KONSERVASI KOLEKSI AL-QUR AN PADA BAYT AL-QUR AN DAN...
Transcript of KONSERVASI KOLEKSI AL-QUR AN PADA BAYT AL-QUR AN DAN...
KONSERVASI KOLEKSI AL-QUR’AN PADA BAYT AL-QUR’AN DAN
MUSEUM ISTIQLAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
ANINDITA
NIM. 11150251000079
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H/2019M
i
i
ABSTRAK
Anindita. (NIM. 11150251000079). Konservasi Koleksi Al-Qur’an pada Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal. Di bawah bimbingan Pungki Purnomo, MLIS.
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konservasi koleksi
Al-Qur’an dilakukan dan upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala ketika melakukan
konservasi koleksi Al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Pengolahan data
dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
dari penelitian diketahui dalam proses konservasi terdapat beberapa poin yang
terkait dalam kegiatannya yaitu faktor penyebab kerusakan koleksi, konservasi
yang dilakukan, SDM yang melakukan konservasi, sarana dan prasarana
konservasi, dan anggaran konservasi. Di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
terdapat empat kendala diantaranya pengaturan suhu yang belum stabil, belum
adanya tenaga ahli konservasi, anggaran konservasi yang terbatas, dan konservasi
yang tertunda karena bahan habis. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut adalah dengan menjaga suhu pada ruang penyimpanan, mengikut
sertakan staf pada pelatihan tentang konservasi, menyesuaikan anggaran dengan
keperluan yang diprioritaskan, terakhir mengajukan kekurangan bahan dan
menunggu bahan tersedia kembali.
Kata kunci: konservasi, museum, Al-Qur’an, Bayt Al-Qur’an dan Museum
Istiqlal.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., karena
telah memberikan kekuatan iman dan Islam, taufik, hidayah, dan serta inayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konservasi
Koleksi Museum di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal”. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
memimpin, membimbing dan memberikan fatwa kepada seluruh umatnya hingga
akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa adanya bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak mungkin
dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terwujud penulisan skripsi ini, pihak tersebut diantaranya adalah:
1. Saiful Umam, M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Siti Maryam, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Amir Fadhilah, S.Sos.M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Pungki Purnomo, MLIS, selaku pembimbing skripsi yang begitu sabar
memberikan ilmu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis
hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Syaifuddin, MA.Hum selaku Kepala Seksi Koleksi dan Pameran yang
telah bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ida Fitriani, M.Hum selaku Staf Pengembang Koleksi Museum yang telah
bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi hingga terselesaikannya skripsi ini.
iii
7. Bubun Budiman selaku Staf Pemelihara Koleksi dan Museum yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan bersedia menjadi
informan hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Segenap staf Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Qur’an khususnya Bidang
III: Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, terlebih kepada dosen
Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan segala ilmunya kepada penulis
10. Kepada orang tuaku dan para sahabat yang selalu memberikan dukungan
dan kasih sayang yang tanpa hentinya dan selalu menjadi penyemangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini
masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dari
penulis, maka dari itu penulis berharap atas keritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 26 Juli 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7
D. Definisi Istilah .............................................................................................. 8
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 12
A. Museum ...................................................................................................... 12
1. Pengertian Museum ................................................................................ 12
2. Klasifikasi Museum ................................................................................ 14
3. Tugas dan Fungsi Museum ..................................................................... 18
B. Koleksi Museum ........................................................................................ 22
1. Pengertian Koleksi Museum .................................................................. 22
2. Jenis-Jenis Koleksi Museum .................................................................. 23
C. Konservasi Koleksi Museum ..................................................................... 25
1. Pengertian Konservasi ............................................................................ 25
2. Jenis Konservasi ..................................................................................... 26
3. Tujuan dan Fungsi Konservasi Koleksi Museum ................................... 28
4. Unsur-unsur Konservasi Koleksi Museum ............................................. 30
5. Faktor-faktor Kerusakan Koleksi ........................................................... 32
D. Penelitian Relevan ...................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ............................................................ 37
B. Sumber Data ............................................................................................... 37
C. Informan ..................................................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 40
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 42
F. Jadwal penelitian ........................................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 44
v
A. Profil Objek Penelitian ............................................................................... 44
1. Sejarah Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal ......................................... 44
2. Dasar, Tujuan, Visi dan Misi .................................................................. 48
3. Struktur Organisasi ................................................................................. 50
4. Staf Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ............................................. 51
5. Jenis koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ............................... 52
6. Jam Layanan ........................................................................................... 57
B. Hasil Observasi .......................................................................................... 57
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 59
1. Konservasi Koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ................ 59
2. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi koleksi Al-Qur’an. .......................................... 73
D. Pembahasan ................................................................................................ 78
1. Konservasi Koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ................ 79
2. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi koleksi Al-Qur’an. .......................................... 85
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 88
A. Kesimpulan ................................................................................................ 88
B. Saran ........................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
LAMPIRAN ......................................................................................................... 96
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kualifikasi Pendidikan Konservator ........................................................ 31
Tabel 2 Data Informan .......................................................................................... 40
Tabel 3 Jadwal Penelitian...................................................................................... 43
Tabel 4 Nama-nama Pimpinan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dari masa ke
masa....................................................................................................................... 47
Tabel 5 Sumber Daya Manusia Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi ......... 51
Tabel 6 Jam Layanan ............................................................................................ 57
Tabel 7 Jumlah koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ............................ 99
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ............... 50
Gambar 2 Kepala Seksi Koleksi & Pameran........................................................94
Gambar 3 Staf Pemelihara Koleksi & Museum.................................................94
Gambar 4 Staf Pengembang Koleksi Museum....................................................94
Gambar 5 Pembersihan Koleksi...........................................................................94
Gambar 6 Fumigasi................................................................................................94
Gambar 7 Silica gel...............................................................................................94
Gambar 8 Bahan–bahan Konservasi.....................................................................95
Gambar 9 Mengukur Keasaman Koleksi...............................................................95
Gambar 10 Koleksi Abad 17..................................................................................95
Gambar 11 Koleksi Abad 18..................................................................................95
Gambar 12 Koleksi Abad 19..................................................................................95
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat tugas menjadi pembimbing ..................................................... 96
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ......................................................................... 97
Lampiran 3: Surat Izin Observasi dan Wawancara ............................................... 98
Lampiran 4: Hasil Observasi ................................................................................. 99
Lampiran 5: Hasil Wawancara ............................................................................ 101
Lampiran 6: Reduksi data Penelitian Konservasi Koleksi Al-Qur’an ................ 118
Lampiran 7: Reduksi data Penelitian Kendala dan Upaya Konservasi Koleksi Al-
Qur’an ................................................................................................................. 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Museum merupakan lembaga nirlaba yang melayani masyarakat dan
perkembangannya secara terbuka. Museum bertugas untuk mengakuisisi,
melestarikan, meneliti, mengomunikasikan, dan menunjukkan benda-benda,
sebagai bukti dari adanya peradaban manusia dan lingkungannya, untuk tujuan
pendidikan, penelitian dan kesenangan.1
Pada masa kini museum masih cukup diminati oleh masyarakat, karena
museum merupakan salah satu tempat wisata, koleksi pada museum menjadi
sarana untuk pembelajaran dan menjadi pengingat serta bukti adanya sejarah di
masa lampau. Maka dari itu museum perlu melakukan berbagai upaya agar
koleksi tersebut tetap ada untuk generasi selanjutnya, sehingga pelestarian
koleksi sangat diperlukan untuk memperpanjang masa keberadaan koleksi
tersebut.
Dalam pelestarian terdapat tiga kata yang sering digunakan yaitu
preservasi, konservasi, dan restorasi, tiga kata tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu melestarikan sebuah koleksi, namun dalam pengaplikasiannya
berbeda. Preservasi adalah kegiatan manajerial yang merupakan usaha untuk
melestarikan sebuah koleksi, konservasi merupakan tindakan untuk menjaga
serta merawat koleksi tersebut agar dapat terus ada, dan restorasi merupakan
1 ICOM. Definisi museum. Diakses melalui laman https://icom.museum. Pada 10 Februari
2019. Pukul 20.32
2
perbaikan koleksi.2 Berbagai macam koleksi dipamerkan dalam museum, oleh
karena itu museum dapat dibedakan berdasarkan koleksinya atas klasifikasi
tertentu. Terdapat empat klasifikasi museum, diantaranya yaitu berdasarkan
tingkatan koleksi, berdasarkan ICOM (International Council Of Museum),
berdasarkan penyelenggaraannya, dan koleksi yang dimilikinya.
Museum Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan museum yang
didirikan oleh Dr. H. Tarmizi Taher pada tahun 1994 ketika menjabat sebagai
Menteri Agama RI. Museum ini termasuk dalam kategori museum khusus dan
museum pemerintah, karena koleksinya hanya berisikan tentang Al-Qur’an dan
sejarah percetakannya di Indonesia serta budaya dan peradaban Islam di
Nusantara, selain itu museum ini dikelola oleh pemerintah. Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal merupakan dua lembaga yang memiliki kesatuan utuh,
keduanya memiliki peran masing-masing namun keduanya menyatu dalam
upaya meningkatkan kecintaan, pemahaman, dan pengalaman Al-Qur’an.
Museum Istiqlal tidak dapat dipisahkan dari Bayt Al-Qur’an karena Bayt Al-
Qur’an merupakan gambaran dari fungsi Al-Qur’an yang menjadi petunjuk
manusia, sedangkan Museum Istiqlal merupakan wujud dari pelaksanaan
petunjuk Allah dalam kehidupan dan budaya umat Islam Nusantara.3
Koleksi museum pada umumnya terdiri dari berbagai jenis bahan dan
beraneka ragam bentuk, karena setiap museum memiliki keunikan masing-
masing, maka museum satu dan museum lainnya akan memiliki koleksi yang
2Endang Fatmawati. 2018. “Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan’.
Libria, Vol. 10, No. 1. h.16 3Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. “Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal:
Jendela peradaban Islam Indonesia”. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. h. 10
3
berbeda. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.66 Tahun 2015 tentang
museum, koleksi museum dapat berupa benda utuh, fragmen, benda hasil
perbanyakan atau replika, spesimen, hasil rekonstruksi, dan hasil restorasi.4
Koleksi museum biasanya memiliki dua nilai, yaitu nilai sejarah yang
merupakan bukti adanya masa lampau, dan nilai budaya yang merupakan bukti
adanya peradaban atau ciri khas dari sebuah wilayah, sama halnya dengan
koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
Di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal koleksinya terbagi menjadi dua,
koleksi Bayt Al-Qur’an diantaranya yaitu manuskrip Al-Qur’an, mushaf Al-
Qur’an cetak, manuskrip terjemahan dan tafsir Al-Qur’an, warisan budaya
Qur’ani, terakhir Al-Qur’an elektronik dan digital, sedangkan koleksi Museum
Istiqlal terdiri dari manuskrip keagamaan, tekstil, arsitektur, nisan, seni rupa
tradisional, dan seni rupa modern.5
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup umat Islam. Allah SWT berfirman
bahwa Al-Qur’an itu terpelihara kebenarannya. Firman tersebut terdapat pada
surat Al-Hijr ayat 9:
Artinya: “Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS: Al-Hijr 15: 9)
4Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab IV pengelolaan
koleksi, bagian kedua, pengelolaan administrasi, paragraf 1 koleksi, pasal 14. h.8 5Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. “Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal:
Jendela peradaban Islam Indonesia”. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. h. 14
4
Dari firman tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Allah SWT
memelihara Al-Qur’an untuk menjaganya dari penambahan, pengurangan,
penggantian dan penyimpangan. Maka dari itu, Al-Qur’an dari masa ke masa
juga perlu dijaga dan dipelihara, agar menjadi bukti nyata bahwa Al-Qur’an
tidak pernah berubah.
Dalam sebuah artikel yang dimuat pada laman berita Republika tahun
2018, dengan judul Di Masa Khalifah Utsman Alquran Dibukukan. Dalam artikel
tersebut menceritakan awal mula Al-Qur’an dibukukan, upaya untuk
mengumpulkan tulisan-tulisan yang berisikan ayat-ayat Al-Qur’an mulai
dilakukan, karena pada awal kepemimpinan khalifah Abu Bakar, terjadi
peperangan yang menyebabkan sebagian hafiz gugur dalam perang tersebut.
Hal tersebut membuat Umar bin Khattab merasa khawatir, dan akhirnya
mengusulkan untuk mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an. Abu Bakar
awalnya ragu, karena Rasullulah SAW tidak pernah memerintahkan untuk
membukukan Al-Qur’an, namun demi kemaslahatan umat akhirnya Abu Bakar
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menuliskan dan mengumpulkan kembali
naskah Al-Qur’an.
Zaid melakukan tugasnya dengan sangat teliti dan hati-hati, ia
mengumpulkan Al-Qur’an yang tertulis di pelepah kurma, dari keping-keping
batu, dan dari para penghafal. Lembaran-lembaran yang telah dikumpulkan
oleh Zaid disimpan oleh Abu Bakar hingga ia wafat, setelah itu berpindah
tangan ke Umar bin Khattab dan selanjutnya berada di tangan Hasfah binti
Umar bin Khattab. Baru pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, untuk
5
pertama kalinya Al-Qur’an ditulis dalam satu mushaf yang disesuaikan dengan
tulisan aslinya.6 Dari artikel tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
koleksi Al-Qur’an dari massa ke masa sangat penting untuk disimpan, sehingga
dapat menjadi bukti sejarah adanya Al-Qur’an dari awal dicatat, dibukukan,
hingga dicetak dan dimiliki oleh setiap umat islam pada masa kini.
Al-Qur’an dapat dijadikan koleksi museum, karena fungsi dari museum
salah satunya adalah pemeliharaan Pemeliharaan koleksi museum dilakukan
agar koleksi dapat terus disimpan, sebagai pengingat dan pembelajaran dari
sejarah. Dalam ajaran Islam menjadikan sebuah benda atau objek menjadi
sebuah pembelajaran merupakan salah satu firman Allah SWT. yang diberikan
kepada kita, firman tersebut tertulis dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 92:
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.”(QS: Yunus 10: 92)
Dalam dalil tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa Allah
SWT. memberikan peringatan serta pembelajaran terhadap umat manusia,
tertulis pada ayat tersebut bahwa Allah SWT. menyelamatkan jasad Firaun,
agar umat Islam menjadikan jasad tersebut sebagai sebuah pembelajaran. Hal
yang menjadi pengingat dari ayat tersebut adalah agar umat manusia tidak
melakukan hal yang telah dilakukan oleh Raja Firaun tersebut, sedangkan
6 Agung Sasongko. 2018. Di Masa Khalifah Utsman Alquran Dibukukan. Diakses melalui
laman https://m.republika.co.id . Pada 24 Agustus 2019 . Pukul 21.23
6
pembelajarannya adalah ketika kita menyimpan sebuah koleksi dan
menjaganya agar tetap utuh, maka koleksi tersebut akan menjadi pembelajaran
bagi generasi selanjutnya.
Maka dari itu konservasi pada koleksi Al-Qur’an di Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal perlu dilakukan, karena koleksi di museum rentan dengan
kerusakan, karena banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada
koleksi, diantaranya faktor kimia, faktor lingkungan, faktor biota, faktor
manusia dan faktor bencana alam. Dengan dilakukannya kegiatan konservasi,
akan memperpanjang masa atau usia dari koleksi tersebut. Sehingga koleksi
Al-Qur’an yang terdapat di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal penting untuk
dikonservasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti mengangkat judul
“Konservasi Koleksi Al-Qur’an pada Bayt Al-Qur’an dan Museum
Istiqlal”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Beragamnya koleksi museum yang dimiliki oleh Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal, maka dari itu peneliti memfokuskan penelitian pada
koleksi Al-Qur’an, sehingga pembatasan masalah dalam penelitian ini
menjadi seperti berikut:
a. Manajemen konservasi koleksi Al-Qur’an pada Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal.
b. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi koleksi Al-Qur’an.
7
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana manajemen konservasi koleksi Al-Qur’an pada Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal?
b. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal dalam menangani kendala ketika melakukan konservasi
koleksi Al-Qur’an?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen konservasi koleksi Al-Qur’an
pada Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
b. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak Bayt Al-
Quran dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala ketika melakukan
konservasi koleksi Al-Qur’an.
2. Selain tujuan di atas, adapun manfaat penelitian ini dilakukan yaitu:
a. Bagi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal sebagai bahan masukan dalam
usaha perawatan koleksi-koleksi museum.
b. Bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan
mengenai konservasi koleksi museum terutama untuk koleksi Al-Qur’an.
c. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan
penelitian pada topik yang sama untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.
8
D. Definisi Istilah
1. Konservasi
Konservasi adalah seni menjaga sesuatu agar tidak hilang, terbuang, dan
rusak atau dihancurkan. Konservasi adalah perlindungan, pengawetan dan
pemeliharaan koleksi atau dengan kata lain menjaga koleksi tersebut dalam
keadaan selamat atau aman dari segala hal yang dapat membuatnya hilang,
rusak, atau terbuang. Conservation atau pengawetan terbatas pada kebijakan
serta cara khusus dalam melindungi koleksi museum, bahan pustaka dan
arsip untuk kelestarian koleksi tersebut.7 Konservasi biasanya dilakukan
oleh seorang konservator untuk melindungi koleksi dari kerusakan dan
kehancuran, hal yang dilakukan dalam konservasi yaitu identifikasi,
fumigasi, pendokumentasian, pembersihan (cleaning), memutihkan kertas
(bleaching), menghilangkan pengaruh asam yang ada pada kertas
(deasidifikasi) secara basah, kering, atau dalam bentuk gas, menambal dan
menyambung (mending), dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
perawatan terhadap koleksi.
2. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mukjizat, diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan
maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir;
7Lilis Restinaningsih. Konservasi dan Restorasi Terhadap Naskah. Diakses melalui laman
https://www.academia.edu/7664480/Konservasi_Naskah. Pada 30 Maret 2019. Pukul 21.40
9
membacanya merupakan ibadah; dimulai dengan surah Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah An-Nas.8
Dalam Al-Qur’an di jelaskan pula definisi dari Al-Qur’an sendiri, hal
tersebut terdapat dalam surah Al-an’am Ayat 155:
Artinya: “Dan Al-Quran itu adalah kitab yang kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi
rahmat.” (QS: Al An’am 6: 155)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan
kitab yang menjadi pedoman hidup umat Islam, karena di dalamnya terdapat
berbagai ilmu tentang kehidupan, tentang alam semesta, dan ilmu-ilmu
lainnya yang menjadi bukti akan kekuasaan Allah SWT.
3. Manuskrip
Manuskrip (manuscript) dalam kamus filologi memiliki arti buku-buku
yang ditulis tangan.9 Sedangkan dalam buku Mengenal Manuskrip Islam di
Nusantara, manuskrip adalah kata yang diambil dari bahasa Latin manu
yang berarti tangan dan scriptus yang berarti tulisan, jadi kata manuskrip
secara bahasa berarti tulisan tangan. Manuskrip ini biasa juga disebut
dengan naskah, isi dari manuskrip merupakan gagasan, ide atau pemikiran
orang-orang pada masa lampau, bisa tentang tema keagamaan, pengobatan,
8M. Quraish Shihab, dkk. 2008. “Sejarah dan Ulum Al-Qur’an”. Jakarta: Pustaka Firdaus.
h.13. 9Titik Pudjiastuti dkk. 2018. “Kamus Filologi”. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. h.64
10
sejarah, sastra, hukum, astronomi, catatan pribadi orang-orang masa lampau
dan lain-lain.10
E. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini merupakan skripsi yang tersusun dalam lima bab,
sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang pokok-pokok pikiran yang terdiri
dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan
sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini akan memberikan gambaran tentang pengertian museum,
klasifikasi museum, tugas dan fungsi museum, pengertian koleksi
museum, jenis-jenis koleksi museum, pengertian konservasi, jenis
konservasi, tujuan dan fungsi konservasi, dan juga tentang
penyebab kerusakan koleksi.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, informan, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data yang digunakan penulis dalam menyelesaikan proses
penelitian pada Museum Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
10Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. “Mengenal Manuskrip Islam di
Nusantara”. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. h. 11
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas inti persoalan tentang hasil penelitian dan
pembahasan yang berkaitan dengan konservasi koleksi museum,
kendala dalam melakukan konservasi koleksi museum, dan cara
mengatasi kendala dalam proses konservasi koleksi Al-Qur’an pada
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup dari penelitian, di dalamnya
berisikan tentang kesimpulan dan saran yang merupakan point dari
uraian bab-bab sebelumnya yang kemudian diakhiri oleh daftar
pustaka dan lampiran-lampiran.
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Museum
1. Pengertian Museum
Museum menurut ICOM (International Council of Museum) merupakan
sebuah lembaga non-profit, yang memiliki fungsi untuk melayani
masyarakat dan perkembangannya, serta bertugas untuk mengakuisisi,
melestarikan, meneliti, mengomunikasikan, dan menunjukkan benda-benda
sebagai bukti dari adanya peradaban manusia dan lingkungannya untuk
tujuan pendidikan, penelitian dan kesenangan. 11
Menurut V. Jeyaraj dalam bukunya yang berjudul Museology,
"Museum" adalah kata yang berasal dari kata Yunani "Mouseion", yang
berarti Kuil Muses (sembilan dewi yang terkait dengan ilmu pengetahuan,
musik, puisi cinta, pidato, sejarah, tragedi, komedi, tarian dan astrologi).
Dalam buku tersebut juga ada berbagai definisi lainnya tentang museum.12
Bagi orang Yunani, Mouseion adalah tempat perenungan, lembaga
filosofis, atau kuil para muses. Pada akhir abad ke-18, museum dianggap
sebagai bangunan yang digunakan untuk penyimpanan dan pameran benda-
benda bersejarah. Selain itu museum juga merupakan tempat di mana
warisan total kita dilestarikan, dipamerkan, diteliti dan disebarkan dengan
penghormatan kepada para dewa dan dewi pengetahuan. Masa lalu suatu
11ICOM. Definisi museum. Diakses melalui laman https://icom.museum. Pada 10 Februari
2019. Pukul 20.32 12Jeyaraj, V. 2005. ”Museology: Heritage Management”. Chennai. h.1-2
13
bangsa tercermin dalam sebuah museum melalui koleksi-koleksinya yang
tidak lain adalah saksi bisu dari seni, arsitektur, keahlian, dll., yang
mewakili warisan budaya yang kaya di masa lalu.
Menurut Douglas A. Allan, museum dalam pengertian yang sederhana
terdiri dari sebuah gedung yang menyimpan kumpulan benda-benda untuk
penelitian, studi, dan kesenangan.13 Sedangkan pengertian menurut
Peraturan Pemerintah RI No.66 Tahun 2015 tentang museum, museum
adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.14
Dari pengertian di atas, dapat kita lihat bahwa banyak sekali pengertian
dari museum, namun dapat disimpulkan bahwa museum merupakan
lembaga yang memiliki tugas untuk menyimpan, merawat, dan
memamerkan benda-benda bersejarah yang merupakan warisan budaya.
Museum mengumpulkan, menyimpan dan merawat benda-benda ilmu
pengetahuan alam, benda-benda seni, dan benda-benda yang memiliki
sejarah penting agar tampak bernilai untuk dipamerkan kepada masyarakat
umum melalui pameran permanen dan temporer. Tujuan dari penyimpanan
dan perawatan koleksi di museum adalah, agar koleksi dapat dijadikan
sebagai saksi terjadinya sebuah sejarah, sehingga dapat dijadikan sebagai
pembelajaran dan pengetahuan bagi generasi selanjutnya.
13Douglas A. Allan. 1967. "The Museum and its Functions" in United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization (UNESCO), The Organization of Museums: Practical
Advice. h. 13 14Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab I ketentuan
umum, pasal 1. h.1
14
2. Klasifikasi Museum
Museum memamerkan berbagai macam koleksi, oleh karena itu
museum dapat dibedakan berdasarkan koleksinya atas klasifikasi tertentu,
dalam pengklasifikasiannya ada yang berdasarkan tingkatan koleksi,
berdasarkan klasifikasi ICOM (International Council Of Museum),
berdasarkan penyelenggaraannya, dan koleksi yang dimilikinya.
Berdasarkan tingkatan koleksinya,15 museum diklasifikasikan menjadi
tiga kategori yaitu:
a. Museum Nasional, museum nasional merupakan museum yang
mempunyai koleksi dalam tingkatan nasional atau bisa disebut dalam
taraf nasional. Umumnya koleksi pada museum nasional berisikan
benda-benda atau koleksi yang berasal dari berbagai daerah disuatu
Negara.
b. Museum Regional, museum regional merupakan museum yang memiliki
koleksi dalam tingkatan terbatas dan hanya dalam lingkup daerah
regional. Koleksi pada museum regional umumnya berasal dari daerah
regional tempat museum tersebut berdiri.
c. Museum Lokal, museum lokal merupakan museum yang memiliki
koleksi dalam tingkatan taraf daerah saja. Benda yang dikoleksi dalam
museum lokal hanya terbatas pada warisan dan budaya yang terdapat
pada daerah di mana museum didirikan.
15Timothy Ambrose, dan Crispin Paine. 2006. “Museum Basics”. London: Routledge. h.7
15
Berdasarkan ICOM (International Council Of Museum)16, museum
dapat diklasifikasikan dalam enam kategori yaitu:
a. Museum Seni (Art Museum), museum seni merupakan sebuah museum
yang di dalamnya terdapat koleksi-koleksi dari berbagai macam seni
kontemporer seperti lukisan, keramik, dan koleksi seni lainnya. Jenis
koleksi seni yang dipamerkan berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah
setempat yang memiliki nilai historis. Salah satu contoh dari museum
seni di Indonesia adalah Museum Seni Rupa dan Keramik di daerah Kota
Tua Jakarta, museum ini memiliki koleksi lukisan, patung-patung
pahatan, dan koleksi keramik dari nusantara dan mancanegara.
b. Museum Sejarah dan Arkeologi (Archeology And History Museum),
museum sejarah dan arkeologi merupakan museum yang koleksinya
berhubungan dengan sejarah dan arkeologi, koleksi yang dipamerkan
berkaitan dengan bidang etnologi, antropologi, seni, dan kerajinan.
Contoh dari museum ini di Indonesia adalah Museum Fatahillah,
Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, dan MONAS
(Monumen Nasional).
c. Museum Nasional (Ethnographical Museum), museum nasional
merupakan museum yang di mana koleksinya berasal dari berbagai
daerah, selain itu koleksi tersebut juga merupakan ciri khas dari setiap
daerah, jadi koleksi pada museum nasional ini beragam. Koleksi pada
museum nasional menunjukkan kekayaan budaya pada suatu negara.
16Moh. Amir Sutarga. 2000. “Museografi dan Museologi: Kumpulan Karangan tentang
Ilmu Permuseuman”. Jakarta: Direktorat Permuseuman. h. 3
16
Contoh dari museum nasional adalah Museum Gajah, museum gajah ini
menyimpan banyak koleksi yang merupakan kekayaan budaya Indonesia,
mulai dari perhiasan, perkakas, dan yang lainnya.
d. Museum Ilmu Alam (Natural History Museum), museum ilmu alam
merupakan museum yang menyimpan koleksi yang berkaitan dengan
peradaban ilmu pengetahuan alam. Contoh dari museum ini di Indonesia
adalah Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia.
e. Museum IPTEK (Science and Technological Museum), museum IPTEK,
merupakan sebuah museum yang di dalamnya terdapat koleksi yang
berhubungan dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan
hasil-hasil dari kemajuan industri, museum ini berfungsi sebagai pusat
pendidikan atau pusat penelitian. Contoh dari museum ini adalah Science
and Technology Museum di Shanghai, dan Pusat Peragaan IPTEK di
Indonesia.
f. Terakhir Museum Khusus (Specialized Museum), museum khusus
merupakan sebuah museum yang koleksinya khusus terfokus pada satu
cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang teknologi, biasanya koleksi
tersebut memiliki sejarah dan banyak ragamnya. Contoh dari museum
khusus di Indonesia adalah Museum Wayang. Museum Wayang ini
berisikan koleksi tentang wayang, seperti sejarah tentang wayang,
perkembangan wayang, dan jenis-jenis wayang.
17
Berdasarkan penyelenggaraannya,17 Museum diklasifikasikan menjadi
dua jenis yaitu:
a. Museum Pemerintah, museum pemerintah merupakan museum yang
diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
b. Museum Swasta, museum swasta merupakan museum yang tidak
diselenggarakan oleh pemerintah, museum ini didirikan dan
diselenggarakan oleh perseorangan, namun tetap mendapatkan izin dari
pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah RI No.66 Tahun 2015 tentang museum,
museum dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan koleksi
yang dimilikinya yaitu18:
a. Museum Umum, museum umum merupakan museum yang koleksinya
merupakan kumpulan dari berbagai macam disiplin ilmu, koleksinya
berupa kumpulan bukti material peradaban manusia dan lingkungannya.
b. Museum Khusus, museum khusus merupakan museum yang koleksinya
berkaitan hanya dengan satu cabang ilmu pengetahuan, satu cabang
teknologi dan lain-lain.
