KONSEP TA’DIB SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN ISLAM …
Transcript of KONSEP TA’DIB SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN ISLAM …
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
60
KONSEP TA’DIB SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN
ISLAM MENURUT SYED. M. NAQUIB AL-ATTAS
Muhammad Wahyudi
IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah (IAIQI) Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan
e-mail: [email protected]
Abstract
This article will try to describe ta‟dib, tarbiyah, ta‟lim in Syed‟s view. M. Naquib Al-Attas,
starting from the definition of etymology or terminology and the opinion of scholars about the three terms
above. Then the aspect of discipline in tarbiyah and ta‟lim and what a civilized human being is like.
Furthermore, the extent of the relationship between discipline and science, the universe and the
implications of the concept of discipline on educators, learners. Then the purpose of the concept of
discipline in the view of al-Attas. In this study, the author uses the method of literature study. From the
results of this research, the author concludes that using the term ta'dib is more appropriate in the context
of education than tarbiyah or ta'lim because according to al-Attas the structure of the concept of ta'dib
has included elements of science (ilm), instruction (ta'lim) and good construction (tarbiyah). The term
discipline is not only limited to cognitive aspects, but also includes spiritual, moral and social education.
In addition, the terminology tarbiyah and ta'lim indicate a mismatch of meaning. The term tarbiyah is too
broad in scope and only touches on the physical aspects in the development and growth of animals. While
education is only intended for human beings, then the word adab is more appropriately used as the
meaning of Islamic education because adab means coaching that is specifically applicable to human
beings.
Keywords: Concept of Ta‟dib, Islamic Education, Syed M. Naquib Al-Attas.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
61
Abstrak
Artikel ini akan mencoba menguraikan ta‟dib, tarbiyah, ta‟lim dalam pandangan Syed. M.
Naquib Al-Attas, mulai dari definisi secara etimologi ataupun terminologi dan pendapat para ulama
tentang tiga terma diatas. Kemudian aspek ta‟dib dalam tarbiyah dan ta‟lim dan seperti apa manusia yang
beradab itu. Selanjutnya sejauh mana hubungan ta‟dib dengan ilmu, alam semesta serta implikasinya
konsep ta‟dib terhadap pendidik, peserta didik. Lalu tujuan konsep ta‟dib dalam pandangan al-Attas.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Dari hasil penelitian ini penulis
menyimpulkan bahwa menggunakan istilah ta‟dib lebih tepat dalam konteks pendidikan daripada
tarbiyah atau ta‟lim karena menurut al-Attas struktur konsep ta‟dib telah mencakup unsur-unsur ilmu
(ilm), intruksi (ta‟lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Istilah ta‟dib ini tidak hanya terbatas pada
aspek kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual, moral dan sosial. Selain itu juga, peristilahan
tarbiyah dan ta‟lim menunjukkan ketidaksesuain makna . Istilah tarbiyah terlalu luas cakupannya dan
hanya menyinggung aspek fisikal dalam pengembangan dan pertumbuhan binatang. Sedangkan
pendidikan hanya ditujukan pada manusia, maka kata adab lebih tepat digunakan sebagai makna
pendidikan Islam sebab adab berarti pembinaan yang khusus berlaku untuk manusia.
Kata kunci: Konsep Ta‟dib, Pendidikan Islam, Syed M. Naquib Al-Attas.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
62
A. Pendahuluan
Ta‟dib adalah salah satu istilah yang dipakai dalam dunia pendidikan Islam
selain dari tarbiyah, ta‟lim dan lain-lainnya1. Ta‟dib, tarbiyah dan ta‟lim bila ditinjau dari
medan semantiknya sama-sama mempunyai arti pendidikan, yang dalam bahasa Inggris nya
dikatakan education.2 Akan tetapi, al-Attas memilih ta‟dib bila diartikan sebagai pendidikan
Islam daripada tarbiyah dan ta‟lim. Sebab ta‟dib menurut beliau sudah mencakup unsur-
unsur ilmu („ilmu), instruksi (ta‟lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah)3. Kemudian
Tarbiyah dan ta‟lim menurut beliau kurang memadai dan tepat karena makna pada dasarnya
mengasuh, memelihara, memberi makan dan serta penerapannya hanya membentuk manusia
ke arah fisikal saja.4 Melalui konsep ta‟dib ini dapat mencetak manusia yang beradab
5, yang
dengannya dapat terhindar diri dari sifat-sifat kezhaliman (zhulm), kebodohan (jahl), dan
kegilaan (junun). Sebab Ilmu tidak dapat dipindahkan atau diajarkan (tranfer of knowledge)
dengan sempurna oleh seorang guru kepada muridnya dalam proses pendidikan kecuali jika
telah mempunyai adab terhadap pelbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan.6 Dalam hal ini
jika seorang itu telah beradab, secara otomatis telah memiliki ilmu benar serta mempunyai
tujuan kehidupan yang jelas mencakup spritual dan material. Oleh karena itu, pemilihan
istilah-istilah kunci dalam dunia pendidikan Islam sangat menentukan perkembangannya
pendidikan Islam dimasa depan.
Dari konsep ta‟dib ini, al-Attas merumuskan tujuan pendidikan Islam bukanlah
untuk menghasilkan warga yang baik dan tidak pula pekerja yang yang baik. Sebaliknya,
tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang baik bukan menjadi warga yang
baik7. Untuk mewujudkan orang baik, perlu adanya pengkajian ulang dengan serius terhadap
tiga terma ta‟dib, tarbiyah, ta‟lim diatas yang bermaknakan pendidikan Islam secara
komprehensif yang bisa menghantarkan menjadi orang baik.
1Tahzib, wa‟dz, mau‟idzah, riyadhah, tazkiyah, talqil, tadris, tafaqquh, tabyin, tazkirah dan irsyad. Lihat,
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 7-25. 2Lihat Kamus Inggris –Indonesia Jhon M. Echol dan Hasan Shadily
3Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-
Attas: AnExposition of the Original Concept of Islamization, (Kuala Lumpur: ISTAC1, 1998), hal. 170. 4 Ibid.
