KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM...

101
KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM ISTRI PARUH WAKTU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: NUR HALIMAH NIM: 1113051000170 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018  

Transcript of KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM...

Page 1: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH

DALAM FILM ISTRI PARUH WAKTU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

NUR HALIMAH

NIM: 1113051000170

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

 

Page 2: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

 

Page 3: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

 

Page 4: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

 

Page 5: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

i

ABSTRAK

Nur Halimah (1113051000170)

Konstruksi Makna Perempuan Muslimah Dalam Film Istri Paruh Waktu

Film merupakan salah satu alat media massa yang digunakan untuk

menyampaikan informasi yang dinilai cukup efektif dalam menyampaikan pesan,

dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Dalam media komunikasi massa

terutama film mempunyai peran untuk menyebarkan atau memberikan opini

masyarakat tentang perempuan. Perempuan terkadang digambarkan pada posisi

yang bias gender bahwa banyak terdapat peran-peran perempuan dalam konteks

itu di masyarakat selalu timpang. Dalam menjelaskan film hal ini penting untuk

melihat sejauh mana sebenernya film sebagai media komunikasi massa

mengkonstruksi perempuan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah. Adapun

rumusan masalahnya yaitu Bagaimana Makna Perempuan Muslimah

Dikonstruksikan Dalam Film Istri Paruh Waktu? Jika dilihat dari teks dan gambar

dalam film berdasarkan pandangan konstruktivis.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan teori

konstruksi tentang perempuan, film, feminisme, narasi dan semiotika. Bagaimana

komunikasi massa dalam sebuah film masih dijadikan sebuah alat oleh kelompok

ideologis patriakis, untuk membangun tempat pemikiran yang timpang tentang

perempuan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma

konstruktivis. Metode yang digunakan peneliti adalah analisis naratif struktural

aktansial model Greimas dan semiotika Roland Barthes. Untuk mengidentifikasi

tokoh dalam cerita melalui analisis struktural aktansial dan melengkapi data

tentang temuan dari makna yang ditampilkan dalam film.

Dalam analisis naratif Greimas menunjukan secara jelas tokoh dalam film.

Tokoh protagonis dalam film di perankan oleh sosok Fira dan tokoh antagonis

dalam cerita film di kategorikan sebagai sosok Rifa. Dilihat dari makna semiotika

menunjukan seorang perempuan muslimah yang ingin menyempurnakan

keimanannya dengan berjuang dan rela berkorban untuk menjadi perempuan

dengan ketaatan (iman) yang sempurna. Selain itu dalam cerita film menguraikan

pemahaman bahwa seorang perempuan mempunyai peran dan tanggung jawab

yang harus di utamakan yaitu mengabdi kepada suami dan bertanggungjawab di

bidang domestik. Jika dilihat dari perspektif feminisme, seorang perempuan pun

mempunyai kesempatan yang sama dengan lelaki untuk melakukan pekerjaan

yang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Adapun dalam menjalankan

peran di bidang domestik perlu adanya kerja sama untuk saling membantu satu

sama lain antara suami dan istri agar tercipta relasi gender yang seimbang.

Kata kunci: Konstruksi, Perempuan, Film, Feminisme, Naratif, Semiotika

 

Page 6: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu

banyak nikmat, karunia, dan kekuatannya serta menuntun tangan, pikiran, untuk

mampu menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kehadirat junjungan baginda nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga, para sahabat serta seluruh pengikutnya yang senantiasa berpegang teguh

terhadap ajaran dalam menjalankan agama Allah SWT. Semoga uswatun hasanah

yang beliau contohkan, menjadikan penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya pengikut yang senantiasa mengikutinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian skripsi ini peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak terkait, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi yang diberikan,

akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar Strata

Satu (S1) di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yakni:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,

Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,

serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

 

Page 7: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

iii

3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Bintan Humeira, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skipsi yang senantiasa

sabar dan sedia dalam memberikan bimbingan. Serta telah memberikan

pengarahan, kritik serta motivasi selama proses skripsi ini berlangsung.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada beliau, semoga

Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, kesehatan, dan kebaikan

setiap saat kepada beliau beserta keluarga.

5. Wahyu Prasetyawan, Ph.D, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah mengarahkan seluruh mahasiswa KPI D 2013 untuk mengikuti kegiatan

akademik, serta membantu memperlancar dalam penggarapan skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen, karyawan, serta staff tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada Film Maker Muslim, Komunitas pembuat film yang membuat penulis

terinspirasi dengan film-film dakwahnya yang sangat menginspirasi dan

kreatif. Semoga Film Maker Muslim kedepannya menjadi sukses dalam

membuat karya khususnya di perfilman indonesia.

8. Kepada kedua Orang Tua penulis, Bapak H. Bustomi dan Ibu Uum yang telah

merawat dan membesarkan penulis serta telah berupaya memberikan motivasi

baik moril maupun materil. Terimakasih juga untuk do’a yang selalu

dipanjatkan untuk peneliti.

9. Kepada ketiga saudari perempuan penulis, Dede Handayani, Siti Aisyah, dan

Sri Rahayu yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar skripsi ini

 

Page 8: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

iv

dapat selesai dengan baik. Serta sepupu dan keponakanku yang selalu

memberikan keceriaan di dalam keluarga.

10. Kepada teman-teman KPI 2013, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang

tak henti-hentinya mendoakan, memberi dukungan, memberikan banyak

inspirasi, dan kenangan manis selama empat tahun ini. Serta teman-teman

KKN ALTUR, yang telah memotivasi penulis dan memberikan pengalaman

dan kenangan indah.

Demikian ucapan terimaksih yang penulis berikan. Semoga Allah senantiasa

membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang di ridhai-Nya.

Meskipun terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Jakarta, 27 April 2018

Nur Halimah

 

Page 9: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 5

1. Batasan Masalah .......................................................................... 5

2. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5

1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 6

1. Paradigma Penelitian .................................................................. 6

2. Pendekatan Penelitian ................................................................. 8

3. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 8

4. Teknik Analisis Data ................................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15

A. Konstruksi Perempuan di Media Massa ......................................... 15

B. Stereotipe Gender ............................................................................ 16

1. Pengertian Stereotipe ................................................................ 16

2. Stereotipe terhadap Perempuan ................................................ 17

C. Perspektif Feminisme ..................................................................... 19

1. Pengertian Feminisme .............................................................. 19

2. Aliran-Aliran Feminisme ....................................................... 21

D. Analisis Naratif ............................................................................... 31

1. Pengertian Narasi ...................................................................... 31

2. Analisis Narasi .......................................................................... 33

E. Analisis Semiotika .......................................................................... 36

F. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ......................................... 41

BAB III Gambaran Umum Film Istri Paruh Waktu ..................................... 43

A. Latar Belakang Pembuatan Film Istri Paruh Waktu ....................... 43

B. Profil Orang-Orang Di Balik Film Istri Paruh Waktu .................... 44

C. Sinopsis Film Istri Paruh Waktu ..................................................... 47

D. Tim Produksi Film Istri Paruh Waktu ............................................ 48

BAB 1V TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ..................................... 49

 

Page 10: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

vi

A. Narasi Struktural Aktansial Fungsional dan

Makna Semiotika Dalam Film Istri Paruh Waktu ........................... 49

1. Analisis Narasi Struktural Aktansial dan Fungsional .................. 49

2. Analisis Makna Semiotika Dalam Film ....................................... 56

B Analisis Feminisme Makna Narasi dan Tanda Dalam Film ............ 78

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 82

A. Kesimpulan ...................................................................................... 82

B. Saran ................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

 

Page 11: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peta Roland Barthes ............................................................................ 39

Tabel 4.1 Gedung-gedung bertingkat tempat perkantoran .................................... 57

Tabel 4.2 Pertemuan Fira dan Rifa di depan lift .................................................. 59

Tabel 4.3 Pengungkapan cerita Fira kepada temannya di kantin ........................ 62

Tabel 4.4 Suami yang memasak untuk istrinya .................................................. 65

Tabel 4.5 Penjelasan Fira kepada temannya saat berdiskusi ............................... 68

Tabel 4.6 Suasana tengah malam pada saat suami berdoa .................................. 71

Tabel 4.7 Keyakinan Fira terhadap keputusannya .............................................. 74

Tabel 4.8 Suasana saat istri menyambut suami pulang bekerja .......................... 76

 

Page 12: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Analisis Struktural Aktansial ............................................................ 35

Gambar 3.1 Foto Muhammad Amrul Ummami .................................................. 44

Gambar 3.2 Foto Muhammad Ali Ghifari ........................................................... 45

Gambar 3.3 Foto Andre Muhammad Addin ........................................................ 45

Gambar 3.3 Foto Ryan Kurniawan ...................................................................... 46

Gambar 3.5 Cover Film Istri Paruh Waktu ........................................................ 48

Gambar 4.1 Skema Struktur Aktansial ................................................................. 50

 

Page 13: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat modern, kehadiran media massa merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Media massa telah menjadi

kebutuhan utama, karena media massa merupakan sarana informasi yang

paling efisien dalam masyarakat modern. Film sebagai media komunikasi

massa memang tidak lepas dari hubungan antara film dan masyarakat.

Media komunikasi massa terutama film mempunyai peran dan fungsi

untuk menginformasikan, membentuk opini atau pendapat, dan menghibur.

Dalam menjelaskan film hal ini penting untuk melihat sejauh mana film

sebagai media komunikasi mengkonstruksi perempuan. Proses pemikiran

dalam konstruksi pembuatan film diperlukan teknik pemikiran berupa ide,

gagasan, dan cerita yang akan dikerjakan karena pada hakikatnya media film

telah memengaruhi cara berfikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu

sendiri. Pencarian sebuah ide atau gagasan dalam film dapat berasal dari mana

saja, seperti novel, cerpen, puisi, bahkan dari sejarah ataupun cerita nyata.1

Film dianggap sebagai media komunikasi yang efektif terhadap massa

yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar

dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita

banyak dalam waktu singkat. Industri film disebut sebagai industri yang

dibangun dari mimpi karena sifatnya yang imajinatif dan sebagai media

kreatif. Industri film adalah industri bisnis, prediksi ini telah menggeser

1 Anderson Daniel Sudarto, Analisis Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri ini, Jurnal

Acta Diurna, Vol 4, No. 1, 2015, h. 2.

 

Page 14: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

2

anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang

diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang

bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.2

Film sebagai salah satu media penyampai pesan dalam ilmu komunikasi,

juga berperan sebagai alat propaganda atas sebuah tujuan yang pada akhirnya

disadari atau tidak akan membawa pengaruh yang kuat terhadap pola pikir

suatu masyarakat. Film dinilai paling berpengaruh terhadap kejiwaan para

penontonnya. Karena film dipandang memiliki jangkauan, rasisime, pengaruh

emosional, dan popularitas yang lebih.3

Film merupakan salah satu alat media massa yang digunakan untuk

menyampaikan informasi yang dinilai cukup efektif dalam menyampaikan

pesan, dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Film sebagai media

komunikasi massa berperan untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita

yang terjadi dalam kehidupan dan memiliki realitas yang kuat salah satunya

menceritakan tentang realitas masyarakat.4

Dalam media massa khususnya film, perempuan terkadang digambarkan

pada posisi timpang bahwa banyak terdapat peran-peran perempuan dalam

konteks itu di masyarakat selalu timpang. Ketimpangan antara perempuan

dan laki-laki dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan. Perempuan yang baik

seharusnya mampu tampil menawan, pandai mengurus rumah tangga,

memasak, tampil prima untuk menyenangkan suami.

2 Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 134. 3 Denis McQuail, Teori Komunikai Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1987), h.

13. 4 Effendy, Onong Uchjana, Televisi, Siaran, Teori dan Praktek, ( Bandung: Alumni,

1986), h. 239.

 

Page 15: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

3

Hal inilah yang dikemas dalam banyak media massa, hal itu berdasarkan

efek budaya patriarki dalam masyarakat. Budaya patriarki telah membesarkan

sebagian besar insan media massa dalam pandangan sempit secara tak

disadari telah menimbulkan bias pemahaman gender.5

Pandangan masyarakat mengenai perempuan sebagian besar juga

terbentuk oleh apa yang selama ini digambarkan oleh media massa, terutama

sinema atau film. Masyarakat saat ini mudah terpengaruh dengan tayangan di

dalam sebuah film yang berdasarkan realitas yang berkembang di masyarakat.

Untuk itu penulis merasa penting untuk meneliti bagaimana narasi makna

struktural aktansial dan fungsional tentang perempuan dalam film Istri Paruh

Waktu. Film ini diproduksi oleh Want Production yang dibuat oleh anak

muda yang tergabung dalam komunitas Film Maker Muslim. Komunitas ini

dibentuk oleh beberapa orang lelaki, tim utamanya adalah Muhammad Amrul

Ummami, Muhammad Ali Ghifari, Ryan Kurniawan, Andre Muhammad

Addin, yang masing-masing bertugas sebagai produser, penulis naskah,

pengarah audio, dan juga pemeran film.

Memberikan sebuah stereotipe terhadap perempuan dalam film sebagai

sosok yang ideal, hanya melanggengkan pemikiran patriaki yang menuntut

muslimah untuk mengikuti standar ideal yang tidak adil. Membuat penonton

film khususnya perempuan merasa bahwa istri yang sholehah adalah istri

yang tidak bekerja di luar rumah, yang fokus mengabdi kepada suami dan

menjadi madrasah utama anak agar keimananya sempurna.

5 Sugihastuti, Kritik Sastra Femini: Teori dan Aplikasinya, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,

2002), h. 58.

 

Page 16: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

4

Dalam perspektif feminisme sebagai istri itu perannya tidak hanya

bekerja dirumah dan fokus mengabdi kepada suami saja. Tetapi bisa sambil

berkarya atau berkerja di ranah publik sesuai dengan kompetensi yang

dimiliki. Dalam Islam tidak melarang wanita untuk bekerja ataupun berbisnis

karena Allah mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja.6

Maka sangat disayangkan, film islami yang akan menjadi inspirasi

masyarakat yaitu film Istri Paruh Waktu yang Rilis di youtube Pada 16 April

2015 dan memperoleh viewers 1. 344.664xditonton. Justru berdakwah lewat

film mengenai nilai-nilai yang akan membelenggu perempuan muslimah,

melalui ekspektasi yang memberikan stereotipe terhadap perempuan. Bahwa

perempuan seolah-olah yang menjadi sosok utama yang bertanggung jawab

dalam bidang domestik.

Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan pada latar belakang,

penulis tertarik untuk meneliti Film Istri Paruh Waktu lebih mendalam lagi.

Oleh karena itu penulis akan memberikan judul penelitian “Konstruksi

Makna Perempuan Muslimah Dalam Film Istri Paruh Waktu”

6 Mai Yamani, Feminisme dan Islam, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2000) h. 140-145.

 

Page 17: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

5

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis

membatasi permasalahan pada bagaimana konstruksi makna perempuan

muslimah dalam Film Istri Paruh Waktu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan

masalah yang di angkat adalah “Bagaimana makna perempuan muslimah

dikonstruksikan dalam Film Istri Paruh Waktu?”

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki

tujuan untuk mengetahui bagaimana proses konstruksi makna perempuan

muslimah dalam Film Istri Paruh Waktu

2. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat dari segi akademis dan praktis, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Untuk pengembangan ilmu komunikasi, diharapkan penelitian

ini dapat menjadi tambahan referensi dan peningkatan wawasan

akademis. Terutama tentang analisis naratif struktural funngsional

Greimas dan semiotika dalam film. Sehingga dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi bagi mahasiswa tentang perspektif

feminisme dalam sebuah film.

 

Page 18: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

6

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan bahan

perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada serta

memberikan inspirasi dan kontribusi bagi para akademisi, praktisi,

dan kepada pembaca. Serta memotivasi kreativitas para peneliti

dalam mengkaji film dengan menggunakan analisis naratif struktural

aktansial dan fungsional Greimas dan juga semiotika.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah Proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi

adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi

dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri, suatu kerangka

penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan

menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.7

Metodologi diperlukan karena merupakan cara untuk memperoleh

pengetahuan atau pemahaman dari objek yang kita teliti serta bagaimana

pengetahuan dan pemahaman itu memenuhi tujuan penelitian.8

1. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan pandangan yang mendasar dari para ilmuan

yang memiliki beberapa kumpulan asumsi, konsep, atau proposisi yang

secara logis dipakai peneliti untuk menggungkap kebenaran dalam realita

7 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 145. 8 Haryatmoko, Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis), (Yogyakarta; PT.