17 Ilham Junaid.2017. “Museum dalam perspektif pariwisata dan pendidikan”. Museum La
Galigo: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. h.5 18Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab II kelembagaan
museum, bagian kesatu, paragraf 1, pasal 3, ayat 4. h.3
18
3. Tugas dan Fungsi Museum
a. Tugas Museum
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.66 Tahun 2015 tentang
museum, museum memiliki tugas pengkajian, pendidikan, dan
kesenangan.19
1) Pengkajian
Museum sebagai lembaga melaksanakan tugas di bidang pengkajian
melalui pengembangan museum. Tugas dalam bidang pengkajian ini
biasanya dilakukan oleh para peneliti, dalam bidang pengkajian ada
dua cara pengkajian, pertama peneliti mengkaji objek yang sudah
menjadi koleksi museum, hal ini dilakukan untuk memastikan
validitas informasi koleksi. Sedangkan yang kedua, peneliti mengkaji
suatu objek dan setelah diteliti, objek tersebut menjadi koleksi
museum, biasanya dilakukan ketika sebuah objek baru ditemukan
contohnya seperti fosil.
2) Pendidikan
Museum sebagai lembaga melaksanakan tugas dibidang pendidikan
melalui pemanfaatan museum untuk kepentingan pendidikan. Dalam
bidang pendidikan, museum biasanya melakukan kerjasama untuk
kunjungan serta mengadakan seminar tentang sejarah dan koleksi
museum, hal tersebut dilakukan untuk mengenalkan sejarah dan
kebudayaan kepada para pengunjung museum.
19Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab I ketentuan
umum, pasal 2. h.2
19
3) Kesenangan
Museum dalam memberikan layanan kepada masyarakat harus
memberikan rasa kesenangan bagi pengunjung. Rasa senang
mengunjungi museum ini dapat membuat para pengunjung tertarik
untuk kembali mendatangi museum, biasanya museum dijadikan
tempat wisata agar museum dapat menjalankan tugasnya yaitu
memberi kesenangan, selain dijadikan tempat wisata, museum juga
didesain dan ditata dengan unik dan menarik.
b. Fungsi Museum
Menurut Edward P. Alexander dan Mary Alexander dalam bukunya
yang berjudul Museum in Motion: an introduction to the history and
function of museum,20 museum memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Mengumpulkan (To Collect)
Sebagian besar museum mengumpulkan koleksi, hal tersebut
dilakukan karena keyakinan bahwa benda-benda itu penting, dan
memberikan gambaran tentang kelangsungan hidup atau peradaban
manusia yang layak dipelajari dengan cermat dan memiliki dampak
yang kuat dalam pendidikan.
2) Memelihara (To Conserve)
Pemeliharaan koleksi dilakukan oleh konservator, dalam melakukan
konservasi seorang konservator harus memperhatikan bahan dari
koleksi, karena setiap bahan memiliki cara perawatan yang berbeda.
20Edward P. Alexander dan Mary Alexander. 2008. “Museum in motion: an introduction to
the history and function of museum”. AltaMira Press: United States. h.188.
20
Selain bahan dari koleksi, konservator juga perlu mengidentifikasi
penyebab kerusakan koleksi, sehingga dapat meminimalisir kerusakan
koleksi.
3) Pameran (To Exhibit)
Dalam pameran terdapat dua jenis pameran yang diadakan, pameran
permanen dan pameran sementara. Pameran permanen merupakan
pameran yang diadakan museum langsung di tempat museum dengan
koleksi yang sudah ditetapkan untuk dipamerkan, sedangkan pameran
sementara merupakan pameran yang diadakan dalam waktu tertentu
dengan tema khusus dan memamerkan koleksi yang terkait dengan
tema.
4) Interpretasi (To Interpret)
Interpretasi di sini mencakup bagaimana museum menyampaikan
pesan mereka kepada publik. Seperti melalui pameran yang
diselenggarakan dan program lainnya, dari pameran dan program
lainnya yang diselenggarakan, museum dapat membuat para
pengunjung mengerti dengan pesan-pesan yang terdapat pada setiap
koleksi.
5) Melayani (To Serve)
Melayani para pengunjung dengan baik menjadi nilai tambah dari
sebuah museum, museum memiliki tugas dalam melayani para
pengunjungnya melalui berbagai media. Pelayanan yang baik akan
membuat para pengunjug nyaman dan tertarik berkunjung lagi.
21
Menurut Sutarmin21 dalam tulisannya yang berjudul fungsi dan
manfaat museum, museum memiliki fungsi diantaranya adalah:
1) Tempat Rekreasi
Museum dengan koleksinya yang merupakan benda-benda seni
budaya, mengandung nilai estetika dapat menjadi penghibur bagi
pengunjung yang lelah dalam menghadapi kesibukan sehari-hari.
2) Tempat Ilmu Pengetahuan
Dibalik benda-benda koleksi tersembunyilah bermacam-macam
pengetahuan. Oleh karena itu museum merupakan tempat yang tepat
bagi mereka yang mengadakan research/penelitian dan ingin
menambah pengetahuan.
3) Sumber Informasi
Museum yang di dalamnya terdapat benda-benda bersejarah
menjadikan informasi utama atau sumber informasi bagi para
pengunjungnya, sehingga fungsi museum juga harus menjadi sumber
informasi bagi para pengunjung.
4) Pendidikan Kebenaran
Penunaian tugas edukasi oleh museum tidak seperti pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah, universitas-universitas karena
yang harus dididik museum bukan hanya kelompok anak-anak
mahasiswa, tetapi terdiri dari manusia yang berlainan tingkat
21Suratmin, 2000. “Museum sebagai wahana pendidikan sejarah”. Masyarakat Sejarawan
Indonesia Cabang Yogyakarta. Diakses melalui http://dpad.jogjaprov.go.id/
22
kecerdasannya dan pendidikannya, lain kebangsaannya dan lain pula
pandangan hidupnya.
B. Koleksi Museum
1. Pengertian Koleksi Museum
Koleksi museum adalah koleksi yang terdapat di museum,22 dalam
Peraturan Pemerintah RI No.66 Tahun 2015 tentang museum, koleksi
adalah Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur
Cagar Budaya dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti
material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata. Koleksi museum dapat
berupa benda utuh, fragmen, benda hasil perbanyakan atau replika,
spesimen, hasil rekonstruksi, dan hasil restorasi.23
Menurut Mary Chute, koleksi adalah fondasi dari segala sesuatu yang
terjadi di museum, perpustakaan, dan arsip. Koleksi sangat penting, karena
objek yang menjadi koleksi membawa makna yang tak terduga dan
menakjubkan dari waktu ke waktu. Misalnya, tanaman percobaan yang
sedikit kita ketahui hari ini dapat menjadi obat untuk penyembuhan penyakit
besok atau masa yang akan datang.24
22Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab I ketentuan
umum, pasal 1 ayat 3. h.1 23Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum, bab IV pengelolaan
koleksi, bagian kedua, pengelolaan administrasi, paragraf 1 koleksi, pasal 14. h.8 24Mary Chute. “Acting director Institute of Museum and Library Services”. Heritage
Preservation press release. (8 December, 2005).
23
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa koleksi
museum merupakan koleksi yang berada di museum untuk dikelola,
dirawat, dan dilestarikan, koleksi ini merupakan fondasi berdirinya sebuah
museum. Setiap koleksi dalam museum memiliki keunikan dan memiliki
nilai sejarah serta nilai budaya.
2. Jenis-Jenis Koleksi Museum
Koleksi museum dalam pengadaannya didapatkan dengan cara
bermacam-macam, seperti25:
a. Hibah (hadiah atau sumbangan);
b. Titipan;
c. Pinjaman;
d. Tukar menukar dengan museum lain;
e. Hasil temuan (dari hasil survei, ekskavasi, atau sitaan);
f. Imbalan jasa (pembelian dari hasil penemuan atau warisan).
Pengadaan koleksi memiliki dua tujuan pokok, yaitu sebagai
penyelamatan warisan sejarah alam dan sejarah budaya, dan juga sebagai
bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan sejarah alam
dan sejarah budaya dengan melalui pameran museum baik pameran tetap,
maupun temporer.
Koleksi museum yang diadakan melalui berbagai cara memiliki jenis
koleksi beragam dengan bahan yang beragam pula, diantaranya26:
25Direktorat Museum. 2007. “Pengelolaan Koleksi Museum”. Diakses melalui laman
https://www.academia.edu/ pada tanggal 12 April 2019 pukul 22.53 26Muhammad Bu’ang, dkk. 2018. “Pelestarian bahan pustaka di Museum Balaputera Dewa
Sumatera Selatan”.Jurnal Iqra’ Volume 12 No.01. h.103
24
a. Geologika, yaitu benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu
geologi antara lain meliputi batuan, mineral, fosil dan benda-benda
bentukan alam lainnya (permata, granit, andesit)
b. Biologika, yaitu benda koleksi yang masuk katagori benda objek
penelitian atau dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain berupa
tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
c. Etnografika, yaitu benda koleksi yang menjadi objek penelitian
Antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau
menggambarkan identitas suatu etnis.
d. Arkeologika, yaitu benda koleksi yang merupakan hasil budaya manusia
masa lampau yang menjadi objek penelitian Arkeologi. Benda-benda
tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai
masuknya pengaruh budaya barat.
e. Historika, yaitu benda koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan menjadi
objek penelitian ilmu Sejarah serta meliputi kurun waktu sejak masuknya
budaya barat sampai sekarang. Benda-benda ini pernah digunakan untuk
hal-hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa sejarah, yang berkaitan
dengan suatu organisasi masyarakat (contohnya negara atau kelompok,
dll.)
f. Numismatika dan Heraldika, numismatika yaitu setiap mata uang atau
alat tukar yang sah, sedangkan heraldika yaitu setiap tanda jasa, lambang
dan tanda pangkat resmi (termasuk cap/stempel).
25
g. Filologika, yaitu benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologi,
berupa manuscript seperti naskah kuno, naskah tulis tangan, dan naskah
lainnya yang berisi tentang sesuatu hal atau peristiwa.
h. Keramologika, yaitu benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang
dibakar (baked clay) berupa barang pecah belah.
i. Seni Rupa, yaitu benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman
artistik manusia melalui objek dua atau tiga dimensi.
j. Teknologika, yaitu setiap benda/kumpulan yang menggambarkan
perkembangan teknologi yang menonjol berupa peralatan dan atau hasil
produksi yang dibuat secara masal oleh suatu industri atau pabrik.
C. Konservasi Koleksi Museum
1. Pengertian Konservasi
Menurut Suzanne Keene, konservasi merupakan tugas yang dilakukan
oleh konservator dalam merawat koleksi secara aktif seperti menghilangkan
kotoran dan endapan yang menyebabkan kerusakan, memperkuatnya
menggunakan dukungan fisik atau konsolidasi dengan resin, menghilangkan
produk kimia atau agen peluruhan, seperti pada kertas asam.27
Menurut Sutarno konservasi adalah suatu upaya memelihara,
melindungi, dan melestarikan suatu karya.28 Sedangkan menurut Lasa
konservasi dapat diartikan sebagai kebijakan dan kegiatan yang mencakup
perlindungan bahan pustaka atau koleksi dari kerusakan. Kegiatan ini
mencakup metode dan teknik yang digunakan dan dilakukan oleh teknisi.
27Suzanne Keene. 2002. “Managing Conservation In Museum”. United States: Butterworth
Heinemann Publication. h.2 28Sutarno NS. 2008 . “Kamus Perpustakaan dan Informasi”. Jakarta: Jala Permata. h.108
26
Kegiatan konservasi yang biasanya dilakukan adalah deasidifikasi,
enkapsulasi atau laminasi, membuat film mikro, penyimpanan dalam bentuk
digital atau elektronik. Selain itu konservasi dapat juga diartikan sebagai
penggunaan prosedur ilmu kimia atau fisika dalam pemeliharaan dan
penyimpanan pustaka untuk menjamin keawetan pustaka.29
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konservasi
merupakan sebuah cara atau teknik yang digunakan untuk merawat serta
menjaga koleksi dari kerusakan melalui berbagai kegiatan, sehingga koleksi
dapat tetap ada untuk pembelajaran generasi selanjutnya.
2. Jenis Konservasi
Konservasi biasanya dilakukan pada koleksi perpustakaan, museum
ataupun arsip. Cara konservasi yang dilakukan biasanya sama namun yang
berbeda adalah jenis koleksinya. Konservasi menurut Endang Fatmawati
artinya kegiatan untuk mengawetkan koleksi. Hal ini mencakup adanya
kebijakan spesifik dan teknis yang terlibat dalam melindungi koleksi dari
kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang dibuat oleh
staf teknis konservator. Untuk pembagiannya, konservasi terbagi menjadi 4
(empat) jenis, yaitu30:
a. Konservasi aktif (active), merupakan tindakan yang berhubungan
langsung dengan koleksi, biasanya dilakukan pada koleksi berupa tulisan
yang berbahan kertas seperti manuskrip, caranya adalah dengan membuat
29Lasa HS. 2009. “Kamus Kepustakawanan Indonesia”. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher. h.180 30Endang Fatmawati. “Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan”.
LIBRIA, Vol. 10, No. 1, Juni (2018). h.20
27
kotak pelindung buku dan membersihkan dokumen, maupun upaya
menetralkan asam pada kertas. Pada koleksi lainnya dilakukan dengan
cara membersihkan koleksi dari debu.
b. Konservasi pasif (passive), merupakan kegiatan untuk memperpanjang
umur koleksi. Hal ini misalnya: memonitor kebersihan ruang
penyimpanan koleksi, mengondisikan udara yang selalu bersih bebas
polusi, penggunaan AC yang stabil, dan mengontrol kondisi fisik maupun
kondisi lingkungan di sekitar tempat koleksi tersebut disimpan.
c. Konservasi preventif (preventive), merupakan tindakan dalam rangka
mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk memperpanjang umur
koleksi, seperti menyusun kebijakan yang jelas terkait pelatihan petugas.
Selanjutnya membangun kesadaran pengelola dan petugas akan tanggung
jawabnya dalam mencegah koleksi dari kerusakan, aspek konservasi
preventif yang berhubungan langsung dengan koleksi, yaitu dengan
melakukan survei kondisi koleksi, memasang pengusir serangga,
memberi kapur barus, memberikan silica gell, dan lain-lain.
d. Konservasi kuratif (curative), merupakan tindakan untuk mengembalikan
struktur fisik dan fungsi dari sebuah dokumen dengan cara
menyelamatkan kondisi fisik koleksi agar terhindar dari kerusakan lebih
lanjut. Konservasi kuratif juga bisa dengan memulihkan koleksi ke
kondisi aslinya dengan menggunakan metode tertentu sehingga bagian
yang rusak menjadi utuh kembali seperti semula. Kegiatan yang biasanya
dilakukan dalam konservasi kuratif ini, antara lain:
28
1) Melakukan identifikasi;
2) Melakukan fumigasi;
3) Melakukan pendokumentasian;
4) Melakukan pembersihan (cleaning);
Untuk koleksi yang berbahan kertas:
5) Memutihkan kertas (bleaching);
6) Menghilangkan pengaruh asam yang ada pada kertas (deasidifikasi)
secara basah, kering, atau dalam bentuk gas;
7) Menambal dan menyambung (mending);
8) Memperkuat kertas melalui pelapisan dua lembar tisu jepang pada
permukaan kertas (laminasi);
9) Memperkuat kertas dengan memberi lapisan penguat pada satu sisi
bagian belakang (lining);
10) Mengembalikan kekuatan kertas dengan memberi penguat gelatine
atau Carboxyl Methly Cellulose (CMC) cair dengan sprayer atau
kuas (sizing);
11) Memperkuat kertas yang berbentuk lembaran lepas agar terhindar
dari kerusakan yang bersifat fisik (enkapsulasi).
3. Tujuan dan Fungsi Konservasi Koleksi Museum
Tujuan dan fungsi konservasi koleksi museum sama halnya dengan
tujuan dan fungsi pelestarian naskah kuno pada perpustakaan, hal ini
dikarenakan museum juga memiliki koleksi berupa naskah kuno. Kata
pelestarian dalam kalimat tersebut bisa kita fokuskan pada kata konservasi.
29
Sama halnya dengan tujuan pelestarian naskah kuno diatas, konservasi
koleksi juga dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan pada
koleksi museum, sehingga koleksi dapat disimpan lebih lama, dan menjadi
daya tarik bagi pengunjung. Koleksi museum memiliki sejarah, sehingga
semakin lama usia koleksi tersebut, maka koleksi tersebut semakin
berharga.
Pelestarian bahan pustaka menurut Martoatmodjo adalah menjaga agar
koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga yang iseng
dan jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan diruangan
yang lembap.31 Jika disimpulkan dari pernyataan tersebut maka kita juga
dapat kaitkan dengan konservasi koleksi museum, bahwa konservasi koleksi
museum juga memiliki beberapa fungsi sebagai berikut yaitu:
a. Fungsi Melindungi: Koleksi Museum dilindungi dari serangan serangga,
manusia, jamur panas matahari, air, dan sebagainya. Dengan cara
konservasi yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat
menyentuh koleksi. Manusia tidak akan sembarangan memegang koleksi.
Jamur tidak sempat tumbuh dan sinar matahari serta kelembaban udara di
museum akan mudah dikontrol.
b. Fungsi Pengawetan: dengan perawatan yang baik, koleksi menjadi lebih
awet, bisa tahan lebih lama disimpan, dan diharapkan lebih banyak
pengunjung dapat melihat langsung koleksi tersebut.
31Martoadmodjo, Karmidi. 2014. “Pelestarian Bahan Pustaka”. Jakarta: Universitas
Terbuka.
30
c. Fungsi Kesehatan: dengan adanya konservasi yang baik, koleksi museum
menjadi bersih, bebas debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang
berbagai penyakit, sehingga pengunjung maupun petugas akan tetap
sehat.
d. Fungsi Pendidikan: pengunjung akan lebih menghargai koleksi museum,
misalnya dengan tidak membawa makanan dan minuman ke dalam
museum, tidak menyentuh koleksi sembarangan dan mengikuti peraturan
museum lainnya.
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa fungsi konservasi koleksi
museum adalah agar koleksi dapat disimpan hingga masa mendatang karena
di dalam setiap koleksi museum terdapat nilai sejarah dan kebudayaan yang
perlu dirawat dan dijaga, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana
pembelajaran untuk generasi berikutnya.
4. Unsur-unsur Manajemen Konservasi
Dalam bidang manajemen konservasi terdapat unsur-unsur penting
yang sangat berpengaruh akan terlaksananya kegiatan konservasi di
museum. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah:
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam sebuah museum merupakan salah satu poin
penting yang harus ada, personil museum harus memiliki kecakapan
yang memadai tentang aspek teknik dan administrasi permuseuman.32
Hal tersebut sama halnya dengan dalam bidang konservasi, staf yang
32Direktorat Museum. 2010. “Pedoman Museum Indonesia”. Jakarta: Direktorat Jendral dan
Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. h.29
31
menangani konservasi atau bisa juga disebut konservator ini seharusnya
memiliki kemampuan dalam bidang konservasi. Bidang konservasi erat
kaitannya dengan ilmu pengetahuan alam seperti biologi, fisika, dan
kimia. Maka dalam museum seorang konservator memiliki kualifikasi
pendidikan seperti pada tabel berikut.
Tabel 1
Kualifikasi Pendidikan Konservator
Kualifikasi Pendidikan
Pendidikan Formal Pendidikan dan Pelatihan
Minimal Ideal Minimal Ideal
Sekolah
lanjutan tingkat
atas jurusan IPA
atau biologi
D3 dan S1
bidang ilmu
kimia,
biologi,
fisika, atau
yang sejenis
Tipe dasar
ilmu
permuseuman
• Tipe dasar ilmu
permuseuman
• Tipe khusus ilmu
permuseuman
• Tipe kejuruan ilmu
permuseuman
• Bidang konservasi
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam konservasi juga berperan penting, karena
tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka kegiatan
konservasi tidak dapat dilakukan. Dalam konservasi terdapat dua metode
yaitu konservasi tradisional dan konservasi modern. Konservasi
tradisional dilakukan dengan menggunakan bahan yang didapat dari
lingkungan masyarakat, seperti dengan menggunakan cengkeh sebagai
pengawet, sedangkan konservasi modern merupakan konservasi yang
menggunakan bahan kimia.33 Dalam kegiatannya sarana konservasi
merupakan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan seperti UV
33Dyah Sulistiyani. “Laporan Kegiatan Workshop Konservasi di Museum Nasional”.
Majalah Permuseuman: Museografia. Vol.6 no.10. Desember 2012
32
monitor, lux meter, thermohygrometer, timbangan, beker glass, hot plate,
spatula, kuas halus, silika gel, dan alat serta bahan lainnya. Sedangkan
prasarana dalam konservasi adalah laboratorium.
c. Anggaran
Anggaran merupakan dana yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan
konservasi. Dana atau anggaran merupakan hal yang harus diusahakan,
diatur dan dikontrol penggunaannya dengan baik.34 Tanpa adanya
anggaran ini, maka konservasi akan sulit dilaksanakan secara maksimal.
5. Faktor-faktor Kerusakan Koleksi
Kerusakan koleksi sesungguhnya bukan dikarenakan sekedar faktor
keusangan dimakan oleh waktu saja. Banyak faktor yang mendorong
terjadinya kerusakan tersebut, mulai dari pengaruh fisika, kimia, biologi,
biota, lingkungan, penanganan yang salah (faktor manusia), bencana alam,
maupun musibah.35
Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari koleksi
itu sendiri, biasanya kerusakan dalam faktor internal ini diakibatkan oleh
faktor kimia. Sedangkan faktor eksternal, faktor kerusakan berasal dari
sekitar koleksi tersebut ditempatkan seperti faktor fisika, biota, manusia,
serta bencana alam.
34Indah Purwani. “Selintas Peran Restorator dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan”.
Majalah Perpustakaan: Visipustaka. Vol.15 no. 1. April 2013. 35Endang Fatmawati. “Identifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi perpustakaan”.
Edulib, Vol.7 No.2, November (2017). h.110
33
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari koleksi itu sendiri, biasanya
kerusakan dalam faktor internal ini diakibatkan oleh faktor kimia. Faktor
kimia yang menyebabkan kerusakan terjadi karena usia dari koleksi
tersebut seiringnya terjadi pada koleksi berbentuk tulisan seperti
manuskrip, kerusakan yang terjadi ialah berubahnya asam basa dalam
kertas yang menyebabkan koleksi menjadi rapuh.
b. Faktor eksternal merupakan faktor kerusakan yang berasal dari sekitar
koleksi tersebut ditempatkan seperti faktor lingkungan, biota, manusia,
serta bencana alam.
1) Faktor lingkungan
Secara umum kerusakan koleksi yang disebabkan oleh faktor
lingkungan tersebut biasanya berhubungan dengan faktor fisika,
seperti paparan cahaya (sinar matahari dan lampu), pencemaran udara,
temperatur/suhu, kelembapan udara, dan debu. Selain itu, faktor
lingkungan lainnya adalah rak atau lemari penyimpanan koleksi yang
tidak memenuhi syarat.
2) Faktor biota
Faktor biota ini berhubungan dengan faktor biologi yaitu serangga,
serangga di Indonesia bermacam karena Indonesia mempunyai alam
tropik, beberapa serangga dapat menyebabkan kerusakan pada benda
koleksi, sementara untuk mencegah masuknya serangga ke dalam
museum sangat sulit karena serangga dapat ikut dalam peti kemas
yang dikirim ke dalam museum, pencegahannya dapat melalui proses
34
kimiawi dengan memperhatikan sifat dan bahan koleksi, dan
diupayakan jangan sampai pencegahan tersebut justru menimbulkan
kerusakan pada koleksi.
3) Faktor manusia
Faktor manusia ini merupakan kerusakan yang dilakukan oleh
manusia, bisa karena salahnya metode penanganan koleksi oleh
petugas atau karena ulah pengunjung yang tidak mematuhi aturan
museum seperti memegang koleksi sembarangan dan membawa
makanan atau minuman ke dalam museum.
4) Faktor bencana alam
Bencana yang disebabkan oleh alam seperti banjir, gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, longsor, angin puting beliung dan bencana
lainnya, merupakan bencana yang tidak dapat prediksi kedatangannya,
namun sangat berbahaya bagi koleksi. Maka dari itu museum harus
mengantisipasi kerusakan koleksi yang disebabkan oleh bencana alam,
seperti membangun bangunan tahan gempa, menyimpan koleksi di
tempat yang tidak menyentuh lantai langsung, dan melakukan hal-hal
lainnya yang dapat mengamankan koleksi ketika terjadi bencana alam.
D. Penelitian Relevan
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran terhadap
penelitian-penelitian terdahulu. Dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa
penelitian yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, penelitian tersebut
diantaranya:
35
1. Pelestarian Naskah Kuno pada Museum Negeri Provinsi Sumatra Utara
Medan, penelitian ini dilakukan oleh Suci Rahmadani pada tahun 2018,
mahasiswi Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.36 Perbedaan skripsi ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan penelitian, jenis
koleksi yang diteliti, dan tempat penelitian. Tujuan penelitian yang
dilakukan oleh Suci Rahma yaitu untuk mengetahui cara pelestarian serta
kendala dalam melakukan pelestarian pada koleksi naskah kuno yang ada di
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Medan. Sedangkan metode yang
digunakan adalah metode kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif.
2. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal Jakarta, penelitian ini dilakukan oleh Wahyudin pada tahun
2018, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.37
Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak
pada tujuan, koleksi, dan tempat penelitian. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui proses pelestarian, kendala, dan cara mengatasi
kendala pelestarian pada koleksi naskah kuno di Perpustakaan Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif menggunakan metode deskriptif.
36Suci Rahmadani. Pelestarian Naskah Kuno pada Museum Negeri Provinsi Sumatra Utara
Medan. Tugas akhir S1, Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara Medan, 2018. Diunduh melalui laman http://repositori.usu.ac.id. 37Wahyudin. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-qur’an dan Museum
Istiqlal Jakarta. Tugas akhir S1, Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. Diunduh melalui laman
http://repository.uinjkt.ac.id.
36
3. Pelestarian Bahan Pustaka di Museum Balaputera Dewa Sumatra Selatan.
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Bu’ang, Reni Anggraini, Sabrina Tri
Ambarwati, dan Zahrotun Fadhila, pada jurnal Iqra’ Volume 12 No.1 pada
Mei 2018.38 Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kendala dan
upaya dalam melakukan pelestarian pada bahan pustaka, khususnya naskah
kuno dan koleksi di Museum Balaputera Dewa Sumatera Selatan.
Ditinjau dari ketiga penelitian terdahulu di atas, terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan dengan masalah yang akan diteliti. Pada
penelitian terdahulu, fokus penelitiannya terletak pada pelestarian naskah
kuno dan bahan pustaka, sedangkan pada penelitian yang akan dibahas oleh
peneliti di sini akan difokuskan pada konservasi yang mana merupakan
bagian dari pelestarian, dan jenis koleksi yang diteliti pun berbeda karena
pada penelitian ini, koleksi yang diteliti adalah koleksi Al-Qur’an. Untuk
persamaan penelitian, penelitian ini dan penelitian terdahulu sama-sama
menggunakan metode kualitatif, selain itu penelitian ini juga dilakukan di
museum, walaupun museum yang berbeda.
38Muhammad Bu’ang, Reni Anggraini, Sabrina Tri Ambarwati, dan Zahrotun Fadhila.
Pelestarian Bahan Pustaka di Museum Balaputera Dewa Sumatra Selatan. (Journal Iqra’ Volume
12 No.1, Mei 2018).
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang akan digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk menggali informasi secara lebih dalam terkait
dengan masalah yang akan diteliti.39
Sedangkan pendekatan studi kasus merupakan salah satu jenis
pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem
terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus),
melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang melibatkan
beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk, dan melaporkan
deskripsi kasus dan tema kasus.40
B. Sumber Data
Adapun rincian sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut M. Iqbal Hasan data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian
39Lexy J. Moleong. 2013. “Metode penelitian kualitatif”. Bandung: Remaja Rosdakaya. h.2 40John W. Creswell. 2014. “Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: memilih di antara lima
pendekatan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h.135
38
atau yang bersangkutan yang memerlukannya.41 Data primer ini berasal dari
lingkungan tempat penelitian berupa situs, benda-benda atau manusia,
seperti hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan data-data mengenai
informan yang didapatkan oleh peneliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.42 Data ini
merupakan data pendukung untuk informasi primer yang telah diperoleh,
dan diperoleh melalui bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku,
dan lain sebagainya.
C. Informan
Pemilihan informan ditetapkan berdasarkan kualifikasi dari informan
tersebut, hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan topik pembahasan dalam penelitian.
Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tema penelitian, dalam melakukan wawancara peneliti perlu
memilih informan mana yang tepat untuk diwawancarai. Karena dengan
pemilihan informan yang tepat peneliti akan mendapatkan informasi selengkap
mungkin, sehingga membantu peneliti dalam melakukan penulisan penelitian.
Ketika memilih informan, peneliti harus cermat dan teliti, peneliti perlu
mencari tahu pihak-pihak mana saja yang benar-benar memahami tentang tema
penelitian. Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik
41Hasan, M. Iqbal. 2002. “Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya”.
Bogor: Ghalia Indonesia. h.82 42Hasan, M. Iqbal. h.58
39
purposive sampling yang merupakan sebuah teknik untuk menentukan
informan dengan cara sengaja memilih informan yang sesuai dengan kriteria
karena peneliti memiliki pertimbangan tertentu.43
Dalam melakukan sebuah penelitian, informan menjadi salah satu kunci
atau sumber penting dalam pencarian data serta informasi yang relevan dan
terpercaya. Oleh karena itu, peneliti menerapkan beberapa kriteria-kriteria yang
harus dimiliki oleh informan, diantaranya adalah:
1. Memiliki otoritas dalam museum
Dalam konteks ini, penting bagi informan memiliki otoritas dalam
museum. Hal ini dikarenakan informan tersebut mengetahui banyak hal
tentang museum mulai dari koleksi, sejarah, dan hal-hal lainnya yang terkait
dengan museum tersebut.
2. Memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang museum dan konservasi
Dalam konteks ini, latar belakang pendidikan di bidang museum juga
diperlukan, karena staf yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang
museum akan menerapkan apa yang telah dipelajarinya ketika bekerja.
Sehingga dalam melakukan sesuatu mereka akan memikirkan dampak
negatif dan positifnya.
3. Memiliki pandangan khusus tentang topik penelitian
Dalam konteks ini, informan juga perlu memiliki pandangan khusus
tentang topik penelitian, karena ketika informan memiliki pandangan khusus
tentang topik penelitian, informan tersebut akan menjawab pertanyaan
43Herman, dkk. 2007. “Metodologi Penelitian”. Jakarta: Universitas Terbuka. h. 3.12.
40
peneliti sesuai dengan konteks pertanyaan dan tidak sembarang menjawab.
4. Merupakan pelaksana harian yang sifatnya teknis
Dalam konteks ini, seseorang yang memang menjadi pelaksana harian
teknis dalam kegiatan konservasi juga diperlukan, karena pelaksana teknis
tersebut merupakan seseorang yang mempunyai tanggung jawab dan
memang terlibat langsung dalam kegiatan konservasi, sehingga orang
tersebut akan menjelaskan kegiatan konservasi yang biasanya dilakukan.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan, maka peneliti
mengambil tiga informan, informan tersebut diantaranya adalah:
Tabel 2
Data Informan
No. Nama Jabatan Pendidikan
1. Syaifuddin, MA.Hum Kepala Seksi Koleksi S2 (Filologi)
2. Ida Fitriani, M.Hum Staf Pengembang
Koleksi S2 (Arkeologi)
3. Bubun Budiman Perawat koleksi SLTA
Informan yang dipilih merupakan informan yang sesuai dengan kriteria
yang telah disebutkan, dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara secara langsung bertatap muka dengan informan, dalam
wawancara peneliti memberikan pertanyaan semi terstruktur, hal tersebut
dilakukan guna mendapatkan informasi secara mendetail.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, instrumen pengumpulan data sangat penting,
karena menjadi alat untuk membantu menjawab semua permasalahan dan juga
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini teknik
41
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara, dan
kajian pustaka.
1. Observasi
Merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati lingkungan dan mencatat secara sistematis peristiwa yang
dijadikan bahan penelitian oleh peneliti. Menurut Hasan observasi ialah
pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku
dan suasana yang berkenaan dengan organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris.44 Tujuan dilakukan observasi oleh peneliti adalah untuk
menemukan gambaran permasalahan dan petunjuk untuk menyelesaikan
masalah. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah melihat dan
mengamati koleksi serta lingkungan museum.
2. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan dan tatap muka kepada
informan yang berkaitan dengan penelitian, serta jawaban wawancara dari
informan ditulis ataupun direkam.45 Wawancara dilakukan agar peneliti
dapat mengetahui informasi terkait topik penelitian, maka dari itu dalam
wawancara peneliti akan memilih tiga informan yang sesuai dengan kriteria
yang peneliti inginkan. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara
semi terstruktur di mana peneliti memberikan pertanyaan yang telah tercatat
dan pertanyaan spontan yang berhubungan dengan penelitian.
44Hasan, M. Iqbal. 2002. “Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya”.
Bogor: Ghalia Indonesia. h.86 45Hasan, M. Iqbal. h.85
42
3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai
berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam
proses penelitian.46 Sumber data didapatkan melalui bahan pustaka seperti
buku, jurnal, artikel, dan bahan pustaka lainnya baik yang ada di
perpustakaan maupun sumber-sumber informasi lainnya. Tujuan dilakukan
studi pustaka adalah agar peneliti mendapatkan pemahaman tentang konsep
permasalahan yang akan dikaji dan kajian pustaka juga dijadikan sebagai
landasan teori untuk memperkuat analisa dalam penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Menganalisis data pada penelitian kualitatif perlu dilakukan secara
terstruktur mulai dari mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan mana yang akan dikaji sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan untuk
disampaikan kepada orang lain, maka dari itu dalam menganalisis terdapat tiga
tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.47
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perhatian, menyederhanakan, serta mentransformasikan data yang muncul
dari catatan-cacatan lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
46Martono, Nanang. 2011. “Metode Penelitian Kuantitatif”. Jakarta: PT Raya Grafindo
Persada. h. 97 47Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung:
Alfabeta. h.91
43
mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Reduksi
data digunakan agar peneliti mendapatkan gambaran jelas dari data yang
diperoleh.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian
data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian
data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar
kategori, diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Hal tersebut
dilakukan agar memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan
dan melakukan verifikasi data. Data yang telah disajikan dalam bentuk
narasi atau bentuk lainnya digunakan untuk menjawab rumusan masalah
yang telah dirumuskan sejak awal.
F. Jadwal penelitian
Adapun Jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Tanggal
1. Pengajuan Proposal Skripsi Februari 2019
2. Pengujian Proposal Skripsi Maret 2019
3. Awal Bimbingan Skripsi Maret 2019
4. Penyusunan Laporan Skripsi April 2019
5. Penelitian April dan Mei 2019
6. Bimbingan Skripsi Juni 2019
7. Pengajuan Sidang Juli 2019
Sidang Skripsi Agustus 2019
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Bayt Al-Quran dan Museum Istiqlal48
Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan ‘kesatuan dalam
keanekaragaman’, karena toleransi dan rasa kebersamaan antar suku dan
antar agama yang telah tertanam sepanjang sejarah pembentukan bangsa.
Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan suku dan adat istiadat, bangsa
Indonesia mengakui adanya beberapa agama besar yang dipeluk oleh
masyarakatnya, masing-masing pemeluk agama memiliki hak dan
kesempatan yang sama dalam menjalankan kewajiban beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Islam merupakan agama terbesar yang dipeluk oleh mayoritas
masyarakat Indonesia, Islam telah hadir berabad-abad lamanya, menyebar
hampir ke seluruh pelosok tanah air dan mewarnai berbagai kebudayaan
yang telah hidup sebelumnya. Setiap kebudayaan yang disentuh Islam
tampaknya memiliki keunikan tersendiri, kekayaan dan keragaman budaya
Islam yang dimiliki bangsa Indonesia tampak jelas dalam Festival Istiqlal
tahun 1991 dan 1995.
Pembangunan Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal merupakan wujud
dari cita-cita dan pemikiran untuk menampilkan dan mengaktualisasikan
kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya yang bernafaskan Islam.
48Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. “Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal:
Jendela peradaban Islam Indonesia”. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. h.10
45
Ide awal pendirian Bayt Al-Qur’an muncul dari Dr. H. Tarmizi Taher
pada tahun 1994 ketika menjabat sebagai Menteri Agama RI, ketika ia
mendampingi Presiden H.M. Soeharto menerima hadiah sebuah Al-Qur’an
besar dari Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa
Tengah. Satu tahun kemudian, tepatnya pada peringatan 50 tahun
kemerdekaan RI tahun 1995, Presiden meresmikan Mushaf Istiqlal yang
telah selesai dikerjakan sejak tahun 1991. Mushaf Istiqlal merupakan
mushaf ukuran besar yang ditulis dengan khat yang indah, dilengkapi
dengan hiasan (iluminasi) dari ragam hias 27 provinsi di Indonesia. Pada
waktu itulah tercetus ide untuk mendirikan Bayt Al-Qur’an (berarti “Rumah
Al-Qur’an”) sebagai tempat untuk menghimpun, menyimpan, memelihara,
dan memamerkan mushaf Al-Qur’an dari berbagai macam bentuk dan jenis,
yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Ide ini kemudian mendapat
dukungan dari Ibu Tien Soeharto yang langsung mewakafkan tanah seluas
satu hektar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur,
tepatnya di sebelah kana pintu masuk utama TMII.
Setelah melalui tahapan perencanaan, gagasan untuk memperluas fungsi
Bayt Al-Qur’an muncul terutama selepas penyelenggaraan Festival Istiqlal
kedua pada tahun 1995. Pada penyelenggaraan festival tersebut, telah
banyak dihimpun benda-benda koleksi budaya Islam Nusantara yang pada
saat itu belum terpikirkan akan ditempatkan di mana. Ide yang pada awalnya
hanya untuk menghimpun naskah-naskah Al-Qur’an, kemudian diperluas
untuk menghimpun, memamerkan, dan mengkaji sejarah serta budaya Islam
46
Nusantara. Sejak saat itulah, timbul rencana untuk menggabungkan ide
pendirian Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan dua lembaga yang
memiliki kesatuan utuh, dengan perannya masing-masing. Keduanya
menyatu dalam upaya meningkatkan kecintaan, pemahaman dan
pengalaman Al-Qur’an. Melihat kedudukan dan fungsinya, kedua lembaga
tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal lebih dari sekedar tempat untuk
menyimpan dan memamerkan Al-Qur’an dari berbagai tempat di Indonesia,
kedua lembaga tersebut juga merupakan wadah kajian dan pengembangan
ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan budaya Islam. Akhirnya pada
tanggal 20 April 1997 Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal resmi dibuka
oleh Presiden RI H.M. Soeharto, sebagai tonggak perkembangan dan
kebesaran Islam di Indonesia: menyiarkan kegemilangan dari masa lalu,
masa kini dan masa yang akan datang.
Pengelolaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal berada di bawah
Kementerian Agama RI. Tahun 1997 hingga 2002 dikelola oleh Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, tepatnya di bawah
Direktorat Penerangan Agama Islam, berdasarkan keputusan Menteri
Agama RI Nomor 475 Tahun 1997. Pada tahun 2002, berdasarkan
Keputusan MenteriAgama RI Nomor E/50 Tahun 2002, pengelolaan Bayt
Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dialihkan ke Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, di bawah Direktorat Pendidikan Agama Islam
47
pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, yang membawahi Subdit
Siaran dan Tamadun, dan memiliki Seksi Museum Islam.
Pada tahun 2005 Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal harus kembali
menyesuaikan diri beralih ke Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam di bawah Direktorat Penerangan Agama Islam. Sejak tahun 2007
hingga saat ini Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal secara struktural berada
di dalam organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI, berdasarkan Peraturan Menteri Agama
RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Di dalam struktur yang baru ini, Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal berada di bawah Bidang Bayt Al-Qur’an dan
Dokumentasi.
Sejak berdirinya, Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal telah beberapa
kali mengalami pergantian pimpinan, yaitu:
Tabel 4
Nama-nama Pimpinan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dari masa
ke masa
No. Nama Periode
1. Drs. H. Subagji 1997-1999
2. Drs. H. Subandi M.Si. 1999-2001
3. Prof. Dr. H. Hasan Mu’ari Ambary 2001-2002
4. Dr. H. Yusnar Yusuf, MS 2002-2005
5. Drs. H. Mudjahid AK, M.Sc. 2005-2006
6. Drs. H. Ahmad Jauhari, M.Si. 2006-2007
7. Drs. H. Muhammad Shohib, MA 2007-2014
8. Drs. Hisyam Ma’sum, M.Si. 2014
9. H. Abdul Halim Ahmad, Lc, MM 2014-2015
10. Dr. H. Muchlis M.Hanafi, MA 2015-sekarang
48
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dirancang dengan mengacu
kepada Al-Qur’an dan Hadis yang merupakan pegangan hidup umat Islam,
dan tetap mempertimbangkan kaidah arsitektur yang berusaha mencapai
keselarasan yang padu antara keindahan dan fungsi. Gedung Bayt Al-Qur’an
dan Museum Istiqlal dirancang oleh It. Achmad Noe’man bersama dengan
biro arsitekturnya, PT Binaro, Bandung.
Dalam konteks Indonesia, arsitektur selalu dikaitkan dengan unsur-
unsur budaya setempat sehingga menemukan bentuknya yang khas. Seluruh
bangunan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal terdiri atas 3,5 lantai dan
satu lantai dasar (basement), serta sebuah masjid dengan luas keseluruhan
bangunan ±17.000 m2. Kedua bangunan ini cukup megah, terletak di
kompleks Taman Mini Indonesia Indah dengan tampak memanjang, dan
berorientasi ke arah kiblat. Lantai satu digunakan untuk lobby, masjid, serta
ruang pameran tetap; lantai dua untuk ruang pamer tidak tetap, dan ruang
audio visual; lantai tiga untuk perpustakaan, ruang direktur, kepala bidang,
kepala seksi, serta tuang rapat; serta lantai empat untuk ruang pertemuan
dan seminar.
2. Dasar, Tujuan, Visi dan Misi
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan lembaga yang berada
di bawah naungan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, namun memiliki
dasar, tujuan, visi dan misi tersendiri, berikut merupakan dasar, tujuan, visi
dan misi dari Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal:
49
a. Dasar
1) Sesungguhnya Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang merupakan
rahmat bagi seluruh alam yang menjadi tuntunan terbaik dan memiliki
nilai sangat strategis untuk pembangunan umat manusia.
2) Sesungguhnya Al-Qur’an telah mengilhami, mendorong dan
memperkaya budaya bangsa.
3) Kekayaan budaya yang bernafaskan Islam dalam berbagai bentuknya
perlu dilestarikan dan dikembangkan.
b. Tujuan
1) Mengingatkan kecintaan, pemahaman dan pengalaman ajaran-ajaran
Al-Qur’an.
2) Menampilkan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam yang
berkualitas dan kreatif dalam upaya memantapkan kesatuan dan
persatuan bangsa.
3) Menampilkan makna dan citra ajaran Islam dan budaya bangsa
Indonesia yang bersifat terbuka, dinamis dan toleran.
4) Menampilkan budaya islami yang berasal dari Asia Tenggara dan
bangsa-bangsa lainnya dalam upaya ikut melengkapi dan memperkaya
khazanah budaya Islam dunia.
5) Menjadi forum studi dan pelayanan informasi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan budaya Islam.
c. Visi
“Menjadi Museum Al-Qur’an dan Kebudayaan Islam Bertaraf
Internasional”
50
d. Misi
“Menjaga dan Melestarikan Warisan Al-Qur’an dan Kebudayaan Islam
di Nusantara”
3. Struktur Organisasi49
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal tidak memiliki struktur organisasi
tersendiri, karena Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan lembaga
yang berada di bawah naungan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, oleh
karena itu struktur organisasi dijadikan satu dengan lembaga induknya
tersebut, adapun struktur organisasi induknya tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 1 Struktur Organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ini berada di bawah Bidang Bayt
Al-Qur’an dan dokumentasi yang merupakan bidang III di Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
49Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2016. “Profil Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an”. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. h.15
Kepala Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur'an
Dr. Muchlisin M.Hanai, MA
Kepala Bidang Pentashihan
Mushaf Al-Qur'an
Abdul Aziz Sidqi, M.Ag
Kepala Seksi Pelatihan
Liza Mahzumah, S.Ag
Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengawasan Pentashihan
Fahrur Rozi, MA
Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala Bidang Pengkajian
Al-Qur'an
Dr. Muchlisin M.Hanai, MA
Kepala Seksi Pengembangan dan
Pengkajian Al-Qur'an
Bagus Purnomo, S.Th.I
Kepala Seksi Sosialisasi dan
Penerbitan
Arum Rediningsih, MAB
Kepala Bidang Bayt Al-Qur'an
dan Dokumentasi
Wawan Ridwan, M.Pd
Kepala Seksi Koleksi dan Pameran
Syaifuddin, MA.Hum
Kepala Seksi Dokumentasi
dan Kepustakaan
Agus Puji Utama, S.Pd.I
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Deni Hudaeni A. Arifin, Lc. MA
51
4. Staf Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi memiliki 20 staf, adapun
tugas dan latar belakang masing-masing individunya ialah sebagai berikut:
Tabel 5
Sumber Daya Manusia Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi
No. Nama Jabatan Bagian Pendidikan
1. Hj. Nani Sutiati,
MM
Kepala Bidang
Bayt Al-Qur’an
&Dokumentasi
Bidang Bayt Al-
Qur’an dan
Dokumentasi
S2
2. Syaifuddin,
MA.Hum
Kepala Seksi
Koleksi dan
Pameran
Seksi Koleksi
dan Pameran S2
3. Khikmawati, Lc
Pengembang
Koleksi
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran S1
4. Ida Fitriani,
M.Hum.
Pengembang
Koleksi
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran S2
5.
Adimas
Bayumurti,
M.Hum.
Pengembang
Koleksi
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran S2
6. Dra. Dedeh Saidah
Pengembang
Koleksi
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran S1
7. Nurdin
Pengolah Bahan
Koleksi dan
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran SLTA
8. Aris Munandar
Pengolah Bahan
Koleksi dan
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran STM
9. Bubun Budiman
Pemelihara
Koleksi dan
Museum
Seksi Koleksi
dan Pameran SLTA
10. Muhammad Lutfi,
Amd Pemandu
Seksi Koleksi
dan Pameran D3
11. H. Agus Puji
Utama, S.Pd.
Kepala Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
S1
12. Hj. Jurasih, S.Sos.
Penyusun Bahan
Informasi dan
Penerangan
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
S1
52
13. Heri Haryadi,
M.Hum.
Penyusun Bahan
Informasi dan
Penerangan
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
S2
14. Gumin Subianto,
S.Sos.
Pengolah Data
Bayt Al-Qur’an
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
S1
15. Sri Purwanti Pengolah Data
Bayt Al-Qur’an
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
SLTA
16. Ibnu A’thoillah,
S.Pd.
Pengelola
Website/IT
Seksi
Dokumentasi &
Kepustakaan
S1
17. Drs. Ali Akbar,
M.Hum. Peneliti Madya
Fungsional
Peneliti S3
18 Abdul Hakim,
M.Si. Peneliti Muda
Fungsional
Peneliti S2
19 H. Zarkasi, MA Peneliti Muda Fungsional
Peneliti S2
20 Dwi Martiningsih,
S.Psi. Peneliti Pertama
Fungsional
Peneliti S1
5. Jenis koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
a. Koleksi Bayt Al-Qur’an
Bayt Al-Qur’an merupakan gambaran fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk
manusia, maka dari itu koleksi Bayt Al-Qur’an diantaranya adalah:
1) Manuskrip Al-Qur’an
Penyalinan mushaf secara tradisional di Nusantara berlangsung sejak
awal kedatangan Islam hingga akhir abad ke 19, penyalinan ini
dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat Islam baik dari para
penyalin profesional, santri, maupun para ulama. Penyalinan yang
dilakukan oleh kesultanan pada umumnya indah, baik dari kaligrafi
maupun iluminasinya. Iluminasi pada mushaf-mushaf istana sering
berlatarkan emas, dengan penggarapan detail yang baik,
mengutamakan keindahan mushaf. Bayt Al-Qur’an saat ini
53
menyimpan lebih dari 60 mushaf kuno yang berasal dari berbagai
daerah di Nusantara, diantaranya Aceh, Jambi, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bima.
2) Mushaf Al-Qur’an Cetak
Pada paruh kedua abad ke-19, mulai berkembang teknologi
percetakan litografi, penyalinan mushaf Al-Qur’an secara tradisional
pelan-pelan mulai ditinggalkan. Di Indonesia, mushaf Al-Qur’an
pertama kali dicetak di Palembang pada tahun 1848. Bayt Al-Qur’an
dan Museum Istiqlal mengoleksi beberapa Mushaf Al-Qur’an cetak
tertua di Nusantara, diantaranya: cetakan Singapura akhir abad ke-19,
dan yang lebih muda, yaitu cetakan matba’ah Al-Islamiyah milik
HMS Sulaiman, Bukittinggi, 1993. Mushaf Al-Qur’an cetak lainnya
berasal dari tahun 1950-an hingga tahun 2016, dengan beragam variasi
teks Al-Qur’an, iluminasi, dan inovasi desain cover.
3) Manuskrip Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an
Naskah terjemahan dalam bahasa Melayu paling tua yang dapat
ditemukan hingga kini adalah sebuah naskah koleksi Universitas
Cambridge, berisi terjemahan Surah al-Kahf, dalam bentuk huruf
cetak, berasal dari awal abad ke-17. Sementara terjemahan Al-Qur’an
lengkap pertama adalah Tarjuman al-Mustafid karya Abdurra’uf as-
Sinkili yang ditulis pada akhir abad ke-17. Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal mengoleksi manuskrip Tafsir al-Jalalani, dan Tafsir
al-Baidawi yang disalin ulama Nusantara pada abad ke-19. Pada tahun
54
1992 Mahmud Yunus memelopori penerjemahan Al-Qur’an, dan
selesai pada tahun 1938, namun diterbitkan pada tahun 1960 dengan
judul Tafsir Al-Qur’an Karim. Karya tafsir juga muncul dalam
beberapa bahasa daerah seperti bahasa Sunda dengan huruf pegon,
bahasa Jawa dengan huruf pegon, bahasa Jawa dengan huruf latin dan
lainnya.
4) Al-Qur’an Elektronik dan Digital
Sesuai dengan perkembangan teknologi, Al-Qur’an juga dikemas
dalam perangkat elektronik dan digital seperti kaset, CD, DVD, serta
aplikasi dalam telepon genggam. Sehingga media untuk membaca dan
belajar Al-Qur’an makin beragam dan memudahkan umat muslim
untuk belajar serta membaca Al-Qur’an kapanpun dan di mana pun.
5) Warisan Budaya Qur’ani
Warisan budaya Qur’ani merupakan karya seni yang terinspirasi atau
terkait dengan Al-Qur’an, dan memiliki makna khusus bagi
masyarakat Indonesia, pada masa lalu maupun masa kini. Benda-
benda ini mengandung simbol-simbol Qur’ani yang terbuat dari kayu,
batu, kain, keramik, logam dan lain-lain. Sebagian besar mengandung
unsur kaligrafi yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an, baik dalam
bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
b. Koleksi Museum Istiqlal
Museum Istiqlal merupakan perwujudan pelaksanaan petunjuk Allah
55
SWT dalam kehidupan dan budaya umat Islam Nusantara, koleksi yang
terdapat pada Museum Istiqlal diantaranya adalah:
1) Manuskrip Keagamaan
Manuskrip keagamaan merupakan naskah-naskah kuno tulisan tangan
yang berisi kajian Islam yang menjadi bukti perjalanan dan
perkembangan intelektual Islam di Indonesia, Naskah-naskah tersebut
meliputi berbagai bidang ilmu agama seperti tafsir, hadis, ilmu kalam,
fikih, sastra, bahasa, hingga sejarah yang berasal dari Aceh, Banten,
Jawa, Madura, Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain.
2) Tekstil
Tradisi pembuatan tekstil yang indah di kawasan Asia Tenggara
berhubungan erat dengan istana-istana kerajaan Islam. Sudah sejak
lama tekstil seperti kain sutra, songket, sulaman, dan batik menjadi
barang dagangan Internasional yang menghubungkan kerajaan Islam
dengan negeri-negeri seperti India, China, dan negara Lainnya.
Keragaman tekstil tersebut tampak dalam kain batik, songket, tenun
maupun sulam yang digunakan untuk selendang, sarung, sajadah,
taplak meja, ikat kepala dan lain-lain.
3) Arsitektur
Keunikan arsitektur Islami di Indonesia terlihat pada bangunan
masjid, pesantren dan madrasah, dan juga pada rumah adat. Hal ini
merupakan bukti dari akulturasi antara nilai-nilai Islam dengan budaya
lokal. Perpaduan antara keduanya menghasilkan karya arsitektur yang
56
unik dan khas dari Aceh, Jawa, Riau, Kalimantan, Sulawesi, Lombok,
hingga Maluku. Karya arsitektur tersebut disajikan dalam media foto,
maket, miniatur maupun replika.
4) Nisan
Nisan merupakan bukti arkeologis yang penting bagi sejarah
perkembangan Islam di Indonesia. koleksi berupa nisan asli dan
replika berasal dari situs-situs penting awal mula Islam di Indonesia.
Koleksi nisan di Bayt Al-Qur’an merupakan replika dari batu nisan
Fatimah binti Maimun (1082 M), Maulana Malik Ibrahim, Malik as-
Saleh (1297 M), dan lain-lain. Batu nisan bernilai seni tinggi tidak
hanya berfungsi sebagai penanda makam, tetapi juga merupakan
prasasti yang menceritakan sejarah, riwayat kerajaan, serta masyarakat
sekitar pada masa lalu.
5) Seni Rupa Tradisional
Benda-benda tradisi yang memiliki nilai-nilai islami biasanya dipakai
untuk keperluan khusus yang berhubungan dengan upacara-upacara
adat, seperti pernikahan, kelahiran, khitanan, panen, dan upacara
tradisional lainnya. Terdiri atas berbagai macam media, dari ukiran
kayu, keramik, tenun, tekstil, hingga senjata tradisional. Pada
umumnya dihiasi kaligrafi Arab berisi kalimat syahadat, ayat kursi,
basmalah, dan lain-lain.
57
6) Seni Rupa Modern
Seni rupa modern islami di Indonesia berkembang sejak sekitar tahun
1970-an, dan terus berlangsung hingga saat ini. Karya tersebut sering
dan mudah dikenali dari temanya yang sebagian besar berupa kaligrafi
ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun sebenarnya tidak harus menampilkan
kaligrafi. Karya seni rupa kontemporer ini merupakan cerminan dari
kondisi sosial dan budaya masyarakat masa kini dari sudut pandang
seniman muslim. Bayt Al-Qur’an menyajikan karya seni rupa baik
dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi seperti lukisan di atas
kanvas, lukisan kaca, tapestri, lukisan batik dan patung kaligrafi.
6. Jam Layanan
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal memiliki jam layanan untuk
pengunjung yaitu Selasa sampai Minggu, sedangkan hari Senin layanan
untuk pengunjung diliburkan, berikut merupakan jam layanan Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal:
Tabel 6
Jam Layanan
No. Hari Operasional Jam Layanan
1. Senin Libur bagi pengunjung
2. Selasa-Minggu 08.00 s/d 15.30 WIB
B. Hasil Observasi
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan salah satu museum di
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
terletak di sebelah kanan pintu masuk utama TMII.
58
Museum ini memiliki dua ruang pameran tetap yaitu ruang pameran Bayt
Al-Qur’an dan ruang pameran Museum Istiqlal, kedua ruang pameran tersebut
memiliki koleksi yang berbeda, pada ruang pameran Bayt Al-Qur’an
koleksinya adalah Al-Qur’an, mulai dari Al-Qur’an terbesar hingga terkecil,
sejarah tentang perkembangan penulisan serta pencetakan Al-Qur’an di
Indonesia, dan ada juga peti untuk menyimpan manuskrip Mushaf Istiqlal.
Sedangkan pada ruang pameran Museum Istiqlal, koleksinya berupa benda-
benda yang terkait dengan peradaban Islam di Indonesia, seperti replika batu
nisan, kain-kain, manuskrip keagamaan, miniatur replika Masjid Demak dan
koleksi lainnya. Selain ruang pameran tetap ada juga fasilitas lainnya, seperti
ruang pameran tidak tetap, lobby, ruang audio visual, masjid, dan
perpustakaan.
Jumlah koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah 472 koleksi,
dengan rincian 70 koleksi Al-Qur’an manuskrip, 30 koleksi Al-Qur’an cetak, 4
koleksi Tafsir Al-Qur’an manuskrip, 24 koleksi Al-Qur’an cetak, 11 koleksi
warisan budaya Qur’ani, 7 koleksi manuskrip naskah keagamaan, 47 koleksi
arsitektur, 67 koleksi tekstil, 15 koleksi nisan, 10 koleksi seni rupa tradisional,
50 koleksi seni rupa modern, dan 137 koleksi warisan budaya islami.
Sarana konservasi yang tersedia di ruang pameran adalah 25 AC dengan
suhu 200 C, lampu untuk ruangan dengan lampu berwarna putih dan lampu
pada setiap koleksi dengan lampu berwarna kuning, 32 tempat penyimpanan
koleksi (vitrin), 9 Acrilic book stand sebagai media display di dalam vitrin dan
ada silica gel yang diletakan di dalam beberapa vitrin.
59
C. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan
data salah satunya adalah wawancara, ketika wawancara penulis melakukan
wawancara semi terstruktur di mana peneliti memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang sudah tercatat dan pertanyaan spontan, pertanyaan tersebut
berhubungan dengan penelitian serta ditanyakan langsung kepada tiga
informan diantaranya Bapak Syaifuddin (S), Ibu Ida Fitriani (IF), dan Bapak
Bubun Budiman (BB). Maka dari itu peneliti akan menjabarkanhasil dari
wawancara yang telah dilakukan saat penelitian.
1. Konservasi Koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
a. Pentingnya koleksi Al-Qur’an
Al-Qur’an menjadi koleksi utama di Bayt Al-Qur’an, hal tersebut
menjadikan koleksi Al-Qur’an penting untuk disimpan, ada beberapa hal
yang menjadikan koleksi Al-Qur’an penting untuk disimpan seperti yang
dikatakan para informan ketika wawancara, terdapat tiga poin yang
menjadikan Al-Qur’an penting yaitu:
1) Kelompok koleksi Al-Qur’an
Berdasarkan wawancara, salah satu yang menjadikan koleksi Al-
Qur’an penting dikoleksi adalah karena kelompok koleksi Al-Qur’an
yang beragam, hal tersebut diungkapkan oleh para informan seperti
berikut:
“...ada empat kelompok koleksi terkait Al-Qur’an ..., pertama koleksi
Al-Qur’an manuskrip ....kedua kelompok Al-Qur’an cetak,.... ketiga ....
naskah-naskah terjemah, tafsir Al-Qur’an, dan karya-karya ulama
60
nusantara.... dan ...keempat itu ada Al-Qur’an digital ...dan ada yang
kelima juga terkait dengan benda-benda seni keal-qur’annan....” (S)
“....menampilkan koleksi yang terkait dengan Qur’an dan juga benda-
benda yang terkait dengannya. ...benda-benda yang terkait dengannya
...misalnya ....rehal, ....peti-peti mushaf..., kemudian juga Qur’an itu
sendiri,....” (IF)
“....jadi kita ada Al-Qur’an cetaknya ada Al-Qur’an yang seperti
yang udah abad ke 17, 18....” (BB)
Dari kutipan wawancara di atas, kita mendapatkan kesimpulan
bahwa pentingnya koleksi Al-Qur’an menurut informan salah satunya
karena koleksinya yang beragam, hal tersebut dapat dikatakan dari
pernyataan ketiga informan, terdapat lima kelompok koleksi Al-
Qur’an diantaranya, Al-Qur’an Manuskrip (tulis tangan), Al-Qur’an
cetak, naskah terjamah tafsir Qur’an, Al-Qur’an digital, dan benda-
benda seni kealqur’anan seperti rehal,dan peti-peti mushaf.
