2030.
Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping pada daerah pedesaan sekitar 8% pada 2005, meningkat hingga 13% pada 2030.
Gambar 4.9 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Pemerintah di Pedesaan Skenario dibakar/ditimbun dimana saja
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
32 33
Gambar 4.10 Proyeksi Pemrosesan Sampah oleh Masyarakat di Pedesaan Skenario dibakar/ditimbun dimana saja
2) Skenario Reduksi sampah di sumber
• Asumsi pengangkutan sama dengan skenario dibakar dan ditimbun dimana saja yaitu, pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,5 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Peningkatan hingga 0,5 kg/orang/hari merupakan hasil usaha reduksi (termasuk capacity building) yang sebelumnya mencapai 0,55 kg/orang/hari untuk Business-As-Usual.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
32 33
Gambar 4.11 Timbulan Sampah Perkapita di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber
Gambar 4.12 Timbulan Sampah di Pedesaan untuk Skenario Reduksi Sampah di Sumber
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
34 35
3) 3R dan pengomposan
• Asumsi pengangkutan sama dengan skenario dibakar dan ditimbun dimana saja yaitu, pembakaran sampah pada daerah pedesaan yang diangkut secara kolektif meningkat dari 12% pada 2005 menjadi 19,5% pada 2030. Sedangkan pembakaran sampah yang dikelola sendiri menurun dari 40% pada 2005 menjadi 33,75% pada 2030.
• Prosentase timbulan sampah yang diangkut secara kolektif untuk sampah yang dikompos adalah sebesar 5,5% pada tahun 2005 dan meningkat menjadi 19,3% pada 2030. Sedangkan sampah yang dikompos yang dikelola sendiri sebesar 28% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 10,5% pada 2030.
• Sampah plastik yang didaur ulang dengan cara diangkut secara kolektif meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 3,5% pada 2030. Sedangkan sampah plastik yang didaur ulang dengan dikelola sendiri sebesar 4% pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1,5% pada 2030.
• Sampah kertas yang didaur ulang dan diangkut secara kolektif meningkat dari 1% pada 2005 dan meningkat menjadi 3,5% pada 2030. Sedangkan sampah kertas yang didaur ulang dan dikelola sendiri menurun dari 4% pada 2005 menjadi 1,8% pada 2030.
4.4 Hasil Perhitungan Mitigasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah
Gambar 3.14 menunjukkan hasil perhitungan emisi gas rumah kaca dari sektor sampah. Emisi terbesar dihasilkan dari BAU (open dumping), disusul oleh skenario lainnya. Skenario reduksi di sumber tidak bisa menurunkan GRK yang cukup signifikan karena kegiatan kampanye dan capacity building dalam rangka mengurangi volume sampah disumber terbatas. Dengan kemajuan ekonomi masyarakat terpacu untuk terus meningkatkan jumlah sampahnya tanpa dapat dihindari. Skenario reduksi di sumber dapat berhasil jika didukung oleh kebijakan dan peraturan perundangan yang mengandung sanksi.
Skenario SL + CL (konversi dari open dumping ke Sanitary Landfill dan Controlled Landfill), memiliki emisi GRK yang lebih tinggi dari 3R(reduce, reuse, recycle) dan pengomposan karena pemrosesan akhir sampah dengan SL dan CL akan meningkatkan proses anaerobik yang menghasilkan CH4 walaupun tidak setinggi open dumping. Sedangkan pengomposan memroses sampah dengan proses aerobik yang tidak menghasilkan CH4. Namun kegiatan 3R, dengan mengolah dan mendaur ulang plastik misalnya, tetap menghasilkan GRK berupa gas CO2 dari proses pembakaran daur ulang. Skenario SL + LFG memiliki emisi GRK yang paling kecil karena adanya proses flaring (pembakaran) CH4 menjadi CO2 dan H2O dan juga konversi gas CH4 menjadi energi listrik.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
34 35
Gambar 4.13 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario
Gambar 4.14 menunjukkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pemrosesan sampah di pedesaan. Emisi tertinggi adalah BAU (buang/timbun dimana saja). Emisi dari skenario reduksi di sumber dan juga 3R + pengomposan menghasilkan gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan BAU. Untuk pedesaan, kegiatan pengomposan merupakan kegiatan yang sangat direkomendasikan dengan alasan sebagai berikut: (1) komposisi sampah di pedesaan didominasi oleh sampah organik yang sangat cocok untuk pengomposan, (2) kegiatan pengomposan di pedesaan akan berkembang pesat karena lahan masih tersedia luas, (3) pasar tersedia, karena pengguna utama dari kompos adalah sektor pertanian dan perkebunan, (4) pengomposan dapat meningkatkan kualitas tanah, (5) teknologi pembuatan kompos relatif sederhana sehingga mudah dilakukan oleh warga desa. Kendala terbesar adalah masalah persepsi petani yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik hasil pengomposan. Sehingga diperlukan penyuluhan dan pelatihan untuk menyadarkan petani bahwa penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan kualitas tanah. Masalah lainnya adalah bahwa pembuatan pupuk organik memerlukan waktu yang relatif lama. Masalah ini dapat diselesaikan dengan mengembangkan bakteri khusus untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organik. Pengembangan bioteknologi terkait pengomposan harus dikembangkan sejalan dengan upaya memasyarakatkan penggunaan pupuk organik.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
36 37
Gambar 4.14 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario
Gambar 4.15 dan 4.16 menunjukkan reduksi emisi GRK dari setiap skenario. Reduksi emisi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Reduksi Emisi Skenario = Emisi BAU – Emisi Skenario
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.15, reduksi emisi di perkotaan yang terbesar adalah skenario SL + LFG. Gambar 4.16 menunjukkan reduksi emisi GRK dari setiap skenario di pedesaan.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
36 37
Gambar 4.15 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di perkotaan untuk setiap skenario
Gambar 4.16 Reduksi emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) di pedesaan untuk setiap skenario
Gambar 4.17 menunjukkan biaya pengelolaan sampah. Gambar 4.18 menunjukkan biaya mitigasi, yaitu biaya pengelolaan sampah skenario tertentu dikurangi dengan biaya BAU.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
38 39
Gambar 4.17 Biaya Pengelolaan Sampah di perkotaan untuk setiap skenario
Gambar 4.18 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di perkotaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
38 39
Gambar 4.19 Biaya Pengelolaan Sampah di pedesaan untuk setiap skenario
Gambar 4.20 Biaya Mitigasi (Biaya Skenario – Biaya BAU) di pedesaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
40 41
Tabl
e 4.
1 M
atrik
s Per
band
inga
n Sk
enar
io M
itiga
si E
misi
Gas
Rum
ah K
aca
Sekt
or S
ampa
h di
Indo
nesia
unt
uk w
ilaya
h Pe
rkot
aan
Sken
ario
Perio
deA
kum
ulas
i R
eduk
si E
mis
i (M
t CO
2)
Tota
l Bia
ya
Miti
gasi
(mily
ar
USD
)
Aba
tem
ent
Cos
t (U
SD/
t CO
2)
Red
uksi
E
mis
i di
band
ingk
an
terh
adap
BAU
(%
)
Keb
ijaka
n ya
ng D
iper
luka
n
Redu
ksi S
umbe
r20
10 –
202
0 1
7,73
0,
137,
615,
12%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari s
ekto
r sa
mpa
h ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai r
enca
na p
engu
rang
an
GRK
yan
g sis
tem
atis.
(2
)Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
di
duku
ng
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an
lingk
unga
n.
20
10 –
203
0 4
5,14
0,13
2,9
11,3
0%
3R +
Pe
ngom
posa
n20
10 –
202
0
143,
56
0,1
6 1,
1437
,32%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari s
ekto
r sa
mpa
h ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai r
enca
na p
engu
rang
an
GRK
yan
g sis
tem
atis.
(2
)Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
di
duku
ng
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an
lingk
unga
n.
(3)M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip 3
R (re
duce,
reus
e, rec
ycle)
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han.
(4
)Pen
gura
ngan
sam
pah
(redu
ce) d
ari s
umbe
rnya
seb
anya
k m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
dan
did
aur
ulan
g (re
cycl
e) (
3R)
sebe
lum
di
angk
ut k
e TP
A.
(5)P
emba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di In
done
sia.
20
10 –
203
0
211
,17
0,
33
1,57
35,5
8%
SL +
CL
2010
– 2
020
2
8,94
0,9
6 33
,34
7,07
%(1
)Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
dar
i sek
tor s
ampa
h ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is. (2
)Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bid
ang
pers
ampa
han
berw
awas
an li
ngku
ngan
yan
g di
duku
ng o
leh
peng
emba
ngan
dan
pen
eliti
an te
knol
ogi t
erap
an
berw
awas
an li
ngku
ngan
. (5)
Peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping m
enja
di co
ntro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil d
an m
enen
gah;
sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r dan
met
ropo
litan
.
20
10 –
203
0
35,
77
1
,57
43,8
44,
74%
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
40 41
Sken
ario
Perio
deA
kum
ulas
i R
eduk
si E
mis
i (M
t CO
2)
Tota
l Bia
ya
Miti
gasi
(mily
ar
USD
)
Aba
tem
ent
Cos
t (U
SD/
t CO
2)
Red
uksi
E
mis
i di
band
ingk
an
terh
adap
BAU
(%
)
Keb
ijaka
n ya
ng D
iper
luka
n
SL +
LFG
2010
– 2
020
159
,18
1,4
9 9,
3542
,28%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari s
ekto
r sam
pah
yang
le
bih
leng
kap
dan
sem
purn
a de
ngan
dise
rtai
renc
ana
peng
uran
gan
GRK
yan
g sis
tem
atis.
(2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur b
idan
g pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
ling
kung
an y
ang
didu
kung
ole
h pe
ngem
bang
an d
an p
enel
itian
tekn
olog
i ter
apan
be
rwaw
asan
ling
kung
an. (
5)Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g men
jadi
cont
rolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l dan
men
enga
h;
sani
tary
land
fi ll d
i kot
a be
sar d
an m
etro
polit
an. (
6)Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sam
pah
(land
fi ll g
as –
LFG
) mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui p
ener
apan
energ
y reco
very s
ystem
.
2
010
– 20
30
2
43,6
7
2
,27
9,33
43,4
6%
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
42 43
Tabe
l 4.2
Mat
riks P
erba
ndin
gan
Sken
ario
Miti
gasi
Em
isi G
as R
umah
Kac
a Se
ktor
Sam
pah
di In
done
sia u
ntuk
wila
yah
Pede
saan
Sken
ario
Perio
deA
kum
ulas
i R
eduk
si E
mis
i (M
t CO
2)
Tota
l Bia
ya
Miti
gasi
(mily
ar
USD
)
Aba
tem
ent
Cos
t (U
SD/t
C
O2)
Red
uksi
Em
isi
dbib
andi
ngka
n te
rhad
ap B
AU
(%)
Keb
ijaka
n ya
ng D
iper
luka
n
Redu
ksi S
umbe
r20
10 –
202
0
27
,81
0,04
1,56
15,1
5%(1
)Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
dar
i sek
tor s
ampa
h ya
ng le
bih
leng
kap
dan
sem
purn
a de
ngan
dise
rtai
renc
ana
peng
uran
gan
GRK
yan
g sis
tem
atis.
(2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
infr
astr
uktu
r bid
ang
pers
ampa
han
berw
awas
an
lingk
unga
n ya
ng d
iduk
ung
oleh
pen
gem
bang
an d
an p
enel
itian
te
knol
ogi t
erap
an b
erw
awas
an li
ngku
ngan
.
20
10 –
203
0
43
,66
0,05
1,17
20,0
2%
3R +
Pe
ngom
posa
n20
10 –
202
0
50,
40
0
,81
16,
1024
,76%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari
sekt
or s
ampa
h ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an
dise
rtai
re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is. (
2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
inf
rast
rukt
ur b
idan
g pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ol
eh p
enge
mba
ngan
dan
pen
eliti
an
tekn
olog
i te
rapa
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan.
(3)
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce,
reuse,
recy
cle)
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han.
(4)
Peng
uran
gan
sam
pah
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, dig
unak
an
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um d
iang
kut
ke T
PA.
(7)P
emba
ngun
an T
PST
3R d
i se
mua
kot
a/ka
b di
In
done
sia.
20
10 –
203
0
64,
14
1
,23
19,2
322
,41%
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
42 43
4.5 Perhitungan Abatement Cost
Biaya mitigasi dihitung berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional/pemeliharaan. Interest rate digunakan 12%/tahun. Biaya ACERS (Abatement Cost the Emissions Reduction Scenario) dihitung berdasarkan (Situmeang, 2009):
ACERS =
ACERS = Abatement Cost the Emissions Reduction ScenarioNPV = Net Present Value
Untuk menghitung akumulasi biaya abatement cost maka dihitung NPV baik untuk emisi maupun untuk biaya mitigasi.
Gambar 4.21 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Perkotaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
44 45
Gambar 4.22 Perhitungan NPV Reduksi Emisi (ton CO2 eq) Setiap Skenario Pedesaan
Gambar 4.23 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Perkotaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
44 45
Gambar 4.24 Perhitungan NPV Biaya Mitigasi (USD) Setiap Skenario Pedesaan
Gambar 4.25 menunjukkan abatement cost untuk skenario di perkotaan dan Gambar 4.8 menunjukkan abatement cost untuk skenario di pedesaan.
Gambar 4.25 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Perkotaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
46 47
Gambar 4.26 Perhitungan Abatement Cost (USD/ton) Setiap Skenario Pedesaan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
46 47
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
48 49
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
48 49ICCSR - SektoR LImbah
49
KeBiJAKAn PenAnGAnAn sAmPAH
DAn PenGinTeGRAsiAn miTiGAsi PeRuBAHAn
iKLim Ke DALAm PeRenCAnAAn seKTOR
LimBAH
5
5.1 Penyusunan Alternatif Kebijakan Mitigasi berdasarkan Perbedaan Jumlah Pembiayaan
Dalam Bab 4 telah disampaikan efisiensi dari setiap aksi mitigasi gas rumah kaca dari sektor sampah. Namun demikian, dalam pengelolaan sampah setiap aksi tersebut tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, misalnya 3R saja atau landfill saja. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang terpadu yaitu terdiri dari berbagai aksi mitigasi dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan teknis dan pendanaan yang ada. Oleh karena itu, di bab 5 ini akan disampaikan beberapa alternatif kebijakan penanganan sampah untuk mengetahui komposisi kebijakan mana yang paling efisien dari sisi abatement cost.