5Menurut al-Attas Manusia beradab adalah orang yang baik itu adalah yang menyadari sepenuhnya akan
tanggung jawab dirinya kepada Tuhan yang haq, yang memahami dan menunaikan kewajiban terhadap dirinya
sendiri dan orang lain yang terdapat dalam masyarakatnya, yang selalu berupaya meningkatkan setiap aspek dalam
dirinya menuju kearah kesempurnaan sebagai manusia yang beradab. Risalah Untuk Kaum Muslimin, hal. 152. 6 .................................................................24 wnm Penjermah 7S.M.N. al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993), hal. 152.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
63
Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba menguraikan satu persatu ketiga
terma diatas. Mulai dari definisi secara etimologi ataupun terminologi dan pendapat para
ulama tentang tiga terma diatas. Kemudian aspek ta‟dib dalam tarbiyah dan ta‟lim dan
seperti apa manusia yang beradab itu. Selanjutnya sejauh mana hubungan ta‟dib dengan
ilmu, alam semesta serta implikasinya konsep ta‟dib terhadap pendidik, peserta didik. Lalu
tujuan konsep ta‟dib dalam pandangan al-Attas. Setelah semua ditetili dengan rinci dan
sejelas-jelasnya baru dapat disimpulkan konsep ta‟dib layak sebagai alternatif pendidikan
Islam.
B. Pembahasan
1. Pengertian secara bahasa
a. Tarbiyah
Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang kata tarbiyah yang
bermakna pendidikan secara etimologi, penulis merujuk ke “Mu‟zam al-Faazul al-
Qur‟an al-Karim” akar katanya berasal dari fiil Madhi yang terdiri dari tiga huruf
yaitu rabawa menjadi rabaa menjadi raba ربب - ربى ) .8 Serta meliki tiga makna:
Pertama; Rabaa-yarbuu dengan makna bertambah atau berkembang
(Zaada dan Namaa). Sebagaimana yang termaktum dalam (QS. ar-Rum (30): 39)
begitu juga pada (QS. al-Baqarah (2):276), (QS. al-Hajj (22):5) (QS. al-Fhusilat (41):
29), (QS. ar-Ra‟dhu (13): 5), dan yang terakhir pada (QS. an-Nahl (16):92).
Kedua; Rabaa-Yurbii atas wazan Khafaa-yukhfii yang maknanya
mengembangkan dan memelihara (Nasya‟a dan ra‟aa). Berlandaskan pada (QS. al-
Baqarah (2):276)
Ketiga; Rabba-yarubbu dengan wazan Madda-yamuddu dengan makna
memperbaiki, memelihara, dan mengajar. Yang terdapat pada (QS. al-Isra (17):24)
dan pada (QS. as-Syu‟ara (26):18).9
Tarbiyah secara etimologi mempunyai banyak arti diantaranya
pendidikan (education), pengembangan (upbringing), pengajaran (teacing), perintah
(intruction), pembinaan kepribadian (breeding), memberi makan (raising), mengasuh
8Mu‟zam al-Lukhatul al-„Arabiyah: “Mu‟zam al-Faazul al-Qur‟an al-Karim”, (Mesir: Beirut, 1993), Juz 1,
hal. 402. 9 Ibid.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
64
anak,10
memimpin.11
Sedangkan al-Attas mengartikan tarbiyah sebagai memelihara,
mengarahkan, memberi makan, mengembangkan, menyebabkan tumbuh dewasa,
menjaga, menjadikannya berhasil, menjinakkan12
.
Makna tarbiyah sebagai menumbuhkan berdasarkan dalam (QS.al-
Baqarah(2):276).13
Dalam makna menumbuhkan14
Hans Wehr, Fahrur Rozi, al-
Jauhari15
sependapat dengan al-Attas. Sementara ibnu Abdulillah Muhammad bin
Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi mengartikan tarbiyah dengan makna pemilikan
dalam hal ini bisa dilihat dalam kamus Lisanul al-Arab karya ibnu manzur.16
Kemudian Kata rabb yang terdapat dalam (QS. al-Fatihah (1):2) di terjemahkan oleh
Departemen Agama diartikan sebagai berikut: Rabb ( Tuhan) berarti Tuhan yang
ditaati dan memiliki, mendidik dan memelihara17
. Kemudian kata Rabb tidak dapat
dipakaikan selain untuk Tuhan kecuali ada sambungnya, seperti rabb-al bait
(pemilik rumah).18
Sebenarnya secara eksplisit kata tarbiyah tidak ditemukan dalam Al-
Qur‟an dan As-Sunnah. Namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar
dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam pengertian
tarbiyah diatas itu didasarkan pada firman Allah Swt, yakni dalam (QS. al-Isra‟
(17):24)
ب بم صغزا رب
Artinya: “Sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.(QS. Al-Isra‟: 24)
10Ali bin Muhammad Ali al-Jurzani, at-Ta‟rifat, Dar-Al-kitab al-arab, (Beirut:...) Juz 1, cet 1, hal. 145
11Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2003), hal.71
12al-Attas, Islam and Secularism, hal. 151
ار أمثييم 13 ف ب كل كم قماتي وماللو لم يي ي ربي الصدم ق اللو الربما وم يمحم14
Maksud menumbuhkan adalah segala segala sesuatu yang bisa tumbuh termasuk manusia, hewan,
tumbuhan, mineral. Untuk lebih detail lihat Lisanul al-arab karya ibnu Manzur 15
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hal. 19. 16
ملكو و من ىنا كا ن وصف الله عز و جل الرب كل شيء أي ما لكو و لو الربوية علي جميع الخلق ل شريك لو و ل يقال : ربا- يربو- ربو اللهم رب ىذه الدعوة أي صاحبها : و في الحد يث اجابة الدوذن . الرب في غير الله ال باالضافة فتستطيع أ ن رب الشيء أي مالكو و مستحقو
17
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya, ( Jakarta: Departemen Agama RI, 1984/ 1985),
hal. 30. 18
Ibnu manzur, Lisanul Ar-arab, (Mesir, Darul ma‟aarif, 2003), juz, 3, hal. 1546
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
65
Pada ayat diatas dengan istilah tarbiyah diambil dari fi‟il madhi-nya
(rabbayani), maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi
makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan dan
menjinakkan. Jadi istilah tarbiyah menunjukkan pengasuhan dan pendidikan orang
tua kepada anak-anaknya lebih dominan pada dimensi jasmani jika dibandingkan
dengan rohaninya, sebab keadaan anak tersebut masih dalam keadaan kecil
sebagaimana tercantum akhir ayat tersebut. Sedangkan dalam (QS. A-sy-Syu‟ara
(26):18) dan menumbuhkan (of animals)19
. Ada juga yang mengartikan tarbiyah
sebagai
زببل قبه أى زك س ع (18) فب وىدا وىبثت فب
Ayat diatas menunjukkan pengasuhan semata Fir‟aun terhadap Nabi Musa
sewaktu kecil yang hanya berupa pengasuhan sebatas aspek jasmani, tanpa
melibatkan dimensi rohani. menjelaskan bahwa Allah menghapus sistem riba dan
mengembangkan sistem sedekah. Ayat ini berkenaan dengan makna “menumbuhkan
dan mengemkembangkan” bukan dalam bentuk pengertian tarbiyah seperti ayat
diatas.