2) Usia Al-Qur’an
Selain dari beragamnya kelompok koleksi, pentingnya koleksi Al-
Qur’an disimpan juga karena usianya, hal tersebut disampaikan oleh
dua informan, di mana mereka berkata:
“.....Al-Qur’an manuskrip yang umurnya sudah ratusan tahun,....”(S)
“....yang paling tua sampai yang aa yang paling baru dalam ukuran
museum itu sekitar yaa usianya 50 tahun-an mungkin 20 sekitar 20
tahunan yang paling baru yah yang kontenporer....”(IF)
Jadi, usia dari Al-Qur’an juga menjadi salah satu alasan pentingnya
koleksi Al-Qur’an disimpan, hal tersebut dapat terlihat dari kutipan
wawancara di atas, kutipan tersebut menunjukan bahwa terdapat dua
pendapat tentang usia koleksi di Bayt Al-Qur’an pertama usianya
61
sudah ratusan tahun, kedua koleksi paling tua berusia 50 tahun-an dan
yang kontenporer baru sekitar 20 tahun-an.
3) Edukasi
Poin berikutnya yang menjadikan Al-Qur’an penting untuk di
simpan adalah untuk mengedukasi, hal tersebut disampaikan oleh
salah satu informan, informan tersebut berkata:
“....karena kita belum mengedukasi masyarakat bahwa aaa tradisi
penyalinan mushaf itu terus berjalan dari dulu sampai
sekarang,....”(IF)
Jadi, Al-Qur’an penting menjadi koleksi karena dengan Al-Qur’an
kita dapat mengedukasi masyarakat bahwa penyalinan mushaf terus
berjalan dari dulu hingga sekarang, mulai dari tulisan tangan
berkembang menjadi tercetak, dan sekarang terdapat pula dalam
bentuk digital.
b. Faktor kerusakan koleksi
Dalam konservasi terdapat faktor-faktor yang dapat merusak koleksi,
di Bayt Al-Qur’an terdapat tiga faktor kerusakan yang sering terjadi,
faktor tersebut yaitu:
1) Faktor fisika
Faktor pertama yang menjadi faktor kerusakan koleksi adalah
fisika, faktor ini berhubungan dengan lingkungan seperti pengaturan
suhu, pencemaran udara, dan paparan cahaya. Faktor fisika yang
menyebabkan kerusakan koleksi ini diungkapkan oleh para informan
seperti berikut:
62
“....nah kebanyakan kita termasuk di sini ya aa ga stabil ya sudah di
atas 20ᵒ dan itupun ga bisa continue, ....kerusakan yang disebabkan
karena aa itu yaa apa aa korosi, korosi pada kertas, ....”(S)
“....belum bisa, karena jam 4 tutup ya sudah mati AC besok pagi
hidup lagi, nah yang seperti itu kurang bagus untuk
pemeliharaan.”(IF)
“Di sini sih suhu ya, kita harus bener-bener ngejaga suhu, soalnya
kalau panas nanti kering kalau lembab nanti berjamur, seperti
itu.”(BB)
Di Bayt Al-Qur’an faktor fisika yang meyebabkan kerusakan
adalah suhu ruangan yang tidak stabil, seperti yang disampaikan oleh
ketiga informan, di mana pengaturan suhu ruangan belum bisa stabil,
karena AC untuk ruang pameran hanya menyala pada jam buka
museum saja tidak menyala selama 24 jam, suhu yang tidak stabil
menyebabkan banyak kerusakan pada koleksi seperti korosi tinta dan
koleksi yang berjamur.
2) Faktor kimia
Faktor selanjutnya yaitu faktor kimia, penyebab dari faktor ini
adalah usia koleksi tersebut, sehingga terjadi perubahan kadar asam
pada kertas yang menyebabkan kelapukan pada koleksi. Dalam
wawancara, para informan berkata:
“....konservasi yang kita lakukan karena penyebabnya itu kadar asam
yang tinggi pada aa proses penjilidan jaman dulu yaa, ....”(S)
“....konservasi karena kerusakan yang sifatnya parah baik itu
kerusakan karena kelapukan,....”(IF)
Dari kutipan wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa faktor
kimia yang yang menjadi faktor kerusakan koleksi Al-Qur’an di Bayt
63
Al-Qur’an disebabkan karena perubahan kadar keasaman pada kertas
sehingga menyebabkan kelapukan.
3) Faktor biologi
Faktor kerusakan koleksi selanjutnya adalah faktor biologi, hal
tersebut diungkapkan oleh para informan dalam wawancara, para
informan tersebut berkata:
“.....kerusakan yang disebabkan oleh jamur atau hewan, ....”(S)
“....kerusakan biologis, itu karena binatang rayap dan silverfish yang
seperti kelabang berwarna putih dan suka muncul di naskah,...”(IF)
“Terus sama serangga, itu juga harus bener-bener diperhatikan,
....”(BB)
Dalam kutipan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa faktor
biologi yang menyebabkan kerusakan pada koleksi di Bayt Al-Qur’an
yaitu jamur dan hewan, hewan yang menyebabkan hal tersebut adalah
rayap dan silverfish.
c. Pengertian konservasi
Konservasi memiliki pengertian yang beragam, dalam wawancara
peneliti menanyakan pengertian konservasi kepada para informan, dan
para informan menyatakan pengertian konservasi tersebut seperti berikut:
“....jadi kalau kita lihat arti konservasinya ini kan berartikan perawatan
pencegahan supaya barang itu tidak rusak ya, ....”(S)
“....konservasi itu kan aa perawatan untuk aa penyelamatan
koleksi...”(IF)
“Konservasi itu aa merawat koleksi ya”(BB)
Dari kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa konservasi menurut
ketiga informan diartikan sebagai perawatan, pencegahan, dan
64
penyelamatan terhadap koleksi agar koleksi tidak rusak dan dapat terus
ada dalam kurun waktu yang cukup lama.
d. Konservasi yang dilakukan
1) Konservasi aktif (Pembersihan koleksi)
Konservasi yang dilakukan di Bayt Al-Qur’an salah satunya adalah
pembersihan koleksi yang mana pembersihan koleksi ini termasuk
dalam konservasi aktif. Dalam wawancara para informan menyatakan:
“....sering terjadi kotor sekali naskah itu, entah kena debu, tanah,
apapun yaa gitu, itu biasanya kita bersihkan perlembar gitu, ...”(IF)
“....ya kita bebersih yang biasa aja sehari-hari pembersihan,...”(BB)
Dari kutipan di atas kita dapat melihat bahwa konservasi yang biasa
dilakukan adalah pembersihan terhadap koleksi, pembersihan koleksi
ini rutin dilakukan dengan cara membersihkan koleksi dari debu dan
kotoran lainnya.
2) Konservasi pasif (Pengaturan suhu)
Selanjutnya konservasi yang dilakukan adalah konservasi pasif,
konservasi ini dilakukan dengan mengatur suhu ruangan untuk
koleksi. Hal tersebut dinyatakan oleh salah satu informan, informan
tersebut berkata:
“.....tindakan konservasi yang sifatnya secara teratur ya secara
teratur aa ini ada beberapa macam yang pertama adalah pengaturan
suhu suhu ruangan....”(S)
Kutipan di atas menunjukan bahwa Bayt Al-Qur’an melakukan
konservasi pasif dengan mengatur suhu ruangan koleksi, pengaturan
65
suhu pada ruangan dilakukan karena suhu ruangan yang stabil
diperlukan untuk kestabilan kondisi koleksi.
3) Konservasi preventif (Pemeriksaan koleksi dan pemberian pengawet)
Konservasi preventif juga dilakukan oleh pihak Bayt Al-Qur’an
yaitu dengan memeriksa keadaan koleksi dan memberikan obat atau
pengawet untuk koleksi. Dalam wawancara informan mengatakan hal
yang terkait dengan konservasi preventif seperti berikut:
“..... diperiksa terus dan sudah ada pemeriksaan secara berkala, ....
jadi ada catatannya secara pemeriksaan secara continue juga
ada,....” (S)
“... ngasih obat-obat gitu itu aja yang kita kerjakan selama ini selama
di museum.”(BB)
Jadi di Bayt Al-Qur’an terdapat juga kegiatan pemeriksaan koleksi
rutin dan pemberian obat untuk koleksi, hal tersebut dikatakan oleh
informan pertama dan informan ketiga, informan pertama menyatakan
bahwa terdapat pemeriksaan rutin terhadap koleksi dan informan
ketiga yang merupakan petugas perawat koleksi menyatakan bahwa
dia memberikan obat (pengawet) untuk koleksi.
4) Konservasi kuratif (Fumigasi)
Selanjutnya ada juga kegiatan fumigasi, fumigasi ini termasuk ke
dalam konservasi kuratif. Dalam wawancara informan berkata:
“.... aa yang pertama secara rutin di sini di fumigasi, jadi di fumigasi
aa ini dimaksudkan untuk supaya terawat perawatan atau tindakan
preventif ya, untuk membunuh hama-hama atau jamur yang
menyebabkan kerusakan pada manuskrip, tidak hanya manuskrip
sebenarnya koleksi Al-Qur’an cetak juga yang sangat tua yang punya
nilai keunikan atau historis itu juga secara rutin akan di fumigasi,
.....”(S)
66
“....kemarin ini sudah dua tahun berturut-turut kita fumigasi, ..” (IF)
Dari kutipan diatas, kita dapat melihat behwa Byat Al-Qur’an juga
melakukan fumigasi untuk menjaga koleksi dari serangga,
berdasarkan pernyataan informan kedua, fumigasi telah dilakukan dua
tahun berturut-turut, informan pertama juga mengatakan fumigasi
dilakukan secara rutin untuk membunuh hama-hama atau jamur yang
menyebabkan kerusakan. Koleksi yang biasa difumigasi adalah
manuskrip dan koleksi Al-Qur’an cetak yang usianya sudah tua dan
memiliki keunikan atau historis dalam pencetakannya.
e. Proses konservasi
Di Bayt Al-Qur’an terdapat dua kegiatan konservasi diantaranya yaitu
konservasi yang dilakukan dengan kerjasama dan konservasi yang
dilakukan sendiri, kerjasama dalam proses konservasi ini dilakukan
dengan pihak ketiga, dengan demikian terdapat tiga pihak yang terlibat
dalam konservasi, pihak pertama adalah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, pihak kedua yaitu Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, dan
pihak ketiga yaitu Perpustakaan Nasional.
1) Fumigasi
Fumigasi merupakan bagian dari konservasi yang dilakukan
dengan bantuan pihak ketiga, namun dalam pelaksanaannya tetap
didampingi oleh staf Bayt Al-Qur’an sehingga dalam prosesnya para
staf mengetahui apa saja yang dilakukan, dalam wawancara salah satu
67
informan menjelaskan proses kegiatan tersebut, penjelasannya seperti
berikut:
“...sebelum fumigasi inikan koleksi semuanya dibersihkan dulu
....supaya ga salah harus didata segala macem kemudian setelah itu
dibersihkan ....baru dimasukan ke ruang fumigasi, ....ruangan 3x6 kita
bikin ada semacam rak-rak semacam itu, nah setelah fumigasi
prosesnya sebentar cuma menaburkan bahan-bahan kimia itu
ya,....setelah ditaburkan gitu udah ditutup selama seminggu lah, udah
seminggu di buka baru biasanya proses yang kedua di aa disemprot
cairan bebas asam aa setelah fumigasi selesai, dibersihkan tadi udah
nah setelah itu disemprot-semprotkan bebas asam pada tiap
lembarnya.”(S)
Dalam kutipan tersebut informan menjelaskan proses fumigasi
yang dilakukan di Bayt Al-Qur’an, pertama yang dilakukan adalah
membersihan koleksi lalu dilakukan pendataan, setelah itu koleksi
dimasukan ke dalam satu ruangan, pada ruangan tersebut pihak ketiga
akan menaburkan bahan-bahan kimia, setelah itu ruangan tersebut
ditutup selama seminggu, setelah seminggu koleksi akan dibersihkan
kembali dan terakhir di berikan cairan bebas asam pada setiap lembar
koleksi agar koleksi stabil kembali.
2) Konservasi rutin
Kegiatan konservasi yang dilakukan sendiri oleh staf Bayt Al-
Qur’an adalah kegiatan konservasi rutin seperti memeriksa,
membersihkan, dan memberi pengawet untuk koleksi. Proses kegiatan
rutin yang dilakukan disampaikan oleh informan seperti berikut:
“.....jadi kita bersihin vitrin, kita vakum, kita angkat naskahnya,
kemudian kita aa kita bersihkan satu persatu pakai kuas, itu paling itu
aja sih untuk sementara kalau nanti di temukan ada binatang atau
apa yaa, yaa otomatis nanti biasanya di awal tahun kita anggarkan
untuk fumigasi,....”(IF)
68
“Saya rutin mengecek, seperti begini udah berapa bulan kita
keluarkan itu per lembar kita di bersihkan, di bersihkan per lembar
gitu sama kuas halus dibersihkan dari debu-debunya, ada serangga-
serangga nya gitu yang ini,....selain itu nanti di semprot gitu takut ada
serangga, disemprtot nanti kita taruh di sini nanti kita taruh
obat.”(BB)
Jadi, konservasi yang dilakukan sendiri ialah konservasi rutin,
konservasi rutin yang biasanya dilakukan adalah membersihkan vitrin
dengan menggunakan vacum, lalu membersihkan naskah dengan
menggunakan kuas halus. Selain itu konservasi rutin yang biasanya
dilakukan yaitu pengecekan koleksi, pembersihan koleksi pada tiap
lembar dengan menggunakan kuas halus, dan juga memberikan cairan
anti serangga dan menaruh obat di tempat koleksi.
f. Sumber daya manusia
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal berada di bawah Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dan masuk ke dalam bidang III yaitu
Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. Sumber Daya Manusia di
Bayt Al-Qur’an ini belum memenuhi untuk masuk ke dalam komposisi
museum, seperti yang dikatakan oleh Bapak Syaifuddin berikut:
“.......museum paling tida itu mempunyai lima tenaga inti, yang pertama
tenaga konservator, yang kedua tenaga edukator, yang ketiga tenaga
kurator yang ke empat tenaga pemasaran humas dan pemasaran dan
yang kelima tenaga pencatatan atau register, .... di sini memang untuk
saat ini belum kesitu ya arahnya, karena di sinikan ada ....jabatan
fungsional umum JFU yang itu diturunkan dari kemenpan sana, jadi
tidak semua jabatan-jabatan itu ada, jadi secara struktur organisasi
memang kita belum ... nama-nama khusus seperti itu dijadikan secara
fungsi saja ...orang-orang ini sebenarnya mengerjakan berbagai hal,
pengembang museum itu ya bisa jadi kurator disaat tertentu ya nanti jadi
register terus jadi kadang konservator juga...”(S)
69
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal tidak memiliki struktur organisasi, karena belum
terpenuhinya SDM yang sesuai dengan keperluan museum, SDM di Bayt
Al-Qur’an mengerjakan segala macam tugas sesuai kebutuhan yang
diperlukan museum, jadi staf di Bayt Al-Qur’an belum tentu
mengerjakan tugas yang sama dalam kesehariannya.
Dalam SDM, untuk konservasi kita dapat membagi menjadi dua hal
yaitu jumlah petugas yang menangani koleksi dan kualiikasi yang
dimiliki oleh para petugas tersebut.
1) Jumlah staf yang melakukan konservasi
Walaupun tidak ada struktur organisasi sendiri, staf tetap memiliki
tugas utama masing-masing sesuai dengan JFU, di Bayt Al-Qur’an
terdapat jabatan perawat koleksi yang di mana tugas utama dari
jabatan tersebut adalah merawat koleksi secara rutin, informan
menyampaikan tentang jumlah dari jabatan perawat koleksi tersebut,
berikut yang diutarakan informan dalam wawancara:
“....ada pak Aris Munandar, ada pak Nurdin, ada pak Bubun aa iya
sekarang tinggal 3 ya, jadi aa namanya jabatannya itu perawat
perawat koleksi ya, jadi mereka memang yang sehari-hari merawat
koleksi,...”(S)
“Di sini sebenernya ada pak Aris dan pak Bubun serta pak Nurdin
yang biasa,....” (IF)
Dari kutipan diatas dapat kita ketahui bahwadi Bayt Al-Qur’an staf
yang menangani konservasi ada tiga orang, hal tersebut diutarakan
oleh dua informan, ketiga staf tersebut diantaranya Pak Aris
Munandar, Pak Nurdin dan Pak Bubun Budiman. Ketiga staf tersebut
70
memiliki jabatan sebagai perawat koleksi, yang memang memiliki
tugas merawat koleksi secara rutin.
2) Kualifikasi yang dimiliki staf
Selain dari banyaknya jumlah staf yang menangani konservasi,
kualifikasi dari para staf yang menangani konservasi juga perlu
diperhatikan, kualifikasi dari para staf dijelaskan oleh informan dalam
wawancara, para informan berkata:
“....memang kita belum punya terus kita terang aja belum punya aa
tenaga konservator yang sesuai dengan latarbelakang pendidikan
yang sesuai,.... tenaga para konservator di sini memang dilatih secara
khusus ya pelatihan, mengikuti pelatihan-pelatihan aa mengikuti
kursus-kursus atau workshop....”(S)
...Pelatihan sudah pernah, kita juga sering, maksudnya kita dateng ke
perpusnas kita belajar gaimana caranya konservasi, gimana cara
ininya sudah,....”(IF)
“...saya juga waktu itu pernah praktek di sana bawa Al-Qur’an yang
rusak direncanakan pimpinan tuh kita beli barangnya, kita nanya,
belajar di sana berapa hari kan di sana, ya di ajarin begini-begini
cara baiknya begini, memasangnya begini terus dikasih obat, terus di
gelar tisunya terus dikasih lem ydah gitu di tempelkan dan diratakan
baru kita biarkan kering dulu,...”
Dari kutipan di atas, dapat terlihat bahwa kualifikasi yang dimiliki
para staf yang menangani konservasi di Bayt Al-Qur’an belum sesuai
dengan latar belakang pendidikan untuk menjadi konservator ahli,
namun para konservator sudah mengikuti pelatihan, kursus, atau
workshop tentang konservasi. Hal tersebut disampaikan oleh ketiga
informan, dan salah satu informan yang merupakan staf perawat
koleksi juga mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan pelatihan
tentang konservasi.
71
g. Sarana dan prasarana konservasi
Sarana dan prasarana untuk konservasi sangat diperlukan dalam
proses kegiatannya, sarana merupakan alat serta bahan yang digunakan
dalam konservasi, sedangkan prasarana merupakan tempat untuk
menangani konservasi tersebut.
1) Sarana
Dalam wawancara para informan mengatakan proses kegiatan
konservasi, dalam proses tersebut kita dapat melihat sarana apa saja
yang digunakan untuk konservasi. Berikut merupakan ucapan para
informan yang berhubungan dengan sarana konservasi:
“....fumigasi prosesnya sebentar cuma menaburkan bahan-bahan
kimia itu ya, bahan-bahan apa itu ya saya juga ga terlalu paham ituu
yang digunakan itu ya,...”(S)
“...vitrin, kita vakum, ...bersihkan satu persatu pakai kuas,... Terus
termasuk ini penggantian sarana ini yaa, media untuk display,..."(IF)
“Jadi kita alat-alatnya gampang sih ada di toko seperti kamper, obat
serangga, kuas halus, sarung tangan, obat pengawet seperti itu”(BB)
Dari kutipan tersebut kita dapat melihat sarana apasaja yang
digunakan untuk konservasi, untuk fumigasi sarana yang dibutuhkan
adalah bahan-bahan kimia untuk fumigasi. Sedangkan untuk
konservasi rutin sarana yang digunakan adalah vitrin, vacum, kuas
halus, kamper, obat serangga, sarung tangan, dan obat pengawet.
2) Prasarana
Selain sarana, para informan juga mengatakan prasarana yang
digunakan dalam kegiatan konservasi, dalam wawancara informan
berkata:
72
“.....ruang fumigasi itu ga terlalu lebar paling yang kita gunakan itu
secara continue hanya ukuran 3x6 ya, ruangan 3x6 kita bikin ada
semacam rak-rak semacam itu,....”(S)
“Ya kita kalo ada ruangan ini ya diruangan, tapi kalo kita orangnya
sedikit mungkin kita mengerjakan hari ini yang ini, nanti udah sampe
beres kita tutup besok gitu, jadi mengerjakannya satu per satu.”(BB)
Jadi untuk prasarana, prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan
fumigasi adalah ruangan ukuran 3x6 yang di dalamnya terdapat rak-
rak untuk menaruh koleksi, dan untuk konservasi rutin prasarana yang
dibutuhkan adalah ruangan untuk kegiatan pembersihan dan
pemberian cairan anti asam pada koleksi.
h. Anggaran
Dalam melaksanakan sebuah kegiatan tentunya diperlukan anggaran
agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik, sama halnya dengan
kegiatan konservasi, kegiatan ini juga memerlukan anggaran dalam
pelaksanaannya, ketika wawancara informan membicarakan mengenai
anggaran konservasi, informan tersebut mengatakan:
“Untuk anggaran ....diperuntukan untuk ....konservasi yang disebabkan
karena tiga hal itu, .....pertama ....korosi tinta ....kedua adalah konservasi
....karena kadar keasaman .... ketiga konservasi terhadap aa serangan-
serangan ngengat atau serangga-serangga atau jamur ya, jadi aa ini
juga termasuk aa anggaaran yang secara rutin kita gunakan rata-rata
dua tahun sekali ya kita adakan fumigasi .....”(S)
“Ada anggarannya, ...untuk fumigasi ...untuk laminasi dan sebagainya
itu, itu di anggarkan setiap tahun, tapi baru tiga tahun ini dianggarkan
seperti itu.”(IF)
Dari kutipan tersebut, dapat terlihat bahwa anggaran untuk konservasi
tersedia, hal tersebut dikatakan oleh kedua informan, informan pertama
menjelaskan tentang alokasi anggaran konservasi digunakan untuk
73
konservasi yang disebabkan oleh tiga hal yaitu korosi tinta, kadar
keasaman yang tinggi dan fumigasi, untuk fumigasi dianggarkan dua
tahun sekali. Sedangkan informan kedua menyampaikan bahwa anggaran
konservasi digunakan untuk fumigasi, laminasi, dan konservasi lainnya,
untuk kegiatan konservasi dianggarkan setiap tahunnya, namun anggaran
konservasi ini ada atau diadakan baru tiga tahun.
2. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi koleksi Al-Qur’an.
a. Kendala
Dalam menangani suatu kegiatan pasti terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan kegiatan tersebut menjadi tidak maksimal atau bahkan
terhambat, begitupun dengan kegiatan konservasi di Bayt Al-Qur’an,
pada kegiatan konservasi ini terdapat beberapa kendala, diantaranya:
1) Pengaturan suhu dan cahaya
Kendala konservasi pertama yang terdapat di Bayt Al-Qur’an yaitu
pengaturan suhu dan cahaya yang belum stabil, hal tersebut
disampaikan oleh informan dalam wawancara, informan
menyampaikan bahwa:
“....pengaturan suhu ...ruangan ...jadi kendala kita yang paling besar
...karena...ruang pamer kita ini sangat besar,...idealnya memang 24
jam AC tidak boleh dimatikan, ...jadi di ruang pamer memang hanya
....dinyalakan jam 7 ...dimatikan lagi jam 4 setiap hari seperti
itu...”(S)
“...terjaga kondisi lingkungannya, kan kita juga belum bisa di
optimal, kalau yang benar-benar ini harusnya AC-nya paling engga
24 jam full ya, tapikan kita belum bisa,....nah harus berapa lux sih
terpaan cahayanya ke naskah ini gitukan, itukan ada seperti itu
belum,...”(IF)
74
Jadi, dapat kita lihat dari kutipan di atas bahwa pengaturan suhu
ruangan menjadi kendala dikarenakan ruang pamer yang sangat luas
dan AC yang tidak menyala selama 24 jam di ruang pameran. Selain
itu terpaan cahaya terhadap koleksi juga belum sesuai dengan ukuran
terpaan cahaya yang seharusnya.
2) SDM
Kendala konservasi kedua yang terdapat di Bayt Al-Qur’an yaitu
dalam segi SDM, hal tersebut disampaikan oleh informan seperti
berikut:
“Iya ini salah satu kendala kita juga, memang kita belum punya terus
kita terang aja belum punya aa tenaga konservator yang sesuai
dengan latarbelakang pendidikan yang sesuai, kita ga ada
memang,...”(S)
“....kemudian juga masalah aa tenaga ahli, nah kita sendiri belum
punya tenaga ahli khusus yang menangani naskah seperti itu ...”(IF)
Kutipan di atas menjelaskan behwa SDM menjadi kendala
konservasi, karena Bayt Al-Qur’an belum memiliki tenaga
konservator yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.
Sehingga dalam menangani konservasi naskah yang sulit belum bisa
dilakukan sendiri.
3) Anggaran
Kendala konservasi selanjutnya terletak pada anggaran, hal tersebut
disampaikan oleh Bapak Syaifuddin selaku Kepala Seksi Koleksi dan
Pameran, beliau berkata:
“....Untuk anggaran aa kita dapatkan dari dana APBN kurang lebih
150-300 juta, dana tersebut diperuntukan untuk tiga bidang di Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ini,...”(S)
75
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa anggaran juga menjadi
kendala, karena dana APBN tidak hanya diperuntukan untuk Bayt Al-
Qur’an saja tetapi dibagi tiga dengan bidang lainnya yang ada di
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, karena Bayt Al-Qur’an berada
di bawah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an sehingga untuk
konservasi anggaran terbatas.
4) Bahan konservasi habis
Kendala konservasi yang terakhir adalah bahan konservasi habis,
hal ini dirasakan oleh petugas perawat koleksi, sehingga dalam
wawancara beliau mengatakan:
“Kendala sih ya yang namanya orang kerja ada aja tapi kita harus
bisa mengatasi lah, ya seperti kita minta ini tapi belum di belikan ya
kita tunda aja, jadi jangan ini, ya kalo udah dibelikan barangnya
kasih saya gitu. Jadi paling di peralatan....”
Dalam kutipan di atas petugas perawat koleksi menyatakan bahwa
dalam segala pekerjaan pasti akan terdapat kendala, namun kita harus
bisa mengatasi kendala tersebut. Untuk kendala yang dirasakan oleh
petugas perawat koleksi adalah ketika bahan konservasi habis dan
menunggu barang tersebut ada, sehingga konservasi akan tertunda
hingga bahan tersedia kembali.
b. Upaya
Dalam setiap kendala pasti terdapat upaya untuk menangani kendala
tersebut, begitupun juga dengan kendala konservasi di Bayt Al-Qur’an,
dalam kendala tersebut terdapat upaya untuk meminimalisir penyebab
76
dari kendala yang terjadi. Upaya yang dilakukan Bayt Al-Qur’an dalam
menangani kendala yaitu:
1) Pengaturan suhu dan cahaya
Upaya yang pertama dilakukan untuk menangani kendala dalam
pengaturan suhu dan cahaya yang belum stabil disampaikan juga oleh
informan, informan berkata:
“....AC yang ada di ruang aa di ruang tempat penyimpanan atau
storage, storage kita jadi memang karena storagenya juga ga sebesar
ruangan dan relatif lebih kecil kalo dibanding tempat display ya aa
hanya inilah yang kita nyalakan AC itu 24 jam, ....”(S)
“....kita ya coba-coba juga untuk memperbaiki itu dengan misalnya
beli alat untuk mengukur terpa cahaya dan untuk kelembaban udara
bisa menggunakan higrometer, seperti itu.”(IF)
Jadi upaya yang dilakukan dalam menangani kendala pengaturan
suhu dan cahaya dari kutipan di atas adalahdengan selalu mejaga suhu
pada ruang penyimpanan koleksi, walaupun suhu ruangan pameran
tidak stabil tetapi suhu pada ruang penyimpanan selalu diusahakan
stabil dengan AC yang menyala selama 24 jam, dan untuk kendala
cahaya, upaya yang dilakukannya adalah dengan membeli alat untuk
mengukur terpa cahaya.
2) SDM
Upaya selanjutnya dalam menangani kendala SDM diungkapkan
pula oleh informan, dalam wawancara informan berkata:
“....mengikuti pelatihan-pelatihan ...kursus-kursus atau workshop
yang alhamdulillah belakangan ini semakin sering ...belakangan ini
pemerintah terhadap museum mulai sangat gencar ya
perhatiannya....”(S)
77
“Paling kita manggil dari orang Perpusnas, kalau kita naskah kita
biasanya ngundang mereka untuk jadi narsum, kita konsultasi gitu
kan, kita berikan mereka ninjau koleksinya,....”(IF)
Dari kutipan tersebut kita dapat melihat upaya yang dilakukan
dalam mengatasi kendala SDM adalah dengan mengikutsertakan staf
pada pelatihan, kursus atau workshop yang diadakan pemerintah
tentang konservasi kepada petugas yang menangani konservasi, selain
itu mereka memanggil staf dari Perpusnas untuk dijadikan narasumber
dalam melakukan konservasi.