Berdasarkan kebutuhan operasional sektor terkait (Departemen Pekerjaan Umum) dan tahapan pembangunan yang selama ini dilakukan oleh Indonesia, asumsi yang digunakan dalam penyusunan alternatif kebijakan ini adalah adanya perbedaan jumlah pembiayaan. Dikembangkan alternatif dengan jumlah pembiayaan maksimal, optimis, moderat, pesimis, dan minimal dimana pembiayaan tertinggi adalah maksimal dan pembiayaan terendah adalah minimal. Untuk alternatif 1 digunakan asumsi BAU (Business As Usual) yaitu kondisi yang saat ini dilakukan oleh Indonesia dan diproyeksikan tidak banyak perubahan kebijakan, diantaranya kebijakan open dumping masih menjadi teknologi pemrosesan akhir sampah yang terbanyak sampai tahun 2030. Selain alternatif 1, dibuat 4 alternatif kebijakan lainnya berdasarkan besarnya pembiayaan sebagai berikut:
1) Alternatif 1 adalah kondisi saat ini di Indonesia (pembiayaan minimal), sehingga bisa disebut sebagai kondisi BAU (Business As Usual).
2) Alternatif 2 adalah alternatif kebijakan yang paling ideal yaitu mencapai target UU 18/2008, dimana di tahun 2015 seluruh open dumping telah dikonversi menjadi sanitary/controlled landfill. Alternatif ini merupakan alternatif pembiayaan maksimal, alternatif ini disebut juga dengan alternatif based-law.
3) Alternatif 3 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 2, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 2 (pembiayaan maksimal), alternatif ini disebut juga dengan alternatif optimis.
4) Alternatif 4 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 3, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 3 (pembiayaan optimis), alternatif ini disebut dengan alternatif moderat.
5) Alternatif 5 adalah alternatif kebijakan yang targetnya lebih rendah dari alternatif 4, sehingga pembiayaannya pun lebih rendah dari pembiayaan alternatif 4 (pembiayaan moderat), alternatif ini disebut dengan alternatif pesimis.
Alternatif 1 (BAU) tidak menerapkan kebijakan reduksi di sumber, tetapi Alternatif 2 sampai 5 menerapkan kebijakan reduksi di sumber sampah (skala rumah tangga) secara bertahap dengan prosentase reduksi
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
50 51
yang beragam yang tergantung dari pembiayaan. Alternatif 2 dengan pembiayaan maksimal (terbesar) memiliki prosentase reduksi sampah di sumber terbesar, disusul oleh Alternatif 3 (optimis) dan Alternatif 4 (moderat). Alternatif 5 (pesimis) memiliki prosentase reduksi sampah di sumber yang terkecil.
Secara rinci alternatif kebijakan yang dibuat adalah sebagai berikut:
1) Alternatif 1 (atau kondisi BAU), merupakan alternatif kebijakan yang mencerminkan timbulan sampah saat ini dan proyeksi akan datang dengan tanpa melibatkan tindakan reduksi. Asumsi yang digunakan adalah, sejalan dengan meningkatnya kemampuan penganggaran PEMDA, maka akan meningkat pula kemampuan pengelolaan sampah. Namun cara pandang pengelola sampah tidak berubah, yaitu tetap menggunakan prinsip kumpul-angkut-buang, yang penting kota terlihat tampak bersih. Sampah yang berhasil dikumpulkan seluruhnya akan dibawa ke TPA dengan operasi utama pengurugan dalam open dumping.
2) Alternatif 2 (untuk memenuhi UU 18/2008 atau based-law, dan pembiayaan maksimal), adalah skenario yang mencerminkan timbulan sampah saat ini dan proyeksi di masa yang akan datang dengan mengedepankan hierarhi pengelolaan sampah melalui (a) pengurangan sampah dengan prinsip 3R, dan (b) penanganan sampah dari mulai pewadahan sampai final disposal secara baik, termasuk penggunaan sanitary landfill untuk pengolahan sampah perkotaan. Alternatif kebijakan ini berusaha menjalankan ketentuan yang diatur dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Salah satu amanat UU No.18/2004 adalah konversi Sanitary Landfill menjadi Open Dumping tercapai 100% pada tahun 2014.
3) Alternatif 3 (asumsi pembiayaan optimis), merupakan alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009, yaitu melibatkan tindakan reduksi berupa konversi rata-rata 30 Open Dumping per tahun secara bertahap menjadi Sanitary Landfill dan Controlled Landfill.
4) Alternatif 4 (asumsi pembiayaan moderat) adalah alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009 dengan target konversi Open Dumping menjadi Sanitary Landfill yang lebih rendah dibandingkan skenario optimis dan ditambah dengan pemrosesan sampah menggunakan Controlled Landfill.
5) Alternatif 5 (asumsi pembiayaan minimal atau pesimis) adalah alternatif kebijakan yang didasarkan hasil FGD dengan Departemen Pekerjaan Umum tanggal 18 November 2009 dengan target konversi Open Dumping menjadi Sanitary Landfill yang lebih rendah dibandingkan alternatif pembiayaan moderat dan ditambah dengan pemrosesan sampah menggunakan Controlled Landfill dengan target lebih rendah dibandingkan alternatif pembiayaan moderat.
Secara rinci asumsi yang digunakan, tahapan program, dan target-target tiap alternatif dijelaskan dalam Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.10 berikut ini.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
50 51
Tabel 5.1 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 1 (BAU)
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
1)Transpor tas i/peng angkutan sampah
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.
• Pada tahun 2020 tingkat pelayanan meningkat 2% per tahun sehingga mencapai 80%
• Sedangkan dari 2020 tingkat pelayanan meningkat 1% sehingga pada tahun 2030 menjadi 90%.
2)Reduksi sampah
• 3R bersifat anjuran, tidak disertai kebijakan publik yang memadai dari Pemerintah Pusat/Daerah, seperti target 3R yang ingin dicapai dsb.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,2 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,55 kg/orang/hari pada tahun 2030.
3)Pemrosesan akhir
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, meningkat hingga 76,5% pada 2030.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dari 0,5% pada tahun 2005, diasumsikan hanya meningkat menjadi 3,2% pada 2020 dan 3,6% pada 2030.
4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain
• Praktek penanganan sampah secara informal seperti pembakaran dsb tetap berlangsung dengan penurunan prosentase yang tidak signifi kan.
Tabel 5.2 Rekapitulasi asumsi dalam Alternatif 1 (BAU)
2005 2010 2020 2030
Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralUnit: % (prosentase)
Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 22.5 80 27.5 90 32.5
Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.45 2.4 0.83 3.6 0.98Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.45 2.4 0.83 3.6 0.98Organik dikomposkan 1 5.5 1.2 6.3 2.4 8 2.7 9.8Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 9.68 0 8.25 0 7.8
Diurug di open dumping 45 4 53.4 5.63 69.6 9.63 76.5 13
Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 1.2 - 3.2 - 3.6 -
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
52 53
2005 2010 2020 2030
Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralSampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.2 2.33 0.6 2.18 0.3 2.03Daur ulang kertas 1.5 4 1.2 3.88 0.6 3.63 0.3 3.38Organik dikomposkan 1 40 0.8 38.8 0.4 36.3 0.2 33.8Dibakar 5 20 4 19.38 2 18.13 1 16.88Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3.88 0.4 3.63 0.2 3.38
Timbun dimana saja 40 9.6 32 9.3 16 8.7 8 8.1
Tabel 5.3 Asumsi yang digunakan dalam alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal)
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
1)Transportasi/pengangkutan sampah
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan
50%.
• Tingkat pelayanan meningkat 2% per tahun sehingga pada tahun 2020
mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.
2)Reduksi sampah
• Terjadi reduksi sampah.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari
pada 2005 menjadi 1 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada
2005 menjadi 0,45 kg/orang/hari pada tahun 2030.
3)Pemrosesan akhir
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45%
pada 2005, menurun hingga menjadi 0% pada 2030.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan
persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5%
pada 2005 menjadi 56% pada 2020 dan 63% pada 2030. Sanitary landfi ll
diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 90%.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
52 53
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain
• Prosentase timbulan sampah yang dikompos di urban meningkat dari 1 %
pada 2005 menjadi 6.4% pada 2020 dan 7.2% pada 2030.
• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4,80% pada
2020 dan 5,40% pada 2030.
• Kertas didaur ulang meningkat dari 2,4% pada 2005, pada 2020 mencapai
3,7% dan pada 2030 mencapai 4,6%.
• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada
2020 dan 0% pada 2030.
Tabel 5.4 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 2 (Law-Based, Pembiayaan Maksimal)
2005 2010 2020 2030
Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban RuralUnit: % (prosentase)Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll
50 20 60 30 80 50 90 70
Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2O r g a n i k dikomposkan 1 5.5 2.4 9 6.4 20 7.2 35
Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 12 0 12 0 9.1
Diurug di open dumping 45 4 48 6.6 0 13 0 17.5
Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured
0.5 - 2.4 - 56 - 63 -
Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured
0 - 3 - 8 - 9 -
Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 2.8 1.2 3 0.7 2.4Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 4.9 1.2 4 0.8 2.4O r g a n i k dikomposkan 1 40 1.6 42 2 36.5 1.2 23.7
Dibakar 5 20 3.2 10.5 0.6 2.5 0.3 0Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 2.8 0.2 1 0 0.3
Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7 14.8 3 7 1.2
*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh skenario BAU (lihat Tabel 5) dengan
Alternatif 2 (Pembiayaan Maksimal)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
54 55
Tabel 5.5 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis)
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
1)Transportasi/ pengangkutan
sampah
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.
• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai
80% dan pada 2030 menjadi 90,1%.
2)Reduksi sampah
• Terjadi reduksi sampah.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005
menjadi 1,05 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005
menjadi 0,48 kg/orang/hari pada tahun 2030.
3)Pemrosesan akhir
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005,
menurun menjadi 0% pada tahun 2030.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen
timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 menjadi
44% pada 2020 dan 49.5% pada 2030. Selain itu, dilakukan pula konversi Open
Dumping menjadi Controlled landfi ll dari 0% pada tahun 2005 menjadi 20% pada
2020 dan 22.5% pada tahun 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang
digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 75 %. Skenario optimis ini
melibatkan hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU,
yaitu konversi 30 Open Dumping per tahun menjadi Sanitary Landfi ll.
4)Kegiatan Pengelolaan Sampah
Lain
• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi
6.4% pada 2020 dan 7.2% pada 2030.
• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4.8% pada 2020 dan
5.4% pada 2030.
• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 4.8% dan
pada 2030 mencapai 5,4%.
• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
54 55
Tabel 5.6 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 3 (Pembiayaan Optimis)
2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural
Unit: % (prosentase)Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 30 80 50 70 45
Sampah yang diangkut kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 1.2 4.8 2.5 5.4 4.2Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 9 6.4 20 7.2 31.5Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 12 0 12 0 9.1
Diurug di open dumping 45 4 48 6.6 0 13 0 21
Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 1.8 - 44 - 49.5 -
Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured
0 - 3 - 20 - 22.5 -
Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 2.8 1.2 3 0.7 2.4Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 4.9 1.2 4 0.7 2.4Organi dikomposkan 1 40 1.6 42 1.2 36.5 0.9 23.7Dibakar 5 20 3.2 10.5 1.4 2.5 0.7 0Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 2.8 0.2 1 0 0.3
Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7 14.8 3 7 1.2
*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh skenario BAU (lihat Tabel 5.5) dengan alternatif 3 (pembiayaan Optimis)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
56 57
Tabel 5.7 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat)
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
1)Transportasi/pengangkutan sampah
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.
• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.
2)Reduksi sampah
• Terjadi reduksi sampah.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,1 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,5 kg/orang/hari pada tahun 2030.
3)Pemrosesan akhir
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, menurun menjadi 18% pada tahun 2020 dan 0% pada 2030.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0,5% pada 2005 menjadi 19,39% pada 2020 dan 28,8% pada 2030. Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 30.4% pada 2020 dan 45.9% pada 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 50%. Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat) ini mengakomodasi hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU.
4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain
• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 5.6% pada 2020 dan 7% pada 2030.
• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 3.2% pada 2020 dan 4.5% pada 2030.
• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 3.2% dan pada 2030 mencapai 4.5%.
• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
56 57
Tabel 5.8 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 4 (Pembiayaan Moderat)
2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural
Unit: % (prosentase)
Timbulan sampah yang diangkut ke landfi ll 50 20 60 25 80 35 90 45
Sampah yang dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.5 3.2 1.75 4.5 2.7Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.5 3.2 1.75 4.5 2.7Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 7.5 5.6 12.3 6.3 18
Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 10 0 8.4 0 5.85
Diurug di open dumping 45 4 40.5 6.5 18 10.85 0 15.75
Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0.5 - 5.28 - 19.39 - 28.8 -
Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured 0 - 7.8 - 30.4 - 45.9 -
Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 3 1.2 3.9 0.7 3.85Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 3.75 1.2 3.9 0.7 4.4Organik dikomposkan 1 40 1.6 41.3 1.2 42.3 0.8 38.5Dibakar 5 20 3.2 16.5 1.4 9.75 0.7 5.5Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3 0.2 1.3 0 0.55Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7.5 14.8 3.9 7.1 2.2
*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh aternatif BAU (lihat Tabel 5) dengan Alternatif
4 (Pembiayaan Moderat)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
58 59
Tabel 5.9 Asumsi yang digunakan dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis)
Komponen Pengelolaan Sampah Asumsi yang Digunakan
1)Transportasi/pengangkutan sampah
• Transportasi/pengangkutan sampah pada 2005 memiliki tingkat pelayanan 50%.
• Tingkat pelayanan meningkat 2 % per tahun sehingga pada tahun 2020 mencapai 80% dan pada 2030 menjadi 90%.
2)Reduksi sampah
• Terjadi reduksi sampah.
• Timbulan sampah untuk perkotaan meningkat dari 0,6 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 1,15 kg/orang/hari pada tahun 2030.
• Timbulan sampah untuk pedesaan meningkat dari 0,3 kg/orang/hari pada 2005 menjadi 0,53 kg/orang/hari pada tahun 2030.
3)Pemrosesan akhir
• Jumlah Timbulan sampah yang diurug di Open Dumping sekitar 45% pada 2005, menurun menjadi 36.8 % pada tahun 2020 dan 32.4 % pada 2030.
• Dilakukan konversi dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfi ll dengan persen timbulan sampah yang dibawa ke Sanitary Landfi ll sebesar 0% pada 2005 menjadi 16.8 % pada 2020 dan 23.4% pada 2030. Selain itu, timbulan sampah diproses pula di Controlled Landfi ll mencapai 12.8% pada 2020 dan 18.9 % pada 2030. Sanitary landfi ll dan Controlled landfi ll yang digunakan, diasumsikan dapat menangkap emisi sebesar 40%. Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis) ini mengakomodasi hasil FGD pada tanggal 18 November 2009 dengan Departemen PU.
4)Kegiatan Pengelolaan Sampah Lain
• Prosentase timbulan sampah yang dikompos meningkat dari 1% pada 2005 menjadi 5.6% pada 2020 dan 6.3% pada 2030.
• Plastik didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005 menjadi 4% pada 2020 dan 4.5% pada 2030.
• Kertas didaur ulang meningkat dari 1.5% pada 2005, pada 2020 mencapai 4% dan pada 2030 mencapai 4.5%.