Menurut Fahr al-Razi, istilah tarbiyah yang berakar kata dari rabbayani
dengan makna at-tanmiyah20
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sementara
Sayyid Quthub mengartikan lafaz rabbayani dengan ra‟ya dalam artian memelihara
bukan manusia semata. Ayat diatas sebagai peringatan yang menimbulkan kasih
sayang kenangan masa kecil yang lemah dalam pemeliharan orang tua kepada
jasmani anak dan menumbuh kematangan mentalnya. 21
Karena demikian luasnya pengertian istilah tarbiyah sebagai pendidikan
bukan hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya, benda-
benda alam selain manusia, karena benda-benda alam selain manusia itu tidak
memiliki persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan
fitrah yang memungkinkan untuk didik. Oleh itu, al-Attas mengkritisi tarbiyah
sebagai makna pendidikan Islam;
19Lihat Hans Wehr, Mu‟jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu‟asharah ( A dictionary of Modren Written
Arabic ), ( Ed), J. Milton Cowan, (London: Macdonald & Evans LTD, 1974), hal. 324. 20
Fahr al-Razi, mawafiqu lil mathbu, (Beirut, Dar Ihya at-Thuras al-Arab), Juz 1. hal. 2797. 21
Lihat tafsir “Fi Zilal al-Qur‟an”(Mesir, Dar Ihya al-Turas al-Arabi,1971), juz v, hal.318
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
66
“Those who coined the term tarbiyah to mean education were in reality
reflecting the Western concept of „education‟, for the term tarbiyah, in spite of what
they stiil claim, is a transparent translation of „education‟ in the Western sence, as the
basic meanings conveyed by it are similar to those found in the Latin counterparts.
Even though the advocates of tarbiyah continue to contend that the term is evolved
from the Holy Qur‟an, their evolvement of it as such is based on mere conjecture of
the Quranic conceptual system. For semantically, the term tarbiyah is neither
apparent unawarencess of the semantic structures of the Qur‟anic conceptual
system.22
Artinya; (mereka yang membuat istilah tarbiyah untuk maksud pendidikan
pada hakikatnya mencermin konsep Barat tentang pendidikan. Mengingat istilah
tarbiyah, tidak sebagaimana masih mereka nyatakan, adalah suatu terjemahan yang
jelas dari istilah “education” menurut artian Barat, karena makna-makna dasar yang
dikandung olehnya mirip dengan yang bisa ditemui di dalam rekanan Latinnya.
Meskipun para penganjur istilah tarbiyah terus membela istilah itu, yang mereka
katakan sebagai dikembangkan dari al-Qur‟an).
Lebih lanjut al-Attas mengatakan; For semantically, the term tarbiyah is
neither appropriate nor adequate in conveying the conception of eduation in the
Islamic sence, as will be demonstrated in the follows.23
b. Ta‟lim
Kata ta‟lim menurut Hans Wher dapat berarti pemberitahuan tentang sesuatu
(information), nasihat (advice) perintah (intruction), pengarahan (direction),
pengajaran (teaching), pelatihan (training), pembelajaran (schooling), pendidikan
(education), dan pekerjaan sebagai magang, masa belajar suatu keahlian
(apprenticeship).24
Kemudian, Mahmud Yunus dengan singkat mengartikan ta‟lim adalah hal
yang berkaitan dengan mengajar dan melatih.25
Sementara Muhammad Rasyid Ridha
mengartikan ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
22S.M.N. al-Attas,The Concept of Education in Islam; A Framework for an Islamic Philosophy of
Education,( Kuala Lumpur,1999, ISTAC), hal. 28. 23
Ibid. 24
Lihat Hans Wehr, Mu‟jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu‟asharah, hal 267. 25
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, hal. 136.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
67
individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.26
Namun berbeda dengan
Quraisy Shihab, ketika mengartikan kata yu‟allimu yang terdapat pada surat al-
Jumu‟ah (QS. (62) 2)27
, dengan arti mengajar yang intinya tidak lain kecuali mengisi
benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta
fisika.28
Kata ta‟lim banyak dijumpai di dalam al-Qur‟an dan sunnah. Diantaranya
ta‟lim digunakan oleh Allah untuk mengajar nama-nama yang ada di alam jagat raya
kepada Nabi Adam as. (QS. al-Baqarah (2): 31)29
, mengajar manusia tentang al-
Qur‟an dan bayan (QS. ar-Rahman (55): 2), mengajarkan al-Kitab, al-Hikmah,
Taurat, dan Injil (QS. al-Maidah (5): 110), mengajarkan ta‟wil mimpi (QS. Yusuf
(12): 101), mengajarkan sesuatu yang belum diketahui manusia (QS. al-Baqarah (2):
239), mengajarkan tentang sihir (QS. al-Kahfi (18): 65), mengajarkan cara membuat
baju besi untuk melindungi tubuh dari bahaya (QS. al-Anbiya‟ (21): 80),
mengajarkan tentang wahyu dari Allah (QS. at-Tahrim (65): 5).30
Dengan demikian, kata ta‟lim dalam al-Qur‟an menunjukkan sebuah proses
pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu pengetahuan, hikmah,
kandungan kitab suci, wakyu, sesuatu yang belum diketahui manusia, keterampilan
membuat alat pelindung, ilmu laduni (ilmu yang langsung dari Allah), nama-nama
atau simbol dan rumus-rumus yang berkaitan dengan alam jagat raya, dan bahkan
ilmu terlarang seperti sihir. Ilmu-ilmu baik yang disampaikan melalui proses ta‟lim
tersebut dilakukan oleh Allah Swt, malaikat, dan para nabi.
