KONSERVASI KURATIF TERHADAP KOLEKSI BUKU LANGKA DI...
Transcript of KONSERVASI KURATIF TERHADAP KOLEKSI BUKU LANGKA DI...
KONSERVASI KURATIF TERHADAP KOLEKSI BUKU
LANGKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Perpustakaan (S.IP)
oleh:
MARISYA NINGRUM
NIM. 11140251000103
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H / 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KONSERVASI KURATIF TERHADAP KOLEKSI BUKU LANGKA DI
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Marisya Ningrum
NIM. 11140251000103
Di Bawah Bimbingan
Muhammad Azwar, M.Hum
NIDN. 2015018002
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440 H / 2019 M
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Marisya Ningrum
v
ABSTRAK
Marisya Ningrum (NIM. 11140251000103). Konservasi Kuratif Terhadap
Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI. Di bawah bimbingan
Muhammad Azwar, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2018.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi
kerusakan koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI, teknis pelaksanaan
konservasi kuratif koleksi buku langka, serta untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi dan solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Jenis
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor dominan yang
mempengaruhi kerusakan koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI
adalah faktor dari dalam ruangan penyimpanan itu sendiri, seperti suhu ruangan
yang masih belum ideal karena masih bercampurnya ruang baca dan ruang
koleksi. Pelaksanaan kegiatan konservasi kuratif pada koleksi buku langka
meliputi pendokumentasian, survei kondisi, paginasi, bleaching, deasidifikasi,
mending, dan penjilidan ulang. Adapun untuk mengatasi kendala keterlambatan
pengiriman bahan baku, pihak Perpustakaan Nasional RI membuat skala prioritas
terhadap beberapa pekerjaan yang dianggap lebih perlu didahulukan. Serta untuk
mengatasi ketidakseimbangan antara kerusakan dan perbaikan koleksi,
Perpustakaan Nasional RI secara rutin melakukan kegiatan deasidifikasi non
aqueos terhadap buku langka yang mengalami kerusakan guna memperlambat
laju kerusakan yang terjadi.
Kata kunci : Buku Langka, Konservasi kuratif, Perpustakaan Nasional RI
vi
ABSTRACT
Marisya Ningrum (NIM. 11140251000103). Curative Conservation of the Rare
Book Collection at the National Library of Indonesia. Under the guidance
of Muhammad Azwar, M.Hum. Library Science Study Program of the
Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta 2018.
This thesis aims to determine the dominant factors that affect the damage to rare
book collections in the National Library of Indonesia, technical implementation of
curative conservation rare book collections, and to find out the obstacles faced
and solutions to overcome these obstacles. This type of research uses a descriptive
method with a qualitative approach. Data collection is done by observation,
interviews and documentation. The findings of this study reveal that the dominant
dominant factors affecting the damage to rare book collections in the National
Library of Indonesia are factors in the storage room itself, such as room
temperature which is still not ideal because there is still a mixture of reading
rooms and collection rooms. The implementation of curative conservation
activities in rare book collections includes documentation, condition surveys,
pagination, bleaching, deasidification, mending, and re-binding. As for
overcoming the constraints of delays in the delivery of raw materials, the National
Library of Indonesia made a priority scale on several jobs that were considered
more necessary. And to overcome the imbalance between damage and repair of
collections, the National Library of Indonesia routinely conducts non-aqueos
deasidification of rare books that are damaged in order to slow the rate of damage.
Keywords : Rare Books, Curative Conservation, National Library of Indonesia
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis haturkan puji syukur yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Konservasi Kuratif
terhadap Tingkat Kerusakan Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI ”
dapat dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Hal tersebut didasari pada keterbatasan waktu, tenaga, maupun pengetahuan dari
penulis. Akan tetapi penulis berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
yang terbaik kepada pembaca khususnya Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, Lc, MA, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
5. Bapak Muhammad Azwar Muin, M.Hum, selaku dosen pembimbing
penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
membantu mengarahkan, dan memberi masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan yang
telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Pihak Perpustakaan Nasional RI yang banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, memberikan masukan saat penulis
viii
melakukan penelitian, serta telah bersedia memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional
RI
8. Orang tua penulis, Bapak Mansyur Putra dan Ibu Marmonah yang tidak
pernah lupa untuk memberikan doa dan nasihat sehingga menimbulkan
semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada para sahabat, Fidyastari, Oka Aulia, Maisa Fajriah, Zulfa Nur
Maisaroh, Aghnaita Suwanda, Wita Widya, Putri Istiqomah, Dyas
Pratita, dan Selli Ayu Ningrum. Terima kasih selalu memberikan
bantuan, semangat, doa, dan motivasi kepada penulis selama menyusun
skripsi ini.
10. Kepada teman-teman KKN, Dodie Rachman, Mutiah Tsani, Yudi
Setiadi, dan seluruh anggota KKN SUPER 100. Terima kasih atas
waktu dan pengalaman yang berharga selama satu bulan
kebersamaannya.
11. Kepada teman-teman seperjuangan di Prodi ilmu Perpustakaan
angkatan 2014, khususnya teman seperjuangan di kelas C yaitu, Izzah
Farisah, Widad Inayati, Ursa Agniya, May Nur Fatimah, Refi
Alamsyah, Faiz Moehammad, Afifah Khairunnisa dan seluruh
penghuni kelas C lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih telah banyak memberi bantuan serta masukan dalam
menyelesaikan tugas dikelas, serta telah mau berbagi suka dan duka
selama 4 tahun ini.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah banyak membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu. Hanya do’a dan ucapan terima kasih yang dapat penulis
sampaikan. Semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan kalian. Aamiin.
Jakarta, 19 Desember 2018
Marisya Ningrum
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Batasan Masalah .......................................................................................... 7 C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8 F. Definisi Istilah ............................................................................................. 9 G. Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 13 A. Perpustakaan Nasional RI ......................................................................... 13
1. Definisi Perpustakaan Nasional ........................................................ 13 2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional .......................................... 14
3. Koleksi Perpustakaan Nasional .......................................................... 15 B. Buku Langka ............................................................................................. 20
1. Definisi Buku Langka ........................................................................ 20
2. Jenis - Jenis Buku Langka .................................................................. 21
C. Faktor-Faktor Kerusakan Pada Bahan Pustaka ......................................... 22 1. Faktor Internal .................................................................................... 22 2. Faktor Eksternal ................................................................................. 23
3. Faktor Manusia ................................................................................... 27
D. Konservasi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI ............................ 27 1. Definisi Konservasi ............................................................................ 27 2. Jenis-Jenis Konservasi........................................................................ 29
3. Skala Prioritas Konservasi Bahan Pustaka ......................................... 30 4. Konservasi Kuratif di Perpustakaan Nasional RI ............................... 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 40 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 40
1. Jenis Penelitian ................................................................................... 40 2. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 40
B. Informan .................................................................................................... 41 C. Sumber Data .............................................................................................. 42
1. Sumber Data Primer ........................................................................... 42 2. Sumber Data Sekunder ....................................................................... 43
ix
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 43 1. Observasi ............................................................................................ 43
2. Wawancara ......................................................................................... 44 3. Dokumentasi....................................................................................... 44 4. Studi Pustaka ...................................................................................... 44
E. Keabsahan Data ......................................................................................... 44 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 46
1. Reduksi Data ...................................................................................... 46 2. Penyajian Data.................................................................................... 47
3. Penarikan Kesimpulan........................................................................ 47 G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 47 H. Tempat Penelitian ...................................................................................... 47 I. Waktu Pelaksanaan ................................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 49 A. Gambaran Umum Perpustakaan Nasional RI ............................................ 49
1. Sejarah Singkat Perpustakaan Nasional RI ........................................ 49 2. Lokasi Perpustakaan Nasional RI ...................................................... 50
3. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI............................................ 51 4. Struktur Organisasi ............................................................................. 51
5. Sejarah Singkat Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI 52 6. Jenis – Jenis Koleksi Buku Langka .................................................... 53
7. Sistem Penyimpanan Buku Langka.................................................... 56 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 58 C. Pembahasan ............................................................................................... 77
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 85 A. Simpulan .................................................................................................... 85 B. Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Alur Kerja Konservasi Kuratif di Perpustakaan Nasional RI .......... 61 Gambar 4. 2 Proses Pendokumentasian: Sebelum ................................................ 62 Gambar 4. 3 Laporan Kondisi Koleksi ................................................................. 63 Gambar 4. 4 pH indikator...................................................................................... 64
Gambar 4. 5 Paginasi ............................................................................................ 65 Gambar 4. 6 Larutan Potasium Permangatan ........................................................ 66
Gambar 4. 7 Campuran Larutan Potasium Permanganat dengan air .................... 66 Gambar 4. 8 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Air ............................ 67 Gambar 4. 9 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Larutan Potasium
Permanganat ..................................................................................... 68 Gambar 4. 10 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Asam Oksalat ......... 69
Gambar 4. 11 Proses Rinsing ................................................................................ 69 Gambar 4. 12 Proses Deasidifikasi: Menimbang Magnesium Karbonat .............. 70
Gambar 4. 13 Proses Deasidifikasi: Mencampurkan magnesium Karbonat dengan
Aquades ......................................................................................... 71
Gambar 4. 14 Proses Deasidifikasi: Mencampurkan Magnesium Karbonat dengan
Aquades ......................................................................................... 71
Gambar 4. 15 Lem CMC ....................................................................................... 73 Gambar 4. 16 Proses Mending .............................................................................. 74
Gambar 4. 17 Proses Mending: Pemberian lem pada strimin ............................... 74 Gambar 4. 18 Proses Mending .............................................................................. 75 Gambar 4. 19 Proses Pengeringan ........................................................................ 75
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Narasumber .......................................................................................... 42
Tabel 3. 2 Waktu Penelitian .................................................................................. 48
Tabel 4. 1 Sistem Penyimpanan Berdasarkan fixed location ................................ 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan suatu tempat penyimpanan sejumlah koleksi
baik tercetak maupun non cetak. Koleksi bahan pustaka merupakan unsur
penting yang harus ada di perpustakaan, selain ruangan, tenaga dan anggaran.
Lebih dari itu perpustakaan juga mempunyai tanggung jawab dalam
mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarluaskan koleksinya serta
melakukan pelestarian jangka panjang untuk menjaga kandungan informasi
yang terdapat pada bahan pustaka tersebut.1 Dalam Undang-Undang Nomor
43 Tahun 2007 pasal 6 mengenai perpustakaan juga menyebutkan bahwa,
masyarakat berkewajiban: Pertama, menjaga dan memelihara kelestarian
koleksi perpustakaan. Kedua, menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah
kuno yang dimilikinya dan mendaftarkan ke Perpustakaan Nasional RI.
Ketiga, menjaga kelestarian dan keselamatan sumber daya perpustakaan di
lingkungannya.2
Selain dalam Undang-Undang, penulis juga menemukan Ayat Al-
Qur’an yang menyebutkan betapa pentingnya menjaga kelestarian sumber
informasi. Ayat tersebut terdapat dalam surah Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi:
فظون كر وإنا لهۥ لح لنا ٱلذ إنا نحن نز
1Made Ayu Wirayati, Ellis Sekar Ayu, and Aris Riyadi, Pedoman Teknis: Pelestarian Bahan
Pustaka (Konservasi Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas) (Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI, 2014), h.2. 2Eka Kusmayadi, “Workshop Preservasi Dan Konservasi Dokumen/Arsip/Koleksi
Perpustakaan,” September 20, 2016.
2
Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
Ayat ini ditafsirkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, yaitu:
jika mereka jujur (dalam omongannya) cukuplah keberadaan Al-Quran al-
Azhim sebagai tanda bukti kebenarannya bagi mereka. Karena itu, Allah
berfirman disini, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an”,
yakni Al-Qur’an yang memuat peringatan bagi segala sesuatu yang berkaitan
dengan permasalahan-permasalahan dan petunjuk-petunjuk yang jelas. Dalam
Al-Qur’an ini terdapat peringatan bagi orang yang menginginkan peringatan.
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”, yaitu pada waktu
diturunkannya, kami menjaganya dari pencurian dengar yang dilakukan setan
yang terkutuk. Pasca diturunkannya, Kami memeliharanya dengan
meletakkannya di kalbu RosulNya dan memelihara makna-maknanya dari
perubahan. Sehingga tidak ada orang yang berkeinginan menyelewengkan
maknanya, melainkan Allah pasti menggerahkan orang-orang yang akan
memaparkan kebenaran yang hakiki. Ini adalah termasuk tanda kebesaran
Allah dan anugerah kenikmatan yang paling agung bagi para hambaNya yang
beriman. Orang yang menjaganya, niscaya Allah memelihara keluarganya dari
musuh-musuh mereka, dan tidak akan menguasakan musuh yang
membinasakan mereka.3
Setelah melihat arti serta tafsiran surah Al-Hijr ayat 9 di atas, dapat
disimpulkan bahwa Al-Qur’an selain sebagai pedoman hidup umat islam juga
3Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Tafsir Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007),
h.113.
3
merupakan sumber ilmu pengetahuan. Sama halnya dengan buku yang
mengandung berbagai macam sumber ilmu pengetahuan di dalamnya. Oleh
karena itu, baik Al-Qur’an maupun buku wajib untuk dipelihara dan
dilestarikan guna menjaga kandungan informasi yang ada didalamnya untuk
kepentingan jangka panjang.
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh perpustakaan diseluruh
dunia adalah laju kerusakan koleksi yang jauh lebih cepat dari koleksi yang
ditangani melalui pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan bahan pustaka.
Mengingat sebagian besar bahan pustaka adalah buku yang terbuat dari bahan
kertas dengan kualitas yang bervariasi, maka tentunya mempunyai problem
kerusakan yang tidak sama. Kerusakan bahan pustaka dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor, mulai dari faktor internal dan eksternal perpustakaan.
Faktor internal disini meliputi karakteristik koleksi, buku berbahan
dasar kertas memiliki daya tahan terhadap lingkungan yang berbeda, serta
memiliki komponen kertas yang berbeda-beda. Aspek yang dinilai seperti:
senyawa asam, lem perekat, lignin, dan tinta yang digunakan. Sebagai contoh,
kertas mengandung senyawa kimia yang cepat atau lambat akan terurai karena
tinggi rendahnya suhu dan kuat lemahnya cahaya diruang penyimpanan
koleksi. Kandungan senyawa asam pada kertas akan mempercepat reaksi
hidrolisis, semakin cepat reaksi hidrolisisnya maka semakin cepat pula buku
mengalami pelapukan. Sementara faktor eksternal meliputi: lingkungan,
4
manusia, bencana alam, serta biota.4 Oleh karena itu, kegiatan pelestarian
bahan pustaka ini jelas merupakan suatu kegiatan penting yang harus
dilakukan di semua perpustakaan. Untuk menunjang fungsi perpustakaan
dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan jalan mengupayakan agar
kondisi bahan pustaka terpelihara dan siap untuk dilayankan ke pemustaka.
Kegiatan pelestarian bahan pustaka bisa dilakukan dengan cara
melestarikan bentuk fisik atau yang biasa dikenal dengan istilah konservasi,
yaitu dengan mempertahankan bentuk asli maupun pelestarian infromasi
dengan cara melakukan alih media dalam bentuk microfilm dan bentuk
digital.5 Konservasi merupakan suatu tindakan menjaga agar tidak hilang atau
rusak. Kegiatan konservasi itu sendiri dapat dilakukan dengan cara preventif
atau pemeliharaan bahan pustaka di ruangan atau pada saat kita pegang dan
gunakan, dan kuratif atau pemeliharaan terhadap fisik dan fungsi dari sebuah
bahan pustaka.6
Dalam penelitian ini, penulis memilih koleksi buku langka sebagai
objek penelitian. Dengan alasan karena, setiap bangsa sudah pasti memiliki
catatan mengenai perjalanan bangsanya, tak terkecuali bangsa Indonesia.
Cerita panjang perjalanan bangsa mulai dari zaman pra sejarah ini banyak
meninggalkan catatan-catatan dan salah satunya terdapat di dalam koleksi
buku langka. Baik yang ditulis oleh bangsa Indonesia itu sendiri, maupun
4Endang Fatmawati, “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Koleksi Perpustakaan,”
Universitas Diponegoro 7 No. 2 (November 2017),
http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/download/9722/5991. 5Wirayati, Ayu, and Riyadi, Pedoman Teknis: Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi
Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas), h. 3. 6Wirayati, Ayu, dan Riyadi, h. 6.