• Pembakaran sampah menurun dari 0.5% pada 2005 menjadi 0% pada 2030.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
58 59
Tabel 5.10 Rekapitulasi Asumsi dalam Alternatif 5 (Pembiayaan Pesimis)
2005 2010 2020 2030Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urban Rural
Unit: % (prosentase)Waste transported collectively 50 20 60 22.5 80 27.5 90 32.5
Sampah dikelola kolektif:Daur ulang plastik 1.5 0.25 1.8 0.45 4 1.1 4.5 1.63Daur ulang kertas 1.5 0.25 1.8 0.45 4 1.1 4.5 1.63Organik dikomposkan 1 5.5 2.4 6.3 5.6 9.35 6.3 11.05Dibakar di TPS dan TPA 0.5 10 0.6 9.45 0 7.43 0 6.83
Diurug di open dumping 45 4 43.2 5.85 36.8 8.53 32.4 11.38
Diurug dengan sanitary landfi ll + biogas captured 0 - 6.6 - 16.8 - 23.4 -
Diurug dengan controlled landfi ll + biogas captured
0.5 - 3.6 - 12.8 - 18.9 -
Sampah dikelola sendiri:Daur ulang plastik 1.5 2.4 1.6 3.1 1 4.35 0.5 4.05Daur ulang kertas 1.5 4 1.6 3.88 0.8 4.35 0.7 4.05Organik dikomposkan 1 40 1.6 41.1 1.6 43.5 0.8 43.9Dibakar 5 20 3.2 18.6 1.6 14.5 0.8 12.15Dibuang ke saluran sungai 1 4 0.8 3.1 0.2 1.45 0 0.68
Timbun dimana saja 40 9.6 31.2 7.75 14.8 4.35 7.2 2.7
*) Reduksi emisi CO2 eq menyatakan selisih antara emisi yang dikeluarkan oleh alternatif BAU (lihat Tabel 5) dengan alternative
5 (pembiayaan Pesimis)
Hasil perhitungan dari tiap skenario di atas kemudian disajikan dalam Gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 untuk melihat trend emisi CO2, reduksi emisi, dan biaya mitigasi terhadap Business As Usual (BAU).
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
60 61
Gambar 5.1 Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) tiap Alternatif terhadap Alternatif 1 (BAU)
Gambar 5.2 Reduksi Emisi GRK (dalam Gg CO2 eq) dibandingkan terhadap Alternatif 1 (BAU)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
60 61
Gambar 5.3 Biaya Mitigasi Tiap Skenario dibandingkan alternatif 1 (BAU)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
62 63
Tabl
e 5.
11 M
atrik
s Aks
i Miti
gasi
Alte
rnat
if K
ebija
kan
(ber
dasa
rkan
Per
beda
an Ju
mla
h Pe
mbi
ayaa
n)
Alte
rnat
ifPe
riode
Aku
mul
asi
Red
uksi
E
mis
i (M
t C
O2)
Tota
l Bia
ya
Miti
gasi
(ju
ta U
SD)
Aba
tem
ent
Cos
t (U
SD/
t CO
2)
Red
uksi
E
mis
i di
band
ingk
an
dena
gn B
AU
(%)
Keb
ijaka
n ya
ng D
iper
luka
n
Law
- Ba
sed
2010
– 2
020
113
,67
3.72
110
7,20
19,0
4%(1
)Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
dar
i se
ktor
sam
pah
yang
leb
ih l
engk
ap d
an
sem
purn
a de
ngan
dise
rtai
renc
ana
peng
uran
gan
GRK
yan
g sis
tem
atis.
(2
)Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an i
nfra
stru
ktur
bid
ang
pers
ampa
han
berw
awas
an
lingk
unga
n ya
ng d
iduk
ung o
leh
peng
emba
ngan
dan
pen
eliti
an te
knol
ogi t
erap
an b
erw
awas
an
lingk
unga
n.
(3)M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip 3
R (re
duce,
reus
e, rec
ycle)
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han.
(3)M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip 3
R (re
duce,
reus
e, rec
ycle)
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han.
(4
)Pen
gura
ngan
sam
pah
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, dig
unak
an k
emba
li (re
use)
dan
did
aur u
lang
(rec
ycle
) (3R
) seb
elum
dia
ngku
t ke
TPA
. 5)
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll g
as –
LFG
) mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui p
ener
apan
energ
y reco
very s
ystem
. (6
)Pem
bang
unan
TPS
T 3R
di s
emua
kot
a/ka
b di
Indo
nesia
.
20
10 –
203
0 4
12,0
6 5.
130
49,2
726
,74%
Opt
imis
2010
– 2
020
9
1,54
4.
117,
56
166,
9815
,34%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari
sekt
or s
ampa
h ya
ng l
ebih
len
gkap
dan
se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is.
(2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
inf
rast
rukt
ur b
idan
g pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ole
h pe
ngem
bang
an d
an p
enel
itian
tekn
olog
i ter
apan
ber
waw
asan
lin
gkun
gan.
(3
)Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce, re
use,
recycl
e) da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.
(4)P
engu
rang
an s
ampa
h (re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
seb
anya
k m
ungk
in, d
igun
akan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um d
iang
kut k
e TP
A.
5)Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
– L
FG) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an en
ergy r
ecover
y syst
em.
(6)P
emba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di In
done
sia.
20
10 –
203
0 3
39,3
9 5
.554
,50
72,1
222
,03%
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
62 63
Alte
rnat
ifPe
riode
Aku
mul
asi
Red
uksi
E
mis
i (M
t C
O2)
Tota
l Bia
ya
Miti
gasi
(ju
ta U
SD)
Aba
tem
ent
Cos
t (U
SD/
t CO
2)
Red
uksi
E
mis
i di
band
ingk
an
dena
gn B
AU
(%)
Keb
ijaka
n ya
ng D
iper
luka
n
Mod
erat
2010
– 2
020
5
0,90
3.
169,
98
190,
128,
53%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari
sekt
or s
ampa
h ya
ng l
ebih
len
gkap
dan
se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is.
(2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
inf
rast
rukt
ur b
idan
g pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ole
h pe
ngem
bang
an d
an p
enel
itian
tekn
olog
i ter
apan
ber
waw
asan
lin
gkun
gan.
(3
)Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce, re
use,
recycl
e) da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.
(4)P
engu
rang
an s
ampa
h (re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
seb
anya
k m
ungk
in, d
igun
akan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um d
iang
kut k
e TP
A.
5)Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
– L
FG) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an en
ergy r
ecover
y syst
em.
(6)P
emba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di In
done
sia.
20
10 –
203
0 2
36,2
0 4
.407
,16
74,0
815
,33%
Pesim
is20
10 –
202
0
28,
30
2
.770
,80
333,
634,
74%
(1)M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari
sekt
or s
ampa
h ya
ng l
ebih
len
gkap
dan
se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is.
(2)M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
inf
rast
rukt
ur b
idan
g pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ole
h pe
ngem
bang
an d
an p
enel
itian
tekn
olog
i ter
apan
ber
waw
asan
lin
gkun
gan.
(3
)Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce, re
use,
recycl
e) da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.
(4)P
engu
rang
an s
ampa
h (re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
seb
anya
k m
ungk
in, d
igun
akan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um d
iang
kut k
e TP
A.
(5)P
enin
gkat
an m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sam
pah
(land
fi ll g
as –
LFG
) mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui p
ener
apan
energ
y reco
very s
ystem
. (6
)Pem
bang
unan
TPS
T 3R
di s
emua
kot
a/ka
b di
Indo
nesia
.
20
10 –
203
0
159,
62
4.0
57,0
6 10
1,16
10,3
6%
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
64 65
5.2 Isu-isu Strategis Perubahan Iklim Pada Sektor Limbah
Isu peraturan sebagai payung hukum untuk seluruh aktivitas terkait pengelolaan sampah di Indonesia memfokuskan pada peraturan pengelolaan sampah yang baru, yaitu UU No.18/2008, sehingga pengelolaan sampah di seluruh Indonesia harus mengikuti peraturan tersebut. Mengacu pada peraturan tersebut, aktivitas pengelolaan sampah berdasar pada pelayanan publik oleh pemerintah daerah yang menetapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dan mendukung EPR (Extended Producer Responsibility).
Strategi penting lainnya yang tercantum dalam peraturan baru tersebut adalah regulasi untuk pemerintah daerah agar menutup TPA dengan sistem open dumping dan menggantinya dengan controlled landfill untuk kota kecil dan menengah serta sanitary landfill untuk kota besar dan metropolitan pada tahun 2015. Selain itu, pemerintah daerah harus memonitor dan mengontrol penutupan TPA sampai 20 tahun.
Strategi pendanaan pada umumnya berkaitan dengan fakta bahwa alokasi dana pemerintah daerah untuk pengelolaan sampah masih rendah (< 3 %). Di masa yang akan datang, diharapkan pengelolaan sampah di Indonesia berdasarkan inisiatif pendanaan mandiri, seperti perusahaan sanitasi lokal atau Badan Layanan Umum (BLU). Selain itu, isu pendanaan ini berkaitan juga dengan porsi alokasi dana tahunan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta dengan jumlah retribusi yang didapatkan dari masyarakat untuk pengelolaan sampah.
Dari berbagai strategi yang telah disebutkan di atas, strategi paling penting adalah aspek sosial yaitu partisipasi masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, semua rencana aktivitas pengelolaan sampah ini tidak akan terlaksana. Pendekatan signifikan terhadap masyarakat harus dilakukan untuk mendukung program pemerintah terkait pengelolaan sampah ini.
Dalam hal mitigasi sampah di Indonesia dapat dilakukan upaya-upaya mitigasi dengan berbagai alternatif strategi, seperti di bawah ini:
- Melaksanakan kajian inventarisasi GRK dari sektor sampah yang lebih lengkap dan sempurna dengan disertai rencana pengurangan GRK yang sistematis.
- Menerapkan kebijakan pembangunan infrastruktur bidang persampahan berwawasan lingkungan yang didukung oleh pengembangan dan penelitian teknologi terapan berwawasan lingkungan.
- Mengembangkan penerapan kebijakan lingkungan hidup untuk prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan persampahan.
- Mengembangkan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan (dengan menjaga keseimbangan 3 pilar pembangunan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan) dengan mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dan meningkatkan penyerapan karbon
- Menyelenggarakan pembangunan infrastruktur bidang persampahan yang lebih memperhatikan aspek peningkatan kapasitas (capacity building) SDM dan institusi termasuk kompetensi dan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
64 65
kemandirian pemda dalam pembangunan infrastruktur yang berwawasan lingkungan serta mendorong peran sektor swasta dan masyarakat.
- Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan antisipatif terhadap perubahan iklim.
- Mengembangkan penerapan EPR (Extended Producer Responsibility) untuk produsen dan importir limbah B3.
- Mengembangkan teknologi peningkatan kualitas landfill:
o Controlled Landfill (CLF) untuk kota kecil dan menengah,
o Sanitary Landfill (SLF) untuk kota besar dan kota metropolitan
o Penghentian Open Dumping
Strategi-strategi kebijakan di atas dijabarkan dalam program-program prioritas terkait mitigasi perubahan iklim yang terbagi dalam empat kelompok utama strategi yaitu:
- kelompok program inventarisasi data dan perencanaan
- kelompok program regulasi dan kebijakan
- kelompok program implementasi
- kelompok program capacity program (penguatan institusi pemda, swasta, dan masyarakat)
5.2.1 Kelompok Program Inventarisasi Data dan Perencanaan
Kelompok program inventarisasi data dan perencanaan ini hanya dilaksanakan pada lima tahun awal perencanaan (2010-2014) yaitu berupa kajian inventarisasi dan pengurangan GRK (Gas Rumah Kaca) dari sektor sampah.
5.2.2 Kelompok Program Regulasi dan Kebijakan
Regulasi dan kebijakan mitigasi sampah terbagi dalam empat periode program. Untuk periode tahun 2010-2014, strategi yang akan diterapkan untuk setiap pulau adalah sebagai berikut:
• Penguatan pendekatan kebijakan lingkungan hidup untuk pengelolaan dan standardisasi persampahan (stepwise approach).
• Penerbitan produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
66 67
• Penyelesaian peraturan di bidang persampahan
• Penyiapan NSPM bidang persampahan.
• Pengaturan, pembinaan, pengawasan, pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi dalam pengelolaan persampahan
• Penyediaan pedoman pengawasan persampahan.
• Pembuatan NSPK bidang persampahan
• Penyediaan Bantek, Bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan persampahan
Periode lima tahun berikutnya (2015-2019) mencanangkan dua program unggulan yaitu:
• Pengawasan dan pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi dalam pengelolaan persampahan
• Pengawasan produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK.
Program utama dalam regulasi dan kebijakan pada periode tahun 2020-2024 dan 2025-2030 adalah pengawasan dan evaluasi produk pengaturan pengembangan persampahan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai NSPK. Program lainnya pada periode 2020-2024 adalah perancangan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan. Sementara untuk periode akhir perancangan roadmap, dilakukan evaluasi implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan.
5.2.3 Kelompok Program Implementasi
Kelompok Program Implementasi memiliki program-program utama yang sama bagi 7 pulau utama di Indonesia hanya dengan proporsi pembagian kabupaten/kota yang berbeda dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran B (matriks rekomendasi program implementasi mitigasi sektor sampah). Di bawah ini adalah program-program implementasi mitigasi sektor limbah secara umum:
• Pelaksanaan KPS pengembangan persampahan di kabupaten/kota.
• Pengelolaan persampahan di TPAS dari open dumping menjadi controlled landfill di kota kecil dan menengah; sanitary landfill di kota besar dan metropolitan.
• Pengurangan sampah (reduce) dari sumbernya sebanyak mungkin, digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) (3R) sebelum diangkut ke TPA.
• Peningkatan metoda pengelolaan gas sampah (landfill gas – LFG) melalui pengumpulan dan
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
66 67
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
68 69
pembakaran atau melalui penerapan energy recovery system.
• Pengadaan replikasi bantek pengembangan persampahan di kabupaten/kota.
• Penyediaan infrastruktur persampahan di kab/kota di setiap pulau di Indonesia
• Penyediaan fasilitas TPA CDM di kota metropolitan
• Penyediaan fasilitas pengelolaan persampahan
• Pengangkutan sampah di kota/kab di tiap pulau diIndonesia
• Pengangkutan sampah di tiap pulau di Indonesia
• Pembangunan TPST 3R di semua kota/kab di Indonesia.
5.2.4 Kelompok Program Capacity Program
Pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting dalam mitigasi sektor limbah di Indonesia, maka perlu direncanakan program-program yang berkaitan terutama dengan program kemitraan antara masyarakat dan pemerintah daerah serta pengelola persampahan, seperti dijabarkan di bawah ini:
• Penguatan kemitraan pemerintah dan masyarakat.
• Penguatan institusi pemerintah daerah dalam pengelolaan persampahan.