Kemudian Kata-kata ta‟lim sebanyak 41 kali, 25 kali Fi‟il Maadi dan 16 kali
Fi‟il Mudaari. Kemudian Kata ta‟lim asal katanya, yaitu „allam, yu‟allimu, ta‟lim
dijumpai dalam hadis sebagai berikut.31
“pengetahuan adalah kehidupan Islam dan
pilar iman, dan barangsiapa yang mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan
pahala baginya, dan barangsiapa ilmu dan mengamalkan ilmu yang diajarkannya itu,
26M. Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Dar al-Manar, 1403 H), Juz 1, hal. 262.
27 ه آبته وزمب ه تيى عي ه رسىل ب ب هى اىذي بعث ف ال ه وعيب ب قبو ىف ضله مبىا ة وإ (2) اىنتبة واىحن
28M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an, (Bandung, 1996, Mizan), hal. 172.
29 و عي صبدق ت م بء هؤلء إ بئى بأس لئنة فقبه أ عيى اى عزضه بء ميهب ث الس (31) آد
30Abuddin Nata, Ibid , hal. 13-16
31Kemas Badaruddin, Filsafat Pendidikan Islam,(Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2009), hal. 28
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
68
maka Allah akan mengajarkan kepadanya sesuatu yang ia belum ketahui.” ( HR. Abu
Syaikh )32
Kata ta‟lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan
banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis
ta‟lim yang saat ini sangat berkembang dan bervariasi, yaitu ada majelis ta‟lim
dikalangan masyarakat elite, di kantoran, hotel dan tempat kajian keagamaan. Dari
segi materinya ada yang secara khusus membahas membahas sebuah kitab tertentu ,
ada kajian tema-tema tertentu , ada kajian tentang tefsir, hadis, fikih, dan sebagainya,
dan ada pula yang diserahkan kepada tuan guru. Waktunya ditentukan, misalnya
setiap minggu, atau setiap bulan sekali, sedangkan berbagai aturan lainnya berlaku
secara konvensional dan fleksibel. 33
Sebagian berpendapat juga ta‟lim dalam arti pendidikan kata yang paling
dahulu digunakan daripada kata tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang
pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw di rumah al-Arqam (Dar al-
Arqam) di Mekkah, dapat disebut sebagai majelis ta‟lim.34
Demikian pula kegiatan
pendidikan Islam di Indonesia yang dilaksanakan oleh para da‟i di rumah, mushalla,
masjid, surau, langgar, atau tempat tertentu, pada mulanya merupakan kegiatan
ta‟lim. Kegiatan ta‟lim ini hingga saat ini masih terus berlangsung di seluruh
Indonesia. Menurut data dari Badan Kontak Majelis Ta‟lim ( BKMT ) di Jakarta saja,
saat ini terdapat dari 5.000 majelis ta‟lim35
.
Di kalangan pemikiran Islam yang menggunakan kata ta‟lim arti pendidikan,
antara lain Burhanuddin al-Jarnuji dengan kitabnya yang terkenal Ta‟lim al-
Muta‟llim36
. Kitab yang banyak membicarakan tentang etika belajar bagi murid,
hingga saat ini masih dikaji di berbagai pesantren. Memalui kitab tersebut telah
tumbuh semacam instituuion culture, yaitu budaya institusi pesantren yang khas dan
berbeda dengan budaya lainnya. Budaya tersebut bersumber pada ajaran tasawuf
akhlaki.
32al-Sayyid Ahmad al-Hasyimiy Bek, Mukhtar al-Ahadits an-Nabawiyyah, Maktabah Hijazy bi al-
Qadariah, Mesir, 1948.hal. 18 33
Abuddin Nata, Ibid. hal. 13 34
Lihat Shiratun an- Nabawiyah ( Ibnu Hisyam ) 35
Abuddin Nata, Ibid. hal.45 36
Ibid,
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
69
Dengan memberikan data dan informasi tersebut, maka dengan jelas, bahwa
kata ta‟lim termasuk kata yang paling tua dan banyak digunakan dalam kegiatan
nonformal dengan tekanan utama pada pemberian wawasan, pengetahuan, atau
informasi yang bersifat kognitif yang sama sekali sebelum tahu. Tapi setelah dikasi
pengajaran bisa menjadi tahu sebagaimana yang tercantum dalam (QS. an-Nahl ( 16
):78)
يئب لا تاعلامونا شا
Dari ayat diatas, maka ta‟lim lebih dominan pengajaran daripada pendidikan.
Namun, karena pengajaran merupakan bagian dari kegiatan pendidikan, maka
pengajaran juga termasuk pendidikan yang bersifat pemberian kognitif saja.
c. Ta‟dib
Kata ta‟dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta‟dib yang artinya
pendidikan (udecation) disiplin, patuh dan tunduk pada aturan (discipline) peringatan
atau hukum (punishment) hukuman-penyucian (chastisement).37
Ada juga yang
memberikan arti ta‟dib yang berarti beradab, bersopan santun, tata karma, adab, budi
pekerti, akhlak, moral, dan etika.38
Al-Attas mengartikan ta‟dib yang seakar dengan adab memiliki arti
pendidikan peradaban dan kebudayaan sebagai pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang-tempat yang tetap dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.39
Melalui ta‟dib ini al-
Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai akhlak
mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri manusia, serta menjadi dasar
terjadinya proses islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan ini
menurutnya perlu dilakukan dalam rangka membendung pengaruh materialisme,
sekularisme, dan dikotomisme ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh barat.40
Selanjutnya dalam sejarah, kata ta‟dib digunakan untuk menunjukkan pada
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di istana-istana raja (qushur) yang para
37Abuddin Nata, Ibid, hal. 47
38Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Predana Media, 2006), hal.10.