5
ditulis oleh bangsa lain. Buku langka juga menjadi salah satu sumber data
penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui jejak sejarah
bangsanya.7 Dari penjabaran di atas penulis menyimpulkan bahwa, buku
langka merupakan buku yang sudah tua usianya dan tidak diterbitkan lagi di
pasaran. Namun, masih memiliki kandungan nilai informasi yang sangat
penting.
Salah satu perpustakaan yang banyak menyimpan koleksi buku langka
yang penulis ketahui adalah Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Nasional
RI mempunyai ruangan khusus untuk menyimpan koleksi buku langka yang
tepatnya terletak di lantai 14 gedung Perpustakaan Nasional RI jalan Merdeka
Barat. Koleksi buku langka yang berada di Perpustakaan Nasional RI
berjumlah 96.000 eksemplar / 87.291 judul yang dibagi kedalam 47 rak.
Dimana tiap rak menggambarkan subjek dari setiap buku. Koleksi buku
langka tersebut 70% berbahasa Belanda dan 30% terdiri dari bahasa asing lain
dan bahasa daerah seperti Madura, Jawa, Melayu, Minang Kabau dan
Kapaupu. Koleksi tertua adalah kisah perjalanan para kapten kapal Italia yang
melewati Indonesia, terbitan tahun 1556. Selain koleksi buku langka di rak,
ada pula koleksi buku langka yang penyimpanannya terpisah seperti: koleksi
ster / bintang (*), koleksi varia, koleksi braille, koleksi terlarang, koleksi
deposit sebelum UU No. 4 tahun 1990, dan koleksi bahan pustaka terbaru
terbitan sebelum tahun 1985.
7 Yeri Nurita, Seminar Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan Khususnya Buku Langka
(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2017).
6
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis, keadaan
koleksi buku langka sebagian besar kondisinya baik. Namun, jumlah koleksi
buku langka diidentifikasi mengalami penyusutan yang prosentasenya secara
pasti belum diketahui. Seperti pada tahun 2008 buku langka yang terdapat di
Perpustakan Nasional RI Salemba berjumlah 120.222 eksemplar, dan pada
tahun 2017 saat dilakukan stock opname karna pindah ke gedung baru yaitu
Perpustakaan Nasional RI Medan Merdeka Selatan koleksi buku langka
menyusut dan berjumlah 96.000 eksemplar. Penyusutan tersebut selain
disebabkan oleh tangan manusia, juga disebabkan oleh usia koleksi yang
sudah tua, serta ruang penyimpanan yang belum memenuhi standar sehingga
koleksi mudah rusak bahkan hancur dan tidak dapat dipertahankan bentuk
aslinya.
Untuk mencegah penyusutan koleksi buku langka akibat kerusakan
agar tidak terjadi lagi, koleksi buku langka yang rusak di ruang koleksi
selanjutnyaakan dibawa ke pusat preservasi Perpustakaan Nasional RI
Salemba yang terletak di gedung E untuk mendapatkan perawatan yang sesuai
dengan tingkat kerusakannya. Seperti yang terlihat pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Eva Maftuhah, yang berjudul pelestarian
buku langka di Perpustakaan Nasional RI. Jika Eva lebih memaparkan
kebijakan Perpustakaan Nasional RI dalam menyelenggarakan pelestarian
pada koleksi buku langka, usaha pencegahan serta perbaikan untuk
melestariakan buku langka di Perpustakaan Nasional RI. Lain halnya dengan
penulis yang akan memaparkan faktor dominan yang mempengaruhi
7
kerusakan yang terjadi pada buku langka di ruang koleksi buku langka lantai
14 Perpustakaan Naional RI Medan Merdeka, mengkaji lebih dalam lagi
kegiatan konservasi kuratif terhadap buku langka yang dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional RI, serta mencari tahu kendala apa saja yang dihadapi
oleh Perpustakaan Nasional RI dan bagaimana solusinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul: “Konservasi Kuratif
terhadap Koleksi Buku Langka Di Perpustakaan Nasional RI”
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
penulis akan membatasi dan memfokuskan masalah pada:
1. Faktor dominan yang mempengaruhi kerusakan bahan pustaka terutama
koleksi buku langka yang ada di Perpustakaan Nasional RI
2. Kegiatan konservasi kuratif yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI
untuk menanggulangi kerusakan yang terjadi pada buku langka di ruang
koleksi Perpustakaan Nasional RI
3. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam melakukan
kegiatan konservasi kuratif di Perpustakaan Nasional RI
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi kerusakan koleksi buku
langka di Perpustakaan Nasional RI?
8
2. Bagaimana teknis pelaksanaan konservasi kuratif terhadap kerusakan
koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI?
3. Apa solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam
melakukan kegiatan konservasi kuratif di Perpustakaan Nasional RI?
D. Tujuan Penelitian
Agar sasaran dalam Penelitian ini jelas dan sesuai dengan
permasalahan yang sudah ditentukan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kerusakan
koleksi buku langka yang ada di Perpustakaan Nasional RI
2. Untuk mengetahui teknis pelaksanaan kegiatan konservasi kuratif di
Perpustakaan Nasional RI pada koleksi buku langka yang mengalami
kerusakan untuk melestarikan informasi
3. Untuk mengetahui solusi apa saja yang dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala dalam melaksanakan kegiatan konservasi kuratif di
Perpustakaan Nasional RI
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Dapat memperkaya khazanah penelitian dalam bidang perpustakaan,
khususnya mengenai pelestarian buku langka
b. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya yang memiliki
kemiripan tema atau topik dengan penelitian ini
9
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan informasi kepada pembaca sudah sejauh mana
upaya Perpustakaan Nasional RI dalam melakukan pelestarian bahan pustaka
terutama pada koleksi buku langka guna menjaga informasi untuk kepentingan
jangka panjang
F. Definisi Istilah
Berikut ini adalah definisi istilah dari penelitian yang dilakukan, di
antaranya:
1. Buku langka adalah buku yang usianya sudah melebihi 50 tahun, sangat
sulit ditemukan, dan jarang beredar dipasaran tapi nilai informasinya
masih sangat dibutuhkan
2. Konservasi kuratif adalah suatu kegiatan untuk memulihkan bahan pustaka
yang rusak ke kondisi aslinya dengan cara dan metode tertentu, sehingga
koleksi bahan pustaka yang rusak bisa menjadi utuh kembali
3. Perpustakaan Nasional merupakan perpustakaan yang didirikan oleh
pemerintah dengan fungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan
rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan
pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta biasanya berkedudukan
di ibukota negara.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitianterdahulu yang dianggap relevan dengan judul penelitian
yang diambil yaitu:
10
1. “Pelestarian Buku Langka Di Perpustakaan Nasional RI”/ Eva
Maftuhah. Skripsi Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kebijakan Perpustakaan Nasional RI dalam
menyelenggarakan pelestarian pada koleksi buku langka, serta mengetahui
usaha pencegahan serta perbaikan yang telah Perpustakaan Nasional RI
lakukan untuk melestarikan koleksi buku langka yang ada. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tema penelitian
yang membahas tentang koleksi buku langka dan tempat penelitian yang
sama yaitu Perpustakaan Nasional RI dengan menggunakan metode
penelitian yang sama yaitu metode kualitatif.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak
pada pembahasan. Dalam penelitian Eva lebih dijabarkan tentang
kebijakan pelestarian di perpustakaan Nasional RI. Sementara pada
penelitian penulis lebih dipaparkan faktor yang paling dominan
mempengaruhi kerusakan yang terjadi pada buku langka serta kegiatan
konservasi kuratif yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI.
2. “Studi Tentang Pelestarian Manuskrip Nusantara di Perpustakaan
Nasional RI” / Muhammadin Razak. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Indonesia tahun 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan data tentang jumlah koleksi manuskrip terjilid yang dimiliki
oleh Perpustakaan Nasional RI, bagaimana kondisi fisik manuskrip dan
11
bentuk mikronya serta kondisi lingkungan tempat penyimpanan manuskrip
tersebut dan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pelestarian
manuskrip, baik konservasi preventif, konservasi pasif maupun konservasi
aktif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tempat
penelitian yang sama yaitu Perpustakaan Nasional RI.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak
pada metode penelitian yang penulis gunakan yaitu metode kualitatif dan
pada objek penelitian yang digunakan, dimana peneliti sebelumnya
menggunakan manuskrip sebagai objek penelitiannya dan penulis
menggunakan buku langka sebagai objek penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
permasalahan ini, penulis akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I
sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi uraian dari penulis dengan menguraikan hal-
hal seputar penelitian seperti: latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah,
dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
12
Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang
digunakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yang diambil dari literatur-literatur yang berkaitan dan penelitian
yang relevan dengan topik penelitian, meliputi: pengertian, buku
pedoman dan sejenisnya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai penulisan yang digunakan
yaitu jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan gambaran umum objek penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan analisis
tingkat kerusakan koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional
RI.
Bab V Penutup
Bab terakhir ini menguraikan mengenai kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perpustakaan Nasional RI
1. Definisi Perpustakaan Nasional
Undang Undang No. 43 tahun 2007 memaparkan bahwa definisi
Perpustakaan Nasional RI merupakan lembaga pemerintahan non
departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
perpustakaan, memiliki fungsi sebagai perpustakaan pembina,
perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian,
perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, yang
berkedudukan di ibukota negara. Dengan adanya keputusan Presiden ini,
Perpustakaan Nasional RI menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan
langsung bertanggung jawab kepada presiden.8
Pada tahun 1970, dalam konferensi umumnya yang ke 16,
UNESCO mengeluarkan Recomendations Concerning the International
Standarizations of Library Statistics yang memuat definisi Perpustakaan
Nasional adalah sebagai berikut:
“Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang bertanggung
jawab atas akuisisi dan pelestarian kopi semua terbitan yang
signifikan yang diterbitkan di sebuah negara dan berfungsi
sebagai deposit‟, baik berdasarkan undang-undang maupun
kesepakatan lain, dengan tidak memandang nama perpustakaan.
Perpustakaan Nasional juga umumnya menjalankan fungsi
sebagai berikut: menyusun bibliografi nasional, menyimpan dan
memuktakhirkan koleksi asing yang bernilai tinggi dan
8 Undang-Undang Perpustakaan No. 43 tahun 2007 bab 1 ayat 1
14
representatif termasuk buku mengenai negara yang bersangkutan,
bertindak sebagai pusat bibliografi nasional, menyusun katalog
induk, menerbitkan bibliografi nsaional retrospektif. Perpustakaan
yang menyebut dirinya sebagai perpustakaan “nasional” namun
fungsinya tidak sesuai dengan definisi di atas tidak dapat
dimasukkan ke kategori “Perpustakaan Nasional.”9
2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional
Tugas pokok Perpustakaan Nasional ialah melaksanakan
pengumpulan dan penyimpanan bahan pustaka tertulis, tercetak, dan
terekam selengkapnya baik yang terbit di Indonesia maupun di luar negeri
sebagai khazanah kebudayaan bangsa dalam arti yang luas serta
melaksanakan pelayanannya untuk kepentingan pembangunan nasional
dan kemajuan bangsa.
Menurut ketentuan perundang-undangan, tugas Perpustakaan
Nasional RI ialah :
a. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan pendayagunaan bahan
pustaka yang diterbitkan di Indonesia sebagai koleksi deposit
nasional.
b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengembangan, serta
pendayagunaan bahan pustaka dengan mengutamakan bidang ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan terbitan asing.
c. Melaksanakan penyusunan dan penerbitan bibliografi nasional.
d. Melaksanakan tugas sebagai pusat kerjasama antar perpustakaan di
dalam negeri maupun dengan luar negeri.
9Sulistyo Basuki, “Sejarah Perpustakaan Nasional RI : Sebuah Kajian” (Perpustakaan Nasional
RI, 2008), diakses Juli 23, 2018,
http://kelembagaan.perpusnas.go.id/Digital_Docs/pdf/about_us/histories/normal/HASIL_KAJI
AN_SEJARAH_PERPUSNAS_RI.PDF, hal. 2.
15
e. Memberikan jasa referensi studi, jasa bibliografi, dan informasi
ilmiah.
f. Melaksanakan urusan tata usaha Perpustakaan Nasional.10
Fungsi utama atau fungsi pokok Perpustakaan Nasional ialah:
a. Mengumpulkan dan melestarikan literatur nasional dengan sasaran
selengkap mungkin. Dengan kata lain fungsi pertama perpustakaan
nasional ialah menyimpan semua bahan perpustakaan tercetak dan
terekam yang diterbitkan di suatu negara.
b. Menerbitkan bibliografi nasional. Bibliografi ini merupakan tindak
lanjut dari fungsi pertama, yaitu mengumpulkan dan melestarikan
terbitan sebuah negara.
c. Melaksanakan jasa pinjam antar perpustakaan.
d. Bertindak sebagai penyelenggara jasa informasi bibliografis nasional.
e. Menerbitkan atau menunjang penerbitan bibliografi khusus.11
3. Koleksi Perpustakaan Nasional
Terdapat berbagai jenis bahan pustaka yang merupakan hasil karya
pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai jenis media, baik
tercetak maupun noncetak. Library materials biasa dikenal dengan istilah
bahan pustaka. Sedangkan kumpulan bahan pustaka yang terdapat di
perpustakaan disebut dengan istilah koleksi perpustakaan. Semua istilah
tersebut pada intinya ditujukan untuk sebuah karya hasil pemikiran
10
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),
hal. 45–46. 11
Sulistyo-Basuki, “Sejarah Perpustakaan Nasional RI : Sebuah Kajian.”
16
manusia yang dituangkan dalam berbagai bentuk media.12
Berikut ini
adalah jenis-jenis bahan pustaka dalam berbagai bentuk media
a. Karya cetak
Karya cetak adalah karya hasil pemikiran manusia yang
dituangkan dalam bentuk cetak, seperti:
1) Buku
Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah
bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh tidak
berseri. Berdasarkan standar dari UNESCO, tebal buku paling
sedikit 48 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Di
antaranya buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Setiap buku
biasanya dilengkapi dengan nomor standar yang unik dan bersifat
internasional, yaitu ISBN (Internasional Standard Book Number).
2) Terbitan Berseri
Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan
untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit
tertentu dan yang termasuk jenis adalah harian (surat kabar),
majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), bulletin, jurnal, warta/
newsletter, laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu,
seperti laporan tahunan, triwulan. Setiap terbitan berseri biasanya
dilengkapi dengan nomor standar yang bersifat internasional, yaitu
ISSN (International Standart Serial Number).
12
Yuyu yulia, Pengelolaan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka, 2009, hal. 23
17
b. Karya Noncetak
Karya noncetak meliputi bahan pustaka, dimana informasi yang
disampaikannya bisa dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga
kombinasi dua atau tiga bentuk di atas. Jenis bahan pustaka ini adalah:
1) Rekaman suara
Yang termasuk ke dalam rekaman suara adalah piringan hitam,
pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat dari segi isi, diantaranya
adalah rekaman musik, sandiwara, pembacaan puisi, wawancara,
seminar, ceramah, pelajaran bahasa, dan sebagainya.
2) Film (gambar hidup) dan rekaman video
a) Film
Film adalah gambar hidup yang merupakan
perkembangan dari gambar biasa. Film tersebut diproyeksikan
secara mekanis melalui lensa proyektor, dan pada layar terlihat
gambar yang hidup.
b) Rekaman video
Rekaman video adalah istilah yang mencakup semua
bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan dan
cakram (disk). Alat bantu untuk melihatnya adalah VCR (Video
Cassette Recorder), televisi dan sekarang bisa dilihat melalui
monitor komputer.
18
3) Bahan grafika
Yang termasuk jenis bahan pustaka ini adalah bahan
pustaka yang harus diproyeksikan, diantaranya adalah:
a) Filmstrip
Yaitu film yang memuat gambar dalam urutan tertentu
yang diproyeksikan satu persatu.
b) Slide
Yaitu gambar dalam suatu media film atau bahan
transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor
slide.
c) Transparansi
Yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar
dan dirancang untuk digunakan dengan overhead projector
atau kotak sinar.