3) Anggaran
Selanjutnya upaya dalam menangani kendala anggaran juga
disampaikan oleh informan dalam wawancara, informan tersebut
berkata:
“....untuk konservasi, dana kita sesuaikan dengan keperluan-
keperluan konservasi tersebut.”(S)
Jadi, untuk menangani kendala anggaran yang terbatas informan
tersebut menyampaikan bahwa dalam kegiatan konservasi dana akan
disesuaikan dengan keperluan-keperluan konservasi, sehingga
walaupun dengan anggaran terbatas konservasi akan tetap
terlaksanakan.
4) Bahan konservasi habis
Upaya yang dilakukan oleh staf perawat koleksi dalam menangani
kendala bahan konservasi yang habis disampaikan dalam wawancara,
staf perawat koleksi yang merupakan informan berkata:
“....kita usulkan, ajukan, ya nanti pimpinan kita yang ajukan ke
keuangan kita perlu ini, ini, ini, ini nah nanti kita nunggu .....”(BB)
78
Dari kutipan tersebut, upaya yang dilakukan staf perawat koleksi
dalam menangani kendala bahan konservasi yang habis adalah dengan
mengajukan kekurangan bahan pada pimpinan dan menunggu bahan
konservasi tersedia kembali.
D. Pembahasan
Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan, terdapat perbedaan
antara hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelum penelitian dan ketika
penelitian, sebelum penelitian pada lantai dua ruang pameran suhu ruangan
panas dan terdapat koleksi Al-Qur’an yang berjamur, namun ketika peneliti
melakukan observasi ketika penelitian, suhu ruangan tidak terlalu panas dan
koleksi yang berjamur sudah dibersihkan dan dikonservasi.
Peneliti menyadari untuk suhu ruangan, perbedaan suhu dirasakan karena
bedanya waktu observasi yang dilakukan, pada observasi sebelum penelitian
dilakukan peneliti mengunjungi Bayt Al-Qur’an pada pukul 08.15 sedangkan
pada observasi ketika penelitian, peneliti mengunjungi Bayt Al-Qur’an pada
pukul 09.45, hal tersebut mengakibatkan perbedaan suhu ruangan di mana AC
pada ruangan tersebut pada observasi sebelum penelitian baru 15 menit
dinyalakan sedangkan pada observasi ketika penelitian sudah 60 menit
dinyalakan. Perbedaan suhu terjadi karena AC pada ruang pameran dinyalakan
hanya pada jam buka museum saja kisaran dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore,
sehingga pada awal jam buka suhu ruangan masih belum stabil.
79
Dari hasil wawancara, banyak informasi yang diberikan kepada peneliti
tentang konservasi yang dilakukan di Bayt Al-Qur’an, informasi tersebut
diantaranya:
1. Konservasi Koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
a. Pentingnya koleksi Al-Qur’an
Dari hasil wawancara, pentingnya koleksi Al-Qur’an disimpan itu
karena tiga hal yaitu, koleksi Al-Qur’an yang beragam, usia Al-Qur’an,
dan edukasi kepada masyarakat tentang penyalinan mushaf yang terus
berjalan hingga saat ini. Dari pentingnya koleksi Al-Qur’an disimpan ini
sesuai dengan fungsi museum yaitu mengumpulkan, memelihara,
mengadakan pameran dan menyampaikanpesan.50
Pentingnya koleksi Al-Qur’an disimpan karena koleksinya yang
beragam dan usianya termasuk ke dalam tiga fungsi yaitu
mengumpulkan, memelihara, dan mengadakan pameran, beragamnya
koleksi karena koleksi tersebut dikumpulkan dan usia dari koleksi
menjadi daya tarik dalam mengumpulkan koleksi, selain itu karena usia
maka koleksi perlu dipelihara agar koleksi dapat terjaga dalam kurun
waktu yang cukup lama, dan adanya koleksi-koleksi tersebut dapat
memenuhi fungsi pameran dalam museum. Selain itu ada pula poin
edukasi yang menjadi pentingnya koleksi disimpan, poin tersebut masuk
dalam fungsi museum yaitu menyampaikan pesan, karena dengan adanya
koleksi museum, kita dapat menyampaikan pesan berupa edukasi kepada
50Edward P. Alexander dan Mary Alexander. 2008. “Museum in motion: an introduction to
the history and function of museum”. AltaMira Press: United States. h.188.
80
masyarakat bahwa penyalinan mushaf terus berjalan dari dulu hingga
sekarang.
b. Faktor-faktor kerusakan koleksi
Banyak faktor yang menyebabkan kerusakan pada koleksi,
diantaranya ada faktor internal dan eksternal, faktor internal yaitu faktor
yang berasal dari koleksi itu sendiri, biasanya disebabkan oleh faktor
kimia. Sedangkan faktor eksternal merupakan fator yang disebabkan dari
luar seperti lingkungan, biota, manusia dan bencana alam.51
Faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi di Bayt Al-Qur’an
adalah faktor fisika, kimia, dan biologi. Faktor fisika dan biologi masuk
ke dalam faktor eksternal sedangkan faktor kimia masuk ke dalam faktor
internal, kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisika berasal dari
lingkungannya, seperti suhu dan paparan cahaya yang tidak stabil, faktor
biologi disebabkan oleh jamur dan hewan seperti rayap dan silverfish,
sedangkan faktor kimia disebabkan karena kadar keasaman yang tinggi
pada koleksi atau usia koleksi yang mengakibatkan pelapukan pada
koleksi, pelapukan ini sering terjadi pada manuskrip.
c. Pengertian konservasi
Konservasi memiliki beragam pengertian, dari pengertian beberapa
ahli, dapat disimpulkan bahwa konservasi merupakan sebuah cara atau
teknik yang digunakan untuk merawat serta menjaga koleksi dari
51Endang Fatmawati. “Identifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi perpustakaan”.
Edulib, Vol.7 No.2, November (2017). h.110
81
kerusakan melalui berbagai kegiatan, sehingga koleksi dapat tetap ada
untuk pembelajaran generasi selanjutnya.
Pengertian yang diberikan oleh ketiga informan diartikan sebagai
perawatan, pencegahan, dan penyelamatan terhadap koleksi agar koleksi
tidak rusak dan dapat terus ada dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pengertian tersebut sesuai dangan pengertian yang diungkapkan oleh
para ahli konservasi.
d. Konservasi yang dilakukan
Dalam konservasi terdapat empat jenis konservasi diantaranya yaitu
konservasi aktif, konservasi pasif, konservasi preventif, dan konservasi
kuratif.52 Konservasi aktif merupakan tindakan konservasi yang
berhubungan langsung dengan koleksi, seperti pembersihan koleksi dari
debu. Konservasi pasif merupakan kegiatan untuk memperpanjang umur
koleksi, seperti menjaga kestabilan suhu ruangan. Konservasi preventif
merupakan tindakan dalam mengoptimalkan kondisi lingkungan, seperti
melakukan survei kondisi koleksi, dan memberi pengawet atau obat
untuk koleksi. Sedangkan konservasi kuratif merupakan tindakan untuk
mengembalikan kondisi koleksi, dengan menggunakan metode tertentu
seperti melakukan fumigasi, laminasi, dan menghilangkan pengaruh
asam pada kertas.
Di Bayt Al-Qur’an konservasi yang dilakukan sesuai dengan jenis
konservasi, konservasi aktif dilakukan dengan cara membersihkan
52Endang Fatmawati. “Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Perpustakaan”.
LIBRIA, Vol. 10, No. 1, Juni (2018). h.20
82
koleksi dari debu dan kotoran lainnya, konservasi ini dilakukan secara
rutin oleh petugas perawat koleksi. Konservasi pasif dilakukan dengan
mengatur suhu ruangan koleksi, pengaturan suhu pada ruangan dilakukan
karena suhu ruangan yang stabil diperlukan untuk kestabilan kondisi
koleksi. Konservasi preventif dengan melakukan kegiatan pemeriksaan
koleksi rutin dan pemberian obat untuk koleksi dan dilakukan juga oleh
petugas perawat koleksi. Selanjutnya konservasi kuratif yaitu dengan
melakukan fumigasi untuk menjaga koleksi dari serangga, konservasi ini
dilakukan dengan bantuan pihak ketiga, fumigasi di Bayt Al-Qur’an telah
dilakukan dua pada tahun 2015 dan tahun 2017.
e. Proses konservasi
Di Bayt Al-Qur’an terdapat dua kelompok kegiatan konservasi
diantaranya yaitu konservasi yang dilakukan dengan kerjasama dan
konservasi yang dilakukan sendiri.
Fumigasi merupakan bagian dari konservasi yang dilakukan dengan
bantuan pihak ketiga, namun dalam pelaksanaannya tetap didampingi
oleh staf Bayt Al-Qur’an sehingga dalam prosesnya para staf tahu apa
saja yang dilakukan, dalam prosesnya hal yang pertama yang dilakukan
adalah membersihan koleksi lalu dilakukan pendataan, setelah itu koleksi
dimasukan ke dalam satu ruangan, pada ruangan tersebut pihak ketiga
akan menaburkan bahan-bahan kimia, setelah itu ruangan tersebut ditutup
selama seminggu, setelah seminggu koleksi akan dibersihkan kembali
83
dan terakhir diberikan cairan bebas asam pada setiap lembar koleksi agar
koleksi stabil kembali.
Kegiatan konservasi yang dilakukan sendiri oleh staf Bayt Al-Qur’an
adalah kegiatan konservasi rutin seperti mulai dari membersihkan vitrin
dengan menggunakan vacum, lalu membersihkan naskah dengan
menggunakan kuas halus pada tiap halamannya, memberikan cairan anti
serangga dan menaruh silica gel di tempat koleksi untuk menjaga
kelembaban koleksi.
f. Sumber daya Manusia
Bayt Al-Qur’an tidak memiliki struktur organisasi, karena saat ini
Bayt Al-Qur’an berada di bawah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
dan masuk ke dalam bidang III yaitu Bidang Bayt Al-Qur’an dan
Dokumentasi.
Walaupun tidak ada struktur organisasi, staf tetap memiliki tugas
utama masing-masing sesuai dengan JFU, di Bayt Al-Qur’an terdapat
jabatan perawat koleksi yang di mana tugas utama dari jabatan tersebut
adalah merawat koleksi secara rutin, staf yang menangani konservasi ada
tiga orang, diantaranya Pak Aris Munandar, Pak Nurdin dan Pak Bubun
Budiman. Ketiga staf tersebut memiliki jabatan sebagai perawat koleksi,
yang memang memiliki tugas merawat koleksi secara rutin.
Untuk kualifikasi yang dimiliki para staf yang menangani konservasi,
saat ini belum ada staf perawat koleksi yang memiliki latar belakang
pendidikan untuk menjadi konservator, namun para konservator sudah
84
mengikuti pelatihan, kursus, atau workshop tentang konservasi.
Kualifikasi konservator dalam buku pedoman museum Indonesia,
minimalnya seorang konservator merupakan lulusan SLTA, dan telah
mengikuti pelatihan tentang ilmu permuseuman, sedangkan idealnya
merupakan lulusan D3 dan S1 bidang ilmu kimia, biologi, fisika dan
telah mengikuti pelatihan tentang ilmu dasar permuseuman, ilmu khusus
permuseuman, kejuruan ilmu permuseuman dan terakhir bidang
konservasi.53
Di Bayt Al-Qur’an, SDM untuk konservasi telah memenuhi
kualifikasi tingkat minimal dari konservator, namun belum ada
konservator ahli atau konservator yang memenuhi tingkat ideal dari
kualifikasi tersebut.
g. Sarana dan prasarana
Dalam penggunaan sarana dan prasarana konservasi terdapat dua
metode yaitu konservasi tradisional dan modern.54 Sarana dan prasarana
untuk konservasi tradisional, biasanya menggunakan bahan yang didapat
dari lingkungan masyarakat, sedangkan sarana dan prasarana konservasi
modern merupakan konservasi yang menggunakan bahan kimia.
Di Bayt Al-Qur’an untuk kegiatan fumigasi, sarana yang dibutuhkan
adalah bahan-bahan kimia untuk fumigasi, sedangkan prasarana yang
dibutuhkan adalah ruangan ukuran 3x6 yang di dalamnya terdapat rak-
53Direktorat Museum. 2010. “Pedoman Museum Indonesia”. Jakarta: Direktorat Jendral dan
Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. h.29 54Dyah Sulistiyani. “Laporan Kegiatan Workshop Konservasi di Museum Nasional”.
Majalah Permuseuman: Museografia. Vol.6 no.10. Desember 2012
85
rak untuk menaruh koleksi.Untuk konservasi rutin sarana yang digunakan
adalah vitrin, vacum, kuas halus, kamper, obat serangga, sarung tangan,
dan obat pengawet, sedangkan prasarana yang dibutuhkan adalah
ruangan untuk kegiatan pembersihan dan pemberian cairan anti asam
pada koleksi. Kegiatan fumigasi masuk ke dalam metode konservasi
modern dan kegiatan konservasi rutin merupakan metode konservasi
tradisional.
h. Anggaran
Anggaran merupakan hal yang harus diusahaan, diatur serta dikontrol
penggunaannya dengan baik,55 karena dalam melaksanakan sebuah
kegiatan tentunya diperlukan anggaran agar kegiatan tersebut dapat
terlaksana dengan baik, begitu juga dengan kegiatan konservasi, kegiatan
ini juga memerlukan anggaran dalam pelaksanaannya.
Di Bayt Al-Qur’an tersedia anggaran untuk kegiatan konservasi,
anggaran konservasi digunakan untuk konservasi yang disebabkan oleh
korosi tinta, kadar keasaman yang tinggi, fumigasi, laminasi, dan
konservasi lainnya,untuk fumigasi dianggarkan dua tahun sekali.
2. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi koleksi Al-Qur’an.
a. Kendala
Kendala merupakan penyebab dari kurang maksimalnya atau tidak
terlaksananya suatu kegiatan, dalam kegiatan konservasi akan ada
55Indah Purwani. “Selintas Peran Restorator dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan”.
Majalah Perpustakaan: Visipustaka. Vol.15 no. 1. April 2013.
86
kendala-kendala yang menyebabkan kegiatan konservasi tidak terlaksana.
Di Bayt Al-Qur’an, kendala dalam kegiatan konservasi ada empat yaitu
pengaturan suhu yang tidak stabil, SDM bidang konservasi yang belum
memadai, anggaran konservasi yang terbatas, dan habisnya bahan
konservasi.
Pengaturan suhu yang belum stabil, terjadi karena ruang pamer yang
sangat luas dan AC yang tidak menyala selama 24 jam di ruang pameran.
Kendala SDM terjadi karena Bayt Al-Qur’an belum memiliki tenaga
konservator yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai,
sehingga dalam menangani konservasi naskah yang sulit belum bisa
dilakukan sendiri. Sedangkan kendala pada anggaran, dikarenakan dana
APBN tidak hanya diperuntukan untuk Bayt Al-Qur’an saja tetapi dibagi
tiga dengan bidang lainnya yang ada di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, karena Bayt Al-Qur’an berada di bawah Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an sehingga untuk konservasi anggaran terbatas, dan
kendala bahan konservasi habis dirasakan oleh petugas perawat koleksi,
ketika bahan konservasi habis, konservasi akan tertunda hingga bahan
tersedia kembali.
b. Upaya
Dalam setiap kendala, diperlukan upaya agar kendala tersebut dapat
teratasi, di Bayt Al-Qur’an upaya yang dilakukan untuk menangani
kendala yang terjadi diantaranya adalah upaya dalam menangani
pengaturan suhu, SDM, anggaran, dan bahan konservasi yang habis.
87
Upaya yang dilakukan untuk menangani kendala dalam pengaturan
suhu yang belum stabil adalah dengan selalu mejaga suhu pada ruang
penyimpanan koleksi, walaupun suhu ruangan pameran tidak stabil tetapi
suhu pada ruang penyimpanan selalu diusahakan stabil dengan AC yang
menyala selama 24 jam. Selanjutnya dalam menangani kendala SDM
upaya yang dilakukan adalah dengan mengikut sertakan staf pada
pelatihan, kursus atau workshop yang diadakan pemerintah tentang
konservasi kepada petugas yang menangani konservasi, selain itu mereka
memanggil staf dari Perpusnas untuk dijadikan narasumber dalam
melakukan konservasi.
Untuk kendala anggaran upaya yang dilakukan menyesuaikan
anggaran yang ada dengan keperluan-keperluan konservasi, sehingga
walaupun dengan anggaran terbatas konservasi akan tetap terlaksanakan.
Sedangkan upaya yang dilakukan oleh staf perawat koleksi dalam
menangani kendala bahan konservasi yang habis adalah dengan
mengajukan kekurangan bahan pada pimpinan dan menunggu bahan
konservasi tersedia kembali.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, kesimpulan tentang Konservasi
Koleksi Al-Qur’an pada Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal diantaranya:
1. Manajemen konservasi koleksi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
a. Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal belum memiliki staf ahli dalam
bidang konservasi, SDM konservasi yang ada saat ini terdiri dari tiga staf
yaitu Pak Aris Munandar, pak Nurdin, dan Pak Bubun Budiman. Ketiga
staf tersebut memiliki latar belakang pendidikan SLTA namun mereka
sudah pernah mengikuti pelatihan tentang konservasi.
b. Sarana dan prasarana dalam kegiatan konservasi di Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal terbatas, terutama dalam prasarananya, tidak ada
labolatoruin atau ruang kerja tetap untuk kegiatan konservasi.
c. Anggaran konservasi di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal baru
diadakan sekitar tiga tahun, untuk kegiatan fumigasi akan dilakukan dua
tahun sekali dan baru dilakukan dua kali pada tahun 2015 dan tahun
2017.
d. Terdapat tiga faktor penyebab kerusakan koleksi di Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal, faktor tersebut antara lain faktor fisika yang disebabkan
oleh lingkungannya seperti suhu dan cahaya, faktor kimia yang berasal
dari koleksi itu sendiri seperti kelapukan dan kadar asam yang terlalu
89
tinggi, dan terakhir faktor biologi yang disebabkan oleh jamur dan hewan
seperti rayap dan silverfish.
e. Terdapat empat jenis konservasi yang dilakukan, diantaranya yaitu
konservasi aktif dengan cara pembersihan koleksi, konservasi pasif
dengan mengatur suhu ruang penyimpanan koleksi, konservasi preventif
dengan cara survei koleksi rutin, dan konservasi kuratif yaitu dengan
kegiatan fumigasi.
2. Upaya Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam menangani kendala
ketika melakukan konservasi
a. Terdapat empat kendala yang terjadi dalam konservasi, kendala tersebut
diantaranya pengaturan suhu yang belum stabil, belum adanya tenaga
ahli konservasi, anggaran konservasi yang terbatas, dan bahan konservasi
habis yang mengakibatkan kegiatan konservasi tertunda.
b. Upaya dalam menangani keempat kendala tersebut yaitu:
1) Menjaga suhu pada ruang penyimpanan dengan menyalakan AC
selama 24 jam.
2) Mengikutsertakan staf pada pelatihan, kursus atau workshop tentang
konservasi koleksi.
3) Menyesuaikan anggaran dengan keperluan-keperluan konservasi.
4) Mengajukan kekurangan bahan konservasi dan menunggu bahan
tersedia kembali.
90
B. Saran
Dalam upaya konservasi koleksi Al-Qur’an yang dilakukan oleh Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal, peneliti memberikan beberapa saran diantaranya
sebagai berikut:
1. Terkait dengan SDM konservasi, Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal perlu
merekrut staf ahli dalam bidang konservasi, agar segala konservasi dapat
dilakukan dengan optimal, dan dengan adanya staf ahli konservasi, dalam
kegiatan konservasi para perawat koleksi akan dibimbing, sehingga tidak
ada kesalahan dalam melakukan konservasi.
2. Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal perlu meningkatkan prasarana untuk
konservasi, hal ini dapat dilakukan dengan membuat labolatorium atau
ruang kerja untuk kegiatan konservasi.
3. Untuk kegiatan konservasi, Bayt Al-Qur’an perlu mengajukan anggaran
tambahan kepada pemerintah, hal ini dilakukan agar kegiatan fumigasi dapat
dilaksanakan satu tahun sekali, dan kegiatan konservasi lainnya juga
terlaksana.
4. Untuk peneliti selanjutnya, dapat mengambil penelitian tentang manajemen
museum di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Karena museum tidak
memiliki struktur organisasi tersendiri, sehingga dalam menjalankan
kegiatan museum, para staf harus bisa menangani seluruh kegiatan museum
dan tidak terfokus pada satu kegiatan. Hal tersebut menurut peneliti dapat
mengganggu efektifitas dari manajemen yang ada.
91
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Edward P. dan Mary Alexander. 2008. Museum in motion: an
introduction to the history and function of museum. AltaMira Press:
United States.
Allan, Douglas A. 1967. The Museum and Its Functions in United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), The
Organization of Museums: Practical Advice.
Ambrose, Timothy dan Crispin Paine. 2006. Museum Basics. London: Routledge.
Bu’ang, Muhammad dkk. 2018. “Pelestarian bahan pustaka di Museum
Balaputera Dewa Sumatera Selatan”.Jurnal Iqra’ Volume 12 No.01.
Bubun Budiman. Wawancara Pribadi dengan Informan: Pemelihara Koleksi dan
Museum Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. (Jakarta, 7 Mei 2019)
Chute, Mary. “Acting director Institute of Museum and Library Services”.
Heritage Preservation press release. (8 December, 2005).
Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: memilih di
antara lima pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Direktorat Museum. 2007. “Pengelolaan Koleksi Museum”. Diakses melalui
laman https://www.academia.edu/ pada tanggal 12 April 2019 pukul
22.53
Direktorat Museum. 2010. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Fatmawati, Endang. 2017. “Identifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi
perpustakaan”. Edulib, Vol.7 No.2, November.
Fatmawati, Endang. 2018. “Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan
Perpustakaan”. Libria, Vol. 10, No. 1.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hatami, Kapita Putri. 2018. ”Peran Teknologi dalam Redesain Museum Pos
Indonesia”. e-procceding of Art and Design, Vol.5 No.3.
Herman, dkk. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
ICOM. Definisi museum. Diakses melalui laman https://icom.museum. Pada 10
Februari 2019. Pukul 20.32
92
Ida Fitriani. Wawancara Pribadi dengan Informan: Staf Seksi Koleksi dan
Pameran Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. (Jakarta, 18 April 2019)
Indonesia. Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang museum.
Jeyaraj, V. 2005. Museology: Heritage Management. Chennai.
Junaid, Ilham. 2017. “Museum dalam perspektif pariwisata dan pendidikan”.
Museum La Galigo: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan.
Keene, Suzanne. 2002. Managing Conservation In Museum. United States:
Butterworth Heinemann Publication.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2016. Profil Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. Bayt Al-Qur’an dan Museum
Istiqlal: Jendela peradaban Islam Indonesia. Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. 2018. Mengenal Manuskrip Islam di
Nusantara. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Lasa-HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Martoadmodjo, Karmidi. 2014. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raya
Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2013. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
rosdakaya.
Pudjiastuti, Titik dkk. 2018. Kamus Filologi. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemdikbud.
Purwani, Indah. “Selintas Peran Restorator dalam Konservasi Koleksi
Perpustakaan”. Majalah Perpustakaan: Visipustaka. Vol.15 no. 1. April
2013.
Rahmadani, Suci. “Pelestarian Naskah Kuno pada Museum Negeri Provinsi
Sumatra Utara Medan”. Tugas akhir S1, Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara Medan, 2018. Diunduh melalui laman
http://repositori.usu.ac.id.
93
Restinaningsih, Lilis. Konservasi dan Restorasi Terhadap Naskah. Diakses
melalui laman https://www.academia.edu/7664480/Konservasi_Naskah.
Pada 30 Maret 2019. Pukul 21.40
Sasongko, Agung. 2018. “Di Masa Khalifah Utsman Alquran Dibukukan”.
Diakses melalui laman https://m.republika.co.id. Pada 24 Agustus 2019.
Pukul 21.23
Shihab, M. Quraish, dkk. 2008. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistiyani, Dyah. “laporan Kegiatan Workshop Konservasi di Museum
Nasional”. Majalah Permuseuman: Museografia. Vol.6 no.10. Desember
2012
Suratmin, 2000. “Museum sebagai wahana pendidikan sejarah”. Masyarakat
Sejarawan Indonesia Cabang Yogyakarta. Diakses melalui
http://dpad.jogjaprov.go.id/
Sutarga, Moh. Amir. 2000. Museografi dan Museologi: Kumpulan Karangan
tentang Ilmu Permuseuman. Jakarta: Direktorat Permuseuman.
Sutarno-NS. 2008 . Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Jala Permata.
Syaifuddin. Wawancara Pribadi dengan Informan: Kepala Seksi Koleksi dan
Pameran Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. (Jakarta, 7 Mei 2019)
Wahyudin. “Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan
Museum Istiqlal Jakarta”. Tugas akhir S1, Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. Diunduh melalui laman
http://repository.uinjkt.ac.id.
Yulita, Ita. 2007. Konservasi Koleksi Museum. Diambil dari kumpulan makalah
DiklatPengelolaan Museum jilid 2: konservasi 30 September s/d 9
Oktober 2009. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
94
Gambar 2 Kepala Seksi Koleksi & Pameran
Gambar 3 Staf Pemelihara Koleksi & Museum
Gambar 4 Staf Pengembang Koleksi Museum Gambar 5 Pembersihan Koleksi
Gambar 6 Fumigasi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7 Silica gel
Syaifuddin, MA.Hum Bubun Budiman
Ida Fitriani, M.Hum
95
Gambar 8Bahan-Bahan Konservasi Gambar 9Mengkukur Keasaman Koleksi
Gambar 10 koleksi abad 17 Gambar 11 koleksi abad 18 Gambar 12 koleksi abad 19
Naskah Al-Qur’an Bali Naskah Al-Qur’an Aceh Mushaf Al-Qur’an Solo
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat tugas menjadi pembimbing
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian
Lampiran 3: Surat Izin Observasi dan Wawancara
Lampiran 4: Hasil Observasi
1. Tempat Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti di tempat penelitian yaitu Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal. Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal terletak di
sebelah kanan pintu masuk utama Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
2. Waktu Observasi
Obesrvasi dilakuan pada 19 April 2019.
3. Koleksi
Koleksi Bayt Al-Qur’an adalah koleksi yang berhubungan dengan Al-
Qur’an, mulai dari Al-Qur’an terbesar hingga terkecil, sejarah tentang
perkembangan penulisan serta pencetakan Al-Qur’an di Indonesia, dan ada
juga peti untuk menyimpan manuskrip Mushaf Istiqlal.
Koleksi Museum Istiqlal, koleksinya berupa benda-benda yang terkait
dengan peradaban Islam di Indonesia, seperti replika batu nisan, kain-kain
berbentuk sejadah dan sarung, manuskrip keagamaan, miniatur replika mesjid
demak dan koleksi lainnya.
Tabel 7
Jumlah koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal
No Koleksi Jumlah
1. Al-Qur’an manuskrip 70
2. Al-Qur’an cetak 30
3. Tafsir Al-Qur’an manuskrip 4
4. Tafsir Al-Qur’an cetak 24
5. Warisan budaya Qur’ani 11
6. Manuskrip naskah keagamaan 7
7. Arsitektur 47
8. Tekstil 67
9. Nisan 15
10. Seni rupa tradisional 10
11 Seni rupa modern 50
12 Warisan budaya islami 137
Total 472
4. Fasilitas
Museum ini memiliki dua ruang pameran tetap yaitu ruang pameran Bayt
Al-Qur’an dan ruang pameran Museum Istiqlal, kedua ruang pameran tersebut
memiliki koleksi yang berbeda, Selain ruang pameran tetap ada juga fasilitas
lainnya, seperti ruang pameran tidak tetap, lobby, ruang audio visual, masjid,
dan perpustakaan.
Sarana konservasi yang tersedia di ruang pameran adalah 25 AC dengan
suhu 200 C, lampu untuk ruangan dengan lampu berwarna putih dan lampu
pada setiap koleski dengan lampu berwarna kuning, 32 tempat penyimpanan
koleksi (vitrin), 9 Acrilic book stand sebagai media display di dalam vitrin dan
ada silica gel yang diletakan di dalam beberapa vitrin.
Lampiran 5: Hasil Wawancara
Nama: Syaifuddin, MA.Hum
Jabatan: Kepala Seksi Koleksi dan Pameran
Wawancara dilakukan pada tanggal 7 Mei 2019, pukul 10.00 WIB
No. Pertanyaan
Deskripsi Jawaban
1.
Tanya Bagaimana pandangan bapak tentang pentingnya koleksi Al-Qur’an di Bayt
Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?