39al-Attas,The Concept of Education in Islam; Ibid, 32
40Ibid
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
70
muridnya terdiri dari para putra mahkota, pangeran atau calon pengganti raja.
Pendidikan yang berlangsung di istana ini diarahkan untuk menyiapkan calon
pemimpin masa depan. Karena itu, materi yang diajarkan meliputi pelajaran bahasa,
pelajaran berpidato, pelajaran menulis yang baik, pelajaran sejarah para pahlawan
dan panglima besar dalam rangka menyerap pengalaman keberhasilan mereka,
renang, memanah, dan menunggang kuda (pelajaran ketarampilan).41
Penggunaan
kata ta‟dib dalam arti pendidikan antara lain di jumpai dalam hadis Rasullah sebagai
berikut:
“Didiklah putra-putrimu sekalian dengan tiga perkara: yaitu mencintai Nabi
mereka, mencintai keluarganya, membaca al-Qur‟an, karena yang menghafal al-
Qur‟an akan berada di bawah naungan Allah, pada hari yang tidak ada perlindungan
kecuali perlindungannya bersama para nabi dan para sahabatnya.” (HR. Dailami)42
رب فأحسن تأديبيأدبني
“Tuhanku telah mendidikku, maka ia menjadikan pendidikanku menjadi
baik”(HR.Ibnu Hibban)43
Oleh karenanya ta‟dib sebagai istilah pendidikan, pada awalnya telah dipakai
secara tepat oleh para tokoh sufi yang secara tipikal menonjol dalam pengembangan
pribadi Islam melalui pengembangan indra, akal dan moral. Makna yang dikandung
dengan istilah adab atau ta‟dib, sebab istilah ini tidak terbatas hanya pada aspek
kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual, moral dan sosial.44
2. Pengertian secara istilah
a. Tarbiyah
Menurut Qadhi Baidhawi dan Muhammad Jamaludin al- Qosimi tarbiyah
adalah suatu proses penyampaian sesuatu secara berangsur-angsur untuk mencapai
tujuan yang maksimal.45
Namun, berbeda dengan Ibnu Sina tarbiyah adalah
pembiasaan yaitu perbuatan yang satu secara berulang-ulang terus menerus dengan
41Muhammad Dhiyau ar-Rahman al-„Azhami, al-Mihnatul Kubra Syarah wa Takhrij as-Nusan as-Shukhra,
(Riyad, an-Nasyir Maktabah ar-Rusydi 1422 H), Juz 8, hal. 154. 42
Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Hajar al-Haitami, al-Shawa‟iqu al-
Muharriqah „ala Ahli al-Rafdhi wa al-Dhalala wa al-Zindiqah,( Beirut, 1997, Muasasa al-Risalah), Juz 2, hal. 496.
43Ali bin Hisamu al-ddin ( Mufti India) , Kanzul al-Amal, juz 11, hal. 406
44Wan Mohd Nor Wan Daud,Ibid, hal. 184
45Sa‟id Ismail Ali, Ushulul At-tarbiyah Al-islamiah, (Mesir, 1428, Dar-Al-salam), hal. 11
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
71
masa yang lama.46
Sementara bagi Al-Asfahani Tarbiyah sebagai proses
menumbuhkan sesuatu secara setahap demi setahap dan dilakukan sesuai pada batas
kemampuan. Dari defenisi al-Asfahani ini bahwa pendidikan diperuntukkan bagi
manusia dan selainnya, padahal yang namanya pendidikan hanya khusus manuasia
sebagaimana disinggung oleh al-Attas dalam bukunya “The Concept of Education in
Islam”
b. Ta‟lim
Menurut Abdul Fattah Jalal, ta‟lim merupakan proses pemberian
pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, sehingga diri manusia itu
menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima hikmah dan
mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya (ketrampilan).47
Kemudian Rasyid Ridha, mendefinisikan ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai
ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.48
Dari definisi Rasyid Ridha diatas, penulis berpendapat lebih umum daripada definisi
sebelumnya. Hanya sebatas proses pentransferan ilmu pengengetahuan yang dituntut
untuk menguasai ilmu secara kognitif dan psikomotorik. Sebagaimana yang
dikatakan al-Attas ta‟lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan
pendidikan kognitif.49
c. Ta‟dib
Al-Jurjani, mendefinisikan ta‟dib adalah proses memperoleh ilmu
pengetahuan (ma‟rifah) yang dipelajari untuk mencegah pelajar dari bentuk
kesalahan.50
Akan tetapi al-Attas mempunyai definisi tersendiri dan lebih rinci
dengan diatas tentang ta‟dib yaitu pengakuan realitas bahwasanya ilmu dan segala
sesuatu yang ada terdiri dari hierarki yang sesuai dengan kategori-kategori dan
tingkatan-tingkatannya, dan bahwasanya sesorang itu memiliki tempatnya masing-
masing dalam kaitannya dengan realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual, dan
spritualnya.51
Definisi al-Attas diperkuat oleh syeikh Wan Ahmad al Fathani dari
46Ibid,
47Kemas Badaruddin, Ibid, hal. 30.
48Lihat tafsir al-Manar
49Wan Mohd Nor Wan Daud,Ibid, hal. 180
50Ibid,
51Wan Mohd Nor Wan Daud, Ibid, 60
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
72
Pattani, dari Thailand Selatan, (1856-1908), berpesan agar seseorang mempunyai
adab, maka ia harus selalu dekat dengan majelis ilmu. Syeikh Wan Ahmad
menyatakan “Jadikan olehmu akan yang sekedudukan engkau itu (majlis)
perhimpunan ilmu yang engkau muthalaah akan dia. Supaya mengambil guna engkau
daripada segala adab dan hikmah.”52
3. Manusia Beradab
Al-Attas mengungkapkan bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik. “Baik”
yang dimaksudkannya di sini adalah adab dalam pengertian yang menyeluruh dan
meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas
kebaikan yang diterimanya. Oleh karena itulah makanya orang yang benar-benar
terpelajar menurut perspektif Islam didefinisikan oleh al-Attas sebagai orang yang
beradab dia mengatakan; A good man is the one who is sincerely conscious of his
resposibilities towards the true God who understands and fulfills his obligations to
himself and others in his society with justice who constantly strives to improve every
aspect of himself towards perfection as a man of adab.53
Contoh manusia yang paling beradab, mulia, sempurna, adalah Nabi Muhammad
Saw, karena segala aktifitasnya berupa pengajaran al-Qur‟an dan hikmah dan pensucian
ummat adalah manifestasi langsung dari peranan ta‟dib.54
Kemudian al-Attas
berpendapat sebenarnya adab mempunyai banyak arti yang sangat luas dan mendalam.