• Pengadaan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja pengembangan pengelolaan persampahan
• Pengadaan fasilitas bagi kegiatan pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah dunia usaha dan masyarakat
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
68 69
DAFTAR PusTAKA
1. Interg IPCC, Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, S. Solomon, D. Qin, M.Manning, Z. Chen, M.Marquis, K, 2007
2. IPCC, Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of WorkingGroup I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, S. Solomon, D. Qin, M.Manning, Z. Chen, M.Marquis, K, 2007
3. Damanhuri, Enri. 2008. A Future Prospect Of Municipal Solid Waste Management in Indonesia. The 5th Asian-Pacific Landfill Symposium in Sapporo, Japan.
4. Damanhuri Enri. 2005. Some Principal Issues On Municipal Solid Waste Management In Indonesia. Expert Meeting on Waste Management in Asia-Pacific Islands, Japan.
5. AEA Technology (1998) Options to reduce nitrous oxide emissions. Report to DG XI of the European Commission.
6. United Nations Framework Convention on Climate Change (1995) – the Kyoto Protocol.
http://www.unfccc.int/resource/process/components/response/respkp.html
7. OECD 1999, ‘OECD Environmental Data 1999’, Chapter 7, Waste.
8. APME (Association of Plastics Manufacturers in Europe) (1999) Information system on plastic consumption and waste management in Western Europe. European overview – 1997 data. Report by Taylor Nelson Sofres Consulting.
9. BPS (2004); Statistik Perumahan dan Permukiman, Modul SUSENAS 2004.
10. BPPT; Kajima & Tohoku Corp. (2006); Jelekong Landfill Gas Collection and Energy Recovery CDM Project
11. BPPT (2008) ; Studi Neraca Gas Rumah Kaca di Indonesia, Laporan Akhir
12. Ditjen Cipta Karya -DPU (2007); Sasaran Pembangunan Nasional 2009 dan Strategi Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015
13. Hansen, J. & Sato, M., 2001. Trends of measure climate forcing agents. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 98(26), pp. 14778-14783.
14. Mikaloff Fletcher, S., Tans, P., Bruhwiler, L., Miller, J. & Heimann, M., 2004b. CH4 sources estimated
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
70 71
from atmospheric observations of CH4 and its 13C/12C isotopic ratios: 2. Inverse modeling of CH4 fl uxes from geograpgical regions. Global Biogeochem. Cycles 18, GB4005, doi:10.1029/2004GB002224.
15. NOAA, 2005. Radiative climate forcing by long-lived greenhouse gases: the NOAA annual greenhouse gas index (aggi). NOAA Earth System Research Laboratory, R/GMD, 325 Broadway, Boulder, USA. http://www.cmdl.noaa.gov/aggi/
16. World Bank, Feasibility Study of Makassar Gas Project, (November 16, 2007)
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
70 71ICCSR - SektoR LImbah
71
LAmPiRAn
LAM
PIRA
N A
RE
KO
ME
ND
ASI
ST
RA
TE
GI
MIT
IGA
SI P
ER
UB
AH
AN
IK
LIM
SE
KT
OR
LIM
BA
H1.
Pu
lau
Sum
ater
a
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i M
itiga
siPr
iorit
as P
rogr
am P
ulau
Sum
ater
a
Inve
ntar
isas
i GR
KSt
atus
Em
isi
2010
– 2
014
2015
– 2
019
2020
– 2
024
2024
– 2
029
- E
misi
GRK
dar
i se
ktor
lim
bah
pada
t pe
rkot
aan
beru
pa
met
ana
(CH
4) ya
ng
diha
silka
n da
ri TP
A
dan
CO
2 ya
ng
diha
silka
n da
ri ke
giat
an
pem
baka
ran
terb
uka.
- Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
sebe
sar
0,6
kg/o
rang
/ha
ri un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari
untu
k pe
desa
an.
- Se
cara
ke
selu
ruha
n,
hany
a 21
%
dari
tota
l lim
bah
pada
t te
rseb
ut
yang
ditr
aspo
rtas
ikan
ke
TPA
(Dep
PU,
200
9).
- Po
tens
i tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
yang
di
hasil
kan
Pula
u Su
mat
era
pada
tah
un
2010
(8.8
93 G
g/ta
hun)
, 201
5 (1
0.93
0 G
g/ta
hun)
, 20
20
(13.
138
Gg/
tahu
n),
2025
(1
6.38
8 G
g/ta
hun)
, dan
203
0 (1
9.09
1 G
g/ta
hun)
.-
Berd
asar
kan
Sken
ario
Bus
iness
A
s U
sual
(BA
U),
pote
nsi
emisi
CO
2 eku
ival
en d
i Pul
au
Sum
ater
a pa
da
tahu
n 20
10
(9,3
juta
ton)
, 201
5 (1
1,4
juta
to
n),
2020
(1
3,7
juta
to
n),
2025
(17,
1 ju
ta to
n) d
an 2
030
(19,
9 ju
ta to
n)
- M
elak
sana
kan
kajia
n in
vent
arisa
si G
RK d
ari s
ekto
r lim
bah
pada
t yan
g le
bih
leng
kap
dan
sem
purn
a de
ngan
di
sert
ai r
enca
na p
engu
rang
an G
RK
yang
sist
emat
is.-
Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
di
duku
ng
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an
lingk
unga
n.-
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce, re
use,
recycl
e) da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.-
Men
gem
bang
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rkel
anju
tan
(den
gan
men
jaga
kes
eim
bang
an 3
pi
lar
pem
bang
unan
, yai
tu e
kono
mi,
sosia
l, da
n lin
gkun
gan)
de
ngan
m
engu
rang
i em
isi
GRK
(G
as
Rum
ah
Kac
a)
dan
men
ingk
atka
n pe
nyer
apan
kar
bon
- M
enye
leng
gara
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng p
ersa
mpa
han
yang
le
bih
mem
perh
atik
an a
spek
pe
ning
kata
n ka
pasit
as
(capa
city
build
ing)
SDM
dan
inst
itusi
term
asuk
ko
mpe
tens
i dan
kem
andi
rian
pem
da
dala
m p
emba
ngun
an i
nfra
stru
ktur
ya
ng b
erw
awas
an l
ingk
unga
n se
rta
men
doro
ng
pera
n se
ktor
sw
asta
da
n m
asya
raka
t.-
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ngel
olaa
n sa
mpa
h ya
ng
ram
ah
lingk
unga
n da
n an
tisip
atif
terh
adap
pe
ruba
han
iklim
.-
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ning
kata
n ku
alita
s lan
dfi ll
: (1
) C
ontro
lled
Land
fi ll (
CLF
) un
tuk
kota
ke
cil
dan
men
enga
h,(2
) Sa
nita
ry
Land
fi ll
(SLF
) un
tuk
kota
bes
ar d
an k
ota
met
ropo
litan
(3
) Pe
nghe
ntia
n O
pen
Dum
ping
.-
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n E
PR
(Ext
ende
d Pr
oduc
er R
espo
nsib
ility
) un
tuk
prod
usen
da
n im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m in
vent
aris
asi d
ata
dan
pere
ncan
aan
- K
ajia
n in
vent
arisa
si da
n pe
ngur
anga
n G
RK d
ari
sekt
or
limba
h pa
dat.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
- Pe
ngua
tan
pend
ekat
an k
ebija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pe
ngel
olaa
n da
n st
anda
rdisa
si pe
rsam
paha
n (st
epwi
se ap
proa
ch).
- Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng se
suai
N
SPK
.-
Peny
eles
aian
per
atur
an d
i bid
ang
pers
ampa
han
- Pe
nyia
pan
NSP
M b
idan
g pe
rsam
paha
n.-
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la in
vest
asi d
alam
pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n-
Peny
edia
an p
edom
an p
enga
was
an p
ersa
mpa
han.
- Pe
mbu
atan
NSP
K b
idan
g pe
rsam
paha
n-
Peny
edia
an
Bant
ek,
Bim
tek
dan
pend
ampi
ngan
(S
SK)
peng
elol
aan
pers
ampa
han
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
- Pe
laks
anaa
n K
PS
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n di
ka
bupa
ten/
kota
.-
Peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
cont
rolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l dan
men
enga
h; sa
nita
ry
landfi
ll di
kot
a be
sar d
an m
etro
polit
an s
ebes
ar 1
0%.
- Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, dig
unak
an k
emba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (
recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA
sebe
sar 2
0%.
- Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
–
LFG
) mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy r
ecover
y syst
em se
bany
ak 5
%.
- Pe
ngad
aan
repl
ikas
i ba
ntek
pen
gem
bang
an p
ersa
mpa
han
di k
abup
aten
/kot
a.-
Peny
edia
an in
fras
truk
tur p
ersa
mpa
han
di 4
1 ka
b/ko
ta d
i Pu
lau
Sum
ater
a.-
Peny
edia
an fa
silita
sTPA
CD
M d
i 6 k
ota
met
ropo
litan
- Pe
nyed
iaan
fasil
itas p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
seba
nyak
41
1 un
it-
Peng
angk
utan
sam
pah
di 4
1 ko
ta/k
ab d
i Pul
au S
umat
era.
- Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au S
umat
era
sebe
sar 3
0%.
- Pe
mba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di P
ulau
Su
mat
era.
Kel
ompo
k pr
ogra
m c
apac
ity b
uild
ing
(pen
guat
an i
nstit
usi
pem
da, s
was
ta, d
an m
asya
raka
t)
- Pe
ngua
tan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h da
n m
asya
raka
t.-
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
dal
am p
enge
lola
an
pers
ampa
han.
- Pe
ngad
aan
kegi
atan
mon
ev
kine
rja
peng
emba
ngan
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n -
Peng
adaa
n fa
silita
s ba
gi k
egia
tan
peng
emba
ngan
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
inve
stas
i bid
ang
pers
ampa
han
mel
alui
ke
rjasa
ma
pem
erin
tah
duni
a us
aha
dan
mas
yara
kat
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
- Pe
ngaw
asan
dan
pen
gem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
in
vest
asi
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han
- Pe
ngaw
asan
pro
duk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng se
suai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si-
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
du
mpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
sa
nita
ry l
andfi
ll di
kot
a be
sar
dan
met
ropo
litan
seb
esar
20%
- Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik (r
educ
e) d
ari s
umbe
rnya
se
bany
ak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA se
bany
ak 3
0%.
- Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
– L
FG)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
20%
. -
Pem
bang
unan
pr
oyek
pe
rcon
toha
n (3
R,
CD
M,
biog
as)
- Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r pe
rsam
paha
n di
86
kab/
kota
.-
Pem
bang
unan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
453
uni
t-
Pem
bang
unan
fasil
itas T
PA
CD
M d
i 2 K
ota
Met
ropo
litan
-
Peng
angk
utan
sam
pah
di 8
6 ko
ta/k
ab
- Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au
Sum
ater
a se
besa
r 45%
.-
Pem
elih
araa
n TP
ST 3
R di
se
mua
kab
/kot
a di
Pul
au
Sum
ater
a.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
- Pe
ranc
anga
n pe
ratu
ran
peru
ndan
g-un
dang
an
yang
te
rkai
t de
ngan
ke
mitr
aan
pem
erin
tah-
swas
ta
(pub
lic
priva
te pa
rtners
hip)
da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n-
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an pe
ngem
bang
an pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
- Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g m
enja
di
contro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
sani
tary
land
fi ll d
i kot
a be
sar
dan
met
ropo
litan
seb
esar
30%
- Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
40%
.-
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pen
erap
an e
nerg
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
30%
. -
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur
dan
peni
ngka
tan
pelay
anan
pe
rsam
paha
n di
41
kab/
kota
di
Pula
u Su
mat
era.
- Pe
mba
ngun
an fa
silita
s TP
A C
DM
di
3 K
ota
besa
r -
Peng
adaa
n fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
98 u
nit
- Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
41
kab/
kota
di P
ulau
Sum
ater
a.-
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Su
mat
era
sebe
sar 6
0%.
- E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
proy
ek p
erco
ntoh
an
(3R,
CD
M, b
ioga
s)
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)-
Pem
bent
ukan
ikl
im y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (s
was
ta) u
ntuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pel
ayan
an p
ersa
mpa
han,
ba
ik
dala
m
hand
ling-t
rans
porta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
- Pe
ngaw
asan
da
n ev
alua
si pr
oduk
pe
ngat
uran
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
oleh
pe
mer
inta
h
kabu
pate
n/ko
ta
yang
se
suai
NSP
K.
- E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t den
gan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(pub
lic
priva
te pa
rtners
hip)
dal
am p
enge
lola
an
pers
ampa
han.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
- Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TP
AS
dari
open
dum
ping
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l dan
men
enga
h; sa
nita
ry
landfi
ll di
ko
ta
besa
r da
n m
etro
polit
an
sebe
sar 5
0%-
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) dar
i sum
bern
ya se
bany
ak m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
dan
did
aur u
lang
(re
cycl
e) (
3R)
sebe
lum
dia
ngku
t ke
TPA
se
bany
ak 5
0%.
- Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
50
%.
- Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r dan
pe
ning
kata
n pe
layan
an p
ersa
mpa
han
di 8
6 ka
b/ko
ta
- Pe
mba
ngun
an fa
silita
s TP
A C
DM
di 3
ko
ta b
esar
- Pe
ngad
aan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
548
uni
t-
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an p
enga
ngku
tan
Sa
mpa
h di
86
kota
/kab
.-
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy
recov
ery
system
se
bany
ak
70%
.-
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
dan
pe
ngem
bang
an m
,pro
yek
perc
onto
han
(3R,
C
DM
, bio
gas)
- Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au S
umat
era
sebe
sar 7
5%.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
- Pe
ning
kata
n ke
sada
ran
selu
ruh
stak
ehol
ders
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n.
- Pe
ngem
bang
an
iklim
ya
ng
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (
swas
ta)
untu
k tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an
pelay
anan
pe
rsam
paha
n,
baik
dal
am h
andli
ng-tr
ansp
orta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
- Pe
ning
kata
n pe
rans
erta
se
luru
h st
akeh
olde
r da
lam
upa
ya m
enca
pai s
asar
an
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
72 73
2. Pu
lau
Jaw
a, P
ulau
Mad
ura,
Pul
au B
ali
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i M
itiga
siPr
iorit
as P
rogr
am P
ulau
Jaw
a, M
adur
a, d
an B
ali
Inve
ntar
isas
i GR
KSt
atus
Em
isi
2010
– 2
014
2015
– 2
019
2020
– 2
024
2024
– 2
029
�
Em
isi G
RK d
ari
sekt
or l
imba
h pa
dat
perk
otaa
n be
rupa
met
ana
(CH
4) ya
ng
diha
silka
n da
ri TP
A
dan
CO
2 ya
ng
diha
silka
n da
ri ke
giat
an
pem
baka
ran
terb
uka.
�
Ting
kat
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
se
besa
r 0,
6 kg
/ora
ng/h
ari
untu
k pe
rkot
aan
dan
0,3
kg/o
rang
/har
i unt
uk
pede
saan
.�
Se
cara
ke
selu
ruha
n,
hany
a 21
%
dari
tota
l lim
bah
pada
t te
rseb
ut
yang
di
trasp
orta
sikan
ke
TP
A
(Dep
PU
, 20
09).