Jawab
Sesuai dengan namanya di sini kan Bayt Al-Qur’an ya yang artinya rumah Al-
Qur’an jadi memang visi utama di Bayt Al-Qur’an ini sebenarnya sebagai
selain sebagai tempat konservasinya barang-barang koleksi terkait Al-Qur’an
juga aaa dokumentasi jadi aaa Al-Qur’an dalam berbagai bentuknya
berbagai jenisnya itu memang aaa selayaknya sudah harus ada di sini, benda-
benda yang unik ya, oleh karena itu di sini kan ada aaa empat paling tidak
ada empat kelompok koleksi terkait Al-Qur’an ya, pertama koleksi Al-Qur’an
manuskrip yang umurnya sudah ratusan tahun, aa yang kedua kelompok Al-
Qur’an cetak, jadi Al-Qur’an perlu di cetak setelah sekitar aaa pertengahan
abad 19 hingga saat sini karena sudah ada mesin cetak aaa yang ketiga
terkait dengan aa naskah-naskah terjemah, tafsir Al-Qur’an, dan karya-karya
ulama nusantara terkalit dengan Al-Qur’an, dan yang terakhir yang keempat
itu ada Al-Qur’an- Al-Qur’an digital Al-Qur’an elektronik yang sedang
gencar sekarang akhir-akhir ini ya, dan ada yang kelima juga terkait dengan
benda-benda seni keal-qur’annan, jadi biasanya aaa untuk kalangan seniman
ya, mereka kalangan seniman-seniman muslim biasanya memang mereka
menyalurkan aaa berkaya seni yang bernafaskan Al-Qur’an gitu, kaligrafi
dan lain sebagainya itu juga termasuk salah satu bagian dari koleksi kita di
sini.
2.
Tanya Apakah koleksi manuskrip Al-Qur’an tercetak penting untuk disimpan?
Jawab
Perlu di bedakan yaaa antara manuskrip dan cetak, manuskrip itu tulisan
tangan kalau cetak itu sudah mesin nah mesin cetak, jadi aa makanya di sini
kita bedakan kategorinya, kalau manuskrip itu kerya tulis tangan yang tradisi
itu berkembang di Nusantara hingga paling tidak abad ke-19 ya, karena
menjelang abad 20 itu sudah ada mesin-mesin cetak yang datang dari Eropa,
sehingga tradisi penyalinan Al-Qur’an yang dulu disalin secara manual
dengan sendirinya sudah tidak dilakukan lagi karena sudah tergantikan
dengan mesin-mesin modern, nah terkait dengan tulis tangan tentu saja ini
sangat penting karena dokumen bukti sejarah masa lalu bagaimana Al-
Qur’an itu ditulis, Al-Qur’an itu dikaji dan di aaa menjadi sebuah tradisi di
masyarakat, terus yang kedua terkait dengan Al-Qur’an cetak, nah ini perlu
juga kita aa jadikan koleksi di sini paling tidak di sini ada tiga kategori Al-
Qur’an cetak, yang pertama Al-Qur’an cetak masa awal ya, masa awal itu
kisaran abad 19 pertengahan hingga aa awal abad 20 ini masa cetak, eh
mohon maaf aaa pertengahan abad pertengahan abad 19 hingga menjelang
abad 20 masih cetak yang sederhana, ada cetak litograf ada aa cetak aaa
cetak batu ya, atau dikatakan cetak batu,jadi percetakan yang masih sangat
tradisional,terus kemudian dan percetakan yang lain yang sangat tradisional
ini adalah ciri khas di masa-masa awal, terus kemudian cetak di pertengahan
ya di pertengahan itu aaa percetakan Al-Qur’an sudah lumayan modern tapi
untuk secara kebutuhan biasanya dicetak hanya untuk kebutuhan baca jadi
unsur-unsur hiasan, keindahan, dan unsur-unsur lain kurang begitu mendapat
perhatian , nah sejak abad milenial yaa tahun 2000 kesinian memang
pertumbuhan npercetakan memang begitu dahsyatnya sehingga aaa Al-
Qur’an- Al-Qur’an itu tidak lagi hanya supaya bisa dibaca tetapi juga
bagaimana supaya Al-Qur’an itu enak dibaca, artinya selain menjadikan
pertimbangan Al-Qur’an itu agar gampang, enak apa aa mudah dibaca juga
aspek-aspek keindahan yang lain juga perlu, oleh karena itu abad 20 aa abad
milenial abad 21 ini aa ditandai yang pertama dengan di launchingnya
mushaf Istiqlal, mushaf terindah di Nusantara, kemudian ada mushaf-mushaf
yang lain yang mushaf Al-Bantani, mushaf Kalimantan Barat, mushaf At-tin,
mushaf Jakarta, mushaf Sundawi dan lain sebagainya ini dan seterusnya
perkembangan sejak abad 20 aa 21 ini sangat-sangat luar biasa dan menurut
pak Alianbar orangnya ada di pojok itu salah satu peneliti kita,beliau berani
mengatakan bahwa variant cetak atau aa inovasi dalam percetakan Al-
Qur’an Indonesia adalah yang tertinggi di Dunia.
3.
Tanya Apakah ada kegiatan konservasi yang dilakukan untuk koleksi-koleksi di Bayt
Al-Qur’an?
Jawab
Aaa sebentar, saya mau meluruskan tadi yang aa pertanyaan pertama tentang
pentingnya harus di koleksi dulu ya, jadi aa koleksi di sini tidak semuanya
dari masyarakat, jadi paling tidak ada dua macam perolehan koleksi ada tiga
lah yaa, ada tiga cara macam perolehan koleksi yang khusus koleksi Al-
Qur’an ini ya. Pertama aa hibah dari masyarakat, alhamdulillah sering sekali
kita dapat hibah Al-Qur’an termasuk Al-Qur’an kuno akhir 2018 kemarin
kita menerima hibah Al-Qur’an kuno umurnya sudah ratusan tahun itu ada
enam mushaf Al-Qur’an dari Sidoarjo, dalam waktu yang hampir bersamaan
juga kita mendapatkan hibah dari Serang ya Serang Banten satu mushaf Al-
Qur’an kuno tulisan tangan ratusan tahun, yang kedua diperoleh melalui
pembelian atau pengadaan barang dan pengadaan barang koleksi, jadi kita
hunting atau ada masyarakat yang datang atau kita mendatangi suatu daerah
untuk membeli aa koleksi-koleksi manuskrip itu, atau barang-barang antik
yang terkait dengan Al-Qur’an itu, nah yang ketiga adalah koleksi yang
didapatkan secara reguler yang terkait dengan fungsi dan peran Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, jadi setiap tahun kita memang aa secara
otomatis akan mendapatkan ratusan mushaf Al-Qur’an cetak, karena semua
Al-Qur’an cetak yang beredar di Indonesia itu harus melalui proses
pentashihan lah ya, proses pentashihan yang itu ada di bidang 1 di bidang
pentashihan, jadi setelah ditashih,udah lulus tashih, dapat tanda tashih,
kemudian dicetak oleh percetakan penerbit itu, nah kemudian mereka harus
memberikan Al-Qur’an sebagai inventaris atau dokumentasi kantor paling
tidak kalau ga salah 10 ya, 10 eksemplar kalau ga salah nanti ada aturannya
deh jadi setelah mereka mendapatkan tanda tashih, dicetak kemudian
perusahaan itu akan harus aaa memberikan bukti sudah dicetak 10 mushaf
Al-Qur’an, nah 10 mushaf Al-Qur’an ini aa diantaranya disimpannya di Bayt
Al-Qur’an museum Istiqlal, jadi setiap tahunnya akan terupdate terus dan aa
ada mungkin 100 lebih ya setiap tahun penambahan mushaf Al-Qur’an cetak,
sehingga dapat di pastikan Bayt Al-Qur’an adalah tempat penyimpana Al-
Qur’an yang terlengkap di dunia.
4.
Tanya Kembali lagi ke pertanyaan saya tadi, adakah kegiatan konservasi yang
dilakukan untuk koleksi-koleksi di Bayt Al-Qur’an?
Jawab Jdii tadi aa dari penjelasan saya mungkin paling tidak kita bisa mamahami
ada dua kelompok koleksi ya, satu koleksi yang mempunyai mempunyai
keunikan mempunyai faktor historis atau umur yang sudah tua yang kemudian
aa yang kedua adalah aa koleksi-koleksi yang tentunya dokumentasi, aa
koleksi-koleksi yang diperoleh melalui proses pentashihan tadi yang
dikatakan itu ya, jadi yang satu sangat tua aa barang unik, barang antik dan
hanya satu-satunya biasanya, dan barang yang sangat bersejarah miasalnya,
yang kedua lagi barang yang sifatnya dokmentasi tadi yang diperoleh dari
percetakan ya, nah kedua koleksi ini tentunya dalam kegiatan konservasinya
berbeda-beda, masing-masing koleksi sebenarnya berbeda-beda ya bentuk
konservasinya ya, namun aa di sini untuk koleksi-koleksi yang dari bahan
kertas aa paling tidak ada dua macam gitu lah yang pertama yang unik yang
yang historis tadi yang kedua yang baru, untuk berang-barang yang lama
untuk konservasinya itu aa yang pertama secara rutin di sini difumigasi, jadi
difumigasi aa ini dimaksudkan untuk supaya terawat perawatan atau tindakan
preventif ya, untuk membunuh hama-hama atau jamur yang menyebabkan
kerusakan pada manuskrip, tidak hanya manuskrip sebenarnya koleksi Al-
Qur’an cetak juga yang sangat tua yang punya nilai keunikan atau historis itu
juga secara rutin akan di fumigasi, sejak beberapa tahun belakangan sih
memang aa paling tidak dua tahun, tiga tahun sekali ya jadi itu kita fumigasi
aa ini adalah salah satu cara untuk salah satu bentuk konservasinya, jadi
kalau kita lihat arti konservasinya ini kan berartikan perawatan pencegahan
supaya barang itu tidak rusak ya, jadi bentuknya memang banyak disesuaikan
dengan aa kondisi masing-masing itu yang pertama tadi, kalau preventifnya
atau tindakannya terhadap kerusakan yang disebabkan oleh jamur atau
hewan, yang kedua aa tindakan kerusakan yang disebabkan karena aa itu yaa
apa aa korosi, korosi pada kertas, jadi kalau korosi pada kertas ini hanya
ditemukan pada manuskrip ya, dan lebih spesifik lagi hanya manuskrip-
manuskrip yang ditulis di atas kertas eropa untuk kertas untuk untuk apa,
untuk bahan daluang aa kita tidak menjumpai dan memang pada umumnya
tidak ada aa korosi pada kertas yang bahannya dari aaa apa kertas daluang
ini ya, nah ini merupakan kerusakan yang cukup berat dan ada yang sangat
berat sekali jika kerusakannya korosi seperti ini, jadi aaa jadi memang jaman
dulu itu dalam nulis kan macem-macem ya kalau orang lokal orang
masyarakat aa sekitar itu mungkin mereka lebih banyak menggunakan tinta-
tinta yang dibikin secara alami dari bahan-bahan alami dari pohon-
pohonan, daun, dan getah dan lain sebagainya getah tentu dan lain
sebagainya, tapi ada tinta yang di datangkan dari eropa itu biasanya itu aa
iron gel apa ya namanya itu iron gel ink atau apa itu mereknya jaman dulu itu
jadi memang itu kalau dipakai nulis di kertas eropa lama kelamaan dia
karena mengandung besi jadi lama kelamaan akan korosi dan ini akan
diperparah korosi ini lebih cepat korosi lagi jika memang temperatur
hawanya tidak stabil, atau aa tingkat kelembapan ruangan juga ga stabil jadi
mempercepat korasi itu, nah untuk kerusakan yang disebabkan oleh korosi,
terus terang kita belum punya tenaganya, jadi sejak beberapa tahun
belakangan paling tidak dua tahun ya, dua tahun ini kita menjalin kerjasama
dengan Perpustakaan Nasional untuk menangani kerusakan-kerusakan yang
disebabkan oleh korosi seperti ini, terus yang ketiga ada pula aa konservasi
yang kita lakukan karena penyebabnya itu kadar asam yang tinggi pada aa
proses penjilidan jaman dulu yaa, lem yang digunakan bahan yang digunakan
untuk jilid itu kadar asamnya cukup tinggi sehingga menyebabkan rusaknya
kertas aa rekatan-rekatan pada kertas cepet rusak gitu ya, ini penanganannya
hampir sama dengan cara yang kedua tadi jadi kita juga belum punya
ahlinya, oleh karena itu sudah ada puluhan manuskrip yang sudah
dikonservasi sudah di aa diperbaiki oleh tim yang ada di Perpustakaan
Nasional, nah yang kempat adalah tindakan konservasi yang sifatnya secara
teratur ya secara teratur aa ini ada beberapa macam yang pertama adalah
pengaturan suhu suhu ruangan ya jadi suhu ruangan, memang ini yang jadi
kendala kita yang paling besar terus terang jadi karena aa ruang pamer kita
ini sangat besar, sangat besar sekali ruang pamer kita apalagi yang di
museum istiqlal ya, memang idealnya untuk konservasi ruangan agar ruangan
itu tidak tidak cepat merusak naskah-naskah atau koleksi yang berasal dari
kertas,idealnya memang 24 jam AC tidak boleh dimatikan, terus nyala terus
selama 24 jam tapi memang ini yang menjadi kendala kita ya, kita bisa saja
mungkin aa24 jam menyalakan seperti itu, tapi ini akan sangat boros luar
biasa dalam kelistrikannya itu yang menjadi kendala kita, jadi di ruang pamer
memang hanya jam jam buka aja jadi dinyalakan jam 7 aa nanti dimatikan
lagi jam 4 setiap hari seperti itu aa saya kira ini memang kendala kita ya kita
belum bisa aa berupaya untuk bagaimana supaya 24 jam nyala nah terkecuali
AC yang ada di ruang aa di ruang tempat penyimpanan atau storage, storage
kita jadi memang karena storagenya juga ga sebesar ruangan dan relatif
lebih kecil kalo dibanding tempat display ya aa hanya inilah yang kita
nyalakan AC itu 24 jam, terus yang kemudian adalah kerusakan aa tindakan
preventif dari aa pencahaayaan ya jadi memang aa standarnya memang ya
semua museum itu aa seharusnya ada temperatur khusus atau tingkat cahaya
yang masuk itu ya jika ingin aa awet jadi kalau tadi itu masalah kelembapan
ruangan sebenarnyakan kalau menurut peneliti itu ada ada cara-cara
temperatur ya, misalnya kalau kita ingin koleksi kita ini umurnya sampai
1200 tahun ga rusak maka temperatur yang continue dalam 24 jam itu harus
di suhu kisaran 10ᵒC ya, secara continue terus ga boleh naik turun ga boleh
naik turun harus 10ᵒ terus, kalau misalnya kita aa menginginkan awetnya
sampe ratusan tahun atau paling engga minimal 200 tahun umurnya masih
akan awet itu paling tidak temperaturnya antara 18ᵒ sampai 20ᵒ secara
continue terus ya, nah kebanyakan kita termasuk di sini ya aa ga stabil ya
sudah di atas 20ᵒ dan itupun ga bisa continue, oleh karena itu jadi ini
permasalahan kita bersama bukan di Bayt Al-Qur’an Museum Istiqlal tapi di
dunia permuseuman pada umumnya di Indonsia ya, jadi cara aa bagaimana
pengaturan suhunya ini masih jadi problem padahal ini yang permasalahan
sangat dasar dalam konservasi, nah demikian juga cahaya ya aa
pencahayaan ini juga jadi hal yang sangat ini juga ya aa aga sulit di mseum-
museum kita ya, seharusnya memang aa tata pamer itu harus menyesuaikan
selain mempertimbangkan aspek keindahan pengunjung kenyamanan
pengunjung juga harus memperhatikan aspek keselamatan atau konservasi
terhadap barang-barang koleksi, jadi memang ada ukuran-ukuran ya aa
tingkat pencahayaan itu, kalau di ruang pamer itu seharusnya aa tingkat
pencahayaannya itu antara 50-100 lux jadi ga boleh terlalu terang banget
gitu, karena semakin lama naskah itu di aa apa terkena cahaya yang kuat
lama kelamaan akan kecoklatan dia, karena kena sinar UV yang terus
menerus lampu-lampu yang tingkat Uvnya terlalu tinggi gitu jadi lama
kelamaan akan kecoklatan dan ini harus di bedakan dengan apalagi area
penyimpanan ya area penyimpanan itu memang lseharusnya ya sangat gelap,
bukan hanya gelap terhadap lampu tapi gelap terhadap cahaya matahari juga
ya, kalau dalam ilmu konservasi biasanya diterapkan ukuran antara 11-55 lux
untuk khusus storage, storage kita aa sepertinya lebih sedikit 55 lebih sedikit.
5.
Tanya Siapakah yang menangani konservasi di sini?
Jawab
Aa untuk di sini namanya TUSI ya Tugas dan Fungsi jadi tugas dan fungsi
untuk merawat koleksi ini di sini ada 4 orang di sini aa bisa wawancara
langsung ke para petugasnya ya aa sekarang tinggal 3 ya ada pak Aris
Munandar, ada pak Nurdin, ada pak Bubun aa iya sekarang tinggal 3 ya, jadi
aa namanya jabatannya itu perawat perawat koleksi ya, jadi mereka memang
yang sehari-hari merawat koleksi, salah satu tugas tugas rutin dalam sehari-
hari memang mereka harus a harus mengecek ya harus mengecek tingkat
bagaimana koleksi itu di display bagaimana keselamatan koleksi itu dari sisi
aa keamanan terhadap pengunjung atau keamanan dari hal-hal yang
berbahaya lainnya, jadi memang mereka kita kasih kerjaan dalam sehari-hari
itu memang ada semacam lembaran ya mereka harus memeriksa dan
seharusnya memang secara berkala ya itu ada semacam pembersihan terkait
manuskrip, jadi manuskrip itu dalam aa sewaktu-waktu tertentu yang kita
belum bisa rutin ya jika diperlukan saja, paling tidak kalau mau pameran ya
pameran keliling misalnya kita mau mengambil koleksi itu jadi terlebih
dahulu dibersihkan dulu, diperiksa apakah ada ngengatnya ga ada hewan-
hewan serangganya ga gitu kan, jadi itu harus diperiksa terus dan sudah ada
pemeriksaan secara berkala, jadi misalnya di tahun 2015 misalnyakan sudah
tercatat waktu itu ada kerusakan bolong pada halaman sekian gitukan yang
lumayan parah gitu, nah pas misalnya 2018 diperiksa lagi ternyata lebih
bearlagi karena ternyata ngengatnya sangat banyak misalnya kan jadi ada
catatannya secara pemriksaan secara continue juga ada, nanti bisa
ditanyakan di bu Ida ya ada lembar aa lembar pemeriksaan koleksi secara
berkala itu.
6.
Tanya
Untuk ketiga orang yang bapak sebutkan tadi, apakah mereka memiliki
latarbelakang pendidikan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang
konservasi?
Jawab
Iya ini salah satu kendala kita juga, memang kita belum punya terus kita
terang aja belum punya aa tenaga konservator yang sesuai dengan
latarbelakang pendidikan yang sesuai, kita ga ada memang, jadi yang ada
tenaga para konservator di sini memang dilatih secara khusus ya pelatihan,
mengikuti pelatihan-pelatihan aa mengikuti kursus-kursus atau workshop
yang alhamdulillah belakangan ini semakin sering ya sangat sering sekali
sekarang ya memang memang belakangan ini pemerintah terhadap museum
mulai sangat gencar ya perhatiannya, sangat bagus udah lumayan meningkat,
jadi sering sekali ya memang kita mendapat undangan untuk mengirimkan
tenaga aa konservator untk sesuai dengan pelatihan masing-masing jadi ada
pelatihan khusus untuk konservator bahan aa bahan kertas misalnyakan gitu
ada pelatihan pelatihannya sendiri, nah nanti suatu saat ada pelatihan
konservasi untuk koleksi lukisan gitu itu sendiri dan seterusnya jadi sekarang
sudah semakin spesifik ya memang seperti itu.
7.
Tanya Adakah anggaran khusus yang dialokasikan untuk kegiatan konservasi dan
kisaran berapa?
Jawab
Untuk anggaran ini anggaran khusus ini diperuntukan untuk konservasi yang
tadi saya katakan sebagai konservasi tingkat kerusakan tadi itu ya, yang rata-
rata tadi aa yang disebabkan karena tiga hal itu, jadi untuk anggaran khusus
itu untuk koleks-koleksi yang rusak disebabkan karena pertama tadi itu aa
korosi tinta yang terlalu berat aa korosi tinta, terus yang kedua adalah
konservasi terhadap aa manuskrip yang kerusakan karena kadar keasaman
sehingga dia aa jilidan-jilidannya dan lain sebagainya pada rusak, terus yang
ketiga konservasi terhadap aa serangan-serangan ngengat atau serangga-
serangga atau jamur ya, jadi aa ini juga termasuk aa anggaaran yang secara
rutin kita gunakan rata-rata dua tahun sekali ya kita adakan fumigasi untuk
membasmi fumigasi untuk membasmi serangga dan jamur-jamur semacam
ini. Untuk anggaran aa kita dapatkan dari dana APBN kurang lebih 150-300
juta, dana tersebut diperuntukan untuk tiga bidang di Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an ini, jadi untuk konservasi, dana kita sesuaikan dengan
keperluan-keperluan konservasi tersebut.
8. Tanya Untuk fumigasi rutin biasanya dilakukan pada bulan apa pak?
Jawab
Untuk bulan itu kita tidak menentukan bulan-bulannya apa ya, tapi biasanya
ini kita lakukan dipertengahan tahun biasanya karena kalau awal tahun
biasanya kita masih mengerjakan aa yang lain-lain ya sehingga kita
agendakan di pertengahan tahun gitu ya sekitar juni, juli, agustus gitu lah
biasanya antara bulan-bulan ini.
9.
Tanya Biasanya untuk fumigasi ini memerlukan waktu berapa lama?
Jawab
Fumigasi paling cuma seminggu ya, jadi kalo kalo yang lamanya itu
sebenernya pembersihannya, jadi memang sebelum fumigasi inikan koleksi
semuanya di bersihkan dulu dibersihkan oleh orang-orang kita dulu, yang-
yang pertama memang ya yang paling berat ya pengambilan koleksi itu ya
ada yang koleksi itu di ruang display ada yang di storage kan jadi kita ambil
supaya ga salah harus didata segala macem kemudian setelah itu dibersihkan
nah setelah dibersihkan baru dimasukan ke ruang fumigasi, ruang fumigasi
itu ga terlalu lebar paling yang kita gunakan itu secara continue hanya
ukuran 3x6 ya, ruangan 3x6 kita bikin ada semacam rak-rak semacam itu,
nah setelah fumigasi prosesnya sebentar cuma menaburkan bahan-bahan
kimia itu ya, bahan-bahan apa itu ya saya juga ga terlalu paham ituu yang
digunakan itu ya, jadi kemudian setelah ditaburkan gitu udah ditutup selama
seminggu lah, udah seminggu di buka baru biasanya proses yang kedua di aa
disemprot cairan bebas asam aa setelah fumigasi selesai, dibersihkan tadi
udah nah setelah itu disemprot-semprotkan bebas asam pada tiap lembarnya.
10.
Tanya Untuk fumigasi tersebut biasanya bekerjasama dengan siapa?
Jawab
Sama, sama Perpusnas juga, khusus untuk fumigasi memang dilakukan di sini
kalau untuk konservasi, konservasi manuskrip ini rata-rata bentuk
konservasinya itu dengan di aa laminasi ya laminasi kertas jepeng orang
mengatakan kertas tisu itu, jadi itu dilaksanakan semuanya di sana,
dibongkar ulang terus kemudian dilaminasi, terus kemudian dijilid ulang.
Secara bergilir koleksi di bawa, paling bawa sekali di ambil kesana orang
sana yang ambil kesini walau cuma lima ya lima naskah terus nanti ya sekitar
kisaran dua sampai tiga minggu dikembalikan sini ambil lagi, seperti itu lah.
11.
Tanya Apakah konservasi penting untuk dilakukan?
Jawab
Wajib ya, dan itu menjadi tugas utama sebuah museum ya, museum-museum
itu kan salah satunya fungsi konservasi, fungsi perawatan jadi disinilah yang
membedakan antara museum dengan perpustakaan barangkali ya, jadi
koleksi-koleksi yang unik, antik, dan satu-satunya itu harus bener-bener di
konservasi yang nomor satu di museum aa fungsi kedua fungsi pendidikan
terus fungsi pameran dan lain sebagainya jadi ini adalah fungsi nomor satu
ya, oleh karena itu konservasi ini harus di upayakan dari berbagaimacam
aspeknya, kemudian dari SDM yang harus diperkuat walaupun banyak sekali
rintangan dan tantangan ya dalam mengolah dunia permuseuman seperti ini
ya, dari segi SDMnya terus yang kemudian dari sisi alat pengandalannya,
jadi saya kira dua hal ini yang paling penting dalam pengelolaan museum,
kita harus bener-bener menyiapkan SDM yang bener-bener mempuni untuk
konservasi ini, sehingga aa lebih banyak pada tindakan preventif ya daripada
lebih banyak kita memperbaiki yang sudah rusak ini yang sangat penting.
12.
Tanya Adakah kendala dalam melakukan konservasi menurut bapak?
Jawab
Aa kendala dalam fumigasinya ya, ya kendala dari fumigasi ini seharusnya
dilakukan oleh internal ya paling bagus ya jadi memang seharusnya agar
lebih awet harusnya sih setahun sekali ya karena kendala kita SDM ya
memang SDM dan anggaran mungkin ya jadi kita laksanakan dua tahun
sekali itupun orang luar ya, tapi saya kira ga jadi masalah ya yang paling
penting itu bagaimana koleksi tetep terpelihara dan awet, terus kendala yang
kedua itu aa ya teknis aja sih sifatnya teknis bagaimana kesulitan dalam aa
proses pemindahan proses-proses menuju fumigasi itu mulai dari kita
bersihkan terus dilihat satu per satu dan lain sebagainya, tapi ya itu saya kira
bukan kendala juga sih ya karena itu jadi kegiatan kita rutin ya, kita sangat
senang sekali habis fumigasi itu melihat serangga-serangga itu pada mati,
yang kita sangat senang kita sering sekali ga tahu dalam sebuah manuskrip
itu ternyata setelah di lihat-lihat ga kelihatan itu nah begitu fumigasi selesai
itu kadang-kadang diangkat, di beginikan itu pada jatuh gitu ya dan keliatan
pada ada yang jalan kemana ternyata banyak juga, makanya para ahli
menyarankan setahun sekali itu benar ya, karena berdasarkan pengalaman
dua tahun itu ternyata aa ada lagi walaupun ga terlalu banyak tetapi masih
ada gitu. Selanjutnya kendala dalam konservasi terhadap kerusakan yang
cukup tinggi tadi itu yang saya katakan aa dari korosi, dari aa kecoklatan
karena sinar UV itu aa yang paling sulit ya sangat sulit, bahkan disni ada
banyak sekali ada beberapa manuskrip yang Perpusnas sendiri tidak sanggup
untuk mengerjakan itu, dan ini yang seharusnya kita yang mengerjakan
mungkin ya dengan sangat-sangat telaten, teliti dan sabar sekali karena
kerusakan yang sangat tinggi, saya contohkan ada salah satu manuskrip yang
dihibahkan dari Pontianak ya, ini ada Al-Qur’an yang sangat bagus hibah
dari Pontianak tahun 2016, kondisinya sangan memprihatinkan tingat
korosinya sangat tinggi, jadi saya contohkan semacam buku seperti ini , ini
kalau di buka seperti ini ini tulisannya itu langsung pada copot-copot jadi
copot-copot seperti ini, jadi ini yang aa di Perpustakaan Nasional sendiri
tidak sanggup untuk mengerjakan ini, dan ada aa koleksi yang lain juga kita
dapatkan dari masyarakat yang Perpustakaan Nasional sendiri tidak sanggup
itu dia lengket sekali ga bisa di buka antara halaman 1,2,3,4 itu, jadi lengket
sekali, nah hal-hal semacam ini yang seharusnya internal kita yang
mengerjakan seharusnya, saya yakin sebenernya mereka sanggup tapi karena
tingkat tanggung jawab reponbility nya sangat tinggi resikonya sangat besar
jadi mereka memilih yang lain untuk dikerjakan yang tentunya butuh waktu
yang sangat lama karena mereka dikejar dateline dengan kerjaan-kerjaan
yang lain ya, oleh karena itu kerusakan yang sangat tinggi mereka tidak
kerjakan, dan aa ini catatan penting ya mungkin nanti bisa di tanyakan ke
dosennya, saya sendiri di dunia konservasi kertas saya sendiri latarbelakang
pendidikan saya filologi tapi ada problem di hati saya karena dulu waktu
belajar filologi lebih banyak pada teksnya bukan pada fisiknya, aa antara
senang dan sedih sebenarnya ketika melihat manuskrip-manuskrip ini setelah
di konservasi aa nanti bisa dilihat sendiri ya, jadi manuskrip manuskrip kuno
bagi saya sangat menarik dan esotik, model-modelnya khas banget gitu aa
tapi ketika di konservasi bentuknya akan berubah sekali, bentuknya yang
tadinya sangat kuno setelah di lapisi, di jilid ulang, di binding lagi itu di
punggungnya itu di jilid ulang akhirnya seperti kitab-kitab yang baru,
memang yang misi utamanya penyelamatan terhadap teks ini sudah selesai ya
memang akan tahan sekian ratus tahun lebih terjamin ya, sudah selamat
kalau teksnya ini apa lagi sebelum di laminasi kita foto dulu semuanya
walaupun kemarin ada beberapa yang sulit di buka halamannya jadi kita
tinggalkan dulu, cuma memang di kita memang begitu prosedurnya jadi
sebelum kita laminasi kita dokumentasikan, di foto semuanya terlebih dahulu
halaman per halaman, nah dengan berubahnya wujud lama di konservasi
menjadi manuskrip yang seolah-olah kelihatan baru aa dalam kata kutip saya
menganggap ini problem, problem di dunia pernaskahan mungkin ya, kalau di
dunia permuseuman memang visinya seharusnya seperti ini ya, jadi
bagaimana barang itu terselamatkan tapi di dunia filologi mungkin akan aa
sedih ya melihat naskat tersebut menjadi hal yang baru dipermak habis-
habisan sehingga mengurangi konteks zamannya atau konteks manuskripnya
itu sendiri, ada seorang ahli yang pernah saya tanya seorang filolog dari
belanda yang pernah datang berkunjung ke sini dulu namanya Dig Van Der
Meij, jadi saya tanya tentang hal seperti ini, dia mengatakan ini hal yang
tidak recommended sebenarnya kecuali memang yang sudah parah dan
memang diharuskan untuk dilaminasi ya, menurut pa Dig ini menurut
perspektif filologi ya bukan permuseuman atau mumgkin bisa jadi menurut
keduanya, jadi beliau juga mengkritik apa yang dilakukan oleh Perpustakaan
Nasional dengan kebiasaannya menangani konservasi terhadap manuskrip-
manuskrip itu, bagi Dig Van Der Meij itu kita merubah jiilidan aja dari
jilidan yang lama kemudian di jadikan buku-buku dengan jilidan yang baru
artinya kita sudah memberangus ratusan informasi katanya, jadi sebenarnya
disetiap model atau disetiap bentuk atau disetiap metode yang digunakan
untuk penjilidan atau setiap bentuknya kertas yang seperti ini dan seperti itu,
itu sebenarnya semuanya kan ada informasi, ya tentunya dari perspektif
filologi dari perspektif para peneliti aa memang ini jadi sangat problem sekali
ya, bagaimana peralihan fisik dari yang bener-bener tua tentunya kemudian
ke bentuk yang baru tersebut, tap ya itulah mungin ya menjadi bahan diskusi
teman-teman bagaimana kedepannya untuk konservasi naskah-naskah kuno
ini yang terbaiknya seperti apa aa saya kira akan ada di masa depan metode
yang lebih bagus, lebih efisien dan lebih prktis ya, baik itu untuk aa
menangani kerusakan dalam berbagai hal ya, tertama kerusakan yang dari
sisi korosi atau aa dari pelapukan atau kerusakan dari sisi pancaran sinar
UV dan lain sebagainya itu, jadi ya ini kendala kita bersama jadi problem
kita bersama memang di Indonesia ini masih sangat-sangat minim tenaga di
bidang konservasi khususnya naskah, kita masih tertinggal jauh sama negara-
negara maju untuk negara tetangga aja ya mungkin kita tertinggal juga ya aa
seperti malaysia, singapur kalau di perhatian dan banyak orang yang concern
di bidang konservasi seperti itu, jadi saya kira aa di dunia pendidikan
danpemerintah itu sudah waktunya untuk bagaimana mendorong masyarakat
akademik agar menggeluti di bidang ini ya terus terang aja ya sekarang
mungkin laminasi yang menjadi referensi satu-satunya ya Perpustakaan
Nasional, walaupun itu museum atau perpustakaan yang ada di Indonesia
Timur Indonesia Barat, jadi ya itu problrm kita ya.