Akan tetapi kemudian kata adab tersebut digunakan dalam konteks yang terbatas, seperti
untuk sesuatu yang merujuk pada kajian kesusastaraan dan etika profesional dan
masyarakat.55
oleh karenanya pengaturan administrasi pendidikan dan ilmu pengetahuan
haruslah perwujudan manusia yang sempurna.
Dari konsep ta‟dib inilah satu sama lainya saling keterkaitan dalam pelbagi
bidang disiplin ilmu pengetahuan lainnya dalam kehidupan.
4. Hubungan ta‟dib dengan Ilmu
Adab dalam konteks ilmu berarti disiplin intelektual yang mengenal dan
mengakui adanya hierarki ilmu berdasarkan kriteria tingkat-tingkatannya,56
dan
52Untuk lebih jelas lihat kitanya ,Hadiqatul Azhar war Rayahin,
53Wan Mohd Nor Wan Daud, hal. 133
54Al-Qur‟an surat Ali „Imran (3): 164, al-Jumu‟ah (62): 2 dan al-Baqarah (2): 129
55Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam ( Islamia ) Thn I No 6, Juli-September 2005. hal. 78
56al-Attas,The Concept of Education in Islam; hal. 22
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
73
keluhuran dan kemuliaan yang memungkinkannya mengenal dan mengakui bahwa
seseorang yang pengetahuannya berdasarkan wahyu Tuhan jauh lebih luhur dan mulia
daripada mereka yang pengetahuannya berdasarkan akal.57
Adab terhadap ilmu
pengetahuan akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar dalam belajar dan
penerapan berbagai bidang sains yang berbeda. Seperti rasa hormat terhadap para sarjana
dan guru dengan sendirinya merupakan salah satu pengejawantahan langsung dari adab
terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam penekanan ta‟dib di sini adalah mencakup
ilmu dan amal dalam pendidikan dan adanya amal (praktik) ialah untuk menjamin ilmu
agar dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan masyarakat. Karena alasan inilah,
maka al-Attas mengkombinasikan secara harmonis antara ilmu, amal (praktik) dan adab
yang kemudian menamakannya dengan pendidikan.
Setelah ilmu dipelajari dengan baik dan benar yang dilandasi dengan iman serta
dipraktikan langsung dalam bentuk amal itu semua adalah betuk manifestasi dari konsep
ta‟dib. Setelah memperoleh ilmu dengan proses ta‟dib akan melahirkan peradan Islam
sebagaimana yang dikatan oleh F. Rosenthal; „ilm is one those that have dominated
Islam and given Muslim civilization ist distinctive shape and complexion. In fact there is
one other concept that has been operative as of Muslim civilization in all its aspect to the
same extent as „ilm.58
(Artinya Ilmu adalah salah satu konsep yang mendominasi Islam dan yang
memberi bentuk dan krakter yang khas terhadap peradaban Muslim. Sebenarnya tidak
ada konsep lain yang setanding dengan konsep ilmu yang secara efektif menjadi faktor
penentu dalam peradaban Muslim dalam berbagai aspek)
5. Hubungan ta‟dib dengan alam semesta
Adab dalam kaitannya dengan alam berarti pendisiplinan akal praktis dalam
berhubungan dengan hierarki yang menjadi karakter alam semesta sehingga seseorang
dapat membuat keputusan yang tepat mengenai nilai-nilai dari segala sesuatu, baik dalam
konteksnya sebagai tanda-tanda Tuhan, sumber ilmu pengetahuan maupun sebagai
sesuatu yang berguna bagi pengembangan ruhani dan jasmani manusia.59
Di samping itu,
57Ibid, 16
58Franz Rosental, Knowledge Triumphant, The Concept of Knowledge in Medieval Islam, Leiden E.J.
Brill, hal. 2 59
Wan Mohd Nor Wan Daud, hal. 177
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
74
adab terhadap alam dan lingkungan juga berarti bahwa seseorang harus meletakkan
tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai, batu-batuan, danau, lembah, binatang dan habitat-
habitatnya pada tempat-tempat yang semestinya.60
Jika kita banding dengan orang-orang diluar Islam yang mereka tidak memiliki
konsep adad terhadap alam semesta. Maka mereka bebas untuk melakukan terhadap alam
semesta ini dan segala isinya. Sementara bagi Muslim alam semesta segala yang ada
didalamnya tidak boleh dizahlimi karena sesuatu yang hal suci untuk dilestarikan serta
kita jadikan alam ini jalan untuk menggapai tujuan yang hakiki melalui adab. Inilah yang
membedakan Muslim dengan Non Muslim sebagaimana yang digambarkan oleh Isma‟il
Raji al Faruqi; ..Islam sees it self relevant to all of space-time, and seeks to determine all
of histroy, all of creation, incluiding all of mankind. What is of nature to eat, good and
condemnation. Islam wants humans to pursue what is of nature to eat and drink, to have
lodging and comfort, to make of the word a garden, to enjoy sex, friendship and all the
good things, but to do them righteously, without injustice to self, to neighbor, to nature to
history. Islam calls man the khalifah, precisely because to do all these things well is to
fulfil the will of God.