�
Pote
nsi
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
ya
ng d
ihas
ilkan
Pul
au J
awa,
Mad
ura,
Bali
pada
tah
un 2
010
(24.
754
Gg/
tahu
n),
2015
(2
9.56
9 G
g/ta
hun)
, 20
20
(34.
588
Gg/
tahu
n),
2025
(4
1.94
0 G
g/ta
hun)
dan
203
0 (4
7.45
5 G
g/ta
hun)
.�
Be
rdas
arka
n Sk
enar
io
Busin
ess
As
Usu
al (B
AU
), po
tens
i em
isi C
O2
di
Pula
u Ja
wa,
Mad
ura,
Bali
pada
tahu
n 20
10 (
25,8
juta
ton
), 20
15 (
30,8
juta
to
n), 2
020
(36,
1 ju
ta to
n), 2
025
(43,
7 ju
ta to
n).d
an 2
030
(49,
5 ju
ta to
n).
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
dar
i se
ktor
lim
bah
pada
t ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an
dise
rtai
re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK
yang
sist
emat
is.�
M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng
pers
ampa
han
berw
awas
an lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ol
eh
peng
emba
ngan
da
n pe
nelit
ian
tekn
olog
i te
rapa
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan.
�
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(re
duce,
reu
se, r
ecycle
) da
lam
pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n.�
M
enge
mba
ngka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r ya
ng
berk
elan
juta
n (d
enga
n m
enja
ga k
esei
mba
ngan
3 p
ilar
pem
bang
unan
, ya
itu e
kono
mi,
sosia
l, da
n lin
gkun
gan)
den
gan
men
gura
ngi
emisi
GRK
(G
as R
umah
Kac
a) d
an
men
ingk
atka
n pe
nyer
apan
kar
bon
�
Men
yele
ngga
raka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n ya
ng
le
bih
mem
perh
atik
an
aspe
k pe
ning
kata
n ka
pasit
as
(capa
city
build
ing)
SDM
dan
ins
titus
i te
rmas
uk
kom
pete
nsi
dan
kem
andi
rian
pem
da
dala
m
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
sert
a m
endo
rong
per
an s
ekto
r sw
asta
da
n m
asya
raka
t.�
M
enge
mba
ngka
n te
knol
ogi
peng
elol
aan
sam
pah
yang
ra
mah
lin
gkun
gan
dan
antis
ipat
if t
erha
dap
peru
baha
n ik
lim.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ning
kata
n ku
alita
s lan
dfi ll
: (4
) C
ontro
lled
Land
fi ll
(CLF
) un
tuk
kota
ke
cil
dan
men
enga
h,(5
) Sa
nita
ry
Land
fi ll
(SLF
) un
tuk
kota
bes
ar d
an k
ota
met
ropo
litan
(6
) Pe
nghe
ntia
n O
pen
Dum
ping
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
EPR
(E
xten
ded
Prod
ucer
Re
spon
sibili
ty)
untu
k pr
odus
en d
an i
mpo
rtir
limba
h B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
keb
ijaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
peng
elol
aan
dan
stan
dard
isasi
pers
ampa
han
(step
wise
appr
oach
).�
Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
per
sam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
yan
g se
suai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
pe
ratu
ran
di
bida
ng
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
in
vest
asi d
alam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n�
Pe
nyed
iaan
pe
dom
an
peng
awas
an
pers
ampa
han.
�
Pem
buat
an N
SPK
bid
ang
pers
ampa
han
�
Peny
edia
an
Bant
ek,
Bim
tek
dan
pend
ampi
ngan
(S
SK)
peng
elol
aan
pers
ampa
han
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l da
n m
enen
gah;
san
itary
lan
dfi ll
di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 1
0%.
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat d
omes
tik (r
educ
e)
dari
sum
bern
ya se
bany
ak m
ungk
in, d
igun
akan
ke
mba
li (re
use)
dan
did
aur u
lang
(rec
ycle
) (3R
) se
belu
m d
iang
kut k
e TP
A se
besa
r 20%
. �
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
– L
FG) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy
recov
ery s
ystem
seba
nyak
5%
.�
Pe
ngad
aan
repl
ikas
i ba
ntek
pen
gem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r per
sam
paha
n di
42
kab/
kota
di P
ulau
Jaw
a, Ba
li, d
an M
adur
a�
Pe
nyed
iaan
fasil
itasT
PA C
DM
di 1
2 ko
ta
met
ropo
litan
�
Peny
edia
an fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
11 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 4
2 ko
ta/k
ab d
i Pu
lau
Jaw
a, Ba
li, d
an M
adur
a�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au Ja
wa,
Bali,
da
n M
adur
a�
se
besa
r 30%
.�
Pe
mba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di P
ulau
Jaw
a, M
adur
a, Ba
li.
Kel
ompo
k pr
ogra
m ca
paci
ty b
uild
ing
(pen
guat
an
inst
itusi
pem
da, s
was
ta, d
an m
asya
raka
t)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
dal
am
peng
elol
aan
pers
ampa
han.
�
Peng
adaa
n ke
giat
an
m
onev
ki
nerja
pe
ngem
bang
an p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peng
adaa
n fa
silita
s ba
gi
kegi
atan
pe
ngem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
inv
esta
si bi
dang
per
sam
paha
n m
elal
ui
kerja
sam
a pe
mer
inta
h du
nia
usah
a da
n m
asya
raka
t
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
awas
an
dan
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
pr
oduk
pe
ngat
uran
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
oleh
pe
mer
inta
h
kabu
pate
n/ko
ta
yang
se
suai
N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si�
Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil
dan
men
enga
h; s
anita
ry
landfi
ll di
ko
ta
besa
r da
n m
etro
polit
an
sebe
sar 2
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce) d
ari s
umbe
rnya
seba
nyak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA
seba
nyak
30%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
20
%.
�
Pem
bang
unan
pro
yek
perc
onto
han
(3R,
C
DM
, bio
gas)
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur p
ersa
mpa
han
di
65 k
ab/k
ota.
�
Pem
bang
unan
fasil
itas p
enge
lola
an
pers
ampa
han
seba
nyak
453
uni
t�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s TPA
CD
M d
i 5
Kot
a M
etro
polit
an
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 6
5 ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Jaw
a, M
adur
a, Ba
li se
besa
r 45%
.�
Pe
mel
ihar
aan
TPST
3R
di se
mua
kab
/kot
a di
Pul
au Ja
wa,
Bali,
dan
Mad
ura
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(pu
blic p
rivat
e pa
rtners
hip)
da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
da
n ev
alua
si pr
oduk
pe
ngat
uran
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
oleh
pe
mer
inta
h
kabu
pate
n/ko
ta
yang
se
suai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil d
an m
enen
gah;
sani
tary
lan
dfi ll
di
kota
be
sar
dan
met
ropo
litan
se
besa
r 30%
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) dar
i sum
bern
ya se
bany
ak m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
dan
did
aur u
lang
(re
cycl
e) (
3R)
sebe
lum
dia
ngku
t ke
TPA
se
bany
ak 4
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy
recov
ery
system
se
bany
ak
30%
. �
Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r dan
pe
ning
kata
n pe
layan
an p
ersa
mpa
han
di 4
2 ka
b/ko
ta d
i Pul
au Ja
wa,
Mad
ura,
Bali.
�
Pem
bang
unan
fasil
itas
TPA
CD
M d
i 15
Kot
a be
sar
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
98 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an
peng
angk
utan
sam
pah
di 4
2 ka
b/ko
ta
di Ja
wa,
Bali,
dan
Mad
ura
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Jaw
a, M
adur
a, Ba
li se
besa
r 60%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
proy
ek p
erco
ntoh
an
(3R,
CD
M, b
ioga
s)
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Pem
bent
ukan
ik
lim
yang
ko
ndus
if
bagi
dun
ia u
saha
(sw
asta
) un
tuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pe
layan
an
pers
ampa
han,
ba
ik d
alam
han
dling
-tran
spor
tatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
priv
ate p
artn
ershi
p) d
alam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 5
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 5
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur d
an
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n di
65
kab
/kot
a �
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s TP
A C
DM
di 4
ko
ta b
esar
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 5
48 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an
peng
angk
utan
Sam
pah
di 6
5 ko
ta/k
ab.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pen
erap
an e
nerg
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
70%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
m,p
roye
k pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bio
gas)
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Jaw
a, Ba
li, d
an M
adur
a�
se
besa
r 75%
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
ning
kata
n ke
sada
ran
selu
ruh
stak
ehol
ders
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n.
�
Peng
emba
ngan
ikl
im y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (s
was
ta) u
ntuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pel
ayan
an p
ersa
mpa
han,
ba
ik
dala
m
hand
ling-t
rans
porta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
�
Peni
ngka
tan
pera
nser
ta
selu
ruh
stak
ehol
der
dala
m
upay
a m
enca
pai
sasa
ran
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
72 73
3. Pu
lau
Kal
iman
tan
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i Miti
gasi
Prio
ritas
Pro
gram
Pul
au K
alim
anta
nIn
vent
aris
asi G
RK
Stat
us E
mis
i20
10 –
201
420
15 –
201
920
20 –
202
420
24 –
202
9
�
Em
isi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t pe
rkot
aan
beru
pa m
etan
a (C
H4)
yang
di
hasil
kan
dari
TPA
dan
CO
2 ya
ng d
ihas
ilkan
dar
i keg
iata
n pe
mba
kara
n te
rbuk
a. �
Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
sebe
sar
0,6
kg/
oran
g/ha
ri un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari u
ntuk
pe
desa
an.
�
Seca
ra
kese
luru
han,
ha
nya
21%
da
ri to
tal
limba
h pa
dat
ters
ebut
ya
ng
ditra
spor
tasik
an
ke
TPA
(D
ep P
U, 2
009)
.
�
Pote
nsi
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
yan
g di
hasil
kan
Pula
u K
alim
anta
n pa
da t
ahun
201
0 (2
.381
Gg/
tahu
n), 2
015
(2.9
75
Gg/
tahu
n),
2020
(3.
631
Gg/
tahu
n), 2
025
(4.5
83 G
g/ta
hun)
da
n 20
30 (5
.394
Gg/
tahu
n).
�
Berd
asar
kan
Sken
ario
Bus
iness
A
s U
sual
(BA
U),
pote
nsi e
misi
C
O2 d
i Pul
au K
alim
anta
n pa
da
tahu
n 20
10 (2
,5 ju
ta to
n), 2
015
(3,1
jut
a to
n),
2020
(3,
8 ju
ta
ton)
, 20
25 (
4,8
juta
ton
) da
n 20
30 (5
,6 ju
ta to
n).
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t ya
ng l
ebih
len
gkap
dan
se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai r
enca
na p
engu
rang
an
GRK
yan
g sis
tem
atis.
�
Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
per
sam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
did
ukun
g ol
eh p
enge
mba
ngan
da
n pe
nelit
ian
tekn
olog
i te
rapa
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan.
�
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pr
insip
3R
(redu
ce, r
euse,
rec
ycle)
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han.
�
Men
gem
bang
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rkel
anju
tan
(den
gan
men
jaga
ke
seim
bang
an
3 pi
lar
pem
bang
unan
, ya
itu
ekon
omi,
sosia
l, da
n lin
gkun
gan)
de
ngan
m
engu
rang
i em
isi G
RK (G
as R
umah
Kac
a) d
an
men
ingk
atka
n pe
nyer
apan
kar
bon
�
Men
yele
ngga
raka
n pe
mba
ngun
an i
nfra
stru
ktur
bi
dang
per
sam
paha
n ya
ng l
ebih
mem
perh
atik
an
aspe
k pe
ning
kata
n ka
pasit
as
(capa
city
build
ing)
SDM
dan
ins
titus
i te
rmas
uk k
ompe
tens
i da
n ke
man
diria
n pe
mda
da
lam
pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r ya
ng
berw
awas
an
lingk
unga
n se
rta
men
doro
ng
pera
n se
ktor
sw
asta
dan
mas
yara
kat.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pen
gelo
laan
sam
pah
yang
ram
ah li
ngku
ngan
dan
ant
isipa
tif te
rhad
ap
peru
baha
n ik
lim.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pen
ingk
atan
kua
litas
la
ndfi l
l: (7
) C
ontro
lled
Land
fi ll
(CLF
) un
tuk
kota
ke
cil d
an m
enen
gah,
(8)
Sani
tary
La
ndfi l
l (S
LF)
untu
k ko
ta
besa
r dan
kot
a m
etro
polit
an
(9)
Peng
hent
ian
Ope
n D
umpi
ng.
�
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n E
PR
(Ext
ende
d Pr
oduc
er R
espo
nsib
ility
) un
tuk
prod
usen
dan
im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
keb
ijaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
peng
elol
aan
dan
stan
dard
isasi
pers
ampa
han
(step
wise
appr
oach
).�
Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pers
ampa
han o
leh p
emer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
yan
g se
suai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
pe
ratu
ran
di
bida
ng
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
sum
ber p
embi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i dal
am p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peny
edia
an
pedo
man
pe
ngaw
asan
pe
rsam
paha
n.�
Pe
mbu
atan
NSP
K b
idan
g pe
rsam
paha
n�
Pe
nyed
iaan
Ba
ntek
, Bi
mte
k da
n pe
ndam
ping
an
(SSK
) pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
cont
rolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l da
n m
enen
gah;
san
itary
land
fi ll d
i kot
a be
sar
dan
met
ropo
litan
seb
esar
10%
.�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3
R)
sebe
lum
di
angk
ut
ke
TPA
se
besa
r 20%
. �
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y reco
very s
ystem
seba
nyak
5%
.�
Pe
ngad
aan
repl
ikas
i ba
ntek
pen
gem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r per
sam
paha
n di
41
kab/
kota
di P
ulau
Kal
iman
tan.
�
Peny
edia
an fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
11 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 4
1 ko
ta/k
ab d
i Pu
lau
Kal
iman
tan.
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Kal
iman
tan
sebe
sar 3
0%.
�
Pem
bang
unan
TPS
T 3R
di s
emua
kot
a/ka
b di
Pul
au K
alim
anta
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
dal
am
peng
elol
aan
pers
ampa
han.
�
Peng
adaa
n ke
giat
an
m
onev
ki
nerja
pe
ngem
bang
an p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peng
adaa
n fa
silita
s ba
gi
kegi
atan
pe
ngem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
inv
esta
si bi
dang
per
sam
paha
n m
elal
ui
kerja
sam
a pe
mer
inta
h du
nia
usah
a da
n m
asya
raka
t
Kel
ompo
k pr
ogra
m r
egul
asi
dan
kebi
jaka
n �
Pe
ngaw
asan
da
n pe
ngem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
in
vest
asi
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han
�
Peng
awas
an
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h ka
bupa
ten/
kota
ya
ng
sesu
ai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
impl
emen
tasi
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
sa
nita
ry l
andfi
ll di
ko
ta b
esar
dan
met
ropo
litan
se
besa
r 20%
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
seba
nyak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an
dida
ur
ulan
g (re
cycl
e)
(3R)
se
belu
m
dian
gkut
ke
TP
A
seba
nyak
30%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan d
an pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery s
ystem
seba
nyak
20%
. �
Pe
mba
ngun
an
proy
ek
perc
onto
han
(3R,
C
DM
, bi
ogas
)�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r pe
rsam
paha
n di
15
kab/
kota
.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
53 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 1
5 ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di
Pula
u K
alim
anta
n se
besa
r 45
%.