4) Bahan kartografi
Bahan kartografi ini adalah semua karya yang merupakan
representasi grafika dari bumi, bagia bumi, matahari, bulan,
planet-planet, dan badan- badan ruang angkasa lainnya. Bahan
pustaka ini dapat berbentuk peta dua dimensi atau tiga dimensi,
peta ruang angkasa, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya.
5) Bentuk mikro
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film
19
dan tidak dapat di baca tanpa menggunakan alat bantu yaitu
microreader. Contoh bentuk mikro adalah berikut ini:
a) Microfilm, yaitu bentuk gulungan film yang berukuran 16
mm dan 35 mm.
b) Mikrofis, yaitu bentuk lembaran sebesar kartu pos,
berukuran 4x6 inci atau 3x5 inci. Sumber informasi ini
dikenal dengan istilah eye-readable material.
c) Aperture card, adalah satu lembar microfilm ukuran 35 mm
yang ditempelkan pada lembaran kartu.
d) Microfilm cartridge, bentuknya sama dengan microfilm
ukuran 16 mm, namun selain ditempatkan pada satu
kemasan film juga diberikan suatu tanda agar pada waktu
membacanya dapat dilakukan secara otomatis.
e) Microfilm jackets, dalah bentuk microfilm yang
dimasukkan ke dalam kantong plastic transparan yang
mempunyai jalur-jalur dan berisi 12 atau 14 lembar.
6) Sumber daya elektronik
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi maka
informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita
magnetic dan cakram atau disk dan juga buku atau jurnal dalam
bentuk elektronik yang sekarang dikenal dengan istilah electronic
collection (e-collection), yang terdiri dari buku dan jurnal
elektronik. Contoh sumber daya elektronik adalah CD-ROM
20
(Compact Disc Read Only Memory), disket, bahan pustaka yang
dilayangkan secara online, seperti jurnal online. Untuk
membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer.13
B. Buku Langka
1. Definisi Buku Langka
Menurut ALA Glossary of Library term :
Rarebook is a book old, scarce, or difficult to find that it seldom
appearre in the book markets. Among rare books may be
included: incunabula, sixteenth and seventeenth century
editions, specially illustrated editions book in fine bindings,
unique copies, book of interst for their associaons.14
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa buku langka
merupakan buku yang sudah tua, langka atau sulit ditemukan dan jarang
beredar di pasaran. Buku langka tersebut dapat berupa: buku edisi abad 16
dan 17, buku illustrasi khusus, dan buku yang menarik kelompok tertentu.
Menurut Encyclopedie of Library and Information, buku langka
merupakan sebuah koleksi khusus yang tidak hanya berarti langka. Namun
karena buku langka tersebut memiliki atribut khusus, dapat berdiri sendiri
atau saling berhubungan dengan lainnya. Jumlahnya yang terbatas dan
tingginya permintaan dapat juga membuat buku itu disebut langka. Selain
itu, karya yang ditulis kontroversial bisa juga dikatagorikan buku langka.
Misalnya seperti buku yang banyak mengalami penyensoran dan dicetak
dalam jumlah yang terbatas. Hal tersebut juga bisa menjadi penyebab
13
Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. 14
ALA Glosary Of Library Term: With Selection Of Term In Related Fields (Chicago Illionis,
1943).
21
faktor yang mempengaruhi kelangkaan sebuah buku.15
Sementara itu,
menurut Monumen Ordonasi STLB 238 tahun 1931 dan Undang-Undang
Cagar Budaya Nomor 5 tahun 1992, buku langka merupakan tulisan atau
karangan yang usianya sudah 50 tahun atau lebih.16
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa buku
langka merupakan buku yang masih mengandung informasi penting
namun usianya sudah tua, sudah tidak diterbitkan bahkan diedarkan lagi di
pasaran sehingga sulit untuk di dapatkan.
2. Jenis - Jenis Buku Langka
Buku langka juga mempunyai berbagai macam jenis, diantaranya
sebagai berikut:
a. Kumpulan koleksi buku dari berbagai disiplin ilmu yang rata-rata
terbitan mulai dari abad ke 16
b. Koleksi Ster atau Bintang (*); yang mempunyai keunikan
tersendiri karena ukurannya sangat besar jika dibandingkan dengan
ukuran koleksi monograf pada umumnya.
c. Koleksi Varia, merupakan koleksi yang tidak bisa dikategorikan
sebagai koleksi monograf. Karena bentuknya sangat beragam
seperti, surat beriluminasi beraksara Arab Melayu, foto kuno,
lukisan cat air, reproduksi lukisan, poster, selembaran, dan peta.
15
Supriyono dan Maryono, “Pengelolaan Koleksi Langka Dan Pendayagunaan Naskah Kuno,”
diakses pada 5 Agustus 2018, http://masyono.staff.ugm.ac.id/files/2017/10/Pengelolaan-
koleksi-langka-dan-naskah-kuno.pdf. 16
Nurita, Seminar Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan Khususnya Buku Langka.
22
Koleksi varia ini mengandung sumber informasi mengenai Bangsa
Indonesia pada kurun waktu 1600 – 1950.
d. Koleksi deposit sebelum UU No. 4 tahun 1990
e. Koleksi bahan pustaka baru terbitan sebelum tahun 1985
f. Koleksi buku terlarang atau (KT); merupakan koleksi yang
berdasarkan TAP MPR No. XXV/MPRS/1966 secara yuridis
formal isinya bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.
Adapun koleksi buku yang didalamnya mengandung ajaran
marxisme, leninisme dan komunisme dapat juga dikatakan koleksi
terlarang.17
C. Faktor-Faktor Kerusakan Pada Bahan Pustaka
Faktor penyebab kerusakan merupakan hal yang paling penting untuk
diketahui sebelum pihak perpustakaan memutuskan untuk melakukan
pelestarian. Selain itu dengan mengetahui faktor atau penyebab kerusakan bisa
mempermudah pihak perpustakaan dalam menganalisis kebutuhan pelestarian
koleksi bahan pustaka dan merencanakan penanganan selanjutnya.18
Penyebab kerusakan terhadap buku langka secara garis besar dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Faktor Internal
Faktor Internal merupakan kerusakan koleksi yang berasal dari
dalam, atau bisa dikatakan kerusakan yang terjadi karena disebabkan oleh
faktor buku itu sendiri. Yang biasanya meliputi kualitas kertas, asam yang
17
Nurita. 18
Fatmawati, “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Koleksi Perpustakaan.”, h.115.
23
berasal dari sampul buku, lem / perekat, serta tinta. Faktor internal yang
sering muncul dari kertas biasanya masih dalam kategori faktor kimia.
Seperti terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolis pada buku, dapat
menyebabkan susunan kertas yang terdiri dari senyawa kimia mudah
terurai. Oksidasi yang terjadi pada kertas disebabkan oleh adanya oksigen
yang menyebabkan jumlah karbonal dan karbonsil bertambah serta
memudarnya warna kertas. Sementara hidrolis merupakan reaksi kimia
yang terjadi karena adanya air, reaksi ini dapat menyebabkan putusnya
rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat.
Akibatnya kertas pada buku menjadi rapuh.
Kandungan asam pada kertas juga dapet mempercepat kerusakan
pada kertas. Tinta pada kertas merupakan salah satu penyebab asam pada
kertas. Tinta berasal dari campuran asam tanat dan garam besi ditambah
asam sulfat yang membuat tiap tetesan tinta bisa melekat dengan baik
dikertas.19
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan kerusakan koleksi yang berasal dari
luar buku tersebut. Faktor eksternal ini sendiri meliputi, lingkungan, biota
dan bencana alam.
a. Lingkungan
Tiap koleksi mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap
pengaruh lingkungan. Kerusakan koleksi yang disebabkan oleh faktor
19
Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, 2nd ed. (Jakarta: Universitas Terbuka,
1999) h.46.
24
lingkungan biasanya berhubungan dengan faktor fisika, seperti:
paparan cahaya (sinar matahari, lampu), temperatur suhu, kelembaban
udara, dan debu.
Paparan cahaya matahari yang masuk ke ruangan bisa menjadi
penyebab kerusakan koleksi karena cahaya sangat tergantung dari
panjang gelombang dan waktu pencahayaan. Jadi, semakin kecil
panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan maka dapat
menyebabkan koleksi cepat rusak.20
Tidak hanya cahaya matahari,
cahaya lampu pada ruangan juga sangat berpengaruh. Koleksi yang
langsung terkena paparan cahaya biasanya akan cepat rusak dan
ditandai dengan memudarnya tulisan, sampul buku, menguningnya
kertas serta tiap lembaran menjadi rapuh.
Pencemaran udara pada ruang koleksi seperti debu, asap dan
kotoran yang menempel juga bisa menjadi penyebab kerusakan pada
koleksi. Debu dapat masuk ke dalam ruang perpustakaan dengan
mudah dan lewat mana saja. Selain itu, debu juga sangat amat mudah
menempel pada koleksi. Apabila debu menempel pada kertas, maka
akan meninggikan tingkat keasaman pada kertas yang menyebabkan
kertas pada buku rapuh. Debu pada ruang koleksi yang lembab jika
menempel pada koleksi dapat menyebabkan noda permanen.21
Selain dari paparan cahaya dan debu, suhu ruangan serta
kelembabab udara juga sangat berpengaruh. Seperti yang kita ketahui,
20
Ana Soraya dan Lucya Damayanti, Pelestarian Bahan Pustaka: Bahan Ajar Diklat Calon
Pustakawan Tingkat Ahli (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015). 21
Fatmawati, “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Koleksi Perpustakaan.”, h.116.
25
temperatur berbanding terbalik dengan kelembaban udara. Artinya
semakin tinggi temperatur, maka kelembaban udara semakin rendah.
Begitu sebaliknya, semakin rendah temperatur justru kelembaban
udara semakin tinggi. Tinggi rendahnya temperatur dan kelembaban
sangat mempengaruhi kondisi koleksi.
Kelembaban relatif di bawah 30% diperkirakan akan berbahaya
karena bisa mengeringkan kertas pada koleksi yang akibatnya kertas
menjadi rapuh, sedangkan jika kelembaban relatif di atas 75 % juga
tidak baik karena akan mempermudah pertumbuhan jamur. Idealnya,
kondisi suhu dan temperatur di ruang koleksi perpustakaan adalah
sekitar 20 – 24 Derajat Celcius dan kelembaban udara sebaiknya
berada pada rentang sekitar 45 - 60 % RH.22
b. Biota
Faktor biota merupakan sumber pembuat kerusakan paling
banyak pada koleksi bahan pustaka. Munculnya kerusakan melalui
faktor biota ini bisa disebabkan oleh kecerobohan pengguna
perpustakaan dan bisa juga karena kondisi ruangan perpustakaan yang
lembab. Yang termasuk ke dalam faktor biota antara lain, serangga
(kecoa, rayap, silver fish, bookworm, dan kutu buku), jamur, dan
binatang pengerat (tikus).23
Serangga sangat berbahaya bagi bahan pustaka. Kecoa
merupakan serangga yang sering di jumpai di luar bahkan di dalam
22
Fatmawati, h. 116. 23
Ross Harvey, Preservation in Libraries: Priciples, Strategies and Practices for Librarians
(London: Bowker Saur, 1993).
26
perpustakaan. Buku termasuk kedalam makanan kegemaran kecoa.
Bagian yang biasanya dimakan adalah bagian perekat sampul buku dan
kain pada punggung buku. Kotoran kecoa yang berupa cairan selain
bisa meninggalkan noda yang sulit dihilangkan, juga dapat merusak
bahan pustaka.24
Rayap, silverfish, dan kutu buku merupakan penyebab
kerusakan yang sering terjadi pada koleksi bahan pustaka karena
makanan yang mereka senangi adalah perekat punggung buku, serta
mengikis permukaan kertas sehingga huruf menjadi hilang bahkan
menyebabkan kertas berlubang.25
Biasanya kerusakan yang telah
ditimbulkan tidak dapat diperbaiki lagi seperti semula karena ada
beberapa bagian yang hilang atau berlubang.
Binatang pengerat seperti tikus juga menjadi ancaman yang
cukup besar bagi bahan pustaka, Kertas dan buku sering dijadikan
sarang oleh tikus. Tidak hanya dijadikan sarang, tikus juga sering
memakan koleksi bahan pustaka dan meninggalkan kotoran berupa
noda yang sulit dihilangkan.26
Kondisi koleksi bahan pustaka yang berdebu, kotor dan lembab
dapat menjadi penyebab jamur tumbuh. Jamur berkembang biak
dengan sepora, biasanya sepora inidapat menyebar di udara dan bila
menemukan tempat yang lembab, sepora tersebut akan berkembang
biak. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti
24
Muhammad Razak, Retno Anggraini, dan Supriyanto, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta:
Pusat Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992). 25
Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 37-38. 26
Martoatmodjo, h. 37.
27
asam oksalat, asam formiat dan asam sitrat yang dapat menyebabkan
kertas sobek apabila dibuka. Bagian pada buku yang diserang jamur
biasanya bagian pinggir buku dan bagian punggung buku.27
3. Faktor Manusia
Selain dari faktor internal dan eksternal, kerusakan koleksi bahan
pustaka juga bisa disebabkan oleh manusia. Kerusakan tersebut bisa dari
pemustaka ataupun dari pustakawan. Seperti misalnya, pemustaka secara
tidak sadar terkadang melipat bagian buku tanda batas baca kebelakang
yang dapat membuat perekat buku dapat terlepas dan membuat lembaran-
lembaran buku lepas dari jilidannya. Pustakawan juga bisa tanpa sengaja
merusak koleksi bahan pustaka, seperti misalnya penempatan buku yang
terlalu padat di dalam rak dapat menyebabkan punggung buku mudah
rusak.28
D. Konservasi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI
1. Definisi Konservasi
Menurut Harrod dalam The Librarians Glossary: Of Term Used In
Librarianship, Documentation, And The Book Crafts (4th Ed )
Conservation (Archives) the use of chemical and physical procedures in
treatment or storage to ensure the preservation of a document.29
27
Eko Handoyo, "Pelestarian Bahan Pustaka: Seminar Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah Pola 300 Jam, 10 November - 21 Desember 2012" diakses pada 8 Agustus 2018,
http://www.academia.edu/5319918/PELESTARIAN_BAHAN_PUSTAKA, h. 5. 28
Harvey, Preservation in Libraries: Priciples, Strategies and Practices for Librarian, h. 45. 29
Harrod L. M., The Librarians Glossary: Of Term Used In Librarianship, Documentation,
And The Book Crafts 4th Ed (London: Great Britain, 1977), h. 57.
28
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konservasi
merupakan kegiatan yang melibatkan penggunaan bahan kimia dan fisika
sesuai prosedur dalam melakukan perawatan maupun penyimpanan untuk
menjamin pemeliharaan suatu dokumen atau bahan pustaka.
Konservasi merupakan bagian dari program kegiatan preservasi
yang salah satu tujuannya adalah memperlambat laju kerusakan bahan
pustaka.30
Selain itu, konservasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan dan
kebijakan yang mencakup dan melindungi bahan pustaka dari kerusakan.
Kegiatan konservasi biasanya mencakup metode dan teknik yang
dikerjakan oleh tenaga ahli bidang konservasi atau yang biasa disebut
konservator yang tujuannya untuk menjaga keawetan bahan pustaka.31
Sementara itu, menurut Primadesi dalam Bahar dan Mathar konservasi
merupakan seni menjaga sesuatu agar tidak hilang, terbuang dan rusak.
Atau dengan kata lain menjaga bahan pustaka dari segala hal yang dapat
membuatnya rusak atau terbuang.32
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
konservasi merupakan salah satu tahapan dalam upaya melestarikan bahan
pustaka yang tujuannya adalah untuk memperpanjang usia pakai bahan
pustaka.
30
Indah Purwani, “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan,” Visi
Pustaka 15, No. 1 (April 2013). 31
Lasa HS, Preservasi Dan Konservasi (Yogyakarta: Gama Media, 2009), h. 180. 32
Hijarana Bahar and Taufik Mathar, “Upaya Pelestarian Naskah Kuno Di Badan
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan,” Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Informasi, Dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah 3 No. 1 (2015), diakses pada 22 Agustus
2018, http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/590.