(Artinya Islam menganggap dirinya relevan dengan seluruh ruang dan waktu, dan
berusaha untuk menentukan seluruh sejarah, seluruh ciptaan, termasuk seluruh ummat
manusia. Alam ini adalah suci, karenanya baik dan patut diinginkan. Ketaqwaan maupun
moralitas tidak dapat disadarkan pada pengutukan terhadap alam. Islam menghendaki
agar manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang wajar, seperti makan dan minum
dan minum,rumah yang nyaman, mengubah dunia menjadi taman yang indah; menikmati
seks, persahabatan dan hal-hal yang baik dalam kehidupan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan belajar, mengelola alam, berserikat, berkumpul dan membangun
struktur sosial-politik-pendeknya, melakukan semua ini, dan melakukannya dengan cara
yang saleh........)61
Dari pernyataan diatas kita dituntut untuk mengembankan segala potensi-potensi
yang ada di alam ini. Dengan catatan, memakai ilmu pengetahuan yang benar, sementara
ilmu yang benar didapati hanya dengan proses pendidikan yang berkonsepkan ta‟dib.
60Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam ( ISLAMIA ), hal. 79
61Isma‟il Raji al-Faruqi, Al Tawhid: Its Implications for Thoght and Life, (Kuala Lumpur,1992, IIIT), hal.
85.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
75
6. Aspek ta‟dib dalam tarbiyah
Dalam konteks tarbiyah yang diartikan sebagai pendidikan belum cukup untuk
menghantar peserta didik untuk menjadi orang beradab. Sebab bentuk penekatanan dalam
tarbiyah hanya sekedar pemeliharan dan pengasuhan jasmani semata. Sebagaimana yang
yang dikatakan al-Jurjani dalam kitabnya at-ta‟rifaat bahwa makna dasar tarbiyah adalah
pengasuhan (al-Hadhonah)62
, dalam pengasuhan itu al-Jurjani tidak menjelaskan lebih
detail tentang makna tarbiyah tersebut. Dalam hal ini, ada perbedaan sedikit dengan
Sayyid Quhtub ketika memakanai istilah at-Tarbiyah sebagai upaya pemeliharaan
jasmani dan membantunya dalam rangka menumbuhkan kematangan sikap mental
sebagai pancaran akhlaqul karimah pada diri peserta didik.63
Bila dianalis dari dua
pendapat dua tokoh diatas aspek ta‟dib dalam tarbiyah hanya sedekar pengenalan ilmu
dasar yang tidak sampai pematangan mental sebagaimana yang telah disinggung dalam
definisi diatas.
Dari pandangan tersebut, ta‟dib mencakup semua aspek pendidikan, yaitu:
kognitif, afektif dan psikomotorik, sama memprioritaskan kepada jasmani dan
rohaniahnya. Kemudian tarbiyah lebih menonjolkan pada penumbuhan kembangkan fisik
material dan unsur-unsur kasih sayang serta untuk hal-hal yang kongret. Oleh karena itu,
proses pendididkan dengan ciri-ciri ini sangatlah cocok dan tepat bila diterapkan pada
pendidikan tingkat dasar / kanak-kanak atau lebih konkretnya sesuai untuk istilah yang
dipakai proses pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.64
Sedangkan ta‟dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam
diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik yang
berlandaskan keimanan. Istilah ta‟lim‟, ta‟dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu
analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan
lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling
mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.
7. Aspek ta‟dib dalam ta‟lim
62Lihat at-Ta‟rifaat Juz 1, Bab huruf ة, hal. 119
63HR. Muslim, أل ان ربي أن أعلكم مب جهلتم ممب علمني.........................
64Kemas Badaruddin, hal. 63-64
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
76
Ta‟lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif
semata-mata65
. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta‟lim hanya mengedepankan
proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu‟alim) dan yang diajar
(muta‟alim). Misalnya pada surat Yusuf, ayat 6, berarti ilmu pengetahuan yang
dimaksud, diajarkan atau dialihkan kepada Nabi adalah tabir mimpi. Sedangkan pada
surat al-Maidah ayat 4, ilmu yang dimaksud adalah ilmu berburu.
Ta‟lim juga mewakili ungkapan proses dari tidak tahu menjadi tahu66
. Hanya
sekedar pengisian kognitif saja. Namun, dari istilah ta‟lim pada beberapa ayat diatas
menunjukkan bahwa ilmu yang bisa untuk dialihkan meliputi semua ilmu termasuk
diantaranya sihir. Sehingga memang istilah tersebut lebih dekat pada pengajaran bukan
pendidikan, karena pendidikan dalam pengertian Islam tentu saja harus mengarah pada
manusia yang lebih baik, sesuai peran dan fungsinya didunia ini menurut Al Qur‟an dan
As Sunnah. (QS. Al-Baqarah ( 2):31).
Pengertian pendidikan dalam ta‟lim mengandung makna yang terlalu sempit.
ta‟lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia dituntut
untuk menguasai nilai yang ditransfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak
dituntut pada afektif. Jadi ta‟lim, sekedar penyampain ilmu pengetahuan yang benar,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh
karena itu ta‟lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang di
butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sementara ta‟dib dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada
pembinaan dan penyempurnaan akhlaq atau budi pekerti peserta didik. Berarti orientasi
ta‟dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi yang berakhlaq mulia. Pengertian
ini didasarkan pada sabda Nabi saw:
أدبنى ربى فأحسه تأدبى
“Tuhanku telah mendidikku, dan dengan demikian menjadikan pendidikanku
yang terbaik”
8. Tujuan konsep ta‟dib
65Wan Mohd Nor Wan Daud, hal. 258.