Rajagrafindo Persada, 2016) h. 15.

 

Page 19: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

7

sosial dan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

paradigma konstruktivis.

Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan

antitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam

menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini

memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially

meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap

pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau

mengelola dunia sosial mereka.9

Menggunakan paradigma konstruktivis untuk memandang dan

melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks,

dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif

(reciprocal). Penelitian pada objek yang alamiah, objek yang alamiah

adalah objek yang tidak dimanipulasi oleh penulis dan kehadiran penulis

tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.10

Penulis menggunakan paradigma konstruktivis karena ingin

mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses

interpretasi suatu peristiwa. Sedangkan subjek penelitian seorang

khalayak dewasa ini yang dianggap sudah memiliki pengalaman terhadap

hubungan intim merupakan sebuah kajian yang unik dan menarik untuk

diteliti.

9 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik,

(Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003) h. 3. 10

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),

h.49

 

Page 20: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

8

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pendekatan kualitatif di definisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.11

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan-

temuan data, yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau

dengan cara pengukuran atau kuantifikasi lainnya. Menurut Moleong,

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.12

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang

digunakan peneliti untuk pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam

pengumpulan data peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi bersal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan

mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan

teliti dan sistematis sasaran prilaku yang dituju. Cartwirght & Cartwright

mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan

11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Offset, 2006), Cet. 22 h. 3. 12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6.

 

Page 21: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

9

mencermati serta “merekam” prilaku secara sistematis untuk suatu tujuan

tertentu. Jadi, observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat

digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.13

Pada

dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat

dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka

terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis struktural

Aktansial Greimas dan semiotika Roland Barthes. Greimas telah berhasil

mengembangkan teori strukturalisme menjadi stukturalisme naratif dan

memperkenalkan konsep satuan naratif terkecil dalam karya sastranya

yang disebut aktan. Greimas mengembangkan teori Vladimir Propp yang

menjadi dasar sebuah analisis naratif yang universal.

Dalam menganalisis tokoh cerita dalam film penulis menggunakan

analisis struktural aktansial model Greimas, karena dalam Greimas

membentuk pada struktur narasi tentang peran dan fungsi tokoh dalam

film. Kemudian dalam analisis teks dan gambar peneliti menggunakan

semiotika. Menggunakan semiotika untuk mengkaji tanda, dan tanda

tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal

dan non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan

13

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012), h. 131.

 

Page 22: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

10

suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau

pesan dari pengirim pesan.14

Hal itu penting karena berbicara bagaimana cara untuk membangun

makna. Dengan menggunakan semiotika membantu peneliti untuk

membedah makna dalam teks dan gambar, berdasarkan kerangka

pemikiran denotasi, konotasi dan mitos. Dalam film teks dan gambar itu

tidak boleh di abaikan. Untuk itu peneliti perlu membedah makna itu

dengan semiotika.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu

mengenai perempuan dalam media massa. Terdapat beberapa penelitian yang

membahas tentang perempuan dalam media massa diantaranya:

1. Skripsi Ratih Anggun Anggraeni (2012) Mahasiswa Universitas

Indonesia “Pola Relasi Suami Istri Terkait Dengan Pembagian Kerja

Dan Pengambilan Keputusan (Stusi Kasus Terhadap Tiga Keluarga

Dalam Perubahan Peran Di Keluarga” Penelitian skripsi ini

memfokuskan kepada pola relasi suami istri terutama dalam aspek

pembagian kerja dan pengambilan keputusan setelah terjadinya

perubahan peran dalam keluarga (studi kasus terhadap tiga keluarga).

untuk memahami dan menganalisa temuan lapangan, penelitian ini

menggunakan konsep keluarga, pembagian kerja suami istri dalam

keluarga, pengambilan keputusan. Metode penelitian yang digunakan

adalah kualitatif.

14

Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna,

(Yogyakarta: Jalasutra 2003), h. 42.

 

Page 23: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

11

2. Skripsi Siti Fadhillah (2016) Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang berjudul “Konstruksi Perempuan Dalam Film Assalamualaikum

Beijing Produksi Maxima Pictures Production”. Skripsi ini

menggunakan teori Konstruksi sosial, fokus penelitian ini adalah

mengenai bagaimana perempuan dikonstruksi dalam aspek peran

perempuan di masyarakat pada film Assalamualaikum Beijing. Metode

penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan analisis framing model

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang mengoperasionalkan empat

dimensi struktural cerita sebagai perangkat framing sintaksis, skrip,

tematik, dan retoris.

3. Dionni Ditya Perdana (2014) Mahasiswa Universitas Diponegoro

“Stereotipe Perempuan Dalam film Anna Karenina”. Penelitian ini

menggunakan teori film sebagai media massa dan Gender. Menemukan

bahwa dalam film Anna Karenina terdapat banyak tanda yang di

representasikan melalui teks percakapan maupun teks gambar untuk

mendukung stereotipe bahwa perempuan bekerja di wilayah domestik

dan pelabelan bad women di masyarakat. Metode penelitian ini

menggunakan semiotika Roland Barthes.

4. Siti Hardiyanti (2017) Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang

berjudul “Stereotipe Wanita Muslimah Dalam Film Khalifah

(Analisis Semiotika Roland Barthes)”, Skripsi ini menggunakan

pendekatan kualitatif deksriptif dan analisis semiotik Roland Barthes,

yaitu dengan tata cara menemukan penanda (signifier) dan petanda

 

Page 24: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

12

(signified), kemudian dilakukan pembagian makna denotasi dan konotasi.

Hasil dari penelitian ini ditemukannya 3 stereotipe yang terbentuk dalam

film khalifah ini. Pertama, stereotipe wanita sebagai pilar rumah tangga.

Kedua, stereotipe wanita sebagai pesolek dan pemikat lelaki.

Ketiga,stereotipe wanita sebagai the second class.

5. Skripsi Edwina Ayu Dianingtyas (2010) Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berjudul yang berjudul “Representasi

Perempuan Jawa Dalam Film R.A Kartini”, Skripsi ini menggunakan

teori Gender dan feminisme dalam film. Menemukan dalam film R.A

Kartini terdapat ketidakadilan gender dalam budaya Jawa yang identik

dengan ideologi patriaki. Tampak sangat memperlihatkan perjuangan

feminis, dalam hal ini R.A Kartini memperjuangkan nasib kaumnya.

Namun sebagian besar orang penting yang berada dibalik layar adalah

kaum laki-laki. Hal ini tentu turut memengaruhi proses pembuatan film

yang dibuat dari sudut pandang mereka sebagai lelaki. Metode peneliitian

yang digunkan adalah kualitatif dengan dengan menggunakan analisis

semiotika Roland Barthes untuk menganalisis objek yang diteliti.

Dari beberapa tinjauan pustaka diatas penelitian ini memiliki karakter

yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari latar belakang dan analisis yang

berbeda dari penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberi tambahan

atau pelengkap dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

 

Page 25: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

13

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang ha-hal yang diuraikan

dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan

penulisan, dimana masing-masing dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian

sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian

(paradigma penelitian, pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data) tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

2. BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini menerangkan tentang teori stereotipe gender, yang berisi

seputar pengertian stereotipe, stereotipe terhadap perempuan. Selain itu

tentang perspektif feminisme, yang berisi tentang pengertian feminisme

dan aliran-aliran feminisme. Serta analisis naratif yang meliputi

pengertian narasi, analisis narasi, analisis semiotika, dan juga konsep

film sebagai media komunikasi tentang isu perempuan.

3. BAB III GAMBARAN UMUM FILM ISTRI PARUH WAKTU

Pada bab ini berisikan sekilas mengenai latar belakang pembuatan film

Istri Paruh Waktu, profil orang-orang di balik layar film Istri Paruh

waktu dan sinopsis film Istri Paruh Waktu, tim produksi Film Istri Paruh

Waktu

 

Page 26: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

14

4. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai analisis dan hasil penelitian dalam film

Istri Paruh Waktu dengan analisis narasi struktural aktansial dan

fungsional A.-J Greimas, membedah teks dan gambar dengan

menggunakan analisis semiotika dalam film istri paruh waktu, analisis

feminisme makna narasi dan tanda dalam Film Istri Paruh Waktu

5. BAB V PENUTUP

Peneliti mengakhiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan yang

berfungsi memberikan jawaban umum atas pertanyaan yang terdapat

pada bab 1, serta di ikuti saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 27: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konstruksi Perempuan di Media Massa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata konstruksi memiliki arti

susunan (model atau tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan

kata dalam kelompok kata1 Sedangkan menurut kamus komunikasi, definisi

konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari

hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur.2

Konstruksi gender yang berkembang dalam masyarakat sangat erat

kaitannya dengan nilai “kepantasan”. Gender secara konseptual dapat

dipahami sebagai sistem peran dan hubungan antara laki-laki dan

perempuan yang dibentuk bukan berdasarkan biologis, tetapi oleh sosial,

budaya, dan politik. Gender adalah peran-peran yang harus dimainkan untuk

menunjukan kepada orang lain bahwa kita maskulin atau feminin. Peran ini

juga menentukan apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan, layak atau

tidak layak dilakukan mengikuti aturan-aturan yang ada di masyarakat.3

Aturan tersebut berupa seperangkat perilaku yang mencakup penampilan

pakaian, sikap, seksualitas, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah

tangga. Konstruksi sosial tentang gender menjadikan perempuan lebih

memilih pekerjaan yang sifatnya melayani dan masih berkaitan dengan

pekerjaan yang bersifat domestik dalam rumah tangga. Dengan demikian,

hal ini menjadikan sebuah stereotipe terhadap perempuan.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h.590. 2 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 264.

3 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 64.

 

Page 28: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

16

B. Stereotipe Gender

1. Pengertian Stereotipe

Stereotipe adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan

berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Stereotipe sangat

erat hubungannya dengan prasangka, prasangka disini diartikan sebagai

suatu sikap negatif kepada seseorang atau kelompok lain dan

membandingkan dengan kelompoknya sendiri.4

Pada dasarnya stereotipe merupakan pelabelan yang diberikan oleh

seseorang atau kelompok sosial tertentu kepada sosio-kultur tertentu, dan

oleh karenanya seringkali bersifat subyektif, sepihak dan salah kaprah.

Stereotipe ini biasanya merupakan anggapan umum yang digunakan

sebagai referensi awal ketika pertama kali seseorang atau kelompok-

kelompok tertentu melihat kelompok atau orang lain.5

Adapun stereotipe yang diberikan kepada perempuan adalah bahwa

mereka itu individu yang lemah, melakukan peran domestik, emosional,

lemah dan lebih kuat laki-laki. Tetapi sebaliknya, kaum laki-laki

dianggap lebih superior, rasional, dan melakukan peran di wilayah

publik. Stereotipe atau pelebelan yang dianggap cenderung merugikan

kaum perempuan sering dimunculkan dalam berbagai film.

Pelabelan yang dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin tertentu

(perempuan) akan menimbulkan kesan negatif atas sifat-sifat yang

diharuskan disandang oleh perempuan. Demikian pula perempuan adalah

4 Liliweri, Gara-Gara Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) h.

175. 5 Andik purwasito, Komunikasi multi cultural, (Surakarta: Muhammadiah University Press,

2003) h. 228.

 

Page 29: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

17

jenis manusia lemah fisik dan intelektualnya sehingga tidak bisa menjadi

pemimpin. Karena ia sarat dalam keterbatasan tidak sebagaimana laki-

laki. Aktifitas laki-laki lebih leluasa, bebas, lebih berkualitas, dan

produktif.

Misalnya laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama

sedangkan perempuan hanya dinilai sebagai suplemen, karena

perempuan dalam sistem penggajian atau upah kerja dibayar lebih rendah

dari laki-laki. Keterpurukan ini semakin parah dengan legitimasi agama

yang disalah tafsirkan.6

2. Stereotipe Terhadap Perempuan

Bila membicarakan mengenai seseorang bahkan mengenai seorang

bayi, orang pasti berpikir mengetahui beberapa sifat dan karakteristik

yang dimiliki orang tersebut. Namun banyak ide-ide mengenai tingkah

laku laki-laki dan perempuan adalah berdasarkan stereotipe dan bukan

bukti ilmiah. Stereotipe adalah persamaan pendapat dalam sebuah

kebudayaan mengenai ciri khas tingkah laku yang dimiliki sebuah

kelompok masyarakat. Terdapat stereotipe mengenai laki-laki dan

perempuan, ras, kelompok, suku tertentu, orang dengan pekerjaan

tertentu dan bahkan mengenai warna rambut. Stereotipe adalah dari

kebudayaan yang merupakan, simbol, kepercayaan dan nilai-nilai yang

umum. Stereotipe ada untuk jangka waktu yang panjang dijaga dengan

sistem tingkah laku tertentu.

6 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW)

UIN Jakarta, 2003) h.76-77.

 

Page 30: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

18

Stereotipe muncul akibat konstruksi sosial yang cenderung

merugikan kelompok minoritas. Meski jumlah penduduk perempuan

bukan merupakan kelompok minoritas, namun kebudayaan dan tradisi

membuat perempuan tidak banyak mengeluarkan pendapat. Perempuan

hanya diperbolehkan melakukan kegiatan domestik, yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan rumah tangga. Hal ini kemudian membentuk sifat

perempuan yang cenderung lemah karena selalu hanya berhubungan

dengan kegiatan memasak, membersihkan rumah, mengurus anak,

belanja, dan sebagainya. Stereotyping ini biasanya dilakukan oleh

sebagian besar masyarakat sekaligus sehingga menimbulkan kesan

bahwa sifat perempuan memang begitu adanya.7

Stereotipe terhadap perempuan dapat dilihat dari tiga aspek: biologis,

psikologis, dan mitologis. Secara biologis perempuan dianggap lebih

lemah dari laki-laki. Sementara secara psikologis perempuan dianggap

sebagai sosok yang emosional dalam bertindak, suka di lindungi, tidak

menyukai tantangan, dan lembut. Sedangan secara mitologis yang

merujuk pada ajaran agama dan mitos-mitos tertentu, perempuan hampir

senantiasa diposisikan sebagai subordinasi laki-laki.

Stereotipe terhadap perempuan tidak hanya terjadi dalam ruang

kehidupan sosial, tetapi juga ada dalam tradisi teks, termasuk teks

keagamaan, dalam teks karya sastra, ketidakadilan gender juga sering

ditemukan. Hal ini karena karya sastra pada dasarnya merupakan

fenomena kehidupan, struktur dan kebudayaan suatu masyarakat. Karya

7 Rollins, Joan H. Women‟s Minds Women‟s Bodies The Psychology of Women in a

Biosocial Context, (Prentice-Hall: USA 1996), h.57.

 

Page 31: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

19

sastra sebagai sebuah karya yang dihasilkan melalui proses imajinasi

merupakan cerminan fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Strereotipe merupakan bagian dari ketidakadian gender yang dimana

disebabkan oleh sistem patriakhi. Ketidakadilan gender disebabkan

karena budaya patriarkhi yang cenderung mengutamakan laki-laki lebih

dari perempuan. Sebaliknya, budaya matriarkhi lebih mengunggulkan

perempuan daripada laki-laki. Aspek-aspek budaya yang bias patriarkhi

dan bias matriarkhi sudah semakin tidak relevan apabila dihadapkan

dengan semangat zaman modern yang egaliter, demokratis dan

berkeadilan. Budaya egaliter dan demokratis memberikan penghargaan

kepada seseorang berdasarkan kemampuan dan jasanya (meritocrary)

bukan berdasarkan jenis kelamin atau gender.

Adapun gender sebagai sifat yang melekat pada kaum lelaki dan

perempuan yang dikonstruksi berdasarkan sosial dan kultural, yaitu

maskulin atau feminin. Ciri dari sifat itu sendiri dapat dipertukarkan,

dapat berubah dari waktu ke waktu, serta berbeda dari satu tempat ke

tempat yang lain.8

C. Perspektif Feminisme

1. Pengertian Feminisme

Feminisme berasal dari bahasa latin, femina yang artinya perempuan

atau memiliki kualitas keperempuanan. Secara istilah, Lisa Tuttle

mendefinisikan feminisme sebagai advokasi mengenai hak-hak

perempuan yang didasarkan sebuah kepercayaan mengenai persamaan

8 Siti Rofi’ah, Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis kesetaraan dan keadilan

gender, Muwaza, Vol 7, nomer 2, 2015

 

Page 32: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

20

seksis dan itu merujuk kepada siapapun yang sadar untuk mengakhiri

adanya subordinasi terhadap perempuan dengan cara apa pun dan alasan

apa pun.