�
Pem
elih
araa
n TP
ST 3
R di
se
mua
kab
/kot
a di
Pul
au
Kal
iman
tan.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
ya
ng
terk
ait
deng
an
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
pr
ivate
partn
ershi
p)
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota b
esar
da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 3
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
40%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 3
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur
dan
peni
ngka
tan
pelay
anan
pe
rsam
paha
n di
41
kab/
kota
di
Pula
u K
alim
anta
n.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s �
Pe
ngad
aan
fasil
itas p
enge
lola
an
pers
ampa
han
seba
nyak
498
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
41
kab/
kota
di P
ulau
Kal
iman
tan.
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
K
alim
anta
n se
besa
r 60%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
proy
ek p
erco
ntoh
an
(3R,
CD
M, b
ioga
s)
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
mbe
ntuk
an i
klim
yan
g ko
ndus
if
bagi
dun
ia u
saha
(sw
asta
) unt
uk tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an p
elay
anan
per
sam
paha
n,
baik
da
lam
ha
ndlin
g-tra
nspo
rtatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
priv
ate p
artn
ershi
p) d
alam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 5
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 5
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur d
an
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n di
15
kab
/kot
a �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
548
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an S
ampa
h di
15
kota
/kab
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 7
0%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
dan
pe
ngem
bang
an m
,pro
yek
perc
onto
han
(3R,
CD
M, b
ioga
s)�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au
Kal
iman
tan
sebe
sar 7
5%.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
ning
kata
n ke
sada
ran
selu
ruh
stak
ehol
ders
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n.
�
Peng
emba
ngan
ikl
im y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (s
was
ta) u
ntuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pel
ayan
an p
ersa
mpa
han,
ba
ik
dala
m
hand
ling-t
rans
porta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
�
Peni
ngka
tan
pera
nser
ta
selu
ruh
stak
ehol
der
dala
m
upay
a m
enca
pai
sasa
ran
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
74 75
4. Pu
lau
Sula
wes
i
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i Miti
gasi
Prio
ritas
Pro
gram
Pul
au S
ulaw
esi
Inve
ntar
isas
i GR
KSt
atus
Em
isi
2010
– 2
014
2015
– 2
019
2020
– 2
024
2024
– 2
029
�
Em
isi G
RK d
ari s
ekto
r lim
bah
pada
t per
kota
an b
erup
a m
etan
a (C
H4)
yang
dih
asilk
an d
ari T
PA
dan
CO
2 ya
ng d
ihas
ilkan
dar
i ke
giat
an p
emba
kara
n te
rbuk
a. �
Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik se
besa
r 0,6
kg/
oran
g/ha
ri un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari u
ntuk
ped
esaa
n.�
Se
cara
kes
elur
uhan
, han
ya 2
1%
dari
tota
l lim
bah
pada
t te
rseb
ut
yang
ditr
aspo
rtas
ikan
ke
TPA
(D
ep P
U, 2
009)
.
�
Pote
nsi
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
ya
ng
diha
silka
n Pu
lau
Sulaw
esi
pada
ta
hun
2010
(3
.007
G
g/ta
hun)
, 20
15
(3.6
41
Gg/
tahu
n),
2020
(4.3
16 G
g/ta
hun)
, 202
5 (5
.302
Gg/
tahu
n) d
an 2
030
(6.0
73 G
g/ta
hun)
.�
Be
rdas
arka
n Sk
enar
io B
usin
ess
As
Usu
al (B
AU
), po
tens
i em
isi C
O2
di P
ulau
Sul
awes
i pa
da
tahu
n 20
10
(3,1
ju
ta
ton)
, 201
5 (3
,8 ju
ta to
n), 2
020
(4,5
juta
ton
), 20
25 (
5,5
juta
to
n) d
an 2
030
(6,3
juta
ton)
.
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t ya
ng l
ebih
len
gkap
dan
se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai re
ncan
a pe
ngur
anga
n G
RK y
ang
siste
mat
is.�
M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng p
ersa
mpa
han
berw
awas
an
lingk
unga
n ya
ng d
iduk
ung
oleh
pen
gem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an
lingk
unga
n.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip 3
R (re
duce,
reu
se,
recycl
e) da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.�
M
enge
mba
ngka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r ya
ng
berk
elan
juta
n (d
enga
n m
enja
ga
kese
imba
ngan
3
pila
r pe
mba
ngun
an,
yaitu
ek
onom
i, so
sial,
dan
lingk
unga
n)
deng
an
men
gura
ngi e
misi
GRK
(Gas
Rum
ah K
aca)
dan
m
enin
gkat
kan
peny
erap
an k
arbo
n�
M
enye
leng
gara
kan
pem
bang
unan
inf
rast
rukt
ur
bida
ng p
ersa
mpa
han
yang
leb
ih m
empe
rhat
ikan
as
pek
peni
ngka
tan
kapa
sitas
(ca
pacit
y bu
ildin
g) SD
M d
an i
nstit
usi
term
asuk
kom
pete
nsi
dan
kem
andi
rian
pem
da
dala
m
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
sert
a m
endo
rong
per
an s
ekto
r sw
asta
da
n m
asya
raka
t.�
M
enge
mba
ngka
n te
knol
ogi p
enge
lola
an sa
mpa
h ya
ng ra
mah
ling
kung
an d
an a
ntisi
patif
terh
adap
pe
ruba
han
iklim
.�
M
enge
mba
ngka
n te
knol
ogi p
enin
gkat
an k
ualit
as
land
fi ll:
(10)
C
ontro
lled
Land
fi ll (
CLF
) un
tuk
kota
ke
cil d
an m
enen
gah,
(11)
Sa
nita
ry
Land
fi ll
(SLF
) un
tuk
kota
be
sar d
an k
ota
met
ropo
litan
(1
2)
Peng
hent
ian
Ope
n D
umpi
ng.
�
Men
gem
bang
kan
pene
rapa
n E
PR
(Ext
ende
d Pr
oduc
er R
espo
nsib
ility
) un
tuk
prod
usen
dan
im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
keb
ijaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
peng
elol
aan
dan
stan
dard
isasi
pers
ampa
han
(step
wise
appr
oach
).�
Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kab
upat
en/k
ota
yang
ses
uai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
pe
ratu
ran
di
bida
ng
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
sum
ber p
embi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i dal
am p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peny
edia
an
pedo
man
pe
ngaw
asan
pe
rsam
paha
n.�
Pe
mbu
atan
NSP
K b
idan
g pe
rsam
paha
n�
Pe
nyed
iaan
Ba
ntek
, Bi
mte
k da
n pe
ndam
ping
an
(SSK
) pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing m
enja
di co
ntro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 1
0%.
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) dar
i sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA
sebe
sar 2
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy r
ecover
y syst
em se
bany
ak 5
%.
�
Peng
adaa
n re
plik
asi
bant
ek p
enge
mba
ngan
pe
rsam
paha
n di
kab
upat
en/k
ota.
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur p
ersa
mpa
han
di
39 k
ab/k
ota
di P
ulau
Sul
awes
i.�
Pe
nyed
iaan
fasil
itas p
enge
lola
an
pers
ampa
han
seba
nyak
411
uni
t�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
39
kota
/kab
di
Pula
u Su
mat
era.
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Sul
awes
i se
besa
r 30%
.�
Pe
mba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di P
ulau
Sum
ater
a.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.�
Pe
ngad
aan
kegi
atan
mon
ev
kine
rja
peng
emba
ngan
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
bagi
ke
giat
an
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la i
nves
tasi
bida
ng p
ersa
mpa
han
mel
alui
ke
rjasa
ma
pem
erin
tah
duni
a us
aha
dan
mas
yara
kat
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an
dan
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
pr
oduk
pe
ngat
uran
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
oleh
pe
mer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si�
Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TP
AS
dari
open
du
mpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
ko
ta k
ecil
dan
men
enga
h; s
anita
ry
landfi
ll di k
ota b
esar
dan
met
ropo
litan
se
besa
r 20%
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
se
bany
ak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke
TPA
seba
nyak
30%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an
energ
y reco
very s
ystem
seba
nyak
20%
. �
Pe
mba
ngun
an pr
oyek
perc
onto
han
(3R,
CD
M, b
ioga
s)�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r pe
rsam
paha
n di
31
kab/
kota
.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
53 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 3
1 ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Su
lawes
i seb
esar
45%
.�
Pe
mel
ihar
aan
TPST
3R
di se
mua
ka
b/ko
ta d
i Pul
au S
ulaw
esi.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yang
terk
ait
deng
an
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(pu
blic
priva
te pa
rtners
hip)
da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
dan
eva
luas
i pro
duk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta
yang
se
suai
N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
du
mpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 3
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik (r
educ
e) d
ari s
umbe
rnya
se
bany
ak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA se
bany
ak 4
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
30%
. �
Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r da
n pe
ning
kata
n pe
layan
an
pers
ampa
han
di 3
9 ka
b/ko
ta
di P
ulau
Sul
awes
i.�
Pe
ngad
aan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
498
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
39
kab/
kota
di P
ulau
Sul
awes
i.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pu
lau
Sulaw
esi s
ebes
ar 6
0%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
da
n pe
ngem
bang
anpr
oyek
pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bi
ogas
)
Kel
ompo
k pr
ogra
m ca
paci
ty b
uild
ing
(pen
guat
an in
stitu
si p
emda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
mbe
ntuk
an
iklim
ya
ng
kond
usif
ba
gi
duni
a us
aha
(sw
asta
) un
tuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
mem
berik
an p
elay
anan
pe
rsam
paha
n,
baik
da
lam
ha
ndlin
g-tra
nspo
rtatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
priv
ate p
artn
ershi
p) d
alam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 5
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 5
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur d
an
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n di
31
kab
/kot
a �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
548
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an S
ampa
h di
31
kota
/kab
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 7
0%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
dan
pe
ngem
bang
an m
,pro
yek
perc
onto
han
(3R,
CD
M, b
ioga
s)�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au
Sulaw
esi s
ebes
ar 7
5%.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
ning
kata
n ke
sada
ran
selu
ruh
stak
ehol
ders
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n.
�
Peng
emba
ngan
ikl
im y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (s
was
ta) u
ntuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pel
ayan
an p
ersa
mpa
han,
ba
ik
dala
m
hand
ling-t
rans
porta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
�
Peni
ngka
tan
pera
nser
ta
selu
ruh
stak
ehol
der
dala
m
upay
a m
enca
pai
sasa
ran
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
74 75
5. K
epul
auan
Nus
a Te
ngga
ra
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i M
itiga
siPr
iorit
as P
rogr
am K
epul
auan
Nus
aten
ggar
aIn
vent
aris
asi G
RK
Stat
us E
mis
i20
10 –
201
420
15 –
201
920
20 –
202
420
24 –
202
9
�
Em
isi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t pe
rkot
aan
beru
pa m
etan
a (C
H4)
yang
di
hasil
kan
dari
TPA
dan
CO
2 ya
ng d
ihas
ilkan
dar
i keg
iata
n pe
mba
kara
n te
rbuk
a. �
Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
sebe
sar
0,6
kg/
oran
g/ha
ri un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari u
ntuk
pe
desa
an.
�
Seca
ra
kese
luru
han,
ha
nya
21%
da
ri to
tal
limba
h pa
dat
ters
ebut
ya
ng
ditra
spor
tasik
an
ke
TPA
(D
ep P
U, 2
009)
.
�
Pote
nsi
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
ya
ng
diha
silka
n Pu
lau
Nus
a Te
ngga
ra
pada
ta
hun
2010
(1.6
20 G
g/ta
hun)
, 20
15 (
1,97
4 G
g/ta
hun)
, 202
0 (2
.351
Gg/
tahu
n), 2
025
(2.9
03
Gg/
tahu
n) d
an 2
030
(3.3
41
Gg/
tahu
n).
�
Berd
asar
kan
Sken
ario
Bus
iness
A
s Usu
al (B
AU
), po
tens
i em
isi
CO
2 di
Pul
au N
usa
Teng
gara
pa
da ta
hun
2010
(1,7
juta
ton)
, 20
15 (
2,1
juta
ton
), 20
20 (
2,5
juta
ton
), 20
25 (
3,0
juta
ton
) da
n 20
30 (3
,5 ju
ta to
n).
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an d
isert
ai
renc
ana
peng
uran
gan
GRK
ya
ng
siste
mat
is.�
M
ener
apka
n ke
bija
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng
pers
ampa
han
berw
awas
an l
ingk
unga
n ya
ng d
iduk
ung
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an
lingk
unga
n.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip
3R
(redu
ce, r
euse,
recy
cle)
dala
m p
enge
lola
an
pers
ampa
han.
�
Men
gem
bang
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rkel
anju
tan
(den
gan
men
jaga
kes
eim
bang
an 3
pila
r pe
mba
ngun
an,
yaitu
ek
onom
i, so
sial,
dan
lingk
unga
n)
deng
an
men
gura
ngi
emisi
G
RK
(Gas
Ru
mah
K
aca)
da
n m
enin
gkat
kan
peny
erap
an k
arbo
n�
M
enye
leng
gara
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng p
ersa
mpa
han
yang
le
bih
mem
perh
atik
an a
spek
pen
ingk
atan
ka
pasit
as
(capa
city
build
ing)
SDM
da
n in
stitu
si te
rmas
uk
kom
pete
nsi
dan
kem
andi
rian
pem
da d
alam
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
sert
a m
endo
rong
pe
ran
sekt
or sw
asta
dan
mas
yara
kat.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pen
gelo
laan
sa
mpa
h ya
ng
ram
ah
lingk
unga
n da
n an
tisip
atif
terh
adap
per
ubah
an ik
lim.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pen
ingk
atan
ku
alita
s lan
dfi ll
: (1
3)
Con
trolle
d Lan
dfi ll
(CLF
) unt
uk
kota
kec
il da
n m
enen
gah,
(14)
Sa
nita
ry
Land
fi ll
(SLF
) un
tuk
kota
be
sar
dan
kota
m
etro
polit
an
(15)
Pe
nghe
ntia
n O
pen
Dum
ping
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
EPR
(E
xten
ded
Prod
ucer
Re
spon
sibili
ty)
untu
k pr
odus
en d
an im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
keb
ijaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
peng
elol
aan
dan
stan
dard
isasi
pers
ampa
han
(step
wise
appr
oach
).�
Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kab
upat
en/k
ota
yang
ses
uai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
pe
ratu
ran
di
bida
ng
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
sum
ber p
embi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i dal
am p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peny
edia
an
pedo
man
pe
ngaw
asan
pe
rsam
paha
n.�
Pe
mbu
atan
NSP
K b
idan
g pe
rsam
paha
n�
Pe
nyed
iaan
Ba
ntek
, Bi
mte
k da
n pe
ndam
ping
an
(SSK
) pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing m
enja
di co
ntro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 1
0%.