29
2. Jenis-Jenis Konservasi
Kegiatan konservasi dapat dibagi menjadi dua yaitu, konservasi
preventif dan konservasi kuratif
a. Konservasi Preventif
Menurut kamus bahasa Inggris Indonesia, konservasi atau
(conservation) mempunyai arti pengawetan, perlindungan, kekekalan.
Sementara preventif (preventive) mempunyai arti pencegahan.33
Yang
bila dikaitkan dengan perpustakaan bisa berarti tindakan pencegahan
dalam melindungi dan mengawetkan bahan pustaka.
Menurut Ellis dalam Yayan Daryana konservasi preventif
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah, menghambat,
atau menghindari kerusakan yang disebabkan oleh faktor penyebab
kerusakan.34
Sedangkan menurut Ana Soraya dalam Mardiah
konservasi preventif merupakan tindakan yang bertujuan untuk
mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh lingkungan,
biota, bencana, dan manusia.35
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
konservasi preventif merupakan kegiatan pemeliharaan terhadap bahan
pustaka pada saat ada di ruang koleksi atau saat ada ditangan
pemustaka.
33
Echos, Jhon M, dan Hassan Sadely, “Kamus Inggris Indonesia” (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), h. 140 dan 446. 34
Daryana Yayan, Pemeliharaan Dan Pengamanan Arsip (Jakarta: Universitas Terbuka,
2013), h. 5. 35
Mardiah, “Konservasi Preventif Terhadap Koleksi Di Perpustakaan Politeknik Kelautan Dan
Perikanan Sidoarjo,” Jurnal Pari 3, No. 1 (July 2017), diakses pada 20 Agustus 2018,
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id.index.php/JP/article/download/6788/pdf.
30
b. Konservasi Kuratif
Kegiatan konservasi kuratif merupakan tindakan
mengembalikan struktur fisik dan fungsi dari bahan pustaka dengan
cara memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bahan pustaka tersebut.
Beberapa kalangan menyebutkan bahwa konservasi kuratif sama
dengan restorasi karena pengertiannya yang sekilas hamper sama.36
Sementara Indah mengungkapkan bahwa konservasi kuratif merupakan
kegiatan yang meliputi tindakan berbagai penanganan dan treatment
dengan metode dan teknik penanganan yang sudah ditentukan sesuai
dengan tingkat kerusakannya.37
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
konservasi kuratif merupakan tindakan memperbaiki bahan pustaka
yang mengalami kerusakan. Konservasi kuratif ini dilakukan dengan
berbagai metode yang sesuai dengan tingkat kerusakannya.
3. Skala Prioritas Konservasi Bahan Pustaka
Kondisi kerusakan yang tinggi dapat menyebabkan anggaran yang
tersedia selalu tidak mencukupi, sehingga mengukur skala prioritas dalam
melakukan konservasi sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan anggaran,
peralatan dan SDM yang ada. Sebelum melakukan kegiatan konservasi,
pustakawan hendaknya menentukan skala prioritas dengan konservator.
Faktor yang perlu di pertimbangkan adalah nilai yang terkandung dalam
36
Wirayati, Ayu, and Riyadi, Pedoman Teknis: Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi
Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas), h. 6. 37
Purwani, “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan, h. 63.”
31
bahan pustaka tersebut seperti, nilai ekonomis, nilai sejarah, nilai estetika,
nilai dokumenter dan nilai guna.38
Adapun pertimbangan skala prioritas untuk penilaian koleksi
naskah kuno dan koleksi buku langka sebagai berikut:
a. Unik, merupakan koleksi naskah kuno atau koleksi buku langka yang
memiliki ciri khas tertentu dibandingkan dengan naskah yang lain.
b. Hampir punah, merupakan koleksi naskah atau koleksi buku langka
yang sulit ditemukan karena dalam jangka waktu sudah terlalu lama
tidak dibuat lagi.
c. Langka, merupakan koleksi langka atau koleksi naskah kuno yang
sulit ditemukan karena tidak dibuat lagi atau karena jumlah hasil
pembuatnya hanya sedikit.
d. Masterpiece, merupakan koleksi naskah kuno atau koleksi buku
langka yang terbaik atau paling tidak masih utuh.39
4. Konservasi Kuratif di Perpustakaan Nasional RI
Sebagai perpustakaan yang memiliki beragam jenis koleksi bahan
pustaka, Perpustakaan Naional RI juga melakukan kegiatan konservasi,
khususnya konservasi kuratif guna menyelamatkan kondisi fisik bahan
pustaka dan sebagai upaya memelihara bahan pustaka.
Berikut adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan perpustakaan
Nasional RI dalam melakukan konservasi kuratif:
38
Wirayati, Ayu, and Riyadi, Pedoman Teknis: Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi
Kuratif Bahan Perpustakaan Media Kertas), h. 8. 39
“Pengelolaan Koleksi Langka Dan Pendayagunaan Naskah Kuno”, hal. 6,
32
a. Identifikasi
Karena konservasi kuratif merupakan kegiatan yang perlu di
topang dengan studi berkepanjangan dan keahlian khusus, maka dalam
pekerjaan konservasi kuratif baiknya dilakukan diagnosis awal seperti:
1) Melakukan Analisis
Analisis dilakukan agar terhindar dari kesalahan yang
dapat merubah bentuk asli dari dokumen aslinya. Adapun analisis
yang harus dilakukan sebelum melakukan konservasi kuratif
adalah sebagai berikut:
a) Analisis Struktur
Analisis struktur merupakan pengujian terhadap
sebagian kecil bahan pustaka yang di uji dengan beberapa
bahan kimia. Analisis struktur bisa dilakukan dengan cara
destruktif atau mengambil sebagian kecil bahan pustaka untuk
dianalisis kandungan unsure yang membentuk kertas tersebut.
Dan bisa dilakukan dengan cara non destruktif atau
menganalisis bahan pustaka dengan instrumentasi. Dengan
dilakukannya analisis struktur maka akan diketahui kandungan
dan struktur penyusun kertas.
b) Analisis Fisik
Analisis fisik meliputi pengujian kelunturan tinta, arah
serat, ketebalan bahan yang dipakai untuk konservasi, serta
menguji berat bahan.
33
c) Analisis Kimia
Analisis kimia meliputi uji keasaman (pH) untuk
mengetahui tingkat keasaman sebuah kertas pada bahan
pustaka. Seperti yang telah diketahui, pH mempunyai nilai
antara 0 – 14. Apabila kertas mempunyai pH <7 berarti kertas
tersebut bersifat asam, sementara kertas yang mempunyai pH
>7 berarti bersifat basa, dan kertas yang mempunyai pH = 7
berarti netral.
pH yang rendah biasanya akan mengakibatkan warna
kertas yang putih menjadi coklat. Keasaman juga bisa
merapuhkan serat sellulosa sehingga kertas menjadi rapuh dan
cepat sobek. Keasaman pada kertas dapat diukur dengan
menggunakan kertas lakmus, pulpen pH, dan indikator
universal atau pH strip dan pH meter.
Selain uji keasaman, analisis kimia juga meliputi uji
tinta untuk melihat apakah kertas bahan pustaka tersebut
pelarutnya pelarut organic atau pelarutnya adalah air. Apabila
setelah diuji pelarutnya adalah air maka treatment yang
digunakan sebaiknya dijauhkan dari unsur air. Sedangkan jika
pelarutnya pelarut organic, maka pada proses pengerjaan
konservasinya bisa menggunakan air.
34
Pengujian kelunturan pada tinta juga dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat korosifitas dari unsur tinta yang
merusak kertas
2) Pendokumentasian
a) Pembuatan Data Bibliografis
Kegiatan pendokumentasian dalam konservasi kuratif
meliputi pembuatan data bibliografis seperti mencatat nama
pengarang yang di kutip secara lengkap, judul buku dan judul
tambahannya serta data publikasi seperti penerbit, tempat
terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid buku dan
jumlah halaman buku.
b) Pencatatan Kondisi Fisik
Setelah membuat data bibliografis maka dilakukanlah
pencatatan kondisi fisik yaitu membuat data tertulis tentang
kondisi fisik bahan pustaka tersebut seperti: nama dan jenis
bahan pustaka, tanggal penerimaan, kondisi fisik bahan
pustaka, bagian yang hilang, kerusakan yang terjadi.
c) Pembuatan Foto
Selain itu, sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
konservasi kuratif pada bahan pustaka adabaiknya dilakukan
pembuatan foto terlebih dahulu yang tujuannya untuk menjadi
bukti dengan gambaran yang lebih detail terhadap kondisi
kerusakan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata untuk
35
melengkapi data yang tercantum serta untuk
menginformasikan proses kerja dari cara kerja, waktu dan
hasil.
d) Membuat Entry Data pada Pangkalan Data
Terakhir, membuat entry pada pangkalan data yang
dspst mempermudah dalam penelusuran atau temu balik
informasi mengenai data-data bahan pustaka tersebut serta
untuk memantau sirkulasi bahan dan kinerja konservator.
Entry pada pangkalan data ini berisikan data-data hasil survey
kondisi bahan pustaka yang di konservasi, kejadian selama
proses, waktu pelaksanaan dan konservator yang mengerjakan.
3) Pembersihan
Pembersihan atau cleaning merupakan upaya
menghilangkan kotoran yang menempel pada kertas bahan pustaka.
Pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Pembersihan Secara Mekanik
Pembersihan terhadap bahan pustaka secara mekanik
bisa menggunakan vacuum cleaner karna alat ini bisa
menyedot dan mengumpulkan debu yang menempel pada
bahan pustaka. Selain itu, bisa juga menggunakan kuas untuk
menghilangkan debu yang tidak tersedot oleh vacuum cleaner.
Sementara untuk menghilangkan debu yang menempel kuat
36
pada bahan pustaka karna sudah telalu lama dibiarkan bisa
menggunakan karet penghapus.
b) Pembersihan Secara Kimiawi
Noda yang melekat pada permukaan kertas biasanya
sulit dihilangkan dengan alat-alat yang digunakan untuk
menghilangkan debu / kotoran. Biasanya selotip yang
digunakan sebagai perekat pada kertas atau bahan pustaka
meninggalkan noda coklat serta membuat warna kertas
berubah menjadi kuning kecoklatan karena bahan perekat
pada selotip ini bersifat asam. Perekat pada selotip tidak larut
dalam air, oleh sebab itu untuk menghilangkannya harus
menggunakan beberapa pelarut organik seperti trichlorethan,
benzene, dan aseton.
4) Bleaching (Memutihkan Kertas)
Beberapa noda memiliki karakteristik khusus sehingga sulit
untuk dibersihkan secara mekanik maupun kimiawi. Untuk jenis
noda yang membandel tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah dengan proses bleaching atau memutihkan kertas. Pada
proses bleaching akan terjadi proses oksidasi sellolusa yang akan
memecahkan struktur molekul sellolusa sehingga dapat
melemahkan kertas. Untuk itu, bleaching biasanya hanya dilakukan
pada kertas yang benar-benar membutuhkan saja. Jenis bahan
kimia yang digunakan untuk membleaching antara lain: sodium
37
klorida, potassium permanganate, hypocholorit, hydrogen
perioksida, cloramine T dan chloramines B.
5) Deasidifikasi
Deasidifikasi merupakan proses untuk menghilangkan
pengaruh asam pada kertas. Deasidifikasi dilakukan untuk
menetralkan asam dan member bahan penguat untuk melindungi
kertas dari pengaruh asam dari luar bahan pustaka. Deasidifikasi
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu deasidifikasi aquenos atau basah,
deasidifikasi non aquenos atau kering, dan deasidifikasi gas.
6) Mending (Menambal dan Menyambung)
Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang
berlubang sehingga tampak utuh seperti semula, sedangkan
menyambung adalah merekatkan bagian yang robek agar tidak
bertambah lebar. Untuk menambal dan menyambung dapat
menggunakan Japanese tissue paper dengan ketebalan 27 gr atau
hand made paper dengan CMC (carboxyl methyl cellulose) sebagai
perekat.
Menambal dan menyambung dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: menambal secara manual atau menambal tanpa bantuan
peralatan khusus dan leaf casting atau teknik menambal
menggunakan mesin leaf caster.
38
7) Laminasi
Laminasi merupakan teknik memperkuat kertas melalui
pelapisan dua lembar tisu Jepang pada permukaan kertas. Tindakan
perbaikanini dilakukan khusus untuk bahan pustaka yang sudah
rusak parah, rapuh, sobek, dan tua. Bahan yang digunakan untuk
melapisi harus tipis, seratnya kuat dan bersifat reversible.
8) Lining
Lining merupakan teknik memperkuat kertas dengan cara
member lapisan penguat pada bagian belakang kertas. Proses ini
biasanya digunakan untuk koleksi gambar atau peta yang rapuh
atau sobek. Bahan yang digunakan adalah tisu Jepang dengan berat
27 gr dan direkatkan dengan perekat CMC (carboxyl methyl
cellulose).
9) Sizing
Sizing dilakukan untuk mengembalikan kekuatan kertas
yang karena tahap konservasi mengalami pemudaran pada kertas
dan melemahnya kekuatan kertas. Untuk mengembalikan kekuatan
kertas tersebut dan memberikan efek kilau dilakukan dengan
member penguat seperti gelatin atau CMC cair pada permukaan
kertas. Biasanya sizing dilakukan dengan menggunakan sprayer
atau kuas.
39
10) Enkapsulasi
Enkapsulasi dilakukan pada kertas yang berbentuk
lembaran lepas agar terhindar dari kerusakan yang bersifat fisik.
Pada proses enkapsulasi, setiap lembar kertas dilindungi dengan
plastic bebas asam. Proses ini sangat ideal untuk melestarikan
bahan pustaka dalam bentuk lembaran kertas seperti peta, gambar,
surat kabar, atau bahan pustaka yang berbentuk kertas lembaran
lainnya.
40
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan
masalah secara logis, sistematis dan ilmiah.40
Untuk memperoleh data-data
tersebut dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal atau keadaan seperti apa
adanya.41
Pada penelitian ini penulis ingin memperoleh deskripsi
mengenai tingkat kerusakan yang terjadi pada buku langka di
Perpustakaan Nasional RI.
2. Pendekatan Penelitian
Sementara pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah
pendekatan kualitatif. Moleong dalam Herdiansah mengatakan bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian,
seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.42
Sementara
40
Sulistyaningsih, Metodelogi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif, 2nd ed.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). 41
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan Praktis
Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. 42
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h.
9.
41
menurut Setyosari dalam Agustinova menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan metode observasi,
wawancara, analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya untuk
menyajikan respon-respon dan perilaku.43
Dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui keadaan sebenarnya objek yang diteliti. Dalam penelitian ini
prosedur pelaksanaan kegiatan konservasi kuratif terhadap buku langka
merupakan objek yang akan diteliti dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan kajian pustaka.
B. Informan
Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan yang akan diteliti.44
Dalam menentukan informan, penulis
memilih menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling merupakan metode penentuan informan dengan
cara sengaja memilih informan-informan tertentu dengan mengabaikan
informan yang lainnya, karena informan tersebut memiliki cirri khas yang
tidak dapat dimiliki oleh informan yang lainnya.45
Kriteria informan yang akan dijadikan narasumber adalah orang yang
memahami tentang buku langka dan kegiatan konservasi kuratif. Berikut ini
beberapa informan yang akan dijadikan sebagai narasumber oleh penulis:
43
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan Praktik
(Yogyakarta: Calpulis, 2015). 44
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.
60. 45
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan Praktis
Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula, h. 183.
42
Tabel 3.1 : Narasumber
No. Nama Jabatan Keterangan
1. Yeri Nurita, S.S Pustakawan Muda
Perpustakaan
Nasional
Mengetahui informasi
seputar koleksi buku
langka di ruang koleksi
buku langka
Perpustakaan Nasional
RI Medan Merdeka
Barat
2. Ellis Sekar Ayu, S.Pd Pustakawan Ahli
Muda
Mengetahui serta
menangani langsung
kegiatan konservasi
kuratif terhadap buku
langka di Perpustakaan
Nasional RI
3. Cecep Nurjanjanti,
S.Sos
Pustakawan Ahli Mengetahui serta
menangani langsung
kegiatan konservasi
kuratif terhadap buku
langka di Perpustakaan
Nasional RI
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diambil langsung tanpa
perantara dari sumber pelakunya.46
Dalam penelitian ini penulis
46
Prasetya Irawan, h. 87.