Sementara itu, Maggie Humm memaknai feminisme sebagai sebuah

ideologi pembebasan perempuan karena semua pendekatannya terkait

dengan ketidakadilan yang dialami perempuan berdasarkan jenis

kelaminnya sebagai perempuan.

Tujuan utama feminisme ialah membongkar relasi kuasa yang tak

seimbang (unequal). Secara umum, gerakan feminis berakar pada prinsip

pengalaman kaum perempuan dalam dunia patriakhi, suatu kondisi sosial

budaya yang tidak berpihak pada perempuan sebagai subjek utuh. Sebab

itu, gerakan feminis berupaya mengubah tatanan sosial baru dan relasi

kuasa yang lebih seimbang.9

Feminisme sebagai sebuah perspektif menempatkan pada pentingnya

kesadaran atas persamaan hak antara perempuan dan laki-laki di semua

bidang. Feminisme mencoba untuk mendekonstruksi sistem yang

menimbulkan kelompok yang mendominasi dan dinominasi, serta sistem

hegemoni dimana kelompok subordinat terpaksa harus menerima nilai-

nilai yang ditetapkan oleh kelompok yang berkuasa. Karena itu, gerakan

feminisme berupaya untuk menghilangkan pertentangan antara kelompok

yang lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat.

Feminisme berdasarkan Rosemarry Putnam Tong (2010) dapat

diklasifikasikan kepada beberapa aliran seperti feminisme liberal,

9 Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2013) h. 45.

 

Page 33: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

21

feminisme radikal, feminisme maxis, feminisme sosialis, dan lain-lain.

Klasifikasi ini didasarkan kepada inti pemikiran dan isu-isu perjuangan

mereka yang berbeda-beda.10

2. Aliran-Aliran Feminisme

A. Feminisme Liberal

Feminisme liberal merupakan aliran feminis paling awal, yang

akar sejarahnya dapat ditarik hingga abad ke 18. sejak

kemunculannya hingga sekarang ini, pemikiran feminis liberal

tidaklah statis, tetapi sebaliknya mereka memiliki banyak perubahan

pemikiran dari abad ke abad sesuai dengan tuntutan dan

perkembangan masyarakatnya.

Adapun tokoh-tokoh feminisme liberal awal yaitu Mary

Wollstonecraft, John Stuart Mill, Harriet Taylor, Women’s Suffrage

Movement, Elizabeth Gady Stanton, Betty Friedan, Gloria Steinem.

sementara tokoh-tokoh feminisme liberal di era kontemporer di

antaranya yaitu Zillah Einsenstein, Elizabeth Holtzman, Bella

Abzug, Eleanor smel, dll. Feminis liberal yang muncul di abad ke 19

dimotori oleh John Stuart Mill dan Harriet Taylor Mill. Gagasan

utama kedua tokoh tersebut yaitu:

a) Perempuan memiliki otonomi untuk meraih kebahagiannya

b) Perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki

dalam bidang pendidikan

10

Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, h. 43-50.

 

Page 34: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

22

c) Perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki

dalam hal kebebasan sipil, seperti hak poltik perempuan, dan

dalam bidang ekonomi

d) Menolak adanya status quo, khususnya dominasi suami dalam

keluarga, dan mendorong perempuan bekerja di ranah publik

sebenarnya menantang wacana patriarkhis yang fokus pada

pembagian kerja (division of labor) dalam rumah tangga.

Meskipun pemikirannya saat itu belum sampai pada perlunya

keterlibatan laki-laki di dalam pekerjaan domestik

Teori ini berasumsi bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan harus

mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Meskipun demikian,

kelompok feminis liberal menolak persamaan secara menyeluruh

antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal masih tetap ada

perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan.

Bagaimanapun juga, fungsi organ reproduksi bagi perempuan

membawa konsekuensi logis dalam kehidupan bermasyarakat.11

Feminisme liberal memang mengakui adanya institusi

perkawinan, namun mereka mengingatkan bahwa problem

ketimpangan gender masih sangat kuat terjadi dalam keluarga,

terutama di lihat dari pembagian kerja yang tidak seimbang antara

perempuan dan laki-laki. Pada umumnya, perempuan memiliki

tanggung jawab dan peran yang lebih besar di ranah domestik.

11

Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru Tentang Relasi

Gender, (Bandung: Mizan, 1999) h. 228.

 

Page 35: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

23

Pekerjaan pengasuhan anak dan kerja rumah tangga

menghabiskan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan kerja

publik. Untuk mengatasi problem ketimpangan gender di ranah

domestik, feminisme liberal mengajukan solusi yang cenderung

bersifat interpersonal yakni melalui cara istri perlu melakukan

negoisasi agar suami mau terlibat dalam pekerjaan domestik.

Melibatkan suami dalam kerja domestik sangat penting untuk

membuka peluang bagi istri bisa berkarir di dunia publik.

Selain itu tuntutan feminisme liberal terhadap kesenjangan

antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat dapat

diubah melalui kombinasi antara inisiatif dan prestasi individu.

Beberapa strategi yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu

meningkatkan level pendidikan perempuan, diskusi rasional dengan

kaum laki-laki, seperti dengan suami, teman sekerja, teman

seprofesi, adik atau kakak laki-laki, dan lain-lain.

Diskusi terkait pola-pola dan peran dalam pengasuhan anak,

pembagian pekerjaan dalam rumah tangga, dan lain-lain bisa

menjadi topik yang pada akhirnya dapat membuka kesempatan

perempuan untuk berkarir di luar rumah. Selain itu, strategi berupa

kombinasi reformasi dan persuasi termasuk lobi politik dapat

menjadi cara untuk merubah kesenjangan gender. Nancy Chodorow

dalam bukunya Reproduction of Mothering mengemukakan:

“Anak laki-laki mengalami penderitaan manakala tumbuh

dalam keluarga „tanpa kehadiran sang ayah‟, yaitu keluarga di

mana ayah adalah satu figure yang tidak berperan penting dan

 

Page 36: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

24

tidak terlibat dalam proses pengasuhan sehari-hari. Anak laki-

laki akan tumbuh timpang dan mengalami ambivalensi dalam

pandangan mereka tentang perempuan sehingga mereka belajar

untuk seksis ketika dewasa”

Pernyataan tersebut dengan jelas menunjukan bahwa sikap yang

seksis diwariskan orangtua kepada anaknya melalui sosialisasi dalam

keluarga. Sosialisasi nilai-nilai patriarkhi juga terjadi di ranah

masyarakat seperti di institusi pendidikan, kesehatan, ekonomi,

agama, dll. Sayangnya, upaya feminisme liberal untuk

mensosialisasikan pentingnya keterlibatan laki-laki di ranah

domestik, saat itu belum menjadi skala prioritas.12

Salah satu alasan mengapa kalangan feminis liberal tidak berani

melakukan perlawanan radikal terhadap ketimpangan gender dalam

rumah tangga adalah karena mereka menerima sistem perkawinan

yang heteroseksual. Sebagian feminisme liberal berusaha sekuat

tenaga untuk mempertahankan “keluarga” dan “nilai-nilai keluarga”

serta perlunya membangun perkawinan yang lebih egalitarian dan

bersahabat.

B. Feminisme Radikal

Feminisme radikal muncul karena ketidakpuasan terhadap ide-

ide dan agenda-agenda perjuangan feminisme liberal. Gagasan

feminisme radikal ini sangat berbeda dengan faham feminis liberal

yang justru sangat mendukung institusi keluarga, bahkan mereka

12

Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2013) h. 60.

 

Page 37: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

25

berpendapat penanaman nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender

harus dimulai dalam keluarga.13

Teori yang muncul abad ke-19 berasumsi bahwa perempuan

tidak harus tergantung pada laki-laki baik kebutuhan seksualitasnya

dan kebendaannya. Seksualitas dalam artian ini kepuasan seksualitas

bisa diperoleh perempuan dengan sesama jenisnya sehingga terjadi

praktek lesbian.14

Teori ini juga telah menggugat lembaga-lembaga yang telah

merugikan perempuan seperti lembaga patriarkhi, yang intinya

memfokuskan pada permasalahan ketertindasan perempuan yakni

hak untuk memilih adalah simbol mereka. Kaum feminis radikal dan

kultural telah menyatakan bahwa perbedaan antara seks atau gender

mengalir karena sosialisasi history keseluruhan perempuan dalam

masyarakat yang patriarkhi.15

Tugas utama para feminisme radikal ini adalah menolak institusi

keluarga baik maupun praktiknya, sehingga kebebasan perempuan

tidak hanya perjuangan untuk mencapai kesetaraan hak saja, akan

tetapi juga meliputi hal transformasi secara sempurna dalam ruang

persahabatan dan hubungan kemanusiaan.

C. Feminisme Marxis

Aliran ini berpandangan bahwa penyebab ketimpangan gender

dikarenakan adanya sistem kelas kapitalis. Sistem ini telah membuat

13

Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, h. 61. 14

Caroline Ramazanoglu, Feminism and Contradiction, (London: Routledge, 1989), h. 12 15

Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought : Pengantar paling Komprehensif kepada

Aliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini Priyatna Prabasmoro, (Yogyakarta : Jalasutra,

1998), h.71.

 

Page 38: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

26

laki-laki bekerja di luar rumah, sementara wanita di dalam rumah.

Perolehan upah membuat laki-laki merasa lebih tinggi dan kuasa.

Hak pribadi perempuan akhirnya jatuh ke tangan laki-laki. Artinya,

perempuan dianggap sebagai hak milik pribadi

Laki-laki di rumah, perempuan menjadi pekerja tanpa upah,

miskin, dan tidak punya harta. Dalam sistem keluarga, suami

digambarkan sebagai kaum borjuis yang menindas sedangkan istri

sebagai kaum proletar yang tertindas. Menurut kaum feminisme

marxis, tradisi patriarkat dalam sistem kapitalisme sangat kuat, maka

perjuangan kesetaraan gender dapat diwujudkan dengan cara

menghapuskan dikotomi pekerjaan sektor domestik dan sektor

publik. Emansipasi perempuan terjadi hanya jika perempuan terlibat

dalam produksi, dan berhenti mengurus urusan rumah tangga.16

Isu yang diperjuangkan oleh feminis maxis meliputi beragam

hal, diantaranya a) Penguatan perempuan miskin dan perempuan

kelas pekerja b) Menghapuskan ketergantungan ekonomi perempuan

c) Menekankan fakta bahwa sesungguhnya perempuan bukan

sekadar konsumer, tetapi lebih dari itu, perempuan juga produser

ekonomi yang sering kali terabaikan, sehingga sering ditemukan

perempuan-perempuan yang bekerja, namun tidak terdata, biasanya

disebut invisible workers d). Perempuan memiliki beban ganda

(double burden), meski ia sudah bekerja di luar rumah, ia masih

dibebani tugas-tugas domestik.

16

M Hajir Mutawakkil, Keadilan Islam Dalam Persoalan Gender, Jurnal Kalimah, Vol.

12, No. 1, Maret 2014

 

Page 39: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

27

Sayangnya tugas-tugas domestik seringkali dianggap tak

bernilai sehingga sering dianggap rendah. Karena itu, feminis maxis

menyatakan bahwa tugas-tugas yang dianggap “domestik” juga

harus diakui sebagai pekerjaan yang bernilai dan bukan hanya

menjadi tanggung jawab perempuan. Laki-laki seharusnya juga

terlibat dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.17

D. Feminisme Sosialis

Feminisme sosialis adalah gerakan untuk membebaskan kaum

perempuan melalui perubahan struktur patriarkat. Perubahan struktur

patriarkat bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan gender.18

Beberapa isu yang diperjuangkan feminisme sosialis diantaranya

yaitu: a) Penolakan pada kapitalisme dunia yang tidak hanya

menyebabkan ketimpangan negara maju dan terbelakang, tetapi juga

menyebabkan feminisasi of poverty pada banyak kalangan

perempuan, terutama perempuan di negara-negara berkembang, b)

Feminis ini menuntut penerapan sistem ekonomi yang lebih setara

dan adil gender melalui kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada

pemerataan sistem ekonomi/modal/kreasi/, dan c) Isu-isu terkait

prostitusi, perdagangan dan komersialisasi tubuh perempuan

seharusnya menjadi isu-isu prioritas yang harus diperjuangkan oleh

negara dan masyarakat pada umumnya.19

17

Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, h. 70-71. 18

Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru Tentang Relasi

Gender, (Bandung: Mizan, 1999) h. 133. 19

Ida Rosyidah, Hermawati. Relasi Gender Dalam Agama-Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2013) h. 73-74.

 

Page 40: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

28

Aliran ini diwarnai oleh pemikiran-pemikiran Karl Max. Oleh

karena itu, dalam pandangan aliran ini, pola relasi gender dalam

realitas masyarakat lebih disebabkan oleh faktor budaya. Posisi

inferior perempuan dalam institusi keluarga berkaitan dengan

struktur keluarga dalam masyarkat kapitalis dan pola relasi yang

timpang yang disebabkan oleh penerapan sistem kapitalis yang

mendukung tenaga Kerja tanpa upah bagi perempuan dalam lingkup

rumah tangga.

Akhirnya yang terjadi, istri secara ekonomi tergantung pada

suami dan mecemaskan keamanan ekonomi rumah tangganya karena

dukungan kekuasaan kepada suami. Oleh karena itu agar pola relasi

laki-laki dan perempuan seimbang diperlukan peninjauan struktur

secara mendalam, terutama menghapuskan dikotomi pekerjaan

sektor domestik dan publik.

E. Feminisme Konservatif

Konservatif adalah mempertahankan apa yang telah ada. Paham

ini tidak menyukai adanya perubahan. Karena menurut paham ini,

perubahan yang terjadi tidak selalu akan berakhir baik, masih ada

kemungkinan akan terjadi sesuatu yang buruk. Orang-orang yang

berpaham konservatif menolak untuk disebut pesimis, mereka hanya

memelihara apa yang telah ada.

Berkaitan dengan feminisme konservatif dalam peran fiqh

perempuan, Ratna Megawangi sejak awal meyakini adanya kodrat

penciptaan manusia: laki-laki dan perempuan. Bagi Ratna, secara

 

Page 41: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

29

biologis dan genetis, penciptaan manusia memang berbeda dan ini

sangat berpengaruh pada pembagian peran laki-laki dan perempuan.

Pendapat Ratna jelas berseberangan dengan para feminis di masa

sekarang yang masih percaya bahwa perbedaan peran berdasarkan

gender adalah produk budaya, bukan karena perbedaan biologis atau

genetis yang bersifat nature. 20

F. Feminisme Moderat

Feminisme ini menurut Herman J. Waluyo (1998) Memandang

bahwa kodrat perempuan dan laki-laki memang berbeda, yang harus

dibuat sama adalah hak, kesempatan, dan perlakuan. Karena itu yang

penting adalah adanya hubungan yang sejajar antara perempuan dan

laki-laki kemitrasejajaran ini merupakan pandangan pokok dari

gender. Feminisme moderat mendukung perempuan dalam

melaksanakan tugas-tugas alami.

Akan tetapi, feminisme moderat juga menganjurkan dirinya agar

hidup mandiri, baik secara intelektual maupun secara ekonomis.

Kesanggupan tersebut akan membuat perempuan memiliki

kedudukan sejajar dengan laki-laki dan melepaskan dirinya dari

ketergantungan terhadap laki-laki.21

Berdasarkan pengertian dari masing-masing konsep feminisme,

penulis menyimpulkan terdapat beberapa perbedaan pandangan yang

sangat signifikan antar masing-masing aliran dalam feminisme yaitu:

20

M. Noor Harisudin, Pemikiran Feminis Muslim di Indonesia Tentang Fiqh Perempuan,

Jurnal Al- Tahrir, Vol. 15, No. 2, November 2015, h. 241-243 21

M. Noor Harisudin, Pemikiran Feminis Muslim di Indonesia Tentang Fiqh Perempuan,

Jurnal Al- Tahrir, Vol. 15, No. 2, November 2015, h 255-258

 

Page 42: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

30

Feminisme liberal menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki

dan perempuan dalam beberapa hal terutama yang berhubungan dengan

fungsi reproduksi, aliran ini masih tetap memandang perlu adanya

perbedaan. Oleh karena itu, kelompok ini beranggapan, tidak mesti

dilakukan perubahan struktural secara menyeluruh, tetapi cukup

melibatkan perempuan di dalam berbagai peran, seperti peran sosial,

ekonomi, dan politik. Organ reproduksi bukan merupakan peghalang

terhadap peran-peran tersebut. Aliran ini beranggapan bahwa

ketertindasan dan keterbelakangan yang terjadi pada perempuan

disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Mereka beranggapan

bahwa setiap perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa

bersaing di dunia dalam kerangka “persaingan bebas” dan punya

kedudukan setera dengan laki-laki.