66QS. Al Baqarah, ayat 239.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
77
Menurut Imam al-Ghazali tujuan pedidikan Islam adalah mencapai kedekatan diri
kepada Allah Swt, guna mencapai kebahagian dunia dan akhirat.67
Namun, Abdul Fattah
Jalal, tujuan pendidikan Islam “mempersiapkan manusia yang „abid yang menghambakan
dirinya kepada Allh Swt.68
Ada juga yang berpendapat tujuan pendidikan Islam yang
bersifat universal tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut.69
Mengandung keinginan
untuk mewujudkan manusia yang sempurna (insan kamil) yang dalamnya memiliki
wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan, dan
pewaris nabi. Dari beberapa tujuan pendidikan diatas ada kemiripan dengan pendapat al-
Attas yaitu;
The purpose of seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness in man and
individual self. The end of uducation in Islam is to produce a good man, and not---as in
the case of westren civilization--- to produce a good man, and citizen. By „good‟ in the
concept of good man is meant precisely the man of adab in the sence here explained as
encompassing the spiritual and material life of man. 70
C. Kesimpulan
Dalam konteks istilah pendidikan Islam yang tepat, komprehensif, ideal dan
integral, menjadi tanggung jawab moral bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun
teori sebagai paradigma pendidikan yang dirumuskannya, sebagaimana dilakukan oleh
tokoh Syed Muhammad Naquib Al-Attas, yang telah memberikan beberapa kontribusi baru
dalam disiplin keilmuan khususnya di bidang pendidikan yakni mengenai konsep ta‟dibnya.
Bagaimana implikasi konsep ta‟dib yang digunakan Syed M. Naquib Al-Attas terutama
terhadap pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan Islam. Menggunakan istilah ta‟dib
lebih tepat dalam konteks pendidikan daripada tarbiyah atau ta‟lim karena menurut al-Attas
struktur konsep ta‟dib telah mencakup unsur-unsur ilmu (ilm), intruksi (ta‟lim) dan
pembinaan yang baik (tarbiyah).
Istilah ta‟dib ini tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga meliputi
pendidikan spiritual, moral dan sosial. Selain itu juga, peristilahan tarbiyah dan ta‟lim
67Ibid,
68Abdul Fattah Jalal, Min al- Ushul..., hal. 122, dengan merujuk QS. Al-Dzariyat: 56.
69Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 63
70al-Attas,The Concept of Education in Islam, hal. 22
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
78
menunjukkan ketidaksesuain makna . Istilah tarbiyah terlalu luas cakupannya dan hanya
menyinggung aspek fisikal dalam pengembangan dan pertumbuhan binatang. Sedangkan
pendidikan hanya ditujukan pada manusia, maka kata adab lebih tepat digunakan sebagai
makna pendidikan Islam sebab adab berarti pembinaan yang khusus berlaku untuk manusia.
Dari paparan di atas, maka penulis menyarankan agar dalam menjalankan
aktivitas pendidikan seharusnya terlebih dahulu merumuskan konsep pendidikan yang tepat
dan benar sebab konsep tersebut berimplikasi terhadap sesuatu yang terkait dengan
pendidikan terutama dari segi pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan. Selain itu, juga
harus selektif dalam menerima konsep-konsep pendidikan dari Barat.
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan terjemahan, 1984, Jakarta: Departemen Agama RI
Fahr al-Razi, Mawafiqu lil Mathbu, Dar Ihya at-Thuras al-Arab
Ibnu Hisyam, Shiratun an- Nabawiyah, Beirut: Darul al-Fikr
Fu‟ad Abd al-Baqy, 1987, Mu‟zam al-Lukhatul al-„Arabiyah,Mesir: al-Karim
Ibnu manzur, 2003, Lisanul ar-Arab, Mesir, Mesir: Darul ma‟aarif
Ali bin Muhammad Ali al-Jurzani, 1410 H, at-Ta‟rifat, Beirut: Dar-Al-kitab al-arab
Syed Quthub, 1971, Fi Zilal al-Qur‟an, Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi
Hans Wehr, 1974, Mu‟jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu‟asharah, Beirut
S.M.N. al-Attas, 1993, Risalah Untuk Kaum Muslimin, Kuala Lumpur: ISTAC
_________, 1993, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ISTAC
___________, 1999, The Concept of Education in Islam; A Framework for an Islamic Philosophy
of Education, Kuala Lumpur: ISTAC
Isma‟il Raji al-Faruqi, 1992, Al Tawhid: Its Implications for Thoght and Life, Kuala Lumpur:
IIIT
Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998. The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad
Naquib Al-Attas: An Exposition of the Original Concept of Islamization, Kuala Lumpur:
ISTAC
Franz Rosental, 1970, Knowledge Triumphant, The Concept of Knowledge in Medieval Islam,
Leiden E.J. Brill,
Ilaud ad-Din Ali bin Hisamu al-Din (Mufti India) 1981, Kanzul al-Amal wa al-Afaal, Madinah
ar-Ramqiyah: Muassah ar-Risalah
Abuddin Nata, 2000, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Predana Media Grouf
_________, 2001, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid Studi Pemikiran
Tasawuf Al-Ghazali, Jakarta: RajaGrafindo Persada
_________, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Fathihah Hasan Sulaiman, 1986, Bahsun fi al-Mazhab al-Tarbawy „inda al-Ghazali, Jakarta:
Terj. Ahmad Hakim dan Imam Aziz
Sayyid Ahmad al-Hasyimiy Bek, 1984, Mukhtar al-Ahadits an-Nabawiyyah, Mesir: Maktabah
Hijazy bi al-Qadariah
H.M. Quraish Shihab, 1996, Membumikan al-Qur‟an, Bandung: Mizan
Mahmud Yunus, 2003, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung
Sutari Imam Barnadib,1993, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis: Yogyakarta
Jurnal LUGHOTI Program Studi
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Pendidikan Bahasa Arab Vol. 2 No. 02 Januari-Juni 2021 IAI Al-Qur‟an Al-Ittifaqiah Indralaya
E-ISSN : 2774-3950 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Muhammad Wahyudi: Konsep Ta‟dib Sebagai Alternatif Pendidikan Islam Menurut Syed. M.
Naquib Al-Attas.
80
Anas Salahudin, 2011, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia
Paul Suparno, 1997, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogjakarta: Kanisius
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Predana Media
Roestiyah, 1982, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara
Kemas Badaruddin, 2009, Filsafat Pendidikan Islam,Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Ngalim Purwanto, 2003, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim Departemen Agama RI, 1984, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta, PPPAI-PTU
Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam, 2005, ( ISLAMIA ) Thn I No 6, Juli - September
Jasa Ungguh Muliawan,2008, Epistimologi Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,
Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi, 2004, Membuka Jendela Pendidikan Mengurai Akar Tradisi
dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka
Cipta