43
mendapatkan data melalui observasi langsung ke tempat penelitian dan
wawancara kepada pustakawan perpustakaan Nasional RI yang
berkecimpung dibagian buku langka dan konservasi kuratif.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diambil secara tidak
langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-
dokumen seperti laporan, karya tulis, koran, dan majalah.47
Penulis juga
melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mendapatkan
berbagai literature dan refrensi lain seperti buku, jurnal, serta artikel yang
sesuai dengan pembahasan yang sedang penulis teliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap objek yang
diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melibatkan
indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan pembau
untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.48
Pada
penelitian ini, penulis melakukan pengamatan langsung di lapangan
terhadap objek yang diteliti, yaitu kondisi fisik buku langka yang terdapat
pada ruang koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI Medan
Merdeka Barat.
47
Prasetya Irawan, h. 87. 48
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Calpulis, 2015)
44
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Maksud diadakannya wawancara adalah untuk mengetahui suatu kejadian
atau fakta yang terjadi di lapangan serta untuk memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain (informan).49
Penulis akan melakukan
wawancara dengan pustakawan di ruang koleksi buku langka dan
pustakawan yang menangani kegiatan konservasi kuratif atau biasa disebut
konservator di Perpustakaan Nasional RI Salemba.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai
hal-hal berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
notulen, rapot, agenda, dan sebagainya.50
4. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah pencarian informasi melalui literatur seperti
buku, artikel, majalah, koran, internet, dan lainnya guna membentuk
sebuah landasan. studi pustaka biasanya berkaitan dengan kajian teoritis
dan refrensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti.51
E. Keabsahan Data
Untuk menjamin keakuratan data, maka penulis diharuskan untuk
melakukan pemeriksaan keabsahan data untuk membuktikan temuan hasil di
49
Prasetya Irawan, h.87. 50
Sugiyono, h. 292. 51
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 291.
45
lapangan dengan kenyataan yang diteliti di lapangan. Keabsahan data itu
sendiri dilakukan dengan meneliti kreadibilitasnya. Teknik yang penulis
gunakan dalam memeriksa kredibilitas data pada penelitian ini adalah teknik
triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.52
Kemudian data yang
dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan kepada
penulis terkait keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam proses penarikan
kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
Denzin dalam Moleong memaparkan bahwa terdapat empat macam
triangulasi, yaitu:53
1. Triangulasi Sumber, membandingkan dan mengecek balik suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kuatitatif. Misalnya, membandingkan hasil wawancara
dengan observasi, membandingkan apa yang dikatakan didepan umum
dan apa yang dikatakan secara pribadi, dan membandingkan hasil
wawancara dengan data yang sudah ada.
2. Triangulasi Teori, memanfaatkan lebih dari satu teori untuk kemudian
diadu atau dipadu. Teknik ini juga membandingkan teori yang
ditemukan berdasarkan kajian lapangan dengan teori-teori yang telah
52
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik
(Yogyakarta: Calpulis, 2015) 53
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
46
ditemukan oleh para pakar ilmu sosial sebagaimana yang telah
diuraikan dalam bab landasan teori yang telah ditemukan.
3. Triangulasi Metode, merupakan sebuah usaha untuk mengecek
keabsahan data yang dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari
satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.
4. Triangulasi Peneliti, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
penelitian dalam proses observasi atau wawancara.
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan teknik triangulasi
sumber untuk membuktikan keabsahan data. Keabsahan data dilakukan penulis
dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan data yang sudah ada.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan
data dilakukan. Setelah data-data telah didapatkan melalui berbagai teknik
pengumpulan data, selanjutnya data-data tersebut harus diintepretasikan atau
dianalisis. Data tersebut dapat dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu:54
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara dan
kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan dan memfokuskan
pada hal penting. Dengan demikian data yang didapat bisa memberikan
gambaran yang jelas.
54
Sugiyono, h. 92.
47
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, penulis melakukan penyajian dalam bentuk
teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Selanjutnya, penulis membuat kesimpulan dari data-data yang
sudah terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif. Kesimpulan
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat-alat perlengkapan yang digunakan
saat melakukan penelitian. Alat-alat tersebut berguna untuk membantu
mengumpulkan informasi, seperti perekam suara pada handphone, pulpen,
kertas, kamera, dan daftar pertanyaan.
H. Tempat Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional RI jalan
Salemba Raya No. 28A dan jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta.
Perpustakaan Nasional RI penulis pilih sebagai tempat penelitian
dikarenakan terdapat banyak koleksi buku langka yang merupakan warisan dari
Koninklijk Bataviaasch van Kunsten en Wetenschappen (KBGWK) dan
Museum Nasional RI yang tentunya kondisi fisiknya sangat bervariasi.
48
I. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan selama 7 Bulan dari Mei sampai Desember 2018:
Tabel 3.2 : Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan ke-
5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyerahan Proposal Skripsi dan
Dosen Pembimbing
2. Pelaksanaan Bimbingan Skripsi
3. Pengumpulan Literatur Mengenai
Skripsi
4. Observasi dan Penelitian
5. Pengolahan Data dan Analisis
Data
6. Penyerahan Laporan Skripsi
7. Sidang Skripsi
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam
penelitian yang telah ditemukan oleh penulis melalui observasi dan wawancara
dengan informan. Bab ini juga akan menjabarkan tentang gambaran umum
objek penelitian, visi dan misi, struktur organisasi, dll.
A. Gambaran Umum Perpustakaan Nasional RI
1. Sejarah Singkat Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional baru didirikan pada tanggal 17 Mei 1980,
melalui Keputusan Menteri P dan K No. 0164/1980, dengan status sebagai
salah satu UPT dari Ditjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Pendirian Perpustakaan Nasional merupakan gabungan dari
empat perpustakaan yang telah ada sebelumnya, yaitu Perpustakaan
Museum Nasional (semula Bataviaasch Genosstschap van Kunsten
Wetenschapen) pada tanggal 24 April 1778, Perpustakaan Sejarah Politik
dan Sosial, (semula perpustakaan Situsa), Kantor Bibliografi Nasional, dan
Perpustakaan Wilayah (Negara) Jakarta.
Pada tahun 1989, status Perpustakaan Nasional berubah menjadi
Lembaga Pemerintah non-Departemen (LPND), melalui Keputusan
Presiden RI No. 11 Tahun 1989. Dengan Keputusan Presiden ini,
Perpustakaan Nasional menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
50
Perpustakaan Nasional ini dipimpin oleh seorang kepala dan
bertugas melaksanakan pengumpulan, penyimpanan dan pendayagunaan
bahan perpustakaan tertulis, tercetak dan terekam selengkapnya baik yang
terbit di Indonesia dan terbitan luar negeri sesuai kebutuhan pembangunan
nasional.
Sebutan Perpustakaan Nasional RI baru ada pada 29 Desember
1997 dengan keluarnya Keputusan Presiden No. 50 tahun 1997 tentang
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (selanjutnya disingkat PNRI).
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut maka terjadi perubahan nama
dari Perpustakaan Nasional menjadi Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Dalam Keputusan Presiden tersebut dinyatakan bahwa
Perpustakaan Nasional RI merupakan lembaga Negara non-departemen
sebagai kelanjutan dari Perpustakaan Nasional yang dibentuk pada tahun
1989 berdasarkan Keputusan Presiden No.11 tahun 1989.55
2. Lokasi Perpustakaan Nasional RI
Perpustakaan Nasional RI memiliki dua gedung yang lokasinya
berbeda. Gedung pertama terletak di Jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta
Pusat. Dahulu gedung ini merupakan pusat Perpustakaan Nasional namun
pusat perpustakaan sudah pindah ke Jalan Medan Merdeka Selatan. Kini,
gedung ini digunakan sebagai tempat Sekertariat Utama dan Deputi
Bidang Pengembangan Bahan Pustaka. Walaupun semua bahan pustaka
telah dipindahkan ke Perpustakaan Nasional Jalan Medan Merdeka, namun
55
Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Jakarta: Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, 2016), hal. 40.
51
semua kegiatan pelestarian, perawatan dan perbaikan bahan pustaka masih
dilakukan di gedung ini.
Sementara gedung kedua yaitu gedung yang memiliki 24 lantai
serta disebut-sebut juga sebagai Perpustakaan Nasional tertinggi di Asia
Tenggara ini terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan No. 12 Jakarta
Pusat. Gedung ini dijadikan tempat penyimpanan bahan pustaka serta
kegiatan pinjam meminjam.
3. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI
Visi:
Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan
Memberdayakan Perpustakaan.
Misi:
1. Mewujudkan koleksi nasional yang lengkap dan mutakhir
2. Mengembangkan diversifikasi layanan perpustakaan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK)
3. Mengembangkan perpustakaan yang menjangkau masyarakat luas
4. Mewujudkan tenaga perpustakaan yang kompeten dan professional
5. Menggalakkan sosialisasi/promosi/pemasyarakatan gemar membaca
6. Mengembangkan infrastruktur Perpustakaan Nasional yang modern.56
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang kedudukan,
tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga
56
“Visi Dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,” diakses pada November 15,
2018, http://perpusnas.go.id/visi_misi.php?lang=id.
52
Non Departemen, dan SK Kepala Perpusnas No.3 Tahun 2001 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja PNRI yang berlaku mulai 01 Januari 2001
terdapat dalam lampiran.
5. Sejarah Singkat Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional
RI
Koleksi buku langka Perpustakaan Nasional RI merupakan warisan
dari Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
(KBGKW) yang berdiri pada tanggal 24 April 1778. Koninklijk
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBGKW)
merupakan komunitas seni dan ilmu pengetahuan Kerajaan Batavia yang
tertarik pada naskah, bahan tertulis, dan terbitan tentang seni budaya serta
ilmu pengetahuan yang berkembang di Hindia Belanda maupun tulisan
tentang wilayah tersebut. Bahan tertulis berupa buku yang
pengumpulannya dimulai sejak tahun 1778 tersebut adalah hasil terbitan
dari penerbit Batavia dan Eropa yang diperoleh melalui pembelian, hadiah
maupun tukar menukar yang kemudian disimpan untuk dilestarikan.
Pada tahun 1913 perpustakaan Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBGKW) ditunjuk
pemerintah Hindia Belanda menjadi perpustakaan deposit, yaitu lembaga
yang bertugas menampung dan mencatat semua bahan cetakan yang
diterbitkan di nusantara. Namun, setelah kemerdekaan Indonesia
pengelolaan koleksi tersebut diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia yang kemudian disimpan di Perpustakaan Museum Nasional.
53
Setelah itu, tahun 1980 pengelolaan koleksi diserahkan kepada
Perpustakaan Nasional RI karena dianggap lebih tepat dalam menangani
koleksi yang berbentuk pustaka atau buku.57
6. Jenis – Jenis Koleksi Buku Langka
Berdasarkan hasil Inventarisasi Kekayaan Milik Negara (IKMN)
tahun 2001 dan pengadaan dari Bidang Akuisisi tahun 2003, koleksi buku
langka yang ada di Perpustakaan Nasional RI berjumlah 87.291 judul,
96.000 eksemplar dengan disiplin ilmu yang beragam. Koleksi buku
langka tersebut sebagian besar ditulis dalam bahasa Belanda (70 %) dan
selebihnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Koleksi
tertua adalah kisah perjalanan para kapten kapal Italia yang melewati
Indonesia, terbitan tahun 1556.
Selain koleksi di atas ada jenis Koleksi Buku Langka yang
penyimpanannya terpisah dari koleksi di atas:
a. Koleksi Ster atau Bintang (*)
Koleksi yang mempunyai keunikan tersendiri karena ukurannya
yang besar jika dibandingkan dengan ukuran koleksi monograf pada
umumnya. Koleksi Ster mempunyai ukuran rata-rata 40,5 X 25,5 cm
dan ukuran yang terbesar adalah 74,5 X 61 cm dengan judul Platen van
Nederlandsch Oost – en West Indie (nomor koleksi 76*B, terbitan
1913). Koleksi Ster (*) berjumlah sekitar 1000 entri berisi antara lain
kisah perjalanan diantaranya ke Indonesia (terbitan mulai abad 17) yang
57
Nurita, Seminar Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan Khususnya Buku Langka, hal. 3.
54
ditulis secara detail meliputi sumber daya alam, keadaan geografis, dan
etnologi. Karya perjalanan diantaranya ditulis oleh Francois Valentijn,
John Nieuhof, Joseph Harris, M.T.H. Perlaer, dan Cornelis de Bruijns.
Koleksi Ster (*) yang tak kalah penting adalah Borobudur, Wayang
Purwa, Krakatau dan beberapa karya sastra dunia.
b. Koleksi Varia
Koleksi Varia adalah koleksi yang tidak bisa dikategorikan
sebagai koleksi monograf karena bentuknya yang beragam seperti surat
beriluminasi beraksara Arab Melayu, foto kuno, lukisan cat air,
reproduksi lukisan, poster, selebaran, dan peta. Koleksi yang berjumlah
2884 entri ini di antaranya mengandung sumber informasi mengenai
Indonesia pada kurun waktu 1600-1950. Koleksi Varia sebagian besar
telah mengalami restorasi, kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI
dan Rijksmuseum Amsterdam (2004-2008). Untuk pertama kalinya
Koleksi Varia dipamerkan di Erasmus Huis pada bulan Oktober 2007.
c. Koleksi Braille
Koleksi khusus untuk penyandang cacat tuna netra ini berjumlah
sekitar 300 entri berisi antara lain buku teks pelajaran, ensiklopedia, dan
kamus.
d. Koleksi Terlarang
Koleksi Terlarang (KT) merupakan koleksi yang berdasarkan
TAP MPR no. XXV/MPRS/1966 secara yuridis formal isinya
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu koleksi
55
yang mengandung ajaran marxisme/leninisme/komunisme yang dapat
merusak kepercayaan terhadap kepemimpinan nasional pada saat itu
yaitu rezim Orde Baru dipisahkan menempati rak tersendiri. Pada
awalnya diperlukan surat izin khusus untuk membaca koleksi ini,
namun saat ini Koleksi Terlarang Perpustakaan Nasional RI dapat
diakses secara bebas dalam arti tidak perlu menggunakan surat izin
khusus untuk membacanya. Nama Koleksi Terlarang tetap melekat
pada koleksi ini karena belum adanya pencabutan TAP MPR tersebut.
e. Koleksi Deposit Sebelum UU no. 4 tahun 1990
Merupakan koleksi deposit terbitan sekitar tahun 1924-1989
berjumlah sekitar 68.000 eksemplar. Menurut sumber lisan ada dua
pendapat yang berbeda mengenai asal muasal koleksi ini. Koleksi ini
dikategorikan menjadi Koleksi Buku Langka karena merupakan
Koleksi eks Museum Nasional. Selain itu ada juga yang berpendapat
bahwa koleksi ini merupakan koleksi yang pada awalnya milik
Kantor/Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan
yaitu salah satu dari empat komponen yang berintegrasi menjadi
Perpustakaan Nasional RI.
f. Koleksi Bahan Pustaka Baru Terbitan Sebelum Tahun 1985
Berdasarkan kebijakan Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum
yang tertuang dalam surat perintah no. 201/2.2/n/IV.2001 tentang
Pemutakhiran dan Pembenahan Koleksi Bahan Pustaka Baru tahun
anggaran 2001, dilaksanakan pemindahan Koleksi Bahan Pustaka
56
Baru terbitan sebelum tahun 1985 (lantai III C) ke tempat
penyimpanan Koleksi Buku Langka. (VI C) sebanyak 14.000
eksemplar dengan nomor klasifikasi DDC 000-499. Untuk selanjutnya
ruang baca dan pelayanan buku-buku tersebut berada di bawah
koordinasi kelompok Layanan Koleksi Buku Langka.58
7. Sistem Penyimpanan Buku Langka
Sistem penyimpanan koleksi buku langka yang digunakan di
Perpustakaan Nasional RI adalah fixed location. Fixed location merupakan
tempat penyimpanan yang disesuaikan dengan tempat penyimpanan asal di
Museum Nasional Indonesia. Fixed location dimulai dari rak nomor 5
angka romawi dan 5 angka biasa. Adapun rak angka 5 romawi ini
menggambarkan koleksi buku langka yang diterbitkan tahun 1950
kebawah, sementara rak 5 angka biasa menggambarkan koleksi buku
langka yang diterbitkan tahun 1950 sampai tahun 1970. Berikut
merupakan tabel sistem penyimpanan yang digunakanoleh Perpustakaan
Nasional RI:59
Tabel 4.1: Sistem Penyimpanan Berdasarkan Fixed Location
No. Nomor Subyek Lokasi/Lantai
Penyimpanan
1. V & 5 Matematika, astronomi, mekanik Lt. 14
2. VI & 6 Ilmu militer Lt. 14
3. IX & 9 Meteorologi Lt. 14
4. XI & 11 Pertanian Lt. 14
5. XII & 12 Arsitektur Lt. 14
58
Yeri Nurita, hal. 5-7. 59
Yeri Nurita, hal. 4.