13.
Tanya Adakah rencana untuk merekrut staf ahli di bidang konservasi ini?
Jawab
Ya itu yang justru menjadi perhatian saya menjadi kepala seksi ya, saya
senantiasa mengajukan nama-nama aa ko bukan nama-nama aa mengajukan
formasi aa untuk perekrutan tenaga baru di bidang konservasi ini menjadi
concern saya ya benarnya, ya tapi kemarin ASN atau PNS kan sempat ditutup
ya dan juga ya sebenarnya intinya terletak pada anggaran, jadi kita ini
anggaran fungsi agama masalahnya, ya agama ya sangat kecil sekali jadi
untuk perekrutan seperti itu harus dipikirkan berkali-kali oleh para pimpinan
ya, untuk tenaga yang ada aja sekarang kalau dibanding dengan museum lain
kita sangat minim ya, jadi kita ini praktis yang secara langsung mengurusi
museum itu Cuma berapa ya sangat sedikit debenarnya, kita hanya punya
tenaga perawat koleksi hanya tiga aa punya pemandu hanya dua ada disainer
dan IT hanya satu ada pengembang museum tiga dah itu aja selain itu hanya
kebersihan dan keamanan yang menanganin secara langsung hanya itu saja.
14.
Tanya Apakah Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal memiliki struktur organisasi
sendiri?
Jawab Ga ada, kenapa ga ada, ya memang sebenarnya aga sulit untuk dijelaskan ya,
karena ini persoalan birokrasi yang menjadi kendala kita sehingga kita
sangat sulit menerapkan secara efektif peraturan permuseuman di sini, jadi
memang peraturan pemerintah tentang museum ya, museum paling tida itu
mempunyai lima tenaga initi, yang pertama tenaga konservator, yang kedua
tenaga edukator, yang ketiga tenaga kurator yang ke empat tenaga
pemasaran humas dan pemasaran dan yang kelima tenaga pencatatan atau
register, nah kaya gini ni kalau museum secara khusus seharusnya terisi
semuanya komposisi seperti itu, aa untuk di sini memang untuk saat ini belum
kesitu ya arahnya, karena di sinikan ada yang namanya jabatan fungsional
umum JFU yang itu diturunkan dari kemenpan sana, jadi tidak semua
jabatan-jabatan itu ada, jadi secara struktur organisasi memang kita beum
ter aa menjadikan nama-nama khusus seperti itu dijadikan secara fungsi saja
aa orang-orang ini sebenarnya mengerjakan berbagai hal, pengembang
museum itu ya bisa jadi kurator di saat tertentu ya nanti jadi register terus
jadi kadang konservator juga jadi masih seperti itu lah, unuk struktur
organisasi sekarang paling ya yang seperti di buku itu.
Mengetahui,
Pewawancara Kepala Seksi Koleksi dan Pameran
Anindita Syaifuddin, MA.Hum
NIM.1115025100079 NIP. 19820625 200801 1 1010
Nama: Ida Fitriani, M.Hum
Jabatan: Staff Seksi Koleksi dan Pameran
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 April 2019, pukul 10.00 WIB
No. Pertanyaan
Deskripsi Jawaban
1.
Tanya Bagaimana pandangan ibu tentang pentingnya koleksi Al-Qur’an di Bayt Al-
Qur’an dan Museum Istiqlal?
Jawab
Iya..emm sebenarnya Bayt Al-Qur’an ini sendiri tidak hanya memuat koleksi
aaa Al-Qur’annya, koleksinya banyak karena ini museum inikan satu
kesatuan ada Bayt Al-Qur’an ada Museum Istiqlal, kita punya dua ruang
pamer. Ruang pamer Bayt Al-Qur’an itu memang lebih banyak menampilkan
koleksi yang terkait dengan Qur’an dan juga benda-benda yang terkait
dengannya. Aa benda-benda yang terkait dengannya itu nanti bisa misalnya
aa apa ada rehal, kemudian ada aaa peti-peti mushaf seperti itu, kemudian
juga Qur’an itu sendiri, nah Qur’an itu sendiri yang ukurannya paling besar
sama yang paling kecil dari yang paling tua sampai yang aa yang paling baru
dalam ukuran museum itu sekitar yaa usianya 50 tahun-an mungkin 20 sekitar
20 tahunan yang paling baru yah yang kontenporer, karena kita belum
mengedukasi masyarakat bahwa aaa tradisi penyalinan mushaf itu terus
berjalan dari dulu sampai sekarang, kalau sekarang mungkin sudah
berkurang sekali karena adanya mesin cetak itu yaa makanya banyak muncul
sekarang mushaf cetak, meskipun ada beberapa mushaf kontenporer tulis
tangan yang kemudian akhirnya diii terbitkan dalam versi cetak, seperti itu.
aaa ya kemudian di Museum Istiqlalnya sendiri kita juga punya koleksi
dengan berbagai macam jenis aa media ya artinya yang kita punya bukan
saja berbahan kertas tapi juga berbahan yang lainnya, misalnya kita punya
koleksi nisan, inikan dari batu ya, kemudian ada koleksi kertas, koleksi
kertasnya itu berupa naskah-naskah keagamaan, memang cukup banyak diii
Museum Istiqlal ini sekitar 60-an naskah, meskipun sekarang sedang di
angkat ya karena kebutuhan konservasi tahun lalu, kemudian yang ke tiga ada
juga koleksi berbahan kain, kemudian berbahan kayu, dan kayu itu
bermacam-macam misalnya senjata gitu kan, tombak dan sebagainya yang
biasa digunakan para pejuang kan ada juga yang dihibahkan kesini,
kemudian juga ada yang dari logam, aaa macem-macemlah pokonya
bahannya, kemudian yang terakhir ada bagian kaligrafi dan juga gerabah ya,
itu masuk ke seni rupa tradisional dan juga seni rupa kontenporer. Nah itu
ada yang berbahan ini, kaligrafi juga terbagi dua ada kaligrafi yang pure
tulisan, dan juga nah itu yang kadang-kadang perlakuannya perlu lebih
khusus yaa dalam artian bahan-bahan kertas itu mudah rusak kan, baik itu
terkena terpaan cahaya maupun udara, nah makanya itu perlu treatment
khusus, kemudian yang kedua ada kaligrafi kanvas, kanvas ini sebenarnya
yang lebih banyak koleksi-koleksi titipan dari LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al-
Qur’an), kalau mba lihat di bagian depan sebelah kanan banyak karya-karya
kaligrafi kontenporer itu aaa pinjaman sifatnya dari Lembaga Kaligrafi Al-
Qur’an pun demikian kita tetap harus juga menjaga kondisinya meskipun itu
kanvas, kalau yang kita punya sendiri itu hasil kaligrafi hasil aaa apa lomba
kaligrafi tingkat nasional tahun 2015, ada juga terbuat dari kertas, itu kita
tampilkan di sana seperti itu, jadi bahannya macem-macem kalau di Museum
Istiqlal, tidak seperti yang di Bayt Al-Qur’an yang cenderung homogen,
karena kebanyakan memang yang ditampilkan cuma Qur’an, Qur’an
terjemah, Qur’an teksnya saja maksudnya full Qur’an, kemudian juga tafsir
nah itu semuanya baik yang tulis tangan maksudnya yang kuno, tulis tangan
maupun cetak itu ada di Bayt Al-Qur’an.
2.
Tanya Adakah konservasi yang dilakukan untuk koleksi Al-Qur’an dan apakah
konservasi dilakukan oleh Bayt Al-Qur’an sendiri?
Jawab
Dari luar yaa... aaa ya dua tahun belakangan ini kita sudah melakukan
konservasi dngan pihak ke tiga dan memang aa konservasi yang dibutuhkan
itu konservasi benar-benar serius yang harus dilakukan oleh para ahli, kita
ga bisa melakukan dan kita juga tidak punya lab khusus untuk melakukannya
gitu, konservasi itu kan aa perawatan untuk aa penyelamatan koleksi, nah
koleksi yang di konservasi itu ada dua jenis yang pertama itu Al-Qur’an,
Qur’an terjemah maupun juga naskah-naskah keagamaan yang ada di
Museum Istiqlal itu di konservasi, nah aaa saya lupa berapa banyaknya,
tahun lalu itu sekitar 20-an yang sudah dilapisi dengan kertas jepang.
Sebenarnya konservasi itu penting aa tapi kita juga ada pertentangan batin
juga, karena para peneliti biasanya sih menyarankan untuk tidak dikonservasi
kecuali memang dalam kondisi buruk sekali, karena memang itu nanti akan
menghilangkan data-data asal iyakan, covernya sudah terlepas ga bisa dilihat
lagi covernya seperti apa sih, terbuat dari bahan apa, tulisannya apa
diluarnya, meskipun sebelum dilakukan konsrvasi kita selalu aaa melakukan
dokumentasi, jadi ada foto naskah itu full ada, jadi kita foto per lembar juga
termasuk sampulnya, tapi itu juga tidak bisa mewakili bentuk asli dari benda
itu sendiri ya, tapi bagaimanapun juga kita dihadapkan dengan masalah
penyelamatan, kalau mushaf-mushaf ini kita biarkan terus berada di vitrin
tanpa ada perawatan, itu sudah saya lihat sendiri sudah sekitar 9 sampai 10
tahun terakhir ini aa kondisinya memang semakin memburuk ya, yang tadinya
mungkin bagus tidak ada bercak-bercak asam gitu ya, itu sudah mulai muncul
seperti itu kalau kita biarkan saja, artinya biarkan saja itu tidak terjaga
kondisi lingkungannya, kan kita juga belum bisa di optimal, kalau yang
benar-benar ini harusnya AC-nya paling engga 24 jam full ya, tapikan kita
belum bisa, karena jam 4 tutup ya sudah mati AC besok pagi hidup lagi, nah
yang seperti itu kurang bagus untuk pemeliharaan. Ya itu tadi di maintenance
masih aga berat, kemudian juga masalah aa tenaga ahli, nah kita sendiri
belum punya tenaga ahli khusus yang menangani naskah seperti itu, nah
harus berapa lux sih terpaan cahayanya ke naskah ini gitukan, itukan ada
seperti itu belum, cuman kita ya coba-coba juga untuk memperbaiki itu
dengan misalnya beli alat untuk mengukur terpa cahaya dan untuk
kelembaban udara bisa menggunakan higrometer, seperti itu. Cuma ya itu
tadi kalau untuk konservasi karena kerusakan yang sifatnya parah baik itu
kerusakan karena kelapukan, karena tinta, karena kalau kemarin yang paling
parah kita lihat itu karena kerusakan biologis, itu karena binatang rayap dan
silverfish yang seperti kelabang berwarna putih dan suka muncul di naskah,
padahal kita setiap tahun dua tahun terakhir ini lah, kita sudah
mengaanggarkan untuk melakukan fumigasi, cuma saya ga tau teknik atau
apanya mungkin belum optimal juga masih ada beberapalah yang mungkin
tersisa ntah tercampur ya dengan yang belum di fumigasi, terus kemudian
menular lagi, saya juga ga paham, yang jelas kita sudah upayakan supaya itu
di fumigasi naskah itu. Paling tidak kemarin ini sudah dua tahun berturut-
turut kita fumigasi, kemudian setelah fumigasi kita pilih naskah yang paling
rusak secara biologis, kemudian kita kerjasama dengan pihak ke tiga untuk
memperbaikinya, seperti itu paling yang bisa kita lakukan sementara ini.
3.
Tanya Siapa pihak ke-tiga untuk melakukan konservasi ini?
Jawab Ya kalau kita konsultasi ke perpusnas, nah di perpusnaskan ada sendiri
rekanan yaa seperti itu, kalau konsultasi kita ke perpusnas.
4.
Tanya Untuk konservasi yang dilakukan sendiri, adakah staff yang menangani
khusus konservasi?
Jawab
Di sini sebenernya ada pak Haris dan pak Bubun serta pak Nurdin yang
biasa, jadi konservasinya hanya konservasi ringan yang sifatnya hanya
pemeliharaan ya, kalau mereka karena kan memang aa bukan bidangnya
secara khusus seperti itu, jadi kalau misalnya ada koleksi masuk nih, kita
pengadaan baru naskah atau ada orang hibah aaa biasanya nih yang sering
terjadi kotor sekali naskah itu, entah kena debu, tanah, apapun yaa gitu, itu
biasanya kita bersihkan perlembar gitu, yaa biasanya mereka yang lakukan
kalau ini terkait naskah seperti itu.
5.
Tanya Terkait dengan staf yang biasa menangani konservasi ringan yang ibu
sebutkan tadi, apakah pernah melakukan pelatihan tentang konservasi?
Jawab
Pelatihan sudah pernah, kita juga sering, maksudnya kita dateng ke
perpusnas kita belajar gaimana caranya konservasi, gimana cara ininya
sudah, Cuma namanya aa apa treatment gitu, kalau cuma pemeliharaan rutin
biasa aja bisa kita hendel, tapi kalau yang sifatnya perbaikan kita ga bisa,
rehabilitasi ya kepada sebuah koleksi itu kita ga bisa, pertama karena kita ga
punya tenaga yang ahli, keduanya memang karena itukan beresiko kan
sifatnya pekerjaan-pekerjaan seperti itu, kalau sampe salah bahan, salah
treatment itu bisa rusak dan ini kan karyanya karya berharga ya, ga boleh
main-main. Sepetri misalnya kita mau bleaching naskah, naskah mau kita
bikin putih gitu, kan harus ngecek dulu dia luntur ga, ini engga, gitu kan, gitu
jadi kan kemarin aaa laminasi naskah juga seperti itu sama, kan di cek dulu
semuanya. Bisa di kerjain manual atau dikerjain pakai mesin, nah itu juga
seperti itu, apalagi di sini sama sekali ga ada ininya kan, ga ada fasilitasnya.
Ada fasilitaspun kalau ga ada orang yang ahli juga gabisa, jadi sifatnya
pemeliharaan aja mba kalau di sini, jadi kita bersihin vitrin, kita vakum, kita
angkat naskahnya, kemudian kita aa kita bersihkan satu persatu pakai kuas,
itu paling itu aja sih untuk sementara kalau nanti di temukan ada binatang
atau apa yaa, yaa otomatis nanti biasanya di awat tahun kita anggarkan
untuk fumigasi, seperti itu. Terus termasuk ini penggantian sarana ini yaa,
media untuk display, nah ini merupakan rekomendasi juga dari Perpusnas
juga kemarin aaa mereka bilang yaa nanti kalau misalnya sudah dikonservasi
tapi ternyata dikembalikan lagi ke tempat semula, tempatnya itu kan juga
tidak bisa di pastikan mengandung asam atau tidak gitu kan tempatnya juga
sudah dari tahun 97 itu dari museum ini berdiri ya, jadi sudah tidak layak
juga, khawatirnya itu bisa memicu munculnya asam ya di ininya, meskipun
lapisan luarnya untuk beberapa koleksi yang sudah di apa di laminasi itu
sudah ganti cover baru yang cover bebas asam cuma kan tetep aja takut
kontaminasi kebawa seperti itu, jadi akhirnya kita pesankan seperti itu, ini
dalam rangka, tahun lalu dalam rangka meminimalisir terjadinya itu tadi
kerusakan seperti itu, itu sih yang baru bisa kita lakukan ya, karena sudah
lama belum ada perhatian khusus ke sini, nah beberapa tahun akhir ini tiga
tahun terakhir ini sudah mulai banyak perhatian ke situ gitu.
6.
Tanya Pernahkah ada rancana untuk merekrut staf ahli dalam bidang konservasi?
Jawab
Mmm ya tentunya ada, tentunya ada yaa cuma kan kita juga dibatasi oleh
regulasi yaa di mana kita juga aa sebuah UPT itu kan ada batasan-batasan
jumlah merekrut orang seperti itu, itu juga perlu di perhatikan kemudian
efektivitasnya, ketika kita belum punya lab dan sebagainyagitu kan, merekrut
orang juga harus diimbangi dengan sarana dan prasarana seperti itu
mungkin pertimbangannya, saya juga kurang paham karena saya tidak
berada pada posisi yang punya kewenangan untuk menentukan kebijakan
seperti itu. Jadi banyak pertimbangannya lah mba intinya gitu, sekarang kita
yang mendesak kan tenaga pemandu, nah kemarin kita sudah adakan tenaga
pemandu, tenaga IT dan sebagainya pentashih, karena kita kan ada tiga
bidang bukan museum aja, kalau UPT mengurusi satu museum seperti
museum beneran itu enak sekali jadi memang benar-benar struktur museum,
kalau kita kan bukan, nah itu menjadi kendala sendiri. Jadi belum ada bener-
bener ada jabatan konservator yang memang backgroundnya kebanyakan
kalau seperti di perpusnas itu kan ada yang biologi, kimia, gitu kan jadi kan
mereka paham ketika mereka di drill lah di dekatkan pada sesuatu yang
dasarnya memang sudah punya, nah kalo kita, kita ga paham itu kita di beri
pelatihan yang sifatnya praktis, itu sama aja kalau ga di coba terus menerus
kita ga paham juga karena sifatnya ada yang ya pengetahuan dan juga ada
yang praktek gitu ga bisa cuma sekilas pake diklat sehari jadi, tiga hari jadi,
ga bisa itu butuh jam terbang juga, kita ga berani main-main dengan koleksi-
kolesi yang umurnya sudah ratusan tahun gitu.
7.
Tanya Adakah pedoman atau kebijakan tersendiri dalam melakukan konservasi?
Jawab
Kalau pedoman atau kebijakannya sendiri sih sepertinya belum ada ya, itu
cuma tugas ini aja aa di pma kita, tugas kita kan memang memelihara ya,
memelihara Al-Qur’an, manuskrip, dan benda-benda seni budaya islam yang
ada, jadi belum ada pedoman khusus tentang konservasi, tapi kalau SOP kita
sudah dalam progres kita update lagi yang terbaru bidang konservasi.
8.
Tanya Sebelumnya apakah ibu pernah melakukan konservasi pada koleksi yang
terdapat di Bayt Al-Qur’an ini?
Jawab
Kalau langsung saya engga, karena itu memang banyakan melalui pihak ke
tiga, kalau yg sifatnya rehabilitasi ya rusak seperti itu, kalau perawatan iya,
bantu-bantu iya, cuma bersihin koleksi dan sebagainya, seperti itu.
9.
Tanya Selama ibu melakukan konservasi, adakah kendala yang dirasakan?
Jawab
Ya, kendalanya adalah terkadang kita ga memahami jenis bahan itu dan
kemudian treatmentnya, aa ya itu, itu menjadi kendala di lapangan, misalnya
kita mau membersihkan nisan, nisannya kena cat nih karena lagi ada
pekerjaan tukang dan dia aga teledor jadi koleksi ga di tutup dulu akhirnya
kena cat dan sebagainya, nah membersihkannya itu dari nisan yang bahannya
apa pakai apa, nah itu kan perlu penanganan khusus, kalau kita ga tahu kan,
itu jadi kendala juga jadi ga terkerjakan atau jadi tertunda karena harus
nanya dulu gimana caranya, kan ga asal aja seperti kita membersihkan
sesuatu dari apa, seperti itu sih paling, intinya karena kita ga punya ilmunya
itu sih, jadi kendalanya di situ.
10.
Tanya Dalam kendala tersebut adakah upaya penanganannya?
Jawab
Paling kita manggil dari orang Perpusnas, kalau kita naskah kita biasanya
ngundang mereka untuk jadi narsum, kita konsultasi gitu kan, kita berikan
mereka ninjau koleksinya, ya nanti minta fs mereka, kita tanya sebaiknya
gimana bu, pak untuk treatmennya, seperti itu aja sih paling, karena kalau
kita jalan sendiri khawatir malah merusak. Dulu pernah juga megang orang,
tapi orangnya ga paham ya, itu koleksinya jadi rusak, untungnya buka koleski
naskah, tapi koleksi logam, seperti itu nah yang seperti itu kita berusaha
menghindari sebisa mungkin, bisa menghadirkan ahli yang memang kompeten
lah.
11.
Tanya Untuk koleksi naskah, dari mana koleksi naskah didapatkan bu?
Jawab Naskah itu memang ada yang koleksi sejak adanya Bayt Al-Qur’an, kalau
dulu kan Bayt Qur’an ini kan hibahan dari aaa koleksi festival Istiqlal satu
dan dua ya.. tahun 91 dan 95, nah selebihnya itu adalah hibah kemudian
pengadaan juga, nah beberapa tahun terakhir ini kan udah ada pengadaan
2016, 2017, 2018 kalo ga salah sudah mulai ada pengadaan koleksi,
sebelumnya engga sebelumnya fakum kita 97 itu yaudah koleksi dari festival
Istiqlal itu lah yang kita tampilkan di sini, plus hibah dari orang, baru tiga
tahun terakhir ini ada pengadaan seperti itu. Untuk pengadaan koleksi kita
punya diva sendiri ya dari APBN seperti itu, itu anggaran pengadaannya dari
situ termasuknya, ya nanti apa saja yang mau diadakan disesuaikan dengan
kebutuhan tatapamer, misalnya kita butuh Qur’an ya misalnya abad sekian
dari daerah ini yang belum ada gitu kan, nanti kemudian kita butuh koin
kerajaan ini gitu.
12.
Tanya Adakah anggaran khusus untuk konservasi?
Jawab
Ada anggarannya, ya itu yang saya bilang tadi untuk fumigasi sama untuk
apa aaa konservasi naskah itu untuk laminasi dan sebagainya itu, itu di
anggarkan setiap tahun, tapi baru tiga tahun ini dianggarkan seperti itu.
13.
Tanya Adakah keterkaitan antara koleksi Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?
Jawab
Ya ada keterkaitan, kalau di sini kan lebih ke ini ya aa Qur’annya, artinya
lebih ke Qur’an sebagai pedoman hidupnya nah sementara di sananya itu
adalah implementasi dari milinielnya Qur’an itu sendiri dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia yah konteksnya islam di Indonesia bukan di luar
negeri, kalau mungkin kita lihat islamic art islamic art museum di luar negeri
itu banyak sekali menampilkan seni budaya dari Timur Tengah kita engga,
jadi memang scoopnya itu islam di Indonesia, dan itu yang menjadi ciri khas
Museum Istiqlal dibandingkan museum lainnya di dunia seperti itu, sekarang
kan juga mulai bermunculan museum-museum islam di daerah lainkan, ada
museum islam Indonesia yang di jombang itu museum Islam Nusantara,
kemudian ada lagi yang mau di bangun ini yang di mana di islamic center
museum islam jakarta kalau ga salah, nah seperti itu. Artinya memang
variantnya banyak tetapi yang di sini punya kekhasan seperti itu.
Mengetahui,
Pewawancara Staff Seksi Koleksi dan Pameran
Anindita Ida Fitriani, M. Hum
NIM.1115025100079 NIP. 19830626 200901 2 011
Nama: Bubun Budiman
Jabatan: Perawat koleksi
Wawancara dilakukan pada tanggal 7 Mei 2019, pukul 13.00 WIB
No. Pertanyaan
Deskripsi Jawaban
1.
Tanya Bagaimana pandangan bapak tentang koleksi Al-Qur’an di Bayt Al-Qur’an
ini?
Jawab
Ya memang kita ini sebenarnya memang penting sekali soalnya inikan
namanya juga Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal nah itu Bayt Al-Qur’an itu
emang khusus rumah Al-Qur’an, jadi kita ada Al-Qur’an cetaknya ada Al-
Qur’an yang seperti yang udah abad ke 17, 18 kita ini seperti ini emang itu
untuk penyimpenan ya seharusnya seluruh Nusantara kita itu harusnya pada
punya koleksi harusnya disimpen di sini gitu, sebagian emang ada di Sumatra
ada di mana tapi mereka itu tidak bisa ngelepas gitu, caranya gimana entah
mau di beli atau apa mungkin dia maunya seperti apa kita juga ga tau.
2. Tanya Menurut bapak konservasi itu apa?
Jawab Konservasi itu aa merawat koleksi ya.
3.
Tanya Di sini bapak kan yang melakukan konservasi, nah hal apa saja yang biasanya
bapak tangani?
Jawab
Ya kita cuma perawatan aja yang setiap harinya kita ngurusin ini tapi kalo
konservasi seperti ini kita tidak, sabab di sini kan kita tidak ada alatnya lah,
tetep kita harus kerjasama dengan pihak lain, ya kita bebersih yang biasa aja
sehari-hari pembersihan, terus ngasih obat-obat gitu itu aja yang kita
kerjakan selama ini selama di museum.
4.
Tanya Sebelumnya bapak pernah mengikuti pelatihan tentang konservasi?
Jawab
Yaa kalau saya tidak, soalnya saya dulu saya pernah aa pernah sebelum kerja
di sini saya pernah di apa aa Taman Ismail Marzuki itu para tokoh-tokoh
seniman di itu aa orang-orang seni semua, sebenernya saya itu dari tahun 74
udah kerja di Taman Ismail Marzuki, itu saya bergaul sama orang-orang
dosen terus orang-orang seni seperti pelukis, theater dan yang lainnya, aa
dulu kita ikut festival Istiqlal tahun 91 dan 95, nah ini barang-barangnya dulu
sebelum gedung ini jadi kita ditaro di Istiqlal, pas udah ini jadi 97 semua
barang-barang di angkut kesini gitu, jadi ini ada Bayt Al-Qur’an dan Museum
Istiqlal, Bayt Al-Qur’an itu memang kita untuk rumah Al-Qur’an kalo
Museum Istiqlal itu ada sejarahnya dulu punya idenya itu dari 91 pas Festival
Istiqlal, nah Festival Istiqlal itu dua kali 91 dan 95 di wujudlah gedung ini
Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, nah koleksi yang dulu kita titipkan di
Istiqlal sekarang ada di Museum Istiqlal di belakang.
5.
Tanya Bapak kan sudah biasa menangani koleksi ringan seperti itu, nah bapak
mendapatkan ilmunya dari mana?
Jawab
Ya ilmunya yaa emang kita diajar ya gimana ya mungkin pemikiran saya ya
apapun yang susah kalau kita kerjakan pasti bisa gitu, jadi saya liat dari
buku-buku terus bergaul sama para seni seperti manata lukisan seperti ini,
gimana caranya kita mau pameran seperti itu lah gitu, waktu di tim kan
orang-orang tokoh-tokoh seniman itu kan kalo mau pameran itu kita ada
berapa lukisan ampe seratusan kita di pajang di pajang, kita tidak bisa
langsung sekaligus jadi, kita dipajang dibawah dulu terus di puter diliat oh
ini harusnya begini atau harusnya begini seperti itu.
6.
Tanya Alat apa saja yang digunakan unuk konservasi?