Berbeda dengan feminisme liberal, feminisme radikal menganggap

ketertindasan yang dialami oleh perempuan terjadi akibat sistem patriaki.

Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan

laki-laki. Kemudian feminisme marxis berpendapat bahwa ketertinggalan

perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja,

tetapi akibat dari struktur sosial, politik, ekonomi yang erat kaitannya

dengan sistem kapitalisme. Unsur kunci yang membedakan feminisme

marxis dari teori feminisme lainnya terletak pada anggapannya bahwa

penindasan kelas merupakan penindasan utama.

Asumsi yang digunakan feminisme sosialis adalah bahwa hidup

dalam masyarakat kapitalis bukan satu-satunya penyebab utama

 

Page 43: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

31

keterbelakangan perempuan. Feminisme sosial muncul sebagai kritik

terhadap feminisme maxis. Aliran ini mengatakan bahwa patriarki sudah

muncul sebelum kapitalisme, dan tetap tidak akan berubah jika

kapitalisme runtuh. Feminisme sosial menggunakan analisis kelas dan

gender untuk memahami penindasan perempuan. Sedangkan feminisme

moderat memandang bahwa kodrat perempuan dan laki-laki memang

berbeda, yang harus dibuat sama adalah hak, kesempatan, dan perlakuan.

Karena itu yang penting adalah adanya hubungan yang sejajar antara

perempuan dan laki-laki kemitrasejajaran ini merupakan pandangan

pokok dari gender.

Pada dasarnya tujuan dari feminisme itu adalah sama yaitu

kepedulian memperjuangkan nasib perempuan, hak-hak dari kaum

wanita agar mendapat hak yang sama tanpa adanya diskriminasi. Dalam

penelitian ini menggunakan perspektif feminisme yang secara umumnya

merupakan sebuah ideologi pembebasan perempuan karena semua

pendekatannya terkait dengan ketidakadilan yang dialami perempuan

berdasarkan jenis kelaminnya sebagai perempuan. Feminisme sebagai

sebuah perspektif menempatkan pada pentingnya kesadaran atas

persamaan hak antara perempuan dan laki-laki di semua bidang.

D. Analisis Naratif

1. Pengertian Narasi

Narasi berasal dari bahasa latin narre, yang artinya membuat tahu.

Berarti narasi berkaitan dengan suatu pemberitahuan peristiwa atau

informasi. Tetapi tidak semua yang memberikan informasi disebut

 

Page 44: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

32

dengan narasi. Pengumuman jadwal tayangan televisi di surat kabar atau

denah suatu lokasi walaupun berisi informasi tidak bisa disebut narasi

(cerita).22

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan

dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah

terjadi. Narasi merupakan representasi dari peristiwa-peristiwa atau

rangkaian dari peristiwa-peristiwa.23

Narasi juga merupakan proses dan efek dari suatu cerita dipilih dan

representasi waktu dalam teks. Narasi juga bisa didefinisikan sebagai

interpretasi terorganisasi tentang serangkaian peistiwa. Interpretasi ini

mencakup pemberian peranan (agency) kepada tokoh-tokoh yang ada

dalam narasi dan penggalian hubungan sebab-akibat yang ada diantara

berbagai peristiwa.24

Dari berbagai pengertian narasi yang diatas, Pada

dasarnya narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau

rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru

bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau

rangkaian dari peristiwa-peristiwa.

Narasi dibentuk dengan menggabungkan berbagai peristiwa yang

terjadi hingga akhirnya menjadi sebuah cerita. Dengan demikian analisis

naratif bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebuah peristiwa disusun

dan bagaimana urutan dari cerita tersebut, mulai dari yang berperan

sebagai sender hingga traitor.

22

Eriyanto, Analisis Naratif, (Jakarta, Kencana, 2013) h.1 23

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 2.

24

John Hartley, Communication, Cultural, & Media Studies (Konsep Kunci),

(Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 206.

 

Page 45: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

33

2. Analisis Narasi

Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik fiksi maupun

non fiksi. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks

sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik narasi. Teks di

lihat sebagai rangkaian peristiwa, logika dan tata urutan peristiwa, bagian

dari peristiwa yang dipilih dan dibuang.

Analisis naratif memiliki sejumlah kelebihan. Pertama, analisis

naratif membantu memahami bagaimana pengetahuan, makna, dan nilai

diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat. Kedua, memahami

bagaimana dunia sosial dan politik diceritakan dalam pandangan tertentu

yang dapat membantu kita mengetahui kekuatan dan nilai sosial yang

dominan dalam masyarakat. Ketiga, analisis naratif memungkinkan

menyelidiki hal-hal tersembunyi dan laten dari suatu teks media.

Keempat, analisis naratif mereflesikan konkinuitas dan perubahan

komunikasi.25

Adapun model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

analisis narasi model A.J Greimas, naratif model ini mampu

menunjukkan secara jelas dan dikotomis antara tokoh protagonis dan

antagonis. A.J Greimas berpendapat bahwa subjek yang terdapat dalam

wacana merupakan manusia semu yang dibentuk oleh tindakan yang

disebut actans dan acteurs. Teori struktural naratif dipergunakan untuk

menganalisis karya prosa fiksi berdasarkan pada struktur cerita dan

25

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h.10-11.

 

Page 46: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

34

analisis struktur aktan dan fungsional merupakan konsep dasar langkah

kerja yang dikemukakan Greimas.

Greimas adalah seorang ahli sastra yang berasal dari perancis.

Sebagai seorang penganut teori struktural, ia telah berhasil

mengembangkan teori strukturalisme menjadi strukturalisme naratif dan

memperkenalkan konsep satuan naratif terkecil dalam karya sastra yang

disebut aktan. Teori ini dikembangkan atas dasar analogi-analogi

struktural dalam linguistik yang berasal dari Ferdinand de Saussure, dan

Greimas menerapkan teorinyadalam dongeng atau cerita rakyat Rusia. 26

Sebuah narasi dikarakterisasi oleh enam peran, yang disebut oleh

Greimas sebagai aktan dimana aktan tersebut berfungsi mengarahkan

jalannya cerita. Analisis Greimas kerap juga disebut sebagai model

aktan.27

Analisis naratif model Greimas dengan struktural aktansial yang

berbentuk seperti di bawah ini.

26

Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra (Perkenalan Awal Terhadap Ilmu

Sastra), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.87-88 27

Eriyato, Analisis Naratif: Dasar-Dasar Penerapannya dalam Analisis Teks Berita

Media, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) h.96.

 

Page 47: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

35

Gambar 2.1 Analisis Struktural Aktansial (S. Jager & F. Maier) 28

Aktan adalah sesuatu yang abstrak seperti cinta, kebebasan, atau

sekelompok tokoh. Pengertian aktan dihubungkan dengan satuan

sintaksis naratif, yaitu unsur sintaksis yang mempunyai fungsi-fungsi

tertentu. Fungsi itu sendiri dapat diartikan sebagai satuan dasar cerita

yang menerangkan tindakan bermakna yang membentuk narasi.29

Aktan dalam teori Greimas menempati enam fungsi, yaitu: Subjek

adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh pengirim

untuk mendapatkan objek yang di inginkannya. Objek adalah seseorang

atau sesuatu yang di inginkan dan di cari oleh subjek yang di motivasi

pengirim dan tidak ada pada diri pengirim. Pengirim adalah sesuatu atau

seseorang yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak

cerita. Pengirim ini yang menimbulkan keinginan bagi subjek untuk

28

Haryatmoko, Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis), (PT. Rajagrafindo

Persada, 2016) h. 123. 29

Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra (Perkenalan Awal Terhadap Ilmu

Sastra), h. 88.

PENERIMA PENGIRIM OBJEK

PENOLONG PENGHALANG

SUBJEK

KONTRAK

 

Page 48: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

36

mendapatkan objek. Penolong adalah seseorang atau sesuatu yang bertugas

membantu atau mempermudah subjek dalam melaksanakan tugasnya

untuk mendapatkan objek. Penghalang merupakan seseorang atau suatu

kondisi yang berperan atau berfungsi untuk menghalangi tugas subjek

untuk mencapai objek. Penerima adalah sesuatu atau seseorang yang

menerima dampak dari proses subjek untuk mencapai objek.

Berkaitan dengan hal tersebut diantara pengirim dan penerima

terdapat suatu komunikasi diantara pengirim dan objek ada tujuan,

diantara pengirim dan subjek ada perjanjian, diantara subjek dan objek

ada usaha dan diantara penolong, penghalang, dan subjek terdapat

bantuan atau tantangan.

Perlu di ketahui bahwa aktan-aktan itu dalam struktur tertentu dapat

menduduki fungsi ganda bergantung siapa yang menduduki fungsi

subjek. Aktan dalam teori Greimas, ditinjau dari segi tata cerita

menunjukkan hubungan yang berbeda-beda. Maksudnya, dalam suatu

skema aktan suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran, dan dari

karakter peran kriteria tokoh dapat diamati. Menurut teori Greimas,

seorang tokoh dapat menduduki beberapa fungsi dan peran di dalam

suatu skema aktan.30

E. Analisis Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, bertujuan untuk

mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau untuk

menafsiran makna tersebut. Semiotika menjadi salah satu kajian dalam teori

30

Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra (Perkenalan Awal Terhadap Ilmu

Sastra), h. 89.

 

Page 49: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

37

komunikasi. Tradisi semiotika terdiri atas sekumpulan teori tentang

bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi

perasaan, kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. 31

Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai semiologi. Artinya

ialah “kata-kata” mengenai “tanda-tanda”. Kata semi dalam semiologi berasal

dari semeion (bahasa latin), yang artinya tanda. Semiologi telah

dikembangkan untuk menganalisis tanda-tanda. Menurut Sausure, semiotika

berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda. Suatu tanda

adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian

yang signifikan.32

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami

dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan

“tanda”. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan

suatu tanda.33

Didalam bukunya, Alex Sobur menjelaskan tentang semiotika.

“Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha

mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama

manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya

hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-

hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat

dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to commuunicate).

Memaknai berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam

31

Stephen W. Littlejohn,Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h.53. 32

Berger, Arthur Asa. Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan

Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), h.4. 33

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15.

 

Page 50: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

38

hal mana objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi

sistem terstruktur dari tanda”34

Dalam penelitian ini menggunakan semiotika Roland Barthes, Roland

Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara

kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan

makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa

saja menyampaikan makna yang berbeda situasinya. Roland Barthes

meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks

dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara

konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh

penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification” 35

Pemikiran Barthes tentang semiotika sangat dipengaruhi oleh Saussure.

Jika Saussure mengintrodusir istilah signifier dan signified berkenan dengan

lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan maka Barthes

menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk tingkatan-

tingkatan makna. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos

yang menandai suatu masyarakat. Barthes menciptakan peta bagaimana tanda

bekerja yaitu sebagai berikut:

34

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15. 35

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset

Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta:

Kencana, 2010), h. 272.

 

Page 51: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

39

Tabel 2.1

Peta Roland Barthes

1. Signifier M (Penanda) 2. Signified (Petanda)

3. Denotative Signifier (Tanda Denotatif)

4. Connotative

Signifier (Penanda

Konotatif)

5. Connotative Signified

(Petanda Konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Dari tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa tanda denotative (3) terdiri

atas (1) penanda dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda

denotatif adalah juga penanda konotatif (4).

1. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan

antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.

2. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu perasaan atau

emosi pembaca/ pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi

subjektif atau inter subjektif. Tanda lebih terbuka penafsirannya pada

konotasi daripada denotasi.

Pada dasarnya, terdapat perbedaan mengenai pengertian denotasi dan

konotasi yang dipahami oleh Barthes dengan pengertian secara umum.

Dengan pengertian umum, denotasi bisa dipahami sebagai makna harfiah atau

makna sesungguhnya. Sedangkan dalam pemahaman Barthes, denotasi

merupakan first order of signification atau sistem signifikansi tingkat

 

Page 52: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

40

pertama. Denotasi adalah makna apa yang terlihat dan pada kenyataannya

sama. Denotasi juga dapat dikatakan sebagai fenomena yang tampak dengan

panca indera.36

Berbeda dengan denotasi, pengertian konotasi secara umum biasa

dimengerti sebagai makna yang bukan sebenarnya, tidak pasti dan tidak

langsung. Dalam pemahaman Barthes konotasi merupakan second of

signification atau sistem signifikansi tingkat kedua. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di

dalamnya beroperasi makna yang tersebunyi, tidak langsung dan tidak pasti.

Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika penanda

mengkaitkannya dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi,

keyakinan serta nilai-nilai dari kebudayaan pembacanya. Jadi dapat dikatakan

bahwa denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap objek,

sementara konotasi adalah bagaimana menggambarkan tanda tersebut.37

Dalam kerangka pemikiran Roland Barthes, konotasi identik dengan

operasi ideologi, yang biasa disebut dengan mitos. Mitos merupakan

pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang dianggap alamiah. Selain itu,

mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa

aspek tentang realitas atau gejala alam.38

Bagi Barthes mitos adalah sistem

komunikasi dan merupakan sebagai pesan. Mitos berfungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang

36

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.70. 37

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), h. 17. 38

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22.

 

Page 53: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

41

berlaku dalam suatu periode tertentu.39

Sebuah mitos dapat menjadi sebuah

ideologi atau paradigma apabila sudah berakar lama dan digunakan sebagai

acuan hidup serta menyentuh ranah norma sosial yang berlaku

dimasyarakat.40

F. Film Sebagai Media Komunikasi Tentang Isu Perempuan

Film sebagai media komunikasi massa mempunyai peranan penting,

khususnya dalam mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Berfungsi untuk menyampaikan informasi yang

dinilai cukup efektif dalam menyampaikan pesan, dibandingkan dengan

media komunikasi lainnya. Film sebagai media komunikasi massa memang

tidak lepas dari hubungan antara film dan masyarakat itu sendiri.

Film mempunyai suatu dampak tertentu terhadap penonton, dampak-

dampak tersebut dapat berbagai macam seperti, dampak psikologis, dan

dampak sosial. Pesan film sebagai media komunikasi massa dapat berbentuk

apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah

film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan

informasi. Pesan dalam film menggunakan mekanisme lambang-lambang

yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan

dan sebagainya. Film dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh

terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual,

yaitu gambar dan suara yang hidup.

Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu

singkat. Industri film disebut sebagai industri yang dibangun dari mimpi

39

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.71. 40

Benny Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu,

2011), h. 59.

 

Page 54: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

42

karena sifatnya yang imajinatif dan sebagai media kreatif. Industri film adalah

industri bisnis, prediksi ini telah menggeser anggapan orang yang masih

meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan

memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika

(keindahan) yang sempurna.41

Media massa merupakan salah satu instrumen utama yang membentuk

konstruksi gender pada masyarakat. Laki-laki dan perempuan telah

direpresentasikan oleh media sesuai dengan stereotipe kultural untuk

mereproduksi peranan-peranan jenis kelamin secara tradisional. Film sebagai

salah satu produk dari media massa juga berperan besar dalam membentuk

pandangan masyarakat mengenai konstruksi gender. Film dijadikan sebuah

alat oleh kelompok ideologi patriaki untuk membangun tempat pemikiran

yang timpang tentang perempuan.

Meskipun telah banyak kemajuan pada hak-hak kaum perempuan, namun

persoalan ketidakadilan gender umumnya masih menimpa kaum perempuan.

Hal tersebut dinilai karena adanya konstruksi gender yang telah melalui

perjalanan sejarah yang sangat panjang dan terlanjur mengakar kuat dalam

masyarakat. Ketidakadilan gender inilah yang digugat ideologi feminis.