57
6. XIII & 13 Industri, perdagangan, Teknik Lt. 14
7. XIV & 14 Ilmu Pengetahuan Alam Lt. 14
8. XV & 15 Geologi Lt. 14
9. XVI & 16 Ilmu tumbuh-tumbuhan Lt. 14
10. XVII & 17 Ilmu hewan Lt. 14
11. XIX &19 Antropologi Lt. 14
12. XX & 20 Kedokteran Lt. 14
13. XXI & 21 Etnologi, geografi Lt. 14
14. XXII & 22 Sejarah dan perjalanan Lt. 14
15. XXIII & 23 Biografi Lt. 14
16. XXIV & 24 Arkeologi Lt. 14
17. XXV & 25 Numismatik Lt. 14
18. XXVI & 26 Ilmu sosial dan politik Lt. 14
19. XXVII & 27 Ilmu hukum Lt. 14
20. XXVIII & 28 Filsafat Lt. 14
21. XXIX & 29 Kristiani Lt. 14
22. XXX & 30 Ilmu pendidikan, olah raga, dan
permainan
Lt. 14
23. XXXI & 31 Agama Islam dan agama lainnya
selain Kristen
Lt. 14
24. XXXII & 32 Kesusasteraan Indonesia dan
Melayu
Lt. 14
25. XXXIII & 33 Kesusasteraan Jawa Lt. 14
26. XXXIV & 34 Kesussateraan daerah lainnya Lt. 14
27. XXXV & 35 Kesusasteraan Sanskrit Lt. 14
28. XXXVI & 36 Kesusasteraan Arab Lt. 14
29. XXXVII & 37 Kesussateraan Asia lainnya Lt. 14
30. XXXVIII & 38 Kesusasteraan Cina dan Jepang Lt. 14
31. XXXIX & 39 Kesusasteraan Latin dan Yunani Lt. 14
32. XL & 40 Kesusasteraan Belanda Lt. 14
33. XLI & 41 Kesusasteraan Barat lainnya Lt. 14
34. XLII & 42 Bibliografi dan Ilmu Perpustakaan Lt. 14
58
35. XLIII & 43 Kamus dan ensiklopedia Lt. 14
36. XLIV & 44 Buku tahunan dan almanak Lt. 14
37. XLV & 45 Kesenian Lt. 14
38. XLVI & 46 Linguistik Lt. 14
39. XLVII & 47 Aneka ragam Lt. 14
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil dari penelitian dan juga
pembahasan tentang konservasi kuratif terhadap tingkat kerusakan buku
langka di Perpustakaan Nasional RI yang telah penulis lakukan dengan cara
observasi dan wawancara untuk mengetahui faktor yang paling dominan
mempengaruhi kerusakan buku langka pada ruang koleksi dan kegiatan
konservasi kuratif yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk
menanggulangi kerusakan yang terjadi pada buku langka di ruang koleksi
Perpustakaan Nasional RI serta memaparkan solusi apa saja yang diambil
untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan
konservasi kuratif.
Dalam bab ini penulis juga akan memaparkan hasil wawancara dengan
para narasumber yakni tiga orang pustakawan di Perpustakaan Nasional RI
yang menangani koleksi buku langka dan yang terjun langsung dalam kegiatan
konservasi kuratif pada buku langka yang rusak. Kegiatan observasi dan
wawancara ini dilakukan lebih kurang selama satu bulan, sejak tanggal 1
September 2018 sampai dengan 30 September 2018.
59
1. Faktor dominan yang mempengaruhi kerusakan koleksi buku
langka yang ada di ruang koleksi Perpustakaan Nasional RI
Untuk mengetahui faktor apa saja yang paling dominan dalam
mempengaruhi kerusakan koleksi buku langka, pertama-tama harus
diketahui pula apa saja yang menjadi faktor penyebab kerusakan yang
terjadi di ruang penyimpanan koleksi buku langka tersebut. Seperti yang
telah dijabarkan dalam bab 2, kerusakan pada buku langka bisa disebabkan
oleh faktor internal, faktor eksternal dan faktor manusia. Faktor internal
merupakan kerusakan yang disebabkan oleh faktor buku itu sendiri
sehingga faktor karakteristik koleksi tersebut melekat pada fisik
koleksinya, misalnya: kualitas kertas, asam yang berasal dari karton
(sampul), lem / perekat, serta tinta. Faktor eksternal merupakan faktor
kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan, bencana alam, dan biota dan
yang terakhir faktor kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau
pemustaka dan pustakawan yang berada di ruang koleksi.
Pada ruang koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI faktor
yang sangat mempengaruhi terjadinya kerusakan pada buku langka adalah
faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan ini meliputi pencahayaan
pada ruang koleksi, suhu / temperatur, dan rak penyimpanan yang tidak
ideal.
Seperti yang dipaparkan oleh informan Yeri Nurita seperti berikut
ini:
“Sistem penempatan rak penyimpanannya nih sebenernya di
gedung yang baru nih gak ideal sebenernya..yakan karena gini..
60
waktu disalemba itu semua buku ada di ruang koleksi tidak
bersinggungan dengan ruang baca. tetapi ketika pindah nih kesini
gedung baru ini ternyata gak cukup karena kita hanya dapet 1
lantai disini.waktu disalemba kan kita dapet 2 lantai 3 gudang jadi
di lantai 6 itu 2 gudang, dilantai 5 itu 1 gudang. Jadi akhirnya
buku-buku yang gak cukup ini mulai dari rak 28 itu diluar sampai
rak 45 balik lagi itu kedalem lagi, tapi tidak menempati
rak...lemari-lemari besi karna gak cukup gitu. Jadi sepinter-
pinternya kita aja nih yang nyusun kemaren terus selain rak yang
bikin gak ideal itu juga suhunya. Karna kan buku langka ini harus
mendapatkan suhu tertentu nah kalo udah punya suhu idealnya
sendiri itukan tidak boleh bercampur dengan ruang baca...nanti
pembacanya kedinginan yakan...tapi nanti ditahun ini sihkatanya
akan dibuat partisi,nanti tertutup tetep dengan pintu-pintu kaca
gitu biar nanti suhunya bisa lebih diatur...lebih dingin. Jadi
sekarang penyimpanan buku langka itu ada 2, kalo dulu di
Salemba cuma dirak-rak aja sekarang disini dirak sama di lemari
besi...untuk menyiasati biar cukup gitu”60
Berdasarkan hasil tersebut, tergambar jelas bahwa ruang
penyimpanan koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI masih
sangat jauh dari standar. Hal itu dapat dilihat dari penempatan rak yang
masih bercampur dengan ruang baca sehingga menyebabkan suhu /
temperatur di ruangan penyimpanan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
2. Teknik Pelaksanaan Kegiatan konservasi kuratif yang dilakukan
Perpustakaan Nasional RI
Dari hasil observasi dan wawancara dengan informan Cecep
Nurjanjanti, berikut merupakan teknik pelaksanaan kegiatan konservasi
kuratif yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI:
60
Yeri Nurita, Wawancara Pribadi, September 14, 2018.
61
Gambar 4. 1 Alur Kerja Konservasi Kuratif di Perpustakaan Nasional RI
Penjelasan :
a. Pendokumentasian
Pendokumentasian ini dilakukan sebelum dan sesudah buku
dikonservasi. Gunanya adalah sebagai bukti dokumen dengan gambaran
yang lebih detail terhadap kerusakan yang sulit untuk dijabarkan
dengan kata-kata. Selain itu untuk memberitahu proses kerja secara
efektif dari hasil, waktu dan cara kerja.
62
Gambar 4. 2 Proses Pendokumentasian: Sebelum
b. Survei Kondisi
Sebelum melakukan konservasi pada buku langka, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mensurvei kondisi buku langka
yang akan diperbaiki dengan menggunakan lembar laporan kondisi
koleksi. Dalam laporan kondisi koleksi tersebut berisikan bibliografi
buku yang akan dikonservasi serta gambaran kondisi buku yang
mengalami kerusakan, serta berisikan saran penanganan pada buku
yang telah disurvei kondisinya. Survei kondisi ini bertujuan untuk
mempermudah pustakawan dalam mengerjakan kegiatan konservasi
kuratif karena dalam laporan tersebut sudah terpaparkan langkah-
langkah apa saja yang harus dilakukan untuk perbaikan.
63
Gambar 4. 3 Laporan Kondisi Koleksi
Seperti yang dipaparkan oleh informan Cecep Nurtjantjanti seperti
berikut ini:
“survei kondisinya kita menggunakan laporan kondisi koleksi nih
yang bisa mbak liat nih...ini kita isi judul koleksinya apa, tahun
terbitnya, nomor inventaris biasanya di punggung ya... terus
ukuran biasa panjang kali lebar, topiknya mengenai apa terus
tekniknya kan buku langka tercetak nih berarti tulis tercetak atau
printed, terus sebelah kanan nomor portpel/box ini gausah soalnya
buat koran, terus jumlah halaman asli berapa, jumlah eksemplar,
terus materialnya apanih tulis, terus pencipta ini pengarangnya...
nah tes keasaman ini kita pake pH indikator dengan cara
meneteskan air aquades diujung kertas lalu tempelkan pH
indikator yang bersifat netral. Setelah itu isi juga nih usulan
perbaikan yang udah kita liat dari kerusakan si buku ini apa aja
terus kita ceklisin.”61
61
Cecep Nurtjantjanti, Wawancara Pribadi, September 25, 2018.
64
Gambar 4. 4 pH indikator
Setelah melakukan tes keasaman selanjutnya dilakukan tes tinta
untuk mengetahui jika buku dibleaching tulisannya luntur atau tidak,
namun biasanya kalau jenis koleksi buku langka yang materialnya
tercetak biasanya tidak akan luntur jika dibleaching. Jika sudah, tugas
selanjutnya adalah mendeskripsikan dengan kalimat buku langka yang
telah disurvei kondisinya tadi.
c. Membuat paginasi
Paginasi merupakan pemberian nomor ulang pada halaman buku
langka yang akan dikonservasi. Karena tidak jarang ditemui ada
beberapa halaman pada buku langka yang tidak memiliki nomor
halaman, bahkan ada yang halamannya hilang atau tidak berurutan.
Membuat nomor paginasi ini harus menggunakan pensil lunak (2B)
karna jika terjadi kesalahan masih bisa dihapus.
Setelah dipaginasi, buku langka yang terjilid dapat dibongkar
jilidannya untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.
65
d. Bleaching
Untuk memutihkan kertas pada buku langka yang berwarna
cokelat dilakukanlah kegiatan bleaching atau memutihkan kertas
dengan menggunakan bahan kimia.
Dalam buku panduan konservasi kuratif yang dikeluarkan oleh
Perpustakaan Nasional RI, berikut alat dan bahan yang digunakan
antara lain: sink stainless steel yang ukurannya lebih besar dari kertas
yang akan di bleaching sebanyak 3 buah, larutan Kalium permanganat/
Potasium Permanganat/ PK/ KmnO4 dengan konsentrasi 0,5% - 5%,
larutan asam oksalat/ oxalyc acid / H2C2O4 dengan takaran yang sama
dengan larutan PK yaitu 0,5 % - 5%, sarung tangan karet, strimin atau
kasa nyamuk, air kran, timbangan digital spatula, gelas ukur, dan gelas
piala atau mangkok stainless steel.
Alur kerja:
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melarutkan
Potasium Permanganat sekitar 0,5% - 5% atau 25 gram yang ditakar
Gambar 4. 5 Paginasi
66
dengan menggunakan 1 sendok makan penuh dan dilarutkan
dimangkok yang berisi air panas.
Gambar 4. 6 Larutan Potasium Permangatan
Setelah itu, tuang larutan potasium permanganat tersebut ke dalam sink
stainless steel lalu beri air sekitar ¾ bagian dari sink stainless steel.
Gambar 4. 7 Campuran Larutan Potasium Permanganat dengan air
Lalu siapkan kertas yang akan di bleaching, diletakkan pada strimin
yang ukurasnnya lebih besdar dari kertas. Lapisi bagian atas kertas
67
dokumen dengan strimin, sehingga kertas dokumen berada di dalam
dua lembar strimin.
Setelah itu, siapkan air kran pada stink stenless steel yang
lainnya sekitar 1 cm lalu celupkan kertas ke dalamnya secara hati-hati
dengan cara menekan kertas dari depan ke belakang hingga tenggelam
seluruhnya. Cara tersebut dilakukan agar tidak ada gelembung yang
muncul, biasanya jika dicelupkan langsung atau ditekan langsung ke
bawah akan muncul gelembung air pada kertas yang dapat
menyebabkan kerusakan.
Gambar 4. 8 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Air
Rendam kertas sekitar 5 menit setelah itu angkat dan tiriskan.
Jika air sudah tiris, masukan kertas tersebut ke dalam larutan potasium
permanganat dengan cara ditekan dari depan ke belakang lalu rendam
selama 30 menit.
68
Gambar 4. 9 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Larutan Potasium Permanganat
Setelah direndam selama 30 menit, angkat dan tiriskan kertas lalu
rendam lagi ke dalam sink stainless steel yang berisikan air kran selama
5 menit untuk menghilangkan larutan potasium permanganat.
Sambil menunggu, siapkan larutan Asam Oksalat pada stink
stainless steel yang lain. Caranya dengan memasukan Asam Oksalat
sebanyak 4 sendok makan kedalam stink stainless steel yang sudah
berisi air lalu aduk rata. Angkat dan tiriskan kertas yang telah direndam
didalam air kran tadi dan celupkan kembali ke dalam air larutan asam
oksalat selama 15 menit sambil sesekali di buka lapisan striminnya
untuk melihat hasil perubahan kertas dari yang berwarna coklat menjadi
putih.
69
Gambar 4. 10 Proses Bleaching: Merendam Kertas dengan Asam Oksalat
Proses selanjutnya adalah rinsing, masukan kertas yang sudah
direndam di larutan asam oksalat ke dalam stink stainless steel yang
berisikan kran air yang mengalir airnya. Proses ini berlangsung selama
1 jam untuk membersihkan sisa-sisa larutan kimia yang ada pada kertas.
Gambar 4. 11 Proses Rinsing
70
e. Deasidifikasi
Kertas buku langka yang sudah melalui tahap bleaching
selanjutnya akan di deasidifikasi yang gunanya untuk menetralkan asam
dan memberi bahan penguat untuk melindungi kertas dari pengaruh
asam dari luar.
Dalam buku panduan konservasi kuratif dikeluarkan oleh
Perpustakaan Nasional RI, alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu: sink
stainless steel, strimin, aquades sebanyak 20 Liter, timbangan digital,
spatula, kaca arloji atau cawan petri, gelas ukur, mangkok stainless
steel, drigen ukuran 20 Liter, Magnesium Hidroksi Karbonat, Gas CO2
atau karbon dioksida dan sarung tangan karet.
Alur kerja:
Timbang 50 gram Magnesium karbonat, setelah itu tuang ke
dalam gelas yang sudah berisikan aquades sebanyak 0,5 Liter lalu aduk
sampai merata.