Jawab
Kalau kita yang biasa di sini mah ada obat-obat ya sebenernya obat-obat
pengawet gitu ada, pengawet yang seperti ada di barang-barang seperti
sepatu itu ada kan, terus ada kamper, ada cengkeh gitu itu ada yang dibawa
seperti Al-Qur’an Al-Qur’an ini, tapi kita seharusnya dibuka dalam peti-peti
seperti itu seharusnya kita di bersihkan dulu terus di semprot sama buat hama
takut ada serangga-serangga seperti itu, di semprot dulu kalau udah di
semprot baru kita tata lagi diliat barang-barang yang rusak seperti apa takut
ada perubahan ya, nanti kalo kita udah kasih obat lagi nah ini seperti itu.
Jadi kita alat-alatnya gampang sih ada di toko seperti kamper, obat serangga,
kuas halus, sarung tangan, obat pengawet seperti itu. Kalo yang sulit itu yang
seperti tisu ini, ini mah barangnya juga mahal terus menggunakannya juga
harus rata, makanya kita belum bisa menangani yang seperti ini.
7.
Tanya Menurut bapak konservasi itu penting ga sih pak?
Jawab
Yaa kalau di museum itu harus kan kita harus menjaga koleksi biar tetap ada,
apalagi di luar negeri itu ada orang-orang ahli yang menangani konservasi
itu.
8.
Tanya Bagaimana proses konservasi yang biasa bapak lakukan?
Jawab
Saya rutin mengecek, seperti begini udah berapa bulan kita keluarkan itu per
lembar kita di bersihkan, di bersihkan per lembar gitu sama kuas halus
dibersihkan dari debu-debunya, ada serangga-serangga nya gitu yang ini,
belum lama ini juga ada berapa yang kita bersihkan nanti kita sebulan atau
dua bulan gitu nanti di bongkar lagi gitu, nanti yaa dibersihin lagi gitu, selain
itu nanti di semprot gitu takut ada serangga, di semprtot nanti kita taruh di
sini nanti kita taruh obat.
9.
Tanya Untuk menangani konservasi ini biasanya bapak lakukan di mana? Apakah
ada ruangan khusus?
Jawab
Ya kita kalo ada ruangan ini ya diruangan, tapi kalo kita orangnya sedikit
mungkin kita mengerjakan hari ini yang ini, nanti udah sampe beres kita tutup
besok gitu, jadi mengerjakannya satu per satu.
10.
Tanya Untuk pemeriksaan rutin biasanya bapak melakukannya berapa minggu
sekali?
Jawab
Biasanya dua minggu sekali, dilakukannya baik ketika ada pengunjung
maupun tidak ada pengunjung, jadi orang masih tetap bisa melihat koleksi, ya
paling kalau sedang dibersihkan ini pasti kosong gitu, nanti kalau sudah di
masukan lagi, setelah itu yang sebelahnya gitu, ya berjalan terus gitu, seperti
ini dan ini juga sama gitu.
11.
Tanya Adakah kendala dalam melakukan konservasi?
Jawab
Kendala sih ya yang namanya orang kerja ada aja tapi kita harus bisa
mengatasi lah, ya seperti kita minta ini tapi belum di belikan ya kita tunda
aja, jadi jangan ini, ya kalo udah dibelikan barangnya kasih saya gitu. Jadi
paling di peralatan dan soalnya uangnya sulit sekali, maksudnya tidak minta
langsung ada gitu jadi harus mengajukan dulu, contohnya kita ini di bulan ini
mau konservasi berapa, nah kita beli obat ini bulan ini yaudah kita usulkan,
ajukan, ya nanti pimpinan kita yang ajukan ke keuangan kita perlu ini, ini, ini,
ini nah nanti kita nunggu mereka yang beli barangnya atau kita dikasih
uangnya, nah kalau kita yg dikasih uangnya kita nanti yang repot harus kita
yang belanja, kan gitu.
12.
Tanya Koleksi di sini biasanya banyak rusak diakibatkan apa pak?
Jawab
Di sini sih suhu ya, kita harus bener-bener ngejaga suhu, soalnya kalau panas
nanti kering kalau lembab nanti berjamur, seperti itu. Terus sama serangga,
itu juga harus bener-bener diperhatikan, jadi kolesi harus bener-bener
ketutup biar serangga ga masuk.
Kamu kalo mau tau banyak tentang konservasi itu ya, bisa datang aja ke
Museum Nasional di sana kan lengkap, saya juga waktu itu pernah praktek di
sana bawa Al-Qur’an yang rusak direncanakan pimpinan tuh kita beli
barangnya, kita nanya, belajar di sana berapa hari kan di sana, ya di ajarin
begini-begini cara baiknya begini, memasangnya begini terus dikasih obat,
terus di gelar tisunya terus dikasih lem ydah gitu di tempelkan dan diratakan
baru kita biarkan kering dulu, ya itu di Museum Nasional kita, itu praktek
langsung gitu.
13.
Tanya Jadi bapak pernah praktik konservasi?
Jawab Iya, di Museum Nasional setelah beres nanti mereka yang menjilid di sana
ngerapihin pinggirannya, ngebetulin yang rusak-rusak gitu.
Mengetahui,
Pewawancara Perawat koleksi
Anindita Bubun Budiman
NIM.1115025100079
Lampiran 6: Reduksi data Penelitian
Konservasi Koleksi Al-Qur’an
No Kategori Sub-kategori Informan
Kesimpulan / Rangkuman S IF BB
1.
Pentingnya
Koleksi Al-
Qur’an
Kelompok
koleksi Al-
Qur’an
“...ada empat kelompok
koleksi terkait Al-Qur’an ya,
pertama koleksi Al-Qur’an
manuskrip ....kedua kelompok
Al-Qur’an cetak, ....yang
ketiga terkait dengan aa
naskah-naskah terjemah, tafsir
Al-Qur’an, dan karya-karya
ulama nusantara.... dan yang
terakhir yang keempat itu ada
Al-Qur’an- Al-Qur’an digital
Al-Qur’an elektronik ...dan
ada yang kelima juga terkait
dengan benda-benda seni keal-
qur’annan....”
“....Bayt Al-Qur’an itu memang
lebih banyak menampilkan
koleksi yang terkait dengan
Qur’an dan juga benda-benda
yang terkait dengannya. Aa
benda-benda yang terkait
dengannya itu nanti bisa
misalnya aa apa ada rehal,
kemudian ada aaa peti-peti
mushaf seperti itu, kemudian
juga Qur’an itu sendiri,....”
“....Bayt Al-Qur’an itu emang
khusus rumah Al-Qur’an, jadi
kita ada Al-Qur’an cetaknya
ada Al-Qur’an yang seperti
yang udah abad ke 17, 18....”
Pentingnya koleksi Al-Qur’an
menurut informan salah
satunya karena koleksinya
yang beragam, hal tersebut
dapat dikatakan dari
pernyataan ketiga informan,
terdapat lima kelompok
koleksi Al-Qur’an
diantaranya, Al-Qur’an
Manuskrip (tulis tangan), Al-
Qur’an cetak, naskah terjamah
tafsir Qur’an, Al-Qur’an
digital, dan benda-benda seni
kealqur’anan seperti rehal,dan
peti-peti mushaf.
Usia Al-Qur’an “.....Al-Qur’an manuskrip yang
umurnya sudah ratusan
tahun,....”
“....yang paling tua sampai
yang aa yang paling baru dalam
ukuran museum itu sekitar yaa
usianya 50 tahun-an mungkin
20 sekitar 20 tahunan yang
paling baru yah yang
kontenporer....”
Selain dari beragamnya
koleksi Al-Qur’an, hal yang
menjadikan koleksi Al-Qur’an
penting untuk disimpan adalah
karena usianya, ada yang
berkata usianya sudah ratusan
tahun, ada juga yang berkata
koleksi paling tua berusia 50
tahun-an dan yang
kontenporer baru sekitar 20
tahun-an.
Edukasi “....karena kita belum
mengedukasi masyarakat bahwa
Selain itu disampaikan juga
oleh informan kedua, bahwa
aaa tradisi penyalinan mushaf
itu terus berjalan dari dulu
sampai sekarang,....”
koleksi Al-Qur’an penting
disimpan untuk mengedukasi
masyarakat tentang tradisi
penyalinan mushaf yang terus
berjalan dari masa lampau
hingga masa kini.
2.
Faktor
Kerusakan
Koleksi
Fisika “....nah kebanyakan kita
termasuk di sini ya aa ga
stabil ya sudah di atas 20ᵒ dan
itupun ga bisa continue, ....
kerusakan yang disebabkan
karena aa itu yaa apa aa
korosi, korosi pada kertas,
....”
“....belum bisa, karena jam 4
tutup ya sudah mati AC besok
pagi hidup lagi, nah yang
seperti itu kurang bagus untuk
pemeliharaan.”
“Di sini sih suhu ya, kita
harus bener-bener ngejaga
suhu, soalnya kalau panas
nanti kering kalau lembab
nanti berjamur, seperti itu.”
Kerusakan koleksi disebabkan
karena beberapa faktor, di
Bayt Al-Qur’an salah satu
faktor yang meyebabkan
kerusakan adalah faktor fisika,
seperti yang disampaikan oleh
ketiga informan, di mana
pengaturan suhu ruangan
belum bisa stabil, karena AC
untuk ruang pameran hanya
menyala pada jam buka
museum saja, suhu yang tidak
stabil menyebabkan kerusakan
pada koleksi seperti korosi
tinta dan koleksi yang
berjamur.
Kimia “....konservasi yang kita
lakukan karena penyebabnya
itu kadar asam yang tinggi
pada aa proses penjilidan
jaman dulu yaa, ....”
“....konservasi karena
kerusakan yang sifatnya parah
baik itu kerusakan karena
kelapukan,....”
Selain faktor fisika, yang
menjadi faktor kerusakan juga
berasal dari faktor kimia, hal
tersebut disampaikan oleh dua
informan, kerusakan yang
terjadi karena faktor kimia ini
diakibatkan karena tingginya
kadar asam pada kertas
sehingga menyebabkan
kelapukan pada koleksi.
Biologi “.....kerusakan yang
disebabkan oleh jamur atau
“....kerusakan biologis, itu
karena binatang rayap dan
“Terus sama serangga, itu
juga harus bener-bener
Selain itu ada juga kerusakan
yang disebabkan oleh faktor
hewan, ....” silverfish yang seperti kelabang
berwarna putih dan suka
muncul di naskah,...”
diperhatikan,...” biologi, kerusakan ini
disbabkan karena jamur serta
hewan seperti rayap dan
silverfish.
3.
Konservasi Pengertian
konservasi
“....jadi kalau kita lihat arti
konservasinya ini kan
berartikan perawatan
pencegahan supaya barang itu
tidak rusak ya, ....”
“....konservasi itu kan aa
perawatan untuk aa
penyelamatan koleksi...”
“Konservasi itu aa merawat
koleksi ya”
Konservasi menurut ketiga
informan diartikan sebagai
perawatan, pencegahan, dan
penyelamatan terhadap koleksi
agar koleksi tidak rusak dan
dapat terus ada dalam kurun
waktu yang cukup lama.
4.
Konservasi
yang
dilakukan
Konservasi aktif
(pembersihan
koleksi)
“....sering terjadi kotor sekali
naskah itu, entah kena debu,
tanah, apapun yaa gitu, itu
biasanya kita bersihkan
perlembar gitu, ....”
“....ya kita bebersih yang
biasa aja sehari-hari
pembersihan,...”
Konservasi yang biasa
dilakukan adalah pembersihan
terhadap koleksi, hal tersebut
diungkapkan oleh dua
informan, di mana salah satu
informan memang bertugas
menangani perawatan koleksi
ini.
Konservasi
pasif
(pengaturan
suhu)
“.....tindakan konservasi yang
sifatnya secara teratur ya
secara teratur aa ini ada
beberapa macam yang
pertama adalah pengaturan
suhu suhu ruangan
.....”
Selain pembersihan koleksi,
terdapat juga tidakan dalam
pengaturan suhu ruangan
seperti yang dikatakan oleh
informan pertama, pengaturan
suhu ruangan merupakan
bagian dari konservasi juga,
karena suhu ruangan yang
stabil diperlukan untuk
kestabilan kondisi koleksi.
Konservasi
preventif
(pemeriksaan
koleksi dan
pemberian obat
“....diperiksa terus dan sudah
ada pemeriksaan secara
berkala, .... jadi ada
catatannya secara
pemeriksaan secara continue
“....ngasih obat-obat gitu itu
aja yang kita kerjakan selama
ini selama di museum.”
Terdapat juga kegiatan
pemeriksaan koleksi rutin dan
pemberian obat untuk koleksi,
hal tersebut dikatakan oleh
dua informan, pertama
atau pengawet) juga ada, ....” menyatakan bahwa terdapat
pemeriksaan rutin terhadap
koleksi dan kedua menyatakan
bahwa dia memberikan obat
(pengawet) untuk koleksi.
Konservasi
kuratif
(fumigasi)
“....aa yang pertama secara
rutin di sini di fumigasi, jadi di
fumigasi aa ini dimaksudkan
untuk supaya terawat
perawatan atau tindakan
preventif ya, untuk membunuh
hama-hama atau jamur yang
menyebabkan kerusakan pada
manuskrip, tidak hanya
manuskrip sebenarnya koleksi
Al-Qur’an cetak juga yang
sangat tua yang punya nilai
keunikan atau historis itu juga
secara rutin akan di fumigasi,
....”
“.....kemarin ini sudah dua
tahun berturut-turut kita
fumigasi, ....”
Byat Al-Qur’an juga
melakukan fumigasi untuk
menjaga koleksi dari serangga,
berdasarkan pernyataan
informan kedua, fumigasi
telah dilakukan dua tahun
berturut-turut, informan
pertama juga mengatakan
fumigasi dilakukan secara
rutin untuk membunuh hama-
hama atau jamur yamng
menyebabkan kerusakan.
Koleksi yang biasa difumigasi
adalah manuskrip dan koleksi
Al-Qur’an cetak yang usianya
sudah tua dan memiliki
keunikan atau historis dalam
pencetakannya.
5.
Proses
Konservasi
Fumigasi “...sebelum fumigasi inikan
koleksi semuanya di bersihkan
dulu ....supaya ga salah harus
didata segala macem
kemudian setelah itu
dibersihkan ....baru dimasukan
ke ruang fumigasi, ....ruangan
3x6 kita bikin ada semacam
rak-rak semacam itu, nah
setelah fumigasi prosesnya
sebentar cuma menaburkan
bahan-bahan kimia itu
Fumigasi di Bayt Al-Qur’an
dilakukan dengan bantuan
pihak ketiga, namun dalam
pelaksanaannya tetap di
dampingi oleh staf Bayt Al-
Qur’an sehingga dalam
prosesnya para staf tahu apa
saja yang dilakukan, informan
pertama menjelaskan proses
fumigasi yang dilakukan di
Bayt Al-Qur’an, pertama yang
dilakukan adalah
ya,....setelah ditaburkan gitu
udah ditutup selama seminggu
lah, udah seminggu di buka
baru biasanya proses yang
kedua di aa disemprot cairan
bebas asam aa setelah
fumigasi selesai, dibersihkan
tadi udah nah setelah itu
disemprot-semprotkan bebas
asam pada tiap lembarnya.”
membersihan koleksi lalu
dilakukan pendataan, setelah
itu koleksi di masukan ke
dalam satu ruangan, pada
ruangan tersebut pihak ketiga
akan menaburkan bahan-
bahan kimia, setelah itu
ruangan tersebut ditutup
selama seminggu, setelah
seminggu koleksi akan
dibersihkan kembali dan
terakhir di berikan cairan
bebas asam pada setiap lembar
koleksi agar koleksi stabil
kembali.
Konservasi
rutin
“.....jadi kita bersihin vitrin, kita
vakum, kita angkat naskahnya,
kemudian kita aa kita bersihkan
satu persatu pakai kuas, itu
paling itu aja sih untuk
sementara kalau nanti di
temukan ada binatang atau apa
yaa, yaa otomatis nanti
biasanya di awat tahun kita
anggarkan untuk fumigasi,....”
“Saya rutin mengecek, seperti
begini udah berapa bulan kita
keluarkan itu per lembar kita
di bersihkan, di bersihkan per
lembar gitu sama kuas halus
dibersihkan dari debu-
debunya, ada serangga-
serangga nya gitu yang
ini,....selain itu nanti di
semprot gitu takut ada
serangga, di semprtot nanti
kita taruh di sini nanti kita
taruh obat.”
Konservasi yang dilakukan
selain fumigasi ialah
konservasi rutin, konservasi
rutin yang biasanya dilakukan
adalah membersihkan vitrin
dengan menggunakan vacum,
lalu membersihkan naskah
dengan menggunakan kuas
halus. Selain itu konservasi
rutin yang biasanya dilakukan
yaitu pengecekan koleksi,
pembersihan koleksi pada tiap
lembar dengan menggunakan
kuas halus, dan juga
memberikan cairan anti
serangga dan menaruh obat di
tempat koleksi.
6.
Sumber
Daya
Manusia
Jumlah staf
yang melakukan
konservasi
“....ada pak Aris Munandar,
ada pak Nurdin, ada pak
Bubun aa iya sekarang tinggal
“Di sini sebenernya ada pak
Aris dan pak Bubun serta pak
Nurdin yang biasa, ....”
Di Bayt Al-Qur’an staf yang
menangani konservasi ada tiga
orang, hal tersebut diutarakan
(SDM) 3 ya, jadi aa namanya
jabatannya itu perawat
perawat koleksi ya, jadi
mereka memang yang sehari-
hari merawat koleksi,....”
oleh dua informan, ketiga staf
tersebut diantaranya Pak Aris
Munandar, Pak Nurdin dan
Pak Bubun Budiman. Ketiga
staf tersebut memiliki jabatan
sebagai perawat koleksi, yang
memang memiliki tugas
merawat koleksi secara rutin.
Kualifikasi
yang dimiliki
staf
“....memang kita belum punya
terus kita terang aja belum
punya aa tenaga konservator
yang sesuai dengan
latarbelakang pendidikan yang
sesuai,.... tenaga para
konservator di sini memang
dilatih secara khusus ya
pelatihan, mengikuti
pelatihan-pelatihan aa
mengikuti kursus-kursus atau
workshop....”
“Pelatihan sudah pernah, kita
juga sering, maksudnya kita
dateng ke perpusnas kita
belajar gaimana caranya
konservasi, gimana cara ininya
sudah,...”
“...saya juga waktu itu pernah
praktek di sana bawa Al-
Qur’an yang rusak
direncanakan pimpinan tuh
kita beli barangnya, kita
nanya, belajar di sana berapa
hari kan di sana, ya di ajarin
begini-begini cara baiknya
begini, memasangnya begini
terus dikasih obat, terus di
gelar tisunya terus dikasih lem
ydah gitu di tempelkan dan
diratakan baru kita biarkan
kering dulu,...”
Untuk kualifikasi yang
dimilikinya, staf yang
menangani konservasi di Bayt
Al-Qur’an belum sesuai
dengan latar belakang
pendidikan yang sesuai,
namun para konservator sudah
mengikuti pelatihan, kursus,
atau workshop tentang
konservasi. Hal tersebut
disampaikan oleh ketiga
informan, dan salah satu
informan yang merupakan staf
perawat koleksi juga
mengatakan bahwa dirinya
sudah melakukan pelatihan
tentang konservasi.
7.
Sarana dan
prasarana
Sarana “....fumigasi prosesnya
sebentar cuma menaburkan
bahan-bahan kimia itu ya,
bahan-bahan apa itu ya saya
juga ga terlalu paham ituu
yang digunakan itu ya,...”
“...vitrin, kita vakum,
...bersihkan satu persatu pakai
kuas,... Terus termasuk ini
penggantian sarana ini yaa,
media untuk display,..."
“Jadi kita alat-alatnya
gampang sih ada di toko
seperti kamper, obat
serangga, kuas halus, sarung
tangan, obat pengawet seperti
itu.”
Sarana konservasi merupakan
alat-alat yang digunakan untuk
konservasi, untuk fumigasi
sarana yang dibutuhkan adalah
bahan-bahan kimia untuk
fumigasi. Sedangkan untuk
konservasi rutin sarana yang
digunakan adalah vitrin,
vacum, kuas halus, kamper,
obat srangga, sarung tangan,
dan obat pengawet.
Prasarana “....ruang fumigasi itu ga
terlalu lebar paling yang kita
gunakan itu secara continue
hanya ukuran 3x6 ya, ruangan
3x6 kita bikin ada semacam
rak-rak semacam itu,....”
“Ya kita kalo ada ruangan ini
ya diruangan, tapi kalo kita
orangnya sedikit mungkin kita
mengerjakan hari ini yang ini,
nanti udah sampe beres kita
tutup besok gitu, jadi
mengerjakannya satu per
satu.”
Untuk prasarana, prasarana
yang dibutuhkan dalam
kegiatan fumigasi adalah
ruangan ukuran 3x6 yang di
dalamnya terdapat rak-rak
untuk menaruh koleksi, dan
untuk konservasi rutin
prasarana yang dibutuhkan
adalah ruangan untuk kegiatan
pembersihan dan pemberian
cairan anti asam pada koleksi.
8.
Anggaran Anggaran
konservasi
“Untuk anggaran ini
anggaran khusus ini
diperuntukan untuk
....konservasi yang disebabkan
karena tiga hal itu, .....pertama
tadi itu aa korosi tinta yang
terlalu berat aa korosi tinta,
terus yang kedua adalah
konservasi terhadap aa
manuskrip yang kerusakan
karena kadar keasaman
....terus yang ketiga konservasi
terhadap aa serangan-
serangan ngengat atau
serangga-serangga atau jamur
ya, jadi aa ini juga termasuk
aa anggaaran yang secara
rutin kita gunakan rata-rata
dua tahun sekali ya kita
adakan fumigasi .....”
“Ada anggarannya, ya itu yang
saya bilang tadi untuk fumigasi
sama untuk apa aaa konservasi
naskah itu untuk laminasi dan
sebagainya itu, itu di anggarkan
setiap tahun, tapi baru tiga
tahun ini dianggarkan seperti
itu.”
Anggaran untuk konservasi
ada, hal tersebut dikatakan
oleh kedua informan,
informan pertama menjelaskan
tentang alokasi anggaran
konservasi digunakan untuk
konservasi yang disebabkan
oleh tiga hal yaitu korosi tinta,
kadar keasaman yang tinggi
dan fumigasi, untuk fumigasi
dianggarkan dua tahun sekali.
Sedangkan informan kedua
menyampaikan bahwa
anggaran konservasi
digunakan untuk fumigasi,
laminasai, dan konservasi
lainnya, untuk kegiatan
konservasi dianggarkan setiap
tahunnya, namun anggaran
konservasi ini ada atau
diadakan baru tiga tahun.
Lampiran 7: Reduksi data Penelitian
Kendala dan Upaya Konservasi Koleksi Al-Qur’an
No Kategori Sub-kategori Informan
Kesimpulan / Rangkuman S IF BB
1.
Kendala Pengaturan
suhu dan cahaya
“....pengaturan suhu suhu
ruangan ya jadi suhu ruangan,
memang ini yang jadi kendala
kita yang paling besar terus
terang jadi karena aa ruang
pamer kita ini sangat
besar,...idealnya memang 24
jam AC tidak boleh dimatikan,
...jadi di ruang pamer memang
hanya jam jam buka aja jadi
dinyalakan jam 7 aa nanti
dimatikan lagi jam 4 setiap
hari seperti itu....”
“...terjaga kondisi
lingkungannya, kan kita juga
belum bisa di optimal, kalau
yang benar-benar ini harusnya
AC-nya paling engga 24 jam
full ya, tapikan kita belum
bisa,....nah harus berapa lux sih
terpaan cahayanya ke naskah
ini gitukan, itukan ada seperti
itu belum,...”
Kendala konservasi di Bayt
Al-Qur’an adalah pengaturan
suhu dan cahaya yang kurang
stabil, hal tersebut
disampaikan oleh kedua
informan, pengaturan suhu
ruangan menjadi kendala
dikarenakan ruang pamer yang
sangat luas dan AC yang tidak
menyala selama 24 jam di
ruang pameran.
selain itu terpaan cahaya
terhadap koleksi juga belum
sesuai dengan ukuran terpaan
cahaya yang seharusnya.
SDM “Iya ini salah satu kendala kita
juga, memang kita belum
punya terus kita terang aja
belum punya aa tenaga
konservator yang sesuai
dengan latarbelakang
pendidikan yang sesuai, kita
ga ada memang,...”
“....kemudian juga masalah aa
tenaga ahli, nah kita sendiri
belum punya tenaga ahli khusus
yang menangani naskah seperti
itu ...”
Kendala konservasi selanjtnya
ialah SDM, di mana Bayt Al-
Qur’an belum memiliki tenaga
konservator yang memiliki
latar belakang pendidikan
yang sesuai. Sehingga dalam
menangani konservasi naskah
yang sulit belum bisa
dilakukan sendiri.
Anggaran
terbatas
“....Untuk anggaran aa kita
dapatkan dari dana APBN
kurang lebih 150-300 juta,
dana tersebut diperuntukan
Selanjutnya disampaikan oleh
informan pertama bahwa
anggaran juga menjadi
kendala, karena dana APBN
untuk tiga bidang di Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an ini,...”
tidak hanya diperuntukan
untuk Bayt Al-Qur’an saja
tetapi dibagi tiga dengan
bidang lainnya yang ada di
Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, karena Bayt Al-
Qur’an berada di bawah
Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an sehingga untuk
konservasi anggaran terbatas.
Bahan
konservasi
habis
“Kendala sih ya yang
namanya orang kerja ada aja
tapi kita harus bisa mengatasi
lah, ya seperti kita minta ini
tapi belum di belikan ya kita
tunda aja, jadi jangan ini, ya
kalo udah dibelikan
barangnya kasih saya gitu.
Jadi paling di peralatan....”
Petugas perawat koleksi
menyatakan bahwa dalam
segala pekerjaan pasti akan
terdapat kendala, namun kita
harus bisa mengatasi kendala
tersebut. Untuk kendala yang
dirasakan oleh petugas
perawat koleksi adalah ketika
bahan konservasi habis dan
menunggu barang tersebut
ada, sehingga konservasi akan
tertunda hingga bahan tersedia
kembali.
2.
Upaya Pengaturan
suhu dan cahaya
“....AC yang ada di ruang aa
di ruang tempat penyimpanan
atau storage, storage kita jadi
memang karena storagenya
juga ga sebesar ruangan dan
relatif lebih kecil kalo
dibanding tempat display ya
aa hanya inilah yang kita
nyalakan AC itu 24 jam, ....”
“....kita ya coba-coba juga
untuk memperbaiki itu dengan
misalnya beli alat untuk
mengukur terpa cahaya dan
untuk kelembaban udara bisa
menggunakan higrometer,
seperti itu.”
Upaya yang dilakukan dalam
menangani kendala
pengaturan suhu dan cahaya
pertama walaupun suhu
ruangan pameran tidak stabil
tetapi suhu pada ruang
penyimpanan selalu
diusahakan stabil dengan AC
yang menyala selama 24 jam,
dan untuk kendala cahaya,
upaya yang dilakukannya
adalah dengan membeli alat
untuk mengukur terpa cahaya.
SDM “....mengikuti pelatihan-
pelatihan aa mengikuti kursus-
kursus atau workshop yang
alhamdulillah belakangan ini
semakin sering ya sangat
sering sekali sekarang ya
memang memang belakangan
ini pemerintah terhadap
museum mulai sangat gencar
ya perhatiannya....”
“Paling kita manggil dari orang
Perpusnas, kalau kita naskah
kita biasanya ngundang mereka
untuk jadi narsum, kita
konsultasi gitu kan, kita berikan
mereka ninjau koleksinya,....”
Upaya yang dilakukan dalam
mengatasi kendala dalam
SDM adalah dengan mengikut
sertakan staf pada pelatihan,
kursus atau workshop yang
diadakan pemerintah tentang
konservasi kepada petugas
yang menangani konservasi,
selain itu mereka memanggil
staf dari Perpusnas untuk
dijadikan narasumber dalam
melakukan konservasi.
Anggaran
terbatas
“....untuk konservasi, dana kita
sesuaikan dengan keperluan-
keperluan konservasi
tersebut.”
Untuk menangani kendala
anggaran yang terbatas
informan satu menyampaikan
bahwa dalam kegiatan
konservasi dana akan
disesuaikan dengan keperluan-
keperluan konservasi.
Bahan
konservasi
habis
“....kita usulkan, ajukan, ya
nanti pimpinan kita yang
ajukan ke keuangan kita perlu
ini, ini, ini, ini nah nanti kita
nunggu .....”
Untuk kendala yang dirasakan
oleh staf perawat koleksi,
upaya yang dilakukan adalah
mengajukan kekurangan
bahan pada pimpinan dan
menunggu koleksi tersedia
kembali.
BIODATA PENULIS
ANINDITA. Lahir di Bogor, 6 April 1996. Terlahir dari
pasangan Bapak Yuswika dan Ibu Nani, yang merupakan
anak ke dua dari dua bersaudara. Menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SDN Gunung Batu 02, Bogor
(2002-2008), Madrasah Tsanawiyah Al-Bayan, Cianjur
Selatan (2008-2011), dan MAN Cianjur (2011-2014). Kemudian pada tahun 2015
penulis melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan skripsi dengan judul “ Konservasi Koleksi
Al-Qur’an pada Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal”. Penulis pernah
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia pada bulan Januari-Februari 2018 dan melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Karet, Tangerang selama satu bulan pada Juli-Agustus
2018.