Feminisme merupakan sebuah ideologi yang berangkat dari suatu kesadaran

akan suatu penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat

di tempat kerja ataupun dalam konteks masyarakat secara makro, serta

tindakan sadar baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah

keadaan tersebut.42

41

Elvinaro Ardianto, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 134. 42

Sunarto, Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-anak (Semarang: Mimbar,

2000) h. 34-35.

 

Page 55: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

43

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM ISTRI PARUH WAKTU

A. Latar Belakang Pembuatan Film Istri Paruh Waktu

Pembuatan Film Istri Paruh Waktu di produksi oleh Want Production.

Want Production berdiri pada tahun 2010. Perusahaan ini mencoba membuat

music video dan band indie. Setelah itu di bulan September 2011 perusahaan

ini mencoba sesuatu yang baru. Proyek film pendeknya berkembang dengan

anggaran rendah, pada tahun 2012 Want Production membuat banyak karya

termasuk web series yang disebut weapon man, many short clip, event

documentation dan event organizing.1

Hingga pada tahun 2015 Want Production membuat beberapa film

pendek salah satunya yang berjudul Istri Paruh Waktu, yang sudah memiliki

banyak tampilan dan akan terus meningkat. Film Istri Paruh Waktu

mengisahkan tentang Fira yaitu seorang istri yang tengah kalut dalam

memilih karir dan pengabdiannya pada suaminya. Film ini banyak

menginspirasi orang terutama perempuan yang telah menikah. Film ini di rilis

di Youtube pada tanggal 16 April 2015, sudah ditonton lebih dari 1.344.664x

oleh penonton di Youtube.2

Film ini dibuat oleh empat orang laki-laki yang tergabung dalam

komunitas Film Maker Muslim. Komunitas yang dibentuk oleh beberapa

orang laki-laki tim utamanya adalah Muhammad Amrul Ummami,

Muhammad Ali Ghifari, Ryan Kurniawan, Andre Muhammad Addin.

1 Daqumovie, Istri Paruh Waktu, artikel diakses pada 22 mei 2018 dari

https://m.facebook.com/filmmakermuslim/photos/a.3656 2 Film Maker Muslim, artikel diakses pada 30 Mei 2018 dari

https://m.youtube.com/user/wantproductiontv

 

Page 56: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

44

Masing-masing dari komunitas tersebut bertugas sebagai produser, penulis

naskah, pengarah audio, dan juga pemeran dalam film.

B. Profil Orang-Orang Di Balik Layar Film Istri Paruh Waktu

Profil pembuat film istri paruh waktu

Gambar 3.1 Foto Muhammad Amrul Ummami

Muhammad Amrul Ummami adalah sosok Pemimpin di tengah anak-

anak Film Maker Muslim. Tanpa gagasannya, WANT Production atau Film

Maker Muslim mungkin tak akan pernah ada. Di lapangan, pria yang lahir

tanggal 20 Desember 1987 ini adalah sosok director yang handal. Kerja cepat,

efektif dan efisien adalah salah satu ciri khasnya saat men-direct.

Pada akhir tahun 2014, Amrul Umammi mulai memutuskan untuk

membuat karya religi. Ia mengajukan ide film pendek religi pertamanya yang

diberi judul Cinta Subuh. Pada Film Istri Paruh Waktu Amrul Umammi

berperan sebagai Pengedit, Sutradara, Sinematografer. 3

3 Hello Hijab, Profile orang-orang di balik layar film maker muslim, artikel diakses pada 22

mei 2018 dari https://hellohijabers.wordpress.com /2015/06/16/ profile-orang-orang-di-balik-layar-

film-maker-muslim-2/

 

Page 57: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

45

Gambar 3.2 Foto Muhammad Ali Ghifari

Muhammad Ali Ghifari lahir di Jakarta pada tanggal 2 November 1990.

Di antara anak-anak Want Production Film Maker Muslim, kak Ghifar ini

yang hafalan Al Quran nya paling banyak dan wawasannya paling luas. Dari

mitologi yunani sampai sejarah nabi dan sahabat, dia hapal hingga detailnya.

Karna wawasannya itulah, lahir skenario-skenario film yang cerdas dan

inspiratif. Selain jago menulis, kak Ghifar juga jago dalam melatih akting.

Bisa dilihat aktingnya yang keren sebagai Ijat di film pendek StayingSane. Di

series Film Istri Paruh Waktu kak Ghifar ambil peran sebagai Produser,

penulis skenario, akting coach, dan aktor sekaligus.

Gambar 3.3 Foto Andre Muhammad Addin

Andre Muhammad Addin Lahir di Lhokseumawe, 23 Desember 1988

Dia adalah sosok line produser yang handal. Cermat dalam mengatur budget

produksi, tegas soal pengeluaran dan disiplin dalam memanajeri jadwal

produksi. Andre Muhammad Addin memulai debut aktingnya di film pendek

Staying Sane. Berlanjut ke ODKT, HKS dan yang terbaru series hinta Subuh.

 

Page 58: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

46

Kak pddin juga baru merampungkan syutingnya bersama beda sinema dalam

film Tausiyah Cinta. Lulusan IT Binus University angkatan 2008 ini juga

seorang Liver pudlian. Selain suka bola, dia jago basket dan renang.4

Dalam pembuatan Film Istri Paruh Waktu Kak Addin bertugas sebagai

Cinematographer (Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan

dan fotografi adegan) Sinematografer yang kreatif juga akan membantu

sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan

kamera.

Gambar 3.4 Ryan Kurniawan

Ryan Kurniawan adalah putra Bekasi berdarah sunda, Pria kelahiran 27

November 1987 ini adalah penggemar berat novel harry potter. Tapi kalau

ditanya, siapa idolanya akang Ryan akan menjawab : Rasulullah Muhammad

SAW. Pria romantis yang punya ketertarikan khusus pada langit dan bintang-

bintang ini berperan sebagai DOP, Astrada, Produser, sekaligus Art Director

dalam karya-karya Film Maker Muslim.

Dalam pembuatan Film Istri Paruh Waktu Ryan Kurniawan dan Andre

Muhammad Addin berperan sebagai Cinematographer/ DOP (Orang yang

melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan fotografi adegan)

4 Profile orang-orang di balik layar Film Maker Muslim, artikel diakses pada 22 mei 2018

dari https://hellohijabers.wordpress.com/2015/06/16/profile-orang-orang-di-balik-layar-film-

maker-muslim-2/

 

Page 59: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

47

Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam memilih

sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.

C. Sinopsis Film Istri Paruh Waktu

Film berjudul “Istri Paruh Waktu” menceritakan seorang wanita karir

yang sudah dua bulan menikah dengan suaminya dan sang istri yang bernama

Fira. Sosok istri yang mempunyai jabatan cukup prestisius di kantornya

karena jadi orang penting di tempat kerjanya maka pekerjaan dia pun semakin

banyak. Sehingga Fira merasa tidak punya banyak waktu lagi untuk keluarga

dan suaminya. Fira bercerita kepada sahabatnya, dan keputusan Fira

mengundurkan diri dari tempat kerja pun ditentang oleh teman baiknya, yaitu

Rifa yang diperankan oleh Mauly Shofia Chaerani.

Tetapi Fira sudah mantap dengan pilihannya, Fira hanya ingin fokus

mengabdi kepada suaminya dan anak-anaknya kelak, Dia berkata bahwa

“pekerjaan di rumah lebih banyak dari pada di tempat kerjanya”. Salah satu

alasan keputusan Fira untuk berhenti dari pekerjaan impiannya karena demi

fokus mengabdi kepada suami yaitu menjalankan kewajibannya sebagai istri

dan ingin lebih dekat dengan suami agar imannya lebih sempurna.5

Fira Percaya, Pendidikan tinggi yang dicapainya selama ini tidak akan

sia-sia karena ia akan menjadi seorang ibu, madrasah pertama bagi anak-

anaknya kelak. Selain itu, yang menggugah hati Fira pemeran utama dalam

film ini suatu ketika ditengah malam suaminya menangis dan memohon

kepada Tuhan agar Muhammad Iqbal yang berperan sebagai suami

dipantaskan menjadi imam bagi sang istri tercinta. Hal itu diketahui Fira yang

5 daqumovie, Istri Paruh Waktu, artikel diakses pada 22 mei 2018 dari

https://m.facebook.com/filmmakermuslim/photos/a.3656

 

Page 60: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

48

saat itu sedang tidur dan terbangun. Itulah yang membuat Fira memutuskan

untuk resign dari tempat kerjanya.

D. Tim produksi Film Istri Paruh Waktu

Gambar 3.5 Cover Film Istri Paruh Waktu

Produced & Directed: Film Istri Paruh Waaktu

Penulis Naskah: M Ali Ghifari

Produser Pelaksana: Andre M Addin

Sutradara: M. Amrul Umammi

Musik: Yaser Abdallah

Editor: M. Amrul Umammi

Sinematografer: Ryan Kurniawan

Shooting Euipment: Indra Yogiswara

Pemain: Lisa Listiana sebagai istri (Fira)

Shofia Maulina Chaerani sebagai Rifa (Teman)

Muhammad Iqbal sebagai suami6

6 Film Maker Muslim, artikel diakses pada 30 Mei 2018 dari

https://m.youtube.com/user/wantproductiontv

 

Page 61: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

49

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Narasi Struktural Aktansial & Fungsional dan Makna semiotika

Dalam Film Istri Paruh Waktu

1. Analisis Narasi Struktural Aktansial dan Fungsional

Dalam analisis struktural Greimas, teks di analisis apa adanya tanpa

harus memikirkan kapan teks ditulis, siapa pengarangnya, dan dalam

konteks apa. Logika manusia adalah biner, artinya orang berpikir secara

oposisi, atau melalui kontras. Hanya ada makna dalam perbedaan. Salah

satu cara untuk mengangkat logika biner ini ialah melalui kerangka yang

tampak (sintaksis), yaitu kisah sebaagaimana diceritakan. Pelaku-pelaku

berkembang, bertemu, berjuang dan bertarung. Logika biner diungkap

dalam bentuk analisis struktur narasi, analisis pengorganisasian para

pelaku dan peran-peran mereka. Langkah inilah yang akan memberi

lintasan makna. Adapun untuk menentukan tokoh dalam cerita peneliti

menggunakan Analisis Struktural Aktansial dan fungsional yang berbentuk

seperti di bawah ini (mengikuti model A.-J. Greimas1:

1 Haryatmoko, Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis), (PT. Rajagrafindo

Persada, 2016) h. 123.

 

Page 62: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

50

Gambar 4.1 Skema Struktur Aktansial

Dalam skema aktansial diatas menunjukkan bahwa ada relasi antara

subjek dan objek. Relasi subjek dan objek tersebut dapat dilihat dari

bagaimana peran tokoh dan situasi yang dinarasikan dalam film. Subjek

merupakan seseorang atau sesuatu yang diposisikan punya peran penting dan

mengemban tugas untuk mendapatkan objek. Dengan kata lain, objek adalah

tujuan yang ingin dicapai oleh subjek. Peran subjek didorong oleh suatu

kondisi atau seseorang, yang disebut sebagai pengirim. Dalam film ini,

subjek diperankan oleh sosok Fira, seorang istri yang bekerja, yang

memutuskan untuk mengundurkan diri dari karirnya karena ingin mengabdi

PENGIRIM

- Suami menyiapkan

makan malam

- Suami yang bersedih

saat berdoa agar

dipantaskan menjadi

imam yang baik

OBJEK

pengabdian kepada

suami untuk mencapai

keimanan sempurna

PENERIMA

- Fira

PENGHALANG

- Rifa (Teman Fira)

- Pekerjaan kantor

yang menyibukan

SUBJEK

Fira

PENOLONG

- Berhenti bekerja

KONTRAK

 

Page 63: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

51

kepada suaminya sebagai pengejawantahan diri seorang muslimah yang

sempurna. Keinginan menjadi perempuan dengan ketaatan (iman) yang

sempurna menjadi tujuan Fira. Oleh karena itu, mengabdi untuk memperoleh

keimanan sempurna dikategorikan sebagai objek dalam cerita.

Dalam cerita, dorongan untuk subjek atau Fira mengabdi kepada suami

sebagai bentuk ketaatan dimunculkan dari dua situasi, yaitu 1) Adegan saat

suami Fira menyiapkan makan malam untuk dirinya yang pulang malam

karena ada pekerjaan yang menyibukan di kantor, dan 2) Adegan saat Fira

mendengar doa suaminya saat sholat ditengah malam yang berharap agar

Allah menjadikan dirinya imam yang baik.

Dua kondisi ini dikatakan sebagai pengirim karena dilihat oleh peneliti,

mendorong subjek (Fira) untuk merubah diri dan membuat Fira merasa

bersalah, karena tidak bisa menjadi istri yang bisa seperti itu. Kemudian

mendorong dia untuk mengambil keputusan dengan merubahnya agar dapat

mengabdi kepada suami untuk mencapai keimanan yang sempurna.

Dalam skema ini ada seseorang atau situasi yang dianggap membantu

subjek (Fira) untuk mencapai tujuan atau objek, yang disebut sebagai

penolong. Penolong dalam skema ini adalah keputusan Fira untuk

mengundurkan diri dari pekerjaannya. keputusan ini dipandang memudahkan

Fira untuk mengabdi kepada suaminya untuk memperoleh keimanan yang

sempurna.

Selanjutnya skema ini menunjukan bahwa dalam cerita ada seseorang

atau kondisi yang merintangi subjek (Fira) untuk mencapai tujuannya (objek).

seseorang atau kondisi ini disebut sebagai penghalang, karena menghalangi

 

Page 64: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

52

tugas subjek untuk mencapai objek. Terdapat sesuatu yang menghalanginya

untuk menjalankan objek, yaitu 1) kesibukan di kantor yang mengharuskan

dia pulang malam, dan 2) sosok Rifa, sahabat Fira. Kondisi kantor yang sibuk

dianggap merintangi Fira untuk mengurus keluarganya dengan baik.

Demikian juga dengan sosok Rifa yang berusaha untuk mencegah Fira untuk

mengundurkan diri dari pekerjannya. Kedua hal tersebut dianggap sebagai

satu kondisi yang dapat mencegah Fira untuk mengabdi kepada suaminya.

Adapun yang berperan sebagai Penerima adalah sesuatu atau seseorang

yang menerima dampak dari proses subjek untuk mencapai objek, yaitu Fira

dalam konteks ini Fira sebagai seseorang yang merasa seakan-akan jauh lebih

tenang, karena keputusannya berdasarkan akibat suaminya yang berkata

bahwa dia belum berhasil menjadi suami yang mengarahkan istrinya untuk

menjadi istri yang sholehah. Suami Fira mengakui bahwa dia belum bisa

menjadi imam yang baik. Hal itu memberikan dampak yang merasa bahwa

sebagai imam tidak berhasil sebagai suami yang mendidik istrinya. Dengan

menjalankan pengabdian kepada suami di bidang domestik itu sudah

menghilangkan rasa bersalahnya agar menjadi istri yang baik

Kontrak menjelaskan bahwa pengirim memicu hasrat kepada subjek atau

mempercayakan sebuah tujuan kepada Fira. Hal itu untuk menjalankan objek

dengan mengabdi kepada suami untuk mencapai keimanan yang sempurna.

Kontrak di ikuti dengan tiga tes yang merupakan cermin logika dasar

tindakan manusia. Terdapat tes kualifikasi untuk mengidentifikasi tokoh-

tokoh yang ada di dalam sebuah cerita untuk menentukan subjek sesuai fungsi

dan peran-peran. Dalam hal itu perlu dilakukan tes kualifikasi yaitu:

 

Page 65: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

53

Pertama, tes kualifikasi subjek dilakukan untuk mengidentifikasi subjek.

Karena di anggap punya kompetensi yang dibutuhkan untuk memenuhi

sesuatu yang diusulkan oleh pengirim. Adapun tes kualifikasi subjeknya

adalah Fira.

Dalam penelitian ini Fira dikualifikasi sebagai subjek karena beberapa

alasan berikut Pertama, Fira dikualifikasi sebagai subjek karena memiliki

kompetensi untuk meraih objek. Kemudian Fira mendapatkan dorongan, yaitu

1) Merasa belum bisa melayani suami pada saat melihat suaminya

menyiapkan makan malam, dan 2) Pada saat tengah malam Fira terbangun

karena melihat dan mendengar suaminya yang bersedih saat berdoa agar

dipantaskan menjadi suami (imam) yang baik. Dua kondisi ini dikatakan

sebagai tes kualifikasi subjek karena memiliki kompetensi sebuah dorongan

untuk meraih objek.