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) dar
i sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA
sebe
sar 2
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy r
ecover
y syst
em se
bany
ak 5
%.
�
Peng
adaa
n re
plik
asi
bant
ek p
enge
mba
ngan
pe
rsam
paha
n di
kab
upat
en/k
ota.
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur p
ersa
mpa
han
di
sem
ua k
ab/k
ota
di P
ulau
Nus
a Te
ngga
ra.
�
Peny
edia
an fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
11 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di se
mua
kot
a/ka
b di
Pul
au N
usa
Teng
gara
.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au N
usa
Teng
gara
sebe
sar 3
0%.
�
Pem
bang
unan
TPS
T 3R
di s
emua
kot
a/ka
b di
Pul
au N
usa
Teng
gara
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
da
lam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n.�
Pe
ngad
aan
kegi
atan
mon
ev
kine
rja
peng
emba
ngan
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
bagi
ke
giat
an
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la i
nves
tasi
bida
ng p
ersa
mpa
han
mel
alui
ke
rjasa
ma
pem
erin
tah
duni
a us
aha
dan
mas
yara
kat
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an
dan
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la i
nves
tasi
dala
m p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peng
awas
an
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kab
upat
en/k
ota
yang
ses
uai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si�
Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TP
AS
dari
open
du
mpin
g m
enja
di
contro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
san
itary
land
fi ll d
i ko
ta b
esar
da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 2
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
30%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 2
0%.
�
Pem
bang
unan
pr
oyek
pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bio
gas)
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur
pers
ampa
han
di se
mua
kab
/kot
a.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
53 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di se
mua
ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Nus
a Te
ngga
ra se
besa
r 45%
.�
Pe
mel
ihar
aan
TPST
3R
di se
mua
ka
b/ko
ta d
i Pul
au N
usa
Teng
gara
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
ya
ng
terk
ait
deng
an
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
pr
ivate
partn
ershi
p)
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota b
esar
da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 3
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
40%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 3
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur
dan
peni
ngka
tan
pelay
anan
pe
rsam
paha
n di
sem
ua k
ab/k
ota
di
Pula
u N
usa
Teng
gara
.�
Pe
ngad
aan
fasil
itas p
enge
lola
an
pers
ampa
han
seba
nyak
498
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
sem
ua
kab/
kota
di P
ulau
Nus
a Te
ngga
ra.
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
N
usa
Teng
gara
sebe
sar 6
0%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
dan
pe
ngem
bang
anpr
oyek
per
cont
ohan
(3
R, C
DM
, bio
gas)
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
mbe
ntuk
an i
klim
yan
g ko
ndus
if
bagi
dun
ia u
saha
(sw
asta
) unt
uk tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an p
elay
anan
per
sam
paha
n,
baik
da
lam
ha
ndlin
g-tra
nspo
rtatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an d
an e
valu
asi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta
yang
se
suai
N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t den
gan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(pub
lic p
rivat
e pa
rtners
hip)
dal
am p
enge
lola
an
pers
ampa
han.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
du
mpin
g m
enja
di
contro
lled
landfi
ll di
ko
ta
keci
l da
n m
enen
gah;
sa
nita
ry l
andfi
ll di
kot
a be
sar
dan
met
ropo
litan
seb
esar
50%
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
se
bany
ak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke
TPA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an
energ
y reco
very s
ystem
seba
nyak
50%
.�
Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r da
n pe
ning
kata
n pe
layan
an
pers
ampa
han
di se
mua
kab
/kot
a �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
peng
elol
aan
pers
ampa
han
seba
nyak
548
uni
t�
Pe
ngem
bang
an p
elay
anan
pe
ngan
gkut
an S
ampa
h di
sem
ua
kota
/kab
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui p
engu
mpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an
energ
y reco
very s
ystem
seba
nyak
70%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
m,p
roye
k pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bio
gas)
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
N
usa
Teng
gara
sebe
sar 7
5%.
Kel
ompo
k pr
ogra
m c
apac
ity b
uild
ing
(pen
guat
an i
nstit
usi
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Peni
ngka
tan
kesa
dara
n se
luru
h st
akeh
olde
rs te
rhad
ap p
entin
gnya
pe
ning
kata
n pe
layan
an
pers
ampa
han.
�
Pe
ngem
bang
an
iklim
ya
ng
kond
usif
ba
gi
duni
a us
aha
(sw
asta
) unt
uk tu
rut b
erpe
rans
erta
se
cara
akt
if d
alam
mem
berik
an
pelay
anan
pe
rsam
paha
n,
baik
da
lam
ha
ndlin
g-tra
nspo
rtatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.�
Pe
ning
kata
n pe
rans
erta
se
luru
h st
akeh
olde
r da
lam
up
aya
men
capa
i sa
sara
n pe
mba
ngun
an
pers
ampa
han.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
76 77
6. K
epul
auan
Mal
uku
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i Miti
gasi
Prio
ritas
Pro
gram
Kep
ulau
an M
aluk
uIn
vent
aris
asi G
RK
Stat
us E
mis
i20
10 –
201
420
15 –
201
920
20 –
202
420
24 –
202
9
�
Em
isi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t pe
rkot
aan
beru
pa
met
ana
(CH
4) ya
ng d
ihas
ilkan
dar
i TP
A
dan
CO
2 ya
ng d
ihas
ilkan
da
ri ke
giat
an p
emba
kara
n te
rbuk
a. �
Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
sebe
sar
0,6
kg/o
rang
/har
i un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari
untu
k pe
desa
an.
�
Seca
ra k
esel
uruh
an, h
anya
21
%
dari
tota
l lim
bah
pada
t te
rseb
ut
yang
di
trasp
orta
sikan
ke
TP
A
(Dep
PU,
200
9).
�
Pote
nsi
timbu
lan
sam
pah
dom
estik
ya
ng
diha
silka
n Pu
lau
Mal
uku
pada
ta
hun
2010
(41
3 G
g/ta
hun)
, 20
15
(510
Gg/
tahu
n),
2020
(61
6 G
g/ta
hun)
, 20
25 (
773
Gg/
tahu
n) d
an 2
030
(903
Gg/
tahu
n).
�
Berd
asar
kan
Sken
ario
Bus
iness
A
s U
sual
(BA
U),
pote
nsi
emisi
CO
2 di
Pul
au M
aluk
u pa
da t
ahun
201
0 (0
,43
juta
), 20
15 (
0,53
jut
a to
n),
2020
(0
,64
juta
ton
), 20
25 (
0,81
ju
ta to
n) d
an 2
030
(0,9
4 ju
ta
ton)
.
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t yan
g le
bih
leng
kap
dan
sem
purn
a de
ngan
di
sert
ai
renc
ana
peng
uran
gan
GRK
yan
g sis
tem
atis.
�
Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
di
duku
ng
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi t
erap
an b
erw
awas
an li
ngku
ngan
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip
3R
(redu
ce,
reuse,
rec
ycle)
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han.
�
Men
gem
bang
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rkel
anju
tan
(den
gan
men
jaga
ke
seim
bang
an
3 pi
lar
pem
bang
unan
, ya
itu
ekon
omi,
sosia
l, da
n lin
gkun
gan)
de
ngan
m
engu
rang
i em
isi
GRK
(G
as
Rum
ah
Kac
a)
dan
men
ingk
atka
n pe
nyer
apan
kar
bon
�
Men
yele
ngga
raka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n ya
ng
lebi
h m
empe
rhat
ikan
asp
ek p
enin
gkat
an
kapa
sitas
(ca
pacit
y bu
ildin
g) SD
M
dan
inst
itusi
term
asuk
ko
mpe
tens
i da
n ke
man
diria
n pe
mda
dal
am p
emba
ngun
an
infr
astr
uktu
r ya
ng b
erw
awas
an li
ngku
ngan
se
rta
men
doro
ng p
eran
sek
tor s
was
ta d
an
mas
yara
kat.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ngel
olaa
n sa
mpa
h ya
ng
ram
ah
lingk
unga
n da
n an
tisip
atif
terh
adap
per
ubah
an ik
lim.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ning
kata
n ku
alita
s lan
dfi ll
: (1
6)
Con
trolle
d La
ndfi l
l (C
LF)
untu
k ko
ta k
ecil
dan
men
enga
h,(1
7)
Sani
tary
La
ndfi l
l (S
LF)
untu
k ko
ta b
esar
dan
kot
a m
etro
polit
an
(18)
Pe
nghe
ntia
n O
pen
Dum
ping
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
EPR
(E
xten
ded
Prod
ucer
Res
pons
ibili
ty) u
ntuk
pr
odus
en d
an im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
ke
bija
kan
lingk
unga
n hi
dup
untu
k pe
ngel
olaa
n da
n st
anda
rdisa
si pe
rsam
paha
n (st
epwi
se ap
proa
ch).
�
Pene
rbita
n pr
oduk
pen
gatu
ran
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng se
suai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
per
atur
an d
i bid
ang
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
in
vest
asi d
alam
pen
gelo
laan
per
sam
paha
n�
Pe
nyed
iaan
pe
dom
an
peng
awas
an
pers
ampa
han.
�
Pem
buat
an N
SPK
bid
ang
pers
ampa
han
�
Peny
edia
an B
ante
k, B
imte
k da
n pe
ndam
ping
an
(SSK
) pen
gelo
laan
per
sam
paha
n
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pen
gem
bang
an p
ersa
mpa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l da
n m
enen
gah;
sani
tary
land
fi ll d
i kot
a be
sar d
an
met
ropo
litan
seb
esar
10%
.�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik (
redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R)
se
belu
m d
iang
kut k
e TP
A se
besa
r 20%
. �
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pen
erap
an e
nerg
y rec
over
y syst
em se
bany
ak 5
%.
�
Peng
adaa
n re
plik
asi
bant
ek
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n di
kab
upat
en/k
ota.
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur p
ersa
mpa
han
di 1
1 ka
b/ko
ta d
i Pul
au M
aluk
u.�
Pe
nyed
iaan
fasil
itas p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
seba
nyak
411
uni
t�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
11
kota
/kab
di P
ulau
M
aluk
u.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au M
aluk
u se
besa
r 30%
.�
Pe
mba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di
Pula
u M
aluk
u.
Kel
ompo
k pr
ogra
m c
apac
ity b
uild
ing
(pen
guat
an
inst
itusi
pem
da, s
was
ta, d
an m
asya
raka
t)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
dal
am
peng
elol
aan
pers
ampa
han.
�
Peng
adaa
n ke
giat
an
m
onev
ki
nerja
pe
ngem
bang
an p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peng
adaa
n fa
silita
s bag
i keg
iata
n pe
ngem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
inv
esta
si bi
dang
pe
rsam
paha
n m
elal
ui
kerja
sam
a pe
mer
inta
h du
nia
usah
a da
n m
asya
raka
t
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an d
an p
enge
mba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
pro
duk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
ka
bupa
ten/
kota
yan
g se
suai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si�
Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h;
sani
tary
land
fi ll d
i kot
a be
sar
dan
met
ropo
litan
seb
esar
20%
�
Peng
uran
gan
limba
h pa
dat
dom
estik
(re
duce
) da
ri su
mbe
rnya
seb
anya
k m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
dan
di
daur
ul
ang
(recy
cle)
(3
R)
sebe
lum
di
angk
ut
ke
TPA
se
bany
ak 3
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y syst
em se
bany
ak 2
0%.
�
Pem
bang
unan
pr
oyek
pe
rcon
toha
n (3
R,
CD
M,
biog
as)
�
Peny
edia
an in
fras
truk
tur
pers
ampa
han
di 7
kab
/kot
a.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
53 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 7
ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di
Pula
u M
aluk
u se
besa
r 45%
.�
Pe
mel
ihar
aan
TPST
3R
di
sem
ua k
ab/k
ota
di P
ulau
M
aluk
u.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
ya
ng
terk
ait
deng
an
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(pu
blic
priva
te pa
rtners
hip)
dal
am p
enge
lola
an
pers
ampa
han
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h;
sani
tary
lan
dfi ll
di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 3
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in, d
igun
akan
kem
bali
(reus
e)
dan
dida
ur
ulan
g (re
cycl
e)
(3R)
se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA s
eban
yak
40%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l gas
– L
FG)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pen
erap
an en
ergy r
ecover
y syst
em
seba
nyak
30%
. �
Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r da
n pe
ning
kata
n pe
layan
an
pers
ampa
han
di 1
1 ka
b/ko
ta d
i Pu
lau
Mal
uku.
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
98 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an
peng
angk
utan
sam
pah
di 1
1 ka
b/ko
ta d
i Pul
au M
aluk
u.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au
Mal
uku
sebe
sar 6
0%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
da
n pe
ngem
bang
anpr
oyek
pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bio
gas)
Kel
ompo
k pr
ogra
m c
apac
ity b
uild
ing
(pen
guat
an
inst
itusi
pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
mbe
ntuk
an ik
lim y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (
swas
ta)
untu
k tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an
pelay
anan
pe
rsam
paha
n, b
aik
dala
m h
andli
ng-
trans
porta
tion
mau
pun
dala
m
peng
elol
aan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an p
enge
mba
ngan
per
sam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng
sesu
ai N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
priv
ate p
artn
ershi
p) d
alam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di
TPA
S da
ri op
en d
umpin
g m
enja
di c
ontro
lled
landfi
ll di
kot
a ke
cil d
an m
enen
gah;
sani
tary
lan
dfi ll
di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an
sebe
sar 5
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce) d
ari s
umbe
rnya
seba
nyak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ula
ng
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m d
iang
kut
ke T
PA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem s
eban
yak
50%
.�
Pe
mel
ihar
aan
infr
astr
uktu
r dan
pe
ning
kata
n pe
layan
an p
ersa
mpa
han
di 7
ka
b/ko
ta
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 5
48 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an p
enga
ngku
tan
Sa
mpa
h di
7 k
ota/
kab.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui
pene
rapa
n en
ergy
recov
ery
system
seb
anya
k 70
%.
�
Eva
luas
i, pe
mel
ihar
aan,
dan
pe
ngem
bang
an m
,pro
yek
perc
onto
han
(3R,
CD
M, b
ioga
s)�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au M
aluk
u se
besa
r 75%
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
in
stitu
si
pem
da,
swas
ta,
dan
mas
yara
kat)
�
Peni
ngka
tan
kesa
dara
n se
luru
h st
akeh
olde
rs
terh
adap
pe
ntin
gnya
pe
ning
kata
n pe
layan
an p
ersa
mpa
han.