Gambar 4. 12 Proses Deasidifikasi: Menimbang Magnesium Karbonat
71
Gambar 4. 13 Proses Deasidifikasi: Mencampurkan magnesium Karbonat dengan Aquades
Setelah itu, siapkan aquades sebanyak 19,5 Liter didalam
derigen. Tuang larutan magnesium karbonat kedalam derigen, lalu
masukkan selang dan tutup derigen. Buka regulator gas untuk
mengalirkan gas CO2. Gas CO2 yang keluar ditandai dengan timbulnya
gelembung-gelembung udara. Lamanya pengaliran gas CO2 ini sekitar 1
jam.
Gambar 4. 14 Proses Deasidifikasi: Mencampurkan Magnesium Karbonat dengan Aquades
72
Jika sudah 1 jam, matikan regulator gas. Sebelum digunakan,
cek dahulu pH larutan Magnesium Karbonat yang telah dibuat. pH
larutan Magnesium Karbonat yang ideal antara 8 – 9. Siapkan sink
stainless steel lalu tuang larutan magnesium karbonat yang sudah jadi
dan sudah dicek pHnya. Masukkan kertas yang sudah dilapisi dengan
strimin dan rendam selama 30 menit.
Lalu, angkat dan tiriskan kertas yang sudah direndam tadi dan
letakkan pada rak pengering dan biarkan kertas tersebut mengering
sendiri dengan suhu ruangan.
f. Mending (Menambal dan Menyambung)
Setelah kertas buku langka kering, proses selanjutnya adalah
mending atau menambal dan menyambung yang gunanya untuk
memulihkan bentuk kertas. Menambal yang dilakukan disini adalah
menutup bagian kertas yang berlubang sedangkan menyambung yaitu
merekatkan bagian yang robek agar tidak bertambah lebar dan tampak
utuh seperti semula.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tisu Jepang
dengan ketebalan 30 gr dan lem CMC (carboxyl methyl cellulose).
Berikut adalah alur pembuatan lem CMC. Timbang CMC
sebanyak 10 gr, lalu campurkan dengan aquades sebanyak 450mL
kedalam blender. Blender selama 5 menit agar CMC dan aquades
tercampur rata dan menjadi lem.
73
Gambar 4. 15 Lem CMC
Jika lem sudah jadi, siapkan kuas, non woven sheet, busa,
strimin, lem CMC dan tisu jepang dengan ketebalan 30 gr. Untuk
mending atau menambal menyambung kertas pertama-tama, ambil
kertas dan letakkan diatas strimin yang sebelumnya sudah dilapisi
dengan selembar kertas tisu 30 gr yang lebarnya lebih besar dari kertas
yang dikonservasi, setelah itu robek tisu jepang membentuk pola yang
dibutuhkan. Jika sudah, tutup bagian atas kertas dengan lembaran tisu
jepang 30 gr dan strimin lalu lem bagian atas strimin dengan
menggunakan lem CMC.
74
Gambar 4. 16 Proses Mending
Gambar 4. 17 Proses Mending: Pemberian lem pada strimin
Setelah itu, buka strimin bagian atas lalu letakkan kertas dan
strimin tersebut pada non woven sheet yang sebelumnya sudah di
ratakan dengan busa dan dioleskan lem diatas permukaannya hingga
merata keseluruh bagian setelah itu buka strimin pada bagian yang
tersisa dan jemur dengan suhu ruangan hingga mengering.
75
Gambar 4. 18 Proses Mending
Gambar 4. 19 Proses Pengeringan
Setelah semua kertas mengering, kertas dipotong dengan cara
dirapihkan sesuai dengan ukuran kertas aslinya dan kembali disusun
sesuai dengan nomor paginasi lalu dijilid kembali.
76
3. Kendala-kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional RI dalam
melakukan konservasi kuratif
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis,
dalam melakukan kegiatan konservasi kuratif buku langka di Perpustakaan
Nasional RI tentunya terdapat kendala dan hambatan. Keterlambatan
bahan baku berupa tisu Jepang hingga saat ini masih menjadi kendala
terbesar yang dihadapi.
Pernyataan ini diperkuat hasil wawancara dengan informan yaitu
Cecep Nurtjantjanti:
“kalau kendala yang biasanya kita tuh ini...bahan kan kita masih
import ya kadang bahan datengnya suka telat gitu...jadikan dikasi
range waktu kalo gak salah buku langka itu februari sampai
dengan april, nah kalo bahan baku dateng bulan maret kan jadi
tertunda itu pengerjaannya jadi gak sesuai sama
deadlinenya...apalagi kitakan gak hanya ada kegiatan untuk buku
langka aja gitu dalam setaun dan kerusakan itu jalan terus
kan...kalo dalam pelaksanaannya si itu tingkat kesulitannya...kalo
misalnya itu buku rapuh, itu pasti prosesnya agak panjang..jangan
sampe buku yang sudah rapuh itu kita tangani malah jadi nambah
hancur...”62
Selain keterlambatan bahan baku, yang menjadi kendala dalam
kegiatan konservasi kuratif adalah tidak seimbangnya penanganan yang
dilakukan oleh pihak Perpustakaan Nasional RI dengan jumlah buku
langka yang mengalami kerusakan.
Seperti yang dipaparkan oleh informan Cecep Nurtjantjanti seperti
berikut ini:
“Tiap tahun yang kita konservasi itu 4000 halaman. Kalo bukunya
tebal kisaran 800 halaman ya paling kita dapet cuma 5 buku.
Sementara kan di Perpustakaan Nasional jumlah buku langka itu
62
Cecep Nurtjantjanti, Wawancara Pribadi, September 21, 2018.
77
banyak banget jadi ya itu yang tidak tertangani dengan jumlah
yang kita kerjakan tiap tahun cuma 4000 halaman sementara
jumlah bukunya berapa puluh ribu eksemplar jadi agak tertunda
gitu penanganannya sementara proses kerusakan itu berjalan
terus.”63
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat ketidakseimbangan antara
perbaikan dengan jumlah buku yang mengalami kerusakan. Hal itu dapat
dilihat dari kegiatan konservasi kuratif terhadap koleksi buku langka yang
setiap tahun hanya berjumlah 5 buku sementara jumlah koleksi secara
keseluruhan berjumlah 96.000 eksemplar dengan keadaan sebagian besar
rusak.
C. Pembahasan
1. Faktor dominan yang mempengaruhi kerusakan koleksi buku
langka yang ada di ruang koleksi Perpustakaan Nasional RI
Dari hasil observasi penulis, pada tahun 2008 terdapat 120.222
eksemplar sementara setelah pindah ke gedung baru dan diadakan stock
opname pada tahun 2017 jumlah koleksi buku langka mengalami
penyusutan yaitu menjadi 96.000 eksemplar. Hal itu tidak terjadi begitu
saja, namun disebabkan oleh beberapa faktor kerusakan yang terjadi pada
koleksi buku langka.
Terungkap jelas bahwa yang menjadi penyebab utama kerusakan
pada buku langka di gedung Perpustakaan Nasional lama dan gedung
Perpustakaan Nasional baru sampai saat ini adalah faktor lingkungan
seperti, pencahayaan pada ruang koleksi, suhu / temperatur, dan rak
63
Cecep Nurtjantjanti, Wawancara Pribadi, September 21, 2018.
78
penyimpanan yang tidak ideal. Seperti pada gedung Perpustakaan Nasional
RI yang baru, penempatan rak yang masih bercampur dengan ruang baca
menyebabkan suhu / temperatur di ruangan penyimpanan tidak sesuai
dengan yang seharusnya. Padahal, suhu / temperatur yang tidak sesuai
dapat membuat kualitas kertas semakin menurun dan koleksi menjadi
cepat rusak. Koleksi yang cepat rusak tersebut dapat menjadi pemicu
besarnya presentase kerusakan yang terjadi di ruang koleksi buku langka
Perpustakaan Nasional RI.
2. Teknik Pelaksanaan Kegiatan konservasi kuratif yang dilakukan
Perpustakaan Nasional RI
Kegiatan konservasi kuratif pada buku langka yang dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional RI mengacu pada pedoman teknis konservasi
kuratif bahan perpustakaan media kertas. Yang meliputi kegiatan
pendokumentasian, survei kondisi, pembuatan paginasi, bleaching,
deasidifikasi, mending, dan penjilidan. Buku-buku langka yang
dikonservasi merupakan buku yang terlihat rusak hasil rekomendasi
pustakawan ruang koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI jalan
Medan Merdeka Selatan.
a. Pendokumentasian
Pendokumentasian menjadi salah satu teknik yang digunakan
Perpustakaan Nasional RI dalam melakukan kegiatan konservasi kuratif
yang gunanya untuk mendeskripsikan kerusakan pada buku langka
yang sulit dijelaskan dan dijabarkan dengan kata-kata lewat media
79
gambar. Serta mengantisipasi bilamana ada rangkaian kegiatan yang
keliru saat pengerjaan.
b. Survei kondisi
Mengingat anggaran untuk melakukan kegiatan konservasi
kuratif cukup besar, maka sebelum melakukan kegiatan konservasi
buku langka Perpustakaan Nasional RI melakukan survei kondisi pada
buku langka yang akan dikonservasi dengan menggunakan lembar
laporan kondisi fisik buku. Selain survei kondisi, Perpustakaan
Nasional RI juga menggunakan skala prioritas untuk mengkonservasi
buku yang dilihat dari seberapa penting buku tersebut, jumlah
eksemplarnya berapa dan seberapa sering buku tersebut dipinjam
pemustaka.
Seperti yang informan Cecep Nurtjantjati paparkan:
“Dari buku yang udah dipilihin sama pustakawan diruang
koleksi..kita juga nyeleksi lagi diliat dari skala prioritas
mba...kayak seberapa penting buku ini, jumlah eksemplarnya
ada berapa, masih sering dicari orang atau enggak...tapi bukan
berarti kita ga memperbaiki buku yang gak masuk ke skala
prioritas itu ya...tapi mungkin lebih kita dahulukan aja gitu
pengerjaannya”64
c. Membuat Paginasi
Paginasi merupakan pemberian nomor baru pada buku langka
yang akan dikonservasi. Pembuatan paginasi ini dilakukan untuk
mempermudah mengurutkan halaman buku dan menyatukan kembali
buku langka yang nantinya akan dijilid ulang.
64
Cecep Nurtjantjanti, Wawancara Pribadi, September 25, 2018.
80
Caranya dengan memberi angka baru dipojok kanan kertas dengan
menggunakan pensil 2B. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman
teknis konservasi kuratif yang dikeluarkan oleh Perpustakaan
Nasional RI.
d. Bleaching
Kegiatan bleaching pada buku langka masih dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional RI untuk memutihkan kertas pada buku langka
yang sebagian besar kertasnya sudah berwarna coklat. Warna coklat
yang terdapat pada kertas tersebut selain memang karna faktor usia,
juga karena terindentifikasi mengandung asam yang tinggi.
Secara teknis proses bleaching sudah hampir sama dengan
pedoman teknis konservasi kuratif bahan perpustakaan media kertas.
Namun, ada beberapa teknis yang dilakukan berbeda dengan yang ada
dipedoman dengan alasan untuk mempermudah dan menghemat waktu.
Seperti yang ditulis dalam pedoman teknis konservasi kuratif, untuk
mengukur potassium permanganat harus menggunakan timbangan
digital agar mendapatkan takaran yang pas yaitu 5%. Namun di
lapangan, pustakawan lebih memilih menakar dan mengira-ngira
dengan 1 sendok makan untuk mempermudah proses pengerjaan.
Adapun kendala yang dialami dalam membleaching adalah terkadang
hasil warna kertas bagian depan dan belakang putihnya jadi berbeda
satu sama lain.
81
e. Deasidifikasi
Jika buku langka dibleaching, hal yang wajib dilakukan
setelahnya adalah mendeasidifikasi. Deasidifikasi ini merupakan upaya
yang dilakukan untuk menghilangkan atau menetralkan asam pada
kertas. Karena asam yang terdapat pada kertas termasuk kedalam faktor
perusak kertas yang dapat membuat kertas menjadi rapuh dan cepat
hancur. Terdapat dua cara deasidifikasi yang dilakukan oleh
Perpustakaan Nasional RI yaitu, deasidifikasi basah (deasidifikasi
aqueos) dan deasidifikasi kering (deasidifikasi non-aqueos).
Sebenarnya deasidifikasi kering lebih mudah dilakukan karna hanya
menggunakan gas dan bisa dilakukan di dalam ruangan koleksi
sehingga lebih ekonomis. Namun, untuk buku langka yang sebagian
besar kertasnya berwarna kuning, harus dideasidifikasi basah
menggunakan cairan kimia untuk mendapatkan hasil yang permanen
dan membuat buku langka tidak cepat rusak.
Teknik pelaksanaan deasidifikasi mengacu pada pedoman teknis
konservasi kuratif bahan perpustakaan media kertas yang dikeluarkan
oleh Perpustakaan Nasional RI. Sejauh observasi penulis teknik yang
digunakan sudah sesuai dengan yang ada di buku.
f. Mending
Untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas, Perpustakaan
Nasional RI melakukan kegiatan mending (menambal dan
menyambung) pada kertas. Mending sendiri terbagi menjadi dua cara
82
yaitu, mending manual dan leaf casting atau teknik menambal dengan
mesin leaf caster yang menggunakan bubur kertas sebagai media
penambalnya.
Pada buku langka teknik yang digunakan adalah mending
manual. Teknis yang dilakukan di lapangan agak berbeda dengan yang
ada di buku pedoman teknis konservasi kuratif. Seperti, tertulis di buku
berat tisu Jepang yang digunakan adalah 27 gr sementara hasil
wawancara penulis dengan pustakawan mengatakan bahwa berat tisu
Jepang yang digunakan dalam kegiatan mending adalah 30 gr. Di buku
juga dijelaskan bahwa sebelum menyambungkan kertas yang robek,
baiknya pustakawan membuat pola kerusakan terlebih dahulu dengan
menggunakan pensil. Namun, pada prakteknya pustakawan hanya
mengira-ngira lalu membuat pola dengan cara merobek tisu Jepang
yang dibentuk sesuai kebutuhan dengan alasan agar lebih efisien.
g. Penjilidan
Penjilidan ulang dilakukan untuk mengembalikan bentuk buku
langka yang sudah dibongkar dan diperbaiki menjadi utuh seperti
semula.
Kegiatan penjilidan ulang yang dilakukan sudah sesuai dengan
apa yang ada dibuku pedoman teknis penjilidan bahan pustaka. Adapun
kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan penjilidan adalah
setelah kertas dimending, biasanya ketebalan kertas bertambah. Dapat
83
dipastikan jika sudah terjilid bagian tengah buku kosong dan buku tidak
bisa tertutup rapat.
3. Solusi yang diambil untuk mengatasi kendala yang terjadi di
Perpustakaan Nasional RI
Dalam melaksanakan kegiatan konservasi kuratif tentunya
Perpustakaan Nasional RI menghadapi berbagai macam kendala dan
hambatan. Bahan baku yang masih import merupakan kendala terbesar
yang dialami sejauh ini. Keterlambatan pengiriman bahan bakulah yang
dapat menghambat proses pengerjaan kegiatan konservasi kuratif yang
mengakibatkan kegiatan menjadi tidak sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Selain itu, yang menjadi kendala adalah ketidakseimbangan
penanganan yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Nasional RI dengan
jumlah buku langka yang mengalami kerusakan. Dimana setiap tahun
Perpustakaan Nasional RI hanya mengkonservasi 4000 halaman atau 5
buku yang tebal dikarenakan dalam satu tahun pihak Perpustakaan
Nasional RI tidak hanya mengkonservasi buku langka saja. Ada kegiatan
mengkonservasi koran langka, naskah, peta, dan kegiatan fumigasi.
Seperti yang dijabarkan oleh informan, Ellis Sekar Ayu:
“Solusi yang kita ambil nih...kalo misalnya buku langka...kan
jumlahnya banyak banget tuh...ya kita salah satunya dengan
mengadakan kegiatan deasidifikasi non aqueos..jadi buku langka
kita pilih 100 eksemplar terus kita hilangkan aja itu keasamannya,
gunanya sih untuk memperlambat proses kerusakannya
aja...kandungan asam pada buku itukan penyebab utama
kerusakan yang bikin buku jadi rapuh, warnanya jadi coklat,
84
baunya juga asem...nah kalo bahan baku yang telat dateng itu kita
ngatasinnya sih paling kita nuker-nuker jadwalnya aja”65
65
Ellis Sekar Ayu, Wawancara Pribadi, September 21, 2018.