Kedua, tes pokok menyangkut bagaimana membawa kepenerimaan

objek. Tes ini sering dalam bentuk konfrontasi, konflik, atau perjuangan

subjek. Adapun tes pokoknya tampak pada perjuangan subjek dalam film ini,

Berdasarkan hal tersebut, yaitu: 1) Perjuangan subjek untuk menjalankan

perannya sebagai ibu rumah tangga yang mengabdi kepada suami. Perjuangan

ini ditunjukan oleh tokoh Fira yang mengalami konflik batin untuk

memutuskan berhenti bekerja, dan 2) Perjuangan subjek ditunjukan dengan

perubahan penampilan Fira yang menggunakan jilbab lebih syar’i. Hal itu

diungkapkan Fira karena ingin menyempurnakan keimanannya.

Dua kondisi ini dikatakan sebagai tes pokok karena dilihat oleh peneliti,

Subjek (Fira) merupakan tokoh yang di idetifikasi melakukan tes perjuangan

 

Page 66: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

54

dalam meraih objeknya yaitu menjalankan pengabdian kepada suami untuk

mencapai keimanan yang sempurna. Kemudian hal ini tampak dari teks

pembicaraan Fira dengan temannya, yang merasa bahwa ada perubahan yang

cukup signifikan yang dilakukan oleh Fira. Hal ini menunjukan bahwa Fira

ingin lebih fokus mengabdi kepada suami. Sehingga hal tersebut membuat

Fira memutuskan berhenti bekerja dari kantornya.

Ketiga, tes pujian atau sanksi mengambil bentuk suatu pengakuan sosial

terhadap subjek atas keberhasilan atau kegagalan. Sehingga subjek akan

dipuji atau dihukum, kinerja subjek di evaluasi atau ditafsirkan maknanya.

Tes pujian terkait dengan reward atau kinerja subjek yang di evaluasi.

Pada akhir kisah film, yaitu: 1) Fira berhenti bekerja untuk melakukan

pengorbanannya, dimana Fira merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan

suaminya yang dia dengar dan lihat saat suaminya menyiapkan makanan, dan

2) Pada saat suaminya bersedih dan berdoa agar di pantaskan menjadi seorang

suami (imam) yang baik.

Dua kondisi tersebut menjadi keputusan Fira untuk mengambil keputusan

terhadap dirinya. Sehingga terdapat konsekuensi yang diterimanya sebagai

istri yang harus melayani suaminya di bidang domestik atau di rumah untuk

mengurus suami dan mengasuh anak.

Jadi dari ketiga tes itu tampak sekali, bahwa pemilihan Fira sebagai

subjek (menjadi tokoh utama) cukup beralasan karena lolos dari ketiganya.

Ketiga tes tersebut semakin diteguhkan oleh seleksi isi percakapan Fira

dengan Rifa yang sangat mewakili stereotipe terhadap perempuan.

 

Page 67: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

55

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: analisis narasi

model A.J Greimas, naratif model ini mampu menunjukkan secara jelas dan

dikotomis antara tokoh protagonis dan antagonis dalam film. Adapun tokoh

Protagonis dalam film Istri Paruh Waktu dikategorikan sebagai sosok Fira,

seorang istri memutuskan untuk mengundurkan diri dari karirnya di kantor

karena merasa bersalah belum bisa menjadi istri yang baik. Hal itu dapat

ditunjukan pada saat Fira merubah diri dan berpenampilan lebih syar’i.

Kemudian keputusan Fira mengundurkan diri dari karirnya untuk

merubahnya agar dapat menjalankan pengabdian kepada suami untuk

mencapai keimanan yang sempurna. Fira digambarkan sebagai tokoh

protagonis yaitu tokoh yang yang melawan antagonis.

Tokoh antagonis dalam cerita film di perankan oleh sosok Rifa. Sosok

Rifa yang berusaha untuk mencegah dan menentang keputusan Fira untuk

tidak mengundurkan diri dari pekerjannya dikategorikan sebagai tokoh

antagonis. Hal tersebut dianggap sebagai satu kondisi dan cara yang

dilakukan temannya untuk dapat mencegah Fira untuk menjalankan

pengabdian kepada suaminya.

Dari kedua situasi dan kondisi tokoh tersebut menunjukan bahwa tokoh

protagonis diperankan oleh tokoh utama dalam cerita film yaitu Fira dan

antagonis di perankan oleh sosok Rifa dalam film yang menjadi penghalang.

Tokoh protagonis dan antagonis memiliki sikap yang bertentangan. Meskipun

begitu, keberadaan tokoh antagonis dan protagonis diperlukan untuk

mendukung jalinan dalam sebuah cerita itu dikembangkan.

 

Page 68: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

56

2. Analisis Makna Semiotika Dalam Film

Film sebagai salah satu media penyampai pesan dalam ilmu komunikasi,

juga berperan sebagai alat propaganda atas sebuah tujuan yang pada akhirnya

disadari atau tidak akan membawa pengaruh yang kuat terhadap pola pikir

suatu masyarakat.2 Tidak selalu hal-hal yang ditayangkan sebuah film dalam

adegan-adegannya dapat dimengerti secara jelas apabila tidak disertai adanya

pengamatan yang mendalam. Bedasarkan hal itu di bawah ini terdapat

potongan gambar dan teks percakapan dalam film yang mempunyai makna

atau pesan terselubung atau tersembunyi, dalam film tersebut yang

mempresentasikan sebuah stereotipe terhadap perempuan. Dibawah ini

terdapat beberapa potongan gambar bermakna tanda semiotika dalam film.

Teks dan gambar yang diungkapkan pada analisis terdapat beberapa

materialisasi objek. Akan hal itu maka penulis menganalisis film Istri Paruh

Waktu menggunakan semiotika Roland Barthes, yaitu dengan mencari makna

denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam film Istri Paruh Waktu.

2 Denis McQuail, Teori Komunikai Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1987), h.

13.

 

Page 69: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

57

Tabel 4.1 Gedung-gedung bertingkat tempat perkantoran

Scene Visual

Scene

1

Gambar 1

Sebuah perkotaan yang modern penuh dengan gedung tinggi dan

tempat perkantoran

1. Denotasi:

Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dalam gambar satu menunjukan

suasana menjelang malam yang gelap. Dengan menggunakan latar belakang

perkotaan yang ditampilkan adalah gedung-gedung tinggi seperti tempat

perkantoran, tempat makan, transportasi kendaraan seperti mobil, motor dan

lainnya. Sebuah perkotaan modern yang terdapat banyak orang bekerja.

Gambar ini diambil dari jarak jauh dengan frame size long shot, sehingga

objek belakang tampak jelas. Dalam gambar berkaitan dengan tempat banyak

orang bekerja yaitu di sebuah gedung-gedung bertingkat di kota metropolitan.

2. Konotasi:

Kota metropolitan dengan gedung-gedung bertingkat menunjukan bentuk

modernitas, bahwa perempuan itu biasanya sudah terlibat dalam aktifitas

 

Page 70: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

58

publik dimana hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa. Hal ini menunjukan

hiruk pikuk di kota metropolitan dan gedung-gedung itu menunjukan bahwa

Fira tinggal di budaya kultur kota dimana perempuan bekerja itu sudah

menjadi hal wajar karena kebanyakan perempuan di perkotaan itu bekerja.

Metropolitan adalah istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan

yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun

skala aktivitas ekonomi dan sosial tinggi, diwarnai dengan strata sosial

ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis.

3. Mitos:

Secara etimologi (asal kata) kata metropolitan (kata benda) atau

metropolis (kata sifat) berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata meter yang

berarti ibu dan kata polis yang berarti kota (perkotaan). Secara umum,

metropolitan dapat juga didefinisikan sebagai suatu pusat pemukiman besar

yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang berada di

sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung

dengan kota-kota di sekitarnya tersebut. Dimana kota adalah suatu sistem

jaringan kehidupan manusia ysng ditandai dengan kepadatan penduduk yang

Wilayah metropolitan adalah sebuah pusat populasi besar yang terdiri atas

satu metropolis besar dan daerah sekitarnya. Satu kota besar atau lebih dapat

berperan sebagai hubnya, dan wilayah metropolitan biasanya diberi nama

sesuai dengan kota sentral terbesar atau terpenting di dalamnya. Metropolitan

merupakan sebuah sistem perkotaan yang berarti kumpulan kota-kota yang

saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam

lingkungan yang kompleks.

 

Page 71: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

59

Tabel 4.2 Pertemuan Fira dan Rifa di depan lift

Scene Visual Percakapan

Scene 2

Gambar 2

Perjumpaan Fira dengan Rifa di

depan lift tempat mereka janjian

untuk bertemu

Rifa: ko bawaan kamu banyak

banget sih

Fira: nanti aku ceritain, eh jilbab

kamu baru

Rifa: iya bagus ga?

Fira: bagus

Rifa: ngomongin soal jilbab, ko

penampilan kamu ada yang

beda deh, lebih syari gitu,

ada panggilan apa nih?

Fira: say aku mau cerita banyak

nih, tapi..

Rifa: tapi apa?

Fira: tapi, kamu bantuin bawa

barang bawaan aku dong,

berat nih..

Rifa: aahh dasar kamu, sini-sini

yuk

 

Page 72: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

60

1. Denotasi:

Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa pada potongan gambar kedua dalam

adegan tersebut tampak bahwa Rifa terkejut karena melihat perubahan

penampilan Fira yang berbeda dari biasanya. Hal itu terlihat dari jilbab yang

dikenakan oleh Fira. Perubahan penampilan ini dirasakan oleh Rifa sebagai

sesuatu hal yang berbeda dari biasanya bahwa lebih syar‟i (Syariat Islam).

Hal itu yang dianggap menunjukan sebuah perbedaan yang cukup signifikan

yang sebelumnya menggunakan jilbab biasa. Pernyataan ini dapat di lihat dari

teks percakapan berikut:

“ngomongin soal jilbab, ko penampilan kamu ada yang beda deh,lebih

syar‟i gitu, ada panggilan apa nih?”

2. Konotasi:

Perkataan lebih syar‟i itu maksudnya hijab yang digunakan syar‟i

berdasarkan dengan ajaran agama Islam. Tampak dari gambar bahwa Fira

menggunakan jilbab yang panjang, menutup kepala, dada, bahu, dan lebih

lebar dari biasanya. Jilbab syar‟i adalah jilbab yang sesuai dengan ketentuan

yang ada dalam ajaran Islam. Kriteria berbusana atau berpenampilan syar‟i

berdasarkan perintah Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 59:

أييب ٱل ي لك أدن بيبين ر نسبء ٱلمؤمنين يذنين عليين من جل بنبتك جك ص نبي قل ل ن ش أ ي

حيمب غفسا س كب ٱلل ٩٥يؤرين

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan

isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke

seluruh tubuh mereka" Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah adalah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahzab :59).

 

Page 73: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

61

3. Mitos:

Jilbab pada hakikatnya sudah dikenal sebelum munculnya syari’at Islam

yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Pada era Nabi, yang dimaksud jilbab

adalah pakaian yang besar dan longgar yang menutupi tubuh dari kepala

hingga kaki. Menggunakan jilbab syar‟i dapat membantu menjaga etika

dengan orang lain, menjadikan diri lebih sederhana dan tidak berlebihan

dalam kehidupan sehari-hari. Menggunakan jilbab syar‟i dapat

mendakwahkan kepada wanita muslim lainnya cara menggunakan jilbab yang

benar menurut agama Islam.3

Jilbab dipahami oleh kebanyakan masyarakat adalah kain yang hanya

berfungsi untuk menutup kepala, leher, dada, bahu atau mungkin lebih lebar

sedikit. Adapun fungsi jilbab adalah pertama, sebagai penutup aurat

perempuan untuk melindungi diri dari fitnah, baik ketika sedang bergaul

dengan laki-laki yang secara hukum islam bukan mahramnya. kedua, untuk

menjaga dan melindungi kesucian, kehormatan dan kemuliannya sebagai

seorang perempuan. ketiga, untuk menjaga identitas sebagai perempuan

muslimah yang membedakan dengan perempuan lain.4

3 Nina Surtiretna, et. Al, Anggun Berjilbab (Bandung; Al-Bayan, 1995), h. 65-68.

4 Abu Syuqqah, Busana dan perhiasan wanita menurut al-quran dan hadist, cet ke-1

(Bandung: Mizan, 1998) h.20.

 

Page 74: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

62

Tabel 4.3 Pengungkapan cerita Fira kepada temannya di kantin

Scene Visual Percakapan

Scene

3

Gambar 3

Keputusan Fira resign dari tempat

kerjanya ditentang Rifa temannya

Rifa: eh terus-terus gimana bu,

ceritanya ko bisa hijabnya

jadi syar’i gini?

Fira: itu ada hubungannya sama

barang bawaan aku fa.

Rifa: hubungannya?

Fira: aku resign dari kantor

Rifa: ehh kenapa?

Fira: ya, supaya bisa lebih dekat

dengan suami fa, supaya

iman ku sempurna, supaya

aku bisa lebih fokus

menjalankan kewajiban ku

sebagai istri dan ibu

Rifa: aah kamu mulai aneh deh,

nanti deh bahas imannya.

Jelasin dulu satu-satu.

Fira: yowes, kamu mau aku mulai

dari mana

 

Page 75: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

63

Rifa: suamimu engga melarang

kamu kerja kan?

Fira: engga

Rifa: kamu dipecat dari kantor?

Fira: engga rifa sayang..

Rifa: atau ada bos dikantor yang

menggoda

Fira: astagfirullah, kamu apa-apaan

deh..

Rifa: ya terus kenapa dong ra?

kerjaan mu bagus kan, sesuai

lagi dengan jurusan mu

waktu kuliah mu dulu

Fira: ya itu tadi, aku ingin

menyempurnakan imanku

Rifa: makanya kamu jadi syar’i

gini?

Fira: “tersenyum”

1. Denotasi:

Tabel 4.3 diatas menjelaskan bahwa pada potongan gambar diatas

tampak perubahan hijab yang dikenakan Fira. Dalam adegan menampilkan

Rifa yang merasa antusias terhadap pernyataan Fira yang merubah

penampilannya. Perubahan hijab yang dikenakannya, karena alasan untuk

 

Page 76: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

64

mengundurkan diri dari pekerjaan di kantor. Hal ini dapat di lihat dari teks

percakapan sebagai berikut:

”aku resign dari kantor”, “ya, supaya bisa lebih dekat dengan suami fa,

supaya iman ku sempurna, supaya aku bisa lebih fokus menjalankan

kewajiban ku sebagai istri dan ibu”.

2. Konotasi:

Sehingga dengan berhijab syar‟i menjadi alasan Fira mengundurkan diri

dari pekerjaan di kantor dengan alasan untuk dapat menyempurnakan

keimanannya. Makna iman tidak sekadar percaya melainkan harus

melingkupi tiga aspek yang kesemuanya ada pada manusia yaitu hati, ucapan,

dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus meyakini dalam hatinya

tentang semua hal yang harus diyakininya. Kemudian menjelaskan dengan

lisannya sebagai sebuah pernyataan keimanan yang membawa konsekuensi

tertentu dan dibuktikan secara kongkrit dalam amal perbuatannya.

أ ليم يذا بأم ج سسلوۦ ثم لم يشتببا ئك ىم إنمب ٱلمؤمن ٱلزين ءامنا بٱلل ل أ نفسيم ي سبيل ٱلل

ذق ٥٩ٱلص

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang

yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak

ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada

jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar

3. Mitos:

Keimanan adalah pembenaran yang hakiki dan utuh yang menghujam ke

dalam hati serta membuahkan ketaatan untuk meraih sukses dan kebahagiaan

dalam kehidupan dunia dan akhirat. Keimanan juga merupakan keyakinan

 

Page 77: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

65

yang sungguh-sungguh yang tidak bercampur dengan keraguan serta

berpengaruh baik pada pikiran, perasaan, kemauan, dan tingkah laku.

Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu

berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak

terpuji. Akhlak terpuji dalam Islam disebut sebagai akhlak mahmudah.

Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung

jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat Islam kita

mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi

Muhammad SAW.