�
Pe
ngem
bang
an
iklim
ya
ng
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (
swas
ta)
untu
k tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an
pelay
anan
pe
rsam
paha
n,
baik
dal
am h
andli
ng-tr
ansp
orta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
�
Peni
ngka
tan
pera
nser
ta
selu
ruh
stak
ehol
der d
alam
upa
ya m
enca
pai s
asar
an
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah ICCSR - SektoR LImbah
76 77
7. Pu
lau
Papu
a
Kaj
ian
Das
ar S
aint
ifi k
Rek
omen
dasi
unt
uk A
ltern
atif
Str
ateg
i M
itiga
siPr
iorit
as P
rogr
am P
ulau
Pap
uaIn
vent
aris
asi G
RK
Stat
us E
mis
i20
10 –
201
420
15 –
201
920
20 –
202
420
24 –
202
9
�
Em
isi
GRK
da
ri se
ktor
lim
bah
pada
t pe
rkot
aan
beru
pa m
etan
a (C
H4)
yang
di
hasil
kan
dari
TPA
dan
CO
2 ya
ng d
ihas
ilkan
dar
i keg
iata
n pe
mba
kara
n te
rbuk
a. �
Ti
ngka
t tim
bula
n sa
mpa
h do
mes
tik
sebe
sar
0,6
kg/
oran
g/ha
ri un
tuk
perk
otaa
n da
n 0,
3 kg
/ora
ng/h
ari u
ntuk
pe
desa
an.
�
Seca
ra
kese
luru
han,
ha
nya
21%
dar
i to
tal
limba
h pa
dat
ters
ebut
yang
ditr
aspo
rtas
ikan
ke
TPA
(Dep
PU,
200
9).
�
Pote
nsi t
imbu
lan
sam
pah
dom
estik
yan
g di
hasil
kan
Pula
u Pa
pua
pada
tah
un
2010
(5
02
Gg/
tahu
n),
2015
(6
32
Gg/
tahu
n),
2020
(7
75
Gg/
tahu
n),
2025
(9
81
Gg/
tahu
n),
dan
2030
(1
.158
G
g/ta
hun)
.�
Be
rdas
arka
n Sk
enar
io
Busin
ess A
s U
sual
(BA
U),
pote
nsi
emisi
C
O2
di
Pula
u Pa
pua
pada
tah
un
2010
(0,5
2 ju
ta to
n), 2
015
(0,6
6 ju
ta to
n), 2
020
(0,8
1 ju
ta to
n), 2
025
(1,0
2 ju
ta
ton)
, dan
203
0 (1
,21
juta
to
n).
�
Mel
aksa
naka
n ka
jian
inve
ntar
isasi
GRK
dar
i se
ktor
lim
bah
pada
t ya
ng
lebi
h le
ngka
p da
n se
mpu
rna
deng
an
dise
rtai
ren
cana
pen
gura
ngan
GRK
ya
ng si
stem
atis.
�
Men
erap
kan
kebi
jaka
n pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r bi
dang
pe
rsam
paha
n be
rwaw
asan
lin
gkun
gan
yang
di
duku
ng
oleh
pe
ngem
bang
an
dan
pene
litia
n te
knol
ogi
tera
pan
berw
awas
an li
ngku
ngan
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
prin
sip
3R
(redu
ce, r
euse,
recy
cle)
dala
m p
enge
lola
an
pers
ampa
han.
�
Men
gem
bang
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
yang
be
rkel
anju
tan
(den
gan
men
jaga
kes
eim
bang
an 3
pila
r pe
mba
ngun
an,
yaitu
eko
nom
i, so
sial,
dan
lingk
unga
n) d
enga
n m
engu
rang
i em
isi G
RK (
Gas
Rum
ah K
aca)
dan
m
enin
gkat
kan
peny
erap
an k
arbo
n�
M
enye
leng
gara
kan
pem
bang
unan
in
fras
truk
tur
bida
ng
pers
ampa
han
yang
lebi
h m
empe
rhat
ikan
as
pek
peni
ngka
tan
kapa
sitas
(ca
pacit
y bu
ildin
g) SD
M d
an i
nstit
usi
term
asuk
ko
mpe
tens
i da
n ke
man
diria
n pe
mda
da
lam
pe
mba
ngun
an
infr
astr
uktu
r ya
ng
berw
awas
an
lingk
unga
n se
rta
men
doro
ng p
eran
sek
tor
swas
ta
dan
mas
yara
kat.
�
Men
gem
bang
kan
tekn
olog
i pe
ngel
olaa
n sa
mpa
h ya
ng
ram
ah
lingk
unga
n da
n an
tisip
atif
ter
hada
p pe
ruba
han
iklim
.�
M
enge
mba
ngka
n te
knol
ogi
peni
ngka
tan
kual
itas l
andfi
ll:
(19)
C
ontro
lled
Land
fi ll
(CLF
) un
tuk
kota
ke
cil
dan
men
enga
h,(2
0)
Sani
tary
La
ndfi l
l (S
LF)
untu
k ko
ta b
esar
dan
kot
a m
etro
polit
an
(21)
Pe
nghe
ntia
n O
pen
Dum
ping
.�
M
enge
mba
ngka
n pe
nera
pan
EPR
(E
xten
ded
Prod
ucer
Re
spon
sibili
ty)
untu
k pr
odus
en d
an im
port
ir lim
bah
B3
Kel
ompo
k pr
ogra
m
inve
ntar
isas
i da
ta
dan
pere
ncan
aan
�
Kaj
ian
inve
ntar
isasi
dan
peng
uran
gan
GRK
dar
i se
ktor
lim
bah
pada
t.
Kel
ompo
k pr
ogra
m re
gula
si d
an k
ebija
kan
�
Peng
uata
n pe
ndek
atan
keb
ijaka
n lin
gkun
gan
hidu
p un
tuk
peng
elol
aan
dan
stan
dard
isasi
pers
ampa
han
(step
wise
appr
oach
).�
Pe
nerb
itan
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
ka
bupa
ten/
kota
ya
ng se
suai
NSP
K.
�
Peny
eles
aian
per
atur
an d
i bid
ang
pers
ampa
han
�
Peny
iapa
n N
SPM
bid
ang
pers
ampa
han.
�
Peng
atur
an,
pem
bina
an,
peng
awas
an,
peng
emba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i dal
am p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
�
Peny
edia
an p
edom
an p
enga
was
an p
ersa
mpa
han.
�
Pem
buat
an N
SPK
bid
ang
pers
ampa
han
�
Peny
edia
an
Bant
ek,
Bim
tek
dan
pend
ampi
ngan
(S
SK) p
enge
lola
an p
ersa
mpa
han
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Pela
ksan
aan
KPS
pen
gem
bang
an p
ersa
mpa
han
di
kabu
pate
n/ko
ta.
�
Peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping
men
jadi
cont
rolle
d lan
dfi ll
di k
ota
keci
l dan
men
enga
h;
sani
tary
lan
dfi ll
di
kota
be
sar
dan
met
ropo
litan
se
besa
r 10%
.�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik (
redu
ce)
dari
sum
bern
ya s
eban
yak
mun
gkin
, di
guna
kan
kem
bali
(reus
e) d
an d
idau
r ul
ang
(recy
cle)
(3R
) se
belu
m
dian
gkut
ke
TPA
sebe
sar 2
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
seba
nyak
5%
.�
Pe
ngad
aan
repl
ikas
i ba
ntek
pe
ngem
bang
an
pers
ampa
han
di k
abup
aten
/kot
a.�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r per
sam
paha
n di
13
kab/
kota
di P
ulau
Pap
ua.
�
Peny
edia
an fa
silita
s pen
gelo
laan
per
sam
paha
n se
bany
ak 4
11 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 1
3 ko
ta/k
ab d
i Pul
au
Papu
a.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au P
apua
sebe
sar
30%
.�
Pe
mba
ngun
an T
PST
3R d
i sem
ua k
ota/
kab
di
Pula
u Pa
pua.
Kel
ompo
k pr
ogra
m c
apac
ity b
uild
ing
(pen
guat
an
inst
itusi
pem
da, s
was
ta, d
an m
asya
raka
t)
�
Peng
uata
n ke
mitr
aan
pem
erin
tah
dan
mas
yara
kat.
�
Peng
uata
n in
stitu
si pe
mer
inta
h da
erah
da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.�
Pe
ngad
aan
kegi
atan
mon
ev k
iner
ja p
enge
mba
ngan
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n �
Pe
ngad
aan
fasil
itas
bagi
keg
iata
n pe
ngem
bang
an
sum
ber
pem
biay
aan
dan
pola
in
vest
asi
bida
ng
pers
ampa
han
mel
alui
ker
jasa
ma
pem
erin
tah
duni
a us
aha
dan
mas
yara
kat
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an d
an p
enge
mba
ngan
su
mbe
r pe
mbi
ayaa
n da
n po
la
inve
stas
i da
lam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n�
Pe
ngaw
asan
pro
duk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh p
emer
inta
h k
abup
aten
/kot
a ya
ng se
suai
NSP
K.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si�
Pe
ning
kata
n pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n di
TPA
S da
ri op
en
dump
ing
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h;
sani
tary
land
fi ll d
i ko
ta b
esar
dan
m
etro
polit
an s
ebes
ar 2
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
dan
di
daur
ul
ang
(recy
cle)
(3
R)
sebe
lum
di
angk
ut
ke
TPA
se
bany
ak 3
0%.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas –
LFG
) mel
alui
pen
gum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pe
nera
pan
energ
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
20%
. �
Pe
mba
ngun
an
proy
ek
perc
onto
han
(3R,
C
DM
, bi
ogas
)�
Pe
nyed
iaan
infr
astr
uktu
r pe
rsam
paha
n di
17
kab/
kota
.�
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
53 u
nit
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di 1
7 ko
ta/k
ab
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di
Pula
u Pa
pua
sebe
sar 4
5%.
�
Pem
elih
araa
n TP
ST 3
R di
se
mua
kab
/kot
a di
Pul
au
Papu
a.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Pera
ncan
gan
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
ya
ng
terk
ait
deng
an
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
pr
ivate
partn
ershi
p)
dala
m
peng
elol
aan
pers
ampa
han
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota b
esar
da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 3
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
40%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 3
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur
dan
peni
ngka
tan
pelay
anan
pe
rsam
paha
n di
13
kab/
kota
di
Pula
u Pa
pua.
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pen
gelo
laan
pe
rsam
paha
n se
bany
ak 4
98 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an
peng
angk
utan
sam
pah
di 1
3 ka
b/ko
ta d
i Pul
au P
apua
.�
Pe
ngan
gkut
an sa
mpa
h di
Pul
au
Papu
a se
besa
r 60%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
proy
ek p
erco
ntoh
an
(3R,
CD
M, b
ioga
s)
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
mbe
ntuk
an i
klim
yan
g ko
ndus
if
bagi
dun
ia u
saha
(sw
asta
) unt
uk tu
rut
berp
eran
sert
a se
cara
ak
tif
dala
m
mem
berik
an p
elay
anan
per
sam
paha
n,
baik
da
lam
ha
ndlin
g-tra
nspo
rtatio
n m
aupu
n da
lam
pen
gelo
laan
TPA
.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
regu
lasi
da
n ke
bija
kan
�
Peng
awas
an
dan
eval
uasi
prod
uk
peng
atur
an
peng
emba
ngan
pe
rsam
paha
n ol
eh
pem
erin
tah
kabu
pate
n/ko
ta y
ang
sesu
ai N
SPK
.�
E
valu
asi i
mpl
emen
tasi
pera
tura
n pe
rund
ang-
unda
ngan
yan
g te
rkai
t de
ngan
kem
itraa
n pe
mer
inta
h-sw
asta
(p
ublic
priv
ate p
artn
ershi
p) d
alam
pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n.
Kel
ompo
k pr
ogra
m im
plem
enta
si
�
Peni
ngka
tan
peng
elol
aan
pers
ampa
han
di T
PAS
dari
open
dum
ping
men
jadi
con
trolle
d lan
dfi ll
di
kota
ke
cil
dan
men
enga
h; sa
nita
ry la
ndfi l
l di k
ota
besa
r da
n m
etro
polit
an s
ebes
ar 5
0%�
Pe
ngur
anga
n lim
bah
pada
t do
mes
tik
(redu
ce)
dari
sum
bern
ya
seba
nyak
m
ungk
in,
digu
naka
n ke
mba
li (re
use)
da
n di
daur
ula
ng (r
ecyc
le) (
3R) s
ebel
um
dian
gkut
ke
TPA
seba
nyak
50%
.�
Pe
ning
kata
n m
etod
a pe
ngel
olaa
n ga
s sa
mpa
h (la
ndfi l
l ga
s –
LFG
) m
elal
ui
peng
umpu
lan
dan
pem
baka
ran
atau
m
elal
ui p
ener
apan
ene
rgy
recov
ery
system
se
bany
ak 5
0%.
�
Pem
elih
araa
n in
fras
truk
tur d
an
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n di
17
kab
/kot
a �
Pe
mba
ngun
an fa
silita
s TP
A C
DM
di
3 ko
ta b
esar
�
Peng
adaa
n fa
silita
s pe
ngel
olaa
n pe
rsam
paha
n se
bany
ak 5
48 u
nit
�
Peng
emba
ngan
pel
ayan
an
peng
angk
utan
Sam
pah
di 1
7 ko
ta/k
ab.
�
Peni
ngka
tan
met
oda
peng
elol
aan
gas
sam
pah
(land
fi ll
gas
– LF
G)
mel
alui
pe
ngum
pula
n da
n pe
mba
kara
n at
au
mel
alui
pen
erap
an e
nerg
y rec
over
y sys
tem
seba
nyak
70%
.�
E
valu
asi,
pem
elih
araa
n, d
an
peng
emba
ngan
m,p
roye
k pe
rcon
toha
n (3
R, C
DM
, bio
gas)
�
Peng
angk
utan
sam
pah
di P
ulau
Pap
ua
sebe
sar 7
5%.
Kel
ompo
k pr
ogra
m
capa
city
bu
ildin
g (p
engu
atan
ins
titus
i pe
mda
, sw
asta
, da
n m
asya
raka
t)�
Pe
ning
kata
n ke
sada
ran
selu
ruh
stak
ehol
ders
te
rhad
ap
pent
ingn
ya
peni
ngka
tan
pelay
anan
per
sam
paha
n.
�
Peng
emba
ngan
ikl
im y
ang
kond
usif
ba
gi d
unia
usa
ha (s
was
ta) u
ntuk
turu
t be
rper
anse
rta
seca
ra
aktif
da
lam
m
embe
rikan
pel
ayan
an p
ersa
mpa
han,
ba
ik
dala
m
hand
ling-t
rans
porta
tion
mau
pun
dala
m p
enge
lola
an T
PA.
�
Peni
ngka
tan
pera
nser
ta
selu
ruh
stak
ehol
der
dala
m
upay
a m
enca
pai
sasa
ran
pem
bang
unan
per
sam
paha
n.
ICCSR - SektoR LImbah
78