85
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis
mengenai “Konservasi Kuratif Terhadap Tingkat Kerusakan Buku Langka di
Perpustakaan Nasional RI”, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor dominan
yang mempengaruhi kerusakan koleksi buku langka di Perpustakaan
Nasional RI berasal dari dalam ruang penyimpanan koleksi buku
langka itu sendiri, salah satunya seperti rak penyimpanan buku langka
yang masih tercampur dengan ruang baca. Hal tersebut tentunya
sangat berpengaruh pada suhu di ruangan, dimana seharusnya suhu
pada buku langka idealnya sangat dingin, menjadi tidak dingin
dikarenakan harus menyesuaikan dengan suhu di ruang baca.
Padahal, suhu / temperatur yang tidak sesuai dapat membuat kualitas
kertas semakin menurun dan koleksi menjadi cepat rusak.
2. Hasil penelitian ini juga mendapatkan pengetahuan tentang teknis
konservasi kuratif buku langka yang dilaksanakan oleh Perpustakaan
Nasional RI, seperti: pendokumentasian, kegiatan ini dilakukan untuk
menjabarkan kerusakan buku yang sudah tidak bisa lagi dijelaskan
dengan kata-kata. Survei kondisi, kegiatan ini dilakukan Perpustakaan
86
Nasional RI untuk mengetahui seberapa parah kerusakan buku yang
akan dikonservasi serta untuk mengetahui tindakan apa yang tepat
untuk menangani buku yang rusak tersebut. Paginasi merupakan
kegiatan pemberian nomor ulang pada halaman buku langka
menggunakan pensil 2B, gunanya untuk mempermudah mengurutkan
halaman buku dan menyatukan kembali buku langka yang nantinya
akan dijilid ulang. Bleaching, kegiatan ini berupa memutihkan kertas
buku langka yang biasanya berwarna coklat dengan menggunakan
larutan potasium permanganat. Deasidifikasi merupakan kegiatan
lanjutan yang harus dilakukan setelah melakukan kegiatan bleaching,
kegitan ini merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menetralkan asam pada kertas dengan larutan Magnesium
karbonat yang diberi gas CO2. Mending merupakan kegiatan
menambal dan menyambung kertas pada buku langka agar buku bisa
terlihat utuh seperti semula. Beberapa kegiatan yang dilakukan sudah
hampir sama dengan yang ada pada buku pedoman teknis konservasi
kuratif bahan perpustakaan media kertas yang dikeluarkan oleh
Perpustakaan Nasional RI.
3. Dalam melaksanakan konservasi kuratif, Perpustakaan Nasional RI
juga mengalami berbagai macam kendala seperti keterlambatan
pasokan bahan baku untuk melakukan konservasi kuratif seperi tisu
Jepang untuk kegiatan mending serta terdapat ketidakseimbangan
antara perbaikan dengan jumlah buku yang mengalami kerusakan. Hal
87
itu dapat dilihat dari kegiatan konservasi kuratif terhadap koleksi buku
langka yang setiap tahun hanya berjumlah 5 buku dengan alasan
dalam satu tahun kegiatan yang dikerjakan pusat konservasi tidak
hanya mengkonservasi buku langka, tetapi mengkonservasi naskah,
peta, koran langka dan fumigasi. Masing-masing kegiatan sudah
mempunyai jadwal tersendiri dalam pengerjaannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan di atas, penulis merekomendasikan
beberapa saran yang dapat dilakukan Perpustakaan Nasional RI khususnya
pada bagian layanan koleksi buku langka dan bagian konservasi bahan pustaka
untuk memecahkan kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan
konservasi kuratif terhadap koleksi buku langka, diantaranya adalah :
1. Pada layanan koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional RI lantai
14 gedung Medan Merdeka Selatan sebaiknya ruang penyimpanan
koleksi dengan ruang baca dipisah. Agar keduanya bisa mendapatkan
suhu / temperatur yang sesuai dengan semestinya.
2. Perlunya mengadakan penambahan rak untuk menyimpan koleksi
buku langka sehingga buku langka tidak ada lagi yang disimpan dalam
lemari besi.
3. Menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan yang memproduksi
tisu Jepang untuk memperkecil kemungkinan keterlambatan pasokan
tisu Jepang.
88
4. Perlunya mengadakan peremajaan serta penambahan alat-alat untuk
melaksanakan kegiatan konservasi kuratif agar pelaksanaanya dapat
berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
5. Perlunya penambahan sumber daya manusia (SDM) khususnya pada
bidang konservasi kuratif agar kendala dalam ketidakseimbangan
perbaikan dan kerusakan dapat teratasi.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agustinova, Danu Eko. Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori Dan
Praktik. Yogyakarta: Calpulis, 2015.
ALA Glosary Of Library Term: With Selection Of Term In Related Fields.
Chicago Illionis, 1943.
As-Sa’di, Syaikh Abdurrshmsn bin Nashir. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Sahifa, 2007.
Bahar, Hijarana, and Taufik Mathar. “Upaya Pelestarian Naskah Kuno Di Badan
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.” Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah Vol. 3 No.
1 (2015). http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-
hikmah/article/view/590.
Echos, Jhon M, and Hassan Sadely. “Kamus Inggris Indonesia.” Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Fatmawati, Endang. “Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Koleksi
Perpustakaan.” Universitas Diponegoro Vol. 7 No. 2 (November 2017).
http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/download/9722/5991.
Handoyo, Eko. Pelestarian Bahan Pustaka: Seminar Pelatihan Pengelolaan
Perpustakaan Sekolah Pola 300 Jam, 10 November - 21 Desember 2012.
Semarang, 2012.
Harrod - L.M . The Librarians Glossary: Of Term Used In Librarianship,
Documentation, And The Book Crafts 4th Ed. London: Great Britain,
1977.
Harvey, Ross. Preservation in Libraries: Priciples, Strategies and Practices for
Librarians. London: Bowker Saur, 1993.
Irawan, Prasetya. Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan
Panduan Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula.
Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Kusmayadi, Eka. “Workshop Preservasi Dan Konservasi Dokumen/Arsip/Koleksi
Perpustakaan,” September 20, 2016.
Lasa - HS. Preservasi Dan Konservasi. Yogyakarta: Gama Media, 2009.
Mardiah. “Konservasi Preventif Terhadap Koleksi Di Perpustakaan Politeknik
Kelautan Dan Perikanan Sidoarjo.” Jurnal Pari Vol. 3, No. 1 (July 2017).
http://ejournalbalitbang.kkp.go.id.index.php/JP/article/download/6788/pdf.
90
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. 2nd ed. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Nurita, Yeri. Seminar Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan Khususnya Buku
Langka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2017.
Purwani, Indah. “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi
Perpustakaan.” Visi Pustaka Vol. 15, No. 1 (April 2013).
Razak, Muhammad, Retno Anggraini, and (Supriyanto. Pelestarian Bahan
Pustaka. Jakarta: Pusat Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, 2016.
Soraya, Ana, and Lucya Damayanti. Pelestarian Bahan Pustaka: Bahan Ajar
Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2015.
Sugiyono. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.
Sulistyaningsih. Metodelogi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. 2nd ed.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
------------------. “Sejarah Perpustakaan Nasional RI : Sebuah Kajian.”
Perpustakaan Nasional RI, 2008. diakses pada 5 Agustus 2018,
http://kelembagaan.perpusnas.go.id/Digital_Docs/pdf/about_us/histories/n
ormal/HASIL_KAJIAN_SEJARAH_PERPUSNAS_RI.PDF.
Supriyono, and Maryono. “Pengelolaan Koleksi Langka Dan Pendayagunaan
Naskah Kuno,” 2017. masyono.staff.ugm.ac.id/files/2017/10/Pengelolaan-
koleksi-langka-dan-naskah-kuno.pdf.
“Visi Dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.” diakses pada 15
November, 2018. http://perpusnas.go.id/visi_misi.php?lang=id.
Wirayati, Made Ayu, Ellis Sekar Ayu, and Aris Riyadi. Pedoman Teknis:
Pelestarian Bahan Pustaka (Konservasi Kuratif Bahan Perpustakaan
Media Kertas). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.
Yayan, Daryana. Pemeliharaan Dan Pengamanan Arsip. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2013.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
A. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
B. Hasil Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apa definisi buku langka menurut Perpustakaan Nasional?
Informan : Yeri Nurita, S.S
Jawab : secara tertulis memang gak ada yang di keluarkan oleh
perpustakaan nasional definisi buku langka itu apa tapi tertulis dalam
buku pedoman layanan perpustakaan terbitan 2014 ini menyatakan bahwa
koleksi buku langka merupakan hasil karya mengandung sejarah serta
keilmuan yang merupakan terbitan tahun 50an sampai terkini. Nah itu
salah tuh harus dibetulin sebenernya koleksi buku langka yang tertua
disini itu 1556 sampai tahun 70an. Terus sebenernya koleksi deposit itu
gak termasuk ke dalam koleksi buku langka. Jadi buku langka disini itu
cuman yang benerbener hasil warisan dari museum nasional aja. Cuman
buku deposit kebijakannya ditaro disi itu sih alesannya karena tahun
terbitnya ada yang terbitnya tahun 40an jadi dianggep buku langka karna
usianya udah lebih dari 50 tahun.
2. Berapa jumlah koleksi buku langka secara keseluruhan?
Informan : Yeri Nurita, S.S
Jawab : jumlah secara keseluruhan pas pindah ke gedung baru
tahun 2017 itu ada 96.000 eksemplar
3. Subjek buku langka apa saja yang terdapat di Perpustakaan Nasional RI?
Informan : Yeri Nurita, S.S
Jawab : kalo yang sampe ke perpustakaan nasional sih cuma
subjek sosial budaya aja. Tapi dulu sejarah pengumpulannya pada tahun
1778 waktu jaman kolonial dulu itu semua disiplin ilmu dikumpulin tapi
banyak disumbangkan. Misalnya gini, kaya buku buku tentang ilmu
pengetahuan alam, biologi gitu di sumbangkan ke kebun raya bogor terus
ke fakultas kedpkteran UI juga banyak itu yang disumbangin. Jadi yang
ada di perpustakaan nasional itu koleksinya jelas cuma sosial budaya gitu
karna kan warisan dari museum nasional juga ya. Menurut saya sih karna
museum jadi kaya lebih banyak ngebahas tentang artefak juga kan,
hukum, agama, adat juga masuk kan itu sosial budaya. Pokoknya disini
semua subjek aja cuma paling banyak sosial budaya
4. Bagaimana sistem penyimpanan buku langka di Perpustakaan Nasional?
Informan : Yeri Nurita, S.S
Jawab : Sistem penyimpanan koleksi buku langka yang kita pake itu
fixed location yang dimulai dari rak nomor 5 angka romawi dan 5 angka
biasa. Dimulai dari rak 5 karna yang sampai ke kita cuma dari rak 5 jadi
kita menyesuaikan aja gitu. Adapun rak angka 5 romawi ini
menggambarkan koleksi buku langka yang diterbitkan tahun 1950
kebawah, sementara rak 5 angka biasa menggambarkan koleksi buku
langka yang diterbitkan tahun 1950 sampai tahun 1970 dan kebanyakan
berbahasa indonesia. Ini khusus yang dari museum.
5. Apakah ada kerjasama dengan pihak luar dalam pelaksanaan konservasi
buku langka?
Informan : Cecep Nurtjantjanti, S.Sos
Jawab : Sampe sekarang sih kita masih melakukan
pelaksanaannya sendiri sih gak ada kerjasama dengan pihak lain
6. Setiap tahun ada berapa jumlah buku langka yang di konservasi?
Informan : Cecep Nurtjantjanti, S.Sos
Jawab : tiap taun yang kita konservasi itu 4000 halaman. Kalo bukunya
tebal kisaran 800 halaman ya paling kita dapet cuma 5 buku. Sementara
kan di Perpustakaan Nasional jumlah buku langka itu banyak banget jadi
ya itu yang tidak tertangani dengan jumlah yang kita kerjakan tiap tahun
cuma 4000 halaman sementara jumlah bukunya berapa puluh ribu
eksemplar jadi agak tertunda gitu penanganannya tapi proses kerusakan
itu berjalan terus.
7. Rangkaian kegiatan apa saja yang dilakukan dalam mengkonservasi
kuratif buku langka?
Informan : Cecep Nurtjantjanti, S.Sos
Jawab : jadi biasanya gini terlebih dahulu itu kita survei kondisi terus
pendokumentasian setelah itu baru kita buatkan paginasi. Paginasi itu tuh
pemberian halaman ulang..jadikan ada halaman asli sama ada halaman
paginasi. Nah, fungsi pada paginasi ini tuh pada saat kita bongkar proses
kerja udah kita lalui jadi itu untuk memudahkan menyusun kembali
halaman buku. Setelah itu kita bersihkan dengan kuas lembar perlembar
halaman per halaman baru bongkar setelah itu kita bleaching atau
putihkan dengan larutan kimia setelah itu kita hilangkan keasamannya
dengan proses deasifikasi setelah itu emm..kita jemur dengan suhu
ruangan terus besoknya baru kita itu kalo misalnya bukunya dimakan
serangga berlubang baru kita leaf casting tapi kalo engga ya kita laminasi
aja biasa.
8. Alat alat apa saja yang digunakan dalam melakukan pelaksanaan
konservasi kuratif?
Informan : Cecep Nurtjantjanti, S.Sos
Jawab : sendok, mangkok, timbangan, kuas, blender, bak stenless steel,
sarung tangan karet.
9. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan kegiatan
konservasi buku langka?
Informan : Cecep Nurtjantjanti, S.Sos
Jawab : kalau kendala yang biasanya kita tuh ini...bahan kan kita masih
import ya kadang bahan datengnya suka telat gitu...jadikan dikasi range
waktu kalo gak salah buku langka itu februari sampai dengan april, nah
kalo bahan baku dateng bulan maret kan jadi tertunda itu pengerjaannya
jadi gak sesuai sama deadlinenya...apalagi kitakan gak hanya ada
kegiatan untuk buku langka aja gitu dalam setaun ada koran langka,
naskah, fumigasi, peta, udah gitu kerusakan itu jalan terus kan...kalo
dalam pelaksanaannya si itu tingkat kesulitannya...kalo misalnya itu buku
rapuh, itu pasti prosesnya agak panjang..jangan sampe buku yang sudah
rapuh itu kita tangani malah jadi nambah hancur.
10. Solusi apa yang diambil untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi?
Informan : Ellis Sekar Ayu, S.Spd
Jawab : Solusi yang kita ambil nih...kalo misalnya buku langka nih...kan
jumlahnya banyak banget tuh...ya kita salah satunya dengan mengadakan
kegiatan deasidifikasi non aqueos..jadi buku langka kita pilih 100
eksemplar terus kita hilangkan aja itu keasamannya, gunanya sih untuk
memperlambat proses kerusakannya aja... kandungan asam pada buku
itukan penyebab utama kerusakan yang bikin buku jadi rapuh, warnanya
jadi coklat, baunya juga asem... nah kalo bahan baku yang telat dateng itu
kita ngatasinnya sih paling kita nuker-nuker jadwalnya aja.
C. Surat-surat
BIODATA PENULIS
MARISYA NINGRUM. Lahir di Semarang, 14 Mei 1996.
Anak pertama dari Ayahanda Mansyur Putra dan Ibunda
Marmonah. Menyelesaikan pendidikan di SDN Cirendeu 3
(2002-2008), SMPN 2 Kota Tangerang Selatan (2008-2011),
dan SMAN 10 Kota Tangerang Selatan (2011-2014).
Melanjutkan ke Perguruan Tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu Perpustakaan pada tahun 2014-2018.
Aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan periode
2015-2016 sebagai ketua Lembaga Seni Otonom tari saman. Penulis pernah
melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) di Perpustakaan Kementerian
Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo RI) pada bulan Februari 2017 dan
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Leuweung Kolot Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor selama satu bulan pada juli s/d agustus 2017.