Tabel 4.4 Suami yang memasak untuk istrinya

Scene Visual Percakapan

Scene

4

Gambar 4

Saat pulang kerja Fira terkejut

melihat suaminya sudah

menyiapkan makan malam.

Suami: Mandi Dek.. abis itu makan

ya.. mas udah masakin

kesukaan kamu loh

Istri: Loh Mas, Ko masak? ada

apa hari ini?

Suami: Ga ada apa-apa, tadi mas

pulang jam 7, eh dirumah

engga ada kamu, mas pikir

pasti kamu capek deh

pulang malam, jadi mas

masakin deh buat kamu.

 

Page 78: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

66

Fira: Ahh mas ini bisa aja, aku

makan dulu baru mandi

boleh

Fira mengatakan kepada rifa “Aku

seneng sekaligus sedih fa, suami ku

pulang kerja menyiapkan segalanya

untuk ku seneng banget tapi

sekaligus sedih karena berkurang

satu kesempatan ku melayaninya,

kurang satu amalanku sebagai

seorang istri

1. Denotasi:

Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa tampaknya Fira terkejut dan terharu

melihat suaminya sudah menyiapkan makan malam. Kemudian Fira merasa

bahwa sosok perempuan yang seharusnya menyiapkan makanan dan

melayani suami. Hal ini dapat dilihat dari teks percakapan sebagai berikut:

“Aku seneng sekaligus sedih fa, suami ku pulang kerja menyiapkan

segalanya untuk ku seneng banget tapi sekaligus sedih karena berkurang

satu kesempatan ku melayaninya, kurang satu amalanku sebagai seorang

istri”

Tampak ada suatu kondisi yang berbeda dengan pandangan orang bahwa

seharusnya suami yang disiapkan. Hal itu menekankan kegundahan seorang

istri yang ketika suaminya menyiapkan makan malam dia merasa sedih.

Karena merasa bahwa memasak itu seharusnya sudah kewajiban perempuan

 

Page 79: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

67

yang mengerjakan bukan laki-laki, walaupun suaminya tidak merasa

keberatan untuk memasak.

2. Konotasi:

Hal ini membuat Fira mengalami konflik batin terhadap dirinya bahwa

timbul dalam dirinya, terutama ketika menghadapi alternatif untuk memilih di

antara dua atau beberapa kemungkinan yang mengandung motif atau sebab-

sebab yang menjadi dorongan tindakan Fira. Konflik batin berhubungan erat

dengan kejiwaan seseorang. Konflik batin terjadi dalam hati atau jiwa seorang

tokoh cerita. Konflik batin adalah konflik yang dialami manusia dengan

dirinya sendiri atau biasa disebut dengan permasalahan intern seorang

individu.

3. Mitos:

Konflik batin ini merupakan konflik yang umumnya dialami tokoh utama

dalam cerita rekaan (fiksi). Konflik batin merupakan pertentangan dalam diri

suatu tokoh cerita rekaan (fiksi) yang merupakan unsur esensial atau

merupakan hakikat dalam mengembangkan alur cerita. Konflik dapat

dibedakan menjadi dua kategori: (1) eksternal, konflik yang terjadi antara

seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya; (2) konflik internal,

konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Dapat disimpulkan

bahwa konflik internal merupakan konflik yang dialami manusia dengan

dirinya sendiri. Misalnya, terjadi akibat adanya pertentangan antara dua

keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-

masalah lainnya. Kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling

menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan dapat terjadi secara

 

Page 80: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

68

bersamaan. Konflik internal dan eksternal dalam sebuah karya sastra dapat

berwujud konflik utama dan sub konflik (konflik tambahan). Konflik utama

pada umumnya dialami oleh tokoh utama cerita (tokoh protagonist).

Tabel 4.5 Penjelasan Fira kepada temannya saat berdiskusi

Scene Visual Percakapan

Scene

5

Gambar 5

Fira menjelaskan pilihan dan

keputusannya untuk berhenti bekerja

kepada Rifa.

Rifa: Aku beneran ga ngerti

deh ra, cari kerja tuh

susah, banyak yang

mau kerja ditempatmu,

kamunya malah resign,

ga bersyukur itu

namanya..

Fira: Justru aku lagi berusaha

bersyukur terus fa,

salah satunya ya dengan

resign ini

Rifa: Kamu serius ra resign?

Fira: Ya serius sayangku

Rifa: Terus kamu nanti di

rumah aja dong,

ngapain?

Fira: Banyak ko pekerjaan di

 

Page 81: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

69

rumah yang harus

dikerjakan, lebih banyak

malah dari pada di

kantor.

1. Denotasi:

Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa tampak pada saat berada ditempat

makan Rifa memberikan sebuah nasihat untuk Fira yang tidak bersyukur

dengan bekerja di kantor. Tetapi Fira berusaha mensyukurinya salah satunya

dengan keputusan berhenti bekerja dari kantornya. Pernyataan ini dapat di

lihat dari teks percakapan berikut:

“Justru aku lagi berusaha bersyukur terus fa, salah satunya ya dengan

resign ini”

Dari teks tersebut menjelaskan bahwa berhenti bekerja untuk bisa

bersyukur dengan apa yang sudah ia miliiki. Karena merasa selama bekerja

dikantor belum bersyukur dengan apa yang dimiliki.

2. Konotasi:

Bersyukur merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk berterima

kasih atas segala limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan. Secara

bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang

dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat syukur

adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an adalah

menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti

menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah.

 

Page 82: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

70

Menurut istilah syara‟, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang

diberikan oleh Allah Swt dengan disertai ketundukan kepada-Nya dan

mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah swt.

Terdapat ayat Al-Quran yang menerangkan arti bersyukur kepada Allah

dalam surat Ibrahim (14) ayat 7 sebagai berikut:

لئن كفشتم إ سبكم لئن شكشتم لصيذنكم إر تأر ٧عزابي لشذيذ

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)

kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya

azab-Ku sangat pedih"

3. Mitos:

Secara psikologis rasa syukur dapat memberikan kepuasan pada diri

sendiri sehingga mampu menghilangkan perasaan resah ketika gagal

memperoleh sesuatu yang di inginkan. Syukur mengandung arti mengenali

semua nikmat yang telah Allah SWT karuniakan, termasuk didalamnya

yaitu dengan mengenali potensi-potensi yang Allah SWT anugerahkan pada

diri ini, yang nantinya menumbuhkan optimisme yang membuat diri

bersemangat menghadapi tantangan. Maka dengan perasaan bersyukur akan

menumbuhkan rasa tidak takut gagal dan berani mencoba hal baru sehingga

tidak bersikap pesimis terhadap kompetisi serta meningkatkan rasa percaya

dirinya.

 

Page 83: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

71

Tabel 4.6 Suasana tengah malam pada saat suami berdoa

Scene Visual Percakapan

Scene

6

Gambar 6

Saat Fira sedang tidur, suaminya

tengah malam berdoa dan

bersedih karena merasa belum

pantas menjadi imam yang baik.

Suami: Aku merasa sangat

berterima kasih sama

Allah, diberikan istri

yang luar biasa kaya

kamu

Fira: Gombal deh

Suami: Kamu mau dengar

sampai habis ga? tapi

dek, sampai sekarang

aku belum berani

menjadi imam sholat

buat kamu, hafalan ku

sedikit, ilmu agama ku

kurang, aku banyak

kekurangan

Fira: Ya Allah mas

Suami: Kamu jangan kecewa

ya, jangan berhenti

bantu aku, bantu aku

mencintai mu dengan

 

Page 84: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

72

tepat, bantu aku terus

memantaskan diri jadi

imam buat kamu

Cerita lalu berakhir

Fira: Dari itulah fa, aku

merasa malu, ko bisa

suami ku dengan

ikhlas melakukan

segalanya untuk ku

mengaanggap ku

sedemikian tinggi, tapi

aku malu hidup dari

hasil keringatnya dan

demi gengsi ku, aku

tinggalkan

kewajibanku sebagai

seorang istri.

1. Denotasi:

Tabel 4.6 Pada gambar diatas menampilkan seorang istri (Fira) yang

tidur dan suami yang berada disampingnya sedang duduk memegang Al-

Quran kemudian berdoa dan bersedih karena merasa belum bisa menjadi

imam yang baik untuk istrinya.

 

Page 85: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

73

Kemudian Fira mendapat hasil refleksi terhadap perkataan suaminya

setelah berdoa untuk dipantaskan menjadi imam yang baik, terhadap

perkataan suaminya, yang ingin dipantaskan menjadi imam baik yang dapat

membimbing istrinya. Hal ini dapat di lihat dari teks sebagai beikut:

“Kamu jangan kecewa ya, jangan berhenti bantu aku, bantu aku

mencintai mu dengan tepat, bantu aku terus memantaskan diri jadi

imam buat kamu”.

2. Konotasi:

Berdasarkan kutipan teks tersebut menjelaskan bahwa suaminya ingin

dipantaskan menjadi imam baik untuk istrinya. Karena sebagai suami

merasa gagal menjadi imam atau pemimpin yang mendidik istrinya

(membimbing keluarganya). Imam dalam agama Islam adalah sebuah posisi

pemimpin dalam agama islam. Dikalangan sunni, kalimat imam sinonim

dengan kalimat khalifah. Dalam berbagai keadaan kalimat imam juga bisa

berarti pemimpin salat berjamaah dan kalimat imam juga bisa digunakan

untuk gelar para ilmuan agama islam terkenal.

3. Mitos:

Suami sebagai imam adalah suami yang mampu menjadi suri teladan

dalam keluarganya, dan ia pun harus berakhlak mulia serta serta memiliki

ilmu agama yang dalam memimpin keluarganya, suami harus bijaksana,

arif, adil, menasehati anak dan istrinya. Juga menjamin kehalalan nafkah

yang dibawa pulang untuk anak istrinya. Imam akan selalu diikuti gerak-

geriknya dalam shalat oleh jama’ah yang lain. Untuk menjadi seorang imam

harus mempunyai syarat-syarat diantaaranya seperti sehat akalnya, dan lebih

fasih bacaannya.

 

Page 86: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

74

Tabel 4.7 Keyakinan Fira terhadap Keputusannya

Scene Visual Percakapan

Scene 7

Gambar 7

Eskpresi Fira yang merasa yakin

dengan keputusannya

Fira: Ini pilihan yang Insya

Allah ga akan aku

sesali ko,

Rifa: yakin?

Fira: Iya Insya Allah yakin

Rifa: Tapi ra, buat apa coba

dulu kamu sekolah

tinggi-tinggi kalo ujung-

ujungnya kamu cuma

jadi ibu rumah tangga

Fira: Setiap wanita harus punya

pendidikan yang baik fa,

kan kita yang akan

menjadi madrasah

pertama anak-anak kita

nanti

 

Page 87: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

75

1. Denotasi:

Tabel 4.7 diatas menampilkan bahwa Fira yakin terhadap keputusannya

untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya di kantor. Kemudian terdapat

suatu kondisi yang membuat temannya (Rifa) tidak yakin dan bertanya

keyakinan keputusan Fira agar tidak ada penyesalan nantinya dengan

keputusan untuk fokus menjadi ibu rumah tangga. Pernyataan ini dapat di

lihat dari teks percakapan berikut:

“Tapi ra, buat apa coba dulu kamu sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-

ujungnya kamu cuma jadi ibu rumah tangga”

2. Konotasi:

Pada kutipan teks diatas menjelaskan bahwa menjadi ibu rumah tangga

tidak perlu sekolah tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur

penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga (tidak bekerja di

kantor). Ibu rumah tangga adalah wanita yang banyak menghabiskan

waktunya dirumah dan mempersembahkan waktunya terebut untuk

mengasuh dan mengurus anak anaknya menurut pola yang diberikan

masyarakat umum. Dalam bahasa lain dipahami bahwa ibu rumah tangga

adalah wanita yang mayoritas waktunya dipergunakan untuk mengajarkan

dan memelihara anak anaknya dengan pola asuh yang baik dan benar.

3. Mitos:

Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang bekerja menjalankan atau

mengelola rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik anak-

anaknya, memasak, dan menghidangkan makanan, membeli barang-barang

kebutuhan keluarga sehari-hari, membersihkan dan memelihara rumah,

 

Page 88: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

76

menyiapkan dan menjahit pakaian untuk keluarga dan lain sebagainya. Ibu

rumah tangga umumnya tidak bekerja diluar rumah tetapi di bidang

domestik.

Tabel 4.8 Suasana saat istri menyambut suami pulang bekerja

Scene Visual Percakapan

Scene 8

Gambar 8

Fira menyiapkan makanan dan

menyambut suaminya pulang

dari bekerja

Suami: Assalamualaikum

Fira: Walaikumsallam,

alhamdulillah.. makan yuk

mas, tapi mandi dulu ya..

aku masak enak loh

Suami: humm aku makan dulu baru

mandi boleh

Fira: Boleh, tapi aku temeninnya

sambil tutup hidung ya

Suami: hahahaha

1. Denotasi:

Tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa, pada akhir film tokoh utamanya

yaitu Fira akhirnya memutuskan untuk melepaskan pekerjaannya di kantor

demi menjalankan pengabdiannya kepada suami di bidang domestik.

Dengan mengabdi kepada suami untuk melayani dan memenuhi

kebutuhannya. Hal itu tampak pada gambar diatas saat berada di ruangan

makan, Fira sudah menyiapkan berbagai macam makanan yang sudah

 

Page 89: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

77

dimasaknya. Kemudian setelah itu menyambut suaminya yang sudah pulang

dari bekerja.

2. Konotasi:

Dari adegan diatas bahwa Fira telah melakukan pengorbanan untuk

menjalankan pengabdiannya kepada suami. Dimana pengabdian kepada

suami merupakan suatu bentuk ketaatan seorang istri kepada suami yang

telah menikah dan berkeluarga. Hal tersebut menunjukan bahwa Fira telah

mengorbankan karirnya dengan memutuskan berhenti dari bekerja demi

menjalankan pengabdian kepada suami. Sehingga pada akhirnya Fira

memutuskan untuk menjalankan pekerjaan di bidang domestik.

3. Mitos:

Rela berkorban menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), rela

adalah bersedia dengan senang hati dan tidak mengharapkan imbalan atas

kemauan sendiri, sedangkan berkorban adalah memberikan segala sesuatu

yang dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela

berkorban juga dapat di definisikan sebagai sikap dan perilaku yang

dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan orang lain

daripada kepentingan pribadi dan tidak mengharapkan imbalan apapun di

dunia sekalipun menimbulkan kerugian atau penderitaan bagi dirinya. Sikap

rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya keikhlasan dalam

memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, meskipun akan

menimbulkan rasa ketidaknyamanan atau kerugian pada diri sendiri.

 

Page 90: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

78

B. Analisis Feminisme Makna Narasi dan Tanda Dalam Film

Dalam analisis penelitian ini, Film Istri Paruh Waktu memiliki makna

secara strukural aktansial dan fungsional. Dalam penelitian ini menunjukkan

secara jelas dan dikotomis antara tokoh protagonis dan antagonis dalam film.

Adapun tokoh Protagonis dalam film Istri Paruh Waktu dikategorikan sebagai

sosok Fira, seorang istri memutuskan untuk mengundurkan diri dari karirnya

di kantor karena merasa bersalah belum bisa menjadi istri yang baik.

Tokoh antagonis dalam cerita film di perankan oleh sosok Rifa. Sosok

Rifa yang berusaha untuk mencegah dan menentang keputusan Fira untuk

tidak mengundurkan diri dari pekerjannya dikategorikan sebagai tokoh

antagonis. Dari kedua situasi dan kondisi tokoh tersebut menunjukan bahwa

tokoh protagonis diperankan oleh tokoh utama dalam cerita film yaitu Fira

dan antagonis di perankan oleh sosok Rifa dalam film yang menjadi

penghalang.

Berdasarkan hal itu dapat terlihat tanda-tanda pada scene secara

keseluruhan yang menunjukan makna dalam teks dan gambar, bahwa terdapat

makna denotasi, konotasi, dan mitos. Adapun makna Denotasi dalam analisis

film Istri Paruh Waktu menggambarkan seorang perempuan muslimah yang

sempurna keimanannya dalam kerangka islam. Hal itu terlihat dari gambar

yang menunjukan perempuan yang menggunakan jilbab yang menjadi lebih

syar’i dan memutuskan untuk fokus menjalankan peran sebagai seorang istri

dan ibu di bidang domestik.

Selain itu makna Konotasi yang terdapat pada film Istri Paruh Waktu

menunjukan bahwa bagaimana seorang istri rela berkorban untuk menjadi

 

Page 91: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

79

perempuan yang sempurna keimanannya. Hal itu yang membuat tokoh utama

dalam film merasa dilema antara karir dan pengabdiannya kepada suami, dan

makna Mitos dari hasil analisis data mitos, pada kedelapan scene film Istri

Paruh Waktu menunjukan sebuah gambaran tentang seorang perempuan yang

di stereotipe sebagai seorang istri yang seharusnya mengabdi kepada suami

dan menjalankan perannya di bidang domestik.

Dari kajian feminisme bahwa dari cerita film Istri Paruh Waktu

perempuan digambarkan atau dilihat secara timpang berdasarkan peran dan

fungsinya, secara stereotipe bahwa perempuan yang bertanggung jawab

dalam bidang domestik, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan rumah

tangga. Selain itu menandakan makna seorang perempuan yang mempunyai

keinginan menjadi perempuan dengan ketaatan (iman) yang sempurna. yang

ditunjukan bahwa seorang istri itu sebaiknya berada dirumah menjalankan

tugas dan pekerjaan di bidang domestik. Dengan mengambil keputusan

berhenti bekerja, maka perempuan bisa lebih fokus menjalankan kewajiban

sebagai istri dan ibu yang bertanggung jawab di bidang domestik.

Berdasarkan perspektif feminisme liberal menjelaskan bahwa perempuan

memiliki otonomi untuk meraih kebahagiannya, perempuan memiliki

kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal kebebasan sipil, seperti

hak poltik perempuan, dan dalam bidang ekonomi.5 Menolak adanya status

quo khususnya dominasi suami dalam keluarga dan mendukung perempuan

untuk bekerja di ranah publik.6

5 Arivia, Filsafat Berspektif Feminis, (Jakarta, Buku Kompas, 2003) h. 92.

6 Ida Rosyidah, Relasi Gender Dalam Agama-Agama (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013)

h. 54.

 

Page 92: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

80

Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia yang

akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata

Allah SWT maupun dimata kaumnya. Oleh sebab itulah Islam menegaskan

bahwa bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan ibadah.

Orang yang bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah.

Terdapat ayat dalam Al Quran yang menegaskan perintah untuk bekerja

dalam surat At-Taubah: (9) 105 sebagai berikut:

ٱلش لم ٱلغيب ع إل ستشد ٱلمؤمن سسلوۥ عملكم قل ٱعملا سيش ٱلل ذة ينبئكم بمب ي

مل ٥٠٩كنتم ت

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-

orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

Surat Al-Ankabut: (29) 17 sebagai berikut:

ب ل يملك لكم إنمب ت بذ من د ٱلل كب إ ٱلزين ت تخلق إ نب ث أ سصقب ٱبتغا ذ من د ٱلل

ٱشكشا لوۥ إليو تشج ٱعبذه صق ٱلش ٥٧عنذ ٱلل

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan

kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu

tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi

Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-

Nya-lah kamu akan dikembalikan”

Dalam film menunjukan makna bahwa seorang perempuan lebih baik

tidak bekerja di luar rumah, padahal di dalam Al Quran dan hadis tidak

ditemukan larangan yang tegas bagi perempuan untuk memilih profesi, baik

profesi itu dikerjakan secara sendiri atau secara kolektif, baik di lembaga-

lembaga pemerintah maupun di lembaga-lembaga swasta, selama pekerjaan

 

Page 93: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

81

itu halal dan dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, menghormati ajaran

agamanya, dan mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan kemudaratan.7

Dalam perspektif feminisme Islam, dalam hal urusan rumah tangga

suami dan istri dapat secara bergantian atau bekerjasama melakukan

pekerjaan-pekerjaan tersebut, sesuai dengan kesempatan, kondisi dan

kelapangan. Kerisihan seorang suami yang mencuci piring dan memasak

hanya karena adanya anggapan yang sudah mengakar bahwa semua itu

adalah tugas-tugas kewanitaan.

Ibn Hazm, seperti dikutip oleh Quraish Shihab, bahwa seorang istri

pada dasarnya tidak berkewajiban melayani suaminya dalam hal

menyediakan makanan, menjahit pakaian dan sebagainya. Justru suamilah

yang berkewajiban menyiapkan pakaian bagi istri dan anak-anaknya dan

menyediakan makanan siap saji. Jika terdapat suami membantu istri

memasak, menyiapkan makanan. Menjadi hal yang wajar karena memang

seharusnya suami bisa membantu istri dalam bidang pekerjaan dirumah. Hal

itulah yang menjadi pemaknaan dalam analisis berdasarkan kajian

feminisme yang secara umum .

7 Nasarudin Umar, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi, 2010) h. 150.

 

Page 94: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dari tiap bab penulis mengambil kesimpulan

dengan menggunakan Analisis naratif struktural aktansial dan fungsional

model Greimas menunjukan bahwa tokoh Protagonis dalam film Istri

Paruh Waktu dikategorikan sebagai sosok Fira, seorang istri yang

memutuskan untuk mengundurkan diri dari karirnya untuk merubahnya

agar dapat menjalankan pengabdian kepada suami untuk mencapai

keimanan yang sempurna. Adapun tokoh antagonis dalam cerita film di

perankan oleh sosok Rifa. Sosok Rifa yang berusaha untuk mencegah dan

menentang keputusan Fira untuk tidak mengundurkan diri dari

pekerjaannya dikategorikan sebagai tokoh antagonis.

Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa aktan yang mendukung

narasi dalam cerita berdasarkan peran dan fungsinya dalam analisis yaitu:

1) Subjek yang diperankan oleh sosok Fira, seorang istri yang bekerja,

yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari karirnya karena ingin

mengabdi kepada suaminya sebagai pengejawantahan diri seorang

muslimah yang sempurna, 2) objek dalam film ini, keinginan menjadi

perempuan dengan ketaatan (iman) yang sempurna menjadi tujuan Fira.

Oleh karena itu, mengabdi untuk memperoleh keimanan sempurna

dikategorikan sebagai objek dalam cerita. Peran subjek didorong oleh

suatu kondisi atau seseorang, yang disebut sebagai pengirim, 3) pengirim

yaitu 1) Adegan saat suami Fira menyiapkan makan malam untuk dirinya

 

Page 95: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

83

yang pulang malam karena ada pekerjaan yang menyibukan di kantor, dan

2) Adegan saat Fira mendengar doa suaminya saat sholat ditengah malam

yang berharap agar Allah menjadikan dirinya imam yang baik. Dua

kondisi ini dikatakan sebagai pengirim

Selain itu ada seseorang atau situasi yang dianggap membantu

subjek (Fira) untuk mencapai tujuan atau objek yang disebut sebagai

penolong, 4) Penolongnya adalah keputusan Fira untuk mengundurkan

diri dari pekerjaannya. Adapun dalam cerita terdapat sesuatu yang

menghalanginya untuk menjalankan objek yang disebut sebagai

penghalang, 5) Penghalang yaitu kondisi kantor yang sibuk dianggap

merintangi Fira untuk mengurus keluarganya dengan baik. Demikian juga

dengan sosok Rifa yang berusaha untuk mencegah Fira untuk tidak

mengundurkan diri dari karirnya di kantor. Adapun yang berperan sebagai

6) Penerima adalah Fira.

Hal tersebut dapat terlihat dari tanda-tanda atau scene-scene dari

makna semiotika dalam film yaitu: 1) Makna denotasi dalam analisis film

Istri Paruh Waktu menggambarkan seorang perempuan muslimah yang

sempurna keimanannya dalam kerangka Islam. Hal itu terlihat dari gambar

yang menunjukan perempuan yang menggunakan jilbab yang menjadi

lebih syar’i dan memutuskan untuk fokus menjalankan peran sebagai

seorang istri dan ibu di bidang domestik, Selain itu 2) Makna konotasi

yang terdapat pada film Istri Paruh Waktu menunjukan bahwa bagaimana

seorang istri rela berkorban dan berjuang untuk menjadi perempuan yang

sempurna keimanannya. Hal itu yang membuat tokoh utama dalam film

 

Page 96: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

84

yang merasa dilema antara karir dan pengabdiannya kepada suami, dan 3)

makna Mitos dari hasil analisis data mitos menunjukan sebuah gambaran

tentang seorang perempuan yang di stereotipe sebagai seorang istri yang

seharusnya mengabdi kepada suami dan menjalankan perannya di bidang

domestik.

Dari segi kajian feminisme bahwa dari cerita film tersebut

menandakan makna bahwa terdapat sebuah konstruksi makna perempuan

muslimah dalam film yang berjudul “Istri Paruh Waktu”. Secara stereotipe

perempuan dikonstruksi atau dilihat secara timpang berdasarkan peran dan

fungsinya. Bahwa perempuan yang bertanggung jawab dalam bidang

domestik, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga

Pada dasarnya perlu adanya relasi antara suami dan istri dalam

mengambil keputusan dalam bidang pekerjaan domestik dan non

domestik. Agar terciptanya keseimbangan dalam menjalankan fungsi dan

peran dalam rumah tangga dengan adanya kerjasama dan saling

membantu. Tetapi hal terpenting adalah menyingkirkan dilema antara

mana yang lebih penting, keluarga atau karir. Hal itu bisa di lihat dengan

bagaimana setiap perempuan memandang nilai sebuah kebahagiaan dalam

hidupnya. Jangan hanya menilai sesuatu dari perspektif masyarakat

terdahulu, yang memberikan sebuah batasan untuk perempuan

mengembangkan kompetensi atau kreativitasnya. Sudah saatnya

masyarakat lebih objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di

tengah kehidupan masyarakat. Karena stereotipe dapat terus-menerus di

 

Page 97: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

85

lestarikan melalui komunikasi dan budaya yang beredar di kalangan

masyarakat dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang

dapat menjadi saran dari peneliti yaitu:

1. Kepada para pembaca yang hendak melakukan penelitian khususnya

pada kajian film, hendaknya mampu mengembangkan penelitian

dengan metodologi yang sesuai dengan kajian film.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan mengkaji tentang konstruksi

perempuan dalam sebuah film, alangkah bagusnya mewaancarai

narasumber untuk mengetahui tanggapan mereka terkait film tersebut.

3. Berharap Film Maker Muslim dapat terus membuat karya film yang

menginspirasi, kreatif dan tetap mengangkat fenomena yang jarang

diangkat oleh pembuat film lainnya.

4. Pembuat film sebaiknya mengkaji film lebih dalam terlebih dahulu

mengenai produksi film, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

memahami sebuah stereotipe tentang perempuan.

 

Page 98: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

86

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto Elvinaro, 2007, dan Lukati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu

Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media)

Ardianto Elvinaro dan Bambang Q-Anees, 2007, Filsafat Ilmu Komunikasi

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media)

Arivia Gadis, 2003, Filsafat Berspektif Feminis, (Jakarta: Buku Kompas)

Bungin Burhan, 2009, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu sosial (Jakarta: Prenada Media Grup)

Effendy, Onong Uchjana. 1986, Televisi Siaran, Teori dan Praktek., (Bandung:

Alumni)

Eriyanto, 2001, Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media), (Yogyakarta;

PT LkiS Printing Cemerlang)

Eriyanto, 2013, Analisis Naratif, : Dasar-Dasar Penerapannya dalam Analisis

Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana)

Esplen, E & Jolly, S, 2006, Gender and sex: a sample of definitions‟, Bridge

(gender and development). (Brighto: University of Sussex)

Herdiansyah Haris, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk ilmu sosial

(Jakarta: Salemba Humanika)

Haryatmoko, 2016, Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis),

(Yogyakarta: PT. Rajagrafindo Persada)

Hartley John, 2009, Communication, Cultural, & Media Studies (Konsep Kunci),

(Yogyakarta: Jalasutra)

Ihromi T.O, 1995, Kajian Wanita Dalam Pembangunan, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia)

 

Page 99: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

87

Irwanto Budi, 2005, Film, Ideologi: Hegemoni Militer, dalam sinema Indonesia

(Yogyakarta: Aksara)

Liliweri, 2001, Gara-Gara Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Remaja

Rosdakarya)

McQuail Denis, 1987, Teori Komunikai Massa Suatu Pengantar, (Jakarta:

Erlangga)

Megawangi Ratna, 1996, Perkembangan Teori Feminisme Masa Kini dan

Mendatang serta Kaitannya dengan Pemikiran Keislaman, (dalam jurnal

Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Edisi ke-1)

Megawangi Ratna, 1999, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru Tentang

Relasi Gender, (Bandung: Mizan)

Moleong Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revis (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya Offset)

Morissan, 2005, Media penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (

Tangerang: Ramdina Prakarsa)

Mulyana Deddy, 2006, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda

Karya)

Mulyati, Sri, 2004, Relasi Suami Istri dalam Islam, (Jakarta: PSW UIN Jakarta)

Mustofa Abdul Wahid, 2004, Manajemen Keluarga Sakinah,( Yogyakarta: Diva

Press)

Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS)

Prakoso Gatot, 1977, Film Pinggiran-Analogi Film Pendek , Eksperimental &

Dokumenter (Jakarta: Fatma Press)

 

Page 100: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

88

Pranajaya Adi, 2000, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar (Jakarta: BPSDM

Citra Pusat Perfilman)

Purwasito Andik, 2003, Komunikasi multi cultural, (Surakarta: muhammadiah

university press)

Ramazanoglu Caroline, 1989, Feminism and Contradiction, (London: Routledge)

Rivers, William, dkk., 2008, Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta:

Kencana)

Rokhmansyah Alfian, 2014, Studi dan Pengkajian Sastra (Perkenalan Awal

Terhadap Ilmu Sastra), (Yogyakarta: Graha Ilmu)

Rosyidah Ida, Hermawati, 2013, Relasi Gender Dalam Agama-Agama, (Jakarta:

UIN Jakarta Press)

Salim Abdullah, 1994, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat),

(Jakarta, Media Da’wah)

Sean M b ac Bride, 1983, Komunikasi dan masyarakat sekarang dan masa depan,

aneka suarasatu dunia (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco)

Sugiyono. 2005, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: ALFABETA,

Bandung)

Suralaga Fadilah, dkk, 2003, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi

Wanita (PSW) UIN Jakarta dengan McGill-ICIHEP)

Tong, Rosemarie Putnam, 1998, Feminist Thought: Pengantar paling

Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis, terj. Aquarini

Priyatna Prabasmoro, (Yogyakarta: Jalasutra)

Umar Nasarudin, 2010, Fikih Wanita untuk Semua, (Jakarta: Serambi)

Yamani Mai, 2000, Feminisme dan Islam, (Bandung: Penerbit Nuansa)

 

Page 101: KONSTRUKSI MAKNA PEREMPUAN MUSLIMAH DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41619/1/NUR... · Perempuan terkadang digambarkan pada posisi yang bias gender

89

WEBSITE :

http://kbbi.web.id/film.html diakses pada tanggal 28 Juli 2017

http://www.lemlit.undip.ac.id/abstrak/index2.php?option=com_content&task

diakses pada tanggal 18 Oktober 2017

https://m.facebook.com/filmmakermuslim/photos/a.3656 diakses pada tanggal 22

mei 2018

https://m.youtube.com/user/wantproductiontv diakses pada tanggal 30 Mei 2018

https://hellohijabers.wordpress.com/2015/06/16/profile-orang-orang-di-balik-

layar-film-maker-muslim-2/ diakses pada 22 mei 2018

JURNAL :

Anderson Daniel Sudarto, “Analisis Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri

ini,” Jurnal pcta Diurna, Volume 4, Nomer. 1, 2015

M Hajir Mutawakkil, Keadilan Islam Dalam Persoalan Gender, Jurnal Kalimah,

Vol. 12, Nomer. 1, Maret 2014

Nazla Putri Utari, Pemaknaan Penggunaan Jilbab Syar‟i di Kalangan Mahasiswa

Psikologi, Jurnal Simbolika, Volume 1, Nomer. 1, April 2015

Siti Rofi’ah, Membangun Pola Relasi Keluarga Berbasis kesetaraan dan keadila

gender, Muwaza, Vol 7, Nomer 2, 2015

M. Noor Harisudin, Pemikiran Feminis Muslim di Indonesia Tentang Fiqh

Perempuan, Jurnal Al- Tahrir, Vol. 15, No. 2, November 2015